Yohanes 1-16 3

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 3



 a hal lain yang lebih diinginkannya selain mem-

berikan kehormatan yang lebih besar kepada-Nya. Jiwa-jiwa 

yang rendah hati dan murah hati akan memberikan kepada 

orang lain pujian yang layak mereka dapatkan tanpa takut 

bahwa hal itu akan merendahkan diri mereka sendiri. Semua 

nama baik kita, serta hal-hal lain yang kita miliki, tidak akan 

berkurang saat  kita memberikan kepada orang lain apa yang 

layak mereka dapatkan.      

Panggilan kepada Andreas dan Petrus 

(1:37-42) 

37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi 

mengikut Yesus. 38 namun   Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa 

mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” 

Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau ting-

gal?” 39 Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” 

Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka 

tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. 40 Salah 

seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut 

Yesus yaitu  Andreas, saudara Simon Petrus. 41 Andreas mula-mula bertemu 

dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemu-

kan Mesias (artinya: Kristus).” 42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus 

memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan 

dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” 

Di sini kita melihat penyerahan dua murid Yohanes kepada Yesus, 

dan salah satu dari mereka kemudian mengajak orang ketiga untuk 

turut mengikuti-Nya, dan mereka ini yaitu  buah-buah pertama dari 

murid-murid Kristus. Lihatlah betapa kecilnya jemaat Tuhan pada 

awalnya, dan bagaimana sederhananya masa permulaan dari per-

kara-perkara besar yang akan dialaminya di kemudian hari.  

I. Andreas dan seorang lain yang bersamanya yaitu  kedua murid 

yang diarahkan Yohanes Pembaptis kepada Kristus (ay. 37). Siapa 

murid yang lain ini kita tidak diberi tahu. Menurut sebagian 

orang, dia yaitu  Tomas, dengan membandingkan pasal 21:2, 

sementara menurut sebagian lain lagi, dia yaitu  Yohanes sendiri, 

si penulis Injil ini, yang memang selalu ingin menyembunyikan 

namanya sedapat mungkin (13:23 dan 20:3). 

1. Inilah kesediaan mereka untuk berpindah kepada Kristus: 

Mereka mendengar apa yang dikatakan Yohanes tentang Kris-

tus sebagai Anak Domba Tuhan  , dan mereka pun pergi mengikut 

Yesus. Mungkin mereka mendengar Yohanes mengatakan hal 

yang sama seperti yang dikatakannya pada hari sebelumnya, 

namun pada waktu itu perkataannya tidak menimbulkan 

dampak yang sama kepada mereka seperti sekarang. Lihatlah 

manfaat pengulangan itu, dan percakapan pribadi. Mereka 

 mendengarnya berkata-kata tentang Kristus sebagai Anak 

Domba Tuhan   yang menghapus dosa dunia, dan ini membuat 

mereka pergi mengikut Dia. Alasan yang paling kuat dan paling 

berhasil bagi jiwa yang sadar dan berpikiran sehat untuk 

mengikut Kristus yaitu  bahwa Dialah, dan hanya Dia, yang 

menghapus dosa.  

2.  Perhatian yang baik yang diberikan Kristus kepada mereka (ay. 

38). Mereka mengikuti Dia dari belakang. Namun, walaupun Ia 

membelakangi mereka, Ia segera sadar akan keberadaan me-

reka, dan kemudian menoleh, dan melihat mereka sedang 

mengikuti Dia. Perhatikanlah, Kristus cepat memperhatikan 

gerakan-gerakan awal yang dibuat jiwa saat  datang kepada-

Nya, dan langkah-langkah awal yang diambilnya untuk me-

nempuh jalan ke sorga (Yes. 64:5; Luk. 15:20). Ia tidak tinggal 

diam menunggu mereka meminta izin untuk berbicara de-

ngan-Nya, namun   justru Dia yang berbicara terlebih dahulu. 

Betapa indahnya persekutuan antara jiwa dan Kristus, sebab  

di dalam persekutuan itu, Dialah yang memulai percakapan. Ia 

berkata kepada mereka, “Apakah yang kamu cari?” Ini bukan-

lah suatu teguran kepada mereka sebab  sudah lancang 

mengganggu-Nya: Dia yang datang untuk mencari kita tidak 

pernah menegur siapa pun yang mencari-Nya. Akan namun  , se-

baliknya, pertanyaan-Nya itu merupakan suatu undangan 

yang bersahabat bagi mereka untuk mengenal-Nya dengan 

lebih baik sebab Ia mengamati bahwa mereka sangat malu-

malu dan rendah hati: “Ayolah, apa yang hendak kalian kata-

kan kepada-Ku? Apa yang hendak kalian mohon? Apa yang 

hendak kalian minta?” Perhatikanlah, orang yang pekerjaan-

nya mengajar orang lain tentang hal-hal yang menyangkut 

jiwa, mereka haruslah rendah hati, lemah lembut, dan mudah 

didekati, serta harus memberikan dorongan terhadap orang-

orang yang datang membawa diri kepada mereka. Pertanyaan 

yang diajukan Kristus kepada mereka yaitu  pertanyaan yang 

hendaknya kita ajukan kepada diri kita sendiri saat  kita 

mulai mengikut Kristus dan memeluk iman agama-Nya yang 

kudus: “Apakah yang kamu cari? Apakah yang kita rencana-

kan dan kita inginkan?” Orang-orang yang mengikut Kristus 

namun mencari dunia, atau diri mereka sendiri, atau pujian 

dari orang lain, menipu diri mereka sendiri. “Apakah yang kita 

cari dalam mencari Kristus? Apakah kita mencari seorang 

guru, penguasa, dan pendamai? Dalam mengikut Kristus, apa-

kah kita mencari kasih karunia Tuhan   dan kehidupan kekal?” 

Jika mata kita baik dalam hal ini, maka teranglah seluruh 

tubuh kita.  

3.  Pertanyaan mereka yang sederhana mengenai tempat tinggal-

Nya: “Rabi, di manakah Engkau tinggal?”  

(1) Dengan memanggil-Nya Rabi, mereka menunjukkan bahwa 

mereka datang kepada-Nya dengan maksud untuk diajar 

oleh-Nya. Rabi berarti tuan, tuan yang mengajar. Orang-

orang Yahudi menyebut para cendekiawan mereka, atau 

orang cerdik pandai, dengan Rabi. Kata Rabi berasal dari 

rab, multus atau magnus, seorang rabi, seorang yang besar, 

seorang yang, seperti yang biasa kita katakan, kaya akan 

berbagai hal. Tidak pernah ada rabi seperti Yesus Tuhan 

kita, seorang yang begitu besar, yang di dalam-Nya tersem-

bunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Mereka ini da-

tang kepada Kristus untuk menjadi murid-murid-Nya, be-

gitu pula seharusnya dengan orang-orang yang menyerah-

kan diri mereka kepada-Nya. Yohanes telah memberi tahu 

mereka bahwa Ia yaitu  Anak Domba Tuhan  . Nah, Anak 

Domba ini layak menerima gulungan kitab itu dan membuka 

meterai-meterainya seperti seorang rabi (Why. 5:9). Dan, 

jika kita tidak menyerahkan diri kita untuk diatur dan di-

ajar oleh-Nya, maka Ia tidak akan menghapus dosa-dosa 

kita.  

(2) Dengan menanyakan di mana Ia tinggal, mereka menunjuk-

kan suatu keinginan untuk mengenal-Nya dengan lebih 

baik. Kristus yaitu  orang asing di negeri ini, sehingga me-

reka bermaksud untuk menanyakan di mana penginapan 

tempat Ia menginap, sebab di sana mereka akan menemui-

Nya pada waktu yang tepat, sesuai dengan yang ditentu-

kan-Nya, untuk menerima pengajaran dari-Nya. Mereka 

tidak mau begitu saja mendatangi-Nya dengan kasar, kalau 

memang waktunya tidak tepat. Para pengikut Kristus ha-

ruslah bertingkah laku sesuai dengan tata krama dan so-

pan santun. Dan, di samping itu, mereka berharap menda-

patkan sesuatu yang lebih dari-Nya dibandingkan  apa yang bisa 

mereka dapatkan dalam percakapan singkat di tengah 

jalan sekarang ini. Mereka bertekad untuk bergaul bersama 

Kristus secara mendalam, bukan secara sambil lalu. 

Orang-orang yang sudah sedikit banyak bersekutu dengan 

Kristus pasti akan menginginkan: 

[1] Persekutuan yang lebih mendalam dengan-Nya. Mereka 

mengikut Dia untuk mengetahui lebih banyak tentang-

Nya.  

[2] Persekutuan yang tetap dengan-Nya, di mana mereka 

bisa duduk di bawah kaki-Nya, dan mematuhi segala 

perintah-Nya. Menemui Kristus kadang-kadang saja 

tidaklah cukup, kita harus tinggal bersama-Nya. 

4.  Undangan bersahabat yang diberikan Kristus kepada mereka 

untuk melihat tempat tinggal-Nya: Ia berkata kepada mereka: 

“Marilah dan kamu akan melihatnya.” Demikianlah, keinginan-

keinginan yang baik terhadap Kristus dan untuk bersekutu 

dengan-Nya pasti akan dipuaskan.  

(1) Ia mengundang mereka untuk datang ke tempat tinggal-

Nya. Semakin dekat kita dengan Kristus semakin banyak 

kita melihat keindahan dan keunggulan-Nya. Para penipu 

biasanya menjaga kepentingan mereka dengan cara men-

jauhkan para pengikut mereka dari mereka sendiri, se-

dangkan cara yang dipakai Kristus supaya para pengikut-

Nya menghargai dan mengasihi-Nya yaitu  mengajak me-

reka datang dan melihat: “Datang dan lihatlah betapa se-

derhananya tempat tinggal-Ku, betapa buruknya rumah 

yang Kutinggali, supaya kamu tidak berharap akan mem-

peroleh keuntungan-keuntungan duniawi dengan mengikut 

Aku, seperti yang diharapkan orang-orang yang mengikut 

ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dan memanggil me-

reka rabi. Marilah dan lihatlah apa yang harus kamu per-

hitungkan jika kamu mengikut Aku” (Mat. 8:20).  

(2) Ia mengundang mereka untuk datang segera tanpa ditun-

da-tunda. Mereka bertanya di mana Ia tinggal, supaya 

mereka dapat menemui-Nya pada waktu yang lebih tepat. 

Akan namun  , Kristus mengundang mereka untuk segera 

datang dan melihatnya. Tidak ada waktu yang lebih baik 

dibandingkan  sekarang ini juga.  

Dari hal ini pelajarilah:  

[1] Dalam hubungan dengan orang lain, paling baik bila 

kita mengajak orang saat  mereka sedang berpikiran 

baik. Tempalah besi selagi panas.  

[2] Dalam hubungan dengan kita sendiri, bijaklah untuk 

memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada pada 

saat ini juga: waktu ini yaitu  waktu perkenanan itu 

(2Kor. 6:2).    

5.  Sambutan mereka yang penuh dengan rasa gembira dan (tidak 

diragukan lagi) penuh rasa syukur terhadap undangan-Nya: 

Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu 

mereka tinggal besama-sama dengan Dia. Seandainya mereka 

menolak tawaran ini, mereka mungkin sudah berbuat sopan, 

namun   mereka akan rugi sendiri dan kehilangan banyak hal 

baik.  

(1) Mereka siap pergi bersama-Nya: Mereka pun datang dan 

melihat di mana Ia tinggal. Jiwa-jiwa yang baik pasti de-

ngan gembira akan menerima undangan Kristus yang baik, 

seperti halnya Daud (Mzm. 27:8). Mereka tidak bertanya 

bagaimana mereka bisa tinggal bersama-Nya, namun   pasrah 

saja terhadap apa yang nanti terjadi, dan memanfaatkan 

sebaik-baiknya apa yang nanti mereka dapati. Sungguh 

baik berada bersama Kristus, di mana pun itu.  

(2) Mereka begitu senang dengan apa yang mereka dapati 

sehingga hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia 

(“Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”), dan 

Ia pun menyambut mereka di tempat-Nya. Waktu itu kira-

kira jam kesepuluh (terjemahan KJV – pen.). Menurut se-

mentara orang, Yohanes memakai perhitungan jam menu-

rut cara Romawi, dan bahwa waktu itu sekitar pukul sepu-

luh pagi, dan mereka tinggal bersama-Nya sampai malam. 

Menurut orang lain lagi, perhitungan jam yang dipakai 

Yohanes sama seperti yang dipakai para penulis Injil lain, 

yaitu menurut cara Yahudi, dan bahwa waktu itu kira-kira 

pukul empat sore, dan mereka tinggal bersama-Nya pada 

malam itu dan besok harinya. Dr. Lightfoot mengambil 

kesimpulan bahwa keesokan hari yang dihabiskan mereka 

bersama Kristus itu yaitu  hari Sabat, dan, sebab  waktu 

itu sudah petang, mereka pun tidak bisa pulang sebelum 

hari Sabat berakhir. Demikianlah halnya dengan kewajiban 

kita, di mana pun kita berada, untuk berusaha menghabis-

kan hari Sabat sebaik mungkin demi kebaikan dan keun-

tungan rohani kita sendiri. Kita akan berbahagia bila kita 

giat melatih iman, kasih, dan pengabdian kita dan mengha-

biskan hari Sabat kita dalam persekutuan bersama Kris-

tus. Sungguh, sekaranglah hari-hari Tuhan itu, hari-hari 

Anak Manusia.    

II. Andreas membawa saudaranya Petrus kepada Kristus.  Seandai-

nya Petrus yaitu  murid Kristus yang pertama, maka gereja 

Katolik Roma mungkin telah memanfaatkan hal itu.  Di kemudian 

hari Petrus memang menjadi murid yang lebih unggul dalam hal 

karunia, namun   Andreaslah yang mendapatkan kehormatan untuk 

mengenal Kristus terlebih dulu, dan menjadi alat yang membawa 

Petrus kepada-Nya.  

Perhatikanlah:  

1. Informasi yang disampaikan Andreas kepada Petrus, dengan 

maksud mengajaknya mendatangi Kristus.  

(1) Ia menemuinya: Ia mula-mula bertemu dengan Simon, sau-

daranya. Dengan menemuinya berarti Andreas mencarinya. 

Simon selama ini pergi bersama Andreas mengikuti pela-

yanan dan baptisan Yohanes, dan sebab  itu Andreas tahu 

di mana ia harus mencarinya. Mungkin murid yang lain 

yang ada bersamanya saat  itu pergi juga untuk mencari 

temannya pada waktu yang sama, namun   Andreaslah yang 

lebih cepat melakukannya: Ia mula-mula bertemu dengan 

Simon, yang datang hanya untuk mengikuti Yohanes, na-

mun kemudian justru mendapatkan sesuatu yang melebihi 

apa yang diharapkannya: ia bertemu dengan Yesus.  

(2) Ia memberi tahu dia siapa yang telah mereka temukan: 

Kami telah menemukan Mesias.  

Perhatikanlah:  

[1] Ia berbicara dengan rendah hati. Ia tidak berkata, “Aku 

telah menemukan Mesias,” dengan rasa hormat bagi 

dirinya sendiri sebab  telah menemukan-Nya, namun   

“Kami telah menemukan Mesias,” dengan rasa gembira 

telah berbagi dengan orang lain mengenai penemuannya 

itu.  

[2] Dengan melonjak kegirangan ia berbicara, dan dengan 

nada kemenangan: Kami telah menemukan mutiara 

yang sangat berharga itu, harta karun yang sesungguh-

nya itu. Dan sesudah  menemukannya, ia mengumum-

kannya seperti yang dilakukan orang-orang yang sakit 

kusta itu (2Raj. 7:9), sebab ia tahu bahwa ia tidak akan 

kekurangan apa pun di dalam Kristus bila orang lain 

ikut berbagi dengannya.  

[3] Ia berbicara dengan penuh selidik: Kami telah menemu-

kan Mesias, lebih dari apa yang sudah dikatakan sela-

ma ini. Yohanes berkata, Dia yaitu  Anak Domba Tuhan  , 

Anak Tuhan  , dan sekarang Andreas membandingkan per-

kataan Yohanes ini dengan kitab-kitab Perjanjian Lama, 

dan, sesudah  membandingkan semuanya, ia menyimpul-

kan bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan kepada para 

bapa leluhur itu, sebab sekaranglah datangnya kege-

napan waktu itu. Dengan demikian, dengan merenung-

kan peringatan-peringatan Tuhan  , ia berbicara dengan 

lebih jelas tentang Kristus dibandingkan  semua pengajarnya 

(Mzm. 119:99).   

(3) Ia membawa Petrus kepada Yesus, ia tidak berusaha meng-

ajarinya sendiri, namun   membawanya kepada sang sumber 

itu sendiri, membujuknya untuk datang kepada Kristus 

dan memperkenalkannya kepada-Nya.  

Nah, hal ini merupakan:  

[1] Wujud kasih sejatinya kepada saudaranya, saudaranya 

sendiri, demikianlah Petrus disebut di sini, sebab  ia 

sangat dikasihinya. Perhatikanlah, kita harus sungguh-

sungguh peduli dan berusaha mencarikan kesejahtera-

an rohani bagi mereka yang ada hubungan kerabat 

dengan kita. Hubungan kerabat itu justru lebih menam-

bah lagi kewajiban kita untuk berbuat baik kepada 

jiwa-jiwa mereka dan sebab  itu membuat kita untuk 

lebih mencari kesempatan untuk melakukan kewajiban 

ini.  

[2] Tindakannya mengajak Petrus merupakan dampak dari 

pergaulannya dengan Kristus pada hari itu. Perhatikan-

lah, bukti terbaik bahwa kita telah memperoleh manfaat 

dari sarana kasih karunia ilahi yaitu  kesalehan dan 

kegunaan kita di dalam pergaulan kita dengan orang 

lain sesudahnya. Dengan ini tampak bahwa Andreas 

telah bersama-sama dengan Kristus sehingga ia begitu 

dipenuhi oleh-Nya, bahwa ia telah berada bersama-Nya 

di atas gunung, sebab wajahnya bersinar-sinar. Ia tahu 

bahwa di dalam Kristus ada kecukupan bagi semua 

orang. sesudah  merasakan bahwa Ia baik hati, ia tidak 

bisa tinggal diam sebelum orang-orang yang dikasihinya 

merasakan juga apa yang dirasakannya. Perhatikanlah, 

kasih karunia yang sejati tidak suka mengambil semua 

hal untuk dirinya sendiri, dan tidak ingin memakan 

remah-remahnya seorang diri.     

2. Penghiburan yang diberikan Yesus Kristus kepada Petrus, yang 

tetap disambut dengan sama baiknya meskipun ia datang 

sebab  dibujuk saudaranya (ay. 42).  

Perhatikanlah:   

(1)  Kristus memanggilnya dengan namanya: Yesus meman-

dang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes.” 

Tampak bahwa Petrus sama sekali tidak dikenal Kristus 

sebelumnya, dan jika demikian,  

[1] Hal itu membuktikan kemahatahuan Kristus, sehingga 

pada waktu pertama kali melihatnya, tanpa bertanya 

apa-apa lagi Ia dapat menyebutkan baik namanya mau-

pun nama ayahnya. Tuhan mengenal siapa kepunyaan-

Nya dan segala sesuatu mengenai mereka. namun   juga,  

[2]  Hal itu menunjukkan wujud kasih karunia dan kebaik-

an-Nya yang mau merendahkan diri, sehingga dengan 

begitu bebas dan bersahabat Ia mau memanggil Petrus 

dengan namanya, meskipun ia hanya berasal dari ke-

luarga yang sederhana saja, vir nullius nominis – orang 

yang tidak ternama. yaitu  kasih karunia Tuhan   terha-

dap Musa bahwa Ia mengenalnya dengan namanya (Kel. 

33:17, menurut KJV – pen.). Sebagian orang mengamati 

bahwa nama-nama ini memiliki  arti tersendiri: Simon 

– taat, dan Yohanes (KJV: Jona – pen.) – merpati. Roh 

yang taat seperti merpati membuat kita memenuhi 

syarat untuk menjadi murid-murid Kristus. 

(2)  Ia memberinya nama baru: Kefas.  

[1] Pemberian nama ini menunjukkan bahwa Kristus berke-

nan kepadanya. Nama yang baru menunjukkan marta-

bat yang luhur (Why. 2:17; Yes. 62:2). Dengan berbuat 

demikian Kristus tidak hanya menghapus celaan dari 

garis keturunannya yang hina dan tidak ternama itu, 

namun   juga mengangkatnya menjadi anak di dalam ke-

luarga-Nya, sebagai salah seorang kepunyaan-Nya sen-

diri.  

[2] Nama yang diberikan-Nya kepadanya berbicara menge-

nai kesetiaannya kepada Kristus: Engkau akan dinama-

kan Kefas (kata Ibrani untuk batu), yang dalam bahasa 

Yunani Petrus. Demikianlah yang seharusnya diartikan 

di sini, seperti dalam Kisah Para Rasul 9:36, Tabita – 

dalam bahasa Yunani Dorkas, Tabita yaitu  bahasa 

Ibrani dan Dorkas yaitu  bahasa Yunani yang berarti 

anak kijang. Petrus bertabiat keras, tahan banting, dan 

tegar, dan hal ini saya anggap sebagai alasan utama 

mengapa Kristus menamainya Kefas – batu. Di kemu-

dian hari saat  Kristus berdoa untuknya supaya iman-

nya jangan gugur, supaya ia tetap teguh bagi Kristus, 

dan pada saat yang sama menyuruhnya menguatkan 

saudara-saudaranya serta siap meneguhkan orang lain, 

pada saat itulah Ia membuatnya sesuai dengan nama 

yang diberikan-Nya di sini, Kefas – batu. Orang-orang 

yang datang kepada Kristus haruslah datang dengan 

tekad bulat untuk tetap teguh dan setia kepada-Nya, 

seperti batu, kokoh dan tegar, dan sebab  kasih karu-

nia-Nyalah mereka bisa seperti itu. Perkataan-Nya ke-

pada mereka, “Teguhkanlah hatimu,” membuat mereka 

menjadi teguh. Nah, dengan diberi nama Kefas, ini tidak 

membuktikan bahwa hanya Petruslah satu-satunya 

batu yang di atasnya gereja didirikan. Sama seperti 

Yakobus dan Yohanes yang diberi nama Boanerges 

tidak membuktikan bahwa hanya merekalah anak-anak 

 guruh, atau Yusuf yang diberi nama Barnabas tidak 

membuktikan bahwa hanya dialah anak penghiburan.     

Panggilan kepada Filipus dan Natanael  

(1:43-51) 

43 Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia 

bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” 44 Filipus itu 

berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. 45 Filipus bertemu dengan 

Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut 

oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf 

dari Nazaret.” 46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik 

datang dari Nazaret?” 47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus 

melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah 

seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” 48 Kata Natanael 

kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: 

“Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah po-

hon ara.” 49 Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Tuhan  , Engkau 

Raja orang Israel!” 50 Yesus menjawab, kata-Nya: “sebab  Aku berkata kepa-

damu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Eng-

kau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” 51 Lalu kata Yesus 

kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat 

langit terbuka dan malaikat-malaikat Tuhan   turun naik kepada Anak Manu-

sia.” 

Dalam perikop ini kita membaca tentang panggilan Filipus dan Nata-

nael. 

I.  Filipus dipanggil langsung oleh Kristus sendiri, tidak seperti 

Andreas, yang dibawa kepada Kristus oleh Yohanes, atau Petrus, 

yang diajak oleh saudaranya. Tuhan   menggunakan berbagai ma-

cam cara untuk membawa pulang orang-orang pilihan-Nya kepa-

da-Nya sendiri. Akan namun  , apa pun sarana yang dipergunakan-

Nya, Ia tidak mengikat diri-Nya pada satu cara apa pun.  

1. Filipus dipanggil sebelum ia sendiri mencari Yesus: Yesus 

bertemu dengan Filipus. Kristus mencari sampai menemukan 

kita, sebelum kita sendiri bertanya-tanya tentang Dia. Nama 

Filipus berasal dari bahasa Yunani, dan banyak dipakai oleh 

orang-orang bukan-Yahudi pada waktu itu, dan hal ini oleh 

sebagian orang dijadikan sebagai contoh kemerosotan jemaat 

Yahudi kala itu, dan tindakan mereka yang mengikut-ikut 

bangsa-bangsa lain. Walaupun demikian, Kristus tidak meng-

ubah namanya.  


2.  Ia dipanggil pada keesokan harinya. Lihatlah betapa giatnya 

Kristus bekerja. Apabila kita melakukan pekerjaan bagi Tuhan  , 

kita tidak boleh menyia-nyiakan satu hari pun. Namun amati-

lah, Kristus pada waktu itu memanggil satu atau dua orang 

dalam sehari, namun  , sesudah  Roh Kudus dicurahkan, ada 

beribu-ribu orang yang berhasil dipanggil dalam satu hari, 

yang merupakan penggenapan dari apa yang disampaikan 

dalam pasal 14:12.  

3. Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea untuk memang-

gilnya. Kristus pasti akan menemukan semua orang yang su-

dah diserahkan kepada-Nya, di mana pun mereka berada, dan 

tidak ada satu pun dari antara mereka yang akan terhilang.  

4. Filipus berhasil dijadikan murid sebab  kuasa Kristus yang 

menyertai perkataan-Nya, “Ikutlah Aku.” Lihatlah apa sesung-

guhnya sifat dari Kekristenan yang sejati itu. Kekristenan 

sejati yaitu  mengikut Kristus, mengabdikan diri kita kepada 

perkataan dan perbuatan-Nya, mengikuti segala tindakan-Nya, 

dan melangkah di atas jejak-jejak yang telah dilalui-Nya. 

Lihatlah bagaimana kasih karunia ilahi selalu berhasil dalam 

pekerjaannya. Kasih karunia yaitu  tongkat kekuatan-Nya.  

5. Kita di sini diberi tahu bahwa Filipus berasal dari Betsaida, 

demikian pula halnya dengan Andreas dan Petrus (ay. 44). 

Murid-murid yang unggul ini tidak mendapatkan kehormatan 

dari tempat asal mereka, namun   sebaliknya, justru merekalah 

yang memancarkan kehormatan ke atas tempat asal mereka 

itu. Betsaida berarti rumah jaring, sebab  sebagian besar di-

huni oleh kaum nelayan. Dari sanalah Kristus memilih murid-

murid-Nya, yang akan diperlengkapi dengan karunia-karunia 

yang luar biasa, dan oleh sebab  itu mereka tidak harus me-

ngecap keuntungan-keuntungan yang ditawarkan oleh pen-

didikan biasa. Betsaida yaitu  tempat yang jahat (Mat. 11:21), 

namun   meskipun begitu bahkan di sana pun ada sisa-sisa 

(umat yang tersisa), sesuai dengan pilihan anugerah.  

II.  Natanael diajak kepada Kristus oleh Filipus, dan ada banyak hal 

yang dikatakan tentang Natanael di sini, yang di dalamnya kita 

bisa mengamati: 

1.  Percakapan yang berlangsung antara Filipus dan Natanael, 

dan di dalam percakapan ini tampak ada percampuran antara 

semangat kesalehan yang menggebu-gebu dan kelemahan ma-

nusiawi, seperti yang biasa ditemukan pada orang-orang yang 

baru memulai hidup beragama, yang baru menanyakan jalan 

ke Sion.  

Inilah:  

(1) Kabar gembira yang dibawa Filipus kepada Natanael (ay. 

45). Seperti dengan Andreas sebelumnya, demikian pula 

dengan Filipus di sini, bahwa sesudah  sedikit mengenal 

Kristus, ia tidak tinggal diam sebelum menyebarkan keha-

ruman pengenalan akan Dia. Walaupun Filipus sendiri baru 

mengenal Kristus, ia menyingkir sejenak dari-Nya untuk 

mencari Natanael. Perhatikanlah, apabila kita mendapat-

kan kesempatan terbaik yang dapat membawa kebaikan 

pada jiwa kita, kita tidak boleh lupa mencari kesempatan 

untuk berbuat baik kepada jiwa-jiwa lain, dengan meng-

ingat perkataan Kristus, “yaitu  lebih berbahagia memberi 

dari pada menerima” (Kis. 20:35). Oh, kata Filipus, kami 

telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab 

Taurat dan oleh para nabi. Perhatikanlah di sini:  

[1] Betapa bersukacitanya Filipus atas perkenalannya de-

ngan Kristus ini: “Kami telah menemukan Dia yang 

begitu sering kita perbincangkan itu, yang sudah begitu 

lama kita harapkan dan nanti-nantikan. Akhirnya Dia 

datang juga, dan kami telah menemukan-Nya!” 

[2]  Betapa beruntungnya dia sebab  begitu mengenal kitab 

Perjanjian Lama, yang membantu mempersiapkan pikir-

annya untuk menerima terang Injil, dan membuat 

terang itu masuk dengan lebih mudah: Dia, yang dise-

but oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi. 

Apa yang telah tertulis sepenuhnya sejak dari kekekalan 

dalam kitab kebijaksanaan ilahi, kini sebagian secara 

berulang-ulang dan dalam pelbagai cara, disalin ke 

dalam kitab pewahyuan ilahi. Hal-hal mulia tertulis di 

sana mengenai Keturunan wanita, Keturunan Abraham, 

Silo, nabi seperti Musa, Anak Daud, Imanuel, Manusia, 

Tunas, dan Mesias Sang Raja. Filipus telah mempelajari 

hal-hal ini, dan pikirannya penuh dengan hal-hal terse-

but, dan ini membuatnya siap menyambut Kristus.  

[3] Kesalahan dan kelemahan apa yang diperbuatnya. Ia 

menyebut Kristus dengan Yesus dari Nazaret, padahal 

sebenarnya Ia berasal dari Betlehem. Ia menyebut-Nya 

Anak Yusuf, padahal sebenarnya Ia hanya dianggap se-

bagai Anaknya. Orang yang baru memulai hidup ber-

agama pasti akan melakukan kesalahan-kesalahan, 

yang nanti akan diluruskan oleh waktu dan kasih karu-

nia Tuhan  . sebab  kelemahannya ia berkata, “Kami telah 

menemukannya,” padahal Kristuslah yang menemukan 

mereka sebelum mereka menemukan Dia. Ia belum 

menangkap, seperti halnya Paulus, bagaimana ia telah 

ditangkap oleh Kristus Yesus (Flp. 3:12).  

(2) Keberatan Natanael atas ucapan Filipus, “Mungkinkah se-

suatu yang baik datang dari Nazaret?” (ay. 46).  

Di sini:  

[1]  Kehati-hatiannya patut dipuji, bahwa ia tidak begitu 

saja percaya pada segala sesuatu yang dikatakan orang 

kepadanya, namun   mengujinya terlebih dulu. Pedoman 

kita yaitu  buktikanlah segala sesuatu. Akan namun  ,  

[2]  Keberatannya itu timbul sebab  ketidaktahuannya. Jika 

yang dimaksudkannya yaitu  bahwa tidak ada hal baik 

yang bisa datang dari Nazaret, maka ini terjadi sebab  

ketidaktahuannya akan kasih karunia ilahi, seolah-olah 

kasih karunia ilahi kurang berkuasa di satu tempat 

dibandingkan dengan di tempat lain, atau seolah-olah 

kasih karunia itu terikat pada penilaian-penilaian ma-

nusia yang bodoh dan jahat. Jika yang dimaksudkan-

nya yaitu  bahwa Mesias, yang agung dan baik itu, 

tidak bisa datang dari Nazaret, maka sejauh itu ia benar 

(Musa, dalam hukum Taurat, berkata bahwa Mesias 

akan datang dari suku Yehuda, dan para nabi telah me-

nentukan Betlehem sebagai tempat asal-Nya). Akan 

namun  , ia tidak tahu fakta, bahwa Yesus ini dilahirkan di 

Betlehem, dan dengan demikian kesalahan yang dibuat 

Filipus itu, dalam menyebut-Nya Yesus dari Nazaret, 

membuat Natanael mengajukan keberatan ini. Perhati-

kanlah, kesalahan-kesalahan para pengkhotbah sering 

kali menimbulkan berbagai prasangka dalam diri para 

pendengar.     

(3) Tanggapan singkat yang diberikan Filipus atas keberatan 

ini: “Mari dan lihatlah!”  

[1] sebab  kelemahannyalah ia tidak dapat memberikan 

jawaban yang memuaskan atas keberatan ini. Namun, 

inilah yang biasa terjadi pada orang-orang yang baru 

memulai hidup beragama. Kita mungkin mengetahui cu-

kup banyak hal untuk memuaskan diri kita sendiri, 

namun kita tidak mampu mengatakan cukup banyak 

hal untuk membungkam kelicikan musuh-musuh kita 

yang ingin mencari-cari kesalahan.  

[2] sebab  hikmat dan semangatnyalah maka, saat  ia 

tidak dapat menjawab keberatan itu sendiri, ia meminta 

Natanael untuk pergi kepada Dia yang dapat memberi 

jawab kepadanya: Mari dan lihatlah. Janganlah kita 

berdiri sambil berbantah di sini, dan membebani diri 

dengan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat kita atasi 

sendiri. Marilah kita pergi dan bercakap-cakap dengan 

Kristus sendiri, maka semua kesulitan ini akan segera 

hilang. Perhatikanlah, sungguh bodoh jika kita meng-

habiskan waktu untuk memperbantahkan hal-hal yang 

tidak menentu. Lebih baik waktu itu kita habiskan un-

tuk tujuan yang jauh lebih mulia, untuk beribadah dan 

berbuat baik. Mari dan lihatlah. Bukan pergi dan lihat-

lah, melainkan “Marilah, aku juga akan pergi bersama-

mu,” seperti dalam Yesaya 2:3 dan Yeremia 1:5. Dari 

percakapan antara Filipus dan Natanael ini, kita dapat 

mengamati, pertama, bahwa banyak orang dibuat men-

jauh dari jalan-jalan agama sebab  mereka memiliki  

prasangka-prasangka yang tidak masuk akal terhadap 

agama. Mereka mengajukan berbagai macam persoalan 

yang aneh, yang sama sekali tidak berkaitan dengan 

pokok masalah yang sebenarnya. Kedua, cara terbaik 

untuk menghilangkan prasangka-prasangka yang mere-

ka miliki terhadap agama yaitu  mencari bukti yang 

menentang prasangka-prasangka itu, dan kemudian 

mengujinya. Janganlah kita menanggapi masalahnya 

sebelum kita mendengar buktinya.    

2.  Apa yang terjadi antara Natanael dan Yesus Tuhan kita. Ia 

datang dan melihat, dan tidak sia-sia. 

(1)  Yesus Tuhan kita memberikan kesaksian yang sangat mu-

lia terhadap kejujuran Natanael: Yesus melihat Natanael 

datang, dan menyambutnya dengan perkataan yang sangat 

menyukakan hati. Ia berkata tentang dia kepada orang-

orang lain di sekitarnya, dan Natanael sendiri juga mende-

ngar perkataan-Nya itu, “Lihat, inilah seorang Israel sejati.”  

Perhatikanlah:   

[1] Bahwa Kristus memujinya, bukan untuk menyanjung-

nya, atau membuatnya congkak dan menganggap diri 

sendiri baik, namun   mungkin sebab  Ia mengenalnya 

sebagai orang yang sederhana, kalau bukan orang yang 

perasa, orang yang terlalu berpikiran keras dan rendah 

tentang dirinya sendiri, yang cepat meragukan ketulus-

an dirinya sendiri. Dengan kesaksian-Nya ini Kristus 

memastikan bahwa ketulusannya itu sungguh-sung-

guh. Natanael, lebih dari semua calon murid yang lain, 

telah mengajukan keberatan terhadap Kristus. Akan 

namun  , Kristus menunjukkan di sini bahwa Ia mema-

hami keberatannya itu, dan tidak ingin menegurnya 

atas kesalahannya itu, sebab  Ia tahu bahwa hatinya 

lurus. Ia tidak menjawabnya dengan pedas dan berkata, 

“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Kana 

(21:2), kota di Galilea yang tidak ada apa-apanya itu?” 

Sebaliknya, dengan baik hati Ia menggambarkan Nata-

nael sebagai orang yang tulus hati, untuk mendorong 

kita agar berharap dapat diterima Kristus, kendati de-

ngan segala kelemahan kita, dan untuk mengajar kita 

agar kita selalu berbicara dengan hormat tentang orang-

orang yang tanpa alasan yang jelas sudah membicara-

kan kita dengan menghina, dan agar kita memberi me-

reka pujian yang layak mereka dapatkan. 

[2] Bahwa Ia memujinya sebab  kejujurannya.  

Pertama, lihat, inilah seorang Israel sejati. Kristus 

memiliki  hak istimewa untuk mengetahui siapa ma-1

nusia itu sesungguhnya, sedangkan kita hanya bisa 

mengharapkan yang terbaik bagi diri kita. Seluruh bang-

sa itu disebut orang Israel, namun   tidak semua orang 

yang berasal dari Israel yaitu  orang Israel (Rm. 9:6). 

Namun demikian, di sini kita melihat seorang Israel 

sejati. 1. Seorang yang dengan tulus mencontoh Israel 

yang baik, yang digambarkan sebagai seorang yang 

tenang, berlawanan dengan Esau, yang digambarkan 

sebagai seorang yang licik. Ia yaitu  anak tulen dari 

Yakub yang jujur, bukan hanya ia berasal dari ketu-

runannya melainkan juga dari rohnya. 2. Seorang peme-

luk iman Israel yang tulus. Ia setia terhadap agama 

yang diakuinya, dan hidup sesuai dengan ajaran-ajar-

annya. Ia benar-benar baik sama seperti tampak luar-

nya, dan apa yang diperbuatnya sesuai dengan apa 

yang diakuinya. Ia yaitu  orang Yahudi secara rohani 

(Rm. 2:29), dan dengan demikian ia yaitu  orang Kris-

ten sejati.  

Kedua, ia yaitu  seorang yang di dalamnya tidak 

ada kepalsuan – ini sungguh-sungguh merupakan sifat 

seorang Israel sejati, seorang Kristen sejati. Tidak ada 

kepalsuan terhadap sesama manusia, seorang yang 

tanpa tipu muslihat dan akal bulus, seorang yang dapat 

dipercaya, dan tidak ada kepalsuan terhadap Tuhan  , 

yakni, ia tulus dalam pertobatannya dari dosa, tulus da-

lam membuat janji dengan Tuhan  . Ia tidak berjiwa penipu 

(Mzm. 32:2). Kristus tidak berkata bahwa ia tanpa kesa-

lahan, melainkan tanpa kepalsuan. Meskipun dalam 

banyak hal ia berbuat bodoh dan alpa, ia tidak berbuat 

palsu dalam hal apa pun, dan juga tidak meninggalkan 

Tuhan   seperti orang fasik. Kesalahan tidak dibiarkannya 

tinggal di dalam dirinya. Ia tidak dilabur putih, meski-

pun ada noda-noda dalam dirinya: “Lihat, inilah seorang 

Israel sejati.” 1. “Perhatikanlah dia, agar kamu dapat 

mempelajari jalannya, dan berbuat seperti dia.” 2. 

“Kagumilah dia, lihat dan takjublah.” Kemunafikan ahli-

ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah begitu mengua-

sai jemaat dan bangsa Yahudi, dan agama mereka su-

dah begitu merosot menjadi sekadar perilaku lahiriah 

atau kebijakan negara, sehingga kalau ada seorang 

Israel sejati, ia sungguh  seorang yang pantas dikagumi, 

suatu mujizat dari kasih karunia ilahi, seperti Ayub 

(1:8).  

(2)  Natanael sangat terkejut akan hal ini, dan sesudah  itu Kris-

tus pun memberinya bukti lebih lanjut akan kemahatahu-

an-Nya, dan akan ingatan yang baik tentang ibadah yang 

selama ini telah dilakukannya.  

[1] Di sinilah letak kesederhanaan Natanael, ia tidak me-

nunjukkan kepura-puraan dalam menanggapi perhati-

an yang menyenangkan hati dari Kristus itu: “Bagai-

mana Engkau mengenal aku, aku yang tidak layak 

Kauperhatikan? Siapakah aku ini, ya Tuhan Tuhan  ?” 

(2Sam. 7:18). Hal ini merupakan bukti ketulusan hati-

nya, bahwa ia tidak merasa tersanjung dengan pujian 

yang diberikan kepadanya, namun   justru menepiskan-

nya. Kristus mengenal kita lebih baik dibandingkan  kita me-

ngenal diri kita sendiri. Kita tidak mengetahui apa yang 

ada di dalam hati orang dengan melihat wajahnya, akan 

namun   segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan 

mata Kristus (Ibr. 4:12-13). Apakah Kristus mengenal 

kita? Ya, tentu saja. Kalau begitu, marilah kita ber-

usaha mengenal-Nya. 

[2] Inilah pengungkapan Kristus yang lebih jauh lagi ten-

tang diri-Nya kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil 

Engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” 

Pertama, Ia memberi tahu dia bahwa Ia mengenal-

nya, dan dengan demikian Ia menyatakan keilahian-

Nya. Tuhan   memiliki  hak istimewa untuk mengenal 

semua orang dan semua hal tanpa keliru. Dan dengan 

berbuat seperti inilah Kristus membuktikan diri-Nya 

sebagai Tuhan   dalam berbagai kesempatan. Sudah dinu-

buatkan mengenai Mesias bahwa kesenangannya ialah 

takut akan TUHAN, dan bahwa ia paham betul saat  

menghakimi ketulusan hati orang lain dan seberapa 

besar mereka takut akan Tuhan, dan bahwa ia tidak 

akan menghakimi dengan sekilas pandang saja (Yes. 

11:2-3). Dengan berbuat demikian Kristus menggenapi 

nubuatan itu (2Tim. 2:19).  

Kedua, bahwa sebelum Filipus memanggilnya, Ia 

telah melihatnya di bawah pohon ara. Hal ini menyata-

kan kebaikan-Nya secara khusus terhadapnya.  

1.  Mata Kristus sudah tertuju pada Filipus sebelum ia 

memanggil-Nya, padahal bagi Filipus, itu merupakan 

kali pertama ia mendengar tentang Kristus. Kristus 

sudah mengetahui segala sesuatu tentang kita sebe-

lum kita mengetahui apa pun tentang Dia (Yes. 45:4; 

Gal. 4:9). 

2.  Mata-Nya tertuju padanya saat  ia berada di bawah 

pohon ara. Pernyataan ini merupakan sandi khusus 

yang tidak dimengerti oleh orang lain kecuali Nata-

nael sendiri: “saat  engkau beristirahat di bawah 

pohon ara di kebunmu, dan berpikir bahwa tidak 

ada orang lain yang melihatmu, mata-Ku tertuju 

padamu saat  itu, dan melihat perbuatanmu yang 

sangat berkenan.” Sangatlah mungkin bahwa pada 

waktu Natanael berada di bawah pohon ara, seperti 

Ishak di kebun, ia sedang merenung, berdoa, dan 

bersekutu dengan Tuhan  . Mungkin pada waktu itu 

dan di tempat itu ia dengan khidmat mengucapkan 

janji yang tidak boleh dilanggarnya kepada Tuhan. 

Kristus melihat apa yang tersembunyi, dan dengan 

memberitahukan hal ini kepada orang banyak Ia 

sebagian sudah memberinya upah secara terang-

terangan. Duduk di bawah pohon ara menandakan 

keheningan dan ketenangan roh, yang sangat mem-

bantu dalam bersekutu dengan Tuhan   (Mi. 4:4; Za. 

3:10). Natanael dalam hal ini yaitu  seorang Israel 

sejati, bahwa sama seperti Israel, ia bergumul de-

ngan Tuhan   seorang diri (Kej. 32:24), dan berdoa tidak 

seperti orang-orang munafik di ujung-ujung jalan, 

melainkan di bawah pohon ara.    

(3) Natanael oleh sebab  itu memperoleh keyakinan iman yang 

sepenuh-penuhnya dalam Yesus Kristus, yang diungkap-

kannya dalam pengakuan yang mulia itu (ay. 49): “Rabi, 

Engkau Anak Tuhan  , Engkau Raja orang Israel,” yang arti-

nya, secara ringkas, Engkaulah Mesias yang sesungguh-

nya.  

Perhatikanlah di sini: 

[1] Betapa teguhnya ia percaya dengan hatinya. Walaupun 

sebelumnya ia memiliki  prasangka-prasangka terten-

tu terhadap Kristus, semua itu kini telah lenyap. Per-

hatikanlah, kasih karunia Tuhan  , dalam iman yang be-

kerja, sanggup menundukkan segala macam prasangka 

dan pikiran yang bukan-bukan. Kini ia tidak lagi berta-

nya, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Naza-

ret?” sebab ia percaya bahwa Yesus dari Nazaret ini 

yaitu  yang terbaik dari semuanya, dan ia pun me-

nyambut-Nya sesuai dengan apa yang dipercayainya itu.  

[2] Betapa bebasnya ia mengaku dengan mulutnya. Peng-

akuannya itu dibuat dalam bentuk pemujaan, yang 

ditujukan kepada Yesus Tuhan kita sendiri, yang meru-

pakan cara yang benar untuk mengakui iman kita. 

Pertama, ia mengakui jabatan Kristus sebagai nabi, 

dengan memanggil-Nya Rabi, gelar yang biasa diberikan 

orang-orang Yahudi kepada guru-guru mereka. Kristus 

yaitu  rabi agung, yang di bawah kaki-Nya kita semua 

harus belajar. Kedua, ia mengakui hakikat dan misi 

ilahi-Nya, dengan memanggil-Nya Anak Tuhan   (Anak 

Tuhan   yang disebut dalam Mazmur 2:7). Meskipun Kris-

tus hanya tampak padanya dalam rupa dan wajah ma-

nusia, namun dengan memiliki  pengetahuan ilahi, 

pengetahuan tentang hati manusia, dan tentang hal-hal 

yang jauh dan tersembunyi, maka dari sini Natanael 

menyimpulkan bahwa Dia yaitu  Anak Tuhan  . Ketiga, ia 

mengaku, “Engkau Raja orang Israel, Raja orang Israel 

yang telah lama kami nanti-nantikan.” Jika Ia Anak 

Tuhan  , maka Ia Raja umat Israel kepunyaan Tuhan  . De-

ngan berbuat demikian, Natanael membuktikan bahwa 

dia seorang Israel sejati, sebab  ia bersedia langsung 

mengakui dan tunduk kepada Sang Raja Israel.  

(4) Kristus oleh sebab  itu membangkitkan harapan-harapan 

dan impian-impian Natanael kepada sesuatu yang lebih 

jauh dan lebih hebat lagi dari semua ini (ay. 50-51). Kristus 

bersikap sangat lembut terhadap para petobat baru. Ia 

memberi dorongan bagi masa-masa permulaan yang baik, 

meskipun lemah (Mat. 12:20).  

[1] Kristus di sini menunjukkan penerimaan-Nya dan, tam-

paknya, kekaguman-Nya akan iman Natanael yang be-

gitu tulus: “sebab  Aku berkata kepadamu: Aku melihat 

engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya?” Ia 

kagum bahwa pertanda yang begitu kecil akan penge-

tahuan ilahi-Nya itu menimbulkan dampak yang begitu 

besar. Ini merupakan pertanda bahwa hati Natanael 

sudah dipersiapkan sebelumnya, sebab kalau tidak, ia 

pasti tidak akan langsung percaya dengan sangat tiba-

tiba seperti itu. Perhatikanlah, apabila hati kita berse-

rah kepada Kristus pada waktu kita pertama kali di-

panggil, maka ini akan memberikan banyak kehormat-

an kepada Kristus dan kasih karunia-Nya.  

[2] Ia menjanjikannya bantuan-bantuan yang jauh lebih 

besar untuk meneguhkan dan menumbuhkan imannya 

lebih dibandingkan  yang dimilikinya pada mulanya.  

Pertama, secara umum: “Engkau akan melihat hal-

hal yang lebih besar dari pada itu, bukti-bukti yang 

lebih kuat akan keberadaan-Ku sebagai Mesias,” yaitu 

mujizat-mujizat Kristus dan kebangkitan-Nya. Perhati-

kanlah: 1. Setiap orang yang memiliki  dan meman-

faatkan dengan baik apa yang dipunyainya, kepadanya 

akan diberi lebih banyak lagi. 2. Orang yang benar-

benar percaya Injil akan mendapati bahwa bukti-bukti 

Injil dengan sendirinya akan semakin banyak menun-

jukkan dirinya kepada mereka, dan mereka akan meli-

hat semakin banyak alasan untuk memercayainya. 3. 

Apa pun pewahyuan yang ingin diungkapkan Kristus 

tentang diri-Nya kepada umat-Nya selama mereka ber-

ada di sini di dunia ini, Ia masih memiliki  hal-hal 

yang lebih besar lagi untuk diberitahukan kepada mere-

ka. Masih ada kemuliaan lagi yang akan diungkapkan-

Nya. 


Kedua, secara khusus: “Bukan hanya kamu sendiri, 

namun   juga kalian, kalian semua murid-murid-Ku, de-

ngan maksud untuk meneguhkan iman kalian, kalian 

akan melihat langit terbuka.” Ini lebih dibandingkan  mem-

beritahukan kepada Natanael bahwa ia ada di bawah 

pohon ara. Pernyataan ini diawali dengan perkataan 

yang mengandung kesungguhan: Aku berkata kepada-

mu, sesungguhnya. Perkataan ini menyuruh kita agar 

benar-benar memperhatikan apa yang dikatakan dan 

memandangnya sebagai sesuatu yang sangat penting, 

agar kita benar-benar menerimanya sebagai hal yang 

sudah pasti benar: “Aku berkata kepadamu, dan kamu 

bisa mengandalkan perkataan-Ku ini, kamu bisa men-

jawabnya dengan amin, amin.” Tidak ada orang lain 

yang menggunakan perkataan ini pada permulaan kali-

mat kecuali Kristus. Orang-orang Yahudi sering meng-

gunakannya pada bagian penutup doa, dan kadang-

kadang mengulanginya. Perkataan ini merupakan suatu 

penegasan yang sungguh-sungguh. Kristus disebut 

Amin (Why. 3:14), dan sebab  itu sebagian orang meng-

artikan perkataan ini demikian, “Aku, yang yaitu  

Amin, Amin, berkata kepadamu.” Aku, saksi yang setia. 

Perhatikanlah, keyakinan yang kita miliki tentang ke-

muliaan yang akan diungkapkan dibangun di atas per-

kataan Kristus sendiri. Sekarang, marilah kita lihat apa 

yang ingin diyakinkan Kristus kepada mereka: sesudah  

ini, atau sebentar lagi, atau tidak akan lama lagi, atau 

mulai dari sekarang, kamu akan melihat langit terbuka.   

a.  Gelar yang dipakai Kristus untuk diri-Nya di sini sa-

ngatlah hina: Anak Manusia, gelar yang sering kali 

diterapkan kepada-Nya dalam Injil, namun   selalu oleh 

diri-Nya sendiri. Natanael menyebut-Nya Anak Tuhan   

dan Raja Israel, namun Ia sendiri menyebut diri-Nya 

Anak Manusia,  

(a) Untuk mengungkapkan kerendahan hati-Nya di 

tengah-tengah kehormatan yang diberikan ke-

pada-Nya.  

(b) Untuk mengajarkan kemanusiaan-Nya, yang ha-

rus dipercaya sama seperti keilahian-Nya.  

(c) Untuk menunjukkan keadaan-Nya yang hina 

pada waktu itu, supaya Natanael tidak berharap 

bahwa Raja Israel ini akan tampil dalam keme-

gahan lahiriah.  

b.  Namun ada hal-hal besar yang dinubuatkan-Nya di 

sini: Engkau akan melihat langit terbuka, dan malai-

kat-malaikat Tuhan   turun naik kepada Anak Manusia.  

(a) Sebagian orang memahami perkataan ini secara 

harfiah, sebagai sesuatu yang menunjuk pada 

peristiwa tertentu.  

Entah: 

[a] Akan ada penglihatan tentang kemuliaan 

Kristus nanti, yang benar-benar menggenapi 

perkataan ini, dan yang disaksikan sendiri 

oleh Natanael, seperti Petrus, Yakobus, dan 

Yohanes yang menyaksikan Kristus pada saat 

Ia berubah rupa. Masih ada banyak hal lain 

yang dibuat Kristus, dan itu di depan mata 

murid-murid-Nya, yang tidak ditulis (20:30), 

jadi mengapa penglihatan ini juga tidak bisa 

termasuk di dalamnya? Atau,  

[b] Perkataan ini digenapi dalam banyaknya pela-

yanan yang diberikan para malaikat terhadap 

Yesus Tuhan kita, terutama pada saat kenaik-

an-Nya ke sorga, saat  langit terbuka untuk 

menerima-Nya, dan malaikat-malaikat Tuhan   

turun naik untuk melayani-Nya dan memberi-

kan penghormatan kepada-Nya, dan hal ini 

terjadi di depan mata murid-murid-Nya. Ke-

naikan Kristus yaitu  bukti yang besar akan 

misi-Nya, dan sangat meneguhkan iman mu-

rid-murid-Nya (6:62). Atau,  

[c] Perkataan ini mungkin merujuk pada keda-

tangan Kristus yang kedua, untuk mengha-

kimi dunia, saat  langit akan terbuka, dan 

setiap mata akan melihat-Nya, dan malaikat-

malaikat Tuhan   akan turun naik di sekeliling-

Nya, sebagai pelayan-pelayan-Nya, yang se-

muanya bekerja, dan betapa sibuknya hari itu 

nanti (2Tes. 1:10).  

(b) Sebagian orang lagi mengartikannya secara kias-

an, sebagai suatu pernyataan yang berbicara ten-

tang serangkaian kejadian yang akan dimulai 

dari sekarang, dan dengan demikian, kita dapat 

memahami perkataan itu:  

[a] Sebagai mujizat-mujizat Kristus. Natanael per-

caya, sebab  Kristus, seperti nabi-nabi pada 

zaman dulu, dapat memberitahukan kepada-

nya hal-hal yang tersembunyi, namun   apa yang 

sedang terjadi di sini? Kristus sekarang akan 

memulai suatu zaman mujizat, yang jauh 

lebih besar dan lebih mengherankan dibandingkan  

mujizat ini, seolah-olah langit terbuka, dan 

kuasa yang begitu besar akan dikerahkan 

oleh Anak Manusia seolah-olah para malaikat, 

yang lebih unggul dalam hal kekuatan, terus-

menerus melayani-Nya dan melakukan perin-

tah-perintah-Nya. Segera sesudah  ini, Kristus 

mulai mengadakan mujizat-mujizat (2:11). 

Atau,  

[b] Tentang pengantaraan-Nya, dan persekutuan 

indah yang telah diadakan-Nya antara sorga 

dan bumi. Sedikit demi sedikit murid-murid-

Nya akan dibawa-Nya masuk ke dalam misteri 

persekutuan ini. Pertama, melalui Kristus, se-

bagai Pengantara, mereka akan melihat langit 

terbuka, agar kita dapat masuk ke dalam tem-

pat kudus dengan darah-Nya (Ibr. 10:19-20). 

Langit terbuka, sehingga dengan iman kita 

bisa melihat ke dalam, dan pada akhirnya 

bisa masuk ke dalam, bisa memandang kemu-

liaan Tuhan saat ini, dan sesudah  itu akan 

masuk ke dalam sukacita Tuhan kita. Dan, 

kedua, mereka akan melihat malaikat-malai-

kat Tuhan   turun naik kepada Anak Manusia. 

Melalui Kristus kita memiliki  persekutuan 

dengan malaikat-malaikat kudus, dan menda-

patkan keuntungan melalui pelayanan me-

reka. Dengan demikian perkara-perkara yang 

di sorga dan yang di bumi didamaikan serta 

dipadukan bersama-sama. Kristus bagi kita 

yaitu  seperti tangga Yakub (Kej. 28:12), yang 

dengannya malaikat-malaikat senantiasa tu-

run naik demi kebaikan orang-orang kudus. 

PASAL  2  

ada akhir pasal sebelumnya disebutkan tentang murid-murid 

pertama yang dipanggil Yesus, yaitu Andreas dan Petrus, serta 

Filipus dan Natanael. Mereka ini yaitu  buah-buah pertama bagi 

Tuhan   dan bagi Anak Domba (Why. 14:4). Sekarang dalam pasal ini 

kita melihat:  

I.  Kesaksian tentang mujizat pertama yang diadakan Yesus, 

yaitu mengubah air menjadi anggur di Kana yang di Galilea 

(ay. 1-11), dan kemunculan-Nya di Kapernaum (ay. 12).  

II.  Kesaksian tentang paskah pertama yang dirayakan-Nya di 

Yerusalem sesudah  Ia memulai pelayanan-Nya kepada orang 

banyak, dan tentang pengusiran yang dilakukan-Nya terha-

dap para pedagang hewan dan penukar uang di Bait Suci (ay. 

13-17). Tanda yang diberikan-Nya kepada orang-orang yang 

berselisih dengan-Nya sebab  perbuatan-Nya itu (ay. 18-22), 

disertai penjelasan tentang beberapa orang yang percaya ke-

pada-Nya dengan setengah-setengah, yang mengikuti-Nya se-

telah kejadian itu selama beberapa waktu (ay. 23-25), namun   

Ia sangat mengenal siapa mereka sesungguhnya, sehingga Ia 

tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka.  

Kristus Mengubah Air Menjadi Anggur 

(2:1-11) 

1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada 

di situ; 2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. 3 

saat  mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka 

kehabisan anggur.” 4 Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-

Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” 5 namun   ibu Yesus berkata kepada pelayan-

pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” 6 Di situ ada enam 

tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, 

masing-masing isinya dua tiga buyung. 7 Yesus berkata kepada pelayan-pela-

yan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan mereka pun 

mengisinya sampai penuh. 8 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang 

cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawa-

nya. 9 sesudah  pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur 

itu – dan ia tidak tahu dari mana datangnya, namun   pelayan-pelayan, yang 

mencedok air itu, mengetahuinya – ia memanggil mempelai laki-laki, 10 dan 

berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu 

dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan namun   

engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” 11 Hal itu dibuat 

Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya 

dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya 

percaya kepada-Nya. 

Di sini diceritakan mengenai mujizat Kristus yang mengubah air 

menjadi anggur di sebuah pesta perkawinan di Kana yang di Galilea. 

Ada sedikit orang yang memang sangat mudah percaya kepada 

Kristus dan mengikuti-Nya, meskipun Ia tidak membuat satu mujizat 

pun. Namun demikian, ada banyak orang yang mungkin tidak akan 

percaya sebelum Ia dapat menunjukkan sesuatu yang dapat menja-

wab mereka yang bertanya, “Tanda apakah dapat Engkau tunjuk-

kan?” Ia bisa saja membuat mujizat-mujizat sebelumnya, dan mela-

kukannya sebagai kebiasaan hidup sehari-hari serta untuk meng-

hibur teman-teman-Nya. Akan namun  , sebab  mujizat dimaksudkan 

sebagai meterai yang suci dan khidmat bagi ajaran-Nya, Ia tidak 

membuat mujizat sampai Ia mulai memberitakan ajaran-Nya.  

Sekarang perhatikanlah: 

I.   Keadaan yang melatarbelakangi mujizat ini. Maimonides (seorang 

cendekiawan Yahudi – pen.) mengamati, merupakan kehormatan 

bagi Musa bahwa segala tanda yang dilakukannya di padang 

gurun diperbuatnya oleh sebab  kebutuhan. Pada saat kita mem-

butuhkan makanan, ia menyediakan manna, begitu pula dengan 

Kristus di sini.  

Perhatikanlah:    

1.  Waktu terjadinya: pada hari ketiga sesudah  Ia tiba di Galilea. 

Penulis Injil ini selalu mencatat peristiwa-peristiwa yang ter-

jadi, sebab tiada satu hari pun yang lewat begitu saja tanpa 

ada suatu hal luar biasa yang dilakukan atau dikatakan-Nya. 

Tuan kita mengisi waktu-Nya dengan lebih baik dibandingkan  ham-

ba-hamba-Nya, dan Ia tidak pernah terbaring di malam hari 

dengan mengeluh, seperti yang dilakukan Sang Kaisar Romawi 

itu, bahwa Ia telah kehilangan satu hari. 

2.  Tempat terjadinya: di Kana yang di Galilea, di tanah milik 

suku Asyer (Yos. 19:28), yang mengenainya dikatakan bahwa 

ia (Asyer) akan memberikan santapan raja-raja (Kej. 49:20). 

Kristus mulai membuat mujizat-Nya di sebuah sudut desa 

yang tidak ternama, jauh dari Yerusalem, yang merupakan 

pusat perhatian umum, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak 

memerlukan hormat dari manusia (5:41), namun   akan memberi-

kan kehormatan kepada orang yang rendah hati. Ajaran dan 

mujizat-mujizat-Nya ini tidak akan begitu ditentang oleh 

orang-orang Galilea yang polos dan jujur, tidak seperti oleh 

para pembesar, politikus, dan rabi di Yerusalem yang angkuh 

dan berprasangka buruk.  

3.  Peristiwa yang melatarbelakangi mujizat itu sendiri yaitu  se-

buah perkawinan, mungkin salah satu atau kedua keluarga 

mempelai bersaudara dengan Yesus Tuhan kita. Ibu Yesus 

dikatakan ada di situ, dan bukannya diundang seperti halnya 

Yesus dan murid-murid-Nya, yang menunjukkan bahwa ia 

bukan sekadar tamu bagi si tuan rumah. Perhatikanlah peng-

hormatan yang ditunjukkan Kristus terhadap lembaga perka-

winan di sini. Ia menghormati keagungannya, bukan hanya 

dengan kehadiran-Nya melainkan juga dengan mujizat-Nya 

yang pertama. Ini dilakukan-Nya sebab  perkawinan itu dilem-

bagakan dan diberkati di dalam kemurnian, sebab  dengannya 

Ia ingin mencari suatu keturunan yang ilahi, sebab  perkawin-

an itu menyerupai kesatuan mistis antara Dia dan jemaat-Nya, 

dan sebab  Ia sudah melihat terlebih dulu bahwa oleh 

sementara orang Kristen, upacara perkawinan terlalu dibesar-

besarkan martabatnya menjadi sebuah sakramen, dan status 

perkawinan itu sendiri dicemarkan sebagai sesuatu yang tidak 

sesuai dengan suatu pekerjaan yang suci sifatnya. Ada sebuah 

perkawinan – gamos, pesta perkawinan, untuk menghiasi ke-

agungannya. Perkawinan biasanya dirayakan dengan pesta 

perjamuan (Kej. 29:22; Hak. 14:10), sebagai tanda sukacita 

dan hormat-menghormati di antara handai tolan, serta untuk 

meneguhkan ikatan kasih. 

4. Kristus dan ibu-Nya beserta murid-murid-Nya merupakan 

tamu-tamu terhormat dalam pesta ini. Ibu Yesus (itulah gelar-

nya yang paling terhormat) ada di situ. Yusuf sama sekali tidak 

disebut-sebut di sini, dan kita bisa simpulkan bahwa dia su-

dah meninggal sebelumnya. Yesus diundang, dan Dia datang 

memenuhi undangan itu, dan berpesta bersama mereka, un-

tuk mengajar kita agar bersikap hormat terhadap kerabat-

kerabat kita, dan bergaul dengan mereka, meskipun mereka 

orang yang statusnya rendah. Kristus datang dengan cara 

yang berbeda dibandingkan  Yohanes Pembaptis, yang datang tidak 

makan dan minum (Mat. 11:18-19). Hikmat orang bijak meng-

ajar kita bahwa kita harus terlebih berusaha meningkatkan 

hubungan yang baik dengan sesama dibandingkan  menghindari-

nya.   

(1)  Ada perkawinan, dan Yesus diundang.  

Perhatikanlah: 

[1] saat  ada perkawinan, sungguh menyenangkan bila 

Yesus hadir di dalamnya, hadir memberikan anugerah 

rohani-Nya, mengesahkan dan memberkati perkawinan 

itu. Dengan demikian, perkawinan itu akan benar-benar 

terhormat, dan mereka yang menikah di dalam Tuhan 

(1Kor. 7:39), tidak akan menikah tanpa-Nya. 

[2] Mereka yang menginginkan Kristus hadir bersama me-

reka dalam perkawinan mereka haruslah mengundang-

Nya di dalam doa. Doa itulah yang merupakan pem-

bawa pesan yang harus dikirimkan ke sorga untuk me-

nemui-Nya, dan Dia pun akan datang: engkau akan me-

manggil, dan Aku pun akan menyahut. Dan Ia akan 

mengubah air menjadi anggur.      

(2) Murid-murid juga diundang, yaitu kelima murid yang su-

dah dipanggil-Nya (ps. 1), sebab pada saat itu Ia belum 

memiliki  murid-murid yang lain. Mereka yaitu  keluar-

ga-Nya, dan diundang bersama-Nya. Mereka telah memper-

cayakan diri mereka kepada-Nya, dan mereka segera me-

ngetahui bahwa, meskipun Ia tidak memiliki  harta ke-

kayaan, Ia memiliki teman-teman yang baik. 

Perhatikanlah:  

[1] Orang-orang yang mengikuti Kristus akan berpesta ber-

sama-Nya, mereka akan pergi ke mana Ia pergi, seperti 

yang telah dikatakan-Nya kepada mereka (12:26): di 

mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.  

[2] Kasih terhadap Kristus ditunjukkan dengan kasih ter-

hadap orang-orang kepunyaan-Nya, demi Dia. Kebaikan 

kita tidaklah ditujukan kepada-Nya, melainkan kepada 

orang-orang kudus-Nya. Calvin mengamati bahwa tuan 

pesta itu sungguh murah hati, meskipun tampaknya ia 

hanyalah seorang yang memiliki  sedikit harta. Ia 

mengundang empat atau lima orang tambahan yang 

tidak dikenalnya, melebihi jumlah orang yang sudah di-

perhitungkannya, sebab mereka yaitu  pengikut-peng-

ikut Kristus. Menurut John Calvin hal ini menunjukkan 

bahwa di dalam pergaulan orang-orang miskin ada lebih 

banyak kebebasan dan persahabatan sejati dibandingkan  

dalam pergaulan banyak orang yang berkedudukan 

lebih tinggi.   

II.  Mujizat itu sendiri.  

Di dalamnya perhatikanlah: 

1.  Mereka kekurangan anggur (ay. 3).  

(1) Ada kekurangan dalam pesta itu. Meskipun banyak yang 

disediakan, semuanya habis. Selama kita berada di dunia 

ini ada kalanya kita dipenuhi kekhawatiran, bahkan saat  

kita menyangka bahwa kita sedang menikmati kemewahan 

yang berlimpah-limpah. Jika kita selalu menghabiskan se-

suatu, maka mungkin semuanya akan habis sebelum kita 

menyadarinya.  

(2) Ada kekurangan dalam pesta perkawinan. Perhatikanlah, 

mereka yang sebab  menikah menjadi khawatir akan per-

kara-perkara dunia ini haruslah sadar bahwa mereka akan 

ditimpa kesusahan badani dan pasti akan mengalami keke-

cewaan.  

(3) Tampaknya Kristus dan murid-murid-Nyalah yang menye-

babkan kekurangan ini, sebab  orang-orang yang ikut 

datang bersama-Nya lebih banyak dibandingkan  yang sudah 

diperhitungkan sewaktu persediaan itu dibuat. Akan namun  , 

orang yang memilih hidup serba kurang sebab  Kristus 

tidak akan menderita kerugian apa pun oleh-Nya.  

2.  Ibu Yesus memohon kepada-Nya untuk membantu rekan-

rekannya yang sedang khawatir. Kita diberi tahu (ay. 3-5) per-

cakapan apa yang berlangsung antara Kristus dan ibu-Nya 

pada kesempatan ini. 

(1) Ibu-Nya memberitahukan kepada-Nya kesulitan apa yang 

sedang mereka alami (ay. 3): ia berkata kepada-Nya: “Me-

reka kehabisan anggur.” Menurut sebagian orang, ibu-Nya 

dalam hal ini tidak mengharapkan persediaan mujizat apa 

pun dari-Nya (sebab Ia sampai saat itu belum membuat 

satu mujizat pun), melainkan bahwa ia ingin agar Kristus 

dengan sopan meminta maaf kepada teman-teman-Nya, 

dan melakukan apa yang terbaik menurut-Nya dalam hal 

itu, untuk menjaga nama baik mempelai laki-laki, dan su-

paya sang mempelai tidak kehilangan muka di hadapan 

para tamunya. Atau (seperti yang disarankan Calvin), ia 

ingin agar Kristus menutupi masalah kekurangan anggur 

ini dengan berbicara mengenai hal-hal yang kudus dan ber-

manfaat. Namun demikian, kemungkinan besar, ia me-

mang mengharapkan sebuah mujizat, sebab ia tahu bahwa 

sekarang Kristus muncul sebagai seorang nabi besar, se-

perti Musa, yang begitu sering menyediakan kebutuhan-

kebutuhan umat Israel tepat pada waktunya. Dan, meski-

pun ini merupakan mujizat-Nya yang pertama di hadapan 

orang banyak, kemungkinan Ia sudah membantu meri-

ngankan beban orangtuanya yang miskin dengan membuat 

beberapa mujizat. Mempelai laki-laki bisa saja menyuruh 

pelayan untuk pergi mendapatkan lebih banyak anggur 

lagi, akan namun   Maria datang kepada Sang Sumber itu 

sendiri.  

Perhatikanlah:  

[1] Kita harus peduli terhadap kekurangan dan kekhawatir-

an teman-teman kita, dan tidak boleh hanya memikir-

kan kepentingan-kepentingan kita sendiri.  

[2] Dalam kekhawatiran kita dan teman-teman kita, hen-

daknya kita berhikmat dan menjalankan kewajiban kita 

untuk berserah diri kepada Kristus di dalam doa.  

[3] Dalam segala permohonan kita kepada Kristus, kita ti-

dak boleh mengatur-Nya, melainkan dengan rendah hati 

membeberkan permasalahan kita di hadapan-Nya, lalu 

berserah kepada-Nya untuk melakukan apa pun yang 

dikehendaki-Nya.  

(2) Kristus menegur ibu-Nya sebab  permintaannya itu, sebab 

Ia melihat ada lebih banyak kesalahan di situ dibandingkan  

yang bisa kita lihat, sebab  kalau tidak, pasti Ia tidak akan 

berlaku seperti itu.  

Inilah:  

[1]  Teguran itu sendiri: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, 

ibu?” (KJV: “Hai wanita, mau apakah engkau dibandingkan -

Ku?” – pen.). Barangsiapa dikasihi Kristus, ia akan dite-

gur dan dihajar oleh-Nya. Ia memanggilnya wanita, bu-

kan ibu. saat  kita mulai berlagak sok kuasa, kita ha-

rus diingatkan akan siapa diri kita sebenarnya, pria dan 

wanita, yang rapuh, bodoh, dan jahat. Pertanyaan ti 

emoi kai soi bisa diartikan dengan apakah urusan-Ku 

dan urusanmu dengan hal itu? Apakah urusan kita jika 

mereka kekurangan? Namun, arti perkataan ini me-

mang selalu “Mau apakah engkau dari pada-Ku?” (atau 

“Apa urusanmu dengan aku?” seperti dalam versi TB), 

seperti dalam Hakim-hakim 11:12; 2 Samuel 16:10; 

Ezra 4:3; Matius 8:29. Dengan demikian, perkataan-Nya 

ini menggambarkan suatu kejengkelan, namun sama 

sekali tidak bertentangan dengan penghormatan dan 

kepatuhan yang harus ditunjukkan-Nya kepada ibu-

Nya, sesuai dengan perintah Tuhan   yang kelima (Luk. 

2:51). Suatu waktu orang Lewi sendiri dipuji sebab  ia 

berkata tentang ayahnya, “Aku tidak mengindahkannya” 

(Ul. 33:9). Jadi, perkataan-Nya ini dimaksudkan seba-

gai,  

Pertama, teguran bagi ibu-Nya sebab  mencampuri 

suatu masalah yang merupakan hak-Nya sebagai Tuhan  , 

yang tidak bergantung padanya, dan yang tidak memer-

lukan peranannya sebagai seorang ibu. Walaupun seba-

gai manusia Kristus yaitu  Anak Daud dan Anak ibu-

nya, sebagai Tuhan   Ia yaitu  Tuhan dari Daud dan ibu-

Nya, dan Kristus ingin agar ibu-Nya itu mengetahuinya. 

Pencapaian-pencapaian besar dalam hidup kita jangan-

lah membuat kita lupa diri, atau keakraban yang diberi-

kan dalam kovenan anugerah janganlah membuat kita 

bersikap kurang ajar dan tidak hormat, atau bersikap 

semau-maunya.  

Kedua, perkataan-Nya itu memberi pengajaran kepa-

da saudara-saudara-Nya yang lain (banyak dari mereka 

hadir di situ) agar mereka jangan mengharapkan Dia 

untuk mengadakan mujizat sebab  mereka ada hu-

bungan saudara dengan Dia. Ia tidak mau mereka ber-

harap supaya Ia harus memuaskan keinginan mereka 

dengan mujizat-Nya, sebab  di mata-Nya mereka sama 

saja dengan orang lain. Dalam perkara-perkara tentang 

Tuhan  , kita tidak boleh memandang muka.  

Ketiga, perkataan-Nya itu merupakan kesaksian 

yang kuat melawan penyembahan berhala yang sudah 

diketahui-Nya akan dilakukan jemaat-Nya pada masa-

masa yang akan datang, dalam memberikan penghor-

matan yang berlebihan terhadap perawan Maria, suatu 

pelanggaran yang kita ketahui diperbuat oleh mereka 

yang menyebut Maria keselamatan dunia, pengantara 

wanita bagi mereka, serta hidup dan harapan mereka. 

Mereka bukan hanya bergantung pada kebaikan dan 

pengantaraannya, namun   juga memohon dia untuk me-

merintah Anaknya agar berbuat baik kepada mereka. 

Bukankah Kristus dengan jelas berkata di sini, saat  Ia 

akan membuat satu mujizat, bahkan pada saat-saat Ia 

hidup merendah sebagai manusia, dan saat  ibu-Nya 

hanya berusaha menengahi permasalahan yang ada 

dengan diam-diam, “Hai wanita, mau apakah engkau 

dibandingkan -Ku?” Hal ini jelas dirancang entah untuk men-

cegah atau memperburuk penyembahan berhala yang 

menjijikkan seperti itu, dan hujat yang demikian kurang 

ajar. Anak Tuhan   ditetapkan sebagai Pembela kita di 

hadapan Bapa, namun   ibu Tuhan kita tidak pernah 

dimaksudkan sebagai pembela kita di hadapan Anak. 

[2]  Alasan dari teguran-Nya ini: saat-Ku belum tiba. Untuk 

segala sesuatu yang diperbuat oleh Kristus, dan yang 

diperbuat terhadap-Nya, Ia memiliki  saat-Nya sen-

diri, saat yang sudah ditentukan, saat yang paling tepat, 

yang selalu terjadi tepat pada waktunya.  

Pertama, “Saat-Ku untuk membuat mujizat belumlah 

tiba.” Namun demikian, sesudah itu Ia melakukannya, 

sebelum saat-Nya tiba, sebab Ia sudah tahu bahwa 

mujizat-Nya itu akan meneguhkan iman kanak-kanak 

para murid-Nya (ay. 11), yang merupakan tujuan utama 

dari semua mujizat-Nya. Dengan demikian, mujizat ini 

merupakan suatu pertanda bagi banyak mujizat lain 

yang akan diadakan-Nya apabila saat-Nya tiba.  

Kedua, “Saat-Ku untuk membuat mujizat secara ter-

buka belumlah tiba, dan sebab  itu janganlah mem-

bicarakannya di tengah orang banyak seperti ini.”  

Ketiga, “Bukankah saat-Ku untuk lepas dari wewe-

nang asuhanmu telah tiba, sebab  sekarang Aku sudah 

mulai bertindak sebagai seorang nabi?” Begitulah me-

nurut Gregory Nyssen.  

Keempat, “Saat-Ku untuk membuat mujizat ini be-

lumlah tiba.” Ibu-Nya mendorong-Nya untuk membantu 

mereka saat  mereka mulai kekurangan anggur (begitu-

lah kita bisa mengartikannya, ay. 3), namun   saat-Nya 

belum tiba sampai persediaan anggur itu sudah sangat 

menipis, lalu benar-benar habis. Hal ini bukan hanya 

untuk menghindari kecurigaan bahwa anggur yang ma-

sih tersisa dicampur dengan air, melainkan juga untuk 

mengajar kita bahwa kekurangan pada manusia yaitu  

kesempatan bagi Tuhan   untuk datang membantu dan 

membebaskan umat-Nya. Saat-Nya baru tiba saat  kita 

benar-benar sudah kehabisan sama sekali dan merasa 

sangat susah, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. 

Hal ini mendorong orang-orang yang menantikan Dia 

untuk percaya bahwa meskipun saat-Nya belum tiba, 

pasti nanti akan tiba juga. Perhatikanlah, belas kasihan 

yang ditunda janganlah diartikan sebagai penolakan 

terhadap doa. Pada akhirnya pasti akan tiba juga.    

(3)  Kendati demikian, ibu-Nya tetap menghibur dirinya dengan 

pengharapan bahwa Kristus akan membantu sahabat-sa-

habatnya yang sedang dalam kesusahan itu, sebab  kemu-

dian ia menyuruh para pelayan untuk menaati apa pun 

yang diperintahkan-Nya (ay. 5).  

[1] Ia menerima teguran itu dengan patuh, dan tidak ber-

bantah. Memang paling baik kalau kita tidak perlu dite-

gur oleh Kristus, namun   yang juga tidak kalah baiknya 

yaitu  jika kita rendah hati dan diam sewaktu ditegur 

oleh-Nya, dan memandang teguran itu sebagai suatu 

kebaikan (Mzm. 141:5).  

[2] Ia tetap berharap pada belas kasihan Kristus, bahwa 

Kristus akan mengabulkan permohonannya. saat  kita 

datang kepada Tuhan   di dalam Kristus untuk memohon 

belas kasihan, ada dua hal yang melemahkan semangat 

kita. Pertama, kita merasa bodoh dan lemah. “Pastilah 

doa-doa kita yang tidak sempurna ini tidak akan sam-

pai.” Kedua, kita merasa Tuhan marah dan menegur 

kita. Penderitaan tetap saja berlanjut, kelepasan terus 

tertunda, dan Tuhan   tampak marah dengan doa-doa kita. 

Keadaan inilah yang dialami oleh ibu Tuhan kita di sini, 

namun ia tetap menghibur dirinya dengan harapan 

bahwa Kristus pada akhirnya akan memberikan jawab-

an damai sejahtera. Hal ini mengajar kita untuk bergu-

mul dengan Tuhan   dengan iman dan doa yang sungguh-

sungguh, bahkan saat  Tuhan   di dalam pemeliharaan-

Nya tampak berjalan menentang kita. Kita harus tetap 

berharap meskipun tidak ada dasar untuk berharap (Rm. 

4:18).  

[3]  Ia menyuruh para pelayan untuk segera memperhatikan 

apa yang diperintahkan Kristus, dan untuk tidak memo-

hon apa pun dari dirinya, seperti yang mungkin telah 

mereka lakukan. Ia membuang segala anggapan bahwa 

dirinya memiliki  pengaruh atas Kristus, atau berpe-

ran sebagai pengantara bagi-Nya. Biarlah jiwa-jiwa me-

reka hanya berharap kepada-Nya (Mzm. 62:5).  

[4] Ia menyuruh mereka melaksanakan perintah-Nya seke-

tika itu juga, tanpa membantah atau bertanya-tanya. 

sebab  sadar akan kesalahannya sendiri dalam menyu-

ruh-nyuruh Kristus, ia memperingatkan para pelayan 

untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, dan un-

tuk mengikuti waktu dan jalan yang ditetapkan-Nya 

sendiri dalam memberikan persediaan: “Apa yang dika-

takan kepadamu, buatlah itu, meskipun kamu mungkin 

berpikir bahwa perkataan-Nya itu sangat tidak masuk 

akal. Jika Ia berkata, berikanlah air kepada tamu-tamu, 

sementara para tamu menginginkan anggur, lakukanlah 

saja. Jika Ia berkata, tuangkanlah air dari dalam tem-

payan-tempayan yang sudah kosong, lakukanlah saja. 

Ia dapat melipatgandakan beberapa tetesan anggur 

menjadi bertong-tong.” Perhatikanlah, orang yang 

mengharapkan kebaikan-kebaikan Kristus haruslah de-

ngan taat dan diam mematuhi segala perintah-Nya. 

Menjalankan kewajiban yaitu  jalan menuju belas ka-

sihan, dan cara-cara yang digunakan Kristus tidak bo-

leh dibantah.  

(4) Pada akhirnya dengan mujizat Kristus memenuhi keperlu-

an mereka. Sering kali Ia berbuat lebih baik dibandingkan  apa 

yang dikatakan-Nya, namun   tidak pernah lebih buruk. 

[1]  Mujizat itu sendiri yaitu  mengubah air menjadi anggur. 

Zat air memperoleh wujud yang baru, dan memiliki  

segala rupa dan mutu anggur. Transformasi atau per-

ubahan wujud seperti itu yaitu  mujizat. Sehubungan 

dengan ini, saya pribadi tidak setuju dengan dogma 

transubstansiasi (perubahan roti dan anggur menjadi 

tubuh dan darah Kristus – pen.) yang dianut oleh seba-

gian jemaat Kristen. Dengan mujizat ini, Kristus mem-

perlihatkan diri-Nya sebagai Tuhan   yang berkuasa atas 

alam, yang membuat bumi mengeluarkan anggur (Mzm. 

104:14-15). Air buah anggur yang dikeluarkan setiap 

tahun melalui kelembaban bumi juga merupakan suatu 

pekerjaan kuasa, meskipun, sebab  terjadi sesuai de-

ngan hukum alam, bukanlah suatu pekerjaan ajaib 

seperti yang terjadi di sini. Yang pertama dari mujizat-

mujizat Musa yaitu  mengubah air menjadi darah (Kel. 

4:9; 7:20), sementara yang pertama dari mujizat-mujizat 

Kristus yaitu  mengubah air menjadi anggur, yang 

menunjukkan perbedaan antara hukum Musa dan Injil 

Kristus. Kutuk hukum Taurat mengubah air menjadi 

darah, kenyamanan-kenyamanan hidup yang biasa di-

nikmati berubah menjadi kepahitan dan kengerian, se-

mentara berkat Injil mengubah air menjadi anggur. 

Kristus dengan demikian menunjukkan bahwa tugas-

Nya datang ke dunia yaitu  untuk memperbaiki dan 

meningkatkan kenikmatan-kenikmatan hidup bagi 

semua orang percaya, dan membuatnya benar-benar 

menjadi kenikmatan yang sesungguhnya. Silo dikata-

kan akan mencuci pakaiannya dengan anggur (Kej. 

49:11), sebab  air untuk membasuh akan diubah men-

jadi anggur. Dan panggilan Injil yaitu , marilah dan 

minumlah air, dan belilah anggur (Yes. 55:1). 

[2] Keadaan yang melatarbelakangi mujizat itu menjadikan-

nya sebagai mujizat besar dan membebaskannya dari 

segala kecurigaan akan adanya kecurangan ataupun 

persekongkolan, sebab ,  

Pertama, mujizat itu diadakan di dalam tempayan 

(ay. 6): di situ ada enam tempayan. 

Perhatikanlah:  

1. Untuk apa tempayan-tempayan itu disediakan: un-

tuk membasuh bagian-bagian tubuh yang dipan-

dang najis, seperti yang telah diperintahkan oleh hu-

kum Tuhan  , dan lebih banyak lagi oleh adat istiadat 

nenek moyang. Orang-orang Yahudi tidak makan 

kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih 

dulu (Mrk. 7:3), dan mereka menggunakan banyak 

air untuk membasuh, oleh sebab  itulah di sini dise-

diakan enam tempayan. Ada pepatah di kalangan 

mereka, Qui multâ utitur aquâ in lavando, multas 

consequetur in hoc mundo divitias – Barangsiapa 

menggunakan banyak air sewaktu membasuh akan 

mendapatkan banyak kekayaan di dunia ini.  

2.  Untuk apa Kristus menggunakannya, sangat ber-

beda dengan apa yang semula dimaksudkan, yaitu 

sebagai wadah untuk anggur mujizat. Dengan demi-

kian, Kristus datang untuk membawa anugerah Injil, 

yang seperti anggur, menyukakan hati Tuhan   dan 

manusia (Hak. 9