Yohanes 1-16 3
a hal lain yang lebih diinginkannya selain mem-
berikan kehormatan yang lebih besar kepada-Nya. Jiwa-jiwa
yang rendah hati dan murah hati akan memberikan kepada
orang lain pujian yang layak mereka dapatkan tanpa takut
bahwa hal itu akan merendahkan diri mereka sendiri. Semua
nama baik kita, serta hal-hal lain yang kita miliki, tidak akan
berkurang saat kita memberikan kepada orang lain apa yang
layak mereka dapatkan.
Panggilan kepada Andreas dan Petrus
(1:37-42)
37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi
mengikut Yesus. 38 namun Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa
mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?”
Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau ting-
gal?” 39 Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.”
Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka
tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. 40 Salah
seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut
Yesus yaitu Andreas, saudara Simon Petrus. 41 Andreas mula-mula bertemu
dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemu-
kan Mesias (artinya: Kristus).” 42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus
memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan
dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”
Di sini kita melihat penyerahan dua murid Yohanes kepada Yesus,
dan salah satu dari mereka kemudian mengajak orang ketiga untuk
turut mengikuti-Nya, dan mereka ini yaitu buah-buah pertama dari
murid-murid Kristus. Lihatlah betapa kecilnya jemaat Tuhan pada
awalnya, dan bagaimana sederhananya masa permulaan dari per-
kara-perkara besar yang akan dialaminya di kemudian hari.
I. Andreas dan seorang lain yang bersamanya yaitu kedua murid
yang diarahkan Yohanes Pembaptis kepada Kristus (ay. 37). Siapa
murid yang lain ini kita tidak diberi tahu. Menurut sebagian
orang, dia yaitu Tomas, dengan membandingkan pasal 21:2,
sementara menurut sebagian lain lagi, dia yaitu Yohanes sendiri,
si penulis Injil ini, yang memang selalu ingin menyembunyikan
namanya sedapat mungkin (13:23 dan 20:3).
1. Inilah kesediaan mereka untuk berpindah kepada Kristus:
Mereka mendengar apa yang dikatakan Yohanes tentang Kris-
tus sebagai Anak Domba Tuhan , dan mereka pun pergi mengikut
Yesus. Mungkin mereka mendengar Yohanes mengatakan hal
yang sama seperti yang dikatakannya pada hari sebelumnya,
namun pada waktu itu perkataannya tidak menimbulkan
dampak yang sama kepada mereka seperti sekarang. Lihatlah
manfaat pengulangan itu, dan percakapan pribadi. Mereka
mendengarnya berkata-kata tentang Kristus sebagai Anak
Domba Tuhan yang menghapus dosa dunia, dan ini membuat
mereka pergi mengikut Dia. Alasan yang paling kuat dan paling
berhasil bagi jiwa yang sadar dan berpikiran sehat untuk
mengikut Kristus yaitu bahwa Dialah, dan hanya Dia, yang
menghapus dosa.
2. Perhatian yang baik yang diberikan Kristus kepada mereka (ay.
38). Mereka mengikuti Dia dari belakang. Namun, walaupun Ia
membelakangi mereka, Ia segera sadar akan keberadaan me-
reka, dan kemudian menoleh, dan melihat mereka sedang
mengikuti Dia. Perhatikanlah, Kristus cepat memperhatikan
gerakan-gerakan awal yang dibuat jiwa saat datang kepada-
Nya, dan langkah-langkah awal yang diambilnya untuk me-
nempuh jalan ke sorga (Yes. 64:5; Luk. 15:20). Ia tidak tinggal
diam menunggu mereka meminta izin untuk berbicara de-
ngan-Nya, namun justru Dia yang berbicara terlebih dahulu.
Betapa indahnya persekutuan antara jiwa dan Kristus, sebab
di dalam persekutuan itu, Dialah yang memulai percakapan. Ia
berkata kepada mereka, “Apakah yang kamu cari?” Ini bukan-
lah suatu teguran kepada mereka sebab sudah lancang
mengganggu-Nya: Dia yang datang untuk mencari kita tidak
pernah menegur siapa pun yang mencari-Nya. Akan namun , se-
baliknya, pertanyaan-Nya itu merupakan suatu undangan
yang bersahabat bagi mereka untuk mengenal-Nya dengan
lebih baik sebab Ia mengamati bahwa mereka sangat malu-
malu dan rendah hati: “Ayolah, apa yang hendak kalian kata-
kan kepada-Ku? Apa yang hendak kalian mohon? Apa yang
hendak kalian minta?” Perhatikanlah, orang yang pekerjaan-
nya mengajar orang lain tentang hal-hal yang menyangkut
jiwa, mereka haruslah rendah hati, lemah lembut, dan mudah
didekati, serta harus memberikan dorongan terhadap orang-
orang yang datang membawa diri kepada mereka. Pertanyaan
yang diajukan Kristus kepada mereka yaitu pertanyaan yang
hendaknya kita ajukan kepada diri kita sendiri saat kita
mulai mengikut Kristus dan memeluk iman agama-Nya yang
kudus: “Apakah yang kamu cari? Apakah yang kita rencana-
kan dan kita inginkan?” Orang-orang yang mengikut Kristus
namun mencari dunia, atau diri mereka sendiri, atau pujian
dari orang lain, menipu diri mereka sendiri. “Apakah yang kita
cari dalam mencari Kristus? Apakah kita mencari seorang
guru, penguasa, dan pendamai? Dalam mengikut Kristus, apa-
kah kita mencari kasih karunia Tuhan dan kehidupan kekal?”
Jika mata kita baik dalam hal ini, maka teranglah seluruh
tubuh kita.
3. Pertanyaan mereka yang sederhana mengenai tempat tinggal-
Nya: “Rabi, di manakah Engkau tinggal?”
(1) Dengan memanggil-Nya Rabi, mereka menunjukkan bahwa
mereka datang kepada-Nya dengan maksud untuk diajar
oleh-Nya. Rabi berarti tuan, tuan yang mengajar. Orang-
orang Yahudi menyebut para cendekiawan mereka, atau
orang cerdik pandai, dengan Rabi. Kata Rabi berasal dari
rab, multus atau magnus, seorang rabi, seorang yang besar,
seorang yang, seperti yang biasa kita katakan, kaya akan
berbagai hal. Tidak pernah ada rabi seperti Yesus Tuhan
kita, seorang yang begitu besar, yang di dalam-Nya tersem-
bunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Mereka ini da-
tang kepada Kristus untuk menjadi murid-murid-Nya, be-
gitu pula seharusnya dengan orang-orang yang menyerah-
kan diri mereka kepada-Nya. Yohanes telah memberi tahu
mereka bahwa Ia yaitu Anak Domba Tuhan . Nah, Anak
Domba ini layak menerima gulungan kitab itu dan membuka
meterai-meterainya seperti seorang rabi (Why. 5:9). Dan,
jika kita tidak menyerahkan diri kita untuk diatur dan di-
ajar oleh-Nya, maka Ia tidak akan menghapus dosa-dosa
kita.
(2) Dengan menanyakan di mana Ia tinggal, mereka menunjuk-
kan suatu keinginan untuk mengenal-Nya dengan lebih
baik. Kristus yaitu orang asing di negeri ini, sehingga me-
reka bermaksud untuk menanyakan di mana penginapan
tempat Ia menginap, sebab di sana mereka akan menemui-
Nya pada waktu yang tepat, sesuai dengan yang ditentu-
kan-Nya, untuk menerima pengajaran dari-Nya. Mereka
tidak mau begitu saja mendatangi-Nya dengan kasar, kalau
memang waktunya tidak tepat. Para pengikut Kristus ha-
ruslah bertingkah laku sesuai dengan tata krama dan so-
pan santun. Dan, di samping itu, mereka berharap menda-
patkan sesuatu yang lebih dari-Nya dibandingkan apa yang bisa
mereka dapatkan dalam percakapan singkat di tengah
jalan sekarang ini. Mereka bertekad untuk bergaul bersama
Kristus secara mendalam, bukan secara sambil lalu.
Orang-orang yang sudah sedikit banyak bersekutu dengan
Kristus pasti akan menginginkan:
[1] Persekutuan yang lebih mendalam dengan-Nya. Mereka
mengikut Dia untuk mengetahui lebih banyak tentang-
Nya.
[2] Persekutuan yang tetap dengan-Nya, di mana mereka
bisa duduk di bawah kaki-Nya, dan mematuhi segala
perintah-Nya. Menemui Kristus kadang-kadang saja
tidaklah cukup, kita harus tinggal bersama-Nya.
4. Undangan bersahabat yang diberikan Kristus kepada mereka
untuk melihat tempat tinggal-Nya: Ia berkata kepada mereka:
“Marilah dan kamu akan melihatnya.” Demikianlah, keinginan-
keinginan yang baik terhadap Kristus dan untuk bersekutu
dengan-Nya pasti akan dipuaskan.
(1) Ia mengundang mereka untuk datang ke tempat tinggal-
Nya. Semakin dekat kita dengan Kristus semakin banyak
kita melihat keindahan dan keunggulan-Nya. Para penipu
biasanya menjaga kepentingan mereka dengan cara men-
jauhkan para pengikut mereka dari mereka sendiri, se-
dangkan cara yang dipakai Kristus supaya para pengikut-
Nya menghargai dan mengasihi-Nya yaitu mengajak me-
reka datang dan melihat: “Datang dan lihatlah betapa se-
derhananya tempat tinggal-Ku, betapa buruknya rumah
yang Kutinggali, supaya kamu tidak berharap akan mem-
peroleh keuntungan-keuntungan duniawi dengan mengikut
Aku, seperti yang diharapkan orang-orang yang mengikut
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dan memanggil me-
reka rabi. Marilah dan lihatlah apa yang harus kamu per-
hitungkan jika kamu mengikut Aku” (Mat. 8:20).
(2) Ia mengundang mereka untuk datang segera tanpa ditun-
da-tunda. Mereka bertanya di mana Ia tinggal, supaya
mereka dapat menemui-Nya pada waktu yang lebih tepat.
Akan namun , Kristus mengundang mereka untuk segera
datang dan melihatnya. Tidak ada waktu yang lebih baik
dibandingkan sekarang ini juga.
Dari hal ini pelajarilah:
[1] Dalam hubungan dengan orang lain, paling baik bila
kita mengajak orang saat mereka sedang berpikiran
baik. Tempalah besi selagi panas.
[2] Dalam hubungan dengan kita sendiri, bijaklah untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada pada
saat ini juga: waktu ini yaitu waktu perkenanan itu
(2Kor. 6:2).
5. Sambutan mereka yang penuh dengan rasa gembira dan (tidak
diragukan lagi) penuh rasa syukur terhadap undangan-Nya:
Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu
mereka tinggal besama-sama dengan Dia. Seandainya mereka
menolak tawaran ini, mereka mungkin sudah berbuat sopan,
namun mereka akan rugi sendiri dan kehilangan banyak hal
baik.
(1) Mereka siap pergi bersama-Nya: Mereka pun datang dan
melihat di mana Ia tinggal. Jiwa-jiwa yang baik pasti de-
ngan gembira akan menerima undangan Kristus yang baik,
seperti halnya Daud (Mzm. 27:8). Mereka tidak bertanya
bagaimana mereka bisa tinggal bersama-Nya, namun pasrah
saja terhadap apa yang nanti terjadi, dan memanfaatkan
sebaik-baiknya apa yang nanti mereka dapati. Sungguh
baik berada bersama Kristus, di mana pun itu.
(2) Mereka begitu senang dengan apa yang mereka dapati
sehingga hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia
(“Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”), dan
Ia pun menyambut mereka di tempat-Nya. Waktu itu kira-
kira jam kesepuluh (terjemahan KJV – pen.). Menurut se-
mentara orang, Yohanes memakai perhitungan jam menu-
rut cara Romawi, dan bahwa waktu itu sekitar pukul sepu-
luh pagi, dan mereka tinggal bersama-Nya sampai malam.
Menurut orang lain lagi, perhitungan jam yang dipakai
Yohanes sama seperti yang dipakai para penulis Injil lain,
yaitu menurut cara Yahudi, dan bahwa waktu itu kira-kira
pukul empat sore, dan mereka tinggal bersama-Nya pada
malam itu dan besok harinya. Dr. Lightfoot mengambil
kesimpulan bahwa keesokan hari yang dihabiskan mereka
bersama Kristus itu yaitu hari Sabat, dan, sebab waktu
itu sudah petang, mereka pun tidak bisa pulang sebelum
hari Sabat berakhir. Demikianlah halnya dengan kewajiban
kita, di mana pun kita berada, untuk berusaha menghabis-
kan hari Sabat sebaik mungkin demi kebaikan dan keun-
tungan rohani kita sendiri. Kita akan berbahagia bila kita
giat melatih iman, kasih, dan pengabdian kita dan mengha-
biskan hari Sabat kita dalam persekutuan bersama Kris-
tus. Sungguh, sekaranglah hari-hari Tuhan itu, hari-hari
Anak Manusia.
II. Andreas membawa saudaranya Petrus kepada Kristus. Seandai-
nya Petrus yaitu murid Kristus yang pertama, maka gereja
Katolik Roma mungkin telah memanfaatkan hal itu. Di kemudian
hari Petrus memang menjadi murid yang lebih unggul dalam hal
karunia, namun Andreaslah yang mendapatkan kehormatan untuk
mengenal Kristus terlebih dulu, dan menjadi alat yang membawa
Petrus kepada-Nya.
Perhatikanlah:
1. Informasi yang disampaikan Andreas kepada Petrus, dengan
maksud mengajaknya mendatangi Kristus.
(1) Ia menemuinya: Ia mula-mula bertemu dengan Simon, sau-
daranya. Dengan menemuinya berarti Andreas mencarinya.
Simon selama ini pergi bersama Andreas mengikuti pela-
yanan dan baptisan Yohanes, dan sebab itu Andreas tahu
di mana ia harus mencarinya. Mungkin murid yang lain
yang ada bersamanya saat itu pergi juga untuk mencari
temannya pada waktu yang sama, namun Andreaslah yang
lebih cepat melakukannya: Ia mula-mula bertemu dengan
Simon, yang datang hanya untuk mengikuti Yohanes, na-
mun kemudian justru mendapatkan sesuatu yang melebihi
apa yang diharapkannya: ia bertemu dengan Yesus.
(2) Ia memberi tahu dia siapa yang telah mereka temukan:
Kami telah menemukan Mesias.
Perhatikanlah:
[1] Ia berbicara dengan rendah hati. Ia tidak berkata, “Aku
telah menemukan Mesias,” dengan rasa hormat bagi
dirinya sendiri sebab telah menemukan-Nya, namun
“Kami telah menemukan Mesias,” dengan rasa gembira
telah berbagi dengan orang lain mengenai penemuannya
itu.
[2] Dengan melonjak kegirangan ia berbicara, dan dengan
nada kemenangan: Kami telah menemukan mutiara
yang sangat berharga itu, harta karun yang sesungguh-
nya itu. Dan sesudah menemukannya, ia mengumum-
kannya seperti yang dilakukan orang-orang yang sakit
kusta itu (2Raj. 7:9), sebab ia tahu bahwa ia tidak akan
kekurangan apa pun di dalam Kristus bila orang lain
ikut berbagi dengannya.
[3] Ia berbicara dengan penuh selidik: Kami telah menemu-
kan Mesias, lebih dari apa yang sudah dikatakan sela-
ma ini. Yohanes berkata, Dia yaitu Anak Domba Tuhan ,
Anak Tuhan , dan sekarang Andreas membandingkan per-
kataan Yohanes ini dengan kitab-kitab Perjanjian Lama,
dan, sesudah membandingkan semuanya, ia menyimpul-
kan bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan kepada para
bapa leluhur itu, sebab sekaranglah datangnya kege-
napan waktu itu. Dengan demikian, dengan merenung-
kan peringatan-peringatan Tuhan , ia berbicara dengan
lebih jelas tentang Kristus dibandingkan semua pengajarnya
(Mzm. 119:99).
(3) Ia membawa Petrus kepada Yesus, ia tidak berusaha meng-
ajarinya sendiri, namun membawanya kepada sang sumber
itu sendiri, membujuknya untuk datang kepada Kristus
dan memperkenalkannya kepada-Nya.
Nah, hal ini merupakan:
[1] Wujud kasih sejatinya kepada saudaranya, saudaranya
sendiri, demikianlah Petrus disebut di sini, sebab ia
sangat dikasihinya. Perhatikanlah, kita harus sungguh-
sungguh peduli dan berusaha mencarikan kesejahtera-
an rohani bagi mereka yang ada hubungan kerabat
dengan kita. Hubungan kerabat itu justru lebih menam-
bah lagi kewajiban kita untuk berbuat baik kepada
jiwa-jiwa mereka dan sebab itu membuat kita untuk
lebih mencari kesempatan untuk melakukan kewajiban
ini.
[2] Tindakannya mengajak Petrus merupakan dampak dari
pergaulannya dengan Kristus pada hari itu. Perhatikan-
lah, bukti terbaik bahwa kita telah memperoleh manfaat
dari sarana kasih karunia ilahi yaitu kesalehan dan
kegunaan kita di dalam pergaulan kita dengan orang
lain sesudahnya. Dengan ini tampak bahwa Andreas
telah bersama-sama dengan Kristus sehingga ia begitu
dipenuhi oleh-Nya, bahwa ia telah berada bersama-Nya
di atas gunung, sebab wajahnya bersinar-sinar. Ia tahu
bahwa di dalam Kristus ada kecukupan bagi semua
orang. sesudah merasakan bahwa Ia baik hati, ia tidak
bisa tinggal diam sebelum orang-orang yang dikasihinya
merasakan juga apa yang dirasakannya. Perhatikanlah,
kasih karunia yang sejati tidak suka mengambil semua
hal untuk dirinya sendiri, dan tidak ingin memakan
remah-remahnya seorang diri.
2. Penghiburan yang diberikan Yesus Kristus kepada Petrus, yang
tetap disambut dengan sama baiknya meskipun ia datang
sebab dibujuk saudaranya (ay. 42).
Perhatikanlah:
(1) Kristus memanggilnya dengan namanya: Yesus meman-
dang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes.”
Tampak bahwa Petrus sama sekali tidak dikenal Kristus
sebelumnya, dan jika demikian,
[1] Hal itu membuktikan kemahatahuan Kristus, sehingga
pada waktu pertama kali melihatnya, tanpa bertanya
apa-apa lagi Ia dapat menyebutkan baik namanya mau-
pun nama ayahnya. Tuhan mengenal siapa kepunyaan-
Nya dan segala sesuatu mengenai mereka. namun juga,
[2] Hal itu menunjukkan wujud kasih karunia dan kebaik-
an-Nya yang mau merendahkan diri, sehingga dengan
begitu bebas dan bersahabat Ia mau memanggil Petrus
dengan namanya, meskipun ia hanya berasal dari ke-
luarga yang sederhana saja, vir nullius nominis – orang
yang tidak ternama. yaitu kasih karunia Tuhan terha-
dap Musa bahwa Ia mengenalnya dengan namanya (Kel.
33:17, menurut KJV – pen.). Sebagian orang mengamati
bahwa nama-nama ini memiliki arti tersendiri: Simon
– taat, dan Yohanes (KJV: Jona – pen.) – merpati. Roh
yang taat seperti merpati membuat kita memenuhi
syarat untuk menjadi murid-murid Kristus.
(2) Ia memberinya nama baru: Kefas.
[1] Pemberian nama ini menunjukkan bahwa Kristus berke-
nan kepadanya. Nama yang baru menunjukkan marta-
bat yang luhur (Why. 2:17; Yes. 62:2). Dengan berbuat
demikian Kristus tidak hanya menghapus celaan dari
garis keturunannya yang hina dan tidak ternama itu,
namun juga mengangkatnya menjadi anak di dalam ke-
luarga-Nya, sebagai salah seorang kepunyaan-Nya sen-
diri.
[2] Nama yang diberikan-Nya kepadanya berbicara menge-
nai kesetiaannya kepada Kristus: Engkau akan dinama-
kan Kefas (kata Ibrani untuk batu), yang dalam bahasa
Yunani Petrus. Demikianlah yang seharusnya diartikan
di sini, seperti dalam Kisah Para Rasul 9:36, Tabita –
dalam bahasa Yunani Dorkas, Tabita yaitu bahasa
Ibrani dan Dorkas yaitu bahasa Yunani yang berarti
anak kijang. Petrus bertabiat keras, tahan banting, dan
tegar, dan hal ini saya anggap sebagai alasan utama
mengapa Kristus menamainya Kefas – batu. Di kemu-
dian hari saat Kristus berdoa untuknya supaya iman-
nya jangan gugur, supaya ia tetap teguh bagi Kristus,
dan pada saat yang sama menyuruhnya menguatkan
saudara-saudaranya serta siap meneguhkan orang lain,
pada saat itulah Ia membuatnya sesuai dengan nama
yang diberikan-Nya di sini, Kefas – batu. Orang-orang
yang datang kepada Kristus haruslah datang dengan
tekad bulat untuk tetap teguh dan setia kepada-Nya,
seperti batu, kokoh dan tegar, dan sebab kasih karu-
nia-Nyalah mereka bisa seperti itu. Perkataan-Nya ke-
pada mereka, “Teguhkanlah hatimu,” membuat mereka
menjadi teguh. Nah, dengan diberi nama Kefas, ini tidak
membuktikan bahwa hanya Petruslah satu-satunya
batu yang di atasnya gereja didirikan. Sama seperti
Yakobus dan Yohanes yang diberi nama Boanerges
tidak membuktikan bahwa hanya merekalah anak-anak
guruh, atau Yusuf yang diberi nama Barnabas tidak
membuktikan bahwa hanya dialah anak penghiburan.
Panggilan kepada Filipus dan Natanael
(1:43-51)
43 Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia
bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” 44 Filipus itu
berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. 45 Filipus bertemu dengan
Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut
oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf
dari Nazaret.” 46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik
datang dari Nazaret?” 47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus
melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah
seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” 48 Kata Natanael
kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya:
“Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah po-
hon ara.” 49 Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Tuhan , Engkau
Raja orang Israel!” 50 Yesus menjawab, kata-Nya: “sebab Aku berkata kepa-
damu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Eng-
kau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” 51 Lalu kata Yesus
kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat
langit terbuka dan malaikat-malaikat Tuhan turun naik kepada Anak Manu-
sia.”
Dalam perikop ini kita membaca tentang panggilan Filipus dan Nata-
nael.
I. Filipus dipanggil langsung oleh Kristus sendiri, tidak seperti
Andreas, yang dibawa kepada Kristus oleh Yohanes, atau Petrus,
yang diajak oleh saudaranya. Tuhan menggunakan berbagai ma-
cam cara untuk membawa pulang orang-orang pilihan-Nya kepa-
da-Nya sendiri. Akan namun , apa pun sarana yang dipergunakan-
Nya, Ia tidak mengikat diri-Nya pada satu cara apa pun.
1. Filipus dipanggil sebelum ia sendiri mencari Yesus: Yesus
bertemu dengan Filipus. Kristus mencari sampai menemukan
kita, sebelum kita sendiri bertanya-tanya tentang Dia. Nama
Filipus berasal dari bahasa Yunani, dan banyak dipakai oleh
orang-orang bukan-Yahudi pada waktu itu, dan hal ini oleh
sebagian orang dijadikan sebagai contoh kemerosotan jemaat
Yahudi kala itu, dan tindakan mereka yang mengikut-ikut
bangsa-bangsa lain. Walaupun demikian, Kristus tidak meng-
ubah namanya.
2. Ia dipanggil pada keesokan harinya. Lihatlah betapa giatnya
Kristus bekerja. Apabila kita melakukan pekerjaan bagi Tuhan ,
kita tidak boleh menyia-nyiakan satu hari pun. Namun amati-
lah, Kristus pada waktu itu memanggil satu atau dua orang
dalam sehari, namun , sesudah Roh Kudus dicurahkan, ada
beribu-ribu orang yang berhasil dipanggil dalam satu hari,
yang merupakan penggenapan dari apa yang disampaikan
dalam pasal 14:12.
3. Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea untuk memang-
gilnya. Kristus pasti akan menemukan semua orang yang su-
dah diserahkan kepada-Nya, di mana pun mereka berada, dan
tidak ada satu pun dari antara mereka yang akan terhilang.
4. Filipus berhasil dijadikan murid sebab kuasa Kristus yang
menyertai perkataan-Nya, “Ikutlah Aku.” Lihatlah apa sesung-
guhnya sifat dari Kekristenan yang sejati itu. Kekristenan
sejati yaitu mengikut Kristus, mengabdikan diri kita kepada
perkataan dan perbuatan-Nya, mengikuti segala tindakan-Nya,
dan melangkah di atas jejak-jejak yang telah dilalui-Nya.
Lihatlah bagaimana kasih karunia ilahi selalu berhasil dalam
pekerjaannya. Kasih karunia yaitu tongkat kekuatan-Nya.
5. Kita di sini diberi tahu bahwa Filipus berasal dari Betsaida,
demikian pula halnya dengan Andreas dan Petrus (ay. 44).
Murid-murid yang unggul ini tidak mendapatkan kehormatan
dari tempat asal mereka, namun sebaliknya, justru merekalah
yang memancarkan kehormatan ke atas tempat asal mereka
itu. Betsaida berarti rumah jaring, sebab sebagian besar di-
huni oleh kaum nelayan. Dari sanalah Kristus memilih murid-
murid-Nya, yang akan diperlengkapi dengan karunia-karunia
yang luar biasa, dan oleh sebab itu mereka tidak harus me-
ngecap keuntungan-keuntungan yang ditawarkan oleh pen-
didikan biasa. Betsaida yaitu tempat yang jahat (Mat. 11:21),
namun meskipun begitu bahkan di sana pun ada sisa-sisa
(umat yang tersisa), sesuai dengan pilihan anugerah.
II. Natanael diajak kepada Kristus oleh Filipus, dan ada banyak hal
yang dikatakan tentang Natanael di sini, yang di dalamnya kita
bisa mengamati:
1. Percakapan yang berlangsung antara Filipus dan Natanael,
dan di dalam percakapan ini tampak ada percampuran antara
semangat kesalehan yang menggebu-gebu dan kelemahan ma-
nusiawi, seperti yang biasa ditemukan pada orang-orang yang
baru memulai hidup beragama, yang baru menanyakan jalan
ke Sion.
Inilah:
(1) Kabar gembira yang dibawa Filipus kepada Natanael (ay.
45). Seperti dengan Andreas sebelumnya, demikian pula
dengan Filipus di sini, bahwa sesudah sedikit mengenal
Kristus, ia tidak tinggal diam sebelum menyebarkan keha-
ruman pengenalan akan Dia. Walaupun Filipus sendiri baru
mengenal Kristus, ia menyingkir sejenak dari-Nya untuk
mencari Natanael. Perhatikanlah, apabila kita mendapat-
kan kesempatan terbaik yang dapat membawa kebaikan
pada jiwa kita, kita tidak boleh lupa mencari kesempatan
untuk berbuat baik kepada jiwa-jiwa lain, dengan meng-
ingat perkataan Kristus, “yaitu lebih berbahagia memberi
dari pada menerima” (Kis. 20:35). Oh, kata Filipus, kami
telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab
Taurat dan oleh para nabi. Perhatikanlah di sini:
[1] Betapa bersukacitanya Filipus atas perkenalannya de-
ngan Kristus ini: “Kami telah menemukan Dia yang
begitu sering kita perbincangkan itu, yang sudah begitu
lama kita harapkan dan nanti-nantikan. Akhirnya Dia
datang juga, dan kami telah menemukan-Nya!”
[2] Betapa beruntungnya dia sebab begitu mengenal kitab
Perjanjian Lama, yang membantu mempersiapkan pikir-
annya untuk menerima terang Injil, dan membuat
terang itu masuk dengan lebih mudah: Dia, yang dise-
but oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi.
Apa yang telah tertulis sepenuhnya sejak dari kekekalan
dalam kitab kebijaksanaan ilahi, kini sebagian secara
berulang-ulang dan dalam pelbagai cara, disalin ke
dalam kitab pewahyuan ilahi. Hal-hal mulia tertulis di
sana mengenai Keturunan wanita, Keturunan Abraham,
Silo, nabi seperti Musa, Anak Daud, Imanuel, Manusia,
Tunas, dan Mesias Sang Raja. Filipus telah mempelajari
hal-hal ini, dan pikirannya penuh dengan hal-hal terse-
but, dan ini membuatnya siap menyambut Kristus.
[3] Kesalahan dan kelemahan apa yang diperbuatnya. Ia
menyebut Kristus dengan Yesus dari Nazaret, padahal
sebenarnya Ia berasal dari Betlehem. Ia menyebut-Nya
Anak Yusuf, padahal sebenarnya Ia hanya dianggap se-
bagai Anaknya. Orang yang baru memulai hidup ber-
agama pasti akan melakukan kesalahan-kesalahan,
yang nanti akan diluruskan oleh waktu dan kasih karu-
nia Tuhan . sebab kelemahannya ia berkata, “Kami telah
menemukannya,” padahal Kristuslah yang menemukan
mereka sebelum mereka menemukan Dia. Ia belum
menangkap, seperti halnya Paulus, bagaimana ia telah
ditangkap oleh Kristus Yesus (Flp. 3:12).
(2) Keberatan Natanael atas ucapan Filipus, “Mungkinkah se-
suatu yang baik datang dari Nazaret?” (ay. 46).
Di sini:
[1] Kehati-hatiannya patut dipuji, bahwa ia tidak begitu
saja percaya pada segala sesuatu yang dikatakan orang
kepadanya, namun mengujinya terlebih dulu. Pedoman
kita yaitu buktikanlah segala sesuatu. Akan namun ,
[2] Keberatannya itu timbul sebab ketidaktahuannya. Jika
yang dimaksudkannya yaitu bahwa tidak ada hal baik
yang bisa datang dari Nazaret, maka ini terjadi sebab
ketidaktahuannya akan kasih karunia ilahi, seolah-olah
kasih karunia ilahi kurang berkuasa di satu tempat
dibandingkan dengan di tempat lain, atau seolah-olah
kasih karunia itu terikat pada penilaian-penilaian ma-
nusia yang bodoh dan jahat. Jika yang dimaksudkan-
nya yaitu bahwa Mesias, yang agung dan baik itu,
tidak bisa datang dari Nazaret, maka sejauh itu ia benar
(Musa, dalam hukum Taurat, berkata bahwa Mesias
akan datang dari suku Yehuda, dan para nabi telah me-
nentukan Betlehem sebagai tempat asal-Nya). Akan
namun , ia tidak tahu fakta, bahwa Yesus ini dilahirkan di
Betlehem, dan dengan demikian kesalahan yang dibuat
Filipus itu, dalam menyebut-Nya Yesus dari Nazaret,
membuat Natanael mengajukan keberatan ini. Perhati-
kanlah, kesalahan-kesalahan para pengkhotbah sering
kali menimbulkan berbagai prasangka dalam diri para
pendengar.
(3) Tanggapan singkat yang diberikan Filipus atas keberatan
ini: “Mari dan lihatlah!”
[1] sebab kelemahannyalah ia tidak dapat memberikan
jawaban yang memuaskan atas keberatan ini. Namun,
inilah yang biasa terjadi pada orang-orang yang baru
memulai hidup beragama. Kita mungkin mengetahui cu-
kup banyak hal untuk memuaskan diri kita sendiri,
namun kita tidak mampu mengatakan cukup banyak
hal untuk membungkam kelicikan musuh-musuh kita
yang ingin mencari-cari kesalahan.
[2] sebab hikmat dan semangatnyalah maka, saat ia
tidak dapat menjawab keberatan itu sendiri, ia meminta
Natanael untuk pergi kepada Dia yang dapat memberi
jawab kepadanya: Mari dan lihatlah. Janganlah kita
berdiri sambil berbantah di sini, dan membebani diri
dengan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat kita atasi
sendiri. Marilah kita pergi dan bercakap-cakap dengan
Kristus sendiri, maka semua kesulitan ini akan segera
hilang. Perhatikanlah, sungguh bodoh jika kita meng-
habiskan waktu untuk memperbantahkan hal-hal yang
tidak menentu. Lebih baik waktu itu kita habiskan un-
tuk tujuan yang jauh lebih mulia, untuk beribadah dan
berbuat baik. Mari dan lihatlah. Bukan pergi dan lihat-
lah, melainkan “Marilah, aku juga akan pergi bersama-
mu,” seperti dalam Yesaya 2:3 dan Yeremia 1:5. Dari
percakapan antara Filipus dan Natanael ini, kita dapat
mengamati, pertama, bahwa banyak orang dibuat men-
jauh dari jalan-jalan agama sebab mereka memiliki
prasangka-prasangka yang tidak masuk akal terhadap
agama. Mereka mengajukan berbagai macam persoalan
yang aneh, yang sama sekali tidak berkaitan dengan
pokok masalah yang sebenarnya. Kedua, cara terbaik
untuk menghilangkan prasangka-prasangka yang mere-
ka miliki terhadap agama yaitu mencari bukti yang
menentang prasangka-prasangka itu, dan kemudian
mengujinya. Janganlah kita menanggapi masalahnya
sebelum kita mendengar buktinya.
2. Apa yang terjadi antara Natanael dan Yesus Tuhan kita. Ia
datang dan melihat, dan tidak sia-sia.
(1) Yesus Tuhan kita memberikan kesaksian yang sangat mu-
lia terhadap kejujuran Natanael: Yesus melihat Natanael
datang, dan menyambutnya dengan perkataan yang sangat
menyukakan hati. Ia berkata tentang dia kepada orang-
orang lain di sekitarnya, dan Natanael sendiri juga mende-
ngar perkataan-Nya itu, “Lihat, inilah seorang Israel sejati.”
Perhatikanlah:
[1] Bahwa Kristus memujinya, bukan untuk menyanjung-
nya, atau membuatnya congkak dan menganggap diri
sendiri baik, namun mungkin sebab Ia mengenalnya
sebagai orang yang sederhana, kalau bukan orang yang
perasa, orang yang terlalu berpikiran keras dan rendah
tentang dirinya sendiri, yang cepat meragukan ketulus-
an dirinya sendiri. Dengan kesaksian-Nya ini Kristus
memastikan bahwa ketulusannya itu sungguh-sung-
guh. Natanael, lebih dari semua calon murid yang lain,
telah mengajukan keberatan terhadap Kristus. Akan
namun , Kristus menunjukkan di sini bahwa Ia mema-
hami keberatannya itu, dan tidak ingin menegurnya
atas kesalahannya itu, sebab Ia tahu bahwa hatinya
lurus. Ia tidak menjawabnya dengan pedas dan berkata,
“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Kana
(21:2), kota di Galilea yang tidak ada apa-apanya itu?”
Sebaliknya, dengan baik hati Ia menggambarkan Nata-
nael sebagai orang yang tulus hati, untuk mendorong
kita agar berharap dapat diterima Kristus, kendati de-
ngan segala kelemahan kita, dan untuk mengajar kita
agar kita selalu berbicara dengan hormat tentang orang-
orang yang tanpa alasan yang jelas sudah membicara-
kan kita dengan menghina, dan agar kita memberi me-
reka pujian yang layak mereka dapatkan.
[2] Bahwa Ia memujinya sebab kejujurannya.
Pertama, lihat, inilah seorang Israel sejati. Kristus
memiliki hak istimewa untuk mengetahui siapa ma-1
nusia itu sesungguhnya, sedangkan kita hanya bisa
mengharapkan yang terbaik bagi diri kita. Seluruh bang-
sa itu disebut orang Israel, namun tidak semua orang
yang berasal dari Israel yaitu orang Israel (Rm. 9:6).
Namun demikian, di sini kita melihat seorang Israel
sejati. 1. Seorang yang dengan tulus mencontoh Israel
yang baik, yang digambarkan sebagai seorang yang
tenang, berlawanan dengan Esau, yang digambarkan
sebagai seorang yang licik. Ia yaitu anak tulen dari
Yakub yang jujur, bukan hanya ia berasal dari ketu-
runannya melainkan juga dari rohnya. 2. Seorang peme-
luk iman Israel yang tulus. Ia setia terhadap agama
yang diakuinya, dan hidup sesuai dengan ajaran-ajar-
annya. Ia benar-benar baik sama seperti tampak luar-
nya, dan apa yang diperbuatnya sesuai dengan apa
yang diakuinya. Ia yaitu orang Yahudi secara rohani
(Rm. 2:29), dan dengan demikian ia yaitu orang Kris-
ten sejati.
Kedua, ia yaitu seorang yang di dalamnya tidak
ada kepalsuan – ini sungguh-sungguh merupakan sifat
seorang Israel sejati, seorang Kristen sejati. Tidak ada
kepalsuan terhadap sesama manusia, seorang yang
tanpa tipu muslihat dan akal bulus, seorang yang dapat
dipercaya, dan tidak ada kepalsuan terhadap Tuhan ,
yakni, ia tulus dalam pertobatannya dari dosa, tulus da-
lam membuat janji dengan Tuhan . Ia tidak berjiwa penipu
(Mzm. 32:2). Kristus tidak berkata bahwa ia tanpa kesa-
lahan, melainkan tanpa kepalsuan. Meskipun dalam
banyak hal ia berbuat bodoh dan alpa, ia tidak berbuat
palsu dalam hal apa pun, dan juga tidak meninggalkan
Tuhan seperti orang fasik. Kesalahan tidak dibiarkannya
tinggal di dalam dirinya. Ia tidak dilabur putih, meski-
pun ada noda-noda dalam dirinya: “Lihat, inilah seorang
Israel sejati.” 1. “Perhatikanlah dia, agar kamu dapat
mempelajari jalannya, dan berbuat seperti dia.” 2.
“Kagumilah dia, lihat dan takjublah.” Kemunafikan ahli-
ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah begitu mengua-
sai jemaat dan bangsa Yahudi, dan agama mereka su-
dah begitu merosot menjadi sekadar perilaku lahiriah
atau kebijakan negara, sehingga kalau ada seorang
Israel sejati, ia sungguh seorang yang pantas dikagumi,
suatu mujizat dari kasih karunia ilahi, seperti Ayub
(1:8).
(2) Natanael sangat terkejut akan hal ini, dan sesudah itu Kris-
tus pun memberinya bukti lebih lanjut akan kemahatahu-
an-Nya, dan akan ingatan yang baik tentang ibadah yang
selama ini telah dilakukannya.
[1] Di sinilah letak kesederhanaan Natanael, ia tidak me-
nunjukkan kepura-puraan dalam menanggapi perhati-
an yang menyenangkan hati dari Kristus itu: “Bagai-
mana Engkau mengenal aku, aku yang tidak layak
Kauperhatikan? Siapakah aku ini, ya Tuhan Tuhan ?”
(2Sam. 7:18). Hal ini merupakan bukti ketulusan hati-
nya, bahwa ia tidak merasa tersanjung dengan pujian
yang diberikan kepadanya, namun justru menepiskan-
nya. Kristus mengenal kita lebih baik dibandingkan kita me-
ngenal diri kita sendiri. Kita tidak mengetahui apa yang
ada di dalam hati orang dengan melihat wajahnya, akan
namun segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan
mata Kristus (Ibr. 4:12-13). Apakah Kristus mengenal
kita? Ya, tentu saja. Kalau begitu, marilah kita ber-
usaha mengenal-Nya.
[2] Inilah pengungkapan Kristus yang lebih jauh lagi ten-
tang diri-Nya kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil
Engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”
Pertama, Ia memberi tahu dia bahwa Ia mengenal-
nya, dan dengan demikian Ia menyatakan keilahian-
Nya. Tuhan memiliki hak istimewa untuk mengenal
semua orang dan semua hal tanpa keliru. Dan dengan
berbuat seperti inilah Kristus membuktikan diri-Nya
sebagai Tuhan dalam berbagai kesempatan. Sudah dinu-
buatkan mengenai Mesias bahwa kesenangannya ialah
takut akan TUHAN, dan bahwa ia paham betul saat
menghakimi ketulusan hati orang lain dan seberapa
besar mereka takut akan Tuhan, dan bahwa ia tidak
akan menghakimi dengan sekilas pandang saja (Yes.
11:2-3). Dengan berbuat demikian Kristus menggenapi
nubuatan itu (2Tim. 2:19).
Kedua, bahwa sebelum Filipus memanggilnya, Ia
telah melihatnya di bawah pohon ara. Hal ini menyata-
kan kebaikan-Nya secara khusus terhadapnya.
1. Mata Kristus sudah tertuju pada Filipus sebelum ia
memanggil-Nya, padahal bagi Filipus, itu merupakan
kali pertama ia mendengar tentang Kristus. Kristus
sudah mengetahui segala sesuatu tentang kita sebe-
lum kita mengetahui apa pun tentang Dia (Yes. 45:4;
Gal. 4:9).
2. Mata-Nya tertuju padanya saat ia berada di bawah
pohon ara. Pernyataan ini merupakan sandi khusus
yang tidak dimengerti oleh orang lain kecuali Nata-
nael sendiri: “saat engkau beristirahat di bawah
pohon ara di kebunmu, dan berpikir bahwa tidak
ada orang lain yang melihatmu, mata-Ku tertuju
padamu saat itu, dan melihat perbuatanmu yang
sangat berkenan.” Sangatlah mungkin bahwa pada
waktu Natanael berada di bawah pohon ara, seperti
Ishak di kebun, ia sedang merenung, berdoa, dan
bersekutu dengan Tuhan . Mungkin pada waktu itu
dan di tempat itu ia dengan khidmat mengucapkan
janji yang tidak boleh dilanggarnya kepada Tuhan.
Kristus melihat apa yang tersembunyi, dan dengan
memberitahukan hal ini kepada orang banyak Ia
sebagian sudah memberinya upah secara terang-
terangan. Duduk di bawah pohon ara menandakan
keheningan dan ketenangan roh, yang sangat mem-
bantu dalam bersekutu dengan Tuhan (Mi. 4:4; Za.
3:10). Natanael dalam hal ini yaitu seorang Israel
sejati, bahwa sama seperti Israel, ia bergumul de-
ngan Tuhan seorang diri (Kej. 32:24), dan berdoa tidak
seperti orang-orang munafik di ujung-ujung jalan,
melainkan di bawah pohon ara.
(3) Natanael oleh sebab itu memperoleh keyakinan iman yang
sepenuh-penuhnya dalam Yesus Kristus, yang diungkap-
kannya dalam pengakuan yang mulia itu (ay. 49): “Rabi,
Engkau Anak Tuhan , Engkau Raja orang Israel,” yang arti-
nya, secara ringkas, Engkaulah Mesias yang sesungguh-
nya.
Perhatikanlah di sini:
[1] Betapa teguhnya ia percaya dengan hatinya. Walaupun
sebelumnya ia memiliki prasangka-prasangka terten-
tu terhadap Kristus, semua itu kini telah lenyap. Per-
hatikanlah, kasih karunia Tuhan , dalam iman yang be-
kerja, sanggup menundukkan segala macam prasangka
dan pikiran yang bukan-bukan. Kini ia tidak lagi berta-
nya, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Naza-
ret?” sebab ia percaya bahwa Yesus dari Nazaret ini
yaitu yang terbaik dari semuanya, dan ia pun me-
nyambut-Nya sesuai dengan apa yang dipercayainya itu.
[2] Betapa bebasnya ia mengaku dengan mulutnya. Peng-
akuannya itu dibuat dalam bentuk pemujaan, yang
ditujukan kepada Yesus Tuhan kita sendiri, yang meru-
pakan cara yang benar untuk mengakui iman kita.
Pertama, ia mengakui jabatan Kristus sebagai nabi,
dengan memanggil-Nya Rabi, gelar yang biasa diberikan
orang-orang Yahudi kepada guru-guru mereka. Kristus
yaitu rabi agung, yang di bawah kaki-Nya kita semua
harus belajar. Kedua, ia mengakui hakikat dan misi
ilahi-Nya, dengan memanggil-Nya Anak Tuhan (Anak
Tuhan yang disebut dalam Mazmur 2:7). Meskipun Kris-
tus hanya tampak padanya dalam rupa dan wajah ma-
nusia, namun dengan memiliki pengetahuan ilahi,
pengetahuan tentang hati manusia, dan tentang hal-hal
yang jauh dan tersembunyi, maka dari sini Natanael
menyimpulkan bahwa Dia yaitu Anak Tuhan . Ketiga, ia
mengaku, “Engkau Raja orang Israel, Raja orang Israel
yang telah lama kami nanti-nantikan.” Jika Ia Anak
Tuhan , maka Ia Raja umat Israel kepunyaan Tuhan . De-
ngan berbuat demikian, Natanael membuktikan bahwa
dia seorang Israel sejati, sebab ia bersedia langsung
mengakui dan tunduk kepada Sang Raja Israel.
(4) Kristus oleh sebab itu membangkitkan harapan-harapan
dan impian-impian Natanael kepada sesuatu yang lebih
jauh dan lebih hebat lagi dari semua ini (ay. 50-51). Kristus
bersikap sangat lembut terhadap para petobat baru. Ia
memberi dorongan bagi masa-masa permulaan yang baik,
meskipun lemah (Mat. 12:20).
[1] Kristus di sini menunjukkan penerimaan-Nya dan, tam-
paknya, kekaguman-Nya akan iman Natanael yang be-
gitu tulus: “sebab Aku berkata kepadamu: Aku melihat
engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya?” Ia
kagum bahwa pertanda yang begitu kecil akan penge-
tahuan ilahi-Nya itu menimbulkan dampak yang begitu
besar. Ini merupakan pertanda bahwa hati Natanael
sudah dipersiapkan sebelumnya, sebab kalau tidak, ia
pasti tidak akan langsung percaya dengan sangat tiba-
tiba seperti itu. Perhatikanlah, apabila hati kita berse-
rah kepada Kristus pada waktu kita pertama kali di-
panggil, maka ini akan memberikan banyak kehormat-
an kepada Kristus dan kasih karunia-Nya.
[2] Ia menjanjikannya bantuan-bantuan yang jauh lebih
besar untuk meneguhkan dan menumbuhkan imannya
lebih dibandingkan yang dimilikinya pada mulanya.
Pertama, secara umum: “Engkau akan melihat hal-
hal yang lebih besar dari pada itu, bukti-bukti yang
lebih kuat akan keberadaan-Ku sebagai Mesias,” yaitu
mujizat-mujizat Kristus dan kebangkitan-Nya. Perhati-
kanlah: 1. Setiap orang yang memiliki dan meman-
faatkan dengan baik apa yang dipunyainya, kepadanya
akan diberi lebih banyak lagi. 2. Orang yang benar-
benar percaya Injil akan mendapati bahwa bukti-bukti
Injil dengan sendirinya akan semakin banyak menun-
jukkan dirinya kepada mereka, dan mereka akan meli-
hat semakin banyak alasan untuk memercayainya. 3.
Apa pun pewahyuan yang ingin diungkapkan Kristus
tentang diri-Nya kepada umat-Nya selama mereka ber-
ada di sini di dunia ini, Ia masih memiliki hal-hal
yang lebih besar lagi untuk diberitahukan kepada mere-
ka. Masih ada kemuliaan lagi yang akan diungkapkan-
Nya.
Kedua, secara khusus: “Bukan hanya kamu sendiri,
namun juga kalian, kalian semua murid-murid-Ku, de-
ngan maksud untuk meneguhkan iman kalian, kalian
akan melihat langit terbuka.” Ini lebih dibandingkan mem-
beritahukan kepada Natanael bahwa ia ada di bawah
pohon ara. Pernyataan ini diawali dengan perkataan
yang mengandung kesungguhan: Aku berkata kepada-
mu, sesungguhnya. Perkataan ini menyuruh kita agar
benar-benar memperhatikan apa yang dikatakan dan
memandangnya sebagai sesuatu yang sangat penting,
agar kita benar-benar menerimanya sebagai hal yang
sudah pasti benar: “Aku berkata kepadamu, dan kamu
bisa mengandalkan perkataan-Ku ini, kamu bisa men-
jawabnya dengan amin, amin.” Tidak ada orang lain
yang menggunakan perkataan ini pada permulaan kali-
mat kecuali Kristus. Orang-orang Yahudi sering meng-
gunakannya pada bagian penutup doa, dan kadang-
kadang mengulanginya. Perkataan ini merupakan suatu
penegasan yang sungguh-sungguh. Kristus disebut
Amin (Why. 3:14), dan sebab itu sebagian orang meng-
artikan perkataan ini demikian, “Aku, yang yaitu
Amin, Amin, berkata kepadamu.” Aku, saksi yang setia.
Perhatikanlah, keyakinan yang kita miliki tentang ke-
muliaan yang akan diungkapkan dibangun di atas per-
kataan Kristus sendiri. Sekarang, marilah kita lihat apa
yang ingin diyakinkan Kristus kepada mereka: sesudah
ini, atau sebentar lagi, atau tidak akan lama lagi, atau
mulai dari sekarang, kamu akan melihat langit terbuka.
a. Gelar yang dipakai Kristus untuk diri-Nya di sini sa-
ngatlah hina: Anak Manusia, gelar yang sering kali
diterapkan kepada-Nya dalam Injil, namun selalu oleh
diri-Nya sendiri. Natanael menyebut-Nya Anak Tuhan
dan Raja Israel, namun Ia sendiri menyebut diri-Nya
Anak Manusia,
(a) Untuk mengungkapkan kerendahan hati-Nya di
tengah-tengah kehormatan yang diberikan ke-
pada-Nya.
(b) Untuk mengajarkan kemanusiaan-Nya, yang ha-
rus dipercaya sama seperti keilahian-Nya.
(c) Untuk menunjukkan keadaan-Nya yang hina
pada waktu itu, supaya Natanael tidak berharap
bahwa Raja Israel ini akan tampil dalam keme-
gahan lahiriah.
b. Namun ada hal-hal besar yang dinubuatkan-Nya di
sini: Engkau akan melihat langit terbuka, dan malai-
kat-malaikat Tuhan turun naik kepada Anak Manusia.
(a) Sebagian orang memahami perkataan ini secara
harfiah, sebagai sesuatu yang menunjuk pada
peristiwa tertentu.
Entah:
[a] Akan ada penglihatan tentang kemuliaan
Kristus nanti, yang benar-benar menggenapi
perkataan ini, dan yang disaksikan sendiri
oleh Natanael, seperti Petrus, Yakobus, dan
Yohanes yang menyaksikan Kristus pada saat
Ia berubah rupa. Masih ada banyak hal lain
yang dibuat Kristus, dan itu di depan mata
murid-murid-Nya, yang tidak ditulis (20:30),
jadi mengapa penglihatan ini juga tidak bisa
termasuk di dalamnya? Atau,
[b] Perkataan ini digenapi dalam banyaknya pela-
yanan yang diberikan para malaikat terhadap
Yesus Tuhan kita, terutama pada saat kenaik-
an-Nya ke sorga, saat langit terbuka untuk
menerima-Nya, dan malaikat-malaikat Tuhan
turun naik untuk melayani-Nya dan memberi-
kan penghormatan kepada-Nya, dan hal ini
terjadi di depan mata murid-murid-Nya. Ke-
naikan Kristus yaitu bukti yang besar akan
misi-Nya, dan sangat meneguhkan iman mu-
rid-murid-Nya (6:62). Atau,
[c] Perkataan ini mungkin merujuk pada keda-
tangan Kristus yang kedua, untuk mengha-
kimi dunia, saat langit akan terbuka, dan
setiap mata akan melihat-Nya, dan malaikat-
malaikat Tuhan akan turun naik di sekeliling-
Nya, sebagai pelayan-pelayan-Nya, yang se-
muanya bekerja, dan betapa sibuknya hari itu
nanti (2Tes. 1:10).
(b) Sebagian orang lagi mengartikannya secara kias-
an, sebagai suatu pernyataan yang berbicara ten-
tang serangkaian kejadian yang akan dimulai
dari sekarang, dan dengan demikian, kita dapat
memahami perkataan itu:
[a] Sebagai mujizat-mujizat Kristus. Natanael per-
caya, sebab Kristus, seperti nabi-nabi pada
zaman dulu, dapat memberitahukan kepada-
nya hal-hal yang tersembunyi, namun apa yang
sedang terjadi di sini? Kristus sekarang akan
memulai suatu zaman mujizat, yang jauh
lebih besar dan lebih mengherankan dibandingkan
mujizat ini, seolah-olah langit terbuka, dan
kuasa yang begitu besar akan dikerahkan
oleh Anak Manusia seolah-olah para malaikat,
yang lebih unggul dalam hal kekuatan, terus-
menerus melayani-Nya dan melakukan perin-
tah-perintah-Nya. Segera sesudah ini, Kristus
mulai mengadakan mujizat-mujizat (2:11).
Atau,
[b] Tentang pengantaraan-Nya, dan persekutuan
indah yang telah diadakan-Nya antara sorga
dan bumi. Sedikit demi sedikit murid-murid-
Nya akan dibawa-Nya masuk ke dalam misteri
persekutuan ini. Pertama, melalui Kristus, se-
bagai Pengantara, mereka akan melihat langit
terbuka, agar kita dapat masuk ke dalam tem-
pat kudus dengan darah-Nya (Ibr. 10:19-20).
Langit terbuka, sehingga dengan iman kita
bisa melihat ke dalam, dan pada akhirnya
bisa masuk ke dalam, bisa memandang kemu-
liaan Tuhan saat ini, dan sesudah itu akan
masuk ke dalam sukacita Tuhan kita. Dan,
kedua, mereka akan melihat malaikat-malai-
kat Tuhan turun naik kepada Anak Manusia.
Melalui Kristus kita memiliki persekutuan
dengan malaikat-malaikat kudus, dan menda-
patkan keuntungan melalui pelayanan me-
reka. Dengan demikian perkara-perkara yang
di sorga dan yang di bumi didamaikan serta
dipadukan bersama-sama. Kristus bagi kita
yaitu seperti tangga Yakub (Kej. 28:12), yang
dengannya malaikat-malaikat senantiasa tu-
run naik demi kebaikan orang-orang kudus.
PASAL 2
ada akhir pasal sebelumnya disebutkan tentang murid-murid
pertama yang dipanggil Yesus, yaitu Andreas dan Petrus, serta
Filipus dan Natanael. Mereka ini yaitu buah-buah pertama bagi
Tuhan dan bagi Anak Domba (Why. 14:4). Sekarang dalam pasal ini
kita melihat:
I. Kesaksian tentang mujizat pertama yang diadakan Yesus,
yaitu mengubah air menjadi anggur di Kana yang di Galilea
(ay. 1-11), dan kemunculan-Nya di Kapernaum (ay. 12).
II. Kesaksian tentang paskah pertama yang dirayakan-Nya di
Yerusalem sesudah Ia memulai pelayanan-Nya kepada orang
banyak, dan tentang pengusiran yang dilakukan-Nya terha-
dap para pedagang hewan dan penukar uang di Bait Suci (ay.
13-17). Tanda yang diberikan-Nya kepada orang-orang yang
berselisih dengan-Nya sebab perbuatan-Nya itu (ay. 18-22),
disertai penjelasan tentang beberapa orang yang percaya ke-
pada-Nya dengan setengah-setengah, yang mengikuti-Nya se-
telah kejadian itu selama beberapa waktu (ay. 23-25), namun
Ia sangat mengenal siapa mereka sesungguhnya, sehingga Ia
tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka.
Kristus Mengubah Air Menjadi Anggur
(2:1-11)
1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada
di situ; 2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. 3
saat mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka
kehabisan anggur.” 4 Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-
Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” 5 namun ibu Yesus berkata kepada pelayan-
pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” 6 Di situ ada enam
tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi,
masing-masing isinya dua tiga buyung. 7 Yesus berkata kepada pelayan-pela-
yan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan mereka pun
mengisinya sampai penuh. 8 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang
cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawa-
nya. 9 sesudah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur
itu – dan ia tidak tahu dari mana datangnya, namun pelayan-pelayan, yang
mencedok air itu, mengetahuinya – ia memanggil mempelai laki-laki, 10 dan
berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu
dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan namun
engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” 11 Hal itu dibuat
Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya
dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya
percaya kepada-Nya.
Di sini diceritakan mengenai mujizat Kristus yang mengubah air
menjadi anggur di sebuah pesta perkawinan di Kana yang di Galilea.
Ada sedikit orang yang memang sangat mudah percaya kepada
Kristus dan mengikuti-Nya, meskipun Ia tidak membuat satu mujizat
pun. Namun demikian, ada banyak orang yang mungkin tidak akan
percaya sebelum Ia dapat menunjukkan sesuatu yang dapat menja-
wab mereka yang bertanya, “Tanda apakah dapat Engkau tunjuk-
kan?” Ia bisa saja membuat mujizat-mujizat sebelumnya, dan mela-
kukannya sebagai kebiasaan hidup sehari-hari serta untuk meng-
hibur teman-teman-Nya. Akan namun , sebab mujizat dimaksudkan
sebagai meterai yang suci dan khidmat bagi ajaran-Nya, Ia tidak
membuat mujizat sampai Ia mulai memberitakan ajaran-Nya.
Sekarang perhatikanlah:
I. Keadaan yang melatarbelakangi mujizat ini. Maimonides (seorang
cendekiawan Yahudi – pen.) mengamati, merupakan kehormatan
bagi Musa bahwa segala tanda yang dilakukannya di padang
gurun diperbuatnya oleh sebab kebutuhan. Pada saat kita mem-
butuhkan makanan, ia menyediakan manna, begitu pula dengan
Kristus di sini.
Perhatikanlah:
1. Waktu terjadinya: pada hari ketiga sesudah Ia tiba di Galilea.
Penulis Injil ini selalu mencatat peristiwa-peristiwa yang ter-
jadi, sebab tiada satu hari pun yang lewat begitu saja tanpa
ada suatu hal luar biasa yang dilakukan atau dikatakan-Nya.
Tuan kita mengisi waktu-Nya dengan lebih baik dibandingkan ham-
ba-hamba-Nya, dan Ia tidak pernah terbaring di malam hari
dengan mengeluh, seperti yang dilakukan Sang Kaisar Romawi
itu, bahwa Ia telah kehilangan satu hari.
2. Tempat terjadinya: di Kana yang di Galilea, di tanah milik
suku Asyer (Yos. 19:28), yang mengenainya dikatakan bahwa
ia (Asyer) akan memberikan santapan raja-raja (Kej. 49:20).
Kristus mulai membuat mujizat-Nya di sebuah sudut desa
yang tidak ternama, jauh dari Yerusalem, yang merupakan
pusat perhatian umum, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak
memerlukan hormat dari manusia (5:41), namun akan memberi-
kan kehormatan kepada orang yang rendah hati. Ajaran dan
mujizat-mujizat-Nya ini tidak akan begitu ditentang oleh
orang-orang Galilea yang polos dan jujur, tidak seperti oleh
para pembesar, politikus, dan rabi di Yerusalem yang angkuh
dan berprasangka buruk.
3. Peristiwa yang melatarbelakangi mujizat itu sendiri yaitu se-
buah perkawinan, mungkin salah satu atau kedua keluarga
mempelai bersaudara dengan Yesus Tuhan kita. Ibu Yesus
dikatakan ada di situ, dan bukannya diundang seperti halnya
Yesus dan murid-murid-Nya, yang menunjukkan bahwa ia
bukan sekadar tamu bagi si tuan rumah. Perhatikanlah peng-
hormatan yang ditunjukkan Kristus terhadap lembaga perka-
winan di sini. Ia menghormati keagungannya, bukan hanya
dengan kehadiran-Nya melainkan juga dengan mujizat-Nya
yang pertama. Ini dilakukan-Nya sebab perkawinan itu dilem-
bagakan dan diberkati di dalam kemurnian, sebab dengannya
Ia ingin mencari suatu keturunan yang ilahi, sebab perkawin-
an itu menyerupai kesatuan mistis antara Dia dan jemaat-Nya,
dan sebab Ia sudah melihat terlebih dulu bahwa oleh
sementara orang Kristen, upacara perkawinan terlalu dibesar-
besarkan martabatnya menjadi sebuah sakramen, dan status
perkawinan itu sendiri dicemarkan sebagai sesuatu yang tidak
sesuai dengan suatu pekerjaan yang suci sifatnya. Ada sebuah
perkawinan – gamos, pesta perkawinan, untuk menghiasi ke-
agungannya. Perkawinan biasanya dirayakan dengan pesta
perjamuan (Kej. 29:22; Hak. 14:10), sebagai tanda sukacita
dan hormat-menghormati di antara handai tolan, serta untuk
meneguhkan ikatan kasih.
4. Kristus dan ibu-Nya beserta murid-murid-Nya merupakan
tamu-tamu terhormat dalam pesta ini. Ibu Yesus (itulah gelar-
nya yang paling terhormat) ada di situ. Yusuf sama sekali tidak
disebut-sebut di sini, dan kita bisa simpulkan bahwa dia su-
dah meninggal sebelumnya. Yesus diundang, dan Dia datang
memenuhi undangan itu, dan berpesta bersama mereka, un-
tuk mengajar kita agar bersikap hormat terhadap kerabat-
kerabat kita, dan bergaul dengan mereka, meskipun mereka
orang yang statusnya rendah. Kristus datang dengan cara
yang berbeda dibandingkan Yohanes Pembaptis, yang datang tidak
makan dan minum (Mat. 11:18-19). Hikmat orang bijak meng-
ajar kita bahwa kita harus terlebih berusaha meningkatkan
hubungan yang baik dengan sesama dibandingkan menghindari-
nya.
(1) Ada perkawinan, dan Yesus diundang.
Perhatikanlah:
[1] saat ada perkawinan, sungguh menyenangkan bila
Yesus hadir di dalamnya, hadir memberikan anugerah
rohani-Nya, mengesahkan dan memberkati perkawinan
itu. Dengan demikian, perkawinan itu akan benar-benar
terhormat, dan mereka yang menikah di dalam Tuhan
(1Kor. 7:39), tidak akan menikah tanpa-Nya.
[2] Mereka yang menginginkan Kristus hadir bersama me-
reka dalam perkawinan mereka haruslah mengundang-
Nya di dalam doa. Doa itulah yang merupakan pem-
bawa pesan yang harus dikirimkan ke sorga untuk me-
nemui-Nya, dan Dia pun akan datang: engkau akan me-
manggil, dan Aku pun akan menyahut. Dan Ia akan
mengubah air menjadi anggur.
(2) Murid-murid juga diundang, yaitu kelima murid yang su-
dah dipanggil-Nya (ps. 1), sebab pada saat itu Ia belum
memiliki murid-murid yang lain. Mereka yaitu keluar-
ga-Nya, dan diundang bersama-Nya. Mereka telah memper-
cayakan diri mereka kepada-Nya, dan mereka segera me-
ngetahui bahwa, meskipun Ia tidak memiliki harta ke-
kayaan, Ia memiliki teman-teman yang baik.
Perhatikanlah:
[1] Orang-orang yang mengikuti Kristus akan berpesta ber-
sama-Nya, mereka akan pergi ke mana Ia pergi, seperti
yang telah dikatakan-Nya kepada mereka (12:26): di
mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.
[2] Kasih terhadap Kristus ditunjukkan dengan kasih ter-
hadap orang-orang kepunyaan-Nya, demi Dia. Kebaikan
kita tidaklah ditujukan kepada-Nya, melainkan kepada
orang-orang kudus-Nya. Calvin mengamati bahwa tuan
pesta itu sungguh murah hati, meskipun tampaknya ia
hanyalah seorang yang memiliki sedikit harta. Ia
mengundang empat atau lima orang tambahan yang
tidak dikenalnya, melebihi jumlah orang yang sudah di-
perhitungkannya, sebab mereka yaitu pengikut-peng-
ikut Kristus. Menurut John Calvin hal ini menunjukkan
bahwa di dalam pergaulan orang-orang miskin ada lebih
banyak kebebasan dan persahabatan sejati dibandingkan
dalam pergaulan banyak orang yang berkedudukan
lebih tinggi.
II. Mujizat itu sendiri.
Di dalamnya perhatikanlah:
1. Mereka kekurangan anggur (ay. 3).
(1) Ada kekurangan dalam pesta itu. Meskipun banyak yang
disediakan, semuanya habis. Selama kita berada di dunia
ini ada kalanya kita dipenuhi kekhawatiran, bahkan saat
kita menyangka bahwa kita sedang menikmati kemewahan
yang berlimpah-limpah. Jika kita selalu menghabiskan se-
suatu, maka mungkin semuanya akan habis sebelum kita
menyadarinya.
(2) Ada kekurangan dalam pesta perkawinan. Perhatikanlah,
mereka yang sebab menikah menjadi khawatir akan per-
kara-perkara dunia ini haruslah sadar bahwa mereka akan
ditimpa kesusahan badani dan pasti akan mengalami keke-
cewaan.
(3) Tampaknya Kristus dan murid-murid-Nyalah yang menye-
babkan kekurangan ini, sebab orang-orang yang ikut
datang bersama-Nya lebih banyak dibandingkan yang sudah
diperhitungkan sewaktu persediaan itu dibuat. Akan namun ,
orang yang memilih hidup serba kurang sebab Kristus
tidak akan menderita kerugian apa pun oleh-Nya.
2. Ibu Yesus memohon kepada-Nya untuk membantu rekan-
rekannya yang sedang khawatir. Kita diberi tahu (ay. 3-5) per-
cakapan apa yang berlangsung antara Kristus dan ibu-Nya
pada kesempatan ini.
(1) Ibu-Nya memberitahukan kepada-Nya kesulitan apa yang
sedang mereka alami (ay. 3): ia berkata kepada-Nya: “Me-
reka kehabisan anggur.” Menurut sebagian orang, ibu-Nya
dalam hal ini tidak mengharapkan persediaan mujizat apa
pun dari-Nya (sebab Ia sampai saat itu belum membuat
satu mujizat pun), melainkan bahwa ia ingin agar Kristus
dengan sopan meminta maaf kepada teman-teman-Nya,
dan melakukan apa yang terbaik menurut-Nya dalam hal
itu, untuk menjaga nama baik mempelai laki-laki, dan su-
paya sang mempelai tidak kehilangan muka di hadapan
para tamunya. Atau (seperti yang disarankan Calvin), ia
ingin agar Kristus menutupi masalah kekurangan anggur
ini dengan berbicara mengenai hal-hal yang kudus dan ber-
manfaat. Namun demikian, kemungkinan besar, ia me-
mang mengharapkan sebuah mujizat, sebab ia tahu bahwa
sekarang Kristus muncul sebagai seorang nabi besar, se-
perti Musa, yang begitu sering menyediakan kebutuhan-
kebutuhan umat Israel tepat pada waktunya. Dan, meski-
pun ini merupakan mujizat-Nya yang pertama di hadapan
orang banyak, kemungkinan Ia sudah membantu meri-
ngankan beban orangtuanya yang miskin dengan membuat
beberapa mujizat. Mempelai laki-laki bisa saja menyuruh
pelayan untuk pergi mendapatkan lebih banyak anggur
lagi, akan namun Maria datang kepada Sang Sumber itu
sendiri.
Perhatikanlah:
[1] Kita harus peduli terhadap kekurangan dan kekhawatir-
an teman-teman kita, dan tidak boleh hanya memikir-
kan kepentingan-kepentingan kita sendiri.
[2] Dalam kekhawatiran kita dan teman-teman kita, hen-
daknya kita berhikmat dan menjalankan kewajiban kita
untuk berserah diri kepada Kristus di dalam doa.
[3] Dalam segala permohonan kita kepada Kristus, kita ti-
dak boleh mengatur-Nya, melainkan dengan rendah hati
membeberkan permasalahan kita di hadapan-Nya, lalu
berserah kepada-Nya untuk melakukan apa pun yang
dikehendaki-Nya.
(2) Kristus menegur ibu-Nya sebab permintaannya itu, sebab
Ia melihat ada lebih banyak kesalahan di situ dibandingkan
yang bisa kita lihat, sebab kalau tidak, pasti Ia tidak akan
berlaku seperti itu.
Inilah:
[1] Teguran itu sendiri: “Mau apakah engkau dari pada-Ku,
ibu?” (KJV: “Hai wanita, mau apakah engkau dibandingkan -
Ku?” – pen.). Barangsiapa dikasihi Kristus, ia akan dite-
gur dan dihajar oleh-Nya. Ia memanggilnya wanita, bu-
kan ibu. saat kita mulai berlagak sok kuasa, kita ha-
rus diingatkan akan siapa diri kita sebenarnya, pria dan
wanita, yang rapuh, bodoh, dan jahat. Pertanyaan ti
emoi kai soi bisa diartikan dengan apakah urusan-Ku
dan urusanmu dengan hal itu? Apakah urusan kita jika
mereka kekurangan? Namun, arti perkataan ini me-
mang selalu “Mau apakah engkau dari pada-Ku?” (atau
“Apa urusanmu dengan aku?” seperti dalam versi TB),
seperti dalam Hakim-hakim 11:12; 2 Samuel 16:10;
Ezra 4:3; Matius 8:29. Dengan demikian, perkataan-Nya
ini menggambarkan suatu kejengkelan, namun sama
sekali tidak bertentangan dengan penghormatan dan
kepatuhan yang harus ditunjukkan-Nya kepada ibu-
Nya, sesuai dengan perintah Tuhan yang kelima (Luk.
2:51). Suatu waktu orang Lewi sendiri dipuji sebab ia
berkata tentang ayahnya, “Aku tidak mengindahkannya”
(Ul. 33:9). Jadi, perkataan-Nya ini dimaksudkan seba-
gai,
Pertama, teguran bagi ibu-Nya sebab mencampuri
suatu masalah yang merupakan hak-Nya sebagai Tuhan ,
yang tidak bergantung padanya, dan yang tidak memer-
lukan peranannya sebagai seorang ibu. Walaupun seba-
gai manusia Kristus yaitu Anak Daud dan Anak ibu-
nya, sebagai Tuhan Ia yaitu Tuhan dari Daud dan ibu-
Nya, dan Kristus ingin agar ibu-Nya itu mengetahuinya.
Pencapaian-pencapaian besar dalam hidup kita jangan-
lah membuat kita lupa diri, atau keakraban yang diberi-
kan dalam kovenan anugerah janganlah membuat kita
bersikap kurang ajar dan tidak hormat, atau bersikap
semau-maunya.
Kedua, perkataan-Nya itu memberi pengajaran kepa-
da saudara-saudara-Nya yang lain (banyak dari mereka
hadir di situ) agar mereka jangan mengharapkan Dia
untuk mengadakan mujizat sebab mereka ada hu-
bungan saudara dengan Dia. Ia tidak mau mereka ber-
harap supaya Ia harus memuaskan keinginan mereka
dengan mujizat-Nya, sebab di mata-Nya mereka sama
saja dengan orang lain. Dalam perkara-perkara tentang
Tuhan , kita tidak boleh memandang muka.
Ketiga, perkataan-Nya itu merupakan kesaksian
yang kuat melawan penyembahan berhala yang sudah
diketahui-Nya akan dilakukan jemaat-Nya pada masa-
masa yang akan datang, dalam memberikan penghor-
matan yang berlebihan terhadap perawan Maria, suatu
pelanggaran yang kita ketahui diperbuat oleh mereka
yang menyebut Maria keselamatan dunia, pengantara
wanita bagi mereka, serta hidup dan harapan mereka.
Mereka bukan hanya bergantung pada kebaikan dan
pengantaraannya, namun juga memohon dia untuk me-
merintah Anaknya agar berbuat baik kepada mereka.
Bukankah Kristus dengan jelas berkata di sini, saat Ia
akan membuat satu mujizat, bahkan pada saat-saat Ia
hidup merendah sebagai manusia, dan saat ibu-Nya
hanya berusaha menengahi permasalahan yang ada
dengan diam-diam, “Hai wanita, mau apakah engkau
dibandingkan -Ku?” Hal ini jelas dirancang entah untuk men-
cegah atau memperburuk penyembahan berhala yang
menjijikkan seperti itu, dan hujat yang demikian kurang
ajar. Anak Tuhan ditetapkan sebagai Pembela kita di
hadapan Bapa, namun ibu Tuhan kita tidak pernah
dimaksudkan sebagai pembela kita di hadapan Anak.
[2] Alasan dari teguran-Nya ini: saat-Ku belum tiba. Untuk
segala sesuatu yang diperbuat oleh Kristus, dan yang
diperbuat terhadap-Nya, Ia memiliki saat-Nya sen-
diri, saat yang sudah ditentukan, saat yang paling tepat,
yang selalu terjadi tepat pada waktunya.
Pertama, “Saat-Ku untuk membuat mujizat belumlah
tiba.” Namun demikian, sesudah itu Ia melakukannya,
sebelum saat-Nya tiba, sebab Ia sudah tahu bahwa
mujizat-Nya itu akan meneguhkan iman kanak-kanak
para murid-Nya (ay. 11), yang merupakan tujuan utama
dari semua mujizat-Nya. Dengan demikian, mujizat ini
merupakan suatu pertanda bagi banyak mujizat lain
yang akan diadakan-Nya apabila saat-Nya tiba.
Kedua, “Saat-Ku untuk membuat mujizat secara ter-
buka belumlah tiba, dan sebab itu janganlah mem-
bicarakannya di tengah orang banyak seperti ini.”
Ketiga, “Bukankah saat-Ku untuk lepas dari wewe-
nang asuhanmu telah tiba, sebab sekarang Aku sudah
mulai bertindak sebagai seorang nabi?” Begitulah me-
nurut Gregory Nyssen.
Keempat, “Saat-Ku untuk membuat mujizat ini be-
lumlah tiba.” Ibu-Nya mendorong-Nya untuk membantu
mereka saat mereka mulai kekurangan anggur (begitu-
lah kita bisa mengartikannya, ay. 3), namun saat-Nya
belum tiba sampai persediaan anggur itu sudah sangat
menipis, lalu benar-benar habis. Hal ini bukan hanya
untuk menghindari kecurigaan bahwa anggur yang ma-
sih tersisa dicampur dengan air, melainkan juga untuk
mengajar kita bahwa kekurangan pada manusia yaitu
kesempatan bagi Tuhan untuk datang membantu dan
membebaskan umat-Nya. Saat-Nya baru tiba saat kita
benar-benar sudah kehabisan sama sekali dan merasa
sangat susah, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Hal ini mendorong orang-orang yang menantikan Dia
untuk percaya bahwa meskipun saat-Nya belum tiba,
pasti nanti akan tiba juga. Perhatikanlah, belas kasihan
yang ditunda janganlah diartikan sebagai penolakan
terhadap doa. Pada akhirnya pasti akan tiba juga.
(3) Kendati demikian, ibu-Nya tetap menghibur dirinya dengan
pengharapan bahwa Kristus akan membantu sahabat-sa-
habatnya yang sedang dalam kesusahan itu, sebab kemu-
dian ia menyuruh para pelayan untuk menaati apa pun
yang diperintahkan-Nya (ay. 5).
[1] Ia menerima teguran itu dengan patuh, dan tidak ber-
bantah. Memang paling baik kalau kita tidak perlu dite-
gur oleh Kristus, namun yang juga tidak kalah baiknya
yaitu jika kita rendah hati dan diam sewaktu ditegur
oleh-Nya, dan memandang teguran itu sebagai suatu
kebaikan (Mzm. 141:5).
[2] Ia tetap berharap pada belas kasihan Kristus, bahwa
Kristus akan mengabulkan permohonannya. saat kita
datang kepada Tuhan di dalam Kristus untuk memohon
belas kasihan, ada dua hal yang melemahkan semangat
kita. Pertama, kita merasa bodoh dan lemah. “Pastilah
doa-doa kita yang tidak sempurna ini tidak akan sam-
pai.” Kedua, kita merasa Tuhan marah dan menegur
kita. Penderitaan tetap saja berlanjut, kelepasan terus
tertunda, dan Tuhan tampak marah dengan doa-doa kita.
Keadaan inilah yang dialami oleh ibu Tuhan kita di sini,
namun ia tetap menghibur dirinya dengan harapan
bahwa Kristus pada akhirnya akan memberikan jawab-
an damai sejahtera. Hal ini mengajar kita untuk bergu-
mul dengan Tuhan dengan iman dan doa yang sungguh-
sungguh, bahkan saat Tuhan di dalam pemeliharaan-
Nya tampak berjalan menentang kita. Kita harus tetap
berharap meskipun tidak ada dasar untuk berharap (Rm.
4:18).
[3] Ia menyuruh para pelayan untuk segera memperhatikan
apa yang diperintahkan Kristus, dan untuk tidak memo-
hon apa pun dari dirinya, seperti yang mungkin telah
mereka lakukan. Ia membuang segala anggapan bahwa
dirinya memiliki pengaruh atas Kristus, atau berpe-
ran sebagai pengantara bagi-Nya. Biarlah jiwa-jiwa me-
reka hanya berharap kepada-Nya (Mzm. 62:5).
[4] Ia menyuruh mereka melaksanakan perintah-Nya seke-
tika itu juga, tanpa membantah atau bertanya-tanya.
sebab sadar akan kesalahannya sendiri dalam menyu-
ruh-nyuruh Kristus, ia memperingatkan para pelayan
untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, dan un-
tuk mengikuti waktu dan jalan yang ditetapkan-Nya
sendiri dalam memberikan persediaan: “Apa yang dika-
takan kepadamu, buatlah itu, meskipun kamu mungkin
berpikir bahwa perkataan-Nya itu sangat tidak masuk
akal. Jika Ia berkata, berikanlah air kepada tamu-tamu,
sementara para tamu menginginkan anggur, lakukanlah
saja. Jika Ia berkata, tuangkanlah air dari dalam tem-
payan-tempayan yang sudah kosong, lakukanlah saja.
Ia dapat melipatgandakan beberapa tetesan anggur
menjadi bertong-tong.” Perhatikanlah, orang yang
mengharapkan kebaikan-kebaikan Kristus haruslah de-
ngan taat dan diam mematuhi segala perintah-Nya.
Menjalankan kewajiban yaitu jalan menuju belas ka-
sihan, dan cara-cara yang digunakan Kristus tidak bo-
leh dibantah.
(4) Pada akhirnya dengan mujizat Kristus memenuhi keperlu-
an mereka. Sering kali Ia berbuat lebih baik dibandingkan apa
yang dikatakan-Nya, namun tidak pernah lebih buruk.
[1] Mujizat itu sendiri yaitu mengubah air menjadi anggur.
Zat air memperoleh wujud yang baru, dan memiliki
segala rupa dan mutu anggur. Transformasi atau per-
ubahan wujud seperti itu yaitu mujizat. Sehubungan
dengan ini, saya pribadi tidak setuju dengan dogma
transubstansiasi (perubahan roti dan anggur menjadi
tubuh dan darah Kristus – pen.) yang dianut oleh seba-
gian jemaat Kristen. Dengan mujizat ini, Kristus mem-
perlihatkan diri-Nya sebagai Tuhan yang berkuasa atas
alam, yang membuat bumi mengeluarkan anggur (Mzm.
104:14-15). Air buah anggur yang dikeluarkan setiap
tahun melalui kelembaban bumi juga merupakan suatu
pekerjaan kuasa, meskipun, sebab terjadi sesuai de-
ngan hukum alam, bukanlah suatu pekerjaan ajaib
seperti yang terjadi di sini. Yang pertama dari mujizat-
mujizat Musa yaitu mengubah air menjadi darah (Kel.
4:9; 7:20), sementara yang pertama dari mujizat-mujizat
Kristus yaitu mengubah air menjadi anggur, yang
menunjukkan perbedaan antara hukum Musa dan Injil
Kristus. Kutuk hukum Taurat mengubah air menjadi
darah, kenyamanan-kenyamanan hidup yang biasa di-
nikmati berubah menjadi kepahitan dan kengerian, se-
mentara berkat Injil mengubah air menjadi anggur.
Kristus dengan demikian menunjukkan bahwa tugas-
Nya datang ke dunia yaitu untuk memperbaiki dan
meningkatkan kenikmatan-kenikmatan hidup bagi
semua orang percaya, dan membuatnya benar-benar
menjadi kenikmatan yang sesungguhnya. Silo dikata-
kan akan mencuci pakaiannya dengan anggur (Kej.
49:11), sebab air untuk membasuh akan diubah men-
jadi anggur. Dan panggilan Injil yaitu , marilah dan
minumlah air, dan belilah anggur (Yes. 55:1).
[2] Keadaan yang melatarbelakangi mujizat itu menjadikan-
nya sebagai mujizat besar dan membebaskannya dari
segala kecurigaan akan adanya kecurangan ataupun
persekongkolan, sebab ,
Pertama, mujizat itu diadakan di dalam tempayan
(ay. 6): di situ ada enam tempayan.
Perhatikanlah:
1. Untuk apa tempayan-tempayan itu disediakan: un-
tuk membasuh bagian-bagian tubuh yang dipan-
dang najis, seperti yang telah diperintahkan oleh hu-
kum Tuhan , dan lebih banyak lagi oleh adat istiadat
nenek moyang. Orang-orang Yahudi tidak makan
kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih
dulu (Mrk. 7:3), dan mereka menggunakan banyak
air untuk membasuh, oleh sebab itulah di sini dise-
diakan enam tempayan. Ada pepatah di kalangan
mereka, Qui multâ utitur aquâ in lavando, multas
consequetur in hoc mundo divitias – Barangsiapa
menggunakan banyak air sewaktu membasuh akan
mendapatkan banyak kekayaan di dunia ini.
2. Untuk apa Kristus menggunakannya, sangat ber-
beda dengan apa yang semula dimaksudkan, yaitu
sebagai wadah untuk anggur mujizat. Dengan demi-
kian, Kristus datang untuk membawa anugerah Injil,
yang seperti anggur, menyukakan hati Tuhan dan
manusia (Hak. 9