sakit jiwa 2
anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan
bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa
diagnostiknya, dan melakukan campurtangan untuk mengatasi masalah anak.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa anak
dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan tingkahlaku anak
tersebut.Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, ansietas, atau
sebagai korban penganiayaan [ abuse] . Terapi bermain juga dianjurkan untuk pasien dewasa
yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan pasien yang
mengalami penganiayaan.
Topik 2
Konsep Psikofarmaka
Tentu Anda bertanya mengapa saya harus mempelajari psikofarmaka? Anda harus
mempelajari psikofarmaka karena salah satu peran yang Anda lakukan sehari-hari adalah
pemberian obat. Untuk mampu menjalankan peran tersebut, Anda harus mengetahui
penggolongan, efeksamping dan gejala putus zat akibat pemakaian obat psikofarmaka.
A. PENGERTIAN PSIKOFARMAKA
Obat psikofarmaka disebut juga sebagai obat psikotropika, atau obat psikoaktif atau
obat psikoteraputik. Penggolonganobat ini didasarkan atas adakesamaan dampak obat
pada penurunan aatau berkurangnya gejala.Kesamaan dalam susunan kimiawi obat dan
kesamaan dalam mekanisme kerja obat.
Obat psikofarmaka adalah obat yang bekerja pada susunan saraf pusat [ SSP] dan
memiliki dampak utama pada kegiatan mental dan tingkahlaku [ mind and behavior altering
drugs] ,dipakai untuk terapi gangguan psikiatrik [ psychotherapeutic medication] . Obat
psikofarmaka, sebagai salah satu zat psikoaktif bila dipakai secara salah [ misuse] atau
disalahgunakan [ abuse] beresiko memicu gangguan jiwa. Menurut Pedoman
Penggolongan dan pemeriksaan Gangguan Jiwa III [ PPDGJ III] penyalahgunaan obat psikoaktif
digolongkan kedalam gangguan mental dan tingkahlaku akibat pemakaian zat psikoaktif.
Gangguan mental dan tingkahlaku tersebut dapat bermanifestasi dalam bentuk:
1. Intoksikasi akut [ tanpa atau dengan komplikasi]
Kondisi ini berkaitan dengan dosis zat yang dipakai [ dampak yang berbeda pada dosis
yang berbeda] . Gejala intoksikasi tidak selalu mencerminkan aksi primer dari zat dan dapat
terjadi dampak paradoksal.
2. pemakaian yang merugikan [ harmful use]
Kondisi ini merupakan pola pemakaian zat psikoaktif yang merusak kesehatan [ dapat
berupa fisik dan atau mental] . Pada kondisi ini belum menunjukkan adasindrom
ketergantungan namun sudah berdampak munculnya kelemahan/hendaya psikososial sebagai
dampaknya.
3. Sindrom ketergantungan [ dependence syndrome]
Kondisi ini ditAndai dengan munculnya keinginan yang sangat kuat [ dorongan
kompulsif] untuk memakai zat psikoaktif secara terus menerus dengan tujuan
memperoleh dampak psiko aktif dari zat tersebut. Pada kondisi ini pasien tidak mampu
menguasai keinginan untuk memakai zat, baik mengenai mulainya, menghentikannya,
ataupun membatasi jumlahnya [ loss of control] .Pengurangan dan penghentian pemakaian
zat ini, akan memicu keadaan putus zat, yang akan memicu perubahan fisiologis yang sangat tidak menyenangkan, sehingga memaksa orang tersebut
memakainya lagi atau memakai obat lain yang sejenis untuk menghilangkan gejala
putus obat tersebut.
Untuk memperoleh dampak yang sama [ gejala toleransi] , pasien harus meningkatkan
dosis pemakaian zat psikoaktif dan terus memakainya walaupun pasien tersebut,
menyadari adaakibat yang merugikan kesehatannya
4. Keadaan putus obat [ withdrawal state]
Adalah gejala-gejala fisik dan mental yang muncul pada saat penghentian pemakaian
zat yang terus menerus dalam jangka waktu panjang atau dosis tinggi. Gejala putus obat,
sangat tergantung pada jenis dan dosis zat yang dipakai. Gejala putus zat,akan mereda
bila pemakai meneruskan pemakaian zat. Ini merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan.
5. Gangguan psikotik
Merupakan sekumpulan gejala-gejala psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah
pemakaian zat psikoaktif. Gejala psikotik ditandai dengan adahalusinasi, kekeliruan
identifikasi, waham dan atau ideas of reference [ gagasan yang menyangkut diri sendiri
sebagai acuan] yang cenderung bersifat kecurigaan atau kejaran. Selain itu muncul gangguan
psikomotor [ excitement atau stupor] dan afek abnormal yang terentang antara ketakutan
yang mencekam sampai pada kegembiraan yang berlebihan. Variasi gejala sangat
dipengaruhi oleh jenis zat yang dipakai dan kepribadian pemakai zat
6. Sindrom amnestik
adalah hendaya/gangguan daya ingat jangka pendek [ recent memory] yang menonjol.
Pada sindrom ini juga kadang-kadang muncul gangguan daya ingat jangka panjang [ remote
memory] , sedang daya ingat segera [ immediate recall] masih baik. Fungsi kognitif lainnya
biasanya relative baik. adagangguan sensasi waktu [ menyusun kembali urutan
kronologis, meninjau kejadian berulangkali menjadi satu peristiwa] . Pada kondisi ini,
kesadaran pasien kompos mentis, namun terjadi perubahan kepribadian yang sering
ditambah apatis dan hilangnya inisiatif, dan kecenderungan mengabaikan keadaan
B. JENIS OBAT PSIKOFARMAKA
1. Obat anti-psikosis
Obat anti-psikosis merupakan sinonim dari neuroleptics,major transqualizer,ataractics,
antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptics. Obat-obat anti-psikosis
merupakanantagonis dopamine yang bekerja menghambat reseptor dopamine dalam
berbagai jaras otak. Sedian obat anti-psikosis yang ada di Indonesia adalah chlorpromazine,
haloperidol, perphenazine, fluphenazine, fluphenazine decanoate, levomepromazine,
trifluoperazine, thioridazine, sulpiride, pinozide, risperidone. Indikasi pemakaian obat ini adalah syndrome psikosis yang ditAndai dengan ada
hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas, fungsi mental, dan fungsi kehidupan
sehari-hari.
a. Sindrom psikosis dapat terjadi pada sindrom psikosis fungsional seperti skozofrenia,
psikosis paranoid, psikosis afektif dan psikosis reaktif singkat. Dan pada
b. Sindrom psikosis organic seperti, sindrom delirium, dementia, intoksikasi alkohol, dan
lain-lain.
2. Obat anti-depresi
Obat anti-depresi sinonim dari thymoleptic, psychic energizers, anti depressants, anti
depresan. Sediaan obat anti-depresi di Indonesia adalah amitriptyline, amoxapine,
amineptine, clomipramine, imipramine, moclobemide, maprotiline, mianserin, opipramol,
sertraline, trazodone, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine. Jenis obat anti-depresi adalah
anti-depresi trisiklik, anti-depresi tetrasiklik, obat anti-depresi atipikal, selective serotonin
reuptake inhibitor [ SSRI] , dan inhibitor monoamine okside [ MAOI] . Indikasi klinik primer
pemakaian obat-obat anti-depresi adalah sindrom depresi yang dapat terjadi pada
a. Sindrom depresi panic, gangguan afektif bipolar dan unipolar. Gangguan distimik dan
gangguan siklotimik.
b. Sindrom depresi organik seperti hypothyroid induced depression, brain injury
depression dan reserpine.
c. Sindrom depresi situasional seperti gangguan penyesuaian dengan depresi, grief
reaction, dll; dan sindrom depresi penyerta seperti gangguan jiwa dengan depresi
[ gangguan obsesi kompulsi, gangguan panic, dimensia] , gangguan fisik dengan depresi
[ stroke, MCI, kanker, dan lain-lain] .
3. Obat anti-mania
Obat anti-mania merupakan sinonim dari mood modulators, mood stabilizers,
antimanics. Sediaan obat anti-mania di Indonesia adalah litium carbonate, haloperidol,
carbamazepine. Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom mania ditAndai ada
keadaan afek yang meningkat hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu. Keadaan
tersebut ditambah paling sedikit 4 gejala berikut:Peningkatan kegiatan, lebih banyak berbicara
dari lazimnya, lompat gagasan, rasa harga diri yang melambung, berkurangnya kebutuhan
tidur, mudah teralih perhatian, keterlibatan berlebih dalam kegiatan. Hendaya dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala seperti penurunan kemampuan bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
4. Obat anti-ansietas
Obat anti-ansietas merupakan sinonim psycholeptics, minor transqualizers, anxiolytics,
antianxiety drugs, ansiolitika. Obat anti-ansietas terdiri atas golongan benzodiazepine dan
nonbenzodiazepin. Sediaan obat anti-ansietas jenis benzodiazepine adalah diazepam,
chlordiazepoxide, lorazepam, clobazam, bromazepam, oxasolam, clorazepate, alprazolamprazepam. sedang jenis non benzodiazepine adalah sulpiride dan buspirone. Indikasi
pemakaian obat ini adalah sindrom ansietas seperti :
a. Sindrom ansietas psikik seperti gangguan ansietas umum, gangguan panik, gangguan
fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress paska trauma
b. Sindrom ansietas organic seperti hyperthyroid, pheochromosytosis, dll; sindrom
ansietas situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas dan gangguan
cemas perpisahan
c. Sindrom ansietas penyerta seperti gangguan jiwa dengan ansietas [ skizofrenia,
gangguan paranoid, dll] ,
d. Penyakit fisik dengan ansietas seperti pada pasien stroke, Myocard Cardio Infac [ MCI]
dan kanker dll
5. Obat anti-insomnia
Obat anti-insomnia merupakan sinonim dari hypnotics, somnifacient, hipnotika.
Sediaan obat anti-insomnia di Indonesia adalah nitrazepam, triazolam, estazolam, chloral
hydrate. Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom insomnia yang dapat terjadi pada
a. Sindrom insomnia psikik seperti gangguan afektif bipolar dan unipolar [ episode mania
atau depresi, gangguan ansietas [ panic, fobia] ; sindrom insomnia organic seperti
hyperthyroidism, putus obat penekan SSP [ benzodiazepine, phenobarbital, narkotika] ,
zat perangsang SSP [ caffeine, ephedrine, amphetamine] ;
b. Sindrom insomnia situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas/depresi,
sleep, wake schedule [ jet lag, workshift] , stres psikososial;
c. Sindrom insomnia penyerta seperti gangguan fisik dengan insomnia [ pain producing
illness, paroxysmal nocturnal dyspnea] ,
d. Gangguan jiwa dengan insomnia [ skizofrenia, gangguan paranoid] .
6. Obat anti-obsesif kompulsif
Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan dari drugs used in obsessive compulsive disorders. Sediaan obat anti-obsesif kompulsif di Indonesia adalah clomipramine,
fluvoxamine, sertraline, fluoxetine, paroxetine. Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom
obsesif kompulsi. Diagnostik obsesif kompulsif dapat diketahui bila pasien sedikitnya dua
minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala obsesif kompulsif, dan gejala tersebut
merupakan sumber penderitaan [ distress] atau mengganggu kegiatan sehari-hari [ disability] .
7. Obat anti-panik
Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in panic disorders. Sediaan
obat anti-panik di Indonesia adalah imipramine, clomipramine, alprazolam, moclobemide,
sertraline, fluoxatine, parocetine, fluvoxamine. Penggolongan obat anti-panik adalah obat
anti-panik trisiklik [ impramine, clomipramine] , obat anti-panik benzodiazepine [ alprazolam]
dan obat anti-panik RIMA/reversible inhibitors of monoamine oxydase-A [ moclobmide] dan
obat anti-panik SSRI [ sertraline, fluoxetine,paroxetine, fluvoxamine] . Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom panik. Diagnostik sindrom panik dapat dilakukan paling sedikit satu
bulan pasien mengalami beberapa kali serangan ansietas berat, gejala tersebut dapat
terjadi dengan atau tanpa agoraphobia. Panik merupakan gejala yang merupakan sumber
penderitaan [ distress] atau mengganggu kegiatan sehari-hari [ phobic avoidance]
C. efeksamping OBAT PSIKOFARMAKA
1. Anti-psikosis
efeksamping pemakaian obat-obat anti psikotik sangat luas dan bervariasi, untuk itu
seorang perawat dituntut untuk memberikan asuhan perawatan yang optimal, sehingga dampak
samping pemakaian obat ini tidak membahayakan pasien.
a. efeksamping yang harus diperhatikan adalah sindrom ekstrapiramidal [ EPS] , baik
jangka akut maupun kronik. efeksamping yang bersifat umum meliputi neurologis,
behavioral, autoimun, autonomik. Reaksi neurologis yang terjadi adalah munculnya
gejala-gejala ekstrapiramidal [ EPS] seperti reaksi distonia akut yang terjadi secara
mendadak dan sangat menakutkan bagi pasien seperti spasme kelompok otot mayor
yang meliputi leher, punggung dan mata. Katatonia, yang akan memicu
gangguan pada sistem pernafasan. Reaksi neurologis yang juga sering terjadi adalah
akatisia ditAndai dengan rasa tidak tenteram, dan sakit pada tungkai, gejala ini akan
hilang jika pasienmelakukan gerakan.
b. Sindrom parkinson’s merupakan kelainan neurologis yang sering muncul sebagai dampak
samping pemakaian obat golongan ini. Gejala sindrom Parkinson meliputi akinesia,
rigiditas/kekakuan dan tremor. Akinesia adalah suatu keadaan dimana tidak ada atau
perlambatan gerakan, sikap tubuh pasienkaku seperti layaknya sebatang kayu yang
padat, cara berjalan inklin dengan ciri berjalan dengan posisi tubuh kaku kedepan,
langkah kecil dan cepat dan wajah seperti topeng. Pada pemeriksaan fisik terjadi
rigiditas/kekakuan pada otot, tremor halus bilateral di seluruh tubuh dan gerakan
“memutar-pil” dari jari-jari tangan.
c. Reaksi behavioral akibat efeksamping dari pemakaian obat ini ditAndai dengan
banyak tidur, grogines dan keletihan.
d. Reaksi autoimun ditAndai dengan penglihatan kabur, konstipasi, takikardi, retensi
urine, penurunan sekresi lambung, penurunan berkeringat dan salivasi [ mulut kering] ,
sengatan panas, kongesti nasal, penurunan sekresi pulmonal, “psikosis atropine” pada
pasien geriatrik, hiperkegiatan, agitasi, kekacauan mental, kulit kemerahan, dilatasi pupil
yang bereaksi lambat, hipomotilitas usus, diatria, dan takikardia.
e. Reakasi autonomik [ jantung] biasanya terjadi pening/pusing, takikardia, penurunan
tekanan darah diastolic. Reaksi akut merugikan dan jarang terjadi pada pemakaian
anti-psikosis adalah reaksi alergi, abnormalitas elektrokardiography dan neurologis
yang biasanya terjadi kejang grand mal dan tidak ada tAnda aura.
f. Reaksi alergi yang terjadi meliputi agranulositosis, dermatosis sistemik, dan ikterik.
Agranulositosis yang terjadi secara mendadak, demam, malaise, sakit tenggorokan,ulserativa, leukopenia. Dermatosis sistemik, yaitu ada
makupopapular, eritematosa, ruam gatal pada wajah-leher-dada-ekstrimitas,
dermatitis kontak jika menyentuh obat, fotosensitifitas yaitu adasurbun hebat.
Ikterik dengan adademam, mual, nyeri abdomen, malaise, gatal, uji fungsi lever
abnormal.
g. efeksamping Jangka Panjang
1] efeksamping jangka panjang yang umum terjadi gejala-gejala eksrapiramidal.
Diskinesia tardif merupakan efeksamping jangka panjang yang umum terjadi
yaitu adaprotrusi lidah/kekakuan lidah, mengecapkan bibir, merengut,
menghisap, mengunyah, berkedip, gerakan rahang lateral, meringis; anggota
gerak, bahu melorot, “pelvic thrusting”, rotasi atau fleksi pergelangan kaki,
telapak kaki geplek, gerakan ibu jari kaki.
2] efeksamping jangka pendek atau jangka panjang yang jarang terjadi namun
membahayakan adalah adasindrom malignan neuroleptik yang ditAndai
dengan adademam tinggi, takikardia, rigiditas otot, stupor, tremor,
inkontinensia,, leukositosis, kenaikan serum CPK, hiperkalemia, gagal ginjal,
peningkatan nadi-pernapasan dan keringat.
2. Anti-depresi
a. dampaksedasi seperti rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
berkurang, kemampuan kognitif menurun;
b. dampak antikolinergik seperti mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,
sinus takikardia;
c. dampak anti-adrenergik alfa seperti perubahan hantaran elektrokardiografi, hipotensi;
d. dampak neurotoksis seperti tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia.
efeksamping ringan mungkin muncul akibat pemakaiaan obat jenis ini [ tergantung
daya toleransi dari pasien] , biasanya berkurang sesudah 2-3 minggu bila tetap diberikan
dengan dosis yang sama. Pada keadaan overdosis/ intoksikasi trisiklik dapat muncul
atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi,
hiperpireksia, konvulsi, “toxic convulsional state” [ confusion, delirium dan disorientasi] .
3. Anti-mania
efeksamping pemakaian lithium erat hubungan dengan dosis dan kondisi fisik pasien.
Gejala efeksamping yang dini pada pengobatan jangka lama seperti mulut kering, haus,
gastrointestinal distress [ mual, muntah, diare, feses lunak] , kelemahan otot, poli uria, tremor
halus. efeksamping lain hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid
[ penurunan kadar tiroksin dan peningkatan kadar TSH/thyroid stimulating hormone] , odem
pada tungkai, seperti mengecap besi, lekositosis, gangguan daya ingat dan konsentrasi
pikiran menurun. 4. Anti-ansietas
efeksamping pemakaian obat anti-ansietas dapat berupa sedasi seperti rasa
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
melemah; relaksasi otot seperti ras lemes, cepat lelah. Potensi memicu
ketergantungan obat dipicu oleh efeksamping obat yang masih dapat dipertahankan
sesudah dosis terakhir berlangsung sangat cepat. Penghentian obat secara mendadak akan
memicu gejala putus obat, pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomnia, tremor,
palpitasi, keringat dingin, konvulsi. Ketergantungan relative lebih sering terjadi pada pasien
dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat.
5. Anti-insomnia
efeksamping pemakaian obat anti-insomnia diantaranya adalah depresi susunan
saraf pusat terutama pada saat tidursehingga memudahkan munculnya koma, karena
terjadinya penurunan dari fungsi pernafasan, selain itu terjadi uremia, dan gangguan fungsi
hati. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi “oversedation” sehingga risiko jatuh dan Hip
fracture [ trauma besar pda sistem muskulo skleletal] . pemakaian obat anti-insomnia
golongan benzodiazepine dalam jangka panjang yaitu “rage reaction” [ tingkahlaku menyerang
dan ganas] .
6. Anti obsesis kompulsif
efeksamping pemakaian obat anti-obsesif kompulsif, sama seperti obat anti-depresi
trisiklik, yaitu dampak anti-histaminergik seperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun; dampak anti-kolinergik
seperti mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi,
gangguan fungsi seksual, sinus takikardi; dampak anti-adrenergik alfa seperti perubahan
gambaran elektokardiografi, hipotensi ortostatik; dampak neurotoksis seperti tremor halus,
kejang epileptic, agitasi, insomnia.
efeksamping yang sering dari pemakaian anti-obsesif kompulsif jenis trisiklik adalah
mulut kering dan konstipasi, sedang untuk golonggan SSRI efeksamping yang sering
adalah nausea dan sakit kepala. Pada keadaan overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik
dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiprpireksia, konvulsi, “toxic
confusional state”[ confusion, delirium, disorientasi] .
7. Anti-panik
efeksamping pemakaian obat anti-panik golongan trisiklik dapat berupa dampak anti histaminergik seperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun; dampak anti-kolinergik seperti mulut kering, retensi
urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi; dampak anti-adrenergik alfa seperti
perubahan gambaran elektrokardiografi, hipotensi ortostatic; dampak neurotoksis seperti
tremor halus, kejang, agitasi, insomnia. Pada kondisi overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala-gejala seperti
eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, “toxic confusional satate”
[ confusion, delirium, disorientasi. Topik 3
Peran Perawat Dalam Pemberian Psikofarmaka
Coba Anda jelaskan kembali,seberapa penting peran Anda sebagai seorang perawat
dalam pemberian obat dan bagaimana cara mengidentifikasi masalah pasienakibat
pemberian obat psikofarmaka? Benar sekali! Perawat memiliki peranan yang penting dalam
program terapi psikofarmaka. Untuk itu perawat dituntut menguasai secara luas berbagai
pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi oleh pasien terkait pemakaian obat
psikofarmaka.Selain itu seorang perawat wajib memiliki pengetahuan yang luas mengenai
program terapi psikofarmaka yang meliputi jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam
tubuh, efeksamping, cara pemberian, dan kontra indikasi sehingga asuhan keperawatan
dapat diberikan secara holistik.
A. IDENTIFIKASI MASALAH pasien DALAM PEMBERIAN OBAT
PSIKOFARMAKA
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam mengidentifikasi masalah
pemberian obat psikofarmaka. Identifikasi masalah dalam pemberian psikofarmaka dimulai
dari riset dengan melakukan pengumpulan data yang meliputi diagnosa medis,
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, jenis obat yang
dipakai, dosis, waktu pemberian dan program terapi yang lain yang diterima oleh
pasisen dan memahami dan melakukan berbagai kombinasikan obat dengan terapi
Modalitas. Selain itu perawat juga harus melakukan pendidikan kesehatan untuk pasien dan
keluarga tentang pentingnya minum obat secara teratur dan penanganan efeksamping obat
dan monitoring efeksamping pemakaian obat. Melalui riset yang komprehensif,
perawat dapat mengidentifikasi permasalahan yang sedang dialami pasien. Masalah
kesehatan jiwa yang dialami pasien dalam program pemberian obat psikofarmaka dapat
dikelompokkan sebagai berikut : psikosis, gangguan depresi, gangguan mania, gangguan
ansietas, gangguan insomnia, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik
Selain mengidentifikasi peran diatas, perawat memiliki peran yang sangat penting yaitu
mampu mengkoordinasikan berbagai cara dan kerja yang dilakukan semua anggota tim
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai antara pasien, keluarga dan tim kesehatan sehingga
tujuan perawatan dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan, untuk itu perawat dituntut
mampu bekerja didalam suatu sistem dan budaya kerja yang tinggi.
B. CARA pemakaian OBAT PSIKOFARMAKA
Perawat harus memahami 5 prinsip benar dalam pemberian obat psikofarmaka seperti
jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, efeksamping, cara pemberian, kontra
indikasi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai cara pemberian obat psikofarmaka 1. Obat anti-psikosis
Pada dosis ekivalen semua obat anti-psikosis memiliki dampak primer [ klinis] yang
sama, perbedaan terutama pada dampak sekunder [ efeksamping] . Pemilihan jenis obat anti psikosis harus memikirkan gejala psikosis yang dominan dan efeksamping
obat.Pengantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat anti-psikosis tertentu
sudah sudah diberikan dalam dosis optimal dan dalam jangka waktu yang memadai namun
tidak memberikan dampak yang optimal maka dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain
[ sebaiknya dari golongan yang tidak sama] , dengan dosis ekivalen, dimana profil dampak
samping belum tentu sama. Apabila pasien memiliki riwayat pemakaian obat anti-psikosis
yang terbukti efektif dan efeksamping obat mampu ditolerir dengan baik maka obat itu
dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Dengan dosis yang efektif, onset dampak primer diperoleh sesudah 2-4 minggu
pemberian obat, sedang dampak sekunder [ efeksamping] sekitar 2-6 minggu. Waktu paruh
obat anti-psikosis adalah 12-24 jam [ pemberian 1-2 kali perhari] . Dosis pagi dan malam bisa
berbeda untuk mengurangi dampak dari efeksamping [ dosisi pagi kecil, dosis malam lebih
besar] sehingga kualitas hidup pasien tidak terganggu.
Dosis awal diberikan dalam dosis kecil, kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari hingga dosis
efektif [ mulai muncul peredaan sindrom psikosis] . Evaluasi dilakukan setiap 2 minggu dan bila
diperlukan dosis dinaikkan hingga mencapai dosis optimal, dan dosis pemberian
dipertahankan sekitar 8-12 minggu [ stabilisasi] .Pemberian obat dengan dosis efektif
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun. sesudah waktu tersebut dosis diturunkan tiap 2-4
minggu dan stop.
Pemberian obat anti-psikosis yang bersifat “long acting” sangat dampakti diberikan pada
pasien yang tidak mau atau sulit minum obat secara teratur ataupun yang tidak efektif
pada medikasi oral. Sebelum pemakaian secara parenteral sebaiknya pemberian obat
dilakukan secara oral terlebih dahulu dalam beberapa minggu, hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada dampak hipersensitivitas. Pemberian obat anti-psikosis “long
acting” hanya diberikan pada pasien skizoprenia yang bertujuan untuk terapi stabilisasi dan
pemeliharaan. Kontra indikasi pemakaian obat anti-psikosis adalah penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit
susunan saraf pusat [ parkinson, tumor otak] , gangguan kesadaran.
2. Obat anti-depresi
Pada dasarnya semua obat anti-depresi memiliki dampak primer [ dampak klinis] yang
sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada dampak sekunder [ efeksamping] .
Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien pada efeksamping dan
penyesuaian efeksamping pada kondisi pasien [ usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi] .
Sangat perlu memikirkan efeksamping pemakaian obat golongan ini,
terutama pemakaian pada sindrom depresi ringan dan sedang.Berikut ini adalah urutan
pemakaian obat anti depresi untuk meminimalisir efeksamping langkah pertama
pemberian obat golongan selective serotonin reuptake inhibitor [ SSRI] , , langkah keduagolongan trisiklik, langkah ketiga golongan tetrasiklik, golongan atipikal, golongan MAOI dan
inhibitor monoamine okside [ MAOI] reversible.
pemakaian litium dianjurkan untuk “unipolar recurrent depression” pemakaian
obat golongan ini bertujuan untuk mencegah kekambuhan, sebagai “mood stabilizer”.
Pemberian Dosis perlu memikirkan onset dampak primer sekitar 2-4 minggu, onset dampak
skunder sekitar 12-24 jam, dan waktu paruh 12-48 jam [ pemberian 1-2 kali perhari] . Dosis
pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal diberikan malam hari [ single dose one hour before
sleep] terutama untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Golongan SSRI diberikan dosis tunggal
pada pagi hari sesudah sarafan pagi. Pemberian obat anti-depresi dapat dilakukan dalam
jangka panjang oleh karena potensial adiksinya sangat minimal. Kontra indikasi pemberian
obat anti-depresi adalah penyakit jantung koroner, MCI [ myocard infark, khususnya pada
usia lanjut] ; glaucoma, retensi urine, hipertropi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy;
sedang kontra indikasi pemakaian obat litium adalah kelainan fungsi jantung, ginjal dan
kelenjar tiroid.
3. Obat anti-mania
Haloperidol [ IM] merupakan obat indikasi pasien mania akut dicampurkan dengan
tablet litium carbonate. Haloperidol diberikan untuk mengatasi hiperkegiatan, impulsivitas,
iritabilitas, dengan “onset of action” yang cepat. Pada pemberian litium karbonat, dampak anti mania baru muncul sesudah pemakaian 7-10 hari. Pada gangguan afektif bipolar [ manik depresif] dengan serangan episodic mania/depresi, pemakaian litium karbonat sebagai
obat profilaksi pada serangan sindrom mania/depresi dapat mengurangi fekuensi, berat
dan lamanya kekambuhan. Carbamazepin sebagai pengganti litium karbonat dapat
diberikan jika efeksamping tidak bias ditolerir dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan.
Untuk mencegah kekambuhan, pada gangguan afektif unipolar dapat diberikan obat
anti-depresi SSRI yang lebih ampuh dari litium karbonat. Pemberian dosis perlu
memikirkan onset dampak primer 7-10 hari [ 1-2 minggu] , rentang kadarserum
terapeutik 0,8-1,2mEq/L [ dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 kali 500 mg per hari] dan
kadar serum toksik diatas 1,5 mEq/L. Litum karbonat harus diberikan hingga 6 bulan,
walaupun gejala mereda. Pemberian obat dihentikan secara gradual bila memang tidak ada
indikasi lagi.
Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar, pemakaian harus diteruskan sampai
beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan sindrom mania/depresi.
pemakaian obat jangka panjang sebaiknya dalam dosis minimum dengan kadar serum
litium terendah yang masih efektif untuk terapi profilaksis. Pemberian litium karbonat tidak
boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat melewati sawar plasenta yang akan
mempengaruhi kelenjar tiroid.
4. Obat anti-ansietas
Golongan benzodiazepine merupakan obat anti ansietas yang sangat efektif karena
memiliki khasiat yang sangat tinggi dan dampak adiksi dan keracunan yang rendah,dibandingkan dengan meprobamate atau phenobarbital. Benzodiazepin adalah obat pilihan
dari semua obat yang memiliki dampak anti-ansietas, dipicu spesifikasi, potensi, dan
keamanannya. Dosis obat efektif bila kadar obat dalam darah dengan eksresi obat seimbang.
Kondisi ini tercapai sesudah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali per hari.
Pemberian obat dimulai dari dosis awal [ dosis anjuran] , kemudian dosis dinaikkan
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal, dan dosis dipertahankan selama 2-3 minggu,
kemudian dosis diturunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu sampai dosis minimal yang efektif.
Apabila terjadi kekambuh dosis obat dapat dinaikan kembali dan bila efektif dosis
dipertahankan hingga 4-8 minggu kemudian diturunkan secara gradual.
Lama pemberian obat pada sindrom ansietas yang dipicu faktor situasi luar,
pemberian obat tidak boleh melibihi waktu 1-3 bulan. Pemberian sewaktu-waktu dapat
dilakukan apabila sindrom ansietas dapat diantisipsi kejadiaanya.pasien dengan
hipersensitivitas pada benzodiazepine, glaucoma, myasthenia grafis, insufisiensi paru
kronis, penyakit renal kronis dan penyakit hepar kronis merupakan kontra indikasi
pemberian obat anti-ansietas.
5. Obat anti-insomnia
Pemilihan obat ini disesuaikan dengan jenis gangguan tidur, bila sulit masuk ke dalam
proses tidur maka obat yang dibutuhkan adalah golongan benzodiazepine short acting; bila
proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit untuk masuk kembali ke proses tidur kemudian
maka obat yang dibutuhkan adalah golongan heterosiklik anti-depresan [ trisiklik dan
tetrasiklik] ; bila siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah menjadi
beberapa bagian, maka obat yang dibutuhkan adalah golongan Phenobarbital atau golongan
benzodiazepine long acting.
Pengaturan dosis, pemberian tunggal dosis anjuran 15-30 menit sebelum tidur. Dosis
awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu,
kemudian secepatnya diturunkan secara gradual untuk mencegah munculnya rebound dan
toleransi obat. pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih
dari 2 minggu agar resiko ketergantungan kecil. Kontra indikasi pemakaian obat anti insomnia adalah “sleep apnoe syndrome”, “congestive heart failure”, dan chronic respiratory
disease”.
6. Obat anti-obsesif komfulsif
Sampai saat ini, clomipramine masih merupakan obat yang paling efektif dari
kelompok trisiklik untuk pengobatan obsesif kompulsif. Dan merupakan pilihan utama pada
terapi gangguan depresi yang menunjukkan gejala obsesif. Selain itu SSRI juga merupakan
pilihan untuk pengobatan gangguan obsesif kompulsif bila ada hipersensitivitas dengan
trisiklik. Pemberian pertama dilakukan dalam dosis rendah untuk penyesuaian efeksamping,
namun dosis obat ini umumnya lebih tinggi dari dosis anti-depresi. Dosis pemeliharaan
diberikan dengan sosis yang lebih tinggi meskipun sifatnya pasienal. Penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara gradual agar tidak terjadi
kekambuhan dan memberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri. dengan maksimal
lama pemberian 2-3 bulan. meskipun tanggapan pada pengobatan sudah terlihat dalam 1-2
minggudengan dosis antara 75-225 mg/hari., namun lama pemberian obat ini antara tidak
boleh melenleb., untuk memperoleh hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2-3
bulan Batas lamanya pemberian obat bersifat pasienal, umumnya diatas 6 bulan sampai
tahunan, kemudian dihentikan secara bertahap bila kondisi pasien sudah memungkinkan.
Obat anti-obsesif kompulsif kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui.
7. Obat anti-panik
Semua jenis obat anti-panik [ trisiklik, benzodizepin, RIMA, SSRI] sama efektifnya guna
menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan
panik. Pengaturan dosis pemberian obat anti-panik adalah dengan melihat keseimbangan
antara efeksamping dan kasiat obat. Mulai dengan dosis rendah, secara perlahan-lahan
dosis dinaikkan dalam beberapa minggu untuk meminimalkan efeksamping dan mencegah
terjadiya toleransi obat. Dosis efektif biasanya dicapai dalam aktu 2-3 bulan. Dosis
pemeliharaan umunya agak tinggi, meskipun sifatnya pasienal. Lama pemberian obat
bersifat pasienal, namun pada umunya selama 6-12 bulan, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 3 bulan bila kondisi pasien sudah memungkinkan. Ada beberapa pasien yang
memerlukan pengobatan bertahun-tahun untuk mempertahankan bebas gejala dan bebas
dari disabilitas. Obat ini kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui.
C. PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT PSIKOFARMAKA
Karena Anda telah mempu memahami dengan baik permasalahan yang dialami dan
strategi pemberian obat psikofarmaka pada pasien gangguan jiwa, maka bahasan kemudian
adalah peran perawat dalam pemberian psikofarmaka. Adapun langkah-langkah tersebut
akan diurakan sebagai berikut. Selamat belajar semoga Anda dapat mempelajarinya dengan
baik.
1. riset .
riset secara komprehensif akan memberikan gambaran yang sesungguhnya
tentang kondisi dan masalah yang dihadapi pasien, sehingga dapat segera menentukan
langkah kolaboratif dalam pemberian psikofarmaka.
2. Koordinasi terapi modalitas. Koordinator merupakan salah satu peran seorang
perawat. Perawat harus mampu mengkoordinasikan berbagai terapi modalitas dan
progam terapi agar pasien memahami manfaat terapi dan memastikan bahwa program
terapi dapat diterima oleh pasien.
3. Pemberian terapi psikofarmakologik. Perawat memiliki peran yang sangat besar untuk
memastikan bahwa program terapi psikofarmaka diberikan secara benar. Benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar cara pemberian, dan benar waktu. 4. Pemantauan dampak obat. Perawat harus harus memantau dengan ketat setiap dampak obat
yang diberikan kepada pasien, baik manfaat obat maupun efeksamping yang dialami
oleh pasien.
5. Pendidik pasien. Sebagai seorang edukator atau pendidik perawat harus memberikan
pendidikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluaarga sehingga pasien dan keluarga
memahami dan mau berpartisipasi aktif didalam melaksanakan program terapi yang
telah ditetapkan untuk diri pasien tersebut.
6. Program rumatan obat. Bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan kesehatan
pada pasien mengenai pentingnya keberlanjutan pengobatan pasca dirawat.
7. Peran dan dalam riset klinik interdisiplin pada uji coba obat.
Perawatberperan dan secara aktif sebagai bagian dari tim penelitan pengobatan pasien
D. EVALUASI PEMBERIAN OBAT PSIKOFARMAKA
Evaluasi pemberian obat harus terus menrerus perawat lakukan untuk menilai
efektifitas obat, interaksi obat maupun efeksamping pemberian obat. Berikut ini evaluasi
yang harus dilakukan
1. Pemberian obat jenis benzodiazepine, nonbenzodiazepin, antidepresan trisiklik, MAOI,
litium, antipsikotik. Benzodiazepin pada umumnya memicu adiksi kuat kecuali jika
penghentian pemberiannya dilakukan dengan tapering bertahap tidak akan
memicu adiksi. pemakaian obat ini apabila dicapur [ dipakai bersamaan]
dengan obat barbiturate atau alcohol akan memicu dampak adiksi.Monitoring
munculnya efeksamping seperti sedasi, ataksia, peka rangsang, gangguan daya ingat.
2. pemakaian obat golongan nonbenzodiazepin memiliki banyak kerugian seperti terjadi
toleransi pada dampak antiansietas dari barbiturate, lebih adiktif, memicu reaksi
serius dan bahkan dampak lethal pada gejala putus obat, berbahaya jika obat diberikan
dalam dosis yang besar dapat memicu depresi susunan saraf pusat, dan
memicu efeksamping yang berbahaya.
3. Golongan antidepresan trisiklik dapat menjadi letal bila diberikan dalam dosis yang
besar karena dampak obat menjadi lebih lama [ 3-4 minggu] , obat ini sangat aman karena
tidak memiliki efeksamping jika dipakai dalam jangka waktu yang lama jika
diberikan dalama dosis yang tepat.efeksamping menetap dapat diminimalkan dengan
sedikit menurunkan dosis, obat ini tidak memicu euphoria, dapat diberikan satu
kali dalam sehari. Tidak memicu adiksi namun intoleransi pada vitamin B6.
4. pemakaian litium dapat memicu keracunan litium yang dapat membahayakan.
Perawat harus memantau kadar litium dalam darah. Jika pemberian litium tidak
memicu dampak yang diharapkan, obat ini dapat dicampur dengan obat anti
depresan lain. Perlunya pendidikan kesehatan untuk pasien mengenai cara memantau
kadar litium.
5. pemakaian anti psikotik harus memikirkan pedoman sebagai berikut bahwa
dosis anti psikotik sangat bervariasi untuk tiap pasien. Dosis diberikan satu kali sehari, dampak terapi akan diperoleh sesudah 2-3 hari namun dapat sampai 2 minggu.Pada
pengobatan jangka panjang, perlu dipikirkan pemberian klozapin setiap minggu
untuk memantau penurunan jumlah sel darah putih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
MASALAH PSIKOSOSIAL:
PENYALAHGUNAAN ZAT DAN ANSIETAS
Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J
PENDAHULUAN
Salam sejahtera dan sukses selalu menyertai Anda. Selamat bertemu kembali
dengan Bab 3Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang membahas mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial, yaituasuhan keperawatan pada
pasien dengan penyalahgunaan zat dan asuhan keperawatan pada pasien dengan ansietas.
Untuk membantu Anda memahami materi dalam bab ini penulis akan mencoba
memberikan gambaran materi yang akan Anda pelajari. Ketika Anda memeriksa pasien di
puskesmas atau di warga, cenderung pasien kita mengeluh tidak dapat tidur, tidak
napsu makan, dada berdebar-debar. Selain itu pasien mengatakan, tidak mampu
memusatkan dan memutuskan masalah, merasakan kesedihan mendalam. Pasien juga
mengatakan takut, gugup, atau merasakan kesedihan yang berlebihan. Akibatnya pasien
sering kali mengonsumsi obat-obatan yang tergolong kedalam obat-obatan aditif untuk
menghilangkan gejala yang dialaminya.
Dalam keadaan demikian, pasti Anda sudah dapat menyimpulkan bahwa pasien Anda
mengalami masalah psikososial yaitu ansietas dan gangguan penyalahgunaan zat.Bagus
sekali! Anda telah mampu menpemeriksaan masalah psikososial. Untuk meningkatkan
pemahaman Anda mengenai masalah psikososial. kita akanbelajar mengenai asuhan
keperawatan jiwa pada masalah psikososial.
Agar bab ini dapat Anda pelajari dengan mudah, penulis membagi bab ini kedalam
duatopik, yaitu :
Topik 1: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyalahgunaan Zat
Topik 2 : Asuhan keperawatan pada pasien dengan ansietas
Pada Topik 1Anda akan belajar mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyalahgunaan zat yang dimulai dari riset sampai dengan evaluasi. Selain itu, Anda
juga akan belajar mengenai tanda dan gejala putus zat dan gejala intoksikasi. Untuk itu
tujuan pembelajaran 1 adalah Anda diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyalahgunaan zat. sedang tujuan khususnya adalah Anda mampu:
1. mengatakan pengertian penyalahgunaan zat
2. Menguraikan proses keperawatan pasien dengan penyalahgunaan zat yang terdiri dari
a. Melakukan riset
b. Menyusun pemeriksaan keperawatan
c. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan
sedang Topik 2 membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
ansietas. Untuk memberikan pemahaman kepada Anda terlebih dahulu kita akan
mempelajari deskripsi singkat mengenai ansietas.Ansietas sangat akrab dengan kehidupan
sehari–hari. Ansietas menggambarkan perasaan khawatir, gelisah,takut, tidak tentram, dan
sebagainya, kadang ditambah dengan berbagai keluhan fisik. Ansietas adalah kebingungan
atau ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sehingga menuntut
kemampuan pasien untuk melakukan penyesuaian diri yang luar biasa. Oleh karena itu,
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sangat penting
untuk membantu menurunkan tingkatan ansietas pasien.
Rentang tanggapan ansisetas dimulai dari antisipasi [ tanggapan adaptif] , ansietas ringan,
sedang, berat, dan panik. Reaksi pada ansietas dapat bersifat konstruktif dan destruktif.
Untuk berhasil melakukan asuhan keperawatan pada pasien ansietas konsep-konsep diatas
perlu dipahami. Sehingga tujuan umum yang ingin dicapai pada topik ini adalah Anda
mampu Memberikan asuhan keperawatan pada pasien ansietas. Secara khusus tujaun Topik
2.
1. mengatakan konsep ansietas
2. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan pasien ansietas
a. Melakukan riset ansietas
b. Menyusun pemeriksaan keperawatan ansietas
c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien ansietas
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien ansietas
e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien ansietas
Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien ansietas
Untuk lebih memahami kedua topik, beberapa pertanyaan akan diajukan untuk Anda
jawab segera sesudah selesai mempelajari uraian materinya. Untuk menilai kemajuan belajar
Anda, kerjakan Tes Mandiri yang ada pada setiap akhir topik. Sebaiknya Anda tidak melihat
Kunci Jawaban terlebih dahulu sebelum selesai menjawab pertanyaan dan tugas.
Waktu untuk menyelesaikan bab ini kurang lebih 2 x 120 menit. Gunakan waktu
tersebut dengan sebaik-baiknya. Anda dinyatakan berhasil apabila memperoleh nilai 80 atau
80% dalam menyelesaikan pertanyaan atau tugas yang diberikan. Saya yakin Anda dapat
memahami bab ini dengan baik asalkan Anda benar benar dengan cermat mempelajarinya.Topik 1
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Penyalahgunaan Zat
Dari tahun ke tahun angka penyalahgunaan zat terus meningkat. Pelaku
penyalahgunaan zat telah menjangkiti seluruh lapisan warga tidak memAndang
kelompok umur, golongan maupun tingkat pendidikan. Pemerintah dan seluruh lapisan
warga telah berusaha memberantas peredaran zat terlarang namun hingga kini
peredaran zat tersebut masih cukup tinggi diwarga. Rendahnya pengetahuan
warga tentang dampak pemakaian zat dan kemudahan memperolehnya merupakan
faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian zat diwarga. Rendahnya
pengetahuan warga bukan dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah namun
dikarenakan kepribadian pasien, selain itu kurangnya perhatian keluarga pada anggota
keluarga dan ketidakpedulian warga pada lingkungan.
Dampak penyalahgunaan zat adalah munculnya tingkahlaku maladaptif dan gangguan
kepribadian seperti menarik diri, halusinasi dan tingkahlaku kekerasan. Karena dampak yang
dimunculkan akibat penyalahgunaan zat sangat kompleks, maka dibutuhkan seorang perawat
yang mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat.
A. PENGERTIAN PENYALAHGUNAAN ZAT
Walaupun ada suatu rentang dari pemakaian obat sampai pada pemakaian
berlebihan atau penyalahgunaan dan ketergantungan, namun tidak semua orang yang
memakai zat akan menjadi penyalahguna atau tiap penyalahgunaan zat akan menjadi
tergantung.
Penyalahgunaan zat merujuk pada pemakaian zat secara terus menerus bahkan
sampai sesudah terjadi masalah. Penyalahgunaan zat termasuk alkohol, opium, obat dengan
resep, psikotomimetiks, kokain, mariyuana,.
Masalah serius dan terus berkembang dalam penyalahgunaan zat adalah peningkatan
pemakaian lebih dari satu jenis zat secara serentak atau berurutan. pasien akan
mengalami keadaan relaksasi, euphoria, stimulasi, atau perubahan kesadaran dengan
berbagai cara.
B. JENIS-JENIS ZAT
Berbagai jenis zat yang beredar di warga dan banyak dipakai oleh pemakai
diantaranya adalah golongan depresan, mariyuana, stimulant, opiat, halusinogen,
peniciklidin [ PCP] . Depresan yang beredar diwarga diantaranya adalah alkohol,dan
barbiturat. Golongan mariyuana diantaranya adalah Acapulco gold. sedang untuk
golongan stimulant dibagimenjadi amfetamin dan kokain. Golongan opiat diantaranya adalah heroin, morfin, meperidin, kodein, opium,
metadon. Golongan halusinogen adalah, mellow yellows dan golongan penisiklidin adalah
angel dust dan DOA.
C. RENTANG tanggapan KIMIAWI
Perlu diingat bahwa tidak semua pasien yang memakai zat akan menjadi
penyalahgunaan dan ketergantungan zat. namun hanya pasien yangmemakai zat
secara berlebihan dapat memicu penyalahgunaan dan
ketergantunganzat.Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat secara terus-menerus
bahkansampai sesudah terjadi masalah. sedang ketergantungan zat menunjukkan suatu
kondisi yang parah dansering dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena
kebutuhan biologikpada obat. Toleransi berarti peningkatan jumlah dan dosis obat
untuk memperoleh dampak yang diharapkan [ Stuart dan Sundeen, 1995; Stuart dan Laraia,
1998] .
Berikut ini adalah tanggapan kimia pemakaian zat
tanggapans Adaptif tanggapans Maladaptif
“Tinggi alamiah” pemakaian jarang pemakaian sering Ketergantungan
kegiatan fisik dari tembakau, kafein, dari tembakau, kafein, Penyalahgunaan
Meditasi alkohol, obat yang alkohol, obat yang Gejala putus zat
diresepkan, obat terlarangdiresepkan, obatterlarangToleransi tinggi
Gambar 3.1.
tanggapan Kimia pemakaian Zat
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. riset
riset pada pasien dengan penyalahgunaan zat biasanya dipicu oleh
beberapa hal seperti:
a. Faktor pasien
pasien dengan kepribadian rendah diri, mudah kecewa, suka coba-coba /
bereksperimen dan bersikap antisosial, berisiko untuk melakukan penyalahunakan
zat[ Napza]
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat mendorong pasien melakukan
penyalahgunaan zat [ napza] , contoh komunikasi dalam keluarga yang tidak akrab,
kelompok sebaya yang memakai napza dan banyaknya tempat untuk
memperoleh napza dengan mudah. Selain itu, pengawasan dari warga yang
longgar, contoh hukum yang tidak tegas memicu peredaran napza secara gelap
terus berlangsung.
c. Faktor zat
1] Zat itu sendiri memberikan kenikmatan, mudah diperoleh dan harganya
terjangkau, diperoleh dengan gratis/tanpa keluar biaya.
2] Situasi yang berisiko tinggi untuk memakai napza adalah kondisi emosi yang
tidak stabil, konflik dengan orang lain, dan adatekanan sosial.
d. Sumber koping
Yang sangat dibutuhkan untuk membantu indivu terbebas dari penyalahgunaan zat
yaitu kemampuan pasien untuk melakukan komunikasi yang efektif, ketrampilan
menerapkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari,perlunya dukungan sosial yang
kuat, pemberian alternative kegiatan yang menyenangkan,ketrampilan melakukan
teknik reduksi stress, ketrampilan kerja dan motivasi untuk mengubah tingkahlaku.
e. Mekanisme koping.
pasien dengan penyalahgunaan zat cenderung mengalami kegagalan dalam mengatasi
masalah. Mekanisme koping sehat dan pasien tidak mampu mengembangkan
tingkahlaku adaptif.
f. Mekanisme pertahanan ego yang khas dipakai pada pasien penyalahguna zat
meliputi penyangkalan pada masalah, rasionalisasi, projeksi, tidak tanggung jawab
pada tingkahlakunya, dan mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakai.
2. Tanda dan Gejala
Tabel dibawah ini akan mengatakan mengenai tanda dan gejala intoksikasi dan tanda
dan gejala putus zat dari berbagai zat aditif
Tabel 3.1
Tanda dan Gejala Intoksikasi
Tanda dan Gejala Intoksikasi
Opiat Ganja Sedatif-Hipnotik Alkohol Amfetamin
• Eforia
• mengantuk
• bicara cadel
• konstipasi
• penurunan
kesadaran
• eforia
• mata merah
• mulut kering
• banyak bicara
dan tertawa
• nafsu makan
meningkat
• gangguan
anggapan
• pengendalian diri
berkurang
• jalan
sempoyongan
• mengantuk
• memperpanjang
tidur
• hilang kesadaran
• mata merah
• bicara cadel
• jalan
sempoyongan
• perubahan
anggapan
• penurunan
kemampuan
menilai
• selalu
terdorong
untuk
bergerak
• berkeringat
• gemetar
• cemas
• depresi
• paranoid
Tabel 3.2
Tanda dan Gejala Putus Zat
Tanda dan Gejala Putus Zat
Opiat Ganja Sedatif-Hipnotik Alkohol Amfetamin
• nyeri
• mata dan
hidung berair
• perasaan
panas dingin
• diare
• gelisah
• tidak bisa
tidur
• jarang
ditemukan
• cemas
• tangan
gemetar
• perubahan
anggapan
• gangguan
daya ingat
• tidak bisa
tidur
• cemas
• depresi
• muka merah
• mudah marah
• tangan
gemetar
• mual muntah
• tidak bisa tidur
• cemas
• depresi
• kelelahan
• energi
berkurang
• kebutuhan
tidur
meningkat
3. Data yang harus dikaji
Tabel dibawah ini mengambarkan hasil riset pada pasien dengan
penyalahgunaan zat.
Tabel 3.3
riset pada Penyalahgunaan Zat
riset Intoksikasi With drawal Overdosis
1. Sedative –
hipnotics
[ Depresan]
1. Penurunan fungsi mental
:penurunan kemampuan
memahami, gangguan
memori, penurunan
kemampuan mengambil
keputrusan, mengantuk,
perhatian berkurang atau
terbatas
2. Kerusakan koordinasi
motorik : penekanan
bicara, ataksia,
hiperefleksia,
peningkatan reaksi
3. Mood eforia, labil,
penurunan kecemasan
4. Penghambatan
5. Disfungsi syaraf cranial :
nistagmus, diplopia
6. Penurunan nadi,
penurunan tekanan
darah dan respirasi
1. penurunan tingkat
kesadaran
2. penurunan aatau
tidak adatanggapan
pada nyeri
3. Depresi pernafasan
4. Pernafasan lambat,
apneu
5. ketidak seimbangan
cairan dan elektroklit
1. tanggapan Psikologik
2. Withdrawal ringan :
kecemasan akut, iritabel,
nervousness, kesulitan
konsentrasi, insomnia,
nightmares [ mimpi buruk]
3. Withdrawal berat :
Disorientasi, delirium,
paranoid, kekerasan,
ketakutan, depersonalisasi.
4. tanggapan Fisiologik
5. tremor, takikardia,
headache, iritabel, ansietas,
postural hipotensi,
insomnia, keringan dingin,
hiperefleksi deep tendon
refleks, disorientasi.
6. Kejang menyeluruh
7. Kontraksi mioklonik
8. Halusinasi biasanya
pendengaran
9. Delirium , kerusakan
memory jangka lama dan
sekarang, disorientasi,
riset Intoksikasi With drawal Overdosis
halusinasi penglihatan,
pendengaran dan perabaan
10. Hipertensi
11. Diare
12. Hiperpireksia, diaporesis
13. Kolapsnya pembuluh darah
2. Stimulan
[ amfetamin
dan kokain]
1. Penghambatan psikogis
: kecemasan,
keterbatasan dalam
pengambilan
keputusan, impulsive,
hiperseks
2. Clear kepekaan tampak
kebingungan dan
halusinasi, penurunan
keletihan, keinginan
tingggi, peningkatan
ketertarikan pada
lingkungan,
peningkatan harga diri.
3. Peningkatan kegiatan
psikomotor, tremor
4. peningkatan nadi dan
tekanan darah
5. penurunan nafsu
makan
6. midriasis
1. hiperaktifitas,
ansietas,
2. kebingungan
halusinasi
3. Paranoid [ dapat
berkembang
menjadi delirium,
serangan panic,
waham curiga
dengan kekerasan
dan tingkahlaku
menyerang
4. kejang dan koma
5. diaporesis dan
hiperpireksia
6. takikardia
krisis hipertensi
dengan
vasokonstriksi
extreme
tanggapan Psikologik
1. Crash tahap : depresi, agitasi,
high drug craving, keletihan,
keinginan untuk tidur, dan
tidak adadrug craving
2. Withdrawal tahap :
anhedonia, anergia, ansietas
dan sangat membutuhkan
cocain
tanggapan Fisiologik
1. iskemia miokard
2. distonia akut
3. Narkotik 1. Eforia dengan perubahan
kepekaan anggapan,
pemahaman buruk,
gangguan memori
2. mengantuk, penurunan
interaksi pergaulan
3. Miosis, kontraksi pupil
abnormal
4. Hiopotensi ringan dengan
tachikardia, penurunan
respirasi.
1. Penurunan tingkat
kesadaran
2. Depresi pernafasan
berkembang ke
apneu dan respitarori
arrest
3. bradikardia,
hiopotensi, shock
4. Atoni gastrointestinal
Psikologis
1. Ansietas, gelisah, disforia,
gangguan mood dan tidur
Fisiologik
1. Kram pada lambung, nausea
dan vomiting
2. Diaforesis
3. hipertensi
4. Nyeri pada otot dan
pungggung
5. Bulu kuduk berdiri
6. Menguap
7. Midriasis
8. Diare
Alkohol 1. Penghambatan psikogis :
kecemasan, keterbatasan
dalam pengambilan
keputusan, impulsive,
hiperseks
2. Clear kepekaan tampa
kebingungan dan
halusinasi, penurunan
keletihan, keinginan
tingggi, peningkatan
ketertarikan pada
1. Respirasi menurun
2. merasa dingin
3. kulit lembab
4. pupils konstriksi
1. Gelisah, iritabel, ansietas,
agitasi
2. Anoreksia, nausea, vomiting
3. Tremor, Peningkatan nadi,
peningkatan tekanan darah
4. Insomnia, sering mimpi
buruk
5. Kerusakan konsentrasi,
memori dan pengambilan
keputusan
6. peningkatan sensitifitas thd
riset Intoksikasi With drawal Overdosis
lingkungan, peningkatan
harga diri.
3. Peningkatan kegiatan
psikomotor, tremor
4. peningkatan nadi dan
tekanan darah
5. penurunan nafsu makan
6. midriasis
bunyi./ suara, perubahan
sensasi raba
7. Delirium [ disorientasi waktu,
tempat dan orang]
8. Delusi biasanya paranoid
9. Kejang grand mal
10. Peningkatan temperatur
Opiat 1. Eforia dengan
perubahan kepekaan
anggapan, pemahaman
buruk, gangguan
memori
2. mengantuk, penurunan
interaksi pergaulan
3. Miosis, kontraksi pupil
abnormal
4. Hipotensi ringan
dengan tachikardia,
penurunan respirasi.
1. Penurunan tingkat
kesadaran
2. Depresi pernafasan
berkembang ke
apneu dan
respitarori arrest
3. bradikardia,
hipotensi, shock
4. Atoni
gastrointestinal
Awal
1. Kecemasan
2. insomnia
3. Peningkatan pernafasan
4. Berkeringat
5. Lakrikasi
6. menguap
7. rhinorrhea [ ingusan]
8. Piloerection[ merinding]
9. gelisah
10. anoreksia
11. iritabilitas
12. Dilatasi pupil
Lanjut
1. Insomnia
2. nausea dan vomiting
3. diare
4. kelemahan
5. kram abdomen
6. takikardi
7. hipertensi
8. Muscle spasm
9. Nyeri otot dan tulang
Marijuana 1. Perubahan pada
rasa
2. penurunan
kemampuan
berkonsentrasi,
pasif, lesu, kerusakan
memory jangka
pendek, mengantuk
atau hiperaktifitas,
perubahan kepekaan
anggapan.
3. Takikardia dengan
hipotensi ortostatik
4. Infeksi konjuntiva,
nistagmus
5. peningkatan nafsu
makan
6. Mulut kering
1. Reaksi kecemasan
atau panic
2. depersonalisasi
3. Waham curiga
1. Iritabel
2. kesulitan tidur
3. Sama seperti kokain
riset Intoksikasi With drawal Overdosis
Inhalants 1. eforia, pusing,
excitation, pleasant
exhilaration,
halusinasi
penglihatan dan
pendengaran
2. bersin
3. Nausea dan vomiting
1. Bingung, kurang
control diri,
kesadaran menurun,
kejang
2. headaches, rtinnitus,
penglihatan kabur,
diplopia, nistagmus
3. Ketidakoordinasi
otot, penekanan
bicara, penurunan
refleks
4. kardiak aritmia,
edema pulmonary
5. keinginan bunuh diri
Sama dengan alcohol
4. Diagnosa Keperawatan
berdasar hasil pengkajaian maka diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan
adalah: Koping pasien tidak efektif
5. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien:
a. Tujuan
1] Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat
2] Pasien dapat mengenali dampak pemakaian zat
3] Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti memakai zat
4] Pasien dapat mengendalikan keinginan untuk memakai zat
5] Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
6] Pasien dapat mengubah gaya hidup
7] Pasien dapat memakai terapi psikofarmaka secara tepat dan benar
b. Tindakan
1] Diskusikan bersama pasien tentang dampak pemakaian zat pada:
a] Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
b] Sosial atau hubungan dengan orang lain [ pergaulan]
c] Pendidikan atau pekerjaan
d] Ekonomi atau keuangan
e] Hukum
2] Diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum memakai zat, kemudian harapan
pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang sesudah tahu
dampaknya.
3] Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti. a] Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien [ kesehatan / pergaulan / pendidikan /
pekerjaan / ekonomi / hukum] , contoh pasien masih kuat secara fisik, tidak ada
komplikasi penyakit akibat pemakaian zat
b] Latih pasien untuk mensyukuri keadaannya tersebut
[ 1] Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri [ latihan afirmasi]
[ 2] Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti [ latihan afirmasi]
4] Diskusikan cara mengendalikan keinginan memakai zat dengan cara:
a] Menghindar, contoh: tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak
melewati tempat yang memiliki kenangan saat masih memakai zat, tidak
bergabung / bergaul dengan pemakai
b] Mengalihkan, contoh: menyibukkan diri dengan kegiatan yang padat dan
menyenangkan.
c] Menolak, contoh: mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap
mengatakan tidak, walaupun sekali saja.
d] Latih pasien mengendalikan keinginan memakai zat
[ 1] Menghindar
[ 2] Mengalihkan
[ 3] Menolak
5] Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat
a] Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, contoh segera
memakai zat bila ada masalah
b] Untung rugi cara tersebut dipakai
c] Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah, contoh:
[ 1] Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh pakai NAPZA oleh
orang tua maka pasien mengungkapkan bahwa pasien kecewa belum
dipercaya oleh keluarga, kemudian bicarakan dengan orang tua bahwa
tidak dipercaya itu membuat kesal dan dapat memicu sugesti,
katakan hal-hal yang diharapkan pada orang lain secara jujur dan
terbuka, sepakati dengan orang tua kalau pasien akan mengatakan secara
jujur pada keluarga jika pasien ternyata pakai lagi, dan keluarga akan
membantu pasien untuk berobat
[ 2] Secara fisik : ambil waktu luang untuk diri sendiri dengan jalan-jalan,
melakukan aktifitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olah raga,
relaksasi atau kegiatan lain yang disukai pasien
[ 3] Secara sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah
[ 4] Secara spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini
bahwa akan ada bantuan dari YANG MAHA KUASA
d] Latih pasien memakai cara tersebut dengan:
[ 1] Mengenali situasi yang berisiko tinggi
[ 2] Kondisi emosi negatif, contoh kesal, dituduh pakai lagi
[ 3] Konflik dengan orang lain, contoh bertengkar karena dilarang keluar
rumah atau dituduh mencuri
[ 4] Tekanan sosial, contoh dipaksa sebagai syarat untuk bergabung dengan
kelompok tertentu
[ 5] Tidak memakai zat untuk menyelesaikan masalah, namun
memakai cara yang sehat menyelesaikan masalah.
6] Diskusikan gaya hidup yang sehat
a] Makan dan buang air secara teratur
b] Bekerja dan tidur secara teratur
c] Menjaga kebersihan diri
d] Latih pasien mengubah gaya hidup
[ 1] Tentukan kegiatan sehari-hari dan hobi
[ 2] Buat jadwal kegiatan
[ 3] Tentukan pelaksanaan jadwal tersebut
7] Latih p