sakit jiwa 1
keperawatan jiwa di dunia dimulai pada Masa Peradaban , dimulai tahun 1770 sampai dengan tahun 1880, ditandai dengan dimulainya pengobatan pada pasien gangguan mental, bangsa Arab, Yunani, Romawi , percaya bahwa gangguan mental disebabkan karena tidak berfungsinya organ pada otak, Pengobatan yang dipakai pada masa itu telah mengabungkan berbagai cara pengobatan seperti: melakukan kegiatan rekreasi, mendengarkan musik ,memberikan ketenangan, mencukupi gizi , melakukan kebersihan badan ,
Hippocrates bapak kedokteran abad 7 SM, menerangkan bahwa perubahan tingkahlaku
atauwatak dan gangguan mental dipicu karena adaperubahan 4 cairan tubuh
atauhormon, yang dapat menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. seorang
Dokter Yunani Galen, mengatakan ada hubungan antara kerusakan pada otak dengan
kejadian gangguan mental dan perubahan emosi. Pada masa itui suku bangsa Yunani telah
memakai sistem perawatan yang modern dimana telah dipakainya kuil sebagai
rumah sakit dengan lingkungan yang bersih, udara yang segar, sinar matahari dan
pemakaian air bersih. Untuk menyembuhkan pasien dengan penyakit jiwa/gangguan
mental pasien diajak untuk melakukan berbagai aktifitas seperti bersepeda, jalan-jalan, dan
mendengarkan suara air terjun, musik yang lembut dll. 2. Masa Pertengahan
Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien gangguan jiwa. Bapak
Psikiatric Perancis Pinel, menghabiskan sebahagian hidupnya untuk mendampingi pasien
gangguan jiwa. Pinel menganjarkan pentingnya hubungan pasien-dokter dalam “pengobatan
moral". Tindakan yang diperkenalkan nya adalah menerapkan komunikasi dengan pasien,
melakukan pengamatan tingkahlaku pasien dan melakukan riset riwayat perkembangan
pasien.
3. Abad 18 dan 19
William Ellis seorang praktisi kesehatan mengusulkan perlunya pendamping yang
terlatih dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa. Pada tahun 1836, William
Ellismempublikasikan Treatise on Insanity yaitu pentingnya pendamping terlatih bagi pasien
gangguan jiwa karena pendamping terlatih rterbukti efektif didalam memberikan
ketenangan dan harapan yang lebih baik bagi kesembuhan pasien. Bejamin Rush bapak
Psikiatric Amerika tahun 1783, menulis tentang pentingnya kerja sama dengan rs jiwa dalam
memberikan bantuan kemanusiaan pada pasien gangguan jiwa. Pada tahun Tahun 1843,
Thomas Kirkbridge mengadakan pelatihan bagi dokter di rumah sakit Pennsylvania
mengenai cara merawat pasien gangguan jiwa. Tahun 1872, didirikannya pertama kali
sekolah perawat di New England Hospital Women’sHospital Philadelphia, namun tidak untuk
pelayan pskiatrik.
Tahun 1882 didirikannya pendidikan keperawatan jiwa pertama di McLean Hospital
diBelmont, Massachusetts. Dan pada tahun 1890 diterimanya lulusan sekolah perawat
bekerja sebagai staff keperawatan di rumah sakit jiwa. Diakhir abad 19 terjadi perubahan
peran perawat jiwa yang sangat besar, dimana peran tersebut antara lain menjadi contoh
dalam pengobatan pengobatan pskiatrik seperti, menjadi bagian dari tim kesehatan,
mengelola pemberian obat penenang dan memberikan hidroterapi [ terapi air] .
4. Keperawatan Jiwa di Abad 20
Keperawatan jiwa pada abad ini ditandai dengan terintegrasinya materi keperawatan
psikiatrik dengan mata kuliah lain. Pembelajaran dilaksanakan melalui pembelajaran teori,
praktek dilaboratorium, praktek klinik di RS dan warga. Tingkat pendidikan yang ada
pada abad ini adalah D.III, Sarjana, Pasca Sarjana dan Doktoral.
Fokus pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 21 adalah mengembangkan
asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan menekankan upaya preventif melalui
pengembangan pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit,
pelayanan day care [ perawatan harian] yaitu pasien tidak dirawat inap hanya rawat
jalan,kunjungan rumah dan hospice care [ ruang rawat khusus untuk pasien gangguan jiwa
yang memungkinkan pasien berlatih untuk meningkatkan kemampuan diri sebelum kembali
ke warga] . Selain itu dilakukan identifikasi dan pemberian asuhan keperawatan pada
kelompok berisiko tinggi berupa penyuluhan mengenai perubahan gaya hidup yang dapat
memicu masalah gangguan kesehatan jiwa. Selain itu dikembangkan pula sistem management pasien care dimana peran seorang manager adalah mengkoordinasikan
pelayanan keperawatan dengan memakai pendekatan multidisipliner.
B. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA
Sejarah dan perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia sangatdipengaruhi oleh
faktor sosial ekonomi akibat penjajahan yang dilakukan oleh kolonial Belanda, Inggris dan
Jepang. Perkembangannya dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa
kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat merupakan penduduk pribumi
yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.Tahun
1799 pemerintah kolonial Belanda mendirikan Rumah Sakit Binen Hospital di Jakarta, Dinas
Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat yang bertujuan untuk memelihara kesehatan
staf dan tentara Belanda. Jenderal Daendels juga mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, namun tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena
tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris [ 1812 – 1816]
Gubernur Jenderal Inggris ketika itu dijabat oleh Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik setiap manusia,
ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi
antara lain melakukan pencacaran umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan
kesehatan para tahanan
sesudah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk
Indonesia menjadi lebih baik. Pada tahun 1819 didirikanlah RS. Stadverband di Glodok
Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yang sekarang bernama RS. Cipto
Mangunkusumo [ RSCM] . Antara tahun 1816 hingga 1942 pemerintah Hindia Belanda banyak
mendiirikan rumah sakit di Indonesia. Di Jakarta didirikanlah RS. PGI Cikini dan RS. ST
Carollus. Di Bandung didirikan RS. ST. Boromeus dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan
dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang [ 1942 – 1945]
Pada masa penjajahan Jepang, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemundurandan merupakan zaman kegelapan,Pada masa itu, tugas keperawatan tidak
dilakukan oleh tenaga terdidik dan pemerintah Jepang mengambil alih pimpinan rumah
sakit. Hal ini memicu berjangkitnya wabah penyakit karena ketiadaan persediaan
obat4. Zaman Kemerdekaan
Empat tahun sesudah kemerdekaan barulah dimulai pembangunan bidang kesehatan
yaitu pendirian rumah sakit dan balai pengobatan. Pendirian sekolah keperawatan dimulai
pertama kali tahun 1952 dengan didirikannya Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat
setingkat SMP. Tahun 1962 didirikan Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di
Jakarta bertujuan untuk menghasilkan Sarjana Muda Keperawatan. Tahun 1985 merupakan
momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia, karena Universitas Indonesia mendirikan
PSIK [ Program Studi Ilmu Keperawatan] di Fakultas Kedokteran. Sepuluh tahun kemudian
PSIK FK UI berubah menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan.sesudah itu berdirilah PSIK-PSIK baru
seperti di Undip, UGM, UNHAS dll. Topik 2
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Untuk menjadi pasien yang produktif dan mampu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. pasien dikatakan sehat jiwa apabila berada
dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari gangguan [ penyakit] , tidak dalam
kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stres yang muncul. Kondisi ini akan
memungkinkan pasien untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial
yang memuaskan. Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan
keperawatan sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa
manusia merupakan makhluk yang utuh dimana didalamnya ada unsur biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual.Sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-juta
sel-sel hidup yang akan membentuk satu jaringan, kemudian jaringan akan bersatu dan
membentuk organ dan sistem organ. Sebagai makhluk psikologi,setiap manusia memiliki
kepribadian yang unik dan memiliki struktur kepribadianyang terdiri dari id, ego, dan super
ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar menjadi pribadi yang selalu
berkembang. Setiap manusia juga memiliki kebutuhan psikologis seperti terhindar dari
ketegangan psikologis, kebutuhan akan kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik [ kepuasan
untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan] , kehormatan dan kepuasan ego.
sedang sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ingin
hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Selain itu manusia juga harus
menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup.
Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma
yang berlaku dilingkungan sosialnya. Sebagai makhluk spiritual manusia memiliki
keyakinan dan mengakui adaTuhan Yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup,
doronngan hidup yang sejalan, dengan sifat religius yang dianutnya.
A. arti SEHAT JIWA
Banyak ahli mengartikan mengenai sehat jiwa diantaranya menurut:
1. WHO
Kesehatan jiwaadalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang
lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau dapat dikatakan bahwa
pasien dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang
terbebas dari gangguan [ penyakit] atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat
mengendalikan stress yang muncul. Sehingga memungkinkan pasien untuk hidup produktif,
dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan.2. UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera sehingga memungkinkan
pasien berkembang secara optimal baik fisik, intelektual dan emosional dan
perkembangan tersebut berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain sehingga
memungkinkan hidup harmonis dan produktif. Coba Anda diskusikan dengan teman Anda
adakah carilah arti lain mengenai sehat jiwa menurut ahli yang lain
B. CIRI-CIRI SEHAT JIWA [ MENTAL]
Berikut ini akan dijelaskan ciri sehat jiwa dari menurut beberapa ahli diantaranya
menurut:
1. Yahoda
Yahoda mencirikan sehat jiwa sebagai berikut:
a. Memiliki sikap positif pada diri sendiri
b. Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi
c. Menyadari adaintegrasi dan hubungan antara : Masa lalu dan sekarangMemiliki
otonomi dalam pengambilan keputusan dan tidak bergantung pada siapapun
d. Memiliki anggapan sesuai dengan kenyataan
e. Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi
2. WHO [ World Health Organisation/Organisasi Kesehatan Dunia]
Pada tahun 1959 dalam sidang di Geneva, WHO telah berhasil merumuskan kriteria
sehat jiwa. WHO menyatakan bahwa, pasien dikatakan memiliki sehat jiwa, jika
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. pasien mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d. Secara sangat bebas dari rasa tegang [ stress] , cemas dan depresi.
e. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan.
f. Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan datang
g. memiliki rasa kasih sayang.
Pada tahun 1984, WHO menambahkan dimensi agama sebagai salah satu dari 4 pilar
sehat jiwa yaitu: Kesehatan secara holistik yaitu sehat secara jasmani/ fisik [ biologik] ; sehat
secara kejiwaan [ psikiatrik/ psikologik] ; sehat secara sosial; dan sehat secara spiritual
[ kerohanian/ agama] .berdasar keempat dimensi sehat tersebut,the American Psychiatric
Associationmengadopsi menjadi paradigma pendekatan biopsycho-socio-spiritual. Dimana dalam perkembangan kepribadian pasien memiliki 4 dimensi holistik, yaitu agama,
organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.
3. MASLOW:
Maslow mengatakan pasien yang sehat jiwa memiliki ciri sebagai berikut:
a. anggapan Realitas yang akurat.
b. Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Spontan.
d. Sederhana dan wajar.
berdasar arti diatas, dapat disimpulkan bahwa sesesorang dikatakan sehat jiwa
jika:
1. Nyaman pada diri sendiri
• Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa marah, rasa takut, cemas, iri, rasa
bersalah, rasa senang, cinta mencintai, dll.
• Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
• memiliki Harga Diri yang wajar.
• Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan.
• Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari.
2. Nyaman berhubungan dengan orang lain.
• Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
• memiliki hubungan pribadi yang tetap.
• Mampu mempercayai orang lain.
• Dapat menghargai pendapat orang yang berbeda.
• Merasa menjadi bagian dari kelompok.
• Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali orang lain.
3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
• Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
• Mampu mengambil kjeputusan.
• Menerima tanggung jawab.
• Merancang masa depan.
• Menerima ide / pengalaman hidup.
• Merasa puas dengan pekerjaannya.
C. PARADIGMA KEPERAWATAN JIWA
Tentu Anda bertanya mengapa kita harus mempeajari mengenai paradigma
keperawatan? Karena dengan mempelajari paradigma keprawatan akan membantu
seeorang atau warga luas mengenal dan mengetahui keperawatan dan membantu memahami setiap fenomena. Beerdasarkan pengertian diatas, para ahli menyimpulkan
bahwa tujuan paradigma keperawatan adalah mengatur hubungan antara berbagai teori dan
model konseptual keperawatan guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori
sebagai kerangka kerja keperawatan
Fenomena adalah tingkahlaku pasien dalam menghadapi ketidakpastian kondisi yang
dialami akibat ketidaknyamanan akibat dari sakit yang daialaminya. Falsafah keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan
kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat harus memiliki keyakinan
pada nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan. Keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang perawat yaitu:
1. Bahwa manusia adalah mahluk holistik yang terdiri dari komponen bio-psiko-sosio dan
spiritual.
2. Tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah meningkatkan derajat kesehatan
manusia secara optimal
3. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan tindakan kolaborasi antara tim
kesehatan, klein amuapun keluraga.
4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan suatu metode pemecahan masalah
dengan pendekatan proses keperawwan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilakukan secara terus-menerus
Empat komponen dalam paradigma keperawatan meliputi : manusia, keperawatan,
lingkungan, dan kesehatan. 1. Manusia
Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai mahluk holisstik yang terdiri dari
komponen bio – psiko – sosial dan spiritual merupakan satu kesatuan utuh dari faktor
jasmani dan rohani dan unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat
perkembangannya [ Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992] .
Kozier, [ 2000] mengatakan manusia adalah suatu sistem terbuka, yang selalu
berinteraksi dengan lingkungan luar dan internal agar terjadi keseimbangan
[ homeoatatis] ,
Paradigma keperawatan memandang manusia sebagai mahluk holistik, yang
merupakan sistem terbuka, sistem adaptif, personal dan interpersonal. Sebagai sistem
terbuka, manusia mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik
lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual. Sebagai sistem adaptif
manusia akan menunjukkan tanggapan adaptif atau maladaptif pada perubahan lingkungan.
tanggapan adaptif terjadi apabila manusia memiliki mekanisme koping yang baik dalam
menghadapi perubahan lingkungan, namun apabila kemampuan metanggapan perubahan
lingkungan rendah, maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif. Manusia atau
pasien dapat diartikan sebagai pasien, keluarga ataupun warga yang menerima asuhan
keperawatan.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan yang dilakukan secara komprpehensif berbentuk pelayanan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan kultural, ditujukan bagi pasien, keluarga dan warga
sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Pemberian asuhan keperawatan dilakukan melalui pendekatan humanistik yaitu
menghargai dan menghormati martabat manusia dan menjunjung tinggi keadilan bagi
semua manusia. Keperawatan bersifat universal yaitu dalam memberikan asuhan
keperawatan seorang perawat tidak pernah membedakan pasien berdasar atas ras, jenis
kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi sosial.
Keperawatan menganggap pasien sebagai partner aktif, dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan metode ilmiah yaang dalam pemberiannya
memakai proses terapeutik melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan
pasien, dan warga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal [ Carpenito, 1989
dikutip oleh Keliat,1991] . Proses keperawatan membantu perawat melakukan praktik
keperawatan, dalam menyelesaikan masalah keperawatan pasien, atau memenuhi kebutuhan
pasien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan
merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah [ Problem solving] . Proses keperawatan
merupakan proses yang dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Melalui
proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin
dan intuisis.Melalui proses keperawatan, seorang perawat mampu memenuhi kebutuhan dan menyelesikan masalah pasien berdasar prioritas masalah sehingga tindakan
keperawatan sesuai dengan kondisi pasien, hal ini terjadi karena adakerja sama antara
perawat dan pasien. Pada tahap awal, perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan memiliki
peran yang lebih besar dari peran pasien, namun pada tahap kemudian peran pasien menjadi
lebih besar dibandingkan perawat sehingga kemandirian pasien dapat tercapai.
3. Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan dinamis, dimana pasien harus mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi, baik perubahanpada lingkungan internal maupun luar
untuk memepertahankan status kesehatannya. Faktor lingkungan internaladalah faktor yang
bersal dari dalam pasien yang mempengaruhi kesehatan pasien seperti varibel
psikologis, intelektual dan spiritual dan proses penyakit. sedang faktor lingkungan
luar adalah faktor – faktor yang berada diluar pasien dapat mempengaruhi kesehatan
antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk menentukan status kesehatan adalah rentang
sehat sakit. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan. Kondisi
kesehatan pasien selalu berada dalam rentang sehat sakit, yaitu berada diantara diantara
dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan bergerak kearah
kematian, ini berarti pasien berada dalam area sakit [ illness area] , namun apabila status
kesehatan bergerak ke arah sehat maka pasien berada dalam area sehat [ wellness area] .
4. Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan dalam keperawatan adalah faktor luar yang
mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial. budaya,
status ekonomi, dan spiritual. Untuk mencapai keseimbangan, manusia harus mampu
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi, sehingga hubungan
interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri pasien.
D. FALSAFAH KEPERAWATAN JIWA
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.Falsafah
Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan. Keperawatan
memandang manusia sebagai mahluk holistic, sehingga pendekatan pemberian asuhan
keperawatan, dilakukan melalui pendekatan humanistik, dalam arti perawat sangat
menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada pasien dan
menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia.
Keperawatan bersifat universal dalam arti dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran
politik, dan status sosial ekonomi.
E. MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN
Banyak ahli kesehatan jiwa memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai konsep
gangguan jiwa dan bagaimana proses munculnya gangguan jiwa. Perbedaan tersebut,
dijelaskan dalam teori model konseptual kesehatan jiwa. Setiap model konseptual memiliki
pandangan yang berbeda-beda mengenai konsep gangguan jiwa. Pandangan model
psikoriset berbeda dengan pandangan model pergaulan, model tingkahlaku, model eksistensial,
model medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model
memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa. Sebelum lebih lanjut
mempelajarinya, marilah kita mengulang pengertian model konsep. Tahukah Anda arti
tersebutl? Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan serangkaian ide global tentang keterlibatan pasien, kelompok, situasi, atau
kejadian pada suatu ilmu dan perkembangannya.
1. arti
Banyak ahli mendefiniskan mengenai model konseptual seperti berikut ini: Model
konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengpengamatan dan menginterpretasi
apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk
menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah [ Christensen & Kenny, 2009,
hal. 29] .
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
merupakan petunjuk bagi perawat untuk memperoleh informasi agar perawat peka
pada apa yang terjadi pada suatu saat dengan dan tahu apa yang harus perawat
kerjakan [ Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009] .Marriner-Tomey [ 2004, dalam
Nurrachmah, 20100 mengatakan bahwa, model konseptual keperawatan telah memperjelas
kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan dengan melibatkan empat konsep yaitu
manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan
hanya merupakan sumber awal masalah namun juga meerupakan sumber pendukung bagi
pasien. Ketiga adalah Kesehatan mengatakan tentang rentang sehat-sakit sepanjang siklus
mulai konsepsi hingga kematian. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen
penting dalam perannya sebagai faktor penentu meningkatnya keseimbangan kehidupan
pasien [ pasien] .
Lebih lanjut Tomey mengatakan, konseptualisasi keperawatan umumnya memandang
manusia sebagai mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, warga, dan
kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Cara pandang dan fokus penekanan pada skema
konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penekanan pada
sistem adaptif manusia, subsistem tingkahlaku atau faktor komplementer.
Tujuan dari model konseptual keperawatan [ Ali, 2001, hal. 98] :
a. Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan. b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. mengatakan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
2. Model Konseptual dalam Keperawatan Jiwa
Berikut ini akan dijelaskan berbagai macam model konseptual yang dikembangkan
oleh beberapa ahli diantaranya menurut:
a. Psycoanalytical [ Freud, Erickson]
Merupakan model yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoriset meyakini
bahwa penyimpangan tingkahlaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada
masa anak.Menurut model psycoanalytical, gangguan jiwa dikarenakan ego tidak berfungsi
dalam mengendalikan id, sehingga mendorong terjadinya penyimpangan tingkahlaku [ deviation of
Behavioral] dan konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Setiap tahap
perkembangan memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan
symbol dari konflik. Proses terapi psikoriset memakan waktu yang lama.
Proses terapi pada model ini memakai metode asosiasi bebas dan riset mimpi
transferen, bertujuan untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Contoh proses terapi pada
model ini adalah: pasien dibuat dalam keadaan tidur yang sangat dalam. Dalam keadaan tidak
berdaya terapis akan menggali alam bawah sadar pasien dengan berbagai pertanyaan pertanyaan tentang pengalaman traumatic masa lalu..Dengan cara demikian, pasien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedang therapist berupaya untuk
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat dalam model psyhcoanalytical
Melakukan riset keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada
masa lalu contoh [ menjadi korban tingkahlaku kekerasan fisik, sosial, emosional maupun
seksual] dengan memakai pendekatan komunikasi terapeutik.
b. Interpersonal [ Sullivan, Peplau]
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan dan Hildegard Peplau.Teori
interpersonal meyakini bahwa tingkahlaku berkembang dari hubungan interpersonal.Sullivan
menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak pada kesehatan jiwa
pasien.Menurut konsep model ini, kelainan jiwa pasien dipicu karena ada
ancaman yangdapat memicu kecemasan [ Anxiety] . Ansietas yang dialami
pasienmuncul akibat konflik saat berhubungan dengan orang lain [ interpersonal] ,
dikarenakan adaketakutan dan penolakan atau tidak diterima oleh orang sekitar. Lebih
lanjut Sullivan mengatakan pasien memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada
dirinya
Sullivan mengatakan dalam diri pasien ada 2 dorongan yaitu: 1] Dorongan untuk kepuasan, berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti: lapar, tidur,
kesepian dan nafsu.
2] Dorongan untuk keamanan, berhubungan dengan kebutuhan budaya seperti
penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu.
1] Proses terapi
Proses terapi terbagi atas dua komponen yaitu Build Feeling Security [ berupaya
membangun rasa aman pada pasien] dan Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction [ menjalin hubungan yang saling percaya] Prinsip dari terapi ini
adalah.Mengoreksi pengalaman interpersonal dengan menjalin hubungan yang sehat.
Dengan re edukasi diharapkan, pasien belajar membina hubungan interpersonal yang
memuaskan, mengembangkan hubungan saling percaya.dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga pasien merasa berharga dan dihormati
2] Peran perawat dalam terapi adalah
a] Share anxieties [ berbagi pengalaman mengenai apa-apa yang dirasakan pasien dan
apa yang memicu kecemasan pasien saat berhubungan dengan orang lain]
b] Therapist use empathy and relationship [ Empati dan turut merasakan apa-apa
yang dirasakan oleh pasien] . Perawat memberiakan tanggapan verbal yang mendorong
rasa aman pasien dalam berhubungan dengan orang lain.
c. pergaulan [ Caplan, Szasz]
Model ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang dapat memicu
stress dan mencetuskan gangguan jiwa[ pergaulan and environmental factors create stress, which
cause anxiety and symptom] .Menurut Szasz, setiap pasien bertanggung jawab pada
tingkahlakunya, mampu mengendalikan dan menyesuaikan tingkahlaku sesuai dengan nilai atau
budaya yang diharapkan warga.Kaplan, meyakini bahwa, konsep pencegahan primer,
sekunder dan tertier sangat penting untuk mencegah munculnya gangguan jiwa. Situasi sosial
yaga dapat memicu gangguan jiwa adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang
rendah, kurangnya support systemdan koping mekanisme yang mal adaptif.
Proses terapi:
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam modifikasi lingkungan dan ada
support system. Proses terapi dilakukan dengan menggali support system yang dimiliki pasien
seperti: suami/istri, keluatga atau teman sejawat. Selain itu therapist berupaya : menggali
system sosial pasien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di warga atau tempat
kerja.
d. Existensial [ Ellis, Rogers]
Model ekistensial menyatakan bahwa gangguan tingkahlaku atau gangguan jiwa terjadi
apabila pasien gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. pasien tidak memiliki
kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nyaPrinsip terapinya pada model ini adalah mengupayakan pasien agar memiliki
pengalaman berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan atau sukses dengan
memahami riwayat hidup orang itu, memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi diri
[ self assessment] , bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan [ conducted in group] ,
sesrta mendorong untuk menerima dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback
tentang tingkahlakunya dari orang lain [ encouraged to accept self and control behavior] . Terapi
dilakukan melalui kegiatan Terapi kegiatan kelompok.
e. Supportive Therapy [ Wermon, Rockland]
Wermon dan Rockland meyakini bahwa penyebab gangguan jiwa adalah faktor
biopsikososial dan respos maladaptive saat ini. Contoh faktor biologis yaitu sering sakit
maag, migraine, batuk-batuk. faktor psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :
mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. faktor pergaulan
sepeertisusah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu memperoleh
pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan
jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapi pada model supportif adalah menguatkan tanggapan coping adaptif.
Terapis membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengenal kekuatan atau kemampuan
dan coping yang dimiliki pasien, mengevaluasi kemampuan mana yang dapat dipakai
untuk alternative pemecahan masalah. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat
dan empatik dengan pasien untuk membantu pasien menemukan coping pasien yang adaptif.
f. Medica [ Meyer, Kraeplin]
Menurut konsep ini penyebab gangguan jiwa adalah multifactor yang kompleks yaitu
faktor fisik, genetic, lingkungan dan factor pergaulan. Model medical meyakini bahwa
penyimpangan tingkahlaku merupakan manifestasi gangguan sistem syaraf pusat [ SSP] .
Dicurigai bahwa depresi dan schizophrenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural, dan
gangguan synaptic. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal.
Peran perawat dalam model medical ini adalah melakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan
menentukan jenis pendekatan terapi yang dipakai. Medical model terus mengeksplorasi
penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.
g. Model Komunikasi
Model tingkahlaku mengatakan bahwa, penyimpangan tingkahlaku terjadi jika pesan yang
disampaikan tidak jelas. Penyimpangan komunikasi menyangkut verbal dan non verbal,
posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara.
Proses terapi dalam model ini meliputi:
1] Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah. 2] Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
3] Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang tidak efektif.
4] Melakukan riset proses interaksi.
h. Model tingkahlaku
Dikembangkan oleh H.J. Eysenck, J. Wilpe dan B.F. Skinner. Terapi modifikasi tingkahlaku
dikembangkan dari teori belajar [ learning theory] .Belajar terjadi jika ada stimulus dan muncul
tanggapan, dan tanggapan dikuatkan [ reinforcement] .
Proses terapi:
Terapi pada model tingkahlaku dilakukan dengan cara
1] Desentisasi dan relaksasi, dapat dilakukan bersamaan. Dengan teknik ini diharapkan
tingkat kecenmasan pasien menurunkan..
2] Asertif training adalah belajar mengungkapkan sesuatu secara jelas dan nyata tanpa
menyinggung perasaan orang lain.
3] Positif training. Mendorong dan menguatkan tingkahlaku positif yang baru dipelajari
berdasar pengalaman yang menyenangkan untuk dipakai pada tingkahlaku yang
akan datang.
4] Self regulasi. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama melatih
serangkaian standart tingkahlaku yang harus dicapai oleh pasien. kemudian pasien diminta
untuk melakukan self pengamatan dan self evaluasi pada tingkahlaku yang ditampilkan.
Langkah terakhir adalah pasien diminta untuk memberikan reinforcement [ penguatan
pada diri sendiri] atas tingkahlaku yang sesuai.
i. Model Stress Adaptasi Roy
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam
melaksanakan praktik keperawatan [ Roy, 1983] . Lebih spesifik Roy [ 1986] berpendapat
bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi
pasien dan kelompok pada kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh
untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan menanggapis pada
stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan pasien tidak dapat
memakai “koping” secara efektif maka pasien tersebut memerlukan
perawatan.Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi pasien dengan lingkungan,
sehingga adaptasi dalam setiap faktor semakin meningkat.Komponen-komponen adaptasi
mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi mengambarkan proses koping
pada stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic
bertujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif yang pada akhirnya
akanmeningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk didalamnya proses interaksi
manusia dengan lingkunganyang terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini
dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan luar yangmembutuhkan sebuah tanggapan. Perubahan tersebut dalam model adaptasi Roy digambarkan sebagai
stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual.
Stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress.
Bagian kedua adalah mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan tanggapan
adaptif dan inefektif.Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan
dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi :
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas.
Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi
peningkatan dan penurunan tanggapan-tanggapan. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh
adaptasi yang lain, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih
tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai
sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi
pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari
stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi
j. Model Keperawatan
Pendekatan model keperawatan adalah model konsep yang dipakai dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan memakai pendekatan proses keperawatan,
secaara holistik, bio,psiko,sosial dan spiritual. Fokus penangganan pada model keperawatan
adalah penyimpangan tingkahlaku, asuhan keperawatan berfokus pada tanggapan pasien
pada masalah kesehatan yang actual dan potensial, dengan berfokus pada :rentang
sehat sakit berdasar teori dasar keperawatan dengan campurtangan tindakan keperawatan
spesifik dan melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan. Model ini mengadopsi berbagai
teori antara lain teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi
BAB II
TERAPI DALAM KEPERAWATAN JIWA
Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J
PENDAHULUAN
Selamat Anda telah menyelesaikan Bab 1 Perkembangan Keperawatan Jiwa dengan
baik. kemudian Anda akan mempelajari Bab 2 yaitu Terapi dalam Keperawatan
Jiwa.Materi pembelajaran ini sangat mendasar dan memberikan bekal pengetahuan Anda
sebagai perawat untuk memahami bagaimana seorang perawat memiliki tanggung jawab
yang sangat besar dalam pelaksanaan terapi modalitas, psikofarmaka, dan dalam
pemberian obat psikofarmaka.
Untuk mempermudah Anda mempelajari bab ini, penulis membagi menjadi 3 topik
yaitu.
1. Topik 1 akan membahas mengenai terapi modalitas dalam keperawatan jiwa.
2. Topik 2 membahas mengenai konsep psikofarmaka.
3. Topik 3 membahas mengenai peran perawat dalam psikofarmaka
Perlu penulis beritahukan bahwa terapi modalitas merupakan terapi utama dalam
keperawatanjiwa, dimana perawat memiliki peran yang sangat penting karena, perawat
berperan sebagai terapis yang harus merubah tingkahlaku maladaftif pasien menjadi tingkahlaku
yang adaptif selain itu perawat dituntut untuk dapat meningkatkan potensi yang dimiliki
pasien sebagai titik tolak penyembuhan. Mengingat begitu pentingnya peran perawat dalam
terapi modalitas maka Anda harus mampu menyelesaikan Topik 1 dengan baik. Adapun
tujuan umum Topik 1 adalah Andamampu mengatakan kembali tentang terapi modalitas
dalam keperawatan jiwa. sedang secara khusus sesudah mempelajari topik ini Anda
mampu
1. mengatakan kembali pengertian dari terapi modalitas
2. mengatakan kembali jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa
3. Melaksanakan terapi modalitas dalam keperawatan jiwa
Selain sebagai terapis dalam terapi modalitas, kemampuan yang harus dimiliki perawat
adalah mengetahui konsep psikofarmaka. Kenapa perawat harus mengetahuinya?
Karenaperawat berperan didalam pemberian obat dan merupakan tugas Anda sehari-hari.
Untuk itu perawat harus mengetahui penggolongan, efeksamping dan gejala putus zat
akibat pemakaian obat psikofarmaka. Untuk meningkatkan pemahaman Anda mengenai
konsep psikofarmaka, pelajarilah Topik 2 ini dengan baik. sesudah mempelajari Topik 2Anda
diharapkan mampumengatakan kembali konsep psikofarmaka. Secara khusus topik ini
bertujuan untuk 1. mengatakan pengertian psikofarmaka,
2. Menguraikan jenis obat psikofarmaka, dan
3. mengatakan efeksamping obat psikofarmaka
sesudah mengetahui penggolongan, efeksamping dan cara pemberian obat, perawat
wajib melaksanakan 5 benar prinsip pemberian obat yaitu benar nama, obat, waktu, cara,
dosis dan efeksamping pemberian obat. Perawat juga wajib memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga terkait prinsip pemberian obat. Peran perawat yang tidak kalah
penting adalah harus mengidentifikasi masalah pasien dalam pemberian obat psikofarmaka
dan melakukan evaluasi pemberian obat psikofarmaka. Agar kemampuan Anda meningkat
didalam melaksanakan peran sebagai perawat pelajarilah Topik 3 dengan baik, karena
tujuan dari topik ini adalah Anda mampu memahami peran perawat dalam pemberian obat
psikofarmaka dan menerapkan prinsip 5 benar pemberian obat golongan psikofarmaka.
sedang tujuan khususnya adalah Anda mampu:
1. Mengidentifikasi masalah pasien dalam pemberian obat psikofarmaka,
2. Menerapkan 5 prinsip benar pemberian obat psikofarmaka,
3. Melakanakan peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka, dan
4. Melakukan evaluasi pemberian obat psikofarmaka
Sebaiknya Anda mempelajari dan memahami terlebih dahulu Topik 1 dengan baik
sebelum Anda melanjutkan mempelajari Topik 2, begitu seterusnya. Karena dengan
memahami Topik 1 akan membantu Anda mempermudah memahami Topik 2 dan
pemahaman Topik 2 akan meningkatkan pemahaman kegiatan belajar 3. Seperti pada
modul1, pada setiap akhir topik , Anda akan menemuan tugas dan latihan soal, jangan lupa
Anda harus menjawabnya dengan benar.Perhatikan petunjuk soal sebelum Anda
menjawabnya. Anda dinyatakan lulus apabila telah menjawab sedikitnya 80% soal
tersebut.Jika Anda belum memperoleh nilai 80 berarti Anda belum berhasil memahami
materi tersebut. Upaya yang dapat Anda lakukan untuk dapat menjawab soal tersebut
adalah pelajari kembali bab ini dan disksusikan dengan teman Anda bagian yang Anda tidak
mengerti atau hubungi fasilitator Anda. Saya yakin Anda pasti bisa. Selamat Belajar Sukses
Selalu Menyertai Anda !! Topik 1
Terapi Modalitas dalam Keperawatan Jiwa
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatanjiwa. Sebagai seorang
terapis, perawat harus mampu mengubah tingkahlaku maladaftif pasien menjadi tingkahlaku yang
adaptif dan meningkatkan potensi yang dimiliki pasien. Ada bermacam-macam terapi
modalitas dalam keperawatan jiwa seperti terapi pasien, terapi keluarga, terapi bermain,
terapi lingkungan dan terapi aktifitas kelompok. Terapi modalitas dapat dilakukan secara
pasien maupun kelompok atau dengan memodifikasi lingkungan dengan cara mengubah
seluruh lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik untuk pasien, sehingga memberikan
kesempatan pasien untuk belajar dan mengubah tingkahlaku dengan memfokuskan pada nilai
terapeutik dalam kegiatan dan interaksi.
A. TERAPI MODALITAS
Ada beberapa jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa seperti:
1. Terapi pasien
Adalah suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan pasien untuk
mengubah tingkahlaku pasien. Diaman hubungan yang terjalin merupakan hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis [ terstruktur] sehingga
melalui hubungan ini diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan di awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi pasienal ini, bertujuan agar pasien mampu
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu pasien juga diharapkan mampu meredakan
penderitaan [ distress] emosional, dan mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi pasienal meliputi:
a. Tahapan Orientasi
Tahap orientasi dilakukan ketika perawat pertama kali berinteraksi dengan
pasien.dilaksanakan pada tahap ini, tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah
membina hubungan saling percaya dengan pasien. Hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien sangat penting terjalin, karena dengan terjalinnya hubungan saling
percaya, pasien dapat diajak untuk mengekspresikan seluruh permasalahannya dan ikut
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang dialami, sepanjang berhubungan
dengan perawat. Bila hubungan saling percaya telah terbina dengan baik, tahapan
berikutnya adalah pasien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi penyebab
munculnya masalah yang terjadi pada pasien, jenis konflik yang terjadi, juga dampak dari
masalah tersebut pada pasien Tahapan orientasi diakhiri dengan ada
kesepakatan antara perawat dan pasien tentang tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-pasien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
b. Tahapan Kerja
Pada tahaap ini perawat memiliki peran yang sangat penting sebagai seorang terapis
dalam memberikan berbagi campurtangan keperawatan. Keberhasilan pada tahap ini
ditandai dengan kemampuan perawat dalam mengali dan mengeksplorasipasien untuk
mengungkapkan permasalahan yang dialami. Pada tahap ini juga sangat penting
seorang terapis Pada tahap ini, pasien dibantu untuk dapat mengembangkan
pemahaman tentang dirinya, dan apa yang terjadi dengan dirinya. Selain itu pasien
didorong untuk berani mengubah tingkahlaku dari tingkahlaku maladaptive menjadi tingkahlaku
adaptif.
c. Tahapan Terminasi
Tahap terminasi terjadi bila klen dan perawat menyepakati bahwa masalah yang
mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah terselesaikan dan pasien telah mempu
mengubah tingkahlaku dari maladaptif menjadi adaptif. Pertimbangan lain untuk
melakukan terminasi adalah apabila pasien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan
fungsi diri, pergaulan dan pekerjaan, dan yang terpenting adalah tujuan terapi telah
tercapai.
2. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara mengubah atau
menata lingkungan agar tercipta perubahan tingkahlaku pada pasien dari tingkahlaku maladaptive
menjadi tingkahlaku adaptif. Proses terapi dilakukan dengan mengubah seluruh lingkungan
menjadi lingkungan yang terapeutik untuk pasien. Dengan lingkungan yang terapeutik akan
memberikan kesempatan pasien untuk belajar dan mengubah tingkahlaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam kegiatan dan interaksi.
Penting sekali bagi seorang perawat untuk memberikan kesempatan, dukungan,
pengertian agar pasien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Dengan
terapi lingkungan klein belajar ketrampilan baru seperti mentaati aturan yang berlaku,
selain itu pasien belajar untuk mewujudkan haarapan dari lingkungan sekitar yang telah
disepakti bersamadan belajar untuk menghadapi dan meyelesaikan tekanan dari teman
[ peer group] , dan belajar berinteraksi dengan orang lain. Tujuan akhir dari terapi
lingkungan adalah r meningkatnya kemampuan pasien dalam berkomunikasi dan mengambil
keputusan yang pada akhirnya harga diri pasien meningkat. Selain itu dengan terapi
lingkungan diajarkan cara beradaptasi dengan lingkungan baru di luar rumah sakit sepessrti
lingkungan rumah, tempat kerja dan warga.
3. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipAndang sebagai penyakit. PAndangan model ini berbeda dengan model
konsep terapi yang lain yang, Karena model terapi ini memAndang bahwa gangguan jiwa murni dissebabkan karena adagangguan pada jiwa semata, tanpa memikirkan
adakelaianan patofisiologis. Proses terapi dilakukan dengan melakukan riset
spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. tingkahlaku abnormal dipercaya
akibat adaperubahan biokimiawi tertentu.
Beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa seperti: pemberian obat [ medikasi
psikofarmaka] , campurtangan nutrisi,electro convulsive therapy [ ECT] , foto terapi, dan bedah
otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan
jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4. Terapi Kognitif
Prinsip terapi ini adalah memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan tingkahlaku pasien. Proses terapi dilakukan dengan membantu menemukan
stressos yang menjadi penyebab gangguan jiwa, kemudian mengidentifikasi dan mengubah
pola fikir dan keyakinan yang tidak akurat menjadi akurat.
Terapi kognitif berkeyakinan bahwa gangguan tingkahlaku terjadi akibat pola keyakinan
dan berfikir pasien yang tidak akurat. Untuk itu salah satu prinsip terapi ini adalah modifikasi
tingkahlaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
membantu pasien untuk mengevaluasi kembali ide, nila yang diyakini dan harapan dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Pemberian terapi kognitif bertujuan untuk :
a. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang
sering memicu gangguan tingkahlaku menjadi pola berfikir rasional berdasar
fakta dan informasi yang actual.
b. Membiasakan diri selalu memakai cara berfikir realita dalam menanggapi setiap
stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
c. Membentuk tingkahlaku baru dengan pesan internal. tingkahlaku dimodifikasi dengan terlebih
dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk campurtangan dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi
pikiran pasien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.
5. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga dimana
setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi sebagai terapis. Terapi ini bertujuan agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; yaitu
keluarga yang tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi
kemudian setiap anggota keluarga mengidentifikasi penyebab masalah tersebut dan
kontribusi setiap anggota keluarga pada munculnya masalah.untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan
fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap 1 [ perjanjian] , tahap 2 [ kerja] ,
tahap 3 [ terminasi] . Di tahap pertama perawat dan pasien mengembangkan hubungan saling
percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di
tahap kedua atau tahap kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis
berusaha mengubah pola interaksi antar anggota keluarga, meningkatkan kompetensi
masing-masing anggota keluarga, dan mengeksplorasi batasan-batasan dalam keluarga dan
peraturan-peraturan yang selama ini ada.
Terapi keluarga diakhiri di tahap terminasi di mana keluarga mampu memecahkan
masalah yang dialami dengan mengatasi berbagai isu yang muncul. Keluarga juga diharapkan
dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
6. Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang diberikan kepada sekelompok
pasien dilakukan dengan cara berdiskusi antar sesama pasien dan dipimpin atau diarahkan
oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
a. Manfaat TAK
Secara umum terapi kegiatan kelompok memiliki manfaat:
1] Meningkatkan kemampuan menilai dan menguji kenyataan [ reality testing] melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2] Meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien
3] Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi emosional diri
sendiri dengan tingkahlaku defensive [ bertahan pada stress] dan adaptasi.
4] Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan
afektif.
Secara khusus tujuan terapi aktifitas kelompok adalah
1] Meningkatkan identitas diripasien .
2] Menyalurkan emosipasien secara konstruktif.
3] Meningkatkan keterampilan hubungan sosial yang akan membantu pasien didalam
kehidupan sehari-hari.
4] Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang
masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
b. Jenis Terapi Aktifitas Kelompok
1] TAK: Stimulasi anggapan
a] arti: Terapi kegiatan kelompok [ TAK] : Stimulasi anggapan adalah terapi yang
memakai akivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman dan
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan anggapan atau alternatif penyelesaian masalah. Fokus
terapi kegiatan kelompok stimulasi anggapan adalah membantu pasien yang
mengalami kemunduran orientasi.Terapi ini sangat efektif untuk pasein yang
mengalami gangguan anggapan; halusinasi, menarik diri , gangguan orientasi
realitas, kurang inisiatif atau ide. Pasien yang mengikuti kegiatan terapi ini
merupakan pasien yang kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal.
b] Tujuan TAK stimulasi anggapan
Tujuan umum : pasien memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang
disebabkan oleh paparan stimulus yang diterimanya
Tujuan khususnya:
[ 1] Pasien dapat menganggap stimulus yang dipaparkan kepada
dengan tepat.
[ 2] pasien dapat menyelesaikan masalah yang muncul dari stimulus yang
dialami.
c] kegiatan dalam TAK terbagi dalam empat bagian
[ 1] menganggap stimulus nyata sehari-hari yaitu:
Terapi kegiatan Kelompok [ TAK] Stimulasi anggapan yang dilakukan adalah:
menonton televisi. membaca majalah/koran/artikel dan melihat gambar.
[ 2] Stimulus nyata dan tanggapans yang dialami dalam kehidupan
Untuk TAK ini pasien yang mengikuti adalah pasien dengan halusinasi, dan
pasien menarik diri yang telah mengikuti TAKS, dan pasien dengan
tingkahlaku kekerasan. kegiatan ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu :
• Terapi kegiatan Kelompok Stimulasi anggapan : mengenal kekerasan
yang bisa dilakukan materi terapi ini meliputi penyebab, tAnda dan
gejala, tingkahlaku kekerasan; akibat tingkahlaku kekerasan.
• Terapi kegiatan Kelompok Stimulasi anggapan : mencegah tingkahlaku
kekerasan melalui kegiatan fisik
• Terapi kegiatan Kelompok Stimulasi anggapan : mencegah tingkahlaku
kekerasan melalui interaksi sosial asertif;
• Terapi kegiatan Kelompok Stimulasi anggapan : mencegah tingkahlaku
kekerasan melalui kepatuhan minum obat;
• Terapi kegiatan Kelompok Stimulasi anggapan : mencegah tingkahlaku
kekerasan melalui kegiatan ibadah.
[ 3] Stimulus yang tidak nyata dan tanggapans yang dialami dalam kehidupan
kegiatan dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan,
yaitu:Terapi kegiatan Kelompok Stimulasi anggapan : mengenal halusinasi
2] Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi
Tujuan umum dari terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah meningkatkan
kemampuan sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial. sedang tujuan khususnya
adalah: a] Meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien
b] Pasien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi non verbal
c] Pasien dapat berlatih mematuhi peraturan
d] Pasien dapat meningkatkan interaksi dengan pasien lain
e] Pasien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok
f] Pasien dapat mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan
g] Pasien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kriteria pasien yang dapat mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah
a] Pasien menarik diri yang cukup kooperatif
b] pasien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal
c] pasien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan orang
lain
d] pasien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat [ tidak sedang mengidap
penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain]
e] pasien halusinasi yang sudah dapat mengendalikan halusinasinya
f] pasien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang
c. Tahapan terapi aktifitas kelompok [ TAK]
Terapi aktifitas kelompok terdiri dari 4 tahap yaitu:
1] tahap Prakelompok: tahap ini dimulai dengan membuat tujuan terapi, menentukan
leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan dan media yang
dipakai. Jumlah anggota pada terapi kelompok biasanya 7-8 orang. sedang
jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang da mengikuti terapi
aktifitas kelompok adalah: sudah terdiagnosa baik medis maupun keperawatan, tidak
terlalu gelisah, tidak agresif, dan tidak terdiagnosa dengan waham.
2] tahap Awal Kelompok
tahap ini ditAndai dengan munculnya ansietas karena masuknya anggota kelompok, dan
peran baru. tahap ini terbagi atas tiga tahap, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
a] Tahap orientasi
Pada tahap ini anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan
anggota.
b] Tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok
mengenali penyebab konflik. dan mencegah tingkahlaku tingkahlaku yang tidak
produktif
c] Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih
intim satu sama lain3] tahap Kerja Kelompok
Pada tahap ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis.
Pada akhir tahap ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang
bertambah ditambah percaya diri dan kemandirian
4] tahap Terminasi
tahap ini ditAndai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan dipakai
secara pasienal pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara
[ temporal] atau akhir.
7. Terapi tingkahlaku
Anggapan dasar dari terapi tingkahlaku adalah bahwa tingkahlaku muncul akibat proses
pembelajaran. Teknik dasar yang dipakai dalam terapi jenis ini adalah:
a. Role model
b. Kondisioning operan
c. Desensitisasi sistematis
d. Pengendalian diri
e. Terapi aversi atau releks kondisi
Strategi teknik role model adalah mengubah tingkahlaku dengan memberi contoh tingkahlaku
adaptif untuk ditiru pasien. Dengan teknik ini pasien akan mencontoh dan
mampelajaridanmeniru tingkahlaku tersebut. Teknik ini biasanya dicampurkan dengan
teknik konditioning operan dan desensitisasi.Konditioning operan disebut juga penguatan
positif pada teknik ini seorang terapis memberi penghargaan kepada pasien pada tingkahlaku
yang positif yang telah ditampilkan oleh pasien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif
diharapkan pasien akan mempertahankan atau meningkatkannya.
Terapi tingkahlaku yanga sangat cocok diterapkan pada pasien fobia adalah teknik
desensitisasi sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan pada sesuatu stimulus atau
kondisi dengan cara bertahap. Dalam keadaan relaks, secara bertahap pasien diperkenalkan
/dipaparkan pada stimulus atau situasi yang memicu kecemasan.Intensitas
pemaparan stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi pasien pada stimulus
tersebut. Hasil akhir dari terapi ini adalah pasien berhasil mengatasi ketakutan atau
kecemasannya akan stimulus tersebut.
Untuk mengatasi tingkahlaku maladaptive, pasien dapat dilatih dengan memakai teknik
pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi
kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka, pasien memiliki kemampuan untuk mengendalikan
tingkahlaku sehingga terjadinya penurunan tingkat distress pasien.
Mengubah tingkahlaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya
adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk mengubah tingkahlaku yang
maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan, dapat berupa menghilangkan stimulus positif
sebagai “punishment” pada tingkahlaku maladaptive tersebut. Dengan teknik ini pasien belajar untuk tidak mengulangi tingkahlaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan
diterima akibat tingkahlaku negatif tersebut.
8. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa