Yohanes 1-16 2

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 2



  Anak Tuhan  . Per-

tama, Ia memiliki kepenuhan kasih karunia dan kebe-

naran bagi diri-Nya sendiri. Ia memiliki  Roh dengan 

tidak terbatas. Ia penuh kasih karunia, seutuhnya ber-

kenan pada Bapa-Nya, dan sebab  itu memenuhi syarat 

untuk mengantarai kita dengan Tuhan  , dan penuh kebe-

naran, seutuhnya mengetahui hal-hal yang hendak di-

ungkapkan-Nya, dan sebab  itu pantas untuk mengajar 

kita. Ia memiliki  kepenuhan pengetahuan dan belas 

kasihan. Kedua, Ia memiliki  kepenuhan kasih karu-

nia dan kebenaran bagi kita. Ia menerima, supaya Ia 

dapat memberi, dan Tuhan   berkenan kepada-Nya, supaya 

Tuhan   berkenan kepada kita di dalam Dia, dan inilah 

kebenaran yang sesungguhnya dari bayangan-bayangan 

hukum Taurat itu.   

Kesaksian Yohanes tentang Kristus 

(1:15-18) 

15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: “Inilah Dia, 

yang kumaksudkan saat  aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang 

Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” 16 sebab  

dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih 

karunia; 17 sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, namun   kasih karunia 

dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. 18 Tidak seorang pun yang pernah 

melihat Tuhan  ; namun   Anak Tunggal Tuhan  , yang ada di pangkuan Bapa, Dialah 

yang menyatakan-Nya. 

Dalam ayat-ayat ini: 

I.  Penulis Injil ini kembali memberitahukan kepada kita kesaksian 

Yohanes Pembaptis tentang Kristus (ay. 15). Ia telah berkata (ay. 

8) bahwa Yohanes datang sebagai saksi, dan sekarang di sini ia 

memberi tahu kita bahwa Yohanes melakukan apa yang sudah 

seharusnya dilakukannya, yaitu memberi kesaksian.  

Di sini, perhatikanlah:  

1.  Bagaimana ia mengungkapkan kesaksiannya: Ia berseru, se-

suai dengan nubuatan bahwa ia akan menjadi suara orang 

yang berseru-seru. Nabi-nabi Perjanjian Lama berseru-seru 

dengan suara nyaring untuk menunjukkan kepada umat dosa-

dosa mereka, sementara nabi Perjanjian Baru ini berseru-seru 

untuk menunjukkan kepada umat Juruselamat mereka.  

Hal ini memperlihatkan:  

(1) Bahwa kesaksiannya yaitu  kesaksian yang terbuka dan 

umum. Kesaksian itu dinyatakan kepada orang banyak dari 

berbagai macam kalangan agar mereka bisa memperhati-

kannya, sebab ini menyangkut kepentingan mereka semua. 

Guru-guru palsu memikat orang secara diam-diam, namun   

hikmat menyatakan ketetapan-ketetapannya di tempat-

tempat yang ramai dikunjungi orang.  

(2) Bahwa ia memberikan kesaksian ini dengan bebas dan ber-

semangat. Ia berseru-seru sebagai orang yang sangat yakin 

akan apa yang disaksikannya dan mempercayainya dengan 

sepenuh hati. Ia yang melonjak kegirangan dalam rahim 

ibunya saat Kristus datang mendekat, saat  Ia masih 

dikandung, kini dengan semangat kegirangan yang sama 

menyambut kemunculan-Nya di depan umum.   

2.  Apa kesaksiannya. Ia meminta orang banyak untuk mengingat 

apa yang telah dikatakannya pada awal pelayanannya, saat  

ia menyuruh mereka untuk mengharapkan Dia yang akan da-

tang kemudian dibandingkan nya, yang bagi-Nya ia menjadi pem-

buka jalan. Dia tidak pernah bermaksud melakukan hal lain 

kecuali untuk membawa mereka kepada-Nya, dan untuk mem-

persiapkan jalan-Nya. Hal ini telah diberitahukannya kepada 

mereka sejak dari semula. Perhatikanlah, hamba Tuhan akan 

merasa sangat terhibur apabila kesaksian hati nuraninya ber-

bicara dengan baik terhadap dirinya sendiri, bahwa ia telah 

memulai pelayanannya dengan prinsip-prinsip yang jujur dan 

niat hati yang tulus, dengan hanya memiliki satu tujuan, yaitu 

untuk menghormati dan memuliakan Kristus. Nah, apa yang 

dikatakannya saat  itu kini diterapkannya kepada Yesus ini, 

yang belum lama ini telah dibaptisnya, dan yang dengan me-

nakjubkan telah diakui sebagai Dia yang datang dari sorga: 

Inilah Dia yang kumaksudkan. Yohanes tidak berkata kepada 

mereka bahwa sebentar lagi akan muncul seorang yang demi-

kian di antara mereka, lalu membiarkan mereka untuk men-

carinya sendiri. Sebaliknya, secara khusus ia menunjuk pada 

orangnya: “Inilah Dia, orang yang sudah kuberitahukan kepa-

damu itu, dan kepada-Nyalah kamu harus menerapkan segala 

hal yang telah kukatakan.” Dalam hal ini ia berbuat melebihi 

semua nabi Perjanjian Lama. Nah, apa yang telah dikatakan-

nya itu?    

(1) Ia memberikan keutamaan kepada Yesus ini: Ia yang akan 

datang kemudian dibandingkan ku, dalam hal waktu kelahiran-

Nya dan waktu penampilan-Nya di depan umum, telah 

mendahului aku (KJV: “Ia yang datang kemudian dari-

padaku haruslah lebih diutamakan dibandingkan ku” – pen.). Ia 

yang menggantikan aku dalam memberitakan pertobatan 

dan mengangkat murid-murid yaitu  orang yang lebih isti-

mewa dibandingkan ku, dalam segala hal, sama seperti raja atau 

bangsawan yang datang kemudian lebih diutamakan dari-

pada seorang pendahulu atau pembuka jalan yang mem-

persiapkan jalan baginya. Perhatikanlah, Yesus Kristus, 

yang akan disebut Anak Tuhan   Yang Mahatinggi (Luk. 1:32), 

lebih diutamakan dibandingkan  Yohanes Pembaptis, yang hanya 

akan disebut nabi Tuhan   Yang Mahatinggi (Luk. 1:76). Yoha-

nes yaitu  seorang pelayan Perjanjian Baru, namun   Kristus 

yaitu  Pengantara Perjanjian Baru. Dan amatilah, mes-

kipun Yohanes yaitu  seorang yang besar, dan memiliki  

nama serta kepentingan yang besar pula, ia bersedia mem-

berikan keutamaan kepada Dia yang berhak memilikinya. 

Perhatikanlah, semua hamba Kristus harus lebih meng-

utamakan Dia dan kepentingan-Nya melebihi diri dan ke-

pentingan-kepentingan mereka sendiri. Orang yang mencari 

kepentingannya sendiri, dan bukan kepentingan Kristus 

Yesus, pasti tidak akan dipandang baik (Flp. 2:21). Ia 

datang kemudian dibandingkan ku, namun Ia harus lebih diuta-

makan dibandingkan ku. Perhatikanlah, Tuhan   membagi-bagikan 

pemberian-Nya menurut kerelaan kehendak-Nya, dan se-

ring kali Ia memilih yang satu dibandingkan  yang lain, seperti 

yang terjadi pada Yakub, saat  Ia memilih yang lebih muda 

dibandingkan  yang lebih tua. Paulus jauh melampaui orang-

orang yang sudah di dalam Kristus sebelum dia. 

(2) Yohanes di sini memberikan alasan yang baik untuk itu: 

Sebab Dia telah ada sebelum aku, prōtos mou ēn – Ia sebe-

lum aku, atau Ia yang pertama dibandingkan aku. Ia yaitu  

Penyebab utama aku ada, dari-Nyalah aku berasal. Yang 

Pertama atau Yang Terdahulu yaitu  salah satu nama Tuhan   

(Yes. 44:6). Ia telah ada sebelum aku,  

Dia mendahului aku:  

[1] Dalam hal senioritas (ketuaan): Ia telah ada sebelum 

aku, sebab Ia telah ada sebelum Abraham (8:58), bah-

kan bukan itu saja, Ia telah ada sebelum segala sesuatu 

(Kol. 1:17). Aku hanyalah anak kemarin sore, sementara 

Ia sudah ada sejak dari kekekalan. Yohanes Pembaptis 

tampil hanya pada waktu itu (Mat. 3:1), namun   kemun-

culan Yesus Tuhan kita sudah sejak purbakala, sejak 

dahulu kala (Mi. 5:2). Hal ini membuktikan dua hakikat 

yang ada di dalam Kristus. Kristus, sebagai manusia, 

datang kemudian dibandingkan  Yohanes dalam hal penam-

pilan-Nya di depan umum, namun Kristus, sebagai 

Tuhan  , telah ada sebelum dia, sebab dengan cara apa 

lagikah Dia sudah ada sebelum Yohanes kecuali Dia 

memang sudah ada sejak dari kekekalan?  

[2] Dalam hal keunggulan atau kewenangan: sebab Ia ada-

lah rajaku. Adakalanya raja-raja disebut sebagai yang 

pertama, prōton. “Demi Dia dan untuk melayani Dialah 

aku diutus. Ia yaitu  Tuanku, aku yaitu  hamba dan 

pembawa pesan-Nya.”   

II.  Penulis Injil ini sekarang kembali berbicara tentang Yesus Kristus, 

dan ia tidak melanjutkan pembicaraannya tentang kesaksian 

Yohanes Pembaptis sampai ayat 19. Ayat 16 sangat jelas berhu-

bungan dengan ayat 14, yang di dalamnya Firman yang berinkar-

nasi dikatakan penuh kasih karunia dan kebenaran. Sekarang di 

sini ia menjadikan hal itu sebagai suatu kesempatan bagi kita bu-

kan hanya untuk memuja-Nya melainkan juga untuk bersyukur 

kepada-Nya, sebab dari kepenuhan-Nya kita semua telah mene-

rima. Dia telah menerima persembahan-persembahan di antara 

manusia (Mzm. 68:18), supaya Dia dapat memberikan pemberian-

pemberian kepada manusia (Ef. 4:8). Dia dipenuhi, supaya Dia 

dapat memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 1:23), supaya 

dapat mengisi penuh perbendaharaan kita (Ams. 8:21). Ia memiliki 

sumber kepenuhan yang mengalir sampai meluap-luap: Kita 

semua telah menerima. Kita semua para rasul, demikianlah menu-

rut sebagian orang. Kita telah menerima kebaikan kerasulan ini, 

itulah kasih karunia, dan kita telah dibuat pantas untuk menjadi 

rasul, itulah kebenaran. Atau lebih tepatnya, kita semua orang-

orang percaya, semua orang yang menerima-Nya (ay. 16), mene-

rima dari-Nya. Perhatikanlah, semua orang percaya yang sejati 

menerima dari kepenuhan Kristus. Orang-orang kudus yang ter-

baik dan terbesar tidak bisa hidup tanpa-Nya, dan orang-orang 

yang paling hina dan paling lemah dapat hidup oleh-Nya. Ini 

membuat kita tidak bisa menyombongkan diri, sebab kita sebe-

narnya tidak memiliki  apa-apa, namun   kita telah menerimanya. 

Ini juga mengusir segala rasa takut dan cemas, sebab  kita sebe-

narnya tidak kekurangan apa-apa, namun   kita boleh menerimanya. 

Marilah kita lihat apa yang telah kita terima itu. 

1. Kita telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. Pene-

rimaan kita oleh Kristus diringkas dalam dua kata ini, kasih 

karunia. Kita telah menerima kai charin – bahkan kasih karu-

nia, pemberian yang begitu besar, begitu kaya, begitu tak ter-

nilai. Apa yang telah kita terima itu bukan sesuatu yang lebih 

kecil dari kasih karunia. Pemberian ini harus dibicarakan de-

ngan diberi penekanan secara khusus. Pemberian ini diulang-

ulang, kasih karunia demi kasih karunia, sebab untuk setiap 

batu dalam bangunan ini, seperti juga untuk batu utama, kita 

harus berseru bahwa semua itu Kasih karunia, kasih karunia.  

Perhatikanlah:   

(1) Berkat yang diterima. Berkat itu yaitu  kasih karunia, ke-

hendak baik Tuhan   terhadap kita dan pekerjaan baik Tuhan   

di dalam diri kita. Kehendak baik Tuhan   mengerjakan peker-

jaan yang baik, dan pekerjaan yang baik itu membuat kita 

memenuhi syarat untuk menerima tanda-tanda lain dari 

kehendak baik-Nya. Sama seperti kolam menerima air dari 

kepenuhan sumber mata air, dan cabang-cabang pohon 

menyerap dari kepenuhan akar, serta cahaya udara dari 

kepenuhan matahari, demikian pula kita menerima kasih 

karunia dari kepenuhan Kristus. 

(2) Cara penerimaannya: kasih karunia demi kasih karunia – 

charin anti charitos. Frase ini berbentuk tunggal, dan para 

penafsir memberikan berbagai pengertian yang berbeda 

mengenainya, namun   setiap tafsiran tersebut akan berman-

faat untuk menggambarkan kekayaan-kekayaan yang tidak 

terselami dari kasih karunia Kristus itu.  

Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang:  

[1] Kebebasan kasih karunia itu. Kasih karunia ini diberi-

kan demi kasih karunia itu sendiri, demikianlah menu-

rut Grotius. Kita menerima kasih karunia bukan sebab  

diri kita sendiri (sekalipun kita mengira demikian), te-

tapi, ya Bapa, sebab  itulah yang berkenan kepada-Mu. 

Pemberian ini diberikan menurut kasih karunia (Rm. 

12:6). Kasih karunia ini diperuntukkan bagi kita demi 

(sebab ) kasih karunia yang diperuntukkan bagi Yesus 

Kristus. Tuhan   berkenan kepada-Nya, dan sebab  itu Ia 

berkenan kepada kita di dalam Dia (Ef. 1:6).  

[2]  Kepenuhan kasih karunia ini. Kasih karunia demi kasih 

karunia berbicara tentang kelimpahan kasih karunia, 

kasih karunia sesudah kasih karunia (demikian 

Camero), kasih karunia yang satu disusul dengan kasih 

karunia yang lain; seperti kulit ganti kulit yaitu  kulit 

demi kulit, bahkan segala yang dipunyai orang akan 

diberikannya (Ayb. 2:4). Kasih karunia demi kasih karu-

nia menggambarkan suatu berkat yang dicurahkan 

atau ditumpahkan sehingga tidak ada lagi ruang yang 

tersedia untuk menerimanya, penebusan yang berlim-

pah ruah: kasih karunia yang satu menjamin datangnya 

kasih karunia lain lagi. Yusuf – Ia akan menambahkan. 

Kepenuhan ini sungguh sedemikian luar biasanya hing-

ga disebut kepenuhan Tuhan  . Dengan kepenuhan seperti 

inilah kita dipenuhi. Kita tidak akan terbatas dalam me-

nerima kasih karunia Kristus, kecuali jika kita mem-

batasi diri kita dengan kecukupan dari diri kita sendiri.  

[3] Kebergunaan kasih karunia ini. Kasih karunia demi ka-

sih karunia yaitu  kasih karunia yang diberikan untuk 

mengembangkan dan memajukan kasih karunia itu 

sendiri. Kasih karunia ini harus dipergunakan oleh kita 

sendiri. Kebiasaan-kebiasaan kasih karunia menghasil-

kan tindakan-tindakan kasih karunia. Kasih karunia 

harus dipergunakan untuk kebaikan orang lain; pem-

berian kasih karunia (yang cuma-cuma) harus dipakai 

untuk perbuatan baik kasih karunia pula (yang cuma-

cuma). Kasih karunia merupakan talenta atau karunia 

yang harus diusahakan dan dilipatgandakan. Para rasul 

menerima kasih karunia (Rm. 1:5; Ef. 3:8), supaya me-

reka bisa menyampaikannya kepada orang lain (1Ptr. 

4:10).  

[4] Kasih karunia Perjanjian Baru yang menggantikan tem-

pat dan kegunaan kasih karunia Perjanjian Lama: demi-

kianlah menurut Beza. Dan pengertian ini diperkuat 

oleh ay. 17. Kasih karunia dalam Perjanjian Lama ha-

nyalah bayangan saja, sedangkan dalam Perjanjian 

Baru ia menjadi kebenaran atau kasih karunia yang 

sebenar-benarnya. Dalam Perjanjian Lama memang ada 

kasih karunia, Injil sudah diberitakan pada masa itu 

(Gal. 3:8), namun   kasih karunia itu sekarang digantikan, 

dan kini kita memiliki  kasih karunia Injil, kemuliaan 

yang mengatasi segala sesuatu (2Kor. 3:10). Kasih karu-

nia itu sekarang diungkapkan dengan lebih jelas dan di-

bagi-bagikan kepada banyak orang dengan lebih berlim-

pah-limpah. Ini yaitu  kasih karunia ganti kasih karu-

nia.  

[5] Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang pe-

ngembangan dan keberlanjutan kasih karunia itu. Kasih 

karunia demi kasih karunia berarti kasih karunia yang 

satu memperbaiki, meneguhkan, dan menyempurnakan 

kasih karunia yang lain. Kita diubah menjadi serupa 

dengan gambar ilahi, dari kemuliaan yang satu menuju 

pada kemuliaan yang lain, dari derajat kemuliaan kasih 

karunia yang satu menuju pada derajat yang lain (2Kor. 

3:18). Orang-orang yang memiliki  kasih karunia 

sejati akan memiliki kasih karunia yang lebih lagi (Yak. 

4:6). saat  Tuhan   memberikan kasih karunia, Ia ber-

kata, “Ambillah ini sebagiannya,” sebab Ia yang telah 

berjanji pasti akan menepati dengan seutuhnya.  

[6] Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang 

kesepadanan dan kesesuaian kasih karunia di dalam 

orang-orang kudus dengan kasih karunia di dalam 

Yesus Kristus, demikianlah menurut Tuan Clark. Kasih 

karunia demi kasih karunia yaitu  kasih karunia di 

dalam diri kita sebagai tanggapan terhadap kasih karu-

nia di dalam diri-Nya, seperti gambar yang sama dengan 

stempelnya secara garis per garis. Kasih karunia yang 

kita terima dari Kristus mengubah kita menjadi serupa 

dengan gambar-Nya (2Kor. 3:18), gambaran Anak-Nya 

(Rm. 8:29), rupa dari yang sorgawi (1Kor. 15:49).    

2.  Kita telah menerima kasih karunia dan kebenaran (ay. 17). Se-

belumnya dalam ay. 14 penulis Injil ini berkata bahwa Kristus 

penuh kasih karunia dan kebenaran, dan sekarang dalam ay. 

17 ia berkata bahwa oleh-Nya kasih karunia dan kebenaran 

datang kepada kita. Dari Kristus kita menerima kasih karunia. 

Perkataan ini seperti senar kecapi yang begitu senang dimain-

kan oleh penulis Injil ini, ia tidak bisa melepaskan tangannya 

darinya. Ada dua hal yang diamatinya lebih lanjut lagi dalam 

ayat ini mengenai kasih karunia ini:  

(1) Keutamaannya melebihi hukum Musa: Hukum Taurat di-

berikan oleh Musa, dan pemberian hukum itu dengan sen-

dirinya merupakan suatu pengungkapan yang sungguh 

mulia baik tentang kehendak Tuhan   mengenai manusia 

maupun kehendak baik-Nya terhadap manusia. Akan te-

tapi, Injil Kristus merupakan pengungkapan yang jauh 

lebih jelas baik mengenai kewajiban maupun kebahagiaan 

kita. Apa yang diberikan oleh Musa sungguh menakutkan 

dan mengancam, terikat dengan berbagai hukuman. Suatu 

hukum tidak dapat memberi hidup jika diberikan dengan 

banyak kengerian (Ibr. 12:18). Namun, apa yang diberikan 

oleh Yesus Kristus memiliki  sifat lain. Yang diberikan-

Nya itu memiliki  segala keuntungan hukum Taurat, 

namun   tanpa segala kengerian itu, sebab pemberian-Nya itu 

yaitu  kasih karunia: kasih karunia yang mendidik (Tit. 

2:11), kasih karunia yang berkuasa (Rm. 5:21). Pemberian 

ini memang merupakan suatu hukum, namun   hukum yang 

menyembuhkan. Perbuatan kasih sayang merupakan ciri 

khas Injil, bukan ketakutan terhadap hukum dan kutukan-

nya.  

(2) Hubungannya dengan kebenaran: kasih karunia dan kebe-

naran. Dalam Injil kita melihat diungkapkannya kebenaran-

kebenaran yang terbesar yang harus diterima dengan peng-

ertian, seperti juga kasih karunia yang terkaya yang harus 

diterima dengan kehendak dan kasih sayang. Perkataan ini 

benar dan patut diterima sepenuhnya, yang artinya, per-

kataan ini yaitu  kasih karunia dan kebenaran. Tawaran-

tawaran kasih karunia itu sangat tulus, dan bolehlah kita 

mempertaruhkan jiwa kita dengan menerimanya. Tawaran-

tawaran itu diberikan dengan sungguh-sungguh, sebab 

yang ditawarkan yaitu  kasih karunia dan kebenaran. Ka-

sih karunia dan kebenaran di sini harus dilihat dengan 

merujuk pada hukum Taurat yang diberikan oleh Musa, 

sebab kasih karunia dan kebenaran itu yaitu :  

[1] Pemenuhan dari segala janji Perjanjian Lama. Dalam 

Perjanjian Lama kita sering mendapati belas kasihan 

dan kebenaran dipadukan bersama-sama, yang berarti 

belas kasihan itu sesuai dengan janji. Demikian pula di 

sini kasih karunia dan kebenaran menunjukkan kasih 

karunia yang sesuai dengan janji (Luk. 1:72; 1Raj. 

8:56).  

[2] Kasih karunia dan kebenaran ini merupakan inti sari 

dari semua perlambangan dan bayangan Perjanjian 

Lama. Memang ada  suatu kasih karunia di dalam 

peraturan-peraturan yang ditetapkan bagi bangsa Israel 

dan di dalam pemeliharaan-pemeliharaan ilahi yang 

diberikan kepada umat Israel. Akan namun  , semua itu 

hanyalah bayangan dari hal-hal baik yang akan datang, 

bahkan bayangan dari kasih karunia yang akan dibawa 

kepada kita melalui pewahyuan Yesus Kristus. Dialah 

domba paskah yang sesungguhnya, kambing jantan 

penghapus dosa yang sesungguhnya, manna yang se-

sungguhnya. Mereka memiliki  kasih karunia di da-

lam gambaran saja, sedangkan kita memiliki  kasih 

karunia di dalam pribadi atau orangnya. Itulah kasih 

karunia dan kebenaran. Kasih karunia dan kebenaran 

datang, egeneto – dijadikan, kata yang sama yang digu-

nakan (ay. 3) untuk menggambarkan Kristus menjadi-

kan segala sesuatu. Hukum Taurat hanya diberitahukan 

oleh Musa, namun   keberadaan kasih karunia dan kebe-

naran ini, seperti juga pengungkapannya, bisa terjadi 

hanya sebab  Yesus Kristus. Kasih karunia dan kebe-

naran ini dijadikan oleh-Nya, sama seperti dunia dijadi-

kan oleh-Nya pada awal mula, dan oleh-Nyalah kasih 

karunia dan kebenaran ini kini ada.  

3.  Hal lain yang kita terima dari Kristus yaitu  pewahyuan yang 

jelas tentang Tuhan   kepada kita (ay. 18): Ia telah menyatakan 

Tuhan   kepada kita, yang tidak pernah dilihat oleh seorang pun. 

Inilah kasih karunia dan kebenaran yang datang oleh Kristus, 

pengetahuan akan Tuhan   dan pengenalan akan Dia. 

Perhatikanlah: 

(1) Tidak memadainya semua pengungkapan yang lain: Tidak 

seorangpun yang pernah melihat Tuhan  .  

Hal ini menunjukkan:  

[1] Bahwa sebab  Tuhan   pada hakikatnya yaitu  roh, Ia 

tidak terlihat oleh mata jasmani kita. Ia yaitu  suatu 

wujud yang tidak pernah, dan memang tidak dapat, 

dilihat oleh seorang pun (1Tim. 6:16). Oleh sebab  itu, 

kita perlu hidup dengan iman, yang dengannya kita bisa 

melihat Dia yang tidak kelihatan (Ibr. 11:27). 

[2] Bahwa pewahyuan yang dibuat Tuhan   tentang diri-Nya 

sendiri dalam Perjanjian Lama sangatlah singkat dan 

tidak sempurna, jika dibandingkan dengan apa yang 

telah dibuat-Nya melalui Kristus: Tidak seorang pun 

yang pernah melihat Tuhan  , yang artinya, apa yang dili-

hat dan diketahui tentang Tuhan   sebelum inkarnasi 

Kristus tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan 

apa yang sekarang dilihat dan diketahui tentang Dia di 

dalam Kristus. Kehidupan dan kekekalan kini diperli-

hatkan dalam cahaya yang jauh lebih terang dibandingkan  

sebelumnya.  

[3] Bahwa tidak ada seorang pun dari nabi-nabi Perjanjian 

Lama yang memenuhi syarat untuk memberitahukan 

pikiran dan kehendak Tuhan   kepada anak-anak manusia 

selain Yesus Tuhan kita, sebab tidak satu pun dari 

antara mereka yang telah melihat Tuhan  . Walaupun Musa 

memandang rupa TUHAN (Bil. 12:8; dalam KJV dipakai 

kata similitude “gambaran yang menyerupai” – pen.), ia 

dikatakan tidak dapat memandang wajah-Nya (Kel. 

33:20). sebab  itu, inilah yang membuat agama suci 

yang dibawa Kristus itu sangat layak bagi kita, yaitu 

bahwa agama itu didirikan oleh Dia yang telah melihat 

Tuhan  , dan yang lebih mengetahui pikiran-Nya dibandingkan  

siapa pun juga.  

(2) Memadainya pengungkapan Injil dibuktikan dengan siapa 

yang mengungkapkannya: Anak Tunggal Tuhan  , yang ada di 

pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. 

Perhatikanlah di sini: 

[1] Betapa Dialah yang layak mengadakan pengungkapan 

ini dan dalam segala hal memenuhi syarat untuk mela-

kukannya. Dia, dan hanya Dia sendiri, yang layak me-

nerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterai-

nya (Why. 5:9), sebab, pertama, Dia yaitu  Anak Tung-

gal Bapa, dan siapakah yang lebih mengetahui Bapa 

selain dibandingkan  Anak sendiri? Atau di dalam siapakah 

Bapa dikenal dengan lebih baik selain dibandingkan  di 

dalam Anak sendiri? (Mat. 11:27). Dia sehakikat dengan 

Bapa, sehingga barangsiapa telah melihat Dia, telah 

melihat Bapa (14:9). Hamba pastilah tidak mengetahui 

dengan baik apa yang diperbuat oleh Tuannya seperti 

yang diketahui Anak (15:15). Musa berlaku setia 

sebagai hamba, namun   Kristus berlaku setia sebagai 

Anak. Kedua, Ia berada di pangkuan Bapa. Ia telah 

berada di pangkuan-Nya sejak dari kekekalan. saat  Ia 

berada di sini di atas bumi, sebagai Tuhan  , Ia tetap ber-

ada di pangkuan Bapa, dan ke sanalah Ia kembali ke-

tika Ia naik.  

Di pangkuan Bapa berarti:  

1.  Di dalam dekapan kasih sayang-Nya yang istimewa. 

Ia sangat disayang oleh-Nya, dan kepada-Nyalah Ia 

berkenan, Ia selalu menjadi kesukaan-Nya. Semua 

orang kudus Tuhan   berada di dalam tangan-Nya, te-

tapi Anak-Nya berada di pangkuan atau dekapan 

pelukan-Nya, satu dalam sifat dan hakikat dengan-

Nya, dan sebab  itu pada taraf yang tertinggi Ia satu 

dengan-Nya di dalam kasih.  

2. Di dalam hati hikmat-hikmat rahasia-Nya. Sama se-

perti ada rasa bahagia timbal balik di antara Bapa 

dan Anak, demikian pula ada kesadaran timbal balik 

di antara Mereka (Mat. 11:27). Tidak ada yang pan-

tas memberitahukan kita mengenai Tuhan   selain Dia, 

sebab tidak ada yang tahu pikiran-Nya seperti Dia. 

Biasanya orang berkata bahwa pikiran-pikiran kita 

yang paling rahasia kita sembunyikan di dalam hati 

(in pectore). Kristus mengetahui secara pribadi raha-

sia-rahasia yang terpendam di dalam hati Bapa. Para 

nabi duduk di bawah kaki-Nya sebagai pelajar, se-

dangkan Kristus duduk di pangkuan-Nya sebagai 

teman (Ef. 3:11). 

[2] Betapa bebasnya Dia melakukan pengungkapan ini: Ia 

telah menyatakan-Nya. “-Nya” di sini sebenarnya tidak 

ada dalam bahasa aslinya. Ia telah menyatakan sesuatu 

tentang Tuhan   yang tidak pernah dilihat atau diketahui 

oleh siapa pun, bukan hanya apa yang tersembunyi ten-

tang Tuhan   melainkan juga apa yang tersembunyi di 

dalam Tuhan   (Ef. 3:9), exēgēsato – kata ini menunjukkan 

suatu pengungkapan yang terang, jelas, dan utuh, bu-

kan dengan petunjuk-petunjuk yang bersifat umum dan 

meragukan melainkan dengan penjelasan-penjelasan 

yang khusus. Kini, bahkan dengan berlaripun orang 

bisa belajar tentang kehendak Tuhan   dan jalan kesela-

matan. Inilah kasih karunia, inilah kebenaran, yang 

datang melalui Yesus Kristus.       

Kesaksian Yohanes tentang Kristus;  

Yohanes Diperiksa oleh Imam-imam  

(1:19-28) 

19  Dan inilah kesaksian Yohanes saat  orang Yahudi dari Yerusalem meng-

utus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan 

dia: “Siapakah engkau?” 20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku 

bukan Mesias.” 21 Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah 

engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan da-

tang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” 22 Maka kata mereka kepadanya: “Siapa-

kah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang meng-

utus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” 23 Jawabnya: “Akulah 

suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! 

seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” 24 Dan di antara orang-orang yang 

diutus itu ada beberapa orang Farisi. 25 Mereka bertanya kepadanya, kata-

nya: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan 

Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” 26 Yohanes menjawab mereka, 

katanya: “Aku membaptis dengan air; namun   di tengah-tengah kamu berdiri 

Dia yang tidak kamu kenal, 27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. 

Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” 28 Hal itu terjadi di Betania 

yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis. 

Kita di sini melihat kesaksian Yohanes, yang disampaikannya kepada 

para utusan yang dikirim dari Yerusalem untuk menanyainya. 

Perhatikanlah di sini: 

I.   Siapa itu yang diutus untuk menemuinya, dan siapa yang meng-

utus mereka.  

1. Orang-orang yang mengutus mereka untuk menemuinya ada-

lah orang Yahudi dari Yerusalem, Mahkamah Agama atau lem-

baga peradilan tinggi, yang berpusat di Yerusalem, badan per-

wakilan jemaat Yahudi yang menangani perkara-perkara aga-

ma. Kita mungkin berpikir bahwa orang-orang yang dijadikan 

sebagai sumber pengajaran, dan yang dipandang sebagai para 

pembimbing umat, seharusnya, melalui artikel -artikel  yang me-

reka pelajari, sudah memahami betul masa-masa yang sedang 

mereka hidupi sekarang, sehingga mereka tahu bahwa keda-

tangan Mesias sudah di ambang pintu, dan sebab  itu pada 

saat ini mereka seharusnya sudah mengenal dia yang menjadi 

pendahulu Mesias, dan dengan senang hati akan merang-

kulnya. Akan namun  , bukannya berbuat demikian, mereka 

malah mengirimkan para utusan untuk mempertanyakan jati 

dirinya. Pendidikan, kehormatan, dan kuasa duniawi jarang 

mencondongkan pikiran manusia untuk menerima terang 

ilahi.  

2.  Orang-orang yang diutus itu yaitu :  

(1) Beberapa imam dan orang-orang Lewi, mungkin anggota 

Mahkamah Agama itu, orang-orang terpelajar, orang ter-

hormat dan berkuasa. Yohanes Pembaptis sendiri yaitu  

seorang imam dari keturunan Harun, dan sebab  itu 

tidaklah pantas baginya untuk diperiksa oleh siapa pun ke-

cuali oleh para imam. Telah dinubuatkan bahwa pelayanan 

Yohanes akan mentahirkan orang Lewi (Mal. 3:3), dan ka-

rena itu mereka iri terhadapnya dan terhadap pembaharu-

an yang dikerjakannya.  

(2) Mereka yang diutus ini yaitu  orang-orang Farisi, yang 

angkuh, suka membenarkan diri sendiri, dan berpikir bah-

wa mereka tidak memerlukan pertobatan, dan sebab  itu 

mereka tidak tahan terhadap orang yang pekerjaannya 

memberitakan pertobatan.   

II.  Untuk tugas apa mereka diutus. Mereka diutus untuk bertanya-

tanya mengenai Yohanes dan baptisannya. Mereka tidak menyu-

ruh Yohanes untuk mendatangi mereka, mungkin sebab  mereka 

takut kepada orang banyak, kalau-kalau orang banyak yang 

berada di tempat Yohanes menjadi marah dan melawan mereka, 

atau kalau-kalau orang banyak yang berada di tempat mereka ke-

mudian menjadi mengenalnya. Mereka berpikir lebih baik mem-

biarkannya berada di tempat yang jauh dari mereka. 

Mereka bertanya-tanya mengenai dia:  

1.  Untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka, seperti orang-

orang Atena yang bertanya-tanya mengenai ajaran Paulus, ka-

rena ajarannya itu baru bagi mereka (Kis. 17:19-20). Begitu 

angkuhnya mereka memandang diri mereka sendiri sehingga 

ajaran pertobatan pun mereka anggap sebagai ajaran yang 

aneh.  

2. Untuk menunjukkan wewenang mereka. Mereka berpikir bah-

wa mereka akan tampak hebat apabila mereka menyuruh dia, 

yang dianggap semua orang sebagai nabi, untuk menjelaskan 

perbuatannya, dan mendakwanya di hadapan pengadilan 

mereka sendiri.  

3.  Mereka berencana untuk menekannya dan membungkamnya 

jika mereka dapat menemukan hal-hal yang aneh di dalamnya, 

sebab mereka iri terhadap kehormatannya yang semakin ber-

tambah, dan sebab  pelayanannya tidak sejalan baik dengan 

ketetapan Musa yang sudah lama mereka jalankan maupun 

dengan gagasan-gagasan yang telah mereka ciptakan sendiri 

mengenai kerajaan Mesias. 

III. Apa jawaban yang diberikannya kepada mereka, dan apa penjelas-

annya baik tentang dirinya sendiri maupun tentang baptisannya, 

yang di dalamnya ia bersaksi tentang Kristus. 

1.  Tentang dirinya sendiri, dan apa tugasnya. Mereka bertanya 

kepadanya, Sy tis ei – Engkau, siapakah engkau? Kemunculan 

Yohanes di dunia sangatlah mengejutkan. Ia berada di padang 

gurun sampai pada hari ia menunjukkan dirinya kepada 

bangsa Israel. Semangatnya, tindak tanduknya, dan ajarannya 

mengandung sesuatu yang membuat orang banyak menaruh 

hormat kepadanya. Akan namun  , ia tidak berlagak, seperti yang 

biasa dilakukan para penipu, seolah-olah ia yaitu  seorang 

yang sangat penting. Ia lebih tekun berbuat baik dibandingkan  

berusaha terlihat hebat, dan sebab  itu ia memilih untuk tidak 

berkata apa-apa tentang dirinya sampai ia ditanyai menurut 

hukum. Orang bisa bersaksi dengan sangat baik tentang Kris-

tus bila mereka hanya bicara sedikit mengenai diri mereka 

sendiri, perbuatan mereka sendirilah yang memuji mereka, 

bukan bibir mereka.  

Ia menjawab pertanyaan mereka: 

(1) Dalam bentuk pengingkaran. Ia bukanlah seorang yang be-

sar seperti yang dianggap oleh sebagian orang. Saksi-saksi 

Tuhan   yang setia harus lebih waspada terhadap penghormat-

an yang berlebihan dibandingkan  terhadap penghinaan yang 

tidak adil. Dengan hangat Paulus menulis kepada orang-

orang yang terlalu menghormatinya dengan berkata “Aku 

dari golongan Paulus,” dan dengan cara yang sama hangat-

nya pula ia menulis kepada orang-orang yang meremeh-

kannya, yang mengatakan bahwa dirinya lemah. Ia mengo-

yakkan pakaiannya saat  ada orang menyebutnya dewa.  

[1] Yohanes menyangkal bahwa dia yaitu  Mesias (ay. 20): 

Katanya: “Aku bukan Mesias,” yang sedang diharapkan 

dan dinanti-nantikan itu. Perhatikanlah, hamba-hamba 

Kristus haruslah ingat bahwa mereka bukan Kristus, 

dan sebab  itu mereka tidak boleh merampas kuasa 

dan segala kewenangan yang hanya menjadi hak-Nya, 

atau mengambil pujian-pujian yang hanya layak diberi-

kan kepada-Nya. Mereka bukan Kristus, dan sebab  itu 

mereka tidak boleh menjadikan diri mereka sebagai 

tuan atas milik Tuhan  , atau mengaku-ngaku memiliki  

wewenang atas iman orang-orang Kristen. Mereka tidak 

dapat menciptakan kasih karunia dan kedamaian, me-

reka tidak dapat mencerahi, mempertobatkan, menghi-

dupkan, dan menghibur, sebab mereka bukan Kristus. 

Amatilah bagaimana hal ini ditekankan di sini mengenai 

Yohanes: Ia mengaku dan tidak berdusta. Hal ini meng-

gambarkan kegigihan dan keteguhannya dalam mem-

berikan penyangkalan ini. Perhatikanlah, godaan-goda-

an untuk bersikap sombong dan merampas kehormatan 

yang bukan milik kita sendiri, haruslah ditolak dengan 

semangat dan kesungguhan yang besar. saat  Yohanes 

dianggap sebagai Mesias, ia tidak membiarkan anggap-

an itu begitu saja dengan berkata Si populus vult decipi, 

decipiatur – Jika orang banyak tertipu, biarkan saja me-

reka, namun   secara terang-terangan dan sungguh-sung-

guh, dan tanpa samar-samar, ia mengaku, aku bukan 

Mesias. Hoti ouk eimi egō ho Christos – Aku bukan 

Kristus, bukan aku. Ada yang lain yang akan datang, 

dan Dialah orangnya, namun   aku ini bukan. Penyangkal-

annya sebagai Mesias disebut sebagai pengakuannya 

dan bukan penolakannya terhadap Kristus. Perhatikan-

lah, orang yang merendahkan diri berarti mengakui 

Kristus, dan memberikan penghormatan kepada-Nya, 

namun   mereka yang tidak mau menyangkal diri berarti 

menyangkal Kristus. 

[2] Ia menyangkal bahwa dia Elia (ay. 21). Orang-orang Ya-

hudi menanti-nantikan pribadi Elia akan kembali dari 

sorga dan hidup di antara mereka, dan mereka mengha-

rapkan banyak perkara besar dari hal ini. Dengan men-

dengar sifat, ajaran, dan baptisan Yohanes, dan dengan 

mengamati bahwa ia tampak seperti seorang yang jatuh 

dari sorga, di daerah yang sama di mana Elia diangkat 

ke sorga, tidaklah mengherankan bahwa mereka lang-

sung saja menganggapnya sebagai Elia. Akan namun  , 

Yohanes menolak kehormatan ini juga. Ia memang di-

nubuatkan dengan nama Elia (Mal. 4:5), ia juga datang 

dalam roh dan kuasa Elia (Luk. 1:17), dan memang dia-

lah Elia yang akan datang itu (Mat. 11:14). Namun 

demikian, ia bukanlah Elia secara pribadi, bukan Elia 

yang pergi ke sorga dengan kereta berapi, bukan Elia 

yang menemui Kristus di gunung saat  Ia berubah 

rupa. Ia yaitu  Elia yang dijanjikan Tuhan  , bukan Elia 

yang dengan bodohnya diimpi-impikan orang Yahudi. 

Elia memang datang, namun   orang tidak mengenal dia 

(Mat. 17:12), dan dia tidak menunjukkan dirinya ke-

pada mereka sebagai Elia itu sebab  mereka menanti-

kan sosok Elia yang tidak pernah dijanjikan Tuhan   ke-

pada mereka.  

[3] Ia menyangkal bahwa dia yaitu  nabi itu, atau nabi 

yang akan datang itu. Pertama, ia bukan nabi yang di-

katakan Musa akan dibangkitkan oleh TUHAN dari 

antara saudara-saudara mereka, seperti Dia. Jika ini 

yang mereka maksudkan, maka mereka tidak perlu 

bertanya lagi, sebab nabi itu tidak lain dan tidak bukan 

yaitu  Sang Mesias sendiri, dan dia sendiri telah ber-

kata, aku bukan Kristus. Kedua, ia bukanlah nabi se-

perti yang mereka harapkan atau idam-idamkan, yang 

seperti Samuel dan Elia, dan nabi-nabi lain, akan mene-

ngahi masalah-masalah umum dan akan menyelamat-

kan mereka dari kuk penjajahan Romawi. Ketiga, ia 

bukan salah seorang nabi pada zaman dulu yang 

bangkit dari antara orang mati, yang mereka harapkan 

datang sebelum Elia, seperti halnya dahulu Elia juga 

datang mendahului Mesias. Keempat, meskipun Yoha-

nes yaitu  seorang nabi, bahkan lebih dibandingkan  nabi, ia 

diberi pewahyuan bukan melalui mimpi dan penglihat-

an, seperti pewahyuan yang diberikan kepada para nabi 

Perjanjian Lama. Tugas dan pekerjaannya memiliki  

sifat yang berbeda, dan termasuk dalam masa pem-

babakan yang lain. Seandainya Yohanes berkata bahwa 

ia yaitu  Elia, dan seorang nabi, ia bisa saja berlaku 

seperti itu. Akan namun  , hamba-hamba Tuhan haruslah, 

dalam segala kesempatan, menyatakan diri mereka 

dengan sangat hati-hati, baik supaya mereka tidak ikut 

meneguhkan orang lain di dalam kesalahan mereka 

maupun secara khusus supaya mereka tidak memberi-

kan kesempatan kepada siapa saja untuk memandang 

diri mereka melebihi apa yang sebenarnya. 

(2) Dalam bentuk penegasan. Para utusan yang dikirim untuk 

memeriksanya mendesak agar dia membuat pernyataan 

yang sebenar-benarnya tentang dirinya. Mereka memper-

ingatkan dia akan wewenang orang-orang yang mengutus 

mereka, dan meminta dia untuk menghormati mereka: “Ka-

takanlah kepada kami, siapakah engkau? bukan supaya 

kami percaya kepadamu, dan dibaptis olehmu, namun   supa-

ya kami dapat memberi jawab kepada mereka yang meng-

utus kami, dan supaya jangan ada yang berkata bahwa 

kami diutus untuk melakukan tugas yang bodoh.” Yohanes 

dihormati sebagai orang yang jujur, dan sebab  itu mereka 

yakin bahwa dia tidak akan mengelak atau memberikan 

jawaban yang samar-samar, namun   akan berlaku baik dan 

tulus, dan memberikan jawaban yang terang-terangan 

terhadap pertanyaan yang terang-terangan: Apakah katamu 

tentang dirimu sendiri? Dan dia pun mengatakannya, “Aku-

lah suara orang yang berseru-seru di padang gurun.”  

Perhatikanlah:  

[1] Ia memberikan jawabannya dengan mengutip Kitab 

Suci, untuk menunjukkan bahwa nubuatan Kitab Suci 

digenapi di dalam dirinya, dan bahwa jabatannya didu-

kung oleh wewenang ilahi. Apa yang dikatakan Kitab 

Suci tentang jabatan pelayanan haruslah sering dire-

nungkan oleh hamba-hamba Tuhan yang mendapat 

panggilan tinggi itu, dan mereka harus memandang diri 

mereka sendiri seperti, dan hanya seperti, apa yang 

dikatakan firman Tuhan   tentang panggilan mereka itu. 

[2] Dia menjawab dengan memberikan pernyataan-pernya-

taan yang sangat rendah hati, sederhana, dan penuh 

dengan penyangkalan diri. Ia memilih menerapkan pada 

dirinya sendiri ayat Kitab Suci yang tidak menggambar-

kan kehormatannya, namun   yang menggambarkan tugas 

dan kewajibannya, yang hanya memberikan sedikit ke-

hormatan saja baginya: Akulah suara, seolah-olah ia 

hanyalah vox et præterea nihil – sekadar suara saja. 

[3] Ia memberikan penjelasan tentang dirinya dengan cara 

yang dapat bermanfaat bagi mereka, dan dapat mem-

bangkitkan serta menyadarkan mereka untuk mende-

ngarkan dia, sebab ia yaitu  suara itu (Yes. 40:3), suara 

untuk memperingatkan, suara yang jelas untuk meng-

ajar. Hamba-hamba Tuhan hanyalah suara, sarana, 

yang dengannya Tuhan   berkenan menyampaikan pikir-

an-Nya. Apakah Paulus dan Apolos itu? Mereka hanya-

lah para pembawa pesan.  

Perhatikanlah:  

Pertama, ia yaitu  suara manusia. Orang-orang Ya-

hudi dipersiapkan menerima hukum Taurat dengan gu-

ruh yang bergemuruh dan bunyi sangkakala yang sa-

ngat keras, yang membuat mereka gemetar. Akan 

namun  , mereka dipersiapkan menerima Injil dengan sua-

ra seorang manusia seperti kita, suara angin sepoi-sepoi 

basa, seperti bunyi suara yang terdengar saat  Tuhan   

mendatangi Elia (1Raj. 19:12).  

Kedua, ia yaitu  suara yang berseru-seru, yang 

menggambarkan:  

1. Kesungguhan dan kegigihannya dalam memanggil 

orang-orang untuk bertobat. Ia berseru-seru dengan 

suara nyaring dan tidak tanggung-tanggung. Hamba-

hamba Tuhan haruslah memberitakan Injil seperti 

orang yang sungguh-sungguh, dan mereka sendiri 

harus benar-benar hidup sesuai dengan apa yang 

ingin mereka sampaikan kepada orang lain. Perkata-

an-perkataan yang membeku di dalam bibir pem-

bicara tidak mungkin mencairkan hati pendengar.  

2.  Pernyataannya yang terang-terangan tentang ajaran 

yang diberitakannya. Ia yaitu  suara orang yang 

berseru-seru, sehingga semua orang dari berbagai 

kalangan dapat mendengar dan memperhatikannya. 

Bukankah hikmat berseru-seru? (Ams. 8:1).  

Ketiga, di padang gurunlah suara itu berseru-seru, 

di tempat yang sunyi dan senyap, jauh dari keramaian 

dunia dan berbagai kesibukannya. Semakin jauh kita 

dari hiruk pikuk urusan duniawi semakin siap kita 

mendengarkan Tuhan  .  

Keempat, apa yang diserukannya yaitu : Luruskan-

lah jalan Tuhan, yang artinya:  

(1) Ia datang untuk meluruskan kesalahan-kesalahan 

orang mengenai jalan-jalan Tuhan  . Jalan Tuhan   sudah 

pasti yaitu  jalan yang benar, namun   para ahli 

Taurat dan orang Farisi, dengan tafsiran-tafsiran 

mereka yang melenceng terhadap hukum Taurat, te-

lah membuat jalan-jalan itu menjadi bengkok. Seka-

rang Yohanes Pembaptis memanggil orang-orang 

untuk kembali kepada aturan yang semula.  

(2) Ia datang untuk mempersiapkan dan mencondong-

kan hati orang-orang agar menerima dan menyam-

but Kristus serta Injil-Nya. Ungkapan “Buatlah 

jalan” ini menggambarkan seruan yang biasa di-

ucapkan oleh para pendahulu raja atau pembesar, 

yang berseru: Buka jalan. Perhatikanlah, saat  

Tuhan   mendatangi kita, kita harus siap menemui-

Nya, dan bukalah jalan bagi firman Tuhan supaya Ia 

lewat dengan sebebas-bebasnya (Mzm. 24:7). 

2.  Inilah kesaksian Yohanes tentang baptisannya. 

(1) Pertanyaan yang diajukan para utusan itu tentang baptisan 

ini: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan 

Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” 

(ay. 25).  

[1] Mereka paham betul bahwa baptisan memang pantas 

dan sesuai untuk digunakan sebagai ritus atau upacara 

suci, sebab jemaat Yahudi menggunakan baptisan dan 

sunat untuk menyambut orang-orang bukan-Yahudi 

yang masuk ke dalam agama mereka, untuk menanda-

kan pembersihan dari segala kecemaran keadaan mere-

ka yang dulu. Tanda ini juga digunakan dan diberlaku-

kan oleh gereja Kristen. Kristus tidak memperkenalkan 

suatu tata upacara yang baru, jadi hamba-hamba-Nya 

juga tidak boleh berbuat demikian.  

[2] Mereka sadar bahwa baptisan akan digunakan pada 

hari-hari Mesias, sebab  sudah dijanjikan bahwa pada 

waktu itu akan terbuka suatu sumber (Za. 13:1), dan air 

jernih akan tercurah (Yeh. 36:25). Sudah merupakan 

pandangan yang diterima orang banyak bahwa Mesias, 

Elia, dan nabi yang akan datang itu akan membaptis, 

saat  mereka datang untuk mentahirkan dunia yang 

cemar. Keadilan ilahi menenggelamkan dunia yang lama 

dalam kecemarannya, namun   kasih karunia ilahi mem-

bersihkan dunia yang baru ini dari kecemarannya.  

[3] Dengan demikian, mereka akan tahu dengan kuasa apa 

Yohanes membaptis. Penyangkalannya bahwa ia yaitu  

Elia, atau nabi yang akan datang itu, membuatnya dita-

nyai lebih lanjut lagi, “Mengapakah engkau membaptis?” 

Perhatikanlah, bukan hal baru jika kebersahajaan sese-

orang justru dijadikan sebagai sesuatu untuk menen-

tangnya, dan membuatnya lebih dicurigai. Akan namun  , 

lebih baik orang mengambil keuntungan dari pikiran-

pikiran kita yang merendahkan diri kita sendiri, untuk 

kemudian menginjak-nginjak kita, dibandingkan  Iblis meng-

ambil keuntungan dari pikiran-pikiran kita yang me-

ninggikan diri kita sendiri, untuk menggoda kita supaya 

jatuh dalam kesombongan dan membawa kita ke dalam 

kutukannya.    

(2) Penjelasan yang diberikannya tentang baptisan itu (ay. 26-

27). 

[1] Ia mengakui bahwa dia hanyalah hamba yang menger-

jakan tanda lahiriah: “Aku membaptis dengan air, dan 

itu saja. Aku bukan apa-apa, dan tidak melakukan apa-

apa, lebih dibandingkan  yang kamu lihat. Aku tidak mempu-

nyai gelar lain selain Yohanes Pembaptis. Aku tidak bisa 

memberikan kasih karunia rohani yang dilambangkan 

dengan baptisan itu.” Paulus berusaha agar orang lain 

tidak menganggapnya lebih dibandingkan  apa yang mereka 

lihat padanya (2Kor. 12:6). Demikian pula dengan Yoha-

nes Pembaptis. Hamba janganlah berusaha menjadi 

tuan.  

[2] Ia mengarahkan mereka kepada seorang yang lebih be-

sar dibandingkan  dirinya, yang akan melakukan bagi mere-

ka, jika mereka menginginkannya, apa yang tidak dapat 

diperbuatnya: “Aku membaptis dengan air, dan itulah 

tugas terbesar yang dapat aku lakukan. Dengan mem-

baptis, aku tidak memiliki  tujuan lain kecuali untuk 

menghantarkan kamu kepada Dia yang akan datang 

kemudian dibandingkan ku, dan untuk menyerahkan kamu 

kepada-Nya.” Perhatikanlah, tugas besar hamba-hamba 

Kristus yaitu  menuntun semua orang kepada-Nya. 

Bukan diri kita yang kita beritakan, namun   Kristus 

Yesus, Tuhan. Yohanes memberikan penjelasan yang 

sama kepada para utusan ini seperti yang diberikannya 

kepada orang banyak (ay. 15): “Inilah Dia yang kumak-

sudkan.” Yohanes tidak berubah-ubah dan tetap mem-

berikan kesaksian yang sama, tidak seperti buluh yang 

digoyangkan angin kian kemari. Mahkamah Agama iri 

dengan kehormatan yang didapat Yohanes di kalangan 

orang banyak, namun ia tidak takut memberi tahu 

mereka bahwa ada seorang lain yang berdiri di ambang 

pintu yang jauh melebihi dirinya.  

Pertama, ia memberi tahu mereka kehadiran Kristus 

di antara mereka sekarang pada saat ini: Di tengah-

tengah kamu, pada saat ini, berdiri Dia yang tidak kamu 

kenal. Kristus berdiri di tengah-tengah orang banyak, 

menjadi salah seorang dari antara mereka. 

Perhatikanlah:  

1.  Ada banyak hal berharga sesungguhnya tersembu-

nyi di dalam dunia ini. Ketidaktenaran sering kali 

merupakan nasib yang menimpa keunggulan yang 

sejati. Orang-orang kudus yaitu  orang-orang kepu-

nyaan Tuhan   yang tersembunyi, dan oleh sebab  itu 

dunia tidak mengenal mereka.  

2. Tuhan   sendiri sering kali lebih dekat dengan kita dari-

pada yang kita sadari. Tuhan ada di tempat ini, dan 

aku tidak mengetahuinya. Mereka memandang ke 

depan sambil mengharapkan Mesias: Lihat, ia ada di 

sini, atau lihat ia ada di sana, padahal Kerajaan 

Tuhan   sudah muncul dan ada di antara mereka (Luk. 

17:21).  

Kedua, ia memberi tahu mereka tentang keutamaan 

Kristus melebihi dia sendiri: Ia datang kemudian dari-

padaku, namun Ia harus lebih diutamakan dibandingkan ku. 

Hal ini sudah dikatakannya sebelumnya. Ia menambah-

kan di sini, “Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak 

layak.” Namaku tidak pantas disebutkan dengan nama-

Nya pada hari yang sama. Menjalankan tugas yang 

paling rendah untuk-Nya pun sudah merupakan kehor-

matan yang terlalu besar bagiku (1Sam. 25:41). Orang-

orang yang sangat menghargai Kristus pasti akan me-

mandang pelayanan yang mereka berikan kepada-Nya, 

bahkan pelayanan yang paling hina sekalipun, sebagai 

kehormatan bagi mereka (Mzm. 84:11). Jika seorang 

yang besar seperti Yohanes saja menganggap dirinya 

tidak layak mendapatkan kehormatan untuk berada di 

dekat Kristus, apalagi kita! Nah, kita mungkin berpikir 

bahwa imam-imam kepala dan orang-orang Farisi ini, 

sesudah  diberi petunjuk tentang kedatangan Mesias yang 

sudah dekat ini, pasti segera bertanya siapakah gerang-

an dan di manakah orang yang istimewa ini (dan siapa 

lagi yang lebih dapat memberi tahu mereka mengenai 

hal ini selain dia yang sudah memberikan pernyataan 

umum ini kepada mereka?) namun   rupanya tidak, me-

reka tidak menganggap pertanyaan ini sebagai bagian 

dari tugas mereka. Mereka tidak peduli dengan itu. Me-

reka datang untuk melecehkan Yohanes, bukan untuk 

menerima pengajaran-pengajaran darinya. Dengan de-

mikian, mereka memang sengaja tidak mau tahu. Mere-

ka bisa saja mengenal Kristus, namun   mereka tidak mau. 

Yang terakhir, di sini diperhatikan juga mengenai tem-

pat di mana semuanya ini terjadi: Di Betania yang di 

seberang sungai Yordan (ay. 28; KJV: di Bethabara yang 

di seberang sungai Yordan – pen.). Bethabara berarti 

rumah penyeberangan. Sebagian orang berpikir bahwa 

tempat ini yaitu  tempat di mana bangsa Israel menye-

berangi sungai Yordan menuju tanah perjanjian di ba-

wah pimpinan Yosua. Di sana dibuka jalan menuju 

tanah Injil oleh Yesus Kristus. Tempat ini sangat jauh 

dari Yerusalem, di seberang sungai Yordan, mungkin 

supaya apa yang diperbuat Yohanes di sana tidak akan 

begitu menyinggung pemerintah. Amos harus bernu-

buat di daerah pedesaan, bukan di dekat istana. Akan 

namun  , sungguh menyedihkan bahwa Yerusalem men-

jauhkan darinya hal-hal yang justru dapat membawa 

damai sejahtera baginya. Ia membuat pengakuan ini di 

tempat yang sama di mana dia membaptis, supaya se-

mua orang yang ikut dibaptis olehnya dapat menjadi 

saksi atas pengakuannya itu, supaya tidak ada yang 

dapat berkata bahwa mereka tidak tahu apa yang harus 

mereka perbuat dengan-Nya.    

Kesaksian Yohanes tentang Kristus 

(1:29-36) 

29 Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan 

ia berkata: “Lihatlah Anak domba Tuhan  , yang menghapus dosa dunia. 30 

Dialah yang kumaksud saat  kukatakan: Kemudian dari padaku akan 

datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum 

aku. 31 Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, namun   untuk 

itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan 

kepada Israel.” 32 Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: “Aku telah 

melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. 

33 Dan aku pun tidak mengenal-Nya, namun   Dia, yang mengutus aku 

untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau 

melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah 

itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. 34 Dan aku telah melihat-

Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Tuhan  .” 35 Pada keesokan 

harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. 36 Dan 

saat  ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Tuhan  !” 

Dalam ayat-ayat ini kita melihat kesaksian Yohanes tentang Yesus 

Kristus, yang disampaikannya kepada murid-muridnya sendiri yang 

mengikuti dia. Segera sesudah  Yesus dibaptis, Ia dibawa ke padang

gurun untuk dicobai, dan di sana Ia tinggal selama empat puluh hari. 

Selama Dia di sana, Yohanes terus memberikan kesaksian tentang 

Dia, dan memberi tahu orang banyak mengenai Dia. Akan namun   

sekarang pada akhirnya ia melihat Yesus datang kepadanya, sesudah  

kembali dari padang gurun pencobaan. Segera sesudah  pertempuran-

Nya dengan Iblis berakhir, Ia kembali kepada Yohanes, yang sedang 

berkhotbah dan membaptis. Nah, Kristus dicobai untuk memberikan 

teladan dan dorongan bagi kita, dan hal ini mengajar kita:  

1.  Bahwa kesulitan dalam masa pencobaan haruslah membuat kita 

tetap menuruti ketetapan-ketetapan yang sudah berlaku, dan 

masuk ke dalam tempat kudus Tuhan   (Mzm. 73:17). Peperangan 

kita dengan Iblis haruslah mendorong kita untuk tetap dekat 

dengan persekutuan orang-orang kudus: dua lebih baik dibandingkan  

satu.  

2. Bahwa kehormatan-kehormatan yang kita peroleh di dalam keme-

nangan tidak boleh membuat kita berbuat melampaui ketetapan-

ketetapan yang sudah berlaku. Kristus telah menang atas Iblis, 

dan telah dilayani oleh para malaikat, namun, sesudah  semuanya 

itu, Ia kembali ke tempat Yohanes berkhotbah dan membaptis. 

Selama kita masih berada di dunia ini, seberapa luar biasa pun 

kita dilawat oleh kasih karunia ilahi, kita tetap harus menyandar-

kan diri pada sarana kasih karunia dan penghiburan yang biasa, 

dan berjalan bersama Tuhan   di dalamnya. Sekarang, inilah dua 

kesaksian yang diberikan Yohanes tentang Kristus, dan keduanya 

sepakat satu sama lain.  

I.   Inilah kesaksiannya tentang Kristus pada hari pertama saat  ia 

melihat-Nya datang dari padang gurun. Dan inilah empat hal yang 

disaksikannya mengenai Kristus, saat  ia melihat Dia di depan 

matanya:   

1. Bahwa Ia yaitu  Anak Domba Tuhan   yang menghapus dosa 

dunia (ay. 29).  

Marilah kita pelajari di sini: 

(1) Bahwa Yesus Kristus yaitu  Anak Domba Tuhan  , menunjuk-

kan bahwa Dia yaitu  sang korban agung, yang dengannya 

pendamaian dosa dibuat, sehingga manusia didamaikan 

dengan Tuhan  . Dari antara semua korban persembahan 

yang ada di dalam hukum Taurat, Ia memilih untuk meng-

gunakan korban anak domba, bukan hanya sebab  anak 

domba merupakan lambang kelemahlembutan, dan Kristus 

akan digiring seperti anak domba yang dibawa ke pemban-

taian (Yes. 53:7), melainkan juga sebab  Ia secara khusus 

ingin merujuk:  

[1] Kepada korban persembahan harian, yang dipersembah-

kan setiap pagi dan sore secara terus-menerus, dan kor-

ban ini selalu berupa anak domba (Kel. 29:38), yang 

merupakan perlambangan atau bayangan dari Kristus, 

sebagai korban persembahan kekal, yang darah-Nya 

terus-menerus berbicara.  

[2] Kepada domba paskah, yang darahnya, sesudah  dibu-

buhkan pada tiang-tiang pintu, melindungi orang-orang 

Israel dari hajaran malaikat maut. Kristus yaitu  Anak 

Domba Paskah kita (1Kor. 5:7). Ia yaitu  Anak Domba 

Tuhan  . Ia ditentukan oleh-Nya (Rm. 3:25), dikuduskan 

bagi-Nya (17:19), diterima oleh-Nya, dan kepada-Nyalah 

Tuhan   berkenan. Undi yang jatuh pada kambing jantan 

yang akan diserahkan sebagai korban persembahan 

dosa disebut sebagai undi bagi TUHAN (Im. 16:8-9), 

demikian pula Kristus, yang akan membuat pendamai-

an bagi dosa, disebut Anak Domba Tuhan  . 

(2) Bahwa Yesus Kristus, sebagai Anak Domba Tuhan  , mengha-

pus dosa dunia. Inilah tugas-Nya. Ia datang untuk meng-

hapuskan dosa dengan diri-Nya sendiri sebagai korban (Ibr. 

9:26). Yohanes Pembaptis telah memanggil orang-orang 

untuk bertobat dari dosa-dosa mereka, supaya dosa-dosa 

mereka dihapuskan. Sekarang di sini ia menunjukkan ba-

gaimana dan oleh siapa penghapusan dosa itu akan dilaku-

kan, dan apa dasar pengharapan kita bahwa dosa-dosa kita 

akan diampuni apabila kita bertobat, meskipun pertobatan 

kita tidak bisa menjadi korban yang memuaskan bagi dosa-

dosa itu. Inilah dasar pengharapan yang kita miliki, bahwa 

Yesus Kristus yaitu  Anak Domba Tuhan  .  

[1]  Ia menghapus dosa. Ia, sebagai Pengantara antara Tuhan   

dan manusia, menghapus apa yang paling menentang 

kekudusan Tuhan   dan merusak kebahagiaan manusia. Ia 

datang, pertama, untuk menghapus kesalahan dosa me-

lalui kuasa kematian-Nya, untuk membatalkan pengha-

kiman, dan mencabut kembali dakwaan, yang menimpa 

seluruh umat manusia, dengan cara memberikan ganti 

rugi, yang dapat dinikmati oleh semua orang percaya 

yang bertobat dan taat. Kedua, untuk menghapus kua-

sa dosa oleh Roh kasih karunia-Nya, sehingga dosa 

tidak berkuasa lagi (Rm. 6:14). Kristus, sebagai Anak 

Domba Tuhan  , membasuh kita dari dosa-dosa kita de-

ngan darah-Nya sendiri, yang artinya, Ia membenarkan 

sekaligus menguduskan kita: Ia menghapus dosa. Ia 

sedang ho airōn – Ia sedang menghapus dosa dunia, 

yang menggambarkan bahwa penghapusan dosa itu 

tidak dilakukan hanya sekali, namun   terus-menerus. 

Menghapus dosa merupakan tugas dan pekerjaan-Nya 

secara terus-menerus, pekerjaan sepanjang waktu yang 

tidak akan dapat tuntas sampai waktu itu sendiri ber-

akhir. Ia selalu menghapus dosa, dengan pengantaraan 

darah-Nya secara terus-menerus di sorga, dan dengan 

kuasa kasih karunia-Nya secara terus-menerus di bumi.  

[2] Ia menghapus dosa dunia, mendapatkan pengampunan 

untuk diberikan kepada orang-orang yang bertobat dan 

percaya kepada Injil, dari bangsa, suku, atau bahasa 

apa pun mereka berasal. Korban-korban persembahan 

dalam hukum Taurat hanya merujuk kepada dosa-dosa 

bangsa Israel, untuk mendamaikan dosa-dosa mereka, 

namun   Anak Domba Tuhan   dipersembahkan untuk men-

jadi pendamaian bagi dosa-dosa seluruh dunia (1Yoh. 

2:2). Hal ini sangat membesarkan iman kita, sebab jika 

Kristus menghapus dosa dunia, tentulah Ia menghapus 

dosa kita juga! Kristus mengerahkan segala kekuatan-

Nya melawan pasukan dosa yang utama, Ia menyerang 

bagian akar kejahatan, untuk menghancurkannya, yang 

telah menguasai seluruh dunia. Tuhan   mendamaikan 

dunia dengan diri-Nya di dalam Kristus.  

[3]  Ia menghapus dosa dunia dengan menimpakan dosa itu 

ke atas diri-Nya sendiri. Ia yaitu  Anak Domba Tuhan  , 

yang menanggung dosa dunia, begitulah arti umumnya. 

Ia menanggung dosa bagi kita, dan dengan demikian Ia 

mengambilnya dari kita untuk ditanggung-Nya. Ia me-

nanggung dosa banyak orang, seperti dosa-dosa bangsa 

Israel ditanggungkan pada kepala kambing jantan (Im. 

16:21). Tuhan   bisa saja menghapus dosa dengan membi-

nasakan para pendosa, seperti Ia menghapus dosa 

dunia yang lama. Akan namun  , Ia telah menemukan sua-

tu cara untuk menghapus dosa tanpa membinasakan 

para pendosanya sendiri, yaitu dengan menjadikan 

Anak-Nya sebagai dosa bagi kita. 

(3) Bahwa kewajiban kita yaitu  memandang, dengan mata 

iman, Anak Domba Tuhan   yang sudah menghapus dosa du-

nia seperti itu. Lihatlah bagaimana Dia menghapus dosa, 

dan biarkanlah hal itu membuat kita lebih membenci dosa, 

dan lebih bertekad untuk menentangnya. Janganlah kita 

menggenggam erat-erat apa yang hendak dihapus Anak 

Domba Tuhan   dengan kedatangan-Nya, sebab Kristus akan 

melenyapkan entah dosa-dosa kita atau diri kita sendiri. 

Biarkanlah hal ini membuat kita semakin mengasihi Kris-

tus, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita 

dari dosa kita oleh darah-Nya (Why. 1:5). Apa pun yang 

ingin dilenyapkan Tuhan   dari diri kita, lebih-lebih lagi dosa-

dosa kita, kita selayaknya harus bersyukur, dan sama 

sekali tidak tidak ada alasan untuk mengeluh.   

2.  Bahwa Dialah orang yang telah dibicarakan Yohanes Pembap-

tis sebelumnya (ay. 30-31): Inilah Dia, orang yang sedang ku-

tunjuk ini, dan kamu melihat di mana Ia berdiri, Dialah yang 

kumaksud saat  kukatakan: Kemudian dari padaku akan da-

tang seorang.  

Perhatikanlah:  

(1) Yohanes memiliki  kehormatan ini melebihi semua nabi, 

yaitu bahwa sementara mereka berkata-kata tentang Dia 

sebagai orang yang akan datang, ia melihat-Nya sudah 

datang. Inilah Dia. Ia melihat-Nya sekarang, ia meman-

dang-Nya dari dekat (Bil. 24:17). Begitulah besarnya perbe-

daan antara iman yang sekarang dan penglihatan yang 

akan datang. Sekarang kita mengasihi Dia yang tidak kita 

lihat, namun   nanti kita akan memandang Dia yang dikasihi 

jiwa kita, kita akan memandang-Nya dan berkata, Dialah 

yang kumaksud saat  aku berkata, “Kristusku, Engkaulah 

segalanya bagiku, Engkaulah yang kukasihi, dan Engkau-

lah sahabatku.”  

(2) Yohanes menyebut Kristus seorang, sesudah  aku akan da-

tang seorang – anēr, seorang yang kuat: sang laki-laki itu, 

atau orang yang menjadi tangan kanan Tuhan  .  

(3) Ia merujuk pada apa yang telah dikatakannya sendiri 

sebelumnya: Dialah yang kumaksud. Perhatikanlah, orang-

orang yang telah mengatakan hal-hal yang paling terhor-

mat tentang Kristus tidak akan pernah menemui alasan 

untuk menarik kembali kata-kata mereka, melainkan, se-

makin dalam mereka mengenal-Nya semakin yakin mereka 

akan penghargaan yang telah mereka berikan kepada-Nya. 

Yohanes masih memandang rendah dirinya dan meman-

dang tinggi Kristus sama seperti sebelumnya. Walaupun 

Kristus tidak tampil dalam kemegahan atau kebesaran 

lahiriah, Yohanes tidak malu mengakui bahwa Dialah yang 

kumaksudkan, yang harus lebih diutamakan dibandingkan ku. 

Dan memang penting bagi Yohanes untuk menunjukkan 

Dia secara langsung kepada mereka, sebab kalau tidak, 

mereka tidak akan percaya bahwa orang yang tampak 

demikian hina ini yaitu  Dia yang mengenai-Nya Yohanes 

membicarakan hal-hal yang besar.  

(4) Ia menyangkal adanya persepakatan atau kerja sama de-

ngan Yesus ini: Dan aku sendiri pun mula-mula tidak me-

ngenal Dia. Walaupun mereka bersaudara (Elisabet yaitu  

sepupu perawan Maria), mereka sama sekali tidak menge-

nal satu sama lain. Yohanes tidak mengenal Yesus secara 

pribadi sebelum ia melihat-Nya datang untuk dibaptis oleh-

nya. Cara hidup mereka sungguh berbeda. Yohanes meng-

habiskan waktunya di padang gurun, dalam kesendirian, 

sementara Yesus menghabiskan waktu-Nya di Nazaret, ber-

gaul dengan orang lain. Tidak ada hubungan atau perca-

kapan apa pun di antara mereka sebelumnya, sehingga hal 

ini seluruhnya tampak terjadi semata-mata sebab  tuntun-

an dan kehendak Sorga, dan bukan sebab  rancangan atau 

kerja sama di antara mereka sendiri. Dengan demikian, ia 

tidak hanya menyangkal adanya segala persekongkolan apa 

pun di antara mereka, namun   juga segala perasaan berpihak 

dan prasangka yang biasa didapati di dalam persekong-

kolan itu. Orang tidak bisa menganggapnya berpihak ke-

pada Kristus sebagai teman, sebab tidak ada persahabatan 

atau keakraban di antara mereka sebelumnya. Bahkan, 

tidak mungkin ia punya suatu maksud tertentu dalam 

mengatakan hal-hal yang baik tentang-Nya sebab  memang 

Ia orang asing baginya, dan demikian juga ia tidak dapat 

mengatakan apa-apa tentang Dia kecuali apa yang telah 

dikaruniakan kepadanya dari sorga, yang dari sana ia 

mengaku menerima segala sesuatunya (3:7). Perhatikanlah, 

orang-orang yang mendapat pengajaran yang baik pasti 

mempercayai dan mengakui orang yang tidak pernah 

mereka lihat, dan berbahagialah mereka yang tidak melihat 

namun percaya.  

(5) Maksud agung dari pelayanan dan baptisan Yohanes ada-

lah untuk memperkenalkan Yesus Kristus. Untuk itulah 

aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyata-

kan kepada Israel.  

Perhatikanlah:  

[1]  Walaupun Yohanes tidak mengenal wajah Yesus, ia 

tahu bahwa Yesus akan dinyatakan. Perhatikanlah, kita 

bisa mengetahui kepastian dari sesuatu yang sifat dan 

maksudnya tidak kita ketahui dengan sepenuhnya. Kita 

tahu bahwa kebahagiaan sorgawi akan dinyatakan ke-

pada Israel, meskipun kita tidak dapat menggambar-

kannya.  

[2] Keyakinan yang penuh dalam diri Yohanes bahwa 

Kristus akan dinyatakan membuatnya tekun dan teguh 

dalam melaksanakan pekerjaannya, meskipun ia sendiri 

tidak tahu hal-hal secara terperinci: untuk itulah aku 

datang. Keyakinan kita akan kebenaran dari berbagai 

hal, meskipun tidak terlihat, sudah cukup untuk men-

dorong kita melakukan kewajiban kita.  

[3] Tuhan   menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya secara 

bertahap. Pada awalnya, Yohanes tidak mengetahui hal-

hal lain tentang Kristus kecuali bahwa Ia akan dinyata-

kan. Dengan keyakinan itu, ia datang untuk membap-

tis, dan sekarang ia diberi hadiah sebab  bisa melihat-

Nya secara langsung. Mereka yang sebab  firman Tuhan   

percaya apa yang tidak mereka lihat akan segera meli-

hat apa yang sekarang mereka percaya.  

[4] Pelayanan firman dan sakramen tidak dirancang untuk 

tujuan-tujuan lain selain untuk menuntun orang ke-

pada Kristus, dan untuk membuat-Nya semakin lebih 

dinyatakan.  

[5] Baptisan dengan air membuka jalan bagi dinyatakannya 

Kristus, sebab baptisan mengandaikan kejahatan dan 

kecemaran kita, dan melambangkan pembersihan kita 

oleh Dia yang yaitu  sumber mata air yang terbuka. 

3.  Bahwa inilah Dia yang ke atas-Nya Roh turun dari langit seperti 

merpati. Untuk meneguhkan kesaksiannya tentang Kristus, di 

sini ia menyatakan penampakan luar biasa yang disaksikan-

nya pada saat pembaptisan-Nya. Di dalam penampakan ini 

Tuhan   sendiri memberikan kesaksian tentang Dia. Ini merupa-

kan bukti besar akan misi Kristus. Sekarang, untuk meyakin-

kan kita akan kebenaran hal itu, kita di sini mengetahui (ay. 

32-34),  

(1) Bahwa Yohanes Pembaptis melihatnya: Ia memberikan ke-

saksian, tidak hanya menyampaikannya sebagai cerita, te-

tapi benar-benar menegaskannya, dengan segala kesung-

guhan dan kekhidmatan dalam bersaksi. Ia menyatakan-

nya dengan segala ketegasan: Aku telah melihat Roh turun 

dari langit. Yohanes tidak dapat melihat Roh, namun   ia me-

lihat burung merpati yang merupakan tanda dan lambang 

dari Roh itu. Roh datang kepada Kristus sekarang untuk 

membuat-Nya layak bagi pekerjaan-Nya dan untuk menya-

takan-Nya kepada dunia. Kristus dinyatakan bukan dengan 

pemberian mahkota, atau dengan transfigurasi, melainkan 

dengan turunnya Roh seperti burung merpati ke atas-Nya, 

untuk menyatakan Ia memenuhi syarat dalam menjalan-

kan pekerjaan-Nya. Demikian pula halnya, kesaksian per-

tama yang diberikan kepada para rasul yaitu  turunnya 

Roh ke atas mereka. Anak-anak Tuhan   dinyatakan melalui 

kasih karunia, sementara kemuliaan-kemuliaan bagi mere-

ka disimpan untuk masa yang akan datang.  

Perhatikanlah:  

[1]  Roh turun dari langit, sebab segala pemberian yang baik 

dan sempurna datang dari atas.  

[2]  Roh turun seperti merpati – lambang kelemahlembutan, 

kesabaran, dan keramahan, yang membuat-Nya layak 

untuk mengajar. Burung merpati terbang kembali de-

ngan membawa sehelai daun zaitun yang segar (Kej. 

8:11).  

[3] Roh yang turun ke atas Kristus tetap ada pada-Nya, se-

perti yang sudah dinubuatkan (Yes. 11:2). Roh tidak 

menggerakan-Nya sekali-sekali saja, seperti pada Sim-

son (Hak. 13:25), namun   setiap waktu. Roh diberikan ke-

pada-Nya dengan tidak terbatas. Ia memiliki  hak 

istimewa untuk selalu memiliki Roh pada diri-Nya, se-

hingga satu kali pun Ia tidak akan didapati tidak meme-

nuhi syarat untuk melakukan pekerjaan-Nya atau tidak 

diperlengkapi untuk memberi kasih karunia kepada 

mereka yang meminta dari-Nya.      

(2) Bahwa ia diberi tahu untuk menantikan kedatangan-Nya, 

dan hal ini sangat menguatkan bukti itu. Hal itu bukanlah 

semata-mata dugaan Yohanes bahwa Dia yang ke atas-Nya 

Roh Kudus turun pasti yaitu  Anak Tuhan  , namun   bahwa hal 

itu merupakan tanda yang sudah ditentukan dan yang 

telah diberikan kepadanya sebelumnya, yang dengannya ia 

akan mengetahui kepastian hal ini (ay. 33): Aku pun tidak 

mengenal-Nya. Ia sangat menekankan hal ini, bahwa ia 

tidak mengetahui lebih banyak tentang Dia dibandingkan  apa 

yang diketahui orang lain, selain melalui pewahyuan. 

namun   Dia, yang mengutus aku untuk membaptis, 

memberikan tanda ini kepadaku: Jikalau engkau melihat 

Roh itu turun ke atas seseorang, Dialah itu.  

[1]  Lihatlah di sini betapa kuatnya dasar-dasar yang dipi-

jak Yohanes dalam pelayanan dan baptisannya, sehing-

ga ia bisa terus melanjutkannya dengan sangat tenang. 

Pertama, ia tidak berbuat tanpa diutus: Tuhan   mengutus-

nya untuk membaptis. Ia memiliki  wewenang dari 

sorga atas apa yang diperbuatnya. Apabila hamba 

Tuhan merasa bahwa panggilannya sudah jelas, maka 

ia pasti akan tenang, meskipun keberhasilannya sendiri 

tidaklah pasti. Kedua, ia tidak berbuat tanpa arahan 

atau bantuan, sebab  saat  ia diutus untuk membaptis 

dengan air, ia juga diarahkan kepada seseorang yang 

akan membaptis dengan Roh Kudus. Dengan gagasan ini 

Yohanes Pembaptis diajar untuk mengharapkan Kris-

tus, sebagai seorang yang akan memberikan pertobatan 

dan iman kepada orang-orang yang sudah dipanggilnya 

untuk bertobat dan beriman, dan akan meneruskan 

serta merampungkan bangunan agung yang dasar-da-

sarnya sedang ia dirikan sekarang. Perhatikanlah, 

sungguh sangat menghibur hamba-hamba Kristus da-

lam pelayanan mereka menyampaikan tanda-tanda la-

hiriah, bahwa Dia yang mereka layani dapat menganu-

gerahkan kasih karunia yang dilambangkan dengan 

tanda-tanda itu, dan dengan demikian memberikan ke-

hidupan, jiwa, dan kuasa ke dalam pelayanan yang 

tengah mereka lakukan. Ia dapat berbicara kepada hati 

apa yang mereka sampaikan kepada telinga, dan dapat 

menghidupkan kembali tulang-tulang kering yang kepa-

danya mereka bernubuat.  

[2] Lihatlah betapa kuatnya dasar-dasar yang dipijak Yoha-

nes dalam menunjuk pribadi Sang Mesias. Tuhan   telah 

memberinya suatu tanda sebelumnya, seperti yang su-

dah diberikan-Nya kepada Samuel tentang Saul: “Jika-

lau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang, 

Dialah itu.” Hal ini tidak hanya dapat menghindari kesa-

lahan-kesalahan namun   juga memberinya keberanian 

dalam bersaksi. Apabila ia diberi keyakinan seperti ini, 

maka ia pun dapat berbicara dengan penuh keyakinan. 

saat  Yohanes diberi tahu mengenai hal ini sebelum-

nya, pengharapan-pengharapannya pasti jauh lebih 

bertambah, dan saat  peristiwa ini benar-benar meng-

genapi nubuatan itu, imannya pasti jauh lebih diteguh-

kan. Dan hal-hal ini dituliskan agar kita percaya.   

4.  Bahwa Dia yaitu  Anak Tuhan  . Ini merupakan kesimpulan dari 

kesaksian Yohanes, inti dari segala sesuatu, sebagai quod erat 

demonstrandum – fakta yang hendak diperlihatkan (ay. 34): 

Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak 

Tuhan  .  

(1) Kebenaran yang dinyatakan yaitu  Ia inilah Anak Tuhan  . 

Suara dari sorga telah menyatakan, dan Yohanes tunduk 

padanya, bukan hanya bahwa Ia akan membaptis dengan 

Roh Kudus melalui kuasa ilahi melainkan juga bahwa Ia 

memiliki  sifat ilahi. Inilah pengakuan iman yang hanya 

ada dalam agama Kristen, yaitu bahwa Yesus yaitu  Anak 

Tuhan   (Mat. 16:16), dan di sinilah pengakuan itu pertama 

kali dibuat.  

(2) Kesaksian Yohanes akan hal itu: “Aku telah melihat-Nya, 

dan memberi kesaksian. Bukan hanya aku memberikan 

kesaksian tentang hal itu sekarang, melainkan juga aku 

melakukannya segera sesudah  aku melihat-Nya.” 

Perhatikanlah:  

[1]  Apa yang telah dilihatnya langsung saja disaksikannya, 

seperti yang diperbuat para rasul (Kis. 4:20): Sebab 

tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata ten-

tang apa yang telah kami lihat.  

[2] Apa yang disaksikannya yaitu  apa yang telah dilihat-

nya. Para saksi Kristus yaitu  saksi-saksi mata-Nya, 

dan sebab  itu mereka harus lebih dipercaya. Mereka 

tidak berbicara hanya berdasarkan desas-desus dan 

omongan orang (2Ptr. 1:16). 

II.  Inilah kesaksian Yohanes tentang Kristus, pada keesokan harinya 

(ay. 35-36).  

Dalam peristiwa ini, perhatikanlah:  

1. Yohanes memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk 

menuntun orang kepada Kristus: Yohanes berdiri melihat 

Yesus lewat. Tampaknya saat  itu Yohanes sudah tidak ber-

sama orang banyak lagi, dan sedang bercakap-cakap secara 

pribadi dengan dua orang muridnya. Perhatikanlah, hamba-

hamba Tuhan harus bersaksi tentang Kristus dan melayani 

kepentingan-kepentingan-Nya, bukan hanya saat  mereka 

berkhotbah kepada orang banyak melainkan juga dalam per-

cakapan mereka secara pribadi. Ia melihat Yesus sedang ber-

jalan di sebelah sana, namun   tidak pergi menemui-Nya, sebab  

ia tidak mau melakukan hal sekecil apa pun yang dapat meng-

undang kecurigaan bahwa mereka bersekongkol. Ia melihat 

Yesus – emblepsas. Ia terus memandang-Nya dan mengarah-

kan matanya kepada Dia. Mereka yang hendak menuntun 

orang lain kepada Kristus dengan sendirinya harus tekun dan 

sering merenung tentang Dia. Yohanes sudah melihat Kristus 

sebelumnya, namun   kini ia memandang-Nya (1Yoh. 1:1).  

2. Ia mengulangi kesaksian yang sama mengenai Kristus yang 

disampaikannya pada hari sebelumnya, meskipun ia bisa saja 

menyampaikan kebenaran agung yang lain mengenai Dia. 

namun   dengan berbuat demikian ia ingin menunjukkan bahwa 

ia teguh dan setia dalam kesaksiannya, dan tetap dalam pen-

diriannya. Ajaran yang disampaikannya dalam perkumpulan 

pribadi sama dengan ajaran yang disampaikannya di muka 

umum, seperti halnya ajaran Paulus (Kis. 20:20-21). Baik bagi 

kita untuk mendengar kembali apa yang sudah kita dengar 

sebelumnya (Flp. 3:1). Ajaran tentang pengorbanan Kristus 

untuk menghapus dosa dunia harus ditekankan secara khu-

sus oleh semua hamba Tuhan yang baik: Kristus, Anak Domba 

Tuhan  , Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.  

3.  Ia bermaksud mengatakan hal ini secara khusus kepada 

kedua muridnya yang sedang berdiri bersamanya. Ia bersedia 

menyerahkan mereka kepada Kristus, sebab untuk tujuan 

inilah ia memberikan kesaksian tentang Kristus di depan me-

reka, yaitu supaya mereka meninggalkan semua untuk meng-

ikuti-Nya, bahkan supaya mereka dapat meninggalkan dirinya 

sendiri. Ia tidak menganggap dirinya kehilangan murid-murid 

yang berpindah darinya kepada Kristus, seperti halnya kepala 

sekolah tidak merasa telah kehilangan muridnya yang dikirim-

kannya ke perguruan tinggi. Yohanes mengumpulkan murid-

murid bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Kristus, 

untuk menyiapkan mereka bagi Tuhan (Luk. 1:17). Ia sama se-

kali tidak iri dengan kehormatan Kristus yang semakin besar, 

malah tidak ad