Yohanes 1-16 2
Anak Tuhan . Per-
tama, Ia memiliki kepenuhan kasih karunia dan kebe-
naran bagi diri-Nya sendiri. Ia memiliki Roh dengan
tidak terbatas. Ia penuh kasih karunia, seutuhnya ber-
kenan pada Bapa-Nya, dan sebab itu memenuhi syarat
untuk mengantarai kita dengan Tuhan , dan penuh kebe-
naran, seutuhnya mengetahui hal-hal yang hendak di-
ungkapkan-Nya, dan sebab itu pantas untuk mengajar
kita. Ia memiliki kepenuhan pengetahuan dan belas
kasihan. Kedua, Ia memiliki kepenuhan kasih karu-
nia dan kebenaran bagi kita. Ia menerima, supaya Ia
dapat memberi, dan Tuhan berkenan kepada-Nya, supaya
Tuhan berkenan kepada kita di dalam Dia, dan inilah
kebenaran yang sesungguhnya dari bayangan-bayangan
hukum Taurat itu.
Kesaksian Yohanes tentang Kristus
(1:15-18)
15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: “Inilah Dia,
yang kumaksudkan saat aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang
Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” 16 sebab
dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih
karunia; 17 sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, namun kasih karunia
dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. 18 Tidak seorang pun yang pernah
melihat Tuhan ; namun Anak Tunggal Tuhan , yang ada di pangkuan Bapa, Dialah
yang menyatakan-Nya.
Dalam ayat-ayat ini:
I. Penulis Injil ini kembali memberitahukan kepada kita kesaksian
Yohanes Pembaptis tentang Kristus (ay. 15). Ia telah berkata (ay.
8) bahwa Yohanes datang sebagai saksi, dan sekarang di sini ia
memberi tahu kita bahwa Yohanes melakukan apa yang sudah
seharusnya dilakukannya, yaitu memberi kesaksian.
Di sini, perhatikanlah:
1. Bagaimana ia mengungkapkan kesaksiannya: Ia berseru, se-
suai dengan nubuatan bahwa ia akan menjadi suara orang
yang berseru-seru. Nabi-nabi Perjanjian Lama berseru-seru
dengan suara nyaring untuk menunjukkan kepada umat dosa-
dosa mereka, sementara nabi Perjanjian Baru ini berseru-seru
untuk menunjukkan kepada umat Juruselamat mereka.
Hal ini memperlihatkan:
(1) Bahwa kesaksiannya yaitu kesaksian yang terbuka dan
umum. Kesaksian itu dinyatakan kepada orang banyak dari
berbagai macam kalangan agar mereka bisa memperhati-
kannya, sebab ini menyangkut kepentingan mereka semua.
Guru-guru palsu memikat orang secara diam-diam, namun
hikmat menyatakan ketetapan-ketetapannya di tempat-
tempat yang ramai dikunjungi orang.
(2) Bahwa ia memberikan kesaksian ini dengan bebas dan ber-
semangat. Ia berseru-seru sebagai orang yang sangat yakin
akan apa yang disaksikannya dan mempercayainya dengan
sepenuh hati. Ia yang melonjak kegirangan dalam rahim
ibunya saat Kristus datang mendekat, saat Ia masih
dikandung, kini dengan semangat kegirangan yang sama
menyambut kemunculan-Nya di depan umum.
2. Apa kesaksiannya. Ia meminta orang banyak untuk mengingat
apa yang telah dikatakannya pada awal pelayanannya, saat
ia menyuruh mereka untuk mengharapkan Dia yang akan da-
tang kemudian dibandingkan nya, yang bagi-Nya ia menjadi pem-
buka jalan. Dia tidak pernah bermaksud melakukan hal lain
kecuali untuk membawa mereka kepada-Nya, dan untuk mem-
persiapkan jalan-Nya. Hal ini telah diberitahukannya kepada
mereka sejak dari semula. Perhatikanlah, hamba Tuhan akan
merasa sangat terhibur apabila kesaksian hati nuraninya ber-
bicara dengan baik terhadap dirinya sendiri, bahwa ia telah
memulai pelayanannya dengan prinsip-prinsip yang jujur dan
niat hati yang tulus, dengan hanya memiliki satu tujuan, yaitu
untuk menghormati dan memuliakan Kristus. Nah, apa yang
dikatakannya saat itu kini diterapkannya kepada Yesus ini,
yang belum lama ini telah dibaptisnya, dan yang dengan me-
nakjubkan telah diakui sebagai Dia yang datang dari sorga:
Inilah Dia yang kumaksudkan. Yohanes tidak berkata kepada
mereka bahwa sebentar lagi akan muncul seorang yang demi-
kian di antara mereka, lalu membiarkan mereka untuk men-
carinya sendiri. Sebaliknya, secara khusus ia menunjuk pada
orangnya: “Inilah Dia, orang yang sudah kuberitahukan kepa-
damu itu, dan kepada-Nyalah kamu harus menerapkan segala
hal yang telah kukatakan.” Dalam hal ini ia berbuat melebihi
semua nabi Perjanjian Lama. Nah, apa yang telah dikatakan-
nya itu?
(1) Ia memberikan keutamaan kepada Yesus ini: Ia yang akan
datang kemudian dibandingkan ku, dalam hal waktu kelahiran-
Nya dan waktu penampilan-Nya di depan umum, telah
mendahului aku (KJV: “Ia yang datang kemudian dari-
padaku haruslah lebih diutamakan dibandingkan ku” – pen.). Ia
yang menggantikan aku dalam memberitakan pertobatan
dan mengangkat murid-murid yaitu orang yang lebih isti-
mewa dibandingkan ku, dalam segala hal, sama seperti raja atau
bangsawan yang datang kemudian lebih diutamakan dari-
pada seorang pendahulu atau pembuka jalan yang mem-
persiapkan jalan baginya. Perhatikanlah, Yesus Kristus,
yang akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi (Luk. 1:32),
lebih diutamakan dibandingkan Yohanes Pembaptis, yang hanya
akan disebut nabi Tuhan Yang Mahatinggi (Luk. 1:76). Yoha-
nes yaitu seorang pelayan Perjanjian Baru, namun Kristus
yaitu Pengantara Perjanjian Baru. Dan amatilah, mes-
kipun Yohanes yaitu seorang yang besar, dan memiliki
nama serta kepentingan yang besar pula, ia bersedia mem-
berikan keutamaan kepada Dia yang berhak memilikinya.
Perhatikanlah, semua hamba Kristus harus lebih meng-
utamakan Dia dan kepentingan-Nya melebihi diri dan ke-
pentingan-kepentingan mereka sendiri. Orang yang mencari
kepentingannya sendiri, dan bukan kepentingan Kristus
Yesus, pasti tidak akan dipandang baik (Flp. 2:21). Ia
datang kemudian dibandingkan ku, namun Ia harus lebih diuta-
makan dibandingkan ku. Perhatikanlah, Tuhan membagi-bagikan
pemberian-Nya menurut kerelaan kehendak-Nya, dan se-
ring kali Ia memilih yang satu dibandingkan yang lain, seperti
yang terjadi pada Yakub, saat Ia memilih yang lebih muda
dibandingkan yang lebih tua. Paulus jauh melampaui orang-
orang yang sudah di dalam Kristus sebelum dia.
(2) Yohanes di sini memberikan alasan yang baik untuk itu:
Sebab Dia telah ada sebelum aku, prōtos mou ēn – Ia sebe-
lum aku, atau Ia yang pertama dibandingkan aku. Ia yaitu
Penyebab utama aku ada, dari-Nyalah aku berasal. Yang
Pertama atau Yang Terdahulu yaitu salah satu nama Tuhan
(Yes. 44:6). Ia telah ada sebelum aku,
Dia mendahului aku:
[1] Dalam hal senioritas (ketuaan): Ia telah ada sebelum
aku, sebab Ia telah ada sebelum Abraham (8:58), bah-
kan bukan itu saja, Ia telah ada sebelum segala sesuatu
(Kol. 1:17). Aku hanyalah anak kemarin sore, sementara
Ia sudah ada sejak dari kekekalan. Yohanes Pembaptis
tampil hanya pada waktu itu (Mat. 3:1), namun kemun-
culan Yesus Tuhan kita sudah sejak purbakala, sejak
dahulu kala (Mi. 5:2). Hal ini membuktikan dua hakikat
yang ada di dalam Kristus. Kristus, sebagai manusia,
datang kemudian dibandingkan Yohanes dalam hal penam-
pilan-Nya di depan umum, namun Kristus, sebagai
Tuhan , telah ada sebelum dia, sebab dengan cara apa
lagikah Dia sudah ada sebelum Yohanes kecuali Dia
memang sudah ada sejak dari kekekalan?
[2] Dalam hal keunggulan atau kewenangan: sebab Ia ada-
lah rajaku. Adakalanya raja-raja disebut sebagai yang
pertama, prōton. “Demi Dia dan untuk melayani Dialah
aku diutus. Ia yaitu Tuanku, aku yaitu hamba dan
pembawa pesan-Nya.”
II. Penulis Injil ini sekarang kembali berbicara tentang Yesus Kristus,
dan ia tidak melanjutkan pembicaraannya tentang kesaksian
Yohanes Pembaptis sampai ayat 19. Ayat 16 sangat jelas berhu-
bungan dengan ayat 14, yang di dalamnya Firman yang berinkar-
nasi dikatakan penuh kasih karunia dan kebenaran. Sekarang di
sini ia menjadikan hal itu sebagai suatu kesempatan bagi kita bu-
kan hanya untuk memuja-Nya melainkan juga untuk bersyukur
kepada-Nya, sebab dari kepenuhan-Nya kita semua telah mene-
rima. Dia telah menerima persembahan-persembahan di antara
manusia (Mzm. 68:18), supaya Dia dapat memberikan pemberian-
pemberian kepada manusia (Ef. 4:8). Dia dipenuhi, supaya Dia
dapat memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 1:23), supaya
dapat mengisi penuh perbendaharaan kita (Ams. 8:21). Ia memiliki
sumber kepenuhan yang mengalir sampai meluap-luap: Kita
semua telah menerima. Kita semua para rasul, demikianlah menu-
rut sebagian orang. Kita telah menerima kebaikan kerasulan ini,
itulah kasih karunia, dan kita telah dibuat pantas untuk menjadi
rasul, itulah kebenaran. Atau lebih tepatnya, kita semua orang-
orang percaya, semua orang yang menerima-Nya (ay. 16), mene-
rima dari-Nya. Perhatikanlah, semua orang percaya yang sejati
menerima dari kepenuhan Kristus. Orang-orang kudus yang ter-
baik dan terbesar tidak bisa hidup tanpa-Nya, dan orang-orang
yang paling hina dan paling lemah dapat hidup oleh-Nya. Ini
membuat kita tidak bisa menyombongkan diri, sebab kita sebe-
narnya tidak memiliki apa-apa, namun kita telah menerimanya.
Ini juga mengusir segala rasa takut dan cemas, sebab kita sebe-
narnya tidak kekurangan apa-apa, namun kita boleh menerimanya.
Marilah kita lihat apa yang telah kita terima itu.
1. Kita telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. Pene-
rimaan kita oleh Kristus diringkas dalam dua kata ini, kasih
karunia. Kita telah menerima kai charin – bahkan kasih karu-
nia, pemberian yang begitu besar, begitu kaya, begitu tak ter-
nilai. Apa yang telah kita terima itu bukan sesuatu yang lebih
kecil dari kasih karunia. Pemberian ini harus dibicarakan de-
ngan diberi penekanan secara khusus. Pemberian ini diulang-
ulang, kasih karunia demi kasih karunia, sebab untuk setiap
batu dalam bangunan ini, seperti juga untuk batu utama, kita
harus berseru bahwa semua itu Kasih karunia, kasih karunia.
Perhatikanlah:
(1) Berkat yang diterima. Berkat itu yaitu kasih karunia, ke-
hendak baik Tuhan terhadap kita dan pekerjaan baik Tuhan
di dalam diri kita. Kehendak baik Tuhan mengerjakan peker-
jaan yang baik, dan pekerjaan yang baik itu membuat kita
memenuhi syarat untuk menerima tanda-tanda lain dari
kehendak baik-Nya. Sama seperti kolam menerima air dari
kepenuhan sumber mata air, dan cabang-cabang pohon
menyerap dari kepenuhan akar, serta cahaya udara dari
kepenuhan matahari, demikian pula kita menerima kasih
karunia dari kepenuhan Kristus.
(2) Cara penerimaannya: kasih karunia demi kasih karunia –
charin anti charitos. Frase ini berbentuk tunggal, dan para
penafsir memberikan berbagai pengertian yang berbeda
mengenainya, namun setiap tafsiran tersebut akan berman-
faat untuk menggambarkan kekayaan-kekayaan yang tidak
terselami dari kasih karunia Kristus itu.
Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang:
[1] Kebebasan kasih karunia itu. Kasih karunia ini diberi-
kan demi kasih karunia itu sendiri, demikianlah menu-
rut Grotius. Kita menerima kasih karunia bukan sebab
diri kita sendiri (sekalipun kita mengira demikian), te-
tapi, ya Bapa, sebab itulah yang berkenan kepada-Mu.
Pemberian ini diberikan menurut kasih karunia (Rm.
12:6). Kasih karunia ini diperuntukkan bagi kita demi
(sebab ) kasih karunia yang diperuntukkan bagi Yesus
Kristus. Tuhan berkenan kepada-Nya, dan sebab itu Ia
berkenan kepada kita di dalam Dia (Ef. 1:6).
[2] Kepenuhan kasih karunia ini. Kasih karunia demi kasih
karunia berbicara tentang kelimpahan kasih karunia,
kasih karunia sesudah kasih karunia (demikian
Camero), kasih karunia yang satu disusul dengan kasih
karunia yang lain; seperti kulit ganti kulit yaitu kulit
demi kulit, bahkan segala yang dipunyai orang akan
diberikannya (Ayb. 2:4). Kasih karunia demi kasih karu-
nia menggambarkan suatu berkat yang dicurahkan
atau ditumpahkan sehingga tidak ada lagi ruang yang
tersedia untuk menerimanya, penebusan yang berlim-
pah ruah: kasih karunia yang satu menjamin datangnya
kasih karunia lain lagi. Yusuf – Ia akan menambahkan.
Kepenuhan ini sungguh sedemikian luar biasanya hing-
ga disebut kepenuhan Tuhan . Dengan kepenuhan seperti
inilah kita dipenuhi. Kita tidak akan terbatas dalam me-
nerima kasih karunia Kristus, kecuali jika kita mem-
batasi diri kita dengan kecukupan dari diri kita sendiri.
[3] Kebergunaan kasih karunia ini. Kasih karunia demi ka-
sih karunia yaitu kasih karunia yang diberikan untuk
mengembangkan dan memajukan kasih karunia itu
sendiri. Kasih karunia ini harus dipergunakan oleh kita
sendiri. Kebiasaan-kebiasaan kasih karunia menghasil-
kan tindakan-tindakan kasih karunia. Kasih karunia
harus dipergunakan untuk kebaikan orang lain; pem-
berian kasih karunia (yang cuma-cuma) harus dipakai
untuk perbuatan baik kasih karunia pula (yang cuma-
cuma). Kasih karunia merupakan talenta atau karunia
yang harus diusahakan dan dilipatgandakan. Para rasul
menerima kasih karunia (Rm. 1:5; Ef. 3:8), supaya me-
reka bisa menyampaikannya kepada orang lain (1Ptr.
4:10).
[4] Kasih karunia Perjanjian Baru yang menggantikan tem-
pat dan kegunaan kasih karunia Perjanjian Lama: demi-
kianlah menurut Beza. Dan pengertian ini diperkuat
oleh ay. 17. Kasih karunia dalam Perjanjian Lama ha-
nyalah bayangan saja, sedangkan dalam Perjanjian
Baru ia menjadi kebenaran atau kasih karunia yang
sebenar-benarnya. Dalam Perjanjian Lama memang ada
kasih karunia, Injil sudah diberitakan pada masa itu
(Gal. 3:8), namun kasih karunia itu sekarang digantikan,
dan kini kita memiliki kasih karunia Injil, kemuliaan
yang mengatasi segala sesuatu (2Kor. 3:10). Kasih karu-
nia itu sekarang diungkapkan dengan lebih jelas dan di-
bagi-bagikan kepada banyak orang dengan lebih berlim-
pah-limpah. Ini yaitu kasih karunia ganti kasih karu-
nia.
[5] Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang pe-
ngembangan dan keberlanjutan kasih karunia itu. Kasih
karunia demi kasih karunia berarti kasih karunia yang
satu memperbaiki, meneguhkan, dan menyempurnakan
kasih karunia yang lain. Kita diubah menjadi serupa
dengan gambar ilahi, dari kemuliaan yang satu menuju
pada kemuliaan yang lain, dari derajat kemuliaan kasih
karunia yang satu menuju pada derajat yang lain (2Kor.
3:18). Orang-orang yang memiliki kasih karunia
sejati akan memiliki kasih karunia yang lebih lagi (Yak.
4:6). saat Tuhan memberikan kasih karunia, Ia ber-
kata, “Ambillah ini sebagiannya,” sebab Ia yang telah
berjanji pasti akan menepati dengan seutuhnya.
[6] Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang
kesepadanan dan kesesuaian kasih karunia di dalam
orang-orang kudus dengan kasih karunia di dalam
Yesus Kristus, demikianlah menurut Tuan Clark. Kasih
karunia demi kasih karunia yaitu kasih karunia di
dalam diri kita sebagai tanggapan terhadap kasih karu-
nia di dalam diri-Nya, seperti gambar yang sama dengan
stempelnya secara garis per garis. Kasih karunia yang
kita terima dari Kristus mengubah kita menjadi serupa
dengan gambar-Nya (2Kor. 3:18), gambaran Anak-Nya
(Rm. 8:29), rupa dari yang sorgawi (1Kor. 15:49).
2. Kita telah menerima kasih karunia dan kebenaran (ay. 17). Se-
belumnya dalam ay. 14 penulis Injil ini berkata bahwa Kristus
penuh kasih karunia dan kebenaran, dan sekarang dalam ay.
17 ia berkata bahwa oleh-Nya kasih karunia dan kebenaran
datang kepada kita. Dari Kristus kita menerima kasih karunia.
Perkataan ini seperti senar kecapi yang begitu senang dimain-
kan oleh penulis Injil ini, ia tidak bisa melepaskan tangannya
darinya. Ada dua hal yang diamatinya lebih lanjut lagi dalam
ayat ini mengenai kasih karunia ini:
(1) Keutamaannya melebihi hukum Musa: Hukum Taurat di-
berikan oleh Musa, dan pemberian hukum itu dengan sen-
dirinya merupakan suatu pengungkapan yang sungguh
mulia baik tentang kehendak Tuhan mengenai manusia
maupun kehendak baik-Nya terhadap manusia. Akan te-
tapi, Injil Kristus merupakan pengungkapan yang jauh
lebih jelas baik mengenai kewajiban maupun kebahagiaan
kita. Apa yang diberikan oleh Musa sungguh menakutkan
dan mengancam, terikat dengan berbagai hukuman. Suatu
hukum tidak dapat memberi hidup jika diberikan dengan
banyak kengerian (Ibr. 12:18). Namun, apa yang diberikan
oleh Yesus Kristus memiliki sifat lain. Yang diberikan-
Nya itu memiliki segala keuntungan hukum Taurat,
namun tanpa segala kengerian itu, sebab pemberian-Nya itu
yaitu kasih karunia: kasih karunia yang mendidik (Tit.
2:11), kasih karunia yang berkuasa (Rm. 5:21). Pemberian
ini memang merupakan suatu hukum, namun hukum yang
menyembuhkan. Perbuatan kasih sayang merupakan ciri
khas Injil, bukan ketakutan terhadap hukum dan kutukan-
nya.
(2) Hubungannya dengan kebenaran: kasih karunia dan kebe-
naran. Dalam Injil kita melihat diungkapkannya kebenaran-
kebenaran yang terbesar yang harus diterima dengan peng-
ertian, seperti juga kasih karunia yang terkaya yang harus
diterima dengan kehendak dan kasih sayang. Perkataan ini
benar dan patut diterima sepenuhnya, yang artinya, per-
kataan ini yaitu kasih karunia dan kebenaran. Tawaran-
tawaran kasih karunia itu sangat tulus, dan bolehlah kita
mempertaruhkan jiwa kita dengan menerimanya. Tawaran-
tawaran itu diberikan dengan sungguh-sungguh, sebab
yang ditawarkan yaitu kasih karunia dan kebenaran. Ka-
sih karunia dan kebenaran di sini harus dilihat dengan
merujuk pada hukum Taurat yang diberikan oleh Musa,
sebab kasih karunia dan kebenaran itu yaitu :
[1] Pemenuhan dari segala janji Perjanjian Lama. Dalam
Perjanjian Lama kita sering mendapati belas kasihan
dan kebenaran dipadukan bersama-sama, yang berarti
belas kasihan itu sesuai dengan janji. Demikian pula di
sini kasih karunia dan kebenaran menunjukkan kasih
karunia yang sesuai dengan janji (Luk. 1:72; 1Raj.
8:56).
[2] Kasih karunia dan kebenaran ini merupakan inti sari
dari semua perlambangan dan bayangan Perjanjian
Lama. Memang ada suatu kasih karunia di dalam
peraturan-peraturan yang ditetapkan bagi bangsa Israel
dan di dalam pemeliharaan-pemeliharaan ilahi yang
diberikan kepada umat Israel. Akan namun , semua itu
hanyalah bayangan dari hal-hal baik yang akan datang,
bahkan bayangan dari kasih karunia yang akan dibawa
kepada kita melalui pewahyuan Yesus Kristus. Dialah
domba paskah yang sesungguhnya, kambing jantan
penghapus dosa yang sesungguhnya, manna yang se-
sungguhnya. Mereka memiliki kasih karunia di da-
lam gambaran saja, sedangkan kita memiliki kasih
karunia di dalam pribadi atau orangnya. Itulah kasih
karunia dan kebenaran. Kasih karunia dan kebenaran
datang, egeneto – dijadikan, kata yang sama yang digu-
nakan (ay. 3) untuk menggambarkan Kristus menjadi-
kan segala sesuatu. Hukum Taurat hanya diberitahukan
oleh Musa, namun keberadaan kasih karunia dan kebe-
naran ini, seperti juga pengungkapannya, bisa terjadi
hanya sebab Yesus Kristus. Kasih karunia dan kebe-
naran ini dijadikan oleh-Nya, sama seperti dunia dijadi-
kan oleh-Nya pada awal mula, dan oleh-Nyalah kasih
karunia dan kebenaran ini kini ada.
3. Hal lain yang kita terima dari Kristus yaitu pewahyuan yang
jelas tentang Tuhan kepada kita (ay. 18): Ia telah menyatakan
Tuhan kepada kita, yang tidak pernah dilihat oleh seorang pun.
Inilah kasih karunia dan kebenaran yang datang oleh Kristus,
pengetahuan akan Tuhan dan pengenalan akan Dia.
Perhatikanlah:
(1) Tidak memadainya semua pengungkapan yang lain: Tidak
seorangpun yang pernah melihat Tuhan .
Hal ini menunjukkan:
[1] Bahwa sebab Tuhan pada hakikatnya yaitu roh, Ia
tidak terlihat oleh mata jasmani kita. Ia yaitu suatu
wujud yang tidak pernah, dan memang tidak dapat,
dilihat oleh seorang pun (1Tim. 6:16). Oleh sebab itu,
kita perlu hidup dengan iman, yang dengannya kita bisa
melihat Dia yang tidak kelihatan (Ibr. 11:27).
[2] Bahwa pewahyuan yang dibuat Tuhan tentang diri-Nya
sendiri dalam Perjanjian Lama sangatlah singkat dan
tidak sempurna, jika dibandingkan dengan apa yang
telah dibuat-Nya melalui Kristus: Tidak seorang pun
yang pernah melihat Tuhan , yang artinya, apa yang dili-
hat dan diketahui tentang Tuhan sebelum inkarnasi
Kristus tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan
apa yang sekarang dilihat dan diketahui tentang Dia di
dalam Kristus. Kehidupan dan kekekalan kini diperli-
hatkan dalam cahaya yang jauh lebih terang dibandingkan
sebelumnya.
[3] Bahwa tidak ada seorang pun dari nabi-nabi Perjanjian
Lama yang memenuhi syarat untuk memberitahukan
pikiran dan kehendak Tuhan kepada anak-anak manusia
selain Yesus Tuhan kita, sebab tidak satu pun dari
antara mereka yang telah melihat Tuhan . Walaupun Musa
memandang rupa TUHAN (Bil. 12:8; dalam KJV dipakai
kata similitude “gambaran yang menyerupai” – pen.), ia
dikatakan tidak dapat memandang wajah-Nya (Kel.
33:20). sebab itu, inilah yang membuat agama suci
yang dibawa Kristus itu sangat layak bagi kita, yaitu
bahwa agama itu didirikan oleh Dia yang telah melihat
Tuhan , dan yang lebih mengetahui pikiran-Nya dibandingkan
siapa pun juga.
(2) Memadainya pengungkapan Injil dibuktikan dengan siapa
yang mengungkapkannya: Anak Tunggal Tuhan , yang ada di
pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Perhatikanlah di sini:
[1] Betapa Dialah yang layak mengadakan pengungkapan
ini dan dalam segala hal memenuhi syarat untuk mela-
kukannya. Dia, dan hanya Dia sendiri, yang layak me-
nerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterai-
nya (Why. 5:9), sebab, pertama, Dia yaitu Anak Tung-
gal Bapa, dan siapakah yang lebih mengetahui Bapa
selain dibandingkan Anak sendiri? Atau di dalam siapakah
Bapa dikenal dengan lebih baik selain dibandingkan di
dalam Anak sendiri? (Mat. 11:27). Dia sehakikat dengan
Bapa, sehingga barangsiapa telah melihat Dia, telah
melihat Bapa (14:9). Hamba pastilah tidak mengetahui
dengan baik apa yang diperbuat oleh Tuannya seperti
yang diketahui Anak (15:15). Musa berlaku setia
sebagai hamba, namun Kristus berlaku setia sebagai
Anak. Kedua, Ia berada di pangkuan Bapa. Ia telah
berada di pangkuan-Nya sejak dari kekekalan. saat Ia
berada di sini di atas bumi, sebagai Tuhan , Ia tetap ber-
ada di pangkuan Bapa, dan ke sanalah Ia kembali ke-
tika Ia naik.
Di pangkuan Bapa berarti:
1. Di dalam dekapan kasih sayang-Nya yang istimewa.
Ia sangat disayang oleh-Nya, dan kepada-Nyalah Ia
berkenan, Ia selalu menjadi kesukaan-Nya. Semua
orang kudus Tuhan berada di dalam tangan-Nya, te-
tapi Anak-Nya berada di pangkuan atau dekapan
pelukan-Nya, satu dalam sifat dan hakikat dengan-
Nya, dan sebab itu pada taraf yang tertinggi Ia satu
dengan-Nya di dalam kasih.
2. Di dalam hati hikmat-hikmat rahasia-Nya. Sama se-
perti ada rasa bahagia timbal balik di antara Bapa
dan Anak, demikian pula ada kesadaran timbal balik
di antara Mereka (Mat. 11:27). Tidak ada yang pan-
tas memberitahukan kita mengenai Tuhan selain Dia,
sebab tidak ada yang tahu pikiran-Nya seperti Dia.
Biasanya orang berkata bahwa pikiran-pikiran kita
yang paling rahasia kita sembunyikan di dalam hati
(in pectore). Kristus mengetahui secara pribadi raha-
sia-rahasia yang terpendam di dalam hati Bapa. Para
nabi duduk di bawah kaki-Nya sebagai pelajar, se-
dangkan Kristus duduk di pangkuan-Nya sebagai
teman (Ef. 3:11).
[2] Betapa bebasnya Dia melakukan pengungkapan ini: Ia
telah menyatakan-Nya. “-Nya” di sini sebenarnya tidak
ada dalam bahasa aslinya. Ia telah menyatakan sesuatu
tentang Tuhan yang tidak pernah dilihat atau diketahui
oleh siapa pun, bukan hanya apa yang tersembunyi ten-
tang Tuhan melainkan juga apa yang tersembunyi di
dalam Tuhan (Ef. 3:9), exēgēsato – kata ini menunjukkan
suatu pengungkapan yang terang, jelas, dan utuh, bu-
kan dengan petunjuk-petunjuk yang bersifat umum dan
meragukan melainkan dengan penjelasan-penjelasan
yang khusus. Kini, bahkan dengan berlaripun orang
bisa belajar tentang kehendak Tuhan dan jalan kesela-
matan. Inilah kasih karunia, inilah kebenaran, yang
datang melalui Yesus Kristus.
Kesaksian Yohanes tentang Kristus;
Yohanes Diperiksa oleh Imam-imam
(1:19-28)
19 Dan inilah kesaksian Yohanes saat orang Yahudi dari Yerusalem meng-
utus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan
dia: “Siapakah engkau?” 20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku
bukan Mesias.” 21 Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah
engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan da-
tang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” 22 Maka kata mereka kepadanya: “Siapa-
kah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang meng-
utus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” 23 Jawabnya: “Akulah
suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan!
seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” 24 Dan di antara orang-orang yang
diutus itu ada beberapa orang Farisi. 25 Mereka bertanya kepadanya, kata-
nya: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan
Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” 26 Yohanes menjawab mereka,
katanya: “Aku membaptis dengan air; namun di tengah-tengah kamu berdiri
Dia yang tidak kamu kenal, 27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku.
Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” 28 Hal itu terjadi di Betania
yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.
Kita di sini melihat kesaksian Yohanes, yang disampaikannya kepada
para utusan yang dikirim dari Yerusalem untuk menanyainya.
Perhatikanlah di sini:
I. Siapa itu yang diutus untuk menemuinya, dan siapa yang meng-
utus mereka.
1. Orang-orang yang mengutus mereka untuk menemuinya ada-
lah orang Yahudi dari Yerusalem, Mahkamah Agama atau lem-
baga peradilan tinggi, yang berpusat di Yerusalem, badan per-
wakilan jemaat Yahudi yang menangani perkara-perkara aga-
ma. Kita mungkin berpikir bahwa orang-orang yang dijadikan
sebagai sumber pengajaran, dan yang dipandang sebagai para
pembimbing umat, seharusnya, melalui artikel -artikel yang me-
reka pelajari, sudah memahami betul masa-masa yang sedang
mereka hidupi sekarang, sehingga mereka tahu bahwa keda-
tangan Mesias sudah di ambang pintu, dan sebab itu pada
saat ini mereka seharusnya sudah mengenal dia yang menjadi
pendahulu Mesias, dan dengan senang hati akan merang-
kulnya. Akan namun , bukannya berbuat demikian, mereka
malah mengirimkan para utusan untuk mempertanyakan jati
dirinya. Pendidikan, kehormatan, dan kuasa duniawi jarang
mencondongkan pikiran manusia untuk menerima terang
ilahi.
2. Orang-orang yang diutus itu yaitu :
(1) Beberapa imam dan orang-orang Lewi, mungkin anggota
Mahkamah Agama itu, orang-orang terpelajar, orang ter-
hormat dan berkuasa. Yohanes Pembaptis sendiri yaitu
seorang imam dari keturunan Harun, dan sebab itu
tidaklah pantas baginya untuk diperiksa oleh siapa pun ke-
cuali oleh para imam. Telah dinubuatkan bahwa pelayanan
Yohanes akan mentahirkan orang Lewi (Mal. 3:3), dan ka-
rena itu mereka iri terhadapnya dan terhadap pembaharu-
an yang dikerjakannya.
(2) Mereka yang diutus ini yaitu orang-orang Farisi, yang
angkuh, suka membenarkan diri sendiri, dan berpikir bah-
wa mereka tidak memerlukan pertobatan, dan sebab itu
mereka tidak tahan terhadap orang yang pekerjaannya
memberitakan pertobatan.
II. Untuk tugas apa mereka diutus. Mereka diutus untuk bertanya-
tanya mengenai Yohanes dan baptisannya. Mereka tidak menyu-
ruh Yohanes untuk mendatangi mereka, mungkin sebab mereka
takut kepada orang banyak, kalau-kalau orang banyak yang
berada di tempat Yohanes menjadi marah dan melawan mereka,
atau kalau-kalau orang banyak yang berada di tempat mereka ke-
mudian menjadi mengenalnya. Mereka berpikir lebih baik mem-
biarkannya berada di tempat yang jauh dari mereka.
Mereka bertanya-tanya mengenai dia:
1. Untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka, seperti orang-
orang Atena yang bertanya-tanya mengenai ajaran Paulus, ka-
rena ajarannya itu baru bagi mereka (Kis. 17:19-20). Begitu
angkuhnya mereka memandang diri mereka sendiri sehingga
ajaran pertobatan pun mereka anggap sebagai ajaran yang
aneh.
2. Untuk menunjukkan wewenang mereka. Mereka berpikir bah-
wa mereka akan tampak hebat apabila mereka menyuruh dia,
yang dianggap semua orang sebagai nabi, untuk menjelaskan
perbuatannya, dan mendakwanya di hadapan pengadilan
mereka sendiri.
3. Mereka berencana untuk menekannya dan membungkamnya
jika mereka dapat menemukan hal-hal yang aneh di dalamnya,
sebab mereka iri terhadap kehormatannya yang semakin ber-
tambah, dan sebab pelayanannya tidak sejalan baik dengan
ketetapan Musa yang sudah lama mereka jalankan maupun
dengan gagasan-gagasan yang telah mereka ciptakan sendiri
mengenai kerajaan Mesias.
III. Apa jawaban yang diberikannya kepada mereka, dan apa penjelas-
annya baik tentang dirinya sendiri maupun tentang baptisannya,
yang di dalamnya ia bersaksi tentang Kristus.
1. Tentang dirinya sendiri, dan apa tugasnya. Mereka bertanya
kepadanya, Sy tis ei – Engkau, siapakah engkau? Kemunculan
Yohanes di dunia sangatlah mengejutkan. Ia berada di padang
gurun sampai pada hari ia menunjukkan dirinya kepada
bangsa Israel. Semangatnya, tindak tanduknya, dan ajarannya
mengandung sesuatu yang membuat orang banyak menaruh
hormat kepadanya. Akan namun , ia tidak berlagak, seperti yang
biasa dilakukan para penipu, seolah-olah ia yaitu seorang
yang sangat penting. Ia lebih tekun berbuat baik dibandingkan
berusaha terlihat hebat, dan sebab itu ia memilih untuk tidak
berkata apa-apa tentang dirinya sampai ia ditanyai menurut
hukum. Orang bisa bersaksi dengan sangat baik tentang Kris-
tus bila mereka hanya bicara sedikit mengenai diri mereka
sendiri, perbuatan mereka sendirilah yang memuji mereka,
bukan bibir mereka.
Ia menjawab pertanyaan mereka:
(1) Dalam bentuk pengingkaran. Ia bukanlah seorang yang be-
sar seperti yang dianggap oleh sebagian orang. Saksi-saksi
Tuhan yang setia harus lebih waspada terhadap penghormat-
an yang berlebihan dibandingkan terhadap penghinaan yang
tidak adil. Dengan hangat Paulus menulis kepada orang-
orang yang terlalu menghormatinya dengan berkata “Aku
dari golongan Paulus,” dan dengan cara yang sama hangat-
nya pula ia menulis kepada orang-orang yang meremeh-
kannya, yang mengatakan bahwa dirinya lemah. Ia mengo-
yakkan pakaiannya saat ada orang menyebutnya dewa.
[1] Yohanes menyangkal bahwa dia yaitu Mesias (ay. 20):
Katanya: “Aku bukan Mesias,” yang sedang diharapkan
dan dinanti-nantikan itu. Perhatikanlah, hamba-hamba
Kristus haruslah ingat bahwa mereka bukan Kristus,
dan sebab itu mereka tidak boleh merampas kuasa
dan segala kewenangan yang hanya menjadi hak-Nya,
atau mengambil pujian-pujian yang hanya layak diberi-
kan kepada-Nya. Mereka bukan Kristus, dan sebab itu
mereka tidak boleh menjadikan diri mereka sebagai
tuan atas milik Tuhan , atau mengaku-ngaku memiliki
wewenang atas iman orang-orang Kristen. Mereka tidak
dapat menciptakan kasih karunia dan kedamaian, me-
reka tidak dapat mencerahi, mempertobatkan, menghi-
dupkan, dan menghibur, sebab mereka bukan Kristus.
Amatilah bagaimana hal ini ditekankan di sini mengenai
Yohanes: Ia mengaku dan tidak berdusta. Hal ini meng-
gambarkan kegigihan dan keteguhannya dalam mem-
berikan penyangkalan ini. Perhatikanlah, godaan-goda-
an untuk bersikap sombong dan merampas kehormatan
yang bukan milik kita sendiri, haruslah ditolak dengan
semangat dan kesungguhan yang besar. saat Yohanes
dianggap sebagai Mesias, ia tidak membiarkan anggap-
an itu begitu saja dengan berkata Si populus vult decipi,
decipiatur – Jika orang banyak tertipu, biarkan saja me-
reka, namun secara terang-terangan dan sungguh-sung-
guh, dan tanpa samar-samar, ia mengaku, aku bukan
Mesias. Hoti ouk eimi egō ho Christos – Aku bukan
Kristus, bukan aku. Ada yang lain yang akan datang,
dan Dialah orangnya, namun aku ini bukan. Penyangkal-
annya sebagai Mesias disebut sebagai pengakuannya
dan bukan penolakannya terhadap Kristus. Perhatikan-
lah, orang yang merendahkan diri berarti mengakui
Kristus, dan memberikan penghormatan kepada-Nya,
namun mereka yang tidak mau menyangkal diri berarti
menyangkal Kristus.
[2] Ia menyangkal bahwa dia Elia (ay. 21). Orang-orang Ya-
hudi menanti-nantikan pribadi Elia akan kembali dari
sorga dan hidup di antara mereka, dan mereka mengha-
rapkan banyak perkara besar dari hal ini. Dengan men-
dengar sifat, ajaran, dan baptisan Yohanes, dan dengan
mengamati bahwa ia tampak seperti seorang yang jatuh
dari sorga, di daerah yang sama di mana Elia diangkat
ke sorga, tidaklah mengherankan bahwa mereka lang-
sung saja menganggapnya sebagai Elia. Akan namun ,
Yohanes menolak kehormatan ini juga. Ia memang di-
nubuatkan dengan nama Elia (Mal. 4:5), ia juga datang
dalam roh dan kuasa Elia (Luk. 1:17), dan memang dia-
lah Elia yang akan datang itu (Mat. 11:14). Namun
demikian, ia bukanlah Elia secara pribadi, bukan Elia
yang pergi ke sorga dengan kereta berapi, bukan Elia
yang menemui Kristus di gunung saat Ia berubah
rupa. Ia yaitu Elia yang dijanjikan Tuhan , bukan Elia
yang dengan bodohnya diimpi-impikan orang Yahudi.
Elia memang datang, namun orang tidak mengenal dia
(Mat. 17:12), dan dia tidak menunjukkan dirinya ke-
pada mereka sebagai Elia itu sebab mereka menanti-
kan sosok Elia yang tidak pernah dijanjikan Tuhan ke-
pada mereka.
[3] Ia menyangkal bahwa dia yaitu nabi itu, atau nabi
yang akan datang itu. Pertama, ia bukan nabi yang di-
katakan Musa akan dibangkitkan oleh TUHAN dari
antara saudara-saudara mereka, seperti Dia. Jika ini
yang mereka maksudkan, maka mereka tidak perlu
bertanya lagi, sebab nabi itu tidak lain dan tidak bukan
yaitu Sang Mesias sendiri, dan dia sendiri telah ber-
kata, aku bukan Kristus. Kedua, ia bukanlah nabi se-
perti yang mereka harapkan atau idam-idamkan, yang
seperti Samuel dan Elia, dan nabi-nabi lain, akan mene-
ngahi masalah-masalah umum dan akan menyelamat-
kan mereka dari kuk penjajahan Romawi. Ketiga, ia
bukan salah seorang nabi pada zaman dulu yang
bangkit dari antara orang mati, yang mereka harapkan
datang sebelum Elia, seperti halnya dahulu Elia juga
datang mendahului Mesias. Keempat, meskipun Yoha-
nes yaitu seorang nabi, bahkan lebih dibandingkan nabi, ia
diberi pewahyuan bukan melalui mimpi dan penglihat-
an, seperti pewahyuan yang diberikan kepada para nabi
Perjanjian Lama. Tugas dan pekerjaannya memiliki
sifat yang berbeda, dan termasuk dalam masa pem-
babakan yang lain. Seandainya Yohanes berkata bahwa
ia yaitu Elia, dan seorang nabi, ia bisa saja berlaku
seperti itu. Akan namun , hamba-hamba Tuhan haruslah,
dalam segala kesempatan, menyatakan diri mereka
dengan sangat hati-hati, baik supaya mereka tidak ikut
meneguhkan orang lain di dalam kesalahan mereka
maupun secara khusus supaya mereka tidak memberi-
kan kesempatan kepada siapa saja untuk memandang
diri mereka melebihi apa yang sebenarnya.
(2) Dalam bentuk penegasan. Para utusan yang dikirim untuk
memeriksanya mendesak agar dia membuat pernyataan
yang sebenar-benarnya tentang dirinya. Mereka memper-
ingatkan dia akan wewenang orang-orang yang mengutus
mereka, dan meminta dia untuk menghormati mereka: “Ka-
takanlah kepada kami, siapakah engkau? bukan supaya
kami percaya kepadamu, dan dibaptis olehmu, namun supa-
ya kami dapat memberi jawab kepada mereka yang meng-
utus kami, dan supaya jangan ada yang berkata bahwa
kami diutus untuk melakukan tugas yang bodoh.” Yohanes
dihormati sebagai orang yang jujur, dan sebab itu mereka
yakin bahwa dia tidak akan mengelak atau memberikan
jawaban yang samar-samar, namun akan berlaku baik dan
tulus, dan memberikan jawaban yang terang-terangan
terhadap pertanyaan yang terang-terangan: Apakah katamu
tentang dirimu sendiri? Dan dia pun mengatakannya, “Aku-
lah suara orang yang berseru-seru di padang gurun.”
Perhatikanlah:
[1] Ia memberikan jawabannya dengan mengutip Kitab
Suci, untuk menunjukkan bahwa nubuatan Kitab Suci
digenapi di dalam dirinya, dan bahwa jabatannya didu-
kung oleh wewenang ilahi. Apa yang dikatakan Kitab
Suci tentang jabatan pelayanan haruslah sering dire-
nungkan oleh hamba-hamba Tuhan yang mendapat
panggilan tinggi itu, dan mereka harus memandang diri
mereka sendiri seperti, dan hanya seperti, apa yang
dikatakan firman Tuhan tentang panggilan mereka itu.
[2] Dia menjawab dengan memberikan pernyataan-pernya-
taan yang sangat rendah hati, sederhana, dan penuh
dengan penyangkalan diri. Ia memilih menerapkan pada
dirinya sendiri ayat Kitab Suci yang tidak menggambar-
kan kehormatannya, namun yang menggambarkan tugas
dan kewajibannya, yang hanya memberikan sedikit ke-
hormatan saja baginya: Akulah suara, seolah-olah ia
hanyalah vox et præterea nihil – sekadar suara saja.
[3] Ia memberikan penjelasan tentang dirinya dengan cara
yang dapat bermanfaat bagi mereka, dan dapat mem-
bangkitkan serta menyadarkan mereka untuk mende-
ngarkan dia, sebab ia yaitu suara itu (Yes. 40:3), suara
untuk memperingatkan, suara yang jelas untuk meng-
ajar. Hamba-hamba Tuhan hanyalah suara, sarana,
yang dengannya Tuhan berkenan menyampaikan pikir-
an-Nya. Apakah Paulus dan Apolos itu? Mereka hanya-
lah para pembawa pesan.
Perhatikanlah:
Pertama, ia yaitu suara manusia. Orang-orang Ya-
hudi dipersiapkan menerima hukum Taurat dengan gu-
ruh yang bergemuruh dan bunyi sangkakala yang sa-
ngat keras, yang membuat mereka gemetar. Akan
namun , mereka dipersiapkan menerima Injil dengan sua-
ra seorang manusia seperti kita, suara angin sepoi-sepoi
basa, seperti bunyi suara yang terdengar saat Tuhan
mendatangi Elia (1Raj. 19:12).
Kedua, ia yaitu suara yang berseru-seru, yang
menggambarkan:
1. Kesungguhan dan kegigihannya dalam memanggil
orang-orang untuk bertobat. Ia berseru-seru dengan
suara nyaring dan tidak tanggung-tanggung. Hamba-
hamba Tuhan haruslah memberitakan Injil seperti
orang yang sungguh-sungguh, dan mereka sendiri
harus benar-benar hidup sesuai dengan apa yang
ingin mereka sampaikan kepada orang lain. Perkata-
an-perkataan yang membeku di dalam bibir pem-
bicara tidak mungkin mencairkan hati pendengar.
2. Pernyataannya yang terang-terangan tentang ajaran
yang diberitakannya. Ia yaitu suara orang yang
berseru-seru, sehingga semua orang dari berbagai
kalangan dapat mendengar dan memperhatikannya.
Bukankah hikmat berseru-seru? (Ams. 8:1).
Ketiga, di padang gurunlah suara itu berseru-seru,
di tempat yang sunyi dan senyap, jauh dari keramaian
dunia dan berbagai kesibukannya. Semakin jauh kita
dari hiruk pikuk urusan duniawi semakin siap kita
mendengarkan Tuhan .
Keempat, apa yang diserukannya yaitu : Luruskan-
lah jalan Tuhan, yang artinya:
(1) Ia datang untuk meluruskan kesalahan-kesalahan
orang mengenai jalan-jalan Tuhan . Jalan Tuhan sudah
pasti yaitu jalan yang benar, namun para ahli
Taurat dan orang Farisi, dengan tafsiran-tafsiran
mereka yang melenceng terhadap hukum Taurat, te-
lah membuat jalan-jalan itu menjadi bengkok. Seka-
rang Yohanes Pembaptis memanggil orang-orang
untuk kembali kepada aturan yang semula.
(2) Ia datang untuk mempersiapkan dan mencondong-
kan hati orang-orang agar menerima dan menyam-
but Kristus serta Injil-Nya. Ungkapan “Buatlah
jalan” ini menggambarkan seruan yang biasa di-
ucapkan oleh para pendahulu raja atau pembesar,
yang berseru: Buka jalan. Perhatikanlah, saat
Tuhan mendatangi kita, kita harus siap menemui-
Nya, dan bukalah jalan bagi firman Tuhan supaya Ia
lewat dengan sebebas-bebasnya (Mzm. 24:7).
2. Inilah kesaksian Yohanes tentang baptisannya.
(1) Pertanyaan yang diajukan para utusan itu tentang baptisan
ini: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan
Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?”
(ay. 25).
[1] Mereka paham betul bahwa baptisan memang pantas
dan sesuai untuk digunakan sebagai ritus atau upacara
suci, sebab jemaat Yahudi menggunakan baptisan dan
sunat untuk menyambut orang-orang bukan-Yahudi
yang masuk ke dalam agama mereka, untuk menanda-
kan pembersihan dari segala kecemaran keadaan mere-
ka yang dulu. Tanda ini juga digunakan dan diberlaku-
kan oleh gereja Kristen. Kristus tidak memperkenalkan
suatu tata upacara yang baru, jadi hamba-hamba-Nya
juga tidak boleh berbuat demikian.
[2] Mereka sadar bahwa baptisan akan digunakan pada
hari-hari Mesias, sebab sudah dijanjikan bahwa pada
waktu itu akan terbuka suatu sumber (Za. 13:1), dan air
jernih akan tercurah (Yeh. 36:25). Sudah merupakan
pandangan yang diterima orang banyak bahwa Mesias,
Elia, dan nabi yang akan datang itu akan membaptis,
saat mereka datang untuk mentahirkan dunia yang
cemar. Keadilan ilahi menenggelamkan dunia yang lama
dalam kecemarannya, namun kasih karunia ilahi mem-
bersihkan dunia yang baru ini dari kecemarannya.
[3] Dengan demikian, mereka akan tahu dengan kuasa apa
Yohanes membaptis. Penyangkalannya bahwa ia yaitu
Elia, atau nabi yang akan datang itu, membuatnya dita-
nyai lebih lanjut lagi, “Mengapakah engkau membaptis?”
Perhatikanlah, bukan hal baru jika kebersahajaan sese-
orang justru dijadikan sebagai sesuatu untuk menen-
tangnya, dan membuatnya lebih dicurigai. Akan namun ,
lebih baik orang mengambil keuntungan dari pikiran-
pikiran kita yang merendahkan diri kita sendiri, untuk
kemudian menginjak-nginjak kita, dibandingkan Iblis meng-
ambil keuntungan dari pikiran-pikiran kita yang me-
ninggikan diri kita sendiri, untuk menggoda kita supaya
jatuh dalam kesombongan dan membawa kita ke dalam
kutukannya.
(2) Penjelasan yang diberikannya tentang baptisan itu (ay. 26-
27).
[1] Ia mengakui bahwa dia hanyalah hamba yang menger-
jakan tanda lahiriah: “Aku membaptis dengan air, dan
itu saja. Aku bukan apa-apa, dan tidak melakukan apa-
apa, lebih dibandingkan yang kamu lihat. Aku tidak mempu-
nyai gelar lain selain Yohanes Pembaptis. Aku tidak bisa
memberikan kasih karunia rohani yang dilambangkan
dengan baptisan itu.” Paulus berusaha agar orang lain
tidak menganggapnya lebih dibandingkan apa yang mereka
lihat padanya (2Kor. 12:6). Demikian pula dengan Yoha-
nes Pembaptis. Hamba janganlah berusaha menjadi
tuan.
[2] Ia mengarahkan mereka kepada seorang yang lebih be-
sar dibandingkan dirinya, yang akan melakukan bagi mere-
ka, jika mereka menginginkannya, apa yang tidak dapat
diperbuatnya: “Aku membaptis dengan air, dan itulah
tugas terbesar yang dapat aku lakukan. Dengan mem-
baptis, aku tidak memiliki tujuan lain kecuali untuk
menghantarkan kamu kepada Dia yang akan datang
kemudian dibandingkan ku, dan untuk menyerahkan kamu
kepada-Nya.” Perhatikanlah, tugas besar hamba-hamba
Kristus yaitu menuntun semua orang kepada-Nya.
Bukan diri kita yang kita beritakan, namun Kristus
Yesus, Tuhan. Yohanes memberikan penjelasan yang
sama kepada para utusan ini seperti yang diberikannya
kepada orang banyak (ay. 15): “Inilah Dia yang kumak-
sudkan.” Yohanes tidak berubah-ubah dan tetap mem-
berikan kesaksian yang sama, tidak seperti buluh yang
digoyangkan angin kian kemari. Mahkamah Agama iri
dengan kehormatan yang didapat Yohanes di kalangan
orang banyak, namun ia tidak takut memberi tahu
mereka bahwa ada seorang lain yang berdiri di ambang
pintu yang jauh melebihi dirinya.
Pertama, ia memberi tahu mereka kehadiran Kristus
di antara mereka sekarang pada saat ini: Di tengah-
tengah kamu, pada saat ini, berdiri Dia yang tidak kamu
kenal. Kristus berdiri di tengah-tengah orang banyak,
menjadi salah seorang dari antara mereka.
Perhatikanlah:
1. Ada banyak hal berharga sesungguhnya tersembu-
nyi di dalam dunia ini. Ketidaktenaran sering kali
merupakan nasib yang menimpa keunggulan yang
sejati. Orang-orang kudus yaitu orang-orang kepu-
nyaan Tuhan yang tersembunyi, dan oleh sebab itu
dunia tidak mengenal mereka.
2. Tuhan sendiri sering kali lebih dekat dengan kita dari-
pada yang kita sadari. Tuhan ada di tempat ini, dan
aku tidak mengetahuinya. Mereka memandang ke
depan sambil mengharapkan Mesias: Lihat, ia ada di
sini, atau lihat ia ada di sana, padahal Kerajaan
Tuhan sudah muncul dan ada di antara mereka (Luk.
17:21).
Kedua, ia memberi tahu mereka tentang keutamaan
Kristus melebihi dia sendiri: Ia datang kemudian dari-
padaku, namun Ia harus lebih diutamakan dibandingkan ku.
Hal ini sudah dikatakannya sebelumnya. Ia menambah-
kan di sini, “Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak
layak.” Namaku tidak pantas disebutkan dengan nama-
Nya pada hari yang sama. Menjalankan tugas yang
paling rendah untuk-Nya pun sudah merupakan kehor-
matan yang terlalu besar bagiku (1Sam. 25:41). Orang-
orang yang sangat menghargai Kristus pasti akan me-
mandang pelayanan yang mereka berikan kepada-Nya,
bahkan pelayanan yang paling hina sekalipun, sebagai
kehormatan bagi mereka (Mzm. 84:11). Jika seorang
yang besar seperti Yohanes saja menganggap dirinya
tidak layak mendapatkan kehormatan untuk berada di
dekat Kristus, apalagi kita! Nah, kita mungkin berpikir
bahwa imam-imam kepala dan orang-orang Farisi ini,
sesudah diberi petunjuk tentang kedatangan Mesias yang
sudah dekat ini, pasti segera bertanya siapakah gerang-
an dan di manakah orang yang istimewa ini (dan siapa
lagi yang lebih dapat memberi tahu mereka mengenai
hal ini selain dia yang sudah memberikan pernyataan
umum ini kepada mereka?) namun rupanya tidak, me-
reka tidak menganggap pertanyaan ini sebagai bagian
dari tugas mereka. Mereka tidak peduli dengan itu. Me-
reka datang untuk melecehkan Yohanes, bukan untuk
menerima pengajaran-pengajaran darinya. Dengan de-
mikian, mereka memang sengaja tidak mau tahu. Mere-
ka bisa saja mengenal Kristus, namun mereka tidak mau.
Yang terakhir, di sini diperhatikan juga mengenai tem-
pat di mana semuanya ini terjadi: Di Betania yang di
seberang sungai Yordan (ay. 28; KJV: di Bethabara yang
di seberang sungai Yordan – pen.). Bethabara berarti
rumah penyeberangan. Sebagian orang berpikir bahwa
tempat ini yaitu tempat di mana bangsa Israel menye-
berangi sungai Yordan menuju tanah perjanjian di ba-
wah pimpinan Yosua. Di sana dibuka jalan menuju
tanah Injil oleh Yesus Kristus. Tempat ini sangat jauh
dari Yerusalem, di seberang sungai Yordan, mungkin
supaya apa yang diperbuat Yohanes di sana tidak akan
begitu menyinggung pemerintah. Amos harus bernu-
buat di daerah pedesaan, bukan di dekat istana. Akan
namun , sungguh menyedihkan bahwa Yerusalem men-
jauhkan darinya hal-hal yang justru dapat membawa
damai sejahtera baginya. Ia membuat pengakuan ini di
tempat yang sama di mana dia membaptis, supaya se-
mua orang yang ikut dibaptis olehnya dapat menjadi
saksi atas pengakuannya itu, supaya tidak ada yang
dapat berkata bahwa mereka tidak tahu apa yang harus
mereka perbuat dengan-Nya.
Kesaksian Yohanes tentang Kristus
(1:29-36)
29 Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan
ia berkata: “Lihatlah Anak domba Tuhan , yang menghapus dosa dunia. 30
Dialah yang kumaksud saat kukatakan: Kemudian dari padaku akan
datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum
aku. 31 Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, namun untuk
itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan
kepada Israel.” 32 Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: “Aku telah
melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.
33 Dan aku pun tidak mengenal-Nya, namun Dia, yang mengutus aku
untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau
melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah
itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. 34 Dan aku telah melihat-
Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Tuhan .” 35 Pada keesokan
harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. 36 Dan
saat ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Tuhan !”
Dalam ayat-ayat ini kita melihat kesaksian Yohanes tentang Yesus
Kristus, yang disampaikannya kepada murid-muridnya sendiri yang
mengikuti dia. Segera sesudah Yesus dibaptis, Ia dibawa ke padang
gurun untuk dicobai, dan di sana Ia tinggal selama empat puluh hari.
Selama Dia di sana, Yohanes terus memberikan kesaksian tentang
Dia, dan memberi tahu orang banyak mengenai Dia. Akan namun
sekarang pada akhirnya ia melihat Yesus datang kepadanya, sesudah
kembali dari padang gurun pencobaan. Segera sesudah pertempuran-
Nya dengan Iblis berakhir, Ia kembali kepada Yohanes, yang sedang
berkhotbah dan membaptis. Nah, Kristus dicobai untuk memberikan
teladan dan dorongan bagi kita, dan hal ini mengajar kita:
1. Bahwa kesulitan dalam masa pencobaan haruslah membuat kita
tetap menuruti ketetapan-ketetapan yang sudah berlaku, dan
masuk ke dalam tempat kudus Tuhan (Mzm. 73:17). Peperangan
kita dengan Iblis haruslah mendorong kita untuk tetap dekat
dengan persekutuan orang-orang kudus: dua lebih baik dibandingkan
satu.
2. Bahwa kehormatan-kehormatan yang kita peroleh di dalam keme-
nangan tidak boleh membuat kita berbuat melampaui ketetapan-
ketetapan yang sudah berlaku. Kristus telah menang atas Iblis,
dan telah dilayani oleh para malaikat, namun, sesudah semuanya
itu, Ia kembali ke tempat Yohanes berkhotbah dan membaptis.
Selama kita masih berada di dunia ini, seberapa luar biasa pun
kita dilawat oleh kasih karunia ilahi, kita tetap harus menyandar-
kan diri pada sarana kasih karunia dan penghiburan yang biasa,
dan berjalan bersama Tuhan di dalamnya. Sekarang, inilah dua
kesaksian yang diberikan Yohanes tentang Kristus, dan keduanya
sepakat satu sama lain.
I. Inilah kesaksiannya tentang Kristus pada hari pertama saat ia
melihat-Nya datang dari padang gurun. Dan inilah empat hal yang
disaksikannya mengenai Kristus, saat ia melihat Dia di depan
matanya:
1. Bahwa Ia yaitu Anak Domba Tuhan yang menghapus dosa
dunia (ay. 29).
Marilah kita pelajari di sini:
(1) Bahwa Yesus Kristus yaitu Anak Domba Tuhan , menunjuk-
kan bahwa Dia yaitu sang korban agung, yang dengannya
pendamaian dosa dibuat, sehingga manusia didamaikan
dengan Tuhan . Dari antara semua korban persembahan
yang ada di dalam hukum Taurat, Ia memilih untuk meng-
gunakan korban anak domba, bukan hanya sebab anak
domba merupakan lambang kelemahlembutan, dan Kristus
akan digiring seperti anak domba yang dibawa ke pemban-
taian (Yes. 53:7), melainkan juga sebab Ia secara khusus
ingin merujuk:
[1] Kepada korban persembahan harian, yang dipersembah-
kan setiap pagi dan sore secara terus-menerus, dan kor-
ban ini selalu berupa anak domba (Kel. 29:38), yang
merupakan perlambangan atau bayangan dari Kristus,
sebagai korban persembahan kekal, yang darah-Nya
terus-menerus berbicara.
[2] Kepada domba paskah, yang darahnya, sesudah dibu-
buhkan pada tiang-tiang pintu, melindungi orang-orang
Israel dari hajaran malaikat maut. Kristus yaitu Anak
Domba Paskah kita (1Kor. 5:7). Ia yaitu Anak Domba
Tuhan . Ia ditentukan oleh-Nya (Rm. 3:25), dikuduskan
bagi-Nya (17:19), diterima oleh-Nya, dan kepada-Nyalah
Tuhan berkenan. Undi yang jatuh pada kambing jantan
yang akan diserahkan sebagai korban persembahan
dosa disebut sebagai undi bagi TUHAN (Im. 16:8-9),
demikian pula Kristus, yang akan membuat pendamai-
an bagi dosa, disebut Anak Domba Tuhan .
(2) Bahwa Yesus Kristus, sebagai Anak Domba Tuhan , mengha-
pus dosa dunia. Inilah tugas-Nya. Ia datang untuk meng-
hapuskan dosa dengan diri-Nya sendiri sebagai korban (Ibr.
9:26). Yohanes Pembaptis telah memanggil orang-orang
untuk bertobat dari dosa-dosa mereka, supaya dosa-dosa
mereka dihapuskan. Sekarang di sini ia menunjukkan ba-
gaimana dan oleh siapa penghapusan dosa itu akan dilaku-
kan, dan apa dasar pengharapan kita bahwa dosa-dosa kita
akan diampuni apabila kita bertobat, meskipun pertobatan
kita tidak bisa menjadi korban yang memuaskan bagi dosa-
dosa itu. Inilah dasar pengharapan yang kita miliki, bahwa
Yesus Kristus yaitu Anak Domba Tuhan .
[1] Ia menghapus dosa. Ia, sebagai Pengantara antara Tuhan
dan manusia, menghapus apa yang paling menentang
kekudusan Tuhan dan merusak kebahagiaan manusia. Ia
datang, pertama, untuk menghapus kesalahan dosa me-
lalui kuasa kematian-Nya, untuk membatalkan pengha-
kiman, dan mencabut kembali dakwaan, yang menimpa
seluruh umat manusia, dengan cara memberikan ganti
rugi, yang dapat dinikmati oleh semua orang percaya
yang bertobat dan taat. Kedua, untuk menghapus kua-
sa dosa oleh Roh kasih karunia-Nya, sehingga dosa
tidak berkuasa lagi (Rm. 6:14). Kristus, sebagai Anak
Domba Tuhan , membasuh kita dari dosa-dosa kita de-
ngan darah-Nya sendiri, yang artinya, Ia membenarkan
sekaligus menguduskan kita: Ia menghapus dosa. Ia
sedang ho airōn – Ia sedang menghapus dosa dunia,
yang menggambarkan bahwa penghapusan dosa itu
tidak dilakukan hanya sekali, namun terus-menerus.
Menghapus dosa merupakan tugas dan pekerjaan-Nya
secara terus-menerus, pekerjaan sepanjang waktu yang
tidak akan dapat tuntas sampai waktu itu sendiri ber-
akhir. Ia selalu menghapus dosa, dengan pengantaraan
darah-Nya secara terus-menerus di sorga, dan dengan
kuasa kasih karunia-Nya secara terus-menerus di bumi.
[2] Ia menghapus dosa dunia, mendapatkan pengampunan
untuk diberikan kepada orang-orang yang bertobat dan
percaya kepada Injil, dari bangsa, suku, atau bahasa
apa pun mereka berasal. Korban-korban persembahan
dalam hukum Taurat hanya merujuk kepada dosa-dosa
bangsa Israel, untuk mendamaikan dosa-dosa mereka,
namun Anak Domba Tuhan dipersembahkan untuk men-
jadi pendamaian bagi dosa-dosa seluruh dunia (1Yoh.
2:2). Hal ini sangat membesarkan iman kita, sebab jika
Kristus menghapus dosa dunia, tentulah Ia menghapus
dosa kita juga! Kristus mengerahkan segala kekuatan-
Nya melawan pasukan dosa yang utama, Ia menyerang
bagian akar kejahatan, untuk menghancurkannya, yang
telah menguasai seluruh dunia. Tuhan mendamaikan
dunia dengan diri-Nya di dalam Kristus.
[3] Ia menghapus dosa dunia dengan menimpakan dosa itu
ke atas diri-Nya sendiri. Ia yaitu Anak Domba Tuhan ,
yang menanggung dosa dunia, begitulah arti umumnya.
Ia menanggung dosa bagi kita, dan dengan demikian Ia
mengambilnya dari kita untuk ditanggung-Nya. Ia me-
nanggung dosa banyak orang, seperti dosa-dosa bangsa
Israel ditanggungkan pada kepala kambing jantan (Im.
16:21). Tuhan bisa saja menghapus dosa dengan membi-
nasakan para pendosa, seperti Ia menghapus dosa
dunia yang lama. Akan namun , Ia telah menemukan sua-
tu cara untuk menghapus dosa tanpa membinasakan
para pendosanya sendiri, yaitu dengan menjadikan
Anak-Nya sebagai dosa bagi kita.
(3) Bahwa kewajiban kita yaitu memandang, dengan mata
iman, Anak Domba Tuhan yang sudah menghapus dosa du-
nia seperti itu. Lihatlah bagaimana Dia menghapus dosa,
dan biarkanlah hal itu membuat kita lebih membenci dosa,
dan lebih bertekad untuk menentangnya. Janganlah kita
menggenggam erat-erat apa yang hendak dihapus Anak
Domba Tuhan dengan kedatangan-Nya, sebab Kristus akan
melenyapkan entah dosa-dosa kita atau diri kita sendiri.
Biarkanlah hal ini membuat kita semakin mengasihi Kris-
tus, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita
dari dosa kita oleh darah-Nya (Why. 1:5). Apa pun yang
ingin dilenyapkan Tuhan dari diri kita, lebih-lebih lagi dosa-
dosa kita, kita selayaknya harus bersyukur, dan sama
sekali tidak tidak ada alasan untuk mengeluh.
2. Bahwa Dialah orang yang telah dibicarakan Yohanes Pembap-
tis sebelumnya (ay. 30-31): Inilah Dia, orang yang sedang ku-
tunjuk ini, dan kamu melihat di mana Ia berdiri, Dialah yang
kumaksud saat kukatakan: Kemudian dari padaku akan da-
tang seorang.
Perhatikanlah:
(1) Yohanes memiliki kehormatan ini melebihi semua nabi,
yaitu bahwa sementara mereka berkata-kata tentang Dia
sebagai orang yang akan datang, ia melihat-Nya sudah
datang. Inilah Dia. Ia melihat-Nya sekarang, ia meman-
dang-Nya dari dekat (Bil. 24:17). Begitulah besarnya perbe-
daan antara iman yang sekarang dan penglihatan yang
akan datang. Sekarang kita mengasihi Dia yang tidak kita
lihat, namun nanti kita akan memandang Dia yang dikasihi
jiwa kita, kita akan memandang-Nya dan berkata, Dialah
yang kumaksud saat aku berkata, “Kristusku, Engkaulah
segalanya bagiku, Engkaulah yang kukasihi, dan Engkau-
lah sahabatku.”
(2) Yohanes menyebut Kristus seorang, sesudah aku akan da-
tang seorang – anēr, seorang yang kuat: sang laki-laki itu,
atau orang yang menjadi tangan kanan Tuhan .
(3) Ia merujuk pada apa yang telah dikatakannya sendiri
sebelumnya: Dialah yang kumaksud. Perhatikanlah, orang-
orang yang telah mengatakan hal-hal yang paling terhor-
mat tentang Kristus tidak akan pernah menemui alasan
untuk menarik kembali kata-kata mereka, melainkan, se-
makin dalam mereka mengenal-Nya semakin yakin mereka
akan penghargaan yang telah mereka berikan kepada-Nya.
Yohanes masih memandang rendah dirinya dan meman-
dang tinggi Kristus sama seperti sebelumnya. Walaupun
Kristus tidak tampil dalam kemegahan atau kebesaran
lahiriah, Yohanes tidak malu mengakui bahwa Dialah yang
kumaksudkan, yang harus lebih diutamakan dibandingkan ku.
Dan memang penting bagi Yohanes untuk menunjukkan
Dia secara langsung kepada mereka, sebab kalau tidak,
mereka tidak akan percaya bahwa orang yang tampak
demikian hina ini yaitu Dia yang mengenai-Nya Yohanes
membicarakan hal-hal yang besar.
(4) Ia menyangkal adanya persepakatan atau kerja sama de-
ngan Yesus ini: Dan aku sendiri pun mula-mula tidak me-
ngenal Dia. Walaupun mereka bersaudara (Elisabet yaitu
sepupu perawan Maria), mereka sama sekali tidak menge-
nal satu sama lain. Yohanes tidak mengenal Yesus secara
pribadi sebelum ia melihat-Nya datang untuk dibaptis oleh-
nya. Cara hidup mereka sungguh berbeda. Yohanes meng-
habiskan waktunya di padang gurun, dalam kesendirian,
sementara Yesus menghabiskan waktu-Nya di Nazaret, ber-
gaul dengan orang lain. Tidak ada hubungan atau perca-
kapan apa pun di antara mereka sebelumnya, sehingga hal
ini seluruhnya tampak terjadi semata-mata sebab tuntun-
an dan kehendak Sorga, dan bukan sebab rancangan atau
kerja sama di antara mereka sendiri. Dengan demikian, ia
tidak hanya menyangkal adanya segala persekongkolan apa
pun di antara mereka, namun juga segala perasaan berpihak
dan prasangka yang biasa didapati di dalam persekong-
kolan itu. Orang tidak bisa menganggapnya berpihak ke-
pada Kristus sebagai teman, sebab tidak ada persahabatan
atau keakraban di antara mereka sebelumnya. Bahkan,
tidak mungkin ia punya suatu maksud tertentu dalam
mengatakan hal-hal yang baik tentang-Nya sebab memang
Ia orang asing baginya, dan demikian juga ia tidak dapat
mengatakan apa-apa tentang Dia kecuali apa yang telah
dikaruniakan kepadanya dari sorga, yang dari sana ia
mengaku menerima segala sesuatunya (3:7). Perhatikanlah,
orang-orang yang mendapat pengajaran yang baik pasti
mempercayai dan mengakui orang yang tidak pernah
mereka lihat, dan berbahagialah mereka yang tidak melihat
namun percaya.
(5) Maksud agung dari pelayanan dan baptisan Yohanes ada-
lah untuk memperkenalkan Yesus Kristus. Untuk itulah
aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyata-
kan kepada Israel.
Perhatikanlah:
[1] Walaupun Yohanes tidak mengenal wajah Yesus, ia
tahu bahwa Yesus akan dinyatakan. Perhatikanlah, kita
bisa mengetahui kepastian dari sesuatu yang sifat dan
maksudnya tidak kita ketahui dengan sepenuhnya. Kita
tahu bahwa kebahagiaan sorgawi akan dinyatakan ke-
pada Israel, meskipun kita tidak dapat menggambar-
kannya.
[2] Keyakinan yang penuh dalam diri Yohanes bahwa
Kristus akan dinyatakan membuatnya tekun dan teguh
dalam melaksanakan pekerjaannya, meskipun ia sendiri
tidak tahu hal-hal secara terperinci: untuk itulah aku
datang. Keyakinan kita akan kebenaran dari berbagai
hal, meskipun tidak terlihat, sudah cukup untuk men-
dorong kita melakukan kewajiban kita.
[3] Tuhan menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya secara
bertahap. Pada awalnya, Yohanes tidak mengetahui hal-
hal lain tentang Kristus kecuali bahwa Ia akan dinyata-
kan. Dengan keyakinan itu, ia datang untuk membap-
tis, dan sekarang ia diberi hadiah sebab bisa melihat-
Nya secara langsung. Mereka yang sebab firman Tuhan
percaya apa yang tidak mereka lihat akan segera meli-
hat apa yang sekarang mereka percaya.
[4] Pelayanan firman dan sakramen tidak dirancang untuk
tujuan-tujuan lain selain untuk menuntun orang ke-
pada Kristus, dan untuk membuat-Nya semakin lebih
dinyatakan.
[5] Baptisan dengan air membuka jalan bagi dinyatakannya
Kristus, sebab baptisan mengandaikan kejahatan dan
kecemaran kita, dan melambangkan pembersihan kita
oleh Dia yang yaitu sumber mata air yang terbuka.
3. Bahwa inilah Dia yang ke atas-Nya Roh turun dari langit seperti
merpati. Untuk meneguhkan kesaksiannya tentang Kristus, di
sini ia menyatakan penampakan luar biasa yang disaksikan-
nya pada saat pembaptisan-Nya. Di dalam penampakan ini
Tuhan sendiri memberikan kesaksian tentang Dia. Ini merupa-
kan bukti besar akan misi Kristus. Sekarang, untuk meyakin-
kan kita akan kebenaran hal itu, kita di sini mengetahui (ay.
32-34),
(1) Bahwa Yohanes Pembaptis melihatnya: Ia memberikan ke-
saksian, tidak hanya menyampaikannya sebagai cerita, te-
tapi benar-benar menegaskannya, dengan segala kesung-
guhan dan kekhidmatan dalam bersaksi. Ia menyatakan-
nya dengan segala ketegasan: Aku telah melihat Roh turun
dari langit. Yohanes tidak dapat melihat Roh, namun ia me-
lihat burung merpati yang merupakan tanda dan lambang
dari Roh itu. Roh datang kepada Kristus sekarang untuk
membuat-Nya layak bagi pekerjaan-Nya dan untuk menya-
takan-Nya kepada dunia. Kristus dinyatakan bukan dengan
pemberian mahkota, atau dengan transfigurasi, melainkan
dengan turunnya Roh seperti burung merpati ke atas-Nya,
untuk menyatakan Ia memenuhi syarat dalam menjalan-
kan pekerjaan-Nya. Demikian pula halnya, kesaksian per-
tama yang diberikan kepada para rasul yaitu turunnya
Roh ke atas mereka. Anak-anak Tuhan dinyatakan melalui
kasih karunia, sementara kemuliaan-kemuliaan bagi mere-
ka disimpan untuk masa yang akan datang.
Perhatikanlah:
[1] Roh turun dari langit, sebab segala pemberian yang baik
dan sempurna datang dari atas.
[2] Roh turun seperti merpati – lambang kelemahlembutan,
kesabaran, dan keramahan, yang membuat-Nya layak
untuk mengajar. Burung merpati terbang kembali de-
ngan membawa sehelai daun zaitun yang segar (Kej.
8:11).
[3] Roh yang turun ke atas Kristus tetap ada pada-Nya, se-
perti yang sudah dinubuatkan (Yes. 11:2). Roh tidak
menggerakan-Nya sekali-sekali saja, seperti pada Sim-
son (Hak. 13:25), namun setiap waktu. Roh diberikan ke-
pada-Nya dengan tidak terbatas. Ia memiliki hak
istimewa untuk selalu memiliki Roh pada diri-Nya, se-
hingga satu kali pun Ia tidak akan didapati tidak meme-
nuhi syarat untuk melakukan pekerjaan-Nya atau tidak
diperlengkapi untuk memberi kasih karunia kepada
mereka yang meminta dari-Nya.
(2) Bahwa ia diberi tahu untuk menantikan kedatangan-Nya,
dan hal ini sangat menguatkan bukti itu. Hal itu bukanlah
semata-mata dugaan Yohanes bahwa Dia yang ke atas-Nya
Roh Kudus turun pasti yaitu Anak Tuhan , namun bahwa hal
itu merupakan tanda yang sudah ditentukan dan yang
telah diberikan kepadanya sebelumnya, yang dengannya ia
akan mengetahui kepastian hal ini (ay. 33): Aku pun tidak
mengenal-Nya. Ia sangat menekankan hal ini, bahwa ia
tidak mengetahui lebih banyak tentang Dia dibandingkan apa
yang diketahui orang lain, selain melalui pewahyuan.
namun Dia, yang mengutus aku untuk membaptis,
memberikan tanda ini kepadaku: Jikalau engkau melihat
Roh itu turun ke atas seseorang, Dialah itu.
[1] Lihatlah di sini betapa kuatnya dasar-dasar yang dipi-
jak Yohanes dalam pelayanan dan baptisannya, sehing-
ga ia bisa terus melanjutkannya dengan sangat tenang.
Pertama, ia tidak berbuat tanpa diutus: Tuhan mengutus-
nya untuk membaptis. Ia memiliki wewenang dari
sorga atas apa yang diperbuatnya. Apabila hamba
Tuhan merasa bahwa panggilannya sudah jelas, maka
ia pasti akan tenang, meskipun keberhasilannya sendiri
tidaklah pasti. Kedua, ia tidak berbuat tanpa arahan
atau bantuan, sebab saat ia diutus untuk membaptis
dengan air, ia juga diarahkan kepada seseorang yang
akan membaptis dengan Roh Kudus. Dengan gagasan ini
Yohanes Pembaptis diajar untuk mengharapkan Kris-
tus, sebagai seorang yang akan memberikan pertobatan
dan iman kepada orang-orang yang sudah dipanggilnya
untuk bertobat dan beriman, dan akan meneruskan
serta merampungkan bangunan agung yang dasar-da-
sarnya sedang ia dirikan sekarang. Perhatikanlah,
sungguh sangat menghibur hamba-hamba Kristus da-
lam pelayanan mereka menyampaikan tanda-tanda la-
hiriah, bahwa Dia yang mereka layani dapat menganu-
gerahkan kasih karunia yang dilambangkan dengan
tanda-tanda itu, dan dengan demikian memberikan ke-
hidupan, jiwa, dan kuasa ke dalam pelayanan yang
tengah mereka lakukan. Ia dapat berbicara kepada hati
apa yang mereka sampaikan kepada telinga, dan dapat
menghidupkan kembali tulang-tulang kering yang kepa-
danya mereka bernubuat.
[2] Lihatlah betapa kuatnya dasar-dasar yang dipijak Yoha-
nes dalam menunjuk pribadi Sang Mesias. Tuhan telah
memberinya suatu tanda sebelumnya, seperti yang su-
dah diberikan-Nya kepada Samuel tentang Saul: “Jika-
lau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang,
Dialah itu.” Hal ini tidak hanya dapat menghindari kesa-
lahan-kesalahan namun juga memberinya keberanian
dalam bersaksi. Apabila ia diberi keyakinan seperti ini,
maka ia pun dapat berbicara dengan penuh keyakinan.
saat Yohanes diberi tahu mengenai hal ini sebelum-
nya, pengharapan-pengharapannya pasti jauh lebih
bertambah, dan saat peristiwa ini benar-benar meng-
genapi nubuatan itu, imannya pasti jauh lebih diteguh-
kan. Dan hal-hal ini dituliskan agar kita percaya.
4. Bahwa Dia yaitu Anak Tuhan . Ini merupakan kesimpulan dari
kesaksian Yohanes, inti dari segala sesuatu, sebagai quod erat
demonstrandum – fakta yang hendak diperlihatkan (ay. 34):
Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak
Tuhan .
(1) Kebenaran yang dinyatakan yaitu Ia inilah Anak Tuhan .
Suara dari sorga telah menyatakan, dan Yohanes tunduk
padanya, bukan hanya bahwa Ia akan membaptis dengan
Roh Kudus melalui kuasa ilahi melainkan juga bahwa Ia
memiliki sifat ilahi. Inilah pengakuan iman yang hanya
ada dalam agama Kristen, yaitu bahwa Yesus yaitu Anak
Tuhan (Mat. 16:16), dan di sinilah pengakuan itu pertama
kali dibuat.
(2) Kesaksian Yohanes akan hal itu: “Aku telah melihat-Nya,
dan memberi kesaksian. Bukan hanya aku memberikan
kesaksian tentang hal itu sekarang, melainkan juga aku
melakukannya segera sesudah aku melihat-Nya.”
Perhatikanlah:
[1] Apa yang telah dilihatnya langsung saja disaksikannya,
seperti yang diperbuat para rasul (Kis. 4:20): Sebab
tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata ten-
tang apa yang telah kami lihat.
[2] Apa yang disaksikannya yaitu apa yang telah dilihat-
nya. Para saksi Kristus yaitu saksi-saksi mata-Nya,
dan sebab itu mereka harus lebih dipercaya. Mereka
tidak berbicara hanya berdasarkan desas-desus dan
omongan orang (2Ptr. 1:16).
II. Inilah kesaksian Yohanes tentang Kristus, pada keesokan harinya
(ay. 35-36).
Dalam peristiwa ini, perhatikanlah:
1. Yohanes memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk
menuntun orang kepada Kristus: Yohanes berdiri melihat
Yesus lewat. Tampaknya saat itu Yohanes sudah tidak ber-
sama orang banyak lagi, dan sedang bercakap-cakap secara
pribadi dengan dua orang muridnya. Perhatikanlah, hamba-
hamba Tuhan harus bersaksi tentang Kristus dan melayani
kepentingan-kepentingan-Nya, bukan hanya saat mereka
berkhotbah kepada orang banyak melainkan juga dalam per-
cakapan mereka secara pribadi. Ia melihat Yesus sedang ber-
jalan di sebelah sana, namun tidak pergi menemui-Nya, sebab
ia tidak mau melakukan hal sekecil apa pun yang dapat meng-
undang kecurigaan bahwa mereka bersekongkol. Ia melihat
Yesus – emblepsas. Ia terus memandang-Nya dan mengarah-
kan matanya kepada Dia. Mereka yang hendak menuntun
orang lain kepada Kristus dengan sendirinya harus tekun dan
sering merenung tentang Dia. Yohanes sudah melihat Kristus
sebelumnya, namun kini ia memandang-Nya (1Yoh. 1:1).
2. Ia mengulangi kesaksian yang sama mengenai Kristus yang
disampaikannya pada hari sebelumnya, meskipun ia bisa saja
menyampaikan kebenaran agung yang lain mengenai Dia.
namun dengan berbuat demikian ia ingin menunjukkan bahwa
ia teguh dan setia dalam kesaksiannya, dan tetap dalam pen-
diriannya. Ajaran yang disampaikannya dalam perkumpulan
pribadi sama dengan ajaran yang disampaikannya di muka
umum, seperti halnya ajaran Paulus (Kis. 20:20-21). Baik bagi
kita untuk mendengar kembali apa yang sudah kita dengar
sebelumnya (Flp. 3:1). Ajaran tentang pengorbanan Kristus
untuk menghapus dosa dunia harus ditekankan secara khu-
sus oleh semua hamba Tuhan yang baik: Kristus, Anak Domba
Tuhan , Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.
3. Ia bermaksud mengatakan hal ini secara khusus kepada
kedua muridnya yang sedang berdiri bersamanya. Ia bersedia
menyerahkan mereka kepada Kristus, sebab untuk tujuan
inilah ia memberikan kesaksian tentang Kristus di depan me-
reka, yaitu supaya mereka meninggalkan semua untuk meng-
ikuti-Nya, bahkan supaya mereka dapat meninggalkan dirinya
sendiri. Ia tidak menganggap dirinya kehilangan murid-murid
yang berpindah darinya kepada Kristus, seperti halnya kepala
sekolah tidak merasa telah kehilangan muridnya yang dikirim-
kannya ke perguruan tinggi. Yohanes mengumpulkan murid-
murid bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Kristus,
untuk menyiapkan mereka bagi Tuhan (Luk. 1:17). Ia sama se-
kali tidak iri dengan kehormatan Kristus yang semakin besar,
malah tidak ad