alam kubur 7
habar ahad, maka mereka tidak
akan mengubah arah kiblat karena kabar dari satu orang saja.
c. Hadits ahad adalah hujjah dalam masalah hukum ataupun akidah
Dalil-dalil yang ada di poin b menunjukkan bahwa kebenaran atau hujjah
itu diterima dari satu orang tanpa dirinci apakah perkaran aqidah atau bukan,
berlaku secara umum dan mutlak. Bahkan hadits Muadz bin Jabal berbicara
masalah aqidah. Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah berkata, “Semua perkara
aqidah mengenai asma dan sifat Allah Ta’ala hanya diketahui dari nash
Kitabullah dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih
atau dari ijma ulama. Sedangkan yang berasal dari hadits ahad, semuanya
diterima dan tidak ada perdebatan tentang ini”.
Adapun membeda-bedakan penyikapan hadits Ahad dalam masalah
aqidah dan masalah hukum adalah keyakinan baru dalam Islam, yang
merupakan bid’ah. Pembedaan seperti ini tidak pernah dikenal oleh salah
seorang sahabat Nabi, tidak juga oleh tabi’in, tabi’ut tabi’in, juga tidak
dikenal oleh para Imam. Pembedaan seperti ini hanya dikenal dari tokoh-
tokoh ahlul bid’ah dan yang mengikuti mereka.
Keyakinan bahwa masalah aqidah harus ditetapkan dengan hadits
mutawatir itu sendiri merupakan sebuah aqidah (keyakinan) dalam agama.
Kalau mereka konsisten, hendaknya mereka mendatangkan dalil yang
mutawatir tentang adanya aqidah tersebut dalam Islam.
SYUBHAT 3: BEBERAPA ULAMA MENILAI
HADITS AHAD BERNILAI ZHAN, SEHINGGA
MEREKA PUN TIDAK MENGIMANI ADZAB
KUBUR
Syubhat ini adalah turunan dari syubhat kedua. Dalam tulisan-tulisan
mereka yang menolak adanya adzab kubur, mereka mengutip beberapa
pernyataan sebagian ulama ahlussunnah yang menganggap hadits ahad hanya
bernilai zhan dan tidak bernilai ilmu. Sehingga mengesankan bahwa sebagian
ulama tersebut juga tidak mengimani adanya adzab kubur. Inilah kecurangan
mereka dalam berargumentasi.
Memang benar terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang apakah hadits
Ahad bernilai zhan, ataukah bernilai ilmu, ataukah bernilai ilmu namun
dengan syarat. Namun mereka sepakat beramal dengan hadits Ahad,
sebagaimana telah kami sampaikan pernyataan ijma dalam hal ini. Memang
juga sebagian ulama, mengatakan bahwa terhadap hadits Ahad, wajib
beramal dengannya namun tidak diyakini. Namun hal ini pada hakekatnya
hanyalah ikhtilaf lafzhi, karena setiap dalil dari Al Qur’an dan sunnah yang
shahih adalah hujjah yang wajib diyakini kebenarannya dan diamalkan.
Bagaimana mungkin seseorang diperintah untuk beramal tanpa meyakini apa
yang dia amalkan?
Semisal hadits tentang meminta perlindungan dari adzab kubur setiap
selesai shalat:
ّنَأ َلُوَُسر ِّهللا – ىلص لا هيلع ملسو – َنَاك وُْعَدي ِىف َِة لّصلا ُّمهّللا »
ِىنِإ ُذوَُعأ َِكب ْنِم ِبَاذَع ِرْبعَْقلا ُذوَُعأَو َِكب ْنِم َِةنِْتف ِحيِسَْلا ِلُّاّجدلا ،
ُذوَُعأَو َِكب ْنِم َِةنِْتف َايَْْلا َِةنِْتفَو ِتَاَْملا ، ُّمهّللا ِىنِإ ُذوَُعأ َِكب َنِم َِمثْأَْلا
ِم َرْغَْلَاو
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berdoa ketika sedang shalat
dengan doa (yang artinya): ‘Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab
kubur, dari fitnah al masih ad dajjal, dari fitnahnya orang yang masih hidup
atau yang telah mati. Ya Allah aku berlindung kepadamu dari dari perbuatan
dosa dan hutang’”.
Bagaimana mungkin dengan dasar hadits ini, dikatakan bahwa
disunnahkan membaca doa tersebut setiap sebelum salam ketika shalat
namun tidak boleh meyakini isinya?? Dari sini terlihat jelas bahwa
memisahkan permasalahan hukum dan aqidah dalam pembahasan hadits
Ahad adalah perkara yang aneh.
Di antara nama ulama yang sering di-’catut’ untuk melariskan
pemahaman mereka adalah Al Imam Al Bukhari. Pasalnya, dalam kitab
Shahih Bukhari beliau menulis judul bab:
باب َام َءَاج ِىف َِة زَاِجإ ِرَبعَخر ِِدحَاوْلا ِقوُّدصلا ِىف ِنَاَذلا َِة لّصلَاو ِم ْوّصلَاو
ِضِئَِارَفْلَاو ِم َاكَْحلَاو
“Bab dalil-dalil tentang bolehnya menggunakan khabar ahad yang shahih
dalam masalah adzan, shalat, puasa, waris dan ahkam”
Padahal Al Bukhari tidak menyebutkan i’tiqad atau ‘aqaa-id dalam
kalimat tersebut, sehingga diklaim bahwa beliau tidak berhujjah dengan
hadits ahad dalam masalah aqidah. Padahal faktanya, Al Bukhari banyak
meriwayatkan hadits-hadits Ahad dalam masalah aqidah di Shahih Bukhari.
Adapun judul bab yang beliau buat demikian, justru untuk membantah orang-
orang yang menolak kehujjahan hadits ahad secara umum. Dan yang paling
penting dan perlu digaris-bawahi adalah, Imam Al Bukhari mengimani
adanya adzab kubur dan alam kubur. Sebagaimana telah kami singgung
pada bagian dalil-dalil Al Qur’an tentang adanya alam kubur.
Selain beliau, Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani pun seringkali di-’catut’
dengan cara demikian. Padahal beliau dalam kitab Fathul Baari, menyetujui
aqidah Imam Al Bukhari dalam mengimani adzab kubur dan menyelisihi
orang-orang yang menafikannya. Ketika beliau mengomentari kalimat:
… بَاب َام َءَاج يِف بَاذَع رْبعَْقلا هْلوَقَو َىلَاعَت
Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Seolah-olah, maksud Al Bukhari
mendahulukan penyebutan ayat-ayat ini karena ingin menjelaskan bahwa
pembahasan adzab kubur ada dalam Al Qur’an, menyelisihi sebagian orang
yang mengklaim bahwa pembahasan adzab kubur hanya ada dalam hadits
ahad”.
Selebihnya, nama-nama ulama yang mereka sebutkan untuk melariskan
pemahaman menyimpang mereka, biasanya berasal dari kalangan ulama yang
terpengaruh ilmu kalam atau pemikiran mu’tazilah.
SYUBHAT 4: DALALAH AYAT YANG DIANGGAP
MENAFIKAN ADZAB KUBUR ADALAH QATH’I,
SEDANGKAN DALALAH AYAT DAN HADITS
YANG MENETAPKAN ADZAB KUBUR ADALAH
ZHANNI
Dari surat Yasin ayat 52, mereka memahami bahwa jika orang yang mati
dikatakan ‘tidur’ setelah ia mati sampai hari kebangkitan, maka tentu tidak
ada adzab kubur atau nikmat kubur. Lalu mereka mengatakan bahwa
pendalilan ayat ini adalah pendalilan yang qath’i (tegas dan jelas), atau
dalalah qath’iyyah117. Sedangkan surat Ghafir (Al Mu’min) ayat 45-46
tentang Fir’aun dan kaumnya setelah matinya mereka dinampakkan neraka
setiap pagi dan sore, jika ayat ini digunakan sebagai dalil untuk
membenarkan adanya adzab kubur maka pendalilannya tidak qath’i, tidak
tegas, belum jelas maksudnya atau dalalah zhanniyyah. Terlebih lagi terdapat
perselisihan di antara para ulama apakah yang dimaksud surat Ghafir ayat 45-
46 atau semisalnya itu dirasakan oleh ruh dan jasad atau keduanya sekaligus.
Perselisihan ini menambah ketidak-tegasan pendalilan ayat tersebut.
Sehingga akhirnya mereka, dengan modal akal mereka, mengambil ayat
dengan dalalah qath’iyyah menurut logika mereka, lalu menutup mata (baca:
membuang) terhadap dalil yang menurut mereka memiliki dalalah
zhanniyyah. Subhanallah!
Orang yang berpenyakit hati gemar mempermainkan dalil!
Dari syubhat yang ke 4 ini akan terlihat sekali bagaimana mereka
mendewakan akal dalam memahami dalil-dalil syariat. Dengan akal pula
mereka mementahkan dalil lain yang tidak bersesuaian dengan hawa nafsu
mereka. Padahal dalil syar’i tidak ada yang bertentangan dan semua dalil
wajib kita imani dan amalkan. Orang-orang yang dipuji Allah dengan ilmu
berkata:
ّانَمآ ِِهب ّلُك ْنِم ِْدنِع َانِبَر
“Kami mengimani semua yang diwahyukan oleh Rabb kami”.
Mengambil dalil yang sesuai dengan seleranya, lalu membuang dalil
yang tidak sesuai dengan seleranya adalah sikap orang-orang yang terdapat
penyakit di dalam hatinya. Allah Ta’ala berfirman:
َوُه ِيذّلا ََلُزْنَأ َْكيَلَع َبَاِتكْلا ُْهنِم ٌتَايآ ٌتَاَمكْحُم ّنُه ّم ُأ ِبَاِتكْلا
ُرَخرُأَو ٌتَاهِبَاشَُتم ّامَأَف َنِيذّلا يِف ِْمهِبوُلُق ٌغَْيز َنوُعِبعَّتيَف َام ََهبَاشَت ُْهنِم
َءَاغِْتبا َِةنِْتفْلا َءَاغِْتبَاو ِِهلِيوْأَت َامَو َُملْعَي َُهلِيوْأَت ِلإ ُّهللا َنوُخِسّارلَاو يِف
ِْملِعْلا َنوُلوَُقي ّانَمآ ِِهب ّلُك ْنِم ِْدنِع َانِبَر َامَو ُرّكّذَي ِلإ وُلوُأ ِبَابعْللا
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara
(isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-
ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari
takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah.
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari isi Tuhan kami.” Dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal”.
Zhanni dan Qath’i itu nisbi
Penilaian qath’i atau zhanni terhadap sesuatu itu nisbi atau relatif. Bagi
sebagian orang sesuatu itu qath’i, namun bagi yang lain zhanni. Dalam hal
menilai sebuah dalil itu qath'i atau zhanni, relativitas di sini bergantung
kepada:
Kedalaman penelaahan dalil-dalil syar’i
Penguasaan kaidah-kaidah dalam berdalil
Perbedaan tingkat kecerdasan
Kecepatan memahami sesuatu masalah120
Oleh karena itu, kita dapati para ulama terkadang berbeda pendapat
dalam menyatakan suatu dalil sebagai dalil yang qathi' atau dalil yang zhanni.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Telah jelas bahwa
para ulama mujtahid itu berbicara dengan ilmu. Mereka mengikuti dalil. Dan
ilmu fiqih itu adalah ilmu yang agung. Para ulama bukanlah termasuk orang-
orang yang mengikuti prasangka semata. Namun, di antara mereka terkadang
ada yang mengetahui suatu ilmu yang belum diketahui ulama lain.
Dikarenakan ulama yang lain belum pernah mendengarnya atau terkadang
karena ulama lain belum memahaminya”.
Maka, apa yang mereka (ahlul bid’ah) klaim zhanni, ternyata bagi para
ulama adalah perkara yang qath’i. Disebabkan kedangkalan akal mereka dan
hawa nafsu yang terlanjur membutakan akal mereka.
Merujuk kepada ahli ilmu dalam memahami dalil
Dalam kasus di atas, ahlul bid’ah mempertentangkan dalil-dalil karena
dalam memahami dalil mereka hanya mengandalkan logika semata, sama
sekali enggan merujuk kepada penjelasan ulama. Padahal dalam surat Al
Imran ayat 7 di atas, Allah telah mengisyaratkan bahwa untuk memahami
dalil secara sempurna tanpa menolak sebagian dalil adalah dengan
mengembalikannya kepada ahli ilmu yang raasikh (mendalam ilmunya).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
ّنِإ َنآْرُْقلا َْمل ِْلُزْنَي ُبِذَكُي ُُهضْعَب ًاضْعَب ْلَب ُقَِدصُي ُُهضْعَب ًاضْعَب َاَمف
ُْمْتفَرَع ُْهنِم اوُلَْمعَاف ِِهب َامَو ُْمْتلِهَج ُْهنِم ُهوُّدرَف َىِلإ ِِِهلَاع
“Ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan itu tidak saling mendustakan, bahkan
saling membenarkan satu sama lain. Ayat-ayat yang kalian pahami,
amalkanlah. Ayat-ayat yang kalian tidak pahami, kembalikanlah kepada
orang alim yang memahaminya”.
Karena para ulama memahami dalil dengan dalil, menafsirkan dalil
dengan atsar sahabat Nabi, tabi’in serta orang yang mengikuti mereka, yang
merupakan generasi terbaik dan paling paham terhadap Qur’an dan Sunnah.
Dan faktanya, ketika kita mengembalikannya kepada ulama, tidak
ditemukan adanya pertentangan di antara dalil-dalil di atas. Ulama ahli tafsir
mengatakan bahwa Surat Ghafir (Al Mu’min) ayat 45-46 menetapkan adanya
adzab kubur berdasarkan tafsir dari Mujahid rahimahullah, seorang tabi’in
yang dijuluki imamul mufassir, juga riwayat dari ulama mufassir (pakar
tafsir) yang lain. Juga karena bersesuaian dengan hadits-hadits shahih yang
mencapai derajat mutawatir. Pendalilan yang berdasarkan hadits shahih serta
atsar salaf ini tentu lebih utama dan lebih agung dibanding pendalilan
berdasarkan ra’yu (logika). Dan pendalilan yang demikian ini adalah
pendalilan yang qath’i.
Sedangkan surat Yasin ayat 52, berdasarkan riwayat dari seorang sahabat
Nabi, Ubay bin Ka’ab radhiallahu’anhu , juga dari para tabi’in yaitu
Khaitsamah, Mujahid dan Qatadah radhiallahu’anhum tafsiran ‘tidur‘ dalam
ayat ini adalah: “Tidur sejenak sebelum dibangkitkan dari kubur”. Sehingga
ayat ini tidak menafikan adanya adzab kubur. Sekali lagi, pendalilan dengan
atsar salaf ini tentu merupakan pendalilan yang qath’i. Walhasil, tidak ada
pertentangan di antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits,
walillahilhamdu.
BEBERAPA AKIDAH
AHLUSSUNNAH TERKAIT
ALAM KUBUR
KEADAAN MANUSIA DI ALAM KUBUR
Para hamba di alam kubur ada lima golongan123 :
Pertama, para Nabi dan Rasul 'alaihimussalam. Mereka dalam keadaan
yang paling baik di alam kubur. Dari Aus bin Abi Aus radhiallahu'anhu, Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
َّهللا َم ّرح ىلع ِضرلا نأ َلُكأت َداسجأ ِءايبعنلا
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad pada
Nabi”
Kedua, para syuhada (orang yang wafat ketika jihad fi sabilillah).
Mereka mendapat nikmat kubur, selamat dari fitnah kubur (pertanyaan
kubur) dan adzab kubur. Ada sahabat yang bertanya:
اي َلُوسر ِّهللا ام ! ُلُاب َيننمؤلا َنونَتفُي يف ِمِهروبعق ّالإ َديهّشلا ؟ َلُاق ! :
َىفك ِةقرابعب ِفويّسلا َىلع ِِهسأر ًةنتف
“Wahai Rasulullah, apakah benar bahwa setiap Mukmin mengalami ujian di
dalam kubur mereka kecuali para syuhada? Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda: 'Cukuplah sabetan pedang di kepala mereka menjadi
ujian bagi mereka'”.
Ketiga, orang-orang mendapat nikmat kubur setelah melalui fitnah
kubur. Mereka mendapat berbagai kenikmatan surga: ditemani oleh amalan
shalih, diluaskan kuburnya, diperlihatkan surga kepada mereka. Mereka
berbahagia sampai-sampai mereka ingin Kiamat disegerakan agar bisa
berjumpa dengan keluarganya. Sebagaimana dalam hadits dari Al Barra' bin
'Azib radhiallahu'anhu:
اذإف ىأر ام يف ةنلا لُاق ِبر : لِجَع م ايق ةعاسلا امك عجرأ ىلإ يلهأ
يلامو
“... ketika mereka (penghuni kubur) diperlihatkan isi dari surga, mereka
mengatakan: Ya Rabb kami, percepatlah datangnya kiamat sehingga kami
bisa berkumpul kembali dengan keluarga kami dan harta kami”
Keempat, orang-orang mendapat siksa kubur setelah melalui fitnah
kubur, namun tidak selamanya. Mereka adalah orang-orang yang melakukan
dosa-dosa namun masih memiliki iman dalam hati mereka. Dari Ibnu ‘Abbas
radhiallahu'anhu, ia berkata:
ّرَم ِّىبعّنلا – ىلص لا هيلع ملسو – ٍِطئَِاحِب ْنِم ِنَاطيِح َِةنِيَْدلا ْوَأ َّةكَم
، َِعَمسَف َتْوَص َِْيننَاسْنِإ ِنَابّذَعُي ِىف َاِمِهروُبعُق ، َلَُاَقف ِّىبعّنلا – ىلص لا
هيلع ملسو – ِنَابّذَعُي » ، َامَو ِنَابّذَعُي ِىف ٍريِبعَك » ، ُّمث َلَُاق َىلَب » ،
َنَاك َاُمُهَدَحأ َل ُرَِتْتسَي ْنِم ِِهْلوَب ، َنَاكَو ُرَخرلا ِىشَْي َِةميِّمنلِاب »
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sebagian
pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua
orang manusia yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau bersabda,
‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab karena dosa besar
(menurut mereka berdua)’, lalu Nabi bersabda: ‘Padahal itu merupakan
dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab karena tidak
membersihkan bekas kencingnya, dan yang lain karena selalu melakukan
namiimah (adu domba)”.
Kelima, orang-orang mendapat siksa kubur terus-menerus hingga hari
kiamat, merekalah orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Mereka
disiksa dengan siksaan yang mengerikan dan terus-menerus hingga hari
kiamat. Sebagaimana dalam hadits dari Al Barra' bin 'Azib radhiallahu'anhu:
ّمث ُضّيقي َُهل ىمعأ َُمكْبأ َُهعم ٌَةبزرِم نم ٍديدح ول َبِرُض اهِب ٌلبعج
َراصل ًابارت ُُهبرضيف :َلُاق اهِب ًةبرض اهُعَمسي ام َينب ِقرشلا ِبرغلاو ّالإ
ِينلّقثلا ُريصَيف ًابارت ّمث :َلُاق ُداعت ِهيف ُحوّرلا
“... dijadikan baginya sesosok yang buta dan bisu. Di tangannya ia
memegang alat pemukul dari besi yang jika digunakan untuk memukul
gunung maka gunung tersebut akan menjadi debu. Maka alat tadi digunakan
untuk memukul sang mayit dengan pukulan yang keras, ketika dipukulkan
terdengar suaranya jeritannya antara timur dan barat kecuali oleh jin dan
manusia lalu ia pun menjadi debu. Kemudian setelah itu dikembalikan lagi
ruh tersebut seperti bentuknya semula”.
PERTANYAAN DI ALAM KUBUR
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa semua orang akan
mengalami fitnah (ujian) kubur, kecuali para Nabi dan syuhada. Fitnah kubur
adalah pertanyaan yang ditanyakan dua Malaikat di alam kubur, Barang
siapa yang bisa menjawabnya maka ia selamat. Namun yang tidak bisa
menjawabnya ia akan binasa. Dalam hadits riwayat Abu Daud yang panjang
disebutkan mengenai pertanyaan dua Malaikat di alam kubur dan
konsekuensinya setelah melewati pertanyaan tersebut bagi orang mukmin dan
orang yang kafir.
Hadits-hadits tentang pertanyaan di alam kubur
Dari Al Barra' bin 'Azib radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda:
هنإف َُعْمسَي َقْفَخر ِلُاعِن ِهباحصأ اذإ ْاوَّلو هنع َنِيرِبُْدم ، ِهيِتْأَيف ِناكَلَم
َادِيَدش ِراهتنلا ِِهنَارِهَْتنَيف ، ِِهنَاسِلْجُيو ِنلوَُقيف هل نَم : َّكبر ؟ ُلُوقيف
َيِبَر : ُلا ، ِنلوقيف هل ام : َُكنِيد ؟ ُلُوقيف َيِنِيد : ُم لسلا ، ِنلوقيف
هل ام : اذه ُلجرلا يذلا َثِعُب مكيف ؟ ُلُوقيف وه : ُلُوسر ِلا ّىلص
ُلا هيلع ّملسو ، ِنلوقيف هل امو : ؟ [َُكملع] ُلُوقيف ُتأرق : َباتك
ِلا ، ُتْنَمآف هب ، ُتْقَّدصو ، ُُهرِهَْتنَيف ُلُوقيف نَم : َّكبَر ؟ ام َُكنِيد ؟
نَم َّكيبعن ؟ يهو ُرِخرآ ٍةنتف ُضَرْعُت ىلع ِنمؤلا
“Ruh orang (mukmin) yang meninggal akan mendengar hentakan kaki orang-
orang yang menguburkannya ketika mereka mulai berpulangan. Kemudian
setelah itu datanglah dua Malaikat yang garang dan membentaknya. Kedua
malaikat tersebut mendudukan sang mayit dan bertanya: siapa Rabb-mu? Ia
menjawab: Rabb-ku adalah Allah. Kedua Malaikat bertanya: apa agamamu?
Ia menjawab: Agamaku Islam. Kedua Malaikat bertanya: siapa orang yang
diutus untuk kalian? Ia menjawab: ia adalah Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam. Kedua Malaikat bertanya: Kemudian apa ilmumu? Ia menjawab:
aku membaca Al Qur'an, aku beriman kepadanya, dan membenarkannya.
Maka seorang akan ditanya siapa Rabb-nya, apa agamanya dan siapa
Nabinya? Dan itu adalah ujian terakhir yang diujikan kepada seorang
Mukmin”.
Adapun orang-orang kafir dan munafik, mereka tidak bisa menjawab
pertanyaan di alam kubur. Disebutkan dalam lanjutan hadits:
هنإف َُعْمسَيَل َقْفَخر ِلُاعِن ِِهباحصأ اذإ ْاوَّلو هنع ِهيِتْأَيو . ِناكَلَم َادِيَدش
ِراهتنلا ، ِِهنَارِهَْتنَيَف ، ِِهنَاسِلْجُيو ، ِنلوَُقيف هل نَم : َّكبر ؟ ُلُوقيف :
هاه هاه ل ِيرَْدأ ، ِنلوقيف هل َُكنِيدام : ؟ ُلُوقيف اه : هاه ل ِيرَْدأ ،
ِنلوقيف امف : ُلُوَُقت يف اذه ِلجرلا يذلا َثِعُب مكيف ؟ لف ِيَدْتهَي
ِِهْمسل ، ُلُاُقيف ٌّدَمحُم : ُلُوقيف ! هاه : هاه ل ِيرَْدأ ُتْعَِمس َسانلا
َنولوقي كاذ لُاق ! ُلُاُقيف : ل : َتَْيرَد ، لو َتْوَلَت ، ِيدانُيف ٍدَانُم نم
ِءامسلا نأ َبَذَك : ، اوُشِرْفَأف هل نم ِرانلا
“Ruh orang (kafir) yang meninggal akan mendengar hentakan kaki orang-
orang yang menguburkannya ketika mereka mulai berpulangan. Kemudian
setelah itu datanglah dua Malaikat yang garang dan membentaknya. Kedua
malaikat tersebut mendudukan sang mayit dan bertanya: siapa Rabb-mu? Ia
menjawab: Hah.. hah.. aku tidak tahu. Kedua Malaikat bertanya: Hah.. hah..
aku tidak tahu. Ia menjawab: Hah.. hah.. aku tidak tahu. Kedua Malaikat
bertanya: siapa orang yang diutus untuk kalian? Apakah engkau tidak tahu
namanya? Bukankah dia Muhammad. Ia menjawab: Hah.. hah.. aku tidak
tahu. Aku pernah mendengar orang-orang menyebutnya. Maka dikatakan
kepadanya: Engkau tidak belajar Al Qur'an, engkau tidak membaca Al
Qur'an. Kemudian diserukan dari langit: Engkau telah mendustakan Al
Qur'an. Lalu ia pun diperlihatkan bagian dari neraka”.
Dari Al Barra' bin Azib radhiallahu'anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam juga bersabda mengenai pertanyaan di alam kubur:
َاِذإ َِدعْقُأ ُنِمْؤُْلا ِىف ِِهرْبعَق َِىتُأ ، ُّمث َِدهَش ْنَأ َل ََهِلإ ِّلإ ُّهللا ، ّنَأَو ًاّدَمحُم
ُلُوَُسر ِّهللا ، َِكَلذَف ُُهْلوَق ُتِبعَثُي ) ُّهللا َنِيذّلا اوُنَمآ ِْلُوَْقلِاب ِتِبّاثلا )
“Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian
didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan
menjawab dengan mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna muhammadan
rasuulullah’. Itulah yang dimaksud al qauluts tsabit dalam firman Allah
Ta’ala (yang artinya): ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman
dengan al qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)”.
Juga terdapat riwayat yang mauquf dari Abdullah bin Mas'ud
radhiallahu'anhu, bahwa beliau berkata:
نإ مكدحأ سلجيل يف هربعق اسلجإ ، لُاقيف هل ام : تنأ ؟ نإف ناك
انمؤم لُاق انأ : دبعع لا ايح اتيمو دهشأ نأ ل هلإ لإ لا دهشأو نأ
ادمحم هدبعع هلوسرو ، حسفيف هل يف هربعق ام ءاش لا ىريف هناكم نم
ةنلا لُزنيو هيلع ة وسك اهسبعلي نم ةنلا ، امأو رفاكلا لُاقيف هل ام :
تنأ ؟ لُوقيف ل : يردأ ، لُاقيف هل ل : تيرد اثلث ، قيضيف هيلع
هربعق ىتح فلتخت هعلضأ وأ سامتت هعلضأ لسريو هيلع تايح نم
بناوج هربعق هنشهني هنلكأيو ، اذإف عزج حاصف عمق عمقب نم ران نم
ديدح
“Sesungguhnya kalian kelak akan didudukkan di dalam kubur kalian. Lalu
malaikat akan bertanya: siapa anda. Jika yang ditanya adalah seorang
Mukmin, ia akan menjawab: aku adalah hamba Allah dalam keadaan hidup
atau mati, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya. Seketika itu diluaskan kuburnya sesuai kehendak Allah. Ia pun
bisa melihat tempat tinggalnya di surga dari dalam kuburnya. Lalu turunlah
pakaian dari surga yang akan dipakainya.
Adapun jika yang ditanya adalah orang kafir, ketika ditanya: siapa anda?
Orang itu menjawab: saya tidak tahu, saya tidak tahu, sampai 3x. Seketika itu
disempitkan kuburnya sampai copot semua persendiannya dan saling
bersinggungan satu sama lain. Lalu didatangkan ular-ular dari sisi kuburnya,
yang mematuk dan memakannya. Jika ia teriak kesakitan, maka akan
dipakaikan penutup kepala dari besi panas padanya”133.
Nama malaikat yang bertanya di alam kubur
Nama dua malaikat yang memberi pertanyaan di alam kubur adalah
Munkar dan Nakir. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
َاِذإ َرِبعُق ُتِيَْلا ْوَأ َلَُاق ُْمكَُدَحأ ُهَاتَأ ِنَاكَلَم ِنَاَدوَْسأ ِنَاقَرَْزأ ُلَُاُقي َاِمِهَدَحل
ُرَكْنُْلا ُرَخرلَاو ُريِكّنلا ِنلوَُقيَف َام َتْنُك ُلُوَُقت يِف َاذَه ِلُّجرلا ُلُوَُقيَف َام
َنَاك ُلُوَُقي َوُه ُْدبعَع ِّهللا ُُهلوَُسرَو َُدهْشَأ ْنَأ ل ََهِلإ ِلإ ُّهللا ّنَأَو ًاّدَمحُم
ُُهْدبعَع ُُهلوَُسرَو ِنلوَُقيَف َْدق ّانُك َُملْعَن َّكنَأ ُلُوَُقت َاذَه .
“Ketika salah seorang dari kalian dikuburkan, maka akan datang kepadanya
dua Malaikat yang hitam dan bermata biru. Yang satu bernama Munkar dan
yang lainnya bernama Nakir. Keduanya bertanya: “Apa pendapatmu
mengenai lelaki ini (yaitu Rasulullah)?”. Si mayit menjawab sebagaimana
yang pernah dikatakan dahulu (ketika hidup): “Dia adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain
Allah dan Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya”. Keduanya berkata: “Kami sudah mengetahui bahwa kamu akan
mengucapkan demikian...”.
Hakekat fitnah kubur dan cara agar bisa menjawabnya
Hadits-hadits di atas menunjukkan dengan tegas tentang adanya
pertanyaan dari dua malaikat di alam kubur. Dan bahwa pertanyaan di alam
kubur terdiri dari tiga pertanyaan:
1. Siapa Rabb-mu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa agamamu?
Imam Abu Ja'far Ath Thahawi135 rahimahullah dalam matan Al Aqidah
Ath Thahawiyah beliau mengatakan:
لُاؤسو ركنم ريكنو يف هربعق نع هبر هنيدو ،هيبعنو ىلع ام تءاج هب
رابعخرلا نع لُوسر لا ىلص لا هيلع ملسو ، نعو ةباحصلا ناوضر لا
مهيلع
“(Kami mengimani) adanya pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di alam
kubur, bertanya tentang Rabb-nya, agamanya dan Nabinya. Sebagaimana
khabar yang datang dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan dari
para sahabatnya ridhwanullah 'alaihim”.
Dan pertanyaan-pertanyaan ini tidak bisa dihafal jawabannya dan tidak
bisa dicurangi. Yang mampu menjawabnya adalah orang yang benar imannya
dan akidahnya terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah
ta'ala:
ُتِبعَثُي ُّهللا َنِيذّلا اوُنَمآ ِْلُوَْقلِاب ِتِبّاثلا
“Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan al qauluts tsabit”.
Ibnu Qathan138 rahimahullah berkata:
اوعمجأو نأ باذع ربعقلا ،قح ىلعو نأ سانلا نونتفي يف مهروبعق دعب
نأ اويحي ،اهيف تبعثيف لا نم بحأ اوعمجأو .هتيبعثت مهنأ ل نوقوذي
ملأ تولا دعب عمجأو .كلذ لهأ م لسلا نم لهأ ةنسلا ىلع نأ
باذع ربعقلا ،قح ىلعو نأ ًاركنم ًاريكنو يكلم ربعقلا قح
“Para ulama sepakat bahwa adzab kubur itu benar adanya, dan manusia akan
diuji dengan pertanyaan di alam kubur, setelah ruh mereka dikembalikan ke
jasadnya. Allah pun akan mengokohkan orang-orang yang Allah cintai (untuk
menjawab pertanyaan itu). Dan para ulama sepakat bahwa mereka tidak akan
merasakan pedihnya kematian lagi setelah itu. Para ulama Islam dari
kalangan Ahlussunnah juga sepakat bahwa adzab kubur itu benar adanya, dan
mereka sepakat tentang adanya malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur”.
Maka cara agar kita dapat menjawab pertanyaan di alam kubur adalah
dengan mengokohkan akidah kita, dengan mempelajari dan mengamalkan
ilmu-ilmu akidah dan tauhid, terutama ilmu yang membahas tentang
mengenal Allah ta'ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, hak-hak-Nya, juga
ilmu tentang mengenal Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, namanya,
nasabnya, perjalanan hidupnya, hak-haknya, sunnah-sunnahnya, dan juga
ilmu tentang agama Islam secara umum. Dan inilah landasan-landasan utama
dalam agama Islam.
Oleh karena itu Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah,
beliau membuat kitab Al Ushul Ats Tsalatsah yang berisi tentang penjelasan
ringkas tentang mengenal Allah, mengenal Islam dan mengenal Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam.
Adapun orang kafir, orang munafik dan orang yang ada keraguan dalam
imannya, mereka tidak bisa menjawab pertanyaan di alam kubur dengan
benar. Mereka akan mengatakan, “hah.. hah.. saya tidak tahu. Dahulu ketika
di dunia saya mendengar orang-orang mengucapkan sesuatu, maka saya
ikuti saja”.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
“Renungkanlah ucapan ““hah.. hah.. saya tidak tahu” ini! Ini menunjukkan
bahwa ia seakan-akan teringat sesuatu dan berusaha mengingatnya, namun
tidak bisa. Ketika seseorang teringat sesuatu dan tidak bisa menghadirkan
ingatan itu, ia akan merasakan kegalauan yang amat sangat, dibandingkan
jika ia tidak tahu sama sekali“140.
Apakah anak kecil yang belum baligh juga ditanya?
Ada khilaf ulama dalam masalah ini. Sebagian ulama berpandangan
bahwa anak kecil yang wafat dalam keadaan belum baligh, mereka tidak
mengalami fitnah kubur. Ini pendapatnya Al Qadhi Abu Ya'la dan Ibnu Aqil
rahimahumallah. Argumen mereka, karena anak kecil itu belum terkena
beban syari'at dan diangkat pena catatan amalan dari mereka. Sehingga
mereka pun tidak dibebani dengan pertanyaan di alam kubur.
Namun jumhur ulama berpendapat bahwa anak kecil yang belum baligh
pun akan ditanya di alam kubur. Berdasarkan keumuman dalil-dalil yang ada
tentang fitnah kubur. Yang dikecualikan hanya para Nabi dan para syuhada.
Juga sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih, bahwa anak kecil pun
akan mengalami dhaghthah (penghimpitan) di alam kubur, Pendapat ini
dipilih oleh para murid imam Asy Syafi'i, demikian juga merupakan pendapat
imam Ahmad bin Hambal, imam Malik dan diklaim oleh Abul Hasan Al
Asy'ari sebagai madzhab Ahlussunnah,
Pertanyaan malaikat kepada orang yang mati tenggelam dan semisalnya
Pada dasarnya, semua orang yang mati dalam keadaan apapun pasti akan
mengalami alam kubur, tanpa terkecuali. Dan alam kubur itu berbeda dengan
alam dunia. Sehingga tidak ada bedanya seseorang yang di alam dunia ia
dikubur mayatnya dengan baik ataukah hilang mayatnya, hancur lebur
menjadi debu, tenggelam, dimakan binatang sampai tak bersisa atau
semisalnya. Allah ta'ala Maha Kuasa menghidupkan mereka semua di alam
kubur. Allah ta'ala berfirman:
َبَرََضو َانَل ًلَثَم َيِسَنَو َُهْقلَخر َلَُاق ْنَم يِيْحُي َم َاظِعْلا َيَِهو ٌميِمَر ْلُق
َاهيِيْحُي ِيذّلا َاَهأَشْنَأ َّلُوَأ ٍّة رَم َوَُهو ِلُكِب ٍقْلَخر ٌميِلَع ِيذّلا َلَعَج ُْمكَل
َنِم ِرَجّشلا ِرَضْخرَْلا ًارَان َاِذَإف ُْمْتنَأ ُْهنِم َنوُِدقوُت
“Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada
kejadiannya. Ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang
belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh
Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui
tentang segala makhluk. Yaitu Rabb yang menjadikan untukmu api dari kayu
yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
“Peristiwa pertama yang dialami setelah kematian adalah fitnah kubur.
Manusia akan diuji di dalam kubur mereka. Semua manusia yang meninggal,
baik yang dikuburkan di dalam kubur, ataupun jasadnya tergeletak di atas
tanah (tidak dikubur), atau jasadnya dimakan oleh binatang buas, atau
jasadnya hancur terhempas angin, semua akan mengalami ujian di alam
kubur”
Syaikh Muhammad Ali Farkus145 hafizhahullah menjelaskan: “Sudah
kita ketahui bersama bahwa pertanyaan dua Malaikat kepada jenazah yang
dikubur adalah setelah ia diletakkan di dalam kubur. Sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
ّنِإ َْدبعَعلا َاِذإ َِعُضو يِف ِِهرْبعَق ّىَلوَتَو ُْهنَع ُُهبَاحَْصأ ُّهنِإ َُعْمسَيَل َْعرَق ،ِْمهِلَاعِن
ِهيِتْأَيَف ِنَاكَلَم ِِهنَاِدعُْقيَف
“Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di kuburnya, lalu
kerabatnya mulai berpulangan, ia mendengar suara sandal mereka.
Kemudian datanglah dua Malaikat, lalu kedua Malaikat itu menjadikan
mayit duduk…”
Adapun mayat yang tidak dikuburkan, semisal dimakan hewan buas,
atau dimakan ikan besar, atau tenggelam, sampai ia menjadi debu. Atau juga
orang yang hancur lebur terkena bom. Mereka ini tidak diragukan lagi pasti
akan ditanya juga oleh dua Malaikat, namun tidak diketahui bagaimana
kaifiyah (cara) -nya. Karena perkara ini adalah perkara gaib yang tauqifiy
(diketahui dengan dalil), dan tidak boleh meng-qiyas-kan dunia gaib dengan
dunia nyata. Adapun adzab kubur itu dirasakan oleh jiwa dan raganya,
berdasarkan kesepakatan ulama ahlus sunnah wal jama’ah. Jiwanya yang
mendapat nikmat dan adzabnya pada raganya namun keduanya saling
berhubungan. Barangsiapa yang mati dan ia layak mendapat adzab kubur,
maka ia akan mendapatkannya, baik ia dikubur ataupun tidak (lebih jelasnya
PENGHIMPITAN DI ALAM KUBUR
Ahlussunnah mengimani bahwa di alam kubur akan terjadi peristiwa
ةطغض /dhoghthoh/ (penghimpitan). Ini didasari oleh beberapa hadits yang
shahih. Di antaranya:
* Hadits dari Aisyah radhiallahu'anha, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda:
ّنِإ ِرْبعَْقلِل ًَةْطغَض ْوََلو َنَاك ٌَدَحأ ًايِجَان َاهْنِم ََان َاهْنِم ُْدعَس ُنْب ٍذَاعُم
"Sesungguhnya di alam kubur akan terjadi penghimpitan. Andaikan ada
orang yang selamat darinya, maka sungguh Sa'ad bin Mu'adz akan selamat
darinya"148.
* Hadits dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhu, bahwa bahwa Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda ketika Sa'ad bin Mu'adz
radhiallahu'anhu meninggal:
َاذَه ِيذّلا َكّرََت َُهل ُشْرَعْلا ْتَحُِتفَو َُهل ُبَاوْبَأ ِءَاّمسلا َُهِدهَشَو َنوُعْبعَس
ًافَْلأ ْنِم َِةكِئَِلَْلا َْدَقل ُّمض ًّةَمض ُّمث َجِرُف ُْهنَع
"Lelaki ini membuat Arsy berguncang, dan akan dibukakan baginya pintu-
pintu langit, dan ia akan dipersaksikan oleh 70 Malaikat sebagai orang yang
baik. Namun ia mengalami penghimpitan di alam kubur kemudian terlepas
darinya"149.
* Hadits dari Abu Ayyub Al Anshari radhiallahu'anhu, bahwa Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda ketika ada seorang anak kecil yang
meninggal:
ْوَل َتَلْفَأ ٌَدَحأ ْنِم ِّةَمض ِرْبعَقلا َتَلْفََل َاذَه ّيِبعَصلا
"Andaikan ada orang yang selamat dari penghimpitan di alam kubur,
sungguh anak ini akan selamat".
Siapa saja yang mengalami penghimpitan?
Ulama sepakat bahwa orang kafir dan munafik pasti akan mengalami
penghimpitan. Sebagaimana dalam hadits dari Al Barra' bin 'Azib
radhiallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda tentang
orang kafir dan munafik:
ُقّيَضَُيو ِْهيَلَع ُُهرْبعَق ّىَتح َفِلَْتخَت ِهيِف ُُهَعلَْضأ
"... Kemudian kuburnya pun menghimpitnya hingga remuk tulang-
tulangnya".
Kemudian, jumhur ulama mengatakan bahwa para Nabi dan Rasul
'alaihimussalam tidak mengalami penghimpitan di alam kubur. As Suyuthi
rahimahullah mengatakan:
فورعلاو نأ ءايبعنلا ل نوطغضي
"Pendapat yang ma'ruf, para Nabi tidak mengalami penghimpitan"
Al Munawi rahimahullah mengatakan:
هؤانثتسا :لُوقأو ءايبعنلا ،رهاظ امأو ءايلولا لف داكي ؛حصي لأ ىرت ىلإ
ةللج م اقم دعس نب ذاعم دقو مض
"Saya katakan, pendapat yang mengecualikan para Nabi dari terkena
penghimpitan adalah pendapat yang kuat. Adapun mengecualikan para wali,
maka ini pendapat yang tidak tepat. Tidakkah anda lihat bagaimana Sa'ad bin
Mu'adz saja yang kedudukannya tinggi tetap mengalami penghimpitan?!"
Adapun orang-orang beriman selain para Nabi dan Rasul, maka ada
khilaf yang kuat di tengah ulama apakah mereka mengalami penghimpitan
ataukah tidak? Sebagian ulama mengatakan bahwa para auliya' (orang-orang
shalih) tidak mengalami penghimpitan di alam kubur. Namun pendapat yang
kuat (sebagaimana disebutkan Al Munawi) adalah bahwa orang-orang
beriman selain para Nabi dan Rasul, mereka semua mengalami penghimpitan
tanpa terkecuali. Sebagaimana zahir dari hadits Aisyah radhiallahu'anha.
Oleh karena itu, Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah, seorang tabi'in, beliau
berkata:
ام ريجأ نم ةطغض ربعقلا لو دعس نب ذاعم يذلا ليدنم نم هليدانم
ريخر نم ايندلا امو اهيف !
"Tidak ada yang selamat dari penghimpitan, bahkan Sa'ad bin Mu'adz saja
tidak selamat. Padahal satu sapu tangan beliau itu lebih baik daripada dunia
dan seisinya!"
Bahkan anak kecil yang belum terkena beban syariat saja terkena
penghimpitan sebagaimana dalam hadits Abu Ayyub radhiallahu'anhu.
Bagaimana bentuk penghimpitan yang dialami orang-orang beriman?
Walaupun orang-orang beriman mengalami penghimpitan di alam kubur,
namun bentuknya berbeda dengan yang dialami orang-orang kafir dan
munafik. Ada dua pendapat ulama dalam masalah ini:
Pertama: penghimpitan yang mereka rasakan adalah penghimpitan
maknawi, yang berupa rasa takut dan gelisah. Bukan penghimpitan kubur
secara hakiki. Abu Bakar At Taimi rahimahullah mengatakan:
ناك نإ :ُلُاقي َّةمض ِربعقلا اّمنإ اهُلصأ نأ ضرلا ،مهّمُأ اهنمو ،اوُقلخر
اوُباغف اهنع َةبعيغلا ،َةليوطلا املف اوَّدر اهيلإ ،اَهدلوأ مهّتمض ّمض
ِة دلاولا يتلا َباغ اهنع اُهدلو
"Para ulama mengatakan: bentuk penghimpitan di alam kubur itu pada
asalnya karena bumi bagaikan ibu bagi manusia. Di sana mereka diciptakan,
kemudian tiba-tiba ia tidak lagi berada di bumi untuk waktu yang lama.
Ketika anak-anak bumi ini dikembalikan kepadanya, maka ia merasakan
kesempitan sebagaimana sempitnya seorang ibu yang kehilangan anaknya"
Kedua: penghimpitan yang mereka rasakan adalah penghimpitan hakiki,
namun hanya sebentar. Al Munawi rahimahullah mengatakan:
نمؤلا لماكلا مضني هيلع مث جرفني هنع ،ًاعيرس نمؤلاو يصاعلا
لُوطي همض مث ىخرارتي هنع ،دعب نأو رفاكلا م ودي ،همض وأ داكي نأ
م ودي
"Seorang mukmin yang sempurna imannya, akan mengalami penghimpitan,
kemudian dengan cepat segera dilepaskan. Sedangkan seorang mukmin yang
ahli maksiat akan diperlama penghimpitannya. Sedangkan penghimpitan
orang kafir akan selamanya dihimpit atau hampir selamanya"156.
Kapan terjadi penghimpitan di dalam kubur?
Penghimpitan di alam kubur terjadi sebelum pertanyaan dua malaikat. Ar
Ramli rahimahullah mengatakan:
ةمضو ربعقلا تيملل لبعق لُاؤس ينكللا
"Penghimpitan di alam kubur terjadi sebelum pertanyaan dua Malaikat"
Al Muzanni rahimahullah dalam Syarhus Sunnah beliau berkata:
ّمث مه دعب ةطغضلا يِف روُبعُْقلا نولءاسم
“Kemudian mereka setelah mengalami penghimpitan, mereka akan ditanya
(oleh malaikat)”.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah juga
menjelaskan:
ثيداحلا ةحيحصلا لُدت ىلع نأ لجرلا اذإ هلأس ناكللا باجأو
باوصلاب حسف هل يف ،هربعق نإف حص ثيدلا ىنعلاف هنأ لُوأ ام لخرد
همض ربعقلا مث حسف هل
"Hadits-hadits shahih menunjukkan bahwa seseorang ketika ia berhasil
menjawab pertanyaan dua malaikat di dalam kubur dengan benar, maka akan
dilapangkan kuburnya. Jika hadits tentang penghimpitan itu shahih, maka
maknanya, pertama kali ia masuk ke dalam kubur, ia akan dihimpit oleh
kubur, kemudian akan dilapangkan (setelah menjawab pertanyaan)"
Wallahu a'lam. Semoga Allah ta'ala memberikan kita al qauluts tsabit di
kehidupan dunia dan di alam kubur dan melindungi kita dari adzab kubur
BENTUK-BENTUK NIKMAT KUBUR
Telah dijelaskan bahwa para Nabi, para syuhada dan kaum Mukminin
akan mendapatkan nikmat di alam kubur sesuai dengan iman dan amal shalih
mereka. Mengenai apa saja dan bagaimana nikmat mereka dapatkan di alam
kubur ini adalah perkara gaib yang seseorang tidak boleh berbicara kecuali
berlandaskan pada dalil Al Qur'an dan As Sunnah yang shahih.
Berikut ini beberapa bentuk nikmat kubur yang disebutkan dalam Al
Qur'an dan hadits-hadits yang shahih:
1. Diberi tempat tidur yang berasal dari surga
2. Diberi pakaian yang berasal dari surga
3. Dibukakan pintu surga ketika di alam kubur, sehingga bisa
merasakan keindahan, wangi serta sejuknya surga
4. Diluaskan kuburnya
5. Berbahagia dengan kabar gembira yang disampaikan kepadanya oleh
Malaikat
6. Ditemani oleh amal shalihnya yang berupa sosok yang bagus, wangi
dan menyejukkan hati
Enam hal tersebut berdasarkan hadits dari Al Barra' bin 'Azib
radhiallahu'anhu yang panjang. Bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda:
َانَْجرَخر ََعم ِيِبعّنلا ّىلَص ُّهللا ِْهيَلَع َّملََسو يِف َِة زَانِج ٍلَُجر ْنِم ِرَاصْنَلا
َانْيَهَْتنَاف َىِلإ ِرْبعَْقلا َّالَو َْدحْلُي َسَلَجَف ُلُوَُسر ِّهللا ّىلَص ُّهللا ِْهيَلَع َّملََسو
َانْسَلََجو َُهْلوَح ّنَأَكَو َىلَع َانِسوُءُر َرْيّطلا يِفَو ِِهَدي ٌدوُع ُتُكْنَي يِف
ِضْرَلا ََعفَرَف َُهْسأَر َلَُاَقف اوُذيِعَْتسا ِّهللِاب ْنِم ِبَاذَع ِرْبعَْقلا َِْينتّرَم ْوَأ ًاثلَث
“Kami keluar bersama Nabi shallallahu'alaihi wasallam untuk mengiringi
jenazah seorang lelaki Anshar. Kami pun sampai di pemakaman. Ketika
jenazah telah dikuburkan, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam duduk dan
kami pun duduk di sekitar beliau. Kami diam seolah-olah di kepala kami ada
burung-burung. Tangan beliau membawa dahan yang beliau pukulkan ke
tanah. Beliau menengadahkan kepalanya sambil berkata: "Mintalah
perlindungan kepada Allah dari adzab kubur (beliau mengucapkannya dua
atau tiga kali)”.
ُّمث َلَُاق ّنِإ َْدبعَعْلا َنِمْؤُْلا َاِذإ َنَاك يِف ٍعَاِطْقنا ْنِم َايْنّدلا ٍلَُابعْقَِإو ْنِم َِة رِخرلا
ََلُزَن ِْهيَِلإ ٌَةكِئِلَم ْنِم ِءَاّمسلا ُضيِب ِهوُُجوْلا ّنَأَك ُْمهَهوُُجو ُسّْمشلا ُْمهَعَم
ٌنَفَك ْنِم ِنَافْكَأ ِّةنَْلا ٌطوُنََحو ْنِم ِطوُنَح ِّةنَْلا ّىَتح اوُسِلْجَي ُْهنِم َّدم
ِرَصَبعْلا ُّمث ُءيِجَي َُكلَم ِتْوَْلا ِْهيَلَع م لّسلا ّىَتح َسِلْجَي َْدنِع ِِهْسأَر
ُلُوَُقيَف َاهُّتَيأ ُسْفّنلا َُةبعِيّطلا يُِجرْخرا َىِلإ ٍَة رِفْغَم ْنِم ِّهللا ٍنَاوِْضرَو َلَُاق
ُجُرْخََتف ُليِسَت َاَمك ُليِسَت َُة رَْطْقلا ْنِم يِف ِءَاِقسلا َاُهذُخرْأَيَف َاِذَإف َاَهذَخرَأ
َْمل َاهوَُعَدي يِف ِِهَدي ََةفْرَط ٍَْينع ّىَتح َاهوُذُخرْأَي َاهوُلَعْجَيَف يِف َِكَلذ
ِنَفَكْلا يِفَو َِكَلذ ِطوُنَْلا ُجُرْخََيو َاهْنِم ِبَيْطَأَك َِةحْفَن ٍْكسِم ْتَِدُجو
َىلَع ِْهَجو ِضْرَْلا
"Beliau lalu bersabda: Seorang hamba mukmin ketika berpisah dari dunia
dan menghadapi akhirat, malaikat turun dari langit untuk menemuinya
dengan wajah putih seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan
dari surga dan minyak wangi dari surga. Kemudian malaikat tersebut duduk
di sisinya dan mereka memenuhi pandangan si hamba. Kemudian malaikat
maut 'alaihissalam pun datang dan duduk di sisi kepalanya sambil
mengatakan: "Wahai jiwa yang tenang, sambutlah olehmu ampunan Allah
dan keridhaan-Nya”. Nabi melanjutkan: lantas ruh dari mayit tersebut
keluar sebagaimana tetesan air mengalir dari mulut kendi hingga sang
malaikat selesai mencabutnya dari badannya. Ketika sang malaikat
mencabut ruh, ia tidak melepaskan sedikit pun ruh tersebut dari tangannya
walau sekejap mata pun, hingga ia selesai mencabutnya. Kemudian ruh
dimasukkan ke dalam kain kafan dan minyak wangi tersebut. Maka si mayit
meninggal dunia dengan aroma minyak wangi yang paling harum yang ada
di muka bumi”.
َلَُاق َنوَُدعْصَيَف َاهِب َلَف َنوّرَُي يِنْعَي َاهِب َىلَع ٍلَم ْنِم َِةكِئِلَْلا ِلإ اوُلَاق
َام َاذَه ُحوّرلا ُبِيّطلا َنوُلوَُقيَف ُنلُف ُنْب ٍنلُف ِنَسَْحأِب ِِهئَِاْمَسأ يِّتلا اوُنَاك
َُهنوَّمسُي َاهِب يِف َايْنّدلا ّىَتح اوُهَْتنَي َاهِب َىِلإ ِءَاّمسلا َايْنّدلا َنوُحِْتفَْتسَيَف
َُهل ُحَْتفُيَف ُْمهَل ُُهعِيَشُيَف ْنِم ِلُك ٍءَاَمس َاهوُبّرَُقم َىِلإ ِءَاّمسلا يِّتلا َاهيِلَت
ّىَتح َىهَْتنُي ِِهب َىِلإ ِءَاّمسلا َِةعِبّاسلا ُلُوَُقيَف ُّهللا ّزَع ّلََجو اوُبعُْتكا َبَاِتك
ِيْدبعَع يِف َِينيِلِع ُهوُديَِعأَو َىِلإ ِضْرَلا يِنَِإف َاهْنِم ُْمهُْتَقلَخر َاهيِفَو
ُْمُهديُِعأ َاهْنِمَو ُْمهُِجرْخرُأ ًَة رَات َىرْخرُأ َلَُاق ُدَاعَُتف ُُهحوُر يِف ِِهَدسَج ِهيِتْأَيَف
ِنَاكَلَم ِِهنَاسِلْجُيَف ِنلوَُقيَف َُهل ْنَم َّكبَر ُلُوَُقيَف َيِبَر ُّهللا ِنلوَُقيَف َُهل َام
َُكنِيد ُلُوَُقيَف َيِنِيد ُم لِْسلا ِنلوَُقيَف َُهل َام َاذَه ُلُّجرلا ِيذّلا َثِعُب ُْمكيِف
ُلُوَُقيَف َوُه ُلُوَُسر ِّهللا ّىلَص ُّهللا ِْهيَلَع َّملََسو ِنلوَُقيَف َُهل َامَو َُكْملِع
ُلُوَُقيَف ُتْأَرَق َبَاِتك ِّهللا ُتْنَمآَف ِِهب ُتْقَّدَصو
“Nabi melanjutkan: malaikat tersebut pun membawa naik ruh itu ke langit.
Dan tidaklah mereka melewati sekawanan malaikat lain kecuali mereka
bertanya-tanya: "Ruh siapa yang wangi ini?”. Para malaikat menjawab:
"Ini adalah ruh si Fulan bin Fulan, mereka sebut dengan nama terbaik yang
digunakan oleh orang-orang untuk menyebutnya ketika di dunia. Begitulah
terus hingga mereka sampai ke penghujung langit dunia dan mereka
meminta untuk dibukakan, dan seketika itu pun dibukakan. Para malaikat
terus menyebarkan kabar tentang si ruh tadi kepada penghuni langit
berikutnya hingga sampai ke langit ke tujuh. Kemudian Allah 'azza wa jalla
memerintahkan: "Tulislah catatan hamba-Ku ini di 'iliyyin dan
kembalikanlah ia ke bumi. Di sanalah Aku menciptakan mereka dan ke
sanalah Aku mengembalikan mereka, serta di sana jugalah Aku akan
membangkitkan mereka sekali lagi”. Kata Nabi: ruh tersebut pun
dikembalikan ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatanginya dan
mendudukkannya dan bertanya: “Siapa Rabb-mu?”. Ia menjawab, “Rabb-
ku adalah Allah”. Mereka bertanya lagi: "Apa agamamu?". Ia menjawab,
“agamaku Islam". Keduanya bertanya lagi, "Bagaimana tentang seorang
lelaki yang diutus kepada kamu?”. Si mayit menjawab, "Dia adalah
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam”. Keduanya bertanya, "Darimana
kamu tahu?” Ia menjawab, "Aku membaca Kitabullah (Al Qur'an) kemudian
aku mengimaninya dan membenarkannya”.
َِكَلذَف ُْلُوَق ِّهللا ّزَع ّلََجو ُتِبعَثُي ُّهللا َنِيذّلا اوُنَمآ َُةيلا ِيدَانُيَف ٍدَانُم يِف
ِءَاّمسلا ْنَأ َقََدص ِيْدبعَع ُهوُشِرْفَأَف ْنِم ِّةنَْلا ُهوُسِبعَْلأَو ْنِم ِّةنَْلا اوُحَْتفَاو
َُهل ًابَاب َىِلإ ِّةنَْلا َلَُاق ِهيِتْأَيَف ْنِم َاهِْحوَر َاهِبعيِطَو ُحَسْفَُيو َُهل يِف ِِهرْبعَق َّدم
ِِهرَصَب َلَُاق ِهيِتْأََيو ٌلَُجر ُنَسَح ِْهَجوْلا ُنَسَح ِبَايِثلا ُبِيَط ِحِيرلا ُلُوَُقيَف
ْرِشْبَأ ِيذّلِاب َكّرُسَي َاذَه َُكمْوَي ِيذّلا َتْنُك َُدعوُت ُلُوَُقيَف َُهل ْنَم َتْنَأ
َُكهَْجوَف ُْهَجوْلا ُءيِجَي ِرْيَْلِاب ُلُوَُقيَف َانَأ َُكلََمع ُحِلّاصلا ُلُوَُقيَف ِبَر ِْمقَأ
ََةعّاسلا ّىَتح َِعْجرَأ َىِلإ يِلَْهأ يِلَامَو
“Seketika itu terdengar seruan dari langit, "HambaKu berkata jujur!
Hamparkanlah tempat tidur dari surga baginya dan berilah ia pakaian dari
surga, dan bukakanlah pintu surga baginya!”. Nabi melanjutkan: “Hamba
itu pun dapat mencium harum dan wangi surga, dan kuburannya diperluas
sejauh mata memandang. Lantas ia pun didatangi oleh sesosok laki-laki
berwajah tampan, pakaiannya indah, dan wanginya harum. Malaikat
berkata kepada ruh tersebut, "Bergembiralah dengan kabar gembira yang
telah dijanjikan kepadamu. Inilah hari yang dijanjikan untukmu. Si mayit
bertanya (kepada sosok laki-laki tadi), “Siapa engkau? Wajahmu adalah
wajah yang mendatangkan kebaikan!”. Si laki-laki tampan menjawab, “Aku
adalah amalan shalihmu”. Kemudian ruh tadi pun berkata, "Ya Rabb,
segerakanlah hari Kiamat, sehingga aku bisa kembali menemui keluargaku
dan hartaku”
7. Diterangi kuburnya
8. Tidur seperti malam pengantin
Dua hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
َاِذإ َرِبعُق ُتِيَْلا ْوَأ َلَُاق ُْمكَُدَحأ ُهَاتَأ ِنَاكَلَم ِنَاَدوَْسأ ِنَاقَرَْزأ ُلَُاُقي َاِمِهَدَحل
ُرَكْنُْلا ُرَخرلَاو ُريِكّنلا ِنلوَُقيَف َام َتْنُك ُلُوَُقت يِف َاذَه ِلُّجرلا ُلُوَُقيَف َام
َنَاك ُلُوَُقي َوُه ُْدبعَع ِّهللا ُُهلوَُسرَو َُدهْشَأ ْنَأ ل ََهِلإ ِلإ ُّهللا ّنَأَو ًاّدَمحُم
ُُهْدبعَع ُُهلوَُسرَو ِنلوَُقيَف َْدق ّانُك َُملْعَن َّكنَأ ُلُوَُقت َاذَه ُّمث ُحَسْفُي َُهل يِف
ِِهرْبعَق َنوُعْبعَس ًاعَارِذ يِف َِينعْبعَس ُّمث ُرّوَنُي َُهل ِهيِف ُّمث ُلَُاُقي َُهل َْن ُلُوَُقيَف
ُِعْجرَأ َىِلإ يِلَْهأ ُْمُهرِبعْخرُأَف ِنلوَُقيَف َْن َِةمْوَنَك ِسوُرَعْلا ِيذّلا ل ُُهظِقوُي ِلإ
ّبََحأ ِِهلَْهأ ِْهيَِلإ ّىَتح َُهثَعْبعَي ُّهللا ْنِم ِِهعَجْضَم َِكَلذ ْنَِإو َنَاك ًاِقفَانُم َلَُاق
ُتْعَِمس َسّانلا َنوُلوَُقي ُتْلَُقف َُهلْثِم ل ِيرَْدأ ِنلوَُقيَف َْدق ّانُك َُملْعَن َّكنَأ
ُلُوَُقت َِكَلذ ُلَُاُقيَف ِضْرَلِل يِِمئَْتلا ِْهيَلَع ُِمئَْتلََتف ِْهيَلَع ُفِلَْتخََتف َاهيِف
ُُهعلَْضأ لَف ُلَُازَي َاهيِف ًابّذَعُم ّىَتح َُهثَعْبعَي ُّهللا ْنِم ِِهعَجْضَم َِكَلذ .
“Ketika salah seorang dari kalian dikuburkan, maka akan datang kepadanya
dua Malaikat yang hitam dan bermata biru. Yang satu bernama Munkar dan
yang lainnya bernama Nakir. Keduanya bertanya: “Apa pendapatmu
mengenai lelaki ini (yaitu Rasulullah)?”. Si mayit menjawab sebagaimana
yang pernah dikatakan dahulu (ketika hidup): “Dia adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain
Allah dan Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya”. Keduanya berkata: “Kami sudah mengetahui bahwa kamu akan
mengucapkan demikian”. Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh
puluh hasta dikali tujuh puluh hasta. Lalu diterangi kuburnya, dan dikatakan
kepadanya: “Tidurlah!”. Namun si mayit berkata: “Biarkanlah aku kembali
kepada keluargaku untuk mengabarkan kepada mereka”. Kedua Malaikat
berkata: ”Tidurlah seperti tidur di malam pengantin, yang seseorang tidak
dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dia cintai”. Hingga Allah
membangkitkannya dari tempat tidurnya tersebut. Adapun mayit orang
munafik akan menjawab pertanyaan dengan berkata: “Aku pernah
mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku sekedar ikut
mengatakannya. Aku tidak tahu”. Kedua Malaikat berkata: “Kami sudah
tahu mengatakan demikian”. Lalu dikatakan kepada bumi: “Himpitlah
dia!”. Lantas bumi pun menghimpitnya hingga tulang-tulangnya hancur.
Dan dia terus diadzab di dalamnya hingga Allah membangkitkan dari tempat
tidurnya”
Al Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan:
َاّمنَِإو َّهبعَش َُهمْوَن َِةمْوَنِب ِسوُرَعْلا ُّهنَل ُنوُكَي يِف ِبِيَط ِشْيَعْلا
“Keadaannya diserupakan seperti tidur di malam pengantin karena ia berada
dalam kehidupan yang baik (di alam kubur)”163.
9. Dalam keadaan bergembira dan diberi rezeki oleh Allah
Allah ta'ala berfirman:
ََلو َّبَسَْت َنِيذّلا اوُلُِتق يِف ِليِبعَس ِّهللا ًاتَاوْمَأ ْلَب ٌءَايَْحأ َْدنِع ِْمهِبَر
َنوُقَْزرُي َِينِحرَف * َِاب ُُمهَاتآ ُّهللا ْنِم ِِهلْضَف َنوُرِشْبعَْتسََيو َنِيذّلِاب َْمل
اوَُقحْلَي ِْمهِب ْنِم ِْمهِفْلَخر ّاَلأ ٌفْوَخر ِْمهْيَلَع ََلو ُْمه َنوُنَزْحَي *
َنوُرِشْبعَْتسَي ٍَةْمعِنِب َنِم ِّهللا ٍلْضَفَو ّنَأَو َّهللا َل ُعيِضُي َرَْجأ َِيننِمْؤُْلا
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat
rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya,
dan berbahagia terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum
menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak
bersedih hati. Mereka berbahagia dengan nikmat dan karunia dari Allah.
Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman”
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata, “Para syuhada itu hidup di sisi
Allah, mereka dihadapkan kepada surga sehingga mereka pun merasakan
kesenangan dan kebahagiaan”
BENTUK-BENTUK ADZAB KUBUR
Telah dijelaskan juga bahwa orang-orang kuffar, orang-orang munafik
dan sebagian kaum Mukminin akan mendapatkan adzab di alam kubur karena
kekufuran atau maksiat yang mereka lakukan. Perkara adzab di alam kubur
juga termasuk perkara gaib yang seseorang tidak boleh berbicara kecuali
berlandaskan pada dalil Al Qur'an dan As Sunnah yang shahih.
Berikut ini beberapa bentuk adzab kubur yang disebutkan dalam Al
Qur'an dan hadits-hadits yang shahih:
1. Dibukakan pintu neraka ketika di alam kubur, sehingga bisa
merasakan panas dan gejolaknya api neraka
2. Disempitkan kuburnya
3. Tersiksa dengan kabar buruk yang disampaikan Malaikat kepadanya
4. Ditemani oleh amal buruknya yang berupa sosok yang
menyeramkan, berpakaian lusuh dan berbau busuk
Empat hal tersebut berdasarkan hadits dari Al Barra' bin 'Azib
radhiallahu'anhu yang panjang. Bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda:
ّنَِإو َْدبعَعْلا َرِفَاكْلا َاِذإ َنَاك يِف ٍعَاِطْقنا ْنِم َايْنّدلا ٍلَُابعْقَِإو ْنِم َِة رِخرْلا ََلُزَن
ِْهيَِلإ ْنِم ِءَاّمسلا ٌَةكِئَِلَم ُدوُس ِهوُُجوْلا ُْمهَعَم ُحوُسُْلا َنوُسِلْجَيَف ُْهنِم َّدم
ِرَصَبعْلا ُّمث ُءيِجَي َُكلَم ِتْوَْلا ّىَتح َسِلْجَي َْدنِع ِِهْسأَر ُلُوَُقيَف َاهُّتَيأ
ُسْفّنلا َُةثيِبعَْلا يُِجرْخرا َىِلإ ٍَطخَس ْنِم ِّهللا ٍبَضََغو َلَُاق ُقّرَفَُتف يِف
ِِهَدسَج َاهُِعزَْتنَيَف َاَمك َُعزَْتنُي ُدوّفّسلا ْنِم ِفوّصلا ِلُوُلْبعَْلا َاُهذُخرْأَيَف َاِذَإف
َاَهذَخرَأ َْمل َاهوَُعَدي يِف ِِهَدي ََةفْرَط ٍَْينع ّىَتح َاهوُلَعْجَي يِف َْكلِت ِحوُسُْلا
ُجُرْخََيو َاهْنِم َِْتنَأَك ِحِير ٍَةفيِج ْتَِدُجو َىلَع ِْهَجو ِضْرَْلا
“Ruh hamba yang kafir ketika berpisah dari dunia (meninggal) dan
menghadapi akhirat, akan turun kepadanya malaikat langit yang wajahnya
garang. Malaikat tersebut membawa kafan yang berwarna hitam. Kemudian
malaikat tersebut duduk di sisinya dan mereka memenuhi pandangan si
hamba. Lantas malaikat maut duduk di sisi kepalanya sambil membentak
"Wahai ruh yang busuk, keluarlah menuju murka Allah dan kemarahan-
Nya!”. Nabi melanjutkan: lalu jasadnya tercabik-cabik (ketika proses ruh
dikeluarkan), dan malaikat tersebut mencabut ruhnya seperti garpu tanah
banyak yang mencabik-cabik kain wol basah. Ketika sang malaikat
mencabut ruh, ia tidak melepaskan sedikit pun ruh tersebut dari tangannya
walau sekejap mata pun, hingga ia selesai mencabutnya. Lalu ruhnya
dimasukkan ke dalam kain hitam kelam tersebut dan pergi dengan bau busuk
yang paling menyengat di muka bumi”.
َنوَُدعْصَيَف َاهِب َلَف َنوّرَُي َاهِب َىلَع ٍَلَم ْنِم َِةكِئَِلَْلا ّاِلإ اوُلَاق َام َاذَه
ُحوّرلا ُثيِبعَْلا َنوُلوَُقيَف ُنَلُف ُنْب ٍنَلُف ِحَبعْقَأِب ِِهئَِاْمَسأ يِّتلا َنَاك ّىَمسُي
َاهِب يِف َايْنّدلا ّىَتح َىهَْتنُي ِِهب َىِلإ ِءَاّمسلا َايْنّدلا ُحَْتفَْتسُيَف َُهل َلَف ُحَْتفُي
َُهل ُّمث َأَرَق ُلُوَُسر ِّهللا ّىلَص ُّهللا ِْهيَلَع َّملََسو }َل ُحَّتفُت ُْمهَل ُب