kematian menurut islam 12

Tampilkan postingan dengan label kematian menurut islam 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kematian menurut islam 12. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 September 2023

kematian menurut islam 12


mahkota dari api neraka di
atas kepalanya dan badannya dililit dengan rantai sepanjang tujuh puluh
hasta. Semua sahabatnya yang melihat keadaannya berkata, "Ya Allah, kami
berlindung kepada-Mu dari kesengsaraan seperti ini. Ya Allah, jangan
Engkau datangkan seperti ini pada diri kami." Tatkala ia sampai kepada
mereka, mereka berkata, "Ya Allah, enyahkanlah dia dari kami," namun ia
berkata, "Mudah-mudahan kamu sekalian dijauhkan oleh Allah dari rahmat￾Nya. Kamu semua akan merasakan seperti apa yang aku rasakan ini."
Diriwayatkan bahwa suatu kali Nabi Isa as lewat di depan sebuah
kuburan. Lalu kuburan itu diinjaknya dengan kakinya dan berkata,
"Berdirilah kamu dengan izin Allah, wahai penghuni kuburan ini." Maka
berdirilah penghuni kubur itu dengan izin Allah, lalu berkata, "Wahai Ruh
Allah (Nabi Isa), kenapa kamu membangunkanku, padahal aku sedang
dihisab sejak tujuh puluh tahun yang lalu. Tapi, tiba-tiba ada seruan untuk
menyahuti panggilanmu." Nabi Isa menjawab, "Aku ingin bertanya
kepadamu; apa yang kamu lakukan semasa hidupmu?" Ia menjawab, "Aku
hanya seorang pengangkut kayu bakar; dengan itulah aku makan dan
bersedekah." Nabi Isa terperanjat mendengarnya, lalu berkata, "Subhanallah,
tukang pengangkut kayu bakar saja dihisab selama tujuh puluh tahun,
padahal ia makan dari yang halal, juga bersedekah." Orang itu berkata,
"Wahai Ruh Allah, Allah telah mencelaku, yaitu tatkala aku mengangkut
seikat kayu bakar milik seseorang, aku mengambil sedikit kayu itu untuk
mencungkil sisa-sisa makanan yang menempel di sela-sela gigiku. Setelah
itu potongan kayu itu aku buang begitu saja. Ketika itulah aku dicela oleh
Allah SWT dengan perkataan, 'Mengapa kamu meremehkan-Ku, padahal
Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan?"'
Buku Amal Tergantung di Leher
Allah SWT berfirman: Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan
amal perbuatsnnya [sebagoimana letapnyo kalung] pada lehernya. Don
Kami keluarkon baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya
terbuka. (QS. al-lsra': l3)
Az-Zajjaj berkata, "Kata leher di dalam ayat ini adalah sebuah
ungkapan dari kesenantiasaan. sebagaimana senantiasanya kalung melingkar
di leher."
Ibrahim ibn Adham berkata, "Setiap anak Adam mempunyai kalung
yang tertulis segala amal perbuatannya. Ketika ia meninggal dunia, kalung
itu disimpan oleh Allah sampai datangnya hari kiamat. Kalung itu akan
dikeluarkan kembali, lalu dikatakan kepada orang itu, "Bacalah kilabmu,
cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu."
(QS. al-lsra': l4)
Ibn Abbas ra berkata, "Kata t6,61 itu adalah amal perbuatannya."
Al-Hasan berkata, "Semua manusia membacakan catatan amalnya di
hari kiamat, baik yang tidak bisa membaca ketika di dunia maupun yang
bisa."
Diriwayatkan bahwa ketika Abu Sawwar al-'Adawi membacakan ayat
ini Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya
[sebagaimana tetapnya kalungJ pada lehernya. Dan Kami keluarkan
baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (QS. al￾Isra': l3) ia katakan, "Kitab (buku catatan amal) itu akan dikembangkan dua
kali; yaitu sekali di dunia dan sekali di hari kiamat. Ketika di dunia kitab itu
dikembangkan untuk mencatat seluruh amalan manusia dan akan ditutup
kembali saat manusia meninggal dunia. Kitab itu dibuka kembali setelah
datang hari kiamat, dimana seluruh manusia diperintahkan membacakan
kitabnya masing-masing. Ketika itulah mereka dihisab oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
sebelah kanannya, maka dia akon diperiksa dengan pemerilcaan yang
mudah. (QS. al-lnsyqaq: 7-8)
Ayat ini menunjukkan bahwa proses penghisaban terjadi ketika kitab
diserahkan kepada yang punya. Sebab ketika manusia dibangkitkan di
padang Mahsyar, mereka tidak ingat amal perbuatan mereka ketika di dunia.
Allah SWT berfirman: Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah
semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang teloh mereka
kerjakan. Allah mengumpulkan [mencatatJ amal perbuatan itu, padahal
mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
(QS. al-Mujadilah:6).
Jadi telah kami terangkan bahwa yaumul hisab (hari penghisaban)
adalah diantara nama hari kiamat, di mana pada hari itu manusia di hisab
Allah SWT setelah mereka dibangkitkan di padang Mahsyar dalam keadaantidak berpakaian dan tidak bersandal, dan kitab dibagikan kepada mereka.
Kala itu sebagian mereka ada yang kitabnya diserahkan dari tangan
kanannya (mereka itulah orang-orang yang berbahagia) dan ada yang
kitabnya diserahkan dari tangan kiri atau punggungnya (mereka itulah orang￾orang yang malang). Setelah itu mereka membacakan isi kitab masing￾masing.
Sebuah syair mengatakan:
Bayangkonlah hari yang pada hari itu engkau okan berdiri dalam keadaan
telanjang.
Berdiri dalam keadaan cemas dan hina dina seperli orang rendahan.
Sqat itu api menyala mengganggu orang-orangyang berdosa.
Lalu dengan murka Tuhan berkata kepada mereka.
Bacalah kitabmu wahai pendurhaka.
Bukankah tidak ada satupun yang keliru isi di dalamnya'?
Sekali-kali kamu tidak akan bisa mengingkari isinya.
Tuhan Rabbul Jalil berkata, "seretlah orang durhaka ini ke neraka.
Dan masukkan ia ke dalamnya dalam keadaan haus yang amat sangat
Maka orang-orang musyrik akan bergelimang dengan api yang menyala.
Sedangkan orang-orang beriman bergelimang dengan nikmat dan
kesenangan di dalam surgo.
Oleh karena itu, renungkan wahai saudaraku, ketika kitab-kitab sudah
dibagikan, timbangan-timbangan sudah dipasangkan, dan kamu dipanggil
dengan nama kamu sendiri di hadapan seluruh makhluk untuk menghadap
Allah SWT. Malaikat ditugaskan oleh Allah untuk mencari dan menyeret
kamu ke hadapan-Nya saat namamu dipanggil. Tidak akan terjadi kesalahan
sedikitpun pada diri malaikat itu dalam mengambil orang yang dipanggil
namanya oleh Allah. Sebab, namamu dipanggil lengkap dengan nama
ayahmu dan kamu sudah menggigil ketakutan ketika mendengar namamu
dipanggil-Nya. Semua orang menoleh kepadamu karena anehnya rupamu
saat itu.
Bayangkan saat kamu berada di hadapan Allah SWT sambil
memegang kitab yang berisi catatan-catatan amal yang tidak ada sedikitpun
dari rahasia-rahasia hidupmu yang tidak tertulis di sana. Kamu membacanya
dengan hati yang resah gelisah dan suara yang hilang-timbul akibat
dahsyatnya situasi saat itu. Betapa tidak, kamu membacakan perjalanan
hidupmu kepada Allah Yang Mahabesar, Penguasa langit dan bumi, di
hadapan seluruh umat manusia, mulai dari Nabi Adam sampai manusia
terakhir di dunia ini. Berapakah perintah Allah yang kamu lupakan begitu
saja; berapakah kejahatan yang kamu laksanakan (baik dengan sembunyi￾sembunyi maupun terang-terangan); berapakah tindak-tanduk yang kamu
lakukan yang kamu sendiri mengira bahwa itu mendatangkan keberuntungan
yang besar bagimu, padahal merugikan orang lain.
Pada hari itu orang yang dulunya merupakan simbol kebaikan, dimana
ia mengajak orang lain berbuat baik dan menyuruhnya untuk itu, bahkan
sampai banyak pengikutnya, maka setelah namanya dipanggil ke hadapan
Tuhannya, datanglah ia. Lalu, kepadanya diberikan kitab yang kulit serta
tulisannya berwarna putih. Pada zhahirnya kitab itu adalah kitab
kesengsaraan namun sebenarnya itu adalah kitab keberuntungan.
Kitab itu dibacanya dan dimulai dari kejahatan-kejahatan yang pernah
dilakukannya, sehingga raut wajahnya berubah lantaran cemas. Namun di
akhir-akhir kitab itu dituliskan bahwa dosa-dosanya telah diampuni oleh
Allah SWT, sehingga bukan main bahagianya ketika itu. Kemudian,
sampailah kepada membacakan kebaikan-kebaikannya yang semuanya
membuat rasa bahagiannya berlipat ganda. Apalagi tatkala sampai pada
akhir kitab, dimana dituliskan bahwa kebaikan-kebaikannya dilipat￾gandakan oleh Allah SWT, sehingga wajahnya berubah menjadi putih
berseri.
Setelah itu, diletakkanlah sebuah mahkota di atas kepalanya dan setiap
sudut badannya dengan dihiasi berbagai perhiasan. Lalu dikatakan
kepadanya, "Pergilah kamu menemui sahabat-sahabat kamu dan beri khabar
gembiralah kepada setiap orang, bahwa orang-orang yang seperti kamu
mendapatkan balasan seperti ini." Tatkala ia telah pergi ke surga, maka:
"Sesungguhnya aku yakin, balrwa sesungguhnya aku akan menemui hisab
terhadap diriku." Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,
dalsm surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, [kepada mereka
dikatakanJ, "Makan don minumlah dengan sedap disebabkan amal yang
telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. " (QS. al-Haqqah: 20-
24)
Adapun orang yang dulunya merupakan simbol kejahatan, dimana ia
sering mengajak orang lain berbuat jahat dan menyuruhnya untuk itu,
bahkan sampai banyak pengikutnya, maka setelah namanya dipanggil ke
hadapan Tuhannya, datanglah ia. Lalu, kepadanya diberikan kitab yang kulit
serta tulisannya berwarna hitam. Pada zhahirnya kitab itu adalah kitab
keberuntungan namun sebenarnya kitab kesengsaraan.
Kitab itu dibacanya dan dimulai dari kebaikan-kebaikan yang pernah
dilakukannya, sehingga ia menjadi gembira karena merasa selamat. Namun
di akhir-akhir kitab dituliskan bahwa kebaikan-kebaikannya ditolak oleh Allah SWT, sehingga wajahnya menjadi hitam dan bukan main sedihnya
ketika itu. Kemudian, sampailah kepada membacakan kejahatart￾kejahatannya yang semuanya membuat rasa sedih berlipat ganda dan
wajahnya bertambah hitam. Apalagi tatkala sampai pada akhir kitab, dimana
dituliskan bahwa kejahatan-kejahatannya dilipat-gandakan azabnya oleh
Allah SWT (yang dilipat-gandakan adalah siksaannya, bukan kejahatannya).
Maka, tampaklah neraka dan berbagai siksaan yang ada di dalamnya,
sehingga matanya menjadi hijau seketika dan wajahnya menjadi hitam
legam. Kepadanya dipakaikan celana dari kain katun kasar, lalu dikatakan
kepadanya, "Pergilah kamu ke neraka untuk menemui sahabat-sahabatmu
dan berilah khabar kepada mereka bahwa bagi setiap orang yang seperti
kamu mendapatkan balasan seperti ini." Tatkala ia pergi ke neraka, ia
berkata: Adapm orang yang diberikon kepadanya kitabnya dari sebelah
kirinya, maka dia berkata, "llahai alangkah baiknya kiranya tidak
diberikan kepadaku kitabku [iniJ, Dan aku tidak mengetahui apa hisab
terhadap diriku, lltahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala
sesuotu. Hartaku sekali-koli tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang
ke kuas aan ku dar i ku " (QS. al-Haq qah: 25 -29)
Menurut Ibn Abbas ra, tafsir ayat tersebut adalah, "Telah tidak ada lagi
hujjahku (alasan yang dapat menolongku)."
Allah SWT berfirman: Kemudian belitlah dia dengan rantai yang
panjangnya tujuh puluh hasta. (QS. al-Haqqah:32)
Sedangkan orang-orang yang kitabnya diberikan dari punggungnya'
bahunya yang sebelah kiri dicabut lalu tangannya diletakkan ke belakang
untuk menerima kitabnya. Mujahid berkata, "Wajahnya dipalingkan ke
tengkuknya lalu ia membaca kitabnya dalam keadaan demikian."
Jadi renungkanlah wahai saudaraku. Jika Anda termasuk golongan
orang-orang yang berbahagia, maka bersyukurlah Anda, karena Anda keluar
dari penghisaban dengan wajah yang berseri-seri dan dalam keadaan yang
sangat sempurna serta indah. Kitab Anda diterima melalui tangan kanan dan
nama Anda diumumkan oleh malaikat kepada seluruh makhluk dengan
perkataan, "lnilah fulan anak si fulan; Ia bahagia saat ini dan tidak sengsara
untuk selamanya."
Tapi, bagaimana jika Anda termasuk golongan orang yang sengsara,
dimana wajah Anda menjadi hitam legam ketika lewat di hadapan seluruh
makhluk, dan kitab Anda diterima melalui tangan kiri atau dari arah
punggung? Nama Anda juga diumumkan oleh malaikat kepada seluruh
makhluk dengan perkataan, "Inilah fulan anak si fulan; sungguh ia sengsara
saat ini dan tidak bahagia untuk selamanya.Sabda Beliau saw yang berbunyi "Ketahuilah bahwa fulan anak si
fulan" menunjukkan bahwa setiap orang (di hari kiamat) dipanggil dengan
namanya sendiri.
Hadits lain yang menyatakan hal tersebut secara jelas adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Darda', bahwa Rasulullah saw bersabda, "Pada
hari kiamat kalian dipanggil dengan nama kalian sendiri, maka baguskanlah
nama kalian." (HR. Abu Nai'm al-Hafizh dari Abu Darda')
Tentang Firman Allah yang Berbunyi lyauma tabyadhdhu wujuh wa
taswaddu wujuhl
Allah SWT berfirman: Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang
putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang
yang hitam murom mukanya [kepada mereka dikatakanJ, "Kenapa kamu
kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan
kekafiranmu ilu. " (QS. AIi 'lmran: 106) dan: Adapun orang-orang yang
putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah [surgaJ;
mereka kekal di dalamnya. (QS. Ali 'lmran: 107)
Diriwayatkan bahwa Abu Ghalib berkata: Ketika Abu Umamah
melihat potongan-potongan kepala manusia disangkutkan di menara
Damaskus, ia berkata, "Bangkai anjing-anjing yang merupakan makhluk
paling hina di permukaan bumi ini lebih baik daripada mayat-mayat ini."
Kemudian ia membaca ayat li*'t i:*$ lfi 'fr i1r). Aku berkata
kepadanya, "Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah saw?" Ia
menjawab, "Kalau aku tidak mendengarnya beberapa kali dari Rasulullah
saw, maka tidak akan aku sebutkan hal tersebut kepadamu."
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw
membacakan ayat $r!t i:*$ af.'t '# iil Beliau berkata, "Wajah
Ahlusunnah menjadi putih berseri sedangkan wajah ahli bid'ah menjadi
hitam legam." (HR.Abu Bakar Ahmad al-Khathib dari Ibn Umar)
Anas ibn Malik ra mengatakan bahwa orang-orang yang hitam
wajahnya di akhirat adalah ahlil howo'(orang-orang yang memperturutkan
hawa nafsu).
Menurut Hasan, mereka orang{rang munafik.
Menurut Qatadah, mereka orang-orang murtad.
Sedangkan menurut Ubai ibn Ka'ab, mereka itu orang-orang kafir.
Ya Allah, dengan kelebihan rasul-rasul-Mu dan dengan keutamaan￾Mu Yang Mahabesar lagi Maha Mulia. Jadikanlah wajah kami di akhirat menjadi putih berseri bersama hamba-hamba-Mu yang lain dan janganlah
Engkau jadikan wajah kami hitam legam seperti wajah musuh-musuh-Mu.
Jenis dan Bentuk Pertanyaan terhadap Manusia pada Hari Kiamat
Allah SWT berfirman:
Dan janganlah kamu mengikuti apo yang kamu tidak mempunyai
penge tahuin tinrangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengl ihatan dan hali, -r"iuonyo 
itu akan diminta perlanggunjawabannya. (QS' al-lsra': 36)
Maka ra*ala Allah menyelamalkan mereka, tibaaiba mereka
membuat kezalimon di muka bumi tanpa [alasanJ yang benar. Hai manusia,
sesungguhnya [bencanal kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; [hasil
kezallianmuJ itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada
Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkon kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (QS. Yunus: 23)
Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak
akan dibaigkitkan. Katakanloh, "Tidak demikion, demi Tuhanku, benar￾benar kami akan dibangkitkon, kemudian akon diberitakan kepadamu apa
yang relah kamu kerjalrun." Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS. at-Taghabun: 7)
Barangsiapa yang mengerialcan keboikon seberat dzarrahptm, niscaya
dia akan ielihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengeriakan
kejahatan seberat dzaTahpun, niscoya dia akan melihat (balasan)nya pula.
(QS. az-Zalzalah:7-8)
Kemudian kamu pasti ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan [yang
kamu megah-megahkan di dmia rlzl. (QS. at-Takatsur: 8)
Banyak ayat Allah yang menyebutkan tentang ini.
Dari Abu Hurairah, ketika turun ayat: "kemudian kamu pasti ditanyai
pada hari itu tentong keniknatan [yang kamu megah-megahkan di dunia -ituJ." 
orang-orang bertanya, "Wahai Rasulullah nikmat mana yang akan
ditinya? Kami hanya makan korma dan minum air, sedangkan musuh di
pelupuk mata, dan kami sudah siap dengan pedang-pedang di pundak kami."
Rasuluttah saw menjawab, "semua itu akan terjadi." (HR at-Tirmidzi)
Rasutullah bersabda, "Pertanyaan pertama yang dilontarkan Allah
swT kepada seorang hamba di hari kiamat adalah, 'Bukankah aku
mengaruniakan tubuh yang sehat dan minuman yang segar kepadamu?"'
(HR at-Tirmidzi) Rasulullah saw bersaMa, "Tidaklah seorang hamba melangkahkan
kakinya di dunia melainkan akan ditanya di hari kiamat untuk apa ia
melangkahkannya." ( HR Abu Naim al-Hafizh dari Abdullah)
Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan beranjak kaki seorang hamba di
akhirat melainkan setelah ditanyakan kepadanya tentang empat perkara:
tentang umurnya, kemana ia habiskan; tentang tubuhnya, untuk apa ia
gunakan; tentang amalannya, apa saja yang ia kerjakan; dan tentang
hartanya, dari mana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan." (HR at￾Tirmidzi) Imam at-Tirmidzi menyatakan bahwa ini adalah hadits hasan
shahih.
Dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan beranjak
kaki seorang hamba di akhirat melainkan setelah ditanyakan kepadanya
tentang empat perkara; tentang umurnya, kemana ia habiskan, tentang masa
mudanya, untuk apa ia gunakan; tentang hartanya, dari mana ia dapatkan,
dan kemana ia belanjakan; dan tentang amalannya, apa saja yang ia
kerjakan." (HR. Abu Sa'id dari Mu'adz ibn Jabal)
Diriwayatkan dari lbn Umar, bahwa ia mendengar Rasulullah saw
bersabda, "Tatkala hari kiamat tiba, Allah SWT memanggil hamba-Nya ke
hadapan-Nya lalu menanyakan kepadanya tentang profesi dan amal
perbuatannya ketika di dunia."
Rasulullah saw bersabda, "Jika seorang Mukmin dipanggil oleh Allah
ke hadapan-Nya di hari kiamat, maka la akan memuliakannya dan berkata
lembut kepadanya. Ia bertanya, "Apakah kamu mengakui kesalahan￾kesalahanmu?" Hamba itu menjawab, "Aku akui, wahai Tuhanku." Lalu
AIlah berkata lagi, "Kesalahan-kesalahanmu telah Aku tutup-tutupi ketika di
dunia, dan sekarang kesalahan-kesalahanmu aku maafkan."
Adapun orang kafir dan orang munafiq, mereka dipanggil bersama
pemimpin-pemimpin mereka yang mendustakan Allah SWT. (HR. Muslim
dari Ibn Umar). Pada akhir riwayat ini disebutkan bahwa setelah itu
Rasulullah saw membacakan ayat Allah SWT yang berbunyi: Dan siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?
Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereko dan para saksi akon
berkata, "Orang-orang inilahyang telah berdusta terhadap Tuhan mereka."
Ingatlah, httukon Allah [ditimpakonJ atqs orang-orang yang zalim. (QS.
Hud: l8)
Diriwayatkan dari 'Ali ibn
bersabda, *Jika hari kiamat tiba,
Thalib, bahwa Rasulullah saw
SWT memanggil hamba-Nya ke
hadapan-Nya tanpa dihadiri oleh seorangpun dari makhluk-Nya. Lalu Ia
memperhatikan dosa-dosanya satu persatu dan mengampuninya,
sepengetahuan para malaikat dan nabi-nabi-Nya. Dosa-dosanya
ditutupi-Nya, bahkan digantikan-Nya dengan kebaikanSabda Beliau saw yang berbunyi "Tidak beranjak kaki seorang hamba
di akhirat melainkan setelah ditanyakan kepadanya tentang empat perkara"
adalah 'am (berlaku umum bagi semua orang), sebab kata abdun (hamba)
yang nakirah terletak setelah huruf nafi. Namun hadits ini di-takhshish
(dikecualikan) oleh hadits lain yang berbunyi "Wahai Muhammad,
masukkan orang-orang yang tidak dihisab dari umatmu ke dalam surga
melalui pintu sebelah kanan" yang telah kami tuliskan sebelum ini. Juga
dengan firman Allah SWT yang berbunyi; Orang-orong yang berdosa
dikenal dengan tanda-tandanya. (QS. ar-Rahman: 4l)
Allah akan Berbicara dengan Hamba-Nya tanpa Ada Penghalang
Diriwayatkan dari 'Adi ibn Hatim. bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Tidak ada seorangpun di antara kamu kecuali ia akan berbicara (hari
pengadilan) dengan Allah, sedangkan tidak ada pembatas antara ia dengan￾Nya, lalu si hamba akan memandang ke kanan, namun ia hanya melihat amal
yang sudah dilakukan, lalu ia memandang ke kiri, namun ia hanya melihat
amal yang sudah dilakukan. Selanjutnya ia memandang ke depan, maka
yang ia lihat hanya neraka. Jadi waspadailah neraka itu meskipun hanya
dengan sebutir buah kurma (yang disedekahkan)." (HR. Muslim)
Ibn Hajar menambahkan hadits ini dengan berkata; Al-A'masy
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabdl, "....Meskipun hanya dengan
ucapan yang baik." (HR. al-Bukhari dan at-Tirmidzi)
Ibn al-Mubarak berkata dari Anas ibn Malik, bahwa Nabi saw
bersabda, "Seorang hamba akan dihadapkan dan didirikan di hadapan Allah
pada hari Kiamat, lalu Allah berkata padanya, 'Aku sudah memberimu,
melapangkan hidupmu, dan mencurahkan nikmat padamu. Apa saja yang
kamu lakukan dengan semua nikmat itu?' Ia menjawab, 'Wahai Rabb, aku
sudah mengumpulkannya, mengembangkannya, lalu meninggalkannya.
Kembalikanlah aku, maka aku akan membawanya padamu'. Allah lalu
memerintahkan, "Perlihatkan pada-Ku semua yang sudah kamu lakukan'.
Ternyata hamba tersebut tidak pernah melakukan kebaikan (dengan nikmat
tersebut), maka ia dibawa ke neraka." (HR. Ibn al-'Arabi; dalam kitab Siraj
al-Muridin.
Hadits tersebut jelas menyatakan bahwa tidak ada yang akan masuk
surga kecuali ia pasti akan berbicara dengan Allah tentang
pertanggungiawaban perbuatannya, termasuk orang yang akan masuk surga
tanpa hisab, wallahu a'lam. Jadi renungkanlah tentang besarnya
permasalahan hidupmu ketika Allah mengingatkan dosamu, ketika Ia berkata
"Wahai hamba-Ku, apakah kamu tidak malu untuk berhadapan dengan-Ku
dengan membawa dosa yang begitu banyak. Anehnya, kamu justru malu
pada makhluk-Ku, lalu kamu memperlihatkan hal yang baik dan indah untuk
mereka. Apa derajat-Ku lebih rendah bila dibandingkan dengan seluruh
hamba-Ku? Kamu memandang rendah pada pandangan-Ku dan sama sekali
tidak ragu-ragu, sedangkan pandangan selain-Ku sangat kamu hargai dan
besarkan. Bukankah Aku sudah memberimu nikmat yang banyak? Apakah
yang membuatmu meremehkan-Ku?"
lbn Mas'ud berkata, "Tidak ada seorangpun di antara kamu kecuali ia
akan berbicara berdua dengan Allah, bagaikan seseorang yang berdua
dengan bulan di malam purnama. Allah akan berkata, 'Wahai anak Adam,
apa yang membuatmu melalaikan-Ku? Wahai anak Adam, apa yang kamu
lakukan dari apa yang kamu ketahui? Wahai anak Adam, apa jawabanmu
terhadap para rasul yang Aku utus? Wahai anak Adam, bukankah Aku
adalah Pengawas terhadap matamu sedangkan kamu sering
menggunakannya untuk melihat yang haram? Bukankah Aku adalah
Pengawas terhadap dua telingamu?....." demikian juga dengan semua
anggota tubuh. Jika Anda mengingkari tuduhan Allah, maka semua anggota
tubuhmu ikut bersaksi. Jadi, bagaimana kiranya rasa malumu ketika Dia
menunjukkan tentang nikmat-Nya kepadamu, sedangkan yang kamu berikan
keingkaran? Na'udzubillah dari segala skandal dan terbukalah aib di
hadapan segenap makhluk dengan saksi anggota tubuh sendiri. Namun
demikian, seorang mukmin yang beramal telah dijanjikan Allah untuk
menutup aib-aibnya."
Lalu apakah kaum kafir juga akan berbicara dengan Allah saat hari
pengadilan? Hal tersebut menjadi perselisihan pendapat para ulama,
sebagaimana yang sudah kamijelaskan pada judul nama-nama kiamat.
Apakah Jin juga akan Berbicara dengan Allah?
Jawabannya adalah: semua jin dan manusia akan ditanyai,
sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Al-Qur'an: Mereka itulah orang￾orang yang telah pasti ketetapan fazabJ atas mereka bersama umat-umat
yang telah berlalu sebelum meraka dari jin dan manusia. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orangyang merugl. (QS. al-Ahqaf: l8)
Kemudian Allah SWT berfirman: Dan bagi masing-masing mereka
derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan.... (QS. al-Ahqaf: 19)
Yang dimaksud dengan 'masing-masing mereko'dalam ayat tersebut
adalah jin dan manusia, dan janji serta ancaman untuk mereka sama dengan
manusia.
Allah memberitahukan, bahwa para jin bertanya dan Allah menjawab
(dalam firman-Nya): Hai golongan jin dan manusia, apakoh belum datang
kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yong menyampaikan
kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuonmu dengon hari ini?" Mereka berkota,"Kami menjadi salcsi ulas
diri kami sendiri... " (QS. al-An'am: 130)
Qishash (Pembalasan Setimpal) Berlaku pada Hari Kiamat
Rasulullah saw bersabda, "Semua hak akan dikembalikan pada hari
kiamat kepada yang punya, bahkan kambing yang tidak bertanduk
melakukan pembalasan pada kambing bertanduk.'(HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mempunyai kezaliman
terhadap orang lain, maka hendaklah ia memintakan maaf kepada orang
tersebut pada hari ini sebelum datang suatu hari yang tidak ada Dirham dan
Dinar pada hari itu. Dimana jika ia mempunyai kebaikan pada hari itu, maka
diambillah kebaikannya untuk dilimpahkan kepada orang yang telah
dizaliminya. Tapi kalau kebaikannya sudah tidak ada lagi, maka diambillah
kejahatan orang yang dizaliminya dan diserahkan kepadanya." (HR. al￾Bukhari)
Dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda, "Tahukah kalian siapa
yang bangkrut di antara kalian?" Para sahabat menjawab, "Orang yang
bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak mempunyai Dirham dan
orang yang tidak mempunyai harta." Beliau berkata, "Orang yang bangkrut
di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, akan tetapi ia dulu pernah
memaki, menuduh, memakan harta, memukul, dan membunuh orang lain.
Jadi pahala kebaikannya diserahkan kepada orang-orang yang telah
dianiayanya dan seandainya pahalanya telah habis sementara hak orang lain
masih ada padanya, maka dosa orang lain itu diambil dan diserahkan
kepadanya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa meninggal dunia sedangkan
dia belum membayarkan uang Dinar atau Dirham orang lain yang ada
padanya (padahal ia mampu), maka diambillah pahala kebaikannya. Namun
jika ia tidak mampu, maka Allah dan Rasul-Nya lah yang membayarkannya.
(HR. Ibn Majah dari Ibn Umar)
Diriwayatkan bahwa Abdullah ibn Unais mendengar Rasulullah saw
bersabda, "Pada hari Kiamat Allah SWT mengumpulkan semua manusia
dalam keadaan telanjang -sambil menunjuk dengan tangannya ke arah
negeri Syam-. Lalu datang seruan yang bisa terdengar oleh mereka semua
dari jarak dekat dan jauh. Seruan itu berbunyi, "Aku adalah Allah Yang
Maha Penguasa dan Mahahakim. Tidak pantas seorang penghuni surga
masuk ke dalam surga sedangkan ia sedang dituntut oleh orang lain dari
penghuni neraka akibat kezaliman yang dilakukannya terhadap orang ituwalaupun kezaliman itu hanya berupa tamparan. Tidak pantas penghuni
neraka masuk ke dalam neraka sedangkan ia sedang dituntut oleh seorang
penghuni surga akibat kezaliman yang dilakukannya terhadap orang itu,
walaupun kezaliman itu hanya berupa tamparan."' Sahabat bertanya,
"Bagaimanakah cata membayarnya wahai Rasulullah, sementara kita
telanjang (tidak punya apa-apa pada waktu itu?" Beliau saw menjawab,
"Dengan kebaikan (pahala) dan keburukan (dosa)." (HR. Harits ibn Abu
Usamah)
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang berutang akan tertawan oleh
utangnya pada hari kiamat." (HR. al-Barra')
Ibn Mas'ud mengatakan bahwa pada hari akhirat, masing-masing
diletakkan di depan semua makhluk lalu datang seruan yang berbunyi,
"Orang ini adalah si fulan anak si fulan; barangsiapa yang ada haknya pada
orang ini, maka ambillah sekarang." Ketika orang-orang yang mempunyai
hak atas dirinya datang untuk menuntut haknya, Allah SWT berkata,
"Berikan hak orang-orang itu kepadanya, wahai fulan!" la menjawab,
"Bagaimana aku memberikannya sekarang wahai Tuhanku, sedangkan dunia
sudah tidak ada lagi." Allah memerintahkan malaikat-Nya, "Ambil
kebaikan-kebaikan yang ada padanya dan serahkan kepada orang-orang yang
menuntut itu sesuai haknya." Lalu dilaksanakan perintah Allah itu oleh
malaikat; jika orang yang bersangkutan adalah orang shalih, maka kebaikan￾kebaikannya dilipat-gandakan oleh Allah, sehingga semua hak orang lain
yang ada padanya dapat dibayar dan ia dapat masuk surga.
Allah SWT berfirman: Sesunggubtya Allah tidak akan menganiaya
seseorang walaupun sebesar zarrah, don jika ada kcbajilcan sebesar zanah,
niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi'Nya
pahala yang besar. (QS. an-Nisa': 40) Tetapi jika orang itu adalah seorang
yang celaka, maka kebaikan-kebaikan yang ada padanya habis, namun hak
orang lain belum terbayar semuanya, sehingga Allah SWT berkata kepada
malaikat-Nya, "Ambil dosa orang lain itu dan limpahkan kepadanya" dan
akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Abu Nu'aim al-Hafizh dari
Zadzan Abu Umar)
Rasulullah saw bersaMa, "Setiap orang tua mempunyai hak atas
anaknya yang dapat diterimanya setelah datang hari kiamat, sehingga saat itu
ia berangan-angan seandainya anaknya jauh lebih banyak dari itu." (HR.
Razin dari Abu Hurairah)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami mendengar bahwa
pada hari kiamat seseorang akan terkait dengan orang lain yang tidak
dikenalinya. Sehingga ia berkata kepadanya, "Apakah urusanmu denganku
padahal kita tidak saling mengenal." Orang itu menjawab, "Kamu pernah melihatku sedang berbuat dosa namun kamu tidak melarangku." (HR. Razin
dari Abu Hurairah)
Ibn Mas'ud berkata, "seorang perempuan akan berbahagia di hari
kiamat karena ada haknya di tangan ayahnya atau di tangan anak, saudara,
dan suaminya." fFola ansaaba yaumaidzin wola yatasaa'aluunaf
Diriwayatkan bahwa tatkala Jabir ibn Abdullah bersama rombongan
telah kembali berhijrah dari negeri Absenia, Rasulullah saw berkata kepada
mereka, "sampaikan kepadaku tentang sesuatu yang ajaib yang pernah
kalian saksikan di negeri Absenia!" Sebagian mereka menjawab, "Ada
wahai Rasulullah; pernah suatu kali ketika kami duduk-duduk, lewatlah
seorang perempuan tua membawa sebuah kendi berisi air di kepalanya. Tiba￾tiba perempuan tua itu didorong oleh seorang anak muda sehingga ia
tersungkur ke tanah dan kendi itu terjatuh dan pecah seketika. Setelah
perempuan tua itu bangkit, ia berkata kepadanya, "Wahai anak muda, kelak
kamu merasakan akibat kezalimanmu terhadapku, yaitu tatkala Allah SWT
telah meletakkan &zrsr'-Nya dan mengumpulkan seluruh makhluk di padang
Mahsyar, niscaya tangan dan kakimu melaporkan apa saja yang
dilakukannya. Kelak kamu tahu nasib kita dalam perkara ini." Beliau saw
berkata, "Benar perempuan tua itu; bagaimanakah Allah SWT meninggikan
umat kalau kejahatan orang-orang kuat mereka terhadap orang-orang lemah
tidak dibalas-Nya." (HR. Ibn Majah dari Jabir ibn Abdullah)
Bantahan Tidak Adanya Pembayaran Utang Amal
Sebagian orang -dengan hawa nafsunya, tanpa berpedoman kepada
petunjuk dari Allah SWT- berkata, "Allah tidak boleh memindahkan
kesalahan (dosa) seseorang pada diri orang lain yang tidak melakukannya.
Begitu juga dengan kebaikan (pahala) yang diperbuat seseorang, Allah tidak
boleh memindahkannya kepada orang lain." Perkataan ini mereka dasarkan
secara zalim kepada sebuah ayat Allah SWT yang berbunyi: .... Dan
seorang yang berdosa tidak akan memilai dosa orang lain..... (QS. al￾An'am: 164) Dengan demikian -kata mereka- bagaimanakah hadits-hadits
ini akan bisa diterima karena bertentangan dengan ayat Al-Qur'an dan tidak
masuk akal sama sekali?"
Dakwaan mereka dapat dijawab dengan pernyataan sebagai berikut:
Urusan agama tidaklah ditetapkan Allah SWT berdasarkan akal
manusia, begitu juga dengan janji-janji atau ancaman-ancaman-Nya, dimana
hal itu tidak diberikan-Nya berdasarkan mampu atau tidaknya akal mereka
mencernanya. Akan tetapi, Ia menetapkan demikian hanya dengan Kehendak
dan Iradah-Nya;la menyuruh dan melarang sesuatu hanya dengan hikmah￾Nya. Seandainya hal-hal yang tidak bisa diterima oleh akal itu harus ditolak
semuanya, niscaya akan tertolak sebagian besar syariat Islam ini, lantaran
sulitnya diterima oleh akal manusia. Diantaranya adalah kewajiban mandi
setelah keluarnya air mani, padahal air mani itu sendiri (menurut kebanyakan
ulama) adalah suci. Kemudian, batalnya wudhu setelah buang angin
sebagaimana batalnya setelah buang air besar atau kecil. Bagaimana
mungkin bisa disamakan (menurut akal) antara buang angin dengan buang
air kecil atau besar! Begitu juga dengan kewajiban potong tangan bagi para
pencuri, dimana antara pencuri yang mencuri uang sebanyak sepuluh
Dirham (menurut pendapat yang lain adalah sebanyak tiga Dirham) dengan
pencuri uang sebanyak ratusan ribu Dirham sama hukumnya, yaitu sama￾sama potong tangan. Menurut akal manusia, pencuri yang terakhir harus
mendapatkan hukuman yangjauh lebih berat dari pencuriyang pertama,atau
pencuri yang pertama harus mendapatkan hukuman yang jauh lebih ringan
dari pencuri yang terakhir.
Demikian juga dalam hal warisan, dimana ibu yang mendapat
sepertiga dari harta anaknya yang wafat hanya mendapat seperenam jika
anaknya mempunyai saudara perempuan, padahal saudara perempuannya
tidak mendapatkan jatah sedikitpun.
Semua contoh yang kami sebutkan dan tidak bisa diterima oleh akal.
Namun hal ini tentu tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak menerimanya,
karena Allah Yang berkuasa untuk menetapkan-Nya dan Dia Maha
Bijaksana dalam menetapkan sesuatu.
Demikian juga dengan masalah qisas ini, dimana pembayaran hak
orang lain di hari akhirat ditetapkan-Nya melalui pelimpahan kebaikan
(pahala) atau kejahatan (dosa).
Allah SWT berfirman:
Kami okan memasang timbangan yang tepqt pada hari kiamat, maka
tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. (QS. al-Anbiya': 47\
Dan sesungguhnya mereka akan memihtl beban [dosal mereka, dan
beban-beban [dosa yang lainJ disamping beban-beban mereka sendiri, dan
sesungguhnya mereks akan ditanya pada hari kiamat tentqng apo yong
selalu mereka ada-adalran (QS.al-Ankabut: I3)
[Ucapan merekal menyebabkan merela memikul dosa-dosanya
dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang
yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun [bahwa mereka
disesatlranJ. Ingatlah, amat buruHah dosa yang mereka pikul itu. (eS.an￾Nahl:25)
Ayat ini merupakan penjelas dari ayat lain yang berbunyi:
seorang yang berdosa tidak akan memihtl dosa orang lain.....
.... Dan
(QS. al￾
An'am: 164) Maksudnya, seseorang tidak menanggung dosa orang tain
selama ia tidak berbuat aniaya. Jika ia berbuat aniaya terhadap orang lain
dan tidak memperoleh kemaafan oleh orang yang dianiayanya sampai
matinya, maka ia dibalas oleh Allah di akhirat dengan jalan melimpahkan
kebaikannya kepada orang yang dianiayanya itu atau melimpahkan
kejahatan orang itu kepadanYa.
Allah SWT berfirman: Dan jagalah dirimu dari [azabJ hari [kiamat,
yang pada hari ituJ seseorang tidak dapal membelo orang -lain, wslau
'sediktipun; dan fiegitu pulal tidak diterima syafa'at dan tebusan
daripadanya, dan tidaklah merelca akan ditolong. (QS.al-Baqarah: 48)
Demikianlah pembalasan Allah SWT di hari kiamat terhadap orang￾orang yang mengambil hak orang lain di dunia. Oleh sebab itu, setiap orang
M usl im hendaknya merenun ginya dan mengintrospeksi dirinya sebagaimana
Umar ibn al-Khatthab ra berkata, "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab di
akhirat; dan timbanglah dirimu sebelum kamu ditimbang di akhirat."
Menghisab diri sendiri adalah dengan benar-benar bertaubat dari
segala perbuatan dosa selama nyawa masih dikandung badan dan menyadari
t<etalaian yang telah diperbuatnya dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Disamping itu, ia harus mengembalikan hak orang lain yang diambilnya
dengan ca.u yang zalim, sekaligus memintakan maaf darinya dan berbuat
baik kepadanya, sehingga terhapus kejahatan yang diperbuatnya. Orang
seperti ini dapat memasuki surga Allah tanpa dihisab sama sekali'
Namun jika ia mati sebelum menyelesaikan perkaranya dengan orang
lain, maka ia dituntut oleh orang-orang itu di hari kiamat. Dosa-dosa yang
dilakukannya (seperti menganiaya, mencaci maki, mengejek, mengghibah
orang tain, serta dosa-dosa yang lain) menjaditumbal baginya di hari kiamat
selama ia tidak menyelesaikannya di dunia ini dengan mengembalikan hak￾hak orang lain kepadanya.
Allah SWT berfirman:
Pada hari ini tiap4iap iiwa diberi balason dengan apa yang
diusohakannya. Tidak ada yang dirugikon pada hari ini. sesunggulmya
Allah amat cepat hisabnya. (QS. Ghafir: l7)
Dan janganlah selali-kali lcamu [MuhommadJ mengira, bahwa Allah
lolai dari apa Wng diperbuat oleh orang-orong yang zalim. Sesungguhnya
Allah memberi tangguh kepada mereka sompai hoi yang pado waktu itu
mata fmerekal terbelalak. mereka datang bergegas-gegas memenuhi
panggilan dengan menganglat kepalanya, sedang mata mereka tidak
berkedip-kedip dan hati mereko kosong. (QS. Ibrahim: 42-43)
Anda boleh berbahagia sekarang karena dapat mempermainkan hak
orang lain dengan leluasa, tapi di akhirat Anda menjadi orang yang palingberduka cita tatkala Anda berdiri di hadapan Allah SWT Yang akan
membalas segala kejahatan yang Anda lakukan itu. Pada hari itu Anda
menjadi orang yang bangkrut, hina dina, dan tidak berdaya sama sekali
untuk membela diri.
Oleh karena itu, ingatlah bahwa kebaikan yang Anda perbuat tidak ada
artinya kalau diiringi dengan kejahatan terhadap orang lain, sebab di akhirat
pahala kebaikan tersebut bukan untukmu, melainkan untuk orang itu.
Abu Hamid berkata:
"Sekiranya Anda menghitung-hitung diri Anda, niscaya sadarlah Anda
bahwa tidaklah berlalu suatu hari melainkan Anda ada mengghibah orang
lain pada hari itu, yang mana dosa itu akan dapat menghabiskan amal
kebaikan Anda. Maka bagaimanakah dengan dosa-dosa yang lain seperti
memakan harta yang haram, memperturutkan hawa nafsu, dan lalai dari
berbuat taat kepada Allah SWT. Bagaimanakah Anda akan dapat lolos dari
suatu hari yang pada hari itu binatangpun akan dituntut oleh Allah
dikarenakan kejahatannya. Sehingga orang kafir pada waktu itu akan
berkata, 'Alangkah bailcnya sekiranya aku dahulu adalah tanah'. " (QS. an￾Naba':40)
Bagaimanakah perasaan Anda nanti jika pada hari itu Anda melihat
kitab catatan amal Anda ternyata kosong dari amal kebajikan, bahkan
berganti dengan kejahatan orang lain yang dipindahkan ke dalam kitab Anda
itu? Anda pasti berkata kepada Allah, "Wahai Tuhanku, aku tidak pernah
melakukan dosa-dosa ini." Dijawab oleh Allah, "ltu dosa orang-orang yang
telah kamu sakiti ketika didunia."
Oleh karena itu, takutlah dari berbuat zalim terhadap orang lain,
seperti mengambil hartanya dan menyakiti hatinya. Kalaupun Anda telah
terlanjur mengerjakannya, maka segeralah memintakan ampun kepada Allah
untuk dirimu dan untuk orang yang Anda zalimi tersebut. Mudah-mudahan
dengan demikian Anda mendapat rahmat dan ampunan dari-Nya."
Sebagian ulama beranggapan bahwa pahala ibadah puasa khusus bagi
pelakunya dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain yang telah
dizaliminya ketika di dunia. Mereka mengatakan demikian berdasarkan
perkataan Allah SWT dalam sebuah hadits qudsi yang berbunyi, "Puasa itu
adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya."
Akan tetapi, pendapat tersebut dibantah oleh hadits-hadits Rasulullah
saw yang disebutkan tadi, dimana hak-hak itu diambilkan dari seluruh amal
kebaikan yang ada padanya, baik berupa puasa maupun yang lainnya.
Rasulullah saw bersabda, "Ketahuilah! Barangsiapa menzalimi orang
kafir yang sedang membuat perjanjian dengannya, atau mengurangi haknya,
atau membebaninya dengan sesuatu yang diluar kemampuannya, atau mengambil sesuatu darinya tanpa hak, maka aku yang menjadi penuntutnya
di hari kiamat. (HR. Abu Daud dari Daniyyah)
Apakah Binatang juga Dibangkitkan di Padang Mahsyar?
Para ulama berbeda pendapat tentang dibangkitkannya binatang￾binatang di padang Mahsyar. Mereka juga berbeda pendapat tentang
pembalasan terhadap kejahatan yang diperbuat oleh sebagian binatang
terhadap sebagian yang lain.
Ibn Abbas ra menyebutkan bahwa binatang-binatang liar dan burung￾burung dibangkitkan.
Adh-Dhahhak, Abu Dzar, Abu Hurairah, Amru ibn al-'Ash, al-Hasan
al-Bashri juga mengatakan demikian, sebab Allah SWT berftrman: Dan
apabila binatang-binat(mg liar dikumpulkan. (QS. at-Takwir: 5) dan: Dan
tiadalah binatang-binatqng yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sqyapnya, melainkan umat-umat [iugal seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab, kemudian kepada
Tuhonlah mereka dihimpunkan (QS. al-An'am: 38)
Abu Hurairah berkata, "Allah SWT membangkitkan seluruh makhluk￾Nya di hari kiamat, termasuk seluruh binatang. Setelah itu Allah SWT
berkata kepada binatang-bin atang,'Jadilah kalian menjadi tanah ! "'
Ibn Umar dan Abdullah ibn 'Amru ibn al-'Ash berkata, "Setelah
binatang berubah menjadi tanah, dilemparkanlah tanah itu ke wajah orang￾orang kafir. Itulah makna perkataan Allah SWT yang berbunyil' Dan banyak
[pulal muka pada hari itu tertutup debu. (QS.'Abasa: 40)."
Sekelompok orang mengatakan bahwa yang dibangkitkan di dalam
ayat tersebut (QS. al-An'am: 38) bukan binatang-binatang, melainkan orang￾orang kafir. Adapun penyebutan binatang di dalam hadits-hadits itu hanya
perumpamaan, sebagai penguat tentang berlangsungnya pelaksanaan hukum
qisas dan penghisaban di hari akhirat.
Kelompok ini mengatakan demikian berdasarkan sebuah hadits lemah
yang berbunyi, "Bahkan kambing yang bertanduk akan dibawa ke hadapan
kambing yang tidak bertanduk untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya; begitu juga dengan kuda betina dan unta yang masing-masing
diminta pertanggungiawabannya dari perbuatannya."
Mereka berkata, "Jelaskan dari hadits ini bahwa penyebutan binatang￾binatang hanya perumpamaan agar menjadi i'tibar (pelajaran) dan
peringatan. Sebab, bagaimana mungkin binatang dan benda mati yang tidak
mempunyai akal diminta pertanggungiawaban. Hanya orang-orang yang
bodoh yang mengatakan demikian.Pendapat tersebut tidak dapat diterima, karena jelas-jelas berlawanan
dengan nash-nash (Al-Qur'an dan hadits) yang menyatakan bahwa pada hari
kiamat binatang juga dibangkitkan.
Pembalasan bagi Binatang Atas Kejahatannya
Diriwayatkan oleh Laits ibn Abu Salim dari Abu Dzar, bahwa ketika
Rasulullah saw lewat di depan seekor kambing yang sedang menanduk
kambing lain yang tidak bertanduk, Beliau bersabda, "Allah akan
menghukum kambing yang bertanduk ini di hari kiamat."
Ibn Wahab meriwayatkan bahwa Abu Dzar berkata, "Demi Yang
jiwaku di Tangan-Nya atau jiwa Muhammad di Tangan-Nya, kambing yang
bertanduk itu akan ditanya di hari kiamat tentang penyebab ia menanduk
kambing yang lain."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Ketika Rasulullah saw lewat di depan
seekor kambing yang sedang menanduk kambing lain yang tidak bertanduk,
Beliau berkata kepada Abu Dzar, 'Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu
tentang peristiwa yang kamu lihat?' Abu Dzar menjawab, 'Aku tidak tahu
wahai Rasulullah'. Beliau berkata, 'Allah akan memperkarakan kedua
kambing ini di hari kiamat'." (HR. al-A'masy)
'Amru ibn al-'Ash ra berkata, "Bila hari kiamat telah terjadi, maka
dibentangkanlah bumi ini dan dikumpulkan seluruh makhluk di sana, yaitu
jin, manusia, binatang liar, dan binatang buas. Kemudian, pertama sekali
Allah SWT menjalankan hukum qisas di antara binatang, sampai kambing
menanduk kambing yang lain yang tidak bertanduk. Setelah proses peng￾qisas-an terhadap binatang itu selesai, Allah SWT berkata kepada binatang,
'Jadilah kalian menjadi tanah!' Kejadian ini dilihat oleh orang kafir,
sehingga ia berkata, 'Alangkah baiknya jika aku dulu menjadi tanah saja'."'
Abu al-Qasim al-Qusyairi (dalam bukunya yang berjudul at-Tahbir)
berkata, "Tatkala binatang-binatang telah dikumpulkan di padang Mahsyar,
mereka bersujud kepada Allah. Maka malaikat berkata, 'Hari ini adalah hari
pembalasan, bukan hari untuk sujud." Mereka menjawab, 'lni adalah sujud
syukur, sebab Allah tidak menjadikan kami sebagai anak cucu Adam."'
Ia menambahkan, "Dikatakan bahwa malaikat berkata kepada
binatang-binatang, 'Mengapa kalian juga ikut dibangkitkan di sini?' Mereka
menjawab,'Kami dibangkitkan bukan untuk dimintai pertanggungjawaban,
melainkan untuk menjadi saksi dari perbuatan anak cucu Adam."'
Sebagian ulama menyatakan bahwa ibadah puasa mendapatkan pahala
yang banyak khusus untuk pelakunya dan pahala tersebut menghapus semua
kezaliman yang dilakukannya, berdasarkan firman Allah dalam hadits qudsi, ,'Puq^sa ifu untuk-Ku dan Aku-lah yang akon membalosnyo." Sementara
hadits-hadits yang ada pada bab ini menolak pernyataan para ulama tersebut,
karena ,"rnuu haiyang-berkaitan dengan kezaliman akan dihukum, lalu dosa
tersebut berkurang dingan memotong berbagai pahala lainnya, termasuk
pahala puasa.
Larangan Keras Menzalimi Kaum Dzimmi3T
Dari Sufuan ibn Sulaim dari 'lddah (mereka termasuk anak-anak para
sahabat, dari bapak-bapak mereka yang punya hubungan dekat dengan Nabi
saw) meriwuyuik"n batrwa Nabi saw bersabda, "Barangsiapa menzalimi
,"oiung dzimmi, atau mengurangi haknya, atau membebaninya diluar
kemampuannya, atau mengambit sesuatu dari mereka tidak dengan kerelaan
hati meieka, maka aku yang menjadi penuntutnya pada hari kiamat." (Hadits
ini dishahihkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq)
Ampunan AIIah pada Hari Kiamat
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Ketika Rasulullah saw duduk bersama
kami, tiba-tiba aku metihat Beliau tertawa sampai kelihatan gigi depannya.
..Apakah yang membuat engkau tertawa wahai Rasulullah?" tanya seseorang
kepadanya. Beliau saw menjawab:
Di akhirat nanti ada dua orang umatku datang menghadap Allah SWT.
Orang pertama berkata, "Wahai Tuhanku, orang ini berbuat zalim
terhadapku di dunia. Oleh karena itu, berikan hakku yang diambilnya
dariku.'i Allah berkata kepada orang yang satu lagi, "Berikan hak yang
engkau ambil kepadanya." Orang itu menjawab, "Wahai Tuhan,
bagaimanakah caranya bagiku untuk mengembalikannya, karena sudah tidak
ada sedikit kebaikanku?" Lalu orang yang pertama berkata kepada Allah,
"Kalau begitu orang itu harus menanggung dosa-dosaku."
Rasulullah saw menangis melihat peristiwa itu, lalu Beliau berkata,
"Pada hari itu setiap orang butuh orang lain yang menanggung dosa￾dosanya."
, Kemudian Allah SWT berkata kepada orang pertama yang menuntut
haknya itu, "Lihattah ke sana dan pandang baik-baik!" Ia pun memandang
ke arah itu dan ternyata disana ada sebuah surga dengan segala keindahan
dan kenikmatannya yang sangat mengagumkan.
Orang itu bertanya, "Untuk siapakah ini, ya Allah?" Allah SWT
menjawab, "ltu untuk orang yang membelinya dari-Ku." la bertanya lagi,
"siapakah yang membelinya, wahai Tuhanku?" Allah menjawab lagi,
"Engkau sendiri." "Dengan apakah aku membelinya, wahai Tuhanku?"
tanyanya lagi. Allah menjawab, "Dengan kemaafan yang kamu berikan
terhadap saudaramu."
Mendengar perkataan Allah itu, ia berkata, "Wahai Tuhanku, sekarang
aku maafkan kesalahannya kepadaku." Allah lalu berkata, "Pergilah engkau
ke surgamu itu dan bawa saudaramu itu ke sana."
Kemudian Rasulullah saw bersabda, "Maka bertakwalah kalian semua
kepada Allah dan berdamailah antar sesama, karena Allah SWT
mendamaikan orang-orang Mukmin pada hari kiamat."
Abdurrahman ibn Abu Bakah berkata, "Di akhirat, seorang Mukmin
dituntut orang Mukmin lain tempat ia berutang kepadanya, sehingga ia
datang kepada Allah untuk meminta pertolongan dengan berkata, 'Wahai
Tuhanku, aku dulu berutang kepada orang itu sebanyak sekian'. Maka Allah
SWT menjawabnya, 'Aku yang paling bertanggung jawab membayar utang
hambaku'. Lalu dihapuskan utang orang Mukmin, sedangkan orang tempat
ia berutang diampuni dosa-dosanya."
Ibn Abu ad-Dunya berkata, "Telah sampai suatu riwayat kepadaku
bahwa Allah SWT berkata kepada sebagian nabi-Nya, "Aku menanggung
dosa hamba-hambaku yang berjuang mencari keridhaan-Ku. Tidakkah kalian
perhatikan bahwa Aku melupakan kesalahan-kesalahan mereka dan Aku
adalah Maha Pengampun terhadap makhluk-Ku. Jika Aku tergesa-gesa
memberikan hukuman terhadap seseorang, maka Aku membuat orang itu
tergesa-gesa merasa putus harapan dari rahmat-Ku. Sekiranya hamba￾hamba-Ku yang Mukmin itu memperhatikan bagaimana Aku memberikan
ampunan terhadap kesalahan-kesalahan mereka terhadap orang-orang yang
mereka zalimi sedangkan mereka yang dizalimi ditetapkan hidup kekal di
samping-Ku, mereka tidak menuduh kurangnya Keutamaan dan Kemuliaan￾Ku."
Ulama berkata, "Hal tersebut hanya berlaku bagi orang-orang zalim
yang bertaubat kepada Allah, yaitu orang yang mendapat ampunan dari-Nya
dan mendapat maaf dari orang-orang yang mereka zalimi."
Allah SWT berfirman: .....Maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun
bagi orang-orang yang bertaubat --s*,wab-. (QS. alJsra': 25)
Menurut Abu Hamid al-Awwab adalah orang yang benar-benar
bertaubat dari dosa yang dikerjakannya dan tidak mengulanginya lagi.
Begitu juga dengan hadits Rasulullah saw yang berbunyi, "Pada hari
kiamat ada seruan dari bawah 'Arsy yang berbunyi, 'Wahai umat NabiMuhammad, telah aku maafkan kesalahan-kesalahanmu. Oleh karena itu,
masuklah kalian semua ke dalam surga dengan rahmat-Ku."' Hadits tersebut
hanya berlaku bagi orang-orang yang bertaubat kepada Allah sehingga la
,"ngu1npuninya dan orang-orang yang mereka zalimijuga telah memaafkan
kesalahan yang mereka lakukan terhadapnya. Sebab, seandainya ampunan
itu berlaku bagi semua yang berbuat dosa, maka tidak ada seorangpun yang
masuk neraka.
Umat Nabi Muhammad Paling Dulu Dihisab di Akhirat
Rasulullah saw bersabda, "Kita memang umat terakhir, tapi kita umat
yang pertama sekali dihisab di hari akhirat. Saat itu dikatakan, 'Manakah
unlut yung buta huruf itu dan manakah Nabinya?"' (HR. Ibn Majah dari Ibn
'Abbas)
Dalam riwayat tain dari lbn 'Abbas dijelaskan, "Umat-umat yang lain
menyingkir dan memberikan jalan bagi kita, umat Nabi Muhammad,
sehingga kita bisa tewat dan maju ke depan dengan hati gembira dan wajah
yung b".se.i-seri karena bekas sujud. Ketika itu, umat-umat lain berkata
tentang mereka, 'seolah-olah mereka nabi seluruhnya."'
Pembunuh
Rasulullah saw bersabda, "Perkara pertama sekali diproses di hari
akhirat adalah pembunuhan. (HR. Muslim dari Abdullah ibn Mas'trd)
Dari 'Ali ibn Abu Thalib ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Aku
orang pertama yang bersimpuh di akhirat di hadapan Allah SWT untuk
menuntut musuh-musuhku." (HR. al-Bukhari) Maksudnya: Beliau
menceritakan kepada Allah pertarungannya dengan sahabat-sahabatnya
melawan musuh-musuhnya (orang-orang kafir Quraisy) dan menuntut
mereka yang telah berbuat aniaya dan pembunuhan terhadap sahabat￾sahabatnya.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw telah berkata tentang
sekelompok orang di antara kami, "Perkara yang pertama sekali diproses
dari mereka di hari akhirat adalah perkara pembunuhan, lalu dihadapkan
semua orang yang terbunuh dalam peperangan di jalan Allah SWT, lalu
memerintahkan semua orang yang terbunuh untuk dihadapkan dengan
kepalanya sedangkan urat nadinya memancarkan darah. Orang yang
terbunuh itu berkata, "Wahai Tuhanku, tanyalah orang yang telah
membunuhku itu; mengapa ia sampai membunuhku?" Allah lalu
menanyakannya, padahal Ia Maha Mengetahui, "Mengapa kamu
membunuhnya?" la menjawab, "Aku membunuhnya demi mempertahankan
harga diri." Allah berkata, "Celakalah kamu wahai pembunuh." Kemudian
semua pembunuhan dan kezaliman dibalas saat itu juga, dan semua orang
yang menganiaya mendapat pembalasan sesuai kadar penganiayaannya.
Semuanya tergantung kehendak Allah SWT; jika Ia menghendaki maka Dia
mengazabnya dan jika Dia menghendaki maka Dia memaafkannya."
Dari Abdullah ibn Abbas, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw
bersabda: Orang yang terbunuh datang pada hari kiamat dalam keadaan
salah satu tangannya memegang kepalanya, sedangkan tangannya yang lain
memanggil-manggil orang yang membunuhnya. Darah mengucur terus dari
sekujur tubuhnya sampai ia bertemu dengan orang itu, lalu ia berkata kepada
Allah, "Wahai Tuhanku, orang ini membunuhku ketika di dunia." Allah lalu
berkata kepada orang yang membunuh itu, "Celakalah kamu, wahai
pembunuh," lalu orang itu dicampakkan ke dalam neraka.Shalat adalah Amal Baik Pertama yang Dihisab
Rasulullah saw bersabda, "Amalan pertama yang dihisab dari seorang
hamba di akhirat adalah shalat. (HR. an-Nasa'i)
Yahya ibn Sa'id berkata, "Telah sampai riwayat kepadaku bahwa yang
pertama sekali diperhatikan dari seorang hamba adalah shalatnya. Jika
shalatnya diterima maka amalannya yang lain diperhatikan. Namun jika
shalatnya ditolak maka amalannya yang lain diabaikan."
Diriwayatakan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba di akhirat adalah shalat.
Pada hari itu Allah SWT berkata kepada para malaikatnya, 'Periksalah shalat
hamba-Ku itu; apakah dilaksanakannya dengan sempurna atau tidak'. Jika
shalatnya sempurna maka ditulis sempurna, namun jika shalatnya tidak
sempurna maka dikatakan, 'Perhatikanlah, apakah ada amalan shalat
sunatnya atau tidak. Jika ada maka sempurnakan shalat wajibnya yang
kurang dengan shalat sunatnya. Kemudian baru diperiksa amalannya yang
lain berdasarkan penilaian shalat wajibnya tersebut'."
Abu 'Amru ibn Abdul Birr berkata, "Penyempurnaan shalat wajib
yang tidak sempurna dengan melaksanakan shalat sunat hanya berlaku bagi
orang yang lupa melaksanakan shalat wajib atau shalat wajib
dilaksanakannya namun ia lupa membaguskan rukuk dan sujudnya karena ia
tidak tahu. Adapun orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja atau
tertinggal salah satu dari rukunnya lalu ia ingat hal itu tapi sengaja tidak
diulangnya dan ia hanya sibuk dengan shalat sunatnya, maka shalat sunat
tidak dapat menyempurnakan shalat wajibnya.
Diriwayatkan dari Abdullah ibn Qirth, bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Barangsiapa melaksanakan shalat tapi tidak menyempurnakan
rukuk dan sujudnya serta kekhusyu'annya, maka ia sebaiknya
memperbanyak bacaan dzikirnya setelah shalat supaya shalatnya menjadi
sempurna."
Setiap orang Islam wajib menjaga shalat wajib dan melaksanakannya
dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang diperintahkan, yaitu
menyempurnakan rukuk dan sujudnya serta melaksanakannya dengan
khusyu'. Jika kurang salah satu dari hal tersebut, maka ia berusahalah
membaguskan shalat sunatnya dengan melaksanakannya secara sungguh￾sungguh. Orang yang tidak membaguskan shalat wajib, biasanya tidak
membaguskan shalat sunatnya. Bahkan shalat sunatnya penuh dengan
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena ia biasanya menganggap
shalat sunat tidak seperti shalat wajib sehingga ia meremehkannya. Demi
Allah, orang-orang yang alim menjadikan shalat sunat itu sama seperti shalat
wajib, bahkan mewajibkan shalat itu bagi diri mereka.Jika keadaannya demikian, maka mereka termasuk golongan atau
generasi penyia-nyiaan shalat yang disebut dalam firman Allah SWT: Maka
datanglah sesudah mereka penggonti [yang jelekJ yang menyia-nyiakan
shalal dan memperturutkan hawo nafsunya, maka mereka kelak akon
menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59)
Para ulama berkata, "Menyia-nyiakan shalat adalah tidak
memperhatikan waktu, wudhu', dan kesempurnaan rukuk serta sujudnya dan
lain-lain yang seumpama dengan itu, walaupun shalat dilaksanakannya.
Mereka juga berkata, "Barangsiapa yang tidak mengerjakan shalat
sama sekali, maka ia telah kafir."
Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan dibalasi shalat orang yang tidak
meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud." (HR. at-Tirmidzi dari
Abu Mas'ud al-Anshari)
Asy-Syaf i, Ahmad, dan Ishaq mengatakan, "Orang yang tidak lurus
punggungnya ketika rukuk dan sujud maka shalatnya rusak, karena
Rasulullah saw bersabda, 'Tidak akan dibalasi shalat orang yang tidak
meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud'."
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Hudzaifah al-Yamani melihat
seseorang melaksanakan shalat namun tidak menyempurnakan rukuk dan
sujudnya, maka ketika orang itu selesai melaksanakan shalatnya, ia berkata
kepadanya, "Kamu belum melaksanakan shalat; jika kamu mati, maka mati
kamu itu tidak diatas Sunnah Nabi Muhammad."
An-Nasa'i juga meriwayatkan dari Hudzaifah al-Yamani, bahwa ia
melihat seseorang melaksanakan shalat namun tidak menyempurnakan rukuk
dan sujudnya, maka ia berkata kepadanya, "Sudah berapa lama kamu shalat
seperti ini?" Orang itu menjawab, "Sejak empat puluh tahun yang lalu." Ia
lalu berkata lagi kepada orang itu, "Kamu belum melaksanakan shalat
selama itu; jika kamu mati, maka mati kamu itu tidak diatas fitrah Nabi
Muhammad."
Banyak sekali riwayat yang menyatakan tentang hal tersebut yang
telah kami paparkan diberbagai bab dalam kitab ini.
Diriwayatkan oleh an-Nasa'i dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
saw bersabda, "Amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba di akhirat
adalah shalatnya. Jika shalatnya sempurna maka ditulis sempurna, namun
jika shalatnya itu tidak sempurna maka dikatakan, 'Lihatlah kalau ada
amalan shalat sunatnya untuk menyempurnakan shalat wajibnya'."
Sempurnakanlah Sujud dan Rukuk ketika Shalat
Perkataan Abu Hanifah yang berbunyi "seseorang sudah bisa
dikatakan melaksanakan shalat jika sudah dipenuhinya semua rukunnya,
seperti rukuk dan sujud, walaupun rukuk dan sujudnya tidak sempurna,"
tidak bisa diterima, sebab (seperti kata lbn al-Qasim) orang yang tidak
menyempurnakan shalatnya tennasuk orang yang mempermainkan shalatnya
dan mendapat celaan dari perbuatannya itu, karena Rasulullah saw
mengatakan bahwa shalat yang demikian adalah shalatnya orang munafik
yang hanya mengingat Allah sedikit dalam shalatnya. Di samping itu,
banyak hadits-hadits shahih yang menyatakan rusaknya shalat orang yang
seperti itu (sebagaimana kami terangkan sebelumnya). Di antaranya hadits
Rasulullah saw yang berbunyi, "Besarkanlah Allah SWT ketika rukuk dan
bersungguh-sungguhlah berdoa kepada-Nya ketika sujud; mudah-mudahan
dikabulkan doamu itu."
Imam Malik (di dalam kitab Muwaththa'nya) menyebutkan bahwa
Rasulullah saw pernah bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "Bagaimana
menurutmu tentang orang yang meminum khamar, orang yang mencuri, dan
orang yang zina?" (Rasulullah saw menanyakan hal ini kepada mereka
sebelum turun ayat yang berkenaan tentang itu) Mereka menjawab, "Allah
dan Rasul-Nyayang mengetahuinya." Beliau berkata, "Semua perbuatan itu
keji dan mendapat balasan dari Allah SWT, dan seburuk-buruk pencuri
adalah orang yang mencuri shalatnya." Mereka bertanya, "Bagaimanakah
caranya, wahai Rasulullah?" Ia menjawab, "la tidak menyempurnakan rukuk
dan sujudnya."
Rasulullah saw bersabda, "Jika salah seorang di antaramu
membaguskan shalatnya dan menyempurnakan rukuk serta sujudnya, maka
shalat berkata, 'Mudah-mudahan kamu dipelihara oleh Allah sebagaimana
kamu telah memeliharaku'. Lalu shalat itu diangkat ke langit.
Akan tetapijika ia tidak melaksanakan bagian shalat lainnya dengan
bagus dan tidak menyempurnakan rukuk serta sujudnya, maka shalat itu
berkata, 'Mudah-mudahan kamu disia-siakan oleh Allah sebagaimana kamu
telah menyia-nyiakanku'. Kemudian shalat itu dilipat seperti pakaian dan
dipukulkan ke wajah orang yang melakukannya.
Jadi barangsiapa tidak menjaga waktu-waktu shalat, ia tidak menjaga
shalat itu sendiri. Demikian juga dengan orang yang tidak menjaga wudhu',
rukuk, dan sujudnya. Barangsiapa tidak menjaga shalat berarti ia telah
menyia-nyiakannya, dan orang yang menyia-nyiakan shalat lebih menyia￾nyiakan halyang lain.
Orang yang menjaga shalat berarti menjaga agamanya, dan orang yang
tidak melaksanakan shalat adalah orang yang tidak beragama. (HR. Abu
Daud ath-Thayalisi dari 'Ubadah ibn ash-Shamit) Tidak Menolong Orang yang Teraniaya
Diriwayatkan dari Sa'id al-Khudri, bahwa ia mendengar Rasulullah
saw bersabda, "Allah SWT menanyai hamba-Nya di akhirat dengan berkata,
'Apakah yang menghalangimu dari mengingkari kemunkaran yang kamu
lihat'." Maka ketika Allah mendiktekan alasan hamba, "Wahai Tuhanku, aku
hanya mengharapkan-Mu, dan aku memisahkan diri dari manusia." (HR. lbn
Majah)
Diriwayatkan juga dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Jangan hanya berdiam diri ketika melihat ayat Allah diperolok￾olokkan orang. Orang yang demikian akan ditanya di akhirat, 'Apakah yang
menghalangimu mencegah kemunkaran ucapan yang kamu lihat?' la
menjawab, 'Wahai Tuhanku, aku tidak mau mencegahnya karena takut
kepada manusia'. AIlah menjawab, 'Menjauhlah dari-Ku karena Akulah
yang seharusnya kamu takuti."' (Diriwayatkan oleh al-Faryabi)
Rasulullah saw bersabda, " Kalian janganlah mendekati tempat yang
sedang terjadi penganiayaan terhadap seseorang, karena laknat Allah turun
dari langit terhadap orang-orang yang berada di sekitar tempat penganiayaan
itu (melihatnya namun tidak berusaha menolongnya). (HR. Abu Nu'aim al￾Hafidz dari Ibn 'Abbas. Hadits tersebut gharib dari Asad dan 'lkrimah.
Sepengetahuanku, hadits tersebut hanya diriwayatkan melalui Mandil ibn al￾Ghanawi)
Anggota Tubuh Manusia Menjadi Saksi di Hari Kiamat
Allah SWT berfirman:
Pada hori ini Kami tutup mulut mereko, dan berkatalah kepada Kami
tongan mereka dan memberi kesalcsianlah kaki mereko terhadap apa yqng
dahulu mereka usahakan. (QS. Yasin: 65)
... Pada hari ketika lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi sal$i atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. an-Nur: 24)
Dan mereka berkata kepada kulit