Yohanes 1-16 4

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 4



 :13), dan bukan membawa bayang-

bayang hukum Taurat, yang seperti air, merupakan 

unsur-unsur yang lemah dan miskin. Tempayan ini 

yaitu  tempayan air, yang sebelumnya tidak pernah 

digunakan untuk menampung anggur, dan terbuat 

dari batu, yang cenderung tidak dapat menahan aro-

ma minuman keras sebelumnya, kalaupun dipakai 

untuk diisi anggur. Tempayan-tempayan itu masing-

masing berisi dua tiga buyung, dua atau tiga bat, 

atau efa, ukurannya tidak pasti, namun   sangat ba-

nyak. Kita bisa yakin bahwa semua anggur ini tidak 

dimaksudkan untuk diminum sekaligus pada pesta 

ini, namun   sebagai kebajikan yang lebih besar yang 

diberikan kepada pasangan pengantin baru itu, se-

perti halnya minyak yang berlipat ganda bagi si jan-

da miskin, yang darinya ia bisa membayar utangnya 

dan hidup dari lebihnya (2Raj. 4:7). Kristus memberi 

seperti diri-Nya sendiri, dan Ia memberi dengan 

berkelimpahan, menurut kekayaan kemuliaan-Nya. 

Bahasa penulis Injil inilah yang mengatakan bahwa 

tempayan-tempayan itu masing-masing berisi dua 

tiga buyung, sebab Roh Kudus tentu dapat memasti-

kan dengan persis seberapa banyak isinya, dan de-

ngan demikian hal ini (seperti dalam pasal 6:19) 

mengajar kita untuk berbicara dengan hati-hati, dan 

tidak mudah yakin, tentang hal-hal yang tidak kita 

ketahui dengan pasti. 

Kedua, tempayan-tempayan itu diisi penuh dengan 

air oleh para pelayan atas perintah Kristus (ay. 7). Se-

perti Musa, seorang hamba Tuhan, yang pergi ke gu-

nung batu untuk memperoleh air saat  Tuhan menyu-

ruhnya, demikian pula hamba-hamba ini pergi ke tem-

payan air untuk memperoleh anggur saat  Kristus me-

nyuruh mereka. Perhatikanlah, seperti halnya tidak ada 

yang sulit bagi tangan kuasa Tuhan  , demikian pula tidak 

ada yang mustahil di dalam perintah-perintah-Nya.    

Ketiga, mujizat itu dibuat secara tiba-tiba, dan de-

ngan begitu rupa sehingga menjadikannya sebagai mu-

jizat besar.  

a.  Segera sesudah  mereka mengisi tempayan, Ia lang-

sung berkata, “Sekarang cedoklah” (ay. 8), dan ini 

dilakukan,  

(a)  Tanpa tata cara apa pun, di hadapan banyak 

orang. Orang mungkin menyangka, seperti 

Naaman, bahwa seharusnya Kristus datang ke 

luar dan berdiri memanggil nama TUHAN (2Raj. 

5:11). Tidak, Ia tetap duduk di tempat-Nya, tanpa 

mengatakan sepatah kata pun, melainkan hanya 

menghendaki apa yang hendak dijadikan-Nya itu, 

dan bersamaan dengan itu mengerjakannya. Per-

hatikanlah, Kristus melakukan perkara-perkara 

besar dan ajaib tanpa ribut-ribut, Ia mengerjakan 

perubahan-perubahan besar dengan cara yang 

tersembunyi. Kadang-kadang Kristus, dalam 

membuat mujizat, menggunakan kata-kata dan 

tanda-tanda, namun   hal itu dilakukan-Nya untuk 

orang banyak yang berdiri mengelilingi-Nya 

(11:42).  

(b) Tanpa keraguan atau ketidakpastian sedikit pun 

di dalam hati-Nya. Ia tidak berkata, “Cedoklah se-

karang,” dan “Biarlah Aku mencicipinya terlebih 

dulu apakah sudah sesuai dengan apa yang Aku 

kehendaki.” Sebaliknya, dengan penuh keyakin-

an yang sulit terbayangkan, meskipun itu mujizat 

pertama-Nya, Ia malah menyuruh mereka mem-

bawanya kepada pemimpin pesta terlebih dulu. 

Seperti halnya Ia mengetahui apa yang akan dila-

kukan-Nya, demikian pula Ia tahu apa yang da-

pat dilakukan-Nya, dan di dalam bekerja Ia tidak 

mencoba-coba terlebih dulu. Segala yang diper-

buat-Nya baik, sangat baik, bahkan pada tahap 

awalnya.   

b.  Yesus Tuhan kita menyuruh para pelayan,  

(a) Untuk mencedoknya, dan tidak membiarkannya 

di tempayan begitu saja untuk dikagumi, melain-

kan untuk dicedok, dan diminum. Perhatikanlah,  

[a] Semua pekerjaan Kristus yaitu  untuk digu-

nakan. Ia tidak memberikan talenta kepada 

orang hanya untuk dipendam, melainkan un-

tuk diusahakan. Bukankah Ia telah meng-

ubah airmu menjadi anggur, memberimu pe-

ngetahuan dan kasih karunia? Hal itu untuk 

kepentingan bersama, dan sebab  itu cedok-

lah sekarang.  

[b] Orang-orang yang ingin mengenal Kristus ha-

rus mencoba mendengarkan-Nya dulu, harus 

menuruti-Nya dalam menggunakan sarana-

sarana yang biasa, dan baru kemudian dapat 

mengharapkan dampak yang luar biasa pada 

diri mereka. Apa yang disimpan bagi semua 

orang yang takut akan Tuhan   dilakukan bagi 

orang yang berlindung pada-Nya (Mzm. 

31:20), dan sebab  itu, dengan tindakan 

iman, mereka akan mencedok apa yang ter-

simpan bagi mereka itu.  

(b) Untuk membawanya kepada pemimpin pesta. Me-

nurut sebagian orang sang pemimpin pesta ini 

hanya satu orang, yaitu seorang tamu yang pa-

ling terhormat, yang duduk di kepala meja. Akan 

namun  , jika memang demikian, tentulah Yesus 

Tuhan kita yang seharusnya menduduki tempat 

itu, sebab bila dilihat dari segala segi, Dialah 

tamu yang paling utama. Namun tampaknya ada 

orang lain yang sudah menduduki tempat yang 

terpenting itu, mungkin orang yang sangat meng-

inginkannya (Mat. 23:6), dan memilihnya (Luk. 

14:7), dan Kristus, sesuai dengan aturan yang 

diberikan-Nya sendiri, duduk di tempat yang pa-

ling rendah. Akan namun  , meskipun tidak diperla-

kukan sebagai Pemimpin pesta, Ia membuktikan 

diri-Nya sebagai seorang teman dalam pesta itu, 

jika bukan penyelenggara pesta itu, bisa dikata-

kan, Dialah penderma yang paling baik bagi 

pesta itu. Orang lain lagi berpikir bahwa pemim-

pin pesta ini yaitu  seorang pengawas pesta, 

pengatur pesta, yang bertugas untuk memasti-

kan bahwa setiap orang sudah mendapatkan ba-

giannya dan tidak ada yang mendapat lebih, 

bahwa segala sesuatu berjalan baik dan tidak 

kacau. Perhatikanlah, pesta membutuhkan se-

orang pemimpin, sebab  terlalu banyak orang 

yang tidak bisa menguasai diri mereka sendiri 

bila ada di dalam pesta. Sebagian orang lagi ber-

pikir bahwa si pemimpin pesta ini yaitu  seorang 

rohaniwan, seorang imam atau orang Lewi yang 

memintakan berkat dan mengucapkan syukur, 

dan Kristus ingin agar satu cangkir dibawakan 

kepadanya supaya ia bisa memberkatinya, dan 

memuji Tuhan   sebab nya, sebab tanda-tanda luar 

biasa dari kehadiran dan kuasa Kristus tidak di-

maksudkan untuk menggantikan, atau mem-

buang, segala aturan dan tata cara yang biasa 

dilakukan dalam kesalehan dan ibadah.         

Keempat, anggur yang disediakan secara ajaib itu 

yaitu  jenis anggur yang terbaik dan termahal, yang di-

akui oleh sang pemimpin pesta itu sendiri. Bahwa ang-

gur itu memang enak, dan bukan khayalannya semata, 

tidaklah diragukan lagi, sebab  ia tidak tahu dari mana 

datangnya anggur itu (ay. 9-10).  

1.  Sudah pasti bahwa ini memang anggur. Pemimpin 

pesta itu mengetahuinya saat  ia meminumnya, 

meskipun ia tidak tahu dari mana datangnya. Para 

pelayan tahu dari mana datangnya anggur itu, namun   

mereka belum mencicipinya. Seandainya yang men-

cicipi anggur melihat saat  mereka mencedok ang-

gur, atau seandainya yang mencedok anggur sudah 

mencicipinya, maka mungkin orang bisa mengata-

kan bahwa itu hanyalah khayalan mereka saja. Na-

mun, sekarang tidak ada lagi alasan yang bisa dipa-

kai untuk merasa curiga.  

2.  Bahwa anggur itu yaitu  anggur yang paling baik. 

Perhatikanlah, pekerjaan-pekerjaan Kristus dengan 

sendirinya akan dipuji bahkan oleh orang-orang 

yang tidak mengetahui siapa yang mengerjakannya. 

Apa yang dihasilkan dari suatu mujizat selalu meru-

pakan hasil yang terbaik. Anggur ini memiliki  

aroma yang lebih kuat dan rasa yang lebih baik 

dibandingkan  anggur biasa. Dengan air muka yang se-

nang hal ini diberitahukan pemimpin pesta kepada 

mempelai laki-laki sebagai sesuatu yang tidak lazim. 

(1) Cara yang biasa dipakai yaitu  sebaliknya. Ang-

gur yang baik dikeluarkan saat  pesta dimulai 

agar yang terbaik bisa langsung dinikmati saat 

itu, saat  pikiran para tamu masih jernih dan 

selera makan-minum mereka masih segar, agar 

mereka bisa mengecap rasa anggur itu, dan da-

pat menikmatinya, lalu memujinya. namun  , saat  

orang sudah puas minum, saat  kepala mereka 

sudah pusing dan nafsu makan atau minum te-

lah hilang, maka sia-sia saja memberikan anggur 

yang baik kepada mereka, bahkan anggur yang 

kurang baik pun bisa disajikan saja pada saat 

seperti itu. Lihatlah betapa sia-sianya semua ke-

nikmatan badani, cepat mengenyangkan namun   

tidak pernah memuaskan, makin lama dinikmati 

makin berkuranglah kesenangan yang diberikan-

nya.  

(2) Mempelai laki-laki ini merasa berterima kasih ke-

pada teman-temannya sebab  sudah menyimpan 

anggur yang terbaik yang disajikan dalam cang-

kir yang indah itu: engkau menyimpan anggur 

yang baik sampai sekarang. sebab  tidak tahu 

kepada siapa mereka harus berterima kasih un-

tuk anggur yang baik ini, sang pemimpin pesta 

mengucapkan rasa terima kasihnya atas hidang-

an itu kepada sang mempelai laki-laki. Ia tidak 

tahu bahwa Akulah yang memberinya gandum 

dan anggur (Hos. 2:7). Perhatikanlah: [1] Meski-

pun Kristus dalam memberikan persediaan yang 

begitu berlimpah kepada para tamu memboleh-

kan orang minum anggur dengan secukupnya, 

terutama pada masa-masa kesukaan besar (Neh. 

8:10), Ia tidak membatalkan peringatan yang di-

berikan-Nya sendiri, atau melanggarnya sedikit 

pun, yaitu bahwa hati kita, kapan pun, bahkan 

dalam pesta perkawinan, jangan sarat oleh pesta 

pora dan kemabukan (Luk. 21:34). saat  Kristus 

menyediakan begitu banyak anggur yang baik ke-

pada orang-orang yang sudah puas minum, Ia 

bermaksud mengajar mereka supaya mereka 

tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpah-

an. Menahan diri sebab  terpaksa bukanlah hal 

yang terpuji. Yang layak mendapat pujian yaitu   

jika pemeliharaan Tuhan   menganugerahkan kita 

kelimpahan kenikmatan indrawi, namun   kita 

hanya mau menikmatinya secukupnya dengan 

bantuan anugerah-Nya. Ia juga ingin agar ada 

sebagian anggur yang disisakan untuk meyakin-

kan orang lain akan kebenaran mujizat itu, 

sehingga mereka pun menjadi percaya. Dan kita 

memiliki  alasan untuk berpikir bahwa tamu-

tamu dalam pesta ini sangat sadar, atau setidak-

nya sekarang mereka sangat terperangah dengan 

kehadiran Kristus, sehingga tidak satu pun dari 

antara mereka yang meminum anggur ini secara 

berlebihan. Dua pertimbangan berikut ini, yang 

diambil dari cerita di atas, cukup untuk menjaga 

kita kapan saja untuk tidak tergoda dan bersikap 

berlebih-lebihan. Pertama, bahwa makanan dan 

minuman yaitu  karunia berlimpah oleh sebab  

kemurahan Tuhan   kepada kita, dan kita berutang 

kepada pengantaraan Kristus atas kebebasan 

dan kenyamanan dalam menikmatinya. sebab  

itu, kita menjadi orang yang tidak tahu berterima 

kasih dan sangat kurang ajar bila kita menye-

lewengkan kebebasan dan kenyamanan ini. 

Kedua, bahwa di mana pun kita berada, Kristus 

selalu melihat kita. Kita harus makan di hadapan 

Tuhan   (Kel. 18:12), dan kita tidak boleh makan 

seenaknya. [2] Ia telah memberi kita sebuah tela-

dan tentang cara yang dipakai-Nya dalam berhu-

bungan dengan orang-orang yang berhubungan 

dengan-Nya, yaitu menyimpan apa yang terbaik 

untuk kemudian, dan sebab  itu mereka harus 

mengandalkan kepercayaan bila berhubungan 

dengan Dia. Imbalan bagi pelayanan dan pekerja-

an mereka disimpan untuk dunia yang akan 

datang, dan ini merupakan kemuliaan yang akan 

disingkapkan kemudian. Kesenangan dosa mem-

beri nikmat pada awalnya, namun   menggigit bagai-

kan ular pada akhirnya. Sebaliknya, kesenangan 

agama akan terasa nikmat untuk selama-lama-

nya.   

III. Pada akhir cerita ini kita diberi tahu (ay. 11):  

1. Bahwa ini yaitu  yang pertama dari tanda-tanda yang diper-

buat Yesus. Banyak mujizat telah terjadi mengenai Dia pada 

saat kelahiran dan pembaptisan-Nya, dan diri-Nya sendiri ada-

lah mujizat yang terbesar dari semuanya. Namun, inilah muji-

zat pertama yang dibuat oleh-Nya. Ia bisa saja membuat muji-

zat saat  Ia bersoal jawab dengan alim-alim ulama di Bait 

Tuhan   dulu, namun   saat-Nya belum tiba. Ia memiliki  kuasa, 

namun   ada waktunya saat  kuasa-Nya itu tersembunyi.  

2. Bahwa dengan demikian Ia menyatakan kemuliaan-Nya. De-

ngan mujizat ini Ia membuktikan diri-Nya sebagai Anak Tuhan  , 

dan menunjukkan kemuliaan-Nya sebagai Anak tunggal Bapa. 

Ia juga memperlihatkan hakikat dan tujuan pekerjaan-Nya. 

Kuasa Tuhan   dan kasih karunia seorang Juruselamat, yang 

tampak dalam semua mujizat-Nya, terutama dalam mujizat 

ini, menyatakan kemuliaan Mesias yang sudah lama dinanti-

nantikan itu.  

3. Bahwa murid-murid-Nya percaya kepada-Nya. Mereka yang te-

lah dipanggil-Nya (ps. 1), yang belum melihat satu mujizat 

pun, namun mau mengikuti-Nya, kini melihat mujizat ini, ber-

bagi di dalamnya, dan iman mereka pun diteguhkan olehnya. 

Perhatikanlah:  

(1) Bahkan iman yang benar pada mulanya hanyalah iman 

yang lemah. Orang-orang yang paling kuat pada mulanya 

hanyalah bayi, begitu pula dengan orang-orang Kristen 

yang paling kuat rohaninya.  

(2) Pernyataan atau perwujudan kemuliaan Kristus merupa-

kan peneguhan yang kuat atas iman orang Kristen. 

Para Pedagang di Bait Suci Diusir;  

Kematian dan Kebangkitan Kristus Diberitahukan  

(2:12-22) 

12 Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibu-Nya 

dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ 

hanya beberapa hari saja. 13 saat  hari raya Paskah orang Yahudi sudah 

dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya peda-

gang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar 

uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka 

semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; 

uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka 

dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil se-

muanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat 

berjualan.” 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta 

untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” 18 Orang-orang Yahudi menantang 

Yesus, katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bah-

wa Engkau berhak bertindak demikian?” 19 Jawab Yesus kepada mereka: 

“Rombak Bait Tuhan   ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kem-

bali.” 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun 

orang mendirikan Bait Tuhan   ini dan Engkau dapat membangunnya dalam 

tiga hari?” 21 namun   yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Tuhan   ialah tubuh-

Nya sendiri. 22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah 

teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mere-

ka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucap-

kan Yesus. 

Di sini kita melihat: 

I.   Kunjungan singkat Kristus ke Kapernaum (ay. 12). Kapernaum 

yaitu  kota yang luas dan padat penduduknya, jauhnya kira-kira 

satu hari perjalanan dari Kana. Kota ini disebut kota-Nya sendiri 

(Mat. 9:1), sebab  Ia menjadikannya sebagai pangkalan-Nya di 

wilayah Galilea, dan betapa sedikitnya istirahat yang didapat-Nya 

di sana! Kota ini merupakan tempat berkumpul orang banyak, 

dan sebab  itu Kristus memilihnya, agar ketenaran ajaran dan 

mujizat-mujizat-Nya bisa menyebar dari sana ke tempat-tempat 

yang lain. 

  

Perhatikanlah:      

1. Teman seperjalanan yang menyertai-Nya ke sana: ibu-Nya, 

saudara-saudara-Nya, dan murid-murid-Nya. Ke mana pun 

Kristus pergi,  

(1)  Ia tidak akan pergi sendiri, namun   akan mengajak bersama-

Nya orang-orang yang telah mempercayakan diri mereka ke 

dalam bimbingan-Nya, supaya Ia dapat mengajar mereka 

dan agar mereka bisa menyaksikan mujizat-mujizat-Nya.  

(2) Ia tidak bisa pergi sendiri, mereka pasti akan mengikuti-

Nya, sebab mereka suka dengan manisnya ajaran-Nya atau 

anggur-Nya (6:26). Ibu-Nya tetap mengikuti-Nya, meskipun 

sebelumnya Kristus menyadarkannya bahwa dalam pela-

yanan-pelayanan-Nya Ia tidak boleh menghormatinya lebih 

dibandingkan  orang lain. Ibu-Nya mengikuti-Nya bukan untuk 

menjadi pengantara bagi-Nya, melainkan untuk belajar 

dari-Nya. Ikut pula dalam perjalanan ini saudara-saudara 

dan kerabat-kerabat-Nya, yang sebelumnya menghadiri 

pesta perkawinan bersama-Nya dan menjadi tergerak oleh 

mujizat di sana, dan juga murid-murid-Nya, yang meng-

ikuti-Nya ke mana pun Ia pergi. Tampaknya orang banyak 

tersentuh oleh mujizat-mujizat Kristus pada waktu pertama 

lebih dibandingkan  sesudahnya, saat  mujizat-mujizat itu 

tampak tidak begitu mengherankan lagi sebab  sudah 

biasa disaksikan.     

2.  Lama tinggal-Nya di situ, yang pada kali ini hanya beberapa 

hari saja, sebab  Ia hanya ingin melihat-lihat kota itu saja ter-

lebih dahulu sebelum tinggal agak lama nantinya. Kristus se-

lalu berpindah-pindah tempat, Ia tidak ingin membatasi man-

faat yang bisa diberikan-Nya hanya kepada satu tempat, kare-

na banyak orang membutuhkan-Nya. Dengan demikian Ia 

hendak mengajar para pengikut-Nya agar mereka melihat diri 

mereka hanya sebagai pelancong di dunia ini, dan mengajar 

hamba-hamba-Nya agar mereka segera memanfaatkan pe-

luang-peluang yang ada, dan pergi ke mana pun pekerjaan 

mereka membawa mereka. Kita tidak mendapati Kristus di 

rumah-rumah ibadah pada saat itu, Ia hanya mengajar saha-

bat-sahabat-Nya secara pribadi, dan dengan demikian Ia me-

mulai pekerjaan-Nya secara bertahap. Sungguh baik bila ham-

ba-hamba Tuhan yang masih muda membiasakan diri mende-

ngarkan secara pribadi perkataan yang saleh dan membangun, 

sehingga dengan persiapan yang lebih baik dan perasaan hor-

mat yang lebih besar mereka dapat memulai pekerjaan mereka 

di hadapan orang banyak. Ia tidak tinggal lama di Kapernaum, 

sebab  hari raya Paskah sudah dekat, dan Ia harus meraya-

kannya di Yerusalem. Segala sesuatu itu indah pada waktu-

nya. Yang kurang baik haruslah mengalah demi yang lebih 

baik, dan segala tempat kediaman Yakub harus mengalah 

demi pintu-pintu gerbang Sion.      

II.  Paskah yang dirayakan-Nya di Yerusalem. Ini yaitu  Paskah per-

tama sesudah  pembaptisan-Nya, dan penulis Injil ini mencatat 

semua Paskah yang dirayakan-Nya sesudahnya, yang semuanya 

ada empat, dan Paskah keempat yaitu  saat  Ia dihukum dan 

menderita (tiga tahun sesudah  ini), dan sekarang baru setengah 

tahun berlalu sejak pembaptisan-Nya. Kristus, sebab  takluk ke-

pada hukum Taurat, merayakan hari Paskah di Yerusalem (Kel. 

23:17). Dengan demikian, Ia mengajar kita melalui teladan-Nya 

agar kita menjalankan ketetapan-ketetapan ilahi dengan ketat 

dan menghadiri perkumpulan-perkumpulan ibadah dengan rajin. 

Ia berangkat ke Yerusalem saat  hari raya Paskah orang Yahudi 

sudah dekat, supaya Ia bisa termasuk orang-orang pertama yang 

sampai di sana. Paskah ini disebut Paskah orang Yahudi, sebab  

hari raya ini khusus dirayakan oleh umat Yahudi (Kristus yaitu  

Paskah kita), namun tidak lama lagi Tuhan   tidak akan mengakui 

perayaan ini sebagai perayaan-Nya. Kristus selalu merayakan 

Paskah di Yerusalem setiap tahun, sejak Ia berumur dua belas 

tahun, untuk mematuhi hukum Taurat. Akan namun  , sebab  seka-

rang Ia telah memulai masa pelayanan-Nya kepada orang banyak, 

kita bisa mengharapkan sesuatu yang lebih dari-Nya dibanding-

kan dengan sebelumnya, dan di sini ada dua hal yang diberitahu-

kan tentang apa yang diperbuat-Nya di sana:   

1.  Ia membersihkan Bait Suci (ay. 14-17).  

Perhatikanlah di sini: 

(1) Tempat pertama kita mendapatkan Kristus di Yerusalem 

yaitu  di Bait Suci, dan sepertinya Ia tidak muncul di 

hadapan orang banyak sebelum Ia datang ke sana, sebab 

kehadiran dan pengajaran-Nya di situ merupakan keme-

gahan rumah yang kemudian yang akan melebihi kemegah-

annya yang semula (Hag. 2:10). Sudah dinubuatkan (Mal. 

3:1) bahwa “Aku akan menyuruh utusan-Ku,” Yohanes Pem-

baptis. Ia tidak pernah mengajar di Bait Suci, namun   Tuhan 

yang kamu cari, Ia dengan tiba-tiba akan masuk ke bait-

Nya, secara tiba-tiba sesudah  kemunculan Yohanes Pem-

baptis. Dengan demikian, sekarang inilah saatnya, dan di 

Bait Sucilah Mesias harus dinantikan.  

(2) Pekerjaan pertama yang kita lihat dilakukan Kristus di Bait 

Suci yaitu  membersihkan tempat itu, sebab demikianlah 

yang sudah dinubuatkan di sana (Mal. 3:2-3): Ia akan 

duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan pe-

rak; dan Ia mentahirkan orang Lewi. Sekaranglah tiba masa 

pembaharuan. Kristus datang untuk menjadi Sang Pem-

baharu agung, dan sama seperti cara membaharui yang 

dilakukan raja-raja Yehuda, Ia pertama-tama membersih-

kan apa yang salah (dan ini dulu merupakan pekerjaan 

pada hari raya Paskah juga, seperti pada masa Hizkia, 

2Taw. 30:14-15, dan pada masa Yosia, 2Raj. 23:4, dst.), 

dan baru kemudian Ia mengajar mereka untuk berbuat 

kebaikan. Pertama buanglah ragi yang lama itu, kemudian 

barulah kita merayakan pesta. Dengan datang ke dunia, 

Kristus memiliki  rancangan untuk memperbaharui du-

nia, dan Ia mengharapkan agar semua orang yang datang 

kepada-Nya memperbaharui hati dan hidup mereka (Kej. 

35:2). Dan hal ini telah diajarkan-Nya melalui pembersihan 

Bait Suci ini.  

Lihatlah di sini:   

[1]  Apa itu kecemaran-kecemaran yang harus dibersihkan. 

Ia menemukan sebuah pasar di salah satu pelataran 

Bait Suci, yang disebut dengan pelataran bangsa-bang-

sa lain, di dalam gunung Bait Suci.  

Di sana:  

Pertama, ada penjual-penjual lembu, kambing domba 

dan merpati, untuk hewan persembahan. Pastilah he-

wan-hewan ini bukan untuk keperluan biasa, melain-

kan untuk memudahkan orang-orang yang datang dari 

luar Yerusalem, yang tidak bisa membawa-bawa hewan 

itu dengan nyaman sepanjang perjalanan (Ul. 14:24-26). 

Pasar ini mungkin dulu berada di dekat kolam Betesda 

(5:2), namun   sekarang diperbolehkan masuk ke dalam 

Bait Suci oleh imam-imam kepala, supaya mereka bisa 

mendapat uang kotor darinya. sebab  pastilah uang 

sewa untuk berdagang di situ, dan biaya untuk meme-

riksa hewan-hewan yang dijual di sana dan mengeluar-

kan sertifikat bahwa hewan-hewan itu tidak bercela, 

akan mendatangkan penghasilan yang sangat besar 

bagi mereka. Kecemaran-kecemaran besar di dalam 

gereja timbul sebab  cinta akan uang (1Tim. 6:5-10).  

Kedua, ada juga penukar-penukar uang, untuk me-

mudahkan orang-orang yang setiap tahun harus mem-

bayar pajak persis setengah syikal, yang berbentuk 

uang logam, sebagai biaya untuk pelayanan di Bait Suci 

(Kel. 30:12), dan mereka juga pasti bisa mendapatkan 

keuntungan dari penukaran uang ini. 

[2] Apa cara yang ditempuh Tuhan kita untuk membersih-

kan kecemaran-kecemaran itu. Ia sudah melihat se-

muanya ini di Bait Suci sebelumnya, saat  Ia masih 

belum memulai pelayanan umum-Nya, namun   Ia tidak 

pernah bangkit untuk mengusir mereka sampai seka-

rang, saat  Ia telah menampakkan jati diri-Nya sebagai 

seorang nabi di hadapan orang banyak. Ia tidak menge-

luh kepada imam-imam kepala sebab  Ia tahu bahwa 

mereka sendiri memperbolehkan segala kecemaran itu.  

namun  , Ia sendiri:  

Pertama, mengusir kambing domba dan lembu, beser-

ta para penjualnya, dari Bait Suci. Ia tidak pernah se-

cara paksa menghalau orang masuk ke dalam Bait Suci. 

Paksaan hanya dipakai-Nya untuk mengusir orang-

orang yang mencemarkan Bait Suci itu. Ia tidak me-

nangkap kambing domba dan lembu untuk diri-Nya 

sendiri. Ia tidak merampas dan mengambil bagi diri-Nya 

sendiri, meskipun Ia melihat bahwa hewan-hewan itu-

lah yang merupakan pelanggar-pelanggar yang sesung-

guhnya yang menerobos masuk ke tanah milik Bapa-

Nya. Ia hanya mengusir semua hewan itu, beserta para 

pemiliknya. Ia membuat cambuk dari tali, yang mung-

kin sebelumnya dipakai oleh mereka untuk menggiring 

kambing domba dan lembu mereka, dan mengusir me-

reka semua dari Bait Suci, dari tempat di mana Kristus 

telah mengumpulkan mereka. Orang-orang berdosa me-

nyiapkan cambuk yang akan dipakai untuk mengusir 

mereka sendiri dari Bait Tuhan  . Ia tidak membuat cam-

buk untuk menghukum para pelanggar aturan (hukum-

an-Nya bagi mereka berbeda sifatnya), namun   hanya un-

tuk mengusir ternak-ternak itu. Tidak ada yang diingin-

kan-Nya selain dibandingkan  pembaharuan (Rm. 13:3-4; 

2Kor. 10:8). 

Kedua, dihamburkan-Nya ke tanah uang penukar-

penukar, to kerma – uang kecil – Nummorum Famulus. 

Dengan menghamburkan uang itu, Ia menunjukkan 

ketidaksukaan-Nya akan uang. Ia melemparkannya ke 

tanah, ke bumi, sebab  seperti begitulah uang itu ada-

nya. Dengan membalikkan meja-meja itu, Ia menunjuk-

kan ketidaksenangan-Nya terhadap orang-orang yang 

menjadikan agama sebagai sarana untuk memperoleh 

keuntungan duniawi. Penukar-penukar uang di Bait 

Suci menajiskan tempat itu. Perhatikanlah, dalam me-

ngerjakan pembaharuan, sungguh baik jika kita melak-

sanakannya secara menyeluruh dan tuntas. Ia mengusir 

mereka semua. Ia tidak hanya menghamburkan uang, 

namun   juga, dengan membalikkan meja-meja, Ia mem-

bubarkan perdagangan itu sekaligus.       

Ketiga, kepada pedagang-pedagang merpati (hewan 

persembahan bagi kaum miskin) Ia berkata, “Ambil se-

muanya ini dari sini.” Walaupun burung-burung mer-

pati tidak begitu menyita banyak tempat, dan tidak be-

gitu banyak membuat kegaduhan seperti kambing dom-

ba dan lembu, burung-burung itu tidak diperbolehkan 

berada di sana. Burung pipit dan burung layang-layang 

yang dengan pemeliharaan Tuhan   (Mzm. 84:4) hinggap di 

Bait Suci tentu diperbolehkan, namun   tidak demikian 

dengan burung merpati, yang dimanfaatkan bagi keun-

tungan manusia. Bait Tuhan   tidak boleh dijadikan sa-

rang burung merpati. Namun demikian, lihatlah hikmat 

Kristus dalam cinta-Nya yang membara ini. Sewaktu Ia 

mengusir kambing domba dan lembu, para pemiliknya 

bisa saja mengejar hewan-hewan itu, dan sewaktu Ia 

menghamburkan uang, para pedagang bisa saja me-

ngumpulkannya kembali, namun   jika Ia melepaskan bu-

rung-burung merpati, maka burung-burung itu akan 

terbang dan tidak bisa didapat lagi. Oleh sebab  itu, 

kepada pedagang-pedagang burung merpati Ia hanya 

berkata, “Ambillah semuanya ini dari sini.” Perhatikan-

lah, kebijaksanaan haruslah selalu membimbing dan 

mengatur semangat kita yang membara, agar kita tidak 

berbuat sesuatu yang tidak patut kita perbuat, atau 

yang membahayakan orang lain.  

Keempat, Ia memberikan alasan yang baik kepada 

mereka atas perbuatan-Nya itu: jangan kamu membuat 

rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan. Tindakan 

paksa untuk meluruskan harus disertai dengan alasan 

yang membenarkan.   

a. Inilah alasan mengapa mereka tidak boleh mence-

markan Bait Suci, sebab  itu yaitu  rumah Tuhan  , 

dan tidak boleh dijadikan rumah untuk berjual beli. 

Berjual beli yaitu  hal yang baik jika dilakukan di 

pasar, namun   tidak di Bait Suci. Dengan berbuat de-

mikian, maka mereka, 

(a) Merampas apa yang dipersembahkan bagi kehor-

matan Tuhan  . Ini merupakan tindakan pencemar-

an, perampokan terhadap Tuhan  . 

(b) Merendahkan apa yang khidmat dan agung, dan 

membuatnya hina.  

(c) Mengganggu dan menghalangi ibadah yang seha-

rusnya dijalankan dengan khidmat, sungguh-

sungguh, dan khusyuk. Perbuatan mereka itu 

terutama menghina ibadah orang-orang asing ka-

rena mereka dipaksa berkumpul bersama kam-

bing domba dan lembu, dan ibadah mereka pun 

menjadi terganggu sebab  kegaduhan pasar, se-

bab pasar ini berada di pelataran bagi bangsa-

bangsa bukan-Yahudi.  

(d) Membuat kepentingan agama tunduk kepada ke-

pentingan duniawi, sebab kekudusan tempat itu 

pasti membuat pasar ini ramai dan membuat 

barang dagangan mereka laris. Orang-orang yang 

menjadikan rumah Tuhan   sebagai rumah dagang 

yaitu  mereka,  

[a] Yang pikirannya dipenuhi dengan perkara-

perkara duniawi saat  mereka sedang beriba-

dah, seperti yang digambarkan dalam Amos 

8:5; Yehezkiel 33:31.  

[b]  Yang memanfaatkan jabatan rohaninya untuk 

mendapatkan uang kotor, dan menjual karu-

nia-karunia Roh Kudus (Kis. 8:18). 

b.  Inilah alasan mengapa Ia harus membersihkannya, 

yaitu sebab  Bait Suci yaitu  Rumah Bapa-Nya. 

Dan,  

(a) Oleh sebab  itu, Ia memiliki  wewenang untuk 

membersihkannya, sebab Ia berlaku setia, seba-

gai Anak yang mengepalai rumah-Nya (Ibr. 3:5-6). 

Dengan memanggil Tuhan   sebagai Bapa-Nya, Ia 

menunjukkan bahwa diri-Nya yaitu  Mesias, 

yang tentang Dia dikatakan, “Dialah yang akan 

mendirikan rumah bagi nama-Ku, dan Aku akan 

menjadi Bapanya” (2Sam. 7:13-14).  

(b) Oleh sebab itu, Ia bersemangat untuk member-

sihkannya: “Ini rumah Bapa-Ku, dan sebab  itu 

Aku tidak tahan melihatnya dicemarkan, dan me-

nyaksikan Dia tidak dihormati.” Perhatikanlah, 

jika Tuhan   yaitu  Bapa kita di sorga, dan sebab  

itu kita ingin agar nama-Nya dikuduskan, pasti-

lah kita bersedih melihat nama-Nya dicemarkan. 

Pembersihan Bait Suci oleh Kristus ini dengan 

demikian sudah selayaknya dipandang sebagai 

salah satu pekerjaan-Nya yang mengagumkan. 

Inter omnia signa quæ fecit Dominus, hoc mihi 

videtur esse mirabilius – Dari semua pekerjaan 

mengagumkan yang diperbuat Kristus, bagi saya 

pekerjaan inilah yang tampak paling mengagum-

kan – Hieron. Tindakan ini mengagumkan, meng-

ingat,  

[a]  Ia melakukannya tanpa bantuan seorang pun 

dari sahabat-sahabat-Nya. Dalam hal ini 

mungkin tidaklah sulit untuk memanas-ma-

nasi orang banyak, yang sangat menghormati 

Bait Suci, agar mereka melawan para peda-

gang ini yang sudah mencemarkan Bait Suci. 

Akan namun  , Kristus tidak pernah menyetujui 

perbuatan apa pun yang rusuh dan tidak ter-

atur. Ada satu hal yang perlu ditegakkan, dan 

lengan-Nya sendirilah yang akan menegak-

kannya.  

[b]  Ia melakukannya tanpa perlawanan dari satu 

orang pun musuh-Nya, entah dari para peda-

gang itu sendiri ataupun dari imam-imam 

kepala yang memberi mereka izin, dan yang 

memiliki  posse templi – kekuasaan di Bait 

Suci, kapan saja mereka memerintahkannya. 

Akan namun  , kejahatan itu memang terlalu 

mencolok untuk dibenarkan. Suara hati para 

pendosa yaitu  sahabat terbaik bagi para 

pembaharu. Namun demikian, ini belum se-

muanya, dalam hal ini ada kekuasaan ilahi 

yang bekerja, kuasa atas roh-roh manusia, 

dan dalam tindakan mereka yang tidak mela-

wan itu, nubuat Alkitab digenapi (Mal. 3:2-3), 

“Siapakah yang dapat tahan akan hari keda-

tangan-Nya?”  

Kelima, inilah keterangan yang diberikan murid-mu-

rid-Nya tentang peristiwa ini (ay. 17): Maka teringatlah 

murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk ru-

mah-Mu menghanguskan Aku.” Pada mulanya mereka 

agak terkejut melihat Dia yang diperlihatkan kepada 

mereka sebagai Anak Domba Tuhan   itu begitu marah 

seperti itu, dan Dia yang mereka percaya sebagai Raja 

Israel begitu merendahkan diri-Nya seperti itu sampai 

mau  melakukan semuanya itu seorang diri. Akan te-

tapi, mereka teringat akan satu ayat Kitab Suci yang 

mengajar mereka untuk menyelaraskan perbuatan-Nya 

ini dengan kelemahlembutan Anak Domba Tuhan   mau-

pun dengan kemegahan Raja Israel, sebab Daud, saat  

berbicara tentang Mesias, secara khusus memperhati-

kan cintanya untuk rumah Tuhan yang begitu hebat se-

hingga sampai menghanguskannya, membuatnya lupa 

diri (Mzm. 69:10).  

Perhatikanlah:  

1. Murid-murid mulai mengerti maksud perbuatan 

Kristus dengan mengingat Kitab Suci: Maka teringat-

lah murid-murid-Nya sekarang bahwa ada tertulis. 

Perhatikanlah, firman Tuhan   dan perbuatan Tuhan   

saling menjelaskan dan menggambarkan satu sama 

lainnya. Ayat-ayat Kitab Suci yang tidak terang kini 

menjadi jelas melalui penggenapannya dalam tin-

dakan pemeliharaan Tuhan  , dan pemeliharaan-peme-

liharaan Tuhan   yang sulit dipahami menjadi mudah 

dimengerti dengan membandingkannya dengan ayat-

ayat Kitab Suci. Lihatlah betapa besar manfaatnya 

bagi murid-murid Kristus jika mereka selalu siap 

dan berpegang penuh pada Kitab Suci, dan selalu 

memenuhi ingatan mereka dengan kebenaran-kebe-

naran Kitab Suci, yang dengannya mereka akan di-

perlengkapi untuk melakukan setiap pekerjaan yang 

baik.  

2.  Ayat Alkitab yang teringat oleh mereka sangatlah te-

pat: cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku. 

Daud dalam hal ini merupakan gambaran Kristus, 

sebab ia cinta akan rumah Tuhan (Mzm. 132:2-3). 

Untuk rumah Tuhan ia berbuat dengan segenap ke-

mampuannya (1Taw. 29:2). Bagian yang terkemu-

dian dari ayat itu (Mzm. 69:10) diterapkan pada 

Kristus (Rm. 15:3), seperti halnya bagian yang ter-

dahulunya diterapkan di sini. Segala hal-hal mulia 

yang ada  pada orang-orang kudus Perjanjian 

Lama sungguh nyata di dalam Kristus, terutama 

cinta untuk rumah Tuhan ini, dan seperti halnya 

orang-orang kudus itu merupakan teladan bagi kita, 

demikian pula mereka yaitu  gambaran akan Dia.  

Perhatikanlah:  

(1) Yesus Kristus sangatlah cinta terhadap rumah 

Tuhan, yakni gereja-Nya. Ia mengasihinya dan 

selalu ingin memberikan kehormatan dan kese-

jahteraan kepadanya. 

(2)  Cinta ini bahkan menghanguskan-Nya, mem-

buat-Nya merendahkan diri-Nya, menguras te-

naga-Nya, dan memperhadapkan diri-Nya di de-

pan umum. Nyala cintaku menghabiskan aku 

(Mzm. 119:139). Cinta untuk rumah Tuhan mem-

buat kita tidak boleh mementingkan pujian, ke-

nyamanan, dan keamanan kita sendiri saat  

semua itu bersaing dengan kewajiban dan pela-

yanan kita terhadap Kristus. Kadang-kadang 

cinta untuk rumah Tuhan juga sampai membawa 

jiwa kita, dalam melaksanakan kewajiban, begitu 

jauh dan begitu cepat sehingga tubuh kita tidak 

dapat mengimbanginya, dan membuat kita sama 

tulinya seperti Tuan kita di sini terhadap orang-

orang yang berkata kepada-Nya, “Kuasailah diri-

Mu.” Keluhan-keluhan yang disampaikan-Nya di 

sini mungkin tampak sepele, dan kelihatannya 

bisa diabaikan begitu saja, namun begitulah 

cinta Kristus, sampai Ia tidak tahan bahkan de-

ngan semua orang yang berjual beli di halaman 

Bait Tuhan  . Si ibi ebrios inveniret quid faceret 

Dominus! (kata Augustinus) – Seandainya Dia 

mendapati para pemabuk di Bait Suci itu, bayang-

kan betapa jauh lebih marahnya Dia!   

2.  Kristus, sesudah membersihkan Bait Suci dengan cara seperti 

itu, memberikan suatu tanda bagi mereka yang mendesak-Nya 

untuk membuktikan wewenang-Nya dalam berbuat demikian. 

Perhatikanlah di sini:

(1)  Permintaan mereka akan suatu tanda: Orang-orang Yahudi, 

yaitu orang banyak beserta para pemimpin mereka, menan-

tang Yesus. Sebagai orang Yahudi, seharusnya mereka ber-

pihak kepada-Nya dan membantu-Nya menjunjung tinggi 

kehormatan Bait Suci mereka. Namun, bukannya berbuat 

seperti itu, mereka malah menentang perbuatan-Nya. Per-

hatikanlah, orang yang ingin bersungguh-sungguh terlibat 

dalam pekerjaan pembaharuan haruslah sadar bahwa me-

reka akan menjumpai perlawanan. saat  mereka tidak 

bisa menentang perbuatan itu sendiri, mereka memper-

tanyakan wewenang-Nya dalam berbuat demikian: “Tanda 

apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, untuk mem-

buktikan bahwa Engkau berhak dan berwenang untuk ber-

tindak demikian?” Membersihkan Bait Suci memang meru-

pakan pekerjaan yang baik, namun   apa urusan-Nya dengan 

perkara ini, Dia tidak punya jabatan apa-apa di sana? Me-

reka memandang tindakan pembersihan ini sebagai suatu 

tindakan hukum, jadi Ia harus membuktikan bahwa diri-

Nya seorang nabi, ya, bahkan lebih dari pada nabi. Akan 

namun  , bukankah perbuatan itu sendiri sudah merupakan 

tanda yang cukup? Kemampuan-Nya untuk mengusir be-

gitu banyak orang dari tempat mereka, tanpa menimbulkan 

perlawanan, merupakan bukti akan wewenang-Nya. Ia yang 

diperlengkapi dengan kuasa ilahi sedemikian rupa pastilah 

diperlengkapi juga dengan wewenang ilahi. Ada apa dengan 

para penjual dan pembeli ini, sehingga mereka melarikan 

diri, sehingga mereka terdesak? Pastilah itu terjadi di ha-

dapan Tuhan (Mzm. 114:5, 7), bukan di hadapan yang lain. 

(2)  Jawaban Kristus terhadap permintaan ini (ay. 19). Ia tidak 

segera membuat mujizat untuk meyakinkan mereka, namun   

memberi mereka tanda mengenai sesuatu yang akan ter-

jadi, yang kebenarannya akan terbukti apabila peristiwa itu 

sudah benar-benar terjadi, sesuai dengan Ulangan 18:21-

22.  

Sekarang perhatikanlah: 

[1] Tanda yang diberikan-Nya kepada mereka yaitu  ke-

matian dan kebangkitan-Nya sendiri. Ia merujuk mereka 

kepada apa yang akan menjadi, pertama, tanda-Nya 

yang terakhir. Jika mereka tidak bisa diyakinkan oleh 

apa yang mereka lihat dan dengar, biarlah mereka me-

nunggu. Kedua, tanda agung yang membuktikan diri-

Nya sebagai Mesias, sebab mengenai dia dinubuatkan 

bahwa ia akan diremukkan (Yes. 53:5), disingkirkan 

(Dan. 9:26), namun juga bahwa ia tidak akan melihat 

kebinasaan (Mzm. 16:10). Semua ini digenapi di dalam 

Yesus yang terpuji itu, dan oleh sebab itu sungguh Ia 

yaitu  Anak Tuhan  , dan memiliki  wewenang di Bait 

Suci, rumah Bapa-Nya sendiri.  

[2]  Ia menubuatkan kematian dan kebangkitan-Nya bukan 

dalam bahasa yang terang-terangan, seperti yang sering 

digunakan-Nya kepada murid-murid-Nya, melainkan 

dalam bahasa kiasan. Seperti halnya sesudah peristiwa 

itu, saat  Ia memberikannya sebagai tanda, Ia menye-

butnya sebagai tanda Nabi Yunus, demikian pula di sini 

Ia berkata, “Rombak Bait Tuhan   ini, dan dalam tiga hari 

Aku akan mendirikannya kembali.” Dengan demikian, Ia 

berbicara dalam perumpamaan kepada mereka yang 

memang sudah tidak mau tahu, supaya mereka tidak 

mengerti (Mat. 13:13-14). Orang yang tidak mau melihat 

tidak akan melihat. Bahkan, bahasa kiasan yang digu-

nakan di sini kemudian justru menjadi batu sandungan 

bagi mereka, sehingga nanti diajukan sebagai bukti 

untuk menentang-Nya saat  Ia diadili, untuk membuk-

tikan bahwa Dia yaitu  seorang penghujat (Mat. 26:60-

61). Seandainya mereka dengan rendah hati bertanya 

kepada-Nya apa maksud perkataan-Nya itu, maka Ia 

pasti akan memberi tahu mereka, dan perkataan itu 

akan menjadi bau kehidupan yang menghidupkan bagi 

mereka. Akan namun  , mereka memang ingin membesar-

besarkan masalah, dan kemudian perkataan ini terbuk-

ti menjadi bau kematian yang mematikan. Orang yang 

tidak mau diyakinkan pasti hatinya akan mengeras. 

Perkiraan ini diucapkan sedemikian rupa sehingga 

membuatnya akan benar-benar terlaksana. Pertama, Ia 

menubuatkan kematian-Nya sebagai akibat dari keben-

cian orang-orang Yahudi dalam perkataan ini, rombak 

Bait Tuhan   ini, yang berarti, “Engkau akan merombak-

nya, Aku tahu engkau akan melakukannya. Dan Aku 

akan membiarkanmu merombaknya.” Perhatikanlah, 

Kristus, bahkan pada permulaan pelayanan-Nya, sudah 

sadar sepenuhnya bahwa Ia akan mengalami segala 

penderitaan pada akhir pelayanan-Nya, namun demi-

kian Ia tetap maju dengan riang hati. Sungguh baik jika 

kita sudah sedari awal sadar akan hal-hal terburuk 

yang akan menimpa kita. Kedua, Ia menubuatkan ke-

bangkitan-Nya yang akan terjadi dengan kuasa-Nya 

sendiri: Dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kem-

bali. Ada orang lain yang dibangkitkan, namun   Kristus 

membangkitkan diri-Nya sendiri, mengembalikan hi-

dup-Nya sendiri. 

[3]  Ia memilih mengungkapkan hal ini dengan merombak 

dan mendirikan kembali Bait Tuhan  , pertama, sebab  Ia 

pada waktu itu harus membenarkan diri-Nya dalam 

membersihkan Bait Tuhan  , yang telah mereka cemarkan, 

seolah-olah Ia berkata, “Engkau yang mencemarkan 

Bait Tuhan   yang satu pasti akan merombak Bait Tuhan   

yang lain, dan Aku akan membuktikan wewenang-Ku 

untuk membersihkan apa yang telah engkau cemarkan 

dengan mendirikan kembali apa yang telah engkau rom-

bak.” Mencemarkan Bait Suci berarti merombaknya, 

dan memperbaharuinya berarti mendirikannya kembali. 

Kedua, sebab  kematian Kristus sesungguhnya meru-

pakan perombakan Bait Suci umat Yahudi, penyebab 

perombakan itu, dan kebangkitan-Nya merupakan pen-

dirian kembali Bait Suci yang lain, yaitu gereja Injili (Za. 

6:12). Kehancuran tempat dan bangsa Yahudi (11:48) 

merupakan kekayaan bagi dunia (Am. 9:11; Kis. 15:16).  

(3) Mereka berusaha mencari-cari kesalahan dalam jawaban-

Nya ini: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait 

Tuhan   ini (ay. 20). Pekerjaan membangun Bait Tuhan   selalu 

memakan waktu lama, dan Engkau berkata bahwa Engkau 

dapat menyelesaikannya sedemikian cepat?”  

Nah, dalam hal ini:  

[1]  Mereka menunjukkan sedikit pengetahuan. Mereka bisa 

memberi tahu berapa lama Bait Tuhan   itu dibangun. Me-

nurut perhitungan Dr. Lightfoot, butuh waktu persis 

selama empat puluh enam tahun dari mulai pemba-

ngunan Bait Suci Zerubabel, pada tahun kedua zaman 

raja Koresh, sampai dengan tuntasnya pembangunan 

Bait Suci itu sehingga bisa digunakan untuk beribadah, 

pada tahun ketiga puluh dua zaman Raja Artahsasta. 

Demikian pula lamanya waktu yang dibutuhkan untuk 

pembangunan Bait Suci ini, dari mulai Herodes, pada 

tahun kedelapan belas masa pemerintahannya, sampai 

pada masa itu, saat  orang-orang Yahudi berkata bah-

wa pembangunannya memakan waktu persis selama 

empat puluh enam tahun: ōkodomēthē – Bait Tuhan   ini 

telah dibangun.  

[2] Mereka menunjukkan lebih banyak ketidaktahuan, per-

tama, akan maksud perkataan Kristus. Perhatikanlah, 

orang sering kali terjerumus ke dalam kesalahan-kesa-

lahan besar sebab  mereka memahami secara harfiah 

apa yang dikatakan Alkitab secara kiasan. Lihat saja be-

tapa banyaknya kejahatan yang sudah diperbuat de-

ngan menafsirkan perkataan Kristus, inilah tubuh-Ku, 

secara kedagingan! Kedua, akan kemahakuasaan Kris-

tus, seolah-olah Ia tidak bisa berbuat melebihi orang 

lain. Seandainya saja mereka tahu bahwa Dia inilah 

yang membangun segala sesuatu dalam enam hari, 

maka mereka pasti tidak akan menganggapnya aneh 

bahwa Ia akan membangun Bait Tuhan   dalam tiga hari.     

(4)  Pembenaran atas jawaban Kristus terhadap tuduhan 

orang-orang itu. Kesulitan ini segera teratasi dengan men-

jelaskan apa yang dikatakan-Nya: namun   yang dimaksud-

kan-Nya dengan Bait Tuhan   ialah tubuh-Nya sendiri (ay. 21). 

Meskipun Kristus telah sungguh-sungguh memulihkan ke-

hormatan Bait Suci itu, dengan membersihkannya, Ia ingin 

kita menyadari bahwa kesucian Bait Tuhan   itu, yang begitu 

ingin dijaga-Nya, hanyalah merupakan bayangan, dan 

mengarahkan kita untuk memikirkan Bait Suci yang lain, 

yang wujudnya ialah Kristus (Ibr. 9:9; Kol. 2:17). Sebagian 

orang berpikir bahwa saat  Ia berkata, rombak Bait Tuhan   

ini, Ia menunjukkan jari-Nya ke tubuh-Nya sendiri, atau 

menepuk-nepuk dada-Nya. Bagaimanapun juga, sudah 

pasti bahwa yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Tuhan   ialah 

tubuh-Nya sendiri. Perhatikanlah, tubuh Kristus yaitu  

Bait Tuhan   yang sesungguhnya, sedangkan Bait Tuhan   yang 

di Yerusalem hanyalah bayangan. 

[1] Seperti Bait Tuhan  , tubuh-Nya pun dibangun langsung 

oleh perintah ilahi: “Engkau telah menyediakan tubuh 

bagiku” (Ibr. 10:5).  

[2] Seperti Bait Tuhan  , tubuh-Nya pun yaitu  bait yang ku-

dus, yang disebut dengan yang kudus itu.  

[3] Tubuh-Nya, seperti Bait Tuhan  , merupakan tempat ke-

diaman kemuliaan Tuhan  . Di sanalah Firman yang kekal 

berdiam, shekinah yang sesungguhnya. Dialah Imanuel 

– Tuhan   beserta kita.  

[4] Bait Tuhan   merupakan tempat dan sarana hubungan 

antara Tuhan   dan umat Israel. Di sana Tuhan   menyatakan 

diri-Nya kepada mereka, di sana mereka mempersem-

bahkan diri dan ibadah mereka kepada-Nya. Dengan 

demikian, melalui Kristus Tuhan   berbicara kepada kita, 

dan kita berbicara kepada-Nya. Umat yang beribadah 

memandang ke arah rumah itu (1Raj. 8:30, 35). Jadi, 

kita pun harus menyembah Tuhan   dengan mata yang 

tertuju kepada Kristus.  

(5) Permenungan yang dibuat murid-murid dalam hal ini, jauh 

sesudah peristiwa itu, yang diselipkan di sini untuk men-

jelaskan kisahnya (ay. 22): Sesudah Ia bangkit dari antara 

orang mati, beberapa tahun kemudian, barulah teringat oleh 

murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya. Kita 

sudah mendapati mereka (ay. 17) mengingat apa yang ter-

tulis mengenai Dia sebelumnya, dan di sini kita mendapati 

mereka mengingat apa yang telah mereka dengar dari-Nya. 

Perhatikanlah, kenangan-kenangan para murid Kristus 

haruslah seperti perbendaharaan tuan rumah yang baik, 

yang penuh dengan harta baik yang baru maupun yang 

lama (Mat. 13:52).  

Sekarang perhatikanlah:  

[1] Kapan mereka mengingat perkataan itu: Sesudah Ia 

bangkit dari antara orang mati. Tampaknya pada waktu 

perkataan itu diucapkan mereka tidak mengerti sepe-

nuhnya maksud Kristus, sebab mereka saat  itu ha-

nyalah bayi dalam hal pengetahuan. Namun demikian, 

mereka menyimpan perkataan itu di dalam hati mereka, 

dan kemudian perkataan ini pun menjadi dapat di-

mengerti dan bermanfaat. Perhatikanlah, mendengarkan 

untuk masa yang kemudian (Yes. 42:23) yaitu  suatu 

hal yang baik. Orang yang masih muda dalam umur 

dan pekerjaan haruslah menyimpan kebenaran-kebe-

naran yang, entah maksudnya atau manfaatnya, tidak 

mereka mengerti dengan baik pada saat ini, sebab kebe-

naran-kebenaran itu akan berguna bagi mereka di 

kemudian hari, saat  mereka sudah mencapai kema-

hiran yang lebih tinggi. Dikatakan orang tentang para 

murid Pitagoras bahwa ajaran-ajaran Pitagoras tampak 

membeku di dalam otak mereka sampai mereka ber-

umur empat puluh tahun, dan baru pada saat itulah 

ajaran-ajarannya mencair. Demikian pula dengan per-

kataan Kristus ini, yang bangkit kembali dalam kenang-

an-kenangan para murid-Nya sesudah  Ia bangkit dari 

antara orang mati. namun  , mengapakah baru pada saat 

itu? Pertama, sebab  pada saat itulah Roh Kudus dicu-

rahkan untuk mengingatkan mereka kembali akan apa 

yang telah dikatakan Kristus kepada mereka, dan untuk 

membuat mereka mudah dan siap menerimanya 

(14:26). Pada hari saat  Kristus bangkit dari antara 

orang mati, Ia membuka pikiran mereka (Luk. 24:45). 

Kedua, sebab  pada saat itulah perkataan Kristus ini 

digenapi. saat  bait tubuh-Nya sudah dirombak dan 

didirikan kembali, yang terjadi pada hari ketiga, maka 

teringatlah mereka akan perkataan ini, di samping per-

kataan-perkataan lain yang serupa yang telah disampai-

kan Kristus. Perhatikanlah, mengamati penggenapan 

ayat Kitab Suci sangatlah membantu kita dalam meng-

erti arti ayat-ayat itu. Peristiwa yang terjadi akan men-

jelaskan nubuat tentangnya. 

[2] Apa manfaat yang mereka dapatkan dalam hal ini: Mere-

ka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan 

yang telah diucapkan Yesus. Kepercayaan mereka akan 

semua ini dikuatkan dan mendapat dukungan serta 

kekuatan yang baru. Hati mereka memang lamban 

untuk percaya (Luk. 24:25), namun mereka yakin. Kitab 

Suci dan perkataan Kristus di sini dijadikan satu, bukan 

sebab  keduanya selalu sepakat dan persis sependapat 

satu dengan yang lain, melainkan sebab  keduanya 

menggambarkan dan memperkuat satu sama lain. 

saat  murid-murid melihat apa yang telah mereka baca 

dalam Perjanjian Lama maupun yang telah mereka 

dengar dari mulut Kristus sendiri, yang digenapi dalam 

kematian dan kebangkitan-Nya, mereka semakin teguh 

dalam kepercayaan mereka akan Kitab Suci maupun 

perkataan Kristus.      

Keberhasilan Pelayanan Kristus 

(2:23-25) 

23 Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang 

percaya dalam nama-Nya, sebab  mereka telah melihat tanda-tanda yang di-

adakan-Nya. 24 namun   Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada 

mereka, sebab  Ia mengenal mereka semua, 25 dan sebab  tidak perlu se-

orang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu 

apa yang ada di dalam hati manusia. 

Di sini kita melihat suatu kesaksian tentang keberhasilan, keberha-

silan yang sedikit saja, dari pengajaran dan mujizat-mujizat Kristus 

di Yerusalem, sementara Ia merayakan Paskah di sana. 

Perhatikanlah:    

I.   Bahwa Yesus Tuhan kita, saat  Ia berada di Yerusalem pada hari 

raya Paskah, mengajar dan membuat mujizat. Tindakan orang 

percaya dalam nama-Nya menyiratkan bahwa Ia memang meng-

ajar, dan dikatakan dengan jelas di sini bahwa mereka telah me-

lihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Ia sekarang sedang berada 

di Yerusalem, kota suci, yang darinya firman Tuhan   akan keluar. 

Tempat kediaman-Nya yang utama yaitu  di Galilea, dan oleh 

sebab  itu saat  Ia di Yerusalem, Ia sangat sibuk. Saat itu yaitu  

saat yang kudus, hari raya, saat yang ditetapkan untuk beribadah 

kepada Tuhan  . Pada hari raya Paskah semua orang Lewi menunjuk-

kan akal budi yang baik dalam melayani TUHAN (2Taw. 30:22), 

dan Kristus mengambil kesempatan itu untuk mengajar, saat  

ada banyak orang berkumpul, dan dengan demikian Ia mengakui 

dan menghormati hari raya Paskah sebagai ketetapan ilahi.   

II.  Bahwa dengan kejadian ini banyak orang menjadi percaya dalam 

nama-Nya, mengakui-Nya sebagai guru yang diutus Tuhan  , seperti 

yang dilakukan Nikodemus (3:2), dan sebagai seorang nabi besar. 

Dan mungkin sebagian dari orang-orang yang menantikan kele-

pasan untuk Yerusalem percaya bahwa Dialah Sang Mesias yang 

dijanjikan itu, sebab mereka begitu ingin menyambut kemuncul-

an pertama sang bintang timur yang gilang gemilang itu.    

III. Bahwa sekalipun demikian Yesus sendiri tidak mempercayakan 

diri-Nya kepada mereka (ay. 24), ouk episteuen heauton autois. 

Kata percaya yang digunakan di sini sama dengan kata percaya 

dalam nama-Nya pada kalimat sebelumnya. Dengan demikian, 

percaya kepada Kristus berarti mempercayakan diri atau menye-

rahkan diri kepada-Nya dan kepada bimbingan-Nya. Kristus tidak 

melihat suatu alasan apa pun untuk menaruh kepercayaan-Nya 

kepada para petobat baru di Yerusalem ini, di mana Ia mempu-

nyai banyak musuh yang ingin menghancurkan-Nya, entah,  

1.  sebab  mereka hanya berpura-pura, setidaknya sebagian dari 

mereka, dan akan mengkhianati-Nya apabila mereka mempu-

nyai kesempatan, atau saat  mereka sangat tergoda untuk 

berbuat demikian. Ia memiliki  lebih banyak murid yang da-

pat dipercayai-Nya dari kalangan orang Galilea dibandingkan 

dari antara penduduk Yerusalem. Dalam masa dan tempat 

yang berbahaya, kita perlu berhikmat dan waspada akan siapa 

yang kita percayai, memnēso apistein – belajarlah untuk tidak 

percaya. Atau,  

2.  sebab  mereka lemah, dan saya berharap bahwa inilah alasan 

terburuk mengapa mereka tidak bisa dipercaya. Bukan berarti 

bahwa mereka berbahaya dan berencana melakukan kejahat-

an terhadap-Nya, melainkan bahwa,  

(1) Mereka mudah takut, tidak memiliki  semangat dan ke-

beranian, dan selalu takut kalau-kalau mereka berbuat ke-

salahan. Pada masa-masa kesusahan dan bahaya, orang-

orang pengecut tidak pantas dipercaya. Atau,  

(2)  Mereka orang yang selalu membuat rusuh, tidak bijak dan 

tidak bisa diatur. Orang-orang di Yerusalem ini mungkin 

sangat mengharapkan pemerintahan Mesias di dunia ini 

lebih dibandingkan  orang-orang lain, dan, dalam pengharapan 

mereka itu, mereka berani berbuat nekat mendirikan peme-

rintahan itu jika saja Kristus mau mempercayakan diri-Nya 

kepada mereka dan tunduk pada keinginan mereka. Akan 

namun  , Ia tidak mau, sebab kerajaan-Nya bukanlah dari du-

nia ini. Kita harus menghindari pembuat-pembuat rusuh, 

seperti yang diperbuat oleh Tuan kita di sini, walaupun 

mereka mengaku percaya dalam nama-Nya, seperti orang-

orang ini.    

IV. Bahwa alasan mengapa Ia tidak mau mempercayakan diri-Nya 

kepada mereka yaitu  sebab  Ia tahu tentang mereka (ay. 25), 

tahu kejahatan sebagian orang, dan kelemahan sebagian yang 

lain. Penulis Injil ini menggunakan kesempatan di sini untuk 

menyatakan kemahatahuan Kristus.  

1.  Ia tahu semua orang, bukan hanya nama dan rupa mereka 

saja, seperti yang mungkin kita ketahui tentang banyak orang, 

melainkan juga sifat, kecenderungan, perasaan, dan rencana-

rencana mereka, seperti yang tidak kita ketahui tentang siapa 

pun, dan yang sedikit kita ketahui tentang diri kita sendiri. Ia 

tahu semua orang, sebab tangan-Nya yang kuat menciptakan 

mereka semua, mata-Nya yang tajam melihat mereka semua, 

menusuk ke dalam lubuk hati mereka. Ia mengetahui musuh-

musuh-Nya yang licik, beserta semua rencana rahasia mereka. 

Ia mengetahui orang yang berpura-pura menjadi teman-Nya, 

dan bagaimana sifat mereka yang sesungguhnya, siapa sebe-

narnya mereka, apa pun itu kepura-puraan mereka. Ia menge-

tahui siapa yang benar-benar milik kepunyaan-Nya, mengeta-

hui kejujuran mereka, dan mengetahui kelemahan mereka 

juga. Ia mengetahui seluk-beluk mereka.  

2.  Tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya ten-

tang manusia. Pengetahuan-Nya tidak didapat dari informasi 

orang lain, namun   dari kepekaan-Nya sendiri yang tidak pernah 

keliru. Kekurangan para penguasa di dunia ini yaitu  bahwa 

mereka harus melihat sesuatu melalui mata orang lain, men-

dengar sesuatu melalui telinga orang lain, dan menerima se-

suatu seperti yang digambarkan kepada mereka oleh orang 

lain. namun   Kristus mengetahui segala sesuatu murni dari 

pengetahuan-Nya sendiri. Para malaikat yaitu  utusan-Nya, 

bukan mata-mata-Nya, sebab  mata-Nya sendiri menjelajah 

seluruh bumi (2Taw. 16:9). Hal ini sangatlah memberi penghi-

buran bagi kita, saat  Iblis menuduh kita, kita tahu bahwa 

Kristus tidak akan menerima begitu saja laporan Iblis menge-

nai sifat-sifat manusia.  

3.  Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia, di dalam hati 

orang perorangan, di dalam watak umat manusia. Kita tahu 

apa yang diperbuat oleh manusia, namun   Kristus tahu apa yang 

ada di dalam hati mereka, Ia menguji batin dan hati. Hal ini 

merupakan kuasa istimewa yang hanya dimiliki oleh Sang 

Firman kekal yang hakiki itu (Ibr. 4:12-13). Kita melampaui 

batas kuasa istimewa-Nya itu jika kita menganggap dapat 

menghakimi hati orang. Betapa pantasnya Kristus menjadi 

Juruselamat manusia, dan sangat layak menjadi Sang Tabib, 

sebab Ia memiliki  pengetahuan yang sempurna akan ke-

adaan dan masalah pasien-Nya, akan watak dan penyakit me-

reka, dan Ia mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka! 

Betapa layaknya juga Ia menjadi Hakim atas segalanya! Sebab 

penghakiman yang dijalankan oleh Dia yang mengetahui se-

mua orang, semua yang ada di dalam hati mereka, pastilah 

sesuai dengan kebenaran. 

Nah, hanya inilah keberhasilan dari pengajaran dan muji-

zat-mujizat Kristus di Yerusalem, dalam perjalanan ini. Tuhan 

mendatangi bait-Nya, namun demikian tidak ada yang menda-

tangi-Nya kecuali segelintir orang yang lemah dan sederhana, 

yang darinya Ia tidak bisa mendapatkan pujian atau memper-

cayakan diri-Nya kepada mereka. Meskipun begitu, sesudah 

kesusahan jiwa-Nya Ia akan melihat terang. 

 

PASAL  3  

Dalam pasal ini diceritakan tentang:  

I. Percakapan Kristus dengan Nikodemus, seorang Farisi, me-

ngenai rahasia-rahasia agung Injil, yang di dalamnya Ia 

mengajar Nikodemus secara pribadi (ay. 1-21).  

II. Percakapan Yohanes Pembaptis dengan murid-muridnya me-

ngenai Kristus, saat  Kristus datang ke tempat ia berada 

(ay. 22-36). Dalam percakapan ini Yohanes dengan selayak-

nya dan dengan segala kepatuhan menyerahkan segala ke-

hormatan dan kepentingannya kepada-Nya. 

Percakapan Kristus dengan Nikodemus  

(3:1-21)  

1 yaitu  seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama 

Yahudi. 2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi, 

kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Tuhan  ; sebab 

tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau 

adakan itu, jika Tuhan   tidak menyertainya.” 3 Yesus menjawab, kata-Nya: 

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan 

kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Tuhan  .” 4 Kata Nikodemus kepada-

Nya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? 

Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” 5 

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak 

dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Tuhan  . 6 

Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu  daging, dan apa yang dilahirkan dari 

Roh, yaitu  roh. 7 Janganlah engkau heran, sebab  Aku berkata kepadamu: 

Kamu harus dilahirkan kembali. 8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan 

engkau mendengar bunyinya, namun   engkau tidak tahu dari mana ia datang 

atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir 

dari Roh.” 9 Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu 

terjadi?” 10 Jawab Yesus: “Engkau yaitu  pengajar Israel, dan engkau tidak 

mengerti hal-hal itu? 11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-

kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang 

kami lihat, namun   kamu tidak menerima kesaksian kami. 12 Kamu tidak 

percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, 

bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu 

tentang hal-hal sorgawi? 13 Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, 

selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 14 Dan 

sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak 

Manusia harus ditinggikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya 

beroleh hidup yang kekal. 16 sebab  begitu besar kasih Tuhan   akan dunia ini, 

sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap 

orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang 

kekal. 17 Sebab Tuhan   mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk 

menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18 

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak 

percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam 

nama Anak Tunggal Tuhan  . 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke 

dalam dunia, namun   manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, 

sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20 Sebab barangsiapa berbuat 

jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya 

perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21 namun   barangsiapa 

melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, 

bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Tuhan  .” 

Dalam bagian penutup pada pasal sebelumnya, kita sudah melihat 

bahwa ada sedikit orang yang menjadi percaya kepada Kristus di 

Yerusalem. Dan di sini ada satu orang dari antara mereka itu, se-

orang yang sangat penting. yaitu  layak untuk mengusahakan kese-

lamatan bagi siapa saja dengan sungguh-sungguh, meskipun hanya 

untuk satu jiwa.  

Perhatikanlah:   

I.   Siapa Nikodemus ini. Tidak banyak orang yang berkuasa dan ter-

pandang yang dipanggil. Namun demikian, ada juga sebagian dari 

mereka yang terpanggil, dan inilah salah satunya. Tidak banyak 

dari antara para pemimpin, atau dari antara orang-orang Farisi, 

yang dipanggil, namun,  

1. Inilah seorang Farisi, seorang yang terdidik, seorang cendekia-

wan. Janganlah sampai orang berkata bahwa semua pengikut 

Kristus hanyalah orang-orang biasa yang tidak terpelajar. Prin-

sip-prinsip hidup orang Farisi dan kekhususan sekte mereka 

berlawanan langsung dengan semangat Kekristenan. Namun 

demikian, ada sebagian dari antara mereka yang membuang 

pikiran-pikiran mereka yang tinggi itu dan tunduk kepada 

Kristus. Anugerah Kristus mampu menundukkan perlawanan 

yang paling hebat. 

 

2.  Ia yaitu  seorang pemimpin agama Yahudi, anggota Mahka-

mah Agama, anggota majelis, anggota dewan penasihat, se-

orang berpengaruh di Yerusalem. Meskipun keadaan pada 

waktu itu sangat buruk, masih ada sebagian pemimpin yang 

berniat baik. Namun demikian, mereka ini hanya bisa berbuat 

sedikit kebaikan sebab  derasnya arus yang menerjang mere-

ka. Mereka dikuasai oleh sebagian besar orang, dan ditindih 

oleh orang-orang yang jahat, sehingga kebaikan yang ingin me-

reka perbuat tidak dapat mereka laksanakan. Walaupun be-

gitu, Nikodemus tetap melakukan pekerjaannya, dan melaku-

kan apa yang dapat diperbuatnya, meskipun ia tidak dapat 

melakukan apa yang ingin dilakukannya.       

II.  Ia datang kepada Kristus dengan segala kesungguhan (ay. 2). 

Perhatikanlah di sini:  

1.  Kapan dia datang: ia datang pada waktu malam kepada Yesus. 

Perhatikanlah:  

(1) Ia mengadakan percakapan secara pribadi dan khusus de-

ngan Kristus sebab  ia tidak merasa puas hanya dengan 

mendengarkan perkataan-perkataan-Nya di tengah orang 

banyak. Ia memutuskan untuk berbicara kepada-Nya sen-

diri, di tempat di mana ia merasa bisa bebas berbicara de-

ngan-Nya. Pasti banyak manfaat yang dapat kita peroleh 

jika kita memperbincangkan masalah-masalah kejiwaan 

kita secara pribadi dengan hamba-hamba Tuhan yang setia 

(Mal. 2:7).  

(2) Ia mengadakan percakapan ini pada malam hari, yang da-

pat dipandang,  

[1]  Sebagai tindakan yang berhikmat dan bijaksana. Kristus 

sudah bekerja seharian dengan orang banyak, dan ia 

tidak ingin mengganggu-Nya pada saat itu, atau meng-

harapkan-Nya untuk memperhatikan dia, namun   ia 

mengamati-amati saat Kristus, dan menunggu sampai 

Dia memiliki waktu senggang. Perhatikanlah, apa yang 

mendatangkan keuntungan bagi kita dan bagi keluarga 

kita sendiri haruslah kita kesampingkan terlebih dahu-

lu demi keuntungan orang banyak. Kebaikan yang lebih 

besar haruslah lebih diutamakan dibandingkan  kebaikan 

yang lebih kecil. Kristus memiliki  banyak musuh, 

dan oleh sebab  itu Nikodemus mendatangi-Nya secara 

sembunyi-sembunyi, supaya jangan sampai ia ketahuan 

oleh imam-imam kepala, dan membuat mereka bertam-

bah geram lagi terhadap Kristus.  

[2] Sebagai tindakan yang bersemangat dan berani. Nikode-

mus yaitu  seorang yang sibuk, dan dia tidak bisa me-

luangkan waktu seharian untuk menemui Kristus, dan 

oleh sebab itu dia lebih memilih menghabiskan waktu 

santainya pada sore hari, atau waktu istirahatnya pada 

malam hari, dibandingkan  tidak berbicara dengan Kristus 

sama sekali. saat  orang lain tertidur, ia memperoleh 

pengetahuan, seperti yang diperoleh Daud dengan pe-   

renungannya (Mzm. 63:7, dan 119:148). Mungkin Niko-

demus datang kepada Kristus pada keesokan malamnya 

sesudah  ia melihat mujizat-mujizat-Nya, dan ia tidak 

mau menyia-nyiakan kesempatan pertama yang terse-

dia untuk memastikan kebenaran dari apa yang diya-

kininya. Ia tidak tahu seberapa cepat Kristus akan 

meninggalkan kota itu, atau apa yang mungkin terjadi 

di antara perayaan Paskah kali ini dan perayaan Paskah 

berikutnya, dan oleh sebab  itu ia tidak mau buang-

buang waktu. Pada malam hari, perbincangannya de-

ngan Kristus akan lebih bebas, dan lebih mungkin un-

tuk tidak diganggu. Noctes Christianæ – malam-malam 

kristiani ini, jauh lebih maknawi  dibandingkan  Noctes Atticæ 

– malam-malam dengan cerita dongeng dan puisi. Atau,  

[3] Sebagai tindakan pengecut sebab  takut. Ia merasa 

takut, atau malu, jika orang melihatnya bersama 

Kristus, dan oleh sebab  itu ia datang pada malam hari. 

Apabila agama dianggap ketinggalan zaman, akan ada 

banyak orang yang seperti Nikodemus, terutama di an-

tara para pemimpin, yang mengasihi Kristus dan ajar-

an-Nya namun   tidak diketahui orang banyak. Akan te-

tapi, perhatikanlah, pertama, meskipun ia datang pada 

malam hari, Kristus menyambutnya dengan baik, mene-

rima kejujurannya, dan memaafkan kelemahannya. Ia 

memahami tabiatnya, yang mungkin mudah takut, dan 

godaan yang dihadapinya dari rekan-rekan sekerjanya, 

dan dengan demikian Ia mengajar hamba-hamba-Nya 

untuk menjadi segala-galanya bagi semua orang, dan 

untuk memberikan dorongan kepada tindakan-tindakan 

awal yang baik, meskipun lemah. Paulus mengajar da-

lam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpan-

dang (Gal. 2:2). Kedua, meskipun sekarang ia datang 

pada malam hari, namun sesudah  itu, saat  datang ke-

sempatan, ia mengakui Kristus di hadapan orang ba-

nyak (7:50; 19:39). Anugerah yang pada mulanya ha-

nyalah biji sesawi dapat tumbuh menjadi sebuah pohon 

yang besar. 

2.  Apa yang dikatakannya. Ia tidak datang kepada Kristus untuk 

membicarakan masalah politik dan kenegaraan (meskipun ia 

seorang pemimpin), melainkan mengenai masalah-masalah 

yang menyangkut jiwanya sendiri dan keselamatannya, dan 

tanpa berbelit-belit ia langsung membicarakan inti permasa-

lahannya. Ia memanggil Kristus Rabi, yang berarti seorang 

yang besar (Yes. 19:20, terjemahan KJV – pen.). Ia akan mengi-

rim seorang juruselamat kepada mereka, seorang yang besar, 

seorang Juruselamat dan Rabi, demikianlah yang dikatakan di 

Kitab Yesaya itu. Orang yang menghormati Kristus, yang berpi-

kir dan berbicara dengan hormat tentang Dia, masih mempu-

nyai harapan untuk diselamatkan. Ia memberi tahu Kristus 

seberapa banyak yang sudah diketahuinya: Kami tahu, bahwa 

Engkau datang sebagai guru. 

Perhatikanlah:  

(1) Pernyataannya mengenai Kristus: Engkau datang sebagai 

guru yang diutus Tuhan  , bukan yang dididik atau ditahbis-

kan oleh manusia, seperti guru-guru lain, melainkan yang 

didukung oleh ilham dan kuasa ilahi. Ia yang akan menjadi 

Penguasa yang berdaulat datang terlebih dulu sebagai 

guru, sebab Ia akan memerintah dengan akal budi, dan bu-

kan dengan kekerasan, dengan kuasa kebenaran, dan bu-

kan dengan kuasa pedang. Dunia terbaring dalam kebo-

dohan dan kesalahan, guru-guru Yahudi menjadi cemar 

dan membuat orang lain berbuat salah, maka inilah saat-

nya bagi Tuhan untuk bekerja. Ia datang sebagai guru yang 

diutus dari Tuhan  , dari Tuhan   yang yaitu  Bapa yang penuh 

belas kasihan, dalam belas kasihan-Nya terhadap dunia 

yang gelap dan tertipu. Ia datang dari Tuhan   yang yaitu  

Bapa segala terang dan sumber kebenaran, dan kepada 

terang dan kebenaran ini kita boleh mempertaruhkan jiwa 

kita.  

(2) Keyakinannya akan hal itu: Kami tahu, bukan hanya aku, 

melainkan juga orang lain. Dengan demikian, dia mengang-

gap hal ini sebagai sesuatu yang sudah jelas dan sudah 

terbukti dengan sendirinya. Mungkin ia tahu bahwa ada 

orang-orang Farisi dan para pemimpin lain yang dikenalnya 

yang juga berkeyakinan sama dengannya namun   tidak mau 

mengakuinya. Atau, kita bisa menganggap bahwa ia meng-

gunakan kata ganti jamak (kami tahu) di sini sebab  ia 

membawa serta salah seorang, atau lebih, dari rekan-rekan 

dan murid-muridnya untuk mendapatkan pengajaran dari 

Kristus, dengan mengetahui bahwa mereka juga mempu-

nyai kepedulian yang sama. “Tuan,” katanya, “kami datang 

sebab  ingin diajar, ingin menjadi murid-murid-Mu, sebab 

kami yakin sepenuhnya bahwa Engkau yaitu  guru yang 

datang dari Tuhan  .”  

(3) Alasan bagi keyakinan ini: Tidak ada seorang pun yang 

dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, 

jika Tuhan   tidak menyertainya.  

Di sini:  

[1] Kita diyakinkan akan kebenaran mujizat-mujizat Kris-

tus, bahwa semua itu bukanlah tipuan. Inilah Nikode-

mus, seorang yang bijaksana, berpikiran sehat, dan ber-

sifat ingin tahu, seorang yang memiliki  segudang 

alasan dan kesempatan untuk mempertanyakan muji-

zat-mujizat itu. Namun, ia begitu yakin bahwa mujizat-

mujizat itu memang benar adanya, sehingga ia begitu 

terpengaruh olehnya, sampai-sampai ia mau melakukan 

sesuatu yang berlawanan dengan kepentingannya dan 

arus kepentingan rekan-rekannya yang berprasangka 

buruk terhadap Kristus.  

[2] Kita diarahkan untuk mengambil kesimpulan dari muji-

zat-mujizat Kristus ini: oleh sebab  itu, kita harus me-

nerima-Nya sebagai guru yang diutus Tuhan  . Mujizat-

mujizat Kristus yaitu  kesaksian atau jaminan yang 

mengesahkan siapa diri-Nya. Tatanan alam ini tidak 

bisa diubah kecuali oleh Tuhan   yang berkuasa atas alam, 

yang kita yakini sebagai Tuhan   kebenaran dan kebaikan, 

dan Ia tidak akan pernah menyerahkan tanda jabatan-

Nya itu kepada seorang pembohong atau penipu.  

III. Percakapan antara Kristus dan Nikodemus tentang hal ini, atau 

lebih tepatnya, khotbah Kristus yang disampaikan kepadanya, 

dan isi khotbah itu, yang mungkin merupakan ringkasan dari 

khotbah sebelumnya yang sudah disampaikan-Nya kepada orang 

banyak (ay. 11-12).  

Ada empat hal yang dibicarakan oleh Juruselamat kita di sini:  

1.  Mengenai kodrat dan pentingnya pembaharuan jiwa atau ke-

lahiran kembali (ay. 3-8). Nah, kita harus memandang hal ini,   

(1) Sebagai jawaban yang tepat terhadap pernyataan Nikode-

mus. Yesus menjawab (ay. 3).  

Jawaban ini bisa merupakan:  

[1] Suatu teguran terhadap apa yang dilihat-Nya kurang 

dalam pernyataan Nikodemus. Tidaklah cukup baginya 

untuk sekadar mengagumi mujizat-mujizat Kristus dan 

membenarkan tugas perutusan-Nya, namun   juga ia ha-

rus dilahirkan kembali. Sangat jelas bahwa Nikodemus 

menantikan Kerajaan Sorga, Kerajaan Mesias yang sege-

ra datang. Kadang-kadang ia sadar akan semakin de-

katnya kedatangan hari itu, dan seperti orang-orang 

Yahudi lain, ia pun mengharapkannya muncul dalam 

kemegahan dan kekuasaan lahiriah. Ia tidak meragu-

kan bahwa Yesus ini, yang membuat mujizat-mujizat 

ini, yaitu  entah Sang Mesias itu sendiri atau nabinya, 

dan sebab  itu ia memberikan penghormatannya ke-

pada-Nya, memuji-Nya, dan dengan demikian berharap 

akan mendapatkan keuntungan-keuntungan dalam ke-

rajaan-Nya. Akan namun  , Kristus berkata kepadanya 

bahwa ia tidak akan dapat memperoleh keuntungan apa 

pun dengan perubahan yang lahiriah seperti itu, jika 

tidak ada perubahan roh, perubahan prinsip dan kehen-

dak, yang sama halnya dengan kelahiran baru. Niko-

demus datang pada malam hari: “namun   ini tidak akan 

ada gunanya,” tegas Kristus. Agama-Nya harus diakui 

di hadapan manusia, begitu menurut Dr. Hammond. 

Atau, 

[2]  Suatu tanggapan terhadap apa yang dilihat-Nya sedang 

direncanakan dalam pernyataan Nikodemus. saat  

Nikodemus mengakui Kristus sebagai guru yang diutus 

Tuhan  , yang kepada-Nya dipercayakan pewahyuan yang 

luar biasa dari sorga, ia dengan jelas menunjukkan ke-

inginannya untuk mengetahui pewahyuan yang dibawa-

Nya ini dan kesediaannya untuk menerimanya, dan 

Kristus pun menyatakannya.  

(2) Sebagai pernyataan yang disampaikan dengan sungguh-

sungguh dan tegas oleh Yesus Tuhan kita: Sesungguhnya 

Aku berkata kepadamu. Aku, yang yaitu  Amin, mengata-

kannya. Jadi perkataan ini bisa diartikan: “Aku, saksi yang 

setia dan benar.” Keadaannya sudah jelas dan tidak bisa 

diubah lagi, bahwa jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia 

tidak dapat melihat Kerajan Tuhan  . “Aku berkata kepadamu, 

sekalipun engkau seorang Farisi, seorang pengajar di 

Israel.”  

Perhatikanlah:  

[1] Apa yang dipersyaratkan di sini: dilahirkan kembali, 

yang artinya, pertama, kita harus menjalani kehidupan 

baru. Kelahiran merupakan permulaan hidup, lahir 

kembali berarti memulai hidup baru, seperti bagi mere-

ka yang selama ini hidup di jalan yang salah atau tanpa 

tujuan yang berarti. Janganlah kita berusaha menam-

bal-nambal bangunan yang sudah tua, namun   kita harus 

mulai dari fondasinya. Kedua, kita harus memiliki  

kodrat yang baru, prinsip-prinsip hidup yang baru, 

perasaan-perasaan yang baru, dan tujuan-tujuan yang 

baru. Kita harus dilahirkan anōthen, yang berarti baik 

denuo – lagi