Yohanes 1-16 4
:13), dan bukan membawa bayang-
bayang hukum Taurat, yang seperti air, merupakan
unsur-unsur yang lemah dan miskin. Tempayan ini
yaitu tempayan air, yang sebelumnya tidak pernah
digunakan untuk menampung anggur, dan terbuat
dari batu, yang cenderung tidak dapat menahan aro-
ma minuman keras sebelumnya, kalaupun dipakai
untuk diisi anggur. Tempayan-tempayan itu masing-
masing berisi dua tiga buyung, dua atau tiga bat,
atau efa, ukurannya tidak pasti, namun sangat ba-
nyak. Kita bisa yakin bahwa semua anggur ini tidak
dimaksudkan untuk diminum sekaligus pada pesta
ini, namun sebagai kebajikan yang lebih besar yang
diberikan kepada pasangan pengantin baru itu, se-
perti halnya minyak yang berlipat ganda bagi si jan-
da miskin, yang darinya ia bisa membayar utangnya
dan hidup dari lebihnya (2Raj. 4:7). Kristus memberi
seperti diri-Nya sendiri, dan Ia memberi dengan
berkelimpahan, menurut kekayaan kemuliaan-Nya.
Bahasa penulis Injil inilah yang mengatakan bahwa
tempayan-tempayan itu masing-masing berisi dua
tiga buyung, sebab Roh Kudus tentu dapat memasti-
kan dengan persis seberapa banyak isinya, dan de-
ngan demikian hal ini (seperti dalam pasal 6:19)
mengajar kita untuk berbicara dengan hati-hati, dan
tidak mudah yakin, tentang hal-hal yang tidak kita
ketahui dengan pasti.
Kedua, tempayan-tempayan itu diisi penuh dengan
air oleh para pelayan atas perintah Kristus (ay. 7). Se-
perti Musa, seorang hamba Tuhan, yang pergi ke gu-
nung batu untuk memperoleh air saat Tuhan menyu-
ruhnya, demikian pula hamba-hamba ini pergi ke tem-
payan air untuk memperoleh anggur saat Kristus me-
nyuruh mereka. Perhatikanlah, seperti halnya tidak ada
yang sulit bagi tangan kuasa Tuhan , demikian pula tidak
ada yang mustahil di dalam perintah-perintah-Nya.
Ketiga, mujizat itu dibuat secara tiba-tiba, dan de-
ngan begitu rupa sehingga menjadikannya sebagai mu-
jizat besar.
a. Segera sesudah mereka mengisi tempayan, Ia lang-
sung berkata, “Sekarang cedoklah” (ay. 8), dan ini
dilakukan,
(a) Tanpa tata cara apa pun, di hadapan banyak
orang. Orang mungkin menyangka, seperti
Naaman, bahwa seharusnya Kristus datang ke
luar dan berdiri memanggil nama TUHAN (2Raj.
5:11). Tidak, Ia tetap duduk di tempat-Nya, tanpa
mengatakan sepatah kata pun, melainkan hanya
menghendaki apa yang hendak dijadikan-Nya itu,
dan bersamaan dengan itu mengerjakannya. Per-
hatikanlah, Kristus melakukan perkara-perkara
besar dan ajaib tanpa ribut-ribut, Ia mengerjakan
perubahan-perubahan besar dengan cara yang
tersembunyi. Kadang-kadang Kristus, dalam
membuat mujizat, menggunakan kata-kata dan
tanda-tanda, namun hal itu dilakukan-Nya untuk
orang banyak yang berdiri mengelilingi-Nya
(11:42).
(b) Tanpa keraguan atau ketidakpastian sedikit pun
di dalam hati-Nya. Ia tidak berkata, “Cedoklah se-
karang,” dan “Biarlah Aku mencicipinya terlebih
dulu apakah sudah sesuai dengan apa yang Aku
kehendaki.” Sebaliknya, dengan penuh keyakin-
an yang sulit terbayangkan, meskipun itu mujizat
pertama-Nya, Ia malah menyuruh mereka mem-
bawanya kepada pemimpin pesta terlebih dulu.
Seperti halnya Ia mengetahui apa yang akan dila-
kukan-Nya, demikian pula Ia tahu apa yang da-
pat dilakukan-Nya, dan di dalam bekerja Ia tidak
mencoba-coba terlebih dulu. Segala yang diper-
buat-Nya baik, sangat baik, bahkan pada tahap
awalnya.
b. Yesus Tuhan kita menyuruh para pelayan,
(a) Untuk mencedoknya, dan tidak membiarkannya
di tempayan begitu saja untuk dikagumi, melain-
kan untuk dicedok, dan diminum. Perhatikanlah,
[a] Semua pekerjaan Kristus yaitu untuk digu-
nakan. Ia tidak memberikan talenta kepada
orang hanya untuk dipendam, melainkan un-
tuk diusahakan. Bukankah Ia telah meng-
ubah airmu menjadi anggur, memberimu pe-
ngetahuan dan kasih karunia? Hal itu untuk
kepentingan bersama, dan sebab itu cedok-
lah sekarang.
[b] Orang-orang yang ingin mengenal Kristus ha-
rus mencoba mendengarkan-Nya dulu, harus
menuruti-Nya dalam menggunakan sarana-
sarana yang biasa, dan baru kemudian dapat
mengharapkan dampak yang luar biasa pada
diri mereka. Apa yang disimpan bagi semua
orang yang takut akan Tuhan dilakukan bagi
orang yang berlindung pada-Nya (Mzm.
31:20), dan sebab itu, dengan tindakan
iman, mereka akan mencedok apa yang ter-
simpan bagi mereka itu.
(b) Untuk membawanya kepada pemimpin pesta. Me-
nurut sebagian orang sang pemimpin pesta ini
hanya satu orang, yaitu seorang tamu yang pa-
ling terhormat, yang duduk di kepala meja. Akan
namun , jika memang demikian, tentulah Yesus
Tuhan kita yang seharusnya menduduki tempat
itu, sebab bila dilihat dari segala segi, Dialah
tamu yang paling utama. Namun tampaknya ada
orang lain yang sudah menduduki tempat yang
terpenting itu, mungkin orang yang sangat meng-
inginkannya (Mat. 23:6), dan memilihnya (Luk.
14:7), dan Kristus, sesuai dengan aturan yang
diberikan-Nya sendiri, duduk di tempat yang pa-
ling rendah. Akan namun , meskipun tidak diperla-
kukan sebagai Pemimpin pesta, Ia membuktikan
diri-Nya sebagai seorang teman dalam pesta itu,
jika bukan penyelenggara pesta itu, bisa dikata-
kan, Dialah penderma yang paling baik bagi
pesta itu. Orang lain lagi berpikir bahwa pemim-
pin pesta ini yaitu seorang pengawas pesta,
pengatur pesta, yang bertugas untuk memasti-
kan bahwa setiap orang sudah mendapatkan ba-
giannya dan tidak ada yang mendapat lebih,
bahwa segala sesuatu berjalan baik dan tidak
kacau. Perhatikanlah, pesta membutuhkan se-
orang pemimpin, sebab terlalu banyak orang
yang tidak bisa menguasai diri mereka sendiri
bila ada di dalam pesta. Sebagian orang lagi ber-
pikir bahwa si pemimpin pesta ini yaitu seorang
rohaniwan, seorang imam atau orang Lewi yang
memintakan berkat dan mengucapkan syukur,
dan Kristus ingin agar satu cangkir dibawakan
kepadanya supaya ia bisa memberkatinya, dan
memuji Tuhan sebab nya, sebab tanda-tanda luar
biasa dari kehadiran dan kuasa Kristus tidak di-
maksudkan untuk menggantikan, atau mem-
buang, segala aturan dan tata cara yang biasa
dilakukan dalam kesalehan dan ibadah.
Keempat, anggur yang disediakan secara ajaib itu
yaitu jenis anggur yang terbaik dan termahal, yang di-
akui oleh sang pemimpin pesta itu sendiri. Bahwa ang-
gur itu memang enak, dan bukan khayalannya semata,
tidaklah diragukan lagi, sebab ia tidak tahu dari mana
datangnya anggur itu (ay. 9-10).
1. Sudah pasti bahwa ini memang anggur. Pemimpin
pesta itu mengetahuinya saat ia meminumnya,
meskipun ia tidak tahu dari mana datangnya. Para
pelayan tahu dari mana datangnya anggur itu, namun
mereka belum mencicipinya. Seandainya yang men-
cicipi anggur melihat saat mereka mencedok ang-
gur, atau seandainya yang mencedok anggur sudah
mencicipinya, maka mungkin orang bisa mengata-
kan bahwa itu hanyalah khayalan mereka saja. Na-
mun, sekarang tidak ada lagi alasan yang bisa dipa-
kai untuk merasa curiga.
2. Bahwa anggur itu yaitu anggur yang paling baik.
Perhatikanlah, pekerjaan-pekerjaan Kristus dengan
sendirinya akan dipuji bahkan oleh orang-orang
yang tidak mengetahui siapa yang mengerjakannya.
Apa yang dihasilkan dari suatu mujizat selalu meru-
pakan hasil yang terbaik. Anggur ini memiliki
aroma yang lebih kuat dan rasa yang lebih baik
dibandingkan anggur biasa. Dengan air muka yang se-
nang hal ini diberitahukan pemimpin pesta kepada
mempelai laki-laki sebagai sesuatu yang tidak lazim.
(1) Cara yang biasa dipakai yaitu sebaliknya. Ang-
gur yang baik dikeluarkan saat pesta dimulai
agar yang terbaik bisa langsung dinikmati saat
itu, saat pikiran para tamu masih jernih dan
selera makan-minum mereka masih segar, agar
mereka bisa mengecap rasa anggur itu, dan da-
pat menikmatinya, lalu memujinya. namun , saat
orang sudah puas minum, saat kepala mereka
sudah pusing dan nafsu makan atau minum te-
lah hilang, maka sia-sia saja memberikan anggur
yang baik kepada mereka, bahkan anggur yang
kurang baik pun bisa disajikan saja pada saat
seperti itu. Lihatlah betapa sia-sianya semua ke-
nikmatan badani, cepat mengenyangkan namun
tidak pernah memuaskan, makin lama dinikmati
makin berkuranglah kesenangan yang diberikan-
nya.
(2) Mempelai laki-laki ini merasa berterima kasih ke-
pada teman-temannya sebab sudah menyimpan
anggur yang terbaik yang disajikan dalam cang-
kir yang indah itu: engkau menyimpan anggur
yang baik sampai sekarang. sebab tidak tahu
kepada siapa mereka harus berterima kasih un-
tuk anggur yang baik ini, sang pemimpin pesta
mengucapkan rasa terima kasihnya atas hidang-
an itu kepada sang mempelai laki-laki. Ia tidak
tahu bahwa Akulah yang memberinya gandum
dan anggur (Hos. 2:7). Perhatikanlah: [1] Meski-
pun Kristus dalam memberikan persediaan yang
begitu berlimpah kepada para tamu memboleh-
kan orang minum anggur dengan secukupnya,
terutama pada masa-masa kesukaan besar (Neh.
8:10), Ia tidak membatalkan peringatan yang di-
berikan-Nya sendiri, atau melanggarnya sedikit
pun, yaitu bahwa hati kita, kapan pun, bahkan
dalam pesta perkawinan, jangan sarat oleh pesta
pora dan kemabukan (Luk. 21:34). saat Kristus
menyediakan begitu banyak anggur yang baik ke-
pada orang-orang yang sudah puas minum, Ia
bermaksud mengajar mereka supaya mereka
tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpah-
an. Menahan diri sebab terpaksa bukanlah hal
yang terpuji. Yang layak mendapat pujian yaitu
jika pemeliharaan Tuhan menganugerahkan kita
kelimpahan kenikmatan indrawi, namun kita
hanya mau menikmatinya secukupnya dengan
bantuan anugerah-Nya. Ia juga ingin agar ada
sebagian anggur yang disisakan untuk meyakin-
kan orang lain akan kebenaran mujizat itu,
sehingga mereka pun menjadi percaya. Dan kita
memiliki alasan untuk berpikir bahwa tamu-
tamu dalam pesta ini sangat sadar, atau setidak-
nya sekarang mereka sangat terperangah dengan
kehadiran Kristus, sehingga tidak satu pun dari
antara mereka yang meminum anggur ini secara
berlebihan. Dua pertimbangan berikut ini, yang
diambil dari cerita di atas, cukup untuk menjaga
kita kapan saja untuk tidak tergoda dan bersikap
berlebih-lebihan. Pertama, bahwa makanan dan
minuman yaitu karunia berlimpah oleh sebab
kemurahan Tuhan kepada kita, dan kita berutang
kepada pengantaraan Kristus atas kebebasan
dan kenyamanan dalam menikmatinya. sebab
itu, kita menjadi orang yang tidak tahu berterima
kasih dan sangat kurang ajar bila kita menye-
lewengkan kebebasan dan kenyamanan ini.
Kedua, bahwa di mana pun kita berada, Kristus
selalu melihat kita. Kita harus makan di hadapan
Tuhan (Kel. 18:12), dan kita tidak boleh makan
seenaknya. [2] Ia telah memberi kita sebuah tela-
dan tentang cara yang dipakai-Nya dalam berhu-
bungan dengan orang-orang yang berhubungan
dengan-Nya, yaitu menyimpan apa yang terbaik
untuk kemudian, dan sebab itu mereka harus
mengandalkan kepercayaan bila berhubungan
dengan Dia. Imbalan bagi pelayanan dan pekerja-
an mereka disimpan untuk dunia yang akan
datang, dan ini merupakan kemuliaan yang akan
disingkapkan kemudian. Kesenangan dosa mem-
beri nikmat pada awalnya, namun menggigit bagai-
kan ular pada akhirnya. Sebaliknya, kesenangan
agama akan terasa nikmat untuk selama-lama-
nya.
III. Pada akhir cerita ini kita diberi tahu (ay. 11):
1. Bahwa ini yaitu yang pertama dari tanda-tanda yang diper-
buat Yesus. Banyak mujizat telah terjadi mengenai Dia pada
saat kelahiran dan pembaptisan-Nya, dan diri-Nya sendiri ada-
lah mujizat yang terbesar dari semuanya. Namun, inilah muji-
zat pertama yang dibuat oleh-Nya. Ia bisa saja membuat muji-
zat saat Ia bersoal jawab dengan alim-alim ulama di Bait
Tuhan dulu, namun saat-Nya belum tiba. Ia memiliki kuasa,
namun ada waktunya saat kuasa-Nya itu tersembunyi.
2. Bahwa dengan demikian Ia menyatakan kemuliaan-Nya. De-
ngan mujizat ini Ia membuktikan diri-Nya sebagai Anak Tuhan ,
dan menunjukkan kemuliaan-Nya sebagai Anak tunggal Bapa.
Ia juga memperlihatkan hakikat dan tujuan pekerjaan-Nya.
Kuasa Tuhan dan kasih karunia seorang Juruselamat, yang
tampak dalam semua mujizat-Nya, terutama dalam mujizat
ini, menyatakan kemuliaan Mesias yang sudah lama dinanti-
nantikan itu.
3. Bahwa murid-murid-Nya percaya kepada-Nya. Mereka yang te-
lah dipanggil-Nya (ps. 1), yang belum melihat satu mujizat
pun, namun mau mengikuti-Nya, kini melihat mujizat ini, ber-
bagi di dalamnya, dan iman mereka pun diteguhkan olehnya.
Perhatikanlah:
(1) Bahkan iman yang benar pada mulanya hanyalah iman
yang lemah. Orang-orang yang paling kuat pada mulanya
hanyalah bayi, begitu pula dengan orang-orang Kristen
yang paling kuat rohaninya.
(2) Pernyataan atau perwujudan kemuliaan Kristus merupa-
kan peneguhan yang kuat atas iman orang Kristen.
Para Pedagang di Bait Suci Diusir;
Kematian dan Kebangkitan Kristus Diberitahukan
(2:12-22)
12 Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibu-Nya
dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ
hanya beberapa hari saja. 13 saat hari raya Paskah orang Yahudi sudah
dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya peda-
gang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar
uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka
semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka;
uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil se-
muanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat
berjualan.” 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta
untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” 18 Orang-orang Yahudi menantang
Yesus, katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bah-
wa Engkau berhak bertindak demikian?” 19 Jawab Yesus kepada mereka:
“Rombak Bait Tuhan ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kem-
bali.” 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun
orang mendirikan Bait Tuhan ini dan Engkau dapat membangunnya dalam
tiga hari?” 21 namun yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Tuhan ialah tubuh-
Nya sendiri. 22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah
teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mere-
ka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucap-
kan Yesus.
Di sini kita melihat:
I. Kunjungan singkat Kristus ke Kapernaum (ay. 12). Kapernaum
yaitu kota yang luas dan padat penduduknya, jauhnya kira-kira
satu hari perjalanan dari Kana. Kota ini disebut kota-Nya sendiri
(Mat. 9:1), sebab Ia menjadikannya sebagai pangkalan-Nya di
wilayah Galilea, dan betapa sedikitnya istirahat yang didapat-Nya
di sana! Kota ini merupakan tempat berkumpul orang banyak,
dan sebab itu Kristus memilihnya, agar ketenaran ajaran dan
mujizat-mujizat-Nya bisa menyebar dari sana ke tempat-tempat
yang lain.
Perhatikanlah:
1. Teman seperjalanan yang menyertai-Nya ke sana: ibu-Nya,
saudara-saudara-Nya, dan murid-murid-Nya. Ke mana pun
Kristus pergi,
(1) Ia tidak akan pergi sendiri, namun akan mengajak bersama-
Nya orang-orang yang telah mempercayakan diri mereka ke
dalam bimbingan-Nya, supaya Ia dapat mengajar mereka
dan agar mereka bisa menyaksikan mujizat-mujizat-Nya.
(2) Ia tidak bisa pergi sendiri, mereka pasti akan mengikuti-
Nya, sebab mereka suka dengan manisnya ajaran-Nya atau
anggur-Nya (6:26). Ibu-Nya tetap mengikuti-Nya, meskipun
sebelumnya Kristus menyadarkannya bahwa dalam pela-
yanan-pelayanan-Nya Ia tidak boleh menghormatinya lebih
dibandingkan orang lain. Ibu-Nya mengikuti-Nya bukan untuk
menjadi pengantara bagi-Nya, melainkan untuk belajar
dari-Nya. Ikut pula dalam perjalanan ini saudara-saudara
dan kerabat-kerabat-Nya, yang sebelumnya menghadiri
pesta perkawinan bersama-Nya dan menjadi tergerak oleh
mujizat di sana, dan juga murid-murid-Nya, yang meng-
ikuti-Nya ke mana pun Ia pergi. Tampaknya orang banyak
tersentuh oleh mujizat-mujizat Kristus pada waktu pertama
lebih dibandingkan sesudahnya, saat mujizat-mujizat itu
tampak tidak begitu mengherankan lagi sebab sudah
biasa disaksikan.
2. Lama tinggal-Nya di situ, yang pada kali ini hanya beberapa
hari saja, sebab Ia hanya ingin melihat-lihat kota itu saja ter-
lebih dahulu sebelum tinggal agak lama nantinya. Kristus se-
lalu berpindah-pindah tempat, Ia tidak ingin membatasi man-
faat yang bisa diberikan-Nya hanya kepada satu tempat, kare-
na banyak orang membutuhkan-Nya. Dengan demikian Ia
hendak mengajar para pengikut-Nya agar mereka melihat diri
mereka hanya sebagai pelancong di dunia ini, dan mengajar
hamba-hamba-Nya agar mereka segera memanfaatkan pe-
luang-peluang yang ada, dan pergi ke mana pun pekerjaan
mereka membawa mereka. Kita tidak mendapati Kristus di
rumah-rumah ibadah pada saat itu, Ia hanya mengajar saha-
bat-sahabat-Nya secara pribadi, dan dengan demikian Ia me-
mulai pekerjaan-Nya secara bertahap. Sungguh baik bila ham-
ba-hamba Tuhan yang masih muda membiasakan diri mende-
ngarkan secara pribadi perkataan yang saleh dan membangun,
sehingga dengan persiapan yang lebih baik dan perasaan hor-
mat yang lebih besar mereka dapat memulai pekerjaan mereka
di hadapan orang banyak. Ia tidak tinggal lama di Kapernaum,
sebab hari raya Paskah sudah dekat, dan Ia harus meraya-
kannya di Yerusalem. Segala sesuatu itu indah pada waktu-
nya. Yang kurang baik haruslah mengalah demi yang lebih
baik, dan segala tempat kediaman Yakub harus mengalah
demi pintu-pintu gerbang Sion.
II. Paskah yang dirayakan-Nya di Yerusalem. Ini yaitu Paskah per-
tama sesudah pembaptisan-Nya, dan penulis Injil ini mencatat
semua Paskah yang dirayakan-Nya sesudahnya, yang semuanya
ada empat, dan Paskah keempat yaitu saat Ia dihukum dan
menderita (tiga tahun sesudah ini), dan sekarang baru setengah
tahun berlalu sejak pembaptisan-Nya. Kristus, sebab takluk ke-
pada hukum Taurat, merayakan hari Paskah di Yerusalem (Kel.
23:17). Dengan demikian, Ia mengajar kita melalui teladan-Nya
agar kita menjalankan ketetapan-ketetapan ilahi dengan ketat
dan menghadiri perkumpulan-perkumpulan ibadah dengan rajin.
Ia berangkat ke Yerusalem saat hari raya Paskah orang Yahudi
sudah dekat, supaya Ia bisa termasuk orang-orang pertama yang
sampai di sana. Paskah ini disebut Paskah orang Yahudi, sebab
hari raya ini khusus dirayakan oleh umat Yahudi (Kristus yaitu
Paskah kita), namun tidak lama lagi Tuhan tidak akan mengakui
perayaan ini sebagai perayaan-Nya. Kristus selalu merayakan
Paskah di Yerusalem setiap tahun, sejak Ia berumur dua belas
tahun, untuk mematuhi hukum Taurat. Akan namun , sebab seka-
rang Ia telah memulai masa pelayanan-Nya kepada orang banyak,
kita bisa mengharapkan sesuatu yang lebih dari-Nya dibanding-
kan dengan sebelumnya, dan di sini ada dua hal yang diberitahu-
kan tentang apa yang diperbuat-Nya di sana:
1. Ia membersihkan Bait Suci (ay. 14-17).
Perhatikanlah di sini:
(1) Tempat pertama kita mendapatkan Kristus di Yerusalem
yaitu di Bait Suci, dan sepertinya Ia tidak muncul di
hadapan orang banyak sebelum Ia datang ke sana, sebab
kehadiran dan pengajaran-Nya di situ merupakan keme-
gahan rumah yang kemudian yang akan melebihi kemegah-
annya yang semula (Hag. 2:10). Sudah dinubuatkan (Mal.
3:1) bahwa “Aku akan menyuruh utusan-Ku,” Yohanes Pem-
baptis. Ia tidak pernah mengajar di Bait Suci, namun Tuhan
yang kamu cari, Ia dengan tiba-tiba akan masuk ke bait-
Nya, secara tiba-tiba sesudah kemunculan Yohanes Pem-
baptis. Dengan demikian, sekarang inilah saatnya, dan di
Bait Sucilah Mesias harus dinantikan.
(2) Pekerjaan pertama yang kita lihat dilakukan Kristus di Bait
Suci yaitu membersihkan tempat itu, sebab demikianlah
yang sudah dinubuatkan di sana (Mal. 3:2-3): Ia akan
duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan pe-
rak; dan Ia mentahirkan orang Lewi. Sekaranglah tiba masa
pembaharuan. Kristus datang untuk menjadi Sang Pem-
baharu agung, dan sama seperti cara membaharui yang
dilakukan raja-raja Yehuda, Ia pertama-tama membersih-
kan apa yang salah (dan ini dulu merupakan pekerjaan
pada hari raya Paskah juga, seperti pada masa Hizkia,
2Taw. 30:14-15, dan pada masa Yosia, 2Raj. 23:4, dst.),
dan baru kemudian Ia mengajar mereka untuk berbuat
kebaikan. Pertama buanglah ragi yang lama itu, kemudian
barulah kita merayakan pesta. Dengan datang ke dunia,
Kristus memiliki rancangan untuk memperbaharui du-
nia, dan Ia mengharapkan agar semua orang yang datang
kepada-Nya memperbaharui hati dan hidup mereka (Kej.
35:2). Dan hal ini telah diajarkan-Nya melalui pembersihan
Bait Suci ini.
Lihatlah di sini:
[1] Apa itu kecemaran-kecemaran yang harus dibersihkan.
Ia menemukan sebuah pasar di salah satu pelataran
Bait Suci, yang disebut dengan pelataran bangsa-bang-
sa lain, di dalam gunung Bait Suci.
Di sana:
Pertama, ada penjual-penjual lembu, kambing domba
dan merpati, untuk hewan persembahan. Pastilah he-
wan-hewan ini bukan untuk keperluan biasa, melain-
kan untuk memudahkan orang-orang yang datang dari
luar Yerusalem, yang tidak bisa membawa-bawa hewan
itu dengan nyaman sepanjang perjalanan (Ul. 14:24-26).
Pasar ini mungkin dulu berada di dekat kolam Betesda
(5:2), namun sekarang diperbolehkan masuk ke dalam
Bait Suci oleh imam-imam kepala, supaya mereka bisa
mendapat uang kotor darinya. sebab pastilah uang
sewa untuk berdagang di situ, dan biaya untuk meme-
riksa hewan-hewan yang dijual di sana dan mengeluar-
kan sertifikat bahwa hewan-hewan itu tidak bercela,
akan mendatangkan penghasilan yang sangat besar
bagi mereka. Kecemaran-kecemaran besar di dalam
gereja timbul sebab cinta akan uang (1Tim. 6:5-10).
Kedua, ada juga penukar-penukar uang, untuk me-
mudahkan orang-orang yang setiap tahun harus mem-
bayar pajak persis setengah syikal, yang berbentuk
uang logam, sebagai biaya untuk pelayanan di Bait Suci
(Kel. 30:12), dan mereka juga pasti bisa mendapatkan
keuntungan dari penukaran uang ini.
[2] Apa cara yang ditempuh Tuhan kita untuk membersih-
kan kecemaran-kecemaran itu. Ia sudah melihat se-
muanya ini di Bait Suci sebelumnya, saat Ia masih
belum memulai pelayanan umum-Nya, namun Ia tidak
pernah bangkit untuk mengusir mereka sampai seka-
rang, saat Ia telah menampakkan jati diri-Nya sebagai
seorang nabi di hadapan orang banyak. Ia tidak menge-
luh kepada imam-imam kepala sebab Ia tahu bahwa
mereka sendiri memperbolehkan segala kecemaran itu.
namun , Ia sendiri:
Pertama, mengusir kambing domba dan lembu, beser-
ta para penjualnya, dari Bait Suci. Ia tidak pernah se-
cara paksa menghalau orang masuk ke dalam Bait Suci.
Paksaan hanya dipakai-Nya untuk mengusir orang-
orang yang mencemarkan Bait Suci itu. Ia tidak me-
nangkap kambing domba dan lembu untuk diri-Nya
sendiri. Ia tidak merampas dan mengambil bagi diri-Nya
sendiri, meskipun Ia melihat bahwa hewan-hewan itu-
lah yang merupakan pelanggar-pelanggar yang sesung-
guhnya yang menerobos masuk ke tanah milik Bapa-
Nya. Ia hanya mengusir semua hewan itu, beserta para
pemiliknya. Ia membuat cambuk dari tali, yang mung-
kin sebelumnya dipakai oleh mereka untuk menggiring
kambing domba dan lembu mereka, dan mengusir me-
reka semua dari Bait Suci, dari tempat di mana Kristus
telah mengumpulkan mereka. Orang-orang berdosa me-
nyiapkan cambuk yang akan dipakai untuk mengusir
mereka sendiri dari Bait Tuhan . Ia tidak membuat cam-
buk untuk menghukum para pelanggar aturan (hukum-
an-Nya bagi mereka berbeda sifatnya), namun hanya un-
tuk mengusir ternak-ternak itu. Tidak ada yang diingin-
kan-Nya selain dibandingkan pembaharuan (Rm. 13:3-4;
2Kor. 10:8).
Kedua, dihamburkan-Nya ke tanah uang penukar-
penukar, to kerma – uang kecil – Nummorum Famulus.
Dengan menghamburkan uang itu, Ia menunjukkan
ketidaksukaan-Nya akan uang. Ia melemparkannya ke
tanah, ke bumi, sebab seperti begitulah uang itu ada-
nya. Dengan membalikkan meja-meja itu, Ia menunjuk-
kan ketidaksenangan-Nya terhadap orang-orang yang
menjadikan agama sebagai sarana untuk memperoleh
keuntungan duniawi. Penukar-penukar uang di Bait
Suci menajiskan tempat itu. Perhatikanlah, dalam me-
ngerjakan pembaharuan, sungguh baik jika kita melak-
sanakannya secara menyeluruh dan tuntas. Ia mengusir
mereka semua. Ia tidak hanya menghamburkan uang,
namun juga, dengan membalikkan meja-meja, Ia mem-
bubarkan perdagangan itu sekaligus.
Ketiga, kepada pedagang-pedagang merpati (hewan
persembahan bagi kaum miskin) Ia berkata, “Ambil se-
muanya ini dari sini.” Walaupun burung-burung mer-
pati tidak begitu menyita banyak tempat, dan tidak be-
gitu banyak membuat kegaduhan seperti kambing dom-
ba dan lembu, burung-burung itu tidak diperbolehkan
berada di sana. Burung pipit dan burung layang-layang
yang dengan pemeliharaan Tuhan (Mzm. 84:4) hinggap di
Bait Suci tentu diperbolehkan, namun tidak demikian
dengan burung merpati, yang dimanfaatkan bagi keun-
tungan manusia. Bait Tuhan tidak boleh dijadikan sa-
rang burung merpati. Namun demikian, lihatlah hikmat
Kristus dalam cinta-Nya yang membara ini. Sewaktu Ia
mengusir kambing domba dan lembu, para pemiliknya
bisa saja mengejar hewan-hewan itu, dan sewaktu Ia
menghamburkan uang, para pedagang bisa saja me-
ngumpulkannya kembali, namun jika Ia melepaskan bu-
rung-burung merpati, maka burung-burung itu akan
terbang dan tidak bisa didapat lagi. Oleh sebab itu,
kepada pedagang-pedagang burung merpati Ia hanya
berkata, “Ambillah semuanya ini dari sini.” Perhatikan-
lah, kebijaksanaan haruslah selalu membimbing dan
mengatur semangat kita yang membara, agar kita tidak
berbuat sesuatu yang tidak patut kita perbuat, atau
yang membahayakan orang lain.
Keempat, Ia memberikan alasan yang baik kepada
mereka atas perbuatan-Nya itu: jangan kamu membuat
rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan. Tindakan
paksa untuk meluruskan harus disertai dengan alasan
yang membenarkan.
a. Inilah alasan mengapa mereka tidak boleh mence-
markan Bait Suci, sebab itu yaitu rumah Tuhan ,
dan tidak boleh dijadikan rumah untuk berjual beli.
Berjual beli yaitu hal yang baik jika dilakukan di
pasar, namun tidak di Bait Suci. Dengan berbuat de-
mikian, maka mereka,
(a) Merampas apa yang dipersembahkan bagi kehor-
matan Tuhan . Ini merupakan tindakan pencemar-
an, perampokan terhadap Tuhan .
(b) Merendahkan apa yang khidmat dan agung, dan
membuatnya hina.
(c) Mengganggu dan menghalangi ibadah yang seha-
rusnya dijalankan dengan khidmat, sungguh-
sungguh, dan khusyuk. Perbuatan mereka itu
terutama menghina ibadah orang-orang asing ka-
rena mereka dipaksa berkumpul bersama kam-
bing domba dan lembu, dan ibadah mereka pun
menjadi terganggu sebab kegaduhan pasar, se-
bab pasar ini berada di pelataran bagi bangsa-
bangsa bukan-Yahudi.
(d) Membuat kepentingan agama tunduk kepada ke-
pentingan duniawi, sebab kekudusan tempat itu
pasti membuat pasar ini ramai dan membuat
barang dagangan mereka laris. Orang-orang yang
menjadikan rumah Tuhan sebagai rumah dagang
yaitu mereka,
[a] Yang pikirannya dipenuhi dengan perkara-
perkara duniawi saat mereka sedang beriba-
dah, seperti yang digambarkan dalam Amos
8:5; Yehezkiel 33:31.
[b] Yang memanfaatkan jabatan rohaninya untuk
mendapatkan uang kotor, dan menjual karu-
nia-karunia Roh Kudus (Kis. 8:18).
b. Inilah alasan mengapa Ia harus membersihkannya,
yaitu sebab Bait Suci yaitu Rumah Bapa-Nya.
Dan,
(a) Oleh sebab itu, Ia memiliki wewenang untuk
membersihkannya, sebab Ia berlaku setia, seba-
gai Anak yang mengepalai rumah-Nya (Ibr. 3:5-6).
Dengan memanggil Tuhan sebagai Bapa-Nya, Ia
menunjukkan bahwa diri-Nya yaitu Mesias,
yang tentang Dia dikatakan, “Dialah yang akan
mendirikan rumah bagi nama-Ku, dan Aku akan
menjadi Bapanya” (2Sam. 7:13-14).
(b) Oleh sebab itu, Ia bersemangat untuk member-
sihkannya: “Ini rumah Bapa-Ku, dan sebab itu
Aku tidak tahan melihatnya dicemarkan, dan me-
nyaksikan Dia tidak dihormati.” Perhatikanlah,
jika Tuhan yaitu Bapa kita di sorga, dan sebab
itu kita ingin agar nama-Nya dikuduskan, pasti-
lah kita bersedih melihat nama-Nya dicemarkan.
Pembersihan Bait Suci oleh Kristus ini dengan
demikian sudah selayaknya dipandang sebagai
salah satu pekerjaan-Nya yang mengagumkan.
Inter omnia signa quæ fecit Dominus, hoc mihi
videtur esse mirabilius – Dari semua pekerjaan
mengagumkan yang diperbuat Kristus, bagi saya
pekerjaan inilah yang tampak paling mengagum-
kan – Hieron. Tindakan ini mengagumkan, meng-
ingat,
[a] Ia melakukannya tanpa bantuan seorang pun
dari sahabat-sahabat-Nya. Dalam hal ini
mungkin tidaklah sulit untuk memanas-ma-
nasi orang banyak, yang sangat menghormati
Bait Suci, agar mereka melawan para peda-
gang ini yang sudah mencemarkan Bait Suci.
Akan namun , Kristus tidak pernah menyetujui
perbuatan apa pun yang rusuh dan tidak ter-
atur. Ada satu hal yang perlu ditegakkan, dan
lengan-Nya sendirilah yang akan menegak-
kannya.
[b] Ia melakukannya tanpa perlawanan dari satu
orang pun musuh-Nya, entah dari para peda-
gang itu sendiri ataupun dari imam-imam
kepala yang memberi mereka izin, dan yang
memiliki posse templi – kekuasaan di Bait
Suci, kapan saja mereka memerintahkannya.
Akan namun , kejahatan itu memang terlalu
mencolok untuk dibenarkan. Suara hati para
pendosa yaitu sahabat terbaik bagi para
pembaharu. Namun demikian, ini belum se-
muanya, dalam hal ini ada kekuasaan ilahi
yang bekerja, kuasa atas roh-roh manusia,
dan dalam tindakan mereka yang tidak mela-
wan itu, nubuat Alkitab digenapi (Mal. 3:2-3),
“Siapakah yang dapat tahan akan hari keda-
tangan-Nya?”
Kelima, inilah keterangan yang diberikan murid-mu-
rid-Nya tentang peristiwa ini (ay. 17): Maka teringatlah
murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk ru-
mah-Mu menghanguskan Aku.” Pada mulanya mereka
agak terkejut melihat Dia yang diperlihatkan kepada
mereka sebagai Anak Domba Tuhan itu begitu marah
seperti itu, dan Dia yang mereka percaya sebagai Raja
Israel begitu merendahkan diri-Nya seperti itu sampai
mau melakukan semuanya itu seorang diri. Akan te-
tapi, mereka teringat akan satu ayat Kitab Suci yang
mengajar mereka untuk menyelaraskan perbuatan-Nya
ini dengan kelemahlembutan Anak Domba Tuhan mau-
pun dengan kemegahan Raja Israel, sebab Daud, saat
berbicara tentang Mesias, secara khusus memperhati-
kan cintanya untuk rumah Tuhan yang begitu hebat se-
hingga sampai menghanguskannya, membuatnya lupa
diri (Mzm. 69:10).
Perhatikanlah:
1. Murid-murid mulai mengerti maksud perbuatan
Kristus dengan mengingat Kitab Suci: Maka teringat-
lah murid-murid-Nya sekarang bahwa ada tertulis.
Perhatikanlah, firman Tuhan dan perbuatan Tuhan
saling menjelaskan dan menggambarkan satu sama
lainnya. Ayat-ayat Kitab Suci yang tidak terang kini
menjadi jelas melalui penggenapannya dalam tin-
dakan pemeliharaan Tuhan , dan pemeliharaan-peme-
liharaan Tuhan yang sulit dipahami menjadi mudah
dimengerti dengan membandingkannya dengan ayat-
ayat Kitab Suci. Lihatlah betapa besar manfaatnya
bagi murid-murid Kristus jika mereka selalu siap
dan berpegang penuh pada Kitab Suci, dan selalu
memenuhi ingatan mereka dengan kebenaran-kebe-
naran Kitab Suci, yang dengannya mereka akan di-
perlengkapi untuk melakukan setiap pekerjaan yang
baik.
2. Ayat Alkitab yang teringat oleh mereka sangatlah te-
pat: cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.
Daud dalam hal ini merupakan gambaran Kristus,
sebab ia cinta akan rumah Tuhan (Mzm. 132:2-3).
Untuk rumah Tuhan ia berbuat dengan segenap ke-
mampuannya (1Taw. 29:2). Bagian yang terkemu-
dian dari ayat itu (Mzm. 69:10) diterapkan pada
Kristus (Rm. 15:3), seperti halnya bagian yang ter-
dahulunya diterapkan di sini. Segala hal-hal mulia
yang ada pada orang-orang kudus Perjanjian
Lama sungguh nyata di dalam Kristus, terutama
cinta untuk rumah Tuhan ini, dan seperti halnya
orang-orang kudus itu merupakan teladan bagi kita,
demikian pula mereka yaitu gambaran akan Dia.
Perhatikanlah:
(1) Yesus Kristus sangatlah cinta terhadap rumah
Tuhan, yakni gereja-Nya. Ia mengasihinya dan
selalu ingin memberikan kehormatan dan kese-
jahteraan kepadanya.
(2) Cinta ini bahkan menghanguskan-Nya, mem-
buat-Nya merendahkan diri-Nya, menguras te-
naga-Nya, dan memperhadapkan diri-Nya di de-
pan umum. Nyala cintaku menghabiskan aku
(Mzm. 119:139). Cinta untuk rumah Tuhan mem-
buat kita tidak boleh mementingkan pujian, ke-
nyamanan, dan keamanan kita sendiri saat
semua itu bersaing dengan kewajiban dan pela-
yanan kita terhadap Kristus. Kadang-kadang
cinta untuk rumah Tuhan juga sampai membawa
jiwa kita, dalam melaksanakan kewajiban, begitu
jauh dan begitu cepat sehingga tubuh kita tidak
dapat mengimbanginya, dan membuat kita sama
tulinya seperti Tuan kita di sini terhadap orang-
orang yang berkata kepada-Nya, “Kuasailah diri-
Mu.” Keluhan-keluhan yang disampaikan-Nya di
sini mungkin tampak sepele, dan kelihatannya
bisa diabaikan begitu saja, namun begitulah
cinta Kristus, sampai Ia tidak tahan bahkan de-
ngan semua orang yang berjual beli di halaman
Bait Tuhan . Si ibi ebrios inveniret quid faceret
Dominus! (kata Augustinus) – Seandainya Dia
mendapati para pemabuk di Bait Suci itu, bayang-
kan betapa jauh lebih marahnya Dia!
2. Kristus, sesudah membersihkan Bait Suci dengan cara seperti
itu, memberikan suatu tanda bagi mereka yang mendesak-Nya
untuk membuktikan wewenang-Nya dalam berbuat demikian.
Perhatikanlah di sini:
(1) Permintaan mereka akan suatu tanda: Orang-orang Yahudi,
yaitu orang banyak beserta para pemimpin mereka, menan-
tang Yesus. Sebagai orang Yahudi, seharusnya mereka ber-
pihak kepada-Nya dan membantu-Nya menjunjung tinggi
kehormatan Bait Suci mereka. Namun, bukannya berbuat
seperti itu, mereka malah menentang perbuatan-Nya. Per-
hatikanlah, orang yang ingin bersungguh-sungguh terlibat
dalam pekerjaan pembaharuan haruslah sadar bahwa me-
reka akan menjumpai perlawanan. saat mereka tidak
bisa menentang perbuatan itu sendiri, mereka memper-
tanyakan wewenang-Nya dalam berbuat demikian: “Tanda
apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, untuk mem-
buktikan bahwa Engkau berhak dan berwenang untuk ber-
tindak demikian?” Membersihkan Bait Suci memang meru-
pakan pekerjaan yang baik, namun apa urusan-Nya dengan
perkara ini, Dia tidak punya jabatan apa-apa di sana? Me-
reka memandang tindakan pembersihan ini sebagai suatu
tindakan hukum, jadi Ia harus membuktikan bahwa diri-
Nya seorang nabi, ya, bahkan lebih dari pada nabi. Akan
namun , bukankah perbuatan itu sendiri sudah merupakan
tanda yang cukup? Kemampuan-Nya untuk mengusir be-
gitu banyak orang dari tempat mereka, tanpa menimbulkan
perlawanan, merupakan bukti akan wewenang-Nya. Ia yang
diperlengkapi dengan kuasa ilahi sedemikian rupa pastilah
diperlengkapi juga dengan wewenang ilahi. Ada apa dengan
para penjual dan pembeli ini, sehingga mereka melarikan
diri, sehingga mereka terdesak? Pastilah itu terjadi di ha-
dapan Tuhan (Mzm. 114:5, 7), bukan di hadapan yang lain.
(2) Jawaban Kristus terhadap permintaan ini (ay. 19). Ia tidak
segera membuat mujizat untuk meyakinkan mereka, namun
memberi mereka tanda mengenai sesuatu yang akan ter-
jadi, yang kebenarannya akan terbukti apabila peristiwa itu
sudah benar-benar terjadi, sesuai dengan Ulangan 18:21-
22.
Sekarang perhatikanlah:
[1] Tanda yang diberikan-Nya kepada mereka yaitu ke-
matian dan kebangkitan-Nya sendiri. Ia merujuk mereka
kepada apa yang akan menjadi, pertama, tanda-Nya
yang terakhir. Jika mereka tidak bisa diyakinkan oleh
apa yang mereka lihat dan dengar, biarlah mereka me-
nunggu. Kedua, tanda agung yang membuktikan diri-
Nya sebagai Mesias, sebab mengenai dia dinubuatkan
bahwa ia akan diremukkan (Yes. 53:5), disingkirkan
(Dan. 9:26), namun juga bahwa ia tidak akan melihat
kebinasaan (Mzm. 16:10). Semua ini digenapi di dalam
Yesus yang terpuji itu, dan oleh sebab itu sungguh Ia
yaitu Anak Tuhan , dan memiliki wewenang di Bait
Suci, rumah Bapa-Nya sendiri.
[2] Ia menubuatkan kematian dan kebangkitan-Nya bukan
dalam bahasa yang terang-terangan, seperti yang sering
digunakan-Nya kepada murid-murid-Nya, melainkan
dalam bahasa kiasan. Seperti halnya sesudah peristiwa
itu, saat Ia memberikannya sebagai tanda, Ia menye-
butnya sebagai tanda Nabi Yunus, demikian pula di sini
Ia berkata, “Rombak Bait Tuhan ini, dan dalam tiga hari
Aku akan mendirikannya kembali.” Dengan demikian, Ia
berbicara dalam perumpamaan kepada mereka yang
memang sudah tidak mau tahu, supaya mereka tidak
mengerti (Mat. 13:13-14). Orang yang tidak mau melihat
tidak akan melihat. Bahkan, bahasa kiasan yang digu-
nakan di sini kemudian justru menjadi batu sandungan
bagi mereka, sehingga nanti diajukan sebagai bukti
untuk menentang-Nya saat Ia diadili, untuk membuk-
tikan bahwa Dia yaitu seorang penghujat (Mat. 26:60-
61). Seandainya mereka dengan rendah hati bertanya
kepada-Nya apa maksud perkataan-Nya itu, maka Ia
pasti akan memberi tahu mereka, dan perkataan itu
akan menjadi bau kehidupan yang menghidupkan bagi
mereka. Akan namun , mereka memang ingin membesar-
besarkan masalah, dan kemudian perkataan ini terbuk-
ti menjadi bau kematian yang mematikan. Orang yang
tidak mau diyakinkan pasti hatinya akan mengeras.
Perkiraan ini diucapkan sedemikian rupa sehingga
membuatnya akan benar-benar terlaksana. Pertama, Ia
menubuatkan kematian-Nya sebagai akibat dari keben-
cian orang-orang Yahudi dalam perkataan ini, rombak
Bait Tuhan ini, yang berarti, “Engkau akan merombak-
nya, Aku tahu engkau akan melakukannya. Dan Aku
akan membiarkanmu merombaknya.” Perhatikanlah,
Kristus, bahkan pada permulaan pelayanan-Nya, sudah
sadar sepenuhnya bahwa Ia akan mengalami segala
penderitaan pada akhir pelayanan-Nya, namun demi-
kian Ia tetap maju dengan riang hati. Sungguh baik jika
kita sudah sedari awal sadar akan hal-hal terburuk
yang akan menimpa kita. Kedua, Ia menubuatkan ke-
bangkitan-Nya yang akan terjadi dengan kuasa-Nya
sendiri: Dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kem-
bali. Ada orang lain yang dibangkitkan, namun Kristus
membangkitkan diri-Nya sendiri, mengembalikan hi-
dup-Nya sendiri.
[3] Ia memilih mengungkapkan hal ini dengan merombak
dan mendirikan kembali Bait Tuhan , pertama, sebab Ia
pada waktu itu harus membenarkan diri-Nya dalam
membersihkan Bait Tuhan , yang telah mereka cemarkan,
seolah-olah Ia berkata, “Engkau yang mencemarkan
Bait Tuhan yang satu pasti akan merombak Bait Tuhan
yang lain, dan Aku akan membuktikan wewenang-Ku
untuk membersihkan apa yang telah engkau cemarkan
dengan mendirikan kembali apa yang telah engkau rom-
bak.” Mencemarkan Bait Suci berarti merombaknya,
dan memperbaharuinya berarti mendirikannya kembali.
Kedua, sebab kematian Kristus sesungguhnya meru-
pakan perombakan Bait Suci umat Yahudi, penyebab
perombakan itu, dan kebangkitan-Nya merupakan pen-
dirian kembali Bait Suci yang lain, yaitu gereja Injili (Za.
6:12). Kehancuran tempat dan bangsa Yahudi (11:48)
merupakan kekayaan bagi dunia (Am. 9:11; Kis. 15:16).
(3) Mereka berusaha mencari-cari kesalahan dalam jawaban-
Nya ini: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait
Tuhan ini (ay. 20). Pekerjaan membangun Bait Tuhan selalu
memakan waktu lama, dan Engkau berkata bahwa Engkau
dapat menyelesaikannya sedemikian cepat?”
Nah, dalam hal ini:
[1] Mereka menunjukkan sedikit pengetahuan. Mereka bisa
memberi tahu berapa lama Bait Tuhan itu dibangun. Me-
nurut perhitungan Dr. Lightfoot, butuh waktu persis
selama empat puluh enam tahun dari mulai pemba-
ngunan Bait Suci Zerubabel, pada tahun kedua zaman
raja Koresh, sampai dengan tuntasnya pembangunan
Bait Suci itu sehingga bisa digunakan untuk beribadah,
pada tahun ketiga puluh dua zaman Raja Artahsasta.
Demikian pula lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
pembangunan Bait Suci ini, dari mulai Herodes, pada
tahun kedelapan belas masa pemerintahannya, sampai
pada masa itu, saat orang-orang Yahudi berkata bah-
wa pembangunannya memakan waktu persis selama
empat puluh enam tahun: ōkodomēthē – Bait Tuhan ini
telah dibangun.
[2] Mereka menunjukkan lebih banyak ketidaktahuan, per-
tama, akan maksud perkataan Kristus. Perhatikanlah,
orang sering kali terjerumus ke dalam kesalahan-kesa-
lahan besar sebab mereka memahami secara harfiah
apa yang dikatakan Alkitab secara kiasan. Lihat saja be-
tapa banyaknya kejahatan yang sudah diperbuat de-
ngan menafsirkan perkataan Kristus, inilah tubuh-Ku,
secara kedagingan! Kedua, akan kemahakuasaan Kris-
tus, seolah-olah Ia tidak bisa berbuat melebihi orang
lain. Seandainya saja mereka tahu bahwa Dia inilah
yang membangun segala sesuatu dalam enam hari,
maka mereka pasti tidak akan menganggapnya aneh
bahwa Ia akan membangun Bait Tuhan dalam tiga hari.
(4) Pembenaran atas jawaban Kristus terhadap tuduhan
orang-orang itu. Kesulitan ini segera teratasi dengan men-
jelaskan apa yang dikatakan-Nya: namun yang dimaksud-
kan-Nya dengan Bait Tuhan ialah tubuh-Nya sendiri (ay. 21).
Meskipun Kristus telah sungguh-sungguh memulihkan ke-
hormatan Bait Suci itu, dengan membersihkannya, Ia ingin
kita menyadari bahwa kesucian Bait Tuhan itu, yang begitu
ingin dijaga-Nya, hanyalah merupakan bayangan, dan
mengarahkan kita untuk memikirkan Bait Suci yang lain,
yang wujudnya ialah Kristus (Ibr. 9:9; Kol. 2:17). Sebagian
orang berpikir bahwa saat Ia berkata, rombak Bait Tuhan
ini, Ia menunjukkan jari-Nya ke tubuh-Nya sendiri, atau
menepuk-nepuk dada-Nya. Bagaimanapun juga, sudah
pasti bahwa yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Tuhan ialah
tubuh-Nya sendiri. Perhatikanlah, tubuh Kristus yaitu
Bait Tuhan yang sesungguhnya, sedangkan Bait Tuhan yang
di Yerusalem hanyalah bayangan.
[1] Seperti Bait Tuhan , tubuh-Nya pun dibangun langsung
oleh perintah ilahi: “Engkau telah menyediakan tubuh
bagiku” (Ibr. 10:5).
[2] Seperti Bait Tuhan , tubuh-Nya pun yaitu bait yang ku-
dus, yang disebut dengan yang kudus itu.
[3] Tubuh-Nya, seperti Bait Tuhan , merupakan tempat ke-
diaman kemuliaan Tuhan . Di sanalah Firman yang kekal
berdiam, shekinah yang sesungguhnya. Dialah Imanuel
– Tuhan beserta kita.
[4] Bait Tuhan merupakan tempat dan sarana hubungan
antara Tuhan dan umat Israel. Di sana Tuhan menyatakan
diri-Nya kepada mereka, di sana mereka mempersem-
bahkan diri dan ibadah mereka kepada-Nya. Dengan
demikian, melalui Kristus Tuhan berbicara kepada kita,
dan kita berbicara kepada-Nya. Umat yang beribadah
memandang ke arah rumah itu (1Raj. 8:30, 35). Jadi,
kita pun harus menyembah Tuhan dengan mata yang
tertuju kepada Kristus.
(5) Permenungan yang dibuat murid-murid dalam hal ini, jauh
sesudah peristiwa itu, yang diselipkan di sini untuk men-
jelaskan kisahnya (ay. 22): Sesudah Ia bangkit dari antara
orang mati, beberapa tahun kemudian, barulah teringat oleh
murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya. Kita
sudah mendapati mereka (ay. 17) mengingat apa yang ter-
tulis mengenai Dia sebelumnya, dan di sini kita mendapati
mereka mengingat apa yang telah mereka dengar dari-Nya.
Perhatikanlah, kenangan-kenangan para murid Kristus
haruslah seperti perbendaharaan tuan rumah yang baik,
yang penuh dengan harta baik yang baru maupun yang
lama (Mat. 13:52).
Sekarang perhatikanlah:
[1] Kapan mereka mengingat perkataan itu: Sesudah Ia
bangkit dari antara orang mati. Tampaknya pada waktu
perkataan itu diucapkan mereka tidak mengerti sepe-
nuhnya maksud Kristus, sebab mereka saat itu ha-
nyalah bayi dalam hal pengetahuan. Namun demikian,
mereka menyimpan perkataan itu di dalam hati mereka,
dan kemudian perkataan ini pun menjadi dapat di-
mengerti dan bermanfaat. Perhatikanlah, mendengarkan
untuk masa yang kemudian (Yes. 42:23) yaitu suatu
hal yang baik. Orang yang masih muda dalam umur
dan pekerjaan haruslah menyimpan kebenaran-kebe-
naran yang, entah maksudnya atau manfaatnya, tidak
mereka mengerti dengan baik pada saat ini, sebab kebe-
naran-kebenaran itu akan berguna bagi mereka di
kemudian hari, saat mereka sudah mencapai kema-
hiran yang lebih tinggi. Dikatakan orang tentang para
murid Pitagoras bahwa ajaran-ajaran Pitagoras tampak
membeku di dalam otak mereka sampai mereka ber-
umur empat puluh tahun, dan baru pada saat itulah
ajaran-ajarannya mencair. Demikian pula dengan per-
kataan Kristus ini, yang bangkit kembali dalam kenang-
an-kenangan para murid-Nya sesudah Ia bangkit dari
antara orang mati. namun , mengapakah baru pada saat
itu? Pertama, sebab pada saat itulah Roh Kudus dicu-
rahkan untuk mengingatkan mereka kembali akan apa
yang telah dikatakan Kristus kepada mereka, dan untuk
membuat mereka mudah dan siap menerimanya
(14:26). Pada hari saat Kristus bangkit dari antara
orang mati, Ia membuka pikiran mereka (Luk. 24:45).
Kedua, sebab pada saat itulah perkataan Kristus ini
digenapi. saat bait tubuh-Nya sudah dirombak dan
didirikan kembali, yang terjadi pada hari ketiga, maka
teringatlah mereka akan perkataan ini, di samping per-
kataan-perkataan lain yang serupa yang telah disampai-
kan Kristus. Perhatikanlah, mengamati penggenapan
ayat Kitab Suci sangatlah membantu kita dalam meng-
erti arti ayat-ayat itu. Peristiwa yang terjadi akan men-
jelaskan nubuat tentangnya.
[2] Apa manfaat yang mereka dapatkan dalam hal ini: Mere-
ka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan
yang telah diucapkan Yesus. Kepercayaan mereka akan
semua ini dikuatkan dan mendapat dukungan serta
kekuatan yang baru. Hati mereka memang lamban
untuk percaya (Luk. 24:25), namun mereka yakin. Kitab
Suci dan perkataan Kristus di sini dijadikan satu, bukan
sebab keduanya selalu sepakat dan persis sependapat
satu dengan yang lain, melainkan sebab keduanya
menggambarkan dan memperkuat satu sama lain.
saat murid-murid melihat apa yang telah mereka baca
dalam Perjanjian Lama maupun yang telah mereka
dengar dari mulut Kristus sendiri, yang digenapi dalam
kematian dan kebangkitan-Nya, mereka semakin teguh
dalam kepercayaan mereka akan Kitab Suci maupun
perkataan Kristus.
Keberhasilan Pelayanan Kristus
(2:23-25)
23 Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang
percaya dalam nama-Nya, sebab mereka telah melihat tanda-tanda yang di-
adakan-Nya. 24 namun Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada
mereka, sebab Ia mengenal mereka semua, 25 dan sebab tidak perlu se-
orang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu
apa yang ada di dalam hati manusia.
Di sini kita melihat suatu kesaksian tentang keberhasilan, keberha-
silan yang sedikit saja, dari pengajaran dan mujizat-mujizat Kristus
di Yerusalem, sementara Ia merayakan Paskah di sana.
Perhatikanlah:
I. Bahwa Yesus Tuhan kita, saat Ia berada di Yerusalem pada hari
raya Paskah, mengajar dan membuat mujizat. Tindakan orang
percaya dalam nama-Nya menyiratkan bahwa Ia memang meng-
ajar, dan dikatakan dengan jelas di sini bahwa mereka telah me-
lihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Ia sekarang sedang berada
di Yerusalem, kota suci, yang darinya firman Tuhan akan keluar.
Tempat kediaman-Nya yang utama yaitu di Galilea, dan oleh
sebab itu saat Ia di Yerusalem, Ia sangat sibuk. Saat itu yaitu
saat yang kudus, hari raya, saat yang ditetapkan untuk beribadah
kepada Tuhan . Pada hari raya Paskah semua orang Lewi menunjuk-
kan akal budi yang baik dalam melayani TUHAN (2Taw. 30:22),
dan Kristus mengambil kesempatan itu untuk mengajar, saat
ada banyak orang berkumpul, dan dengan demikian Ia mengakui
dan menghormati hari raya Paskah sebagai ketetapan ilahi.
II. Bahwa dengan kejadian ini banyak orang menjadi percaya dalam
nama-Nya, mengakui-Nya sebagai guru yang diutus Tuhan , seperti
yang dilakukan Nikodemus (3:2), dan sebagai seorang nabi besar.
Dan mungkin sebagian dari orang-orang yang menantikan kele-
pasan untuk Yerusalem percaya bahwa Dialah Sang Mesias yang
dijanjikan itu, sebab mereka begitu ingin menyambut kemuncul-
an pertama sang bintang timur yang gilang gemilang itu.
III. Bahwa sekalipun demikian Yesus sendiri tidak mempercayakan
diri-Nya kepada mereka (ay. 24), ouk episteuen heauton autois.
Kata percaya yang digunakan di sini sama dengan kata percaya
dalam nama-Nya pada kalimat sebelumnya. Dengan demikian,
percaya kepada Kristus berarti mempercayakan diri atau menye-
rahkan diri kepada-Nya dan kepada bimbingan-Nya. Kristus tidak
melihat suatu alasan apa pun untuk menaruh kepercayaan-Nya
kepada para petobat baru di Yerusalem ini, di mana Ia mempu-
nyai banyak musuh yang ingin menghancurkan-Nya, entah,
1. sebab mereka hanya berpura-pura, setidaknya sebagian dari
mereka, dan akan mengkhianati-Nya apabila mereka mempu-
nyai kesempatan, atau saat mereka sangat tergoda untuk
berbuat demikian. Ia memiliki lebih banyak murid yang da-
pat dipercayai-Nya dari kalangan orang Galilea dibandingkan
dari antara penduduk Yerusalem. Dalam masa dan tempat
yang berbahaya, kita perlu berhikmat dan waspada akan siapa
yang kita percayai, memnēso apistein – belajarlah untuk tidak
percaya. Atau,
2. sebab mereka lemah, dan saya berharap bahwa inilah alasan
terburuk mengapa mereka tidak bisa dipercaya. Bukan berarti
bahwa mereka berbahaya dan berencana melakukan kejahat-
an terhadap-Nya, melainkan bahwa,
(1) Mereka mudah takut, tidak memiliki semangat dan ke-
beranian, dan selalu takut kalau-kalau mereka berbuat ke-
salahan. Pada masa-masa kesusahan dan bahaya, orang-
orang pengecut tidak pantas dipercaya. Atau,
(2) Mereka orang yang selalu membuat rusuh, tidak bijak dan
tidak bisa diatur. Orang-orang di Yerusalem ini mungkin
sangat mengharapkan pemerintahan Mesias di dunia ini
lebih dibandingkan orang-orang lain, dan, dalam pengharapan
mereka itu, mereka berani berbuat nekat mendirikan peme-
rintahan itu jika saja Kristus mau mempercayakan diri-Nya
kepada mereka dan tunduk pada keinginan mereka. Akan
namun , Ia tidak mau, sebab kerajaan-Nya bukanlah dari du-
nia ini. Kita harus menghindari pembuat-pembuat rusuh,
seperti yang diperbuat oleh Tuan kita di sini, walaupun
mereka mengaku percaya dalam nama-Nya, seperti orang-
orang ini.
IV. Bahwa alasan mengapa Ia tidak mau mempercayakan diri-Nya
kepada mereka yaitu sebab Ia tahu tentang mereka (ay. 25),
tahu kejahatan sebagian orang, dan kelemahan sebagian yang
lain. Penulis Injil ini menggunakan kesempatan di sini untuk
menyatakan kemahatahuan Kristus.
1. Ia tahu semua orang, bukan hanya nama dan rupa mereka
saja, seperti yang mungkin kita ketahui tentang banyak orang,
melainkan juga sifat, kecenderungan, perasaan, dan rencana-
rencana mereka, seperti yang tidak kita ketahui tentang siapa
pun, dan yang sedikit kita ketahui tentang diri kita sendiri. Ia
tahu semua orang, sebab tangan-Nya yang kuat menciptakan
mereka semua, mata-Nya yang tajam melihat mereka semua,
menusuk ke dalam lubuk hati mereka. Ia mengetahui musuh-
musuh-Nya yang licik, beserta semua rencana rahasia mereka.
Ia mengetahui orang yang berpura-pura menjadi teman-Nya,
dan bagaimana sifat mereka yang sesungguhnya, siapa sebe-
narnya mereka, apa pun itu kepura-puraan mereka. Ia menge-
tahui siapa yang benar-benar milik kepunyaan-Nya, mengeta-
hui kejujuran mereka, dan mengetahui kelemahan mereka
juga. Ia mengetahui seluk-beluk mereka.
2. Tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya ten-
tang manusia. Pengetahuan-Nya tidak didapat dari informasi
orang lain, namun dari kepekaan-Nya sendiri yang tidak pernah
keliru. Kekurangan para penguasa di dunia ini yaitu bahwa
mereka harus melihat sesuatu melalui mata orang lain, men-
dengar sesuatu melalui telinga orang lain, dan menerima se-
suatu seperti yang digambarkan kepada mereka oleh orang
lain. namun Kristus mengetahui segala sesuatu murni dari
pengetahuan-Nya sendiri. Para malaikat yaitu utusan-Nya,
bukan mata-mata-Nya, sebab mata-Nya sendiri menjelajah
seluruh bumi (2Taw. 16:9). Hal ini sangatlah memberi penghi-
buran bagi kita, saat Iblis menuduh kita, kita tahu bahwa
Kristus tidak akan menerima begitu saja laporan Iblis menge-
nai sifat-sifat manusia.
3. Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia, di dalam hati
orang perorangan, di dalam watak umat manusia. Kita tahu
apa yang diperbuat oleh manusia, namun Kristus tahu apa yang
ada di dalam hati mereka, Ia menguji batin dan hati. Hal ini
merupakan kuasa istimewa yang hanya dimiliki oleh Sang
Firman kekal yang hakiki itu (Ibr. 4:12-13). Kita melampaui
batas kuasa istimewa-Nya itu jika kita menganggap dapat
menghakimi hati orang. Betapa pantasnya Kristus menjadi
Juruselamat manusia, dan sangat layak menjadi Sang Tabib,
sebab Ia memiliki pengetahuan yang sempurna akan ke-
adaan dan masalah pasien-Nya, akan watak dan penyakit me-
reka, dan Ia mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka!
Betapa layaknya juga Ia menjadi Hakim atas segalanya! Sebab
penghakiman yang dijalankan oleh Dia yang mengetahui se-
mua orang, semua yang ada di dalam hati mereka, pastilah
sesuai dengan kebenaran.
Nah, hanya inilah keberhasilan dari pengajaran dan muji-
zat-mujizat Kristus di Yerusalem, dalam perjalanan ini. Tuhan
mendatangi bait-Nya, namun demikian tidak ada yang menda-
tangi-Nya kecuali segelintir orang yang lemah dan sederhana,
yang darinya Ia tidak bisa mendapatkan pujian atau memper-
cayakan diri-Nya kepada mereka. Meskipun begitu, sesudah
kesusahan jiwa-Nya Ia akan melihat terang.
PASAL 3
Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Percakapan Kristus dengan Nikodemus, seorang Farisi, me-
ngenai rahasia-rahasia agung Injil, yang di dalamnya Ia
mengajar Nikodemus secara pribadi (ay. 1-21).
II. Percakapan Yohanes Pembaptis dengan murid-muridnya me-
ngenai Kristus, saat Kristus datang ke tempat ia berada
(ay. 22-36). Dalam percakapan ini Yohanes dengan selayak-
nya dan dengan segala kepatuhan menyerahkan segala ke-
hormatan dan kepentingannya kepada-Nya.
Percakapan Kristus dengan Nikodemus
(3:1-21)
1 yaitu seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama
Yahudi. 2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi,
kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Tuhan ; sebab
tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau
adakan itu, jika Tuhan tidak menyertainya.” 3 Yesus menjawab, kata-Nya:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan
kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Tuhan .” 4 Kata Nikodemus kepada-
Nya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?
Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” 5
Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Tuhan . 6
Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu daging, dan apa yang dilahirkan dari
Roh, yaitu roh. 7 Janganlah engkau heran, sebab Aku berkata kepadamu:
Kamu harus dilahirkan kembali. 8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan
engkau mendengar bunyinya, namun engkau tidak tahu dari mana ia datang
atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir
dari Roh.” 9 Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu
terjadi?” 10 Jawab Yesus: “Engkau yaitu pengajar Israel, dan engkau tidak
mengerti hal-hal itu? 11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-
kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang
kami lihat, namun kamu tidak menerima kesaksian kami. 12 Kamu tidak
percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi,
bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu
tentang hal-hal sorgawi? 13 Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga,
selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 14 Dan
sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal. 16 sebab begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal. 17 Sebab Tuhan mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak
percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam
nama Anak Tunggal Tuhan . 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke
dalam dunia, namun manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang,
sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20 Sebab barangsiapa berbuat
jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya
perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21 namun barangsiapa
melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata,
bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Tuhan .”
Dalam bagian penutup pada pasal sebelumnya, kita sudah melihat
bahwa ada sedikit orang yang menjadi percaya kepada Kristus di
Yerusalem. Dan di sini ada satu orang dari antara mereka itu, se-
orang yang sangat penting. yaitu layak untuk mengusahakan kese-
lamatan bagi siapa saja dengan sungguh-sungguh, meskipun hanya
untuk satu jiwa.
Perhatikanlah:
I. Siapa Nikodemus ini. Tidak banyak orang yang berkuasa dan ter-
pandang yang dipanggil. Namun demikian, ada juga sebagian dari
mereka yang terpanggil, dan inilah salah satunya. Tidak banyak
dari antara para pemimpin, atau dari antara orang-orang Farisi,
yang dipanggil, namun,
1. Inilah seorang Farisi, seorang yang terdidik, seorang cendekia-
wan. Janganlah sampai orang berkata bahwa semua pengikut
Kristus hanyalah orang-orang biasa yang tidak terpelajar. Prin-
sip-prinsip hidup orang Farisi dan kekhususan sekte mereka
berlawanan langsung dengan semangat Kekristenan. Namun
demikian, ada sebagian dari antara mereka yang membuang
pikiran-pikiran mereka yang tinggi itu dan tunduk kepada
Kristus. Anugerah Kristus mampu menundukkan perlawanan
yang paling hebat.
2. Ia yaitu seorang pemimpin agama Yahudi, anggota Mahka-
mah Agama, anggota majelis, anggota dewan penasihat, se-
orang berpengaruh di Yerusalem. Meskipun keadaan pada
waktu itu sangat buruk, masih ada sebagian pemimpin yang
berniat baik. Namun demikian, mereka ini hanya bisa berbuat
sedikit kebaikan sebab derasnya arus yang menerjang mere-
ka. Mereka dikuasai oleh sebagian besar orang, dan ditindih
oleh orang-orang yang jahat, sehingga kebaikan yang ingin me-
reka perbuat tidak dapat mereka laksanakan. Walaupun be-
gitu, Nikodemus tetap melakukan pekerjaannya, dan melaku-
kan apa yang dapat diperbuatnya, meskipun ia tidak dapat
melakukan apa yang ingin dilakukannya.
II. Ia datang kepada Kristus dengan segala kesungguhan (ay. 2).
Perhatikanlah di sini:
1. Kapan dia datang: ia datang pada waktu malam kepada Yesus.
Perhatikanlah:
(1) Ia mengadakan percakapan secara pribadi dan khusus de-
ngan Kristus sebab ia tidak merasa puas hanya dengan
mendengarkan perkataan-perkataan-Nya di tengah orang
banyak. Ia memutuskan untuk berbicara kepada-Nya sen-
diri, di tempat di mana ia merasa bisa bebas berbicara de-
ngan-Nya. Pasti banyak manfaat yang dapat kita peroleh
jika kita memperbincangkan masalah-masalah kejiwaan
kita secara pribadi dengan hamba-hamba Tuhan yang setia
(Mal. 2:7).
(2) Ia mengadakan percakapan ini pada malam hari, yang da-
pat dipandang,
[1] Sebagai tindakan yang berhikmat dan bijaksana. Kristus
sudah bekerja seharian dengan orang banyak, dan ia
tidak ingin mengganggu-Nya pada saat itu, atau meng-
harapkan-Nya untuk memperhatikan dia, namun ia
mengamati-amati saat Kristus, dan menunggu sampai
Dia memiliki waktu senggang. Perhatikanlah, apa yang
mendatangkan keuntungan bagi kita dan bagi keluarga
kita sendiri haruslah kita kesampingkan terlebih dahu-
lu demi keuntungan orang banyak. Kebaikan yang lebih
besar haruslah lebih diutamakan dibandingkan kebaikan
yang lebih kecil. Kristus memiliki banyak musuh,
dan oleh sebab itu Nikodemus mendatangi-Nya secara
sembunyi-sembunyi, supaya jangan sampai ia ketahuan
oleh imam-imam kepala, dan membuat mereka bertam-
bah geram lagi terhadap Kristus.
[2] Sebagai tindakan yang bersemangat dan berani. Nikode-
mus yaitu seorang yang sibuk, dan dia tidak bisa me-
luangkan waktu seharian untuk menemui Kristus, dan
oleh sebab itu dia lebih memilih menghabiskan waktu
santainya pada sore hari, atau waktu istirahatnya pada
malam hari, dibandingkan tidak berbicara dengan Kristus
sama sekali. saat orang lain tertidur, ia memperoleh
pengetahuan, seperti yang diperoleh Daud dengan pe-
renungannya (Mzm. 63:7, dan 119:148). Mungkin Niko-
demus datang kepada Kristus pada keesokan malamnya
sesudah ia melihat mujizat-mujizat-Nya, dan ia tidak
mau menyia-nyiakan kesempatan pertama yang terse-
dia untuk memastikan kebenaran dari apa yang diya-
kininya. Ia tidak tahu seberapa cepat Kristus akan
meninggalkan kota itu, atau apa yang mungkin terjadi
di antara perayaan Paskah kali ini dan perayaan Paskah
berikutnya, dan oleh sebab itu ia tidak mau buang-
buang waktu. Pada malam hari, perbincangannya de-
ngan Kristus akan lebih bebas, dan lebih mungkin un-
tuk tidak diganggu. Noctes Christianæ – malam-malam
kristiani ini, jauh lebih maknawi dibandingkan Noctes Atticæ
– malam-malam dengan cerita dongeng dan puisi. Atau,
[3] Sebagai tindakan pengecut sebab takut. Ia merasa
takut, atau malu, jika orang melihatnya bersama
Kristus, dan oleh sebab itu ia datang pada malam hari.
Apabila agama dianggap ketinggalan zaman, akan ada
banyak orang yang seperti Nikodemus, terutama di an-
tara para pemimpin, yang mengasihi Kristus dan ajar-
an-Nya namun tidak diketahui orang banyak. Akan te-
tapi, perhatikanlah, pertama, meskipun ia datang pada
malam hari, Kristus menyambutnya dengan baik, mene-
rima kejujurannya, dan memaafkan kelemahannya. Ia
memahami tabiatnya, yang mungkin mudah takut, dan
godaan yang dihadapinya dari rekan-rekan sekerjanya,
dan dengan demikian Ia mengajar hamba-hamba-Nya
untuk menjadi segala-galanya bagi semua orang, dan
untuk memberikan dorongan kepada tindakan-tindakan
awal yang baik, meskipun lemah. Paulus mengajar da-
lam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpan-
dang (Gal. 2:2). Kedua, meskipun sekarang ia datang
pada malam hari, namun sesudah itu, saat datang ke-
sempatan, ia mengakui Kristus di hadapan orang ba-
nyak (7:50; 19:39). Anugerah yang pada mulanya ha-
nyalah biji sesawi dapat tumbuh menjadi sebuah pohon
yang besar.
2. Apa yang dikatakannya. Ia tidak datang kepada Kristus untuk
membicarakan masalah politik dan kenegaraan (meskipun ia
seorang pemimpin), melainkan mengenai masalah-masalah
yang menyangkut jiwanya sendiri dan keselamatannya, dan
tanpa berbelit-belit ia langsung membicarakan inti permasa-
lahannya. Ia memanggil Kristus Rabi, yang berarti seorang
yang besar (Yes. 19:20, terjemahan KJV – pen.). Ia akan mengi-
rim seorang juruselamat kepada mereka, seorang yang besar,
seorang Juruselamat dan Rabi, demikianlah yang dikatakan di
Kitab Yesaya itu. Orang yang menghormati Kristus, yang berpi-
kir dan berbicara dengan hormat tentang Dia, masih mempu-
nyai harapan untuk diselamatkan. Ia memberi tahu Kristus
seberapa banyak yang sudah diketahuinya: Kami tahu, bahwa
Engkau datang sebagai guru.
Perhatikanlah:
(1) Pernyataannya mengenai Kristus: Engkau datang sebagai
guru yang diutus Tuhan , bukan yang dididik atau ditahbis-
kan oleh manusia, seperti guru-guru lain, melainkan yang
didukung oleh ilham dan kuasa ilahi. Ia yang akan menjadi
Penguasa yang berdaulat datang terlebih dulu sebagai
guru, sebab Ia akan memerintah dengan akal budi, dan bu-
kan dengan kekerasan, dengan kuasa kebenaran, dan bu-
kan dengan kuasa pedang. Dunia terbaring dalam kebo-
dohan dan kesalahan, guru-guru Yahudi menjadi cemar
dan membuat orang lain berbuat salah, maka inilah saat-
nya bagi Tuhan untuk bekerja. Ia datang sebagai guru yang
diutus dari Tuhan , dari Tuhan yang yaitu Bapa yang penuh
belas kasihan, dalam belas kasihan-Nya terhadap dunia
yang gelap dan tertipu. Ia datang dari Tuhan yang yaitu
Bapa segala terang dan sumber kebenaran, dan kepada
terang dan kebenaran ini kita boleh mempertaruhkan jiwa
kita.
(2) Keyakinannya akan hal itu: Kami tahu, bukan hanya aku,
melainkan juga orang lain. Dengan demikian, dia mengang-
gap hal ini sebagai sesuatu yang sudah jelas dan sudah
terbukti dengan sendirinya. Mungkin ia tahu bahwa ada
orang-orang Farisi dan para pemimpin lain yang dikenalnya
yang juga berkeyakinan sama dengannya namun tidak mau
mengakuinya. Atau, kita bisa menganggap bahwa ia meng-
gunakan kata ganti jamak (kami tahu) di sini sebab ia
membawa serta salah seorang, atau lebih, dari rekan-rekan
dan murid-muridnya untuk mendapatkan pengajaran dari
Kristus, dengan mengetahui bahwa mereka juga mempu-
nyai kepedulian yang sama. “Tuan,” katanya, “kami datang
sebab ingin diajar, ingin menjadi murid-murid-Mu, sebab
kami yakin sepenuhnya bahwa Engkau yaitu guru yang
datang dari Tuhan .”
(3) Alasan bagi keyakinan ini: Tidak ada seorang pun yang
dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu,
jika Tuhan tidak menyertainya.
Di sini:
[1] Kita diyakinkan akan kebenaran mujizat-mujizat Kris-
tus, bahwa semua itu bukanlah tipuan. Inilah Nikode-
mus, seorang yang bijaksana, berpikiran sehat, dan ber-
sifat ingin tahu, seorang yang memiliki segudang
alasan dan kesempatan untuk mempertanyakan muji-
zat-mujizat itu. Namun, ia begitu yakin bahwa mujizat-
mujizat itu memang benar adanya, sehingga ia begitu
terpengaruh olehnya, sampai-sampai ia mau melakukan
sesuatu yang berlawanan dengan kepentingannya dan
arus kepentingan rekan-rekannya yang berprasangka
buruk terhadap Kristus.
[2] Kita diarahkan untuk mengambil kesimpulan dari muji-
zat-mujizat Kristus ini: oleh sebab itu, kita harus me-
nerima-Nya sebagai guru yang diutus Tuhan . Mujizat-
mujizat Kristus yaitu kesaksian atau jaminan yang
mengesahkan siapa diri-Nya. Tatanan alam ini tidak
bisa diubah kecuali oleh Tuhan yang berkuasa atas alam,
yang kita yakini sebagai Tuhan kebenaran dan kebaikan,
dan Ia tidak akan pernah menyerahkan tanda jabatan-
Nya itu kepada seorang pembohong atau penipu.
III. Percakapan antara Kristus dan Nikodemus tentang hal ini, atau
lebih tepatnya, khotbah Kristus yang disampaikan kepadanya,
dan isi khotbah itu, yang mungkin merupakan ringkasan dari
khotbah sebelumnya yang sudah disampaikan-Nya kepada orang
banyak (ay. 11-12).
Ada empat hal yang dibicarakan oleh Juruselamat kita di sini:
1. Mengenai kodrat dan pentingnya pembaharuan jiwa atau ke-
lahiran kembali (ay. 3-8). Nah, kita harus memandang hal ini,
(1) Sebagai jawaban yang tepat terhadap pernyataan Nikode-
mus. Yesus menjawab (ay. 3).
Jawaban ini bisa merupakan:
[1] Suatu teguran terhadap apa yang dilihat-Nya kurang
dalam pernyataan Nikodemus. Tidaklah cukup baginya
untuk sekadar mengagumi mujizat-mujizat Kristus dan
membenarkan tugas perutusan-Nya, namun juga ia ha-
rus dilahirkan kembali. Sangat jelas bahwa Nikodemus
menantikan Kerajaan Sorga, Kerajaan Mesias yang sege-
ra datang. Kadang-kadang ia sadar akan semakin de-
katnya kedatangan hari itu, dan seperti orang-orang
Yahudi lain, ia pun mengharapkannya muncul dalam
kemegahan dan kekuasaan lahiriah. Ia tidak meragu-
kan bahwa Yesus ini, yang membuat mujizat-mujizat
ini, yaitu entah Sang Mesias itu sendiri atau nabinya,
dan sebab itu ia memberikan penghormatannya ke-
pada-Nya, memuji-Nya, dan dengan demikian berharap
akan mendapatkan keuntungan-keuntungan dalam ke-
rajaan-Nya. Akan namun , Kristus berkata kepadanya
bahwa ia tidak akan dapat memperoleh keuntungan apa
pun dengan perubahan yang lahiriah seperti itu, jika
tidak ada perubahan roh, perubahan prinsip dan kehen-
dak, yang sama halnya dengan kelahiran baru. Niko-
demus datang pada malam hari: “namun ini tidak akan
ada gunanya,” tegas Kristus. Agama-Nya harus diakui
di hadapan manusia, begitu menurut Dr. Hammond.
Atau,
[2] Suatu tanggapan terhadap apa yang dilihat-Nya sedang
direncanakan dalam pernyataan Nikodemus. saat
Nikodemus mengakui Kristus sebagai guru yang diutus
Tuhan , yang kepada-Nya dipercayakan pewahyuan yang
luar biasa dari sorga, ia dengan jelas menunjukkan ke-
inginannya untuk mengetahui pewahyuan yang dibawa-
Nya ini dan kesediaannya untuk menerimanya, dan
Kristus pun menyatakannya.
(2) Sebagai pernyataan yang disampaikan dengan sungguh-
sungguh dan tegas oleh Yesus Tuhan kita: Sesungguhnya
Aku berkata kepadamu. Aku, yang yaitu Amin, mengata-
kannya. Jadi perkataan ini bisa diartikan: “Aku, saksi yang
setia dan benar.” Keadaannya sudah jelas dan tidak bisa
diubah lagi, bahwa jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia
tidak dapat melihat Kerajan Tuhan . “Aku berkata kepadamu,
sekalipun engkau seorang Farisi, seorang pengajar di
Israel.”
Perhatikanlah:
[1] Apa yang dipersyaratkan di sini: dilahirkan kembali,
yang artinya, pertama, kita harus menjalani kehidupan
baru. Kelahiran merupakan permulaan hidup, lahir
kembali berarti memulai hidup baru, seperti bagi mere-
ka yang selama ini hidup di jalan yang salah atau tanpa
tujuan yang berarti. Janganlah kita berusaha menam-
bal-nambal bangunan yang sudah tua, namun kita harus
mulai dari fondasinya. Kedua, kita harus memiliki
kodrat yang baru, prinsip-prinsip hidup yang baru,
perasaan-perasaan yang baru, dan tujuan-tujuan yang
baru. Kita harus dilahirkan anōthen, yang berarti baik
denuo – lagi