sakit jiwa 5

Tampilkan postingan dengan label sakit jiwa 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sakit jiwa 5. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Februari 2024

sakit jiwa 5





 l 

maupun lingkungan.tingkahlaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi 

frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan pasien untuk mencapai sesuatu menemui 

kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “bertingkahlaku”, apabila 

kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui bertingkahlaku konstruktif, maka yang 

akan muncul adalah pasien tersebut bertingkahlaku destruktif. 

3]  Faktor Sosiokultural 

 Teori lingkungan sosial [ pergaulan environment theory] menyatakan bahwa lingkungan 

sosial sangat mempengaruhi sikap pasien dalam mengekspresikan marah.Norma 

budaya dapat mendukung pasien untuk menanggapi asertif atau agresif.tingkahlaku 

kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi [ pergaulan learning 

theory] . 

b. Faktor Presipitasi 

Faktor presipitasi tingkahlaku kekerasan pada setiap pasien bersifat unik, berbeda satu 

orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari 

dalam maupun luar pasien. 

Faktor dari dalam pasien meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang 

yang dicintai atau berarti [ putus pacar, perceraian, kematian] , kehilangan rasa cinta, 

kekhawatiran pada penyakit fisik, dll. sedang faktor luar pasien meliputi serangan 

pada fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan, 

tindakan kekerasan. 

6. Rentang tanggapan Marah 

Marah yang dialami setiap pasien memiliki rentang dimulai dari tanggapan adaptif 

sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama mempelajarinya untuk 

mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang tanggapan tingkahlaku 

kekerasan 





FOTO RENTANG tanggapan MARAH



Telah kita pelajari bersama mengenai rentang tanggapan marah dan hirarki agrsif. 

kemudian kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses marah yang dialami 

setiap orang.Bila pasien tidak mampu menangani perasaan marah secara asertif dapat 

memicu amuk atau tingkahlaku kekerasan . 

b. Perbandingan tingkahlaku Pasif, Agresif dan Asertif 

berdasar  konsep yang telah sama-sama kita pelajari, maka dapat kita simpulkan 

perbedaan antara tingkahlaku agresif, asertif dan pasif seperti bagan dibawah ini. 


Tabel 6.4 

Tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan 

Pasif Asertif Agresif

Isi bicara • Negatif 

• menghina 

• dapatkah saya 

lakukan 

• dapatkah ia lakukan 

• positif 

• menghargai diri 

sendiri 

• saya dapat/akan 

lakukan 

•berlebihan 

•menghina orang lain

•Anda selalu/ tidak 

pernah 

Nada suara • diam 

• lemah 

• merengek 

• diatur •tinggi 

•menuntut 

Posture/ sikap tubuh • melotot 

• menundukkan 

kepala 

• tegak 

• rileks 

•tenang 

•bersandar ke depan 

Personal space • orang lain dapat 

masuk pada 

teritorial pribadinya 

• Menjaga jarak yang 

menyenangkan 

• Mempertahankan 

hak tempat/ 

territorial 

•Memasuki teritorial 

orang lain 

Gerakan • Minimal 

• Lemah 

• Resah 

• Memperlihatkan 

gerakan yang sesuai 

•Mengancam, 

ekspansi gerakan 

Kontak mata • Sedikit atau tidak • Sekali-sekali 

• Sesuai dengan 

kebutuhan interaksi 

•Melotot



7. Tanda dan Gejala 

Tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung 

dengan hasil pengamatan. 

a. Data Subjektif: 

1]  Ungkapan berupa ancaman 

2]  Ungkapan kata-kata kasar 

3]  Ungkapan ingin memukul/ melukai 

b. Data Objektif: 

1]  Wajah memerah dan tegang 

2]  Pandangan tajam 


3]  Mengatupkan rahang dengan kuat 

4]  Mengepalkan tangan 

5]  Bicara kasar 

6]  Suara tinggi, menjerit atau berteriak 

7]  Mondar mandir 

8]  Melempar atau memukul benda/orang lain 

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO tingkahlaku 

KEKERASAN 

 

1. riset  

riset  dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan pada pasien dan keluarga. 

Tanda dan gejala risiko tingkahlaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara 

melalui pertanyaan sebagai berikut: 

a. Coba ceritakan ada kejadian apa/apa yang memicu Anda marah? 

b. Coba Anda ceritakan apa yang Anda rasakan ketika marah? 

c. Perasaan apa yang Anda rasakan ketika marah? 

d. Sikap atau tingkahlaku atau tindakan apa yang dilakukan saat Anda marah? 

e. Apa akibat dari cara marah yang Anda lakukan? 

f. Apakah dengan cara yang dipakai penyebab marah Anda hilang? 

g. Menurut Anda apakah ada cara lain untuk mengungkapkan kemarahan Anda 

Tanda dan gejala risiko tingkahlaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui pengamatan 

adalah sebagai berikut: 

a. Wajah memerah dan tegang 

b. Pandangan tajam 

c. Mengatupkan rahang dengan kuat 

d. Mengepalkan tangan 

e. Bicara kasar 

f. Mondar mandir 

g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak 

h. Melempar atau memukul benda/orang lain 

Data hasil pengamatan dan wawancara didokumentasikan pada status. Contoh 

pendokumentasian hasil riset  pada Tn Z sebagai berikut: 




4. Tindakan Keperawatan 

Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko tingkahlaku kekerasan, dilakukan pada 

pasien dan keluarga. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, 

perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, 

perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. sesudah itu, perawat 

menemui pasien untuk melakukan riset , mengevaluasi dan melatih satu cara lagi 

untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. 

Jika pasien telah memperoleh terapi psikofarmaka [ obat] , maka hal pertama yang 

harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. sesudah perawat selesai 

melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. kemudian 

perawat menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien dan tugas yang 

perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah 

yang telah diajarkan oleh perawat. 

a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Risiko tingkahlaku Kekerasan 

 Tujuan: Pasien mampu: 

1]  Membina hubungan saling percaya 

2]  mengatakan  penyebab marah 

3]  mengatakan  perasaan saat penyebab marah/tingkahlaku kekerasan 

4]  mengatakan  tingkahlaku yang dilakukan saat marah 

5]  Menyebutkan cara mengendalikan rasa marah/tingkahlaku kekerasan 

6]  Melakukan kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan 

7]  Memakan obat secara teratur 

8]  Berbicara yang baik saat marah 

9]  Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah 

Tindakan Keperawatan


1]  Membina hubungan saling percaya 

Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya 

adalah: 

a]  Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien 

b]  Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang Perawat sukai, dan tanyakan 

nama dan nama panggilan pasien yang disukai 

c]  Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini 

d]  Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien, 

berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana 

e]  Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk 

kepentingan terapi 

f]  Tunjukkan sikap empati 

g]  Penuhi kebutuhan dasar pasien 

2]  Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah/tingkahlaku kekerasan saat ini dan 

yang lalu. 

3]  Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi tingkahlaku kekerasan 

a]  Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara fisik 

b]  Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara psikologis 

c]  Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara sosial 

d]  Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara spiritual 

e]  Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara intelektual 

4]  Diskusikan bersama pasien tingkahlaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat 

marah secara: Verbal 

a]  pada orang lain 

b]  pada diri sendiri 

c]  pada lingkungan 

5]  Diskusikan bersama pasien akibat tingkahlakunya 

6]  Latih pasien cara mengendalikan tingkahlaku kekerasan secara: 

a]  Patuh minum obat 

b]  Fisik:tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal. 

c]  Sosial/verbal: bicara yang baik: mengungkapkan, menolak dan meminta 

rasa marahnya 

d]  Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien 

 Tindakan keperawatan pada pasien dapat dilakukan minimal empat kali 

pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat 

mengendalikan/mengendalikan tingkahlaku kekerasan. 

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien risiko tingkahlaku kekerasan 

 Tujuan: Keluarga mampu: 

1]  Mengenal masalah risiko tingkahlaku kekerasan 

2]  Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien risiko tingkahlaku kekerasan 


3]  Merawat pasien risiko tingkahlaku kekerasan dengan mengajarkan dan mendampingi 

pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah 

tangga dan kegiatan sosial 

4]  Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien mampuberinteraksi dengan 

lingkungan sekitar 

5]  Mengenal tanda kekambubuhan, dan mencari pelayanan kesehatan 

6]  Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan 

pasien risiko tingkahlaku kekerasan mengatasi masalahnya dapat meningkat. 

Tindakan keperawatan kepada keluarga : 

1]  Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien. 

2]  mengatakan  pengertian, tAnda dan gejala, dan proses terjadinya tingkahlaku 

kekerasan/ risiko tingkahlaku kekerasan. 

3]  Melatih keluarga cara merawat risiko tingkahlaku kekerasan. 

4]  Membimbing keluarga merawat risiko tingkahlaku kekerasan. 

5]  Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung 

pasien untuk mengendalikan emosinya. 

6]  Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera 

ke fasilitas pelayanan kesehatan 

7]  menyarankan  follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur. 

5. Evaluasi 

a. Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko tingkahlaku kekerasan berhasil apabila 

pasien dapat: 

1]  Menyebutkan penyebab, tAnda dan gejalatingkahlaku kekerasan, tingkahlaku kekerasan 

yangbiasadilakukan, dan akibat dari tingkahlaku kekerasan. 

2]  mengendalikan tingkahlaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal: 

• secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur 

• secara sosial/verbal: meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan 

dengan cara baik 

• secara spiritual 

• terapi psikofarmaka 

3]  Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah tingkahlaku 

kekerasan 

b. Evaluasi kemampuan keluarga [ pelaku rawat]  risiko tingkahlaku kekerasan berhasil apabila 

keluarga dapat: 

1]  Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien [ pengertian, tanda dan 

gejala, dan proses terjadinya risiko tingkahlaku kekerasan]  

2]  Mencegah terjadinya tingkahlaku kekerasan 

3]  Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien 

4]  Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengendalikan perasaan marah 

5]  Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien 

mengendalikan perasaan marah 

6]  Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah tingkahlaku kekerasan 

pasien 

7]  Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tAnda kambuh dan melakukan 

rujukan


Topik 3 

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Defisit 

Perawatan Diri 

 

Mengapa pasien gangguan jiwa selalu berpenampilan tidak rapih, mamakai pakaian 

yang tidak sesuai, terlihat kotor, rambut acak-acakan tidak tersisir, gigi kotor, kulit yang 

hitam karena banyak daki [ kotoran] , bersisik, dan tercium bau yang tidak sedap dari 

tubuhnya. Pada saat makan mengapa pasien selalu makan berantakan dan terburu-buru. 

Apa yang memicu pasien berpenampilan seperti itu? Saya ingin pasien saya seperti 

saya berpenampilan rapih, bersih, makan dengan tertib dan rapih, untuk itu saya harus 

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri, sehingga jika 

pasien kembali keingkungan di rumah pasien telah mampu melakukan perawatan diri secara 

mandiri. Untuk mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit 

perawatan diri, maka pelajarilah Topik 3 ini dengan sebaik-baiknya. 

A. KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI 

 

1. Pengertian 

Herdman [ 2012]  menarti defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam 

melakukan aktifitas perawatan diri [ kebersihan diri, berhias, makan, toileting] . sedang 

perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk memenuhi 

kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai 

dengan kondisi kesehatannya. 

2. Proses terjadinya masalah 

Bagaimanakah seorang pasien bisa mengalami masalah dalam perawatan diri? 

Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan pasien mengalami deficit perawatan 

diri, yaitu: 

a. Faktor prediposisi 

1]  Biologis, cenderung defisit perawaan diri dipicu karena adapenyakit fisik 

dan mental yang memicu pasien tidak mampu melakukan perawatan diri 

dan adafaktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami 

gangguan jiwa. 

2]  Psikologis, factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal 

ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga 

perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalamai defisit 

perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga 

memicu pasien tidakpeduli pada diri dan lingkungannya termasuk 

perawatan diri


3]  Sosial. Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan memicu 

penurunan kemampuan dalam perawatan diri. 

b. Faktor presipitasi 

 Faktor presiptasi yang dapat memicu defisit perawatan diri adalah penurunan 

motivasi, kerusakan kognitif atau anggapan, cemas, lelah, lemah yang dialami pasien 

sehingga memicu pasien kurang mampu melakukan perawatan diri. 

3. Tanda dan Gejala 

Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang 

kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung 

dengan data hasil pengamatan

a. Data subjektif 

 Pasien mengatakan tentang : 

• Malas mandi 

• Tidak mau menyisir rambut 

• Tidak mau menggosok gigi 

• Tidak mau memotong kuku 

• Tidak mau berhias/ berdandan 

• Tidak bisa / tidak mau memakai alat mandi / kebersihan diri 

• Tidak memakai alat makan dan minum saat makan dan minum 

• BAB dan BAK sembarangan 

• Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK sesudah BAB dan BAK 

• Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar 

b. Data objektif 

• Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, 

• Tidak memakai alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan 

benar 

• Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, dan tidak mampu 

berdandan 

• pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan 

dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju 

atau celana. 

• Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,mis memakai pakaian 

berlapis-lapis, pemakaian pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang 

yang perlu dalam berpakaian, mis telajang. 

• Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak memakai alat 

makan, tidak mampu [ menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat 

makan [ dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu memakai sendok 

dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan] , memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan 

menghabiskan makanaan] . 

• BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri sesudah BAB dan 

BAK, tidak mampu [  menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet sesudah BAB 

atau BAK.]  

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI 

 

1. riset  defisit perawatan diri 

riset  dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan kepada pasien dan 

keluarga. 

Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan wawancara, 

melalui pertanyaan sebagai berikut: 

a. Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri? 

b. Apa yang memicu pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi 

dan,menggunting kuku? 

c. Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas 

dengan penampilan sehari-hari pasien? 

d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercukur [ untuk laki-laki]  

secara teratur? 

e. Menurut pasien apakah pakaian yang dipakai sesuai dengan kegiatan yang akan 

dilakukan 

f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan mandi 

apa saja yang dipakai pasien ? 

g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ? 

h. Menurut pasien apakah alat makan yang dipakai sesuai dengan fungsinya ? 

i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK ? 

j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK sesudah BAB dan BAK? 

k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar 

Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui pengamatan adalah 

sebagai berikut : 

a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan 

bau, kuku panjang dan kotor. 

b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian 

kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada 

pasien wanita tidak berdandan. 

c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan 

ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan 

makan tidak pada tempatnya. d. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB dan BAK tidak 

pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik sesudah BAB dan BAK. 

Data hasil pengamatan dan wawancara didokumentasikan pada kartu status pasien di 

Contoh pendokumentasian hasil riset  sebagai berikut: 

Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, 

kuku panjang dan kotor.Rambut acak-acakan,tidak disisir, pakaian kotor dan tidak rapi, 

pakaian tidak sesuai, makan dan minum diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan 

tidak pada tempatnya. Tidak menyiram dan membersihkan diri sesudah BAB dan BAK . 

2. pemeriksaan Keperawatan Defisit Perawatan Diri 

pemeriksaan keperawatan dirumuskan berdasar  tAnda dan gejala defisit perawatan 

diri yang ditemukan. Jika hasil riset  menunjukkan tAnda dan gejala defisit perawatan 

diri, maka pemeriksaan keperawatan yang dilakukan adalah 

3. Tindakan Keperawatan Defisit Perawatan Diri 

Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan pada pasien dan keluarga. 

Saat memberikan pelayanan di rumah sakit [ bila ada pasien dikunjungi atau didampingi 

keluarga] , puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui keluarga terlebih 

dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang 

dialami pasien dan keluarga. sesudah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan 

riset  dan melatih cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami pasien. 

sesudah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan 

melatih keluargauntuk merawat pasien, dan menyampaikan hasil tindakan yang telah 

dilakukan pada pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing 

pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah diajarkan oleh 

perawat. 

Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, 

minimal empat kali pertemuan hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi defisit 

perawatan diri. 

a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri 

Tujuan: Pasien mampu: 

1]  Membina hubungan saling percaya 

2]  Melakukan kebersihan diri secara mandiri 

3]  Melakukan berhias/berdAndan secara baik 

4]  Melakukan makan dengan baik 

5]  Melakukan BAB/BAK secara mandiri 

b. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri 

1]  Membina hubungan saling percaya dengan cara: 

• Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien 

• Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang 

perawat sukai, dan tanyakan nama dan nama panggilan pasien 

• Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini 

• Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama 

akan dikerjakan dan tempatnya di mana. 

• Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk 

kepentingan terapi 

• Setiap saat tunjukkan sikap empati pada pasien 

• Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan 

2]  Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri 

 Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri , perawat dapat melakukan 

tahapan tindakan yang meliputi: 

• mengatakan  pentingnya menjaga kebersihan diri. 

• mengatakan  alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

• mengatakan  cara-cara melakukan kebersihan diri. 

• Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri. 

3]  Melatih pasien berdandan/berhias 

 Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan 

Bercukur 

 Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan 

Berhias 

4]  Melatih pasien makan dan minum secara mandiri 

 Untuk melatih makan dan minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan 

sebagai berikut:

• mengatakan  kebutuhan [ kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200 

kalori [ untuk perempuan]  dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori 

setiap hari makan minum 8 gelas [ 2500 ml setiap hari]  dan cara makan dan 

minum 

• mengatakan  cara makan dan minum yang tertib. 

• mengatakan  cara merapihkan peralatan makan dan minum sesudah makan 

dan minum 

• Mempraktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 5]  Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri 

 Perawat dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan 

berikut: 

• mengatakan  tempat BAB dan BAK yang sesuai 

• mengatakan  cara membersihkan diri sesudah BAB dan BAK 

• mengatakan  cara membersihkan tempat BAB dan BAK 

• Mempraktikkan BAB dan BAK dengan baik 

c. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Defisit Perawatan Diri 

 Keluarga diharapkan dapat merawat pasien defisit perawatan diri di rumah dan 

menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien

 Tujuan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit 

perawatan diri 

 Tindakan keperawatan 

1]  Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien defisit perawatan 

diri 

2]  mengatakan  pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit 

perawatan diri dan mengambil keputusan merawat pasien 

3]  Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh 

pasien untuk menjaga perawatan diri pasien. 

4]  Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdAndan, 

makan dan minum, BAB dan BAK pasien 

5]  Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung 

perawatan diri pasien 

6]  Mendiskusikan tAnda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera 

ke fasilitas kesehatan. 

7]  menyarankan  follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur. 

4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga Dalam Defisit Perawatan Diri 

a. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan peningkatan 

kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti 

1]  pasien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan 

menggunting kuku dengan benar dan bersih 

2]  Mengganti pakaian dengan pakaian bersih 

3]  Membereskan pakaian kotor 

4]  Berdandan dengan benar 

5]  Mempersiapkan makanan 

6]  Mengambil makanan dan minuman dengan rapi 

7]  memakai alat makan dan minum dengan benar 

8]  BAB dan BAK pada tempatnya 

9]  BAB dan BAK air kecil dengan bersih.


b. Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat : 

1]  Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien [ pengertian, tanda dan 

gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri ]  

2]  Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien 

3]  Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri , 

berdandan [ wanita] , bercukur [ pria] , makan dan minum, BAB dan BAK. 

4]  Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.