alam kubur 8
َاوْبَأ
ِءَاّمسلا ََلو َنوُلُخرَْدي َّةنَْلا ّىَتح َجِلَي ُلََْملا يِف َِمس ِطَايِْلا {ُلُوَُقيَف ُّهللا
ّزَع ّلََجو اوُبعُْتكا َُهبَاِتك يِف ٍِينجِس يِف ِضْرَْلا َىلْفّسلا ُحَرُْطَتف ُُهحوُر
ًاْحرَط ُّمث َأَرَق }ْنَمَو ْكِرْشُي ِّهللِاب َاّمنَأَكَف ّرَخر ْنِم ِءَاّمسلا ُُهفَْطخََتف ُرْيّطلا
ْوَأ ِيوْهَت ِِهب ُحِيرلا يِف ٍنَاكَم ٍقيِحَس {ُدَاعَُتف ُُهحوُر يِف ِِهَدسَج
“Malaikat tersebut pun membawa naik ruh itu ke langit. Dan tidaklah
mereka melewati sekawanan malaikat lain kecuali mereka bertanya-tanya:
"Siapa ruh yang busuk ini?”. Para malaikat yang membawanya menjawab:
"Ini adalah ruh si Fulan bin Fulan, mereka sebut dengan nama terbaik yang
digunakan oleh orang-orang untuk menyebutnya ketika di dunia. Begitulah
terus hingga mereka sampai ke penghujung langit dunia dan mereka
meminta untuk dibukakan. Namun tidak dibukakan. Kemudian Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam membaca ayat (yang artinya) "Tidak akan
dibukakan bagi mereka pintu langit, dan tidaklah mereka masuk surga
hingga unta masuk lubang jarum" (QS. Al-A'raf: 40). Lantas Allah 'azza wa
jalla lalu berfirman “Catatlah catatannya dalam sijjin di bumi yang paling
rendah!”. Seketika itu ruhnya dilempar sejauh-jauhnya ke bawah. Kemudian
Nabi membaca ayat (yang artinya), "Siapa yang menyekutukan Allah, maka
seolah-olah dia jatuh dari atas langit lantas burung menyambarnya atau
sebagaimana diterbangkan angin di tempat jauh” (QS. Al Hajj: 31). Hingga
ruhnya kembali ke dalam jasadnya”
ِهيِتْأََيو ِنَاكَلَم ِِهنَاسِلْجُيَف ِنَلوَُقيَف َُهل ْنَم َّكبَر ُلُوَُقيَف ْهَاه ْهَاه َل ِيرَْدأ
ِنَلوَُقيَف َُهل َام َُكنِيد ُلُوَُقيَف ْهَاه ْهَاه َل ِيرَْدأ ِنَلوَُقيَف َُهل َام َاذَه ُلُّجرلا
ِيذّلا َثِعُب ُْمكيِف ُلُوَُقيَف ْهَاه ْهَاه َل ِيرَْدأ ِيدَانُيَف ٍدَانُم ْنِم ِءَاّمسلا ْنَأ
َبَذَك اوُشِرْفَاف َُهل ْنِم ِرّانلا اوُحَْتفَاو َُهل ًابَاب َىِلإ ِرّانلا ِهيِتْأَيَف ْنِم َاِهرَح
َاهِموَُمَسو ُقّيَضَُيو ِْهيَلَع ُُهرْبعَق ّىَتح َفِلَْتخَت ِهيِف ُُهَعلَْضأ ِهيِتْأََيو ٌلَُجر
ُحيِبعَق ِْهَجوْلا ُحيِبعَق ِبَايِثلا ُِْتنُم ِحِيرلا ُلُوَُقيَف ْرِشْبَأ ِيذّلِاب َكُءوُسَي َاذَه
َُكمْوَي ِيذّلا َتْنُك َُدعوُت ُلُوَُقيَف ْنَم َتْنَأ َُكهَْجوَف ُْهَجوْلا ُءيِجَي ِرّشلِاب
ُلُوَُقيَف َانَأ َُكلََمع ُثيِبعَْلا ُلُوَُقيَف ِبَر َل ِْمُقت ََةعّاسلا
“Kedua malaikat lalu mendatanginya dan mendudukkannya. Mereka berdua
bertanya: "Siapa Rabb-mu?”. Si mayit menjawab, "Hah.. hah.. saya tidak
tahu!”. Kedua malaikat bertanya lagi, "Apa agamamu?”. Si mayit
menjawab, "Hah.. hah.. saya tidak tahu!!”. Kedua malaikat bertanya lagi,
"Bagaimana tentang mengenai laki-laki ini yang diutus untuk kalian?”. Si
mayit menjawab: "Hah.. hah.. saya tidak tahu!”. Lalu terdengar seruan dari
langit yang berkata: "Ia telah dusta! Perlihatkan neraka kepadanya!”. Maka
malaikat pun membuka pintu neraka untuknya, dan ia merasakan pun panas
dan gejolaknya api neraka. Kemudian kuburnya pun menghimpitnya hingga
remuk tulang-tulangnya. Ia pun didatangi oleh laki-laki yang wajahnya
garang, pakaiannya lusuh, baunya busuk. Lelaki ini berkata: "Rasakanlah
semua yang menyusahkanmu ini. Inilah perkara yang telah dijanjikan
kepadamu!”. Lalu si mayit bertanya, "Siapa engkau? Wajahmu sangat
menyeramkan dan membawa keburukan”. Sosok laki-laki tadi menjawab:
"Aku adalah amalanmu yang buruk!”. Lalu si mayit berkata "Ya Rabb,
jangan tegakkan hari Kiamat!”166
Adanya adzab kubur berupa api yang panas yang berasal dari neraka
juga berdasarkan firman Allah ta'ala:
ِّام ِْمهِتَائيَِطخر اوُقِرُْغأ اوُلِخرُْدأَف ًارَان َْملَف اوُِدجَي ُْمهَل ْنِم ِنوُد ِّهللا ًارَاصْنَأ
“Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu
dimasukkan ke dalam neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain
Allah”167.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah menjelaskan tentang
ayat ini: “Fir'aun mendapatkan hukuman, yaitu Allah tenggelamkan ia dan
kaumnya di laut. Kemudian setelah itu, Allah masukkan mereka ke dalam
neraka. Sebagaimana firman Allah ... (beliau membawakan ayat di atas).
Maka, hukuman berupa neraka ini terjadi di alam barzakh”
5. Disiksa dengan palu dari besi yang bisa menghancurkan gunung
Sebagaimana dalam riwayat dari Jarir bin Abdillah radhiallahu'anhu,
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
ّمث ُضّيقي َُهل ىمعأ َُمكْبأ َُهعم ٌَةبزرِم نم ٍديدح ول َبِرُض اهِب ٌلبعج
َراصل ًابارت ُُهبرضيف :َلُاق اهِب ًةبرض اهُعَمسي ام َينب ِقرشلا ِبرغلاو ّالإ
ِينلّقثلا ُريصَيف ًابارت ّمث :َلُاق ُداعت ِهيف ُحوّرلا
“... dijadikan baginya sesosok yang buta dan bisu. Di tangannya ia
memegang alat pemukul dari besi yang jika digunakan untuk memukul
gunung maka gunung tersebut akan menjadi debu. Maka alat tadi pun
digunakan untuk memukul sang mayit dengan pukulan yang keras, ketika
dipukulkan terdengar suara jeritannya dari timur hingga barat, kecuali oleh
jin dan manusia. Lalu ia pun menjadi debu. Kemudian setelah itu
dikembalikan lagi ruh tersebut seperti bentuknya semula”
6. Dipukul wajah dan punggungnya oleh para Malaikat
Sebagaimana dalam firman Allah ta'ala:
ْوََلو َىرَت ِْذإ ّىفَوََتي َنِيذّلا اوُرَفَك َُةكِئَِلَْلا َنوُبِرْضَي ُْمهَهوُُجو ُْمَهرَابَْدأَو
اوُقوَُذو َبَاذَع ِقِيرَْلا َِكَلذ َِاب ْتَمَّدق ُْمكِيْدَيأ ّنَأَو َّهللا َسْيَل ٍم ّالَظِب
ِديِبعَعْلِل
“Dan andaikan kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-
orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan
berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar. Azab Allah
yang demikian dahsyat itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri.
Dan sesungguhnya Allah sama sekali tidak menzalimi masing-masing dari
hamba-hamba-Nya”
Ayat ini bicara tentang adzab kubur. Syaikh Khalid Al Mushlih
hafizhahullah menjelaskan ayat ini, beliau mengatakan, “Allah 'azza wa jalla
menyebutkan keadaan mereka yang mendapatkan adzab ketika dicabut ruh
mereka. Kemudian setelah itu Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
“Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”. Setelah itu Allah
menyebutkan tentang adzab yang membakar, yaitu adzab neraka. Semoga
Allah ta'ala memberikan keselamatan kepada kita dari semua itu”.
DIRASAKAN OLEH JASAD ATAU RUH?
Para ulama berselisih pendapat mengenai apakah nikmat dan adzab
kubur dirasakan manusia oleh ruhnya atau jasadnya, ataukah keduanya
sekaligus?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan:
لب باذعلا ميعنلاو ىلع سفنلا ندبعلاو اعيمج قافتاب لهأ ةنسلا
ةعاملاو معنت سفنلا بذعتو ة درفنم نع ندبعلا بذعتو ةلصتم
ندبعلاب ندبعلاو لصتم اهب نوكيف ميعنلا باذعلاو امهيلع يف هذه
لُالا ينعمتجم امك نوكي حورلل ة درفنم نع ندبعلا لهو . نوكي
باذعلا ميعنلاو ندبعلل نودب حورلا ؟ اذه هيف نلوق ناروهشم لهل
ثيدلا ةنسلاو م لكلاو يفو ةلأسلا لُاوقأ ة ذاش تسيل نم لُاوقأ لهأ
ةنسلا ثيدلاو لُوق ; نم لُوقي نإ : ميعنلا باذعلاو ل نوكي لإ
ىلع حورلا نأو ; ندبعلا ل معني لو بذعي اذهو . هلوقت ةفسلفلا " "
نوركنلا داعل نادبلا ءلؤهو ; رافك عامجإب ينملسلا
“Adzab dan nikmat kubur bisa terjadi pada ruh dan badan sekaligus. Ini
adalah kesepakatan ulama Ahlussunnah wal Jama'ah. Terkadang ruh diberi
nikmat dan diadzab dalam keadaan terpisah dari badan. Namun terkadang
dalam keadaan tersambung dengan badannya, sehingga nikmat dan adzab
dirasakan keduanya. Dalam keadaan ini ruh dan badan merasakan yang sama
seperti dirasakan ruh ketika bersendirian dari badan.
Lalu apakah mungkin adzab dan nikmat kubur terjadi pada badan saja tanpa
dirasakan ruh? Dalam hal ini ada dua pendapat yang masyhur dari para ulama
hadits dan sunnah. Dan ada juga pendapat-pendapat yang syadz (nyeleneh)
yang tidak dikatakan oleh para ulama Ahlussunnah dan ulama hadits.
Pendapat yang mengatakan bahwa hanya ruh saja yang merasakan nikmat
dan adzab sedangkan badan tidak akan merasakannya, ini adalah perkataan
orang-orang falasifah (ahli filsafat) yang mereka mengingkari adanya
ma'adul abdan (dipulihkannya kondisi jasad manusia setelah mati). Mereka
adalah orang-orang yang kufur berdasarkan kesepakatan ulama kaum
Muslimin”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
“Asalnya yang merasakan adalah ruh. Karena hukum-hukum yang terjadi
setelah kematian itu untuk ruh. Sedangkan jasad ketika itu sudah mati. Maka
kita ketahui jasad mayat tidak memerlukan life support setelah ia meninggal,
ia tidak perlu makan dan tidak perlu minum. Bahkan jasad tersebut akan
dimakan belatung. Sehingga asalnya yang merasakan ini adalah ruh. Namun
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa terkadang ruh itu
tersambungkan dengan badannya. Sehingga adzab dan nikmat kubur
dirasakan oleh keduanya ... Dengan demikian para ulama mengatakan bahwa
terkadang ruh tersambungkan dengan jasadnya. Sehingga adzab kubur
dirasakan oleh ruh dan badannya juga. Dan nampaknya ini juga dikuatkan
oleh hadits yang Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda di dalamnya:
نإ ربعقلا قيضيل ىلع رفاكلا ىتح فلتخت هعلضأ
“Sesungguhnya kuburan bagi orang kafir akan disempitkan sehingga
meremukkan tulang-tulangnya”
Ini menunjukkan bahwa terkadang adzab itu terjadi pada jasad karena
tulang-tulang itu ada pada jasad”
APAKAH MAYIT BISA MERASAKAN ORANG
YANG BERZIARAH?
Pertanyaan:
Apakah mayit bisa merasakan orang yang berziarah ke kuburannya?
Lalu apakah wajib berdiri di depan kuburan orang tersebut jika berziarah
ataukah cukup dengan masuk ke areal pemakaman? Mohon beri kami
penjelasan, semoga Allah menambah ilmu anda.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjawab:
Mengenai apakah mayit bisa merasakan orang yang berziarah, Allah
yang lebih mengetahui. Memang sebagian ulama salaf memiliki pendapat
demikian, namun menurut pengamatan saya tidak ada dalil yang tegas
menunjukkan hal tersebut. Namun kita ketahui bersama bahwa ketika ziarah
kubur kita dianjurkan mengucapkan salam:
م لسلا مكيلع راد م وق ،يننمؤم انإو نإ ءاش لا مكب ،نوقحل لُأسن
لا انل مكلو ،ةيفاعلا رفغي لا انل ،مكلو محري لا ينمدقتسلا انم
نيرخرأتسلاو
“Semoga keselamatan ditetapkan pada kalian, (wahai penghuni) tanah kaum
muslimin. Sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. Kami
memohon keselamatan bagi diri kami dan juga kalian. Semoga Allah
merahmati orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang yang
kelak akan mati”
Amalan ini semua disyari’atkan. Adapun mengenai apakah si mayit
merasakan atau tidak itu membutuhkan dalil yang tegas, Wallahu’alam.
Namun, baik si mayit merasakan atau tidak, itu tidak merugikan kita.
Yang dituntut dari kita adalah menjalankan sunnah. Dianjurkan bagi kita
untuk berziarah kubur, mendoakan orang yang telah mati, walaupun mereka
tidak merasakannya. Karena yang kita lakukan itu membuahkan pahala bagi
kita dan bermanfaat bagi si mayit. Doa kita untuk mereka akan bermanfaat
bagi mereka, sedangkan ziarah kubur yang kita lakukan akan bermanfaat bagi
kita sendiri. Karena dalam ziarah kubur ada pahala, dapat mengingatkan kita
terhadap kematian, mengingatkan kita terhadap akhirat, sehingga bermanfaat
bagi kita. Si mayit pun mendapat manfaat dari hal itu, yaitu dengan doa kita,
dengan permohonan ampunan baginya, sehingga ia pun mendapat manfaat.
Adapun soal berdiri di depan kuburan, ini perkaranya luas. Boleh berdiri
di depan kuburan, atau berdiri di tepi areal pemakaman lalu mengucapkan
salam, itu pun cukup. Atau jika ia berada di satu bagian dari areal
pemakaman, lalu mengucapkan:
م لسلا مكيلع لهأ رايدلا نم يننمؤلا ،ينملسلاو انإو نإ ءاش لا مكب
،نوقحل لُأسن لا انل مكلو ،ةيفاعلا محري لا ينمدقتسلا انم
نيرخرأتسلاو
“Semoga keselamatan ditetapkan pada kalian, wahai penghuni tanah kubur
dari kalangan kaum muslimin dan mukminin. Sesungguhnya kami insya
Allah akan menyusul kalian. Kami memohon keselamatan bagi diri kami dan
juga kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului
kami dan orang-orang yang kelak akan mati”
Ini cukup. Jika ia mendatangi kuburan ayahnya atau kuburan saudaranya,
maka ini lebih utama dan lebih sempurna. Jadi ia mendatangi kuburan
ayahnya, saudaranya atau kerabatnya lalu mengatakan “Assalamu’alaikum
wahai fulan, semoga Allah merahmati dan melimpahkan berkah kepadamu,
semoga Allah mengampuni dosamu dan merahmatimu serta melipat-
gandakan pahala kebaikanmu“, atau semacam itu, maka ini lebih utama dan
lebih sempurna
AL BUSYRA MENJELANG KEMATIAN
Ahlussunnah meyakini adanya al busyra (kabar gembira) bagi orang-
orang beriman ketika nyawa mereka dicabut. Al busyra atau al bisyarah
adalah kabar gembira yang disampaikan Malaikat kepada ruh orang beriman
ketika ia dicabut nyawanya.
Allah ta’ala berfirman:
ّنِإ َنِيذّلا اوُلَاق َانّبَر ُّهللا ُّمث اوُمَاَقْتسا ُلُزنََتت ُِمهْيَلَع َُةكِئِلَْلا َلأ اوُفَاخَت
َلو اوُنَزَْت اوُرِشْبَأَو ِّةنَْلِاب يِّتلا ُْمْتنُك َنوَُدعوُت ُنْحَن ُْمكُؤَايِْلوَأ يِف ِة َايَْلا
َايْنّدلا يِفَو َِة رِخرلا ُْمكََلو َاهيِف َام يِهَْتشَت ُْمكُسُفْنَأ ُْمكََلو َاهيِف َام
َنوُّعَدت لزن ْنِم ٍروُفَغ ٍميَِحر
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam
kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai
hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”
Al busyra juga disampaikan kepada orang kafir. Namun berupa kabar
tentang hukuman Allah yang akan dia dapatkan. Sebagaimana dalam hadits
dari Ummul Mu’minin, Aisyah radhiallahu’anha, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
نَم ّبحأ َءاقل ِّهللا ّبحأ ُّهللا َُهءاقل ، نَمو َِهرك َءاقل ِّهللا َِهرك ُّهللا َُهءاقل
َداز وٌرمع يف ِِهثيدح ، َليقف اي : َلُوسر ِّهللا ، ُةيهارَك ِءاقل ِّهللا ُةيهارك
ِتولا ، انّلك َُهرْكَن َتولا ، َلُاق َكاذ : َدنع ِِهتوم ، اذإ َرِشُب ِةمحرب ِّهللا
ِِهترفغمو ّبحأ َءاقل ِّهللا ّبحأو ُّهللا َُهءاقل ، اذإو َرِشُب ِباذعب ِّهللا َِهرك
َءاقل ِّهللا َِهرَكَو ُّهللا َُهءاقل
“Barangsiapa yang senang berjumpa dengan Allah, Allah pun senang
berjumpa dengannya. Barangsiapa yang tidak suka bertemu dengan Allah,
maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya”. Aisyah bertanya: “wahai
Rasulullah, tentang orang yang tidak suka bertemu dengan Allah artinya dia
tidak suka kematian? bukankah semua kita tidak suka kematian?”.
Rasulullah menjawab: “Yang aku maksud adalah keadaan seseorang ketika
ia sakaratul maut. Karena ketika itu, seorang Mukmin diberi kabar gembira
tentang rahmat Allah dan ampunan Allah untuknya, sehingga ia pasti suka
untuk segera bertemu Allah, dan Allah pun ingin bertemu dengannya. Dan
seorang kafir diberi kabar tentang azab Allah, sehingga ia pasti tidak suka
untuk segera bertemu Allah, dan Allah pun tidak suka bertemu
dengannya”.
Al Barbahari rahimahullah mengatakan:
ملعاو نأ ة راشبعلا دنع تولا ثلث تاراشب لُاقي رشبأ اي بيبعح لا
ىضرب لا ةنلاو لُاقيو رشبأ اي دبعع لا ةنلاب دعب م اقتنلا لُاقيو رشبأ
اي ودع لا بضغب لا رانلاو اذه لُوق نبا سابعع
“Ketahuilah bahwa bisyarah (kabar gembira) ketika orang meninggal itu ada
tiga: [1] Akan dikatakan kepadanya: bergembiralah dengan ridha Allah dan
surga-Nya, wahai kekasih Allah [2] Akan dikatakan kepadanya:
Bergembiralah dengan surga Allah kelak, setelah keburukanmu dibalas,
wahai hamba Allah [3] Akan dikatakan kepadanya: Bergembiralah terhadap
hukuman Allah dan neraka-Nya, wahai musuh Allah!”. Ini adalah perkataan
Ibnu Abbas”.
Ada khilaf ulama, tentang kapan penyampaian al busyra oleh Malaikat
menjadi 3 pendapat:
Itu terjadi ketika sakaratul maut
Itu terjadi di alam kubur
Itu terjadi ketika hari kebangkitan dari kubur
Namun yang dirajihkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah, al busyra terjadi ketika sakaratul maut sebagai zahir hadits
Aisyah. Syaikhul Islam rahimahullah berkata:
دقو اوركذ نأ اذه لُزَنتلا دنع تولا
“Para ulama mengatakan, turunnya Malaikat ini (untuk memberikan al
busyra) terjadi ketika sakaratul maut”180.
Sungguh beruntung orang-orang beriman, ketika sakaratul maut ia sudah
mendapat kabar dari Malaikat, bahwa kelak ia akan masuk ke surga Allah
ta’ala.
Semoga kita termasuk golongan mereka yang mendapat kabar gembira.
Amiin ya mujiibas saa’iliin.
DERAJAT HADITS ARWAH MENGUNJUNGI
KELUARGANYA DI MALAM JUM'AT
Terdapat sebuah hadits yang menyebutkan bahwa arwah orang yang
meninggalkan akan mengunjungi rumahnya dan keluarganya di setiap malam
Jum'at.
Hadits tersebut dikeluarkan oleh Abul Husain Ali bin Ahmad Al Hakkari
Hadiyyatul Ahya ilal Amwat wa Maa Yashilu Ilaihim (6) dengan dalam kitab
sanad dan matan sebagai berikut,
انربعخرأ وبأ دبعع نمحرلا دمحم نب ينسلا نب ىسوم يملسلا ًةباتك
انث :لُاق وبأ مساقلا دبعع لا نب دمحم يروباسينلا نع يلع نب ىسوم
،يرصبعلا نع نبا ،جيرج نع ىسوم نب ،نادرو نع يبأ ،ة ريره :لُاق
لُاق لُوسر لا ىلص لا هيلع اودها)) :ملسو ، ((مكاتول امو :انلق
يدهن اي لُوسر لا ؟ىتولا ةقدصلا)) :لُاق مث ((ءاعدلاو لُاق لُوسر
لا ىلص لا هيلع نإ)) :ملسو حاورأ يننمؤلا نوتأي لك ةعمج ىلإ
ءامس ايندلا نوفقيف ءاذحب مهرود مهتويبو يدانيف لك دحاو مهنم
توصب اي :نيزح يلهأ يدلوو لهأو يتيب ،يتابارقو اوفطعا انيلع
،ءيشب مكمحر ،لا انوركذاو لو ،انوسنت اومحراو ،انتبرغ ةلقو
،انتليح امو نحن ،هيف انإف دق انيقب يف قيحس ،قيثو مغو ،ليوط
نهوو ،ديدش انومحراف مكمحر ،لا لو اولخبعت انيلع ءاعدب وأ
ةقدص وأ ،حيبعست لعل لا انحري لبعق نأ اونوكت ،انلاثمأ ايف هاترسح
هامادناو اي دابعع ،لا اوعمسا ،انملك لو ،انوسنت متنأف نوملعت نأ
هذه لُوضفلا يتلا يف مكيديأ تناك يف ،انيديأ انكو مل قفنن يف
ةعاط ،لا اهانعنمو نع قلا راصف ًلابو انيلع هتعفنمو ،انريغل
باسلاو باقعلاو ((انيلع
Abu Abdirrahman Muhammad bin Al Husain bin Musa As Sulami secara
kitabah, ia berkata, Abul Qasim Abdullah bin Muhammad An Naisaburi
menuturkan kepadaku, dari Ali bin Musa Al Bashri, dari Ibnu Juraij, dari
Musa bin Wirdan, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Kirimlah hadiah untuk orang-orang
yang meninggal di antara kalian.” Para sahabat bertanya, “Apa yang kami
kirimkan wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Sedekah dan
doa.”Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya arwah-arwah kaum mukminin itu datang setiap hari Jum’at
ke langit dunia, lalu mereka berdiri di atas sandal-sandal rumah mereka
atau di rumah mereka. Lalu setiap mereka memanggil-manggil dengan suara
yang sedih, “wahai keluargaku, wahai anakku, wahai ahli baitku, wahai
kerabatku, kasihilah dengan sesuatu, semoga Allah merahmati kalian.
Ingatlah kami dan janganlah kalian lupa kepada kami. Kasihilah kesendirian
kami dan ketidak-mampuan kami untuk melakukan apa-apa, tidak ada yang
bisa kami lakukan lagi. Karena sekarang kami tinggal di alam yang jauh dan
mengikat, yang suram dan lama, dan dalam kelemahan yang sangat lemah,
maka kasihilah kami semoga Allah merahmati kalian. Dan janganlah kalian
pelit dalam memberikan doa, sedekah atau tasbih kepada kami. Semoga
Allah mengasihi kami sebelum kalian menjadi semisal kami. Jangan sampai
menyesal wahai hamba Allah. Dengarlah perkataan kami, jangan lupakan
kami. Kalian tahu benar bahwa karunia yang kalian miliki sekarang dulu
ada di tangan kami. Kami dahulu tidak menginfakkannya dalam ketaatan
kepada Allah, kami tidak membelanjakannya dalam kebenaran. Sehingga
semua itu menjadi bencana bagi kami sekarang dan manfaat harta-harta itu
malah didapatkan oleh orang lain. Sedangkan adzab dan hukumannya
ditimpakan atas kami”.
Riwayat ini disebutkan juga dalam I’anatut Thalibin181 karya Ad-
Dimyathi tanpa sanad dengan lafadz sebagai berikut,
نأ حاورأ يننمؤلا يتأت يف لك ةليل ىلإ ءامس ايندلا فقتو ءاذحب
،اهتويب يدانيو لك دحاو اهنم توصب نيزح فلأ اي .ة رم ،يلهأ
،يبراقأو اي .يدلوو نم اونكس ،انتويب اوسبعلو ،انبايث اومستقاو
انلاومأ
“Sesungguhnya arwah-arwah kaum mu’minin itu datang ke langit dunia
setiap malam, lalu mereka berdiri di atas sandal-sandal rumah mereka. Lalu
mereka memanggil-manggil dengan suara yang sedih sebanyak 1000 kali:
‘wahai keluargaku…’, ‘wahai kerabatku…’, ”wahai anakku…’. ‘Wahai
orang-orang yang tinggal di rumah-rumah kami…’, ‘wahai orang-orang
yang memakai baju-baju kami…’, ‘wahai orang-orang yang membagi harta-
harta kami…’”.
Disebutkan juga dalam Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khathib atau dikenal
dengan Hasyiyah Al Bujairimi ‘ala Khathib182 karya Al Bujairimi tanpa
sanad. Al Bujairimi menyandarkan riwayat ini kepada Al Jami’ Al Kabir
namun –wallahu a’lam– tidak kami temukan riwayat tersebut dalam Al Jami’
Al Kabir karya As Suyuthi. Walhasil, tidak ada sanad lain selain sanad di atas
yang kami temukan. Dan dari sini juga kita ketahui bahwa hadits ini tidak
terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad.
Jika kita teliti sanad di atas, sangat bermasalah:
Masalah 1:
Ibnu Juraij (Abdul Malik bin Abdil Aziz Al Qurasyi) tidak
meriwayatkan dari Musa bin Wirdan. Ibnu Adi mengatakan:
اذإف ىور نبا جيرج نع ىسوم اذه ثيدلا نوكي دق هسلد
“Jika Ibnu Juraij meriwayatkan dari Musa, maka haditsnya ini terkadang
merupakan tadlis Ibnu Juraij”.
Al Albani ketika menjelaskan maudhu’-nya hadits:
نم تام ًاضيرم تام ًاديهش
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan sakit, ia mati syahid”
Beliau mengatakan:
مهفلاخر نسلا نب دايز يؤلؤللا انثدح :لُاقف نبا جيرج نع ىسوم نب
نادرو ،هب طقسأف نم دنسلا ميهاربإ نب دمحم
“Al Hasan bin Ziyad Al Lu’lui menyelisihi riwayat ini, ia berkata: Ibnu Juraij
menuturkan kepada kami, dari Musa bin Wirdan dan seterusnya. Al Hasan
menggugurkan Ibrahim bin Muhammad (antara Ibnu Juraij dan Musa bin
Wirdan) dalam sanad ini”.
Maka jelas bahwa Ibnu Juraij tidak meriwayatkan dari Musa bin Wirdan,
sehingga ada inqitha‘ dalam riwayat ini.
Masalah 2:
Ali bin Musa Al Bashri dan Abul Qasim Abdullah bin Muhammad An
Naisaburi, keduanya majhul haal. Tidak ditemukan adanya jarh atau ta’dil
tentang mereka.
Juga tidak diketahui bahwa Ali bin Musa Al Bashri adalah di antara yang
meriwayatkan hadits dari Ibnu Juraij. Pula, tidak diketahui bahwa
Muhammad bin Al Husain bin Musa Al Sulmi meriwayatkan dari Abul
Qasim Abdullah bin Muhammad An Naisaburi.
Masalah 3:
Muhammad bin Al Husain bin Musa Al Sulmi, seorang syaikh sufi, ia
perawi yang lemah. Adz Dzahabi berkata,
خيش ةيفوصلا بحاصو مهخيرات مهتاقبعطو اوملكت .مهريسفتو هيف
سيلو ة دمعب
“Beliau seorang Syaikh sufi. Ulama tarikh, biografi dan tafsir di kalangan
sufi. Para ulama hadits mengkritisi riwayatnya, dan ia tidak bisa dijadikan
sandaran”.
Hadits ini juga sebagaimana sudah dijelaskan, tidak terdapat dalam
kitab-kitab hadits yang mu’tamad (yang menjadi pegangan) dan dikenal.
Seperti kitab-kitab shahih, kitab-kitab sunan, kitab-kitab musnad, kitab-kitab
jami’, dan lainnya. Dan ini merupakan indikator kelemahan bahkan
kepalsuan hadits. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika menjelaskan
kelemahan hadits seputar ziarah kubur Nabi beliau berkata,
سيل يف ثيداحلا يتلا تيور ظفلب ة رايز هربعق ىلص- لا هيلع
ثيدح -ملسو حيحص دنع لهأ ،ةفرعلا ملو جرخي بابرأ حيحصلا
ًائيش نم ،كلذ لو بابرأ نسلا ،ة دمتعلا نسك يبأ دواد يئِاسنلاو
يذمرتلاو ،مهوحنو لو لهأ دناسلا يتلا نم اذه ؛سنلا دنسمك
دمحأ ،هريغو لو يف أطوم ،كلام لو دنسم يعفاشلا وحنو كلذ
ءيش نم ،كلذ لو جتحا م امإ نم ةمئِأ ينملسلا يبأك- ةفينح كلامو
يعفاشلاو دمحأو ثيدحب -مهريغو هيف ركذ ة رايز هربعق
“Hadits-hadits yang diriwayatkan dengan mengandung lafadz ‘ziarah kubur
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam‘ tidak ada yang shahih menurut para ulama
hadits. Hadits-hadits seperti ini tidak pernah dibawakan oleh pemilik kitab
Shahih, tidak juga pemilik kitab Sunan yang menjadi pegangan, seperti
Sunan An Nasa-i atau semacamnya, tidak juga kitab Musnad yang menjadi
pegangan, seperti Musnad Ahmad atau semacamnya, tidak juga kitab
Muwatha Malik, tidak juga kitab Musnad Asy Syafi’i atau semacamnya.
Hadits-hadits seperti ini tidak pernah dipakai para Imam Mazhab dalam
berhujjah. Yaitu hadits yang didalamnya disebut lafadz ziarah kubur Nabi”
Dengan demikian, kesimpulannya hadits ini adalah hadits yang dhaif
jiddan (sangat lemah). Dan tidak boleh meyakini suatu hal yang terkait
dengan perkara gaib semisal dengan apa yang ada dalam riwayat ini kecuali
dengan dalil yang shahih. Wallahu ta’ala a’lam.
APAKAH RUH DI DALAM KUBUR BISA SALING
MENGUNJUNGI?
Para ulama berbeda pendapat apakah ruh orang-orang Mukmin dapat
saling mengunjungi satu sama lain di alam kubur? Sebagian ulama
mengatakan bahwa ruh orang Mukmin bisa mengunjungi ruh orang Mukmin
yang lain. Di antara yang berpendapat demikian adalah Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dan Ibnul Qayyim rahimahumallah.
Mereka berdalil dengan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu,
bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
َاِذإ َرِضُح ُنِمْؤُْلا ُْهَتتَأ َُةكِئِلَم َِةْمّحرلا ٍَة رِيرَحِب َءَاضْيَب َنوُلوَُقيَف يُِجرْخرا
ًَةيِضَار ًّايِْضرَم ِْكنَع َىِلإ ِحْوَر ِّهللا ٍنَاحَْيرَو ّبَرَو ِرْيَغ َنَابعْضَغ ُجُرْخََتف
ِبَيْطَأَك ِحِير ِْكسِْلا ّىَتح ُّهنَأ ُُهِلوَانُيَل ُْمهُضْعَب ًاضْعَب ّىَتح َنوُتْأَي ِِهب َبَاب
ِءَاّمسلا َنوُلوَُقيَف َام َبَيْطَأ ِِهذَه َحِيرلا يِّتلا ُْمكْتَءَاج ْنِم ِضْرَلا َنوُتْأَيَف
ِِهب َحَاوْرَأ َِيننِمْؤُْلا ُْمهَلَف َّدشَأ ًاَحرَف ِِهب ْنِم ُْمكَِدَحأ ِِهبعِئَِاغِب ُم َْدَقي ِْهيَلَع
“Ketika seorang Mukmin mendekati ajalnya, para malaikat rahmat datang
menemuinya dengan membawa kain sutra berwarna putih. Mereka berkata:
“Keluarlah engkau sebagai ruh yang diridhai dan menuju kepada rahmat
Allah, dengan bau yang harum dan tidak dimurkai oleh Allah!”. Lalu ruh
orang tersebut pun keluar dengan bau misik yang paling harum. Sampai-
sampai para malaikat berebut satu sama lain untuk mendapatkannya.
Kemudian mereka membawanya sampai ke pintu langit. Lalu penduduk
langit pun berkata: “Betapa harumnya ruh yang kalian bahwa ini dari bumi!”.
Lalu para malaikat pun mendatangi ruh-ruh kaum mukminin yang lain. Ruh-
ruh kaum Mukminin bergembira dengan kedatangan ruh tersebut, dengan
kegembiraan yang melebihi kegembiraan ketika bertemu orang yang lama
tidak bertemu”
َُهنوَُلأْسَيَف َاذَام َلَعَف ٌنلُف َاذَام َلَعَف ٌنلُف ُهوَُعد :َنوُلوَُقيَف ُّهنَِإف َنَاك يِف
َِمغ َاِذَإف .َايْنّدلا َامَأ :َلَُاق ُْمكَاتَأ ؟ َبُِهذ :اوُلَاق ِِهب َىِلإ ِِهمُأ ّنَِإو .َِةِيوَاهْلا
َرِفَاكْلا َاِذإ َرِضُْتحا ُْهَتتَأ َُةكِئِلَم ِبَاذَعْلا ٍحْسِِب ـ ءاسك نم رعش ـ
َنوُلوَُقيَف يُِجرْخرا : ًَةِطخرَاس ًاطوُخْسَم ِْكيَلَع َىِلإ ِبَاذَع ِّهللا ّزَع ّلََجو
ُجُرْخََتف َِْتنَأَك ِحِير ٍَةفيِج ّىَتح َنوُتْأَي ِِهب َبَاب ِضْرَلا َنوُلوَُقيَف َام ََْتنَأ
ِِهذَه َحِيرلا ّىَتح َنوُتْأَي ِِهب َحَاوْرَأ ِرّافُكْلا
“Lalu mereka bertanya kepada ruh yang baru datang: “Apa yang telah
dilakukan oleh si Fulan? Apa yang telah dilakukan si Fulan?”. Sebagian ruh
tersebut berkata: “Biarkanlah ia, karena ia baru terlepas dari kelelahan
dunia”. Maka ruh yang baru datang tadi berkata: “Tidakkah si Fulan yang
(kalian tanyakan) sudah bertemu dengan kalian?”. Sebagian yang lain
menjawab: “Berarti ia telah dibawa ke tempat kembalinya yaitu neraka
Hawiyah”. Adapun seorang kafir jika telah mendekati ajalnya, para malaikat
adzab datang membawa kain kafan yang kasar. Malaikat berkata: “Keluarlah
engkau dengan kemurkaan Allah dan dalam keadaan dimurkai Allah, menuju
kepada siksa Allah 'azza wa jalla. Lalu ia keluar dalam keadaan bau bangkai
yang paling busuk. Kemudian mereka membawanya hingga pintu bumi. Lalu
para penduduk langit berkata: “Betapa busuknya bau ruh ini!”. Lalu para
malaikat membawanya menemui ruh orang-orang kafir lainnya”.
Hadits ini menunjukkan adanya pertemuan antara ruh-ruh kaum
Mukminin satu dengan lainnya. Bahkan mereka berbincang-bincang tentang
keadaan orang-orang yang masih hidup.
Para ulama juga berdalil dengan hadits dari Abu Huraira
radhiallahu'anhu yang lain. Dari Abu Hassan Al A'raj rahimahullah, ia
berkata:
ُتْلُق يِبَِل ُّهنِإ :ََة رَْيرُه َْدق َتَام َيِل ،ِنَانْبا َاَمف َتْنَأ يِثَِدحُم ْنَع ِلُوَُسر
ِلا ّىلَص ُلا ِْهيَلَع َّملََسو ٍثِيَدحِب ُبِيَُطت ِِهب َانَسُفْنَأ ْنَع ؟َانَاتْوَم :َلَُاق
،َْمعَن :َلَُاق ُْمُهرَاغِص» ُصيِمَاَعد ،ِّةنَْلا ّىَقلََتي ُْمُهَدَحأ ُهَابَأ ْوَأ- :َلَُاق
،-ِْهَيوَبَأ ُذُخرْأَيَف ِِهبْوَثِب ْوَأ- ،-ِِهَديِب :َلَُاق َاَمك ُذُخرآ َانَأ َِةفِنَصِب َِكبْوَث
،َاذَه َلَف ،َىهَانََتي ْوَأ َلَف :َلَُاق ّىَتح -يِهَْتنَي َُهلِخرُْدي ُلا ُهَابَأَو َّةنَْلا ».
“Aku berkata kepada Abu Hurairah radhiallahu'anhu: dua anakku baru
meninggal. Dapatkah anda sampaikan hadits dari Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam yang dapat menghibur hati kami ketika
kehilangan keluarga kami? Abu Hurairah menjawab: Baiklah, beliau
Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: “Anak-anak kecil kaum
Mukminin yang wafat mereka akan menjadi anak-anak kecil di surga. Salah
seorang dari mereka akan bertemu dengan ayahnya atau dengan kedua
orang tuanya, kemudian ia memegang baju atau tangan orang tuanya
sebagaimana aku (Rasulullah) memegang pinggiran bajumu ini (wahai Abu
Hurairah). Tidak akan terlepas hingga Allah memasukkannya beserta orang
tuanya ke dalam surga”.
Hadits ini menunjukkan bahwa ruh anak-anak kecil dari kaum Mukminin
akan bertemu dengan ruh orang tuanya sebelum mereka masuk ke surga.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Mengenai
pertanyaan “apakah ruh seorang Mukmin akan bertemu dengan ruh-ruh dari
kelurganya dan kerabatnya?”. Jawabannya, dalam hadits dari Abu Ayyub Al
Anshari dan selainnya dari para salaf, juga dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hatim dalam Ash Shahih, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
beliau bersabda:
نأ تيلا اذإ جرع هحورب هتقلت حاورلا هنولأسي نع ءايحلا لُوقيف
مهضعب ضعبعل هوعد : ىتح حيرتسي ، نولوقيف هل ام : لعف نلف ؟
لُوقيف لِمع : لَمع حلص ، نولوقيف ام : لعف نلف ؟ لُوقيف ملأ :
م دقي مكيلع ؟ نولوقيف ل : ، نولوقيف بُهذ : هب ىلإ ةيواهلا
“Seorang mayit ketika ruhnya dibawa ke atas, ia akan bertemu dengan ruh-
ruh yang lain. Ruh-ruh tersebut pun bertanya tentang keadaan orang-orang
yang masih hidup. Sebagian ruh tadi berkata: “biarkan dia istirahat terlebih
dahulu!”. Yang lain lalu bertanya lagi: “apa yang dilakukan si Fulan”. Ruh
yang baru datang menjawab: “Oh, si Fulan mengamalkan amalan shalih”.
Yang lain lalu bertanya lagi: “apa yang dilakukan si Fulan”. Ruh yang baru
datang menjawab: “Bukankah si Fulan telah datang kepada kalian?”. Para
ruh menjawab: “Tidak pernah”. Yang lain lagi berkata: “Berarti ia telah
dibawa ke neraka Hawiyah””.
Demikian juga, Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah menjelaskan hal
yang senada. Beliau mengatakan: “Arwah itu ada dua macam: pertama,
arwah yang diadzab, kedua, arwah yang mendapatkan nikmat. Adapun arwah
yang diadzab maka adzab yang mereka dapatkan membuat mereka tidak
mungkin untuk saling mengunjungi dan saling bertemu. Adapun arwah yang
mendapatkan nikmat, mereka dibebaskan dan tidak dikekang sama sekali.
Sehingga mereka saling dapat bertemu dan berkunjung satu sama lain. Dan
mereka saling bertukar cerita tentang apa yang mereka dapati di dunia dan
tentang keadaan orang-orang di dunia.
Sehingga setiap ruh ketika itu akan bersama dengan para rafiq-nya
(temannya) yang dahulu mereka mengamalkan amalan yang sama. Adapun
ruh Nabi kita Shallallahu'alaihi Wasallam ada di ar-Rafiqul A'la. Allah ta'ala
berfirman:
ْنَمَو ِِعُطي َّهللا َلُوُّسرلَاو َِكئَلوُأَف ََعم َنِيذّلا ََمعْنَأ ُّهللا ِْمهْيَلَع َنِم َِينيِبعّنلا
َِينقِيِدصلَاو ِءَاَدهّشلَاو َِِينلّاصلَاو َنُسََحو َِكئَلوُأ ًاقيِفَر
“Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu
akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu)
para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”
Kebersamaan orang-orang serupa amalannya ini terjadi di dunia, di alam
barzakh dan di akhirat. Seseorang akan bersama yang ia cintai di tiga alam
ini. ... dan Allah ta'ala juga berfirman:
َاي َاهُّتَيأ ُسْفّنلا ُّةنِئَْمُْطلا يِعِْجرا َىِلإ ِِكبَر ًَةيِضَار ًّةيِْضرَم يِلُخرْدَاف يِف
ِيدَابعِع يِلُخرْدَاو يِّتنَج
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku”.
Maksudnya, masuklah ke dalam golongan mereka (orang-orang yang
diridhai) dan jadilah bersama mereka. Dan ini dikatakan kepada ruh ketika ia
mati. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengabarkan tentang keadaan
para syuhada,
ٌءَايَْحأ َْدنِع ِْمهِبَر َنوُقَْزرُي
“Mereka hidup di sisi Rabb mereka, dan mereka diberi rezeki (oleh
Allah)”.
Allah ta'ala juga berfirman tentang mereka:
َنوُرِشْبعَْتسََيو َنِيذّلِاب َْمل اوَُقحْلَي ِْمهِب ْنِم ِْمهِفْلَخر
“Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan
bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum
menyusul mereka”193.
Allah ta'ala juga berfirman tentang mereka:
َنوُرِشْبعَْتسَي ٍَةْمعِنِب َنِم ِّهللا ٍلْضَفَو
“Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah”.
Ayat-ayat ini adalah dalil bahwa mereka saling bertemu satu sama lain,
dari tiga sisi pandang:
Pertama, mereka berada di sisi Rabb mereka, dalam keadaan diberi rezeki.
Jika mereka dalam keadaan demikian dan hidup, artinya mereka saling
bertemu satu sama lain.
Kedua: mereka bergembira dengan saudara-saudara mereka yang menyusul
mereka dan bertemu dengan mereka.
Ketiga: lafadz “yastabsyirun” secara bahasa Arab memberikan makna bahwa
mereka saling memberi kabar gembira satu sama lain. Maknanya sama
dengan fi'il “yatabasyarun”
ARWAH GENTAYANGAN
Orang yang sudah wafat, mereka berada di alam kubur dalam keadaan
mendapatkan nikmat atau mendapatkan adzab. Mereka tidak bisa
memberikan manfaat atau bahaya terhadap orang yang masih hidup. Allah
ta’ala berfirman:
َّكنِإ َل ُِعْمسُت َىتْوَْلا
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati
mendengar”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
َامَو َتنَأ ٍِعْمسُِب نّم يِف ِروُبعُْقلا
“Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur
dapat mendengar”.
Bahkan orang-orang kafir merasakan penyesalan dan berharap bisa
kembali hidup di dunia. Allah ta'ala berfirman:
ْوََلو ٰى ََرت ِِذإ َنوُمِرُْْلا وُسِكَان ِْمهِسوُءُر َْدنِع ِْمهِبَر َانّبَر َانْرَصْبَأ َانْعَِمَسو
َانْعِْجرَاف ْلَْمعَن ًِالَاص ّانِإ َنوُنِقوُم
"Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata),
“Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah
kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami
adalah orang-orang yakin".
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang yang sudah mati maka ia tidak
dapat hidup kembali di alam dunia. Tidak dapat lagi beramal, baik amal
kebaikan maupun amal keburukan. Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu,
bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
َاِذإ َتَام ُنَاسْنِْلا ََعَطْقنا ُُهلََمع ّاِلإ ْنِم ٍَةثَلَث ْنِم ٍَةقََدص ٍَةِيرَاج ٍْملَِعو
َُعفَْتنُي ِِهب ٍَدَلوَو ٍحِلَاص وُْعَدي َُهل
"Ketika seorang insan mati, terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya",
Dan alam kubur adalah awal perjalanan akhirat. Sehingga orang yang
sudah mati, ia sudah ada di alam akhirat, tidak lagi hidup di alam dunia. Dari
Utsman bin Affan radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ّنإ َربعقلا ُّلُوأ ٍلُزنَم نم ِلُزانَم ِة رخرلا ، نإف ان ُهنم امف َُهدعب ُرسيأ ُهنم ،
نإو مل ُجني ُهنم امف َُهدعب ّدشأ ُهنم
“Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di
alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil,
maka setelahnya lebih berat”.
Maka dalam akidah Islam, tidak ada yang namanya arwah gentayangan,
arwah penasaran, mayat hidup, zombi atau semisalnya yang tercakup dalam
keyakinan bahwa orang yang sudah mati bisa hidup kembali di alam dunia.
Ruh orang yang sudah mati, mereka di alam barzakh dalam keadaan
menikmati nikmat kubur atau diadzab di dalam kubur, tidak ada
kemungkinan ketiga. Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah menjelaskan:
“Arwah itu ada dua macam: pertama, arwah yang diadzab, kedua, arwah
yang mendapatkan nikmat”. Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan: “Di
antara akidah Ahlussunnah wal Jamah'ah adalah mengimani adanya adzab
kubur dan nikmat kubur. Keadaan mayit di alam kubur, bisa jadi ia diberi
nikmat, atau diberi adzab. Ahlussunnah wal Jama'ah mengimani hal ini. Dan
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam telah mengabarkan bahwa alam kubur itu
bisa jadi akan menjadi taman surga, atau bisa jadi akan menjadi halaman
neraka. Wajib bagi seorang Mukmin untuk mengimani hal ini”.
Dan telah kita sampaikan kelemahan hadits yang menyatakan bahwa
arwah orang yang meninggal dapat mengunjungi rumahnya dan keluarganya.
Hadits tersebut tidak bisa menjadi hujjah.
Selain itu, keyakinan adanya arwah gentayangan atau arwah penasaran,
ini bertentangan dengan akal sehat. Andaikan ruh orang yang sudah mati bisa
bergentayangan dan bisa penasaran, kemudian bisa bebas berjalan kesana-
kemari, membantu keluarganya, atau mengganggu orang-orang yang hidup,
dan semisalnya, tentu tidak ada orang yang takut mati. Karena setelah mati
pun masih bisa beramal, baik amalan shalih maupun amalan buruk. Bahkan
semua orang mungkin ini mati saja karena digambarkan kehidupan setelah
mati itu begitu santainya, bisa bergentayangan dan jalan-jalan kesana-kemari.
Maka kemana perginya akal sehat?!
Adapun penampakan-penampakan yang dilihat oleh sebagian orang,
yang disangka sebagai arwah gentayangan, mereka adalah setan dari
kalangan jin. Sebagian jin terkadang menampakkan diri dalam bentuk
manusia203 yang sudah meninggal sehingga disangka sebagai arwah yang
hidup kembali. Tujuan akhirnya agar manusia terjerumus ke dalam berbagai
bentuk kebid'ahan dan kesyirikan. Allahul musta'an.
BUAH MENGIMANI ADANYA ALAM KUBUR
Mempelajari apa-apa yang terjadi di alam kubur banyak memberikan
faedah. Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada nikmat kubur
tentu akan berusaha sebisa mungkin selama ia masih hidup agar menjadi
orang yang layak mendapatkan nikmat kubur kelak. Seseorang yang
mengetahui bahwa di alam kubur ada adzab kubur juga akan berusaha sebisa
mungkin agar ia terhindar darinya kelak.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menyebutkan
tiga manfaat yang didapatkan dari mengimani adanya alam akhirat yang
termasuk di dalamnya juga mengimani alam kubur:
Pertama: memotivasi seseorang untuk melakukan ketaatan dan bersemangat
dalam melakukannya, karena berharap akan mendapatkan akibat yang baik di
alam akhirat (dan juga di alam kubur).
Kedua: membuat takut untuk melakukan maksiat atau ridha terhadap
maksiat, karena khawatir akan mendapatkan hukuman di alam akhirat (dan
juga di alam kubur).
Ketiga: menjadi hiburan bagi hati seorang Mukmin ketika ada perkara dunia
yang terluput darinya, karena ia lebih mengharapkan ganjaran dan pahala di
akhirat204.
Mempelajari dan mengimani adanya adzab serta nikmat kubur juga akan
membuat kita senantiasa ingat akan kematian. Dari Abu Hurairah
radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
اورِثكأ َركذ ِم داه ِتّاذّللا ِتولا
"Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu maut"
Di akhir tulisan ini, kami mengajak diri kami dan pembaca sekalian
untuk melaksanakan wasiat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam:
اوُّذوَعَت ِّهللِاب ْنِم ِبَاذَع ِرْبعَْقلا
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur!”206.
Hendaknya kita banyak-banyak berdoa meminta perlindungan kepada
Allah dari adzab kubur agar Allah ta'ala memasukkan kita ke dalam
golongan orang-orang yang diberi nikmat di alam kubur. Semoga Allah
ta'ala memberikan kita taufik dan hidayah untuk istiqamah di atas jalan-Nya,
sehingga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan qauluts tsabit di alam
kubur.
Demikian sedikit yang bisa kami paparkan mengenai alam kubur dan
hal-hal yang terkait dengannya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan
menjadi pemberat timbangan amalan kebaikan di yaumul mizan kelak.
دملا ل بر ،ينلاعلا ىلصو لا ملسو كرابو ىلع هدبعع هلوسرو انيبعن
دمحم ىلعو هلآ هباحصأو ينعمجأ