kematian menurut islam 3

Tampilkan postingan dengan label kematian menurut islam 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kematian menurut islam 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Agustus 2023

kematian menurut islam 3


bn as-Sariy at-Taimi al-Kufi meriwayatkan dari
Abu al-Ahwash dari Manshur dari Mujahid dari Abdurrahman ibn Abu
Amru, ia berkata, "Tidak ada satupun waktu subuh -pagi-2e melainkan dua
Malaikat selalu berkata pada waktu itu, "Maju terus wahai orang yang
mencari kebaikan, dan wahai orang yang selalu ingin keburukan
perlambatlah kedatanganmu." Dua Malaikat yang menjadi petugas terompet
iangkakala berdoa, "Ya Allah, berilah ganti dari harta yang telah diinfakkan
oleh setiap orang yang berinfak dan berilah kerugian kepada setiap orang
yang bakhil." Dua malaikat itu berucap, "Mahasuci Allah SWT Raja Yang
Mafiasuci." Dua malaikat yang menjadi wakil adalah Malaikat yang bertugas
sebagai peniup terompet sangkakala."
Abdurrahman ibn Abu Amru meriwayatkan dari Waki' ibn al-A'masy
dari Mujahid dari Abdullah ibn Dhamrah dari Ka'ab, ia berkata, "Tidok ada
waktu Subuh melainkan..." persis dengan hadits tadi, tapi ada tambahan
setelah kalimat "dua Malaiknt yang menjadi wakil adalah malaikat yang
bertugas sebagai peniup terompet sangkakala." Yang berbunyi "keduanya
menunggu-nunggu perintah untuk meniup sangkakala."
Akan tetapi (seperti yang disebutkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq
dan yang lain) tidak seorangpun yang mengambil hadits 'Athiyah untuk
dijadikan dalil.
Perbedaan Pendapat Mengenai Jumlah Tiupan Sangkakala
Ada pendapat yang mengatakan bahwa terompet -sangkakala- ditiup
sebanyak tiga kali dengan rincian sebagai berikut:
l. Tiupan pertama untuk mengejutkan. Pendapat ini berdasarkan firman
Allah SWT'. Dan ingatlah hari ketila sangkakala ditiup, makn
terkejutlah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi,
kecuali siapa yang dikehendaki Allah, dan semua mereftn datang
menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (QS. an-Namal: 87)
2. Tiupan kedua untuk penghancuran total seluruh jagad raya.
3. Tiupan ketiga untuk kebangkitan.
Dalil dari tiupan penghancuran dan tiupan kebangkitan adalah firman
Allah SWT: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langil
dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup
sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu
putusannya masing-masing. (QS. az'Zumar:68) Itu adalah pendapat yang
dipilih oleh lbn al-Arabi dan ulama yang sepaham dengannya. Ada juga yang berpendapat bahwa sangkakala hanya ditiup dua kali, yaitu: 
,
Tiupan pertama untuk mengejutkan (tiupan untuk penghancuran total
seluruh alam) karena kedua hal tersebut saling terkait. Maksudnya karena
mereka sangat terkejut sehingga mereka langsung mati.
Hadits yang menjelaskan hal tersebut sangat kuat seperti hadits Abu
Hurairah ra dan hadits Abdullah ibn Umar. Semua hadits tersebut
menunjukkan bahwa terompet -sangkakala- hanya ditiup dua kali. Hadits
yang menjelaskan bahwa terompet -sangkakala- hanya ditiup dua kali insya
Allahhadits yang paling shahih.
Firman Allah SWT: Dan ditiuplah sangkokala, maka matilah siapa
yang di langit dan di bumi kecuali siapa yong dikehendaki Allah. (QS. az￾Zumar:68)
Pengecualian yang terdapat dalam ayat ini sama dengan pengecualian
pada ayat yang menerangkan keterkejutan semua yang di langit dan di bumi,
yang menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh kedua ayat ini adalah satu.
Ibn al-Mubarak meriwayatkan dari al-Hasan, ia berkata, Rasulullah
saw bersabda, "Jarak antara tiupan sangkakala pertama dengan tiupan
sangkakala kedua adalah empat puluh tahun. Tiupan pertama untuk
mematikan seluruh makhluk hidup dan tiupan kedua untuk menghidupkan
seluruh makhluk yang telah mati." Insya Allah nanti ada penjelasan
tambahan mengenai hal tersebut.
Al-Hulaimi berkata:
Semua riwayat sama, bahwa jarak antara tiupan pertama dengan tiupan
kedua adalah empat puluh tahun, yaitu ketika Allah SWT mengumpulkan
serpihan jasad manusia yang hancur berantakan, baik yang terdapat dalam
perut binatang buas, hewan yang ada di dalam air, yang ada di dalam perut
bumi, yang menjadi abu karena terbakar, yang hancur dalam air karena mati
tenggelam, yang hangus dimakan terik matahari, dan yang diterbangkan oleh
angin.
Apabila Allah SWT telah mengumpulkan dan menyempurnakan badan
atau jasadnya kembali tanpa ada yang tersisa, tapi mempunyai ruh, maka
dikumpulkan semua ruh ke dalam terompet dan diperintahkan kepada
Malaikat Israfil untuk mengirim seluruh ruh-ruh itu. Dengan satu kali tiupan
berterbanganlah ruh-ruh tersebut dari lubang-lubang terompet, sehingga ruh
akan kembali kepada jasadnya masing-masing dengan izin Allah SWT.
Ada sebagian riwayat yang mengatakan bahwa orang yang mati
dimakan burung raksasa atau mati diterkam binatang buas akan dibangkitkan
dari dalam mulut binatang-binatang itu. Keterangan tersebut ada dalam riwayat az'zuhri dari Anas, ia berkata,
Rasulullah sai berjalan melewati Hamzah ketika perang Uhud dengan duka
V""g t"rg" dalam, lalu Beliau bersabda, "Kalau bukan karena aku melihat
wajahnyayangsangatputihberseripastiakubiarkandiadalamkeadaan
,"p".tiini,'rup-uyu nttutr SWf membangkitkannya dari perut binatang ganas
atau dari perut burung raksasa."
Adasebagianorang(yangsukaberbuatbid'ah)mengingkaribahwa
terompet sangkakala seperti sebuah tanduk'
Abu al-Haisam, ia berkata, "Barangsiapa mengingkari bahwa terompet
sangkakala seperti sebuah tanduk sama dengan orang yang- mengingkari
)r":y, shirat (titian) dan al-mizan (timbangan)'" Masalah ini masih
memerlukan penafsiran. 

Sifat Hari Berbangkit
Allah SWT berfirman:
Dan ialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira
sebelum kedatangan rahmat-Nya [hujanJ; hingga apabila angin itu terah
membowa awan mendung, Kami holau ke suatu daerah yang tandus, lalu
Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab
hujan itu pelbagoi mocam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang-orong yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran. (QS. al-A'raf: 57)
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah
menghidupkan bumi yang sudah mati. sesungguhnya [Tuhan yang berkuasa
sepertiJ de mikian benar- benar [b er kuasal menghidupkan orong-orang yong
telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. ar-Rum: 50)
Demikianlah kebangkitan tlz. (QS. Fathir: 9)
Ayat-ayat seperti itu banyak sekali.
Tanda-tanda Hari Berbangkit
Abu Daud ath-Thayalisi dan Imam al-Baihaqi, serta periwayat lain
meriwayatkan hadits dari Abu Razin al-Uqaili, ia berkata: Aku bertanya
kepada Rasulullah saw, "Bagaimana Allah SWT mengembalikan penciptaan
makhluk-Nya? Apa tanda-tanda yang terdapat pada makhluk-Nya?,,
Rasulullah saw menjawab, "Pernahkah kamu melewati sebuah lembah yang
tanahnya gersang dan tandus? dan kamu melewatinya untuk kedua kalinya
kamu dan ternyata tanahnya telah subur dan menumbuhkan tanaman hijau?"
Aku menjawab, "Pernah wahai Rasulullah." Rasulullah saw bersabda,
"ltulah tanda-tanda pada makhluk-Nya yang diperlihatkan oleh Allah swr."
Kami tegaskan bahwa
zas& Al-Qur'an.
tersebut shahih, karena sesuai dengan
Yang Diciptakan Pertama Kali dari Manusia adalah Kepalanya
Diriwayatkan dari Laqit ibn Amir, berkata: Rasulullah saw bersabda,
"Kemudian Allah swr memerintahkan langit supaya menurunkan hujan
dari bawah Arsy. Demi Tuhanmu, tiada satupun yang pernah hidup di dunia
ini kemudian ia mati terbunuh atau mati dengan layak kemudian ia dikuburkan, melainkan kuburannya akan terbelah, dan yang pertama kali
diciptakan kembali oleh AIlah adalah kepala mereka."
seluruh yang Mati akan Dibangkitkan Menurut Keadaannya ketika Ia
Mati
Jabir ibn Abdullah berkata: Aku mendengar Nabi saw bersabda,
"setiap orang akan dibangkitkan menurut keadaannya ketika mati." (HR.
Muslim dariJabir ibn Abdullah)
Abdullah ibn Umar berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Apabila Allah SWT hendak menurunkan azabnya pada suatu kaum, maka
azab itu akan menimpa siapapun yang bersama mereka, kemudian Allah
SWT membangkitkan mereka menurut niatnya masing-masing." (HR' al￾Bukhari dari Abdullah ibn Umar)
Rasulullah saw bersabda, "Apabila Allah hendak menurunkan azab
terhadap suatu kaum, maka azab itu akan menimpa siapapun yang bersama
mereka, kemudian mereka dibangkitkan menurut amal perbuatannya." (HR.
al-Bukharidari Abdullah ibn Umar)
Rasulullah saw bersabda, "Demi yang diriku berada dalam genggaman
Tangan-Nya, tidak seorangpun yang berbicara di jalan Allah -Allah Maha
Mengetahui apa yang dibicarakan dijalan-Nya itu- kecuali pada hari kiamat
ia datang dengan darah segar berwama merah yang masih mengalir dari
lukanya dan mengeluarkan bau harum. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah ra)
Abdullah ibn Umar berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah,
khabarkan kepadaku tentang jihad dan peperangan." Rasulullah saw
bersabda, "Wahai Abdullah, jika engkau terbunuh dalam keadaan sabar dan
ikhlas, maka kelak engkau dibangkitkan dalam keadaan sabar dan ikhlas.
Jika engkau terbunuh dalam keadaan riya, maka kelak engkau dibangkitkan
dalam keadaan riya. Dalam bentuk dan kondisi apapun engkau terbunuh,
maka engkau dibangkitkan dalam bentuk dan kondisi itu." (HR. Abu Daud
dari Abdullah ibn Amru)
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mati dalam keadaan mabuk,
maka ia akan melihat Malaikat Maut datang kepadanya seperti sedang
mabuk dan akan melihat Malaikat Mungkar dan Nakir menghampirinya
seperti orang yang sedang mabuk. Pada hari kiamat ia dibangkitkan dan
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan mabuk. Cemeti api neraka
yang mencambuknya dinamakan cemeti mabuk sedangkan air mata yang
mengalir dari matanya adalah darah. Ia hanya makan dan minum dari darah."
(HR. Abu Hudbah Ibrahim ibn Hudbah dariAnas ibn Malik ra)Seorang laki-laki yang berihram dengan Rasulullah saw tiba-tiba
terbanting dari atas untanya, lalu mati. Rasulullah saw kemudian bersabda,
"Mandikan ia dengan air dan daun 6idara, kemudian kafani dengan bajunya.
Jangan diberi wewangian dan jangan ditutup kepalanya, karena ia akan
dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan membaca talbiyah
-mulabbiyan-.""'(HR. Muslim dari lbn 'Abbas) Dalam riwayat lain, dalam
keadaan merendahkan diri kepada Allah (mulabbidan) (HR. al-Bukhari dari
Ibnu'Abbas)
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang sedang adzan dan orang yang
sedang membaca talbiyah akan keluar dari kuburnya dalam keadaan adzan
dan membaca talbiyah (HR. 'lbad ibn Katsir dari Jabir). Hadits ini terdapat
dalam kitab al-Minhaj oleh al-Hulaimi al-Hafiz.
Fadhilah Lailahaillallah saat Berbangkit
Abu al-Qasim Ishak ibn Ibrahim ibn Muhammad al-Khatli
menyebutkan dalam kitab ad-Dibaj dari Abu Muhammad Abdullah ibn
Yunus ibn Bukair dari bapakku dari Amru ibn Samir dari Jabir dari
Muhammad ibn 'Ali dari Ibn 'Abbas dan 'Ali ibn Husain, bahwa Rasurullah
saw bersabda, "Malaikat Jibril as menyampaikan kepadaku bahwa kalimat
'Lailahaillallah' akan menemani orang Islam ketika matinya, ketika di
dalam kuburnya, dan ketika akan keluar dari kuburnya. wahai Muhammad,
seandainya engkau melihat ketika mereka keluar dari kuburnya, maka
mereka menggerakkan kepalanya sambil mengucapkan'Lailahaiilallah
walhamdulillah' . wajah mereka putih bercahaya. Adapun orang-orang kafir
mereka berseru, 'Alangkah meruginya aku, kenapa aku dulu lalai
mendekatkan diri kepada Allah SWT'. Muka mereka hitam kelam.,, (HR.
Abu al-Qasim Ishaq ibn Ibrahim ibn Muhammad al-Khatli dari 'Ali ibn
Husain)
Al-Khatli berkata: Telah mengkhabarkan kepadaku yahya ibn Abdur
Humaid al-Hamani dari Abdunahman ibn yazid ibn Aslam dari bapaknya
dari lbn umar, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada
kesedihan bagi orang yang berpegang teguh dengan 'Lailahaillallah',baik
ketika mati, ketika di dalam kubur, maupun ketika mereka dibangkitkan.
Seakan-akan aku terhadap orang yang berpegang teguh dengan
'Lailahaillah' menjadi orang yang akan membersihkan debu dari kepalanya
lalu mereka mengucapkan. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan
segala kesedihan dari kami'." (HR. Abu al-Qasim Ishaq ibn Ibrahim ibn
Muhammad al-Khatlidari ibnu Umar) Nasib Wanita Peratap Mayat saat Berbangkit
Rasulullah saw bersabda, "wanita yang meratapi mayat pada hari
kiamat akan keluar dari kubur dalam keadaan kusut seperti gembel;
pakaiannya dari laknat Attah dan jubahnya dari api. Mereka meletakkan
tangan di atas kepalanya lalu berkata, "Alangkah celakanya aku." (HR' an￾Nasa'i)
Hadits semisal ini terdapat dalam riwayat Muslim dan lbn Majah dari
Abu Malik al-Asy,ari, yang berbunyi: Rasulullah saw bersabda, "Meratapi
mayat adalah perbuatan jahitiah. Jikaorang yang meratapi mayat meninggal,
maka Allah akan memberikan pakaian dari api dan jubah dari kobaran api
yang menyala kepadanya." Hadits ini dari lafaz lbn Majah. Imam Muslim
berkata, "Pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan pakaian dari ter dan
jubah dari kudis."
Ats-Tsa'labi menulis (dalam tafsirnya) hadits dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah saw bersabda, "Wanita-wanita yang meratapi mayat pada
hari kiamat dibagi menjadi dua barisan: satu barisan sebelah kanan dan satu
barisan sebelah kiri. Mereka akan menggonggong seperti anjing, yaitu pada
hari yang satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun, kemudian mereka
diperintahkan masuk ke dalam neraka."
Dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw
bersabda, "Wanita-wanita yang meratapi mayat akan dijadikan dua barisan
pada hari kiamat, satu barisan di sebelah kanan neraka dan satu barisan di
sebelah kiri neraka. Mereka akan menggonggong seperti anjing menyalak
kepada penghuni neraka." (Hadits ini gharib dari Abu Nasir Yahya ibn Kasir
dari Abu Salamah, sebab dalam sanadnya terdapat Sulaiman ibn Daud).31
Anas berkata: Rasulullah saw bersabda, "Wanita yang meratapi mayat
akan keluar dari kuburnya pada hari kiamat dalam keadaan kusut bagaikan
seorang gembel; wajahnya hitam, kedua matanya hijau, kepalanya beruban,
pakaiannya dari laknat Allah, jubahnya dari kemarahan Allah, sebelah
tangannya dibelenggu ketengkuknya dan sebelah lagi diletakkan di atas
kepalanya, sambil mengucapkan, "Alangkah menyesalnya, alangkah
celakanya, alangkah sedihnya. Malaikat yang berada di belakangnya
menjawab, "Amiin." Sesudah itu tempat kembalinya neraka."
Rasulullah saw bersabda, "Meratapi mayat adalah perbuatan jahiliah.
Orang yang meratapi mayat apabila ia mati sebelum taubat, maka ia akan
dibangkitkan pada hari kiamat dengdn memakai pakaian dari ter dan sebuah
jubah dari lidah api." (HR. Ibnu Majah dari Ibnu 'Abbas)
Nasib Pemakan Riba Ketika Berbangkit
Allah SWT berfirman: Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan lantaran (tekanan) penyakit gila. (QS. al-Baqarah:275)
Ahli tafsir berkata, "Yang dimaksud berdiri dalam ayat ini bukan
berdiri dari dalam kubur mereka. Ini adalah pendapat Ibn 'Abbas, Mujahid,
Ibn Jabir, Qatadah, Rabi', Sadi, adh-Dhahhak, lbn Zaid, dan ahli tafsir yang
lain.
Ada ulama yang berkata, "Sebagian ulama mengatakan bahwa Allah
SWT akan menjadikan untuknya setan yang akan mencekik lehernya."
Ahli-ahli tafsir berkata, "Semua akan dibangkitkan pada hari kiamat
seperti orang yang dicekik sebagai hukuman baginya, supaya seluruh yang
ada di padang Mahsyar benci kepadanya. Hal itu juga sebagai tanda yang
dijadikan Allah SWT kepada pemakan riba, karena riba akan memenuhi
perutnya sehingga menjadi beban yang sangat memberatkan mereka.
Apabila mereka telah keluar dari dalam kuburnya, maka mereka berdiri tapi
segera jatuh karena perut mereka sangat besar sehingga sangat memberatkan
mereka."
Kita mohon kepada Allah SWT agar la tutupi semua kesalahan dan
dosa kita serta diberi keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun
di akhirat.
Nasib Pengkhianat
Allah SWT berfirman: Barangsiapa yang berkhianot (dalam urusan
rampasan perang), maka pada hari kiamal ia akan datang membawa apa
yang dilihianatkannya ltz. (QS. Ali' Imran: I 6 I )
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "Barangsiapa mati dalam
suatu keadaan, maka pada hari kiamat Allah SWT akan membangkitkannya
dalam keadaan seperti demikian." Hadits ini terdapat dalam kitab al-euth,
yang merupakan hadits shahih secara makna. Bukti keshahihannya adalah
kesesuaiannya dengan hal yang telah kita uraikan di atas. Tambahan
penjelasan pada bab ini akan dilanjutkan dalam bab, "Penjelasan dari hari
berbangkit sampai ke padang Mahsyar. Dibangkitkannya Nabi Muhammad saw dari Kuburnya
Ibn al-Mubarak mengkhabarkan kepada kami lbn Lahi'ah, dari Khalid
ibn yazid dari Sa'id ibn Abu Hilal dariNabih ibn wahab, bahwa Ka'ab ikut
dalam majlis Siti 'Aisyah ra, dan mereka membicarakan tentang saMa
Rasulullah saw. Ka'ab berkata, "Tidak datang waktu Subuh -pagi- kecuali
pada waktu itu turun tujuh puluh ribu malaikat yang mengelilingi kuburan
Nabi saw dan mengembangkan sayap-sayapnya. Para malaikat itu
bershalawat kepada Nabi saw. Apabila datang waktu sore maka mereka naik
ke langit dan turun tujuh puluh ribu malaikat sebagai gantinya yang
mengelilingi kuburan Nabi saw lalu mengembangkan sayap dan
mengucapkan shalawat atas Nabi saw. Sebanyak tujuh puluh ribu malaikat di
waktu malam dan tujuh puluh ribu malaikat di waktu siang. Sehingga
apabila bumi terbetah maka keluar tujuh puluh ribu malaikat untuk
memuliakan Nabi saw."
Banyak hadits menunjukkan bahwa seluruh manusia akan keluar dari
kuburannya (dibangkitkan) dengan telanjang. Keterangan mengenai masalah
ini akan menyusul, insya Allah.
Imam at-Tirmidzi dan al-Hakim menyebutkannya (dalam kitab
Nowadir al-ushul) dari Bisyr ibn Khalid dari sa'id ibn Maslamah dari
Ismail ibn Umayah dari Nafi' dari Ibn Umar, ia berkata, "Rasulullah saw
telah keluar, di sebelah kanan-Nya Abu Bakar ra dan di sebelah kiri-Nya
Umar ibn al-Khatthab ra. Lalu Beliau bersabda, 'seperti inilah kami akan
dibangkitkan pada hari kiamat'."
Ilari dan Malam serta Hari Jum'at akan Dibangkitkan
Rasulullah saw bersabda, "Allah SWT akan membangkitV,an hui-hari
pada hari kiamat sebagaimana keadaannya, dan Allah SWT akan
membangkitkan hari Jum'at dalam keadaan indah bercahaya.
Orang yang memuliakan hari Jum'at bersorak gembira, bagaikan
melihat seorang penganten. Hari Jum'at bagaikan cahaya yang bersinar
terang dan mereka -orang yang memuliakan hari Jum'at- berjalan di bawah
sinarnya. Warna mereka (orang-orang yang memuliakan hari Jum'at) putih
seperti salju, baunya harum semerbak seperti minyak kasturi, dan mereka
mengarungi bukit kapur barus. Jin dan manusia terdiam terkagum-kagum
memperhatikan mereka, dan mereka di masukkan ke dalam surga dan tidak
seorangpun mencampuri mereka di dalamnya kecuali mtt'azzin!
Abu lmran al-Jauni berkata, "Tidak datang waktu malam kecuali ia
-waktu malam itu- berseru, "Berbuat baiklah kamu padaku semampumu,
karena aku tidak akan datang lagi kdpadamu pada hari kiamat." Perkataan
Abu lmran ini disampaikan oleh Abu Nu'aim.
Orang Mukmin akan Ditemui Dua Malaikat dan Amal Shalehnya
ketika Bangkit dari Kuburnya
Telah diuraikan (dalam bab lalu) sebuah hadits marfu ' dari sahabat
Jabir ra, "Apabila hari kiamat tiba, maka Malaikat Pencatat Kebaikan dan
Malaikat Pencatat Keburukan datang kepada setiap hamba untuk
memberikan sebuah kitab yang terikat di lehernya. Kemudian dihadirkan
kepadanya dua orang, yang satu berkata dan yang satu lagi menjadi saksi."
Hadits ini disebutkan oleh Abu Nu'aim dari Tsabit al-Bani, ketika ia
membaca firman Allah SWT'. Hamim as-Sajdah, sampai kepada firman
Allah SWT: Sesungguhnya orang-orong yang mengotakan, "Tuhan kami
ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereko. (QS. al-Fushshilat: 30) Kemudian ia
-Abu Nu'aim- berhenti pada ayat ini dan berkata, "Diriwayatkan hadits
kepada kami, bahwa seorang hamba Mukmin ketika dibangkitkan dari
kuburnya akan ditemui dua malaikat yang selalu menemaninya ketika di
dunia. Kedua malaikat itu berkata kepadanya, 'Jangan takut dan jangan
bersedih, tapi bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan
kepadamu'." Ia -Abu Nu'aim- berkata, "Allah SWT lalu menghilangkan rasa
takut dari dirinya dan memberi ketenangan yang tampak jelas dari sorot mata
mereka, ketika semua manusia sangat murung dan bermuram durja pada hari
kiamat. Maka hamba yang Mukmin sangat ceria dan bahagia karena telah
mengikuti petunjuk-Nya dan karena amal shaleh yang dilakukannya ketika
didunia."
Kedatangan Amal Shalih dan Amal Buruk
Amru ibn Qais al-Mallai berkata, "Hamba yang Mukmin ketika keluar
dari dalam kubumya langsung disambut oleh amal shalehnya dengan bentuk
yang sangat indah dan bau yang sangat harum. Ia -amal shalehnya- berkata,
'Apakah engkau mengenaliku?' Hamba Mukmin menjawab, 'Tidak. Aku
hanya tahu bahwa Allah telah membentuk rupamu dengan sangat indah dan
bau yang sangat harum'. Ia -amal shalehnya- menjawab, 'Demikian juga
engkau ketika di dunia. Aku adalah amal shalehmu. Sepanjang waktu aku
mengendaraimu ketika di dunia, maka hari ini kendarailah aku'. Lalu ia
membaca firman Allah SWT: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulknn
orang-orong yang takwa kepada Tuhan Yang Maho Pemurah sebagai
perutusan yang terhormat. (QS. Maryam: 85)
Orang-orang kafir disambut oleh amal perbuatan mereka dalam bentuk
yang sangat buruk dan bau yang sangat busuk. Ia.-amal perbuatannya itu￾berkata, 'Apakah engkau mengenaliku?" Hamba yang kafir menjawab,
.,Tidak. Aku hanya tahu bahwa Allah telah menciptakanmu dalam bentuk
yang sangat buruk dan bau yang sangat busuk." Ia -amal perbuatannya￾menjawab, 'Demikian juga engkau ketika di dunia. Aku adalah amal
perbuatanmu. Sepanjang waktu aku selalu mengendaraimu ketika di dunia,
maka hari ini kendarailah aku'. Lalu ia membaca firman Allah SWT:
Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka
dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kcpada merekadengan tiba￾tiba, mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap
kelalaian kami tentang kiamat itu!" sambil mereka memikul dosa4osa di
atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul il2. (QS￾al-An'am:31)."
Al-Qadhi Abu Bakar ibn al-Arabi berkata, "Dari segi sanadnya
-periwayat- hadits initidak mencapai derajat shahih;'
Dimana Manusia ketika Bumi Diganti dengan Bumi yang Loin dan
demikion pula Langit?
Musam La'an Tsauban (maula Rasulullah saw) berkata, "Ketika aku
sedang berdiri di samping Rasulullah saw, datang seorang pemuka -rabi￾agama Yahudi menghampiri kami dan berkata, "Keselamatan atasmu wahai
Muhammad -lalu ia membacakan hadits secara lengkap sampai kepada
pertanyaan pemuka Yahudi itu-, "Dimanakah manusia ketika bumi diganti
dengan bumi yang lain dan demikian pula langit?" Rasulullah saw
menjawab, "Manusia berada di tempat yang gelap, di bawah titian ash￾Shirath." Secara lengkap hadits ini akan dijelaskan nanti.
Muslim dan Ibn Majah mengeluarkan hadits yang sama; dari Abu
Bakar ibn Abu Syaibah dari 'Ali ibn Mushir dari Daud ibn Abu Hind dari
asy-Sya'bi dari Masruq dari 'Aisyah, ia berkata, "Rasulullah saw ditanya
mengenai firman Allah SWT: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti
dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langir. (QS. Ibrahim: 48) 'Di
mana manusia ketika itu?' Rasulullah saw bersabda, 'Di atas titian (aslz￾Shirath)';'
Dalam riwayat lain: 'Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah saw, firman
Allah SWT: Bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan
langit digulung dengan tangan kanan-Nya. (QS. az-Zumar: 67) di mana
orang-orang Mukmin ketika itu? Rasulullah saw menjawab, 'Mereka berada
di atas titian (ash-Shirath'y wahai 'Aisyah'." (HR. at-Tirmidzi dari'Aisyah)
Hadits ini hasan shahih.
Diriwayatkan dari Mujahid, ia berkata: Ibn 'Abbas berkata, "Tahukah
engkau apa yang akan dilakukan oleh neraka Jahannam?" Aku menjawab,
"Tidak." Ibn 'Abbas berkata, "Pasti, demi Allah engkau tidak akan
mengetahuinya. 'Aisyah mengkhabarkan kepadaku bahwa ia -'Aisyah￾bertanya kepada Rasulullah saw tentang firman Allah SWT: Bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langil digulung
dengan tangan kanan-Nya. (QS. az-Zumar: 67) Ia -'Aisyah- bertanya, "Di
mana manusia ketika itu wahai Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab,
"Mereka di titian, di atas neraka Jahannam." Hadits ini hason shahih dan
gharib; menurut bentuk lafazyang seperti ini.
Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa langit dan bumi akan
dilenyapkan dan diganti. Allah SWT akan menciptakan bumi yang lain
sebagai tempat bagi manusia setelah mereka berada di atas titian. Sama
sekali tidak seperti yang disangka kebanyakan orang, bahwa pergantian
bumi hanya ungkapan mengenai perubahan dari sifatnya saja, dan sebagai
ungkapan untuk menjelaskan bahwa bukirbukit dan gunung-gunung
menjadi rata, maka seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dari
Abdullah ibn Mas'ud, yang akan disebutkan ketika menjelaskan syarat￾syarat atau tanda-tanda hari kiamat
Ibn al-Mubarak menyebutkan sebuah hadits dari Syahar ibn Hausyab,
ia berkata: Ibn 'Abbas mengkhabarkan kepadaku, "Apabila hari kiamat tiba,
maka seluruh permukaan bumi menjadi rata, sehingga luasnya jadi
bertambah seperti ini dan seperti ini." Lalu ia -lbn 'Abbas- membacakan
sebuah hadits.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "Bumi diganti
dengan bumi yang lain, lalu dihamparkan dan permukaannya diratakan."
Ats-Tsa'labi menulis hadits ini dalam kitab tafsirnya.
Diskusi: Maksud "Mengganti" pada Ayat itu adalah "Merubah"
Diriwayatkan oleh 'Ali ibn al-Husain ra, bahwa ia -'Ali ibn al-Husain￾berkata, "Apabila hari kiamat tiba, Allah SWT akan meratakan permukaan
bumi sehingga tidak ada untuk seorangpun kecuali tempat berpijak bagi
kedua kakinya." Hadits ini disebutkan oleh al-Mawardi. Hadits ini shahih,
sebab nashnya tegas dari Nabi saw.
Jika ada -pembantah- yang berkata, *Arti baddala (telah diganti) -JL￾dalam bahasa Arab adalah "merubah sesuatu" seperti firman Allah SWT:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak
akon Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka
hangus, Komi "ganti" [baddalna] kulil mereka dengan kulil yang loin,
supcrya mereko merasakan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi
Maha Bijaksana. (an-Nisa' : 56)33
Lalu orang-orang yong zalim "mengganti" [baddalal perintah
dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahknn kepada mereka. Sebab itu,
Kami timpakon olas orang-orcmg yang zalim itu sil<sa dari langil, karena
mereka berbuatfasik. (QS. al-Baqarah: 59)
Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa maksud mengganti bukan
menghilangkan zatnya, tapi yang dimaksud adalah merubah sifatnya. Jika
yang dimaksud melenyapkan, tentu bunyinya,'yauma tubdalul ardhi' (hari
bumi diganti) bacaannya ringan tanpa tasydid, bukan baddala, seperti
perkataan, 'abdalta syai'an' (engkau telah mengganti sesuatu) apabila
engkau telah menghilangkan zatnya."
Jawaban kami adalah: Apa yang Anda sebutkan benar, tetapi firman
Allah SWT:
Mudah-mudahan Tuhan kita "memberikan ganti" kepada kita dengan
(kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan
ampunan dari Tuhan /rita. (QS. al-Qalam: 32)
Dan Allah telah berjanji kepada orong-orang yang beriman diantara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berhtasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkon bagi mereka ogama yang telah diridhai'Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar aknn "menukar" (keadaan mereka), sesudah
mereko berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.(QS.an-Nur: 55) Kecuali orong-orangyang bertaubal, herintan dan mengerjokan amal
shalih: maka kcjahatan mereka "diganti" Allah dengan kebojikan. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayong. (QS. al-Furqan:70)
Ayat-ayat ini: apakah dibaca ringan (tanpa tasydid) atau berat (pakai
tasydid) artinya adalah satu, yaitu 'diganti'.
Begitu yang dikatakan oleh pakar bahasa (Abu Nashr al-Jauhari) di
dalam kitab ash-Shihah. Engkau menggonti sesuatu dengan yang lain, dan
ungkapan ayat: Allah SW mengganti ketakutan dengan rasa aman, dan
mengganti sesuatu bisa juga bermakna merubahnya. Jadi Al-Qur'an dan
perkataan orang Arab menunjukkan bahwa kata 'baddala' dan 'abdala'
maknanya adalah satu, yakni mengganti. Nabi saw juga menafsirkannya
pada salah satu (dari dua) pengertian itu, dan itulah tafsir paling tinggi yang
tidak boleh diuraikan lagi dengan tafsiran dan perkataan lain."
Ibn 'Abbas dan Ibn Mas'ud berkata, "Bumi akan diganti dengan bumi
lain yang berwarna putih seperti perak yang tidak pernah mengalir di atasnya
darah secara haram dan tidak pernah dilakukan perbuatan dosa di atasnya."
Ibn Mas'ud berkata, "Bumi diganti dengan cahaya dan surga terletak
di belakangnya. Dari surga kelihatan cahaya kedap kedip bintang
gemintangnya."
Abu al-Jalad Hailan ibn Farwah berkata, "Aku menemukan dari apa
yang kubaca dari kitab-kitab Allah bahwa bumi memancarkan cahaya pada
hari kiamat."
'Ali ra berkat4 "Bumi diganti dengan perak dan langit diganti dengan
emas."
Jabir berkat4 "Aku bertanya kepada Abu Ja'far Muhammad ibn 'Ali
tentang firman Allah SWT: Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi
yang lain dan demikian pula langit, dan mereka semuonya di padang
Malxyar berlampul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa logi Maha
Perkosa. (QS. Ibrahim: 48) Ia menjawab, "Diganti dengan roti yang akan
dimakan oleh seluruh makhluk pada hari kiamat. Kemudian ia membaca
firman Allah SWT: Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang
tiada memokan makman. (QS. al-Anbiya': 8)
Sa'id ibn Jubair dan Muhammad ibn Ka'ab berkata, "Bumi diganti
dengan roti putih yang akan dimakan oleh orang-orang yang beriman dari
bawah telapak kaki mereka."
Aku tegaskan, bahwa secara makna perkataan Sa'id ibn Jubair dan
Muhammad ibn Ka'ab terdapat di dalam riwayat hadits-hadits shahih,
seperti pendapat yang dikemukakan oleh Ibn Burjan di dalam bukunya, a/-
Irsyad, beliau menyebutkan, "Orang-orang beriman pada hari itu akanmakan dari makanan yang terdapat diantara dua telapak kaki mereka dan
minum dari sumur Nabi saw." Dan perkataan para sahabat dan tabi'in pun
menunjukkan hal yang demikian.
Pergantian Langit
Adapun mengenai pergantian langit, menurut sebagian riwayat (di
antaranya dari Ibn 'Abbas): matahari akan digulung sedangkan bintang￾bintong berserakan.
Ada riwayat mengatakan bahwa matahari dan bulan saat pergantian
langit keadaannya berubah-rubah; kadang-kadang seperti cairan logam dan
kadang-kadang mencair seperti minyak. Riwayat yang menyebutkan seperti
ini disampaikan oleh al-Anbari.
Ka'ab berkata, "Langit berubah meniadi asap don lautan berubah
menjadi api." Pergantiannya menurut riwayat bahwa langit akan dilipat
seperti orang melipat kertas yang alcan diiodikan buku.
Abu al-Hasan Syubaib ibn Ibrahim ibn Haidarah (di dalam kitabnya,
al-Ifshah) berkata, "Riwayat-riwayat yang menjelaskan pergantian langit
tidak saling bertentangan:
Langit dan bumi diganti dua kali putaran, putaran pertama, yaitu
ketika Allah SWT merubah sifatnya sebelum tiupan sangkakala pertama
untuk penghancuran ditiup. Jadi ketika sangkakala untuk penghancuran
ditiup, yang pertama kali hancur berserakan adalah gugusan bintang,
sedangkan matahari mengalami gerhana dan bulan meleleh seperti cairan
logam. Kemudian tutup yang menutupi gerhana matahari dibuka di dekat
kepala mereka, setelah itu gunung-gunung diterbangkan dan bumi
mengombak. Lautan menjadi api dan bumi terbelah dari satu tempat ke
tempat lainnya, lalu berubah bentuk.
Apabila sangkakala tiupan penghancuran telah ditiup, maka langit
dilipat, bumi dibentangkan (rata), dan langit diganti dengan langit yang lain.
Itulah maksud firman Allah SWT: Dan terang benderanglah bumi (padang
mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku
(perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan
salrsi-salrsi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang
merekn tidak dirugikan. (QS. az-Zumar: 69)
Bumi diganti, maksudnya adalah permukaan bumi diratakan oleh
Allah SWT, dan keadaannya dikembalikan seperti sediakala, yang di
dalamnya terdapat kuburan, sedangkan manusia ada yang sedang berada di
atas punggung bumi dan di dalam perutnya. Akan diganti lagi pada pergantian yang kedua, yaitu ketika manusia
berada di padang Mahsyar, digantikan untuk mereka bumi yang disebut
dengan as-Sahirah (bumi). Semua manusia duduk di atasnya" yaitu bumi
yang tanahnya sangat putih (lebih putih daripada perak) yang tidak pernah
dialirkan di atasnya darah haram setetespun tidak pula perbuatan zalim.
Ketika itu manusia berada di atas titian (ash-Shirath) yang luasnya tidak
dapat menampung semua makhluk (sekalipun ada riwayat yang mengatakan
bahwa titian itu tingginya seribu tahun perjalanan, lebarnya seribu tahun
perjalanan, dan luasnya seribu tahun perjalanan). Makhluk sangat banyak,
sehingga ada yang tidak tertampung oleh titian. Orang yang utama mampu
berdiri di atas shirot (di atas punggung neraka Jahannam, yang kondisinya
bagaikan tempat yang beku), dan itulah bumi yang dikatakan oleh AMullah,
yaitu bumi yang tanahnya adalah api yang akan membakar manusia.
Apabila hisab telah dilewati di bumi yang dinamakan dengan as￾Sahirah dan titian telah dilalui, maka penghuni surga ditempatkan di
belakang titian dan penghuni neraka dimasukkan ke dalam neraka. Orang￾orang Mukmin berangkat untuk minum di sumur para nabi, dan bumidiganti
dengan bumi yang bentuknya bulat bersih. Manusia makan dari makanan
yang ada di bawah telapak kaki mereka dan ketika mereka masuk ke dalam
surga ada sepotong roti yang dimakan oleh seluruh makhluk yang telah
masuk ke dalamnya, sedangkan gulainya adalah hati sapi yang terdapat di
surga dan hati ikan paus." Penjelasan tentang ini akan menyusul.
Peristiwa-peristiwa sebelum Kiamat
'Ali ibn Ma'bad meriwayatkan dari Abu Hurairah: Rasulullah saw
berkata kepada kami (saat kami berada di tengah+engah para sahabatnya):
Ketika Allah sudah selesai menciptakan langit dan bumi, Ia
menciptakan sangkakala dan memberikannya kepada Malaikat Israfil, lalu
Malaikat Israfil memberikannya kepada anak buahnya yang matanya selalu
memandang ke 'Arsy menunggu perintah untuk meniupnya."
Abu Hurairah berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah
sangkakala itu?' Rasulullah saw menjawab, 'Sebuah tanduk'. Aku bertany4
'Bagaimana bentuknya?' Rasulullah saw menjawab, 'Bentuknya sangat
besar. Demi diriku yang ada di Tangan-Nya, besar lingkaran dan lubangnya
seperti luas langit dan bumi. Kelak akan ditiup sebanyak tiga kali: tiupan
pertama untuk mengejutkan; tiupan kedua untuk menghancurkan; dan tiupan
ketiga untuk kebangkitan semua makhluk supaya menghadap Allah, Tuhan
semesta alam. Allah SWT memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup
tiupan yang pertama dengan perkataan, "Tiuplah tiupan untuk mengejutkan."
Jadi seluruh yang ada di langit dan di bumi -kecuali yang dikehendaki oleh
Allah SWT- akan terkejut. Malaikat Israfil lalu memerintahkan anak
buahnya untuk meratakan permukaan sangkakala itu hingga sejajar dengan
mulutnya dan memanjangkannya hingga rata, lalu ditiupnya'."
Allah SWT berfirman: Tidaklah yang mereka tunggu, melainkan
hanya satu teriaksn saja yang tidak ada baginya saot berselang. (QS. as￾Shad: l5)34
Hal ini akan terjadi pada hari Jum'at, tepatnya pertengahan bulan
Ramadhan. Ketika itu Allah SWT membuat gunung-gunung berjalan seperti
awan, lalu lenyap berinfiltrasi. Sedangkan bumi bergoncang hebat sehingga
semua yang ada di bumi bingung dan ketakutan. Peristiwa ini yang
dikhabarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: (Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan) pada hari ketikn tiupan pertama menggoncangkan alam,
tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu
songot takut. (QS. an-Nazi'at: 6-8)
Bumi ketika itu seperti perahu di lautan yang bergoyang hebat
dipermainkan ombak dan gelombang. Ibu yang menyusui mengabaikan
anaknya, janin di dalam kandungan berguguran, wajah anak-anak kecil
seperti wajah orang tua, setan-setan beterbangan melarikan diri, sehingga
mereka tiba di suatu tempat, dan di tempat itu mereka ditangkap oleh para
malaikat dan memukul muka mereka.
Manusia ketika itu benar-benar ketakutan dan saling memanggil
sebagian mereka dengan sebagian yang lain seperti firman Allah SWT: .Flai
kaumku, sesungguhnya aku khowatir terhadapmu akan siksaan hari panggil'
memanggil, (yaitu) hari (ketika) kamu (ari) berpaling ke belakang, tidak
ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan
siapa yong disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang
akan memberi petunjuk. (QS. Ghafir:32-33\
Saat itu mereka benar-benar melihat peristiwa yang sangat luar biasa
yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya. Mereka benar-benar
ditimpa kegalauan dan goncangan yang sangat luar biasa yang hanya Allah
ketakutan mereka ketika itu. Kemudian mereka memandang ke langit dan
tiba-tiba langit seperti cairan, matahari dan bulan terbelah, bintang-bintang
hancur bercerai berai, lalu langit ditutup untuk mereka.
(Rasulullah saw bersabda): Adapun orang-orang yang sudah mati tidak
mengetahui sedikitpun peristiwa itu. Aku (Abu Hurairah) bertanya, "Wahai
Rasulullah, siapa pengecualian yang dimaksud Allah SWT dalam firmanNya: Daz (ingatlah) hari (ketika) diliup sangkakala, maka terkejutlah segala
yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siopa yang dikehendaki
Al I ah. (QS. an-Namal : 87) Rasu I u I lah'saw menj awab, "Mereka para syuhada'
yang selalu mendapat rezeki dari Tuhan mereka. Pengejutan hanya terhadap
orang yang masih hidup, sebab Allah SWT ingin merasakan kepada mereka
kejahatan mereka di hari yang sangat dahsyat itu dan memberi keamanan
untuk mereka-para Syuhada'- dan sebagai azab Allah SWT makhluk-Nya
yang selalu berbuat dosa. Peristiwa ini diinformasikan oleh Allah SWT
dalam wahyu-Nyal. Hai manusia, bertala,valah kepada Tuhanmu;
sesungguhnya kegoncangan hari kiamot itu adalah suatu peristiwa yang
sangat besar (dahsyar.(QS. al-Hajj: l)35
Manusia berada dalam kondisi seperti itu sampai waktu yang
diinginkan Allah SWT. Setelah itu Allah SWT memerintahkan Malaikat
Israfil untuk meniup tiupan penghancuran."
Hadits secara utuh telah kita paparkan. Pertengahan hadits ini telah
disampaikan dalam pembahasan lalu dan yang ini adalah akhir dari hadits
tersebut.
Hadits ini disebutkan oleh Imam ath-Thabari dan ats-Tsa'labi dan
dishahihkan oleh Ibn al-Arab (dalam bukunya yang berjudul Siraj al￾Muridin), ia berkata: Hari ketika bumi bergoncang dengan goncangan yang
sangat dahsyat adalah sebutan lain atau nama yang kedua belas dari tiupan
sangkakala yang pertama. Hadits ini satu-satunya hadits shahih dalam
menjelaskan masalah ini. Tatkala Rasulullah saw memberitakan dengan
menyebutkan bahwa bumi bergoncang dengan goncangan yang sangat
dahsyat ketika terjadi tiupan yang pertama, disebutkan pula bahwa ketika itu
terjadi kecemasan dan ketakutan yang sangat luar biasa, seperti firman Allah
SWT: Hai manusia, bertahnalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya
kgoncangan hari kiamat itu adalah suatu peristiwa yang sangat besar
(dahsyat) . (QS. al-Hajj: I ) Dahsyatnya peristiwa pada hari itu menyebabkan
tidak seorangpun sanggup menyelamatkan dirinya sendiri, dan inilah maksud
perkataan Allah SWT kepada Nabi Adam as, "Bangkitkanlah kebangkitan
neraka." Peristiwa itu terjadi ketika bumi bergoncang dengan sangat dahsyat,
bukan terpisah peristiwanya dengan tiupan yang pertama. Akan tetapi, persis
ketika tiupan pertama telah ditiup, yaitu saat wajah anak seperti wajah orang
tua akibat peristiwa di hari itu, saatjanin yang dalam kandungan berguguran,
dan ibu-ibu yang menyusui mengabaikan bayinya.
Walaupun demikian, pengertiannya bisa juga salah satu dari dua
kemungkinan: 1. Bahwa akhir kalimat dalam hadits itu terkait atau bersyarat kepada
awal kalimatnya, sehingga bunyinya menjadi, dikatakan kepada Nabi
Adam, "Bangkitkanlah kebangkitan neraka pada hari yang di hari itu
anak-anak mempunyai wajah seperti wajah orang yang sudah dewasa,
janin-janin berguguran dari rahim, dan kaum ibu mengabaikan bayinya
yang masih menyusui."
2. Bahwa anak-anak berperawakan seperti orang dewasa, janin
berguguran dari rahim, dan kaum ibu mengabaikan bayinya yang
masih menyusui terjadi saat tiupan pertama. Jadi dalam pandangan
yang terdapat dalam kemungkinan kedua ini anak-anak berperawakan
seperti orang dewasa dan lain-lain adalah gambaran betapa dahsyatnya
peristiwa itu, karena tidak ada kata-kata yang lebih tepat untuk
menggambarkan kedahsyatannya. Ungkapan semacam itu adalah salah
satu metode orang Arab dalam menyampaikan sesuatu dengan gaya
bahasanya yang tinggi.
Aku katakan, sehubungan dengan perkataan lbn 'Arabi mengenai
keshahihan hadits ini, ada yang perlu diteliti dan diuraikan ini, karena Abu
Muhammad Abdul Haq (dalam bukunya yang berjudul al-'Aqibah) berkata,
"Di dalam bab ini ada sebuah hadits munqathi'yang disebutkan oleh ath￾Thabari dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw berkata, "Sangkakala ditiup tiga
kali; tiupan pertama untuk mengejutkan" (lalu disebutkan kelengkapan
hadits tersebut).
Ia -lbn 'Arabi- berkata, "Ath-Thabari menguatkan hadits ini
dengan sebuah ayat dalam surah Yasin."
Tiupan Sangkakala Hanya Dua Kali
Aku katakan, telah dijelaskan bahwa yang benar dan yang paling
shahih adalah hadits yang menjelaskan bahwa sangkakala itu hanya ditiup
dua kali bukan tiga kali. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
tentang perkataan Allah SWT kepada Nabi Adam, "Wahai Adam,
bangkitkanlah kebangkitan neraka." Itu terjadi sesudah hari berbangkit di
harikiamat.
Tiupan untuk mengejutkan itulah yang dimaksud dengan tiupan
penghancuran seperti yang telah dijelaskan, atau tiupan kebangkitan
berdasarkan apa yang nanti akan dijelaskan, sebab jika yang dimaksud
tiupan untuk mengejutkan itu bukan tiupan untuk menghancurkan tentu akan
berkonsekwensi bahwa masih ada manusia yang hidup setelah sangkakala itu
ditiup, dan berarti pula bahwa malam dan siang masih tetap ada sampai
tiupan untuk penghancuran itu ditiup, sehingga dengan ditiupnya sangkakala
untuk menghancurkan, maka seluruh makhluk yang ada menjadi mati karena mendengarnya sebagaimana yang tedapat di dalam hadits Abdullah ibn
Amru ibn al-Ash, kalau halnya memang demikan, maka tidak benar, jika
perkataan Allah SWT kepada Nabi'Adam as "bangkitkanlah kebangkitan
neraka," terjadi pada hari yang hari itu dimulai setelah ditiupnya tiupan
untuk mengejutkan sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn 'Arabi. Wallah
a'lam.
Saat Goncangan Bumi
Adapun tentang gempa yang akan menggoncang bumi, maka tidak
mesti didahului oleh tiupan sangkakala karena kita sering menyaksikan bumi
dengan segala apa yang ada di atasnya seperti gunung dan air berguncang
digoyang oleh gempa, dan perahu-perahu di lautan terhempas ke kiri dan ke
kanan ketika ombaknya berbenturan sekalipun tidak ada tiupan sangkakala.
Akan tetapi gempa yang dimaksud di sini adalah gempa sebagai
pendahuluan menjelang akan terjadinya hari kiamat dan menjadi salah satu
syarat dari sekian syarat-syarat yang menjadi tanda datangnya hari kiamat.
'Alqamah dan asy-Sya'bi berkata, "Gempa adalah salah satu syarat
atau tanda terjadinya hari kiamat, dan gempa itu terjadi di dunia." Begitu
juga yang dikatakan oleh Anas ibn Malik ra dan al-Hasan al-Basri.
Al-Qusyairi Abu Nasir Abdurahim ibn Abdul Karim berkata, "Yang
dimaksud dengan tiupan untuk mengejutkan adalah tiupan yang kedua, yaitu
tiupan yang membuat orang mati menjadi hidup (karena terkejut) sambil
berkata, "Siapalah yang teloh membangunkan kita dari tidur kita? (QS. an￾Namal: 87) Tiupan yang kedua itu sangat menggoncangkan dan
mengejutkan mereka, Allahu Ta'ala a'lam.
Al-Mawardi juga mengatakan hal seperti itu, bahkan ia memilih
pendapat yang ini.
Adapula riwayat yang menyebutkan bahwa gempa itu akan terjadi
sebelum hari kiamat (yaitu pertengahan bulan suci Ramadhan), sesudah itu
matahariterbit dari barat" Allahu a'lam.
Allah SWT berfirman: Ingatlah pada hari ketika kamu melihat
kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anabtya dari anak
yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan
kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka
tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. (QS. al-Hajj: 2)
Tempat kembali dhamir mansub dalam kalimat 'torantnaho' -kamu
melihat kegoncangan itu- adalah kepada gempa (zalzalah) atau kembalinya
kepada hari kiamat. Mengenai hal tersebut ada dua pendapat yaitu: l. Bahwa peristiwanya adalah di dunia sebelum ditiup sangkakala untuk
penghancuran, karena dahsyatnya gempa ketika itu dan sangat kuatnya
goncangan bumi. Sebab ketika kiamat tidak ada lagi yang menyusui
dan tidak ada lagi orang yang hamil. Firman Allah SWT: Dan kamu
lihol manusia dalam keadaan mabuk, maksudnya karena begitu
hebatnya ketakutan manusia di hari itu.
Pendapat ini terdiri dari dua kemungkinan, kemungkinan pertama,
bahwa itu hanya sebuah perumpamaan, maksudnya pada hari itu
seseorang hanya mempedulikan dirinya sendiri. Wanita hamil yang
kandungannya gugur adalah salah satu bentuk perumpamaan tersebut
yaitu seperti gugurnya kandungan wanita yang sedang hamil karena
mendengar suara pekikan yang sangat keras, dan sebagai gambaran
tentang kegoncangan yang maha dahsyat. Kemungkinan kedua, bahwa
hal itu memang benar-benar terjadi, bukan hanya perumpamaan.
Nasib Janin yang Gugur
Dengan demikian, maka maksudnya adalah bahwa orang yang
dibangkitkan bersama anaknya yang masih menyusui, setelah melihat
peristiwa yang menggoncangkan itu membuatnya mengabaikan anaknya.
Dan wanita-wanita hamil ketika dibangkitkan dalam keadaan hamil akan
keguguran karena sangat terkejut dengan peristiwa hari kiamat. Janin yang
ada ruhnya yang dikandung oleh wanita-wanita hamil menjadi mati dengan
sebab kematian ibunya, tapi kemudian dihidupkan kembali dan tidak akan
mati karena keguguran, karena kematian hanya sekali. Pada hari kiamat
tidak ada lagi kematian karena kiamat adalah hari kehidupan dan wanita￾wanita hamil tetap bersalin.
Akan tetapi, ada kemungkinan Allah SWT menghidupkan seluruh
janin yang telah diberi ruh dan telah disempurnakan penciptaannya, lalu ibu
yang mengandungnya mengabaikan kandungannya. Sekalipun ia tidak
mengabaikannya, tapi setelah melahirkan ia tetap tidak sanggup menyusui
anaknya karena pada hari itu tidak ada susu atau gizi. Hari itu adalah hari
perhitungan, hari yang tidak diterima berbagai macam alasan dan permintaan
maaf. Jadi bagaimana mungkin seseorang akan disibukkan oleh urusan
menyusui anak sedangkan dirinya akan dihisab dan akan ditentukan
ganjarannya?
Janin yang gugur sebelum diberi ruh, akan menjadi abu atau tanah, dan
tidak dihidupkan, sebab hari itu adalah hari pengulangan; barangsiapa tidak
pernah mati ketika di dunia, maka ia tidak akan dihidupkan di akhirat.
Demikian yang disebutkan oleh al-Hulaimi di dalam kitab Minhai ad-Addin. Al-Hasan berkata (tentang firman Allah SWT): Dan kamu lihat
manusia dalam keadoon msbuk. Maksudnya karena azzb dan ketakutan, dan
firman-Nya: Padahol mereka sebenainya tidak mabuk. (QS. al-Hajj: 2) tidak
mabuk karena minuman."
Sampai Kapan lbtis Diberi Tangguh Umur?
Penjelasan dari apa yang telah diuraikan tadi adalah: iblis meminta
kepada Allah SWT, "Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka
dibangkitlan " (QS.al-A'raf:14) Iblis meminta agar tidak dimatikan sampai
hari berbangkit dan hari berhisab. Jika iblis meminta supaya tidak dimatikan
(karena tidak ada lagi kematian sesudah hari berbangkit), maka Allah SWT
berfirman, "(Kalau begilu), maka sesungguhnya kamu termasuk orang￾orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah
ditentukan. " (QS. al-Hijir: 37-38)
As-Suddi dan lbn 'Abbas berkata" "Allah SWT hanya memberi
tangguh kepada iblis sampai tiupan sangkakala pertama, yaitu saat seluruh
makhluk dimatikan oleh Allah SWT. Iblis memohon agar ia diberi tangguh
sampai tiupan sangkakala kedua, yaitu ketika seluruh manusia bangkit
menghadap Allah SWT di padang Mahsyar, tapi Allah SWT tidak
mengabulkan permohonan iblis."
Informasi dalam hadits ini (tentang hancurnya langit, bercerai berainya
bintang gemintang, serta pecahnya matahari dan bulan) telah dikatakan oleh
al-Muhasibi dan yang lainny4 bahwa peristiwanya itu terjadi setelah
manusia berkumpul di padang Mahsyar.
Keterangan seperti itu juga terdapat dalam riwayat dari Ibn 'Abbas,
yang nanti akan dijelaskan dan ditulis oleh al-Hulaimi di dalam bukunya
yang berjudul Minhoj ad-Din.
Penciptaan Kedua Terjadi pada Hari Kiamat sebelum Hari Hisab
Bentuk hari kiamat sebelum hari penghisaban (Yaum al-Hisab) adalah
sepertiyang diinformasikan Allah SWT dalam firman-Nya:
Hai mantusia, berlalewalah kepada Tuhanmu; sesungguhrya
kegoncangan hori kiamat ilu adalah suatu peristiwa yang sangat besar
(dahsyat). Qngatlah) pada hari (ketil@) kamu melihat kegoncangan itu,
lalailah semul, wanita yang menyusui anabtyo dari anak yang disusuinya
dan gugurlah kandungan segala woita yang hamil, dan komu lihat manusia
dalam keodaan mabuk padahol sebenarnya merekn tidak mabuk, akon
tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (QS. al-Hajj: l-2)Apabila bumi digoncungkan dengan goncangannya (yang dahsyat),
dan bumi lelah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya, dan
manusia bertanya, "Mengapa bumi (iadi begini)?" pada hari itu bumi
menceritakan berilanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkon (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia
keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermocam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keiahatan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)'nya pula. (QS. az-Zalzalah:
I -8)
Dapat dipahami dari ayat-ayat tersebut bahwa gempa hari kiamat
terjadi setelah manusia dihidupkan dan dibangkitkan dari kubur mereka,
karena gempa itu bermaksud menundukkan dan membuat manusia menjadi
sangat ketakutan. Oleh sebab itu, semua manusia harus melihat dan
menyaksikannya, sehingga dapat merasakan kedahsyatannya, dan tidak
mungkin manusia menyaksikannya, bila waktu itu mereka dalam keadaan
mati. Itulah sebabnya Allah SWT berfirman: Pada hari itu bumi
menceritakqn beritanya. (az-Zalzalah: 4) Maksudnya bumi akan
mengkhabarkan apa yang pernah dilakukan manusia di dunia (dari perbuatan
yang baik sampai perbuatan buruk).
Firman Allah SWT: Pada hari itu manusia keluor dari kuburnya
dalam keodaan yang bermacom-macam, supaya diperlihatkan kepado
mereka (balasan) pekerjaan mereka. (az-Zalzalah: 6) menjelaskan bahwa
gempa terjadi dan manusia dalam keadaan hidup, karena hari itu adalah hari
pembalasan.
Allah SWT berfirman: Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup.
(QS. al-Haqqah: 13) maksudnya, pada hari akhirat.
Firman Allah SWT, Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu
dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu teriadilah hari
kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit meniadi lemah.
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu
delapan orang malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari
keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (QS. al-Haqqah: l4-18) Ayat
ayat tersebut menunjukkan bahwa benturan antara bumi dan gunung-gunung
terjadi setelah manusia dihidupkan kembali, dan alam raya ini diciptakan
Allah SWT kembali setelah kebangkitan manusia pada kali yang kedu4
Allahu o'lom. Firman Allah SWT: Hai kaumku, sesungguhnya aku khowotir
terhadapmu okan siksaan hari panggil-memanggil [yaumuttanodiJ. (QS.
Ghafir:32)
Al-Hasan dan Qatadah (mengomentari ayat tersebut) berkata, "ltu
adalah hari dimana pada hari itu ahli surga dan ahli neraka saling
memanggil, 'Masing-masing kita mendapatkan apa yang dijanjikan Allah
SWT dan janji Allah adalah benar'. Ahli neraka menyeru ahli surga dengan
perkataan, 'Berikan sebagian air kepada kami', pada hari mereka (orang￾orang kafir) berusaha melarikan diri dari neraka (mereka tidak sanggup dan
tidak kuat dengan siksaan api neraka)."
Mujahid berkata, "Maksudnya pada hari ahli neraka memanggil karena
nasibnya yang malang dan celaka" dan mereka berusaha melepaskan diri dari
neraka (karena kerasnya siksaan azab)."
Ada juga yang menafsirkan, "Yang panggil memanggil adalah
sebagian manusia kepada sebagian lain di padang Mahsyar, dan mereka
berusaha melarikan diri dari azab ketika melihat gejolak api neraka."
Qatadah berkat4 "Makna dari, 'Mereka berusaha melarikan diri'
adalah bergegaslah kamu menuju neraka dan kamu sekali-kali tidak
mendapat perlindungan dari Allah SWT atau tidak ada yang menghalangi
azab daripada kamu."
Tiupan Sangkalola Bukan Tiga Kali
Jika ada yang berkata, "Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya kamu
akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangknr alam,
tiupon pertamo itu diiringi oleh tiupan kedua. (QS. an-Nazi'at:. 6-7), begitu
juga dengan firman Allah SWT: Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya
dengan satu teriakan saja; maka tibaiibo merekn melihanya. (QS. ash￾Shafaat: l9). Ayat-ayat ini menghendaki atau menunjukkan (secara
zahirnya) bahwa tiupan sangkakala terjadi tiga kali." Jawaban kepada orang
yang berpendapat seperti itu adalah, "Pendapat demikian tidak benar, yang
benar adalah bahwa yang dimaksud dengan satu teriakan dalam ayat tersebut
adalah tiupan sangkakala kedua sehingga seluruh makhluk keluar dari kubur
mereka. Itu adalah pendapat lbn'Abbas, Mujahid,'Atha',lbnZaid dan lain￾lain."
Mujahid berkata, "Hanya ada dua kali teriakan; teriakan pertama
mengakibatkan kematian segala sesuatu dengan izin Allah dan teriakan
kedua mengakibatkan kehidupan segala sesuatu dengan izin Allah SWT...
Tiupan kedua terjadi ketika langit telah terbelah dan bumi menahan gunung,
lalu hancur sekali benturan sehancur-hancurnya."
Atha' berkata, "Tiupan pertama (ar-Raiifah) adalah hari kiamat dan
tiupan kedua (ar-Radifah) adalah hari kebangkitan."
lbn Zaid berkata, "Ar-Rajifah adalah kematian dan ar-Radiftih adalah
hari kiamat."
Penjelasan tersebut semakin memperjelas uraian sebelumnya, yaitu
bahwa yang dimaksud dengan satu teriakan (az-Zajirah) adalah tiupan
sangkakala yang kedua.
Maksud Ungkapan "Bumi Putih"
Ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud as-Sahirah (bumi putih
seperti perak).
Ibn 'Abbas berkata, "Yang dimaksud dengan as-Sahirah adalah tanah
putih dari perak dan di tanah itu Allah SWT tidak pernah didurhakai. Tanah
tersebut adalah bumi yang diciptakan oleh Allah SWT pada waktu itu juga.
Itulah dimaksud Allah SWT dengan firman-Nya: Yaitu pada hari ketika
bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan mereka
semuonya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang
Mahaesa lagi Mahaperkasa. (QS. Ibrahim: 48)."
Sebagian ahli tafsir berkata, "As-Sahirah adalah nama bumi lapisan
ketujuh, yang pada hari kiamat akan didatangkan oleh Allah SWT. Di atas
bumi as-Sahirah itu Allah SWT akan menghisab seluruh makhluk-Nya,
yaitu ketika bumi diganti dengan bumiyang lain."
Qatadah berkata, "As-Sahirah adalah neraka Jahannam, yaitu apabila
orang-orang kafir telah masuk ke dalam neraka Jahannam."
Ada juga riwayat yang menjelaskan bahwa as-Sahirah adalah gurun
sahara yang sangat dekat dari pinggir api neraka.
Imam ats-Tsauri berkata, "As-Sahirah adalah negeri Syam."
Ada juga yang mengatakan selain itu. Dikatakan as-sahirah karena
mereka tidak tidur di atasnya waktu itu.
Maksud firman Allah SWT:. Maka dengan serta merta mereka hidup
kembali di permukaan bumi (as-Sahirah). (QS. ash-Shafaat: 14) adalah:
manusia akan hidup kembali di atas bumi, karena mereka sebelumnya
tinggal di dalam perutnya, dan orang Arab menamakan petani yang
menggarap tanah dengan as-Sahirah."








Ada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud ath-Thayalisi, beliau
berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Sawwar ibn Maimun Abu al￾Jarah al-'Abdi, dia berkata: Telah meriwayatkan kepadaku seorang laki-laki
dari keluarga Umar dari Umar, dia menuturkan bahwa dia mendengar
Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang berziarah ke kuburku" (atau kata
beliau, "Siapa yang menziarahiku") maka aku akan menjadi saksi baginya
dan aku akan memberikan syafaat (pertolongan) baginya. Siapa yang
meninggal pada salah satu kepada dua tanah Haram (Makkah dan Madinah),
niscaya Allah mengaruniakan dua macam keamanan pada hari kiamat."
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Daruqutni dari Hatib, beliau
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa menziarahi
kuburku sesudah aku wafat, maka dia seolah-olah mengunjungiku ketika aku
masih hidup. Siapa yang meninggal pada salah satu dua tanah Haram,
niscaya akan diberikan dua keamanan pada hari akhirat."
Hadits al-Bukhari-Muslim yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra
meriwayatkan bahwa Allah mengutus Malaikat Maut kepada Nabi Musa as.
Tatkala dia mendatangi Nabi Musa, maka Nabi Musa menampar muka
malaikat itu sehingga tercukil matanya. Lantas Malaikat Maut kembali
kepada Tuhan-nya seraya berkata, "Ya Tuhan, Engkau telah mengutusku
kepada seorang hamba yang tidak menginginkan kematian." Allah lalu
mengembalikan penglihatannya dan berfi rman, "Kembalilah kepadanya, dan
katakan kepadanya untuk meletakkan tangannya di atas punggung kulit sapi
hingga tertutup tangannya selama satu tahun penuh." Lalu Allah berkata,
"Kemudian berhentilah!" Kemudian Malaikat Maut berkata, "sekaranglah
(waktunya kematianmu). Mohonlah kepada Allah agar (tanah kuburmu
didekatkan dengan tanah yang suci (al-ardh al-muqaddas) sejauh satu kali
lemparan batu? Kemudian Rasulullah saw bersabda, "Jika aku berada di
sana, maka aku akan memperlihatkan kepada kalian kuburnya di samping
jalan di bawah bukit pasir."
Sebuah riwayat lain disebutkan: Ketika Malaikat Maut mendatangi
Nabi Musa as, Malaikat Maut berkata, "Taatilah Tuhan engkau? Lalu
diceritakan bahwa Nabi Musa as menampar mata Malaikat Maut hingga
matanya rekah (tercukil). Kemudian diceritakan seperti keadaan." Sebuah
hadits dari Imam at-Tirmidzi yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra
menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa bisa mati diMadinah, hendaklah dia mati di kota itu, karena aku akan memberikan
syafaat kepada orang yang meninggal di Madinah." Hadits ini dishahihkan
oleh Abu Muhammad AMul Haq. .
Dalam kitab al-Muwatl&a'disebutkan bahwa Umar ra pernah berdoa,
"Ya Allah karuniakanlah kepadaku rezeki untuk mati dalam keadaan syahid
dijalanmu dan wafatkanlah aku di kota Nabi-Mu."
Sa'ad ibn Abu Waqqash dan Sa'id ibn Yazid pernah berpesan agar
ketika mereka meninggal untuk dibawa ke sebuah lembah di daerah
pekuburan Baqi' (pekuburan di Madinah) dan dikuburkan di Madinah.
Demikianlah (kemuliaan dua tanah Haram) dan Allah Maha
Mengetahui dengan kemuliaan yang mereka ketahui di sana.
Diriwayatkan, "Allah memberikan keutamaan kepada kota Madinah."
Tidak ada yang dapat menyangkalnya dan tidak semua mengetahuinya.
Seandainya hal itu tidak tercapai, maka memilih kubur di samping makam
para orang-orang shalih dan mulia di antara para syuhada dianggap
memadai.
Diriwayatkan dari Ka'ab al-Ahbar ketika dia bertanya kepada
beberapa orang penduduk Mesir, "Apakah yang kalian butuhkan?" Mereka
menjawab, "Kami memerlukan sekantong tanah dari bukit Muqattham, yaitu
nama bukit di Mesir." Lalu aku (Ka'ab al-Ahbar) berkata kepadanya,
"semoga Allah mengasihi kalian. Apa yang ingin kalian lakukan terhadap
(tanah) itu? Mereka kembali menjawab, "Kami ingin menaruhnya di atas
kubur kami." Lalu dia berkata kepada orang itu, "Kalian berkata demikian,
padahal kalian berada di Madinah. Bukankah disebutkan bahwa Baqi'
seperti yang diceritakan tentang fadhilahnya." Mereka menjawab, "Kami
menemukan dalam Kitab Suci sebelumnya bahwa tempat suci terletak antara
Qashir dan Yahmum."
Benarkah Suatu Tempat dapat Mensucikan Seseorang?
Para ulama (rahimahumullah) berpendapat: Tempat tertentu (sebidang
tanah) tidak dapat menyucikan dan membersihkan seseorang. Yang dapat
membersihkan kotoran dosa seseorang adalah bertaubat kepada Allah
dengan sebenar-benarnya (taubat an-nashuha), disertai dengan perbuatan
baik. Yang dimaksud 'tanah yang dapat menyucikan' hanya berlaku apabila
seorang hamba telah melakukan kebaikan di atas tanah itu, maka akan
berlipat ganda keuntungan baginya (dengan kemuliaan tanah itu yang dapat
menutupi kejelekannya) dan memberatkan timbangan kebaikannya, sehingga
membantunya masuk surga. Itulah maksud kata 'mensucikannya' ketika
seseorang meninggal dengan arti kemuliaan tanah suci mengikuti perbuatan
baiknya. Tanah tersebut bukanlah faktor utama yang menyucikannya.
Sebuah riwayat dari Malik dari Hisyam ibn 'Urwah dari bapaknya, ia
berkatq "Aku tidak ingin dikuburkan di Baqi'. Aku lebih suka dikuburkan di
tempat lain." Kemudian beliau memberikan alasannya, "Aku khawatir jika
tergali untuk kuburku makam seorang shalih atau berdampingan dengan
orang jahat." Jadi sebaiknya seseorang dimakamkan di tempat karib-kerabat,
kawan-kawan, dan para tetangganya (d ikuburkan ).
Benarkah Nabi Musa as Menampar Mataikat Maut?
Seseorang bertany4 "Bagaimana mungkin Nabi Musa as menampar
Malaikat Maut sehingga matanya merekah?" Terdapat enam macam
pendapat mengenai hal ini:
Pertama: "Mata" Malaikat di atas hanya pengertian mata secara fiktif,
bukan sebenarnya. Pendapat ini tidak benar (bathol), karena malaikat
memberikan penyaksian (kesan) bahwa semua yang terlihat oleh para Nabi
pada bentuk rupa malaikat yang bermacam-macam bukan yang sebenarnya.
Pendapat ini adalah pendapat as-Salimiyah.
Kedua: "Mata" di atas dalam pengertian maknawi. Pengertian
"merekah" atau "tercukil" bermaksud hujjah (alasan). Pendapat ini juga
rancu karenaia majaz (tidak mempunyai hakikat).
Ketiga: Sebenarnya Nabi Musa as tidak mengenal (Malaikat Maut)
itu, beliau menyangka bahwa malaikat itu adalah laki-laki yang memasuki
rumahnya tanpa seizinnya. Beliau ingin menolaknya, maka beliau
menamparnya hingga matanya merekah. Diwajibkan mempertahankan diri
(harta dan keluarga) dalam keadaan seperti itu dengan segala hal yang
memungkinkan. Pendapat inijuga baik, karena menunjukkan arti hakiki dari
"mata" dan "menampar."
Imam Abu Bakr ibn Khuzaimah memberikan keterangan terhadap
hadits itu, "Malaikat Maut as ketika kembali kepada Tuhan, berkata, ,ya
Tuhan, Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak menghendaki
kematian? Mungkin Nabi Musa tidak tahu kalau perkataan tersebut muncul
dari Malaikat Maut."
Keempat: 'Nabi Musa as adalah orang yang cepat marah, sehingga
karena begitu marahnya dia sampai menampar Malaikat Maut.
Ibnu 'Arabi memberikan pendapat ini dalam bukunya (at-Ahkam).
Perkataan ini batal, karena para Nabi terjaga dari sifat seperti itu, baik dalam
keadaan senang maupun dalam keadaan marah.
Kelima: Pendapat Ibnu Mahdi -rahimahulloh: Mata adalah mata
pinjaman yang hilang, karena dia dijadikan untuk melihat sesuai keinginan,
maka seakan-akan Musa as menamparnya, padahal dia melihat dengan pandangan lain, dengan alasan bahwa malaikat bisa melihat sesudah
peristiwa itu dengan matanya sendiri.
Keenam: Pendapat ini yang'paling tept insyo Allah. Maksudnya,
Nabi Musa as ketika diberi informasi oleh Allah melalui Malaikat Maut,
yang menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengambil nyawanya, sehingga
dia memilihnya.
Imam al-Bukhari bersama ahli hadits lainnya meriwayatkan: Ketika
malaikat mendatangi beliau dengan rupa yang tidak dikenal oleh Nabi Musa,
beliau langsung marah dan mengambil sikap seperti itu. Tamparan tersebut
mengakibatkan tercukilnya mata Malaikat Mau! yang merupakan ujian
baginya. Saat itu tidak dijelaskan adanya pilihan baginya. Hal-hal yang
menunjukkan keshahihan (kebenaran) pendapat ini antara lain: Ketika
Malaikat Maut kembali kepadanya (Musa as) dia menawarkan dua pilihan
bagi Musa; hidup atau mati. Maka Nabi Musa saat itu memilih kematian dan
tunduk terhadapnya. Allah dengan kegaiban-Nya lebih mengetahui dan lebih
bijaksana.
Hal tersebut diutarakan oleh Ibn 'Arabi ketika menyimpulkan makna
hadits tersebut, segala puji bagi Allah.
Dalam kitab Nat+,adir al-Ushul, Imam at-Tirmidzi al-Hakim Abu
Abdullah menyebutkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah
saw, Beliau bersaMa, "Malaikat Maut mendatangi manusia secara terang￾terangan, sehingga Musa menamparnya (hingga matanya menjadi merekah
atau tercuki l) ketika mendatanginya."
Dalam hadits lain disebutkan, "Setelah peristiwa itu ia mendatangi
manusia secara sembunyi-sembunyi."
Hendaknya Dipilihkan Mayat Shalih sebagei Tetangga Mereka di
Kubur
Abu Sa'id al-Malini (di dalam kitab al-Mu'talaf wa al-Mukhtalafl dan
Abu Bakr al-Kharaithi' (dalam kitab al-Qubzr), menyebutkan sebuah hadits
dari Abu Suffan ats-Tsauri dari Abdullah ibn Muhammad ibn 'Aqil dari
Muhammad ibnu al-Hanifah dari 'Ali ra, beliau berkata, ..Kami
diperintahkan Rasulullah saw untuk mengubur jenazah-jenazah kami di
tengah-tengah kuburan kaum shalihiz (orangorang shalih), karena orang
mati tersakiti oleh tetangganya yang jahat, sebagaimana tersakitinya dia
ketika masih hidup."
Rasulullah saw bersaMa dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu 'Abbas rt, "Jika salah seorang kamu meninggal dunia, katian
hendaknya memperbagus kain kafannya, segera menunaikan wasiatnya, memperdalam kuburnya, dan menjauhnya dari tetangga kubur yang jahat!
Lalu para sahabat bertanya, "Wahai Rasul, apakah tetangga yang baik akan.
memberi manfaat di akhirat? Rasulullah saw menjawab, "Apakah dia -
bermanfaat ketika di dunia?" Mereka menjawab, "Ya." Rasulullah berkata,
"Demikian pula ketika di akhirat." (Hadits inijuga terdapat dalam Rabi' al￾A brar karya Zamakhsyari )
Rasulullah saw bersabda, "Kuburkan mayat-mayat kalian di tengah￾tengah kaum saleh, karena mayat tersakiti oleh tetangganya yang jahat."
(HR. Abu Nu'aim al-Hafiz yang disandarkan kepada Malik ibn Anas dari
pamannya Naf ibn Malik dari ayahnya Abu Hurairah ra)
Nasehat Para Shalihin
Para ulama berkata: Dipandang baik bagi kamu -rahimakallah- untuk
menempatkan mayat di tengah-tengah kuburan kaum saleh, dan makam￾makam ahli kebaikan, maka kuburkanlah bersama mereka, turunkanlah ia di
hadapan kubur mereka, dan letakkanlah dia di samping saudara-saudaranya.
Mudah-mudahan dia mendapat berkah karena mereka, dan bertawasul
(berhubungan) kepada Allah karena kedekatan mereka kepada-Nya.
Jauhkanlah darinya kubur-kubur selain itu, yang dikhawatirkan tersakiti oleh
tetangganya dan merasa sakit dengan melihat keadaan (tetangganya yang
jahat) itu menurut teks hadits tersebut.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa seorang wanita dikuburkan
di Cordova (Spanyol) -semoga Allah mengembalikannya- maka dia
mendatangi keluarganya melewati mimpi dan muntah di hadapan mereka
sambil mengadu kepada mereka, "Apa yang menyebabkan kalian
menguburkanku dalam tempat pembakaran kapur ini?" Lalu pagi harinya
mereka melihat ke dalam kuburannya. Akan tetapi mereka tidak menemukan
tempat yang disebutkan itu dan tidak pula di dekatnya. Lantas mereka
berusaha mencari-cari dan menanyakan identitas orang yang dikuburkan di
hadapan kuburnya. Akhirnya mereka mengetahui bahwa orang itu seorang
pembunuh semasa hidupnya, yang tidak ada ada kuburan lain antara kuburan
orang itu dengan kuburannya. Lalu keluarganya mengeluarkannya dari
tetangganya itu untuk dipindahkan."
Kisah inidiceritakan oleh Abu Muhammad Abdul Haq dalam bukunya
(al-'Aqibah). Dan dari seorang Arab Badui ketika bertanya kepada anaknya,
"Apa yang diperbuat Allah terhadapmu?" Anaknya menjawab, "Allah tidak
menyakitiku, tetapi engkau menguburkanku di hadapan kuburan si fulan.
Padahal dia dulu orang fasiq yang sungguh-sungguh menggetarkan
perasaanku ketika dia diazab dengan berbagai azab.Diriwayatkan dari Abu al-Qasim Ishaq ibn lbrahim ibn Muhammad al￾Khatli (dalam kitab, ad-Diibaj): Telah menceritakan kepadaku Abu Walid
Rabbah ibn Walid al-Maushili, dia bdrkata:
"Aku meriwayatkan dariAMul Malik ibn AMul Azizdari Thawus ibn
Zakwan al-Yamani, bahwa dia memberitahukan mereka tatkala dia sedang
menunaikan ibadah haji. Dia melewati al-Abthah di samping kuburan teman￾temannya, lalu dia berkata; "Sewaktu aku shalat di sepertiga akhir malam
dekat kuburan teman-temanku, aku memakai pakaian bardali Yaman yang
aku beli seharga 70 Dinar, sedangkan di tempat itu ada kuburan yang sedang
digali. Lalu tiba-tiba aku melihat lampu yang datang dengan sebuah jenazah.
Tibatiba pula aku mendengar suatu suara yang dekat dengan kubur yang
sedang digali tersebut, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tentangga
yang buruk." Lalu aku ruku', sujud, dan mengucapkan salam. Aku langsung
mendatangi para pemilik jenazah tersebut, lalu mengucapkan salam dan
berkata pada mereka, "Aku mohon, jatgan Anda kubur ia di sini.
Kuburkanlah pada tempat yang agak jauh." Mereka menjawab, "Kami sudah
menggali kubur di sini, maka bagaimana mungkin kami menguburkannya di
tempat lain!" Aku kembali bertanya, "Siapa yang paling berhak atas jenazah
ini?" Mereka berkata, "lni adalah anaknya." Aku berkata pada anaknya"
"Maukah kamu bila bajumu aku ambil sedangkan kamu dapat mengambil
bajuku, dan baju ini aku beli di Yaman seharga 70 Dinar?r6 Baju ini lebih
mahal dari tujuh puluh di daerah ini. Jika bapakmu dulu pernah berutang,
maka akan kubayar utangnya. Jika tidak ada, maka bermanfaat baginya
sebagai warisan dan mencukupi bagi kamiapa yang kami mohon." Kaum itu
tidak percaya perkataanku karena tidak mungkin seorang laki-laki yang
dililit (punya pakaian) dengan 70 puluh Dinar. L,antas aku terpaksa
mengatakan siapa diriku sebenarnya. Aku berkata, *Tahukah kalian Thawus
al-Yamani?" Mereka menjawab, "Ya." L,alu aku berkata, "Aku adalah
Thawus al-Yamani. Yang aku katakan pada kalian adalah benar." Maka laki￾laki itu memberikan bajunya kepadaku dan aku mengambil bajunya, dan
berpaling dari kami. Aku menerimanya hingga aku berhenti di hadapan ahli
kubur, para sahabatku. Aku berkata "Tiadalah bagimu tetangga yang
mendampingimu yang tidak kamu sukai, maka aku sanggup
mengembalikannya." Kemudian aku kembali shalat.
Mayat Saling Berkunjung dalam Kubur Mereke dan Perintah
Memperbagus Kafan untuk Mayat
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Abu Sa'id al￾Khudri ibn Sa'id ibn Hatim al-Waili as-Sijistani (dalam kitab al-Ibanah):Menyampaikan kepada kami Hibatullah ibn lbrahim ibn Umar dari 'Ali ibn
Husain ibn Bandar dari Muhammad ibn ash-Shafar dari Muawiyah dari
Zuhair ibn Muawiyah dari Abu Zubair dari Jabir ra, dia mengatakan bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Baguskanlah kafan mayat-mayat kalian, karena
mereka saling membanggakan diri dan saling mengunjungi dalam kubur
mereka."
Dalam Shahih Muslim dari Jabir ibn Abdullah ra dari Rasulullah saw,
Beliau bersaMa "Apabila dikafankan salah seorang saudara kalian, maka
baguskanlah kain kafannya!"
Ucapan Kubur Setiap Hari dan Perkataannya pada Mayat ketika
Diletakkan di Dalamnya
Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Abu
Sa'id al-Khudri r4 beliau berkata:
Ketika Rasulullah saw memasuki tempat shalatnya, Beliau melihat
banyak orang yang tertawa, lalu Beliau bersabda, "Seandainya kalian
memperbanyak mengingat yang akan membinasakan (menghabiskan) segala
kelezatan (duniawi), sungguh kalian akan disibukkan dengan apa yang aku
lihat -yakni kematian- maka seringlah mengingat yang akan memakan segala
kelezatan (kesenangan): Yaitu kematian!" Tidak akan datang suatu hari pun,
kecuali kubur akan berbicara kepadanya, "Aku ini rumah yang asing dan
sepi. Aku rumah dari tanah dan tempat bersarangnya cacing dan ulat. Tatkala
dikuburkan seorang hamba yang beriman, maka kuburan akan berkata
kepada orang itu, "Selamat datang, dulu aku sangat senang engkau berjalan
di atas punggungku, maka ketika hari ini aku berkuasa atasmu dan engkau
telah dikembalikan kepadaku, maka engkau lihatlah apa yang akan saya
perbuat atasmu." [.alu tanah kubur itu menjadi lapang baginya sepanjang
penglihatannya dan dibukakan pintu surga baginya. Tapijika seorang hamba
yang suka berbuat kejahatan atau orang kafir dikuburkan, maka kubur itu
akan berkata kepadanya, "Tiada keselamatan atasmu! Dahulu aku sangat
benci engkau berjalan di atas punggungku. Hari ini aku yang berkuasa atas
dirimu dan engkau telah dikembalikan kepadaku, maka lihatlah apa yang
akan aku perbuat kepadamu." Lalu dia berkata, "Sakitilah dia sampai dia
bertemu (dengan hari akhirat) dan hancurkanlah tulang-belulangnya! "
Lalu at-Tirmidzi melanjutkan, "Rasulullah saw memasukkan
sebahagian jari-jarinya ke sebagian rongga jarinya yang lain sambil
bersabda, 'Allah menetapkan baginya sembilan puluh atau sembilan puluh
sembilan ular besar yang seandainya satu ekor saja diletakkan di bumi,
niscaya tidak akan ada satupun tanaman yang tumbuh di atas dunia ini. Lalu
ular-ular itu akan menggigitnya terus-menerus sampai datang hari
penghisaban. Rasulullah saw bersab{a lagi, "Sesungguhnya kubur bisa menjadi taman di antara taman-taman surga dan dapatnya menjadi lubang di
antara lubang-lubang neraka." (Tapi Abu 'lsa mengatakan bahwa hadits ini
gharib) '
Sebuah riwayat dari Hannad ibn as-Sariy, dia berkata, "Telah bercerita
kepada kami Hasan al-Ju'fi dari Malik ibn Mughawal dari Abdullah ibn
'Ubaid ibn Umair, dia berkata, "Allah memberikan lisan kepada kubur untuk
berbicara, maka dia akan berkata, "Wahai anak Adam, kenapa engkau
melupakanku? Bukankah kamu tahu bahwa aku adalah sarangnya ulat dan
cacing, dan aku adalah tempat yang sunyi serta menyedihkan?
Telah menyampaikan kepada kami Waki' dari Malik ibn Mughul dari
Abdullah ibn Ubaid ibn Umair, dia berkata, "Kubur benar-benar akan
menangis dan berkata dalam kesedihannya, "Aku adalah tempat yang
menyedihkan, tempat yang sunyi, dan tempat bersarangnya ulat dan cacing."
Disebutkan oleh Abu Umar ibn Abdul Birri yang diriwayatkan oleh
Yahya ibn Jabir ath-Tha'i dari lbnu 'Aidz al'Azdi dari Ghudaif ibn Harits,
dia berkata, "Kami mendatangi Baitul Maqdis (aku dan Abdullah ibn Ubaid
ibn Umair) Beliau berkata, "Kami duduk-duduk bersama Abdullah ibn Amru
ibn al-'Ash, maka kami mendengarnya berkata, "Kubur akan berbicara
kepada seorang hamba tatkala dia diletakkan di dalamnya. Dia akan berkata,
"Wahai anak Adam, apakah yang membuatmu lalai terhadapku? Padahal
kamu tahu bahwa aku adalah tempat yang sangat sepi? Bukankah kamu juga
tahu bahwa aku rumah yang sangat gelap? Hai, anak Adam, apa yang
membuatmu terpedaya terhadapku? Engkau berjalan di sekitarku dengan
fidad (angkuh)."
Ibnu 'Aizd berkata pada Ghudaif, "Apakah yang dimaksud dengan
fidad wahai anak saudaraku?" Ia menjawab, "Laksana sebagian gaya jalan
engkau wahai anak saudaraku." Sahabatku berkata -dia lebih besar daripada
aku- kepada Abdullah ibn 'Amar, "Bagaimana jika dia seorang Mukmin,
apakah balasan baginya?" Maka dia menjawab, "Dilapangkan kuburnya dan
dijadikan tempatnya seperti taman yang hijau, dan ruhnya diangkat ke
langit." (Riwayat ini ada dalam kitab at-Tamhid)
Dalam kitab a/- 'Aqibah disebutkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq
yang diriwayatkan dari Abu Hajjaj ats-Tsamali, dia menuturkan bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Kubur akan berkata kepada mayat ketika dia
dikuburkan, "Telitilah, wahai anak Adam, apa yang menggodamu
terhadapku? Bukankah kamu tahu aku tempat yang mengandung banyak
bencana (fitnah), rumah yang gelap gulita, dan juga sarang ulat dan cacing?
Apa yang memperdayamu ketika engkau melewatiku dengan penuh
kesombongan?" Lalu Beliau meneruskan, "Jika dia orang shalih, maka akan
dijawab oleh penjawab kubur, "Tidakkah engkau lihat dia termasuk orang
yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran?" Lalu kubur akan menjawab, "Kalau begitu aku akan mengembalikan (taman) yang hijau
kepadanya." Jasadnya dikembalikan dengan diliputi nur (cahaya) dan ruhnya
dinaikkan kepada Tuhan Semesta alam." (Hadits ini disebutkan oleh Abu
Ahmad al-Hakim didalam kitabnya, al-Kuna)
Disebutkan juga oleh Qasim ibn Ashbag, dia berkata, "Ditanyakan
kepada Abu Hajjaj, apakah yang dimaksud dengan 'kesombongan' di sini?"
Dia menjawab. "Yaitu seorang yang mendahulukan seseorang dan
mengakhirkan yang lain, yakni orang yang berjalan, dengan penuh
keangkuhan."
Ibnu al-Mubarak mengatakan bahwa Daud lbn Naqid berkata, "Aku
mendengar AMullah ibn 'Ubaid ibn 'Umair berkat4 "Diriwayatkan
kepadaku bahwa mayat didudukkan di lubang kuburnya dan dia mendengar
langkah kaki orang yang mengantarkannya. Dari lubang kuburnya terdengar
suara yang mengajukan pertanyaan kepadanya sebelum dia berbicara sepatah
katapun, "Wahai anak Adam, perhatikanlah! Engkau telah mewaspadaiku,
dan mewaspadai tentang keadaanku yang sempit" gelap, busuk, dan
menakutkan. Inilah yang akan aku berikan kepadamu dan apa yang akan
kamu berikan kepadaku?"
Suffan ats-Tsauri berkata, "Siapa yang banyak mengingat kubur akan
mendapat sebuah taman di antara taman-taman surga, dan siapa yang lalai
mengingatnya akan mendapatkan sebuah jurang di antara jurang-jurang
neraka."
Ahmad ibn Harb berkata, "Bumi kagum dengan orang yang
dibentangkan tempat tidurnya dan diratakan kasurnya. Dia berkata kepada
orang itu, "Wahai anak Adam tidakkah Anda ingat untuk tidur panjang di
dalam perutku, dan tidak ada jarak sedikitpun di antara kita?"
Terhadap sebagian ahli zuhud ditanyakan, 'Nasihat apakah yang
paling jitu?'Dia berkata, "Peringatan terhadap tempat kematian!"
Sungguh tepat apa yang disampaikan oleh Abu 'Atahiyah dalam
syairnya:
Telah kuingatkan kepadamu tentang kubur-kubur yang sepi
Kuberitahukon kepadamu tentarrg tempat yang menahttkan
Kusampaikon kepadamu tentarrg wajah-waj ah yang busuk
Dor w aj aluw aj ah yan g hsncw
Cukup! telah kuperlihatkan dirimu di dalam lafiur
Padahal engkau masih hidup, belum lagi moti!
Diriwayatkan dari al-Hasan al-Basri, beliau berkata, "Suatu kali aku
berada di belakang mengiringi jenazah dan aku mengantarkannya sampai ke
liang kuburnya. Tiba-tiba seorang rrlanita menyeru, "Hai, ahli kubur, jika
kalian tahu orang yang dimasukkan ke tempat kalian, maka kalian akan
merasa keberatan?" Hasan berkata, "[alu aku mendengar suara dari sebuah
lubang kubur yang berkata" "Demi Allah, tidakkah kalian tahu! kalian telah
membawa dia kepada kami, orang yang mempunyai dosa seberat gunung
dan Allah telah mengizinkanku memakannya hingga dia menjadi remuk."
Kemudian tiba-tiba jenazahyangada di dalam keranda usungan itu bergerak
sehingga membuat Hasan jatuh pingsan."
Himpitan Kubur terhadap Penghuninya
Rasulullah saw bersaMa, "lnilah orang yang telah menggoncangkan
Arsy Allah Yang Rahman dan dibukakan baginya pintu-pintu langit,
disaksikan oleh 70.000 malaikat. Dia hanya dirangkul oleh kubur dengan
sekali rangkulan, kemudian dilepaskannya." Hadits ini diriwayatkan dari
'Abdullah ibn Umar.
Abu 'Abdurrahman an-Nasa'i mengatakan bahwa orang yang
dimaksud oleh hadits di atas adalah 'Sa'ad ibn Mu'adz'. (HR. an-Nasa'i dari
Abdullah ibn Umar ra)
Diriwayatkan oleh Sya'bah ibn Haljaj yang disandarkan kepada
'Aisyah Ummul Mukminin ra" beliau berkata "Kubur memiliki himpitan,
sehingga kalau ada seseorang yang selamat dari himpitannya, maka dia
adalah Sa'ad ibn Mu'adz."
Hannad ibn as-Sariy berkata; "Muhammad ibn Fudhail meriwayatkan
kepada kami dari bapaknya dari Ibnu Abu Mulaikah, dia berkata, "Tidak
seorangpun yang teraniaya oleh jepitan kubur termasuk Sa'ad ibn Mu'adz,
dimana sapu tangannya saja lebih baik dari dunia dengan segala isinya."
Dia berkata, "AMah menyampaikan kepada kami dari Ubaidillah ibn
Umar dari Nafi', dia berkata "Dia menyampaikan kepadaku bahwa jenazah
Sa'ad ibn Mu'adz disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat dan tidak ada
yang turun ke bumi sama sekali. Dia menyampaikan kepadaku bahwa
Rasulullah saw bersaMa, "Saudaramu dihimpit di dalam kuburnya dengan
satu kalijepitan."
Dalam Kitab ath-Tha'ah wal Ma'shi'ah, 'Ali ibn Ma'bad
meriwayatkan dari Nafi', dia berkata "Shafiyah binti Abu 'Ubaid (isteri
'Abdullah ibn Umar) mendatangi kami, sedangkan dia kelihatan ketakutan.
Lalu kami bertanya kepadanya" "Apakah keperluan Anda?" Dia menjawab,
"Aku tadi menemui beberapa orang isteri Nabi saw, maka mereka
menyampaikan kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seandainya aku di sana, niscaya aku akan melihat seseorang yang terbebas dari azab kubur.
Sa'ad ibn Mu'adz benar-benar terbebas dari azab kubur, dan dia dijepit oleh
kuburnya dengan sekali jepitan."
Diriwayatkan dari Zadzan yang menyatakan bahwa Abu Umar pernah
berkata: Ketika Rasutullah saw menguburkan ienazah (Zainab'5, Beliau
duduk di dekat kuburnya. Wajah Beliau kelihatan berubah, kemudian
beranjak menjauhinya. Para sahabat kemudian bertany4 "Wahai Rasulullah
tadi kami *ilihut wajah Anda kelihatan berubah, lantas Anda beranjak
menjauhi kuburan putri Anda? Rasulullah saw menjawab, "Aku teringat
dengan putriku dengan segala kelemahannYa, dan aku teringat dengan azab
kubur. Lalu aku berdoa kepada Allah dan Allah mengabulkan doaku,
sehingga kuburnya menjadi lapang. Demi Allah, putriku dihimpit oleh
kuburnya dengan sekali himpitan yang terdengar dari barat hingga timur."
Sebuah riwayat yang disandarkan kepada Ibrahim al{hanawi dari
seorang laki-laki yang berkata, "Ketika aku sedang bersama 'Aisyah, di
hadapan kami tewat j enazah seorang anak kecil laki-laki, dan tiba-tiba beliau
menangis. Lantas aku bertanya kepada beliau, "Apakah yang membuat Anda
In.nungir, wahai (Jmmul Mukminin?" Beliau menjawab, "Aku menangisi
anak kicil ini, karena aku kasihan terhadapnya dengan jepitan kubur yang
akan menimpanya."
Khabar di atas berhenti (mauquJ) pada 'Aisyah ra, maka Khabar lain
yang serupa dengan ini tidak dikatakan melalui penglihatan￾Di dalam kitab al-Madinah -semoga keselamatan terhadap
penulisnya- Umar ibn Syabah meriwayatkan sebuah kisah ketika Fatimah
Linti erua (ibunda Amirul Mukminin 'Ali ibn Abu Thalib ra) wafat. Dia
berkata, "Tatkata Nabi saw sedang bersama para sahabat, datang seseorang
yang mengabarkan kepada beliau bahwa lbu 'Ali, Ja'far, dan Uqail telah
wafat. Lalu beliau berkata, "Berdirilah kalian bersama kami untuk
ibuku!"Lalu Umar melanjutkan kisahnya, "Maka kami berdiri bingung
seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Ketika sampai di pintu utama,
kami berhenti dan Beliau membuka baju luarnya sambil bersabda, "Jika
kalian mengafaninya, tetakkan baju itu di bawah kain kafannya!"Ketika
mereka membawa jenazahnya keluar, Rasulullah memikulnya satu kali. Satu
kali beliau mempercepat langkahnya dan satu kali pula memperlambat
langkahnya sampai kami tiba di tepi kubur. Kemudian jenazah beliau
dirnasukkan ke dalam liang lahad. Sesudah itu Rasulullah keluar dari kubur
itu dan berkata, "Masukkan beliau dengan menyebut bismillah (dengan
menyebut nama Allah) dan 'ala ismillah (atas nama Allah). Setelah
dikuturkan beliau berdiri sambil berkata, "semoga Allah memberi balasan
(kebaikan) terhadapmu, karena engkau ibu dan pensasuh yang baik!" Kami
bertanya kenapa beliau melepaskan bajunya dan memasukkannya ke dalam
liang kubur? Beliau menjawab, "Aku tidak ingin dia tersentuh oleh api
neraka selamanya. Jika Allah menghendaki, semoga Allah melapangkan
kuburnya!" Kemudian Beliau bersdbda, "Tidak seorangpun selamat dari
himpitan kubur, kecuali Fatimah binti Asad!" "Apakah anakmu al-Qasim
juga tidak", tanya sahabat? Beliau menjawab, "Tidak pula lbrahim, mereka
berdua adalah yang paling kecil diantara mereka (ahli kubur)."
Abu Nu'aim al-Hafizh meriwayatkan sebuah hadits (yang mirip
dengan hadits tersebut) dari 'Ashim al-Ahwal dari Anas, tetapi tidak
menyebutkan adanya pertanyaan kenapa Beliau memasukkan bajunya ke
dalam kubur sampai akhir hadits tersebut.
Anas berkata: Ketika Fatimah binti Asad ibn Hasyim (ibunda'Ali ibn
Abu Thalib ra) wafat, Rasulullah saw mendatanginya dan duduk di dekat
kepalanya. Beliau berkata, "Semoga Allah mengasihimu, wahai ibuku
sesudah ibuku. Engkau rela menahan lapar untuk mengenyangkanku, engkau
memberiku pakaian sedangkan engkau tidak berpakaian layak (tidak
memiliki pakaian yang banyak dan bagus) dan engkau tidak mau memakan
makanan yang baik agar aku dapat memakannya. Semuanya engkau lakukan
untuk mengharapkan ridha Allah dan kebahagiaan akhirat." Kemudian
Beliau memerintahkan untuk memandikannya sebanyak tiga kali. Setelah itu
Beliau sendiri yang menuangkan air kapur dengan tangannya. Lantas Beliau
melepaskan bajunya dan memakaikannya pada jenezah Fatimah binti Asad
dan mengafaninya di atas baju tersebut. Lalu Beliau memanggil Usamah ibn
Zaid, Abu Ayub al-Anshari, Umar ibn al-Khatthab ra, dan seorang budak
(yang hitam kulitnya) untuk menguburkannya. Ketika sampai di lahadnya,
Beliau menggalinya dan mengeluarkan tanah dengan tangannya. Setelah
selesai Rasulullah memasukkan jenazahnya dan membaringkannya di
dalamnya, kemudian berkata, "Segala puji bagi Allah yang menetapkan
hidup dan mati, Dia senantiasa hidup tidak pernah mati, ampunilah lbuku,
Fatimah binti Asad. Ajarkanlah kepadanya jawaban kubur, lapangkanlah
kuburnya dengan kebenaran Nabi-Mu dan nabi-nabi sebelum aku, karena
Engkaulah Yang Maha Pengasih!" Setelah itu Beliau mengucapkan takbir
sebanyak empat kali. Kemudian Beliau, Abbas, dan Abu Bakar ash-Shiddiq
-radiyallahu 
'anhurn- memasukkan jenazahnya ke dalam lahad.
Mayat Diazab karena Ditangisi Keluarganya
Rasulullah saw bersabda, "Ketika mayat diletakkan di dalam kuburnya
dan ketika dia dudukkan." Kemudian Beliau berkata, "Keluarganya berkata,
'Wahai pemimpinku! wahai junjunganku! wahai penguasaku!"' Beliau
melanjutkan, "Malaikat akan berkata kepadanya, 'Dengarkan apa yang
mereka katakan, apakah engkau dulu seorang pemimpin, pejabat, atau
penguasa?"' Beliau berkata, "Alangkah baik seandainya mereka bisa diam!"
Lalu Beliau berkata, "Lantas orang itu dijepit oleh kuburnya hingga remuk
tulang-belulangnya." (HR. Abu Hudbah yang disampaikan oleh lbrahim ibn
Hudbah melalui Anas ibn Malik ra)
Tangisan Macam Apa yang Dilarang?
Para ulama (guru-guru kami) berkata tentang mereka, "Sebagian
ulama atau sebagian besar ulama bependapat bahwa mayat disiksa di dalam
kuburnya karena tangisan orang yang hidup jika mereka menangis karena
disuruh oleh mayat itu sebelumnya, serta atas kemauannya sendiri,
sebagaimana dikatakan dalam syairnya:
Ketika aku mati, maka ratapilah sesuai kedudukanku
Robeklah pakaianmu wahai putri yang mulia
Sebuah riwayat menyatakan bahwa mayat disiksa karena ditangisi oleh
orang yang hidup, walaupun bukan karena suruhan, kehendak, atau wasiat
dari mayat itu.
Mereka memberikan alasan berdasarkan hadits Anas tersebut dan
hadits Qailah binti Makhramah. Dia menceritakan kepada Nabi saw bahwa
ketika anaknya mati dan dia menangisinya, maka Rasulullah saw bersabda,
"Apakah di antaramu ada orang yang memberikan segalanya untuk
sahabatnya di dunia dengan baik. Lalu ketika dia dan sahabatnya berubah
keadaannya karena sahabatnya tersebut lebih mulia darinya, maka dia
meminta kembali apa yang telah diberikan? Beliau berkata, "Ya Allah,
sempurnakanlah apa yang telah kuperbuat, peliharalah apa yang
kutinggalkan. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, jika
salah seorang menangisinya, maka sahabatnya akan sedih. Wahai hamba
Allah, jangan kamu siksa mayat-mayat kamu." (HR. Ibn Abu Khaistamah
dan Abu Bakar ibn Abu Syaibah)
Abu Umar ibn Abdul Birri menyebutkan (dalam kitab al-Isti'ab)
sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy'ari dari Nabi saw, Beliau bersabda,
"Mayat diazab karena tangisan orang yang hidup. Ketika dia meratap dengan
menyebut, "Wahai pemimpinku. wahai penolongku, dan wahai pemberi
pakaian," maka akan ditantang dan dikatakan kepadanya. "Apakah kamu
memang penolongnya? Apakah kamu pembantunya? Apakah kamu pemberi
pakaiannya?"
Al-Bukhari menyebutkan sebuah hadits dari Nu'man ibn Busyair, dia
berkata, "Ketika Abdullah ibn Rawahah pingsan, saudara perempuannya
(Amrah) menangisinya dan menyebut, "Wahai bukit sandaranku!" dengan
berulang kali. Ketika sadar, dia berkata, "Semua yang kamu ucapkan tadi
akan ditanyakan kepadaku nanti, "Apakah kamu memang begitu?" Maka
ketika dia meninggal, saudara perempuannya tidak lagi menangisinya.
Padahal hal ini bukan atas suruhan, kehendak, atau wasiat dari Abdullah ibn
Rawahah. '
Diriwayatkan oleh Abu Muhammad Abdul Ghani ibn Said al-Hafiz
dari Mansur ibn Zadzan dari Hasan dari 'lmran ibn Hushain. yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Allah benar-benar menyiksa
seseorang karena teriakan keluarganya." Lalu seorang laki-laki bertanya
kepadanya, "Berlaku juga yang mati di Khurasan, sedangkan keluarganya
menangis di sini?" 'lmran menjawab, "Rasulullah berkata benar dan kamu
dusta!"
Penulis menyatakan bahwa hadits ini (secara zahir) memberi
penjelasan bahwa teriakan seseorang dapat menimbulkan azab, tapi
hakikatnya bukan begitu. Hadits tersebut mengandung pengertian seperti
yang kami kemukakan, dan Allah lebih mengetahui.
Al-Hasan berkata, "Sejahat-jahat manusia bagi mayat adalah
keluarganya yang menangisnya dan tidak membayarkan utangnya."
Orang yang Selamat dari Jepitan Kubur serta Fitnahnya
Abu Nu'aim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu 'Ala Yazid ibn
Abdullah ibn Syukahir dari bapaknya, dia mengatakan bahwa Rasulullah
saw bersabda, "Siapa yang membaca(Qul Huwallahul Ahad) ketika dia sakit
yang membawanya kepada kematian, maka dia akan selamat dari fitnah
kubur dan terlepas dari jepitan kubur. Malaikat lalu membawanya (pada hari
kiamat) dengan telapak tangannya melewati titian shirat sampai ke surga."
(Dia mengatakan hadits ini gharib, karena berasal dari perkataan Yazid yang
diriwayatkan sendiri oleh Nasr ibn Hammad al-Bajali)
Berdoa ketika Meletakkan Mayat di Dalam Kubur dan Lahadnya
Lahad adalah tanah yang digali untuk mayat di samping kanan
kuburnya, jika tanahnya keras. Lebih utama jika dibuat di sisinya. Begitulah
pilihan Allah bagi Nabi-Nya saw.
Ibnu Majah meriwayatkan sebuah riwayat dari Ibnu 'Abbas ra, dia
berkata, "Ketika ingin menggali lubang kubur Rasulullah, mereka mengutus
Abu 'Ubaidah. Dia menggali seperti kebiasaan penduduk Makkah.
Kemudian mereka mengutus Abu Thalhah (penggali kubur penduduk
Madinah). Ketika menggali lahadnya, mereka mengutus beberapa utusan
kepada keduanya. Mereka berkata, "Ya Allah, Rasulmu telah diturunkan."
Mereka menemukan Abu Thalhah, maka dia mendatanginya dan tidak
terdapat Abu Ubaidah. Kemudian dia menggalikan tahad untuk kubur
Rasulullah."
Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari lbnu 'Abbas ra, yang
menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Lahad itu buat kami,
sedangkan sisinya buat selain kami." (HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi.
Beliau mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib\ Mereka bersyair:
Mereka letakkan pipiku di atas lahad, letakkonlah!
Siapakah yang tertutup tanah, maka bantalilah!
Merekn mencabikkan kain kafan untukku
Dalam kubur yang dalam mereka menyembunyikan
Sekiranya kalian menyaksikannya ketikn ia sudah masuk
Pada pagi hari yang ketiga, maka lalian tidak akan kenal dia lagi
Karena dua bola-matanya sudah meleleh di pipinya
S e dangkan mul u tny a t e r koYak
Lalu lumpur memanggil, ini adalah sifulan
Mari! Lihat! Apakah kalian kenal ia?
Ia odalah kasihmu dan tetanggamu yang rela berkorban
Ia sudah berlalu lalu kalian lupa begitu saia
Justru mereka membenamkon kelusih merelu dan lupa puiian
Keinginan mereka kini hanya mendapatkan apa yang tertinggal
Mereka tinggalkan ia dalam keadaan menyerah sendiri
Dalam pusara sambil menghitung dagang masa lalu!
Mereka tidak mau membekali mayat mereka dari semua hartanya
Kecuali sebilah pakaian dan kedukaan pilu saat ini!
Datam kitab Nawadir al-Ushul Abu Abdullah at-Tirmidzi
menceritakan sebuah riwayat dari Said ibn Musayyib, dia berkata: Suatu
waktu lbn, Umar melayat jenazzh, dan ketika meletakkan jenazah tersebut
di lahad, beliau membaca: ^1:r )ri y &t yt E Ct yt /; ("Dengan
menyebut nama Allah, dan pada jalan Allah dan di atas millah (agamo)
Rasulullah.") Ketika beliau meratakan lahadnya beliau mengucapkan doa:
;at utk 4i o6,,i;,tt 4 6'fi l$)r (Ya Allah, lindungilah dia dari gangguan
seton serta selamatlan dia dari sil<sa lrubur.") Ketika ditinggikan tanah
kuburnya, beliau berdiri di samping kubur dan berdoa: W ,f 7't\\ Oe'n$t
fa Ailah. lapangkanlah tanah dari dua bohunyu,
ruhnya, terimolah dia di qisimu dengan penuh keridhaant") Lalu
aku bertanya kepada lbnu Umar, "Apakah hal itu beliau dengar dari
Rasulullah atau hanya hasil pemikiran beliau sendiri?" Beliau menjawab,
"sungguh aku mampu mengucapkannya, tapi aku mendengarnya dari
Rasulullah." Hadis ini jugadiriwayatkan oleh lbnu Majah dalam Sunan-nya.
(HR. at-Tirmidzidan Ibn Majah)
Abu AMullah at-Tirmidzi berkatq "Ayahku -rahimahullaft- berkata
kepadaku, *Al-Fadhl ibn Zakin meriwayatkan kepada kami dari Sufoan dari
A'masy dari Umar ibn Murrah, dia berkata" "Ketika mayat di masukkan ke
dalam lahadny4 mereka suka mengucapkan doa, "Ya Allah lindungilah dia
dari godaan setan yang terkutuk!"
Diriwayatkan dari Su$an ats-Tsauri, beliau berkata, "Tatkala mayat
ditanya tentang Tuhannya di dalam kubur, maka setan memperlihatkan
dirinya kepada mayat itu dan menunjuk kepada dirinya dan berkata, "Aku
adalah Tuhanmu." Abu Abdullah mengatakan bahwa hal tersebut adalah
fitnah kubur yang berat. Oleh karena itu, Rasulullih pernah berdoa (agar
diberi keteguhan iman), "Ya Allah, berikanlah keteguhan (iman) ketika
ditanya (di dalam kubur) dan bukakanlah pintugintu langit bagi ruhku!"
Maka tak ada jalan bagi setan untuk menggodanya, karena Rasulullah telah
berdoa agar terhindar dari bujukan setan.'? Inilah tahqiq (ketetapannya)
ketika diriwayatkan dari Sufian. Beliau menyebutkannya dalam kitabnya
(bab 249).
Berdiri Dekat Kuburan Sebcntar sebelum Jenazah Dikuburkan dan
Perintah untuk Mendoakan agar Diberi Keteguhan Iman
Muslim menceritakan sebuah riwayat dari Syammasah al-Mahri, dia
berkata: Kami mengunjungi Amru ibn al-'Ash ketika dia sedang menghadapi
kematian (sekarat), dia berkatq "Jika kalian menguburkanku maka tuangkan
air dingin di atas tanah kuburku, kemudian berdirilah di sekitarnya.
Usahakan untuk menyembelih kambing di sekitar kuburanku dan bagikan
dagingnya hingga aku merasa senang terhadap kalian."
Yazid ibn Abu Habib meriwayatkan kepadaku bahwa Abdurrahman
ibn Syammasah bercerita kepadanya dan berkata dalam hadits itu, "lkatkan
kain penutup pada badanku dengan kuat, karena sesungguhnya aku sedang
menghadapi musuh, dan tuangkan air dingin di atas tanah kuburanku. Bahu
kananku tidak lebih berhak di tanah daripada bahu kiriku, maka jangan
kalian masukkan kayu atau batu ke dalam kuburku. Jika kalian telah
menguburkanku, maka duduklah dekat kuburanku dan usahakan
menyembelih kambing dan memotong-motongny4 niscaya aku senangdengan kalian!" (lbn al-Mubarak menyebutkan hadits ini [yang mirip dengan
hadits Muslim tersebut] yang bersumber dari lbn Lahi'ah)
Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Utsman ibn 'Affan, beliau
berkata: Ketika Rasulullah saw selesai menguburkan seseorang, Beliau
berdiri di dekat kuburannya dan bersabda, "Mohonkan ampunan bagi
saudara kalian dan mintakan baginya keteguhan, karena dia sedang ditanya
saat ini!" (HR. Abu Daud)
Dalam kitab Nawadir al-Ushul, Abu Abdullah at-Tirmidzi al-Hakim
meriwayatkan sebuah hadits dari Utsman ibn 'Affan ra, beliau menyatakan
bahwa ketika Rasulullah selesai menguburkan jenazah seseorang, Beliau
berdiri dekat kuburannya dan berdoa agar dia diberi keteguhan. Beliau saw
bersabda, "seorang Mukmin akan menghadapi ketakutan akhirat setelah dia
menghadapi ketakutan kubur yang lebih dahsyat."
Abu Nu'aim al-Hafidz meriwayatkan sebuah hadits melalui 'Atha' ibn
Maisarah dari Utsman ibn 'Affan ra dari Anas ibn Malik ra, yang
meriwayatkan bahwa Rasulullah berdiri dekat kuburan salah seorang laki￾laki yang merupakan salah seorang sahabatnya. Setelah Beliau selesai
menguburkannya, Beliau berkata, "Innalillahi wa inna ilaihi raiiun (kita
milik Allah dan akan kembali kepada Allah). Ya Allah, dia telah diturunkan
kepada Engkau dan Engkau adalah sebaik-baik yang menurunkan.
Jauhkanlah tanah dari bahunya, bukakanlah pintu-pintu langit bagi ruhnya,
terimalah dia di sisi-Mu dengan baik, serta tetapkanlah hatinya ketika
ditanya dalam kubur!" (Hadits ini gharib karena hanya diriwayatkan dari
Atha')
Perbuatan setelah IVIayat Dikuburkan
Al-Ajiri Abu Bakar Muhammad ibn Husain didalam kitab an-Nasihah
berkata: Dipandang sebagai suatu kebaikan untuk berhenti sebentar setelah
mayat dikuburkan dan berdoa bagi mayat di hadapannya agar diberi
keteguhan. Ucapkanlah, "Ya Allah dia ini adalah hamba-Mu, Engkau lebih
mengetahuinya daripada kami. Kami hanya mengetahui kebaikannya.
Engkau telah mendudukkannya untuk ditanya, maka tetapkanlah dia dengan
perkataan yang tetap (iman) di akhirat sebagaimana telah Engkau tetapkan di
dunia! Ya Allah, kasihilah dia dan hubungkanlah dia dengan Nabi
Muhammad saw. Jangan Engkau sesatkan dia sesudah itu dan jangan
Engkau halangi pahalanya!"
Abu Abdulah at-Tirmidzi berkata, "Berhenti di dekat kubur dan
mendoakan keteguhan iman bagi mayat sesudah dikuburkan sangat
membantu mayat sesudah ibadah shalat, karena shalat jamaah yang
dilakukan kaum Mukmin laksana pasukan (baginya) yang berkumpul di
depan pintu kerajaan untuk menolongnya. Berhenti di dekat kuburan
memohon keteguhan merupakan bentuk pertolongan pasukan tersebut,
karena saat itu mayat dalam kondisi yang sangat kacau dan bingung karena
dia sedang menghadapi ketakutan yang dahsyat; pertanyaan dan ujian
malaikat penanya di dalam kubur
Tidak Boleh Meratap dan Menyalakan Lampu di Kuburan, dan
Memperingati Hari Ketiga serta Heri Ketujuh adalah Bid'ah
Para ulama berkata, "Berteriak-teriak menyebut Allah Yang Mahasuci
-atau kata-kata lainnyr di dekat jenazah dan kuburan, berkumpul￾kumpul di kuburan, mesjid, atau tempat lainnya untuk membaca AlQur'an
dan lainnya karena kematian atau berkumpul di dekat keluarga mayat,
menghidangkan makanan-makanan dan bermalam di rumahnya adalah
perilaku olang-orang Jahiliah, scperti makanan yang dibuat oleh keluarga
mayat pada hari l1etujuh dari hari kematiannya. Orang berkumpul di sana
untuk menunjukkan kedekaan dan kasih sayang terhadap mayat. Hal
tersebut merupakan perkara baru (tidak ada pada masa lalu) dan tidak
disukai oleh para ulama."
Mereka berkat4 "Kaum Muslim tidak patut meniru perbuatan orang
kafir. Setiap orang hendaknya melarang keluargrnya untuk menghadiriacara
seperti itu dan hal-hal yang mirip dengannya, seperti menampar-nampar
pipinya, mengacak-ngacak rambufirya, merobek-robek bajunya atau merintih
dan meratap ketika mendapat musibah. Hal tersebut merupakan perbuatan
yang tidak mendatangkan pahala.
Imam Ahmad ibn Hanbal berkat4 "Hal tersebut termasuk perilaku
Jahiliah." Apakah Nabi saw men5ruruh kalian membuat makanan bagi
keluarga Ja'faff' Beliau melanjutkan, "Mer€ka tidak melakukannya!" Jika
dibuatkan makanan bagi mereka, maka setiap orang sebaiknya melarang
keluarganya untuk memakanny4 jangan diberi kemudahan. Siapa yang
membolehkan keluargany4 maka dia mendurhakai Allah 'Azza wa Jalla dan
membantu mereka berbuat dosa."
Allah SWT berfirman, "Jagalah dirimu dot keluargamu dari api
neraka." 17
Para ulama berkata, "Maksudnya dalam mendidik dan mengajari
mer€ka."
Dalam kitab Sunan-nya lbnu Majah menyebutkan sebuah riwayat dari
Jarir ibn AMullah al-Bajali, dia berkata: Ketika kami sedang dudukduduk
bersama keluarga (si mayat), waktu itu dabuat makanan dalam acara
berkabung.
Menurut Syuja' ibn Makhlad mereka menganggap sanadnya shahih.
Al-Khara'iti mengatakan dari Hilal ibn Khabbab, bahwa makanan
yang dibuat karena kematian merupakan