sakit jiwa 3
p asien minum obat sesuai terapi dokter tekankan pada prinsip benar dosis
obatnya
6. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Penyalahgunaan Zat
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat memerlukan
perhatian dankewaspadaan perawat. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk
mengevaluasi hasil campurtangan pada pasien dengan penyalahgunaan zat.
a. Apakahpasien telah mencapai tujuan yang telah ditentukan ?
b. Dapatkahpasien berkomunikasi secara efektif tanpa harus membela diri ?
c. Apakah pasien melakukan aktifitas sehari-hari tanpa memakai obat ?
d. d.Apakah pasien terlibat secara aktif pada berbagai kegiatan sosial luar ?
e. Apakah pasienmampu memanfaatkan sumber internal secara konsisten agar dapat
produktif ditempat bekerja dan terlibat dalam hubungan interpersonal yang berarti
Topik 2
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ansietas
Pada saat Anda merawat pasien cenderung pasien Anda mengeluh dada berdebar debar, keluar keringat dingin, tidak dapat tidur dan mengatakan tidak napsu makan. Pada
saat pemeriksaan fisik Anda memperoleh tanda-tanda vital meningkat. Melihat kondisi
demikian tentu Anda dapat menyimpulkan bahwa pasien Anda pasti sedang mengalami
ansietas. kemudian tentu Anda berfikir apa yang harus saya lakukan untuk membantu
pasien saya agar ansietasnya menurun?
A. KONSEP ANSIETAS
1. Pengertian
Banyak ahli mengartikan mengenai ansietas. Berikut ini adalah salah satu arti
dari ansietas seperti pengertian ansietas dari Stuart dan Laraia [ 2005] yang mengatakan
bahwa ansietas memiliki nilai yang positif. Karenadengan ansisetas maka faktor positif
pasien berkembang karena adasikap konfrontasi [ pertentangan] , antisipasi yang tinggi,
pemakaian pengetahuan dan sikap pada pengalaman mengatasi kecemasan. namun
pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan pasien.
arti lain tentang ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang ditambah suatu tanggapans. cenderung sumber
perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh pasien.Ansietas
dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang
dipicu oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal yang
menyadarkan/memperingatkan akan adabahaya yang akan datang dan membantu
pasien untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman.
2. Tanda dan Gejala Ansietas
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung
b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang
d. Mengalami gangguan pola tidur dan ditambah mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsensstrasi dan daya ingat
f. adakeluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang belakang, pendengaran
yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas, mengalami gangguan pencernaan
berkemih atau sakit kepala 3. Tingkatan Ansietas
Stuart dan Laraia [ 2005] , membagi ansietas terbagi dalam beberapa tingkatan. yaitu :
a. Ansietas ringan. Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan memicu pasien menjadi waspada dan memperluas
pAndangan anggapan. Ansietas ringan memiliki faktor positif yaitu memotivasi pasien
untuk belajar dan menghasilkan dan meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas.
tanggapan dari ansietas ringan adalah
1] tanggapan fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang
yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar. Pasien mengalami ketegangan
otot ringan
2] tanggapan kognitif meliputi koping anggapan luas, mampu menerima rangsang yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah.
3] tanggapan tingkahlaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada
lengan, dan suara kadang meninggi.
b. Ansietas sedang. Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan pasien untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
pasien mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah.Manifestasi yang muncul pada ansietas sedang antara lain:
1] tanggapan fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare atau
konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.
2] tanggapan kognitif
tanggapan pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada
apa yang menjadi perhatian dan bingung.
3] tanggapan tingkahlaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman.
c. Ansietas Berat. Pada ansietas berat pasien lapangan anggapan pasien menyempit.
pasien cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak
dapat berfikir tentang hal lain. Semua tingkahlaku pasien hanya ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Pasien tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas berat antara
lain:
1] tanggapan fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, dan ketegangan.
2] tanggapan kognitif
Lapang anggapan sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
3] tanggapan tingkahlaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan
interpersonal.d. Tingkat Panik. tingkahlaku yang tampak pada pasien dengan ansietas tingkat panik adalah
pasien tampakketakutan dan mengatakan mengalami teror, tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan dan disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatan kegiatan motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain, anggapan menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. Manifestasi yang muncul
terdiri dari:
1] tanggapan fisiologis
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan
koordinasi motorik rendah.
2] Lapang kognitif
Lapang anggapan sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis.
3] tanggapan tingkahlaku dan emosi
Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak- teriak, menarik diri
dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan anggapan
kacau.
4. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia [ 20050] ada beberapa teori yang dapat mengatakan
terjadinya ansietas, diantaranya:
a. Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam
mekanisme biologis munculnya ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas
mungkin ditambah dengan gangguan fisik dan kemudian menurunkan kapasitas
pasien untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Psikologis
1] PAndangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedang superego mencerminkan hati nurani pasien yang
dikendalikan oleh norma-norma budaya pasien. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas
adalah mengingatkan ego bahwa akan bahaya.
2] PAndangan Interpersonal, Ansietas muncul dari perasaan takut pada
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari lingkungan maupun
orang yang berarti bagi pasien,. pasien dengan harga diri rendah sangat mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3] Pandangan tingkahlaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan pasien untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar tingkahlaku menganggap ansietas sebagai dorongan belajar dari
dalam diri unntuk menghindari kepedihan. pasien yang sejak kecil terbiasa
menghadapi ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan kemudian dibandingkan dengan pasien yang jarang menghadapi
ketakutan dalam kehidupannya.
c. Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh pada terjadinya ansietas.
1. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Ancaman pada integritas pasien seperti ketidakmampuan atau penurunan
fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu pasien untuk melakukan kegiatan
hidup sehari-hari
b. Ancaman pada sistem diri pasien. Ancaman ini akan memicu gangguan
pada identitas diiri, harga diri, dan fungsi sosial pasien.
2. Sumber Koping
Dalam menghadapi ansietas, pasien akan memanfaatkan dan memakai berbagai
sumber koping di lingkungan.
3. Mekanisme Koping
Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat mekanisme koping yang
dipakai terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu ;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan realistik yang bertujuan untuk menurunkan situasi stres, contoh
1] tingkahlaku menyerang [ agresif] .
dipakai pasien untuk mengatasi rintangan agar terpenuhinya kebutuhan.
2] tingkahlaku menarik diri.
Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun
secara psikologis.
3] tingkahlaku kompromi.
Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego. bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan penipuan diri,
distorsi realitas dan bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan Ego yang dipakai
adalah:
1] Kompensasi.Adalah proses dimana pasien memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2] Penyangkalan [ Denial] .Menyatakan ketidaksetujuan pada realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif. 3] Pemindahan [ Displacemen] .Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada
pasien/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam
pada dirinya.
4] Disosiasi.Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
5] Identifikasi [ Identification] .Proses dimana pasien mencoba menjadi orang
yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera
orang tersebut.
6] Intelektualisasi [ Intelektualization] .pemakaian logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7] Introjeksi [ Intrijection] .Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar [ pembentukan superego]
8] Fiksasi.Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu faktor tertentu [ emosi
atau tingkah laku atau pikiran] s ehingga perkembangan kemudian terhalang.
9] Proyeksi.Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10] Rasionalisasi.Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11] Reaksi formasi.Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12] Regressi.Kembali ketingkat perkembangan terdahulu [ tingkah laku yang primitif] ,
contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang,
meraung, dsb.
13] Represi.Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14] Acting Out.Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15] Sublimasi.Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
warga untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
16] Supresi.Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan namun
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran pasien;kadang-kadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.
17] Undoing.Tindakan/tingkahlaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/tingkahlaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitif.
4. Data yang perlu dikaji :
Agar Anda mampu mendiagnosa pasien dengan ansietas. Maka Anda harus melakukan
riset . Berikut adalah data yang harus dikaji pada pasien ansietas. a. tingkahlaku. Ditandai dengan produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak
mata minimal, gelisah, pergerakan berlebihan [ seperti; foot shuffling, pergerakan
lengan/ tangan] , insomnia dan perasaan gelisah.
b. Afektif
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, nyeri dan
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, khawatir,
prihatin dan mencemaskan
c. Fisiologis
tanggapan fisiologis pada pasien kecemasan tampak dengan adasuara bergetar,
gemetar/ tremor tangan atau bergoyang-goyang.refleks-refleks meningkatEksitasi
kardiovaskuler seperti peluh meningkat, wajah tegang, mual, jantung berdebar-debar,
mulut kering, kelemahan, sukar bernafas vasokonstriksi ekstremitas,
kedutanmeningkat, nadi meningkat dan dilatasi pupil.
sedang tingkahlaku pasien akibat tanggapan fisiologis pada sistem parasimpatis yaitu
sering berkemih, nyeri abdomen dan gangguan tidur. perasaan geli pada ekstremitas,
diarhea, keragu-raguan,kelelahan, bradicardia,tekanan darah menurun, mual,
keseringan berkemih pingsan dan tekanan darah meningkat.
d. Kognitif
tanggapan kognitif pada pasien ansietas yaitu hambatan berfikir, bingung, pelupa,
konsentrasi menurun, lapang anggapan menurun, Takut pada sesuatu yang tidak
khas, cenderung menyalahkan orang lain., sukar berkonsentrasi, Kemampuan
berkurang untuk memecahkan masalah dan belajar.
5. Faktor yang Mempengaruhi Ansietas
Ansietas dapat dipicu karena pasien terpapar zat bebahaya/racun [ toksin] ,
konflik tidak disadari tentang tujuan hidup, hambatan hubungan dengan kekeluargaan/
keturunan, adakebutuhan yang tidak terpenuhi, gangguan dalam hubungan
interpersonal, krisis situasional/ maturasi, ancaman kematian, ancaman pada konsep
diri, stress, penyalahgunaan zat, perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, perubahan lingkungan dan perubahan status ekonomi. [ NANDA
2005]
B. PROSES KEPERAWATAN ANSIETAS
1. riset
riset pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan pengamatan kepada
pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara, melalui bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui fikiran ibu sesudah operasi ?
b. Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan masalah yang
dialami terutama sesudah operasi
c. Apakah ada kelurhan lain yang dirasakan
d. Apakah keluhan tersebut menganggu aktifitas atau kegiatan sehari-hari
Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui pengamatan adalah sebagai
berikut:Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit, perubahan tAnda tanda vital [ nadi dan tekanan darah naik] , tampak sering nafas pendek, gerakan tersentak –
sentak, meremas-remas tangan dan tampak bicara banyak dan lebih cepat.
Tabel 2.1
Format riset data dan Masalah
No Data Masalah
1 Subjektif :
Objektif :
- Pasien merasa tegang dalam
melakukan kegiatan sehari hari
- Tampak motivasi dan
kreatifitas meningkat
- Tampak terpacu untuk
menyelesaikan masalah
Kecemasan
ringan
2 Subjektif :
Objektif :
- Pasien merasa tidak dapat
memikirkan hal lain, selain
dirinya
- Pasien mengatakan minta
tolong untuk menyelesaikan
masalahnya.
- Perlu pengarahan untuk
melakukan tugas yang lain
Kecemasan Berat
2. Diagnosa Keperawatan:Ansietas
3. Pohon Masalah
sesudah Anda melakukan riset dan mengelompokkan data pada pasien ansietas
kemudian buatlah pohon masalah. Pohon masalah akan membantu dan mempermudah
Anda untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Harga Diri Rendah
Gangguan Citra Tubuh
Ansietas [ Core problem]
Koping pasien Tak efektif
Kurang Pengetahuan Perubahan fisik/Operasi/Stressor Fisik
Gambar 2.2.
Pohon Masalah pada Pasien Ansietas
4. Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Tindakan Keperawatan
1] pasien dapat mengenal ansietas
2] pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
3] pasien dapat memperagakan dan memakai latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas.
4] Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
b. Tindakan Keperawatan :
1] Membina hubungan saling percaya
2] Membantu pasien mengenal ansietas
3] Mengajarkan teknik nafas dalam
a] Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah juga dapat menurunkan tingkat kecemasan
[ Smeltzer & Bare, 2002] . b] Tujuan
Smeltzer & Bare [ 2002] menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas untuk
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan.
c] Prosedur teknik relaksasi napas d
[ 1] Ciptakan lingkungan yang tenang
[ 2] Usahakan tetap rileks dan tenang
[ 3] Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
[ 4] Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
[ 5] Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
[ 6] Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
[ 7] Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
[ 8] Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
[ 9] Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman
[ 10] Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang
4] Mengajarkan relaksasi otot
a] Identifikasi tingkat cemas
b] Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien.
c] Ruang yang sejuk, tidak gaduh dan alami
d] Siapkan tempat tidur atau kursi yang dapat menopang bahu pasien
[ 1] Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan
[ 2] Pasien berbaring atau duduk bersAndar [ ada sAndaran untuk kaki dan
bahu]
[ 3] Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung dan
dihembuskan melalui mulut
[ 4] Bersama pasien mengidentifikasi [ pasien dianjurkan dan dibimbing untuk
mengidentifikasi] daerah-daerah ototyang sering tegang contoh dahi,
tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis
[ 5] Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai
7detik, kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20 sampai 30
detik.
[ 6] Kencangkan dahi [ kerutkan dahi keatas] selama 5-7 detik,kemudian
relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya.
[ 7] Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian relakskan 20-30
detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah
mengalir secara lancar.
[ 8] Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7 detik,
kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan
rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
[ 9] Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik,
kemudian relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan rileksnya
dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
[ 10] Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan
selama relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot.
5] Melatih pasien prosedure hipnosis 5 jari
a] Atur posisi pasien senyaman mungkin
b] Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3 kali.
Minta pasien untuk relaks
c] Minta pasien untuk menautkan ibu jaridengan jari telunjuk, dan minta pasiun
untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat
d] Tautkan ibu jqri dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika
memperoleh hadiah atau barang yang sangat disukai
e] Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di tempat
yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia
f] Tautkan ibu jari dengan jari kelingkng, bayangkan ketika Anda mendapat suatu
penghargaan
g] Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali
h] Buka mata kembali.
6] Memasukan kejadwal kegiatan harian pasien
5. Evaluasi
a. Pasien dapat mengenal ansietas
b. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi:tarik nafas dalam dan
distraksi lima jari
c. Pasien dapat memperagakan dan memakai latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas.
d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
6. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan
yang meliputi dokumentasi riset , pemeriksaan keperawatan, perencanaan, implementasi
tindakan keperawatan, dan evaluasi.Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan
pada pasien dengan ansietas. Tabel 2.2
Contoh Pendokumentasian pada Pasien Ansietas
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl ..........bulan..... tahun.....pkl.......
Data:
Data pasien dan kemampuan
• Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan
sering terbangun pada malam hari dan
sering mimpi buruk
• Pasien mengatakan sering berdebar debar, sesak napas tangan dan kaki
dingin bila memikirkan masalahnya
• Kemampuan pasien
• Pasien mengatakan bila berdebar2 tarik
napas panjang dan berdoa
• Bila sulit tidur pasien mengatakan
membayangkan hal-hal yang indah dan
mambaca buku
• Pasien mampu mendemonstrasikan
cara tarik napas dalam dengan benar
Data keluarga dan kemampuan
• Keluarga mengatakan sudah
mengetahui menurunkan atau
menghilangkan ansietas
• Keluarga telah mengetahui cara
merawat pasien dengan ansietas
• Kelurga memantau pasien minum obat
DK:
ansietas
campurtangan:
Tindakan ke pasien
1. Evaluasi kegiatan pasien dalam
menurunkan ansietas dengan tarik
napas dalam dan berdoa.
2. Beri pujian
3. Latih satu cara untuk yaitu bercakap cakap dengan orang lain seperti keluarga
4. Memasukkan pada jadwali kegiatan
untuk latihan bercakap-cakap dengan
orang lain/keluarga
5. Mengevaluasi tanda dan gejala ansietas
Tindakan ke keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membantu menurunkan tingkat ansietas
S :Pasien
• Pasien melatih tarik napas dalam 3
kali sehari
• Membiasakan berdoa dan cara
spiritual lain
• Mengajak anggota keluarga yang lain
untuk bercakap-cakap bila pasien
sendirian
S : keluarga
• Keluarga mengatakan anaknya sudah
tneang dan dapat melakukan kegiatan
sesuai jadwal
• Keluarga mengatakan senang dapat
membimbing dan merawat anaknya
• Keluarga mengatakan akan terus
memotivasi anaknya untuk melakukan
sesuai jadwal
O: Pasien
• Pasien koopertif, tampak tenang,
ansietas berkurang.
O: keluarga
• Keluarga tampak melatih dan
membimbing pasien dalam
menurunkan tingkat ansietas
• Keluarga kooperatif
A:
Berdoa, tarik napas dalam dan
bercakap-cakap mampu menurunkan
ansietas.
P:
P untuk pasien
Pasien berlatih menurunkan tingkat
ansietas dengan tarik napas, secara
spiritual dan afirmasi [ 3 kali per hari]
P . Keluarga
Memotivasi dan membimbing sesuai
dengan jadwal dan minum obat.
IMPLEMENTASI EVALUASI
pasien
2. Beri pujian.
3. Bimbing dan motivasi keluarga untuk
mengajak anggota keluarga yang lain
bercakap-cakap dengan pasien jika
melihat klein termenung.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwali dan memberikan pujian
RTL:
Pasien
Melakukan latihan menurunkan tingkat
ansietas
Keluarga
Memotivasi dan membimbing pasien
untuk menurunkan ansietas
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
MASALAH PSIKOSOSIAL: GANGGUAN CITRA TUBUH
DAN KEHILANGAN
Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J
PENDAHULUAN
Selamat bertemu kembali, semoga kesuksesan selalu menyertai langkah Anda. Selamat
mempelajari Bab 4 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Psikososial:
Gangguan Citra Tubuh dan Kehilangan. Untuk membantu Anda memahami materi dalam
bab ini pelajarilah ilustrasi berikut ini. Ketika Anda memeriksa pasien di rumah sakit,
puskesmas atau di warga. Anda menemukan pasien yang mengatakan ”saya malu
dengan diri saya suster, karena tangan dan kaki saya tidak dapat dipergunakan lagi, akibat
kecelakaan. Atau pasien yang mengatakan “suster saya merasa tidak percaya diri dengan
diri saya, saya malu bertemu dengan teman-teman saya karena saya telah kehilangan
anggota tubuh yang paling berharga bagi seorang wanita. Bagaimana saya harus kekantor
suster dan bertemu dengan relasi saya bila kondisi saya seperti ini”
Atau pasien yang mengatakan hidup saya tidak berarti lagi suster. Hidup saya hampa
Suster, tanpa keluarga saat ini saya sebatang kara karena seluruh keluarga saya, anak dan
isteri saya meninggal akibat kecelakaan itu Suster. Saya saat ini seperti burung yang hilang
sayapnya satu. Saya tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup ini tanpanya suster”. cenderung
keluhan pasien ditambah dengan perubahan fisiologis seperti tidak bisa tidur dengan nyenyak,
tidak napsu makan, dan lain-lain. Dalam keadaan demikian, pasti Anda sudah dapat
menyimpulkan bahwa pasien Anda mengalami masalah psikososial.Bagus sekali! Anda telah
mampu menpemeriksaan masalah psikososial.
Untuk meningkatkan pemahaman Anda mengenai masalah psikososial. Kita akan
mempelajari asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah psikososial. Agar bab ini
dapat Anda pelajari dengan mudah, maka bab ini dibagi menjadi dua Kegiatan Belajar,
yaitu :
Topik 1: Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Citra Tubuh.
Topik 2: Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kehilangan
Kegiatan belajar 1 bertujuan agar Anda mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan citra tubuh. Secara khusus tujuan pembelajaran ini adalah agar
Anda mampu:
1. mengatakan konsep gangguan citra tubuh
2. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuha. riset pada pasien dengan gangguan citra tubuh
b. Menyusun pemeriksaan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh
c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien gangguan citra tubuh
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien gangguan citra tubuh
e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien gangguan
citra tubuh
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien gangguan citra tubuh
Pada Topik 2 Anda akan mempelajari mengenai asuhan keperawatan pada pasien
dengan kehilangan. Tujuan umum mepelajari materi tersebut adalah agar Anda mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan. sedang secara
khusus tujuan pembelajaran adalah Anda mampu
1. mengatakan konsep kehilangan
2. Melakukan riset pada pasien dengan kehilangan
a. Menyusun pemeriksaan keperawatan pada pasien dengan kehilangan
b. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan kehilangan
c. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien dengan
kehilangan
d. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan kehilangan
Untuk lebih memahami kedua kegiatan belajar diatas, beberapa pertanyaan akan
diajukan untuk Anda jawab segera sesudah selesai mempelajari uraian materinya. Untuk
menilai kemajuan belajar Anda, kerjakan Tes yang ada pada setiap akhir Kegiatan Belajar.
Sebaiknya Anda tidak melihat Kunci Jawaban terlebih dahulu sebelum selesai menjawab
pertanyaan dan tugas.
Waktu untuk menyelesaikan bab ini kurang lebih 2 x 120 menit. Gunakan waktu
tersebut dengan sebaik-baiknya. Anda dinyatakan berhasil apabila memperoleh nilai 80 atau
80% dapat menyelesaikan pertanyaan atau tugas yang diberikan. Saya yakin Anda dapat
memahami bab ini dengan baik asalkan Anda benar benar dengan cermat mempelajarinya.
Topik 1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Citra Tubuh
Pada pasien yang sedang sakit, sedang dirawat baik dalam jangka waktu yang singkat
maupun dalam waktu yang lama atau pasien mengalami kehilangan ukuran, fungsi,
penampilan dari anggota tubuh pada sebahagian orang dapat memicu perasaan
malu dan tidak berharga yang pada akhirnya akan mempengaruhi hubungan dengan orang
lain. Pada kondisi demikian, campurtangan keperawatan harus segera dilakukan apabila tidak,
pasien akan mengalami harga diri rendah situasional maupun kronik.
kemudian tentu Anda berfikir campurtangan apa yang harus saya lakukan agar pasien
dapat menerima kondisinya saat ini dan tidak menjadi pasien dengan harga diri rendah.
Untuk menjawab pertanyaan Anda pelajarilah kegiatan Topik 1 ini dengan sebaik-baiknya.
Karena dengan mempelajari bab ini Anda akan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan mgangguan citra tubuh.
A. arti
Banyak ahli mengartikan mengenai citra tubuh diantaranya menurutStuart &Laraia
[ 2005] bahwa citra tubuh adalah kumpulan dari sikap pasien yang disadari dan tidak
disadari pada tubuhnya. Termasuk dalam hal ini adalah anggapan tentang masa lalu dan
sekarang, dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi diri.Citra tubuh
merupakan salah satu komponen dari konsep diri dimana konsep diri adalah semua pikiran,
keyakinan dan kepercayaan yang membuat pasien mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Pendapat lain mengenai cita tubuh adalah sikap pasien pada tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar termasuk anggapan dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. sedang Keliat. BA [ 1999] ,
mengartikan citra tubuh sebagai sikap, persepi, keyakinan, pengetahuan pasien secara
sadar atau tidak sadar pada tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus [ anting, make-up, kontak
lensa, pakaian, kursi roda] baik masa lalu maupun sekarang.
Anda telah mempelajari berbagai arti dari para ahli mengenai citra tubuh. Nah
sekarang coba Anda Jelaskan kembali pengertian dari citra tubuh dengan memakai
bahasa Anda sendiri.
B. MANIFESTASI KLINIS CITRA TUBUH
Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan tAnda dan
gejala sebagai berikut:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. anggapan negatif pada tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan
C. riset
Untuk mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra
tubuh, langkah pertama yang harus dilakukan adalah riset . Apa yang harus Anda
ketahui dan lakukan pada saat melakukan riset pada pasien dengan gangguan citra
tubuh?. riset pada pasien gangguan citra tubuh dilakukan dengan cara wawancara
dan pengamatan. Berikut ini adalah pengamatan pada saat riset yang harus Anda lakukan.
1. Tanda dan Gejala:
Data obyektif yang dapat dipengamatan:
a. Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi
b. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
c. Menolak melihat bagian tubuh
d. Menolak menyentuh bagian tubuh
e. Aktifitas pergaulan menurun
Data Subyektif :
Data subyektif didapat dari hasil wawancara,pasien dengan gangguan citra tubuh
biasanya mengungkapkan
a. Penolakkan pada :
1] Perubahan anggota tubuh saat ini, contoh tidak puas dengan hasil operasi
2] Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
3] Interaksi dengan orang lain
b. Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
c. Keinginan yang terlalu tinggi pada bagian tubuh yang terganggu
d. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
e. Merasa asing pada bagian tubuh yang hilang
Langkah kemudian yang harus dilakukan sesudah melakukan riset adalah
melakukan pengelompokkan data dan melakukan riset data. Tabel 4.1 dibawah ini
merupakan contoh riset data Tabel 4.1
Analisis data
No Data Masalah
1 Subjektif
Objektif :
- Pasien merasa tidak dapat menerima
keadaan dirinya
- Pasien menolak melihat anggota tubuh
yang berubah
- Pasien menolak penjelasan perubahan
tubuhnya
Gangguan citra
tubuh/gambaran diri
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
sesudah Anda melakukan riset data dan merumuskan masalah langkah kemudian
adalah menegakkan diagnose keperawatan yaitu Gangguan Citra Tubuh
sesudah menetapkan diagnose keperawatan apa langkah kemudian? Membuat pohon
masalah. Gambar dibawah ini merupakan contoh pohon masalah pada gangguan citra
tubuh. Diskusikanlah dengan teman Anda cara membuat pohon masalah pada kasus
gangguan citra tubuh
E. TINDAKAN KEPERAWATAN
Apa langkah kemudian sesudah membuat pohon masalah dan menetapkan masalah
utama pada kasus gangguan citra tubuh? Langkah kemudian sesudah Anda menegakkan
diagnose keperawatan adalah melakukan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan
untuk pasien dengan gangguan citra tubuh bertujuan agar pasien mampu
1. Mengidentifikasi citra tubuhnya
2. Meningkatkan penerimaan pada citra tubuhnya
3. Mengidentifikasi faktor positif diri
4. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
5. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
6. Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan pasien gangguan citra tubuh berhasil,
maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
1. Diskusikan anggapan pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini., perasaan tentang
citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini
2. Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat
dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap
3. Diskusikan faktor positif diri
4. Bantu Pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu [ contoh
memakai anus buatan dari hasil kolostomi]
5. Ajarkan Pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
a. Motivasi Pasien untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada pembentukkan
tubuh yang ideal
b. Gunakan protese, wig [ rambut palsu] ,kosmetik atau yang lainnya sesegera
mungkin,gunakan pakaian yang baru.
c. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
d. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
a. Susun jadual kegiatan sehari-hari
b. Motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan terlibat dalam kegiatan
keluarga dan pergaulan
c. Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau memiliki
peran penting baginya
d. Berikan pujian pada keberhasilan Pasien melakukan interaksi
1. Tindakan pada keluarga
Tujuan umum :Kluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri pasien
Tujuan khusus :
a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh b. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.
c. Keluarga mengetahui cara mengatasi.masalah gangguan citra tubuh
d. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
e. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien dan memberikan pujian
ataskeberhasilannya..
2. Tindakan Keperawatan
a. Jelaskan dengan keluarga tentanggangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
b. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
c. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
d. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
e. Menfasilitasi interaksi dirumah.
f. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
g. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
sesudah melakukan tindakan keperawatan. Langkah kemudian adalah melakukan
evaluasi keperawatan. Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
citra tubuh tampak dari kemampuan pasien untuk
a. Mengungkapkan anggapan tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini.
b. Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya
saat ini
c. Meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh
secara bertahap
d. Mendiskusikan faktor positif diri
e. Pasien meminta untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu [ contoh
memakai anus buatan dari hasil kolostomi]
G. PENDOKUMENTASIAN
Langkah terakhir dari asuhan keperawatan adalah melakukan dokumentasi asuhan
keperawatan. Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi
dokumentasi riset , pemeriksaan keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
Topik 2
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehilangan
cenderung Anda mendengar pasien mengatakan saya merasa sendiri didunia ini suster
saya tidak mampu berbuat apa-apa suster. Saya telah gagal suster karena kecacatan ini.
bagaimana saya harus melanjutkan hidup ini suster. Bila Anda menemukan kasus diatas,
diagnosa apa yang terlintas dalam benak Anda, benar sekali pasien Anda mengalami
kehilangan. sesudah Anda mengetahui pemeriksaan pasien, tentu Anda harus melakukan
campurtangan keperawatan agar pasien Anda mengetahui cara-cara untuk mengatasi
kehilangan. Tapi bagaimana saya harus melakukan campurtangan keperawatan sementara saya
belum memiliki pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien kehilangan? Untuk
menjawab pertanyaan Anda pelajarilah Topik 2 ini dengan sebaik-baiknya. Saya yakin Anda
mampu mempelajarinya dengan baik, karena materi kegiatan belajar ini sangat lengkap
sehingga mampu membantu Anda untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien
kehilangan. Selamat belajar sukses untuk Anda.
A. KONSEP KEHILANGAN
1. arti
Lambert& Lambert mengatakan bahwa: kehilangan adalah suatu keadaan pasien
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap pasien selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali walaupun dalam
bentuk berbeda.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
a. Arti dari kehilangan
b. Sosial budaya
c. kepercayaan / spiritual
d. Peran seks/jenis kelamin
e. Status pergaulan ekonomi
f. kondisi fisik dan psikologi pasien.
3. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Kehilangan aktual atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau diidentifikasi
oleh orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh sebahagian, amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
b. Kehilangan anggapan. Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh pasien dan sulit untuk
dapat dibuktikan, contoh; pasien yang berhenti bekerja / PHK, memicu
perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun. 4. Jenis-jenis Kehilangan
ada 5 jenis kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan pasien pasien yang dicintai, dan sangat bermakna atau orang yang
berarti merupakana salah satu jenis kehilangan yang paling mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan. Kematian akan berdampak memicu kehilangan bagi orang yang
dicintai. Karena hilangnya keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau
jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak
emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri [ loss of self] Bentuk lain dari kehilangan adalah
kehilangan diri atau anggapan tentang mental pasien. Kehilangan ini meliputi
kehilangan perasaan pada keatraktifan, diri sendiri, kehilangan kemampuan fisik
dan mental, dan kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
Kehilangan dari faktor diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau
seluruhnya. Beberapa faktor lain yang dapat hilang dari pasien contoh kehilangan
pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek luar Kehilangan objek luar contoh kehilangan benda milik
sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan pasien pada benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya
pasien dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang
keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara menetap. contoh pindah
kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal pasien dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan tanggapan pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada
kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang menanggapi berbeda tentang kematian.
5. Rentang tanggapan Kehilangan
Denial —–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi —— > Acceptance
a. tahap denial
• Merupakan reaksi pertama pada tahap ini adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
• Ungkapan verbal pada tahap ini biasanya pasien mengatakan itu tidak mungkin,
― saya Sdak percaya itu terjadi .
• Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
b. tahap anger / marah
• pasien mulaimenyadari akan kenyataan yang terjadi
• Tibul tanggapan marah diproyeksikan pada orang lain
• Reaksi fisik yang muncul adalah; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal, dan tingkahlaku agresif.
c. tahap bergaining / tawar- menawar.
• Ungkapan secara verbal pada tahap ini adalah; kenapa harus terjadi pada saya ? ,
kalau saja yang sakit bukan saya,seAndainya saya hati-hati .
d. tahap depresi
• Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
• Gejalapada tahap ini pasien menolak makan, mengeluh suslit tidur, letih,
dorongan libido menurun. 5
e. tahap acceptance
• Pikiran pada objek yang hilang mulai berkurang.
• Ungkapan verbal pada tahap ini adalah” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus operasi”
6. Tanda dan Gejala
Gejala yang muncul pada pasien dengan kehilangan antara lain:
a. Adaptasi pada kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien kehilangan antara lain:
a. Isolasi sosial atau menarik diri
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan sesudah kehilangan
B. KONSEP BERDUKA
1. Pengertian
Berduka merupakan tanggapan emosi pada kehilangan yangdimanifestasikan dengan
adaperasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka
merupakan tanggapan normal yang terjadi pada semua kejadian kehilangan. NANDA membagi
menjadi dua tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka
diantisipasi merupakan suatu status pengalaman pasien dalam metanggapan kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan pasien, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal. sedang berduka disfungsional adalah suatu status pasien dalam metanggapan
suatu kehilangan dimana tanggapan kehilangan dibesar-besarkan padaa saat pasien
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan. 2. Teori dan Proses Berduka
Belum ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep
dan teori berduka hanyalah salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengantisipasi
kebutuhan emosional pasien dan keluarganya dan juga rencana campurtangan yang bertujuan
untuk membantu pasien dalam memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran
perawat pada proses ini adalah memperoleh gambaran tentang tingkahlaku berduka,
mengenali pengaruh berduka pada tingkahlaku dan memberikan dukungan dalam bentuk
empati.
Proses berduka menurut Engel [ 1964] memiliki beberapa tahap yang dapat
a. tahap I [ shock dan tidak percaya]
pasien yang berada pada tahap ini cenderung menolak menerima kenyataan akan
kehilangan yang dialami. pasien mungkin menarik diri dari lingkungan sekitar, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi fisik yang muncul pada tahap ini adalah pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan.
b. tahap II [ berkembangnya kesadaran]
pasien mulai merasakan adakehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa,marahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan
jiwa tiba-tiba terjadi.
c. tahap III [ restitusi]
pasien berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, pada tahap ini pasien kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari pasien yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
pasien.
d. tahap IV indiduvu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan
pada almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu pada almarhum.
e. tahap V Kehilangan yang tak dapat dihindari. Pada tahap ini pasien harus mulai
menyadari arti kehilangan. Sehingga pada tahap ini diharapkan pasien sudah dapat
menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA
1. riset
Hasil riset diperoleh data yaitu:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menuruf. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. adaperubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat kegiatan
2. riset Data dan Rumusan Masalah
Anda tentunya masih ingat bagaimana cara melakukan analisis data dan merusmuskan
masalah!. sesudah data dikumpulkan Anda dapat langsung mengelompokkan data [ subyektif
dan obyektif] dan merumuskan masalah keperawatan.
Tabel 4.2
Analisis Data dan Masalah Keperawatan
No Data Masalah
1 Subjektif :
Objektif :
- Pasien merasatidak bisa
melupakan kehilangan
suaminya akibat tsunami
- Pasien terus menangis /
mengingat suaminya
- Pasien marah-marah
- TD : 130/90 mmHg, P: 20
x/menit, N: 90 x/menit
Kehilangan
3. Menegakkan Diagnosa Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan Anda dapat melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menyimpulkan core problem [ masalah utama] merupakan prioritas masalah dari
beberapa masalah yang dimiliki pasien.
b. Menghubungkan core problem sesuai dengan masalah lain dan sesuai dengan daftar
masalah.
c. Menegakkan diagnosa keperawatan jiwa berdasar prioritas
d. Menyusun diagnosa berdasar prioritas diagnosa dengan ”core problem ” sebagai
etiologinya.
sesudah Anda memahami contoh analisis data dan masalah di atas, kemudian Anda
dapat membuat daftar masalah keperawatan jiwa sesuai dengan riset . Langkah
berikutnya adalah membuat pohon masalah. Untuk dapat membuat pohon masalah. Anda
dapat mempelajari kembali bab proses keperawatan jiwa. Saya yakin, Anda sudah memahaminya dan dapat membuat pohon masalah dimaksud. Mari kita segarkan ingatan
kita kembali tentang cara membuat pohon masalah dengan memperhatikan kembali contoh
di bawah ini.
4. Tindakan Keperawatan
Langkah kemudian sesudah Anda menegakkan diagnose keperawatan dan
menentukan masalah utama pada kasus kehilangan adalah melakukan tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien
mampu:
a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
c. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya
d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
e. Memanfaatkan faktor pendukung
sedang tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien agar tujuan
berhasil adalah:
a. Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
b. Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini [ kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan
spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan hubungan antara
kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi] .
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
1] Cara verbal [ mengungkapkan perasaan] 2] Cara fisik [ memberi kesempatan kegiatan fisik]
3] Cara sosial [ sharing melalui kelompok]
4] Cara spiritual [ berdoa, berserah diri]
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling
memberikan pengalaman dengan seksama.
e. Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas
Tindakan keperawatan untuk keluarga:
Tindakan keperawatan pada keluarga pada keluarga bertujuan agar keluarga
mampu:
a. Mengenal masalah kehilangan dan berduka.
b. Memahami cara merawat Pasien berduka berkepanjangan.
c. Mempraktikkan cara merawat Pasien berduka disfungsional
d. Memanfaatkan sumber yang tersedia di warga
sedang tindakan keperawatan yang dilakukan agar tujuan keperawatan berhasil
adalah:
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan dampaknya
pada Pasien.
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh Pasien
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat Pasien dengan berduka disfungsional
d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan oleh
keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh Pasien
5. Evaluasi
Coba Anda fikirkan apa langkah kemudian sesudah tindakan keperawatan? benar
melakukan evaluasi. Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari kemampuan pasien
untuk
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
c. Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya
d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
e. Memanfaatkan faktor pendukung
6. Kriteria Pasien Pulang
Berikut ini adalah kriteria yang dipakai untuk menentukan pasien pulang, yaitu .
a. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang
normal dan tingkahlaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap. b. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan
mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan
secara jujur.
c. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan tingkahlaku-tingkahlaku yang
berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan
aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
7. Dokumentasi
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan
yang meliputi dokumentasi riset , pemeriksaan keperawatan, perencanaan, implementasi
tindakan keperawatan, dan evaluasi
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN JIWA :
HARGA DIRI RENDAH DAN ISOLASI SOSIAL
Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J
PENDAHULUAN
Salam sejahtera, selamat berjumpa kembali dengan modul keperawatan jiwa. Penulis
yakin Anda akan dapat dengan mudah mempelajari modul ini. Karena materi dalam modul
ini dibuat sangat terperinci dan sistematis. memakai Bahasa Indonesia yang mudah
dimengerti dan dilengkapi dengan berbagai contoh yang ada dilingkungan sekitar Anda
sehingga Anda dapat belajar secara nyata. Modul ini berisikan dua kegiatan belajar yaitu
Topik 1 : Asuhan keperawaatan pada pasiendengan harga diri rendah
Topik 2 : Asuhan keperawatan pada pasiendengan isolasi sosial.
cenderung Anda mendengar pasiendi rumah sakit jiwa yang selalu mengatakan ”suster
seluruh keluarga saya sukses, hanya saya yang tidak sukses karena saya adalah orang paling
bodoh dirumah” atau pasienmengatakan “tidak ada satupun hal dalam diri saya yang dapat
dibanggakan”. Bila Anda perhatikan, pada saat mengungkapkan kata-kata tersebut
pasienselalu menunduk, tidak mau menatap lawan bicara, kontak mata minimal. Nada suara
terdengar lirih, pelan dan nyaris tidak terdegar. Hasil riset menunjukkan pasiensering
kali tidak mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar, lebih banyak menyendiri dan tidak
mau bergaul dengan orang lain. Tidak mau mengikuti kegiatan dilingkungan dan bahkan
hanya duduk merenung sepanjang hari di sudut ruangan. Kondisi diatas sangat
mempengaruhi produktivitas karena pasienterlalu sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak
mau melakukan kegiatan apapun sehingga pasienmenjadi beban bagi keluarga dan
lingkungan.
Tujuan pembelajaran umum pada Topik 1 adalah Anda mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasienharga diri rendah. sedang tujuan khususnya adalah
Anda mampu:
a. mengatakan konsep harga diri rendah.
b. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan harga diri rendah:
1] Melakukan riset harga diri rendah.
2] Menetapkan pemeriksaan keperawatan harga diri rendah.
3] Melakukan tindakan keperawatan kepada pasienharga diri rendah.
4] Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasienharga diri rendah.
5] Mengevaluasi kemampuan pasiendan keluarga dalam merawat pasienharga diri
rendah.6] Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasienharga diri rendah.
Untuk membantu Anda memahami Topik 2, penulis akan memberikan ilustrasi sebagai
berikut: sebagai mahluk sosial, setiap manusia memiliki kebutuhan akan dihargai, dicintai,
dimengerti, dan diterima oleh lingkungannya. Kebutuhan ini akan terpenuhi jika manusia
melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Pasien isolasi sosial
mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga pasien memerlukan
bantuan dari tenaga kesehatan khususnya perawat agar mampu melakukan interaksi dengan
orang lain dan lingkungan yang pada akhirnya kebutuhan sebagai mahluk sosial terpenuhi.
Topik 2 ini, akan membahas asuhan keperawatan pada pasienisolasi sosial. Tujuan
pembelajaran ini adalah agar Anda mampu memberikan asuhan keperawatan
agarpasienmampu melakukan interaksi sosial orang lain dan lingkungan sekitar selain itu
keluarga memiliki kemampuan merawat pasien isolasi sosial di rumah. sedang tujuan
khusus dari Topik 2 adalah :Anda mampu:
a. mengatakan konsep isolasi pergaulan
b. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan isolasi sosial
1] Melakukan riset isolasi sosial
2] Menyusun pemeriksaan keperawatan isolasi sosial
3] Melakukan tindakan keperawatan kepada pasienisolasi sosial
4] Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasienisolasi sosial
5] Mengevaluasi kemampuan pasiendan keluarga dalam merawat pasienisolasi
sosial
6] Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasienisolasi sosial
Untuk menilai kemampuan Anda jawablah soal yang ada pada akhir modul ini dengan
sebaik-baiknya. Jangan melihat Kunci Jawaban terlebih dahulu sebelum selesai menjawab
pertanyaan dan tugas.Anda dinyatakan lulus bila telah mampumenjawab 80 % [ setara
dengan nilai 80] dari seluruh soal.
Waktu yang dibutuhkan untuk mampu memahami modul ini kurang lebih 2 x 120
menit. Gunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Sukses untuk Anda dan selamat belajar.
Topik 1
Asuhan Keperawatan Pada Pesien Dengan Harga Diri
Rendah
Tentu Anda sering mendengarkan keluhan pasien yang mengatakan saya:“orang bodoh
suster, tidak ada sesuatupun dalam diri saya yang bisa saya banggakan suster, saya orang
paling menderita didunia ini suster”. Bagi Anda yang bekerja di rumah sakit jiwa tentu Anda
telah mengetahui pemeriksaan pasien Anda. namun bagaimana dengan Anda yang tidak bekerja
dirumah sakit jiwa? Tentu Anda bingung apa pemeriksaan pasien saya?Tindakan keperawatan
apa yang harus saya lakukan? Untuk membantu Anda memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan harga diri rendah pelajarilah Topik 1 ini dengan baik.
A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian
Tahukah Anda apakah arti harga diri rendah? Benar sekali!! Untuk menambah
pengetahuan Anda marilah kita mempelajari mengenai pengertian harga diri rendah. Banyak
ahli mengartikan mengenai harga diri rendah. Menurut NAnda [ 2005] ,harga diri rendah
adalah berkembangnya anggapan diri yang negatif dalam menanggapi pada situasi yang
sedang terjadi. Sedangkam menurut CMHN [ 2006] , harga diri rendah adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
pada diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana
pasien menilai dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap
dirinya sebagai pasien yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri.
Herdman [ 2012] , mengatakan bahwa, harga diri rendah kronik merupakan evaluasi
diri negatif yang berkepanjangan/ perasaan tentang diri atau kemampuan diri Harga diri
rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat
memicu berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa.
berdasar pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa: harga diri rendah
dikarenakan penilaian internal maupun penilaian luar yang negatif. Penilaian internal
merupakan penilaian dari pasien itu sendiri, sedang penilaian luar merupakan
penilaian dari luar diri pasien [ seperti orang tua, teman saudara dan lingkungan] yang
sangat mempengaruhi penilaian pasien pada dirinya.
2. Proses Terjadinya Masalah
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia [ 2008] dalam
konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi yang memicu munculnya harga diri rendah meliputi:
1] Biologis Faktor heriditer [ keturunan] seperti adariwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adariwayat penyakit kronis atau
trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan
jiwa,
2] Psikologis
Masalah psikologis yang dapat memicu munculnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan
orang terdekat dan harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang
memiliki tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi
pada orang lain merupakan faktor lain yang memicu gangguan jiwa. Selain
itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif pada
gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri
yang tidak realistis.
3] Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat memicu harga diri rendah adalah
adapenilaian negatif dari lingkungan pada pasien, sosial ekonomi rendah,
pendidikan yang rendah dan adariwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak.
b. FaktorPresipitasi
Faktor presipitasi yang memicu harga diri rendah antara lain:
1] Riwayat trauma seperti adapenganiayaan seksual dan pengalaman psikologis
yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban maupun saksi dari tingkahlaku kekerasan.
2] Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat dipicu karena
a] Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari