Yohanes 1-16 5
, maupun desuper – dari atas.
1. Kita harus lahir baru, begitulah kata ini diartikan
(Gal. 4:9), dan ab initio – dari asal mulanya (Luk.
1:3). Melalui kelahiran pertama kita menjadi cemar,
kita dibentuk dalam dosa dan kejahatan. Oleh kare-
na itu, kita harus mengalami kelahiran kedua, jiwa
kita harus dibentuk dan dihidupkan kembali menjadi
baru.
2. Kita harus dilahirkan dari atas, begitulah kata yang
dipakai oleh penulis Injil ini (3:31; 19:1), dan saya
melihat arti ini sebagai apa yang terutama dimak-
sudkan di sini, tanpa mengesampingkan arti yang
lain, sebab dilahirkan dari atas mengandaikan dila-
hirkan kembali. Kelahiran baru ini bermula dari
sorga (1:13) dan menuju ke sorga. Ini berarti bahwa
kita dilahirkan ke dalam kehidupan yang ilahi dan
sorgawi, kehidupan dalam persekutuan dengan
Tuhan dan dengan dunia atas, dan untuk melakukan-
nya, kita harus mengambil kodrat ilahi dan memakai
rupa dari yang sorgawi.
[2] Keharusan syarat ini tanpa perkecualian: “Jika seorang
(siapa saja yang berkodrat manusiawi, dan yang sebab -
nya ikut ambil bagian dalam kejahatan-kejahatannya)
tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan
Tuhan , Kerajaan Mesias yang dimulai di dalam anugerah
dan yang disempurnakan di dalam kemuliaan.” Jika kita
tidak dilahirkan dari atas, kita tidak dapat melihatnya.
Maksudnya, pertama, kita tidak dapat mengerti sifat ke-
rajaan itu. Demikianlah sifat perkara-perkara mengenai
Kerajaan Tuhan (yang ingin diketahui oleh Nikodemus),
bahwa jiwa harus dibentuk dan disusun kembali, ma-
nusia duniawi harus menjadi manusia rohani, sebelum
ia mampu menerima dan mengerti perkara-perkara
tersebut (1Kor. 2:14). Kedua, jika kita tidak dilahirkan
dari atas, kita tidak dapat menerima penghiburan dari-
nya, tidak dapat mengharapkan keuntungan apa pun
dari Kristus dan Injil-Nya, atau mendapatkan apa pun
darinya. Perhatikanlah, pembaharuan hidup itu mutlak
perlu bagi kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat.
Dengan melihat bagaimana kodrat kita sesungguhnya,
betapa jahat dan berdosanya kita, siapa Tuhan itu, yang
hanya di dalam-Nya kita bisa berbahagia, dan apa sorga
itu, yang di sana kesempurnaan kebahagiaan kita dise-
diakan, maka sudah jelas dengan sendirinya bahwa kita
harus dilahirkan kembali, sebab tidaklah mungkin kita
dapat berbahagia jika kita tidak kudus (1Kor. 6:11-12).
sesudah kebenaran agung mengenai betapa penting-
nya pembaharuan ini dipaparkan dengan sungguh-
sungguh,
a. Nikodemus mengajukan keberatan terhadapnya (ay.
4): Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau
ia sudah tua, tua seperti saya, gerōn ōn – menjadi
seorang yang tua? Dapatkah ia masuk sekali lagi ke
dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?
Dalam hal ini tampaklah:
(a) Kelemahannya dalam hal pengetahuan. Apa yang
dikatakan Kristus secara rohani tampak dimeng-
ertinya secara kedagingan, seolah-olah tidak ada
cara lain untuk memperbaharui dan membentuk
kembali jiwa yang kekal selain dengan membuat
kerangka tubuh yang baru dan membawanya
kembali ke dalam bukit batu yang darinya ia di-
gali, seolah-olah ada suatu hubungan antara jiwa
dan tubuh yang sedemikian rupa sehingga tidak
ada cara lain untuk membentuk hati yang baru
selain dengan membentuk tulang yang baru.
Nikodemus, seperti orang-orang Yahudi lain, ten-
tu menilai tinggi dirinya berdasarkan kelahiran
pertamanya, dengan segala martabat dan hak-
hak istimewa yang diperoleh dari kelahiran itu,
berdasarkan tempat kelahirannya, yaitu Tanah
Suci, atau mungkin juga kota suci, dan berdasar-
kan siapa nenek moyangnya, seperti yang bisa
saja diagung-agungkan oleh Paulus (Flp. 3:5).
Oleh sebab itu, ia sangat terkejut mendengar
masalah dilahirkan kembali ini. Mungkinkah ada
kelahiran yang lebih baik selain dibandingkan dilahir-
kan dan dibesarkan sebagai orang Israel? Apakah
ada kelahiran lain lagi yang bisa membuatnya
memperoleh tempat di dalam Kerajaan Mesias?
Mereka memang memandang orang-orang bu-
kan-Yahudi yang memeluk agama Yahudi sebagai
orang yang dilahirkan kembali atau dilahirkan
baru, namun mereka tidak dapat membayangkan
bagaimana seorang Yahudi sendiri, seorang Fa-
risi, dapat menjadi lebih baik dengan dilahirkan
kembali. Oleh sebab itu, pikirnya, jika ia harus
dilahirkan kembali, maka ia haruslah dilahirkan
dari wanita yang melahirkannya pertama
kali. Orang yang sangat bangga dengan kelahiran
pertamanya sangat kecil kemungkinannya untuk
mengalami kelahiran baru.
(b) Kesediaannya untuk diajar. Ia tidak berbalik dan
menolak Kristus sebab perkataan-Nya yang ke-
ras itu, namun dengan jujur mengakui ketidak-
tahuannya, yang menyiratkan suatu keinginan
untuk mengetahui dengan lebih baik lagi. sebab
itu, dibandingkan beranggapan bahwa ia memiliki
anggapan-anggapan tertentu yang sangat men-
jijikkan mengenai kelahiran baru yang dibicara-
kan Kristus ini, saya lebih memilih untuk menaf-
sirkan pertanyaannya itu sebagai: “Tuhan, buat-
lah saya mengerti akan hal ini, sebab itu meru-
pakan sebuah teka teki bagiku. Aku begitu bodoh
sampai aku tidak tahu bahwa ada cara lain bagi
seseorang untuk dilahirkan selain dari rahim
ibunya.” Apabila kita menjumpai apa yang tidak
jelas dan sulit dimengerti dalam perkara-perkara
mengenai Tuhan , kita harus terus menggunakan
sarana pengetahuan dengan rajin dan rendah
hati, sampai akhirnya Tuhan menyatakan hal itu
kepada kita.
b. Pernyataan ini dimulai dan dijelaskan lebih lanjut
oleh Yesus Tuhan kita (ay. 5-8). Dari keberatan itu,
Ia mengambil kesempatan,
(a) Untuk mengulangi dan menegaskan apa yang
telah dikatakan-Nya (ay. 5): “Sesungguhnya Aku
berkata kepadamu, hal yang sama yang telah
Kukatakan sebelumnya.” Perhatikanlah, firman
Tuhan bukanlah ya dan tidak, melainkan ya dan
amin. Apa yang telah dikatakan-Nya akan tetap
dipegang-Nya dengan teguh, tidak peduli siapa
pun menentangnya. Ia juga tidak akan menarik
kembali perkataan-perkataan-Nya hanya sebab
ketidaktahuan dan kesalahan manusia. Meski-
pun Nikodemus tidak mengerti rahasia pembaha-
ruan jiwa (regenerasi) ini, Kristus tetap menegas-
kan perlunya hal itu sama seperti sebelumnya.
Perhatikanlah, sungguh bodoh jika kita berpikir
bahwa kita dapat menghindari perintah-perintah
Injil dengan alasan bahwa kita tidak bisa mema-
haminya (Rm. 3:3-4).
(b) Untuk menguraikan dan menjelaskan apa yang
telah dikatakan-Nya mengenai pembaharuan jiwa
(regenerasi). Dan untuk menerangkannya lebih
lanjut, Ia menunjukkan:
[a] Pencipta perubahan yang penuh berkat ini,
dan siapa yang mengerjakannya. Dilahirkan
kembali berarti dilahirkan dari Roh (ay. 5-8).
Perubahan itu dikerjakan bukan dengan hik-
mat dan kekuatan kita sendiri, melainkan de-
ngan kuasa dan pengaruh Roh kasih karunia
yang terpuji itu. Itu yaitu pengudusan oleh
Roh (1Ptr. 1:2), pembaharuan yang dikerjakan
oleh Roh Kudus (Tit. 3:5). Firman yang de-
ngannya Ia bekerja yaitu ilham-Nya, dan
hati yang di dalamnya Ia bekerja dapat dima-
suki-Nya.
[b] Sifat perubahan ini, dan apa yang diubahkan.
Yang diubahkan yaitu roh (ay. 6). Orang
yang diperbaharui dibuat menjadi rohani, dan
dimurnikan dari sampah dan ampas hawa
nafsu. Jiwa yang berakal dan kekal kini telah
merebut kembali kuasa dan kepentingan-ke-
pentingannya atas daging, yang memang se-
harusnya dimilikinya. Orang-orang Farisi le-
bih mengutamakan kesucian dan ibadah-iba-
dah lahiriah dalam hidup beragama, dan bagi
mereka, menjadi rohani tentu merupakan
suatu perubahan yang luar biasa besar, sama
besarnya dengan kelahiran baru.
[c] Perlunya perubahan ini. Pertama, Kristus di
sini menunjukkan bahwa hal ini jelas pen-
ting, sebab kita tidak pantas masuk ke dalam
Kerajaan Tuhan sebelum kita dilahirkan kem-
bali: Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu
daging (ay. 6). Penyakit kita, beserta penye-
bab-penyebabnya, sudah begitu parah sehing-
ga jelas bahwa tidak ada yang dapat meng-
obatinya kecuali kita dilahirkan kembali. 1.
Kita di sini diberi tahu siapa sebenarnya kita:
kita yaitu daging, kita tidak hanya bersifat
badaniah namun juga jahat (Kej. 6:3). Hakikat
jiwa kita memang tetap bersifat rohani, namun
jiwa itu begitu melekat dengan daging, begitu
ditawan oleh kehendak daging, dan dengan
demikian mencintai kenikmatan-kenikmatan
daging, dan begitu sering dipakai untuk me-
muaskan kebutuhan-kebutuhan daging, se-
hingga pada umumnya jiwa itu sudah dipan-
dang sebagai daging. Jiwa ini sudah bersifat
kedagingan. Jadi, seperti apa jadinya perse-
kutuan antara Tuhan , yang yaitu Roh, de-
ngan jiwa yang ada dalam keadaan seperti
itu? 2. Bagaimana kita sampai menjadi demi-
kian: sebab dilahirkan dari daging. Kecemar-
an itu merupakan bawaan lahiriah kita, dan
oleh sebab itu kita tidak dapat memiliki
kodrat yang baru kecuali kita dilahirkan kem-
bali. Kodrat yang rusak, yaitu daging, timbul
dari kelahiran kita yang pertama, dan sebab
itu kodrat yang baru, yaitu roh, harus timbul
dari kelahiran kita yang kedua. Nikodemus
berbicara mengenai masuk kembali ke dalam
rahim ibunya, lalu dilahirkan. Akan namun ,
kalaupun ia bisa, untuk apakah itu? Andai-
kata ia dilahirkan dari rahim ibunya seratus
kali pun, hal itu tidak akan dapat memper-
baiki persoalan yang ada, sebab yang dilahir-
kan dari daging tetap yaitu daging, yang
tahir tidaklah bisa dikeluarkan dari yang na-
jis. Ia harus mencari asal mula yang lain, ia
harus dilahirkan dari Roh, kalau tidak, ia
tidak bisa menjadi rohani. Persoalannya se-
cara singkat yaitu seperti ini: meskipun
manusia diciptakan sebagai makhluk yang
terdiri atas tubuh dan jiwa, sisi rohaninya
dulu begitu berkuasa atas sisi jasmaninya,
sehingga ia disebut makhluk yang hidup (Kej.
2:7, KJV: jiwa yang hidup – pen.) Akan namun ,
dengan memanjakan nafsu kedagingan, de-
ngan memakan buah terlarang, ia melacur-
kan kekuasaan jiwa yang benar ini kepada
kelaliman hawa nafsu. Dengan begitu, ia
tidak lagi menjadi jiwa yang hidup, melainkan
daging: engkau debu. Jiwa yang hidup men-
jadi mati dan tidak bisa berbuat apa-apa. De-
mikianlah pada hari ia berdosa ia pasti mati,
dan dengan demikian ia menjadi makhluk
duniawi, yang berasal dari tanah. Dalam ke-
adaan yang sudah merosot ini, ia melahirkan
anak dalam gambar dan rupanya. Ia mene-
ruskan kodrat manusiawi yang sudah meng-
endap utuh dalam dirinya, yang sudah sede-
mikian rusak dan bejat, dan dengan cara
seperti itulah kodrat ini terus-menerus ditu-
runkan. Kecemaran dan dosa sudah terjalin
dalam kodrat kita. Dalam kesalahan kita di-
peranakkan, dan dengan demikian sifat kita
harus diubah. Mengenakan pakaian baru
atau memasang muka baru saja tidaklah cu-
kup, kita harus mengenakan manusia baru,
kita harus menjadi ciptaan-ciptaan baru. Ke-
dua, Kristus membuat perihal kelahiran baru
ini lebih penting lagi, dengan perkataan-Nya
sendiri: Janganlah engkau heran, sebab Aku
berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan
kembali (ay. 7). 1. Kristus telah mengatakan-
nya, dan sebab Ia sendiri tidak pernah, dan
tidak akan pernah, menarik kembali perkata-
an-Nya sendiri, maka seluruh dunia tidak
dapat menyangkalnya, bahwa kita harus dila-
hirkan kembali. Dia yang yaitu Sang Pemberi
hukum yang agung, yang kehendak-Nya ada-
lah hukum, Dia yang yaitu Sang Pengantara
agung dalam perjanjian baru, dan yang mut-
lak berkuasa menentukan syarat-syarat per-
damaian kita dengan Tuhan dan kebahagiaan
kita di dalam-Nya, Dia yang yaitu Tabib
agung bagi jiwa-jiwa, yang mengetahui per-
masalahan mereka, dan apa yang dibutuhkan
bagi kesembuhan mereka, Dia telah berkata,
“Engkau harus dilahirkan kembali.” “Aku ber-
kata kepadamu, mengenai suatu hal yang me-
nyangkut kepentingan semua, bahwa kamu
harus, kamu semua, siapa saja, kamu harus
dilahirkan kembali, bukan hanya orang-orang
biasa, melainkan juga para pemimpin, para
pengajar di Israel.” 2. Janganlah kita heran
sebab nya, sebab apabila kita menimbang be-
tapa kudusnya Tuhan yang berurusan dengan
kita, betapa besarnya rancangan penebusan
bagi kita, betapa bobroknya kodrat kita, dan
betapa besarnya kebahagiaan yang disedia-
kan bagi kita, maka kita tidak akan mengang-
gapnya aneh bahwa hal ini begitu ditekankan
sebagai suatu hal yang mutlak diperlukan,
yaitu bahwa kita harus dilahirkan kembali.
[d] Perubahan ini digambarkan dengan dua per-
bandingan. Pertama, pembaharuan (regene-
rasi) yang dilakukan oleh Roh dibandingkan
dengan air (ay. 5). Dilahirkan kembali berarti
dilahirkan dari air dan dari Roh, yang artinya,
dari Roh yang bekerja seperti air, seperti da-
lam Matius 3:11, dengan Roh Kudus dan de-
ngan api, yang berarti dengan Roh Kudus se-
perti dengan api. 1. Yang terutama dimaksud-
kan di sini yaitu untuk menunjukkan bah-
wa Roh, dalam menguduskan jiwa, (1) Mem-
bersihkan dan memurnikannya seperti air,
membuang kotorannya yang tidak pantas bagi
Kerajaan Tuhan . Ini yaitu permandian kela-
hiran kembali (Tit. 3:5). Kamu telah memberi
dirimu disucikan (1Kor. 6:11, KJV: “Kamu telah
dibasuh” – pen.). Lihat juga Yehezkiel 36:25.
(2) Mendinginkan dan menyegarkannya, se-
perti air bagi rusa yang sedang diburu atau
bagi pelancong yang sedang kelelahan. Roh
dibandingkan dengan air (7:38-39; Yes. 44:3).
Dalam penciptaan pertama, makhluk-makh-
luk di angkasa terlahir dari air (Kej. 1:20), dan
mungkin dengan merujuk gambaran ini, me-
reka yang lahir dari atas dikatakan dilahirkan
dari air. 2. Mungkin juga bahwa Kristus da-
lam hal ini sedang berpikir mengenai baptis-
an, yang telah digunakan Yohanes, dan yang
sudah mulai digunakan-Nya sendiri, “Kamu
harus dilahirkan kembali dari Roh,” dan pem-
baharuan (regenerasi) oleh Roh ini dilambang-
kan dengan pembasuhan dengan air, sebagai
tanda lahiriah dari anugerah rohani. Ini tidak
berarti bahwa hanya mereka yang dibaptis
saja yang akan diselamatkan. Yang benar
yaitu , bahwa tanpa kelahiran baru itu, yang
dikerjakan oleh Roh, dan yang dilambangkan
dengan baptisan, tidak ada seorang pun yang
akan dipandang sebagai warga-warga Keraja-
an Sorga dengan hak-hak istimewanya. Orang
Yahudi tidak akan dapat ambil bagian dalam
Kerajaan Mesias, yang sudah lama mereka
nanti-nantikan itu, kecuali mereka berhenti
berharap bahwa mereka dapat dibenarkan de-
ngan menjalankan hukum Taurat, dan ke-
cuali mereka memberi diri untuk menerima
baptisan pertobatan, yaitu kewajiban besar
Injil, untuk penghapusan dosa, yaitu keistime-
waan besar yang diberikan oleh Injil. Kedua,
pembaharuan yang dilakukan oleh Roh di-
bandingkan dengan angin: Angin bertiup ke
mana ia mau, demikianlah halnya dengan
tiap-tiap orang yang lahir dari Roh (ay. 8). Kata
yang dipakai di sini (pneuma) bisa berarti
angin atau Roh. Roh turun ke atas para rasul
dengan tiupan angin keras (Kis. 2:2), penga-
ruh-pengaruh-Nya yang berkuasa dalam hati
para pendosa dibandingkan dengan embusan
angin (Yeh. 37:9), dan pengaruh-pengaruh-
Nya yang indah dalam jiwa orang-orang ku-
dus dibandingkan dengan angin utara dan
angin selatan (Kid. 4:16). Perbandingan ini di
sini digunakan untuk menunjukkan, 1. Bah-
wa Roh, dalam membaharui, bekerja dengan
sesuka hati, sebagai pekerja yang bebas.
Angin bertiup ke mana ia mau, dan tidak men-
dengarkan permintaan kita, atau patuh terha-
dap perintah kita. Tuhan mengaturnya. Ia mela-
kukan firman-Nya (Mzm. 148:8). Roh mene-
barkan pengaruh-pengaruh-Nya di mana,
kapan, kepada siapa, dan seberapa banyak
dan hebat, menurut kesukaan-Nya. Ia mem-
berikan karunia kepada tiap-tiap orang secara
khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor.
12:11). 2. Bahwa Ia bekerja dengan penuh
kuasa, dan dengan dampak-dampak yang
nyata: Engkau mendengar bunyinya. Meski-
pun apa yang memicu nya tersembunyi,
dampak-dampaknya terasa. saat jiwa mulai
berduka atas dosa, merintih di bawah beban
kejahatan, menggapai-gapai Kristus, dan ber-
seru Ya Abba – Ya Bapa, saat itulah kita men-
dengar bunyi Roh, kita tahu Ia sedang beker-
ja, seperti dalam Kisah Para Rasul 9:11, ia
sekarang berdoa. 3. Bahwa Ia bekerja secara
rahasia, dan dengan cara-cara yang tersem-
bunyi: Engkau tidak tahu dari mana ia datang
atau ke mana ia pergi. Bagaimana ia me-
ngumpulkan dan mengerahkan kekuatannya,
itu merupakan sebuah teka teki bagi kita.
Demikian pula cara dan jalan pekerjaan Roh
merupakan suatu rahasia. Ke manakah pergi-
nya Roh Tuhan? (1Raj. 22:24, terjemahan KJV
– pen.). Lihat Pengkhotbah 11:5, dan banding-
kanlah dengan Mazmur 139:15.
2. Inilah pernyataan tentang kepastian dan keagungan kebenar-
an-kebenaran Injil. Kesempatan untuk menyatakannya diman-
faatkan Kristus sebab melihat kelemahan Nikodemus.
Inilah:
(1) Keberatan yang tetap diajukan Nikodemus (ay. 9): Bagai-
manakah mungkin hal itu terjadi? Tampaknya penjelasan
Kristus tentang pentingnya pembaharuan jiwa (regenerasi)
itu belum juga jelas baginya. Kebobrokan kodrat manusia
yang membuat pembaharuan itu penting, dan cara Roh
bekerja yang membuat pembaharuan itu dapat dilakukan,
sama misteriusnya dengan kelahiran kembali itu sendiri
bagi Nikodemus. Meskipun secara umum ia sudah meng-
akui Kristus sebagai guru yang diutus Tuhan , ia tidak mau
menerima ajaran-ajaran-Nya begitu saja apabila ajaran-
ajaran itu tidak sejalan dengan berbagai gagasan yang sela-
ma ini sudah tertanam di dalam dirinya. Demikianlah ba-
nyak orang mengaku menerima ajaran Kristus pada
umumnya, namun mereka tidak mau percaya terhadap ke-
benaran-kebenaran Kekristenan atau tunduk pada hukum-
hukumnya lebih dibandingkan apa yang mereka senangi. Kris-
tus boleh menjadi guru mereka, asalkan mereka dibiarkan
memilih pelajaran mereka sendiri.
Nah, di sini:
[1] Nikodemus mengakui bahwa dia memang tidak meng-
erti maksud Kristus: “Bagaimanakah mungkin hal itu
terjadi? Ini merupakan perkara-perkara yang tidak ku-
mengerti, kemampuanku tidak akan bisa mencapainya.”
Demikianlah apa yang berasal dari Roh Tuhan yaitu
suatu kebodohan bagi manusia duniawi. Perkara-per-
kara itu tidak hanya asing baginya, dan oleh sebab itu
tidak dapat dia mengerti, namun juga dia berprasangka
buruk terhadapnya, dan oleh sebab nya perkara-per-
kara itu merupakan suatu kebodohan baginya.
[2] sebab ajaran ini tidak dapat dimengerti olehnya (dan ia
dengan senang hati menganggapnya demikian), ia mem-
pertanyakan kebenarannya, seolah-olah sebab ajaran
itu baginya merupakan suatu pertentangan, maka de-
ngan sendirinya ajaran itu hanyalah reka-rekaan se-
mata. Banyak orang yang berpendapat demikian menu-
rut kemampuan mereka sendiri, sehingga mereka ber-
pikir bahwa apa yang tidak bisa dibuktikan tidak dapat
mereka percayai. Dengan hikmat mereka tidak mengenal
Kristus.
(2) Teguran yang diberikan Kristus kepadanya sebab kebo-
dohan dan ketidaktahuannya: “Engkau yaitu pengajar di
Israel, Didaskalos – seorang guru, pembimbing, orang yang
duduk di kursi Musa, namun engkau bukan hanya tidak
mengenal ajaran pembaharuan ini, namun juga tidak mam-
pu memahaminya?”
Perkataan ini merupakan suatu teguran:
[1] Bagi orang-orang yang bertugas mengajar orang lain na-
mun mereka sendiri tidak tahu dan tidak memahami
ajaran tentang kebenaran.
[2] Bagi orang-orang yang menghabiskan waktu mereka
untuk belajar dan mengajarkan berbagai macam gagas-
an dan upacara agama, berbagai seluk beluk dan tafsir-
an Alkitab, namun mengabaikan perbuatan-perbuatan
nyata yang berkuasa memperbaharui hati dan hidup
orang. Ada dua pernyataan dalam teguran ini yang di-
sampaikan dengan sangat tegas: pertama, tempat di
mana ia dilahirkan, yaitu di Israel, di mana ada begitu
banyak sarana pengetahuan, di mana pewahyuan ilahi
diberikan. Ia sebenarnya bisa saja mempelajari hal ini
dari Perjanjian Lama. Kedua, hal-hal yang tidak diketa-
huinya: hal-hal itu, hal-hal yang perlu itu, yang agung,
yang ilahi, tidak pernahkah dibacanya dalam Mazmur
1:5; Yehezkiel 18:31; 36:25-26?
(3) Perkataan Kristus mengenai kepastian dan keagungan ke-
benaran-kebenaran Injil ini (ay. 11-13) yaitu untuk me-
nunjukkan betapa bodohnya orang-orang yang mengang-
gapnya aneh, dan untuk mengajak kita agar menyelidiki-
nya lebih lanjut.
Perhatikanlah di sini:
[1] Bahwa kebenaran-kebenaran yang diajarkan Kristus
yaitu pasti dan dapat kita pertaruhkan (ay. 11): Kami
berkata-kata tentang apa yang kami ketahui. Kami,
siapakah yang dimaksudkan-Nya di sini selain diri-Nya
sendiri? Sebagian orang memahaminya sebagai orang-
orang yang memberikan kesaksian tentang-Nya dan
bersama-Nya di dunia ini, yaitu para nabi dan Yohanes
Pembaptis. Mereka berkata-kata tentang apa yang mere-
ka ketahui dan apa yang telah mereka lihat, dan mereka
sudah sangat yakin akan kebenaran dari hal-hal itu:
wahyu ilahi membawa serta bukti mengenai dirinya ber-
sama dirinya sendiri. Sebagian orang lagi memahaminya
sebagai mereka yang membawa kesaksian dari sorga,
yaitu Bapa dan Roh Kudus. Bapa berada bersama-Nya,
dan Roh Tuhan ada pada-Nya. Oleh sebab itu Ia ber-
bicara dengan menggunakan kata ganti jamak, seperti
dalam pasal 14:23: Kami akan datang kepadanya.
Perhatikanlah:
Pertama, bahwa kebenaran-kebenaran Kristus itu
sudah pasti dan tidak diragukan lagi. Kita memiliki
semua alasan untuk meyakini bahwa perkataan-perka-
taan Kristus yaitu perkataan-perkataan yang benar,
dan bolehlah kita mempertaruhkan jiwa kita untuknya,
sebab Ia bukan hanya saksi yang dapat dipercaya, yang
tidak akan menipu kita, melainkan juga saksi yang
cakap dan dapat diandalkan, yang dengan sendirinya
tidak dapat tertipu: Kami bersaksi tentang apa yang
kami lihat. Ia berbicara bukan dari kata orang, melain-
kan dari bukti yang paling jelas, dan sebab itu dengan
keyakinan yang sedalam-dalamnya. Apa yang dibicara-
kan-Nya tentang Tuhan , tentang dunia yang tidak keli-
hatan, tentang sorga dan neraka, tentang kehendak
Tuhan terhadap kita, dan tentang hikmat-hikmat perda-
maian, yaitu apa yang diketahui-Nya dan yang telah
dilihat-Nya, sebab Ia ada serta-Nya sebagai Anak kesa-
yangan (Ams. 8:30). Apa pun yang dikatakan Kristus,
dikatakan-Nya dari pengetahuan-Nya sendiri.
Kedua, bahwa orang-orang yang tidak percaya sung-
guh telah berbuat dosa besar, dan dosa mereka diperbe-
rat oleh kepastian dan ketidakkeliruan dari kebenaran-
kebenaran Kristus ini. Yang dinyatakan sudah sedemi-
kian pasti, sedemikian jelas, namun kamu tidak mene-
rima kesaksian kami. Begitu banyak orang yang tidak
mempercayai (begitu pentingnya alasan kepercayaan ini)
apa yang tidak bisa untuk tidak mereka percayai!
[2] Kebenaran-kebenaran yang diajarkan Kristus, meski-
pun disampaikan dalam bahasa dan ungkapan yang di-
ambil dari kejadian-kejadian biasa dalam kehidupan se-
hari-hari, sungguh merupakan kebenaran-kebenaran
yang paling agung dan bersifat sorgawi sebab sifatnya
sudah demikian adanya. Hal ini ditunjukkan dalam ayat
12: “Waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-
hal duniawi, yang artinya, saat Aku memberi tahu
kamu perkara-perkara besar mengenai Tuhan dalam ber-
bagai perumpamaan yang diambil dari hal-hal duniawi,
untuk membuatnya lebih mudah dimengerti, seperti
tentang kelahiran baru dan angin, saat Aku sudah
berusaha menyesuaikan diri sedemikian rupa dengan
kemampuanmu, dan berbicara kepadamu dalam baha-
samu sendiri, namun ini tidak juga membuatmu meng-
erti ajaran-Ku, lantas bagaimana kamu akan mengerti
kalau Aku membicarakan hal-hal tersebut sebagaimana
adanya, dan berbicara kepadamu dalam bahasa malai-
kat, bahasa yang tidak dapat diucapkan oleh makhluk
yang fana itu? Jika ungkapan-ungkapan yang sudah
sedemikian biasa saja sudah menjadi batu sandungan,
bagaimana jadinya dengan gagasan-gagasan abstrak
dan hal-hal rohani yang digambarkan apa adanya?”
Nah, dari sini kita dapat belajar:
Pertama, untuk mengagumi betapa tinggi dan da-
lamnya ajaran Kristus. Ajaran-Nya merupakan misteri
atau rahasia keTuhan an yang agung. Perkara-perkara
Injil yaitu perkara-perkara sorgawi, yang berada di
luar jalur penyelidikan akal budi manusia, dan terlebih
lagi di luar jangkauan penemuan-penemuannya.
Kedua, untuk mensyukuri kerendahan hati Kristus,
bahwa Ia mau menyesuaikan cara-Nya dalam mewah-
yukan Injil-Nya dengan kemampuan-kemampuan kita,
berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak. Ia
memperhatikan tubuh kita, bahwa kita diciptakan dari
tanah, dan memperhatikan tempat kita, bahwa kita ber-
ada di dunia, dan sebab itu Ia berbicara kepada kita
tentang hal-hal duniawi, dan menjadikan hal-hal yang
kasat mata sebagai sarana untuk membicarakan hal-
hal yang rohani, untuk membuatnya lebih mudah di-
mengerti dan terasa lebih dekat dengan kita. Demikian-
lah yang sudah dilakukan-Nya baik dalam perumpama-
an maupun dalam sakramen.
Ketiga, untuk meratapi kodrat kita yang sudah ru-
sak, dan ketidakberdayaan kita untuk menerima dan
menyambut kebenaran-kebenaran Kristus. Hal-hal du-
niawi direndahkan sebab kasar, dan hal-hal sorgawi
diabaikan sebab rumit. Dengan demikian, apa pun cara
yang dipakai, orang pasti akan berusaha mendapatkan
sedikit banyak kesalahan di dalamnya (Mat. 11:17). Wa-
laupun begitu, hikmat Tuhan dibenarkan, dan akan
dibenarkan, oleh perbuatannya.
[3] Yesus Tuhan kita, dan hanya Dia sendiri, layak menya-
takan kepada kita suatu ajaran yang sedemikian pasti,
sedemikian agung: Tidak ada seorang pun yang telah
naik ke sorga, selain dari pada Dia (ay. 13).
Pertama, tidak ada yang lain selain Kristus yang
mampu menyatakan kepada kita apa yang dikehendaki
Tuhan bagi keselamatan kita. Nikodemus menyapa Kris-
tus sebagai nabi, namun ia harus tahu bahwa Kristus
lebih besar dibandingkan semua nabi Perjanjian Lama, se-
bab tidak ada seorang pun dari antara mereka yang
telah naik ke sorga. Mereka menulis Kitab Suci dengan
tuntunan ilham ilahi, dan bukan dari pengetahuan
mereka sendiri (1:18). Musa naik ke gunung, namun
tidak ke sorga. Tidak ada seorang pun yang memiliki
pengetahuan tentang Tuhan dan perkara-perkara sorgawi
sedemikian pasti seperti Kristus (Mat. 11:27). Bukanlah
tugas kita untuk pergi ke sorga dan menerima ajaran,
kitalah yang harus menunggu menerima ajaran-ajaran
yang akan dikirimkan Sorga kepada kita (Ams. 30:4; Ul.
30:12).
Kedua, Yesus Kristus mampu, pantas, dan meme-
nuhi syarat dalam segala hal, untuk menyatakan ke-
hendak Tuhan kepada kita, sebab Dialah yang telah turun
dari sorga dan yang berada di sorga. Ia telah berkata
(ay. 12), “Bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku
berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?”
Nah di sini:
1. Ia memberikan kepada mereka sebuah contoh me-
ngenai hal-hal sorgawi yang dapat diberitahukan-
Nya kepada mereka, yaitu saat Ia berbicara ten-
tang Dia yang turun dari sorga, namun pada saat
yang sama Dia juga yaitu Anak Manusia. Dia ada-
lah Anak Manusia, namun juga berada di sorga. Jika
pembaharuan (regenerasi) jiwa manusia itu saja su-
dah merupakan suatu hal yang begitu rahasia,
bagaimana pula dengan inkarnasi Anak Tuhan ? Ini
sungguh merupakan perkara-perkara ilahi dan sor-
gawi. Di sini kita melihat suatu petunjuk tentang
dua tabiat Kristus yang berbeda yang ada da-
lam satu pribadi: tabiat ilahi-Nya, yang dengannya Ia
turun dari sorga, dan tabiat manusiawi-Nya, yang
dengannya Ia disebut Anak Manusia, dan kesatuan
di antara keduanya, bahwa meskipun Ia Anak Ma-
nusia, Ia berada di sorga.
2. Ia memberikan suatu bukti kepada mereka akan ke-
mampuan-Nya untuk berbicara tentang hal-hal sor-
gawi kepada mereka, dan untuk membimbing mere-
ka ke dalam Kerajaan Sorga yang begitu rahasia,
dengan memberi tahu mereka,
(1) Bahwa Ia turun dari sorga. Pengadaan hubungan
antara Tuhan dan manusia dimulai dari atas.
Yang pertama bergerak untuk memulainya tidak
muncul dari bumi ini, namun turun dari sorga.
Kita mengasihi-Nya dan pergi mendatangi-Nya
sebab Ia terlebih dulu mengasihi kita dan diutus
untuk mendatangi kita.
Nah, hal ini menunjukkan:
[1] Tabiat ilahi Kristus. Ia yang turun dari sorga
pastilah lebih dibandingkan hanya seorang manu-
sia. Ia yaitu Tuhan dari sorga (1Kor. 15:47).
[2] Keakraban-Nya dalam hikmat-hikmat ilahi.
Datang dari pelataran sorga, Ia sudah menge-
nal perkara-perkara sorgawi sejak dari keke-
kalan.
[3] Perwujudan Tuhan . Dalam masa Perjanjian
Lama, kebaikan-kebaikan Tuhan kepada umat-
Nya diungkapkan dengan gambaran bahwa
Dia mendengar dari sorga (2Taw. 7:14), me-
mandang dari langit (Mzm. 80:15), berbicara
dari langit (Neh. 9:13), dan mengirim utusan
dari sorga (Mzm. 57:4). namun Perjanjian Baru
memperlihatkan kepada kita Tuhan turun dari
sorga, untuk mengajar dan menyelamatkan
kita. Ia yang turun dengan cara demikian
sungguh merupakan suatu rahasia yang me-
ngagumkan, sebab Tuhan tidak bisa mengubah
tempat kediaman-Nya, atau membawa tubuh-
Nya dari sorga. Yang lebih mengagumkan lagi,
Ia mau merendahkan diri-Nya dengan cara
demikian bagi penebusan kita. Ini sungguh
merupakan suatu belas kasihan yang lebih
mengagumkan. Dalam hal ini Ia memperlihat-
kan kasih-Nya yang begitu besar.
(2) Bahwa Ia yaitu Anak Manusia, Anak Manusia
yang dibicarakan oleh Daniel itu (7:13), yang se-
lalu dipahami oleh orang-orang Yahudi sebagai
Mesias. Kristus, dengan menyebut diri-Nya seba-
gai Anak Manusia, menunjukkan bahwa Ia ada-
lah Adam kedua, sebab Adam yang pertama ada-
lah bapak manusia. Dari semua gelar Mesias
dalam Perjanjian Lama, Ia memilih menggunakan
gelar ini, sebab gelar itulah yang paling baik
mengungkapkan kerendahan hati-Nya, dan yang
paling sesuai dengan keadaan diri-Nya sekarang
yang sedang merendah.
(3) Bahwa Ia berada di sorga. Sekarang, pada waktu
ini, saat Ia sedang berbicara dengan Nikode-
mus di bumi, sebagai Tuhan , Ia juga berada di
sorga. Anak Manusia, dalam rupa manusia, ti-
daklah berada di sorga sebelum kenaikan-Nya,
namun Ia yang yaitu Anak Manusia pada saat
ini, oleh sebab tabiat ilahi-Nya bisa berada di
mana saja, khususnya di sorga. Dengan demi-
kian, Tuhan yang mulia, dalam pengertian yang
demikian, tidak bisa disalibkan, begitu juga
Tuhan , dalam pengertian yang demikian, tidak
bisa mencurahkan darah-Nya. Namun demikian,
pribadi yang yaitu Tuhan yang mulia disalibkan
(1Kor. 2:8), dan Tuhan menebus jemaat dengan
darah-Nya sendiri (Kis. 20:28). Begitu dekatnya
kesatuan antara dua tabiat dalam satu pribadi
ini sehingga di dalamnya terjalin hubungan yang
demikian erat. Ia tidak berkata hos esti. Tuhan
yaitu ho ōn tō ouranō – Dia yaitu Dia, dan
sorga yaitu tempat kediaman kekudusan-Nya.
3. Kristus di sini berbicara tentang rancangan agung kedatangan-
Nya ke dunia, dan kebahagiaan orang-orang yang percaya
kepada-Nya (ay. 14-18). Di sini kita melihat inti sari dari
seluruh Injil, perkataan yang benar itu (1Tim. 1:15), bahwa
Yesus Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan
anak-anak manusia dari kematian, dan memulihkan mereka
kembali ke dalam kehidupan. Nah, para pendosa yaitu orang-
orang mati sebab satu alasan berganda: –
(1) Seperti halnya orang yang menderita luka yang mematikan
atau mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
dikatakan sebagai orang mati, sebab ia sekarat, demikian
pula Kristus datang menyelamatkan kita dengan cara me-
nyembuhkan kita, seperti ular tembaga yang menyembuh-
kan orang-orang Israel (ay. 14-15).
(2) Seperti halnya orang yang dihukum mati dengan adil kare-
na melakukan kejahatan yang tidak dapat diampuni dika-
takan sebagai orang mati, demikian pula orang berdosa
mati di dalam hukum, dan dengan melihat bahaya yang
mengancam kita dalam hal ini, Kristus datang untuk me-
nyelamatkan kita sebagai Penguasa atau Hakim, dengan
mengumumkan pengampunan kepada semua orang, de-
ngan syarat-syarat tertentu. Tindakan penyelamatan ini di-
pertentangkan dengan tindakan penghakiman (ay. 16-18).
[1] Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan kita de-
ngan cara menyembuhkan kita, seperti halnya orang-
orang Israel yang dipagut ular tedung disembuhkan dan
hidup dengan memandang patung ular tembaga. Kita
dapat membaca kisahnya dalam Bilangan 21:6-9. Ini
merupakan mujizat terakhir yang terjadi lewat tangan
Musa sebelum kematiannya. Nah, dalam peristiwa yang
merupakan gambaran Kristus ini kita dapat memper-
hatikan:
Pertama, kodrat dosa yang mematikan dan merusak,
yang tersirat dalam kisah Musa ini. Rasa bersalah
sebab dosa yaitu seperti derita sebab dipagut ular
tedung, dan kuasa kejahatan yaitu seperti bisa yang
menyebar ke seluruh tubuh sebab pagutan itu. Iblis
yaitu ular tua, yang pada mulanya cerdik (Kej. 3:1),
namun sesudahnya ganas, dan godaan-godaannya se-
perti panah api, serangan-serangannya mengerikan,
dan kemenangan-kemenangannya menghancurkan. Ta-
nyakanlah pada suara hati nurani yang tersadar,
tanyakan pula pada para pendosa yang terkutuk, maka
mereka akan memberi tahu kita betapa dahsyatnya pe-
sona dan daya pikat dosa pada mulanya, namun pada
akhirnya ia memagut seperti ular (Ams. 23:30-32). Mur-
ka Tuhan terhadap kita sebab dosa yaitu seperti ular-
ular tedung yang dikirimkan Tuhan kepada orang-orang
Israel, untuk menghukum mereka sebab mereka ber-
sungut-sungut. Kutukan-kutukan hukum Taurat ada-
lah seperti ular-ular tedung, dan dengan demikian
semua itu merupakan pertanda murka Tuhan .
Kedua, obat manjur yang disediakan untuk melawan
penyakit yang mematikan ini. Keadaan orang-orang ber-
dosa sungguh menyedihkan, namun apakah ini berarti
bahwa tidak ada harapan lagi untuk mereka? Syukur
kepada Tuhan bahwa tidak demikian halnya. Ada balsam
di Gilead. Anak Manusia ditinggikan, seperti ular tem-
baga yang ditinggikan Musa, yang menyembuhkan
orang-orang Israel yang terpagut.
1. Ular tembagalah yang menyembuhkan mereka. Tem-
baga itu terang, kita membaca tentang kaki Kristus
yang mengkilap bagaikan tembaga (Why. 1:15). Tem-
baga itu tahan lama, Kristus juga sama. Tembaga itu
dibentuk menyerupai ular tedung, namun tidak ber-
bisa, tidak memagut, jadi sangat cocok menggam-
barkan Kristus yang dijadikan dosa bagi kita namun
tidak berdosa, dan yang serupa dengan daging yang
dikuasai dosa, namun tidak berdosa. Ia tidak ber-
bahaya sama seperti ular tembaga. Ular yaitu
makhluk yang terkutuk, Kristus pun dijadikan seba-
gai kutuk. Apa yang menyembuhkan mereka meng-
ingatkan mereka akan wabah yang mereka derita,
demikian pula halnya di dalam Kristus dosa diperli-
hatkan kepada kita sebagai sesuatu yang paling ga-
nas dan paling menakutkan.
2. Ular tembaga itu ditinggikan di atas tiang, begitu
pula Anak Manusia harus ditinggikan. Demikianlah
Ia harus menderita dan ditinggikan (Luk. 24:26, 46).
Tidak ada obat sekarang. Kristus ditinggikan,
(1) Dalam penyaliban-Nya. Ia ditinggikan di atas
kayu salib. Dalam kematian-Nya Ia dikatakan di-
tinggikan (12:32-33). Dia ditinggikan sebagai ton-
tonan, sebagai pertanda, ditinggikan antara sorga
dan bumi, seolah-olah Ia tidak layak berada di
tempat yang satu ataupun yang lain, dan dicam-
pakkan oleh keduanya.
(2) Dalam kenaikan-Nya. Ia ditinggikan di sisi kanan
Bapa, untuk memberikan pertobatan dan peng-
ampunan. Ia ditinggikan di atas kayu salib, un-
tuk lebih ditinggikan lagi di takhta sorgawi.
(3) Dalam penyebaran dan pemberitaan Injil kekal-
Nya (Why. 14:6). Ular tembaga itu ditinggikan su-
paya beribu-ribu orang Israel dapat memandang-
nya. Kristus di dalam Injil diperlihatkan kepada
kita, ditunjukkan dengan jelas, Kristus ditinggi-
kan sebagai panji (Yes. 11:10).
3. Ular tembaga itu ditinggikan oleh Musa. Kristus di-
buat tunduk kepada hukum Musa, dan Musa ber-
saksi tentang Dia.
4. Dengan ditinggikan secara demikian, ular tembaga
itu ditunjukkan sebagai obat yang menyembuhkan
orang yang terpagut ular tedung. Ia yang mengirim-
kan tulah menyediakan obat penawarnya. Tidak ada
seorang pun yang dapat menebus dan menyelamat-
kan kita selain Dia yang keadilan-Nya telah menghu-
kum kita. Tuhan sendirilah yang menyediakan tebus-
annya, dan keberhasilan tebusan itu bergantung
pada apa yang sudah ditetapkan-Nya. Ular-ular te-
dung itu dikirim untuk menghukum mereka sebab
mereka telah mencobai Tuhan (begitu menurut Rasul
Paulus, 1Kor. 10:9), namun mereka disembuhkan
dengan kuasa yang berasal dari-Nya. Dia yang telah
kita sakiti hati-Nya yaitu damai sejahtera kita.
Ketiga, cara menggunakan obat ini, yaitu dengan
percaya, yang dengan jelas tersirat dalam perbuatan
orang-orang Israel yang memandang ular tembaga, agar
mereka disembuhkan olehnya. Jika ada orang Israel
yang terpagut namun, entah sebab ia tidak begitu
menghiraukan penderitaan dan bahaya yang mengan-
camnya atau sebab ia tidak begitu percaya pada per-
kataan Musa, ia tidak mau memandang ular tembaga
itu, maka dengan adil ia akan mati sebab lukanya.
namun setiap orang yang memandang akan tetap hidup
(Bil. 21:9). Jika ada orang yang sampai pada saat ini
meremehkan entah penyakit yang mereka derita sebagai
akibat dosa atau cara penyembuhannya melalui Kristus
sehingga mereka tidak mau datang kepada Kristus dan
memenuhi segala persyaratan yang diajukan-Nya, maka
mereka akan menanggung darah mereka sendiri. Ia
telah berkata, “Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah
dirimu diselamatkan” (Yes. 45:22), berpalinglah dan
hidup. Kita harus puas dan menyetujui cara-cara yang
telah digunakan oleh Sang Hikmat Kekal dalam menye-
lamatkan dunia yang berdosa, yaitu melalui pengan-
taraan Yesus Kristus, sebagai korban dan pengantara
yang agung.
Keempat, dorongan kuat yang diberikan kepada kita
untuk memandang-Nya dengan iman.
1. Untuk tujuan inilah Dia ditinggikan, yaitu supaya
para pengikut-Nya dapat diselamatkan. Dan Ia akan
terus mengejar apa yang dituju-Nya.
2. Tawaran keselamatan yang diberikan-Nya berlaku
bagi semua orang, bahwa setiap orang yang percaya
kepada-Nya, tanpa kecuali, dapat memperoleh ke-
untungan dari-Nya.
3. Keselamatan yang ditawarkan itu lengkap.
(1) Mereka tidak akan binasa, tidak akan mati ka-
rena luka-luka mereka. Meskipun mereka merasa
kesakitan dan ketakutan, dosa dan kesalahan
tidak akan menghancurkan mereka. Namun ini
belum semuanya.
(2) Mereka akan beroleh hidup yang kekal. Mereka
bukan hanya tidak akan mati sebab luka-luka
mereka di padang gurun, namun juga akan sam-
pai di tanah Kanaan (yang akan segera mereka
masuki). Mereka akan menikmati tempat peris-
tirahatan yang dijanjikan.
[2] Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan kita de-
ngan cara mengampuni kita, supaya kita tidak mati oleh
penghakiman hukum Taurat (ay. 16-17). Ini sungguh
benar-benar Injil, kabar baik, yang terbaik dari semua
yang pernah turun dari sorga ke bumi. Di sini terkan-
dung banyak hal, segala hal dalam sedikit perkataan,
berita pendamaian yang disampaikan secara ringkas.
Pertama, inilah kasih Tuhan dalam mengaruniakan
Anak-Nya bagi dunia (ay. 16), yang di dalamnya kita me-
lihat tiga hal:
1. Rahasia besar Injil diungkapkan: Begitu besar kasih
Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengarunia-
kan Anak-Nya yang tunggal. Kasih Tuhan Bapa meru-
pakan asal mula terjadinya pembaharuan (regene-
rasi) kita yang dilakukan melalui Roh dan pendamai-
an kita dengan Dia melalui peristiwa ditinggikannya
Sang Anak.
Perhatikanlah,
(1) Yesus Kristus yaitu Anak Tunggal Tuhan . Ini se-
makin menunjukkan besarnya kasih Tuhan , sebab
Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal itu bagi
kita. Sekarang tahulah kita bahwa Ia benar-
benar mengasihi kita, sesudah Ia memberikan
Anak-Nya yang tunggal bagi kita, yang mengung-
kapkan bukan hanya kehormatan Kristus sendiri
melainkan juga betapa disayangnya Dia oleh
Bapa-Nya. Ia selalu ada serta-Nya sebagai Anak
kesayangan.
(2) Demi penebusan dan keselamatan umat manu-
sia, Tuhan berkenan mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal. Ia tidak hanya mengutus Anak-Nya
ke dunia dengan kuasa yang penuh dan utuh
untuk merundingkan pendamaian antara sorga
dan bumi, namun Ia juga mengaruniakan-Nya,
yang berarti, Ia menyerahkan-Nya untuk mende-
rita dan mati bagi kita, sebagai korban penda-
maian dan korban tebusan yang agung. Di sini
hal tersebut ditunjukkan sebagai alasan meng-
apa Ia harus ditinggikan, sebab demikianlah yang
telah ditentukan dan dirancang oleh Bapa. Ia
menyerahkan-Nya demi tujuan ini, dan Ia menye-
diakan tubuh bagi-Nya untuk melaksanakannya.
Musuh-musuh-Nya tidak akan bisa mengambil
nyawa-Nya seandainya Bapa-Nya tidak menye-
rahkan-Nya. Meskipun Ia belum disalibkan pada
saat itu, dalam maksud dan rencana Tuhan yang
sudah ditetapkan Ia telah diserahkan (Kis. 2:23).
Bahkan, terlebih lagi, Tuhan telah mengaruniakan-
Nya, yang berarti, Ia telah menawarkan-Nya
kepada semua, dan memberikan-Nya kepada se-
mua orang percaya, demi segala maksud dan tu-
juan dalam kovenan baru. Ia telah memberikan-
Nya sebagai Nabi kita, sebagai Saksi bagi bangsa-
bangsa, sebagai Imam agung kita, sebagai Damai
sejahtera kita, sebagai Kepala jemaat, sebagai
Kepala atas segala sesuatu bagi jemaat, dan se-
bagai segala sesuatu yang kita perlukan.
(3) Dalam hal ini Tuhan telah menunjukkan kasih-
Nya kepada dunia: Begitu besar kasih Tuhan akan
dunia ini, begitu sungguh-sungguh, begitu ber-
limpah. Kini makhluk-makhluk ciptaan-Nya tahu
bahwa Ia mengasihi mereka dan menginginkan
yang terbaik bagi mereka. Ia begitu mengasihi
dunia manusia yang sudah jatuh ini, meskipun
dunia malaikat yang jatuh tidak dikasihi-Nya
(Rm. 5:8; 1Yoh. 4:10). Lihatlah dan takjublah,
bahwa Tuhan yang maha besar mengasihi dunia
yang begitu tidak bernilai ini! Bahwa Tuhan yang
kudus mengasihi dunia yang begitu jahat dengan
kasih yang penuh dengan kehendak baik, pada-
hal tidak ada satu pun dalam dunia ini yang
dapat menyenangkan hati-Nya. Inilah masa cinta
itu (Yeh. 16:6, 8). Orang-orang Yahudi dengan
angkuh menganggap bahwa Mesias akan diutus
hanya di dalam kasihnya terhadap bangsa mere-
ka, dan untuk mengangkat mereka di atas ke-
hancuran bangsa-bangsa lainnya. Akan namun ,
Kristus berkata kepada mereka bahwa Ia datang
dengan kasih kepada seluruh dunia, baik kepada
orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi
(1Yoh. 2:2). Meskipun banyak orang di dunia ini
binasa, dikaruniakannya Anak Tunggal Tuhan
merupakan bukti akan kasih Tuhan kepada selu-
ruh dunia, sebab melalui Dialah diberikan ta-
waran kehidupan dan keselamatan kepada se-
mua orang. Ini merupakan kasih terhadap suatu
wilayah yang sudah membelot dan memberontak.
Pernyataan ampunan dan jaminan dikeluarkan
bagi semua orang yang ingin datang, yang memo-
hon dengan berlutut, dan yang kembali setia ke-
pada Tuan mereka. Begitu besarnya kasih Tuhan
akan dunia yang sudah murtad dan berbalik
dari-Nya sehingga Ia mengirimkan Anak-Nya de-
ngan tawaran yang indah ini, bahwa setiap orang
yang percaya kepada-Nya, siapa saja, tidak akan
binasa. Keselamatan memang datang dari orang
Yahudi, namun kini Kristus dikenal sebagai kese-
lamatan sampai ke ujung bumi, keselamatan bagi
semua.
2. Inilah kewajiban besar Injil, yaitu percaya kepada
Yesus Kristus (yang memang telah diberikan Tuhan ,
diberikan bagi kita, diberikan kepada kita), mene-
rima pemberian itu, dan memenuhi maksud si Pem-
beri itu. Kita harus dengan tulus percaya pada pe-
san yang telah diberikan Tuhan dalam firman-Nya
mengenai Anak-Nya. sebab Tuhan telah memberi-
kan-Nya kepada kita sebagai Nabi, Imam, dan Raja
kita, kita harus menyerahkan diri untuk dipimpin,
diajar, dan diselamatkan oleh-Nya.
3. Inilah keuntungan Injil yang besar: Bahwa setiap
orang yang percaya kepada Kristus tidak akan bi-
nasa. Hal ini telah dikatakan-Nya sebelumnya, dan
di sini Ia mengulanginya. Ini merupakan kebahagia-
an yang tidak terutarakan bagi semua orang yang
sungguh-sungguh percaya, dan untuk itu mereka
pasti akan terus-menerus bersyukur kepada Kristus
sampai selama-lamanya.
(1) Bahwa mereka diselamatkan dari kesengsaraan
dan penderitaan neraka, dibebaskan supaya ja-
ngan turun ke liang kubur, dan bahwa mereka
tidak akan binasa. Tuhan telah membuang dosa
mereka, mereka tidak akan mati. Pengampunan
telah diperoleh, dan kebebasan pun didapat kem-
bali.
(2) Mereka berhak atas sukacita besar di sorga: me-
reka akan beroleh hidup yang kekal. Pengkhianat
yang terbukti bersalah kini tidak hanya diam-
puni, namun juga disukai, dijadikan kesayangan,
dan diperlakukan sebagai orang yang mendapat-
kan perkenanan dari Raja segala raja, dan yang
kepadanya Ia berkenan memberikan kehormatan.
Dari penjara ia keluar untuk menjadi raja (Pkh.
4:14). Jika mereka orang-orang percaya, maka
mereka yaitu anak, dan jika anak, maka mere-
ka yaitu ahli waris.
Kedua, inilah rancangan Tuhan dalam mengutus
Anak-Nya ke dalam dunia: untuk menyelamatkan dunia
oleh Dia. Ia datang ke dalam dunia dengan keselamatan
pada mata-Nya, dengan keselamatan dalam tangan-Nya.
Oleh sebab itu, tawaran kehidupan dan keselamatan
yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu benar-benar
tulus, dan akan menjadi suatu kebaikan bagi semua
orang yang menerimanya di dalam iman (ay. 17): Tuhan
mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, dunia yang bersa-
lah, yang memberontak, dan yang murtad ini. Ia meng-
utus-Nya sebagai wakil atau duta-Nya untuk tinggal di
dunia ini, tidak seperti malaikat yang kadang-kadang
diutus-Nya ke dunia hanya sebagai pengunjung. Sejak
manusia berdosa, ia selalu ketakutan jika ada pembawa
pesan khusus dari sorga yang muncul di hadapannya
dan mendekatinya, sebab ia sadar bahwa ia bersalah
dan sewaktu-waktu pasti akan dihukum: Kita pasti
mati, sebab kita telah melihat Tuhan . Oleh sebab itu,
jika Anak Tuhan sendiri yang datang, maka sudah seha-
rusnya kita bertanya tugas apakah gerangan yang diba-
wa-Nya: Apakah untuk tujuan damai sejahtera? Atau,
seperti yang ditanyakan orang-orang dengan gemetar
kepada Samuel, “Apakah engkau datang dengan mak-
sud damai?” Dan kitab ini menjawabnya, “Ya, untuk
maksud damai!”
1. Ia tidak datang untuk menghukum dunia. Kita mem-
punyai banyak alasan untuk berkata bahwa seha-
rusnya Ia datang untuk menghukumnya, sebab du-
nia ini sudah bersalah. Dunia ini sudah terbukti ber-
salah, jadi ada alasan apa lagi mengapa hukuman
tidak bisa dijatuhkan dan dilaksanakan sesuai de-
ngan hukum? Satu darah itu, yang darinya semua
bangsa dan umat manusia dijadikan (Kis. 17:26),
bukan hanya telah tercemar oleh penyakit turunan,
seperti kusta yang diderita Gehazi, namun juga ter-
cemar oleh kesalahan turunan, seperti kesalahan
orang-orang Amalek, yang dengan mereka Tuhan ber-
perang turun temurun. Jadi pantaslah bila dunia
seperti ini dihukum, dan seandainya Tuhan berniat
menghukumnya, Ia cukup memerintahkan para ma-
laikat-Nya untuk menumpahkan cawan murka-Nya,
atau kerub dengan pedang yang bernyala-nyala yang
siap menjalankan hukuman-Nya. Seandainya
TUHAN hendak membunuh kita, Ia tidak akan meng-
utus Anak-Nya kepada kita. Ia memang datang de-
ngan kuasa penuh untuk menghakimi (5:22, 27),
namun Ia tidak memulai dengan penghakiman untuk
menjatuhkan hukuman, Ia tidak membentangkan
segala pelanggaran hukum, ataupun mengambil ke-
untungan untuk melawan kita sebab kita telah me-
langgar kovenan kesucian, namun membawa kita ke-
pada pengadilan yang baru di hadapan takhta kasih
karunia.
2. Ia datang supaya dunia bisa diselamatkan melalui
Dia, supaya pintu keselamatan terbuka bagi dunia,
dan siapa saja yang berminat dapat memasukinya.
Tuhan di dalam Kristus mendamaikan dunia dengan
diri-Nya, dan dengan demikian menyelamatkannya.
Ganti rugi atau tindakan pembebasan dari hukum
sudah disetujui dan diumumkan, melalui Kristus
suatu hukum perbaikan dibuat, dan dunia umat
manusia ditangani bukan menurut kekakuan dan
kerasnya kovenan yang pertama melainkan menurut
kekayaan kovenan kedua. Ia datang supaya dunia
melalui Dia dapat diselamatkan, sebab dunia tidak
akan pernah dapat diselamatkan kecuali melalui Dia.
Keselamatan tidak ada pada yang lain. Inilah kabar
baik bagi hati nurani yang sudah dapat diyakinkan
akan kebersalahannya, kesembuhan bagi tulang-
tulang yang patah dan luka-luka yang berdarah,
bahwa Kristus, Hakim kita, datang bukan untuk
menghukum, melainkan untuk menyelamatkan.
[3] Dari semua ini disimpulkan tentang kebahagiaan orang
yang sungguh-sungguh percaya: Barangsiapa percaya
kepada-Nya, ia tidak akan dihukum (ay. 18). Meskipun
sebelumnya ia seorang pendosa, pendosa besar, dan
berdiri sebagai orang terhukum (habes confilentem reum
– atas pengakuannya sendiri), namun saat ia percaya,
proses penghakiman dihentikan, penghukuman dica-
but, dan ia tidak akan dinyatakan bersalah. Hal ini
menggambarkan sesuatu yang lebih dibandingkan sekadar
penangguhan hukuman. Ia tidak akan dinyatakan ber-
salah, artinya, ia dibebaskan. Ia menunggu saat pem-
bebasannya (begitulah kita biasa mengatakannya), dan
jika ia tidak dinyatakan bersalah, maka ia dilepaskan.
Ou krinetai – ia tidak dihakimi, tidak diadili menurut
hukum yang ketat, tidak mendapatkan ganjaran yang
setimpal atas dosa-dosanya. Ia tertuduh, dan ia tidak
dapat menyatakan tidak bersalah atas apa yang didak-
wakan kepadanya, namun ia bisa memohon agar dakwa-
an itu dibatalkan, noli prosequi, seperti yang dilakukan
oleh Paulus yang terkasih itu, siapakah yang akan
menghukum? Kristus Yesus, yang telah mati. Ia men-
derita, dihajar oleh Tuhan , dianiaya oleh dunia, namun ia
tidak dihukum. Salib mungkin menindihnya dengan
berat, namun ia diselamatkan dari kutukan. Ia mungkin
dihukum oleh dunia, namun tidak dihukum bersama du-
nia (Rm. 8:1; 1Kor. 11:32).
4. Mengakhiri pembicaraan-Nya, Kristus berbicara mengenai ke-
adaan yang menyedihkan yang diderita orang-orang yang tetap
tidak mau percaya dan bersikap masa bodoh (ay. 18-21).
(1) Bacalah di sini tentang nasib orang-orang yang tidak mau
percaya kepada Kristus: mereka telah berada di bawah hu-
kuman.
Perhatikanlah:
[1] Betapa besarnya dosa orang-orang yang tidak percaya.
Dosa ini diperbesar dengan menimbang betapa terhor-
matnya pribadi yang telah mereka hina. Mereka tidak
percaya dalam nama Anak Tunggal Tuhan , yang mutlak
benar dan layak dipercaya, yang mutlak baik dan layak
dirangkul. Tuhan mengutus Dia yang paling dikasihi-Nya
untuk menyelamatkan kita, jadi, bukankah seharusnya
Dia juga menjadi yang terkasih bagi kita? Tidakkah kita
percaya dalam nama-Nya, nama yang di atas segala
nama?
[2] Betapa besarnya kesengsaraan orang-orang yang tidak
percaya: mereka sudah berada di bawah hukuman.
Ini berbicara mengenai:
Pertama, suatu penghukuman tertentu. Mereka su-
dah sedemikian pasti akan dihukum pada hari pengha-
kiman agung sehingga penghukuman mereka seolah-
olah sudah dimulai dari sekarang.
Kedua, penghukuman sekarang ini. Kutukan sudah
melekat pada mereka, murka Tuhan kini mencengkeram
mereka. Mereka sudah berada di bawah hukuman, se-
bab hati mereka sendiri menghakimi mereka.
Ketiga, penghukuman berdasarkan kesalahan mere-
ka yang lalu: ia sudah berada di bawah hukuman, se-
bab hukum sudah menunjukkan bahwa ia bersalah
atas segala dosanya. Hukum dengan segala kekuatan,
kuasa, dan kebaikannya melawan dia, sebab dia dengan
iman tidak menunjukkan kesediaannya untuk meme-
nuhi persyaratan Injil. Ia sudah berada di bawah hu-
kuman, sebab ia tidak percaya. Ketidakpercayaan
dapat dengan tepat disebut sebagai dosa yang sangat
membinasakan, sebab dosa ini membuat kita bersalah
atas semua dosa kita yang lain. Dosa ini melawan obat
yang dapat menyembuhkan, menentang permohonan
kita untuk dibebaskan dari hukuman.
(2) Bacalah juga tentang nasib orang-orang yang bahkan tidak
mau mengenal-Nya (ay. 19). Banyak orang yang mempu-
nyai sifat ingin tahu sudah mengetahui Kristus, ajaran-Nya,
dan mujizat-mujizat-Nya, namun mereka berprasangka bu-
ruk terhadap-Nya, dan tidak mau percaya kepada-Nya. Se-
lain itu, pada umumnya orang bersikap ceroboh dan bo-
doh, dan tidak mau mengenal-Nya. Dan inilah hukuman itu,
dosa yang membinasakan mereka itu, bahwa terang telah
datang ke dalam dunia, namun manusia lebih menyukai ke-
gelapan.
Nah, perhatikanlah di sini:
[1] Bahwa Injil yaitu terang, dan saat Injil datang, te-
rang datang ke dalam dunia. Terang itu membawa buk-
tinya sendiri mengenai keberadaannya, demikian pula
dengan Injil. Injil membuktikan asal usulnya yang ilahi.
Terang itu mengungkapkan sesuatu, terang itu menye-
nangkan, dan menyukakan hati. Terang itu bersinar di
tempat yang gelap, dan tempat yang gelaplah dunia ini
jadinya bila tanpa terang itu. Terang itu datang ke
dalam dunia (Kol. 1:6), dan tidak terbatas hanya pada
satu wilayah kecil, seperti terang Perjanjian Lama.
[2] Kebodohan tak terkatakan yang ada pada diri keba-
nyakan orang yaitu bahwa mereka lebih menyukai
kegelapan dibandingkan terang, dibandingkan terang ini. Orang-
orang Yahudi lebih menyukai bayangan-bayangan gelap
hukum Taurat mereka, dan perintah-perintah para pe-
mimpin mereka yang buta, dibandingkan ajaran Kristus.
Orang-orang bukan-Yahudi lebih menyukai ibadah-
ibadah takhayul mereka terhadap Tuhan yang tidak
dikenal, yang mereka sembah tanpa pengenalan, dari-
pada ibadah yang layak yang diperintahkan oleh Injil.
Orang-orang berdosa yang melekat pada hawa nafsu
mereka lebih menyukai ketidaktahuan dan kesalahan-
kesalahan mereka, yang mendorong mereka untuk te-
rus berbuat dosa, dibandingkan kebenaran-kebenaran Kris-
tus, yang akan memisahkan mereka dari dosa-dosa me-
reka. Kemurtadan manusia dimulai dengan kesukaan
mereka terhadap pengetahuan yang dilarang, dan terus
dipertahankan dengan kesukaan mereka terhadap ke-
tidaktahuan yang dilarang. Orang yang sengsara me-
nyukai penyakitnya, menyukai perbudakannya, dan
tidak mau dibebaskan, tidak mau disembuhkan.
[3] Alasan sebenarnya mengapa manusia lebih menyukai
kegelapan dibandingkan terang yaitu sebab perbuatan-per-
buatan mereka jahat. Mereka menyukai kegelapan kare-
na mereka berpikir bahwa mereka bisa menjadikannya
sebagai alasan bagi perbuatan-perbuatan mereka yang
jahat, dan mereka membenci terang sebab terang me-
renggut segala pikiran mereka yang baik tentang diri
mereka sendiri, sebab terang memperlihatkan dosa dan
kesengsaraan mereka. Keadaan mereka sungguh me-
nyedihkan, dan sebab mereka sudah tidak mau mem-
perbaikinya, mereka juga tidak mau melihatnya.
[4] Sikap masa bodoh sekali-kali tidak dapat dijadikan
alasan untuk berdosa, dan dosa ini pasti akan diung-
kapkan pada hari penghakiman agung, sehingga hu-
kumannya pun akan diperberat: Inilah hukuman itu, ini-
lah yang menghancurkan jiwa, bahwa mereka menutup
mata terhadap terang, dan bahkan tidak mau memper-
timbangkan Kristus dan Injil-Nya. Mereka begitu me-
nentang Tuhan sehingga tidak ingin mengetahui jalan-
jalan-Nya (Ayb. 21:14). Pada hari penghakiman, kita
harus mempertanggungjawabkan bukan hanya pengeta-
huan yang kita miliki, dan yang tidak kita gunakan, me-
lainkan juga pengetahuan yang bisa saja kita miliki, na-
mun yang tidak kita peroleh, bukan hanya pengetahuan
yang kita langgar, melainkan juga yang kita abaikan se-
hingga kita terus berdosa. Untuk menggambarkan lebih
jauh lagi mengenai hal ini, Ia menunjukkan (ay. 20-21)
bahwa tergantung baik atau buruknya hati dan hidup
manusia, demikian jugalah mereka akan menanggapi
terang yang telah dibawa Kristus ke dalam dunia.
Pertama, tidaklah aneh apabila orang-orang yang
berbuat jahat, dan yang tetap ingin berbuat jahat, mem-
benci terang Injil Kristus, sebab sudah biasa terjadi
bahwa barangsiapa berbuat jahat, membenci terang (ay.
20). Para pembuat kejahatan selalu ingin bersembunyi,
sebab mereka merasa malu dan takut dihukum (Ayb.
24:13, dst.). Perbuatan dosa yaitu perbuatan gelap,
dosa dari semula selalu ingin bersembunyi (Ayb. 31:33).
Terang mengebaskan orang-orang fasik (Ayb. 38:12-13).
Jadi, Injil merupakan suatu kengerian bagi dunia yang
fasik: Mereka tidak datang kepada terang itu, namun ber-
lari sejauh mungkin darinya, supaya perbuatan-perbuat-
annya yang jahat itu tidak tampak.
Perhatikanlah:
1. Terang Injil dikirimkan kepada dunia untuk mene-
lanjangi perbuatan-perbuatan jahat para pendosa,
untuk membuatnya tampak (Ef. 5:13), untuk menun-
jukkan kepada manusia pelanggaran-pelanggaran
mereka, untuk menunjukkan bahwa apa yang tidak
mereka anggap sebagai dosa yaitu sebenarnya
dosa, dan untuk memperlihatkan kepada mereka be-
tapa jahatnya pelanggaran-pelanggaran mereka, su-
paya oleh perintah baru itu semakin nyatalah keja-
hatan dosa. Injil memberikan rasa bersalah, untuk
membuka jalan bagi penghiburan-penghiburan yang
ditawarkannya.
2. Oleh sebab itulah para pembuat kejahatan mem-
benci terang Injil. Ada juga orang yang telah berbuat
jahat lalu menyesal sebab nya, dan meminta terang
ini datang, seperti para pemungut cukai dan perem-
puan sundal. namun ia yang berbuat jahat dan tetap
ingin melakukanya, membenci terang, dan tidak
tahan jika kesalahan-kesalahannya diberitahukan.
Segala perlawanan yang telah dijumpai Injil Kristus
di dunia ini datang dari hati yang jahat, yang dipe-
ngaruhi oleh si jahat. Kristus dibenci sebab dosa
disukai.
3. Orang-orang yang tidak datang kepada terang de-
ngan demikian membuktikan bahwa di dalam diri
mereka ada kebencian tersembunyi terhadap te-
rang. Seandainya mereka memang tidak membenci
pengetahuan yang menyelamatkan, mereka pasti
tidak akan duduk tenang-tenang saja dalam kema-
sabodohan yang membinasakan itu.
Kedua, sebaliknya, hati yang benar, yang jujur dan
berkenan kepada Tuhan , meminta terang ini datang (ay.
21): Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang ke-
pada terang. Dengan demikian, tampaklah bahwa mes-
kipun banyak yang memusuhi Injil, ada juga sebagian
yang ingin bersahabat dengannya. Sudah terbukti bah-
wa kebenaran tidak akan menyembunyikan diri. Orang-
orang yang bermaksud baik dan berbuat jujur tidak
akan takut diselidiki, melainkan justru menginginkan-
nya. Nah, hal ini terjadi dengan terang Injil. Seperti hal-
nya Injil meyakinkan hati dan menakutkan para pem-
buat kejahatan, demikian pula Injil menguatkan dan
menghibur orang-orang yang hidup dengan jujur.
Perhatikanlah di sini:
1. Ciri-ciri seorang yang baik.
(1) Ia yaitu orang yang berbuat benar, yang artinya,
ia selalu bertindak benar dan jujur dalam segala
hal. Walaupun kadang-kadang ia tidak berbuat
baik, tidak melakukan perbuatan baik yang ingin
dilakukannya, ia berbuat benar, ia bertindak ju-
jur. Ia memang memiliki kelemahan-kelemah-
annya sendiri, namun ia memegang teguh keju-
jurannya, seperti Gayus yang bertindak sebagai
orang percaya (3Yoh. 5), seperti Paulus (2Kor.
1:12), seperti Natanael (1:47), dan seperti Asa
(1Raj. 15:14).
(2) Ia yaitu orang yang datang kepada terang. Ia
siap menerima dan menyambut wahyu ilahi se-
jauh wahyu itu tampak kepadanya, sekalipun ia
dibuat tidak tenang sebab nya. Ia yang melaku-
kan kebenaran ingin mengetahui kebenaran itu
sendiri, dan ingin agar perbuatan-perbuatannya
tampak. Orang yang baik banyak menguji dirinya
sendiri, dan ingin agar Tuhan mengujinya (Mzm.
26:2). Ia begitu berhasrat mengetahui kehendak
Tuhan , dan bertekad untuk melakukannya, meski-
pun kehendak Tuhan itu sangat bertentangan
dengan kehendak dan kepentingannya sendiri.
2. Inilah ciri-ciri suatu perbuatan yang baik. Perbuatan
itu dilakukan di dalam Tuhan , dalam kesatuan de-
ngan-Nya melalui iman kovenan, dan dalam perse-
kutuan dengan-Nya dengan rasa kasih yang saleh.
Dengan demikian, perbuatan kita baik, dan akan ta-
han uji, apabila perbuatan itu dikuasai oleh kehen-
dak Tuhan dan bertujuan untuk memuliakan-Nya,
apabila perbuatan itu dilakukan dengan kekuatan-
Nya, dan demi nama-Nya, bagi Dia, dan bukan bagi
manusia. Dan jika dengan terang Injil perbuatan-
perbuatan kita ditampakkan kepada kita sebagai
perbuatan-perbuatan yang dilakukan untuk tujuan
seperti itu, maka bolehlah kita bermegah (Gal. 6:4;
2Kor. 1:12).
Sejauh ini kita telah melihat percakapan antara Yesus dengan
Nikodemus. Mereka kemungkinan berbicara lebih dari yang kita
temukan di sini. Percakapan mereka memiliki dampak yang baik ka-
rena kita menemukan (19:39) bahwa Nikodemus, meskipun pada
awalnya bingung namun di kemudian hari menjadi murid Kristus yang
setia.
Kesaksian Yohanes tentang Kristus
(3:22-36)
22 Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia
diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. 23 Akan namun Yohanes
pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan
orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, 24 sebab pada waktu itu Yohanes
belum dimasukkan ke dalam penjara. 25 Maka timbullah perselisihan di
antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. 26
Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: “Rabi, orang
yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang
Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang
pergi kepada-Nya.” 27 Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat
mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari
sorga. 28 Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata:
Aku bukan Mesias, namun aku diutus untuk mendahului-Nya. 29 Yang empu-
nya mempelai wanita , ialah mempelai laki-laki; namun sahabat mempelai
laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersuka-
cita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan seka-
rang sukacitaku itu penuh. 30 Ia harus makin besar, namun aku harus makin
kecil. 31 Siapa yang datang dari atas yaitu di atas semuanya; siapa yang
berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa
bumi. Siapa yang datang dari sorga yaitu di atas semuanya. 32 Ia memberi
kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, namun tak
seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. 33 Siapa yang menerima ke-
saksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Tuhan yaitu benar. 34 Sebab siapa yang
diutus Tuhan , Dialah yang menyampaikan firman Tuhan , sebab Tuhan menga-
runiakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. 35 Bapa mengasihi Anak dan telah
menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. 36 Barangsiapa percaya kepada
Anak, ia beroleh hidup yang kekal, namun barangsiapa tidak taat kepada
Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Tuhan tetap ada di atas-
nya.”
Dalam perikop ini kita melihat:
I. Kristus berpindah ke tanah Yudea (ay. 22), dan di sana Ia tinggal
bersama murid-murid-Nya.
Perhatikanlah:
1. Yesus Tuhan kita, sesudah memulai masa pelayanan-Nya se-
cara umum, banyak bepergian dan sering berpindah-pindah
tempat, seperti para bapa leluhur orang Yahudi yang mengem-
bara dari satu tempat ke tempat lain. Seperti halnya Ia me-
nunjukkan kerendahan diri-Nya dengan tidak memiliki
tempat tinggal yang tetap, melainkan sering melakukan perja-
lanan, seperti Paulus, demikian pula Ia menunjukkan kete-
kunan-Nya yang tidak kenal lelah dalam melakukan pekerjaan
yang harus dilakukan-Nya dengan datang ke dunia, dengan
cara pergi berkeliling untuk melaksanakannya. Begitu banyak
langkah yang melelahkan yang telah diambil-Nya untuk ber-
buat baik kepada jiwa-jiwa. Sang Surya kebenaran berkeliling
jauh untuk menyebarkan cahaya dan kehangatannya (Mzm.
19:7).
2. Ia tidak biasa tinggal berlama-lama di Yerusalem. Meskipun Ia
sering pergi ke sana, Ia pasti akan segera kembali ke daerah
pedesaan, seperti yang kita lihat di sini. Sesudah itu, sesudah
Ia mengadakan pembicaraan dengan Nikodemus, Ia datang ke
tanah Yudea, bukan supaya Ia bisa lebih menyendiri (walau-
pun desa-desa kecil yang tidak ternama sangat cocok dengan
Yesus yang rendah hati ini dalam keadaan-Nya yang sedang
merendah), melainkan supaya Ia bisa lebih berguna. Pengajar-
an dan mujizat-mujizat-Nya mungkin telah menimbulkan ba-
nyak kegemparan di Yerusalem, menjadi sumber berita. Na-
mun, pengaruhnya hanya sedikit saja di sana, walaupun di
situ ada tokoh-tokoh jemaat Yahudi yang paling terhormat dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3. saat Ia pergi ke tanah Yudea, murid-murid-Nya pergi bersa-
ma-Nya, sebab mereka inilah yang tetap tinggal bersama-sama
dengan Dia dalam segala pencobaan yang Dia alami. Banyak
orang yang berbondong-bondong mengikuti-Nya di Yerusalem
tidak bisa mengikuti-Nya ke daerah pedesaan, sebab mereka
tidak memiliki urusan apa-apa di sana. Namun, murid-
murid-Nya tetap setia mengikuti-Nya. Jika tabut perjanjian
TUHAN berpindah tempat, baiklah bagi kita untuk berangkat
dari tempat kita dan mengikutinya (seperti yang diperbuat
orang-orang Israel dulu, Yos. 3:3) dibandingkan tetap diam di tem-
pat tanpanya, sekalipun itu di Yerusalem sendiri.
4. Di sana Ia diam bersama-sama mereka, dietribe – Ia bergaul de-
ngan mereka, berbincang-bincang dengan mereka. Ia pergi
menyendiri ke desa bukan untuk menenangkan dan menye-
nangkan diri-Nya sendiri, melainkan terlebih supaya dapat
berbincang-bincang dengan lebih leluasa dengan para murid
dan pengikut-Nya (Kid. 7:11-12). Perhatikanlah, orang-orang
yang bersedia pergi bersama Kristus akan mendapati bahwa
Dia juga bersedia tinggal bersama mereka. Di desa ini Ia diper-
kirakan tinggal selama lima atau enam bulan.
5. Di sana Ia membaptis, Ia menerima murid-murid, yang percaya
kepada-Nya dan yang lebih jujur serta lebih berani dibanding-
kan dengan orang-orang yang di Yerusalem (2:24). Yohanes
mulai membaptis di tanah Yudea (Mat. 3:1), dan sebab itu
Kristus memulainya juga di sana, sebab Yohanes telah ber-
kata, “Ia akan datang kemudian dari padaku.” Ia tidak mem-
baptis dengan tangan-Nya sendiri, namun murid-murid-Nyalah
yang membaptis atas perintah dan arahan-Nya, seperti yang
tampak dalam pasal 4:2. Namun demikian, pembaptisan mu-
rid-murid-Nya yaitu pembaptisan-Nya juga. Semua ketetap-
an suci yaitu kepunyaan Kristus, meskipun dilaksanakan
oleh orang-orang yang lemah.
II. Yohanes melanjutkan pekerjaannya, selama ia memiliki kesem-
patan (ay. 23-24).
Di sini kita diberi tahu:
1. Bahwa Yohanes sedang membaptis. Pembaptisan Kristus ber-
tujuan untuk memperbaharui hidup, begitu pula dengan pem-
baptisan Yohanes, sebab Yohanes memberikan kesaksian ten-
tang Kristus, dan sebab itu mereka sama sekali tidak menen-
tang atau menghalangi satu sama lain.
Namun demikian:
(1) Kristus mulai mengajar dan membaptis sebelum Yohanes
menyelesaikan tugas itu, supaya Ia siap menerima murid-
murid Yohanes saat Yohanes sudah tidak ada, sehingga
dengan demikian roda pengajaran itu tetap berputar.
Orang-orang yang bermanfaat bagi masyarakat akan me-
rasa lega jika saat mereka harus turun panggung, mere-
ka menyaksikan bangkitnya orang-orang lain yang sangat
mampu mengisi tempat mereka.
(2) Yohanes terus mengajar dan membaptis meskipun Kristus
telah mengambil alih pekerjaan itu, sebab ia, menurut ukur-
an yang diberikan kepadanya, akan tetap memajukan ke-
pentingan-kepentingan Kerajaan Tuhan . Masih ada pekerja-
an yang harus dilakukan Yohanes, sebab Kristus belum di-
kenal secara umum, dan pikiran-pikiran orang banyak
belum seluruhnya siap untuk menerima-Nya melalui perto-
batan. Dari sorga Yohanes menerima perintah baginya, dan
ia akan tetap melanjutkan pekerjaannya sampai ia mene-
rima pembatalan baginya dari tempat yang sama, sampai ia
diberhentikan oleh tangan yang sama yang memberinya
amanat. Ia tidak mendatangi Kristus, supaya apa yang
sudah terjadi sebelumnya tidak terlihat seperti kerja sama
di antara mereka, namun ia melanjutkan pekerjaannya, sam-
pai tangan penyelenggaraan Tuhan menyisihkannya. Pem-
berian-pemberian yang lebih besar pada sebagian orang
tidak membuat pekerjaan sebagian yang lain, yang tidak
memiliki pemberian sebesar itu, tidak diperlukan dan tidak
berguna lagi. Masih tersedia banyak pekerjaan bagi semua
tangan. Memang ada orang-orang pemurung yang hanya
duduk diam dan tidak berbuat apa-apa saat mereka me-
lihat diri mereka dikalahkan oleh orang lain. Meskipun kita
hanya memiliki satu talenta, kita harus bertanggung
jawab atasnya, dan saat kita melihat diri kita mulai
pudar, kita tetap harus meneruskan pekerjaan kita sampai
pada akhirnya.
2. Bahwa Yohanes membaptis di Ainon dekat Salim, dua tempat
yang tidak pernah disebutkan dalam bacaan-bacaan lain, dan
oleh sebab itu para cendekiawan kehilangan jejak untuk me-
nemukannya. Namun demikian, di mana pun letaknya kedua
tempat itu, tampak bahwa Yohanes berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lain. Meskipun Yesus dibaptis di sana,
ia tidak menganggap sungai Yordan memiliki keistimewaan
tersendiri, dan ia pun tidak merasa harus tetap tinggal di
sana. sebab itu, begitu ia melihat ada alasan untuk pergi, ia
pun berpindah membaptis di sungai-sungai lain. Hamba-ham-
ba Tuhan haruslah sigap memanfaatkan kesempatan mereka.
Ia memilih tempat yang menyediakan banyak air, hydata polla
– banyak air, yang artinya, banyak aliran air, sehingga di mana
pun ia bertemu dengan orang-orang yang ingin dibaptis oleh-
nya, air sudah tersedia di sana untuk membaptis mereka.
Mungkin airnya dangkal, seperti yang biasa ditemui dalam ba-
nyak anak sungai, namun air itu cukup untuk memenuhi tu-
juannya. Dan di negeri itu, air yang banyak merupakan sesua-
tu yang sangat berharga.
3. Bahwa ke sana orang datang kepadanya dan dibaptis. Walau-
pun mereka tidak lagi datang beramai-ramai seperti pada wak-
tu pertama kali ia muncul, ia tetap saja bersemangat, sebab
masih ada orang yang mengikutinya dan mengakui peranan-
nya. Sebagian orang merujuk pernyataan ini baik kepada
Yohanes maupun kepada Yesus: Orang-orang datang dan di-
baptis, maksudnya, sebagian orang datang kepada Yohanes
dan dibaptis olehnya, dan sebagian datang kepada Yesus dan
dibaptis oleh-Nya, dan sama seperti mereka satu dalam baptis-
an, demikian pula mereka satu dalam hati.
4. Diberitahukan di sini (ay. 24) bahwa Yohanes belum dimasuk-
kan ke dalam