Yohanes 1-16 5

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 5



 , maupun desuper – dari atas.  

1.  Kita harus lahir baru, begitulah kata ini diartikan 

(Gal. 4:9), dan ab initio – dari asal mulanya (Luk. 

1:3). Melalui kelahiran pertama kita menjadi cemar, 

kita dibentuk dalam dosa dan kejahatan. Oleh kare-

na itu, kita harus mengalami kelahiran kedua, jiwa 

kita harus dibentuk dan dihidupkan kembali menjadi 

baru.  

2.  Kita harus dilahirkan dari atas, begitulah kata yang 

dipakai oleh penulis Injil ini (3:31; 19:1), dan saya 

melihat arti ini sebagai apa yang terutama dimak-

sudkan di sini, tanpa mengesampingkan arti yang 

lain, sebab  dilahirkan dari atas mengandaikan dila-

hirkan kembali. Kelahiran baru ini bermula dari 

sorga (1:13) dan menuju ke sorga. Ini berarti bahwa 

kita dilahirkan ke dalam kehidupan yang ilahi dan 

sorgawi, kehidupan dalam persekutuan dengan 

Tuhan   dan dengan dunia atas, dan untuk melakukan-

nya, kita harus mengambil kodrat ilahi dan memakai 

rupa dari yang sorgawi.   

[2]  Keharusan syarat ini tanpa perkecualian: “Jika seorang 

(siapa saja yang berkodrat manusiawi, dan yang sebab -

nya ikut ambil bagian dalam kejahatan-kejahatannya) 

tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan 

Tuhan  , Kerajaan Mesias yang dimulai di dalam anugerah 

dan yang disempurnakan di dalam kemuliaan.” Jika kita 

tidak dilahirkan dari atas, kita tidak dapat melihatnya. 

Maksudnya, pertama, kita tidak dapat mengerti sifat ke-

rajaan itu. Demikianlah sifat perkara-perkara mengenai 

Kerajaan Tuhan   (yang ingin diketahui oleh Nikodemus), 

bahwa jiwa harus dibentuk dan disusun kembali, ma-

nusia duniawi harus menjadi manusia rohani, sebelum 

ia mampu menerima dan mengerti perkara-perkara 

tersebut (1Kor. 2:14). Kedua, jika kita tidak dilahirkan 

dari atas, kita tidak dapat menerima penghiburan dari-

nya, tidak dapat mengharapkan keuntungan apa pun 

dari Kristus dan Injil-Nya, atau mendapatkan apa pun 

darinya. Perhatikanlah, pembaharuan hidup itu mutlak 

perlu bagi kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat. 

Dengan melihat bagaimana kodrat kita sesungguhnya, 

betapa jahat dan berdosanya kita, siapa Tuhan   itu, yang 

hanya di dalam-Nya kita bisa berbahagia, dan apa sorga 

itu, yang di sana kesempurnaan kebahagiaan kita dise-

diakan, maka sudah jelas dengan sendirinya bahwa kita 

harus dilahirkan kembali, sebab  tidaklah mungkin kita 

dapat berbahagia jika kita tidak kudus (1Kor. 6:11-12).    

sesudah  kebenaran agung mengenai betapa penting-

nya pembaharuan ini dipaparkan dengan sungguh-

sungguh, 

a.  Nikodemus mengajukan keberatan terhadapnya (ay. 

4): Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau 

ia sudah tua, tua seperti saya, gerōn ōn – menjadi 

seorang yang tua? Dapatkah ia masuk sekali lagi ke 

dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?  

Dalam hal ini tampaklah:  

(a) Kelemahannya dalam hal pengetahuan. Apa yang 

dikatakan Kristus secara rohani tampak dimeng-

ertinya secara kedagingan, seolah-olah tidak ada 

cara lain untuk memperbaharui dan membentuk 

kembali jiwa yang kekal selain dengan membuat 

kerangka tubuh yang baru dan membawanya 

kembali ke dalam bukit batu yang darinya ia di-

gali, seolah-olah ada suatu hubungan antara jiwa 

dan tubuh yang sedemikian rupa sehingga tidak 

ada cara lain untuk membentuk hati yang baru 

selain dengan membentuk tulang yang baru. 

Nikodemus, seperti orang-orang Yahudi lain, ten-

tu menilai tinggi dirinya berdasarkan kelahiran 

pertamanya, dengan segala martabat dan hak-

hak istimewa yang diperoleh dari kelahiran itu, 

berdasarkan tempat kelahirannya, yaitu Tanah 

Suci, atau mungkin juga kota suci, dan berdasar-

kan siapa nenek moyangnya, seperti yang bisa 

saja diagung-agungkan oleh Paulus (Flp. 3:5). 

Oleh sebab  itu, ia sangat terkejut mendengar 

masalah dilahirkan kembali ini. Mungkinkah ada 

kelahiran yang lebih baik selain dibandingkan  dilahir-

kan dan dibesarkan sebagai orang Israel? Apakah 

ada kelahiran lain lagi yang bisa membuatnya 

memperoleh tempat di dalam Kerajaan Mesias? 

Mereka memang memandang orang-orang bu-

kan-Yahudi yang memeluk agama Yahudi sebagai 

orang yang dilahirkan kembali atau dilahirkan 

baru, namun   mereka tidak dapat membayangkan 

bagaimana seorang Yahudi sendiri, seorang Fa-

risi, dapat menjadi lebih baik dengan dilahirkan 

kembali. Oleh sebab itu, pikirnya, jika ia harus 

dilahirkan kembali, maka ia haruslah dilahirkan 

dari wanita  yang melahirkannya pertama 

kali. Orang yang sangat bangga dengan kelahiran 

pertamanya sangat kecil kemungkinannya untuk 

mengalami kelahiran baru.  

(b) Kesediaannya untuk diajar. Ia tidak berbalik dan 

menolak Kristus sebab  perkataan-Nya yang ke-

ras itu, namun   dengan jujur mengakui ketidak-

tahuannya, yang menyiratkan suatu keinginan 

untuk mengetahui dengan lebih baik lagi. sebab  

itu, dibandingkan  beranggapan bahwa ia memiliki  

anggapan-anggapan tertentu yang sangat men-

jijikkan mengenai kelahiran baru yang dibicara-

kan Kristus ini, saya lebih memilih untuk menaf-

sirkan pertanyaannya itu sebagai: “Tuhan, buat-

lah saya mengerti akan hal ini, sebab itu meru-

pakan sebuah teka teki bagiku. Aku begitu bodoh 

sampai aku tidak tahu bahwa ada cara lain bagi 

seseorang untuk dilahirkan selain dari rahim 

ibunya.” Apabila kita menjumpai apa yang tidak 

jelas dan sulit dimengerti dalam perkara-perkara 

mengenai Tuhan  , kita harus terus menggunakan 

sarana pengetahuan dengan rajin dan rendah 

hati, sampai akhirnya Tuhan   menyatakan hal itu 

kepada kita.        

b.  Pernyataan ini dimulai dan dijelaskan lebih lanjut 

oleh Yesus Tuhan kita (ay. 5-8). Dari keberatan itu, 

Ia mengambil kesempatan, 

(a) Untuk mengulangi dan menegaskan apa yang 

telah dikatakan-Nya (ay. 5): “Sesungguhnya Aku 

berkata kepadamu, hal yang sama yang telah 

Kukatakan sebelumnya.” Perhatikanlah, firman 

Tuhan   bukanlah ya dan tidak, melainkan ya dan 

amin. Apa yang telah dikatakan-Nya akan tetap 

dipegang-Nya dengan teguh, tidak peduli siapa 

pun menentangnya. Ia juga tidak akan menarik 

kembali perkataan-perkataan-Nya hanya sebab  

ketidaktahuan dan kesalahan manusia. Meski-

pun Nikodemus tidak mengerti rahasia pembaha-

ruan jiwa (regenerasi) ini, Kristus tetap menegas-

kan perlunya hal itu sama seperti sebelumnya. 

Perhatikanlah, sungguh bodoh jika kita berpikir 

bahwa kita dapat menghindari perintah-perintah 

Injil dengan alasan bahwa kita tidak bisa mema-

haminya (Rm. 3:3-4).  

(b) Untuk menguraikan dan menjelaskan apa yang 

telah dikatakan-Nya mengenai pembaharuan jiwa 

(regenerasi). Dan untuk menerangkannya lebih 

lanjut, Ia menunjukkan:  

[a] Pencipta perubahan yang penuh berkat ini, 

dan siapa yang mengerjakannya. Dilahirkan 

kembali berarti dilahirkan dari Roh (ay. 5-8). 

Perubahan itu dikerjakan bukan dengan hik-

mat dan kekuatan kita sendiri, melainkan de-

ngan kuasa dan pengaruh Roh kasih karunia 

yang terpuji itu. Itu yaitu  pengudusan oleh 

Roh (1Ptr. 1:2), pembaharuan yang dikerjakan 

oleh Roh Kudus (Tit. 3:5). Firman yang de-

ngannya Ia bekerja yaitu  ilham-Nya, dan 

hati yang di dalamnya Ia bekerja dapat dima-

suki-Nya. 

[b]  Sifat perubahan ini, dan apa yang diubahkan. 

Yang diubahkan yaitu  roh (ay. 6). Orang 

yang diperbaharui dibuat menjadi rohani, dan 

dimurnikan dari sampah dan ampas hawa 

nafsu. Jiwa yang berakal dan kekal kini telah 

merebut kembali kuasa dan kepentingan-ke-

pentingannya atas daging, yang memang se-

harusnya dimilikinya. Orang-orang Farisi le-

bih mengutamakan kesucian dan ibadah-iba-

dah lahiriah dalam hidup beragama, dan bagi  

mereka, menjadi rohani tentu merupakan 

suatu perubahan yang luar biasa besar, sama 

besarnya dengan kelahiran baru. 

[c] Perlunya perubahan ini. Pertama, Kristus di 

sini menunjukkan bahwa hal ini jelas pen-

ting, sebab kita tidak pantas masuk ke dalam 

Kerajaan Tuhan   sebelum kita dilahirkan kem-

bali: Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu  

daging (ay. 6). Penyakit kita, beserta penye-

bab-penyebabnya, sudah begitu parah sehing-

ga jelas bahwa tidak ada yang dapat meng-

obatinya kecuali kita dilahirkan kembali. 1. 

Kita di sini diberi tahu siapa sebenarnya kita: 

kita yaitu  daging, kita tidak hanya bersifat 

badaniah namun   juga jahat (Kej. 6:3). Hakikat 

jiwa kita memang tetap bersifat rohani, namun   

jiwa itu begitu melekat dengan daging, begitu 

ditawan oleh kehendak daging, dan dengan 

demikian mencintai kenikmatan-kenikmatan 

daging, dan begitu sering dipakai untuk me-

muaskan kebutuhan-kebutuhan daging, se-

hingga pada umumnya jiwa itu sudah dipan-

dang sebagai daging. Jiwa ini sudah bersifat 

kedagingan. Jadi, seperti apa jadinya  perse-

kutuan antara Tuhan  , yang yaitu  Roh, de-

ngan jiwa yang ada dalam keadaan seperti 

itu? 2. Bagaimana kita sampai menjadi demi-

kian: sebab  dilahirkan dari daging. Kecemar-

an itu merupakan bawaan lahiriah kita, dan 

oleh sebab  itu kita tidak dapat memiliki 

kodrat yang baru kecuali kita dilahirkan kem-

bali. Kodrat yang rusak, yaitu daging, timbul 

dari kelahiran kita yang pertama, dan sebab  

itu kodrat yang baru, yaitu roh, harus timbul 

dari kelahiran kita yang kedua. Nikodemus 

berbicara mengenai masuk kembali ke dalam 

rahim ibunya, lalu dilahirkan. Akan namun  , 

kalaupun ia bisa, untuk apakah itu? Andai-

kata ia dilahirkan dari rahim ibunya seratus 

kali pun, hal itu tidak akan dapat memper-

baiki persoalan yang ada, sebab  yang dilahir-

kan dari daging tetap yaitu  daging, yang 

tahir tidaklah bisa dikeluarkan dari yang na-

jis. Ia harus mencari asal mula yang lain, ia 

harus dilahirkan dari Roh, kalau tidak, ia 

tidak bisa menjadi rohani. Persoalannya se-

cara singkat yaitu  seperti ini: meskipun 

manusia diciptakan sebagai makhluk yang 

terdiri atas tubuh dan jiwa, sisi rohaninya 

dulu begitu berkuasa atas sisi jasmaninya, 

sehingga ia disebut makhluk yang hidup (Kej. 

2:7, KJV: jiwa yang hidup – pen.) Akan namun  , 

dengan memanjakan nafsu kedagingan, de-

ngan memakan buah terlarang, ia melacur-

kan kekuasaan jiwa yang benar ini kepada 

kelaliman hawa nafsu. Dengan begitu, ia 

tidak lagi menjadi jiwa yang hidup, melainkan 

daging: engkau debu. Jiwa yang hidup men-

jadi mati dan tidak bisa berbuat apa-apa. De-

mikianlah pada hari ia berdosa ia pasti mati, 

dan dengan demikian ia menjadi makhluk 

duniawi, yang berasal dari tanah. Dalam ke-

adaan yang sudah merosot ini, ia melahirkan 

anak dalam gambar dan rupanya. Ia mene-

ruskan kodrat manusiawi yang sudah meng-

endap utuh dalam dirinya, yang sudah sede-

mikian rusak dan bejat, dan dengan cara 

seperti itulah kodrat ini terus-menerus ditu-

runkan. Kecemaran dan dosa sudah terjalin 

dalam kodrat kita. Dalam kesalahan kita di-

peranakkan, dan dengan demikian sifat kita 

harus diubah. Mengenakan pakaian baru 

atau memasang muka baru saja tidaklah cu-

kup, kita harus mengenakan manusia baru, 

kita harus menjadi ciptaan-ciptaan baru. Ke-

dua, Kristus membuat perihal kelahiran baru 

ini lebih penting lagi, dengan perkataan-Nya 

sendiri: Janganlah engkau heran, sebab  Aku 

berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan 

kembali (ay. 7). 1. Kristus telah mengatakan-

nya, dan sebab  Ia sendiri tidak pernah, dan 

tidak akan pernah, menarik kembali perkata-

an-Nya sendiri, maka seluruh dunia tidak 

dapat menyangkalnya, bahwa kita harus dila-

hirkan kembali. Dia yang yaitu  Sang Pemberi 

hukum yang agung, yang kehendak-Nya ada-

lah hukum, Dia yang yaitu  Sang Pengantara 

agung dalam perjanjian baru, dan yang mut-

lak berkuasa menentukan syarat-syarat per-

damaian kita dengan Tuhan   dan kebahagiaan 

kita di dalam-Nya, Dia yang yaitu  Tabib 

agung bagi jiwa-jiwa, yang mengetahui per-

masalahan mereka, dan apa yang dibutuhkan 

bagi kesembuhan mereka, Dia telah berkata, 

“Engkau harus dilahirkan kembali.” “Aku ber-

kata kepadamu, mengenai suatu hal yang me-

nyangkut kepentingan semua, bahwa kamu 

harus, kamu semua, siapa saja, kamu harus 

dilahirkan kembali, bukan hanya orang-orang 

biasa, melainkan juga para pemimpin, para 

pengajar di Israel.” 2. Janganlah kita heran 

sebab nya, sebab apabila kita menimbang be-

tapa kudusnya Tuhan   yang berurusan dengan 

kita, betapa besarnya rancangan penebusan 

bagi kita, betapa bobroknya kodrat kita, dan 

betapa besarnya kebahagiaan yang disedia-

kan bagi kita, maka kita tidak akan mengang-

gapnya aneh bahwa hal ini begitu ditekankan 

sebagai suatu hal yang mutlak diperlukan, 

yaitu bahwa kita harus dilahirkan kembali.  

[d] Perubahan ini digambarkan dengan dua per-

bandingan. Pertama, pembaharuan (regene-

rasi) yang dilakukan oleh Roh dibandingkan 

dengan air (ay. 5). Dilahirkan kembali berarti 

dilahirkan dari air dan dari Roh, yang artinya, 

dari Roh yang bekerja seperti air, seperti da-

lam Matius 3:11, dengan Roh Kudus dan de-

ngan api, yang berarti dengan Roh Kudus se-

perti dengan api. 1. Yang terutama dimaksud-

kan di sini yaitu  untuk menunjukkan bah-

wa Roh, dalam menguduskan jiwa, (1) Mem-

bersihkan dan memurnikannya seperti air, 

membuang kotorannya yang tidak pantas bagi 

Kerajaan Tuhan  . Ini yaitu  permandian kela-

hiran kembali (Tit. 3:5). Kamu telah memberi 

dirimu disucikan (1Kor. 6:11, KJV: “Kamu telah 

dibasuh” – pen.). Lihat juga Yehezkiel 36:25. 

(2) Mendinginkan dan menyegarkannya, se-

perti air bagi rusa yang sedang diburu atau 

bagi pelancong yang sedang kelelahan. Roh 

dibandingkan dengan air (7:38-39; Yes. 44:3). 

Dalam penciptaan pertama, makhluk-makh-

luk di angkasa terlahir dari air (Kej. 1:20), dan 

mungkin dengan merujuk gambaran ini, me-

reka yang lahir dari atas dikatakan dilahirkan 

dari air. 2. Mungkin juga bahwa Kristus da-

lam hal ini sedang berpikir mengenai baptis-

an, yang telah digunakan Yohanes, dan yang 

sudah mulai digunakan-Nya sendiri, “Kamu 

harus dilahirkan kembali dari Roh,” dan pem-

baharuan (regenerasi) oleh Roh ini dilambang-

kan dengan pembasuhan dengan air, sebagai 

tanda lahiriah dari anugerah rohani. Ini tidak 

berarti bahwa hanya mereka yang dibaptis 

saja yang akan diselamatkan. Yang benar 

yaitu , bahwa tanpa kelahiran baru itu, yang 

dikerjakan oleh Roh, dan yang dilambangkan 

dengan baptisan, tidak ada seorang pun yang 

akan dipandang sebagai warga-warga Keraja-

an Sorga dengan hak-hak istimewanya. Orang 

Yahudi tidak akan dapat ambil bagian dalam 

Kerajaan Mesias, yang sudah lama mereka 

nanti-nantikan itu, kecuali mereka berhenti 

berharap bahwa mereka dapat dibenarkan de-

ngan menjalankan hukum Taurat, dan ke-

cuali mereka memberi diri untuk menerima 

baptisan pertobatan, yaitu kewajiban besar 

Injil, untuk penghapusan dosa, yaitu keistime-

waan besar yang diberikan oleh Injil. Kedua, 

pembaharuan yang dilakukan oleh Roh di-

bandingkan dengan angin: Angin bertiup ke 

mana ia mau, demikianlah halnya dengan 

tiap-tiap orang yang lahir dari Roh (ay. 8). Kata 

yang dipakai di sini (pneuma) bisa berarti 

angin atau Roh. Roh turun ke atas para rasul 

dengan tiupan angin keras (Kis. 2:2), penga-

ruh-pengaruh-Nya yang berkuasa dalam hati 

para pendosa dibandingkan dengan embusan 

angin (Yeh. 37:9), dan pengaruh-pengaruh-

Nya yang indah dalam jiwa orang-orang ku-

dus dibandingkan dengan angin utara dan 

angin selatan (Kid. 4:16). Perbandingan ini di 

sini digunakan untuk menunjukkan, 1. Bah-

wa Roh, dalam membaharui, bekerja dengan 

sesuka hati, sebagai pekerja yang bebas. 

Angin bertiup ke mana ia mau, dan tidak men-

dengarkan permintaan kita, atau patuh terha-

dap perintah kita. Tuhan   mengaturnya. Ia mela-

kukan firman-Nya (Mzm. 148:8). Roh mene-

barkan pengaruh-pengaruh-Nya di mana, 

kapan, kepada siapa, dan seberapa banyak 

dan hebat, menurut kesukaan-Nya. Ia mem-

berikan karunia kepada tiap-tiap orang secara 

khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor. 

12:11). 2. Bahwa Ia bekerja dengan penuh 

kuasa, dan dengan dampak-dampak yang 

nyata: Engkau mendengar bunyinya. Meski-

pun apa yang memicu nya tersembunyi, 

dampak-dampaknya terasa. saat  jiwa mulai 

berduka atas dosa, merintih di bawah beban 

kejahatan, menggapai-gapai Kristus, dan ber-

seru Ya Abba – Ya Bapa, saat itulah kita men-

dengar bunyi Roh, kita tahu Ia sedang beker-

ja, seperti dalam Kisah Para Rasul 9:11, ia 

sekarang berdoa. 3. Bahwa Ia bekerja secara 

rahasia, dan dengan cara-cara yang tersem-

bunyi: Engkau tidak tahu dari mana ia datang 

atau ke mana ia pergi. Bagaimana ia me-

ngumpulkan dan mengerahkan kekuatannya, 

itu merupakan sebuah teka teki bagi kita. 

Demikian pula cara dan jalan pekerjaan Roh 

merupakan suatu rahasia. Ke manakah pergi-

nya Roh Tuhan? (1Raj. 22:24, terjemahan KJV 

– pen.). Lihat Pengkhotbah 11:5, dan banding-

kanlah dengan Mazmur 139:15.   

2.  Inilah pernyataan tentang kepastian dan keagungan kebenar-

an-kebenaran Injil. Kesempatan untuk menyatakannya diman-

faatkan Kristus sebab  melihat kelemahan Nikodemus.  

Inilah:   

(1) Keberatan yang tetap diajukan Nikodemus (ay. 9): Bagai-

manakah mungkin hal itu terjadi? Tampaknya penjelasan 

Kristus tentang pentingnya pembaharuan jiwa (regenerasi) 

itu belum juga jelas baginya. Kebobrokan kodrat manusia 

yang membuat pembaharuan itu penting, dan cara Roh 

bekerja yang membuat pembaharuan itu dapat dilakukan, 

sama misteriusnya dengan kelahiran kembali itu sendiri 

bagi Nikodemus. Meskipun secara umum ia sudah meng-

akui Kristus sebagai guru yang diutus Tuhan  , ia tidak mau 

menerima ajaran-ajaran-Nya begitu saja apabila ajaran-

ajaran itu tidak sejalan dengan berbagai gagasan yang sela-

ma ini sudah tertanam di dalam dirinya. Demikianlah ba-

nyak orang mengaku menerima ajaran Kristus pada 

umumnya, namun mereka tidak mau percaya terhadap ke-

benaran-kebenaran Kekristenan atau tunduk pada hukum-

hukumnya lebih dibandingkan  apa yang mereka senangi. Kris-

tus boleh menjadi guru mereka, asalkan mereka dibiarkan 

memilih pelajaran mereka sendiri.  

Nah, di sini:  

[1]  Nikodemus mengakui bahwa dia memang tidak meng-

erti maksud Kristus: “Bagaimanakah mungkin hal itu 

terjadi? Ini merupakan perkara-perkara yang tidak ku-

mengerti, kemampuanku tidak akan bisa mencapainya.” 

Demikianlah apa yang berasal dari Roh Tuhan   yaitu  


suatu kebodohan bagi manusia duniawi. Perkara-per-

kara itu tidak hanya asing baginya, dan oleh sebab itu 

tidak dapat dia mengerti, namun   juga dia berprasangka 

buruk terhadapnya, dan oleh sebab nya perkara-per-

kara itu merupakan suatu kebodohan baginya.  

[2]  sebab  ajaran ini tidak dapat dimengerti olehnya (dan ia 

dengan senang hati menganggapnya demikian), ia mem-

pertanyakan kebenarannya, seolah-olah sebab  ajaran 

itu baginya merupakan suatu pertentangan, maka de-

ngan sendirinya ajaran itu hanyalah reka-rekaan se-

mata. Banyak orang yang berpendapat demikian menu-

rut kemampuan mereka sendiri, sehingga mereka ber-

pikir bahwa apa yang tidak bisa dibuktikan tidak dapat 

mereka percayai. Dengan hikmat mereka tidak mengenal 

Kristus. 

(2) Teguran yang diberikan Kristus kepadanya sebab  kebo-

dohan dan ketidaktahuannya: “Engkau yaitu  pengajar di 

Israel, Didaskalos – seorang guru, pembimbing, orang yang 

duduk di kursi Musa, namun engkau bukan hanya tidak 

mengenal ajaran pembaharuan ini, namun   juga tidak mam-

pu memahaminya?”  

Perkataan ini merupakan suatu teguran:  

[1] Bagi orang-orang yang bertugas mengajar orang lain na-

mun mereka sendiri tidak tahu dan tidak memahami 

ajaran tentang kebenaran.  

[2] Bagi orang-orang yang menghabiskan waktu mereka 

untuk belajar dan mengajarkan berbagai macam gagas-

an dan upacara agama, berbagai seluk beluk dan tafsir-

an Alkitab, namun mengabaikan perbuatan-perbuatan 

nyata yang berkuasa memperbaharui hati dan hidup 

orang. Ada dua pernyataan dalam teguran ini yang di-

sampaikan dengan sangat tegas: pertama, tempat di 

mana ia dilahirkan, yaitu di Israel, di mana ada begitu 

banyak sarana pengetahuan, di mana pewahyuan ilahi 

diberikan. Ia sebenarnya bisa saja mempelajari hal ini 

dari Perjanjian Lama. Kedua, hal-hal yang tidak diketa-

huinya: hal-hal itu, hal-hal yang perlu itu, yang agung, 

yang ilahi, tidak pernahkah dibacanya dalam Mazmur 

1:5; Yehezkiel 18:31; 36:25-26?    

(3) Perkataan Kristus mengenai kepastian dan keagungan ke-

benaran-kebenaran Injil ini (ay. 11-13) yaitu  untuk me-

nunjukkan betapa bodohnya orang-orang yang mengang-

gapnya aneh, dan untuk mengajak kita agar menyelidiki-

nya lebih lanjut.  

Perhatikanlah di sini: 

[1] Bahwa kebenaran-kebenaran yang diajarkan Kristus 

yaitu  pasti dan dapat kita pertaruhkan (ay. 11): Kami 

berkata-kata tentang apa yang kami ketahui. Kami, 

siapakah yang dimaksudkan-Nya di sini selain diri-Nya 

sendiri? Sebagian orang memahaminya sebagai orang-

orang yang memberikan kesaksian tentang-Nya dan 

bersama-Nya di dunia ini, yaitu para nabi dan Yohanes 

Pembaptis. Mereka berkata-kata tentang apa yang mere-

ka ketahui dan apa yang telah mereka lihat, dan mereka 

sudah sangat yakin akan kebenaran dari hal-hal itu: 

wahyu ilahi membawa serta bukti mengenai dirinya ber-

sama dirinya sendiri. Sebagian orang lagi memahaminya 

sebagai mereka yang membawa kesaksian dari sorga, 

yaitu Bapa dan Roh Kudus. Bapa berada bersama-Nya, 

dan Roh Tuhan ada pada-Nya. Oleh sebab  itu Ia ber-

bicara dengan menggunakan kata ganti jamak, seperti 

dalam pasal 14:23: Kami akan datang kepadanya.  

Perhatikanlah:  

Pertama, bahwa kebenaran-kebenaran Kristus itu 

sudah pasti dan tidak diragukan lagi. Kita memiliki  

semua alasan untuk meyakini bahwa perkataan-perka-

taan Kristus yaitu  perkataan-perkataan yang benar, 

dan bolehlah kita mempertaruhkan jiwa kita untuknya, 

sebab Ia bukan hanya saksi yang dapat dipercaya, yang 

tidak akan menipu kita, melainkan juga saksi yang 

cakap dan dapat diandalkan, yang dengan sendirinya 

tidak dapat tertipu: Kami bersaksi tentang apa yang 

kami lihat. Ia berbicara bukan dari kata orang, melain-

kan dari bukti yang paling jelas, dan sebab  itu dengan 

keyakinan yang sedalam-dalamnya. Apa yang dibicara-

kan-Nya tentang Tuhan  , tentang dunia yang tidak keli-

hatan, tentang sorga dan neraka, tentang kehendak 

Tuhan   terhadap kita, dan tentang hikmat-hikmat perda-

maian, yaitu  apa yang diketahui-Nya dan yang telah 

dilihat-Nya, sebab Ia ada serta-Nya sebagai Anak kesa-

yangan (Ams. 8:30). Apa pun yang dikatakan Kristus, 

dikatakan-Nya dari pengetahuan-Nya sendiri.  

Kedua, bahwa orang-orang yang tidak percaya sung-

guh telah berbuat dosa besar, dan dosa mereka diperbe-

rat oleh kepastian dan ketidakkeliruan dari kebenaran-

kebenaran Kristus ini. Yang dinyatakan sudah sedemi-

kian pasti, sedemikian jelas, namun kamu tidak mene-

rima kesaksian kami. Begitu banyak orang yang tidak 

mempercayai (begitu pentingnya alasan kepercayaan ini) 

apa yang tidak bisa untuk tidak mereka percayai!  

[2]  Kebenaran-kebenaran yang diajarkan Kristus, meski-

pun disampaikan dalam bahasa dan ungkapan yang di-

ambil dari kejadian-kejadian biasa dalam kehidupan se-

hari-hari, sungguh merupakan kebenaran-kebenaran 

yang paling agung dan bersifat sorgawi sebab  sifatnya 

sudah demikian adanya. Hal ini ditunjukkan dalam ayat 

12: “Waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-

hal duniawi, yang artinya, saat  Aku memberi tahu 

kamu perkara-perkara besar mengenai Tuhan   dalam ber-

bagai perumpamaan yang diambil dari hal-hal duniawi, 

untuk membuatnya lebih mudah dimengerti, seperti 

tentang kelahiran baru dan angin, saat  Aku sudah 

berusaha menyesuaikan diri sedemikian rupa dengan 

kemampuanmu, dan berbicara kepadamu dalam baha-

samu sendiri, namun ini tidak juga membuatmu meng-

erti ajaran-Ku, lantas bagaimana kamu akan mengerti 

kalau Aku membicarakan hal-hal tersebut sebagaimana 

adanya, dan berbicara kepadamu dalam bahasa malai-

kat, bahasa yang tidak dapat diucapkan oleh makhluk 

yang fana itu? Jika ungkapan-ungkapan yang sudah 

sedemikian biasa saja sudah menjadi batu sandungan, 

bagaimana jadinya dengan gagasan-gagasan abstrak 

dan hal-hal rohani yang digambarkan apa adanya?”  

Nah, dari sini kita dapat belajar:  

Pertama, untuk mengagumi betapa tinggi dan da-

lamnya ajaran Kristus. Ajaran-Nya merupakan misteri 

atau rahasia keTuhan  an yang agung. Perkara-perkara 

Injil yaitu  perkara-perkara sorgawi, yang berada di 

luar jalur penyelidikan akal budi manusia, dan terlebih 

lagi di luar jangkauan penemuan-penemuannya.  

Kedua, untuk mensyukuri kerendahan hati Kristus, 

bahwa Ia mau menyesuaikan cara-Nya dalam mewah-

yukan Injil-Nya dengan kemampuan-kemampuan kita, 

berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak. Ia 

memperhatikan tubuh kita, bahwa kita diciptakan dari 

tanah, dan memperhatikan tempat kita, bahwa kita ber-

ada di dunia, dan sebab  itu Ia berbicara kepada kita 

tentang hal-hal duniawi, dan menjadikan hal-hal yang 

kasat mata sebagai sarana untuk membicarakan hal-

hal yang rohani, untuk membuatnya lebih mudah di-

mengerti dan terasa lebih dekat dengan kita. Demikian-

lah yang sudah dilakukan-Nya baik dalam perumpama-

an maupun dalam sakramen.  

Ketiga, untuk meratapi kodrat kita yang sudah ru-

sak, dan ketidakberdayaan kita untuk menerima dan 

menyambut kebenaran-kebenaran Kristus. Hal-hal du-

niawi direndahkan sebab  kasar, dan hal-hal sorgawi 

diabaikan sebab  rumit. Dengan demikian, apa pun cara 

yang dipakai, orang pasti akan berusaha mendapatkan 

sedikit banyak kesalahan di dalamnya (Mat. 11:17). Wa-

laupun begitu, hikmat Tuhan   dibenarkan, dan akan 

dibenarkan, oleh perbuatannya.  

[3] Yesus Tuhan kita, dan hanya Dia sendiri, layak menya-

takan kepada kita suatu ajaran yang sedemikian pasti, 

sedemikian agung: Tidak ada seorang pun yang telah 

naik ke sorga, selain dari pada Dia (ay. 13). 

Pertama, tidak ada yang lain selain Kristus yang 

mampu menyatakan kepada kita apa yang dikehendaki 

Tuhan   bagi keselamatan kita. Nikodemus menyapa Kris-

tus sebagai nabi, namun   ia harus tahu bahwa Kristus 

lebih besar dibandingkan  semua nabi Perjanjian Lama, se-

bab tidak ada seorang pun dari antara mereka yang 

telah naik ke sorga. Mereka menulis Kitab Suci dengan 

tuntunan ilham ilahi, dan bukan dari pengetahuan 

mereka sendiri (1:18). Musa naik ke gunung, namun   

tidak ke sorga. Tidak ada seorang pun yang memiliki  

pengetahuan tentang Tuhan   dan perkara-perkara sorgawi 

sedemikian pasti seperti Kristus (Mat. 11:27). Bukanlah 

tugas kita untuk pergi ke sorga dan menerima ajaran, 

kitalah yang harus menunggu menerima ajaran-ajaran 

yang akan dikirimkan Sorga kepada kita (Ams. 30:4; Ul. 

30:12).  

Kedua, Yesus Kristus mampu, pantas, dan meme-

nuhi syarat dalam segala hal, untuk menyatakan ke-

hendak Tuhan   kepada kita, sebab Dialah yang telah turun 

dari sorga dan yang berada di sorga. Ia telah berkata 

(ay. 12), “Bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku 

berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?” 

Nah di sini:  

1. Ia memberikan kepada mereka sebuah contoh me-

ngenai hal-hal sorgawi yang dapat diberitahukan-

Nya kepada mereka, yaitu saat  Ia berbicara ten-

tang Dia yang turun dari sorga, namun pada saat 

yang sama Dia juga yaitu  Anak Manusia. Dia ada-

lah Anak Manusia, namun juga berada di sorga. Jika 

pembaharuan (regenerasi) jiwa manusia itu saja su-

dah merupakan suatu hal yang begitu rahasia, 

bagaimana pula dengan inkarnasi Anak Tuhan  ? Ini 

sungguh merupakan perkara-perkara ilahi dan sor-

gawi. Di sini kita melihat suatu petunjuk tentang 

dua tabiat Kristus yang berbeda yang ada  da-

lam satu pribadi: tabiat ilahi-Nya, yang dengannya Ia 

turun dari sorga, dan tabiat manusiawi-Nya, yang 

dengannya Ia disebut Anak Manusia, dan kesatuan 

di antara keduanya, bahwa meskipun Ia Anak Ma-

nusia, Ia berada di sorga.  

2.  Ia memberikan suatu bukti kepada mereka akan ke-

mampuan-Nya untuk berbicara tentang hal-hal sor-

gawi kepada mereka, dan untuk membimbing mere-

ka ke dalam Kerajaan Sorga yang begitu rahasia, 

dengan memberi tahu mereka,  

(1) Bahwa Ia turun dari sorga. Pengadaan hubungan 

antara Tuhan   dan manusia dimulai dari atas. 

Yang pertama bergerak untuk memulainya tidak 

muncul dari bumi ini, namun   turun dari sorga. 

Kita mengasihi-Nya dan pergi mendatangi-Nya 

sebab  Ia terlebih dulu mengasihi kita dan diutus 

untuk mendatangi kita.  

Nah, hal ini menunjukkan:  

[1] Tabiat ilahi Kristus. Ia yang turun dari sorga 

pastilah lebih dibandingkan  hanya seorang manu-

sia. Ia yaitu  Tuhan dari sorga (1Kor. 15:47).  

[2] Keakraban-Nya dalam hikmat-hikmat ilahi. 

Datang dari pelataran sorga, Ia sudah menge-

nal perkara-perkara sorgawi sejak dari keke-

kalan.  

[3] Perwujudan Tuhan  . Dalam masa Perjanjian 

Lama, kebaikan-kebaikan Tuhan   kepada umat-

Nya diungkapkan dengan gambaran bahwa 

Dia mendengar dari sorga (2Taw. 7:14), me-

mandang dari langit (Mzm. 80:15), berbicara 

dari langit (Neh. 9:13), dan mengirim utusan 

dari sorga (Mzm. 57:4). namun   Perjanjian Baru 

memperlihatkan kepada kita Tuhan   turun dari 

sorga, untuk mengajar dan menyelamatkan 

kita. Ia yang turun dengan cara demikian 

sungguh merupakan suatu rahasia yang me-

ngagumkan, sebab Tuhan   tidak bisa mengubah 

tempat kediaman-Nya, atau membawa tubuh-

Nya dari sorga. Yang lebih mengagumkan lagi, 

Ia mau merendahkan diri-Nya dengan cara 

demikian bagi penebusan kita. Ini sungguh 

merupakan suatu belas kasihan yang lebih 

mengagumkan. Dalam hal ini Ia memperlihat-

kan kasih-Nya yang begitu besar.  

(2) Bahwa Ia yaitu  Anak Manusia, Anak Manusia 

yang dibicarakan oleh Daniel itu (7:13), yang se-

lalu dipahami oleh orang-orang Yahudi sebagai 

Mesias. Kristus, dengan menyebut diri-Nya seba-

gai Anak Manusia, menunjukkan bahwa Ia ada-

lah Adam kedua, sebab Adam yang pertama ada-

lah bapak manusia. Dari semua gelar Mesias 

dalam Perjanjian Lama, Ia memilih menggunakan 

gelar ini, sebab gelar itulah yang paling baik 

mengungkapkan kerendahan hati-Nya, dan yang 

paling sesuai dengan keadaan diri-Nya sekarang 

yang sedang merendah.  

(3) Bahwa Ia berada di sorga. Sekarang, pada waktu 

ini, saat  Ia sedang berbicara dengan Nikode-

mus di bumi, sebagai Tuhan  , Ia juga berada di 

sorga. Anak Manusia, dalam rupa manusia, ti-

daklah berada di sorga sebelum kenaikan-Nya, 

namun   Ia yang yaitu  Anak Manusia pada saat 

ini, oleh sebab  tabiat ilahi-Nya bisa berada di 

mana saja, khususnya di sorga. Dengan demi-

kian, Tuhan yang mulia, dalam pengertian yang 

demikian, tidak bisa disalibkan, begitu juga 

Tuhan  , dalam pengertian yang demikian, tidak 

bisa mencurahkan darah-Nya. Namun demikian, 

pribadi yang yaitu  Tuhan yang mulia disalibkan 

(1Kor. 2:8), dan Tuhan   menebus jemaat dengan 

darah-Nya sendiri (Kis. 20:28). Begitu dekatnya 

kesatuan antara dua tabiat dalam satu pribadi 

ini sehingga di dalamnya terjalin hubungan yang 

demikian erat. Ia tidak berkata hos esti. Tuhan   

yaitu  ho ōn tō ouranō – Dia yaitu  Dia, dan 

sorga yaitu  tempat kediaman kekudusan-Nya.    

3.  Kristus di sini berbicara tentang rancangan agung kedatangan-

Nya ke dunia, dan kebahagiaan orang-orang yang percaya 

kepada-Nya (ay. 14-18). Di sini kita melihat inti sari dari 

seluruh Injil, perkataan yang benar itu (1Tim. 1:15), bahwa 

Yesus Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan 

anak-anak manusia dari kematian, dan memulihkan mereka 

kembali ke dalam kehidupan. Nah, para pendosa yaitu  orang-

orang mati sebab  satu alasan berganda: – 

(1) Seperti halnya orang yang menderita luka yang mematikan 

atau mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan, 

dikatakan sebagai orang mati, sebab ia sekarat, demikian 

pula Kristus datang menyelamatkan kita dengan cara me-

nyembuhkan kita, seperti ular tembaga yang menyembuh-

kan orang-orang Israel (ay. 14-15).  

(2)  Seperti halnya orang yang dihukum mati dengan adil kare-

na melakukan kejahatan yang tidak dapat diampuni dika-

takan sebagai orang mati, demikian pula orang berdosa 

mati di dalam hukum, dan dengan melihat bahaya yang 

mengancam kita dalam hal ini, Kristus datang untuk me-

nyelamatkan kita sebagai Penguasa atau Hakim, dengan 

mengumumkan pengampunan kepada semua orang, de-

ngan syarat-syarat tertentu. Tindakan penyelamatan ini di-

pertentangkan dengan tindakan penghakiman (ay. 16-18).   

[1] Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan kita de-

ngan cara menyembuhkan kita, seperti halnya orang-

orang Israel yang dipagut ular tedung disembuhkan dan 

hidup dengan memandang patung ular tembaga. Kita 

dapat membaca kisahnya dalam Bilangan 21:6-9. Ini 

merupakan mujizat terakhir yang terjadi lewat tangan 

Musa sebelum kematiannya. Nah, dalam peristiwa yang 

merupakan gambaran Kristus ini kita dapat memper-

hatikan:  

Pertama, kodrat dosa yang mematikan dan merusak, 

yang tersirat dalam kisah Musa ini. Rasa bersalah 

sebab  dosa yaitu  seperti derita sebab  dipagut ular 

tedung, dan kuasa kejahatan yaitu  seperti bisa yang 

menyebar ke seluruh tubuh sebab  pagutan itu. Iblis 

yaitu  ular tua, yang pada mulanya cerdik (Kej. 3:1), 

namun sesudahnya ganas, dan godaan-godaannya se-

perti panah api, serangan-serangannya mengerikan, 

dan kemenangan-kemenangannya menghancurkan. Ta-

nyakanlah pada suara hati nurani yang tersadar, 

tanyakan pula pada para pendosa yang terkutuk, maka 

mereka akan memberi tahu kita betapa dahsyatnya pe-

sona dan daya pikat dosa pada mulanya, namun pada 

akhirnya ia memagut seperti ular (Ams. 23:30-32). Mur-

ka Tuhan   terhadap kita sebab  dosa yaitu  seperti ular-

ular tedung yang dikirimkan Tuhan   kepada orang-orang 

Israel, untuk menghukum mereka sebab  mereka ber-

sungut-sungut. Kutukan-kutukan hukum Taurat ada-

lah seperti ular-ular tedung, dan dengan demikian 

semua itu merupakan pertanda murka Tuhan  .  

Kedua, obat manjur yang disediakan untuk melawan 

penyakit yang mematikan ini. Keadaan orang-orang ber-

dosa sungguh menyedihkan, namun   apakah ini berarti 

bahwa tidak ada harapan lagi untuk mereka? Syukur 

kepada Tuhan   bahwa tidak demikian halnya. Ada balsam 

di Gilead. Anak Manusia ditinggikan, seperti ular tem-

baga yang ditinggikan Musa, yang menyembuhkan 

orang-orang Israel yang terpagut.   

1.  Ular tembagalah yang menyembuhkan mereka. Tem-

baga itu terang, kita membaca tentang kaki Kristus 

yang mengkilap bagaikan tembaga (Why. 1:15). Tem-

baga itu tahan lama, Kristus juga sama. Tembaga itu 

dibentuk menyerupai ular tedung, namun tidak ber-

bisa, tidak memagut, jadi sangat cocok menggam-

barkan Kristus yang dijadikan dosa bagi kita namun 

tidak berdosa, dan yang serupa dengan daging yang 

dikuasai dosa, namun tidak berdosa. Ia tidak ber-

bahaya sama seperti ular tembaga. Ular yaitu  

makhluk yang terkutuk, Kristus pun dijadikan seba-

gai kutuk. Apa yang menyembuhkan mereka meng-

ingatkan mereka akan wabah yang mereka derita, 

demikian pula halnya di dalam Kristus dosa diperli-

hatkan kepada kita sebagai sesuatu yang paling ga-

nas dan paling menakutkan.  

2.  Ular tembaga itu ditinggikan di atas tiang, begitu 

pula Anak Manusia harus ditinggikan. Demikianlah 

Ia harus menderita dan ditinggikan (Luk. 24:26, 46). 

Tidak ada obat sekarang. Kristus ditinggikan,  

(1) Dalam penyaliban-Nya. Ia ditinggikan di atas 

kayu salib. Dalam kematian-Nya Ia dikatakan di-

tinggikan (12:32-33). Dia ditinggikan sebagai ton-

tonan, sebagai pertanda, ditinggikan antara sorga 


dan bumi, seolah-olah Ia tidak layak berada di 

tempat yang satu ataupun yang lain, dan dicam-

pakkan oleh keduanya.   

(2) Dalam kenaikan-Nya. Ia ditinggikan di sisi kanan 

Bapa, untuk memberikan pertobatan dan peng-

ampunan. Ia ditinggikan di atas kayu salib, un-

tuk lebih ditinggikan lagi di takhta sorgawi.  

(3) Dalam penyebaran dan pemberitaan Injil kekal-

Nya (Why. 14:6). Ular tembaga itu ditinggikan su-

paya beribu-ribu orang Israel dapat memandang-

nya. Kristus di dalam Injil diperlihatkan kepada 

kita, ditunjukkan dengan jelas, Kristus ditinggi-

kan sebagai panji (Yes. 11:10).  

3. Ular tembaga itu ditinggikan oleh Musa. Kristus di-

buat tunduk kepada hukum Musa, dan Musa ber-

saksi tentang Dia.  

4.  Dengan ditinggikan secara demikian, ular tembaga 

itu ditunjukkan sebagai obat yang menyembuhkan 

orang yang terpagut ular tedung. Ia yang mengirim-

kan tulah menyediakan obat penawarnya. Tidak ada 

seorang pun yang dapat menebus dan menyelamat-

kan kita selain Dia yang keadilan-Nya telah menghu-

kum kita. Tuhan   sendirilah yang menyediakan tebus-

annya, dan keberhasilan tebusan itu bergantung 

pada apa yang sudah ditetapkan-Nya. Ular-ular te-

dung itu dikirim untuk menghukum mereka sebab  

mereka telah mencobai Tuhan (begitu menurut Rasul 

Paulus, 1Kor. 10:9), namun mereka disembuhkan 

dengan kuasa yang berasal dari-Nya. Dia yang telah 

kita sakiti hati-Nya yaitu  damai sejahtera kita.  

Ketiga, cara menggunakan obat ini, yaitu dengan 

percaya, yang dengan jelas tersirat dalam perbuatan 

orang-orang Israel yang memandang ular tembaga, agar 

mereka disembuhkan olehnya. Jika ada orang Israel 

yang terpagut namun, entah sebab  ia tidak begitu 

menghiraukan penderitaan dan bahaya yang mengan-

camnya atau sebab  ia tidak begitu percaya pada per-

kataan Musa, ia tidak mau memandang ular tembaga 

itu, maka dengan adil ia akan mati sebab  lukanya. 

namun   setiap orang yang memandang akan tetap hidup 

(Bil. 21:9). Jika ada orang yang sampai pada saat ini 

meremehkan entah penyakit yang mereka derita sebagai 

akibat dosa atau cara penyembuhannya melalui Kristus 

sehingga mereka tidak mau datang kepada Kristus dan 

memenuhi segala persyaratan yang diajukan-Nya, maka 

mereka akan menanggung darah mereka sendiri. Ia 

telah berkata, “Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah 

dirimu diselamatkan” (Yes. 45:22), berpalinglah dan 

hidup. Kita harus puas dan menyetujui cara-cara yang 

telah digunakan oleh Sang Hikmat Kekal dalam menye-

lamatkan dunia yang berdosa, yaitu melalui pengan-

taraan Yesus Kristus, sebagai korban dan pengantara 

yang agung.  

Keempat, dorongan kuat yang diberikan kepada kita 

untuk memandang-Nya dengan iman.  

1. Untuk tujuan inilah Dia ditinggikan, yaitu supaya 

para pengikut-Nya dapat diselamatkan. Dan Ia akan 

terus mengejar apa yang dituju-Nya.  

2. Tawaran keselamatan yang diberikan-Nya berlaku 

bagi semua orang, bahwa setiap orang yang percaya 

kepada-Nya, tanpa kecuali, dapat memperoleh ke-

untungan dari-Nya.  

3.  Keselamatan yang ditawarkan itu lengkap.  

(1) Mereka tidak akan binasa, tidak akan mati ka-

rena luka-luka mereka. Meskipun mereka merasa 

kesakitan dan ketakutan, dosa dan kesalahan 

tidak akan menghancurkan mereka. Namun ini 

belum semuanya.  

(2) Mereka akan beroleh hidup yang kekal. Mereka 

bukan hanya tidak akan mati sebab  luka-luka 

mereka di padang gurun, namun   juga akan sam-

pai di tanah Kanaan (yang akan segera mereka 

masuki). Mereka akan menikmati tempat peris-

tirahatan yang dijanjikan.  

[2] Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan kita de-

ngan cara mengampuni kita, supaya kita tidak mati oleh 

penghakiman hukum Taurat (ay. 16-17). Ini sungguh 

benar-benar Injil, kabar baik, yang terbaik dari semua 

yang pernah turun dari sorga ke bumi. Di sini terkan-

dung banyak hal, segala hal dalam sedikit perkataan, 

berita pendamaian yang disampaikan secara ringkas.  

Pertama, inilah kasih Tuhan   dalam mengaruniakan 

Anak-Nya bagi dunia (ay. 16), yang di dalamnya kita me-

lihat tiga hal:  

1.  Rahasia besar Injil diungkapkan: Begitu besar kasih 

Tuhan   akan dunia ini, sehingga Ia telah mengarunia-

kan Anak-Nya yang tunggal. Kasih Tuhan   Bapa meru-

pakan asal mula terjadinya pembaharuan (regene-

rasi) kita yang dilakukan melalui Roh dan pendamai-

an kita dengan Dia melalui peristiwa ditinggikannya 

Sang Anak.  

Perhatikanlah,  

(1) Yesus Kristus yaitu  Anak Tunggal Tuhan  . Ini se-

makin menunjukkan besarnya kasih Tuhan  , sebab 

Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal itu bagi 

kita. Sekarang tahulah kita bahwa Ia benar-

benar mengasihi kita, sesudah  Ia memberikan 

Anak-Nya yang tunggal bagi kita, yang mengung-

kapkan bukan hanya kehormatan Kristus sendiri 

melainkan juga betapa disayangnya Dia oleh 

Bapa-Nya. Ia selalu ada serta-Nya sebagai Anak 

kesayangan.  

(2) Demi penebusan dan keselamatan umat manu-

sia, Tuhan   berkenan mengaruniakan Anak-Nya 

yang tunggal. Ia tidak hanya mengutus Anak-Nya 

ke dunia dengan kuasa yang penuh dan utuh 

untuk merundingkan pendamaian antara sorga 

dan bumi, namun   Ia juga mengaruniakan-Nya, 

yang berarti, Ia menyerahkan-Nya untuk mende-

rita dan mati bagi kita, sebagai korban penda-

maian dan korban tebusan yang agung. Di sini 

hal tersebut ditunjukkan sebagai alasan meng-

apa Ia harus ditinggikan, sebab demikianlah yang 

telah ditentukan dan dirancang oleh Bapa. Ia

menyerahkan-Nya demi tujuan ini, dan Ia menye-

diakan tubuh bagi-Nya untuk melaksanakannya. 

Musuh-musuh-Nya tidak akan bisa mengambil 

nyawa-Nya seandainya Bapa-Nya tidak menye-

rahkan-Nya. Meskipun Ia belum disalibkan pada 

saat itu, dalam maksud dan rencana Tuhan   yang 

sudah ditetapkan Ia telah diserahkan (Kis. 2:23). 

Bahkan, terlebih lagi, Tuhan   telah mengaruniakan-

Nya, yang berarti, Ia telah menawarkan-Nya 

kepada semua, dan memberikan-Nya kepada se-

mua orang percaya, demi segala maksud dan tu-

juan dalam kovenan baru. Ia telah memberikan-

Nya sebagai Nabi kita, sebagai Saksi bagi bangsa-

bangsa, sebagai Imam agung kita, sebagai Damai 

sejahtera kita, sebagai Kepala jemaat, sebagai 

Kepala atas segala sesuatu bagi jemaat, dan se-

bagai segala sesuatu yang kita perlukan.  

(3) Dalam hal ini Tuhan   telah menunjukkan kasih-

Nya kepada dunia: Begitu besar kasih Tuhan   akan 

dunia ini, begitu sungguh-sungguh, begitu ber-

limpah. Kini makhluk-makhluk ciptaan-Nya tahu 

bahwa Ia mengasihi mereka dan menginginkan 

yang terbaik bagi mereka. Ia begitu mengasihi 

dunia manusia yang sudah jatuh ini, meskipun 

dunia malaikat yang jatuh tidak dikasihi-Nya 

(Rm. 5:8; 1Yoh. 4:10). Lihatlah dan takjublah, 

bahwa Tuhan   yang maha besar mengasihi dunia 

yang begitu tidak bernilai ini! Bahwa Tuhan   yang 

kudus mengasihi dunia yang begitu jahat dengan 

kasih yang penuh dengan kehendak baik, pada-

hal tidak ada satu pun dalam dunia ini yang 

dapat menyenangkan hati-Nya. Inilah masa cinta 

itu (Yeh. 16:6, 8). Orang-orang Yahudi dengan 

angkuh menganggap bahwa Mesias akan diutus 

hanya di dalam kasihnya terhadap bangsa mere-

ka, dan untuk mengangkat mereka di atas ke-

hancuran bangsa-bangsa lainnya. Akan namun  , 

Kristus berkata kepada mereka bahwa Ia datang 

dengan kasih kepada seluruh dunia, baik kepada 

orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi 

(1Yoh. 2:2). Meskipun banyak orang di dunia ini 

binasa, dikaruniakannya Anak Tunggal Tuhan   

merupakan bukti akan kasih Tuhan   kepada selu-

ruh dunia, sebab  melalui Dialah diberikan ta-

waran kehidupan dan keselamatan kepada se-

mua orang. Ini merupakan kasih terhadap suatu 

wilayah yang sudah membelot dan memberontak. 

Pernyataan ampunan dan jaminan dikeluarkan 

bagi semua orang yang ingin datang, yang memo-

hon dengan berlutut, dan yang kembali setia ke-

pada Tuan mereka. Begitu besarnya kasih Tuhan   

akan dunia yang sudah murtad dan berbalik 

dari-Nya sehingga Ia mengirimkan Anak-Nya de-

ngan tawaran yang indah ini, bahwa setiap orang 

yang percaya kepada-Nya, siapa saja, tidak akan 

binasa. Keselamatan memang datang dari orang 

Yahudi, namun   kini Kristus dikenal sebagai kese-

lamatan sampai ke ujung bumi, keselamatan bagi 

semua.  

2.  Inilah kewajiban besar Injil, yaitu percaya kepada 

Yesus Kristus (yang memang telah diberikan Tuhan  , 

diberikan bagi kita, diberikan kepada kita), mene-

rima pemberian itu, dan memenuhi maksud si Pem-

beri itu. Kita harus dengan tulus percaya pada pe-

san yang telah diberikan Tuhan   dalam firman-Nya 

mengenai Anak-Nya. sebab  Tuhan   telah memberi-

kan-Nya kepada kita sebagai Nabi, Imam, dan Raja 

kita, kita harus menyerahkan diri untuk dipimpin, 

diajar, dan diselamatkan oleh-Nya.  

3.  Inilah keuntungan Injil yang besar: Bahwa setiap 

orang yang percaya kepada Kristus tidak akan bi-

nasa. Hal ini telah dikatakan-Nya sebelumnya, dan 

di sini Ia mengulanginya. Ini merupakan kebahagia-

an yang tidak terutarakan bagi semua orang yang 

sungguh-sungguh percaya, dan untuk itu mereka 

pasti akan terus-menerus bersyukur kepada Kristus 

sampai selama-lamanya.   

(1) Bahwa mereka diselamatkan dari kesengsaraan 

dan penderitaan neraka, dibebaskan supaya ja-

ngan turun ke liang kubur, dan bahwa mereka 

tidak akan binasa. Tuhan   telah membuang dosa 

mereka, mereka tidak akan mati. Pengampunan 

telah diperoleh, dan kebebasan pun didapat kem-

bali.  

(2) Mereka berhak atas sukacita besar di sorga: me-

reka akan beroleh hidup yang kekal. Pengkhianat 

yang terbukti bersalah kini tidak hanya diam-

puni, namun   juga disukai, dijadikan kesayangan, 

dan diperlakukan sebagai orang yang mendapat-

kan perkenanan dari Raja segala raja, dan yang 

kepadanya Ia berkenan memberikan kehormatan. 

Dari penjara ia keluar untuk menjadi raja (Pkh. 

4:14). Jika mereka orang-orang percaya, maka 

mereka yaitu  anak, dan jika anak, maka mere-

ka yaitu  ahli waris.  

Kedua, inilah rancangan Tuhan   dalam mengutus 

Anak-Nya ke dalam dunia: untuk menyelamatkan dunia 

oleh Dia. Ia datang ke dalam dunia dengan keselamatan 

pada mata-Nya, dengan keselamatan dalam tangan-Nya. 

Oleh sebab  itu, tawaran kehidupan dan keselamatan 

yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu  benar-benar 

tulus, dan akan menjadi suatu kebaikan bagi semua 

orang yang menerimanya di dalam iman (ay. 17): Tuhan   

mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, dunia yang bersa-

lah, yang memberontak, dan yang murtad ini. Ia meng-

utus-Nya sebagai wakil atau duta-Nya untuk tinggal di 

dunia ini, tidak seperti malaikat yang kadang-kadang 

diutus-Nya ke dunia hanya sebagai pengunjung. Sejak 

manusia berdosa, ia selalu ketakutan jika ada pembawa 

pesan khusus dari sorga yang muncul di hadapannya 

dan mendekatinya, sebab  ia sadar bahwa ia bersalah 

dan sewaktu-waktu pasti akan dihukum: Kita pasti 

mati, sebab kita telah melihat Tuhan  . Oleh sebab  itu, 

jika Anak Tuhan   sendiri yang datang, maka sudah seha-

rusnya kita bertanya tugas apakah gerangan yang diba-

wa-Nya: Apakah untuk tujuan damai sejahtera? Atau, 

seperti yang ditanyakan orang-orang dengan gemetar 

kepada Samuel, “Apakah engkau datang dengan mak-

sud damai?” Dan kitab ini menjawabnya, “Ya, untuk 

maksud damai!”  

1. Ia tidak datang untuk menghukum dunia. Kita mem-

punyai banyak alasan untuk berkata bahwa seha-

rusnya Ia datang untuk menghukumnya, sebab du-

nia ini sudah bersalah. Dunia ini sudah terbukti ber-

salah, jadi ada alasan apa lagi mengapa hukuman 

tidak bisa dijatuhkan dan dilaksanakan sesuai de-

ngan hukum? Satu darah itu, yang darinya semua 

bangsa dan umat manusia dijadikan (Kis. 17:26), 

bukan hanya telah tercemar oleh penyakit turunan, 

seperti kusta yang diderita Gehazi, namun   juga ter-

cemar oleh kesalahan turunan, seperti kesalahan 

orang-orang Amalek, yang dengan mereka Tuhan   ber-

perang turun temurun. Jadi pantaslah bila dunia 

seperti ini dihukum, dan seandainya Tuhan   berniat 

menghukumnya, Ia cukup memerintahkan para ma-

laikat-Nya untuk menumpahkan cawan murka-Nya, 

atau kerub dengan pedang yang bernyala-nyala yang 

siap menjalankan hukuman-Nya. Seandainya 

TUHAN hendak membunuh kita, Ia tidak akan meng-

utus Anak-Nya kepada kita. Ia memang datang de-

ngan kuasa penuh untuk menghakimi (5:22, 27), 

namun   Ia tidak memulai dengan penghakiman untuk 

menjatuhkan hukuman, Ia tidak membentangkan 

segala pelanggaran hukum, ataupun mengambil ke-

untungan untuk melawan kita sebab  kita telah me-

langgar kovenan kesucian, namun   membawa kita ke-

pada pengadilan yang baru di hadapan takhta kasih 

karunia.  

2.  Ia datang supaya dunia bisa diselamatkan melalui 

Dia, supaya pintu keselamatan terbuka bagi dunia, 

dan siapa saja yang berminat dapat memasukinya. 

Tuhan   di dalam Kristus mendamaikan dunia dengan 

diri-Nya, dan dengan demikian menyelamatkannya. 

Ganti rugi atau tindakan pembebasan dari hukum 

sudah disetujui dan diumumkan, melalui Kristus 

suatu hukum perbaikan dibuat, dan dunia umat 

manusia ditangani bukan menurut kekakuan dan 

kerasnya kovenan yang pertama melainkan menurut 

kekayaan kovenan kedua. Ia datang supaya dunia 

melalui Dia dapat diselamatkan, sebab dunia tidak 

akan pernah dapat diselamatkan kecuali melalui Dia. 

Keselamatan tidak ada pada yang lain. Inilah kabar 

baik bagi hati nurani yang sudah dapat diyakinkan 

akan kebersalahannya, kesembuhan bagi tulang-

tulang yang patah dan luka-luka yang berdarah, 

bahwa Kristus, Hakim kita, datang bukan untuk 

menghukum, melainkan untuk menyelamatkan.   

[3] Dari semua ini disimpulkan tentang kebahagiaan orang 

yang sungguh-sungguh percaya: Barangsiapa percaya 

kepada-Nya, ia tidak akan dihukum (ay. 18). Meskipun 

sebelumnya ia seorang pendosa, pendosa besar, dan 

berdiri sebagai orang terhukum (habes confilentem reum 

– atas pengakuannya sendiri), namun saat  ia percaya, 

proses penghakiman dihentikan, penghukuman dica-

but, dan ia tidak akan dinyatakan bersalah. Hal ini 

menggambarkan sesuatu yang lebih dibandingkan  sekadar 

penangguhan hukuman. Ia tidak akan dinyatakan ber-

salah, artinya, ia dibebaskan. Ia menunggu saat pem-

bebasannya (begitulah kita biasa mengatakannya), dan 

jika ia tidak dinyatakan bersalah, maka ia dilepaskan. 

Ou krinetai – ia tidak dihakimi, tidak diadili menurut 

hukum yang ketat, tidak mendapatkan ganjaran yang 

setimpal atas dosa-dosanya. Ia tertuduh, dan ia tidak 

dapat menyatakan tidak bersalah atas apa yang didak-

wakan kepadanya, namun   ia bisa memohon agar dakwa-

an itu dibatalkan, noli prosequi, seperti yang dilakukan 

oleh Paulus yang terkasih itu, siapakah yang akan 

menghukum? Kristus Yesus, yang telah mati. Ia men-

derita, dihajar oleh Tuhan  , dianiaya oleh dunia, namun   ia 

tidak dihukum. Salib mungkin menindihnya dengan 

berat, namun   ia diselamatkan dari kutukan. Ia mungkin 

dihukum oleh dunia, namun   tidak dihukum bersama du-

nia (Rm. 8:1; 1Kor. 11:32).     

4. Mengakhiri pembicaraan-Nya, Kristus berbicara mengenai ke-

adaan yang menyedihkan yang diderita orang-orang yang tetap 

tidak mau percaya dan bersikap masa bodoh (ay. 18-21). 

(1) Bacalah di sini tentang nasib orang-orang yang tidak mau 

percaya kepada Kristus: mereka telah berada di bawah hu-

kuman.  

Perhatikanlah:  

[1] Betapa besarnya dosa orang-orang yang tidak percaya. 

Dosa ini diperbesar dengan menimbang betapa terhor-

matnya pribadi yang telah mereka hina. Mereka tidak 

percaya dalam nama Anak Tunggal Tuhan  , yang mutlak 

benar dan layak dipercaya, yang mutlak baik dan layak 

dirangkul. Tuhan   mengutus Dia yang paling dikasihi-Nya 

untuk menyelamatkan kita, jadi, bukankah seharusnya 

Dia juga menjadi yang terkasih bagi kita? Tidakkah kita 

percaya dalam nama-Nya, nama yang di atas segala 

nama? 

[2] Betapa besarnya kesengsaraan orang-orang yang tidak 

percaya: mereka sudah berada di bawah hukuman.  

Ini berbicara mengenai:  

Pertama, suatu penghukuman tertentu. Mereka su-

dah sedemikian pasti akan dihukum pada hari pengha-

kiman agung sehingga penghukuman mereka seolah-

olah sudah dimulai dari sekarang.  

Kedua, penghukuman sekarang ini. Kutukan sudah 

melekat pada mereka, murka Tuhan   kini mencengkeram 

mereka. Mereka sudah berada di bawah hukuman, se-

bab hati mereka sendiri menghakimi mereka.  

Ketiga, penghukuman berdasarkan kesalahan mere-

ka yang lalu: ia sudah berada di bawah hukuman, se-

bab hukum sudah menunjukkan bahwa ia bersalah 

atas segala dosanya. Hukum dengan segala kekuatan, 

kuasa, dan kebaikannya melawan dia, sebab dia dengan 

iman tidak menunjukkan kesediaannya untuk meme-

nuhi persyaratan Injil. Ia sudah berada di bawah hu-

kuman, sebab  ia tidak percaya. Ketidakpercayaan 

dapat dengan tepat disebut sebagai dosa yang sangat 

membinasakan, sebab  dosa ini membuat kita bersalah 

atas semua dosa kita yang lain. Dosa ini melawan obat 

yang dapat menyembuhkan, menentang permohonan 

kita untuk dibebaskan dari hukuman.        

(2) Bacalah juga tentang nasib orang-orang yang bahkan tidak 

mau mengenal-Nya (ay. 19). Banyak orang yang mempu-

nyai sifat ingin tahu sudah mengetahui Kristus, ajaran-Nya, 

dan mujizat-mujizat-Nya, namun mereka berprasangka bu-

ruk terhadap-Nya, dan tidak mau percaya kepada-Nya. Se-

lain itu, pada umumnya orang bersikap ceroboh dan bo-

doh, dan tidak mau mengenal-Nya. Dan inilah hukuman itu, 

dosa yang membinasakan mereka itu, bahwa terang telah 

datang ke dalam dunia, namun   manusia lebih menyukai ke-

gelapan.  

Nah, perhatikanlah di sini:  

[1] Bahwa Injil yaitu  terang, dan saat  Injil datang, te-

rang datang ke dalam dunia. Terang itu membawa buk-

tinya sendiri mengenai keberadaannya, demikian pula 

dengan Injil. Injil membuktikan asal usulnya yang ilahi. 

Terang itu mengungkapkan sesuatu, terang itu menye-

nangkan, dan menyukakan hati. Terang itu bersinar di 

tempat yang gelap, dan tempat yang gelaplah dunia ini 

jadinya bila tanpa terang itu. Terang itu datang ke 

dalam dunia (Kol. 1:6), dan tidak terbatas hanya pada 

satu wilayah kecil, seperti terang Perjanjian Lama.  

[2]  Kebodohan tak terkatakan yang ada pada diri keba-

nyakan orang yaitu  bahwa mereka lebih menyukai 

kegelapan dibandingkan  terang, dibandingkan  terang ini. Orang-

orang Yahudi lebih menyukai bayangan-bayangan gelap 

hukum Taurat mereka, dan perintah-perintah para pe-

mimpin mereka yang buta, dibandingkan  ajaran Kristus. 

Orang-orang bukan-Yahudi lebih menyukai ibadah-

ibadah takhayul mereka terhadap Tuhan   yang tidak 

dikenal, yang mereka sembah tanpa pengenalan, dari-

pada ibadah yang layak yang diperintahkan oleh Injil. 

Orang-orang berdosa yang melekat pada hawa nafsu 

mereka lebih menyukai ketidaktahuan dan kesalahan-

kesalahan mereka, yang mendorong mereka untuk te-

rus berbuat dosa, dibandingkan  kebenaran-kebenaran Kris-

tus, yang akan memisahkan mereka dari dosa-dosa me-

reka. Kemurtadan manusia dimulai dengan kesukaan 

mereka terhadap pengetahuan yang dilarang, dan terus 

dipertahankan dengan kesukaan mereka terhadap ke-

tidaktahuan yang dilarang. Orang yang sengsara me-

nyukai penyakitnya, menyukai perbudakannya, dan 

tidak mau dibebaskan, tidak mau disembuhkan.  

[3] Alasan sebenarnya mengapa manusia lebih menyukai 

kegelapan dibandingkan  terang yaitu  sebab perbuatan-per-

buatan mereka jahat. Mereka menyukai kegelapan kare-

na mereka berpikir bahwa mereka bisa menjadikannya 

sebagai alasan bagi perbuatan-perbuatan mereka yang 

jahat, dan mereka membenci terang sebab  terang me-

renggut segala pikiran mereka yang baik tentang diri 

mereka sendiri, sebab terang memperlihatkan dosa dan 

kesengsaraan mereka. Keadaan mereka sungguh me-

nyedihkan, dan sebab  mereka sudah tidak mau mem-

perbaikinya, mereka juga tidak mau melihatnya.  

[4] Sikap masa bodoh sekali-kali tidak dapat dijadikan 

alasan untuk berdosa, dan dosa ini pasti akan diung-

kapkan pada hari penghakiman agung, sehingga hu-

kumannya pun akan diperberat: Inilah hukuman itu, ini-

lah yang menghancurkan jiwa, bahwa mereka menutup 

mata terhadap terang, dan bahkan tidak mau memper-

timbangkan Kristus dan Injil-Nya. Mereka begitu me-

nentang Tuhan   sehingga tidak ingin mengetahui jalan-

jalan-Nya (Ayb. 21:14). Pada hari penghakiman, kita 

harus mempertanggungjawabkan bukan hanya pengeta-

huan yang kita miliki, dan yang tidak kita gunakan, me-

lainkan juga pengetahuan yang bisa saja kita miliki, na-

mun yang tidak kita peroleh, bukan hanya pengetahuan 

yang kita langgar, melainkan juga yang kita abaikan se-

hingga kita terus berdosa. Untuk menggambarkan lebih 

jauh lagi mengenai hal ini, Ia menunjukkan (ay. 20-21) 

bahwa tergantung baik atau buruknya hati dan hidup 

manusia, demikian jugalah mereka akan menanggapi 

terang yang telah dibawa Kristus ke dalam dunia.  

Pertama, tidaklah aneh apabila orang-orang yang 

berbuat jahat, dan yang tetap ingin berbuat jahat, mem- 

benci terang Injil Kristus, sebab sudah biasa terjadi 

bahwa barangsiapa berbuat jahat, membenci terang (ay. 

20). Para pembuat kejahatan selalu ingin bersembunyi, 

sebab  mereka merasa malu dan takut dihukum (Ayb. 

24:13, dst.). Perbuatan dosa yaitu  perbuatan gelap, 

dosa dari semula selalu ingin bersembunyi (Ayb. 31:33). 

Terang mengebaskan orang-orang fasik (Ayb. 38:12-13). 

Jadi, Injil merupakan suatu kengerian bagi dunia yang 

fasik: Mereka tidak datang kepada terang itu, namun   ber-

lari sejauh mungkin darinya, supaya perbuatan-perbuat-

annya yang jahat itu tidak tampak.  

Perhatikanlah:  

1. Terang Injil dikirimkan kepada dunia untuk mene-

lanjangi perbuatan-perbuatan jahat para pendosa, 

untuk membuatnya tampak (Ef. 5:13), untuk menun-

jukkan kepada manusia pelanggaran-pelanggaran 

mereka, untuk menunjukkan bahwa apa yang tidak 

mereka anggap sebagai dosa yaitu  sebenarnya 

dosa, dan untuk memperlihatkan kepada mereka be-

tapa jahatnya pelanggaran-pelanggaran mereka, su-

paya oleh perintah baru itu semakin nyatalah keja-

hatan dosa. Injil memberikan rasa bersalah, untuk 

membuka jalan bagi penghiburan-penghiburan yang 

ditawarkannya.  

2. Oleh sebab  itulah para pembuat kejahatan mem-

benci terang Injil. Ada juga orang yang telah berbuat 

jahat lalu menyesal sebab nya, dan meminta terang 

ini datang, seperti para pemungut cukai dan perem-

puan sundal. namun   ia yang berbuat jahat dan tetap 

ingin melakukanya, membenci terang, dan tidak 

tahan jika kesalahan-kesalahannya diberitahukan. 

Segala perlawanan yang telah dijumpai Injil Kristus 

di dunia ini datang dari hati yang jahat, yang dipe-

ngaruhi oleh si jahat. Kristus dibenci sebab  dosa 

disukai.  

3.  Orang-orang yang tidak datang kepada terang de-

ngan demikian membuktikan bahwa di dalam diri 

mereka ada  kebencian tersembunyi terhadap te-

rang. Seandainya mereka memang tidak membenci 

pengetahuan yang menyelamatkan, mereka pasti 

tidak akan duduk tenang-tenang saja dalam kema-

sabodohan yang membinasakan itu.     

Kedua, sebaliknya, hati yang benar, yang jujur dan 

berkenan kepada Tuhan  , meminta terang ini datang (ay. 

21): Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang ke-

pada terang. Dengan demikian, tampaklah bahwa mes-

kipun banyak yang memusuhi Injil, ada juga sebagian 

yang ingin bersahabat dengannya. Sudah terbukti bah-

wa kebenaran tidak akan menyembunyikan diri. Orang-

orang yang bermaksud baik dan berbuat jujur tidak 

akan takut diselidiki, melainkan justru menginginkan-

nya. Nah, hal ini terjadi dengan terang Injil. Seperti hal-

nya Injil meyakinkan hati dan menakutkan para pem-

buat kejahatan, demikian pula Injil menguatkan dan 

menghibur orang-orang yang hidup dengan jujur.  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Ciri-ciri seorang yang baik.  

(1)  Ia yaitu  orang yang berbuat benar, yang artinya, 

ia selalu bertindak benar dan jujur dalam segala 

hal. Walaupun kadang-kadang ia tidak berbuat 

baik, tidak melakukan perbuatan baik yang ingin 

dilakukannya, ia berbuat benar, ia bertindak ju-

jur. Ia memang memiliki  kelemahan-kelemah-

annya sendiri, namun ia memegang teguh keju-

jurannya, seperti Gayus yang bertindak sebagai 

orang percaya (3Yoh. 5), seperti Paulus (2Kor. 

1:12), seperti Natanael (1:47), dan seperti Asa 

(1Raj. 15:14).  

(2) Ia yaitu  orang yang datang kepada terang. Ia 

siap menerima dan menyambut wahyu ilahi se-

jauh wahyu itu tampak kepadanya, sekalipun ia 

dibuat tidak tenang sebab nya. Ia yang melaku-

kan kebenaran ingin mengetahui kebenaran itu 

sendiri, dan ingin agar perbuatan-perbuatannya 

tampak. Orang yang baik banyak menguji dirinya 

sendiri, dan ingin agar Tuhan   mengujinya (Mzm.  

26:2). Ia begitu berhasrat mengetahui kehendak 

Tuhan  , dan bertekad untuk melakukannya, meski-

pun kehendak Tuhan   itu sangat bertentangan 

dengan kehendak dan kepentingannya sendiri.  

2.  Inilah ciri-ciri suatu perbuatan yang baik. Perbuatan 

itu dilakukan di dalam Tuhan  , dalam kesatuan de-

ngan-Nya melalui iman kovenan, dan dalam perse-

kutuan dengan-Nya dengan rasa kasih yang saleh. 

Dengan demikian, perbuatan kita baik, dan akan ta-

han uji, apabila perbuatan itu dikuasai oleh kehen-

dak Tuhan   dan bertujuan untuk memuliakan-Nya, 

apabila perbuatan itu dilakukan dengan kekuatan-

Nya, dan demi nama-Nya, bagi Dia, dan bukan bagi 

manusia. Dan jika dengan terang Injil perbuatan-

perbuatan kita ditampakkan kepada kita sebagai 

perbuatan-perbuatan yang dilakukan untuk tujuan 

seperti itu, maka bolehlah kita bermegah (Gal. 6:4; 

2Kor. 1:12). 

Sejauh ini kita telah melihat percakapan antara Yesus dengan 

Nikodemus. Mereka kemungkinan berbicara lebih dari yang kita 

temukan di sini. Percakapan mereka memiliki dampak yang baik ka-

rena kita menemukan (19:39) bahwa Nikodemus, meskipun pada 

awalnya bingung namun   di kemudian hari menjadi murid Kristus yang 

setia.  

Kesaksian Yohanes tentang Kristus 

(3:22-36) 

22  Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia 

diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. 23 Akan namun   Yohanes 

pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan 

orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, 24 sebab pada waktu itu Yohanes 

belum dimasukkan ke dalam penjara. 25 Maka timbullah perselisihan di 

antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. 26 

Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: “Rabi, orang 

yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang 

Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang 

pergi kepada-Nya.” 27 Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat 

mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari 

sorga. 28 Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: 

Aku bukan Mesias, namun   aku diutus untuk mendahului-Nya. 29 Yang empu-

nya mempelai wanita , ialah mempelai laki-laki; namun   sahabat mempelai 

laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersuka-

cita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan seka-

rang sukacitaku itu penuh. 30 Ia harus makin besar, namun   aku harus makin 

kecil. 31 Siapa yang datang dari atas yaitu  di atas semuanya; siapa yang 

berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa 

bumi. Siapa yang datang dari sorga yaitu  di atas semuanya. 32 Ia memberi 

kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, namun   tak 

seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. 33 Siapa yang menerima ke-

saksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Tuhan   yaitu  benar. 34 Sebab siapa yang 

diutus Tuhan  , Dialah yang menyampaikan firman Tuhan  , sebab  Tuhan   menga-

runiakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. 35 Bapa mengasihi Anak dan telah 

menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. 36 Barangsiapa percaya kepada 

Anak, ia beroleh hidup yang kekal, namun   barangsiapa tidak taat kepada 

Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Tuhan   tetap ada di atas-

nya.” 

Dalam perikop ini kita melihat: 

I.   Kristus berpindah ke tanah Yudea (ay. 22), dan di sana Ia tinggal 

bersama murid-murid-Nya.  

Perhatikanlah:  

1.  Yesus Tuhan kita, sesudah  memulai masa pelayanan-Nya se-

cara umum, banyak bepergian dan sering berpindah-pindah 

tempat, seperti para bapa leluhur orang Yahudi yang mengem-

bara dari satu tempat ke tempat lain. Seperti halnya Ia me-

nunjukkan kerendahan diri-Nya dengan tidak memiliki  

tempat tinggal yang tetap, melainkan sering melakukan perja-

lanan, seperti Paulus, demikian pula Ia menunjukkan kete-

kunan-Nya yang tidak kenal lelah dalam melakukan pekerjaan 

yang harus dilakukan-Nya dengan datang ke dunia, dengan 

cara pergi berkeliling untuk melaksanakannya. Begitu banyak 

langkah yang melelahkan yang telah diambil-Nya untuk ber-

buat baik kepada jiwa-jiwa. Sang Surya kebenaran berkeliling 

jauh untuk menyebarkan cahaya dan kehangatannya (Mzm. 

19:7).  

2.  Ia tidak biasa tinggal berlama-lama di Yerusalem. Meskipun Ia 

sering pergi ke sana, Ia pasti akan segera kembali ke daerah 

pedesaan, seperti yang kita lihat di sini. Sesudah itu, sesudah 

Ia mengadakan pembicaraan dengan Nikodemus, Ia datang ke 

tanah Yudea, bukan supaya Ia bisa lebih menyendiri (walau-

pun desa-desa kecil yang tidak ternama sangat cocok dengan 

Yesus yang rendah hati ini dalam keadaan-Nya yang sedang 

merendah), melainkan supaya Ia bisa lebih berguna. Pengajar-

an dan mujizat-mujizat-Nya mungkin telah menimbulkan ba-

nyak kegemparan di Yerusalem, menjadi sumber berita. Na-

mun, pengaruhnya hanya sedikit saja di sana, walaupun di 

situ ada tokoh-tokoh jemaat Yahudi yang paling terhormat dan 

dijunjung tinggi oleh masyarakat.  

3.  saat  Ia pergi ke tanah Yudea, murid-murid-Nya pergi bersa-

ma-Nya, sebab mereka inilah yang tetap tinggal bersama-sama 

dengan Dia dalam segala pencobaan yang Dia alami. Banyak 

orang yang berbondong-bondong mengikuti-Nya di Yerusalem 

tidak bisa mengikuti-Nya ke daerah pedesaan, sebab mereka 

tidak memiliki  urusan apa-apa di sana. Namun, murid-

murid-Nya tetap setia mengikuti-Nya. Jika tabut perjanjian 

TUHAN berpindah tempat, baiklah bagi kita untuk berangkat 

dari tempat kita dan mengikutinya (seperti yang diperbuat 

orang-orang Israel dulu, Yos. 3:3) dibandingkan  tetap diam di tem-

pat tanpanya, sekalipun itu di Yerusalem sendiri.  

4.  Di sana Ia diam bersama-sama mereka, dietribe – Ia bergaul de-

ngan mereka, berbincang-bincang dengan mereka. Ia pergi 

menyendiri ke desa bukan untuk menenangkan dan menye-

nangkan diri-Nya sendiri, melainkan terlebih supaya dapat 

berbincang-bincang dengan lebih leluasa dengan para murid 

dan pengikut-Nya (Kid. 7:11-12). Perhatikanlah, orang-orang 

yang bersedia pergi bersama Kristus akan mendapati bahwa 

Dia juga bersedia tinggal bersama mereka. Di desa ini Ia diper-

kirakan tinggal selama lima atau enam bulan.  

5.  Di sana Ia membaptis, Ia menerima murid-murid, yang percaya 

kepada-Nya dan yang lebih jujur serta lebih berani dibanding-

kan dengan orang-orang yang di Yerusalem (2:24). Yohanes 

mulai membaptis di tanah Yudea (Mat. 3:1), dan sebab  itu 

Kristus memulainya juga di sana, sebab Yohanes telah ber-

kata, “Ia akan datang kemudian dari padaku.” Ia tidak mem-

baptis dengan tangan-Nya sendiri, namun   murid-murid-Nyalah 

yang membaptis atas perintah dan arahan-Nya, seperti yang 

tampak dalam pasal 4:2. Namun demikian, pembaptisan mu-

rid-murid-Nya yaitu  pembaptisan-Nya juga. Semua ketetap-

an suci yaitu  kepunyaan Kristus, meskipun dilaksanakan 

oleh orang-orang yang lemah.   

II. Yohanes melanjutkan pekerjaannya, selama ia memiliki  kesem-

patan (ay. 23-24).  

Di sini kita diberi tahu:  

1. Bahwa Yohanes sedang membaptis. Pembaptisan Kristus ber-

tujuan untuk memperbaharui hidup, begitu pula dengan pem-

baptisan Yohanes, sebab Yohanes memberikan kesaksian ten-

tang Kristus, dan sebab  itu mereka sama sekali tidak menen-

tang atau menghalangi satu sama lain.  

Namun demikian:  

(1) Kristus mulai mengajar dan membaptis sebelum Yohanes 

menyelesaikan tugas itu, supaya Ia siap menerima murid-

murid Yohanes saat  Yohanes sudah tidak ada, sehingga 

dengan demikian roda pengajaran itu tetap berputar. 

Orang-orang yang bermanfaat bagi masyarakat akan me-

rasa lega jika saat  mereka harus turun panggung, mere-

ka menyaksikan bangkitnya orang-orang lain yang sangat 

mampu mengisi tempat mereka.  

(2)  Yohanes terus mengajar dan membaptis meskipun Kristus 

telah mengambil alih pekerjaan itu, sebab ia, menurut ukur-

an yang diberikan kepadanya, akan tetap memajukan ke-

pentingan-kepentingan Kerajaan Tuhan  . Masih ada pekerja-

an yang harus dilakukan Yohanes, sebab Kristus belum di-

kenal secara umum, dan pikiran-pikiran orang banyak 

belum seluruhnya siap untuk menerima-Nya melalui perto-

batan. Dari sorga Yohanes menerima perintah baginya, dan 

ia akan tetap melanjutkan pekerjaannya sampai ia mene-

rima pembatalan baginya dari tempat yang sama, sampai ia 

diberhentikan oleh tangan yang sama yang memberinya 

amanat. Ia tidak mendatangi Kristus, supaya apa yang 

sudah terjadi sebelumnya tidak terlihat seperti kerja sama 

di antara mereka, namun   ia melanjutkan pekerjaannya, sam-

pai tangan penyelenggaraan Tuhan   menyisihkannya. Pem-

berian-pemberian yang lebih besar pada sebagian orang 

tidak membuat pekerjaan sebagian yang lain, yang tidak 

memiliki pemberian sebesar itu, tidak diperlukan dan tidak 

berguna lagi. Masih tersedia banyak pekerjaan bagi semua 

tangan. Memang ada orang-orang pemurung yang hanya 

duduk diam dan tidak berbuat apa-apa saat  mereka me-


lihat diri mereka dikalahkan oleh orang lain. Meskipun kita 

hanya memiliki  satu talenta, kita harus bertanggung 

jawab atasnya, dan saat  kita melihat diri kita mulai 

pudar, kita tetap harus meneruskan pekerjaan kita sampai 

pada akhirnya.       

2.  Bahwa Yohanes membaptis di Ainon dekat Salim, dua tempat 

yang tidak pernah disebutkan dalam bacaan-bacaan lain, dan 

oleh sebab  itu para cendekiawan kehilangan jejak untuk me-

nemukannya. Namun demikian, di mana pun letaknya kedua 

tempat itu, tampak bahwa Yohanes berpindah-pindah dari 

satu tempat ke tempat lain. Meskipun Yesus dibaptis di sana, 

ia tidak menganggap sungai Yordan memiliki  keistimewaan 

tersendiri, dan ia pun tidak merasa harus tetap tinggal di 

sana. sebab  itu, begitu ia melihat ada alasan untuk pergi, ia 

pun berpindah membaptis di sungai-sungai lain. Hamba-ham-

ba Tuhan haruslah sigap memanfaatkan kesempatan mereka. 

Ia memilih tempat yang menyediakan banyak air, hydata polla 

– banyak air, yang artinya, banyak aliran air, sehingga di mana 

pun ia bertemu dengan orang-orang yang ingin dibaptis oleh-

nya, air sudah tersedia di sana untuk membaptis mereka. 

Mungkin airnya dangkal, seperti yang biasa ditemui dalam ba-

nyak anak sungai, namun   air itu cukup untuk memenuhi tu-

juannya. Dan di negeri itu, air yang banyak merupakan sesua-

tu yang sangat berharga.  

3. Bahwa ke sana orang datang kepadanya dan dibaptis. Walau-

pun mereka tidak lagi datang beramai-ramai seperti pada wak-

tu pertama kali ia muncul, ia tetap saja bersemangat, sebab  

masih ada orang yang mengikutinya dan mengakui peranan-

nya. Sebagian orang merujuk pernyataan ini baik kepada 

Yohanes maupun kepada Yesus: Orang-orang datang dan di-

baptis, maksudnya, sebagian orang datang kepada Yohanes 

dan dibaptis olehnya, dan sebagian datang kepada Yesus dan 

dibaptis oleh-Nya, dan sama seperti mereka satu dalam baptis-

an, demikian pula mereka satu dalam hati.  

4. Diberitahukan di sini (ay. 24) bahwa Yohanes belum dimasuk-

kan ke dalam