Kisah pararasul 12

Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 12. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Kisah pararasul 12



 ihal inti khotbahnya. Ia menguta-

rakan apa yang ada di hatinya dengan penuh khidmat dan wibawa, 

namun juga dengan bebas dan berlimpah, seperti kelihatan melalui 

kalimat, Lalu mulailah Petrus berbicara (ay. 34). Paulus berkata, Hai 

orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu (2Kor. 

6:11).  Kamu akan mendapati kami mudah dimengerti, asalkan kami 

mendapati dirimu ingin tahu.” Sampai saat itu, mulut para rasul ter-

tutup bagi orang-orang bukan-Yahudi yang tidak disunat. Tidak ada 

yang hendak mereka katakan kepada orang-orang itu. Namun, seka-

rang Tuhan  membuat mereka dapat berbicara lagi, Seperti yang di-

perbuat-Nya terhadap Yehezkiel. Khotbah Petrus yang luar biasa ini 

sangat sesuai bagi keadaan mereka, sebab  ini yaitu  khotbah yang 

baru. 

I. sebab  mereka yaitu  orang-orang bukan-Yahudi, yang memerlu-

kan khotbahnya. Meskipun kabar Injil masih baru bagi mereka, ia 

menjelaskan bahwa sebab  mereka tertarik kepada Injil Kristus

 yang hendak diberitakannya, maka mereka berhak menerima 

manfaat dari Injil itu, setara dengan orang-orang Yahudi. Hal ini 

perlu dijernihkan, sebab bila tidak, bagaimana ia dapat berkhot-

bah atau mereka dapat mendengar dengan tenang? sebab  itu, ia 

menetapkan hal ini sebagai asas yang tidak dapat diragukan, 

bahwa Tuhan  tidak membeda-bedakan orang. Ia tidak memandang 

bulu dalam menjalankan penghakiman, demikianlah ungkapan 

Ibrani, suatu hal yang tidak boleh dilakukan para hakim (Ul. 1:17; 

16:19; Ams. 24:23), dan yang membuat mereka dipersalahkan 

jika  melakukannya (Mzm. 82:2). Sering dikatakan perihal 

Tuhan  bahwa Ia tidak membeda-bedakan orang (Ul. 10:17; 2Taw. 

9:7; Ayb. 34:19; Rm. 2:11; Kol. 3:25; 1Ptr. 1:17). Ia tidak meng-

adili dengan berpihak kepada seseorang demi keuntungan la-

hiriah yang tidak ada hubungannya dengan perkara itu. Tuhan  

tidak pernah membelokkan penghakiman berdasarkan pendapat 

atau penilaian pribadi, ataupun membiarkan orang fasik melaku-

kan kejahatan hanya sebab  penampilannya baik. Tidak juga ka-

rena pencapaian, kebangsaan, silsilah, hubungan, kekayaan, atau 

kehormatannya di dunia ini. Tuhan , sebagai pelindung, menyata-

kan perkenan-Nya melalui wewenang dan kedaulatan-Nya (Ul. 

7:7-8; 9:5-6; Mat. 20:10). Sebagai hakim, Ia tidak mengadili me-

lalui semua hal pribadi tadi. Sebaliknya, setiap orang dari bangsa 

mana pun, dan di bawah kelompok gereja apa pun, yang takut 

akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-

Nya (ay. 35). Jelasnya, artinya yaitu  ini, 

1. Tuhan  tidak pernah dan tidak akan pernah membenarkan serta 

menyelamatkan orang Yahudi yang hidup dan mati dalam ke-

adaan tidak mau bertobat, walau dia keturunan Abraham dan 

orang Ibrani asli sekalipun, serta memiliki kehormatan dan 

manfaat yang berkaitan dengan penyunatan. Dia membalas 

dan akan membalas mereka yang taat kepada kelaliman. Pen-

deritaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang ber-

buat jahat, pertama-tama orang Yahudi, yang dengan hak-hak 

istimewa dan pengakuan mereka bukannya terhindar dari 

penghukuman Tuhan ,namun  justru memperparah kesalahan 

dan penghukuman mereka (Rm. 2:3, 8-9, 17). Tuhan  telah me-

milih bangsa Yahudi melebihi bangsa-bangsa lain dengan 

memberi  kehormatan menjadi anggota umat-Nya di bumi 

ini. Namun ini tidaklah berarti bahwa Ia lalu akan menerima 


 436

setiap orang yang memiliki kehormatan ini , jika mereka 

membiarkan diri melakukan tindakan tidak berakhlak yang 

bertolak belakang dengan pengakuan mereka. Terutama tin-

dakan penganiayaan yang sekarang merupakan dosa bangsa 

Yahudi secara menyeluruh, melebihi dosa-dosa lainnya.  

2.  Tuhan  tidak pernah dan tidak akan pernah membuang atau 

menolak orang bukan-Yahudi yang tulus, yang meskipun tidak 

memiliki hak istimewa dan manfaat yang dimiliki orang Ya-

hudi, namun, seperti Kornelius, takut akan Tuhan  dan me-

nyembah Dia, serta mengamalkan kebenaran, yaitu bersikap 

adil dan murah hati kepada semua orang. Juga, yang menja-

lani hidup sesuai dengan terang yang dimilikinya, baik dalam 

beribadah secara tulus maupun dalam perilaku sehari-hari. 

Apa pun kebangsaannya, sejauh apa pun hubungan silsilah-

nya dengan keturunan Abraham, sehina apa pun dia, bahkan 

seburuk apa pun namanya, hal itu tidak akan membuat Dia 

berprasangka terhadap orang itu. Tuhan  menilai orang dari hati 

mereka, bukan dari kebangsaan atau silsilah mereka. Selain 

itu, di mana pun Ia mendapatkan orang yang tulus, orang itu 

akan mendapati Tuhan  yang tulus pula (Mzm. 18:26). Amatilah, 

takut akan Tuhan  dan mengamalkan kebenaran harus berjalan 

seiring. sebab  sama seperti kebenaran terhadap manusia me-

rupakan suatu perbuatan dari agama yang benar, demikian 

pula agama atau ibadah terhadap Tuhan  merupakan perbuatan 

dari kebenaran yang berlaku di mana saja. Kesalehan dan ke-

tulusan harus berjalan bersama-sama, dan masing-masing 

tidak dapat dijadikan dalih atas tiadanya yang lain. Namun, 

hal-hal ini sangatlah penting, sehingga tidak perlu diragukan 

lagi bahwa Tuhan  akan menerimanya. Ini tidak berarti bahwa 

sejak kejatuhannya, manusia dapat memperoleh perkenan 

Tuhan  selain melalui pengantaraan Yesus Kristus dan kasih ka-

runia Tuhan  melalui Dia. Sebaliknya, orang-orang yang tidak 

mengenal Dia dan oleh sebab itu tidak dapat mengormati Dia 

dengan jelas, masih bisa menerima anugerah Tuhan  demi ke-

pentingannya, dengan takut akan Tuhan  dan mengamalkan ke-

benaran. Di mana pun Tuhan  memberi  anugerah-Nya kepada 

manusia untuk dapat melakukannya, seperti yang dilakukan-

Nya terhadap Kornelius, Ia akan menerima karya tangan-Nya 

sendiri itu melalui Kristus. Sekarang, 

(1) Sebelum Petrus memahaminya pun, hal ini benar sejak 

dulu, bahwa Tuhan  tidak membedakan orang. Ini merupa-

kan aturan penghakiman yang telah ditetapkan sejak awal: 

apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat 

baik?namun  jika engkau tidak bebuat baik, dosa dan hu-

kuman atasnya sudah mengintip di depan pintu (Kej. 4:7). 

Pada hari penghakiman yang agung itu Tuhan  tidak akan 

menanyakan kebangsaan orang,namun  siapa mereka, apa 

yang telah mereka lakukan, dan bagaimana mereka mem-

perlakukan Dia dan sesama mereka. Dan, jika tabiat pri-

badi orang tidak mendapatkan manfaat ataupun kerugian 

berdasarkan perbedaan besar yang ada di antara orang 

Yahudi dan orang bukan-Yahudi, terlebih lagi tabiat mereka 

juga tidak akan membuat mereka beruntung atau rugi ka-

lau hanya berdasarkan apakah mereka melakukan suatu 

upacara tertentu yang ada di kalangan orang Kristen, se-

perti misalnya mengenai hal makanan dan hari (Rm. 14). 

Yang pasti, Kerajaan Tuhan  bukanlah soal makanan dan mi-

numan,namun  soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita 

oleh Roh Kudus. Orang yang melayani Kristus di dalam hal-

hal ini disambut dengan baik oleh Tuhan  dan sudah seha-

rusnya diterima oleh manusia. Sebab beranikah kita me-

nolak orang-orang yang tidak ditolak oleh Tuhan ? 

(2) Bagaimanapun, sekarang hal itu sudah menjadi lebih jelas 

dibandingkan  sebelumnya. Kebenaran yang agung ini telah ter-

samar oleh kovenan yang khusus dibuat hanya dengan 

orang Israel, dan oleh perbedaan-perbedaan yang dikhu-

suskan bagi mereka. Hukum Taurat menjadi tembok pemi-

sah di antara orang Yahudi dengan bangsa-bangsa lain. 

Memang benar bahwa Tuhan  memilih bangsa itu (Rm. 3:1-2; 

9:4), namun orang-orang tertentu di antara mereka lalu 

menyimpulkan bahwa mereka pasti akan selalu diterima 

oleh Tuhan  meskipun mereka hidup sesuka hati. Juga, 

mereka yakin tidak satu pun orang bukan-Yahudi akan di-

sambut oleh Tuhan . Tuhan  telah banyak berfirman melalui 

para nabi guna mencegah dan memperbaiki anggapan yang 

salah ini. Namun, sekarang Ia akhirnya melakukan hal itu 

hingga membuahkan hasil, dengan cara mengakhiri kove-

nan yang khusus dibuat bagi orang Israel itu, dengan 

membatalkan hukum Taurat, sehingga dengan demikian 

membebaskan masalah itu dan menempatkan baik orang 

Yahudi dan orang bukan-Yahudi pada tingkatan yang sama 

di hadapan Tuhan . Di sini Petrus memahaminya dengan 

membandingkan kedua penglihatan yang diterima olehnya 

dan oleh Kornelius. Sekarang di dalam Kristus Yesus, jelaslah 

bahwa hal bersunat atau tidak bersunat tidak memiliki  

sesuatu arti (Gal. 5:6; Kol. 3:11).  

II. Mereka yaitu  orang-orang bukan-Yahudi yang bermukim di 

kawasan yang masih termasuk wilayah Israel. Oleh sebab itu 

Petrus mengarahkan mereka kepada hal yang tidak bisa tidak su-

dah mereka ketahui perihal kehidupan, pengajaran, khotbah, mu-

jizat, kematian, dan penderitaan Yesus Tuhan kita. Sebab inilah 

bahan-bahan pembicaraan yang tersebar sampai ke setiap sudut 

negeri itu (ay. 37 dst.). Pekerjaan para hamba Tuhan sungguh 

dapat terbantu jika  mereka menangani orang-orang yang su-

dah mengenal hal-hal tentang Tuhan . Hal-hal yang sudah dike-

tahui itu dapat mereka gunakan untuk menarik pikiran orang-

orang itu dan membangun pekerjaan mereka di atasnya.  

1. Mereka mengenal firman secara umum saja, yakni Injil, yang 

Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman 

yang kamu tahu (ay. 36-37). Walaupun orang-orang bukan-

Yahudi tidak diperbolehkan mendengarnya (Kristus dan murid-

murid-Nya diutus hanya kepada domba-domba yang hilang 

dari umat Israel), mereka tidak bisa tidak sudah mendengar-

nya. Semua hal itu ramai diperbincangkan orang baik di kota 

maupun di pedesaan. Di keempat Injil kerap diberitahukan ke-

pada kita bagaimana  saat  Kristus masih hidup di bumi, ke-

tenaran-Nya tersebar sampai ke seluruh kawasan di Kanaan. 

Sama halnya dengan ketenaran Injil-Nya yang sampai ke selu-

ruh muka bumi (Rm. 10:18). Firman itu, firman Tuhan , firman 

yang penuh kuasa dan kasih karunia itu, sudah kamu tahu. 

(1) Apa yang menjadi inti firman ini. Dengan firman ini, Tuhan  

memberitakan kabar baik melalui Yesus Kristus, begitulah 

yang seharusnya diartikan – euangelizomenos eirēnēv. Tuhan  

sendirilah yang mempermaklumkan damai sejahtera, yang 

sesungguhnya pantas mempermaklumkan perang. Ia mem-


 439 

biarkan umat manusia tahu bahwa Ia bersedia berdamai 

dengan mereka melalui Yesus Kristus. Di dalam Kristus Ia 

mendamaikan dunia dengan diri-Nya. 

(2) Kepada siapa firman itu diberikan. Yaitu, pertama-tama ke-

pada orang Israel. Penawaran pertama diberikan kepada 

mereka. Hanya inilah yang didengar bangsa-bangsa lain, 

yang bisa saja merasa iri sebab  semua manfaat yang me-

reka peroleh dari Injil. Rasa iri mereka bisa lebih dibandingkan  

rasa iri akan hukum Taurat. Pada waktu itu berkatalah 

orang di antara bangsa-bangsa:  TUHAN telah melakukan 

perkara besar kepada orang-orang ini!” (Mzm. 126:2). 

2. Orang-orang bukan-Yahudi itu mengetahui beberapa hal ber-

kaitan dengan firman Injil yang diberikan kepada orang Israel. 

(1) Mereka tahu tentang baptisan pertobatan yang dikhotbah-

kan Yohanes sebagai pendahuluan bagi Injil, dan di dalam-

nyalah Injil pertama diberitakan (Mrk. 1:1). Mereka tahu 

betapa luar biasanya Yohanes Pembaptis, dan pengaruh 

langsung yang ditimbulkan khotbahnya dalam mempersiap-

kan jalan di hadapan Tuhan. Mereka tahu betapa banyak-

nya orang yang datang berbondong-bondong menerima 

baptisannya. Mereka tahu apa tujuan pekerjaannya, dan 

apa yang dilakukannya. 

(2) Orang-orang bukan-Yahudi itu tahu bahwa segera sesudah 

baptisan Yohanes, Injil Kristus, firman perihal damai sejah-

tera itu diberitakan di seluruh tanah Yudea, dan bahwa se-

mua itu dimulai dari Galilea. Kedua belas rasul, ketujuh 

puluh murid, dan Kristus, Guru kita sendiri, memberitakan 

kabar baik itu ke seluruh pelosok negeri. Dengan demikian 

kita dapat menduga bahwa tidak ada kota atau desa di se-

luruh tanah Kanaan yang belum pernah mendengar Injil 

diberitakan. 

(3) Mereka tahu bahwa Yesus dari Nazaret berjalan berkeliling 

sambil berbuat baik  saat  Ia masih hidup di bumi. Mereka 

juga tahu betapa Ia sangat berguna bagi bangsa itu, baik 

bagi jiwa maupun tubuh manusia. Bagaimana Ia giat ber-

buat baik bagi semua orang dan tidak pernah menyakiti 

siapa pun. Ia tidak bermalas-malas saja,namun  terus bekerja. 

Tidak mementingkan diri sendiri,namun  berbuat baik. Ia ti-


 440

dak membatasi diri pada satu tempat saja atau menunggu 

sampai orang datang kepada-Nya meminta pertolongan. Se-

baliknya, Ia mendatangi mereka, berjalan dari satu tempat 

ke tempat lain dan ke mana pun Ia pergi, Ia selalu berbuat 

baik. Dengan ini Ia menunjukkan bahwa Dia diutus oleh 

Tuhan  yang baik dan berbuat baik, berbuat baik sebab  Dia 

memang baik, dan yang dengan demikian bukan tidak me-

nyatakan diri-Nya kepada dunia dengan berbagai-bagai ke-

bajikan (14:17). Di dalam hal inilah Ia menjadi teladan bagi 

kita perihal ketekunan yang tidak kenal lelah dalam mela-

yani Tuhan  dan angkatan kita. Kita datang ke dunia ini su-

paya dapat berbuat baik semampu kita, dan di dalamnya, 

seperti Kristus, kita harus selalu  berada dan melaku-

kan banyak perbuatan baik. 

(4) Mereka terutama lebih tahu bahwa Ia menyembuhkan se-

mua orang yang dikuasai Iblis, dan melepaskan mereka 

dari kekuatannya yang menindih mereka. Melalui hal ini 

tampaklah bahwa Ia tidak saja diutus oleh Tuhan  sebagai 

bentuk kebaikan terhadap manusia,namun  diutus untuk 

membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis, sebab begitulah, 

Ia meraih banyak kemenangan atas Iblis itu. 

(5) Mereka tahu bahwa orang-orang Yahudi telah membunuh 

Dia. Mereka telah membunuh Dia dengan menggantung Dia 

pada kayu salib.  saat  berkhotbah kepada orang-orang 

Yahudi, Petrus mengatakan yang kamu gantungkan. Na-

mun, sekarang  saat  ia berkhotbah kepada orang-orang 

bukan-Yahudi, ia berkata bahwa mereka membunuh Dia. 

Mereka, yang kepadanya Ia telah berbuat dan merancang 

begitu banyak hal baik. Semua ini sudah mereka ketahui. 

Namun, supaya mereka jangan menyangka bahwa ini ha-

nya sekadar laporan yang seperti biasa sering dibesar-be-

sarkan melebihi kenyataan, Petrus atas nama diri sendiri 

dan juga rasul-rasul lainnya, menegaskannya (ay. 39), Kami 

yaitu  saksi, saksi mata, dari segala sesuatu yang diperbuat-

Nya. Juga saksi telinga dari pengajaran yang disampaikan-

Nya, baik di tanah Yudea maupun di Yerusalem, baik di 

kota maupun di desa. 

3. Mereka memang tahu, atau boleh jadi tahu melalui semua hal 

ini, bahwa Petrus mendapat penugasan dari sorga untuk ber-



khotbah dan bertindak seperti yang diperbuatnya itu. Hal ini 

tetap dikumandangkannya dalam semua tutur katanya dan ia 

mengambil setiap kesempatan untuk mengisyaratkannya ke-

pada mereka. Ia memberi tahu mereka, 

(1) Bahwa Yesus ini yaitu  Tuhan dari semua orang. Bukan 

sekadar sebagai Tuhan  di atas segala sesuatu, yang terpuji 

sampai selama-lamanya, melainkan juga sebagai Pengan-

tara. Segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan ke-

pada-Nya dan semua penghakiman diserahkan kepada-

Nya. Dialah Tuhan para malaikat. Mereka semua yaitu  

hamba-hamba-Nya yang rendah hati. Dia yaitu  Tuhan 

atas semua kuasa kegelapan, sebab Ia telah menang atas 

mereka. Dialah raja atas semua bangsa dan berkuasa atas 

segala makhluk. Dia yaitu  raja atas semua orang kudus. 

Semua anak Tuhan  yaitu  murid, umat, dan prajurit-Nya.  

(2) Bahwa Tuhan  mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat 

kuasa. Ia diberi wewenang dan kemampuan untuk melaku-

kan apa yang dilakukan-Nya itu melalui pengurapan Tuhan . 

sebab  itulah Ia disebut Kristus – Mesias, Yang diurapi. 

Roh Kudus turun ke atas-Nya saat Ia dibaptis, dan Ia pun 

penuh dengan kuat kuasa, baik dalam memberitakan ka-

bar baik maupun dalam mengadakan mujizat, yang meru-

pakan meterai dari suatu pengutusan Tuhan . 

(3) Bahwa Tuhan  menyertai Dia (ay. 38). Semua pekerjaan-Nya 

dikerjakan di dalam Tuhan . Tuhan  tidak saja mengutus Dia, 

tetapi juga selalu  menyertai, mengakui, mendampingi, 

dan mendukung-Nya dalam seluruh pelayanan dan pende-

ritaan-Nya. Perhatikanlah, Tuhan  akan menyertai orang-

orang yang diurapi-Nya. Ia sendirilah yang akan menyertai 

mereka yang kepadanya Ia telah memberi  Roh-Nya. 

III. sebab  mereka tidak mendapatkan penjelasan yang pasti tentang 

Yesus, Petrus menceritakan kepada mereka perihal kebangkitan-

Nya dari antara orang mati berikut bukti-buktinya, supaya mereka 

tidak menyangka bahwa  saat  Ia dibunuh, itulah akhir riwayat-

Nya. Boleh jadi mereka mendengar ada orang-orang di Kaisarea 

yang membicarakan perihal kebangkitan-Nya dari antara orang 

mati. Namun, berita itu langsung dibungkam dengan fitnah yang 

disebarkan orang Yahudi, bahwa murid-murid-Nya datang malam-

malam dan mencuri-Nya. Oleh sebab  itu Petrus menegaskan hal-

hal berikut ini sebagai dukungan utama atas perkataan damai se-

jahtera yang diberitakan oleh Yesus Kristus. 

1. Tidak terbantahkan lagi bahwa kuasa yang membuat-Nya 

bangkit dari antara orang mati bersifat Tuhan  (ay. 40). Yesus itu 

telah dibangkitkan Tuhan  pada hari yang ketiga, yang tidak saja 

menumbangkan semua fitnah dan tuduhan yang ditimpakan 

kepada-Nya oleh manusia,namun  juga membuktikan bahwa 

Tuhan  menerima penebusan-Nya atas dosa manusia melalui 

darah-Nya di atas salib. Ia tidak melarikan diri dari penjara, 

tetapi dibebaskan dengan sah. Ia dibangkitkan Tuhan . 

2.  Bukti-bukti kebangkitan-Nya tidak terbantahkan dan tampak 

jelas, sebab Tuhan  berkenan, bahwa Ia menampakkan diri. Ia 

membuat-Nya terlihat – edōken auton emphanē genesthai, su-

paya terlihat dengan mata. Jadi, Ia pun menampakkan diri se-

demikian rupa hingga orang tidak dapat membantah bahwa 

Dia memang Kristus, bukan orang lain. Penampakan diri-Nya 

itu menunjukkan bahwa Ia benar-benar telah bangkit. Ia me-

mang tidak menampakkan diri di depan umum (penampakan-

Nya tidak dalam arti ini),namun  jelas-jelas terbukti. Bukan ke-

pada seluruh bangsa, yang menjadi saksi atas kematian-Nya. 

Melalui mujizat-mujizat, Ia memberi bukti bahwa Ia diutus 

oleh Tuhan . Namun, mereka menolak bukti-bukti itu. Dengan 

menolak semua bukti itu, mereka telah kehilangan perkenan 

untuk menjadi saksi mata atas bukti yang agung tentang ke-

bangkitan-Nya itu. Orang-orang yang memalsukan kenyataan 

dan mereka-reka dusta bahwa Ia telah dicuri, dibiarkan tertipu 

hingga mempercayainya dan tidak dibiarkan percaya bahwa 

Dia telah menampakkan diri kepada semua orang. Alangkah 

berbahagianya orang-orang yang tidak melihat, namun percaya 

– Nee ille se in vulgus edixit, ne impii errore, liberarentur: ut et 

fides non præmio mediocri destinato difficultate constaret – Ia ti-

dak menampakkan diri kepada banyak orang, supaya orang-

orang yang tidak saleh di antara mereka tidak dengan segera 

terbebas dari kesalahan mereka, dan supaya iman, yakni pa-

hala yang begitu berlimpah, harus didapatkan dengan susah 

payah (Tertullian Apologetic 11). Namun, meskipun tidak se-

mua orang melihat Dia, cukup banyak yang melihat-Nya hingga 

dapat membuktikan kebenaran kebangkitan-Nya. Pernyataan 


 443 

pembuat surat wasiat mengenai keinginan terakhirnya tidak 

perlu dilakukan di hadapan semua orang. Sudah cukup apa-

bila hal itu dilakukan di hadapan sejumlah saksi yang dapat 

dipercaya. Demikianlah kebangkitan Kristus telah dibuktikan 

di hadapan cukup banyak saksi. 

(1) Orang-orang itu tidak kebetulan saja menjadi saksi,namun 

yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Tuhan  untuk menyaksi-

kan sendiri hal itu, supaya dengan pembelajaran yang me-

reka dapatkan dari Tuhan Yesus dan pergaulan mereka yang 

akrab dengan-Nya sebelum itu, mereka dapat lebih diya-

kinkan bahwa yang mereka lihat itu yaitu  benar-benar Dia. 

(2) Mereka tidak sekadar tiba-tiba dan sebentar saja melihat 

Dia,namun  sangat lama bergaul dengan-Nya: mereka telah 

makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia 

bangkit dari antara orang mati. Ini mengandung maksud 

juga bahwa mereka sungguh melihat Dia makan dan mi-

num, menyaksikan mereka sendiri makan bersama Dia di 

Danau Tiberias, dan juga kedua murid yang makan malam 

dengan Dia di Emaus. Semua ini membuktikan bahwa Dia 

punya tubuh jasmani yang asli dan benar-benar nyata. Te-

tapi, ini belumlah semuanya. Mereka bisa melihat Dia tanpa 

rasa takut dan terkaget-kaget, sebab  kalau ini terjadi, itu 

berarti mereka bukanlah saksi yang memenuhi syarat. Se-

baliknya, ini menandakan bahwa mereka melihat Dia begitu 

seringnya dan bercakap-cakap dengan Dia dengan akrab, 

sehingga mereka makan dan minum bersama Dia. Hal ini 

disampaikan sebagai bukti tentang pemandangan jelas 

yang dialami para pemuka Israel perihal kemuliaan Tuhan  

(Kel. 24:11), bahwa mereka memandang Tuhan , lalu makan 

dan minum.   

IV. Petrus mengakhiri dengan kesimpulan atas semua yang dikata-

kannya tadi, yakni bahwa oleh sebab itu hal yang harus mereka 

semua lakukan yaitu  percaya kepada Yesus. Ia telah diutus 

kemari untuk mengatakan kepada Kornelius apa yang harus dila-

kukannya, dan itulah maksudnya. Ia berkata bahwa doa-doa dan 

sedekah yang diberikannya itu yaitu  perbuatan yang sangat 

baik,namun  ia masih kekurangan satu hal, yakni ia harus percaya 

kepada Kristus. Amatilah, 


 444

1. Mengapa Kornelius harus percaya kepada-Nya. Iman punya 

kaitan dengan kesaksian, dan iman orang Kristen dibangun di 

atas dasar para rasul dan para nabi, dibangun di atas dasar 

kesaksian yang diberikan oleh mereka. 

(1) Oleh para rasul. Sebagai kepala rombongan, Petrus berbi-

cara atas nama yang lain, bahwa Tuhan  menugaskan mereka 

dan menyuruh mereka memberitakan kepada seluruh bangsa 

dan bersaksi tentang Kristus. Jadi kesaksian mereka tidak 

saja dapat dipercaya,namun  juga sah dan boleh kita andal-

kan. Kesaksian mereka yaitu  kesaksian Tuhan , dan mere-

ka yaitu  saksi-saksi-Nya bagi dunia ini. Mereka tidak se-

kadar menyampaikannya sebagai berita biasa,namun  juga 

menyaksikannya sebagai suatu catatan yang dengannya 

manusia akan dihakimi. 

(2) Oleh para nabi dari Perjanjian Lama yang jauh sebelum itu 

telah bersaksi, bukan saja perihal penderitaan-Nya, melain-

kan juga tentang maksud dan tujuannya yang sangat me-

nguatkan kesaksian para rasul tentang hal-hal itu (ay. 43): 

Tentang Dialah semua nabi bersaksi. Kita memiliki  alas-

an untuk berpikir bahwa Kornelius dan teman-temannya 

tidaklah asing tentang tulisan-tulisan para nabi. Dari mu-

lut kedua kelompok saksi yang sangat saling bersesuaian 

inilah perkataan itu diteguhkan. 

2. Apa yang harus mereka percayai menyangkut diri-Nya. 

(1) Bahwa kita semua bertanggung jawab kepada Kristus se-

bagai Hakim kita. Hal inilah yang harus disaksikan para 

rasul kepada dunia, bahwa Yesus ini ditentukan Tuhan  men-

jadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati 

(ay. 42). Ia diberi kuasa untuk menentukan syarat-syarat 

keselamatan, dan dengan peraturan itulah kita harus diha-

kimi. Ia diberi kuasa untuk memberi  hukum kepada 

orang-orang hidup dan orang-orang mati, baik orang Yahudi 

maupun bukan-Yahudi. Ia juga ditunjuk untuk menentu-

kan kekekalan semua anak manusia pada hari penghakim-

an yang agung itu, semua orang yang didapati masih hidup 

dan yang akan dibangkitkan dari antara orang mati. Tuhan  

telah meyakinkan kita mengenai hal ini, dengan mem-

bangkitkan Dia dari antara orang mati (17:31). Jadi sangat-

Kitab Kisah Para Rasul 10:44-48 

 445 

lah penting bagi setiap kita untuk mempercayai hal ini dan 

mencari perkenan-Nya serta menjadikan Dia sahabat kita. 

(2) Bahwa jika kita percaya kepada-Nya, kita semua akan dibe-

narkan oleh Dia sebagai kebenaran kita (ay. 43). Saat ber-

bicara tentang kematian Kristus, para nabi menyaksikan 

bahwa oleh sebab  nama-Nya, demi kepentingan-Nya, dan 

atas tanggungan-Nya, barangsiapa percaya kepada-Nya, 

baik orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi, akan 

mendapat pengampunan dosa. Inilah hal teramat besar 

yang kita butuhkan, sebab  tanpa itu kita akan binasa. Hal 

inilah yang sangat dirindukan hati nurani yang sudah 

insaf. Hal inilah yang dijanjikan orang-orang Yahudi duniawi 

kepada diri sendiri dengan menjalankan upacara persem-

bahan korban dan penyucian, bahkan yang dijanjikan 

orang-orang kafir dengan upacara pendamaian mereka, te-

tapi yang semuanya hanyalah upaya yang sia-sia belaka. 

Pengampunan dosa hanya bisa diperoleh melalui nama 

Kristus, dan hanya bagi mereka yang percaya dalam nama-

Nya. Mereka yang berbuat demikian boleh meyakininya. 

Dosa-dosa mereka akan diampuni, dan tidak akan ada lagi 

penghukuman sebab nya. Pengampunan dosa meletakkan 

dasar bagi semua perkenan dan berkat yang lain, sebab  ia 

menyingkirkan hal-hal yang menjadi penghalangnya. Jika 

dosa diampuni, semuanya akan baik-baik saja dan ber-

akhir dengan baik sampai selama-lamanya. 

Pengaruh Khotbah Petrus  

(10:44-48) 

44  saat  Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas se-

mua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. 45 Dan semua orang percaya 

dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, sebab  

melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain 

juga, 46 sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa 

roh dan memuliakan Tuhan . Lalu kata Petrus: 47  Bolehkah orang mencegah 

untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedang  mereka telah mene-

rima Roh Kudus sama seperti kita?” 48 Lalu ia menyuruh mereka dibaptis da-

lam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia ting-

gal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka. 

Di sini diceritakan tentang akhir dan pengaruh khotbah Petrus ter-

hadap Kornelius serta teman-temannya. Tidak percuma ia bersusah 


 446

payah di antara mereka, sebab  mereka semua berhasil dibawa ke-

pada Kristus. Di sini kita mendapati,  

I. Tuhan  membenarkan pernyataan Petrus dengan segera mencurah-

kan Roh Kudus ke atas mereka yang mendengarkan khotbahnya 

(ay. 44):  saat  Petrus sedang berkata demikian dan boleh jadi 

hendak mengatakan lebih banyak, ia digantikan oleh tanda kasat 

mata bahwa Roh Kudus, juga melalui karunia-karunia dan kuasa-

Nya yang ajaib itu, turun ke atas semua orang yang mendengarkan 

pemberitaan itu. Sama seperti yang terjadi atas para rasul dahulu. 

Demikian yang dikatakan Petrus (11:15). Oleh sebab  itu, ada 

yang berpendapat hal itu terjadi dengan tiupan angin kencang 

dengan lidah-lidah api seperti dahulu. Amatilah, 

1. Kapan Roh Kudus turun ke atas mereka. Yakni, sementara 

Petrus sedang berkhotbah. Dengan cara itulah Tuhan  memberi-

kan kesaksian atas apa yang dikatakannya dan menyertainya 

dengan kuasa Tuhan . Begitulah segala sesuatu yang membukti-

kan, bahwa ia seorang rasul (2Kor. 12:12). Meskipun Petrus 

tidak bisa memberi  Roh Kudus, Roh Kudus turun bersa-

maan dengan perkataan Petrus. Melalui hal ini tampaklah 

bahwa ia diutus oleh Tuhan . Roh Kudus turun ke atas orang 

lain sesudah mereka dibaptis, sebagai penegasan. Namun, 

pada orang-orang bukan-Yahudi ini, Ia turun sebelum mereka 

dibaptis. Sama halnya dengan Abraham yang dibenarkan oleh 

iman  saat  ia belum disunat, untuk menunjukkan bahwa 

Tuhan  tidak terikat pada satu cara atau membatasi diri dengan 

tanda-tanda lahiriah. Roh Kudus turun ke atas orang-orang 

yang belum disunat dan dibaptis ini, sebab Rohlah yang mem-

beri hidup, daging sama sekali tidak berguna. 

2.  Bagaimana Roh Kudus turun ke atas mereka (ay. 46): orang-

orang itu berkata-kata dalam bahasa roh yang belum pernah 

mereka pelajari. Boleh jadi bahasa Ibrani, bahasa yang kudus 

itu. Mengingat bahwa para pengkhotbah berbicara dalam ba-

hasa yang umum digunakan, supaya mereka dapat menyam-

paikan pengajaran Kristus kepada para pendengar, ada ke-

mungkinan para pendengar itu langsung diajar menggunakan 

bahasa yang kudus itu. Ini yaitu  supaya mereka dapat 

memeriksa bukti-bukti yang diambil para pengkhotbah itu dari 

Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya. Atau, mungkin juga 

Kitab Kisah Para Rasul 10:44-48 

 447 

kemampuan mereka berbicara dalam bahasa lidah menyirat-

kan bahwa mereka semua dirancang untuk menjadi hamba-

hamba Tuhan. Dengan turunnya Roh Kudus untuk pertama 

kalinya ke atas mereka, mereka memenuhi syarat untuk mem-

beritakan Injil kepada orang-orang lain, sesuatu yang sudah 

mereka lakukan sekaligus mereka terima sekarang. Namun, 

amatilah juga, saat mereka berbicara dalam bahasa lidah, me-

reka memuliakan Tuhan . Mereka berkata-kata tentang Kristus 

dan manfaat penebusan yang telah disampaikan Petrus demi 

kemuliaan Tuhan . Itulah yang juga dilakukan orang-orang yang 

ke atasnya Roh Kudus turun untuk pertama kalinya (2:11). 

Perhatikanlah, apa pun karunia yang diberikan kepada kita, 

kita sudah seharusnya mengormati Tuhan  dengan karunia itu, 

terutama karunia berbicara, termasuk semua kegunaannya. 

3. Kesan apa yang dirasakan orang-orang percaya keturunan Ya-

hudi yang  saat  itu juga hadir (ay. 45): Semua orang percaya 

dari golongan bersunat, tercengang-cengang. Mereka itu yaitu  

keenam orang yang datang bersama Petrus. Mereka sangat ter-

heran-heran dan boleh jadi juga merasa sedikit kurang nya-

man, sebab  karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-

bangsa lain juga. Padahal, mereka menyangka bahwa Roh Ku-

dus hanya disediakan bagi bangsa mereka sendiri. Kalau saja 

mereka memahami Perjanjian Lama yang berbicara mengenai 

hal ini, mereka tidak akan begitu terkejut. sebab  pengertian 

kita yang keliru tentang berbagai hal, kita telah menciptakan 

masalah bagi diri sendiri dalam memahami cara-cara pemeli-

haraan dan kasih karunia Tuhan . 

II. Petrus mengakui karya Tuhan  dengan membaptis orang-orang yang 

mengalami pencurahan Roh Kudus itu. Amatilah, 

1. Meskipun mereka telah menerima Roh Kudus, mereka tetap 

perlu dibaptis. Meskipun Tuhan  tidak terikat pada segala kete-

tapan, kita masih perlu menjalankannya. Tidak ada karunia 

luar biasa yang bisa menempatkan kita lebih tinggi dibandingkan  

ketetapan itu, sebaliknya semua karunia itu justru mewajib-

kan kita untuk lebih lagi menyesuaikan dirinya. Sebagian 

orang dari zaman kita mungkin akan membantah,  Orang-

orang ini dibaptis dengan Roh Kudus, dan oleh sebab itu un-

tuk apa lagi mereka dibaptis dengan air? Baptisan ini kurang 


 448

penting bagi mereka.” Tidak. Tidak demikian halnya, selama 

baptisan air masih menjadi ketetapan Kristus dan pintu ma-

suk ke dalam gereja di bumi ini, serta menjadi meterai Perjan-

jian Baru. 

2.  Meskipun mereka orang-orang bukan-Yahudi, namun sebab  

sudah menerima Roh Kudus, mereka boleh dibaptis (ay. 47): 

Bolehkah orang, bahkan orang Yahudi yang paling ketat sekali-

pun, mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, 

sedang  mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti 

kita? Pernyataan ini sudah jelas. Bolehkah kita mencegah tan-

da yang sudah diterima oleh orang yang ditandai oleh tanda 

itu sendiri? Bukankah mereka yang telah dilimpahkan Tuhan  

anugerah kovenan-Nya itu berhak menerima meterai dari 

kovenan itu? Tentu saja mereka yang telah menerima Roh Ku-

dus sama seperti kita juga boleh menerima baptisan seperti 

kita. Sungguh patut bagi kita untuk mengikuti petunjuk Tuhan  

dan menyambut mereka yang telah disambut oleh-Nya ke da-

lam persekutuan kita. Tuhan  sudah berjanji untuk mencurah-

kan Roh-Nya ke atas keturunan mereka yang setia. Jika demi-

kian, siapa yang dapat mencegah mereka yang telah menerima 

janji Roh Kudus sama seperti kita untuk dibaptis dengan air? 

Sekarang tampaklah mengapa Roh itu diberikan kepada me-

reka sebelum mereka dibaptis, yakni sebab jika  tidak, 

Petrus tidak akan dapat meyakinkan dirinya untuk membaptis 

mereka. Ini sama saja dengan kenyataan bahwa ia tidak akan 

mau berkhotbah kepada mereka seandainya ia tidak diperin-

tahkan sebelumnya untuk melakukan hal itu melalui suatu 

penglihatan. Setidaknya, ia tidak akan dapat menghindar dari 

celaan orang percaya dari golongan bersunat itu. Demikianlah 

anugerah Tuhan  yang tidak umum dijalankan langkah demi 

langkah untuk membawa orang-orang bukan-Yahudi ke dalam 

jemaat. Betapa beruntungnya kita sebab  anugerah Tuhan  yang 

baik jauh lebih luas dibandingkan  kebaikan hati beberapa orang! 

3.  Petrus tidak membaptis mereka sendirinamun  menyuruh me-

reka dibaptis (ay. 48). Ada kemungkinan bahwa beberapa sau-

dara yang menyertainya itulah yang melaksanakannya atas 

perintahnya, dan bahwa ia tidak melakukan sendiri hal itu 

sebab  alasan yang sama dengan Paulus, yakni supaya orang-

orang yang dibaptis itu tidak merasa lebih baik sebab  di-

Kitab Kisah Para Rasul 10:44-48 

 449 

baptis olehnya, atau supaya tidak tampak seolah-olah mereka 

dibaptis dalam nama Petrus (1Kor. 1:15). Para rasul diutus un-

tuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya dan mem-

baptis mereka. Namun, orang-orang ini harus memberi diri 

untuk tunduk pada doa dan pelayanan firman, bukan kepada 

para rasul itu. Rasul Paulus berkata bahwa ia diutus bukan 

untuk membaptis,namun  untuk memberitakan Injil, tugas yang 

lebih mulia dan baik sekali. Oleh sebab  itu, tugas membaptis 

biasanya diberikan kepada para hamba Tuhan bawahan. Me-

reka ini melakukannya berdasarkan perintah para rasul, yang 

sebab  itu bisa juga dikatakan bahwa para rasul itu sendiri 

yang melakukannya. Qui per alterum facit, per seipsum facere 

dicitur – Apa yang dilakukan seseorang melalui orang lain, bisa 

dikatakan telah dilakukan olehnya sendiri. 

III. Mereka mengakui dan menyambut perkataan Petrus dan juga 

pekerjaan Tuhan  sehingga rindu mendapatkan pelayanan Petrus 

lebih lama lagi. Mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal bebe-

rapa hari lagi bersama-sama dengan mereka. Mereka tidak dapat 

memaksanya tinggal untuk seterusnya bersama mereka, sebab  

mereka tahu bahwa ia masih harus melakukan pekerjaan di 

tempat-tempat lain dan bahwa ia sedang dinantikan di Yerusalem. 

Namun, mereka juga tidak ingin ia langsung pergi. Mereka me-

mohon dengan sangat agar ia bersedia tinggal beberapa waktu 

bersama mereka, supaya mereka dapat diajar lebih lanjut lagi ten-

tang segala sesuatu yang berkaitan dengan kerajaan Tuhan . Per-

hatikanlah, 

1. Orang-orang yang sudah mengenal Kristus tidak bisa tidak 

pasti menginginkan lebih banyak lagi.  

2.  Bahkan mereka yang telah menerima Roh Kudus pun perlu 

menyadari kebutuhan mereka akan pelayanan firman Tuhan . 

 

  

  

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 1 1  

Dalam pasal ini kita temui,  

I. Pembelaan yang harus disampaikan Petrus sebab  tindakan-

nya menerima Kornelius dan teman-temannya sebagai ang-

gota jemaat. Saudara-saudara mengecam dia, dan akhirnya 

menyetujui tindakannya (ay. 1-18). 

II. Keberhasilan pemberitaan Injil di Antiokhia dan wilayah 

sekitarnya (ay. 19-21). 

III. Pekerjaan baik yang bermula di Antiokhia dilanjutkan, per-

tama-tama melalui pelayanan Barnabas, dan setelah itu oleh 

Paulus bersama-sama dengan dia. Untuk pertama kalinya se-

butan Kristen diberikan kepada murid-murid di sana, dan 

kemudian terus dipakai (ay. 22-26). 

IV. Nubuatan mengenai datangnya masa kelaparan, dan sum-

bangan orang-orang bukan-Yahudi yang telah dipertobatkan 

untuk menolong orang-orang kudus yang miskin di Yudea 

pada masa kelaparan itu (ay. 27-30). 

Pembelaan Petrus  

(11:1-18) 

1 Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-

bangsa lain juga menerima firman Tuhan . 2  saat  Petrus tiba di Yerusalem, 

orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. 3 

Kata mereka:  Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersu-

nat dan makan bersama-sama dengan mereka.” 4namun  Petrus menjelaskan 

segala sesuatu berturut-turut, katanya: 5  Aku sedang berdoa di kota Yope, 

tiba-tiba rohku diliputi kuasa Tuhan  dan aku melihat suatu penglihatan: suatu 

benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya ditu-

runkan dari langit sampai di depanku. 6 Aku menatapnya dan di dalamnya 

aku lihat segala jenis binatang berkaki empat dan binatang liar dan binatang 

menjalar dan burung-burung. 7 Lalu aku mendengar suara berkata kepada-

ku: Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah! 8namun  aku berkata: 


 452

Tidak, Tuhan, tidak, sebab belum pernah sesuatu yang haram dan yang ti-

dak tahir masuk ke dalam mulutku. 9 namun   untuk kedua kalinya suara 

dari sorga berkata kepadaku: Apa yang dinyatakan halal oleh Tuhan , tidak bo-

leh engkau nyatakan haram! 10 Hal itu terjadi sampai tiga kali, lalu semuanya 

ditarik kembali ke langit. 11 Dan se saat  itu juga tiga orang berdiri di depan 

rumah, di mana kami menumpang; mereka diutus kepadaku dari Kaisarea.   

12 Lalu kata Roh kepadaku: Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang! 

Dan keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang 

itu, 13 dan ia menceriterakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang 

malaikat berdiri di dalam rumahnya dan berkata kepadanya: Suruhlah orang 

ke Yope untuk menjemput Simon yang disebut Petrus. 14 Ia akan menyampai-

kan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagi-

mu dan bagi seluruh isi rumahmu. 15 Dan  saat  aku mulai berbicara, turun-

lah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. 16 Maka 

teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, teta-

pi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. 17 Jadi jika Tuhan  memberi  ka-

runia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai 

percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?”   

18  saat  mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memulia-

kan Tuhan , katanya:  Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Tuhan  mengarunia-

kan pertobatan yang memimpin kepada hidup.”   

Pemberitaan Injil kepada Kornelius merupakan suatu hal yang kita, 

para pendosa yang hina dan bukan orang Yahudi ini, patut renung-

kan dengan sukacita dan rasa syukur yang sangat besar, sebab pe-

ristiwa itu menyangkut terang yang dibawa kepada kita yang berdiam 

di dalam kegelapan. sebab  peristiwa itu sangat mengejutkan bagi 

orang Yahudi, baik yang percaya maupun yang tidak percaya, pan-

taslah untuk mengetahui bagaimana peristiwa itu bisa diterima orang 

Yahudi dan apa komentar mereka tentang hal itu. Di sini kita 

melihat, 

I. Kabar itu segera tersiar sampai kepada jemaat di Yerusalem dan 

daerah sekitarnya. Kaisarea tidak begitu jauh dari Yerusalem, se-

hingga mungkin mereka langsung mendengar berita itu. Orang 

menyiarkan kabar itu, sebagian dengan maksud baik, sedang  

yang lain dengan maksud jahat. Dengan begitu, sebelum Petrus 

sendiri kembali ke Yerusalem, rasul-rasul dan saudara-saudara 

yang ada di sana serta yang di Yudea mendengar, bahwa bangsa-

bangsa lain juga menerima firman Tuhan . Firman Tuhan  di sini 

maksudnya ialah Injil Kristus, yang bukan hanya salah satu dari 

firman yang diucapkan Tuhan , melainkan firman Tuhan  itu sendiri. 

sebab  Injil Kristus yaitu  rangkuman dan pusat seluruh pewah-

yuan Tuhan . Mereka menerima Kristus, sebab  nama-Nya ialah: 

 Firman Tuhan ” (Why. 19:13). Tidak hanya orang Yahudi yang ter-

sebar ke daerah-daerah orang bukan-Yahudi, dan orang-orang

Kitab Kisah Para Rasul 11:1-18 

 453 

bukan-Yahudi yang telah menganut agama Yahudi,namun  juga 

orang-orang bukan-Yahudi itu sendiri dibawa ke dalam perseku-

tuan jemaat, sebab mereka telah menerima firman Tuhan . Padahal, 

sampai saat itu, bercakap-cakap dengan orang bukan-Yahudi ma-

sih dianggap sebagai pelanggaran hukum. Ini artinya, 

1. Firman Tuhan  telah diberitakan kepada orang-orang bukan-

Yahudi, yang merupakan suatu kehormatan bagi mereka mele-

bihi yang diperkirakan oleh orang-orang Yahudi. Namun saya 

heran mengapa ini harus menjadi hal yang aneh bagi orang-

orang yang mendapatkan sendiri amanat untuk memberitakan 

Injil kepada segala makhluk. Walau begitu, memang sering 

orang berprasangka gara-gara sombong dan menganggap diri 

sendiri paling benar, sehingga menentang berbagai pengung-

kapan yang sangat jelas akan kebenaran Tuhan . 

2.  Firman Tuhan  diterima dan diakui oleh orang-orang bukan-Ya-

hudi dan menimbulkan pengaruh bagi mereka, yang lebih besar 

dibandingkan  yang diperkirakan oleh orang-orang Yahudi. Agaknya 

selama ini orang-orang Yahudi itu berpendapat bahwa tidak ada 

gunanya Injil diberitakan kepada orang-orang bukan-Yahudi. Ini 

sebab  begitu banyak bukti-bukti Injil yang digenapi dari Per-

janjian Lama, sedang  orang-orang bukan-Yahudi itu tidak 

menerima Perjanjian Lama. Orang Yahudi menganggap orang 

bukan-Yahudi tidak peduli pada agama, dan kemungkinan 

besar mereka juga tidak akan bisa dipengaruhi oleh agama. 

Oleh sebab  itu, mereka terkejut  saat  mendengar bahwa 

orang bukan-Yahudi telah menerima firman Tuhan . Perhatikan, 

kita terlalu mudah berputus asa sebelum mencoba berbuat 

baik kepada orang-orang yang ternyata mudah diajar  saat  

kita melakukannya.  

II. Bahwa orang-orang Yahudi yang percaya menentang hal itu (ay. 

2-3).  saat  Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan 

yang bersunat, yaitu orang-orang Yahudi yang telah dipertobatkan 

dan masih memelihara pentingnya sunat, berselisih pendapat de-

ngan dia. Mereka mengecam perbuatan Petrus yang telah masuk 

ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-

sama dengan mereka sebagai suatu kejahatan. Mereka beranggapan 

bahwa dengan berbuat demikian berarti Petrus telah menodai, jika 

bukan mengkhianati, kehormatan akan jabatan kerasulannya, 


 454

sehingga harus dibawa ke hadapan jemaat. Begitu jauh mereka 

dari memandang Petrus sebagai orang yang tidak dapat berbuat 

salah, atau sebagai pemimpin tertinggi dari jemaat, di mana se-

mua harus memberi  pertanggungjawaban kepada dia semen-

tara ia tidak perlu bertangggung jawab kepada siapa pun. Perhati-

kanlah, 

1. Betapa celaka dan rusaknya gereja jika ia hanya menguasai 

gereja itu sendiri dan mengucilkan orang lain yang tidak sama 

dengan mereka dalam segala hal dari gereja dan manfaat sara-

na anugerah Tuhan . Ada jiwa-jiwa yang dangkal yang mengejar 

kekayaan gereja, seperti halnya ada orang-orang yang ingin me-

ngumpulkan kekayaan dunia, dan ingin tinggal sendiri di dalam 

negeri. Orang-orang ini berpikir seperti Yunus, yang dalam rasa 

iri, merasa marah sebab  orang Niniwe menerima firman Tuhan , 

dan masih juga membenarkan diri dengan tindakan ini .  

2. Para pelayan Kristus tidak boleh menganggap aneh jika mereka 

dihakimi dan didebat, bukan hanya oleh musuh yang terang-

terangan menyatakan diri, melainkan juga oleh orang-orang 

yang menyatakan diri sebagai teman mereka. Mereka dihakimi 

dan didebat bukan hanya sebab  kebodohan dan kejahatan 

mereka,namun  sebab  perbuatan baik yang mereka lakukan 

dengan sempurna dan tepat pada waktunya. Walau begitu, 

jika kita telah membuktikan bahwa pekerjaan kita benar, 

maka kita dapat bersukacita seperti Petrus, tak peduli apa pun 

yang dikatakan oleh saudara-saudara kita. Barang siapa mela-

yani Kristus dengan menyala-nyala dan berani harus siap diri 

bahwa ia akan dihakimi oleh mereka yang, dengan pura-pura 

beralasan waspada, bersikap dingin dan tidak peduli. Orang 

yang penuh simpati, murah hati, dan suka memberi sedekah, 

harus sudah menduga bahwa ia akan dihakimi oleh mereka 

yang congkak dan ketat dalam hal peraturan, yang berkata, 

Menjauhlah, nanti engkau menjadi kudus olehku (KJV: sebab 

aku lebih kudus dibandingkan mu – pen.) 

III. Petrus memberi  penjelasan yang lengkap dan memadai ten-

tang persoalan itu. Ia tidak menambah-nambah lagi pernyataan 

untuk membela diri atau meminta maaf untuk memuaskan hati 

mereka (ay. 4), sebaliknya, Petrus menjelaskan segala sesuatu ber-

turut-turut (KJV: dari awal – pen.) dan membiarkan mereka sendiri 

Kitab Kisah Para Rasul 11:1-18 

 455 

yang menilai apakah ia telah berbuat keliru. Sebab, semua itu jelas 

tampak sebagai pekerjaan Tuhan  sendiri, bukan pekerjaannya. 

1. Petrus beranggapan bahwa sudah semestinya jika mereka me-

mahami persoalan sebenarnya, maka mereka tidak akan me-

nentang dia, dan justru memuji dia. Itu yaitu  suatu alasan 

yang bagus mengapa kita harus bersikap tenang dan menahan 

diri  saat  sedang dihakimi. Sebab, jika kita mengerti benar 

apa yang begitu giat kita kerjakan, maka kita juga sudah bisa 

melihat akibat apa yang akan muncul.  saat  kita melihat 

orang lain melakukan sesuatu yang tampak mencurigakan, 

maka alih-alih menentang mereka, sebaiknya kita bertanya ke-

pada mereka apa alasannya mereka berbuat demikian. jika  

kita tidak sempat bertanya, maka kita harus menduga-duga 

alasan yang terbaik mengenai hal itu, dan tidak menghakimi 

sebelum waktunya. 

2. Petrus sangat bersedia mendengarkan pendapat mereka, dan 

berusaha menjawab mereka. Dia tidak berkeras bahwa dialah 

yang menjadi pemimpin di antara para rasul. Pikirannya jauh 

dari anggapan bahwa ia memiliki kekuasaan semacam itu, se-

perti yang dikatakan oleh mereka yang mengaku-ngaku sebagai 

penerusnya. Ia juga tidak beranggapan bahwa sudah cukup ha-

nya dengan mengatakan kepada mereka bahwa ia sudah puas 

dengan dasar yang dipakainya, sehingga mereka tidak perlu 

mempersoalkan hal itu. Namun, ia siap memberi pertanggung-

an jawab tentang pengharapan yang ada padanya mengenai 

orang-orang bukan-Yahudi itu, dan mengapa ia telah berbalik 

dari pendiriannya yang sebelumnya sebagai orang bersunat, 

yang tadinya sama dengan pendirian mereka. Kita memiliki 

kewajiban baik terhadap diri sendiri maupun terhadap saudara-

saudara kita untuk menjelaskan tindakan kita di dalam terang 

yang benar, yang pada mulanya kelihatan jahat dan menying-

gung hati orang lain, supaya kita bisa menyingkirkan batu 

sandungan dari jalan saudara-saudara kita itu. Mari sekarang 

kita melihat apa yang disampaikan Petrus untuk membela diri. 

 (1) Bahwa ia telah mendapat perintah melalui sebuah pengli-

hatan supaya tidak lagi membeda-bedakan seperti yang 

telah dibuat oleh hukum Taurat yang sifatnya upacara atau 

lahiriah saja. Ia menceritakan penglihatan itu (ay. 5-6) se-


 456

perti yang telah kita ketahui sebelumnya (10:9 dst.). Se-

mentara di dalam pasal 10 dikatakan bahwa kain itu ditu-

runkan ke tanah, di sini ia mengatakan bahwa kain itu 

sampai di depannya. Hal ini menyiratkan bahwa penglihat-

an ini  merupakan petunjuk yang secara khusus ditu-

jukan kepadanya. Maka dari itu, kita harus melihat semua 

pewahyuan diri Tuhan , yang ditunjukkan-Nya di hadapan 

anak-anak manusia, dan sampai kepada kita perlu selan-

jutnya diterapkan dengan iman pada diri kita sendiri. Hal 

lain yang ditambahkan di sini ialah  saat  kain itu sampai 

di depannya, Petrus menatapnya dan memperhatikannya 

(ay. 6). Jika kita diberi tahu tentang perkara-perkara Tuhan , 

maka kita harus mengarahkan pikiran kepada hal-hal itu 

dan memperhatikannya. Petrus memberi tahu orang-orang 

Yahudi itu tentang perintah yang telah diterimanya supaya 

memakan segala macam daging tanpa membeda-bedakan, 

dan tidak mempertanyakan hati nuraninya (ay. 7). Tam-

paknya, sesudah datangnya air bah, barulah manusia di-

perbolehkan makan daging (Kej. 9:3). Kemudian, izin itu 

dibatasi oleh hukum Taurat. Namun sekarang semua pem-

batasan itu sudah dicabut, dan manusia dibebaskan untuk 

makan segala daging. Bukanlah kehendak Kristus untuk 

mencegah kita menggunakan segala penghiburan yang 

dapat diperoleh dari segala makhluk ciptaan dengan hu-

kum apa pun selain dengan hukum penguasaan diri. Juga, 

Ia menghendaki kita untuk lebih mengutamakan makanan 

yang membawa kita kepada kehidupan kekal dibandingkan  ma-

kanan yang membinasakan hidup. Petrus berkata bahwa 

tadinya ia juga sama seperti mereka dalam sikap antipati-

nya bergaul dengan orang-orang bukan-Yahudi atau me-

makan makanan mereka, dan sebab  itu, ia tidak mau 

 saat  diberi kebebasan untuk bertindak sebaliknya. Tidak, 

Tuhan, tidak, sebab belum pernah sesuatu yang haram dan 

yang tidak tahir masuk ke dalam mulutku (ay. 8). Namun, 

dari sorga ia diberi tahu bahwa peraturan mengenai hal itu 

sudah diubah, dan Tuhan  sudah menahirkan orang-orang 

bukan-Yahudi serta berbagai hal yang tadinya tercemar itu. 

Dan sebab  itu ia tidak boleh lagi menyebut mereka haram, 

atau menganggap mereka tidak layak untuk berbaur de-

Kitab Kisah Para Rasul 11:1-18 

 457 

ngan orang-orang bersunat yang istimewa ini (ay. 9). De-

ngan demikian, ia tidak bisa dipersalahkan sebab  berubah 

pikiran, sebab Tuhan lah yang telah mengubah pokok perma-

salahannya. Dalam perkara-perkara semacam ini, kita ha-

rus bertindak sesuai dengan terang yang kita miliki seka-

rang ini. Namun, kita tidak boleh berpegang terlalu kuat 

pada pandangan kita tentang hal itu sehingga menjadi ber-

prasangka terhadap pengungkapan-pengungkapan baru, 

sebab  mungkin persoalan itu bisa berubah menjadi seba-

liknya atau tampak sebaliknya. Mungkin Tuhan  juga akan 

menyatakannya kepada kita (Fil. 3:15). Selain itu, supaya 

mereka yakin bahwa ia tidak tertipu, Petrus memberi tahu 

mereka bahwa penglihatan itu terjadi sampai tiga kali (ay. 

10). Perintah yang sama, yaitu untuk menyembelih dan 

memakan, dan alasan yang sama, yaitu bahwa apa yang 

telah dinyatakan tahir oleh Tuhan  tidak boleh disebut ha-

ram, diulangi untuk kedua dan ketiga kalinya. Dan, untuk 

menegaskan lebih jauh kepadanya bahwa itu yaitu  peng-

lihatan Tuhan , hal-hal yang dilihatnya itu tidak hilang begitu 

saja,namun  semuanya ditarik kembali ke langit, yaitu dari 

mana mereka turun. 

(2) Bahwa ia mendapat tuntunan khusus dari Roh Kudus un-

tuk ikut dengan para utusan yang disuruh oleh Kornelius. 

Supaya jelas bahwa penglihatan itu dimaksudkan untuk 

meyakinkannya tentang hal ini, Petrus menjelaskan kepada 

mereka kapan para utusan itu datang, yaitu segera sesudah 

ia mendapat penglihatan itu. Juga, supaya jangan sampai 

hal ini pun tidak cukup untuk meyakinkan dia, Roh Kudus 

menyuruh dia pergi bersama mereka yang diutus dari Kai-

sarea itu, dengan tidak bimbang (ay. 11-12). Meskipun 

orang-orang yang hendak didatanginya dan yang berangkat 

bersamanya itu bukan orang Yahudi, ia tidak boleh ragu 

pergi bersama mereka.  

(3) Bahwa ia mengajak beberapa orang saudara seiman untuk 

pergi bersamanya, yaitu dari golongan bersunat, supaya 

mereka bisa diyakinkan seperti dirinya. Orang-orang ini di-

bawanya dari Yope, supaya bersaksi baginya terhadap ke-

caman yang akan diterimanya, sebab  ia sudah memper-

kirakan bahwa ia akan mendapatkan kecaman mengenai 


 458

hal itu. Petrus tidak bertindak secara sembarangan,namun  

dengan cermat. Ia tidak bertindak secara gegabah,namun  

dengan tujuan yang jelas. 

(4) Bahwa Kornelius juga mendapat penglihatan, dan berdasar-

kan penglihatan itu ia dituntun untuk menyuruh orang pergi 

kepada Petrus (ay. 13). Ia menceriterakan kepada kami, ba-

gaimana ia melihat seorang malaikat berdiri di dalam rumah-

nya, yang berkata kepadanya: Suruhlah orang ke Yope untuk 

menjemput Simon yang disebut Petrus. Perhatikan, alangkah 

baiknya jika orang-orang yang memiliki persekutuan de-

ngan Tuhan  dan terus berhubungan dengan sorga, saling 

membandingkan pengalaman mereka, serta membicarakan-

nya satu sama lain. Dengan demikian, mereka dapat saling 

menguatkan iman. Melalui penglihatan Kornelius, Petrus 

menjadi lebih yakin bahwa penglihatannya memang benar. 

sedang  Kornelius diteguhkan oleh penglihatan Petrus. 

Dalam pasal ini ada tambahan mengenai apa yang dikata-

kan malaikat kepada Kornelius. Sebelumnya disebutkan 

bahwa  Suruhlah orang untuk menjemput Petrus” (Dalam 

KJV ditambahkan,  dan ia akan memberi tahu kamu menge-

nai apa yang harus kamu lakukan” – pen.) (10:6, 32),namun  

di sini dikatakan,  Ia akan menyampaikan suatu berita 

kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagi-

mu dan bagi seluruh isi rumahmu (ay. 14), dan sebab  itu 

sangatlah penting bagimu, dan sangat besar manfaatnya 

untukmu, jika kamu menyuruh orang pergi kepadanya.” 

Perhatikan, 

[1] Perkataan Injil yaitu  perkataan yang sanggup menye-

lamatkan kita secara kekal. Bukan hanya dengan men-

dengar dan membacanya, melainkan dengan percaya 

dan menaatinya. Perkataan Injil membentangkan kese-

lamatan di hadapan kita, dan menunjukkan kepada 

kita apa keselamatan itu. Perkataan Injil membuka ja-

lan keselamatan bagi kita. jika  kita mengikuti cara 

yang digambarkannya kepada kita, maka kita pasti 

akan selamat dari murka Tuhan  dan kutuk, serta akan 

berbahagia selama-lamanya. 

[2] Barangsiapa menerima Injil Kristus, keluarganya juga 

akan mendapatkan keselamatan yang dibawa oleh Injil 

Kitab Kisah Para Rasul 11:1-18 

 459 

itu.  Keselamatan akan datang bagimu dan bagi seluruh 

isi rumahmu. Engkau dan anak-anakmu akan menjadi 

bagian dalam kovenan, dan memperoleh sarana kesela-

matan. Rumahmu juga akan terbuka untuk memper-

oleh manfaat keselamatan, oleh sebab  percaya mereka, 

seperti halnya dirimu sendiri. Bahkan termasuk hamba-

mu yang paling hina. Hari ini telah terjadi keselamatan 

kepada rumah ini” (Luk. 19:9). Sampai saat itu, kese-

lamatan menjadi milik orang Yahudi (Yoh. 4:22),namun  

sekarang keselamatan juga diberikan kepada orang-

orang bukan-Yahudi seperti yang dahulu dilakukan ke-

pada orang Yahudi. Janji, hak istimewa, dan sarana ke-

selamatan itu disampaikan kepada semua bangsa 

dengan limpahnya dan seutuhnya, sesuai dengan selu-

ruh tujuan dan maksudnya, seperti yang selama ini di-

tujukan bagi bangsa Yahudi.  

(5) Bahwa apa yang menjadikan persoalan ini tidak perlu diragu-

kan lagi yaitu  turunnya Roh Kudus ke atas orang-orang bu-

kan-Yahudi yang mendengar Injil. Peristiwa ini melengkapi bukti 

bahwa Tuhan  memang berkehendak supaya Petrus membawa 

orang-orang bukan-Yahudi itu ke dalam persekutuan jemaat. 

[1] Kebenaran itu jelas dan tidak dapat disangkal (ay. 15).  Ke-

tika aku mulai berbicara” (dan mungkin diam-diam Petrus 

merasakan keengganan di dalam hatinya sendiri, sebab  

ragu apakah ia bertindak benar dengan memberitakan Injil 

kepada golongan tidak bersunat)  langsung turunlah Roh 

Kudus ke atas mereka dalam rupa tanda-tanda yang keli-

hatan, sama seperti dahulu ke atas kita, dan tidak mungkin 

ada kekeliruan dalam peristiwa itu.” Melalui hal ini, Tuhan  

meneguhkan apa yang terjadi, dan menyatakan persetuju-

an-Nya akan hal ini . Jelas bahwa pemberitaan Injil itu 

dibenarkan  saat  Roh Kudus diberikan. Rasul Paulus 

meyakini hal ini,  saat  kemudian ia berbicara dengan 

tegas kepada jemaat Galatia:  Adakah kamu telah menerima 

Roh sebab  melakukan hukum Taurat atau sebab  percaya 

kepada pemberitaan Injil?” (Gal. 3:2) 

[2] Dalam peristiwa ini Petrus mengingat perkataan Gurunya, 

 saat  Dia meninggalkan mereka (1:5): Yohanes membaptis 


 460

dengan air,namun  kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus 

(ay. 16). Ini dengan jelas menyatakan bahwa, 

Pertama, Roh Kudus yaitu  pemberian Kristus, dan me-

rupakan hasil dan wujud dari janji-Nya, janji yang besar 

itu, yang ditinggalkan-Nya  saat  Ia naik ke sorga. Jadi, 

tidak diragukan lagi bahwa dari Dialah pemberian itu ber-

asal, dan bahwa Dialah yang memenuhi mereka dengan 

Roh Kudus. Sebagaimana Roh Kudus dijanjikan melalui 

mulut-Nya, demikian pula Roh Kudus dinyatakan melalui 

tangan-Nya, dan menjadi tanda dari perkenanan-Nya. 

Kedua, karunia Roh Kudus itu yaitu  semacam baptis-

an. Mereka yang menerimanya dibaptis dengan Roh Kudus 

dalam cara yang lebih sempurna dibandingkan  baptisan mana 

pun, bahkan termasuk baptisan air yang dilakukan oleh 

Yohanes Pembaptis sendiri. 

[3] Dengan membandingkan janji itu, demikian yang tertulis, 

dengan karunia yang baru saja dicurahkan ini,  saat  mu-

lai timbul pertanyaan apakah orang-orang ini seharusnya 

dibaptis atau tidak, Petrus menyimpulkan bahwa pertanya-

an itu telah dijawab oleh Kristus sendiri (ay. 17): Jadi jika 

Tuhan  memberi  karunia-Nya kepada mereka sama seperti 

kepada kita – memberi nya kepada kita pada waktu kita 

mulai percaya kepada Yesus Kristus, dan kepada mereka 

pada waktu mereka mulai percaya kepada-Nya – Bagaima-

nakah mungkin aku mencegah Dia? Bisakah aku menolak 

untuk membaptis mereka dengan air, padahal Tuhan  telah 

membaptis mereka dengan Roh Kudus? Bisakah aku me-

nyangkal tanda yang ada pada mereka, sedang  Ia telah 

mencurahkan hal yang ditandai oleh tanda itu kepada me-

reka?namun  aku, siapakah aku? Sanggupkah aku melarang 

Tuhan ? Pantaskah aku mengendalikan kehendak Tuhan , atau 

menentang kebijakan sorga?” Perhatikan, barangsiapa men-

jadi penghalang untuk memenangkan jiwa berarti menentang 

Tuhan , dan mereka yang berusaha menyingkirkan orang-orang 

yang telah dipersekutukan Tuhan  dengan diri-Nya sendiri dari 

persekutuan mereka, sudah terlalu berani dalam berbuat.  

IV. Penjelasan yang diberikan Petrus mengenai persoalan ini memuas-

kan mereka, dan semuanya berakhir dengan baik. Demikianlah, 

Kitab Kisah Para Rasul 11:1-18 

 461 

 saat  kedua suku dan suku yang setengah itu (suku Ruben, Gad, 

dan Manasye – pen.) memberi  penjelasan kepada imam Pine-

has dan para pemimpin umat Israel mengenai tujuan dan arti 

sesungguhnya mengapa mereka membangun sebuah mezbah di 

tepi sungai Yordan, pertentangan pun berhenti, dan Pinehas serta 

para pemimpin umat Israel menganggap hal itu baik (Yos. 22:30). 

Ada orang yang, jika sudah menuduh seseorang, akan berpegang 

pada tuduhan itu, meskipun kemudian nyata bahwa tuduhan itu 

keliru dan tidak berdasar. Namun tidak demikian halnya yang 

terjadi di sini. sebab  saudara-saudara ini, meskipun mereka dari 

golongan bersunat, dan sangkaan mereka keliru,  saat  men-

dengar hal ini,  

1. Mereka membatalkan tuduhan mereka. Mereka diam saja, dan 

tidak berkata apa-apa lagi untuk mendebat apa yang telah di-

lakukan Petrus. Mereka mengatupkan tangan pada mulut 

mereka, sebab  sekarang mereka mengerti bahwa Tuhan lah 

yang melakukan hal itu. Sekarang, orang-orang yang meme-

gahkan diri dalam kebanggaan mereka sebagai orang Yahudi 

itu mulai melihat bahwa Tuhan  menodai kebanggaan mereka, 

dengan membiarkan orang bukan-Yahudi mendapat bagian, 

dan mendapatkan bagian yang sama besar dengan mereka. 

Dan sekarang nubuatan itu telah digenapi, Engkau tidak akan 

lagi meninggikan dirimu di gunung-Ku yang kudus (Zef. 3:11).  

2. Mereka mengubah kecaman mereka menjadi puji-pujian. Me-

reka tidak hanya menahan diri supaya tidak berselisih dengan 

Petrus,namun  juga membuka mulut mereka untuk memulia-

kan Tuhan  atas apa yang telah diperbuat-Nya dengan dan mela-

lui pelayanan Petrus. Mereka bersyukur sebab  kekeliruan 

mereka telah dibetulkan. Mereka juga bersyukur  sebab  Tuhan  

telah menunjukkan rahmat yang besar bagi orang-orang bu-

kan-Yahudi yang malang itu lebih dibandingkan  yang mau mereka 

tunjukkan kepada bangsa-bangsa ini . Mereka berkata, 

 Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Tuhan  mengaruniakan 

pertobatan yang memimpin kepada hidup.” Tuhan  tidak hanya 

telah mengaruniakan sarana pertobatan kepada orang bukan-

Yahudi, dengan membukakan pintu bagi para pelayan-Nya 

untuk masuk ke tengah-tengah mereka,namun  Ia juga menga-

runiakan pertobatan, dengan memberi  Roh Kudus kepada 

mereka. Ke mana pun Roh Kudus pergi, Dia menjadi Peng-


 462

hibur, yang mula-mula menginsafkan dan menyingkapkan 

dosa serta akibatnya, dan setelah itu Ia menunjukkan Kristus 

dan sukacita yang ada di dalam Dia. Perhatikan,  

(1) Pertobatan, jika dilakukan sungguh-sungguh, mendatang-

kan kehidupan. Ia membawa kepada kehidupan rohani. 

Barangsiapa sungguh-sungguh bertobat dari dosa mereka 

membuktikan pertobatan itu dengan menjalani hidup yang 

baru, yang kudus, sorgawi dan Tuhan . Mereka yang oleh ka-

rena pertobatannya mati terhadap dosa, hidup bagi Tuhan  

sejak saat itu. Pada saat itu, dan tidak akan terjadi sebe-

lum saat itu, kita mulai benar-benar hidup, dan itu akan 

terus berlangsung sampai kehidupan kekal. Semua petobat 

yang sejati akan hidup, yakni, mereka akan dipulihkan 

untuk kembali mendapatkan anugerah Tuhan , yang yaitu  

hidup, dan lebih baik dibandingkan  hidup. Mereka akan dihibur 

dengan jaminan bahwa dosa mereka telah diampuni, dan 

akan mendapatkan tanda jaminan bahwa mereka pasti 

akan memperoleh kehidupan kekal, dan pada akhirnya 

akan menikmatinya.  

(2) Pertobatan yaitu  pemberian Tuhan . Tidak saja Dia mem-

berikan anugerah-Nya secara cuma-cuma sehingga Dia me-

nerima pertobatan kita,namun  anugerah-Nya yang perkasa 

jugalah yang mengerjakan di dalam kita untuk bertobat, 

yang menjauhkan dari kita hati yang keras dan memberi  

kita hati yang taat. Korban sembelihan kepada Tuhan  ialah 

jiwa yang hancur. Dia sendirilah yang menyediakan anak 

domba ini. 

(3) Di mana pun Tuhan  bermaksud memberi  kehidupan, di 

situ Ia mempertobatkan. Sebab, hal ini merupakan persiap-

an yang diperlukan supaya kita bisa menikmati pengam-

punan yang dimeteraikan dan kedamaian sejati di dunia 

ini, serta melihat dan menikmati Tuhan  di dunia yang lain. 

(4) Merupakan penghiburan besar bagi kita bahwa Tuhan  telah 

meninggikan Anak-Nya Yesus, tidak hanya supaya Israel 

dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa (5:31), 

tetapi juga bagi orang-orang bukan-Yahudi. 

Kitab Kisah Para Rasul 11:19-26 

 463 

Injil Diberitakan di Antiokhia; Barnabas di Antiokhia  

(11:19-26) 

19 Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar sebab  penganiaya-

an yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke 

Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada 

orang Yahudi saja. 20 namun   di antara mereka ada beberapa orang Si-

prus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada 

orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus yaitu  Tuhan. 21 

Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi per-

caya dan berbalik kepada Tuhan. 22 Maka sampailah kabar tentang mereka 

itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antio-

khia. 23 Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Tuhan , bersukaci-

talah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tu-

han, 24 sebab  Barnabas yaitu  orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan 

iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. 25 Lalu pergilah Barnabas ke 

Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawa-

nya ke Antiokhia. 26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu 

tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid 

itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. 

Di sini diceritakan bagaimana ditanam dan disiraminya sebuah 

jemaat di kota Antiokhia, ibukota Siria. Kota ini dikenal sebagai kota

terbesar ketiga di kekaisaran Romawi, setelah Roma dan Aleksandria, 

dan gereja dibangun di Antiokhia setelah kedua kota ini . Kota 

ini berdiri di mana tadinya Hamat atau Ribla berada, seperti yang 

kita baca dalam Perjanjian Lama. Ada pendapat bahwa Lukas, yang 

menulis kisah sejarah ini, seperti halnya Teofilus yang kepadanya 

Lukas mempersembahkan kitab ini, berasal dari Antiokhia. sebab -

nya, mungkin inilah alasan mengapa ia menaruh perhatian khusus 

mengenai keberhasilan pemberitaan Injil di Antiokhia. Selain itu, 

mungkin juga sebab  di sanalah Paulus mulai dikenal, yang cerita 

mengenainya segera menjadi pokok bahasan dalam kisah yang ditu-

lisnya ini. Sekarang mengenai gereja di Antiokhia, perhatikanlah,  

I. Para pemberita Injil pertama di sana tampaknya terserak dari

Yerusalem oleh sebab  penganiayaan. Ini penganiayaan yang tim-

bul sejak lima atau enam tahun sebelumnya (menurut perhitungan 

beberapa orang), pada waktu Stefanus mati (ay. 19). Mereka ter-

sebar sampai ke Fenisia dan tempat-tempat yang lain untuk mem-

beritakan Injil. Tuhan  membiarkan mereka dianiaya, supaya me-

reka bisa tersebar ke seluruh dunia, ditabur sebagai benih bagi 

Tuhan , supaya mereka menghasilkan lebih banyak buah. Dengan 

begitu, apa yang tadinya dimaksudkan untuk menghancurkan 


 464

jemaat dipakai untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka. Ini 

seperti halnya kutuk Yakub terhadap suku Lewi (Aku akan mem-

bagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerak-

kan mereka di antara anak-anak Israel) berbalik menjadi berkat. 

Musuh hendak menyerakkan dan mengalahkan mereka,namun  

Kristus hendak menyerakkan dan memakai mereka. Demikianlah 

murka manusia dipakai untuk memuliakan Tuhan . Perhatikan,  

1. Mereka yang melarikan diri sebab  penganiayaan tidak melari-

kan diri dari pekerjaan mereka. Meskipun pada saat itu mere-

ka menghindari penderitaan,namun  mereka tidak menghindari 

pelayanan. Bahkan, justru mereka terjun ke ladang di mana 

ada kesempatan yang lebih besar dibandingkan  sebelumnya. Orang-

orang yang menganiaya para pemberita Injil berharap supaya 

dengan itu mereka bisa dicegah untuk mengabarkan Injil ke-

pada bangsa-bangsa lain. Namun ternyata terbukti bahwa para 

penganiaya itu hanya mempercepat penyebaran Injil.namun  

mereka sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian 

rancangan hati mereka. Orang-orang yang dianiaya di satu kota 

melarikan diri ke kota lain. Namun mereka membawa serta 

agama mereka, bukan hanya supaya terhibur olehnya, melain-

kan juga supaya bisa memberitakannya kepada orang lain. 

Dengan demikian mereka menunjukkan bahwa  saat  mereka 

pergi, itu bukan sebab  takut terhadap penderitaan,namun  

sebab  ingin melindungi diri supaya bisa melayani lagi. 

2. Mereka merangsek maju dalam pekerjaan mereka, dan men-

dapati bahwa perkenan Tuhan  melimpah dalam tangan mereka. 

 saat  mereka telah berhasil memberitakan Injil di Yudea, Sa-

maria, dan Galilea, mereka keluar hingga ke perbatasan tanah 

Kanaan, dan pergi ke Fenisia, ke pulau Siprus, dan ke Siria. 

Meskipun semakin jauh mereka pergi, semakin terang-terangan 

mereka menunjukkan diri, namun mereka terus berkeliling. 

Plus ultra – semakin jauh, itulah moto yang mereka pegang. 

Mereka tidak mengeluhkan penderitaan dan tidak takut akan 

bahaya, dalam melakukan suatu pekerjaan yang begitu baik, 

dan melayani Tuan yang sedemikian baik. 

3. Mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja, yang 

tersebar di semua daerah itu. Orang Yahudi di sana memiliki 

sinagoge (tempat ibadah) sendiri. Di sana mereka menjumpai 

orang-orang Yahudi ini , dan memberitakan Injil kepada 

Kitab Kisah Para Rasul 11:19-26 

 465 

orang-orang Yahudi itu. Mereka belum mengerti bahwa orang 

bukan-Yahudi juga akan menjadi ahli waris bersama-sama 

dengan mereka, dan menjadi anggota tubuh yang sama. Me-

reka mengabaikan orang bukan-Yahudi, dan membiarkan su-

paya mereka berbalik dahulu menjadi Yahudi, baru kemudian 

menjadi Kristen, atau membiarkan mereka tetap seperti apa 

adanya. 

4. Khususnya mereka menginjili orang-orang Yahudi Helenis 

(yang hidup dalam kebudayaan Yunani), yang di sini disebut 

sebagai orang Yunani, yang ada di Antiokhia. Banyak di antara 

para pemberita Injil itu yaitu  orang Yudea dan Yerusalem asli. 

Namun begitu, beberapa dari mereka lahir di Siprus dan 

Kirene, seperti Barnabas (4:36) dan Simon (Mrk. 15:21). Mereka 

menempuh pendidikan di Yerusalem. Orang-orang ini, yang 

yaitu  orang Yahudi Yunani, memiliki kepedulian tersendiri 

bagi orang-orang yang sealiran dan sebangsa dengan mereka, 

dan banyak menginjil kepada mereka di Antiokhia. Dr. Light-

foot mengatakan bahwa di sana mereka disebut orang Yunani, 

sebab  mereka yaitu  orang Yahudi yang memiliki kekuasaan 

atau hak politik di kota itu, sebab  Antiokhia yaitu  kota Siro-

Yunani. Kepada orang-orang itulah mereka memberitakan Tu-

han Yesus. Inilah yang selalu mereka beritakan. Apa lagi yang 

seharusnya diberitakan oleh para pelayan Kristus, selain Kris-

tus – yaitu Kristus, dan bahwa Ia disalibkan, Kristus, dan bah-

wa Dia dipermuliakan? 

5. Mereka berhasil dengan gemilang dalam pemberitaan mereka 

(ay. 21).  

(1) Pemberitaan mereka disertai dengan kuasa Tuhan : Tangan 

Tuhan menyertai mereka. Ada yang memahaminya sebagai 

kuasa yang diberikan kepada mereka untuk melakukan 

mujizat demi meneguhkan ajaran mereka. Dalam hal ini 

Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan 

tanda-tanda yang menyertainya (Mrk. 16:20). Dalam hal ini 

Tuhan  meneguhkan kesaksian mereka (Ibr. 2:4).namun  saya 

memahaminya lebih sebagai karunia kuasa Tuhan  untuk 

menggerakkan hati para pendengar Injil, dan membuka hati 

mereka, sebagaimana hati Lidia terbuka. Sebab, banyak 

orang melihat mujizat,namun  tidak bertobat. Namun  saat  

Roh hikmat itu menerangi, dan kehendak juga takluk pada 


 466

Injil Kristus, maka pada waktu itulah kuasa turun,  saat  

orang-orang secara sukarela berbaris di bawah panji-panji 

Tuhan Yesus (Mzm. 110:3). Tangan Tuhan menyertai mere-

ka, untuk menanamkan Injil di dalam hati dan batin manu-

sia, yang hanya bisa mereka injili melalui telinga jasmani. 

Dengan demikian firman Tuhan  akan mencapai tujuannya, 

 saat  tangan Tuhan menyertainya, untuk menuliskannya 

di dalam hati mereka. Setelah itu, orang akan menjadi per-

caya pada pemberitaan Injil,  saat  tangan kekuasaan Tuhan 

dinyatakan sewaktu Injil disampaikan (Yes. 53:1),  saat  

Tuhan  mengajar dengan tangan penuh kuasa (Yes. 8:11). Para 

penginjil ini bukan rasul, melainkan pelayan biasa. Namun 

tangan Tuhan  menyertai mereka, dan mereka melakukan 

tanda-tanda ajaib.  

(2) Banyak hal yang baik terjadi: Sejumlah besar orang menjadi 

percaya dan berbalik kepada Tuhan, lebih banyak dari yang 

diharapkan, jika mengingat hambatan lahiriah yang mereka 

tanggung. Orang-orang dari berbagai kalangan diinjili dan 

dimenangkan bagi Kristus. Perhatikan, perubahan apa yang 

terjadi. 

[1] Mereka menjadi percaya. Mereka diyakinkan tentang ke-

benaran Injil, dan menerima pemberitaan yang telah di-

berikan Tuhan  di dalam Injil itu mengenai Anak-Nya. 

[2] Akibat dan bukti dari hal ini yaitu  bahwa mereka ber-

balik kepada Tuhan . Mereka tidak bisa dikatakan berbalik 

dari berhala mereka, sebab  mereka yaitu  orang Ya-

hudi, yang menyembah satu-satunya Tuhan  yang sejati, 

namun mereka berbalik dari keyakinan pada kebenaran 

hukum Taurat, dan hanya bersandar pada kebenaran 

Kristus, yaitu kebenaran oleh sebab  iman. Mereka ber-

balik dari cara hidup yang menuruti kedagingan, lalai, 

dan duniawi, untuk menjalani hidup yang kudus, sorga-

wi, rohani, serta Tuhan . Mereka berbalik dari menyembah 

Tuhan  secara lahiriah dan upacara, untuk menyembah 

Dia dalam roh dan kebenaran. Mereka berbalik kepada 

Tuhan Yesus, dan Dia menjadi segala-galanya bagi me-

reka. Inilah karya pertobatan yang terjadi pada mereka, 

dan yang harus terjadi pada setiap dari kita. Ini yaitu  

buah dari iman mereka. Semua orang yang percaya 

Kitab Kisah Para Rasul 11:19-26 

 467 

dengan sungguh-sungguh akan berbalik kepada Tuhan. 

sebab , apa pun yang kita akui atau pura-pura akui, 

kita tidak sungguh-sungguh mempercayai Injil jika kita 

tidak benar-benar menerima Kristus yang ditawarkan 

kepada kita di dalam Injil.  

II. Dengan demikian, pekerjaan baik yang dimulai di Antiokhia itu 

dikerjakan dengan sangat sempurna. Gereja pun didirikan, dan 

bertumbuh menjadi suatu jemaat yang berkembang, oleh pelayanan 

Barnabas dan Saulus, yang membangun di atas dasar yang telah 

diletakkan oleh penginjil yang lain, dan datang memetik hasil 

usaha mereka (Yoh. 4:37-38). 

1. Gereja di Yerusalem mengutus Barnabas dari sana, untuk me-

melihara gereja yang baru lahir ini, dan untuk menguatkan 

baik tangan para pemberita Injil maupun jemaat, serta mene-

guhkan kepentingan Kristus di sana. 

(1) Mereka mendengar berita baik itu, bahwa Injil telah diterima 

di Antiokhia (ay. 22). Para pemberita Injil di sana ingin tahu 

bagaimana pekerjaan dilakukan di daerah-daerah sekitar. 

Agaknya, mereka terus saling berkirim surat dengan semua 

wilayah di mana ada pemberita Injil. Sehingga, kabar tentang 

mereka itu, tentang banyaknya orang yang dimenangkan di 

Antiokhia, segera sampai kepada jemaat di Yerusalem. Orang-

orang yang berada di tempat paling penting dalam gereja ha-

rus peduli terhadap mereka yang berada di posisi lebih 

rendah.

(2) Mereka mengutus Barnabas secepat mungkin kepada jemaat 

Antiokhia. Mereka ingin agar ia pergi, dan membantu serta 

membesarkan hati awal yang menjanjikan ini. Mereka meng-

utus Barnabas sebagai bantuan dari mereka, dan sebagai 

suatu perwakilan dari mereka secara keseluruhan, untuk 

memberi  ucapan selamat kepada jemaat Antiokhia atas 

keberhasilan Injil di antara mereka, sebagai alasan bagi peng-

khotbah dan jemaat di sana untuk bersukacita, sekaligus 

bahwa mereka bersukacita bersama jemaat di sana. Barna-

bas harus pergi ke Antiokhia. Perjalanan itu sungguh jauh, 

namun meskipun jauh, dia rela menjalaninya demi mela-

kukan suatu pelayanan. Mungkin Barnabas memiliki suatu 


 468

bakat tersendiri untuk melakukan pekerjaan semacam ini. 

Ia giat dan mudah bergaul, senang ke sana kemari, dan 

senang berbuat baik di luar rumah sebagaimana orang lain 

berbuat baik di dalam rumah. Mungkin ia memiliki roh se-

perti yang dimiliki Zebulon, yang bersukacita dalam per-

jalanannya, sebagaimana orang lain memiliki roh Isakhar, 

yang bersukacita di dalam kemahnya. Demikianlah sebab  

bakat ini yang dimilikinya, maka dia paling cocok untuk 

dipekerjakan dalam tugas ini. Tuhan  memberi  berma-

cam-macam karunia untuk berbagai-bagai pelayanan.  

(3) Barnabas sangat senang  saat  mendapati bahwa Injil telah 

tertanam, dan bahwa beberapa orang sebangsanya, yaitu 

orang-orang Siprus (dari mana ia berasal, 4:36) berperan di 

dalam penyebaran Injil (ay. 23). Setelah Barnabas datang 

dan melihat kasih karunia Tuhan , yaitu tanda akan kebaikan 

Tuhan  terhadap jemaat di Antiokhia dan bukti akan peker-

jaan-Nya yang baik di antara mereka, bersukacitalah ia. Dia 

meluangkan waktu untuk melakukan pengamatan, tidak 

hanya di tempat ibadah,namun  juga dalam perilaku hidup 

sehari-hari dan di antara keluarga mereka. Dia melihat 

anugerah Tuhan  ada di antara mereka. Di mana anugerah 

Tuhan  berada, anugerah itu akan terlihat, sebab  dari buah-

nya pohon itu dikenal. Dan, di mana anugerah itu tampak, 

maka anugerah itu harus diakui.  saat  melihat apa saja 

yang baik, kita harus mengatakan bahwa anugerah Tuhan  

ada di dalamnya, dan mengakui kebesaran anugerah terse-

but. Kita juga harus bergembira sebab nya, dan menjadi-

kannya sebagai alasan untuk bersukacita. Kita harus gem-

bira melihat anugerah Tuhan  di dalam diri orang lain, dan 

semakin gembira lagi sewaktu melihatnya saat kita tidak 

menduganya. 

(4) Barnabas mengerjakan apa yang bisa diperbuatnya untuk 

menguatkan mereka, untuk meneguhkan di dalam iman 

orang-orang yang telah dimenangkan pada iman ini . 

Ia menasihati mereka – parekalei. Kata itu sama dengan arti 

yang diberikan pada nama Barnabas (4:36), hyios para-

klēsēos – anak nasihat. Ia berbakat dalam hal itu, dan ia 

bekerja dengan bakat ini . Biarlah ia yang memiliki ka-

runia untuk menasihati, menasihati (Rm. 12:8). Atau, de-

Kitab Kisah Para Rasul 11:19-26 

 469 

ngan menjadi anak penghiburan (sebab  demikianlah kita 

mengartikan kata itu), ia menghibur atau menguatkan me-

reka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan. Se-

makin ia bersukacita di dalam pekerjaan baik yang dimulai 

di antara mereka, semakin sungguh-sungguh pula ia ber-

sama mereka untuk melanjutkannya sesuai dengan permu-

laan yang baik itu. Siapa yang kita hibur juga harus kita 

nasihati. Barnabas merasa senang atas anugerah Tuhan  yang 

dilihatnya di antara mereka, dan sebab  itu ia semakin ber-

sungguh-sungguh untuk bertekun bersama mereka. 

[1] Supaya tetap setia kepada Tuhan. Perhatikan, mereka 

yang telah berbalik kepada Tuhan harus waspada supa-

ya tetap setia kepada Tuhan, tidak jatuh saat mengikuti 

Dia, dan tidak menyerah serta lelah  saat  mengikuti-

Nya. Tetap setia kepada Tuhan Yesus berarti menjalani 

hidup yang bergantung pada-Nya dan mengabdi kepada-

Nya. Tidak hanya berpegang erat pada-Nya,namun  juga 

dipegang erat-erat oleh-Nya, menjadi kuat di dalam Tu-

han, di dalam kekuatan kuasa-Nya.  

[2] Tetap setia kepada Tuhan dengan sepenuh hati, pikiran, 

yakin teguh dan sukarela, berdiri di atas dasar-dasar 

yang baik dan terpancang kokoh di atasnya (Mzm. 

108:2). Tujuannya yaitu  untuk mengikat jiwa kita de-

ngan suatu ikatan supaya menjadi milik Tuhan, dan su-

paya kita dapat berkata seperti Rut, Janganlah desak 

aku meninggalkan Dia, atau berbalik dari mengikuti-Nya.  

(5) Di sini Barnabas membuktikan bahwa ia memiliki sifat 

yang baik (ay. 24). Barnabas yaitu  orang baik, penuh de-

ngan Roh Kudus dan iman, dan menunjukkan bahwa me-

mang demikianlah dirinya pada kesempatan ini.  

[1] Barnabas menunjukkan dirinya sebagai seorang yang ber-

kepribadian sangat manis, ramah, sopan, yang menguasai 

seni menasihati, serta pandai mengajar. Dia bukan hanya 

seorang yang benar, melainkan juga orang baik, seorang 

penyabar. Para pelayan yang seperti itu membuat diri me-

reka dan ajaran mereka dipandang sangat baik oleh orang 

luar. Barnabas yaitu  orang baik, yaitu seorang yang pe-

murah. Begitulah ia menunjukkan dirinya  saat  men-


 470

jual ladangnya, dan memberi  uangnya untuk orang 

miskin (4:37).  

[2] Dengan begitu tampak bahwa ia penuh dengan berbagai 

karunia dan anugerah dari Roh. Kebaikan sifat alamiah-

nya tidak akan melayakkan dirinya untuk melayani jika 

ia tidak penuh dengan Roh Kudus, dan penuh dengan 

kekuatan, dengan Roh Tuhan.  

[3] Ia penuh dengan iman, penuh dengan iman Kristen itu 

sendiri, sehingga dia begitu bersemangat untuk menye-

barkannya kepada orang lain. Ia penuh dengan karunia 

iman, dan penuh dengan buah yang berasal dari iman 

dan bekerja melalui kasih. Dia sehat dalam iman, dan 

oleh sebab nya mendorong orang lain untuk menjadi 

seperti itu pula. 

(6) Dia berperan besar dalam melakukan perbuatan baik, de-

ngan membawa masuk orang-orang yang ada di luar, seka-

ligus membangun mereka yang ada di dalam. Sejumlah 

orang dibawa kepada Tuhan, dan dengan demikian ditam-

bahkan ke dalam jemaat. Sebelumnya sudah banyak orang 

yang berbalik kepada Tuhan,namun  sekarang lebih banyak 

lagi. Apa yang diperintahkan itu sudah dilaksanakan,namun  

sekalipun demikian masih ada tempat.  

2. Barnabas pergi menemui Saulus, mengajaknya bergabung da-

lam pekerjaan Injil di Antiokhia. Kabar terakhir yang kita de-

ngar tentang Saulus yaitu  saat  sedang dicari-cari di Yeru-

salem, ia disingkirkan ke Tarsus, kota tempat kelahirannya. 

Tampaknya dia terus berada di sana sejak itu, sambil berbuat 

baik, tidak perlu diragukan lagi. Namun sekarang Barnabas 

melakukan perjalanan ke Tarsus dengan tujuan untuk melihat 

bagaimana keadaannya sekarang. Barnabas hendak memberi-

tahunya bahwa kesempatan telah terbuka di Antiokhia, dan 

ingin agar Saulus ikut serta meluangkan beberapa waktu ber-

samanya di sana (ay. 25-26). Di sini juga tampak bahwa Bar-

nabas yaitu  seorang yang baik dalam dua hal: 

(1) Bahwa ia rela bersusah payah untuk mengeluarkan sese-

orang yang sigap dan bermanfaat dari keadaan yang tidak 

jelas. Dialah yang memperkenalkan Saulus kepada murid-

murid di Yerusalem,  saat  mereka takut kepadanya. Bar-

Kitab Kisah Para Rasul 11:19-26 

 471 

nabas pulalah yang membawa Saulus keluar dari tempat 

tersembunyi di mana ia dihalau ke situ ke tempat yang 

lebih banyak dikenal umum. Sungguh perbuatan yang baik 

untuk mengambil sebuah pelita dari bawah gantang, dan 

menaruhnya di atas kaki dian. 

(2) Bahwa ia mau membawa Saulus ke Antiokhia. Padahal 

Sauluslah yang menjadi juru bicara (14:12), dan mungkin 

juga lebih terkenal, sehingga kemungkinan besar Saulus 

akan meredupkan dia di sana, dan menjadi lebih menonjol 

dibandingkan  dirinya. Namun Barnabas sangat rela untuk men-

jadi kurang menonjol jika itu berguna bagi pelayanan. Jika 

Tuhan  dengan kasih karunia-Nya mendorong kita untuk me-

lakukan perbuatan baik yang bisa kita perbuat, sesuai 

dengan kemampuan yang kita miliki, maka kita harus ber-

sukacita jika orang lain yang juga memiliki kemampuan 

yang lebih besar mendapat kesempatan yang lebih besar, 

dan mengerjakan lebih banyak kebaikan dibandingkan  yang 

bisa kita perbuat. Barnabas membawa Saulus ke Antio-

khia, meskipun itu bisa berarti kedudukannya akan me-

ngecil, untuk mengajar kita lebih mendahulukan kepen-

tingan Kristus dibandingkan  kepentingan sendiri.  

3. Di sini lebih jauh diceritakan, 

(1) Pelayanan apa yang sekarang dilakukan bagi jemaat di Antio-

khia. Paulus dan Barnabas terus berada di sana selama seta-

hun penuh, tinggal di antara jemaat, sambil memberitakan 

Injil (ay. 26). Perhatikanlah,  

[1] Jemaat itu sering berkumpul. Pertemuan jemaat Kristen 

ditetapkan oleh Kristus untuk menghormati-Nya, dan 

untuk menghibur serta memberi manfaat bagi murid-

murid-Nya. Jemaat Tuhan  pada masa dahulu kala se-

ringkali berkumpul bersama-sama, di depan pintu Ke-

mah Pertemuan di hadapan Tuhan. Tempat pertemuan 

yang digunakan sekarang semakin banyak, namun me-

reka tetap harus berkumpul bersama, meskipun diser-

tai dengan kesulitan dan marabahaya.  

[2] Para pelayan Tuhan yaitu  pemimpin dari jemaat-jemaat 

ini, dan mengadakan pertemuan dalam nama Kristus. 

Semua orang yang dipegang oleh-Nya, yang berasal 


 472

dari-Nya, dan berada dalam naungan-Nya, kepada Dia-

lah mereka itu berutang akan penebusan dan harus 

melayani. 

[3] Mengajar orang-orang yaitu  salah satu bagian dari pe-

kerjaan para pelayan,  saat  mereka menetap di antara 

jemaat. Mereka tidak hanya menjadi penyambung lidah 

jemaat kepada Tuhan  dalam puji-pujian dan doa,namun  

juga penyambung lidah Tuhan  kepada jemaat dalam pem-

bacaan firman, dan mengajar mereka tentang pengetahu-

an yang baik akan Tuhan berdasarkan firman itu. 

[4] Merupakan suatu dorongan yang kuat bagi para pelayan 

 saat  mereka memiliki kesempatan untuk mengajar ba-

nyak orang, untuk menebarkan jala Injil, di mana ada 

banyak ikan berkumpul, dengan berharap lebih banyak 

lagi yang akan terjaring. 

[5] Pemberitaan Injil tidak hanya ditujukan untuk meng-

insafkan dan memenangkan orang-orang luar,namun  juga 

untuk memberi petunjuk dan membangun mereka yang 

ada di dalam jemaat. Jemaat yang sudah terbentuk ha-

rus memiliki para pengajarnya sendiri. 

(2) Kehormatan apa yang sekarang diberikan kepada jemaat di 

sana. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kali-

nya disebut Kristen. Mungkin mereka sendiri yang menye-

but diri mereka demikian, menyatukan diri mereka dengan 

sebutan itu. Entah itu diputuskan secara sengaja oleh je-

maat atau para pelayan, ataukah sebutan itu diperoleh be-

gitu saja sebab  sering dipakai dalam doa dan khotbah me-

reka, kita tidak diberi tahu. Namun, agaknya sebab  dua 

orang yang begitu hebat seperti Paulus dan Barnabas ting-

gal di sana sedemikian lama, memiliki banyak pengikut, 

dan mengadakan pertemuan tanpa adanya pertentangan, 

nama jemaat Kristen di sana menjadi lebih besar dibandingkan  

di mana pun juga, dan menjadi lebih diperhitungkan. Itu 

sebabnya mereka disebut Kristen untuk pertama kalinya di 

sana. Dengan demikian, seandainya ada sebutan gereja in-

duk yang memimpin gereja-gereja lainnya, maka nama ini 

mungkin bisa diberikan sebagai gelar kehormatan kepada 

Antiokhia dibandingkan  yang diaku-aku oleh Roma. Sampai 

saat itu, mereka yang menyerahkan diri kepada Kristus di-

Kitab Kisah Para Rasul 11:19-26 

 473 

sebut murid, yaitu mereka yang diajar oleh Kristus, supaya 

dipekerjakan oleh-Nya. Namun mulai saat itu, mereka di-

sebut Kristen. 

[1] Dengan begitu, segala julukan atau olok-olok yang oleh 

para musuh mereka sampai saat itu dilekatkan pada 

mereka, mungkin menjadi tergantikan dan tidak lagi di-

pakai. Mereka menyebut para murid itu sebagai orang 

Nasrani (24:5), para pengikut Jalan Tuhan (KJV: jalan itu – 

pen.), jalan yang menyimpang itu, yang tidak ada se-

butannya, yang menyebabkan orang-orang berprasang-

ka terhadap mereka. Untuk mengenyahkan prasangka 

itu, mereka menamai diri mereka sendiri dengan sebut-

an yang mau tidak mau harus dianggap tepat oleh mu-

suh mereka. 

[2] Dengan begitu, orang-orang yang sebelum dimenangkan 

dikenal sebagai orang Yahudi atau bukan-Yahudi, sete-

lah dimenangkan mereka bisa dipanggil dengan satu se-

butan yang sama, yang akan membantu mereka untuk 

melupakan sebutan mereka sebelumnya, yang meme-

cah-belah mereka. Hal itu juga akan mencegah mereka 

untuk mengungkit-ungkit kembali ciri-ciri mereka se-

mula yang membedakan itu, yang dapat mengakibatkan 

pertikaian di dalam jemaat. Janganlah ada seorang pun 

yang berkata,  Tadinya aku orang Yahudi,” atau yang 

lain berkata,  Tadinya aku bukan orang Yahudi.” Seka-

rang mereka semua harus berkata,  Aku yaitu  orang 

Kristen.” 

[3] Dengan begitu, mereka belajar untuk menghormati 

Guru mereka, dan menunjukkan bahwa mereka tidak 

malu sebab  memiliki hubungan dengan Dia,namun  justru 

bermegah di dalamnya. Sama seperti para murid Plato 

menyebut diri mereka Platonis, dan juga murid-murid 

dari orang-orang besar lainnya. Mereka menciptakan 

nama untuk aliran mereka bukan dari nama pribadi-

Nya, yaitu Yesus, melainkan dari jabatan-Nya, yaitu 

Kristus, Yang Diurapi. Dengan begitu, mereka mema-

sukkan iman kepercayaan mereka ke dalam sebutan 

mereka, bahwa Yesus yaitu  Kristus, dan mereka se-

mua ingin supaya seluruh dunia tahu bahwa inilah ke-


 474

benaran yang akan mereka hidupi sampai akhir hayat. 

Musuh mereka akan menggunakan sebutan ini untuk 

mengolok-olok mereka, dan menggunakannya untuk 

berbuat jahat kepada mereka, namun mereka akan ber-

megah di dalamnya: Jika ini memang sesuatu yang hina, 

maka aku akan menghinakan diriku lebih lagi. 

[4] Dengan begitu sekarang mereka mengakui bahwa mere-

ka bergantung pada Kristus, dan bahwa mereka mene-

rima segala sesuatu dari Dia. Mereka tidak hanya per-

caya kepada-Nya, sebagai Yang Diurapi,namun  juga per-

caya bahwa melalui Dia, mereka sendiri memiliki peng-

urapan itu (1Yoh. 2:20, 27). Dikatakan bahwa Tuhan  telah 

mengurapi kita di dalam K