Kisah pararasul 22

Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 22. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 22. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Kisah pararasul 22


 


endak 

baik Tuhan melalui tangannya. Dan dari situ ia berniat 

pergi ke Roma, pergi dan melihat Roma. Bukan seolah-olah 

ia hanya bermaksud memuaskan rasa ingin tahunya meli-

hat-lihat kota kuno yang terkenal itu, melainkan sebab  

itulah ungkapan yang biasa dipakai orang, bahwa mereka 

ingin pergi dan melihat Roma, ingin berjalan-jalan di sana. 

Tetapi yang diniatkannya di sini yaitu  melihat orang-

orang Kristen di sana, dan membantu melayani mereka 

(Rm. 1:11). Orang-orang baik di Roma yaitu  kemuliaan 

kota itu yang ingin dilihatnya. Menurut dugaan Dr. Light-

foot, setelah kematian Kaisar Klaudius-lah, yang meninggal 

setelah Paulus berada di Efesus selama dua tahun, Paulus 


 836

berencana pergi ke Roma, sebab  sewaktu kaisar itu hidup, 

orang-orang Yahudi dilarang pergi ke Roma (18:2).  

(3) Ia mengutus Timotius dan Erastus ke Makedonia, untuk 

memberi tahu mereka tentang kunjungan yang direncana-

kannya, dan untuk mempersiapkan persembahan mereka 

bagi saudara-saudara seiman yang miskin di Yerusalem. 

Segera setelah itu ia menulis surat pertama kepada jemaat 

di Korintus, dengan maksud untuk menindaklanjutinya 

sendiri, seperti yang tampak dalam 1 Korintus 4:17, 19: 

Aku mengirimkan kepadamu Timotius,namun  aku akan se-

gera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Un-

tuk sementara, ia tinggal di Asia, di daerah sekitar Efesus, 

mendirikan jemaat-jemaat. 

2.  Bagaimana maksudnya itu didukung, dan ia wajib memenuhi-

nya sebab  masalah-masalah yang pada akhirnya menimpa 

dia di Efesus. Sungguh mengherankan bahwa di Efesus ia 

tinggal tenang begitu lama. Namun, tampaknya ia sudah men-

dapat masalah di sana yang tidak dicatat dalam cerita ini, 

sebab dalam suratnya yang ditulis pada waktu itu ia berbicara 

tentang perjuangannya melawan binatang buas di Efesus 

(1Kor. 15:32). Tampaknya ini menyinggung tentang pergulat-

annya dengan binatang-binatang buas di gedung kesenian, se-

buah perlakuan biadab yang kadang-kadang mereka perbuat 

terhadap orang-orang Kristen. Dan ia berbicara tentang masa-

lah yang menimpa mereka di Asia Kecil, dekat Efesus,  saat  ia 

putus asa akan hidup, dan merasa seolah-olah telah dijatuhi 

hukuman mati (2Kor. 1:8-9). 

II.namun , dalam masalah yang disampaikan di sini, ia lebih ketakutan 

dibandingkan  kesakitan. Yang pada umumnya menjadi masalah ada-

lah, timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan (ay. 23). Be-

berapa ahli sejarah mengatakan bahwa Apolonius Tyaneus, si pe-

nipu yang tersohor itu, yang ingin menyaingi Kristus, dan, seperti 

Simon si tukang sihir, berlagak seolah-olah ia seorang yang sa-

ngat penting, berada di Efesus pada saat Paulus ada di sana. 

Tetapi tampaknya perlawanan yang diberikannya kepada Injil be-

gitu tidak berarti sehingga Lukas berpikir hal itu tidak layak 

diperhatikan. Gangguan yang diceritakannya di sini bersifat lain: 

marilah kita lihat secara terperinci apa gangguan itu. Inilah, 

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 837 

1. Keluhan besar melawan Paulus dan para pewarta Injil lain ka-

rena sudah menarik orang banyak untuk tidak lagi menyem-

bah dewi Artemis, dan dengan demikian merugikan penjualan 

para tukang perak yang bekerja untuk membuat kuil-kuilan 

dewi Artemis.  

(1) Yang mengeluh yaitu  Demetrius, seorang tukang perak, 

yang tampaknya tuan dari perusahaan pembuat perak itu, 

dan juga dianggap sebagai orang yang memahami dan 

mengedepankan kepentingan-kepentingan perusahaannya 

dibandingkan  orang lain di situ. Apakah ia bekerja menyepuh 

perak untuk keperluan lain kita tidak diberi tahu.namun  

yang paling menguntungkan dari perusahaannya itu ada-

lah membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak (ay. 24). 

Menurut sebagian orang, yang mereka buat itu yaitu  me-

dali-medali yang dicap gambar-gambar dewi Artemis, atau 

kuilnya, atau kedua-duanya.namun  menurut sebagian yang 

lain, yang mereka buat itu yaitu  gambar-gambar kuil, de-

ngan gambar dewi Artemis berukuran kecil di dalamnya, 

yang kesemuanya terbuat dari perak.namun  gambar-gam-

bar itu begitu kecil sehingga bisa dibawa-bawa, seperti se-

bagian orang Kristen membawa-bawa salib mereka. Orang 

yang datang dari jauh untuk beribadah di kuil Efesus, 

 saat  pulang, membeli kuil-kuilan atau tempat-tempat ke-

ramat berukuran kecil ini, demi memuaskan rasa ingin 

tahu teman-teman mereka di kampung, dan untuk terus 

mengingat bangunan yang megah itu. Lihatlah bagaimana 

para pengrajin dan orang-orang licik yang jauh mengatasi 

tukang-tukang perak, memanfaatkan kepercayaan takha-

yul rakyat kecil demi keuntungan diri mereka sendiri, dan 

memenuhi kepentingan-kepentingan duniawi mereka de-

ngannya. 

(2) Orang-orang yang didatangi Demetrius bukanlah para ha-

kim, melainkan gerombolan orang banyak. Ia mengumpul-

kan para pengrajin bersama-sama dengan pekerja-pekerja 

lain dalam perusahan itu (serikat buruh, yang tidak meng-

erti apa-apa selain memenuhi kepentingan duniawi mere-

ka). Mereka ini dipanas-panasinya untuk melawan Paulus, 

dan orang-orang ini hanya sedikit saja digerakkan oleh akal 


 838

sehat, dan lebih banyak oleh amarah, sebanyak yang di-

inginkannya.  

(3) Keluhan dan duduk perkara yang disampaikannya sangat 

lengkap.  

[1] Ia menjunjung tinggi asas bahwa seni dan rahasia mem-

buat kuil-kuilan perak untuk para penyembah dewi 

Artemis sangat perlu didukung dan dilestarikan (ay. 25): 

 Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa hasil perusahaan 

ini bukan hanya sumber penghidupan kita, dan tempat 

kita mencari makan, melainkan juga kemakmuran kita. 

Kita menjadi kaya, dan harta kita bertambah banyak. 

Kita hidup enak, dan bisa terus bersenang-senang. Dan 

sebab  itu, apa pun yang terjadi pada usaha kita ini, 

kita tidak boleh membiarkan kerajinan tangan ini men-

jadi barang hinaan.” Perhatikanlah, wajar bagi orang un-

tuk cemburu sebab  sesuatu yang dengannya, entah be-

nar atau salah, mereka mendapat kekayaan. Dan sudah 

banyak orang yang, sebab  alasan ini saja, menetapkan 

diri melawan Injil Kristus, sebab  Injil memanggil orang 

untuk meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ha-

lal, seberapa banyak pun kekayaan yang bisa diperoleh 

darinya.  

[2] Ia menuduh Paulus telah membujuk orang untuk tidak 

lagi menyembah berhala-berhala. Yang dikatakannya, 

seperti yang mereka tuduhkan, yaitu  bahwa apa yang 

dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa (ay. 26). Ke-

benaran apa yang lebih sederhana dan jelas dibandingkan  

kebenaran ini, atau penalaran apa yang lebih kuat dan 

meyakinkan dibandingkan  penalaran para nabi, itu dibuat 

oleh tukang, dan itu bukan Tuhan ! Gagasan pertama dan 

paling asali yang kita miliki tentang Tuhan  yaitu  bahwa 

Ia ada dengan sendiri-Nya, dan tidak bergantung pada 

siapa pun. Sebaliknya, segala sesuatu ada sebab  Dia, 

dan bergantung pada-Nya. Maka kesimpulannya yaitu  

bahwa apa yang merupakan makhluk-makhluk hasil 

khayalan dan buah tangan manusia bukanlah Tuhan . 

Tetapi, mereka harus memandangnya sebagai gagasan 

bidah dan tidak mengakui Tuhan, dan Paulus sebagai 

penjahat sebab  mempertahankan gagasan itu. Ini bu-

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 839 

kan sebab  mereka bisa mengajukan alasan apa saja 

untuk melawan ajaran itu sendiri, melainkan sebab  

akibat dari ajarannya itu tidak hanya terasa di Efesus, 

kota terpenting, melainkan juga hampir di seluruh Asia, 

di antara orang-orang desa, yang merupakan pelanggan 

terbaik mereka. Dan mereka amat yakin bahwa orang-

orang itu sudah dibujuk dan disesatkan Paulus untuk 

tidak lagi menyembah dewi Artemis. Sehingga sekarang 

tidak ada begitu banyak permintaan untuk kuil-kuilan 

perak seperti dulu, dan juga harganya tidak sebagus 

seperti dulu. Ada orang yang mau tetap berpegang te-

guh pada apa yang jelas-jelas ganjil dan tidak masuk 

akal, dan yang sudah terbukti salah dengan sendirinya, 

seperti hal ini, bahwa apa yang dibuat oleh tangan ma-

nusia bukanlah dewa, jika di dalamnya ada aturan 

manusia dan kepentingan duniawi. 

[3] Demetrius mengingatkan mereka akan bahaya yang 

akan membuat penghasilan mereka merosot. Apa yang 

terjadi dengan usaha mereka, maka itu akan ikut me-

mengaruhi bagian hidup mereka yang paling peka.  Jika 

ajaran ini dipercaya, tamatlah riwayat kita, dan bahkan 

mungkin kita harus gulung tikar. Perusahaan kita ber-

ada dalam bahaya, akan dipersalahkan, diejek sebagai 

takhayul, sebagai penipu, dan setiap orang akan ber-

usaha merobohkannya. Bagian kita ini (itulah kata yang 

dipakai), kepentingan kita atau bagian kita dalam pen-

jualan dan perdagangan itu,” kindyneuei hēmin to me-

ros,  tidak hanya akan terancam hilang,namun  juga kita 

akan terancam bahaya, dan kita tidak hanya akan 

menjadi pengemis, melainkan juga penjahat.”  

[4] Ia berpura-pura amat bersemangat mengabdi dewi Arte-

mis, dan gigih membela kehormatannya: Bukan saja per-

usahaan kita berada dalam bahaya. Seandainya hanya 

itu, ia tidak akan tampak berbicara begitu bersemangat. 

Tetapi yang dipedulikannya hanyalah bahwa kuil Arte-

mis, dewi besar itu, akan kehilangan artinya dan akan 

kehilangan kebesarannya. Dan ia tidak rela, demi apa 

pun juga, melihat kehormatan dewi itu berkurang, dewi 

yang disembah oleh seluruh Asia dan seluruh dunia 


 840

yang beradab. Lihatlah apa yang harus dibela supaya 

orang tetap menyembah dewi Artemis, dan apa hal ter-

penting yang harus diucapkan oleh penganutnya yang 

paling fanatik untuk membela namanya. Pertama, bah-

wa penyembahan dewi Artemis itu semarak. Kemegahan 

kuilnya memesona mereka, menawan mereka. Mereka 

tidak tahan memikirkan apa saja yang akan membuat 

semarak penyembahan itu berkurang, apalagi sampai 

hancur. Kedua, bahwa pengikutnya banyak. Seluruh 

Asia dan seluruh dunia menyembahnya. Dan sebab  itu, 

pastilah ini cara beribadah yang benar, tak peduli apa 

pun yang dikatakan Paulus yang bertentangan dengan-

nya. Jadi, sebab  seluruh dunia heran, lalu mengikut 

binatang itu, maka naga itu, si Iblis, ilah zaman ini, mem-

berikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan 

kekuasaannya yang besar (Why. 13:2-3). 

2. Kebencian orang banyak setelah disulut oleh keluhan ini. Tu-

duhan itu dirancang oleh seorang pengrajin, dan dibuat untuk 

memanas-manasi rakyat banyak, dan berhasil seperti yang di-

inginkan. Sebab setelah itu orang banyak menunjukkan,  

(1) Perasaan sangat tidak suka terhadap Injil dan para pewar-

tanya. Meluaplah amarah mereka (ay. 28), mereka penuh 

amarah dan kegeraman, itulah arti dari kata itu. Para peng-

rajin menjadi amat marah  saat  diberi tahu bahwa mata 

pencarian mereka dan berhala mereka sama-sama dalam 

bahaya.  

(2)  Semangat yang besar untuk membela kehormatan dewi 

mereka: Mereka berteriak-teriak, katanya:  Besarlah Arte-

mis dewi orang Efesus. Kami bertekad untuk berdiri di 

sampingnya, dan hidup mati membela dia. Kalau ada yang 

menghina dia, atau mengancam akan menghancurkannya, 

biarlah kami sendiri yang berhadapan dengan mereka. 

Meskipun Paulus bersusah payah membuktikan bahwa apa 

yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa, kami 

akan tetap berpegang teguh bahwa apa pun yang terjadi 

pada dewa-dewa dan dewi-dewi lain, Besarlah Artemis dewi 

orang Efesus. Kami harus dan akan berdiri membela agama 

negara kami, yang sudah kami terima turun temurun dari 

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 841 

nenek moyang kami.” Demikianlah segala bangsa berjalan 

masing-masing demi nama Tuhan nya, dan semuanya meng-

anggap baik Tuhan  mereka sendiri. Maka, terlebih lagi hamba-

hamba Tuhan  yang benar harus berbuat demikian, sebab 

mereka bisa berkata, TUHAN Tuhan  kita untuk selamanya 

dan seterusnya.  

(3) Kekacauan besar di antara mereka sendiri (ay. 29): Seluruh 

kota menjadi kacau – inilah akibat umum dan wajar dari 

semangat berlebihan membela agama palsu. Semangat itu 

mengacaukan semua orang, menurunkan akal budi, dan 

meninggikan amarah. Dan banyak orang berlarian ke sana 

kemari, bukan saja tanpa tahu apa yang dipikirkan satu 

sama lain, melainkan juga tanpa tahu apa yang mereka pi-

kirkan sendiri. 

3. Orang banyak main hakim sendiri di bawah kuasa kebencian 

ini, dan bagaimana mereka terbawa-bawa olehnya. 

(1) Mereka menyerang beberapa teman seperjalanan Paulus, 

dan menyeret mereka ke dalam gedung kesenian (ay. 29), 

dengan maksud, menurut sebagian orang, untuk membuat 

mereka berjuang melawan binatang buas, seperti yang dulu 

pernah terjadi pada Paulus. Atau mungkin orang-orang itu 

hanya bermaksud melecehkan mereka, dan menjadikan 

mereka tontonan orang banyak. Yang mereka tangkap ada-

lah Gayus dan Aristarkhus. Tentang keduanya kita bisa 

baca di tempat lain. Gayus berasal dari Derbe (20:4). Aris-

tarkhus juga dibicarakan di situ, dan dalam Kolose 4:10. 

Mereka datang bersama-sama dengan Paulus dari Make-

donia, dan inilah satu-satunya kejahatan mereka, bahwa 

mereka yaitu  teman-teman seperjalanan Paulus, baik 

dalam pelayanan maupun penderitaan.  

(2) Paulus, yang sudah terhindar dari tangkapan mereka, keti-

ka melihat teman-temannya mengalami kesusahan sebab  

dia, mau pergi ke tengah-tengah rakyat itu, untuk mengor-

bankan dirinya sendiri, seandainya tidak ada obat penawar 

lain, dibandingkan  teman-temannya harus menderita sebab  

dia. Ini merupakan bukti kemurahan hatinya, dan bukti 

bahwa ia mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. 


 842

(3) Ia tidak jadi melakukannya oleh sebab  kebaikan teman-

temannya, yang berhasil membujuk dia.  

[1] Murid-muridnya tidak mengizinkannya, sebab  lebih 

pantas mereka yang menderita dibandingkan  dia yang mena-

warkan diri untuk menderita. Mereka memiliki  alasan 

untuk berkata kepada Paulus, seperti yang dikatakan 

tentara-tentara Daud kepadanya,  saat  ia menawarkan 

diri untuk maju berperang, engkau sama harganya de-

ngan sepuluh ribu orang dari pada kami (2Sam. 18:3).  

[2] Teman-temannya menyela, untuk mencegah dia agar 

tidak terjun ke dalam bahaya. Mereka akan memperla-

kukan dia jauh lebih buruk dibandingkan  Gayus dan Aris-

tarkhus, sebab  mereka memandang dia sebagai ke-

pala. Oleh sebab  itu, lebih baik biarkan mereka meng-

hadapi terjangan badai itu dibandingkan  ia harus mem-

pertaruhkan diri (ay. 31). Ada beberapa pembesar yang 

berasal dari Asia, raja-raja Asia – Asiarchai. Menurut 

para ahli tafsir, mereka ini yaitu  kepala-kepala para 

pendeta. Atau, seperti menurut sebagian yang lain, ke-

pala-kepala para pembesar. Apakah mereka orang yang 

sudah bertobat memeluk iman Kristen (dan memang 

ada sebagian dari mereka yang bertobat, bahkan dari 

kalangan imam dan wali negeri), ataukah mereka hanya 

ingin mendukung Paulus, sebagai orang yang pandai 

dan baik, kita tidak diberi tahu, selain bahwa mereka 

ini yaitu  sahabat-sahabat Paulus. Dr. Lightfoot ber-

pendapat bahwa mereka tetap bersikap hormat dan 

baik kepada Paulus sejak ia berjuang melawan binatang 

buas di gedung kesenian mereka, dan takut kalau-kalau 

dia akan disiksa seperti itu lagi. Perhatikanlah, sungguh 

bersahabat jika orang memperhatikan kehidupan dan 

penghiburan orang-orang baik dibandingkan  diri mereka 

sendiri. Akan sangat berbahaya jika Paulus pergi ke ge-

dung kesenian itu. Seribu banding satu, nyawanya akan 

terancam. Dan sebab  itu, Paulus mau mengikuti saran 

teman-temannya untuk mematuhi hukum memperta-

hankan diri, dan mengajar kita untuk menjauh dari 

bahaya sejauh mungkin tanpa meninggalkan kewajiban 

kita. Bisa saja kita dipanggil untuk menyerahkan nyawa 

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 843 

kita,namun  tidak untuk menyia-nyiakan hidup kita. 

Paulus lebih pantas pergi ke rumah ibadat dibandingkan  ke 

gedung kesenian. 

(4) Orang banyak itu betul-betul kacau-balau (ay. 32): Orang 

berkumpul berteriak-teriak, yang seorang mengatakan ini 

dan yang lain mengatakan itu, terbawa oleh khayalan dan 

amarah mereka, dan mungkin oleh laporan-laporan yang 

mereka terima. Beberapa orang berteriak, ganyang orang-

orang Yahudi! Sebagian yang lain, ganyang Paulus!namun  

kumpulan itu kacau-balau, sebab  tidak memahami apa pi-

kiran satu sama lain. Mereka saling bertentangan, dan siap 

saling baku hantam untuk itu,namun  mereka tidak meng-

erti apa yang mereka sendiri lakukan. sebab  yang sebe-

narnya terjadi yaitu  bahwa kebanyakan dari mereka tidak 

tahu untuk apa mereka berkumpul. Mereka tidak tahu apa, 

atau siapa, yang memulai kerusuhan itu, apalagi ada 

urusan apa mereka di sana. Sebaliknya, pada kesempatan 

itu, kebanyakan dari mereka hanya datang untuk mena-

nyakan apa masalahnya. Mereka ikut berteriak, mengikuti 

orang banyak, dan seperti bola salju yang bergulir, semakin 

lama mereka semakin bertambah banyak.  

(5)  Orang-orang Yahudi pasti tertarik dengan huru-hara ini (di 

tempat-tempat lain, merekalah yang pertama-tama menyu-

lut kegaduhan seperti itu).namun  di Efesus ini mereka ti-

dak begitu tertarik menggalang orang untuk bergerombol. 

Namun,  saat  orang banyak sudah berkumpul, mereka 

berniat jahat juga dengan ikut terjun ke dalamnya (ay. 35): 

Mereka mendorong seorang bernama Aleksander ke depan, 

memanggilnya untuk berbicara atas nama orang-orang Ya-

hudi melawan Paulus dan teman-temannya:  Kamu telah 

mendengar apa yang dikatakan Demetrius dan para tukang 

perak melawan mereka sebagai musuh agama mereka. Se-

karang izinkanlah kami memberi tahu kamu apa yang hen-

dak kami katakan melawan dia sebagai musuh agama 

kami.” Orang-orang Yahudi mendorongnya ke depan untuk 

berbicara, menyemangati dia, dan memberi tahu dia bahwa 

mereka akan membela dan mendukungnya. Hal ini mereka 

pandang perlu demi membela diri, dan oleh sebab  itu apa 

yang harus dikatakannya disebut permohonan maafnya 


 844

kepada orang banyak. Bukan untuk dirinya sendiri secara 

khusus, melainkan untuk orang-orang Yahudi secara 

umum, yang dipandang para penyembah dewi Artemis se-

bagai musuh mereka, sama seperti Paulus yaitu  musuh 

mereka. Sekarang orang-orang Yahudi ingin agar orang-

orang Efesus tahu bahwa mereka yaitu  musuh Paulus, 

sama seperti orang-orang Efesus musuh Paulus. Orang 

yang sekarang demikian berhati-hati dalam membedakan 

diri dari hamba-hamba Kristus, dan takut disangka sebagai 

murid-Nya, akan mendapat hukuman yang pantas pada 

hari penghakiman agung nanti. Aleksander memberi isyarat 

dengan tangannya, supaya orang mendengarnya menen-

tang Paulus. sebab  mengherankan jika ada penganiayaan 

yang digencarkan melawan orang-orang Kristen, tanpa ada 

orang-orang Yahudi di belakangnya. Jika mereka tidak bisa 

memulai kejahatan, mereka akan membantu kejahatan itu 

bergulir, dan itu membuat mereka ikut ambil bagian dalam 

dosa-dosa orang lain. Menurut sebagian orang, Aleksander 

ini sudah menjadi orang Kristen,namun  kemudian murtad 

kembali ke agama Yahudi, dan oleh sebab itu diajukan se-

bagai orang yang tepat untuk menuduh Paulus. Dan bahwa 

ia yaitu  Aleksander, tukang tembaga itu, yang sudah ba-

nyak berbuat kejahatan terhadap Paulus (2Tim. 4:14), dan 

yang telah Paulus serahkan kepada Iblis (1Tim. 1:20).  

(6) Hal ini membuat para pendakwa menghentikan dakwaan 

mereka melawan sahabat-sahabat Paulus, dan mengubah-

nya menjadi pujian hangat untuk menghormati dewi me-

reka (ay. 34):namun   saat  mereka tahu, bahwa ia yaitu  

orang Yahudi, dan, sebagai orang Yahudi, memusuhi pe-

nyembahan terhadap dewi Artemis (sebab sekarang orang-

orang Yahudi sudah membenci berhala dan penyembahan 

berhala, tanpa bisa ditawar-tawar lagi), apa pun yang dika-

takannya untuk membela atau menentang Paulus, mereka 

bertekad untuk tidak mau mendengarnya. Oleh sebab itu, 

mereka memanas-manasi rakyat untuk berseru,  Besarlah 

Artemis dewi orang Efesus. Siapa pun yang menggulingkan-

nya, entah dia orang Yahudi atau Kristen, kami bertekad 

untuk tetap mengelu-elukannya. Dia yaitu  Artemis dari 

Efesus, Artemis kami. Dan merupakan kehormatan bagi 

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 845 

kami bahwa kuilnya ada bersama kami. Ia agung, dewi 

yang terkenal, dan dipuja di mana-mana. Ada Artemis-Arte-

mis lain,namun  Artemis dari Efesus melampaui mereka se-

mua, sebab  kuilnya lebih kaya dan megah dibandingkan  kuil-

kuil Artemis lain.” Hanya inilah yang mereka teriakkan ber-

sama-sama selama dua jam. Dan itu dianggap cukup un-

tuk membantah ajaran Paulus, bahwa apa yang dibuat 

oleh tangan manusia bukanlah dewa. Demikianlah, kebe-

naran-kebenaran yang paling suci sering kali dilindas oleh 

sesuatu yang tiada lain hanyalah keributan, hiruk-pikuk, 

dan amarah orang banyak. Dulu dikatakan tentang para 

penyembah berhala bahwa mereka menjadi gila oleh ber-

hala-berhala mereka, dan inilah contohnya. Artemis mem-

buat orang-orang Efesus besar, sebab kota itu diperkaya 

dengan banyaknya orang yang berziarah ke kuil dewi 

Artemis dari seluruh penjuru negeri. Dan oleh sebab itu, 

dengan segala cara mereka berusaha mengangkat nama 

baik dewi Artemis yang tengah tenggelam dengan berseru, 

besarlah Artemis dewi orang Efesus. 

4. Diredam dan dibubarkannya para perusuh ini, oleh kecerdikan 

dan kewaspadaan seorang panitera kota. Ia disebut sebagai 

grammateus – juru tulis, atau sekretaris, atau juru catat (begitu 

menurut sebagian orang).  Pencatat permainan-permainan me-

reka,” permainan-permainan Olimpiade (begitu menurut seba-

gian yang lain), yang pekerjaannya mencatat nama-nama pe-

menang dan hadiah-hadiah yang mereka peroleh. Dengan su-

sah payah, akhirnya dia menenangkan keributan itu, sehingga 

suaranya bisa didengar. Lalu ia menyampaikan kata-kata per-

damaian kepada mereka, dan memberi kita contoh dalam me-

neladani kata-kata bijak Salomo, perkataan orang berhikmat 

yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan 

orang yang berkuasa di antara orang bodoh, begitulah yang 

dilakukan Demetrius di sini (Pkh. 9:17). 

(1) Ia menghibur mereka dengan mengakui bahwa Artemis ada-

lah dewi Efesus yang terkenal (ay. 35). Mereka tidak perlu 

bersuara begitu lantang dan geram dalam menegaskan kebe-

naran yang tidak disangkal oleh siapa pun, atau yang pasti 

diketahui oleh semua orang. Semua orang tahu, bahwa kota 


 846

Efesuslah yang memelihara baik kuil dewi Artemis, bahwa 

kota Efesus yaitu  neōkoros. Bukan hanya penduduknya 

yang menyembah dewi ini, melainkan juga kota mereka, 

sebagai tempat bersama, dalam piagamnya, diberi keperca-

yaan untuk melestarikan penyembahan dewi Artemis ini, 

untuk merawat kuilnya, dan menyambut orang-orang yang 

datang ke sana untuk menghormati dia. Efesus yaitu  

æditua (menurut mereka itulah kata yang paling tepat), 

atau penjaga dewi agung Artemis. Kota itulah yang lebih 

menjaga dan melindungi dewi Artemis dibandingkan  Dewi 

Artemis sendiri yang menjaganya. Demikianlah besarnya 

perhatian para penyembah berhala untuk mempertahan-

kan penyembahan dewa-dewa yang dibuat dengan tangan, 

sedang  penyembahan Tuhan  yang hidup dan benar di-

abaikan, dan sedikit saja bangsa atau kota bermegah da-

lam mempertahankan dan melindungi penyembahan ke-

pada Tuhan  yang benar itu. Bangunan kuil dewi Artemis di 

Efesus sangatlah kaya dan megah.namun , tampaknya, 

patung dewi Artemis di kuil, yang mereka anggap menyuci-

kan kuilnya, lebih dipuja dibandingkan  kuilnya. Sebab mereka 

membuat orang percaya bahwa patung itu turun dari langit, 

dan sebab  itu sama sekali bukan dewa yang dibuat de-

ngan tangan manusia. Lihatlah betapa mudahnya orang-

orang yang percaya takhayul diperdaya oleh penipu yang 

licik. sebab  patung Artemis ini sudah berdiri sejak zaman 

purbakala, dan tak seorang pun tahu siapa yang mem-

buatnya, mereka membuat orang banyak percaya bahwa 

patung itu jatuh dari langit.  Nah, hal itu,” kata si panitera 

kota dengan sangat khidmat (tetapi entah bersungguh-sung-

guh atau tidak, dan sebagai orang yang mempercayai cerita 

itu sendiri atau tidak, bisa dipertanyakan),  tidak dapat di-

bantah. Hal itu sudah diakui di mana-mana sehingga kamu 

tidak perlu takut disanggah. Kamu tidak perlu berprasang-

ka yang bukan-bukan.” Sebagian orang mengartikannya 

demikian:  sebab  patung dewi Artemis jatuh dari langit, 

seperti yang kita semua percayai, maka apa yang dikatakan 

melawan dewa-dewa bahwa mereka dibuat dengan tangan 

manusia sama sekali tidak menggoyahkan kepercayaan 

kita.” 

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 847 

(2) Si panitera kota itu memperingatkan mereka semua agar 

tidak main hakim sendiri dengan kekerasan dan keributan, 

yang tidak dibutuhkan agama mereka, dan sedikit pun 

tidak membawa keuntungan (ay. 36): sebab  itu hendaklah 

kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak. Ini pe-

doman yang sangat baik untuk dipegang sepanjang waktu, 

baik dalam urusan umum maupun pribadi: Jangan ter-

buru-buru dan gegabah dalam bertindak,namun  berhati-

hatilah dan ambillah waktu untuk mempertimbangkan se-

gala sesuatunya. Jangan membuat panas hati sendiri atau 

orang lain,namun  bersikaplah tenang dan berkepala dingin, 

selalu meninggikan akal budi dan mengendalikan amarah. 

Perkataan ini harus siap terucap dari bibir kita, untuk mem-

bawa perdamaian,  saat  kita sendiri atau orang-orang di 

sekitar kita menjadi semakin beringas: Hendaklah kita te-

nang dan janganlah terburu-buru bertindak. Janganlah kita 

terburu-buru bertindak, supaya tidak menyesal kemudian.  

(3) Si panitera kota itu menghapuskan kebencian orang ba-

nyak selama ini kepada Paulus dan sahabat-sahabatnya, 

dan memberi tahu mereka bahwa Paulus dan sahabat-sa-

habatnya itu bukanlah seperti yang digambarkan orang 

kepada mereka (ay. 37):  Kamu telah membawa orang-orang 

ini ke sini, dan siap untuk mencabik-cabik mereka.namun  

sudahkah kamu memikirkan apa pelanggaran dan kejahatan 

mereka? Apa yang dapat kamu buktikan tentang mereka? 

Mereka bukan perampok kuil, kamu tidak dapat menuduh 

mereka bersalah atas penistaan agama, atau telah mencuri 

barang suci apa pun. Mereka tidak berbuat kekerasan se-

dikit pun terhadap kuil dewi Artemis atau harta benda 

yang ada di dalamnya. Mereka juga tidak menghujat nama 

dewimu. Mereka tidak mengatakan sesuatu yang menghina 

para penyembah dewi Artemis, ataupun berbicara tidak 

pantas tentang dia atau kuilnya. Mengapa kamu harus 

menghukum dengan semua kekerasan ini orang-orang yang 

meskipun tidak sepaham dengan kamu, namun tidak me-

ngecam kamu dengan pahit? Mereka tenang, lalu mengapa 

kamu panas?” Berhala di dalam hatilah yang ingin mereka 

lawan dengan segenap kekuatan mereka, dengan mengaju-

kan alasan dan bantahan. Jika saja mereka dapat merun-


 848

tuhkan berhala di dalam hati, maka berhala di dalam kuil 

akan jatuh dengan sendirinya. jika  orang berkhotbah 

melawan gereja-gereja penyembah berhala, maka kebenaran 

berpihak pada mereka, dan mereka harus mempertahan-

kannya dengan penuh semangat dan menancapkannya pada 

hati nurani manusia. namun  , janganlah mereka meram-

pok gereja-gereja itu (kepada barang rampasan tidaklah 

mereka mengulurkan tangan, Est. 9:15-16), atau menghujat 

penyembahan-penyembahan itu. Ajarlah dengan lemah lem-

but, dan janganlah mencemooh pihak lawan dengan amarah 

dan bahasa kotor. Sebab kebenaran Tuhan  tidak membutuh-

kan dusta manusia, begitu pula kebenaran tidak membu-

tuhkan panas hati manusia yang melampaui batas. Amarah 

manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan .  

(4) Dia mengarahkan mereka supaya memakai cara-cara biasa 

menurut hukum yang berlaku, yang harus selalu  

mengatasi huru-hara, dan yang akan dilakukan oleh bangsa-

bangsa yang beradab dan tertib. Sungguh suatu rahmat 

yang besar jika bisa tinggal di sebuah negara di mana ada 

ketetapan hukum untuk menjaga ketenteraman, berjalan-

nya keadilan umum, dan ditetapkannya suatu obat pena-

war untuk setiap kesalahan. Dan dalam hal ini, kita sebagai 

bagian dari bangsa ini merasa bahagia seperti bangsa-

bangsa lain.  

[1] Jika yang dikeluhkan yaitu  urusan pribadi, hendaklah 

mereka mendatangi hakim-hakim dan sidang-sidang 

pengadilan, yang terbuka untuk umum pada waktu-

waktu yang telah ditetapkan. Jika Demetrius dan kum-

pulan tukang perak itu, yang sudah membuat semua 

kekacauan ini, merasa dirugikan, atau hak istimewa 

mereka yang sah dilanggar atau diserobot, biarlah mereka 

bertindak, mengambil jalur hukum, maka perkaranya 

akan diuji dengan adil, dan keadilan pun terlaksana: 

Bukankah ada sidang-sidang pengadilan dan ada guber-

nur. Ada gubernur dan wakilnya, yang pekerjaannya 

mendengarkan perkara dari kedua belah pihak, dan 

membuat keputusan yang adil. Dan keputusan mereka 

itu harus disetujui oleh semua pihak yang terlibat. Dan 

pihak-pihak itu tidak boleh main hakim sendiri, atau 

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 849 

meminta pembelaan dari rakyat. Perhatikanlah, hukum 

itu baik kalau tepat digunakan, sebagai obat penawar 

terakhir, baik untuk memutuskan hak yang diperseng-

ketakan maupun mengembalikan hak yang dirampas.  

[2] Jika yang dikeluhkan yaitu  urusan umum, yang ber-

hubungan dengan undang-undang, maka itu harus 

ditangani, bukan oleh rakyat yang kacau-balau, melain-

kan oleh badan-badan negara (ay. 39): Dan jika ada se-

suatu yang lain yang kamu kehendaki, yang merupakan 

kepedulian bersama, baiklah kehendakmu itu diselesai-

kan dalam sidang rakyat yang sah, yang terdiri atas 

para penatua dan dewan rakyat, yang dipanggil sesuai 

aturan oleh pihak-pihak yang berwenang. Perhatikan-

lah, sebagai pribadi, orang tidak boleh ikut campur urus-

an umum, apalagi sampai mendahului keputusan pihak-

pihak yang pekerjaannya menangani urusan-urusan itu. 

Kita sendiri sudah punya cukup banyak hal yang harus 

kita urus sendiri. 

(5) Si panitera kota itu membuat mereka sadar akan bahaya 

yang mengancam mereka, dan ancaman pelanggaran yang 

akan ditimpakan kepada mereka sendiri sebab  kerusuhan 

ini (ay. 40):  Sungguh baik jika  kita tidak akan dituduh, 

bahwa kita menimbulkan huru-hara pada hari ini, jika  

kita tidak dikeluhkan di depan pengadilan kaisar, sebagai 

kota pemecah belah dan pemberontak, dan jika  quo 

warranto – surat panggilan tidak dilayangkan kepada kita 

dan piagam kota kita dicabut. sebab  tidak ada alasan 

yang dapat kita kemukakan untuk membenarkan kumpulan 

yang kacau-balau ini. Kita tidak memiliki  alasan apa-

apa untuk berdalih. Kita tidak dapat membenarkan diri da-

lam melanggar perdamaian dengan berkata bahwa orang 

lain melanggarnya terlebih dahulu, dan kita hanya mem-

bela diri. Kita tidak bisa membela diri seperti itu, dan sebab  

itu janganlah masalah ini diperpanjang, sebab ini sudah 

bergulir terlampau jauh.” Perhatikanlah, kebanyakan orang 

takut pada penghakiman manusia dibandingkan  penghakiman 

Tuhan . Sungguh baik jika kita mau menenangkan kekacau-

an hawa nafsu dan amarah kita seperti itu, dan mengen-


 850

dalikannya supaya tidak meluap-luap, dengan mempertim-

bangkan pertanggungjawaban yang tidak lama lagi harus 

kita berikan kepada Hakim langit dan bumi atas segala 

kekacauan ini! Kita berada dalam bahaya akan dituduh, 

bahwa kita menimbulkan huru-hara pada hari ini di hati 

kita, di rumah kita. Dan bagaimanakah kita akan men-

jawabnya, sementara tidak ada alasan, alasan yang benar, 

atau alasan yang sepadan, yang bisa kita ajukan untuk 

kekacauan ini, dan untuk panas hati serta kekerasan ini? 

Kita harus menahan hawa nafsu, dan juga amarah kita, 

yang berlebihan dengan berpikir seperti ini, bahwa sebab  

segala hal ini Tuhan  akan membawa kita ke pengadilan (Pkh. 

11:9). Dan kita berkepentingan untuk mengatur diri seba-

gai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.  

(6) Setelah menunjukkan kepada mereka betapa ganjilnya 

huru-hara mereka itu, dan akibat-akibat buruk yang bisa 

terjadi, ia menyarankan mereka untuk segera bubar (ay. 

41): ia membubarkan kumpulan rakyat itu, mungkin me-

nyuruh orang-orang yang berteriak untuk memperhatikan 

bahwa semua orang harus pergi dengan tenang dan meng-

urusi urusan masing-masing. Dan mereka pun melakukan-

nya. Lihatlah di sini,  

[1] Bagaimana pemeliharaan Tuhan  yang selalu menang ber-

hasil menjaga ketenteraman masyarakat, melalui kuasa 

yang tidak bisa dijelaskan atas roh-roh manusia. De-

ngan cara itulah tatanan dunia dijaga, dan manusia 

dicegah supaya tidak menjadi seperti ikan-ikan di laut, 

di mana yang besar melahap yang kecil. Mengingat bahwa 

orang banyak yang beringas pasti tidak sabar dan cepat 

marah, tidak bisa diatur dan dijinakkan seperti bina-

tang liar, maka kita bisa melihat alasan untuk meng-

akui kebaikan Tuhan  bahwa kita tidak selalu berada di 

bawah kendali keberingasan orang banyak seperti itu. 

Dia meredakan deru lautan, deru gelombang-gelombang-

nya dan (suatu contoh kuat kuasa-Nya yang tidak kalah 

penting) kegemparan bangsa-bangsa (Mzm. 65:8).  

[2] Lihatlah berapa banyak cara yang bisa dipakai Tuhan  

untuk melindungi umat-Nya. Mungkin si panitera kota 

Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40 

 

 851 

itu sama sekali bukan teman Paulus, tidak juga mendu-

kung Injil yang diberitakannya. Namun, kebijaksanaan 

manusiawinya diarahkan untuk melayani tujuan Tuhan . 

Kemalangan orang benar banyak,namun  TUHAN mele-

paskan dia dari semuanya itu. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  20  

Dalam pasal ini kita temui, 

I. Perjalanan Paulus mengelilingi Makedonia, Yunani, dan Asia, 

dan pada akhirnya, kedatangannya di Troas (ay. 1-6). 

II. Kisah khusus mengenai bagaimana dia menghabiskan satu 

hari Tuhan di Troas, dan bagaimana dia membangkitkan 

Eutikhus di sana (ay. 7-12). 

III. Perjalanan kelilingnya untuk mengunjungi jemaat-jemaat yang 

telah dibangunnya, dalam perjalanannya menuju Yerusalem, 

yang ingin ia singgahi pada hari raya Pentakosta berikutnya 

(ay. 13-16). 

IV. Khotbah perpisahan yang diucapkannya kepada para pena-

tua jemaat Efesus, sebab  sebentar lagi dia hendak mening-

galkan daerah itu (ay. 17-35).  

V. Perpisahan mereka yang mengharukan (ay. 36-38).  

Dalam semua hal itu, kita mendapati Paulus begitu tekun mela-

yani Kristus dan berbuat baik bagi jiwa orang-orang, bukan hanya 

melalui pertobatan orang yang belum percaya, melainkan juga mela-

lui peneguhan hati orang-orang Kristen. 

 

Keberangkatan Paulus dari Efesus; 

 Kedatangan Paulus ke Troas  

(20:1-6) 

1 Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguat-

kan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia. 2 Ia 

menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-

saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani, 3 Sesudah tiga bulan lama-

nya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria.namun  pada waktu itu orang-

orang Yahudi bermaksud membunuh dia. sebab  itu ia memutuskan untuk 


 854

kembali melalui Makedonia. 4 Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, 

dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari 

Derbe, dan Timotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus. 5 

Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan kami di Troas. 6namun  

sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari 

kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ 

kami tinggal tujuh hari lamanya. 

Di sini perjalanan-perjalanan Paulus hanya diceritakan secara sing-

kat, sebab jika semua hal yang layak diingat dan layak dituliskan 

oleh huruf-huruf emas di dalamnya dicatatkan, maka agaknya dunia 

ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. sebab  

itulah, di sini kita hanya mendapati sedikit saja petunjuk umum me-

ngenai peristiwa-peristiwa yang terjadi, sehingga petunjuk-petunjuk 

itu menjadi jauh lebih berharga. Di sini kita mendapati,  

I. Kepergian Paulus dari Efesus. Dia telah tinggal di sana lebih lama 

dibandingkan  yang pernah ia lakukan di tempat lainnya semenjak dia 

menerima tugas kerasulan bagi orang-orang bukan-Yahudi. Dan 

kini tibalah saatnya untuk pindah, sebab dia harus memberitakan 

Injil juga di kota-kota lain. namun  , setelah peristiwa ini, sam-

pai pada kesudahan pemberitaan Kitab Suci mengenai hidupnya 

(yang kesemuanya itu dapat kita andalkan), kita tidak mendapati-

nya menjelajah tanah baru lagi ataupun memberitakan Injil di 

mana nama Kristus belum diberitakan, seperti yang telah ia laku-

kan sebelumnya (Rm. 15:20). Kita tahu ini sebab pada bagian pe-

nutup pasal berikutnya kita mendapatinya sebagai tawanan, dan 

hal itu berlanjut sampai bagian terakhir kitab ini.  

1. Paulus meninggalkan Efesus segera setelah keributan mereda. 

Ia menganggap gangguan yang dia hadapi itu sebagai petunjuk 

Sang Pemelihara supaya dia tidak tinggal di sana lebih lama 

lagi (ay. 1). Mungkin kepergiannya itu sedikit banyak mene-

nangkan amarah musuh-musuhnya dan menjadikan orang-

orang Kristen di sana lebih aman. Currenti cede furori – Baiklah 

untuk merunduk tatkala badai menerpa. namun  , beberapa 

orang berpendapat bahwa sebelum meninggalkan Efesus pada 

waktu itu, Paulus telah menuliskan suratnya yang pertama 

bagi jemaat di Korintus, dan bahwa perjuangannya melawan 

binatang buas di Efesus, yang disebut-sebutnya dalam surat 

itu, merupakan kiasan mengenai keributan ini . Akan te-

tapi, saya lebih suka mengartikannya secara harfiah saja. 

Kitab Kisah Para Rasul 20:1-6 

 

 855 

2.  Paulus tidak meninggalkan mereka secara mendadak dan di 

dalam ketakutan, melainkan berpamitan dengan mereka de-

ngan rasa khidmat: Dia memanggil murid-murid, orang-orang 

terkemuka di antara jemaat, dan menguatkan hati mereka 

(sambil memeluk mereka – pen.), berpamitan dengan mereka 

(demikian artinya dalam bahasa Aramaik) dengan ciuman ka-

sih, sesuai dengan kebiasaan jemaat mula-mula. Teman-teman 

karib tidak menyadari betapa mereka saling mengasihi satu 

sama lain sampai tiba saatnya bagi mereka untuk berpisah, 

dan pada waktu itulah baru nyata benar kedekatan hati mere-

ka satu sama lain.  

II. Kunjungan Paulus ke jemaat-jemaat di Yunani yang telah ia 

tanam dan siram lebih dari satu kali, dan yang kelihatannya be-

gitu dekat di hatinya.     

1. Pertama-tama dia berangkat ke Makedonia (ay. 1), sebagai-

mana yang telah direncanakannya sebelum keributan itu ter-

jadi (19:21). Di sana, dia mengunjungi jemaat di Filipi dan Te-

salonika, dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-

saudara di situ (ay. 2). Paulus mengunjungi kawan-kawannya 

untuk berkhotbah, dan khotbahnya itu panjang lebar: Dia me-

nguatkan mereka dengan banyak nasihat. Banyak sekali yang 

hendak ia katakan kepada mereka, dan untuk itu ia tidak se-

gan-segan menghabiskan banyak waktu. Dia menasihati me-

reka mengenai banyak kewajiban dalam banyak perkara dan 

(sebagaimana beberapa orang mengartikannya) dengan banyak 

penalaran. Dia meneguhkan nasihat-nasihatnya itu dengan 

beragam dasar dan alasan.  

2. Dia tinggal tiga bulan lamanya di Yunani (ay. 2-3), yaitu di 

Akhaya, menurut pendapat sebagian orang, sebab ke sanalah 

ia bermaksud untuk pergi, ke Korintus dan daerah sekitarnya 

(19:21). Tidak diragukan lagi, di sana pun dia menguatkan hati 

murid-murid dengan banyak nasihat untuk mengarahkan, me-

neguhkan, dan mendorong mereka supaya terus lekat kepada 

Tuhan.  

III. Perubahan rencananya, sebab kita tidak selalu  bisa menja-

lankan maksud kita. Peristiwa-peristiwa tidak terduga membuat 


 856

kita harus berpikir kembali, dan mengharuskan kita untuk me-

rancangkan segala sesuatu dengan persyaratan tertentu.  

1. Paulus hendak berlayar ke Siria, ke Antiokhia, tempat pertama 

kalinya dia diutus untuk melayani orang-orang bukan-Yahudi. 

Dalam perjalanan-perjalanannya biasanya ia menyempatkan 

diri untuk singgah di sana. namun  , dia berubah pikiran 

dan memutuskan untuk kembali ke Makedonia, mengikuti ja-

lan yang sama sewaktu ia datang.  

2.  Alasan dia berubah pikiran ialah sebab  orang-orang Yahudi 

sudah menduga bahwa ia akan menempuh jalur ke Siria itu 

seperti yang biasa dilaluinya, dan mereka telah menanti-nanti-

kan dia dan bermaksud untuk membunuhnya. Mereka tidak 

kunjung berhasil menangkapnya dengan cara menghasut 

orang banyak dan para penguasa, yang telah sering mereka 

ikhtiarkan. sebab  itu, mereka pun bermaksud untuk membu-

nuhnya. Beberapa orang berpendapat bahwa mereka siap 

menghadang dia dengan tujuan merampas uang yang sedang 

dibawanya ke Yerusalem untuk membantu orang-orang kudus 

yang berkekurangan di sana. namun  , mengingat betapa 

dengkinya orang-orang Yahudi terhadapnya, saya kira mereka 

lebih haus akan darahnya dibandingkan  uangnya.  

IV. Kawan-kawan yang menemaninya dalam perjalanannya ke Asia. 

Di sini nama mereka disebutkan satu per satu (ay. 4). Sebagian 

dari mereka yaitu  hamba-hamba Tuhan ,namun  tidak dapat dipas-

tikan apakah semuanya memiliki jabatan ini . Sopater dari 

Berea sepertinya sama dengan Sosipater yang disebutkan dalam 

Roma 16:21. Timotius terhitung di antara mereka, sebab ia berge-

gas mengikuti Paulus dan menemaninya dengan orang-orang yang 

namanya disebutkan di sini, meskipun Paulus meninggalkannya 

di Efesus sewaktu ia berangkat dari sana (ay. 1) dan kemudian 

menuliskan surat pertamanya bagi Timotius ke sana, untuk 

mengarahkannya sebagai seorang pemberita Injil, mengenai bagai-

mana membangun jemaat di sana dan di tangan siapa ia harus 

meninggalkannya (lihat 1Tim. 1:3; 3:14-15). Surat itu juga dimak-

sudkan untuk mengarahkan Timotius mengenai hal-hal yang ha-

rus diperbuatnya, bukan hanya di Efesus di mana dia berada saat 

itu,namun  juga di tempat-tempat lain dimana ia akan ditempatkan 

dengan cara yang sama, atau di tempat-tempat ke mana ia akan 

Kitab Kisah Para Rasul 20:1-6 

 

 857 

diutus untuk tinggal sebagai pemberita Injil (surat itu bukan 

hanya ditujukan bagi dia saja,namun  juga bagi para pemberita Injil 

lainnya yang menyertai Paulus dan yang dipekerjakan olehnya de-

ngan cara serupa). Nah, orang mungkin berpikir, tidaklah tepat 

membawa serta orang-orang cakap itu untuk menemani Paulus, 

sebab mereka justru lebih dibutuhkan di tempat-tempat di mana 

Paulus tidak berada di sana saat itu. namun  , hal itu telah di-

tetapkan demikian,  

1. Supaya mereka dapat membantu Paulus dalam mengarahkan 

orang-orang yang tergugah dan tersadarkan oleh khotbahnya. 

Ke mana pun Paulus pergi, dia selalu menimbulkan gejolak, 

dan sebab nya perlu banyak tenaga untuk membantu mene-

nangkan riak-riak gejolak itu. Kesempatan seperti itu haruslah 

dipergunakan sebijaksana mungkin.  

2.  Supaya mereka dapat dididik olehnya dan dipersiapkan untuk 

pelayanan di masa mendatang, supaya mengikuti ajarannya 

dan cara hidupnya (2Tim. 3:10). Secara jasmaniah Paulus tam-

pak lemah dan hina, jadi kawan-kawannya menyertainya su-

paya bisa meneguhkan nama baiknya, bisa menopang dia. De-

ngan cara ini, kawan-kawannya itu bisa menunjukkan kepada 

orang-orang yang tidak mengenalnya, yang cenderung meng-

hakimi dengan mata, bahwa Paulus memiliki hal yang benar-

benar berharga dalam dirinya, yang tidak tampak dari penam-

pilan luarnya.  

V. Kedatangannya di Troas, di mana dia telah merancangkan sebuah 

pertemuan dengan kawan-kawannya.  

1. Mereka berangkat lebih dahulu dan menantinya di Troas (ay. 

5), berencana menyertainya ke Yerusalem, seperti yang diper-

buat Trofimus (21:29). Kita tidak boleh merasa susah saat me-

nunggu selama beberapa waktu untuk mendapatkan teman 

seperjalanan yang baik.  

2. Paulus berusaha sedapat mungkin untuk tiba di sana. Seperti-

nya Lukas menemaninya pada saat itu, sebab Lukas berkata 

kami berlayar dari Filipi (ay. 6), dan pertama kali kita menda-

patinya menemani Paulus yaitu  di Troas ini (16:11). Hari 

raya Roti Tidak Beragi disebutkan di sini semata-mata untuk 

menggambarkan waktu, bukannya untuk menegaskan bahwa 


 858

Paulus tetap menjalankan ibadah Paskah sesuai dengan adat 

orang Yahudi, sebab kira-kira pada waktu itu dia telah menu-

liskan suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus dan 

mengajarkan bahwa Kristus yaitu  Paskah kita dan kehidupan 

kristiani merupakan pesta hari raya Roti Tidak Beragi (1Kor. 

5:7-8). Saat inti yang sesungguhnya datang, maka bayangan 

pun menghilang. Dia datang menemui mereka di Troas melalui 

laut, empat hari kemudian, dan setelah sampai di sana, dia 

hanya tinggal selama tujuh hari saja. Pemborosan waktu dalam 

bepergian ke sana ke mari memang tidak dapat dihindari dan 

harus dialami oleh orang-orang yang berbuat kebaikan,namun  

hal itu tidak akan dianggap sebagai waktu yang terbuang. 

Paulus rela menghabiskan empat hari untuk pergi ke Troas, 

meski hanya untuk tinggal di sana selama tujuh hari saja. Dia 

tahu benar bagaimana menebus waktu yang dihabiskannya 

untuk bepergian dengan melakukan hal-hal yang baik, dan 

kita pun harus meneladaninya.   

Paulus Berkhotbah di Troas;  

Kebangkitan Eutikhus  

(20:7-12)  

7 Pada hari pertama dalam minggu itu,  saat  kami berkumpul untuk me-

mecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, 

sebab  ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan 

itu berlangsung sampai tengah malam. 8 Di ruang atas, di mana kami ber-

kumpul, dinyalakan banyak lampu. 9 Seorang muda bernama Eutikhus du-

duk di jendela. sebab  Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak da-

pat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ke-

tiga ke bawah.  saat  ia diangkat orang, ia sudah mati. 10namun  Paulus tu-

run ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, 

dan berkata:  Jangan ribut, sebab ia masih hidup.” 11 Setelah kembali di 

ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih 

lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. 12 

Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, 

dan mereka semua merasa sangat terhibur. 

Di sini kita mendapati peristiwa yang terjadi di Troas pada hari ter-

akhir dari tujuh hari masa tinggal Paulus di sana.  

I. Orang-orang Kristen di sana mengadakan pertemuan ibadah yang 

khidmat, sesuai dengan kebiasaan mereka dan kebiasaan semua 

kumpulan jemaat. 

Kitab Kisah Para Rasul 20:7-12 

 

 859 

1. Kami berkumpul (ay. 7). Meskipun masing-masing dari mereka 

membaca, merenungkan, mendoakan, dan menyanyikan maz-

mur secara sendiri-sendiri, dan dengan begitu memelihara per-

sekutuan mereka dengan Tuhan ,namun  itu saja tidaklah cukup. 

Mereka harus bersama-sama memuji Tuhan  dengan sehati dan 

memelihara persekutuan di antara mereka dengan saling ber-

temu muka, saling membantu, dan menyaksikan persekutuan 

rohani mereka dengan seluruh orang Kristen yang benar. Ha-

ruslah ditetapkan waktu tertentu bagi murid-murid Kristus 

untuk berkumpul bersama. Memang tidak mungkin semuanya 

bisa berkumpul bersama-sama di satu tempat,namun  biarlah 

hal itu dilakukan oleh sebanyak-banyaknya yang bisa.  

2.  Mereka berkumpul pada hari pertama dalam minggu itu, yang 

mereka sebut sebagai hari Tuhan (Why. 1:10), hari Sabat orang 

Kristen, yang dirayakan untuk menghormati Kristus dan Roh 

Kudus sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus dan pen-

curahan Roh, dan keduanya terjadi pada hari pertama dalam 

seminggu. Di sini dikatakan bahwa hari itu merupakan hari 

berkumpulnya para murid, yaitu  saat  seluruh jemaat memi-

liki kebiasaan untuk berkumpul. Perhatikan, hari pertama da-

lam seminggu haruslah diindahkan melalui ibadah rohani oleh 

seluruh murid Kristus. Hari itu merupakan tanda di antara 

mereka dan Kristus, sebab sebab  itulah mereka dikenal seba-

gai murid-murid-Nya. Hari itu juga harus digunakan untuk 

mengadakan perkumpulan yang khidmat, bagaikan pelataran 

yang dibangun dalam nama Tuhan kita Yesus dan bagi kehor-

matan-Nya oleh para pelayan-Nya, hamba-hamba di pelataran-

Nya. Ini layak diindahkan oleh semua orang yang bergantung 

kepada-Nya. Dalam pertemuan ibadah ini mereka menunjuk-

kan diri sebagai orang yang mendiami pelataran Tuhan. Hari 

pertama dalam seminggu ditetapkan sebagai hari Tuhan.  

3.  Mereka berkumpul di ruang atas (ay. 8). Mereka tidak memiliki 

bait atau sinagoge untuk berkumpul, apalagi bangunan gereja 

yang mewah. Sebaliknya, mereka hanya berkumpul di rumah 

pribadi, di sebuah loteng sederhana. Mereka berjumlah sedikit 

saja dan miskin, sehingga mereka tidak membutuhkan, selain 

juga tidak mampu membangun tempat pertemuan yang besar. 

Meski demikian, mereka tetap berkumpul di tempat yang be-

nar-benar tidak nyaman dan tidak layak itu. Jadi, tidak ada 


 860

alasan bagi kita untuk tidak mau menghadiri pertemuan-per-

temuan ibadah dengan berdalih bahwa tempatnya tidak me-

menuhi syarat atau tidak menyenangkan seperti yang kita ha-

rapkan.  

4. Mereka berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, yaitu untuk 

merayakan ketetapan perjamuan Tuhan, sebuah tanda berupa 

pemecahan roti yang telah ditetapkan bagi keseluruhan tanda 

lainnya. Roti yang kita pecah-pecahkan yaitu  persekutuan de-

ngan tubuh Kristus (1Kor. 10:16).  saat  kita memecah-mecah-

kan roti, hal itu tidak hanya untuk mengenang pemecahan tu-

buh Kristus bagi kita sebagai korban tebusan bagi dosa-dosa 

kita, melainkan juga untuk melambangkan pemecahan tubuh 

Kristus bagi kita sebagai makanan dan perayaan bagi jiwa 

kita. Pada zaman gereja mula-mula, jemaat biasanya melang-

sungkan perjamuan Tuhan di setiap hari Tuhan untuk menge-

nang kematian Kristus saat Dia menebus dosa kita, dan untuk 

mengingat kebangkitan-Nya saat tubuh-Nya yang terpecah-pe-

cah itu menjadi makanan dan perayaan bagi jiwa kita. Dalam 

pertemuan yang khidmat, keduanya saling bersesuaian dalam 

menyaksikan hubungan erat keduanya dalam iman dan iba-

dah yang sama.   

II. Dalam pertemuan ini Paulus menyampaikan sebuah khotbah, 

khotbah yang panjang, sebuah khotbah perpisahan (ay. 7). 

1. Dia berkhotbah kepada mereka: Dia berbicara dengan saudara-

saudara di situ. Meskipun mereka sudah menjadi murid-murid 

Kristus, mereka masih membutuhkan pengajaran akan firman 

Tuhan  supaya pengetahuan dan kasih karunia mereka senan-

tiasa bertambah. Perhatikan, pemberitaan Injil haruslah meng-

iringi sakramen-sakramen. Musa membacakan kitab perjanjian 

dengan didengar oleh bangsa itu, lalu menyiram darah perjanjian 

yang diadakan Tuhan mereka, berdasarkan segala firman ini 

(Kel. 24:7-8). Apalah artinya materai tanpa ketetapan tertulis?  

2.  Khotbah itu merupakan khotbah perpisahan, sebab  dia hen-

dak berangkat pada keesokan harinya. Saat dia telah pergi 

nanti, mungkin saja mereka akan mendengar pemberitaan Injil 

yang sama,namun  tidak seperti cara pemberitaan Paulus. Oleh 

sebab  itu, mereka harus memanfaatkan kesempatan yang 

ada selagi Paulus masih bersama-sama dengan mereka. Biasa-

Kitab Kisah Para Rasul 20:7-12 

 

 861 

nya, khotbah perpisahan amat menggugah hati si pengkhot-

bah dan para pendengarnya dengan cara yang istimewa.  

3.  Khotbahnya berlangsung amat lama: Pembicaraan itu berlang-

sung sampai tengah malam, sebab banyak sekali yang ingin ia 

sampaikan, dan dia tidak tahu kapan lagi ada kesempatan un-

tuk mengatakannya kepada mereka. Setelah mereka menerima 

perjamuan Tuhan, dia berkhotbah kepada mereka mengenai 

kewajiban-kewajiban yang telah menjadi bagian mereka dan 

penghiburan-penghiburan yang mereka nanti-nantikan. Ia 

menjelaskan semuanya itu dengan panjang lebar dan terpe-

rinci. Para hamba Tuhan  mungkin saja memiliki kesempatan 

untuk berkhotbah bukan hanya di waktu yang baik,namun  

juga di waktu yang tidak baik. Kita tahu bahwa pasti ada be-

berapa orang yang akan menegur Paulus sebab  menganggap 

khotbahnya itu bertele-tele dan melelahkan para pendengar-

nya. namun  , para pendengarnya itu bersedia menyimak-

nya, itulah kesan yang ditangkap Paulus. Oleh sebab  itu, ia 

pun meneruskan khotbahnya. Pembicaraan itu berlangsung 

sampai tengah malam. Mungkin mereka berkumpul pada ma-

lam hari sebab  ingin leluasa, atau sebab  ingin meneladani 

para murid yang berkumpul pada malam hari di hari sabat 

Kristen yang pertama. Mungkin juga Paulus sudah berkhotbah 

kepada mereka di pagi harinya,namun  masih juga memperpan-

jang khotbahnya petang itu, bahkan sampai tengah malam. 

Rasanya bagus juga kalau kita bisa miliki isi khotbahnya itu, 

namun sepertinya, isi khotbah itu serupa dengan isi surat-

suratnya. sebab  pertemuan itu berlangsung sampai tengah 

malam, banyak lilin, banyak lampu (ay. 8) dinyalakan, supaya 

para pendengar dapat membaca Kitab Suci yang dikutip 

Paulus dan melihat apakah semuanya itu benar demikian. Hal 

ini bisa mencegah fitnah para musuh yang menuduh mereka 

berkumpul di malam hari untuk melakukan perbuatan-per-

buatan kegelapan.  

III. Seorang muda dalam jemaat itu, yang tertidur di tengah-tengah 

khotbah, tewas sebab  jatuh dari jendela,namun  dibangkitkan lagi. 

Nama orang muda itu berarti orang yang memiliki kemujuran –

Eutikhus, bene fortunatus, dan namanya itu memang terbukti 

benar. Perhatikanlah, 


 862

1. Kelemahan tubuh yang tiba-tiba melandanya. Mungkin orang-

tuanyalah yang sengaja membawanya ke pertemuan itu, 

meskipun dia masih amat muda, agar dia belajar mengenai 

hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan  dari pengkhotbah hebat 

seperti Paulus. Para orangtua harus membawa anak-anak me-

reka untuk mendengarkan khotbah, segera setelah mereka da-

pat mendengar dan mengerti (Neh. 8:3), bahkan sejak anak-

anak (Ul. 29:11). Nah, orang muda ini bisa saja dipersalahkan,  

(1) sebab  ia nekat duduk di jendela, yang mungkin tanpa kaca, 

dan dengan begitu membahayakan dirinya sendiri. Pada-

hal, jika saja dia cukup puas duduk di lantai, pastilah dia 

aman-aman saja. Anak-anak lelaki, yang suka memanjat 

atau membahayakan diri mereka sendiri dan mendukakan 

hati orangtua mereka, tidak menyadari bahwa kelakuan 

mereka itu juga merupakan pelanggaran terhadap Tuhan .  

(2) sebab  dia tidur, bahkan tertidur lelap selagi Paulus berbi-

cara, yang menandakan bahwa dia tidak memperhatikan 

hal-hal yang dikatakan Paulus, sekalipun semua itu amat 

penting. Penekanan pada kenyataan bahwa dia terlelap 

membuat kita berharap bahwa tidak ada lagi orang lain di 

sana yang juga ketiduran, sekalipun saat itu ialah jam se-

sudah makan malam dan memang waktunya untuk tidur. 

namun  , orang muda ini segera tertidur, terseret dalam 

rasa kantuknya (begitulah arti sebenarnya), yang menegas-

kan bahwa dia sebenarnya berjuang melawannya,namun  ti-

dak berhasil, sehingga pada akhirnya dia pun tertidur lelap.  

2. Bencana yang kemudian menimpanya: Ia jatuh dari tingkat 

ketiga ke bawah, dan  saat  ia diangkat orang, ia sudah mati. 

Sebagian orang beranggapan bahwa tangan Iblis, dengan se-

izin kuasa Tuhan , berperan di sini, hendak mengganggu per-

kumpulan ini dan menggusarkan Paulus. Sebagian orang lagi 

berpikir bahwa Tuhan  merancangkan hal ini sebagai peringatan 

bagi semua orang supaya tidak tertidur saat sedang mende-

ngarkan firman Tuhan , dan tentu saja kita pun harus mengang-

gapnya demikian. Kita harus menganggapnya sebagai hal yang 

tidak baik dan mencerminkan kurangnya penghargaan kita 

terhadap firman Tuhan , serta menghalangi kita untuk meneri-

ma manfaat dari firman itu. Kita harus takut mengalaminya, 

Kitab Kisah Para Rasul 20:7-12 

 

 863 

dan berbuat sebisa mungkin supaya tidak mengantuk dan ti-

dak membiarkan diri kita dibuai kantuk, melainkan membiar-

kan hati kita tergugah oleh firman yang kita dengar sedemiki-

an rupa sampai rasa kantuk itu pun menjauh. Marilah kita 

berjaga-jaga dan berdoa, supaya kita jangan jatuh ke dalam 

pencobaan, dan tidak terjerumus lebih dalam lagi sebab nya. 

Biarlah hukuman terhadap Eutikhus membuat kita gentar dan 

menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan  itu sangat cemburu 

dengan hal-hal yang berkaitan dengan penyembahan terha-

dap-Nya. Jangan sesat! Tuhan  tidak membiarkan diri-Nya diper-

mainkan. Lihatlah bagaimana tegasnya Tuhan  mengganjar kele-

mahan yang sepertinya sepele ini, bahkan dalam diri seorang 

yang amat muda. Jadi, coba katakan, siapakah yang tahan 

berdiri di hadapan TUHAN, Tuhan  yang kudus ini? Terapkanlah 

hal ini pada kisah mengenai ratapan itu (Yer. 9:20-21), dengar-

lah firman TUHAN, Maut telah menyusup ke jendela-jendela kita 

untuk melenyapkan kanak-kanak dari jalan, pemuda-pemuda dari 

lapangan.   

3. Belas kasihan ajaib yang ditunjukkan kepadanya melalui ke-

bangkitannya kembali (ay. 10). Kejadian ini  membuyar-

kan perhatian perkumpulan itu dan memotong khotbah Pau-

lus,namun  pada akhirnya menjadi sebuah kesempatan emas 

untuk meneguhkan khotbahnya, membantu menuntaskannya, 

dan membuktikan keampuhannya.   

(1) Paulus merebahkan diri ke atas mayat orang muda itu, dan 

mendekapnya, dengan demikian menunjukkan belas kasih-

an yang mendalam dan kepedulian yang tinggi terhadap 

orang muda ini. Dia sama sekali tidak berkata,  Dia me-

mang pantas dihukum seperti ini sebab  tidak mengindah-

kan apa yang kusampaikan!” Paulus yang berhati lembut 

begitu tergugah dengan kejadian nahas itu dan sama sekali 

tidak menghakimi atau menegur orang-orang yang tertimpa 

nahas itu, seolah-olah orang-orang yang mati ditimpa me-

nara dekat Siloam lebih besar kesalahannya dari pada ke-

salahan semua orang lain yang diam di Yerusalem; Tidak! 

kata-Ku kepadamu.namun  bukan hanya itu saja. Tindakan-

nya merebahkan diri di atas orang muda itu dan mende-

kapnya serupa dengan tindakan Elia (1Raj. 17:21) dan 

Elisa (2Raj. 4:34). Hal ini tidak berarti bahwa sikap tubuh-


 864

nya itu turut berpengaruh dalam membangkitkan orang 

itu, melainkan hanya sebagai tanda yang menggambarkan 

turunnya kuasa Tuhan  ke atas tubuh orang yang sudah mati, 

supaya tubuh itu dibangkitkan lagi, yang merupakan hal 

yang didoakannya dengan sungguh-sungguh di dalam iman 

pada saat itu juga.   

(2) Dia meyakinkan mereka bahwa orang muda itu sudah hi-

dup kembali, dan hal itu akan terbukti sebentar lagi. Kita 

bisa menebak-nebak bahwa kejadian buruk ini telah me-

nimbulkan berbagai pertanyaan di dalam jemaat,namun  

Paulus mengakhiri semuanya itu:  Jangan ribut, jangan ga-

duh dan kalut, sebab ia masih hidup, dia tidaklah mati, te-

tapi hanya tidur: baringkanlah sebentar di atas ranjang 

dan nanti pun dia akan siuman, sebab kini dia sudah hi-

dup lagi.” Demikian pula  saat  Kristus membangkitkan 

Lazarus, Ia berkata, Bapa, Aku mengucap syukur kepada-

Mu, sebab  Engkau telah mendengarkan Aku. 

 (3) Paulus segera meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat 

terpotong itu (ay. 11): Dia kembali di ruang atas tempat 

pertemuan itu dan mereka memecah-mecahkan roti bersama-

sama di dalam perjamuan kasih yang biasanya menyertai 

sakramen suci, sebagai tanda persekutuan di antara mere-

ka dan sebagai peneguhan persahabatan mereka. Lalu ma-

sih lama lagi mereka berbicara, sampai fajar menyingsing. 

Paulus tidaklah melanjutkan khotbah sebelumnya,namun  

dia dan saudara-saudaranya itu hanya bercakap-cakap bi-

asa, tentu saja membicarakan hal-hal baik yang bermanfaat 

untuk saling membangun. Pertemuan orang-orang Kristen 

merupakan sarana yang amat baik untuk menumbuhkan 

kekudusan, penghiburan, dan kasih kristiani. Mereka tidak 

tahu kapan Paulus dapat menyertai mereka lagi dan kare-

na itulah mereka memanfaatkan kesempatan itu sebaik 

mungkin, sampai rela mengorbankan waktu tidur mereka.  

(4) Sebelum berpisah, mereka mengantarkan orang muda itu 

hidup ke tengah-tengah jemaat, dan setiap orang menyela-

matinya atas kebangkitannya dari maut, dan mereka se-

mua merasa sangat terhibur (ay. 12). Hal itu menimbulkan 

sukacita yang besar di antara mereka, bukan hanya bagi 

kerabat orang muda itu saja,namun  juga bagi seluruh je-

Kitab Kisah Para Rasul 20:13-16 

 

 865 

maat, sebab hal itu bukan saja telah mencegah hinaan 

yang harus mereka tanggung seandainya orang muda itu 

tewas,namun  juga menambah kehormatan Injil. 

Perjalanan Paulus  

(20:13-16) 

13 Kami berangkat lebih dahulu ke kapal dan berlayar ke Asos, dengan mak-

sud untuk menjemput Paulus di situ sesuai dengan pesannya, sebab ia 

sendiri mau berjalan kaki melalui darat. 14  saat  ia bertemu dengan kami di 

Asos, kami membawanya ke kapal, lalu melanjutkan pelayaran kami ke 

Metilene. 15 Dari situ kami terus berlayar dan pada keesokan harinya kami 

berhadapan dengan pulau Khios. Pada hari berikutnya kami menuju Samos 

dan sehari kemudian tibalah kami di Miletus. 16 Paulus telah memutuskan 

untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab 

ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya 

Pentakosta. 

Paulus bergegas menuju Yerusalem,namun  berusaha sebisa mungkin 

melakukan hal-hal baik di sepanjang perjalanannya ke sana, ōs en 

parodō,  seolah-olah semua itu dilakukan secara kebetulan atau sam-

bil lalu.” Dia telah singgah di Troas dan melakukan kebaikan di sana. 

Dan kini ia melakukan sejenis perjalanan menyisir pantai. Para pe-

dagang menyebut perjalanan semacam ini sebagai perjalanan dagang, 

bepergian dari satu tempat ke tempat lain dan tentu saja berusaha 

untuk membuat setiap tempat yang ia singgahi menjadi lebih ber-

manfaat baginya, seperti yang seharusnya dilakukan oleh setiap 

orang baik.  

I. Dia mengirim kawan-kawannya ke Asos melalui laut, sedang  

ia sendiri mau berjalan kaki melalui darat (ay. 13). Dia telah berte-

kad atau mengambil keputusan bahwa tanpa mengindahkan ke-

susahan macam apa pun yang harus ia hadapi sebab  menampik 

kebebasan dan kehormatannya, atau kenyamanan yang ditawar-

kan sebuah kapal, atau kehadiran saudara-saudaranya, dia tetap 

hendak berjalan kaki ke Asos. Dan sekalipun jalur yang ditempuh 

Paulus merupakan jalan pintas, menurut para penulis kuno, jalan 

itu penuh bahaya (Homer, Iliad 6, dan Eustatius yang mewakili-

nya menerangkan bahwa berjalan kaki ke Asos dapat membunuh 

seseorang – Lorin. in locum). Namun, Paulus tetap bersedia me-

nempuh jalan itu,   


 866

1. Supaya dia dapat mengunjungi kawan-kawannya di sepanjang 

perjalanan itu dan melakukan kebaikan di antara mereka, de-

ngan membuat para pendosa bertobat atau membangun 

orang-orang kudus. Dalam kedua hal ini , dia melayani 

Guru agungnya dan melanjutkan karya agung-Nya. Atau,  

2.  Supaya dia bisa sendirian saja untuk bercakap-cakap dengan 

Tuhan  secara lebih leluasa dan supaya ia dapat merenung da-

lam kesendirian. Dia mengasihi kawan-kawannya dan senang 

ditemani oleh mereka, namun   di sini ia hendak menunjuk-

kan bahwa dia tidaklah selalu memerlukan kehadiran mereka, 

melainkan dapat juga menikmati kesendiriannya. Atau,   

3.  Supaya dia dapat membiasakan diri dengan kesukaran dan 

tidak dianggap mau yang nyaman-nyaman saja. Dengan be-

gitu, ia hendak melatih tubuh dan menguasainya seluruhnya 

melalui kesukarelaannya untuk mati raga dan menyangkal 

diri, supaya penderitaan yang harus ditanggungnya nanti demi 

Kristus menjadi terasa lebih ringan (2Tim. 2:3). Kita harus 

menguasai diri kita untuk belajar menyangkal diri.  

II. Di Asos dia pun naik kapal bersama kawan-kawannya. Di sana, 

mereka membawanya ke kapal, sebab pada saat itu dia telah 

cukup berjalan kaki dan bersedia untuk memakai sarana lain da-

lam bepergian. Atau barangkali, dia tidak mampu lagi melanjut-

kan perjalanan melalui darat dan terpaksa harus melalui laut. Ke-

tika Kristus memerintahkan murid-murid-Nya berangkat naik 

perahu dan meninggalkan-Nya di belakang, Dia kemudian menda-

tangi mereka dan naik ke atas perahu (Mrk. 6:45, 51).  

III. Paulus memanfaatkan perjalanannya ke Yerusalem dengan sebaik-

baiknya. Kapalnya melewati pulau Khios (ay. 15), dan singgah di 

Samos (tempat-tempat itu termasyhur di antara para penulis Yu-

nani, baik para pujangga maupun sejarawan). Mereka menunggu 

sebentar di Trogyllium, pelabuhan laut di dekat Samos. Dan sehari 

kemudian tibalah kami di Miletus, pelabuhan laut yang terletak di 

dekat Efesus, sebab (ay. 16) Paulus telah memutuskan untuk ti-

dak mampir ke Efesus kali ini, sebab  jika begitu, ia pasti tidak 

dapat menolak desakan kawan-kawannya di sana untuk tinggal 

lebih lama dengan mereka. Dan sebab  dia sudah bertekad untuk 

tidak tinggal di sana, dia tidak mau tergoda untuk melakukannya.


 

 867 

Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yeru-

salem pada hari Pentakosta. Sebelumnya, dia pernah berada di 

Yerusalem, sekitar empat atau lima tahun silam (18:21-22), dan 

kini ia hendak pergi ke sana lagi untuk menunjukkan rasa hor-

matnya kepada jemaat di sana. Dengan jemaat di Yerusalem ini ia 

terus berhati-hati agar tetap berhubungan baik dengan mereka, 

supaya tidak dianggap memisahkan diri dari mereka akibat tugas-

nya memberitakan Injil di antara orang-orang bukan-Yahudi. Dia 

bermaksud untuk tiba di Yerusalem menjelang hari raya Penta-

kosta, sebab hari itu merupakan waktu berkumpulnya orang 

banyak, dan itu akan memberinya kesempatan untuk menyebar-

luaskan Injil di antara bangsa Yahudi dan orang-orang yang su-

dah bertobat lainnya yang datang dari seluruh penjuru untuk 

beribadah di hari raya itu. Lagi pula, hari Pentakosta telah ter-

masyhur di antara orang-orang Kristen sebagai hari pencurahan 

Roh Kudus. Perhatikanlah, orang-orang yang giat bekerja harus 

menyesuaikan diri mereka, dan hal itu akan mempercepat urusan 

pekerjaan mereka, dengan mengatur waktu (di bawah pimpinan 

Sang Pemelihara) dan berusaha menaatinya, berikhtiar melaku-

kan apa pun yang kita anggap paling baik dan tidak membiarkan 

perhatian kita beralih dari hal itu. Memang menyenangkan berada 

bersama-sama dengan kawan-kawan kita. Hal itu menyukakan 

kita, tidak lebih. namun  , kebersamaan itu jangan sampai 

mengalihkan perhatian kita dari tugas utama kita. Saat Paulus 

terpanggil untuk datang ke Yerusalem, dia tidak mau membuang 

waktunya di Asia, meskipun kawan-kawannya di sana lebih ba-

nyak dan lebih berbaik hati. Dunia ini bukanlah tempat bagi kita 

untuk selalu terus bersama. Kita berharap untuk berkumpul sela-

manya nanti di dunia yang lain.  

Nasihat Paulus bagi  

Para Penatua Jemaat Efesus  

(20:17-35) 

17 sebab  itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan su-

paya para penatua jemaat datang ke Miletus.  18 Sesudah mereka datang, ber-

katalah ia kepada mereka:  Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara 

kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: 19 dengan segala rendah hati 

aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air 

mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau 

membunuh aku. 20 Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa 

yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, 


 868

baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah 

kamu; 21 aku selalu  bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-

orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Tuhan  dan percaya kepada 

Tuhan kita, Yesus Kristus. 22namun  sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi 

ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ 23 

selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, 

bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. 24namun  aku tidak menghirau-

kan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan me-

nyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk 

memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Tuhan . 25 Dan sekarang aku 

tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang 

telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Tuhan .  26 Sebab itu pada 

hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap 

siapa pun yang akan binasa. 27 Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh 

maksud Tuhan  kepadamu. 28 sebab  itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh 

kawanan, sebab  kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik un-

tuk menggembalakan jemaat Tuhan  yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-

Nya sendiri. 29 Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang 

ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan 

kawanan itu. 30 Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa 

orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari 

jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. 31 Sebab itu berjaga-jagalah 

dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada ber-

henti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air 

mata. 32 Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada 

firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganu-

gerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah 

dikuduskan-Nya. 33 Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini 

dari siapa pun juga. 34 Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri 

aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-ka-

wan seperjalananku. 35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada 

kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang 

yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri 

telah mengatakan: yaitu  lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” 

Kelihatannya, kapal yang dinaiki Paulus dan kawan-kawannya menu-

ju Yerusalem itu memang sengaja dipakai untuk melayani kepenting-

annya. Kapal itu tinggal di suatu tempat dan berangkat lagi sesuai 

kehendak Paulus, sebab  saat  dia sampai di Miletus, dia naik ke 

darat dan menunggu di sana selama yang dibutuhkannya untuk me-

manggil penatua-penatua jemaat di Efesus supaya datang menemui-

nya di sana. Ini dilakukannya sebab  jika dia datang ke Efesus, 

mungkin dia tidak diperbolehkan lagi untuk meninggalkan mereka. 

Penatua-penatua, atau para hamba Tuhan  ini, menurut sebagian 

orang merupakan kedua belas orang yang menerima Roh Kudus me-

lalui tangan Paulus (19:6). namun  , selain mereka, mungkin juga 

Timotius telah melantik para penatua lain untuk melayani jemaat di 

sana dan di daerah sekitarnya. Inilah orang-orang yang dipanggil 

Paulus, supaya ia dapat mengarahkan dan menguatkan mereka un-

tuk melanjutkan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab 


 

 869 

mereka. Seluruh pengarahan yang ia berikan kepada mereka akan 

mereka teruskan lagi kepada orang-orang di bawah mereka.  

Percakapan saat Paulus berpamitan dengan para penatua itu sa-

ngat menyentuh hati. Di dalamnya tersirat begitu banyak perangai 

mengagumkan yang dimiliki orang benar yang satu ini.   

I. Dia mengingatkan mereka mengenai hidupnya dan pengajarannya 

di sepanjang waktu selama dia berada di Efesus dan daerah seki-

tarnya (ay. 18):  Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu, 

dan bagaimana aku telah menjalankan tugas sebagai seorang 

rasul di antara kamu.” Dia menyebutkan hal ini sebagai peneguhan 

akan amanat yang diembannya, dan sebab  itu juga sebagai pene-

guhan atas pengajaran yang telah ia sampaikan di antara mereka. 

Mereka semua mengenalnya sebagai seorang yang sungguh-sung-

guh, penuh kasih karunia dan memiliki roh sorgawi. Ia tidak per-

nah mencari keuntungannya sendiri sebagaimana para penipu. 

Dia tidak mungkin dapat bertahan dalam pelayanan dan penderi-

taannya melawan begitu banyaknya pencobaan dan kesukaran, 

selain oleh kuasa kasih karunia Tuhan  saja. Ketenangan pikiran 

dan ketekunannya, baik dalam pemberitaan Injil maupun dalam 

sikap hidupnya, merupakan bukti nyata bahwa Tuhan  benar-benar 

menyertainya, dan bahwa dia didorong dan digerakkan oleh roh 

yang lebih baik dibandingkan  rohnya sendiri. Dengan cara yang sama, 

dia pun menjadikan perilakunya itu sebagai arahan bagi mereka, 

orang-orang yang akan melanjutkan pekerjaannya itu, supaya 

mengikuti teladannya:  Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara 

kamu, bagaimana aku telah berlaku sebagai seorang pelayan. Ka-

rena itu, perlakukanlah orang-orang yang diberikan kepadamu se-

bagai tanggung jawabmu dengan cara yang sama, saat aku sudah 

tidak ada lagi nanti (Flp. 4:9); apa yang telah kamu lihat padaku, 

lakukanlah itu.” 

1. Semangat dan perilakunya itu luar biasa dan patut dicontoh. 

Mereka tahu betul bagaimana dia berlaku di antara mereka 

dan bagaimana dia bergaul dengan mereka. Ia selalu sederhana 

dan tulus penuh kesalehan (2Kor. 1:12). Ia hidup kudus, adil 

dan tanpa cela. Ia lemah lembut terhadap mereka (1Tes. 2:7, 10).   

(1) Dia telah berlaku dengan benar selama ini, sejak hari per-

tama dia tiba di Asia. Di segala waktu. Caranya mengga-


 870

bungkan diri dengan mereka tanpa cela sampai orang se-

akan tidak bisa menemukan kesalahan padanya. Dari sejak 

hari pertama, dia menampilkan diri di hadapan mereka se-

bagai orang yang bukan saja hendak bekerja dengan baik, 

tetapi juga berbuat baik, ke mana pun dia pergi. Ia seorang 

yang teguh pendirian, tidak plinplan. Bawalah ia ke mana 

saja, dan ia akan tetap sama di segala waktu. Dia tidak 

berbalik sesuai embusan angin ataupun berubah seiring 

pergantian cuaca, melainkan selalu sama layaknya sebuah 

dadu, yang jika kaulemparkan ke mana pun, akan selalu 

mendarat di atas sisi segi empat yang sama.  

(2) Melayani Tuhan yaitu  pekerjaan utamanya, untuk me-

ninggikan kehormatan Tuhan  dan kepentingan Kristus serta 

kerajaan-Nya di antara mereka. Dia tidak pernah melayani 

dirinya sendiri ataupun menjadikan dirinya pelayan manu-

sia berdasarkan nafsu dan pikiran mereka. Ia tidak mela-

yani Tuhan untuk sekali waktu saja, melainkan selalu  

bergiat untuk melayani Tuhan. Dalam pelayanannya, da-

lam keseluruhan perilakunya, dia membuktikan diri seba-

gaimana yang telah dituliskannya sendiri, Paulus, hamba 

Kristus Yesus (Rm. 1:1).  

(3) Dia telah menjalankan pekerjaannya dengan segala rendah 

hati – meta pasēs tapeinophrosynēs, yaitu dengan segala 

kerendahan diri, kesederhanaan dan penyangkalan diri. 

Meskipun dia diberi kehormatan tinggi oleh Tuhan  dan telah 

banyak melakukan kebaikan, dia sekali-kali tidak pernah 

memegahkan diri atau menjaga jarak dengan orang lain, 

melainkan bergaul karib, bahkan dengan kaum yang teren-

dah, demi kebaikan mereka, seolah-olah dia setara dengan 

mereka. Dia rela merendahkan dirinya untuk melayani, 

agar diri dan pelayanannya selalu tersedia setiap kali dibu-

tuhkan. Perhatikanlah, orang-orang yang hendak melayani 

Tuhan dengan pekerjaan apa saja, haruslah melakukannya 

dengan segenap kerendahan hati supaya ia diterima oleh 

Tuhan dan berguna bagi orang lain (Mat. 20:26-27).   

(4) Dia selalu berlaku lemah lembut, penuh kasih sayang dan 

belas kasihan di antara mereka. Dia telah melayani Tuhan 

dengan banyak mencucurkan air mata. Di dalam hal ini, 

Paulus serupa dengan Gurunya, yang sering kali mencu-


 

 871 

curkan air mata. Di dalam doanya, ia menangis dan memo-

hon belas kasihan kepada-Nya (Hos. 12:5). Dalam khotbah-

nya, dia mengulangi apa yang telah kerap kali dikatakan-

nya kepada mereka, bahkan sambil menangis (Flp. 3:18). 

Dalam kepeduliannya terhadap mereka, meskipun dia be-

lum begitu lama mengenal mereka, mereka begitu dekat di 

hatinya sampai-sampai dia menangis dengan orang yang 

menangis, dan air matanya bercampur dengan air mata 

mereka, dan hal ini membuktikan kasih sayangnya kepada 

mereka.  

(5) Dia telah bergumul dengan banyak kesukaran di antara 

mereka. Dia terus menjalankan pekerjaannya di tengah 

berbagai perlawanan, banyak pencobaan, ujian terhadap 

kesabaran dan keberaniannya. Ada begitu banyak kekece-

waan yang terkadang menjadi pencobaan baginya, seperti 

Yeremia yang berkata dalam keadaan serupa, aku tidak 

mau mengucapkan firman lagi demi nama Tuhan (Yer. 20:8-

9). Hal-hal ini  menimpa Paulus dari pihak orang 

Yahudi yang mau membunuhnya, yang masih berkomplot 

untuk merancangkan kejahatan melawannya. Perhatikan-

lah, para hamba Tuhan yang setia akan terus melanjutkan 

pelayanan mereka bagi-Nya di tengah-tengah aral dan ba-

haya, tanpa menghiraukan sedikit pun musuh-musuh ma-

cam apa yang harus mereka hadapi, supaya mereka dapat 

membuktikan diri layak di hadapan Guru mereka dan men-

jadikan Dia sahabat mereka. Air mata Paulus disebabkan 

oleh pencobaan-pencobaan yang dihadapinya, sementara 

penindasan yang dia derita justru membantunya mengo-

barkan kasih sayangnya.  

2.  Pemberitaan Injil yang dilakukannya juga berjalan sebagai-

mana mestinya (ay. 20-21). Dia datang ke Efesus untuk mem-

beritakan Injil Kristus di antara mereka, dan dia telah berlaku 

setia, baik terhadap mereka maupun terhadap Dia yang telah 

mengutusnya.   

(1) Dia yaitu  seorang pengkhotbah yang lugas, seorang yang 

menyampaikan pesannya dengan cara yang dapat dimeng-

erti. Hal ini ditegaskan dalam dua kalimat, semua kuberita-

kan dan kuajarkan kepada kamu. Dia tidak menghibur me-


 872

reka dengan isapan-isapan jempol, ataupun menuntun dan 

menyesatkan mereka ke dalam awan-awan yang penuh de-

ngan gagasan-gagasan dan ungkapan-ungkapan yang ting-

gi-tinggi. Sebaliknya, menunjukkan kepada mereka semua 

kebenaran Injil dengan terang-terang, sebab  Injil ini sung-

guh amat besar akibat dan kepentingannya. Ia mengajari 

mereka layaknya mengajari anak-anak.  Aku telah menun-

jukkan kepadamu jalan yang benar menuju kebahagiaan 

dan mengajarimu untuk masuk ke dalamnya.”   

(2) Dia seorang pemberita Injil yang penuh kuasa, seperti yang 

ditegaskan dalam kesaksiannya kepada mereka. Dia mem-

beritakan Injil seperti seorang yang ada di bawah sumpah, 

yang benar-benar yakin dengan kebenaran yang diberita-

kannya, sehingga berkeinginan juga untuk meyakinkan 

pendengarnya akan kebenaran itu. Ia ingin mempengaruhi 

dan menguasai mereka dengan pemberitaan Injil itu. Dia 

memberitakan Injil tidak seperti seorang pedagang keliling 

yang menyebarkan berita di jalanan (tanpa peduli apakah 

berita itu benar atau tidak), melainkan sebagai seorang 

saksi sejati yang mengemukakan bukti-bukti di pengadilan 

dengan kesungguhan dan kepedulian yang tinggi. Paulus 

memberitakan Injil sebagai kesaksian bagi mereka yang 

menerimanya dan sebagai kesaksian yang melawan mereka 

yang menolaknya.  

(3) Dia seorang pengkhotbah yang membangun, seorang yang 

memiliki tujuan mendatangkan kebaikan bagi para pende-

ngarnya melalui semua pemberitaannya. Dia memperhati-

kan apa yang berguna bagi mereka, yang akan menjadikan 

mereka bijaksana dan baik, makin bijaksana dan lebih 

baik, untuk memberitahukan mereka mengenai pengha-

kiman dan mengubah hati serta hidup mereka. Dia membe-

ritakan ta sympheronta, hal-hal yang mendatangkan bagi 

mereka terang Tuhan , semangat, dan kuasa bagi jiwa. Tidak-

lah cukup untuk tidak memberitakan hal-hal yang menya-

kiti, yang menyesatkan orang atau yang membuat orang 

bersikeras dalam dosa. Lebih dari itu, kita juga harus 

memberitakan hal-hal yang membawa manfaat. Semua ini, 

saudara-saudaraku yang kekasih, terjadi untuk membangun 

iman kamu. Tujuan Paulus bukanlah memberitakan hal-hal 


yang menyenangkan, melainkan hal-hal yang berguna, dan 

ia baru mau menyenangkan para pendengarnya hanya jika 

hal itu juga menguntungkan mereka. Tuhan  dikatakan meng-

ajarkan umat-Nya tentang apa yang memberi faedah (Yes. 

48:17). Jadi, mereka yang mengajar orang-orang tentang hal-

hal yang memberi faedah berarti ia mengajar demi Tuhan .  

(4) Dia seorang pengkhotbah yang gigih, sangat rajin dan tidak 

kenal menyerah dalam pekerjaannya. Dia memberitakan 

Injil baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-per-

kumpulan di rumah. Dia tidak membatasi diri untuk se-

kadar memberitakan Injil di sudut ruangan saat dia mem-

peroleh kesempatan untuk berkhotbah di hadapan jemaat 

yang besar. Ia juga tidak hanya berkhotbah di hadapan je-

maat saat ada kesempatan untuk mengajari orang secara 

pribadi. Dia tidak takut ataupun malu memberitakan Injil 

di depan umum. Sebaliknya, ia pun tidak berkeluh-kesah 

jika hanya memberitakan Injil secara pribadi, di antara se-

dikit orang saja, jika ada kesempatan untuk itu. Dia ber-

khotbah di hadapan kawanan yang datang bersama-sama 

di padang yang berumput hijau, juga mendatangi rumah-

rumah untuk mencari domba-domba yang lemah dan telah 

tersesat. Dia sama sekali tidak menganggap bahwa tugas 

yang satu membebaskannya dari kewajiban melakukan 

yang satunya lagi. Dalam kunjungan pribadi dari rumah ke 

rumah, para pelayan haruslah mengatakan hal-hal yang 

telah mereka ajarkan di depan umum, mengulanginya, me-

nanamkan, dan menjelaskannya, jika perlu dengan berta-

nya, mengertikah kamu semuanya itu? Dan yang terutama, 

mereka harus membantu orang-orang untuk menerapkan 

kebenaran pada diri dan perkara mereka sendiri.  

(5) Dia seorang pengkhotbah yang setia. Dia tidak hanya mem-

beritakan hal-hal yang berfaedah,namun  juga semua hal 

yang dianggapnya berguna tanpa menahan-nahan apa pun 

juga, meskipun memberitakan hal-hal itu mungkin saja 

membuatnya menderita atau tidak disukai oleh beberapa 

pihak, dan terancam menjadi korban niat jahat mereka. 

Dia tidak menolak untuk memberitakan apa pun yang dira-

sanya berfaedah, meskipun hal itu dianggap kuno dan ti-

dak dapat diterima oleh sebagian orang. Dia tidak mena-


 874

han-nahan teguran, sekiranya hal itu memang perlu dan 

bermanfaat, hanya sebab  takut menyinggung orang. Dia 

juga tidak lalai memberitakan tentang salib, seperti yang 

dilakukan oleh para misionaris Romawi di Cina belakangan 

ini, sekalipun dia tahu bahwa salib yaitu  batu sandungan 

bagi orang-orang Yahudi dan suatu kebodohan bagi orang-

orang Yunani.  

(6) Dia seorang pengkhotbah yang am (kepada siapa saja). Dia 

selalu  bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-

orang Yunani. Meskipun dia lahir dan dibesarkan sebagai 

seorang Yahudi dan menyayangi bangsa itu, serta dididik di 

dalam segenap prasangka mereka melawan bangsa bukan-

Yahudi, dia tidak membatasi dirinya hanya bagi bangsa 

Yahudi saja dan menghindari bangsa bukan-Yahudi, me-

lainkan memberitakan Injil kepada mereka segiat kepada 

bangsa Yahudi dan bergaul karib dengan mereka. Di sisi 

lain, meskipun dia dipanggil sebagai rasul orang-orang bu-

kan-Yahudi dan orang-orang Yahudi begitu memusuhinya 

sebab  itu, bahkan melakukan banyak kejahatan melawan-

nya dan terus-menerus merancangkan malapetaka terha-

dapnya di Efesus ini, Paulus tidaklah mengabaikan bangsa 

Yahudi sebagai orang-orang yang harus binasa, melainkan 

terus berusaha bekerja demi kebaikan mereka. Para pela-

yan harus memberitakan Injil tanpa pandang bulu, sebab 

mereka yaitu  pelayan-pelayan Kristus bagi seluruh jemaat 

di dunia ini.  

(7) Dia benar-benar seorang pengkhotbah Kristen yang Injili. 

Dia tidak memberitakan gagasan-gagasan filosofis ataupun 

pokok-pokok pembicaraan yang meragukan dan yang me-

nimbulkan perbantahan. Dia juga tidak memberitakan ten-

tang politik atau mencampuri urusan negara atau pemerin-

tahan sipil. Sebaliknya, dia memberitakan iman dan perto-

batan, dua kasih karunia Injil yang besar, beserta hakikat 

dan kebutuhan akan kedua hal itu. Inilah yang ditekan-

kannya di setiap kesempatan.  

[1] Pertobatan terhadap Tuhan . bahwa orang-orang yang te-

lah menjauh dari Tuhan  sebab  dosa, yang terus men-

jauh dan menjauh dari-Nya sampai hampir benar-benar 

terpisah dari-Nya, haruslah memandang kepada Tuhan  


 

 875 

melalui pertobatan sejati, berbalik kepada-Nya, berge-

rak mendekati-Nya, dan bergegas menghampiri-Nya. Dia 

memberitakan pertobatan sebagai amanat agung Tuhan  

(17:30) yang harus kita taati, yakni bahwa mereka ha-

rus bertobat dan berbalik kepada Tuhan  serta melakukan 

pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu 

(demikianlah ia menjelaskannya, 26:20). Dan ia pun 

memberitakannya sebagai karunia dari Kristus, bagi peng-

ampunan dosa (5:31), dan mengarahkan orang-orang su-

paya mencari Dia untuk mendapatkan karunia itu.  

[2] Iman kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Melalui perto-

batan, kita harus memandang Tuhan  sebagai tujuan kita. 

Juga, kita harus memandang iman kepada Kristus se-

bagai jalan menuju Tuhan . Dosa harus ditanggalkan dan 

dicampakkan melalui pertobatan, dan kemudian de-

ngan iman, kita harus mengandalkan Kristus untuk 

mendapatkan pengampunan atas dosa kita. Pertobatan 

kita terhadap Tuhan  saja tidaklah cukup. Kita juga harus 

memiliki iman yang sejati di dalam Kristus sebagai Pe-

nebus dan Juruselamat kita, menyerahkan diri kepada-

Nya sebagai Tuhan dan Tuhan  kita. Sebab, sebagai anak-

anak durhaka yang ingin menghampiri Bapa mereka, ti-

dak ada jalan lain menuju Tuhan  selain melalui kekuatan 

dan kebenaran Yesus Kristus sebagai Sang Pengantara. 

Demikianlah, pengkhotbah seperti itulah yang mereka kenal da-

lam diri Paulus, sehingga, jika mereka hendak menunaikan pekerjaan 

yang sama, mereka pun harus melakukannya dengan roh dan lang-

kah-langkah yang sama pula.  

II. Dia memberitahukan penderitaan dan kesukaran yang akan diha-

dapinya dalam perjalanannya menuju Yerusalem (ay. 22-24). Ja-

nganlah mereka berpikir bahwa dia melewatkan Asia sebab  takut 

dianiaya. Tidak, dia sama sekali tidak melarikan diri dari tempat 

berbahaya bagaikan seorang pengecut, dan kini pun ia bukannya 

hendak berlagak menjadi pahlawan dengan bergegas menuju tem-

pat berlangsungnya peperangan tersengit: Sekarang, sebagai ta-

wanan Roh aku pergi ke Yerusalem, yang dapat diartikan, (1) 

sebagai kepastian kesukaran yang akan menghadangnya. Raga-

nya memang belum ditawan,namun  rohnya sudah. Dia kini me-


 876

nanti-nantikan kesukaran dan bergiat mempersiapkan diri untuk 

menghadapinya. Dia menjadi tawanan Roh, sebagaimana semua 

orang Kristen sejati yang miskin di hadapan Tuhan , yang berusaha 

menyesuaikan diri mereka dengan kehendak Tuhan , jika mereka 

memang sudah dikehendaki untuk menderita kemiskinan. Atau, 

(2) sebagai dorongan kuat yang dirasakannya di bawah Roh Tuhan  

yang bekerja dalam rohnya untuk menempuh perjalanan ini:  Se-

bagai tawanan Roh aku pergi, yaitu, dia sudah bertekad untuk 

terus maju dan merasa yakin bahwa dirinya digerakkan oleh arah-

an dan pengaruh Tuhan , bukannya atas keinginan atau rancangan 

dirinya semata. Aku pergi dalam pimpinan Roh dan menjadi tawan-

an untuk mengikuti-Nya ke mana pun Dia memimpinku.” 

1. Dia tidak tahu pa