Kisah pararasul 22
endak
baik Tuhan melalui tangannya. Dan dari situ ia berniat
pergi ke Roma, pergi dan melihat Roma. Bukan seolah-olah
ia hanya bermaksud memuaskan rasa ingin tahunya meli-
hat-lihat kota kuno yang terkenal itu, melainkan sebab
itulah ungkapan yang biasa dipakai orang, bahwa mereka
ingin pergi dan melihat Roma, ingin berjalan-jalan di sana.
Tetapi yang diniatkannya di sini yaitu melihat orang-
orang Kristen di sana, dan membantu melayani mereka
(Rm. 1:11). Orang-orang baik di Roma yaitu kemuliaan
kota itu yang ingin dilihatnya. Menurut dugaan Dr. Light-
foot, setelah kematian Kaisar Klaudius-lah, yang meninggal
setelah Paulus berada di Efesus selama dua tahun, Paulus
836
berencana pergi ke Roma, sebab sewaktu kaisar itu hidup,
orang-orang Yahudi dilarang pergi ke Roma (18:2).
(3) Ia mengutus Timotius dan Erastus ke Makedonia, untuk
memberi tahu mereka tentang kunjungan yang direncana-
kannya, dan untuk mempersiapkan persembahan mereka
bagi saudara-saudara seiman yang miskin di Yerusalem.
Segera setelah itu ia menulis surat pertama kepada jemaat
di Korintus, dengan maksud untuk menindaklanjutinya
sendiri, seperti yang tampak dalam 1 Korintus 4:17, 19:
Aku mengirimkan kepadamu Timotius,namun aku akan se-
gera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Un-
tuk sementara, ia tinggal di Asia, di daerah sekitar Efesus,
mendirikan jemaat-jemaat.
2. Bagaimana maksudnya itu didukung, dan ia wajib memenuhi-
nya sebab masalah-masalah yang pada akhirnya menimpa
dia di Efesus. Sungguh mengherankan bahwa di Efesus ia
tinggal tenang begitu lama. Namun, tampaknya ia sudah men-
dapat masalah di sana yang tidak dicatat dalam cerita ini,
sebab dalam suratnya yang ditulis pada waktu itu ia berbicara
tentang perjuangannya melawan binatang buas di Efesus
(1Kor. 15:32). Tampaknya ini menyinggung tentang pergulat-
annya dengan binatang-binatang buas di gedung kesenian, se-
buah perlakuan biadab yang kadang-kadang mereka perbuat
terhadap orang-orang Kristen. Dan ia berbicara tentang masa-
lah yang menimpa mereka di Asia Kecil, dekat Efesus, saat ia
putus asa akan hidup, dan merasa seolah-olah telah dijatuhi
hukuman mati (2Kor. 1:8-9).
II.namun , dalam masalah yang disampaikan di sini, ia lebih ketakutan
dibandingkan kesakitan. Yang pada umumnya menjadi masalah ada-
lah, timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan (ay. 23). Be-
berapa ahli sejarah mengatakan bahwa Apolonius Tyaneus, si pe-
nipu yang tersohor itu, yang ingin menyaingi Kristus, dan, seperti
Simon si tukang sihir, berlagak seolah-olah ia seorang yang sa-
ngat penting, berada di Efesus pada saat Paulus ada di sana.
Tetapi tampaknya perlawanan yang diberikannya kepada Injil be-
gitu tidak berarti sehingga Lukas berpikir hal itu tidak layak
diperhatikan. Gangguan yang diceritakannya di sini bersifat lain:
marilah kita lihat secara terperinci apa gangguan itu. Inilah,
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
837
1. Keluhan besar melawan Paulus dan para pewarta Injil lain ka-
rena sudah menarik orang banyak untuk tidak lagi menyem-
bah dewi Artemis, dan dengan demikian merugikan penjualan
para tukang perak yang bekerja untuk membuat kuil-kuilan
dewi Artemis.
(1) Yang mengeluh yaitu Demetrius, seorang tukang perak,
yang tampaknya tuan dari perusahaan pembuat perak itu,
dan juga dianggap sebagai orang yang memahami dan
mengedepankan kepentingan-kepentingan perusahaannya
dibandingkan orang lain di situ. Apakah ia bekerja menyepuh
perak untuk keperluan lain kita tidak diberi tahu.namun
yang paling menguntungkan dari perusahaannya itu ada-
lah membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak (ay. 24).
Menurut sebagian orang, yang mereka buat itu yaitu me-
dali-medali yang dicap gambar-gambar dewi Artemis, atau
kuilnya, atau kedua-duanya.namun menurut sebagian yang
lain, yang mereka buat itu yaitu gambar-gambar kuil, de-
ngan gambar dewi Artemis berukuran kecil di dalamnya,
yang kesemuanya terbuat dari perak.namun gambar-gam-
bar itu begitu kecil sehingga bisa dibawa-bawa, seperti se-
bagian orang Kristen membawa-bawa salib mereka. Orang
yang datang dari jauh untuk beribadah di kuil Efesus,
saat pulang, membeli kuil-kuilan atau tempat-tempat ke-
ramat berukuran kecil ini, demi memuaskan rasa ingin
tahu teman-teman mereka di kampung, dan untuk terus
mengingat bangunan yang megah itu. Lihatlah bagaimana
para pengrajin dan orang-orang licik yang jauh mengatasi
tukang-tukang perak, memanfaatkan kepercayaan takha-
yul rakyat kecil demi keuntungan diri mereka sendiri, dan
memenuhi kepentingan-kepentingan duniawi mereka de-
ngannya.
(2) Orang-orang yang didatangi Demetrius bukanlah para ha-
kim, melainkan gerombolan orang banyak. Ia mengumpul-
kan para pengrajin bersama-sama dengan pekerja-pekerja
lain dalam perusahan itu (serikat buruh, yang tidak meng-
erti apa-apa selain memenuhi kepentingan duniawi mere-
ka). Mereka ini dipanas-panasinya untuk melawan Paulus,
dan orang-orang ini hanya sedikit saja digerakkan oleh akal
838
sehat, dan lebih banyak oleh amarah, sebanyak yang di-
inginkannya.
(3) Keluhan dan duduk perkara yang disampaikannya sangat
lengkap.
[1] Ia menjunjung tinggi asas bahwa seni dan rahasia mem-
buat kuil-kuilan perak untuk para penyembah dewi
Artemis sangat perlu didukung dan dilestarikan (ay. 25):
Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa hasil perusahaan
ini bukan hanya sumber penghidupan kita, dan tempat
kita mencari makan, melainkan juga kemakmuran kita.
Kita menjadi kaya, dan harta kita bertambah banyak.
Kita hidup enak, dan bisa terus bersenang-senang. Dan
sebab itu, apa pun yang terjadi pada usaha kita ini,
kita tidak boleh membiarkan kerajinan tangan ini men-
jadi barang hinaan. Perhatikanlah, wajar bagi orang un-
tuk cemburu sebab sesuatu yang dengannya, entah be-
nar atau salah, mereka mendapat kekayaan. Dan sudah
banyak orang yang, sebab alasan ini saja, menetapkan
diri melawan Injil Kristus, sebab Injil memanggil orang
untuk meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ha-
lal, seberapa banyak pun kekayaan yang bisa diperoleh
darinya.
[2] Ia menuduh Paulus telah membujuk orang untuk tidak
lagi menyembah berhala-berhala. Yang dikatakannya,
seperti yang mereka tuduhkan, yaitu bahwa apa yang
dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa (ay. 26). Ke-
benaran apa yang lebih sederhana dan jelas dibandingkan
kebenaran ini, atau penalaran apa yang lebih kuat dan
meyakinkan dibandingkan penalaran para nabi, itu dibuat
oleh tukang, dan itu bukan Tuhan ! Gagasan pertama dan
paling asali yang kita miliki tentang Tuhan yaitu bahwa
Ia ada dengan sendiri-Nya, dan tidak bergantung pada
siapa pun. Sebaliknya, segala sesuatu ada sebab Dia,
dan bergantung pada-Nya. Maka kesimpulannya yaitu
bahwa apa yang merupakan makhluk-makhluk hasil
khayalan dan buah tangan manusia bukanlah Tuhan .
Tetapi, mereka harus memandangnya sebagai gagasan
bidah dan tidak mengakui Tuhan, dan Paulus sebagai
penjahat sebab mempertahankan gagasan itu. Ini bu-
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
839
kan sebab mereka bisa mengajukan alasan apa saja
untuk melawan ajaran itu sendiri, melainkan sebab
akibat dari ajarannya itu tidak hanya terasa di Efesus,
kota terpenting, melainkan juga hampir di seluruh Asia,
di antara orang-orang desa, yang merupakan pelanggan
terbaik mereka. Dan mereka amat yakin bahwa orang-
orang itu sudah dibujuk dan disesatkan Paulus untuk
tidak lagi menyembah dewi Artemis. Sehingga sekarang
tidak ada begitu banyak permintaan untuk kuil-kuilan
perak seperti dulu, dan juga harganya tidak sebagus
seperti dulu. Ada orang yang mau tetap berpegang te-
guh pada apa yang jelas-jelas ganjil dan tidak masuk
akal, dan yang sudah terbukti salah dengan sendirinya,
seperti hal ini, bahwa apa yang dibuat oleh tangan ma-
nusia bukanlah dewa, jika di dalamnya ada aturan
manusia dan kepentingan duniawi.
[3] Demetrius mengingatkan mereka akan bahaya yang
akan membuat penghasilan mereka merosot. Apa yang
terjadi dengan usaha mereka, maka itu akan ikut me-
mengaruhi bagian hidup mereka yang paling peka. Jika
ajaran ini dipercaya, tamatlah riwayat kita, dan bahkan
mungkin kita harus gulung tikar. Perusahaan kita ber-
ada dalam bahaya, akan dipersalahkan, diejek sebagai
takhayul, sebagai penipu, dan setiap orang akan ber-
usaha merobohkannya. Bagian kita ini (itulah kata yang
dipakai), kepentingan kita atau bagian kita dalam pen-
jualan dan perdagangan itu, kindyneuei hēmin to me-
ros, tidak hanya akan terancam hilang,namun juga kita
akan terancam bahaya, dan kita tidak hanya akan
menjadi pengemis, melainkan juga penjahat.
[4] Ia berpura-pura amat bersemangat mengabdi dewi Arte-
mis, dan gigih membela kehormatannya: Bukan saja per-
usahaan kita berada dalam bahaya. Seandainya hanya
itu, ia tidak akan tampak berbicara begitu bersemangat.
Tetapi yang dipedulikannya hanyalah bahwa kuil Arte-
mis, dewi besar itu, akan kehilangan artinya dan akan
kehilangan kebesarannya. Dan ia tidak rela, demi apa
pun juga, melihat kehormatan dewi itu berkurang, dewi
yang disembah oleh seluruh Asia dan seluruh dunia
840
yang beradab. Lihatlah apa yang harus dibela supaya
orang tetap menyembah dewi Artemis, dan apa hal ter-
penting yang harus diucapkan oleh penganutnya yang
paling fanatik untuk membela namanya. Pertama, bah-
wa penyembahan dewi Artemis itu semarak. Kemegahan
kuilnya memesona mereka, menawan mereka. Mereka
tidak tahan memikirkan apa saja yang akan membuat
semarak penyembahan itu berkurang, apalagi sampai
hancur. Kedua, bahwa pengikutnya banyak. Seluruh
Asia dan seluruh dunia menyembahnya. Dan sebab itu,
pastilah ini cara beribadah yang benar, tak peduli apa
pun yang dikatakan Paulus yang bertentangan dengan-
nya. Jadi, sebab seluruh dunia heran, lalu mengikut
binatang itu, maka naga itu, si Iblis, ilah zaman ini, mem-
berikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan
kekuasaannya yang besar (Why. 13:2-3).
2. Kebencian orang banyak setelah disulut oleh keluhan ini. Tu-
duhan itu dirancang oleh seorang pengrajin, dan dibuat untuk
memanas-manasi rakyat banyak, dan berhasil seperti yang di-
inginkan. Sebab setelah itu orang banyak menunjukkan,
(1) Perasaan sangat tidak suka terhadap Injil dan para pewar-
tanya. Meluaplah amarah mereka (ay. 28), mereka penuh
amarah dan kegeraman, itulah arti dari kata itu. Para peng-
rajin menjadi amat marah saat diberi tahu bahwa mata
pencarian mereka dan berhala mereka sama-sama dalam
bahaya.
(2) Semangat yang besar untuk membela kehormatan dewi
mereka: Mereka berteriak-teriak, katanya: Besarlah Arte-
mis dewi orang Efesus. Kami bertekad untuk berdiri di
sampingnya, dan hidup mati membela dia. Kalau ada yang
menghina dia, atau mengancam akan menghancurkannya,
biarlah kami sendiri yang berhadapan dengan mereka.
Meskipun Paulus bersusah payah membuktikan bahwa apa
yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa, kami
akan tetap berpegang teguh bahwa apa pun yang terjadi
pada dewa-dewa dan dewi-dewi lain, Besarlah Artemis dewi
orang Efesus. Kami harus dan akan berdiri membela agama
negara kami, yang sudah kami terima turun temurun dari
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
841
nenek moyang kami. Demikianlah segala bangsa berjalan
masing-masing demi nama Tuhan nya, dan semuanya meng-
anggap baik Tuhan mereka sendiri. Maka, terlebih lagi hamba-
hamba Tuhan yang benar harus berbuat demikian, sebab
mereka bisa berkata, TUHAN Tuhan kita untuk selamanya
dan seterusnya.
(3) Kekacauan besar di antara mereka sendiri (ay. 29): Seluruh
kota menjadi kacau inilah akibat umum dan wajar dari
semangat berlebihan membela agama palsu. Semangat itu
mengacaukan semua orang, menurunkan akal budi, dan
meninggikan amarah. Dan banyak orang berlarian ke sana
kemari, bukan saja tanpa tahu apa yang dipikirkan satu
sama lain, melainkan juga tanpa tahu apa yang mereka pi-
kirkan sendiri.
3. Orang banyak main hakim sendiri di bawah kuasa kebencian
ini, dan bagaimana mereka terbawa-bawa olehnya.
(1) Mereka menyerang beberapa teman seperjalanan Paulus,
dan menyeret mereka ke dalam gedung kesenian (ay. 29),
dengan maksud, menurut sebagian orang, untuk membuat
mereka berjuang melawan binatang buas, seperti yang dulu
pernah terjadi pada Paulus. Atau mungkin orang-orang itu
hanya bermaksud melecehkan mereka, dan menjadikan
mereka tontonan orang banyak. Yang mereka tangkap ada-
lah Gayus dan Aristarkhus. Tentang keduanya kita bisa
baca di tempat lain. Gayus berasal dari Derbe (20:4). Aris-
tarkhus juga dibicarakan di situ, dan dalam Kolose 4:10.
Mereka datang bersama-sama dengan Paulus dari Make-
donia, dan inilah satu-satunya kejahatan mereka, bahwa
mereka yaitu teman-teman seperjalanan Paulus, baik
dalam pelayanan maupun penderitaan.
(2) Paulus, yang sudah terhindar dari tangkapan mereka, keti-
ka melihat teman-temannya mengalami kesusahan sebab
dia, mau pergi ke tengah-tengah rakyat itu, untuk mengor-
bankan dirinya sendiri, seandainya tidak ada obat penawar
lain, dibandingkan teman-temannya harus menderita sebab
dia. Ini merupakan bukti kemurahan hatinya, dan bukti
bahwa ia mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.
842
(3) Ia tidak jadi melakukannya oleh sebab kebaikan teman-
temannya, yang berhasil membujuk dia.
[1] Murid-muridnya tidak mengizinkannya, sebab lebih
pantas mereka yang menderita dibandingkan dia yang mena-
warkan diri untuk menderita. Mereka memiliki alasan
untuk berkata kepada Paulus, seperti yang dikatakan
tentara-tentara Daud kepadanya, saat ia menawarkan
diri untuk maju berperang, engkau sama harganya de-
ngan sepuluh ribu orang dari pada kami (2Sam. 18:3).
[2] Teman-temannya menyela, untuk mencegah dia agar
tidak terjun ke dalam bahaya. Mereka akan memperla-
kukan dia jauh lebih buruk dibandingkan Gayus dan Aris-
tarkhus, sebab mereka memandang dia sebagai ke-
pala. Oleh sebab itu, lebih baik biarkan mereka meng-
hadapi terjangan badai itu dibandingkan ia harus mem-
pertaruhkan diri (ay. 31). Ada beberapa pembesar yang
berasal dari Asia, raja-raja Asia Asiarchai. Menurut
para ahli tafsir, mereka ini yaitu kepala-kepala para
pendeta. Atau, seperti menurut sebagian yang lain, ke-
pala-kepala para pembesar. Apakah mereka orang yang
sudah bertobat memeluk iman Kristen (dan memang
ada sebagian dari mereka yang bertobat, bahkan dari
kalangan imam dan wali negeri), ataukah mereka hanya
ingin mendukung Paulus, sebagai orang yang pandai
dan baik, kita tidak diberi tahu, selain bahwa mereka
ini yaitu sahabat-sahabat Paulus. Dr. Lightfoot ber-
pendapat bahwa mereka tetap bersikap hormat dan
baik kepada Paulus sejak ia berjuang melawan binatang
buas di gedung kesenian mereka, dan takut kalau-kalau
dia akan disiksa seperti itu lagi. Perhatikanlah, sungguh
bersahabat jika orang memperhatikan kehidupan dan
penghiburan orang-orang baik dibandingkan diri mereka
sendiri. Akan sangat berbahaya jika Paulus pergi ke ge-
dung kesenian itu. Seribu banding satu, nyawanya akan
terancam. Dan sebab itu, Paulus mau mengikuti saran
teman-temannya untuk mematuhi hukum memperta-
hankan diri, dan mengajar kita untuk menjauh dari
bahaya sejauh mungkin tanpa meninggalkan kewajiban
kita. Bisa saja kita dipanggil untuk menyerahkan nyawa
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
843
kita,namun tidak untuk menyia-nyiakan hidup kita.
Paulus lebih pantas pergi ke rumah ibadat dibandingkan ke
gedung kesenian.
(4) Orang banyak itu betul-betul kacau-balau (ay. 32): Orang
berkumpul berteriak-teriak, yang seorang mengatakan ini
dan yang lain mengatakan itu, terbawa oleh khayalan dan
amarah mereka, dan mungkin oleh laporan-laporan yang
mereka terima. Beberapa orang berteriak, ganyang orang-
orang Yahudi! Sebagian yang lain, ganyang Paulus!namun
kumpulan itu kacau-balau, sebab tidak memahami apa pi-
kiran satu sama lain. Mereka saling bertentangan, dan siap
saling baku hantam untuk itu,namun mereka tidak meng-
erti apa yang mereka sendiri lakukan. sebab yang sebe-
narnya terjadi yaitu bahwa kebanyakan dari mereka tidak
tahu untuk apa mereka berkumpul. Mereka tidak tahu apa,
atau siapa, yang memulai kerusuhan itu, apalagi ada
urusan apa mereka di sana. Sebaliknya, pada kesempatan
itu, kebanyakan dari mereka hanya datang untuk mena-
nyakan apa masalahnya. Mereka ikut berteriak, mengikuti
orang banyak, dan seperti bola salju yang bergulir, semakin
lama mereka semakin bertambah banyak.
(5) Orang-orang Yahudi pasti tertarik dengan huru-hara ini (di
tempat-tempat lain, merekalah yang pertama-tama menyu-
lut kegaduhan seperti itu).namun di Efesus ini mereka ti-
dak begitu tertarik menggalang orang untuk bergerombol.
Namun, saat orang banyak sudah berkumpul, mereka
berniat jahat juga dengan ikut terjun ke dalamnya (ay. 35):
Mereka mendorong seorang bernama Aleksander ke depan,
memanggilnya untuk berbicara atas nama orang-orang Ya-
hudi melawan Paulus dan teman-temannya: Kamu telah
mendengar apa yang dikatakan Demetrius dan para tukang
perak melawan mereka sebagai musuh agama mereka. Se-
karang izinkanlah kami memberi tahu kamu apa yang hen-
dak kami katakan melawan dia sebagai musuh agama
kami. Orang-orang Yahudi mendorongnya ke depan untuk
berbicara, menyemangati dia, dan memberi tahu dia bahwa
mereka akan membela dan mendukungnya. Hal ini mereka
pandang perlu demi membela diri, dan oleh sebab itu apa
yang harus dikatakannya disebut permohonan maafnya
844
kepada orang banyak. Bukan untuk dirinya sendiri secara
khusus, melainkan untuk orang-orang Yahudi secara
umum, yang dipandang para penyembah dewi Artemis se-
bagai musuh mereka, sama seperti Paulus yaitu musuh
mereka. Sekarang orang-orang Yahudi ingin agar orang-
orang Efesus tahu bahwa mereka yaitu musuh Paulus,
sama seperti orang-orang Efesus musuh Paulus. Orang
yang sekarang demikian berhati-hati dalam membedakan
diri dari hamba-hamba Kristus, dan takut disangka sebagai
murid-Nya, akan mendapat hukuman yang pantas pada
hari penghakiman agung nanti. Aleksander memberi isyarat
dengan tangannya, supaya orang mendengarnya menen-
tang Paulus. sebab mengherankan jika ada penganiayaan
yang digencarkan melawan orang-orang Kristen, tanpa ada
orang-orang Yahudi di belakangnya. Jika mereka tidak bisa
memulai kejahatan, mereka akan membantu kejahatan itu
bergulir, dan itu membuat mereka ikut ambil bagian dalam
dosa-dosa orang lain. Menurut sebagian orang, Aleksander
ini sudah menjadi orang Kristen,namun kemudian murtad
kembali ke agama Yahudi, dan oleh sebab itu diajukan se-
bagai orang yang tepat untuk menuduh Paulus. Dan bahwa
ia yaitu Aleksander, tukang tembaga itu, yang sudah ba-
nyak berbuat kejahatan terhadap Paulus (2Tim. 4:14), dan
yang telah Paulus serahkan kepada Iblis (1Tim. 1:20).
(6) Hal ini membuat para pendakwa menghentikan dakwaan
mereka melawan sahabat-sahabat Paulus, dan mengubah-
nya menjadi pujian hangat untuk menghormati dewi me-
reka (ay. 34):namun saat mereka tahu, bahwa ia yaitu
orang Yahudi, dan, sebagai orang Yahudi, memusuhi pe-
nyembahan terhadap dewi Artemis (sebab sekarang orang-
orang Yahudi sudah membenci berhala dan penyembahan
berhala, tanpa bisa ditawar-tawar lagi), apa pun yang dika-
takannya untuk membela atau menentang Paulus, mereka
bertekad untuk tidak mau mendengarnya. Oleh sebab itu,
mereka memanas-manasi rakyat untuk berseru, Besarlah
Artemis dewi orang Efesus. Siapa pun yang menggulingkan-
nya, entah dia orang Yahudi atau Kristen, kami bertekad
untuk tetap mengelu-elukannya. Dia yaitu Artemis dari
Efesus, Artemis kami. Dan merupakan kehormatan bagi
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
845
kami bahwa kuilnya ada bersama kami. Ia agung, dewi
yang terkenal, dan dipuja di mana-mana. Ada Artemis-Arte-
mis lain,namun Artemis dari Efesus melampaui mereka se-
mua, sebab kuilnya lebih kaya dan megah dibandingkan kuil-
kuil Artemis lain. Hanya inilah yang mereka teriakkan ber-
sama-sama selama dua jam. Dan itu dianggap cukup un-
tuk membantah ajaran Paulus, bahwa apa yang dibuat
oleh tangan manusia bukanlah dewa. Demikianlah, kebe-
naran-kebenaran yang paling suci sering kali dilindas oleh
sesuatu yang tiada lain hanyalah keributan, hiruk-pikuk,
dan amarah orang banyak. Dulu dikatakan tentang para
penyembah berhala bahwa mereka menjadi gila oleh ber-
hala-berhala mereka, dan inilah contohnya. Artemis mem-
buat orang-orang Efesus besar, sebab kota itu diperkaya
dengan banyaknya orang yang berziarah ke kuil dewi
Artemis dari seluruh penjuru negeri. Dan oleh sebab itu,
dengan segala cara mereka berusaha mengangkat nama
baik dewi Artemis yang tengah tenggelam dengan berseru,
besarlah Artemis dewi orang Efesus.
4. Diredam dan dibubarkannya para perusuh ini, oleh kecerdikan
dan kewaspadaan seorang panitera kota. Ia disebut sebagai
grammateus juru tulis, atau sekretaris, atau juru catat (begitu
menurut sebagian orang). Pencatat permainan-permainan me-
reka, permainan-permainan Olimpiade (begitu menurut seba-
gian yang lain), yang pekerjaannya mencatat nama-nama pe-
menang dan hadiah-hadiah yang mereka peroleh. Dengan su-
sah payah, akhirnya dia menenangkan keributan itu, sehingga
suaranya bisa didengar. Lalu ia menyampaikan kata-kata per-
damaian kepada mereka, dan memberi kita contoh dalam me-
neladani kata-kata bijak Salomo, perkataan orang berhikmat
yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan
orang yang berkuasa di antara orang bodoh, begitulah yang
dilakukan Demetrius di sini (Pkh. 9:17).
(1) Ia menghibur mereka dengan mengakui bahwa Artemis ada-
lah dewi Efesus yang terkenal (ay. 35). Mereka tidak perlu
bersuara begitu lantang dan geram dalam menegaskan kebe-
naran yang tidak disangkal oleh siapa pun, atau yang pasti
diketahui oleh semua orang. Semua orang tahu, bahwa kota
846
Efesuslah yang memelihara baik kuil dewi Artemis, bahwa
kota Efesus yaitu neōkoros. Bukan hanya penduduknya
yang menyembah dewi ini, melainkan juga kota mereka,
sebagai tempat bersama, dalam piagamnya, diberi keperca-
yaan untuk melestarikan penyembahan dewi Artemis ini,
untuk merawat kuilnya, dan menyambut orang-orang yang
datang ke sana untuk menghormati dia. Efesus yaitu
æditua (menurut mereka itulah kata yang paling tepat),
atau penjaga dewi agung Artemis. Kota itulah yang lebih
menjaga dan melindungi dewi Artemis dibandingkan Dewi
Artemis sendiri yang menjaganya. Demikianlah besarnya
perhatian para penyembah berhala untuk mempertahan-
kan penyembahan dewa-dewa yang dibuat dengan tangan,
sedang penyembahan Tuhan yang hidup dan benar di-
abaikan, dan sedikit saja bangsa atau kota bermegah da-
lam mempertahankan dan melindungi penyembahan ke-
pada Tuhan yang benar itu. Bangunan kuil dewi Artemis di
Efesus sangatlah kaya dan megah.namun , tampaknya,
patung dewi Artemis di kuil, yang mereka anggap menyuci-
kan kuilnya, lebih dipuja dibandingkan kuilnya. Sebab mereka
membuat orang percaya bahwa patung itu turun dari langit,
dan sebab itu sama sekali bukan dewa yang dibuat de-
ngan tangan manusia. Lihatlah betapa mudahnya orang-
orang yang percaya takhayul diperdaya oleh penipu yang
licik. sebab patung Artemis ini sudah berdiri sejak zaman
purbakala, dan tak seorang pun tahu siapa yang mem-
buatnya, mereka membuat orang banyak percaya bahwa
patung itu jatuh dari langit. Nah, hal itu, kata si panitera
kota dengan sangat khidmat (tetapi entah bersungguh-sung-
guh atau tidak, dan sebagai orang yang mempercayai cerita
itu sendiri atau tidak, bisa dipertanyakan), tidak dapat di-
bantah. Hal itu sudah diakui di mana-mana sehingga kamu
tidak perlu takut disanggah. Kamu tidak perlu berprasang-
ka yang bukan-bukan. Sebagian orang mengartikannya
demikian: sebab patung dewi Artemis jatuh dari langit,
seperti yang kita semua percayai, maka apa yang dikatakan
melawan dewa-dewa bahwa mereka dibuat dengan tangan
manusia sama sekali tidak menggoyahkan kepercayaan
kita.
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
847
(2) Si panitera kota itu memperingatkan mereka semua agar
tidak main hakim sendiri dengan kekerasan dan keributan,
yang tidak dibutuhkan agama mereka, dan sedikit pun
tidak membawa keuntungan (ay. 36): sebab itu hendaklah
kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak. Ini pe-
doman yang sangat baik untuk dipegang sepanjang waktu,
baik dalam urusan umum maupun pribadi: Jangan ter-
buru-buru dan gegabah dalam bertindak,namun berhati-
hatilah dan ambillah waktu untuk mempertimbangkan se-
gala sesuatunya. Jangan membuat panas hati sendiri atau
orang lain,namun bersikaplah tenang dan berkepala dingin,
selalu meninggikan akal budi dan mengendalikan amarah.
Perkataan ini harus siap terucap dari bibir kita, untuk mem-
bawa perdamaian, saat kita sendiri atau orang-orang di
sekitar kita menjadi semakin beringas: Hendaklah kita te-
nang dan janganlah terburu-buru bertindak. Janganlah kita
terburu-buru bertindak, supaya tidak menyesal kemudian.
(3) Si panitera kota itu menghapuskan kebencian orang ba-
nyak selama ini kepada Paulus dan sahabat-sahabatnya,
dan memberi tahu mereka bahwa Paulus dan sahabat-sa-
habatnya itu bukanlah seperti yang digambarkan orang
kepada mereka (ay. 37): Kamu telah membawa orang-orang
ini ke sini, dan siap untuk mencabik-cabik mereka.namun
sudahkah kamu memikirkan apa pelanggaran dan kejahatan
mereka? Apa yang dapat kamu buktikan tentang mereka?
Mereka bukan perampok kuil, kamu tidak dapat menuduh
mereka bersalah atas penistaan agama, atau telah mencuri
barang suci apa pun. Mereka tidak berbuat kekerasan se-
dikit pun terhadap kuil dewi Artemis atau harta benda
yang ada di dalamnya. Mereka juga tidak menghujat nama
dewimu. Mereka tidak mengatakan sesuatu yang menghina
para penyembah dewi Artemis, ataupun berbicara tidak
pantas tentang dia atau kuilnya. Mengapa kamu harus
menghukum dengan semua kekerasan ini orang-orang yang
meskipun tidak sepaham dengan kamu, namun tidak me-
ngecam kamu dengan pahit? Mereka tenang, lalu mengapa
kamu panas? Berhala di dalam hatilah yang ingin mereka
lawan dengan segenap kekuatan mereka, dengan mengaju-
kan alasan dan bantahan. Jika saja mereka dapat merun-
848
tuhkan berhala di dalam hati, maka berhala di dalam kuil
akan jatuh dengan sendirinya. jika orang berkhotbah
melawan gereja-gereja penyembah berhala, maka kebenaran
berpihak pada mereka, dan mereka harus mempertahan-
kannya dengan penuh semangat dan menancapkannya pada
hati nurani manusia. namun , janganlah mereka meram-
pok gereja-gereja itu (kepada barang rampasan tidaklah
mereka mengulurkan tangan, Est. 9:15-16), atau menghujat
penyembahan-penyembahan itu. Ajarlah dengan lemah lem-
but, dan janganlah mencemooh pihak lawan dengan amarah
dan bahasa kotor. Sebab kebenaran Tuhan tidak membutuh-
kan dusta manusia, begitu pula kebenaran tidak membu-
tuhkan panas hati manusia yang melampaui batas. Amarah
manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan .
(4) Dia mengarahkan mereka supaya memakai cara-cara biasa
menurut hukum yang berlaku, yang harus selalu
mengatasi huru-hara, dan yang akan dilakukan oleh bangsa-
bangsa yang beradab dan tertib. Sungguh suatu rahmat
yang besar jika bisa tinggal di sebuah negara di mana ada
ketetapan hukum untuk menjaga ketenteraman, berjalan-
nya keadilan umum, dan ditetapkannya suatu obat pena-
war untuk setiap kesalahan. Dan dalam hal ini, kita sebagai
bagian dari bangsa ini merasa bahagia seperti bangsa-
bangsa lain.
[1] Jika yang dikeluhkan yaitu urusan pribadi, hendaklah
mereka mendatangi hakim-hakim dan sidang-sidang
pengadilan, yang terbuka untuk umum pada waktu-
waktu yang telah ditetapkan. Jika Demetrius dan kum-
pulan tukang perak itu, yang sudah membuat semua
kekacauan ini, merasa dirugikan, atau hak istimewa
mereka yang sah dilanggar atau diserobot, biarlah mereka
bertindak, mengambil jalur hukum, maka perkaranya
akan diuji dengan adil, dan keadilan pun terlaksana:
Bukankah ada sidang-sidang pengadilan dan ada guber-
nur. Ada gubernur dan wakilnya, yang pekerjaannya
mendengarkan perkara dari kedua belah pihak, dan
membuat keputusan yang adil. Dan keputusan mereka
itu harus disetujui oleh semua pihak yang terlibat. Dan
pihak-pihak itu tidak boleh main hakim sendiri, atau
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
849
meminta pembelaan dari rakyat. Perhatikanlah, hukum
itu baik kalau tepat digunakan, sebagai obat penawar
terakhir, baik untuk memutuskan hak yang diperseng-
ketakan maupun mengembalikan hak yang dirampas.
[2] Jika yang dikeluhkan yaitu urusan umum, yang ber-
hubungan dengan undang-undang, maka itu harus
ditangani, bukan oleh rakyat yang kacau-balau, melain-
kan oleh badan-badan negara (ay. 39): Dan jika ada se-
suatu yang lain yang kamu kehendaki, yang merupakan
kepedulian bersama, baiklah kehendakmu itu diselesai-
kan dalam sidang rakyat yang sah, yang terdiri atas
para penatua dan dewan rakyat, yang dipanggil sesuai
aturan oleh pihak-pihak yang berwenang. Perhatikan-
lah, sebagai pribadi, orang tidak boleh ikut campur urus-
an umum, apalagi sampai mendahului keputusan pihak-
pihak yang pekerjaannya menangani urusan-urusan itu.
Kita sendiri sudah punya cukup banyak hal yang harus
kita urus sendiri.
(5) Si panitera kota itu membuat mereka sadar akan bahaya
yang mengancam mereka, dan ancaman pelanggaran yang
akan ditimpakan kepada mereka sendiri sebab kerusuhan
ini (ay. 40): Sungguh baik jika kita tidak akan dituduh,
bahwa kita menimbulkan huru-hara pada hari ini, jika
kita tidak dikeluhkan di depan pengadilan kaisar, sebagai
kota pemecah belah dan pemberontak, dan jika quo
warranto surat panggilan tidak dilayangkan kepada kita
dan piagam kota kita dicabut. sebab tidak ada alasan
yang dapat kita kemukakan untuk membenarkan kumpulan
yang kacau-balau ini. Kita tidak memiliki alasan apa-
apa untuk berdalih. Kita tidak dapat membenarkan diri da-
lam melanggar perdamaian dengan berkata bahwa orang
lain melanggarnya terlebih dahulu, dan kita hanya mem-
bela diri. Kita tidak bisa membela diri seperti itu, dan sebab
itu janganlah masalah ini diperpanjang, sebab ini sudah
bergulir terlampau jauh. Perhatikanlah, kebanyakan orang
takut pada penghakiman manusia dibandingkan penghakiman
Tuhan . Sungguh baik jika kita mau menenangkan kekacau-
an hawa nafsu dan amarah kita seperti itu, dan mengen-
850
dalikannya supaya tidak meluap-luap, dengan mempertim-
bangkan pertanggungjawaban yang tidak lama lagi harus
kita berikan kepada Hakim langit dan bumi atas segala
kekacauan ini! Kita berada dalam bahaya akan dituduh,
bahwa kita menimbulkan huru-hara pada hari ini di hati
kita, di rumah kita. Dan bagaimanakah kita akan men-
jawabnya, sementara tidak ada alasan, alasan yang benar,
atau alasan yang sepadan, yang bisa kita ajukan untuk
kekacauan ini, dan untuk panas hati serta kekerasan ini?
Kita harus menahan hawa nafsu, dan juga amarah kita,
yang berlebihan dengan berpikir seperti ini, bahwa sebab
segala hal ini Tuhan akan membawa kita ke pengadilan (Pkh.
11:9). Dan kita berkepentingan untuk mengatur diri seba-
gai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.
(6) Setelah menunjukkan kepada mereka betapa ganjilnya
huru-hara mereka itu, dan akibat-akibat buruk yang bisa
terjadi, ia menyarankan mereka untuk segera bubar (ay.
41): ia membubarkan kumpulan rakyat itu, mungkin me-
nyuruh orang-orang yang berteriak untuk memperhatikan
bahwa semua orang harus pergi dengan tenang dan meng-
urusi urusan masing-masing. Dan mereka pun melakukan-
nya. Lihatlah di sini,
[1] Bagaimana pemeliharaan Tuhan yang selalu menang ber-
hasil menjaga ketenteraman masyarakat, melalui kuasa
yang tidak bisa dijelaskan atas roh-roh manusia. De-
ngan cara itulah tatanan dunia dijaga, dan manusia
dicegah supaya tidak menjadi seperti ikan-ikan di laut,
di mana yang besar melahap yang kecil. Mengingat bahwa
orang banyak yang beringas pasti tidak sabar dan cepat
marah, tidak bisa diatur dan dijinakkan seperti bina-
tang liar, maka kita bisa melihat alasan untuk meng-
akui kebaikan Tuhan bahwa kita tidak selalu berada di
bawah kendali keberingasan orang banyak seperti itu.
Dia meredakan deru lautan, deru gelombang-gelombang-
nya dan (suatu contoh kuat kuasa-Nya yang tidak kalah
penting) kegemparan bangsa-bangsa (Mzm. 65:8).
[2] Lihatlah berapa banyak cara yang bisa dipakai Tuhan
untuk melindungi umat-Nya. Mungkin si panitera kota
Kitab Kisah Para Rasul 19:21-40
851
itu sama sekali bukan teman Paulus, tidak juga mendu-
kung Injil yang diberitakannya. Namun, kebijaksanaan
manusiawinya diarahkan untuk melayani tujuan Tuhan .
Kemalangan orang benar banyak,namun TUHAN mele-
paskan dia dari semuanya itu.
PASAL 20
Dalam pasal ini kita temui,
I. Perjalanan Paulus mengelilingi Makedonia, Yunani, dan Asia,
dan pada akhirnya, kedatangannya di Troas (ay. 1-6).
II. Kisah khusus mengenai bagaimana dia menghabiskan satu
hari Tuhan di Troas, dan bagaimana dia membangkitkan
Eutikhus di sana (ay. 7-12).
III. Perjalanan kelilingnya untuk mengunjungi jemaat-jemaat yang
telah dibangunnya, dalam perjalanannya menuju Yerusalem,
yang ingin ia singgahi pada hari raya Pentakosta berikutnya
(ay. 13-16).
IV. Khotbah perpisahan yang diucapkannya kepada para pena-
tua jemaat Efesus, sebab sebentar lagi dia hendak mening-
galkan daerah itu (ay. 17-35).
V. Perpisahan mereka yang mengharukan (ay. 36-38).
Dalam semua hal itu, kita mendapati Paulus begitu tekun mela-
yani Kristus dan berbuat baik bagi jiwa orang-orang, bukan hanya
melalui pertobatan orang yang belum percaya, melainkan juga mela-
lui peneguhan hati orang-orang Kristen.
Keberangkatan Paulus dari Efesus;
Kedatangan Paulus ke Troas
(20:1-6)
1 Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguat-
kan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia. 2 Ia
menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-
saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani, 3 Sesudah tiga bulan lama-
nya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria.namun pada waktu itu orang-
orang Yahudi bermaksud membunuh dia. sebab itu ia memutuskan untuk
854
kembali melalui Makedonia. 4 Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea,
dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari
Derbe, dan Timotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus. 5
Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan kami di Troas. 6namun
sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari
kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ
kami tinggal tujuh hari lamanya.
Di sini perjalanan-perjalanan Paulus hanya diceritakan secara sing-
kat, sebab jika semua hal yang layak diingat dan layak dituliskan
oleh huruf-huruf emas di dalamnya dicatatkan, maka agaknya dunia
ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. sebab
itulah, di sini kita hanya mendapati sedikit saja petunjuk umum me-
ngenai peristiwa-peristiwa yang terjadi, sehingga petunjuk-petunjuk
itu menjadi jauh lebih berharga. Di sini kita mendapati,
I. Kepergian Paulus dari Efesus. Dia telah tinggal di sana lebih lama
dibandingkan yang pernah ia lakukan di tempat lainnya semenjak dia
menerima tugas kerasulan bagi orang-orang bukan-Yahudi. Dan
kini tibalah saatnya untuk pindah, sebab dia harus memberitakan
Injil juga di kota-kota lain. namun , setelah peristiwa ini, sam-
pai pada kesudahan pemberitaan Kitab Suci mengenai hidupnya
(yang kesemuanya itu dapat kita andalkan), kita tidak mendapati-
nya menjelajah tanah baru lagi ataupun memberitakan Injil di
mana nama Kristus belum diberitakan, seperti yang telah ia laku-
kan sebelumnya (Rm. 15:20). Kita tahu ini sebab pada bagian pe-
nutup pasal berikutnya kita mendapatinya sebagai tawanan, dan
hal itu berlanjut sampai bagian terakhir kitab ini.
1. Paulus meninggalkan Efesus segera setelah keributan mereda.
Ia menganggap gangguan yang dia hadapi itu sebagai petunjuk
Sang Pemelihara supaya dia tidak tinggal di sana lebih lama
lagi (ay. 1). Mungkin kepergiannya itu sedikit banyak mene-
nangkan amarah musuh-musuhnya dan menjadikan orang-
orang Kristen di sana lebih aman. Currenti cede furori Baiklah
untuk merunduk tatkala badai menerpa. namun , beberapa
orang berpendapat bahwa sebelum meninggalkan Efesus pada
waktu itu, Paulus telah menuliskan suratnya yang pertama
bagi jemaat di Korintus, dan bahwa perjuangannya melawan
binatang buas di Efesus, yang disebut-sebutnya dalam surat
itu, merupakan kiasan mengenai keributan ini . Akan te-
tapi, saya lebih suka mengartikannya secara harfiah saja.
Kitab Kisah Para Rasul 20:1-6
855
2. Paulus tidak meninggalkan mereka secara mendadak dan di
dalam ketakutan, melainkan berpamitan dengan mereka de-
ngan rasa khidmat: Dia memanggil murid-murid, orang-orang
terkemuka di antara jemaat, dan menguatkan hati mereka
(sambil memeluk mereka pen.), berpamitan dengan mereka
(demikian artinya dalam bahasa Aramaik) dengan ciuman ka-
sih, sesuai dengan kebiasaan jemaat mula-mula. Teman-teman
karib tidak menyadari betapa mereka saling mengasihi satu
sama lain sampai tiba saatnya bagi mereka untuk berpisah,
dan pada waktu itulah baru nyata benar kedekatan hati mere-
ka satu sama lain.
II. Kunjungan Paulus ke jemaat-jemaat di Yunani yang telah ia
tanam dan siram lebih dari satu kali, dan yang kelihatannya be-
gitu dekat di hatinya.
1. Pertama-tama dia berangkat ke Makedonia (ay. 1), sebagai-
mana yang telah direncanakannya sebelum keributan itu ter-
jadi (19:21). Di sana, dia mengunjungi jemaat di Filipi dan Te-
salonika, dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-
saudara di situ (ay. 2). Paulus mengunjungi kawan-kawannya
untuk berkhotbah, dan khotbahnya itu panjang lebar: Dia me-
nguatkan mereka dengan banyak nasihat. Banyak sekali yang
hendak ia katakan kepada mereka, dan untuk itu ia tidak se-
gan-segan menghabiskan banyak waktu. Dia menasihati me-
reka mengenai banyak kewajiban dalam banyak perkara dan
(sebagaimana beberapa orang mengartikannya) dengan banyak
penalaran. Dia meneguhkan nasihat-nasihatnya itu dengan
beragam dasar dan alasan.
2. Dia tinggal tiga bulan lamanya di Yunani (ay. 2-3), yaitu di
Akhaya, menurut pendapat sebagian orang, sebab ke sanalah
ia bermaksud untuk pergi, ke Korintus dan daerah sekitarnya
(19:21). Tidak diragukan lagi, di sana pun dia menguatkan hati
murid-murid dengan banyak nasihat untuk mengarahkan, me-
neguhkan, dan mendorong mereka supaya terus lekat kepada
Tuhan.
III. Perubahan rencananya, sebab kita tidak selalu bisa menja-
lankan maksud kita. Peristiwa-peristiwa tidak terduga membuat
856
kita harus berpikir kembali, dan mengharuskan kita untuk me-
rancangkan segala sesuatu dengan persyaratan tertentu.
1. Paulus hendak berlayar ke Siria, ke Antiokhia, tempat pertama
kalinya dia diutus untuk melayani orang-orang bukan-Yahudi.
Dalam perjalanan-perjalanannya biasanya ia menyempatkan
diri untuk singgah di sana. namun , dia berubah pikiran
dan memutuskan untuk kembali ke Makedonia, mengikuti ja-
lan yang sama sewaktu ia datang.
2. Alasan dia berubah pikiran ialah sebab orang-orang Yahudi
sudah menduga bahwa ia akan menempuh jalur ke Siria itu
seperti yang biasa dilaluinya, dan mereka telah menanti-nanti-
kan dia dan bermaksud untuk membunuhnya. Mereka tidak
kunjung berhasil menangkapnya dengan cara menghasut
orang banyak dan para penguasa, yang telah sering mereka
ikhtiarkan. sebab itu, mereka pun bermaksud untuk membu-
nuhnya. Beberapa orang berpendapat bahwa mereka siap
menghadang dia dengan tujuan merampas uang yang sedang
dibawanya ke Yerusalem untuk membantu orang-orang kudus
yang berkekurangan di sana. namun , mengingat betapa
dengkinya orang-orang Yahudi terhadapnya, saya kira mereka
lebih haus akan darahnya dibandingkan uangnya.
IV. Kawan-kawan yang menemaninya dalam perjalanannya ke Asia.
Di sini nama mereka disebutkan satu per satu (ay. 4). Sebagian
dari mereka yaitu hamba-hamba Tuhan ,namun tidak dapat dipas-
tikan apakah semuanya memiliki jabatan ini . Sopater dari
Berea sepertinya sama dengan Sosipater yang disebutkan dalam
Roma 16:21. Timotius terhitung di antara mereka, sebab ia berge-
gas mengikuti Paulus dan menemaninya dengan orang-orang yang
namanya disebutkan di sini, meskipun Paulus meninggalkannya
di Efesus sewaktu ia berangkat dari sana (ay. 1) dan kemudian
menuliskan surat pertamanya bagi Timotius ke sana, untuk
mengarahkannya sebagai seorang pemberita Injil, mengenai bagai-
mana membangun jemaat di sana dan di tangan siapa ia harus
meninggalkannya (lihat 1Tim. 1:3; 3:14-15). Surat itu juga dimak-
sudkan untuk mengarahkan Timotius mengenai hal-hal yang ha-
rus diperbuatnya, bukan hanya di Efesus di mana dia berada saat
itu,namun juga di tempat-tempat lain dimana ia akan ditempatkan
dengan cara yang sama, atau di tempat-tempat ke mana ia akan
Kitab Kisah Para Rasul 20:1-6
857
diutus untuk tinggal sebagai pemberita Injil (surat itu bukan
hanya ditujukan bagi dia saja,namun juga bagi para pemberita Injil
lainnya yang menyertai Paulus dan yang dipekerjakan olehnya de-
ngan cara serupa). Nah, orang mungkin berpikir, tidaklah tepat
membawa serta orang-orang cakap itu untuk menemani Paulus,
sebab mereka justru lebih dibutuhkan di tempat-tempat di mana
Paulus tidak berada di sana saat itu. namun , hal itu telah di-
tetapkan demikian,
1. Supaya mereka dapat membantu Paulus dalam mengarahkan
orang-orang yang tergugah dan tersadarkan oleh khotbahnya.
Ke mana pun Paulus pergi, dia selalu menimbulkan gejolak,
dan sebab nya perlu banyak tenaga untuk membantu mene-
nangkan riak-riak gejolak itu. Kesempatan seperti itu haruslah
dipergunakan sebijaksana mungkin.
2. Supaya mereka dapat dididik olehnya dan dipersiapkan untuk
pelayanan di masa mendatang, supaya mengikuti ajarannya
dan cara hidupnya (2Tim. 3:10). Secara jasmaniah Paulus tam-
pak lemah dan hina, jadi kawan-kawannya menyertainya su-
paya bisa meneguhkan nama baiknya, bisa menopang dia. De-
ngan cara ini, kawan-kawannya itu bisa menunjukkan kepada
orang-orang yang tidak mengenalnya, yang cenderung meng-
hakimi dengan mata, bahwa Paulus memiliki hal yang benar-
benar berharga dalam dirinya, yang tidak tampak dari penam-
pilan luarnya.
V. Kedatangannya di Troas, di mana dia telah merancangkan sebuah
pertemuan dengan kawan-kawannya.
1. Mereka berangkat lebih dahulu dan menantinya di Troas (ay.
5), berencana menyertainya ke Yerusalem, seperti yang diper-
buat Trofimus (21:29). Kita tidak boleh merasa susah saat me-
nunggu selama beberapa waktu untuk mendapatkan teman
seperjalanan yang baik.
2. Paulus berusaha sedapat mungkin untuk tiba di sana. Seperti-
nya Lukas menemaninya pada saat itu, sebab Lukas berkata
kami berlayar dari Filipi (ay. 6), dan pertama kali kita menda-
patinya menemani Paulus yaitu di Troas ini (16:11). Hari
raya Roti Tidak Beragi disebutkan di sini semata-mata untuk
menggambarkan waktu, bukannya untuk menegaskan bahwa
858
Paulus tetap menjalankan ibadah Paskah sesuai dengan adat
orang Yahudi, sebab kira-kira pada waktu itu dia telah menu-
liskan suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus dan
mengajarkan bahwa Kristus yaitu Paskah kita dan kehidupan
kristiani merupakan pesta hari raya Roti Tidak Beragi (1Kor.
5:7-8). Saat inti yang sesungguhnya datang, maka bayangan
pun menghilang. Dia datang menemui mereka di Troas melalui
laut, empat hari kemudian, dan setelah sampai di sana, dia
hanya tinggal selama tujuh hari saja. Pemborosan waktu dalam
bepergian ke sana ke mari memang tidak dapat dihindari dan
harus dialami oleh orang-orang yang berbuat kebaikan,namun
hal itu tidak akan dianggap sebagai waktu yang terbuang.
Paulus rela menghabiskan empat hari untuk pergi ke Troas,
meski hanya untuk tinggal di sana selama tujuh hari saja. Dia
tahu benar bagaimana menebus waktu yang dihabiskannya
untuk bepergian dengan melakukan hal-hal yang baik, dan
kita pun harus meneladaninya.
Paulus Berkhotbah di Troas;
Kebangkitan Eutikhus
(20:7-12)
7 Pada hari pertama dalam minggu itu, saat kami berkumpul untuk me-
mecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ,
sebab ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan
itu berlangsung sampai tengah malam. 8 Di ruang atas, di mana kami ber-
kumpul, dinyalakan banyak lampu. 9 Seorang muda bernama Eutikhus du-
duk di jendela. sebab Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak da-
pat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ke-
tiga ke bawah. saat ia diangkat orang, ia sudah mati. 10namun Paulus tu-
run ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya,
dan berkata: Jangan ribut, sebab ia masih hidup. 11 Setelah kembali di
ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih
lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. 12
Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya,
dan mereka semua merasa sangat terhibur.
Di sini kita mendapati peristiwa yang terjadi di Troas pada hari ter-
akhir dari tujuh hari masa tinggal Paulus di sana.
I. Orang-orang Kristen di sana mengadakan pertemuan ibadah yang
khidmat, sesuai dengan kebiasaan mereka dan kebiasaan semua
kumpulan jemaat.
Kitab Kisah Para Rasul 20:7-12
859
1. Kami berkumpul (ay. 7). Meskipun masing-masing dari mereka
membaca, merenungkan, mendoakan, dan menyanyikan maz-
mur secara sendiri-sendiri, dan dengan begitu memelihara per-
sekutuan mereka dengan Tuhan ,namun itu saja tidaklah cukup.
Mereka harus bersama-sama memuji Tuhan dengan sehati dan
memelihara persekutuan di antara mereka dengan saling ber-
temu muka, saling membantu, dan menyaksikan persekutuan
rohani mereka dengan seluruh orang Kristen yang benar. Ha-
ruslah ditetapkan waktu tertentu bagi murid-murid Kristus
untuk berkumpul bersama. Memang tidak mungkin semuanya
bisa berkumpul bersama-sama di satu tempat,namun biarlah
hal itu dilakukan oleh sebanyak-banyaknya yang bisa.
2. Mereka berkumpul pada hari pertama dalam minggu itu, yang
mereka sebut sebagai hari Tuhan (Why. 1:10), hari Sabat orang
Kristen, yang dirayakan untuk menghormati Kristus dan Roh
Kudus sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus dan pen-
curahan Roh, dan keduanya terjadi pada hari pertama dalam
seminggu. Di sini dikatakan bahwa hari itu merupakan hari
berkumpulnya para murid, yaitu saat seluruh jemaat memi-
liki kebiasaan untuk berkumpul. Perhatikan, hari pertama da-
lam seminggu haruslah diindahkan melalui ibadah rohani oleh
seluruh murid Kristus. Hari itu merupakan tanda di antara
mereka dan Kristus, sebab sebab itulah mereka dikenal seba-
gai murid-murid-Nya. Hari itu juga harus digunakan untuk
mengadakan perkumpulan yang khidmat, bagaikan pelataran
yang dibangun dalam nama Tuhan kita Yesus dan bagi kehor-
matan-Nya oleh para pelayan-Nya, hamba-hamba di pelataran-
Nya. Ini layak diindahkan oleh semua orang yang bergantung
kepada-Nya. Dalam pertemuan ibadah ini mereka menunjuk-
kan diri sebagai orang yang mendiami pelataran Tuhan. Hari
pertama dalam seminggu ditetapkan sebagai hari Tuhan.
3. Mereka berkumpul di ruang atas (ay. 8). Mereka tidak memiliki
bait atau sinagoge untuk berkumpul, apalagi bangunan gereja
yang mewah. Sebaliknya, mereka hanya berkumpul di rumah
pribadi, di sebuah loteng sederhana. Mereka berjumlah sedikit
saja dan miskin, sehingga mereka tidak membutuhkan, selain
juga tidak mampu membangun tempat pertemuan yang besar.
Meski demikian, mereka tetap berkumpul di tempat yang be-
nar-benar tidak nyaman dan tidak layak itu. Jadi, tidak ada
860
alasan bagi kita untuk tidak mau menghadiri pertemuan-per-
temuan ibadah dengan berdalih bahwa tempatnya tidak me-
menuhi syarat atau tidak menyenangkan seperti yang kita ha-
rapkan.
4. Mereka berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, yaitu untuk
merayakan ketetapan perjamuan Tuhan, sebuah tanda berupa
pemecahan roti yang telah ditetapkan bagi keseluruhan tanda
lainnya. Roti yang kita pecah-pecahkan yaitu persekutuan de-
ngan tubuh Kristus (1Kor. 10:16). saat kita memecah-mecah-
kan roti, hal itu tidak hanya untuk mengenang pemecahan tu-
buh Kristus bagi kita sebagai korban tebusan bagi dosa-dosa
kita, melainkan juga untuk melambangkan pemecahan tubuh
Kristus bagi kita sebagai makanan dan perayaan bagi jiwa
kita. Pada zaman gereja mula-mula, jemaat biasanya melang-
sungkan perjamuan Tuhan di setiap hari Tuhan untuk menge-
nang kematian Kristus saat Dia menebus dosa kita, dan untuk
mengingat kebangkitan-Nya saat tubuh-Nya yang terpecah-pe-
cah itu menjadi makanan dan perayaan bagi jiwa kita. Dalam
pertemuan yang khidmat, keduanya saling bersesuaian dalam
menyaksikan hubungan erat keduanya dalam iman dan iba-
dah yang sama.
II. Dalam pertemuan ini Paulus menyampaikan sebuah khotbah,
khotbah yang panjang, sebuah khotbah perpisahan (ay. 7).
1. Dia berkhotbah kepada mereka: Dia berbicara dengan saudara-
saudara di situ. Meskipun mereka sudah menjadi murid-murid
Kristus, mereka masih membutuhkan pengajaran akan firman
Tuhan supaya pengetahuan dan kasih karunia mereka senan-
tiasa bertambah. Perhatikan, pemberitaan Injil haruslah meng-
iringi sakramen-sakramen. Musa membacakan kitab perjanjian
dengan didengar oleh bangsa itu, lalu menyiram darah perjanjian
yang diadakan Tuhan mereka, berdasarkan segala firman ini
(Kel. 24:7-8). Apalah artinya materai tanpa ketetapan tertulis?
2. Khotbah itu merupakan khotbah perpisahan, sebab dia hen-
dak berangkat pada keesokan harinya. Saat dia telah pergi
nanti, mungkin saja mereka akan mendengar pemberitaan Injil
yang sama,namun tidak seperti cara pemberitaan Paulus. Oleh
sebab itu, mereka harus memanfaatkan kesempatan yang
ada selagi Paulus masih bersama-sama dengan mereka. Biasa-
Kitab Kisah Para Rasul 20:7-12
861
nya, khotbah perpisahan amat menggugah hati si pengkhot-
bah dan para pendengarnya dengan cara yang istimewa.
3. Khotbahnya berlangsung amat lama: Pembicaraan itu berlang-
sung sampai tengah malam, sebab banyak sekali yang ingin ia
sampaikan, dan dia tidak tahu kapan lagi ada kesempatan un-
tuk mengatakannya kepada mereka. Setelah mereka menerima
perjamuan Tuhan, dia berkhotbah kepada mereka mengenai
kewajiban-kewajiban yang telah menjadi bagian mereka dan
penghiburan-penghiburan yang mereka nanti-nantikan. Ia
menjelaskan semuanya itu dengan panjang lebar dan terpe-
rinci. Para hamba Tuhan mungkin saja memiliki kesempatan
untuk berkhotbah bukan hanya di waktu yang baik,namun
juga di waktu yang tidak baik. Kita tahu bahwa pasti ada be-
berapa orang yang akan menegur Paulus sebab menganggap
khotbahnya itu bertele-tele dan melelahkan para pendengar-
nya. namun , para pendengarnya itu bersedia menyimak-
nya, itulah kesan yang ditangkap Paulus. Oleh sebab itu, ia
pun meneruskan khotbahnya. Pembicaraan itu berlangsung
sampai tengah malam. Mungkin mereka berkumpul pada ma-
lam hari sebab ingin leluasa, atau sebab ingin meneladani
para murid yang berkumpul pada malam hari di hari sabat
Kristen yang pertama. Mungkin juga Paulus sudah berkhotbah
kepada mereka di pagi harinya,namun masih juga memperpan-
jang khotbahnya petang itu, bahkan sampai tengah malam.
Rasanya bagus juga kalau kita bisa miliki isi khotbahnya itu,
namun sepertinya, isi khotbah itu serupa dengan isi surat-
suratnya. sebab pertemuan itu berlangsung sampai tengah
malam, banyak lilin, banyak lampu (ay. 8) dinyalakan, supaya
para pendengar dapat membaca Kitab Suci yang dikutip
Paulus dan melihat apakah semuanya itu benar demikian. Hal
ini bisa mencegah fitnah para musuh yang menuduh mereka
berkumpul di malam hari untuk melakukan perbuatan-per-
buatan kegelapan.
III. Seorang muda dalam jemaat itu, yang tertidur di tengah-tengah
khotbah, tewas sebab jatuh dari jendela,namun dibangkitkan lagi.
Nama orang muda itu berarti orang yang memiliki kemujuran
Eutikhus, bene fortunatus, dan namanya itu memang terbukti
benar. Perhatikanlah,
862
1. Kelemahan tubuh yang tiba-tiba melandanya. Mungkin orang-
tuanyalah yang sengaja membawanya ke pertemuan itu,
meskipun dia masih amat muda, agar dia belajar mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dari pengkhotbah hebat
seperti Paulus. Para orangtua harus membawa anak-anak me-
reka untuk mendengarkan khotbah, segera setelah mereka da-
pat mendengar dan mengerti (Neh. 8:3), bahkan sejak anak-
anak (Ul. 29:11). Nah, orang muda ini bisa saja dipersalahkan,
(1) sebab ia nekat duduk di jendela, yang mungkin tanpa kaca,
dan dengan begitu membahayakan dirinya sendiri. Pada-
hal, jika saja dia cukup puas duduk di lantai, pastilah dia
aman-aman saja. Anak-anak lelaki, yang suka memanjat
atau membahayakan diri mereka sendiri dan mendukakan
hati orangtua mereka, tidak menyadari bahwa kelakuan
mereka itu juga merupakan pelanggaran terhadap Tuhan .
(2) sebab dia tidur, bahkan tertidur lelap selagi Paulus berbi-
cara, yang menandakan bahwa dia tidak memperhatikan
hal-hal yang dikatakan Paulus, sekalipun semua itu amat
penting. Penekanan pada kenyataan bahwa dia terlelap
membuat kita berharap bahwa tidak ada lagi orang lain di
sana yang juga ketiduran, sekalipun saat itu ialah jam se-
sudah makan malam dan memang waktunya untuk tidur.
namun , orang muda ini segera tertidur, terseret dalam
rasa kantuknya (begitulah arti sebenarnya), yang menegas-
kan bahwa dia sebenarnya berjuang melawannya,namun ti-
dak berhasil, sehingga pada akhirnya dia pun tertidur lelap.
2. Bencana yang kemudian menimpanya: Ia jatuh dari tingkat
ketiga ke bawah, dan saat ia diangkat orang, ia sudah mati.
Sebagian orang beranggapan bahwa tangan Iblis, dengan se-
izin kuasa Tuhan , berperan di sini, hendak mengganggu per-
kumpulan ini dan menggusarkan Paulus. Sebagian orang lagi
berpikir bahwa Tuhan merancangkan hal ini sebagai peringatan
bagi semua orang supaya tidak tertidur saat sedang mende-
ngarkan firman Tuhan , dan tentu saja kita pun harus mengang-
gapnya demikian. Kita harus menganggapnya sebagai hal yang
tidak baik dan mencerminkan kurangnya penghargaan kita
terhadap firman Tuhan , serta menghalangi kita untuk meneri-
ma manfaat dari firman itu. Kita harus takut mengalaminya,
Kitab Kisah Para Rasul 20:7-12
863
dan berbuat sebisa mungkin supaya tidak mengantuk dan ti-
dak membiarkan diri kita dibuai kantuk, melainkan membiar-
kan hati kita tergugah oleh firman yang kita dengar sedemiki-
an rupa sampai rasa kantuk itu pun menjauh. Marilah kita
berjaga-jaga dan berdoa, supaya kita jangan jatuh ke dalam
pencobaan, dan tidak terjerumus lebih dalam lagi sebab nya.
Biarlah hukuman terhadap Eutikhus membuat kita gentar dan
menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan itu sangat cemburu
dengan hal-hal yang berkaitan dengan penyembahan terha-
dap-Nya. Jangan sesat! Tuhan tidak membiarkan diri-Nya diper-
mainkan. Lihatlah bagaimana tegasnya Tuhan mengganjar kele-
mahan yang sepertinya sepele ini, bahkan dalam diri seorang
yang amat muda. Jadi, coba katakan, siapakah yang tahan
berdiri di hadapan TUHAN, Tuhan yang kudus ini? Terapkanlah
hal ini pada kisah mengenai ratapan itu (Yer. 9:20-21), dengar-
lah firman TUHAN, Maut telah menyusup ke jendela-jendela kita
untuk melenyapkan kanak-kanak dari jalan, pemuda-pemuda dari
lapangan.
3. Belas kasihan ajaib yang ditunjukkan kepadanya melalui ke-
bangkitannya kembali (ay. 10). Kejadian ini membuyar-
kan perhatian perkumpulan itu dan memotong khotbah Pau-
lus,namun pada akhirnya menjadi sebuah kesempatan emas
untuk meneguhkan khotbahnya, membantu menuntaskannya,
dan membuktikan keampuhannya.
(1) Paulus merebahkan diri ke atas mayat orang muda itu, dan
mendekapnya, dengan demikian menunjukkan belas kasih-
an yang mendalam dan kepedulian yang tinggi terhadap
orang muda ini. Dia sama sekali tidak berkata, Dia me-
mang pantas dihukum seperti ini sebab tidak mengindah-
kan apa yang kusampaikan! Paulus yang berhati lembut
begitu tergugah dengan kejadian nahas itu dan sama sekali
tidak menghakimi atau menegur orang-orang yang tertimpa
nahas itu, seolah-olah orang-orang yang mati ditimpa me-
nara dekat Siloam lebih besar kesalahannya dari pada ke-
salahan semua orang lain yang diam di Yerusalem; Tidak!
kata-Ku kepadamu.namun bukan hanya itu saja. Tindakan-
nya merebahkan diri di atas orang muda itu dan mende-
kapnya serupa dengan tindakan Elia (1Raj. 17:21) dan
Elisa (2Raj. 4:34). Hal ini tidak berarti bahwa sikap tubuh-
864
nya itu turut berpengaruh dalam membangkitkan orang
itu, melainkan hanya sebagai tanda yang menggambarkan
turunnya kuasa Tuhan ke atas tubuh orang yang sudah mati,
supaya tubuh itu dibangkitkan lagi, yang merupakan hal
yang didoakannya dengan sungguh-sungguh di dalam iman
pada saat itu juga.
(2) Dia meyakinkan mereka bahwa orang muda itu sudah hi-
dup kembali, dan hal itu akan terbukti sebentar lagi. Kita
bisa menebak-nebak bahwa kejadian buruk ini telah me-
nimbulkan berbagai pertanyaan di dalam jemaat,namun
Paulus mengakhiri semuanya itu: Jangan ribut, jangan ga-
duh dan kalut, sebab ia masih hidup, dia tidaklah mati, te-
tapi hanya tidur: baringkanlah sebentar di atas ranjang
dan nanti pun dia akan siuman, sebab kini dia sudah hi-
dup lagi. Demikian pula saat Kristus membangkitkan
Lazarus, Ia berkata, Bapa, Aku mengucap syukur kepada-
Mu, sebab Engkau telah mendengarkan Aku.
(3) Paulus segera meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat
terpotong itu (ay. 11): Dia kembali di ruang atas tempat
pertemuan itu dan mereka memecah-mecahkan roti bersama-
sama di dalam perjamuan kasih yang biasanya menyertai
sakramen suci, sebagai tanda persekutuan di antara mere-
ka dan sebagai peneguhan persahabatan mereka. Lalu ma-
sih lama lagi mereka berbicara, sampai fajar menyingsing.
Paulus tidaklah melanjutkan khotbah sebelumnya,namun
dia dan saudara-saudaranya itu hanya bercakap-cakap bi-
asa, tentu saja membicarakan hal-hal baik yang bermanfaat
untuk saling membangun. Pertemuan orang-orang Kristen
merupakan sarana yang amat baik untuk menumbuhkan
kekudusan, penghiburan, dan kasih kristiani. Mereka tidak
tahu kapan Paulus dapat menyertai mereka lagi dan kare-
na itulah mereka memanfaatkan kesempatan itu sebaik
mungkin, sampai rela mengorbankan waktu tidur mereka.
(4) Sebelum berpisah, mereka mengantarkan orang muda itu
hidup ke tengah-tengah jemaat, dan setiap orang menyela-
matinya atas kebangkitannya dari maut, dan mereka se-
mua merasa sangat terhibur (ay. 12). Hal itu menimbulkan
sukacita yang besar di antara mereka, bukan hanya bagi
kerabat orang muda itu saja,namun juga bagi seluruh je-
Kitab Kisah Para Rasul 20:13-16
865
maat, sebab hal itu bukan saja telah mencegah hinaan
yang harus mereka tanggung seandainya orang muda itu
tewas,namun juga menambah kehormatan Injil.
Perjalanan Paulus
(20:13-16)
13 Kami berangkat lebih dahulu ke kapal dan berlayar ke Asos, dengan mak-
sud untuk menjemput Paulus di situ sesuai dengan pesannya, sebab ia
sendiri mau berjalan kaki melalui darat. 14 saat ia bertemu dengan kami di
Asos, kami membawanya ke kapal, lalu melanjutkan pelayaran kami ke
Metilene. 15 Dari situ kami terus berlayar dan pada keesokan harinya kami
berhadapan dengan pulau Khios. Pada hari berikutnya kami menuju Samos
dan sehari kemudian tibalah kami di Miletus. 16 Paulus telah memutuskan
untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab
ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya
Pentakosta.
Paulus bergegas menuju Yerusalem,namun berusaha sebisa mungkin
melakukan hal-hal baik di sepanjang perjalanannya ke sana, ōs en
parodō, seolah-olah semua itu dilakukan secara kebetulan atau sam-
bil lalu. Dia telah singgah di Troas dan melakukan kebaikan di sana.
Dan kini ia melakukan sejenis perjalanan menyisir pantai. Para pe-
dagang menyebut perjalanan semacam ini sebagai perjalanan dagang,
bepergian dari satu tempat ke tempat lain dan tentu saja berusaha
untuk membuat setiap tempat yang ia singgahi menjadi lebih ber-
manfaat baginya, seperti yang seharusnya dilakukan oleh setiap
orang baik.
I. Dia mengirim kawan-kawannya ke Asos melalui laut, sedang
ia sendiri mau berjalan kaki melalui darat (ay. 13). Dia telah berte-
kad atau mengambil keputusan bahwa tanpa mengindahkan ke-
susahan macam apa pun yang harus ia hadapi sebab menampik
kebebasan dan kehormatannya, atau kenyamanan yang ditawar-
kan sebuah kapal, atau kehadiran saudara-saudaranya, dia tetap
hendak berjalan kaki ke Asos. Dan sekalipun jalur yang ditempuh
Paulus merupakan jalan pintas, menurut para penulis kuno, jalan
itu penuh bahaya (Homer, Iliad 6, dan Eustatius yang mewakili-
nya menerangkan bahwa berjalan kaki ke Asos dapat membunuh
seseorang Lorin. in locum). Namun, Paulus tetap bersedia me-
nempuh jalan itu,
866
1. Supaya dia dapat mengunjungi kawan-kawannya di sepanjang
perjalanan itu dan melakukan kebaikan di antara mereka, de-
ngan membuat para pendosa bertobat atau membangun
orang-orang kudus. Dalam kedua hal ini , dia melayani
Guru agungnya dan melanjutkan karya agung-Nya. Atau,
2. Supaya dia bisa sendirian saja untuk bercakap-cakap dengan
Tuhan secara lebih leluasa dan supaya ia dapat merenung da-
lam kesendirian. Dia mengasihi kawan-kawannya dan senang
ditemani oleh mereka, namun di sini ia hendak menunjuk-
kan bahwa dia tidaklah selalu memerlukan kehadiran mereka,
melainkan dapat juga menikmati kesendiriannya. Atau,
3. Supaya dia dapat membiasakan diri dengan kesukaran dan
tidak dianggap mau yang nyaman-nyaman saja. Dengan be-
gitu, ia hendak melatih tubuh dan menguasainya seluruhnya
melalui kesukarelaannya untuk mati raga dan menyangkal
diri, supaya penderitaan yang harus ditanggungnya nanti demi
Kristus menjadi terasa lebih ringan (2Tim. 2:3). Kita harus
menguasai diri kita untuk belajar menyangkal diri.
II. Di Asos dia pun naik kapal bersama kawan-kawannya. Di sana,
mereka membawanya ke kapal, sebab pada saat itu dia telah
cukup berjalan kaki dan bersedia untuk memakai sarana lain da-
lam bepergian. Atau barangkali, dia tidak mampu lagi melanjut-
kan perjalanan melalui darat dan terpaksa harus melalui laut. Ke-
tika Kristus memerintahkan murid-murid-Nya berangkat naik
perahu dan meninggalkan-Nya di belakang, Dia kemudian menda-
tangi mereka dan naik ke atas perahu (Mrk. 6:45, 51).
III. Paulus memanfaatkan perjalanannya ke Yerusalem dengan sebaik-
baiknya. Kapalnya melewati pulau Khios (ay. 15), dan singgah di
Samos (tempat-tempat itu termasyhur di antara para penulis Yu-
nani, baik para pujangga maupun sejarawan). Mereka menunggu
sebentar di Trogyllium, pelabuhan laut di dekat Samos. Dan sehari
kemudian tibalah kami di Miletus, pelabuhan laut yang terletak di
dekat Efesus, sebab (ay. 16) Paulus telah memutuskan untuk ti-
dak mampir ke Efesus kali ini, sebab jika begitu, ia pasti tidak
dapat menolak desakan kawan-kawannya di sana untuk tinggal
lebih lama dengan mereka. Dan sebab dia sudah bertekad untuk
tidak tinggal di sana, dia tidak mau tergoda untuk melakukannya.
867
Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yeru-
salem pada hari Pentakosta. Sebelumnya, dia pernah berada di
Yerusalem, sekitar empat atau lima tahun silam (18:21-22), dan
kini ia hendak pergi ke sana lagi untuk menunjukkan rasa hor-
matnya kepada jemaat di sana. Dengan jemaat di Yerusalem ini ia
terus berhati-hati agar tetap berhubungan baik dengan mereka,
supaya tidak dianggap memisahkan diri dari mereka akibat tugas-
nya memberitakan Injil di antara orang-orang bukan-Yahudi. Dia
bermaksud untuk tiba di Yerusalem menjelang hari raya Penta-
kosta, sebab hari itu merupakan waktu berkumpulnya orang
banyak, dan itu akan memberinya kesempatan untuk menyebar-
luaskan Injil di antara bangsa Yahudi dan orang-orang yang su-
dah bertobat lainnya yang datang dari seluruh penjuru untuk
beribadah di hari raya itu. Lagi pula, hari Pentakosta telah ter-
masyhur di antara orang-orang Kristen sebagai hari pencurahan
Roh Kudus. Perhatikanlah, orang-orang yang giat bekerja harus
menyesuaikan diri mereka, dan hal itu akan mempercepat urusan
pekerjaan mereka, dengan mengatur waktu (di bawah pimpinan
Sang Pemelihara) dan berusaha menaatinya, berikhtiar melaku-
kan apa pun yang kita anggap paling baik dan tidak membiarkan
perhatian kita beralih dari hal itu. Memang menyenangkan berada
bersama-sama dengan kawan-kawan kita. Hal itu menyukakan
kita, tidak lebih. namun , kebersamaan itu jangan sampai
mengalihkan perhatian kita dari tugas utama kita. Saat Paulus
terpanggil untuk datang ke Yerusalem, dia tidak mau membuang
waktunya di Asia, meskipun kawan-kawannya di sana lebih ba-
nyak dan lebih berbaik hati. Dunia ini bukanlah tempat bagi kita
untuk selalu terus bersama. Kita berharap untuk berkumpul sela-
manya nanti di dunia yang lain.
Nasihat Paulus bagi
Para Penatua Jemaat Efesus
(20:17-35)
17 sebab itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan su-
paya para penatua jemaat datang ke Miletus. 18 Sesudah mereka datang, ber-
katalah ia kepada mereka: Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara
kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: 19 dengan segala rendah hati
aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air
mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau
membunuh aku. 20 Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa
yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu,
868
baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah
kamu; 21 aku selalu bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-
orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Tuhan dan percaya kepada
Tuhan kita, Yesus Kristus. 22namun sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi
ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ 23
selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku,
bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. 24namun aku tidak menghirau-
kan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan me-
nyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk
memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Tuhan . 25 Dan sekarang aku
tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang
telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Tuhan . 26 Sebab itu pada
hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap
siapa pun yang akan binasa. 27 Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh
maksud Tuhan kepadamu. 28 sebab itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh
kawanan, sebab kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik un-
tuk menggembalakan jemaat Tuhan yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-
Nya sendiri. 29 Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang
ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan
kawanan itu. 30 Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa
orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari
jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. 31 Sebab itu berjaga-jagalah
dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada ber-
henti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air
mata. 32 Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada
firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganu-
gerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah
dikuduskan-Nya. 33 Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini
dari siapa pun juga. 34 Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri
aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-ka-
wan seperjalananku. 35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada
kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang
yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri
telah mengatakan: yaitu lebih berbahagia memberi dari pada menerima.
Kelihatannya, kapal yang dinaiki Paulus dan kawan-kawannya menu-
ju Yerusalem itu memang sengaja dipakai untuk melayani kepenting-
annya. Kapal itu tinggal di suatu tempat dan berangkat lagi sesuai
kehendak Paulus, sebab saat dia sampai di Miletus, dia naik ke
darat dan menunggu di sana selama yang dibutuhkannya untuk me-
manggil penatua-penatua jemaat di Efesus supaya datang menemui-
nya di sana. Ini dilakukannya sebab jika dia datang ke Efesus,
mungkin dia tidak diperbolehkan lagi untuk meninggalkan mereka.
Penatua-penatua, atau para hamba Tuhan ini, menurut sebagian
orang merupakan kedua belas orang yang menerima Roh Kudus me-
lalui tangan Paulus (19:6). namun , selain mereka, mungkin juga
Timotius telah melantik para penatua lain untuk melayani jemaat di
sana dan di daerah sekitarnya. Inilah orang-orang yang dipanggil
Paulus, supaya ia dapat mengarahkan dan menguatkan mereka un-
tuk melanjutkan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab
869
mereka. Seluruh pengarahan yang ia berikan kepada mereka akan
mereka teruskan lagi kepada orang-orang di bawah mereka.
Percakapan saat Paulus berpamitan dengan para penatua itu sa-
ngat menyentuh hati. Di dalamnya tersirat begitu banyak perangai
mengagumkan yang dimiliki orang benar yang satu ini.
I. Dia mengingatkan mereka mengenai hidupnya dan pengajarannya
di sepanjang waktu selama dia berada di Efesus dan daerah seki-
tarnya (ay. 18): Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu,
dan bagaimana aku telah menjalankan tugas sebagai seorang
rasul di antara kamu. Dia menyebutkan hal ini sebagai peneguhan
akan amanat yang diembannya, dan sebab itu juga sebagai pene-
guhan atas pengajaran yang telah ia sampaikan di antara mereka.
Mereka semua mengenalnya sebagai seorang yang sungguh-sung-
guh, penuh kasih karunia dan memiliki roh sorgawi. Ia tidak per-
nah mencari keuntungannya sendiri sebagaimana para penipu.
Dia tidak mungkin dapat bertahan dalam pelayanan dan penderi-
taannya melawan begitu banyaknya pencobaan dan kesukaran,
selain oleh kuasa kasih karunia Tuhan saja. Ketenangan pikiran
dan ketekunannya, baik dalam pemberitaan Injil maupun dalam
sikap hidupnya, merupakan bukti nyata bahwa Tuhan benar-benar
menyertainya, dan bahwa dia didorong dan digerakkan oleh roh
yang lebih baik dibandingkan rohnya sendiri. Dengan cara yang sama,
dia pun menjadikan perilakunya itu sebagai arahan bagi mereka,
orang-orang yang akan melanjutkan pekerjaannya itu, supaya
mengikuti teladannya: Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara
kamu, bagaimana aku telah berlaku sebagai seorang pelayan. Ka-
rena itu, perlakukanlah orang-orang yang diberikan kepadamu se-
bagai tanggung jawabmu dengan cara yang sama, saat aku sudah
tidak ada lagi nanti (Flp. 4:9); apa yang telah kamu lihat padaku,
lakukanlah itu.
1. Semangat dan perilakunya itu luar biasa dan patut dicontoh.
Mereka tahu betul bagaimana dia berlaku di antara mereka
dan bagaimana dia bergaul dengan mereka. Ia selalu sederhana
dan tulus penuh kesalehan (2Kor. 1:12). Ia hidup kudus, adil
dan tanpa cela. Ia lemah lembut terhadap mereka (1Tes. 2:7, 10).
(1) Dia telah berlaku dengan benar selama ini, sejak hari per-
tama dia tiba di Asia. Di segala waktu. Caranya mengga-
870
bungkan diri dengan mereka tanpa cela sampai orang se-
akan tidak bisa menemukan kesalahan padanya. Dari sejak
hari pertama, dia menampilkan diri di hadapan mereka se-
bagai orang yang bukan saja hendak bekerja dengan baik,
tetapi juga berbuat baik, ke mana pun dia pergi. Ia seorang
yang teguh pendirian, tidak plinplan. Bawalah ia ke mana
saja, dan ia akan tetap sama di segala waktu. Dia tidak
berbalik sesuai embusan angin ataupun berubah seiring
pergantian cuaca, melainkan selalu sama layaknya sebuah
dadu, yang jika kaulemparkan ke mana pun, akan selalu
mendarat di atas sisi segi empat yang sama.
(2) Melayani Tuhan yaitu pekerjaan utamanya, untuk me-
ninggikan kehormatan Tuhan dan kepentingan Kristus serta
kerajaan-Nya di antara mereka. Dia tidak pernah melayani
dirinya sendiri ataupun menjadikan dirinya pelayan manu-
sia berdasarkan nafsu dan pikiran mereka. Ia tidak mela-
yani Tuhan untuk sekali waktu saja, melainkan selalu
bergiat untuk melayani Tuhan. Dalam pelayanannya, da-
lam keseluruhan perilakunya, dia membuktikan diri seba-
gaimana yang telah dituliskannya sendiri, Paulus, hamba
Kristus Yesus (Rm. 1:1).
(3) Dia telah menjalankan pekerjaannya dengan segala rendah
hati meta pasēs tapeinophrosynēs, yaitu dengan segala
kerendahan diri, kesederhanaan dan penyangkalan diri.
Meskipun dia diberi kehormatan tinggi oleh Tuhan dan telah
banyak melakukan kebaikan, dia sekali-kali tidak pernah
memegahkan diri atau menjaga jarak dengan orang lain,
melainkan bergaul karib, bahkan dengan kaum yang teren-
dah, demi kebaikan mereka, seolah-olah dia setara dengan
mereka. Dia rela merendahkan dirinya untuk melayani,
agar diri dan pelayanannya selalu tersedia setiap kali dibu-
tuhkan. Perhatikanlah, orang-orang yang hendak melayani
Tuhan dengan pekerjaan apa saja, haruslah melakukannya
dengan segenap kerendahan hati supaya ia diterima oleh
Tuhan dan berguna bagi orang lain (Mat. 20:26-27).
(4) Dia selalu berlaku lemah lembut, penuh kasih sayang dan
belas kasihan di antara mereka. Dia telah melayani Tuhan
dengan banyak mencucurkan air mata. Di dalam hal ini,
Paulus serupa dengan Gurunya, yang sering kali mencu-
871
curkan air mata. Di dalam doanya, ia menangis dan memo-
hon belas kasihan kepada-Nya (Hos. 12:5). Dalam khotbah-
nya, dia mengulangi apa yang telah kerap kali dikatakan-
nya kepada mereka, bahkan sambil menangis (Flp. 3:18).
Dalam kepeduliannya terhadap mereka, meskipun dia be-
lum begitu lama mengenal mereka, mereka begitu dekat di
hatinya sampai-sampai dia menangis dengan orang yang
menangis, dan air matanya bercampur dengan air mata
mereka, dan hal ini membuktikan kasih sayangnya kepada
mereka.
(5) Dia telah bergumul dengan banyak kesukaran di antara
mereka. Dia terus menjalankan pekerjaannya di tengah
berbagai perlawanan, banyak pencobaan, ujian terhadap
kesabaran dan keberaniannya. Ada begitu banyak kekece-
waan yang terkadang menjadi pencobaan baginya, seperti
Yeremia yang berkata dalam keadaan serupa, aku tidak
mau mengucapkan firman lagi demi nama Tuhan (Yer. 20:8-
9). Hal-hal ini menimpa Paulus dari pihak orang
Yahudi yang mau membunuhnya, yang masih berkomplot
untuk merancangkan kejahatan melawannya. Perhatikan-
lah, para hamba Tuhan yang setia akan terus melanjutkan
pelayanan mereka bagi-Nya di tengah-tengah aral dan ba-
haya, tanpa menghiraukan sedikit pun musuh-musuh ma-
cam apa yang harus mereka hadapi, supaya mereka dapat
membuktikan diri layak di hadapan Guru mereka dan men-
jadikan Dia sahabat mereka. Air mata Paulus disebabkan
oleh pencobaan-pencobaan yang dihadapinya, sementara
penindasan yang dia derita justru membantunya mengo-
barkan kasih sayangnya.
2. Pemberitaan Injil yang dilakukannya juga berjalan sebagai-
mana mestinya (ay. 20-21). Dia datang ke Efesus untuk mem-
beritakan Injil Kristus di antara mereka, dan dia telah berlaku
setia, baik terhadap mereka maupun terhadap Dia yang telah
mengutusnya.
(1) Dia yaitu seorang pengkhotbah yang lugas, seorang yang
menyampaikan pesannya dengan cara yang dapat dimeng-
erti. Hal ini ditegaskan dalam dua kalimat, semua kuberita-
kan dan kuajarkan kepada kamu. Dia tidak menghibur me-
872
reka dengan isapan-isapan jempol, ataupun menuntun dan
menyesatkan mereka ke dalam awan-awan yang penuh de-
ngan gagasan-gagasan dan ungkapan-ungkapan yang ting-
gi-tinggi. Sebaliknya, menunjukkan kepada mereka semua
kebenaran Injil dengan terang-terang, sebab Injil ini sung-
guh amat besar akibat dan kepentingannya. Ia mengajari
mereka layaknya mengajari anak-anak. Aku telah menun-
jukkan kepadamu jalan yang benar menuju kebahagiaan
dan mengajarimu untuk masuk ke dalamnya.
(2) Dia seorang pemberita Injil yang penuh kuasa, seperti yang
ditegaskan dalam kesaksiannya kepada mereka. Dia mem-
beritakan Injil seperti seorang yang ada di bawah sumpah,
yang benar-benar yakin dengan kebenaran yang diberita-
kannya, sehingga berkeinginan juga untuk meyakinkan
pendengarnya akan kebenaran itu. Ia ingin mempengaruhi
dan menguasai mereka dengan pemberitaan Injil itu. Dia
memberitakan Injil tidak seperti seorang pedagang keliling
yang menyebarkan berita di jalanan (tanpa peduli apakah
berita itu benar atau tidak), melainkan sebagai seorang
saksi sejati yang mengemukakan bukti-bukti di pengadilan
dengan kesungguhan dan kepedulian yang tinggi. Paulus
memberitakan Injil sebagai kesaksian bagi mereka yang
menerimanya dan sebagai kesaksian yang melawan mereka
yang menolaknya.
(3) Dia seorang pengkhotbah yang membangun, seorang yang
memiliki tujuan mendatangkan kebaikan bagi para pende-
ngarnya melalui semua pemberitaannya. Dia memperhati-
kan apa yang berguna bagi mereka, yang akan menjadikan
mereka bijaksana dan baik, makin bijaksana dan lebih
baik, untuk memberitahukan mereka mengenai pengha-
kiman dan mengubah hati serta hidup mereka. Dia membe-
ritakan ta sympheronta, hal-hal yang mendatangkan bagi
mereka terang Tuhan , semangat, dan kuasa bagi jiwa. Tidak-
lah cukup untuk tidak memberitakan hal-hal yang menya-
kiti, yang menyesatkan orang atau yang membuat orang
bersikeras dalam dosa. Lebih dari itu, kita juga harus
memberitakan hal-hal yang membawa manfaat. Semua ini,
saudara-saudaraku yang kekasih, terjadi untuk membangun
iman kamu. Tujuan Paulus bukanlah memberitakan hal-hal
yang menyenangkan, melainkan hal-hal yang berguna, dan
ia baru mau menyenangkan para pendengarnya hanya jika
hal itu juga menguntungkan mereka. Tuhan dikatakan meng-
ajarkan umat-Nya tentang apa yang memberi faedah (Yes.
48:17). Jadi, mereka yang mengajar orang-orang tentang hal-
hal yang memberi faedah berarti ia mengajar demi Tuhan .
(4) Dia seorang pengkhotbah yang gigih, sangat rajin dan tidak
kenal menyerah dalam pekerjaannya. Dia memberitakan
Injil baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-per-
kumpulan di rumah. Dia tidak membatasi diri untuk se-
kadar memberitakan Injil di sudut ruangan saat dia mem-
peroleh kesempatan untuk berkhotbah di hadapan jemaat
yang besar. Ia juga tidak hanya berkhotbah di hadapan je-
maat saat ada kesempatan untuk mengajari orang secara
pribadi. Dia tidak takut ataupun malu memberitakan Injil
di depan umum. Sebaliknya, ia pun tidak berkeluh-kesah
jika hanya memberitakan Injil secara pribadi, di antara se-
dikit orang saja, jika ada kesempatan untuk itu. Dia ber-
khotbah di hadapan kawanan yang datang bersama-sama
di padang yang berumput hijau, juga mendatangi rumah-
rumah untuk mencari domba-domba yang lemah dan telah
tersesat. Dia sama sekali tidak menganggap bahwa tugas
yang satu membebaskannya dari kewajiban melakukan
yang satunya lagi. Dalam kunjungan pribadi dari rumah ke
rumah, para pelayan haruslah mengatakan hal-hal yang
telah mereka ajarkan di depan umum, mengulanginya, me-
nanamkan, dan menjelaskannya, jika perlu dengan berta-
nya, mengertikah kamu semuanya itu? Dan yang terutama,
mereka harus membantu orang-orang untuk menerapkan
kebenaran pada diri dan perkara mereka sendiri.
(5) Dia seorang pengkhotbah yang setia. Dia tidak hanya mem-
beritakan hal-hal yang berfaedah,namun juga semua hal
yang dianggapnya berguna tanpa menahan-nahan apa pun
juga, meskipun memberitakan hal-hal itu mungkin saja
membuatnya menderita atau tidak disukai oleh beberapa
pihak, dan terancam menjadi korban niat jahat mereka.
Dia tidak menolak untuk memberitakan apa pun yang dira-
sanya berfaedah, meskipun hal itu dianggap kuno dan ti-
dak dapat diterima oleh sebagian orang. Dia tidak mena-
874
han-nahan teguran, sekiranya hal itu memang perlu dan
bermanfaat, hanya sebab takut menyinggung orang. Dia
juga tidak lalai memberitakan tentang salib, seperti yang
dilakukan oleh para misionaris Romawi di Cina belakangan
ini, sekalipun dia tahu bahwa salib yaitu batu sandungan
bagi orang-orang Yahudi dan suatu kebodohan bagi orang-
orang Yunani.
(6) Dia seorang pengkhotbah yang am (kepada siapa saja). Dia
selalu bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-
orang Yunani. Meskipun dia lahir dan dibesarkan sebagai
seorang Yahudi dan menyayangi bangsa itu, serta dididik di
dalam segenap prasangka mereka melawan bangsa bukan-
Yahudi, dia tidak membatasi dirinya hanya bagi bangsa
Yahudi saja dan menghindari bangsa bukan-Yahudi, me-
lainkan memberitakan Injil kepada mereka segiat kepada
bangsa Yahudi dan bergaul karib dengan mereka. Di sisi
lain, meskipun dia dipanggil sebagai rasul orang-orang bu-
kan-Yahudi dan orang-orang Yahudi begitu memusuhinya
sebab itu, bahkan melakukan banyak kejahatan melawan-
nya dan terus-menerus merancangkan malapetaka terha-
dapnya di Efesus ini, Paulus tidaklah mengabaikan bangsa
Yahudi sebagai orang-orang yang harus binasa, melainkan
terus berusaha bekerja demi kebaikan mereka. Para pela-
yan harus memberitakan Injil tanpa pandang bulu, sebab
mereka yaitu pelayan-pelayan Kristus bagi seluruh jemaat
di dunia ini.
(7) Dia benar-benar seorang pengkhotbah Kristen yang Injili.
Dia tidak memberitakan gagasan-gagasan filosofis ataupun
pokok-pokok pembicaraan yang meragukan dan yang me-
nimbulkan perbantahan. Dia juga tidak memberitakan ten-
tang politik atau mencampuri urusan negara atau pemerin-
tahan sipil. Sebaliknya, dia memberitakan iman dan perto-
batan, dua kasih karunia Injil yang besar, beserta hakikat
dan kebutuhan akan kedua hal itu. Inilah yang ditekan-
kannya di setiap kesempatan.
[1] Pertobatan terhadap Tuhan . bahwa orang-orang yang te-
lah menjauh dari Tuhan sebab dosa, yang terus men-
jauh dan menjauh dari-Nya sampai hampir benar-benar
terpisah dari-Nya, haruslah memandang kepada Tuhan
875
melalui pertobatan sejati, berbalik kepada-Nya, berge-
rak mendekati-Nya, dan bergegas menghampiri-Nya. Dia
memberitakan pertobatan sebagai amanat agung Tuhan
(17:30) yang harus kita taati, yakni bahwa mereka ha-
rus bertobat dan berbalik kepada Tuhan serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu
(demikianlah ia menjelaskannya, 26:20). Dan ia pun
memberitakannya sebagai karunia dari Kristus, bagi peng-
ampunan dosa (5:31), dan mengarahkan orang-orang su-
paya mencari Dia untuk mendapatkan karunia itu.
[2] Iman kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Melalui perto-
batan, kita harus memandang Tuhan sebagai tujuan kita.
Juga, kita harus memandang iman kepada Kristus se-
bagai jalan menuju Tuhan . Dosa harus ditanggalkan dan
dicampakkan melalui pertobatan, dan kemudian de-
ngan iman, kita harus mengandalkan Kristus untuk
mendapatkan pengampunan atas dosa kita. Pertobatan
kita terhadap Tuhan saja tidaklah cukup. Kita juga harus
memiliki iman yang sejati di dalam Kristus sebagai Pe-
nebus dan Juruselamat kita, menyerahkan diri kepada-
Nya sebagai Tuhan dan Tuhan kita. Sebab, sebagai anak-
anak durhaka yang ingin menghampiri Bapa mereka, ti-
dak ada jalan lain menuju Tuhan selain melalui kekuatan
dan kebenaran Yesus Kristus sebagai Sang Pengantara.
Demikianlah, pengkhotbah seperti itulah yang mereka kenal da-
lam diri Paulus, sehingga, jika mereka hendak menunaikan pekerjaan
yang sama, mereka pun harus melakukannya dengan roh dan lang-
kah-langkah yang sama pula.
II. Dia memberitahukan penderitaan dan kesukaran yang akan diha-
dapinya dalam perjalanannya menuju Yerusalem (ay. 22-24). Ja-
nganlah mereka berpikir bahwa dia melewatkan Asia sebab takut
dianiaya. Tidak, dia sama sekali tidak melarikan diri dari tempat
berbahaya bagaikan seorang pengecut, dan kini pun ia bukannya
hendak berlagak menjadi pahlawan dengan bergegas menuju tem-
pat berlangsungnya peperangan tersengit: Sekarang, sebagai ta-
wanan Roh aku pergi ke Yerusalem, yang dapat diartikan, (1)
sebagai kepastian kesukaran yang akan menghadangnya. Raga-
nya memang belum ditawan,namun rohnya sudah. Dia kini me-
876
nanti-nantikan kesukaran dan bergiat mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Dia menjadi tawanan Roh, sebagaimana semua
orang Kristen sejati yang miskin di hadapan Tuhan , yang berusaha
menyesuaikan diri mereka dengan kehendak Tuhan , jika mereka
memang sudah dikehendaki untuk menderita kemiskinan. Atau,
(2) sebagai dorongan kuat yang dirasakannya di bawah Roh Tuhan
yang bekerja dalam rohnya untuk menempuh perjalanan ini: Se-
bagai tawanan Roh aku pergi, yaitu, dia sudah bertekad untuk
terus maju dan merasa yakin bahwa dirinya digerakkan oleh arah-
an dan pengaruh Tuhan , bukannya atas keinginan atau rancangan
dirinya semata. Aku pergi dalam pimpinan Roh dan menjadi tawan-
an untuk mengikuti-Nya ke mana pun Dia memimpinku.
1. Dia tidak tahu pa