Yohanes-1-16 16
diketahui orang bodoh (Mzm. 92:7). Mereka ber-
usaha menghakimi apa yang tidak mereka mengerti, yang
berada di luar jangkauan pengetahuan mereka. Orang-
orang yang meremehkan kekuasaan dan martabat Kristus
pasti mengatakan yang jahat tentang apa yang tidak mere-
ka ketahui mengenainya (Yud. 1:8, 10).
(2) sebab mereka menghakimi dengan berat sebelah (ay. 15):
Kamu menghakimi menurut ukuran manusia. Apabila hik-
mat kedagingan mengendalikan aturan penghakiman, dan
hanya penampilan lahiriah yang diberikan sebagai bukti,
dan duduk perkaranya diputuskan menurut hal-hal terse-
but, maka manusia menghakimi menurut ukuran manusia.
Dan saat pertimbangan kepentingan duniawi membalik-
Injil Yohanes 8:12-20
529
kan timbangan keadilan dalam menghakimi perkara-per-
kara rohani, saat kita menghakimi demi menyenangkan
pikiran duniawi dan demi kesenangan dunia ini, maka kita
menghakimi menurut ukuran manusia. Dan penghakiman
tidak bisa benar apabila aturan yang dipakainya salah.
Orang-orang Yahudi menghakimi Kristus dan Injil-Nya ber-
dasarkan penampilan-penampilan lahiriah, dan sebab Dia
tampak begitu hina, mereka berpikir mustahil kalau Dia ini
yaitu Terang dunia. Seolah-olah matahari yang tertutup
awan bukanlah matahari.
(3) sebab mereka tidak adil dan tidak jujur terhadap diri-Nya,
seperti yang tercermin dalam jawaban Kristus kepada me-
reka: “Aku tidak menghakimi seorang pun. Aku tidak men-
ciptakan atau turut campur dalam perkara-perkara politik
kalian, dan ajaran-Ku atau pelaksanaannya sama sekali
tidak melanggar ataupun mencampuri hak-hak sipil atau
kuasa-kuasa duniawi yang kalian miliki.” Dengan demi-
kian, Dia tidak menghakimi seorang pun. Nah, jika Dia
tidak berjuang secara duniawi, sangat tidak masuk akal
bagi mereka untuk menghakimi-Nya menurut ukuran manu-
sia dan memperlakukan-Nya sebagai pelanggar hukum
pemerintahan sipil. Atau, “Aku tidak menghakimi seorang
pun,” yang artinya, “tidak sekarang dalam kedatangan-Ku
yang pertama, penghakiman itu ditunda sampai Aku da-
tang kembali” (3:17). Prima dispensatio Christi medicinalis
est, non judicialis – Kedatangan Kristus yang pertama ada-
lah bukan untuk menjalankan penghakiman, melainkan
memberi obat (kesembuhan).
3. Bahwa kesaksian-Nya tentang diri-Nya sendiri sudah cukup
didukung dan dibenarkan oleh kesaksian Bapa-Nya yang ber-
sama-Nya dan yang bersaksi untuk-Nya (ay. 16): dan jikalau
Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar. Dia me-
mang menghakimi di dalam pengajaran-Nya (9:39), meskipun
bukan secara politis.
Maka dari itu, kita bisa memandang-Nya:
(1) Sebagai hakim, dan penghakiman-Nya sendiri yaitu sah:
“Jikalau Aku menghakimi, Aku yang memiliki wewenang
untuk melaksanakan penghakiman, Aku yang telah dise-
530
rahi segala sesuatu, Aku yang yaitu Anak Tuhan , yang
memiliki Roh Tuhan , jikalau Aku menghakimi, pengha-
kiman-Ku itu benar. Ini kebenaran yang tidak usah diper-
soalkan lagi. Ini wewenang yang tanpa batas (Rm. 2:2).
Jikalau Aku harus menghakimi, maka penghakiman-Ku
pasti benar, dan kamu akan dihukum. Akan namun , hari
penghakiman itu belumlah tiba, kamu masih belum dihu-
kum, melainkan diberi belas kasihan, dan sebab itu Aku
tidak menghakimi seorang pun,” demikian menurut Krisos-
tom, seorang bapa gereja. Nah, apa yang membuat peng-
hakiman-Nya tidak dapat dibantah yaitu :
[1] Persetujuan Bapa-Nya dengan-Nya: “Aku tidak seorang
diri, namun Aku bersama dengan Dia.” Kebijaksanaan
Bapa bekerja bersama-Nya untuk mengarahkan-Nya.
Sama seperti Dia sudah ada bersama-sama dengan
Bapa sebelum dunia dijadikan dalam membuat kebijak-
sanaan-kebijaksanaan itu, demikian pula Bapa ber-
sama-sama dengan Dia di dunia dalam menjalankan
dan melaksanakan semua kebijaksanaan itu, dan Bapa
tidak pernah meninggalkan Dia inops consilii – tanpa
nasihat (Yes. 11:2). Semua permufakatan tentang damai
(dan juga tentang perang) ada di antara mereka berdua
(Za. 6:13). Dia juga mendapatkan kuasa Tuhan yang
memberi wewenang penuh dan meneguhkan apa yang
dikatakan-Nya (Mzm. 89:22, dst.; Yes. 42:1). Dia tidak
bertindak sendirian, melainkan dalam nama-Nya sendiri
dan nama Bapa-Nya, dan dengan wewenang yang su-
dah disebutkan sebelumnya (5:17; 14:9-10).
[2] Amanat Bapa-Nya kepada-Nya: “Bapalah yang mengutus
Aku.” Perhatikanlah, Tuhan akan menyertai orang-orang
yang diutus-Nya, lihat Keluaran 3:10, 12: “Pergilah, Aku
mengutus engkau, dan Aku akan menyertai engkau.”
Nah, jika Kristus memiliki amanat dari Bapa, dan
hadirat Bapa bersama-Nya dalam segala perbuatan-Nya,
maka tentu saja penghakiman-Nya yaitu benar dan
sah. Tidak ada kekecualian yang dapat diajukan untuk
menentangnya, dan tidak ada dalih yang perlu disam-
paikan darinya.
Injil Yohanes 8:12-20
531
(2) Pandanglah Dia sebagai Saksi, namun sekarang Dia tidak
tampak seperti saksi (sebab Dia belum menduduki takhta
penghakiman), dan sebagai seorang saksi, kesaksian-Nya
benar dan tidak dapat dibantah.
Hal ini ditunjukkan-Nya dalam ayat 17 dan 18, yang di da-
lamnya:
[1] Dia mengutip kebenaran umum yang berlaku dalam hu-
kum Yahudi (ay. 17), bahwa kesaksian dua orang ada-
lah sah. Ini bukan berarti bahwa kesaksian itu seolah-
olah sudah benar dengan sendirinya, sebab sering kali
orang bekerja sama untuk memberikan kesaksian palsu
(1Raj. 21:10). Namun, kesaksian itu diperbolehkan se-
bagai bukti yang cukup untuk dipakai dalam memutus-
kan suatu perkara (verum dictum), dan jika tidak ada
yang tampak bertentangan dengannya, maka kesaksian
itu dianggap benar dengan sendirinya. Ada rujukan di
sini pada hukum itu (Ul. 17:6), atas keterangan dua
atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang
dihukum mati (Ul. 9:15; Bil. 35:30). Oleh sebab alasan
untuk hiduplah dalam kasus-kasus yang sangat berat
dua orang saksi disyaratkan, seperti yang berlaku di an-
tara kita dalam kasus pengkhianatan (Ibr. 6:18).
[2] Dia menerapkan kebenaran umum ini pada persoalan
yang sedang dihadapi-Nya (ay. 18): “Akulah yang ber-
saksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang meng-
utus Aku, bersaksi tentang Aku.” Lihatlah dua Saksi ini!
Meskipun dalam pengadilan manusia, di mana dua sak-
si disyaratkan, si penjahat atau terdakwa tidak diperbo-
lehkan menjadi saksi bagi dirinya sendiri, namun dalam
perkara yang murni ilahi, yang dapat dibuktikan hanya
dengan kesaksian ilahi, dan Tuhan sendiri yang harus
menjadi Saksinya, jika keharusan untuk memiliki
dua atau tiga saksi tetap dituntut, maka tidak ada sak-
si-saksi lain kecuali Bapa yang kekal, Anak Bapa yang
kekal, dan Roh yang kekal. Nah, jika kesaksian dari dua
pribadi yang berbeda, yang hanyalah manusia dan kare-
na itu bisa saja menipu atau tertipu, sudah bersifat me-
nentukan, terlebih lagi kesaksian Anak Tuhan mengenai
532
diri-Nya sendiri, yang didukung oleh kesaksian Bapa-
Nya mengenai Dia, harus diterima dan dibenarkan
(1Yoh. 5:7, 9-11). Nah, ini membuktikan bukan hanya
bahwa Bapa dan Anak yaitu dua Pribadi yang berbeda
(sebab kesaksian mereka masing-masing di sini dikata-
kan sebagai kesaksian dari dua pribadi yang berbeda),
namun bahwa keduanya yaitu satu, bukan hanya satu
dalam kesaksian mereka melainkan juga sama dalam
kuasa dan kemuliaan, dan sebab itu sama dalam haki-
kat. Mengenai hal ini, Augustinus memperingatkan para
pendengarnya agar waspada terhadap ajaran Sabelian-
isme pada satu sisi, yang tidak membedakan pribadi-
pribadi ke–Tuhan -an, dan Arianisme pada sisi lain, yang
menyangkal ke-Tuhan -an Anak dan Roh. Alius est filius,
et alius pater, non tamed aliud, sed hoc ipsum est et
pater, et filius, scilicet unus Deus est – Anak yaitu satu
Pribadi, dan Bapa yaitu Pribadi yang lain. Namun
demikian, mereka bukan merupakan dua Wujud, melain-
kan bahwa Bapa yaitu Wujud yang sama seperti Anak,
yaitu, satu-satunya Tuhan yang benar (Traktat 36, dalam
Joann). Kristus di sini berbicara tentang diri-Nya dan
Bapa-Nya sebagai Saksi-saksi kepada dunia, untuk
memberikan bukti bagi akal budi dan hati nurani anak-
anak manusia, sebab yang dihadapi-Nya sekarang ada-
lah manusia. Dan Saksi-Saksi yang sekarang bersaksi
kepada dunia ini pada hari penghakiman besar nanti
akan menjadi saksi-saksi yang melawan orang-orang
yang tetap tidak mau percaya, dan perkataan mereka
akan menghakimi manusia.
Berikut ini garis besar percakapan pertama antara
Kristus dan orang-orang Yahudi yang duniawi ini. Da-
lam kesimpulannya kita diberi tahu bagaimana lidah
mereka dibiarkan terlepas dan tangan mereka diikat.
Pertama, bagaimana lidah mereka dibiarkan terlepas
(seperti itulah kebencian neraka) untuk mencari-cari
kesalahan dalam perkataan-Nya (ay. 19). Meskipun da-
lam perkataan-Nya tidak tampak sama sekali suatu ke-
bijakan atau kelicikan manusia, melainkan pernyataan
ilahi, namun mereka bertekad untuk memeriksa-Nya.
Injil Yohanes 8:12-20
533
Tidak ada orang buta yang tidak dapat disembuhkan
kecuali mereka yang sudah bertekad untuk tidak mau
melihat.
Perhatikanlah:
a. Bagaimana mereka mengindar dari perasaan bersa-
lah dengan mempermasalahkan hal-hal yang kecil:
Maka kata mereka kepada-Nya: “Di manakah Bapa-
Mu?” Mereka mungkin sudah mengerti dengan mu-
dah, melalui cara-Nya menyampaikan perkataan ini
dan perkataan-perkataan-Nya yang lain, bahwa ke-
tika Dia berbicara tentang Bapa-Nya, yang dimak-
sudkan-Nya tidak lain dan tidak bukan yaitu Tuhan
sendiri. Namun, mereka berpura-pura mengartikan-
Nya sebagai orang biasa, dan, sebab Dia menyeru-
kan kesaksian-Nya, mereka meminta-Nya untuk me-
manggil saksi-Nya, dan menantang-Nya, jika Dia
bisa, untuk memperlihatkan saksi itu: Di manakah
Bapa-Mu? Demikianlah seperti yang dikatakan Kris-
tus tentang mereka (ay. 15), mereka menghakimi me-
nurut ukuran manusia. Mungkin dengan ini mereka
bermaksud untuk menghina keluarga-Nya yang mis-
kin dan tidak terpandang: Di manakah Bapa-Mu, se-
hingga Dia pantas memberikan bukti untuk kasus
seperti ini? Demikianlah mereka mengabaikan ke-
saksian-Nya dengan olok-olok saat mereka tidak
sanggup melawan hikmat-Nya dan Roh yang mendo-
rong Dia berbicara.
b. Bagaimana Dia menghindari celaan yang tidak ber-
arti itu dengan semakin berusaha meyakinkan mere-
ka lagi akan kesalahan mereka. Dia tidak memberi
tahu mereka di mana Bapa-Nya, namun mendakwa
mereka sebab mereka sengaja tidak mau tahu:
“Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Tidak
ada gunanya berbicara dengan kamu mengenai per-
kara-perkara rohani, sebab kamu membicarakan-
nya seperti orang buta yang berbicara tentang war-
na. Wahai makhluk yang malang! Engkau tidak tahu
apa-apa tentang perkara ini.”
534
(a) Dia mendakwa mereka atas ketidaktahuan mere-
ka mengenai Tuhan : “Bapa-Ku tidak kamu kenal.”
Tuhan terkenal di Yehuda (Mzm. 76:2). Mereka cu-
kup tahu tentang Dia sebagai Tuhan yang mencip-
takan dunia, namun mata mereka menjadi gelap
sehingga mereka tidak dapat melihat terang ke-
muliaan-Nya yang bersinar pada wajah Yesus
Kristus. Anak-anak kecil dalam jemaat Kristen
mengenal Bapa, mengenal-Nya sebagai Bapa
(1Yoh. 2:13), namun para pemimpin Yahudi ini
tidak, sebab mereka tidak mau mengenal-Nya
sebagai Bapa.
(b) Dia menunjukkan kepada mereka alasan yang
sebenarnya mengapa mereka tidak tahu apa-apa
tentang Tuhan : Jikalau sekiranya kamu mengenal
Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku. Alasan meng-
apa manusia tidak tahu akan Tuhan yaitu kare-
na mereka tidak mengenal Yesus Kristus. Bila
kita sungguh mengenal Kristus, maka:
[a] Dalam mengenal-Nya, kita pasti mengenal
Bapa, sebab Kristus yaitu gambar Bapa
yang tidak kelihatan (14:9). Dari sini Krisos-
tom membuktikan ke-Tuhan -an Kristus dan
kesetaraan-Nya dengan Bapa-Nya. Kita tidak
dapat berkata, “Barangsiapa yang mengenal
manusia, maka ia mengenal malaikat,” atau
“Barangsiapa yang mengenal makhluk, maka
ia mengenal Pencipta-Nya.” namun barang-
siapa yang mengenal Kristus, maka ia menge-
nal Bapa.
[b] Oleh-Nya kita pasti diberi pengetahuan me-
ngenai Tuhan dan dibawa untuk mengenal-
Nya. Jikalau kita mengenal Kristus dengan
lebih baik, maka kita pasti mengenal Bapa de-
ngan lebih baik pula. Akan namun , apabila
agama Kristen dilecehkan dan ditentang,
maka pernyataan Tuhan secara umum akan
segera hilang dan disingkirkan. Deisme (ke-
percayaan bahwa Tuhan tidak melibatkan diri
Injil Yohanes 8:12-20
535
dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi di du-
nia – pen.) membuka jalan bagi atheisme (ke-
tidakpercayaan akan adanya Tuhan – pen.).
Orang yang tidak mau belajar dari Kristus
akan menjadi sia-sia dalam pikirannya ten-
tang Tuhan .
Kedua, lihatlah bagaimana tangan mereka diikat,
meskipun lidah mereka dibiarkan terlepas seperti itu.
Demikianlah kuasa Sorga untuk menahan kebencian
neraka. Kata-kata itu dikatakan Yesus, kata-kata yang
berani itu, kata-kata dakwaan dan teguran itu, di dekat
perbendaharaan, suatu tempat di Bait Tuhan . Di tempat
inilah imam-imam kepala, yang mendapatkan keun-
tungan dari kesalehan mereka, terutama tinggal sambil
mengurusi bisnis pendapatan itu. Kristus mengajar di
dalam Bait Tuhan , kadang-kadang di suatu tempat di da-
lamnya, dan kadang-kadang di tempat yang lain, se-
suai dengan kesempatan yang ada pada-Nya. Nah,
imam-imam yang memiliki kepentingan yang begitu
besar di dalam Bait Tuhan , dan yang memandangnya se-
bagai wilayah kekuasaan mereka sendiri, dapat dengan
mudah, dengan bantuan para penjaga yang mendukung
mereka, untuk menangkap-Nya dan menyerahkan-Nya
kepada amukan massa, serta menghukum-Nya dengan
cara yang mereka sebut memukuli para pemberontak.
Atau, setidaknya, mereka dapat membungkam-Nya, dan
menghentikan mulut-Nya di sana, seperti Amos, yang
meskipun dibiarkan saja di tanah Yehuda, namun dila-
rang untuk bernubuat di tempat kudus raja (Am. 7:12-
13). Walaupun demikian, bahkan di dalam Bait Tuhan , di
mana mereka dapat meraih-Nya dengan mudah, tidak
seorang pun yang menangkap Dia, sebab saat-Nya be-
lum tiba.
Lihatlah di sini:
1. Pengekangan yang dilakukan terhadap para peng-
aniaya-Nya oleh kuasa yang tidak terlihat. Tidak se-
orang pun dari antara mereka yang berani turut
campur dalam urusan-Nya. Tuhan dapat menentukan
536
batas-batas pada kemarahan manusia, seperti Dia
menentukan batas-batas pada ombak-ombak di
lautan. Oleh sebab itu, janganlah kita takut bahaya
dalam menjalankan kewajiban kita, sebab Tuhan da-
pat membelenggu Iblis dan semua anteknya.
2. Alasan bagi pengekangan ini: saat-Nya belum tiba.
Seringnya ungkapan ini disampaikan menunjukkan
betapa saat keberangkatan kita meninggalkan dunia
ini sangat bergantung pada keputusan dan ketentu-
an Tuhan yang sudah ditetapkan. Saat itu akan da-
tang, sedang datang. Saat itu belum datang, namun
sudah dekat. Musuh-musuh kita tidak dapat mem-
buatnya datang lebih awal, dan teman-teman kita
juga tidak dapat menundanya lebih lama dibandingkan
waktu yang sudah ditetapkan oleh Bapa. Betapa
menghiburnya kenyataan ini bagi orang-orang yang
baik, mereka dapat memandang ke atas dan berkata
dengan senang hati, “Waktuku ada di tangan-Mu,”
dan memang lebih baik ada di tangan-Nya dibandingkan
di tangan kita sendiri. Saat-Nya belum tiba, sebab
pekerjaan-Nya belum tuntas, dan kesaksian-Nya
pun belum selesai. Untuk segala maksud Tuhan ada
waktunya.
Yesus Menubuatkan Kembalinya Dia kepada Bapa
(8:21-30)
21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Aku akan pergi dan kamu
akan mencari Aku namun kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku
pergi, tidak mungkin kamu datang.” 22 Maka kata orang-orang Yahudi itu:
“Apakah Ia mau bunuh diri dan sebab itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku
pergi, tidak mungkin kamu datang?” 23 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Ka-
mu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari
dunia ini. 24 sebab itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati
dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu
akan mati dalam dosamu.” 25 Maka kata mereka kepada-Nya: “Siapakah Eng-
kau?” Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara de-
ngan kamu? 26 Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu;
akan namun Dia, yang mengutus Aku, yaitu benar, dan apa yang Kudengar
dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” 27 Mereka tidak mengerti,
bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. 28 Maka kata Yesus: “Apa-
bila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa
Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, namun
Injil Yohanes 8:21-30
537
Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. 29
Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan
Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”
30 sesudah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-
Nya.
Kristus di sini memberikan peringatan yang baik terhadap orang-
orang Yahudi yang ceroboh dan tidak percaya itu untuk memikirkan
apa akibat dari ketidaksetiaan mereka, agar mereka dapat menghin-
darinya sebelum semuanya terlambat. Bukan saja perkataan anuge-
rah, perkataan kengerian juga disampaikan-Nya.
Perhatikanlah di sini:
I. Murka yang mengancam (ay. 21): Yesus berkata pula kepada
orang banyak suatu hal yang mungkin dapat membawa kebaikan
bagi mereka. Dia terus mengajar, sebab Ia mau menunjukkan
kebaikan-Nya terhadap sedikit orang yang menerima ajaran-Nya,
meskipun ada banyak orang yang menolaknya. Dengan ini Ia mau
memberikan contoh kepada hamba-hamba Tuhan, supaya mereka
terus melakukan pekerjaan mereka, kendati dengan adanya se-
gala macam perlawanan, sebab umat yang tersisa pasti akan di-
selamatkan. Di sini Kristus mengubah nada suara-Nya. Dia telah
meniup seruling bagi mereka dalam menawarkan anugerah-Nya,
namun mereka tidak menari. Kini Dia menyanyikan kidung duka
bagi mereka dalam menyampaikan murka-Nya, untuk menguji
apakah mereka akan berkabung. Kata-Nya, “Aku akan pergi dan
kamu akan mencari Aku namun kamu akan mati dalam dosamu. Ke
tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Setiap kata itu
sungguh mengerikan, dan berbicara tentang penghakiman-peng-
hakiman rohani, yang merupakan penghakiman yang paling pedih
dari semuanya, lebih buruk dibandingkan perang, wabah penyakit,
dan perbudakan, yang telah dimaklumkan oleh nabi-nabi Perjan-
jian Lama. Ada empat hal di sini yang diberikan sebagai ancaman
melawan orang-orang Yahudi.
1. Kepergian Kristus dari mereka: Aku akan pergi, yang artinya,
“Tidak akan lama lagi Aku akan pergi. Kamu tidak usah bersu-
sah payah mengusir Aku dari antaramu, Aku akan pergi sen-
diri.” Mereka berkata kepada-Nya, “Pergilah dari kami! Kami
tidak suka mengetahui jalan-jalan-Mu,” dan Dia benar-benar
menuruti perkataan mereka. namun celakalah mereka yang di-
tinggalkan Kristus. Ikabod, kemuliaan telah lenyap, kita akan
538
kehilangan pembela kita apabila Kristus pergi. Kristus sering
kali memperingatkan mereka akan kepergian-Nya sebelum Dia
meninggalkan mereka. Dia sering kali mengucapkan salam per-
pisahan, seperti orang yang tidak mau pergi dan ingin diun-
dang, supaya dengan demikian mereka berusaha menahan-
Nya.
2. Permusuhan mereka terhadap Mesias yang sejati dan kegilaan
mereka yang sia-sia dalam mencari-cari Mesias lain saat Dia
pergi jauh, yang merupakan dosa sekaligus penghukuman
bagi mereka: kamu akan mencari Aku, yang menunjukkan:
(1) Permusuhan mereka terhadap Kristus yang sejati: “Kamu
akan berusaha menghancurkan kepentingan-Ku, dengan
merusak ajaran-Ku dan menganiaya para pengikut-Ku, te-
tapi kamu akan sia-sia dalam membasmi mereka.” Ini akan
terus membuat mereka kesal dan tersiksa, menjadikan me-
reka bersikap jahat dan tidak bisa lagi disembuhkan, dan
membawa murka kepada mereka (murka Tuhan dan murka
mereka sendiri) sehebat-hebatnya. Atau,
(2) Pencarian mereka akan kristus-kristus yang palsu: “Kamu
akan terus menanti-nantikan Mesias, dan kebingungan
mencari-cari Dia yang akan datang, sementara sebenarnya
Dia sudah datang.” Kamu akan bagaikan orang Sodom, di-
butakan dan bersusah payah mencari-cari pintu (Rm. 9:31-
32).
3. Akhir dari kedegilan hati mereka: kamu akan mati dalam dosa-
mu. Di sini ada kesalahan dalam semua Alkitab terjemah-
an bahasa Inggris yang kita pakai, bahkan dalam terjemahan
old bishops (terjemahan Alkitab resmi di Inggris tahun 1568 –
pen.), dan terjemahan Jenewa (kecuali terjemahan kaum
Remis), sebab semua naskah salinan Yunani menggunakan
bentuk tunggal untuk kata dosa di sini (dalam terjemahan
bahasa Inggris dikatakan kamu akan mati dalam dosa-dosamu
– pen.), en tē hamartia hymōn – dalam dosamu, demikian pula
dengan semua versi bahasa Latin. Dan Calvin memberikan
keterangan mengenai perbedaan di antara bentuk tunggal di
sini dan bentuk jamak dalam ayat 24, tais hamartiais, bahwa
yang terutama dimaksudkan di sini yaitu dosa ketidakperca-
yaan, in hoc peccato vestro – dalam dosamu yang ini. Perhati-
Injil Yohanes 8:21-30
539
kanlah, orang-orang yang hidup dalam ketidakpercayaan akan
binasa selamanya jika mereka mati di dalam ketidakpercayaan
mereka itu. Atau, perkataan ini dapat dimengerti secara
umum, kamu akan mati dalam kesalahanmu, seperti dalam Ye-
hezkiel 3:19, dan 33:9. Banyak orang yang sudah lama hidup
dalam dosa, melalui anugerah, diselamatkan oleh pertobatan
tepat waktunya sehingga mereka tidak mati di dalam dosa.
namun bagi mereka yang meninggalkan dunia percobaan ini ke
dalam dunia ganjaran dengan membawa kesalahan atas dosa
yang belum diampuni dan kuasa dosa yang belum dihancur-
kan, maka tidak akan ada kelegaan bagi mereka di sana: kese-
lamatan itu sendiri tidak dapat menyelamatkan mereka (Ayb.
20:11; Yeh. 32:27).
4. Keterpisahan mereka dari Kristus dan dari segala kebahagia-
an di dalam Dia untuk selama-lamanya: Ke tempat Aku pergi,
tidak mungkin kamu datang. saat Kristus meninggalkan du-
nia ini, Dia pergi ke tempat di mana ada kebahagiaan yang
sempurna. Dia pergi ke Firdaus. Ke sanalah Dia membawa
pencuri yang bertobat bersama-Nya, yang tidak mati dalam
dosa-dosanya. namun orang-orang yang tidak bertobat bukan
hanya tidak akan datang kepada-Nya, melainkan juga mereka
tidak bisa. Hal ini mustahil secara moral, sebab sorga tidak
akan menjadi sorga bagi mereka yang mati tanpa dikuduskan
dan yang tidak pantas untuk berada di dalamnya. Kamu tidak
dapat datang, sebab kamu tidak berhak memasuki Yerusalem
baru itu (Why. 22:14). Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin
kamu datang, untuk mengambil-Ku dari sana, demikian me-
nurut Dr. Whitby. Hal yang sama ini sebaliknya merupakan
penghiburan bagi semua orang Kristen yang baik, bahwa ke-
tika mereka sampai di sorga, mereka tidak akan dapat dijang-
kau oleh kebencian musuh-musuh mereka.
II. Ejekan mereka terhadap ancaman ini. Bukannya gemetar mende-
ngar perkataan ini, mereka malah mengolok-olok dan menjadi-
kannya bahan tertawaan (ay. 22): Apakah Ia mau bunuh diri?
Perhatikanlah di sini:
1. Betapa remehnya mereka memandang ancaman-ancaman
Kristus. Mereka dapat bersuka ria satu sama lain dengan an-
540
caman-ancaman itu, seperti orang-orang yang mencemooh
para utusan Tuhan. Mereka membuat ucapan ilahi menjadi
celaan, menjadikan perkataan harus ini harus itu, mesti begini
mesti begitu menjadi nyanyian gembira (Yes. 28:13). namun ja-
nganlah kamu mencemooh, supaya tali belenggumu jangan
semakin keras.
2. Betapa jahatnya mereka mengartikan maksud Kristus, seolah-
olah Dia memiliki rencana gila terhadap hidup-Nya sendiri
untuk menghindar dari penghinaan yang dilakukan terhadap
diri-Nya, seperti yang diperbuat Saulus. Memang benar (kata
mereka) Dia akan pergi ke tempat yang kita tidak dapat meng-
ikuti-Nya, sebab kita tidak akan pernah bunuh diri. Demi-
kianlah mereka memperlakukan Dia bukan hanya sama se-
perti mereka sendiri, melainkan juga lebih jahat. Namun
kemudian, saat terjadi malapetaka yang dibawa oleh orang-
orang Romawi, banyak dari antara mereka benar-benar mela-
kukan bunuh diri sebab ketidakpuasan dan keputusasaan.
Sebelumnya mereka mengartikan perkataan-Nya ini jauh lebih
baik (7:34-35): Adakah maksud-Nya untuk pergi kepada me-
reka yang tinggal di perantauan, di antara orang Yunani?
namun lihatlah bagaimana kebencian yang dipupuk tumbuh
semakin jahat.
III. Peneguhan terhadap apa yang telah dikatakan-Nya.
1. Dia telah berkata, Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu
datang, dan di sini Dia memberikan alasan untuk itu (ay. 23):
Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini,
Aku bukan dari dunia ini. Kamu ek tōn katō – berasal dari hal-
hal yang di bawah, bukan menekankan pada asal mereka dari
bawah namun lebih kepada kesukaan mereka terhadap hal-hal
yang dari bawah: “Kamu sangat suka akan hal-hal ini (hal-hal
dari bawah) sama seperti orang-orang yang memang berasal
dari sana (bawah). Bagaimanakah kamu dapat datang ke
tempat Aku pergi, jika roh dan kecenderungan hatimu begitu
bertentangan dengan-Ku?”
Perhatikanlah di sini:
(1) Apakah Roh Tuhan Yesus itu – Roh-Nya bukan dari dunia
ini melainkan dari atas. Dia benar-benar mati terhadap
Injil Yohanes 8:21-30
541
kekayaan duniawi, kenyamanan tubuh, dan pujian manu-
sia, dan seluruhnya dikuasai oleh perkara-perkara ilahi
dan sorgawi. Dan tidak ada seorang pun yang akan berada
bersama-sama dengan Dia kecuali mereka yang dilahirkan
dari atas dan yang kewargaan mereka yaitu di sorga.
(2) Betapa roh mereka bertentangan dengan ini: “Kamu berasal
dari bawah, dan dari dunia ini.” Orang-orang Farisi mem-
punyai roh kedagingan dan duniawi, jadi persekutuan apa-
kah yang dapat dimiliki Kristus dengan mereka?
2. Dia telah berkata, “Kamu akan mati dalam dosamu,” dan di
sini Dia mempertahankannya: “sebab itu tadi Aku berkata
kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu, sebab
kamu berasal dari bawah,” dan Dia memberikan alasan yang
lebih lanjut untuk itu, “Sebab jikalau kamu tidak percaya, bah-
wa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu” (ay. 24).
Perhatikanlah di sini:
(1) Apa yang dituntut dari kita untuk kita percayai: bahwa
Akulah Dia, hoti egō eimi – itulah Aku, yang merupakan sa-
lah satu nama Tuhan (Kel. 3:14). Anak Tuhan -lah yang di
sana berkata, Ehejeh asher Ehejeh – Aku akan tetap Aku,
sebab pembebasan Israel hanyalah merupakan bayangan
dari hal-hal baik yang akan datang, namun sekarang Dia
berkata, “Akulah Dia, Dia yang akan datang, Dia yang ka-
mu harapkan sebagai Mesias, yang kamu inginkan supaya
Aku menjadi demikian bagi kamu. Aku lebih dibandingkan se-
kadar nama Mesias. Aku tidak hanya menyebut diri-Ku
sendiri demikian, namun Akulah Dia.” Iman yang benar tidak
menghibur jiwa dengan kata-kata kosong, namun menjamah-
nya dengan ajaran tentang kepengantaraan Kristus, seba-
gai hal nyata yang memiliki dampak-dampak yang nya-
ta.
(2) Betapa perlunya bagi kita untuk mempercayai hal ini. Jika
kita tidak memiliki iman ini, kita akan mati dalam dosa
kita, sebab perkaranya sudah ditentukan sedemikian rupa
sehingga tanpa iman ini:
[1] Kita tidak dapat diselamatkan dari kuasa dosa selagi
kita hidup, dan sebab itu kita pasti akan terus hidup
di dalam dosa itu sampai pada akhirnya. Tidak ada
542
alasan kuat lain selain ajaran tentang anugerah Kristus,
dan tidak ada hal lain selain Roh anugerah Kristus yang
akan menjadi pelaksana yang sangat berkuasa untuk
membuat kita berbalik dari dosa kepada Tuhan . Dan Roh
itu, juga ajaran itu, diberikan dan membawa hasil yang
nyata hanya bagi mereka yang percaya kepada Kristus:
sehingga jika Iblis tidak diusir dengan iman, maka ia
diberi izin untuk merasuki jiwa selama hidupnya. Jika
Kristus tidak menyembuhkan kita, maka kita tidak
memiliki harapan apa-apa, dan kita akan mati dalam
dosa kita.
[2] Tanpa iman kita tidak dapat diselamatkan dari penghu-
kuman dosa saat kita mati, sebab murka Tuhan akan
tetap pada mereka yang tidak percaya (Mrk. 16:16). Ke-
tidakpercayaan yaitu dosa yang membinasakan. Dosa
ini melawan obat yang dapat menyembuhkannya. Nah,
hal ini menyiratkan janji Injil yang agung: jika kita
percaya bahwa Kristus yaitu Dia, dan menerima-Nya
demikian, kita tidak akan mati dalam dosa kita. Hukum
Taurat mengatakannya dengan mutlak kepada semua
orang, seperti yang dikatakan Kristus (ay. 21), kamu
akan mati dalam dosamu, sebab kita semua bersalah di
hadapan Tuhan . namun Injil membatalkan kematian ini,
dengan syarat kita percaya. Kutuk hukum Taurat di-
buang dan dibatalkan bagi semua orang yang tunduk
kepada anugerah Injil. Orang-orang percaya mati dalam
Kristus, dalam kasih-Nya, dalam pangkuan-Nya, dan
dengan demikian diselamatkan dan tidak akan mati
dalam dosa mereka.
IV. Berikut ini perkataan selanjutnya tentang diri-Nya, yang disam-
paikan-Nya saat Dia menghendaki orang untuk beriman kepa-
da-Nya sebagai syarat untuk mendapatkan keselamatan (ay. 25-
29).
Perhatikanlah:
1. Pertanyaan yang diajukan orang-orang Yahudi kepada-Nya (ay.
25): Siapakah Engkau? Pertanyaan ini mereka ajukan dengan
nada mengolok-olok, tidak dengan keinginan untuk belajar.
Injil Yohanes 8:21-30
543
Dia telah berkata, “Kamu harus percaya bahwa Akulah Dia.”
Dengan tidak mengatakan secara jelas siapa Dia, Dia dengan
langsung menunjukkan bahwa pribadi-Nya tidak dapat digam-
barkan dengan apa pun, dan jabatan-Nya yaitu jabatan yang
diharapkan oleh semua orang yang menantikan penebusan di
Israel. Namun, cara berbicara yang demikian dahsyat ini, yang
sangat berarti ini, dibalikkan mereka menjadi bahan celaan
bagi-Nya, seolah-olah Dia tidak tahu apa yang harus dikata-
kan-Nya tentang diri-Nya sendiri: “Siapakah Engkau, sehingga
kami harus percaya sepenuhnya kepada-Mu, bahwa Engkau
yaitu DIA yang Mahakuasa, yang tidak kami ketahui siapa
atau apa, yang tidak layak untuk diketahui?”
2. Jawaban-Nya terhadap pertanyaan ini, yang dengannya Dia
mengarahkan mereka kepada tiga jalan untuk mencari kete-
rangan:
(1) Dia merujuk mereka pada apa yang sudah dikatakan-Nya
selama ini: “Kamu bertanya siapa Aku? Aku sama seperti
yang telah Kukatakan kepadamu sejak semula” (terjemahan
KJV – pen.). Bahasa aslinya di sini agak rumit, tēn archēn ho
ti kai lalō hymin, yang diartikan sebagian orang demikian:
Akulah yang awal, yang sedang berbicara kepada kamu.
Pengertian itu pula yang dipegang oleh Augustinus. Kristus
disebut Archē – Yang Awal (Kol. 1:18; Why. 1:8; 3:14; 21:6),
dan dengan demikian ini sesuai dengan ayat 24, Akulah
Dia. Bandingkanlah dengan Yesaya 41:4: Aku yang terda-
hulu, Aku tetap Dia juga. Ada penafsir yang keberatan de-
ngan tafsiran ini, dengan alasan bahwa “Aku” di sini yaitu
bentuk objek (bukan subjek) dan sebab itu tidak sesuai
untuk menjawab pertanyaan tis ei. Penafsir yang demikian
harus berusaha memahami aturan tata bahasa melalui pe-
mahaman akan ungkapan yang sejajar dalam Wahyu 1:8)
ho ēn. Namun demikian, sebagian besar penafsir sependa-
pat dengan versi kita, apakah kamu bertanya siapa Aku?
[1] Aku sama seperti yang telah Kukatakan kepadamu sejak
permulaan waktu dalam kitab-kitab Perjanjian Lama,
yang sama yang dikatakan sejak semula sebagai Ketu-
runan wanita, yang akan meremukkan kepala ular, yang
544
sama yang di sepanjang abad gereja merupakan Peng-
antara kovenan dan tujuan iman para bapa leluhur.
[2] Sejak permulaan pelayanan-Ku di depan umum. Pen-
jelasan yang telah Dia berikan tentang diri-Nya pada
waktu-waktu sebelumnya tetap dipegang-Nya. Dia telah
menyatakan diri-Nya sebagai Anak Tuhan (5:17), sebagai
Kristus (4:26), dan roti hidup, dan telah mengemukakan
diri-Nya sebagai objek iman yang perlu untuk menda-
patkan keselamatan, dan inilah yang dirujuk-Nya seba-
gai jawaban bagi pertanyaan mereka. Kristus teguh
pada pendirian-Nya, apa yang telah dikatakan-Nya dari
semula tetap dikatakan-Nya sampai sekarang. Injil-Nya
yaitu Injil kekal.
(2) Dia merujuk mereka pada penghakiman Bapa-Nya dan
perintah-perintah yang didapat-Nya dari Dia (ay. 26): “Ba-
nyak yang harus Kukatakan, melebihi apa yang kamu
pikirkan, dan di dalamnya ada banyak yang harus Kuha-
kimi tentang kamu. namun apa gunanya Aku berbicara lagi
dengan kamu? Aku tahu dengan baik bahwa Dia, yang
mengutus Aku, yaitu benar, dan akan berpihak kepada-
Ku dan membela-Ku, sebab Kukatakan kepada dunia (yang
kepadanya Aku diutus sebagai duta) hal-hal itu, semua hal
itu dan hanya hal-hal itu, yang Kudengar dari pada-Nya.”
Di sini:
[1] Dia menahan dakwaan-Nya kepada mereka. Ada ba-
nyak hal yang sebenarnya dapat dipakai-Nya untuk
mendakwa mereka, dan ada banyak bukti yang dapat
diajukan-Nya untuk melawan mereka, namun untuk
saat ini Dia mengatakan apa saja yang cukup. Perhati-
kanlah, dosa-dosa apa pun yang sudah diungkapkan
kepada kita, Dia yang menyelidiki hati masih mempu-
nyai lebih banyak hal lagi untuk menghakimi kita
(1Yoh. 3:20). Berapa pun banyaknya Tuhan memperhi-
tungkan dosa-dosa manusia di dunia ini, masih ada
perhitungan yang lebih jauh lagi nanti (Ul. 32:34). Oleh
sebab itu, mulai dari sekarang janganlah kita gegabah
mengatakan semua yang dapat kita katakan, bahkan
untuk melawan orang-orang yang paling jahat sekali-
Injil Yohanes 8:21-30
545
pun. Kita mungkin memiliki banyak hal untuk dika-
takan, dengan cara mengecam, namun lebih baik kita
membiarkannya tidak terkatakan, sebab apakah urusan
kita dengan itu?
[2] Dia mengajukan perlawanan-Nya terhadap mereka de-
ngan menyebutkan Bapa-Nya: Dia, yang mengutus Aku.
Di sini ada dua hal yang menghibur-Nya: pertama, bah-
wa Dia telah berlaku setia terhadap Bapa-Nya dan ter-
hadap kepercayaan yang diberikan kepada-Nya: Kukata-
kan kepada dunia (sebab Injil-Nya harus diberitakan
kepada semua makhluk) apa yang Kudengar dari pada-
Nya. sebab sudah ditetapkan sebagai saksi bagi bang-
sa-bangsa (Yes. 55:4), maka Dia yaitu Amin, Saksi
yang setia (Why. 3:14). Dia tidak menyembunyikan ajar-
an-Nya, namun menyampaikannya kepada dunia (sebab
merupakan kepentingan umum, ajaran itu harus diberi-
tahukan kepada semua orang). Dia juga tidak meng-
ubah atau menggantinya, atau melenceng dari perintah-
perintah yang telah diterima-Nya dari Dia yang meng-
utus-Nya. Kedua, bahwa Bapa-Nya akan berlaku setia
terhadap-Nya. Setia kepada janji bahwa Dia akan mem-
buat mulut-Nya sebagai pedang yang tajam, setia ke-
pada tujuan-Nya mengenai Dia, yang sudah merupakan
suatu ketetapan (Mzm. 2:7). Setia kepada ancaman-
ancaman murka-Nya melawan orang-orang yang meno-
lak-Nya. Meskipun Dia tidak akan mendakwa mereka di
hadapan Bapa-Nya, namun Bapa-Nya, yang mengutus-
Nya, pasti akan mengadakan perhitungan dengan me-
reka, dan akan berlaku setia dengan apa yang telah di-
katakan-Nya (Ul. 18:19), bahwa barangsiapa yang tidak
mendengarkan nabi yang akan dibangkitkan-Nya, maka
Dia akan menuntut pertanggungjawaban darinya. Kris-
tus tidak akan mendakwa mereka, “sebab,” kata-Nya,
“Dia yang mengutus Aku yaitu benar, dan akan meng-
hakimi mereka, meskipun Aku tidak akan menuntut
penghakiman atas mereka.” Dengan demikian, meski-
pun Dia membiarkan saja penghakiman yang sekarang,
Dia mengikat mereka untuk hari penghakiman nanti,
saat sudah terlambat bagi mereka untuk memper-
546
debatkan apa yang tidak mau mereka percayai seka-
rang. Aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar;
Engkaulah yang akan menjawab (Mzm. 38:14, 16). Ter-
hadap bagian perkataan Juruselamat kita di sini, sang
penulis Injil Yohanes ini memberikan ucapan yang ber-
nada sedih (ay. 27): Mereka tidak mengerti, bahwa Ia
berbicara kepada mereka tentang Bapa.
Lihatlah di sini:
1. Kuasa Iblis untuk membutakan pikiran orang-orang
yang tidak percaya. Meskipun Kristus berbicara de-
ngan begitu jelas tentang Tuhan sebagai Bapa-Nya di
sorga, mereka tidak mengerti siapa yang dimaksud-
kan-Nya, malah berpikir bahwa Dia berbicara ten-
tang bapa-Nya yang ada di Galilea. Demikianlah hal-
hal yang paling sederhana dan jelas menjadi teka-
teki dan perumpamaan bagi orang-orang yang sudah
bertekad untuk memegang teguh prasangka-pra-
sangka buruk mereka. Siang dan malam tidak ada
bedanya bagi orang buta.
2. Alasan mengapa ancaman-ancaman itu meninggal-
kan begitu sedikit kesan pada pikiran orang-orang
berdosa. Ini yaitu sebab mereka tidak mengerti
murka siapa yang akan menimpa mereka. saat
Kristus memberi tahu mereka kebenaran dari Dia
yang mengutus-Nya, sebagai peringatan terhadap
mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi
penghakiman-Nya, yang sesuai dengan kebenaran,
mereka meremehkan peringatan itu, sebab mereka
tidak mengerti penghakiman siapa yang akan me-
reka hadapi.
(3) Dia merujuk mereka kepada keyakinan mereka sendiri se-
telah ini (ay. 28-29). Dia sadar bahwa mereka tidak akan
memahami-Nya, dan sebab itu Dia menunda penghakim-
an itu sampai muncul bukti yang lebih lanjut. Mereka yang
tidak melihat akan melihatnya (Yes. 26:11).
Sekarang perhatikanlah di sini:
[1] Apa yang akan membuat mereka yakin tidak lama sete-
lah ini: “Barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, bahwa
Injil Yohanes 8:21-30
547
Yesus yaitu Mesias yang sebenarnya. Entah kamu
akan mengakuinya atau tidak di hadapan manusia,
kamu akan dibuat mengetahuinya dalam hati nuranimu
sendiri, dan keyakinan ini mungkin dapat kamu tekan,
namun tidak dapat kamu kaburkan: bahwa Akulah Dia,
bukan apa yang kamu gambarkan tentang Aku, namun
apa yang Kusampaikan tentang diri-Ku sendiri, Dia
yang akan datang!” Supaya mereka mengakui Dia, me-
reka harus dibuat menjadi yakin akan dua hal ini:
Pertama, bahwa Dia tidak berbuat apa-apa dari diri-
Nya sendiri, tidak dari diri-Nya sebagai manusia, tidak
dari diri-Nya sendiri, tidak dari diri-Nya tanpa Bapa,
yang dengan-Nya Dia menjadi satu. Dengan ini Dia
sama sekali tidak merendahkan kuasa bawaan yang
telah dimiliki-Nya, melainkan hanya bermaksud untuk
menyangkal tuduhan mereka terhadap-Nya sebagai nabi
palsu. Sebab mengenai nabi-nabi palsu dikatakan bah-
wa mereka bernubuat sesuka hatinya saja dan meng-
ikuti bisikan hatinya sendiri.
Kedua, bahwa Dia berbicara tentang hal-hal sebagai-
mana diajarkan Bapa kepada-Nya, bahwa Dia tidak
autodidaktos – belajar sendiri, namun Theodidaktos – di-
ajar oleh Tuhan . Ajaran yang disampaikan-Nya yaitu se-
padan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan Tuhan , yang
sangat dikenal-Nya dengan dekat. Kathōs edidaxe, tauta
lalō – Aku berbicara tentang hal-hal itu, bukan hanya
yang diajarkan-Nya kepada-Ku melainkan juga sebagai-
mana yang diajarkannya kepada-Ku, dengan kuasa dan
wewenang ilahi yang sama.
[2] Kapan mereka akan dibuat yakin akan hal ini: Apabila
kamu telah meninggikan Anak Manusia, meninggikan-
Nya di atas kayu salib, seperti ular tembaga yang diting-
gikan di atas tiang (3:14), seperti korban-korban di ba-
wah hukum Taurat (sebab Kristus yaitu sang korban
agung), yang saat dipersembahkan dikatakan diang-
kat atau ditinggikan. Oleh sebab itulah korban-korban
bakaran, yaitu korban yang paling kuno dan paling
mulia dari semuanya, disebut dengan peninggian (peng-
angkatan) (Gnoloth dari kata Gnolah, asendit – dia naik).
548
Selain itu, dalam persembahan yang lain, orang Yahudi
melakukan suatu upacara penting yang di dalamnya
mereka mengangkat korban persembahan, dan mem-
bawanya ke hadapan Tuhan. Demikianlah Kristus di-
tinggikan. Atau ungkapan itu menunjukkan bahwa
kematian-Nya yaitu pengangkatan-Nya (atau ditinggi-
kannya Dia). Orang-orang yang menghukum mati Dia
menyangka bahwa dengan berbuat demikian mereka
telah menguburkan Dia dan kepentingan-Nya untuk
selama-lamanya, namun yang terjadi justru sebaliknya,
peristiwa itu justru meninggikan Dia dan memajukan
kepentingan-Nya (12:24). saat Anak Manusia disalib-
kan, Anak Manusia dipermuliakan. Sebelumnya Kristus
menyebutkan kematian-Nya sebagai kepergian-Nya, te-
tapi di sini Dia menyebutnya sebagai pengangkatan-
Nya. Dengan demikian, sama seperti kematian orang-
orang kudus merupakan kepergian mereka dari dunia
ini, demikian pula kematian mereka itu merupakan
langkah maju bagi mereka menuju ke alam yang lebih
baik. Amatilah, Dia membicarakan orang-orang yang
sedang bercakap dengan-Nya pada saat itu sebagai alat-
alat bagi kematian-Nya: apabila kamu telah meninggikan
Anak Manusia. Ini bukan berarti bahwa mereka akan
menjadi para imam yang akan mempersembahkan diri-
Nya sebagai korban (tidak, itu yaitu tindakan-Nya sen-
diri, Dia mempersembahkan diri-Nya sendiri), namun bah-
wa mereka akan menjadi para pengkhianat dan pem-
bunuh-Nya (Kis. 2:23). Mereka meninggikan-Nya di kayu
salib, namun kemudian Dia meninggikan diri-Nya kepada
Bapa-Nya. Amatilah betapa lemah lembutnya Kristus di
sini berbicara kepada orang-orang yang diketahui-Nya
dengan pasti akan menghukum mati Dia, untuk meng-
ajar kita agar tidak membenci atau berusaha menyakiti
siapa pun, sekalipun kita tahu mereka membenci kita
dan berusaha menyakiti kita. Nah, Kristus berbicara
tentang kematian-Nya sebab hal tersebut betul-betul
memberi bukti kuat akan ketidaksetiaan orang-orang
Yahudi. Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia,
Injil Yohanes 8:21-30
549
barulah kamu tahu akan hal ini. namun mengapa baru
pada saat itu mereka akan meninggikan Dia?
Pertama, sebab orang-orang yang gegabah dan ti-
dak mau berpikir sering kali baru menyadari pentingnya
belas kasihan saat belas kasihan itu sudah tidak ada
lagi (Luk. 17:22).
Kedua, dosa mereka dalam menghukum mati Kris-
tus akan menggugah hati nurani mereka sehingga me-
reka akan berusaha mencari Juruselamat dengan sung-
guh-sungguh, dan kemudian akan menyadari bahwa
hanya Yesuslah yang dapat menyelamatkan mereka.
Dan demikianlah yang terbukti kemudian, saat diberi
tahu bahwa dengan tangan yang jahat mereka telah me-
nyalibkan dan membunuh Anak Tuhan , mereka berseru,
“Apakah yang harus kami perbuat?”. Demikianlah yang
terbukti, saat mereka diyakinkan saat itu bahwa
Yesus ini yaitu Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36).
Ketiga, akan ada tanda-tanda dan berbagai keajaib-
an yang menyertai kematian-Nya dan pengangkatan-
Nya dari kematian di dalam kebangkitan-Nya. Semua
ini memberi bukti mengenai jati diri-Nya sebagai Mesias
lebih kuat dibandingkan bukti apa pun yang sudah pernah
diberikan. Dan dengan ini orang banyak yang sebelum-
nya menentang dan melawan-Nya akan menjadi percaya
bahwa Yesus yaitu Kristus.
Keempat, dengan kematian Kristus, pencurahan Roh
Kudus dinyatakan, yang akan meyakinkan dunia bahwa
Yesus yaitu Dia (16:7-8).
Kelima, orang-orang Yahudi menimpakan pengha-
kiman-penghakiman atas diri mereka sendiri dengan
menghukum mati Kristus, yang merupakan puncak pe-
langgaran mereka. Penghakiman-penghakiman itu me-
rupakan bukti jelas bagi orang yang paling keras hati di
antara mereka bahwa Yesus yaitu Dia. Kristus sering
kali telah menubuatkan bahwa kehancuran akan terjadi
sebagai hukuman yang adil atas ketidakpercayaan me-
reka yang mengeras, dan bila hukuman itu datang (dan
sungguh sudah datang!), mereka pasti akan mengetahui
550
bahwa seorang nabi besar telah ada di tengah-tengah
mereka (Yeh. 33:33).
[3] Apa yang menguatkan Yesus Tuhan kita untuk semen-
tara ini (ay. 29): Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyer-
tai Aku, dalam seluruh pekerjaan-Ku. Sebab Bapa (sum-
ber dan mata air utama dari seluruh perkara ini, yang
memicu dan menciptakan semua ini) tidak mem-
biarkan Aku sendiri untuk mengurus segala sesuatunya
sendiri, tidak meninggalkan perkara itu begitu saja,
atau meninggalkan Aku untuk melaksanakannya sen-
dirian, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berke-
nan kepada-Nya. Di sini kita melihat,
Pertama, keyakinan penuh Kristus akan hadirat
Bapa-Nya bersama-Nya, yang mencakup baik itu kuasa
ilahi yang menyertai-Nya untuk memampukan Dia me-
laksanakan pekerjaan-Nya maupun kebaikan ilahi yang
dinyatakan kepada-Nya untuk mendorong-Nya di dalam
pekerjaan itu. Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai
Aku (Yes. 42:1; Mzm. 89:22). Hal ini sungguh sangat
menguatkan iman kita dalam Kristus dan kebergan-
tungan kita kepada firman-Nya, sebab kita tahu bahwa
Bapa-Nya menyertai Dia untuk menguatkan perkataan
hamba-Nya (Yes. 44:26). Raja segala raja menyertai
duta-Nya sendiri untuk mengesahkan misi-Nya dan
membantu usaha-Nya, dan tidak pernah meninggalkan-
Nya sendirian atau dalam kelemahan. Hal ini juga se-
makin memperberat kejahatan orang-orang yang me-
nentang-Nya, dan menunjukkan bagaimana mereka
membentengi diri dengan menolak Dia. Sebab dengan
berbuat demikian, mereka ternyata didapati melawan
Tuhan . Mereka menyangka dapat menghancurkan dan
membinasakan-Nya dengan mudah, tapi biarlah mereka
tahu bahwa ada Dia yang menopang-Nya. Biar mereka
tahu bahwa sungguh gila bila mereka sampai menen-
tang Dia.
Kedua, alasan bagi keyakinan-Nya ini: sebab Aku
senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Injil Yohanes 8:21-30
551
Artinya:
1. Perkara besar yang terus-menerus digeluti oleh Yesus
Tuhan kita yaitu perkara yang sangat berkenan
bagi Bapa yang telah mengutus-Nya. Seluruh peker-
jaan-Nya disebut sebagai kehendak TUHAN (Yes.
53:10; KJV: “perkenanan Tuhan” – pen.), sebab di
dalamnya ada kebijaksanaan-kebijaksanaan serta
kepuasan Sang Hikmat kekal.
2. Dalam pelaksanaan perkara itu tidak ada yang
membuat Bapa-Nya tidak berkenan kepada-Nya. Da-
lam menjalankan amanat-Nya, Dia melakukan sega-
la perintah-Nya dengan tepat, dan tidak berbuat
satu hal pun yang melenceng darinya. Tidak ada ma-
nusia biasa yang sejak Kejatuhan dapat berkata-
kata seperti ini (sebab kita semua bersalah dalam
banyak hal), namun Yesus Tuhan kita tidak pernah
berbuat salah terhadap Bapa-Nya dalam hal apa
pun. Sebaliknya, seperti yang memang sudah meru-
pakan jati diri-Nya, Dia menggenapkan seluruh ke-
hendak Tuhan . Ini penting bagi keabsahan dan nilai
korban yang akan dipersembahkan-Nya, sebab sean-
dainya Dia berbuat sesuatu yang membuat Bapa-
Nya tidak berkenan, dan dengan demikian mempu-
nyai dosa yang harus dipertanggungjawabkan-Nya
sendiri, maka Bapa tidak akan berkenan kepada-Nya
sebagai korban pendamaian bagi dosa-dosa kita. Se-
bab yang harus menjadi imam dan korban bagi kita
yaitu yang benar-benar murni dan tanpa cela.
Sama halnya pula, kita dapat belajar dari sini bahwa
hamba-hamba Tuhan baru dapat mengharapkan ha-
dirat Tuhan bersama mereka apabila mereka memilih
dan melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Nya
(Yes. 66:4-5).
V. Inilah dampak baik dari perkataan Kristus ini terhadap sebagian
dari para pendengar-Nya (ay. 30): sesudah Yesus mengatakan se-
muanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
552
Perhatikanlah:
1. Meskipun banyak orang binasa dalam ketidakpercayaan mere-
ka, masih ada umat tersisa yang dipilih melalui anugerah,
yang percaya hingga jiwa mereka diselamatkan. Meskipun
Israel, sebagai umat secara keseluruhan, tidak dikumpulkan,
ada sebagian dari antara mereka yang di dalamnya Kristus
akan dipermuliakan (Yes. 49:5). Hal ini pun ditekankan oleh
Rasul Paulus, untuk mendamaikan masalah penolakan orang-
orang Yahudi dan janji-janji yang telah diberikan Tuhan kepada
nenek moyang mereka. Ada tinggal suatu sisa (Rm. 11:5).
2. Perkataan Kristus, dan terutama perkataan-Nya yang meng-
ancam, menjadi benar-benar berkuasa dengan anugerah Tuhan
untuk membawa jiwa-jiwa yang malang untuk percaya ke-
pada-Nya. saat Kristus memberi tahu mereka bahwa jika
mereka tidak percaya maka mereka akan mati dalam dosa me-
reka, dan tidak akan pernah masuk sorga, mereka berpikir
sudah waktunya untuk memeriksa diri mereka sendiri (Rm.
1:16, 18).
3. Kadang-kadang ada pintu yang terbuka lebar, dan yang akan
berhasil membawa banyak orang masuk, sekalipun ada ba-
nyak musuh. Kristus akan melanjutkan pekerjaan-Nya, ken-
dati bangsa-bangsa rusuh. Injil kadang-kadang memperoleh
kemenangan besar saat ia menjumpai perlawanan yang
hebat. Biarlah hal ini mendorong hamba-hamba Tuhan untuk
terus memberitakan Injil, meskipun dengan perjuangan yang
berat, sebab mereka tidak akan bekerja dengan sia-sia. Ba-
nyak orang yang mungkin dibawa kembali kepada Tuhan secara
sembunyi-sembunyi oleh berbagai usaha yang secara terang-
terangan ditentang dan dipermasalahkan oleh orang-orang
yang berpikiran jahat. Augustinus menyerukan kata-kata ini
dengan rasa haru saat dia menyampaikannya dalam khot-
bahnya: Utinam et, me loquenti, multi credant; non in me, sed
mecum in eo – Aku berharap bahwa saat aku berbicara,
banyak orang yang akan percaya, bukan kepadaku melainkan
bersama-sama aku percaya kepada Dia.
Injil Yohanes 8:31-37
553
Kebenaran yang Memerdekakan
(8:31-37)
31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya:
“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar yaitu murid-Ku 32
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdeka-
kan kamu.” 33 Jawab mereka: “Kami yaitu keturunan Abraham dan tidak
pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu
akan merdeka?” 34 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, se-
sungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, yaitu hamba dosa. 35 Dan
hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, namun anak tetap tinggal dalam
rumah. 36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-
benar merdeka.” 37 “Aku tahu, bahwa kamu yaitu keturunan Abraham,
namun kamu berusaha untuk membunuh Aku sebab firman-Ku tidak beroleh
tempat di dalam kamu.”
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati:
I. Ajaran yang menghibur hati dipaparkan mengenai kemerdekaan
rohani yang akan dialami murid-murid Kristus. Ajaran ini disam-
paikan untuk mendorong orang-orang Yahudi yang percaya.
Kristus, sebab mengetahui bahwa ajaran-Nya mulai bekerja da-
lam diri sebagian pendengar-Nya, dan merasakan bahwa ada ke-
kuatan yang keluar dari dalam diri-Nya, mengalihkan pembicara-
an-Nya dari orang-orang Farisi yang congkak itu, dan berbicara
kepada orang-orang percaya yang lemah. sesudah memberitahukan
murka yang akan menimpa orang-orang yang tetap bersikeras
untuk tidak mau percaya, Dia memberikan kata-kata penghibur-
an kepada sedikit orang Yahudi yang lemah yang percaya kepada-
Nya.
Perhatikanlah di sini:
1. Betapa lemah lembutnya Tuhan Yesus memandang mereka
yang gentar kepada firman-Nya, dan yang bersedia untuk me-
nerimanya. Dia memiliki sesuatu untuk disampaikan kepa-
da mereka yang memiliki telinga untuk mendengar, dan Dia
tidak akan melewatkan begitu saja orang-orang yang sengaja
berdiri di jalan-Nya tanpa berbicara kepada mereka.
2. Dengan hati-hati Dia menyambut riang awal-awal kedatangan
anugerah, dengan menyambut orang-orang yang datang ke-
pada-Nya. Orang-orang Yahudi yang percaya ini masih lemah,
namun Kristus tidak menolak mereka sebab kelemahan
mereka itu, sebab Dia menghimpunkan domba-domba dalam
tangan-Nya. saat iman masih seperti bayi, Dia memberikan
lutut-Nya untuk menjagainya, memberikan susu untuk disa-
554
pih, agar iman itu tidak mati sejak dari kandungan. Dalam per-
kataan-Nya kepada mereka, kita mendapatkan dua hal, yang
dikatakan-Nya kepada semua orang yang mau percaya ke-
pada-Nya kapan saja:
(1) Sifat murid Kristus yang sejati: Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar yaitu murid-Ku. saat me-
reka percaya kepada-Nya, sebagai Nabi Agung, mereka
memberi diri untuk menjadi murid-murid-Nya. Sekarang,
pada saat mereka mulai masuk sekolah-Nya, Dia menentu-
kan ini sebagai aturan tetap, bahwa Dia tidak mengakui
siapa pun sebagai murid-murid-Nya kecuali mereka yang
tetap dalam firman-Nya.
[1] Hal ini menyiratkan bahwa ada banyak orang yang
mengaku sebagai murid Kristus namun kenyataannya
tidak, hanya di luar dan sekadar nama saja.
[2] Orang-orang yang tidak kuat di dalam iman harus betul-
betul berusaha agar iman mereka itu sungguh benar,
supaya meskipun tidak menjadi murid-murid yang pa-
ling hebat, setidaknya mereka benar-benar yaitu mu-
rid-Nya.
[3] Orang-orang yang hendak menjadi murid-murid Kristus
harus diberi tahu bahwa mereka sebaiknya tidak usah
datang kepada-Nya jika mereka tidak datang dengan te-
kad untuk tetap tinggal di dalam Dia melalui anugerah-
Nya. Baiklah mereka yang ingin mengadakan perjanjian
dengan Kristus tidak berpikir lagi untuk membatalkan
perjanjian itu. Anak-anak dikirim ke sekolah dan terikat
menjadi murid-murid hanya selama beberapa tahun, te-
tapi orang-orang kepunyaan Kristus hanyalah mereka
yang bersedia mengikatkan diri kepada-Nya seumur
hidup.
[4] Hanya mereka yang tetap dalam firman Kristus yang
akan diterima sebagai murid-Nya yang sesungguhnya,
yang setia kepada firman-Nya dalam segala hal tanpa
mendua hati, dan yang tetap tinggal di dalamnya sam-
pai akhir hidupnya tanpa menjadi murtad. Yang dikata-
kan di sini yaitu menein – berdiam dalam firman
Kristus, seperti orang yang berdiam di dalam rumah,
Injil Yohanes 8:31-37
555
yang merupakan pusat kehidupannya, tempat dia ber-
istirahat dan berlindung. Persekutuan kita dengan fir-
man-Nya dan ketaatan kita kepada firman itu haruslah
tetap. Jika kita tetap menjadi murid-murid-Nya sampai
akhirnya, maka, dan sungguh demikian, kita membuk-
tikan diri sebagai murid-Nya yang sesungguhnya.
(2) Hak istimewa yang dimiliki murid Kristus yang sejati. Inilah
dua janji berharga yang dibuat bagi mereka yang mem-
buktikan diri sebagai murid Kristus yang sesungguhnya
(ay. 32).
[1] “Kamu akan mengetahui kebenaran, akan mengetahui
semua kebenaran yang diperlukan dan yang bermanfaat
untuk kamu ketahui, dan akan menjadi lebih teguh lagi
dalam percaya kepadanya. Kamu akan mengetahui ke-
pastian kebenaran itu.”
Perhatikanlah:
Pertama, bahkan mereka yang merupakan orang-
orang percaya sejati dan murid-murid Kristus yang
benar-benar mungkin saja dan memang ada banyak
yang tidak tahu mengenai banyak hal yang seharusnya
mereka ketahui. Anak-anak Tuhan hanyalah anak-anak.
Mereka mengerti serta berbicara seperti anak-anak. Se-
andainya kita tidak perlu diajar, maka kita tidak perlu
menjadi murid.
Kedua, yaitu hak yang sangat istimewa untuk me-
ngetahui kebenaran, untuk mengetahui kebenaran-ke-
benaran khusus yang harus kita percayai, dalam hu-
bungan dan keterkaitannya satu sama lain, serta untuk
mengetahui dasar-dasar serta alasan-alasan bagi keper-
cayaan kita – untuk mengetahui apa itu kebenaran dan
apa yang membuktikannya sebagai kebenaran.
Ketiga, yaitu janji Kristus yang penuh rahmat bagi
semua yang tetap dalam firman-Nya, bahwa mereka
akan mengetahui kebenaran sejauh apa yang diperlu-
kan dan bermanfaat bagi mereka. Para cendekiawan
Kristus pasti akan diajar dengan baik.
556
[2] Kebenaran itu akan memerdekakan kamu, yang artinya:
Pertama, kebenaran yang diajarkan Kristus berkua-
sa memerdekakan manusia (Yes. 61:1). Pembenaran
memerdekakan kita dari kebersalahan atas dosa, yang
olehnya kita diikat kepada penghakiman Tuhan , dan
diikat di dalam ketakutan-ketakutan yang mengerikan.
Pengudusan memerdekakan kita dari belenggu kerusak-
an, yang olehnya kita ditahan sehingga kita tidak dapat
melakukan pelayanan rohani, yang merupakan kebe-
basan sempurna, dan dipaksa untuk terus berada da-
lam apa yang merupakan perbudakan yang sebenar-
benarnya. Kebenaran Injil memerdekakan kita dari kuk
hukum dan upacara agama tanpa isi, dan dari beban-
beban yang lebih berat yang diharuskan oleh adat isti-
adat nenek moyang. Kebenaran itu memerdekakan kita
dari musuh-musuh rohani kita, merdeka di dalam mela-
yani Tuhan , merdeka untuk mendapatkan hak-hak isti-
mewa sebagai anak, dan merdeka bagi Yerusalem yang
di atas, yang yaitu merdeka.
Kedua, mengenal, menyambut dan mempercayai
kebenaran ini benar-benar memerdekakan kita, untuk
merdeka dari berbagai prasangka, kesalahan, dan ga-
gasan yang keliru, yang sungguh memperbudak dan
menjerat jiwa. Merdeka dari kekuasaan hawa nafsu dan
keinginan daging. Kemerdekaan itu memulihkan jiwa
sehingga jiwa kembali memerintah atas dirinya sendiri,
dengan membuatnya tunduk pada Penciptanya. Akal
budi, dengan mengakui kebenaran Kristus dalam terang
dan kuasa, menjadi sangat diperluas. Akal budi menjadi
memiliki tujuan dan penunjuk arah, diangkat dan di-
tinggikan mengatasi segala hal indrawi dan bertindak
dengan kebebasan penuh yang sesungguhnya di bawah
perintah ilahi (2Kor. 3:17). Musuh-musuh Kekristenan
mengaku berpikiran bebas, padahal sesungguhnya yang
paling bebas berpikir yaitu mereka yang dibimbing
oleh iman. Orang-orang yang berpikiran bebas sesung-
guhnya yaitu mereka yang pikirannya ditawan dan
ditundukkan untuk taat kepada Kristus.
Injil Yohanes 8:31-37
557
II. Serangan orang-orang Yahudi yang duniawi itu terhadap ajaran
ini, dan keberatan mereka terhadapnya. Meskipun ajaran itu
membawa kabar kesukaan mengenai kebebasan bagi para tawan-
an, mereka mencari-cari kesalahan di dalamnya (ay. 33). Orang-
orang Farisi merasa sakit hati sebab kata-kata yang menghibur
ini diberikan kepada mereka yang percaya, orang-orang yang se-
dang berdiri di situ, yang tidak memiliki bagian atau hak dalam
perkara ini. Mereka merasa direndahkan dan dihina oleh hak ke-
bebasan rahmani yang diberikan kepada orang-orang yang per-
caya. sebab itu, dengan sombong dan dengkinya mereka men-
jawab-Nya, “Kami orang-orang Yahudi yaitu keturunan Abraham,
dan sebab itu kami orang merdeka sejak lahir. Kami tidak pernah
kehilangan kemerdekaan yang kami peroleh sejak lahir itu. Kami
tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat
berkata kepada kami orang-orang Yahudi: Kamu akan merdeka?”
Perhatikanlah di sini:
1. Apa yang membuat mereka bersusah hati. Yang membuat
mereka bersusah hati yaitu sindiran dalam perkataan itu,
kamu akan merdeka, seolah-olah jemaat dan bangsa Yahudi
berada dalam suatu perbudakan, yang menyindir orang Ya-
hudi secara umum, dan seolah-olah semua orang yang tidak
percaya kepada Kristus terus berada dalam perbudakan itu,
yang menyindir orang-orang Farisi secara khusus. Perhatikan-
lah, hak-hak istimewa yang dimiliki kaum beriman membuat
orang-orang yang tidak beriman iri dan sakit hati (Mzm.
112:10).
2. Apa yang ditentang mereka. Sementara Kristus menunjukkan
bahwa mereka perlu dimerdekakan, mereka menegaskan:
(1) “Kami keturunan Abraham, dan Abraham yaitu seorang
pemimpin, seorang besar. Walaupun kami tinggal di Ka-
naan, kami bukanlah keturunan Kanaan, juga tidak hidup
di bawah kutuknya: hendaklah ia menjadi hamba yang pa-
ling hina. Kami hidup dengan frank-almoign – bersedekah
sebagai orang bebas, dan bukan dalam villenage – berkedu-
dukan sebagai hamba.” yaitu biasa bagi keluarga yang
sudah mulai kehilangan kemashyurannya untuk mem-
bangga-banggakan kemuliaan dan martabat nenek mo-
yangnya, dan memakai nama mereka sebagai kehormatan
558
untuk membalas penghinaan yang diberikan kepada mere-
ka. Demikian pula yang dilakukan orang-orang Yahudi di
sini. Namun, ini belum semuanya. Abraham memiliki kove-
nan dengan Tuhan , dan demikian pula anak-anaknya mela-
lui haknya (Rm. 11:28). Nah, tidak diragukan lagi, kovenan
itu tentu saja merupakan kontrak yang bebas, dan mem-
beri mereka berbagai hak istimewa yang tidak akan dialami
oleh seorang budak (Rm. 9:4). sebab itulah, mereka ber-
pikir tidak ada alasan bagi mereka untuk memenuhi tuntut-
an iman kepada Kristus yang begitu berat hanya untuk
memperoleh kemerdekaan ini, sebab sejak lahir mereka
yaitu orang bebas. Perhatikanlah, yaitu kesalahan dan
kebodohan yang biasa diperbuat oleh orang-orang yang me-
miliki latar belakang keturunan dan pendidikan yang saleh
untuk mengandalkan dan membangga-banggakan hal-hal
ini sebagai keistimewaan mereka, seolah-olah hal-hal terse-
but akan menebus ketidaksalehan mereka. Mereka yaitu
keturunan Abraham, namun apa gunanya ini bagi mereka
bila kita mendapati ada orang di neraka juga bisa memang-
gil Abraham sebagai bapaknya? Tidak seperti hak-hak isti-
mewa pada umumnya. Hak-hak atau keuntungan kesela-
matan tidak diturunkan kepada kita dan anak cucu kita
melalui keturunan. Tidak demikian halnya juga dengan hak
untuk masuk sorga. Kita juga tidak bisa menyatakan diri
sebagai ahli waris menurut hukum dengan merunut silsilah
kita. Hak keselamatan kita ditebus bukan oleh kita sendiri
melainkan hanya oleh Penebus kita bagi kita, dengan se-
jumlah syarat dan batasan tertentu, yang jika kita tidak
memenuhinya maka tidak ada gunanya sekalipun kita ada-
lah keturunan Abraham. Demikianlah, banyak orang saat
diberi tahu mengenai pentingnya kelahiran kembali, meng-
abaikannya dengan alasan ini, “Kami anak-anak gereja.”
Akan namun , tidak semua orang yang berasal dari Israel
yaitu orang Israel.
(2) Kami tidak pernah menjadi hamba siapa pun.
Sekarang perhatikanlah:
[1] Betapa salahnya pernyataan ini. Saya heran bagaimana
mereka sampai merasa begitu yakin untuk mengatakan
Injil Yohanes 8:31-37
559
suatu hal yang sudah jelas-jelas tidak benar di hadapan
jemaat. Bukankah keturunan Abraham diperbudak oleh
orang Mesir? Bukankah mereka sering diperbudak oleh
bangsa-bangsa lain di sekitar mereka pada masa ha-
kim-hakim? Bukankah mereka diperbudak selama tu-
juh puluh tahun di Babel? Malah, bukankah mereka
pada saat itu juga merupakan jajahan orang-orang Ro-
mawi, dan, meskipun bukan secara pribadi, sebagai
bangsa mereka diperbudak oleh orang-orang Romawi
itu dan terus-menerus mengeluh untuk dimerdekakan?
Sekalipun demikian, untuk menentang Kristus, mereka
memiliki keberanian untuk berkata, “Kami tidak per-
nah menjadi hamba siapa pun.” Demikianlah mereka
ingin menyerahkan Kristus kepada kehendak jahat baik
dari orang-orang Yahudi, yang sangat cemburu dengan
kehormatan kemerdekaan mereka, maupun dari orang-
orang Romawi, yang tidak mau dipandang memperbu-
dak bangsa-bangsa yang mereka taklukkan.
[2] Betapa bodohnya mereka mengartikan ajaran kemer-
dekaan Kristus. Kristus berbicara tentang kebebasan
yang dengannya kebenaran akan memerdekakan mere-
ka, dan ini pastilah berarti kebebasan rohani, sebab ke-
benaran, sama seperti ia memperkaya pikiran, demikian
pula ia memerdekakannya dan memperluasnya dari ta-
wanan kesalahan dan prasangka. Namun demikian, me-
reka menolak tawaran kebebasan rohani ini dengan me-
ngatakan bahwa mereka tidak pernah menjadi hamba
secara jasmani, seolah-olah, sebab mereka tidak per-
nah menjadi hamba siapa pun, mereka tidak pernah
menjadi hamba hawa nafsu apa pun. Perhatikanlah,
hati yang duniawi tidak dapat merasakan penderitaan-
penderitaan lain selain penderitaan-penderitaan yang
menyakiti tubuh dan melukai perkara-perkara duniawi
mereka. Bicaralah kepada mereka tentang pelanggaran
terhadap kebebasan dan hak milik sipil mereka, beri
tahulah mereka tentang kotoran-kotoran yang dibuang
ke tanah-tanah mereka, atau kerusakan yang ditimbul-
kan pada rumah-rumah mereka, maka mereka akan
memahamimu dengan sangat baik, dan dapat memberi-
560
mu jawaban yang masuk akal, sebab perkara-perkara
itu menyentuh dan mempengaruhi mereka secara lang-
sung. namun berbicaralah kepada mereka mengenai per-
budakan dosa, tawanan Iblis, dan kebebasan oleh Kris-
tus, beritahulah mereka tentang pelanggaran yang telah
diperbuat terhadap jiwa-jiwa mereka yang berharga dan
bahaya yang mengancam kesejahteraan hidup mereka
yang kekal, maka engkau memperdengarkan kepada me-
reka perkara-perkara yang aneh. Mereka akan berkata
tentang semua hal itu (seperti yang dikatakan orang-
orang dalam Yehezkiel 20:49), “Apakah ia tidak hanya
mengucapkan kata-kata sindiran?” Ini sangat serupa
dengan kesalahan bodoh yang diperbuat Nikodemus
mengenai kelahiran kembali.
III. Pembelaan Juruselamat kita untuk melawan keberatan-keberatan
terhadap ajaran-Nya ini, dan penjelasan yang lebih lanjut menge-
nai ajaran-Nya itu (ay. 34-37). Ada empat hal yang dilakukan-Nya
di sini:
1. Dia menunjukkan bahwa, meskipun memiliki kebebasan sipil
dan menjadi anggota jemaat di dunia ini, mungkin saja bagi
mereka untuk terikat dalam perbudakan (ay. 34): setiap orang
yang berbuat dosa, sekalipun dia yaitu keturunan Abraham
dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun, tetap saja yaitu
hamba dosa. Amatilah, Kristus tidak mengecam mereka de-
ngan menunjukkan kesalahan pernyataan mereka atau me-
nunjukkan keadaan mereka yang diperbudak pada saat ini,
namun menjelaskan lebih lanjut lagi apa yang telah dikatakan-
Nya supaya mereka bisa dibangun. sebab itu, hamba-hamba
Tuhan harus memberi pengajaran kepada orang-orang yang
menentang mereka dengan lemah lembut pula, supaya mereka
dapat kembali bertobat dengan sendirinya. Jangan dengan
amarah, sebab ini membuat mereka semakin terjerat lagi.
Nah di sini:
(1) Awal yang mendahului perkataan-Nya sangatlah khidmat:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya. Ini suatu penegas-
an sungguh-sungguh yang sering kali digunakan oleh
Juruselamat kita untuk menuntut perhatian maupun
Injil Yohanes 8:31-37
561
persetujuan. Para nabi memiliki gaya bicara seperti ini,
“Beginilah firman TUHAN,” sebab mereka berlaku setia se-
bagai hamba. namun Kristus, sebab Dia yaitu Anak, ber-
bicara atas nama-Nya sendiri: Aku berkata kepadamu, Aku
Sang Amin, Saksi yang setia. Dengan berkata demikian, Dia
menegaskan kuasa-Nya dalam menyatakan kebenaran itu.
“Aku mengatakannya kepadamu, yang begitu bangga akan
hubunganmu dengan Abraham, seolah-olah hubungan itu
akan menyelamatkanmu.”
(2) Kebenaran yang disampaikan-Nya di sini berlaku di mana
saja dan bagi siapa saja, meskipun di sini hanya disampai-
kan pada kesempatan tertentu: Setiap orang yang berbuat
dosa, yaitu hamba dosa, dan dengan menyedihkan perlu
dimerdekakan. Keadaan dosa yaitu keadaan perbudakan.
[1] Lihatlah siapa yang dicap sebagai hamba di sini – orang
yang berbuat dosa, pas ho poiōn hamartian – setiap
orang yang membuat dosa. Tidak ada orang benar di
dunia ini, yang hidup dan tidak berdosa. Namun, tidak
setiap orang yang berdosa yaitu hamba dosa, sebab
jika demikian Tuhan tidak akan memiliki hamba.
namun orang yang melakukan dosa, yang memilih dosa,
yang lebih menyukai jalan kejahatan dibandingkan jalan
kekudusan (Yer. 44:16-17), – yang membuat perjanjian
dengan dosa, yang bersekutu dengannya, dan yang me-
nikah dengannya, – yang membuat rancangan-rancang-
an dosa, yang memuaskan keinginan daging, dan yang
merancang kejahatan, – dan yang membiasakan diri
berbuat dosa, yang berjalan mengikuti keinginan da-
ging, dan yang melipatgandakan dosa.
[2] Lihatlah cap apa yang diberikan Kristus terhadap
orang-orang yang berbuat dosa seperti itu. Dia mem-
berikan julukan kepada mereka, menandai mereka de-
ngan tanda perbudakan. Mereka yaitu hamba-hamba
dosa, dipenjara dalam kebersalahan atas dosa, ditang-
kap dan ditahan sebab nya, diliputi oleh dosa, dan me-
reka tunduk pada kuasa dosa. Seseorang itu hamba
dosa berarti dia sendiri menjadikan dirinya seperti itu,
dan begitulah dia dipandang. Dia telah memperbudak
diri dengan melakukan apa yang jahat. Hawa nafsunya
562
mengendalikan dia, dia siap sedia menurutinya, dan dia
bukan tuan atas dirinya sendiri. Dia melakukan peker-
jaan dosa, mendukung kepentingan-kepentingannya,
dan menerima upahnya (Rm. 6:16).
2. Dia menunjukkan kepada mereka bahwa, sebab mereka ber-
ada dalam perbudakan, maka sekalipun mereka memiliki sua-
tu jabatan di rumah Tuhan , itu tidak membuat mereka berhak
memperoleh warisan anak, sebab (ay. 35) hamba, meskipun
tinggal di rumah untuk sementara waktu, namun, sebab dia
hanyalah hamba, tidak tetap tinggal dalam rumah selamanya.
Pelayanan (seperti yang biasa kita katakan) tidak akan menda-
tangkan warisan, pelayanan hanyalah sementara, dan bukan
untuk selamanya. namun anak tetap tinggal dalam rumah sela-
manya.
Nah:
(1) Hal ini menunjuk terutama pada penolakan terhadap je-
maat dan bangsa Yahudi. Israel sudah menjadi anak Tuhan ,
anak sulung-Nya, namun keadaan mereka dengan menye-
dihkan telah merosot menjadi layaknya budak, dan diper-
budak oleh dunia serta keinginan daging. sebab itu, mes-
kipun menyangka bahwa kedudukan mereka sebagai ang-
gota jemaat sudah aman oleh sebab hak kelahiran mere-
ka, Kristus memberi tahu mereka bahwa sebab mereka
sudah menjadikan diri sebagai hamba seperti itu, mereka
tidak akan tetap tinggal dalam rumah. Yerusalem, dengan
menentang Injil Kristus yang memberitakan kebebasan,
dan setia kepada kovenan Sinai yang menimbulkan per-
budakan, sesudah masanya berakhir, berada dalam perham-
baan dengan anak-anaknya (Gal. 4:24-25). Dan sebab itu,
ia tidak diakui lagi sebagai jemaat dan hak-haknya dicabut,
kontraknya direnggut dan dimusnahkan, dan diusir seba-
gai anak hamba wanita (Kej. 21:14). Krisostom mem-
berikan pengertian sebagai berikut mengenai hal ini: “Ja-
nganlah kamu menyangka bahwa kamu akan dimerdeka-
kan dari dosa melalui ritus-ritus dan upacara-upacara hu-
kum Musa, sebab Musa hanyalah hamba dan tidak mem-
punyai wewenang kekal di dalam gereja seperti yang dimi-
Injil Yohanes 8:31-37
563
liki oleh Anak. namun , jika Anak memerdekakan kamu,
maka semuanya menjadi baik” (ay. 36). Namun demikian,
(2) Pernyataan Kristus itu melihat lebih jauh lagi. Pernyataan
itu mencakup pula penolakan terhadap semua orang yang
yaitu hamba-hamba dosa dan yang tidak diangkat sebagai
anak-anak Tuhan . Meskipun hamba-hamba yang tidak ber-
guna itu boleh tinggal di rumah Tuhan untuk sementara
waktu, sebagai pelayan bagi keluarga-Nya, namun akan
tiba saatnya saat anak-anak wanita hamba dan pe-
rempuan merdeka akan dibedakan. Hanya orang-orang
percaya sejati, yang merupakan anak-anak kovenan, yang
dipandang merdeka dan akan tetap tinggal dalam rumah,