ilmu tarekat mistik 7

Tampilkan postingan dengan label ilmu tarekat mistik 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu tarekat mistik 7. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

ilmu tarekat mistik 7



 nusia dengan manusia, seperti 

berjuang di atas jalan Al lah , jihad, untuk mempertahankan kesucian 

agama, kemerdekaan tanah air, keselamatan diri, dan keamanan harta 

benda, melenyapkan permusuhan dan kezaliman, begitu juga urusan-

urusan yang bersangkut-paut dengan mu'amalat, baik dalam bidang 

politik, ekonomi, sosial, pengajaran dan pendidikan, perdagangan, pe-

ternakan dan pertanian dan lain-lain sebagainya yang termasuk amal 

salih serta berfaedah bagi kehidupan manusia. Semua itu dalam segala 

tingkah hukumnya, baik yang wajib, baik yang sunat, baik yang mu-

bah, termasuk tha'at lahir, yang mengandung banyak pelajaran dan 

hikmat untuk kebahagiaan manusia. 

namun  orang Sufi menghendaki dengan perbaikan manusia itu tu­

juan yang lebih jauh. Manusia itu tidak hanya baik dan indah lahirnya, 

tidak hanya suci dibandingkan  kekotoran yang lahir, bersih badan pakaian 

dan tempat, namun  usahanya menuju kepada membersihkan hati dan 

niat, yang sebagaimana dikatakan menjadi pangkal dibandingkan  kebersih-

an dan kesempurnaan, maka haruslah dihadapi dua perkara yang pen­

ting bagi manusia, pertama membersihkan diri dibandingkan  sifat-sifat yang 

tercela, kedua membersihkan niat dibandingkan  penyembahan selain Al lah . 

Jika ini sudah selesai barulah ia berasa mengisi jiwanya yang bersih itu 

dengan apa yang dinamakan tha'at bathin. 

206 

Adapun tha'at bathin ini, yang biasa juga dinamakan tahliyah, ti­

dak lain dibandingkan  memakai sifat-sifat yang terpuji, tingkah-laku yang 

dianggap oleh orang Sufi dapat membawa manusia mendekati Allah ­

nya, sebagaimana dapat membuat manusia itu menjadi manusia yang 

merasa dirinya berbahagia. Ghazali menamakan usaha ini munjiyat, 

dan mengupas secara panjang lebar pengertiannya sebab-sebab yang 

membangkitkan dan cara-cara untuk memperolehnya dalam bahagian 

yang keempat dari kitabnya Ihya Ulumud Din, sebagaimana hal-hal 

yang mengenai tha'at lahir dibicarakan secara mendalam dalam bahagi­

an kesatu dan kedua, bahagian ibadat dan adat dari kitabnya itu. 

Dalam usaha tahalli ini tidak saja dibicarakan soal-soal mengenai 

taubat, sabar, syukur khauf, raja', faqr, zuhud, sadaq, ikhlas, namun  

juga dikupas dengan cara yang meresap hal-hal sekitar tauhid, tawak-

kul, mahabbah, syauq, uns, ridha, muraqabah dan muhasabah, tafak-

kur, dan zikrul maut, soal-soal sekitar kasyaf, ma'rifat dan hakikat, 

yang sebenarnya mendekati apa yang dinamakan tajalli. Jalan hidup 

ialah ilmu dan perjuangan, namun  jalan akhirat ialah ma'rifat dan amal. 

Ghazali menganggap jalan Sufi itulah yang sebaik-baiknya untuk 

memperbaiki manusia, dan ajaran Sufi itu seluruh gerakannya, seluruh 

ketenangannya, seluruh hidupnya yaitu  pancaran nur kenabian, 

dan tidak ada lagi di belakang nur kenabian itu di atas muka bumi ini 

nur yang dapat digunakan orang untuk penerangan. Jalan yang dian­

jurkan orang Sufi ialah membersihkan diri apa pun juga selain Allah, 

kuncinya ialah membenamkan hati itu seluruhnya dalam zikir, ingatan 

dan sebutan Allah, yang akhirnya membawakan dia fana, hanyut da­

lam keseluruhannya ke dalam kekekalan Al lah . 

Jalan kepada Allah itu terdiri dari dua usaha, pertama mulazamah, 

yaitu terus-menerus berada dalam zikir terhadap Allah , kedua mukha-

lafah, yaitu terus-menerus menghindarkan diri dari segala sesuatu yang 

dapat melupakan kepada Allah . Keadaan ini dinamakan safar kepada 

Allah , dan safar atau mendekati ini tidaklah usah yaitu  suatu 

gerak dari satu pihak, tidak dari pihak yang datang dan tidak pula dari 

pihak yang didatangi, namun  perdekatan dari kedua-duanya, sebagai 

firman Allah  dalam Qur'an : " K a m i ini lebih dekat kepadanya dari­

pada urat lehernya sendiri". Perumpamaan yang lain dikemukakan an­

tara yang mencari dengan yang dicari yaitu seperti seorang dengan 

207 

cermin muka. Orang akan tergambar dalam cermin muka itu, tajalli, 

tidak usah dengan melenyapkan dirinya ke dalam cermin itu namun  cu­

kup dengan menghadapinya tidak dengan membawa gambaran kepada 

cermin atau menggerakkan cermin kepada gambaran, namun  dengan 

melenyapkan segala tabir, hijab, yang menjadi rintangan antara gam­

baran orang itu dengan cermin. Demikianlah Allah tajalli dengan zat-

nya yang tidak tersembunyi, mutajalin min zatihi la yakhtafi. Mustahil 

orang dapat menutupi cahaya, sedang cahaya itu lahir dalam segala 

yang tertutup, sedang Allah yaitu  cahaya seluruh langit dan bu­

mi. 

Mengapakah kadang-kadang cahaya itu tidak terlihat ? 

Orang Sufi menjawab, ada sebab  mata itu kotor, ada sebab  ma­

ta itu tidak kuat menangkap. Mata manusia dapat menangkap cahaya 

matahari, namun  ada binatang yang tidak dapat menangkap dengan ma­

tanya sebab  kurang kekuatannya : Bahwa cahaya dapat ditangkap 

oleh cermin yaitu suatu perkara yang sudah jelas dan nyata. Jika ada 

cermin yang tidak dapat menangkap seluruhnya, itu disebabkan sebab  

tertutup atau sebab  miring letaknya, atau sebab  tidak berhadap-

hadapan dengan sebenarnya. Inilah sebab Nabi Muhammad memberi 

keterangan : "Bahwasanya Allah itu tajalli bagi manusia umumnya, 

bagi Abu Bakar khususnya" (Jawahirul Qur'an, hal 12, karangan Gha­

zali atau Al-Ghazali wa Ihya Ulumuddin, karangan Dr. Badawi Thaba-

nah). 

Untuk tajalli inilah orang Sufi mengadakan latihan jiwa member-

sihkannya dari sifat-sifat yang tercela, takhalli, mengisinya dengan si­

fat-sifat yang terpuji, tahalli, meiepaskan segala sangkut-paut dengan 

dunia, terus-menerus mengerjakan ibadat, mengadakan riyadhad, khal­

wat, berjaga malam, puasa terus-menerus dan sedikit makan, memper-

banyak zikir, menghindarkan hubungan tubuh dari hawa nafsu, hanya 

semata-mata untuk beroleh keadaan tajalli, dan bertemu dengan Tu­

hannya sebagai kebahagiaan yang terakhir dan terbesar. 

Contoh yang akan diikuti Nabi Muhammad, yang bagi orang Sufi 

yaitu  makhluk yang paling dekat dengan Allah nya dan yang me­

rupakan manusia yang sempurna, insan kamil, yang diperintahkan oleh 

Allah nya menyampaikan kepada manusia : "Katakanlah : A k u ini ha­

nya manusia biasa seperti kamu, hanya kepadaku diwahyukan, bahwa 

208 

Allah mu itu yaitu Allah  yang satu tunggal. Barang siapa menghen­

daki bertemu dengan Allah nya (tiqa'h maka hendaklah ia beramal 

salih, dan tidak memperserikatkan dalam ibadat Allah nya itu dengan 

sembahan yang la in" . (Qur'an XVI I I : 110). 

209 


IX 

ADAB SUFI DALAM KEHIDUPAN 

SEHARI-HARI 

1. ADAB D A L A M IBADAT. 

Adab dan akhlak Sufi dalam kehidupan sehari-hari ini saya petik 

dari beberapa macam kitab, di antaranya kitab "Adabuddin" , karang­

an Imam Ghazali, kitab "Adabud Dunia wad D i n " , yang dikarang oleh 

Imam Al-Mawardi (mgl. 450 H.) , yang diperluas penjelasannya oleh 

Hanzadah, dengan nama "Minhajul yaqin, syarah adabud dunia wad 

d in" , yang dicetak dalam tahun 1328 H . , dan kitab "Tahzibul A k h ­

lak" , dicetak di Mesir dalam tahun 1322 H karangan Ibn Maskawih, 

sebab  segala sesuatu pekerjaan didasarkan kepada adab agama dan 

ajaran Sufi. 

Demikian keringkasannya mengenai beberapa pokok pekerjaan, 

yang oleh orang Sufi harus diperhatikan adab-adabnya. 

Adab-adab yang berhubungan dengan kebesaran Allah  dan Rasul-

nya sangat dipentingkan, sebab  aturan-aturan adab itu rapat hubung-

annya dengan iman dan kehidupan rohani yang menggerakkan. Oleh 

sebab  itu seorang mu'min dalam mengerjakan segala ibadatnya, hen­

daklah ia menganggap dirinya seakan-akan berada di hadapan Al lah . 

Hendaklah ia menundukkan matanya, mengheningkan ciptanya, tetap 

berdiam diri, segera melakukan segala amar ma'ruf dan nahi munkar, 

mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhkan diri dibandingkan  sega­

la larangannya. Jangan sekali-kali membantah atau menunjukkan sikap 

yang kurang baik. Ia hendaklah selalu ingat kepada Al lah , sambil mem­

bersihkan pikirannya, mengekang segala anggotanya, menenangkan 

jiwanya dan ingatannya dalam menghormati Al lah . Selanjutnya harus 

211 

ia melatih d i r i jangan sering marah, jangan menyembunyikan perasaan 

cinta dan ikhlas kepada A l l a h , sebal iknya jangan menunjukkan pan­

dangan sedemikian itu kepada sesama manusia . H e n d a k l a h selalu me­

mi l ih kebenaran dan mengutamakannya dar ipada segala apa yang la in . 

Janganlah terlalu banyak menumpahkan harapan kepada sesama ma-

Viusia. Ber laku ikhlas da lam perbuatan, ber laku benar da lam perkataan. 

Selanjutnya adab terhadap T u h a n in i juga d ipaka i dalam hal-hal 

yang d inamakan 'ittila' (menyel idiki sesuatu perkara). D a l a m hal i tu 

hendaklah ki ta senantiasa ber laku suci, mengurangi isyarat-isyarat yang 

tidak per lu , menyembunyikan perasaan m u r k a dan gusar pada waktu 

k i ta merasa tersinggung dan kecewa. K i t a harus menggunakan selalu 

perasaan ma lu dan perasaan takut, bersikap tenang, dengan kepercaya-

an bahwa d i r i k i ta i tu terjamin dalam perl indungan A l l a h . Selanjutnya 

ba ik lah ber tawakkal dengan kepercayaan bahwa ki ta telah memi l ih 

yang sebaik-baiknya. 

Hendak lah k i ta sedapat mungk in dalam keadaan be rwudhu ' , ter­

utama bi la mendapat sesuatu malapetaka atau menunggu wak tu sem­

bahyang. H e n d a k l a h hati k i ta selalu gemetar sebab  kekhawat i ran akan 

kehilangan sesuatu ibadat fardhu. Selalu harus ki ta berusaha agar k i ta 

bertaubat, da lam kekhawat i ran melakukan kejahatan yang terus-mene­

rus. Hendak lah ki ta percaya tentang yang gaib, memiliki  hati yang 

takut kalau mendengar orang menyebut nama A l l a h dan memiliki  

rasa hati yang cinta tatkala orang menyebut nama N a b i kita M u h a m ­

mad . Jagalah agar k i ta da lam keadaan khusyu ' pada waktu mendengar 

waaz dan nasehat. D i samping ki ta selalu t awakka l b i la ada kekurang­

an, selalu ki ta siap sedia mengeluarkan sedekah dan bermurah tangan 

dengan tidak terkekang oleh perasaan k i k i r . 

D i antara adab-adab seorang nasik, yaitu ahl i ibadat, di terangkan 

bahwa hendaklah ia mengetahui betul waktu mengerjakan ibadat i tu , ia 

mengetahui betul akan keterangan-keterangannya, segala lafad-lafad 

yang harus dipergunakannya d i da lam ibadat i tu . K e m u d i a n j i k a ia me­

ngerjakan ibadat itu hendaklah ia khusyu ' dan k h u d u ' , yang merupa­

kan sifatnya yang l az im, demikian rupa sehingga air matanya berlinang-

l inang. Selanjutnya senantiasa menundukkan matanya ke bawah, men­

jaga kesucian hat inya, m e m i k i r i agamanya, berjaga ma lam, sederhana 

dalam tempat t inggalnya, sedikit da lam minum-makannya , berjaga-jaga 

212 

dan siap akan kedatangan ajalnya, kalau perlu menjauhkan diri dari 

pergaulan orang banyak, dan meiepaskan hawa nafsunya. Ia rapi men­

jaga segala amal ibadatnya, tetap dikerjakan dengan penuh syarat ru-

kunnya pada awal waktunya, menjaga sembahyangnya, menjaga puasa-

nya, membayarkan zakatnya dan mengerjakan haji dengan penuh khu­

syu' dan tawadhu'nya. Ia harus insyaf bahwa kelebihan atau kekurang­

an keadaannya tidaklah sekali-kali bergantung kepada pengetahuan 

orang lain, sesudah ia menginsyafi dan mengerti sungguh-sungguh akan 

hal ihwalnya sendiri. 

Pada waktu ia mengerjakan wudhu', jangan lupa ia bersiwak, me-

ngucapkan do'a yang dikhususkan, begitu juga pada waktu ia mandi, 

tidak terlepas dibandingkan  rasa takut, rasa bertaubat dibandingkan  perbuatan-

perbuatan yang telah lampau. Kemudian hendaklah ia berdiam diri se­

sudah bersuci sampai mulai sembhyang. Baik sekali kalau dalam ber-

suci itu membersihkan rambut ketiak, membersihkan bahagian-bahagi-

an badan yang berbulu atau yang acapkali dihinggapi kotoran, sampai 

ke tempat-tempat yang jarang disentuh, memotong kuku, membersih­

kan pakaian dan segala sesuatu yang lain. 

Bila ia memasuki mesjid, hendaklah ia mendahulukan kaki kanan-

nya sambil membersihkan terompahnya dibandingkan  segala kotoran. Ke­

mudian dengan segera ia menyebut nama Allah dan memberi salam ke­

pada orang-orang yang sudah hadir, bahkan jika ada mesjid atau 

rumah ibadah itu kosong sekali pun. Ia lalu bermohon pada Al lah , agar 

sudi membuka pintu rahmat-Nya baginya. Kemudian lalu ia duduk 

menghadap kiblat, sambil tetap menaruh perhatian, jangan berbicara, 

jangan memaki-maki, jangan mengangkat-angkat suara, jangan meng-

hunus pedangnya, jangan memegang ujung panahnya, pendeknya ja­

ngan berbuat sesuatu atau mencari sesuatu, seperti berjual-beli, meno-

lak-nolak orang di dalam mesjid itu. Jikalau ia hendak kembali mulai-

lah meninggalkan mesjid itu dengan kaki kirinya, sambil mengharap 

berkah Al lah . 

Sambil menantikan waktu beribadat baiklah seseorang yang masuk 

ke dalam mesjid itu dan duduk di dalamnya dengan berniat i'tikaf. 

Adab yang perlu diperhatikan berhubungan dengan i'tikaf ini di antara­

nya terus berzikir, meiepaskan segala perasaan duka-cita, jangan ber­

bicara, jangan meninggalkan tempat, jangan berpindah-pindah, mence-

213 

gah segala perasaan hawa nafsu namun  membiasakan diri bertha'at ke­

pada Allah. 

Jika seorang muazzim melakukan azan, maka adab yang harus di-

perhatikan di antara lain-lain harus tahu betul waktunya, baik di mu­

sim kemarau maupun di musim dingin. Ia menundukkan matanya wak­

tu hendak menaiki menara, berpaling ke kanan dan ke kiri waktu ia 

menyerukan azannya, mengenai bahagian "hayya alas salah hayya alal 

falah". Selanjutnya ia harus mengucapkan azan itu dengan tertib, de­

mikian juga ia mengendorkan suaranya di waktu ia membacakan iqa­

mah. 

Seorang yang mengimami sembahyang atau dijadikan imam, harus 

mengerti betul ajaran sembahyang, sekurang-kurangnya mengerti mana 

yang fardhu dan mana yang sunat, harus tahu benar-benar apa yang 

mungkin terjadi padanya dalam waktu sembahyang, tahu apa-apa yang 

dapat membathalkan sembahyang itu. Jangan menjadi imam jika ia 

tidak disenangi orang, dalam keadaan seperti ini hendaklah ia menye­

rahkan tugas imamnya itu kepada orang lain yang mengerti. Seorang 

imam tidaklah patut lupa memerintahkan para ma'mum di belakang-

nya mengatur saf sambil memberi pertunjuk-pertunjuk dengan lemah-

lembut. Pada waktu ia membaca surah-surah dalam sembahyang, hen­

daklah ia ingat bahwa surah-surah yang dibacanya itu janganlah yang 

panjang, untuk mencegah orang jadi jemu, begitu juga janganlah ia 

memanjang-manjangkan tasbih agar orang tidak bosan, sebaliknya ja­

nganlah pula terburu-buru agar jangan sampai sembahyangnya itu ti­

dak sempurna. Hendaklah ia mengatur sembahyangnya itu dengan se-

baik-baiknya. 

Sebaliknya imam yang baik selalu bersikap tenang dalam ruku' 

dan sujudnya, sehingga para ma'mum pun dapat menjalankan kewajib-

annya dengan tenang pula. Hendaklah ia berdiam diri sebentar sebelum 

dan sesudah tahmid i 'tidal. Begitu juga setelah selesai membaca surah. 

Dalam ruku' hendaklah ia menunggu, jika sekira ia merasa ada yang 

belum dapat mengikutinya. 

Sebelum sembahyang pun imam harus sudah memperhatikan adab, 

misalnya hendaklah ia menunggu sejenak kedatangan tetangganya yang 

belum kelihatan, kecuali jika ia khawatir kehabisan waktu. 

Pada akhir sembahyang hendaklah ia berhenti sebentar di antara 

214 

kedua salam. Dan setelah selesai sembahyang hendaklah ia mengucap-

kan syukur kepada Al lah , bahwa ia telah dapat menyelesaikan tugasnya 

sebagai imam dengan menjalankan rukun sembahyang yang rapih. 

Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan ketika sembahyang. 

Di antaranya bersikap rendah diri, khusyu', hadir dengan hati, menge-

lakkan segala yang was-was, jangan bergerak lahir dan bathin, tenang 

semua anggota, mata ditundukkan ke bawah, tangan kanan di atas ta­

ngan kiri , bertafakur ketika membaca bacaan, mengingat kepada Tu­

han di waktu takbir, ruku, dan sujud dengan khusyu' menyebutkan tas-

bih dengan perasaan ta'zim, bertasyahud dengan memandang ke tangan 

kanan, memberi salam dengan perasaan menyesal dan meninggalkan 

tempat sembahyang dengan perasaan takut dan dengan niat akan men­

cari keridhoan Al lah . 

Pada waktu membaca beberapa kiraat dalam sembahyang itu se­

orang yang mengerti adab berlaku tetap penuh dengan perasaan hormat 

dan malu. Ia tidak meninggalkan sesuatu dari bacaan. Ia tetap tawa-

dhu' dan menangis dalam hati pada waktu membaca ayat-ayat suci A l -

Qur'an. 

Jika sesudah sembahyang dilakukan lagi do'a, maka seyogianya 

ada beberapa adab do'a ini yang tidak boleh dilupakan. Baik pada 

waktu membaca atau pada waktu mengaminkan, hendaklah hati se­

orang mu'min itu tetap penuh dengan perasasan khusyu', tetap menun­

jukkan sikap merendahkan diri, seolah-olah orang yang sedang mem-

butuhkan sesuatu atau yang tengah berada dalam kesulitan. Hendaklah 

ia tahu diri dan tahu kebesaran Al lah . Hendaklah ia membuka tangan 

yang ditampungnya dengan penuh hasrat, yang ditampung dan dipan-

jatkannya arah ke langit, tetap dengan kepercayaan akan terkabullah 

permohonannya, tetap dengan keyakinan khawatir kalau ditolak, tetap 

mengharapkan keiegaan dibandingkan  kesusahan yang dihadapinya, tetap 

dapat pertolongan Allah  dalam meiepaskan dirinya dari segala se-

rangan lahir dan bathin, tetap dapat memperbaiki maksudnya yang ga-

gal dengan inayah dan taufik Allah . Sesudah do'a selesai maka ia me-

rahupkan atau menyapukan mukanya dengan kedua telapak tangannya 

itu. 

Selain dibandingkan  sembahyang biasa lima kali sehari semalam, um­

mat Islam menghadapi sembahyang-sembahyang istimewa, seperti sem-

215 

bahyang Jum'at dengan khutbahnya, sembahyang lebaran dengan khut­

bahnya, sembahyang khusuf dan kusuf dengan khutbahnya, begitu ju­

ga sembahyang istiqa dengan cara-cara yang tertentu. 

Di antara adab-adab yang perlu diperhatikan menghadapi sembah­

yang Jum'at, ialah bersiap-siap sebelum waktunya, kemudian mensuci-

kan dan membersihkan badan serta pakaian setelah dekat pada waktu­

nya, sehingga pada waktu berangkat, badannya telah bersih, pakaian-

nya sudah suci dan telah memakai harum-haruman. D i mesjid jangan 

melangkahi orang, jangan bicara banyak, mencari tempat yang dekat 

dengan imam, mendengarkan khutbah dengan seksama dan penuh per­

hatian. Selalu berusaha mencari dan menambah ilmu pengetahuan. Da­

lam perjalanan ke mesjid selalu bersikap tenang dan teratur, jangan 

memasukkan dan mempermainkan jari-jari tangan ke tangan. Jangan 

terlalu banyak tunduk, sebaliknya memperbanyak mengucapkan syukur 

kepada Al lah . 

Memasuki mesjid hendaklah dengan perasaan khusyu' sambil 

memberi salam. Sebelum duduk sembahyang sunnat tahiyyatul masjid 

lebih dahulu, namun  boleh tidak dilakukan lagi setelah khatib di atas 

minibar. Selanjutnya memberi salam, jangan berbicara, menerima na­

sehat, dan jangan berdiri untuk sembahyang Jum'at, sebelum khatib 

turun dari mimbar dan sebelum muazzin menyerukan iqamah. 

Sebagai khatib ia memiliki  adab-adab tersendiri. Setengah dari 

adab-adab itu ialah bahwa ia datang ke mesjid dengan tenang dan pe­

nuh kehormatan. Ia memulai kedatangannya dengan memberi salam, 

lalu duduk dengan tenang, tidak berbicara. Tatkala sampai waktunya 

ia berdiri dengan hormat dan menuju ke mimbar, dengan niat seakan-

akan ia ingin memperdengarkan apa yang diucapkannya itu kepada 

Allah sendiri. Ia menaiki mimbar itu dengan khusyu', dengan berzikir 

dan kemudian berpaling kepada para pendengar dengan pikiran yang 

terkumpul, sambil memberi salam kepada mereka dengan suara yang 

jelas, seolah-olah hendak menarik perhatian orang banyak mendengar­

kan khotbahnya. Lalu ia duduk menanti azan dengan perasaan taqwa 

kepada Allah . Maka berkhotbahlah ia dengan tawadhu', j ika perlu 

berisyarat, maka hendaknya isyarat itu tidak dengan mengangkat telun-

juknya. Ia sendiri harus percaya lebih dahulu akan kebenaran yang di­

ucapkannya, supaya uraiannya itu memberi faedah dan kesan yang ba-

216 

ik kepada hadirin sesudah ia muazin sudah mulai menyerukan iqamah. 

Jangan bertakbir dalam khotbahnya sebelum hadirin sudah sama diam 

semuanya. Begitu juga tatkala ia mengimami salat, baru ia bertakbir 

memulai sembahyang sesudah pengikutnya sama tenang dan diam, ba-

rulah pula ia membaca surat dalam sembahyangnya dengan secara ter-

tib. 

Mengenai lebaran, baik mengenai hari raya Idil Adha maupun me­

ngenai Idil Fithri, yang harus diingat sebagai adab agama dan ibadat 

yang baik ialah di antara lain : bergadang, tidak tidur pada malam hari­

nya, kemudian pada pagi-pagi buta mandi dan membersihkan badan, 

' memakai pakaian yang bersih, memakai bau-bauan yang harum, serta 

memperbanyak takbir dan zikir, memperbanyak tasbih dan tahmid pa­

da ulangan-ulangan takbir dan umumnya bersikap khusyu' dan tawa-

dhu'. Lalu berangkatlah ia dari rumah pergi mendengarkan khutbah, 

yang dilakukan sesudah sembahyang. 

Jika hari raya itu mengenai Idil Fitri , maka hendaklah kita makan 

sedikit sebelum menuju ke mesjid, sebaliknya jika hari raya Haji , ma­

kan kita itu ditunda sampai sesudah sembahyang. Hendaklah menem­

puh satu jalan pada waktu menuju ke tempat sembahyang dan menem­

puh jalan yang lain pada waktu pulang ke rumah. Bersalam-salaman 

baik pada tempat sembahyang maupun dalam perjalanan pulang pergi 

serta meminta ma'af serta mema'afkan dosa, yaitu suatu adat lebaran 

yang sangat baik, di samping kunjung-mengunjungi dan ziarah-menzi-

arahi handai-taulan dan sanak-keluarga. Hendaklah kembali ke rumah 

dengan perasaan menyesal, sebab  khawatir telah melakukan umpatan 

dan gunjingan. 

Dalam melakukan salat gerhana, baik mengenai gerhana matahari 

yang dinamakan kusuf, maupun yang mengenai gerhana bulan yang 

disebut khusuf, dianggap termasuk adab yang baik, manakala yang me­

lakukannya menunjukkan perasaan takwa dan gelisah, berusaha akan 

bertaubat dengan segera, dapat menjadi dorongan untuk menghilang-

kan perasaan malas dan dengan sifat-sifat demikian itu segeralah berdi­

ri melakukan sembahyang untuk berdo'a kepada Allah . Sedang adab 

yang dianggap baik untuk sembahyang istisqa, yaitu sembahyang minta 

hujan, yaitu di antaranya lain-lain yang terdiri dibandingkan  berpuasa se-

belumnya, mengutamakan taubat, mengembalikan barang rampasan, 

mempertinggi himmah dalam kebaikan, menekan rasa kebanggaan, se-

217 

muanya yaitu sifat-sifat yang utama pada waktu melakukan sembah­

yang ini. Kemudian disebutkan juga untuk adabnya yaitu mandi sebe­

lum keluar, berdiam diri, sambil meninjau perkembangan sebagai aki-

bat tidak hujan itu, mengakui dosa yang sebab nya siksaan itu diturun­

kan Allah , namun  percaya juga bahwa dosa itu tidak terulang sesudah 

taubat kepadanya. Seterusnya dengan tenang mendengarkan khutbah 

yang diucapkan pada pada sembahyang itu, bertasbih di antara ucapan 

takbir, banyak beristighfar dan merobah duduknya kain waktu ber­

do'a, yang juga masuk kaifiyat sembahyang ini . 

Di antara ibadat-ibadat selain sembahyang kita sebutkan puasa. 

Sebagai adabnya ialah makanan yang baik, meiepaskan sengketa dan 

perdebatan, menjauhkan diri dibandingkan  mengumpat dan mengucapkan 

kata-kata yang kotor, tidak berdusta, tidak mengganggu orang lain dan 

tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang keji pada waktu berpuasa 

itu. Menjaga syarat rukunnya dan melakukan segala pekerjaannya yang 

sunnat-sunnat berkenaan dengan puasa itu tentu termasuk pekerjaan 

yang mulia dan terpuji. 

Ibadat haji, yang menjadi salah satu dibandingkan  rukun Islam, diker­

jakan pada waktu perjalanan mengerjakan itu aman. Hendaknya orang 

yang melakukan pekerjaan haji itu memiliki  ongkos yang cukup, 

baik bagi dirinya maupun bagi sanak keluarga yang ditinggalkan. 

Kesempatan berhaji ini yaitu suatu kesempatan, di mana orang 

dapat memperlihatkan agamanya yang sangat tinggi dan bergaul de­

ngan bermacam-macam bangsa. Di sini orang dapat menunjukkan bu-

dinya yang manis dan perasaannya yang halus, yang ditumbuhkan oleh 

Agama, kepada sesama manusia dengan tidak memandang bulu dan 

warna kulit, ia dapat membantu kawan seperjalanan dengan ikhlas, 

menolong orang yang keputusan ongkos, membagi barang bekalan dan 

makanan, bertingkah-laku baik, mengeluarkan perkataan yang baik-

baik, berkelakar dengan tidak melakukan pelanggaran perasaan dan ke­

hormatan, yang dapat menambah kuat ikatan perkenalan dan persaha­

batan dalam perjalanan yang begitu jauh dan sukar, selalu menunjuk­

kan muka yang berseri-seri terhadap teman-teman, selalu mendengar­

kan orang-orang yang berbicara dengan dia, menghindarkan debat, ter­

utama kalau lagi kurang senang, bertengkar dan berlaga dengan tidak 

melihat kesalahan, semuanya itu yaitu adab-adab yang baik bagi urn-

218 

mat Islam. Di samping itu ia bersyukur kepada Allah , ia mengharap 

terkabul ibadatnya, sebagaimana ia juga tidak lupa mengucapkan teri-

ma kasih kepada teman sejawatnya yang telah berjasa dalam perjalanan 

itu. 

Ketika mengerjakan ihram, juga hendaknya jangan melupakan 

adab-adabnya, di antaranya membersihkan badan dan pakaian, mema­

kai bau-bauan yang harum, memperhatikan nasib orang yang lapar, 

mengucapkan talbiyah dengan khusyu' sambil mengangkat suara de­

ngan nada yang baik, selanjutnya selalu memperhatikan syarat rukun-

nya, seperti melakukan tawaf dengan penuh perasaan hormat, melaku­

kan sa'i dengan mengharapkan kerelaan Al lah , d l l . Jika ihram ini di­

lakukan untuk haji melakukan wukuf di Arafah itu hendaknya dapat 

mengingatkan seorang kepada hari kiamat, kepada panas dan pedihnya 

kehidupan di hari kiamat, begitu juga menyaksikan masy'ar seakan-

akan melihat rahmat Allah . Sehingga oleh sebab  itu tatkala bersyu­

kur harapan seolah-olah dapat memerdekakan seseorang, menyembelih 

hewan seakan-akan melakukan kaffarah, melempar jumrah seakan-

akan melihat sifat ta'at. Pada akhirnya tatkala seseorang melakukan 

tawaf berdesak-desak hendaknya ia teringat, bagaimana murur, mela­

lui, sirat, sukarnya sambil berebut-rebutan. Jika ia sudah selesai me­

ngerjakan haji dan kembali ke kampungnya, janganlah ia meiepaskan 

niat dan hasratnya akan dapat mengulangi kembali ibadah yang suci 

ini . 

Memang bagi orang haji, baik yang memasuki Mekkah maupun 

yang memasuki kota Medinah, hendaknya memperhatikan beberapa 

adab pula. 

Jika ia memasuki kota suci Mekkah, di mana ada Ka'bah 

yang menjadi kiblat sembahyang ummat Islam seluruh dunia dan Mas-

jidil Haram sebagai salah satu mesjid yang terpenting dalam sejarah 

Islam dengan tempat-tempat yang memiliki  arti sejarah dan ibadat 

di sekelilingnya, hendaklah ia memasukinya dengan penuh ta'zim, hen­

daklah ia melihat dan memandang kota Mekkah itu dengan penuh pe­

rasaan tahasur, artinya menyesal kenapa baru sekali ini dapat mengun-

junginya, begitu juga ia melihat Masjidil haram hendaknya dengan pe­

rasaan yang mengagungkan dibandingkan  rumah-rumah ibadat yang lain. 

Melihat Ka'bah atau Baitullah hendaknya dikagumi dengan ucapan 

219 

takbir dan tahlil. Selama di Mekkah selalu melakukan tawaf, tidak me-

lupakan ibadat umrah, memasuki Baitullah dengan penuh perasaan 

ta'zim dan selalu ingat akan bertaubat setelah memasuki ruangan ru­

mah suci itu. 

Sebagaimana Mekkah begitu juga tatkala memasuki kota Medinah 

yang di dalamnya tersimpan kuburan Nabi Besar Muhammad saw de­

ngan mesjidnya, hendaknya dengan perasaan hormat dan ketenangan. 

Selanjutnya ia tidak lupa meninjau apa yang ada di situ dibandingkan  

syari'at, melihat dengan mata terbuka, mengunjungi mesjid Rasul, me­

lihat mimbar tempat ia berkhutbah, dengan perasaan seakan-akan me­

lihat beliau sendiri bersembahyang dan memperdengarkan nasehat-

nasehatnya itu. Setelah itu dikunjunginyalah makam Rasul, yang dapat 

membangkitkan perasaan seakan-akan melihat wajah beliau sendiri, 

mendengar pembicaraannya seakan-akan beliau sendiri berada di ha­

dapannya. Dengan khidmatnya ia lalu memberi salam kepada Nabi, 

memberi salam kepada dua sahabat yang dimakamkan di sisinya, sam­

bil merenung-renungkan, betapa besar kecintaan kedua sahabat itu ke­

pada Nabi dan membawa pula dalam renungannya betapa indahnya 

dan rapatnya pergaulan Nabi itu dengan kedua mereka yang dikubur-

kan bersama. Pada waktu keluar hendaknya sesudah mengunjungi ma­

kam Rasul itu, tidak melihat-lihat kembali bahagian-bahagian lain dari­

pada mesjid itu. 

Demikianlah beberapa adab mengenai agama dan ibadat. 

2. ADAB D A L A M KELUARGA. 

Adapun mengenai adab umum diterangkan bahwa di antara lain-

lain yaitu terhitung kesopanan tertinggi, bila seorang menghadapi ka-

wan dan lawannya dengan muka yang girang (wajhir ridha), dengan 

tidak merendahkan diri terlalu sangat atau memperlihatkan perasaan 

takut kepada mereka Seorang muslim hendaklah bersikap 

hormat dan jangan bersikap sombong, dalam segala gerak-geriknya ia 

selalu memilih jalan menengah. Selanjutnya dalam pergaulan janganlah 

selalu memperhatikan keadaan badan sendiri, jangan banyak menoleh, 

jangan berdiri di tempat orang berkerumun, duduk di tempat duduk 

220 

yang layak, jangan suka mempermainkan jari-jari tangan dengan mera-

perjalin-jalinkannya atau mempermain-mainkan cincin, begitu juga me-

ngorek gigi, menggarut tangan atau hidung di tengah-tengah' majlis 

pembicaraan, sebagaimana tidak diperkenankan menggeliat atau meng-

uap. 

Hendaklah dijaga agar majlis pertemuanmu yaitu  suatu ma­

jlis yang tenang. Hendaklah dijaga supaya pembicaraan di dalamnya 

terbagi-bagi secara baik. Dengarkanlah omongan baik yang diucapkan 

oleh seorang dengan tidak menunjukkan perasaan heran. Selanjutnya 

janganlah meminta diulangkan apa yang telah diucapkan orang. 

Setengah dibandingkan  adab pergaulan umum juga, tidak banyak me­

nunjukkan kemegahan keluarga, terutama kemegahan anak-anakmu 

atau budak dan pelayananmu. Jangan bertindak seperti tindakan wani-

ta, namun  juga jangan merendahkan diri seperti seorang budak, hendak­

lah bersikap sedang dalam segala hal-ihkhwalmu. 

Kemudian harus diingat pula bahwa di dalam mempertahankan-

kan sesuatu pendirian hendaklah dengan lemah-lembut, tidak dengan 

keras dan tegang, apalagi dengan menyebut-nyebut sejarah kemegahan-

mu. 

Di rumah harus dijaga bahwa tidak segala sesuatu yang diperca-

kapkan di dalam majlis dibicarakan pula dalam kehidupan rumah-

tangga. Juga jangan memberitahukan kepada isteri dan anak-anakmu 

tentang keadaan keuanganmu, sebab  dapat mengakibatkan turun de-

rajatmu pada pandangan mereka jika mereka mengetahui uangmu sedi­

kit dan akan berakibat sukar kelak bagimu memberi kepuasan pada 

mereka, apabila mereka mengetahui uang dan kekayaanmu banyak. 

Tunjukkanlah sikap dan laku dengan tidak memiliki .kekerasan, ber­

sikap lunak dengan memiliki  kelemahan. 

Jika engkau bermusuh dengan seseorang, hendaklah bersikap tetap 

hormat dan agung. Jangan sering memberi isyarat dengan tanganmu. 

Duduk mencangkung tidak baik, begitu juga sering mengangkat kaki 

ke atas pahamu. 

Berbicaralah setelah agak reda kegusaranmu, jika engkau berada 

dalam kegelisahan. 

Jika engkau terpaksa menjadi kawan raja, pembesar, hendaklah 

221 

dijaga supaya bersikap hati-hati sambil memperhitungkan, bahwa pada 

suatu masa mungkin ia berbalik memurkai dikau. Oleh sebab  itu hen­

daklah engkau bersikap lunak kepadanya sebagaimana sikapmu yang 

lunak terhadap anak-anak. 

Berbicaralah dengan mereka menurut kehendaknya. Jangan sekali-

kali mencampuri urusannya dengan isteri dan anak-anaknya ataupun 

urusannya dengan para pengikutnya yang lain, meskipun kelihatan ia 

senantiasa mendengarkan barang katamu. Begitu juga engkau harus 

bersikap hati-hati kepada sahabat-sahabatmu dalam masa engkau segar 

bugar dan keadaan baik, sebab mungkin juga pada suatu masa mereka 

itu yaitu  salah seorang musuh bagimu. 

Jangan sekali-kali menganggap hartamu lebih mulia dibandingkan  ke-

hormatanmu. Selanjutnya janganlah terlalu sering menyampaikan selu­

ruh keluh-kesahmu kepada kawan-kawanmu, sebab  mereka pun pada 

suatu masa akan renggang perhubungannya dengan dikau. 

Dalam bersenda-gurau dan berkelakar hendaklah memilih orang, 

jangan sampai menyakitkan hati, jangan berkelakar dengan orang yang 

berakal, sebab  merusakkan perasaannya, jangan dengan orang kurang 

pikiran, sebab  mungkin ia berubah menjadi kurang ajar terhadap eng­

kau. Ingatlah bahwa bersenda-gurau itu acapkali mengurangi kehebat-

an seseorang menurunkan derajatnya bahkan dapat membawa kepada 

kehinaan dan mengakibatkan kesedihan, dapat mematikan hati, men­

jauhkan diri dari Allah , mengakibatkan kecaman di sana-sini, mele-

mahkan kemauan, menggelapkan kejernihan rasa dan pikiran, kadang-

kadang hanya memperbanyak dosa dan memperlihatkan cacat-cela be­

laka. 

Dalam menghadapi masyarakat umum, ummat Islam harus menge­

tahui letak dirinya. 

Sebagai penulis ia harus mengetahui juga adab sopan-santun. la 

harus menulis dengan tulisan yang bagus, dengan huruf yang terang 

dan indah, mengerti perhitungan, memiliki  pikiran yang tepat, ber-

pakaian bersih dan teratur, mengerti sejarah orang-orang dahulu dan 

sekarang, mengenai kehidupan orang-orang besar di dunia yang ber-

kuasa, ahli dalam berbagai macam urusan, jangan melakukan perbuat­

an yang terlarang, hendaklah berpegang kepada perikemanusiaan, ke-

lakuan yang baik dan kepandaian bergaul, jangan berbuat sesuatu yang 

222 

dapat menodakan dirinya dan nama baik golongannya, jangan memba­

wa perkataan-perkataan yang .tidak sopan dan kurang sedap didengar, 

begitu juga janganlah ia suka berkelakar dan bersenda-gurau dengan 

tulisan-tulisannya. 

Sebagai muballigh dan penasehat, seorang muslim harus memiliki  

adab yang tegas dan baik. Misalnya jangan bersikap angkuh dan som-

bong, hendaklah selalu memiliki  rasa malu terhadap Allah , selalu 

menyatakan amar ma'ruf dan nahi munkar dengan tegas dan terus te­

rang, selalu berusaha memberi manfa'at dengan pidato-pidatonya ke­

pada pendengar, selalu tawadhu' merendah diri, selalu mengawasi pen-

dengarnya dengan pandangan yang suci, penuh perasaan sayang dan 

penghargaan. Selanjutnya janganlah khotbahnya itu diucapkan hanya 

sekedar mengharapkan pujian dari orang banyak untuk mengagumkan 

dirinya, begitu juga senantiasa berusaha mengajarkan sesuatu dengan 

ramah-tamah, dengan perasaan kasih sayang, terutama kepada orang-

orang yang baru mengikuti pengajarannya. Ia harus percaya kepada 

diri sendiri, bahwa ia akan melakukan apa yang diucapkannya, sehing­

ga dengan keyakinan ini orang selalu mendapat manfa'at dab keyakin­

an dibandingkan  ucapan-ucapan dan uraian-uraiannya. 

Tidak saja muballigh dan penasehat, namun  juga pendengar dan 

hadirin yang mengikuti sesuatu uraian dan ceramah harus memakai 

adab-adab yang baik. Setengah dibandingkan nya ia harus menunjukkan si­

fat khusyu' yang terus-menerus, berhati suci, memiliki  sangka baik, 

percaya kepada apa yang diucapkan orang, tenang berdiam diri, tidak 

bergerak dan selalu memikirkan serta mengumpulkan butir-butir nase­

hat yang penting yang disampaikan orang kepadanya. Begitu juga ia 

harus meiepaskan segala prasangka yang tidak baik, agar pelajaran-

pelajaran yang disampaikan kepadanya berbekas kepada dirinya dan 

kepada amal perbuatannya. 

Dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa adab yang perlu diper-

hatikan. Tiap orang yang mulia menjaga kehormatannya, jangan men­

jadikan keturunannya hanya yaitu  alat belaka untuk mencari 

makanan dan meiepaskan sifat-sifat tawadhu' terhadap Al lah . Orang 

yang mulia selalu mengakui jasa orang-orang yang alim, baik yang se-

derajat dengan dia apalagi yang lebih melaut ilmunya dibandingkan nya. 

Orang yang mulia itu ialah orang yang selalu mendekati orang-orang 

223 

yang ahli agama, seperti ulama-ulama yang ahli dalam ilmu Hadis dan 

Fiqh, ilmu Qur'an dan tafsirnya. Ia selalu berusaha memperbaiki akh-

laknya, menjaga perkataannya, terutama pada waktu gusar, dan hati-

hati sekali mengucapkan perkataan-perkataannya itu dengan memper­

hatikan akibat-akibatnya yang lebih jauh. 

la selalu menunjukkan sikapnya yang hormat terhadap orang-

orang yang duduk bersama dia, ia selalu mengunjungi sanak saudara 

dan sahabatnya, ia selalu menjaga kehormatan keluarganya, menolong 

tetangganya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada 

orang-orang yang bergaul dengan dia dengan perantaraan bimbingan-

nya. 

Pada waktu ia tidur, ia membersihkan badannya lebih dahulu dan 

ia berbaring selalu di atas lambung kanan, sambil berzikir kepada Allah 

sehingga matanya terkatup. Pada waktu ia bangun kembali ia tidak lu­

pa berdo'a dan mengucapkan syukur kepada Allah. 

Jika kebetulan ia atau sengaja ia bangun tengah malam untuk salat 

tahajjud, adab-adab yang harus diingat di antara lain-lain untuk sem­

bahyang ini ialah mempersedikit makanan, memperkurang air minum, 

menjaga kebajikan tiap-tiap hari dengan menjauhi umpat cela, dusta, 

omong kosong dan pandangan kepada benda yang haram. Hendaklah 

ia bangun dibandingkan  tidurnya dengan penuh perasaan takut, segera me­

ngambil air sembahyang, berdo'a dan sembahyang dengan sungguh-

sungguh sambil memohonkan maghfirah. 

Pada waktu membuang air besar dan mandi harus diperhatikan 

adab-adabnya, untuk membuang air besar di antaranya membaca bis-

millah dan taawwuz sebelum masuk ke jamban, mengangkat kain de­

ngan tenang, membersihkan tangan setelah istinja dengan debu dan air 

dan menutup aurat sebelum meninggalkan kamar kecil serta mengucap­

kan syukur setelah keluar dengan kaki kanan lebih dahulu. Ketika man­

di diantaranya menutup aurat sendiri, tidak terlihat aurat oleh orang la­

in, memilih tempat yang sunyi, tidak berbicara, jangan sering menengok 

atau terlalu lama duduk, dimulai dengan ghusul janabah, dan hendak­

lah ia membasuh kakinya tatkala ia keluar dengan air yang sejuk, yang 

dapat melenyapkan sakit kepala. 

Di antara kehidupan sehari-hari yang penting ialah mengatur ma­

kan dan minum. Sebagaimana untuk tidur dan mandi keperluan hidup 

224 

makan dan minum dalam Islam harus berjalan juga dengan adab. D i 

antara adab makan ialah membasuh tangan sebelum dan sesudahnya, 

membaca bismillah, menggunakan tangan kanan mengambil makanan 

yang terdekat padanya, sebagaimana ia menyuap nasi atau minum. Se­

lanjutnya memperkecil suapan, mengunyah dengan baik, jangan meng­

awasi orang-orang lain yang sedang makan, jangan makan terlalu sedi­

kit sehingga merasa lapar, baik meminta maaf bila sudah kenyang agar 

tuan rumah tidak menduga sesuatü, dan agar tamu-tamu yang lain ti­

dak merasa malu. Kebiasaan menjilat jari sesudah makan yaitu ku­

rang baik. Hendaklah mengucapkan syukur kepada Allah sesudah sele­

sai santapan. 

Di antara yang lain-lain dibandingkan  adab-adab yang baik ialah bahwa 

jangan menyebut-nyebut soal mati pada waktu makan untuk tidak 

mengganggu para hadirin mengenai seleranya. 

Di antara adab-adab yang baik di waktu minum ialah melihat lebih 

dahulu kepada gelas minuman sebelum seseorang meminum isinya. 

Hendaklah ia menyebut nama Allah sebelumnya dan mengucapkan syu­

kur kepada-Nya sesudahnya. Meminum itu hendaklah secara menghi­

rup bukan secara menuang. Selama minum hendaklah ia bernafas tiga 

kali sambil memuji dan menyebut nama Al lah . Jangan minum sambil 

berdiri. Tawarkanlah minuman itu lebih dahulu kepada orang yang ber­

ada di sebelah kanan. 

Beberapa adab khusus bagi warga masyarakat Islam diterangkan 

sebagai berikut. 

Orang sakit hendaklah banyak mengingat mati sambil mempersiap-

kan diri untuk menghadapinya dengan jalan bertaubat dan mengucap­

kan syukur kepada Al lah . Ia harus menunjukkan sikap khusyu' sambil 

berdo'a, menyatakan dirinya tak sanggup untuk berbuat sesuatu dan 

oleh sebab  itu membutuhkan pertolongan. Ia harus mengurangi me-

ngeluh dan memperbanyak sabar menanti pertolongan Al lah . Jika ia 

diziarahi orang hendaklah ia menghormati orang itu dengan duduk, te­

tapi jangan berjabat tangan. 

Dalam pada itu orang yang melawat memiliki  pula beberapa 

adab tersendiri. Di antaranya merendah diri , menyatakan perasaan se-

dih dan berduka cita, jangan banyak berbicara, jangan tertawa dan ter-

senyum, sebab  perasaan gembira tidak sesuai dengan suasana kesedih-

225 

an dan dapat menimbulkan perasaan sakit hati. 

Demikian juga pada waktu mengantarkan jenazah. Pengiringnya 

harus tetap bersikap khusyu' dan sebanyak mungkin menundukkan ma­

ta ke bawah jangan berbicara, melihat mayat dan kunarpa itu dengan 

7;iengambil pelajaran dan ibarat, sambil memikirkan betapa keadaan-

nya sendiri, menjawab soal-soal yang ditanyakan kepadanya. Sementa-

ra itu hendaklah segera meninggalkan tiap-tiap sesuatu yang menyebab­

kan ia takut mati bila sudah dekat ajalnya. 

Mengenai hidup kekeluargaan banyaklah adab-adab dalam Islam 

yang harus diperhatikan. Dalam kitab-kitab yang kita sebutkan di atas 

itu tercatat banyak hal yang harus kita perhatikan. Kita mulai dengan 

orang yang ingin kawin. Adab-adab yang harus diperhatikannya ialah 

lebih dahulu mengutamakan agama dibandingkan  kecantikan dan harta ke­

kayaan pada wanita yang dikehendakinya. Segala pembawaan yang di-

antarkan kepada bakal isterinya janganlah hendaknya memakai sesuatu 

syarat apa pun. Selanjutnya harus diperhatikan janganlah melamar wa­

nita yang telah dilamar oleh orang lain, jangan mengutus seorang pen-

dusta, jangan pula menyandarkan pendapat kepada berita-berita yang 

disiarkan orang mengenai wanita yang dilamar itu, lebih utama mencari 

orang yang betul-betul kenal dengan wanita itu jujur dan boleh diper-

yai. Di antara pertanyaan-pertanyaan yang harus dikemukakan oleh ca-

lon laki mengenai wanita yang dilamar itu kepada utusan ialah, meme-

riksa tentang keagamaannya, apakah ia patuh kepada kewajiban ber-

sembahyang dan berpuasa, apakah ia seorang wanita memiliki  pera­

saan malu, sopan-santun barang katanya, tidak suka meninggalkan ru­

mah tangga, hormat kepada kedua orang tuanya, keadaan keagamaan 

dan tingkah-laku ayah bunda calon isteri itu, dan sebagainya apa yang 

dirasa perlu untuk keamanan rumah tangga di kemudian hari. Kemudi­

an keterangan yang diperolehnya dinyatakan sekali lagi secara halus 

dengan melihat wanita itu sebelum ia memutuskan akan kawin. Dalam 

pertunangan banyak yang harus diperhatikan sebagai adab yang baik, 

misalnya jangan terlalu merdeka bergaul, jangan duduk berdua-duaan 

pada tempat yang sepi, jangan memberi ciuman kepadanya di hadapan 

keluargamu atau keluarganya, umumnya hal-hal yang dapat menimbul­

kan cemooh orang banyak. 

Adapun adab wanita yang dilamar orang misalnya memerintah se-

226 

orang keluarganya yang boleh dipercayai untuk menyelidiki keadaan 

agama, mazhab, kepercayaan, perikemanusiaan dan tingkah-laku pe-

muda yang melamarnya. Ia harus mengumpulkan keterangan, apakah 

bakal suaminya seorang yang jujur, yang selalu menepati janjinya, be­

gitu juga ia harus tahu siapa-siapa teman pergaulan bakal suaminya itu 

dan bagaimana tingkah-lakunya, apakah ia jujur dalam perniagaan dan 

pekerjaan sehari-hari, pendeknya segala sesuatu yang diperlukan untuk 

menyelamatkan dirinya di kemudian hari. 

Segala sesuatu keterangan yang ini di atas itu diperlukan bagi 

bakal isteri, sebab  ia dengan perkawinannya mengutamakan agama 

bukan harta kekayaan, mengutamakan tingkah-laku yang baik bukan 

pangkat dan kemasyhuran, sebab  ia sebagai isteri akan menta'ati sua­

minya, patuh kepada segala perintahnya. Dan inilah yang akan meng-

eratkan hubungan perkawinan dan cinta kasih sayang. 

Dalam mempergauli dan mencampuri isteri yaitu menjadi adab 

yang baik, j ika menghiasi dirinya dengan wangi-wangian, dengan per­

kataan yang sopan-santun, j ika ia menunjukkan perasaan kasih sayang 

yang besar, mencium isterinya dengan penuh nafsu dan penuh perasaan 

cinta dan dengan mengucapkan nama Allah. Melihat aurat terbuka ha­

nya akan mengakibatkan kerusakan kekuatai mata dan hendaklah di-

cegah jangan sampai percampuran itu dilakukan dengan menghadap ke 

kiblat dan dalam keadaan tertutup. 

Memang ada adab-adab yang harus diperhatikan oleh suami terha­

dap isterinya, yaitu bergaul dengan baik, selalu menggunakan kata-kata 

yang sopan, selalu menunjukkan perasaan kasih sayang, selalu bersen-

da gurau dan bercumbu-cumbuan selalu menjaga nama baik isterinya, 

menghindarkan jangan sering berdebat, jangan kikir dalam mengeluar­

kan nafkah rumah tangga, senantiasa mem beri harap yang baik dan 

jangan terlalu cemburu terhadapnya. Tidak pula boleh dilupakan men­

cari hubungan baik dan menghormati keluarga isteri, sambil menying-

kirkan sebanyak mungkin memperhatikan kesalahan-kesalahan kecil 

yang diperbuat, yang seharusnya kekeliruan itu dianggap ringan dan 

segera dimaafkan. 

Bagaimana adab wanita menghadapi suaminya diterangkan di an­

tara lain-lain supaya ia senantiasa menunjuk perasaan malu, jangan su­

ka berbantah, patuh kepada segala yang diperintahkan kepadanya. Ba-

227 

nyak mengiyakan kata-kata suaminya, menjaga nama baik pada waktu 

suaminya tidak ada di rumah, jangan mengkhinati dia dalam hak milik-

nya, memperlihatkan sifat qanaah atau menerima seadanya, bersikap 

sabar dan penyayang, selalu memperlihatkan rasa cinta kepada suami­

nya, rasa bangga terhadap keadaannya, memperlihatkan perasaan gi-

rang bila melihat wajahnya. 

Dalam menghadapi suaminya di rumah ia selalu berhias, selalu me­

makai harum-haruman yang dapat menarik dan memperbesar cinta 

suaminya. Baik di depan suaminya maupun di belakang ia selalu berda-

ya upaya menghormati dan mencari hubungan baik dengan keluarga 

lakinya itu. 

Pendek kata baik suami maupun isteri dalam rumah tangga mem­

punyai adab-adab tertentu yang dapat menjadi dasar ketenteraman hi­

dup serumah tangga itu. Suami harus selalu memperhatikan sembah­

yang jama'ah, dan Jum'at, ia harus menjaga kebersihan pakaian, me-

nyikat gigi, berpakaian jangan terlalu mewah namun  juga jangan terlalu 

sederhana, menjaga tidak terlalu banyak menoleh dalam perjalanan, 

terutama dalam memandang wajah wanita lain di depan isterinya, ja­

ngan berludah di waktu berbicara, jangan terlalu sering duduk di pintu 

rumah dengan tetangganya, dan jangan sering membicarakan urusan 

isterinya dan urusan rumah tangganya dengan orang lain. 

Dalam pada itu isteri yang baik selalu tinggal di rumah, jangan 

sering menyampaikan keadaan keluarga kepada tetangga, berziarah ke 

rumah tetangga itu dilakukan kalau perlu dan pada waktu yang tepat. 

Selanjutnya hendaklah ia berusaha senantiasa memperbaiki diri dan 

mengurus rumah tangganya dengan baik, ta'at kepada suaminya, me­

nganjurkan suaminya mencari rezeki yang halal, jangan meminta naf-

kah terlalu banyak, hendaklah senantiasa menunjukkan perasaan malu, 

jangan membawa kata-kata yang keji, dan menjaga kehormatan rumah 

tangga umumnya dalam sabar dan bersyukur. 

Kalau ada seorang sahabat suaminya di depan pintu, sedangkan 

suaminya tidak ada di rumah, hendaknya ia tidak bertanya-tanya dan 

berbicara terlalu banyak untuk menjaga nama baiknya dan untuk me-

ngelakkan perasaan cemburu suaminya. 

Baik suami ataupun isteri, jika berziarah ke rumah orang lain atau 

berada di jalan besar, maka ada beberapa adab yang harus diperhati-

228 

kan. Di antaranya berjalan di sisi jalan, sebelum masuk ke rumah orang 

meminta izin lebih dahulu dan memberi salam kepada penghuni rumah, 

menantikan izin berdiri di depan pintu, jangan melihat-lihat ke dalam 

atau mendengar-dengar suara yang ada dalam rumah, meminta izin 

sesudah memberi salam, kalau beroleh izin ia boleh masuk, kalau tidak 

hendaklah ia balik kembali dan jangan tetap berdiri menanti lagi. Te-

goran siapa dari dalam harus dijawab dengan menyebutkan nama, ti­

dak dengan mengiyakan saja. 

Dalam perjalanan selalu menundukkan mata, memberikan perto­

longan kepada orang yang dianiaya, yang lemah dan yang perlu dito­

long, memberi pertunjuk kepada orang yang sesat, membalas salam 

orang, hendaklah berpegang teguh kepada ajaran amar ma'ruf nahi 

munkar dengan cara yang ramah-tamah dan halus. Jangan banyak 

mendengarkan perkataan orang kecuali dengan bukti yang nyata, apa-

lagi mencari-cari rahasia orang dan memiliki  prasangka yang bukan-

bukan terhadap orang lain. 

Kemudian jangan dilupakan adab-adab yang bertali dengan anak 

terhadap orang tuanya dan orang tuanya terhadap anak-anaknya. 

Seorang anak harus mendengarkan kata-kata orang tuanya, men-

ta'ati barang perintahnya, selalu menunjukkan hormat padanya, ba-

gun berdiri bila mereka berbangkit dari duduknya, segera menyahut 

bila dipanggil dengan sahutan yang sopan, jangan mengganggu mereka 

dengan bermacam-macam permintaan dan desakan, jangan membang-

ga-banggakan jasanya dan sifat ta'atnya kepada mereka, jangan meli­

hat kepada mereka dengan mata yang tajam dan umumnya jangan se­

kali-kali melawan apa titah perintahnya. 

Dengan demikian maka orang tua memiliki  hubungan yang baik 

terhadap anak-anaknya. Memang orang tua memiliki  kewajiban 

membantu anak-anaknya untuk tetap ta'at kepadanya, jangan menun-

tut sesuatu yang tak mungkin dilakukan oleh mereka, jangan mendesak 

mereka di waktu mereka ada dalam kesal, jangan mencegah mereka 

berbuat ta'at kepada Allah dan jangan membangga-banggakan di ha­

dapan anak-anaknya jasa-jasanya telah mendidik dan memelihara me­

reka itu sejak kecil. 

229 

3. ADAB PERGAULAN. 

Jika adab-adab hidup kekeluargaan ini sudah dipahami benar-

benar maka tidaklah sukar lagi untuk menyesuaikan diri dengan adab-

adab terhadap pergaulan manusia umumnya. 

Di antara adab-adab pergaulan dengan manusia umumnya banyak 

yang bersangkut-paut dengan hubungan antara perseorangan dengan 

perseorangan, namun  banyak yang berlaku terutama di dalam pertemu-

an-pertemuan. Seorang muslim bilamana ia memasuki sesuatu majlis 

atau pertemuan segolongan manusia, hendaklah ia memberi salam ter-

lebih dahulu, hendaklah ia memilih tempat duduk yang terdekat, ja­

ngan melangkahi orang lain, mengutamakan berjabat tangan dengan 

orang-orang yang duduk dekatnya. Jika kebetulan ia duduk berdekatan 

dengan orang-orang yang sederhana pengetahuannya, terlebih baik ja­

ngan terlalu mencampuri pembicaraan mereka, jangan mendengarkan 

obrolan mereka, berdebat dengan kata-kata yang keji dan rendah nilai­

nya, pendeknya jangan sering bergaul dengan golongan yang demikian 

itu kecuali j ika ada keperluan. Ini tidak mengatakan bahwa kita meng-

hindarkan seseorang, namun  menjaga jangan sampai mendapat perseng-

ketaan sebab  berlainan cara berfikir. 

Memang menghinakan orang tidak diizinkan dalam Islam, terka-

dang orang yang dihinakan atau dianggap kecil itu pada hakekatnya 

lebih mulia dibandingkan  kita sendiri. Mungkin ia lebih ta'at kepada Allah. 

Dalam hal ini kita harus dekati. Begitu juga jangan memandang orang 

lain dengan mata penghormatan luar biasa sebab  soal-soal keduniaan, 

sebab dunia itu sebenarnya kecil pada pandangan Allah , segala apa 

yang ada di dunia ini akan terlalu kecil dibandingkan dengan ke-

besaran Allah , dan oleh sebab  itu janganlah mempertinggi sangat 

harga dan derajat dunia untuk mencegah jangan sampai kita teranggap 

rendah oleh Al lah . Ketahuilah bahwa kita jangan sekali-kali mengabai-

kan soal agama, semata-mata sebab  mengharap keduniaan. Dalam pa­

da itu tidak sekali-kali kita diperkenankan menunjukkan rasa permu-

suhan kepada orang-orang yang berlainan paham dengan kita, cegahlah 

jangan sampai timbul permusuhan kecuali untuk membela Allah, pan-

danglah sesama manusia dengan padangan iba dan kasihan. 

Kemudian harus diingat jangan menaruh kepercayaan terlalu be­

sar kepada orang yang mengagung-agungkan rasa hormat, rasa cinta, 

230 

wajah yang berseri-seri, pujian yang muluk-muluk, sebab  pada umum­

nya segala itu sedikit sekali mengandung kebenaran. Mempercayai akan 

segala itu mungkin mengakibatkan celaka dan malapetaka. Janganlah 

mengharapkan bahwa sikap orang di belakang kita sama dengan sikap-

nya di muka kita, sebab  yang semacam ini jarang dan barangkali tidak 

pernah terdapat. 

Adab-adab yang lain misalnya jangan terlalu mengharapkan apa 

yang ada di tangan orang lain, sebab  dengan demikian kita merendah­

kan diri kita sendiri, seakan-akan kita menjual agama kita, namun  ja­

ngan pula kita bersikap sombong dan menunjukkan bahwa kita leng-

kap segala-galanya. Jikalau permintaan kita diluluskan oleh sahabat 

kita, maka hal itu menunjukkan bahwa sahabat kita itu yaitu seorang 

sahabat yang berfaedah dan yang sebenar-benar sahabat. Jikalau tidak 

diperkenankan, maka yang demikian itu janganlah mengakibatkan se­

suatu permusuhan, janganlah mencela-cela dia sebab  perbuatannya. 

Dalam memberi nasehat kepada orang harus diperhatikan, bahwa 

orang itu memang mengharap dan akan menerima nasehat kita, jangan 

sampai nasehat kita itu dianggap suatu penghinaan kepadanya. Apa­

bila ia menerima kebaikan, penghormatan atau pujian, hendaklah se­

mua pujian itu dikembalikan kepada Al lah , dan kita pun mengembali-

kan pujian dan do'a orang itu kepada Allah. Apabila kita diserang se­

suatu kejahatan orang, kata-kata yang keji, sikap yang tidak disukai, 

dalam hal ini kita pun bertawakkal kepada Al lah , kita meminta perlin-

dungan dibandingkan  kejahatan-kejahatan itu, janganlah mengecam atau 

mengancam mereka yang berbuat jahat itu kepada kita, sebab  yang 

demikian itu hanya menambah kebencian mereka, membesarkan per-

musuhannya terhadap kita. Segala cacian dan kejahatan orang hendak­

nya menginsyafkan kita akan peri laku kita sendiri, maka selanjutnya-

lah kita memperbanyak istighfar, di samping memperhatikan segala 

ucapan-ucapan yang betul dan mengabaikan segala ucapan-ucapan 

yang tidak pada tempatnya. 

Sebagai adab terhadap sahabat-sahabat kita hendaklah kita selalu 

menunjukkan muka yang berseri-seri bila menjumpainya, selalu me-

mulai dengan memberi salam, bersikap ramah tamah, memberi tempat 

duduk yang layak dan baik, menyongsong bila ia datang, mengantar-

kan bila ia hendak pulang kembali, mendengarkan dengan penuh per-

231 

hatian bila berbicara dan memanggil kepadanya dengan nama-nama 

panggilan yang disenanginya. Harus diingat tak baik terlalu banyak 

berdebat dalam pembicaraan, lebih baik menerima saja kisahnya dan 

jangan mengeritik sesudah selesai ia berbicara. 

Hampir bersamaan adabnya dalam pergaulan dengan tetangga. K i ­

ta selalu memberi salam kepadanya, dalam pada itu jangan terlalu ba­

nyak memanjang-manjangkan ceritera, memperbanyak pertanyaan dan 

jangan lama memandang bujang-bujangnya, yang perempuan. Kepada 

tetangga kita harus bersikap manis, menengoki bila ia sakit, menghi-

burkan dia bila ia ditimpa salah satu malapetaka, turut menyatakan ke-

girangan bila memperoleh sesuatu yang menggirangkan hatinya, me­

nunjukkan sikap yang manis kepada anak-anaknya dan pelayannya 

waktu berbicara, mengampuni segala kekurangan dan kesalahannya 

dan pada umumnya menjaga serta turut membela kehormatannya. Di 

samping itu kita harus ringan tangan terhadapnya, ada baiknya juga 

kalau ia berbuat salah kita cela, namun  mencela dan menegur sapanya 

itu hendaklah dengan kata-kata yang halus dan dengan niat yang baik. 

Di antara adab tuan terhadap pelayanannya ialah jangan membeban-

kan pelayanannya itu dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat, hendak­

lah ia bersikap kasih sayang kepada bujangnya yang sedang berada da­

lam kesal dan duka cita, jangan sering memukul, jangan selalu mema-

ki , sebab  yang demikian itu menyebabkan pelayan bertambah berani, 

sebaliknya segala kesalahannya dima'afkan dan selalu diberi pertunjuk 

dalam pekerjaannya. 

Selanjutnya setelah ia menyediakan makan hendaklah juga kepada 

pelayan dianjurkan segera pergi makan. 

Adab-adab pelayan mewajibkan kepadanya di antaranya menuruti 

barang perintah tuannya, bersikap jujur, terutama di waktu tuannya 

tidak hadir, bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan tuannya, tu­

rut menjaga kehormatan dan nama baik keluarga tuannya, begitu juga 

harus ia bersikap lemah-lembut terhadap anak-anaknya dan pada po-

koknya janganlah ia mengkhianati tuannya itu dalam urusan hak milik-

nya. 

Dalam dunia perdagangan seorang saudagar tidak baik mengada­

kan perusahaannya di tengah-tengah lalu-lintas, agar jangan menggang-

gu kepada orang banyak. la sebaiknya memiliki  pembantu yang ca-

232 

kap, yang tidak melakukan kecurangan dalam timbangan dan takaran, 

bahkan selalu ia menasehatkan pembantunya lebih baik dilebihkan da­

ripada dikurangkan takaran dan timbangan itu, yang dalam ia melaku­

kannya hendaklah jangan tergesa, hendaklah timbangannya tepat, tiap 

hari ukuran dan timbangan itu dibersihkan dan sebagainya, menjaga 

segala kerapian adat-adat dagang. 

Selanjutnya ia harus hormat kepada pembeli, terutama kepada 

orang-orang yang terhormat, begitu juga ia harus mengasihani orang-

orang yang lemah dan miskin, ia harus berlaku insyaf dan adil menjual 

dengan harga yang benar, makin murah barangnya, makin banyak 

langganannya, makin manis pelayanannya makin banyak pembelinya. 

Di waktu senggang lebih baik dia berzikir atau membaca Qur'an, ja­

ngan terlalu banyak melihat atau bersenda-gurau dengan wanita-wani-

ta, berlaku kejam terhadap pengemis, yang sepatutnya harus dilayani 

dengan air muka yang jernih. Begitu juga hendaknya ia menghindarkan 

terlalu banyak memuji-muji barang sendiri dan mencela-cela barang 

orang lain, sebab  seorang pedagang yang baik berlaku benar dan jujur 

dalam segala buah tuturnya, tidak berdusta dalam berbicara, tidak ter­

lalu mengobrol dengan teman-temannya atau bersendau-gurau dengan 

anak-anak, sehingga pembeli-pembelinya tidak terlayani secara baik. 

Orang bank atau penukar uang harus percaya akan kebenaran usa-

hanya, jujur dalam menjalankan tugasnya, tidak melakukan riba, tidak 

memberikan uang yang palsu, tidak menipu, pendeknya menjaga ja­

ngan sampai ada sesuatu perkara yang tidak beres, yang dapat mengu­

rangi kepercayaan orang kepadanya. 

Begitu juga tukang mas memiliki  adab-adab dalam Islam, yang 

mewajibkan dia memberi nasehat yang tepat, berusaha akan menyele­

saikan barangnya secara terbaik, tidak menyalahi janji dan tidak me­

minta upah terlalu banyak melebihi dibandingkan  semestinya. 

Ummat Islam harus memperhatikan benar-benar adab-adab yang 

dipergunakan dalam dunia pengajaran dan pendidikan, sebab  tiap 

muslim di samping pekerjaannya sehari-hari sebenarnya ia seorang guru 

dan pendidik terhadap manusia di sekitarnya. 

Setengah dari sifat orang alim harus menunjukkan seluruh niat dan 

usahanya untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu 

pengetahuan itu. Ia tidak boleh bersikap sombong sebab  kealimannya, 

233 

ia tidak boleh membangga-banggakan keakhl iannya, ia hendaknya ber­

sikap tenang dan sabar terhadap orang yang mempelajari i l m u pada-

nya, ia bersikap tenang dan sabar terhadap orang-orang yang sombong. 

Sesuatu masalah hendaknya dibentangkannya dengan keterangan-kete-

rangan yang jelas, ia menghadapi mur idnya yang kurang cerdas p ik i r -

annya dengan cara sungguh-sungguh dan bi jaksana. Ia jangan enggan 

mengatakan tidak tahu, kalau kebetulan sesuatu i tu belum diketahui-

nya. Lepaskanlah sikap t aka l lu f atau berlebih-lebihan dan dengarlah 

juga keterangan orang lain serta terimalah kebenaran meskipun datang 

dari lawan sekal ipun. 

A d a p u n adab mur id atau pelajar ialah d i antaranya ia lebih du lu 

memberi salam kepada gurunya dan jangan terlalu banyak bicara d i ha­

dapan gurunya, ia berdir i bi la gurunya berdir i , mendengar pengajaran 

dengan penuh perhatian, t idak menanyakan atau berbicara dengan te-

man-teman d i sampingnya, jangan tersenyum meskipun guru kadang-

kadang tersenyum waktu ia memberi penerangan, jangan menyatakan 

pendapat sendiri , jangan terlalu banyak bertanya, terutama kalau guru 

ternyata sudah agak bosan da lam memberi j awaban , dan terutama ja­

ngan membanding-bandingkan keterangan guru dengan keterangan 

yang didengar dari orang la in di hadapannya. 

Seorang qari', baik yang hanya membaca maupun yang tengah 

mempelajari isi A l - Q u r ' a n , hendaklah duduk di hadapan Q u r ' a n itu 

dengan tawadhu ' , penuh perhatian, menundukkan kepala. Kepada guru 

meminta iz in sebelum ia memulai membaca dan apabi la ia hendak 

membaca ia baca lebih dahulu taawwuz dan b ismi lah serta di tutup ba­

caan Q u r ' a n i tu dengan d o ' a kepada T u h a n . 

A d a b muallim atau guru anak-anak terdiri dar ipada : hendaklah 

memperbaiki lebih dahulu d i r inya sendiri , sebab  pandangan anak-anak 

itu terbanyak di tu jukan kepadanya dan telinga mereka itu senantiasa 

dengan cepat menangkap barang apa katanya, sehingga apa yang d i ­

anggap baik oleh seorang guru tentu baik pu la pada pandangan anak-

anak, apa yang dianggap buruk oleh m u a l l i m tentu dianggap buruk pu­

la oleh mur id -mur idnya . 

Selanjutnya guru anak-anak itu hendaklah berdiam d i r i d i waktu 

duduk mengawasi dengan mata yang tajam kepada t ingkah- laku m u r i d -

mur id , sehingga dengan demik ian t imbul lah kehormatan mur id itu ter-

234 

hadapnya. Seorang guru yang bijaksana tidaklah mengajar murid nakal 

dengan memukul atau menyiksa, tidak pula terlalu banyak berbicara 

dengan anak-anak muridnya, agar mereka jangan terlalu berani kepada­

nya, sebaliknya tidaklah membiarkan murid-murid itu terlalu banyak 

berbicara antara satu sama lain di hadapannya, atau bersenda-gurau 

terutama dalam jam pengajaran. 

Hendaklah diingat bahwa adab guru yang baik ialah rnenolak pem­

berian dibandingkan  anak-anak itu, terutama sesudah diterima ditonjol-ton-

jolkan kepada anak-anak lain. Yang menjadi kewajiban penting bagi 

guru anak-anak ialah memperbaiki budi-pekertinya, seperti mencegah 

mereka ejek-mengejek, mencegah mereka bersifat dengan sifat yang bu-

ruk-buruk, seperti berdusta, suka mengumpat, cela-mencela dl l . Di 

samping itu selalu menekankan ajarannya kepada pelajaran Agama, 

seperti membersihkan diri dari najis, berwudhu, sembahyang dan lain 

sebagainya. 

Seorang muhaddis atau guru dalam ilmu hadis hendaklah senanti­

asa berkata benar, sambil menjauhkan diri dibandingkan  sifat dusta. Jangan 

membawa hadis kecuali yang masyhur, yang berdasarkan riwayat 

orang-orang yang boleh dipercayai. Jauhkanlah diri dibandingkan  hadis-

hadis yang kurang kuat sanadnya, jangan sekali-kali menceriterakan 

selisih yang terjadi di antara para sahabat salaf di zaman dahulu, men­

jaga jangan sampai tumbuh kekeliruan faham, juga menjaga jangan 

sampai salah bunyi lafaz atau susunan kalimat hadis itu. 

Selanjutnya seorang muhaddis jangan suka bertengkar, sebaliknya 

sering mengucapkan syukur atas nikmat Allah  yang dianugerahi kepa­

danya, sehingga ia ditempatkan dalam derajat Rasul dengan membawa 

dan menyiarkan hadis-hadis itu, seyogianyalah jangan merendahkan di­

rinya. 

Meskipun ia menerangkan ilmu namun  ia harus memperhatikan 

juga dalam amalan yang akan ditumbuhkan oleh hadis-hadis ajaran­

nya. Maka oleh sebab  itu sebaiknyalah ia menjaga supaya hadis-hadis 

yang diajarkannya membawa manfa'at kepada kaum muslimin dalam 

menjalankan kewajibannya, dalam menjalankan fardhu dan sunnatnya, 

dalam membawakan pengertian yang benar kepada mereka tentang 

ajaran kitab Al lah . Selanjutnya janganlah dipergunakan ilmu itu untuk 

membela pembesar-pembesar atau hartawan semata-mata, begitu juga 

235 

jangan sekali-kali menyiar-nyiarkan hadis yang kurang diketahui asal-

usulnya, menghindarkan diri mengucapkan sesuatu yang belum terang 

yang tidak ada dalam kitab yang ada di hadapannya serta men-

campurbaurkan antara hadis yang baik dengan yang tidak baik, yang 

kuat dengan yang dhaif. 

Segala pelajaran mengenai ilmu hadis ini hendaklah dicatat dan 

dipelajari dengan rapi oleh pelajar-pelajar hadis sebab  itu yaitu  

salah satu dibandingkan  adabnya. Selanjutnya hendaklah ia mencatat hadis-

hadis yang masyhur, tidak hanya hadis-hadis yang aneh yang jarang 

terkenal. Hendaklah ia mencatat dari orang-orang yang boleh diperca-

yai, begitu juga janganlah kemasyhuran sesuatu hadis membuat dia le­

bih memberi nilai dari hadis-hadis yang lain. Dalam pada itu janganlah 

pengajarannya melalaikan dia dibandingkan  ibadatnya, misalnya sembah­

yang pada waktunya. Hendaklah ia menjauhi sifat mengumpat-umpat, 

hendaklah menaruh perhatian sepenuhnya dan mendengarkan dengan 

baik keterangan-keterangan gurunya, jangan sering menengok pada 

waktu memperbaiki naskahnya, janganlah menyiarkan pengetahuannya 

hanya untuk mempertinggi diri, dan lain-lain sifat pelajaran yang baik. 

4. ADAB D A L A M BERAMAL. 

Kemudian banyak pula adab-adab yang terpakai dalam kehidupan 

ibadah sosial. 

Adab orang yang bersedekah misalnya ialah bahwa ia harus me­

nyediakan sedekahnya itu lebih dahulu sebelum diminta. Ia harus me­

nyembunyikan pekerjaannya pada waktu memberi, merahasiakannya 

setelah diberi dengan cara yang ramah-tamah kepada yang meminta-

nya. Selanjutnya hendaknya ia meluluskan tiap-tiap permintaan orang 

yang berhajat, j ika ia tidak dapat memperkenankannya, maka permin­

taan itu ditolaknya dengan cara yang halus dan laku yang baik. 

Sementara itu orang peminta hendaklah menyatakan kebuAllah  

dengan sebenarnya, memajukan permintaannya dengan kata-kata yang 

baik, menerima apa yang diberikan kepadanya dengan ucapan terima 

kasih dan dengan berdo'a untuk keselamatan orang yang bersedekah 

itu, meski betapa pun sedikit pemberiannya itu. Kalau permintaannya 

ditolak hendaklah ia menerima penolakan itu dengan baik, dengan ti­

dak terus-menerus meminta lagi. 

236 

Memanglah adab-adab orang yang berada membuat dia selalu me­

rendah diri, jangan menunjukkan sikap angkuh dan sombong, terus-

menerus mengucapkan syukur kepada Allah untuk nikmat yang dianu-

gerahinya, sambil berusaha selanjutnya melakukan perbuatan-perbuat-

an yang baik, selalu menunjukkan senyum simpul dan sikap ramah-

tamah kepada orang fakir, bersedia menolongnya, ringan memberi sa­

lam kepada semua orang, selalu menggunakan perkataan-perkataan 

yang baik dan selalu siap sedia melakukan kewajiban-kewajiban sosial 

yang besar. 

Dengan sikap di atas ini maka hilanglah jurang perpecahan yang 

besar antara orang kaya dan orang miskin. sebab  dalam pada itu 

orang miskin pun memiliki  adab-adab tersendiri, di antaranya ber­

pegang selalu kepada sifat merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, 

menyembunyikan sedapat mungkin segala kebuAllah  dan sikap rendah 

budi, hendaklah ia senantiasa menjaga kehormatan dirinya dengan me­

nunjukkan kecukupannya kepada orang-orang yang memiliki  peri 

kemanusiaan dan beragama, begitu juga menghormati orang-orang 

yang berada dengan tidak terlalu mengharapkan bantuan mereka. Se­

lanjutnya tidaklah ia menunjukkan sikap sombong, sebaliknya tidaklah 

layak terlalu merasa rendah diri atau kecil bila ia berhadapan dengan 

orang kaya-kaya dan berada. Hendaklah ia berpegang teguh kepada 

aturan-aturan agama. 

Meskipun dalam memberi hadiah, yang tidak terikat sama sekali 

kepada sesuatu kewajiban, ada adab-adab dalam Islam. Orang 

yang memberi hadiah itu harus menganggap, bahwa orang yang mene­

rima hadiah itulah yang berjasa. Oleh sebab  itu ia menunjukkan pera­

saan girang bila hadiahnya diterima dan mengucapkan terima kasih ke­

padanya, kendati berapa besar juga jumlah hadiah itu. 

Menunjukkan perasaan girang sebab  mendapat hadiah itu, meski­

pun bagaimana kecilnya, memuji-muji orang yang menghadiahkan itu 

di hadapan orang banyak pada waktu orang itu tidak hadir, menunjuk­

kan muka yang berseri-seri di hadapan orang yang memberikan hadiah 

dan mengucapkan syukur dan terima kasih kepadanya, yaitu sifat-

sifat dan adab yang baik dibandingkan  orang yang mendapat hadiah. Hadi­

ah itu jika dapat dibalas juga dengan hadiah yang lain, namun  jika tidak 

dapat sikap yang manis sudah cukup memuaskan yang memberikan 

hadiah itu. 

237 

Ada sesuatu yang penting, yang harus dijaga ialah jangan sampai 

agamanya hilang sebab  itu dan jangan sampai terlalu tamak dan ter­

lalu mengharap-harapkan lagi hadiah yang diberikan orang itu kepada­

nya. 

Akhirnya kita kemukakan di sini dalam lapangan ibadah sosial ini 

adab-adab berbuat jasa. Pertama memulainya sebelum diminta, kedua 

segera menunaikan janji yang telah diperbuat, ketiga tetap menghor-

mati orang yang diberikan jasa itu pada waktu memberikannya, ke­

empat hendaklah menyembunyikan pemberian jasa itu setelah diterima-

nya, kelima janganlah selalu dibangga-banggakan dan disebut-sebut, 

keenam berusaha bahwa jasa itu selalu dapat dilakukan, jangan kiranya 

putus dengan sekali pemberian itu saja, dan ketujuh mengharapkan ba-

lasan dibandingkan  Allah . 

Kemudian maka sampailah kita kepada dua golongan adab terpen­

ting kesatu mengenai kehidupan dalam pemerintahan dan kedua me­

ngenai kehidupan dalam peperangan. Raja-raja atau pembesar-pembe-

sar negara, memiliki  adab-adab dalam pemerintahan. Mereka harus 

bersikap lemah-lembut, dengan tidak menggunakan kecaman dan ke-

kerasan. Mereka harus matang berfikir lebih dahulu sebelum mengelu­

arkan sesuatu perintah. Mereka harus meiepaskan sifat tekebur atas 

orang-orang di sekitarnya, meskipun mereka harus waspada dalam me-

ngelakkan sesuatu perbuatan jahat dari mereka. Selanjutnya hendaklah 

mereka bersikap ramah-tamah dengan rakyat jelata sambil menjaga ke­

hormatan diri sendiri. Mereka selalu menyelidiki tingkah-laku para pe-

ngikutnya, menghormati orang-orang yang berilmu dan memberi ban­

tuan kepada mereka itu, kepada sahabat-sahabatnya dan kepada ke­

luarganya. Dalam mengambil sikap terhadap sesuatu pelanggaran hen­

daklah berlaku lunak namun  adil, dengan tidak melupakan tetap meme­

lihara keselamatan negara dan pemerintahan. Juga rakyat memiliki  

adab-adab yang baik dalam menghadapi raja dan pembesarnya. Di an­

taranya tidak sering mengetok pintunya, tidak sering meminta perto-

longannya kecuali dalam soal-soal penting, namun  menunjukkan rasa 

hormat, meskipun mereka terkenal sebagai orang-orang yang baik dan 

lunak. Jangan memohonkan apa yang tidak dapat diluluskan. Berdo'a 

untuk keselamatannya bila ia menampakkan diri. Kalau perlu mengeri-

tik atau mencela perbuatannya janganlah di depan mereka. 

238 

Dalam pada itu yang menjadi adab Kadi atau hakim ialah di anta­

ranya baik sekali bila ia senantiasa diam dan tidak bicara, menjaga ke­

hormatan dirinya, bersikap tenang, melarang para pembantunya mela­

kukan keburukan dan kezaliman, selanjutnya mengasihani para janda 

dan menjaga keselamatan anak yatim. Dalam segala pertanyaan tidak 

memberi penyahutan tergesa-gesa, bersifat lunak terhadap lawan, ja­

ngan berpihak kepada salah satu pihak terdakwa, memberi nasehat ke­

pada yang melakukan pelanggaran dan selalu berlindung kepada Allah 

d