ilmu tarekat mistik 7
nusia dengan manusia, seperti
berjuang di atas jalan Al lah , jihad, untuk mempertahankan kesucian
agama, kemerdekaan tanah air, keselamatan diri, dan keamanan harta
benda, melenyapkan permusuhan dan kezaliman, begitu juga urusan-
urusan yang bersangkut-paut dengan mu'amalat, baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, pengajaran dan pendidikan, perdagangan, pe-
ternakan dan pertanian dan lain-lain sebagainya yang termasuk amal
salih serta berfaedah bagi kehidupan manusia. Semua itu dalam segala
tingkah hukumnya, baik yang wajib, baik yang sunat, baik yang mu-
bah, termasuk tha'at lahir, yang mengandung banyak pelajaran dan
hikmat untuk kebahagiaan manusia.
namun orang Sufi menghendaki dengan perbaikan manusia itu tu
juan yang lebih jauh. Manusia itu tidak hanya baik dan indah lahirnya,
tidak hanya suci dibandingkan kekotoran yang lahir, bersih badan pakaian
dan tempat, namun usahanya menuju kepada membersihkan hati dan
niat, yang sebagaimana dikatakan menjadi pangkal dibandingkan kebersih-
an dan kesempurnaan, maka haruslah dihadapi dua perkara yang pen
ting bagi manusia, pertama membersihkan diri dibandingkan sifat-sifat yang
tercela, kedua membersihkan niat dibandingkan penyembahan selain Al lah .
Jika ini sudah selesai barulah ia berasa mengisi jiwanya yang bersih itu
dengan apa yang dinamakan tha'at bathin.
206
Adapun tha'at bathin ini, yang biasa juga dinamakan tahliyah, ti
dak lain dibandingkan memakai sifat-sifat yang terpuji, tingkah-laku yang
dianggap oleh orang Sufi dapat membawa manusia mendekati Allah
nya, sebagaimana dapat membuat manusia itu menjadi manusia yang
merasa dirinya berbahagia. Ghazali menamakan usaha ini munjiyat,
dan mengupas secara panjang lebar pengertiannya sebab-sebab yang
membangkitkan dan cara-cara untuk memperolehnya dalam bahagian
yang keempat dari kitabnya Ihya Ulumud Din, sebagaimana hal-hal
yang mengenai tha'at lahir dibicarakan secara mendalam dalam bahagi
an kesatu dan kedua, bahagian ibadat dan adat dari kitabnya itu.
Dalam usaha tahalli ini tidak saja dibicarakan soal-soal mengenai
taubat, sabar, syukur khauf, raja', faqr, zuhud, sadaq, ikhlas, namun
juga dikupas dengan cara yang meresap hal-hal sekitar tauhid, tawak-
kul, mahabbah, syauq, uns, ridha, muraqabah dan muhasabah, tafak-
kur, dan zikrul maut, soal-soal sekitar kasyaf, ma'rifat dan hakikat,
yang sebenarnya mendekati apa yang dinamakan tajalli. Jalan hidup
ialah ilmu dan perjuangan, namun jalan akhirat ialah ma'rifat dan amal.
>
Ghazali menganggap jalan Sufi itulah yang sebaik-baiknya untuk
memperbaiki manusia, dan ajaran Sufi itu seluruh gerakannya, seluruh
ketenangannya, seluruh hidupnya yaitu pancaran nur kenabian,
dan tidak ada lagi di belakang nur kenabian itu di atas muka bumi ini
nur yang dapat digunakan orang untuk penerangan. Jalan yang dian
jurkan orang Sufi ialah membersihkan diri apa pun juga selain Allah,
kuncinya ialah membenamkan hati itu seluruhnya dalam zikir, ingatan
dan sebutan Allah, yang akhirnya membawakan dia fana, hanyut da
lam keseluruhannya ke dalam kekekalan Al lah .
Jalan kepada Allah itu terdiri dari dua usaha, pertama mulazamah,
yaitu terus-menerus berada dalam zikir terhadap Allah , kedua mukha-
lafah, yaitu terus-menerus menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
dapat melupakan kepada Allah . Keadaan ini dinamakan safar kepada
Allah , dan safar atau mendekati ini tidaklah usah yaitu suatu
gerak dari satu pihak, tidak dari pihak yang datang dan tidak pula dari
pihak yang didatangi, namun perdekatan dari kedua-duanya, sebagai
firman Allah dalam Qur'an : " K a m i ini lebih dekat kepadanya dari
pada urat lehernya sendiri". Perumpamaan yang lain dikemukakan an
tara yang mencari dengan yang dicari yaitu seperti seorang dengan
207
cermin muka. Orang akan tergambar dalam cermin muka itu, tajalli,
tidak usah dengan melenyapkan dirinya ke dalam cermin itu namun cu
kup dengan menghadapinya tidak dengan membawa gambaran kepada
cermin atau menggerakkan cermin kepada gambaran, namun dengan
melenyapkan segala tabir, hijab, yang menjadi rintangan antara gam
baran orang itu dengan cermin. Demikianlah Allah tajalli dengan zat-
nya yang tidak tersembunyi, mutajalin min zatihi la yakhtafi. Mustahil
orang dapat menutupi cahaya, sedang cahaya itu lahir dalam segala
yang tertutup, sedang Allah yaitu cahaya seluruh langit dan bu
mi.
Mengapakah kadang-kadang cahaya itu tidak terlihat ?
Orang Sufi menjawab, ada sebab mata itu kotor, ada sebab ma
ta itu tidak kuat menangkap. Mata manusia dapat menangkap cahaya
matahari, namun ada binatang yang tidak dapat menangkap dengan ma
tanya sebab kurang kekuatannya : Bahwa cahaya dapat ditangkap
oleh cermin yaitu suatu perkara yang sudah jelas dan nyata. Jika ada
cermin yang tidak dapat menangkap seluruhnya, itu disebabkan sebab
tertutup atau sebab miring letaknya, atau sebab tidak berhadap-
hadapan dengan sebenarnya. Inilah sebab Nabi Muhammad memberi
keterangan : "Bahwasanya Allah itu tajalli bagi manusia umumnya,
bagi Abu Bakar khususnya" (Jawahirul Qur'an, hal 12, karangan Gha
zali atau Al-Ghazali wa Ihya Ulumuddin, karangan Dr. Badawi Thaba-
nah).
Untuk tajalli inilah orang Sufi mengadakan latihan jiwa member-
sihkannya dari sifat-sifat yang tercela, takhalli, mengisinya dengan si
fat-sifat yang terpuji, tahalli, meiepaskan segala sangkut-paut dengan
dunia, terus-menerus mengerjakan ibadat, mengadakan riyadhad, khal
wat, berjaga malam, puasa terus-menerus dan sedikit makan, memper-
banyak zikir, menghindarkan hubungan tubuh dari hawa nafsu, hanya
semata-mata untuk beroleh keadaan tajalli, dan bertemu dengan Tu
hannya sebagai kebahagiaan yang terakhir dan terbesar.
Contoh yang akan diikuti Nabi Muhammad, yang bagi orang Sufi
yaitu makhluk yang paling dekat dengan Allah nya dan yang me
rupakan manusia yang sempurna, insan kamil, yang diperintahkan oleh
Allah nya menyampaikan kepada manusia : "Katakanlah : A k u ini ha
nya manusia biasa seperti kamu, hanya kepadaku diwahyukan, bahwa
208
Allah mu itu yaitu Allah yang satu tunggal. Barang siapa menghen
daki bertemu dengan Allah nya (tiqa'h maka hendaklah ia beramal
salih, dan tidak memperserikatkan dalam ibadat Allah nya itu dengan
sembahan yang la in" . (Qur'an XVI I I : 110).
209
IX
ADAB SUFI DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
1. ADAB D A L A M IBADAT.
Adab dan akhlak Sufi dalam kehidupan sehari-hari ini saya petik
dari beberapa macam kitab, di antaranya kitab "Adabuddin" , karang
an Imam Ghazali, kitab "Adabud Dunia wad D i n " , yang dikarang oleh
Imam Al-Mawardi (mgl. 450 H.) , yang diperluas penjelasannya oleh
Hanzadah, dengan nama "Minhajul yaqin, syarah adabud dunia wad
d in" , yang dicetak dalam tahun 1328 H . , dan kitab "Tahzibul A k h
lak" , dicetak di Mesir dalam tahun 1322 H karangan Ibn Maskawih,
sebab segala sesuatu pekerjaan didasarkan kepada adab agama dan
ajaran Sufi.
Demikian keringkasannya mengenai beberapa pokok pekerjaan,
yang oleh orang Sufi harus diperhatikan adab-adabnya.
Adab-adab yang berhubungan dengan kebesaran Allah dan Rasul-
nya sangat dipentingkan, sebab aturan-aturan adab itu rapat hubung-
annya dengan iman dan kehidupan rohani yang menggerakkan. Oleh
sebab itu seorang mu'min dalam mengerjakan segala ibadatnya, hen
daklah ia menganggap dirinya seakan-akan berada di hadapan Al lah .
Hendaklah ia menundukkan matanya, mengheningkan ciptanya, tetap
berdiam diri, segera melakukan segala amar ma'ruf dan nahi munkar,
mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhkan diri dibandingkan sega
la larangannya. Jangan sekali-kali membantah atau menunjukkan sikap
yang kurang baik. Ia hendaklah selalu ingat kepada Al lah , sambil mem
bersihkan pikirannya, mengekang segala anggotanya, menenangkan
jiwanya dan ingatannya dalam menghormati Al lah . Selanjutnya harus
211
ia melatih d i r i jangan sering marah, jangan menyembunyikan perasaan
cinta dan ikhlas kepada A l l a h , sebal iknya jangan menunjukkan pan
dangan sedemikian itu kepada sesama manusia . H e n d a k l a h selalu me
mi l ih kebenaran dan mengutamakannya dar ipada segala apa yang la in .
Janganlah terlalu banyak menumpahkan harapan kepada sesama ma-
Viusia. Ber laku ikhlas da lam perbuatan, ber laku benar da lam perkataan.
Selanjutnya adab terhadap T u h a n in i juga d ipaka i dalam hal-hal
yang d inamakan 'ittila' (menyel idiki sesuatu perkara). D a l a m hal i tu
hendaklah ki ta senantiasa ber laku suci, mengurangi isyarat-isyarat yang
tidak per lu , menyembunyikan perasaan m u r k a dan gusar pada waktu
k i ta merasa tersinggung dan kecewa. K i t a harus menggunakan selalu
perasaan ma lu dan perasaan takut, bersikap tenang, dengan kepercaya-
an bahwa d i r i k i ta i tu terjamin dalam perl indungan A l l a h . Selanjutnya
ba ik lah ber tawakkal dengan kepercayaan bahwa ki ta telah memi l ih
yang sebaik-baiknya.
Hendak lah k i ta sedapat mungk in dalam keadaan be rwudhu ' , ter
utama bi la mendapat sesuatu malapetaka atau menunggu wak tu sem
bahyang. H e n d a k l a h hati k i ta selalu gemetar sebab kekhawat i ran akan
kehilangan sesuatu ibadat fardhu. Selalu harus ki ta berusaha agar k i ta
bertaubat, da lam kekhawat i ran melakukan kejahatan yang terus-mene
rus. Hendak lah ki ta percaya tentang yang gaib, memiliki hati yang
takut kalau mendengar orang menyebut nama A l l a h dan memiliki
rasa hati yang cinta tatkala orang menyebut nama N a b i kita M u h a m
mad . Jagalah agar k i ta da lam keadaan khusyu ' pada waktu mendengar
waaz dan nasehat. D i samping ki ta selalu t awakka l b i la ada kekurang
an, selalu ki ta siap sedia mengeluarkan sedekah dan bermurah tangan
dengan tidak terkekang oleh perasaan k i k i r .
D i antara adab-adab seorang nasik, yaitu ahl i ibadat, di terangkan
bahwa hendaklah ia mengetahui betul waktu mengerjakan ibadat i tu , ia
mengetahui betul akan keterangan-keterangannya, segala lafad-lafad
yang harus dipergunakannya d i da lam ibadat i tu . K e m u d i a n j i k a ia me
ngerjakan ibadat itu hendaklah ia khusyu ' dan k h u d u ' , yang merupa
kan sifatnya yang l az im, demikian rupa sehingga air matanya berlinang-
l inang. Selanjutnya senantiasa menundukkan matanya ke bawah, men
jaga kesucian hat inya, m e m i k i r i agamanya, berjaga ma lam, sederhana
dalam tempat t inggalnya, sedikit da lam minum-makannya , berjaga-jaga
212
dan siap akan kedatangan ajalnya, kalau perlu menjauhkan diri dari
pergaulan orang banyak, dan meiepaskan hawa nafsunya. Ia rapi men
jaga segala amal ibadatnya, tetap dikerjakan dengan penuh syarat ru-
kunnya pada awal waktunya, menjaga sembahyangnya, menjaga puasa-
nya, membayarkan zakatnya dan mengerjakan haji dengan penuh khu
syu' dan tawadhu'nya. Ia harus insyaf bahwa kelebihan atau kekurang
an keadaannya tidaklah sekali-kali bergantung kepada pengetahuan
orang lain, sesudah ia menginsyafi dan mengerti sungguh-sungguh akan
hal ihwalnya sendiri.
Pada waktu ia mengerjakan wudhu', jangan lupa ia bersiwak, me-
ngucapkan do'a yang dikhususkan, begitu juga pada waktu ia mandi,
tidak terlepas dibandingkan rasa takut, rasa bertaubat dibandingkan perbuatan-
perbuatan yang telah lampau. Kemudian hendaklah ia berdiam diri se
sudah bersuci sampai mulai sembhyang. Baik sekali kalau dalam ber-
suci itu membersihkan rambut ketiak, membersihkan bahagian-bahagi-
an badan yang berbulu atau yang acapkali dihinggapi kotoran, sampai
ke tempat-tempat yang jarang disentuh, memotong kuku, membersih
kan pakaian dan segala sesuatu yang lain.
Bila ia memasuki mesjid, hendaklah ia mendahulukan kaki kanan-
nya sambil membersihkan terompahnya dibandingkan segala kotoran. Ke
mudian dengan segera ia menyebut nama Allah dan memberi salam ke
pada orang-orang yang sudah hadir, bahkan jika ada mesjid atau
rumah ibadah itu kosong sekali pun. Ia lalu bermohon pada Al lah , agar
sudi membuka pintu rahmat-Nya baginya. Kemudian lalu ia duduk
menghadap kiblat, sambil tetap menaruh perhatian, jangan berbicara,
jangan memaki-maki, jangan mengangkat-angkat suara, jangan meng-
hunus pedangnya, jangan memegang ujung panahnya, pendeknya ja
ngan berbuat sesuatu atau mencari sesuatu, seperti berjual-beli, meno-
lak-nolak orang di dalam mesjid itu. Jikalau ia hendak kembali mulai-
lah meninggalkan mesjid itu dengan kaki kirinya, sambil mengharap
berkah Al lah .
Sambil menantikan waktu beribadat baiklah seseorang yang masuk
ke dalam mesjid itu dan duduk di dalamnya dengan berniat i'tikaf.
Adab yang perlu diperhatikan berhubungan dengan i'tikaf ini di antara
nya terus berzikir, meiepaskan segala perasaan duka-cita, jangan ber
bicara, jangan meninggalkan tempat, jangan berpindah-pindah, mence-
213
gah segala perasaan hawa nafsu namun membiasakan diri bertha'at ke
pada Allah.
Jika seorang muazzim melakukan azan, maka adab yang harus di-
perhatikan di antara lain-lain harus tahu betul waktunya, baik di mu
sim kemarau maupun di musim dingin. Ia menundukkan matanya wak
tu hendak menaiki menara, berpaling ke kanan dan ke kiri waktu ia
menyerukan azannya, mengenai bahagian "hayya alas salah hayya alal
falah". Selanjutnya ia harus mengucapkan azan itu dengan tertib, de
mikian juga ia mengendorkan suaranya di waktu ia membacakan iqa
mah.
Seorang yang mengimami sembahyang atau dijadikan imam, harus
mengerti betul ajaran sembahyang, sekurang-kurangnya mengerti mana
yang fardhu dan mana yang sunat, harus tahu benar-benar apa yang
mungkin terjadi padanya dalam waktu sembahyang, tahu apa-apa yang
dapat membathalkan sembahyang itu. Jangan menjadi imam jika ia
tidak disenangi orang, dalam keadaan seperti ini hendaklah ia menye
rahkan tugas imamnya itu kepada orang lain yang mengerti. Seorang
imam tidaklah patut lupa memerintahkan para ma'mum di belakang-
nya mengatur saf sambil memberi pertunjuk-pertunjuk dengan lemah-
lembut. Pada waktu ia membaca surah-surah dalam sembahyang, hen
daklah ia ingat bahwa surah-surah yang dibacanya itu janganlah yang
panjang, untuk mencegah orang jadi jemu, begitu juga janganlah ia
memanjang-manjangkan tasbih agar orang tidak bosan, sebaliknya ja
nganlah pula terburu-buru agar jangan sampai sembahyangnya itu ti
dak sempurna. Hendaklah ia mengatur sembahyangnya itu dengan se-
baik-baiknya.
Sebaliknya imam yang baik selalu bersikap tenang dalam ruku'
dan sujudnya, sehingga para ma'mum pun dapat menjalankan kewajib-
annya dengan tenang pula. Hendaklah ia berdiam diri sebentar sebelum
dan sesudah tahmid i 'tidal. Begitu juga setelah selesai membaca surah.
Dalam ruku' hendaklah ia menunggu, jika sekira ia merasa ada yang
belum dapat mengikutinya.
Sebelum sembahyang pun imam harus sudah memperhatikan adab,
misalnya hendaklah ia menunggu sejenak kedatangan tetangganya yang
belum kelihatan, kecuali jika ia khawatir kehabisan waktu.
Pada akhir sembahyang hendaklah ia berhenti sebentar di antara
214
kedua salam. Dan setelah selesai sembahyang hendaklah ia mengucap-
kan syukur kepada Al lah , bahwa ia telah dapat menyelesaikan tugasnya
sebagai imam dengan menjalankan rukun sembahyang yang rapih.
Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan ketika sembahyang.
Di antaranya bersikap rendah diri, khusyu', hadir dengan hati, menge-
lakkan segala yang was-was, jangan bergerak lahir dan bathin, tenang
semua anggota, mata ditundukkan ke bawah, tangan kanan di atas ta
ngan kiri , bertafakur ketika membaca bacaan, mengingat kepada Tu
han di waktu takbir, ruku, dan sujud dengan khusyu' menyebutkan tas-
bih dengan perasaan ta'zim, bertasyahud dengan memandang ke tangan
kanan, memberi salam dengan perasaan menyesal dan meninggalkan
tempat sembahyang dengan perasaan takut dan dengan niat akan men
cari keridhoan Al lah .
Pada waktu membaca beberapa kiraat dalam sembahyang itu se
orang yang mengerti adab berlaku tetap penuh dengan perasaan hormat
dan malu. Ia tidak meninggalkan sesuatu dari bacaan. Ia tetap tawa-
dhu' dan menangis dalam hati pada waktu membaca ayat-ayat suci A l -
Qur'an.
Jika sesudah sembahyang dilakukan lagi do'a, maka seyogianya
ada beberapa adab do'a ini yang tidak boleh dilupakan. Baik pada
waktu membaca atau pada waktu mengaminkan, hendaklah hati se
orang mu'min itu tetap penuh dengan perasasan khusyu', tetap menun
jukkan sikap merendahkan diri, seolah-olah orang yang sedang mem-
butuhkan sesuatu atau yang tengah berada dalam kesulitan. Hendaklah
ia tahu diri dan tahu kebesaran Al lah . Hendaklah ia membuka tangan
yang ditampungnya dengan penuh hasrat, yang ditampung dan dipan-
jatkannya arah ke langit, tetap dengan kepercayaan akan terkabullah
permohonannya, tetap dengan keyakinan khawatir kalau ditolak, tetap
mengharapkan keiegaan dibandingkan kesusahan yang dihadapinya, tetap
dapat pertolongan Allah dalam meiepaskan dirinya dari segala se-
rangan lahir dan bathin, tetap dapat memperbaiki maksudnya yang ga-
gal dengan inayah dan taufik Allah . Sesudah do'a selesai maka ia me-
rahupkan atau menyapukan mukanya dengan kedua telapak tangannya
itu.
Selain dibandingkan sembahyang biasa lima kali sehari semalam, um
mat Islam menghadapi sembahyang-sembahyang istimewa, seperti sem-
215
bahyang Jum'at dengan khutbahnya, sembahyang lebaran dengan khut
bahnya, sembahyang khusuf dan kusuf dengan khutbahnya, begitu ju
ga sembahyang istiqa dengan cara-cara yang tertentu.
Di antara adab-adab yang perlu diperhatikan menghadapi sembah
yang Jum'at, ialah bersiap-siap sebelum waktunya, kemudian mensuci-
kan dan membersihkan badan serta pakaian setelah dekat pada waktu
nya, sehingga pada waktu berangkat, badannya telah bersih, pakaian-
nya sudah suci dan telah memakai harum-haruman. D i mesjid jangan
melangkahi orang, jangan bicara banyak, mencari tempat yang dekat
dengan imam, mendengarkan khutbah dengan seksama dan penuh per
hatian. Selalu berusaha mencari dan menambah ilmu pengetahuan. Da
lam perjalanan ke mesjid selalu bersikap tenang dan teratur, jangan
memasukkan dan mempermainkan jari-jari tangan ke tangan. Jangan
terlalu banyak tunduk, sebaliknya memperbanyak mengucapkan syukur
kepada Al lah .
Memasuki mesjid hendaklah dengan perasaan khusyu' sambil
memberi salam. Sebelum duduk sembahyang sunnat tahiyyatul masjid
lebih dahulu, namun boleh tidak dilakukan lagi setelah khatib di atas
minibar. Selanjutnya memberi salam, jangan berbicara, menerima na
sehat, dan jangan berdiri untuk sembahyang Jum'at, sebelum khatib
turun dari mimbar dan sebelum muazzin menyerukan iqamah.
Sebagai khatib ia memiliki adab-adab tersendiri. Setengah dari
adab-adab itu ialah bahwa ia datang ke mesjid dengan tenang dan pe
nuh kehormatan. Ia memulai kedatangannya dengan memberi salam,
lalu duduk dengan tenang, tidak berbicara. Tatkala sampai waktunya
ia berdiri dengan hormat dan menuju ke mimbar, dengan niat seakan-
akan ia ingin memperdengarkan apa yang diucapkannya itu kepada
Allah sendiri. Ia menaiki mimbar itu dengan khusyu', dengan berzikir
dan kemudian berpaling kepada para pendengar dengan pikiran yang
terkumpul, sambil memberi salam kepada mereka dengan suara yang
jelas, seolah-olah hendak menarik perhatian orang banyak mendengar
kan khotbahnya. Lalu ia duduk menanti azan dengan perasaan taqwa
kepada Allah . Maka berkhotbahlah ia dengan tawadhu', j ika perlu
berisyarat, maka hendaknya isyarat itu tidak dengan mengangkat telun-
juknya. Ia sendiri harus percaya lebih dahulu akan kebenaran yang di
ucapkannya, supaya uraiannya itu memberi faedah dan kesan yang ba-
216
ik kepada hadirin sesudah ia muazin sudah mulai menyerukan iqamah.
Jangan bertakbir dalam khotbahnya sebelum hadirin sudah sama diam
semuanya. Begitu juga tatkala ia mengimami salat, baru ia bertakbir
memulai sembahyang sesudah pengikutnya sama tenang dan diam, ba-
rulah pula ia membaca surat dalam sembahyangnya dengan secara ter-
tib.
Mengenai lebaran, baik mengenai hari raya Idil Adha maupun me
ngenai Idil Fithri, yang harus diingat sebagai adab agama dan ibadat
yang baik ialah di antara lain : bergadang, tidak tidur pada malam hari
nya, kemudian pada pagi-pagi buta mandi dan membersihkan badan,
' memakai pakaian yang bersih, memakai bau-bauan yang harum, serta
memperbanyak takbir dan zikir, memperbanyak tasbih dan tahmid pa
da ulangan-ulangan takbir dan umumnya bersikap khusyu' dan tawa-
dhu'. Lalu berangkatlah ia dari rumah pergi mendengarkan khutbah,
yang dilakukan sesudah sembahyang.
Jika hari raya itu mengenai Idil Fitri , maka hendaklah kita makan
sedikit sebelum menuju ke mesjid, sebaliknya jika hari raya Haji , ma
kan kita itu ditunda sampai sesudah sembahyang. Hendaklah menem
puh satu jalan pada waktu menuju ke tempat sembahyang dan menem
puh jalan yang lain pada waktu pulang ke rumah. Bersalam-salaman
baik pada tempat sembahyang maupun dalam perjalanan pulang pergi
serta meminta ma'af serta mema'afkan dosa, yaitu suatu adat lebaran
yang sangat baik, di samping kunjung-mengunjungi dan ziarah-menzi-
arahi handai-taulan dan sanak-keluarga. Hendaklah kembali ke rumah
dengan perasaan menyesal, sebab khawatir telah melakukan umpatan
dan gunjingan.
Dalam melakukan salat gerhana, baik mengenai gerhana matahari
yang dinamakan kusuf, maupun yang mengenai gerhana bulan yang
disebut khusuf, dianggap termasuk adab yang baik, manakala yang me
lakukannya menunjukkan perasaan takwa dan gelisah, berusaha akan
bertaubat dengan segera, dapat menjadi dorongan untuk menghilang-
kan perasaan malas dan dengan sifat-sifat demikian itu segeralah berdi
ri melakukan sembahyang untuk berdo'a kepada Allah . Sedang adab
yang dianggap baik untuk sembahyang istisqa, yaitu sembahyang minta
hujan, yaitu di antaranya lain-lain yang terdiri dibandingkan berpuasa se-
belumnya, mengutamakan taubat, mengembalikan barang rampasan,
mempertinggi himmah dalam kebaikan, menekan rasa kebanggaan, se-
217
muanya yaitu sifat-sifat yang utama pada waktu melakukan sembah
yang ini. Kemudian disebutkan juga untuk adabnya yaitu mandi sebe
lum keluar, berdiam diri, sambil meninjau perkembangan sebagai aki-
bat tidak hujan itu, mengakui dosa yang sebab nya siksaan itu diturun
kan Allah , namun percaya juga bahwa dosa itu tidak terulang sesudah
taubat kepadanya. Seterusnya dengan tenang mendengarkan khutbah
yang diucapkan pada pada sembahyang itu, bertasbih di antara ucapan
takbir, banyak beristighfar dan merobah duduknya kain waktu ber
do'a, yang juga masuk kaifiyat sembahyang ini .
Di antara ibadat-ibadat selain sembahyang kita sebutkan puasa.
Sebagai adabnya ialah makanan yang baik, meiepaskan sengketa dan
perdebatan, menjauhkan diri dibandingkan mengumpat dan mengucapkan
kata-kata yang kotor, tidak berdusta, tidak mengganggu orang lain dan
tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang keji pada waktu berpuasa
itu. Menjaga syarat rukunnya dan melakukan segala pekerjaannya yang
sunnat-sunnat berkenaan dengan puasa itu tentu termasuk pekerjaan
yang mulia dan terpuji.
Ibadat haji, yang menjadi salah satu dibandingkan rukun Islam, diker
jakan pada waktu perjalanan mengerjakan itu aman. Hendaknya orang
yang melakukan pekerjaan haji itu memiliki ongkos yang cukup,
baik bagi dirinya maupun bagi sanak keluarga yang ditinggalkan.
Kesempatan berhaji ini yaitu suatu kesempatan, di mana orang
dapat memperlihatkan agamanya yang sangat tinggi dan bergaul de
ngan bermacam-macam bangsa. Di sini orang dapat menunjukkan bu-
dinya yang manis dan perasaannya yang halus, yang ditumbuhkan oleh
Agama, kepada sesama manusia dengan tidak memandang bulu dan
warna kulit, ia dapat membantu kawan seperjalanan dengan ikhlas,
menolong orang yang keputusan ongkos, membagi barang bekalan dan
makanan, bertingkah-laku baik, mengeluarkan perkataan yang baik-
baik, berkelakar dengan tidak melakukan pelanggaran perasaan dan ke
hormatan, yang dapat menambah kuat ikatan perkenalan dan persaha
batan dalam perjalanan yang begitu jauh dan sukar, selalu menunjuk
kan muka yang berseri-seri terhadap teman-teman, selalu mendengar
kan orang-orang yang berbicara dengan dia, menghindarkan debat, ter
utama kalau lagi kurang senang, bertengkar dan berlaga dengan tidak
melihat kesalahan, semuanya itu yaitu adab-adab yang baik bagi urn-
218
mat Islam. Di samping itu ia bersyukur kepada Allah , ia mengharap
terkabul ibadatnya, sebagaimana ia juga tidak lupa mengucapkan teri-
ma kasih kepada teman sejawatnya yang telah berjasa dalam perjalanan
itu.
Ketika mengerjakan ihram, juga hendaknya jangan melupakan
adab-adabnya, di antaranya membersihkan badan dan pakaian, mema
kai bau-bauan yang harum, memperhatikan nasib orang yang lapar,
mengucapkan talbiyah dengan khusyu' sambil mengangkat suara de
ngan nada yang baik, selanjutnya selalu memperhatikan syarat rukun-
nya, seperti melakukan tawaf dengan penuh perasaan hormat, melaku
kan sa'i dengan mengharapkan kerelaan Al lah , d l l . Jika ihram ini di
lakukan untuk haji melakukan wukuf di Arafah itu hendaknya dapat
mengingatkan seorang kepada hari kiamat, kepada panas dan pedihnya
kehidupan di hari kiamat, begitu juga menyaksikan masy'ar seakan-
akan melihat rahmat Allah . Sehingga oleh sebab itu tatkala bersyu
kur harapan seolah-olah dapat memerdekakan seseorang, menyembelih
hewan seakan-akan melakukan kaffarah, melempar jumrah seakan-
akan melihat sifat ta'at. Pada akhirnya tatkala seseorang melakukan
tawaf berdesak-desak hendaknya ia teringat, bagaimana murur, mela
lui, sirat, sukarnya sambil berebut-rebutan. Jika ia sudah selesai me
ngerjakan haji dan kembali ke kampungnya, janganlah ia meiepaskan
niat dan hasratnya akan dapat mengulangi kembali ibadah yang suci
ini .
Memang bagi orang haji, baik yang memasuki Mekkah maupun
yang memasuki kota Medinah, hendaknya memperhatikan beberapa
adab pula.
Jika ia memasuki kota suci Mekkah, di mana ada Ka'bah
yang menjadi kiblat sembahyang ummat Islam seluruh dunia dan Mas-
jidil Haram sebagai salah satu mesjid yang terpenting dalam sejarah
Islam dengan tempat-tempat yang memiliki arti sejarah dan ibadat
di sekelilingnya, hendaklah ia memasukinya dengan penuh ta'zim, hen
daklah ia melihat dan memandang kota Mekkah itu dengan penuh pe
rasaan tahasur, artinya menyesal kenapa baru sekali ini dapat mengun-
junginya, begitu juga ia melihat Masjidil haram hendaknya dengan pe
rasaan yang mengagungkan dibandingkan rumah-rumah ibadat yang lain.
Melihat Ka'bah atau Baitullah hendaknya dikagumi dengan ucapan
219
takbir dan tahlil. Selama di Mekkah selalu melakukan tawaf, tidak me-
lupakan ibadat umrah, memasuki Baitullah dengan penuh perasaan
ta'zim dan selalu ingat akan bertaubat setelah memasuki ruangan ru
mah suci itu.
Sebagaimana Mekkah begitu juga tatkala memasuki kota Medinah
yang di dalamnya tersimpan kuburan Nabi Besar Muhammad saw de
ngan mesjidnya, hendaknya dengan perasaan hormat dan ketenangan.
Selanjutnya ia tidak lupa meninjau apa yang ada di situ dibandingkan
syari'at, melihat dengan mata terbuka, mengunjungi mesjid Rasul, me
lihat mimbar tempat ia berkhutbah, dengan perasaan seakan-akan me
lihat beliau sendiri bersembahyang dan memperdengarkan nasehat-
nasehatnya itu. Setelah itu dikunjunginyalah makam Rasul, yang dapat
membangkitkan perasaan seakan-akan melihat wajah beliau sendiri,
mendengar pembicaraannya seakan-akan beliau sendiri berada di ha
dapannya. Dengan khidmatnya ia lalu memberi salam kepada Nabi,
memberi salam kepada dua sahabat yang dimakamkan di sisinya, sam
bil merenung-renungkan, betapa besar kecintaan kedua sahabat itu ke
pada Nabi dan membawa pula dalam renungannya betapa indahnya
dan rapatnya pergaulan Nabi itu dengan kedua mereka yang dikubur-
kan bersama. Pada waktu keluar hendaknya sesudah mengunjungi ma
kam Rasul itu, tidak melihat-lihat kembali bahagian-bahagian lain dari
pada mesjid itu.
Demikianlah beberapa adab mengenai agama dan ibadat.
2. ADAB D A L A M KELUARGA.
Adapun mengenai adab umum diterangkan bahwa di antara lain-
lain yaitu terhitung kesopanan tertinggi, bila seorang menghadapi ka-
wan dan lawannya dengan muka yang girang (wajhir ridha), dengan
tidak merendahkan diri terlalu sangat atau memperlihatkan perasaan
takut kepada mereka Seorang muslim hendaklah bersikap
hormat dan jangan bersikap sombong, dalam segala gerak-geriknya ia
selalu memilih jalan menengah. Selanjutnya dalam pergaulan janganlah
selalu memperhatikan keadaan badan sendiri, jangan banyak menoleh,
jangan berdiri di tempat orang berkerumun, duduk di tempat duduk
220
yang layak, jangan suka mempermainkan jari-jari tangan dengan mera-
perjalin-jalinkannya atau mempermain-mainkan cincin, begitu juga me-
ngorek gigi, menggarut tangan atau hidung di tengah-tengah' majlis
pembicaraan, sebagaimana tidak diperkenankan menggeliat atau meng-
uap.
Hendaklah dijaga agar majlis pertemuanmu yaitu suatu ma
jlis yang tenang. Hendaklah dijaga supaya pembicaraan di dalamnya
terbagi-bagi secara baik. Dengarkanlah omongan baik yang diucapkan
oleh seorang dengan tidak menunjukkan perasaan heran. Selanjutnya
janganlah meminta diulangkan apa yang telah diucapkan orang.
Setengah dibandingkan adab pergaulan umum juga, tidak banyak me
nunjukkan kemegahan keluarga, terutama kemegahan anak-anakmu
atau budak dan pelayananmu. Jangan bertindak seperti tindakan wani-
ta, namun juga jangan merendahkan diri seperti seorang budak, hendak
lah bersikap sedang dalam segala hal-ihkhwalmu.
Kemudian harus diingat pula bahwa di dalam mempertahankan-
kan sesuatu pendirian hendaklah dengan lemah-lembut, tidak dengan
keras dan tegang, apalagi dengan menyebut-nyebut sejarah kemegahan-
mu.
Di rumah harus dijaga bahwa tidak segala sesuatu yang diperca-
kapkan di dalam majlis dibicarakan pula dalam kehidupan rumah-
tangga. Juga jangan memberitahukan kepada isteri dan anak-anakmu
tentang keadaan keuanganmu, sebab dapat mengakibatkan turun de-
rajatmu pada pandangan mereka jika mereka mengetahui uangmu sedi
kit dan akan berakibat sukar kelak bagimu memberi kepuasan pada
mereka, apabila mereka mengetahui uang dan kekayaanmu banyak.
Tunjukkanlah sikap dan laku dengan tidak memiliki .kekerasan, ber
sikap lunak dengan memiliki kelemahan.
Jika engkau bermusuh dengan seseorang, hendaklah bersikap tetap
hormat dan agung. Jangan sering memberi isyarat dengan tanganmu.
Duduk mencangkung tidak baik, begitu juga sering mengangkat kaki
ke atas pahamu.
Berbicaralah setelah agak reda kegusaranmu, jika engkau berada
dalam kegelisahan.
Jika engkau terpaksa menjadi kawan raja, pembesar, hendaklah
221
dijaga supaya bersikap hati-hati sambil memperhitungkan, bahwa pada
suatu masa mungkin ia berbalik memurkai dikau. Oleh sebab itu hen
daklah engkau bersikap lunak kepadanya sebagaimana sikapmu yang
lunak terhadap anak-anak.
Berbicaralah dengan mereka menurut kehendaknya. Jangan sekali-
kali mencampuri urusannya dengan isteri dan anak-anaknya ataupun
urusannya dengan para pengikutnya yang lain, meskipun kelihatan ia
senantiasa mendengarkan barang katamu. Begitu juga engkau harus
bersikap hati-hati kepada sahabat-sahabatmu dalam masa engkau segar
bugar dan keadaan baik, sebab mungkin juga pada suatu masa mereka
itu yaitu salah seorang musuh bagimu.
Jangan sekali-kali menganggap hartamu lebih mulia dibandingkan ke-
hormatanmu. Selanjutnya janganlah terlalu sering menyampaikan selu
ruh keluh-kesahmu kepada kawan-kawanmu, sebab mereka pun pada
suatu masa akan renggang perhubungannya dengan dikau.
Dalam bersenda-gurau dan berkelakar hendaklah memilih orang,
jangan sampai menyakitkan hati, jangan berkelakar dengan orang yang
berakal, sebab merusakkan perasaannya, jangan dengan orang kurang
pikiran, sebab mungkin ia berubah menjadi kurang ajar terhadap eng
kau. Ingatlah bahwa bersenda-gurau itu acapkali mengurangi kehebat-
an seseorang menurunkan derajatnya bahkan dapat membawa kepada
kehinaan dan mengakibatkan kesedihan, dapat mematikan hati, men
jauhkan diri dari Allah , mengakibatkan kecaman di sana-sini, mele-
mahkan kemauan, menggelapkan kejernihan rasa dan pikiran, kadang-
kadang hanya memperbanyak dosa dan memperlihatkan cacat-cela be
laka.
Dalam menghadapi masyarakat umum, ummat Islam harus menge
tahui letak dirinya.
Sebagai penulis ia harus mengetahui juga adab sopan-santun. la
harus menulis dengan tulisan yang bagus, dengan huruf yang terang
dan indah, mengerti perhitungan, memiliki pikiran yang tepat, ber-
pakaian bersih dan teratur, mengerti sejarah orang-orang dahulu dan
sekarang, mengenai kehidupan orang-orang besar di dunia yang ber-
kuasa, ahli dalam berbagai macam urusan, jangan melakukan perbuat
an yang terlarang, hendaklah berpegang kepada perikemanusiaan, ke-
lakuan yang baik dan kepandaian bergaul, jangan berbuat sesuatu yang
222
dapat menodakan dirinya dan nama baik golongannya, jangan memba
wa perkataan-perkataan yang .tidak sopan dan kurang sedap didengar,
begitu juga janganlah ia suka berkelakar dan bersenda-gurau dengan
tulisan-tulisannya.
Sebagai muballigh dan penasehat, seorang muslim harus memiliki
adab yang tegas dan baik. Misalnya jangan bersikap angkuh dan som-
bong, hendaklah selalu memiliki rasa malu terhadap Allah , selalu
menyatakan amar ma'ruf dan nahi munkar dengan tegas dan terus te
rang, selalu berusaha memberi manfa'at dengan pidato-pidatonya ke
pada pendengar, selalu tawadhu' merendah diri, selalu mengawasi pen-
dengarnya dengan pandangan yang suci, penuh perasaan sayang dan
penghargaan. Selanjutnya janganlah khotbahnya itu diucapkan hanya
sekedar mengharapkan pujian dari orang banyak untuk mengagumkan
dirinya, begitu juga senantiasa berusaha mengajarkan sesuatu dengan
ramah-tamah, dengan perasaan kasih sayang, terutama kepada orang-
orang yang baru mengikuti pengajarannya. Ia harus percaya kepada
diri sendiri, bahwa ia akan melakukan apa yang diucapkannya, sehing
ga dengan keyakinan ini orang selalu mendapat manfa'at dab keyakin
an dibandingkan ucapan-ucapan dan uraian-uraiannya.
Tidak saja muballigh dan penasehat, namun juga pendengar dan
hadirin yang mengikuti sesuatu uraian dan ceramah harus memakai
adab-adab yang baik. Setengah dibandingkan nya ia harus menunjukkan si
fat khusyu' yang terus-menerus, berhati suci, memiliki sangka baik,
percaya kepada apa yang diucapkan orang, tenang berdiam diri, tidak
bergerak dan selalu memikirkan serta mengumpulkan butir-butir nase
hat yang penting yang disampaikan orang kepadanya. Begitu juga ia
harus meiepaskan segala prasangka yang tidak baik, agar pelajaran-
pelajaran yang disampaikan kepadanya berbekas kepada dirinya dan
kepada amal perbuatannya.
Dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa adab yang perlu diper-
hatikan. Tiap orang yang mulia menjaga kehormatannya, jangan men
jadikan keturunannya hanya yaitu alat belaka untuk mencari
makanan dan meiepaskan sifat-sifat tawadhu' terhadap Al lah . Orang
yang mulia selalu mengakui jasa orang-orang yang alim, baik yang se-
derajat dengan dia apalagi yang lebih melaut ilmunya dibandingkan nya.
Orang yang mulia itu ialah orang yang selalu mendekati orang-orang
223
yang ahli agama, seperti ulama-ulama yang ahli dalam ilmu Hadis dan
Fiqh, ilmu Qur'an dan tafsirnya. Ia selalu berusaha memperbaiki akh-
laknya, menjaga perkataannya, terutama pada waktu gusar, dan hati-
hati sekali mengucapkan perkataan-perkataannya itu dengan memper
hatikan akibat-akibatnya yang lebih jauh.
la selalu menunjukkan sikapnya yang hormat terhadap orang-
orang yang duduk bersama dia, ia selalu mengunjungi sanak saudara
dan sahabatnya, ia selalu menjaga kehormatan keluarganya, menolong
tetangganya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada
orang-orang yang bergaul dengan dia dengan perantaraan bimbingan-
nya.
Pada waktu ia tidur, ia membersihkan badannya lebih dahulu dan
ia berbaring selalu di atas lambung kanan, sambil berzikir kepada Allah
sehingga matanya terkatup. Pada waktu ia bangun kembali ia tidak lu
pa berdo'a dan mengucapkan syukur kepada Allah.
Jika kebetulan ia atau sengaja ia bangun tengah malam untuk salat
tahajjud, adab-adab yang harus diingat di antara lain-lain untuk sem
bahyang ini ialah mempersedikit makanan, memperkurang air minum,
menjaga kebajikan tiap-tiap hari dengan menjauhi umpat cela, dusta,
omong kosong dan pandangan kepada benda yang haram. Hendaklah
ia bangun dibandingkan tidurnya dengan penuh perasaan takut, segera me
ngambil air sembahyang, berdo'a dan sembahyang dengan sungguh-
sungguh sambil memohonkan maghfirah.
Pada waktu membuang air besar dan mandi harus diperhatikan
adab-adabnya, untuk membuang air besar di antaranya membaca bis-
millah dan taawwuz sebelum masuk ke jamban, mengangkat kain de
ngan tenang, membersihkan tangan setelah istinja dengan debu dan air
dan menutup aurat sebelum meninggalkan kamar kecil serta mengucap
kan syukur setelah keluar dengan kaki kanan lebih dahulu. Ketika man
di diantaranya menutup aurat sendiri, tidak terlihat aurat oleh orang la
in, memilih tempat yang sunyi, tidak berbicara, jangan sering menengok
atau terlalu lama duduk, dimulai dengan ghusul janabah, dan hendak
lah ia membasuh kakinya tatkala ia keluar dengan air yang sejuk, yang
dapat melenyapkan sakit kepala.
Di antara kehidupan sehari-hari yang penting ialah mengatur ma
kan dan minum. Sebagaimana untuk tidur dan mandi keperluan hidup
224
makan dan minum dalam Islam harus berjalan juga dengan adab. D i
antara adab makan ialah membasuh tangan sebelum dan sesudahnya,
membaca bismillah, menggunakan tangan kanan mengambil makanan
yang terdekat padanya, sebagaimana ia menyuap nasi atau minum. Se
lanjutnya memperkecil suapan, mengunyah dengan baik, jangan meng
awasi orang-orang lain yang sedang makan, jangan makan terlalu sedi
kit sehingga merasa lapar, baik meminta maaf bila sudah kenyang agar
tuan rumah tidak menduga sesuatü, dan agar tamu-tamu yang lain ti
dak merasa malu. Kebiasaan menjilat jari sesudah makan yaitu ku
rang baik. Hendaklah mengucapkan syukur kepada Allah sesudah sele
sai santapan.
Di antara yang lain-lain dibandingkan adab-adab yang baik ialah bahwa
jangan menyebut-nyebut soal mati pada waktu makan untuk tidak
mengganggu para hadirin mengenai seleranya.
Di antara adab-adab yang baik di waktu minum ialah melihat lebih
dahulu kepada gelas minuman sebelum seseorang meminum isinya.
Hendaklah ia menyebut nama Allah sebelumnya dan mengucapkan syu
kur kepada-Nya sesudahnya. Meminum itu hendaklah secara menghi
rup bukan secara menuang. Selama minum hendaklah ia bernafas tiga
kali sambil memuji dan menyebut nama Al lah . Jangan minum sambil
berdiri. Tawarkanlah minuman itu lebih dahulu kepada orang yang ber
ada di sebelah kanan.
Beberapa adab khusus bagi warga masyarakat Islam diterangkan
sebagai berikut.
Orang sakit hendaklah banyak mengingat mati sambil mempersiap-
kan diri untuk menghadapinya dengan jalan bertaubat dan mengucap
kan syukur kepada Al lah . Ia harus menunjukkan sikap khusyu' sambil
berdo'a, menyatakan dirinya tak sanggup untuk berbuat sesuatu dan
oleh sebab itu membutuhkan pertolongan. Ia harus mengurangi me-
ngeluh dan memperbanyak sabar menanti pertolongan Al lah . Jika ia
diziarahi orang hendaklah ia menghormati orang itu dengan duduk, te
tapi jangan berjabat tangan.
Dalam pada itu orang yang melawat memiliki pula beberapa
adab tersendiri. Di antaranya merendah diri , menyatakan perasaan se-
dih dan berduka cita, jangan banyak berbicara, jangan tertawa dan ter-
senyum, sebab perasaan gembira tidak sesuai dengan suasana kesedih-
225
an dan dapat menimbulkan perasaan sakit hati.
Demikian juga pada waktu mengantarkan jenazah. Pengiringnya
harus tetap bersikap khusyu' dan sebanyak mungkin menundukkan ma
ta ke bawah jangan berbicara, melihat mayat dan kunarpa itu dengan
7;iengambil pelajaran dan ibarat, sambil memikirkan betapa keadaan-
nya sendiri, menjawab soal-soal yang ditanyakan kepadanya. Sementa-
ra itu hendaklah segera meninggalkan tiap-tiap sesuatu yang menyebab
kan ia takut mati bila sudah dekat ajalnya.
Mengenai hidup kekeluargaan banyaklah adab-adab dalam Islam
yang harus diperhatikan. Dalam kitab-kitab yang kita sebutkan di atas
itu tercatat banyak hal yang harus kita perhatikan. Kita mulai dengan
orang yang ingin kawin. Adab-adab yang harus diperhatikannya ialah
lebih dahulu mengutamakan agama dibandingkan kecantikan dan harta ke
kayaan pada wanita yang dikehendakinya. Segala pembawaan yang di-
antarkan kepada bakal isterinya janganlah hendaknya memakai sesuatu
syarat apa pun. Selanjutnya harus diperhatikan janganlah melamar wa
nita yang telah dilamar oleh orang lain, jangan mengutus seorang pen-
dusta, jangan pula menyandarkan pendapat kepada berita-berita yang
disiarkan orang mengenai wanita yang dilamar itu, lebih utama mencari
orang yang betul-betul kenal dengan wanita itu jujur dan boleh diper-
yai. Di antara pertanyaan-pertanyaan yang harus dikemukakan oleh ca-
lon laki mengenai wanita yang dilamar itu kepada utusan ialah, meme-
riksa tentang keagamaannya, apakah ia patuh kepada kewajiban ber-
sembahyang dan berpuasa, apakah ia seorang wanita memiliki pera
saan malu, sopan-santun barang katanya, tidak suka meninggalkan ru
mah tangga, hormat kepada kedua orang tuanya, keadaan keagamaan
dan tingkah-laku ayah bunda calon isteri itu, dan sebagainya apa yang
dirasa perlu untuk keamanan rumah tangga di kemudian hari. Kemudi
an keterangan yang diperolehnya dinyatakan sekali lagi secara halus
dengan melihat wanita itu sebelum ia memutuskan akan kawin. Dalam
pertunangan banyak yang harus diperhatikan sebagai adab yang baik,
misalnya jangan terlalu merdeka bergaul, jangan duduk berdua-duaan
pada tempat yang sepi, jangan memberi ciuman kepadanya di hadapan
keluargamu atau keluarganya, umumnya hal-hal yang dapat menimbul
kan cemooh orang banyak.
Adapun adab wanita yang dilamar orang misalnya memerintah se-
226
orang keluarganya yang boleh dipercayai untuk menyelidiki keadaan
agama, mazhab, kepercayaan, perikemanusiaan dan tingkah-laku pe-
muda yang melamarnya. Ia harus mengumpulkan keterangan, apakah
bakal suaminya seorang yang jujur, yang selalu menepati janjinya, be
gitu juga ia harus tahu siapa-siapa teman pergaulan bakal suaminya itu
dan bagaimana tingkah-lakunya, apakah ia jujur dalam perniagaan dan
pekerjaan sehari-hari, pendeknya segala sesuatu yang diperlukan untuk
menyelamatkan dirinya di kemudian hari.
Segala sesuatu keterangan yang ini di atas itu diperlukan bagi
bakal isteri, sebab ia dengan perkawinannya mengutamakan agama
bukan harta kekayaan, mengutamakan tingkah-laku yang baik bukan
pangkat dan kemasyhuran, sebab ia sebagai isteri akan menta'ati sua
minya, patuh kepada segala perintahnya. Dan inilah yang akan meng-
eratkan hubungan perkawinan dan cinta kasih sayang.
Dalam mempergauli dan mencampuri isteri yaitu menjadi adab
yang baik, j ika menghiasi dirinya dengan wangi-wangian, dengan per
kataan yang sopan-santun, j ika ia menunjukkan perasaan kasih sayang
yang besar, mencium isterinya dengan penuh nafsu dan penuh perasaan
cinta dan dengan mengucapkan nama Allah. Melihat aurat terbuka ha
nya akan mengakibatkan kerusakan kekuatai mata dan hendaklah di-
cegah jangan sampai percampuran itu dilakukan dengan menghadap ke
kiblat dan dalam keadaan tertutup.
Memang ada adab-adab yang harus diperhatikan oleh suami terha
dap isterinya, yaitu bergaul dengan baik, selalu menggunakan kata-kata
yang sopan, selalu menunjukkan perasaan kasih sayang, selalu bersen-
da gurau dan bercumbu-cumbuan selalu menjaga nama baik isterinya,
menghindarkan jangan sering berdebat, jangan kikir dalam mengeluar
kan nafkah rumah tangga, senantiasa mem beri harap yang baik dan
jangan terlalu cemburu terhadapnya. Tidak pula boleh dilupakan men
cari hubungan baik dan menghormati keluarga isteri, sambil menying-
kirkan sebanyak mungkin memperhatikan kesalahan-kesalahan kecil
yang diperbuat, yang seharusnya kekeliruan itu dianggap ringan dan
segera dimaafkan.
Bagaimana adab wanita menghadapi suaminya diterangkan di an
tara lain-lain supaya ia senantiasa menunjuk perasaan malu, jangan su
ka berbantah, patuh kepada segala yang diperintahkan kepadanya. Ba-
227
nyak mengiyakan kata-kata suaminya, menjaga nama baik pada waktu
suaminya tidak ada di rumah, jangan mengkhinati dia dalam hak milik-
nya, memperlihatkan sifat qanaah atau menerima seadanya, bersikap
sabar dan penyayang, selalu memperlihatkan rasa cinta kepada suami
nya, rasa bangga terhadap keadaannya, memperlihatkan perasaan gi-
rang bila melihat wajahnya.
Dalam menghadapi suaminya di rumah ia selalu berhias, selalu me
makai harum-haruman yang dapat menarik dan memperbesar cinta
suaminya. Baik di depan suaminya maupun di belakang ia selalu berda-
ya upaya menghormati dan mencari hubungan baik dengan keluarga
lakinya itu.
Pendek kata baik suami maupun isteri dalam rumah tangga mem
punyai adab-adab tertentu yang dapat menjadi dasar ketenteraman hi
dup serumah tangga itu. Suami harus selalu memperhatikan sembah
yang jama'ah, dan Jum'at, ia harus menjaga kebersihan pakaian, me-
nyikat gigi, berpakaian jangan terlalu mewah namun juga jangan terlalu
sederhana, menjaga tidak terlalu banyak menoleh dalam perjalanan,
terutama dalam memandang wajah wanita lain di depan isterinya, ja
ngan berludah di waktu berbicara, jangan terlalu sering duduk di pintu
rumah dengan tetangganya, dan jangan sering membicarakan urusan
isterinya dan urusan rumah tangganya dengan orang lain.
Dalam pada itu isteri yang baik selalu tinggal di rumah, jangan
sering menyampaikan keadaan keluarga kepada tetangga, berziarah ke
rumah tetangga itu dilakukan kalau perlu dan pada waktu yang tepat.
Selanjutnya hendaklah ia berusaha senantiasa memperbaiki diri dan
mengurus rumah tangganya dengan baik, ta'at kepada suaminya, me
nganjurkan suaminya mencari rezeki yang halal, jangan meminta naf-
kah terlalu banyak, hendaklah senantiasa menunjukkan perasaan malu,
jangan membawa kata-kata yang keji, dan menjaga kehormatan rumah
tangga umumnya dalam sabar dan bersyukur.
Kalau ada seorang sahabat suaminya di depan pintu, sedangkan
suaminya tidak ada di rumah, hendaknya ia tidak bertanya-tanya dan
berbicara terlalu banyak untuk menjaga nama baiknya dan untuk me-
ngelakkan perasaan cemburu suaminya.
Baik suami ataupun isteri, jika berziarah ke rumah orang lain atau
berada di jalan besar, maka ada beberapa adab yang harus diperhati-
228
kan. Di antaranya berjalan di sisi jalan, sebelum masuk ke rumah orang
meminta izin lebih dahulu dan memberi salam kepada penghuni rumah,
menantikan izin berdiri di depan pintu, jangan melihat-lihat ke dalam
atau mendengar-dengar suara yang ada dalam rumah, meminta izin
sesudah memberi salam, kalau beroleh izin ia boleh masuk, kalau tidak
hendaklah ia balik kembali dan jangan tetap berdiri menanti lagi. Te-
goran siapa dari dalam harus dijawab dengan menyebutkan nama, ti
dak dengan mengiyakan saja.
Dalam perjalanan selalu menundukkan mata, memberikan perto
longan kepada orang yang dianiaya, yang lemah dan yang perlu dito
long, memberi pertunjuk kepada orang yang sesat, membalas salam
orang, hendaklah berpegang teguh kepada ajaran amar ma'ruf nahi
munkar dengan cara yang ramah-tamah dan halus. Jangan banyak
mendengarkan perkataan orang kecuali dengan bukti yang nyata, apa-
lagi mencari-cari rahasia orang dan memiliki prasangka yang bukan-
bukan terhadap orang lain.
Kemudian jangan dilupakan adab-adab yang bertali dengan anak
terhadap orang tuanya dan orang tuanya terhadap anak-anaknya.
Seorang anak harus mendengarkan kata-kata orang tuanya, men-
ta'ati barang perintahnya, selalu menunjukkan hormat padanya, ba-
gun berdiri bila mereka berbangkit dari duduknya, segera menyahut
bila dipanggil dengan sahutan yang sopan, jangan mengganggu mereka
dengan bermacam-macam permintaan dan desakan, jangan membang-
ga-banggakan jasanya dan sifat ta'atnya kepada mereka, jangan meli
hat kepada mereka dengan mata yang tajam dan umumnya jangan se
kali-kali melawan apa titah perintahnya.
Dengan demikian maka orang tua memiliki hubungan yang baik
terhadap anak-anaknya. Memang orang tua memiliki kewajiban
membantu anak-anaknya untuk tetap ta'at kepadanya, jangan menun-
tut sesuatu yang tak mungkin dilakukan oleh mereka, jangan mendesak
mereka di waktu mereka ada dalam kesal, jangan mencegah mereka
berbuat ta'at kepada Allah dan jangan membangga-banggakan di ha
dapan anak-anaknya jasa-jasanya telah mendidik dan memelihara me
reka itu sejak kecil.
229
3. ADAB PERGAULAN.
Jika adab-adab hidup kekeluargaan ini sudah dipahami benar-
benar maka tidaklah sukar lagi untuk menyesuaikan diri dengan adab-
adab terhadap pergaulan manusia umumnya.
Di antara adab-adab pergaulan dengan manusia umumnya banyak
yang bersangkut-paut dengan hubungan antara perseorangan dengan
perseorangan, namun banyak yang berlaku terutama di dalam pertemu-
an-pertemuan. Seorang muslim bilamana ia memasuki sesuatu majlis
atau pertemuan segolongan manusia, hendaklah ia memberi salam ter-
lebih dahulu, hendaklah ia memilih tempat duduk yang terdekat, ja
ngan melangkahi orang lain, mengutamakan berjabat tangan dengan
orang-orang yang duduk dekatnya. Jika kebetulan ia duduk berdekatan
dengan orang-orang yang sederhana pengetahuannya, terlebih baik ja
ngan terlalu mencampuri pembicaraan mereka, jangan mendengarkan
obrolan mereka, berdebat dengan kata-kata yang keji dan rendah nilai
nya, pendeknya jangan sering bergaul dengan golongan yang demikian
itu kecuali j ika ada keperluan. Ini tidak mengatakan bahwa kita meng-
hindarkan seseorang, namun menjaga jangan sampai mendapat perseng-
ketaan sebab berlainan cara berfikir.
Memang menghinakan orang tidak diizinkan dalam Islam, terka-
dang orang yang dihinakan atau dianggap kecil itu pada hakekatnya
lebih mulia dibandingkan kita sendiri. Mungkin ia lebih ta'at kepada Allah.
Dalam hal ini kita harus dekati. Begitu juga jangan memandang orang
lain dengan mata penghormatan luar biasa sebab soal-soal keduniaan,
sebab dunia itu sebenarnya kecil pada pandangan Allah , segala apa
yang ada di dunia ini akan terlalu kecil dibandingkan dengan ke-
besaran Allah , dan oleh sebab itu janganlah mempertinggi sangat
harga dan derajat dunia untuk mencegah jangan sampai kita teranggap
rendah oleh Al lah . Ketahuilah bahwa kita jangan sekali-kali mengabai-
kan soal agama, semata-mata sebab mengharap keduniaan. Dalam pa
da itu tidak sekali-kali kita diperkenankan menunjukkan rasa permu-
suhan kepada orang-orang yang berlainan paham dengan kita, cegahlah
jangan sampai timbul permusuhan kecuali untuk membela Allah, pan-
danglah sesama manusia dengan padangan iba dan kasihan.
Kemudian harus diingat jangan menaruh kepercayaan terlalu be
sar kepada orang yang mengagung-agungkan rasa hormat, rasa cinta,
230
wajah yang berseri-seri, pujian yang muluk-muluk, sebab pada umum
nya segala itu sedikit sekali mengandung kebenaran. Mempercayai akan
segala itu mungkin mengakibatkan celaka dan malapetaka. Janganlah
mengharapkan bahwa sikap orang di belakang kita sama dengan sikap-
nya di muka kita, sebab yang semacam ini jarang dan barangkali tidak
pernah terdapat.
Adab-adab yang lain misalnya jangan terlalu mengharapkan apa
yang ada di tangan orang lain, sebab dengan demikian kita merendah
kan diri kita sendiri, seakan-akan kita menjual agama kita, namun ja
ngan pula kita bersikap sombong dan menunjukkan bahwa kita leng-
kap segala-galanya. Jikalau permintaan kita diluluskan oleh sahabat
kita, maka hal itu menunjukkan bahwa sahabat kita itu yaitu seorang
sahabat yang berfaedah dan yang sebenar-benar sahabat. Jikalau tidak
diperkenankan, maka yang demikian itu janganlah mengakibatkan se
suatu permusuhan, janganlah mencela-cela dia sebab perbuatannya.
Dalam memberi nasehat kepada orang harus diperhatikan, bahwa
orang itu memang mengharap dan akan menerima nasehat kita, jangan
sampai nasehat kita itu dianggap suatu penghinaan kepadanya. Apa
bila ia menerima kebaikan, penghormatan atau pujian, hendaklah se
mua pujian itu dikembalikan kepada Al lah , dan kita pun mengembali-
kan pujian dan do'a orang itu kepada Allah. Apabila kita diserang se
suatu kejahatan orang, kata-kata yang keji, sikap yang tidak disukai,
dalam hal ini kita pun bertawakkal kepada Al lah , kita meminta perlin-
dungan dibandingkan kejahatan-kejahatan itu, janganlah mengecam atau
mengancam mereka yang berbuat jahat itu kepada kita, sebab yang
demikian itu hanya menambah kebencian mereka, membesarkan per-
musuhannya terhadap kita. Segala cacian dan kejahatan orang hendak
nya menginsyafkan kita akan peri laku kita sendiri, maka selanjutnya-
lah kita memperbanyak istighfar, di samping memperhatikan segala
ucapan-ucapan yang betul dan mengabaikan segala ucapan-ucapan
yang tidak pada tempatnya.
Sebagai adab terhadap sahabat-sahabat kita hendaklah kita selalu
menunjukkan muka yang berseri-seri bila menjumpainya, selalu me-
mulai dengan memberi salam, bersikap ramah tamah, memberi tempat
duduk yang layak dan baik, menyongsong bila ia datang, mengantar-
kan bila ia hendak pulang kembali, mendengarkan dengan penuh per-
231
hatian bila berbicara dan memanggil kepadanya dengan nama-nama
panggilan yang disenanginya. Harus diingat tak baik terlalu banyak
berdebat dalam pembicaraan, lebih baik menerima saja kisahnya dan
jangan mengeritik sesudah selesai ia berbicara.
Hampir bersamaan adabnya dalam pergaulan dengan tetangga. K i
ta selalu memberi salam kepadanya, dalam pada itu jangan terlalu ba
nyak memanjang-manjangkan ceritera, memperbanyak pertanyaan dan
jangan lama memandang bujang-bujangnya, yang perempuan. Kepada
tetangga kita harus bersikap manis, menengoki bila ia sakit, menghi-
burkan dia bila ia ditimpa salah satu malapetaka, turut menyatakan ke-
girangan bila memperoleh sesuatu yang menggirangkan hatinya, me
nunjukkan sikap yang manis kepada anak-anaknya dan pelayannya
waktu berbicara, mengampuni segala kekurangan dan kesalahannya
dan pada umumnya menjaga serta turut membela kehormatannya. Di
samping itu kita harus ringan tangan terhadapnya, ada baiknya juga
kalau ia berbuat salah kita cela, namun mencela dan menegur sapanya
itu hendaklah dengan kata-kata yang halus dan dengan niat yang baik.
Di antara adab tuan terhadap pelayanannya ialah jangan membeban-
kan pelayanannya itu dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat, hendak
lah ia bersikap kasih sayang kepada bujangnya yang sedang berada da
lam kesal dan duka cita, jangan sering memukul, jangan selalu mema-
ki , sebab yang demikian itu menyebabkan pelayan bertambah berani,
sebaliknya segala kesalahannya dima'afkan dan selalu diberi pertunjuk
dalam pekerjaannya.
Selanjutnya setelah ia menyediakan makan hendaklah juga kepada
pelayan dianjurkan segera pergi makan.
Adab-adab pelayan mewajibkan kepadanya di antaranya menuruti
barang perintah tuannya, bersikap jujur, terutama di waktu tuannya
tidak hadir, bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan tuannya, tu
rut menjaga kehormatan dan nama baik keluarga tuannya, begitu juga
harus ia bersikap lemah-lembut terhadap anak-anaknya dan pada po-
koknya janganlah ia mengkhianati tuannya itu dalam urusan hak milik-
nya.
Dalam dunia perdagangan seorang saudagar tidak baik mengada
kan perusahaannya di tengah-tengah lalu-lintas, agar jangan menggang-
gu kepada orang banyak. la sebaiknya memiliki pembantu yang ca-
232
kap, yang tidak melakukan kecurangan dalam timbangan dan takaran,
bahkan selalu ia menasehatkan pembantunya lebih baik dilebihkan da
ripada dikurangkan takaran dan timbangan itu, yang dalam ia melaku
kannya hendaklah jangan tergesa, hendaklah timbangannya tepat, tiap
hari ukuran dan timbangan itu dibersihkan dan sebagainya, menjaga
segala kerapian adat-adat dagang.
Selanjutnya ia harus hormat kepada pembeli, terutama kepada
orang-orang yang terhormat, begitu juga ia harus mengasihani orang-
orang yang lemah dan miskin, ia harus berlaku insyaf dan adil menjual
dengan harga yang benar, makin murah barangnya, makin banyak
langganannya, makin manis pelayanannya makin banyak pembelinya.
Di waktu senggang lebih baik dia berzikir atau membaca Qur'an, ja
ngan terlalu banyak melihat atau bersenda-gurau dengan wanita-wani-
ta, berlaku kejam terhadap pengemis, yang sepatutnya harus dilayani
dengan air muka yang jernih. Begitu juga hendaknya ia menghindarkan
terlalu banyak memuji-muji barang sendiri dan mencela-cela barang
orang lain, sebab seorang pedagang yang baik berlaku benar dan jujur
dalam segala buah tuturnya, tidak berdusta dalam berbicara, tidak ter
lalu mengobrol dengan teman-temannya atau bersendau-gurau dengan
anak-anak, sehingga pembeli-pembelinya tidak terlayani secara baik.
Orang bank atau penukar uang harus percaya akan kebenaran usa-
hanya, jujur dalam menjalankan tugasnya, tidak melakukan riba, tidak
memberikan uang yang palsu, tidak menipu, pendeknya menjaga ja
ngan sampai ada sesuatu perkara yang tidak beres, yang dapat mengu
rangi kepercayaan orang kepadanya.
Begitu juga tukang mas memiliki adab-adab dalam Islam, yang
mewajibkan dia memberi nasehat yang tepat, berusaha akan menyele
saikan barangnya secara terbaik, tidak menyalahi janji dan tidak me
minta upah terlalu banyak melebihi dibandingkan semestinya.
Ummat Islam harus memperhatikan benar-benar adab-adab yang
dipergunakan dalam dunia pengajaran dan pendidikan, sebab tiap
muslim di samping pekerjaannya sehari-hari sebenarnya ia seorang guru
dan pendidik terhadap manusia di sekitarnya.
Setengah dari sifat orang alim harus menunjukkan seluruh niat dan
usahanya untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu
pengetahuan itu. Ia tidak boleh bersikap sombong sebab kealimannya,
233
ia tidak boleh membangga-banggakan keakhl iannya, ia hendaknya ber
sikap tenang dan sabar terhadap orang yang mempelajari i l m u pada-
nya, ia bersikap tenang dan sabar terhadap orang-orang yang sombong.
Sesuatu masalah hendaknya dibentangkannya dengan keterangan-kete-
rangan yang jelas, ia menghadapi mur idnya yang kurang cerdas p ik i r -
annya dengan cara sungguh-sungguh dan bi jaksana. Ia jangan enggan
mengatakan tidak tahu, kalau kebetulan sesuatu i tu belum diketahui-
nya. Lepaskanlah sikap t aka l lu f atau berlebih-lebihan dan dengarlah
juga keterangan orang lain serta terimalah kebenaran meskipun datang
dari lawan sekal ipun.
A d a p u n adab mur id atau pelajar ialah d i antaranya ia lebih du lu
memberi salam kepada gurunya dan jangan terlalu banyak bicara d i ha
dapan gurunya, ia berdir i bi la gurunya berdir i , mendengar pengajaran
dengan penuh perhatian, t idak menanyakan atau berbicara dengan te-
man-teman d i sampingnya, jangan tersenyum meskipun guru kadang-
kadang tersenyum waktu ia memberi penerangan, jangan menyatakan
pendapat sendiri , jangan terlalu banyak bertanya, terutama kalau guru
ternyata sudah agak bosan da lam memberi j awaban , dan terutama ja
ngan membanding-bandingkan keterangan guru dengan keterangan
yang didengar dari orang la in di hadapannya.
Seorang qari', baik yang hanya membaca maupun yang tengah
mempelajari isi A l - Q u r ' a n , hendaklah duduk di hadapan Q u r ' a n itu
dengan tawadhu ' , penuh perhatian, menundukkan kepala. Kepada guru
meminta iz in sebelum ia memulai membaca dan apabi la ia hendak
membaca ia baca lebih dahulu taawwuz dan b ismi lah serta di tutup ba
caan Q u r ' a n i tu dengan d o ' a kepada T u h a n .
A d a b muallim atau guru anak-anak terdiri dar ipada : hendaklah
memperbaiki lebih dahulu d i r inya sendiri , sebab pandangan anak-anak
itu terbanyak di tu jukan kepadanya dan telinga mereka itu senantiasa
dengan cepat menangkap barang apa katanya, sehingga apa yang d i
anggap baik oleh seorang guru tentu baik pu la pada pandangan anak-
anak, apa yang dianggap buruk oleh m u a l l i m tentu dianggap buruk pu
la oleh mur id -mur idnya .
Selanjutnya guru anak-anak itu hendaklah berdiam d i r i d i waktu
duduk mengawasi dengan mata yang tajam kepada t ingkah- laku m u r i d -
mur id , sehingga dengan demik ian t imbul lah kehormatan mur id itu ter-
234
hadapnya. Seorang guru yang bijaksana tidaklah mengajar murid nakal
dengan memukul atau menyiksa, tidak pula terlalu banyak berbicara
dengan anak-anak muridnya, agar mereka jangan terlalu berani kepada
nya, sebaliknya tidaklah membiarkan murid-murid itu terlalu banyak
berbicara antara satu sama lain di hadapannya, atau bersenda-gurau
terutama dalam jam pengajaran.
Hendaklah diingat bahwa adab guru yang baik ialah rnenolak pem
berian dibandingkan anak-anak itu, terutama sesudah diterima ditonjol-ton-
jolkan kepada anak-anak lain. Yang menjadi kewajiban penting bagi
guru anak-anak ialah memperbaiki budi-pekertinya, seperti mencegah
mereka ejek-mengejek, mencegah mereka bersifat dengan sifat yang bu-
ruk-buruk, seperti berdusta, suka mengumpat, cela-mencela dl l . Di
samping itu selalu menekankan ajarannya kepada pelajaran Agama,
seperti membersihkan diri dari najis, berwudhu, sembahyang dan lain
sebagainya.
Seorang muhaddis atau guru dalam ilmu hadis hendaklah senanti
asa berkata benar, sambil menjauhkan diri dibandingkan sifat dusta. Jangan
membawa hadis kecuali yang masyhur, yang berdasarkan riwayat
orang-orang yang boleh dipercayai. Jauhkanlah diri dibandingkan hadis-
hadis yang kurang kuat sanadnya, jangan sekali-kali menceriterakan
selisih yang terjadi di antara para sahabat salaf di zaman dahulu, men
jaga jangan sampai tumbuh kekeliruan faham, juga menjaga jangan
sampai salah bunyi lafaz atau susunan kalimat hadis itu.
Selanjutnya seorang muhaddis jangan suka bertengkar, sebaliknya
sering mengucapkan syukur atas nikmat Allah yang dianugerahi kepa
danya, sehingga ia ditempatkan dalam derajat Rasul dengan membawa
dan menyiarkan hadis-hadis itu, seyogianyalah jangan merendahkan di
rinya.
Meskipun ia menerangkan ilmu namun ia harus memperhatikan
juga dalam amalan yang akan ditumbuhkan oleh hadis-hadis ajaran
nya. Maka oleh sebab itu sebaiknyalah ia menjaga supaya hadis-hadis
yang diajarkannya membawa manfa'at kepada kaum muslimin dalam
menjalankan kewajibannya, dalam menjalankan fardhu dan sunnatnya,
dalam membawakan pengertian yang benar kepada mereka tentang
ajaran kitab Al lah . Selanjutnya janganlah dipergunakan ilmu itu untuk
membela pembesar-pembesar atau hartawan semata-mata, begitu juga
235
jangan sekali-kali menyiar-nyiarkan hadis yang kurang diketahui asal-
usulnya, menghindarkan diri mengucapkan sesuatu yang belum terang
yang tidak ada dalam kitab yang ada di hadapannya serta men-
campurbaurkan antara hadis yang baik dengan yang tidak baik, yang
kuat dengan yang dhaif.
Segala pelajaran mengenai ilmu hadis ini hendaklah dicatat dan
dipelajari dengan rapi oleh pelajar-pelajar hadis sebab itu yaitu
salah satu dibandingkan adabnya. Selanjutnya hendaklah ia mencatat hadis-
hadis yang masyhur, tidak hanya hadis-hadis yang aneh yang jarang
terkenal. Hendaklah ia mencatat dari orang-orang yang boleh diperca-
yai, begitu juga janganlah kemasyhuran sesuatu hadis membuat dia le
bih memberi nilai dari hadis-hadis yang lain. Dalam pada itu janganlah
pengajarannya melalaikan dia dibandingkan ibadatnya, misalnya sembah
yang pada waktunya. Hendaklah ia menjauhi sifat mengumpat-umpat,
hendaklah menaruh perhatian sepenuhnya dan mendengarkan dengan
baik keterangan-keterangan gurunya, jangan sering menengok pada
waktu memperbaiki naskahnya, janganlah menyiarkan pengetahuannya
hanya untuk mempertinggi diri, dan lain-lain sifat pelajaran yang baik.
4. ADAB D A L A M BERAMAL.
Kemudian banyak pula adab-adab yang terpakai dalam kehidupan
ibadah sosial.
Adab orang yang bersedekah misalnya ialah bahwa ia harus me
nyediakan sedekahnya itu lebih dahulu sebelum diminta. Ia harus me
nyembunyikan pekerjaannya pada waktu memberi, merahasiakannya
setelah diberi dengan cara yang ramah-tamah kepada yang meminta-
nya. Selanjutnya hendaknya ia meluluskan tiap-tiap permintaan orang
yang berhajat, j ika ia tidak dapat memperkenankannya, maka permin
taan itu ditolaknya dengan cara yang halus dan laku yang baik.
Sementara itu orang peminta hendaklah menyatakan kebuAllah
dengan sebenarnya, memajukan permintaannya dengan kata-kata yang
baik, menerima apa yang diberikan kepadanya dengan ucapan terima
kasih dan dengan berdo'a untuk keselamatan orang yang bersedekah
itu, meski betapa pun sedikit pemberiannya itu. Kalau permintaannya
ditolak hendaklah ia menerima penolakan itu dengan baik, dengan ti
dak terus-menerus meminta lagi.
236
Memanglah adab-adab orang yang berada membuat dia selalu me
rendah diri, jangan menunjukkan sikap angkuh dan sombong, terus-
menerus mengucapkan syukur kepada Allah untuk nikmat yang dianu-
gerahinya, sambil berusaha selanjutnya melakukan perbuatan-perbuat-
an yang baik, selalu menunjukkan senyum simpul dan sikap ramah-
tamah kepada orang fakir, bersedia menolongnya, ringan memberi sa
lam kepada semua orang, selalu menggunakan perkataan-perkataan
yang baik dan selalu siap sedia melakukan kewajiban-kewajiban sosial
yang besar.
Dengan sikap di atas ini maka hilanglah jurang perpecahan yang
besar antara orang kaya dan orang miskin. sebab dalam pada itu
orang miskin pun memiliki adab-adab tersendiri, di antaranya ber
pegang selalu kepada sifat merasa cukup dengan apa yang dimilikinya,
menyembunyikan sedapat mungkin segala kebuAllah dan sikap rendah
budi, hendaklah ia senantiasa menjaga kehormatan dirinya dengan me
nunjukkan kecukupannya kepada orang-orang yang memiliki peri
kemanusiaan dan beragama, begitu juga menghormati orang-orang
yang berada dengan tidak terlalu mengharapkan bantuan mereka. Se
lanjutnya tidaklah ia menunjukkan sikap sombong, sebaliknya tidaklah
layak terlalu merasa rendah diri atau kecil bila ia berhadapan dengan
orang kaya-kaya dan berada. Hendaklah ia berpegang teguh kepada
aturan-aturan agama.
Meskipun dalam memberi hadiah, yang tidak terikat sama sekali
kepada sesuatu kewajiban, ada adab-adab dalam Islam. Orang
yang memberi hadiah itu harus menganggap, bahwa orang yang mene
rima hadiah itulah yang berjasa. Oleh sebab itu ia menunjukkan pera
saan girang bila hadiahnya diterima dan mengucapkan terima kasih ke
padanya, kendati berapa besar juga jumlah hadiah itu.
Menunjukkan perasaan girang sebab mendapat hadiah itu, meski
pun bagaimana kecilnya, memuji-muji orang yang menghadiahkan itu
di hadapan orang banyak pada waktu orang itu tidak hadir, menunjuk
kan muka yang berseri-seri di hadapan orang yang memberikan hadiah
dan mengucapkan syukur dan terima kasih kepadanya, yaitu sifat-
sifat dan adab yang baik dibandingkan orang yang mendapat hadiah. Hadi
ah itu jika dapat dibalas juga dengan hadiah yang lain, namun jika tidak
dapat sikap yang manis sudah cukup memuaskan yang memberikan
hadiah itu.
237
Ada sesuatu yang penting, yang harus dijaga ialah jangan sampai
agamanya hilang sebab itu dan jangan sampai terlalu tamak dan ter
lalu mengharap-harapkan lagi hadiah yang diberikan orang itu kepada
nya.
Akhirnya kita kemukakan di sini dalam lapangan ibadah sosial ini
adab-adab berbuat jasa. Pertama memulainya sebelum diminta, kedua
segera menunaikan janji yang telah diperbuat, ketiga tetap menghor-
mati orang yang diberikan jasa itu pada waktu memberikannya, ke
empat hendaklah menyembunyikan pemberian jasa itu setelah diterima-
nya, kelima janganlah selalu dibangga-banggakan dan disebut-sebut,
keenam berusaha bahwa jasa itu selalu dapat dilakukan, jangan kiranya
putus dengan sekali pemberian itu saja, dan ketujuh mengharapkan ba-
lasan dibandingkan Allah .
Kemudian maka sampailah kita kepada dua golongan adab terpen
ting kesatu mengenai kehidupan dalam pemerintahan dan kedua me
ngenai kehidupan dalam peperangan. Raja-raja atau pembesar-pembe-
sar negara, memiliki adab-adab dalam pemerintahan. Mereka harus
bersikap lemah-lembut, dengan tidak menggunakan kecaman dan ke-
kerasan. Mereka harus matang berfikir lebih dahulu sebelum mengelu
arkan sesuatu perintah. Mereka harus meiepaskan sifat tekebur atas
orang-orang di sekitarnya, meskipun mereka harus waspada dalam me-
ngelakkan sesuatu perbuatan jahat dari mereka. Selanjutnya hendaklah
mereka bersikap ramah-tamah dengan rakyat jelata sambil menjaga ke
hormatan diri sendiri. Mereka selalu menyelidiki tingkah-laku para pe-
ngikutnya, menghormati orang-orang yang berilmu dan memberi ban
tuan kepada mereka itu, kepada sahabat-sahabatnya dan kepada ke
luarganya. Dalam mengambil sikap terhadap sesuatu pelanggaran hen
daklah berlaku lunak namun adil, dengan tidak melupakan tetap meme
lihara keselamatan negara dan pemerintahan. Juga rakyat memiliki
adab-adab yang baik dalam menghadapi raja dan pembesarnya. Di an
taranya tidak sering mengetok pintunya, tidak sering meminta perto-
longannya kecuali dalam soal-soal penting, namun menunjukkan rasa
hormat, meskipun mereka terkenal sebagai orang-orang yang baik dan
lunak. Jangan memohonkan apa yang tidak dapat diluluskan. Berdo'a
untuk keselamatannya bila ia menampakkan diri. Kalau perlu mengeri-
tik atau mencela perbuatannya janganlah di depan mereka.
238
Dalam pada itu yang menjadi adab Kadi atau hakim ialah di anta
ranya baik sekali bila ia senantiasa diam dan tidak bicara, menjaga ke
hormatan dirinya, bersikap tenang, melarang para pembantunya mela
kukan keburukan dan kezaliman, selanjutnya mengasihani para janda
dan menjaga keselamatan anak yatim. Dalam segala pertanyaan tidak
memberi penyahutan tergesa-gesa, bersifat lunak terhadap lawan, ja
ngan berpihak kepada salah satu pihak terdakwa, memberi nasehat ke
pada yang melakukan pelanggaran dan selalu berlindung kepada Allah
d