iman kristen

Tampilkan postingan dengan label iman kristen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label iman kristen. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

iman kristen


 



Teknologi pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam 

melakukan aktivitas. Namun pada kenyataannya manusia menyalahgunakan teknologi sehingga manusia 

menjadi budak teknologi atau mentuhan teknologi. Artikel ini akan mengulas tentang perkembangan teknologi 

dan penggunaan teknologi yang sesuai dengan Iman Kristen. Tujuan dari pembahasan ini untuk memberikan 

pemahaman dan kesadaran kepada orang Kristen agar tetap menggunakan teknologi sesuai dangan iman 

Kristen. Penelitian ini mmenggunakan metode kajian pustaka yang merujuk pada jurnal-jurnal ilmiah dan 

buku-buku sesuai dengan konsep dan permasalahan dalam pembahasan ini. Hasil dari penelitian ini, penulisan 

akan mendeskripsikan terkait: teknologi, perkembangan teknologi, teknologi dalam perspektif Alkitab, 

pandangan iman Kristen terhadap perkembangan teknlogi, pandangan iman Kristen terhadap metaverse dan 

penggunaan teknologi sesuai iman Kristen. 


Kemajuan pesat dunia dalam bidang teknologi mempengaruhi peradaban manusia di luar jangkauan 

pemikiran sebelumnya. Pengaruh tampak pada pergeseran tatanan sosial budaya, ekonomi, agama, dan politik 

yang membutuhkan keseimbangan baru antara nilai, pemikiran, dan cara hidup yang berlaku dalam konteks 

global dan lokal. Teknologi adalah penerapan pengetahuan yang terorganisir untuk tugas-tugas praktis melalui 

sistem dan mesin yang terorganisir (Nuhamara, 2007). Era globalisasi dan modernisasi sebagai hal yang tidak 

dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari 

modernisasi dan globalisasi sama seperti mengasingkan dari masyarakat internasional. Situasi ini tentunya 

akan menyulitkan negara tersebut untuk menjalin kerja sama dengan negara lain. Artinya kedua hal tersebut 

membawa dampak positif dan negatif bagi negara Indonesia itu sendiri (Nasution, 2017). 

Menurut Hutington, modernisasi sering 'berlawanan' dengan istilah tradisional, dengan kata lain 

modernisasi berarti perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Jadi, modernisasi 

adalah suatu proses perubahan ketika orang-orang yang sedang memperbaharui diri berusaha mendapatkan 

ciri-ciri atau ciri-ciri masyarakat modern (Nanang Martono, 2012). Proses modernisasi sangat luas dan 

sifatnya sangat relatif yang bergantung pada dimensi ruang dan waktu, seperti dalam dimensi waktu, media 

sosial Facebook pada tahun 2010 sangat trending dan orang menilai bahwa Facebook adalah media sosial 

yang sangat modern tetapi saat ini di tahun 2018 situs facebook sudah ketinggalan jaman. era karena 

bermunculannya jalur aplikasi, instagram, whatsapp, dan lain-lain. Dimensi waktu itu sifatnya sangat relatif, 

apa yang kita yakini hari ini adalah modern, mungkin di masa depan yang kita anggap modern saat ini bisa 

dianggap tradisional. Dimensi ruang dalam masyarakat modern sangat bergantung pada orang-orang yang 

melakukan modernisasi, misalnya di Indonesia menggunakan internet sebagai alat komunikasi adalah sesuatu 

yang mewah dan modern, namun bagi masyarakat Amerika hal tersebut merupakan hal yang lumrah dan 

memiliki nilai-nilai tradisional (Nasution, 2017). 

Data survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) 

mengungkapkan, lebih dari separuh penduduk Indonesia kini sudah terkoneksi dengan internet. Survei yang 

dilakukan sepanjang tahun 2016 menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan 

internet. Jumlah penduduk Indonesia sendiri adalah 256,2 juta jiwa. Hal ini menunjukkan peningkatan 51,8 

persen dibandingkan jumlah pengguna internet pada tahun 2014. Survei yang dilakukan APJII pada tahun 

2014 menunjukkan pengguna internet hanya 88 juta (Nasution, 2017). Data survei dapat membuktikan bahwa 

penggunaan internet di bidang teknologi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Artinya dalam hal 

ini, dari 132,7 juta orang Indonesia yang sudah terkoneksi internet, termasuk yang beragama Kristen. Kita 

dapat melihat bahwa orang Kristen sebenarnya dapat menggunakan teknologi sebagai media untuk 

membangun iman Kristen. Bahkan, teknologi di kalangan orang Kristen banyak disalahgunakan. Umat 

Kristen tidak mampu bersaing dengan perkembangan teknologi yang semakin modern, sehingga hal ini 

mempengaruhi pertumbuhan iman Kristen. Karena teknologi seharusnya dikuasai oleh manusia, namun pada 

kenyataannya teknologilah yang mengendalikan kehidupan manusia. 

Kajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu untuk membandingkan dengan penelitian ini. 

Adapun penelitian terdahulu yaitu: (a) Priscillia Diane Joy Joseph, Fredik Melkias Boiliu, membahas tentang 

peran pendidikan agama Kristen dalam penggunaan teknologi pada anak. Penelitian ini menggunakan metode 

kajian pustaka dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan agama Kristen di keluarga, gereja dan 

sekolah memiliki peran penting untuk mengajar, mendidik, membinan, mendampingi dan mendisiplin anak 

dalam penggunaan teknologi serta menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral sehingga mereka tidak 

terjerumus dalam arus perkembangan(Joy et al., 2021).. (b) Hermanto Sihotang penelitian tentang penggunaan 

media teknologi informasi dalam pembelajaran pendidikan agama kristen di masa pandemi covid-19. 

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaatan 

teknologi informasi dalam pendidikan agama Kristen pada dasarnya sudah menjadi tuntutan bagi guru-guru 


pendidikan agama Kristen, khususnya di era disrupsi. Di masa pandemi covid-19 tuntutan tersebut jauh 

berbeda, dan membuat guru-guru pendidikan agama Kristen semakin terpacu dan mau tidak mau harus 

menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring, menguasai dan menerapkan teknologi pendidikan tersebut 

sehingga pada akhirnya memberhasilkan belajar pendidikan agama Kristen di sekolah(Sihotang, 2020). (c) Evi 

Tobeli dan Zefiana F. Zeld, penelitian tentang pemahaman remaja kristen dalam menghadapi perkembangan 

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan hasil 

penelitian menunjukkan bahwa pendidkan agama Kristen memiliki peran penting untuk memberikan 

pemahaman kepada remaja sehingga menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen (Evi Tobeli, 2017). 

Merujuk dari penelitian sebelumnya, dapat ditemukan bahwa penggunaan teknologi harus diantisipasi melalui 

pembelajaran PAK untuk tidak terjadi penyalahgunaan dalam teknologi. Dapat dipahami bahwa penelitian 

sebelumnya sudah membahas terkait teknologi dan penggunaan dalam perspektif PAK untuk memberikan 

pemahaman kepada anak dalam menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen. Penelitian ini tentu 

menekankan dalam perspektif Teologi yang merujuk pada Alkitab sebagai standar untuk membentengi orang 

Kristen dalam penggunaan teknologi sehingga tidak terbawa arus teknologi. Oleh sebab itu, penelitian ini 

bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang Kristen sehingga menggunakan teknologi sesuai 

dengan iman Kristen, menggunakan teknologi sesuai kebutuhan bukan keinganan dan menggunakan teknologi 

untuk menyampaikan kebenaran firman Tuhan.  

 


Perkembangan Teknologi Revolusi Industri 1.0 sampai 5.0 

Teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologos, techne yang berarti keahlian dan logos yang berarti 

pengetahuan. Teknologi mengacu pada objek yang digunakan untuk memfasilitasi aktivitas manusia, seperti 

mesin, peralatan, atau perangkat keras (Rusman,2012). Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin 

“texere” yang berarti menyusun atau membangun, sehingga istilah teknologi tidak boleh terbatas pada 

penggunaan mesin, walaupun dalam arti sempit sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Rusman dkk, 

2012).Teknologi adalah seluruh sarana untuk menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk 

kelangsungan hidup dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang 

menyangkut keahlian industri dan pengetahuan penerapan rekayasa dalam industri. Dapat dipahami bahwa, 

teknologi sebagai penerapan konsep-konsep ilmiah dalam pemecahan masalah atau penerapan ilmu rekayasa. 

Teknologi juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan praktis dan terapan yang banyak berkaitan 

dengan teknik, industri, dan sebagainya (Critianto Soetopo,2017)..Teknologi adalah suatu konsep yang sama 

dengan jenis penggunaan dan pengetahuan alat dan keterampilan, dan bagaimana dapat mempengaruhi 


kemampuan manusia untuk mengontrol dan mengubah hal-hal di sekitarnya. Dengan demikian, teknologi 

bertujuan untuk memudahkan aktivitas manusia. 

Teknologi berkembang seiring dengan perkembangan zaman dengan memiliki ciri khas tersendiri dan 

digunakan oleh manusia sesuai dengan kebutuhannya, guna mempermudah aktivitas kehidupan sehari-hari. 

Teknologi berkembang sangat pesat dalam revolusi industri. Istilah revolusi industri diperkenalkan oleh 

Fredrich Engels dan Louis Auguste pada pertengahan abad ke-19 (L. Santoso A.Z, 2017). Teknologi 

berkembang dari revolusi industry 1.0 sampai revolusi industry 5.0 (Hoedi Prasetyo, Wahyudi Soetopo,2018). 

Revolusi industri 1.0 terjadi di Inggris pada akhir abad ke-18, dimulai dengan ditemukannya mesin uap 

oleh James Watt pada awal tahun 1800-an yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika (L. 

Santoso A.Z, 42). Setelah itu, muncul penemuan-penemuan lain untuk mengatasi kesulitan pertanian di 

Inggris seperti mesin traktor sebagai pengganti tenaga ternak terbukti efektif karena pekerjaan dapat 

diselesaikan lebih cepat. Selain itu, dengan ditemukannya rontgen, pengembangan benih unggul baru melalui 

mutasi dan penggunaan pupuk kimia yang telah dikembangkan oleh pabrik serta obat hama dan penyakit, 

produktivitas pangan pun meningkat. Revolusi Industri 1.0 terjadi antara tahun 1750-1850, menjadikan Inggris 

sebagai mesin ekonomi nomor satu di abad ke-19 hingga awal abad ke-20. (Hamdan, 2018) Revolusi industri 

terus berkembang sejak saat terjadi perubahan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, 

transportasi, dan teknologi dan telah berdampak besar pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dunia  

(Fajariah & Suryo, 2020).  Revolusi industri 2.0 sebagai kelanjutan dari revolusi industri 1.0. yang ditandai 

dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Revolusi 

yang kedua ini terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang tenaga listrik digunakan 

oleh produksi secara masal (Sitorus & Fredik M Boiliu, 2021). Temuan tersebut juga memunculan pesawat 

telepon, mobil, pesawat terbang, dan yang dapat mengubah wajah dunia secara signifikan (Harahap, 2019). 

Revolusi Industri 3.0 terjadi pada tahun 1970 atau abad ke-20, yang dikenal dengan penggunaan komputer 

untuk proses manufaktur otomatis (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018).  

Hadirnya era 3.0 adalah digital yang tidak ada batasan anatara ruang dan waktu. Pada era 3.0 

diutamakan tenaga mesin ketimbang manusia (Suwardana, 2018). Era ini dapat memudahkan manusia dalam 

melakukan aktivitas (Joy et al., 2021). Revolusi industry 4.0 terjadi pada tahun 2011 atau abad ke-21 di 

Jerman. Era ini memiliki skala, ruang lingkup dan komplisitas yang sangat luas (Sitorus & Fredik M Boiliu, 

2021). Seperti hadirnya bisnis trasportasi oline (ojek, uber dan grab) yang muda dijangkau melalui teknologi. 

Era 4.0 ini juga mengembangkan kecerdasan buatan seperti penggunaan robot, teknologi pesawat tanpa awak 

(drone), mobil yang dapat berjalan otomatis, perkembangan bioteknologi, aplikasi media sosial, dan 

nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental 

(Boiliu, 2020). Era ini memberikan beberapa dampak negatif, misalnya kecepatan-fleksibilitas produksi, 

peningkatan layanan dan pendapatan (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018). Era 5.0 muncul di Jepang 

dan merupakan kelanjutan dari era 4.0. (Sasikirana & Herlambang, 2020). Era ini menempatkan manusia 

sebagai pusat inovasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai peningkatan kualitas hidup dan tanggung 

jawab sosial (Usmaedi, 201 C.E.). Era ini memunculkan ide kecerdasan buatan dan mentranformasi big data 

yakni terjadi integrasi antara ruang fisik dan virtual. (Hendarsyah, 2019). 

 

Dampak Positif dan Negatif Teknologi 

Teknologi itu pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam 

melakukan aktivitas. Namun pada kenyataan teknologi dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi 

manusia sebagai pengguna teknologi. Dampak positif dari teknologi, yaitu: (a) membuka peluang pekerjaan 

(b) mempermudah pekerjaan, (c) mempermudah dalam komunikasi, (d) mempermudah dalam menyampaikan 

firman Tuhan. Yahya Afandi mengatakan dampak positif dari penggunaan teknologi, yaitu: (a) Tecnology 

enables communication, gereja menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan kebenaran melalui media 

sosial kepada jemaat, (b) Technology anables community, Gereja menggunakan teknologi untuk membuat 


kominitas dengan jemaat melalui media sosial, (c) Tecnology enables Discipleship,menggunakan teknologi 

pemuridan.(Afandi et al., 2018) Dampak negatif dari teknologi, (Ngafifi, 2014) yaitu: (a) pengaruh negatif dari 

budaya lain ke budaya Indonesia, (b) perubahan dalam interaksi, (c) Pengangguran semakin bertambah. Evi 

Tobeli dan Zefiana F Zelda mengatakan ada beberapa hal sebagai dampak negatif dari teknologi, yaitu: (a) 

mempengaruhi pola pikir, (b) muncul gaya hidup modern, (c) IPTEK pedang bermata dua (Evi 

Tobeli,Selfiana F Zelda, 2017). Dampak negatif dari teknologi bagi orang percaya, yaitu Orang percaya 

menjadi ketergantungan dengan teknologi (budak teknologi) dan Persekutuan di gereja mulai 

berkurang.(Fredik Melkias Boiliu, Kaleb Samalinggai, 2020). 

 

Pandangan Alkitab terhadap Penggunaan Teknologi  

Allah adalah sumber teknologi dan Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala 

perkembangan teknologi. Teknologi selalu dikaitkan dengan keselamatan dan maksudNya terhadap manusia 

dan dunia. Dalam Kitab Amsal dijelaskan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah 

orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Ams. 1:5). Artinya Allah menghendaki 

umatNya agar terus mengembangkan diri dengan menambah ilmu dan pengertian. Allah tidak menghendaki 

manusia untuk menjauhi teknologi sebab menciptakan, mengembangkan dan menggunakan teknologi 

merupakan mandat yang harus dilakukan untuk kemuliaan Allah. Allah dengan tegas menentang setiap 

penciptaan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun kehancuran moral bangsa 

sebagaimana kisah menara Babel yang dijelaskan dalam Alkitab (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias 

Boiliu, 2020). 

Pandangan Alkitab terhadap teknologi, dapat dipahami dari beberapa hal, yaitu: Pertama manusia 

diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, dan diberikan mandat untuk mengelola bumi (Kej. 1:27-18). 

Artinya manusia yang segambar dan serupa dengan Allah Imago Dei yang akan melaksanakan tugas 

tanggungjawab atau misi Allah yakni untuk mengembankan Alam semesta agar memenuhi kebutuhan hidup 

dan untuk kemulian Tuhan. Dapat dipahami bahwa manusia menciptakan teknologi, mengembangkan dan 

menggunakanya merupakan bagian dari mandat yang Allah percaya untuk mengelola dan mengembangkan 

alam semesta sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Kedua, Allah memberikan pengajaran kepada 

manusia untuk menciptakan teknologi, agar menyelematkan manusia dan ciptaan lainnya. Sebagaimana 

dijelaskan dalam Alkitab mengenai sejarah air bah, dimana Allah memerintahkan Nuh untuk menciptakan 

teknologi. Allah terlibat langsung menentukan dimensi ruang dalam kapal bahkan bahannya pun Allah yang 

menentukan (Kej. 6:14-16). Artinya Allah sebagai tokoh Arsitektur pertama dan utama. Allah juga yang 

membekali manusia dengan ilmu pengetahuan untuk menciptakan teknologi. Manusia sebagai ciptaan hanya 

mengembangkan dari yang sudah ada menjadi ada, sedangkan Allah sebagai Pencipta yang memulai dari yang 

tidak ada menjadi ada. 

Ketiga, manusia datang kepada Allah dengan menggunakan teknologi sebagai sarana atau media (Kel. 

25:9). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Keluaran “Allah memerintahkan Musa untuk membuat 

kemah suci. Kemah Suci merupakan tempat dimana manusia dating kepada Allah sebab kemualiaaan Allah 

memenuhi Kemah Suci itu (Kel.25:1; Kel.27:21). Selain itu ada juga Bait Suci atau Istanah yang dibangun 

oleh Salomo (1Raj.7-8). Dapat dipahami bahwa dari sejak perencanaan untuk pembangunan Bait Suci, Allah 

sudah campur tangan sehingga rencana dan pelaksanaan berjalan dengan baik sesuai kehendak Tuhan. 

Keempat, Teknologi diciptakan manusia hanya untuk kemuliaan Allah. Teknologi dapat digunakan untuk 

memberitakan Injil ke seluruh dunia, untuk melaksanakan amanat agung (Mat.28:19-10). (f) Teknologi bukan 

untuk diberhalakan “karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Mat. 6:21). Manusia harus 

menguasai teknologi, bukan teknologi yang menguasai manusia. 

 

 

Pandangan Iman Kristen terhadap Metaverse 

Orang pertama yang membuat metaverse adalah Neal Stephenson istilah dalam novelnya tahun 1992 

"Snow Crash". Istilah ini tidak memiliki definisi yang diterima secara universal. Misalnya, metaverse adalah 

internet yang dirender dalam 3D. Dengan demikian, metaverse adalah dunia tak berujung dari komunitas 

virtual yang saling berhubungan, misalnya, orang dapat bekerja, bertemu, bermain menggunakan headset 

realitas virtual, kacamata augmented reality, sama. (Sari, 2022) Metaverse sebagai lapisan antara dan realitas. 

Metaverse mengacu pada dunia bersama virtual 3D di mana semua aktivitas dapat dilakukan dengan bantuan 

layanan augmented dan virtual reality. Platform semacam itu telah mendapatkan popularitas selama beberapa 

tahun terakhir karena orang-orang mengalihkan aktivitas mereka secara online, terutama selama pandemi 

virus corona. Metaverse mengacu pada dunia virtual 3D bersama di mana semua aktivitas dapat dilakukan 

menggunakan peralatan augmented reality dan virtual (Damar, 2021). Metaverse dipahami sebagai game yang 

sangat populer selain gratis yang mudah dimainkan melalui aplikasi desktop, game mobile hingga console, 

selain itu game-game ini dapat dimainkan di beberapa platform seperti Windows, IOS, Mac OS, Xbox One dan 

Android dan masih banyak lagi supportnya, banyak pilihannya Game yang menarik, dan yang lebih uniknya 

adalah berbasis komunitas dan menghasilkan uang dari roblox yang artinya metaverse berpeluang 

menghadirkan banyak hal yang memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas. 

Perkemangan teknologi yang terus di kembangkan oleh manusia sesuai dengan perkembangan zaman 

dan peradabannya merupakan mandate yang Allah percayakan kepada manusia dalam mengembangkan alam 

semesta untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias 

Boiliu, 2020). Namun dapat dipahami bahwa metaverse tidak mungkin memenuhi seluruh kebutuhan manusia 

sebab manusia adalah mahluk ciptaan yang holistik (Kej.2:18-25) yakni mahluk spiritual, emsional, fisikal, 

intelektual dan sosial. Oleh sebab itu, secanggih apa pun teknologi ia hanya sebatas sarana bukan penngenap 

kebutuhan eksistensial manusia. Artinya bahwa manusia membutuhkan Allah (mahluk spiritual), membutuhan 

sentuhan perasaan yang personal (mahluk emosional), membutuhan pertemuan tatap muka atau secara 

langsung yang nyata (mahluk fisik) dan perlu untuk bersosialisasi dengan orang lain (mahluk sosial). 

 

Hubungan Iman Kristen dan Teknologi 

Dari perspektif Kristen, dapat dipahami bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-

Nya dan membekali manusia dengan akal untuk mengelola dan mengembangkan alam demi kelangsungan 

hidup manusia dan kemuliaan Tuhan. Tuhan membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan 

mengembangkan teknologi dan, Tuhan sendiri terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang dan materi. 

Hal ini dapat dijelaskan dalam kitab Kejadian mengenai kisah Air Bah, Tuhan memerintahkan Nuh untuk 

membangun sebuah kapal untuk menyelamatkan dirinya, keluarganya, dan sisa ciptaan dari kehancuran Air 

Bah tersebut. Kemampuan Nuh menciptakan teknologi bukan berarti Tuhan tidak campur tangan, tetapi Tuhan 

terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang di kapal dan material yang Tuhan tentukan (Kej. 6:14-15). 

Artinya, Allah telah membekali manusia dengan ilmu untuk menciptakan teknologi demi keselamatan 

manusia, ciptaan lainnya, dan untuk kemuliaan Tuhan. Ditinjau perspektif iman Kristen Allah lah yang 

memulai dari yang tidak ada menjadi ada dan memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia untuk 

mengembang dari sudah ada menjadi ada untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Allah. Dalam kontek 

ini bisa dipahami bhawa iman, ilmu pengetahuan dan teknologi semuanya itu bersumber dari Allah dan 

manusia melaksana untuk kemulianNya. 

Hubungan antara iman dan teknologi, jika dipahami dari iman Kristen, berarti bahwa Tuhan telah 

membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi sesuai dengan 

perkembangan zaman dan peradaban. Iman adalah “kesetiaan atau kepercayaan” dalam Ibrani 11:1 dijelaskan 

bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita 

lihat. Artinya, iman adalah aspek yang menyangkut hubungan vertikal yaitu Tuhan dan manusia, antara 

pencipta dan ciptaan, sehingga iman menjadi dasar atau prinsip kepercayaan Kristen, yaitu kepercayaan 

kepada Tuhan dan wahyu-Nya. Sains adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan 

menggunakan daya pikir, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan dipelajari (dikendalikan) 

secara kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. (Fardiana, 2015) Teknologi adalah cabang ilmu 

yang berkaitan dengan keahlian industri atau ilmu penerapan rekayasa dalam industri (Christian 

Soetopo,2017). Sains adalah pengetahuan dan telah diklarifikasi, diorganisasikan, disistematisasikan, dan 

diinterpretasikan, menghasilkan kebenaran objektif, telah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara 

ilmiah (Moh. Rifai, 2010). Artinya ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari akal yang diberikan 

oleh Tuhan kepada manusia untuk digunakan bagi tujuan yang dikehendaki Tuhan, yaitu: mengabdi dan 

memuliakan Tuhan serta memberikan kebaikan, manfaat, dan kemudahan bagi umat manusia. 

 

Penggunaan Teknologi menurut Iman Kristen 

Dalam perspektif iman Kristen terhadap perkenbangan teknologi dari zaman penciptaan hingga kini di 

era disrupsi 4.0 dan akan memasuki era 5.0 merupakan suatu perkembangan yang begitu cepat. Pada Era 5.0 

akan muncul kecerdasan buatan yang mana manusia akan menciptakan manusia yang segambar dan serupa 

dengan manusia (robot). Manusia buatan yang di buat oleh manusia untuk mengantikan manusia dalam 

melakukan aktivitas manusia namun tetap masih bawa kendali manusia. Oleh sebab itu, di era 5.0 manusia 

jangan merasa bisa menciptakan manusia buata (robot) tatapi manusia harus tahu bahwa manusia hanya 

mengembangkan dari yang ada untuk menjadi ada tetapi Tuhanlah yang memulai dari yang tidak ada menjadi. 

Manusia hanyalah ciptaan yang menciptaan sesuatu dari yang sudah ada menjadi ada dan Tuhan adalah Sang 

pencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Artinya sehebatnya apa pun manusia dalam menciptakan dan 

mengembangan teknologi tetap harus sesuai dengan iman Kristen. 

Perkembangan teknologi, membuat kemajuan bagi peradaban kehidupan manusia saat ini dibandingkan 

sebelumnya, yang terutama bertambah dengan kemungkinan-kemungkinan ilmiah dan teknologi ini adalah 

kemampuan manusia. Dalam hal ini, dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat dan serba 

canggih sebagai orang percaya harus menggunakan sesuai dengan iman Kristen sehingga tidak menjadi budak 

teknologi dan tidak mentuhankan teknologi serta tidak anti terhadap teknologi. Oleh karena itu, perkembangan 

teknologi yang begitu pesat membawa arus perubahan pada gaya hidup setiap orang terlenbih orang percaya 

sehingga tanpa di sadari teknologi akan disalah gunakan. Sebagai orang percaya harus menggunakan 

teknologi sesuai dengan iman Kristen. Adapun sikap hidup sederhana di tengah perkembangan teknologi masa 

kini yang perlu diterapkan untuk mengantasipasi penyalahgunaan teknologi adalah sebagai berikut: 

Pertama, sebagai orang percaya harus menggunakan teknologi sesuai dengan fungsi dan kemampuan. 

Dalam hal ini, perkembangan teknologi terutama di bidang telekomunikasi yang begitu pesat memunculkan 

banyak inovasi-inovasi baru sehingga tercipta berbagai kecanggihan alat dalam bentuk telepon genggam, 

komputer dan alat elektronik lainnya, sehingga tidak jarang menimbulkan persaingan bagi setiap orang (Evi 

Tobeli). Kedua, orang oercaya harus tahu bahwa teknologi adalah alat bukan tujuan. Dalam hal ini, Teknologi 

dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah hidup dan memenuhi harapan 

manusia sehingga teknologi akan dijadikan dewa dan manusia tidak memerlukan Tuhan. Pandangan yang 

melihat teknologi sebagai tujuan, akan menimbulkan gaya hidup hedonisme. Sikap hidup hedonisme akan 

menimbulkan sikap berlebihan dalam menggunakan teknologi sehingga tidak jarang menimbulkan gaya saing 

di antara setiap orang (Celia Deane Drummond,2001). Ketiga, orang percaya tidak boleh membiarkan 

kemajuan-kemajuan teknologi menjadi objek yang keliru dan meninggalkan ketergantungan kepada Allah 

(Kej.11:1-9). Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dirinya sendiri tidak memiliki garis-garis pedoman bagi 

pelayanan kemajuan umat manusia dan pembangunan kerajaan Allah yang dihasilkan oleh kemajuan umat 

manusia.

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas terkait dengan penggunaan Teknologi maka dapat 

disimpulkan bahwa manusia dipanggil dalam tugas teknologi untuk dapat menjadi berkat bagi manusia 

(Luk.4:18-19) “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan Kabar 

Baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-

orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk 

memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Itu berarti teknologi bukanlah tujuan tetapi alat, manusia 

tidak boleh dikuasai teknologi, tetapi manusia yang harus menguasainya agar tujuan teknologi dapat tercapai 

sesuai kehendak Tuhan yaitu sebagai pengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia (1 Kor.6:12). Albert 

Einstein berkata, “Religion without scienceis blind and science without religion is lame” (agama tanpa 

pengetahuan adalah buta dan pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh). Iman Kristen adalah percaya 

mendahului pengetahuan yang berarti “Percaya dulu pada Allah baru kita dapat mengenal Dia”karena Dia 

tidak dapat dibuktikan melalui ilmu pengetahuan manusia yang terbatas. Untuk memperoleh ilmu sejati, 

pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan. Orang bodoh tidak menghargai 

hikmat dan tidak mau diajar (Ams. 1:7). Hiduplah takut akan Allah dengan menghormati-Nya sebagai Tuhan, 

maka Dia akan menolong kita untuk mengerti akan hal-hal yang sulit dipahami. Sumber IPTEK adalah Allah. 

Alkitab mengatakan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang 

berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Ams. 1:5). Berdasarkan ayat ini kita bisa melihat bahwa 

Allah sebenarnya menghendaki kita manusia terus mengembangkan diri, menambah ilmu, dan pengertian. Hal 

ini berarti bahwa kita tidak perlu menjauhi IPTEK tetapi justru terus mengembangkannya menjadi lebih baik 

lagi.