iman kristen
Teknologi pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam
melakukan aktivitas. Namun pada kenyataannya manusia menyalahgunakan teknologi sehingga manusia
menjadi budak teknologi atau mentuhan teknologi. Artikel ini akan mengulas tentang perkembangan teknologi
dan penggunaan teknologi yang sesuai dengan Iman Kristen. Tujuan dari pembahasan ini untuk memberikan
pemahaman dan kesadaran kepada orang Kristen agar tetap menggunakan teknologi sesuai dangan iman
Kristen. Penelitian ini mmenggunakan metode kajian pustaka yang merujuk pada jurnal-jurnal ilmiah dan
buku-buku sesuai dengan konsep dan permasalahan dalam pembahasan ini. Hasil dari penelitian ini, penulisan
akan mendeskripsikan terkait: teknologi, perkembangan teknologi, teknologi dalam perspektif Alkitab,
pandangan iman Kristen terhadap perkembangan teknlogi, pandangan iman Kristen terhadap metaverse dan
penggunaan teknologi sesuai iman Kristen.
Kemajuan pesat dunia dalam bidang teknologi mempengaruhi peradaban manusia di luar jangkauan
pemikiran sebelumnya. Pengaruh tampak pada pergeseran tatanan sosial budaya, ekonomi, agama, dan politik
yang membutuhkan keseimbangan baru antara nilai, pemikiran, dan cara hidup yang berlaku dalam konteks
global dan lokal. Teknologi adalah penerapan pengetahuan yang terorganisir untuk tugas-tugas praktis melalui
sistem dan mesin yang terorganisir (Nuhamara, 2007). Era globalisasi dan modernisasi sebagai hal yang tidak
dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari
modernisasi dan globalisasi sama seperti mengasingkan dari masyarakat internasional. Situasi ini tentunya
akan menyulitkan negara tersebut untuk menjalin kerja sama dengan negara lain. Artinya kedua hal tersebut
membawa dampak positif dan negatif bagi negara Indonesia itu sendiri (Nasution, 2017).
Menurut Hutington, modernisasi sering 'berlawanan' dengan istilah tradisional, dengan kata lain
modernisasi berarti perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Jadi, modernisasi
adalah suatu proses perubahan ketika orang-orang yang sedang memperbaharui diri berusaha mendapatkan
ciri-ciri atau ciri-ciri masyarakat modern (Nanang Martono, 2012). Proses modernisasi sangat luas dan
sifatnya sangat relatif yang bergantung pada dimensi ruang dan waktu, seperti dalam dimensi waktu, media
sosial Facebook pada tahun 2010 sangat trending dan orang menilai bahwa Facebook adalah media sosial
yang sangat modern tetapi saat ini di tahun 2018 situs facebook sudah ketinggalan jaman. era karena
bermunculannya jalur aplikasi, instagram, whatsapp, dan lain-lain. Dimensi waktu itu sifatnya sangat relatif,
apa yang kita yakini hari ini adalah modern, mungkin di masa depan yang kita anggap modern saat ini bisa
dianggap tradisional. Dimensi ruang dalam masyarakat modern sangat bergantung pada orang-orang yang
melakukan modernisasi, misalnya di Indonesia menggunakan internet sebagai alat komunikasi adalah sesuatu
yang mewah dan modern, namun bagi masyarakat Amerika hal tersebut merupakan hal yang lumrah dan
memiliki nilai-nilai tradisional (Nasution, 2017).
Data survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII)
mengungkapkan, lebih dari separuh penduduk Indonesia kini sudah terkoneksi dengan internet. Survei yang
dilakukan sepanjang tahun 2016 menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan
internet. Jumlah penduduk Indonesia sendiri adalah 256,2 juta jiwa. Hal ini menunjukkan peningkatan 51,8
persen dibandingkan jumlah pengguna internet pada tahun 2014. Survei yang dilakukan APJII pada tahun
2014 menunjukkan pengguna internet hanya 88 juta (Nasution, 2017). Data survei dapat membuktikan bahwa
penggunaan internet di bidang teknologi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Artinya dalam hal
ini, dari 132,7 juta orang Indonesia yang sudah terkoneksi internet, termasuk yang beragama Kristen. Kita
dapat melihat bahwa orang Kristen sebenarnya dapat menggunakan teknologi sebagai media untuk
membangun iman Kristen. Bahkan, teknologi di kalangan orang Kristen banyak disalahgunakan. Umat
Kristen tidak mampu bersaing dengan perkembangan teknologi yang semakin modern, sehingga hal ini
mempengaruhi pertumbuhan iman Kristen. Karena teknologi seharusnya dikuasai oleh manusia, namun pada
kenyataannya teknologilah yang mengendalikan kehidupan manusia.
Kajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu untuk membandingkan dengan penelitian ini.
Adapun penelitian terdahulu yaitu: (a) Priscillia Diane Joy Joseph, Fredik Melkias Boiliu, membahas tentang
peran pendidikan agama Kristen dalam penggunaan teknologi pada anak. Penelitian ini menggunakan metode
kajian pustaka dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan agama Kristen di keluarga, gereja dan
sekolah memiliki peran penting untuk mengajar, mendidik, membinan, mendampingi dan mendisiplin anak
dalam penggunaan teknologi serta menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral sehingga mereka tidak
terjerumus dalam arus perkembangan(Joy et al., 2021).. (b) Hermanto Sihotang penelitian tentang penggunaan
media teknologi informasi dalam pembelajaran pendidikan agama kristen di masa pandemi covid-19.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaatan
teknologi informasi dalam pendidikan agama Kristen pada dasarnya sudah menjadi tuntutan bagi guru-guru
pendidikan agama Kristen, khususnya di era disrupsi. Di masa pandemi covid-19 tuntutan tersebut jauh
berbeda, dan membuat guru-guru pendidikan agama Kristen semakin terpacu dan mau tidak mau harus
menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring, menguasai dan menerapkan teknologi pendidikan tersebut
sehingga pada akhirnya memberhasilkan belajar pendidikan agama Kristen di sekolah(Sihotang, 2020). (c) Evi
Tobeli dan Zefiana F. Zeld, penelitian tentang pemahaman remaja kristen dalam menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendidkan agama Kristen memiliki peran penting untuk memberikan
pemahaman kepada remaja sehingga menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen (Evi Tobeli, 2017).
Merujuk dari penelitian sebelumnya, dapat ditemukan bahwa penggunaan teknologi harus diantisipasi melalui
pembelajaran PAK untuk tidak terjadi penyalahgunaan dalam teknologi. Dapat dipahami bahwa penelitian
sebelumnya sudah membahas terkait teknologi dan penggunaan dalam perspektif PAK untuk memberikan
pemahaman kepada anak dalam menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen. Penelitian ini tentu
menekankan dalam perspektif Teologi yang merujuk pada Alkitab sebagai standar untuk membentengi orang
Kristen dalam penggunaan teknologi sehingga tidak terbawa arus teknologi. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang Kristen sehingga menggunakan teknologi sesuai
dengan iman Kristen, menggunakan teknologi sesuai kebutuhan bukan keinganan dan menggunakan teknologi
untuk menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
Perkembangan Teknologi Revolusi Industri 1.0 sampai 5.0
Teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologos, techne yang berarti keahlian dan logos yang berarti
pengetahuan. Teknologi mengacu pada objek yang digunakan untuk memfasilitasi aktivitas manusia, seperti
mesin, peralatan, atau perangkat keras (Rusman,2012). Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin
“texere” yang berarti menyusun atau membangun, sehingga istilah teknologi tidak boleh terbatas pada
penggunaan mesin, walaupun dalam arti sempit sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Rusman dkk,
2012).Teknologi adalah seluruh sarana untuk menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menyangkut keahlian industri dan pengetahuan penerapan rekayasa dalam industri. Dapat dipahami bahwa,
teknologi sebagai penerapan konsep-konsep ilmiah dalam pemecahan masalah atau penerapan ilmu rekayasa.
Teknologi juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan praktis dan terapan yang banyak berkaitan
dengan teknik, industri, dan sebagainya (Critianto Soetopo,2017)..Teknologi adalah suatu konsep yang sama
dengan jenis penggunaan dan pengetahuan alat dan keterampilan, dan bagaimana dapat mempengaruhi
kemampuan manusia untuk mengontrol dan mengubah hal-hal di sekitarnya. Dengan demikian, teknologi
bertujuan untuk memudahkan aktivitas manusia.
Teknologi berkembang seiring dengan perkembangan zaman dengan memiliki ciri khas tersendiri dan
digunakan oleh manusia sesuai dengan kebutuhannya, guna mempermudah aktivitas kehidupan sehari-hari.
Teknologi berkembang sangat pesat dalam revolusi industri. Istilah revolusi industri diperkenalkan oleh
Fredrich Engels dan Louis Auguste pada pertengahan abad ke-19 (L. Santoso A.Z, 2017). Teknologi
berkembang dari revolusi industry 1.0 sampai revolusi industry 5.0 (Hoedi Prasetyo, Wahyudi Soetopo,2018).
Revolusi industri 1.0 terjadi di Inggris pada akhir abad ke-18, dimulai dengan ditemukannya mesin uap
oleh James Watt pada awal tahun 1800-an yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika (L.
Santoso A.Z, 42). Setelah itu, muncul penemuan-penemuan lain untuk mengatasi kesulitan pertanian di
Inggris seperti mesin traktor sebagai pengganti tenaga ternak terbukti efektif karena pekerjaan dapat
diselesaikan lebih cepat. Selain itu, dengan ditemukannya rontgen, pengembangan benih unggul baru melalui
mutasi dan penggunaan pupuk kimia yang telah dikembangkan oleh pabrik serta obat hama dan penyakit,
produktivitas pangan pun meningkat. Revolusi Industri 1.0 terjadi antara tahun 1750-1850, menjadikan Inggris
sebagai mesin ekonomi nomor satu di abad ke-19 hingga awal abad ke-20. (Hamdan, 2018) Revolusi industri
terus berkembang sejak saat terjadi perubahan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi dan telah berdampak besar pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dunia
(Fajariah & Suryo, 2020). Revolusi industri 2.0 sebagai kelanjutan dari revolusi industri 1.0. yang ditandai
dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Revolusi
yang kedua ini terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang tenaga listrik digunakan
oleh produksi secara masal (Sitorus & Fredik M Boiliu, 2021). Temuan tersebut juga memunculan pesawat
telepon, mobil, pesawat terbang, dan yang dapat mengubah wajah dunia secara signifikan (Harahap, 2019).
Revolusi Industri 3.0 terjadi pada tahun 1970 atau abad ke-20, yang dikenal dengan penggunaan komputer
untuk proses manufaktur otomatis (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018).
Hadirnya era 3.0 adalah digital yang tidak ada batasan anatara ruang dan waktu. Pada era 3.0
diutamakan tenaga mesin ketimbang manusia (Suwardana, 2018). Era ini dapat memudahkan manusia dalam
melakukan aktivitas (Joy et al., 2021). Revolusi industry 4.0 terjadi pada tahun 2011 atau abad ke-21 di
Jerman. Era ini memiliki skala, ruang lingkup dan komplisitas yang sangat luas (Sitorus & Fredik M Boiliu,
2021). Seperti hadirnya bisnis trasportasi oline (ojek, uber dan grab) yang muda dijangkau melalui teknologi.
Era 4.0 ini juga mengembangkan kecerdasan buatan seperti penggunaan robot, teknologi pesawat tanpa awak
(drone), mobil yang dapat berjalan otomatis, perkembangan bioteknologi, aplikasi media sosial, dan
nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental
(Boiliu, 2020). Era ini memberikan beberapa dampak negatif, misalnya kecepatan-fleksibilitas produksi,
peningkatan layanan dan pendapatan (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018). Era 5.0 muncul di Jepang
dan merupakan kelanjutan dari era 4.0. (Sasikirana & Herlambang, 2020). Era ini menempatkan manusia
sebagai pusat inovasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai peningkatan kualitas hidup dan tanggung
jawab sosial (Usmaedi, 201 C.E.). Era ini memunculkan ide kecerdasan buatan dan mentranformasi big data
yakni terjadi integrasi antara ruang fisik dan virtual. (Hendarsyah, 2019).
Dampak Positif dan Negatif Teknologi
Teknologi itu pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam
melakukan aktivitas. Namun pada kenyataan teknologi dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
manusia sebagai pengguna teknologi. Dampak positif dari teknologi, yaitu: (a) membuka peluang pekerjaan
(b) mempermudah pekerjaan, (c) mempermudah dalam komunikasi, (d) mempermudah dalam menyampaikan
firman Tuhan. Yahya Afandi mengatakan dampak positif dari penggunaan teknologi, yaitu: (a) Tecnology
enables communication, gereja menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan kebenaran melalui media
sosial kepada jemaat, (b) Technology anables community, Gereja menggunakan teknologi untuk membuat
kominitas dengan jemaat melalui media sosial, (c) Tecnology enables Discipleship,menggunakan teknologi
pemuridan.(Afandi et al., 2018) Dampak negatif dari teknologi, (Ngafifi, 2014) yaitu: (a) pengaruh negatif dari
budaya lain ke budaya Indonesia, (b) perubahan dalam interaksi, (c) Pengangguran semakin bertambah. Evi
Tobeli dan Zefiana F Zelda mengatakan ada beberapa hal sebagai dampak negatif dari teknologi, yaitu: (a)
mempengaruhi pola pikir, (b) muncul gaya hidup modern, (c) IPTEK pedang bermata dua (Evi
Tobeli,Selfiana F Zelda, 2017). Dampak negatif dari teknologi bagi orang percaya, yaitu Orang percaya
menjadi ketergantungan dengan teknologi (budak teknologi) dan Persekutuan di gereja mulai
berkurang.(Fredik Melkias Boiliu, Kaleb Samalinggai, 2020).
Pandangan Alkitab terhadap Penggunaan Teknologi
Allah adalah sumber teknologi dan Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala
perkembangan teknologi. Teknologi selalu dikaitkan dengan keselamatan dan maksudNya terhadap manusia
dan dunia. Dalam Kitab Amsal dijelaskan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah
orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Ams. 1:5). Artinya Allah menghendaki
umatNya agar terus mengembangkan diri dengan menambah ilmu dan pengertian. Allah tidak menghendaki
manusia untuk menjauhi teknologi sebab menciptakan, mengembangkan dan menggunakan teknologi
merupakan mandat yang harus dilakukan untuk kemuliaan Allah. Allah dengan tegas menentang setiap
penciptaan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun kehancuran moral bangsa
sebagaimana kisah menara Babel yang dijelaskan dalam Alkitab (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias
Boiliu, 2020).
Pandangan Alkitab terhadap teknologi, dapat dipahami dari beberapa hal, yaitu: Pertama manusia
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, dan diberikan mandat untuk mengelola bumi (Kej. 1:27-18).
Artinya manusia yang segambar dan serupa dengan Allah Imago Dei yang akan melaksanakan tugas
tanggungjawab atau misi Allah yakni untuk mengembankan Alam semesta agar memenuhi kebutuhan hidup
dan untuk kemulian Tuhan. Dapat dipahami bahwa manusia menciptakan teknologi, mengembangkan dan
menggunakanya merupakan bagian dari mandat yang Allah percaya untuk mengelola dan mengembangkan
alam semesta sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Kedua, Allah memberikan pengajaran kepada
manusia untuk menciptakan teknologi, agar menyelematkan manusia dan ciptaan lainnya. Sebagaimana
dijelaskan dalam Alkitab mengenai sejarah air bah, dimana Allah memerintahkan Nuh untuk menciptakan
teknologi. Allah terlibat langsung menentukan dimensi ruang dalam kapal bahkan bahannya pun Allah yang
menentukan (Kej. 6:14-16). Artinya Allah sebagai tokoh Arsitektur pertama dan utama. Allah juga yang
membekali manusia dengan ilmu pengetahuan untuk menciptakan teknologi. Manusia sebagai ciptaan hanya
mengembangkan dari yang sudah ada menjadi ada, sedangkan Allah sebagai Pencipta yang memulai dari yang
tidak ada menjadi ada.
Ketiga, manusia datang kepada Allah dengan menggunakan teknologi sebagai sarana atau media (Kel.
25:9). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Keluaran “Allah memerintahkan Musa untuk membuat
kemah suci. Kemah Suci merupakan tempat dimana manusia dating kepada Allah sebab kemualiaaan Allah
memenuhi Kemah Suci itu (Kel.25:1; Kel.27:21). Selain itu ada juga Bait Suci atau Istanah yang dibangun
oleh Salomo (1Raj.7-8). Dapat dipahami bahwa dari sejak perencanaan untuk pembangunan Bait Suci, Allah
sudah campur tangan sehingga rencana dan pelaksanaan berjalan dengan baik sesuai kehendak Tuhan.
Keempat, Teknologi diciptakan manusia hanya untuk kemuliaan Allah. Teknologi dapat digunakan untuk
memberitakan Injil ke seluruh dunia, untuk melaksanakan amanat agung (Mat.28:19-10). (f) Teknologi bukan
untuk diberhalakan “karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Mat. 6:21). Manusia harus
menguasai teknologi, bukan teknologi yang menguasai manusia.
Pandangan Iman Kristen terhadap Metaverse
Orang pertama yang membuat metaverse adalah Neal Stephenson istilah dalam novelnya tahun 1992
"Snow Crash". Istilah ini tidak memiliki definisi yang diterima secara universal. Misalnya, metaverse adalah
internet yang dirender dalam 3D. Dengan demikian, metaverse adalah dunia tak berujung dari komunitas
virtual yang saling berhubungan, misalnya, orang dapat bekerja, bertemu, bermain menggunakan headset
realitas virtual, kacamata augmented reality, sama. (Sari, 2022) Metaverse sebagai lapisan antara dan realitas.
Metaverse mengacu pada dunia bersama virtual 3D di mana semua aktivitas dapat dilakukan dengan bantuan
layanan augmented dan virtual reality. Platform semacam itu telah mendapatkan popularitas selama beberapa
tahun terakhir karena orang-orang mengalihkan aktivitas mereka secara online, terutama selama pandemi
virus corona. Metaverse mengacu pada dunia virtual 3D bersama di mana semua aktivitas dapat dilakukan
menggunakan peralatan augmented reality dan virtual (Damar, 2021). Metaverse dipahami sebagai game yang
sangat populer selain gratis yang mudah dimainkan melalui aplikasi desktop, game mobile hingga console,
selain itu game-game ini dapat dimainkan di beberapa platform seperti Windows, IOS, Mac OS, Xbox One dan
Android dan masih banyak lagi supportnya, banyak pilihannya Game yang menarik, dan yang lebih uniknya
adalah berbasis komunitas dan menghasilkan uang dari roblox yang artinya metaverse berpeluang
menghadirkan banyak hal yang memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas.
Perkemangan teknologi yang terus di kembangkan oleh manusia sesuai dengan perkembangan zaman
dan peradabannya merupakan mandate yang Allah percayakan kepada manusia dalam mengembangkan alam
semesta untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias
Boiliu, 2020). Namun dapat dipahami bahwa metaverse tidak mungkin memenuhi seluruh kebutuhan manusia
sebab manusia adalah mahluk ciptaan yang holistik (Kej.2:18-25) yakni mahluk spiritual, emsional, fisikal,
intelektual dan sosial. Oleh sebab itu, secanggih apa pun teknologi ia hanya sebatas sarana bukan penngenap
kebutuhan eksistensial manusia. Artinya bahwa manusia membutuhkan Allah (mahluk spiritual), membutuhan
sentuhan perasaan yang personal (mahluk emosional), membutuhan pertemuan tatap muka atau secara
langsung yang nyata (mahluk fisik) dan perlu untuk bersosialisasi dengan orang lain (mahluk sosial).
Hubungan Iman Kristen dan Teknologi
Dari perspektif Kristen, dapat dipahami bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-
Nya dan membekali manusia dengan akal untuk mengelola dan mengembangkan alam demi kelangsungan
hidup manusia dan kemuliaan Tuhan. Tuhan membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan
mengembangkan teknologi dan, Tuhan sendiri terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang dan materi.
Hal ini dapat dijelaskan dalam kitab Kejadian mengenai kisah Air Bah, Tuhan memerintahkan Nuh untuk
membangun sebuah kapal untuk menyelamatkan dirinya, keluarganya, dan sisa ciptaan dari kehancuran Air
Bah tersebut. Kemampuan Nuh menciptakan teknologi bukan berarti Tuhan tidak campur tangan, tetapi Tuhan
terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang di kapal dan material yang Tuhan tentukan (Kej. 6:14-15).
Artinya, Allah telah membekali manusia dengan ilmu untuk menciptakan teknologi demi keselamatan
manusia, ciptaan lainnya, dan untuk kemuliaan Tuhan. Ditinjau perspektif iman Kristen Allah lah yang
memulai dari yang tidak ada menjadi ada dan memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia untuk
mengembang dari sudah ada menjadi ada untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Allah. Dalam kontek
ini bisa dipahami bhawa iman, ilmu pengetahuan dan teknologi semuanya itu bersumber dari Allah dan
manusia melaksana untuk kemulianNya.
Hubungan antara iman dan teknologi, jika dipahami dari iman Kristen, berarti bahwa Tuhan telah
membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi sesuai dengan
perkembangan zaman dan peradaban. Iman adalah “kesetiaan atau kepercayaan” dalam Ibrani 11:1 dijelaskan
bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat. Artinya, iman adalah aspek yang menyangkut hubungan vertikal yaitu Tuhan dan manusia, antara
pencipta dan ciptaan, sehingga iman menjadi dasar atau prinsip kepercayaan Kristen, yaitu kepercayaan
kepada Tuhan dan wahyu-Nya. Sains adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan
menggunakan daya pikir, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan dipelajari (dikendalikan)
secara kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. (Fardiana, 2015) Teknologi adalah cabang ilmu
yang berkaitan dengan keahlian industri atau ilmu penerapan rekayasa dalam industri (Christian
Soetopo,2017). Sains adalah pengetahuan dan telah diklarifikasi, diorganisasikan, disistematisasikan, dan
diinterpretasikan, menghasilkan kebenaran objektif, telah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara
ilmiah (Moh. Rifai, 2010). Artinya ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari akal yang diberikan
oleh Tuhan kepada manusia untuk digunakan bagi tujuan yang dikehendaki Tuhan, yaitu: mengabdi dan
memuliakan Tuhan serta memberikan kebaikan, manfaat, dan kemudahan bagi umat manusia.
Penggunaan Teknologi menurut Iman Kristen
Dalam perspektif iman Kristen terhadap perkenbangan teknologi dari zaman penciptaan hingga kini di
era disrupsi 4.0 dan akan memasuki era 5.0 merupakan suatu perkembangan yang begitu cepat. Pada Era 5.0
akan muncul kecerdasan buatan yang mana manusia akan menciptakan manusia yang segambar dan serupa
dengan manusia (robot). Manusia buatan yang di buat oleh manusia untuk mengantikan manusia dalam
melakukan aktivitas manusia namun tetap masih bawa kendali manusia. Oleh sebab itu, di era 5.0 manusia
jangan merasa bisa menciptakan manusia buata (robot) tatapi manusia harus tahu bahwa manusia hanya
mengembangkan dari yang ada untuk menjadi ada tetapi Tuhanlah yang memulai dari yang tidak ada menjadi.
Manusia hanyalah ciptaan yang menciptaan sesuatu dari yang sudah ada menjadi ada dan Tuhan adalah Sang
pencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Artinya sehebatnya apa pun manusia dalam menciptakan dan
mengembangan teknologi tetap harus sesuai dengan iman Kristen.
Perkembangan teknologi, membuat kemajuan bagi peradaban kehidupan manusia saat ini dibandingkan
sebelumnya, yang terutama bertambah dengan kemungkinan-kemungkinan ilmiah dan teknologi ini adalah
kemampuan manusia. Dalam hal ini, dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat dan serba
canggih sebagai orang percaya harus menggunakan sesuai dengan iman Kristen sehingga tidak menjadi budak
teknologi dan tidak mentuhankan teknologi serta tidak anti terhadap teknologi. Oleh karena itu, perkembangan
teknologi yang begitu pesat membawa arus perubahan pada gaya hidup setiap orang terlenbih orang percaya
sehingga tanpa di sadari teknologi akan disalah gunakan. Sebagai orang percaya harus menggunakan
teknologi sesuai dengan iman Kristen. Adapun sikap hidup sederhana di tengah perkembangan teknologi masa
kini yang perlu diterapkan untuk mengantasipasi penyalahgunaan teknologi adalah sebagai berikut:
Pertama, sebagai orang percaya harus menggunakan teknologi sesuai dengan fungsi dan kemampuan.
Dalam hal ini, perkembangan teknologi terutama di bidang telekomunikasi yang begitu pesat memunculkan
banyak inovasi-inovasi baru sehingga tercipta berbagai kecanggihan alat dalam bentuk telepon genggam,
komputer dan alat elektronik lainnya, sehingga tidak jarang menimbulkan persaingan bagi setiap orang (Evi
Tobeli). Kedua, orang oercaya harus tahu bahwa teknologi adalah alat bukan tujuan. Dalam hal ini, Teknologi
dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah hidup dan memenuhi harapan
manusia sehingga teknologi akan dijadikan dewa dan manusia tidak memerlukan Tuhan. Pandangan yang
melihat teknologi sebagai tujuan, akan menimbulkan gaya hidup hedonisme. Sikap hidup hedonisme akan
menimbulkan sikap berlebihan dalam menggunakan teknologi sehingga tidak jarang menimbulkan gaya saing
di antara setiap orang (Celia Deane Drummond,2001). Ketiga, orang percaya tidak boleh membiarkan
kemajuan-kemajuan teknologi menjadi objek yang keliru dan meninggalkan ketergantungan kepada Allah
(Kej.11:1-9). Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dirinya sendiri tidak memiliki garis-garis pedoman bagi
pelayanan kemajuan umat manusia dan pembangunan kerajaan Allah yang dihasilkan oleh kemajuan umat
manusia.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas terkait dengan penggunaan Teknologi maka dapat
disimpulkan bahwa manusia dipanggil dalam tugas teknologi untuk dapat menjadi berkat bagi manusia
(Luk.4:18-19) “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan Kabar
Baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-
orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Itu berarti teknologi bukanlah tujuan tetapi alat, manusia
tidak boleh dikuasai teknologi, tetapi manusia yang harus menguasainya agar tujuan teknologi dapat tercapai
sesuai kehendak Tuhan yaitu sebagai pengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia (1 Kor.6:12). Albert
Einstein berkata, “Religion without scienceis blind and science without religion is lame” (agama tanpa
pengetahuan adalah buta dan pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh). Iman Kristen adalah percaya
mendahului pengetahuan yang berarti “Percaya dulu pada Allah baru kita dapat mengenal Dia”karena Dia
tidak dapat dibuktikan melalui ilmu pengetahuan manusia yang terbatas. Untuk memperoleh ilmu sejati,
pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan. Orang bodoh tidak menghargai
hikmat dan tidak mau diajar (Ams. 1:7). Hiduplah takut akan Allah dengan menghormati-Nya sebagai Tuhan,
maka Dia akan menolong kita untuk mengerti akan hal-hal yang sulit dipahami. Sumber IPTEK adalah Allah.
Alkitab mengatakan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang
berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Ams. 1:5). Berdasarkan ayat ini kita bisa melihat bahwa
Allah sebenarnya menghendaki kita manusia terus mengembangkan diri, menambah ilmu, dan pengertian. Hal
ini berarti bahwa kita tidak perlu menjauhi IPTEK tetapi justru terus mengembangkannya menjadi lebih baik
lagi.