Yohanes-1-16 17
seperti Ishak. Mereka akan memperoleh tempat menetap di
tempat yang kudus di bumi (Ezr. 9:8) dan tempat tinggal di
tempat yang kudus di sorga (14:2).
3. Dia menunjukkan kepada mereka jalan kelepasan dari perbu-
dakan menuju kemerdekaan kemuliaan anak-anak Tuhan (Rm.
8:21). Keadaan orang-orang yang menjadi hamba dosa sung-
guh menyedihkan, namun syukur kepada Tuhan mereka tidak
dibiarkan tanpa penolong, tanpa harapan. Sama semua anak
memiliki hak istimewa dalam keluarga dan memiliki martabat
yang melebihi semua hamba, yakni untuk tetap tinggal dalam
rumah selamanya, demikian pula Dia yang yaitu Anak, yang
sulung dari semua saudara dan ahli waris segala sesuatu,
memiliki kuasa untuk membebaskan orang dari perbudak-
an maupun untuk mengangkatnya sebagai anak (ay. 36): Jadi
apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar
merdeka.
Perhatikanlah:
(1) Dalam Injil, Yesus Kristus menawarkan kemerdekaan ke-
pada kita. Dia memiliki wewenang dan kuasa untuk me-
merdekakan.
[1] Untuk membebaskan para tawanan. Hal ini dilakukan-
Nya melalui tindakan pembenaran, dengan membayar
lunas tuntutan yang timbul akibat kesalahan kita (yang
berdasarkannya tawaran Injil dibuat, yang bagi semua
orang merupakan tindakan ganti rugi yang bersyarat,
dan bagi semua orang percaya yang sejati, pada saat
564
mereka percaya, merupakan kontrak pengampunan
yang mutlak), dan akibat utang-utang dosa kita. sebab
kesalahan dan utang ini, menurut hukum, kita harus
ditangkap dan dihukum. Kristus, sebagai jaminan kita,
atau lebih tepatnya sebagai tanggungan kita (sebab Dia
pada mulanya tidak terikat dengan kita, namun sebab
ketidakmampuan kita untuk membayar utang, Dia
menjadi terikat untuk kita), mengadakan persetujuan
dengan pemberi piutang, memenuhi segala tuntutan ke-
adilan yang telah dirusakkan dengan membayar harga
yang melebihi apa yang sepadan, mengenakan ikatan
dan penghakiman pada tangan-Nya sendiri, lalu mele-
paskan dan membatalkan utang-utang semua orang
yang dengan iman dan pertobatan memberi-Nya (jika
saya boleh mengatakannya) sebuah jaminan balasan
untuk menjaga kehormatan-Nya, dan dengan cara dem-
ikian mereka dimerdekakan. Mereka dibebaskan serta
dilepaskan selama-lamanya dari utang-utang itu, sam-
pai ke bagian-bagiannya yang terkecil, dan secara
umum mereka dibebaskan dari segala tindakan dan
tuntutan. Sementara terhadap mereka yang menolak
untuk memenuhi semua persyaratan ini, jaminan itu
tetap berada dalam genggaman Sang Penebus, dan ma-
sih berlaku sepenuhnya.
[2] Dia berkuasa untuk menyelamatkan hamba-hamba
yang terikat, dan ini dilakukan-Nya dengan mengudus-
kan mereka. Dengan pernyataan-pernyataan Injil-Nya
yang penuh kuasa dan dengan pekerjaan-pekerjaan
Roh-Nya yang penuh kuasa, Dia menghancurkan kuasa
kejahatan di dalam jiwa, mengumpulkan kekuatan akal
budi dan kebaikan yang tercerai-berai dan mengukuh-
kan kepentingan Tuhan dalam akal budi itu untuk mela-
wan dosa dan Iblis. Dengan demikian jiwa itu dimerde-
kakan.
[3] Dia berkuasa untuk mengangkat orang-orang asing se-
bagai warga negara, dan hal ini dilakukan-Nya melalui
pengangkatan sebagai anak (adopsi). Ini merupakan
kelanjutan dari tindakan anugerah. Kita tidak hanya di-
ampuni dan disembuhkan, namun juga dipilih atau disu-
Injil Yohanes 8:31-37
565
kai. Ada kontrak untuk memberi hak istimewa dan juga
kontrak pengampunan. Dengan demikian, Anak men-
jadikan kita sebagai warga negara yang bebas di dalam
kerajaan imamat, bangsa yang kudus, Yerusalem yang
baru.
(2) Orang-orang yang dimerdekakan Kristus benar-benar mer-
deka. Kata yang digunakan di sini bukanlah alēthōs yang
digunakan untuk para murid dengan arti benar-benar (ay.
31), melainkan ontōs – sungguh-sungguh.
Kata ini menunjukkan:
[1] Kebenaran dan kepastian janji itu. Kebebasan yang di-
bangga-banggakan oleh orang-orang Yahudi hanyalah
kebebasan yang semu. Mereka membangga-banggakan
pemberian yang palsu. namun kebebasan yang diberikan
Kristus yaitu suatu hal yang pasti, yang nyata, dan
memiliki dampak-dampak yang nyata. Hamba-ham-
ba dosa menjanjikan kemerdekaan bagi diri mereka
sendiri dan mengkhayalkan diri sudah merdeka saat
mereka memutuskan ikatan-ikatan agama. Akan namun ,
sesungguhnya mereka menipu diri sendiri. Tidak ada
yang benar-benar merdeka kecuali mereka yang dimer-
dekakan oleh Kristus.
[2] Kata itu menunjukkan keunggulan dari kemerdekaan
yang dijanjikan. Kemerdekaan ini layak disebut sebagai
kemerdekaan, sebab bila dibandingkan dengan semua
bentuk kemerdekaan lainnya, maka semua kemerdeka-
an ini tidak lebih baik dibandingkan perbudakan. Sungguh
kemerdekaan itu memberikan banyak kehormatan dan
keuntungan bagi mereka yang dimerdekakan. Kemer-
dekaan itu yaitu kemerdekaan yang mulia. Kemerde-
kaan ini merupakan hal yang sungguh-sungguh demi-
kian (begitulah yang diartikan oleh kata ontōs). Kemer-
dekaan tersebut yaitu harta yang sejati (Ams. 8:21,
terjemahan KJV – pen.), sedangkan hal-hal yang berasal
dari dunia hanyalah bayangan, bukan hal-hal yang
sungguh-sungguh ada.
4. Dia menujukan perkataan berikut kepada orang-orang Yahudi
ini yang tidak percaya dan yang suka mencari gara-gara, un-
566
tuk menanggapi kesombongan mereka bahwa mereka memiliki
hubungan dengan Abraham (ay. 37): “Aku tahu, bahwa kamu
yaitu keturunan Abraham, namun kamu berusaha untuk mem-
bunuh Aku, dan sebab itu kamu telah kehilangan kehormatan
yang kamu miliki sebab hubunganmu dengan Abraham itu,
sebab firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.”
Perhatikanlah di sini:
(1) Martabat asal usul mereka diakui: “Aku tahu, bahwa kamu
yaitu keturunan Abraham, semua orang tahu itu, dan itu
yaitu kehormatanmu.” Dia mengakui apa yang benar
pada diri mereka, dan tidak menentang mereka atas per-
kataan mereka yang salah (bahwa mereka tidak pernah
menjadi hamba siapa pun), sebab Dia berusaha melakukan
apa yang bermanfaat bagi mereka dan tidak mau memanas-
manasi mereka. sebab itu Dia mengatakan apa yang akan
menyenangkan hati mereka: “Aku tahu, bahwa kamu ada-
lah keturunan Abraham.” Mereka bangga akan kenyataan
bahwa mereka yaitu keturunan Abraham, sebagai sesua-
tu yang membesarkan nama mereka, dan membuat mereka
sangat terhormat. Padahal, sebenarnya hal itu hanya mem-
perbesar kejahatan mereka dan membuat mereka sangat
berdosa. Dari mulut mereka sendiri Dia akan menghakimi
orang-orang munafik yang congkak dan suka membangga-
banggakan asal-usul dan pendidikan mereka: “Apakah
kamu keturunan Abraham? Kalau begitu mengapa kamu
tidak mengikuti jejak-jejak iman dan ketaatannya?”
(2) Ketidaksesuaian perbuatan mereka dengan martabat mere-
ka itu: namun kamu berusaha untuk membunuh Aku. Mereka
telah berusaha melakukannya beberapa kali, dan sekarang
sedang merencanakannya lagi, yang langsung bisa dilihat
(ay. 59), saat mereka mengambil batu untuk melempari
Dia. Kristus mengetahui semua kejahatan, bukan hanya
yang dilakukan manusia melainkan juga yang direncana-
kan dan diusahakan untuk mereka lakukan. Berusaha
membunuh orang yang tidak bersalah saja sudah merupa-
kan kejahatan besar, apalagi sampai mengusahakan dan
membayangkan kematian Dia yang yaitu Raja segala raja.
Injil Yohanes 8:31-37
567
Ini sungguh kejahatan yang kebiadabannya tidak bisa di-
ungkapkan dengan kata-kata lagi.
(3) Alasan mengapa terjadi ketidaksesuaian antara perbuatan
dan martabat mereka. Mengapa mereka yang yaitu ketu-
runan Abraham begitu membenci keturunan Abraham
yang dijanji-janjikan, yang di dalam Dia mereka serta se-
mua kaum di muka bumi akan mendapat berkat? Jurusela-
mat kita di sini memberi tahu mereka alasannya, “sebab
firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu,” ou chōrei en
hymin, Non capit in vobis, demikian yang tertulis dalam
Vulgata (Alkitab terjemahan bahasa Latin – pen.). “Firman-
Ku tidak bisa meresap di dalam kamu, tidak ada kecon-
dongan hatimu untuk firman-Ku itu, tidak ada hasrat ka-
lian untuk itu, hal-hal lain lebih menarik, lebih menye-
nangkan bagimu.” Atau, “Firman itu tidak mencengkeram-
mu, tidak berkuasa atasmu, tidak meninggalkan kesan-ke-
san apa pun padamu.” Sebagian ahli tafsir mengartikannya
sebagai berikut, firman-Ku tidak menembus ke dalam
dirimu. Firman itu turun seperti hujan, namun turun ke atas
mereka seperti air hujan turun ke atas batu, terus mengalir
ke bawah dan tidak meresap ke dalam hati, seperti air hu-
jan di atas tanah yang sudah dibajak. Dalam bahasa Aram,
perkataan itu berbunyi demikian, “sebab kamu tidak se-
tuju dengan firman-Ku, tidak tersentuh dengan kebenaran-
nya ataupun senang dengan kebaikannya.” Terjemahan
yang kita miliki sangatlah penting: firman-Ku tidak beroleh
tempat di dalam kamu. Mereka berusaha membunuh-Nya,
supaya dapat membungkam-Nya selama-lamanya, bukan
sebab Dia telah melukai mereka, melainkan sebab me-
reka tidak tahan terhadap kekuatan firman-Nya yang me-
merintah dan meyakinkan mereka akan kesalahan mereka.
Perhatikanlah:
[1] Firman Kristus harus beroleh tempat di dalam kita, di
tempat yang paling dalam dan paling atas, – sebagai
tempat tinggal, seperti orang yang tinggal di rumahnya,
dan bukan seperti orang asing atau pengembara. Seba-
gai tempat bekerja, firman itu harus memiliki ruang
untuk bekerja, untuk mengeluarkan dosa dari dalam
568
diri kita, dan untuk mengerjakan anugerah di dalam
diri kita. Firman itu harus memiliki tempat memerin-
tah, tempatnya harus di atas takhta, harus tinggal di
dalam kita dengan berkelimpahan.
[2] Ada banyak orang yang mengaku beragama, namun di
dalam diri mereka firman Kristus tidak beroleh tempat.
Mereka tidak mau memberinya tempat, sebab mereka
tidak menyukainya. Iblis berbuat semampunya untuk
menggantikannya, dan hal-hal lain menduduki tempat
yang seharusnya didudukinya dalam diri kita.
[3] Apabila firman Tuhan tidak beroleh tempat, maka tidak
ada kebaikan apa pun yang dapat diharapkan, sebab
ruang yang ada disediakan bagi segala kejahatan. Jika
roh najis mendapatkan hati yang kosong tanpa firman
Kristus, maka ia masuk dan berdiam di situ.
Anak-anak Abraham dan Anak-anak Iblis
(8:38-47)
38 Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga
kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” 39 Jawab
mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka:
“Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. 40 namun yang kamu kerjakan ialah
berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepa-
damu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Tuhan ; pekerjaan yang demikian
tidak dikerjakan oleh Abraham. 41 Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu
sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu,
yaitu Tuhan .” 42 Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Tuhan yaitu Bapamu,
kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Tuhan . Dan
Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang meng-
utus Aku. 43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu
tidak dapat menangkap firman-Ku. 44 Iblislah yang menjadi bapamu dan
kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia yaitu pembunuh
manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia
tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya
sendiri, sebab ia yaitu pendusta dan bapa segala dusta. 45 namun sebab
Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. 46
Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila
Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? 47
Barangsiapa berasal dari Tuhan , ia mendengarkan firman Tuhan ; itulah sebab-
nya kamu tidak mendengarkannya, sebab kamu tidak berasal dari Tuhan .”
Di sini Kristus dan orang-orang Yahudi masih berdebat mengenai
perkara mereka. Dia bertekad untuk meyakinkan dan mempertobat-
Injil Yohanes 8:38-47
569
kan mereka, sementara mereka masih juga bertekad untuk menen-
tang dan melawan-Nya.
I. Di sini Dia melacak perbedaan antara sikap-sikap-Nya dan sikap-
sikap mereka berdasarkan asal usul yang berbeda (ay. 38): Apa
yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian
juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu. Di
sini ada dua bapa yang dibicarakan, sesuai dengan dua keluarga
yang ke dalamnya anak-anak manusia terbagi – Tuhan dan Iblis,
dan tanpa perlu diperbantahkan lagi, keduanya memang berten-
tangan satu sama lain.
1. Ajaran Kristus berasal dari sorga, ajaran itu disalin dari kebi-
jaksanaan-kebijaksanaan Hikmat yang tidak terbatas dan dari
maksud-maksud yang baik dari Kasih yang kekal.
(1) Apa yang Kulihat, itulah yang Kukatakan. Pengungkapan-
pengungkapan yang telah ditunjukkan Kristus kepada kita
tentang Tuhan dan alam baka tidak didasarkan pada tebak-
tebakan atau kata orang, namun pada kesaksian mata.
Itulah sebabnya Dia benar-benar tahu akan sifat, dan yakin
akan kebenaran dari semua yang dikatakan-Nya. Dia yang
diberikan sebagai saksi bagi umat manusia yaitu saksi
mata, dan sebab itu tidak dapat dibantah.
(2) Ajaran-Ku yaitu apa yang Kulihat pada Bapa-Ku. Ajaran
Kristus bukanlah dugaan yang masuk akal, yang didukung
oleh alasan-alasan yang memungkinkan, melainkan rekan
sejajar dari kebenaran-kebenaran yang tidak dapat disang-
kal, yang tersimpan di dalam pikiran kekal. Ajaran-Nya
bukan hanya apa yang sudah didengar-Nya dari Bapa-Nya,
melainkan juga apa yang telah dilihat-Nya dengan-Nya ke-
tika permufakatan tentang damai ada di antara mereka ber-
dua. Musa mengatakan apa yang didengarnya dari Tuhan ,
namun ia tidak boleh melihat wajah Tuhan . Paulus sudah
pernah ke sorga tingkat tiga, namun apa yang dilihatnya di
sana tidak dapat, dan tidak boleh, diutarakannya, sebab
hal itu merupakan hak istimewa Kristus untuk melihat apa
yang dikatakan-Nya dan mengatakan apa yang telah dili-
hat-Nya.
570
2. Perbuatan-perbuatan mereka berasal dari neraka: “Kamu mela-
kukan apa yang kamu dengar dari bapamu. Tampak oleh
pekerjaan-pekerjaanmu sendiri, kamu melakukan apa yang di-
perbuat oleh bapamu sendiri, sebab sudah jelas kamu mirip
siapa, dan sebab itu mudah saja untuk mengetahui dari
mana asal usulmu.” Sama seperti seorang anak yang dididik
oleh bapaknya mempelajari perkataan-perkataan dan kebiasa-
an-kebiasaan bapaknya, dan tumbuh seperti dia dengan cara
meniru dan juga sebab secara alami dia mencerminkan gam-
baran bapaknya, demikian pula orang-orang Yahudi ini, per-
tentangan mereka yang keji terhadap Kristus dan Injil mem-
buat diri mereka sendiri seperti Iblis, seolah-olah mereka be-
gitu bernafsu menempatkannya di hadapan mereka sebagai
teladan mereka.
II. Dia maju dan menjawab bualan besar mereka yang sia-sia bahwa
Abraham dan Tuhan itu bapa mereka. Ia menunjukkan kesia-siaan
dan kesalahan pengakuan mereka itu.
1. Mereka menyerukan hubungan mereka dengan Abraham, dan
Dia menanggapi seruan mereka ini. Jawab mereka kepada-
Nya: “Bapa kami ialah Abraham” (ay. 39).
Dalam hal ini mereka bermaksud:
(1) Menghormati diri sendiri dan membuat mereka tampak he-
bat. Mereka sudah lupa akan aib yang ditimpakan kepada
mereka melalui pengakuan yang harus mereka nyatakan
(Ul. 26:5), bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengem-
bara. Mereka juga lupa akan dakwaan yang ditujukan
kepada nenek moyang mereka yang sudah bobrok (yang
jejaknya mereka ikuti, dan bukan jejak bapak leluhur yang
pertama), ayahmu ialah orang Amori dan ibumu orang Heti
(Yeh. 16:3). Seperti halnya biasa bagi keluarga-keluarga
yang sudah mulai kehilangan kemasyhuran untuk mem-
bangga-banggakan nenek moyang mereka, demikian pula
biasa bagi gereja-gereja yang sudah melenceng dan rusak
untuk menghargai diri sendiri berdasarkan kejayaan masa
lalu dan keunggulan para pendiri mereka. Fuimus Troes,
fuit Ilium – Kami ini dari dulu yaitu orang-orang Troy, dan
dulu pernah ada tempat yang bernama Troy.
Injil Yohanes 8:38-47
571
(2) Mereka bermaksud membangkitkan kebencian orang terha-
dap Kristus seolah-olah Dia merendahkan bapa leluhur
Abraham, saat Dia berbicara tentang bapa mereka seba-
gai seseorang yang darinya mereka mempelajari kejahatan.
Lihatlah bagaimana mereka mencari-cari kesempatan un-
tuk berselisih dengan-Nya. Sekarang Kristus mengenyah-
kan seruan mereka ini, dan memperlihatkan kesia-siaan
seruan mereka itu dengan bantahan yang langsung dan
jelas serta meyakinkan: “Anak-anak Abraham akan me-
ngerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham, namun
kamu tidak mengerjakan pekerjaan Abraham, oleh sebab
itu kamu bukanlah anak-anak Abraham.”
[1] Pernyataan andaiannya langsung dan jelas: “Jikalau se-
kiranya kamu anak-anak Abraham, yakni anak-anak
Abraham yang dapat mengaku memiliki kepentingan
dalam kovenan yang dibuat dengannya dan dengan ke-
turunannya, yang memang akan memberikan kehor-
matan kepadamu. Anak-anak Abraham yang demikian
akan mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abra-
ham, sebab yang termasuk dalam keluarga Abraham
hanyalah orang-orang yang hidup menurut jalan yang
ditunjukkan TUHAN, seperti yang diperbuat Abraham,
supaya TUHAN memenuhi apa yang dijanjikan-Nya”
(Kej. 18:19). Yang dipandang sebagai keturunan Abra-
ham hanyalah orang-orang yang diberi janji, yang meng-
ikuti jejak iman dan ketaatannya (Rm. 4:12). Walaupun
orang-orang Yahudi memiliki silsilah, dan menjaga-
nya dengan tepat, mereka tidak dapat memakai silsilah
itu untuk menarik hubungan mereka dengan Abraham,
supaya dapat mengambil keuntungan dari warisan dulu
(performam doni – sesuai dengan bentuk pemberian), ke-
cuali mereka berjalan dalam roh yang sama. Hubungan
baik antara kaum wanita dan Sara hanya dibuk-
tikan dengan ini: kamu yaitu anak-anaknya, jika kamu
berbuat baik, dan jika tidak, maka kamu bukan anak-
anaknya (1Ptr. 3:6). Perhatikanlah, orang-orang yang
ingin membuktikan bahwa mereka yaitu keturunan
Abraham bukan hanya harus memiliki iman seperti
Abraham namun juga harus mengerjakan pekerjaan yang
572
dikerjakan oleh Abraham (Yak. 2:21-22), – harus segera
datang saat Tuhan memanggil, seperti yang diperbuat
Abraham, – harus menyerahkan segala milik yang pa-
ling mereka sayangi kepada-Nya, – harus menjadi orang
asing dan pengembara di dunia ini, – harus terus beri-
badah kepada Tuhan di dalam keluarga mereka, dan
harus selalu lurus hati dalam mengikuti Tuhan , sebab
semua ini merupakan pekerjaan-pekerjaan Abraham.
[2] Anggapan yang mengikuti pernyataan andaian di atas
sama langsung dan jelasnya: namun kamu tidak menger-
jakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham, sebab
kamu berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang me-
ngatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang
Kudengar dari Tuhan ; pekerjaan yang demikian tidak di-
kerjakan oleh Abraham (ay. 40).
Pertama, Dia menunjukkan kepada mereka apa pe-
kerjaan mereka, pekerjaan mereka yang sekarang ini,
yang hendak mereka kerjakan sekarang. Mereka berusa-
ha membunuh-Nya. Dan, ada tiga hal yang di sini ditun-
jukkan sebagai sesuatu yang menambah kejahatan niat
mereka:
1. Begitu tidak wajarnya sampai mereka menginginkan
nyawa orang, seorang yang seperti mereka sendiri,
tulang dari tulang mereka dan daging dari daging
mereka, yang tidak menyakiti mereka atau mema-
nas-manasi mereka sama sekali. Kamu hendak me-
nyerbu seseorang (Mzm. 62:4).
2. Begitu tidak tahu berterima kasih sampai mereka
mengejar nyawa orang yang sudah mengatakan ke-
benaran kepada mereka, yang bukan hanya tidak
pernah menyakiti mereka melainkan juga yang telah
berbuat kebajikan terbesar yang dapat mereka te-
rima kapan pun. Orang yang bukan hanya tidak per-
nah memperdayai mereka dengan dusta, namun yang
justru telah mengajarkan kepada mereka kebenar-
an-kebenaran yang paling penting dan perlu. Apa-
kah sebab itu Dia berubah menjadi musuh mereka?
Injil Yohanes 8:38-47
573
3. Begitu fasiknya sampai mereka mengejar nyawa
orang yang telah mengatakan kepada mereka kebe-
naran yang didengar-Nya dari Tuhan , orang yang ada-
lah utusan Tuhan bagi mereka. sebab itu, usaha me-
reka untuk menentang-Nya merupakan quasi deici-
dium – tindak kejahatan melawan Tuhan . Inilah pe-
kerjaan mereka, dan mereka tetap bersikeras di da-
lamnya.
Kedua, Dia menunjukkan kepada mereka bahwa
perbuatan seperti itu bukanlah perilaku anak-anak
Abraham, sebab pekerjaan yang demikian tidak dikerja-
kan oleh Abraham.
1. “Ia tidak penah berbuat seperti ini.” Ia terkenal akan
rasa kemanusiaannya. Lihat saja penyelamatan yang
dilakukannya terhadap para tawanan. Ia terkenal
akan kesalehannya. Lihat saja ketaatannya pada
panggilan sorgawi dalam banyak contoh, yang se-
bagiannya menunjukkan kelembutan hatinya. Abra-
ham percaya kepada Tuhan , sedangkan mereka ber-
sikeras dalam ketidakpercayaan mereka. Abraham
mengikuti Tuhan , sedangkan mereka melawan-Nya.
sebab itu Abraham tidak akan mengenal mereka,
dan tidak akan mengakui mereka, sebab mereka
begitu tidak serupa dengannya (Yes. 63:16). Lihat
Yeremia 22:15-17.
2. “Abraham tidak akan berbuat seperti itu seandainya
ia hidup sekarang, atau jika Aku hidup di dunia ini
pada waktu itu.” Hoc Abraham non fecisse – Abra-
ham tidak akan melakukan ini, begitu sebagian
orang mengartikannya. Demikian juga kita harus
berusaha keluar dari jalan-jalan kejahatan dengan
bertanya kepada diri kita sendiri, apakah Abraham,
Ishak, dan Yakub akan melakukannya? Kita tidak
bisa berharap akan pernah bisa bersama-sama mere-
ka, jika kita tidak pernah seperti mereka.
[3] Kesimpulan yang dihasilkan (ay. 41): “Apa pun yang
kamu bangga-banggakan dan kamu aku-akukan, kamu
bukanlah anak-anak Abraham, melainkan anak-anak
574
dari keluarga lain (ay. 41). Ada bapa lain yang pekerja-
annya kamu kerjakan, yang dari rohnya kamu berasal,
dan yang serupa denganmu.” Dia belum berkata secara
terang-terangan bahwa yang dimaksudkan-Nya yaitu
Iblis, sampai mereka, dengan terus-menerus mencari-
cari kesalahan pada-Nya, membuat-Nya terpaksa mela-
kukan ini untuk menjelaskan diri-Nya sendiri. Ini meng-
ajar kita untuk memperlakukan orang yang jahat se-
kalipun dengan adab dan hormat, dan untuk tidak
gegabah mengatakan apa pun tentang mereka, atau ke-
pada mereka, yang meskipun benar namun terdengar
kasar. Dia menguji mereka apakah mereka mau mem-
biarkan suara hati mereka sendiri menyimpulkan dari
apa yang dikatakan-Nya bahwa mereka yaitu anak-
anak Iblis. Dan lebih baik bagi kita untuk mendengar-
nya dari suara hati kita sekarang bahwa kita dipanggil
untuk bertobat, yang artinya, untuk mengubah bapa
dan keluarga kita, dengan mengubah roh dan jalan kita,
dibandingkan mendengarnya dari Kristus nanti pada hari
penghakiman.
2. Bukannya mengakui ketidaklayakan mereka untuk berhu-
bungan dengan Abraham, mereka malah menyerukan hubung-
an mereka dengan Tuhan sendiri sebagai Bapa mereka: “Kami
tidak dilahirkan dari zinah, kami bukan anak-anak haram,
melainkan anak-anak yang sah. Bapa kami satu, yaitu Tuhan .”
(1) Sebagian orang mengartikan perkataan ini secara harfiah.
Mereka bukan anak-anak hamba wanita , seperti ketu-
runan Ismael. Mereka juga tidak dilahirkan sebagai akibat
dari hubungan sedarah, seperti orang-orang Moab dan
Amon (Ul. 23:3). Mereka pun bukan keturunan palsu da-
lam keluarga Abraham, melainkan orang Ibrani asli. Dan,
sebab dilahirkan dari ikatan perkawinan yang sah, mere-
ka boleh memanggil Tuhan Bapa, yang mendirikan tatanan
yang terhormat itu di dalam kemurnian. Sebab keturunan
yang sah, yang tidak tercemar dengan perceraian atau
banyaknya istri, disebut keturunan ilahi (Mal. 2:15).
(2) Sebagian yang lain mengartikannya secara kiasan. Mereka
mulai sadar sekarang bahwa Kristus sedang berbicara ten-
Injil Yohanes 8:38-47
575
tang bapa rohani dan bukan bapa jasmani, tentang bapa
dari agama mereka.
Dan dengan demikian:
[1] Mereka menyangkal sebagai keturunan para penyem-
bah berhala: “Kami tidak dilahirkan dari zinah, bukan
anak-anak dari para orangtua penyembah berhala, juga
tidak pernah dibesarkan dalam penyembahan-penyem-
bahan berhala.” Penyembahan berhala sering kali dika-
takan sebagai perzinahan rohani, dan para penyembah
berhala disebut anak-anak wanita sundal (Hos. 2:4;
Yes. 57:3). Nah, jika yang mereka maksudkan yaitu
bahwa mereka bukan keturunan para penyembah ber-
hala, maka pernyataan itu salah, sebab tidak ada bang-
sa lain yang lebih kecanduan dengan penyembahan ber-
hala selain bangsa Yahudi sebelum masa pembuangan.
Jika yang mereka maksudkan tidak lebih dibandingkan bah-
wa mereka sendiri bukan penyembah berhala, lantas
apa? Orang bisa saja bebas dari penyembahan berhala,
namun dia binasa sebab kejahatan lain, dan dikeluar-
kan dari kovenan dengan Abraham. Meskipun kamu
tidak melakukan penyembahan berhala (dengan meng-
artikan ini sebagai perzinahan rohani), namun jika
kamu membunuh maka kamu menjadi pelanggar kove-
nan. Anak hilang yang memberontak akan kehilangan
warisan, meskipun dia tidak dilahirkan dari zinah.
[2] Mereka membangga-banggakan diri sebagai para pe-
nyembah yang benar dari Tuhan yang benar. Kami tidak
memiliki banyak bapa, seperti yang dimiliki orang-
orang kafir, banyak “Tuhan ” dan banyak “tuhan,” namun
tanpa Tuhan , sama seperti filius populi – putera rakyat,
yang memiliki banyak bapa, namun tidak ada satu
pun yang pasti. Tidak, TUHAN Tuhan kita yaitu TUHAN
yang esa dan Bapa yang esa, dan sebab itu kami ini
baik-baik saja. Perhatikanlah, orang hanya akan me-
muji diri sendiri dan menipu diri untuk binasa, bila me-
reka mengira bahwa dengan mengaku memeluk agama
yang benar dan menyembah Tuhan yang benar maka ini
akan menyelamatkan mereka, meskipun tidak menyem-
576
bah Tuhan di dalam roh dan kebenaran, dan juga tidak
hidup sesuai dengan pengakuan mereka. Sekarang
Juruselamat kita memberikan tanggapan yang sepe-
nuhnya terhadap seruan yang keliru ini (ay. 42-43), dan
membuktikan, dengan dua alasan, bahwa mereka tidak
berhak untuk memanggil Tuhan Bapa.
Pertama, mereka tidak mengasihi Kristus: Jikalau
Tuhan yaitu Bapamu, kamu akan mengasihi Aku. Sebe-
lumnya Dia telah menyangkal hubungan mereka de-
ngan Abraham sebab mereka berencana untuk mem-
bunuh-Nya (ay. 40), dan di sini Dia menyangkal hu-
bungan mereka dengan Tuhan sebab mereka tidak
mengasihi dan mengakui Dia. Orang mungkin bisa di-
anggap sebagai anak Abraham jika dia tidak tampak
memusuhi Kristus dengan dosa yang terang-terangan,
namun dia tidak bisa membuktikan bahwa dirinya ada-
lah anak Tuhan kecuali dia yaitu teman dan pengikut
Kristus yang setia. Perhatikanlah, semua orang yang
memiliki Tuhan sebagai Bapa mereka pasti mempu-
nyai kasih yang sejati terhadap Yesus Kristus, penghar-
gaan terhadap pribadi-Nya, perasaan bersyukur atas
kasih-Nya, kepedulian yang tulus terhadap kepentingan
kerajaan-Nya, kepuasan dalam keselamatan yang diker-
jakan oleh-Nya dan dalam cara serta segala persyarat-
annya, dan perhatian untuk menjalankan perintah-
perintah-Nya, yang merupakan bukti paling meyakin-
kan akan kasih kita terhadap-Nya. Kita di dunia sini
sedang berada dalam masa percobaan, sedang diawasi
bagaimana kita bersikap terhadap Pencipta kita, dan
kita akan diperlakukan sesuai dengan kelakuan itu da-
lam masa pembalasan. Tuhan telah menggunakan berba-
gai cara untuk menguji kita, dan inilah salah satunya:
Dia mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, dengan bukti-
bukti yang cukup akan kedudukan-Nya sebagai Anak
dan akan misi-Nya, dengan memutuskan bahwa semua
orang yang memanggil-Nya Bapa akan mencium Anak-
Nya, dan akan menyambut Dia yang yaitu anak su-
lung dari semua saudara (1Yoh. 5:1). Dengan jalan ini-
lah pengangkatan kita sebagai anak (adopsi) akan
Injil Yohanes 8:38-47
577
dibuktikan atau disangkal – Apakah kita mengasihi
Kristus atau tidak? Jika orang tidak mengasihi-Nya, dia
sama sekali bukan anak Tuhan sehingga dia akan
anathema, terkutuk (1Kor. 16:22). Sekarang Jurusela-
mat kita membuktikan bahwa jika mereka yaitu anak-
anak Tuhan , mereka akan mengasihi-Nya, sebab, kata-
Nya, Aku keluar dan datang dari Tuhan .
Mereka akan mengasihi-Nya, sebab :
1. Dia yaitu Anak Tuhan : Aku keluar dari Tuhan . Exēl-
thon, ini berarti exeleusis ilahi-Nya, atau asal-usul-
Nya dari Bapa, melalui penyaluran hakikat ilahi, dan
juga penyatuan logos ilahi ke dalam sifat manusiawi-
Nya, demikian menurut Dr. Whitby. Nah, hal ini
tidak bisa tidak membuat-Nya disayangi oleh semua
orang yang dilahirkan dari Tuhan . Kristus disebut
Yang Dikasihi, sebab , sebagai yang dikasihi Bapa,
Dia pasti dikasihi oleh semua orang kudus (Ef. 1:6).
2. Dia diutus Tuhan , datang dari-Nya sebagai duta bagi
dunia umat manusia. Dia tidak datang atas nama-
Nya sendiri, seperti nabi-nabi palsu, yang tidak di-
utus ataupun disuruh bernubuat oleh Tuhan (Yer.
23:21). Amatilah penekanan yang diberikan-Nya
pada perkataan ini: Aku datang dari Tuhan . Dan Aku
datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan
Dialah yang mengutus Aku. Dia memiliki baik
mandat maupun perintah dari Tuhan . Dia datang un-
tuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak
Tuhan (11:52), untuk membawa banyak orang kepada
kemuliaan (Ibr. 2:10). Dan bukankah semua anak
Tuhan akan menyambut dengan tangan terbuka se-
orang utusan yang dikirim dari Bapa mereka untuk
melakukan tugas-tugas seperti itu? Akan namun ,
orang-orang Yahudi ini menunjukkan bahwa mereka
sama sekali tidak memiliki hubungan dengan
Tuhan , sebab mereka tidak mengasihi Yesus Kristus.
Kedua, mereka tidak memahami Dia. Ini merupakan
pertanda bahwa mereka tidak termasuk dalam keluarga
Tuhan , sebab mereka tidak mengerti bahasa dan logat
578
keluarga: kamu tidak mengerti bahasa-Ku (ay. 43), tēn
lalian tēn emēn. Bahasa Kristus bersifat ilahi dan sor-
gawi, namun cukup dapat dimengerti oleh mereka yang
mengenal suara Kristus dalam Perjanjian Lama. Orang-
orang yang telah membuat firman Pencipta akrab di teli-
nga mereka tidak perlu memiliki kunci lain untuk me-
mahami bahasa Sang Penebus. Namun, orang-orang
Yahudi ini mengartikan ajaran Kristus secara aneh, dan
menemukan tali-tali ikatan yang rumit di dalamnya,
dan saya tidak tahu batu-batu sandungan apa yang ada
di sana. Dapatkah orang Galilea dikenal melalui logat
bicaranya? Dan orang Efraim dengan siboletnya? Dan
akan yakinkah orang untuk memanggil Tuhan Bapa se-
mentara baginya Anak Tuhan yaitu orang asing, sekali-
pun Dia menyatakan kehendak Tuhan dalam firman-fir-
man dari Roh Tuhan ? Perhatikanlah, beralasanlah bila
orang yang tidak mengenal bahasa ilahi merasa takut
kalau-kalau mereka yaitu orang asing bagi sifat ilahi.
Kristus menyampaikan firman Tuhan (3:34) dalam baha-
sa Kerajaan Tuhan , namun mereka, yang mengaku ter-
masuk dalam Kerajaan itu, tidak mengerti ungkapan-
ungkapan dan ciri-cirinya. Mereka seperti orang asing,
berlaku kasar dan mencemoohnya. Dan alasan meng-
apa mereka tidak mengerti bahasa Kristus membuat
persoalannya jauh lebih buruk: Sebab kamu tidak dapat
menangkap firman-Ku, yang artinya, “Kamu tidak dapat
membujuk dirimu mendengarkannya dengan penuh
perhatian, tanpa memihak, dengan tidak berprasangka,
sebagaimana seharusnya firman itu didengarkan.” Ti-
dak dapat di sini berarti keras kepala tidak mau, seperti
orang-orang Yahudi yang tidak dapat mendengarkan
Stefanus (Kis. 7:57) atau Paulus (Kis. 23:22). Perhati-
kanlah, kebencian yang mengakar dalam hati manusia
yang sudah rusak terhadap ajaran Kristus merupakan
alasan yang sebenarnya bagi ketidaktahuan mereka
akan ajaran itu, dan bagi kesalahan-kesalahan serta ke-
keliruan-kekeliruan mereka mengenainya. Mereka tidak
menyukainya atau mencintainya, dan sebab itu mere-
ka tidak akan memahaminya. Seperti Petrus, yang ber-
Injil Yohanes 8:38-47
579
pura-pura tidak tahu apa yang dimaksud oleh seorang
hamba wanita (Mat. 26:70), padahal sebenarnya dia
tidak tahu apa yang harus dikatakan untuk menang-
gapinya. Kamu tidak dapat menangkap firman-Ku, ka-
rena kamu sudah menutup telingamu (Mzm. 58:5-6),
dan Tuhan , dalam penghakiman yang adil, telah mem-
buat telingamu berat mendengar (Yes. 6:10).
III. sesudah menyangkal hubungan mereka baik dengan Abraham
maupun dengan Tuhan , Dia kemudian memberi tahu dengan
terang-terangan anak-anak siapa mereka sebenarnya: Iblislah
yang menjadi bapamu (ay. 44). Jika mereka bukan anak-anak
Tuhan , maka mereka anak-anak Iblis, sebab Tuhan dan Iblis mem-
bagi dunia umat manusia ini menjadi dua. Oleh sebab itulah Iblis
dikatakan bekerja di antara orang-orang durhaka (Ef. 2:2). Semua
orang jahat yaitu anak-anak Iblis, anak-anak Belial (2Kor. 6:15),
keturunan ular (Kej. 3:15), anak-anak si jahat (Mat. 13:38). Mere-
ka turut berbagi dalam sifatnya, memakai citranya, mematuhi
perintah-perintahnya, dan mengikuti teladannya. Para penyem-
bah berhala berkata kepada sepotong kayu: Engkaulah bapaku
(Yer. 2:27).
Ini merupakan tuduhan yang berat, dan terdengar sangat ka-
sar dan mengerikan, bahwa anak-anak manusia, terutama anak-
anak gereja, sampai bisa disebut anak-anak Iblis, dan sebab itu
Juruselamat kita membuktikannya dengan sepenuhnya:
1. Dengan pernyataan umum: kamu ingin melakukan keinginan-
keinginan bapamu, thelete poiein.
(1) “Kamu melakukan keinginan-keinginan Iblis, keinginan-
keinginan yang dia perintahkan agar kamu memenuhinya.
Kamu memuaskan dan menyenangkannya, menyerah pada
godaannya, dan ditawan olehnya sesuka hatinya: bahkan,
kamu melakukan keinginan-keinginan yang dipenuhi sen-
diri oleh Iblis.” Dengan keinginan daging dan hawa nafsu
duniawi Iblis menggoda manusia, namun, sebab dia ada-
lah makhluk roh, dia sendiri tidak dapat memenuhinya.
Keinginan-keinginan Iblis yang khas yaitu kejahatan ro-
hani. Keinginan-keinginan akan kekuatan pikiran dan ber-
bagai penalarannya yang rusak, keangkuhan dan iri hati,
580
amarah dan kebencian, permusuhan terhadap apa yang
baik, dan menggoda orang lain untuk melakukan apa yang
jahat. Inilah keinginan-keinginan yang dipenuhi Iblis, dan
orang-orang yang dikuasai oleh semua keinginan ini me-
nyerupai Iblis, sebagaimana anak menyerupai bapanya. Se-
makin banyak permenungan, rencana, dan kepuasan seca-
ra diam-diam di dalam dosa, semakin besarlah kemiripan-
nya dengan keinginan-keinginan Iblis.
(2) Kamu mau melakukan keinginan-keinginan Iblis. Semakin
banyak kemauan akan keinginan-keinginan nafsu ini, se-
makin besarlah keterlibatan Iblis di dalamnya. Apabila
dosa diperbuat berdasarkan pilihan dan bukan secara tidak
disangka-sangka, dengan kesenangan dan bukan dengan
keengganan, apabila dosa dipertahankan dengan kepo-
ngahan yang lancang dan tekad bulat, seperti mereka yang
berkata, “Kami cinta kepada orang-orang asing, jadi kami
mau mengikuti mereka,” maka pendosa mau melakukan ke-
inginan-keinginan Iblis. “Keinginan-keinginan bapakmu se-
nang kamu lakukan,” begitu menurut Dr. Hammond. Ke-
inginan-keinginan itu disimpan di bawah lidah seperti se-
butir permen yang manis.
2. Dengan dua contoh khusus, yang di dalamnya mereka benar-
benar menyerupai Iblis – membunuh dan berdusta. Injil yaitu
musuh kehidupan, sebab Tuhan yaitu Tuhan kehidupan, dan
kehidupan yaitu kebahagiaan manusia. Dan Iblis yaitu
musuh kebenaran, sebab Tuhan yaitu Tuhan kebenaran, dan
kebenaran yaitu tali pengikat masyarakat manusia.
(1) Iblis itu yaitu pembunuh manusia sejak semula, bukan
sejak permulaannya sendiri, sebab ia diciptakan sebagai
malaikat terang, dan keadaannya yang semula yaitu mur-
ni dan baik. Namun, mulai dari permulaan pemberontak-
annya, yang terjadi segera sesudah penciptaan manusia, ia
menjadi anthrōpoktonos – homicida, pembantai manusia.
[1] Ia pembenci manusia, dan sebab itu dalam perasaan
ataupun kecenderungan, dia yaitu pembunuh manu-
sia. Dia bernama Setan, yang berasal dari kata sitnah –
kebencian. Dia merusak citra Tuhan dalam diri manusia,
iri terhadap kebahagiaan manusia, dan sungguh-sung-
Injil Yohanes 8:38-47
581
guh menginginkan kehancurannya. Dia yaitu musuh
bebuyutan bagi seluruh umat manusia.
[2] Ia yaitu penggoda manusia untuk melakukan dosa
yang membawa kematian kepada dunia, dan dengan de-
mikian ia benar-benar pembunuh seluruh umat manu-
sia, yang semuanya berasal dari Adam. Ia yaitu pem-
bunuh jiwa-jiwa, menipu mereka ke dalam dosa, dan
dengan itu membunuh mereka (Rm. 7:11), meracuni ma-
nusia dengan buah terlarang, dan, untuk memperberat
masalahnya, menjadikan manusia sebagai pembunuh
bagi dirinya sendiri. Dengan demikian, ia bukan hanya
pada permulaan melainkan juga sejak dari semula,
yang menunjukkan bahwa dia sudah menjadi demikian
sejak saat itu. Sama seperti ia memulai, demikian pula
ia terus menjadi pembunuh manusia dengan godaan-
godaannya. Penggoda yang ulung yaitu juga pem-
binasa yang ulung. Orang-orang Yahudi menyebut Iblis
sebagai malaikat kematian.
[3] Ia yaitu roda pertama yang menggerakkan pembunuh-
an pertama yang dilakukan oleh Kain, yang berasal dari
si jahat, dan yang membunuh adiknya (1Yoh. 3:12). Se-
andainya Iblis tidak begitu kuat menguasai Kain, maka
tidak mungkin Kain dapat melakukan perbuatan yang
begitu tidak wajar sampai membunuh adiknya sendiri.
Kain membunuh adiknya atas hasutan Iblis, dan Iblis
yaitu pembunuh yang sebenarnya, namun hal ini tidak
mengurangi kebersalahan Kain secara pribadi, melain-
kan menambah kebersalahan Iblis, dan kita memiliki
alasan untuk berpikir bahwa saat waktunya tiba, dia
akan menanggung siksaan yang lebih berat atas segala
kejahatan yang ke dalamnya dia telah menarik umat
manusia. Lihatlah betapa kita memiliki alasan untuk
berjaga-jaga dan bertahan melawan tipu muslihat Iblis,
untuk tidak pernah mendengarkannya (sebab ia yaitu
pembunuh, dan pasti mau membahayakan kita, sekali-
pun dia berkata-kata dengan manis). Kita juga harus
bertanya-tanya mengapa dia yang yaitu pembunuh
anak-anak manusia sampai bisa, atas persetujuan me-
reka sendiri, menjadi tuan yang begitu mereka taati.
582
Nah, dalam hal inilah orang-orang Yahudi ini yaitu
para pengikutnya, dan juga menjadi para pembunuh se-
perti dia. Mereka yaitu pembunuh jiwa-jiwa, yang me-
reka tuntun dengan buta ke dalam lobang dan mereka
jadikan anak-anak neraka. Mereka yaitu musuh-mu-
suh bebuyutan Kristus, dan sekarang akan segera men-
jadi pengkhianat dan pembunuh-Nya, untuk alasan
yang sama seperti Kain membunuh Habel. Orang-orang
Yahudi ini yaitu keturunan ular beludak itu, yang akan
meremukkan tumit keturunan wanita itu. Sekarang
kamu berusaha membunuh Aku.
(2) Ia yaitu pendusta. Dusta berlawanan dengan kebenaran
(1Yoh. 2:21), dan dengan demikian Iblis di sini digambar-
kan sebagai:
[1] Musuh kebenaran, dan sebab itu musuh Kristus.
Pertama, ia yaitu pembelot dari kebenaran. Ia tidak
hidup dalam kebenaran, tidak terus dalam kemurnian
dan kejujuran sifatnya saat dia diciptakan, namun me-
ninggalkan keadaannya yang mula-mula. saat dia me-
rosot dari kebaikan, dia meninggalkan kebenaran, se-
bab pemberontakannya didasarkan pada dusta. Para
malaikat yaitu pasukan Tuhan. Malaikat-malaikat
yang jatuh sudah berlaku tidak setia terhadap Pemim-
pin dan Penguasa mereka. Mereka tidak bisa dipercayai,
sebab mereka didakwa melakukan kebodohan dan ke-
sesatan (Ayb. 4:18). Kebenaran di sini dapat kita meng-
erti sebagai kehendak Tuhan yang terungkap mengenai
keselamatan manusia oleh Yesus Kristus, yang yaitu
kebenaran yang sedang diberitakan Kristus sekarang
dan yang ditentang oleh orang-orang Yahudi. Dalam hal
inilah mereka menyerupai Iblis, bapa mereka, yang kare-
na melihat kehormatan yang diberikan kepada sifat ma-
nusia dalam Adam yang pertama, dan sudah menduga
adanya kehormatan yang jauh lebih besar yang diniat-
kan dalam Adam yang kedua, tidak mau didamaikan
dengan keputusan kehendak Tuhan itu, atau menerima
kebenaran mengenai hal itu, namun dengan roh kesom-
bongan dan iri hati, justru bertekad melawannya, untuk
Injil Yohanes 8:38-47
583
menggagalkan rancangan-rancangan itu. Demikian pula
yang diperbuat oleh orang-orang Yahudi di sini, sebagai
anak-anak dan antek-anteknya.
Kedua, dia miskin akan kebenaran: di dalam dia
tidak ada kebenaran. Kepentingannya di dunia didu-
kung oleh dusta dan kepalsuan, dan tidak ada kebenar-
an, tidak ada yang dapat kita percayai, di dalam dia,
atau dalam apa pun yang dikatakan dan diperbuatnya.
Gagasan-gagasan yang dimasyhurkannya mengenai ke-
baikan dan kejahatan yaitu salah dan keliru. Bukti-
buktinya yaitu mujizat-mujizat palsu, dan semua go-
daannya yaitu tipuan. Ia banyak tahu akan kebenar-
an, namun tidak memiliki perasaan apa-apa terha-
dapnya. Sebaliknya, ia yaitu musuh bebuyutan bagi
kebenaran itu, dan mengenai dia dikatakan, bahwa di
dalam dia tidak ada kebenaran.
[2] Ia yaitu teman dan pelindung dusta: Apabila ia ber-
kata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri. Ada
tiga hal yang dikatakan di sini tentang Iblis, yang meru-
juk pada dosa berdusta:
Pertama, bahwa dia yaitu pendusta. Titah-titahnya
yaitu titah dusta, nabi-nabinya yaitu nabi-nabi yang
berdusta, dan citra-citra dirinya, yang dipercayai orang
saat menyembah dia, yaitu pengajar-pengajar dusta.
Ia menggoda orangtua pertama kita dengan dusta yang
sejelas-jelasnya. Semua godaannya dijalankan dengan
dusta, menyebut yang jahat baik dan yang baik jahat,
dan menjanjikan orang untuk berbuat dosa tanpa men-
dapatkan hukuman. Ia tahu bahwa semua itu dusta,
dan ia menganjurkannya dengan niat untuk menipu,
dan dengan demikian untuk membinasakan. saat se-
karang ia menentang Injil, melalui ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, dia melakukannya dengan dusta.
Dan saat sesudah itu dia merusakkan Injil itu, melalui
manusia durhaka, dia melakukannya dengan tipuan
yang dahsyat, dan dusta besar yang sangat pelik.
Kedua, bahwa apabila ia berkata dusta, ia berkata
atas kehendaknya sendiri, ek tōn idiōn. Dusta sudah
menjadi ungkapan yang biasa dalam bahasanya, ba-
584
hasanya sendiri, bukan bahasa Tuhan . Penciptanya tidak
pernah memberikan bahasa itu kepadanya. saat ma-
nusia berkata dusta, mereka meminjamnya dari Iblis,
hati mereka dikuasai Iblis, sehingga mereka berdusta
(Kis. 5:3). namun saat Iblis berkata dusta, panutannya
yaitu rancangannya sendiri, alasan-alasan untuk me-
lakukannya datang dari dirinya sendiri, yang menun-
jukkan betapa dalamnya roh-roh yang memberontak itu
sudah tenggelam ke dalam kejahatan. Sama seperti da-
lam kerusakan mereka yang pertama mereka tidak di-
goda oleh siapa pun, demikian pula keberdosaan mere-
ka merupakan kehendak mereka sendiri.
Ketiga, bahwa ia yaitu bapa dusta, autou.
1. Ia yaitu bapa segala dusta. Bukan hanya dusta-
dusta yang dianjurkannya sendiri, namun juga dusta-
dusta yang dikatakan orang lain. Ia yaitu pencipta
dan penemu segala dusta. saat manusia berkata
dusta, mereka berkata-kata dari dia, dan menjadi
juru bicaranya. Dusta-dusta itu berasal dari dia dan
menampakkan citranya.
2. Ia yaitu bapa segala pendusta, demikian perkataan
ini bisa dimengerti. Tuhan menciptakan manusia
dengan kecondongan pada kebenaran. Sudah sesuai
dengan akal budi dan terang alam, dengan tatanan
indra-indra kita dan dengan hukum-hukum masya-
rakat, bahwa kita harus mengatakan kebenaran. Te-
tapi Iblis, si pencipta dosa, roh yang bekerja di an-
tara orang-orang durhaka, telah merusakkan sifat
manusia sedemikian rupa sehingga orang fasik dika-
takan telah menyimpang sejak dari kandungan, ber-
kata-kata dusta (Mzm. 58:4). Ia telah mengajar mere-
ka untuk merayu-rayu dengan lidah mereka (Rm.
3:13). Ia yaitu bapa segala pendusta, yang melahir-
kan mereka, yang melatih mereka dalam jalan dusta,
yang diserupai dan dipatuhi mereka, dan yang
dengannya semua pendusta akan mendapat bagian
mereka untuk selama-lamanya.
Injil Yohanes 8:38-47
585
IV. Kristus, sesudah membuktikan bahwa semua pembunuh dan se-
mua pendusta yaitu anak-anak Iblis, menyerahkanya pada
suara hati para pendengarnya untuk berkata kepada diri mereka
masing-masing, “Engkaulah orang itu.” Namun dalam ayat-ayat
berikut ini Dia membantu mereka untuk menerapkannya pada
diri mereka. Dia tidak menyebut mereka pendusta, namun menun-
jukkan kepada mereka bahwa mereka bukanlah teman-teman ke-
benaran, dan dalam hal itu mereka menyerupai dia yang tidak
hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Ada dua hal yang didakwakan-Nya kepada mereka:
1. Bahwa mereka tidak mau percaya pada firman kebenaran (ay.
45), hoti tēn alētheian legō, ou pisteuete moi.
(1) Perkataan itu dapat dipandang dengan dua cara:
[1] “Meskipun Aku mengatakan kebenaran kepada kamu,
kamu tidak mau percaya kepada-Ku (hoti), bahwa Aku
berbuat demikian.” Sekalipun Dia telah memberikan
begitu banyak bukti akan amanat yang diterima-Nya
dari Tuhan dan kasih sayang-Nya terhadap anak-anak
manusia, mereka tidak mau percaya bahwa Dia menga-
takan kebenaran kepada mereka. Sekaranglah saatnya
saat kebenaran tersandung di tempat umum (Yes.
59:14-15). Kebenaran-kebenaran terbesar tidak menda-
patkan penghargaan sedikit pun dari sebagian orang,
sebab mereka memusuhi terang (Ayb. 24:13). Atau,
[2] sebab Aku mengatakan kebenaran kepada kamu (demi-
kian kita dapat mengartikannya), maka kamu tidak per-
caya kepada-Ku. Mereka tidak mau menerima-Nya
ataupun menyambut-Nya sebagai Nabi, sebab Dia me-
ngatakan kepada mereka kebenaran-kebenaran tertentu
yang tidak menyenangkan, yang tidak mau mereka de-
ngarkan, sebab Dia mengatakan kepada mereka kebe-
naran mengenai diri mereka dan keadaan mereka sen-
diri, sebab Dia menunjukkan wajah mereka di dalam
cermin yang tidak membuat mereka tersanjung. Oleh
sebab itu, mereka tidak mau percaya satu kata pun
yang diucapkan-Nya. Sungguh menyedihkan keadaan
orang-orang yang bagi mereka terang kebenaran ilahi
telah menjadi suatu siksaan.
586
(2) Sekarang, untuk menunjukkan kepada mereka betapa ti-
dak masuk akalnya ketidaksetiaan mereka, Dia merendah
dan menerapkan persoalan itu pada masalah keadilan (ay.
46). sebab Dia dan mereka sangat berlawanan, entah Dia
atau mereka yang salah. Nah, mari kita lihat jika salah
satu dari keduanya yang salah.
[1] Jika Dia salah, mengapa mereka tidak berusaha meya-
kinkan Dia? Kesalahan orang-orang yang mengaku se-
bagai nabi terungkap entah oleh kecenderungan yang
jahat dalam ajaran mereka (Ul. 13:2), atau oleh arah
yang tidak benar dalam pembicaraan mereka: Dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka. namun (kata
Kristus) siapakah di antaramu, kamu dari Mahkamah
Agama, yang menghakimi nabi-nabi, siapakah di anta-
ramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Me-
reka sudah menuduh-Nya dengan sejumlah kejahatan
yang paling buruk: kerakusan, kemabukan, penghujat-
an, pelanggaran hari Sabat, persepakatan dengan Iblis,
dan entah apa lagi. Akan namun , tuduhan-tuduhan me-
reka yaitu fitnah keji yang tidak berdasar, dan semua
orang yang mengenal-Nya tahu bahwa semua tuduhan
itu sama sekali tidak benar. sesudah mereka berbuat se-
mampu mereka dengan tipu dan muslihat, dengan
mengajukan saksi palsu dan memberikan sumpah pal-
su, untuk menuduhkan suatu kejahatan kepada-Nya,
hakim yang menghukum-Nya justru mengakui bahwa
dia tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Dosa
yang di sini ditantang-Nya untuk mereka tunjukkan
yaitu ,
Pertama, ajaran yang tidak bersesuaian. Mereka te-
lah mendengar kesaksian-Nya. Dapatkah mereka me-
nunjukkan yang mana saja dalam kesaksian itu yang
begitu ganjil atau tidak layak untuk dipercayai, perten-
tangan apa saja yang ada di dalamnya entah dengan
diri-Nya sendiri atau dengan Kitab Suci, atau penyesat-
an apa saja yang dilakukan terhadap kebenaran, atau
kelakuan-kelakukan apa saja yang jahat yang dipicu
oleh ajaran-Nya? (18:20). Atau,
Injil Yohanes 8:38-47
587
Kedua, perkataan atau tingkah laku yang tidak pan-
tas: “Siapakah di antaramu yang secara adil dapat men-
dakwa-Ku dengan apa saja, entah dalam perkataan
ataupun perbuatan, yang tidak layak dilakukan oleh
seorang nabi?” Lihatlah betapa menakjubkannya Yesus
Tuhan kita merendahkan diri-Nya, bahwa Dia tidak me-
nuntut pujian apa pun, selain meminta mereka untuk
melihat alasan-alasan yang bisa diterima yang mem-
buat-Nya layak dipercayai (Yer. 2:5, 31; Mi. 6:3).
Dari sini, hamba-hamba Tuhan dapat belajar:
1. Untuk berjalan dengan sangat berhati-hati supaya
bahkan orang-orang yang paling ketat mengawasi
mereka sekalipun tidak dapat mempersalahkan me-
reka atas dosa apa pun, supaya pelayanan mereka
jangan sampai dipersalahkan. Satu-satunya cara
agar kita jangan dipersalahkan atas dosa yaitu
jangan berbuat dosa.
2. Untuk rela membiarkan diri diselidiki. Meskipun kita
yakin bahwa dalam banyak hal kita berada di pihak
yang benar, kita harus rela membiarkan diri kita
diuji apakah kita memang tidak berada di pihak
yang salah (Ayb. 6:24).
[2] Jika mereka yang bersalah, mengapa mereka tidak mau
diyakinkan oleh-Nya? “Apabila Aku mengatakan kebe-
naran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?
Apabila kamu tidak dapat meyakinkan Aku akan suatu
kesalahan, maka kamu harus mengakui bahwa Aku me-
ngatakan kebenaran, dan kalau begitu mengapakah
kamu tidak memberi-Ku penghargaan untuk itu? Meng-
apa kamu tidak mau berhubungan dengan-Ku atas
dasar kepercayaan?” Perhatikanlah, jika saja orang mau
menyelidiki alasan ketidaksalehan mereka, dan meme-
riksa mengapa mereka tidak percaya terhadap apa yang
tidak dapat mereka sangkal, maka mereka akan men-
dapati diri sendiri di dalam keganjilan-keganjilan yang
begitu rupa sehingga mereka pasti dibuat malu sebab -
nya. Sebab nanti akan terungkap bahwa alasan meng-
apa kita tidak percaya kepada Yesus Kristus yaitu
588
sebab kita tidak mau berpisah dengan dosa-dosa kita,
tidak mau menyangkal diri, dan tidak mau melayani
Tuhan dengan setia. Bahwa kita tidak memeluk agama
Kristen sebab memang kita tidak mau memeluk agama
apa pun, dan ketidakpercayaan terhadap Penebus kita
berubah dengan sendirinya menjadi pemberontakan
yang terang-terangan terhadap Pencipta kita.
2. Hal lain yang didakwakan kepada mereka yaitu bahwa mere-
ka tidak mau mendengarkan firman Tuhan (ay. 47), yang lebih
jauh menunjukkan betapa tidak berdasarnya pengakuan me-
reka bahwa mereka memiliki hubungan dengan Tuhan .
Di sini:
(1) Suatu ajaran diletakkan: Barangsiapa berasal dari Tuhan , ia
mendengarkan firman Tuhan , yang artinya:
[1] Ia mau dan bersedia mendengarkan firman Tuhan , ia tu-
lus ingin mengetahui pikiran Tuhan , dan dengan senang
hati memeluk apa pun yang diketahui-Nya sebagai fir-
man Tuhan . Firman Tuhan memiliki kuasa atas, dan per-
setujuan dengan, semua orang yang dilahirkan dari
Tuhan , sehingga mereka pasti akan menyambutnya, se-
perti yang dilakukan si Samuel kecil, dengan berkata,
“Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
Biarlah firman Tuhan datang.
[2] Ia memahami dan mencerna firman Tuhan , ia mende-
ngarkannya dengan sedemikian rupa sehingga menge-
nali suara Tuhan di dalamnya, yang tidak bisa diperbuat
oleh manusia duniawi (1Kor. 2:14). Ia yang berasal dari
Tuhan akan segera sadar dengan pengungkapan-peng-
ungkapan yang diberikan Tuhan tentang diri-Nya sendiri,
tentang betapa dekatnya nama-Nya (Mzm. 75:2, terje-
mahan KJV – pen.), seperti orang-orang yang yaitu
bagian dari keluarga mengenali langkah tuan rumah
mereka dan ketukan pintunya, dan membukakan pintu
baginya dengan segera (Luk. 12:36), seperti domba yang
mengenali suara gembalanya dan membedakannya dari
suara orang asing (10:4-5; Kid. 2:8).
(2) Penerapan ajaran ini, untuk meyakinkan orang-orang Ya-
hudi yang tidak percaya ini bahwa mereka bersalah: itulah
Injil Yohanes 8:48-50
589
sebabnya kamu tidak mendengarkannya, yang artinya,
“Kamu tidak memperhatikan, tidak mengerti, dan tidak
mempercayai firman Tuhan . Kamu juga tidak peduli untuk
mendengarkannya, sebab kamu tidak berasal dari Tuhan .
Kamu sudah begitu tuli dan mati terhadap firman Tuhan ,
dan ini merupakan bukti yang jelas bahwa kamu tidak ber-
asal dari Tuhan .” Di dalam firman-Nya-lah Tuhan menyata-
kan diri-Nya dan hadir di tengah-tengah kita. Oleh sebab
itu, kita dipandang baik atau buruk sesuai dengan tang-
gapan hati kita terhadap firman-Nya (2Kor. 4:4; 1Yoh. 4:6).
Atau, kenyataan bahwa mereka tidak berasal dari Tuhan
merupakan alasan mengapa mereka tidak mendengarkan
firman Tuhan , yang disampaikan Kristus, dan tidak menda-
patkan manfaat darinya. Mereka tidak mengerti dan per-
caya kepada-Nya, bukan sebab apa yang dikatakan-Nya
itu memang samar-samar atau tidak memiliki bukti,
melainkan sebab para pendengar-Nya tidak berasal dari
Tuhan , tidak dilahirkan kembali. Apabila firman dari keraja-
an itu tidak menghasilkan buah, maka kesalahannya harus
ditimpakan kepada tanahnya, bukan kepada benihnya,
seperti yang tampak pada perumpamaan tentang seorang
penabur (Mat. 13:3).
Kristus Menghormati Bapa
(8:48-50)
48 Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: “Bukankah benar kalau kami kata-
kan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?” 49 Jawab Yesus:
“Aku tidak kerasukan setan, namun Aku menghormati Bapa-Ku dan kamu
tidak menghormati Aku. 50 namun Aku tidak mencari hormat bagi-Ku: ada
Satu yang mencarinya dan Dia juga yang menghakimi.”
Inilah:
I. Kebencian neraka yang terlepas dalam bahasa rendah yang di-
ucapkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada
Yesus Tuhan kita. Sebelumnya mereka mencari-cari kesalahan
dalam ajaran-Nya, dan mengatakan ucapan-ucapan yang menya-
kitkan tentangnya. namun , sesudah merasa gerah dengan keluhan-
Nya (ay. 43, 47) bahwa mereka tidak mau mendengarkan-Nya,
kini akhirnya mereka mencerca-Nya habis-habisan (ay. 48). Mere-
590
ka bukanlah rakyat biasa, namun tampaknya ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, tokoh-tokoh terkemuka. saat menyadari
bahwa mereka sungguh telah terbukti bersalah atas ketidaksetia-
an yang sudah mengeras, dengan nada menghina mereka meng-
abaikan rasa bersalah itu dan berkata: “Bukankah benar kalau
kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan
setan?”
Lihatlah di sini, lihat dan heranlah, lihat dan gemetarlah:
1. Sifat apa yang biasa dihujatkan dan dirujukkan kepada Yesus
Tuhan kita oleh orang-orang Yahudi yang jahat itu.
(1) Bahwa Dia orang Samaria, yang artinya, bahwa Dia yaitu
musuh bagi jemaat dan bangsa mereka, seseorang yang
mereka benci dan yang tidak dapat mereka tahan. Demi-
kianlah mereka membuat-Nya dibenci orang banyak, de-
ngan memberi-Nya sebuah julukan yang paling buruk dari-
pada semua julukan yang dapat diberikan, yaitu dengan
menyebut-Nya orang Samaria. Seandainya Dia orang Sama-
ria, Dia pasti layak dihukum, dengan hukuman memukuli
para pemberontak (seperti yang biasa mereka sebutkan),
sebab Dia telah masuk ke dalam Bait Tuhan . Mereka sudah
cukup sering menyebut-Nya orang Galilea – orang yang
hina. namun seolah-olah itu belum cukup juga, meskipun
julukan yang ini bertentangan dengan julukan yang lain
itu, mereka kini memanggil-Nya orang Samaria – orang
yang jahat. Orang-orang Yahudi sampai saat ini menyebut
orang-orang Kristen, dengan nada menghina, Cuthæi –
Orang-orang Samaria. Perhatikanlah, sudah banyak usaha
besar yang dilakukan sepanjang masa untuk membuat
orang-orang baik dibenci dengan menggambarkan mereka
dengan ciri-ciri yang buruk, dan sekali saja orang sudah
dicap dengan nama buruk, maka mudah saja untuk me-
nyebarkannya kepada orang banyak. Mungkin sebab ke-
sombongan dan kelaliman imam-imam dan tua-tua bangsa
Yahudi dengan tepatnya dikecam oleh Kristus, mereka lalu
menghasut bahwa Dia berencana menghancurkan jemaat
mereka, berusaha merombaknya, dan bahwa Dia sudah
berpihak kepada orang-orang Samaria.
Injil Yohanes 8:48-50
591
(2) Bahwa Dia kerasukan setan, yaitu:
[1] Bahwa Dia bersekutu dengan Iblis. sesudah mencela
ajaran-Nya sebagai ajaran yang condong kepada paham
Samaria, di sini mereka memandang mujizat-mujizat-
Nya sebagai perbuatan yang dilakukan dalam perseku-
tuan dengan Beelzebul. Atau mungkin lebih tepatnya,
[2] Bahwa Dia dirasuki setan, bahwa Dia orang yang mu-
rung hati, yang otaknya menjadi gelap, atau orang gila,
yang otaknya panas, dan bahwa apa yang dikatakan-
Nya tidak perlu dipercayai sebab tidak ada bedanya
dengan ocehan-ocehan tidak karuan dari orang yang
kacau pikirannya atau orang yang sedang mengigau.
Demikianlah pewahyuan ilahi mengenai perkara-per-
kara yang melampaui jangkauan akal budi sering kali
dicap sebagai luapan emosi semata-mata, dan nabi di-
sebut sebagai orang gila (2Raj. 9:11; Hos. 9:7). Pewah-
yuan dari sabda-sabda dan nabi-nabi kafir memang me-
rupakan suatu kegilaan, dan mereka yang mendapat
pewahyuan itu untuk sementara waktu tidak sadarkan
diri, namun pewahyuan yang benar-benar ilahi tidaklah
demikian. Hikmat Tuhan dibenarkan oleh perbuatannya,
yaitu hikmat yang sesungguhnya.
2. Bagaimana mereka berusaha membenarkan sifat yang dihujat-
kan kepada Dia ini, dan menerapkannya pada kesempatan
sekarang: Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau
demikian? Kita mungkin berpikir bahwa perkataan-perkataan-
Nya yang sungguh baik akan mengubah pendapat mereka ten-
tang Dia, dan membuat mereka menarik kembali ucapan me-
reka. Namun, justru sebaliknya, hati mereka lebih mengeras
dan prasangka-prasangka mereka semakin dikuatkan. Mereka
bangga bahwa mereka bermusuhan dengan Kristus, seolah-
olah mereka belum berbicara dengan lebih baik apabila mereka
belum mengatakan yang paling buruk yang dapat mereka ka-
takan tentang Yesus Kristus. Orang sudah mencapai puncak
kejahatan apabila mereka mengakui dengan terang-terangan
ketidaksalehan mereka, mengulangi apa yang seharusnya me-
reka tarik kembali, dan membenarkan diri sendiri dalam suatu
perbuatan yang seharusnya mereka kutuki dalam diri mereka.
592
Memang tidak baik untuk berkata dan berbuat jahat, namun
lebih buruk lagi jika orang berdiri teguh dan mempertahankan-
nya: aku berbuat baik kalau aku marah. saat dengan bera-
ninya Kristus berbicara melawan dosa-dosa para pembesar,
dan dengan begitu membuat mereka geram terhadap-Nya,
orang-orang yang hanya memperhatikan kepentingan duniawi
dan kedagingan menyimpulkan bahwa Dia lupa diri, sebab
mereka berpikir hanya orang gila sajalah yang mau kehilangan
kedudukannya dan membahayakan hidupnya demi agama dan
suara hati nuraninya.
II. Kelemahlembutan dan belas kasihan Sorga yang bersinar dalam
tanggapan Kristus terhadap fitnah yang keji ini (ay. 49-50).
1. Dia menyangkal tuduhan mereka terhadap-Nya: “Aku tidak ke-
rasukan setan.” Seperti yang dilakukan Paulus (Kis. 26:25),
“Aku tidak gila.” Tuduhan itu tidak adil, “Aku tidak diperalat
oleh Iblis ataupun bersekutu dengannya.” Dan hal ini dibukti-
kan-Nya dengan apa yang diperbuat-Nya melawan kerajaan
Iblis. Dia tidak menghiraukan sebutan mereka bahwa Dia
orang Samaria, sebab fitnah itu dengan sendirinya tidak ter-
bukti benar. Itu celaan pribadi, jadi tidak layak diperhatikan.
namun dengan berkata bahwa Dia kerasukan setan, maka itu
merendahkan amanat-Nya, dan sebab itu Dia menanggapi-
nya. Mengenai tidak ditanggapinya oleh Dia sebutan mereka
terhadap Dia sebagai seorang Samaria, Augustinus membe-
rikan tafsiran ini – bahwa Dia memang orang Samaria yang
baik yang digambarkan dalam perumpamaan itu (Luk. 10:33).
2. Dia menegaskan ketulusan segala niat-Nya: namun Aku meng-
hormati Bapa-Ku. Mereka mengatakan bahwa Dia mengambil
bagi diri-Nya sendiri kehormatan-kehormatan yang tidak layak
didapatkan-Nya, dan merampas kehormatan yang hanya layak
dimiliki Tuhan , yang keduanya disangkal-Nya di sini, dengan
berkata bahwa pekerjaan-Nya yaitu memuliakan Bapa-Nya,
dan hanya Dia. Itu juga membuktikan bahwa Dia tidak kera-
sukan setan, sebab , jika Dia kerasukan, Dia tidak akan me-
muliakan Tuhan . Perhatikanlah, orang yang benar-benar dapat
menunjukkan bahwa mereka senantiasa berusaha memulia-
kan Tuhan sudah cukup mempersenjatai diri mereka melawan
berbagai celaan dan teguran dari manusia.
Injil Yohanes 8:48-50
593
3. Dia mengeluhkan kejahatan yang mereka perbuat terhadap-
Nya dengan fitnah-fitnah mereka: kamu tidak menghormati
Aku. Dengan ini tampak bahwa, sebagai manusia, Dia cepat
merasakan aib dan penghinaan yang diberikan kepada-Nya.
Celaan yaitu pedang dalam tulang-Nya, namun Dia tetap me-
laluinya demi keselamatan kita. yaitu kehendak Tuhan su-
paya semua orang menghormati Anak, namun ada banyak di
antara mereka yang tidak menghormati-Nya. Begitulah perten-
tangan yang ada dalam pikiran duniawi melawan kehendak
Tuhan . Kristus menghormati Bapa-Nya seperti yang tidak per-
nah diperbuat oleh seorang manusia pun, namun Dia sendiri
tidak dihormati seperti yang tidak pernah diperbuat terhadap
seorang manusia pun. Sebab, meskipun Tuhan telah berjanji
bahwa orang-orang yang menghormati-Nya akan dihormati-
Nya, Dia tidak pernah menjanjikan bahwa manusia akan
menghormati mereka.
4. Dengan berkata tentang diri-Nya sendiri, Dia membersihkan
diri-Nya dari segala tuduhan bahwa Dia mencari kemuliaan
duniawi yang sia-sia bagi diri-Nya (ay. 50).
Perhatikanlah di sini:
(1) Kejijikan-Nya terhadap kehormatan duniawi: Aku tidak
mencari hormat bagi-Ku. Dia tidak berusaha mendapatkan
kehormatan ini dalam apa yang dikatakan-Nya tentang
diri-Nya sendiri atau dalam melawan para penganiaya-Nya.
Dia tidak menghendaki pujian manusia, atau berhasrat
mendapatkan kedudukan di dunia ini. Sebaliknya, dengan
gigih Ia justru menepiskan keduanya. Dia tidak mencari
hormat bagi diri-Nya sendiri yang terpisah dari kehormatan
Bapa-Nya, juga tidak memiliki kepentingan tersendiri
yang berbeda dari kepentingan Bapa-Nya. Bagi manusia,
mencari hormat bagi dirinya sendiri memang bukanlah ke-
hormatan yang sesungguhnya (Ams. 25:27, terjemahan KJV
– pen.), melainkan lebih merupakan aib bagi mereka jika
mereka begitu terang-terangan melakukannya. Inilah yang
menjadi alasan mengapa di sini Kristus menganggap ringan
saja celaan mereka itu: “Kamu tidak menghormati Aku,
namun itu tidak dapat mengganggu Aku, tidak akan mem-
buat-Ku gelisah, sebab Aku tidak mencari hormat bagi-Ku.”
594
Perhatikanlah, orang yang mati terhadap pujian manusia
dapat dengan aman menanggung hinaan dari mereka.
(2) Penghiburan-Nya di dalam penghinaan duniawi: ada Satu
yang mencarinya dan Dia juga yang menghakimi. Dalam
dua hal Kristus menunjukkan bahwa Dia tidak mencari hor-
mat bagi-Nya, dan di sini Dia memberi tahu kita apa itu
kedua hal yang membuat-Nya merasa puas itu.
[1] Dia tidak berusaha mendapatkan hormat dari manusia,
namun justru mengabaikannya, dan merujuk pada hal
ini Dia berkata, “Ada Satu yang mencarinya, yang akan
menjamin dan memajukan kepentingan-Ku sehingga
Aku dihargai dan disayangi oleh orang banyak, semen-
tara Aku sendiri tidak peduli akan hal itu.” Perhatikan-
lah, Tuhan akan mencari kehormatan bagi mereka yang
tidak mencari kehormatan mereka sendiri, sebab keren-
dahan hati mendahului kehormatan.
[2] Dia tidak membalas penghinaan-penghinaan manusia.
Sebaliknya, Dia tidak menghiraukannya, dan merujuk
pada hal ini Dia berkata, “Ada Satu yang menghakimi,
yang akan membenarkan kehormatan-Ku, dan dengan
keras akan membalas mereka yang menginjak-injak-
nya.” Mungkin di sini Dia merujuk pada penghakiman-
penghakiman yang akan menimpa bangsa Yahudi oleh
sebab segala penghinaan yang mereka berikan kepada
Tuhan Yesus (Mzm. 37:13-15). Aku tidak mendengar,
sebab Engkau yang akan mendengarnya. Jika kita ber-
usaha menghakimi sendiri, apa pun kerusakan yang
kita derita, maka kita sudah mendapatkan imbalannya
dengan tangan kita sendiri. namun jika kita, seperti yang
seharusnya, menjadi pendakwa yang rendah hati dan
penunggu yang sabar, maka kita akan mendapati dan
merasa terhibur olehnya, bahwa ada Satu yang meng-
hakimi.
Yesus Sudah Ada Sebelum Abraham
(8:51-59)
51 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku,
ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” 52 Kata orang-orang
Injil Yohanes 8:51-59
595
Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan.
Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau
berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut
sampai selama-lamanya. 53 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita
Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah
Engkau samakan diri-Mu?” 54 Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-
Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-
Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia yaitu Tuhan
kami, 55 padahal kamu tidak mengenal Dia, namun Aku mengenal Dia. Dan
jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku yaitu pendusta, sama
seperti kamu, namun Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. 56
Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah
melihatnya dan ia bersukacita.” 57 Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-
Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat
Abraham?” 58 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesung-
guhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” 59 Lalu mereka mengambil
batu untuk melempari Dia; namun Yesus menghilang dan meninggalkan Bait
Tuhan .
Dalam ayat-ayat ini diceritakan mengenai:
I. Ajaran tentang kekekalan orang-orang percaya dipaparkan (ay.
51). Ajaran ini diperkenalkan dengan pendahuluan yang khidmat
seperti biasanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, yang me-
nuntut baik itu perhatian maupun persetujuan, dan inilah yang
dikatakan-Nya, barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan
mengalami maut sampai selama-lamanya.
Di sini kita mendapati:
1. Ciri-ciri orang percaya: ia yaitu orang yang menuruti firman
Tuhan Yesus, ton logon ton emon – firman-Ku, firman-Ku yang
telah Kusampaikan kepadamu. Firman ini bukan hanya harus
kita terima melainkan juga harus kita turuti, bukan hanya ha-
rus dimiliki melainkan juga harus dipegang. Kita harus men-
jaganya dalam pikiran dan ingatan, menjaganya dalam kasih
dan sayang, menjaganya sehingga kita tidak melanggarnya
atau menentangnya, menjaganya dengan tidak bercacat (1Tim.
6:14), menjaganya sebagai suatu kepercayaan yang diikatkan
kepada kita, menjaganya sebagai jalan kita, dan menjaganya
sebagai peraturan hidup kita.
2. Hak istimewa orang percaya: ia pasti tidak akan mengalami
maut sampai selama-lamanya, begitu yang dikatakan dalam
bahasa aslinya. Ini bukan berarti bahwa tubuh jasmani orang-
orang percaya itu seolah-olah aman dari hantaman maut.
Tidak, bahkan anak-anak Yang Mahatinggi harus mati seperti
manusia, dan para pengikut Kristus sudah sering kali meng-
596
alami bahaya kematian, lebih dibandingkan orang-orang lain. Me-
reka ada dalam bahaya maut sepanjang hari. Jadi, bagaimana
bisa janji ini bisa terpenuhi, bahwa mereka tidak akan meng-
alami kematian?
Jawabannya:
(1) Sifat kematian diubah sedemikian rupa bagi mereka se-
hingga mereka tidak melihatnya sebagai kematian, mereka
tidak melihat kengerian maut, kengerian itu akan disingkir-
kan dari mereka sama sekali. Penglihatan mereka tidak
berujung pada kematian, seperti penglihatan orang-orang
yang hidup menurut indra jasmani. Tidak, mereka melihat
menembus kematian, melampauinya, dengan begitu jelas
dan begitu tenang, sampai mereka menjadi begitu terbawa-
bawa oleh keadaan yang menunggu mereka di seberang
kematian dan tidak memandangnya sama sekali.
(2) Kuasa maut dihancurkan dengan begitu rupa sehingga
meskipun tidak ada jalan keluarnya dan mereka harus me-
lihat maut, namun mereka tetap tidak akan melihat maut
sampai selama-lamanya, tidak akan selalu terkekang di
dalamnya, dan akan datang harinya saat maut akan dite-
lan dalam kemenangan.
(3) Mereka dengan sempurna dibebaskan dari kematian kekal,
tidak akan merasakan sakitnya kematian kedua. Itulah ke-
matian yang terutama dimaksudkan di sini, kematian yang
selama-lamanya, yang berlawanan dengan kehidupan ke-
kal. Kematian ini tidak akan pernah mereka lihat, sebab
mereka tidak akan pernah menjalani penghukuman. Mereka
akan mendapatkan bagian mereka yang kekal, di mana
tidak akan ada lagi kematian, di mana mereka tidak dapat
mati lagi (Luk. 20:36). Walaupun sekarang mereka mau
tidak mau harus melihat kematian, dan merasakannya
juga, tidak lama lagi mereka akan berada di tempat di
mana kematian tidak akan dilihat lagi untuk selama-lama-
nya (Kel. 14:13).
II. Orang-orang Yahudi mencari-cari kesalahan dalam ajaran ini. Bu-
kannya memegang janji kekekalan yang berharga ini, yang secara
alami sangat didamba-dambakan oleh manusia (coba katakan
Injil Yohanes 8:51-59
597
siapa yang tidak mencintai kehidupan dan tidak ngeri melihat
kematian?), mereka malah memanfaatkan kesempatan ini untuk
mencela Dia yang sudah memberikan tawaran yang begitu baik
ini kepada mereka: Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasuk-
an setan. Abraham telah mati.
Perhatikanlah di sini:
1. Cemoohan mereka: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kera-
sukan setan, bahwa Engkau orang gila. Engkau mengoceh dan
mengatakan apa yang tidak Kauketahui.” Lihatlah bagaimana
babi-babi ini menginjak-injak mutiara yang berharga dalam
janji-janji Injil. Kalau sekarang akhirnya mereka memiliki
bukti untuk mengatakan Dia gila, mengapa mereka berkata
(ay. 48), sebelum mereka memiliki bukti itu, “Engkau