Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 19. Tampilkan semua postingan
Home » Posts filed under Yohanes-1-16 19
Senin, 10 Februari 2025
buta sejak lahir ini pastilah menjadi buah bibir orang di seluruh kota,
dan banyak orang memperbincangkannya seperti mereka menggun-
jingkan desas-desus lainnya, yaitu hanya kira-kira sembilan hari
lamanya saja mereka terheran-heran mengenai hal itu. Namun di
sini, kita diberi tahu mengenai apa yang dikatakan para tetangga ter-
sebut sebagai peneguhan atas apa yang telah terjadi. Dengan demi-
kian, apa yang sebelumnya tidak dipercaya tanpa ditelaah dengan
teliti terlebih dahulu dapat diakui tanpa diragukan lagi. Ada dua hal
yang diperdebatkan mengenai hal tersebut, yaitu:
I. Apakah orang itu yaitu orang yang sama, yang sebelumnya buta
(ay. 8).
634
1. Para tetangga yang tinggal di sekitar tempat orang buta itu la-
hir dan dibesarkan, dan tahu betul bahwa dulu dia buta, pas-
tilah sangat terpana saat melihat bahwa penglihatannya kini
telah menjadi sempurna secara tiba-tiba, dan mereka berkata,
Bukankah dia ini, yang selalu mengemis? Kelihatannya, orang
buta ini yaitu seorang pengemis biasa yang tidak bisa beker-
ja menafkahi dirinya sendiri, sehingga kepadanya tidak diber-
lakukan kewajiban hukum yang menyebutkan, jika seorang
tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Saat dia tidak bisa
berkeliling, dia pun duduk. Jika kita tidak bisa bekerja bagi
Tuhan , kita harus duduk diam bagi Dia. Saat orang buta itu
tidak bisa bekerja dan orangtuanya tidak bisa menyokong dia,
dia pun mengemis. Perhatikan, orang-orang yang tidak mampu
menafkahi diri mereka tidak boleh malu untuk mengemis se-
perti bendahara yang tidak jujur itu. Biarlah tak ada seorang
pun malu akan apa saja selain dosa. Memang ada sebagian
pengemis yang meminta-minta sedekah harus diperlakukan
secara berbeda. Namun, kita tidak boleh membiarkan para
lebah betina mati kelaparan sebab dirongrong lebah jantan
dan tawon yang ada di sekeliling mereka.
Mengenai orang buta ini:
(1) Ia memang sudah ditakdirkan Tuhan menjadi seorang pe-
ngemis biasa yang dikenal orang, supaya dengan demikian
kebenaran mujizat itu menjadi lebih terbukti dan ada lebih
banyak orang yang bisa bersaksi melawan orang-orang Ya-
hudi yang bebal itu, yang mau percaya bahwa orang itu
dulu buta. Kesaksian seperti ini tidak akan terjadi bila si
pengemis ini hanya tinggal di rumah ayahnya saja.
(2) Peristiwa itu merupakan contoh kerendahan hati Kristus
yang lebih besar lagi. Tampaknya (kalau boleh saya bilang
begitu) Ia lebih bersedia bersusah payah menyembuhkan
seorang pengemis dibandingkan melakukan hal yang sama ter-
hadap orang lain. Saat mujizat-Nya dimaksudkan untuk
dilaksanakan pada orang-orang yang terkenal, Ia memilih
mereka yang dikenal sebab kemiskinan dan kesengsaraan
mereka, dan bukannya sebab status tinggi mereka.
2. Sebagai jawaban untuk pertanyaan mengenai orang buta itu:
Injil Yohanes 9:8-12
635
(1) Ada yang berkata, “Benar, dialah ini, orang yang sama,”
dan mereka yang berkata demikian itu yaitu saksi kebe-
naran mujizat tersebut, sebab mereka telah lama menge-
nalnya sebagai orang yang benar-benar buta.
(2) Orang-orang lainnya, yang berpikir mustahil seorang yang
buta sejak lahir tiba-tiba saja dapat melihat, melulu sebab
alasan tersebut, berkata, Bukan, namun ia serupa dengan
dia. Jadi, pengakuan mereka itu memberi kesaksian bahwa
jika benar dia orang yang sama, alangkah besarnya mujizat
yang telah dilakukan terhadapnya.
Dengan demikian kita bisa merenungkan:
[1] Tentang hikmat dan kuasa ilahi dalam mengatur jenis
rupa pria dan wanita yang terjadi di mana-mana di du-
nia ini, sehingga tidak ada dua orang pun yang ber-
muka sama supaya masing-masing dapat dibedakan,
dan hal itu amatlah penting bagi masyarakat, sosial,
dan juga penerapan keadilan. Juga,
[2] Tentang perubahan luar biasa yang dapat dibuat oleh
anugerah Tuhan atas diri beberapa orang yang sebelum-
nya sangat keji dan jahat, yang diubahkan sedemikian
menyeluruh dan berbedanya sampai-sampai tak se-
orang pun akan mengenal mereka sebagai orang yang
sama.
3. Perbedaan pendapat itu sendiri segera dilerai oleh orang yang
telah disembuhkan itu. Orang itu sendiri berkata, “Benar, aku-
lah itu, orang yang sama yang biasanya duduk dan mengemis.
Akulah dia yang tadinya buta, dan biasa diberi sedekah, namun
kini aku dapat melihat dan menjadi bukti belas kasihan dan
anugerah Tuhan .” Kita tidak mendapati para tetangga menanya-
kan hal ini langsung kepadanya, namun dia sendiri saat men-
dengar perdebatan itu, ikut menengahi dan mengakhiri perde-
batan itu. Kita berutang keadilan bagi tetangga kita, untuk
memperbaiki kesalahan mereka dan menjelaskan duduk per-
kara yang sebenarnya di depan mereka sejauh yang kita mam-
pu, dalam terang kebenaran. Bila kita menerapkannya dalam
kerohanian, hal itu mengajari kita bahwa mereka yang telah
diselamatkan dan diterangi oleh anugerah Tuhan harus selalu
siap sedia untuk mengakui keadaan mereka sebelumnya, se-
636
belum perubahan yang memuliakan Tuhan itu terjadi (1Tim.
1:13-14).
II. Bagaimana matanya menjadi melek (ay. 10-12). Kini mereka akan
menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat
itu, dan terus mencari tahu mengenai hal itu. Saat Kristus mem-
beri sedekah, Ia tidak meniup sangkakala untuk memberitakan
hal itu. Dia juga tidak naik ke atas panggung untuk memperton-
tonkan penyembuhan yang dilakukan-Nya. Akan namun , tetap
saja, laksana kota yang terletak di atas gunung, peristiwa itu tidak
mungkin tersembunyi. Ada dua hal yang dipertanyakan para te-
tangga itu:
1. Cara penyembuhan tersebut: Bagaimana matamu menjadi me-
lek? Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, sehingga layak di-
selidiki (Mzm. 111:2). Baik sekali untuk menyelidiki jalan dan
cara segala pekerjaan Tuhan , dan semuanya itu pasti akan
kelihatan semakin indah. Kita dapat menerapkannya dalam
hal kerohanian. Memang ajaib bila mata yang buta menjadi
celik, namun lebih ajaib lagi jika kita memikirkan bagaimana
caranya hal itu bisa terjadi. Betapa lemahnya alat yang dipakai
untuk melakukan itu, dan betapa kuatnya perlawanan yang
harus ditaklukkan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
orang malang ini menerangkan semuanya dengan gamblang,
“Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, lalu aku pun
dapat melihat” (ay. 11). Perhatikan, orang yang telah meng-
alami contoh istimewa dari kuasa dan kebaikan Tuhan , dalam
perkara duniawi maupun perkara rohani, harus selalu siap
pada segala kesempatan untuk menyaksikan pengalamannya
itu, supaya dengan demikian Tuhan dimuliakan dan orang lain
dapat diajari dan dikuatkan. Lihatlah kumpulan pengalaman
Daud dan juga pengalaman orang-orang lainnya (Mzm. 34:4-
6). Ini merupakan hutang yang harus kita lunasi kepada Dia
yang telah memberi kita karunia, dan juga kepada saudara-
saudara kita. Segala kebaikan yang diperbuat Tuhan terhadap
kita akan hilang bila kita melupakannya dan tidak menyaksi-
kannya lebih lanjut kepada orang lain.
2. Orang yang melakukan penyembuhan itu (ay. 12): Di manakah
Dia? Beberapa mungkin menanyakan itu hanya sebab rasa
ingin tahu mereka. “Di manakah Dia, supaya kami juga dapat
Injil Yohanes 9:8-12
637
melihat-Nya?” Orang yang dapat mendatangkan kesembuhan
seperti itu bisa menjadi tontonan menarik, dan orang bersedia
pergi jauh-jauh hanya untuk melihatnya. Yang lainnya, mung-
kin, bertanya demikian dengan maksud jahat. “Di manakah
Dia, supaya kami bisa menangkap-Nya?” Memang ada seruan
untuk menemukan dan menangkap Dia (11:57), dan khalayak
ramai yang biasanya tidak punya pikiran panjang, sekalipun
ada alasan dan sebab yang benar, pasti langsung saja berpi-
kiran yang tidak-tidak mengenai orang yang namanya dijelek-
jelekkan itu. namun , beberapa di antara mereka, semoga saja,
bertanya begitu dengan maksud baik. “Di manakah Dia, su-
paya kami dapat berkenalan dengan-Nya? Di manakah Dia,
supaya kami bisa datang kepada-Nya dan ikut menikmati ke-
baikan yang selalu bagi-bagikan-Nya dengan cuma-cuma itu?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, orang itu hanya dapat
menjawab, Aku tidak tahu. Kelihatannya, segera sesudah Kris-
tus menyuruhnya pergi ke kolam Siloam, Ia cepat-cepat me-
nyingkir (seperti yang Ia lakukan di pasal 5:13), dan tidak ber-
lama-lama menunggu sampai orang itu kembali, seolah-olah
Dia meragukan hasilnya atau menunggu pernyataan terima
kasih dari orang itu. Orang-orang yang rendah hati lebih se-
nang melakukan kebaikan dibandingkan mendengar kebaikan yang
dilakukannya itu diperbincangkan. Nanti juga akan ada saat-
nya hal itu diperdengarkan lagi saat hari kebangkitan orang
benar tiba. Orang ini belum pernah melihat Yesus, sebab saat
matanya melek, tabib-Nya itu sudah menghilang, dan mung-
kin saja ia sendiri bertanya, di manakah Dia? Tak satu pun
dari semua benda baru dan mengherankan yang kini bisa ia
lihat akan menyenangkan hatinya lebih dari bila ia bisa meli-
hat Yesus sekali saja, namun hingga saat itu, yang ia tahu
tentang Kristus hanyalah bagaimana Ia dipanggil, dan panggil-
an itu memang benar, yaitu Yesus, Sang Juruselamat. Jadi,
dalam pekerjaan anugerah yang terjadi dalam sebuah jiwa,
kita bisa melihat perubahannya, namun tidak bisa melihat ta-
ngan yang memicu nya. Sebab, cara Roh bekerja yaitu
seperti angin, yang dapat kau dengar bunyinya, namun engkau
tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi.
638
Orang-orang Farisi Menggerutu:
Teguran terhadap Gerutuan Mereka Itu
(9:13-34)
13 Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang
Farisi.14 Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata
orang itu, yaitu hari Sabat.15 sebab itu orang-orang Farisi pun bertanya
kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: “Ia mengoleskan
adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku
dapat melihat.” 16 Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: “Orang ini tidak
datang dari Tuhan , sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula ber-
kata: “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demi-
kian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. 17 Lalu kata mereka
pula kepada orang buta itu: “Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, kare-
na Ia telah memelekkan matamu?” Jawabnya: “Ia yaitu seorang nabi.”18
namun orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru
dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya 19 dan bertanya
kepada mereka: “Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta?
Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” 20 Jawab orang tua
itu: “Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta,
21 namun bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa
yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya
sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” 22
Orang tuanya berkata demikian, sebab mereka takut kepada orang-orang
Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang
mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. 23 Itulah sebabnya maka
orang tuanya berkata: “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” 24
Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata
kepadanya: “Katakanlah kebenaran di hadapan Tuhan ; kami tahu bahwa
orang itu orang berdosa.” 25 Jawabnya: “Apakah orang itu orang berdosa, aku
tidak tahu; namun satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sek-
arang dapat melihat.” 26 Kata mereka kepadanya: “Apakah yang diperbuat-
Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?” 27 Jawabnya: “Telah ku-
katakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hen-
dak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?”
28 Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: “Engkau murid orang itu
namun kami murid-murid Musa. 29 Kami tahu, bahwa Tuhan telah berfirman
kepada Musa, namun tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang.” 30
Jawab orang itu kepada mereka: “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari
mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. 31 Kita tahu, bah-
wa Tuhan tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang
yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. 32 Dari dahulu sampai seka-
rang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang
yang lahir buta. 33 Jikalau orang itu tidak datang dari Tuhan , Ia tidak dapat
berbuat apa-apa.” 34 Jawab mereka: “Engkau ini lahir sama sekali dalam
dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar.
Orang pasti mengharapkan, mujizat hebat yang telah Kristus perbuat
ini pastilah kini akan mengangkat nama-Nya dan membungkam serta
mempermalukan semua yang menentang-Nya. Namun, yang terjadi
malah sebaliknya. Bukannya mengakui-Nya sebagai nabi sebab mu-
Injil Yohanes 9:13-34
639
jizat tersebut, mereka malah terus menganiaya-Nya seperti seorang
penjahat.
I. Inilah berita yang dikabarkan kepada kaum Farisi mengenai per-
kara itu: mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada
orang-orang Farisi (ay. 13). Mereka membawanya ke hadapan
Mahkamah Agama yang anggotanya kebanyakan terdiri dari kaum
Farisi, setidaknya, orang-orang Farisi dalam Mahkamah Agama
itulah yang paling giat menentang Kristus.
1. Beberapa orang berpendapat bahwa orang-orang yang mem-
bawanya kepada kaum Farisi melakukan hal itu dengan niat
baik, yaitu untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Yesus
yang mereka aniaya itu tidaklah seperti yang mereka kira,
namun Ia yaitu seorang yang agung dan telah banyak mem-
buktikan diri-Nya membawa tugas perutusan ilahi. Apa yang
telah membuat kita yakin mengenai kebenaran dan keagungan
agama, yang telah menghapuskan segala kecurigaan kita ter-
hadap agama itu, haruslah kita sebarkan lagi kepada orang
lain setiap kali kita mendapat kesempatan untuk itu, supaya
mereka juga diyakinkan.
2. namun kelihatannya, mereka justru melakukan hal tersebut
dengan niat buruk, yaitu untuk menghasut orang-orang Farisi
supaya lebih giat lagi menentang Kristus, dan hal ini sebe-
tulnya tidak perlu dilakukan, sebab mereka sendiri memang
sudah begitu sakit hati terhadap Dia. Mereka membawanya
dengan sebuah pemikiran seperti yang ada di pasal 11:47-
48, Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya
kepada-Nya. Perhatikan, para penguasa yang berjiwa bejat
tidak akan kekurangan hasutan di sekeliling mereka yang bisa
mengipasi bara api dan menjadikan mereka semakin jahat
lagi.
II. Alasan yang mendasari berita itu, dan bagaimana hal tersebut di-
samarkan. Sesuatu yang baik tidak pernah dibenci kecuali jika
sesuatu yang jahat dituduhkan kepadanya. Kejahatan yang diper-
soalkan di sini (ay. 14) yaitu sebab Yesus mengaduk tanah dan
memelekkan mata orang itu pada hari Sabat. Tidak menghormati
hari Sabat memang merupakan suatu perbuatan yang jahat dan
menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki perangai yang
640
baik, namun tradisi orang Yahudi telah menjadikan sesuatu yang
sama sekali bukan kejahatan sebagai pelanggaran terhadap hu-
kum hari Sabat. Sering kali hal ini menjadi pertentangan yang se-
ngit antara Kristus dan orang-orang Yahudi, supaya hal tersebut
dapat diselesaikan demi kebaikan gereja di sepanjang masa. Te-
tapi memang patut dipertanyakan, “Mengapa Kristus tidak saja
mengerjakan mujizat pada hari Sabat, namun juga melakukannya
dengan cara yang Ia tahu akan menyinggung orang-orang Yahudi?
Saat Ia menyembuhkan orang yang lumpuh itu, mengapa Ia me-
nyuruhnya untuk mengangkat tilamnya? Apakah Ia tidak mampu
menyembuhkan orang buta ini tanpa mengaduk tanah terlebih
dahulu?”
Inilah jawaban saya:
1. Dia tidak mau terlihat tunduk pada wewenang yang telah dise-
lewengkan oleh para ahli Taurat dan kaum Farisi. Kekuasaan
mereka itu tidak sah, kewajiban yang mereka perintahkan un-
tuk dilakukan itu sembarangan saja sifatnya, dan kecintaan
mereka terhadap tata upacara ibadah justru telah memudar-
kan inti dari ibadah itu sendiri. sebab itulah Kristus pun
tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, bahkan sesaat
saja pun. Kristus berada di bawah hukum Tuhan , dan bukan di
bawah hukum mereka.
2. Dia melakukan semua itu supaya melalui perkataan dan per-
buatan-Nya, Ia dapat menerangkan hukum dari perintah ke-
empat dan membersihkannya dari pengertian mereka yang su-
dah tercemar itu. Dengan demikian, Ia mengajarkan kepada
kita bahwa hari Sabat/Minggu harus diperhatikan dalam gere-
ja secara terus-menerus, satu hari dalam seminggu (sebab un-
tuk apa menjelaskan hukum itu kalau hal itu justru akan
dibatalkan?), dan bukan hanya diagung-agungkan secara la-
hiriah saja melalui berbagai upacara agama seperti yang diper-
buat orang-orang Yahudi itu. Pekerjaan sangat diperlukan un-
tuk dilakukan, untuk menyatakan belas kasihan, diizinkan
untuk dilakukan pada hari itu. Istirahat Sabat juga harus dila-
kukan pada hari itu, namun tidak boleh dipentingkan sedemi-
kian rupa sampai melalaikan pekerjaan Sabat.
3. Kristus memilih untuk melakukan penyembuhan di hari Sabat
untuk memuliakan dan menguduskan hari itu, dan untuk me-
Injil Yohanes 9:13-34
641
negaskan bahwa kesembuhan rohani harus dilakukan teruta-
ma pada hari Sabat orang Kristen. Betapa banyak mata buta
yang telah dicelikkan oleh pemberitaan Injil, yaitu pelumas
mata yang kudus itu, pada hari Tuhan tersebut! Betapa ba-
nyaknya jiwa-jiwa lumpuh yang telah disembuhkan pada hari
itu!
III. Penyelidikan dan pemeriksaan pengadilan terhadap perkara itu
oleh orang-orang Farisi (ay. 15). Di sini tampak sekali banyak naf-
su, prasangka, dan pikiran jahat, namun hanya sedikit akal sehat,
sehingga acara pemeriksaan itu hanya berupa pertanyaan untuk
mengecek sana-sini. Orang pasti berpikir, saat orang yang meng-
alami kejadian seperti itu dibawa ke hadapan mereka, pastilah
mereka akan sangat terpukau atas mujizat itu dan ikut bersuka
atas kegembiraan orang yang malang itu, dan tidak akan marah-
marah dengan dia. Namun, kebencian mereka terhadap Kristus
telah menggerogoti seluruh kemanusiaan dan juga kesalehan
mereka. Marilah kita lihat bagaimana mereka mencecar orang ini.
1. Mereka menanyai dia mengenai penyembuhan itu.
(1) Mereka ragu apakah dulu dia memang benar-benar buta
sejak lahir, dan menuntut bukti yang bahkan telah diakui
kebenarannya oleh para penganiaya (ay. 18): namun orang-
orang Yahudi itu tidak percaya, artinya, mereka tidak mau
percaya, bahwa tadinya ia buta sejak lahir. Orang-orang
yang mencari kesempatan untuk mendebat kebenaran yang
paling nyata bisa mendapat apa yang mereka mau. Benar
juga bahwa mereka yang bertekad untuk terus berpegang
pada tipu daya tidak akan kekurangan pegangan untuk
melakukannya. Kelakuan seperti itu bukanlah kehati-hati-
an yang bijaksana, melainkan kebebalan yang penuh pra-
sangka. Bagaimanapun juga, apa yang mereka perbuat un-
tuk menjernihkan keraguan tersebut tidaklah buruk: Mere-
ka memanggil orangtuanya. Mereka berbuat begitu dengan
harapan untuk memperoleh bukti yang dapat menentang
kebenaran mujizat tersebut. Orangtua si buta itu miskin
dan takut-takut, dan seandainya mereka mengatakan bah-
wa mereka tidak yakin bahwa orang itu yaitu anak mere-
ka, atau bahwa ia hanya terlahir dengan sedikit kelemahan
642
atau kerabunan di matanya, yang bisa saja disembuhkan
sejak dulu jika mereka mendapat pertolongan, atau sean-
dainya saja mereka memutarbalikkan kebenaran sebab
takut terhadap pengadilan itu, maka pastilah orang-orang
Farisi itu mendapatkan apa yang mereka mau, yaitu me-
rampas kehormatan yang sudah didapat Kristus melalui
mujizat tersebut, dan jika ini sampai terjadi, maka nama
baik mujizat-mujizat-Nya yang lain juga ikut terkikis.
namun , Tuhan mengatur dan mengalahkan rencana mereka
dan justru menjadikannya sebagai bukti yang menguatkan
lagi bagi mujizat tersebut. Dan kini hanya ada dua pilihan
bagi mereka, percaya atau bertambah geram.
Nah, dalam proses penyelidikan tersebut kita mendapati:
[1] Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada orangtua
si buta itu (ay. 19): Mereka menanyai kedua orangtua-
nya itu dengan nada sombong dan mengancam, “Inikah
anakmu? Berani sumpah? Apakah kamu katakan bah-
wa ia lahir buta? Apa kamu yakin akan hal itu? Atau
apakah dia hanya pura-pura buta saja untuk mencari
alasan supaya mengemis? Kalau begitu bagaimanakah
ia sekarang dapat melihat? Hal itu betul-betul mustahil,
jadi lebih baik kamu menyangkalnya saja.” Orang-orang
yang tidak tahan melihat terang kebenaran akan mela-
kukan apa saja untuk menutupinya dan mencegah
orang lain untuk menemukannya. Demikianlah para pe-
mimpin, atau tepatnya para pemimpin sesat, yang seha-
rusnya mengelola bukti-bukti, justru mendorong para
saksi untuk berdusta dan mengajari mereka untuk me-
nyembunyikan atau menutup-nutupi kebenaran. De-
ngan berbuat demikian, mereka membuat diri sendiri
bersalah berlipat ganda, seperti yang dilakukan Yero-
beam yang berdosa dan membuat bangsa Israel ikut
berdosa pula.
[2] Jawaban orangtua orang yang tadinya buta itu terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang mana:
Pertama, mereka benar-benar menegaskan hal yang
secara aman dapat mereka katakan mengenai perkara
ini. Secara aman maksudnya yaitu sesuai dengan pe-
Injil Yohanes 9:13-34
643
ngetahuan mereka dan tanpa harus menanggung risiko
ancaman (ay. 20): Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini
anak kami (sebab setiap hari mereka bergaul dengan
dia, dan mengasihi dia layaknya seorang ibu kandung [1
Raj. 3:26], sehingga mereka pun dapat mengenalinya
sebagai anak kandung mereka). Kami tahu bahwa ia
lahir buta. Tentu saja mereka punya alasan untuk me-
ngetahui semuanya itu, sebab mereka telah begitu ba-
nyak bersusah hati dan mengkhawatirkan dia. Betapa
seringnya mereka memandang dia dengan sedih dan
meratapi kebutaan anak mereka lebih dibandingkan beban
dan kesengsaraan lain yang disebabkan oleh kemiskin-
an mereka, dan berharap dia tidak pernah dilahirkan
saja dibandingkan harus lahir dan menderita seperti itu da-
lam hidupnya! Biarlah mereka yang malu akan anak-
anak mereka sendiri atau kerabat mereka sebab keca-
catan fisik mereka, ditegur melalui teladan kedua
orangtua ini, yang berkenan mengakui bahwa dia ini
anak kami, meskipun dia lahir buta dan harus hidup
dari sedekah orang.
Kedua, dengan sangat hati-hati mereka menolak
memberikan bukti apa pun mengenai kesembuhannya.
Sebagian alasannya yaitu sebab mereka sendiri bu-
kan saksi mata kejadian itu, dan tidak dapat mengata-
kan apa pun sepengetahuan mereka. Sebagian lagi ada-
lah sebab mereka tahu masalah ini sangat peka, dan
tidak berani mencampurinya. sebab itulah, sesudah
mengakui bahwa dia yaitu anak mereka yang terlahir
buta, mereka pun tidak mau mengatakan hal-hal lain.
a. Perhatikanlah betapa berhati-hatinya mereka dalam
mengungkapkan pernyataan mereka selanjutnya (ay.
21): “Bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami
tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya,
kami tidak tahu juga, selain dari apa yang telah kami
dengar dari orang-orang. Kami tidak dapat menjawab
bagaimana atau oleh tangan siapa hal itu terjadi.”
Lihatlah bagaimana hikmat dunia ini telah menga-
jari manusia untuk memperhalus masalah dalam ke-
adaan genting. Kristus dituduh sebagai pelanggar
644
hari Sabat dan seorang penyesat. Kini kedua orang-
tua dari orang buta itu, meskipun bukan saksi mata
penyembuhannya, mereka yakin sepenuh hati me-
ngenai itu dan juga berutang budi untuk menyaksi-
kan kemuliaan Tuhan Yesus yang telah melakukan
kebaikan yang begitu besar terhadap anak mereka,
namun mereka tidak berani melakukan itu, dan ber-
pikir bahwa mereka dapat menebus ketidakberanian
mereka untuk memihak kepada-Nya dengan tidak
mengatakan apa-apa yang menentang-Nya. Padahal
di hari penghakiman nanti, orang yang malu meng-
akui Dia akan dianggap sebagai penentang-Nya (Luk.
11:23; Mrk. 8:38). Supaya tidak dicecar lebih lanjut
lagi, mereka pun mengalihkan perhatian mereka dan
pengadilan itu kepada orang yang tadinya buta itu:
Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa,
ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri. Hal ini
menyiratkan bahwa saat anak-anak belum cukup
umur (yaitu pada waktu mereka masih bayi, dan
belum bisa bicara), orangtua mereka perlu mewakili
mereka dalam berbicara, berbicara kepada Tuhan di
dalam doa bagi mereka, berbicara bagi mereka di ha-
dapan gereja dalam pembaptisan. namun , saat me-
reka sudah cukup umur, layaklah jika mereka dita-
nyai apakah mereka bersedia melakukan hal-hal
yang sebelumnya dilakukan orangtua mereka untuk
mereka, dan membiarkan mereka berbicara bagi
dirinya sendiri. Orang ini, meski dia buta sejak lahir,
kelihatannya jauh lebih cakap dibanding kebanyak-
an orang, sehingga ia mampu berbicara bagi dirinya
sendiri dengan cara yang lebih baik dibandingkan yang
bisa dilakukan teman-temannya bagi dia. Demikian-
lah Tuhan sering kali berbaik hati memberikan karu-
nia kelebihan dalam pikiran untuk mengimbangi ke-
kurangan tubuh jasmani (1Kor. 12:23-24). Tindakan
orangtuanya yang mengalihkan perhatian kaum Fa-
risi kepadanya yaitu usaha untuk menyelamatkan
diri mereka sendiri dari kesusahan, sehingga kini
dialah yang terpojok. Padahal mereka yang ikut me-
Injil Yohanes 9:13-34
645
nikmati belas kasihannya seharusnya memiliki alas-
an yang kuat untuk memihaknya di dalam keadaan
yang sulit ini demi kemuliaan Kristus yang telah ba-
nyak berbuat kebaikan bagi mereka.
b. Lihatlah mengapa mereka begitu berhati-hati (ay.
22-23): sebab mereka takut kepada orang-orang Ya-
hudi. Bukannya mereka bermaksud untuk memberi-
kan kehormatan kepada anak mereka dengan me-
nyuruhnya membela diri sendiri. Bukanya juga me-
reka ingin perkara tersebut diselesaikan oleh orang
yang paling mampu melakukannya, melainkan kare-
na mereka ingin melepaskan diri sendiri dari kesulit-
an, seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang,
tak peduli siapa yang akan tertimpa kesulitan itu
gara-gara sikap mereka tadi. Kawanku, anakku dan
mungkin agamaku penting bagiku, namun diriku sen-
dirilah yang lebih penting – Proximus egomet mihi.
Akan namun , Kekristenan mengajarkan hal yang ti-
dak seperti itu (1Kor. 10:24; Est. 8:6). Di sini terda-
pat:
(a) Peraturan terbaru yang dibuat Mahkamah Agama.
Telah disepakati dan disahkan oleh kewenangan
para anggota Mahkamah Agama itu bahwa jika
ada orang yang berada dalam wilayah kekuasaan
mereka mengakui Yesus sebagai Mesias, ia akan
dikucilkan.
Perhatikanlah:
[a] Kejahatan yang akan dihukum, atau dicegah
oleh peraturan tersebut yaitu mengakui dan
menyatakan secara terang-terangan bahwa
Yesus dari Nazaret yaitu Mesias yang telah
dijanjikan itu. Mereka sendiri sungguh me-
nanti-nantikan Mesias, namun mereka tidak
bisa tahan jika harus mempercayai bahwa Ye-
suslah orangnya. Mereka juga tidak mau ber-
tanya-tanya apakah memang benar Ia orang-
nya. Ini semua mereka lakukan sebab dua
alasan:
646
Pertama, sebab prinsip-prinsip atau per-
aturan-Nya sangat berlawanan dengan hukum
tradisional mereka. Penyembahan rohani yang
Ia wajibkan mengacaukan segenap tata cara
mereka. Selain itu, tidak ada hal lain yang be-
nar-benar bisa menghancurkan kesombongan
dan kedegilan hati mereka selain kebaikan
hati yang Ia ajarkan. Kerendahan hati dan
mati raga, pertobatan dan penyangkalan diri
merupakan ajaran-ajaran yang baru bagi me-
reka, dan terdengar kasar dan aneh di telinga
mereka.
Kedua, sebab janji-janji dan penampilan-
Nya sangat berlawanan dengan harapan yang
telah mereka miliki selama ini. Mereka meng-
harapkan Mesias datang dengan kemegahan
dan keagungan lahiriah, yang tidak saja akan
membebaskan bangsa mereka dari kuk bang-
sa Romawi, namun juga meningkatkan kebe-
saran Sanhedrin atau Mahkamah Agama, ser-
ta menjadikan anggota-anggotanya sebagai
pangeran dan penguasa. Namun kini, yang
mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias
yang penampilan luarnya begitu sederhana
dan miskin, yang tempat kemunculan perta-
ma sekaligus tempat tinggal utamanya yaitu
di Galilea, sebuah provinsi yang hina. Yang
mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias
yang tidak pernah menghormati mereka atau-
pun berusaha menarik perhatian mereka,
yang para pengikutnya tak satu pun para ke-
satria atau pembesar, atau orang terhormat,
melainkan hanya para nelayan hina. Yang
mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias
yang tidak mencanangkan dan menjanjikan
penebusan selain dibandingkan dosa. Tidak ada
penghiburan bagi Israel, kecuali penghiburan
ilahi dan rohani. Malahan, pada saat yang
sama Ia menyuruh para pengikut-Nya untuk
Injil Yohanes 9:13-34
647
mempersiapkan diri menghadapi salib dan
penganiayaan. Semuanya ini sungguh meru-
pakan penghinaan terhadap segala pemikiran
yang telah mereka bentuk dan penuhi ke da-
lam pikiran orang banyak. Ini sungguh meru-
pakan pukulan terhadap kuasa dan kepen-
tingan mereka. Mereka menjadi begitu kecewa
sampai tidak pernah mau berdamai lagi de-
ngan semuanya tadi, termasuk tidak mau
bersikap adil dan bersabar untuk mendengar
kebenaran dari semuanya itu. Bagi mereka,
keyakinan akan Mesias itu harus dihancur-
kan, tak peduli benar atau salah.
[b] Hukuman yang akan dikenakan atas kejahat-
an tersebut. Jika seseorang mengakui dirinya
sebagai murid Yesus, dia harus dianggap dan
dinyatakan murtad dari iman gereja Yahudi,
sekaligus dianggap sebagai pemberontak dan
pengkhianat terhadap pemerintahannya, dan
sebab itu ia harus dikeluarkan dari sinagoge,
sebagai orang yang telah kehilangan kehor-
matan dan tidak diperbolehkan mengecap
hak-hak istimewa dari gereja mereka. Dia ha-
rus dikucilkan dan dikeluarkan dari negeri
Israel. Hal itu bukan sekadar hukuman gereja
saja, yang bisa saja diabaikan orang yang ti-
dak peduli dengan kewenangannya, namun
juga dianggap sebagai pelanggaran hukum si-
pil yang membuat seseorang kehilangan hak-
hak sosial sebab kebebasan serta harta ben-
danya ikut dirampas.
Perhatikan:
Pertama, agama Kristus yang kudus, sejak
pertama kali didirikan, telah sering ditentang
oleh hukum yang dibuat untuk menekan
pengikut-Nya, seolah-olah jika hati nurani
manusia secara alamiah bersedia menerima
648
agama itu, maka paksaan buatan harus dite-
rapkan untuk mencegah mereka.
Kedua, pengaruh gereja sering kali dapat
dibengkokkan menjadi bumerang bagi gereja
itu sendiri jika kekuasaan jatuh ke tangan
yang salah, dan aturan-aturan gerejawi di-
buat hanya untuk memenuhi kepentingan du-
niawi dan kedagingan. Tidaklah mengheran-
kan lagi untuk mendapati bahwa yang diku-
cilkan dari lingkungan ibadah itu justru me-
reka yang sebenarnya merupakan alat dan
berkat bagi gereja. Tidak aneh juga untuk
mendengar bahwa mereka yang terusir justru
berujar, Baiklah TUHAN menyatakan kemulia-
an-Nya (Yes. 66:5). Nah, mengenai peraturan
ini dikatakan: 1. Bahwa orang-orang Yahudi
menyepakatinya, atau lebih tepat lagi, berse-
kongkol mengenai hal itu. Dengan demikian,
musyawarah dan kesatuan mereka dalam hal
itu justru menjadi persekongkolan jahat mela-
wan takhta dan martabat Sang Penebus, me-
lawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. 2. Bahwa
mereka telah menyetujui penerapan hukuman
tersebut. Meskipun Kristus baru tampil di ha-
dapan khalayak ramai selama beberapa bulan
saja sehingga orang pasti berpikir bahwa
tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu Ia
bisa membuat mereka merasa iri terhadap-
Nya, namun kenyataannya, sudah sedari awal
itu mereka telah menyadari bahwa kepenting-
an-Nya semakin berkembang, dan sebab itu
mereka bersepakat untuk berusaha sedapat
mungkin menekan perkembangan itu. Baru-
baru ini, Dia telah berhasil meloloskan diri
dari Bait Tuhan . sesudah mereka tercengang
sebab kegagalan usaha mereka untuk me-
nangkap-Nya, mereka pun mengambil tindak-
an tersebut, yaitu hendak menghukum setiap
orang yang berani mengakui Dia sebagai
Injil Yohanes 9:13-34
649
Mesias. Demikianlah, betapa satu hati dan
giatnya musuh-musuh gereja dan rancangan
mereka. Namun, Dia yang bersemayam di sor-
ga, tertawa dan mengolok-olok mereka, dan
kita pun bisa berbuat sama terhadap mereka.
(b) Bagaimana peraturan tersebut mempengaruhi
orangtua si buta. Mereka menolak mengatakan
apa pun tentang Kristus, dan mengalihkan beban
itu kepada anak mereka sendiri, sebab mereka
takut kepada orang Yahudi. Kristus telah menye-
babkan diri-Nya tidak disenangi penguasa demi
berbuat baik terhadap anak mereka, namun me-
reka tidak mau berbuat sama untuk memberi-
kan-Nya kehormatan. Perhatikan, takut kepada
orang mendatangkan jerat (Ams. 29:25), dan ini
sering kali membuat banyak orang memilih un-
tuk menyangkal dan tidak mau mengakui Kristus
dan kebenaran serta jalan-Nya, dan membuat
mereka bertindak melawan hati nurani mereka
sendiri. Nah, kini si orangtua telah membebas-
kan diri mereka dari kesulitan, sehingga tidak
diharuskan menjawab pertanyaan apa pun lagi.
Sekarang, mari kita lanjut dengan penyelidikan
terhadap orang yang tadinya buta itu: keraguan
orang-orang Farisi mengenai apakah dia memang
benar-benar buta sejak lahir telah dihapus oleh
kedua orangtuanya, dan sebab itulah,
(2) Mereka kini menanyai dia tentang bagaimana ia disembuh-
kan, dan mengomentari hal tersebut (ay. 15-16).
[1] Pertanyaan yang sama dengan yang telah diajukan para
tetangganya itu kini ditanyakan orang-orang Farisi kepa-
danya, yaitu bagaimana matanya menjadi melek. Mere-
ka bertanya seperti itu bukan dengan maksud tulus
untuk mengetahui kebenaran, dengan menelusuri la-
poran itu dari sumbernya, namun dengan keinginan
untuk mendapat kesempatan menentang Kristus. Se-
bab, jika orang itu menceritakan seluruh kejadian terse-
but, mereka dapat menuduh Kristus sebagai pelanggar
650
hari Sabat. Jika orang yang tadinya buta itu mencerita-
kan kisah yang berbeda dari yang telah ia katakan sebe-
lumnya, maka ada alasan bagi mereka untuk mencu-
rigai bahwa semua kejadian itu hanyalah persekongkol-
an belaka.
[2] Kepada orang-orang Farisi itu Ia mengulangi jawaban
yang sama seperti yang telah ia katakan kepada para
tetangga: Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku,
lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat meli-
hat. Di sini ia tidak membicarakan tentang bagaimana
tanah itu diaduk, sebab ia tidak melihat prosesnya.
namun , hal itu tidaklah penting dan mungkin bisa mem-
beri kesempatan kepada orang-orang Farisi itu untuk
menentang Dia, sehingga ia pun mengabaikannya. Wak-
tu menjawab pertanyaan tetangga, ia berkata, aku mem-
basuh diriku, dan mataku melek. Namun, supaya mere-
ka tidak menganggap bahwa hal itu hanyalah bayangan
penglihatan yang kabur dan bersifat sementara, yang
bisa saja dihasilkan oleh khayalan, ia pun kini berkata,
“Aku dapat melihat: kesembuhan ini benar-benar sem-
purna dan tidak bersifat sementara.”
[3] Pendapat orang banyak terhadap cerita itu amatlah ber-
beda-beda, dan menimbulkan pertentangan di antara
mereka (ay. 16).
Pertama, sebagian orang memanfaatkan kesempatan
ini untuk mencela dan mengutuk Kristus atas apa yang
telah Ia lakukan. Sebagian dari orang-orang Farisi itu
berkata, “Orang ini tidak datang dari Tuhan seperti peng-
akuan-Nya, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.”
1. Ajaran yang dipakai sebagai dasar untuk celaan ter-
sebut sangatlah benar, yaitu bahwa orang-orang
yang tidak memelihara hari Sabat tidak berasal dari
Tuhan , mereka yang pura-pura bernubuat itu tidak-
lah diutus dari Tuhan , dan mereka yang berpura-pura
menjadi orang suci itu tidak lahir dari Tuhan . Orang-
orang yang berasal dari Tuhan akan mematuhi perin-
tah Tuhan . Dan, inilah perintah-Nya, yaitu supaya
kita menguduskan hari Sabat. Orang-orang yang
Injil Yohanes 9:13-34
651
berasal dari Tuhan akan selalu bersekutu dengan
Tuhan , suka mendengar firman-Nya dan berbicara de-
ngan-Nya, dan sebab itu akan menghormati hari
Sabat yang telah ditetapkan sebagai hari untuk
bersekutu dengan sorga. Hari Sabat disebut juga
sebagai tanda, sebab menguduskannya menandakan
adanya hati yang telah dikuduskan, dan melanggar-
nya menandakan hati yang najis. Akan namun ,
2. Tuduhan pelanggaran hari Sabat terhadap Jurusela-
mat kita sangatlah tidak tepat, sebab dengan saleh
Dia memelihara hari Sabat dan tak pernah sekali
pun melanggarnya. Ia sungguh menjalankan hari
Sabat dengan benar, dan tidak pernah sebaliknya.
Dia dianggap melanggar hari Sabat menurut adat
istiadat para tetua dan kebiasaan takhyul kaum Fa-
risi, namun Dia memeliharanya berdasarkan perintah
Tuhan , dan sebab itu tidak diragukan lagi, Dia ber-
asal dari Tuhan , dan mujizat-mujizat-Nya membukti-
kan Dia sebagai Tuhan atas hari Sabat. Perhatikan,
kebanyakan penghakiman keras dan tidak benar
terjadi sebab manusia membuat aturan-aturan ke-
agamaan lebih ketat dibandingkan yang ditentukan Tuhan .
Mereka menambah-nambahi ketetapan Tuhan itu de-
ngan khayalan-khayalan mereka, seperti yang dila-
kukan orang-orang Yahudi ini, dalam perkara pe-
ngudusan hari Sabat ini. Kita sendiri bolehlah mela-
rang ini dan itu pada hari Sabat, bila hal itu kita
anggap dapat mengalihkan perhatian kita, namun kita
tidak boleh mengikat orang lain dengan hal yang
sama. Segala sesuatu yang kita jadikan aturan tin-
dakan kita tidak boleh dijadikan aturan untuk
menghakimi orang lain.
Kedua, sebagian lainnya membela-Nya dengan me-
ngemukakan sebuah alasan kuat: Bagaimanakah se-
orang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?
Kelihatannya, di dalam kumpulan orang fasik itu bah-
kan masih ada sebagian orang yang mampu berpikir de-
ngan leluasa dan menjadi saksi Kristus, sekalipun me-
reka sedang berada di antara musuh-musuh-Nya. Du-
652
duk perkaranya sudah jelas, yaitu bahwa kejadian ter-
sebut merupakan sebuah mujizat nyata, yang semakin
diselidiki semakin terbukti kebenarannya. Dan hal ini
pun mengingatkan mereka akan pekerjaan-pekerjaan
yang telah Ia lakukan sebelumnya, serta memberi ke-
sempatan orang-orang untuk membicarakannya dengan
takjub, toiauta sēmeia – tanda-tanda yang begitu dah-
syat, begitu banyak, begitu nyata buktinya. Maka ke-
simpulan atas peristiwa itu sangatlah wajar: hal-hal
seperti itu tidak akan pernah bisa dilakukan oleh
seorang yang berdosa, yaitu, tidak bisa diperbuat oleh
seorang manusia biasa, dalam namanya dan dengan
kuasanya sendiri. Atau lebih tepat lagi, tidak dapat dila-
kukan oleh seorang penipu atau penyesat, yang sama
saja dengan orang berdosa. Orang seperti ini bisa saja
menunjukkan beberapa tanda dan keajaiban palsu, te-
tapi tidak seperti tanda dan keajaiban nyata yang telah
dilakukan Kristus. Bagaimana mungkin seorang manu-
sia dapat menghasilkan kesanggupan-kesanggupan ila-
hi demikian jika ia tidak diutus memiliki tugas perutus-
an ilahi? Maka timbullah pertentangan di antara mereka,
atau perpecahan, demikian arti kata aslinya. Mereka
berselisih dalam hal pendapat, dan terjadilah perdebat-
an sengit sehingga rumah tangga mereka pun terpecah-
pecah sebab nya. Demikianlah Tuhan mengalahkan
kumpulan musuh-Nya dengan memecah-belah mereka.
Kesaksian-kesaksian seperti itu, yang dipakai untuk
menentang kejahatan para penganiaya, dan kesulitan
yang mereka hadapi, kadang-kadang membuat rencana
jahat para penganiaya terhadap gereja menjadi gagal
dan tak terampunkan lagi.
2. sesudah mereka menanyakan tentang penyembuhan itu, kita
harus memperhatikan bagaimana selanjutnya mereka mena-
nyakan tentang orang yang mengerjakan penyembuhan itu.
Nah, perhatikanlah di sini:
(1) Apa yang dikatakan orang itu mengenai Dia, saat ia ha-
rus menjawab pertanyaan mereka itu. Mereka bertanya ke-
padanya (ay. 17), “Apakah katamu tentang Dia, sebab Ia
Injil Yohanes 9:13-34
653
telah memelekkan matamu? Apa pendapatmu tentang apa
yang telah dilakukan-Nya itu? Lalu apa pendapatmu me-
ngenai Dia yang telah melakukan hal itu?” Jika untuk
menjawab pertanyaan ini ia berbicara sepele-sepele saja
mengenai Kristus, seperti yang dilakukan orangtuanya, bila
ia sampai tergoda untuk melakukannya, untuk menye-
nangkan hati mereka dan juga sebab sekarang ia ada di
tangan mereka – jika ia sampai tergoda lalu berkata, “Aku
tak tahu harus mengatakan apa tentang-Nya. Mungkin saja
seorang pembohong atau penipu, aku tidak tahu,” maka
pastilah orang-orang Farisi itu akan bergembira ria dalam
kemenangan. Tak ada hal lain yang lebih menguatkan
kebencian musuh Kristus terhadap-Nya selain penghinaan
yang dilontarkan orang-orang yang telah Ia jadikan teman.
Akan namun , jika dia berkata yang baik-baik tentang Kris-
tus, maka mereka akan menganiaya dia dengan memakai
hukum baru mereka itu, tanpa kecuali, sekalipun dia itu
orang yang telah Ia sembuhkan. Mereka ingin menjadikan-
nya contoh supaya orang lain menjadi takut dan tidak mau
mencari kesembuhan dari Kristus. Mereka memang tidak
perlu mengeluarkan uang untuk memperoleh kesembuhan
dari-Nya, namun hukum orang Farisi itu akan membuat
mereka membayar harga mahal sebab melakukannya.
Atau mungkin, teman-teman Kristus mencoba menyelidiki
perasaan orang itu terhadap Dia yang sudah menyembuh-
kannya, dan ingin tahu apa yang ia pikirkan tentang Dia,
sebab kelihatannya, ia cukup bijaksana. Perhatikan, mere-
ka yang matanya telah dicelikkan Kristus pasti tahu benar
apa yang harus mereka katakan mengenai Dia. Mereka
punya alasan kuat melebihi yang lainnya untuk mengata-
kan hal-hal yang baik mengenai-Nya. Apa yang kita pikir-
kan mengenai Kristus? Terhadap pertanyaan seperti itu,
orang miskin ini mengemukakan sebuah jawaban singkat,
langsung, dan jelas: Ia yaitu seorang nabi, seorang yang
diilhami dan diutus Tuhan untuk mengajar, melakukan mu-
jizat dan memberitakan pesan ilahi kepada dunia.” Bangsa
Yahudi tidak memiliki seorang nabi pun selama tiga ratus
tahun terakhir ini. Akan namun , mereka tidak menyimpul-
kan bahwa memang tidak akan ada nabi lagi, sebab mere-
654
ka tahu bahwa Dia yang akan menggenapkan penglihatan
dan nabi (Dan. 9:24) akan segera datang. Sepertinya, orang
itu tidak berpikir bahwa Kristus yaitu Mesias, Sang Nabi
Agung, melainkan hanya salah satu dari nabi-nabi biasa
lainnya. Wanita Samaria menyimpulkan Dia sebagai nabi
sebelum ia mengenal-Nya sebagai Mesias (4:19). Begitupun
orang yang tadinya buta ini. ia berpikiran yang baik ten-
tang Kristus sesuai dengan terang yang ada padanya, wa-
laupun hal baik yang dipikirkannya mengenai Kristus itu
belumlah cukup. Namun demikian, oleh sebab ia setia ter-
hadap apa yang telah ia ketahui, Tuhan pun membukakan
kebenaran itu kepadanya. Pengemis buta yang miskin ini
memiliki penilaian yang lebih jelas mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kerajaan Tuhan , dan mampu melihat jauh
ke depan bukti-bukti tugas perutusan ilahi, dibandingkan
guru-guru di Israel, yang memandang diri memiliki wewe-
nang untuk menilai para nabi.
(2) Apa yang mereka katakan mengenai Dia, dalam menang-
gapi kesaksian orang itu. sesudah gagal membuktikan keti-
dakbenaran bukti mengenai mujizat tersebut, dan menda-
pati bahwa memang mujizat yang dahsyat telah terjadi dan
tidak dapat disangkal lagi, mereka melakukan usaha lain
lagi, yaitu menjelek-jelekkan dan menghina mujizat itu.
Mereka juga berbuat sedapat mungkin untuk menggun-
cangkan pikiran baik orang yang telah dicelikkan matanya
itu mengenai Kristus, dan meyakinkan dia bahwa Kristus
yaitu orang jahat (ay. 24): Katakanlah kebenaran di ha-
dapan Tuhan ; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.
Pernyataan tersebut dapat diartikan dengan dua cara:
[1] Sebagai nasihat, agar berhati-hati untuk tidak mela-
yangkan pujian atas kesembuhannya itu kepada orang
berdosa, melainkan mempersembahkannya kepada
Tuhan , yang layak mendapatkannya. Jadi, mereka melu-
cuti kemuliaan Kristus dalam kedok kasih yang palsu
terhadap kehormatan Tuhan , seperti yang dilakukan
orang-orang yang tidak mau menyembah Kristus seba-
gai Tuhan dengan mengatasnamakan kebenaran besar
ini, yaitu bahwa hanya ada satu Tuhan yang layak di-
Injil Yohanes 9:13-34
655
sembah. Padahal inilah yang menjadi kehendak Tuhan ,
yaitu bahwa segenap umat manusia harus menghormati
Anak sebagaimana mereka menghormati Bapa, dan
mengakui bahwa Kristus yaitu Tuhan sama dengan
memberikan kemuliaan kepada Tuhan Bapa. Saat Tuhan
memakai manusia yang berdosa sebagai alat untuk me-
nunjukkan kebaikannya kepada kita, kita memang ha-
rus memberikan kemuliaan kepada Tuhan , sebab Tuhan -
lah yang merancangkan setiap ciptaan untuk menjadi
alat-Nya. Akan namun , tetap saja kita harus berterima
kasih kepada alat yang dipakai-Nya itu. Berikanlah puji-
an kepada Tuhan yaitu perkataan yang bagus, namun di
sini perkataan tersebut disalahgunakan, dan tampak-
nya ada hal lain lagi yang tersirat di dalamnya. “Orang
itu orang berdosa, orang yang jahat, dan sebab itu,
berikanlah pujian terlebih kepada Tuhan , yang bisa mela-
kukan hal itu melalui alat yang demikian.”
[2] Sebagai desakan, seperti yang dipikir sebagian orang.
“Kami tahu (sedangkan kamu tidak mengetahuinya, ka-
rena kamu ini baru saja datang ke sebuah dunia baru)
bahwa orang itu orang berdosa, penyesat besar, dan
menipu seluruh negeri. Kami yakin akan hal ini, sebab
itu pujilah Tuhan ” (seperti yang dikatakan Yosua kepada
Akhan) “dengan sungguh-sungguh mengakui bahwa su-
dah jelas ada penipuan dan persekongkolan dalam per-
kara ini, yang kami yakini ada: Dalam nama Tuhan ,
katakanlah kebenaran.” Seperti ini juga nama Tuhan di-
salahgunakan oleh gereja pada masa lalu, saat mereka
memaksa orang-orang tak berdosa mengakui tuduhan
yang ditimpakan kepada mereka, dan juga memaksa
orang-orang yang tidak tahu apa-apa untuk mengakui
kebenaran tuduhan atas orang-orang lain dengan ex
officio, melalui sumpah. Lihatlah bagaimana mereka
begitu merendahkan Tuhan Yesus dengan perkataan
mereka: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa. Da-
lam pernyataan itu kita bisa memperhatikan,
Pertama, kelancangan dan kesombongan mereka.
Saat mereka menanyai orang itu tentang apa yang ia
pikirkan mengenai Kristus, mereka tidak mau mengakui
656
bahwa mereka sendiri membutuhkan lebih banyak in-
formasi. Pokoknya, mereka tahu betul bahwa Dia ada-
lah orang berdosa, dan tak seorang pun dapat memu-
tarbalikkan keyakinan mereka itu. Kristus sendiri su-
dah pernah menantang mereka di depan mata kepala
mereka sendiri (8:46) untuk membuktikan bahwa Dia
berbuat dosa, dan mereka tak mampu berkata apa pun.
namun kini, di belakang-Nya, mereka menggunjingkan-
Nya sebagai penjahat yang terhukum dengan bukti-
bukti nyata. Begitulah para penuduh palsu selalu berla-
gak untuk menutupi kurangnya bukti yang mereka mi-
liki.
Kedua, cela dan hina yang ditimpakan kepada Tu-
han Yesus. saat Ia menjadi manusia, Dia tidak saja
hanya mengambil rupa seorang hamba, melainkan se-
bagai seorang yang berdosa (Rm. 8:3), dan dianggap
sama berdosanya seperti halnya umat manusia yang
lainnya. Bukan hanya itu, Dia bahkan dianggap sebagai
pendosa paling bejat yang melebihi semua manusia lain.
Dan, sebab telah dijadikan dosa bagi kita, Ia pun ha-
rus menanggung aibnya.
3. Perdebatan yang timbul antara orang-orang Farisi dengan
orang miskin itu mengenai Kristus. Mereka berkata, Dia ada-
lah orang berdosa, sedangkan dia berkata, Dia yaitu seorang
nabi. Peristiwa ini hendaknya menjadi dorongan semangat bagi
orang-orang yang peduli dengan kepentingan Kristus, bahwa
mereka tidak akan kekurangan saksi bagi Kristus. Mereka
bahkan bisa menemukan seorang pengemis buta di pinggir
jalan untuk dijadikan saksi bagi Kristus untuk menghadapi
musuh-musuh bebuyutan-Nya. Demikianlah juga, peristiwa
tersebut hendaknya pula menjadi dorongan bagi mereka yang
dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, supaya berani dan
tabah orang itu dalam mengajukan pembelaannya, sesuai de-
ngan janji ini, semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu
pada saat itu juga. Meskipun belum pernah melihat Yesus, dia
telah merasakan anugerah-Nya. Nah, dalam perdebatan antara
orang-orang Farisi dan orang miskin itu kita dapat memper-
hatikan tiga tahap:
Injil Yohanes 9:13-34
657
(1) Orang itu tetap bersikukuh pada kebenaran bukti yang
ingin mereka goyahkan. Hal yang meragukan sebaiknya
memang diselesaikan melalui hal lain yang telah jelas.
Oleh sebab itulah:
[1] Setidaknya dia berpegang teguh pada hal yang baginya
sudah jelas, dan ia pun merasa puas sebab hal itu
tidak bisa dibantah lagi (ay. 25): “Apakah orang itu
orang berdosa, aku tidak tahu, sekarang aku tidak akan
dan tidak perlu mempermasalahkannya sebab perkara
ini sudah jelas dan akan menampakkan dirinya sendiri
bahkan jika aku memilih untuk membungkam mulut-
ku.” Atau, yang lebih baik lagi, “Jika orang itu orang ber-
dosa, aku tidak tahu, dan aku tidak mendapati satu
pun alasan untuk berpendapat demikian, melainkan
justru sebaliknya, sebab hanya satu hal yang aku tahu,
dan aku lebih meyakininya dibanding keyakinanmu ter-
hadap hal-hal yang kamu pikirkan tadi, yaitu bahwa
aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat, sehingga
aku tidak hanya dapat mengakui bahwa Ia telah mem-
perlakukan aku layaknya seorang kawan baik, namun
juga bahwa Ia yaitu seorang nabi. Aku mampu dan
wajib mengatakan hal-hal yang baik tentang Dia.”
Nah, di sini:
Pertama, secara tak tampak ia mencela keyakinan
mereka mengenai kejahatan yang mereka tuduhkan
kepada Yesus yang terkasih: “Kamu mengaku tahu bah-
wa Ia yaitu seorang berdosa, namun aku, yang menge-
nal-Nya sebaik kamu, tidak bisa berpendapat demikian
mengenai Dia.”
Kedua, dengan berani orang itu mengandalkan peng-
alamannya sendiri dalam merasakan kuasa dan kebaik-
an Yesus yang kudus itu, dan bertekad untuk berteguh
di dalamnya. Pengalaman memang tidak bisa diperde-
batkan lagi, dan tidak mungkin mendebat seseorang
untuk menyangkal akalnya sendiri. Inilah seorang yang
benar-benar cocok untuk menjadi saksi mata akan
kuasa dan anugerah Kristus, sekalipun ia belum pernah
melihat Dia. Perhatikan, sebagaimana belas kasihan
658
Kristus lebih dihargai oleh orang yang paling merasakan
kebutuhan akan hal tersebut, yang pernah buta dan
kini melihat, begitu juga aliran kasih sayang terhadap
Kristus mengalir paling deras sebab pengetahuan ten-
tang-Nya yang didapat dari pengalaman sendiri (1Yoh.
1:1; Kis. 4:20). Orang miskin ini tidak memberitahukan
kisah yang menyenangkan mengenai cara penyembuh-
an tersebut, atau berpura-pura untuk menggambarkan-
nya dengan kata-kata berbau filsafat, namun dia menje-
laskannya dengan singkat, yaitu bahwa aku tadinya
buta, dan sekarang dapat melihat. Jadi, dalam pekerja-
an anugerah di dalam jiwa, meski kita tidak bisa me-
ngatakan kapan dan bagaimana, dengan alat, langkah
dan proses apa, perubahan yang mulia akan tetap ter-
jadi. Walaupun demikian, kita tetap akan merasa terhi-
bur jika bisa mengatakan, melalui anugerah, “Aku tadi-
nya buta, dan sekarang dapat melihat. Dulu kehidup-
anku penuh dengan kedagingan, keduniawian dan naf-
su, namun puji Tuhan, kini semuanya menjadi kebalik-
annya” (Ef. 5:8).
[2] Orang-orang Farisi itu berusaha mengacaukan dan
menghapus bukti dengan terus-menerus mengulang
pertanyaan yang sama (ay. 26): Apakah yang diperbuat-
Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu? Me-
reka menanyakan semua pertanyaan itu,
Pertama, sebab mereka membutuhkan sesuatu un-
tuk dikatakan, dan memilih untuk terus berbicara sem-
barangan dibandingkan terlihat diam atau kalah. Orang-
orang yang ingin terus berdebat dengan cara begitu,
dan bertekad bahwa merekalah yang harus keluar seba-
gai pemenang dengan hanya berbicara mengulang-ulang
perkataan yang sia-sia untuk menghindar dari rasa
malu akibat dibungkam, mereka sendiri membuat diri
sendiri bertanggung jawab atas semua perkataan omong
kosong mereka itu.
Kedua, dengan menyuruh orang itu mengulang-
ulang bukti itu, mereka berharap untuk membuat orang
itu tersandung atau menjadi goyah dalam menyampai-
Injil Yohanes 9:13-34
659
kan bukti itu. Dengan begitu, mereka pikir mereka pun
menanglah.
(2) Orang itu mencela mereka sebab tidak juga mau percaya
dan terus berprasangka. Mereka lalu mengejeknya sebagai
murid Yesus (ay. 27-29), saat dia menjadi lebih berani
dalam menjawab mereka. Lidah mereka pun menjadi lebih
tajam terhadap dia dibandingkan sebelumnya.
[1] Dengan tegas orang itu mencela mereka sebab sikap
mereka yang terus menentang bukti mujizat itu dengan
cara yang tidak beralasan (ay. 27). Dia tidak mau meng-
ulang-ulang cerita itu untuk memuaskan mereka, namun
menjawab dengan berani, “Telah kukatakan kepadamu,
dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hen-
dak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau men-
jadi murid-Nya juga?” Ada orang berpendapat bahwa dia
sungguh bermaksud demikian dan berharap supaya
mereka bisa diyakinkan untuk menjadi murid-Nya. “Dia
punya banyak murid, dan aku pun akan menjadi mu-
rid-Nya, maukah kamu juga demikian?” Sebagian orang
Kristen baru yang sangat berapi-api memang melihat
banyak hal bagus dalam agama sehingga mereka cende-
rung berpikir bahwa setiap orang lain pun akan setuju
dengan pandangan mereka. Akan namun , tampaknya
perkataannya itu bernada mengejek, “Barangkali kamu
mau menjadi murid-Nya juga? Pasti tidak, aku tahu
kamu bahkan jijik memikirkannya. Lalu kenapa kamu
ingin mendengar hal yang akan membuatmu menjadi
murid-Nya atau yang akan membuatmu terhukum bila
tidak mau menjadi murid-Nya?” Mereka yang sengaja
menutup mata terhadap terang seperti kaum Farisi ini,
Pertama, membuat diri mereka sendiri menjadi hina
dan menjijikkan, seperti mereka yang kini ditelanjangi
oleh orang miskin ini sebab menyangkal kebenaran,
padahal mereka tidak memiliki alasan apa pun untuk
menentangnya.
Kedua, mereka kehilangan semua keuntungan un-
tuk mendapatkan bimbingan dan sarana pengetahuan
yang lebih dalam yang bisa mengarahkan mereka untuk
660
menjadi yakin akan kebenaran itu: Mereka telah diberi
tahu sebelumnya namun tidak sudi mendengar, jadi un-
tuk apa harus diberitahukan sekali lagi? (Yer. 51:9;
Mat. 10:14).
Ketiga, dengan begitu mereka telah menyia-nyiakan
anugerah Tuhan . Hal ini tersirat dalam pertanyaan,
“Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga? Tidak,
sebab kamu telah bertekad untuk tidak mau. Lalu ke-
napa kamu mau mendengar kesaksianku sekali lagi,
apakah hanya supaya kamu bisa menuduh dan meng-
aniaya-Nya?” Orang pasti berpikir bahwa mereka yang
tidak sudi mengakui alasan untuk menerima Kristus
dan bergabung dengan para murid-Nya seharusnya
memiliki alasan yang cukup untuk tidak membenci-Nya
dan menganiaya Dia beserta murid-murid-Nya.
[2] sebab itulah mereka menghina dan mencelanya (ay.
28). Saat mereka tidak lagi dapat menandingi hikmat
dan roh yang dengannya ia berbicara, mereka pun men-
jadi berang dan memarahinya, lalu mulai mengolok-olok
dan berbicara dengan kasar terhadapnya. Lihatlah apa
yang harus dihadapi oleh para saksi Kristus yang sejati
dari para penentang kebenaran dan perkara-Nya. Biar-
lah mereka bersiap menghadapi segala yang jahat difit-
nahkan kepada mereka (Mat. 5:11). Manusia yang tidak
berakal budi memang biasa memasang tameng untuk
menutupi kekurangan mereka dalam mengetahui kebe-
naran dan dalam memberi alasan yang benar.
Pertama, mereka mengejek orang sebab ia menun-
jukkan kasih sayangnya bagi Kristus: mereka berkata,
Engkau murid orang itu, seakan-akan perkataan itu su-
dah cukup untuk dipakai sebagai celaan dan tidak per-
lu mengatakan yang lebih jelek lagi. “Kami menolak
menjadi murid-Nya, hanya bajingan seperti engkau saja
yang memilih melakukan itu.” Mereka berusaha sedapat
mungkin menghina agama Kristus dan memberi gam-
baran bahwa mengikut Dia yaitu suatu hal yang men-
jijikkan. Mereka mengejeknya. Vulgata menerjemahkan-
nya dengan maledixerunt eum – mereka mengutuknya.
Injil Yohanes 9:13-34
661
Kutukan apa yang mereka lontarkan itu? Tak lain dari,
Jadilah kau murid-Nya. “Biarlah kutukan seperti itu”
(ujar Augustinus) “jatuh ke atas kita dan anak-anak
kita!” Jika kita mengukur kehormatan dan aib ber-
dasarkan pendapat dunia yang sesat dan penuh dengan
hiruk pikuk yang membutakan, maka kita akan ber-
megah di dalam aib kita dan merasa malu dengan kehor-
matan kita. Mereka tidak memiliki alasan kuat untuk
memanggil orang itu sebagai murid Kristus, sebab dia
belum pernah melihat-Nya ataupun mendengarkan Dia
berkhotbah. Dia hanya mengatakan hal baik tentang
apa yang telah Kristus perbuat baginya, dan mereka tak
tahan mendengar itu semua.
Kedua, mereka bermegah dalam hubungan mereka
dengan Musa, guru mereka: “Kami murid-murid Musa,
dan kami tidak perlu dan tidak menginginkan guru
lain.”
Perhatikan:
1. Para pengikut sebuah agama yang berpikiran dunia-
wi sangat mudah untuk percaya dan mendewa-de-
wakan keagungan serta hak-hak istimewa dari peng-
akuan mereka itu, padahal sesungguhnya mereka
sama sekali tidak mengenal prinsip-prinsip dan kua-
sa agama mereka itu. Orang-orang Farisi ini sebe-
lumnya telah membangga-banggakan leluhur me-
reka: Kami yaitu keturunan Abraham. Sekarang
mereka menyombongkan diri dengan pendidikan
mereka, Kami murid-murid Musa, seolah-olah hal itu
dapat menyelamatkan mereka.
2. Menyedihkan sekali mendapati bagaimana satu ba-
gian dari agama ditentang habis-habisan dengan ke-
dok ketaatan terhadap bagian yang lain. Di antara
Kristus dan Musa ada suatu keserasian yang
sempurna: Musa menyiapkan jalan bagi Kristus, dan
Kristus menyempurnakan Musa, supaya dengan
demikian mereka bisa menjadi murid Musa dan da-
pat menjadi murid Kristus juga. Namun di sini,
keduanya justru dipertentangkan. Mereka memang
662
tidak dapat menganiaya Kristus kecuali dengan me-
nyalahgunakan nama Musa. Demikianlah, orang-
orang yang menentang ajaran anugerah yang diberi-
kan secara cuma-cuma itu menilai diri mereka seba-
gai penyokong kewajiban manusia, Kami murid-mu-
rid Musa. Di pihak lain, mereka yang menghapuskan
kewajiban hukum Taurat menilai diri mereka seba-
gai pengikut anugerah yang diberikan secara cuma-
cuma, dan bertingkah seolah-olah tidak ada orang
lain lagi yang menjadi murid Kristus selain mereka.
Padahal, jika kita mengerti perkara tersebut secara
benar, kita akan dapat melihat bahwa karunia Tuhan
dan kewajiban manusia sejalan dan bersesuaian
satu sama lainnya.
Ketiga, mereka mengemukakan suatu dalih sebagai
alasan mengapa mereka berpihak kepada Musa dan
melawan Kristus (ay. 29): Kami tahu, bahwa Tuhan telah
berfirman kepada Musa, namun tentang Dia itu kami tidak
tahu dari mana Ia datang. Akan namun , tidakkah mereka
tahu bahwa di antara banyak hal yang Tuhan firmankan
kepada Musa, salah satunya yaitu yang ini, yaitu bah-
wa mereka harus menanti-nantikan seorang nabi lain
dan pewahyuan pikiran Tuhan yang selanjutnya? namun ,
saat Tuhan Yesus kita, sang penggenap firman Tuhan
kepada Musa, muncul dan memberikan bukti yang cu-
kup mengenai status-Nya sebagai nabi, mereka bukan
saja menolak, namun juga mencampakkan belas kasihan
yang ditujukan kepada mereka, dengan dalih berpegang
erat pada agama yang lama dan jemaat yang sudah
mapan.
Dalam pertengkaran yang mereka timbulkan itu dapat
kita perhatikan:
1. Betapa tidak sopannya mereka berkoar-koar mem-
bela sikap permusuhan mereka terhadap Kristus.
Pernyataan yang mereka pakai pun tidak pernah di-
sangkal para pengikut-Nya: “Kami tahu, bahwa Tuhan
telah berfirman kepada Musa,” dan puji Tuhan, kita
juga mengetahui hal itu, bahwa Tuhan berfirman se-
Injil Yohanes 9:13-34
663
cara lebih langsung kepada Musa dibandingkan ke-
pada para nabi yang lainnya. Lalu masalahnya apa
kalau begitu? Memang benar Tuhan berfirman pada
Musa, namun apakah hal itu dapat membuktikan
bahwa Yesus yaitu seorang penyesat? Musa juga
memang seorang nabi kan? Musa juga berbicara
tentang Yesus dengan rasa hormat (5:46), dan Yesus
pun demikian terhadap Musa (Luk. 16:29). Baik
Musa maupun Yesus, keduanya setia di dalam ru-
mah Tuhan yang sama: Musa sebagai seorang hamba,
dan Kristus sebagai Anak. sebab itulah, seruan
orang-orang Farisi yang mempertentangkan wewe-
nang ilahi Musa dengan wewenang Kristus hanyalah
dibuat-buat saja, untuk menyesatkan orang yang
tidak suka berpikir panjang bahwa Yesus yaitu
nabi palsu dan Musa yaitu nabi yang benar. Pada-
hal keduanya sungguh-sungguh nabi.
2. Betapa tidak masuk akalnya cara mereka yang me-
makai ketidaktahuan mereka mengenai Kristus se-
bagai dalih untuk membenarkan penghinaan mereka
terhadap-Nya: namun tentang Dia itu. Begitu rendah-
nya mereka memandang Kristus yang terkasih itu,
sampai-sampai mereka tidak mau menyebut nama-
Nya, seakan-akan tidak ada harganya untuk me-
nyimpan nama yang rendah itu dalam ingatan me-
reka. Mereka membicarakan Gembala Israel dengan
sikap merendahkan seakan-akan Dia itu terlalu hina
untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing
penjaga kambing domba mereka: namun tentang Dia,
orang yang menggelikan ini, kami tidak tahu dari
mana Ia datang. Mereka menganggap diri sebagai
orang yang memiliki kunci pengetahuan, dan sebab
itu tak seorang pun boleh berkhotbah tanpa seizin
mereka dulu, tanpa disetujui oleh mahkamah me-
reka. Mereka mengharuskan semua orang yang hen-
dak menjadi pengajar untuk menghadap mereka dan
memenuhi tuntutan mereka lebih dulu. Dan hal ini
tidak pernah dilakukan Yesus. Ia tidak pernah
mengakui wewenang mereka sehingga harus memin-
664
ta izin mereka dulu. sebab itulah mereka meng-
anggap-Nya sebagai pengacau yang tidak masuk
melalui jalur resmi: Mereka tidak tahu siapa Dia dan
dari mana asal-Nya, sehingga mereka meyimpulkan
bahwa Dia itu orang berdosa. Padahal, seharusnya
kita memikirkan hal yang baik-baik tentang orang
yang tidak begitu kita kenal. namun , orang-orang
sombong dan berjiwa kerdil memang selalu meng-
anggap diri sendirilah yang baik, sedangkan orang
lain tidak. Tak lama sebelum itu, orang-orang Ya-
hudi justru mengemukakan pernyataan yang berla-
wanan dengan keberatan yang mereka kemukakan
di sini (7:27): namun tentang orang ini kita tahu dari
mana asal-Nya, namun bilamana Kristus datang, tidak
ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.
Begitulah, mereka selalu bisa dengan sangat yakin
mengukuhkan atau menentang suatu hal yang
sama, tergantung yang mana yang akan membantu
mencapai tujuan mereka. Mereka tidak tahu dari
mana Ia datang, dan salah siapakah itu?
(1) Mereka memang seharusnya bertanya-tanya, se-
bab Mesias akan muncul sewaktu-waktu pada
saat itu, dan sudah menjadi kewajiban mereka
untuk mencari di sekitar mereka dan menyelidiki
setiap petunjuk. namun , imam-imam ini, seperti
orang-orang di dalam Yeremia 2:6, tidak lagi ber-
tanya, Di manakah Tuhan?
(2) Mereka pasti sudah mengetahui dari mana Ia
berasal, dengan melacak daftar kelahiran, bahwa
Ia lahir di Betlehem. Dan bukan hanya dengan
cara ini saja, dengan menyelidiki ajaran, mujizat
dan perilaku-Nya, mereka pasti bisa tahu bahwa
Dia diutus oleh Tuhan dan memiliki perintah,
amanat, dan petunjuk yang jauh lebih baik dari
yang dapat mereka berikan kepada-Nya. Lihatlah
keanehan dari sifat bebal untuk tidak mau per-
caya itu. Manusia tidak akan mengenal ajaran
Kristus sebab mereka memang sudah bertekad
untuk tidak mempercayai ajaran-Nya itu. Tidak
Injil Yohanes 9:13-34
665
sampai di situ saja, mereka masih juga mengaku
tidak percaya sebab mereka tidak mengenal-
Nya. Kebodohan dan ketidakpercayaan yang de-
mikian saling menguatkan dan memperparah
satu sama lainnya.
(3) Orang yang tadinya buta itu bertengkar dengan mereka me-
ngenai hal tersebut, dan mereka pun mengucilkan dia.
[1] Begitu tahu bahwa dia memiliki alasan kuat yang tak
dapat ditandingi mereka, orang miskin ini semakin be-
rani dan hampir saja mengalahkan mereka dalam per-
debatan itu.
Pertama, ia merasa heran dengan kebebalan mereka
untuk tidak mau percaya (ay. 30): tanpa menjadi ciut
hati sebab kekasaran mereka, dan tanpa digoyahkan
oleh keyakinan mereka, dengan berani ia menjawab,
“Aneh juga, ini kasus teraneh mengenai ketidaktahuan
yang memalukan yang pernah tersiar di antara kaum
yang mengaku-ngaku berakal. Masakan kamu tidak
tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelek-
kan mataku.” Ada dua hal yang membuatnya terheran-
heran:
1. Masakan mereka tidak kenal orang yang begitu
masyhur. Orang yang dapat mencelikkan mata orang
buta pastilah orang yang hebat dan layak diperhati-
kan. Kaum Farisi memiliki sifat yang selalu ingin
mencari tahu, memiliki pergaulan dan kenalan yang
luas, menganggap diri mereka sebagai mata dan
penjaga jemaat, namun kini mereka berkata seolah-
olah mereka terlalu tinggi untuk mengenal orang se-
perti Kristus, atau untuk bergaul dengan Dia. Ini
memang betul-betul aneh. Ada banyak orang dikenal
terpelajar dan berpengetahuan, mengerti banyak
perkara dan dapat pandai berbicara mengenai ber-
macam-macam hal, namun yang mengherankan, me-
reka bodoh jika menyangkut ajaran Kristus. Mereka
tidak peduli dan tidak ingin mengetahui hal-hal yang
ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
666
2. Masa mereka masih juga mempertanyakan amanat
ilahi yang diemban seorang yang telah jelas-jelas
melakukan sebuah mujizat ilahi. Saat berkata, kami
tidak tahu dari mana Ia datang, mereka memaksud-
kan, “Kami tidak memiliki bukti bahwa ajaran dan
pelayanan-Nya berasal dari sorga.” “Aneh juga,” kata
si orang miskin tadi, “bahwa mujizat yang telah ter-
jadi padaku tidak mampu meyakinkanmu dan men-
jelaskan duduk perkaranya. Aneh sekali bahwa
kamu yang lebih beruntung dari orang lain sebab
pendidikan dan pengajaran tinggi yang kamu miliki
tentang hal-hal mengenai Tuhan , memilih untuk me-
nutup mata terhadap terang.” Memang suatu ke-
ajaiban yang menakjubkan saat hikmat orang-orang-
nya yang berhikmat akan hilang (Yes. 29:14), sehing-
ga mereka menyangkal kebenaran yang buktinya
tidak bisa mereka bantah.
Perhatikan:
(1) Ketidakpercayaan mereka yang menikmati sa-
rana pengetahuan dan bukti-bukti yang meya-
kinkan memang yaitu suatu hal yang menghe-
rankan (Mrk. 6:6).
(2) Orang-orang yang telah mengalami sendiri kuasa
dan anugerah Tuhan Yesus pasti sangat terhe-
ran-heran akan kekerasan hati mereka yang me-
nolak-Nya. sesudah memiliki pikiran yang begitu
indah tentang Dia, mereka merasa heran saat
mendapati orang lain tidaklah demikian. Jika
saja Kristus mencelikkan mata orang-orang Fa-
risi, pastilah mereka tidak akan meragukan diri-
Nya sebagai seorang nabi.
Kedua, orang itu mendebat kaum Farisi dengan ke-
ras (ay. 31-33). Mereka bersikukuh bahwa Yesus tidak
berasal dari Tuhan (ay. 16), melainkan seorang berdosa
(ay. 24). Sebagai tanggapan atas pernyataan ini, orang
ini membuktikan bahwa Yesus bukan saja tidak ber-
dosa (ay. 31), namun juga berasal dari Tuhan (ay. 33).
Injil Yohanes 9:13-34
667
a. Di sini dia mendebat mereka:
(a) Dengan pengetahuan yang luar biasa. Meskipun
tidak bisa membaca satu huruf pun di dalam
Kitab Suci, dia cukup mengenal firman dan hal-
hal mengenai Tuhan . Dulu dia memang memiliki
kekurangan dalam hal melihat, namun dia me-
manfaatkan betul-betul pendengarannya, dari
mana imannya berasal. Akan namun , hal itu pun
tidak akan berguna baginya jika saja pada ke-
sempatan itu ia tidak memiliki penyertaan Tuhan
yang luar biasa dan pertolongan istimewa dari
Roh-Nya.
(b) Dengan semangat menyala-nyala untuk kehor-
matan Kristus, sebab ia tidak mau mendengar
orang menjelek-jelekkan atau mencoba menja-
tuhkan Dia.
(c) Dengan keberanian dan ketegasan yang luar bia-
sa, dan juga keteguhan, tidak takut akan para
penentangnya yang angkuh itu. Orang yang ingin
menyenangkan Tuhan tidak boleh gentar dengan
sikap orang lain yang memusuhinya. “Lihatlah di
sini,” kata Dr. Whitby, “penilaian seorang buta
dan tidak terpelajar mengenai hal-hal rohani me-
ngalahkan penilaian seluruh kumpulan orang
Farisi yang terpelajar. Kita bisa belajar dari sini
bahwa kita tidak bisa selalu dipimpin dengan
baik oleh wewenang dewan-dewan gereja. Bukan
hal yang mustahil bila terkadang orang awam
berselisih pendapat dengan dewan-dewan gereja
itu. Terkadang para pengawas ini bersalah atas
pengawasan besar.”
b. Bantahan yang dikemukakan orang itu dapat pula
diibaratkan dengan yang dikatakan Daud (Mzm.
66:18-20). Dasar pemikiran dalam pernyataan Daud
yaitu , Seandainya ada niat jahat dalam hatiku,
tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Di sini pun
orang itu mengemukakan kalimat yang artinya ku-
rang lebih sama, Tuhan tidak mendengarkan orang-
668
orang berdosa: dan Daud yakin bahwa, Sesungguh-
nya, Tuhan telah mendengar, sedangkan dalam keya-
kinan orang itu, sesungguhnya Tuhan telah mende-
ngar Yesus dan Dia dipermuliakan melalui perbuat-
an yang sebelumnya tidak pernah dilakukan orang.
Jadi, kesimpulannya, kesemuanya itu mempermu-
liakan Tuhan , terpujilah Tuhan . Di sini maksudnya
yaitu untuk mempermuliakan Tuhan Yesus, Dia
berasal dari Tuhan .
(a) Dia memaparkan kebenaran yang tak dapat di-
bantah lagi, yaitu bahwa hanya orang-orang be-
nar saja yang menjadi kesukaan sorga (ay. 31):
Kita tahu, dan kamu pun mengetahuinya seperti
aku, bahwa Tuhan tidak mendengarkan orang-
orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh
dan yang melakukan kehendak-Nya.
Di sini:
[a] Pernyataannya itu benar, jika hal itu dimeng-
erti secara benar.
Pertama, biarlah hal itu dikatakan untuk
menggentarkan hati orang jahat, bahwa Tuhan
tidak mendengarkan orang-orang berdosa,
yaitu orang-orang berdosa seperti yang di-
maksudkan kaum Farisi saat mereka menu-
duh Kristus, dia yaitu seorang berdosa.
Orang-orang demikian memajukan kepenting-
an Iblis dengan berlindung di bawah n
Langganan:
Postingan
(
Atom
)