Yohanes-1-16 19

Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 19. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Yohanes-1-16 19



perti penyembuhan orang yang 
buta sejak lahir ini pastilah menjadi buah bibir orang di seluruh kota, 
dan banyak orang memperbincangkannya seperti mereka menggun-
jingkan desas-desus lainnya, yaitu hanya kira-kira sembilan hari 
lamanya saja mereka terheran-heran mengenai hal itu. Namun di 
sini, kita diberi tahu mengenai apa yang dikatakan para tetangga ter-
sebut sebagai peneguhan atas apa yang telah terjadi. Dengan demi-
kian, apa yang sebelumnya tidak dipercaya tanpa ditelaah dengan 
teliti terlebih dahulu dapat diakui tanpa diragukan lagi. Ada dua hal 
yang diperdebatkan mengenai hal tersebut, yaitu: 
I.  Apakah orang itu yaitu  orang yang sama, yang sebelumnya buta 
(ay. 8). 

 634
1.  Para tetangga yang tinggal di sekitar tempat orang buta itu la-
hir dan dibesarkan, dan tahu betul bahwa dulu dia buta, pas-
tilah sangat terpana saat melihat bahwa penglihatannya kini 
telah menjadi sempurna secara tiba-tiba, dan mereka berkata, 
Bukankah dia ini, yang selalu mengemis? Kelihatannya, orang 
buta ini yaitu  seorang pengemis biasa yang tidak bisa beker-
ja menafkahi dirinya sendiri, sehingga kepadanya tidak diber-
lakukan kewajiban hukum yang menyebutkan, jika seorang 
tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Saat dia tidak bisa 
berkeliling, dia pun duduk. Jika kita tidak bisa bekerja bagi 
Tuhan  , kita harus duduk diam bagi Dia. Saat orang buta itu 
tidak bisa bekerja dan orangtuanya tidak bisa menyokong dia, 
dia pun mengemis. Perhatikan, orang-orang yang tidak mampu 
menafkahi diri mereka tidak boleh malu untuk mengemis se-
perti bendahara yang tidak jujur itu. Biarlah tak ada seorang 
pun malu akan apa saja selain dosa. Memang ada sebagian 
pengemis yang meminta-minta sedekah harus diperlakukan 
secara berbeda. Namun, kita tidak boleh membiarkan para 
lebah betina mati kelaparan sebab  dirongrong lebah jantan 
dan tawon yang ada di sekeliling mereka.  
Mengenai orang buta ini:  
(1)  Ia memang sudah ditakdirkan Tuhan   menjadi seorang pe-
ngemis biasa yang dikenal orang, supaya dengan demikian 
kebenaran mujizat itu menjadi lebih terbukti dan ada lebih 
banyak orang yang bisa bersaksi melawan orang-orang Ya-
hudi yang bebal itu, yang mau percaya bahwa orang itu 
dulu buta. Kesaksian seperti ini tidak akan terjadi bila si 
pengemis ini hanya tinggal di rumah ayahnya saja. 
(2) Peristiwa itu merupakan contoh kerendahan hati Kristus 
yang lebih besar lagi. Tampaknya (kalau boleh saya bilang 
begitu) Ia lebih bersedia bersusah payah menyembuhkan 
seorang pengemis dibandingkan  melakukan hal yang sama ter-
hadap orang lain. Saat mujizat-Nya dimaksudkan untuk 
dilaksanakan pada orang-orang yang terkenal, Ia memilih 
mereka yang dikenal sebab  kemiskinan dan kesengsaraan 
mereka, dan bukannya sebab  status tinggi mereka.  
2. Sebagai jawaban untuk pertanyaan mengenai orang buta itu:  
Injil Yohanes 9:8-12 
 635 
(1)  Ada yang berkata, “Benar, dialah ini, orang yang sama,” 
dan mereka yang berkata demikian itu yaitu  saksi kebe-
naran mujizat tersebut, sebab mereka telah lama menge-
nalnya sebagai orang yang benar-benar buta.  
(2) Orang-orang lainnya, yang berpikir mustahil seorang yang 
buta sejak lahir tiba-tiba saja dapat melihat, melulu sebab  
alasan tersebut, berkata, Bukan, namun   ia serupa dengan 
dia. Jadi, pengakuan mereka itu memberi kesaksian bahwa 
jika benar dia orang yang sama, alangkah besarnya mujizat 
yang telah dilakukan terhadapnya.  
Dengan demikian kita bisa merenungkan:  
[1]  Tentang hikmat dan kuasa ilahi dalam mengatur jenis 
rupa pria dan wanita yang terjadi di mana-mana di du-
nia ini, sehingga tidak ada dua orang pun yang ber-
muka sama supaya masing-masing dapat dibedakan, 
dan hal itu amatlah penting bagi masyarakat, sosial, 
dan juga penerapan keadilan. Juga,  
[2]  Tentang perubahan luar biasa yang dapat dibuat oleh 
anugerah Tuhan   atas diri beberapa orang yang sebelum-
nya sangat keji dan jahat, yang diubahkan sedemikian 
menyeluruh dan berbedanya sampai-sampai tak se-
orang pun akan mengenal mereka sebagai orang yang 
sama.  
3.  Perbedaan pendapat itu sendiri segera dilerai oleh orang yang 
telah disembuhkan itu. Orang itu sendiri berkata, “Benar, aku-
lah itu,  orang yang sama yang biasanya duduk dan mengemis. 
Akulah dia yang tadinya buta, dan biasa diberi sedekah, namun   
kini aku dapat melihat dan menjadi bukti belas kasihan dan 
anugerah Tuhan  .” Kita tidak mendapati para tetangga menanya-
kan hal ini langsung kepadanya, namun   dia sendiri saat  men-
dengar perdebatan itu, ikut menengahi dan mengakhiri perde-
batan itu. Kita berutang keadilan bagi tetangga kita, untuk 
memperbaiki kesalahan mereka dan menjelaskan duduk per-
kara yang sebenarnya di depan mereka sejauh yang kita mam-
pu, dalam terang kebenaran. Bila kita menerapkannya dalam 
kerohanian, hal itu mengajari kita bahwa mereka yang telah 
diselamatkan dan diterangi oleh anugerah Tuhan   harus selalu 
siap sedia untuk mengakui keadaan mereka sebelumnya, se-

 636
belum perubahan yang memuliakan Tuhan   itu terjadi (1Tim. 
1:13-14). 
II.  Bagaimana matanya menjadi melek (ay. 10-12). Kini mereka akan 
menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat 
itu, dan terus mencari tahu mengenai hal itu. Saat Kristus  mem-
beri sedekah, Ia tidak meniup sangkakala untuk memberitakan 
hal itu. Dia juga tidak naik ke atas panggung untuk memperton-
tonkan penyembuhan yang dilakukan-Nya. Akan namun  , tetap 
saja, laksana kota yang terletak di atas gunung, peristiwa itu tidak 
mungkin tersembunyi. Ada dua hal yang dipertanyakan para te-
tangga itu:       
1. Cara penyembuhan tersebut: Bagaimana matamu menjadi me-
lek?  Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, sehingga layak di-
selidiki (Mzm. 111:2). Baik sekali untuk menyelidiki jalan dan 
cara segala pekerjaan Tuhan  , dan semuanya itu pasti akan 
kelihatan semakin indah. Kita dapat menerapkannya dalam 
hal kerohanian. Memang ajaib bila mata yang buta menjadi 
celik, namun   lebih ajaib lagi jika kita memikirkan bagaimana 
caranya hal itu bisa terjadi. Betapa lemahnya alat yang dipakai 
untuk melakukan itu, dan betapa kuatnya perlawanan yang 
harus ditaklukkan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, 
orang malang ini menerangkan semuanya dengan gamblang, 
“Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, lalu aku pun 
dapat melihat” (ay. 11). Perhatikan, orang yang telah meng-
alami contoh istimewa dari kuasa dan kebaikan Tuhan  , dalam 
perkara duniawi maupun perkara rohani, harus selalu siap 
pada segala kesempatan untuk menyaksikan pengalamannya 
itu, supaya dengan demikian Tuhan   dimuliakan dan orang lain 
dapat diajari dan dikuatkan. Lihatlah kumpulan pengalaman 
Daud dan juga pengalaman orang-orang lainnya (Mzm. 34:4-
6). Ini merupakan hutang yang harus kita lunasi kepada Dia 
yang telah memberi kita karunia, dan juga kepada saudara-
saudara kita. Segala kebaikan yang diperbuat Tuhan   terhadap 
kita akan hilang bila kita melupakannya dan tidak menyaksi-
kannya lebih lanjut kepada orang lain.  
2.  Orang yang melakukan penyembuhan itu (ay. 12): Di manakah 
Dia? Beberapa mungkin menanyakan itu hanya sebab  rasa 
ingin tahu mereka. “Di manakah Dia, supaya kami juga dapat 
Injil Yohanes 9:8-12 
 637 
melihat-Nya?” Orang yang dapat mendatangkan kesembuhan 
seperti itu bisa menjadi tontonan menarik, dan orang bersedia 
pergi jauh-jauh hanya untuk melihatnya. Yang lainnya, mung-
kin, bertanya demikian dengan maksud jahat. “Di manakah 
Dia, supaya kami bisa menangkap-Nya?”  Memang ada seruan 
untuk menemukan dan menangkap Dia (11:57), dan khalayak 
ramai yang biasanya tidak punya pikiran panjang, sekalipun 
ada alasan dan sebab yang benar, pasti langsung saja berpi-
kiran yang tidak-tidak mengenai orang yang namanya dijelek-
jelekkan itu. namun  , beberapa di antara mereka, semoga saja, 
bertanya begitu dengan maksud baik. “Di manakah Dia, su-
paya kami dapat berkenalan dengan-Nya? Di manakah Dia, 
supaya kami bisa datang kepada-Nya dan ikut menikmati ke-
baikan yang selalu bagi-bagikan-Nya dengan cuma-cuma itu?” 
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, orang itu hanya dapat 
menjawab, Aku tidak tahu. Kelihatannya, segera sesudah  Kris-
tus menyuruhnya pergi ke kolam Siloam, Ia cepat-cepat me-
nyingkir (seperti yang Ia lakukan di pasal 5:13), dan tidak ber-
lama-lama menunggu sampai orang itu kembali, seolah-olah 
Dia meragukan hasilnya atau menunggu pernyataan terima 
kasih dari orang itu. Orang-orang yang rendah hati lebih se-
nang melakukan kebaikan dibandingkan  mendengar kebaikan yang 
dilakukannya itu diperbincangkan. Nanti juga akan ada saat-
nya hal itu diperdengarkan lagi saat hari kebangkitan orang 
benar tiba. Orang ini belum pernah melihat Yesus, sebab saat 
matanya melek, tabib-Nya itu sudah menghilang, dan mung-
kin saja ia sendiri bertanya, di manakah Dia? Tak satu pun 
dari semua benda baru dan mengherankan yang kini bisa ia 
lihat akan menyenangkan hatinya lebih dari bila ia bisa meli-
hat Yesus sekali saja, namun hingga saat itu, yang ia tahu 
tentang Kristus hanyalah bagaimana Ia dipanggil, dan panggil-
an itu memang benar, yaitu Yesus, Sang Juruselamat. Jadi, 
dalam pekerjaan anugerah yang terjadi dalam sebuah jiwa, 
kita bisa melihat perubahannya, namun   tidak bisa melihat ta-
ngan yang memicu nya. Sebab, cara Roh bekerja yaitu  
seperti angin, yang dapat kau dengar bunyinya, namun   engkau 
tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi.  

 638
Orang-orang Farisi Menggerutu:  
Teguran terhadap Gerutuan Mereka Itu 
(9:13-34) 
13 Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang 
Farisi.14 Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata 
orang itu, yaitu  hari Sabat.15 sebab  itu orang-orang Farisi pun bertanya 
kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: “Ia mengoleskan 
adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku 
dapat melihat.” 16 Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: “Orang ini tidak 
datang dari Tuhan  , sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula ber-
kata: “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demi-
kian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. 17 Lalu kata mereka 
pula kepada orang buta itu: “Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, kare-
na Ia telah memelekkan matamu?” Jawabnya: “Ia yaitu  seorang nabi.”18 
namun   orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru 
dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya 19 dan bertanya 
kepada mereka: “Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? 
Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” 20 Jawab orang tua 
itu: “Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, 
21 namun   bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa 
yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya 
sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” 22 
Orang tuanya berkata demikian, sebab  mereka takut kepada orang-orang 
Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang 
mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. 23 Itulah sebabnya maka 
orang tuanya berkata: “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” 24 
Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata 
kepadanya: “Katakanlah kebenaran di hadapan Tuhan  ; kami tahu bahwa 
orang itu orang berdosa.” 25 Jawabnya: “Apakah orang itu orang berdosa, aku 
tidak tahu; namun   satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sek-
arang dapat melihat.” 26 Kata mereka kepadanya: “Apakah yang diperbuat-
Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?” 27 Jawabnya: “Telah ku-
katakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hen-
dak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” 
28 Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: “Engkau murid orang itu 
namun   kami murid-murid Musa. 29 Kami tahu, bahwa Tuhan   telah berfirman 
kepada Musa, namun   tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang.” 30 
Jawab orang itu kepada mereka: “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari 
mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. 31 Kita tahu, bah-
wa Tuhan   tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang 
yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. 32 Dari dahulu sampai seka-
rang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang 
yang lahir buta. 33 Jikalau orang itu tidak datang dari Tuhan  , Ia tidak dapat 
berbuat apa-apa.” 34 Jawab mereka: “Engkau ini lahir sama sekali dalam 
dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. 
Orang pasti mengharapkan, mujizat hebat yang telah Kristus perbuat 
ini pastilah kini akan mengangkat nama-Nya dan membungkam serta 
mempermalukan semua yang menentang-Nya. Namun, yang terjadi 
malah sebaliknya. Bukannya mengakui-Nya sebagai nabi sebab  mu-
Injil Yohanes 9:13-34 
 639 
jizat tersebut, mereka malah terus menganiaya-Nya seperti seorang 
penjahat.     
I.  Inilah berita yang dikabarkan kepada kaum Farisi mengenai  per-
kara itu: mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada 
orang-orang Farisi (ay. 13). Mereka membawanya ke hadapan 
Mahkamah Agama yang anggotanya kebanyakan terdiri dari kaum 
Farisi, setidaknya, orang-orang Farisi dalam Mahkamah Agama 
itulah yang paling giat menentang Kristus.  
1. Beberapa orang berpendapat bahwa orang-orang yang mem-
bawanya kepada kaum Farisi melakukan hal itu dengan niat 
baik, yaitu untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Yesus 
yang mereka aniaya itu tidaklah seperti yang mereka kira, 
namun   Ia yaitu  seorang yang agung dan telah banyak mem-
buktikan diri-Nya membawa tugas perutusan ilahi. Apa yang 
telah membuat kita yakin mengenai kebenaran dan keagungan 
agama, yang telah menghapuskan segala kecurigaan kita ter-
hadap agama itu, haruslah kita sebarkan lagi kepada orang 
lain setiap kali kita mendapat kesempatan untuk itu, supaya 
mereka juga diyakinkan.   
2.  namun   kelihatannya, mereka justru melakukan hal tersebut 
dengan niat buruk, yaitu untuk menghasut orang-orang Farisi 
supaya lebih giat lagi menentang Kristus, dan hal ini sebe-
tulnya tidak perlu dilakukan, sebab mereka sendiri memang 
sudah begitu sakit hati terhadap Dia. Mereka membawanya 
dengan sebuah pemikiran seperti yang ada  di pasal 11:47-
48, Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya 
kepada-Nya. Perhatikan, para penguasa yang berjiwa bejat 
tidak akan kekurangan hasutan di sekeliling mereka yang bisa 
mengipasi bara api dan menjadikan mereka semakin jahat 
lagi.  
II.  Alasan yang mendasari berita itu, dan bagaimana hal tersebut di-
samarkan. Sesuatu yang baik tidak pernah dibenci kecuali jika 
sesuatu yang jahat dituduhkan kepadanya. Kejahatan yang diper-
soalkan di sini (ay. 14) yaitu  sebab  Yesus mengaduk tanah dan 
memelekkan mata orang itu pada hari Sabat. Tidak menghormati 
hari Sabat memang merupakan suatu perbuatan yang jahat dan 
menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki perangai yang 

 640
baik, namun tradisi orang Yahudi telah menjadikan sesuatu yang 
sama sekali bukan kejahatan sebagai pelanggaran terhadap hu-
kum hari Sabat. Sering kali hal ini menjadi pertentangan yang se-
ngit antara Kristus dan orang-orang Yahudi, supaya hal tersebut 
dapat diselesaikan demi kebaikan gereja di sepanjang masa. Te-
tapi memang patut dipertanyakan, “Mengapa Kristus tidak saja 
mengerjakan mujizat pada hari Sabat, namun   juga melakukannya 
dengan cara yang Ia tahu akan menyinggung orang-orang Yahudi? 
Saat Ia menyembuhkan orang yang lumpuh itu, mengapa Ia me-
nyuruhnya untuk mengangkat tilamnya? Apakah Ia tidak mampu 
menyembuhkan orang buta ini tanpa mengaduk tanah terlebih 
dahulu?”   
Inilah jawaban saya: 
1. Dia tidak mau terlihat tunduk pada wewenang yang telah dise-
lewengkan oleh para ahli Taurat dan kaum Farisi. Kekuasaan 
mereka itu tidak sah, kewajiban yang mereka perintahkan un-
tuk dilakukan itu sembarangan saja sifatnya, dan kecintaan 
mereka terhadap tata upacara ibadah justru telah memudar-
kan inti dari ibadah itu sendiri. sebab  itulah Kristus pun 
tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, bahkan sesaat 
saja pun. Kristus berada di bawah hukum Tuhan  , dan bukan di 
bawah hukum mereka.  
2. Dia melakukan semua itu supaya melalui perkataan dan per-
buatan-Nya, Ia dapat menerangkan hukum dari perintah ke-
empat dan membersihkannya dari pengertian mereka yang su-
dah tercemar itu. Dengan demikian, Ia mengajarkan kepada 
kita bahwa hari Sabat/Minggu harus diperhatikan dalam gere-
ja secara terus-menerus, satu hari dalam seminggu (sebab un-
tuk apa menjelaskan hukum itu kalau hal itu justru akan 
dibatalkan?), dan bukan hanya diagung-agungkan secara la-
hiriah saja melalui berbagai upacara agama seperti yang diper-
buat orang-orang Yahudi itu. Pekerjaan sangat diperlukan un-
tuk dilakukan, untuk menyatakan belas kasihan, diizinkan 
untuk dilakukan pada hari itu. Istirahat Sabat juga harus dila-
kukan pada hari itu, namun   tidak boleh dipentingkan sedemi-
kian rupa sampai melalaikan pekerjaan Sabat.   
3.  Kristus memilih untuk melakukan penyembuhan di hari Sabat 
untuk memuliakan dan menguduskan hari itu, dan untuk me-
Injil Yohanes 9:13-34 
 641 
negaskan bahwa kesembuhan rohani harus dilakukan teruta-
ma pada hari Sabat orang Kristen. Betapa banyak mata buta 
yang telah dicelikkan oleh pemberitaan Injil, yaitu pelumas 
mata yang kudus itu, pada hari Tuhan tersebut! Betapa ba-
nyaknya jiwa-jiwa lumpuh yang telah disembuhkan pada hari 
itu! 
III. Penyelidikan dan pemeriksaan pengadilan terhadap perkara itu 
oleh orang-orang Farisi (ay. 15). Di sini tampak sekali banyak naf-
su, prasangka, dan pikiran jahat, namun   hanya sedikit akal sehat, 
sehingga acara pemeriksaan itu hanya berupa pertanyaan untuk 
mengecek sana-sini. Orang pasti berpikir, saat orang yang meng-
alami kejadian seperti itu dibawa ke hadapan mereka, pastilah 
mereka akan sangat terpukau atas mujizat itu dan ikut bersuka 
atas kegembiraan orang yang malang itu, dan tidak akan marah-
marah dengan dia. Namun, kebencian mereka terhadap Kristus 
telah menggerogoti seluruh kemanusiaan dan juga kesalehan 
mereka. Marilah kita lihat bagaimana mereka mencecar orang ini. 
1.  Mereka menanyai dia mengenai penyembuhan itu.  
(1) Mereka ragu apakah dulu dia memang benar-benar buta 
sejak lahir, dan menuntut bukti yang bahkan telah diakui 
kebenarannya oleh para penganiaya (ay. 18): namun   orang-
orang Yahudi itu tidak percaya, artinya, mereka tidak mau 
percaya, bahwa tadinya ia buta sejak lahir. Orang-orang 
yang mencari kesempatan untuk mendebat kebenaran yang 
paling nyata bisa mendapat apa yang mereka mau. Benar 
juga bahwa mereka yang bertekad untuk terus berpegang 
pada tipu daya tidak akan kekurangan pegangan untuk 
melakukannya. Kelakuan seperti itu bukanlah kehati-hati-
an yang bijaksana, melainkan kebebalan yang penuh pra-
sangka. Bagaimanapun juga, apa yang mereka perbuat un-
tuk menjernihkan keraguan tersebut tidaklah buruk: Mere-
ka memanggil orangtuanya. Mereka berbuat begitu dengan 
harapan untuk memperoleh bukti yang dapat menentang 
kebenaran mujizat tersebut. Orangtua si buta itu miskin 
dan takut-takut, dan seandainya mereka mengatakan bah-
wa mereka tidak yakin bahwa orang itu yaitu  anak mere-
ka, atau bahwa ia hanya terlahir dengan sedikit kelemahan 

 642
atau kerabunan di matanya, yang bisa saja disembuhkan 
sejak dulu jika mereka mendapat pertolongan, atau sean-
dainya saja mereka memutarbalikkan kebenaran sebab  
takut terhadap pengadilan itu, maka pastilah orang-orang 
Farisi itu mendapatkan apa yang mereka mau, yaitu me-
rampas kehormatan yang sudah didapat Kristus melalui 
mujizat tersebut, dan jika ini sampai terjadi, maka nama 
baik mujizat-mujizat-Nya yang lain juga ikut terkikis. 
namun  , Tuhan   mengatur dan mengalahkan rencana mereka 
dan justru menjadikannya sebagai bukti yang menguatkan 
lagi bagi mujizat tersebut. Dan kini hanya ada dua pilihan 
bagi mereka, percaya atau bertambah geram.  
Nah, dalam proses penyelidikan tersebut kita mendapati: 
[1] Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada orangtua 
si buta itu (ay. 19): Mereka menanyai kedua orangtua-
nya itu dengan nada sombong dan mengancam, “Inikah 
anakmu? Berani sumpah? Apakah kamu katakan bah-
wa ia lahir buta? Apa kamu yakin akan hal itu? Atau 
apakah dia hanya pura-pura buta saja untuk mencari 
alasan supaya mengemis? Kalau begitu bagaimanakah 
ia sekarang dapat melihat? Hal itu betul-betul mustahil, 
jadi lebih baik kamu menyangkalnya saja.” Orang-orang 
yang tidak tahan melihat terang kebenaran akan mela-
kukan apa saja untuk menutupinya dan mencegah 
orang lain untuk menemukannya. Demikianlah para pe-
mimpin, atau tepatnya para pemimpin sesat, yang seha-
rusnya mengelola bukti-bukti, justru mendorong para 
saksi untuk berdusta dan mengajari mereka untuk me-
nyembunyikan atau menutup-nutupi kebenaran. De-
ngan berbuat demikian, mereka membuat diri sendiri 
bersalah berlipat ganda, seperti yang dilakukan Yero-
beam yang berdosa dan membuat bangsa Israel ikut 
berdosa pula.  
[2]  Jawaban orangtua orang yang tadinya buta itu terhadap 
pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang mana: 
Pertama, mereka benar-benar menegaskan hal yang 
secara aman dapat mereka katakan mengenai perkara 
ini. Secara aman maksudnya yaitu  sesuai dengan pe-
Injil Yohanes 9:13-34 
 643 
ngetahuan mereka dan tanpa harus menanggung risiko 
ancaman (ay. 20): Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini 
anak kami (sebab setiap hari mereka bergaul dengan 
dia, dan mengasihi dia layaknya seorang ibu kandung [1 
Raj. 3:26], sehingga mereka pun dapat mengenalinya 
sebagai anak kandung mereka). Kami tahu bahwa ia 
lahir buta. Tentu saja mereka punya alasan untuk me-
ngetahui semuanya itu, sebab  mereka telah begitu ba-
nyak bersusah hati dan mengkhawatirkan dia. Betapa 
seringnya mereka memandang dia dengan sedih dan 
meratapi kebutaan anak mereka lebih dibandingkan  beban 
dan kesengsaraan lain yang disebabkan oleh kemiskin-
an mereka, dan berharap dia tidak pernah dilahirkan 
saja dibandingkan  harus lahir dan menderita seperti itu da-
lam hidupnya! Biarlah mereka yang malu akan anak-
anak mereka sendiri atau kerabat mereka sebab  keca-
catan fisik mereka, ditegur melalui teladan kedua 
orangtua ini, yang berkenan mengakui bahwa dia ini 
anak kami, meskipun dia lahir buta dan harus hidup 
dari sedekah orang. 
Kedua, dengan sangat hati-hati mereka menolak 
memberikan bukti apa pun mengenai kesembuhannya. 
Sebagian alasannya yaitu  sebab  mereka sendiri bu-
kan saksi mata kejadian itu, dan tidak dapat mengata-
kan apa pun sepengetahuan mereka. Sebagian lagi ada-
lah sebab  mereka tahu masalah ini sangat peka, dan 
tidak berani mencampurinya. sebab  itulah, sesudah  
mengakui bahwa dia yaitu  anak mereka yang terlahir 
buta, mereka pun tidak mau mengatakan hal-hal lain. 
a.  Perhatikanlah betapa berhati-hatinya mereka dalam 
mengungkapkan pernyataan mereka selanjutnya (ay. 
21): “Bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami 
tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, 
kami tidak tahu juga, selain dari apa yang telah kami 
dengar dari orang-orang. Kami tidak dapat menjawab 
bagaimana atau oleh tangan siapa hal itu terjadi.” 
Lihatlah bagaimana hikmat dunia ini telah menga-
jari manusia untuk memperhalus masalah dalam ke-
adaan genting. Kristus dituduh sebagai pelanggar 

 644
hari Sabat dan seorang penyesat. Kini kedua orang-
tua dari orang buta itu, meskipun bukan saksi mata 
penyembuhannya, mereka yakin sepenuh hati me-
ngenai itu dan juga berutang budi untuk menyaksi-
kan kemuliaan Tuhan Yesus yang telah melakukan 
kebaikan yang begitu besar terhadap anak mereka, 
namun   mereka tidak berani melakukan itu, dan ber-
pikir bahwa mereka dapat menebus ketidakberanian 
mereka untuk memihak kepada-Nya dengan tidak 
mengatakan apa-apa yang menentang-Nya. Padahal 
di hari penghakiman nanti, orang yang malu meng-
akui Dia akan dianggap sebagai penentang-Nya (Luk. 
11:23; Mrk. 8:38). Supaya tidak dicecar lebih lanjut 
lagi, mereka pun mengalihkan perhatian mereka dan 
pengadilan itu kepada orang yang tadinya buta itu: 
Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, 
ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri. Hal ini 
menyiratkan bahwa saat anak-anak belum cukup 
umur (yaitu pada waktu mereka masih bayi, dan 
belum bisa bicara), orangtua mereka perlu mewakili 
mereka dalam berbicara, berbicara kepada Tuhan   di 
dalam doa bagi mereka, berbicara bagi mereka di ha-
dapan gereja dalam pembaptisan. namun  , saat me-
reka sudah cukup umur, layaklah jika mereka dita-
nyai apakah mereka bersedia melakukan hal-hal 
yang sebelumnya dilakukan orangtua mereka untuk 
mereka, dan membiarkan mereka berbicara bagi 
dirinya sendiri. Orang ini, meski dia buta sejak lahir, 
kelihatannya jauh lebih cakap dibanding kebanyak-
an orang, sehingga ia mampu berbicara bagi dirinya 
sendiri dengan cara yang lebih baik dibandingkan  yang 
bisa dilakukan teman-temannya bagi dia. Demikian-
lah Tuhan   sering kali berbaik hati memberikan karu-
nia kelebihan dalam pikiran untuk mengimbangi ke-
kurangan tubuh jasmani (1Kor. 12:23-24). Tindakan 
orangtuanya yang mengalihkan perhatian kaum Fa-
risi kepadanya yaitu  usaha untuk menyelamatkan 
diri mereka sendiri dari kesusahan, sehingga kini 
dialah yang terpojok. Padahal mereka yang ikut me-
Injil Yohanes 9:13-34 
 645 
nikmati belas kasihannya seharusnya memiliki alas-
an yang kuat untuk memihaknya di dalam keadaan 
yang sulit ini demi kemuliaan Kristus yang telah ba-
nyak berbuat kebaikan bagi mereka.  
b.  Lihatlah mengapa mereka begitu berhati-hati (ay. 
22-23): sebab  mereka takut kepada orang-orang Ya-
hudi. Bukannya mereka bermaksud untuk memberi-
kan kehormatan kepada anak mereka dengan me-
nyuruhnya membela diri sendiri. Bukanya juga  me-
reka ingin perkara tersebut diselesaikan oleh orang 
yang paling mampu melakukannya, melainkan kare-
na mereka ingin melepaskan diri sendiri dari kesulit-
an, seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang, 
tak peduli siapa yang akan tertimpa kesulitan itu 
gara-gara sikap mereka tadi. Kawanku, anakku dan 
mungkin agamaku penting bagiku, namun   diriku sen-
dirilah yang lebih penting – Proximus egomet mihi.  
Akan namun  , Kekristenan mengajarkan hal yang ti-
dak seperti itu (1Kor. 10:24; Est. 8:6). Di sini terda-
pat:  
(a)  Peraturan terbaru yang dibuat Mahkamah Agama. 
Telah disepakati dan disahkan oleh kewenangan 
para anggota Mahkamah Agama itu bahwa jika 
ada orang yang berada dalam wilayah kekuasaan 
mereka mengakui Yesus sebagai Mesias, ia akan 
dikucilkan.  
Perhatikanlah:  
[a] Kejahatan yang akan dihukum, atau dicegah 
oleh peraturan tersebut yaitu  mengakui dan 
menyatakan secara terang-terangan bahwa 
Yesus dari Nazaret yaitu  Mesias yang telah 
dijanjikan itu. Mereka sendiri sungguh me-
nanti-nantikan Mesias, namun   mereka tidak 
bisa tahan jika harus mempercayai bahwa Ye-
suslah orangnya. Mereka juga tidak mau ber-
tanya-tanya apakah memang benar Ia orang-
nya. Ini semua mereka lakukan sebab  dua 
alasan:  

 646
Pertama, sebab  prinsip-prinsip atau per-
aturan-Nya sangat berlawanan dengan hukum 
tradisional mereka. Penyembahan rohani yang 
Ia wajibkan mengacaukan segenap tata cara 
mereka. Selain itu, tidak ada hal lain yang be-
nar-benar bisa menghancurkan kesombongan 
dan kedegilan hati mereka selain kebaikan 
hati yang Ia ajarkan. Kerendahan hati dan  
mati raga, pertobatan dan penyangkalan diri 
merupakan ajaran-ajaran yang baru bagi me-
reka, dan terdengar kasar dan aneh di telinga 
mereka.  
Kedua, sebab  janji-janji dan penampilan-
Nya sangat berlawanan dengan harapan yang 
telah mereka miliki selama ini. Mereka meng-
harapkan Mesias datang dengan kemegahan 
dan keagungan lahiriah, yang tidak saja akan 
membebaskan bangsa mereka dari  kuk bang-
sa Romawi, namun   juga meningkatkan kebe-
saran Sanhedrin atau Mahkamah Agama, ser-
ta menjadikan anggota-anggotanya sebagai 
pangeran dan penguasa. Namun kini, yang 
mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias 
yang penampilan luarnya begitu sederhana 
dan miskin, yang tempat kemunculan perta-
ma sekaligus tempat tinggal utamanya yaitu  
di Galilea, sebuah provinsi yang hina. Yang 
mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias 
yang tidak pernah menghormati mereka atau-
pun berusaha menarik perhatian mereka, 
yang para pengikutnya tak satu pun para ke-
satria atau pembesar, atau orang terhormat, 
melainkan hanya para nelayan hina. Yang 
mereka dengar tentang Dia hanyalah Mesias 
yang tidak mencanangkan dan menjanjikan 
penebusan selain dibandingkan  dosa. Tidak ada 
penghiburan bagi Israel, kecuali penghiburan 
ilahi dan rohani. Malahan, pada saat yang 
sama Ia menyuruh para pengikut-Nya untuk 
Injil Yohanes 9:13-34 
 647 
mempersiapkan diri menghadapi salib dan 
penganiayaan. Semuanya ini sungguh meru-
pakan penghinaan terhadap segala pemikiran 
yang telah mereka bentuk dan penuhi ke da-
lam pikiran orang banyak. Ini sungguh meru-
pakan pukulan terhadap kuasa dan kepen-
tingan mereka. Mereka menjadi begitu kecewa 
sampai tidak pernah mau berdamai lagi de-
ngan semuanya tadi, termasuk tidak mau 
bersikap adil dan bersabar untuk mendengar 
kebenaran dari semuanya itu. Bagi mereka, 
keyakinan akan Mesias itu harus dihancur-
kan, tak peduli benar atau salah. 
[b] Hukuman yang akan dikenakan atas kejahat-
an tersebut. Jika seseorang mengakui dirinya 
sebagai murid Yesus, dia harus dianggap dan 
dinyatakan murtad dari iman gereja Yahudi, 
sekaligus dianggap sebagai pemberontak dan 
pengkhianat terhadap pemerintahannya, dan 
sebab  itu ia harus dikeluarkan dari sinagoge, 
sebagai orang yang telah kehilangan kehor-
matan dan tidak diperbolehkan mengecap 
hak-hak istimewa dari gereja mereka. Dia ha-
rus dikucilkan dan dikeluarkan dari negeri 
Israel. Hal itu bukan sekadar hukuman gereja 
saja, yang bisa saja diabaikan orang yang ti-
dak peduli dengan kewenangannya, namun   
juga dianggap sebagai pelanggaran hukum si-
pil yang membuat seseorang kehilangan hak-
hak sosial sebab  kebebasan serta harta ben-
danya ikut dirampas.  
Perhatikan:  
Pertama, agama Kristus yang kudus, sejak 
pertama kali didirikan, telah sering ditentang 
oleh hukum yang dibuat untuk menekan 
pengikut-Nya, seolah-olah jika hati nurani 
manusia secara alamiah bersedia menerima 

 648
agama itu, maka paksaan buatan harus dite-
rapkan untuk mencegah mereka.  
Kedua, pengaruh gereja sering kali dapat 
dibengkokkan menjadi bumerang bagi gereja 
itu sendiri jika kekuasaan jatuh ke tangan 
yang salah, dan aturan-aturan gerejawi di-
buat hanya untuk memenuhi kepentingan du-
niawi dan kedagingan. Tidaklah mengheran-
kan lagi untuk mendapati bahwa yang diku-
cilkan dari lingkungan ibadah itu justru me-
reka yang sebenarnya merupakan alat dan 
berkat bagi gereja. Tidak aneh juga untuk 
mendengar bahwa mereka yang terusir justru 
berujar, Baiklah TUHAN menyatakan kemulia-
an-Nya (Yes. 66:5). Nah, mengenai peraturan 
ini dikatakan: 1. Bahwa orang-orang Yahudi 
menyepakatinya, atau lebih tepat lagi, berse-
kongkol mengenai hal itu. Dengan demikian, 
musyawarah dan kesatuan mereka dalam hal 
itu justru menjadi persekongkolan jahat mela-
wan takhta dan martabat Sang Penebus, me-
lawan Tuhan   dan Yang Diurapi-Nya. 2. Bahwa 
mereka telah menyetujui penerapan hukuman 
tersebut. Meskipun Kristus baru tampil di ha-
dapan khalayak ramai selama beberapa bulan 
saja sehingga orang pasti berpikir bahwa 
tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu Ia 
bisa membuat mereka merasa iri terhadap-
Nya, namun   kenyataannya, sudah sedari awal 
itu mereka telah menyadari bahwa kepenting-
an-Nya semakin berkembang, dan sebab  itu 
mereka bersepakat untuk berusaha sedapat 
mungkin menekan perkembangan itu. Baru-
baru ini, Dia telah berhasil meloloskan diri 
dari Bait Tuhan  . sesudah  mereka tercengang 
sebab  kegagalan usaha mereka untuk me-
nangkap-Nya, mereka pun mengambil tindak-
an tersebut, yaitu hendak menghukum setiap 
orang yang berani mengakui Dia sebagai 
Injil Yohanes 9:13-34 
 649 
Mesias. Demikianlah, betapa satu hati dan 
giatnya musuh-musuh gereja dan rancangan 
mereka. Namun, Dia yang bersemayam di sor-
ga, tertawa dan mengolok-olok mereka, dan 
kita pun bisa berbuat sama terhadap mereka. 
(b) Bagaimana peraturan tersebut mempengaruhi 
orangtua si buta. Mereka menolak mengatakan 
apa pun tentang Kristus, dan mengalihkan beban 
itu kepada anak mereka sendiri, sebab  mereka 
takut kepada orang Yahudi. Kristus telah menye-
babkan diri-Nya tidak disenangi penguasa demi 
berbuat baik terhadap anak mereka, namun   me-
reka tidak mau berbuat sama untuk memberi-
kan-Nya kehormatan. Perhatikan, takut kepada 
orang mendatangkan jerat (Ams. 29:25), dan ini 
sering kali membuat banyak orang memilih un-
tuk menyangkal dan tidak mau mengakui Kristus 
dan kebenaran serta jalan-Nya, dan membuat 
mereka bertindak melawan hati nurani mereka 
sendiri. Nah, kini si orangtua telah membebas-
kan diri mereka dari kesulitan, sehingga tidak 
diharuskan menjawab pertanyaan apa pun lagi. 
Sekarang, mari kita lanjut dengan penyelidikan 
terhadap orang yang tadinya buta itu: keraguan 
orang-orang Farisi mengenai apakah dia memang 
benar-benar buta sejak lahir telah dihapus oleh 
kedua orangtuanya, dan sebab  itulah,  
(2)  Mereka kini menanyai dia tentang bagaimana ia disembuh-
kan, dan mengomentari hal tersebut (ay. 15-16). 
[1]  Pertanyaan yang sama dengan yang telah diajukan para 
tetangganya itu kini ditanyakan orang-orang Farisi kepa-
danya, yaitu bagaimana matanya menjadi melek. Mere-
ka bertanya seperti itu bukan dengan maksud tulus 
untuk mengetahui kebenaran, dengan menelusuri la-
poran itu dari sumbernya, namun dengan keinginan 
untuk mendapat kesempatan menentang Kristus. Se-
bab, jika orang itu menceritakan seluruh kejadian terse-
but, mereka dapat menuduh Kristus sebagai pelanggar 

 650
hari Sabat. Jika orang yang tadinya buta itu mencerita-
kan kisah yang berbeda dari yang telah ia katakan sebe-
lumnya, maka ada alasan bagi mereka untuk mencu-
rigai bahwa semua kejadian itu hanyalah persekongkol-
an belaka.  
[2] Kepada orang-orang Farisi itu Ia mengulangi jawaban 
yang sama seperti yang telah ia katakan kepada para 
tetangga: Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, 
lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat meli-
hat. Di sini ia tidak membicarakan tentang bagaimana 
tanah itu diaduk, sebab ia tidak melihat prosesnya. 
namun  , hal itu tidaklah penting dan mungkin bisa mem-
beri kesempatan kepada orang-orang Farisi itu untuk 
menentang Dia, sehingga ia pun mengabaikannya. Wak-
tu menjawab pertanyaan tetangga, ia berkata, aku mem-
basuh diriku, dan mataku melek. Namun, supaya mere-
ka tidak menganggap bahwa hal itu hanyalah bayangan 
penglihatan yang kabur dan bersifat sementara, yang 
bisa saja dihasilkan oleh khayalan, ia pun kini berkata, 
“Aku dapat melihat: kesembuhan ini benar-benar sem-
purna dan tidak bersifat sementara.”  
[3] Pendapat orang banyak terhadap cerita itu amatlah ber-
beda-beda, dan menimbulkan pertentangan di antara 
mereka (ay. 16). 
Pertama, sebagian orang memanfaatkan kesempatan 
ini untuk mencela dan mengutuk Kristus atas apa yang 
telah Ia lakukan. Sebagian dari orang-orang Farisi itu 
berkata, “Orang ini tidak datang dari Tuhan   seperti peng-
akuan-Nya, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.”  
1. Ajaran yang dipakai sebagai dasar untuk celaan ter-
sebut sangatlah benar, yaitu bahwa orang-orang 
yang tidak memelihara hari Sabat tidak berasal dari 
Tuhan  , mereka yang pura-pura bernubuat itu tidak-
lah diutus dari Tuhan  , dan mereka yang berpura-pura 
menjadi orang suci itu tidak lahir dari Tuhan  . Orang-
orang yang berasal dari Tuhan   akan mematuhi perin-
tah Tuhan  . Dan, inilah perintah-Nya, yaitu supaya 
kita menguduskan hari Sabat. Orang-orang yang 
Injil Yohanes 9:13-34 
 651 
berasal dari Tuhan   akan selalu bersekutu dengan 
Tuhan  , suka mendengar firman-Nya dan berbicara de-
ngan-Nya, dan sebab  itu akan menghormati hari 
Sabat yang telah ditetapkan sebagai hari untuk 
bersekutu dengan sorga. Hari Sabat disebut juga 
sebagai tanda, sebab menguduskannya menandakan 
adanya hati yang telah dikuduskan, dan melanggar-
nya menandakan hati yang najis. Akan namun  ,   
2. Tuduhan pelanggaran hari Sabat terhadap Jurusela-
mat kita sangatlah tidak tepat, sebab dengan saleh 
Dia memelihara hari Sabat dan tak pernah sekali 
pun melanggarnya. Ia sungguh menjalankan hari 
Sabat dengan benar, dan tidak pernah sebaliknya. 
Dia dianggap melanggar hari Sabat menurut adat 
istiadat para tetua dan kebiasaan takhyul kaum Fa-
risi, namun   Dia memeliharanya berdasarkan perintah 
Tuhan  , dan sebab  itu tidak diragukan lagi, Dia ber-
asal dari Tuhan  , dan mujizat-mujizat-Nya membukti-
kan Dia sebagai Tuhan atas hari Sabat. Perhatikan, 
kebanyakan penghakiman keras dan tidak benar 
terjadi sebab  manusia membuat aturan-aturan ke-
agamaan lebih ketat dibandingkan  yang ditentukan Tuhan  . 
Mereka menambah-nambahi ketetapan Tuhan   itu de-
ngan khayalan-khayalan mereka, seperti yang dila-
kukan orang-orang Yahudi ini, dalam perkara pe-
ngudusan hari Sabat ini.  Kita sendiri bolehlah mela-
rang ini dan itu pada hari Sabat, bila hal itu kita 
anggap dapat mengalihkan perhatian kita, namun   kita 
tidak boleh mengikat orang lain dengan hal yang 
sama. Segala sesuatu yang kita jadikan aturan tin-
dakan kita tidak boleh dijadikan aturan untuk 
menghakimi orang lain.  
Kedua, sebagian lainnya membela-Nya dengan me-
ngemukakan sebuah alasan kuat: Bagaimanakah se-
orang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian? 
Kelihatannya, di dalam kumpulan orang fasik itu bah-
kan masih ada sebagian orang yang mampu berpikir de-
ngan leluasa dan menjadi saksi Kristus, sekalipun me-
reka sedang berada di antara musuh-musuh-Nya. Du-

 652
duk perkaranya sudah jelas, yaitu bahwa kejadian ter-
sebut merupakan sebuah mujizat nyata, yang semakin 
diselidiki semakin terbukti kebenarannya. Dan hal ini 
pun mengingatkan mereka akan pekerjaan-pekerjaan 
yang telah Ia lakukan sebelumnya, serta memberi ke-
sempatan orang-orang untuk membicarakannya dengan 
takjub, toiauta sēmeia – tanda-tanda yang begitu dah-
syat, begitu banyak, begitu nyata buktinya.  Maka ke-
simpulan atas peristiwa itu sangatlah wajar: hal-hal 
seperti itu tidak akan pernah bisa dilakukan oleh 
seorang yang berdosa, yaitu, tidak bisa diperbuat oleh 
seorang manusia biasa, dalam namanya dan dengan 
kuasanya sendiri. Atau lebih tepat lagi, tidak dapat dila-
kukan oleh seorang penipu atau penyesat, yang sama 
saja dengan orang berdosa. Orang seperti ini bisa saja 
menunjukkan beberapa tanda dan keajaiban palsu, te-
tapi tidak seperti tanda dan keajaiban nyata yang telah 
dilakukan Kristus. Bagaimana mungkin seorang manu-
sia dapat menghasilkan kesanggupan-kesanggupan ila-
hi demikian jika ia tidak diutus memiliki tugas perutus-
an ilahi? Maka timbullah pertentangan di antara mereka, 
atau perpecahan, demikian arti kata aslinya. Mereka 
berselisih dalam hal pendapat, dan terjadilah perdebat-
an sengit sehingga rumah tangga mereka pun terpecah-
pecah sebab nya. Demikianlah Tuhan   mengalahkan 
kumpulan musuh-Nya dengan memecah-belah mereka. 
Kesaksian-kesaksian seperti itu, yang dipakai untuk 
menentang kejahatan para penganiaya, dan kesulitan 
yang mereka hadapi, kadang-kadang membuat rencana 
jahat para penganiaya terhadap gereja menjadi gagal 
dan tak terampunkan lagi.  
2. sesudah  mereka menanyakan tentang penyembuhan itu, kita 
harus memperhatikan bagaimana selanjutnya mereka mena-
nyakan tentang orang yang mengerjakan penyembuhan itu.  
Nah, perhatikanlah di sini: 
(1) Apa yang dikatakan orang itu mengenai Dia, saat  ia ha-
rus menjawab pertanyaan mereka itu. Mereka bertanya ke-
padanya (ay. 17), “Apakah katamu tentang Dia, sebab  Ia 
Injil Yohanes 9:13-34 
 653 
telah memelekkan matamu? Apa pendapatmu tentang apa 
yang telah dilakukan-Nya itu? Lalu apa pendapatmu me-
ngenai Dia yang telah melakukan hal itu?” Jika untuk 
menjawab pertanyaan ini ia berbicara sepele-sepele saja 
mengenai Kristus, seperti yang dilakukan orangtuanya, bila 
ia sampai tergoda untuk melakukannya, untuk menye-
nangkan hati mereka dan juga sebab  sekarang ia ada di 
tangan mereka – jika ia sampai tergoda lalu berkata, “Aku 
tak tahu harus mengatakan apa tentang-Nya. Mungkin saja 
seorang pembohong atau penipu, aku tidak tahu,” maka 
pastilah orang-orang Farisi itu akan bergembira ria dalam 
kemenangan. Tak ada hal lain yang lebih menguatkan 
kebencian musuh Kristus terhadap-Nya selain penghinaan 
yang dilontarkan orang-orang yang telah Ia jadikan teman. 
Akan namun  , jika dia berkata yang baik-baik tentang Kris-
tus, maka mereka akan menganiaya dia dengan memakai 
hukum baru mereka itu, tanpa kecuali, sekalipun dia itu 
orang yang telah Ia sembuhkan. Mereka ingin menjadikan-
nya contoh supaya orang lain menjadi takut dan tidak mau 
mencari kesembuhan dari Kristus. Mereka memang tidak 
perlu mengeluarkan uang untuk memperoleh kesembuhan 
dari-Nya, namun   hukum orang Farisi itu akan membuat 
mereka membayar harga mahal sebab  melakukannya. 
Atau mungkin, teman-teman Kristus mencoba menyelidiki 
perasaan orang itu terhadap Dia yang sudah menyembuh-
kannya, dan ingin tahu apa yang ia pikirkan tentang Dia, 
sebab kelihatannya, ia cukup bijaksana. Perhatikan, mere-
ka yang matanya telah dicelikkan Kristus pasti tahu benar 
apa yang harus mereka katakan mengenai Dia. Mereka 
punya alasan kuat melebihi yang lainnya untuk mengata-
kan hal-hal yang baik mengenai-Nya. Apa yang kita pikir-
kan mengenai Kristus? Terhadap pertanyaan seperti itu, 
orang miskin ini mengemukakan sebuah jawaban singkat, 
langsung, dan jelas: Ia yaitu  seorang nabi, seorang yang 
diilhami dan diutus Tuhan   untuk mengajar, melakukan mu-
jizat dan memberitakan pesan ilahi kepada dunia.” Bangsa 
Yahudi tidak memiliki seorang nabi pun selama tiga ratus 
tahun terakhir ini. Akan namun  , mereka tidak menyimpul-
kan bahwa memang tidak akan ada nabi lagi, sebab mere-

 654
ka tahu bahwa Dia yang akan menggenapkan penglihatan 
dan nabi (Dan. 9:24) akan segera datang. Sepertinya, orang 
itu tidak berpikir bahwa Kristus yaitu  Mesias, Sang Nabi 
Agung, melainkan hanya salah satu dari nabi-nabi biasa 
lainnya. Wanita Samaria menyimpulkan Dia sebagai nabi 
sebelum ia mengenal-Nya sebagai Mesias (4:19). Begitupun 
orang yang tadinya buta ini. ia berpikiran yang baik ten-
tang Kristus sesuai dengan terang yang ada padanya, wa-
laupun hal baik yang dipikirkannya mengenai Kristus itu 
belumlah cukup. Namun demikian, oleh sebab  ia setia ter-
hadap apa yang telah ia ketahui, Tuhan   pun membukakan 
kebenaran itu kepadanya. Pengemis buta yang miskin ini 
memiliki penilaian yang lebih jelas mengenai hal-hal yang 
berkaitan dengan kerajaan Tuhan  , dan mampu melihat jauh 
ke depan bukti-bukti tugas perutusan ilahi, dibandingkan 
guru-guru di Israel, yang memandang diri memiliki wewe-
nang untuk menilai para nabi.  
(2) Apa yang mereka katakan mengenai Dia, dalam menang-
gapi kesaksian orang itu. sesudah  gagal membuktikan keti-
dakbenaran bukti mengenai mujizat tersebut, dan menda-
pati bahwa memang mujizat yang dahsyat telah terjadi dan 
tidak dapat disangkal lagi, mereka melakukan usaha lain 
lagi, yaitu menjelek-jelekkan dan menghina mujizat itu. 
Mereka juga berbuat sedapat mungkin untuk menggun-
cangkan pikiran baik orang yang telah dicelikkan matanya 
itu mengenai Kristus, dan meyakinkan dia bahwa Kristus 
yaitu  orang jahat (ay. 24): Katakanlah kebenaran di ha-
dapan Tuhan  ; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.  
Pernyataan tersebut dapat diartikan dengan dua cara:  
[1] Sebagai nasihat, agar berhati-hati untuk tidak mela-
yangkan pujian atas kesembuhannya itu kepada orang 
berdosa, melainkan mempersembahkannya kepada 
Tuhan  , yang layak mendapatkannya. Jadi, mereka melu-
cuti kemuliaan Kristus dalam kedok kasih yang palsu 
terhadap kehormatan Tuhan  , seperti yang dilakukan 
orang-orang yang tidak mau menyembah Kristus seba-
gai Tuhan   dengan mengatasnamakan kebenaran besar 
ini, yaitu bahwa hanya ada satu Tuhan   yang layak di-
Injil Yohanes 9:13-34 
 655 
sembah. Padahal inilah yang menjadi kehendak Tuhan  , 
yaitu bahwa segenap umat manusia harus menghormati 
Anak sebagaimana mereka menghormati Bapa, dan 
mengakui bahwa Kristus yaitu  Tuhan sama dengan 
memberikan kemuliaan kepada Tuhan   Bapa. Saat Tuhan   
memakai manusia yang berdosa sebagai alat untuk me-
nunjukkan kebaikannya kepada kita, kita memang ha-
rus memberikan kemuliaan kepada Tuhan  , sebab Tuhan  -
lah yang merancangkan setiap ciptaan untuk menjadi 
alat-Nya. Akan namun  , tetap saja kita harus berterima 
kasih kepada alat yang dipakai-Nya itu. Berikanlah puji-
an kepada Tuhan   yaitu  perkataan yang bagus, namun   di 
sini perkataan tersebut disalahgunakan, dan tampak-
nya ada hal lain lagi yang tersirat di dalamnya. “Orang 
itu orang berdosa, orang yang jahat, dan sebab  itu, 
berikanlah pujian terlebih kepada Tuhan  , yang bisa mela-
kukan hal itu melalui alat yang demikian.”  
[2] Sebagai desakan, seperti yang dipikir sebagian orang. 
“Kami tahu (sedangkan kamu tidak mengetahuinya, ka-
rena kamu ini baru saja datang ke sebuah dunia baru) 
bahwa orang itu orang berdosa, penyesat besar, dan 
menipu seluruh negeri. Kami yakin akan hal ini, sebab  
itu pujilah Tuhan  ” (seperti yang dikatakan Yosua kepada 
Akhan) “dengan sungguh-sungguh mengakui bahwa su-
dah jelas ada penipuan dan persekongkolan dalam per-
kara ini, yang kami yakini ada: Dalam nama Tuhan  , 
katakanlah kebenaran.” Seperti ini juga nama Tuhan   di-
salahgunakan oleh gereja pada masa lalu, saat mereka 
memaksa orang-orang tak berdosa mengakui tuduhan 
yang ditimpakan kepada mereka, dan juga memaksa 
orang-orang yang tidak tahu apa-apa untuk mengakui 
kebenaran tuduhan atas orang-orang lain dengan ex 
officio, melalui sumpah. Lihatlah bagaimana mereka 
begitu merendahkan Tuhan Yesus dengan perkataan 
mereka: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa. Da-
lam pernyataan itu kita bisa memperhatikan,  
Pertama, kelancangan dan kesombongan mereka. 
Saat mereka menanyai orang itu tentang apa yang ia 
pikirkan mengenai Kristus, mereka tidak mau mengakui 

 656
bahwa mereka sendiri membutuhkan lebih banyak in-
formasi. Pokoknya, mereka tahu betul bahwa Dia ada-
lah orang berdosa, dan tak seorang pun dapat memu-
tarbalikkan keyakinan mereka itu. Kristus sendiri su-
dah pernah menantang mereka di depan mata kepala 
mereka sendiri (8:46) untuk membuktikan bahwa Dia 
berbuat dosa, dan mereka tak mampu berkata apa pun. 
namun   kini, di belakang-Nya, mereka menggunjingkan-
Nya sebagai penjahat yang terhukum dengan bukti-
bukti nyata. Begitulah para penuduh palsu selalu berla-
gak untuk menutupi kurangnya bukti yang mereka mi-
liki.  
Kedua, cela dan hina yang ditimpakan kepada Tu-
han Yesus. saat  Ia menjadi manusia, Dia tidak saja 
hanya mengambil rupa seorang hamba, melainkan se-
bagai seorang yang berdosa (Rm. 8:3), dan dianggap 
sama berdosanya seperti halnya umat manusia yang 
lainnya. Bukan hanya itu, Dia bahkan dianggap sebagai 
pendosa paling bejat yang melebihi semua manusia lain. 
Dan, sebab  telah dijadikan dosa bagi kita, Ia pun ha-
rus menanggung aibnya.  
3. Perdebatan yang timbul antara orang-orang Farisi dengan 
orang miskin itu mengenai Kristus. Mereka berkata, Dia ada-
lah orang berdosa, sedangkan dia berkata, Dia yaitu  seorang 
nabi. Peristiwa ini hendaknya menjadi dorongan semangat bagi 
orang-orang yang peduli dengan kepentingan Kristus, bahwa 
mereka tidak akan kekurangan saksi bagi Kristus. Mereka 
bahkan bisa menemukan seorang pengemis buta di pinggir 
jalan untuk dijadikan saksi bagi Kristus untuk menghadapi 
musuh-musuh bebuyutan-Nya. Demikianlah juga, peristiwa 
tersebut hendaknya pula menjadi dorongan bagi mereka yang 
dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, supaya berani dan 
tabah orang itu dalam mengajukan pembelaannya, sesuai de-
ngan janji ini, semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu 
pada saat itu juga. Meskipun belum pernah melihat Yesus, dia 
telah merasakan anugerah-Nya. Nah, dalam perdebatan antara 
orang-orang Farisi dan orang miskin itu kita dapat memper-
hatikan tiga tahap:  
Injil Yohanes 9:13-34 
 657 
(1) Orang itu tetap bersikukuh pada kebenaran bukti yang 
ingin mereka goyahkan. Hal yang meragukan sebaiknya 
memang diselesaikan melalui hal lain yang telah jelas.  
Oleh sebab  itulah:  
[1] Setidaknya dia berpegang teguh pada hal yang baginya 
sudah jelas, dan ia pun merasa puas sebab  hal itu 
tidak bisa dibantah lagi (ay. 25): “Apakah orang itu 
orang berdosa, aku tidak tahu, sekarang aku tidak akan 
dan tidak perlu mempermasalahkannya sebab perkara 
ini sudah jelas dan akan menampakkan dirinya sendiri 
bahkan jika aku memilih untuk membungkam mulut-
ku.” Atau, yang lebih baik lagi, “Jika orang itu orang ber-
dosa, aku tidak tahu, dan aku tidak mendapati satu 
pun alasan untuk berpendapat demikian, melainkan 
justru sebaliknya, sebab hanya satu hal yang aku tahu, 
dan aku lebih meyakininya dibanding keyakinanmu ter-
hadap hal-hal yang kamu pikirkan tadi, yaitu bahwa 
aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat, sehingga 
aku tidak hanya dapat mengakui bahwa Ia telah mem-
perlakukan aku layaknya seorang kawan baik, namun   
juga bahwa Ia yaitu  seorang nabi. Aku mampu dan 
wajib mengatakan hal-hal yang baik tentang Dia.”  
Nah, di sini:  
Pertama, secara tak tampak ia mencela keyakinan 
mereka mengenai kejahatan yang mereka tuduhkan 
kepada Yesus yang terkasih: “Kamu mengaku tahu bah-
wa Ia yaitu  seorang berdosa, namun   aku, yang menge-
nal-Nya sebaik kamu, tidak bisa berpendapat demikian 
mengenai Dia.”  
Kedua, dengan berani orang itu mengandalkan peng-
alamannya sendiri dalam merasakan kuasa dan kebaik-
an Yesus yang kudus itu, dan bertekad untuk berteguh 
di dalamnya. Pengalaman memang tidak bisa diperde-
batkan lagi, dan tidak mungkin mendebat seseorang 
untuk menyangkal akalnya sendiri. Inilah seorang yang 
benar-benar cocok untuk menjadi saksi mata akan 
kuasa dan anugerah Kristus, sekalipun ia belum pernah 
melihat Dia. Perhatikan, sebagaimana belas kasihan 

 658
Kristus lebih dihargai oleh orang yang paling merasakan 
kebutuhan akan hal tersebut, yang pernah buta dan 
kini melihat, begitu juga aliran kasih sayang terhadap 
Kristus mengalir paling deras sebab  pengetahuan ten-
tang-Nya yang didapat dari pengalaman sendiri (1Yoh. 
1:1; Kis. 4:20). Orang miskin ini tidak memberitahukan 
kisah yang menyenangkan mengenai cara penyembuh-
an tersebut, atau berpura-pura untuk menggambarkan-
nya dengan kata-kata berbau filsafat, namun   dia menje-
laskannya dengan singkat, yaitu bahwa aku tadinya 
buta, dan sekarang dapat melihat. Jadi, dalam pekerja-
an anugerah di dalam jiwa, meski kita tidak bisa me-
ngatakan kapan dan bagaimana, dengan alat, langkah 
dan proses apa, perubahan yang mulia akan tetap ter-
jadi. Walaupun demikian, kita tetap akan merasa terhi-
bur jika bisa mengatakan, melalui anugerah, “Aku tadi-
nya buta, dan sekarang dapat melihat. Dulu kehidup-
anku penuh dengan kedagingan, keduniawian dan naf-
su, namun   puji Tuhan, kini semuanya menjadi kebalik-
annya” (Ef. 5:8).   
[2] Orang-orang Farisi itu berusaha mengacaukan dan 
menghapus bukti dengan terus-menerus mengulang 
pertanyaan yang sama (ay. 26): Apakah yang diperbuat-
Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?  Me-
reka menanyakan semua pertanyaan itu,  
Pertama, sebab  mereka membutuhkan sesuatu un-
tuk dikatakan, dan memilih untuk terus berbicara sem-
barangan dibandingkan  terlihat diam atau kalah. Orang-
orang yang ingin terus berdebat dengan cara begitu, 
dan bertekad bahwa merekalah yang harus keluar seba-
gai pemenang dengan hanya berbicara mengulang-ulang 
perkataan yang sia-sia untuk menghindar dari rasa 
malu akibat dibungkam, mereka sendiri membuat diri 
sendiri bertanggung jawab atas semua perkataan omong 
kosong mereka itu.  
Kedua, dengan menyuruh orang itu mengulang-
ulang bukti itu, mereka berharap untuk membuat orang 
itu tersandung atau menjadi goyah dalam menyampai-
Injil Yohanes 9:13-34 
 659 
kan bukti itu. Dengan begitu, mereka pikir mereka pun 
menanglah.   
(2) Orang itu mencela mereka sebab  tidak juga mau percaya 
dan terus berprasangka. Mereka lalu mengejeknya sebagai 
murid Yesus (ay. 27-29), saat  dia menjadi lebih berani 
dalam menjawab mereka. Lidah mereka pun menjadi lebih 
tajam terhadap dia dibandingkan  sebelumnya. 
[1] Dengan tegas orang itu mencela mereka sebab  sikap 
mereka yang terus menentang bukti mujizat itu dengan 
cara yang tidak beralasan (ay. 27). Dia tidak mau meng-
ulang-ulang cerita itu untuk memuaskan mereka, namun   
menjawab dengan berani, “Telah kukatakan kepadamu, 
dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hen-
dak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau men-
jadi murid-Nya juga?” Ada orang berpendapat bahwa dia 
sungguh bermaksud demikian dan berharap supaya 
mereka bisa diyakinkan untuk menjadi murid-Nya. “Dia 
punya banyak murid, dan aku pun akan menjadi mu-
rid-Nya, maukah kamu juga demikian?” Sebagian orang 
Kristen baru yang sangat berapi-api memang melihat 
banyak hal bagus dalam agama sehingga mereka cende-
rung berpikir bahwa setiap orang lain pun akan setuju 
dengan pandangan mereka. Akan namun  , tampaknya 
perkataannya itu bernada mengejek, “Barangkali kamu 
mau menjadi murid-Nya juga? Pasti tidak, aku tahu 
kamu bahkan jijik memikirkannya. Lalu kenapa kamu 
ingin mendengar hal yang akan membuatmu menjadi 
murid-Nya atau yang akan membuatmu terhukum bila 
tidak mau menjadi murid-Nya?” Mereka yang sengaja 
menutup mata terhadap terang seperti kaum Farisi ini,  
Pertama, membuat diri mereka sendiri menjadi hina 
dan menjijikkan, seperti mereka yang kini ditelanjangi 
oleh orang miskin ini sebab  menyangkal kebenaran, 
padahal mereka tidak memiliki alasan apa pun untuk 
menentangnya.  
Kedua, mereka kehilangan semua keuntungan un-
tuk mendapatkan bimbingan dan sarana pengetahuan 
yang lebih dalam yang bisa mengarahkan mereka untuk 

 660
menjadi yakin akan kebenaran itu: Mereka telah diberi 
tahu sebelumnya namun   tidak sudi mendengar, jadi un-
tuk apa harus diberitahukan sekali lagi? (Yer. 51:9;  
Mat. 10:14).  
Ketiga, dengan begitu mereka telah menyia-nyiakan 
anugerah Tuhan  . Hal ini tersirat dalam pertanyaan, 
“Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga? Tidak, 
sebab  kamu telah bertekad untuk tidak mau. Lalu ke-
napa kamu mau mendengar kesaksianku sekali lagi, 
apakah hanya supaya kamu bisa menuduh dan meng-
aniaya-Nya?” Orang pasti berpikir bahwa mereka yang 
tidak sudi mengakui alasan untuk menerima Kristus 
dan bergabung dengan para murid-Nya seharusnya 
memiliki alasan yang cukup untuk tidak membenci-Nya 
dan menganiaya Dia beserta murid-murid-Nya.   
[2] sebab  itulah mereka menghina dan mencelanya (ay. 
28). Saat mereka tidak lagi dapat menandingi hikmat 
dan roh yang dengannya ia berbicara, mereka pun men-
jadi berang dan memarahinya, lalu mulai mengolok-olok 
dan berbicara dengan kasar terhadapnya. Lihatlah apa 
yang harus dihadapi oleh para saksi Kristus yang sejati 
dari para penentang kebenaran dan perkara-Nya. Biar-
lah mereka bersiap menghadapi segala yang jahat difit-
nahkan kepada mereka (Mat. 5:11). Manusia yang tidak 
berakal budi memang biasa memasang tameng untuk 
menutupi kekurangan mereka dalam mengetahui kebe-
naran dan dalam memberi alasan yang benar.    
Pertama, mereka mengejek orang sebab  ia menun-
jukkan kasih sayangnya bagi Kristus: mereka berkata, 
Engkau murid orang itu, seakan-akan perkataan itu su-
dah cukup untuk dipakai sebagai celaan dan tidak per-
lu mengatakan yang lebih jelek lagi. “Kami menolak 
menjadi murid-Nya, hanya bajingan seperti engkau saja 
yang memilih melakukan itu.” Mereka berusaha sedapat 
mungkin menghina agama Kristus dan memberi gam-
baran bahwa mengikut Dia yaitu  suatu hal yang men-
jijikkan. Mereka mengejeknya. Vulgata menerjemahkan-
nya dengan maledixerunt eum – mereka mengutuknya. 
Injil Yohanes 9:13-34 
 661 
Kutukan apa yang mereka lontarkan itu? Tak lain dari, 
Jadilah kau murid-Nya. “Biarlah kutukan seperti itu” 
(ujar Augustinus) “jatuh ke atas kita dan anak-anak 
kita!” Jika kita mengukur kehormatan dan aib ber-
dasarkan pendapat dunia yang sesat dan penuh dengan 
hiruk pikuk yang membutakan, maka kita akan ber-
megah di dalam aib kita dan merasa malu dengan kehor-
matan kita. Mereka tidak memiliki alasan kuat untuk 
memanggil orang itu sebagai murid Kristus, sebab dia 
belum pernah melihat-Nya ataupun mendengarkan Dia 
berkhotbah. Dia hanya mengatakan hal baik tentang 
apa yang telah Kristus perbuat baginya, dan mereka tak 
tahan mendengar itu semua. 
Kedua, mereka bermegah dalam hubungan mereka 
dengan Musa, guru mereka: “Kami murid-murid Musa, 
dan kami tidak perlu dan tidak menginginkan guru 
lain.”  
Perhatikan:  
1.  Para pengikut sebuah agama yang berpikiran dunia-
wi sangat mudah untuk percaya dan mendewa-de-
wakan keagungan serta hak-hak istimewa dari peng-
akuan mereka itu, padahal sesungguhnya mereka 
sama sekali tidak mengenal prinsip-prinsip dan kua-
sa agama mereka itu. Orang-orang Farisi ini sebe-
lumnya telah membangga-banggakan leluhur me-
reka: Kami yaitu  keturunan Abraham. Sekarang 
mereka menyombongkan diri dengan pendidikan 
mereka, Kami murid-murid Musa, seolah-olah hal itu 
dapat menyelamatkan mereka.  
2. Menyedihkan sekali mendapati bagaimana satu ba-
gian dari agama ditentang habis-habisan dengan ke-
dok ketaatan terhadap bagian yang lain. Di antara 
Kristus dan Musa ada  suatu keserasian yang 
sempurna: Musa menyiapkan jalan bagi Kristus, dan 
Kristus menyempurnakan Musa, supaya dengan 
demikian mereka bisa menjadi murid Musa dan da-
pat menjadi murid Kristus juga. Namun di sini, 
keduanya justru dipertentangkan. Mereka memang 

 662
tidak dapat menganiaya Kristus kecuali dengan me-
nyalahgunakan nama Musa. Demikianlah, orang-
orang yang menentang ajaran anugerah yang diberi-
kan secara cuma-cuma itu menilai diri mereka seba-
gai penyokong kewajiban manusia, Kami murid-mu-
rid Musa. Di pihak lain, mereka yang menghapuskan 
kewajiban hukum Taurat menilai diri mereka seba-
gai pengikut anugerah yang diberikan secara cuma-
cuma, dan bertingkah seolah-olah tidak ada orang 
lain lagi yang menjadi murid Kristus selain mereka. 
Padahal, jika kita mengerti perkara tersebut secara 
benar, kita akan dapat melihat bahwa karunia Tuhan   
dan kewajiban manusia sejalan dan bersesuaian 
satu sama lainnya.  
Ketiga, mereka mengemukakan suatu dalih sebagai 
alasan mengapa mereka berpihak kepada Musa dan 
melawan Kristus (ay. 29): Kami tahu, bahwa Tuhan   telah 
berfirman kepada Musa, namun   tentang Dia itu kami tidak 
tahu dari mana Ia datang. Akan namun  , tidakkah mereka 
tahu bahwa di antara banyak hal yang Tuhan   firmankan 
kepada Musa, salah satunya yaitu  yang ini, yaitu bah-
wa mereka harus menanti-nantikan seorang nabi lain 
dan pewahyuan pikiran Tuhan   yang selanjutnya? namun  , 
saat Tuhan Yesus kita, sang penggenap firman Tuhan   
kepada Musa, muncul dan memberikan bukti yang cu-
kup mengenai status-Nya sebagai nabi, mereka bukan 
saja menolak, namun   juga mencampakkan belas kasihan 
yang ditujukan kepada mereka, dengan dalih berpegang 
erat pada agama yang lama dan jemaat yang sudah 
mapan.  
Dalam pertengkaran yang mereka timbulkan itu dapat 
kita perhatikan:  
1. Betapa tidak sopannya mereka berkoar-koar mem-
bela sikap permusuhan mereka terhadap Kristus. 
Pernyataan yang mereka pakai pun tidak pernah di-
sangkal para pengikut-Nya: “Kami tahu, bahwa Tuhan   
telah berfirman kepada Musa,” dan puji Tuhan, kita 
juga mengetahui hal itu, bahwa Tuhan   berfirman se-
Injil Yohanes 9:13-34 
 663 
cara lebih langsung kepada Musa dibandingkan ke-
pada para nabi yang lainnya. Lalu masalahnya apa 
kalau begitu? Memang benar Tuhan   berfirman pada 
Musa, namun   apakah hal itu dapat membuktikan 
bahwa Yesus yaitu  seorang penyesat? Musa juga 
memang seorang nabi kan? Musa juga berbicara 
tentang Yesus dengan rasa hormat (5:46), dan Yesus 
pun demikian terhadap Musa (Luk. 16:29). Baik 
Musa maupun Yesus, keduanya setia di dalam ru-
mah Tuhan   yang sama: Musa sebagai seorang hamba, 
dan Kristus sebagai Anak. sebab  itulah, seruan 
orang-orang Farisi yang mempertentangkan wewe-
nang ilahi Musa dengan wewenang Kristus hanyalah 
dibuat-buat saja, untuk menyesatkan orang yang 
tidak suka berpikir panjang bahwa Yesus yaitu  
nabi palsu dan Musa yaitu  nabi yang benar. Pada-
hal keduanya sungguh-sungguh nabi.   
2. Betapa tidak masuk akalnya cara mereka yang me-
makai ketidaktahuan mereka mengenai Kristus se-
bagai dalih untuk membenarkan penghinaan mereka 
terhadap-Nya: namun   tentang Dia itu. Begitu rendah-
nya mereka memandang Kristus yang terkasih itu, 
sampai-sampai mereka tidak mau menyebut nama-
Nya, seakan-akan tidak ada harganya untuk me-
nyimpan nama yang rendah itu dalam ingatan me-
reka. Mereka membicarakan Gembala Israel dengan 
sikap merendahkan seakan-akan Dia itu terlalu hina 
untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing 
penjaga kambing domba mereka:  namun   tentang Dia, 
orang yang menggelikan ini, kami tidak tahu dari 
mana Ia datang. Mereka menganggap diri sebagai 
orang yang memiliki kunci pengetahuan, dan sebab  
itu tak seorang pun boleh berkhotbah tanpa seizin 
mereka dulu, tanpa disetujui oleh mahkamah me-
reka. Mereka mengharuskan semua orang yang hen-
dak menjadi pengajar untuk menghadap mereka dan 
memenuhi tuntutan mereka lebih dulu. Dan hal ini 
tidak pernah dilakukan Yesus. Ia tidak pernah 
mengakui wewenang mereka sehingga harus memin-

 664
ta izin mereka dulu. sebab  itulah mereka meng-
anggap-Nya sebagai pengacau yang tidak masuk 
melalui  jalur resmi: Mereka tidak tahu siapa Dia dan 
dari mana asal-Nya, sehingga mereka meyimpulkan 
bahwa Dia itu orang berdosa. Padahal, seharusnya 
kita memikirkan hal yang baik-baik tentang orang 
yang tidak begitu kita kenal. namun  , orang-orang 
sombong dan berjiwa kerdil memang selalu meng-
anggap diri sendirilah yang baik, sedangkan orang 
lain tidak. Tak lama sebelum itu, orang-orang Ya-
hudi justru mengemukakan pernyataan yang berla-
wanan dengan keberatan yang mereka kemukakan 
di sini (7:27): namun   tentang orang ini kita tahu dari 
mana asal-Nya, namun   bilamana Kristus datang, tidak 
ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya. 
Begitulah, mereka selalu bisa dengan sangat yakin 
mengukuhkan atau menentang suatu hal yang 
sama, tergantung yang mana yang akan membantu 
mencapai tujuan mereka. Mereka tidak tahu dari 
mana Ia datang, dan salah siapakah itu?  
(1) Mereka memang seharusnya bertanya-tanya, se-
bab Mesias akan muncul sewaktu-waktu pada 
saat itu, dan sudah menjadi kewajiban mereka 
untuk mencari di sekitar mereka dan menyelidiki 
setiap petunjuk. namun  , imam-imam ini, seperti 
orang-orang di dalam Yeremia 2:6, tidak lagi ber-
tanya, Di manakah Tuhan? 
(2) Mereka pasti sudah mengetahui dari mana Ia 
berasal, dengan melacak daftar kelahiran, bahwa 
Ia lahir di Betlehem. Dan bukan hanya dengan 
cara ini saja, dengan menyelidiki ajaran, mujizat 
dan perilaku-Nya, mereka pasti bisa tahu bahwa 
Dia diutus oleh Tuhan   dan memiliki perintah, 
amanat, dan petunjuk yang jauh lebih baik dari 
yang dapat mereka berikan kepada-Nya. Lihatlah 
keanehan dari sifat bebal untuk tidak mau per-
caya itu. Manusia tidak akan mengenal ajaran 
Kristus sebab  mereka memang sudah bertekad 
untuk tidak mempercayai ajaran-Nya itu. Tidak 
Injil Yohanes 9:13-34 
 665 
sampai di situ saja, mereka masih juga mengaku 
tidak percaya sebab  mereka tidak mengenal-
Nya. Kebodohan dan ketidakpercayaan yang de-
mikian saling menguatkan dan memperparah 
satu sama lainnya.   
(3) Orang yang tadinya buta itu bertengkar dengan mereka me-
ngenai hal tersebut, dan mereka pun mengucilkan dia.  
[1] Begitu tahu bahwa dia memiliki alasan kuat yang tak 
dapat ditandingi mereka, orang miskin ini semakin be-
rani dan hampir saja mengalahkan mereka dalam per-
debatan itu. 
Pertama, ia merasa heran dengan kebebalan mereka 
untuk tidak mau percaya (ay. 30): tanpa menjadi ciut 
hati sebab  kekasaran mereka, dan tanpa digoyahkan 
oleh keyakinan mereka, dengan berani ia menjawab, 
“Aneh juga, ini kasus teraneh mengenai ketidaktahuan 
yang memalukan yang pernah tersiar di antara kaum 
yang mengaku-ngaku berakal. Masakan kamu tidak 
tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelek-
kan mataku.” Ada dua hal yang membuatnya terheran-
heran:  
1. Masakan mereka tidak kenal orang yang begitu 
masyhur. Orang yang dapat mencelikkan mata orang 
buta pastilah orang yang hebat dan layak diperhati-
kan. Kaum Farisi memiliki sifat yang selalu ingin 
mencari tahu, memiliki pergaulan dan kenalan yang 
luas, menganggap diri mereka sebagai mata dan 
penjaga jemaat, namun   kini mereka berkata seolah-
olah mereka terlalu tinggi untuk mengenal orang se-
perti Kristus, atau untuk bergaul dengan Dia. Ini 
memang betul-betul aneh. Ada banyak orang dikenal 
terpelajar dan berpengetahuan, mengerti banyak 
perkara dan dapat pandai berbicara mengenai ber-
macam-macam hal, namun   yang mengherankan, me-
reka bodoh jika menyangkut ajaran Kristus. Mereka 
tidak peduli dan tidak ingin mengetahui hal-hal yang 
ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.   

 666
2.  Masa mereka masih juga mempertanyakan amanat 
ilahi yang diemban seorang yang telah jelas-jelas 
melakukan sebuah mujizat ilahi. Saat berkata, kami 
tidak tahu dari mana Ia datang, mereka memaksud-
kan, “Kami tidak memiliki bukti bahwa ajaran dan 
pelayanan-Nya berasal dari sorga.” “Aneh juga,” kata 
si orang miskin tadi, “bahwa mujizat yang telah ter-
jadi padaku tidak mampu meyakinkanmu dan men-
jelaskan duduk perkaranya. Aneh sekali bahwa 
kamu yang lebih beruntung dari orang lain sebab  
pendidikan dan pengajaran tinggi yang kamu miliki 
tentang hal-hal mengenai Tuhan  , memilih untuk me-
nutup mata terhadap terang.” Memang suatu ke-
ajaiban yang menakjubkan saat hikmat orang-orang-
nya yang berhikmat akan hilang (Yes. 29:14), sehing-
ga mereka menyangkal kebenaran yang buktinya 
tidak bisa mereka bantah.  
Perhatikan: 
(1)  Ketidakpercayaan mereka yang menikmati sa-
rana pengetahuan dan bukti-bukti yang meya-
kinkan memang yaitu  suatu hal yang menghe-
rankan (Mrk. 6:6).  
(2)  Orang-orang yang telah mengalami sendiri kuasa 
dan anugerah Tuhan Yesus pasti sangat terhe-
ran-heran akan kekerasan hati mereka yang me-
nolak-Nya. sesudah  memiliki pikiran yang begitu 
indah tentang Dia, mereka merasa heran saat 
mendapati orang lain tidaklah demikian. Jika 
saja Kristus mencelikkan mata orang-orang Fa-
risi, pastilah mereka tidak akan meragukan diri-
Nya sebagai seorang nabi.   
Kedua, orang itu mendebat kaum Farisi dengan ke-
ras (ay. 31-33). Mereka bersikukuh bahwa Yesus tidak 
berasal dari Tuhan   (ay. 16), melainkan seorang berdosa 
(ay. 24). Sebagai tanggapan atas pernyataan ini, orang 
ini membuktikan bahwa Yesus bukan saja tidak ber-
dosa (ay. 31), namun   juga berasal dari Tuhan   (ay. 33). 
Injil Yohanes 9:13-34 
 667 
a.  Di sini dia mendebat mereka:  
(a) Dengan pengetahuan yang luar biasa. Meskipun 
tidak bisa membaca satu huruf pun di dalam 
Kitab Suci, dia cukup mengenal firman dan hal-
hal mengenai Tuhan  . Dulu dia memang memiliki 
kekurangan dalam hal melihat, namun   dia me-
manfaatkan betul-betul pendengarannya, dari 
mana imannya berasal. Akan namun  , hal itu pun 
tidak akan berguna baginya jika saja pada ke-
sempatan itu ia tidak memiliki penyertaan Tuhan   
yang luar biasa dan pertolongan istimewa dari 
Roh-Nya. 
(b)  Dengan semangat menyala-nyala untuk kehor-
matan Kristus, sebab ia tidak mau mendengar 
orang menjelek-jelekkan atau mencoba menja-
tuhkan Dia.  
(c)  Dengan keberanian dan ketegasan yang luar bia-
sa, dan juga keteguhan, tidak takut akan para 
penentangnya yang angkuh itu. Orang yang ingin 
menyenangkan Tuhan   tidak boleh gentar dengan 
sikap orang lain yang memusuhinya. “Lihatlah di 
sini,” kata Dr. Whitby, “penilaian seorang buta 
dan tidak terpelajar mengenai hal-hal rohani me-
ngalahkan penilaian seluruh kumpulan orang 
Farisi yang terpelajar. Kita bisa belajar dari sini 
bahwa kita tidak bisa selalu dipimpin dengan 
baik oleh wewenang dewan-dewan gereja. Bukan 
hal yang mustahil bila terkadang orang awam 
berselisih pendapat dengan dewan-dewan gereja 
itu. Terkadang para pengawas ini bersalah atas 
pengawasan besar.” 
b. Bantahan yang dikemukakan orang itu dapat pula 
diibaratkan dengan yang dikatakan Daud (Mzm. 
66:18-20). Dasar pemikiran dalam pernyataan Daud 
yaitu , Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, 
tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Di sini pun 
orang itu mengemukakan kalimat yang artinya ku-
rang lebih sama, Tuhan   tidak mendengarkan orang-

 668
orang berdosa: dan Daud yakin bahwa, Sesungguh-
nya, Tuhan   telah mendengar, sedangkan dalam keya-
kinan orang itu, sesungguhnya Tuhan   telah mende-
ngar Yesus dan Dia dipermuliakan melalui perbuat-
an yang sebelumnya tidak pernah dilakukan orang. 
Jadi, kesimpulannya, kesemuanya itu mempermu-
liakan Tuhan  , terpujilah Tuhan  . Di sini maksudnya 
yaitu  untuk mempermuliakan Tuhan Yesus, Dia 
berasal dari Tuhan  .  
(a) Dia memaparkan kebenaran yang tak dapat di-
bantah lagi, yaitu bahwa hanya orang-orang be-
nar saja yang menjadi kesukaan sorga (ay. 31): 
Kita tahu, dan kamu pun mengetahuinya seperti 
aku, bahwa Tuhan   tidak mendengarkan orang-
orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh 
dan yang melakukan kehendak-Nya.  
Di sini: 
[a] Pernyataannya itu benar, jika hal itu dimeng-
erti secara benar.  
Pertama, biarlah hal itu dikatakan untuk 
menggentarkan hati orang jahat, bahwa Tuhan   
tidak mendengarkan orang-orang berdosa, 
yaitu orang-orang berdosa seperti yang di-
maksudkan kaum Farisi saat mereka menu-
duh Kristus, dia yaitu  seorang berdosa. 
Orang-orang demikian memajukan kepenting-
an Iblis dengan berlindung di bawah n