Kisah pararasul 30
me-
reka yang diangkut untuk dibunuh, dan yang sedang menuju
tempat pemancungan. Kita tidak bisa beralasan, Sungguh,
kami tidak tahu hal itu! padahal sebenarnya kita tahu, atau
bisa saja tahu, atau seharusnya tahu (Ams. 24:11-12). Saya di-
beri tahu bahwa ada sebagian orang, termasuk dari bangsa
kita sendiri, yang saat dari pantai melihat sebuah kapal di-
timpa kesulitan dan tersesat, mereka, dengan memberi tanda
api yang menyesatkan atau dengan suatu cara lain, sengaja
menuntun kapal itu ke dalam bahaya, supaya orang-orang
yang ada di dalamnya mati, dan mereka bisa menjarah kapal.
Kita hampir-hampir tidak percaya bahwa ada manusia yang
begitu jahat, begitu tidak berperikemanusiaan, dan begitu ke-
rasukan setan seperti itu. Jika ada, biarlah mereka tahu akan
kebenaran bahwa penghakiman yang tak berbelas kasihan
akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan.
3. Mereka langsung menuju pantai dengan angin dan gelombang
(ay. 40): Mereka melepaskan tali-tali sauh, empat sauh yang
mereka buang di buritan (ay. 29). Menurut sebagian orang, me-
reka terlebih dahulu menimbang beratnya sauh-sauh itu, de-
ngan berharap masih bisa menggunakannya lagi di pantai.
Ada sebagian juga yang berpendapat, mereka melakukannya
dengan begitu tergesa-gesa sehingga mereka terpaksa memo-
tong tali-talinya dan meninggalkan sauh-sauh itu. Kedua arti
itu sama-sama memungkinkan menurut bahasa aslinya. Lalu
mereka meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. sebab
anginnya cukup baik untuk membawa mereka ke pelabuhan,
mereka mengulurkan tali-tali kemudi, yang sebelumnya diikat
selama badai turun supaya kapal tidak goyang. sebab seka-
rang mereka sedang menuju pelabuhan, tali-tali itu dilepaskan,
supaya nakhodanya bisa mengemudikan kapal dengan lebih
bebas. Kemudian mereka memasang layar topang, supaya
angin meniup kapal itu menuju pantai. Kata-kata asli yang di
sini diterjemahkan dengan tali-tali kemudi dan layar topang
sudah membuat para ahli berpikir keras untuk menerjemah-
kannya sesuai dengan istilah-istilah masa kini.namun istilah-
istilah itu tidak perlu membuat kita pusing, sebab kita sudah
1152
puas dengan mengetahui bahwa setelah melihat pantai, me-
reka bergegas menuju ke sana secepat mungkin, dan mungkin
tidak cuma cepat-cepat,namun juga sangat teramat cepat.
Tidak bolehkah jiwa yang malang, yang telah lama bergumul
dengan angin dan badai dunia ini, rindu untuk sampai di pela-
buhan yang aman dan tenang, tempat peristirahatan kekal?
Tidakkah itu membersihkan jiwa dari segala sesuatu yang me-
lekat pada dunia ini, dan meluruskan kasih sayangnya yang
kudus dan saleh ke sorga? Dan tidakkah itu berarti mengibar-
kan layar topang iman kepada angin Roh, sehingga bersama
segala kerinduan, jiwa menuju ke tepi pantai?
4. Mereka berusaha membuat kapal itu kandas, di busung pasir
tampaknya, atau di genting tanah, atau di atas sejengkal ta-
nah, yang tersapu oleh lautan di kedua sisinya, dan oleh sebab
itu dikatakan (KJV) bahwa di situ dua laut bertemu. Di sanalah
haluannya terpancang, dan kemudian, saat kapal sudah
tidak bebas pergi ke mana-mana lagi, yang memang demikian
jika kapal tertambat oleh sauh,namun tetap diam tak bergerak,
maka buritannya dengan sendirinya akan segera hancur dipu-
kul oleh gelombang yang hebat. Tidak jelas mengapa ini sampai
terjadi. Apakah sebab para pelaut tidak melakukan apa yang
menjadi bagian mereka, sebab marah rencana mereka untuk
melarikan diri sudah digagalkan, dan oleh sebab itu sengaja
membuat kapal kandas? Atau apakah kita bisa menganggap
bahwa mereka berbuat semampu mereka untuk menyelamat-
kan kapal,namun Tuhan dalam pemeliharaan-Nya menggagal-
kannya, untuk menggenapi perkataan Paulus, bahwa kapal ini
akan binasa (ay. 22)?namun kita yakin akan hal ini, bahwa
Tuhan akan menguatkan perkataan hamba-hamba-Nya dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-
utusan-Nya (Yes. 44:26). Kapal itu, yang secara menakjubkan
berhasil mengarungi badai di lautan luas, di mana ia mem-
punyai banyak ruang untuk bergerak, menjadi hancur lebur
saat terpancang erat-erat. Jadi, jika hati kita terpancang
pada dunia, dan mencintai dan mengasihinya, maka ia akan
terhilang. Godaan-godaan Iblis menghantamnya, sehingga ia
hancur lebur.namun , jika ia tetap mengatasi dunia, mes-
kipun terombang-ambing oleh kekhawatiran dan kekacauan,
masih ada pengharapan baginya. Mereka sudah melihat pan-
tai,namun kapal mereka karam di pelabuhan. Ini untuk meng-
ajar kita supaya jangan pernah merasa aman.
VI. Bahaya yang secara khusus tengah mengancam Paulus dan para
tahanan lain, selain bahwa mereka mengalami musibah bersama-
sama, dan bagaimana mereka diluputkan dari bahaya itu.
1. Pada saat yang genting ini, saat setiap orang ragu akan ke-
lanjutan hidupnya, prajurit-prajurit bermaksud untuk membu-
nuh tahanan-tahanan yang diserahkan kepada penjagaan me-
reka, dan yang harus mereka pertanggungjawabkan, supaya
jangan ada seorang pun yang melarikan diri dengan berenang
(ay. 42). Bahaya itu tidak akan terjadi, sebab para tahanan
tidak bisa melarikan diri jauh-jauh akibat tubuh mereka su-
dah lemah dan lelah. Dan, di bawah pengawasan begitu ba-
nyak prajurit yang harus menjaga mereka, tidak mungkin me-
reka mau mencobanya. Kalaupun itu sampai terjadi, misalnya
para prajurit nekat melanggar hukum dengan membiarkan
para tahanan lari, dalam keadaan seperti itu keadilan pasti
akan meringankan perbuatan mereka.namun apa yang ingin
mereka lakukan di sini sungguh beringas dan biadab. Dan
yang jauh lebih buruk, mereka begitu ringan tangan ingin me-
lenyapkan nyawa banyak orang, padahal tanpa mujizat belas
kasihan, mereka pasti sudah kehilangan nyawa mereka sendiri.
2. Perwira itu, demi Paulus, langsung mencegah rencana ini.
Paulus, yang yaitu tawanannya, telah mendapat perkenan-
annya, seperti Yusuf mendapat perkenanan kepala pengawal
raja. Yulius, meskipun memandang rendah nasihat Paulus (ay.
11), namun setelah itu melihat banyak alasan untuk meng-
hormati dia; dan oleh sebab itu, sebab ingin menyelamatkan
Paulus, Ia mencegah rencana yang berdarah itu, dan in
favorem vitæ dengan memperhatikan hidupnya, ia mengha-
langi mereka melaksanakan maksud mereka. Tidak tampak
bahwa ada orang dari antara mereka yang sudah dihukum se-
bagai penjahat. Mereka hanya tersangka, dan menunggu untuk
disidang. Dalam keadaan seperti itu, lebih baik sepuluh orang
yang bersalah melarikan diri dibandingkan satu orang yang tidak
bersalah dibunuh. Sama seperti Tuhan sudah menyelamatkan
semua orang di dalam kapal demi Paulus, demikian pula di
sini perwira itu menyelamatkan semua tahanan demi dia. De-
mikianlah, orang baik pasti akan menebarkan kebaikannya
kepada banyak orang.
VII. Diselamatkannya nyawa semua orang di dalam kapal, oleh pe-
meliharaan Tuhan yang menakjubkan. Setelah bagian bawah
kapal hancur, sudah pasti tinggal selangkah lagi mereka meng-
hadapi maut. Namun, belas kasihan yang tak terhingga turut
campur, dan langkah itu pun dicegat.
1. Sebagian orang selamat dengan berenang: Perwira itu terlebih
dahulu memerintahkan prajurit-prajuritnya, yang pandai bere-
nang, untuk pertama-tama naik ke darat, bersiap-siap mene-
rima para tahanan, dan mencegah mereka melarikan diri.
Bangsa Romawi sejak masih muda dilatih untuk berenang,
selain untuk latihan-latihan lain, dan sering kali itu berman-
faat bagi mereka dalam berperang. Kaisar Yulius yaitu se-
orang perenang terkenal. Berenang mungkin sangat berguna
bagi mereka yang sering berada di laut,namun juga mungkin
ada lebih banyak nyawa melayang sebab olahraga berenang,
dan sebab belajar berenang, dibandingkan nyawa yang perlu di-
selamatkan dengan berenang.
2. Yang lain dengan susah payah berebut ke pantai, sebagian di
atas papan yang sudah mereka lepaskan dari kapal, dan se-
bagian yang lain di atas pecahan-pecahan kapal. Setiap orang
berebut tempat terbaik bagi dirinya sendiri dan bagi teman-
temannya. Semakin gigih mereka melakukannya, sebab me-
reka yakin bahwa perjuangan mereka tidak akan sia-sia. Te-
tapi demikianlah, melalui pemeliharaan Tuhan yang baik tak se-
orang pun dari mereka tertinggal, tak seorang pun dari mereka
kelupaan diangkut. Sebaliknya, mereka semua selamat naik
ke darat. Lihatlah di sini contoh dari pemeliharaan Tuhan
yang istimewa dalam mempertahankan hidup orang, dan
terutama dalam membebaskan banyak orang dari bahaya air.
Tinggal sebentar lagi mereka akan tenggelam,namun mereka
dijaga supaya tidak tenggelam, supaya jangan gelombang air
menghanyutkan mereka, atau tubir menelan mereka. Kemu-
dian, badai pun berubah menjadi tenang. Mereka diselamat-
kan dari laut yang mengerikan, dan dihantar ke pelabuhan
kesukaan mereka. Oh, semoga saja manusia memuji Tuhan
sebab kebaikan-Nya! (Mzm. 107:30-31). Inilah contoh peng-
genapan janji khusus yang diucapkan Tuhan , bahwa semua
orang di kapal ini akan selamat oleh sebab Paulus. Mes-
kipun ada kesulitan besar di jalan keselamatan yang dijan-
jikan, namun janji itu tidak akan gagal untuk digenapi.
Bahkan pecahan kapal sekalipun bisa menjadi sarana untuk
menyelamatkan nyawa orang. Dan, walaupun segalanya tam-
pak sudah musnah, ternyata semuanya selamat, meskipun
itu di atas papan, dan di atas pecahan-pecahan kapal.
PASAL 28
atut bagi kita untuk memperhatikan dan memanfaatkan apa
yang telah dicatat di sini perihal Rasul Paulus yang terberkati itu.
sebab setelah kisah dalam pasal ini, kita tidak lagi mendengar apa-
apa tentang dia di dalam sejarah kudus, walaupun kita banyak ber-
urusan dengan dia dalam surat-surat penggembalaannya. Kita telah
mengikutinya melalui beberapa pasal di dalam kitab ini, dari satu
kursi pengadilan ke kursi pengadilan lainnya, sehingga rasanya akan
lebih senang jika kita dapat meninggalkannya dalam keadaan bebas.
Namun, di dalam pasal ini kita harus turut berdukacita bersamanya,
sekaligus mengucapkan selamat kepadanya.
I. Kita berdukacita bersamanya sebagai penumpang malang
dari kapal yang pecah terkandas, dan yang kehilangan semua
miliknya. Namun kita harus mengucapkan selamat kepadanya,
1. Sebagai satu-satunya orang yang dibela Tuhan nya dalam
bahaya yang sedang mengancamnya dengan cara melin-
dungi dirinya dari gigitan seekor ular beludak yang melilit
tangannya (ay. 1-6), serta bagaimana ia dijadikan alat yang
sangat berguna di pulau tempat mereka terdampar untuk
menyembuhkan banyak orang sakit, khususnya ayah Pu-
blius, gubernur pulau itu (ay. 7-9).
2. Sebagai orang yang sangat dihormati oleh orang-orang
yang ada di sana (ay. 10).
II. Kita berdukacita bersamanya sebagai seorang tahanan terbe-
lenggu yang malang, dibawa ke Roma dengan dugaan mela-
kukan tindak kejahatan terhadap perintah dan dihadapkan
di depan pengadilan atau habeas corpus (ay. 11-16). Namun,
kita harus mengucapkan selamat kepadanya,
p
1. Atas rasa hormat yang ditunjukkan oleh orang-orang
Kristen di kota Roma, yang datang dari jauh untuk ber-
jumpa dengannya (ay. 15).
2. Atas kebaikan yang ditunjukkan oleh perwira pengawal
yang bertugas untuk menerima tahanan, dan yang kemu-
dian memperbolehkannya tinggal dalam rumah sendiri,
dan tidak menempatkannya di penjara umum (ay. 16).
3. Atas kebebasan yang diberikan untuk berbicara dengan
orang-orang Yahudi di kota Roma, baik mengenai persoalan-
nya sendiri (ay. 17-22), maupun mengenai iman Kristen
pada umumnya (ay. 23). Hasilnya yaitu Tuhan dimuliakan,
banyak orang yang dibangun, selebihnya dibiarkan tak ter-
maafkan, dan rasul-rasul dibenarkan untuk memberitakan
Injil kepada bangsa-bangsa lain (ay. 24-29).
4. Atas kebebasan yang tidak terganggu untuk memberita-
kan Injil kepada semua orang yang datang ke rumahnya
sendiri selama dua tahun penuh (ay. 30-31)
Paulus Mengibaskan Ular;
Paulus Menyembuhkan Ayah Publius
(28:1-10)
1 Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa
daratan itu yaitu pulau Malta. 2 Penduduk pulau itu sangat ramah terha-
dap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ
sebab telah mulai hujan dan hawanya dingin. 3 saat Paulus memungut se-
berkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular
beludak sebab panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. 4 saat orang-
orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata se-
orang kepada yang lain: Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab,
meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Ke-
adilan. 5namun Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama se-
kali tidak menderita sesuatu. 6 Namun mereka menyangka, bahwa ia akan
bengkak atau akan mati rebah se saat itu juga.namun sesudah lama me-
nanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya,
maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa. 7 Tidak jauh
dari tempat itu ada tanah milik gubernur pulau itu. Gubernur itu namanya
Publius. Ia menyambut kami dan menjamu kami dengan ramahnya selama
tiga hari. 8 saat itu ayah Publius terbaring sebab sakit demam dan disen-
tri. Paulus masuk ke kamarnya; ia berdoa serta menumpangkan tangan ke
atasnya dan menyembuhkan dia. 9 Sesudah peristiwa itu datanglah juga
orang-orang sakit lain dari pulau itu dan merekapun disembuhkan juga. 10
Mereka sangat menghormati kami dan saat kami bertolak, mereka menye-
diakan segala sesuatu yang kami perlukan.
Kita mendapati betapa sangat beragamnya tempat-tempat dan ke-
adaan yang dijumpai Paulus! Ia yaitu ibarat sebuah planet, dan bu-
kan sebuah bintang yang diam tidak bergerak. Di sini kita membaca
bagaimana ia berada di suatu pulau yang kemungkinan besar tidak
akan pernah dikunjunginya, seandainya ia tidak dihempas oleh badai
ke tempat ini. Namun, tampaknya Tuhan memiliki pekerjaan baginya
di sini. Bahkan angin badai pun dapat memenuhi rencana Tuhan .
Angin yang berbahaya memang tidak akan membawa kebaikan, te-
tapi angin yang berbahaya ini membawa kebaikan bagi Pulau Malta.
Sebab angin ini mengharuskan Paulus tinggal selama tiga bulan
bersama penduduk pulau itu. Ia yang menjadi berkat bagi setiap tem-
pat yang ia datangi. Pulau ini dinamakan Malta, yang terletak di
antara Pulau Sisilia dan Benua Afrika. Panjang pulau ini sekitar tiga
puluh dua kilometer, dengan lebar sekitar dua puluh kilometer. Pu-
lau ini yaitu pulau terjauh dari benua Eropa dibandingkan dengan
pulau-pulau lainnya di Mediterania, jaraknya sekitar sembilan puluh
tujuh kilometer dari Pulau Sisilia. Pulau ini menjadi terkenal sejak
para kesatria Malta mempertahankan pulau ini dengan gagah berani
terhadap serangan orang-orang Turki yang berusaha menyerang wila-
yah umat Kristen di sana, dan berhasil menghentikan kemajuan pa-
sukan mereka.
I. Sambutan ramah yang diberikan penduduk pulau ini kepada
orang-orang asing yang sedang menderita kesusahan akibat kapal
mereka pecah terkandas di pantai pulau itu (ay. 2), Penduduk
pulau itu sangat ramah terhadap kami. Tuhan telah berjanji bahwa
tidak seorang pun yang akan binasa, sebab bagi Tuhan , pekerjaan-
Nya sempurna. Walaupun mereka telah selamat dari laut, dan ke-
mudian sampai dengan selamat di pantai, semuanya akan binasa
sebab cuaca dingin atau kelaparan. Oleh sebab itu Tuhan melan-
jutkan pemeliharaan-Nya atas mereka. Dan keuntungan apa pun
yang kita terima melalui tangan orang lain haruslah kita anggap
sebagai datang dari tangan Tuhan sendiri. sebab setiap makhluk
yaitu bagi kita, dan tidak lebih dari itu, sesuai dengan maksud-
Nya dalam menjadikannya seperti itu. Dan jika Ia berkenan, se-
bagaimana Ia sanggup membuat musuh-musuh berdamai dengan
kita, begitu jugalah Ia sanggup membuat orang-orang asing men-
jadi sahabat-sahabat kita, sahabat saat kita sangat membutuh-
kan. Merekalah sahabat-sahabat yang sejati. Sahabat-sahabat
dalam kemalangan, dan itulah saat menjadi seorang saudara
dalam kesukaran. Amatilah,
1. Bagaimana dicatat di sini kebaikan hati penduduk Malta ke-
pada Rasul Paulus dan rombongannya. Mereka disebut orang-
orang tidak beradab, sebab mereka tidak menggunakan ba-
hasa dan kebiasaan seperti orang-orang Yunani atau Roma
yang memandang (dengan cukup angkuh) semua bangsa lain
sebagai bangsa biadab, walaupun sebenarnya bangsa-bangsa
lain itu cukup beradab, dan bahkan dalam beberapa hal lebih
beradab dibandingkan mereka. Namun, ternyata orang-orang yang
mereka sebut biadab itu penuh dengan rasa kemanusiaan
yang tinggi. Mereka sangat ramah terhadap kami. Jauh dari
pikiran mereka untuk menjadikan orang-orang yang meng-
alami kecelakaan kapal ini sebagai mangsa, yang saya khawa-
tirkan, biasa dilakukan banyak orang yang disebut Kristen.
Mereka justru menjadikan kecelakaan ini sebagai peluang un-
tuk menunjukkan belas kasihan. Orang Samaria itu telah men-
jadi sesama yang lebih baik bagi orang malang yang terluka itu
dibandingkan dengan imam atau orang Lewi. Sesungguhnya
kita tidak menemukan rasa kemanusiaan yang besar di antara
orang-orang Yunani, Roma, atau orang Kristen, dibandingkan
dengan apa yang ada di antara bangsa tak beradab ini. Hal ini
dituliskan bagi kita untuk dijadikan teladan, supaya dengan
kejadian ini kita dapat belajar berbelas kasihan kepada orang-
orang yang tengah ditimpa kesukaran dan kesengsaraan, serta
meringankan dan membantu sekuat tenaga kita, seperti mere-
ka yang mengetahui bahwa kita sendiri juga masih hidup di
dunia ini. Kita harus selalu siap menjamu orang-orang asing
seperti yang dilakukan oleh Abraham saat ia sedang duduk
di pintu kemahnya dan mengundang mereka masuk (Ibr.
13:2), khususnya orang-orang asing yang sedang dalam kesu-
karan seperti orang-orang ini. Hormatilah semua orang. Jika
Sang Pemelihara telah menetapkan batas-batas kediaman kita,
sehingga kita memperoleh lebih banyak kesempatan menjadi
berguna bagi orang-orang yang mengalami kesusahan, jangan-
lah kita menganggap hal ini sebagai nasib yang tidak menye-
nangkan. Sebaliknya kita harus menganggapnya sebagai suatu
keuntungan, sebab lebih berbahagia memberi dari pada mene-
rima. Siapa yang tahu bahwa orang-orang biadab yang ditak-
dirkan tinggal di pulau ini disiapkan untuk menghadapi saat-
saat seperti ini!
2. Sebuah contoh khusus mengenai kebaikan hati mereka. Mere-
ka menyalakan api yang besar, di dalam beberapa ruangan
besar atau sejenis itu, dan mengajak kami semua ke situ. Me-
reka menyediakan ruang bagi kami di sekeliling api itu dan
menyambut kami semua tanpa menanyakan dari negeri mana
kami berasal atau dari agama apa. Dalam berenang menuju
pantai atau dengan mengapung menggunakan papan dan
pecahan-pecahan kapal, dapat kita perkirakan bahwa mereka
menjadi basah kuyup, sehingga tidak ada selembar benang
pun yang kering melekat di atas tubuh mereka. Seolah-olah
semua itu belum cukup, maka untuk melengkapi air bah itu,
air dari langit pun turun dan bertemu dengan air yang sudah
ada di bawah. Hujan turun begitu lebat sehingga membuat
mereka kedinginan sampai di bawah kulit. Dikatakan bahwa
telah mulai hujan dan hawanya dingin, sehingga mereka tidak
mengingini apa-apa lagi selain kehangatan api (sebab sebelum-
nya mereka telah makan kenyang di atas kapal). Dan inilah
yang sekarang diberikan oleh penduduk pulau itu, mengha-
ngatkan mereka dan mengeringkan pakaian mereka. Kadang-
kadang kebaikan hati yang tepat untuk diberikan kepada ke-
luarga-keluarga miskin yaitu memberi bahan bakar dan
juga makanan atau pakaian kepada mereka. Kenakanlah kain
panas, sama perlunya seperti, makanlah sampai kenyang. Ke-
tika kita terlindung dari kedahsyatan musim dan cuaca yang
sangat buruk, sebab tinggal di dalam rumah serta memiliki
tempat tidur, pakaian dan perapian yang hangat, patutlah kita
berpikir betapa banyaknya orang-orang lain yang sedang ter-
papar oleh hujan yang sedang turun dan hawa yang dingin,
dan mengasihani mereka serta berdoa untuk mereka, dan juga
menolong mereka bila kita mampu.
II. Bahaya berikutnya yang dihadapi Rasul Paulus dari seekor ular
beludak yang menggigit dan melilit tangannya, serta pandangan
yang salah mengenai kejadian itu dari orang-orang yang ada di
sana. Rasul Paulus berada di antara orang-orang asing, dan ia
tampak sebagai orang yang sangat buruk dan hina dari kumpulan
itu. sebab itulah Tuhan membuatnya menjadi terkenal dan segera
menjadi pusat perhatian.
1. saat api itu mulai dinyalakan dan dikobarkan supaya ba-
nyak orang dapat dihangatkan, Paulus turut sibuk bersama
mereka mengumpulkan ranting-ranting kayu (ay. 3). Walau-
pun ia bebas dari segalanya dan lebih terpandang dari semua
orang dalam rombongan itu, namun ia menjadikan dirinya
pelayan dari semuanya. Rasul Paulus yaitu seorang yang giat
dan rajin. Ia suka melakukan apa yang harus dilakukan dan
tidak pernah berpikir untuk mencari senang sendiri. Rasul
Paulus yaitu seorang yang rendah hati serta sangat me-
nyangkal diri, dan ia akan menundukkan diri kepada segala
sesuatu yang memerlukan pelayanannya, sampai-sampai ia
ikut mengumpulkan ranting-ranting kayu untuk menyalakan
api. Kita harus menganggap tidak ada yang rendah bagi kita
selain dosa, dan jika ada kesempatan, selalu siap sedia untuk
merendahkan diri dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang
paling hina demi kebaikan saudara-saudara kita. Penduduk
pulau itu siap menolong mereka, namun Paulus, dalam keadaan
basah dan kedinginan, tidak mau berpangku tangan dan mem-
bebankan semuanya ke atas mereka,namun ikut membantu
sendiri. Orang-orang yang memperoleh manfaat dari kehangat-
an api itu harus membantu membawa bahan bakar ke sana.
2. Ranting-ranting kayu itu telah menjadi sampah kering, dan
rupanya ada seekor ular beludak di dalamnya. Ular itu tetap
diam seperti sudah mati sampai ia merasakan kehangatan api,
dan menjadi terbangun. Atau, mungkin tinggal diam sampai
merasakan jilatan api, dan merasa terganggu, dan langsung
menyerang Paulus yang kemudian tanpa sadar mengibaskan-
nya ke dalam api, dan terpaut pada tangannya (ay. 3). Ular
dan makhluk-makhluk berbisa seperti itu umumnya tinggal di
antara ranting-ranting. Oleh sebab itu kita membaca me-
ngenai orang yang bertopang dengan tangannya ke dinding dan
seekor ular memagut dia (Am. 5:19). Itulah sebabnya orang me-
rasa takut untuk mendobrak tembok (Pkh. 10:8), barang siapa
mendobrak tembok akan dipagut ular. Sebagaimana ular ada di
bawah rerumputan hijau, sering juga ular tinggal di bawah de-
daunan kering. Lihatlah betapa rentannya kehidupan manusia
terhadap bahaya. Alangkah banyaknya bahaya yang harus kita
hadapi dari makhluk-makhluk lain yang lebih rendah, yang
banyak di antaranya menjadi musuh manusia sejak manusia
memberontak terhadap Tuhan . Lihatlah juga betapa besarnya
belas kasihan Tuhan sehingga kita terpelihara dari binatang-bi-
natang itu. Sering kita berjumpa dengan binatang berbahaya
yang kita sangka dapat mendatangkan manfaat. Begitu pula
banyak orang yang disakiti walaupun mereka jujur bekerja
dan sedang menjalankan tugas.
3. Orang-orang biadab itu berpikir bahwa sebab Paulus itu
seorang tahanan, pastilah ia seorang pembunuh. Juga bahwa
ia naik banding menghadap pengadilan Kaisar di Roma sebab
mau melarikan diri dari pengadilan di negerinya sendiri. Dan
sekarang ular beludak itu dikirim oleh keadilan Tuhan untuk
menuntut balas. Seandainya mereka tidak menyadari bahwa ia
yaitu seorang tahanan, mungkin mereka tetap mengira dia
sedang melarikan diri. Dan saat mereka melihat binatang ber-
bisa ini terpaut pada tangannya, serta melihat Paulus tidak
dapat atau tidak mau segera mengibaskannya,namun mem-
biarkannya beberapa saat tetap tergantung di tangannya, me-
reka menyimpulkan, Orang ini sudah pasti seorang pembu-
nuh, yang telah menumpahkan darah orang yang tidak ber-
dosa, dan sebab itu, meskipun ia telah luput dari laut, namun
pembalasan Tuhan tetap mengejarnya, dan sekarang ular itu ter-
paut pada tangannya, ia tidak dibiarkan hidup. Nah, kita
dapat melihat di sini,
(1) Beberapa pengungkapan dari terang alamiah. Mereka itu
yaitu orang-orang tidak beradab, mereka tidak memiliki
buku dan juga pernah bersekolah, namun mereka menge-
tahui secara alamiah,
[1] Bahwa ada Tuhan yang mengendalikan dunia ini dan ada
suatu kuasa pemeliharaan yang mengatur semua yang
terjadi. Bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi secara
kebetulan, termasuk kejadian sekarang ini,namun oleh
pengaturan Tuhan .
[2] Bahwa kejahatan mengejar orang-orang berdosa. Bahwa
Tuhan akan memberi upah atas perbuatan-perbuatan
baik, dan perbuatan jahat akan dihukum. Ada suatu
nemesis Tuhan pembalasan Tuhan , yang cepat atau lambat
akan diperhitungkan sebagai pembalasan atas kejahatan-
kejahatan besar. Mereka tidak hanya percaya bahwa
ada Tuhan ,namun bahwa Tuhan ini telah berfirman, pem-
balasan itu yaitu hakku. Akulah yang akan menuntut
pembalasan, bahkan sampai pada kematian.
[3] Bahwa membunuh yaitu tindakan kejahatan yang
mengerikan, dan tidak akan dibiarkan lama tanpa dihu-
kum. Bahwa siapa yang menumpahkan darah manusia,
maka jika darahnya tidak ditumpahkan oleh manusia
lain (oleh pemerintah, begitulah seharusnya), darahnya
akan ditumpahkan oleh Hakim langit dan bumi yang
adil, yaitu Dia yang yaitu pembalas kejahatan. Orang-
orang yang mengira dapat hidup tanpa dihukum di
jalan kejahatan mereka akan dihakimi oleh mulut
orang-orang biadab ini. Walaupun tidak memiliki buku
mereka akan berkata, Celakalah orang fasik! Malapeta-
ka akan menimpanya, sebab mereka akan diperlakukan
menurut perbuatannya sendiri. Orang-orang yang mera-
sa aman sebab berhasil melarikan diri dari berbagai
penghakiman akan berkata, Kami akan selamat, walau-
pun kami berlaku degil, dan sebab hati mereka penuh
dengan niat untuk berbuat jahat sebab hukuman ter-
hadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, dapat
belajar dari orang-orang yang tidak terpelajar ini bahwa
meskipun penjahat itu luput dari pembalasan laut,
namun tidak akan ia dibiarkan hidup oleh keadilan Tuhan .
Pada zaman Ayub kita dapat bertanya-tanya kepada
orang-orang yang lewat di jalan, bertanya kepada orang
berikutnya yang kita jumpai, dan mereka akan men-
jawab bahwa orang jahat terlindung sampai pada hari
kebinasaan.
(2) Beberapa kesalahan terang alamiah, yang perlu diralat oleh
pewahyuan Tuhan . Pengetahuan mereka cacat dalam dua hal:
[1] Bahwa mereka mengira semua orang jahat akan dihu-
kum di dalam kehidupan ini. Bahwa pembalasan Tuhan
tidak akan pernah membiarkan orang-orang berdosa
yang telah melakukan dosa besar dan terkenal, seperti
para pembunuh, untuk berumur panjang. Bahwa jika
mereka naik dari pelubang akan tertangkap di dalam
jerat (Yer. 48:43-44), jika seseorang yang lari terhadap
singa, seekor beruang mendatangi dia (Am. 5:19). Jika
mereka lepas dari bahaya tenggelam, seekor ular belu-
dak akan memagutnya. Padahal tidak demikian adanya.
Orang-orang jahat, bahkan para pembunuh, kadang-
kadang tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi ber-
tambah kuat. Sebab pembalasan masih akan terjadi di
kehidupan yang akan datang, pada hari kemurkaan.
Meskipun beberapa di antaranya dijadikan contoh da-
lam dunia ini untuk membuktikan bahwa Tuhan itu ada
dan ada pengaturan penyelenggaraan. Namun, banyak
juga yang dibiarkan tanpa dihukum, untuk membuk-
tikan bahwa ada penghakiman yang akan datang.
[2] Bahwa semua orang yang menderita kemalangan luar
biasa dalam kehidupan ini yaitu orang-orang jahat.
Bahwa jika tangan seseorang itu dililit dan dipagut se-
ekor ular berbisa, maka dia langsung dihakimi sebagai
seorang pembunuh. Sama seperti orang-orang yang
mati ditimpa menara dekat Siloam disangka memiliki
dosa yang lebih besar dibandingkan kesalahan semua orang
yang diam di Yerusalem. Kesalahan seperti ini diperbuat
oleh sahabat-sahabat Ayub saat mereka menilai kesu-
sahan yang menimpa Ayub. Namun, pewahyuan Tuhan
meralat kesalahan ini dalam terang yang sejati, yaitu
bahwa segala sesuatu sama bagi sekalian, bahwa orang
benar sering kali mengalami kemalangan dalam kehi-
dupan ini, untuk melatih dan meningkatkan iman dan
kesabaran mereka.
4. saat Rasul Paulus mengibaskan ular itu dari tangannya,
orang-orang itu tetap menunggu-nunggu bahwa pembalasan
Tuhan akan membenarkan celaan mereka kepadanya. Mereka
mengira bahwa tidak lama lagi tubuh Paulus akan bengkak
dan pecah sebab daya racun yang mematikan, atau bahwa ia
akan mati rebah se saat itu juga. Lihatlah betapa mudahnya
orang membuat penilaian. Begitu mereka memiliki pen-
dapat yang salah mengenai seseorang, walaupun penilaian me-
reka itu tidak adil, mereka tetap memegang pandangan itu dan
mengira bahwa Tuhan perlu menegaskan dan membenarkan
hukuman mereka yang cepat dan tidak berdasar itu. Untung-
nya mereka tidak lalu merobohkan dia saat melihat ia tidak
menjadi bengkak dan rebah,namun dengan bijaksana membiar-
kan Tuhan bekerja dan mengikuti tanda penyelenggaraan-Nya.
III. Penyelamatan Paulus dari bahaya gigitan ular dan dari pikiran
orang-orang yang tidak berdasar ini. Ular yang terpaut pada tangan
Paulus merupakan ujian bagi imannya. Ujian itu menghasilkan
pujian, kehormatan, dan kemuliaan, sebab,
1. Tampaknya kejadian itu sama sekali tidak membuat Paulus
ketakutan atau kebingungan. Ia tidak menjerit atau terkejut,
atau langsung mengebaskannya dengan rasa ngeri, seperti
yang biasanya akan kita lakukan. Ia justru membiarkan ular
itu tergantung cukup lama, sehingga orang-orang yang melihat
memiliki cukup waktu untuk memperhatikan hal itu dan
mengatakan sesuatu. Betapa hebatnya keyakinan pikiran yang
dimilikinya, betapa tenangnya ia, yang tidak dapat dimiliki
oleh seseorang dalam keadaan yang mengejutkan seperti itu
kalau bukan oleh suatu pertolongan kasih karunia Tuhan yang
khusus, dan oleh keyakinan dan perhatian penuh terhadap fir-
man Kristus mengenai murid-murid-Nya (Mrk. 16:18), bahwa
mereka akan memegang ular. Inilah yang dimaksud dengan
hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan .
2. Dengan santai Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api,
tanpa kesulitan, tanpa meminta bantuan, atau cara-cara lain
untuk melepaskannya dari belitan ular itu. Mungkin ular itu
mati terpanggang di dalam api. Demikianlah, di dalam kekuatan
kasih karunia Kristus, orang-orang percaya dapat mengibas-
kan godaan-godaan Iblis dengan sebuah tekad kudus, sambil
berkata seperti Kristus, Enyahlah Iblis, kiranya Tuhan meng-
hardik engkau! Dan dengan demikian mereka menjaga diri me-
reka sendiri, sehingga si jahat tidak dapat menjamah mereka
(1Yoh. 5:18). saat dengan hati nurani yang murni kita me-
rendahkan kecaman dan celaan orang lain dan memandang-
nya dengan rasa tidak suka yang kudus, maka saat itulah kita
melakukan seperti yang dilakukan oleh Paulus di sini, me-
ngibaskan ular itu ke dalam api. Hal itu tidak akan membaha-
yakan kita, kecuali kita merasa jengkel dengan celaan mereka
atau merasa terhalang dari pelayanan kita, atau terpancing
untuk membalas caci maki dengan caci maki.
3. Rasul Paulus bukanlah seburuk yang disangka. Orang-orang
yang menyangka bahwa hal itu akan mendatangkan kematian-
nya, lama menanti-nanti,namun mereka melihat bahwa tidak
ada apa-apa yang terjadi padanya. Dengan ini Tuhan bermak-
sud menjadikannya luar biasa di antara orang-orang tidak ber-
adab ini, dan dengan demikian membuka jalan untuk pembe-
ritaan Injil di antara mereka. Dilaporkan bahwa sesudah ke-
jadian ini tidak ada lagi makhluk berbisa yang hidup di pulau
itu, tidak ada lagi, sama seperti keadaan di Irlandia. Namun
saya tidak menemukan adanya penegasan mengenai kenyataan
ini, walaupun para penulis dari kalangan gereja tertentu mem-
bicarakan hal itu dengan penuh keyakinan.
4. Kemudian para penduduk pulau itu meninggikan Paulus, se-
perti halnya mereka sangat menjelek-jelekkan dia sebelumnya.
Sebaliknya mereka berpendapat bahwa ia yaitu seorang
dewa, dewa yang tidak bisa mati. Sebab mereka berpendapat
mustahil seorang manusia yang dapat mati mampu membiar-
kan seekor ular beludak bergantung begitu lama di tangannya
dan tidak ada apa-apa yang buruk terjadi pada dirinya. Lihat-
lah ketidakpastian pendapat orang banyak, bagaimana penda-
pat itu dapat berbalik bersama bertiupnya angin, dan betapa
mudahnya mereka bergerak di antara dua hal yang bertolak
belakang, dari mempersembahkan korban kepada Paulus dan
Barnabas dan kemudian melempari mereka dengan batu, dan
sekarang di sini dari menyatakan dia sebagai seorang pem-
bunuh, dan kemudian menganggapnya sebagai dewa.
IV. Penyembuhan secara mujizat seorang tua terhormat yang sakit
demam, serta orang-orang lain yang sakit oleh Rasul Paulus. De-
ngan adanya peneguhan ini terhadap ajaran Kristus ini, maka
tidak diragukan lagi pekabaran ajaran Kristus menjadi semakin
bertambah. Amatilah,
1. Penerimaan yang ramah dari Publius, orang terkemuka di pulau
itu terhadap orang-orang asing yang sedang mengalami kesu-
karan ini. Ia memiliki tanah yang sangat luas di pulau itu, dan
sebagian orang menduga ia gubernur. Ia menyambut mereka
dan menjamu mereka dengan ramahnya selama tiga hari. Sa-
ngat membahagiakan saat Tuhan memberi hati yang la-
pang kepada orang-orang yang Ia anugerahi dengan harta yang
banyak. Sangat baik bila ia yang menjadi orang terkemuka di
pulau itu yaitu seorang yang paling ramah dan murah hati.
Selain seorang yang paling kaya, ia juga kaya dalam perbuatan-
perbuatan baik.
2. Penyakit ayah Publius. Ia terbaring sebab sakit demam dan
disentri, yang sering terjadi bersamaan. Umumnya penyakit ini
sangat mematikan jika terjadi bersamaan seperti itu. Sang
Pemelihara mengatur sedemikian rupa sehingga ia harus sakit
pada saat ini, supaya penyembuhannya dapat menjadi semacam
hadiah untuk membalas kebaikan Publius. Selain itu, penyem-
buhannya melalui mujizat juga menjadi suatu balasan atas ke-
baikannya kepada Paulus, yang telah ia sambut sebagai se-
orang nabi, sehingga ia menerima upah nabi.
3. Penyembuhannya. Paulus menaruh perhatian atas masalah ini,
dan walaupun kita tidak menemukan bahwa ia dimintai tolong
untuk menyembuhkan orang sakit itu, sebab mereka tidak me-
ngira ia bisa, ia bersedia melakukannya. Bukan sebagai seorang
dokter untuk menyembuhkan dengan obat-obatan, melainkan
sebagai seorang rasul yang akan menyembuhkannya melalui
mujizat. Paulus pun berdoa kepada Tuhan , di dalam nama Kristus,
untuk kesembuhannya, lalu menumpangkan tangan ke atasnya,
dan dengan segera ayah Publius menjadi sembuh dengan sem-
purna. Walaupun sebenarnya sudah cukup umurnya, namun
kesehatannya dipulihkan. Perpanjangan umurnya merupakan
belas kasihan baginya.
4. Penyembuhan banyak orang lain yang tertarik oleh penyem-
buhan yang dilakukan Paulus ini. Jika ia dapat menyembuh-
kan penyakit dengan begitu mudah, dengan begitu manjur,
akan cukup banyak orang sakit yang datang kepadanya. Maka
ia menyambut mereka semua dan menyuruh mereka pulang
sesuai dengan tujuan mereka datang kepadanya. Ia tidak ber-
dalih bahwa ia yaitu seorang asing di situ, yang secara tidak
sengaja terdampar di antara mereka, tidak memiliki kewajiban
kepada mereka, serta hanya menunggu untuk pergi pada ke-
sempatan pertama, sehingga cukup banyak alasan untuk me-
nolak permintaan mereka. Tidak, sama sekali tidak, seorang
yang baik akan selalu berusaha berbuat baik di mana pun
pengaturan penyelenggaraan Tuhan membawa dia. Paulus
menganggap dirinya sebagai orang yang berutang. Tidak saja
kepada orang-orang Yunani,namun juga kepada orang-orang
tidak beradab. Ia bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan un-
tuk berbuat baik bagi mereka. Bahkan, secara khusus ia ber-
utang kepada penduduk Malta atas tempat berlindung yang
layak dan perbekalan yang mereka berikan kepadanya. De-
ngan ini pula ia telah melunasi biaya untuk tempat tinggalnya
di Malta itu. Hal ini harus dapat mendorong kita untuk memberi
tumpangan kepada orang asing, sebab dengan berbuat demi-
kian tanpa diketahui kita telah menjamu malaikat-malaikat.
Tuhan tidak akan pernah terlambat untuk menunjukkan kebaik-
an kepada umat-Nya yang sedang dalam kesukaran. Kita memi-
liki cukup banyak alasan untuk percaya bahwa dengan semua
penyembuhan ini, Paulus juga memberitakan Injil kepada me-
reka, dan Injil pun diterima oleh mereka dengan adanya pene-
guhan itu. Jika benar demikian, maka tidak ada orang yang
begitu dibuat menjadi kaya oleh kecelakaan kapal yang terkan-
das di pantai seperti orang-orang Malta ini.
V. Ungkapan terima kasih yang disampaikan bahkan oleh orang-
orang biadab ini atas kebaikan Paulus kepada mereka dalam
memberitakan Kristus kepada mereka. Mereka bersikap sopan ke-
padanya serta kepada pelayan-pelayan Tuhan lain yang menyer-
tainya, yang mungkin turut membantu dia memberitakan firman
di antara mereka (ay. 10).
1. Mereka sangat menghormati kami. Mereka menunjukkan se-
mua rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada rombongan
Paulus. Mereka telah melihat Tuhan meninggikan orang-orang
itu, sebab itu mereka menganggap pantas untuk menghor-
mati orang-orang itu, dan menganggap tidak berlebihan untuk
menunjukkan rasa hormat kepada mereka. Mungkin mereka
membiarkan orang-orang itu bebas tinggal di pulau itu dengan
menjadikan mereka warga pulau itu, dan mengakui mereka
sebagai saudara mereka. Para pemberita Injil yang setia layak
mendapat penghormatan dua kali ganda, khususnya saat
mereka berhasil dalam jerih payah pelayanan mereka.
2. saat kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu
yang kami perlukan. Atau dengan perkataan lain mereka me-
muat ke atas kapal segala sesuatu yang kami minta. Paulus
tidak dapat bekerja dengan tangannya di sini, sebab tidak ada
yang perlu dikerjakan. Itulah sebabnya ia menerima kebaikan
dari orang-orang Malta yang baik hati ini, bukan sebagai upah
atas kesembuhan yang ia lakukan (ia telah menerimanya
dengan cuma-cuma, sebab itu ia pun memberi nya dengan
cuma-cuma), melainkan sebagai pertolongan atas kebutuhan-
nya serta orang-orang yang bersamanya. Lagi pula, sesudah
menuai hal-hal yang rohaniah, sangat adil jika mereka mem-
balasnya (1Kor. 9:11).
Paulus di Kota Roma
(28:11-16)
11 Tiga bulan kemudian kami berangkat dari situ naik sebuah kapal dari
Aleksandria yang selama musim dingin berlabuh di pulau itu. Kapal itu
memakai lambang Dioskuri. 12 Kami singgah di Sirakusa dan tinggal di situ
tiga hari lamanya. 13 Dari situ kami menyusur pantai, lalu sampai ke Regium.
Sehari kemudian bertiuplah angin selatan dan pada hari kedua sampailah
kami di Putioli. 14 Di situ kami berjumpa dengan anggota-anggota jemaat,
dan atas undangan mereka kami tinggal tujuh hari bersama-sama mereka.
Sesudah itu kami berangkat ke Roma. 15 Saudara-saudara yang di sana telah
mendengar tentang hal ihwal kami dan mereka datang menjumpai kami
sampai ke Forum Apius dan Tres Taberne. saat Paulus melihat mereka, ia
mengucap syukur kepada Tuhan lalu kuatlah hatinya. 16 Setelah kami tiba di
Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama
seorang prajurit yang mengawalnya.
Di sini kita membaca perihal kelanjutan pelayaran Rasul Paulus me-
nuju Roma serta kedatangannya di sana pada akhirnya. Hingga kini
ia telah mengalami pelayaran yang ganas dan berbahaya, dan nyaris
ia kehilangan nyawanya. Namun, sesudah badai datanglah keteduhan.
Bagian terakhir pelayarannya berlangsung lancar dan tenang.
Per varios casus, per tot discrimina rerum, Tendimus ad Latium
Melalui berbagai bahaya dan peristiwa kami bergerak menuju Latium
Tendimus ad clum.
Kami menuju sorga.
Dabit Deus his quoque finem.
Untuk semuanya ini, akhirnya akan ditetapkan oleh Sorga.
Di sini kita membaca,
I. Perjalanan mereka meninggalkan Malta. Pulau itu telah menjadi
tempat perlindungan mereka yang menggembirakan, namun ba-
gaimanapun juga itu bukan rumah mereka. saat mereka sudah
disegarkan kembali, mereka harus kembali lagi melaut. Kesukar-
an dan keputusasaan yang kita jumpai dalam kehidupan Kristen
tidak boleh menghalangi kemajuan kita. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan di sini,
1. Waktu keberangkatan mereka: tiga bulan kemudian, tiga bulan
musim dingin. Lebih baik beristirahat, walaupun di tempat
yang darurat, dibandingkan terus berjalan sementara musimnya
berbahaya. Rasul Paulus telah memperingatkan mereka su-
paya jangan berlayar di musim dingin, namun mereka tidak
mau mendengarkan nasihatnya.namun sekarang mereka telah
belajar dari kesulitan dan bahaya yang telah mereka jalani, se-
hingga ia tidak perlu memperingatkan mereka lagi. Mereka
sudah belajar dengan baik saat mereka harus membayar
harganya. Itulah sebabnya dikatakan bahwa pengalaman ada-
lah majikan bagi orang-orang bodoh, sebab orang-orang bodoh
tidak akan belajar sampai pengalaman telah mengajar mereka.
2. Mengenai kapal yang mereka gunakan. Kapal itu berasal dari
Aleksandria, sama seperti kapal kandas yang mereka tum-
pangi sebelumnya (27:6). Kapal ini telah berlabuh di pulau ini
selama musim dingin, dan selamat. Lihatlah persoalan berbeda
yang harus ditanggung manusia di dunia ini. Di sini ada dua
kapal, keduanya berasal dari Aleksandria, keduanya dalam
perjalanan menuju Italia, keduanya sampai ke pulau yang
sama,namun yang satu mengalami pecah kapal dan yang satu
lagi selamat. Kejadian-kejadian semacam itu sering kita lihat.
Kadang-kadang Sang Pemelihara lebih memberkati orang-
orang yang berdagang di dunia ini dan membuat mereka ber-
hasil, supaya orang didorong untuk bekerja menangani urusan-
urusan duniawi. Pada lain waktu, Sang Pemelihara menentang
mereka, supaya orang diperingatkan untuk tidak memberi
hati mereka pada dunia ini. Dengan demikian terjadi peristiwa-
peristiwa yang berbeda-beda, supaya kita dapat belajar bagai-
mana hidup dalam kekurangan dan kelimpahan. Sang penulis
peristiwa ini memberi perhatian pada lambang kapal itu,
yang mungkin menjadi namanya, yaitu Dioskuri (KJV: Castor
dan Pollux pen.). Dewa-dewa kecil dan bodoh dari para
penyembah berhala, yang oleh beberapa penyair digambarkan
sebagai dewa yang mengatasi badai dan melindungi para
pelaut, keduanya dianggap sebagai dewa-dewa laut. Gambar
dewa-dewa itu dilukis atau diukir di atas bagian haluan kapal,
dan dari situlah kapal itu diberi nama. Saya menduga bahwa
hal ini disebut di sini sebagai alasan untuk menegaskan kebe-
naran kisah itu bahwa kapal ini dikenal dengan nama
dan lambang itu oleh semua orang yang berurusan antara
Mesir dan Italia. Dr. Lightfoot (seorang ahli theologi Inggris
abad ketujuh belas) berpendapat bahwa Lukas menyebut-nye-
but hal ini untuk menunjukkan sifat manusia yang masih
percaya kepada takhayul, bahwa mereka berharap akan dapat
berlayar dengan lebih aman di bawah lambang ini dibanding-
kan saat tidak memakainya sebelumnya.
II. Pendaratan mereka di Italia atau di sekitarnya serta perjalanan
lanjutan menuju Roma.
1. Pertama mereka singgah di Sirakusa yang menjadi ibu kota
Pulau Sisilia. Di situ mereka tinggal tiga hari lamanya. Mung-
kin mereka membongkar sejumlah muatan di situ atau mem-
beli barang dagangan. Sebab tampaknya kapal ini memang di-
buat untuk melakukan pelayaran dagang. Sekarang rasa ingin
tahu Paulus dipuaskan saat ia bisa melihat tempat-tempat
yang sering ia dengar dan ingin ia kunjungi, khususnya Sira-
kusa, sebuah kota kuno yang terkenal. Namun, tampaknya
belum ada orang Kristen di sana.
2. Dari Sirakusa mereka berlayar ke Regium, sebuah kota di da-
ratan Italia, yang berseberangan langsung dengan Messina di
Pulau Sisilia, yang menjadi wilayah kerajaan Calabria atau
Napels. Tampaknya mereka tinggal di kota itu selama satu
hari. Sebuah legenda sangat resmi dari sebuah gereja menga-
takan bahwa saat Rasul Paulus berkhotbah di sini, ikan-
ikan berdatangan ke tepi pantai untuk mendengarkan dia, dan
dengan sebatang lilin ia membakar sebuah tiang batu. Dengan
mujizat itu ia meyakinkan banyak orang mengenai kebenaran
pengajarannya. Dikatakan bahwa banyak orang dibaptis, lalu
ia menunjuk Stefanus, salah seorang rekan seperjalanannya
untuk menjadi uskup mereka. Menurut kisah itu, semua ini
berlangsung dalam satu hari ini. Padahal kelihatannya mereka
tidak mendarat di situ,namun hanya menurunkan jangkar di
perjalanan.
3. Dari Regium mereka sampai di Putioli, sebuah kota pelabuhan
yang tidak jauh dari Napels, yang sekarang dinamakan Pozzo-
lana. Tampaknya kota ini menjadi pelabuhan tujuan bagi Ka-
pal Aleksandria ini. Itulah sebabnya Paulus dan orang-orang
lainnya yang bertujuan ke kota Roma harus turun di sini, dan
kemudian melanjutkan perjalanan mereka melalui darat
menuju Roma. Di Putioli mereka berjumpa dengan anggota-
anggota jemaat Kristen setempat. Tidak dijelaskan di sini siapa
yang membawa berita Injil kepada mereka. Namun, di sini kita
dapat melihat betapa indahnya kuasa Injil yang menyebar
dengan sendirinya. Tuhan memiliki banyak orang yang melayani
dan menyembah Dia di tempat-tempat yang tidak kita duga.
Amatilah,
(1) Walaupun mungkin hanya sedikit saudara-saudara seiman
di Putioli, namun Rasul Paulus mengenal mereka. Mungkin
mereka pernah mendengar tentang dia, atau Rasul Paulus
yang pergi mencari mereka.namun , seolah-olah sebab na-
luri mereka dapat bersekutu bersama-sama. Saudara-sau-
dara di dalam Kristus harus saling mencari, dan saling men-
jalin persekutuan bersama, seperti yang biasa dilakukan
oleh orang-orang yang berasal dari negeri yang sama di
negeri asing.
(2) Mereka ingin supaya Paulus dan rombongannya tinggal
bersama-sama mereka tujuh hari lamanya, setidaknya da-
pat mengalami satu hari Tuhan bersama mereka, sehingga
dapat membantu mereka dalam kebaktian umum pada hari
itu. Mereka tidak pernah tahu apakah mereka akan melihat
Rasul Paulus lagi di Putioli. Itulah sebabnya Rasul Paulus
tidak boleh pergi sebelum ia menyampaikan satu atau dua
khotbah, bahkan kalau mungkin lebih banyak lagi. Paulus
bersedia memberi waktunya sebanyak-banyaknya, dan per-
wira Roma yang mengawalnya juga setuju untuk tinggal se-
lama satu minggu di sana untuk membantu Paulus. Mung-
kin juga sang perwira itu sendiri memiliki urusan dan
sahabat-sahabat di sana.
4. Dari Putioli mereka berangkat menuju Roma. Tidak jelas apa-
kah mereka berjalan kaki atau menggunakan binatang tung-
gang (seperti yang terjadi di dalam pasal 23:24). Namun ke Ro-
malah mereka harus pergi, dan inilah persinggahan terakhir
mereka.
III. Pertemuan yang diadakan anggota jemaat Roma dengan Rasul
Paulus. Kemungkinan orang-orang Kristen di Putioli telah mengi-
rim pesan kepada jemaat di Roma segera setelah Paulus sampai di
Putioli dan berapa lama ia akan tinggal di situ, dan kapan ia akan
melanjutkan perjalanan ke Roma, sehingga jemaat di Roma bisa
mempersiapkan pertemuan ini dengan Paulus. Amatilah,
1. Penghormatan besar yang mereka berikan kepada Paulus. Me-
reka telah banyak mendengar mengenai kemasyhurannya, ba-
gaimana Tuhan telah memakainya, pelayanan seperti apa yang
telah ia lakukan bagi kerajaan Kristus di dunia ini, serta be-
rapa banyak jiwa yang telah mengangkat dia sebagai bapa
rohani mereka. Mereka juga telah mendengar tentang semua
penderitaannya, dan bagaimana Tuhan telah membelanya di
dalam semua itu. Itulah sebabnya mereka tidak saja ingin me-
lihat dia,namun juga merasa wajib menunjukkan rasa hormat
sebesar-besarnya kepadanya, sebagai pembela perkara Kristus
yang jaya. Beberapa waktu sebelum itu, ia sudah menulis se-
buah surat penggembalaan yang panjang kepada mereka, se-
buah surat yang luar biasa, yaitu Surat Paulus kepada jemaat
di Roma. Di dalam surat itu ia tidak saja telah mengungkap-
kan kebaikannya yang besar kepada mereka,namun juga telah
memberi sangat banyak nasihat yang berguna. Sebagai
balasan, mereka ingin menunjukkan rasa hormat ini. Mereka
datang menjumpai dia, supaya mereka dapat membawanya da-
lam kebesaran, seperti seorang duta besar dan hakim yang
tampil di hadapan umum, meskipun ia yaitu seorang tahanan.
Beberapa orang datang menjemputnya sampai sejauh Forum
Apius, yang berjarak sekitar delapan puluh dua kilometer dari
kota Roma. Ada juga rombongan lain yang sampai di suatu
tempat bernama Tres Taberne yang berjarak sekitar empat
puluh kilometer (beberapa orang mengatakan sekitar lima pu-
luh tiga kilometer) dari Roma. Walaupun ia seorang tahanan,
mereka sangat menghormatinya, dan sama sekali tidak merasa
malu atau takut mengakuinya. Untuk alasan yang sama itulah
mereka menganggap dia layak memperoleh kehormatan dua
kali lipat, dan mereka semakin menunjukkan rasa hormat ke-
pada dia.
2. Penghiburan besar yang diterima Paulus dalam perjumpaan
ini. Nah, saat ia semakin dekat jaraknya dengan kota Roma,
dan mungkin sebab ia juga telah mendengar di Putioli bagai-
mana watak Kaisar Nero itu, serta betapa kejamnya ia bela-
kangan ini, ia mulai merasa ngeri memikirkan tujuannya un-
tuk naik banding kepada Kaisar, dan akibat yang mungkin
timbul dari naik banding itu. Sekarang ia sedang mendekati
Roma, suatu tempat yang belum pernah ia kunjungi, di mana
hanya sedikit orang mengenal dia atau yang ia kenal, dan ia
tidak dapat membayangkan apa saja yang dapat menimpanya
di sana. Memikirkan semua itu membuatnya menjadi murung,
sampai ia berjumpa dengan orang-orang baik yang sengaja
datang dari Roma untuk menunjukkan rasa hormat kepada-
nya. Dan saat Paulus melihat mereka,
(1) Paulus mengucap syukur kepada Tuhan . Kita dapat meng-
anggap ia mengucap syukur atas keramahan mereka, dan
berulang-ulang mengatakan bahwa ia sangat berterima
kasih kepada mereka. Namun, itu masih belum semuanya,
ia mengucap syukur kepada Tuhan . Perhatikanlah, jika saha-
bat-sahabat kita bersikap baik kepada kita, itu sebab
Tuhan -lah yang membuat mereka bersikap seperti itu. Ia
menaruh sikap itu di dalam hati mereka, dan kemudian di
dalam kuasa perbuatan mereka untuk mewujudkannya,
sehingga kita harus memberi kemuliaan kepada-Nya.
Tidak diragukan bahwa ia mengucap syukur kepada Tuhan
untuk keramahan dan kemurahan hati orang-orang biadab
di Pulau Malta itu, dan terlebih lagi untuk perhatian penuh
kesalehan hati dari jemaat Kristen di Roma kepadanya.
saat ia melihat begitu banyak orang Kristen yang ada di
Roma, ia mengucap syukur kepada Tuhan bahwa Injil Kris-
tus telah berhasil tumbuh dengan subur di kota metropolitan
kekaisaran itu. jika kita pergi ke luar negeri untuk se-
kadar melihat-lihat di sana, atau bahkan berkeliling dunia,
dan kemudian di tempat-tempat asing itu berjumpa dengan
orang-orang yang menjunjung tinggi nama Kristus, takut
kepada Tuhan , serta melayani-Nya, sudah sepantasnya kita
mengangkat hati kita ke sorga dalam pengucapan syukur,
memuji Tuhan bahwa ada begitu banyak orang-orang istimewa
di bumi ini, sekalipun begitu jahat adanya bumi ini. Bah-
kan Paulus mengucap syukur kepada Tuhan untuk orang-
orang Kristen di Roma sebelum ia pernah melihat mereka,
saat mendengar laporan mengenai mereka (Rm. 1:8), aku
mengucap syukur kepada Tuhan ku atas kamu sekalian. Te-
tapi sekarang, setelah ia melihat mereka (dan mungkin me-
reka tampil lebih rapi dan lebih sopan dari pada orang-
orang yang selama ini pernah bercakap-cakap dengannya,
atau lebih tenang, bersungguh-sungguh, dan cerdas dari
pada kebanyakan orang), ia mengucap syukur kepada
Tuhan . Namun ini masih belum semuanya,
(2) Ia dikuatkan. Kebaikan mereka memberi hidup yang
baru kepadanya, jiwanya digembirakan, semua kemurung-
annya lenyap, dan sekarang ia dapat masuk ke kota Roma
sebagai seorang tahanan dengan rasa gembira sama seperti
saat ia memasuki Yerusalem dalam kebebasan. Di sana
ia menemukan orang-orang yang mengasihi dan menghar-
gainya, dan orang-orang yang dapat bercakap-cakap dan
bertukar pikiran sebagai sahabat-sahabatnya, yang akan
mengangkat banyak rasa bosan dari hukuman penjaranya
serta kengerian yang muncul di hadapan Nero. Perhati-
kanlah, merupakan suatu kekuatan bagi orang-orang yang
berjalan menuju sorga saat berjumpa dengan sesama
yang menempuh perjalanan yang sama, yaitu mereka yang
menjadi sekutu mereka di dalam kerajaan dan ketekunan
menantikan Yesus Kristus. saat kita melihat kumpulan
besar orang-orang Kristen yang baik dan bersungguh-sung-
guh, tidak saja kita harus mengucap syukur kepada Tuhan ,
tetapi harus menguatkan hati kita juga. Hal ini menjadi
alasan yang baik mengapa rasa hormat harus ditunjukkan
kepada pelayan-pelayan Tuhan yang baik, khususnya ke-
tika mereka sedang ada dalam penderitaan dan kehinaan
yang ditimpakan ke atas mereka, supaya mereka dapat di-
kuatkan hatinya serta penderitaan dan pelayanan mereka
menjadi lebih ringan. Sampai sekarang dapat diamati bahwa
meskipun orang-orang Kristen di Roma ini sekarang begitu
menghormati Paulus, dan ia sendiri sangat dikuatkan de-
ngan rasa hormat mereka, namun mereka juga meninggal-
kan dia saat ia sangat membutuhkan mereka, sebab ia
berkata (2Tim. 4:16), Pada pembelaanku yang pertama
tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya mening-
galkan aku. Dengan mudah mereka sanggup menempuh
perjalanan sampai enam puluh lima kilometer atau delapan
puluh kilometer untuk pergi menjumpai Paulus. Namun
untuk menghadapi bahaya kemarahan Kaisar dan penolakan
orang-orang besar lainnya, dengan cara tampil membela
Paulus dan memberi bukti dukungan baginya, mereka
lebih memilih minta maaf untuk melakukan hal itu. saat
dihadapkan dengan masalah ini, mereka lebih suka pergi
sejauh mungkin untuk tidak berjumpa dengannya seperti
yang pernah mereka lakukan untuk berjumpa dengannya.
Hal ini menunjukkan kepada kita supaya jangan mengan-
dalkan manusia, dan untuk menguatkan hati kita sendiri
di dalam Tuhan, Tuhan kita. Kekuatan yang kita peroleh
dari janji-janji-Nya tidak pernah mengecewakan kita, dan
kita akan dipermalukan jika kita mencari kekuatan dari
pujian-pujian manusia. Sebaliknya, Tuhan yaitu benar dan
semua manusia pembohong.
IV. Paulus diserahkan kepada kepala pengawal rumah tahanan di
Roma (ay. 16). Sekarang Paulus sudah sampai pada akhir per-
jalanannya. Dan,
1. Ia masih tetap sebagai seorang tahanan yang terbelenggu. Ia
rindu melihat Roma, namun saat datang di sana, ia dan ta-
hanan-tahanan lainnya diserahkan kepada kepala pengawal,
dan tidak dapat melihat kota Roma lagi kecuali mendapat izin
darinya. Banyak orang hebat sudah memasuki kota Roma, di-
mahkotai dalam kejayaan, namun mereka menjadi wabah pe-
nyakit bagi angkatan mereka! Namun di sini, seorang yang
baik masuk ke kota Roma dalam keadaan dirantai dan bersu-
kacita sebagai seorang tahanan yang malang, namun ia benar-
benar menjadi berkat besar bagi angkatannya. Pemikiran se-
perti ini cukup untuk membuat orang keluar dari kecongkakan
dunia ini sampai selama-lamanya.
2. Namun ia diperlakukan dengan baik. Ia yaitu seorang tahanan,
namun bukan tahanan kurungan. Ia tidak ditahan di dalam
penjara umum. Paulus diperbolehkan tinggal sendiri, di dalam
sebuah rumah pribadi yang nyaman yang disediakan oleh sa-
habat-sahabatnya. Seorang prajurit ditempatkan di sana un-
tuk mengawalnya. Kita berharap prajurit ini dapat bersikap
sopan kepadanya dan membiarkan ia tetap bebas sampai ba-
tas yang diperbolehkan bagi seorang tahanan. Bila si prajurit
ini sampai bersikap jahat kepada orang yang sedemikian so-
pan dan penurut seperti Paulus ini, maka sungguh keterlaluan
orangnya. Paulus yang sekarang diperbolehkan tinggal sendiri,
dapat lebih menikmati dirinya sendiri bersama sahabat-sahabat
dan Tuhan nya, dibandingkan jika ia tinggal bersama para ta-
hanan lainnya. Perhatikanlah, hal seperti ini dapat menguatkan
hati orang-orang yang terbelenggu sebab Tuhan , bahwa Ia
sanggup memberi rahmatnya kepada mereka melalui pihak
orang-orang yang menawan mereka (Mzm. 106:46), sama se-
perti Yusuf yang dibuat menjadi kesayangan kepala penjara
(Kej. 39:21), dan begitu juga dengan Yoyakhin yang mendapat
belas kasihan dari raja Babel (2Raj. 25:27-28). saat Tuhan
masih belum melepaskan umat-Nya dari perbudakan, Ia akan
membuat beban mereka menjadi ringan, atau membuat me-
reka merasa nyaman di bawah beban itu, sehingga ada alasan
bagi mereka untuk mengucap syukur.
Paulus di Kota Roma
(28:17-22)
17 Tiga hari kemudian Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa
Yahudi dan setelah mereka berkumpul, Paulus berkata: "Saudara-saudara,
meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap
adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan di-
serahkan kepada orang-orang Roma. 18 Setelah aku diperiksa, mereka ber-
maksud melepaskan aku, sebab tidak ada suatu kesalahanpun padaku
yang setimpal dengan hukuman mati. 19 namun orang-orang Yahudi me-
nentangnya dan sebab itu terpaksalah aku naik banding kepada Kaisar,
tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku. 20 Itulah sebab-
nya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu,
sebab justru sebab pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.
21 namun mereka berkata kepadanya: Kami tidak menerima surat-surat
dari Yudea tentang engkau dan juga tidak seorangpun dari saudara-saudara
kita datang memberitakan apa-apa yang jahat mengenai engkau. 22namun
kami ingin mendengar dari engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang
mazhab ini kami tahu, bahwa di mana-manapun ia mendapat perlawanan.
Melalui banyak pengorbanan dan bahaya Paulus dibawa ke Roma
sebagai seorang tahanan. saat ia datang, tampaknya tidak ada se-
orang pun yang menuntut dia atau mengatakan sesuatu yang dapat
mendakwa dia.namun ia harus memberitahukan perkaranya sendiri.
Dan di sinilah ia menjelaskan kepada orang-orang terkemuka bangsa
Yahudi di kota Roma. Belum lama sebelumnya, melalui maklumat
Kaisar Klaudius, semua bangsa Yahudi diusir keluar dari kota Roma,
dan tetap tinggal di luar sampai kematiannya. Namun, dalam lima ta-
hun setelah kematiannya, banyak orang Yahudi datang ke sana un-
tuk berdagang, walaupun tampaknya mereka tidak diperbolehkan
membangun rumah ibadat atau tempat kebaktian umum di sana.
Namun, orang-orang Yahudi yang terkemuka itu yaitu orang-orang
yang terpandang di antara mereka, orang-orang yang sangat terhor-
mat di dalam agama itu, yang memiliki banyak harta dan kepenting-
an terbaik. Paulus mengumpulkan mereka bersama-sama, sebab ia
ingin mengetahui pendapat mereka dan supaya ada pengertian yang
baik antara dia dan mereka. Di sini kita diberitahukan,
I. Apa yang dikatakan Paulus kepada mereka serta penjelasan se-
perti apa yang ia sampaikan kepada mereka. Ia berbicara dengan
sangat hormat kepada mereka, dan menyapa mereka dengan se-
butan saudara-saudara. Hal ini menunjukkan bahwa ia berharap
dapat diperlakukan sebagai saudara mereka, dan berjanji untuk
memperlakukan mereka seperti itu dengan hanya memberitahu-
kan kebenaran kepada mereka. sebab kita yaitu sesama ang-
gota, semua kita bersaudara. Nah,
1. Ia mengakui keadaannya yang tidak bersalah, dan bahwa ia
tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap bangsa Yahudi
seperti yang umumnya mereka lakukan: Aku tidak berbuat
kesalahan apa pun terhadap bangsa Yahudi, tidak melakukan
apa-apa yang merugikan agama mereka atau kebebasan me-
reka, atau menambahkan suatu kesusahan lagi di atas kesu-
karan mereka sekarang. Mereka tahu aku tidak melakukan
semuanya itu. Aku juga tidak melakukan kesalahan terhadap
adat istiadat nenek moyang kita, baik dengan cara membatal-
kan maupun memasukkan paham-paham baru ke dalam aga-
ma mereka. Benar bahwa Paulus tidak membebankan adat
istiadat nenek moyang mereka kepada bangsa-bangsa lain.
Memang adat istiadat itu tidak dimaksudkan untuk mereka.
Sama benar juga bahwa ia tidak pernah menentang adat
istiadat itu di tengah-tengah orang-orang Yahudi,namun sung-
guh-sungguh mengikutinya saat ia bersama-sama mereka. Ia
tidak pernah bertengkar dengan orang-orang Yahudi mengenai
penggunaan adat istiadat itu dalam agama mereka, selain me-
ngenai kebencian mereka terhadap bangsa-bangsa lain (Gal.
2:12). Hati nuraninya sendiri dapat bersaksi terhadap dirinya
bahwa ia telah melaksanakan kewajibannya bagi bangsa Yahudi.
2. Dengan rendah hati Paulus mengeluhkan perlakuan keras
bangsa Yahudi terhadap dirinya, yaitu bahwa walaupun ia
tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap mereka, tetap
saja ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Yeru-
salem dan diserahkan kepada orang-orang Roma. Seandainya
ia mengatakan seluruh kebenaran dari masalah ini, kejahatan-
kejahatan orang Yahudi yang dilakukan kepadanya akan tam-
pak lebih buruk lagi, sebab jika ia tidak dilindungi oleh orang-
orang Roma, mereka telah membunuhnya tanpa mengindah-
kan hukum dan keadilan. Namun, bagaimanapun juga mereka
telah mendakwanya sebagai seorang penjahat dihadapan
Feliks yang menjadi wali negeri saat itu, dan menuntut peng-
adilan atas dirinya. Dan sebagai akibatnya, dia diserahkan se-
bagai tahanan ke tangan orang-orang Roma, sementara ia
menginginkan suatu pengadilan yang adil dan tidak memihak
menurut hukum mereka sendiri.
3. Paulus menjelaskan pengadilan yang dilakukan oleh para wali
negeri atas dirinya (ay. 18). Mereka telah memeriksanya, menye-
lidiki perkaranya, mendengarkan perkataan-perkataan orang-
orang yang melawan dia, dan apa yang ia sampaikan sebagai
pembelaan bagi dirinya sendiri. Kepala pasukan telah meme-
riksanya, begitu juga Feliks, Festus, dan Agripa. Mereka se-
mua tidak dapat menemukan kesalahan yang patut dihukum
mati didalam dirinya. Tidak ada yang ditemukan selain bahwa
ia yaitu seorang yang jujur, tenang, bersih hati nuraninya,
orang baik-baik. Itulah sebabnya para penguasa itu tidak per-
nah memuaskan hati orang-orang Yahudi dengan menjatuh-
kan hukuman mati ke atas dirinya, sebaliknya mereka ingin
melepaskan dia, membiarkan dia kembali meneruskan peker-
jaannya. Mereka tidak menyela pembelaannya, sebab mereka
semua mendengarkan dia dan cukup menyukai pengajaran-
nya. Menjadi kehormatan bagi Paulus jika orang-orang yang
telah memeriksanya dengan teliti justru ingin membebaskan
dia, dan tidak terdengar seorang pun yang ingin menghukum
dia, dan juga tidak ada yang berprasangka buruk kepadanya.
4. Paulus memberi alasan perlunya ia pergi dan membawa
perkaranya ke Roma. Kepergiannya hanyalah untuk kepen-
tingan pembelaannya, dan tidak untuk balas menuduh atau
menunjukkan bukti untuk menentang para pendakwanya (ay.
19): namun orang-orang Yahudi menentangnya, dan meng-
ajukan keberatan terhadap pembebasannya. Mereka merenca-
nakan jika para pembesar itu tidak mau menghukum mati
Paulus, mereka meminta supaya setidaknya ia dihukum pen-
jara seumur hidup. sebab itulah ia terpaksa naik banding ke-
pada Kaisar. Melihat para wali negeri itu satu demi satu tam-
pak ketakutan terhadap orang-orang Yahudi dan tidak dapat
membebaskannya, sebab takut membuat dia menjadi musuh
mereka, Rasul Paulus merasa perlu untuk berdoa supaya
mendapat bantuan dari para penguasa yang lebih tinggi. Se-
mua inilah yang ia maksudkan dalam upaya naik banding ini.
Tidak untuk mendakwa bangsanya,namun untuk membersih-
kan dirinya dari semua tuduhan. Setiap orang memiliki hak
untuk memberi alasan untuk pembelaannya, bila ia tidak
melakukan kesalahan apa pun terhadap sesamanya. Sungguh
sangat tidak adil untuk mendakwa, khususnya mendakwa
suatu bangsa, apalagi bangsa seperti itu. Paulus justru mem-
bela mereka, dan tidak pernah memusuhi mereka. Pemerintah
Roma pada saat itu memiliki pandangan yang buruk terhadap
bangsa Yahudi. Mereka menganggap bangsa ini sebagai bang-
sa yang suka bertengkar, pengacau, suka membangkang, dan
berbahaya. Sangat mudah bagi orang yang begitu fasih lidah
seperti Paulus, yang juga yaitu warga negara Roma, dan yang
telah diperlakukan dengan tidak adil, untuk menghasut kaisar
melawan bangsa Yahudi. Namun Paulus tidak akan pernah
melakukan hal seperti itu. Ia selalu berpikiran yang baik-baik
terhadap semua orang, dan tidak menganggap orang lain jelek.
5. Paulus memandang penderitaannya di atas dasar yang benar
dan memberi alasan kepada orang-orang Yahudi yang ada
di Roma supaya mereka tidak saja jangan bergabung dengan
pendakwa-pendakwa yang menentang dirinya,namun supaya
mereka memperhatikan dia dan melakukan sesuatu yang da-
pat mereka lakukan atas namanya (ay. 20). Itulah sebabnya
aku meminta, tidak untuk berbantah-bantah dengan kamu,
sebab aku tidak memiliki niat sedikit pun untuk menghasut
pemerintah melawan kamu,namun supaya aku melihat kamu
dan berbicara dengan kamu sebagai saudara sebangsaku dan
orang-orang yang dapat sepaham dengan aku, sebab justru
sebab pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.
Ia membawa tanda sebagai orang tahanan bersamanya, dan
mungkin saat itu ia terikat dengan rantai pada seorang pra-
jurit yang mengawalnya. Hal itu terjadi,
(1) sebab dia memberitakan bahwa Sang Mesias sudah da-
tang, yaitu Dia yang menjadi pengharapan Israel. Bukankah
semua orang Yahudi setuju mengenai hal ini, bahwa Sang
Mesias akan menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel? Itu-
lah sebabnya mengapa Dia sangat diharap-harapkan, dan
Sang Mesias inilah yang aku beritakan, serta aku buktikan
bahwa Ia sudah datang. Mereka yang memelihara harapan
bahwa Mesias masih akan datang akan menanti dengan
sia-sia. Aku memberitakan suatu pengharapan di dalam
Mesias yang sudah datang, yang akan membawa sukacita
di dalam dia.
(2) sebab dia memberitakan bahwa kebangkitan orang mati
akan terjadi. Hal ini juga menjadi pengharapan orang
Israel. Begitulah yang telah disebutnya (23:6; 24:15; 26:6-7).
Mereka membuat kamu masih menantikan Mesias yang
akan membebaskan kamu dari kuk bangsa Roma, dan
membuat kamu menjadi bangsa yang besar dan makmur di
atas muka bumi ini. Inilah yang memenuhi benak mereka.
Mereka menjadi marah kepadaku sebab aku mengarah-
kan pengharapan mereka kepada hal-hal besar dari dunia
yang lain, dan meyakinkan mereka untuk menerima Mesias
yang akan menjamin hal itu bagi mereka, dan bukan pada
kuasa dan kebesaran yang bersifat lahiriah. Aku ini hendak
membawa kamu menuju kebahagiaan rohani dan kekal
yang dengan iman dirindukan oleh nenek moyang kita, te-
tapi justru sebab inilah mereka membenci aku. Yakni,
sebab aku ingin membawa kamu keluar dari hal-hal yang
menipu bangsa Israel, yang akan mendatangkan hal-hal
yang memalukan dan membawa kehancuran, yaitu gagasan
tentang Mesias yang bersifat duniawi yang hanya semen-
tara saja sifatnya. Padahal aku hendak menuntun kalian
kepada pengharapan Israel yang benar dan sejati, serta ke-
pada pengertian sejati dari semua janji yang dibuat Tuhan
kepada nenek moyang kita, yaitu sebuah kerajaan yang ku-
dus dan rohaniah dan kasih yang dibangun di dalam hati
manusia. Hal ini yaitu jaminan dan persiapan untuk mem-
peroleh kebangkitan dari kematian yang penuh sukacita dan
untuk memperoleh hidup di dunia yang akan datang.
II. Apa jawaban mereka. Mereka mengakui,
1. Bahwa tidak ada yang dapat mereka sampaikan untuk menu-
duh dia. Mereka juga tidak menerima perintah-perintah untuk
tampil sebagai pendakwa di hadapan kaisar, baik secara ter-
tulis melalui surat maupun secara lisan (ay. 21), Kami tidak
menerima surat-surat dari Yudea tentang engkau (tidak mene-
rima perintah untuk menuntut engkau), dan juga tidak se-
orang pun dari saudara-saudara kita bangsa Yahudi yang
baru-baru ini datang ke Roma (dalam berbagai kesempatan se-
karang orang-orang Yahudi dapat datang ke sana sejak negeri
mereka menjadi sebuah provinsi dari kekaisaran itu) untuk
menunjukkan atau memberitakan apa-apa yang jahat mengenai
engkau. Sangat aneh jika amarah orang-orang Yahudi yang
meresahkan dan sudah berurat berakar di dalam diri mereka,
yang selalu mengikuti Paulus ke mana pun ia pergi, tidak
mengikutinya sampai ke Roma, untuk membuat dia dihukum
di sana. Beberapa orang berpendapat bahwa orang-orang Ya-
hudi ini berdusta di sini. Sebenarnya mereka sudah menerima
perintah untuk menuntut dia,namun mereka tidak berani
mengakuinya, sebab mereka sendiri sangat tidak disukai oleh
kaisar, walaupun kaisar yang sekarang belum pernah meng-
usir mereka keluar dari Roma seperti yang dilakukan oleh kaisar
sebelumnya,namun ia tidak pernah mendukung keberadaan
mereka di sana. Namun, saya lebih condong untuk berpen-
dapat bahwa apa yang mereka katakan itu benar, dan seka-
rang Paulus telah mencapai maksudnya dalam upayanya naik
banding kepada kaisar, yaitu untuk membawa perkaranya ke
pengadilan yang tidak dapat mereka ikuti. Cara seperti ini juga
yang dilakukan Daud demi keamanan dirinya (1Sam. 27:1),
Jadi tidak ada harapan yang lebih baik selain meluputkan diri
dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan
bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan
aku akan terluput dari tangannya. Dan terbukti Daud memang
selamat (1Sam. 27:4), setelah diberitahukan kepada Saul, bahwa
Daud telah melarikan diri ke Gat, ia tidak lagi mencarinya. Demi-
kian jugalah yang dilakukan oleh Paulus dengan upaya naik
bandingnya, ia melarikan diri ke Roma, di mana ia berada di luar
jangkauan mereka. Lalu mereka berkata, Biarkan dia pergi.
2. Bahwa orang-orang Yahudi itu secara khusus ingin mengeta-
hui pengajaran yang ia beritakan dan agama yang ia sebarkan
dengan menanggung begitu banyak pengorbanan dan penderi-
taan akibat banyak perlawanan (ay. 22), Kami ingin mende-
ngar dari engkau ha phroneis, apa pendapat atau perasaan-
mu, apa saja hal-hal yang sangat engkau ketahui, yang begitu
engkau gemari, dan engkau beritakan dengan penuh semangat
itu. Sebab walaupun kami tidak banyak mengetahui tentang
Kekristenan,namun kami tahu itu yaitu suatu mazhab yang di
mana-mana pun mendapat perlawanan. Orang-orang yang
mengucapkan kata-kata penuh penghinaan dan kebencian ter-
hadap agama Kristen itu yaitu orang-orang Yahudi, orang-
orang terkemuka bangsa Yahudi di Roma, yang bermegah atas
pengetahuan mereka (Rm. 2:17). Namun, hanya itulah yang
mereka ketahui mengenai agama Kristen, yaitu sebuah maz-
hab yang di mana-mana pun mendapat perlawanan. Mereka
menggolongkannya dalam kelompok yang buruk, dan kemu-
dian mereka kecam dengan tajam.
(1) Mereka memandangnya sebagai sebuah mazhab, dan pan-
dangan ini keliru. Kekristenan yang benar menegakkan apa
yang menjadi perhatian bersama bagi seluruh umat manu-
sia, dan tidak dibangun di atas pandangan-pandangan dan
berbagai kepentingan pribadi yang sempit seperti yang ter-
jadi pada mazhab-mazhab pada umumnya. Kekristenan
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat duniawi seperti yang dilakukan oleh banyak maz-
hab. Semua keuntungan yang mereka capai bersifat roha-
niah dan kekal. Di samping itu, Kekristenan memiliki ke-
cenderungan langsung untuk menyatukan umat manusia
serta tidak memecah belah dan tidak suka berselisih se-
perti halnya mazhab-mazhab.
(2) Mereka mengatakan bahwa di mana pun Kekristenan ini
mendapat perlawanan, dan pernyataan ini sangat benar.
Semua yang mereka percakapkan itu disampaikan dengan
nada perlawanan. Itulah sebabnya mereka menyimpulkan
bahwa setiap orang melakukannya, dan sebagian besar me-
lakukannya. Memang seperti itulah keadaannya, dan akan
selalu seperti itu, nasib agama kudus Kristus di mana-
mana pun tetap akan mendapat perlawanan.
Paulus di Kota Roma
(28:23-29)
23 Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang diten-
tukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia
menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan
Tuhan ; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meya-
kinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore. 24
Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya.
25 Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara me-
reka.namun Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: Tepatlah fir-
man yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan peran-
taraan nabi Yesaya: 26 Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu
akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat
dan melihat, namun tidak menanggap. 27 Sebab hati bangsa ini telah mene-
bal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya
dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan
mereka. 28 Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada
Tuhan ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mende-
ngarnya. 29 (Dan setelah Paulus berkata demikian, pergilah orang-orang
Yahudi itu dengan banyak perbedaan paham antara mereka.)
Di sini kita memiliki sebuah catatan singkat dari pertemuan panjang
yang diselenggarakan Rasul Paulus dengan orang-orang Yahudi di
Roma mengenai agama Kristen. Walaupun mereka sangat berpra-
sangka buruk terhadap agama ini sebab di mana-mana selalu men-
dapat perlawanan, dan menganggap Kekristenan sebagai sesuatu
yang disebut mazhab, namun mereka masih mau melakukan dengar
pendapat. Inilah yang menjadi kelebihan mereka dibandingkan de-
ngan yang akan dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem.
Mungkin orang-orang Yahudi di Roma ini yaitu orang-orang yang
lebih banyak mengenal dunia ini serta lebih luas pergaulannya.
Mereka bersikap lebih bebas dalam bertanya jawab dari pada orang-
orang Yahudi fanatik di Yerusalem. Mereka juga tidak mau menjawab
masalah ini sebelum mereka mendengar sendiri.
I. Di sini kita diberitahukan bagaimana Paulus menangani pertemuan
ini dalam mempertahankan agama Kristen. Orang-orang Yahudi itu
menentukan waktunya. Ditentukan suatu hari tertentu untuk mem-
bahas masalah ini, supaya semua pihak yang berkepentingan dapat
diberi tahu (ay. 23). Orang-orang Yahudi itu tampaknya sangat siap
untuk menerima keyakinan itu, namun terbukti tidak semua begitu.
Nah, saat tiba hari itu,
1. Mereka datang dalam jumlah besar menemui Paulus. Meskipun
ia yaitu seorang tahanan yang tidak mungkin dapat keluar
menemui mereka, namun mereka bersedia datang kepadanya
di tempat tumpangannya. Dari pada berprasangka buruk me-
ngenai pengajarannya, jika dipertimbangkan sebagaimana mes-
tinya, seharusnya keadaan Rasul Paulus yang sedang terbeleng-
gu ini sudah merupakan penegasan tentang pengajaran itu.
Sebab keadaan itu menjadi tanda bahwa ia tidak saja memper-
cayai pengajaran itu,namun ia juga merasa pantas untuk
menderita demi pengajaran itu. Orang lebih suka mengunjungi
orang seperti Paulus di dalam penjaranya dari pada tidak
memperoleh nasihat darinya. Lalu ia menyediakan tempat bagi
mereka di rumah tumpangannya tanpa perlu merasa takut
melanggar peraturan pemerintah, supaya dengan demikian ia
dapat berbuat baik kepada mereka.
2. Paulus berbicara panjang lebar dengan mereka. Ia lebih ber-
usaha meyakinkan mereka dari pada mempertahankan nama
baiknya sendiri.
(1) Paulus menguraikan atau menerangkan secara terperinci
tentang kerajaan Tuhan kepada mereka. Ia menunjukkan
kepada mereka sifat-sifat kerajaan itu, tujuannya yang mu-
lia, dan rancangannya yang bersifat sorgawi dan rohaniah,
yang ada di dalam pikiran manusia. Suatu kerajaan yang
cemerlang bukan sebab kemegahan dari luar, melainkan
datang dari dalam kesucian hati dan kehidupan sehari-
hari. Yang membuat orang-orang Yahudi tetap berada da-
lam ketidakpercayaan yaitu kesalahpahaman mereka me-
ngenai kerajaan Tuhan . Mereka merasa seolah-olah telah
menyelidikinya dengan baik. Ia harus menjelaskan secara
terperinci kepada mereka dan meletakkannya di dalam te-
rang yang sebenarnya, dengan harapan mereka dapat me-
naatinya.
(2) Paulus tidak saja menerangkan tentang kerajaan Tuhan ini,
tetapi juga memberi kesaksian. Dengan jelas ia menyata-
kannya kepada mereka, serta menegaskan kebenaran itu
dengan bukti-bukti yang tidak terbantahkan, bahwa kera-
jaan Tuhan di bawah pemerintahan Mesias sedang datang
dan sekarang sedang ditegakkan di dunia ini. Ia menyaksi-
kan kuasa luar biasa di dalam kerajaan kasih karunia itu.
Oleh kasih karunia itulah ia dapat menyaksikan kuasa itu
melalui pengalamannya sendiri bagaimana kuasa itu ber-
pengaruh besar kepadanya, serta bagaimana ia dibawa ke-
pada keyakinan ini.
(3) Paulus tidak saja menerangkan dan memberi kesaksian ke-
pada mereka tentang kerajaan Tuhan ,namun ia juga meng-
ajak mereka, menggugah hati nurani mereka, mendesak
mereka dengan sungguh-sungguh supaya mau menerima
kerajaan Tuhan itu, dan menyerahkan diri kepadanya serta
tidak memusuhinya. Ia menerangkan ajarannya (lewat pen-
jelasan dan peneguhan) disertai dengan penerapannya, se-
hingga pengajarannya menjadi hidup dan memberi dampak.
(4) Paulus meyakinkan mereka mengenai Yesus. Rancangan
dan kecenderungan seluruh percakapannya yaitu mem-
bawa mereka kepada Kristus, meyakinkan mereka bahwa
Dia yaitu Sang Mesias itu, serta mengajak mereka per-
caya kepada-Nya. Ia menekankan kepada mereka, ta peri
tou Iēsou hal-hal mengenai Yesus, nubuat-nubuat menge-
nai Dia, yang ia bacakan kepada mereka dari hukum Musa
dan kitab para nabi, yang semuanya menunjuk kepada
Sang Mesias, serta menunjukkan bagaimana semua nu-
buat itu digenapkan di dalam Yesus ini. Sebab mereka ada-
lah orang-orang Yahudi, ia berusaha menerangkan kepada
mereka berdasarkan kitab-kitab Perjanjian Lama. Ini mem-
beri bukti bahwa Kekristenan tidak bertentangan dengan
Perjanjian Lama. Dengan demikian, jika kita membanding-
kan sejarah Perjanjian Baru dengan nubuat Perjanjian
Lama, kita harus menyimpulkan bahwa Yesus ini yaitu
Dia yang harus datang, dan kita tidak perlu mencari yang
lain lagi.
3. Pembicaraan itu berlangsung lama. Sebab ia terus melanjut-
kan pembicaraannya, dan tampaknya percakapan itu bersam-
bung-sambung, dari pagi sampai sore. Mungkin pembicaraan
itu berlangsung selama delapan sampai sepuluh jam. Pokok
pembicaraan itu tidak biasa, dan ia sangat menguasainya.
Pokok itu sangat penting, dan ia sangat bersungguh-sungguh,
serta hatinya ada di situ. Ia tidak tahu entah kapan lagi ia
mendapat kesempatan lain seperti itu. Itulah sebabnya tanpa
meminta maaf telah mengganggu kesabaran mereka, ia telah
menahan mereka sepanjang hari.namun mungkin juga selama
itu ia juga meluangkan sejumlah waktu untuk berdoa bersama
mereka dan untuk mereka.
II. Apa pengaruh dari percakapan ini. Orang mengira percakapan ini
akan membawa kebaikan bagi Kekristenan, sebab ditangani oleh
orang yang sangat ahli seperti Paulus yang pasti berhasil, dan
bahwa semua yang mendengar akan segera menyerahkan diri ke-
pada kebenaran itu. Namun, ternyata yang terjadi tidak seperti
itu. Sebab Yesus ini ditentukan untuk menjatuhkan atau mem-
bangkitkan banyak orang, menjadi batu dasar bagi sebagian
orang dan menjadi batu sandungan bagi yang lainnya.
1. Tidak ada kesesuaian di antara mereka (ay. 25). Sebagian dari
mereka berpendapat bahwa Paulus benar, yang lain tidak mau
mengakuinya. Inilah pemisahan yang dibawa Kristus saat
api yang dilemparkan-Nya telah menyala (Luk. 12:49, 51).
Paulus memberitakan firman dengan sangat sederhana dan
jelas, namun orang-orang yang mendengarkan tidak dapat se-
pakat mengenai pengertian dan bukti yang ia sampaikan.
2. Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap
tidak percaya, (ay. 24). Ada perselisihan di antara mereka. Hal
semacam itu selalu terjadi di dalam pemberitaan Injil. Bagi
sebagian orang, Injil menjadi bau kehidupan yang menghidup-
kan, dan bagi yang lainnya menjadi bau kematian yang mema-
tikan. Sebagian orang dilembutkan oleh firman itu dan yang
lain dikeraskan. Beberapa orang menerima terang, yang lain
menutup mata terhadapnya. Begitu juga yang terjadi di antara
orang-orang Kristen yang mendengarkan firman dan yang me-
nyaksikan mujizat-mujizat-Nya, sebagian percaya dan yang
lain menghujat. Jika semua orang menjadi percaya, tidak akan
ada perselisihan. Jadi semua kesalahan atas terjadinya pemi-
sahan itu terletak pada orang-orang yang tidak mau percaya.
III. Perkataan untuk menyadarkan mereka yang diucapkan oleh
Paulus pada saat perpisahan. Dari gerutuan mereka, ia merasa
bahwa ada banyak di antara mereka, dan mungkin sebagian besar
dari mereka bersikap keras kepala serta tidak mau menyerah ke-
pada keyakinan atas pemberitaan yang disampaikan. Lalu mereka
membubarkan diri, mereka merasa sudah cukup mendengar se-
mua itu. Tunggu, kata Paulus, dengarkanlah perkataan ini se-
belum kamu pergi, dan pertimbangkan baik-baik saat kamu
sudah sampai di rumah: pikirkanlah apa akibat dari ketidaksetia-
anmu yang keras kepala itu? Apa yang akan kamu lakukan se-
hubungan dengan itu? Apa yang akan terjadi nanti?
1. Oleh penghakiman Tuhan yang adil kamu akan dimeteraikan
dengan ketidakpercayaanmu itu. Kamu telah mengeraskan
hatimu, dan Tuhan akan mengeraskan hatimu sama seperti
yang pernah Ia lakukan terhadap Firaun. Dan inilah yang te-
lah dinubuatkan mengenai kamu. Lihatlah ayat itu (Yes. 6:9-
10), bacalah dengan sungguh-sungguh, dan gemetarlah kalau-
kalau yang digambarkan di situ ternyata yaitu tentang
kamu. Sebagaimana di dalam Perjanjian Lama ada ba-
nyak janji Injil yang akan digenapi di dalam semua orang yang
percaya, demikian juga ada banyak ancaman Injil
mengenai penghakiman rohaniah yang akan digenapi di dalam
diri orang-orang yang tidak mau percaya. Dan inilah salah sa-
tunya. Inilah bagian dari tugas yang diberikan kepada nabi
Yesaya. Ia diutus untuk membuat orang-orang yang tidak mau
menjadi baik menjadi lebih jahat lagi. Tepatlah yang disampai-
kan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan
nabi Yesaya. Apa yang disampaikan oleh TUHAN, di sini dika-
takan disampaikan oleh Roh Kudus, yang membuktikan bahwa
Roh Kudus yaitu Tuhan . Apa yang disampaikan kepada
Yesaya, di sini dikatakan disampaikan olehnya kepada nenek
moyang mereka, sebab ia diperintah untuk memberitahukan
kepada orang-orang itu tentang apa yang dikatakan Tuhan ke-
padanya. Walaupun apa yang dikatakan di sana membawa ke-
ngerian besar kepada orang-orang itu dan kepedihan bagi nabi
itu, namun di sini dikatakan tepatlah firman yang disampai-
kan. Hizkia menjawab kepada Yesaya mengenai murka Tuhan
itu, Sungguh baik firman Tuhan yang engkau ucapkan itu (Yes.
39:8). Dan siapa yang tidak percaya akan dihukum, demikian
juga, siapa yang percaya akan diselamatkan (Mrk. 16:16). Hal
ini juga dijelaskan oleh Juruselamat kita (Mat. 15:7), Benarlah
nubuat Yesaya tentang kamu. Roh Kudus berkata kepada ne-
nek moyangmu, yang akan digenapi di dalam dirimu, kamu
akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti.
(1) Bahwa yang menjadi dosa besar mereka terhadap Tuhan
yaitu dosamu, dan dosa itu yaitu bahwa kamu tidak mau
mengerti. Kamu menutup matamu terhadap bukti yang pa-
ling meyakinkan, dan tidak mau mengakui kesimpulannya,
meskipun kamu tidak dapat membantah dasar pemikiran-
nya: matamu melekat tertutup (ay. 27). Hal ini menunjuk-
kan ketidaksetiaan yang keras kepala, dan penghambaan
diri kepada prasangka. Seperti nenek moyangmu yang
tidak mau melihat tangan Tuhan diangkat terhadap mereka
dalam penghakiman-Nya (Yes. 26:11), begitu juga kamu
tidak mau melihat tangan Tuhan yang diulurkan kepadamu
di dalam kasih karunia Injil. Benar bahwa orang-orang
Yahudi yang tidak percaya ini berprasangka terhadap Injil.
Mereka tidak melihat, sebab mereka sudah memutuskan
untuk tidak mau melihat. Orang sungguh-sungguh buta
bila ia benar-benar tidak mau melihat. Mereka tidak mau
menjalankan apa yang sudah diyakinkan dalam hati me-
reka, itulah sebabnya mereka tidak mau mengakuinya.
Dengan sengaja mereka menutup mata mereka, supaya ja-
ngan mereka melihat dengan mata mereka hal-hal besar
yang menjadi kedamaian kekal mereka. Supaya mereka
tidak melihat kemuliaan Tuhan , kebaikan Kristus, kerusakan
dosa, keindahan kekudusan, kesia-siaan dunia ini, dan ke-
nyataan hal-hal lain. Mereka tidak mau diubah dan dipe-
rintah oleh kebenaran-kebenaran ini. Itulah sebabnya me-
reka tidak mau menerima bukti yang disampaikan, telinga
mereka berat mendengar, supaya jangan mereka men-
dengar dengan telinga mereka murka Tuhan dinyatakan dari
sorga terhadap mereka, dan kehendak Tuhan dinyatakan
dari dalam sorga bagi mereka. Mereka menutup telinga me-
reka, seperti ular tedung tuli, yang tidak mendengarkan
suara tukang-tukang serapah atau suara pembaca mantera
yang pandai. Demikianlah yang dilakukan nenek moyang
mereka. Mereka tidak mau mendengar (Za. 7:11-12). Itulah
yang mereka takutkan sehingga mereka menutup mata dan
telinga mereka, serta menghalangi (seperti itulah keadaan-
nya) indra-indra pembelajaran mereka terhadap Dia yang
membuat telinga yang mendengar dan mata yang melihat.
Mereka takut kalau-kalau mereka dapat mengerti dengan
hati mereka, lalu berbalik, sehingga Tuhan menyembuhkan
mereka. Mereka membiarkan pikiran mereka tetap berada
di dalam kegelapan, setidaknya di dalam kebingungan dan
kekacauan, takut kalau-kalau mereka berpikiran sehat,
mereka dapat mengerti dengan hati mereka banyaknya ke-
wajiban dan kepentingan mereka menjadi saleh, dan sam-
pai pada tingkat tertentu hal itu menjadi terlampau berat
bagi mereka. Sebab mereka harus meninggalkan kehidupan
jahat yang sekarang mereka sukai dan melakukan hal-hal
yang sekarang mereka benci. Amatilah, cara kerja Tuhan
pertama-tama yaitu membawa orang melihat supaya
dapat mengerti dengan hati mereka, lalu mengubah mereka,
kemudian menundukkan kehendak mereka, dan dengan
demikian menyembuhkan mereka. Itulah cara yang lazim
untuk menangani jiwa yang berpikiran sehat. Itulah sebab-
nya Iblis selalu berusaha menghalangi pertobatan jiwa-jiwa
kepada Tuhan dengan cara membutakan pikiran dan me-
ngaburkan pengertian mereka (2Kor. 4:4). Akan sangat me-
nyedihkan jika orang yang berdosa itu bergabung dengan
usaha Iblis itu, dengan menutup matanya sendiri. Ut
liberius peccent, libenter ignorant Mereka menjerumuskan
diri ke dalam kebodohan, supaya mereka dapat berbuat
dosa dengan lebih bebas. Mereka menyukai penyakit mereka,
dan takut kalau-kalau Tuhan akan menyembuhkan mereka.
sama seperti Babel pada zaman dulu, kami tadinya mau
menyembuhkan Babel,namun ia tidak dapat disembuhkan
(Yer. 51:9). Inilah dosa mereka.
(2) Bahwa penghakiman Tuhan yang besar atas mereka sebab
dosa ini, sekarang menjadi penghakiman-Nya atas kamu,
yaitu kamu akan menjadi buta. Tuhan akan menyerahkan
kamu kepada kekerasan hatimu sendiri, Kamu akan men-
dengar dan mendengar berulang-ulang firman Tuhan dibe-
ritakan kepadamu namun kamu tidak akan mengerti hal
itu. sebab kamu tidak mau memberi pikiranmu untuk
mengerti. Tuhan tidak akan memberi kuasa dan kasih
karunia kepadamu untuk mengerti hal itu. Kamu akan me-
lihat dan melihat kamu akan melihat banyak mujizat dan
tanda yang terjadi di hadapanmu namun kamu tidak me-
nanggap bukti yang meyakinkan dari kebenaran itu. Perha-
tikan baik-baik, supaya jangan sampai yang dikatakan
Musa kepada nenek moyangmu akan berlaku bagi kamu
(Ul. 29:4),namun sampai hari ini TUHAN tidak memberi
kamu akal budi untuk mengerti atau mata untuk melihat
atau telinga untuk mendengar. Begitu juga dengan perkataan
Yesaya kepada orang-orang yang seangkatan dengannya
(Yes. 29:10-12), TUHAN telah membuat kamu tidur nyenyak,
matamu telah dipejamkan-Nya. Penolakan mereka atas ka-
sih karunia Tuhan dan pemberontakan mereka atas terang
itu, membuat Tuhan menarik kasih karunia dan terang-Nya
dari mereka. Oleh sebab mereka tidak menerima kasih
akan kebenaran, Tuhan akan menyerahkan mereka kepada
angan-angan mereka yang kuat untuk mempercayai dusta.
Dengan kehendak mereka dan kekerasan hati mereka sen-
diri, maka hati bangsa ini telah menebal, dan telinga mereka
berat mendengar. Mereka bodoh dan tidak berperasaan,
tidak dapat dibentuk oleh semua yang telah dikatakan ke-
pada mereka. Tidak ada obat manjur lagi yang dapat bekerja
pada mereka, juga tidak ada yang dapat menjangkau me-
reka. Itulah sebabnya penyakit mereka harus diputuskan
sebagai penyakit yang tidak tersembuhkan, dan sebagai
masalah yang sangat menyedihkan. Bagaimana mereka
dapat berbahagia jika penyakit yang membuat mereka
sengsara tidak dapat disembuhkan? Dan bagaimana mereka
dapat disembuhkan jika mereka tidak mau berubah meng-
ikuti cara-cara penyembuhan yang baik? Bagaimana me-
reka dapat diyakinkan jika mata mereka tertutup dan te-
linga mereka berat mendengar? Biarlah semua orang yang
mendengar Injil dan tidak mau memperhatikan dengan
sungguh-sungguh, menjadi gemetar terhadap hukuman ini.
Sebab, begitu mereka diserahkan kepada kekerasan hati
mereka, sebenarnya mereka sudah berada di bibir neraka,
sebab siapakah yang dapat menyembuhkan mereka, jika
Tuhan tidak berkenan menyembuhkan?
2. Ketidakpercayaanmu akan membenarkan Tuhan dalam me-
nyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa lain, yang kamu pan-
dang dengan mata penuh rasa iri hati (ay. 28). Melihat kamu
menjauhkan diri dari kasih karunia Tuhan dan tidak mau me-
nyerah kepada kuasa kebenaran dan kasih Tuhan , melihat
kamu tidak mau diubahkan dan disembuhkan dengan cara-
cara yang telah ditetapkan oleh hikmat Tuhan , sebab itu kamu
harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Tuhan ini di-
sampaikan kepada bangsa-bangsa lain. Bahwa keselamatan
yang hanya diberikan kepada bangsa Yahudi (Yoh. 4:22), seka-
rang ditawarkan kepada mereka, cara-cara memperolehnya
diberikan kepada mereka, dan mereka lebih mau mendengar
dibandingkan kamu dalam menerima keselamatan itu. Berita kesela-
matan itu disampaikan kepada mereka, lalu mereka akan men-
dengarnya, menerimanya, dan bersukacita di dalamnya. Nah,
dengan ini Rasul Paulus bermaksud,
(1) Untuk mengurangi rasa tidak senang mereka atas pemberi-
taan Injil kepada bangsa-bangsa lain dengan menunjukkan
kepada mereka betapa tidak masuk akalnya rasa tidak se-
nang mereka itu. Orang-orang Yahudi menjadi marah ka-
rena keselamatan dari Tuhan disampaikan juga kepada
bangsa-bangsa lain dan beranggapan bahwa terlampau ba-
nyak kemurahan yang diberikan kepada mereka itu.namun ,
jika mereka menganggap keselamatan itu begitu kecil nilai-
nya sehingga tidak layak untuk mereka terima, tentunya
mereka tidak perlu menggerutu kepada bangsa-bangsa lain
dan menganggap hal itu terlampau baik untuk bangsa lain,
dan juga tidak perlu cemburu kepada mereka. Keselamatan
Tuhan disampaikan ke dalam dunia ini, dan pertama-tama
ditawarkan kepada bangsa Yahudi, dengan tulus ditawar-
kan kepada mereka, dengan bersungguh-sungguh ditekan-
kan kepada mereka, namun mereka menolaknya. Mereka
tidak mau menerima undangan yang diberikan terlebih
dahulu kepada mereka untuk menghadiri pesta perkawin-
an, dan sebab itu salah mereka sendiri jika tamu-tamu
lain yang diundang. Jika mereka tidak mau menerima ta-
waran itu dan tidak mau memenuhi persyaratannya, seyog-
yanya mereka tidak boleh marah terhadap orang-orang
yang mau menerimanya. Mereka tidak boleh mengeluh
bahwa bangsa-bangsa lain telah merampasnya dari atas
kepala mereka atau dari tangan mereka, sebab mereka
telah benar-benar melepaskan tangan mereka atas janji itu,
bahkan mereka telah mengangkat tumitnya terhadap itu.
Oleh sebab itu, semua ini yaitu kesalahan mereka sen-
diri, sebab oleh kesalahan mereka, keselamatan telah sam-
pai kepada bangsa-bangsa lain (Rm. 11:11).
(2) Untuk mengurangi rasa tidak senang orang-orang Yahudi
atas kemurahan yang diberikan kepada bangsa-bangsa lain
demi kebaikan mereka, serta untuk mendatangkan yang
baik dari yang jahat. Sebab Paulus telah mengatakan hal
yang sama dalam surat penggembalaannya kepada jemaat
di Roma. Di situ ia mengatakan bahwa keuntungan yang
diperoleh bangsa-bangsa lain yaitu akibat ketidakperca-
yaan dan penolakan orang-orang Yahudi. Dengan mengata-
kan hal ini ia bermaksud membangkitkan di dalam hati
kaum sebangsanya rasa cemburu yang kudus, sehingga da-
pat menyelamatkan beberapa orang dari mereka (Rm.
11:14). Orang-orang Yahudi telah menolak Injil Kristus,
dan menggesernya kepada bangsa-bangsa lain, namun ma-
sih belum terlambat untuk bertobat atas penolakan mereka
serta menerima keselamatan yang mereka anggap remeh.
Mereka dapat berkata, tidak, ambillah, sama seperti anak
sulung (LAI: anak kedua) dalam perumpamaan Tuhan
Yesus, yang saat disuruh bekerja di kebun anggur, pada
mulanya menjawab: Aku tidak mau,namun kemudian ia
menyesal lalu pergi juga (Mat. 21:29, KJV). Apakah Injil di-
sampaikan kepada bangsa-bangsa lain? Marilah kita me-
ngejarnya supaya tidak ketinggalan. Akankah mereka mau
mendengar, mereka yang disangka tidak mau mendengar
dan sudah lama menyukai berhala-berhala sembahan me-
reka, yang memiliki telinga,namun tidak dapat men-
dengar? Tidakkah kita akan mendengarnya, yang mendapat
hak istimewa untuk berada di dekat Tuhan dalam semua hal
yang kita minta kepada-Nya? Dengan demikian ia akan
membuat orang-orang itu membantah dan merasa malu
sebab Injil yang dipercayai oleh orang-orang yang mau
menyambutnya dari antara bangsa-bangsa lain. Dan jika
Injil itu tidak dapat memengaruhi sikap mereka, Injil itu
akan memperberat hukuman mereka, seperti yang terjadi
pada ahli-ahli Taurat dan Farisi, yang saat melihat pe-
mungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sun-
dal menyerahkan diri kepada baptisan Yohanes, tidak mau
menyesal dan tidak juga percaya kepadanya (Mat. 21:32).
IV. Bubarnya pertemuan itu, yang tampaknya terjadi dalam keadaan
kacau.
1. Mereka meninggalkan Paulus. Orang-orang yang tidak percaya
di antara mereka merasa sangat tersinggung pada perkataan
terakhir yang diucapkannya, bahwa mereka akan dibutakan
Tuhan dan bahwa terang Injil akan bercahaya di antara orang-
orang yang duduk dalam kegelapan. Dan setelah Paulus ber-
kata demikian, setelah cukup banyak berbicara kepada me-
reka, pergilah orang-orang Yahudi itu. Mungkin mereka tidak
terlampau marah seperti orang-orang Yahudi lainnya yang
mengalami hal serupa. Mereka hanya bersikap bodoh dan
tidak peduli, tidak lagi terpengaruh, baik oleh kata-kata me-
ngerikan pada bagian penutup pembicaraan Paulus, maupun
oleh semua kata-kata penghiburan yang ia ucapkan sebelum-
nya. Sekarang mereka merasa gerah di atas kursi yang mereka
duduki. Mereka pergi. Banyak di antara mereka memutuskan
tidak pernah mau mendengarkan Paulus berkhotbah lagi, dan
juga tidak mau merepotkan diri dengan menyelidiki lebih
lanjut masalah ini.
2. Mereka saling bertengkar satu sama lain. Terjadi banyak per-
bedaan paham di antara mereka. Tidak saja terjadi perselisihan
di antara orang-orang yang mau percaya dan orang-orang yang
tidak mau percaya,namun juga di antara orang-orang yang ti-
dak percaya sendiri. Orang-orang yang sepakat untuk mening-
galkan Paulus ternyata tidak dapat menyepakati alasan meng-
apa mereka pergi. Terjadi banyak perbedaan paham di antara
mereka. Banyak yang memiliki alasan yang baik namun bukan
alasan yang benar. Mereka saling menyalahkan pendapat
masing-masing, namun tetap tidak mau menyerah kepada ke-
benaran. Tanpa anugerah Tuhan untuk membuka pengertian
mereka, debat pendapat di antara manusia tidak akan bisa
menginsafkan mereka.
Paulus Memberitakan Firman
selama Dua Tahun di Kota Roma
(28:30-31)
30 Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu;
ia menerima semua orang yang datang kepadanya. 31 Dengan terus terang
dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Tuhan dan mengajar
tentang Tuhan Yesus Kristus.
Di sinilah kita berpisah dengan sejarah Rasul Paulus yang terberkati.
sebab Tuhan memandang bahwa kita tidak perlu lagi mengetahui lebih
banyak mengenai dia, maka kita harus dengan cermat memperhatikan
setiap keadaan khusus yang ada saat kita meninggalkan dia di sini.
I. Sangat menyedihkan bagi kita untuk meninggalkan Paulus dalam
keadaan terbelenggu sebab Kristus. Bahkan, kita tidak melihat
adanya kemungkinan ia dibebaskan. Dua tahun penuh dari masa
kehidupan orang saleh ini harus dihabiskan dalam tahanan. Dari
semua yang ada, tampaknya selama itu perkaranya tidak pernah
diperiksa oleh pihak yang menahan dia. Ia naik banding kepada
kaisar, dengan harapan dapat dibebaskan dengan segera dari
tahanan. Para wali negeri yang pernah memeriksanya sudah me-
laporkan kepada kaisar yang mulia mengenai tahanan ini, bahwa
ia tidak melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati
atau hukuman penjara, namun ia masih tetap di penjara sebagai
seorang tahanan. Tidak banyak alasan bagi kita untuk memperca-
yai manusia, khususnya kepada orang-orang besar yang meman-
dang rendah orang-orang tahanan. Lihatlah perkara Yusuf, yang
tidak diingat oleh juru minuman itu, melainkan dilupakannya (Kej.
40:23). Namun ada beberapa orang berpendapat bahwa meskipun
tidak disebutkan di sini, pada permulaan masa dua tahun itu,
dan pada awal tahun itu, mula-mula ia dibawa ke hadapan Nero,
dan kemudian keadaannya yang dipenjarakan sebab Kristus itu
dinyatakan di hadapan pengadilan kaisar, seperti yang ia katakan
dalam Filipi 1:13. Lalu dalam pembelaannya yang pertama dikata-
kan bahwa tidak seorang pun yang membantu dia (2Tim. 4:16).
Namun, tampaknya, bukannya dibebaskan setelah permohonan
banding, seperti yang ia harapkan, ia malah mengalami kesulitan
untuk melepaskan hidupnya dari tangan kaisar. Ia menyebutnya
sebagai lepas dari mulut singa (1Tim. 4:17). Di situ ia mengatakan
bahwa pada pembelaan perkaranya yang kedua, keadaannya lebih
baik, namun masih tetap belum dibebaskan. Selama masa dua ta-
hun pemenjaraan ini, ia menulis surat penggembalaan kepada je-
maat Galatia, kemudian surat yang kedua kepada Timotius, dite-
ruskan dengan surat-surat kepada jemaat-jemaat di Efesus, Filipi,
Kolose, serta sebuah surat kepada Filemon. Di dalam surat-surat
itu ia menyebutkan beberapa hal khususnya yang berkaitan de-
ngan pemenjaraannya. Terakhir, ia menulis surat kepada orang-
orang Ibrani, tidak lama sesudah ia dibebaskan, sebagaimana
dikatakan bahwa Timotius akan datang mengunjungi dia. Menurut
beberapa catatan ia menemani Paulus di dalam penjara. Bersama-
sama dengan dia, tulis Paulus kepada orang-orang Ibrani (Ibr.
13:23), segera sesudah ia datang, aku akan mengunjungi kamu.
Namun bagaimana dan dengan cara apa ia memperoleh kebebas-
annya, tidak diberitahukan kepada kita di sini. Hanya dikatakan
bahwa selama dua tahun ia menjadi seorang tahanan. Tradisi me-
ngatakan bahwa setelah dibebaskan, ia meninggalkan Italia
menuju Spanyol, dan dari sana berlayar menuju Pulau Kreta, dan
bersama-sama dengan Timotius berangkat menuju Yudea. Lalu
dari sana pergi mengunjungi jemaat-jemaat yang ada di Asia, dan
akhirnya datang lagi ke Roma untuk kedua kalinya. Di sanalah ia
dipenggal pada tahun terakhir pemerintahan Nero. Namun Baro-
nius (sejarawan gereja Roma abad keenam belas pen.) sendiri
mengaku bahwa tidak ada kepastian mengenai hal-hal yang
terjadi di antara saat ia dibebaskan dari penjara dan saat kemar-
tirannya. Namun beberapa orang mengatakan bahwa saat Nero
mulai menjadi penguasa yang sewenang-wenang dan memusuhi
orang-orang Kristen dan menjadi kaisar pertama yang membuat
hukum untuk menentang mereka (seperti kata Tertullian dalam
bukunya Apologeticus [Apol. cap. 5]), jemaat Roma menjadi sangat
lemah sebab penganiayaan itu. Hal ini membawa Rasul Paulus
kembali ke Roma untuk kedua kalinya. Ia ingin membangun kem-
bali jemaat yang telah tercerai-berai serta menghibur murid-murid
yang tersisa di sana, dan dengan demikian ia jatuh untuk kedua
kalinya ke tangan Nero. Krisostom (bapa gereja abad keempat
pen.) mengatakan bahwa ada seorang perempuan muda yang
menjadi salah seorang gundik Nero menjadi bertobat dan percaya
kepada iman Kristen sebab mendengar pemberitaan Paulus, dan
dengan demikian dibawa keluar dari hidup penuh perzinahan
yang dijalaninya. Nero sangat marah kepada Paulus mengenai hal
itu, dan memerintahkan supaya Paulus dipenjarakan terlebih da-
hulu, baru kemudian dibunuh. Namun, untuk menyingkat semua
catatan yang diberikan, kita membaca di sini,
1. Sangat menyedihkan untuk memikirkan bahwa orang yang sa-
ngat berguna seperti Paulus harus dipenjarakan begitu lama.
Dua tahun lamanya ia menjadi tahanan Feliks (24:27), dan di
samping waktu yang dihabiskan sesudah ia berangkat dari
situ sampai kedatangannya di Roma, ia masih harus mende-
kam dua tahun lagi di sebuah penjara di bawah Nero. Berapa
banyak jemaat yang dapat didirikan oleh Paulus, berapa ba-
nyak kota dan bangsa yang dapat dibawa kepada Kristus da-
lam waktu lima tahun itu (setidaknya selama itu), seandainya
ia bebas! Namun, Tuhan itu bijaksana, dan akan menunjukkan
bahwa Ia tidak berutang kepada sebagian besar alat yang Ia
gunakan,namun Ia sanggup untuk memajukan kepentingan-Nya
sendiri, baik melalui pelayanan mereka, maupun melalui pen-
deritaan mereka. Bahkan keadaan Paulus yang terkurung di
dalam penjara telah menyebabkan kemajuan Injil (Flp. 1:12-14).
2. Namun, walaupun Paulus terkurung di dalam penjara, dalam
beberapa hal ada kebaikan di dalamnya, sebab selama dua ta-
hun penuh itu ia tinggal di rumah yang disewanya sendiri, dan
selama itu ia dapat melakukan lebih dibandingkan yang dapat dila-
kukannya sebelumnya. Ia sudah terbiasa tinggal di rumah-
rumah orang lain, dan sekarang ia memiliki rumah sendiri,
yaitu miliknya sendiri, walaupun ia harus membayar sewanya.
Pengunduran diri semacam ini akan menjadi suatu penyegar-
an bagi seseorang yang selalu berkelana sepanjang waktu. Ia
sudah terbiasa selalu bergerak ke mana-mana, jarang ia ting-
gal dalam waktu lama di suatu tempat tertentu.namun seka-
rang ia tinggal selama dua tahun di dalam rumah yang sama.
Jadi hal masuknya Paulus ke dalam penjara dapat disamakan
dengan ajakan Kristus kepada murid-murid-Nya, Marilah kita
ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahat
se saat (Mrk. 6:31). saat ia bebas, ia terus ada dalam keta-
kutan dihadang oleh orang-orang Yahudi (20:19),namun seka-
rang penjaranya justru menjadi istananya. Dengan demikian
dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar ma-
nisan.
II. Namun demikian, kita senang (dan kita yakin Paulus juga demi-
kian) bahwa meskipun kita meninggalkannya dalam keadaan di-
penjarakan sebab Kristus, namun kita meninggalkannya dalam
keadaan melakukan pekerjaan bagi Kristus. Hal ini membuat be-
lenggunya menjadi ringan bahwa ia tidak dibelenggu untuk me-
layani Tuhan dan berbuat baik. Penjaranya menjadi sebuah tempat
ibadat, sebuah gereja, dan seperti halnya menjadi sebuah istana
baginya. Tangannya terbelenggu, namun syukur kepada Tuhan ,
mulutnya tidak diikat,namun syukur kepada Tuhan , mulutnya ti-
dak dibungkam. Seorang pelayan Tuhan yang bersemangat dapat
menanggung penderitaan apa pun juga asal tidak dibungkam. Ini-
lah Paulus, seorang tahanan, namun sekaligus juga seorang pem-
berita firman. Ia terbelenggu, namun firman Tuhan tidak ter-
belenggu. saat ia menulis surat penggembalaan kepada jemaat
di Roma, ia berkata bahwa ia ingin melihat mereka untuk memberi-
kan karunia rohani kepada mereka (Rm. 1:11). Ia suka melihat
beberapa orang dari mereka (ay. 15). Namun itu hanya menjadi
separuh dari sukacitanya kecuali ia dapat meneruskan beberapa
karunia rohani kepada mereka. Di sinilah ia memiliki kesempatan
untuk melaksanakan keinginan itu, dan sebab itu ia tidak akan
mengeluhkan keadaannya yang terbelenggu. Amatilah,
1. Kepada siapa ia memberitakan firman. Ia memberitakan fir-
man kepada semua orang yang ingin mendengarkan dia, baik
itu orang Yahudi ataupun bukan-Yahudi. Apakah ia diberi ke-
bebasan untuk pergi ke rumah-rumah orang lain untuk mem-
beritakan firman tidak tampak di sini. Kemungkinan besar
tidak. Namun, siapa saja yang mau datang ke rumahnya un-
tuk mendengar, pasti akan disambutnya: Ia menerima semua
orang yang datang kepadanya. Perhatikanlah, pintu-pintu
para pelayan Tuhan harus selalu terbuka bagi semua
orang yang rindu menerima nasihat dari mereka, dan mereka
harus senang memperoleh kesempatan untuk menasihati
orang-orang yang peduli tentang keadaan jiwa mereka. Paulus
tidak dapat memberitakan firman di dalam rumah ibadat atau
tempat-tempat pertemuan umum yang mewah dan luas,
namun ia dapat berkhotbah di dalam pondok sederhananya
sendiri. Perhatikanlah, saat kita tidak dapat melakukan pe-
layanan kepada Tuhan seperti yang kita inginkan, kita harus
tetap melakukan apa yang dapat kita lakukan. Para pelayan
Tuhan yang hanya memiliki rumah-rumah sewaan kecil, bila
mereka memang bersedia, lebih baik memberitakan firman di
situ, dibandingkan berdiam diri. Ia menerima semua orang yang da-
tang kepadanya. Dan tidak merasa takut kepada orang-orang
yang paling mulia, dan juga tidak merasa malu kepada orang-
orang yang paling hina. Ia siap memberitakan firman pada hari
pertama setiap minggu kepada orang-orang Kristen, pada hari
yang ketujuh kepada orang-orang Yahudi, dan kepada semua
orang yang datang pada hari apa saja. Ia dapat berharap akan
lebih berhasil, sebab mereka datang kepadanya, yang berarti
mereka memiliki keinginan kuat untuk memperoleh nasihat
dan rela untuk belajar. Memang, di mana pun ada keadaan
seperti ini, pastilah ada suatu hal baik dapat dilakukan.
2. Apa yang ia beritakan. Paulus tidak memenuhi kepala mereka
dengan hal-hal yang tidak jelas kebenarannya yang hanya un-
tuk memuaskan rasa ingin tahu. Juga tidak dengan soal-soal
kenegaraan dan politik,namun ia tetap memusatkan perhatian
pada kutipan kitab sucinya, untuk menjalankan tugasnya se-
bagai seorang rasul.
(1) Ia yaitu duta besar Tuhan . Itulah sebabnya ia memberi-
takan Kerajaan Tuhan . Ia mengerahkan semua kemampuan-
nya untuk memberitakan Injil, menjabarkan semua urus-
annya, untuk memajukan semua kepentingannya yang se-
jati. Ia tidak mencampuri urusan kerajaan manusia. Biarlah
mereka yang berurusan dengan kerajaan manusia yang
mengurusnya sendiri. Ia memberitakan kerajaan Tuhan di
antara manusia dan firman kerajaan itu. Sama seperti yang
ia pertahankan dalam pembelaannya di depan umum, mem-
beri kesaksian kepada mereka tentang kerajaan Tuhan (ay.
23), begitu pula di dalam pemberitaannya di hadapan
umum ia tetap memberitakan bahwa jika firman ini dite-
rima dengan benar, maka ia akan membuat kita semua
menjadi lebih bijaksana dan lebih baik. Inilah tujuan dari
pemberitaannya.
(2) Ia menjadi pekerja bagi Kristus, sahabat mempelai laki-
laki, dan sebab itu ia mengajar tentang Tuhan Yesus Kris-
tus, yakni seluruh sejarah Kristus, penjelmaan-Nya, peng-
ajaran-Nya, kehidupan-Nya, mujizat-mujizat-Nya, kemati-
an-Nya, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke sorga. Semua
hal yang berkaitan dengan rahasia ke-Tuhan -an. Paulus tetap
berpegang teguh pada dasar-dasar pikirannya, yaitu untuk
tidak mengetahui dan memberitakan apa-apa selain Yesus
Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. jika para pelayan Tu-
han dalam pemberitaan mereka tergoda untuk menyim-
pang dari urusan utama mereka, maka mereka harus
menjaga diri dengan mengajukan pertanyaan ini, Apakah
yang saya beritakan ini berhubungan dengan Tuhan Yesus
Kristus? Apakah ini dapat membawa kita kepada Dia dan
membuat kita tetap berjalan di dalam Dia? Sebab bukan
diri kami yang kami beritakan,namun Yesus Kristus.
3. Dengan kebebasan apa ia memberitakan firman.
(1) Kasih karunia Tuhan memberi kebebasan roh kepadanya.
Ia memberitakan firman dengan penuh keyakinan, sebagai
seseorang yang sangat yakin akan kebenaran yang ia berita-
kan, bahwa itulah yang berani ia pertahankan. Ia sepenuh-
nya yakin akan harga dari keyakinannya itu, bahwa untuk
itulah dia berani menderita. Ia tidak merasa malu mengaku
Injil Kristus.
(2) Sang Pemelihara memberi kebebasan berbicara kepada-
nya. Tidak ada orang yang merintanginya, menghentikan
apa yang ia lakukan atau membatasinya. Orang-orang Ya-
hudi yang biasanya melarang dia berbicara kepada bangsa-
bangsa lain tidak memiliki kuasa di sini. Lagi pula peme-
rintah Roma saat itu masih belum menganggap pengakuan
iman Kekristenan sebagai kejahatan. Di dalam hal ini kita
harus mengakui adanya campur tangan Tuhan , bahwa
[1] Tuhan memasang batas terhadap amarah para pengania-
yanya. Walaupun Ia tidak mengubah hati mereka, na-
mun Ia sanggup mengikat tangan dan mengekang lidah.
Nero yaitu seorang yang kejam, dan ada banyak orang
Yahudi serta bangsa-bangsa lain yang membenci Ke-
kristenan. Namun, demikianlah yang terjadi, tanpa da-
pat dimengerti, bahwa Paulus yang walaupun seorang
tahanan dibiarkan memberitakan Injil, dan tidak diang-
gap mengganggu kedamaian. Dengan demikian Tuhan
membuat panas hati manusia berubah menjadi syukur
bagi-Nya, dan sisa panas hati itu akan ditahan (Mzm.
76:11). Meskipun ada banyak pihak di sana yang ber-
kuasa untuk melarang Paulus memberitakan Injil (bah-
kan prajurit yang mengawalnya juga dapat melakukan
hal itu), namun Tuhan telah mengatur sedemikian rupa,
sehingga tidak ada orang yang merintanginya.
[2] Lihatlah bagaimana Tuhan di sini menyediakan penghi-
buran untuk melegakan hati orang yang teraniaya. Mes-
kipun tempat tinggal Paulus sangat sederhana dan
sempit, dibandingkan dengan apa yang dimilikinya sebe-
lumnya, namun seperti yang terjadi di sini, ia sama sekali
tidak dianiaya dan juga tidak diganggu. Walaupun pintu
tidak lebar, namun terbuka baginya, dan tidak ada
orang yang dibiarkan menutupnya. Pintu itu sangat
berguna bagi banyak orang, sehingga ada banyak orang
kudus di istana Kaisar (Flp. 4:22). saat kota pertemu-
an raya kita pada suatu saat nanti dibuat menjadi tem-
pat kediaman yang aman, dan setiap hari kita diberi
makan dengan roti kehidupan, serta tidak ada orang
yang merintangi kita, kita harus mengucap syukur ke-
pada Tuhan untuk hal itu dan mempersiapkan diri untuk
perubahan, dengan terus merindukan gunung yang ku-
dus itu, di mana tidak pernah ada lagi duri yang menu-
suk dan onak yang memedihkan.