Kisah pararasul 30

Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 30. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 30. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Kisah pararasul 30



 me-

reka yang diangkut untuk dibunuh, dan yang sedang menuju 

tempat pemancungan. Kita tidak bisa beralasan,  Sungguh, 

kami tidak tahu hal itu!” padahal sebenarnya kita tahu, atau 

bisa saja tahu, atau seharusnya tahu (Ams. 24:11-12). Saya di-

beri tahu bahwa ada sebagian orang, termasuk dari bangsa 

kita sendiri, yang  saat  dari pantai melihat sebuah kapal di-

timpa kesulitan dan tersesat, mereka, dengan memberi tanda 

api yang menyesatkan atau dengan suatu cara lain, sengaja 

menuntun kapal itu ke dalam bahaya, supaya orang-orang 

yang ada di dalamnya mati, dan mereka bisa menjarah kapal. 

Kita hampir-hampir tidak percaya bahwa ada manusia yang 

begitu jahat, begitu tidak berperikemanusiaan, dan begitu ke-

rasukan setan seperti itu. Jika ada, biarlah mereka tahu akan 

kebenaran bahwa penghakiman yang tak berbelas kasihan 

akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan.  

3. Mereka langsung menuju pantai dengan angin dan gelombang 

(ay. 40): Mereka melepaskan tali-tali sauh, empat sauh yang 

mereka buang di buritan (ay. 29). Menurut sebagian orang, me-

reka terlebih dahulu menimbang beratnya sauh-sauh itu, de-

ngan berharap masih bisa menggunakannya lagi di pantai. 

Ada sebagian juga yang berpendapat, mereka melakukannya 

dengan begitu tergesa-gesa sehingga mereka terpaksa memo-

tong tali-talinya dan meninggalkan sauh-sauh itu. Kedua arti 

itu sama-sama memungkinkan menurut bahasa aslinya. Lalu 

mereka meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. sebab  

anginnya cukup baik untuk membawa mereka ke pelabuhan, 

mereka mengulurkan tali-tali kemudi, yang sebelumnya diikat 

selama badai turun supaya kapal tidak goyang. sebab  seka-

rang mereka sedang menuju pelabuhan, tali-tali itu dilepaskan, 

supaya nakhodanya bisa mengemudikan kapal dengan lebih 

bebas. Kemudian mereka memasang layar topang, supaya 

angin meniup kapal itu menuju pantai. Kata-kata asli yang di 

sini diterjemahkan dengan tali-tali kemudi dan layar topang 

sudah membuat para ahli berpikir keras untuk menerjemah-

kannya sesuai dengan istilah-istilah masa kini.namun  istilah-

istilah itu tidak perlu membuat kita pusing, sebab kita sudah 


 1152

puas dengan mengetahui bahwa setelah melihat pantai, me-

reka bergegas menuju ke sana secepat mungkin, dan mungkin 

tidak cuma cepat-cepat,namun  juga sangat teramat cepat. 

Tidak bolehkah jiwa yang malang, yang telah lama bergumul 

dengan angin dan badai dunia ini, rindu untuk sampai di pela-

buhan yang aman dan tenang, tempat peristirahatan kekal? 

Tidakkah itu membersihkan jiwa dari segala sesuatu yang me-

lekat pada dunia ini, dan meluruskan kasih sayangnya yang 

kudus dan saleh ke sorga? Dan tidakkah itu berarti mengibar-

kan layar topang iman kepada angin Roh, sehingga bersama 

segala kerinduan, jiwa menuju ke tepi pantai?  

4. Mereka berusaha membuat kapal itu kandas, di busung pasir 

tampaknya, atau di genting tanah, atau di atas sejengkal ta-

nah, yang tersapu oleh lautan di kedua sisinya, dan oleh sebab 

itu dikatakan (KJV) bahwa di situ dua laut bertemu. Di sanalah 

haluannya terpancang, dan kemudian,  saat  kapal sudah 

tidak bebas pergi ke mana-mana lagi, yang memang demikian 

jika kapal tertambat oleh sauh,namun  tetap diam tak bergerak, 

maka buritannya dengan sendirinya akan segera hancur dipu-

kul oleh gelombang yang hebat. Tidak jelas mengapa ini sampai 

terjadi. Apakah sebab  para pelaut tidak melakukan apa yang 

menjadi bagian mereka, sebab  marah rencana mereka untuk 

melarikan diri sudah digagalkan, dan oleh sebab itu sengaja 

membuat kapal kandas? Atau apakah kita bisa menganggap 

bahwa mereka berbuat semampu mereka untuk menyelamat-

kan kapal,namun  Tuhan  dalam pemeliharaan-Nya menggagal-

kannya, untuk menggenapi perkataan Paulus, bahwa kapal ini 

akan binasa (ay. 22)?namun  kita yakin akan hal ini, bahwa 

Tuhan  akan menguatkan perkataan hamba-hamba-Nya dan 

melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-

utusan-Nya (Yes. 44:26). Kapal itu, yang secara menakjubkan 

berhasil mengarungi badai di lautan luas, di mana ia mem-

punyai banyak ruang untuk bergerak, menjadi hancur lebur 

 saat  terpancang erat-erat. Jadi, jika  hati kita terpancang 

pada dunia, dan mencintai dan mengasihinya, maka ia akan 

terhilang. Godaan-godaan Iblis menghantamnya, sehingga ia 

hancur lebur.namun , jika  ia tetap mengatasi dunia, mes-

kipun terombang-ambing oleh kekhawatiran dan kekacauan, 

masih ada pengharapan baginya. Mereka sudah melihat pan-

tai,namun  kapal mereka karam di pelabuhan. Ini untuk meng-

ajar kita supaya jangan pernah merasa aman. 

VI. Bahaya yang secara khusus tengah mengancam Paulus dan para 

tahanan lain, selain bahwa mereka mengalami musibah bersama-

sama, dan bagaimana mereka diluputkan dari bahaya itu.  

1. Pada saat yang genting ini,  saat  setiap orang ragu akan ke-

lanjutan hidupnya, prajurit-prajurit bermaksud untuk membu-

nuh tahanan-tahanan yang diserahkan kepada penjagaan me-

reka, dan yang harus mereka pertanggungjawabkan, supaya 

jangan ada seorang pun yang melarikan diri dengan berenang 

(ay. 42). Bahaya itu tidak akan terjadi, sebab  para tahanan 

tidak bisa melarikan diri jauh-jauh akibat tubuh mereka su-

dah lemah dan lelah. Dan, di bawah pengawasan begitu ba-

nyak prajurit yang harus menjaga mereka, tidak mungkin me-

reka mau mencobanya. Kalaupun itu sampai terjadi, misalnya 

para prajurit nekat melanggar hukum dengan membiarkan 

para tahanan lari, dalam keadaan seperti itu keadilan pasti 

akan meringankan perbuatan mereka.namun  apa yang ingin 

mereka lakukan di sini sungguh beringas dan biadab. Dan 

yang jauh lebih buruk, mereka begitu ringan tangan ingin me-

lenyapkan nyawa banyak orang, padahal tanpa mujizat belas 

kasihan, mereka pasti sudah kehilangan nyawa mereka sendiri.  

2. Perwira itu, demi Paulus, langsung mencegah rencana ini. 

Paulus, yang yaitu  tawanannya, telah mendapat perkenan-

annya, seperti Yusuf mendapat perkenanan kepala pengawal 

raja. Yulius, meskipun memandang rendah nasihat Paulus (ay. 

11), namun setelah itu melihat banyak alasan untuk meng-

hormati dia; dan oleh sebab itu, sebab  ingin menyelamatkan 

Paulus, Ia mencegah rencana yang berdarah itu, dan in 

favorem vitæ – dengan memperhatikan hidupnya, ia mengha-

langi mereka melaksanakan maksud mereka. Tidak tampak 

bahwa ada orang dari antara mereka yang sudah dihukum se-

bagai penjahat. Mereka hanya tersangka, dan menunggu untuk 

disidang. Dalam keadaan seperti itu, lebih baik sepuluh orang 

yang bersalah melarikan diri dibandingkan  satu orang yang tidak 

bersalah dibunuh. Sama seperti Tuhan  sudah menyelamatkan 

semua orang di dalam kapal demi Paulus, demikian pula di 

sini perwira itu menyelamatkan semua tahanan demi dia. De-

mikianlah, orang baik pasti akan menebarkan kebaikannya 

kepada banyak orang. 

VII. Diselamatkannya nyawa semua orang di dalam kapal, oleh pe-

meliharaan Tuhan  yang menakjubkan. Setelah bagian bawah 

kapal hancur, sudah pasti tinggal selangkah lagi mereka meng-

hadapi maut. Namun, belas kasihan yang tak terhingga turut 

campur, dan langkah itu pun dicegat.   

1. Sebagian orang selamat dengan berenang: Perwira itu terlebih 

dahulu memerintahkan prajurit-prajuritnya, yang pandai bere-

nang, untuk pertama-tama naik ke darat, bersiap-siap mene-

rima para tahanan, dan mencegah mereka melarikan diri. 

Bangsa Romawi sejak masih muda dilatih untuk berenang, 

selain untuk latihan-latihan lain, dan sering kali itu berman-

faat bagi mereka dalam berperang. Kaisar Yulius yaitu  se-

orang perenang terkenal. Berenang mungkin sangat berguna 

bagi mereka yang sering berada di laut,namun  juga mungkin 

ada lebih banyak nyawa melayang sebab  olahraga berenang, 

dan sebab  belajar berenang, dibandingkan  nyawa yang perlu di-

selamatkan dengan berenang.  

2.  Yang lain dengan susah payah berebut ke pantai, sebagian di 

atas papan yang sudah mereka lepaskan dari kapal, dan se-

bagian yang lain di atas pecahan-pecahan kapal. Setiap orang 

berebut tempat terbaik bagi dirinya sendiri dan bagi teman-

temannya. Semakin gigih mereka melakukannya, sebab me-

reka yakin bahwa perjuangan mereka tidak akan sia-sia. Te-

tapi demikianlah, melalui pemeliharaan Tuhan  yang baik tak se-

orang pun dari mereka tertinggal, tak seorang pun dari mereka 

kelupaan diangkut. Sebaliknya, mereka semua selamat naik 

ke darat. Lihatlah di sini contoh dari pemeliharaan Tuhan  

yang istimewa dalam mempertahankan hidup orang, dan 

terutama dalam membebaskan banyak orang dari bahaya air. 

Tinggal sebentar lagi mereka akan tenggelam,namun  mereka 

dijaga supaya tidak tenggelam, supaya jangan gelombang air 

menghanyutkan mereka, atau tubir menelan mereka. Kemu-

dian, badai pun berubah menjadi tenang. Mereka diselamat-

kan dari laut yang mengerikan, dan dihantar ke pelabuhan 

kesukaan mereka. Oh, semoga saja manusia memuji Tuhan 

sebab  kebaikan-Nya! (Mzm. 107:30-31). Inilah contoh peng-


genapan janji khusus yang diucapkan Tuhan , bahwa semua 

orang di kapal ini akan selamat oleh sebab  Paulus. Mes-

kipun ada kesulitan besar di jalan keselamatan yang dijan-

jikan, namun janji itu tidak akan gagal untuk digenapi. 

Bahkan pecahan kapal sekalipun bisa menjadi sarana untuk 

menyelamatkan nyawa orang. Dan, walaupun segalanya tam-

pak sudah musnah, ternyata semuanya selamat, meskipun 

itu di atas papan, dan di atas pecahan-pecahan kapal. 

 

 

PASAL  28  

atut bagi kita untuk memperhatikan dan memanfaatkan apa 

yang telah dicatat di sini perihal Rasul Paulus yang terberkati itu. 

sebab  setelah kisah dalam pasal ini, kita tidak lagi mendengar apa-

apa tentang dia di dalam sejarah kudus, walaupun kita banyak ber-

urusan dengan dia dalam surat-surat penggembalaannya. Kita telah 

mengikutinya melalui beberapa pasal di dalam kitab ini, dari satu 

kursi pengadilan ke kursi pengadilan lainnya, sehingga rasanya akan 

lebih senang jika kita dapat meninggalkannya dalam keadaan bebas. 

Namun, di dalam pasal ini kita harus turut berdukacita bersamanya, 

sekaligus mengucapkan selamat kepadanya.  

I. Kita berdukacita bersamanya sebagai penumpang malang 

dari kapal yang pecah terkandas, dan yang kehilangan semua 

miliknya. Namun kita harus mengucapkan selamat kepadanya,  

1. Sebagai satu-satunya orang yang dibela Tuhan nya dalam 

bahaya yang sedang mengancamnya dengan cara melin-

dungi dirinya dari gigitan seekor ular beludak yang melilit 

tangannya (ay. 1-6), serta bagaimana ia dijadikan alat yang 

sangat berguna di pulau tempat mereka terdampar untuk 

menyembuhkan banyak orang sakit, khususnya ayah Pu-

blius, gubernur pulau itu (ay. 7-9).  

2. Sebagai orang yang sangat dihormati oleh orang-orang 

yang ada di sana (ay. 10). 

II. Kita berdukacita bersamanya sebagai seorang tahanan terbe-

lenggu yang malang, dibawa ke Roma dengan dugaan mela-

kukan tindak kejahatan terhadap perintah dan dihadapkan 

di depan pengadilan atau  habeas corpus” (ay. 11-16). Namun, 

kita harus mengucapkan selamat kepadanya, 

1. Atas rasa hormat yang ditunjukkan oleh orang-orang 

Kristen di kota Roma, yang datang dari jauh untuk ber-

jumpa dengannya (ay. 15).  

2. Atas kebaikan yang ditunjukkan oleh perwira pengawal 

yang bertugas untuk menerima tahanan, dan yang kemu-

dian memperbolehkannya tinggal dalam rumah sendiri, 

dan tidak menempatkannya di penjara umum (ay. 16).  

3. Atas kebebasan yang diberikan untuk berbicara dengan 

orang-orang Yahudi di kota Roma, baik mengenai persoalan-

nya sendiri (ay. 17-22), maupun mengenai iman Kristen 

pada umumnya (ay. 23). Hasilnya yaitu  Tuhan  dimuliakan, 

banyak orang yang dibangun, selebihnya dibiarkan tak ter-

maafkan, dan rasul-rasul dibenarkan untuk memberitakan 

Injil kepada bangsa-bangsa lain (ay. 24-29). 

4. Atas kebebasan yang tidak terganggu untuk memberita-

kan Injil kepada semua orang yang datang ke rumahnya 

sendiri selama dua tahun penuh (ay. 30-31) 

Paulus Mengibaskan Ular;  

Paulus Menyembuhkan Ayah Publius  

(28:1-10) 

1 Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa 

daratan itu yaitu  pulau Malta. 2 Penduduk pulau itu sangat ramah terha-

dap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ 

sebab  telah mulai hujan dan hawanya dingin. 3  saat  Paulus memungut se-

berkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular 

beludak sebab  panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. 4  saat  orang-

orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata se-

orang kepada yang lain:  Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, 

meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Ke-

adilan.” 5namun  Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama se-

kali tidak menderita sesuatu. 6 Namun mereka menyangka, bahwa ia akan 

bengkak atau akan mati rebah se saat  itu juga.namun  sesudah lama me-

nanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, 

maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa. 7 Tidak jauh 

dari tempat itu ada tanah milik gubernur pulau itu. Gubernur itu namanya 

Publius. Ia menyambut kami dan menjamu kami dengan ramahnya selama 

tiga hari. 8  saat  itu ayah Publius terbaring sebab  sakit demam dan disen-

tri. Paulus masuk ke kamarnya; ia berdoa serta menumpangkan tangan ke 

atasnya dan menyembuhkan dia. 9 Sesudah peristiwa itu datanglah juga 

orang-orang sakit lain dari pulau itu dan merekapun disembuhkan juga. 10 

Mereka sangat menghormati kami dan  saat  kami bertolak, mereka menye-

diakan segala sesuatu yang kami perlukan. 

Kita mendapati betapa sangat beragamnya tempat-tempat dan ke-

adaan yang dijumpai Paulus! Ia yaitu  ibarat sebuah planet, dan bu-

kan sebuah bintang yang diam tidak bergerak. Di sini kita membaca 

bagaimana ia berada di suatu pulau yang kemungkinan besar tidak 

akan pernah dikunjunginya, seandainya ia tidak dihempas oleh badai 

ke tempat ini. Namun, tampaknya Tuhan  memiliki pekerjaan baginya 

di sini. Bahkan angin badai pun dapat memenuhi rencana Tuhan . 

Angin yang berbahaya memang tidak akan membawa kebaikan, te-

tapi angin yang berbahaya ini membawa kebaikan bagi Pulau Malta. 

Sebab angin ini mengharuskan Paulus tinggal selama tiga bulan 

bersama penduduk pulau itu. Ia yang menjadi berkat bagi setiap tem-

pat yang ia datangi. Pulau ini dinamakan Malta, yang terletak di 

antara Pulau Sisilia dan Benua Afrika. Panjang pulau ini sekitar tiga 

puluh dua kilometer, dengan lebar sekitar dua puluh kilometer. Pu-

lau ini yaitu  pulau terjauh dari benua Eropa dibandingkan dengan 

pulau-pulau lainnya di Mediterania, jaraknya sekitar sembilan puluh 

tujuh kilometer dari Pulau Sisilia. Pulau ini menjadi terkenal sejak 

para kesatria Malta mempertahankan pulau ini dengan gagah berani 

terhadap serangan orang-orang Turki yang berusaha menyerang wila-

yah umat Kristen di sana, dan berhasil menghentikan kemajuan pa-

sukan mereka.  

I. Sambutan ramah yang diberikan penduduk pulau ini kepada 

orang-orang asing yang sedang menderita kesusahan akibat kapal 

mereka pecah terkandas di pantai pulau itu (ay. 2), Penduduk 

pulau itu sangat ramah terhadap kami. Tuhan  telah berjanji bahwa 

tidak seorang pun yang akan binasa, sebab bagi Tuhan , pekerjaan-

Nya sempurna. Walaupun mereka telah selamat dari laut, dan ke-

mudian sampai dengan selamat di pantai, semuanya akan binasa 

sebab  cuaca dingin atau kelaparan. Oleh sebab  itu Tuhan  melan-

jutkan pemeliharaan-Nya atas mereka. Dan keuntungan apa pun 

yang kita terima melalui tangan orang lain haruslah kita anggap 

sebagai datang dari tangan Tuhan  sendiri. sebab  setiap makhluk 

yaitu  bagi kita, dan tidak lebih dari itu, sesuai dengan maksud-

Nya dalam menjadikannya seperti itu. Dan jika Ia berkenan, se-

bagaimana Ia sanggup membuat musuh-musuh berdamai dengan 

kita, begitu jugalah Ia sanggup membuat orang-orang asing men-

jadi sahabat-sahabat kita, sahabat saat kita sangat membutuh-

kan. Merekalah sahabat-sahabat yang sejati. Sahabat-sahabat 

dalam kemalangan, dan itulah saat menjadi seorang saudara 

dalam kesukaran. Amatilah,  

1. Bagaimana dicatat di sini kebaikan hati penduduk Malta ke-

pada Rasul Paulus dan rombongannya. Mereka disebut orang-

orang tidak beradab, sebab  mereka tidak menggunakan ba-

hasa dan kebiasaan seperti orang-orang Yunani atau Roma 

yang memandang (dengan cukup angkuh) semua bangsa lain 

sebagai bangsa biadab, walaupun sebenarnya bangsa-bangsa 

lain itu cukup beradab, dan bahkan dalam beberapa hal lebih 

beradab dibandingkan  mereka. Namun, ternyata orang-orang yang 

mereka sebut biadab itu penuh dengan rasa kemanusiaan 

yang tinggi. Mereka sangat ramah terhadap kami. Jauh dari 

pikiran mereka untuk menjadikan orang-orang yang meng-

alami kecelakaan kapal ini sebagai mangsa, yang saya khawa-

tirkan, biasa dilakukan banyak orang yang disebut Kristen. 

Mereka justru menjadikan kecelakaan ini sebagai peluang un-

tuk menunjukkan belas kasihan. Orang Samaria itu telah men-

jadi sesama yang lebih baik bagi orang malang yang terluka itu 

dibandingkan dengan imam atau orang Lewi. Sesungguhnya 

kita tidak menemukan rasa kemanusiaan yang besar di antara 

orang-orang Yunani, Roma, atau orang Kristen, dibandingkan 

dengan apa yang ada di antara bangsa tak beradab ini. Hal ini 

dituliskan bagi kita untuk dijadikan teladan, supaya dengan 

kejadian ini kita dapat belajar berbelas kasihan kepada orang-

orang yang tengah ditimpa kesukaran dan kesengsaraan, serta 

meringankan dan membantu sekuat tenaga kita, seperti mere-

ka yang mengetahui bahwa kita sendiri juga masih hidup di 

dunia ini. Kita harus selalu siap menjamu orang-orang asing 

seperti yang dilakukan oleh Abraham  saat  ia sedang duduk 

di pintu kemahnya dan mengundang mereka masuk (Ibr. 

13:2), khususnya orang-orang asing yang sedang dalam kesu-

karan seperti orang-orang ini. Hormatilah semua orang. Jika 

Sang Pemelihara telah menetapkan batas-batas kediaman kita, 

sehingga kita memperoleh lebih banyak kesempatan menjadi 

berguna bagi orang-orang yang mengalami kesusahan, jangan-

lah kita menganggap hal ini sebagai nasib yang tidak menye-

nangkan. Sebaliknya kita harus menganggapnya sebagai suatu 

keuntungan, sebab  lebih berbahagia memberi dari pada mene-

rima. Siapa yang tahu bahwa orang-orang biadab yang ditak-

dirkan tinggal di pulau ini disiapkan untuk menghadapi saat-

saat seperti ini!   

2. Sebuah contoh khusus mengenai kebaikan hati mereka. Mere-

ka menyalakan api yang besar, di dalam beberapa ruangan 

besar atau sejenis itu, dan mengajak kami semua ke situ.  Me-

reka menyediakan ruang bagi kami di sekeliling api itu dan 

menyambut kami semua tanpa menanyakan dari negeri mana 

kami berasal atau dari agama apa. Dalam berenang menuju 

pantai atau dengan mengapung menggunakan papan dan 

pecahan-pecahan kapal, dapat kita perkirakan bahwa mereka 

menjadi basah kuyup, sehingga tidak ada selembar benang 

pun yang kering melekat di atas tubuh mereka. Seolah-olah 

semua itu belum cukup, maka untuk melengkapi air bah itu, 

air dari langit pun turun dan bertemu dengan air yang sudah 

ada di bawah. Hujan turun begitu lebat sehingga membuat 

mereka kedinginan sampai di bawah kulit. Dikatakan bahwa 

telah mulai hujan dan hawanya dingin, sehingga mereka tidak 

mengingini apa-apa lagi selain kehangatan api (sebab sebelum-

nya mereka telah makan kenyang di atas kapal). Dan inilah 

yang sekarang diberikan oleh penduduk pulau itu, mengha-

ngatkan mereka dan mengeringkan pakaian mereka. Kadang-

kadang kebaikan hati yang tepat untuk diberikan kepada ke-

luarga-keluarga miskin yaitu  memberi  bahan bakar dan 

juga makanan atau pakaian kepada mereka. Kenakanlah kain 

panas, sama perlunya seperti, makanlah sampai kenyang. Ke-

tika kita terlindung dari kedahsyatan musim dan cuaca yang 

sangat buruk, sebab  tinggal di dalam rumah serta memiliki 

tempat tidur, pakaian dan perapian yang hangat, patutlah kita 

berpikir betapa banyaknya orang-orang lain yang sedang ter-

papar oleh hujan yang sedang turun dan hawa yang dingin, 

dan mengasihani mereka serta berdoa untuk mereka, dan juga 

menolong mereka bila kita mampu.  

II. Bahaya berikutnya yang dihadapi Rasul Paulus dari seekor ular 

beludak yang menggigit dan melilit tangannya, serta pandangan 

yang salah mengenai kejadian itu dari orang-orang yang ada di 

sana. Rasul Paulus berada di antara orang-orang asing, dan ia 

tampak sebagai orang yang sangat buruk dan hina dari kumpulan

itu. sebab  itulah Tuhan  membuatnya menjadi terkenal dan segera 

menjadi pusat perhatian.  

1.  saat  api itu mulai dinyalakan dan dikobarkan supaya ba-

nyak orang dapat dihangatkan, Paulus turut sibuk bersama 

mereka mengumpulkan ranting-ranting kayu (ay. 3). Walau-

pun ia bebas dari segalanya dan lebih terpandang dari semua 

orang dalam rombongan itu, namun ia menjadikan dirinya 

pelayan dari semuanya. Rasul Paulus yaitu  seorang yang giat 

dan rajin. Ia suka melakukan apa yang harus dilakukan dan 

tidak pernah berpikir untuk mencari senang sendiri. Rasul 

Paulus yaitu  seorang yang rendah hati serta sangat me-

nyangkal diri, dan ia akan menundukkan diri kepada segala 

sesuatu yang memerlukan pelayanannya, sampai-sampai ia 

ikut mengumpulkan ranting-ranting kayu untuk menyalakan 

api. Kita harus menganggap tidak ada yang rendah bagi kita 

selain dosa, dan jika ada kesempatan, selalu siap sedia untuk 

merendahkan diri dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang 

paling hina demi kebaikan saudara-saudara kita. Penduduk 

pulau itu siap menolong mereka, namun Paulus, dalam keadaan 

basah dan kedinginan, tidak mau berpangku tangan dan mem-

bebankan semuanya ke atas mereka,namun  ikut membantu 

sendiri. Orang-orang yang memperoleh manfaat dari kehangat-

an api itu harus membantu membawa bahan bakar ke sana.  

2. Ranting-ranting kayu itu telah menjadi sampah kering, dan 

rupanya ada seekor ular beludak di dalamnya. Ular itu tetap 

diam seperti sudah mati sampai ia merasakan kehangatan api, 

dan menjadi terbangun. Atau, mungkin tinggal diam sampai 

merasakan jilatan api, dan merasa terganggu, dan langsung 

menyerang Paulus yang kemudian tanpa sadar mengibaskan-

nya ke dalam api, dan terpaut pada tangannya (ay. 3). Ular 

dan makhluk-makhluk berbisa seperti itu umumnya tinggal di 

antara ranting-ranting. Oleh sebab  itu kita membaca me-

ngenai orang yang bertopang dengan tangannya ke dinding dan 

seekor ular memagut dia (Am. 5:19). Itulah sebabnya orang me-

rasa takut untuk mendobrak tembok (Pkh. 10:8), barang siapa 

mendobrak tembok akan dipagut ular. Sebagaimana ular ada di 

bawah rerumputan hijau, sering juga ular tinggal di bawah de-

daunan kering. Lihatlah betapa rentannya kehidupan manusia 

terhadap bahaya. Alangkah banyaknya bahaya yang harus kita 

hadapi dari makhluk-makhluk lain yang lebih rendah, yang 

banyak di antaranya menjadi musuh manusia sejak manusia 

memberontak terhadap Tuhan . Lihatlah juga betapa besarnya 

belas kasihan Tuhan  sehingga kita terpelihara dari binatang-bi-

natang itu. Sering kita berjumpa dengan binatang berbahaya 

yang kita sangka dapat mendatangkan manfaat. Begitu pula 

banyak orang yang disakiti walaupun mereka jujur bekerja 

dan sedang menjalankan tugas.  

3. Orang-orang biadab itu berpikir bahwa sebab  Paulus itu 

seorang tahanan, pastilah ia seorang pembunuh. Juga bahwa 

ia naik banding menghadap pengadilan Kaisar di Roma sebab  

mau melarikan diri dari pengadilan di negerinya sendiri. Dan 

sekarang ular beludak itu dikirim oleh keadilan Tuhan  untuk 

menuntut balas. Seandainya mereka tidak menyadari bahwa ia 

yaitu  seorang tahanan, mungkin mereka tetap mengira dia 

sedang melarikan diri. Dan  saat  mereka melihat binatang ber-

bisa ini terpaut pada tangannya, serta melihat Paulus tidak 

dapat atau tidak mau segera mengibaskannya,namun  mem-

biarkannya beberapa saat tetap tergantung di tangannya, me-

reka menyimpulkan,  Orang ini sudah pasti seorang pembu-

nuh, yang telah menumpahkan darah orang yang tidak ber-

dosa, dan sebab  itu, meskipun ia telah luput dari laut, namun 

pembalasan Tuhan  tetap mengejarnya, dan sekarang ular itu ter-

paut pada tangannya, ia tidak dibiarkan hidup.” Nah, kita 

dapat melihat di sini,  

(1) Beberapa pengungkapan dari terang alamiah. Mereka itu 

yaitu  orang-orang tidak beradab, mereka tidak memiliki 

buku dan juga pernah bersekolah, namun mereka menge-

tahui secara alamiah,  

[1] Bahwa ada Tuhan  yang mengendalikan dunia ini dan ada 

suatu kuasa pemeliharaan yang mengatur semua yang 

terjadi. Bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi secara 

kebetulan, termasuk kejadian sekarang ini,namun  oleh 

pengaturan Tuhan .  

[2] Bahwa kejahatan mengejar orang-orang berdosa. Bahwa 

Tuhan  akan memberi upah atas perbuatan-perbuatan 

baik, dan perbuatan jahat akan dihukum. Ada suatu 

nemesis Tuhan  – pembalasan Tuhan , yang cepat atau lambat 

akan diperhitungkan sebagai pembalasan atas kejahatan-

kejahatan besar. Mereka tidak hanya percaya bahwa 

ada Tuhan ,namun  bahwa Tuhan  ini telah berfirman, pem-

balasan itu yaitu  hakku. Akulah yang akan menuntut 

pembalasan, bahkan sampai pada kematian.  

[3] Bahwa membunuh yaitu  tindakan kejahatan yang 

mengerikan, dan tidak akan dibiarkan lama tanpa dihu-

kum. Bahwa siapa yang menumpahkan darah manusia, 

maka jika darahnya tidak ditumpahkan oleh manusia 

lain (oleh pemerintah, begitulah seharusnya), darahnya 

akan ditumpahkan oleh Hakim langit dan bumi yang 

adil, yaitu Dia yang yaitu  pembalas kejahatan. Orang-

orang yang mengira dapat hidup tanpa dihukum di 

jalan kejahatan mereka akan dihakimi oleh mulut 

orang-orang biadab ini. Walaupun tidak memiliki buku 

mereka akan berkata, Celakalah orang fasik! Malapeta-

ka akan menimpanya, sebab mereka akan diperlakukan 

menurut perbuatannya sendiri. Orang-orang yang mera-

sa aman sebab  berhasil melarikan diri dari berbagai 

penghakiman akan berkata, Kami akan selamat, walau-

pun kami berlaku degil, dan sebab  hati mereka penuh 

dengan niat untuk berbuat jahat sebab  hukuman ter-

hadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, dapat 

belajar dari orang-orang yang tidak terpelajar ini bahwa 

meskipun penjahat itu luput dari pembalasan laut, 

namun tidak akan ia dibiarkan hidup oleh keadilan Tuhan . 

Pada zaman Ayub kita dapat bertanya-tanya kepada 

orang-orang yang lewat di jalan, bertanya kepada orang 

berikutnya yang kita jumpai, dan mereka akan men-

jawab bahwa orang jahat terlindung sampai pada hari 

kebinasaan. 

(2)  Beberapa kesalahan terang alamiah, yang perlu diralat oleh 

pewahyuan Tuhan . Pengetahuan mereka cacat dalam dua hal:  

[1] Bahwa mereka mengira semua orang jahat akan dihu-

kum di dalam kehidupan ini. Bahwa pembalasan Tuhan  

tidak akan pernah membiarkan orang-orang berdosa 

yang telah melakukan dosa besar dan terkenal, seperti 

para pembunuh, untuk berumur panjang. Bahwa jika 

mereka naik dari pelubang akan tertangkap di dalam 

jerat (Yer. 48:43-44), jika seseorang yang lari terhadap 

singa, seekor beruang mendatangi dia (Am. 5:19). Jika 

mereka lepas dari bahaya tenggelam, seekor ular belu-

dak akan memagutnya. Padahal tidak demikian adanya. 

Orang-orang jahat, bahkan para pembunuh, kadang-

kadang tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi ber-

tambah kuat. Sebab pembalasan masih akan terjadi di 

kehidupan yang akan datang, pada hari kemurkaan. 

Meskipun beberapa di antaranya dijadikan contoh da-

lam dunia ini untuk membuktikan bahwa Tuhan  itu ada 

dan ada pengaturan penyelenggaraan. Namun, banyak 

juga yang dibiarkan tanpa dihukum, untuk membuk-

tikan bahwa ada penghakiman yang akan datang.  

[2] Bahwa semua orang yang menderita kemalangan luar 

biasa dalam kehidupan ini yaitu  orang-orang jahat. 

Bahwa jika tangan seseorang itu dililit dan dipagut se-

ekor ular berbisa, maka dia langsung dihakimi sebagai 

seorang pembunuh. Sama seperti orang-orang yang 

mati ditimpa menara dekat Siloam disangka memiliki  

dosa yang lebih besar dibandingkan  kesalahan semua orang 

yang diam di Yerusalem. Kesalahan seperti ini diperbuat 

oleh sahabat-sahabat Ayub  saat  mereka menilai kesu-

sahan yang menimpa Ayub. Namun, pewahyuan Tuhan  

meralat kesalahan ini dalam terang yang sejati, yaitu 

bahwa segala sesuatu sama bagi sekalian, bahwa orang 

benar sering kali mengalami kemalangan dalam kehi-

dupan ini, untuk melatih dan meningkatkan iman dan 

kesabaran mereka.  

4.  saat  Rasul Paulus mengibaskan ular itu dari tangannya, 

orang-orang itu tetap menunggu-nunggu bahwa pembalasan 

Tuhan  akan membenarkan celaan mereka kepadanya. Mereka 

mengira bahwa tidak lama lagi tubuh Paulus akan bengkak 

dan pecah sebab  daya racun yang mematikan, atau bahwa ia 

akan mati rebah se saat  itu juga. Lihatlah betapa mudahnya 

orang membuat penilaian. Begitu mereka memiliki  pen-

dapat yang salah mengenai seseorang, walaupun penilaian me-

reka itu tidak adil, mereka tetap memegang pandangan itu dan 

mengira bahwa Tuhan  perlu menegaskan dan membenarkan 

hukuman mereka yang cepat dan tidak berdasar itu. Untung-

nya mereka tidak lalu merobohkan dia  saat  melihat ia tidak 

menjadi bengkak dan rebah,namun  dengan bijaksana membiar-

kan Tuhan  bekerja dan mengikuti tanda penyelenggaraan-Nya.  

III. Penyelamatan Paulus dari bahaya gigitan ular dan dari pikiran 

orang-orang yang tidak berdasar ini. Ular yang terpaut pada tangan 

Paulus merupakan ujian bagi imannya. Ujian itu menghasilkan 

pujian, kehormatan, dan kemuliaan, sebab,  

1. Tampaknya kejadian itu sama sekali tidak membuat Paulus 

ketakutan atau kebingungan. Ia tidak menjerit atau terkejut, 

atau langsung mengebaskannya dengan rasa ngeri, seperti 

yang biasanya akan kita lakukan. Ia justru membiarkan ular 

itu tergantung cukup lama, sehingga orang-orang yang melihat 

memiliki  cukup waktu untuk memperhatikan hal itu dan 

mengatakan sesuatu. Betapa hebatnya keyakinan pikiran yang 

dimilikinya, betapa tenangnya ia, yang tidak dapat dimiliki 

oleh seseorang dalam keadaan yang mengejutkan seperti itu 

kalau bukan oleh suatu pertolongan kasih karunia Tuhan  yang 

khusus, dan oleh keyakinan dan perhatian penuh terhadap fir-

man Kristus mengenai murid-murid-Nya (Mrk. 16:18), bahwa 

mereka akan memegang ular. Inilah yang dimaksud dengan 

hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan .  

2. Dengan santai Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, 

tanpa kesulitan, tanpa meminta bantuan, atau cara-cara lain 

untuk melepaskannya dari belitan ular itu. Mungkin ular itu 

mati terpanggang di dalam api. Demikianlah, di dalam kekuatan 

kasih karunia Kristus, orang-orang percaya dapat mengibas-

kan godaan-godaan Iblis dengan sebuah tekad kudus, sambil 

berkata seperti Kristus, Enyahlah Iblis, kiranya Tuhan meng-

hardik engkau! Dan dengan demikian mereka menjaga diri me-

reka sendiri, sehingga si jahat tidak dapat menjamah mereka 

(1Yoh. 5:18).  saat  dengan hati nurani yang murni kita me-

rendahkan kecaman dan celaan orang lain dan memandang-

nya dengan rasa tidak suka yang kudus, maka saat itulah kita 

melakukan seperti yang dilakukan oleh Paulus di sini, me-

ngibaskan ular itu ke dalam api. Hal itu tidak akan membaha-

yakan kita, kecuali kita merasa jengkel dengan celaan mereka 

 

atau merasa terhalang dari pelayanan kita, atau terpancing 

untuk membalas caci maki dengan caci maki.  

3. Rasul Paulus bukanlah seburuk yang disangka. Orang-orang 

yang menyangka bahwa hal itu akan mendatangkan kematian-

nya, lama menanti-nanti,namun  mereka melihat bahwa tidak 

ada apa-apa yang terjadi padanya. Dengan ini Tuhan  bermak-

sud menjadikannya luar biasa di antara orang-orang tidak ber-

adab ini, dan dengan demikian membuka jalan untuk pembe-

ritaan Injil di antara mereka. Dilaporkan bahwa sesudah ke-

jadian ini tidak ada lagi makhluk berbisa yang hidup di pulau 

itu, tidak ada lagi, sama seperti keadaan di Irlandia. Namun 

saya tidak menemukan adanya penegasan mengenai kenyataan 

ini, walaupun para penulis dari kalangan gereja tertentu mem-

bicarakan hal itu dengan penuh keyakinan.  

4. Kemudian para penduduk pulau itu meninggikan Paulus, se-

perti halnya mereka sangat menjelek-jelekkan dia sebelumnya. 

Sebaliknya mereka berpendapat bahwa ia yaitu  seorang 

dewa, dewa yang tidak bisa mati. Sebab mereka berpendapat 

mustahil seorang manusia yang dapat mati mampu membiar-

kan seekor ular beludak bergantung begitu lama di tangannya 

dan tidak ada apa-apa yang buruk terjadi pada dirinya. Lihat-

lah ketidakpastian pendapat orang banyak, bagaimana penda-

pat itu dapat berbalik bersama bertiupnya angin, dan betapa 

mudahnya mereka bergerak di antara dua hal yang bertolak 

belakang, dari mempersembahkan korban kepada Paulus dan 

Barnabas dan kemudian melempari mereka dengan batu, dan 

sekarang di sini dari menyatakan dia sebagai seorang pem-

bunuh, dan kemudian menganggapnya sebagai dewa.  

IV. Penyembuhan secara mujizat seorang tua terhormat yang sakit 

demam, serta orang-orang lain yang sakit oleh Rasul Paulus. De-

ngan adanya peneguhan ini terhadap ajaran Kristus ini, maka 

tidak diragukan lagi pekabaran ajaran Kristus menjadi semakin 

bertambah. Amatilah,  

1. Penerimaan yang ramah dari Publius, orang terkemuka di pulau 

itu terhadap orang-orang asing yang sedang mengalami kesu-

karan ini. Ia memiliki tanah yang sangat luas di pulau itu, dan 

sebagian orang menduga ia gubernur. Ia menyambut mereka 

dan menjamu mereka dengan ramahnya selama tiga hari. Sa-

ngat membahagiakan  saat  Tuhan  memberi  hati yang la-

pang kepada orang-orang yang Ia anugerahi dengan harta yang 

banyak. Sangat baik bila ia yang menjadi orang terkemuka di 

pulau itu yaitu  seorang yang paling ramah dan murah hati. 

Selain seorang yang paling kaya, ia juga kaya dalam perbuatan-

perbuatan baik.  

2. Penyakit ayah Publius. Ia terbaring sebab  sakit demam dan 

disentri, yang sering terjadi bersamaan. Umumnya penyakit ini 

sangat mematikan jika terjadi bersamaan seperti itu. Sang 

Pemelihara mengatur sedemikian rupa sehingga ia harus sakit 

pada saat ini, supaya penyembuhannya dapat menjadi semacam 

hadiah untuk membalas kebaikan Publius. Selain itu, penyem-

buhannya melalui mujizat juga menjadi suatu balasan atas ke-

baikannya kepada Paulus, yang telah ia sambut sebagai se-

orang nabi, sehingga ia menerima upah nabi.  

3. Penyembuhannya. Paulus menaruh perhatian atas masalah ini, 

dan walaupun kita tidak menemukan bahwa ia dimintai tolong 

untuk menyembuhkan orang sakit itu, sebab mereka tidak me-

ngira ia bisa, ia bersedia melakukannya. Bukan sebagai seorang 

dokter untuk menyembuhkan dengan obat-obatan, melainkan 

sebagai seorang rasul yang akan menyembuhkannya melalui 

mujizat. Paulus pun berdoa kepada Tuhan , di dalam nama Kristus, 

untuk kesembuhannya, lalu menumpangkan tangan ke atasnya, 

dan dengan segera ayah Publius menjadi sembuh dengan sem-

purna. Walaupun sebenarnya sudah cukup umurnya, namun 

kesehatannya dipulihkan. Perpanjangan umurnya merupakan 

belas kasihan baginya. 

4. Penyembuhan banyak orang lain yang tertarik oleh penyem-

buhan yang dilakukan Paulus ini. Jika ia dapat menyembuh-

kan penyakit dengan begitu mudah, dengan begitu manjur, 

akan cukup banyak orang sakit yang datang kepadanya. Maka 

ia menyambut mereka semua dan menyuruh mereka pulang 

sesuai dengan tujuan mereka datang kepadanya. Ia tidak ber-

dalih bahwa ia yaitu  seorang asing di situ, yang secara tidak 

sengaja terdampar di antara mereka, tidak memiliki kewajiban 

kepada mereka, serta hanya menunggu untuk pergi pada ke-

sempatan pertama, sehingga cukup banyak alasan untuk me-

nolak permintaan mereka. Tidak, sama sekali tidak, seorang 

yang baik akan selalu berusaha berbuat baik di mana pun 



pengaturan penyelenggaraan Tuhan  membawa dia. Paulus 

menganggap dirinya sebagai orang yang berutang. Tidak saja 

kepada orang-orang Yunani,namun  juga kepada orang-orang 

tidak beradab. Ia bersyukur kepada Tuhan  atas kesempatan un-

tuk berbuat baik bagi mereka. Bahkan, secara khusus ia ber-

utang kepada penduduk Malta atas tempat berlindung yang 

layak dan perbekalan yang mereka berikan kepadanya. De-

ngan ini pula ia telah melunasi biaya untuk tempat tinggalnya 

di Malta itu. Hal ini harus dapat mendorong kita untuk memberi 

tumpangan kepada orang asing, sebab dengan berbuat demi-

kian tanpa diketahui kita telah menjamu malaikat-malaikat. 

Tuhan  tidak akan pernah terlambat untuk menunjukkan kebaik-

an kepada umat-Nya yang sedang dalam kesukaran. Kita memi-

liki cukup banyak alasan untuk percaya bahwa dengan semua 

penyembuhan ini, Paulus juga memberitakan Injil kepada me-

reka, dan Injil pun diterima oleh mereka dengan adanya pene-

guhan itu. Jika benar demikian, maka tidak ada orang yang 

begitu dibuat menjadi kaya oleh kecelakaan kapal yang terkan-

das di pantai seperti orang-orang Malta ini.  

V. Ungkapan terima kasih yang disampaikan bahkan oleh orang-

orang biadab ini atas kebaikan Paulus kepada mereka dalam 

memberitakan Kristus kepada mereka. Mereka bersikap sopan ke-

padanya serta kepada pelayan-pelayan Tuhan lain yang menyer-

tainya, yang mungkin turut membantu dia memberitakan firman 

di antara mereka (ay. 10).   

1. Mereka sangat menghormati kami. Mereka menunjukkan se-

mua rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada rombongan 

Paulus. Mereka telah melihat Tuhan  meninggikan orang-orang 

itu, sebab  itu mereka menganggap pantas untuk menghor-

mati orang-orang itu, dan menganggap tidak berlebihan untuk 

menunjukkan rasa hormat kepada mereka. Mungkin mereka 

membiarkan orang-orang itu bebas tinggal di pulau itu dengan 

menjadikan mereka warga pulau itu, dan mengakui mereka 

sebagai saudara mereka. Para pemberita Injil yang setia layak 

mendapat penghormatan dua kali ganda, khususnya  saat  

mereka berhasil dalam jerih payah pelayanan mereka.  

2.  saat  kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu 

yang kami perlukan. Atau dengan perkataan lain mereka me-

muat ke atas kapal segala sesuatu yang kami minta. Paulus 

tidak dapat bekerja dengan tangannya di sini, sebab tidak ada 

yang perlu dikerjakan. Itulah sebabnya ia menerima kebaikan 

dari orang-orang Malta yang baik hati ini, bukan sebagai upah 

atas kesembuhan yang ia lakukan (ia telah menerimanya 

dengan cuma-cuma, sebab  itu ia pun memberi nya dengan 

cuma-cuma), melainkan sebagai pertolongan atas kebutuhan-

nya serta orang-orang yang bersamanya. Lagi pula, sesudah 

menuai hal-hal yang rohaniah, sangat adil jika mereka mem-

balasnya (1Kor. 9:11).  

Paulus di Kota Roma  

(28:11-16)  

11 Tiga bulan kemudian kami berangkat dari situ naik sebuah kapal dari 

Aleksandria yang selama musim dingin berlabuh di pulau itu. Kapal itu 

memakai lambang Dioskuri. 12 Kami singgah di Sirakusa dan tinggal di situ 

tiga hari lamanya. 13 Dari situ kami menyusur pantai, lalu sampai ke Regium. 

Sehari kemudian bertiuplah angin selatan dan pada hari kedua sampailah 

kami di Putioli. 14 Di situ kami berjumpa dengan anggota-anggota jemaat, 

dan atas undangan mereka kami tinggal tujuh hari bersama-sama mereka. 

Sesudah itu kami berangkat ke Roma. 15 Saudara-saudara yang di sana telah 

mendengar tentang hal ihwal kami dan mereka datang menjumpai kami 

sampai ke Forum Apius dan Tres Taberne.  saat  Paulus melihat mereka, ia 

mengucap syukur kepada Tuhan  lalu kuatlah hatinya. 16 Setelah kami tiba di 

Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama 

seorang prajurit yang mengawalnya.  

Di sini kita membaca perihal kelanjutan pelayaran Rasul Paulus me-

nuju Roma serta kedatangannya di sana pada akhirnya. Hingga kini 

ia telah mengalami pelayaran yang ganas dan berbahaya, dan nyaris 

ia kehilangan nyawanya. Namun, sesudah badai datanglah keteduhan. 

Bagian terakhir pelayarannya berlangsung lancar dan tenang.  

Per varios casus, per tot discrimina rerum, Tendimus ad Latium – 

Melalui berbagai bahaya dan peristiwa kami bergerak menuju Latium 

Tendimus ad cœlum. 

Kami menuju sorga. 

– Dabit Deus his quoque finem. 

Untuk semuanya ini, akhirnya akan ditetapkan oleh Sorga. 

Di sini kita membaca,  

I. Perjalanan mereka meninggalkan Malta. Pulau itu telah menjadi 

tempat perlindungan mereka yang menggembirakan, namun ba-

gaimanapun juga itu bukan rumah mereka.  saat  mereka sudah 

disegarkan kembali, mereka harus kembali lagi melaut. Kesukar-

an dan keputusasaan yang kita jumpai dalam kehidupan Kristen 

tidak boleh menghalangi kemajuan kita. Beberapa hal yang perlu 

diperhatikan di sini, 

1. Waktu keberangkatan mereka: tiga bulan kemudian, tiga bulan 

musim dingin. Lebih baik beristirahat, walaupun di tempat 

yang darurat, dibandingkan  terus berjalan sementara musimnya 

berbahaya. Rasul Paulus telah memperingatkan mereka su-

paya jangan berlayar di musim dingin, namun mereka tidak 

mau mendengarkan nasihatnya.namun  sekarang mereka telah 

belajar dari kesulitan dan bahaya yang telah mereka jalani, se-

hingga ia tidak perlu memperingatkan mereka lagi. Mereka 

sudah belajar dengan baik  saat  mereka harus membayar 

harganya. Itulah sebabnya dikatakan bahwa pengalaman ada-

lah majikan bagi orang-orang bodoh, sebab orang-orang bodoh 

tidak akan belajar sampai pengalaman telah mengajar mereka.  

2. Mengenai kapal yang mereka gunakan. Kapal itu berasal dari 

Aleksandria, sama seperti kapal kandas yang mereka tum-

pangi sebelumnya (27:6). Kapal ini telah berlabuh di pulau ini 

selama musim dingin, dan selamat. Lihatlah persoalan berbeda 

yang harus ditanggung manusia di dunia ini. Di sini ada dua 

kapal, keduanya berasal dari Aleksandria, keduanya dalam 

perjalanan menuju Italia, keduanya sampai ke pulau yang 

sama,namun  yang satu mengalami pecah kapal dan yang satu 

lagi selamat. Kejadian-kejadian semacam itu sering kita lihat. 

Kadang-kadang Sang Pemelihara lebih memberkati orang-

orang yang berdagang di dunia ini dan membuat mereka ber-

hasil, supaya orang didorong untuk bekerja menangani urusan-

urusan duniawi. Pada lain waktu, Sang Pemelihara menentang 

mereka, supaya orang diperingatkan untuk tidak memberi  

hati mereka pada dunia ini. Dengan demikian terjadi peristiwa-

peristiwa yang berbeda-beda, supaya kita dapat belajar bagai-

mana hidup dalam kekurangan dan kelimpahan. Sang penulis 

peristiwa ini memberi  perhatian pada lambang kapal itu, 

yang mungkin menjadi namanya, yaitu Dioskuri (KJV: Castor 

dan Pollux – pen.). Dewa-dewa kecil dan bodoh dari para 

penyembah berhala, yang oleh beberapa penyair digambarkan 

sebagai dewa yang mengatasi badai dan melindungi para 

pelaut, keduanya dianggap sebagai dewa-dewa laut. Gambar 

dewa-dewa itu dilukis atau diukir di atas bagian haluan kapal, 

dan dari situlah kapal itu diberi nama. Saya menduga bahwa 

hal ini disebut di sini sebagai alasan untuk menegaskan kebe-

naran kisah itu bahwa kapal ini  dikenal dengan nama 

dan lambang itu oleh semua orang yang berurusan antara 

Mesir dan Italia. Dr. Lightfoot (seorang ahli theologi Inggris 

abad ketujuh belas) berpendapat bahwa Lukas menyebut-nye-

but hal ini untuk menunjukkan sifat manusia yang masih 

percaya kepada takhayul, bahwa mereka berharap akan dapat 

berlayar dengan lebih aman di bawah lambang ini dibanding-

kan  saat  tidak memakainya sebelumnya.  

 II. Pendaratan mereka di Italia atau di sekitarnya serta perjalanan 

lanjutan menuju Roma. 

1. Pertama mereka singgah di Sirakusa yang menjadi ibu kota 

Pulau Sisilia. Di situ mereka tinggal tiga hari lamanya. Mung-

kin mereka membongkar sejumlah muatan di situ atau mem-

beli barang dagangan. Sebab tampaknya kapal ini memang di-

buat untuk melakukan pelayaran dagang. Sekarang rasa ingin 

tahu Paulus dipuaskan  saat  ia bisa melihat tempat-tempat 

yang sering ia dengar dan ingin ia kunjungi, khususnya Sira-

kusa, sebuah kota kuno yang terkenal. Namun, tampaknya 

belum ada orang Kristen di sana.  

2. Dari Sirakusa mereka berlayar ke Regium, sebuah kota di da-

ratan Italia, yang berseberangan langsung dengan Messina di 

Pulau Sisilia, yang menjadi wilayah kerajaan Calabria atau 

Napels. Tampaknya mereka tinggal di kota itu selama satu 

hari. Sebuah legenda sangat resmi dari sebuah gereja menga-

takan bahwa  saat  Rasul Paulus berkhotbah di sini, ikan-

ikan berdatangan ke tepi pantai untuk mendengarkan dia, dan 

dengan sebatang lilin ia membakar sebuah tiang batu. Dengan 

mujizat itu ia meyakinkan banyak orang mengenai kebenaran 

pengajarannya. Dikatakan bahwa banyak orang dibaptis, lalu 

ia menunjuk Stefanus, salah seorang rekan seperjalanannya 

untuk menjadi uskup mereka. Menurut kisah itu, semua ini 

berlangsung dalam satu hari ini. Padahal kelihatannya mereka 

tidak mendarat di situ,namun  hanya menurunkan jangkar di 

perjalanan.  

3. Dari Regium mereka sampai di Putioli, sebuah kota pelabuhan 

yang tidak jauh dari Napels, yang sekarang dinamakan Pozzo-

lana. Tampaknya kota ini menjadi pelabuhan tujuan bagi Ka-

pal Aleksandria ini. Itulah sebabnya Paulus dan orang-orang 

lainnya yang bertujuan ke kota Roma harus turun di sini, dan 

kemudian melanjutkan perjalanan mereka melalui darat 

menuju Roma. Di Putioli mereka berjumpa dengan anggota-

anggota jemaat Kristen setempat. Tidak dijelaskan di sini siapa 

yang membawa berita Injil kepada mereka. Namun, di sini kita 

dapat melihat betapa indahnya kuasa Injil yang menyebar 

dengan sendirinya. Tuhan  memiliki banyak orang yang melayani 

dan menyembah Dia di tempat-tempat yang tidak kita duga. 

Amatilah,  

(1) Walaupun mungkin hanya sedikit saudara-saudara seiman 

di Putioli, namun Rasul Paulus mengenal mereka. Mungkin 

mereka pernah mendengar tentang dia, atau Rasul Paulus 

yang pergi mencari mereka.namun , seolah-olah sebab  na-

luri mereka dapat bersekutu bersama-sama. Saudara-sau-

dara di dalam Kristus harus saling mencari, dan saling men-

jalin persekutuan bersama, seperti yang biasa dilakukan 

oleh orang-orang yang berasal dari negeri yang sama di 

negeri asing.  

(2) Mereka ingin supaya Paulus dan rombongannya tinggal 

bersama-sama mereka tujuh hari lamanya, setidaknya da-

pat mengalami satu hari Tuhan bersama mereka, sehingga 

dapat membantu mereka dalam kebaktian umum pada hari 

itu. Mereka tidak pernah tahu apakah mereka akan melihat 

Rasul Paulus lagi di Putioli. Itulah sebabnya Rasul Paulus 

tidak boleh pergi sebelum ia menyampaikan satu atau dua 

khotbah, bahkan kalau mungkin lebih banyak lagi. Paulus 

bersedia memberi waktunya sebanyak-banyaknya, dan per-

wira Roma yang mengawalnya juga setuju untuk tinggal se-

lama satu minggu di sana untuk membantu Paulus. Mung-

kin juga sang perwira itu sendiri memiliki  urusan dan 

sahabat-sahabat di sana.  

4. Dari Putioli mereka berangkat menuju Roma. Tidak jelas apa-

kah mereka berjalan kaki atau menggunakan binatang tung-

gang (seperti yang terjadi di dalam pasal 23:24). Namun ke Ro-

malah mereka harus pergi, dan inilah persinggahan terakhir 

mereka.  

III. Pertemuan yang diadakan anggota jemaat Roma dengan Rasul 

Paulus. Kemungkinan orang-orang Kristen di Putioli telah mengi-

rim pesan kepada jemaat di Roma segera setelah Paulus sampai di 

Putioli dan berapa lama ia akan tinggal di situ, dan kapan ia akan 

melanjutkan perjalanan ke Roma, sehingga jemaat di Roma bisa 

mempersiapkan pertemuan ini dengan Paulus. Amatilah, 

1. Penghormatan besar yang mereka berikan kepada Paulus. Me-

reka telah banyak mendengar mengenai kemasyhurannya, ba-

gaimana Tuhan  telah memakainya, pelayanan seperti apa yang 

telah ia lakukan bagi kerajaan Kristus di dunia ini, serta be-

rapa banyak jiwa yang telah mengangkat dia sebagai bapa 

rohani mereka. Mereka juga telah mendengar tentang semua 

penderitaannya, dan bagaimana Tuhan  telah membelanya di 

dalam semua itu. Itulah sebabnya mereka tidak saja ingin me-

lihat dia,namun  juga merasa wajib menunjukkan rasa hormat 

sebesar-besarnya kepadanya, sebagai pembela perkara Kristus 

yang jaya. Beberapa waktu sebelum itu, ia sudah menulis se-

buah surat penggembalaan yang panjang kepada mereka, se-

buah surat yang luar biasa, yaitu Surat Paulus kepada jemaat 

di Roma. Di dalam surat itu ia tidak saja telah mengungkap-

kan kebaikannya yang besar kepada mereka,namun  juga telah 

memberi  sangat banyak nasihat yang berguna. Sebagai 

balasan, mereka ingin menunjukkan rasa hormat ini. Mereka 

datang menjumpai dia, supaya mereka dapat membawanya da-

lam kebesaran, seperti seorang duta besar dan hakim yang 

tampil di hadapan umum, meskipun ia yaitu  seorang tahanan. 

Beberapa orang datang menjemputnya sampai sejauh Forum 

Apius, yang berjarak sekitar delapan puluh dua kilometer dari 

kota Roma. Ada juga rombongan lain yang sampai di suatu 

tempat bernama Tres Taberne yang berjarak sekitar empat 

puluh kilometer (beberapa orang mengatakan sekitar lima pu-

luh tiga kilometer) dari Roma. Walaupun ia seorang tahanan, 

mereka sangat menghormatinya, dan sama sekali tidak merasa 

malu atau takut mengakuinya. Untuk alasan yang sama itulah 

mereka menganggap dia layak memperoleh kehormatan dua 

kali lipat, dan mereka semakin menunjukkan rasa hormat ke-

pada dia.   

2. Penghiburan besar yang diterima Paulus dalam perjumpaan 

ini. Nah,  saat  ia semakin dekat jaraknya dengan kota Roma, 

dan mungkin sebab  ia juga telah mendengar di Putioli bagai-

mana watak Kaisar Nero itu, serta betapa kejamnya ia bela-

kangan ini, ia mulai merasa ngeri memikirkan tujuannya un-

tuk naik banding kepada Kaisar, dan akibat yang mungkin 

timbul dari naik banding itu. Sekarang ia sedang mendekati 

Roma, suatu tempat yang belum pernah ia kunjungi, di mana 

hanya sedikit orang mengenal dia atau yang ia kenal, dan ia 

tidak dapat membayangkan apa saja yang dapat menimpanya 

di sana. Memikirkan semua itu membuatnya menjadi murung, 

sampai ia berjumpa dengan orang-orang baik yang sengaja 

datang dari Roma untuk menunjukkan rasa hormat kepada-

nya. Dan  saat  Paulus melihat mereka,  

(1) Paulus mengucap syukur kepada Tuhan . Kita dapat meng-

anggap ia mengucap syukur atas keramahan mereka, dan 

berulang-ulang mengatakan bahwa ia sangat berterima 

kasih kepada mereka. Namun, itu masih belum semuanya, 

ia mengucap syukur kepada Tuhan . Perhatikanlah, jika saha-

bat-sahabat kita bersikap baik kepada kita, itu sebab  

Tuhan -lah yang membuat mereka bersikap seperti itu. Ia 

menaruh sikap itu di dalam hati mereka, dan kemudian di 

dalam kuasa perbuatan mereka untuk mewujudkannya, 

sehingga kita harus memberi  kemuliaan kepada-Nya. 

Tidak diragukan bahwa ia mengucap syukur kepada Tuhan  

untuk keramahan dan kemurahan hati orang-orang biadab 

di Pulau Malta itu, dan terlebih lagi untuk perhatian penuh 

kesalehan hati dari jemaat Kristen di Roma kepadanya. 

 saat  ia melihat begitu banyak orang Kristen yang ada di 

Roma, ia mengucap syukur kepada Tuhan  bahwa Injil Kris-

tus telah berhasil tumbuh dengan subur di kota metropolitan 

kekaisaran itu. jika  kita pergi ke luar negeri untuk se-

kadar melihat-lihat di sana, atau bahkan berkeliling dunia, 

dan kemudian di tempat-tempat asing itu berjumpa dengan 

orang-orang yang menjunjung tinggi nama Kristus, takut 

kepada Tuhan , serta melayani-Nya, sudah sepantasnya kita 

mengangkat hati kita ke sorga dalam pengucapan syukur, 

memuji Tuhan  bahwa ada begitu banyak orang-orang istimewa 

di bumi ini, sekalipun begitu jahat adanya bumi ini. Bah-

kan Paulus mengucap syukur kepada Tuhan  untuk orang-

orang Kristen di Roma sebelum ia pernah melihat mereka, 

saat mendengar laporan mengenai mereka (Rm. 1:8), aku 

mengucap syukur kepada Tuhan ku atas kamu sekalian. Te-

tapi sekarang, setelah ia melihat mereka (dan mungkin me-

reka tampil lebih rapi dan lebih sopan dari pada orang-

orang yang selama ini pernah bercakap-cakap dengannya, 

atau lebih tenang, bersungguh-sungguh, dan cerdas dari 

pada kebanyakan orang), ia mengucap syukur kepada 

Tuhan . Namun ini masih belum semuanya,  

(2) Ia dikuatkan. Kebaikan mereka memberi  hidup yang 

baru kepadanya, jiwanya digembirakan, semua kemurung-

annya lenyap, dan sekarang ia dapat masuk ke kota Roma 

sebagai seorang tahanan dengan rasa gembira sama seperti 

 saat  ia memasuki Yerusalem dalam kebebasan. Di sana 

ia menemukan orang-orang yang mengasihi dan menghar-

gainya, dan orang-orang yang dapat bercakap-cakap dan 

bertukar pikiran sebagai sahabat-sahabatnya, yang akan 

mengangkat banyak rasa bosan dari hukuman penjaranya 

serta kengerian yang muncul di hadapan Nero. Perhati-

kanlah, merupakan suatu kekuatan bagi orang-orang yang 

berjalan menuju sorga  saat  berjumpa dengan sesama 

yang menempuh perjalanan yang sama, yaitu mereka yang 

menjadi sekutu mereka di dalam kerajaan dan ketekunan 

menantikan Yesus Kristus.  saat  kita melihat kumpulan 

besar orang-orang Kristen yang baik dan bersungguh-sung-

guh, tidak saja kita harus mengucap syukur kepada Tuhan , 

tetapi harus menguatkan hati kita juga. Hal ini menjadi 

alasan yang baik mengapa rasa hormat harus ditunjukkan 

kepada pelayan-pelayan Tuhan yang baik, khususnya ke-

tika mereka sedang ada dalam penderitaan dan kehinaan 

yang ditimpakan ke atas mereka, supaya mereka dapat di-

kuatkan hatinya serta penderitaan dan pelayanan mereka 

menjadi lebih ringan. Sampai sekarang dapat diamati bahwa 

meskipun orang-orang Kristen di Roma ini sekarang begitu 

menghormati Paulus, dan ia sendiri sangat dikuatkan de-

ngan rasa hormat mereka, namun mereka juga meninggal-

kan dia  saat  ia sangat membutuhkan mereka, sebab ia 

berkata (2Tim. 4:16), Pada pembelaanku yang pertama 

tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya mening-

galkan aku. Dengan mudah mereka sanggup menempuh 

perjalanan sampai enam puluh lima kilometer atau delapan 

puluh kilometer untuk pergi menjumpai Paulus. Namun 

untuk menghadapi bahaya kemarahan Kaisar dan penolakan 

orang-orang besar lainnya, dengan cara tampil membela 

Paulus dan memberi  bukti dukungan baginya, mereka 

lebih memilih minta maaf untuk melakukan hal itu.  saat  

dihadapkan dengan masalah ini, mereka lebih suka pergi 

sejauh mungkin untuk tidak berjumpa dengannya seperti 

yang pernah mereka lakukan untuk berjumpa dengannya. 

Hal ini menunjukkan kepada kita supaya jangan mengan-

dalkan manusia, dan untuk menguatkan hati kita sendiri 

di dalam Tuhan, Tuhan  kita. Kekuatan yang kita peroleh 

dari janji-janji-Nya tidak pernah mengecewakan kita, dan 

kita akan dipermalukan jika kita mencari kekuatan dari 

pujian-pujian manusia. Sebaliknya, Tuhan  yaitu  benar dan 

semua manusia pembohong.  

IV. Paulus diserahkan kepada kepala pengawal rumah tahanan di 

Roma (ay. 16). Sekarang Paulus sudah sampai pada akhir per-

jalanannya. Dan, 

1. Ia masih tetap sebagai seorang tahanan yang terbelenggu. Ia 

rindu melihat Roma, namun  saat  datang di sana, ia dan ta-

hanan-tahanan lainnya diserahkan kepada kepala pengawal, 

dan tidak dapat melihat kota Roma lagi kecuali mendapat izin 

darinya. Banyak orang hebat sudah memasuki kota Roma, di-

mahkotai dalam kejayaan, namun mereka menjadi wabah pe-

nyakit bagi angkatan mereka! Namun di sini, seorang yang 

baik masuk ke kota Roma dalam keadaan dirantai dan bersu-

kacita sebagai seorang tahanan yang malang, namun ia benar-

benar menjadi berkat besar bagi angkatannya. Pemikiran se-

perti ini cukup untuk membuat orang keluar dari kecongkakan 

dunia ini sampai selama-lamanya. 

2. Namun ia diperlakukan dengan baik. Ia yaitu  seorang tahanan, 

namun bukan tahanan kurungan. Ia tidak ditahan di dalam 

penjara umum. Paulus diperbolehkan tinggal sendiri, di dalam 

sebuah rumah pribadi yang nyaman yang disediakan oleh sa-

habat-sahabatnya. Seorang prajurit ditempatkan di sana un-

tuk mengawalnya. Kita berharap prajurit ini dapat bersikap 

sopan kepadanya dan membiarkan ia tetap bebas sampai ba-

tas yang diperbolehkan bagi seorang tahanan. Bila si prajurit 

ini sampai bersikap jahat kepada orang yang sedemikian so-

pan dan penurut seperti Paulus ini, maka sungguh keterlaluan 

orangnya. Paulus yang sekarang diperbolehkan tinggal sendiri, 

dapat lebih menikmati dirinya sendiri bersama sahabat-sahabat 

dan Tuhan nya, dibandingkan jika ia tinggal bersama para ta-

hanan lainnya. Perhatikanlah, hal seperti ini dapat menguatkan 

hati orang-orang yang terbelenggu sebab  Tuhan , bahwa Ia 

sanggup memberi rahmatnya kepada mereka melalui pihak 

orang-orang yang menawan mereka (Mzm. 106:46), sama se-

perti Yusuf yang dibuat menjadi kesayangan kepala penjara 

(Kej. 39:21), dan begitu juga dengan Yoyakhin yang mendapat 

belas kasihan dari raja Babel (2Raj. 25:27-28).  saat  Tuhan  

masih belum melepaskan umat-Nya dari perbudakan, Ia akan 

membuat beban mereka menjadi ringan, atau membuat me-

reka merasa nyaman di bawah beban itu, sehingga ada alasan 

bagi mereka untuk mengucap syukur.  

Paulus di Kota Roma  

(28:17-22) 

17 Tiga hari kemudian Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa 

Yahudi dan setelah mereka berkumpul, Paulus berkata: "Saudara-saudara, 

meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap 

adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan di-

serahkan kepada orang-orang Roma. 18 Setelah aku diperiksa, mereka ber-

maksud melepaskan aku, sebab  tidak ada suatu kesalahanpun padaku 

yang setimpal dengan hukuman mati. 19 namun   orang-orang Yahudi me-

nentangnya dan sebab  itu terpaksalah aku naik banding kepada Kaisar, 

tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku. 20 Itulah sebab-

nya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu, 

sebab justru sebab  pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.” 

21 namun   mereka berkata kepadanya:  Kami tidak menerima surat-surat 

dari Yudea tentang engkau dan juga tidak seorangpun dari saudara-saudara 

kita datang memberitakan apa-apa yang jahat mengenai engkau. 22namun  

kami ingin mendengar dari engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang 

mazhab ini kami tahu, bahwa di mana-manapun ia mendapat perlawanan.”

Melalui banyak pengorbanan dan bahaya Paulus dibawa ke Roma 

sebagai seorang tahanan.  saat  ia datang, tampaknya tidak ada se-

orang pun yang menuntut dia atau mengatakan sesuatu yang dapat 

mendakwa dia.namun  ia harus memberitahukan perkaranya sendiri. 

Dan di sinilah ia menjelaskan kepada orang-orang terkemuka bangsa 

Yahudi di kota Roma. Belum lama sebelumnya, melalui maklumat 

Kaisar Klaudius, semua bangsa Yahudi diusir keluar dari kota Roma, 

dan tetap tinggal di luar sampai kematiannya. Namun, dalam lima ta-

hun setelah kematiannya, banyak orang Yahudi datang ke sana un-

tuk berdagang, walaupun tampaknya mereka tidak diperbolehkan 

membangun rumah ibadat atau tempat kebaktian umum di sana. 

Namun, orang-orang Yahudi yang terkemuka itu yaitu  orang-orang 

yang terpandang di antara mereka, orang-orang yang sangat terhor-

mat di dalam agama itu, yang memiliki banyak harta dan kepenting-

an terbaik. Paulus mengumpulkan mereka bersama-sama, sebab  ia 

ingin mengetahui pendapat mereka dan supaya ada pengertian yang 

baik antara dia dan mereka. Di sini kita diberitahukan,  

I. Apa yang dikatakan Paulus kepada mereka serta penjelasan se-

perti apa yang ia sampaikan kepada mereka. Ia berbicara dengan 

sangat hormat kepada mereka, dan menyapa mereka dengan se-

butan saudara-saudara. Hal ini menunjukkan bahwa ia berharap 

dapat diperlakukan sebagai saudara mereka, dan berjanji untuk 

memperlakukan mereka seperti itu dengan hanya memberitahu-

kan kebenaran kepada mereka. sebab  kita yaitu  sesama ang-

gota, semua kita bersaudara. Nah,  

1. Ia mengakui keadaannya yang tidak bersalah, dan bahwa ia 

tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap bangsa Yahudi 

seperti yang umumnya mereka lakukan:  Aku tidak berbuat 

kesalahan apa pun terhadap bangsa Yahudi, tidak melakukan 

apa-apa yang merugikan agama mereka atau kebebasan me-

reka, atau menambahkan suatu kesusahan lagi di atas kesu-

karan mereka sekarang. Mereka tahu aku tidak melakukan 

semuanya itu. Aku juga tidak melakukan kesalahan terhadap 

adat istiadat nenek moyang kita, baik dengan cara membatal-

kan maupun memasukkan paham-paham baru ke dalam aga-

ma mereka.” Benar bahwa Paulus tidak membebankan adat 

istiadat nenek moyang mereka kepada bangsa-bangsa lain. 

Memang adat istiadat itu tidak dimaksudkan untuk mereka. 

Sama benar juga bahwa ia tidak pernah menentang adat 

istiadat itu di tengah-tengah orang-orang Yahudi,namun  sung-

guh-sungguh mengikutinya  saat  ia bersama-sama mereka. Ia 

tidak pernah bertengkar dengan orang-orang Yahudi mengenai 

penggunaan adat istiadat itu dalam agama mereka, selain me-

ngenai kebencian mereka terhadap bangsa-bangsa lain (Gal. 

2:12). Hati nuraninya sendiri dapat bersaksi terhadap dirinya 

bahwa ia telah melaksanakan kewajibannya bagi bangsa Yahudi.  

2. Dengan rendah hati Paulus mengeluhkan perlakuan keras 

bangsa Yahudi terhadap dirinya, yaitu bahwa walaupun ia 

tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap mereka, tetap 

saja ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Yeru-

salem dan diserahkan kepada orang-orang Roma. Seandainya 

ia mengatakan seluruh kebenaran dari masalah ini, kejahatan-

kejahatan orang Yahudi yang dilakukan kepadanya akan tam-

pak lebih buruk lagi, sebab jika ia tidak dilindungi oleh orang-

orang Roma, mereka telah membunuhnya tanpa mengindah-

kan hukum dan keadilan. Namun, bagaimanapun juga mereka 

telah mendakwanya sebagai seorang penjahat dihadapan 

Feliks yang menjadi wali negeri  saat  itu, dan menuntut peng-

adilan atas dirinya. Dan sebagai akibatnya, dia diserahkan se-

bagai tahanan ke tangan orang-orang Roma, sementara ia 

menginginkan suatu pengadilan yang adil dan tidak memihak 

menurut hukum mereka sendiri.  

3. Paulus menjelaskan pengadilan yang dilakukan oleh para wali 

negeri atas dirinya (ay. 18). Mereka telah memeriksanya, menye-

lidiki perkaranya, mendengarkan perkataan-perkataan orang-

orang yang melawan dia, dan apa yang ia sampaikan sebagai 

pembelaan bagi dirinya sendiri. Kepala pasukan telah meme-

riksanya, begitu juga Feliks, Festus, dan Agripa. Mereka se-

mua tidak dapat menemukan kesalahan yang patut dihukum 

mati didalam dirinya. Tidak ada yang ditemukan selain bahwa 

ia yaitu  seorang yang jujur, tenang, bersih hati nuraninya, 

orang baik-baik. Itulah sebabnya para penguasa itu tidak per-

nah memuaskan hati orang-orang Yahudi dengan menjatuh-

kan hukuman mati ke atas dirinya, sebaliknya mereka ingin 

melepaskan dia, membiarkan dia kembali meneruskan peker-

jaannya. Mereka tidak menyela pembelaannya, sebab mereka 

semua mendengarkan dia dan cukup menyukai pengajaran-

nya. Menjadi kehormatan bagi Paulus jika orang-orang yang 

telah memeriksanya dengan teliti justru ingin membebaskan 

dia, dan tidak terdengar seorang pun yang ingin menghukum 

dia, dan juga tidak ada yang berprasangka buruk kepadanya.  

4. Paulus memberi  alasan perlunya ia pergi dan membawa 

perkaranya ke Roma. Kepergiannya hanyalah untuk kepen-

tingan pembelaannya, dan tidak untuk balas menuduh atau 

menunjukkan bukti untuk menentang para pendakwanya (ay. 

19): namun   orang-orang Yahudi menentangnya, dan meng-

ajukan keberatan terhadap pembebasannya. Mereka merenca-

nakan jika para pembesar itu tidak mau menghukum mati 

Paulus, mereka meminta supaya setidaknya ia dihukum pen-

jara seumur hidup. sebab  itulah ia terpaksa naik banding ke-

pada Kaisar. Melihat para wali negeri itu satu demi satu tam-

pak ketakutan terhadap orang-orang Yahudi dan tidak dapat 

membebaskannya, sebab  takut membuat dia menjadi musuh 

mereka, Rasul Paulus merasa perlu untuk berdoa supaya 

mendapat bantuan dari para penguasa yang lebih tinggi. Se-

mua inilah yang ia maksudkan dalam upaya naik banding ini. 

Tidak untuk mendakwa bangsanya,namun  untuk membersih-

kan dirinya dari semua tuduhan. Setiap orang memiliki hak 

untuk memberi  alasan untuk pembelaannya, bila ia tidak 

melakukan kesalahan apa pun terhadap sesamanya. Sungguh 

sangat tidak adil untuk mendakwa, khususnya mendakwa 

suatu bangsa, apalagi bangsa seperti itu. Paulus justru mem-

bela mereka, dan tidak pernah memusuhi mereka. Pemerintah 

Roma pada saat itu memiliki pandangan yang buruk terhadap 

bangsa Yahudi. Mereka menganggap bangsa ini sebagai bang-

sa yang suka bertengkar, pengacau, suka membangkang, dan 

berbahaya. Sangat mudah bagi orang yang begitu fasih lidah 

seperti Paulus, yang juga yaitu  warga negara Roma, dan yang 

telah diperlakukan dengan tidak adil, untuk menghasut kaisar 

melawan bangsa Yahudi. Namun Paulus tidak akan pernah 

melakukan hal seperti itu. Ia selalu berpikiran yang baik-baik 

terhadap semua orang, dan tidak menganggap orang lain jelek.  

5. Paulus memandang penderitaannya di atas dasar yang benar 

dan memberi  alasan kepada orang-orang Yahudi yang ada 

di Roma supaya mereka tidak saja jangan bergabung dengan 

pendakwa-pendakwa yang menentang dirinya,namun  supaya 

mereka memperhatikan dia dan melakukan sesuatu yang da-

pat mereka lakukan atas namanya (ay. 20).  Itulah sebabnya 

aku meminta, tidak untuk berbantah-bantah dengan kamu, 

sebab aku tidak memiliki niat sedikit pun untuk menghasut 

pemerintah melawan kamu,namun  supaya aku melihat kamu 

dan berbicara dengan kamu sebagai saudara sebangsaku dan 

orang-orang yang dapat sepaham dengan aku, sebab justru 

sebab  pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.” 

Ia membawa tanda sebagai orang tahanan bersamanya, dan 

mungkin  saat  itu ia terikat dengan rantai pada seorang pra-

jurit yang mengawalnya. Hal itu terjadi,  

(1) sebab  dia memberitakan bahwa Sang Mesias sudah da-

tang, yaitu Dia yang menjadi pengharapan Israel.  Bukankah 

semua orang Yahudi setuju mengenai hal ini, bahwa Sang 

Mesias akan menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel? Itu-

lah sebabnya mengapa Dia sangat diharap-harapkan, dan 

Sang Mesias inilah yang aku beritakan, serta aku buktikan 

bahwa Ia sudah datang. Mereka yang memelihara harapan 

bahwa Mesias masih akan datang akan menanti dengan 

sia-sia. Aku memberitakan suatu pengharapan di dalam 

Mesias yang sudah datang, yang akan membawa sukacita 

di dalam dia.”  

(2) sebab  dia memberitakan bahwa kebangkitan orang mati 

akan terjadi. Hal ini juga menjadi pengharapan orang 

Israel. Begitulah yang telah disebutnya (23:6; 24:15; 26:6-7). 

 Mereka membuat kamu masih menantikan Mesias yang 

akan membebaskan kamu dari kuk bangsa Roma, dan 

membuat kamu menjadi bangsa yang besar dan makmur di 

atas muka bumi ini. Inilah yang memenuhi benak mereka. 

Mereka menjadi marah kepadaku sebab  aku mengarah-

kan pengharapan mereka kepada hal-hal besar dari dunia 

yang lain, dan meyakinkan mereka untuk menerima Mesias 

yang akan menjamin hal itu bagi mereka, dan bukan pada 

kuasa dan kebesaran yang bersifat lahiriah. Aku ini hendak 

membawa kamu menuju kebahagiaan rohani dan kekal 

yang dengan iman dirindukan oleh nenek moyang kita, te-

tapi justru sebab  inilah mereka membenci aku. Yakni, 

sebab aku ingin membawa kamu keluar dari hal-hal yang 

menipu bangsa Israel, yang akan mendatangkan hal-hal 

yang memalukan dan membawa kehancuran, yaitu gagasan 

tentang Mesias yang bersifat duniawi yang hanya semen-

tara saja sifatnya. Padahal aku hendak menuntun kalian 

kepada pengharapan Israel yang benar dan sejati, serta ke-

pada pengertian sejati dari semua janji yang dibuat Tuhan  

kepada nenek moyang kita, yaitu sebuah kerajaan yang ku-

dus dan rohaniah dan kasih yang dibangun di dalam hati 

manusia. Hal ini yaitu  jaminan dan persiapan untuk mem-

peroleh kebangkitan dari kematian yang penuh sukacita dan 

untuk memperoleh hidup di dunia yang akan datang.” 

II. Apa jawaban mereka. Mereka mengakui, 

1. Bahwa tidak ada yang dapat mereka sampaikan untuk menu-

duh dia. Mereka juga tidak menerima perintah-perintah untuk 

tampil sebagai pendakwa di hadapan kaisar, baik secara ter-

tulis melalui surat maupun secara lisan (ay. 21), Kami tidak 

menerima surat-surat dari Yudea tentang engkau (tidak mene-

rima perintah untuk menuntut engkau), dan juga tidak se-

orang pun dari saudara-saudara kita bangsa Yahudi yang 

baru-baru ini datang ke Roma (dalam berbagai kesempatan se-

karang orang-orang Yahudi dapat datang ke sana sejak negeri 

mereka menjadi sebuah provinsi dari kekaisaran itu) untuk 

menunjukkan atau memberitakan apa-apa yang jahat mengenai 

engkau.” Sangat aneh jika amarah orang-orang Yahudi yang 

meresahkan dan sudah berurat berakar di dalam diri mereka, 

yang selalu mengikuti Paulus ke mana pun ia pergi, tidak 

mengikutinya sampai ke Roma, untuk membuat dia dihukum 

di sana. Beberapa orang berpendapat bahwa orang-orang Ya-

hudi ini berdusta di sini. Sebenarnya mereka sudah menerima 

perintah untuk menuntut dia,namun  mereka tidak berani 

mengakuinya, sebab mereka sendiri sangat tidak disukai oleh 

kaisar, walaupun kaisar yang sekarang belum pernah meng-

usir mereka keluar dari Roma seperti yang dilakukan oleh kaisar 

sebelumnya,namun  ia tidak pernah mendukung keberadaan 

mereka di sana. Namun, saya lebih condong untuk berpen-

dapat bahwa apa yang mereka katakan itu benar, dan seka-

rang Paulus telah mencapai maksudnya dalam upayanya naik 

banding kepada kaisar, yaitu untuk membawa perkaranya ke 

pengadilan yang tidak dapat mereka ikuti. Cara seperti ini juga 

yang dilakukan Daud demi keamanan dirinya (1Sam. 27:1), 

Jadi tidak ada harapan yang lebih baik selain meluputkan diri 

dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan 

bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan 

aku akan terluput dari tangannya. Dan terbukti Daud memang 

selamat (1Sam. 27:4), setelah diberitahukan kepada Saul, bahwa 

Daud telah melarikan diri ke Gat, ia tidak lagi mencarinya. Demi-

kian jugalah yang dilakukan oleh Paulus dengan upaya naik 

bandingnya, ia melarikan diri ke Roma, di mana ia berada di luar 

jangkauan mereka. Lalu mereka berkata,  Biarkan dia pergi.”  

2. Bahwa orang-orang Yahudi itu secara khusus ingin mengeta-

hui pengajaran yang ia beritakan dan agama yang ia sebarkan 

dengan menanggung begitu banyak pengorbanan dan penderi-

taan akibat banyak perlawanan (ay. 22),  Kami ingin mende-

ngar dari engkau – ha phroneis, apa pendapat atau perasaan-

mu, apa saja hal-hal yang sangat engkau ketahui, yang begitu 

engkau gemari, dan engkau beritakan dengan penuh semangat 

itu. Sebab walaupun kami tidak banyak mengetahui tentang 

Kekristenan,namun  kami tahu itu yaitu  suatu mazhab yang di 

mana-mana pun mendapat perlawanan.” Orang-orang yang 

mengucapkan kata-kata penuh penghinaan dan kebencian ter-

hadap agama Kristen itu yaitu  orang-orang Yahudi, orang-

orang terkemuka bangsa Yahudi di Roma, yang bermegah atas 

pengetahuan mereka (Rm. 2:17). Namun, hanya itulah yang 

mereka ketahui mengenai agama Kristen, yaitu sebuah maz-

hab yang di mana-mana pun mendapat perlawanan. Mereka 

menggolongkannya dalam kelompok yang buruk, dan kemu-

dian mereka kecam dengan tajam.  

(1) Mereka memandangnya sebagai sebuah mazhab, dan pan-

dangan ini keliru. Kekristenan yang benar menegakkan apa 

yang menjadi perhatian bersama bagi seluruh umat manu-

sia, dan tidak dibangun di atas pandangan-pandangan dan 

berbagai kepentingan pribadi yang sempit seperti yang ter-

jadi pada mazhab-mazhab pada umumnya. Kekristenan 

tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan atau 

manfaat duniawi seperti yang dilakukan oleh banyak maz-

hab. Semua keuntungan yang mereka capai bersifat roha-

niah dan kekal. Di samping itu, Kekristenan memiliki ke-

cenderungan langsung untuk menyatukan umat manusia

 serta tidak memecah belah dan tidak suka berselisih se-

perti halnya mazhab-mazhab.  

(2) Mereka mengatakan bahwa di mana pun Kekristenan ini 

mendapat perlawanan, dan pernyataan ini sangat benar. 

Semua yang mereka percakapkan itu disampaikan dengan 

nada perlawanan. Itulah sebabnya mereka menyimpulkan 

bahwa setiap orang melakukannya, dan sebagian besar me-

lakukannya. Memang seperti itulah keadaannya, dan akan 

selalu seperti itu, nasib agama kudus Kristus di mana-

mana pun tetap akan mendapat perlawanan.  

Paulus di Kota Roma  

(28:23-29) 

23 Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang diten-

tukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia 

menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan 

Tuhan ; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meya-

kinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore. 24 

Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya. 

25 Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara me-

reka.namun  Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini:  Tepatlah fir-

man yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan peran-

taraan nabi Yesaya: 26 Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu 

akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat 

dan melihat, namun tidak menanggap. 27 Sebab hati bangsa ini telah mene-

bal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya 

jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya 

dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan 

mereka. 28 Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada 

Tuhan  ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mende-

ngarnya.” 29 (Dan setelah Paulus berkata demikian, pergilah orang-orang 

Yahudi itu dengan banyak perbedaan paham antara mereka.)  

Di sini kita memiliki sebuah catatan singkat dari pertemuan panjang 

yang diselenggarakan Rasul Paulus dengan orang-orang Yahudi di 

Roma mengenai agama Kristen. Walaupun mereka sangat berpra-

sangka buruk terhadap agama ini sebab  di mana-mana selalu men-

dapat perlawanan, dan menganggap Kekristenan sebagai sesuatu 

yang disebut mazhab, namun mereka masih mau melakukan dengar 

pendapat. Inilah yang menjadi kelebihan mereka dibandingkan de-

ngan yang akan dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem. 

Mungkin orang-orang Yahudi di Roma ini yaitu  orang-orang yang 

lebih banyak mengenal dunia ini serta lebih luas pergaulannya. 

Mereka bersikap lebih bebas dalam bertanya jawab dari pada orang-

orang Yahudi fanatik di Yerusalem. Mereka juga tidak mau menjawab 

masalah ini sebelum mereka mendengar sendiri.  

 I. Di sini kita diberitahukan bagaimana Paulus menangani pertemuan 

ini dalam mempertahankan agama Kristen. Orang-orang Yahudi itu 

menentukan waktunya. Ditentukan suatu hari tertentu untuk mem-

bahas masalah ini, supaya semua pihak yang berkepentingan dapat 

diberi tahu (ay. 23). Orang-orang Yahudi itu tampaknya sangat siap 

untuk menerima keyakinan itu, namun terbukti tidak semua begitu. 

Nah,  saat  tiba hari itu, 

 1. Mereka datang dalam jumlah besar menemui Paulus. Meskipun 

ia yaitu  seorang tahanan yang tidak mungkin dapat keluar 

menemui mereka, namun mereka bersedia datang kepadanya 

di tempat tumpangannya. Dari pada berprasangka buruk me-

ngenai pengajarannya, jika dipertimbangkan sebagaimana mes-

tinya, seharusnya keadaan Rasul Paulus yang sedang terbeleng-

gu ini sudah merupakan penegasan tentang pengajaran itu. 

Sebab keadaan itu menjadi tanda bahwa ia tidak saja memper-

cayai pengajaran itu,namun  ia juga merasa pantas untuk 

menderita demi pengajaran itu. Orang lebih suka mengunjungi 

orang seperti Paulus di dalam penjaranya dari pada tidak 

memperoleh nasihat darinya. Lalu ia menyediakan tempat bagi 

mereka di rumah tumpangannya tanpa perlu merasa takut 

melanggar peraturan pemerintah, supaya dengan demikian ia 

dapat berbuat baik kepada mereka.  

2. Paulus berbicara panjang lebar dengan mereka. Ia lebih ber-

usaha meyakinkan mereka dari pada mempertahankan nama 

baiknya sendiri.  

(1) Paulus menguraikan atau menerangkan secara terperinci 

tentang kerajaan Tuhan  kepada mereka. Ia menunjukkan 

kepada mereka sifat-sifat kerajaan itu, tujuannya yang mu-

lia, dan rancangannya yang bersifat sorgawi dan rohaniah, 

yang ada di dalam pikiran manusia. Suatu kerajaan yang 

cemerlang bukan sebab  kemegahan dari luar, melainkan 

datang dari dalam kesucian hati dan kehidupan sehari-

hari. Yang membuat orang-orang Yahudi tetap berada da-

lam ketidakpercayaan yaitu  kesalahpahaman mereka me-

ngenai kerajaan Tuhan . Mereka merasa seolah-olah telah 

menyelidikinya dengan baik. Ia harus menjelaskan secara 

terperinci kepada mereka dan meletakkannya di dalam te-

rang yang sebenarnya, dengan harapan mereka dapat me-

naatinya.  

(2) Paulus tidak saja menerangkan tentang kerajaan Tuhan  ini, 

tetapi juga memberi kesaksian. Dengan jelas ia menyata-

kannya kepada mereka, serta menegaskan kebenaran itu 

dengan bukti-bukti yang tidak terbantahkan, bahwa kera-

jaan Tuhan  di bawah pemerintahan Mesias sedang datang 

dan sekarang sedang ditegakkan di dunia ini. Ia menyaksi-

kan kuasa luar biasa di dalam kerajaan kasih karunia itu. 

Oleh kasih karunia itulah ia dapat menyaksikan kuasa itu 

melalui pengalamannya sendiri bagaimana kuasa itu ber-

pengaruh besar kepadanya, serta bagaimana ia dibawa ke-

pada keyakinan ini. 

(3) Paulus tidak saja menerangkan dan memberi kesaksian ke-

pada mereka tentang kerajaan Tuhan ,namun  ia juga meng-

ajak mereka, menggugah hati nurani mereka, mendesak 

mereka dengan sungguh-sungguh supaya mau menerima 

kerajaan Tuhan  itu, dan menyerahkan diri kepadanya serta 

tidak memusuhinya. Ia menerangkan ajarannya (lewat pen-

jelasan dan peneguhan) disertai dengan penerapannya, se-

hingga pengajarannya menjadi hidup dan memberi dampak. 

(4) Paulus meyakinkan mereka mengenai Yesus. Rancangan 

dan kecenderungan seluruh percakapannya yaitu  mem-

bawa mereka kepada Kristus, meyakinkan mereka bahwa 

Dia yaitu  Sang Mesias itu, serta mengajak mereka per-

caya kepada-Nya. Ia menekankan kepada mereka, ta peri 

tou Iēsou – hal-hal mengenai Yesus, nubuat-nubuat menge-

nai Dia, yang ia bacakan kepada mereka dari hukum Musa 

dan kitab para nabi, yang semuanya menunjuk kepada 

Sang Mesias, serta menunjukkan bagaimana semua nu-

buat itu digenapkan di dalam Yesus ini. Sebab mereka ada-

lah orang-orang Yahudi, ia berusaha menerangkan kepada 

mereka berdasarkan kitab-kitab Perjanjian Lama. Ini mem-

beri bukti bahwa Kekristenan tidak bertentangan dengan 

Perjanjian Lama. Dengan demikian, jika kita membanding-

kan sejarah Perjanjian Baru dengan nubuat Perjanjian 

Lama, kita harus menyimpulkan bahwa Yesus ini yaitu 

Dia yang harus datang, dan kita tidak perlu mencari yang 

lain lagi.  

 3. Pembicaraan itu berlangsung lama. Sebab ia terus melanjut-

kan pembicaraannya, dan tampaknya percakapan itu bersam-

bung-sambung, dari pagi sampai sore. Mungkin pembicaraan 

itu berlangsung selama delapan sampai sepuluh jam. Pokok 

pembicaraan itu tidak biasa, dan ia sangat menguasainya. 

Pokok itu sangat penting, dan ia sangat bersungguh-sungguh, 

serta hatinya ada di situ. Ia tidak tahu entah kapan lagi ia 

mendapat kesempatan lain seperti itu. Itulah sebabnya tanpa 

meminta maaf telah mengganggu kesabaran mereka, ia telah 

menahan mereka sepanjang hari.namun  mungkin juga selama 

itu ia juga meluangkan sejumlah waktu untuk berdoa bersama 

mereka dan untuk mereka. 

 II. Apa pengaruh dari percakapan ini. Orang mengira percakapan ini 

akan membawa kebaikan bagi Kekristenan, sebab ditangani oleh 

orang yang sangat ahli seperti Paulus yang pasti berhasil, dan 

bahwa semua yang mendengar akan segera menyerahkan diri ke-

pada kebenaran itu. Namun, ternyata yang terjadi tidak seperti 

itu. Sebab Yesus ini ditentukan untuk menjatuhkan atau mem-

bangkitkan banyak orang, menjadi batu dasar bagi sebagian 

orang dan menjadi batu sandungan bagi yang lainnya.  

1. Tidak ada kesesuaian di antara mereka (ay. 25). Sebagian dari 

mereka berpendapat bahwa Paulus benar, yang lain tidak mau 

mengakuinya. Inilah pemisahan yang dibawa Kristus  saat  

api yang dilemparkan-Nya telah menyala (Luk. 12:49, 51). 

Paulus memberitakan firman dengan sangat sederhana dan 

jelas, namun orang-orang yang mendengarkan tidak dapat se-

pakat mengenai pengertian dan bukti yang ia sampaikan.  

2. Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap 

tidak percaya, (ay. 24). Ada perselisihan di antara mereka. Hal 

semacam itu selalu terjadi di dalam pemberitaan Injil. Bagi 

sebagian orang, Injil menjadi bau kehidupan yang menghidup-

kan, dan bagi yang lainnya menjadi bau kematian yang mema-

tikan. Sebagian orang dilembutkan oleh firman itu dan yang 

lain dikeraskan. Beberapa orang menerima terang, yang lain 

menutup mata terhadapnya. Begitu juga yang terjadi di antara 

orang-orang Kristen yang mendengarkan firman dan yang me-

nyaksikan mujizat-mujizat-Nya, sebagian percaya dan yang 

lain menghujat. Jika semua orang menjadi percaya, tidak akan 

ada perselisihan. Jadi semua kesalahan atas terjadinya pemi-

sahan itu terletak pada orang-orang yang tidak mau percaya.  

III. Perkataan untuk menyadarkan mereka yang diucapkan oleh 

Paulus pada saat perpisahan. Dari gerutuan mereka, ia merasa 

bahwa ada banyak di antara mereka, dan mungkin sebagian besar 

dari mereka bersikap keras kepala serta tidak mau menyerah ke-

pada keyakinan atas pemberitaan yang disampaikan. Lalu mereka 

membubarkan diri, mereka merasa sudah cukup mendengar se-

mua itu.  Tunggu,” kata Paulus,  dengarkanlah perkataan ini se-

belum kamu pergi, dan pertimbangkan baik-baik  saat  kamu 

sudah sampai di rumah: pikirkanlah apa akibat dari ketidaksetia-

anmu yang keras kepala itu? Apa yang akan kamu lakukan se-

hubungan dengan itu? Apa yang akan terjadi nanti?”  

1.  Oleh penghakiman Tuhan  yang adil kamu akan dimeteraikan 

dengan ketidakpercayaanmu itu. Kamu telah mengeraskan 

hatimu, dan Tuhan  akan mengeraskan hatimu sama seperti 

yang pernah Ia lakukan terhadap Firaun. Dan inilah yang te-

lah dinubuatkan mengenai kamu. Lihatlah ayat itu (Yes. 6:9-

10), bacalah dengan sungguh-sungguh, dan gemetarlah kalau-

kalau yang digambarkan di situ ternyata yaitu  tentang 

kamu.” Sebagaimana di dalam Perjanjian Lama ada ba-

nyak janji Injil yang akan digenapi di dalam semua orang yang 

percaya, demikian juga ada banyak ancaman Injil 

mengenai penghakiman rohaniah yang akan digenapi di dalam 

diri orang-orang yang tidak mau percaya. Dan inilah salah sa-

tunya. Inilah bagian dari tugas yang diberikan kepada nabi 

Yesaya. Ia diutus untuk membuat orang-orang yang tidak mau 

menjadi baik menjadi lebih jahat lagi. Tepatlah yang disampai-

kan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan 

nabi Yesaya. Apa yang disampaikan oleh TUHAN, di sini dika-

takan disampaikan oleh Roh Kudus, yang membuktikan bahwa 

Roh Kudus yaitu  Tuhan . Apa yang disampaikan kepada 

Yesaya, di sini dikatakan disampaikan olehnya kepada nenek 

moyang mereka, sebab ia diperintah untuk memberitahukan 

kepada orang-orang itu tentang apa yang dikatakan Tuhan  ke-

padanya. Walaupun apa yang dikatakan di sana membawa ke-

ngerian besar kepada orang-orang itu dan kepedihan bagi nabi 

itu, namun di sini dikatakan tepatlah firman yang disampai-

kan. Hizkia menjawab kepada Yesaya mengenai murka Tuhan  

itu, Sungguh baik firman Tuhan  yang engkau ucapkan itu (Yes. 

39:8). Dan siapa yang tidak percaya akan dihukum, demikian 

juga, siapa yang percaya akan diselamatkan (Mrk. 16:16). Hal 

ini juga dijelaskan oleh Juruselamat kita (Mat. 15:7),  Benarlah 

nubuat Yesaya tentang kamu. Roh Kudus berkata kepada ne-

nek moyangmu, yang akan digenapi di dalam dirimu, kamu 

akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti.”  

(1)  Bahwa yang menjadi dosa besar mereka terhadap Tuhan  

yaitu  dosamu, dan dosa itu yaitu  bahwa kamu tidak mau 

mengerti. Kamu menutup matamu terhadap bukti yang pa-

ling meyakinkan, dan tidak mau mengakui kesimpulannya, 

meskipun kamu tidak dapat membantah dasar pemikiran-

nya: matamu melekat tertutup” (ay. 27). Hal ini menunjuk-

kan ketidaksetiaan yang keras kepala, dan penghambaan 

diri kepada prasangka.  Seperti nenek moyangmu yang 

tidak mau melihat tangan Tuhan  diangkat terhadap mereka 

dalam penghakiman-Nya (Yes. 26:11), begitu juga kamu 

tidak mau melihat tangan Tuhan  yang diulurkan kepadamu 

di dalam kasih karunia Injil.” Benar bahwa orang-orang 

Yahudi yang tidak percaya ini berprasangka terhadap Injil. 

Mereka tidak melihat, sebab  mereka sudah memutuskan 

untuk tidak mau melihat. Orang sungguh-sungguh buta 

bila ia benar-benar tidak mau melihat. Mereka tidak mau 

menjalankan apa yang sudah diyakinkan dalam hati me-

reka, itulah sebabnya mereka tidak mau mengakuinya. 

Dengan sengaja mereka menutup mata mereka, supaya ja-

ngan mereka melihat dengan mata mereka hal-hal besar 

yang menjadi kedamaian kekal mereka. Supaya mereka 

tidak melihat kemuliaan Tuhan , kebaikan Kristus, kerusakan 

dosa, keindahan kekudusan, kesia-siaan dunia ini, dan ke-

nyataan hal-hal lain. Mereka tidak mau diubah dan dipe-

rintah oleh kebenaran-kebenaran ini. Itulah sebabnya me-

reka tidak mau menerima bukti yang disampaikan, telinga 

mereka berat mendengar, supaya jangan mereka men-

dengar dengan telinga mereka murka Tuhan  dinyatakan dari 

sorga terhadap mereka, dan kehendak Tuhan  dinyatakan 

dari dalam sorga bagi mereka. Mereka menutup telinga me-

reka, seperti ular tedung tuli, yang tidak mendengarkan 

suara tukang-tukang serapah atau suara pembaca mantera 

yang pandai. Demikianlah yang dilakukan nenek moyang 

mereka. Mereka tidak mau mendengar (Za. 7:11-12). Itulah 

yang mereka takutkan sehingga mereka menutup mata dan 

telinga mereka, serta menghalangi (seperti itulah keadaan-

nya) indra-indra pembelajaran mereka terhadap Dia yang 

membuat telinga yang mendengar dan mata yang melihat. 

Mereka takut kalau-kalau mereka dapat mengerti dengan 

hati mereka, lalu berbalik, sehingga Tuhan  menyembuhkan 

mereka. Mereka membiarkan pikiran mereka tetap berada 

di dalam kegelapan, setidaknya di dalam kebingungan dan 

kekacauan, takut kalau-kalau mereka berpikiran sehat, 

mereka dapat mengerti dengan hati mereka banyaknya ke-

wajiban dan kepentingan mereka menjadi saleh, dan sam-

pai pada tingkat tertentu hal itu menjadi terlampau berat 

bagi mereka. Sebab mereka harus meninggalkan kehidupan 

jahat yang sekarang mereka sukai dan melakukan hal-hal 

yang sekarang mereka benci. Amatilah, cara kerja Tuhan  

pertama-tama yaitu  membawa orang melihat supaya 

dapat mengerti dengan hati mereka, lalu mengubah mereka, 

kemudian menundukkan kehendak mereka, dan dengan 

demikian menyembuhkan mereka. Itulah cara yang lazim 

untuk menangani jiwa yang berpikiran sehat. Itulah sebab-

nya Iblis selalu berusaha menghalangi pertobatan jiwa-jiwa 

kepada Tuhan  dengan cara membutakan pikiran dan me-

ngaburkan pengertian mereka (2Kor. 4:4). Akan sangat me-

nyedihkan jika orang yang berdosa itu bergabung dengan 

usaha Iblis itu, dengan menutup matanya sendiri. Ut 

liberius peccent, libenter ignorant – Mereka menjerumuskan 

diri ke dalam kebodohan, supaya mereka dapat berbuat 

dosa dengan lebih bebas. Mereka menyukai penyakit mereka, 

dan takut kalau-kalau Tuhan  akan menyembuhkan mereka. 

sama seperti Babel pada zaman dulu, kami tadinya mau 

menyembuhkan Babel,namun  ia tidak dapat disembuhkan 

(Yer. 51:9). Inilah dosa mereka. 

(2)  Bahwa penghakiman Tuhan  yang besar atas mereka sebab  

dosa ini, sekarang menjadi penghakiman-Nya atas kamu, 

yaitu kamu akan menjadi buta. Tuhan  akan menyerahkan 

kamu kepada kekerasan hatimu sendiri, Kamu akan men-

dengar dan mendengar – berulang-ulang firman Tuhan  dibe-

ritakan kepadamu – namun kamu tidak akan mengerti hal 

itu. sebab  kamu tidak mau memberi  pikiranmu untuk 

mengerti. Tuhan  tidak akan memberi  kuasa dan kasih 

karunia kepadamu untuk mengerti hal itu. Kamu akan me-

lihat dan melihat – kamu akan melihat banyak mujizat dan 

tanda yang terjadi di hadapanmu – namun kamu tidak me-

nanggap bukti yang meyakinkan dari kebenaran itu. Perha-

tikan baik-baik, supaya jangan sampai yang dikatakan 

Musa kepada nenek moyangmu akan berlaku bagi kamu 

(Ul. 29:4),namun  sampai hari ini TUHAN tidak memberi 

kamu akal budi untuk mengerti atau mata untuk melihat 

atau telinga untuk mendengar. Begitu juga dengan perkataan 

Yesaya kepada orang-orang yang seangkatan dengannya 

(Yes. 29:10-12), TUHAN telah membuat kamu tidur nyenyak, 

matamu telah dipejamkan-Nya.” Penolakan mereka atas ka-

sih karunia Tuhan  dan pemberontakan mereka atas terang 

itu, membuat Tuhan  menarik kasih karunia dan terang-Nya 

dari mereka. Oleh sebab  mereka tidak menerima kasih 

akan kebenaran, Tuhan  akan menyerahkan mereka kepada 

angan-angan mereka yang kuat untuk mempercayai dusta. 

Dengan kehendak mereka dan kekerasan hati mereka sen-

diri, maka hati bangsa ini telah menebal, dan telinga mereka 

berat mendengar. Mereka bodoh dan tidak berperasaan, 

tidak dapat dibentuk oleh semua yang telah dikatakan ke-

pada mereka. Tidak ada obat manjur lagi yang dapat bekerja 

pada mereka, juga tidak ada yang dapat menjangkau me-

reka. Itulah sebabnya penyakit mereka harus diputuskan 

sebagai penyakit yang tidak tersembuhkan, dan sebagai 

masalah yang sangat menyedihkan. Bagaimana mereka 

dapat berbahagia jika penyakit yang membuat mereka 

sengsara tidak dapat disembuhkan? Dan bagaimana mereka 

dapat disembuhkan jika mereka tidak mau berubah meng-

ikuti cara-cara penyembuhan yang baik? Bagaimana me-

reka dapat diyakinkan jika mata mereka tertutup dan te-

linga mereka berat mendengar? Biarlah semua orang yang 

mendengar Injil dan tidak mau memperhatikan dengan 

sungguh-sungguh, menjadi gemetar terhadap hukuman ini. 

Sebab, begitu mereka diserahkan kepada kekerasan hati 

mereka, sebenarnya mereka sudah berada di bibir neraka, 

sebab  siapakah yang dapat menyembuhkan mereka, jika 

Tuhan  tidak berkenan menyembuhkan?  

2.  Ketidakpercayaanmu akan membenarkan Tuhan  dalam me-

nyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa lain, yang kamu pan-

dang dengan mata penuh rasa iri hati (ay. 28). Melihat kamu 

menjauhkan diri dari kasih karunia Tuhan  dan tidak mau me-

nyerah kepada kuasa kebenaran dan kasih Tuhan , melihat 

kamu tidak mau diubahkan dan disembuhkan dengan cara-

cara yang telah ditetapkan oleh hikmat Tuhan , sebab itu kamu 

harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Tuhan  ini di-

sampaikan kepada bangsa-bangsa lain. Bahwa keselamatan 

yang hanya diberikan kepada bangsa Yahudi (Yoh. 4:22), seka-

rang ditawarkan kepada mereka, cara-cara memperolehnya 

diberikan kepada mereka, dan mereka lebih mau mendengar 

dibandingkan  kamu dalam menerima keselamatan itu. Berita kesela-

matan itu disampaikan kepada mereka, lalu mereka akan men-

dengarnya, menerimanya, dan bersukacita di dalamnya.” Nah, 

dengan ini Rasul Paulus bermaksud,   

(1) Untuk mengurangi rasa tidak senang mereka atas pemberi-

taan Injil kepada bangsa-bangsa lain dengan menunjukkan 

kepada mereka betapa tidak masuk akalnya rasa tidak se-

nang mereka itu. Orang-orang Yahudi menjadi marah ka-

rena keselamatan dari Tuhan  disampaikan juga kepada 

bangsa-bangsa lain dan beranggapan bahwa terlampau ba-

nyak kemurahan yang diberikan kepada mereka itu.namun , 

jika mereka menganggap keselamatan itu begitu kecil nilai-

nya sehingga tidak layak untuk mereka terima, tentunya 

mereka tidak perlu menggerutu kepada bangsa-bangsa lain 

dan menganggap hal itu terlampau baik untuk bangsa lain, 

dan juga tidak perlu cemburu kepada mereka. Keselamatan 

Tuhan  disampaikan ke dalam dunia ini, dan pertama-tama 

ditawarkan kepada bangsa Yahudi, dengan tulus ditawar-

kan kepada mereka, dengan bersungguh-sungguh ditekan-

kan kepada mereka, namun mereka menolaknya. Mereka 

tidak mau menerima undangan yang diberikan terlebih 

dahulu kepada mereka untuk menghadiri pesta perkawin-

an, dan sebab  itu salah mereka sendiri jika tamu-tamu 

lain yang diundang. Jika mereka tidak mau menerima ta-

waran itu dan tidak mau memenuhi persyaratannya, seyog-

yanya mereka tidak boleh marah terhadap orang-orang 

yang mau menerimanya. Mereka tidak boleh mengeluh 

bahwa bangsa-bangsa lain telah merampasnya dari atas 

kepala mereka atau dari tangan mereka, sebab mereka 

telah benar-benar melepaskan tangan mereka atas janji itu, 

bahkan mereka telah mengangkat tumitnya terhadap itu. 

Oleh sebab  itu, semua ini yaitu  kesalahan mereka sen-

diri, sebab oleh kesalahan mereka, keselamatan telah sam-

pai kepada bangsa-bangsa lain (Rm. 11:11).  

(2) Untuk mengurangi rasa tidak senang orang-orang Yahudi 

atas kemurahan yang diberikan kepada bangsa-bangsa lain 

demi kebaikan mereka, serta untuk mendatangkan yang 

baik dari yang jahat. Sebab Paulus telah mengatakan hal 

yang sama dalam surat penggembalaannya kepada jemaat 

di Roma. Di situ ia mengatakan bahwa keuntungan yang 

diperoleh bangsa-bangsa lain yaitu  akibat ketidakperca-

yaan dan penolakan orang-orang Yahudi. Dengan mengata-

kan hal ini ia bermaksud membangkitkan di dalam hati 

kaum sebangsanya rasa cemburu yang kudus, sehingga da-

pat menyelamatkan beberapa orang dari mereka (Rm. 

11:14). Orang-orang Yahudi telah menolak Injil Kristus, 

dan menggesernya kepada bangsa-bangsa lain, namun ma-

sih belum terlambat untuk bertobat atas penolakan mereka 

serta menerima keselamatan yang mereka anggap remeh. 

Mereka dapat berkata, tidak, ambillah, sama seperti anak 

sulung (LAI: anak kedua) dalam perumpamaan Tuhan 

Yesus, yang  saat  disuruh bekerja di kebun anggur, pada 

mulanya menjawab: Aku tidak mau,namun  kemudian ia 

menyesal lalu pergi juga (Mat. 21:29, KJV). Apakah Injil di-

sampaikan kepada bangsa-bangsa lain? Marilah kita me-

ngejarnya supaya tidak ketinggalan. Akankah mereka mau 

mendengar, mereka yang disangka tidak mau mendengar 

dan sudah lama menyukai berhala-berhala sembahan me-

reka, yang memiliki  telinga,namun  tidak dapat men-

dengar? Tidakkah kita akan mendengarnya, yang mendapat 

hak istimewa untuk berada di dekat Tuhan  dalam semua hal 

yang kita minta kepada-Nya? Dengan demikian ia akan 

membuat orang-orang itu membantah dan merasa malu 

sebab  Injil yang dipercayai oleh orang-orang yang mau 

menyambutnya dari antara bangsa-bangsa lain. Dan jika 

Injil itu tidak dapat memengaruhi sikap mereka, Injil itu 

akan memperberat hukuman mereka, seperti yang terjadi 

pada ahli-ahli Taurat dan Farisi, yang  saat  melihat pe-

mungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sun-

dal menyerahkan diri kepada baptisan Yohanes, tidak mau 

menyesal dan tidak juga percaya kepadanya (Mat. 21:32).  

IV. Bubarnya pertemuan itu, yang tampaknya terjadi dalam keadaan 

kacau. 

1. Mereka meninggalkan Paulus. Orang-orang yang tidak percaya 

di antara mereka merasa sangat tersinggung pada perkataan 

terakhir yang diucapkannya, bahwa mereka akan dibutakan 

Tuhan  dan bahwa terang Injil akan bercahaya di antara orang-

orang yang duduk dalam kegelapan. Dan setelah Paulus ber-

kata demikian, setelah cukup banyak berbicara kepada me-

reka, pergilah orang-orang Yahudi itu. Mungkin mereka tidak 

terlampau marah seperti orang-orang Yahudi lainnya yang 

mengalami hal serupa. Mereka hanya bersikap bodoh dan 

tidak peduli, tidak lagi terpengaruh, baik oleh kata-kata me-

ngerikan pada bagian penutup pembicaraan Paulus, maupun 

oleh semua kata-kata penghiburan yang ia ucapkan sebelum-

nya. Sekarang mereka merasa gerah di atas kursi yang mereka 

duduki. Mereka pergi. Banyak di antara mereka memutuskan 

tidak pernah mau mendengarkan Paulus berkhotbah lagi, dan 

juga tidak mau merepotkan diri dengan menyelidiki lebih 

lanjut masalah ini.  

2. Mereka saling bertengkar satu sama lain. Terjadi banyak per-

bedaan paham di antara mereka. Tidak saja terjadi perselisihan 

di antara orang-orang yang mau percaya dan orang-orang yang 

tidak mau percaya,namun  juga di antara orang-orang yang ti-

dak percaya sendiri. Orang-orang yang sepakat untuk mening-

galkan Paulus ternyata tidak dapat menyepakati alasan meng-

apa mereka pergi. Terjadi banyak perbedaan paham di antara 

mereka. Banyak yang memiliki alasan yang baik namun bukan 

alasan yang benar. Mereka saling menyalahkan pendapat 

masing-masing, namun tetap tidak mau menyerah kepada ke-

benaran. Tanpa anugerah Tuhan  untuk membuka pengertian 

mereka, debat pendapat di antara manusia tidak akan bisa 

menginsafkan mereka.  

Paulus Memberitakan Firman  

selama Dua Tahun di Kota Roma 

(28:30-31) 

30 Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; 

ia menerima semua orang yang datang kepadanya. 31 Dengan terus terang 

dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Tuhan  dan mengajar 

tentang Tuhan Yesus Kristus.  

Di sinilah kita berpisah dengan sejarah Rasul Paulus yang terberkati. 

sebab  Tuhan  memandang bahwa kita tidak perlu lagi mengetahui lebih 

banyak mengenai dia, maka kita harus dengan cermat memperhatikan 

setiap keadaan khusus yang ada  saat  kita meninggalkan dia di sini.  

I. Sangat menyedihkan bagi kita untuk meninggalkan Paulus dalam 

keadaan terbelenggu sebab  Kristus. Bahkan, kita tidak melihat 

adanya kemungkinan ia dibebaskan. Dua tahun penuh dari masa 

kehidupan orang saleh ini harus dihabiskan dalam tahanan. Dari 

semua yang ada, tampaknya selama itu perkaranya tidak pernah 

diperiksa oleh pihak yang menahan dia. Ia naik banding kepada 

kaisar, dengan harapan dapat dibebaskan dengan segera dari 

tahanan. Para wali negeri yang pernah memeriksanya sudah me-

laporkan kepada kaisar yang mulia mengenai tahanan ini, bahwa 

ia tidak melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati 

atau hukuman penjara, namun ia masih tetap di penjara sebagai 

seorang tahanan. Tidak banyak alasan bagi kita untuk memperca-

yai manusia, khususnya kepada orang-orang besar yang meman-

dang rendah orang-orang tahanan. Lihatlah perkara Yusuf, yang 

tidak diingat oleh juru minuman itu, melainkan dilupakannya (Kej. 

40:23). Namun ada beberapa orang berpendapat bahwa meskipun 

tidak disebutkan di sini, pada permulaan masa dua tahun itu, 

dan pada awal tahun itu, mula-mula ia dibawa ke hadapan Nero, 

dan kemudian keadaannya yang dipenjarakan sebab  Kristus itu 

dinyatakan di hadapan pengadilan kaisar, seperti yang ia katakan

 dalam Filipi 1:13. Lalu dalam pembelaannya yang pertama dikata-

kan bahwa tidak seorang pun yang membantu dia (2Tim. 4:16). 

Namun, tampaknya, bukannya dibebaskan setelah permohonan 

banding, seperti yang ia harapkan, ia malah mengalami kesulitan 

untuk melepaskan hidupnya dari tangan kaisar. Ia menyebutnya 

sebagai lepas dari mulut singa (1Tim. 4:17). Di situ ia mengatakan 

bahwa pada pembelaan perkaranya yang kedua, keadaannya lebih 

baik, namun masih tetap belum dibebaskan. Selama masa dua ta-

hun pemenjaraan ini, ia menulis surat penggembalaan kepada je-

maat Galatia, kemudian surat yang kedua kepada Timotius, dite-

ruskan dengan surat-surat kepada jemaat-jemaat di Efesus, Filipi, 

Kolose, serta sebuah surat kepada Filemon. Di dalam surat-surat 

itu ia menyebutkan beberapa hal khususnya yang berkaitan de-

ngan pemenjaraannya. Terakhir, ia menulis surat kepada orang-

orang Ibrani, tidak lama sesudah ia dibebaskan, sebagaimana 

dikatakan bahwa Timotius akan datang mengunjungi dia. Menurut 

beberapa catatan ia menemani Paulus di dalam penjara. Bersama-

sama dengan dia, tulis Paulus kepada orang-orang Ibrani (Ibr. 

13:23), segera sesudah ia datang, aku akan mengunjungi kamu. 

Namun bagaimana dan dengan cara apa ia memperoleh kebebas-

annya, tidak diberitahukan kepada kita di sini. Hanya dikatakan 

bahwa selama dua tahun ia menjadi seorang tahanan. Tradisi me-

ngatakan bahwa setelah dibebaskan, ia meninggalkan Italia 

menuju Spanyol, dan dari sana berlayar menuju Pulau Kreta, dan 

bersama-sama dengan Timotius berangkat menuju Yudea. Lalu 

dari sana pergi mengunjungi jemaat-jemaat yang ada di Asia, dan 

akhirnya datang lagi ke Roma untuk kedua kalinya. Di sanalah ia 

dipenggal pada tahun terakhir pemerintahan Nero. Namun Baro-

nius (sejarawan gereja Roma abad keenam belas – pen.) sendiri 

mengaku bahwa tidak ada kepastian mengenai hal-hal yang 

terjadi di antara saat ia dibebaskan dari penjara dan saat kemar-

tirannya. Namun beberapa orang mengatakan bahwa  saat  Nero 

mulai menjadi penguasa yang sewenang-wenang dan memusuhi 

orang-orang Kristen dan menjadi kaisar pertama yang membuat 

hukum untuk menentang mereka (seperti kata Tertullian dalam 

bukunya Apologeticus [Apol. cap. 5]), jemaat Roma menjadi sangat 

lemah sebab  penganiayaan itu. Hal ini membawa Rasul Paulus 

kembali ke Roma untuk kedua kalinya. Ia ingin membangun kem-

bali jemaat yang telah tercerai-berai serta menghibur murid-murid 

yang tersisa di sana, dan dengan demikian ia jatuh untuk kedua 

kalinya ke tangan Nero. Krisostom (bapa gereja abad keempat – 

pen.) mengatakan bahwa ada seorang perempuan muda yang 

menjadi salah seorang gundik Nero menjadi bertobat dan percaya 

kepada iman Kristen sebab  mendengar pemberitaan Paulus, dan 

dengan demikian dibawa keluar dari hidup penuh perzinahan 

yang dijalaninya. Nero sangat marah kepada Paulus mengenai hal 

itu, dan memerintahkan supaya Paulus dipenjarakan terlebih da-

hulu, baru kemudian dibunuh. Namun, untuk menyingkat semua 

catatan yang diberikan, kita membaca di sini,  

1. Sangat menyedihkan untuk memikirkan bahwa orang yang sa-

ngat berguna seperti Paulus harus dipenjarakan begitu lama. 

Dua tahun lamanya ia menjadi tahanan Feliks (24:27), dan di 

samping waktu yang dihabiskan sesudah ia berangkat dari 

situ sampai kedatangannya di Roma, ia masih harus mende-

kam dua tahun lagi di sebuah penjara di bawah Nero. Berapa 

banyak jemaat yang dapat didirikan oleh Paulus, berapa ba-

nyak kota dan bangsa yang dapat dibawa kepada Kristus da-

lam waktu lima tahun itu (setidaknya selama itu), seandainya 

ia bebas! Namun, Tuhan  itu bijaksana, dan akan menunjukkan 

bahwa Ia tidak berutang kepada sebagian besar alat yang Ia 

gunakan,namun  Ia sanggup untuk memajukan kepentingan-Nya 

sendiri, baik melalui pelayanan mereka, maupun melalui pen-

deritaan mereka. Bahkan keadaan Paulus yang terkurung di 

dalam penjara telah menyebabkan kemajuan Injil (Flp. 1:12-14). 

2. Namun, walaupun Paulus terkurung di dalam penjara, dalam 

beberapa hal ada kebaikan di dalamnya, sebab selama dua ta-

hun penuh itu ia tinggal di rumah yang disewanya sendiri, dan 

selama itu ia dapat melakukan lebih dibandingkan  yang dapat dila-

kukannya sebelumnya. Ia sudah terbiasa tinggal di rumah-

rumah orang lain, dan sekarang ia memiliki rumah sendiri, 

yaitu miliknya sendiri, walaupun ia harus membayar sewanya. 

Pengunduran diri semacam ini akan menjadi suatu penyegar-

an bagi seseorang yang selalu berkelana sepanjang waktu. Ia 

sudah terbiasa selalu bergerak ke mana-mana, jarang ia ting-

gal dalam waktu lama di suatu tempat tertentu.namun  seka-

rang ia tinggal selama dua tahun di dalam rumah yang sama. 

Jadi hal masuknya Paulus ke dalam penjara dapat disamakan 

dengan ajakan Kristus kepada murid-murid-Nya, Marilah kita 

ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahat 

se saat  (Mrk. 6:31).  saat  ia bebas, ia terus ada dalam keta-

kutan dihadang oleh orang-orang Yahudi (20:19),namun  seka-

rang penjaranya justru menjadi istananya. Dengan demikian 

dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar ma-

nisan.  

II. Namun demikian, kita senang (dan kita yakin Paulus juga demi-

kian) bahwa meskipun kita meninggalkannya dalam keadaan di-

penjarakan sebab  Kristus, namun kita meninggalkannya dalam 

keadaan melakukan pekerjaan bagi Kristus. Hal ini membuat be-

lenggunya menjadi ringan bahwa ia tidak dibelenggu untuk me-

layani Tuhan  dan berbuat baik. Penjaranya menjadi sebuah tempat 

ibadat, sebuah gereja, dan seperti halnya menjadi sebuah istana 

baginya. Tangannya terbelenggu, namun syukur kepada Tuhan , 

mulutnya tidak diikat,namun  syukur kepada Tuhan , mulutnya ti-

dak dibungkam. Seorang pelayan Tuhan yang bersemangat dapat 

menanggung penderitaan apa pun juga asal tidak dibungkam. Ini-

lah Paulus, seorang tahanan, namun sekaligus juga seorang pem-

berita firman. Ia terbelenggu, namun firman Tuhan tidak ter-

belenggu.  saat  ia menulis surat penggembalaan kepada jemaat 

di Roma, ia berkata bahwa ia ingin melihat mereka untuk memberi-

kan karunia rohani kepada mereka (Rm. 1:11). Ia suka melihat 

beberapa orang dari mereka (ay. 15). Namun itu hanya menjadi 

separuh dari sukacitanya kecuali ia dapat meneruskan beberapa 

karunia rohani kepada mereka. Di sinilah ia memiliki kesempatan 

untuk melaksanakan keinginan itu, dan sebab  itu ia tidak akan 

mengeluhkan keadaannya yang terbelenggu. Amatilah,  

1. Kepada siapa ia memberitakan firman. Ia memberitakan fir-

man kepada semua orang yang ingin mendengarkan dia, baik 

itu orang Yahudi ataupun bukan-Yahudi. Apakah ia diberi ke-

bebasan untuk pergi ke rumah-rumah orang lain untuk mem-

beritakan firman tidak tampak di sini. Kemungkinan besar 

tidak. Namun, siapa saja yang mau datang ke rumahnya un-

tuk mendengar, pasti akan disambutnya: Ia menerima semua 

orang yang datang kepadanya. Perhatikanlah, pintu-pintu 

para pelayan Tuhan harus selalu  terbuka bagi semua 

orang yang rindu menerima nasihat dari mereka, dan mereka 

harus senang memperoleh kesempatan untuk menasihati

orang-orang yang peduli tentang keadaan jiwa mereka. Paulus 

tidak dapat memberitakan firman di dalam rumah ibadat atau 

tempat-tempat pertemuan umum yang mewah dan luas, 

namun ia dapat berkhotbah di dalam pondok sederhananya 

sendiri. Perhatikanlah,  saat  kita tidak dapat melakukan pe-

layanan kepada Tuhan seperti yang kita inginkan, kita harus 

tetap melakukan apa yang dapat kita lakukan. Para pelayan 

Tuhan yang hanya memiliki rumah-rumah sewaan kecil, bila 

mereka memang bersedia, lebih baik memberitakan firman di 

situ, dibandingkan  berdiam diri. Ia menerima semua orang yang da-

tang kepadanya. Dan tidak merasa takut kepada orang-orang 

yang paling mulia, dan juga tidak merasa malu kepada orang-

orang yang paling hina. Ia siap memberitakan firman pada hari 

pertama setiap minggu kepada orang-orang Kristen, pada hari 

yang ketujuh kepada orang-orang Yahudi, dan kepada semua 

orang yang datang pada hari apa saja. Ia dapat berharap akan 

lebih berhasil, sebab mereka datang kepadanya, yang berarti 

mereka memiliki keinginan kuat untuk memperoleh nasihat 

dan rela untuk belajar. Memang, di mana pun ada keadaan 

seperti ini, pastilah ada suatu hal baik dapat dilakukan.  

2. Apa yang ia beritakan. Paulus tidak memenuhi kepala mereka 

dengan hal-hal yang tidak jelas kebenarannya yang hanya un-

tuk memuaskan rasa ingin tahu. Juga tidak dengan soal-soal 

kenegaraan dan politik,namun  ia tetap memusatkan perhatian 

pada kutipan kitab sucinya, untuk menjalankan tugasnya se-

bagai seorang rasul.  

(1) Ia yaitu  duta besar Tuhan . Itulah sebabnya ia memberi-

takan Kerajaan Tuhan . Ia mengerahkan semua kemampuan-

nya untuk memberitakan Injil, menjabarkan semua urus-

annya, untuk memajukan semua kepentingannya yang se-

jati. Ia tidak mencampuri urusan kerajaan manusia. Biarlah 

mereka yang berurusan dengan kerajaan manusia yang 

mengurusnya sendiri. Ia memberitakan kerajaan Tuhan  di 

antara manusia dan firman kerajaan itu. Sama seperti yang 

ia pertahankan dalam pembelaannya di depan umum, mem-

beri kesaksian kepada mereka tentang kerajaan Tuhan  (ay. 

23), begitu pula di dalam pemberitaannya di hadapan 

umum ia tetap memberitakan bahwa jika firman ini dite-

rima dengan benar, maka ia akan membuat kita semua

menjadi lebih bijaksana dan lebih baik. Inilah tujuan dari 

pemberitaannya.  

(2) Ia menjadi pekerja bagi Kristus, sahabat mempelai laki-

laki, dan sebab  itu ia mengajar tentang Tuhan Yesus Kris-

tus, yakni seluruh sejarah Kristus, penjelmaan-Nya, peng-

ajaran-Nya, kehidupan-Nya, mujizat-mujizat-Nya, kemati-

an-Nya, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke sorga. Semua 

hal yang berkaitan dengan rahasia ke-Tuhan -an. Paulus tetap 

berpegang teguh pada dasar-dasar pikirannya, yaitu untuk 

tidak mengetahui dan memberitakan apa-apa selain Yesus 

Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. jika  para pelayan Tu-

han dalam pemberitaan mereka tergoda untuk menyim-

pang dari urusan utama mereka, maka mereka harus 

menjaga diri dengan mengajukan pertanyaan ini, Apakah 

yang saya beritakan ini berhubungan dengan Tuhan Yesus 

Kristus? Apakah ini dapat membawa kita kepada Dia dan 

membuat kita tetap berjalan di dalam Dia? Sebab bukan 

diri kami yang kami beritakan,namun  Yesus Kristus.  

3. Dengan kebebasan apa ia memberitakan firman.  

(1) Kasih karunia Tuhan  memberi  kebebasan roh kepadanya. 

Ia memberitakan firman dengan penuh keyakinan, sebagai 

seseorang yang sangat yakin akan kebenaran yang ia berita-

kan, bahwa itulah yang berani ia pertahankan. Ia sepenuh-

nya yakin akan harga dari keyakinannya itu, bahwa untuk 

itulah dia berani menderita. Ia tidak merasa malu mengaku 

Injil Kristus.  

(2) Sang Pemelihara memberi  kebebasan berbicara kepada-

nya. Tidak ada orang yang merintanginya, menghentikan 

apa yang ia lakukan atau membatasinya. Orang-orang Ya-

hudi yang biasanya melarang dia berbicara kepada bangsa-

bangsa lain tidak memiliki kuasa di sini. Lagi pula peme-

rintah Roma  saat  itu masih belum menganggap pengakuan 

iman Kekristenan sebagai kejahatan. Di dalam hal ini kita 

harus mengakui adanya campur tangan Tuhan , bahwa 

[1] Tuhan  memasang batas terhadap amarah para pengania-

yanya. Walaupun Ia tidak mengubah hati mereka, na-

mun Ia sanggup mengikat tangan dan mengekang lidah. 

Nero yaitu  seorang yang kejam, dan ada banyak orang 

Yahudi serta bangsa-bangsa lain yang membenci Ke-

kristenan. Namun, demikianlah yang terjadi, tanpa da-

pat dimengerti, bahwa Paulus yang walaupun seorang 

tahanan dibiarkan memberitakan Injil, dan tidak diang-

gap mengganggu kedamaian. Dengan demikian Tuhan  

membuat panas hati manusia berubah menjadi syukur 

bagi-Nya, dan sisa panas hati itu akan ditahan (Mzm. 

76:11). Meskipun ada banyak pihak di sana yang ber-

kuasa untuk melarang Paulus memberitakan Injil (bah-

kan prajurit yang mengawalnya juga dapat melakukan 

hal itu), namun Tuhan  telah mengatur sedemikian rupa, 

sehingga tidak ada orang yang merintanginya.  

[2] Lihatlah bagaimana Tuhan  di sini menyediakan penghi-

buran untuk melegakan hati orang yang teraniaya. Mes-

kipun tempat tinggal Paulus sangat sederhana dan 

sempit, dibandingkan dengan apa yang dimilikinya sebe-

lumnya, namun seperti yang terjadi di sini, ia sama sekali 

tidak dianiaya dan juga tidak diganggu. Walaupun pintu 

tidak lebar, namun terbuka baginya, dan tidak ada 

orang yang dibiarkan menutupnya. Pintu itu sangat 

berguna bagi banyak orang, sehingga ada banyak orang 

kudus di istana Kaisar (Flp. 4:22).  saat  kota pertemu-

an raya kita pada suatu saat nanti dibuat menjadi tem-

pat kediaman yang aman, dan setiap hari kita diberi 

makan dengan roti kehidupan, serta tidak ada orang 

yang merintangi kita, kita harus mengucap syukur ke-

pada Tuhan  untuk hal itu dan mempersiapkan diri untuk 

perubahan, dengan terus merindukan gunung yang ku-

dus itu, di mana tidak pernah ada lagi duri yang menu-

suk dan onak yang memedihkan.