Kisah pararasul 28
yang di Yerusalem,
maupun yang di sini, di Kaisarea, berseru-seru bahwa ia tidak
boleh hidup lebih lama, sebab mereka beranggapan bahwa ia
sudah hidup terlalu lama, dan jika ia hidup lebih lama lagi,
maka itu akan lebih mendatangkan celaka lagi. Mereka tidak
bisa mendakwa dia telah melakukan suatu kejahatan besar,
tetapi mereka ingin supaya dia disingkirkan.
3. Festus mengakui bahwa tawanan itu tidak bersalah. Hal ini
sungguh merupakan suatu kehormatan bagi Paulus dan pe-
menjaraannya, bahwa dia memperoleh pengakuan seperti ini
di muka umum (ay. 25): Ia tidak berbuat sesuatu pun yang se-
timpal dengan hukuman mati. Setelah melakukan pemeriksaan
sepenuhnya terhadap perkara Paulus, tampak bahwa tidak
ada bukti sama sekali untuk mendukung tuntutan yang ada.
Oleh sebab itu, meskipun Festus lebih condong untuk menye-
nangkan hati para pendakwa Paulus,namun nuraninya menya-
takan bahwa Paulus tidak bersalah. Lalu jika demikian, meng-
apa ia tidak melepaskan Paulus, padahal ia setuju supaya
Paulus dibebaskan? Itu sebab orang-orang berteriak-teriak
kepadanya, dan Festus takut desakan mereka akan beralih
pada dirinya jika ia melepaskan Paulus. Sungguh sayang, se-
harusnya setiap orang yang memiliki hati nurani harus me-
miliki keberanian untuk bertindak sesuai dengan hati nurani-
nya. Atau, mungkin sebab ada begitu banyak asap, maka
mau tidak mau Festus menyimpulkan bahwa pasti ada api,
yang pada akhirnya akan muncul. jadi ia berniat terus me-
menjarakan Paulus, untuk berjaga-jaga.
4. Ia menjelaskan kepada mereka tentang perkara ini , bahwa
sang tawanan telah mengajukan banding kepada Kaisar sen-
diri (yang berarti bahwa Paulus telah menaruh kehormatan
pada perkaranya sendiri, sebab tahu bahwa perkara itu bu-
kannya tidak layak disampaikan kepada orang-orang terhor-
mat), dan bahwa Festus telah menerima banding yang diaju-
kan Paulus: Aku telah memutuskan untuk mengirim dia. Dan
sampai di situlah perkara Paulus saat itu.
5. Festus menginginkan bantuan mereka untuk memeriksa per-
kara ini dengan tenang dan tidak berat sebelah, sebab seka-
rang sudah tidak ada gangguan yang akan menyela mereka,
seperti yang dialaminya dengan keributan dan kemarahan
para pendakwa Paulus sebelumnya. Supaya dengan begitu se-
tidaknya ia akan memperoleh masukan tentang perkara itu se-
suai dengan yang dibutuhkannya, untuk disampaikan kepada
Kaisar (ay. 26-27).
(1) Festus berpikir bahwa tidaklah wajar untuk mengirim se-
orang tahanan, apalagi sampai ke Roma, dengan tidak me-
nyatakan tuduhan-tuduhan yang diajukan terhadap dia, se-
hingga perkaranya bisa dipersiapkan sebaik-baiknya, dan
siap untuk diputuskan oleh Kaisar. Kaisar yaitu orang
yang sangat sibuk, sehingga setiap urusan harus dipapar-
kan kepadanya sejelas mungkin.
(2) Festus belum dapat menuliskan apa-apa yang pasti menge-
nai Paulus. Penjelasan yang diberikan tentang dia begitu
membingungkan dan tidak tentu, sehingga Festus tidak bisa
menyimpulkan apa-apa. sebab itu ia menghendaki supaya
Paulus dapat diperiksa di muka umum, agar ia memper-
oleh nasihat dari mereka mengenai apa yang harus ditulis.
Perhatikan betapa besarnya persoalan dan kelelahan, dan
penundaan, bahkan bahaya, yang dialami dalam melak-
sanakan keadilan, bagi mereka yang tinggal di tempat yang
begitu jauh dari Roma,namun harus tunduk kepada kaisar
Roma. Hal yang sama dilakukan oleh bangsa Inggris (yang
sama jauhnya dari Roma juga) saat dalam segala persoal-
an agama tunduk kepada Paus di Roma, dan semua per-
soalan dibawa ke pengadilannya. Dan bencana yang sama,
bahkan beribu kali lebih buruk, akan terjadi kepada kita
yang diikat dengan kuk belenggu ini .
PASAL 26
aulus terduduk di kursi terdakwa, sedang Festus, Bernike,
Agripa, serta orang-orang terkemuka lainnya dari kota Kaisarea
yang duduk di kursi hakim atau di sekitarnya, menunggu apa hen-
dak dikatakannya untuk membela diri. Nah, di dalam pasal ini kita
temukan,
I. Penjelasan yang diberikan Paulus mengenai dirinya, untuk
menjawab fitnah orang-orang Yahudi. Di dalam penjelasan
ini kita lihat,
1. Dengan rendah hati ia menyapa Raja Agripa, serta me-
nyampaikan pujian kepadanya (ay. 1-3).
2. Penjelasannya mengenai asal-usul, pendidikan, dan pe-
kerjaannya sebagai seorang Farisi, serta ketaatannya
pada butir utama dari pernyataan kepercayaannya, yang
berbeda dari kepercayaan orang-orang Saduki, dalam hal
kebangkitan orang mati, sekalipun ia sudah tidak lagi
mengikuti tata cara ibadah keagamaannya (ay. 3-8).
3. Perihal semangatnya yang tinggi dalam menentang agama
Kristen dan para pemeluknya pada mulanya (ay. 9-11).
4. Perihal perubahan imannya yang ajaib kepada Kristus (ay.
12-16).
5. Perihal amanat yang ia terima dari sorga untuk memberi-
takan Injil kepada bangsa-bangsa lain (ay. 17-18).
6. Perihal kegiatannya untuk melaksanakan amanat itu,
yang menimbulkan perlawanan keras dari orang-orang
Yahudi (ay. 19-21).
7. Perihal ajaran yang ia jadikan sebagai pelayanannya un-
tuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain, yang
begitu jauh dari upaya penghancuran hukum Taurat dan
kitab nabi-nabi melainkan untuk menunjukkan pengge-
napan keduanya di dalam Injil (ay. 22-23).
II. Komentar yang diberikan atas pembelaannya,
1. Festus berkata bahwa ia belum pernah mendengar orang
berbicara begitu gila seperti ini dan menghina Paulus se-
bagai orang yang tidak waras (ay. 24). Sebagai jawaban
kepada Festus, ia menolak tuduhan itu dan mohon perha-
tian Raja Agripa (ay. 25-27).
2. Raja Agripa, yang lebih memahami masalah yang dibicara-
kan, beranggapan bahwa ia belum pernah mendengar
orang yang berbicara dengan begitu masuk akal dan meya-
kinkan seperti itu, dan ia mengaku bahwa ia hampir saja
diyakinkan untuk menjadi orang Kristen (ay. 28). Dan Pau-
lus juga sangat berharap ia menjadi orang percaya (ay. 29).
3. Mereka semua sepakat bahwa dia tidak bersalah dan se-
harusnya dibebaskan,namun bahwa sayangnya ia telah
terlanjur mengunci pintu kebebasannya sendiri dengan
naik banding kepada Kaisar (ay. 30-32).
Pembelaan Paulus yang Kelima
(26:1-11)
1 Kata Agripa kepada Paulus: Engkau diberi kesempatan untuk membela
diri. Paulus memberi isyarat dengan tangannya, lalu memberi pembelaannya
seperti berikut: 2 Ya Raja Agripa, aku merasa berbahagia, sebab pada hari
ini aku diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di hadapanmu
terhadap segala tuduhan yang diajukan orang-orang Yahudi terhadap diriku,
3 terutama sebab engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan
orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengar-
kan aku dengan sabar. 4 Semua orang Yahudi mengetahui jalan hidupku se-
jak masa mudaku, sebab dari semula aku hidup di tengah-tengah bangsaku
di Yerusalem. 5 Sudah lama mereka mengenal aku dan sekiranya mereka
mau, mereka dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah hidup sebagai se-
orang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama kita. 6 Dan se-
karang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan ke-
genapan janji, yang diberikan Tuhan kepada nenek moyang kita, 7 dan yang
dinantikan oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam mela-
kukan ibadahnya dengan tekun. Dan sebab pengharapan itulah, ya Raja
Agripa, aku dituduh orang-orang Yahudi. 8 Mengapa kamu menganggap mus-
tahil, bahwa Tuhan membangkitkan orang mati? 9 Bagaimanapun juga, aku
sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang
nama Yesus dari Nazaret. 10 Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan
saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku
memperoleh kuasa dari imam-imam kepala,namun aku juga setuju, jika mere-
ka dihukum mati. 11 Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mere-
ka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang
meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.
Agripa yaitu orang yang paling terhormat di dalam sidang ini, ka-
rena ia menyandang gelar raja, walaupun kekuasaannya hanyalah di
atas para wali negeri lain yang berada di bawah Kaisar. Juga, walau-
pun ia bukan atasan dari Festus, ia lebih dituakan dan berpengalam-
an. Itulah sebabnya setelah Festus membuka perkara Paulus, Agripa
sebagai juru bicara sidang ini memberi kesempatan kepada Rasul
Paulus untuk membela diri (ay. 1). Paulus tetap berdiam diri sampai
ia diberi kebebasan berbicara, sebab orang yang paling berani tampil
bicara bukanlah yang paling siap berbicara dan paling baik berbicara.
Kesempatan ini merupakan suatu kebaikan yang tidak akan pernah
diberikan oleh orang-orang Yahudi, atau tidak mungkin dapat diper-
oleh tanpa kesulitan. Namun, di sini Agripa memberi nya dengan
leluasa. Perkara Paulus ini begitu baik, sehingga ia tidak mengingini
apa pun selain kebebasan untuk membela diri. Ia juga tidak mem-
butuhkan seorang pengacara, tidak perlu Tertulus, untuk berbicara
baginya. Sikap tubuhnya digambarkan di sini: Ia memberi isyarat
dengan tangannya, sebagai orang yang sama sekali tidak memiliki
keraguan,namun kebebasan penuh dan penguasaan diri. Hal ini juga
menunjukkan bahwa ia bersunguh-sungguh dan mengharapkan
perhatian para hadirin sementara ia menyampaikan pembelaan bagi
dirinya. Amatilah, di sini ia tidak berkeras hati bahwa sebab telah
naik banding kepada Kaisar maka ia mau berdiam diri saja. Ia tidak
berkata, Aku tidak mau diperiksa lagi sampai aku tiba di hadapan
Kaisar sendiri. Sebaliknya, dengan gembira ia menyambut kesem-
patan untuk memberi kehormatan atas perkara yang sedang di-
tanggungnya. Kita harus selalu siap sedia pada segala waktu untuk
memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta
pertanggungan jawab dari kita tentang pengharapan yang ada pada
kita, terlebih lagi kepada setiap orang yang berkuasa (1Ptr. 3:15).
Nah, dalam bagian pendahuluan dari pembelaannya,
I. Rasul Paulus menyampaikan rasa hormatnya yang sangat khusus
kepada Agripa (ay. 2-3). Sebelumnya ia juga dengan wajah gem-
bira memberi penjelasan di hadapan Feliks, sebab ia tahu bahwa
Feliks telah bertahun-tahun lamanya menjadi hakim atas bangsa
itu (24:10). Namun, pendapatnya mengenai Agripa lebih jauh lagi.
Amatilah,
1. sebab dituduh oleh orang-orang Yahudi dan telah menang-
gung banyak hal buruk yang didakwakan kepadanya, Rasul
Paulus merasa senang beroleh kesempatan untuk membersih-
kan diri. Sangat jauh dari pikirannya bahwa ia dikecualikan
dari kekuasaan pengadilan pemerintah sebab ia seorang ra-
sul. Kuasa pemerintahan berasal dari Tuhan , yang dimaksud-
kan untuk memberi kesejahteraan bagi kita semua. Itulah
sebabnya kita semua harus tunduk kepadanya.
2. sebab terpaksa membela diri sendiri, Rasul Paulus senang
bisa melakukannya di hadapan Raja Agripa, yang memahami
segala masalah ini lebih baik dibandingkan dengan para wali
negeri Romawi lainnya, sebab ia telah memeluk agama Yahu-
di. Terutama sebab engkau tahu benar-benar adat istiadat dan
persoalan orang Yahudi. Tampaknya Agripa yaitu seorang
cendekiawan juga, yang berpengetahuan luas dalam berbagai
hal mengenai bangsa Yahudi. Ia seorang pakar dalam pengeta-
huan tentang adat istiadat agama Yahudi, mengenal sifat-sifat-
nya, dan tahu bahwa semua adat istiadat itu tidak dimaksud-
kan untuk diberlakukan kepada semua bangsa atau bersifat
kekal. Ia juga ahli dalam menangani berbagai pertanyaan yang
muncul mengenai adat istiadat itu, untuk memutuskan hal-
hal yang tidak semua orang Yahudi menyepakatinya. Agripa
mengetahui dengan baik kitab-kitab Perjanjian Lama. Itulah
sebabnya ia dapat membuat penilaian yang lebih baik dari
pada orang lain atas pertentangan yang terjadi antara Paulus
dan orang-orang Yahudi mengenai apakah Yesus itu Mesias
atau bukan. Sungguh sangat membesarkan hati bagi seorang
pemberita firman untuk berbicara di hadapan orang-orang
yang cerdas dan mampu membedakan hal-hal yang pada haki-
katnya memang berbeda. saat Paulus berkata, Pertimbang-
kanlah sendiri apa yang aku katakan, ia seperti berbicara ke-
pada orang-orang yang bijaksana (1Kor. 10:15).
3. Oleh sebab itu Paulus memohon supaya Agripa mendengar-
kan dengan sabar, makrothymōs dengan menanggung sabar.
Paulus merancang sebuah pembelaan yang panjang, dan ia
memohon supaya Agripa mau mendengarkannya sampai sele-
sai dan jangan sampai merasa jemu. Ia merancang suatu pem-
belaan yang terus terang, serta memohon supaya Agripa mau
mendengarkannya dengan kepala dingin dan tidak menjadi
marah. Paulus memiliki beberapa alasan untuk merasa kha-
watir sebab Agripa yaitu seorang Yahudi yang sangat mahir
dalam seluk beluk adat istiadat bangsa Yahudi, dan sebab itu
lebih memiliki kemampuan dalam mengadili perkaranya. Na-
mun, pada tingkat tertentu boleh jadi ia sudah terpengaruh
oleh ragi orang-orang Yahudi, sehingga bisa saja berprasangka
buruk terhadap Paulus yang menjadi rasul bagi bangsa-bangsa
lain. Oleh sebab itu untuk mengambil hatinya, ia berkata:
aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku de-
ngan sabar. Pastilah, saat memberitakan iman kepercayaan
tentang Kristus, setidaknya kita mengharapkan orang untuk
mendengar dengan sabar.
II. Paulus mengaku bahwa walaupun ia dibenci dan dicap sebagai
seorang yang murtad, ia masih tetap berpegang teguh pada semua
hal baik yang diajarkan dan dilatihkan kepadanya sejak masa
muda. Ibadah agamanya selalu dibangun di atas dasar janji yang
diberikan Tuhan kepada nenek moyang mereka, dan hal ini masih
dipegangnya.
1. Lihatlah di sini agama apa yang dipeluk oleh Paulus saat ia
masih muda: jalan hidupnya diketahui semua orang (ay. 4-5).
Ia memang tidak dTuhan rkan di antara bangsanya sendiri, na-
mun dibesarkan di antara mereka di Yerusalem. Meskipun
pada tahun-tahun belakangan ini ia bergaul akrab dengan
bangsa-bangsa lain (yang sangat menyakitkan hati orang-
orang Yahudi), namun saat tampil di dunia ini ia sungguh
mengenal bangsa Yahudi dan sepenuhnya hidup dalam segala
kepentingan mereka. Ia tidak dididik oleh bangsa asing dan
tidak jelas,namun di tengah bangsanya sendiri di Yerusalem, di
mana agama dan pengetahuan sangat berkembang. Semua
orang Yahudi mengetahui hal ini. Semua dapat mengingatnya
dengan baik, sebab Paulus sangat menonjol waktu itu. Orang-
orang yang mengetahui dia sejak masa mudanya dapat ber-
saksi mengenai dirinya bahwa ia seorang Farisi. Bahwa ia
tidak hanya memeluk agama Yahudi dan menjadi orang yang
taat menjalankan semua peraturannya,namun bahwa ia hidup
menurut mazhab yang paling keras dalam agama itu, sangat
senang dan cermat dalam menjalankan semua ketetapan bagi
dirinya sendiri. Ia juga sangat keras dan cermat dalam me-
maksakan kebiasaan itu kepada orang lain. Ia tidak saja dise-
but sebagai orang Farisi,namun ia hidup sebagai seorang Farisi.
Semua orang yang mengenal dia sangat mengetahui bahwa ti-
dak ada orang Farisi yang begitu cermat mengikuti peraturan-
peraturan dari mazhabnya seperti dia. Ia bahkan berasal dari
golongan Farisi yang paling keras, sebab ia dididik dengan te-
liti di bawah pimpinan Gamaliel, seorang rabi termasyhur dari
sekolah agama dari keluarga Hilel, yang lebih ternama menge-
nai persoalan agama dibandingkan sekolah dari keluarga Samai.
Nah, jika Paulus yaitu seorang Farisi dan hidup sebagai
orang Farisi,
(1) Tentunya ia yaitu seorang cendekiawan, seorang yang ter-
pelajar, dan bukan seorang yang bodoh, buta huruf, dan
bekerja tanpa pikir. Orang-orang Farisi mengenal hukum
Taurat dan sangat mahir di dalamnya, demikian juga da-
lam menjelaskan adat istiadat dari hukum itu. Merupakan
suatu celaan bagi rasul-rasul lain yang tidak memiliki pen-
didikan tinggi dan hanya dibesarkan sebagai nelayan biasa
(4:13). Oleh sebab itu, orang-orang Yahudi yang tidak mau
percaya seharusnya tidak dapat dimaafkan lagi, sebab di
sini tampil seorang rasul yang pernah dididik di bawah
asuhan para ahli agama mereka yang ternama.
(2) Tentunya Paulus yaitu seorang yang berakhlak tinggi, se-
orang yang penuh kebajikan, dan bukan seorang muda
durjana atau bejat. Jika ia hidup sebagai seorang Farisi, ia
pasti bukan seorang pemabuk dan cabul. Dan sebagai se-
orang Farisi muda, kita dapat berharap bahwa ia bukanlah
seorang pemeras dan juga bukan orang yang belajar men-
jadi pemeras seperti yang dilakukan oleh orang-orang Farisi
tua yang licik dan tamak, yang suka menelan rumah janda-
janda miskin. Sebaliknya, ia yaitu seorang yang tidak ber-
cacat tentang kebenaran dalam menuruti hukum Taurat. Ia
juga tidak dapat didakwa melakukan perbuatan yang jahat
dan najis. sebab itu pula, ia tidak dapat dianggap telah
meninggalkan agamanya sebab tidak berpengetahuan me-
ngenai hal itu (sebab ia yaitu orang yang terpelajar). Ia
juga tidak dapat dianggap sebagai orang yang meninggal-
kan agama sebab tidak menyukai agama itu atau tidak
merasa puas terhadap kewajiban-kewajiban agama itu, se-
bab ia yaitu seorang yang saleh dan tidak tertarik kepada
hal-hal yang tidak berakhlak.
(3) Tentunya Paulus seorang yang berpegang teguh pada ajaran
agamanya, sehat dan kuat di dalam iman, bukan seorang
fasik atau orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan,
atau orang yang memegang dasar pikiran yang rusak se-
hingga membawa kepada pengkhianatan. Ia yaitu orang
Farisi yang bertentangan dengan orang Saduki. Ia meneri-
ma kitab-kitab Perjanjian Lama yang sebagian ditolak oleh
orang Saduki, serta percaya kepada dunia roh, jiwa yang ti-
dak dapat mati, kebangkitan tubuh jasmaniah, serta juga
upah dan hukuman di kehidupan yang akan datang, yang
semuanya ditolak oleh orang Saduki. Mereka tidak dapat
berkata bahwa ia telah meninggalkan agamanya sebab ti-
dak memahami sebagian asas pokok agamanya atau keku-
rangan wahyu Tuhan . Tidak, ia selalu memandang dengan
penuh rasa hormat janji yang diberikan Tuhan kepada nenek
moyangnya, dan ia membangun harapannya di atas dasar
janji ini .
Nah, walaupun Paulus sangat memahami bahwa semua
itu tidak akan membenarkan dirinya di hadapan Tuhan dan
juga tidak membuat dirinya menjadi orang benar,namun ia
tahu bahwa tindakannya ini yaitu untuk menjaga nama
baiknya di antara orang-orang Yahudi, dan bisa menjadi se-
buah pernyataan alasan ad hominem untuk menjadi perhati-
an Agrippa, bahwa ia bukanlah seseorang seperti yang mereka
gambarkan itu. Walaupun ia telah menganggap semua itu se-
bagai kerugian supaya ia memperoleh Kristus, ia mau menye-
butkannya jika itu dapat memuliakan Kristus. Ia sangat tahu
bahwa semua ini terjadi saat ia masih asing terhadap haki-
kat rohaniah dari hukum Tuhan dan terhadap agama batiniah.
Ia tahu bahwa kecuali kebenarannya dapat melebihi semua
hal ini, ia tidak akan dapat masuk ke dalam sorga. Walaupun
demikian, saat mengenang kembali semuanya itu, hatinya me-
rasa puas bahwa sebelum beriman kepada Kristus, ia bukan-
lah seorang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, duniawi,
dan jahat. Sebaliknya, sesuai dengan terang yang ia miliki, ia
telah hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Tuhan .
2. Lihatlah di sini agama seperti apa yang dipeluk Paulus seka-
rang. Benar bahwa ia sekarang tidak memiliki gairah lagi ter-
hadap hukum Taurat yang penuh dengan tata upacara itu
seperti pada masa mudanya. Ia menganggap bahwa semua
korban dan persembahan yang ditetapkan oleh hukum Taurat
ini telah digantikan oleh korban agung yang telah dilam-
bangkan oleh semua korban tadi. Pencemaran dan pentahiran
yang seremonial dari hukum itu sudah tidak dipedulikannya
lagi. Ia berpendapat bahwa keimamatan Lewi tenggelam de-
ngan hormat di dalam keimamatan Kristus. Namun, dasar-da-
sar pokok utama dari agamanya masih tetap dipegang teguh
seperti biasanya, dan bahkan lebih lagi, ia bertekad untuk hi-
dup dan mati oleh dasar-dasar pokok itu.
(1) Agamanya dibangun di atas janji yang diberikan Tuhan kepa-
da nenek moyangnya, dibangun di atas pewahyuan Tuhan ,
yang ia terima dan percayai. Ia mempertaruhkan nyawanya
di atas janji itu. Agamanya dibangun di atas kasih karunia
Tuhan , dan kasih karunia itu diwujudkan dan disampaikan
oleh janji itu. Janji Tuhan menjadi pedoman dan dasar dari
agamanya. Yaitu janji yang diberikan kepada nenek moyang
mereka, yang jauh lebih kuno dibandingkan hukum upacara
simbolis. Bahkan janji yang sebelumnya itu telah disahkan
Tuhan di dalam Kristus, dan tidak dapat dibatalkan oleh hu-
kum Taurat, yang baru terbit empat ratus tahun kemudian
(Gal. 3:17). Kristus dan sorga merupakan dua ajaran uta-
ma Injil bahwa Tuhan telah mengaruniakan hidup yang ke-
kal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Nah,
dua hal ini yaitu hakikat dari janji yang diberikan kepada
nenek moyang kita. Janji itu dapat dilihat jauh ke belakang
sebagai janji yang diberikan kepada bapa Adam mengenai
keturunan perempuan itu, berikut penemuan-penemuan
keadaan masa depan yang dilihat dengan iman oleh para
bapa leluhur. Namun, janji itu terutama dimaksudkan se-
bagai janji yang diberikan kepada bapa Abraham, bahwa di
dalam keturunannya semua kaum di muka bumi ini akan
mendapat berkat, dan bahwa Tuhan akan menjadi Tuhan bagi
dia dan keturunannya. Yang pertama berarti Kristus, dan
yang berikutnya berarti sorga. Sebab jika Tuhan tidak mem-
persiapkan sebuah kota bagi mereka, Ia akan malu menye-
but diri-Nya sebagai Tuhan mereka (Ibr. 11:16).
(2) Agamanya ada di dalam pengharapan atas janji itu. Paulus
tidak mendasarkan agamanya di atas hal-hal seperti ma-
kanan dan minuman serta peraturan-peraturan duniawi
seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi (Tuhan se-
ring menunjukkan bahwa Ia tidak terlampau memedulikan
hal-hal semacam itu),namun di dalam kepercayaan yang
bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Tuhan di dalam
kovenan itu, serta pada janji itu, yang menjadi piagam kese-
pakatan agung yang olehnya jemaat pertama kali didirikan.
[1] Ia memiliki pengharapan di dalam Kristus sebagai ketu-
runan yang dijanjikan. Ia berharap dapat diberkati di da-
lam Dia, untuk menerima berkat Tuhan , dan benar-benar
diberkati.
[2] Ia menaruh pengharapan akan sorga. Hal ini dinyata-
kannya dengan sungguh-sungguh sebagaimana yang di-
ungkapkannnya di dalam 24:15, bahwa akan ada ke-
bangkitan semua orang mati. Keyakinannya tidak dalam
hal-hal daging,namun dalam Kristus. Ia sama sekali ti-
dak mengharapkan hal-hal besar di dalam dunia ini.
Sebaliknya, ia mengharapkan hal-hal yang lebih besar
di dunia lain dibandingkan dengan apa pun yang kata-
nya dapat diberikan oleh dunia ini. Ia memusatkan per-
hatiannya pada keadaan yang akan datang.
(3) Dalam hal ini Paulus sependapat dengan orang-orang Ya-
hudi yang saleh. Imannya tidak saja sesuai dengan Kitab
Suci,namun juga sesuai dengan kesaksian jemaat, yang men-
jadi pendukungnya. Walaupun mereka menjadikan dirinya
sebagai sasaran, ia tidak sendirian: Kedua belas suku kita,
yang menjadi anggota jemaat orang-orang Yahudi, semen-
tara mereka siang malam beribadah kepada Tuhan dengan
tekun, mengharapkan penggenapan janji ini, yaitu semua
hal baik yang dijanjikan. Di sini bangsa Israel disebut ke-
dua belas suku, sebab memang begitulah pada mulanya.
Meskipun kita tidak membaca bahwa sepuluh suku yang
lain juga kembali berkumpul, kita memiliki alasan untuk
beranggapan bahwa ada banyak orang-orang tertentu,
setidaknya dari setiap suku, yang kembali ke negeri mereka
sendiri. Mungkin sebagian besar dari mereka yang dibawa
sebagai tawanan datang kembali secara bertahap. Kristus
juga pernah berbicara mengenai kedua belas suku Israel
(Mat. 19:28). Hana juga berasal dari suku Asyer (Luk. 2:36).
Yakobus menujukan surat penggembalaannya kepada kedua
belas suku di perantauan (Yak. 1:1). Kedua belas suku
kitalah yang membentuk bangsa kita, yang di dalamnya
aku dan saudara-saudaraku yang lain termasuk. Sekarang
semua orang Israel mengaku percaya kepada janji menge-
nai Kristus dan sorga, dan berharap memperoleh berkat
dari janji itu. Mereka semua berharap kepada Sang Mesias
yang akan datang, sedang kami yang telah menjadi
orang-orang Kristen berharap kepada Mesias yang sudah
datang. Dengan demikian kita semua dapat sepakat bahwa
kita membangun di atas dasar janji yang sama. Mereka
mencari kebangkitan orang mati dan kehidupan di dalam
dunia yang akan datang, dan inilah yang aku cari. Meng-
apa aku harus dipandang sebagai orang yang memberita-
kan sesuatu yang berbahaya dan menyimpang dari peng-
ajaran yang berlaku, atau dipandang sebagai orang yang
murtad dari iman dan ibadah jemaat Yahudi, sementara
aku bersesuaian dengan mereka dalam hal ajaran yang
mendasar ini? Aku berharap pada akhirnya aku akan
sampai di sorga yang sama seperti yang mereka harapkan.
Jika kita berharap dapat berjumpa dengan penuh bahagia
di akhir hidup kita, mengapa kita harus bertengkar di da-
lam perjalanan ini? Bahkan lebih dari itu, jemaat orang-
orang Yahudi tidak saja mengharapkan kegenapan janji ini,
tetapi dalam pengharapan itulah mereka siang malam mela-
kukan ibadahnya dengan tekun. Ibadah di dalam Bait Suci
diselenggarakan terus-menerus untuk memenuhi kewajib-
an agama, petang dan pagi, siang dan malam, dari awal ta-
hun sampai akhir tahun. Semua ini dipelihara oleh imam-
imam dan orang-orang Lewi, serta mereka yang disebut
orang-orang yang tetap, yang selalu hadir di sana untuk
menumpangkan tangan mereka ke atas persembahan
umat, sebagai perwakilan dari kedua belas suku. Ibadah ini
diselenggarakan sebagai pengakuan iman atas janji hidup
yang kekal dan pengharapan yang ada di dalamnya. Paulus
melakukan ibadahnya siang dan malam dengan tekun di
dalam pengharapannya akan Injil Anak Tuhan , sedang
melalui perwakilan kedua belas suku itu mereka juga mela-
kukannya di dalam hukum Taurat Musa. Namun, ia dan
mereka melakukannya di dalam pengharapan akan janji
yang sama. Oleh sebab itu mereka tidak boleh meman-
dangku sebagai orang yang telah meninggalkan jemaat, se-
lama aku masih memegang janji yang sama, janji yang juga
mereka pegang. Terlebih lagi orang-orang Kristen, yang
berharap kepada Yesus yang sama, sorga yang sama, wa-
laupun berbeda dalam cara dan tata ibadah, seharusnya
saling mengharapkan yang terbaik bagi satu sama lain dan
hidup bersama-sama di dalam kasih yang kudus. Atau itu
dapat juga diartikan sebagai orang-orang tertentu yang te-
tap bersekutu di dalam jemaat orang-orang Yahudi dan sa-
ngat saleh dalam kehidupan mereka, yang beribadah ke-
pada Tuhan dengan sungguh-sungguh, menggunakan akal
sehat, dan melakukannya dengan tekun. Siang dan malam,
sama seperti Hana yang tidak pernah meninggalkan Bait
Tuhan , beribadah kepada Tuhan (istilah yang sama diguna-
kan di sini), dengan berpuasa dan berdoa (Luk. 2:37). De-
ngan cara ini mereka berharap dapat mencapai janji itu,
dan aku berharap mereka akan sampai di sana. Perhati-
kanlah, hanya orang-orang yang rajin dan tekun beribadah
kepada Tuhan sajalah yang dapat mengharapkan hidup yang
kekal di atas dasar yang baik dan benar. Harapan akan
hidup yang kekal harus dapat membuat kita menjadi rajin
dan tekun dalam menjalankan semua kewajiban agama
kita. Kita harus terus melanjutkan pekerjaan kita dengan
mata yang terarah ke sorga. Orang-orang yang tekun ber-
ibadah kepada Tuhan siang dan malam, walaupun dengan
cara yang berbeda dengan cara kita, harus kita nilai de-
ngan penuh kemurahan hati.
(4) Inilah yang sekarang membuat Paulus menderita sebab
memberitakan ajaran yang mereka sendiri harus terima
dan akui, jika mereka memahaminya dengan benar. Seka-
rang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku
mengharapkan janji yang diberikan kepada nenek moyang
kita. Ia berpegang pada janji itu dan menentang hukum
upacara simbolis, sementara para pendakwanya berpegang
pada hukum upacara simbolis dan menentang janji itu:
Dan sebab pengharapan itulah, ya Raja Agripa, aku ditu-
duh oleh orang-orang Yahudi. Sebab aku melakukan apa
yang wajib aku lakukan oleh pengharapan terhadap janji
itu. Merupakan hal yang lazim bagi orang untuk mem-
benci dan menyerang kekuatan agama orang lain yang ber-
beda dengan agama yang mereka bangga-banggakan. Peng-
harapan Paulus itu sama seperti pengharapan mereka juga
(24:15), dan sekarang mereka menjadi marah kepadanya
sebab ia melakukan apa yang sesuai dengan pengharapan
itu. Namun, penganiayaan itu menjadi suatu kehormatan
baginya, sebab saat ia menderita sebagai seorang Kristen,
itu berarti ia menderita sebab pengharapan Israel (28:20).
(5) Inilah yang ingin ia ajak semua yang mendengar untuk me-
nerima dengan hati terbuka (ay. 8): Mengapa kamu meng-
anggap mustahil, bahwa Tuhan membangkitkan orang mati?
Tampaknya pernyataan ini muncul secara tiba-tiba.namun
ada kemungkinan apa yang disampaikan Paulus jauh lebih
banyak dari pada yang tercatat di sini. Ia menjelaskan janji
yang diberikan kepada nenek moyang mereka itu sebagai
janji akan kebangkitan dan hidup kekal. Dan ia membukti-
kan bahwa ia ada di jalur yang benar dalam mengejar peng-
harapannya atas kebahagiaan itu, sebab ia percaya kepada
Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati, yang men-
jadi tanda dan jaminan terhadap kebangkitan yang diharap-
kan oleh nenek moyang mereka. Oleh sebab itu, dengan
sungguh-sungguh Paulus menghendaki mereka dapat me-
ngenal kuasa kebangkitan Kristus, supaya olehnya ia ber-
oleh kebangkitan dari antara orang mati (Flp. 3:10-11). Se-
karang, banyak dari orang-orang yang sedang mendengar-
kan dia berasal dari bangsa-bangsa lain. Mungkin sebagian
besar dari mereka, khususnya Festus, saat mendengar
dia banyak berbicara mengenai kebangkitan Kristus dan
kebangkitan dari antara orang mati seperti yang diharap-
kan oleh kedua belas suku Israel, mulai mengejek Paulus
seperti yang dilakukan orang-orang Atena. Mungkin mere-
ka mulai tersenyum-senyum mendengar hal itu, saling ber-
bisik satu sama lain, dan mengatakan betapa tidak masuk
akalnya hal itu. Oleh sebab itu, Paulus merasa perlu ber-
debat dengan mereka. Apa! Apakah menurut pendapatmu
mustahil bagi Tuhan membangkitkan orang mati? Begitulah
seharusnya kalimat itu dibaca. Jika kamu menganggap hal
itu ajaib, apakah Aku harus menganggapnya ajaib juga? De-
mikianlah firman TUHAN semesta alam (Za. 8:6). Kalaupun
melampaui kuasa alam, hal itu tidak melampaui kuasa
Tuhan yang menciptakan alam ini. Perhatikanlah, tidak ada
alasan sama sekali bagi kita untuk beranggapan bahwa
Tuhan tidak mungkin bisa membangkitkan orang mati. Kita
tidak diminta untuk mempercayai segala sesuatu yang me-
mang mustahil, segala sesuatu yang mengandung perten-
tangan. ada cukup banyak alasan yang dapat diper-
caya untuk membawa kita menelusuri semua pengajaran
agama Kristen, dan khususnya di sini mengenai kebangkit-
an orang mati. Bukankah Tuhan memiliki kemahakuasaan
yang tidak terbatas, sehingga tidak ada yang mustahil bagi-
Nya? Bukankah Dia yang menciptakan dunia ini untuk
pertama kali dari ketiadaan, dengan mengucapkan firman-
Nya? Bukankah Dia yang membentuk tubuh kita dari debu
tanah dan mengembuskan nafas hidup ke dalam kita pada
mulanya? Jadi masakan Dia tidak sanggup dengan kuasa
yang sama membentuk mereka kembali dari debu tanah
mereka sendiri serta memberi kehidupan ke dalam me-
reka lagi? Bukankah kita juga melihat bentuk kebangkitan
lainnya di alam ini, setiap kali musim semi datang kem-
bali? Jika matahari memiliki kuasa untuk membangkitkan
kembali tumbuh-tumbuhan yang sudah mati, apakah tam-
pak mustahil bagi kita bahwa Tuhan sanggup membangkit-
kan tubuh-tubuh yang sudah mati?
III. Paulus mengakui bahwa saat ia masih hidup sebagai orang Fa-
risi, ia sangat memusuhi orang-orang Kristen dan Kekristenan. Ia
mengira bahwa ia harus berlaku seperti itu dan tetap seperti itu,
sampai akhirnya Kristus membuat perubahan yang indah di da-
lam dirinya. Hal ini ia katakan,
1. Untuk menunjukkan bahwa ia menjadi seorang Kristen dan
pemberita firman bukanlah sebagai hasil dan akibat dari wa
taknya atau kecenderungannya. Bukan juga sebab pemikir-
annya berangsur-angsur menyukai ajaran Kristen. Ia tidak
meneliti Kekristenan melalui berbagai alasan sebab akibat, te-
tapi dibuat menjadi sepenuhnya yakin langsung dari keadaan-
nya yang penuh dengan prasangka buruk terhadap Kekristenan.
Dengan begitu tampaklah bahwa dia dibuat menjadi Kristen
dan menjadi seorang pengkhotbah oleh suatu kuasa adikodra-
ti. Dengan demikian, perubahan hidupnya tidak saja bagi diri-
nya sendiri,namun bagi orang lain juga, sebagai sebuah bukti
yang meyakinkan tentang kebenaran Kekristenan.
2. Mungkin Paulus merancang pernyataan itu sebagai alasan un-
tuk memaafkan para penganiayanya, seperti yang pernah di-
perbuat Kristus saat Ia berkata, mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat. saat menganiaya murid-murid Kristus, ia
mengira bahwa ia melakukan apa yang seharusnya ia laku-
kan. Dan sekarang, dengan kemurahan hati ia berpikir bahwa
mereka juga melakukan kesalahan yang sama. Amatilah,
(1) Betapa bodohnya pendapat yang ia pegang (ay. 9): Ia sen-
diri pernah menyangka bahwa ia harus keras bertindak, de-
ngan menggunakan segala sesuatu yang ada di dalam kua-
sanya, menentang nama Yesus dari Nazaret, menentang
pengajaran-Nya, kehormatan-Nya, kepentingan-Nya. Sebe-
narnya, nama itu sendiri tidak mendatangkan bahaya. Na-
mun, sebab nama itu tidak sesuai dengan gagasan menge-
nai kerajaan Mesias yang ia bayangkan, ia menentangnya
dengan sekuat tenaga. Ia menyangka bahwa dengan cara
menganiaya orang-orang yang memanggil nama Yesus Kris-
tus, ia telah melayani Tuhan dengan baik. Perhatikanlah,
sangat mungkin orang-orang yang dengan yakin menyang-
ka berada di jalan yang benar, ternyata kemudian terbukti
berada di jalan yang salah. Begitu juga halnya dengan
orang-orang yang mengira menjalankan kewajiban agama
mereka, ternyata dengan sengaja tetap melakukan dosa
yang terbesar. Orang-orang yang membenci saudara-sau-
dara mereka, dan mengucilkan mereka, berkata, biarlah
TUHAN dipermuliakan (Yes. 66:5, TL). Di bawah bendera
dan dalih agama, tindak kejahatan yang paling biadab dan
tidak berperikemanusiaan tidak saja dibenarkan,namun
juga dikuduskan dan diagungkan (Yoh. 16:2).
(2) Betapa dengan amarah yang meluap-luap ia melakukan
penganiayaan itu (ay. 10-11). Tidak ada dasar tindakan
yang lebih kejam di dunia ini selain hati nurani yang mene-
rima keterangan yang salah. saat Paulus mengira bahwa
ia wajib menentang nama Kristus dengan sekuat tenaga, ia
tidak segan-segan berjerih payah dan mengorbankan apa
pun untuk itu. Ia menjelaskan apa yang telah ia lakukan
itu, dan menegaskannya sebagai orang yang benar-benar
menyesali perbuatannya: aku yaitu seorang penghujat
dan seorang penganiaya yang ganas (1Tim. 1:13).
[1] Ia menjejali penjara-penjara dengan orang-orang Kristen
seolah-olah mereka yaitu penjahat-penjahat yang pa-
ling bejat. Melalui penganiayaan ini, ia berharap tidak
saja dapat menanamkan kengerian kepada mereka,namun
juga membuat mereka menjadi kebencian bagi orang ba-
nyak. Ia menjadi Iblis yang melemparkan beberapa
orang percaya ke dalam penjara (Why. 2:10). Ia mema-
sukkan mereka ke dalam penjara supaya mereka dapat
dianiaya. Aku telah memasukkan banyak orang kudus
ke dalam penjara (26:10), laki-laki dan perempuan (8:3).
[2] Ia menjadikan dirinya sebagai alat dari imam-imam ke-
pala. Dalam hal ini dengan menerima kuasa dari mereka,
sebagai seorang bawahan. Ia sangat bangga sebab
menjadi orang yang berkuasa menjalankan tugas peng-
aniayaan seperti itu.
[3] Tanpa diminta, ia ikut campur tangan dalam mengusul-
kan hukuman mati bagi orang-orang Kristen, khususnya
Stefanus, yang hukuman matinya mendapat persetuju-
an dari dirinya (8:1). Dengan demikian ia menjadikan
dirinya sebagai particeps criminis orang yang turut
mengambil bagian dalam kejahatan. Mungkin sebab se-
mangatnya inilah, ia berhasil menjadi anggota mahka-
mah agama, walaupun masih berusia muda. Dari situ-
lah ia mengusulkan untuk menjatuhkan hukuman mati
bagi orang-orang Kristen. Atau, setelah mereka dihu-
kum, ia memberi alasan untuk membenarkan apa
yang telah dilakukan. Dengan demikian ia menjadikan
dirinya bersalah ex post facto sesudah perbuatan dila
kukan, seolah-olah dia yaitu seorang hakim atau ang-
gota dewan juri.
[4] Ia menjatuhkan hukuman atas tindakan pelanggaran
ringan, di rumah-rumah ibadat, di mana mereka disesah
sebagai pelanggar-pelanggar peraturan rumah ibadat. Ia
sudah menghukum banyak orang. Bahkan lebih dari
itu, sepertinya ia sering menyiksa orang-orang yang sama,
seperti dirinya sendiri yang pernah disesah sampai lima
kali (2Kor. 11:24).
[5] Ia tidak saja menghukum mereka sebab agama mereka,
tetapi sambil membanggakan diri sebab mampu me-
nguasai hati nurani orang lain, ia memaksa mereka me-
nyangkal agama mereka dengan cara menganiaya me-
reka: Aku memaksa mereka untuk menyangkal Kristus
dan menyatakan bahwa Dia yaitu seorang penipu dan
mereka semua telah tertipu oleh-Nya. Ia memaksa me-
reka menyangkal Tuhan mereka dan meninggalkan ke-
wajiban-kewajiban mereka kepada-Nya. Tidak ada yang
lebih memberatkan para penganiaya selain pemaksaan
terhadap hati nurani manusia, tidak peduli sebangga
apa pun mereka sekarang atas diri orang-orang yang
mereka buat baru percaya akibat paksaan mereka.
[6] Kegeramannya begitu meluap-luap terhadap orang Kris-
ten dan Kekristenan sampai Yerusalem sendiri menjadi
panggung yang terlampau sempit untuk bertindak. Aki-
batnya, dalam amarah yang meluap-luap terhadap me-
reka, ia mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota
asing. Ia marah terhadap mereka sebab melihat bagai-
mana mereka mampu membela diri, meskipun ia sudah
berusaha keras menentang mereka. Ia marah melihat
bagaimana jumlah mereka semakin berlipat ganda kare-
na penindasan itu. Amarahnya meluap-luap. Gelombang
amarahnya tidak dapat dibendung dan dibatasi. Ia men-
jadi kengerian bagi dirinya sendiri dan juga bagi banyak
orang lain. Begitu besar kejengkelan di dalam dirinya
hingga ia tidak mampu mengatasinya, begitu pula ama-
rahnya terhadap mereka. Para penganiaya yaitu orang-
orang gila, dan beberapa di antara mereka gila melam-
paui batas. Paulus menjadi marah melihat orang-orang
yang tinggal di kota-kota lain tidak terlampau keras
menentang orang-orang Kristen. Itulah sebabnya ia si-
buk mengurusi hal-hal yang sebenarnya bukan urusan-
nya dengan menganiaya orang-orang Kristen, bahkan
sampai ke kota-kota asing. Tidak ada dasar tindakan
yang lebih meresahkan selain kebencian, khususnya ke-
bencian yang melibatkan hati nurani.
Inilah watak Paulus dan inilah cara hidupnya pada masa muda-
nya. Itulah sebabnya ia tidak dapat dianggap menjadi orang Kristen
sebab pendidikan atau sebab adat kebiasaan, atau ditarik oleh ha-
rapan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Semua keberatan
di luar dirinya bertentangan dengan keberadaannya sebagai seorang
Kristen.
Pembelaan Paulus yang Kelima
(26:12-23)
12 Dan dalam keadaan demikian, saat aku dengan kuasa penuh dan tugas
dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik, 13 tiba-tiba, ya
Raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya
yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku
dan teman-teman seperjalananku. 14 Kami semua rebah ke tanah dan aku
mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani:
Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menen-
dang ke galah rangsang. 15namun aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan?
Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu. 16namun sekarang, bangun-
lah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan
engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kau-
lihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu
nanti. 17 Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-
bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, 18 untuk mem-
buka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang
dan dari kuasa Iblis kepada Tuhan , supaya mereka oleh iman mereka kepada-
Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. 19 Sebab itu, ya Raja Agripa,
kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. 20namun
mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Ye-
rusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain,
bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Tuhan serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu. 21 sebab itulah
orang-orang Yahudi menangkap aku di Bait Tuhan , dan mencoba membunuh
aku. 22namun oleh pertolongan Tuhan aku dapat hidup sampai sekarang dan
memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan
apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberi-
tahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, 23 yaitu, bahwa Mesias harus
menderita sengsara dan bahwa Ia yaitu yang pertama yang akan bangkit
dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada
bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.
Semua orang yang percaya kepada Tuhan dan menghormati kedaulatan-
Nya, harus mengakui bahwa orang-orang yang berbicara dan bertin-
dak sesuai dengan petunjuk-Nya serta memperoleh jaminan diri-Nya,
tidak boleh dimusuhi, sebab itu berarti melawan Tuhan . Nah, dengan
penuturan yang jelas dan jujur atas masalah yang sebenarnya, di sini
Paulus membuktikan di hadapan sidang yang mulia ini, bahwa ia
menerima panggilan langsung dari sorga untuk memberitakan Injil
Kristus kepada dunia bangsa-bangsa lain, yang membuat jengkel
orang-orang Yahudi sehingga menentang dia. Di sini ia menunjukkan,
I. Bahwa ia menjadi orang Kristen sebab kuasa Tuhan , walaupun ia
berprasangka melawan jalan itu. Ia dibawa ke jalan Kristen
dengan tiba-tiba oleh kuasa dari sorga. Ia tidak dipaksa untuk
mengakui Kristus oleh kekuatan luar seperti halnya ia memaksa
orang lain untuk menghujat Dia,namun oleh kekuatan Tuhan dan
rohaniah, melalui sebuah wahyu Kristus dari sorga, baik ke-
padanya maupun di dalam dirinya. Hal ini terjadi saat ia sedang
berada di puncak kehidupan dosanya, saat sedang menuju
Damsyik untuk menghancurkan Kekristenan dengan cara meng-
aniaya orang-orang Kristen di kota itu. Dengan penuh semangat
seperti biasanya bila berkaitan dengan urusan ini, kegiatannya
untuk menganiaya sama sekali tidak kendur atau menjadi lelah.
Ia juga tidak tergoda untuk menyerah saat teman-temannya ga-
gal, sebab kali ini, lebih dibandingkan sebelumnya, ia memperoleh
kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala untuk menganiaya
Kekristenan. Dalam keadaan seperti itulah ia dipaksa menyerah
oleh kuasa yang lebih besar dan diberi tugas lain untuk mem-
beritakan Kekristenan. Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya
perubahan yang mengejutkan ini, suatu penglihatan dari sorga
dan suara dari sorga, yang menyampaikan pengetahuan tentang
Kristus melalui dua indra pembelajaran, yaitu melihat dan men-
dengar.
1. Dia melihat suatu penglihatan sorgawi. Keadaannya luar biasa
hingga pastilah itu bukan sebuah khayalan yang menyesatkan
deciptio visus. Sebaliknya, tidak diragukan lagi bahwa yang
ia lihat yaitu suatu penampakan Tuhan .
(1) Ia melihat cahaya yang sangat kuat turun dari langit, se-
suatu yang tidak dapat dilakukan oleh tangan manusia, se-
bab saat itu bukan malam hari, melainkan pada tengah
hari bolong. Cahaya itu tidak muncul di dalam rumah, di
mana akal-akal tipuan bisa dilakukan,namun di tengah ja-
lan, di tempat terbuka. Cahaya itu yaitu cahaya yang lebih
terang dari pada matahari, yang mengalahkan dan mere-
dupkan cahaya matahari (Yes. 24:23). Dan juga, ini bukan-
lah hasil khayalan Paulus, sebab cahaya itu meliputi dia
dan teman-teman seperjalanannya. Mereka semua merasa-
kan diliputi oleh cahaya yang terang benderang, yang mem-
buat matahari tidak begitu terang di mata mereka. Kekuatan
dan kuasa cahaya ini mulai menunjukkan pengaruhnya.
Mereka semua rebah ke tanah sebab penglihatan yang
membuat mereka mengalami kelumpuhan itu. Cahaya ini
berkilat sebab kekuatannya, namun tidak menyambar se-
perti kilat,namun terus bercahaya meliputi mereka. Di masa
Perjanjian Lama, Tuhan biasanya menyatakan diri-Nya di
dalam kekelaman, dan menjadikan kekelaman itu sebagai
tempat kediaman-Nya (2Taw. 6:1). Ia berbicara kepada
Abraham dalam gelap gulita yang mengerikan (Kej. 15:12),
sebab masa itu yaitu masa kegelapan. Namun, sekarang
hidup yang tidak dapat binasa dibawa kepada terang me-
lalui Injil Kristus yang datang di dalam terang yang besar.
Di dalam penciptaan kasih karunia, seperti halnya dunia
ini, hal pertama yang diciptakan yaitu terang (2Kor. 4:6).
(2) Kristus sendiri menampakkan diri kepadanya (ay. 16): Aku
menampakkan diri kepadamu untuk maksud ini. Kristus
ada di dalam terang ini, walaupun orang-orang yang men-
jadi teman seperjalannya hanya melihat terang dan tidak
melihat Kristus di dalamnya. Tidak semua pengetahuan
akan membuat kita menjadi seorang Kristen,namun penge-
tahuan itu haruslah pengetahuan tentang Kristus.
2. Dia mendengar suara sorgawi, suara yang terdengar jelas,
yang berbicara kepadanya. Di sini dikatakan bahwa suara itu
disampaikan dalam bahasa Ibrani (yang tidak disebutkan se-
belumnya), bahasa ibunya, bahasa agamanya, untuk menun-
jukkan kepadanya bahwa walaupun ia akan diutus di antara
bangsa-bangsa lain, ia tidak boleh lupa bahwa ia yaitu se-
orang Ibrani, serta juga tidak boleh menjadi orang asing ter-
hadap bahasa Ibrani. Dalam apa yang dikatakan Kristus kepa-
danya kita dapat amati,
(1) Bahwa Kristus memanggil dia sesuai dengan namanya, dan
berulang kali (Saulus, Saulus), yang tentunya mengejutkan
dan mencengangkan dia. Terlebih lagi, ia sekarang sedang
berada di tempat asing, di mana tidak seorang pun menge-
nal dirinya.
(2) Bahwa Kristus menginsafkan dia akan dosanya. Akan dosa
besar yang sekarang sedang diembannya, yaitu dosa untuk
menganiaya orang-orang Kristen. Kristus menunjukkan ke-
padanya betapa tidak masuk akalnya tugasnya itu.
(3) Bahwa Kristus turut merasakan penderitaan para peng-
ikut-Nya: Engkau menganiaya aku (ay. 14), dan sekali lagi,
Akulah Yesus yang kauaniaya itu (ay. 15). Tidak terpikir-
kan oleh Paulus bahwa saat menginjak-injak orang-orang
yang ia pandang sebagai beban dan noda bagi bumi ini, se-
benarnya ia sedang menghina Dia yang sangat mulia bagi
sorga.
(4) Bahwa Kristus menegur dia terus melawan keyakinan itu:
Sukar bagimu menendang ke galah rangsang, atau galah
penghalau, seperti anak lembu yang tidak terlatih. Pada
awalnya, semangat Paulus mungkin mulai bangkit, namun
dia diberi tahu bahwa ia akan binasa kalau melakukan hal
itu terus, dan setelah itu ia menyerah. Atau, mungkin juga
hal itu dikatakan dengan nada memperingatkan: Berhati-
hatilah supaya jangan sampai engkau menolak diinsafkan,
sebab semua ini dirancang untuk mengubah hatimu, tidak
untuk melawanmu.
(5) Bahwa atas pertanyaannya, Kristus memperkenalkan diri
kepadanya. Paulus bertanya (ay. 15), Siapa Engkau, Tu-
han? Beritahukanlah siapa yang berbicara kepadaku dari
sorga, supaya aku dapat menjawabnya dengan pantas?
Dan Ia menjawab, Akulah Yesus, yang engkau hina itu,
yang engkau benci dan fitnah. Akulah yang menanggung
nama itu, yang telah engkau buat sampai begitu dibenci
dan kausebut sebagai penjahat. Paulus mengira Yesus su-
dah terkubur di dalam tanah, dan mayatnya dicuri dari ku-
burnya sendiri dan dipindahkan ke tempat lain. Semua
orang Yahudi diajar untuk berkata seperti itu. Itulah se-
babnya ia merasa heran mendengar Dia berbicara dari
langit, melihat dirinya diliputi oleh kemuliaan yang sebe-
lumnya telah ia hina sekuat tenaga. Kejadian ini meyakin-
kan dirinya bahwa ajaran Yesus bersifat Tuhan dan sorgawi.
Tidak saja tidak boleh ditentang,namun harus disambut de-
ngan hangat: Bahwa Yesus yaitu Sang Mesias, sebab ti-
dak saja Ia telah dibangkitkan dari kematian,namun Ia telah
menerima kehormatan dan kemuliaan dari Tuhan Bapa. Keja-
dian ini cukup untuk membuat dia segera menjadi seorang
Kristen, meninggalkan kumpulan para penganiaya yang di-
tentang sendiri oleh Tuhan yang menampakkan diri dari
sorga, dan menggabungkan diri dengan kelompok yang ter-
aniaya, yang dibela oleh Tuhan yang turun dari sorga un-
tuk mereka.
II. Bahwa ia dijadikan seorang pelayan Tuhan oleh kuasa Tuhan : Bah-
wa Yesus yang sama, yang telah menampakkan diri kepadanya di
dalam terang yang mulia itu memerintahkan kepadanya untuk per-
gi dan memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Ia tidak me-
larikan diri dari pengutusan itu. Ia juga tidak diutus oleh manusia
yang sama seperti dia,namun oleh Dia yang diutus Bapa (Yoh.
20:21). Apa yang ia katakan di sini mengenai pengangkatannya
sebagai seorang rasul berkaitan dengan apa yang pernah dikata-
kan kepadanya melalui ayat-ayat lain, yang tampaknya berasal
dari pasal 9:15 dan pasal 22:15, 17, dan seterusnya, yang disam-
paikan kepadanya sesudah peristiwa itu. Namun, di sini ia meng-
gabungkan kedua pernyataan itu untuk meringkas: Bangunlah
dan berdirilah. Orang-orang yang sebab terang Injil dibuat Kris-
tus tersungkur dalam kehinaan akibat dosa akan mendapati diri-
nya bangun dan berdiri di dalam kasih karunia, kekuatan, dan,
penghiburan rohani. Jika Kristus menghancurkan, itu supaya Ia
dapat menyembuhkan. Ia merobohkan, itu supaya Ia dapat mem-
bangkitkan. Kebaskanlah debu dari padamu, bangunlah (Yes.
52:2). Tolonglah dirimu sendiri dan Kristus akan menolongmu.
Engkau harus bangkit, sebab Kristus akan menolongmu. Paulus
harus bangkit, sebab Kristus memiliki pekerjaan baginya me-
miliki sebuah pesan khusus, pesan yang sangat baik, untuk men-
jadikan dia utusan-Nya: Aku menampakkan diri kepadamu untuk
menetapkan engkau menjadi pelayan. Kristus telah menetapkan
pelayan-pelayan-Nya sendiri. Mereka menerima kemampuan dan
tugas dari Dia. Paulus bersyukur kepada Kristus Yesus yang telah
menempatkan dirinya di dalam pelayanan (1Tim. 1:12). Kristus
menampakkan diri kepadanya untuk menetapkan dia menjadi pe-
layan. Dengan satu atau lain cara, Kristus akan menyatakan diri-
Nya kepada semua orang yang ditetapkan-Nya sebagai pelayan-
Nya. Sebab, bagaimana mereka dapat memberitakan Dia kalau
mereka tidak mengenal Dia? Dan bagaimana mereka dapat me-
ngenal Dia jika Ia tidak memperkenalkan diri di dalam Roh-Nya?
Amatilah,
1. Jabatan yang ditetapkan Kristus bagi Paulus yaitu : dia dija-
dikan sebagai seorang pelayan, untuk melayani Kristus dan
bertindak bagi-Nya, sebagai seorang saksi. Untuk membuk-
tikan kebenaran ajaran-Nya. Ia harus menyaksikan kebenaran
Injil kasih karunia Tuhan . Kristus menampakkan diri kepadanya
supaya ia dapat tampil bagi Kristus di hadapan orang banyak.
2. Isi kesaksian Paulus: Ia harus memberi kesaksian kepada
dunia,
(1) Tentang segala sesuatu yang telah ia lihat. Sekarang, pada
saat ini, ia harus memberitahukan kepada orang-orang
bahwa Kristus telah menampakkan diri kepadanya di te-
ngah jalan dan apa saja yang telah Ia katakan kepadanya.
Ia melihat semua hal ini, supaya ia dapat memberitakan-
nya, seperti apa yang terjadi di sini dan sebelumnya (22).
(2) Tentang apa yang akan diperlihatkan Kristus kepadanya.
Sekarang Kristus sedang mengadakan cara berkomunikasi
dengan Paulus, yang setelah itu terus dilakukan-Nya, te-
tapi untuk saat ini Ia hanya memberitahukan bahwa Pau-
lus akan mendengar lebih lanjut dari Dia. Pada mulanya,
Paulus tidak memahami apa-apa tentang Injil sampai Kris-
tus menampakkan diri kepadanya dan memberi pe-
tunjuk sepenuhnya. Injil yang ia beritakan diterimanya
langsung oleh pernyataan Kristus (Gal. 1:12). Namun, ia
menerimanya secara berangsur-angsur. Beberapa diterima-
nya pada saat tertentu, dan beberapa lagi pada saat yang
lain, sesuai dengan kesempatan yang ada. Kristus sering
menampakkan diri kepada Paulus, dan kemungkinan besar
lebih sering lagi dari pada yang telah dicatat di sini. Kristus
tetap mengajarnya, supaya ia tetap dapat mengajar penge-
tahuan kepada orang banyak.
3. Perlindungan rohani yang ia terima sementara ia dipakai
Kristus sebagai saksi-Nya: semua kuasa kegelapan tidak dapat
menang terhadapnya sampai ia menyelesaikan kesaksiannya
(ay. 17), mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bang-
sa-bangsa lain. Perhatikanlah, saksi-saksi Kristus berada di
bawah pemeliharaan-Nya yang khusus. Walaupun mereka da-
pat jatuh ke tangan musuh, Ia akan memelihara mereka un-
tuk menyelamatkan mereka dari tangan musuh, dan Dia tahu
bagaimana melakukannya. Pada saat ini Kristus telah menun-
jukkan kepada Paulus betapa banyak penderitaan yang harus
ia tanggung (9:16). Namun, di sini Ia berkata bahwa Ia akan
mengasingkan dia dari bangsa ini. Penderitaan hebat dapat
diimbangi dengan janji penyelamatan umat Tuhan . Sebab Kris-
tus tidak berjanji bahwa mereka akan dijauhkan dari pende-
ritaan,namun akan dijaga-Nya untuk bisa melalui penderitaan
itu. Kadang-kadang Tuhan menyerahkan umat-Nya ke tangan
para penganiaya mereka supaya Ia mendapat kehormatan saat
melepaskan mereka dari tangan musuh-musuh mereka.
4. Pengutusan khusus yang diberikan kepadanya untuk pergi ke
tengah bangsa-bangsa lain dan pesan yang harus disampaikan
dengan pengutusannya itu. Pengutusan kepada bangsa-bangsa
lain itu terjadi beberapa tahun setelah pertobatan Paulus, atau
(sebab semuanya tampak mengarah ke situ) setelah ia tahu
bahwa ia dirancang untuk tujuan itu (lihat 22:21). Namun,
pada akhirnya ia diperintahkan untuk mengarahkan dirinya
ke sana.
(1) Ada pekerjaan besar yang harus dilakukan di antara bang-
sa-bangsa lain, dan Paulus yang harus melaksanakannya.
Ada dua hal yang harus dilakukan:
[1] Sebuah dunia yang diam dalam kegelapan haruslah di-
terangi. Mereka harus diajak mengetahui hal-hal yang
diperlukan untuk memiliki kedamaian kekal yang selama
ini telah mereka abaikan. Untuk mengenal Tuhan sebagai
tujuan mereka, serta Kristus sebagai jalan mereka, yang
sampai saat itu belum mereka kenal. Ia diutus untuk
membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari ke-
gelapan kepada terang. Pemberitaannya tidak saja da-
pat memberitahukan hal-hal yang tidak pernah mereka
dengar sebelumnya,namun harus dapat menjadi saluran
dari kasih karunia dan kuasa Tuhan . Dengan demikian
pengertian mereka akan diterangi hingga mampu mene-
rima hal-hal seperti itu, sekaligus menyambut mereka.
Demikianlah ia akan membuka mata mereka yang sebe-
lumnya tertutup terhadap terang itu. Mereka akan mau
mengerti keadaan, perkara, dan kepentingan mereka
sendiri. Kristus membuka hati manusia dengan cara
membuka mata mereka. Ia tidak menuntun mereka
dengan mata tertutup,namun membuat mereka mampu
melihat jalan mereka sendiri. Paulus diutus tidak saja
untuk membuka mata mereka untuk saat sekarang,
tetapi juga untuk membuat mata mereka tetap terbuka,
supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang
itu. Yakni, dari mengikuti pemimpin-pemimpin palsu
dan buta, pengajaran-pengajaran mereka, ramalan-ra-
malan mereka, dan berbagai perbuatan takhayul, yang
berasal dari kebiasaan nenek moyang mereka. Juga dari
berbagai gagasan dan pikiran mereka yang merusak
tentang berhala-berhala mereka, untuk selanjutnya
mengikuti wahyu Tuhan yang kepastian dan kebenar-
annya tidak perlu dipertanyakan lagi. Inilah yang di-
maksud dengan membuat mereka berbalik dari kegelapan
kepada terang, dari cara-cara kegelapan kepada cara-
cara yang dapat menyinarkan terang. Rancangan besar
dari Injil yaitu mengajar orang-orang bebal serta me-
ralat kesalahan-kesalahan orang yang sedang menyim-
pang, supaya semua hal dapat ditempatkan dan dilihat
di dalam terang yang sejati.
[2] Sebuah dunia yang diam di dalam kejahatan, kejahatan
di dalam diri orang-orang fasik, yang harus dikuduskan
dan dibentuk kembali. Tidak cukup dengan hanya
membuka mata mereka, hati mereka juga harus diper-
barui. Tidak cukup dengan hanya membuat mereka
berbalik dari kegelapan kepada terang, mereka juga ha-
rus berbalik dari kuasa Iblis kepada kuasa Tuhan , yang
pasti akan terjadi bila mereka telah berbalik kepada te-
rang. Sebab Iblis memerintah dengan kuasa kegelapan,
dan Tuhan memerintah dengan bukti terang yang meya-
kinkan. Orang-orang berdosa berada di bawah kuasa
Iblis. Dengan cara khusus, para penyembah berhala
juga seperti itu. Mereka memberi penghormatan kepada
roh-roh jahat. Semua orang berdosa ada di bawah pe-
ngaruh godaan roh-roh jahat, menyerahkan diri mereka
sendiri di dalam tawanannya, dan siap mematuhinya.
Kasih karunia pertobatan membuat mereka berbalik
dari cengkeraman kuasa Iblis dan membawa mereka
menjadi milik Tuhan , untuk memenuhi peraturan-per-
aturan firman-Nya dan menaati perintah-perintah serta
tuntunan Roh Tuhan , memindahkan mereka keluar dari
kuasa kegelapan ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang ke-
kasih. saat watak yang baik menjadi kuat di dalam
jiwa (seperti halnya watak yang merusak dan berdosa),
maka jiwa pun dibuat berbalik dari kuasa Iblis kepada
kuasa Tuhan .
(2) Ada kebahagiaan besar yang dirancang bagi bangsa-bangsa
lain melalui pekerjaan ini supaya mereka memperoleh
pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Mereka
berbalik dari kegelapan dosa menuju terang kekudusan,
dari perbudakan Iblis kepada pelayanan Tuhan . Tidak su-
paya Tuhan menjadi pemenang yang diuntungkan,namun su-
paya mereka menjadi orang yang diuntungkan oleh-Nya.
[1] Supaya mereka dapat dipulihkan oleh kemurahan-Nya,
kemuliaan yang telah hilang akibat dosa mereka, dan
membuat mereka keluar dari situ: supaya mereka mem-
peroleh pengampunan dosa. Mereka dilepaskan dari kuasa
dosa, supaya diselamatkan dari kematian yang merupa-
kan upah dosa. Tidak sebab mereka memang pantas
untuk menerima pengampunan sebagai upah mereka,
tetapi supaya mereka menerimanya sebagai suatu pem-
berian yang cuma-cuma, supaya mereka layak meneri-
ma penghiburan-Nya. Mereka dibujuk untuk meletak-
kan senjata dan kembali kepada kesetiaan mereka,
supaya mereka dapat memperoleh keuntungan dari ja-
minan itu dan dapat membela diri dalam menghadapi
penghakiman terhadap mereka.
[2] Supaya mereka dapat berbahagia dalam kelimpahan-
Nya. Tidak saja supaya dosa mereka diampuni,namun
supaya mereka mendapat bagian dalam apa yang diten-
tukan untuk orang-orang yang dikuduskan oleh iman me-
reka kepada-Ku. Perhatikanlah,
Pertama, sorga yaitu bagian yang ditentukan seba-
gai warisan. Sorga diturunkan kepada semua anak-anak
Tuhan , sebab jika mereka anak, maka mereka yaitu juga
ahli waris. Supaya mereka mendapat klēron bagian
yang diundikan (begitulah pemahaman yang seharus-
nya), seperti halnya pembagian tanah Kanaan yang di-
tentukan melalui undian, dan ini yaitu perbuatan
Tuhan , setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.
Supaya mereka memiliki hak, begitulah menurut penda-
pat beberapa orang. Bukan oleh jasa mereka, melainkan
sepenuhnya oleh kasih karunia.
Kedua, semua orang yang sungguh-sungguh telah
berbalik dari dosa kepada Tuhan , tidak saja akan diam-
puni,namun juga akan disukai. Bukan saja hak-hak me-
reka yang telah hilang dipulihkan,namun juga dikaruniai
kehormatan serta dianugerahi bagian warisan yang
melimpah. Pengampunan dosa membuka jalan bagi ba-
gian warisan ini dengan cara menyingkirkan pengha-
langnya.
Ketiga, semua orang yang akan diselamatkan di
masa nanti dikuduskan sekarang. Orang-orang yang
memiliki warisan sorgawi harus memperolehnya dengan
cara ini. Mereka harus dipersiapkan dan dilayakkan un-
tuk menerimanya. Tidak ada yang akan berbahagia tanpa
kekudusan. Tidak akan ada orang kudus di sorga kalau
tidak menjadi kudus di atas muka bumi ini.
Keempat, Kita tidak membutuhkan apa-apa lagi
untuk membuat kita berbahagia selain memiliki bagian
kita di antara orang-orang yang telah dikuduskan, un-
tuk berlaku seperti mereka berlaku. Ini berarti memiliki
bagian kita di antara orang-orang yang terpilih, sebab
mereka dipilih menuju keselamatan melalui pengudusan.
Orang-orang yang dikuduskan akan dimuliakan. sebab
itu, marilah kita mengambil bagian di antara mereka,
dengan masuk ke dalam persekutuan orang-orang ku-
dus, dan bersedia mengambil bagian bersama mereka,
serta berbagi dengan mereka di dalam penderitaan me-
reka, yang (sekalipun betapa menyedihkan) menjadi ba-
gian kita di dalam warisan yang akan mendapat ganti
rugi dengan sangat melimpah.
Kelima, kita dikuduskan dan diselamatkan oleh
iman di dalam Kristus. Beberapa orang mengacu kepada
kata-kata sebelumnya, dikuduskan oleh iman. Sebab
iman akan memurnikan hati dan menempatkan janji-
janji yang indah itu di dalam jiwa, serta membawa jiwa
berada di bawah pengaruh kasih karunia itu, yang oleh-
nya kita mengambil bagian dalam sifat-sifat Tuhan . Seba-
gian orang lain mengacu kepada penerimaan pengam-
punan dan warisan. Sebab oleh iman kita menerima
kasih karunia itu: semua datang menuju yang satu itu.
Sebab oleh iman kita dibenarkan, dikuduskan, dan di-
muliakan. Oleh iman, tē eis eme iman yang ada di da-
lam Aku. Hal ini dinyatakan dengan penuh perasaan.
Iman yang tidak saja untuk menerima pewahyuan Tuhan
secara umum,namun dengan cara yang khusus meng-
ikat diri dengan Yesus Kristus dan pengantaraan-Nya,
yang olehnya kita bersandar kepada Kristus sebagai
TUHAN keadilan kita, dan mengandalkan diri kita ke-
pada-Nya sebagai TUHAN pemimpin kita. Melalui inilah
kita menerima pengampunan dosa, karunia Roh Kudus,
dan hidup yang kekal.
III. Bahwa Paulus telah menjalankan pelayanannya dengan sebaik-
baiknya, sesuai dengan pengutusannya, dengan pertolongan Tuhan
serta di bawah pimpinan dan perlindungan Tuhan . Tuhan yang telah
memanggilnya menjadi seorang rasul, mengakuinya di dalam pe-
kerjaan kerasulannya serta membawanya melewati semuanya itu
dalam kebesaran dan keberhasilan.
1. Tuhan memberi kepadanya hati yang taat kepada panggilan
itu (ay. 19): kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak per-
nah aku tidak taat, sebab ada yang berkata supaya ia taat ke-
pada penglihatan itu. Penglihatan sorgawi memiliki kuasa yang
melebihi kebijaksanaan duniawi, dan sebab itu celakalah kita
jika sampai tidak taat kepadanya. Seandainya Paulus menye-
rah kepada darah dan dagingnya dan terpengaruh oleh kepen-
tingan duniawinya, mungkin ia akan berbuat seperti Yunus,
pergi ke mana saja dan tidak mengikuti pengutusan ini. Na-
mun, Tuhan membuka telinganya, dan ia tidak memberontak. Ia
menerima tugas pengutusan itu, dan setelah menerima semua
perintah, ia bertindak sesuai dengan perintah itu.
2. Tuhan memampukan Paulus melewati pekerjaan yang banyak
dan besar itu, walaupun ia harus bergumul dengan banyak
kesulitan (ay. 20). Ia membaktikan diri sekuatnya untuk mem-
beritakan Injil.
(1) Ia memulainya di Damsyik, tempat ia bertobat, sebab ia ti-
dak mau membuang-buang waktu (9:20).
(2) saat datang ke Yerusalem, tempat ia menerima pendidikan,
ia bersaksi untuk Kristus, padahal sebelumnya di Yerusa-
lemlah dengan ganasnya ia menentang Kristus (9:29).
(3) Ia memberitakan Injil di seluruh tanah Yudea, di berbagai
kota dan desa, seperti yang pernah dilakukan oleh Kristus.
Pertama-tama ia memberi tawaran Injil kepada orang-
orang Yahudi, seperti yang telah ditetapkan oleh Kristus. Ia
tidak meninggalkan mereka sampai mereka menolak Injil
ini atas kehendak sendiri. Ia memberi dirinya
demi kesejahteraan jiwa-jiwa mereka, bekerja lebih keras
dari pada rasul-rasul lainnya, bahkan mungkin lebih dari
pada mereka semua jika digabung bersama-sama.
3. Semua pemberitaannya bersifat mudah dipahami dan dapat
dilaksanakan. Ia tidak berjalan keliling memenuhi kepala
orang dengan pemikiran-pemikiran kosong, tidak menghibur
mereka dengan harapan kosong, ataupun mengisi telinga me-
reka dengan hal-hal yang meragukan dan menimbulkan perde-
batan. Sebaliknya, ia berusaha menunjukkan, menyatakan,
dan memperagakan kepada mereka, bahwa mereka seharus-
nya,
(1) Bertobat dari dosa-dosa mereka, menyesali dan mengakui-
nya, serta masuk ke dalam kovenan yang ada di hadapan
mereka. Mereka harus sadar kembali di dalam hati mereka,
demikianlah makna istilah metanoein yang sebenarnya. Me-
reka harus mengubah pikiran dan jalan hidup mereka, ser-
ta meninggalkan perbuatan-perbuatan mereka yang keliru.
(2) Berbalik kepada Tuhan . Mereka tidak boleh sekadar merasa
benci terhadap dosa,namun harus menyesuaikan diri de-
ngan kehendak Tuhan . Tidak boleh hanya berbalik dari yang
jahat,namun harus berpaling kepada yang baik. Mereka ha-
rus berbalik kepada Tuhan , di dalam kasih dan sayang,
serta kembali kepada Tuhan dalam pelayanan dan ketaatan,
berbalik dan kembali dari dunia dan kedagingan. Inilah
yang dikehendaki dari seluruh umat manusia yang pembe-
rontak dan bejat, baik Yahudi maupun bangsa-bangsa lain.
Epistrephein epi ton Theon berbalik kepada Tuhan , sepenuh-
nya kepada Dia: berbalik kepada-Nya sebagai kebajikan
utama dan tujuan tertinggi, sebagai pemimpin dan bagian
kita. Mengarahkan mata kita kepada-Nya, mengarahkan
hati kita kepada-Nya, serta mengarahkan kaki kita kepada
kesaksian-kesaksian-Nya.
(3) Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan perto-
batan itu. Inilah yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis,
sebagai pemberita Injil pertama (Mat. 3:8). Orang-orang
yang mengaku bertobat harus melakukan itu. Mereka ha-
rus menjalani suatu hidup pertobatan, menjalaninya dalam
segala hal seperti yang seharusnya dilakukan petobat se-
jati. Tidaklah cukup untuk sekadar mengucapkan kata-
kata penyesalan, kita harus melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang sesuai dengan kata-kata pertobatan itu. Sebagaimana
iman yang benar, begitu juga pertobatan yang benar harus
berjalan dengan baik. Nah, kesalahan apa lagi yang dapat
ditemukan dalam pemberitaan seperti ini? Bukankah dam-
paknya langsung membaharui kembali dunia ini dan mem-
perbaiki semua keluh-kesahnya, serta menghidupkan kem-
bali agama yang berdasarkan akal manusia semata?
4. Orang-orang Yahudi tidak berselisih paham dengan Paulus
selain mengenai hal ini, bahwa ia berusaha sekuat tenaga un-
tuk membuat orang menjadi saleh, dan membawa mereka ke-
pada Tuhan dengan membawa mereka kepada Kristus (ay. 21).
sebab hal inilah, bukan hal yang lain, orang-orang Yahudi me-
nangkap aku di Bait Tuhan , dan mencoba membunuh aku. Biar-
1104
lah orang menghakimi apakah hal ini merupakan kejahatan
yang layak untuk dijatuhi hukuman mati atau hukuman pen-
jara. Ia diperlakukan dengan buruk, tidak saja sebab berbuat
baik kepada dirinya,namun juga sebab berbuat baik kepada
orang lain. Mereka berusaha membunuhnya. Hidupnya yang
berharga itulah yang mereka kejar dan benci, sebab hidupnya
yaitu hidup yang berharga. Mereka menangkapnya di Bait
Tuhan sementara ia sedang beribadah kepada Tuhan . Di situlah
mereka menyerangnya, seolah-olah semakin baik tempatnya,
semakin baik juga perbuatan baiknya.
5. Paulus tidak mendapat pertolongan dari siapa pun selain dari
sorga. Dengan ditopang dan didukung oleh pertolongan itu, ia
terus melanjutkan pekerjaan besarnya itu (ay. 22): Tetapi oleh
pertolongan Tuhan aku dapat hidup sampai sekarang, hestēka
aku dapat berdiri tegak, hidupku terpelihara, dan pekerjaanku
berlanjut. Aku tetap berpijak dan belum dikalahkan. Aku
mempertahankan apa yang kukatakan, dan tidak merasa ta-
kut atau malu untuk tetap bertahan di dalamnya. Saat itu su-
dah lebih dari dua puluh tahun Paulus bertobat. Selama itu ia
sangat sibuk memberitakan Injil di tengah bahaya yang meng-
ancam. Apa yang membuatnya tetap setia seperti itu? Bukan
sebab kekuatan dari ketetapan hatinya, melainkan sebab
mendapat pertolongan dari Tuhan . Oleh sebab nya, oleh sebab
pekerjaan itu begitu besar dan ia menghadapi begitu banyak
perlawanan, ia tidak akan dapat bertahan kecuali oleh per-
tolongan yang datang dari Tuhan . Perhatikanlah, orang-orang
yang dipekerjakan dalam pekerjaan Tuhan akan menerima per-
tolongan dari Tuhan . Sebab Ia tidak akan segan-segan memberi-
kan pertolongan yang diperlukan oleh pelayan-pelayan-Nya.
Kelangsungan hidup kita sampai hari ini harus dikaitkan
dengan pertolongan yang kita peroleh dari Tuhan . Kita akan
tenggelam, jika Ia tidak mendukung kita. Akan jatuh, jika
Ia tidak menggendong kita. Hal ini harus kita akui dengan
ucapan syukur untuk memuji Dia. Paulus menyebutkan hal
ini sebagai bukti bahwa ia memperoleh tugas pengutusan itu
dari Tuhan sendiri. Bahwa dari Dialah ia memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas itu. Para pemberita Injil tidak akan
pernah dapat bekerja, bersabar, dan berhasil dalam pekerjaan
mereka, jika mereka tidak mendapat pertolongan langsung
dari sorga, yang tidak akan dapat mereka peroleh jika bukan
perkara Tuhan sendirilah yang mereka bela sekarang.
6. Paulus tidak memberitakan ajaran lain selain yang sesuai de-
ngan kitab-kitab Perjanjian Lama: ia memberi kesaksian ke-
pada orang-orang kecil dan orang-orang besar, kepada orang-
orang muda dan orang-orang tua, kaya dan miskin, terpelajar
dan tidak terpelajar, tidak dikenal dan termasyhur, semuanya
termasuk. Merupakan bukti bahwa kasih karunia Injil itu
sungguh merendah sehingga ia disaksikan juga kepada orang-
orang hina dan miskin, dan semuanya disambut untuk me-
ngenalnya. Selain itu, ini menunjukkan kebenaran dan kuasa
yang tak tertandingi dari anugerah Injil, bahwa ia tidak takut
dan malu untuk menampakkan dirinya kepada orang-orang
besar. Musuh-musuh Paulus merasa keberatan terhadap Pau-
lus sebab ia memberitakan sesuatu yang lebih dari sekadar
meminta orang untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan serta
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobat-
an itu. Hal-hal inilah yang memang diberitakan oleh nabi-nabi
di dalam Perjanjian Lama.namun di samping semua ini, Paulus
juga memberitakan Kristus dan kematian-Nya, serta kebang-
kitan-Nya. Inilah yang mereka pertengkarkan dengannya se-
perti yang dicatat di dalam pasal 25:19, bahwa ia mengatakan
dengan pasti bahwa Yesus hidup: Itulah yang dahulu kuper-
cayai, kata Paulus, dan begitu jugalah yang sekarang kuper-
cayai, namun dalam hal ini aku juga mengatakan bahwa apa
yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang telah diberita-
hukan oleh Musa dan para nabi bahwa hal itu akan datang.
Tidak ada kehormatan apa pun yang dapat diberikan kepada
mereka selain menunjukkan bahwa apa yang telah mereka nu-
buatkan itu sekarang telah digenapi, dan tepat pada waktu
yang telah ditentukan, bahwa apa yang mereka katakan akan
datang, sekarang sudah datang, dan pada waktu yang telah
mereka tentukan sebelumnya. Ada tiga hal yang telah mereka
nubuatkan, dan di sini Paulus memberitakan:
(1) Bahwa Kristus harus menderita sengsara, bahwa Mesias
harus menjadi pribadi yang menderita pathētos, bukan
saja sebagai manusia yang dapat menderita, melainkan se-
bagai Mesias, Ia telah ditentukan harus menderita. Bahwa
kematian-Nya yang hina tidak saja harus sesuai dengan
yang Ia kerjakan,namun juga sesuai dengan yang telah di-
tetapkan. Salib Kristus merupakan batu sandungan bagi
orang-orang Yahudi, dan pemberitaan Paulus itulah yang
menjadi hal besar yang meresahkan hati mereka. Namun,
Paulus tetap mempertahankan keyakinan itu. Dalam pem-
beritaannya, ia menyampaikan penggenapan nubuatan Per-
janjian Lama itu. Itulah sebabnya mereka tidak boleh me-
rasa tersinggung oleh apa yang ia beritakan,namun harus
menerima dan mengikutinya.
(2) Bahwa Kristus menjadi yang pertama yang akan bangkit
dari antara orang mati. Tidak menjadi yang pertama di
masa itu,namun yang pertama yang membawa pengaruh,
yaitu bahwa Ia akan menjadi pemimpin dari kebangkitan
itu, kepala, atau yang utama, prōtos ex anastaseōs. Hal ini
mengandung pengertian yang sama saat Ia disebut se-
bagai yang pertama bangkit dari antara orang mati (Why.
1:5), dan sebagai yang sulung, yang bangkit dari antara
orang mati (Kol. 1:18). Ia membuka rahim kubur, seperti
yang dikatakan akan dilakukan oleh si anak sulung, dan
membuat jalan bagi kebangkitan kita. Dia dikatakan juga
sebagai buah sulung di antara segala orang yang sudah
mati (1Kor. 15:20, TL), sebab Dia yang menguduskan hasil
panen. Ia menjadi yang pertama yang bangkit dari antara
orang mati dan tidak mati lagi. Dan untuk menunjukkan
bahwa kebangkitan semua orang percaya yaitu berkat ke-
bangkitan-Nya, maka pada saat Ia bangkit, banyak orang
kudus yang telah meninggal bangkit dan masuk ke kota ku-
dus (Mat. 27:52-53).
(3) Bahwa Kristus akan memberitakan terang kepada bangsa
ini dan kepada bangsa-bangsa lain, pertama-tama kepada
orang-orang Yahudi, sebab Ia yaitu kemuliaan bagi umat-
Nya Israel. Kepada orang-orang Yahudi itu Ia menunjukkan
terang dari kemuliaan-Nya sendiri, dan kemudian kepada
bangsa-bangsa lain melalui pelayanan rasul-rasul-Nya, se-
bab Ia yaitu terang untuk menerangi bangsa yang diam
dalam kegelapan. Dalam hal ini Paulus mengacu kepada
tugas pengutusannya (ay. 18), supaya mereka berbalik dari
kegelapan kepada terang. Ia bangkit dari antara orang mati
dengan maksud supaya Ia dapat menunjukkan terang itu
kepada umat manusia, supaya Ia dapat memberi bukti
yang meyakinkan dari kebenaran ajaran-Nya, dan dapat
memberitakannya dengan kuasa yang jauh lebih hebat di
antara orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Hal
yang sama juga telah dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian
Lama, bahwa Sang Mesias akan membawa bangsa-bangsa
lain kepada pengenalan akan Tuhan . Dan apa yang ada di
balik semua ini sehingga orang-orang Yahudi merasa tidak
senang?
Pembelaan Paulus yang Kelima
(26:24-32)
24 Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggung-
jawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: Engkau gila,
Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila. 25namun Paulus
menjawab: Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran
dengan pikiran yang sehat! 26 Raja juga tahu tentang segala perkara ini, se-
bab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin, bahwa tidak
ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya, sebab perkara
ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. 27 Percayakah engkau, Raja Agripa,
kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka. 28 Ja-
wab Agripa: Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!
29 Kata Paulus: Aku mau berdoa kepada Tuhan , supaya segera atau lama-ke-
lamaan bukan hanya engkau saja,namun semua orang lain yang hadir di sini
dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali be-
lenggu-belenggu ini. 30 Lalu bangkitlah raja dan wali negeri serta Bernike
dan semua orang yang duduk bersama-sama mereka. 31 Sementara mereka
keluar, mereka berkata seorang kepada yang lain: Orang itu tidak melaku-
kan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati atau hukuman penjara. 32
Kata Agripa kepada Festus: Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan
sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar.
Kita memiliki cukup alasan untuk beranggapan bahwa Paulus masih
memiliki banyak hal lagi untuk dikatakan demi mempertahankan
Injil yang ia beritakan. Juga demi menghormati Injil dan menganjur-
kannya kepada sidang yang mulia ini. Ia baru saja sampai kepada
jiwa penggerak dari perkara ini, yaitu kematian dan kebangkitan Ye-
sus Kristus. Di sinilah semangatnya tampak berkobar-kobar. Ia men-
jadi lebih hangat dari pada sebelumnya, mulutnya terbuka terhadap
mereka, dan hatinya dilegakan. Keadaan ini membawanya kepada po-
kok persoalan dan membuat dia terus melanjutkan penjelasannya.
Dia tidak pernah tahu kapan dia harus mengakhiri, sebab kuasa ke-
matian Kristus dan persekutuan dengan penderitaan-Nya, membuat
dia tidak mengenal lelah. Sangat disayangkan jika ia lalu harus
disela seperti halnya di sini. Walaupun diperbolehkan membela diri
sendiri (ay. 1), ia dilarang mengatakan semua yang ia rencanakan.
Hal itu sangat menyakitkan hatinya dan juga membuat kecewa kita
yang membaca pembelaannya dengan penuh semangat. Namun, tam-
paknya tidak ada jalan keluar lagi. Sidang menganggap sudah saat-
nya untuk lanjut dan memutuskan perkaranya.
I. Festus, wali negeri Romawi, berpendapat bahwa orang yang ma-
lang ini gila, dan bahwa rumah sakit jiwa merupakan tempat yang
cocok bagi dia. Ia yakin bahwa Paulus bukanlah seorang penja-
hat, bukan orang jahat yang harus dihukum. Namun, ia berang-
gapan bahwa orang ini gila, seorang yang terganggu pikirannya,
yang harus dikasihani dan pada saat yang sama juga tidak perlu
diperhatikan. Tidak sepatah kata pun yang sudah dikatakannya
patut diperhitungkan. Dengan demikian Festus menemukan se-
buah jalan yang bijaksana untuk membebaskan dirinya dari
menghukum Paulus sebagai seorang tahanan dan dari memperca-
yainya sebagai seorang pemberita Injil. Sebab jika Paulus tidak
compos mentis berada dalam keadaan akal yang sehat, ia tidak
boleh dihukum atau dihargai. Nah, amatilah di sini,
1. Apa yang dikatakan Festus tentang Paulus (ay. 24): ia berkata
dengan suara keras. Ia tidak berbisik-bisik kepada orang yang
duduk di sebelahnya. Seandainya demikian, hal ini akan lebih
mudah dimaafkan. Namun ia berlaku sebaliknya (tanpa berun-
ding dengan Agripa, yang pertimbangannya tampak sangat ia
hormati, 25:26), dengan suara keras ia berkata, supaya meng-
hentikan Paulus berbicara, dan supaya ia mengalihkan perha-
tian para pemeriksa perkara dari masalah itu, Engkau gila,
Paulus! engkau berbicara seperti orang gila, seperti orang yang
terganggu otaknya. Engkau tidak tahu apa yang kaukatakan.
Namun, Festus tidak beranggapan bahwa rasa bersalah Pau-
lus telah mengganggu akal sehatnya. Bukan pula bahwa pen-
deritaannya dan amarah musuh-musuhnya terhadap dirinya
telah membuat pikirannya terguncang. Sebaliknya, Festus me-
ngemukakan alasan yang cerdas yang menyebabkan kegilaan
Paulus: Ilmumu yang banyak itu telah membuat engkau gila,
engkau telah merusak otakmu dengan banyak belajar. Ia tidak
mengatakan hal ini dengan nada marah, cemoohan atau peng-
hinaan. Ia tidak memahami apa yang dikatakan Paulus. Se-
muanya berada di luar kemampuannya. Semua menjadi teka-
teki baginya, dan itulah sebabnya ia menghubungkan perkataan
Paulus dengan khayalan yang kacau. Si non vis intelligi, debes
negligi jika engkau tidak mau dimengerti, engkau harus
diabaikan.
(1) Festus mengakui Paulus sebagai seorang yang pandai dan
terpelajar, sebab dengan cepat ia dapat menghubungkan
perkaranya dengan ayat-ayat yang ditulis oleh Musa dan
para nabi, buku-buku yang begitu asing baginya. Hal ini
bahkan membuat dia menyalahkan Paulus. Rasul-rasul lain-
nya yang yaitu kaum nelayan, dipandang rendah sebab
mereka tidak terdidik. Sebaliknya, Paulus yang mengenyam
pendidikan tinggi dan dididik sebagai seorang Farisi, juga
dipandang rendah sebab terlampau banyak belajar, se-
hingga lebih merusak dibandingkan mendatangkan kebaikan
kepadanya. Dengan demikian musuh-musuh hamba-hamba
Kristus selalu memiliki alasan atau hal lainnya untuk men-
cela mereka.
(2) Festus mencela Paulus sebagai orang gila. Nabi-nabi Per-
janjian Lama juga dicap jelek seperti itu untuk membuat
orang berprasangka terhadap mereka dengan cara merusak
nama baik mereka: Mengapa orang gila ini datang kepada-
mu? kata pemimpin nabi itu (2Raj. 9:11; Hos. 9:7). Yohanes
Pembaptis dan Kristus dianggap kerasukan setan, sebagai
orang gila. Mungkin juga sebab Paulus sekarang berbicara
dengan lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dari-
pada yang ia lakukan pada awal pembelaannya. Ia juga
menggunakan lebih banyak sikap tubuh yang mengung-
kapkan semangatnya. Itulah sebabnya Festus memberi
cap yang menyakitkan hati ini kepadanya. Sesuatu yang
mungkin tidak terpikirkan oleh seorang pun yang hadir di
dalam sidang ini, selain dirinya. Tidaklah begitu berbahaya
untuk menyebut orang-orang yang terlalu bersemangat da-
lam hidup keagamaan mereka sebagai orang-orang gila.
2. Bagaimana Paulus membersihkan diri dari tuduhan yang me-
nyakitkan hati ini. Tidak jelas apakah ia pernah mengalami
hal serupa sebelumnya. Tampaknya, mereka yang pernah ber-
kata begitu tentang dirinya yaitu rasul-rasul palsu, sebab ia
melanjutkan begini (2Kor. 5:13, TL), sebab jikalau kami kehi-
langan akal, seperti yang mereka katakan, maka kepada Tuhan -
lah hal itu ditujukan.namun ia belum pernah dituduh seperti
itu di hadapan seorang wali negeri Romawi. Itulah sebabnya ia
harus mengatakan sesuatu mengenai hal ini.
(1) Paulus menolak tuduhan itu. Tentunya dengan penuh rasa
hormat kepada wali negeri,namun juga dengan keadilan
bagi dirinya, ia menyangkal bahwa tuduhan itu tidak ber-
dasar dan juga tidak ada alasan (ay. 25): Aku tidak gila,
Festus yang mulia, juga tidak pernah sebelumnya, juga ti-
dak pernah ada kejadian semacam itu. Akal sehatku, puji
syukur kepada Tuhan , masih berjalan dengan baik sepan-
jang hidupku, dan saat ini pun aku tidak berbicara melan-
tur,namun mengatakan kebenaran dengan pikiran yang
sehat. Dan aku sadar dengan apa yang kukatakan. Amatilah,
meskipun Festus mengeluarkan kata-kata yang menghina
dan merendahkan, yang menunjukkan bahwa dirinya bu-
kanlah seorang pria terhormat, apa lagi seorang hakim,
Paulus sama sekali tidak merasa tersinggung dan terhasut
oleh kata-kata itu. Ia memberi seluruh rasa hormat se-
bisa mungkin kepadanya, memberi pujian dengan gelar
kehormatannya, Festus yang mulia. Sikap ini mengajar kita
untuk tidak membalas caci maki dengan caci maki, juga
cap yang menyakitkan dengan cap lain. Sebaliknya, kita
harus berbicara dengan sopan kepada mereka yang meren-
dahkan kita. Alangkah baiknya jika dalam setiap keada-
an kita menyatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat,
dan sesudah itu kita bisa memandang rendah kecaman ti-
dak adil dari orang-orang lain.
(2) Paulus memohon dukungan kepada Agripa mengenai apa
yang ia katakan (ay. 26): sebab Raja juga tahu tentang se-
gala perkara ini, yaitu mengenai Kristus, kematian-Nya,
dan kebangkitan-Nya, serta nubuat-nubuat Perjanjian Lama
yang semuanya telah digenapi di dalamnya. Itulah sebab-
nya ia berani berbicara terus terang kepada Agripa, yang
tahu bahwa semua itu bukanlah khayalan, melainkan ke-
nyataan yang sebenarnya. Agripa mengetahui sedikit, dan
sebab itu ingin mengetahui lebih banyak lagi: Aku yakin,
bahwa tidak ada sesuatu pun dari semuanya ini yang be-
lum didengarnya. Tidak, juga tidak yang berkaitan menge-
nai pertobatannya sendiri dan pengutusan yang telah ia te-
rima untuk memberitakan Injil. Agripa pasti juga sudah
mendengar hal itu, sebab sudah begitu lama ia mengetahui
dengan baik segala sesuatu tentang orang-orang Yahudi.
sebab perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. Di
seluruh penjuru negeri orang membicarakan hal itu, dan
setiap orang Yahudi dapat bersaksi untuknya bahwa me-
reka telah sering mendengar hal itu dari orang-orang lain.
Itulah sebabnya sangat tidak beralasan untuk menuduh
Paulus sebagai orang yang terganggu pikirannya sebab
mengemukakan hal-hal itu, terlebih lagi sebab ia berbicara
mengenai kematian dan kebangkitan Kristus, yang dibica-
rakan orang di mana-mana. Petrus memberi tahu Kornelius
dan sahabat-sahabatnya (10:37), Kamu tahu tentang segala
sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea mengenai Kris-
tus. Itulah sebabnya mustahil Agripa tidak mengetahui hal-
hal itu, dan sungguh sangat memalukan bagi Festus bila ia
tidak mengetahui hal itu.
II. Jauh dari pikiran Agripa bahwa Paulus yaitu orang gila. Ia be-
lum pernah mendengar orang yang mampu berdebat memberi
alasan dengan begitu kuat dan juga berbicara sesuai dengan mak-
sudnya.
1. Paulus langsung menyentuh hati nurani Agripa. Beberapa
orang berpendapat bahwa Festus merasa tidak senang sebab
Paulus selalu memberi perhatian kepada Agripa dan meng-
arahkan pembicaraan hanya kepadanya. Itulah sebabnya ia
menyela pembicaraan itu (ay. 24). Namun, jika benar hal itu
menyinggung perasaannya, Paulus tidak menganggapnya se-
perti itu, sebab ia akan berbicara kepada mereka yang dapat
memahami dirinya, dan kepada orang yang ia anggap dapat
menerima pembicaraannya. Itulah sebabnya ia tetap menyapa
Agripa. Dan sebab sebelumnya ia telah menyebut Musa dan
nabi-nabi untuk memperkuat Injil yang ia beritakan, ia me-
nunjuk sekali lagi kepada Agripa mengenai hal itu (ay. 27):
Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Apakah
engkau menerima kitab-kitab suci dalam Perjanjian Lama
sebagai wahyu Tuhan , dan mengakuinya sebagai nubuat menge-
nai hal-hal baik yang akan datang? Paulus tidak menunggu
jawaban,namun sebagai pujian kepada Agripa, ia berkata bahwa
sudah dengan sendirinya Aku tahu, bahwa engkau percaya.
Sebab setiap orang tahu Agripa memeluk agama Yahudi, seba-
gaimana yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Oleh s