Kisah pararasul 28

Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 28. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 28. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Kisah pararasul 28



  yang di Yerusalem, 

maupun yang di sini, di Kaisarea, berseru-seru bahwa ia tidak

boleh hidup lebih lama, sebab  mereka beranggapan bahwa ia 

sudah hidup terlalu lama, dan jika ia hidup lebih lama lagi, 

maka itu akan lebih mendatangkan celaka lagi. Mereka tidak 

bisa mendakwa dia telah melakukan suatu kejahatan besar, 

tetapi mereka ingin supaya dia disingkirkan. 

3. Festus mengakui bahwa tawanan itu tidak bersalah. Hal ini 

sungguh merupakan suatu kehormatan bagi Paulus dan pe-

menjaraannya, bahwa dia memperoleh pengakuan seperti ini 

di muka umum (ay. 25): Ia tidak berbuat sesuatu pun yang se-

timpal dengan hukuman mati. Setelah melakukan pemeriksaan 

sepenuhnya terhadap perkara Paulus, tampak bahwa tidak 

ada bukti sama sekali untuk mendukung tuntutan yang ada. 

Oleh sebab  itu, meskipun Festus lebih condong untuk menye-

nangkan hati para pendakwa Paulus,namun  nuraninya menya-

takan bahwa Paulus tidak bersalah. Lalu jika demikian, meng-

apa ia tidak melepaskan Paulus, padahal ia setuju supaya 

Paulus dibebaskan? Itu sebab  orang-orang berteriak-teriak 

kepadanya, dan Festus takut desakan mereka akan beralih 

pada dirinya jika ia melepaskan Paulus. Sungguh sayang, se-

harusnya setiap orang yang memiliki hati nurani harus me-

miliki keberanian untuk bertindak sesuai dengan hati nurani-

nya. Atau, mungkin sebab  ada begitu banyak asap, maka 

mau tidak mau Festus menyimpulkan bahwa pasti ada api, 

yang pada akhirnya akan muncul. jadi ia berniat terus me-

menjarakan Paulus, untuk berjaga-jaga. 

4. Ia menjelaskan kepada mereka tentang perkara ini , bahwa 

sang tawanan telah mengajukan banding kepada Kaisar sen-

diri (yang berarti bahwa Paulus telah menaruh kehormatan 

pada perkaranya sendiri, sebab  tahu bahwa perkara itu bu-

kannya tidak layak disampaikan kepada orang-orang terhor-

mat), dan bahwa Festus telah menerima banding yang diaju-

kan Paulus: Aku telah memutuskan untuk mengirim dia. Dan 

sampai di situlah perkara Paulus saat itu.

5. Festus menginginkan bantuan mereka untuk memeriksa per-

kara ini dengan tenang dan tidak berat sebelah, sebab  seka-

rang sudah tidak ada gangguan yang akan menyela mereka, 

seperti yang dialaminya dengan keributan dan kemarahan 

para pendakwa Paulus sebelumnya. Supaya dengan begitu se-

tidaknya ia akan memperoleh masukan tentang perkara itu se-



suai dengan yang dibutuhkannya, untuk disampaikan kepada 

Kaisar (ay. 26-27). 

(1) Festus berpikir bahwa tidaklah wajar untuk mengirim se-

orang tahanan, apalagi sampai ke Roma, dengan tidak me-

nyatakan tuduhan-tuduhan yang diajukan terhadap dia, se-

hingga perkaranya bisa dipersiapkan sebaik-baiknya, dan 

siap untuk diputuskan oleh Kaisar. Kaisar yaitu  orang 

yang sangat sibuk, sehingga setiap urusan harus dipapar-

kan kepadanya sejelas mungkin. 

(2) Festus belum dapat menuliskan apa-apa yang pasti menge-

nai Paulus. Penjelasan yang diberikan tentang dia begitu 

membingungkan dan tidak tentu, sehingga Festus tidak bisa 

menyimpulkan apa-apa. sebab  itu ia menghendaki supaya 

Paulus dapat diperiksa di muka umum, agar ia memper-

oleh nasihat dari mereka mengenai apa yang harus ditulis. 

Perhatikan betapa besarnya persoalan dan kelelahan, dan 

penundaan, bahkan bahaya, yang dialami dalam melak-

sanakan keadilan, bagi mereka yang tinggal di tempat yang 

begitu jauh dari Roma,namun  harus tunduk kepada kaisar 

Roma. Hal yang sama dilakukan oleh bangsa Inggris (yang 

sama jauhnya dari Roma juga)  saat  dalam segala persoal-

an agama tunduk kepada Paus di Roma, dan semua per-

soalan dibawa ke pengadilannya. Dan bencana yang sama, 

bahkan beribu kali lebih buruk, akan terjadi kepada kita 

yang diikat dengan kuk belenggu ini . 

 

 

PASAL  26  

aulus terduduk di kursi terdakwa, sedang  Festus, Bernike, 

Agripa, serta orang-orang terkemuka lainnya dari kota Kaisarea 

yang duduk di kursi hakim atau di sekitarnya, menunggu apa hen-

dak dikatakannya untuk membela diri. Nah, di dalam pasal ini kita 

temukan,  

I. Penjelasan yang diberikan Paulus mengenai dirinya, untuk 

menjawab fitnah orang-orang Yahudi. Di dalam penjelasan 

ini kita lihat, 

1. Dengan rendah hati ia menyapa Raja Agripa, serta me-

nyampaikan pujian kepadanya (ay. 1-3). 

2. Penjelasannya mengenai asal-usul, pendidikan, dan pe-

kerjaannya sebagai seorang Farisi, serta ketaatannya 

pada butir utama dari pernyataan kepercayaannya, yang 

berbeda dari kepercayaan orang-orang Saduki, dalam hal 

 kebangkitan orang mati,” sekalipun ia sudah tidak lagi 

mengikuti tata cara ibadah keagamaannya (ay. 3-8). 

3. Perihal semangatnya yang tinggi dalam menentang agama 

Kristen dan para pemeluknya pada mulanya (ay. 9-11).  

4. Perihal perubahan imannya yang ajaib kepada Kristus (ay. 

12-16).  

5. Perihal amanat yang ia terima dari sorga untuk memberi-

takan Injil kepada bangsa-bangsa lain (ay. 17-18).  

6. Perihal kegiatannya untuk melaksanakan amanat itu, 

yang menimbulkan perlawanan keras dari orang-orang 

Yahudi (ay. 19-21).  

7. Perihal ajaran yang ia jadikan sebagai pelayanannya un-

tuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain, yang 

begitu jauh dari upaya penghancuran hukum Taurat dan 

kitab nabi-nabi melainkan untuk menunjukkan pengge-

napan keduanya di dalam Injil (ay. 22-23).  

II. Komentar yang diberikan atas pembelaannya, 

1. Festus berkata bahwa ia belum pernah mendengar orang 

berbicara begitu gila seperti ini dan menghina Paulus se-

bagai orang yang tidak waras (ay. 24). Sebagai jawaban 

kepada Festus, ia menolak tuduhan itu dan mohon perha-

tian Raja Agripa (ay. 25-27). 

2. Raja Agripa, yang lebih memahami masalah yang dibicara-

kan, beranggapan bahwa ia belum pernah mendengar 

orang yang berbicara dengan begitu masuk akal dan meya-

kinkan seperti itu, dan ia mengaku bahwa ia hampir saja 

diyakinkan untuk menjadi orang Kristen (ay. 28). Dan Pau-

lus juga sangat berharap ia menjadi orang percaya (ay. 29). 

3. Mereka semua sepakat bahwa dia tidak bersalah dan se-

harusnya dibebaskan,namun  bahwa sayangnya ia telah 

terlanjur mengunci pintu kebebasannya sendiri dengan 

naik banding kepada Kaisar (ay. 30-32). 

Pembelaan Paulus yang Kelima  

(26:1-11) 

1 Kata Agripa kepada Paulus:  Engkau diberi kesempatan untuk membela 

diri.” Paulus memberi isyarat dengan tangannya, lalu memberi pembelaannya 

seperti berikut: 2  Ya Raja Agripa, aku merasa berbahagia, sebab  pada hari 

ini aku diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di hadapanmu 

terhadap segala tuduhan yang diajukan orang-orang Yahudi terhadap diriku, 

3 terutama sebab  engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan 

orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengar-

kan aku dengan sabar. 4 Semua orang Yahudi mengetahui jalan hidupku se-

jak masa mudaku, sebab dari semula aku hidup di tengah-tengah bangsaku 

di Yerusalem. 5 Sudah lama mereka mengenal aku dan sekiranya mereka 

mau, mereka dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah hidup sebagai se-

orang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama kita. 6 Dan se-

karang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan ke-

genapan janji, yang diberikan Tuhan  kepada nenek moyang kita, 7 dan yang 

dinantikan oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam mela-

kukan ibadahnya dengan tekun. Dan sebab  pengharapan itulah, ya Raja 

Agripa, aku dituduh orang-orang Yahudi. 8 Mengapa kamu menganggap mus-

tahil, bahwa Tuhan  membangkitkan orang mati? 9 Bagaimanapun juga, aku 

sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang 

nama Yesus dari Nazaret. 10 Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan 

saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku 

memperoleh kuasa dari imam-imam kepala,namun  aku juga setuju, jika mere-

ka dihukum mati. 11 Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mere-

ka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang 

meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.

Agripa yaitu  orang yang paling terhormat di dalam sidang ini, ka-

rena ia menyandang gelar raja, walaupun kekuasaannya hanyalah di 

atas para wali negeri lain yang berada di bawah Kaisar. Juga, walau-

pun ia bukan atasan dari Festus, ia lebih dituakan dan berpengalam-

an. Itulah sebabnya setelah Festus membuka perkara Paulus, Agripa 

sebagai juru bicara sidang ini memberi  kesempatan kepada Rasul 

Paulus untuk membela diri (ay. 1). Paulus tetap berdiam diri sampai 

ia diberi kebebasan berbicara, sebab orang yang paling berani tampil 

bicara bukanlah yang paling siap berbicara dan paling baik berbicara.  

Kesempatan ini merupakan suatu kebaikan yang tidak akan pernah 

diberikan oleh orang-orang Yahudi, atau tidak mungkin dapat diper-

oleh tanpa kesulitan. Namun, di sini Agripa memberi nya dengan 

leluasa. Perkara Paulus ini begitu baik, sehingga ia tidak mengingini 

apa pun selain kebebasan untuk membela diri. Ia juga tidak mem-

butuhkan seorang pengacara, tidak perlu Tertulus, untuk berbicara 

baginya. Sikap tubuhnya digambarkan di sini: Ia memberi isyarat 

dengan tangannya, sebagai orang yang sama sekali tidak memiliki 

keraguan,namun  kebebasan penuh dan penguasaan diri. Hal ini juga 

menunjukkan bahwa ia bersunguh-sungguh dan mengharapkan 

perhatian para hadirin sementara ia menyampaikan pembelaan bagi 

dirinya. Amatilah, di sini ia tidak berkeras hati bahwa sebab  telah 

naik banding kepada Kaisar maka ia mau berdiam diri saja. Ia tidak 

berkata,  Aku tidak mau diperiksa lagi sampai aku tiba di hadapan 

Kaisar sendiri.” Sebaliknya, dengan gembira ia menyambut kesem-

patan untuk memberi  kehormatan atas perkara yang sedang di-

tanggungnya. Kita harus selalu siap sedia pada segala waktu untuk 

memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta 

pertanggungan jawab dari kita tentang pengharapan yang ada pada 

kita, terlebih lagi kepada setiap orang yang berkuasa (1Ptr. 3:15). 

Nah, dalam bagian pendahuluan dari pembelaannya,  

I. Rasul Paulus menyampaikan rasa hormatnya yang sangat khusus 

kepada Agripa (ay. 2-3). Sebelumnya ia juga dengan wajah gem-

bira memberi penjelasan di hadapan Feliks, sebab  ia tahu bahwa 

Feliks telah bertahun-tahun lamanya menjadi hakim atas bangsa 

itu (24:10). Namun, pendapatnya mengenai Agripa lebih jauh lagi. 

Amatilah,

1. sebab  dituduh oleh orang-orang Yahudi dan telah menang-

gung banyak hal buruk yang didakwakan kepadanya, Rasul 

Paulus merasa senang beroleh kesempatan untuk membersih-

kan diri. Sangat jauh dari pikirannya bahwa ia dikecualikan 

dari kekuasaan pengadilan pemerintah sebab  ia seorang ra-

sul. Kuasa pemerintahan berasal dari Tuhan , yang dimaksud-

kan untuk memberi  kesejahteraan bagi kita semua. Itulah 

sebabnya kita semua harus tunduk kepadanya.  

2. sebab  terpaksa membela diri sendiri, Rasul Paulus senang 

bisa melakukannya di hadapan Raja Agripa, yang memahami 

segala masalah ini lebih baik dibandingkan dengan para wali 

negeri Romawi lainnya, sebab  ia telah memeluk agama Yahu-

di. Terutama sebab  engkau tahu benar-benar adat istiadat dan 

persoalan orang Yahudi. Tampaknya Agripa yaitu  seorang 

cendekiawan juga, yang berpengetahuan luas dalam berbagai 

hal mengenai bangsa Yahudi. Ia seorang pakar dalam pengeta-

huan tentang adat istiadat agama Yahudi, mengenal sifat-sifat-

nya, dan tahu bahwa semua adat istiadat itu tidak dimaksud-

kan untuk diberlakukan kepada semua bangsa atau bersifat 

kekal. Ia juga ahli dalam menangani berbagai pertanyaan yang 

muncul mengenai adat istiadat itu, untuk memutuskan hal-

hal yang tidak semua orang Yahudi menyepakatinya. Agripa 

mengetahui dengan baik kitab-kitab Perjanjian Lama. Itulah 

sebabnya ia dapat membuat penilaian yang lebih baik dari 

pada orang lain atas pertentangan yang terjadi antara Paulus 

dan orang-orang Yahudi mengenai apakah Yesus itu Mesias 

atau bukan. Sungguh sangat membesarkan hati bagi seorang 

pemberita firman untuk berbicara di hadapan orang-orang 

yang cerdas dan mampu membedakan hal-hal yang pada haki-

katnya memang berbeda.  saat  Paulus berkata, Pertimbang-

kanlah sendiri apa yang aku katakan, ia seperti  berbicara ke-

pada orang-orang yang bijaksana (1Kor. 10:15).  

3. Oleh sebab  itu Paulus memohon supaya Agripa mendengar-

kan dengan sabar, makrothymōs – dengan menanggung sabar. 

Paulus merancang sebuah pembelaan yang panjang, dan ia 

memohon supaya Agripa mau mendengarkannya sampai sele-

sai dan jangan sampai merasa jemu. Ia merancang suatu pem-

belaan yang terus terang, serta memohon supaya Agripa mau 

mendengarkannya dengan kepala dingin dan tidak menjadi 

marah. Paulus memiliki beberapa alasan untuk merasa kha-

watir sebab  Agripa yaitu  seorang Yahudi yang sangat mahir 

dalam seluk beluk adat istiadat bangsa Yahudi, dan sebab  itu 

lebih memiliki kemampuan dalam mengadili perkaranya. Na-

mun, pada tingkat tertentu boleh jadi ia sudah terpengaruh 

oleh ragi orang-orang Yahudi, sehingga bisa saja berprasangka 

buruk terhadap Paulus yang menjadi rasul bagi bangsa-bangsa 

lain. Oleh sebab  itu untuk mengambil hatinya, ia berkata: 

aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku de-

ngan sabar. Pastilah,  saat  memberitakan iman kepercayaan 

tentang Kristus, setidaknya kita mengharapkan orang untuk 

mendengar dengan sabar.  

II. Paulus mengaku bahwa walaupun ia dibenci dan dicap sebagai 

seorang yang murtad, ia masih tetap berpegang teguh pada semua 

hal baik yang diajarkan dan dilatihkan kepadanya sejak masa 

muda. Ibadah agamanya selalu dibangun di atas dasar janji yang 

diberikan Tuhan  kepada nenek moyang mereka, dan hal ini masih 

dipegangnya.  

1. Lihatlah di sini agama apa yang dipeluk oleh Paulus  saat  ia 

masih muda: jalan hidupnya diketahui semua orang (ay. 4-5). 

Ia memang tidak dTuhan rkan di antara bangsanya sendiri, na-

mun dibesarkan di antara mereka di Yerusalem. Meskipun 

pada tahun-tahun belakangan ini ia bergaul akrab dengan 

bangsa-bangsa lain (yang sangat menyakitkan hati orang-

orang Yahudi), namun  saat  tampil di dunia ini ia sungguh 

mengenal bangsa Yahudi dan sepenuhnya hidup dalam segala 

kepentingan mereka. Ia tidak dididik oleh bangsa asing dan 

tidak jelas,namun  di tengah bangsanya sendiri di Yerusalem, di 

mana agama dan pengetahuan sangat berkembang. Semua 

orang Yahudi mengetahui hal ini. Semua dapat mengingatnya 

dengan baik, sebab Paulus sangat menonjol waktu itu. Orang-

orang yang mengetahui dia sejak masa mudanya dapat ber-

saksi mengenai dirinya bahwa ia seorang Farisi. Bahwa ia 

tidak hanya memeluk agama Yahudi dan menjadi orang yang 

taat menjalankan semua peraturannya,namun  bahwa ia hidup 

menurut mazhab yang paling keras dalam agama itu, sangat 

senang dan cermat dalam menjalankan semua ketetapan bagi 

dirinya sendiri. Ia juga sangat keras dan cermat dalam me-

maksakan kebiasaan itu kepada orang lain. Ia tidak saja dise-

but sebagai orang Farisi,namun  ia hidup sebagai seorang Farisi. 

Semua orang yang mengenal dia sangat mengetahui bahwa ti-

dak ada orang Farisi yang begitu cermat mengikuti peraturan-

peraturan dari mazhabnya seperti dia. Ia bahkan berasal dari 

golongan Farisi yang paling keras, sebab ia dididik dengan te-

liti di bawah pimpinan Gamaliel, seorang rabi termasyhur dari 

sekolah agama dari keluarga Hilel, yang lebih ternama menge-

nai persoalan agama dibandingkan  sekolah dari keluarga Samai. 

Nah, jika Paulus yaitu  seorang Farisi dan hidup sebagai 

orang Farisi,  

(1) Tentunya ia yaitu  seorang cendekiawan, seorang yang ter-

pelajar, dan bukan seorang yang bodoh, buta huruf, dan 

bekerja tanpa pikir. Orang-orang Farisi mengenal hukum 

Taurat dan sangat mahir di dalamnya, demikian juga da-

lam menjelaskan adat istiadat dari hukum itu. Merupakan 

suatu celaan bagi rasul-rasul lain yang tidak memiliki pen-

didikan tinggi dan hanya dibesarkan sebagai nelayan biasa 

(4:13). Oleh sebab  itu, orang-orang Yahudi yang tidak mau 

percaya seharusnya tidak dapat dimaafkan lagi, sebab  di 

sini tampil seorang rasul yang pernah dididik di bawah 

asuhan para ahli agama mereka yang ternama.  

(2) Tentunya Paulus yaitu  seorang yang berakhlak tinggi, se-

orang yang penuh kebajikan, dan bukan seorang muda 

durjana atau bejat. Jika ia hidup sebagai seorang Farisi, ia 

pasti bukan seorang pemabuk dan cabul. Dan sebagai se-

orang Farisi muda, kita dapat berharap bahwa ia bukanlah 

seorang pemeras dan juga bukan orang yang belajar men-

jadi pemeras seperti yang dilakukan oleh orang-orang Farisi 

tua yang licik dan tamak, yang suka menelan rumah janda-

janda miskin. Sebaliknya, ia yaitu  seorang yang tidak ber-

cacat tentang kebenaran dalam menuruti hukum Taurat. Ia 

juga tidak dapat didakwa melakukan perbuatan yang jahat 

dan najis. sebab  itu pula, ia tidak dapat dianggap telah 

meninggalkan agamanya sebab  tidak berpengetahuan me-

ngenai hal itu (sebab ia yaitu  orang yang terpelajar). Ia 

juga tidak dapat dianggap sebagai orang yang meninggal-

kan agama sebab  tidak menyukai agama itu atau tidak 

merasa puas terhadap kewajiban-kewajiban agama itu, se-

bab ia yaitu  seorang yang saleh dan tidak tertarik kepada 

hal-hal yang tidak berakhlak.  

(3) Tentunya Paulus seorang yang berpegang teguh pada ajaran 

agamanya, sehat dan kuat di dalam iman, bukan seorang 

fasik atau orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, 

atau orang yang memegang dasar pikiran yang rusak se-

hingga membawa kepada pengkhianatan. Ia yaitu  orang 

Farisi yang bertentangan dengan orang Saduki. Ia meneri-

ma kitab-kitab Perjanjian Lama yang sebagian ditolak oleh 

orang Saduki, serta percaya kepada dunia roh, jiwa yang ti-

dak dapat mati, kebangkitan tubuh jasmaniah, serta juga 

upah dan hukuman di kehidupan yang akan datang, yang 

semuanya ditolak oleh orang Saduki. Mereka tidak dapat 

berkata bahwa ia telah meninggalkan agamanya sebab  ti-

dak memahami sebagian asas pokok agamanya atau keku-

rangan wahyu Tuhan . Tidak, ia selalu memandang dengan 

penuh rasa hormat janji yang diberikan Tuhan  kepada nenek 

moyangnya, dan ia membangun harapannya di atas dasar 

janji ini .  

Nah, walaupun Paulus sangat memahami bahwa semua 

itu tidak akan membenarkan dirinya di hadapan Tuhan  dan 

juga tidak membuat dirinya menjadi orang benar,namun  ia 

tahu bahwa tindakannya ini yaitu  untuk menjaga nama 

baiknya di antara orang-orang Yahudi, dan bisa menjadi se-

buah pernyataan alasan ad hominem – untuk menjadi perhati-

an Agrippa, bahwa ia bukanlah seseorang seperti yang mereka 

gambarkan itu. Walaupun ia telah menganggap semua itu se-

bagai kerugian supaya ia memperoleh Kristus, ia mau menye-

butkannya jika itu dapat memuliakan Kristus. Ia sangat tahu 

bahwa semua ini terjadi  saat  ia masih asing terhadap haki-

kat rohaniah dari hukum Tuhan  dan terhadap agama batiniah. 

Ia tahu bahwa kecuali kebenarannya dapat melebihi semua 

hal ini, ia tidak akan dapat masuk ke dalam sorga. Walaupun 

demikian, saat mengenang kembali semuanya itu, hatinya me-

rasa puas bahwa sebelum beriman kepada Kristus, ia bukan-

lah seorang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, duniawi, 

dan jahat. Sebaliknya, sesuai dengan terang yang ia miliki, ia 

telah hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Tuhan .  

2. Lihatlah di sini agama seperti apa yang dipeluk Paulus seka-

rang. Benar bahwa ia sekarang tidak memiliki gairah lagi ter-

hadap hukum Taurat yang penuh dengan tata upacara itu 

seperti pada masa mudanya. Ia menganggap bahwa semua 

korban dan persembahan yang ditetapkan oleh hukum Taurat 

ini  telah digantikan oleh korban agung yang telah dilam-

bangkan oleh semua korban tadi. Pencemaran dan pentahiran 

yang seremonial dari hukum itu sudah tidak dipedulikannya 

lagi. Ia berpendapat bahwa keimamatan Lewi tenggelam de-

ngan hormat di dalam keimamatan Kristus. Namun, dasar-da-

sar pokok utama dari agamanya masih tetap dipegang teguh 

seperti biasanya, dan bahkan lebih lagi, ia bertekad untuk hi-

dup dan mati oleh dasar-dasar pokok itu.  

(1) Agamanya dibangun di atas janji yang diberikan Tuhan  kepa-

da nenek moyangnya, dibangun di atas pewahyuan Tuhan , 

yang ia terima dan percayai. Ia mempertaruhkan nyawanya 

di atas janji itu. Agamanya dibangun di atas kasih karunia 

Tuhan , dan kasih karunia itu diwujudkan dan disampaikan 

oleh janji itu. Janji Tuhan  menjadi pedoman dan dasar dari 

agamanya. Yaitu janji yang diberikan kepada nenek moyang 

mereka, yang jauh lebih kuno dibandingkan  hukum upacara 

simbolis. Bahkan janji yang sebelumnya itu telah disahkan 

Tuhan  di dalam Kristus, dan tidak dapat dibatalkan oleh hu-

kum Taurat, yang baru terbit empat ratus tahun kemudian 

(Gal. 3:17). Kristus dan sorga merupakan dua ajaran uta-

ma Injil – bahwa Tuhan  telah mengaruniakan hidup yang ke-

kal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Nah, 

dua hal ini yaitu  hakikat dari janji yang diberikan kepada 

nenek moyang kita. Janji itu dapat dilihat jauh ke belakang 

sebagai janji yang diberikan kepada bapa Adam mengenai 

keturunan perempuan itu, berikut penemuan-penemuan 

keadaan masa depan yang dilihat dengan iman oleh para 

bapa leluhur. Namun, janji itu terutama dimaksudkan se-

bagai janji yang diberikan kepada bapa Abraham, bahwa di 

dalam keturunannya semua kaum di muka bumi ini akan 

mendapat berkat, dan bahwa Tuhan  akan menjadi Tuhan  bagi 

dia dan keturunannya. Yang pertama berarti Kristus, dan 

yang berikutnya berarti sorga. Sebab jika Tuhan  tidak mem-

persiapkan sebuah kota bagi mereka, Ia akan malu menye-

but diri-Nya sebagai Tuhan  mereka (Ibr. 11:16).  

(2) Agamanya ada di dalam pengharapan atas janji itu. Paulus 

tidak mendasarkan agamanya di atas hal-hal seperti ma-

kanan dan minuman serta peraturan-peraturan duniawi 

seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi (Tuhan  se-

ring menunjukkan bahwa Ia tidak terlampau memedulikan 

hal-hal semacam itu),namun  di dalam kepercayaan yang 

bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Tuhan  di dalam 

kovenan itu, serta pada janji itu, yang menjadi piagam kese-

pakatan agung yang olehnya jemaat pertama kali didirikan.  

[1] Ia memiliki pengharapan di dalam Kristus sebagai ketu-

runan yang dijanjikan. Ia berharap dapat diberkati di da-

lam Dia, untuk menerima berkat Tuhan , dan benar-benar 

diberkati.  

[2] Ia menaruh pengharapan akan sorga. Hal ini dinyata-

kannya dengan sungguh-sungguh sebagaimana yang di-

ungkapkannnya di dalam 24:15, bahwa akan ada ke-

bangkitan semua orang mati. Keyakinannya tidak dalam 

hal-hal daging,namun  dalam Kristus. Ia sama sekali ti-

dak mengharapkan hal-hal besar di dalam dunia ini. 

Sebaliknya, ia mengharapkan hal-hal yang lebih besar 

di dunia lain dibandingkan dengan apa pun yang kata-

nya dapat diberikan oleh dunia ini. Ia memusatkan per-

hatiannya pada keadaan yang akan datang.  

(3) Dalam hal ini Paulus sependapat dengan orang-orang Ya-

hudi yang saleh. Imannya tidak saja sesuai dengan Kitab 

Suci,namun  juga sesuai dengan kesaksian jemaat, yang men-

jadi pendukungnya. Walaupun mereka menjadikan dirinya 

sebagai sasaran, ia tidak sendirian:  Kedua belas suku kita, 

yang menjadi anggota jemaat orang-orang Yahudi, semen-

tara mereka siang malam beribadah kepada Tuhan  dengan 

tekun, mengharapkan penggenapan janji ini, yaitu semua 

hal baik yang dijanjikan.” Di sini bangsa Israel disebut ke-

dua belas suku, sebab memang begitulah pada mulanya. 

Meskipun kita tidak membaca bahwa sepuluh suku yang 

lain juga kembali berkumpul, kita memiliki alasan untuk 

beranggapan bahwa ada banyak orang-orang tertentu,

setidaknya dari setiap suku, yang kembali ke negeri mereka 

sendiri. Mungkin sebagian besar dari mereka yang dibawa 

sebagai tawanan datang kembali secara bertahap. Kristus 

juga pernah berbicara mengenai kedua belas suku Israel 

(Mat. 19:28). Hana juga berasal dari suku Asyer (Luk. 2:36). 

Yakobus menujukan surat penggembalaannya kepada kedua 

belas suku di perantauan (Yak. 1:1).  Kedua belas suku 

kitalah yang membentuk bangsa kita, yang di dalamnya 

aku dan saudara-saudaraku yang lain termasuk. Sekarang 

semua orang Israel mengaku percaya kepada janji menge-

nai Kristus dan sorga, dan berharap memperoleh berkat 

dari janji itu. Mereka semua berharap kepada Sang Mesias 

yang akan datang, sedang  kami yang telah menjadi 

orang-orang Kristen berharap kepada Mesias yang sudah 

datang. Dengan demikian kita semua dapat sepakat bahwa 

kita membangun di atas dasar janji yang sama. Mereka 

mencari kebangkitan orang mati dan kehidupan di dalam 

dunia yang akan datang, dan inilah yang aku cari. Meng-

apa aku harus dipandang sebagai orang yang memberita-

kan sesuatu yang berbahaya dan menyimpang dari peng-

ajaran yang berlaku, atau dipandang sebagai orang yang 

murtad dari iman dan ibadah jemaat Yahudi, sementara 

aku bersesuaian dengan mereka dalam hal ajaran yang 

mendasar ini? Aku berharap pada akhirnya aku akan 

sampai di sorga yang sama seperti yang mereka harapkan. 

Jika kita berharap dapat berjumpa dengan penuh bahagia 

di akhir hidup kita, mengapa kita harus bertengkar di da-

lam perjalanan ini?” Bahkan lebih dari itu, jemaat orang-

orang Yahudi tidak saja mengharapkan kegenapan janji ini, 

tetapi dalam pengharapan itulah mereka siang malam mela-

kukan ibadahnya dengan tekun. Ibadah di dalam Bait Suci 

diselenggarakan terus-menerus untuk memenuhi kewajib-

an agama, petang dan pagi, siang dan malam, dari awal ta-

hun sampai akhir tahun. Semua ini dipelihara oleh imam-

imam dan orang-orang Lewi, serta mereka yang disebut 

orang-orang yang tetap, yang selalu hadir di sana untuk 

menumpangkan tangan mereka ke atas persembahan 

umat, sebagai perwakilan dari kedua belas suku. Ibadah ini 

diselenggarakan sebagai pengakuan iman atas janji hidup 

yang kekal dan pengharapan yang ada di dalamnya. Paulus 

melakukan ibadahnya siang dan malam dengan tekun di 

dalam pengharapannya akan Injil Anak Tuhan , sedang  

melalui perwakilan kedua belas suku itu mereka juga mela-

kukannya di dalam hukum Taurat Musa. Namun, ia dan 

mereka melakukannya di dalam pengharapan akan janji 

yang sama.  Oleh sebab  itu mereka tidak boleh meman-

dangku sebagai orang yang telah meninggalkan jemaat, se-

lama aku masih memegang janji yang sama, janji yang juga 

mereka pegang.” Terlebih lagi orang-orang Kristen, yang 

berharap kepada Yesus yang sama, sorga yang sama, wa-

laupun berbeda dalam cara dan tata ibadah, seharusnya 

saling mengharapkan yang terbaik bagi satu sama lain dan 

hidup bersama-sama di dalam kasih yang kudus. Atau itu 

dapat juga diartikan sebagai orang-orang tertentu yang te-

tap bersekutu di dalam jemaat orang-orang Yahudi dan sa-

ngat saleh dalam kehidupan mereka, yang beribadah ke-

pada Tuhan  dengan sungguh-sungguh, menggunakan akal 

sehat, dan melakukannya dengan tekun. Siang dan malam, 

sama seperti Hana yang tidak pernah meninggalkan Bait 

Tuhan , beribadah kepada Tuhan  (istilah yang sama diguna-

kan di sini), dengan berpuasa dan berdoa (Luk. 2:37).  De-

ngan cara ini mereka berharap dapat mencapai janji itu, 

dan aku berharap mereka akan sampai di sana.” Perhati-

kanlah, hanya orang-orang yang rajin dan tekun beribadah 

kepada Tuhan  sajalah yang dapat mengharapkan hidup yang 

kekal di atas dasar yang baik dan benar. Harapan akan 

hidup yang kekal harus dapat membuat kita menjadi rajin 

dan tekun dalam menjalankan semua kewajiban agama 

kita. Kita harus terus melanjutkan pekerjaan kita dengan 

mata yang terarah ke sorga. Orang-orang yang tekun ber-

ibadah kepada Tuhan  siang dan malam, walaupun dengan 

cara yang berbeda dengan cara kita, harus kita nilai de-

ngan penuh kemurahan hati.  

(4) Inilah yang sekarang membuat Paulus menderita – sebab  

memberitakan ajaran yang mereka sendiri harus terima 

dan akui, jika mereka memahaminya dengan benar. Seka-

rang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku 

mengharapkan janji yang diberikan kepada nenek moyang 

kita. Ia berpegang pada janji itu dan menentang hukum 

upacara simbolis, sementara para pendakwanya berpegang 

pada hukum upacara simbolis dan menentang janji itu: 

 Dan sebab  pengharapan itulah, ya Raja Agripa, aku ditu-

duh oleh orang-orang Yahudi. Sebab aku melakukan apa 

yang wajib aku lakukan oleh pengharapan terhadap janji 

itu.” Merupakan hal yang lazim bagi orang untuk mem-

benci dan menyerang kekuatan agama orang lain yang ber-

beda dengan agama yang mereka bangga-banggakan. Peng-

harapan Paulus itu sama seperti pengharapan mereka juga 

(24:15), dan sekarang mereka menjadi marah kepadanya 

sebab  ia melakukan apa yang sesuai dengan pengharapan 

itu. Namun, penganiayaan itu menjadi suatu kehormatan 

baginya, sebab  saat  ia menderita sebagai seorang Kristen, 

itu berarti ia menderita sebab  pengharapan Israel (28:20).  

(5) Inilah yang ingin ia ajak semua yang mendengar untuk me-

nerima dengan hati terbuka (ay. 8): Mengapa kamu meng-

anggap mustahil, bahwa Tuhan  membangkitkan orang mati? 

Tampaknya pernyataan ini muncul secara tiba-tiba.namun  

ada kemungkinan apa yang disampaikan Paulus jauh lebih 

banyak dari pada yang tercatat di sini. Ia menjelaskan janji 

yang diberikan kepada nenek moyang mereka itu sebagai 

janji akan kebangkitan dan hidup kekal. Dan ia membukti-

kan bahwa ia ada di jalur yang benar dalam mengejar peng-

harapannya atas kebahagiaan itu, sebab ia percaya kepada 

Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati, yang men-

jadi tanda dan jaminan terhadap kebangkitan yang diharap-

kan oleh nenek moyang mereka. Oleh sebab  itu, dengan 

sungguh-sungguh Paulus menghendaki mereka dapat me-

ngenal kuasa kebangkitan Kristus, supaya olehnya ia ber-

oleh kebangkitan dari antara orang mati (Flp. 3:10-11). Se-

karang, banyak dari orang-orang yang sedang mendengar-

kan dia berasal dari bangsa-bangsa lain. Mungkin sebagian 

besar dari mereka, khususnya Festus,  saat  mendengar 

dia banyak berbicara mengenai kebangkitan Kristus dan 

kebangkitan dari antara orang mati seperti yang diharap-

kan oleh kedua belas suku Israel, mulai mengejek Paulus 

seperti yang dilakukan orang-orang Atena. Mungkin mere-

ka mulai tersenyum-senyum mendengar hal itu, saling ber-

bisik satu sama lain, dan mengatakan betapa tidak masuk 

akalnya hal itu. Oleh sebab itu, Paulus merasa perlu ber-

debat dengan mereka. Apa! Apakah menurut pendapatmu 

mustahil bagi Tuhan  membangkitkan orang mati? Begitulah 

seharusnya kalimat itu dibaca. Jika kamu menganggap hal 

itu ajaib, apakah Aku harus menganggapnya ajaib juga? De-

mikianlah firman TUHAN semesta alam (Za. 8:6). Kalaupun 

melampaui kuasa alam, hal itu tidak melampaui kuasa 

Tuhan  yang menciptakan alam ini. Perhatikanlah, tidak ada 

alasan sama sekali bagi kita untuk beranggapan bahwa 

Tuhan  tidak mungkin bisa membangkitkan orang mati. Kita 

tidak diminta untuk mempercayai segala sesuatu yang me-

mang mustahil, segala sesuatu yang mengandung perten-

tangan. ada cukup banyak alasan yang dapat diper-

caya untuk membawa kita menelusuri semua pengajaran 

agama Kristen, dan khususnya di sini mengenai kebangkit-

an orang mati. Bukankah Tuhan  memiliki kemahakuasaan 

yang tidak terbatas, sehingga tidak ada yang mustahil bagi-

Nya? Bukankah Dia yang menciptakan dunia ini untuk 

pertama kali dari ketiadaan, dengan mengucapkan firman-

Nya? Bukankah Dia yang membentuk tubuh kita dari debu 

tanah dan mengembuskan nafas hidup ke dalam kita pada 

mulanya? Jadi masakan Dia tidak sanggup dengan kuasa 

yang sama membentuk mereka kembali dari debu tanah 

mereka sendiri serta memberi  kehidupan ke dalam me-

reka lagi? Bukankah kita juga melihat bentuk kebangkitan 

lainnya di alam ini, setiap kali musim semi datang kem-

bali? Jika matahari memiliki kuasa untuk membangkitkan 

kembali tumbuh-tumbuhan yang sudah mati, apakah tam-

pak mustahil bagi kita bahwa Tuhan  sanggup membangkit-

kan tubuh-tubuh yang sudah mati?  

III. Paulus mengakui bahwa  saat  ia masih hidup sebagai orang Fa-

risi, ia sangat memusuhi orang-orang Kristen dan Kekristenan. Ia 

mengira bahwa ia harus berlaku seperti itu dan tetap seperti itu, 

sampai akhirnya Kristus membuat perubahan yang indah di da-

lam dirinya. Hal ini ia katakan, 

1. Untuk menunjukkan bahwa ia menjadi seorang Kristen dan 

pemberita firman bukanlah sebagai hasil dan akibat dari wa

taknya atau kecenderungannya. Bukan juga sebab  pemikir-

annya berangsur-angsur menyukai ajaran Kristen. Ia tidak 

meneliti Kekristenan melalui berbagai alasan sebab akibat, te-

tapi dibuat menjadi sepenuhnya yakin langsung dari keadaan-

nya yang penuh dengan prasangka buruk terhadap Kekristenan. 

Dengan begitu tampaklah bahwa dia dibuat menjadi Kristen 

dan menjadi seorang pengkhotbah oleh suatu kuasa adikodra-

ti. Dengan demikian, perubahan hidupnya tidak saja bagi diri-

nya sendiri,namun  bagi orang lain juga, sebagai sebuah bukti 

yang meyakinkan tentang kebenaran Kekristenan.  

2. Mungkin Paulus merancang pernyataan itu sebagai alasan un-

tuk memaafkan para penganiayanya, seperti yang pernah di-

perbuat Kristus  saat  Ia berkata, mereka tidak tahu apa yang 

mereka perbuat.  saat  menganiaya murid-murid Kristus, ia 

mengira bahwa ia melakukan apa yang seharusnya ia laku-

kan. Dan sekarang, dengan kemurahan hati ia berpikir bahwa 

mereka juga melakukan kesalahan yang sama. Amatilah,  

(1) Betapa bodohnya pendapat yang ia pegang (ay. 9): Ia sen-

diri pernah menyangka bahwa ia harus keras bertindak, de-

ngan menggunakan segala sesuatu yang ada di dalam kua-

sanya, menentang nama Yesus dari Nazaret, menentang 

pengajaran-Nya, kehormatan-Nya, kepentingan-Nya. Sebe-

narnya, nama itu sendiri tidak mendatangkan bahaya. Na-

mun, sebab  nama itu tidak sesuai dengan gagasan menge-

nai kerajaan Mesias yang ia bayangkan, ia menentangnya 

dengan sekuat tenaga. Ia menyangka bahwa dengan cara 

menganiaya orang-orang yang memanggil nama Yesus Kris-

tus, ia telah melayani Tuhan dengan baik. Perhatikanlah, 

sangat mungkin orang-orang yang dengan yakin menyang-

ka berada di jalan yang benar, ternyata kemudian terbukti 

berada di jalan yang salah. Begitu juga halnya dengan 

orang-orang yang mengira menjalankan kewajiban agama 

mereka, ternyata dengan sengaja tetap melakukan dosa 

yang terbesar. Orang-orang yang membenci saudara-sau-

dara mereka, dan mengucilkan mereka, berkata, biarlah 

TUHAN dipermuliakan (Yes. 66:5, TL). Di bawah bendera 

dan dalih agama, tindak kejahatan yang paling biadab dan 

tidak berperikemanusiaan tidak saja dibenarkan,namun  

juga dikuduskan dan diagungkan (Yoh. 16:2).  


(2) Betapa dengan amarah yang meluap-luap ia melakukan 

penganiayaan itu (ay. 10-11). Tidak ada dasar tindakan 

yang lebih kejam di dunia ini selain hati nurani yang mene-

rima keterangan yang salah.  saat  Paulus mengira bahwa 

ia wajib menentang nama Kristus dengan sekuat tenaga, ia 

tidak segan-segan berjerih payah dan mengorbankan apa 

pun untuk itu. Ia menjelaskan apa yang telah ia lakukan 

itu, dan menegaskannya sebagai orang yang benar-benar 

menyesali perbuatannya: aku yaitu  seorang penghujat 

dan seorang penganiaya yang ganas (1Tim. 1:13).  

[1] Ia menjejali penjara-penjara dengan orang-orang Kristen 

seolah-olah mereka yaitu  penjahat-penjahat yang pa-

ling bejat. Melalui penganiayaan ini, ia berharap tidak 

saja dapat menanamkan kengerian kepada mereka,namun  

juga membuat mereka menjadi kebencian bagi orang ba-

nyak. Ia menjadi Iblis yang melemparkan beberapa 

orang percaya ke dalam penjara (Why. 2:10). Ia mema-

sukkan mereka ke dalam penjara supaya mereka dapat 

dianiaya. Aku telah memasukkan banyak orang kudus 

ke dalam penjara (26:10), laki-laki dan perempuan (8:3).  

[2] Ia menjadikan dirinya sebagai alat dari imam-imam ke-

pala. Dalam hal ini dengan menerima kuasa dari mereka, 

sebagai seorang bawahan. Ia sangat bangga sebab  

menjadi orang yang berkuasa menjalankan tugas peng-

aniayaan seperti itu.  

[3] Tanpa diminta, ia ikut campur tangan dalam mengusul-

kan hukuman mati bagi orang-orang Kristen, khususnya 

Stefanus, yang hukuman matinya mendapat persetuju-

an dari dirinya (8:1). Dengan demikian ia menjadikan 

dirinya sebagai particeps criminis – orang yang turut 

mengambil bagian dalam kejahatan. Mungkin sebab  se-

mangatnya inilah, ia berhasil menjadi anggota mahka-

mah agama, walaupun masih berusia muda. Dari situ-

lah ia mengusulkan untuk menjatuhkan hukuman mati 

bagi orang-orang Kristen. Atau, setelah mereka dihu-

kum, ia memberi  alasan untuk membenarkan apa 

yang telah dilakukan. Dengan demikian ia menjadikan 

dirinya bersalah ex post facto – sesudah perbuatan dila

kukan, seolah-olah dia yaitu  seorang hakim atau ang-

gota dewan juri.  

[4] Ia menjatuhkan hukuman atas tindakan pelanggaran 

ringan, di rumah-rumah ibadat, di mana mereka disesah 

sebagai pelanggar-pelanggar peraturan rumah ibadat. Ia 

sudah menghukum banyak orang. Bahkan lebih dari 

itu, sepertinya ia sering menyiksa orang-orang yang sama, 

seperti dirinya sendiri yang pernah disesah sampai lima 

kali (2Kor. 11:24).  

[5] Ia tidak saja menghukum mereka sebab  agama mereka, 

tetapi sambil membanggakan diri sebab  mampu me-

nguasai hati nurani orang lain, ia memaksa mereka me-

nyangkal agama mereka dengan cara menganiaya me-

reka:  Aku memaksa mereka untuk menyangkal Kristus 

dan menyatakan bahwa Dia yaitu  seorang penipu dan 

mereka semua telah tertipu oleh-Nya. Ia memaksa me-

reka menyangkal Tuhan mereka dan meninggalkan ke-

wajiban-kewajiban mereka kepada-Nya.” Tidak ada yang 

lebih memberatkan para penganiaya selain pemaksaan 

terhadap hati nurani manusia, tidak peduli sebangga 

apa pun mereka sekarang atas diri orang-orang yang 

mereka buat baru percaya akibat paksaan mereka.  

[6] Kegeramannya begitu meluap-luap terhadap orang Kris-

ten dan Kekristenan sampai Yerusalem sendiri menjadi 

panggung yang terlampau sempit untuk bertindak. Aki-

batnya, dalam amarah yang meluap-luap terhadap me-

reka, ia mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota 

asing. Ia marah terhadap mereka sebab  melihat bagai-

mana mereka mampu membela diri, meskipun ia sudah 

berusaha keras menentang mereka. Ia marah melihat 

bagaimana jumlah mereka semakin berlipat ganda kare-

na penindasan itu. Amarahnya meluap-luap. Gelombang 

amarahnya tidak dapat dibendung dan dibatasi. Ia men-

jadi kengerian bagi dirinya sendiri dan juga bagi banyak 

orang lain. Begitu besar kejengkelan di dalam dirinya 

hingga ia tidak mampu mengatasinya, begitu pula ama-

rahnya terhadap mereka. Para penganiaya yaitu  orang-

orang gila, dan beberapa di antara mereka gila melam-

paui batas. Paulus menjadi marah melihat orang-orang

 yang tinggal di kota-kota lain tidak terlampau keras 

menentang orang-orang Kristen. Itulah sebabnya ia si-

buk mengurusi hal-hal yang sebenarnya bukan urusan-

nya dengan menganiaya orang-orang Kristen, bahkan 

sampai ke kota-kota asing. Tidak ada dasar tindakan 

yang lebih meresahkan selain kebencian, khususnya ke-

bencian yang melibatkan hati nurani.  

Inilah watak Paulus dan inilah cara hidupnya pada masa muda-

nya. Itulah sebabnya ia tidak dapat dianggap menjadi orang Kristen 

sebab  pendidikan atau sebab  adat kebiasaan, atau ditarik oleh ha-

rapan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Semua keberatan 

di luar dirinya bertentangan dengan keberadaannya sebagai seorang 

Kristen. 

Pembelaan Paulus yang Kelima  

(26:12-23)  

12  Dan dalam keadaan demikian,  saat  aku dengan kuasa penuh dan tugas 

dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik, 13 tiba-tiba, ya 

Raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya 

yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku 

dan teman-teman seperjalananku. 14 Kami semua rebah ke tanah dan aku 

mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: 

Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menen-

dang ke galah rangsang. 15namun  aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? 

Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu. 16namun  sekarang, bangun-

lah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan 

engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kau-

lihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu

nanti. 17 Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-

bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, 18 untuk mem-

buka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang 

dan dari kuasa Iblis kepada Tuhan , supaya mereka oleh iman mereka kepada-

Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang 

ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. 19 Sebab itu, ya Raja Agripa, 

kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. 20namun  

mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Ye-

rusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, 

bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Tuhan  serta melakukan 

pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu. 21 sebab  itulah 

orang-orang Yahudi menangkap aku di Bait Tuhan , dan mencoba membunuh 

aku. 22namun  oleh pertolongan Tuhan  aku dapat hidup sampai sekarang dan 

memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan 

apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberi-

tahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, 23 yaitu, bahwa Mesias harus 

menderita sengsara dan bahwa Ia yaitu  yang pertama yang akan bangkit 

dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada 

bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.”

Semua orang yang percaya kepada Tuhan  dan menghormati kedaulatan-

Nya, harus mengakui bahwa orang-orang yang berbicara dan bertin-

dak sesuai dengan petunjuk-Nya serta memperoleh jaminan diri-Nya, 

tidak boleh dimusuhi, sebab  itu berarti melawan Tuhan . Nah, dengan 

penuturan yang jelas dan jujur atas masalah yang sebenarnya, di sini 

Paulus membuktikan di hadapan sidang yang mulia ini, bahwa ia 

menerima panggilan langsung dari sorga untuk memberitakan Injil 

Kristus kepada dunia bangsa-bangsa lain, yang membuat jengkel 

orang-orang Yahudi sehingga menentang dia. Di sini ia menunjukkan,  

I. Bahwa ia menjadi orang Kristen sebab  kuasa Tuhan , walaupun ia 

berprasangka melawan jalan itu. Ia dibawa ke jalan Kristen 

dengan tiba-tiba oleh kuasa dari sorga. Ia tidak dipaksa untuk 

mengakui Kristus oleh kekuatan luar seperti halnya ia memaksa 

orang lain untuk menghujat Dia,namun  oleh kekuatan Tuhan  dan 

rohaniah, melalui sebuah wahyu Kristus dari sorga, baik ke-

padanya maupun di dalam dirinya. Hal ini terjadi  saat  ia sedang 

berada di puncak kehidupan dosanya,  saat  sedang menuju 

Damsyik untuk menghancurkan Kekristenan dengan cara meng-

aniaya orang-orang Kristen di kota itu. Dengan penuh semangat 

seperti biasanya bila berkaitan dengan urusan ini, kegiatannya 

untuk menganiaya sama sekali tidak kendur atau menjadi lelah. 

Ia juga tidak tergoda untuk menyerah saat teman-temannya ga-

gal, sebab kali ini, lebih dibandingkan  sebelumnya, ia memperoleh 

kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala untuk menganiaya 

Kekristenan. Dalam keadaan seperti itulah ia dipaksa menyerah 

oleh kuasa yang lebih besar dan diberi tugas lain untuk mem-

beritakan Kekristenan. Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya 

perubahan yang mengejutkan ini, suatu penglihatan dari sorga 

dan suara dari sorga, yang menyampaikan pengetahuan tentang 

Kristus melalui dua indra pembelajaran, yaitu melihat dan men-

dengar.  

1. Dia melihat suatu penglihatan sorgawi. Keadaannya luar biasa 

hingga pastilah itu bukan sebuah khayalan yang menyesatkan 

– deciptio visus. Sebaliknya, tidak diragukan lagi bahwa yang 

ia lihat yaitu  suatu penampakan Tuhan . 

(1) Ia melihat cahaya yang sangat kuat turun dari langit, se-

suatu yang tidak dapat dilakukan oleh tangan manusia, se-

bab  saat  itu bukan malam hari, melainkan pada tengah 

hari bolong. Cahaya itu tidak muncul di dalam rumah, di 

mana akal-akal tipuan bisa dilakukan,namun  di tengah ja-

lan, di tempat terbuka. Cahaya itu yaitu  cahaya yang lebih 

terang dari pada matahari, yang mengalahkan dan mere-

dupkan cahaya matahari (Yes. 24:23). Dan juga, ini bukan-

lah hasil khayalan Paulus, sebab cahaya itu meliputi dia 

dan teman-teman seperjalanannya. Mereka semua merasa-

kan diliputi oleh cahaya yang terang benderang, yang mem-

buat matahari tidak begitu terang di mata mereka. Kekuatan 

dan kuasa cahaya ini mulai menunjukkan pengaruhnya. 

Mereka semua rebah ke tanah sebab  penglihatan yang 

membuat mereka mengalami kelumpuhan itu. Cahaya ini 

berkilat sebab  kekuatannya, namun tidak menyambar se-

perti kilat,namun  terus bercahaya meliputi mereka. Di masa 

Perjanjian Lama, Tuhan  biasanya menyatakan diri-Nya di 

dalam kekelaman, dan menjadikan kekelaman itu sebagai 

tempat kediaman-Nya (2Taw. 6:1). Ia berbicara kepada 

Abraham dalam gelap gulita yang mengerikan (Kej. 15:12), 

sebab masa itu yaitu  masa kegelapan. Namun, sekarang 

hidup yang tidak dapat binasa dibawa kepada terang me-

lalui Injil Kristus yang datang di dalam terang yang besar. 

Di dalam penciptaan kasih karunia, seperti halnya dunia 

ini, hal pertama yang diciptakan yaitu  terang (2Kor. 4:6).  

(2) Kristus sendiri menampakkan diri kepadanya (ay. 16): Aku 

menampakkan diri kepadamu untuk maksud ini. Kristus 

ada di dalam terang ini, walaupun orang-orang yang men-

jadi teman seperjalannya hanya melihat terang dan tidak 

melihat Kristus di dalamnya. Tidak semua pengetahuan 

akan membuat kita menjadi seorang Kristen,namun  penge-

tahuan itu haruslah pengetahuan tentang Kristus.  

2. Dia mendengar suara sorgawi, suara yang terdengar jelas, 

yang berbicara kepadanya. Di sini dikatakan bahwa suara itu 

disampaikan dalam bahasa Ibrani (yang tidak disebutkan se-

belumnya), bahasa ibunya, bahasa agamanya, untuk menun-

jukkan kepadanya bahwa walaupun ia akan diutus di antara 

bangsa-bangsa lain, ia tidak boleh lupa bahwa ia yaitu  se-

orang Ibrani, serta juga tidak boleh menjadi orang asing ter-

hadap bahasa Ibrani. Dalam apa yang dikatakan Kristus kepa-

danya kita dapat amati,  

(1) Bahwa Kristus memanggil dia sesuai dengan namanya, dan 

berulang kali (Saulus, Saulus), yang tentunya mengejutkan 

dan mencengangkan dia. Terlebih lagi, ia sekarang sedang 

berada di tempat asing, di mana tidak seorang pun menge-

nal dirinya.  

(2) Bahwa Kristus menginsafkan dia akan dosanya. Akan dosa 

besar yang sekarang sedang diembannya, yaitu dosa untuk 

menganiaya orang-orang Kristen. Kristus menunjukkan ke-

padanya betapa tidak masuk akalnya tugasnya itu.  

(3) Bahwa Kristus turut merasakan penderitaan para peng-

ikut-Nya: Engkau menganiaya aku (ay. 14), dan sekali lagi, 

Akulah Yesus yang kauaniaya itu (ay. 15). Tidak terpikir-

kan oleh Paulus bahwa  saat  menginjak-injak orang-orang 

yang ia pandang sebagai beban dan noda bagi bumi ini, se-

benarnya ia sedang menghina Dia yang sangat mulia bagi 

sorga.  

(4) Bahwa Kristus menegur dia terus melawan keyakinan itu: 

Sukar bagimu menendang ke galah rangsang, atau galah 

penghalau, seperti anak lembu yang tidak terlatih. Pada 

awalnya, semangat Paulus mungkin mulai bangkit, namun 

dia diberi tahu bahwa ia akan binasa kalau melakukan hal 

itu terus, dan setelah itu ia menyerah. Atau, mungkin juga 

hal itu dikatakan dengan nada memperingatkan:  Berhati-

hatilah supaya jangan sampai engkau menolak diinsafkan, 

sebab semua ini dirancang untuk mengubah hatimu, tidak 

untuk melawanmu.” 

(5) Bahwa atas pertanyaannya, Kristus memperkenalkan diri 

kepadanya. Paulus bertanya (ay. 15),  Siapa Engkau, Tu-

han? Beritahukanlah siapa yang berbicara kepadaku dari 

sorga, supaya aku dapat menjawabnya dengan pantas?” 

Dan Ia menjawab,  Akulah Yesus, yang engkau hina itu, 

yang engkau benci dan fitnah. Akulah yang menanggung 

nama itu, yang telah engkau buat sampai begitu dibenci 

dan kausebut sebagai penjahat.” Paulus mengira Yesus su-

dah terkubur di dalam tanah, dan mayatnya dicuri dari ku-

burnya sendiri dan dipindahkan ke tempat lain. Semua 

orang Yahudi diajar untuk berkata seperti itu. Itulah se-

babnya ia merasa heran mendengar Dia berbicara dari 

langit, melihat dirinya diliputi oleh kemuliaan yang sebe-

lumnya telah ia hina sekuat tenaga. Kejadian ini meyakin-

kan dirinya bahwa ajaran Yesus bersifat Tuhan  dan sorgawi. 

Tidak saja tidak boleh ditentang,namun  harus disambut de-

ngan hangat: Bahwa Yesus yaitu  Sang Mesias, sebab ti-

dak saja Ia telah dibangkitkan dari kematian,namun  Ia telah 

menerima kehormatan dan kemuliaan dari Tuhan  Bapa. Keja-

dian ini cukup untuk membuat dia segera menjadi seorang 

Kristen, meninggalkan kumpulan para penganiaya yang di-

tentang sendiri oleh Tuhan yang menampakkan diri dari 

sorga, dan menggabungkan diri dengan kelompok yang ter-

aniaya, yang dibela oleh Tuhan yang turun dari sorga un-

tuk mereka.  

II. Bahwa ia dijadikan seorang pelayan Tuhan oleh kuasa Tuhan : Bah-

wa Yesus yang sama, yang telah menampakkan diri kepadanya di 

dalam terang yang mulia itu memerintahkan kepadanya untuk per-

gi dan memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Ia tidak me-

larikan diri dari pengutusan itu. Ia juga tidak diutus oleh manusia 

yang sama seperti dia,namun  oleh Dia yang diutus Bapa (Yoh. 

20:21). Apa yang ia katakan di sini mengenai pengangkatannya 

sebagai seorang rasul berkaitan dengan apa yang pernah dikata-

kan kepadanya melalui ayat-ayat lain, yang tampaknya berasal 

dari pasal 9:15 dan pasal 22:15, 17, dan seterusnya, yang disam-

paikan kepadanya sesudah peristiwa itu. Namun, di sini ia meng-

gabungkan kedua pernyataan itu untuk meringkas: Bangunlah 

dan berdirilah. Orang-orang yang sebab  terang Injil dibuat Kris-

tus tersungkur dalam kehinaan akibat dosa akan mendapati diri-

nya bangun dan berdiri di dalam kasih karunia, kekuatan, dan, 

penghiburan rohani. Jika Kristus menghancurkan, itu supaya Ia 

dapat menyembuhkan. Ia merobohkan, itu supaya Ia dapat mem-

bangkitkan. Kebaskanlah debu dari padamu, bangunlah (Yes. 

52:2). Tolonglah dirimu sendiri dan Kristus akan menolongmu. 

Engkau harus bangkit, sebab  Kristus akan menolongmu. Paulus 

harus bangkit, sebab Kristus memiliki pekerjaan baginya – me-

miliki sebuah pesan khusus, pesan yang sangat baik, untuk men-

jadikan dia utusan-Nya: Aku menampakkan diri kepadamu untuk 

menetapkan engkau menjadi pelayan. Kristus telah menetapkan 

pelayan-pelayan-Nya sendiri. Mereka menerima kemampuan dan 

tugas dari Dia. Paulus bersyukur kepada Kristus Yesus yang telah 

menempatkan dirinya di dalam pelayanan (1Tim. 1:12). Kristus 

menampakkan diri kepadanya untuk menetapkan dia menjadi pe-

layan. Dengan satu atau lain cara, Kristus akan menyatakan diri-

Nya kepada semua orang yang ditetapkan-Nya sebagai pelayan-

Nya. Sebab, bagaimana mereka dapat memberitakan Dia kalau 

mereka tidak mengenal Dia? Dan bagaimana mereka dapat me-

ngenal Dia jika Ia tidak memperkenalkan diri di dalam Roh-Nya? 

Amatilah,  

1. Jabatan yang ditetapkan Kristus bagi Paulus yaitu : dia dija-

dikan sebagai seorang pelayan, untuk melayani Kristus dan 

bertindak bagi-Nya, sebagai seorang saksi. Untuk membuk-

tikan kebenaran ajaran-Nya. Ia harus menyaksikan kebenaran 

Injil kasih karunia Tuhan . Kristus menampakkan diri kepadanya 

supaya ia dapat tampil bagi Kristus di hadapan orang banyak.  

2. Isi kesaksian Paulus: Ia harus memberi  kesaksian kepada 

dunia,  

(1) Tentang segala sesuatu yang telah ia lihat. Sekarang, pada 

saat ini, ia harus memberitahukan kepada orang-orang 

bahwa Kristus telah menampakkan diri kepadanya di te-

ngah jalan dan apa saja yang telah Ia katakan kepadanya. 

Ia melihat semua hal ini, supaya ia dapat memberitakan-

nya, seperti apa yang terjadi di sini dan sebelumnya (22). 

(2) Tentang apa yang akan diperlihatkan Kristus kepadanya. 

Sekarang Kristus sedang mengadakan cara berkomunikasi 

dengan Paulus, yang setelah itu terus dilakukan-Nya, te-

tapi untuk saat ini Ia hanya memberitahukan bahwa Pau-

lus akan mendengar lebih lanjut dari Dia. Pada mulanya, 

Paulus tidak memahami apa-apa tentang Injil sampai Kris-

tus menampakkan diri kepadanya dan memberi  pe-

tunjuk sepenuhnya. Injil yang ia beritakan diterimanya 

langsung oleh pernyataan Kristus (Gal. 1:12). Namun, ia 

menerimanya secara berangsur-angsur. Beberapa diterima-

nya pada saat tertentu, dan beberapa lagi pada saat yang 

lain, sesuai dengan kesempatan yang ada. Kristus sering 

menampakkan diri kepada Paulus, dan kemungkinan besar 

lebih sering lagi dari pada yang telah dicatat di sini. Kristus 

tetap mengajarnya, supaya ia tetap dapat mengajar penge-

tahuan kepada orang banyak.  

3. Perlindungan rohani yang ia terima sementara ia dipakai 

Kristus sebagai saksi-Nya: semua kuasa kegelapan tidak dapat 

menang terhadapnya sampai ia menyelesaikan kesaksiannya 

(ay. 17), mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bang-

sa-bangsa lain. Perhatikanlah, saksi-saksi Kristus berada di 

bawah pemeliharaan-Nya yang khusus. Walaupun mereka da-

pat jatuh ke tangan musuh, Ia akan memelihara mereka un-

tuk menyelamatkan mereka dari tangan musuh, dan Dia tahu 

bagaimana melakukannya. Pada saat ini Kristus telah menun-

jukkan kepada Paulus betapa banyak penderitaan yang harus 

ia tanggung (9:16). Namun, di sini Ia berkata bahwa Ia akan 

mengasingkan dia dari bangsa ini. Penderitaan hebat dapat 

diimbangi dengan janji penyelamatan umat Tuhan . Sebab Kris-

tus tidak berjanji bahwa mereka akan dijauhkan dari pende-

ritaan,namun  akan dijaga-Nya untuk bisa melalui penderitaan 

itu. Kadang-kadang Tuhan  menyerahkan umat-Nya ke tangan 

para penganiaya mereka supaya Ia mendapat kehormatan saat 

melepaskan mereka dari tangan musuh-musuh mereka.  

4. Pengutusan khusus yang diberikan kepadanya untuk pergi ke 

tengah bangsa-bangsa lain dan pesan yang harus disampaikan 

dengan pengutusannya itu. Pengutusan kepada bangsa-bangsa 

lain itu terjadi beberapa tahun setelah pertobatan Paulus, atau 

(sebab semuanya tampak mengarah ke situ) setelah ia tahu 

bahwa ia dirancang untuk tujuan itu (lihat 22:21). Namun, 

pada akhirnya ia diperintahkan untuk mengarahkan dirinya 

ke sana.  

(1) Ada pekerjaan besar yang harus dilakukan di antara bang-

sa-bangsa lain, dan Paulus yang harus melaksanakannya. 

Ada dua hal yang harus dilakukan: 

[1] Sebuah dunia yang diam dalam kegelapan haruslah di-

terangi. Mereka harus diajak mengetahui hal-hal yang 

diperlukan untuk memiliki kedamaian kekal yang selama 

ini telah mereka abaikan. Untuk mengenal Tuhan  sebagai 

tujuan mereka, serta Kristus sebagai jalan mereka, yang 

sampai saat itu belum mereka kenal. Ia diutus untuk 

membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari ke-

gelapan kepada terang. Pemberitaannya tidak saja da-

pat memberitahukan hal-hal yang tidak pernah mereka 

dengar sebelumnya,namun  harus dapat menjadi saluran 

dari kasih karunia dan kuasa Tuhan . Dengan demikian 

pengertian mereka akan diterangi hingga mampu mene-

rima hal-hal seperti itu, sekaligus menyambut mereka. 

Demikianlah ia akan membuka mata mereka yang sebe-

lumnya tertutup terhadap terang itu. Mereka akan mau 

mengerti keadaan, perkara, dan kepentingan mereka 

sendiri. Kristus membuka hati manusia dengan cara 

membuka mata mereka. Ia tidak menuntun mereka 

dengan mata tertutup,namun  membuat mereka mampu 

melihat jalan mereka sendiri. Paulus diutus tidak saja 

untuk membuka mata mereka untuk saat sekarang, 

tetapi juga untuk membuat mata mereka tetap terbuka, 

supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang 

itu. Yakni, dari mengikuti pemimpin-pemimpin palsu 

dan buta, pengajaran-pengajaran mereka, ramalan-ra-

malan mereka, dan berbagai perbuatan takhayul, yang 

berasal dari kebiasaan nenek moyang mereka. Juga dari 

berbagai gagasan dan pikiran mereka yang merusak 

tentang berhala-berhala mereka, untuk selanjutnya 

mengikuti wahyu Tuhan  yang kepastian dan kebenar-

annya tidak perlu dipertanyakan lagi. Inilah yang di-

maksud dengan membuat mereka berbalik dari kegelapan 

kepada terang, dari cara-cara kegelapan kepada cara-

cara yang dapat menyinarkan terang. Rancangan besar 

dari Injil yaitu  mengajar orang-orang bebal serta me-

ralat kesalahan-kesalahan orang yang sedang menyim-

pang, supaya semua hal dapat ditempatkan dan dilihat 

di dalam terang yang sejati.  

[2] Sebuah dunia yang diam di dalam kejahatan, kejahatan 

di dalam diri orang-orang fasik, yang harus dikuduskan 

dan dibentuk kembali. Tidak cukup dengan hanya 

membuka mata mereka, hati mereka juga harus diper-

barui. Tidak cukup dengan hanya membuat mereka 

berbalik dari kegelapan kepada terang, mereka juga ha-

rus berbalik dari kuasa Iblis kepada kuasa Tuhan , yang 

pasti akan terjadi bila mereka telah berbalik kepada te-

rang. Sebab Iblis memerintah dengan kuasa kegelapan, 

dan Tuhan  memerintah dengan bukti terang yang meya-

kinkan. Orang-orang berdosa berada di bawah kuasa 

Iblis. Dengan cara khusus, para penyembah berhala 

juga seperti itu. Mereka memberi penghormatan kepada 

roh-roh jahat. Semua orang berdosa ada di bawah pe-

ngaruh godaan roh-roh jahat, menyerahkan diri mereka 

sendiri di dalam tawanannya, dan siap mematuhinya. 

Kasih karunia pertobatan membuat mereka berbalik 

dari cengkeraman kuasa Iblis dan membawa mereka 

menjadi milik Tuhan , untuk memenuhi peraturan-per-

aturan firman-Nya dan menaati perintah-perintah serta 

tuntunan Roh Tuhan , memindahkan mereka keluar dari 

kuasa kegelapan ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang ke-

kasih.  saat  watak yang baik menjadi kuat di dalam 

jiwa (seperti halnya watak yang merusak dan berdosa), 

maka jiwa pun dibuat berbalik dari kuasa Iblis kepada 

kuasa Tuhan .  

(2) Ada kebahagiaan besar yang dirancang bagi bangsa-bangsa 

lain melalui pekerjaan ini – supaya mereka memperoleh 

pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang 

ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Mereka 

berbalik dari kegelapan dosa menuju terang kekudusan, 

dari perbudakan Iblis kepada pelayanan Tuhan . Tidak su-

paya Tuhan  menjadi pemenang yang diuntungkan,namun  su-

paya mereka menjadi orang yang diuntungkan oleh-Nya.  

[1] Supaya mereka dapat dipulihkan oleh kemurahan-Nya, 

kemuliaan yang telah hilang akibat dosa mereka, dan 

membuat mereka keluar dari situ: supaya mereka mem-

peroleh pengampunan dosa. Mereka dilepaskan dari kuasa 

dosa, supaya diselamatkan dari kematian yang merupa-

kan upah dosa. Tidak sebab  mereka memang pantas 

untuk menerima pengampunan sebagai upah mereka, 

tetapi supaya mereka menerimanya sebagai suatu pem-

berian yang cuma-cuma, supaya mereka layak meneri-

ma penghiburan-Nya. Mereka dibujuk untuk meletak-

kan senjata dan kembali kepada kesetiaan mereka, 

supaya mereka dapat memperoleh keuntungan dari ja-

minan itu dan dapat membela diri dalam menghadapi 

penghakiman terhadap mereka.  

[2] Supaya mereka dapat berbahagia dalam kelimpahan-

Nya. Tidak saja supaya dosa mereka diampuni,namun  

supaya mereka mendapat bagian dalam apa yang diten-

tukan untuk orang-orang yang dikuduskan oleh iman me-

reka kepada-Ku. Perhatikanlah,  

Pertama, sorga yaitu  bagian yang ditentukan seba-

gai warisan. Sorga diturunkan kepada semua anak-anak 

Tuhan , sebab jika mereka anak, maka mereka yaitu  juga 

ahli waris. Supaya mereka mendapat klēron – bagian 

yang diundikan (begitulah pemahaman yang seharus-

nya), seperti halnya pembagian tanah Kanaan yang di-

tentukan melalui undian, dan ini yaitu  perbuatan 

Tuhan , setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN. 

Supaya mereka memiliki hak, begitulah menurut penda-

pat beberapa orang. Bukan oleh jasa mereka, melainkan 

sepenuhnya oleh kasih karunia.  

Kedua, semua orang yang sungguh-sungguh telah 

berbalik dari dosa kepada Tuhan , tidak saja akan diam-

puni,namun  juga akan disukai. Bukan saja hak-hak me-

reka yang telah hilang dipulihkan,namun  juga dikaruniai 

kehormatan serta dianugerahi bagian warisan yang 

melimpah. Pengampunan dosa membuka jalan bagi ba-

gian warisan ini dengan cara menyingkirkan pengha-

langnya.  

Ketiga, semua orang yang akan diselamatkan di 

masa nanti dikuduskan sekarang. Orang-orang yang 

memiliki warisan sorgawi harus memperolehnya dengan 

cara ini. Mereka harus dipersiapkan dan dilayakkan un-

tuk menerimanya. Tidak ada yang akan berbahagia tanpa 

kekudusan. Tidak akan ada orang kudus di sorga kalau 

tidak menjadi kudus di atas muka bumi ini.  

Keempat, Kita tidak membutuhkan apa-apa lagi 

untuk membuat kita berbahagia selain memiliki bagian 

kita di antara orang-orang yang telah dikuduskan, un-

tuk berlaku seperti mereka berlaku. Ini berarti memiliki 

bagian kita di antara orang-orang yang terpilih, sebab 

mereka dipilih menuju keselamatan melalui pengudusan. 

Orang-orang yang dikuduskan akan dimuliakan. sebab  

itu, marilah kita mengambil bagian di antara mereka, 

dengan masuk ke dalam persekutuan orang-orang ku-

dus, dan bersedia mengambil bagian bersama mereka, 

serta berbagi dengan mereka di dalam penderitaan me-

reka, yang (sekalipun betapa menyedihkan) menjadi ba-

gian kita di dalam warisan yang akan mendapat ganti 

rugi dengan sangat melimpah.  

Kelima, kita dikuduskan dan diselamatkan oleh 

iman di dalam Kristus. Beberapa orang mengacu kepada 

kata-kata sebelumnya, dikuduskan oleh iman. Sebab 

iman akan memurnikan hati dan menempatkan janji-

janji yang indah itu di dalam jiwa, serta membawa jiwa 

berada di bawah pengaruh kasih karunia itu, yang oleh-

nya kita mengambil bagian dalam sifat-sifat Tuhan . Seba-

gian orang lain mengacu kepada penerimaan pengam-

punan dan warisan. Sebab oleh iman kita menerima 

kasih karunia itu: semua datang menuju yang satu itu. 

Sebab oleh iman kita dibenarkan, dikuduskan, dan di-

muliakan. Oleh iman, tē eis eme – iman yang ada di da-

lam Aku. Hal ini dinyatakan dengan penuh perasaan. 

Iman yang tidak saja untuk menerima pewahyuan Tuhan  

secara umum,namun  dengan cara yang khusus meng-

ikat diri dengan Yesus Kristus dan pengantaraan-Nya, 

yang olehnya kita bersandar kepada Kristus sebagai 

TUHAN keadilan kita, dan mengandalkan diri kita ke-

pada-Nya sebagai TUHAN pemimpin kita. Melalui inilah 

kita menerima pengampunan dosa, karunia Roh Kudus, 

dan hidup yang kekal.  

III. Bahwa Paulus telah menjalankan pelayanannya dengan sebaik-

baiknya, sesuai dengan pengutusannya, dengan pertolongan Tuhan  

serta di bawah pimpinan dan perlindungan Tuhan . Tuhan  yang telah 

memanggilnya menjadi seorang rasul, mengakuinya di dalam pe-

kerjaan kerasulannya serta membawanya melewati semuanya itu 

dalam kebesaran dan keberhasilan. 

1. Tuhan  memberi  kepadanya hati yang taat kepada panggilan 

itu (ay. 19): kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak per-

nah aku tidak taat, sebab ada yang berkata supaya ia taat ke-

pada penglihatan itu. Penglihatan sorgawi memiliki kuasa yang 

melebihi kebijaksanaan duniawi, dan sebab  itu celakalah kita 

jika sampai tidak taat kepadanya. Seandainya Paulus menye-

rah kepada darah dan dagingnya dan terpengaruh oleh kepen-

tingan duniawinya, mungkin ia akan berbuat seperti Yunus, 

pergi ke mana saja dan tidak mengikuti pengutusan ini. Na-

mun, Tuhan  membuka telinganya, dan ia tidak memberontak. Ia 

menerima tugas pengutusan itu, dan setelah menerima semua 

perintah, ia bertindak sesuai dengan perintah itu. 

2. Tuhan  memampukan Paulus melewati pekerjaan yang banyak 

dan besar itu, walaupun ia harus bergumul dengan banyak 

kesulitan (ay. 20). Ia membaktikan diri sekuatnya untuk mem-

beritakan Injil. 

(1) Ia memulainya di Damsyik, tempat ia bertobat, sebab ia ti-

dak mau membuang-buang waktu (9:20).  

(2)  saat  datang ke Yerusalem, tempat ia menerima pendidikan, 

ia bersaksi untuk Kristus, padahal sebelumnya di Yerusa-

lemlah dengan ganasnya ia menentang Kristus (9:29).  

(3) Ia memberitakan Injil di seluruh tanah Yudea, di berbagai 

kota dan desa, seperti yang pernah dilakukan oleh Kristus. 

Pertama-tama ia memberi  tawaran Injil kepada orang-

orang Yahudi, seperti yang telah ditetapkan oleh Kristus. Ia 

tidak meninggalkan mereka sampai mereka menolak Injil 

ini  atas kehendak sendiri. Ia memberi  dirinya 

demi kesejahteraan jiwa-jiwa mereka, bekerja lebih keras 

dari pada rasul-rasul lainnya, bahkan mungkin lebih dari 

pada mereka semua jika digabung bersama-sama.  

3. Semua pemberitaannya bersifat mudah dipahami dan dapat 

dilaksanakan. Ia tidak berjalan keliling memenuhi kepala 

orang dengan pemikiran-pemikiran kosong, tidak menghibur 

mereka dengan harapan kosong, ataupun mengisi telinga me-

reka dengan hal-hal yang meragukan dan menimbulkan perde-

batan. Sebaliknya, ia berusaha menunjukkan, menyatakan, 

dan memperagakan kepada mereka, bahwa mereka seharus-

nya,  

(1) Bertobat dari dosa-dosa mereka, menyesali dan mengakui-

nya, serta masuk ke dalam kovenan yang ada di hadapan 

mereka. Mereka harus sadar kembali di dalam hati mereka, 

demikianlah makna istilah metanoein yang sebenarnya. Me-

reka harus mengubah pikiran dan jalan hidup mereka, ser-

ta meninggalkan perbuatan-perbuatan mereka yang keliru.  

(2) Berbalik kepada Tuhan . Mereka tidak boleh sekadar merasa 

benci terhadap dosa,namun  harus menyesuaikan diri de-

ngan kehendak Tuhan . Tidak boleh hanya berbalik dari yang 

jahat,namun  harus berpaling kepada yang baik. Mereka ha-

rus berbalik kepada Tuhan , di dalam kasih dan sayang, 

serta kembali kepada Tuhan  dalam pelayanan dan ketaatan, 

berbalik dan kembali dari dunia dan kedagingan. Inilah 

yang dikehendaki dari seluruh umat manusia yang pembe-

rontak dan bejat, baik Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. 

Epistrephein epi ton Theon – berbalik kepada Tuhan , sepenuh-

nya kepada Dia: berbalik kepada-Nya sebagai kebajikan 

utama dan tujuan tertinggi, sebagai pemimpin dan bagian 

kita. Mengarahkan mata kita kepada-Nya, mengarahkan 

hati kita kepada-Nya, serta mengarahkan kaki kita kepada 

kesaksian-kesaksian-Nya.  

(3) Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan perto-

batan itu. Inilah yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, 

sebagai pemberita Injil pertama (Mat. 3:8). Orang-orang 

yang mengaku bertobat harus melakukan itu. Mereka ha-

rus menjalani suatu hidup pertobatan, menjalaninya dalam 

segala hal seperti yang seharusnya dilakukan petobat se-

jati. Tidaklah cukup untuk sekadar mengucapkan kata-

kata penyesalan, kita harus melakukan pekerjaan-pekerjaan 

yang sesuai dengan kata-kata pertobatan itu. Sebagaimana 

iman yang benar, begitu juga pertobatan yang benar harus 

berjalan dengan baik. Nah, kesalahan apa lagi yang dapat 

ditemukan dalam pemberitaan seperti ini? Bukankah dam-

paknya langsung membaharui kembali dunia ini dan mem-

perbaiki semua keluh-kesahnya, serta menghidupkan kem-

bali agama yang berdasarkan akal manusia semata? 

4. Orang-orang Yahudi tidak berselisih paham dengan Paulus 

selain mengenai hal ini, bahwa ia berusaha sekuat tenaga un-

tuk membuat orang menjadi saleh, dan membawa mereka ke-

pada Tuhan  dengan membawa mereka kepada Kristus (ay. 21). 

sebab  hal inilah, bukan hal yang lain, orang-orang Yahudi me-

nangkap aku di Bait Tuhan , dan mencoba membunuh aku. Biar-


 1104

lah orang menghakimi apakah hal ini merupakan kejahatan 

yang layak untuk dijatuhi hukuman mati atau hukuman pen-

jara. Ia diperlakukan dengan buruk, tidak saja sebab  berbuat 

baik kepada dirinya,namun  juga sebab  berbuat baik kepada 

orang lain. Mereka berusaha membunuhnya. Hidupnya yang 

berharga itulah yang mereka kejar dan benci, sebab hidupnya 

yaitu  hidup yang berharga. Mereka menangkapnya di Bait 

Tuhan  sementara ia sedang beribadah kepada Tuhan . Di situlah 

mereka menyerangnya, seolah-olah semakin baik tempatnya, 

semakin baik juga perbuatan baiknya.  

5. Paulus tidak mendapat pertolongan dari siapa pun selain dari 

sorga. Dengan ditopang dan didukung oleh pertolongan itu, ia 

terus melanjutkan pekerjaan besarnya itu (ay. 22):  Tetapi oleh 

pertolongan Tuhan  aku dapat hidup sampai sekarang, hestēka – 

aku dapat berdiri tegak, hidupku terpelihara, dan pekerjaanku 

berlanjut. Aku tetap berpijak dan belum dikalahkan. Aku 

mempertahankan apa yang kukatakan, dan tidak merasa ta-

kut atau malu untuk tetap bertahan di dalamnya.” Saat itu su-

dah lebih dari dua puluh tahun Paulus bertobat. Selama itu ia 

sangat sibuk memberitakan Injil di tengah bahaya yang meng-

ancam. Apa yang membuatnya tetap setia seperti itu? Bukan 

sebab  kekuatan dari ketetapan hatinya, melainkan sebab  

mendapat pertolongan dari Tuhan . Oleh sebab nya, oleh sebab 

pekerjaan itu begitu besar dan ia menghadapi begitu banyak 

perlawanan, ia tidak akan dapat bertahan kecuali oleh per-

tolongan yang datang dari Tuhan . Perhatikanlah, orang-orang 

yang dipekerjakan dalam pekerjaan Tuhan  akan menerima per-

tolongan dari Tuhan . Sebab Ia tidak akan segan-segan memberi-

kan pertolongan yang diperlukan oleh pelayan-pelayan-Nya. 

Kelangsungan hidup kita sampai hari ini harus dikaitkan 

dengan pertolongan yang kita peroleh dari Tuhan . Kita akan 

tenggelam, jika Ia tidak mendukung kita. Akan jatuh, jika  

Ia tidak menggendong kita. Hal ini harus kita akui dengan 

ucapan syukur untuk memuji Dia. Paulus menyebutkan hal 

ini sebagai bukti bahwa ia memperoleh tugas pengutusan itu 

dari Tuhan  sendiri. Bahwa dari Dialah ia memiliki kemampuan 

untuk melaksanakan tugas itu. Para pemberita Injil tidak akan 

pernah dapat bekerja, bersabar, dan berhasil dalam pekerjaan 

mereka, jika mereka tidak mendapat pertolongan langsung 

dari sorga, yang tidak akan dapat mereka peroleh jika bukan 

perkara Tuhan  sendirilah yang mereka bela sekarang.  

6. Paulus tidak memberitakan ajaran lain selain yang sesuai de-

ngan kitab-kitab Perjanjian Lama: ia memberi kesaksian ke-

pada orang-orang kecil dan orang-orang besar, kepada orang-

orang muda dan orang-orang tua, kaya dan miskin, terpelajar 

dan tidak terpelajar, tidak dikenal dan termasyhur, semuanya 

termasuk. Merupakan bukti bahwa kasih karunia Injil itu 

sungguh merendah sehingga ia disaksikan juga kepada orang-

orang hina dan miskin, dan semuanya disambut untuk me-

ngenalnya. Selain itu, ini menunjukkan kebenaran dan kuasa 

yang tak tertandingi dari anugerah Injil, bahwa ia tidak takut 

dan malu untuk menampakkan dirinya kepada orang-orang 

besar. Musuh-musuh Paulus merasa keberatan terhadap Pau-

lus sebab  ia memberitakan sesuatu yang lebih dari sekadar 

meminta orang untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan  serta 

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobat-

an itu. Hal-hal inilah yang memang diberitakan oleh nabi-nabi 

di dalam Perjanjian Lama.namun  di samping semua ini, Paulus 

juga memberitakan Kristus dan kematian-Nya, serta kebang-

kitan-Nya. Inilah yang mereka pertengkarkan dengannya se-

perti yang dicatat di dalam pasal 25:19, bahwa ia mengatakan 

dengan pasti bahwa Yesus hidup:  Itulah yang dahulu kuper-

cayai,” kata Paulus,  dan begitu jugalah yang sekarang kuper-

cayai, namun dalam hal ini aku juga mengatakan bahwa apa 

yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang telah diberita-

hukan oleh Musa dan para nabi bahwa hal itu akan datang. 

Tidak ada kehormatan apa pun yang dapat diberikan kepada 

mereka selain menunjukkan bahwa apa yang telah mereka nu-

buatkan itu sekarang telah digenapi, dan tepat pada waktu 

yang telah ditentukan, bahwa apa yang mereka katakan akan 

datang, sekarang sudah datang, dan pada waktu yang telah 

mereka tentukan sebelumnya.” Ada tiga hal yang telah mereka 

nubuatkan, dan di sini Paulus memberitakan:   

(1) Bahwa Kristus harus menderita sengsara, bahwa Mesias 

harus menjadi pribadi yang menderita – pathētos, bukan 

saja sebagai manusia yang dapat menderita, melainkan se-

bagai Mesias, Ia telah ditentukan harus menderita. Bahwa 

kematian-Nya yang hina tidak saja harus sesuai dengan 

yang Ia kerjakan,namun  juga sesuai dengan yang telah di-

tetapkan. Salib Kristus merupakan batu sandungan bagi 

orang-orang Yahudi, dan pemberitaan Paulus itulah yang 

menjadi hal besar yang meresahkan hati mereka. Namun, 

Paulus tetap mempertahankan keyakinan itu. Dalam pem-

beritaannya, ia menyampaikan penggenapan nubuatan Per-

janjian Lama itu. Itulah sebabnya mereka tidak boleh me-

rasa tersinggung oleh apa yang ia beritakan,namun  harus 

menerima dan mengikutinya.  

(2) Bahwa Kristus menjadi yang pertama yang akan bangkit 

dari antara orang mati. Tidak menjadi yang pertama di 

masa itu,namun  yang pertama yang membawa pengaruh, 

yaitu bahwa Ia akan menjadi pemimpin dari kebangkitan 

itu, kepala, atau yang utama, prōtos ex anastaseōs. Hal ini 

mengandung pengertian yang sama  saat  Ia disebut se-

bagai yang pertama bangkit dari antara orang mati (Why. 

1:5), dan sebagai yang sulung, yang bangkit dari antara 

orang mati (Kol. 1:18). Ia membuka rahim kubur, seperti 

yang dikatakan akan dilakukan oleh si anak sulung, dan 

membuat jalan bagi kebangkitan kita. Dia dikatakan juga 

sebagai buah sulung di antara segala orang yang sudah 

mati (1Kor. 15:20, TL), sebab Dia yang menguduskan hasil 

panen. Ia menjadi yang pertama yang bangkit dari antara 

orang mati dan tidak mati lagi. Dan untuk menunjukkan 

bahwa kebangkitan semua orang percaya yaitu  berkat ke-

bangkitan-Nya, maka pada saat Ia bangkit, banyak orang 

kudus yang telah meninggal bangkit dan masuk ke kota ku-

dus (Mat. 27:52-53).  

(3) Bahwa Kristus akan memberitakan terang kepada bangsa 

ini dan kepada bangsa-bangsa lain, pertama-tama kepada 

orang-orang Yahudi, sebab Ia yaitu  kemuliaan bagi umat-

Nya Israel. Kepada orang-orang Yahudi itu Ia menunjukkan 

terang dari kemuliaan-Nya sendiri, dan kemudian kepada 

bangsa-bangsa lain melalui pelayanan rasul-rasul-Nya, se-

bab Ia yaitu  terang untuk menerangi bangsa yang diam 

dalam kegelapan. Dalam hal ini Paulus mengacu kepada 

tugas pengutusannya (ay. 18), supaya mereka berbalik dari 

kegelapan kepada terang. Ia bangkit dari antara orang mati 

dengan maksud supaya Ia dapat menunjukkan terang itu 

 kepada umat manusia, supaya Ia dapat memberi  bukti 

yang meyakinkan dari kebenaran ajaran-Nya, dan dapat 

memberitakannya dengan kuasa yang jauh lebih hebat di 

antara orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Hal 

yang sama juga telah dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian 

Lama, bahwa Sang Mesias akan membawa bangsa-bangsa 

lain kepada pengenalan akan Tuhan . Dan apa yang ada di 

balik semua ini sehingga orang-orang Yahudi merasa tidak 

senang? 

Pembelaan Paulus yang Kelima  

(26:24-32)  

24 Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggung-

jawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras:  Engkau gila, 

Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.” 25namun  Paulus 

menjawab:  Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran 

dengan pikiran yang sehat! 26 Raja juga tahu tentang segala perkara ini, se-

bab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin, bahwa tidak 

ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya, sebab  perkara 

ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. 27 Percayakah engkau, Raja Agripa, 

kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.” 28 Ja-

wab Agripa:  Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!” 

29 Kata Paulus:  Aku mau berdoa kepada Tuhan , supaya segera atau lama-ke-

lamaan bukan hanya engkau saja,namun  semua orang lain yang hadir di sini 

dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali be-

lenggu-belenggu ini.” 30 Lalu bangkitlah raja dan wali negeri serta Bernike 

dan semua orang yang duduk bersama-sama mereka. 31 Sementara mereka 

keluar, mereka berkata seorang kepada yang lain:  Orang itu tidak melaku-

kan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati atau hukuman penjara.” 32 

Kata Agripa kepada Festus:  Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan 

sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar.” 

Kita memiliki cukup alasan untuk beranggapan bahwa Paulus masih 

memiliki  banyak hal lagi untuk dikatakan demi mempertahankan 

Injil yang ia beritakan. Juga demi menghormati Injil dan menganjur-

kannya kepada sidang yang mulia ini. Ia baru saja sampai kepada 

jiwa penggerak dari perkara ini, yaitu kematian dan kebangkitan Ye-

sus Kristus. Di sinilah semangatnya tampak berkobar-kobar. Ia men-

jadi lebih hangat dari pada sebelumnya, mulutnya terbuka terhadap 

mereka, dan hatinya dilegakan. Keadaan ini membawanya kepada po-

kok persoalan dan membuat dia terus melanjutkan penjelasannya. 

Dia tidak pernah tahu kapan dia harus mengakhiri, sebab kuasa ke-

matian Kristus dan persekutuan dengan penderitaan-Nya, membuat 

dia tidak mengenal lelah. Sangat disayangkan jika  ia lalu harus

disela seperti halnya di sini. Walaupun diperbolehkan membela diri 

sendiri (ay. 1), ia dilarang mengatakan semua yang ia rencanakan. 

Hal itu sangat menyakitkan hatinya dan juga membuat kecewa kita 

yang membaca pembelaannya dengan penuh semangat. Namun, tam-

paknya tidak ada jalan keluar lagi. Sidang menganggap sudah saat-

nya untuk lanjut dan memutuskan perkaranya.  

I. Festus, wali negeri Romawi, berpendapat bahwa orang yang ma-

lang ini gila, dan bahwa rumah sakit jiwa merupakan tempat yang 

cocok bagi dia. Ia yakin bahwa Paulus bukanlah seorang penja-

hat, bukan orang jahat yang harus dihukum. Namun, ia berang-

gapan bahwa orang ini gila, seorang yang terganggu pikirannya, 

yang harus dikasihani dan pada saat yang sama juga tidak perlu 

diperhatikan. Tidak sepatah kata pun yang sudah dikatakannya 

patut diperhitungkan. Dengan demikian Festus menemukan se-

buah jalan yang bijaksana untuk membebaskan dirinya dari 

menghukum Paulus sebagai seorang tahanan dan dari memperca-

yainya sebagai seorang pemberita Injil. Sebab jika Paulus tidak 

compos mentis – berada dalam keadaan akal yang sehat, ia tidak 

boleh dihukum atau dihargai. Nah, amatilah di sini,  

1. Apa yang dikatakan Festus tentang Paulus (ay. 24): ia berkata 

dengan suara keras. Ia tidak berbisik-bisik kepada orang yang 

duduk di sebelahnya. Seandainya demikian, hal ini akan lebih 

mudah dimaafkan. Namun ia berlaku sebaliknya (tanpa berun-

ding dengan Agripa, yang pertimbangannya tampak sangat ia 

hormati, 25:26), dengan suara keras ia berkata, supaya meng-

hentikan Paulus berbicara, dan supaya ia mengalihkan perha-

tian para pemeriksa perkara dari masalah itu,  Engkau gila, 

Paulus! engkau berbicara seperti orang gila, seperti orang yang 

terganggu otaknya. Engkau tidak tahu apa yang kaukatakan.” 

Namun, Festus tidak beranggapan bahwa rasa bersalah Pau-

lus telah mengganggu akal sehatnya. Bukan pula bahwa pen-

deritaannya dan amarah musuh-musuhnya terhadap dirinya 

telah membuat pikirannya terguncang. Sebaliknya, Festus me-

ngemukakan alasan yang cerdas yang menyebabkan kegilaan 

Paulus: Ilmumu yang banyak itu telah membuat engkau gila, 

engkau telah merusak otakmu dengan banyak belajar. Ia tidak 

mengatakan hal ini dengan nada marah, cemoohan atau peng-

hinaan. Ia tidak memahami apa yang dikatakan Paulus. Se- 

muanya berada di luar kemampuannya. Semua menjadi teka-

teki baginya, dan itulah sebabnya ia menghubungkan perkataan 

Paulus dengan khayalan yang kacau. Si non vis intelligi, debes 

negligi – jika engkau tidak mau dimengerti, engkau harus 

diabaikan.  

(1) Festus mengakui Paulus sebagai seorang yang pandai dan 

terpelajar, sebab  dengan cepat ia dapat menghubungkan 

perkaranya dengan ayat-ayat yang ditulis oleh Musa dan 

para nabi, buku-buku yang begitu asing baginya. Hal ini 

bahkan membuat dia menyalahkan Paulus. Rasul-rasul lain-

nya yang yaitu  kaum nelayan, dipandang rendah sebab  

mereka tidak terdidik. Sebaliknya, Paulus yang mengenyam 

pendidikan tinggi dan dididik sebagai seorang Farisi, juga 

dipandang rendah sebab  terlampau banyak belajar, se-

hingga lebih merusak dibandingkan  mendatangkan kebaikan 

kepadanya. Dengan demikian musuh-musuh hamba-hamba 

Kristus selalu memiliki alasan atau hal lainnya untuk men-

cela mereka.  

(2) Festus mencela Paulus sebagai orang gila. Nabi-nabi Per-

janjian Lama juga dicap jelek seperti itu untuk membuat 

orang berprasangka terhadap mereka dengan cara merusak 

nama baik mereka: Mengapa orang gila ini datang kepada-

mu? kata pemimpin nabi itu (2Raj. 9:11; Hos. 9:7). Yohanes 

Pembaptis dan Kristus dianggap kerasukan setan, sebagai 

orang gila. Mungkin juga sebab  Paulus sekarang berbicara 

dengan lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dari-

pada yang ia lakukan pada awal pembelaannya. Ia juga 

menggunakan lebih banyak sikap tubuh yang mengung-

kapkan semangatnya. Itulah sebabnya Festus memberi  

cap yang menyakitkan hati ini kepadanya. Sesuatu yang 

mungkin tidak terpikirkan oleh seorang pun yang hadir di 

dalam sidang ini, selain dirinya. Tidaklah begitu berbahaya 

untuk menyebut orang-orang yang terlalu bersemangat da-

lam hidup keagamaan mereka sebagai orang-orang gila.  

2. Bagaimana Paulus membersihkan diri dari tuduhan yang me-

nyakitkan hati ini. Tidak jelas apakah ia pernah mengalami 

hal serupa sebelumnya. Tampaknya, mereka yang pernah ber-

kata begitu tentang dirinya yaitu  rasul-rasul palsu, sebab ia

melanjutkan begini (2Kor. 5:13, TL), sebab  jikalau kami kehi-

langan akal, seperti yang mereka katakan, maka kepada Tuhan -

lah hal itu ditujukan.namun  ia belum pernah dituduh seperti 

itu di hadapan seorang wali negeri Romawi. Itulah sebabnya ia 

harus mengatakan sesuatu mengenai hal ini.  

(1) Paulus menolak tuduhan itu. Tentunya dengan penuh rasa 

hormat kepada wali negeri,namun  juga dengan keadilan 

bagi dirinya, ia menyangkal bahwa tuduhan itu tidak ber-

dasar dan juga tidak ada alasan (ay. 25):  Aku tidak gila, 

Festus yang mulia, juga tidak pernah sebelumnya, juga ti-

dak pernah ada kejadian semacam itu. Akal sehatku, puji 

syukur kepada Tuhan , masih berjalan dengan baik sepan-

jang hidupku, dan saat ini pun aku tidak berbicara melan-

tur,namun  mengatakan kebenaran dengan pikiran yang 

sehat. Dan aku sadar dengan apa yang kukatakan.” Amatilah, 

meskipun Festus mengeluarkan kata-kata yang menghina 

dan merendahkan, yang menunjukkan bahwa dirinya bu-

kanlah seorang pria terhormat, apa lagi seorang hakim, 

Paulus sama sekali tidak merasa tersinggung dan terhasut 

oleh kata-kata itu. Ia memberi  seluruh rasa hormat se-

bisa mungkin kepadanya, memberi  pujian dengan gelar 

kehormatannya, Festus yang mulia. Sikap ini mengajar kita 

untuk tidak membalas caci maki dengan caci maki, juga 

cap yang menyakitkan dengan cap lain. Sebaliknya, kita 

harus berbicara dengan sopan kepada mereka yang meren-

dahkan kita. Alangkah baiknya jika  dalam setiap keada-

an kita menyatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat, 

dan sesudah itu kita bisa memandang rendah kecaman ti-

dak adil dari orang-orang lain.  

(2) Paulus memohon dukungan kepada Agripa mengenai apa 

yang ia katakan (ay. 26): sebab Raja juga tahu tentang se-

gala perkara ini, yaitu mengenai Kristus, kematian-Nya, 

dan kebangkitan-Nya, serta nubuat-nubuat Perjanjian Lama 

yang semuanya telah digenapi di dalamnya. Itulah sebab-

nya ia berani berbicara terus terang kepada Agripa, yang 

tahu bahwa semua itu bukanlah khayalan, melainkan ke-

nyataan yang sebenarnya. Agripa mengetahui sedikit, dan 

sebab  itu ingin mengetahui lebih banyak lagi: Aku yakin,  

bahwa tidak ada sesuatu pun dari semuanya ini yang be-

lum didengarnya. Tidak, juga tidak yang berkaitan menge-

nai pertobatannya sendiri dan pengutusan yang telah ia te-

rima untuk memberitakan Injil. Agripa pasti juga sudah 

mendengar hal itu, sebab sudah begitu lama ia mengetahui 

dengan baik segala sesuatu tentang orang-orang Yahudi. 

sebab  perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. Di 

seluruh penjuru negeri orang membicarakan hal itu, dan 

setiap orang Yahudi dapat bersaksi untuknya bahwa me-

reka telah sering mendengar hal itu dari orang-orang lain. 

Itulah sebabnya sangat tidak beralasan untuk menuduh 

Paulus sebagai orang yang terganggu pikirannya sebab  

mengemukakan hal-hal itu, terlebih lagi sebab  ia berbicara 

mengenai kematian dan kebangkitan Kristus, yang dibica-

rakan orang di mana-mana. Petrus memberi tahu Kornelius 

dan sahabat-sahabatnya (10:37), Kamu tahu tentang segala 

sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea mengenai Kris-

tus. Itulah sebabnya mustahil Agripa tidak mengetahui hal-

hal itu, dan sungguh sangat memalukan bagi Festus bila ia 

tidak mengetahui hal itu.  

II. Jauh dari pikiran Agripa bahwa Paulus yaitu  orang gila. Ia be-

lum pernah mendengar orang yang mampu berdebat memberi  

alasan dengan begitu kuat dan juga berbicara sesuai dengan mak-

sudnya. 

1. Paulus langsung menyentuh hati nurani Agripa. Beberapa 

orang berpendapat bahwa Festus merasa tidak senang sebab  

Paulus selalu memberi  perhatian kepada Agripa dan meng-

arahkan pembicaraan hanya kepadanya. Itulah sebabnya ia 

menyela pembicaraan itu (ay. 24). Namun, jika benar hal itu 

menyinggung perasaannya, Paulus tidak menganggapnya se-

perti itu, sebab ia akan berbicara kepada mereka yang dapat 

memahami dirinya, dan kepada orang yang ia anggap dapat 

menerima pembicaraannya. Itulah sebabnya ia tetap menyapa 

Agripa. Dan sebab  sebelumnya ia telah menyebut Musa dan 

nabi-nabi untuk memperkuat Injil yang ia beritakan, ia me-

nunjuk sekali lagi kepada Agripa mengenai hal itu (ay. 27): 

 Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Apakah 

engkau menerima kitab-kitab suci dalam Perjanjian Lama

sebagai wahyu Tuhan , dan mengakuinya sebagai nubuat menge-

nai hal-hal baik yang akan datang?” Paulus tidak menunggu 

jawaban,namun  sebagai pujian kepada Agripa, ia berkata bahwa 

sudah dengan sendirinya Aku tahu, bahwa engkau percaya. 

Sebab setiap orang tahu Agripa memeluk agama Yahudi, seba-

gaimana yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Oleh s