Yohanes-1-16 21
n terhadap
orang-orang bukan-Yahudi yang malang. Ka-
dang kala Ia memang menunjukkan kepriha-
tinan-Nya yang khusus kepada domba-domba
yang hilang dari umat Israel. Pada mereka ini
sajalah sesungguhnya pelayanan pribadi-Nya
dibatasi. Akan namun kata-Nya, Ada lagi pada-
Ku domba-domba lain. Orang-orang dari an-
tara kaum bukan-Yahudi yang di kemudian
harinya percaya kepada Kristus dan dibawa
kepada-Nya dalam ketaatan, dipanggil di sini
sebagai domba, sedangkan Dia dikatakan
sebagai pemiliknya, meskipun saat itu mereka
belum dipanggil, dan banyak di antara mere-
ka yang bahkan belum dilahirkan, sebab me-
reka telah dipilih oleh Tuhan dan diberikan ke-
pada Kristus sesuai dengan kebijaksanaan-
kebijaksaan kasih ilahi dari kekekalan. Mela-
lui kebaikan anugerah Tuhan dan juga melalui
penebusan yang telah Ia lakukan sendiri,
Kristus memiliki hak atas banyak jiwa yang
bahkan belum dimiliki-Nya kini. Demikianlah
Ia memiliki banyak umat-Nya di Korintus, se-
Injil Yohanes 10:1-18
705
kalipun saat itu tempat itu dicemari kejahat-
an (Kis. 18:10). “Domba-domba lain yang ada
pada-Ku itu,” kata Kristus, “Aku memiliki me-
reka di dalam hati-Ku, di dalam mata-Ku, dan
aku yakin akan memiliki mereka seolah-olah
mereka kini telah menjadi kepunyaan-Ku.”
Nah, Kristus berbicara mengenai domba-dom-
ba-Nya yang lain itu,
Pertama, untuk menepis cela yang dituju-
kan kepada-Nya, bahwa Ia hanya memiliki
sedikit pengikut saja, hanya sekawanan kecil,
dan sebab itu, meskipun menjadi gembala
yang baik, Dia gembala yang malang: “namun ,”
kata-Nya, “Aku memiliki lebih banyak domba
dibandingkan yang kamu lihat.”
Kedua, untuk menyingkirkan kesombong-
an dan keangkuhan yang sia-sia dari orang-
orang Yahudi yang beranggapan bahwa Me-
sias harus mengumpulkan seluruh domba-
Nya dari antara mereka saja. “Tidak demi-
kian,” kata Kristus, “Aku punya domba-dom-
ba lain yang akan kutempatkan bersama-sa-
ma dengan kawanan-Ku, meskipun kamu
bahkan tidak sudi membiarkan mereka berde-
katan dengan anjing penjaga kawanan.”
[b] Tujuan dan tekad dari kasih karunia-Nya atas
mereka: “Mereka itu harus Kutuntun juga, Ku-
tuntun kembali kepada Tuhan , Kubawa ke da-
lam gereja, dan untuk melakukannya, Aku
harus menarik mereka dari perilaku mereka
yang sia-sia, membimbing mereka kembali
dari ketersesatan mereka sebagaimana yang
terjadi pada domba-domba yang terhilang”
(Luk. 15:5). Akan namun , mengapa Ia harus
menuntun mereka? Perlukah hal itu dilaku-
kan?
Pertama, perkara mereka mengharuskan
dilakukannya hal tersebut: “Aku harus me-
nuntun mereka. Kalau tidak, mereka pasti
706
akan terus tersesat selamanya, sebab, seperti
domba, mereka tidak bisa menemukan jalan
pulang mereka sendiri, dan tak ada orang lain
lagi yang mampu atau mau membantu mere-
ka.”
Kedua, keterlibatan-Nya dalam perkara itu
mengharuskan demikian. Dia harus menun-
tun mereka, sebab jika tidak, berarti Dia tidak
setia memegang kepercayaan dan tidak benar
dalam menjalankan tugas yang diberikan ke-
pada-Nya. “Mereka yaitu milik-Ku sendiri,
telah dibeli dan dibayar lunas, sehingga Aku
tidak boleh mengabaikan mereka atau mem-
biarkan mereka binasa.” Dengan segala hor-
mat, Ia harus menuntun mereka yang telah
dipercayakan kepada-Nya.
[c] Ada dua hal menyenangkan yang diakibatkan
oleh tindakan-Nya itu:
Pertama, “Mereka akan mendengarkan
suara-Ku. Bukan hanya suara-Ku saja yang
akan terdengar di antara mereka (mereka
tidak mendengar, sehingga mereka tidak bisa
percaya, jadi sekarang suara Injil akan berbu-
nyi sampai ke ujung bumi), namun juga akan
didengar oleh mereka. Aku akan berbicara
dan membuat mereka mendengar.” Iman tim-
bul dari pendengaran, dan ketaatan kita ter-
hadap suara Kristus merupakan sarana dan
juga bukti bahwa kita telah dituntun kepada-
Nya dan juga kepada Tuhan melalui Dia.
Kedua, mereka akan menjadi satu kawan-
an dengan satu gembala. sebab hanya ada
satu gembala, maka hanya satu kawanan
gembala pula yang ada. Saat orang Yahudi
maupun bukan-Yahudi berpaling kepada
Kristus dalam iman, mereka akan menjadi
satu gereja yang bersatu dan berbagi hak-hak
istimewa yang setara di dalamnya dengan
Injil Yohanes 10:1-18
707
tanpa dibeda-bedakan lagi. sesudah disatukan
kepada Kristus, maka mereka pun akan me-
nyatu di dalam Dia. Dua tongkat akan men-
jadi satu di tangan Tuhan . Perhatikan, satu
gembala membuat satu kawanan. Satu Kris-
tus membuat satu Gereja. Sebagaimana Gere-
ja yaitu satu tubuh, tunduk pada satu pim-
pinan, digerakkan oleh satu Roh, dan dibim-
bing oleh satu ketetapan, begitu pula anggota-
anggotanya harus menjadi satu dalam kasih
sayang (Ef. 4:3-6).
b. Dengan menyerahkan diri-Nya sebagai korban per-
sembahan, Kristus memberi bukti lain lagi bahwa
Dia yaitu gembala yang baik, dan melalui hal ini
Ia menunjukkan kasih-Nya lebih dalam lagi (ay. 15,
17-18).
(a) Ia menyatakan kerelaan-Nya untuk mati bagi ka-
wanan yang digembalakan-Nya (ay 15): Aku
memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
Dia tidak hanya mempertaruhkan nyawa-Nya
bagi mereka (dalam kasus seperti ini, harapan
untuk mempertahankan nyawa sama artinya
dengan takut kehilangan nyawa), namun Ia benar-
benar menyerahkan-Nya, dan rela mati demi pe-
nebusan kita; tithēmi – Aku menyerahkan nyawa-
Ku sebagai jaminan, sebagai uang tebusan yang
harus dibayar. Domba yang ditetapkan untuk
digiring ke pembantaian dan siap untuk dikor-
bankan ditebus dengan darah Sang Gembala. Dia
menyerahkan nyawa-Nya hyper tōn probatōn, bu-
kan hanya demi keuntungan domba-domba, me-
lainkan juga menggantikan tempat mereka. Ribu-
an domba telah dipersembahkan sebagai korban
penebusan dosa bagi dosa-dosa gembala mereka,
namun di sini, yang terjadi malah kebalikannya:
gembalalah yang dikorbankan demi domba-dom-
ba. Saat Daud, gembala umat Israel, jatuh ke da-
lam dosa, dan malaikat yang mendatangkan ke-
708
musnahan mengacungkan pedangnya untuk
membinasakan kawanan gembalaannya supaya
dia sendiri selamat, Daud pun menyerukan pem-
belaan yang masuk akal, namun domba-domba ini,
apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya
tangan-Mu menimpa aku (2Sam. 24:17). Namun
Anak Daud sendiri tidak berdosa dan tidak
bercela. namun , domba-domba-Nya, kejahatan
apakah yang tidak pernah mereka lakukan? Mes-
ki begitu, Ia tetap berkata, Biarlah kiranya ta-
ngan-Mu menimpa Aku. Di sini, Kristus seperti
merujuk pada nubuatan ini (Za. 13:7), Hai
pedang, bangkitlah terhadap gembala-Ku. Dan
kini, walaupun domba-domba tercerai-berai saat
Sang Gembala dipukul, hal itu terjadi dengan
maksud untuk mengumpulkan mereka kembali.
(b) Dia menghapus cela kayu salib yang menjadi
batu sandungan bagi banyak orang, melalui em-
pat pertimbangan di bawah ini:
[a] Bahwa penyerahan nyawa-Nya bagi domba-
domba-Nya merupakan syarat bagi Dia untuk
mendapatkan hormat dan kuasa kemuliaan-
Nya (ay. 17): “Bapa mengasihi Aku, oleh kare-
na Aku memberikan nyawa-Ku. Dengan syarat
inilah Aku, sebagai Perantara, layak mengha-
rapkan perkenanan dan pujian serta kemulia-
an dari Bapa-Ku, seperti yang telah diran-
cangkan untuk-Ku – sebab aku telah dijadi-
kan korban bagi sisa-sisa terpilih.” Bukan
sebab Dia yaitu Anak Tuhan lalu Dia dika-
sihi Tuhan sejak kekekalan, melainkan sebab
sebagai Tuhan -manusia, sebagai Imanuel, Dia
dikasihi Bapa, sebab Ia rela mati bagi domba-
domba-Nya. sebab itulah Tuhan bersuka di
dalam Dia sebagai orang yang telah dipilih-
Nya, sebab Dia telah berlaku sebagai hamba-
Nya yang setia (Yes. 42:1). Itulah sebabnya
Tuhan pun berkata, “Inilah Anak-Ku yang Ku-
kasihi.” Betapa hebatnya contoh yang diperli-
Injil Yohanes 10:1-18
709
hatkan Tuhan mengenai kasih-Nya kepada ma-
nusia, sehingga Dia semakin mengasihi Anak-
Nya oleh sebab Anak-Nya itu telah mengasihi
kita! Lihatlah betapa besar penghargaan Kris-
tus terhadap kasih Bapa-Nya, sampai-sampai
Ia rela menyerahkan nyawa-Nya sendiri bagi
domba-domba-Nya demi kasih Bapa itu. Bu-
kankah bagi Dia balasan kasih Bapa atas se-
mua pelayanan dan penderitaan-Nya itu su-
dah cukup? Lalu, beranikah kita berpikir
bahwa kasih-Nya itu terlalu kecil bagi kita
sampai-sampai kita pun mencari kasih dunia
sebagai pelarian dari itu semua? sebab itu-
lah Bapa mengasihi Aku, yaitu diri-Ku sendiri
dan semua orang yang telah menjadi satu tu-
buh dengan-Ku melalui iman, yaitu Aku dan
tubuh mistis (rohani), sebab Aku telah mem-
berikan nyawa-Ku.
[b] Bahwa Ia menyerahkan nyawa-Nya untuk
mendapatkannya kembali: Aku memberikan
nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
Pertama, inilah balasan dari kasih Bapa,
dan langkah pertama menuju kemuliaan-Nya,
sebagai buah dari kasih itu. Oleh sebab Dia
yaitu Orang Kudus Tuhan , Dia tidak dibiar-
kan melihat kebinasaan (Mzm. 16:10). Tuhan
terlalu mengasihi Dia sehingga tidak akan
meninggalkan-Nya begitu saja di alam maut.
Kedua, inilah yang selalu dicamkan-Nya,
bahwa dengan menyerahkan nyawa-Nya, Dia
akan mendapat kesempatan untuk menyata-
kan diri-Nya sebagai Anak Tuhan yang berkua-
sa melalui kebangkitan-Nya (Rm. 1:4). Sesuai
dengan strategi ilahi (seperti halnya yang ter-
jadi di kota Ai, Yos. 8:15), Ia pun menyerah-
kan diri ke dalam maut, seolah-olah Ia telah
terpukul mundur, supaya dengan begitu Ia
dapat mengalahkan maut dan menaklukkan
alam kubur dengan cara yang lebih gemilang.
710
Dia menyerahkan tubuh jasmani-Nya yang
lemah supaya mendapatkan tubuh baru yang
dimuliakan, yang layak masuk dalam dunia
roh; Ia menyerahkan nyawa yang cocok untuk
hidup di dunia ini, namun kemudian menda-
patkan yang baru yang lebih sesuai bagi du-
nia yang lain, seperti sebutir biji gandum
(12:24).
[c] Bahwa Dia benar-benar menyerahkan diri un-
tuk menderita dan mati secara sukarela (ay.
18): “Tidak ada yang bisa atau mampu meng-
ambil nyawa-Ku secara paksa, namun Aku
memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri,
Aku menyerahkannya melalui tindakan dan
kemauan-Ku sendiri, sebab Aku berkuasa
memberikannya dan berkuasa mengambilnya
sendiri (dan tak seorang pun memiliki kuasa
seperti itu).”
Pertama, lihatlah kuasa Kristus di sini,
sebagai Tuhan yang berkuasa atas kehi-
dupan, terutama hidup-Nya sendiri yang ada
di dalam diri-Nya.
1. Dia berkuasa mempertahankan nyawa-
Nya dari ancaman apa pun di dunia ini,
sehingga tak satu pun bisa merenggut
nyawa-Nya tanpa seizin-Nya. Meski keli-
hatannya nyawa-Nya itu diambil dengan
paksa, namun sebenarnya hal itu terjadi
secara sukarela. Sebab jika tidak begitu,
tidak mungkin hal tersebut berhasil dila-
kukan. Tuhan Yesus tidak jatuh ke tangan
musuh sebab Dia tidak berkuasa melo-
loskan diri dari mereka, namun Dia menye-
rahkan diri-Nya sendiri ke dalam tangan
mereka sebab saat-Nya telah tiba. Tidak
seorang pun mengambilnya dari pada-Ku.
Hal tersebut merupakan tindakan yang
Injil Yohanes 10:1-18
711
amat berani yang tak pernah dilakukan
seorang pahlawan yang terbaik sekali pun.
2. Dia berkuasa untuk memberikan nyawa-
Nya. (1) Dia mampu melakukannya. Jika
Ia mau, dengan mudahnya Ia mampu me-
lepaskan ikatan antara tubuh dan jiwa,
serta memisahkan keduanya tanpa perlu
mengalami tindakan kekerasan terlebih
dahulu, sebab sebagaimana Dia telah
mengambil rupa manusia dengan sukarela,
Dia juga dapat menyerahkannya kembali
dengan sukarela, seperti yang terjadi pada
saat Ia berseru dengan suara nyaring dan
menyerahkan nyawa-Nya. (2) Dia berwe-
nang melakukannya, exousian. Meskipun
kita bisa saja memakai cara-cara kekeras-
an untuk mengakhiri hidup kita sendiri,
namun Id possumus quod jure possumus –
kita hanya bisa dan boleh melakukan hal
yang tidak bertentangan dengan hukum.
Kita tidak bisa seenaknya mengakhiri
hidup kita, namun Kristus memiliki kuasa
untuk menghentikan hidup-Nya sesuai
keinginan-Nya. Tidak seperti kita, Dia
tidak berhutang apa pun, baik terhadap
kehidupan maupun terhadap kematian,
namun benar-benar sui juris (berhak secara
hukum atas semuanya itu – pen.).
3. Dia berkuasa untuk mengambilnya kem-
bali, sedangkan kita tidak begitu. Begitu
diserahkan, nyawa kita bagaikan air yang
telah tumpah ke tanah. namun Kristus, se-
telah Ia menyerahkan nyawa-Nya, masih
tetap berkuasa atasnya, dan bisa menda-
patkannya kembali. sebab Ia terpisah de-
ngan nyawa-Nya secara sukarela, Ia pun
berhak membatasi keterpisahan itu sesu-
ka hati-Nya, dan Ia pun melakukannya de-
ngan kuasa untuk mengembalikannya
712
lagi, yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan dari penyerahan itu.
Kedua, lihatlah di sini anugerah Kristus.
Oleh sebab tidak ada satu pun yang bisa
menuntut nyawa-Nya secara hukum atau me-
renggutnya dengan paksa, Ia pun memberi-
kannya dengan sukarela demi penebusan
kita. Dia menawarkan diri-Nya sendiri untuk
menjadi Sang Juruselamat: Lihatlah, Aku da-
tang. Lalu, sebab perkara kita memerlukan-
Nya, Ia pun mempersembahkan diri-Nya sen-
diri sebagai korban: Inilah diri-Ku, biarlah me-
reka semua dilepaskan; Dan sebab kehen-
dak-Nya inilah kita telah dikuduskan (Ibr.
10:10). Dia sendiri orang yang mempersem-
bahkan korban sekaligus korban itu sendiri,
sehingga tindakan-Nya dalam memberikan
nyawa-Nya sendiri itu berarti bahwa Dia
mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai
korban tebusan.
[d] Bahwa Dia melakukan semuanya ini berda-
sarkan perintah dan penetapan langsung dari
Bapa-Nya. Inilah yang menjadi tujuan akhir
dari segala usaha-Nya: Perintah ini telah Aku
terima dari Bapa-Ku, bukan sebagai perintah
sepihak dari Bapa-Nya yang dibuat sebelum
Dia menjalankan pekerjaan-Nya itu dengan
sukarela. Sebaliknya, perintah ini sudah me-
rupakan hukum bagi tugas kepengantaraan-
Nya, yang ditulis-Nya dengan tangan terbuka
di dalam hati-Nya. sebab itulah Ia sangat
bersukaria dalam melakukan segenap kehen-
dak Tuhan itu sesuai dengan hukum kepeng-
antaraan itu (Mzm. 40:9).
Injil Yohanes 10:19-21
713
Pendapat-pendapat Orang mengenai Kristus
(10:19-21)
19 Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi sebab
perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: 20 “Ia kerasukan setan dan
gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?” 21 Yang lain berkata: “Itu bukan
perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata
orang-orang buta?”
Di sini diceritakan tentang beragam pendapat dan tanggapan orang
banyak mengenai Kristus, sehubungan dengan perkataan-perkataan-
Nya di atas. Lalu, timbullah pertentangan atau perpecahan di antara
mereka. Mereka memiliki pendapat yang berbeda-beda yang mem-
buat mereka berselisih dengan sengit. Kekisruhan seperti itu pernah
terjadi sebelumnya (7:43; 9:16), dan kini pun terulang lagi. Pertikaian
memang lebih mudah ditimbulkan dibandingkan ditengahi atau diselesai-
kan. Pertentangan ini disebabkan oleh perkataan-perkataan Kristus,
yang seharusnya bisa mempersatukan mereka semua di dalam Dia
yang menjadi penengah bagi mereka. namun , hal itu malah menye-
babkan mereka bertengkar, seperti yang sudah dinubuatkan Kristus
sebelumnya (Luk. 12:51). Namun, lebih baik jika manusia terbagi-
bagi dalam pendapat mereka mengenai pengajaran Kristus, dibandingkan
bila mereka bersatu di dalam perbuatan dosa (Luk. 11:21). Lihatlah
apa yang menjadi inti perdebatan mereka.
I. Dalam kesempatan ini, beberapa orang menjelek-jelekkan Kristus
dan pengajaran-Nya, mungkin secara terang-terangan di hadapan
orang banyak (sebab musuh-musuh Kristus memang lancang),
ataupun secara diam-diam hanya di antara mereka saja. Kata
mereka, Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengar-
kan Dia?
1. Mereka menuduh-Nya kerasukan setan. Sifat-sifat paling bu-
ruk memang biasanya dituduhkan kepada orang-orang ter-
baik. Dia itu tidak waras, mengigau, dan menceracau tak
karuan, tak ada lagi yang perlu didengar dari ocehan seorang
yang kacau seperti itu. namun memang, jika ada seorang yang
berkhotbah sungguh-sungguh mengenai sebuah dunia yang
lain, ia pasti akan dikatakan terlalu berlebihan, dan segala
perbuatannya akan dianggap terlalu mengawang-awang, tidak
berakal sehat, dan angan-angannya gila.
714
2. Mereka mencemooh orang-orang yang mendengarkan-Nya:
“Mengapa kamu mendengarkan Dia? Mengapa kamu membe-
sarkan hati-Nya dengan memperhatikan apa yang Ia katakan?”
Perhatikan, Iblis merusak banyak orang dengan membuat me-
reka bersikap sok tahu tentang firman Tuhan dan ibadah, dan
menunjukkan pada mereka bahwa semuanya itu hanyalah
hal-hal yang tidak ada artinya dan bodoh yang tidak berharga
untuk diperhatikan. Dengan demikian, manusia tidak akan di-
tertawakan sebab ketiadaan makanan yang diperlukan, namun
justru sebab rela untuk menderita sebab ketiadaan hal yang
jauh lebih penting. Orang yang mendengarkan Kristus dan me-
nerapkan iman mereka kepada apa yang telah mereka dengar,
pasti akan segera dapat menjelaskan mengapa mereka mende-
ngarkan Dia.
II. Sebagian orang lain bangkit membela Yesus dan perkataan-perka-
taan-Nya. Walaupun arus yang menentang Dia sangat deras,
mereka berani berenang melawannya. Mereka mungkin belum
percaya bahwa Dia yaitu Mesias, namun mereka tidak tahan
mendengar orang lain mengolok-olok-Nya. Jika mereka telah
kehabisan kata-kata untuk membela-Nya, inilah yang akan terus
mereka pegang teguh, yaitu bahwa Ia tidak gila dan tidak kera-
sukan setan. Dia berakal sehat dan memiliki kasih karunia.
Tuduhan yang tidak-tidak dan sama sekali tidak beralasan yang
kadang kala ditimpakan terhadap Kristus dan Injil-Nya itu telah
mampu mengusik orang-orang yang kemudian membela-Nya,
padahal sebelumnya mereka tidak terlalu peduli terhadap Dia dan
Injil-Nya. Ada dua hal yang mereka nyatakan untuk membela Dia:
1. Keunggulan ajaran-Nya: “Itu bukan perkataan orang yang kera-
sukan setan. Perkataan-Nya bukanlah omong kosong. Orang
yang tidak waras tidak mungkin bisa berkata-kata sehebat itu.
Kata-kata ini bukan ocehan orang yang kerasukan setan atau
yang bersekutu dengan Iblis.” Seandainya Kekristenan itu bu-
kanlah sebuah agama yang benar, pastilah hal itu merupakan
tipuan terbesar yang pernah terjadi di bumi ini, dan jika demi-
kian adanya, pastilah hal itu datang dari Iblis yang merupakan
bapa dari segala kebohongan. namun jelas-jelas nyata bahwa
pengajaran Kristus bukan pengajaran Iblis, sebab justru di-
arahkan untuk melawan kerajaan Iblis, dan Setan terlalu licik
Injil Yohanes 10:22-38
715
untuk bisa dibuat menjadi terpecah belah di antara mereka
sendiri. Kata-kata Kristus mengandung begitu banyak keku-
dusan sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa kata-kata itu
bukan perkataan orang yang kerasukan setan, melainkan per-
kataan dari orang yang diutus Tuhan . Bukan juga berasal dari
neraka, sehingga pastilah berasal dari sorga.
2. Kuasa dari mujizat-mujizat-Nya: Dapatkah setan, atau orang
yang kerasukan setan, memelekkan mata orang-orang buta?
Tak satu pun orang gila atau orang jahat dapat melakukan
mujizat. Setan tidaklah berkuasa atas semesta alam sehingga
mereka tidak akan mampu melakukan mujizat-mujizat seperti
itu. Mereka juga bukan sahabat manusia yang akan bersedia
melakukan mujizat seperti itu seandainya mereka mampu.
Setan lebih memilih menutup mata manusia dibandingkan mem-
bukanya. Oleh sebab itulah, Yesus bukan orang yang kera-
sukan setan.
Perdebatan Kristus dengan Orang-orang Yahudi
(10:22-38)
22 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Tuhan di Yeru-
salem; saat itu musim dingin. 23 Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Tuhan , di
serambi Salomo. 24 Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata
kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam ke-
bimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.”
25 Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, namun
kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama
Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, 26 namun kamu
tidak percaya, sebab kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. 27 Domba-
domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka
mengikut Aku, 28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan
mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun
tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. 29 Bapa-Ku, yang memberikan
mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak
dapat merebut mereka dari tangan Bapa. 30 Aku dan Bapa yaitu satu.” 31
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. 32
Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-
Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang
memicu kamu mau melempari Aku?” 33 Jawab orang-orang Yahudi itu:
“Bukan sebab suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan sebab Engkau menghujat Tuhan dan sebab Engkau, sekalipun
hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Tuhan .” 34 Kata
Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku
telah berfirman: Kamu yaitu Tuhan ? 35 Jikalau mereka, kepada siapa firman
itu disampaikan, disebut Tuhan – sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan – ,
36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang
716
telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Tuhan ! sebab Aku telah
berkata: Aku Anak Tuhan ? 37 Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerja-
an Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, 38 namun jikalau Aku melakukan-
nya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-
pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di
dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”
Di sini diceritakan mengenai perselisihan lain yang terjadi antara
Kristus dan orang-orang Yahudi di Bait Tuhan . Sulit menentukan ma-
nakah yang lebih aneh, perkataan mulia yang keluar dari mulut-Nya
ataukah perkataan dengki yang terlontar dari mulut mereka.
I. Di sini diceritakan mengenai waktu terjadinya perdebatan terse-
but: Kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Tuhan di Yeru-
salem, dan saat itu musim dingin. Hari raya itu diperingati setiap
tahun untuk mengenang pentahbisan mezbah baru dan penyuci-
an Bait Tuhan oleh Yudas Makabe, sesudah Bait Tuhan dan mezbah
itu dicemarkan. Lebih jauh mengenai kisah itu bisa kita dapati
dalam sejarah keluarga Makabe (lib. 1, cap. 4), namun mengenai
hal itu telah dinubuatkan sebelumnya (Dan. 8:13-14). Untuk
mengetahui lebih lagi tentang hari raya itu, bacalah 2 Makabe
1:18. Kembalinya kebebasan mereka itu laksana hidup yang di-
anugerahkan kembali sesudah kematian, dan untuk mengenang-
nya, mereka melaksanakan hari raya tahunan pada hari kedua-
puluhlima di bulan Kislew, yaitu sekitar awal Desember dan tujuh
hari sesudah nya. Perayaan tersebut tidak dibatasi di Yerusalem
saja seperti halnya hari-hari raya suci lainnya, namun setiap orang
bisa melaksanakannya di daerah mereka masing-masing, dan me-
reka tidak menganggap hari itu sebagai hari kudus (sebab hanya
ketetapan ilahi saja yang dapat menguduskan sebuah hari), me-
lainkan hari gembira, sebagaimana hari-hari perayaan Purim (Est.
9:19). Kristus kini ada di Yerusalem, bukan untuk menghormati
hari raya itu, yang tidak mengharuskan-Nya ada di sana, namun
supaya Ia dapat memanfaatkan delapan hari libur itu untuk tu-
juan-tujuan baik.
II. Tempat kejadian itu (ay. 23): Yesus berjalan-jalan di Bait Tuhan , di
serambi Salomo. Begitulah tempat itu disebut (Kis. 3:11), bukan
sebab Salomo yang membangunnya, namun sebab tempat itu di-
dirikan di lokasi yang sama dengan serambi pertama yang mema-
kai nama Salomo, sehingga nama itu tetap dipertahankan oleh
Injil Yohanes 10:22-38
717
sebab kemasyhurannya. Di sanalah Kristus berjalan-jalan untuk
memperhatikan perilaku Mahkamah Agama yang bertempat di
sana (Mzm. 82:1). Dia berjalan-jalan, siap untuk bercakap-cakap
dengan siapa pun yang ingin berbincang dengan-Nya dan mena-
warkan bantuan-bantuan-Nya. Sepertinya Ia berjalan-jalan sen-
dirian saja untuk beberapa saat lamanya, seolah-olah Ia telah di-
tinggalkan orang-orang. Dia berjalan sambil merenungkan keja-
tuhan Bait Tuhan yang telah dinubuatkan itu. Orang yang ingin
mengatakan sesuatu kepada Kristus akan mendapati-Nya dalam
Bait Tuhan dan dapat berjalan-jalan bersama-Nya di sana.
III. Perdebatan itu sendiri. Perhatikanlah di dalamnya:
1. Pertanyaan yang sangat penting yang diajukan kepada-Nya
oleh orang-orang Yahudi itu (ay. 24). Mereka mengelilingi Dia
untuk mencobai-Nya. Ia sedang menantikan kesempatan un-
tuk berbuat baik kepada mereka, namun mereka malah meng-
ambil kesempatan itu untuk berbuat jahat kepada-Nya. Air
susu dibalas air tuba memang bukan hal yang mengherankan
dan sering terjadi. Dia tidak pernah dapat menikmati saat-saat
berada di Bait Suci, di rumah Bapa-Nya sendiri, tanpa gang-
guan. Mereka mengelilingi Dia, seolah-olah hendak menge-
pung-Nya: merubungi-Nya seperti lebah. Mereka mengelilingi
Dia seakan-akan mereka itu telah sepakat ingin dipuaskan.
Mereka datang sebagai satu kesatuan, berpura-pura menanya-
kan kebenaran dengan tulus dan gigih, padahal maksud mere-
ka yang sebenarnya yaitu untuk menyerang Tuhan Yesus
kita. Mereka kelihatannya mewakili suara seluruh bangsa, se-
akan-akan mereka itu yaitu juru bicara dari seluruh orang
Yahudi: Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup da-
lam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus
terang kepada kami.
(1) Mereka bertengkar dengan-Nya, seakan-akan Dia telah ber-
salah sebab membuat mereka terombang-ambing dalam
kebimbangan. Tēn psychēn hēmōn aireis – “Berapa lama
lagi Engkau mencuri hati kami?” Atau, merampas jiwa
kami? Begitulah yang diartikan sebagian orang, yang me-
nunjukkan tuduhan mereka bahwa Ia mendapatkan kasih
dan rasa hormat dari orang-orang dengan cara yang cu-
718
rang, seperti Absalom mengambil hati orang-orang Israel,
atau seperti para penyesat menipu orang-orang yang tulus
hatinya supaya dapat menarik murid-murid untuk mengikut
mereka (Rm. 16:18; Kis. 20:30). Akan namun , kebanyakan
penafsir memahaminya seperti kita: “Berapa lama lagi Eng-
kau membuat kami terombang-ambing? Berapa lama lagi
kami harus terus bertanya-tanya apakah Engkau betul-
betul Kristus atau bukan, tanpa bisa mengetahui jawaban
yang pasti dari pertanyaan itu?”
Nah:
[1] Hal itu diakibatkan sebab ketidakpercayaan dan pra-
sangka mereka yang begitu berakar, sampai-sampai me-
reka tetap ragu-ragu bahkan sesudah Tuhan Yesus kita
telah betul-betul membuktikan bahwa Ia yaitu benar
Kristus. Mereka justru meragukan hal yang sebetulnya
dapat memuaskan rasa ingin tahu mereka dengan be-
gitu mudahnya. Pergumulan terberat terjadi antara ke-
yakinan mereka yang mengatakan bahwa Ia yaitu
benar Kristus, melawan kedegilan mereka yang menga-
takan sebaliknya, sebab Dia tidak seperti Kristus yang
selama ini mereka harap-harapkan. Orang-orang yang
memilih untuk bersikap skeptis, kalau mereka mau,
bisa saja menyeimbangkan bobot sebuah bukti terkuat
dengan keberatan terbesar terhadap bukti itu, sehingga
keduanya akan menjadi sama berat.
[2] Hal itu merupakan sebuah contoh dari kekurangajaran
dan kelancangan mereka, yang justru menyalahkan
Kristus atas keragu-raguan yang melanda mereka, se-
akan-akan Dialah yang membuat mereka meragukan-
Nya sebab ketidakkonsistenan-Nya tentang diri-Nya
sendiri. Padahal sebenarnya, prasangka merekalah yang
membuat mereka terus-menerus bimbang seperti itu.
Jika nasihat yang berhikmat terdengar meragukan,
maka kekeliruannya tidaklah terletak pada objek dari
hal tersebut, melainkan pada telinga yang mendengar-
nya, sebab segala sesuatu menjadi jelas bagi orang yang
memahaminya. Kristus ingin membuat kita percaya,
namun kita sendiri membuat diri kita ragu-ragu.
Injil Yohanes 10:22-38
719
(2) Mereka menantang-Nya untuk memberi jawaban langsung
dan pasti, apakah Ia Mesias atau bukan: “Jikalau Engkau
Mesias seperti yang dipikirkan banyak orang, katakanlah
terus terang kepada kami. Jangan memakai perumpamaan,
seperti Aku yaitu terang dunia, atau Gembala yang baik,
dan seterusnya, namun totidem verbis – dengan panjang
lebar, apakah Engkau yaitu Kristus atau bukan, seperti
yang dilakukan Yohanes Pembaptis.” (1:20). Pertanyaan
mereka yang menekan itu memang terdengar baik. Mereka
berpura-pura haus dan ingin mengetahui kebenaran, se-
akan-akan mereka sudah siap untuk mempercayainya.
namun sebetulnya, pertanyaan itu amat jahat dan diajukan
dengan niat buruk. Sebab, jika Ia mengakui terang-terang-
an bahwa Ia yaitu Kristus, maka mereka tidak perlu lagi
bersusah-payah membuat-Nya kelihatan sebagai ancaman
bagi pemerintahan Romawi yang kejam itu. Setiap orang
tahu bahwa Mesias akan menjadi raja, dan sebab itulah,
siapa pun yang mengaku-ngaku diri Mesias akan dianiaya
sebagai pengkhianat, dan inilah yang diinginkan mereka
bagi-Nya. Jika Ia mengaku terang-terangan sebagai Kristus,
mereka pasti akan berkata, Engkau bersaksi tentang diri-
Mu, seperti yang pernah mereka ucapkan sebelumnya
(8:13).
2. Jawaban Kristus terhadap pertanyaan ini, di mana Ia:
(1) Membenarkan diri-Nya, bahwa Ia sama sekali tidak bersa-
lah terhadap kedegilan hati mereka. Ia mengingatkan mere-
ka:
[1] Tentang apa yang telah Ia katakan: Aku telah mengata-
kannya kepada kamu. Dia sudah memberi tahu mereka
bahwa Ia yaitu Anak Tuhan , Anak Manusia, dan bahwa
Ia memiliki hidup di dalam diri-Nya, dan Ia berwenang
untuk melaksanakan penghakiman, dan seterusnya. Bu-
kankah itu berarti Dia yaitu Kristus? Dia telah menga-
takan hal-hal itu, namun mereka tidak percaya. Lalu
kenapa mereka harus diberi tahu lagi hanya untuk se-
kadar memuaskan keingintahuan mereka? Kamu tidak
percaya. Mereka berpura-pura hanya merasa ragu, te-
tapi Kristus membeberkan kepada mereka bahwa yang
720
benar yaitu mereka tidak percaya. Keragu-raguan ter-
hadap agama sama sekali tidak lebih baik dibandingkan
ketidakpercayaan mutlak. Kita tidak berhak mengajari
Tuhan tentang bagaimana Ia harus mengajari kita, atau
memberi petunjuk kepada-Nya bagaimana Ia harus me-
maparkan pikiran-Nya dengan sejelas-jelasnya. Sebalik-
nya, kita harus mensyukuri pewahyuan ilahi yang dibu-
kakan kepada kita. Jika tentang hal ini saja kita tidak
percaya, maka kita juga tidak akan meyakini hal yang
sama, bahkan jika hal itu dipaparkan sesuai dengan ke-
inginan kita.
[2] Dia mengingatkan mereka akan pekerjaan-pekerjaan-
Nya dan teladan hidup-Nya, yang tidak hanya suci mur-
ni, namun juga benar-benar menjadi berkat dan sejalan
dengan ajaran-Nya, dan terutama mujizat-mujizat yang
telah Ia kerjakan untuk meneguhkan ajaran-Nya itu.
Jelas sekali, tidak mungkin manusia biasa sanggup
melakukan mujizat-mujizat seperti itu, kecuali dengan
penyertaan dari Tuhan , dan Tuhan tidak akan menyertai-
Nya jika Ia hanyalah seorang penipu.
(2) Dia mencela mereka sebab ketidakpercayaan mereka yang
degil itu, padahal telah banyak alasan jelas dan bukti kuat
yang dipakai untuk meyakinkan mereka: “Kamu tidak per-
caya. Dan lagi, kamu tidak percaya. Kamu masih tetap
sama, selalu degil dalam ketidakpercayaanmu.” namun alas-
an yang Ia kemukakan di sini sangat mengejutkan: “Kamu
tidak percaya, sebab kamu tidak termasuk domba-domba-
Ku: Kamu tidak percaya padaku, sebab kamu bukanlah
milik-Ku.”
[1] “Kamu tidak bersedia mengikuti-Ku, tidak punya pera-
ngai yang patuh dan dapat diajari, tidak punya keingin-
an untuk menerima ajaran dan hukum Mesias. Kamu
tidak akan menjadi satu dengan kawanan gembalaan-
Ku, tidak akan datang dan melihat, tidak akan datang
dan mendengar suara-Ku.” Permusuhan yang sudah
mendarah daging terhadap Injil Kristus merupakan be-
lenggu yang mempersatukan pelanggaran dan ketidak-
percayaan.
Injil Yohanes 10:22-38
721
[2] “Kamu tidak dimaksudkan untuk menjadi pengikut-Ku.
Kamu tidak termasuk dari antara mereka yang diberi-
kan kepada-Ku oleh Bapa-Ku untuk dibawa serta ke da-
lam kasih karunia dan kemuliaan. Kamu tidak terma-
suk orang-orang pilihan. Ketidakpercayaanmu itu akan
menjadi buktinya, jika kamu terus saja berkeras hati
tidak mau melepaskannya.” Perhatikan, mereka yang
tidak pernah Tuhan berikan karunia iman tidaklah diran-
cangkan untuk sorga dan kebahagiaan. Apa yang
Salomo katakan mengenai kebejatan moral sama benar-
nya dengan ketidakpercayaan, yaitu seperti lobang yang
dalam; orang yang dimurkai TUHAN akan terperosok ke
dalamnya (Ams. 22:14). Non esse electum, non est causa
incredulitatis propriè dicta, sed causa per accidens. Fides
autem est donum Dei et effectus prædestinationis – tidak
termasuknya seseorang dalam kaum terpilih bukanlah
penyebab utama dari ketidakpercayaan, melainkan ha-
nya penyebab kecil saja. namun , iman merupakan anuge-
rah dari Tuhan dan akibat dari penentuan Tuhan . Begitu-
lah di sini Jansenius, seorang theolog, membedakannya
dengan tepat.
(3) Yesus memakai kesempatan itu untuk menggambarkan
anugerah dan kebahagiaan yang dimiliki orang-orang yang
termasuk domba-domba-Nya. Demikianlah mereka ini, se-
dangkan orang-orang Yahudi itu tidak.
[1] Untuk meyakinkan mereka bahwa mereka itu tidak ter-
masuk domba-domba-Nya, Ia pun memberi tahu mere-
ka sifat-sifat yang dimiliki domba-domba milik-Nya.
Pertama, Mereka mendengar suara-Nya (ay. 27), ka-
rena mereka mengenal suara-Nya (ay. 4), dan Ia telah
membuat mereka mendengar suara-Nya (ay. 16). Mere-
ka mengenal suara-Nya, Dengarlah, itu suara Kekasih-
ku! (Kid. 2:8). Mereka bergirang mendengar suara-Nya,
dan senang duduk di kaki-Nya untuk mendengarkan
firman-Nya. Mereka juga menerapkannya dan menjadi-
kan firman-Nya itu sebagai pedoman hidup mereka.
Kristus tidak akan memperhitungkan domba-domba
722
yang tidak mendengarkan panggilan-Nya dan yang tidak
tertarik kepada-Nya (Mzm. 58:5).
Kedua, Mereka mengikut Dia. Mereka berserah pada
bimbingan-Nya dengan menaati segala perintah-Nya
serta mengikuti teladan-Nya dan bimbingan Roh-Nya
dengan penuh sukacita. Kata perintah-Nya itu selalu
berbunyi, Ikutlah Aku. Kita harus mengikuti-Nya seba-
gai pimpinan dan komandan kita dan mengikuti jejak
kaki-Nya, dan berjalan seturut Dia: mengikuti arahan
firman-Nya, petunjuk dari pemeliharaan-Nya, dan arah-
an Roh-Nya. Ikutilah Anak Domba (dux gregis – pemim-
pin kawanan gembalaan) itu ke mana pun Ia pergi. Per-
cuma saja kita mendengar suara-Nya kalau kita tidak
mengikut Dia.
[2] Untuk meyakinkan orang-orang Farisi tentang betapa
celakanya mereka sebab tidak termasuk domba-domba
Kristus. Di sini Ia menggambarkan kebahagiaan dan
kesenangan mereka yang termasuk domba-domba-Nya,
yang juga menjadi peneguhan dan penghiburan bagi
para pengikut-Nya yang miskin dan dipandang hina. Ini
juga mencegah mereka agar tidak mengingini kekuasa-
an dan kebesaran orang-orang yang tidak termasuk ka-
wanan domba-Nya.
Pertama, Tuhan Yesus kita mengenal domba-domba-
Nya: Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan
Aku mengenal mereka. Ia membedakan mereka dari
yang lain (2Tim. 2:19), dan memperhatikan dengan sek-
sama setiap domba di antara kawanan itu (Mzm. 34:7).
Dia tahu keinginan dan kerinduan mereka, memahami
kesengsaraan jiwa mereka, dan Dia juga tahu di mana
harus menemukan mereka serta apa yang harus Ia
lakukan bagi mereka. Dia hanya mengenal yang lainnya
selintas saja, namun domba-domba-Nya selalu dekat de-
ngan-Nya.
Kedua, Dia telah menyediakan kebahagiaan yang se-
suai bagi mereka: Aku memberikan hidup yang kekal ke-
pada mereka (ay. 28):
Injil Yohanes 10:22-38
723
1. Harta milik yang ditetapkan kepada mereka amatlah
kaya dan berharga, yaitu kehidupan, sebuah kehi-
dupan yang kekal. Manusia memiliki jiwa yang hi-
dup, sebab itu kebahagiaan yang disediakan bagi
mereka yaitu kehidupan, sesuai dengan sifat ala-
miah mereka. Manusia memiliki jiwa yang tidak da-
pat mati, sebab itu kebahagiaan yang disediakan
yaitu hidup yang kekal, yang akan berlangsung se-
lama jiwa mereka hidup. Kehidupan kekal merupa-
kan kebahagiaan dan amat berharga bagi jiwa yang
juga kekal.
2. Anugerah itu diberikan dengan cuma-cuma: Aku
memberikannya kepada mereka. Anugerah itu tidak
diperdagangkan dengan nilai yang tinggi, melainkan
diberikan oleh kasih karunia Yesus Kristus secara
cuma-cuma. Sang pemberi berkuasa untuk mem-
berikannya. Ia yang yaitu sumber hidup dan Bapa
kekekalan telah memberikan wewenang kepada
Kristus untuk memberikan hidup yang kekal (17:2).
Dia tidak berkata, Aku akan memberikannya, me-
lainkan Aku memberikannya sekarang, yang artinya,
itu karunia sekarang ini. Ia menjamin kesungguhan
pemberian-Nya itu dan buah-buahnya yang dapat
dinikmati kini dan nanti, yaitu bahwa kehidupan
rohani yang merupakan hidup kekal telah dimulai,
yaitu sorga yang masih ada di dalam benih, di dalam
tunas, di dalam embrio.
Ketiga, Ia telah menjamin keselamatan dan kelang-
sungan kebahagiaan tersebut bagi mereka.
a. Mereka akan diselamatkan dari kebinasaan yang ke-
kal. Mereka sama sekali tidak akan binasa sampai
selama-lamanya, begitulah maksud firman tersebut.
Sebagaimana kehidupan kekal itu benar-benar ada,
begitu pula kebinasaan kekal. Jiwa tidak akan di-
musnahkan, melainkan dibinasakan. Jiwa akan te-
tap ada, namun penghiburan dan kebahagiaannya
akan hilang dan tidak bisa didapat kembali. Semua
orang percaya diselamatkan dari hal itu. Tak peduli
724
salib apa yang mungkin harus mereka tanggung,
mereka tak akan pernah turut dihukum seperti itu.
Seorang manusia tidak akan pernah binasa sampai
ia ada di neraka, dan orang-orang percaya tidak
akan pergi ke sana. Para gembala yang memiliki ka-
wanan berjumlah besar sering kehilangan beberapa
di antara domba-domba mereka dan menyaksikan
kebinasaan mereka. Namun, Kristus telah menegas-
kan bahwa tak satu pun dari domba-domba-Nya
yang akan binasa, tidak seorang pun.
b. Mereka tidak akan dapat dipisahkan dari kebahagia-
an kekal. Kebahagiaan itu memang masih disimpan,
namun Dia yang memberikan-Nya akan menjaganya
bagi mereka.
(a) Kuasa-Nya sendirilah yang dipakai-Nya bagi me-
reka: Seorang pun tidak akan merebut mereka
dari tangan-Ku. Sepertinya, di sini ada pertem-
puran hebat untuk memperebutkan domba-
domba itu. Sang Gembala sangat berhati-hati
menjaga kesejahteraan mereka sampai-sampai
mereka tidak hanya dimasukkan dalam kandang-
Nya dan diawasi, namun bahkan ada dalam geng-
gaman tangan-Nya, dalam naungan kasih-Nya
yang istimewa dan di bawah perlindungan-Nya
yang khusus (semua orang-Nya yang kudus – di
dalam tangan-Mulah mereka, Ul. 33:3). Akan te-
tapi, musuh-musuh begitu nekat sehingga mere-
ka berani mencoba untuk merebut domba-domba
itu dari tangan-Nya, yaitu tangan yang memiliki
dan melindungi mereka. Namun musuh-musuh
itu pun tidak akan berhasil melakukannya. Per-
hatikan, orang-orang yang selamat yaitu mere-
ka yang ada di dalam tangan Tuhan Yesus.
Orang-orang kudus terpelihara dalam Yesus Kris-
tus, dan keselamatan mereka tidak mereka jagai
sendiri, melainkan dilindungi oleh Sang Peranta-
ra. Orang-orang Farisi dan para penguasa ber-
usaha sedapat mungkin untuk menakut-nakuti
para murid Kristus supaya mereka tidak lagi
Injil Yohanes 10:22-38
725
mau mengikut Dia, yaitu dengan mencela dan
mengancam mereka, namun Kristus berkata bah-
wa usaha mereka itu tidak akan membuahkan
hasil.
(b) Begitu pula kuasa Bapa-Nya akan ikut memper-
tahankan keselamatan para domba (ay. 29). Su-
paya jaminan yang Ia berikan tidak dianggap ku-
rang sebab kini Ia tampil dalam kelemahan, Ia
pun menyebut nama Bapa-Nya sebagai jaminan
kukuh lainnya.
Perhatikanlah:
[a] Kuasa Bapa: Bapaku lebih besar dari pada
siapa pun; lebih besar dari semua sahabat ge-
reja yang lain, semua gembala lain, penguasa
hukum ataupun pelayan gereja. Dia sanggup
melakukan apa yang tidak dapat mereka per-
buat. Para gembala itu bisa tertidur, sehingga
mudah sekali merebut domba-domba dari ta-
ngan mereka, namun Ia menjaga kawanan
gembalaan-Nya siang dan malam. Ia lebih be-
sar dari semua musuh-musuh gereja dan se-
gala rintangan yang menentang kepentingan
gereja, serta sanggup mengamankan kepen-
tingan-Nya sendiri dari segala macam perla-
wanan mereka. Dia lebih besar dari segala ke-
kuatan neraka dan dunia bahkan jika mereka
bersatu sekalipun untuk melawannya. Hik-
mat-Nya jauh melebihi si ular tua, sekalipun
dia terkenal sangat lihai dan licin; kekuatan-
Nya lebih besar dibandingkan si naga merah besar
itu, sekalipun namanya legion, dan gelarnya
yaitu pemerintah-pemerintah dan penguasa-
penguasa. Iblis dan para malaikatnya mela-
wan dengan ganas, dan berusaha merebut ke-
kuasaan, namun tidak pernah berhasil (Why.
12:7-8); Lebih hebat Tuhan di tempat tinggi.
[b] Kepedulian Bapa terhadap para domba se-
hingga Ia pun melibatkan kuasa-Nya untuk
726
mempertahankan mereka: “Bapa-Kulah yang
memberikan mereka kepada-Ku, dan Ia sangat
peduli untuk selalu mempertahankan pem-
berian-Nya itu.” Mereka telah dipercayakan
kepada Sang Anak untuk dijaga baik-baik,
dan sebab itulah, Tuhan masih tetap akan
ikut memelihara mereka juga. Seluruh ke-
kuatan sorga dikerahkan demi tercapainya se-
genap rancangan ilahi.
[c] Keselamatan para orang kudus bisa dilihat
dari dua hal di atas. Dan, jika demikianlah
adanya, maka tak satu pun (baik manusia
ataupun Iblis) dapat merebut mereka dari ta-
ngan Bapa, tidak dapat merenggut kasih ka-
runia yang telah mereka dapatkan ataupun
menghalangi mereka untuk mendapatkan ke-
muliaan yang telah dipersiapkan bagi mereka.
Tak satu pun dapat mengeluarkan mereka
dari perlindungan Tuhan ataupun menyeret
domba-domba itu ke dalam kekuasaan mere-
ka. Kristus sendiri telah mengalami kuasa
Bapa-Nya dalam menopang dan meneguhkan-
Nya, sehingga Ia pun menaruh seluruh peng-
ikut-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya juga.
Bapa yang menyediakan dan mengamankan
kemuliaan bagi Sang Penebus juga akan me-
nyediakan dan mengamankan kemuliaan bagi
umat yang ditebus-Nya. Lebih jauh lagi, un-
tuk meneguhkan jaminan akan kemuliaan
itu, supaya domba-domba Kristus tetap terhi-
bur, Kristus pun menegaskan kesatuan dari
kedua pribadi tersebut: “Aku dan Bapa ada-
lah satu, masing-masing bekerja dalam kesa-
tuan untuk melindungi para orang kudus dan
penyempurnaan mereka.” Hal ini menunjuk-
kan sesuatu yang bahkan lebih dari keharmo-
nisan dan kesatuan, dan pengertian yang
mendalam yang ada di antara Bapa dan Anak
dalam mengerjakan penebusan manusia. Se-
Injil Yohanes 10:22-38
727
tiap orang benar yaitu satu dengan Tuhan ,
sebab satu sama lain saling bersetujuan. Ka-
rena itulah, yang dimaksudkan dengan hal di
atas pasti yaitu kesatuan sifat antara Bapa
dan Anak, bahwa mereka yaitu sama dalam
substansi (hakikat) dan setara dalam kuasa
dan kemuliaan. Para bapa gereja memakai hal
tersebut untuk melawan orang-orang Sabelia
untuk membuktikan perbedaan dan kejamak-
an pribadi-pribadi tersebut, yaitu bahwa Bapa
dan Anak yaitu dua pribadi. Mereka juga
menggunakan ajaran tersebut untuk melawan
orang-orang Aria, untuk membuktikan kesa-
tuan sifat kedua pribadi itu, yaitu bahwa ke-
duanya yaitu satu. Jika kita semua bung-
kam mengenai makna kata-kata tersebut,
maka batu-batu yang diambil orang-orang
Yahudi untuk melempari Yesus pun akan me-
neriakkan maknanya, sebab orang-orang Ya-
hudi memahami bahwa di sini Ia menyatakan
diri sebagai Tuhan (ay. 33) dan Ia pun tidak
menyangkal-Nya. Ia membuktikan bahwa
tidak ada seorang pun yang mampu merebut
domba-domba dari tangan-Nya, sebab mereka
tidak bisa melakukan hal yang sama dari
tangan Bapa. Ini membuktikan bahwa Sang
Anak memiliki kuasa yang sama dengan
Bapa, dan sebab itu Ia satu dengan Bapa da-
lam hakikat pekerjaan.
IV. Kegusaran dan kemarahan orang-orang Yahudi terhadap Yesus
oleh sebab perkataan-Nya itu: Sekali lagi orang-orang Yahudi
mengambil batu (ay. 31). Kata yang dipakai di sini tidak sama
dengan kalimat sebelumnya (8:59) namun ebastasan lithous, yang
artinya mereka membawa batu-batu, batu-batu besar, yang berat,
yang biasanya mereka pakai untuk merajam penjahat. Mereka
membawa batu-batu itu dari suatu tempat yang agak jauh dari
Bait Tuhan , seolah-olah sedang menyiapkan segala hal untuk
menghukum-Nya tanpa proses hukum terlebih dahulu. Seakan-
728
akan Ia bersalah atas penghujatan yang benar-benar sudah ter-
bukti sehingga tidak perlu disidangkan lagi. Keanehan penghina-
an yang dilakukan orang-orang Yahudi terhadap Kristus tampak
lebih nyata jika kita mempertimbangkan:
1. Bahwa mereka sebelumnya telah menantang Dia dengan
pongahnya, kalau tidak bisa dikatakan lancang, untuk mem-
beri tahu mereka dengan sejelas-jelasnya apakah Ia yaitu
Kristus atau bukan. namun kini, sesudah Dia tidak saja meng-
akui benar demikian, melainkan juga sekaligus membuktikan
kebenaran itu, mereka malah menuduh-Nya sebagai penjahat.
Saat seorang pengkhotbah menyatakan kebenaran dengan
cara yang tidak mencolok, ia pun dicap sebagai pengecut, te-
tapi jika ia mengatakan hal itu dengan berani, ia malah diang-
gap sok, namun hikmat Tuhan dibenarkan oleh perbuatannya.
2. Bahwa sesudah usaha mereka yang serupa itu sebelumnya ter-
bukti sia-sia, sebab Yesus menghilang begitu saja dari te-
ngah-tengah mereka (8:59), mereka tetap saja mengulangi usa-
ha mereka yang tanpa hasil itu. Para pendosa yang degil akan
terus melempari sorga dengan batu, meskipun batu itu me-
mantul dan berbalik menimpa kepala mereka sendiri. Mereka
akan menegarkan tengkuk terhadap Yang Mahakuasa, sekali-
pun tak seorang pun yang melakukan itu akan pernah berha-
sil.
V. Penyanggahan Kristus yang lemah lembut terhadap kemarahan
mereka tersebut (ay. 32): Yesus menanggapi apa yang mereka
perbuat, sebab kita tidak mendapati mereka mengatakan sesuatu,
kecuali mungkin berusaha memanas-manasi kerumunan orang
banyak yang mereka kumpulkan untuk bergabung bersama mere-
ka itu supaya meneriakkan, “Rajam Dia, rajam Dia,” seperti yang
mereka lakukan kemudian, “Salibkan Dia, salibkan Dia.” Yesus
bisa saja membalas mereka dengan menurunkan api dari langit,
namun Ia malah menjawab dengan lembut, “Banyak pekerjaan baik
yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; peker-
jaan manakah di antaranya yang memicu kamu mau melem-
pari Aku?” Begitu lembut jawaban-Nya itu, sehingga orang pasti
mengira bahwa kalimat itu seharusnya dapat meluluhkan hati
yang sekeras batu sekalipun. Dalam menghadapi musuh-musuh-
Nya, Ia tetap mengemukakan bukti-bukti dari pekerjaan-Nya (se-
Injil Yohanes 10:22-38
729
bab manusia membuktikan siapa mereka melalui perbuatan me-
reka), yaitu perbuatan baik-Nya – kala erga, pekerjaan yang ung-
gul dan luar biasa. Opera eximia vel præclara, ungkapan ini me-
nunjukkan pekerjaan yang bukan saja hebat, namun juga baik.
1. Kuasa ilahi yang nyata dari pekerjaan-Nya membuat orang-
orang tersebut akan dihukum sebagai orang yang paling tegar
tengkuk dalam ketidakpercayaan mereka. Pekerjaan-pekerjaan
itu berasal dari Bapa-Nya, begitu jauh di luar jangkauan ma-
nusia sehingga membuktikan bahwa orang yang melakukan-
nya benar-benar diutus oleh Tuhan dan mengerjakan perintah
dari-Nya. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang Ia perlihatkan ke-
pada mereka. Dia melakukan semuanya dengan terang-terang-
an di hadapan semua orang dan tidak secara sembunyi-sem-
bunyi. Perbuatan-perbuatan-Nya itu benar-benar teruji dan
memberikan kesaksian nyata bagi orang-orang yang melihat
semua itu, yang sangat penasaran menelitinya dan tidak ber-
sikap berat sebelah. Ia tidak memperlihatkan semua itu dalam
keremangan cahaya lilin seperti halnya mereka yang hanya
ingin pamer, namun Ia menunjukkan semuanya di siang hari, di
hadapan seisi dunia ini (18:20; Mzm. 111:6). Semua perbuat-
an-Nya sudah sangat terbukti dan tak dapat disangkal lagi me-
nunjukkan bahwa tugas perutusan-Nya sungguh benar dari
Tuhan .
2. Anugerah ilahi dalam perbuatan-perbuatan-Nya membuat me-
reka akan dihukum sebagai orang-orang yang paling tidak
tahu berterima kasih. Pekerjaan yang Ia lakukan di antara
mereka bukan sekadar mujizat saja, namun juga belas kasihan.
Bukan sekadar perbuatan ajaib untuk membuat mereka terka-
gum-kagum, namun perbuatan kasih dan kebaikan bagi kepen-
tingan mereka sendiri, dan untuk mendekatkan diri-Nya de-
ngan mereka. Ia menyembuhkan yang sakit, mentahirkan
yang kusta, mengusir roh-roh jahat, dan semua kebaikan itu
bukan saja menolong orang-orang yang menderita semuanya
itu, namun juga meringankan beban khalayak ramai. Dia terus
melakukan hal-hal itu dengan sering dan berulang-ulang:
“Pekerjaan manakah di antaranya yang memicu kamu
mau melempari Aku? Kamu tidak bisa menuduh-Ku telah ber-
buat hal-hal yang merugikanmu atau menghasutmu. Jika kini
kamu mencoba mencari-cari masalah dengan-Ku, pastilah hal
730
itu sebab perbuatan baik yang telah Kulakukan untukmu.
Katakan yang mana.”
Perhatikan:
(1) Sikap kita yang tidak tahu berterima kasih dalam dosa-
dosa kita terhadap Tuhan dan Yesus Kristus itu memper-
besar dosa-dosa tersebut, dan membuatnya menjadi sema-
kin keterlaluan. Lihatlah bagaimana Tuhan berfirman untuk
mengemukakan hal itu (Ul. 32:6; Yer. 2; 5; Mi. 6:3).
(2) Kita pun tidak boleh merasa heran jika bertemu dengan
orang-orang yang bukan saja membenci kita tanpa alasan,
namun juga memusuhi kita sebab kasih yang kita tunjuk-
kan (Mzm. 35:12; 41:10). Dengan bertanya, pekerjaan ma-
nakah yang memicu kamu mau melempari Aku?,
untuk menunjukkan bahwa Ia sama sekali tidak bersalah,
Ia pun membuat para penganiaya-Nya itu untuk berpikir
mengenai alasan sebenarnya mengapa mereka sampai me-
musuhi-Nya. Ia membuat mereka bertanya-tanya, sebagai-
mana yang harus dilakukan oleh semua orang yang me-
nimbulkan masalah di lingkungan mereka, mengapa kita
menganiaya Dia? Ini seperti Ayub menasihati kawan-ka-
wannya (Ayb. 19:28).
VI. Dasar dari segala tindakan yang mereka perbuat terhadap Kristus
(ay. 33). Dosa apa lagi yang tidak bisa ditutup-tutupi, sebab para
penganiaya Anak Tuhan yang haus darah pun bahkan masih dapat
mengatakan pembelaan atas perbuatan mereka itu.
1. Mereka tidak mau dianggap sebagai musuh negeri mereka sen-
diri dengan menganiaya Dia sebab sebuah perbuatan baik:
Bukan sebab suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari
Engkau. Namun, sesungguhnya mereka memang hampir tidak
pernah menganggap setiap perbuatan yang Ia lakukan sebagai
perbuatan baik. Penyembuhan terhadap orang yang lumpuh
(ps. 5) dan orang buta (ps. 9) sama sekali tidak dianggap mere-
ka sebagai perbuatan baik terhadap kota itu, padahal per-
buatan ini layak mendapat pujian. Sebaliknya, perbuatan itu
ditimpakan kepada-Nya sebagai kejahatan sebab dilakukan
pada hari Sabat. Akan namun , kalaupun mereka sebenarnya
menganggap perbuatan itu baik, mereka tetap tidak akan
Injil Yohanes 10:22-38
731
mengakui bahwa mereka hendak melempari-Nya dengan batu
oleh sebab perbuatan-perbuatan itu, meskipun hal itulah yang
benar-benar membuat mereka kesal (11:47). Jadi, meskipun
hal itu sangat aneh, mereka tetap saja bersikeras dan tidak
mau mengakui perilaku mereka yang ganjil itu.
2. Mereka ingin dianggap sebagai pembela Tuhan dan kemuliaan-
Nya dengan menuduh Yesus sebagai penghujat: sebab Eng-
kau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-
Mu dengan Tuhan .
Di sini ada :
(1) Semangat palsu dalam membela hukum Taurat. Kelihatan-
nya mereka benar-benar peduli akan kehormatan dan
keagungan ilahi sampai-sampai mereka begitu geram men-
dapati sesuatu yang mereka anggap sebagai hinaan terha-
dap hal itu. Seorang penghujat haruslah dihukum mati de-
ngan dilontari batu (Im. 24:16). Mereka pikir, hukum terse-
but tidak saja hanya membenarkan, namun juga menyuci-
kan usaha yang hendak mereka lakukan (sebagaimana
dicatat dalam Kisah Para Rasul 26:9). Perhatikan, perbuat-
an yang paling jahat biasanya ditutupi dengan polesan
halus yang kelihatannya baik. Sebagaimana tak ada yang
lebih dapat meneguhkan hati dibandingkan hati nurani yang
benar, begitu pula tak ada yang lebih dapat membakar
kemarahan hati dibandingkan hati nurani yang salah (Yes. 66:5;
Yoh. 16:2).
(2) Permusuhan sengit terhadap Injil. Tiada cara hebat bagi
mereka untuk menyerang Injil selain dengan menuduh
Kristus sebagai penghujat. Bukan hal baru lagi jika tuduh-
an-tuduhan paling buruk justru dialamatkan kepada
orang-orang yang paling baik oleh mereka yang sudah ber-
tekad untuk memperlakukan mereka seburuk mungkin.
[1] Kejahatan yang mereka tuduhkan kepada-Nya yaitu
penghujatan, yaitu merendahkan dan menghina Tuhan
melalui perkataan. Tuhan sendiri berada di luar jangkau-
an si pendosa sehingga tidak mungkin dapat dicelakai.
Dengan demikian, memusuhi Tuhan biasanya dilakukan
dengan melancarkan penghinaan terhadap nama-Nya,
732
dan dengan begitu, menunjukkan maksud jahat mere-
ka.
[2] Bukti dari kejahatan yang mereka tuduhkan itu: Eng-
kau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyama-
kan diri-Mu dengan Tuhan . Sebagaimana kebenaran bah-
wa Dia yaitu Tuhan merupakan kemuliaan Tuhan , yang
kita renggut dibandingkan -Nya saat kita membuat-Nya men-
jadi salah satu di antara kita, begitu pula kebenaran
bahwa tidak ada seorang pun yang seperti Dia merupa-
kan kemuliaan bagi-Nya juga, yang kita renggut saat
kita membuat diri kita atau makhluk lain, setara de-
ngan-Nya.
Perhatikanlah:
Pertama, sejauh ini mereka sebetulnya benar, bahwa
apa yang dinyatakan Kristus mengenai diri-Nya sendiri
berarti demikian: bahwa Ia yaitu Tuhan , sebab Ia telah
mengatakan bahwa Ia dan Bapa yaitu satu, dan bah-
wa Ia akan memberikan hidup yang kekal. Dan Kristus
pun tidak menyangkal hal itu, yang pasti telah Ia laku-
kan seandainya ada yang tidak benar dalam kata-kata-
Nya itu. namun ,
Kedua, mereka sungguh keliru saat memandang-Nya
hanya semata-mata sebagai manusia biasa, dan meng-
anggap pengakuan-Nya sebagai Tuhan itu yaitu sebuah
penghujatan dan hanya karangan-Nya belaka. Pikir me-
reka, mustahil sekali dan sangat tidak layak jika se-
orang seperti Dia, yang berpenampilan lusuh, hina dan
miskin itu sampai berani mengaku-ngaku sebagai Me-
sias yang berhak memperoleh penghormatan sebagai
Anak Tuhan .
Perhatikan:
1. Orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus hanya-
lah seorang manusia biasa dan Tuhan jadi-jadian,
seperti yang dikatakan penganut Socinianisme (alir-
an yang menentang keilahian Yesus dan Trinitas –
pen.), pada dasarnya menuduh Dia sebagai peng-
hujat, yang sebenarnya membuktikan bahwa mere-
kalah yang justru yaitu penghujat.
Injil Yohanes 10:22-38
733
2. Barangsiapa, yang hanya seorang manusia, manusia
yang berdosa, menjadikan dirinya Tuhan , dan me-
nyatakan diri memiliki kuasa dan hak-hak istimewa
ilahi, orang itu tidak diragukan lagi seorang peng-
hujat dan seorang Antikristus.
VII. Jawaban Kristus terhadap tuduhan mereka (sebab pembelaan
diri mereka merupakan tuduhan terhadap-Nya), dan bagaimana
Ia membenarkan hal-hal yang mereka anggap sebagai penghu-
jatan (ay. 34 dst.), untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah se-
orang penghujat, melalui dua alasan:
1. Dengan pembuktian yang diambil dari firman Tuhan . Ia meru-
juk pada apa yang tertulis dalam hukum mereka, yaitu Per-
janjian Lama. Firman selalu ada di samping Kristus untuk
menjawab siapa pun yang menentang-Nya. Ada tertulis, Aku
sendiri telah berfirman: “Kamu yaitu Tuhan ” (Mzm. 82:6). Hal
ini merupakan dalih a minore ad majus – dari yang terkecil
sampai yang terbesar. Jika mereka yaitu Tuhan , apalagi Aku.
Perhatikanlah:
(1) Bagaimana Ia menerangkan firman tersebut (ay. 35): Me-
reka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Tuhan ,
dan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan. Firman yang berisi-
kan amanat dari Tuhan disampaikan kepada mereka dan
memberikan wewenang kepada mereka untuk menjadi
hakim-hakim, sehingga mereka pun disebut sebagai Tuhan
(Kel. 22:28). Bagi beberapa orang, firman Tuhan disampai-
kan secara langsung, seperti kepada Musa, dan bagi yang
lainnya melalui ibadah yang telah diatur pelaksanaannya.
Pengadilan hukum merupakan lembaga ilahi, dan pembe-
sar hukum merupakan wakil-wakil Tuhan sehingga firman
pun menyebut mereka sebagai Tuhan . Dan kita percaya
bahwa firman tidak bisa dibatalkan, atau disalahartikan,
atau ada cacatnya. Setiap firman Tuhan itu benar. Gaya
dan bahasa firman tidak boleh diperdebatkan dan tidak
boleh diperbaiki (Mat. 5:18).
(2) Bagaimana Ia menerapkannya. Kesimpulannya secara
umum mudah saja, yaitu bahwa orang-orang yang menu-
duh Kristus sebagai penghujat oleh sebab Ia menyebut
734
diri-Nya sebagai Anak Tuhan telah bertindak gegabah dan
tidak masuk akal, sebab mereka sendiri justru menyebut
penguasa mereka sebagai Tuhan , dan firman Tuhan pun
membenarkan penyebutan demikian. Akan namun , perde-
batan terus berlanjut (ay. 36): jika para penguasa hukum
disebut Tuhan sebab mereka mengemban tugas untuk
menjalankan keadilan bagi bangsa itu, masihkah kamu
berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang
telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat
Tuhan ? Di sini kita mendapati dua hal mengenai Tuhan
Yesus:
[1] Kemuliaan yang diberikan Bapa bagi-Nya, yang di da-
lamnya Ia berhak bermegah: Bapa menguduskan-Nya,
dan mengutus-Nya ke dalam dunia. Para pembesar hu-
kum disebut anak-anak Tuhan , meskipun kepada mere-
ka firman Tuhan hanya disampaikan, dan pemerin-
tahan yang mereka pegang sifatnya terbatas, seperti
kepada Saul. Akan namun , Tuhan Yesus kita yaitu
Firman itu sendiri, dan Ia memiliki Roh yang tak terba-
tas. Para pembesar itu diangkat untuk berkuasa di
suatu negeri, kota, atau bangsa tertentu, namun Kristus
diutus ke dalam dunia, diperlengkapi dengan wewe-
nang menyeluruh (universal) sebagai Tuhan bagi se-
mua orang. Mereka hanya ditugasi sebagai orang-
orang luar, sedangkan Ia diutus sebagai pribadi yang
telah ada bersama-sama dengan Tuhan dari kekekalan.
Bapa menguduskan-Nya, yang artinya, merancangkan
dan mengistimewakan-Nya sebagai Sang Perantara,
mengaruniakan kemampuan dan kecakapan kepada-
Nya untuk menjalankan tugas tersebut. Mengudus-
kan-Nya sama artinya dengan memeteraikan-Nya
(6:27). Perhatikan, Bapa menguduskan siapa yang Ia
utus, dan siapa yang dirancangkan-Nya bagi tujuan
kudus tentu Ia persiapkan dengan prinsip atau pe-
gangan hidup dan sifat-sifat yang kudus pula. Tuhan
yang kudus hanya akan memberi upah dan mempe-
kerjakan mereka yang didapati atau dibuat-Nya men-
jadi kudus. Pengudusan dan pengutusan Kristus oleh
Bapa memberi jaminan tegas mengapa Ia menyebut
Injil Yohanes 10:22-38
735
diri-Nya sendiri sebagai Anak Tuhan . Ia disebut Anak
Tuhan sebab Ia kudus (Luk. 1:35; Rm. 1:4).
[2] Penghinaan yang ditunjukkan orang-orang Yahudi ter-
hadap-Nya, yang memang berhak Ia keluhkan, yaitu
bahwa mereka mengatai Dia yang ditinggikan Bapa se-
bagai penghujat, sebab Ia menyebut diri-Nya sebagai
Anak Tuhan : “Masihkah kamu mengatai-Nya demikian?
Beranikah kamu berkata begitu? Beranikah kamu me-
nentang sorga dengan mulutmu? Punyakah kamu
nyali untuk berkata kepada Tuhan dari kebenaran bah-
wa Ia telah berdusta, atau untuk mengutuk Dia yang
mahaadil? Lihat muka-Ku ini dan coba katakan jika
kamu dapat. Masa kamu mengatai Anak Tuhan sebagai
penghujat!” Jika yang berkata demikian yaitu Iblis
yang akan dihukum oleh-Nya, maka hal itu tentu
tidaklah mengherankan, namun jika hal itu keluar dari
mulut manusia yang hendak Ia ajar dan selamatkan,
maka tertegunlah atas hal itu, hai langit! Lihatlah ba-
gaimana bahasa dari orang-orang yang berhati degil
dalam ketidakpercayaan mereka: mereka menyebut
Yesus yang kudus sebagai penghujat. Sulit mengata-
kan yang mana yang lebih aneh, apakah mendapati
manusia yang menghirup udara dari Tuhan tega-tega-
nya berkata demikian, atau bahwa manusia yang telah
berkata seperti itu masih juga dibiarkan menghirup
udara dari Tuhan . Kejahatan manusia dan kesabaran
Tuhan memang amat mencengangkan.
2. Dengan pembelaan yang diambil dari pekerjaan-Nya sendiri
(ay. 37-38). Dalam pembelaan sebelumnya, Ia hanya menang-
gapi tuduhan penghujatan itu dengan dalih ad hominem –
membalikkan dalih manusia itu kepada dirinya sendiri, namun
sekarang Ia membuat pernyataan-Nya sendiri dan membukti-
kan bahwa Ia dan Bapa yaitu satu (ay. 37-38): Jikalau Aku
tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah per-
caya kepada-Ku. Ia bisa saja meninggalkan orang-orang jahat
itu sebagai kumpulan durhaka, namun Ia masih memilih untuk
bersabar dalam memberi penjelasan kepada mereka.
736
Perhatikanlah:
(1) Atas dasar apa Ia mendebat mereka, yaitu atas dasar pe-
kerjaan-pekerjaan-Nya yang sering Ia tekankan sebagai
peneguhan jati diri-Nya dan bukti dari amanat yang diem-
ban-Nya. Sebagaimana Ia membuktikan diri sebagai yang
diutus oleh Tuhan melalui pekerjaan-pekerjaan-Nya yang
bersifat ilahi, demikian pula kita harus membuktikan bah-
wa kita bersekutu dengan Kristus melalui Kekristenan yang
kita miliki.
[1] Bukti yang diungkapkan-Nya itu sangat kuat, sebab pe-
kerjaan-pekerjaan yang telah Ia perbuat merupakan pe-
kerjaan Bapa-Nya, yang hanya sanggup dilakukan oleh
Bapa dan tidak bisa dilaksanakan dengan cara biasa
saja, melainkan hanya dengan kuasa Tuhan yang ber-
daulat atas semesta alam. Opera Deo propria – pekerja-
an-pekerjaan yang khusus diperbuat oleh Tuhan dan
Opera Deo Digna – pekerjaan-pekerjaan yang dari Tuhan –
pekerjaan-pekerjaan yang berasal dari kuasa ilahi. Dia
yang tidak dikuasai oleh hukum alam dan dapat mem-
batalkan dan menguasainya dengan wewenang-Nya sen-
diri sesuka hati-Nya, pasti yaitu seorang Raja berdau-
lat yang pertama kali menetapkan dan mengesahkan
hukum-hukum tersebut. Mujizat-mujizat yang dilaku-
kan para rasul dalam nama-Nya, dengan kuasa-Nya,
dan sebagai peneguhan atas ajaran-Nya, semuanya itu
mendukung alasan yang Ia kemukakan itu dan terus
membuktikan hal tersebut sesudah Ia pergi.
[2] Alasan itu dikemukakan dengan sangat baik dan di-
maksudkan untuk tidak memperpanjang masalah.
Pertama, Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pe-
kerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku. Ia tidak
menuntut iman yang membabi buta. Ia juga tidak me-
nuntut orang untuk menyetujui bahwa tugas-Nya itu
dari Tuhan melebihi bukti yang Ia berikan. Dia tidak ber-
usaha mencari simpati orang atau menjilat mereka
dengan muslihat-muslihat yang licik, juga tidak mau
memaksakan pernyataan-pernyataan berani kepada
mereka supaya mereka percaya begitu saja. Sebaliknya,
Injil Yohanes 10:22-38
737
Ia menjawab tuntutan iman mereka dengan cara yang
sejujurnya, lebih dari bukti-bukti yang telah Ia tunjuk-
kan bagi tuntutan-tuntutan tersebut. Kristus bukanlah
seorang tuan bertangan besi yang hendak menuai per-
setujuan dari orang-orang dengan tidak menabur alas-
an-alasan. Tidak ada seorang pun yang akan binasa
sebab ketidakpercayaan mereka kalau mereka sendiri
belum diberi penjelasan mengenai alasan-alasan yang
kuat mengapa mereka harus percaya. Sang Hikmat
yang Tak Terbatas akan menjadi hakim untuk ini.
Kedua, “namun jika Aku melakukan pekerjaan-peker-
jaan Bapa-Ku, jika Aku melakukan mujizat-mujizat yang
tidak dapat disangkal untuk meneguhkan suatu ajaran
kudus, sekalipun kamu tidak mau percaya pada-Ku, se-
kalipun kamu terlalu berhati-hati sampai-sampai kamu
tidak mengindahkan perkataan-Ku, setidaknya percaya-
lah akan pekerjaan-pekerjaan itu: percayalah pada
matamu, pada nalarmu sendiri. Semua pekerjaan itu
sudah cukup jelas membuktikan dirinya sendiri.” Seba-
gaimana apa yang tidak nampak dari Sang Pencipta
dapat tampak dari karya dan pemeliharaan-Nya (Rm.
1:20), demikian pula apa yang tidak tampak dari Sang
Penebus dapat tampak dari mujizat-mujizat yang dila-
kukan-Nya, serta dari segala pekerjaan-Nya yang penuh
dengan kuasa dan belas kasihan. sebab itu, tidak ada
alasan lagi bagi mereka yang tidak bisa diyakinkan oleh
pekerjaan-pekerjaan tersebut.
(2) Untuk apa Ia mendebat mereka, yaitu supaya kamu boleh
mengetahui dan mengerti, boleh benar-benar percaya dan
dipuaskan, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam
Bapa, yang sama dengan apa yang telah Ia katakan sebe-
lumnya (ay. 30): Aku dan Bapa yaitu satu. Bapa sangat
berkenan kepada Anak-Nya sehingga di dalam Anak ber-
diam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Tuhan -an, dan
semua mujizat yang Ia lakukan berasal dari kuasa ilahi.
Sang Anak juga begitu mengasihi Bapa-Nya sehingga Ia
pun mengenal seluruh pikiran Bapa dengan sempurna, me-
lalui hati nurani-Nya sendiri dan bukan melalui komu-
nikasi dengan Bapa-Nya, sebab Ia berada di pangkuan-Nya.
738
Inilah yang harus kita ketahui, yaitu bukan untuk menge-
tahui dan menerangkan (sebab kita tidak akan mampu me-
mahami semuanya dengan sempurna sekalipun kita telah
berusaha mencari tahu), namun mengetahui dan percaya.
Saat kita tidak bisa sampai ke dasar kebenaran yang ter-
lalu dalam itu, kita masih bisa mengakui dan memujanya.
Kristus Menyepi ke Seberang Sungai Yordan
(10:39-42)
39 Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, namun Ia luput dari tangan
mereka. 40 Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes
membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. 41 Dan banyak orang datang kepa-
da-Nya dan berkata: “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun,
namun semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini yaitu
benar.” 42 Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Di sini kita mendapati perkara perdebatan dengan orang-orang Ya-
hudi tadi. Orang pasti menyangka hati mereka kini sudah dapat
diyakinkan dan diluluhkan. Namun sebaliknya, hati mereka malah
menjadi semakin keras.
Di sini diceritakan tentang:
I. Bagaimana mereka menyerang-Nya dengan kekerasan. Sekali lagi
mereka mencoba menangkap Dia (ay. 39).
Oleh sebab itu:
1. sebab Dia telah menjawab segala tuduhan penghujatan me-
reka dan menghapuskan tuduhan tersebut, mereka pun men-
dapat malu sebab usaha mereka untuk melempari-Nya dengan
batu pun gagal. sebab itu mereka lalu sepakat untuk me-
nangkap dan menganiaya Dia sebagai orang yang telah me-
langgar hukum di negeri mereka. sesudah tidak berhasil mela-
kukan niat mereka melalui keributan orang banyak, mereka
pun akhirnya mencoba lagi melalui jalur hukum (Why. 12:13).
Atau,
2. Oleh sebab Ia kukuh dalam kesaksian yang sama mengenai
diri-Nya sendiri, mereka pun ngotot dalam kedengkian mereka
terhadap-Nya. Sekali lagi, Dia menegaskan apa yang telah Ia
katakan sebelumnya, sebab saksi yang benar tidak akan me-
lenceng dari apa yang telah ia ungkapkan sebelumnya. sebab
Injil Yohanes 10:39-42
739
itulah, mereka tetap menunjukkan tanggapan serupa atas per-
nyataan yang sama, serta membenarkan usaha mereka dulu
untuk melempari-Nya dengan berusaha untuk menangkap-
Nya sekarang. Begitulah sifat dan rancangan jiwa penganiaya,
malè facta malè factis tegere ne perpluant – menutupi serentetan
kejahatan dengan kejahatan yang lain, kalau-kalau yang per-
tama gagal.
II. Bagaimana Ia meluputkan diri dari mereka; bukan dengan sebuah
cara biasa yang menunjukkan kelemahan manusia, melainkan
dengan cara luar biasa yang menunjukkan kuasa ilahi yang
besar. Ia luput dari tangan mereka, bukan dengan campur tangan
seorang kawan yang membantu-Nya, namun dengan memakai hik-
mat-Nya sendirilah Ia melepaskan diri dari mereka. Ia menyelu-
bungkan sebuah tabir untuk menutupi diri, atau mungkin menu-
tupi mata mereka dengan kabut, atau mengikat tangan mereka
yang hatinya tidak dapat Ia luluhkan. Perhatikan, tak ada sebuah
senjata pun yang cukup ampuh untuk melawan Tuhan Yesus
(Mzm. 2:4). Ia luput, bukan sebab takut menderita, melainkan
sebab saat-Nya belum tiba. sebab itu, Dia yang sanggup melu-
putkan diri pasti juga sanggup menyelamatkan orang-orang saleh
dari pencobaan, dan membuka jalan bagi mereka untuk meloloskan
diri.
III. Bagaimana Ia pergi menyepi: Kemudian Yesus pergi lagi ke sebe-
rang Yordan (ay. 40). Pemimpin jiwa kita tidak datang hanya un-
tuk tinggal di satu tempat saja, namun berkeliling dari satu tempat
ke tempat lain sambil melakukan kebaikan. Sang Penolong Agung
ini tidak pernah jauh dari jalan-Nya, sebab ke mana pun Ia pergi,
pasti selalu banyak pekerjaan menanti. Meskipun Yerusalem me-
rupakan kota utama, Yesus tetap mau mengunjungi daerah-dae-
rah pinggiran, tidak hanya di Galilea yang yaitu daerah-Nya sen-
diri, namun juga sampai ke daerah-daerah lain, bahkan yang paling
terpencil di seberang sungai Yordan.
Perhatikanlah:
1. Tempat bernaung macam apa yang Ia dapati di sana. Dia pergi
ke bagian yang sepi, lalu Ia pun tinggal di situ. Di sana Ia
menemukan tempat yang tenang untuk beristirahat dan ber-
740
diam, yang tidak dapat Ia dapati di Yerusalem. Perhatikan,
meskipun para penganiaya bisa mengusir Kristus dan Injil-Nya
keluar dari daerah mereka, mereka tetap tidak bisa mengusir-
Nya ataupun Injil-Nya dari dunia ini. Meskipun Yerusalem
tidak tergugah dan tidak akan begitu, Kristus tetap mulia dan
akan tetap dipermuliakan. Kepergian Kristus ke seberang su-
ngai Yordan itu merupakan gambaran terambilnya kerajaan
Tuhan dari bangsa Yahudi untuk dibawa kepada bangsa-bangsa
bukan-Yahudi. Kristus dan Injil-Nya sering kali disambut de-
ngan lebih meriah oleh orang-orang pedalaman yang seder-
hana dibandingkan oleh mereka yang berhikmat, kuat, dan ter-
pandang (1Kor. 1: 26-27).
2. Keberhasilan seperti apa yang Ia raih di sana. Dia tidak pergi
ke sana semata-mata demi keamanan pribadi-Nya saja, namun
juga untuk melakukan kebaikan. Dan Ia pun memilih untuk
pergi ke tempat di mana Yohanes pertama kali membaptis
(1:28), sebab di sana pasti masih tersisa kenangan tentang
pelay