Yohanes-1-16 21

Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 21. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 21. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Yohanes-1-16 21



 n terhadap 

orang-orang bukan-Yahudi yang malang. Ka-

dang kala Ia memang menunjukkan kepriha-

tinan-Nya yang khusus kepada domba-domba 

yang hilang dari umat Israel. Pada mereka ini 

sajalah sesungguhnya pelayanan pribadi-Nya 

dibatasi. Akan namun   kata-Nya, Ada lagi pada-

Ku domba-domba lain. Orang-orang dari an-

tara kaum bukan-Yahudi yang di kemudian 

harinya percaya kepada Kristus dan dibawa 

kepada-Nya dalam ketaatan, dipanggil di sini 

sebagai domba, sedangkan Dia dikatakan 

sebagai pemiliknya, meskipun saat itu mereka 

belum dipanggil, dan banyak di antara mere-

ka yang bahkan belum dilahirkan, sebab me-

reka telah dipilih oleh Tuhan   dan diberikan ke-

pada Kristus sesuai dengan kebijaksanaan-

kebijaksaan kasih ilahi dari kekekalan. Mela-

lui kebaikan anugerah Tuhan   dan juga melalui 

penebusan yang telah Ia lakukan sendiri, 

Kristus memiliki hak atas banyak jiwa yang 

bahkan belum dimiliki-Nya kini. Demikianlah 

Ia memiliki banyak umat-Nya di Korintus, se-

Injil Yohanes 10:1-18 

 705 

kalipun saat itu tempat itu dicemari kejahat-

an (Kis. 18:10). “Domba-domba lain yang ada 

pada-Ku itu,” kata Kristus, “Aku memiliki me-

reka di dalam hati-Ku, di dalam mata-Ku, dan 

aku yakin akan memiliki mereka seolah-olah 

mereka kini telah menjadi kepunyaan-Ku.” 

Nah, Kristus berbicara mengenai domba-dom-

ba-Nya yang lain itu,  

Pertama, untuk menepis cela yang dituju-

kan kepada-Nya, bahwa Ia hanya memiliki 

sedikit pengikut saja, hanya sekawanan kecil, 

dan sebab  itu, meskipun menjadi gembala 

yang baik, Dia gembala yang malang: “namun  ,” 

kata-Nya, “Aku memiliki lebih banyak domba 

dibandingkan  yang kamu lihat.”  

Kedua, untuk menyingkirkan kesombong-

an dan keangkuhan yang sia-sia dari orang-

orang Yahudi yang beranggapan bahwa Me-

sias harus mengumpulkan seluruh domba-

Nya dari antara mereka saja. “Tidak demi-

kian,” kata Kristus, “Aku punya domba-dom-

ba lain yang akan kutempatkan bersama-sa-

ma dengan kawanan-Ku, meskipun kamu 

bahkan tidak sudi membiarkan mereka berde-

katan dengan anjing penjaga kawanan.”  

[b]  Tujuan dan tekad dari kasih karunia-Nya atas 

mereka: “Mereka itu harus Kutuntun juga, Ku-

tuntun kembali kepada Tuhan  , Kubawa ke da-

lam gereja, dan untuk melakukannya, Aku 

harus menarik mereka dari perilaku mereka 

yang sia-sia, membimbing mereka kembali 

dari ketersesatan mereka sebagaimana yang 

terjadi pada domba-domba yang terhilang” 

(Luk. 15:5). Akan namun  , mengapa Ia harus 

menuntun mereka? Perlukah hal itu dilaku-

kan?  

Pertama, perkara mereka mengharuskan 

dilakukannya hal tersebut: “Aku harus me-

nuntun mereka. Kalau tidak, mereka pasti 


 706

akan terus tersesat selamanya, sebab, seperti 

domba, mereka tidak bisa menemukan jalan 

pulang mereka sendiri, dan tak ada orang lain 

lagi yang mampu atau mau membantu mere-

ka.”  

Kedua, keterlibatan-Nya dalam perkara itu 

mengharuskan demikian. Dia harus menun-

tun mereka, sebab jika tidak, berarti Dia tidak 

setia memegang kepercayaan dan tidak benar 

dalam menjalankan tugas yang diberikan ke-

pada-Nya. “Mereka yaitu  milik-Ku sendiri, 

telah dibeli dan dibayar lunas, sehingga Aku 

tidak boleh mengabaikan mereka atau mem-

biarkan mereka binasa.” Dengan segala hor-

mat, Ia harus menuntun mereka yang telah 

dipercayakan kepada-Nya. 

[c]  Ada dua hal menyenangkan yang diakibatkan 

oleh tindakan-Nya itu:  

Pertama, “Mereka akan mendengarkan 

suara-Ku. Bukan hanya suara-Ku saja yang 

akan terdengar di antara mereka (mereka 

tidak mendengar, sehingga mereka tidak bisa 

percaya, jadi sekarang suara Injil akan berbu-

nyi sampai ke ujung bumi), namun   juga akan 

didengar oleh mereka. Aku akan berbicara 

dan membuat mereka mendengar.” Iman tim-

bul dari pendengaran, dan ketaatan kita ter-

hadap suara Kristus merupakan sarana dan 

juga bukti bahwa kita telah dituntun kepada-

Nya dan juga kepada Tuhan   melalui Dia.  

Kedua, mereka akan menjadi satu kawan-

an dengan satu gembala. sebab  hanya ada 

satu gembala, maka hanya satu kawanan 

gembala pula yang ada. Saat orang Yahudi 

maupun bukan-Yahudi berpaling kepada 

Kristus dalam iman, mereka akan menjadi 

satu gereja yang bersatu dan berbagi hak-hak 

istimewa yang setara di dalamnya dengan 

Injil Yohanes 10:1-18 

 707 

tanpa dibeda-bedakan lagi. sesudah  disatukan 

kepada Kristus, maka mereka pun akan me-

nyatu di dalam Dia. Dua tongkat akan men-

jadi satu di tangan Tuhan  . Perhatikan, satu 

gembala membuat satu kawanan. Satu Kris-

tus membuat satu Gereja. Sebagaimana Gere-

ja yaitu  satu tubuh, tunduk pada satu pim-

pinan, digerakkan oleh satu Roh, dan dibim-

bing oleh satu ketetapan, begitu pula anggota-

anggotanya harus menjadi satu dalam kasih 

sayang (Ef. 4:3-6). 

b. Dengan menyerahkan diri-Nya sebagai korban per-

sembahan, Kristus memberi bukti lain lagi bahwa 

Dia yaitu   gembala yang baik, dan melalui hal ini 

Ia menunjukkan kasih-Nya lebih dalam lagi (ay. 15, 

17-18). 

(a) Ia menyatakan kerelaan-Nya untuk mati bagi ka-

wanan yang digembalakan-Nya (ay 15): Aku 

memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. 

Dia tidak hanya mempertaruhkan nyawa-Nya 

bagi mereka (dalam kasus seperti ini, harapan 

untuk mempertahankan nyawa sama artinya 

dengan takut kehilangan nyawa), namun   Ia benar-

benar menyerahkan-Nya, dan rela mati demi pe-

nebusan kita; tithēmi – Aku menyerahkan nyawa-

Ku sebagai jaminan, sebagai uang tebusan yang 

harus dibayar. Domba yang ditetapkan untuk 

digiring ke pembantaian dan siap untuk dikor-

bankan ditebus dengan darah Sang Gembala. Dia 

menyerahkan nyawa-Nya hyper tōn probatōn, bu-

kan hanya demi keuntungan domba-domba, me-

lainkan juga menggantikan tempat mereka. Ribu-

an domba telah dipersembahkan sebagai korban 

penebusan dosa bagi dosa-dosa gembala mereka, 

namun   di sini, yang terjadi malah kebalikannya: 

gembalalah yang dikorbankan demi domba-dom-

ba. Saat Daud, gembala umat Israel, jatuh ke da-

lam dosa, dan malaikat yang mendatangkan ke-


 708

musnahan mengacungkan pedangnya untuk 

membinasakan kawanan gembalaannya supaya 

dia sendiri selamat, Daud pun menyerukan pem-

belaan yang masuk akal, namun   domba-domba ini, 

apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya 

tangan-Mu menimpa aku (2Sam. 24:17). Namun 

Anak Daud sendiri tidak berdosa dan tidak 

bercela. namun  , domba-domba-Nya, kejahatan 

apakah yang tidak pernah mereka lakukan? Mes-

ki begitu, Ia tetap berkata, Biarlah kiranya ta-

ngan-Mu menimpa Aku. Di sini, Kristus seperti 

merujuk pada nubuatan ini (Za. 13:7), Hai 

pedang, bangkitlah terhadap gembala-Ku. Dan 

kini, walaupun domba-domba tercerai-berai saat 

Sang Gembala dipukul, hal itu terjadi dengan 

maksud untuk mengumpulkan mereka kembali.   

(b) Dia menghapus cela kayu salib yang menjadi 

batu sandungan bagi banyak orang, melalui em-

pat pertimbangan di bawah ini:  

[a] Bahwa penyerahan nyawa-Nya bagi domba-

domba-Nya merupakan syarat bagi Dia untuk 

mendapatkan hormat dan kuasa kemuliaan-

Nya (ay. 17): “Bapa mengasihi Aku, oleh kare-

na Aku memberikan nyawa-Ku. Dengan syarat 

inilah Aku, sebagai Perantara, layak mengha-

rapkan perkenanan dan pujian serta kemulia-

an dari Bapa-Ku, seperti yang telah diran-

cangkan untuk-Ku – sebab aku telah dijadi-

kan korban bagi sisa-sisa terpilih.” Bukan 

sebab  Dia yaitu  Anak Tuhan   lalu Dia dika-

sihi Tuhan   sejak kekekalan, melainkan sebab  

sebagai Tuhan  -manusia, sebagai Imanuel, Dia 

dikasihi Bapa, sebab Ia rela mati bagi domba-

domba-Nya. sebab  itulah Tuhan   bersuka di 

dalam Dia sebagai orang yang telah dipilih-

Nya, sebab Dia telah berlaku sebagai hamba-

Nya yang setia (Yes. 42:1). Itulah sebabnya 

Tuhan   pun berkata, “Inilah Anak-Ku yang Ku-

kasihi.” Betapa hebatnya contoh yang diperli-

Injil Yohanes 10:1-18 

 709 

hatkan Tuhan   mengenai kasih-Nya kepada ma-

nusia, sehingga Dia semakin mengasihi Anak-

Nya oleh sebab  Anak-Nya itu telah mengasihi 

kita! Lihatlah betapa besar penghargaan Kris-

tus terhadap kasih Bapa-Nya, sampai-sampai 

Ia rela menyerahkan nyawa-Nya sendiri bagi 

domba-domba-Nya demi kasih Bapa itu. Bu-

kankah bagi Dia balasan kasih Bapa atas se-

mua pelayanan dan penderitaan-Nya itu su-

dah cukup? Lalu, beranikah kita berpikir 

bahwa kasih-Nya itu terlalu kecil bagi kita 

sampai-sampai kita pun mencari kasih dunia 

sebagai pelarian dari itu semua? sebab  itu-

lah Bapa mengasihi Aku, yaitu diri-Ku sendiri 

dan semua orang yang telah menjadi satu tu-

buh dengan-Ku melalui iman, yaitu Aku dan 

tubuh mistis (rohani), sebab Aku telah mem-

berikan nyawa-Ku.  

[b] Bahwa Ia menyerahkan nyawa-Nya untuk 

mendapatkannya kembali: Aku memberikan 

nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 

Pertama, inilah balasan dari kasih Bapa, 

dan langkah pertama menuju kemuliaan-Nya, 

sebagai buah dari kasih itu. Oleh sebab  Dia 

yaitu  Orang Kudus Tuhan  , Dia tidak dibiar-

kan melihat kebinasaan (Mzm. 16:10). Tuhan   

terlalu mengasihi Dia sehingga tidak akan 

meninggalkan-Nya begitu saja di alam maut.  

Kedua, inilah yang selalu dicamkan-Nya, 

bahwa dengan menyerahkan nyawa-Nya, Dia 

akan mendapat kesempatan untuk menyata-

kan diri-Nya sebagai Anak Tuhan   yang berkua-

sa melalui kebangkitan-Nya (Rm. 1:4). Sesuai 

dengan strategi ilahi (seperti halnya yang ter-

jadi di kota Ai, Yos. 8:15), Ia pun menyerah-

kan diri ke dalam maut, seolah-olah Ia telah 

terpukul mundur, supaya dengan begitu Ia 

dapat mengalahkan maut dan menaklukkan 

alam kubur dengan cara yang lebih gemilang. 


 710

Dia menyerahkan tubuh jasmani-Nya yang 

lemah supaya mendapatkan tubuh baru yang 

dimuliakan, yang layak masuk dalam dunia 

roh; Ia menyerahkan nyawa yang cocok untuk 

hidup di dunia ini, namun   kemudian menda-

patkan yang baru yang lebih sesuai bagi du-

nia yang lain, seperti sebutir biji gandum 

(12:24).  

[c] Bahwa Dia benar-benar menyerahkan diri un-

tuk menderita dan mati secara sukarela (ay. 

18): “Tidak ada yang bisa atau mampu meng-

ambil nyawa-Ku secara paksa, namun   Aku 

memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri, 

Aku menyerahkannya melalui tindakan dan 

kemauan-Ku sendiri, sebab Aku berkuasa 

memberikannya dan berkuasa mengambilnya 

sendiri (dan tak seorang pun memiliki kuasa 

seperti itu).”   

Pertama, lihatlah kuasa Kristus di sini, 

sebagai Tuhan yang berkuasa atas kehi-

dupan, terutama hidup-Nya sendiri yang ada 

di dalam diri-Nya.  

1.  Dia berkuasa mempertahankan nyawa-

Nya dari ancaman apa pun di dunia ini, 

sehingga tak satu pun bisa merenggut 

nyawa-Nya tanpa seizin-Nya. Meski keli-

hatannya nyawa-Nya itu diambil dengan 

paksa, namun   sebenarnya hal itu terjadi 

secara sukarela. Sebab jika tidak begitu, 

tidak mungkin hal tersebut berhasil dila-

kukan. Tuhan Yesus tidak jatuh ke tangan 

musuh sebab  Dia tidak berkuasa melo-

loskan diri dari mereka, namun   Dia menye-

rahkan diri-Nya sendiri ke dalam tangan 

mereka sebab  saat-Nya telah tiba. Tidak 

seorang pun mengambilnya dari pada-Ku. 

Hal tersebut merupakan tindakan yang 

Injil Yohanes 10:1-18 

 711 

amat berani yang tak pernah dilakukan 

seorang pahlawan yang terbaik sekali pun.  

2. Dia berkuasa untuk memberikan nyawa-

Nya. (1) Dia mampu melakukannya. Jika 

Ia mau, dengan mudahnya Ia mampu me-

lepaskan ikatan antara tubuh dan jiwa, 

serta memisahkan keduanya tanpa perlu 

mengalami tindakan kekerasan terlebih 

dahulu, sebab sebagaimana Dia telah 

mengambil rupa manusia dengan sukarela, 

Dia juga dapat menyerahkannya kembali 

dengan sukarela, seperti yang terjadi pada 

saat Ia berseru dengan suara nyaring dan 

menyerahkan nyawa-Nya. (2) Dia berwe-

nang melakukannya, exousian. Meskipun 

kita bisa saja memakai cara-cara kekeras-

an untuk mengakhiri hidup kita sendiri, 

namun   Id possumus quod jure possumus – 

kita hanya bisa dan boleh melakukan hal 

yang tidak bertentangan dengan hukum. 

Kita tidak bisa seenaknya mengakhiri 

hidup kita, namun   Kristus memiliki kuasa 

untuk menghentikan hidup-Nya sesuai 

keinginan-Nya. Tidak seperti kita, Dia 

tidak berhutang apa pun, baik terhadap 

kehidupan maupun terhadap kematian, 

namun   benar-benar sui juris (berhak secara 

hukum atas semuanya itu – pen.).   

3. Dia berkuasa untuk mengambilnya kem-

bali, sedangkan kita tidak begitu. Begitu 

diserahkan, nyawa kita bagaikan air yang 

telah tumpah ke tanah. namun   Kristus, se-

telah Ia menyerahkan nyawa-Nya, masih 

tetap berkuasa atasnya, dan bisa menda-

patkannya kembali. sebab  Ia terpisah de-

ngan nyawa-Nya secara sukarela, Ia pun 

berhak membatasi keterpisahan itu sesu-

ka hati-Nya, dan Ia pun melakukannya de-

ngan kuasa untuk mengembalikannya 


 712

lagi, yang perlu dilakukan untuk mencapai 

tujuan dari penyerahan itu.  

Kedua, lihatlah di sini anugerah Kristus. 

Oleh sebab  tidak ada satu pun yang bisa 

menuntut nyawa-Nya secara hukum atau me-

renggutnya dengan paksa, Ia pun memberi-

kannya dengan sukarela demi penebusan 

kita. Dia menawarkan diri-Nya sendiri untuk 

menjadi Sang Juruselamat: Lihatlah, Aku da-

tang. Lalu, sebab  perkara kita memerlukan-

Nya, Ia pun mempersembahkan diri-Nya sen-

diri sebagai korban: Inilah diri-Ku, biarlah me-

reka semua dilepaskan; Dan sebab  kehen-

dak-Nya inilah kita telah dikuduskan (Ibr. 

10:10). Dia sendiri orang yang mempersem-

bahkan korban sekaligus korban itu sendiri, 

sehingga tindakan-Nya dalam memberikan 

nyawa-Nya sendiri itu berarti bahwa Dia 

mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai 

korban tebusan.  

[d] Bahwa Dia melakukan semuanya ini berda-

sarkan perintah dan penetapan langsung dari 

Bapa-Nya. Inilah yang menjadi tujuan akhir 

dari segala usaha-Nya: Perintah ini telah Aku 

terima dari Bapa-Ku, bukan sebagai perintah 

sepihak dari Bapa-Nya yang dibuat sebelum 

Dia menjalankan pekerjaan-Nya itu dengan 

sukarela. Sebaliknya, perintah ini sudah me-

rupakan hukum bagi tugas kepengantaraan-

Nya, yang ditulis-Nya dengan tangan terbuka 

di dalam hati-Nya. sebab  itulah Ia sangat 

bersukaria dalam melakukan segenap kehen-

dak Tuhan   itu sesuai dengan hukum kepeng-

antaraan itu (Mzm. 40:9). 

 

Injil Yohanes 10:19-21 

 713 

Pendapat-pendapat Orang mengenai Kristus 

(10:19-21) 

19 Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi sebab  

perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: 20 “Ia kerasukan setan dan 

gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?” 21 Yang lain berkata: “Itu bukan 

perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata 

orang-orang buta?” 

Di sini diceritakan tentang beragam pendapat dan tanggapan orang 

banyak mengenai Kristus, sehubungan dengan perkataan-perkataan-

Nya di atas. Lalu, timbullah pertentangan atau perpecahan di antara 

mereka. Mereka memiliki pendapat yang berbeda-beda yang mem-

buat mereka berselisih dengan sengit. Kekisruhan seperti itu pernah 

terjadi sebelumnya (7:43; 9:16), dan kini pun terulang lagi. Pertikaian 

memang lebih mudah ditimbulkan dibandingkan  ditengahi atau diselesai-

kan. Pertentangan ini disebabkan oleh perkataan-perkataan Kristus, 

yang seharusnya bisa mempersatukan mereka semua di dalam Dia 

yang menjadi penengah bagi mereka. namun  , hal itu malah menye-

babkan mereka bertengkar, seperti yang sudah dinubuatkan Kristus 

sebelumnya (Luk. 12:51). Namun, lebih baik jika manusia terbagi-

bagi dalam pendapat mereka mengenai pengajaran Kristus, dibandingkan  

bila mereka bersatu di dalam perbuatan dosa (Luk. 11:21). Lihatlah 

apa yang menjadi inti perdebatan mereka.   

I.  Dalam kesempatan ini, beberapa orang menjelek-jelekkan Kristus 

dan pengajaran-Nya, mungkin secara terang-terangan di hadapan 

orang banyak (sebab  musuh-musuh Kristus memang lancang), 

ataupun secara diam-diam hanya di antara mereka saja. Kata 

mereka, Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengar-

kan Dia?  

1.  Mereka menuduh-Nya kerasukan setan. Sifat-sifat paling bu-

ruk memang biasanya dituduhkan kepada orang-orang ter-

baik. Dia itu tidak waras, mengigau, dan menceracau tak 

karuan, tak ada lagi yang perlu didengar dari ocehan seorang 

yang kacau seperti itu. namun   memang, jika ada seorang yang 

berkhotbah sungguh-sungguh mengenai sebuah dunia yang 

lain, ia pasti akan dikatakan terlalu berlebihan, dan segala 

perbuatannya akan dianggap terlalu mengawang-awang, tidak 

berakal sehat, dan angan-angannya gila.  


 714

2. Mereka mencemooh orang-orang yang mendengarkan-Nya: 

“Mengapa kamu mendengarkan Dia? Mengapa kamu membe-

sarkan hati-Nya dengan memperhatikan apa yang Ia katakan?” 

Perhatikan, Iblis merusak banyak orang dengan membuat me-

reka bersikap sok tahu tentang firman Tuhan   dan ibadah, dan 

menunjukkan pada mereka bahwa semuanya itu hanyalah 

hal-hal yang tidak ada artinya dan bodoh yang tidak berharga 

untuk diperhatikan. Dengan demikian, manusia tidak akan di-

tertawakan sebab  ketiadaan makanan yang diperlukan, namun   

justru sebab  rela untuk menderita sebab  ketiadaan hal yang 

jauh lebih penting. Orang yang mendengarkan Kristus dan me-

nerapkan iman mereka kepada apa yang telah mereka dengar, 

pasti akan segera dapat menjelaskan mengapa mereka mende-

ngarkan Dia.  

II. Sebagian orang lain bangkit membela Yesus dan perkataan-perka-

taan-Nya. Walaupun arus yang menentang Dia sangat deras, 

mereka berani berenang melawannya. Mereka mungkin belum 

percaya bahwa Dia yaitu  Mesias, namun   mereka tidak tahan 

mendengar orang lain mengolok-olok-Nya. Jika mereka telah 

kehabisan kata-kata untuk membela-Nya, inilah yang akan terus 

mereka pegang teguh, yaitu bahwa Ia tidak gila dan tidak kera-

sukan setan. Dia berakal sehat dan memiliki kasih karunia. 

Tuduhan yang tidak-tidak dan sama sekali tidak beralasan yang 

kadang kala ditimpakan terhadap Kristus dan Injil-Nya itu telah 

mampu mengusik orang-orang yang kemudian membela-Nya, 

padahal sebelumnya mereka tidak terlalu peduli terhadap Dia dan 

Injil-Nya. Ada dua hal yang mereka nyatakan untuk membela Dia:  

1. Keunggulan ajaran-Nya: “Itu bukan perkataan orang yang kera-

sukan setan. Perkataan-Nya bukanlah omong kosong. Orang 

yang tidak waras tidak mungkin bisa berkata-kata sehebat itu. 

Kata-kata ini bukan ocehan orang yang kerasukan setan atau 

yang bersekutu dengan Iblis.” Seandainya Kekristenan itu bu-

kanlah sebuah agama yang benar, pastilah hal itu merupakan 

tipuan terbesar yang pernah terjadi di bumi ini, dan jika demi-

kian adanya, pastilah hal itu datang dari Iblis yang merupakan 

bapa dari segala kebohongan. namun   jelas-jelas nyata bahwa 

pengajaran Kristus bukan pengajaran Iblis, sebab  justru di-

arahkan untuk melawan kerajaan Iblis, dan Setan terlalu licik

Injil Yohanes 10:22-38 

 715 

untuk bisa dibuat menjadi terpecah belah di antara mereka 

sendiri.  Kata-kata Kristus mengandung begitu banyak keku-

dusan sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa kata-kata itu 

bukan perkataan orang yang kerasukan setan, melainkan per-

kataan dari orang yang diutus Tuhan  . Bukan juga berasal dari 

neraka, sehingga pastilah berasal dari sorga.  

2.  Kuasa dari mujizat-mujizat-Nya: Dapatkah setan, atau orang 

yang kerasukan setan, memelekkan mata orang-orang buta? 

Tak satu pun orang gila atau orang jahat dapat melakukan 

mujizat. Setan tidaklah berkuasa atas semesta alam sehingga 

mereka tidak akan mampu melakukan mujizat-mujizat seperti 

itu. Mereka juga bukan sahabat manusia yang akan bersedia 

melakukan mujizat seperti itu seandainya mereka mampu. 

Setan lebih memilih menutup mata manusia dibandingkan  mem-

bukanya. Oleh sebab  itulah, Yesus bukan orang yang kera-

sukan setan.  

Perdebatan Kristus dengan Orang-orang Yahudi 

(10:22-38) 

22 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Tuhan   di Yeru-

salem; saat  itu musim dingin.  23 Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Tuhan  , di 

serambi Salomo. 24 Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata 

kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam ke-

bimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” 

25 Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, namun   

kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama 

Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku,  26 namun   kamu 

tidak percaya, sebab  kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. 27 Domba-

domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka 

mengikut Aku, 28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan 

mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun 

tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. 29 Bapa-Ku, yang memberikan 

mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak 

dapat merebut mereka dari tangan Bapa. 30 Aku dan Bapa yaitu  satu.” 31 

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. 32 

Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-

Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang 

memicu  kamu mau melempari Aku?” 33 Jawab orang-orang Yahudi itu: 

“Bukan sebab  suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, 

melainkan sebab  Engkau menghujat Tuhan   dan sebab  Engkau, sekalipun 

hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Tuhan  .” 34 Kata 

Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku 

telah berfirman: Kamu yaitu  Tuhan  ? 35 Jikalau mereka, kepada siapa firman 

itu disampaikan, disebut Tuhan   – sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan – , 

36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang 


 716

telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Tuhan  ! sebab  Aku telah 

berkata: Aku Anak Tuhan  ? 37 Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerja-

an Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, 38 namun   jikalau Aku melakukan-

nya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-

pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di 

dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” 

Di sini diceritakan mengenai perselisihan lain yang terjadi antara 

Kristus dan orang-orang Yahudi di Bait Tuhan  . Sulit menentukan ma-

nakah yang lebih aneh, perkataan mulia yang keluar dari mulut-Nya 

ataukah perkataan dengki yang terlontar dari mulut mereka. 

I.  Di sini diceritakan mengenai waktu terjadinya perdebatan terse-

but: Kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Tuhan   di Yeru-

salem, dan saat  itu musim dingin. Hari raya itu diperingati setiap 

tahun untuk mengenang pentahbisan mezbah baru dan penyuci-

an Bait Tuhan   oleh Yudas Makabe, sesudah  Bait Tuhan   dan mezbah 

itu dicemarkan. Lebih jauh mengenai kisah itu bisa kita dapati 

dalam sejarah keluarga Makabe (lib. 1, cap. 4), namun   mengenai 

hal itu telah dinubuatkan sebelumnya (Dan. 8:13-14). Untuk 

mengetahui lebih lagi tentang hari raya itu, bacalah 2 Makabe 

1:18. Kembalinya kebebasan mereka itu laksana hidup yang di-

anugerahkan kembali sesudah  kematian, dan untuk mengenang-

nya, mereka melaksanakan hari raya tahunan pada hari kedua-

puluhlima di bulan Kislew, yaitu sekitar awal Desember dan tujuh 

hari sesudah nya. Perayaan tersebut tidak dibatasi di Yerusalem 

saja seperti halnya hari-hari raya suci lainnya, namun   setiap orang 

bisa melaksanakannya di daerah mereka masing-masing, dan me-

reka tidak menganggap hari itu sebagai hari kudus (sebab hanya 

ketetapan ilahi saja yang dapat menguduskan sebuah hari), me-

lainkan hari gembira, sebagaimana hari-hari perayaan Purim (Est. 

9:19). Kristus kini ada di Yerusalem, bukan untuk menghormati 

hari raya itu, yang tidak mengharuskan-Nya ada di sana, namun   

supaya Ia dapat memanfaatkan delapan hari libur itu untuk tu-

juan-tujuan baik. 

II.  Tempat kejadian itu (ay. 23): Yesus berjalan-jalan di Bait Tuhan  , di 

serambi Salomo. Begitulah tempat itu disebut (Kis. 3:11), bukan 

sebab  Salomo yang membangunnya, namun   sebab  tempat itu di-

dirikan di lokasi yang sama dengan serambi pertama yang mema-

kai nama Salomo, sehingga nama itu tetap dipertahankan oleh 

Injil Yohanes 10:22-38 

 717 

sebab  kemasyhurannya. Di sanalah Kristus berjalan-jalan untuk 

memperhatikan perilaku Mahkamah Agama yang bertempat di 

sana (Mzm. 82:1). Dia berjalan-jalan, siap untuk bercakap-cakap 

dengan siapa pun yang ingin berbincang dengan-Nya dan mena-

warkan bantuan-bantuan-Nya. Sepertinya Ia berjalan-jalan sen-

dirian saja untuk beberapa saat lamanya, seolah-olah Ia telah di-

tinggalkan orang-orang. Dia berjalan sambil merenungkan keja-

tuhan Bait Tuhan   yang telah dinubuatkan itu. Orang yang ingin 

mengatakan sesuatu kepada Kristus akan mendapati-Nya dalam 

Bait Tuhan   dan dapat berjalan-jalan bersama-Nya di sana.   

III. Perdebatan itu sendiri. Perhatikanlah di dalamnya:   

1.  Pertanyaan yang sangat penting yang diajukan kepada-Nya 

oleh orang-orang Yahudi itu (ay. 24). Mereka mengelilingi Dia 

untuk mencobai-Nya. Ia sedang menantikan kesempatan un-

tuk berbuat baik kepada mereka, namun   mereka malah meng-

ambil kesempatan itu untuk berbuat jahat kepada-Nya. Air 

susu dibalas air tuba memang bukan hal yang mengherankan 

dan sering terjadi. Dia tidak pernah dapat menikmati saat-saat 

berada di Bait Suci, di rumah Bapa-Nya sendiri, tanpa gang-

guan. Mereka mengelilingi Dia, seolah-olah hendak menge-

pung-Nya: merubungi-Nya seperti lebah. Mereka mengelilingi 

Dia seakan-akan mereka itu telah sepakat ingin dipuaskan. 

Mereka datang sebagai satu kesatuan, berpura-pura menanya-

kan kebenaran dengan tulus dan gigih, padahal maksud mere-

ka yang sebenarnya yaitu  untuk menyerang Tuhan Yesus 

kita. Mereka kelihatannya mewakili suara seluruh bangsa, se-

akan-akan mereka itu yaitu  juru bicara dari seluruh orang 

Yahudi: Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup da-

lam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus 

terang kepada kami.    

(1) Mereka bertengkar dengan-Nya, seakan-akan Dia telah ber-

salah sebab  membuat mereka terombang-ambing dalam 

kebimbangan. Tēn psychēn hēmōn aireis – “Berapa lama 

lagi Engkau mencuri hati kami?” Atau, merampas jiwa 

kami? Begitulah yang diartikan sebagian orang, yang me-

nunjukkan tuduhan mereka bahwa Ia mendapatkan kasih 

dan rasa hormat dari orang-orang dengan cara yang cu-


 718

rang, seperti Absalom mengambil hati orang-orang Israel, 

atau seperti para penyesat menipu orang-orang yang tulus 

hatinya supaya dapat menarik murid-murid untuk mengikut 

mereka (Rm. 16:18; Kis. 20:30). Akan namun  , kebanyakan 

penafsir memahaminya seperti kita: “Berapa lama lagi Eng-

kau membuat kami terombang-ambing? Berapa lama lagi 

kami harus terus bertanya-tanya apakah Engkau betul-

betul Kristus atau bukan, tanpa bisa mengetahui jawaban 

yang pasti dari pertanyaan itu?”  

Nah:  

[1] Hal itu diakibatkan sebab  ketidakpercayaan dan pra-

sangka mereka yang begitu berakar, sampai-sampai me-

reka tetap ragu-ragu bahkan sesudah  Tuhan Yesus kita 

telah betul-betul membuktikan bahwa Ia yaitu  benar 

Kristus. Mereka justru meragukan hal yang sebetulnya 

dapat memuaskan rasa ingin tahu mereka dengan be-

gitu mudahnya. Pergumulan terberat terjadi antara ke-

yakinan mereka yang mengatakan bahwa Ia yaitu  

benar Kristus, melawan kedegilan mereka yang menga-

takan sebaliknya, sebab Dia tidak seperti Kristus yang 

selama ini mereka harap-harapkan. Orang-orang yang 

memilih untuk bersikap skeptis, kalau mereka mau, 

bisa saja menyeimbangkan bobot sebuah bukti terkuat 

dengan keberatan terbesar terhadap bukti itu, sehingga 

keduanya akan menjadi sama berat.    

[2]  Hal itu merupakan sebuah contoh dari kekurangajaran 

dan kelancangan mereka, yang justru menyalahkan 

Kristus atas keragu-raguan yang melanda mereka, se-

akan-akan Dialah yang membuat mereka meragukan-

Nya sebab  ketidakkonsistenan-Nya tentang diri-Nya 

sendiri. Padahal sebenarnya, prasangka merekalah yang 

membuat mereka terus-menerus bimbang seperti itu. 

Jika nasihat yang berhikmat terdengar meragukan, 

maka kekeliruannya tidaklah terletak pada objek dari 

hal tersebut, melainkan pada telinga yang mendengar-

nya, sebab segala sesuatu menjadi jelas bagi orang yang 

memahaminya. Kristus ingin membuat kita percaya, 

namun   kita sendiri membuat diri kita ragu-ragu.  

Injil Yohanes 10:22-38 

 719 

(2)  Mereka menantang-Nya untuk memberi jawaban langsung 

dan pasti, apakah Ia Mesias atau bukan: “Jikalau Engkau 

Mesias seperti yang dipikirkan banyak orang, katakanlah 

terus terang kepada kami. Jangan memakai perumpamaan, 

seperti Aku yaitu  terang dunia, atau Gembala yang baik, 

dan seterusnya, namun   totidem verbis – dengan panjang 

lebar, apakah Engkau yaitu  Kristus atau bukan, seperti 

yang dilakukan Yohanes Pembaptis.” (1:20). Pertanyaan 

mereka yang menekan itu memang terdengar baik. Mereka 

berpura-pura haus dan ingin mengetahui kebenaran, se-

akan-akan mereka sudah siap untuk mempercayainya. 

namun   sebetulnya, pertanyaan itu amat jahat dan diajukan 

dengan niat buruk. Sebab, jika Ia mengakui terang-terang-

an bahwa Ia yaitu  Kristus, maka mereka tidak perlu lagi 

bersusah-payah membuat-Nya kelihatan sebagai ancaman 

bagi pemerintahan Romawi yang kejam itu. Setiap orang 

tahu bahwa Mesias akan menjadi raja, dan sebab  itulah, 

siapa pun yang mengaku-ngaku diri Mesias akan dianiaya 

sebagai pengkhianat, dan inilah yang diinginkan mereka 

bagi-Nya. Jika Ia mengaku terang-terangan sebagai Kristus, 

mereka pasti akan berkata, Engkau bersaksi tentang diri-

Mu, seperti yang pernah mereka ucapkan sebelumnya 

(8:13). 

2.  Jawaban Kristus terhadap pertanyaan ini, di mana Ia:  

(1) Membenarkan diri-Nya, bahwa Ia sama sekali tidak bersa-

lah terhadap kedegilan hati mereka. Ia mengingatkan mere-

ka:  

[1] Tentang apa yang telah Ia katakan: Aku telah mengata-

kannya kepada kamu. Dia sudah memberi tahu mereka 

bahwa Ia yaitu  Anak Tuhan  , Anak Manusia, dan bahwa 

Ia memiliki hidup di dalam diri-Nya, dan Ia berwenang 

untuk melaksanakan penghakiman, dan seterusnya. Bu-

kankah itu berarti Dia yaitu  Kristus? Dia telah menga-

takan hal-hal itu, namun   mereka tidak percaya. Lalu 

kenapa mereka harus diberi tahu lagi hanya untuk se-

kadar memuaskan keingintahuan mereka? Kamu tidak 

percaya. Mereka berpura-pura hanya merasa ragu, te-

tapi Kristus membeberkan kepada mereka bahwa yang 


 720

benar yaitu  mereka tidak percaya. Keragu-raguan ter-

hadap agama sama sekali tidak lebih baik dibandingkan  

ketidakpercayaan mutlak. Kita tidak berhak mengajari 

Tuhan   tentang bagaimana Ia harus mengajari kita, atau 

memberi petunjuk kepada-Nya bagaimana Ia harus me-

maparkan pikiran-Nya dengan sejelas-jelasnya. Sebalik-

nya, kita harus mensyukuri pewahyuan ilahi yang dibu-

kakan kepada kita. Jika tentang hal ini saja kita tidak 

percaya, maka kita juga tidak akan meyakini hal yang 

sama, bahkan jika hal itu dipaparkan sesuai dengan ke-

inginan kita. 

[2] Dia mengingatkan mereka akan pekerjaan-pekerjaan-

Nya dan teladan hidup-Nya, yang tidak hanya suci mur-

ni, namun   juga benar-benar menjadi berkat dan sejalan 

dengan ajaran-Nya, dan terutama mujizat-mujizat yang 

telah Ia kerjakan untuk meneguhkan ajaran-Nya itu. 

Jelas sekali, tidak mungkin manusia biasa sanggup 

melakukan mujizat-mujizat seperti itu, kecuali dengan 

penyertaan dari Tuhan  , dan Tuhan   tidak akan menyertai-

Nya jika Ia hanyalah seorang penipu. 

(2)  Dia mencela mereka sebab  ketidakpercayaan mereka yang 

degil itu, padahal telah banyak alasan jelas dan bukti kuat 

yang dipakai untuk meyakinkan mereka: “Kamu tidak per-

caya. Dan lagi, kamu tidak percaya. Kamu masih tetap 

sama, selalu degil dalam ketidakpercayaanmu.” namun   alas-

an yang Ia kemukakan di sini sangat mengejutkan: “Kamu 

tidak percaya, sebab  kamu tidak termasuk domba-domba-

Ku: Kamu tidak percaya padaku, sebab  kamu bukanlah 

milik-Ku.”  

[1] “Kamu tidak bersedia mengikuti-Ku, tidak punya pera-

ngai yang patuh dan dapat diajari, tidak punya keingin-

an untuk menerima ajaran dan hukum Mesias. Kamu 

tidak akan menjadi satu dengan kawanan gembalaan-

Ku, tidak akan datang dan melihat, tidak akan datang 

dan mendengar suara-Ku.” Permusuhan yang sudah 

mendarah daging terhadap Injil Kristus merupakan be-

lenggu yang mempersatukan pelanggaran dan ketidak-

percayaan. 

Injil Yohanes 10:22-38 

 721 

[2]  “Kamu tidak dimaksudkan untuk menjadi pengikut-Ku. 

Kamu tidak termasuk dari antara mereka yang diberi-

kan kepada-Ku oleh Bapa-Ku untuk dibawa serta ke da-

lam kasih karunia dan kemuliaan. Kamu tidak terma-

suk orang-orang pilihan. Ketidakpercayaanmu itu akan 

menjadi buktinya, jika kamu terus saja berkeras hati 

tidak mau melepaskannya.” Perhatikan, mereka yang 

tidak pernah Tuhan   berikan karunia iman tidaklah diran-

cangkan untuk sorga dan kebahagiaan. Apa yang 

Salomo katakan mengenai kebejatan moral sama benar-

nya dengan ketidakpercayaan, yaitu seperti lobang yang 

dalam; orang yang dimurkai TUHAN akan terperosok ke 

dalamnya (Ams. 22:14). Non esse electum, non est causa 

incredulitatis propriè dicta, sed causa per accidens. Fides 

autem est donum Dei et effectus prædestinationis – tidak 

termasuknya seseorang dalam kaum terpilih bukanlah 

penyebab utama dari ketidakpercayaan, melainkan ha-

nya penyebab kecil saja. namun  , iman merupakan anuge-

rah dari Tuhan   dan akibat dari penentuan Tuhan  . Begitu-

lah di sini Jansenius, seorang theolog, membedakannya 

dengan tepat. 

(3) Yesus memakai kesempatan itu untuk menggambarkan 

anugerah dan kebahagiaan yang dimiliki orang-orang yang 

termasuk domba-domba-Nya. Demikianlah mereka ini, se-

dangkan orang-orang Yahudi itu tidak.  

[1] Untuk meyakinkan mereka bahwa mereka itu tidak ter-

masuk domba-domba-Nya, Ia pun memberi tahu mere-

ka sifat-sifat yang dimiliki domba-domba milik-Nya.  

Pertama, Mereka mendengar suara-Nya (ay. 27), ka-

rena mereka mengenal suara-Nya (ay. 4), dan Ia telah 

membuat mereka mendengar suara-Nya (ay. 16). Mere-

ka mengenal suara-Nya, Dengarlah, itu suara Kekasih-

ku! (Kid. 2:8). Mereka bergirang mendengar suara-Nya, 

dan senang duduk di kaki-Nya untuk mendengarkan 

firman-Nya. Mereka juga menerapkannya dan menjadi-

kan firman-Nya itu sebagai pedoman hidup mereka. 

Kristus tidak akan memperhitungkan domba-domba 


 722

yang tidak mendengarkan panggilan-Nya dan yang tidak 

tertarik kepada-Nya (Mzm. 58:5).  

Kedua, Mereka mengikut Dia. Mereka berserah pada 

bimbingan-Nya dengan menaati segala perintah-Nya 

serta mengikuti teladan-Nya dan bimbingan Roh-Nya 

dengan penuh sukacita. Kata perintah-Nya itu selalu 

berbunyi, Ikutlah Aku. Kita harus mengikuti-Nya seba-

gai pimpinan dan komandan kita dan mengikuti jejak 

kaki-Nya, dan berjalan seturut Dia: mengikuti arahan 

firman-Nya, petunjuk dari pemeliharaan-Nya, dan arah-

an Roh-Nya. Ikutilah Anak Domba (dux gregis – pemim-

pin kawanan gembalaan) itu ke mana pun Ia pergi. Per-

cuma saja kita mendengar suara-Nya kalau kita tidak 

mengikut Dia.  

[2] Untuk meyakinkan orang-orang Farisi tentang betapa 

celakanya mereka sebab  tidak termasuk domba-domba 

Kristus. Di sini Ia menggambarkan kebahagiaan dan 

kesenangan mereka yang termasuk domba-domba-Nya, 

yang juga menjadi peneguhan dan penghiburan bagi 

para pengikut-Nya yang miskin dan dipandang hina. Ini 

juga mencegah mereka agar tidak mengingini kekuasa-

an dan kebesaran orang-orang yang tidak termasuk ka-

wanan domba-Nya.  

Pertama, Tuhan Yesus kita mengenal domba-domba-

Nya: Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan 

Aku mengenal mereka. Ia membedakan mereka dari 

yang lain (2Tim. 2:19), dan memperhatikan dengan sek-

sama setiap domba di antara kawanan itu (Mzm. 34:7). 

Dia tahu keinginan dan kerinduan mereka, memahami 

kesengsaraan jiwa mereka, dan Dia juga tahu di mana 

harus menemukan mereka serta apa yang harus Ia 

lakukan bagi mereka. Dia hanya mengenal yang lainnya 

selintas saja, namun   domba-domba-Nya selalu dekat de-

ngan-Nya.    

Kedua, Dia telah menyediakan kebahagiaan yang se-

suai bagi mereka: Aku memberikan hidup yang kekal ke-

pada mereka (ay. 28):  

Injil Yohanes 10:22-38 

 723 

1.  Harta milik yang ditetapkan kepada mereka amatlah 

kaya dan berharga, yaitu kehidupan, sebuah kehi-

dupan yang kekal. Manusia memiliki jiwa yang hi-

dup, sebab  itu kebahagiaan yang disediakan bagi 

mereka yaitu  kehidupan, sesuai dengan sifat ala-

miah mereka. Manusia memiliki jiwa yang tidak da-

pat mati, sebab  itu kebahagiaan yang disediakan 

yaitu  hidup yang kekal, yang akan berlangsung se-

lama jiwa mereka hidup. Kehidupan kekal merupa-

kan kebahagiaan dan amat berharga bagi jiwa yang 

juga kekal.   

2. Anugerah itu diberikan dengan cuma-cuma: Aku 

memberikannya kepada mereka. Anugerah itu tidak 

diperdagangkan dengan nilai yang tinggi, melainkan 

diberikan oleh kasih karunia Yesus Kristus secara 

cuma-cuma. Sang pemberi berkuasa untuk mem-

berikannya. Ia yang yaitu  sumber hidup dan Bapa 

kekekalan telah memberikan wewenang kepada 

Kristus untuk memberikan hidup yang kekal (17:2). 

Dia tidak berkata, Aku akan memberikannya, me-

lainkan Aku memberikannya sekarang, yang artinya, 

itu karunia sekarang ini. Ia menjamin kesungguhan 

pemberian-Nya itu dan buah-buahnya yang dapat 

dinikmati kini dan nanti, yaitu bahwa kehidupan 

rohani yang merupakan hidup kekal telah dimulai, 

yaitu sorga yang masih ada di dalam benih, di dalam 

tunas, di dalam embrio.  

Ketiga, Ia telah menjamin keselamatan dan kelang-

sungan kebahagiaan tersebut bagi mereka.  

a.  Mereka akan diselamatkan dari kebinasaan yang ke-

kal. Mereka sama sekali tidak akan binasa sampai 

selama-lamanya, begitulah maksud firman tersebut. 

Sebagaimana kehidupan kekal itu benar-benar ada, 

begitu pula kebinasaan kekal. Jiwa tidak akan di-

musnahkan, melainkan dibinasakan. Jiwa akan te-

tap ada, namun   penghiburan dan kebahagiaannya 

akan hilang dan tidak bisa didapat kembali. Semua 

orang percaya diselamatkan dari hal itu. Tak peduli 


 724

salib apa yang mungkin harus mereka tanggung, 

mereka tak akan pernah turut dihukum seperti itu. 

Seorang manusia tidak akan pernah binasa sampai 

ia ada di neraka, dan orang-orang percaya tidak 

akan pergi ke sana. Para gembala yang memiliki ka-

wanan berjumlah besar sering kehilangan beberapa 

di antara domba-domba mereka dan menyaksikan 

kebinasaan mereka. Namun, Kristus telah menegas-

kan bahwa tak satu pun dari domba-domba-Nya 

yang akan binasa, tidak seorang pun. 

b. Mereka tidak akan dapat dipisahkan dari kebahagia-

an kekal. Kebahagiaan itu memang masih disimpan, 

namun   Dia yang memberikan-Nya akan menjaganya 

bagi mereka.  

(a) Kuasa-Nya sendirilah yang dipakai-Nya bagi me-

reka: Seorang pun tidak akan merebut mereka 

dari tangan-Ku.  Sepertinya, di sini ada pertem-

puran hebat untuk memperebutkan domba-

domba itu. Sang Gembala sangat berhati-hati 

menjaga kesejahteraan mereka sampai-sampai 

mereka tidak hanya dimasukkan dalam kandang-

Nya dan diawasi, namun   bahkan ada dalam geng-

gaman tangan-Nya, dalam naungan kasih-Nya 

yang istimewa dan di bawah perlindungan-Nya 

yang khusus (semua orang-Nya yang kudus – di 

dalam tangan-Mulah mereka, Ul. 33:3). Akan te-

tapi, musuh-musuh begitu nekat sehingga mere-

ka berani mencoba untuk merebut domba-domba 

itu dari tangan-Nya, yaitu tangan yang memiliki 

dan melindungi mereka. Namun musuh-musuh 

itu pun tidak akan berhasil melakukannya. Per-

hatikan, orang-orang yang selamat yaitu  mere-

ka yang ada di dalam tangan Tuhan Yesus. 

Orang-orang kudus terpelihara dalam Yesus Kris-

tus, dan keselamatan mereka tidak mereka jagai 

sendiri, melainkan dilindungi oleh Sang Peranta-

ra. Orang-orang Farisi dan para penguasa ber-

usaha sedapat mungkin untuk menakut-nakuti 

para murid Kristus supaya mereka tidak lagi 

Injil Yohanes 10:22-38 

 725 

mau mengikut Dia, yaitu dengan mencela dan 

mengancam mereka, namun   Kristus berkata bah-

wa usaha mereka itu tidak akan membuahkan 

hasil.   

(b) Begitu pula kuasa Bapa-Nya akan ikut memper-

tahankan keselamatan para domba (ay. 29). Su-

paya jaminan yang Ia berikan tidak dianggap ku-

rang sebab  kini Ia tampil dalam kelemahan, Ia 

pun menyebut nama Bapa-Nya sebagai jaminan 

kukuh lainnya.  

Perhatikanlah:  

[a] Kuasa Bapa: Bapaku lebih besar dari pada 

siapa pun; lebih besar dari semua sahabat ge-

reja yang lain, semua gembala lain, penguasa 

hukum ataupun pelayan gereja. Dia sanggup 

melakukan apa yang tidak dapat mereka per-

buat. Para gembala itu bisa tertidur, sehingga 

mudah sekali merebut domba-domba dari ta-

ngan mereka, namun   Ia menjaga kawanan 

gembalaan-Nya siang dan malam.  Ia lebih be-

sar dari semua musuh-musuh gereja dan se-

gala rintangan yang menentang kepentingan 

gereja, serta sanggup mengamankan kepen-

tingan-Nya sendiri dari segala macam perla-

wanan mereka. Dia lebih besar dari segala ke-

kuatan neraka dan dunia bahkan jika mereka 

bersatu sekalipun untuk melawannya. Hik-

mat-Nya jauh melebihi si ular tua, sekalipun 

dia terkenal sangat lihai dan licin; kekuatan-

Nya lebih besar dibandingkan  si naga merah besar 

itu, sekalipun namanya legion, dan gelarnya 

yaitu  pemerintah-pemerintah dan penguasa-

penguasa. Iblis dan para malaikatnya mela-

wan dengan ganas, dan berusaha merebut ke-

kuasaan, namun   tidak pernah berhasil (Why. 

12:7-8); Lebih hebat Tuhan di tempat tinggi.  

[b] Kepedulian Bapa terhadap para domba se-

hingga Ia pun melibatkan kuasa-Nya untuk 


 726

mempertahankan mereka: “Bapa-Kulah yang 

memberikan mereka kepada-Ku, dan Ia sangat 

peduli untuk selalu mempertahankan pem-

berian-Nya itu.” Mereka telah dipercayakan 

kepada Sang Anak untuk dijaga baik-baik, 

dan sebab  itulah, Tuhan   masih tetap akan 

ikut memelihara mereka juga. Seluruh ke-

kuatan sorga dikerahkan demi tercapainya se-

genap rancangan ilahi. 

[c]  Keselamatan para orang kudus bisa dilihat 

dari dua hal di atas. Dan, jika demikianlah 

adanya, maka tak satu pun (baik manusia 

ataupun Iblis) dapat merebut mereka dari ta-

ngan Bapa, tidak dapat merenggut kasih ka-

runia yang telah mereka dapatkan ataupun 

menghalangi mereka untuk mendapatkan ke-

muliaan yang telah dipersiapkan bagi mereka. 

Tak satu pun dapat mengeluarkan mereka 

dari perlindungan Tuhan   ataupun menyeret 

domba-domba itu ke dalam kekuasaan mere-

ka. Kristus sendiri telah mengalami kuasa 

Bapa-Nya dalam menopang dan meneguhkan-

Nya, sehingga Ia pun menaruh seluruh peng-

ikut-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya juga. 

Bapa yang menyediakan dan mengamankan 

kemuliaan bagi Sang Penebus juga akan me-

nyediakan dan mengamankan kemuliaan bagi 

umat yang ditebus-Nya. Lebih jauh lagi, un-

tuk meneguhkan jaminan akan kemuliaan 

itu, supaya domba-domba Kristus tetap terhi-

bur, Kristus pun menegaskan kesatuan dari 

kedua pribadi tersebut: “Aku dan Bapa ada-

lah satu, masing-masing bekerja dalam kesa-

tuan untuk melindungi para orang kudus dan 

penyempurnaan mereka.” Hal ini menunjuk-

kan sesuatu yang bahkan lebih dari keharmo-

nisan dan kesatuan, dan pengertian yang 

mendalam yang ada di antara Bapa dan Anak 

dalam mengerjakan penebusan manusia. Se-

Injil Yohanes 10:22-38 

 727 

tiap orang benar yaitu  satu dengan Tuhan  , 

sebab satu sama lain saling bersetujuan. Ka-

rena itulah, yang dimaksudkan dengan hal di 

atas pasti yaitu  kesatuan sifat antara Bapa 

dan Anak, bahwa mereka yaitu  sama dalam 

substansi (hakikat) dan setara dalam kuasa 

dan kemuliaan. Para bapa gereja memakai hal 

tersebut untuk melawan orang-orang Sabelia 

untuk membuktikan perbedaan dan kejamak-

an pribadi-pribadi tersebut, yaitu bahwa Bapa 

dan Anak yaitu  dua pribadi. Mereka juga 

menggunakan ajaran tersebut untuk melawan 

orang-orang Aria, untuk membuktikan kesa-

tuan sifat kedua pribadi itu, yaitu bahwa ke-

duanya yaitu  satu. Jika kita semua bung-

kam mengenai makna kata-kata tersebut, 

maka batu-batu yang diambil orang-orang 

Yahudi untuk melempari Yesus pun akan me-

neriakkan maknanya, sebab orang-orang Ya-

hudi memahami bahwa di sini Ia menyatakan 

diri sebagai Tuhan   (ay. 33) dan Ia pun tidak 

menyangkal-Nya. Ia membuktikan bahwa 

tidak ada seorang pun yang mampu merebut 

domba-domba dari tangan-Nya, sebab mereka 

tidak bisa melakukan hal yang sama dari 

tangan Bapa. Ini membuktikan bahwa Sang 

Anak memiliki kuasa yang sama dengan 

Bapa, dan sebab  itu Ia satu dengan Bapa da-

lam hakikat pekerjaan. 

       

IV. Kegusaran dan kemarahan orang-orang Yahudi terhadap Yesus 

oleh sebab  perkataan-Nya itu: Sekali lagi orang-orang Yahudi 

mengambil batu (ay. 31). Kata yang dipakai di sini tidak sama 

dengan kalimat sebelumnya (8:59) namun   ebastasan lithous, yang 

artinya mereka membawa batu-batu, batu-batu besar, yang berat, 

yang biasanya mereka pakai untuk merajam penjahat. Mereka 

membawa batu-batu itu dari suatu tempat yang agak jauh dari 

Bait Tuhan  , seolah-olah sedang menyiapkan segala hal untuk 

menghukum-Nya tanpa proses hukum terlebih dahulu. Seakan-


 728

akan Ia bersalah atas penghujatan yang benar-benar sudah ter-

bukti sehingga tidak perlu disidangkan lagi. Keanehan penghina-

an yang dilakukan orang-orang Yahudi terhadap Kristus tampak 

lebih nyata jika kita mempertimbangkan:  

1. Bahwa mereka sebelumnya telah menantang Dia dengan 

pongahnya, kalau tidak bisa dikatakan lancang, untuk mem-

beri tahu mereka dengan sejelas-jelasnya apakah Ia yaitu  

Kristus atau bukan. namun   kini, sesudah  Dia tidak saja meng-

akui benar demikian, melainkan juga sekaligus membuktikan 

kebenaran itu, mereka malah menuduh-Nya sebagai penjahat. 

Saat seorang pengkhotbah menyatakan kebenaran dengan 

cara yang tidak mencolok, ia pun dicap sebagai pengecut, te-

tapi jika ia mengatakan hal itu dengan berani, ia malah diang-

gap sok, namun   hikmat Tuhan   dibenarkan oleh perbuatannya.  

2.  Bahwa sesudah  usaha mereka yang serupa itu sebelumnya ter-

bukti sia-sia, sebab  Yesus menghilang begitu saja dari te-

ngah-tengah mereka (8:59), mereka tetap saja mengulangi usa-

ha mereka yang tanpa hasil itu. Para pendosa yang degil akan 

terus melempari sorga dengan batu, meskipun batu itu me-

mantul dan berbalik menimpa kepala mereka sendiri. Mereka 

akan menegarkan tengkuk terhadap Yang Mahakuasa, sekali-

pun tak seorang pun yang melakukan itu akan pernah berha-

sil.  

V. Penyanggahan Kristus yang lemah lembut terhadap kemarahan 

mereka tersebut (ay. 32): Yesus menanggapi apa yang mereka 

perbuat, sebab kita tidak mendapati mereka mengatakan sesuatu, 

kecuali mungkin berusaha memanas-manasi kerumunan orang 

banyak yang mereka kumpulkan untuk bergabung bersama mere-

ka itu supaya meneriakkan, “Rajam Dia, rajam Dia,” seperti yang 

mereka lakukan kemudian, “Salibkan Dia, salibkan Dia.”  Yesus 

bisa saja membalas mereka dengan menurunkan api dari langit, 

namun   Ia malah menjawab dengan lembut, “Banyak pekerjaan baik 

yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; peker-

jaan manakah di antaranya yang memicu  kamu mau melem-

pari Aku?” Begitu lembut jawaban-Nya itu, sehingga orang pasti 

mengira bahwa kalimat itu seharusnya dapat meluluhkan hati 

yang sekeras batu sekalipun. Dalam menghadapi musuh-musuh-

Nya, Ia tetap mengemukakan bukti-bukti dari pekerjaan-Nya (se-

Injil Yohanes 10:22-38 

 729 

bab manusia membuktikan siapa mereka melalui perbuatan me-

reka), yaitu perbuatan baik-Nya – kala erga, pekerjaan yang ung-

gul dan luar biasa. Opera eximia vel præclara, ungkapan ini me-

nunjukkan pekerjaan yang bukan saja hebat, namun   juga baik.  

1.  Kuasa ilahi yang nyata dari pekerjaan-Nya membuat orang-

orang tersebut akan dihukum sebagai orang yang paling tegar 

tengkuk dalam ketidakpercayaan mereka. Pekerjaan-pekerjaan 

itu berasal dari Bapa-Nya, begitu jauh di luar jangkauan ma-

nusia sehingga membuktikan bahwa orang yang melakukan-

nya benar-benar diutus oleh Tuhan   dan mengerjakan perintah 

dari-Nya. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang Ia perlihatkan ke-

pada mereka. Dia melakukan semuanya dengan terang-terang-

an di hadapan semua orang dan tidak secara sembunyi-sem-

bunyi. Perbuatan-perbuatan-Nya itu benar-benar teruji dan 

memberikan kesaksian nyata bagi orang-orang yang melihat 

semua itu, yang sangat penasaran menelitinya dan tidak ber-

sikap berat sebelah. Ia tidak memperlihatkan semua itu dalam 

keremangan cahaya lilin seperti halnya mereka yang hanya 

ingin pamer, namun   Ia menunjukkan semuanya di siang hari, di 

hadapan seisi dunia ini (18:20; Mzm. 111:6). Semua perbuat-

an-Nya sudah sangat terbukti dan tak dapat disangkal lagi me-

nunjukkan bahwa tugas perutusan-Nya sungguh benar dari 

Tuhan  . 

2. Anugerah ilahi dalam perbuatan-perbuatan-Nya membuat me-

reka akan dihukum sebagai orang-orang yang paling tidak 

tahu berterima kasih. Pekerjaan yang Ia lakukan di antara 

mereka bukan sekadar mujizat saja, namun   juga belas kasihan. 

Bukan sekadar perbuatan ajaib untuk membuat mereka terka-

gum-kagum, namun   perbuatan kasih dan kebaikan bagi kepen-

tingan mereka sendiri, dan untuk mendekatkan diri-Nya de-

ngan mereka. Ia menyembuhkan yang sakit, mentahirkan 

yang kusta, mengusir roh-roh jahat, dan semua kebaikan itu 

bukan saja menolong orang-orang yang menderita semuanya 

itu, namun   juga meringankan beban khalayak ramai. Dia terus 

melakukan hal-hal itu dengan sering dan berulang-ulang: 

“Pekerjaan manakah di antaranya yang memicu  kamu 

mau melempari Aku? Kamu tidak bisa menuduh-Ku telah ber-

buat hal-hal yang merugikanmu atau menghasutmu. Jika kini 

kamu mencoba mencari-cari masalah dengan-Ku, pastilah hal 


 730

itu sebab  perbuatan baik yang telah Kulakukan untukmu. 

Katakan yang mana.”  

Perhatikan:  

(1) Sikap kita yang tidak tahu berterima kasih dalam dosa-

dosa kita terhadap Tuhan   dan Yesus Kristus itu memper-

besar dosa-dosa tersebut, dan membuatnya menjadi sema-

kin keterlaluan. Lihatlah bagaimana Tuhan   berfirman untuk 

mengemukakan hal itu (Ul. 32:6; Yer. 2; 5; Mi. 6:3).  

(2) Kita pun tidak boleh merasa heran jika bertemu dengan 

orang-orang yang bukan saja membenci kita tanpa alasan, 

namun   juga memusuhi kita sebab  kasih yang kita tunjuk-

kan (Mzm. 35:12; 41:10). Dengan bertanya, pekerjaan ma-

nakah yang memicu  kamu mau melempari Aku?, 

untuk menunjukkan bahwa Ia sama sekali tidak bersalah, 

Ia pun membuat para penganiaya-Nya itu untuk berpikir 

mengenai alasan sebenarnya mengapa mereka sampai me-

musuhi-Nya. Ia membuat mereka bertanya-tanya, sebagai-

mana yang harus dilakukan oleh semua orang yang me-

nimbulkan masalah di lingkungan mereka, mengapa kita 

menganiaya Dia? Ini seperti Ayub menasihati kawan-ka-

wannya (Ayb. 19:28). 

VI. Dasar dari segala tindakan yang mereka perbuat terhadap Kristus 

(ay. 33). Dosa apa lagi yang tidak bisa ditutup-tutupi, sebab para 

penganiaya Anak Tuhan   yang haus darah pun bahkan masih dapat 

mengatakan pembelaan atas perbuatan mereka itu. 

1.  Mereka tidak mau dianggap sebagai musuh negeri mereka sen-

diri dengan menganiaya Dia sebab  sebuah perbuatan baik: 

Bukan sebab  suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari 

Engkau. Namun, sesungguhnya mereka memang hampir tidak 

pernah menganggap setiap perbuatan yang Ia lakukan sebagai 

perbuatan baik. Penyembuhan terhadap orang yang lumpuh 

(ps. 5) dan orang buta (ps. 9) sama sekali tidak dianggap mere-

ka sebagai perbuatan baik terhadap kota itu, padahal per-

buatan ini layak mendapat pujian. Sebaliknya, perbuatan itu 

ditimpakan kepada-Nya sebagai kejahatan sebab  dilakukan 

pada hari Sabat. Akan namun  , kalaupun mereka sebenarnya 

menganggap perbuatan itu baik, mereka tetap tidak akan 

Injil Yohanes 10:22-38 

 731 

mengakui bahwa mereka hendak melempari-Nya dengan batu 

oleh sebab  perbuatan-perbuatan itu, meskipun hal itulah yang 

benar-benar membuat mereka kesal (11:47). Jadi, meskipun 

hal itu sangat aneh, mereka tetap saja bersikeras dan tidak 

mau mengakui perilaku mereka yang ganjil itu.  

2. Mereka ingin dianggap sebagai pembela Tuhan   dan kemuliaan-

Nya dengan menuduh Yesus sebagai penghujat: sebab  Eng-

kau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-

Mu dengan Tuhan  .  

Di sini ada : 

(1) Semangat palsu dalam membela hukum Taurat. Kelihatan-

nya mereka benar-benar peduli akan kehormatan dan 

keagungan ilahi sampai-sampai mereka begitu geram men-

dapati sesuatu yang mereka anggap sebagai hinaan terha-

dap hal itu. Seorang penghujat haruslah dihukum mati de-

ngan dilontari batu (Im. 24:16). Mereka pikir, hukum terse-

but tidak saja hanya membenarkan, namun   juga menyuci-

kan usaha yang hendak mereka lakukan (sebagaimana 

dicatat dalam Kisah Para Rasul 26:9). Perhatikan, perbuat-

an yang paling jahat biasanya ditutupi dengan polesan 

halus yang kelihatannya baik. Sebagaimana tak ada yang 

lebih dapat meneguhkan hati dibandingkan  hati nurani yang 

benar, begitu pula tak ada yang lebih dapat membakar 

kemarahan hati dibandingkan  hati nurani yang salah (Yes. 66:5; 

Yoh. 16:2). 

(2) Permusuhan sengit terhadap Injil. Tiada cara hebat bagi 

mereka untuk menyerang Injil selain dengan menuduh 

Kristus sebagai penghujat. Bukan hal baru lagi jika tuduh-

an-tuduhan paling buruk justru dialamatkan kepada 

orang-orang yang paling baik oleh mereka yang sudah ber-

tekad untuk memperlakukan mereka seburuk mungkin.  

[1] Kejahatan yang mereka tuduhkan kepada-Nya yaitu  

penghujatan, yaitu merendahkan dan menghina Tuhan   

melalui perkataan. Tuhan   sendiri berada di luar jangkau-

an si pendosa sehingga tidak mungkin dapat dicelakai. 

Dengan demikian, memusuhi Tuhan   biasanya dilakukan 

dengan melancarkan penghinaan terhadap nama-Nya, 


 732

dan dengan begitu, menunjukkan maksud jahat mere-

ka.  

[2] Bukti dari kejahatan yang mereka tuduhkan itu: Eng-

kau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyama-

kan diri-Mu dengan Tuhan  . Sebagaimana kebenaran bah-

wa Dia yaitu  Tuhan   merupakan kemuliaan Tuhan  , yang 

kita renggut dibandingkan -Nya saat kita membuat-Nya men-

jadi salah satu di antara kita, begitu pula kebenaran 

bahwa tidak ada seorang pun yang seperti Dia merupa-

kan kemuliaan bagi-Nya juga, yang kita renggut saat 

kita membuat diri kita atau makhluk lain, setara de-

ngan-Nya.  

Perhatikanlah:  

Pertama, sejauh ini mereka sebetulnya benar, bahwa 

apa yang dinyatakan Kristus mengenai diri-Nya sendiri 

berarti demikian: bahwa Ia yaitu  Tuhan  , sebab Ia telah 

mengatakan bahwa Ia dan Bapa yaitu  satu, dan bah-

wa Ia akan memberikan hidup yang kekal. Dan Kristus 

pun tidak menyangkal hal itu, yang pasti telah Ia laku-

kan seandainya ada yang tidak benar dalam kata-kata-

Nya itu. namun  ,  

Kedua, mereka sungguh keliru saat memandang-Nya 

hanya semata-mata sebagai manusia biasa, dan meng-

anggap pengakuan-Nya sebagai Tuhan   itu yaitu  sebuah 

penghujatan dan hanya karangan-Nya belaka. Pikir me-

reka, mustahil sekali dan sangat tidak layak jika se-

orang seperti Dia, yang berpenampilan lusuh, hina dan 

miskin itu sampai berani mengaku-ngaku sebagai Me-

sias yang berhak memperoleh penghormatan sebagai 

Anak Tuhan  .  

Perhatikan:  

1. Orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus hanya-

lah seorang manusia biasa dan Tuhan   jadi-jadian, 

seperti yang dikatakan penganut Socinianisme (alir-

an yang menentang keilahian Yesus dan Trinitas – 

pen.), pada dasarnya menuduh Dia sebagai peng-

hujat, yang sebenarnya membuktikan bahwa mere-

kalah yang justru yaitu  penghujat.   

Injil Yohanes 10:22-38 

 733 

2.  Barangsiapa, yang hanya seorang manusia, manusia 

yang berdosa, menjadikan dirinya Tuhan  , dan me-

nyatakan diri memiliki kuasa dan hak-hak istimewa 

ilahi, orang itu tidak diragukan lagi seorang peng-

hujat dan seorang Antikristus. 

 VII. Jawaban Kristus terhadap tuduhan mereka (sebab pembelaan 

diri mereka merupakan tuduhan terhadap-Nya), dan bagaimana 

Ia membenarkan hal-hal yang mereka anggap sebagai penghu-

jatan (ay. 34 dst.), untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah se-

orang penghujat, melalui dua alasan: 

1.  Dengan pembuktian yang diambil dari firman Tuhan  . Ia meru-

juk pada apa yang tertulis dalam hukum mereka, yaitu Per-

janjian Lama. Firman selalu ada di samping Kristus untuk 

menjawab siapa pun yang menentang-Nya. Ada tertulis, Aku 

sendiri telah berfirman: “Kamu yaitu  Tuhan  ”  (Mzm. 82:6). Hal 

ini merupakan dalih a minore ad majus – dari yang terkecil 

sampai yang terbesar. Jika mereka yaitu  Tuhan  , apalagi Aku.  

Perhatikanlah: 

(1) Bagaimana Ia menerangkan firman tersebut (ay. 35): Me-

reka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Tuhan  , 

dan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan. Firman yang berisi-

kan amanat dari Tuhan   disampaikan kepada mereka dan 

memberikan wewenang kepada mereka untuk menjadi 

hakim-hakim, sehingga mereka pun disebut sebagai Tuhan   

(Kel. 22:28). Bagi beberapa orang, firman Tuhan   disampai-

kan secara langsung, seperti kepada Musa, dan bagi yang 

lainnya melalui ibadah yang telah diatur pelaksanaannya. 

Pengadilan hukum merupakan lembaga ilahi, dan pembe-

sar hukum merupakan wakil-wakil Tuhan   sehingga firman 

pun menyebut mereka sebagai Tuhan  . Dan kita percaya 

bahwa firman tidak bisa dibatalkan, atau disalahartikan, 

atau ada cacatnya. Setiap firman Tuhan   itu benar. Gaya 

dan bahasa firman tidak boleh diperdebatkan dan tidak 

boleh diperbaiki (Mat. 5:18).  

(2) Bagaimana Ia menerapkannya. Kesimpulannya secara 

umum mudah saja, yaitu bahwa orang-orang yang menu-

duh Kristus sebagai penghujat oleh sebab  Ia menyebut 


 734

diri-Nya sebagai Anak Tuhan   telah bertindak gegabah dan 

tidak masuk akal, sebab  mereka sendiri justru menyebut 

penguasa mereka sebagai Tuhan  , dan firman Tuhan   pun 

membenarkan penyebutan demikian. Akan namun  , perde-

batan terus berlanjut (ay. 36): jika para penguasa hukum 

disebut Tuhan   sebab  mereka mengemban tugas untuk 

menjalankan keadilan bagi bangsa itu, masihkah kamu 

berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang 

telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat 

Tuhan  ? Di sini kita mendapati dua hal mengenai Tuhan 

Yesus:  

[1] Kemuliaan yang diberikan Bapa bagi-Nya, yang di da-

lamnya Ia berhak bermegah: Bapa menguduskan-Nya, 

dan mengutus-Nya ke dalam dunia. Para pembesar hu-

kum disebut anak-anak Tuhan  , meskipun kepada mere-

ka firman Tuhan   hanya disampaikan, dan pemerin-

tahan yang mereka pegang sifatnya terbatas, seperti 

kepada Saul. Akan namun  , Tuhan Yesus kita yaitu  

Firman itu sendiri, dan Ia memiliki Roh yang tak terba-

tas. Para pembesar itu diangkat untuk berkuasa di 

suatu negeri, kota, atau bangsa tertentu, namun   Kristus 

diutus ke dalam dunia, diperlengkapi dengan wewe-

nang menyeluruh (universal) sebagai Tuhan bagi se-

mua orang. Mereka hanya ditugasi sebagai orang-

orang luar, sedangkan Ia diutus sebagai pribadi yang 

telah ada bersama-sama dengan Tuhan   dari kekekalan. 

Bapa menguduskan-Nya, yang artinya, merancangkan 

dan mengistimewakan-Nya sebagai Sang Perantara, 

mengaruniakan kemampuan dan kecakapan kepada-

Nya untuk menjalankan tugas tersebut. Mengudus-

kan-Nya sama artinya dengan memeteraikan-Nya 

(6:27). Perhatikan, Bapa menguduskan siapa yang Ia 

utus, dan siapa yang dirancangkan-Nya bagi tujuan 

kudus tentu Ia persiapkan dengan prinsip atau pe-

gangan hidup dan sifat-sifat yang kudus pula. Tuhan   

yang kudus hanya akan memberi upah dan mempe-

kerjakan mereka yang didapati atau dibuat-Nya men-

jadi kudus. Pengudusan dan pengutusan Kristus oleh 

Bapa memberi jaminan tegas mengapa Ia menyebut 

Injil Yohanes 10:22-38 

 735 

diri-Nya sendiri sebagai Anak Tuhan  . Ia disebut Anak 

Tuhan   sebab  Ia kudus (Luk. 1:35; Rm. 1:4).  

[2] Penghinaan yang ditunjukkan orang-orang Yahudi ter-

hadap-Nya, yang memang berhak Ia keluhkan, yaitu 

bahwa mereka mengatai Dia yang ditinggikan Bapa se-

bagai penghujat, sebab  Ia menyebut diri-Nya sebagai 

Anak Tuhan  : “Masihkah kamu mengatai-Nya demikian? 

Beranikah kamu berkata begitu? Beranikah kamu me-

nentang sorga dengan mulutmu? Punyakah kamu 

nyali untuk berkata kepada Tuhan   dari kebenaran bah-

wa Ia telah berdusta, atau untuk mengutuk Dia yang 

mahaadil? Lihat muka-Ku ini dan coba katakan jika 

kamu dapat. Masa kamu mengatai Anak Tuhan   sebagai 

penghujat!” Jika yang berkata demikian yaitu  Iblis 

yang akan dihukum oleh-Nya, maka hal itu tentu 

tidaklah mengherankan, namun   jika hal itu keluar dari 

mulut manusia yang hendak Ia ajar dan selamatkan, 

maka tertegunlah atas hal itu, hai langit! Lihatlah ba-

gaimana bahasa dari orang-orang yang berhati degil 

dalam ketidakpercayaan mereka: mereka menyebut 

Yesus yang kudus sebagai penghujat. Sulit mengata-

kan yang mana yang lebih aneh, apakah mendapati 

manusia yang menghirup udara dari Tuhan   tega-tega-

nya berkata demikian, atau bahwa manusia yang telah 

berkata seperti itu masih juga dibiarkan menghirup 

udara dari Tuhan  . Kejahatan manusia dan kesabaran 

Tuhan   memang amat mencengangkan.  

2.  Dengan pembelaan yang diambil dari pekerjaan-Nya sendiri 

(ay. 37-38). Dalam pembelaan sebelumnya, Ia hanya menang-

gapi tuduhan penghujatan itu dengan dalih ad hominem – 

membalikkan dalih manusia itu kepada dirinya sendiri, namun   

sekarang Ia membuat pernyataan-Nya sendiri dan membukti-

kan bahwa Ia dan Bapa yaitu  satu (ay. 37-38): Jikalau Aku 

tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah per-

caya kepada-Ku. Ia bisa saja meninggalkan orang-orang jahat 

itu sebagai kumpulan durhaka, namun   Ia masih memilih untuk 

bersabar dalam memberi penjelasan kepada mereka.  


 736

Perhatikanlah:  

(1) Atas dasar apa Ia mendebat mereka, yaitu atas dasar pe-

kerjaan-pekerjaan-Nya yang sering Ia tekankan sebagai 

peneguhan jati diri-Nya dan bukti dari amanat yang diem-

ban-Nya. Sebagaimana Ia membuktikan diri sebagai yang 

diutus oleh Tuhan   melalui pekerjaan-pekerjaan-Nya yang 

bersifat ilahi, demikian pula kita harus membuktikan bah-

wa kita bersekutu dengan Kristus melalui Kekristenan yang 

kita miliki.  

[1] Bukti yang diungkapkan-Nya itu sangat kuat, sebab pe-

kerjaan-pekerjaan yang telah Ia perbuat merupakan pe-

kerjaan Bapa-Nya, yang hanya sanggup dilakukan oleh 

Bapa dan tidak bisa dilaksanakan dengan cara biasa 

saja, melainkan hanya dengan kuasa Tuhan   yang ber-

daulat atas semesta alam. Opera Deo propria – pekerja-

an-pekerjaan yang khusus diperbuat oleh Tuhan   dan 

Opera Deo Digna – pekerjaan-pekerjaan yang dari Tuhan   –

pekerjaan-pekerjaan yang berasal dari kuasa ilahi. Dia 

yang tidak dikuasai oleh hukum alam dan dapat mem-

batalkan dan menguasainya dengan wewenang-Nya sen-

diri sesuka hati-Nya, pasti yaitu  seorang Raja berdau-

lat yang pertama kali menetapkan dan mengesahkan 

hukum-hukum tersebut. Mujizat-mujizat yang dilaku-

kan para rasul dalam nama-Nya, dengan kuasa-Nya, 

dan sebagai peneguhan atas ajaran-Nya, semuanya itu 

mendukung alasan yang Ia kemukakan itu dan terus 

membuktikan hal tersebut sesudah  Ia pergi.  

[2] Alasan itu dikemukakan dengan sangat baik dan di-

maksudkan untuk tidak memperpanjang masalah.  

Pertama, Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pe-

kerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku. Ia tidak 

menuntut iman yang membabi buta. Ia juga tidak me-

nuntut orang untuk menyetujui bahwa tugas-Nya itu 

dari Tuhan   melebihi bukti yang Ia berikan. Dia tidak ber-

usaha mencari simpati orang atau menjilat mereka 

dengan muslihat-muslihat yang licik, juga tidak mau 

memaksakan pernyataan-pernyataan berani kepada 

mereka supaya mereka percaya begitu saja. Sebaliknya, 

Injil Yohanes 10:22-38 

 737 

Ia menjawab tuntutan iman mereka dengan cara yang 

sejujurnya, lebih dari bukti-bukti yang telah Ia tunjuk-

kan bagi tuntutan-tuntutan tersebut. Kristus bukanlah 

seorang tuan bertangan besi yang hendak menuai per-

setujuan dari orang-orang dengan tidak menabur alas-

an-alasan. Tidak ada seorang pun yang akan binasa 

sebab  ketidakpercayaan mereka kalau mereka sendiri 

belum diberi penjelasan mengenai alasan-alasan yang 

kuat mengapa mereka harus percaya. Sang Hikmat 

yang Tak Terbatas akan menjadi hakim untuk ini.  

Kedua, “namun   jika Aku melakukan pekerjaan-peker-

jaan Bapa-Ku, jika Aku melakukan mujizat-mujizat yang 

tidak dapat disangkal untuk meneguhkan suatu ajaran 

kudus, sekalipun kamu tidak mau percaya pada-Ku, se-

kalipun kamu terlalu berhati-hati sampai-sampai kamu 

tidak mengindahkan perkataan-Ku, setidaknya percaya-

lah akan pekerjaan-pekerjaan itu: percayalah pada 

matamu, pada nalarmu sendiri. Semua pekerjaan itu 

sudah cukup jelas membuktikan dirinya sendiri.” Seba-

gaimana apa yang tidak nampak dari Sang Pencipta 

dapat tampak dari karya dan pemeliharaan-Nya (Rm. 

1:20), demikian pula apa yang tidak tampak dari Sang 

Penebus dapat tampak dari mujizat-mujizat yang dila-

kukan-Nya, serta dari segala pekerjaan-Nya yang penuh 

dengan kuasa dan belas kasihan. sebab  itu, tidak ada 

alasan lagi bagi mereka yang tidak bisa diyakinkan oleh 

pekerjaan-pekerjaan tersebut.  

(2) Untuk apa Ia mendebat mereka, yaitu supaya kamu boleh 

mengetahui dan mengerti, boleh benar-benar percaya dan 

dipuaskan, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam 

Bapa, yang sama dengan apa yang telah Ia katakan sebe-

lumnya (ay. 30): Aku dan Bapa yaitu  satu. Bapa sangat 

berkenan kepada Anak-Nya sehingga di dalam Anak ber-

diam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Tuhan  -an, dan 

semua mujizat yang Ia lakukan berasal dari kuasa ilahi. 

Sang Anak juga begitu mengasihi Bapa-Nya sehingga Ia 

pun mengenal seluruh pikiran Bapa dengan sempurna, me-

lalui hati nurani-Nya sendiri dan bukan melalui komu-

nikasi dengan Bapa-Nya, sebab Ia berada di pangkuan-Nya. 


 738

Inilah yang harus kita ketahui, yaitu bukan untuk menge-

tahui dan menerangkan (sebab kita tidak akan mampu me-

mahami semuanya dengan sempurna sekalipun kita telah 

berusaha mencari tahu), namun mengetahui dan percaya. 

Saat kita tidak bisa sampai ke dasar kebenaran yang ter-

lalu dalam itu, kita masih bisa mengakui dan memujanya. 

Kristus Menyepi ke Seberang Sungai Yordan 

(10:39-42) 

39 Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, namun   Ia luput dari tangan 

mereka. 40 Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes 

membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ.  41 Dan banyak orang datang kepa-

da-Nya dan berkata: “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, 

namun   semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini yaitu  

benar.”  42 Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya. 

Di sini kita mendapati perkara perdebatan dengan orang-orang Ya-

hudi tadi. Orang pasti menyangka hati mereka kini sudah dapat 

diyakinkan dan diluluhkan. Namun sebaliknya, hati mereka malah 

menjadi semakin keras.  

Di sini diceritakan tentang:  

I.  Bagaimana mereka menyerang-Nya dengan kekerasan. Sekali lagi 

mereka mencoba menangkap Dia (ay. 39).  

Oleh sebab itu: 

1. sebab  Dia telah menjawab segala tuduhan penghujatan me-

reka dan menghapuskan tuduhan tersebut, mereka pun men-

dapat malu sebab usaha mereka untuk melempari-Nya dengan 

batu pun gagal. sebab  itu mereka lalu sepakat untuk me-

nangkap dan menganiaya Dia sebagai orang yang telah me-

langgar hukum di negeri mereka. sesudah  tidak berhasil mela-

kukan niat mereka melalui keributan orang banyak, mereka 

pun akhirnya mencoba lagi melalui jalur hukum (Why. 12:13). 

Atau,  

2.  Oleh sebab Ia kukuh dalam kesaksian yang sama mengenai 

diri-Nya sendiri, mereka pun ngotot dalam kedengkian mereka 

terhadap-Nya. Sekali lagi, Dia menegaskan apa yang telah Ia 

katakan sebelumnya, sebab saksi yang benar tidak akan me-

lenceng dari apa yang telah ia ungkapkan sebelumnya. sebab 

Injil Yohanes 10:39-42 

 739 

itulah, mereka tetap menunjukkan tanggapan serupa atas per-

nyataan yang sama, serta membenarkan usaha mereka dulu 

untuk melempari-Nya dengan berusaha untuk menangkap-

Nya sekarang. Begitulah sifat dan rancangan jiwa penganiaya, 

malè facta malè factis tegere ne perpluant – menutupi serentetan 

kejahatan dengan kejahatan yang lain, kalau-kalau yang per-

tama gagal.   

II.  Bagaimana Ia meluputkan diri dari mereka; bukan dengan sebuah 

cara biasa yang menunjukkan kelemahan manusia, melainkan 

dengan cara luar biasa yang menunjukkan kuasa ilahi yang 

besar. Ia luput dari tangan mereka, bukan dengan campur tangan 

seorang kawan yang membantu-Nya, namun   dengan memakai hik-

mat-Nya sendirilah Ia melepaskan diri dari mereka. Ia menyelu-

bungkan sebuah tabir untuk menutupi diri, atau mungkin menu-

tupi mata mereka dengan kabut, atau mengikat tangan mereka 

yang hatinya tidak dapat Ia luluhkan. Perhatikan, tak ada sebuah 

senjata pun yang cukup ampuh untuk melawan Tuhan Yesus 

(Mzm. 2:4). Ia luput, bukan sebab  takut menderita, melainkan 

sebab  saat-Nya belum tiba. sebab  itu, Dia yang sanggup melu-

putkan diri pasti juga sanggup menyelamatkan orang-orang saleh 

dari pencobaan, dan membuka jalan bagi mereka untuk meloloskan 

diri. 

III. Bagaimana Ia pergi menyepi: Kemudian Yesus pergi lagi ke sebe-

rang Yordan (ay. 40). Pemimpin jiwa kita tidak datang hanya un-

tuk tinggal di satu tempat saja, namun   berkeliling dari satu tempat 

ke tempat lain sambil melakukan kebaikan. Sang Penolong Agung 

ini tidak pernah jauh dari jalan-Nya, sebab ke mana pun Ia pergi, 

pasti selalu banyak pekerjaan menanti. Meskipun Yerusalem me-

rupakan kota utama, Yesus tetap mau mengunjungi daerah-dae-

rah pinggiran, tidak hanya di Galilea yang yaitu  daerah-Nya sen-

diri, namun   juga sampai ke daerah-daerah lain, bahkan yang paling 

terpencil di seberang sungai Yordan.  

Perhatikanlah:   

1.  Tempat bernaung macam apa yang Ia dapati di sana. Dia pergi 

ke bagian yang sepi, lalu Ia pun tinggal di situ. Di sana Ia 

menemukan tempat yang tenang untuk beristirahat dan ber-


 740

diam, yang tidak dapat Ia dapati di Yerusalem. Perhatikan, 

meskipun para penganiaya bisa mengusir Kristus dan Injil-Nya 

keluar dari daerah mereka, mereka tetap tidak bisa mengusir-

Nya ataupun Injil-Nya dari dunia ini. Meskipun Yerusalem 

tidak tergugah dan tidak akan begitu, Kristus tetap mulia dan 

akan tetap dipermuliakan. Kepergian Kristus ke seberang su-

ngai Yordan itu merupakan gambaran terambilnya kerajaan 

Tuhan   dari bangsa Yahudi untuk dibawa kepada bangsa-bangsa 

bukan-Yahudi. Kristus dan Injil-Nya sering kali disambut de-

ngan lebih meriah oleh orang-orang pedalaman yang seder-

hana dibandingkan oleh mereka yang berhikmat, kuat, dan ter-

pandang  (1Kor. 1: 26-27). 

2.  Keberhasilan seperti apa yang Ia raih di sana. Dia tidak pergi 

ke sana semata-mata demi keamanan pribadi-Nya saja, namun   

juga untuk melakukan kebaikan. Dan Ia pun memilih untuk 

pergi ke tempat di mana Yohanes pertama kali membaptis 

(1:28), sebab di sana pasti masih tersisa kenangan tentang 

pelay