Kisah pararasul 29
ebab
itu keluarganya semua tahu tentang tulisan-tulisan para nabi
dan menghormatinya. Perhatikanlah, sungguh baik untuk ber-
urusan dengan orang yang mengenal Kitab Suci dan memper-
cayainya, sebab orang seperti itu memiliki sesuatu sebagai
pegangan.
2. Agripa mengaku ada sangat banyak alasan di dalam apa yang
dikatakan Paulus (ay. 28): Hampir-hampir saja kauyakinkan
aku menjadi orang Kristen. Beberapa orang menafsirkan hal ini
sebagai perkataan dengan maksud yang bertolak belakang,
dan dengan demikian harus dibaca seperti ini, Dapatkah eng-
kau dalam waktu yang singkat ini meyakinkan aku menjadi
orang Kristen? Namun, bila memang demikian halnya, itu ada-
lah sebuah pengakuan bahwa apa yang Paulus bicarakan itu
sungguh kena dengan tujuannya, dan tak peduli apa pun yang
ditafsirkan orang, perkataan Paulus itu sangat penuh dengan
kuasa untuk meyakinkan orang. Paulus, engkau terlampau
gegabah, engkau tidak dapat mengubah aku dalam sekejap.
Sebagian orang menafsirkan bahwa kata-kata Agripa diucap-
kan dengan bersungguh-sungguh, dan juga sebagai pengaku-
an bahwa ia agak diyakinkan bahwa Kristus yaitu Mesias. Ia
tidak dapat menyangkal bahwa ia sering kali berpikir seperti
itu di dalam hatinya, bahwa nubuat-nubuat di dalam Perjanji-
an Lama telah digenapi di dalam Dia. Dan sekarang, saat hal
itu ditekankan dengan lembut kepadanya, ia siap untuk me-
nyerah kepada keyakinan itu. Ia mulai mempertimbangkan di
dalam hatinya dan berpikir untuk menyerah. Ia hampir-ham-
pir dapat diyakinkan untuk percaya kepada Kristus. Sama se-
perti Feliks, saat ia mulai gemetar sebab harus meninggalkan
dosa-dosanya: ia melihat sangat banyak alasan untuk meneri-
ma Kekristenan. Ia mengakui bahwa bukti-bukti yang diaju-
kan sangat kuat, sehingga ia tidak dapat menjawab. Sanggah-
an terhadap kebenaran itu sangat lemah, sehingga ia merasa
malu untuk memaksakan pendapatnya. Jadi, seandainya bu-
kan sebab kewajibannya terhadap upacara simbolis itu dan
rasa hormat kepada agama nenek moyangnya dan negerinya,
atau berkaitan dengan martabatnya sebagai seorang raja dan
kepentingan-kepentingan duniawinya, ia akan segera berbalik
memeluk Kekristenan. Perhatikanlah, banyak orang yang
hampir-hampir diyakinkan untuk menjadi saleh, ternyata ke-
mudian tidak dapat diyakinkan. Mereka diinsafkan akan ke-
wajiban untuk beribadah kepada Tuhan dan disadarkan akan
kemuliaan jalan-jalan Tuhan , namun keyakinan mereka dika-
lahkan oleh bujukan-bujukan dari luar dan tidak menanggapi
keyakinan mereka itu.
3. Paulus yang tidak diperbolehkan melanjutkan pembelaannya,
mengakhirinya dengan sebuah pujian, atau tepatnya sebuah
harapan yang saleh bahwa kiranya semua yang mendengar-
kannya menjadi Kristen. Harapannya ini berubah menjadi se-
buah doa: euxaimēn an tō Theō aku berdoa kepada Tuhan un-
tuk itu (ay. 29). Menjadi keinginan hatinya dan doanya kepada
Tuhan supaya mereka semua diselamatkan (Rm. 10:1). Bahwa
bukan hanya engkau saja,namun semua orang lain yang men-
dengarkan aku hari ini (sebab ia memiliki maksud yang sama
bagi mereka semua) menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-
belenggu ini. Dengan ini,
(1) Paulus menyatakan keputusannya untuk tetap berpegang
teguh pada agamanya, yang telah memuaskan dirinya se-
penuhnya, dan bertekad untuk hidup dan mati dengan
agama itu. Dalam harapannya supaya orang-orang yang
hadir menjadi seperti dia, ia sebenarnya menyatakan tidak
suka bahwa ia pernah seperti mereka, baik orang-orang Ya-
hudi maupun bangsa-bangsa lain, walaupun hal itu dapat
menjadi keuntungan duniawinya. Ia taat terhadap perintah
Tuhan yang diberikan kepada nabi Yeremia (Yer. 15:19),
Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau
tidak perlu kembali kepada mereka.
(2) Paulus menunjukkan kepuasannya tidak saja dalam kebe-
naran itu,namun demi kepentingan dan keuntungan Kekris-
tenan. Ia telah menerima banyak penghiburan dalam aga-
manya itu pada saat kehidupan ini, dan ia begitu yakin
bahwa hal itu akan berujung di dalam kebahagiaannya
yang kekal, sehingga ia tidak dapat mengharapkan hal
yang lebih baik lagi bagi sahabatnya di dunia ini selain
bahwa mereka juga menjadi seperti dia, sebagai murid
Yesus Kristus yang setia dan bersemangat. Biarlah musuhku
menjadi seperti orang fasik, kata Ayub (Ayb. 27:7). Biarlah
sahabatku menjadi seperti orang Kristen, kata Paulus.
(3) Paulus menunjukkan kesedihan dan keprihatinannya sebab
Agripa tidak maju lebih lanjut lagi dibandingkan sekadar men-
jadi orang yang hampir-hampir diyakinkan,namun tidak se-
penuhnya menjadi orang Kristen. Sebab ia berharap agar
Agripa dan orang-orang selebihnya tidak saja hampir-hampir
diyakinkan (apa baiknya hal seperti itu?)namun lebih dari
itu menjadi sama seperti dia, menjadi orang-orang Kristen
yang sepenuhnya melangkah dengan bersungguh-sungguh.
(4) Paulus menunjukkan bahwa itulah yang menjadi kepriha-
tinannya. Akan menjadi suatu kebahagiaan yang tidak ter-
katakan bagi setiap orang di antara mereka untuk menjadi
orang-orang Kristen yang sejati. Ada cukup tersedia kasih
karunia di dalam Kristus bagi semua orang, seberapa pun
jumlah mereka. Ada cukup untuk masing-masing orang,
seberapa pun mereka menginginkannya.
(5) Paulus menunjukkan maksud baik yang sangat ingin ia
berikan kepada mereka semua. Ia mengharapkan,
[1] Sebagaimana ia berharap bagi jiwanya sendiri, supaya
mereka berbahagia di dalam Kristus sama seperti dirinya.
[2] Mereka menjadi lebih baik dibandingkan keadaannya seka-
rang bila dilihat dari keadaan lahiriahnya. Sebab kecuali
belenggu-belenggu itu, ia berharap supaya mereka semua
menjadi orang-orang Kristen yang dihiburkan seperti
dirinya, tidak menjadi orang Kristen yang teraniaya se-
perti dia. Supaya mereka dapat merasakan keuntungan
agama sebanyak yang telah ia terima,namun tidak se-
banyak beban salib yang harus ditanggungnya. Mereka
memandang ringan keadaannya yang terpenjara dan ti-
dak memperhatikannya. Feliks membiarkan Paulus te-
tap dalam penjara untuk mengambil hati orang Yahudi.
Hal ini bisa saja menggoda banyak orang untuk berha-
rap supaya mereka semua merasakan belenggunya, su-
paya mereka tahu bagaimana rasanya dipenjara, dan
kemudian dapat lebih mengetahui cara mengasihani-
nya. Namun, sungguh jauh dari hatinya untuk berbuat
seperti itu. saat Paulus berharap mereka terbelenggu
kepada Kristus, ia ingin agar mereka tidak pernah ter-
belenggu bagi Kristus. Tidak ada lagi yang dapat dikata-
kan dengan lebih lembut dan juga tidak dengan kasih
karunia yang lebih baik.
III. Mereka semua sepakat bahwa Paulus yaitu orang yang tidak
bersalah dan didakwa secara tidak adil.
1. Sidang berakhir dengan sedikit tergesa-gesa (ay. 30): saat ia
selesai mengatakan kata yang mendesak itu (ay. 29), yang
berhasil menggerakkan hati mereka semua, raja merasa takut.
Seandainya Paulus diperbolehkan melanjutkan pembelaannya,
ia akan mengatakan hal-hal yang menggerakkan hati orang,
yang mungkin dapat bekerja di dalam hati beberapa orang
untuk berpihak kepadanya, lebih dari yang seharusnya, dan
yang mungkin dapat membuat mereka berbalik menjadi orang-
orang Kristen. Raja sendiri mendapati hatinya mulai menyerah,
dan tidak berani mempercayai dirinya sendiri untuk mende-
ngarkan lebih lanjut. Namun, sama seperti Feliks, ia menghen-
tikan pembelaan Paulus kali ini. Secara adil, mereka seharus-
nya menanyakan kepada tahanan itu apakah masih ada lagi
yang ingin ia sampaikan sebagai pembelaannya. Sebaliknya,
mereka beranggapan bahwa sudah cukup banyak yang ia
katakan. Itulah sebabnya raja bangkit beserta wali negeri dan
Bernike kemudian diikuti semua orang yang duduk bersama-
sama mereka. Mereka menyimpulkan bahwa perkara ini sudah
cukup jelas, dan dengan kesimpulan ini, mereka sebenarnya
memuaskan diri, saat Paulus masih ingin berkata lebih ba-
nyak lagi untuk lebih memperjelas perkaranya.
2. Mereka semua sepakat dan berpendapat bahwa Paulus tidak
bersalah (ay. 31). Sidang dihentikan untuk merundingkan per-
kara itu, untuk mengetahui pendapat masing-masing mengenai
hal itu. Mereka berkata seorang kepada yang lain, semuanya
mengakui hal yang sama, bahwa orang ini tidak melakukan se-
suatu yang setimpal dengan hukuman penjara. Ia bukanlah
orang yang berbahaya, sampai harus dipenjarakan. Sesudah
peristiwa ini, Nero membuat sebuah hukum untuk menghu-
kum mati orang-orang yang memeluk agama Kristen. N
pada waktu itu belum ada hukum seperti itu di antara orang-
orang Roma. Itulah sebabnya tidak ada pelanggaran yang da-
pat dituduhkan kepadanya. Penghakiman mereka ini menjadi
kesaksian melawan hukum kejam Nero yang dibuat tidak lama
setelah sidang ini, sehingga Paulus, orang Kristen paling giat
dan bersemangat yang pernah ada, dijatuhi hukuman. Bahkan
orang-orang yang bukan sahabatnya dalam perkara ini pun
berpendapat bahwa ia tidak melakukan sesuatu yang setimpal
dengan hukuman mati atau hukuman penjara. Seperti itulah
dirinya dalam hati nurani orang-orang yang sekarang belum
mau menerima pengajarannya. Dan tuntutan yang membahana
dari orang-orang Yahudi yang pemberang itu, yang berseru-
seru, Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup,
dipermalukan oleh keputusan sidang pengadilan ini.
3. Agripa memberi penilaiannya bahwa ia sebenarnya sudah
dapat dibebaskan sekiranya ia tidak naik banding kepada
Kaisar (ay. 32).namun dengan upaya naik banding itu, Paulus
justru menghalangi pintu bagi kebebasannya sendiri. Bebe-
rapa orang berpendapat bahwa hal ini memang benar menurut
hukum Romawi, bahwa saat seorang tahanan naik banding
kepada pengadilan yang lebih tinggi, maka pengadilan yang
lebih rendah tidak dapat lagi membebaskannya selain meng-
hukumnya. Dan kami berpendapat bahwa hukum itu memang
begitu, jika para pendakwanya turut mengikuti persidangan
perkara itu dan menyetujui upaya banding ini .namun da-
lam perkara Paulus ini, para pendakwanya sepertinya tidak
berbuat demikian. Ia terpaksa melakukan upaya itu untuk
melindungi diri dari amarah mereka, saat ia melihat wali
negeri tampak tidak peduli untuk melindungi dirinya. Itulah
sebabnya mengapa ada juga yang berpendapat bahwa Agripa
dan Festus tidak mau menyakiti hati orang-orang Yahudi de-
ngan membebaskan Paulus, dan menggunakan alasan ini un-
tuk membiarkannya tetap di dalam penjara, meskipun mereka
tahu bahwa mereka memiliki alasan untuk membebaskan dia.
Agripa yang hampir-hampir diyakinkan untuk menjadi seorang
Kristen telah berbuat sesuatu yang tidak lebih baik jika sean-
dainya ia sama sekali tidak pernah hampir diyakinkan. Dan
sekarang saya tidak dapat mengatakan,
(1) Apakah Paulus merasa menyesal telah mengajukan upaya
naik banding kepada Kaisar, dan berharap ia tidak pernah
melakukan upaya itu, menyalahkan diri sendiri sebab hal
yang gegabah itu, dan sekarang melihat bahwa hal itu men-
jadi satu-satunya halangan bagi pembebasannya. Mungkin
ia memiliki alasan untuk merenungkannya dengan penuh
penyesalan, menyalahkan diri sebab tidak berpikir panjang
dan tidak sabar dalam keputusannya, serta sejumlah kera-
guan terhadap perlindungan Tuhan . Sebenarnya, ia lebih
baik naik banding kepada Tuhan dari pada kepada Kaisar.
Hal ini menegaskan apa yang pernah dikatakan Salomo
(Pkh. 6:12), sebab siapakah yang mengetahui apa yang
baik bagi manusia di dalam hidupnya? Apa yang kita
pikirkan untuk kesejahteraan kita sering terbukti malah
menjadi suatu perangkap. Kita yaitu makhluk yang be-
gitu rabun jauh, dan begitu buruk dalam membuat pertim-
bangan saat bersandar pada pengertian sendiri, seperti
yang biasa kita lakukan. Atau,
(2) Bagaimanapun, dengan adanya hal ini, ia merasa puas de-
ngan apa yang telah ia lakukan dan dapat merenungkannya
dengan lapang dada. Upaya naik bandingnya kepada kaisar
yaitu sah menurut hukum dan kedudukannya sebagai
warga negara Roma, serta akan sangat membantu supaya
perkaranya dipertimbangkan. Dan sebab baginya hasil
yang dicapai dalam perkara ini sepertinya yaitu yang ter-
baik, walaupun kemudian keadaan tampak sebaliknya,
Paulus tidak menyiksa diri dengan menyalahkan diri sen-
diri mengenai hal ini. Ia yakin ada pengaturan penyelengga-
raan Tuhan di dalamnya, dan pada akhirnya semua akan
berjalan baik. Dan di samping itu, melalui sebuah pengli-
hatan ia telah diberi tahu bahwa ia harus pergi bersaksi
tentang Kristus di Roma (23:11). Baginya sama saja apakah
ia pergi ke sana sebagai seorang tahanan atau orang bebas.
Ia tahu bahwa keputusan TUHAN-lah yang terlaksana, dan
berkata, Biarlah itu terlaksana, jadilah kehendak Tuhan.
PASAL 27
eluruh pasal ini menceritakan perjalanan Paulus menuju Roma,
sewaktu dikirim ke sana oleh wali negeri Festus sebagai tahanan,
setelah ia meminta naik banding kepada Kaisar.
I. Pada awalnya, perjalanannya cukup baik, tenang, dan lancar
(ay. 1-8).
II. Paulus memberi tahu para awak kapal akan datangnya badai,
tetapi tidak berhasil membuat mereka tetap tinggal di tempat
(ay. 9-11).
III. Sementara meneruskan perjalanan, mereka diamuk oleh angin
badai yang ganas, yang begitu membuat mereka kesusahan
sehingga tidak ada lagi yang bisa mereka harapkan selain ter-
dampar (ay. 12-20).
IV. Paulus meyakinkan mereka bahwa meskipun mereka tidak
mau mendengar sarannya untuk tidak menantang bahaya ini,
namun, oleh pemeliharaan Tuhan yang baik, mereka akan di-
bawa dengan selamat, dan tak seorang pun akan binasa (ay.
21-26).
V. Akhirnya di tengah malam mereka terdampar di sebuah pu-
lau, yang ternyata yaitu Malta. Kemudian mereka dihadap-
kan pada bahaya yang tidak terbayangkan,namun mereka di-
kuatkan oleh nasihat Paulus yang menyuruh agar para awak
kapal tetap di kapal, dan disemangati oleh penghiburannya
untuk makan, dan menjadi berbesar hati (ay. 27-36).
VI. Nyawa mereka nyaris terenggut, saat mereka dekat pantai,
setelah kapal itu karam.namun pada akhirnya semua orang
secara menakjubkan diselamatkan (ay. 37-44).
Perjalanan Paulus Menuju Roma
(27:1-11)
1 Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan
beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang ber-
nama Yulius dari pasukan Kaisar. 2 Kami naik ke sebuah kapal dari Adrami-
tium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia,
lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyer-
tai kami. 3 Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperla-
kukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi saha-
bat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya. 4 Oleh sebab
angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus. 5 Dan setelah
mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di
daerah Likia. 6 Di situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksan-
dria yang hendak berlayar ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu. 7 Se-
lama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan su-
sah payah kami mendekati Knidus. sebab angin tetap tidak baik, kami me-
nyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone. 8 Sesudah kami dengan su-
sah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama
Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea. 9 Sementara itu sudah banyak waktu
yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melan-
jutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya: 10
Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan ke-
sukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal,
tetapi juga bagi nyawa kita. 11namun perwira itu lebih percaya kepada juru-
mudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus.
Tidak tampak berapa lama sesudah pembicaraannya dengan Agripa,
Paulus dikirim ke Roma, untuk menindaklanjuti permohonan naik
bandingnya kepada Kaisar.namun ada kemunginan bahwa itu terjadi
segera sesudah mereka mendapat kesempatan pertama yang nyaman
untuk ke sana. Sementara itu, Paulus tengah berada di antara sa-
habat-sahabatnya di Kaisarea. Mereka menjadi penghiburan bagi dia,
dan dia menjadi berkat bagi mereka.namun di sini kita diberi tahu,
I. Bagaimana Paulus dikirim dengan kapal ke Italia: sebuah perja-
lanan yang panjang,namun tidak ada cara lain. Ia sudah minta
naik banding kepada Kaisar, dan kepada Kaisarlah ia harus pergi:
Diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, sebab untuk
pergi ke Roma, mereka harus lewat jalur laut, sangat jauh kalau
lewat jalur darat. sebab itulah, pada waktu dinubuatkan tentang
penaklukan bangsa Romawi atas bangsa Yahudi, dikatakan (Bil.
24:24), kapal-kapal akan datang dari pantai orang Kitim, yaitu
Italia, dan akan menindas Heber, yaitu orang-orang Ibrani. Sudah
diputuskan oleh kebijaksanaan Tuhan , sebelum diputuskan oleh
rencana Festus, bahwa Paulus harus pergi ke Roma. Sebab, apa
pun yang direncanakan manusia, Tuhan memiliki pekerjaan un-
tuk dilakukan Paulus di sana. Sekarang di sini kita diberi tahu,
1. Siapa yang diserahi tugas untuk menjaga dia, yakni seorang
perwira yang bernama Yulius, pasukan Agustus, sama seperti
Kornelius berasal dari pasukan, atau legion, Italia (10:1). Ia
memiliki prajurit-prajurit di bawahnya, untuk menjaga Pau-
lus, supaya ia tidak kabur, dan juga untuk melindungi dia,
supaya orang tidak berbuat jahat kepadanya.
2. Dari pelabuhan mana Paulus berangkat: mereka naik kapal
dari Adramitium (ay. 2), sebuah pelabuhan di Afrika. Dari situ
kapal ini mengangkut barang-barang dari Afrika, dan tampak-
nya, berlayar menuju Siria, di mana barang-barang itu dijual
dengan harga bagus.
3. Siapa saja yang menemaninya dalam perjalanan ini. Ada bebe-
rapa tahanan yang diserahkan untuk dijaga oleh perwira yang
sama. Mereka ini mungkin sudah minta naik banding juga ke-
pada Kaisar. Atau, sebab suatu alasan, mereka dipindahkan
ke Roma, untuk diadili di sana, atau diperiksa sebagai saksi
melawan beberapa tahanan di sana. Mungkin juga ada bebe-
rapa penjahat terkenal, seperti Barabas, yang sebab besarnya
kejahatan mereka dibawa ke hadapan kaisar sendiri. Paulus
ditempatkan bersama-sama dengan orang-orang ini, seperti
Kristus ditempatkan bersama-sama dengan para pencuri yang
disalibkan bersama Dia. Dan Paulus terpaksa berbagi nasib
dengan mereka dalam perjalanan ini. Kita juga mendapati da-
lam pasal ini (ay. 42) bahwa demi mereka ia rela dibunuh, te-
tapi juga demi dia mereka diselamatkan. Perhatikanlah, bukan
hal baru jika orang yang tidak bersalah terhitung di antara
para penjahat.namun ada juga beberapa temannya di situ yang
berlayar bersama dia, khususnya Lukas, penulis kitab ini, se-
bab ia menempatkan dirinya bersama-sama dengan mereka
sepanjang perjalanan ini, kami berlayar ke Italia, dan, kami
bertolak (ay. 2). Aristarkhus, seorang dari Tesalonika, disebut-
kan secara khusus, sebagai kawan seperjalanan Paulus pada
waktu itu. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa Trofimus dari Efe-
sus juga pergi bersama-sama dengan Paulus,namun kemudian
Paulus meninggalkan dia yang sedang dalam keadaan sakit di
Miletus (2Tim. 4:20), saat ia melewati pantai-pantai Asia
yang disebutkan di sini (ay. 2), dan bahwa di tempat itu juga ia
meninggalkan Timotius. Paulus sungguh merasa terhibur di
kelilingi oleh beberapa temannya dalam perjalanan yang mem-
bosankan ini. Dengan mereka ia bisa bebas berbicara, meski-
pun ada juga kawan-kawan seperjalanan di sekelilingnya yang
begitu bersifat duniawi dan cemar. Orang yang berlayar jauh di
lautan biasanya seolah-olah harus singgah sebagai orang asing
di Mesekh dan Kedar. Dan mereka perlu bersikap bijak, supaya
mereka bisa berbuat kebajikan kepada sekumpulan kawan yang
jahat, bisa menjadikan kawanan itu lebih baik, atau setidak-
tidaknya, tidak menjadi lebih buruk sebab mereka.
II. Ke arah mana mereka pergi, dan tempat-tempat apa saja yang
mereka singgahi, yang secara khusus dicatat untuk meneguhkan
kebenaran cerita ini kepada orang-orang yang hidup pada waktu
itu. Selain itu, dengan menyebutkan nama-nama tempat, mereka
juga ingin bercerita berdasarkan pengalaman sendiri bahwa me-
reka pernah singgah di tempat ini dan itu.
1. Mereka singgah di Sidon, tidak jauh dari tempat mereka naik
kapal. Di sanalah mereka tiba keesokan harinya. Dan apa
yang bisa diamati di sini yaitu , bahwa seorang perwira yang
bernama Yulius memperlakukan Paulus dengan luar biasa ra-
mah. Ada kemungkinan bahwa Yulius mengetahui masalah
Paulus, dan Yulius merupakan salah seorang dari kepala-ke-
pala pasukan, atau orang-orang yang terkemuka, yang mende-
ngar Paulus membela perkaranya sendiri di hadapan Agripa
(25:23), yang yakin akan ketidakbersalahannya dan menolak
kejahatan yang telah diperbuat terhadapnya. Oleh sebab itu,
walaupun Paulus diserahkan kepadanya sebagai tahanan, ia
memperlakukan Paulus sebagai teman, sebagai cendekiawan,
sebagai orang terhormat, dan sebagai orang yang memiliki
kepentingan di sorga. Ia memperbolehkannya, selama kapal
tertambat di Sidon untuk suatu urusan, mengunjungi sahabat-
sahabatnya di sana, supaya mereka melengkapkan keperluan-
nya (KJV: untuk menyegarkan diri pen.). Dan sungguh Paulus
merasa disegarkan kembali dengan kesempatan ini. Yulius
dalam hal ini memberi contoh kepada para penguasa un-
tuk menghormati orang-orang yang mereka tahu pantas dihor-
mati, dan untuk menggunakan kekuasaan mereka guna mem-
buat perubahan. Seorang Yusuf, atau seorang Paulus, tidak
pantas diperlakukan sebagai tahanan biasa. Tuhan dalam hal
ini membesarkan hati orang-orang yang menderita bagi Dia
untuk berharap pada-Nya. Sebab bahkan orang-orang yang
paling tidak mereka sangka sekalipun sanggup diubahkan-Nya
sehingga mau berteman dengan mereka. Ia sanggup membuat
mereka dikasihani, bahkan dihargai dan disanjung, sekalipun
di mata semua orang yang menawan mereka (Mzm. 106:46).
Itu juga merupakan bukti kesetiaan Paulus. Ia tidak berusaha
kabur, yang bisa saja dilakukannya dengan mudah. Sebalik-
nya, sebab boleh keluar dengan jaminan kehormatan, ia de-
ngan setia kembali ke penjara. Jika perwira itu bersikap begitu
ramah terhadap Paulus sehingga ia mempercayai perkataan-
nya, maka Paulus pun bersikap begitu adil dan jujur terhadap
perwira itu sehingga ia memegang perkataannya sendiri.
2. Mereka berlayar dari situ menyusur pantai Siprus (ay. 4). An-
daikan anginnya tenang, mereka pasti sudah langsung melaut,
dan meninggalkan Siprus di sebelah kanan mereka. Akan te-
tapi, sebab angin tidak bersahabat, mereka terpaksa berlayar
dengan angin sakal, dan dengan demikian seolah-olah mengi-
tari pulau itu, dan meninggalkannya dari sebelah kiri. Para
pelaut harus melakukan apa saja sebisa mereka, jika tidak
bisa melakukan apa yang mereka mau, dan memanfaatkan
sebaik-baiknya angin apa yang bertiup, ke arah mana pun itu.
Begitu pula halnya kita semua dalam perjalanan mengarungi
lautan dunia ini. Sekalipun ada angin menghadang di depan,
kita tetap harus maju semampu kita.
3. Di pelabuhan yang disebut Mira, mereka pindah kapal. sebab
kapal yang mereka naiki sebelumnya, ada kemungkinan, ber-
layar hanya sampai di situ, mereka naik sebuah kapal dari
Aleksandria yang hendak berlayar ke Italia (ay. 5-6). Pada
waktu itu Aleksandria merupakan kota utama Mesir, dan ada
hubungan dagang yang erat antara kota itu dan Italia. Dari
Aleksandria orang-orang membawa jagung ke Roma. Dan ba-
rang-barang dari Hindia Timur dan Persia yang mereka impor
dari Laut Merah, diekspor ke seluruh bagian Laut Tengah, ter-
utama Italia. Kapal-kapal Aleksandria juga mendapat perlakuan
khusus di pelabuhan-pelabuhan Italia. Mereka tidak harus
menurunkan layar, seperti kapal-kapal lain, saat berlabuh.
4. Dengan susah payah mereka sampai di Pelabuhan Indah, pela-
buhan di pulau Kreta (ay. 7-8). Mereka berlayar selama bebe-
rapa hari dengan perlahan-lahan, sebab dihambat atau diha-
dang angin. Masih butuh waktu yang lama bagi mereka untuk
sampai di Knidus, sebuah pelabuhan Karia. Dan sekarang me-
reka terpaksa menyusuri pantai Kreta, seperti sebelumnya me-
reka menyusuri pantai Siprus. Banyak kesulitan yang mereka
hadapi saat melewati Salmone, sebuah tanjung di pantai timur
pulau Kreta. Meskipun pada saat itu lautnya tidak bergelom-
bang, perjalanannya sangat membosankan. Oleh pemeliharaan
Tuhan , ada banyak orang tidak mundur dalam menjalankan
urusan mereka, namun mereka hanya berlayar perlahan-la-
han, dan tidak maju-maju sambil memanfaatkan pemeliharaan
Tuhan yang menguntungkan itu. Begitu juga, ada banyak orang
Kristen yang baik berkeluh kesah dalam perkara-perkara yang
menyangkut jiwa mereka, mereka tidak beranjak dari tempat
mereka dan menuju ke sorga,namun terus bertahan di atas
tanah pijakan mereka itu. Mereka majunamun dengan banyak
perhentian dan istirahat, dan diombang-ambingkan angin da-
lam waktu yang lama. Amatilah, tempat yang mereka datangi
disebut Pelabuhan Indah. Para pelancong berkata bahwa pela-
buhan itu dikenal dengan nama yang sama sampai sekarang,
dan bahwa nama itu cocok dengan suasana dan pemandangan
di sana yang menyenangkan. Namun,
(1) Itu bukan pelabuhan yang mereka tuju. Pelabuhan itu in-
dah,namun bukan pelabuhan mereka. Betapapun menye-
nangkannya keadaan kita di dunia ini, kita harus ingat
bahwa kita belum sampai di rumah, dan oleh sebab itu kita
harus bangkit dan beranjak pergi. Sebab, meskipun indah,
itu bukanlah pelabuhan kesukaan mereka (Mzm. 107:30).
(2) Pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim
dingin, demikianlah yang dikatakan (ay. 12). Pemandangan-
nya indah,namun rentan terhadap cuaca buruk. Perhatikan-
lah, pelabuhan yang indah bukanlah pelabuhan yang aman.
Bahkan, di mana ada kesenangan terbesar, boleh jadi di situ
ada bahaya terbesar.
III. Nasihat apa yang diberikan Paulus kepada mereka mengenai per-
jalanan yang masih ada di depan mereka. Ia menasihati mereka
untuk tetap tinggal di tempat selama musim dingin, dan jangan
berpikir untuk pergi ke mana pun sampai cuaca berubah menjadi
lebih baik.
1. Itu waktu yang buruk untuk berlayar. Mereka sudah kehilangan
banyak waktu selama bergumul melawan angin sakal. Ber-
layar pada waktu itu berbahaya, sebab waktu puasa sudah
lampau, maksudnya, waktu puasa tahunan orang-orang Yahu-
di, pada hari penebusan, yang jatuh pada hari kesepuluh di
bulan ketujuh, hari untuk merendahkan diri dengan berpuasa.
Jadi waktu itu kira-kira tanggal 20 September menurut kalender
kita. Puasa tahunan itu dijalankan dengan sangat khidmat.
Tetapi (anehnya), tentang pelaksanaannya, kita tidak pernah
melihatnya disebutkan di seluruh sejarah Kitab Suci, kecuali
memang itulah yang dimaksudkan di sini, dengan cukup me-
nyebutkan musim di tahun itu. Bulan September tanggal 20-
an dianggap sebagai waktu yang buruk untuk berlayar oleh
para awak kapal, sama seperti waktu-waktu lain. Mereka me-
ngeluhkan angin-angin yang kencang pada musim itu. Itulah
waktu yang diambil para pelaut yang sedang kesusahan ini
untuk berlayar. Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir
musim kemarau. Mereka bukan saja sudah kehilangan waktu,
melainkan juga kesempatan.
2. Paulus mengingatkan mereka akan hal itu, dan memberi tahu
mereka akan bahaya yang mengancam (ay. 10): Aku lihat
(entah melalui pemberitahuan dari Tuhan , atau dengan melihat
tekad mereka yang keras untuk meneruskan perjalanan ken-
dati dengan cuaca yang berbahaya itu) bahwa pelayaran
kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian
besar. Kalian yang punya barang-barang di kapal kemungkin-
an akan kehilangan barang-barang itu, dan sungguh suatu
mujizat belas kasihan jika nyawa kita tidak menjadi korban.
Ada beberapa orang baik di kapal itu,namun ada lebih banyak
lagi orang jahat.namun dalam keadaan ini, segala sesuatu
sama bagi sekalian, dan nasib orang sama: baik orang yang
benar maupun orang yang fasik. Jika kedua-duanya berada di
kapal yang sama, mereka berada dalam bahaya yang sama.
3. Mereka tidak mau menuruti nasihat Paulus dalam hal ini (ay.
11). Mereka menganggap dia sok tahu sebab mengusulkan
sesuatu dalam hal pelayaran, suatu bidang yang tidak dikua
sainya. Dan perwira yang dipercaya untuk memutuskan hal
ini, meskipun ia sendiri seorang penumpang, namun, sebagai
orang yang berwenang, memutuskan untuk tidak mengindah-
kan usulan Paulus. Itu dilakukannya sekalipun mungkin ia
sendiri tidak lebih sering berlayar dibandingkan Paulus, tidak pula
lebih mengenal lautan ini. Sementara Paulus sudah menanam
Injil di Kreta (Tit. 1:5), dan mengenal beberapa bagian dari
pulau itu dengan cukup baik.namun perwira itu lebih memper-
hatikan pendapat jurumudi dan nakhoda dibandingkan pendapat
Paulus, sebab biasanya keahlian orang dalam bidang pekerja-
annya sendiri harus dihargai.namun orang seperti Paulus,
yang begitu mengenal Sorga, seharusnya lebih diperhatikan
dalam memberi saran tentang pelayaran dibandingkan pelayar-pe-
layar yang termashyur sekalipun. Perhatikanlah, orang yang
lebih ingin menuruti hikmat manusia dibandingkan wahyu Tuhan ti-
dak sadar bahaya apa yang akan mengancam mereka. Perwira
itu memperlakukan Paulus dengan sangat ramah (ay. 3), na-
mun tidak mau mendengar nasihatnya. Perhatikanlah, banyak
orang menunjukkan penghormatan kepada hamba-hamba Tu-
han yang baik, namun tidak mau menuruti nasihat mereka
(Yeh. 33:31).
Perjalanan Paulus Menuju Roma
(27:12-20)
12 sebab pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim
dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan
mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin.
Kota Feniks yaitu sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke arah
barat daya dan ke arah barat laut. 13 Pada waktu itu angin sepoi-sepoi ber-
tiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu
akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyu-
sur pantai Kreta. 14namun tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah
pulau itu angin badai, yang disebut angin Timur Laut. 15 Kapal itu dilanda-
nya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. sebab itu kami menyerah
saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. 16 Kemudian kami
hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ de-
ngan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. 17 Dan setelah se-
koci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong de-
ngan meliliti kapal itu dengan tali. Dan sebab takut terdampar di beting
Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung
saja. 18 sebab kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka
pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. 19
Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan
mereka sendiri. 20 Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bin-
tang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus
mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat
menyelamatkan diri kami.
Dalam perikop di atas kita mendapati,
I. Kapal kembali berlayar, dan meneruskan perjalanannya dengan
angin yang bersahabat pada awalnya. Amatilah,
1. Apa yang mendorong mereka untuk meninggalkan pelabuhan
indah. Alasannya sebab mereka berpikir tidak baik untuk ting-
gal di pelabuhan itu selama musim dingin. Pelabuhan itu cu-
kup menyenangkan di musim panas,namun di musim dingin
suasananya suram. Atau mungkin, sebab suatu alasan, pela-
buhan itu tidak nyaman. Mungkin makanan di sana langka
dan mahal. Dan mereka terpaksa menempuh bahaya demi
menghindari suatu keadaan yang tidak nyaman, seperti yang
sering kita lakukan. Beberapa awak kapal, atau dewan penasi-
hat yang dipanggil untuk memberi saran dalam hal ini,
memilih untuk tinggal di sana, dibandingkan nekat berlayar ke
laut, sebab cuaca sangat tidak menentu. Lebih baik aman di
pelabuhan yang tidak nyaman dibandingkan tersesat di lautan
yang bergelora.namun mereka kalah suara saat pilihan itu
ditawarkan, dan kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk
berlayar terus. Namun, mereka tidak berniat pergi jauh, hanya
ke pelabuhan lain di pulau yang sama, yang di sini disebut
kota Feniks. Sebagian orang berpikir bahwa pelabuhan itu di-
namai demikian sebab orang-orang Feniks sering datang ke
sana, yaitu para pedagang dari Tirus dan Sidon. Di sini dikata-
kan pelabuhan itu terbuka ke arah barat daya dan barat laut.
Mungkin pelabuhan itu terletak di antara dua tanjung, tanah
yang menganjur ke laut, yang salah satunya mengarah ke ba-
rat laut dan yang lain ke barat daya, dan melaluinya pelabuhan
itu terlindung dari angin timur. Begitulah hikmat Sang Pen-
cipta dalam membuat persediaan untuk memberi kelegaan
dan keamanan kepada orang-orang yang mengarungi laut de-
ngan kapal-kapal, dan melakukan perdagangan di lautan luas.
Sia-sia saja alam menyediakan bagi kita perairan untuk ber-
layar, seandainya tidak juga tersedia pelabuhan-pelabuhan
alami untuk berteduh.
2. Apa yang mendorong mereka untuk melanjutkan perjalanan
pada awalnya. Mereka berangkat dengan angin yang baik (ay.
13), angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan, dan sebab itu me-
reka menyangka bahwa maksud mereka pasti akan tercapai.
Maka mereka pun berlayar menyusur pantai Kreta dan tidak
takut menabrak batu atau busung pasir, sebab angin bertiup
begitu lembut. Adakalanya orang yang berlayar dengan angin
yang begitu baik tidak sadar badai apa yang akan mereka ha-
dapi. Oleh sebab itu, janganlah mereka merasa aman, jangan
juga menganggap begitu saja bahwa maksud mereka sudah
tercapai, sebab ada begitu banyak kecelakaan yang bisa saja
menghalang-halangi tujuan mereka. Orang yang baru menyan-
dangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang
yang sudah menanggalkannya.
II. Sekarang kapal sedang berada di tengah-tengah badai, badai yang
mengerikan. Mereka hanya melihat penyebab-penyebab yang ka-
sat mata, menentukan ukuran berdasarkan petunjuk-petunjuk-
nya yang mendukung, dan menyangka bahwa sebab angin selatan
bertiup sepoi-sepoi, maka akan terus begitu. Dengan keyakinan
ini, mereka nekat berlayar,namun tak lama kemudian mereka se-
gera sadar akan kebodohan mereka dalam lebih mempercayai
angin yang bersahabat dibandingkan firman Tuhan dalam mulut Pau-
lus, yang melaluinya mereka sudah diperingatkan dengan baik
akan datangnya badai. Amatilah,
1. Apa bahaya dan kesusahan yang menimpa mereka,
(1) Turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang tidak hanya
melawan mereka, dan langsung menghantam mereka,
sehingga mereka tidak bisa maju,namun juga sangat ken-
cang, yang menaikkan gelombang-gelombang. Itu seperti
angin yang dikirim untuk mengejar Yunus, meskipun di
sini Paulus sedang mengikuti perintah Tuhan , dan melaksa-
nakan kewajibannya, tidak seperti Yunus yang tengah me-
larikan diri dari Tuhan dan kewajibannya. Angin ini oleh
para pelaut disebut Euroclydon, angin Timur Laut, yang
mungkin di lautan itu sudah dikenal amat mengganggu
dan berbahaya. Itu sejenis angin puyuh, sebab dikatakan
kapal itu dilandanya (ay. 15). Tuhan -lah yang memerintah
kan angin ini untuk bertiup, yang melaluinya Ia bermaksud
membawa kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dan nama baik
bagi Paulus. sebab angin badai dikeluarkan dari dalam
perbendaharaan-Nya (Mzm. 135:7), maka ia melakukan fir-
man-Nya (Mzm. 148:8).
(2) Kapal itu diombang-ambingkan dengan sangat hebat (ay.
18). Kapal itu ditendang-tendang seperti bola dari satu om-
bak ke ombak lain. Para penumpangnya (seperti yang digam-
barkan dengan elok dalam Mazmur 107:26-27) naik sampai
ke langit dan turun ke samudera raya. Mereka pusing dan
terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan
akal. Kapal itu tidak tahan menghadapi angin haluan, tidak
bisa maju melawan angin. Oleh sebab itu, mereka menurun-
kan layar, yang dalam badai seperti itu akan lebih memba-
hayakan dibandingkan membantu mereka. sebab itu kami me-
nyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing,
bukan membiarkannya ke mana saja ia akan berlayar, me-
lainkan ke mana saja gelombang-gelombang yang ganas itu
akan membawanya Non quo voluit, sed quo rapit impetus
undæ. Ovid. Trist. Ada kemungkinan bahwa mereka sangat
dekat dengan pelabuhan kota Feniks saat badai ini turun,
dan berpikir bahwa seharusnya mereka sudah berada di
pelabuhan yang tenang. Mereka menghibur diri dengan
membayangkannya, menghabiskan musim dingin di sana.
namun , lihatlah, tiba-tiba saja mereka mengalami ke-
susahan ini. sebab itu, marilah kita selalu bersukacita
dengan gemetar, dan jangan pernah mengharapkan keaman-
an yang sempurna, atau keamanan yang abadi, sebelum kita
tiba di sorga.
(3) Mereka tidak melihat matahari ataupun bintang-bintang
selama berhari-hari. Ini membuat angin badai itu lebih me-
ngerikan lagi, sebab mereka semua berada dalam kegelapan.
Pada waktu itu belum ditemukan kompas sebagai penunjuk
arah bagi para pelaut (sehingga mereka tidak memiliki
pemandu sama sekali jika tidak bisa melihat matahari
ataupun bintang-bintang), dan ini membuat keadaan me-
reka lebih berbahaya. Demikianlah, adakalanya keadaan
umat kepunyaan Tuhan secara rohani begitu menyedihkan.
Mereka berjalan dalam kegelapan, dan tidak memiliki t
rang. Baik matahari maupun bintang-bintang tidak mun-
cul. Mereka tidak bisa terus memikirkan, bahkan, sekadar
membayangkan, hal-hal apa saja yang menghibur atau
membesarkan hati. Keadan mereka mungkin seperti itu, te-
tapi akan ada terang yang ditunjukkan kepada mereka.
(4) Segala keburukan musim dingin menerpa mereka: Ini bu-
kan sekadar badai kecil cheimōn ouk oligos, hujan dingin,
salju, dan semua hal yang buruk pada musim itu turun,
sehingga segera mereka akan mati sebab kedinginan. Dan
semuanya itu berlangsung selama berhari-hari. Lihatlah
kesulitan-kesulitan apa yang harus dihadapi mereka yang
sering berlayar, selain bahaya-bahaya dari kehidupan yang
mereka jalani. Namun, untuk mencari penghasilan, banyak
orang yang tidak peduli dengan semuanya ini. Merupakan
contoh pemeliharaan Tuhan bahwa sebagian orang condong
melakukan pekerjaan ini, kendati dengan kesulitan-kesu-
litan yang menyertainya. Ini demi menjaga kelangsungan
perdagangan antarbangsa, khususnya antarpulau bangsa-
bangsa bukan-Yahudi. Zebulon dapat bersukacita sepenuh
hati dengan hidup di luar, sama seperti Isakhar dengan hi-
dup di kemah-kemahnya. Mungkin sebab itulah Kristus
memilih hamba-hamba-Nya dari antara para pelaut, sebab
mereka sudah terbiasa menghadapi hidup yang keras.
2. Sarana apa yang mereka gunakan untuk memberi kelegaan
pada diri mereka sendiri. Mereka menggunakan semua alat pe-
nolong yang seadanya (sebab saya tidak bisa menamainya
dengan lebih baik), yang biasa dipakai para pelaut dalam ke-
adaaan susah.
(1) sebab tidak bisa melawan angin, mereka membiarkan ka-
pal itu terombang-ambing, sebab mereka sadar bahwa tidak
ada gunanya mengayuh sampan atau menaikkan layar.
Jika dengan berjuang kita tidak berhasil, maka kita berhik-
mat jika menyerah.
(2) Namun demikian, mereka melakukan apa yang bisa mereka
lakukan untuk menghindari bahaya ini. Ada sebuah pulau
kecil bernama Kauda, dan saat mereka dekat dengan pu-
lau itu, meskipun tidak bisa meneruskan perjalanan, me-
reka berusaha mencegah agar kapal tidak karam. sebab
itu, mereka mengatur keadaannya sedemikian rupa supaya
mereka tidak menabrak pulau itu,namun hanyut ke sana
secara perlahan-lahan (ay. 16).
(3) Takut kalau-kalau kapal mereka tidak tertolong lagi, mereka
sibuk menyelamatkan sekoci, yang mereka lakukan dengan
susah payah. Dengan susah payah mereka dapat mengu-
asai sekoci kapal itu (ay. 16), dan akhirnya menaikannya
(ay. 17). Sekoci ini bisa berguna dalam keadaan darurat,
dan oleh sebab itu mereka berupaya keras untuk memba-
wanya ke dalam kapal.
(4) Mereka menggunakan sarana yang cukup tepat pada waktu
itu, saat ilmu pelayaran masih belum berkembang seperti
sekarang. Mereka meliliti kapal itu dengan tali (ay. 17). Me-
reka mengikat bagian bawah kapal itu dengan tali-tali yang
kuat, supaya kapal tidak menonjol ke luar saat badai
sedang kencang-kencangnya.
(5) sebab takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan
layar, dan kemudian membiarkan kapal terapung. Menghe-
rankan bagaimana kapal bisa hidup di lautan (begitu ung-
kapan para nelayan), bahkan di tengah cuaca yang sangat
buruk, sementara yang ada padanya hanyalah lautan luas.
Dan juga, jika pelaut tidak bisa menepi ke pantai, mereka ha-
rus menjauhkan kapal mereka dari pantai sejauh mungkin.
(6) Keesokan harinya mereka meringankan muatan kapal, me-
lemparkan barang-barang dan pasokan-pasokan ke laut
(seperti yang dilakukan para awak kapal yang ada bersama
Yunus [Yun. 1:5]), sebab mereka lebih memilih miskin
tanpanya dibandingkan binasa bersamanya. Kulit ganti kulit!
Orang akan memberi segala yang dipunyainya ganti
nyawanya. Lihatlah seperti apa kekayaan dunia ini. Betapa
kekayaan diidam-idamkan sebagai berkat,namun akan da-
tang waktunya saat ia menjadi beban, yang bukan hanya
terlalu berat untuk dibawa-bawa, melainkan juga cukup
berat untuk menenggelamkan orang yang memilikinya. Ke-
kayaan yang disimpan oleh pemiliknya sering kali menjadi
kecelakaannya sendiri (Pkh. 5:12), dan harus dilepaskan
demi kebaikan mereka.namun lihatlah kebodohan anak-
anak dunia ini, mereka begitu boros dengan harta benda
mereka jika itu demi menyelamatkan nyawa mereka
sendiri. Namun, betapa pelitnya mereka dalam mengguna-
kannya untuk amal saleh dan sedekah, dan untuk me-
nanggung penderitaan demi Kristus, meskipun mereka di-
beri tahu oleh Sang Kebenaran kekal sendiri bahwa untuk
itu mereka akan diberi balasan lebih dari seribu kali lipat
pada hari kebangkitan orang-orang benar. Orang sungguh
menerapkan asas iman jika saat harta mereka dirampas,
mereka menerima hal itu dengan sukacita, sebab mereka
tahu, bahwa mereka memiliki harta yang lebih baik dan
yang lebih menetap sifatnya (Ibr. 10:34). Siapa saja pasti
lebih memilih membuang harta bendanya dibandingkan nyawa-
nya.namun banyak yang ternyata lebih memilih membuang
iman dan hati nurani yang murni dibandingkan harta benda
mereka.
(7) Pada hari ketiga mereka membuang alat-alat kapal persen-
jataan mereka, armamenta (begitu sebagian orang mengarti-
kannya), seolah-olah itu kapal angkatan bersenjata. Kita
biasa membuang senjata ke laut bila badai mengamuk de-
ngan teramat ganas.namun senjata berat apa yang mereka
miliki pada waktu itu sehingga harus dibuang untuk meri-
ngankan muatan kapal, saya tidak tahu. Dan saya ber-
tanya-tanya apakah bukan suatu kesalahan yang mencolok
bagi para pelaut untuk membuang segala sesuatu ke laut,
bahkan membuang barang-barang yang akan sangat ber-
manfaat untuk menghadapi badai dan yang tidak terlalu
berat.
3. Keputusasaan yang melanda mereka pada akhirnya (ay. 20):
Putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri
kami. Badai terus mengamuk, dan mereka tidak melihat tanda-
tanda badai itu akan mereda. Kita tahu bahwa angin yang sa-
ngat kencang akan terus bertiup selama berminggu-minggu.
Sarana-sarana yang sudah mereka pakai tidak berhasil, se-
hingga mereka kehabisan akal. Dan mereka sungguh ketakutan
dengan apa yang akan terjadi, sampai-sampai mereka tidak
mau makan atau minum. Mereka memiliki cukup banyak
persediaan di kapal (ay. 38),namun sebab mereka begitu di-
belenggu oleh perasaaan takut mati, mereka tidak bisa meneri-
ma penopang hidup. Mengapa Paulus, melalui kuasa Kristus,
dan di dalam nama-Nya, tidak meredakan badai ini? Mengapa
ia tidak berkata kepada angin dan ombak, Diam! Tenanglah!,
seperti yang sudah diperbuat Tuannya? Tentu saja itu sebab
para rasul mengadakan mujizat untuk meneguhkan ajaran
mereka, bukan untuk melayani kepentingan mereka sendiri
atau teman-teman mereka.
Perjalanan Paulus Menuju Roma
(27:21-44)
21 Dan sebab mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di
tengah-tengah mereka dan berkata: Saudara-saudara, jika sekiranya nasi-
hatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara
dari kesukaran dan kerugian ini! 22namun sekarang, juga dalam kesukaran
ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak
seorang pun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. 23 sebab
tadi malam seorang malaikat dari Tuhan , yaitu dari Tuhan yang aku sembah
sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, 24 dan ia berkata: Jangan takut, Paulus!
Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Tuhan ,
maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan
selamat sebab engkau. 25 Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara!
sebab aku percaya kepada Tuhan , bahwa semuanya pasti terjadi sama
seperti yang dinyatakan kepadaku. 26 Namun kita harus mendamparkan
kapal ini di salah satu pulau. 27 Malam yang keempat belas sudah tiba dan
kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria.namun kira-kira tengah
malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. 28 Lalu
mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa
dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas
depa. 29 Dan sebab takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu
karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat ber-
harap mudah-mudahan hari lekas siang. 30 namun anak-anak kapal ber-
usaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan ber-
buat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. 31
sebab itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: Jika
mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat. 32 Lalu prajurit-
prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. 33 saat hari
menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya:
Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar
dan tidak makan apa-apa. 34 sebab itu aku menasihati kamu, supaya kamu
makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorang pun di
antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya. 35 Sesu-
dah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Tuhan di
hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. 36 Maka
kuatlah hati semua orang itu, dan mereka pun makan juga. 37 Jumlah kami
semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. 38 Setelah makan
kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan
kapal itu. 39 Dan saat hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang
rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka me-
mutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. 40
Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar
laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar
topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. 41namun mereka me-
langgar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang
dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang
yang hebat. 42 Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh
tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorang pun yang melarikan diri
dengan berenang. 43namun perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. sebab
itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-
orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, 44
dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau
pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.
Di sini kita mendapati masalah yang menyusahkan Paulus dan
kawan-kawan seperjalanannya. Nyawa mereka selamat, itu saja, dan
itu terjadi demi Paulus. Di sini kita diberi tahu (ay. 37) berapa
banyak orang yang ada di kapal, yaitu para pelaut, pedagang, pra-
jurit, tahanan, dan penumpang lain, semuanya dua ratus tujuh pu-
luh enam jiwa. Ini disebutkan supaya kita memperhatikan mereka
dengan lebih lagi dalam membaca cerita ini, bahwa jumlah mereka
begitu banyak, dan nyawa mereka sedang terancam, dan satu Paulus
di antara mereka lebih berharga dibandingkan semua yang lain. Dalam
perikop di atas kita meninggalkan mereka yang sedang berputus asa,
menyerah pada nasib. Apakah masing-masing berteriak-teriak kepada
Tuhan nya, seperti para awak kapal yang ada bersama Yunus, kita
tidak diberi tahu. Alangkah baiknya jika perbuatan yang terpuji di
tengah-tengah badai ini tidak dianggap ketinggalan zaman dan diter-
tawakan. Namun, Paulus di antara para pelaut ini bukanlah, seperti
Yunus di antara para pelautnya, penyebab dari badai ini, melainkan
penghibur di dalam badai. Dan ia membawa pujian bagi pekerjaan
seorang rasul, sementara Yunus menimbulkan cela bagi sifat seorang
nabi. Sekarang di sini kita mendapati,
I. Dorongan Paulus kepada mereka, dengan meyakinkan mereka,
dalam nama Tuhan , bahwa nyawa mereka semua akan selamat, se-
kalipun, menurut apa yang tampak secara manusiawi, putus se-
gala harapan mereka untuk dapat menyelamatkan diri. Paulus
menyelamatkan mereka pertama-tama dari keputusasaan, supaya
mereka tidak mati sebab nya, dan tidak membiarkan diri kelaparan.
Dengan begitu, mereka akan diselamatkan dengan mudah dari
kesusahan mereka. Setelah beberapa lamanya tidak makan, seo-
lah-olah mereka bertekad untuk tidak makan sampai mereka
tahu apakah mereka akan hidup atau mati, berdirilah Paulus di
tengah-tengah mereka. Selama masa kesusahan itu, Paulus me-
nyembunyikan dirinya dari antara mereka, terhitung sebagai
salah seorang dari kerumunan orang banyak, dan membantu
yang lain membuang alat-alat kapal (ay. 19).namun sekarang ia
membedakan diri, dan, meskipun seorang tahanan, ia membe-
ranikan diri untuk menjadi penasihat dan penghibur mereka.
1. Ia menegur mereka sebab tidak mendengarkan nasihatnya,
untuk tetap tinggal di tempat, di kota Lasea (ay. 8): Saudara-
saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan
berlayar dari Kreta, di mana kita bisa menghabiskan musim
dingin dengan baik, maka kita pasti terpelihara dari kesukaran
dan kerugian ini, yaitu, kita akan terhindar darinya. Kesukaran
dan kerugian di dunia, jika dikuduskan bagi kita, bisa betul-
betul dikatakan sebagai keuntungan. Sebab jika kesukaran
dan kerugian itu menjauhkan kita dari hal-hal yang fana, dan
menyadarkan kita untuk memikirkan kehidupan yang akan
datang, maka kita betul-betul mendapat untung sebab nya.
Amatilah, mereka tidak mendengarkan Paulus saat ia mem-
peringatkan mereka akan bahaya yang akan menimpa mereka.
Namun, kalau saja mereka mau mengakui kebodohan mereka,
dan bertobat darinya, ia akan menyampaikan penghiburan
dan kelegaan bagi mereka, yang sekarang sedang terancam ba-
haya. Betapa Tuhan berbelas kasihan terhadap orang-orang
yang sedang menderita, meskipun mereka sendiri yang menye-
babkannya dengan kecerobohan mereka, bahkan, dengan
kemauan keras mereka, dan ketidaksudian mereka untuk di-
peringatkan. Paulus, sebelum menyampaikan penghiburan, per-
tama-tama ingin membuat mereka sadar akan kesalahan mere-
ka sebab tidak mendengarkan dia. Ia melakukannya dengan
menegur mereka atas kegegabahan mereka, dan mungkin,
saat memberi tahu mereka tentang kesukaran dan kerugian
yang menimpa mereka, ia menyinggung apa yang sudah me-
reka janjikan sendiri dalam meneruskan perjalanan mereka,
bahwa mereka akan menghemat banyak waktu, akan men-
capai maksud ini dan maksud itu: Tetapi, tegas Paulus,
nyatanya kamu tidak mendapatkan apa-apa selain kesukaran
dan kerugian. Apa jawabmu untuk itu? Yang dipersalahkan
atas mereka yaitu kepergian mereka dari Kreta, di mana me-
reka akan aman. Perhatikanlah, kebanyakan orang menimpa-
kan kesukaran pada diri mereka sendiri sebab tidak tahu
bahwa keadaan mereka baik-baik saja,namun mereka men-
dapat kesukaran dan kerugian dengan melawan nasihat orang
lain demi berusaha membuat diri lebih baik.
2. Ia meyakinkan mereka bahwa meskipun mereka harus kehi-
langan kapal, tak seorang pun dari mereka akan kehilangan
nyawa: Sekarang kamu lihat kebodohanmu dengan tidak mau
menuruti perkataanku.namun ia tidak lantas berkata, Maka
sekarang, rasakan akibatnya. Salah kamu sendiri jika kamu
semua binasa. Orang yang tidak mau dinasihati tidak akan di-
tolong. Tidak, Sekarang ada pengharapan di Israel untuk ma-
salah ini. Keadaanmu menyedihkan,namun bukan tanpa ha-
rapan. Sekarang aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap
bertabah hati. Begitulah yang kita katakan kepada para pen-
dosa yang diyakinkan akan dosa dan kebodohan mereka, yang
mulai melihat dan meratapi kengerian yang akan menimpa
mereka, Sekiranya nasihatku itu dituruti, dan kalau saja kamu
tidak melakukan apa saja yang berdosa. Walaupun begitu,
sekarang aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap ber-
tabah hati. Meskipun kamu tidak mau mendengar nasihatku
saat aku berkata, Jangan gegabah, namun dengarlah nasi-
hatku sekarang saat aku berkata, Jangan berputus asa.
Mereka sudah menyerah pada keadaan, dan tidak mau meng-
gunakan sarana apa-apa lagi, sebab putus segala harapan
mereka untuk dapat menyelamatkan diri. Sekarang Paulus
menggugah mereka untuk cepat-cepat bertindak dan berusaha
menyelamatkan diri, dengan memberi tahu mereka bahwa jika
mereka kembali bersemangat, mereka akan dapat menyela-
matkan nyawa mereka. Ia memberi mereka kepastian ini keti-
ka hidup mereka sudah di ujung tanduk, sebab pada saat itu
mereka pasti akan berlipat-lipat lebih senang mendengar bah-
wa tak seorang pun dari mereka akan binasa, sebab sebelum-
nya mereka sudah pasrah bahwa mereka semua tak terhindar-
kan lagi akan binasa. Ia memberi tahu mereka,
(1) Bahwa mereka harus rela kehilangan kapal itu. Mereka
yang menginginkan kapal itu dan muatannya mungkin se-
bagian besar yaitu orang yang mendesak-desak untuk
meneruskan perjalanan dan mengambil risiko, kendati de-
ngan peringatan Paulus. Dan sekarang mereka harus mem-
bayar keteledoran mereka. Kapal mereka akan karam. Ba-
nyak kapal yang megah, kuat, mewah, dan gagah hilang
1137
ditelan ganasnya air dalam waktu sekejap saja. Sebab itu
hanyalah kesia-siaan belaka, segala sesuatu yaitu sia-sia
dan melelahkan jiwa. namun ,
(2) Tidak seorang pun akan binasa. Ini akan menjadi kabar
baik bagi mereka yang tidak lama lagi akan mati sebab ke-
takutan, dan yang merasa bersalah di dalam hati nurani
mereka, sehingga maut tampak sangat mengerikan bagi
mereka.
3. Ia memberi tahu mereka apa dasar dari keyakinannya ini, bahwa
itu bukanlah ejekan terhadap mereka, atau sekadar untuk
menghibur mereka, atau hanya perkiraan manusia. Ia men-
dapat wahyu Tuhan untuk itu, dan yakin akan hal itu seperti ia
yakin bahwa Tuhan itu benar, sebab ia sepenuhnya percaya
bahwa ia didukung oleh firman Tuhan dalam hal ini. Malaikat
Tuhan menampakkan diri kepadanya di malam hari, dan
memberi tahu dia bahwa demi dia, mereka semua akan disela-
matkan (ay. 23-25). Ini melipatgandakan belas kasihan Tuhan
dalam pemeliharaan mereka, bahwa mereka dipelihara bukan
hanya oleh penyelenggaraan Tuhan , melainkan juga oleh janji
Tuhan , dan oleh perkenanan Tuhan secara khusus terhadap Pau-
lus. Sekarang amatilah di sini,
(1) Pengakuan sungguh-sungguh yang dibuat Paulus tentang
hubungannya dengan Tuhan , Tuhan yang mengirimkan kepa-
danya malaikat yang menghibur ini: Dialah yang aku sem-
bah sebagai milik-Nya. Ia memandang Tuhan ,
[1] Sebagai Pemiliknya yang sah, yang secara berdaulat
dan tanpa bisa diganggu gugat berhak atas dia, dan
berkuasa atas dirinya: sebagai milik-Nya. sebab Tuhan
dan bukan kita sendiri yang menciptakan kita, maka
kita bukan milik diri kita sendiri, melainkan milik-Nya.
Kita milik-Nya melalui penciptaan, sebab Ia menjadikan
kita, melalui pemeliharaan, sebab Ia menjaga kita, dan
melalui penebusan, sebab Ia yang membeli kita. Kita lebih
merupakan milik-Nya dibandingkan milik diri kita sendiri.
[2] Sebagai Penguasa dan Tuannya yang berdaulat, yang,
sebab memberinya keberadaan, berhak memberinya
hukum: Yang aku sembah. sebab menjadi milik-Nya,
kita wajib menyembah Dia, mengabdikan diri demi ke
hormatan-Nya dan melakukan pekerjaan-Nya. Kristus-
lah yang dimaksudkan oleh Paulus di sini. Dia yaitu
Tuhan , dan malaikat-malaikat-Nya yaitu kepunyaan-
Nya, dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Paulus
sering menyebut dirinya hamba Kristus Yesus. Dia milik
Kristus, dan Kristuslah yang dilayaninya, baik sebagai
orang Kristen maupun sebagai seorang rasul. Ia tidak
berkata, Tuhan yang kita sembah sebagai milik-Nya,
sebab sebagian besar orang yang hadir di situ yaitu
orang asing bagi-Nya, melainkan, Tuhan yang aku sem-
bah sebagai milik-Nya, tak peduli dengan apa yang dila-
kukan orang lain. Bahkan, Tuhan yang pada saat ini se-
dang aku layani, dengan pergi ke Roma, bukan seperti
kalian, untuk urusan duniawi, melainkan untuk tampil
sebagai seorang saksi bagi Kristus. Nah, ini dikatakan-
nya kepada kawan-kawan seperjalanannya, supaya, ka-
rena melihat bahwa pertolongan mereka datang dari
Tuhan yang dia sembah sebagai milik-Nya, mereka boleh
tertarik untuk memilih-Nya sebagai Tuhan mereka, dan
juga untuk melayani Dia. Untuk alasan yang sama juga
Yunus berkata kepada para awak kapal yang ada bersa-
manya, aku takut akan TUHAN, Tuhan yang empunya
langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan (Yun.
1:9).
(2) Penjelasan Paulus tentang penglihatan yang didapatnya:
Tadi malam seorang malaikat dari Tuhan berdiri di sisiku,
utusan Tuhan yang biasa membawakan pesan-pesan dari
sorga kepadanya. Utusan itu berdiri di sisinya, menampak-
kan diri kepadanya, mungkin saat ia terjaga di tempat
tidurnya. Meskipun ia berada jauh di tengah-tengah lautan
(Mzm. 65:6), di ujung laut (Mzm. 139:9), namun itu tidak
menghambat persekutuannya dengan Tuhan , atau menjauh-
kannya dari kunjungan-kunjungan Tuhan . Dari sana ia da-
pat mengarahkan doanya kepada Tuhan , dan ke sana Tuhan
dapat mengirimkan malaikat kepadanya. Dia sendiri tidak
tahu di mana dia berada,namun malaikat Tuhan tahu di
mana harus mencari dia. Kapalnya diombang-ambingkan
angin dan gelombang, digoncang-goncangkan dengan ter-
amat keras, namun malaikat itu tetap menemukan jalan
untuk masuk ke dalamnya. Tidak ada badai atau topan
yang bisa menghambat pemberian kebaikan-kebaikan Tuhan
kepada umat-Nya, sebab Ia selalu siap menolong, Ia dekat
untuk menolong, sekalipun laut ribut dan airnya berbuih
(Mzm. 46:2, 4). Kita bisa menduga bahwa Paulus, sebagai
seorang tahanan, tidak diberi kamar sendiri di kapal, apa-
lagi tempat tidur di kamar nakhoda,namun ditempatkan di
suatu ruangan (tempat apa saja yang gelap atau kotor di-
pandang cukup baik bagi dia dan para tahanan lain).
Namun, di situlah malaikat Tuhan berdiri di sisinya. Ke-
hinaan dan kemiskinan tidak menjauhkan siapa pun dari
Tuhan dan perkenanan-Nya. Yakub, sekalipun tidak mem-
punyai bantal melainkan hanya sebongkah batu, tidak
memiliki tirai melainkan hanya awan-awan, dikaruniai
penglihatan akan malaikat-malaikat. Paulus mendapat
penglihatan ini baru tadi malam. Ia sendiri sudah diyakin-
kan oleh suatu penglihatan sebelumnya bahwa ia harus
pergi ke Roma (23:11). Dari situ mungkin ia menyimpulkan
bahwa ia sendiri akan selamat.namun ia mendapat peng-
lihatan yang baru ini untuk meyakinkan dia akan kesela-
matan orang-orang yang ada bersamanya.
(3) Dorongan-dorongan yang diberikan kepada Paulus dalam
penglihatan itu (ay. 14).
[1] Ia tidak boleh takut. Walaupun semua orang di sekeli-
lingnya kehabisan akal, dan berputus asa, namun ja-
nganlah takut, Paulus! Apa yang mereka takuti jangan-
lah kamu takuti dan janganlah gentar melihatnya (Yes.
8:12). Biarlah orang-orang yang berdosa terkejut di Sion,
tetapi janganlah orang-orang kudus takut, sekalipun itu
di tengah laut, di dalam badai. Sebab TUHAN semesta
alam menyertai mereka, dan perlindungan mereka ialah
kubu di atas bukit batu (Yes. 33:14-16).
[2] Ia diyakinkan bahwa ia sendiri akan tiba dengan sela-
mat di Roma: Engkau harus menghadap Kaisar. Sama
seperti amukan musuh yang paling kuat tidak akan me-
nang melawan saksi-saksi Tuhan sampai mereka menye-
lesaikan kesaksian mereka, demikian pula halnya de-
ngan gemuruh laut yang amat bergelora. Paulus harus
diselamatkan dari bahaya ini, sebab harus diselamat-
kan untuk pelayanan selanjutnya. Hal ini membawa
penghiburan bagi hamba-hamba Tuhan yang setia, saat
menghadapi kesesakan dan kesulitan, bahwa selama
Tuhan memiliki pekerjaan bagi mereka, umur mereka
akan diperpanjang.
[3] Bahwa demi dia, semua yang ada di kapal bersamanya
akan diluputkan juga dari badai ini: oleh karunia Tuhan ,
maka semua orang yang ada bersama-sama dengan eng-
kau di kapal ini akan selamat sebab engkau. Malaikat
yang diperintahkan untuk membawa pesan ini kepa-
danya bisa saja hanya memilih dia dan teman-teman-
nya untuk diselamatkan dari antara kerumunan orang
yang menyedihkan ini. Ia bisa saja membawa mereka
dengan selamat ke pantai, dan membiarkan yang lain
binasa, sebab mereka tidak mau mendengar nasihat
Paulus. namun , Tuhan lebih memilih, dengan melin-
dungi mereka semua demi dia, menunjukkan betapa
orang-orang baik yaitu berkat yang besar bagi dunia,
dibandingkan hanya menyelamatkan dia untuk menunjuk-
kan betapa orang-orang baik diperlakukan secara ber-
beda dari dunia. Oleh karunia Tuhan , maka semua orang
yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini
akan selamat sebab engkau, maksudnya, mereka se-
mua dilindungi demi menjawab doa-doamu, atau demi
dirimu.namun adakalanya juga orang-orang baik tidak
akan menyelamatkan baik anak-anak lelaki maupun
anak-anak perempuan,namun hanya mereka sendiri
(Yeh. 14:18).namun Paulus di sini membebaskan selu-
ruh awak kapal, hampir tiga ratus jiwa. Perhatikanlah,
Tuhan sering kali meluputkan orang-orang fasik demi
orang-orang saleh. Seperti negeri Zoar demi Lot, dan
mungkin juga Sodom, seandainya ada sepuluh orang
benar di dalamnya. Orang-orang yang baik dibenci dan
dianiaya di dunia seolah-olah mereka tidak layak hidup
di dalamnya, namun sesungguhnya sebab merekalah
dunia tetap berputar. Seandainya tanpa perlu Paulus
menjerumuskan diri ke dalam pergaulan yang buruk,
maka ia pantas dibuang bersama-sama dengan mereka.
namun , sebab Tuhan yang memanggilnya untuk
masuk ke dalam kumpulan itu, maka mereka pun dise-
lamatkan bersama-sama dengan dia. Tersirat di sini
bahwa merupakan suatu perkenanan yang besar bagi
Paulus, dan ia pun memandangnya seperti itu, bahwa
orang lain diselamatkan demi dia: Mereka selamat kare-
na engkau. Tidak ada kepuasan yang lebih besar bagi
orang baik selain mengetahui bahwa ia menjadi berkat
bagi banyak orang.
4. Ia menghibur mereka dengan penghiburan-penghiburan yang
sama, yang dengannya ia sendiri sudah dihibur (ay. 25): Se-
bab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Kalian akan
melihat bahwa semuanya ini akan berakhir dengan baik. sebab
aku percaya kepada Tuhan , dan bergantung pada firman-Nya,
bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan
kepadaku. Ia tidak akan meminta mereka untuk mempercayai
apa yang ia sendiri tidak percayai. Oleh sebab itu, dengan
sungguh-sungguh ia mengakui bahwa ia sendiri mempercayai-
nya, dan kepercayaan akan hal itu membuatnya tenang: Aku
tidak meragukan bahwa akan terjadi sama seperti yang dinya-
takan kepadaku. Demikianlah, terhadap janji Tuhan ia tidak
bimbang sebab ketidakpercayaan. Masakan Ia berfirman dan
tidak melakukannya? Tidak diragukan lagi Ia bisa melakukan-
nya, dan tidak diragukan lagi Ia akan melakukannya. Sebab
Tuhan bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta. Dan bukankah
akan terjadi seperti apa yang sudah dikatakan Tuhan ? Maka
bergembiralah, tabahkanlah hatimu. Tuhan selalu setia,
dan sebab itu biarlah semua orang yang berkepentingan da-
lam janji-Nya selalu bergembira. Jika bagi Tuhan berkata
dan berbuat bukanlah dua hal yang berbeda, maka begitu
pula seharusnya percaya dan bergembira bagi kita.
5. Ia memberi mereka suatu tanda, dengan mengatakan kepada
mereka secara khusus bagaimana akhir dari perjalanan yang
bergelora ini (ay. 26): Kita harus mendamparkan kapal ini di
salah satu pulau, dan itu akan menghancurkan kapal sekali-
gus menyelamatkan para penumpangnya. Dengan demikian,
nubuatan tentang kedua-duanya akan digenapi. Sang juru
mudi telah meninggalkan kemudinya, dan kapal dibiarkan ber-
jalan ke mana saja. Mereka tidak tahu di garis lintang mana
mereka berada, apalagi bagaimana mengarahkan arah mereka.
Namun, Tuhan Sang Pemelihara mengambil tindakan dengan
membawa mereka ke sebuah pulau yang akan menjadi tempat
berlindung bagi mereka. Sekalipun jemaat Tuhan , seperti kapal
ini, dilanggar angin badai, dan tidak dihiburkan, dan sekalipun
dari semua anak-anak yang dTuhan rkannya tidak ada yang
membimbing dia, Tuhan tetap dapat membawanya dengan sela-
mat ke pantai, dan Dia akan melakukannya.
II. Pada akhirnya mereka tiba di sebuah sauh di pantai yang tak
dikenal (ay. 27-29).
1. Sudah dua minggu penuh mereka berada di dalam badai, se-
nantiasa menjelang kematian: Malam yang keempat belas, dan
tidak sebelum itu, mereka telah dekat daratan. Pada malam
itu, mereka terombang-ambing di laut Adria. Ini bukan Teluk
Adria, di mana terletak Venesia, melainkan Laut Adria, bagian
dari Laut Tengah, yang di dalamnya tercakup baik lautan
Sisilia maupun Ionia, dan meluas sampai ke pantai Afrika. Di
laut ini mereka terombang-ambing, dan tidak tahu di mana
mereka berada.
2. Kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka
telah dekat daratan, yang meneguhkan apa yang sudah dika-
takan Paulus kepada mereka, bahwa mereka harus dibawa ke
sebuah pulau. Untuk menguji apakah benar demikian atau ti-
dak, mereka mengulurkan batu duga, untuk mencari tahu ke-
dalaman air, sebab air akan semakin dangkal saat mereka
semakin mendekat ke pantai. Dari percobaan pertama, ternyata
air di situ dua puluh depa dalamnya, dan setelah maju sedikit
mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa, yang me-
nunjukkan bahwa mereka sudah dekat pantai. Tuhan dengan
bijak sudah mengatur cara yang sedemikian alami untuk mem-
beri tahu para pelaut di dalam kegelapan, agar mereka berhati-
hati.
3. Mereka melihat petunjuk itu, dan, sebab takut menabrak batu-
batu di dekat pantai, mereka membuang empat sauh di buritan,
dan sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. Mereka
tidak berani maju sebab takut menabrak bebatuan,namun
juga tidak mau mundur sebab mengharapkan tempat ber-
teduh. Mereka mau menunggu saja sampai pagi, dan dengan
sepenuh hati mengharapkannya. Siapa yang bisa menyalah-
kan mereka kalau masalahnya memang sudah gawat? saat
ada terang, tidak ada daratan yang tampak oleh mata.namun
sekarang, saat ada daratan di dekat mereka, tidak ada te-
rang untuk dapat melihatnya. Tidak heran jika mereka
berharap mudah-mudahan hari lekas siang. jika orang
yang takut akan Tuhan berjalan dalam kegelapan, dan tidak
memiliki terang, janganlah mereka berkata, TUHAN mem-
buang kami, atau Tuhan kami telah melupakan kami.namun
biarlah mereka melakukan seperti apa yang dilakukan para
awak kapal ini, membuang sauh, berharap mudah-mudahan
hari lekas siang, dan yakin bahwa fajar akan menyingsing.
Pengharapan itu yaitu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa
kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Pe-
ganglah itu erat-erat, janganlah berpikir untuk berlayar lagi,
tetapi tinggTuhan bersama Kristus, dan tunggulah sampai fajar
tiba dan bayang-bayang menghilang.
III. Gagalnya usaha para pelaut untuk melarikan diri dari kapal. Ada
lagi bahaya baru di sini yang semakin menambah kesusahan
mereka, yang darinya mereka nyaris tidak terluput. Amatilah,
1. Rencana pengkhianatan para pelaut, untuk meninggalkan ka-
pal yang sedang karam. Jika orang lain yang melakukannya,
itu bijaksana. namun , jika itu dilakukan oleh mereka yang
dipercayakan untuk menjaga kapal, maka itu sungguh suatu
kejahatan yang sangat hina (ay. 30): Anak-anak kapal ber-
usaha untuk melarikan diri dari kapal, sebab menyangka bah-
wa sesampainya di pantai, kapal itu pasti akan hancur ber-
keping-keping. Sesudah menguasai sekoci kapal, mereka
berencana masuk ke situ, dan dengan demikian menyelamat-
kan diri, dan meninggalkan yang lain binasa. Untuk menutup-
nutupi rancangan keji ini, mereka berbuat seolah-olah mereka
hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan, atau membawa-
nya ke tempat yang lebih jauh, dan untuk itu mereka menu-
runkan sekoci, yang sebelumnya sudah mereka naikkan ke
atas kapal (ay. 16-17). Mereka berpura-pura ingin pergi ke situ,
sesuai kesepakatan sebelumnya, padahal mereka ingin me-
naikinya untuk langsung menuju pantai. Pelaut yang berkhia-
nat mirip seperti gembala yang berkhianat, yang lari saat
melihat ada bahaya, dan saat pertolongannya justru teramat
sangat dibutuhkan (Yoh. 10:12). Jadi, benarlah amsal Salomo,
kepercayaan kepada pengkhianat di masa kesesakan yaitu
seperti gigi yang rapuh dan kaki yang goyah. sebab itu,
janganlah kita percaya pada manusia. Paulus, dalam nama
Tuhan , sudah meyakinkan mereka bahwa mereka akan men-
darat dengan selamat,namun mereka lebih percaya benteng
dusta mereka sendiri dibandingkan firman dan kebenaran Tuhan .
2. Diketahuinya rencana itu oleh Paulus, dan keberatannya ter-
hadap rencana itu (ay. 31). Mereka semua melihat para awak
kapal bersiap-siap pergi ke sekoci,namun mereka tertipu oleh
kepura-puraan para awak kapal itu. Hanya Paulus yang mam-
pu melihat di balik itu, dan memberi tahu perwira dan para
prajurit tentangnya, dan berkata kepada mereka dengan terus
terang, Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mung-
kin selamat. Keahlian seorang pelaut dapat dilihat di dalam
badai, dan, saat kapal terancam bahaya. Itulah saat yang
tepat baginya untuk menunjukkan kebolehannya. Sekarang,
kesulitan terbesar dari semuanya kini sedang terbentang di
hadapan mereka, dan sebab itu pelaut lebih diperlukan saat
ini dibandingkan sebelumnya. Memang bukan sebab keahlian me-
reka sendiri mereka sampai ke darat, sebab itu jauh di luar ke-
mampuan mereka.namun , sebab sekarang mereka dekat
darat, mereka harus menggunakan kecakapan mereka untuk
membawa kapal ke situ. jika Tuhan sudah berbuat bagi kita
apa yang tidak bisa kita perbuat, maka kita di dalam kekuat-
an-Nya harus menolong diri kita sendiri. Paulus berbicara
sebagai seorang manusia, saat ia berkata, Jika mereka tidak
tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat. Dan ia sama
sekali tidak melemahkan keyakinan-keyakinan Tuhan yang
sudah diberikan kepadanya bahwa mereka pasti akan selamat.
Tuhan , yang telah menentukan akhirnya, bahwa mereka akan
selamat, menentukan sarananya, bahwa mereka akan selamat
dengan bantuan para pelaut ini. namun , kalaupun mereka
kabur, tidak diragukan lagi bahwa Tuhan akan membuat
firman-Nya terlaksana dengan suatu cara lain. Paulus ber-
bicara sebagai seorang yang bijaksana, bukan sebagai seorang
nabi, saat ia berkata, Semuanya ini diperlukan untuk mem-
pertahankan hidupmu. Kewajiban yaitu bagian kita, apa
yang terjadi nanti, itu bagian Tuhan . Kita tidak percaya pada
Tuhan ,namun mencobai Dia, jika kita berkata, Kita berlin-
dung kepada Dia,namun tidak menggunakan sarana-sarana
yang tepat, yang bisa kita gunakan dengan kekuatan kita, un-
tuk mempertahankan diri.
3. Digagalkannya rencana mereka oleh para prajurit (ay. 32).
Bukan waktunya untuk berdebat dengan para pelaut, dan oleh
sebab itu tanpa menunda-nunda waktu lagi, mereka memotong
tali sekoci. Walaupun sekoci itu bisa saja menolong mereka da-
lam kesusahan ini, mereka lebih memilih membiarkannya ha-
nyut, dan kehilangan sekoci-sekoci itu dibandingkan tidak ada
gunanya sama sekali bagi mereka. Dan sekarang para pelaut
itu, sebab mau tidak mau terpaksa tinggal di kapal, juga harus
berbuat sesuatu untuk menyelamatkan kapal itu sebisa mung-
kin, sebab jika yang lain binasa, mereka pun akan binasa
bersama mereka.
IV. Hidup baru yang dihadirkan Paulus kepada kawan-kawannya, de-
ngan mengundang mereka dengan hati riang untuk menyegarkan
diri, dan dengan segala keyakinan yang berulang kali diberikannya
kepada mereka bahwa nyawa mereka tidak akan menjadi korban.
Berbahagialah mereka yang memiliki seorang seperti Paulus di
tengah-tengah mereka, yang tidak hanya memiliki hubungan
dengan Sorga,namun juga berjiwa hangat dan bersemangat ter-
hadap orang-orang di sekelilingnya. Ini akan mempertajam pera-
saan suka teman-temannya terhadap dia, seperti besi menajam-
kan besi. Di dalam kesulitan, saat di luar kita harus bergumul
dan di dalam kita merasa ketakutan, teman seperti itu sungguh-
sungguh teman sejati. Minyak dan wangi-wangian menyukakan
hati, demikianpun kemanisan sahabat dari sebab nasihat hatinya
(Ams. 27:9). Seperti itulah Paulus di sini bagi teman-temannya
yang ada dalam kesusahan. Sementara itu, siang pun tiba. Me-
reka yang berharap supaya hari lekas siang hendaklah menunggu
beberapa saat, maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka
harapkan. Menyingsingnya fajar membangunkan mereka sedikit,
dan kemudian Paulus mengumpulkan mereka bersama-sama.
1. Ia menegur mereka sebab sudah mengabaikan diri mereka sen-
diri. Sebab sejauh ini mereka telah membiarkan diri mereka
dalam ketakutan dan keputusasaan sehingga mereka lupa ma-
kan atau tidak memikirkannya: Sudah empat belas hari lama-
nya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan
apa-apa, dan itu tidak baik (ay. 33). Bukan berarti bahwa
mereka semua, atau siapa saja dari mereka, terus-menerus
tidak makan selama empat belas hari, melainkan bahwa me-
reka tidak makan secara utuh, seperti sebelum-sebelumnya,
selama waktu itu. Mereka makan sangat sedikit, nyaris tidak
makan apa-apa. Atau, kamu sudah menahan lapar, yaitu,
perutmu sudah menjadi kebal. Kamu sama sekali tidak punya
nafsu makan, tidak pula ingin menikmatinya, sebab ketakut-
an dan keputusasaan yang melanda. Keadaan yang sangat
menyedihkan diungkapkan seperti ini (Mzm. 102:5), aku lupa
makan rotiku. Membiarkan tubuh lapar dan tidak memasuk-
kan apa yang diperlukan untuk menyokongnya itu dosa.
Sungguh tidak wajar orang yang membenci tubuhnya sendiri,
yang tidak mengasuhnya dan merawatinya. Dan sungguh
suatu kejahatan yang pedih di bawah kolong langit bahwa ada
orang yang memiliki segala hal yang baik dalam hidup ini,
namun tidak punya kuasa untuk menikmatinya (Pkh. 6:2).
Jika itu timbul dari dukacita yang dari dunia, dan dari keta-
kutan atau masalah yang berlebihan, maka itu sama sekali
tidak bisa dimaafkan dan tetap dianggap sebagai dosa. Itu ber-
arti tidak mensyukuri apa yang ada, tidak percaya pada Tuhan ,
dan semua itu salah. Betapa bodohnya orang yang mati ka-
rena takut mati!namun begitulah, dukacita yang dari dunia ini
menghasilkan kematian, sementara sukacita di dalam Tuhan
yaitu hidup dan damai sejahtera di tengah-tengah kesukaran
dan bahaya terbesar sekalipun.
2. Ia membujuk mereka untuk makan (ay. 34): sebab itu aku
menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Ada perjuang-
an berat di hadapan kita, kita harus pergi ke pantai sedapat
mungkin. Jika tubuh kita menjadi lemah sebab menahan la-
par, kita tidak akan mampu menolong diri kita sendiri. Malai-
kat menyuruh Elia, Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak,
ia akan mendapati perjalanannya terlalu jauh (1Raj. 19:7).
Jadi Paulus menyuruh orang-orang ini untuk makan, sebab
kalau tidak, mereka akan kesulitan menghadapi gelombang.
Aku memohon kepadamu, parakalō, Aku menasihati kamu,
jika kamu mau menuruti perintahku, makanlah. Meskipun
kamu tidak nafsu makan, meskipun sudah lama perutmu me-
nahan lapar, biarlah pikiran menyuruhmu makan, sebab hal
itu perlu untuk keselamatanmu, atau lebih tepatnya untuk me-
melihara hidupmu, atau keselamatanmu, pada saat ini. Ma-
kanan itu perlu untuk keselamatanmu. Tanpa makan, kamu
tidak akan memiliki tenaga untuk menyelamatkan hidup-
mu. Sama seperti orang yang tidak mau bekerja tidak boleh
makan, begitu pula orang yang mau bekerja harus makan.
Orang-orang Kristen yang lemah dan gemetar, yang membuka
pintu bagi keraguan dan ketakutan tentang keadaan rohani
mereka, yang terus-menerus menahan diri untuk tidak makan
dari perjamuan Tuhan, dan menjauhkan diri dari penghiburan-
penghiburan Tuhan , mereka akan mengeluh tidak bisa menerus-
kan pekerjaan dan peperangan rohani,namun itu salah mereka
sendiri. Jika saja mereka mau makan dan berpesta sebagai-
mana mestinya, dengan menikmati persediaan yang sudah di-
persiapkan Kristus bagi mereka, maka mereka akan dikuat-
kan, dan itu demi kesehatan dan keselamatan jiwa mereka.
3. Ia meyakinkan mereka akan kelanjutan hidup mereka: Tidak
seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari
rambut kepalanya. Ini sebuah kiasan, yang berarti keamanan
sepenuhnya. Kiasan ini digunakan dalam 1 Raja-raja 1:52 dan
Lukas 21:18. Janganlah makan sebab takut mati. Aku ber-
kata kepadamu, kamu pasti akan hidup, dan sebab itu ma-
kanlah. Kamu akan sampai di pantai dengan badan basah
kuyup dan menggigil,namun anginnya akan baik dan tubuhmu
tetap utuh. Rambutmu akan basah,namun tidak sehelai pun
akan terhilang.
4. Ia sendiri yang menyuguhkan hidangan bagi mereka. Sebab
tidak satu pun dari mereka yang bersemangat untuk melaku-
kannya, semuanya lesu: Sesudah berkata demikian, ia meng-
ambil roti, mengambilnya dari persediaan kapal, yang bisa
diambil siapa saja sewaktu tak seorang pun dari mereka mem-
punyai nafsu makan. Mereka tidak menjadi berkekurangan,
seperti yang kadang-kadang terjadi pada para pelaut saat
berada di laut lebih lama dibandingkan yang mereka harapkan
sebagai akibat dari cuaca buruk. Mereka memiliki makanan
yang berlimpah,namun apa gunanya itu bagi mereka, jika
mereka tidak berselera? Sudah sepantasnya kita bersyukur
kepada Tuhan bahwa kita tidak hanya memiliki makanan
untuk memuaskan selera makan kita,namun juga memiliki
selera makan untuk menikmati makanan kita. Juga, bahwa
kita tidak hilang nafsu makan untuk makanan yang lezat-lezat
(Ayb. 33:20), walaupun sedang sakit atau sedih.
5. Sekarang Paulus menjadi nakhoda kapal, dan mereka mem-
punyai alasan untuk bangga akan nakhoda mereka. Ia meng-
ucap syukur kepada Tuhan di hadapan semua mereka. Kita
memiliki alasan untuk berpikir bahwa Paulus sering berdoa
dengan Lukas dan Aristarkhus, dan dengan orang-orang Kris-
ten lain di sana, dan bahwa mereka berdoa bersama-sama se-
tiap hari.namun apakah sebelum ini ia pernah berdoa bersama-
sama dengan semua kawan seperjalanannya secara terang-
terangan tidaklah pasti. Sekarang ia mengucap syukur kepada
Tuhan di hadapan semua mereka, bahwa mereka masih hidup,
dan dijaga sampai sekarang, dan bahwa mereka diberi janji
bahwa hidup mereka akan dijaga dari bahaya yang tengah
mengancam mereka. Ia bersyukur atas persediaan yang mereka
miliki, dan memohon berkat atasnya. Kita harus mengucap
syukur dalam segala hal. Dan khususnya kita harus meng-
arahkan pandangan kita kepada Tuhan dalam menerima ma-
kanan kita, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Tuhan
dan oleh doa, dan harus diterima dengan ucapan syukur. De-
ngan demikian, kutuk dilepas dari makanan itu, dan kita ber-
hak sekaligus mendapat berkat atasnya berdasarkan kovenan
(1Tim. 4:3-5). Manusia hidup bukan dari roti saja,namun dari
firman Tuhan , yang harus dipenuhi dengan doa. Ia mengucap
syukur kepada Tuhan di hadapan semua mereka, bukan hanya
untuk menunjukkan bahwa ia melayani Tuan yang tidak malu
diakuinya, melainkan juga untuk mengundang mereka agar
melayani-Nya juga. Jika kita menginginkan berkat atas ma-
kanan kita, dan bersyukur untuk itu dengan cara yang benar,
maka kita sendiri tidak hanya menjaga persekutuan yang
menghibur dengan Tuhan ,namun juga menghormati pengakuan
iman kita, dan membuatnya baik di mata orang lain.
6. Paulus memberi contoh yang baik kepada mereka: Sesu-
dah mengucap syukur, ia memecah-mecahkan roti (roti tawar
keras), lalu mulai makan. Entah mereka mau terdorong makan
atau tidak, Paulus tetap terus makan. Jika mereka cemberut,
dan, seperti anak kecil yang bandel, tidak mau makan sebab
pikiran masih dipenuhi dengan hal-hal lain, ia tetap akan
makan, dan bersyukur. Jika orang tidak melakukan apa yang
mereka ajarkan kepada orang lain, mereka tidak bisa dimaaf-
kan. Dan cara paling manjur untuk mengajar yaitu dengan
memberi contoh.
7. Perbuatannya itu membuat mereka semua bahagia (ay. 36):
Maka kuatlah hati semua orang itu. Kemudian mereka mem-
beranikan diri untuk percaya pada pesan yang dikirimkan
Tuhan kepada mereka melalui Paulus, setelah mereka dengan
jelas melihat bahwa Paulus sendiri, yang sama-sama berada
dalam bahaya seperti mereka, mempercayainya. Demikianlah
Tuhan mengirimkan kabar baik kepada umat manusia yang
akan binasa melalui orang-orang dari kalangan mereka sen-
diri, yang sama-sama berada dalam bahaya seperti mereka,
yang juga merupakan orang-orang berdosa, dan harus disela-
matkan. Dengan demikian mereka juga bisa diselamatkan
dengan cara yang sama seperti mereka meyakinkan orang lain
untuk percaya. Sebab kabar yang mereka bawa yaitu kesela-
matan bagi semua. Orang akan terdorong untuk berserah diri
kepada Kristus sebagai Juruselamat jika orang-orang yang
mengundang mereka untuk melakukannya menunjukkan bah-
wa mereka sendiri berserah kepada Kristus. Pada kesempatan
inilah jumlah orang yang ada di kapal itu disebutkan, yang
sudah kita perhatikan sebelumnya: jumlah mereka semua yang
di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. Lihatlah berapa
banyak orang bisa terpengaruh oleh contoh yang baik dari
satu orang. Dan mereka pun makan juga, bahkan, mereka
makan kenyang (ay. 38). Mereka puas, atau kenyang, dengan
makanan itu. Mereka makan dengan enak. Ini menjelaskan
arti dari sudah empat belas hari lamanya mereka menanti-nanti
saja, menahan lapar. Bukan berarti bahwa mereka tidak makan
sepanjang waktu itu,namun bahwa mereka tidak pernah ma-
kan cukup sepanjang waktu itu, seperti yang terjadi sekarang.
8. Sekali lagi mereka meringankan muatan kapal, supaya kapal
itu bisa lolos dengan lebih baik dari benturan yang akan me-
nerpanya. Sebelumnya mereka sudah membuang alat-alat
kapal, sekarang mereka membuang muatan gandum, persediaan
pangan yang mereka miliki. Lebih baik mereka yang meneng-
gelamkan makanan dibandingkan makanan yang menenggelamkan
mereka. Lihatlah betapa untuk alasan yang baik Juruselamat
kita menyebut makanan jasmani sebagai makanan yang akan
binasa. Kita sendiri boleh-boleh saja, demi menyelamatkan
hidup, membuang apa yang sudah kita kumpulkan dan kita
simpan untuk menopang hidup kita. Ada kemungkinan bahwa
kapal itu kelebihan muatan dengan banyaknya penumpang
(sebab kejadian ini disebutkan tepat setelah jumlah mereka di-
hitung) dan bahwa hal ini sudah begitu sering membuat me-
reka terpaksa meringankan muatan kapal.
V. Menepinya mereka ke pantai, dan pecahnya kapal itu di tengah
jalan. Fajar hampir menyingsing saat mereka makan. Dan saat
hari sudah cukup terang, mereka mulai melihat ke sekeliling me-
reka. Dan di sini kita diberi tahu,
1. Bahwa mereka tidak tahu di mana mereka berada. Mereka
tidak tahu di pantai negeri mana mereka berada, apakah itu
Eropa, Asia, atau Afrika, sebab masing-masing memiliki
pantai yang tersapu oleh Laut Adria. Ada kemungkinan bahwa
para pelaut ini sering berlayar ke arah sini, dan menyangka
bahwa mereka tahu betul setiap negeri yang mereka datangi,
tetapi di sini mereka kebingungan. Janganlah orang bijaksana
bermegah sebab kebijaksanaannya, sebab mungkin saja kebi-
jaksanaannya itu membuat dia melakukan kesalahan yang
mencolok dalam bidang pekerjaannya sendiri.
2. Mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya, dan ke situlah
mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan
kapal itu (ay. 39). Meskipun tidak tahu negeri apa itu, atau
apakah para penduduknya kawan atau lawan, beradab atau
biadab, mereka memutuskan untuk menyerahkan diri pada
belas kasihan orang-orang setempat. Itu tanah kering, yang
begitu dinanti-nantikan oleh mereka yang sudah begitu lama
berada di tengah lautan. Sungguh disayangkan bahwa tidak
datang bantuan kepada mereka dari pantai, entah itu nakhoda
yang dikirim kepada mereka, yang mengenal pantai itu, yang
bisa mengarahkan kapal mereka, ataukah itu kapal lain, untuk
memindahkan sebagian orang ke dalamnya. Mereka yang hi-
dup di laut sering kali mendapat kesempatan untuk menolong
orang-orang yang sedang dalam kesulitan di laut, dan menye-
lamatkan nyawa-nyawa yang berharga. Dan mereka harus ber-
usaha sekuat tenaga untuk melakukannya, dengan siap sedia
dan hati yang gembira. Sebab merupakan dosa besar, dan sa-
ngat membangkitkan murka Tuhan , jika kita membiarkan