Kisah pararasul 19
enjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu
dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah ke-
dua rasul itu.
Dalam ayat-ayat ini terdapat,
I. Perintah disampaikan untuk mengeluarkan Paulus dan Silas dari
penjara (ay. 35-36).
1. Para pembesar kota yang sehari sebelumnya telah menganiaya
mereka sedemikian rupa memberi perintah itu. Dan me-
reka melakukannya cepat-cepat, begitu hari sudah siang, yang
menunjukkan bahwa entah mereka menyadari bahwa gempa
hebat yang mereka rasakan semalam dimaksudkan untuk
membela para tawanan mereka, atau bahwa nurani mereka
telah menampar mereka atas perbuatan mereka dan membuat
mereka sangat gelisah. saat orang-orang yang dianiaya itu
menyanyi di dalam pasungan mereka, para penganiaya mereka
gelisah ke sana kemari di atas ranjang mereka, pikiran mereka
berkecamuk, lebih banyak mengeluhkan bilur di dalam nurani
mereka dibandingkan dengan keluhan para tawanan akan
bilur di punggung mereka, dan lebih tergesa-gesa untuk segera
membebaskan mereka dibandingkan para tawanan itu memohon
dibebaskan. Tuhan membuat mereka mendapat rahmat dari pi-
hak semua orang yang menawan mereka (Mzm. 106:46). Para
pembesar mengutus pejabat-pejabat kota, rabdouchous, yaitu
orang-orang yang memegang tongkat, baik para petugas ke-
agamaan, petugas pengadilan, maupun para penjaga, yakni
semua orang yang disuruh memukuli mereka, supaya orang-
orang itu pergi dan minta maaf kepada Paulus dan Silas. Pe-
rintah yang diberikan yaitu , lepaskanlah kedua orang itu.
Mungkin tadinya mereka berniat untuk berbuat lebih jahat
lagi terhadap mereka,namun Tuhan membalikkan hati mereka,
dan, sebagaimana Dia telah menjadikan panas hati mereka se-
718
jak itu menjadi kepujian bagi-Nya, demikian pula sisa panas
hati mereka dikekang-Nya (Mzm. 76:11).
2. Kepala penjara itu menyampaikan kabar ini kepada
mereka (ay. 36): Pembesar-pembesar kota telah menyuruh mele-
paskan kamu. Ada yang beranggapan bahwa kepala penjara
cepat-cepat menyampaikan berita kepada para pembesar me-
ngenai apa yang terjadi di rumahnya malam itu, sehingga ia
mendapatkan perintah itu untuk melepaskan tawanannya:
jadi keluarlah kamu sekarang. Bukan sebab ia ingin berpisah
dengan mereka sebagai tamunya, melainkan sebagai para ta-
wanannya. Mereka tetap terbuka untuk datang ke rumahnya,
tetapi ia senang sebab sekarang mereka bebas dari pasung-
annya. Melalui anugerah-Nya, dengan mudah Tuhan bisa meng-
ubahkan para pembesar seperti halnya Ia mengubahkan ke-
pala penjara itu, dan membawa mereka kepada iman Kristen
dan baptisan. Namun, Tuhan memilih orang-orang yang diang-
gap miskin oleh dunia ini (Yak. 2:5).
II. Paulus bersikeras mempersoalkan kesalahan para pembesar kota
yang melanggar hak istimewa yang dimilikinya (ay. 37). Paulus
berkata kepada para pejabat kota itu, Tanpa diadili mereka telah
mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum,
lalu melemparkan kami ke dalam penjara, padahal hal itu berten-
tangan dengan hukum. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami
dengan diam-diam, dan mengira ini bisa membayar pukulan yang
mereka lakukan terhadap kami? Tidak mungkin demikian! Biarlah
mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar, dan mengakui
bahwa mereka telah berbuat salah terhadap kami. Mungkin para
pembesar sudah tahu bahwa mereka yaitu orang-orang Roma,
dan mengerti bahwa amarah mereka telah membuat mereka ber-
tindak lebih jauh dibandingkan yang diperbolehkan secara hukum.
Dan itulah sebabnya mereka memberi perintah untuk menge-
luarkan Paulus dan Silas. Sekarang perhatikan,
1. Paulus tidak mengatakan hal ini untuk membela diri sebelum
ia dipukuli, meskipun dengan begitu ia bisa terhindar dari
pukulan. Ia tidak mau berbuat demikian, supaya jangan sam-
pai ia dianggap takut menderita bagi kebenaran yang diberita-
kannya. Tully, di dalam salah satu pidatonya untuk menen-
tang Verres, berbicara tentang seseorang bernama Ganius,
Kitab Kisah Para Rasul 16:35-40
719
yang diperintahkan oleh Verres supaya dipukuli di Sisilia,
bahwa selama Ganius dicambuki, ia tidak berseru apa-apa
selain Civis Romanus sum Aku yaitu warganegara Roma.
Paulus tidak berbuat demikian. Ia memiliki hal-hal yang lebih
mulia dibandingkan kewarganegaraannya untuk menghibur diri di
dalam penderitaannya.
2. Paulus mengatakannya juga setelah itu, untuk memberi
penghormatan atas penderitaannya dan alasan mengapa ia
menderita, supaya dunia tahu bahwa pemberita Injil bukanlah
orang yang begitu hina seperti yang biasa dikira orang, dan
bahwa mereka pantas mendapat perlakuan yang lebih baik.
Dia melakukan hal itu untuk memperlembut sikap para pem-
besar kota terhadap orang Kristen di Filipi, dan supaya mereka
mendapat perlakuan yang lebih baik. Juga, dengan berbuat
begitu, ia bisa menimbulkan pikiran yang baik pada diri orang
banyak mengenai agama Kristen, saat mereka melihat bahwa
sekalipun Paulus bisa memperkarakan perbuatan para pem-
besar itu dan minta pertanggungjawaban mereka, ia tidak mau
menggunakan kesempatan itu. Dan hal ini pun memberi
kemuliaan besar bagi Nama yang mulia itu, yang oleh-Nya ia
dipanggil. Sekarang di sini,
(1) Paulus membiarkan mereka tahu seberapa banyak masa-
lah yang mereka telah perbuat, dan bahwa ia cukup meng-
erti hukum untuk mengetahui hal itu.
[1] Mereka telah mendera warganegara Roma. Ada yang
beranggapan bahwa Silas juga yaitu orang Roma sama
seperti Paulus. Ada juga yang beranggapan belum tentu
demikian. Paulus yaitu warganegara Roma, sedang
Silas yaitu rekannya. Baik lex Procia maupun lex Sem-
pronia (keduanya yaitu hukum Romawi pen.) terang-
terangan melarang liberum corpus Romani civis, virgis
aut aliis verberibus cædi tubuh warga negara Roma
yang merdeka dipukuli dengan tongkat atau yang lain.
Sejarawan-sejarawan Roma banyak memberi contoh
tentang kota-kota yang hak pemerintahannya dicabut
sebab melakukan penghinaan terhadap warganegara
Roma. Nanti kita akan melihat bahwa Paulus meman-
faatkan hal ini sebagai pembelaan diri (22:25-26). Jika
720
ia berkata bahwa mereka telah memukuli para utusan
Kristus dan kesayangan Sorga, itu tidak akan berpenga-
ruh apa-apa terhadap mereka.namun jika ia mengata-
kan bahwa mereka telah menyiksa warganegara Roma,
maka itu akan membuat mereka ketakutan. Betapa se-
ringnya orang lebih takut terhadap amarah Kaisar dari-
pada murka Kristus. Orang yang menyerang seorang
warga Roma, seorang yang terhormat, yang mulia, mes-
kipun tanpa sengaja dan disebab kan kekeliruan, mera-
sa perlu berkata Peccavi Aku telah berbuat salah, dan
mengakui kesalahannya. Namun orang yang mengania-
ya orang Kristen sebab ia yaitu milik Kristus, terus
melakukannya, dan mengira bahwa ia boleh-boleh saja
berbuat demikian, meskipun Tuhan telah berfirman,
siapa yang menjamah mereka, berarti menjamah biji
mata-Ku, dan bahwa Kristus juga telah memperingatkan
supaya jangan menyalahi orang-orang kecil.
[2] Mereka telah memukuli Paulus dan Silas tanpa diadili,
indicta causa tanpa melakukan proses pengadilan, tan-
pa memeriksa dengan saksama apa yang dikatakan ten-
tang mereka, apalagi menanyakan pembelaan mereka.
Sudah menjadi peraturan umum dalam dunia peradil-
an, Causâ cognitâ possunt multi absolvi, incognitâ nemo
condemnari potest Banyak orang yang bisa saja dibe-
baskan setelah memberi pembelaan,namun tanpa pem-
belaan tidak ada seorang pun yang boleh diadili. Hamba-
hamba Kristus tidak akan dianiaya seperti yang telah
mereka alami seandainya mereka diadili dengan adil.
[3] Sangat berlebihan bahwa para pembesar itu telah me-
lakukan hal ini di muka umum. Dan ini sungguh meren-
dahkan para korbannya, dan juga merupakan pelanggar-
an yang terang-terangan terhadap hukum dan keadilan.
[4] Mereka melemparkan keduanya ke dalam penjara tanpa
memberi alasan mengenai tindakan mereka, sewe-
nang-wenang, dan hanya melalui perintah lisan.
[5] Sekarang mereka mengeluarkan keduanya dengan diam-
diam. Mereka benar-benar tidak berani bertanggung ja-
wab atas perbuatan mereka, dan malah tidak mau jujur
mengakui kesalahan mereka.
Kitab Kisah Para Rasul 16:35-40
721
(2) Paulus menegaskan bahwa para pembesar harus mengaku
salah kepada mereka berdua, dan mengeluarkan mereka
secara terang-terangan, supaya lebih terhormat, seperti
halnya mereka telah dipermalukan di muka umum, yang
menjadikan keadaan mereka lebih memalukan: Biarlah
mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar, dan
bersaksi bahwa kami tidak bersalah, dan bahwa kami tidak
melakukan perbuatan apa pun sehingga layak dicambuk
dan dipasung. Paulus berkeras tentang hal ini bukan ka-
rena ingin dihormati, melainkan atas dasar keadilan, dan
bukan demi dirinya sendiri melainkan bagi Kristus: Biar-
lah mereka datang dan meredakan keributan orang ba-
nyak, dengan mengakui bahwa kami bukanlah pembuat
masalah di kota ini.
III. Para pembesar itu menurut, dan mengubah keputusan pengadil-
an yang dijatuhkan terhadap Paulus dan Silas (ay. 38-39).
1. Para pembesar takut saat mereka diberi tahu (meskipun
mungkin sebelumnya mereka sudah tahu) bahwa Paulus ada-
lah warganegara Roma. Mereka takut saat mendengarnya,
sebab jangan-jangan beberapa orang teman Paulus akan mela-
por kepada pemerintah tentang perbuatan mereka, dan me-
reka harus membayar lebih mahal atas perbuatan mereka. Hu-
kuman yang diberikan oleh para penganiaya sering kali tidak
dibenarkan oleh hukum, bahkan oleh hukum bangsa kafir
sekalipun, dan sering kali tidak manusiawi, melawan hukum
alam. Tindakan mereka selalu penuh dosa dan melawan hu-
kum Tuhan .
2. Mereka datang minta maaf supaya Paulus tidak menggunakan
hukum untuk melawan mereka,namun mengabaikan tindakan
mereka yang tidak dibenarkan hukum dan tidak membicara-
kannya lagi. Mereka membawa kedua rasul itu ke luar penjara,
mengakui bahwa mereka telah berbuat salah dalam melaku-
kan hal itu, dan meminta supaya Paulus dan Silas meninggal-
kan kota itu dengan tenang dan diam-diam. Begitulah Firaun
dan para pegawainya, yang telah menentang Tuhan dan Musa,
datang kepada Musa, dan sujud kepadanya serta berkata: Ke-
luarlah engkau (Kel. 11:8). Tuhan sanggup membuat musuh
umat-Nya malu sebab kecemburuan dan kebencian mereka
722
terhadap umat Tuhan (Yes. 26:11). Terkadang Yerusalem men-
jadi batu yang harus diangkat oleh mereka yang mengangkat-
nya, dan mereka akan sangat senang jika terbebas darinya
(Za. 12:3). Namun, seandainya pertobatan para pembesar ini
tulus, mereka tentu tidak akan ingin supaya Paulus dan Silas
keluar dari kota mereka (seperti orang Gerasa ingin meng-
enyahkan Kristus), melainkan akan mengundang mereka un-
tuk tinggal, dan memohon supaya keduanya terus tinggal di
kota itu, untuk menunjukkan kepada mereka jalan keselamatan.
Namun demikian, meskipun banyak orang yakin bahwa Ke-
kristenan tidak perlu ditekan, mereka juga tidak menjadi insaf
untuk menerimanya, setidaknya tidak terbujuk untuk meme-
luknya. Mereka terdorong untuk memberi penghormatan
bagi Kristus dan para hamba-Nya, tersungkur di depan kaki
mereka dan mengaku, bahwa Ia mengasihi mereka (Why. 3:9),
tetapi tidak bertindak lebih jauh untuk mengambil keuntungan
dari Kristus, atau untuk mengambil bagian di dalam kasih-Nya.
IV. Keberangkatan Paulus dan Silas dari Filipi (ay. 40). Mereka keluar
dari penjara saat mereka telah dibebaskan secara hukum, dan
tidak akan keluar sebelum itu terjadi, meskipun mereka ditahan
tidak sah secara hukum. Kemudian,
1. Mereka pergi menjumpai teman-teman mereka. Mereka pergi
ke rumah Lidia, di mana barangkali para murid telah berkum-
pul untuk mendoakan mereka. Di sana mereka bertemu de-
ngan saudara-saudara di situ, atau mengunjungi mereka di
tempat masing-masing (yang dapat diselesaikan dengan cepat,
sebab jumlah mereka begitu sedikit). Paulus dan Silas meng-
hiburkan mereka, dengan menceritakan kepada mereka (me-
nurut sebuah catatan Yunani kuno) tentang apa yang telah di-
lakukan Tuhan bagi keduanya, dan bagaimana Dia menolong
mereka berdua di dalam penjara. Paulus dan Silas mendorong
mereka supaya terus mendekat kepada Kristus, dan berpegang
teguh pada pengakuan iman mereka, apa pun kesulitan yang
mungkin akan mereka hadapi. Keduanya menyakinkan mere-
ka bahwa semua akan berakhir dengan baik, di dalam keke-
kalan. Para petobat muda harus banyak dinasihati supaya ter-
hibur, sebab sukacita sebab Tuhan itulah yang akan benar-
benar menjadi perlindungan mereka.
Kitab Kisah Para Rasul 16:35-40
723
2. Mereka keluar dari kota ini . Berangkatlah kedua rasul
itu. Saya heran mengapa mereka harus berbuat demikian. Se-
karang setelah mereka dibebaskan secara terhormat dari pen-
jara, pastilah mereka dapat bekerja tanpa bahaya setidaknya
selama beberapa waktu. Namun, saya menduga bahwa mereka
berangkat sebab mengikuti prinsip Guru mereka (Mrk. 1:38).
Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan,
supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, sebab untuk itu
Aku telah datang. Paulus dan Silas mendapatkan panggilan
yang luar biasa untuk datang ke Filipi. Namun demikian, ke-
tika sudah di sana, mereka hanya melihat sedikit saja buah
dari jerih payah mereka, dan segera disuruh pergi dari sana.
Namun kedatangan mereka tidak sia-sia. Meskipun permulaan-
nya kelihatan kecil,namun yang kemudian akan menjadi sangat
mulia. Sekarang mereka telah meletakkan dasar sebuah je-
maat di Filipi, yang kemudian menjadi sangat besar, dan me-
miliki uskup-uskup serta para diakennya sendiri. Dan selain
itu, jemaatnya pun lebih bermurah hati kepada Paulus diban-
dingkan jemaat gereja lain, seperti yang tampak dalam surat
Paulus kepada jemaat di Filipi (Flp. 1:1; 4:15). Janganlah para
hamba Tuhan merasa kecewa, meskipun mereka tidak melihat
buah dari pekerjaan mereka sekarang. Benih yang ditabur se-
pertinya lenyap di bawah timbunan tanah,namun akan muncul
lagi dalam tuaian yang berlimpah pada waktunya.
PASAL 17
i sini kita mendapati lanjutan kisah perjalanan Paulus, dan
semua pelayanan serta penderitaannya bagi Kristus. Ia bukan
seperti lilin di atas meja, yang memberi cahaya hanya untuk satu
ruangan, melainkan seperti matahari, yang berputar untuk memberi-
kan cahayanya bagi banyak orang. Ia dipanggil ke Makedonia, sebuah
kerajaan besar (16:9). Ia memulai pekerjaan di Filipi, sebab itu kota
pertama yang dikunjunginya.namun juga ia tidak boleh membatasi
dirinya hanya pada kota ini. Di sini kita mendapati dia,
I. Memberitakan Injil dan dianiaya di Tesalonika, sebuah kota
lain di Makedonia (ay. 1-9).
II. Memberitakan Injil di Berea, di mana ia berbesar hati kare-
na orang-orang di sana mau mendengarnya.namun dari situ
juga ia diusir oleh penganiayaan (ay. 10-15).
III. Bersoal jawab di Atena, sebuah perguruan tinggi Yunani
yang terkenal itu (ay. 16-21). Ia bersaksi tentang agama
alamiah, untuk menginsafkan orang-orang yang kecanduan
menyembah banyak dewa dan berhala, dan untuk menun-
tun mereka pada agama Kristen (ay. 22-31). Di sini juga di-
beri penjelasan tentang keberhasilan khotbah Paulus itu
(ay. 32-34).
Paulus dan Silas di Tesalonika
(17:1-9)
1 Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba
di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. 2 Seperti biasa
Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membi-
carakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. 3 Ia menerangkannya
kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bang-
kit dari antara orang mati, lalu ia berkata: Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang
D
726
kuberitakan kepadamu. 4 Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan
menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang
Yunani yang takut kepada Tuhan , dan tidak sedikit perempuan-perempuan
terkemuka. 5namun orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu
oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka
mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah
Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang
rakyat. 6namun saat mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret
Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil
berteriak, katanya: Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah
datang juga ke mari, 7 dan Yason menerima mereka menumpang di rumah-
nya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan
mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus. 8 saat orang ba-
nyak dan pembesar-pembesar kota mendengar semuanya itu, mereka men-
jadi gelisah. 9namun setelah mereka mendapat jaminan dari Yason dan dari
saudara-saudara lain, mereka pun dilepaskan.
Dalam kedua surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika, dua surat
pertama yang ditulisnya dengan ilham Tuhan , digambarkan betapa
jemaat di sana memiliki sifat yang cemerlang. Melihat itu, tidak bisa
tidak, kita merasa senang bisa menjumpai di sini sejarah tentang
awal pendirian jemaat ini .
I. Di sini Paulus mendatangi kota Tesalonika, yang merupakan kota
besar di negeri itu, yang sekarang disebut Salonika, berada dalam
wilayah kekuasaan Turki. Amatilah,
1. Paulus melanjutkan pekerjaannya, kendati dengan perlakuan
buruk yang diterimanya di Filipi. Ia tidak mundur atau ber-
kecil hati. Ia memperhatikan hal ini dalam surat pertamanya
kepada jemaat di sini (1Tes. 2:2): Sungguhpun kami sebelum-
nya telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan perto-
longan Tuhan kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan
Injil Tuhan kepada kamu. Perlawanan dan penganiayaan yang
diterimanya justru membuat dia lebih gigih. Tak satu pun dari
semuanya ini yang menggoyahkannya. Tidak bisa ia setegar
dan segigih itu, seandainya tidak digerakkan oleh Roh kuasa
dari atas.
2. Ia hanya mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia.
Amfipolis yaitu sebuah kota dekat Filipi, sedang Apolonia
dekat Tesalonika. Tidak diragukan lagi bahwa ia berada di ba-
wah pimpinan Tuhan , dan diberi tahu oleh Roh (yang, seperti
angin, bertiup ke mana ia mau) tempat-tempat mana saja yang
harus dilaluinya, dan di mana ia harus beristirahat. Apolonia
yaitu sebuah kota di Ilirikum. Menurut sebagian orang,
Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9
727
Ilirikum inilah yang pernah dikunjungi Paulus, saat dikata-
kan bahwa ia telah mengabarkan Injil dari Yerusalem sampai
ke Ilirikum (Rm. 15:19), maksudnya, sampai ke perbatasan
Ilirikum di mana dia sekarang berada. Dan kita dapat men-
duga bahwa meskipun dikatakan Paulus hanya melalui kota-
kota ini, ia tinggal di situ dalam waktu yang begitu lama se-
hingga ia bisa memberitakan Injil di sana, dan membuka jalan
bagi hamba-hamba Tuhan lain dari kalangan mereka, yang
bisa diutusnya setelah itu.
II. Khotbahnya pertama-tama kepada orang Yahudi (ay. 1), di rumah
ibadat mereka di Tesalonika. Ia menemukan sebuah rumah ibadat
orang Yahudi di sana (ay. 1). Ini menunjukkan bahwa satu alasan
mengapa ia berjalan melalui kota-kota yang sudah disebutkan
tadi, dan tidak berlama-lama tinggal di sana, yaitu sebab di
sana tidak ada rumah ibadat. Begitulah, saat melihat sebuah ru-
mah ibadat di Tesalonika, ia pun memasuki kota itu.
1. Sudah menjadi kebiasaan Paulus untuk memulai dari orang-
orang Yahudi, untuk menawarkan Injil pertama-tama kepada
mereka, dan tidak beralih kepada bangsa-bangsa lain sebelum
orang Yahudi menolaknya, supaya mulut mereka bisa dikatup
dan tidak berkoar-koar melawan dia saat dia memberitakan
Injil kepada bangsa-bangsa lain. Sebab seandainya mereka
menerima Injil, dengan gembira mereka akan menyambut
orang-orang yang baru bertobat. Jika mereka menolaknya, sa-
lah mereka sendiri kalau para rasul membawanya kepada
orang-orang yang mau menyambutnya. Perintah untuk per-
tama-tama memberitakan Injil di Yerusalem itu sudah sepan-
tasnya dipandang sebagai pedoman, di mana pun mereka ber-
ada, untuk memulai dengan orang-orang Yahudi.
2. Ia menemui orang-orang Yahudi di rumah ibadat mereka pada
hari Sabat, di tempat dan pada waktu mereka bertemu, dan
dengan demikian ia mau menghormati baik tempat maupun
waktu pertemuan mereka. Hari Sabat dan perkumpulan-per-
kumpulan ibadah akan dipandang sangat mulia oleh orang-
orang yang bagi mereka Kristus itu sungguh mulia (Mzm.
84:11). Sungguh baik berada di rumah Tuhan pada hari-Nya.
Ini merupakan kebiasaan Kristus, kebiasaan Paulus, dan su-
728
dah menjadi kebiasaan semua orang kudus, jalan baik yang
dahulu kala yang sudah mereka tempuh itu.
3. Paulus membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab
Suci. Mereka sepakat dengan dia untuk menerima Kitab Suci
Perjanjian Lama: sejauh ini mereka sehati dan sepikiran.namun
bagi mereka, dengan menerima Kitab Suci, mereka mengira pu-
nya alasan untuk menolak Kristus. sedang bagi Paulus,
dengan menerima Kitab Suci, ia justru melihat banyak alasan
untuk menerima Kristus. Oleh sebab itu, supaya mereka diya-
kinkan, penting bagi dia untuk bersoal jawab dengan mereka.
Dengan Roh yang berdiam di dalam dia, Dia perlu meyakinkan
mereka bahwa pemahamannya atas Kitab Suci benar dan pe-
mahaman mereka salah. Perhatikanlah, pemberitaan Injil ha-
ruslah berdasarkan Kitab Suci dan dapat diterima akal. Seper-
ti itulah Paulus memberitakannya, sebab ia bersoal jawab ber-
dasarkan Kitab Suci. Kita harus memakai Kitab Suci sebagai
dasar, sabda, dan patokan, lalu memikirkannya, dan bersoal
jawab melawan orang-orang yang, walaupun berpura-pura
bersemangat membela Kitab Suci, seperti orang-orang Yahudi,
namun memutarbalikkannya sehingga mendatangkan kehan-
curan bagi diri mereka sendiri. Akal budi tidak boleh diper-
lawankan dengan Kitab Suci,namun harus dipakai untuk men-
jelaskan dan menerapkannya.
4. Paulus terus memberitakan dan mengajar Kitab Suci selama
tiga hari Sabat berturut-turut. Jika tidak bisa meyakinkan me-
reka pada hari Sabat pertama, ia akan mencobanya pada hari
Sabat kedua dan ketiga. sebab perintah demi perintah, dan
ajaran demi ajaran harus disampaikan. Tuhan menantikan per-
tobatan orang-orang berdosa, dan demikian pula seharusnya
hamba-hamba-Nya. Tidak semua pekerja upahan datang ke
kebun anggur pada jam pertama, atau pada panggilan per-
tama. Tidak juga mereka dijamah dengan begitu tiba-tiba se-
perti si kepala penjara itu.
5. Maksud dan tujuan dari pemberitaan dan perdebatannya ada-
lah untuk membuktikan bahwa Yesus yaitu Kristus. Inilah
yang dikemukakan dan ditegaskannya (ay. 3). Pertama-tama ia
menjelaskan apa yang dianggapnya sebagai benar, merincikan
syarat-syarat kebenarannya, lalu menegaskannya, dan mene-
tapkannya sebagai hal yang harus dipatuhinya. Dan dalam
Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9
729
nama Tuhan , ia memanggil mereka untuk menerima penjelas-
annya itu. Cara Paulus bersoal jawab ini sungguh mengagum-
kan. Dan ia menunjukkan dirinya sebagai orang yang meng-
hargai ajaran yang diberitakannya dan juga sepenuhnya
memahaminya. Ia pun sepenuhnya yakin akan kebenarannya,
dan sebab itu ia mengemukakannya sebagai orang yang me-
mang benar-benar percaya pada apa yang dikatakannya. Ia
menunjukkan kepada mereka,
(1) Bahwa Mesias harus menderita, mati, dan bangkit lagi,
bahwa nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tentang Me-
sias mengatakan Ia harus melalui semua itu. Keberatan
utama orang Yahudi terhadap Yesus sebagai Mesias yaitu
kematian dan penderitaan-Nya yang memalukan. Salib
Kristus yaitu batu sandungan bagi orang-orang Yahudi,
sebab salib sama sekali tidak sesuai dengan gagasan yang
sudah mereka bangun tentang Mesias.namun Paulus di sini
menyatakan dan membuktikan tanpa dapat disangkal lagi,
bukan saja mungkin bahwa Yesus seorang Mesias, walau-
pun Dia menderita,namun juga bahwa, sebagai Mesias, Ia
justru harus menderita. Ia tidak bisa menjadi sempurna
kecuali dengan melalui berbagai penderitaan. Sebab, se-
andainya tidak mati, Ia tidak bisa bangkit dari antara orang
mati. Inilah yang ditegaskan Kristus sendiri (Luk. 24:26):
Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk ma-
suk ke dalam kemuliaan-Nya? Dan lagi (ay. 46): Ada tertulis
demikian, dan sebab itu, Mesias harus menderita dan
bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dia
harus menderita bagi kita, sebab jika tidak demikian, Ia
tidak akan mendatangkan penebusan bagi kita. Dan Ia ha-
rus bangkit lagi, sebab jika tidak demikian, Ia tidak bisa
menyelamatkan kita dengan penebusan itu.
(2) Bahwa Yesus yaitu Mesias: Yesus ini, yang kuberitakan
kepadamu, dan yang kepada-Nya kalian kuundang untuk
percaya, yaitu Kristus, yaitu Sang Mesias, Yang Diurapi
Tuhan. Dialah yang akan datang, dan kalian tidak perlu me-
nantikan yang lain. Sebab Tuhan , baik melalui firman-Nya
maupun pekerjaan-Nya (dua cara yang dipakai-Nya untuk
berbicara kepada anak-anak manusia), melalui Kitab Suci
730
maupun mujizat, dan karunia Roh untuk membuat kedua-
nya berhasil, sudah bersaksi bagi Dia. Perhatikanlah,
[1] Hamba-hamba Injil harus memberitakan Yesus. Ia
harus menjadi pokok pembicaraan mereka yang utama.
Pekerjaan mereka haruslah menuntun orang agar me-
ngenal Dia.
[2] Apa yang hendak kita beritakan tentang Yesus yaitu
bahwa Dia itu Mesias. Dan oleh sebab itu, kita boleh ber-
harap diselamatkan oleh Dia dan wajib diperintah oleh-
Nya.
III. Keberhasilan pemberitaan Paulus di Tesalonika (ay. 4).
1. Sebagian orang Yahudi percaya, kendati dengan prasangka
buruk yang sudah berurat akar dalam diri mereka melawan
Kristus dan Injil-Nya, dan mereka menggabungkan diri dengan
Paulus dan Silas. Mereka tidak hanya bergaul akrab dengan
kedua rasul itu sebagai teman dan kawan seperjalanan,namun
juga memberi diri untuk menuruti perintah keduanya, sebagai
pembimbing rohani mereka. Mereka menyerahkan diri untuk
menjadi milik kedua rasul itu, seperti warisan diserahkan ke-
pada orang yang berhak memilikinya, begitu arti kata itu. Me-
reka memberi diri mereka, pertama-tama kepada Tuhan , dan
kemudian, oleh sebab kehendak Tuhan , kepada mereka juga
(2Kor. 8:5). Mereka setia kepada Paulus dan Silas, dan menyer-
tai keduanya ke mana saja mereka pergi. Perhatikanlah, siapa
percaya kepada Yesus Kristus berarti bersekutu dengan hamba-
hamba-Nya yang setia, dan bergaul akrab dengan mereka.
2. Lebih banyak lagi orang Yunani yang saleh, dan perempuan-
perempuan terkemuka, yang menerima Injil. Mereka ini yaitu
orang-orang pemeluk agama Yahudi di pintu gerbang (yang
tidak bisa masuk ke ruang rumah ibadat yang diperuntukkan
bagi orang Yahudi pen.), orang saleh di antara bangsa-bang-
sa bukan Yahudi (begitu orang Yahudi menyebut mereka).
Meskipun tidak mengikuti hukum Musa, mereka tidak lagi me-
nyembah berhala atau hidup tanpa aturan moral. Mereka
hanya menyembah satu-satunya Tuhan yang benar, dan tidak
berbuat jahat kepada siapa saja. Mereka ini hoi sebomenoi
Hellēnes bangsa-bangsa bukan-Yahudi yang menyembah
Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9
731
Tuhan . Ini seperti halnya di Amerika di mana para penduduk
asli yang beriman kepada Kristus disebut orang-orang Indian
yang berdoa. Mereka diperbolehkan bergabung bersama orang-
orang Yahudi di rumah ibadat mereka. Dari antara mereka
inilah sejumlah besar orang menjadi yakin, lebih banyak dari-
pada orang-orang Yahudi tulen, yang mengikuti hukum Ta-
urat. Dan tidak sedikit dari perempuan-perempuan terkemuka
di kota itu, yang saleh dan menghormati agama, memeluk aga-
ma Kristen. Hal ini mendapat perhatian khusus, sebagai hal
yang patut dicontoh oleh kaum perempuan, para perempuan
terkemuka, dan sebagai dorongan bagi mereka untuk berlatih
beribadah dan berserah diri dalam segala hal kepada kuasa
yang memerintah dari agama Kristus yang suci. Sebab hal ini
menunjukkan betapa Kekristenan itu mendapat perkenanan
Tuhan , membawa kehormatan bagi Kristus, dan berpengaruh
besar terhadap banyak orang, selain juga memberi keun-
tungan-keuntungan bagi jiwa mereka sendiri. Tidak disebut-
kan di sini tentang pemberitaan Injil oleh mereka kepada
orang-orang bukan-Yahudi penyembah berhala di Tesalonika,
namun, bisa dipastikan bahwa mereka melakukannya, dan
bahwa sejumlah besar orang bertobat. Bahkan, tampak bahwa
para petobat dari bangsa-bangsa lainlah yang menjadi bagian
utama dalam jemaat, meskipun mereka tidak dicatat di sini.
Sebab Paulus menulis kepada orang-orang Kristen di sana se-
bagai orang yang sudah berbalik dari berhala-berhala kepada
Tuhan (1Tes. 1:9), dan itu mereka lakukan saat kedua rasul
ini baru pertama kali masuk ke tengah-tengah mereka.
IV. Timbul masalah bagi Paulus dan Silas di Tesalonika. Di mana saja
mereka berkhotbah, mereka sudah tahu bahwa mereka akan
dianiaya. Belenggu dan penderitaan menanti mereka di setiap
kota. Amatilah,
1. Siapa yang menjadi biang keladi masalah mereka: orang-orang
Yahudi yang tidak percaya, yang menjadi iri hati (ay. 5). Orang
Yahudi di mana-mana menjadi musuh bebuyutan terhadap
orang Kristen, terutama bagi orang Yahudi yang menjadi Kris-
ten, yang khususnya mereka benci sebagai pengkhianat. Seka-
rang lihatlah perpecahan apa yang dibawa Kristus dengan
kedatangan-Nya ke dunia. Sebagian orang Yahudi percaya
732
pada Injil dan mengasihani serta berdoa bagi mereka yang ti-
dak percaya. Sementara sebagian lain yang tidak percaya men-
jadi iri hati dan membenci mereka yang percaya. Rasul Paulus
dalam suratnya kepada jemaat ini melihat kegeraman dan per-
musuhan orang-orang Yahudi melawan para pemberita Injil
sebagai dosa yang akan memenuhi takaran kejahatan mereka
(1Tes. 2:15-16).
2. Siapa yang diperalat untuk membuat masalah itu: orang-orang
Yahudi membujuk beberapa penjahat dari antara petualang-pe-
tualang di pasar, yang mereka panggil dan kumpulkan ber-
sama-sama, dan yang harus menghasut seluruh kota melawan
kedua rasul. Semua orang bijak dan waras memandang kedua
rasul itu dengan hormat, dan menghargai mereka, dan tidak
akan ada orang yang bangkit melawan mereka kecuali sampah
masyarakat, golongan orang keji, yang senang berbuat segala
macam kejahatan. Tertullian menantang orang yang melawan
Kekristenan dengan hal ini, bahwa musuh-musuh Kekristenan
pada umumnya yaitu orang-orang paling jahat: Tales semper
nobis insecutores, injusti, impii, turpes, quos, et ipsi damnare
consuestis Semua orang yang menganiaya kami yaitu
orang-orang yang tidak adil, fasik, dan keji, yang biasanya
akan kamu kutuk juga (Apologia, bab 5). Merupakan suatu
kehormatan bagi agama bahwa orang-orang yang membenci-
nya pada umumnya yaitu penjahat-penjahat yang paling
rendah, yang tidak lagi memiliki rasa keadilan dan kebajikan.
3. Dengan cara apa mereka terus maju melawan kedua rasul itu.
(1) Mereka mengacau kota itu, mengadakan keributan untuk
membuat orang panik, sehingga semua orang berdatangan
untuk melihat apa yang terjadi. Mereka memulai kegaduhan,
dan orang banyak pun segera berkumpul. Lihatlah siapa
biang masalah bagi Israel. Bukan para pewarta Injil yang
setia, melainkan musuh-musuh mereka. Lihatlah bagai-
mana Iblis menjalankan rancangan-rancangannya. Ia me-
ngacau kota, mengacau jiwa, lalu memancing di air keruh.
(2) Mereka menyerbu rumah Yason, tempat kedua rasul itu
tinggal, dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan
Silas kepada sidang rakyat, yang sudah mereka panas-pa-
nasi untuk melawan keduanya, dan yang mereka harap
akan dikoyak-koyak oleh rakyat. Seluruh persidangan di
Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9
733
sini sama sekali tidak sah. Yang berhak menggeledah ru-
mah Yason hanyalah para petugas yang berwenang, dan me-
reka harus punya surat perintah. Rumah orang, menurut
hukum, yaitu bentengnya. Dan mereka yang secara
menggemparkan menyerbu rumah orang, dan membuat dia
dan keluarganya ketakutan, menunjukkan betapa orang-
orang yang ganas itu sungguh dikuasai oleh roh untuk
menganiaya orang. Jika orang melanggar hukum, para ha-
kim bertugas untuk menyelidiki pelanggaran itu, dan meng-
hakiminya.namun menjadikan para perusuh sebagai hakim
sekaligus algojo (seperti yang hendak dilakukan oleh orang-
orang Yahudi ini) berarti membiarkan kebenaran jatuh di ja-
lanan. Ini juga bagaikan menaikkan hamba di pelana kuda,
dan membiarkan raja berjalan seperti hamba. Maksudnya,
menggulingkan keadilan, dan meninggikan kegeraman.
(3)namun mereka tidak bisa menangkap kedua rasul itu. Kalau
mereka temukan, pastilah akan mereka hukum seperti ge-
landangan, dan rakyat akan mereka panas-panasi untuk
memperlakukan keduanya seperti orang asing yang hendak
memata-matai negeri mereka, memakan habis kekayaan-
nya, dan merampas makanan dari mulut mereka. Sebagai
ganti kedua rasul itu, mereka beralih kepada seorang
warga mereka sendiri yang jujur, yang menyambut kedua
rasul itu di rumahnya. Namanya Yason, seorang Yahudi
yang telah bertobat. Mereka menyeret dia bersama sebagi-
an dari saudara-saudara itu kepada para penguasa kota.
Kedua rasul itu diminta mundur, sebab rakyat banyak se-
makin mengamuk, Currenti cede furori Mundur dari sem-
buran air deras.namun teman-teman mereka bersedia
menghadapi rakyat banyak itu, sebab mereka lebih mampu
menghadapi badai ini. Untuk orang yang baik, untuk orang
yang begitu baik seperti kedua rasul ini, ada orang yang be-
rani mati.
(4) Mereka menuduh kedua rasul itu di hadapan para penguasa,
dan mendakwa mereka sebagai orang-orang yang berba-
haya, tidak pantas dibiarkan. Kejahatan yang dituduhkan
kepada Yason yaitu menerima dan menampung kedua
rasul itu (ay. 7), mendukung mereka dan memajukan ke-
pentingan mereka. Dan apa kejahatan kedua rasul itu, se-
734
hingga orang yang memberi mereka tempat tinggal pun di-
pandang sederajat dengan seorang pengkhianat? Dua sifat
yang sangat buruk digambarkan di sini tentang kedua
rasul itu, yang membuat mereka menjijikkan di mata ma-
syarakat dan keji di mata para hakim, jika para hakim itu
adil:
[1] Bahwa mereka meresahkan masyarakat, dan membuat
kekacauan di mana saja mereka berada: Orang-orang
yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke
mari. Dalam arti tertentu, memang benar bahwa jika
Injil datang dengan kekuatannya ke mana saja, kepada
jiwa siapa saja, di situ ia mengerjakan perubahan yang
sedemikian rupa, mengubah arus sungai dengan begitu
rupa, begitu berlawanan, sehingga bisa dikatakan bahwa
Injil menjungkirbalikkan dunia di tempat itu, di dalam
jiwa itu. Cinta dunia dicabut sampai ke akar-akarnya
dari dalam hati, dan jalan dunia ditentang di dalam hi-
dup, sehingga di situ dunia dijungkirbalikkan.namun
dalam maksud mereka, sama sekali bukan demikian
pengertiannya. Mereka ingin agar orang berpikir bahwa
para pewarta Injil itu yaitu perusuh dan pembuat
kejahatan di mana saja mereka berada, bahwa mereka
menabur perpecahan di antara saudara-saudara, meng-
adu domba sesama tetangga, menghambat pergaulan,
dan menjungkirbalikkan segala aturan dan tata tertib.
sebab mereka membujuk orang untuk berbalik dari
kejahatan kepada kebajikan, dari berhala-berhala ke-
pada Tuhan yang hidup dan benar, dari kebencian dan iri
hati kepada kasih dan kedamaian, mereka dituduh
menjungkirbalikkan dunia, padahal justru kerajaan
Iblis di dunialah yang mereka jungkir balikkan. Musuh-
musuh para pekabar Injil itu mengacau kota, lalu mem-
persalahkan mereka untuk itu. Seperti Kaisar Nero
membakar kota Roma, lalu menuduhkannya pada orang-
orang Kristen. Jika hamba-hamba Kristus yang setia,
bahkan yang paling berdiam diri di negeri sekalipun, di-
fitnah dan dijelek-jelekkan secara menyakitkan seperti
itu, maka janganlah mereka heran atau kesal sebab -
nya. Kita tidak lebih baik dibandingkan Paulus dan Silas,
Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9
735
yang sudah dilecehkan seperti itu. Para pendakwa ber-
seru-seru, Mereka datang juga ke mari. Mereka sudah
melakukan semua kejahatan yang bisa mereka lakukan
di tempat-tempat lain, dan sekarang mereka membawa
wabah penyakit itu kemari. Oleh sebab itu, sudah
saatnya bagi kita untuk bangkit dan membentengi diri
kita melawan mereka.
[2] Bahwa kedua rasul itu yaitu musuh-musuh bagi
pemerintahan yang berkuasa, dan merasa tidak puas
dengannya, dan asas-asas serta perbuatan mereka akan
merugikan kerajaan dan tidak sesuai dengan undang-
undang negara (ay. 7): Mereka semua bertindak mela-
wan ketetapan-ketetapan Kaisar. Bukan melawan suatu
ketetapan tertentu, sebab pada saat itu belum ada hu-
kum kerajaan melawan Kekristenan, melainkan mela-
wan kekuasaan Kaisar secara umum untuk membuat
ketetapan-ketetapan. Sebab mereka berkata, ada se-
orang raja lain, yaitu Yesus, yang bukan hanya raja
orang Yahudi, sebagaimana yang dituduhkan kepada
Juruselamat kita sendiri di hadapan Pilatus, melainkan
juga Tuhan dari semua orang. Demikianlah Petrus me-
nyebut Kristus dalam khotbah pertamanya kepada
bangsa-bangsa bukan-Yahudi (10:36). Memang benar
bahwa pemerintah Romawi, baik pada waktu sebagai
negara persemakmuran maupun setelah jatuh ke ta-
ngan Kaisar, sangat cemburu pada wali negeri mana
saja di bawah kekuasaan mereka yang memakai gelar
raja. Dan ada hukum yang jelas menentang itu.namun
kerajaan Kristus bukan dari dunia ini. Para pengikut-
Nya memang berkata bahwa Yesus yaitu raja,namun
bukan raja duniawi, bukan seorang saingan bagi Kaisar,
tidak pula ketetapan-ketetapan-Nya mencampuri kete-
tapan-ketetapan Kaisar. Sebaliknya, yang menjadi hu-
kum kerajaan-Nya yaitu , memberi kepada Kaisar
apa yang wajib diberikan kepada Kaisar. Tidak ada apa
pun dalam ajaran Kristus yang berniat menggulingkan
para penguasa, atau merampas hak-hak istimewa mere-
ka. Orang-orang Yahudi mengetahui ini dengan sangat
baik, dan dengan melawan hati nurani mereka sendiri
736
mereka menuduhkan hal itu kepada kedua rasul. Dan
dari semua orang, justru orang Yahudi sendirilah yang
mau melakukan hal itu, sebab mereka membenci
Kaisar dan pemerintahannya, dan berusaha menghan-
curkan dia dan pemerintahannya, sambil mengharap-
kan seorang Mesias menjadi penguasa dunia dan men-
jungkirbalikkan takhta-takhta kerajaan. Dan sebab
itulah mereka menentang Yesus Tuhan kita, sebab Ia
tidak tampak menunjukkan ciri-ciri itu. Demikianlah,
orang-orang yang dengan penuh rasa benci terus meng-
gambarkan umat Tuhan yang setia sebagai musuh-mu-
suh Kaisar dan berbahaya bagi raja-raja dan pemerin-
tahan, justru mereka itu sendiri yang mendirikan
imperium in imperio kerajaan di dalam kerajaan, ke-
kuasaan yang tidak hanya bersaing dengan kekuasaan
Kaisar,namun juga berusaha mengunggulinya.
4. Keresahan penduduk kota itu oleh sebab masalah ini (ay. 8):
saat orang banyak dan pembesar-pembesar kota mendengar
semuanya itu, mereka menjadi gelisah. Mereka tidak berpikiran
buruk terhadap kedua rasul itu atau ajaran mereka, tidak me-
rasakan ancaman bahaya dari mereka terhadap negara, dan
sebab itu membiarkan mereka begitu saja.namun , jika mereka
digambarkan oleh para pendakwa mereka sebagai musuh-
musuh Kaisar, maka penduduk kota wajib mengawasi mereka,
dan menekan mereka, sebab takut pada pemerintah, dan ini
membuat mereka gelisah. Klaudius, yang pada waktu itu me-
megang kendali pemerintahan, digambarkan oleh Suetonius
sebagai orang yang sangat awas terhadap keributan sekecil
apa pun, dan tidak segan-segan mengambil tindakan. Ia me-
wajibkan para penguasa di bawahnya untuk waspada ter-
hadap segala sesuatu yang tampak membahayakan atau men-
curigakan, sekecil apa pun itu. Dan oleh sebab itu, mereka
menjadi gelisah sebab sekarang terpaksa harus mengganggu
orang baik-baik.
5. Akhir dari masalah yang menggelisahkan ini. Para hakim tidak
keberatan menghukum orang-orang Kristen. Kedua rasul itu
diamankan. Lalu mereka lari, dan dilepaskan dari tangan para
hakim, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali membebaskan
Yason dan teman-temannya dengan jaminan (ay. 9). Para ha-
Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15
737
kim di sini tidak begitu mudah terpancing amarah terhadap
kedua rasul itu seperti para hakim di Filipi. Mereka di sini
lebih menimbang-menimbang dan lebih sabar. Jadi, para ha-
kim itu mendapat jaminan dari Yason dan dari saudara-saudara
lain, lalu menyuruh mereka berkelakuan baik. Dan ada ke-
mungkinan bahwa para hakim juga meminta jaminan atas
Paulus dan Silas, supaya keduanya bisa datang kalau dipanggil,
jika sesudah itu ada hal-hal yang muncul melawan mereka. Di
antara para penganiaya Kekristenan, seperti halnya ada yang
sungguh-sungguh gila dan beringas seperti binatang, demikian
pula ada yang bijak dan sabar. Dalam hal ini, sikap tidak ber-
lebihan merupakan suatu kebajikan.
Paulus dan Silas di Berea
(17:10-15)
10namun pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh
Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke
rumah ibadat orang Yahudi. 11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik
hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, sebab mereka meneri-
ma firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyeli-
diki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. 12
Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara
perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani. 13namun saat
orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberita-
kan firman Tuhan oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan
menggelisahkan hati orang banyak. 14namun saudara-saudara menyuruh
Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut,namun Silas dan Timotius
masih tinggal di Berea. 15 Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya
sampai di Atena, lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, su-
paya mereka selekas mungkin datang kepadanya.
Dalam perikop di atas kita mendapati,
I. Paulus dan Silas berpindah ke Berea, dan memberitakan Injil di
sana (ay. 10). Mereka sudah melangkah sedemikian jauh di Tesa-
lonika, sehingga fondasi-fondasi jemaat sudah diletakkan, dan
orang lain dibangkitkan untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah
dimulai. Para penguasa dan rakyat biasa tidak begitu berpra-
sangka buruk terhadap mereka seperti terhadap Paulus dan Silas.
Dan oleh sebab itu, saat badai datang, mereka mundur, dengan
melihatnya sebagai petunjuk bahwa mereka harus meninggalkan
tempat itu untuk sementara waktu. Perintah Kristus kepada mu-
rid-murid-Nya, bahwa jika mereka menganiaya kamu dalam
738
kota yang satu, larilah ke kota yang lain, dimaksudkan bukan un-
tuk mencari aman (bukan larilah ke kota lain, supaya bisa ber-
sembunyi di sana), melainkan terlebih agar mereka bisa melan-
jutkan pekerjaan ( larilah ke kota lain, supaya bisa memberitakan
Injil di sana), seperti yang tampak dari alasan yang diberikan se-
sungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel,
Anak Manusia sudah datang (Mat. 10:23). Demikianlah, dari yang
makan keluar makanan, dan Iblis terhujam oleh panahnya sen-
diri. Ia menyangka bahwa dengan menganiaya para rasul ia bisa
menghentikan perkembangan Injil.namun perbuatannya itu diga-
galkan sedemikian rupa, sehingga justru dijadikan alat untuk me-
majukannya. Lihatlah di sini,
1. Perhatian saudara-saudara seiman terhadap Paulus dan Silas,
saat mereka melihat bagaimana persekongkolan dibuat me-
lawan keduanya: Mereka segera menyuruh kedua rasul itu
berangkat pada malam itu juga, dengan diam-diam, ke Berea.
Peristiwa ini tidaklah membuat orang-orang yang baru berto-
bat itu terkejut. Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan
kamu (kata Paulus kepada mereka, 1Tes. 3:4), waktu kami per-
tama-tama datang kepada kamu, telah kami katakan kepada
kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, se-
perti kamu tahu, telah terjadi. Tampak bahwa Paulus dan Silas
dengan senang hati ingin tinggal di sana, dan menghadapi
badai itu, jika saudara-saudara seiman mengizinkan mereka.
Namun, saudara-saudara itu lebih suka kehilangan bantuan
kedua rasul itu dibandingkan membahayakan nyawa mereka, yang
tampaknya lebih berharga di mata teman-teman mereka dari-
pada di mata mereka sendiri. Mereka menyuruh kedua rasul
itu berangkat pada malam itu juga, secara sembunyi-sem-
bunyi, seolah-olah mereka itu pembuat kejahatan.
2. Ketekunan Paulus dan Silas dalam pekerjaan mereka. Meski-
pun melarikan diri dari Tesalonika, mereka tidak melarikan
diri dari pelayanan terhadap Kristus. Setibanya di Berea, pergi-
lah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi, dan di sana mereka
tampil di depan umum. Walaupun orang-orang Yahudi di Te-
salonika menjadi musuh mereka yang keji, dan, sejauh yang
mereka ketahui, orang-orang Yahudi di Berea pun akan begitu,
mereka tetap bersedia menunjukkan rasa hormat kepada
orang-orang Yahudi di Berea, tanpa menyimpan rasa dendam
Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15
739
atas luka-luka lama atau sebab takut pada apa yang mung-
kin akan terjadi pada mereka. Sekalipun orang lain tidak mau
melakukan kewajiban mereka terhadap kita, kita tetap harus
melakukan kewajiban kita terhadap mereka.
II. Perilaku baik dari orang-orang Yahudi di Berea (ay. 11): Orang-
orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang
Yahudi di Tesalonika (KJV: orang-orang Yahudi di kota itu lebih
mulia). Orang-orang Yahudi di rumah ibadat di Berea lebih ber-
sedia menerima Injil dibandingkan orang-orang Yahudi di rumah
ibadat di Tesalonika. Mereka tidak begitu berpikiran sempit dan
berprasangka buruk terhadapnya, tidak begitu lekas kesal dan
marah dibuatnya. Mereka lebih baik hati, eugenesteroi lebih ber-
budi halus.
1. Pikiran mereka lebih bebas, lebih terbuka mendengar suara
hati, mendengar pendapat, mau diubahkan, dan mengikuti
apa yang mereka yakini sebagai kebenaran, meskipun itu ber-
tentangan dengan pikiran-pikiran mereka sebelumnya. Sikap
ini memang lebih mulia.
2. Mereka lebih sabar, tidak memasang muka masam, murung,
atau bersikap jahat terhadap apa yang tidak sejalan dengan
pikiran mereka. Seperti halnya mereka mau bergabung dengan
orang-orang yang oleh kuasa kebenaran sependapat dengan
mereka, demikian pula mereka terus berbuat kasih terhadap
orang-orang yang mereka pahami memiliki pendapat yang
berbeda dengan mereka. Sikap ini memang lebih mulia. Me-
reka tidak menghakimi sebelum perkara disampaikan, tidak
pula tergerak oleh rasa iri terhadap orang yang mengemuka-
kannya, seperti orang-orang Yahudi di Tesalonika. Sebaliknya,
dengan sangat bermurah hati mereka mendengarkan baik-baik
perkara itu dan orang yang mengemukakannya, tanpa amarah
atau memihak. Sebab,
(1) Mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati.
Mereka sangat ingin mendengarnya, sebab sekarang mereka
sudah menangkap maksudnya, dan tidak menutup mata
terhadap terangnya. Mereka memperhatikan hal-hal yang
diucapkan oleh Paulus, seperti yang dilakukan Lidia, dan
sangat senang hati mendengarnya. Mereka tidak memban-
740
tah apa yang dikatakan, atau mencari-cari kesalahan di da-
lamnya, atau mencari-cari kesempatan melawan para
pembawa berita itu. Sebaliknya, mereka menerimanya, dan
dengan tulus mencoba memahami setiap hal yang dikata-
kan. Dalam hal inilah mereka lebih baik hatinya dari pada
orang-orang Yahudi di Tesalonika, sebab mereka berjalan
dalam roh yang sama dan dengan langkah-langkah yang
sama dengan bangsa-bangsa lain di sana, yang tentang me-
reka dikatakan bahwa mereka menerima firman itu dengan
sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dan berbalik dari
berhala-berhala kepada Tuhan (1Tes. 1:6-9). Inilah kemuliaan
yang sesungguhnya. Orang-orang Yahudi begitu memegah-
kan diri sebagai keturunan Abraham. Mereka menganggap
bahwa mereka lahir dari keturunan yang baik-baik, dan
tidak bisa lebih baik dari itu.namun di sini dikatakan siapa
dari antara orang-orang Yahudi yang paling mulia dan pa-
ling berbudi halus. Mereka itu yaitu orang-orang yang
lebih bersedia menerima Injil, yang menundukkan pikiran-
pikiran mereka yang congkak dan tinggi kepadanya, dan
menjadikannya taat kepada Kristus. Merekalah orang-orang
yang paling mulia, dan, jika boleh saya katakan, yang pa-
ling terhormat, manusia sejati. Nobilitas sola est atque
unica virtus Kebajikan dan kesalehan yaitu kemuliaan
yang sebenarnya, kehormatan yang sejati. Dan, tanpa se-
mua ini, Stemmata quid prosunt? Apa artinya keturunan
dan gelar yang muluk-muluk?
(2) Setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui,
apakah semuanya itu benar demikian. Kesiapan pikiran
mereka untuk menerima firman bukan berarti bahwa me-
reka percaya saja pada apa yang dikatakan, menelan bulat-
bulat dengan iman buta. Tidak,namun sebab Paulus bersoal
jawab berdasarkan Kitab Suci, dan menunjukkan Perjanjian
Lama kepada mereka sebagai bukti dari apa yang dikata-
kannya, mereka pun bisa memakai Alkitab sebagai sumber
mereka. Mereka membaca bagian-bagian yang disinggung
olehnya, melihat apa konteksnya, mempertimbangkan mak-
sud dan tujuannya, membandingkannya dengan bagian-
bagian lain dalam Kitab Suci, memeriksa apakah pemaham-
an Paulus atas bagian-bagian itu wajar dan bisa diterima,
Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15
741
dan alasan-alasannya kuat, lalu mereka pun bertindak se-
suai dengan apa yang mereka temukan. Amatilah,
[1] Ajaran Kristus tidak kenal takut untuk diselidiki. Kita
sebagai pendukung kepentingan-Nya tidak ingin orang
berkata, semuanya itu tidak benar demikian, sebelum
mereka terlebih dahulu, tanpa berprasangka dan memi-
hak, memeriksa apakah semuanya itu memang demi-
kian atau tidak.
[2] Perjanjian Baru harus diperiksa oleh Perjanjian Lama.
Orang-orang Yahudi menerima Perjanjian Lama. Dan
mereka yang menerimanya, jika mempertimbangkan se-
gala sesuatunya dengan benar, tidak bisa tidak pasti
melihat cukup banyak alasan untuk menerima Perjanjian
Baru. sebab di dalamnya mereka melihat semua nu-
buatan dan janji Perjanjian Lama digenapi secara utuh
dan persis.
[3] Orang yang membaca dan menerima Kitab Suci, harus
menyelidikinya (Yoh. 5:39), harus mempelajarinya, dan
mempertimbangkannya betul-betul. Ini supaya mereka
mendapatkan kebenaran yang terkandung di dalamnya,
dan tidak keliru mengartikannya sehingga jatuh dalam
kesalahan, atau terus diam di dalam kesalahan itu. Dan
juga supaya mereka bisa mendapatkan seluruh kebe-
naran yang terkandung di dalamnya, dan tidak berhenti
pada pengetahuan yang dangkal, pada hal-hal lahiriah
dari Kitab Suci,namun bisa mengenal dekat pikiran Tuhan
yang diwahyukan di dalamnya.
[4] Menyelidiki Kitab Suci haruslah menjadi pekerjaan kita
sehari-hari. Mendengar firman di rumah ibadat pada
hari Sabat saja tidak cukup, mereka juga menyelidikinya
setiap hari, supaya mereka bisa mengembangkan apa
yang sudah mereka dengar pada hari Sabat sebelum-
nya, dan mempersiapkan diri untuk apa yang akan me-
reka dengar pada hari Sabat berikutnya.
[5] Yang benar-benar mulia, dan berjalan mulus untuk se-
makin mulia, yaitu orang yang menjadikan Kitab Suci
sebagai sabda dan batu penjuru mereka, dan menggu-
nakannya sebagaimana mestinya. Bila orang mempela-
jari Kitab Suci dengan benar, dan merenungkannya siang
742
dan malam, maka kepalanya akan terisi dengan pikiran-
pikiran yang mulia, menjadi teguh dengan asas-asas
yang mulia, dan terbentuk untuk mencapai maksud-
maksud dan tujuan-tujuan yang mulia. Mereka ini me-
mang lebih mulia.
III. Dampak baik dari pemberitaan Injil di Berea. Pemberitaan itu ber-
hasil seperti yang diinginkan. sebab hati orang banyak sudah di-
persiapkan, banyak pekerjaan besar terlaksana sekaligus (ay. 12).
1. Banyak dari antara orang Yahudi menjadi percaya. Di Tesa-
lonika hanya ada beberapa orang dari mereka menjadi yakin
(ay. 4).namun di Berea, di mana mereka mendengar tanpa pra-
sangka, banyak orang menjadi percaya, lebih banyak dibandingkan
di Tesalonika. Perhatikanlah, Tuhan memberi anugerah ke-
pada orang yang terlebih dahulu dicondongkan-Nya untuk
menggunakan sarana anugerah dengan tekun, dan khususnya
untuk menyelidiki Kitab Suci.
2. Juga banyak dari antara orang Yunani, dari bangsa-bangsa
lain, menjadi percaya. Tidak sedikit yang percaya baik dari pe-
rempuan-perempuan terkemuka, kaum wanita terhormat, mau-
pun laki-laki terkemuka, seperti yang tampak demikian sebab
mereka disebutkan bersama-sama dengan perempuan-perem-
puan terkemuka. Para istri terlebih dahulu memeluk Injil,
baru kemudian mereka membujuk suami-suami mereka untuk
menerimanya. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai
isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu?
(1Kor. 7:16).
IV. Penganiayaan yang timbul melawan Paulus dan Silas di Berea,
yang memaksa Paulus pergi dari situ.
1. Orang-orang Yahudi dari Tesalonika yaitu para pembuat onar
di Berea. Mereka tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan
firman Tuhan (sebab iri hati dan cemburu membangunkan
pikiran), dan juga bahwa orang-orang Yahudi di sana tidak be-
gitu keras memusuhi firman Tuhan seperti di Tesalonika. Ka-
rena itu, pergilah mereka ke sana, untuk menjungkirbalikkan
dunia di sana, dan mereka menghasut dan menggelisahkan
hati orang banyak, serta memanas-manasi mereka melawan
Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15
743
para pewarta Injil. Seolah-olah mereka diberi mandat oleh si
penguasa kegelapan untuk pergi dari satu tempat ke tempat
lain untuk menentang Injil, sama seperti para rasul harus
pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk memberitakannya.
Demikianlah kita membaca sebelumnya bahwa orang-orang
Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium datang ke Listra dengan
tujuan untuk memanas-manasi orang banyak melawan kedua
rasul (14:19). Lihatlah betapa tanpa lelahnya antek-antek Iblis
mengadakan perlawanan menentang Injil Kristus dan kesela-
matan jiwa-jiwa manusia. Ini merupakan contoh dari permu-
suhan antara keturunan si ular melawan keturunan si perem-
puan. Dan janganlah kita heran jika para penganiaya di negeri
sendiri melebarkan kegeraman mereka untuk menyulut peng-
aniayaan di negeri orang.
2. Hal ini membuat Paulus berpindah ke Atena. Dengan berusa-
ha memadamkan api Tuhan yang sudah dinyalakan Kristus ini,
mereka justru hanya membantu menyebarkannya semakin
jauh dan cepat. Begitu lama Paulus tinggal di Berea, dan be-
gitu berhasil dia di sana, sehingga di sana sudah ada saudara-
saudara seiman, yang juga merupakan orang-orang yang peka
dan giat. Ini tampak dari perhatian mereka terhadap Paulus
(ay. 14). Mereka sadar akan kedatangan orang-orang Yahudi
dari Tesalonika yang ingin menganiaya, dan bahwa mereka
sibuk memanas-manasi orang banyak melawan Paulus. Dan,
sebab takut pada apa yang akan terjadi, saudara-saudara itu
tidak menyia-nyiakan waktu, dan langsung menyuruh Paulus
segera berangkat. Yang paling dibenci dan dimusuhi orang ba-
nyak yaitu Paulus. Jadi jika Paulus pergi, saudara-sau-
dara itu berharap bahwa hal ini akan membuat tenang orang-
orang Tesalonika itu. Sementara itu, mereka menahan Silas
dan Timotius di sana, dengan harapan bahwa setelah Paulus
pergi dan suasana mencair, Silas dan Timotius cukup mampu
melanjutkan pekerjaan mewartakan Injil tanpa membahaya-
kan diri Paulus. Mereka bahkan menyuruh Paulus segera be-
rangkat menuju ke pantai laut, begitu menurut sebagian orang.
Pergi seolah-olah ke laut, begitu kita membacanya (KJV), hōs epi
tēn thalassan. Dia keluar dari Berea, melalui jalan yang
menuju ke laut, supaya orang-orang Yahudi, jika mencari-cari
dia, akan menyangka bahwa ia pergi ke tempat yang sangat
744
jauh.namun ia pergi lewat darat ke Atena, dan dalam hal ini
sama sekali tidak ada unsur penipuan. Orang-orang yang
mengiringi Paulus (sebagai pemandu dan penjaganya, sebab ia
orang asing di negeri itu dan memiliki banyak musuh) me-
nemaninya sampai di Atena. Roh Tuhan , yang menggerakkan
rohnya, memimpin dia ke kota yang terkenal itu, yang terkenal
di zaman dulu sebab kekuatan dan kekuasaannya, saat ne-
gara persemakmuran Atena bersatu dengan Sparta, yang ter-
kenal sesudah itu sebab pengetahuannya. Atena pada waktu
itu menjadi tempat berkumpulnya kaum cerdik pandai. Me-
reka yang ingin belajar harus menunjukkan keinginan mereka
itu dengan pergi ke sana. Atena yaitu sebuah perguruan be-
sar, sering dikunjungi oleh banyak orang dari seluruh penjuru
negeri. Dan sebab itu, untuk menyebarkan terang Injil de-
ngan lebih baik, Paulus diutus ke sana, dan tidak malu atau
takut memperlihatkan wajahnya di hadapan para filsuf di
sana. Dan di sana, ia memberitakan Kristus yang disalibkan,
walaupun ia tahu bahwa salib akan menjadi kebodohan bagi
orang Yunani, sama seperti sudah menjadi batu sandungan
bagi orang Yahudi.
3. Ia menyuruh Silas dan Timotius untuk datang kepadanya ke
Atena, saat ia mendapati ada harapan untuk berbuat ke-
baikan di sana. Atau, sebab tidak ada orang di sana yang di-
kenalnya, ia merasa kesepian dan sedih tanpa mereka. Namun,
tampak bahwa, walaupun ingin lekas-lekas bertemu mereka,
ia menyuruh Timotius pergi ke Tesalonika, supaya bisa mem-
beritahukan kepadanya keadaan jemaat di sana. Sebab ia
berkata (1Tes. 3:1-2), kami mengambil keputusan untuk tinggal
seorang diri di Atena, lalu kami mengirim Timotius untuk me-
nguatkan hatimu.
Paulus di Atena
(17:16-21)
16 Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya
sebab ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. 17
sebab itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi
dan orang-orang yang takut akan Tuhan , dan di pasar setiap hari dengan
orang-orang yang dijumpainya di situ. 18 Dan juga beberapa ahli pikir dari
golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata:
Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?namun yang lain berkata:
Rupa-rupanya ia yaitu pemberita ajaran dewa-dewa asing. Sebab ia mem-
Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21
745
beritakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. 19 Lalu mereka
membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan: Bolehkah
kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20 Sebab engkau memper-
dengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. sebab itu kami ingin
tahu, apakah artinya semua itu. 21 Adapun orang-orang Atena dan orang-
orang asing yang tinggal di situ tidak memiliki waktu untuk sesuatu se-
lain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru.
Seorang cendekiawan yang mengenal baik, dan senang dengan,
pengetahuan dari zaman-zaman kuno, akan merasa bahagia jika bisa
berada di tempat Paulus saat itu, di Atena, di tengah-tengah para
filsuf dengan berbagai macam aliran mereka. Dan ia akan mengaju-
kan banyak pertanyaan yang ingin diketahuinya kepada mereka, un-
tuk membuat jelas apa yang tersisa pada kita sekarang tentang
pengetahuan Atena.namun Paulus, meskipun dididik untuk menjadi
seorang cendekiawan, dan merupakan seorang yang pandai dan
rajin, tidak menjadikan hal ini sebagai bagian dari pekerjaannya di
Atena. Ada pekerjaan lain yang hendak dilakukannya: tujuannya
bukan untuk mengetahui filsafat mereka secara lebih mendalam. Ia
sudah belajar bahwa semuanya itu hanyalah sia-sia, dan sekarang
menganggapnya rendah (Kol. 2:8). Yang ingin dikerjakannya yaitu ,
di dalam nama Tuhan , memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka da-
lam hal agama, dan membuat mereka berbalik dari berhala-berhala,
dan dari Iblis di dalam berhala-berhala itu, untuk melayani Tuhan
yang hidup dan yang benar di dalam Kristus.
I. Inilah kesan yang timbul dalam roh Paulus tentang kebodohan
dan takhayul yang menjijikkan pada orang-orang Atena (ay. 16).
Amatilah,
1. Gambaran yang diberikan di sini tentang kota itu: kota itu
penuh dengan patung-patung berhala. Ini sesuai dengan gam-
baran yang diberikan oleh para penulis kafir tentang kota itu,
bahwa ada lebih banyak berhala di Atena dibandingkan di seluruh
tempat lain di Yunani, dan bahwa mereka merayakan hari-hari
raya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan orang di tempat-tem-
pat lain. Apa saja dewa-dewa asing yang disodorkan kepada
mereka, mereka menerimanya, dan menempatkannya dalam
kuil dan mezbah, sehingga di kota mereka, jumlah dewa sama
dengan jumlah penduduknya facilius possis deum quam
hominem invenire. Dan kota ini, setelah kekaisaran Romawi
menjadi Kristen, terus melekat pada penyembahan berhala
746
tanpa bisa disembuhkan. Dan segala maklumat suci dari kaisar-
kaisar Kristen tidak bisa mencabut akar-akarnya, hingga, oleh
penyerbuan kaum Goth, kota itu benar-benar hancur berke-
ping-keping, dan sampai sekarang hampir tidak menyisakan
suatu apa pun. Dapat diamati bahwa di sana, di mana penge-
tahuan manusia maju sangat pesat, penyembahan berhala
sangat berlimpah. Ini suatu penyembahan yang teramat ganjil
dan konyol, yang menegaskan kebenaran perkataan Rasul
Paulus, bahwa mereka berbuat seolah-olah penuh hikmat,namun
mereka telah menjadi bodoh (Rm. 1:22). Dan, dalam perkara
agama, dibandingkan semua orang lain, pikiran mereka men-
jadi sia-sia. Dunia tidak mengenal Tuhan oleh hikmatnya (1Kor.
1:21). Mereka bisa saja memakai akal budi mereka melawan
penyembahan banyak dewa dan berhala.namun , tampaknya,
orang yang mengaku paling berakal budi justru menjadi budak
berhala yang paling setia. Demikianlah, betapa parahnya agama
alamiah itu sehingga perlu ditegakkan lagi bahkan harus de-
ngan suatu pewahyuan Tuhan , dan hal itu berpusat pada Kristus.
2. Bagaimana Paulus merasa terganggu melihat ini. Paulus tidak
bersedia tampil di depan umum sebelum Silas dan Timotius
datang kepadanya, supaya dari mulut dua atau tiga orang
saksi perkara itu bisa ditegakkan.namun untuk sementara ini
sangat sedih hatinya melihat itu semua. Hatinya begitu peduli
dengan kemuliaan Tuhan , yang dilihatnya diberikan oleh orang-
orang itu kepada berhala-berhala. Ia menjadi berbelas kasihan
kepada jiwa-jiwa manusia itu, yang dilihatnya diperbudak ke-
pada Iblis, dan dijerat oleh Iblis untuk menuruti kehendaknya.
Ia melihat para pelanggar hukum Tuhan ini, dan bersedih hati.
Kengerian pun mencekamnya. Dengan maksud yang kudus ia
menjadi marah terhadap imam-imam kafir itu, yang menuntun
orang banyak pada jalan penyembahan berhala yang tak ber-
ujung, dan juga terhadap para filsuf mereka, yang lebih ber-
pengertian,namun tidak pernah mengucapkan sepatah kata
pun untuk menentangnya,namun malah ikut-ikutan terjun ke
dalamnya.
II. Kesaksian yang diajukannya melawan penyembahan berhala me-
reka, dan upaya-upayanya untuk membawa mereka pada penge-
tahuan akan kebenaran. Dalam semangatnya yang membara,
Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21
747
Paulus, seperti yang diamati oleh Witsius (theolog berkebangsaan
Belanda pada abad ketujuh belas pen.), tidak mendobrak kuil-
kuil mereka, merobohkan patung-patung mereka, meruntuhkan
mezbah-mezbah mereka, atau secara terang-terangan menantang
imam-imam mereka. Tidak pula ia berlarian di jalan-jalan sambil
berseru-seru, Kalian semua budak-budak Iblis, meskipun itu sung-
guh benar. Sebaliknya, ia mematuhi tata krama, dan menahan
diri, hanya berbuat apa yang selayaknya diperbuat orang bijak.
1. Ia pergi ke rumah ibadat orang Yahudi, yang walaupun meru-
pakan musuh Kekristenan, bebas dari penyembahan berhala,
dan bergabung bersama mereka dalam melakukan apa yang
baik, dan memanfaatkan kesempatan di situ untuk bersoal ja-
wab tentang Kristus (ay. 17). Ia bertukar pikiran dengan orang-
orang Yahudi, bersoal jawab baik-baik dengan mereka, dan
meminta mereka memberi alasan mengapa menanti-nanti-
kan Mesias, namun tidak mau menerima Yesus. Di sana ia
bertemu dengan orang-orang saleh yang telah meninggalkan
kuil-kuil berhala dan berdiam di rumah ibadat orang Yahudi.
Dan ia berbicara dengan orang-orang ini untuk menuntun me-
reka masuk ke dalam jemaat Kristen. Bagi orang-orang ini,
rumah ibadat orang Yahudi hanyalah merupakan teras (mak-
sudnya, mereka tidak diterima sepenuhnya menjadi bagian
dari jemaat Yahudi pen.).
2. Ia mengajak semua orang yang ditemuinya untuk bercakap-
cakap tentang masalah agama: Di pasar en tē agora, di tem-
pat keramaian, atau di tempat berjual beli, ia bersoal jawab
setiap hari, bila ada kesempatan, dengan orang-orang yang di-
jumpainya di situ, atau yang kebetulan ada bersamanya. Ia
bersoal jawab dengan orang-orang kafir, yang tidak pernah
mengunjungi rumah ibadat orang Yahudi. Siapa membela ke-
pentingan Kristus dengan bersemangat haruslah siap membe-
lanya di depan semua orang, bila ada kesempatan. Janganlah
hamba-hamba Kristus berpuas diri dengan hanya mengatakan
sepatah kata yang baik bagi kepentingan Kristus sekali se-
minggu, melainkan juga setiap hari harus menceritakan ten-
tang Dia dengan penuh rasa hormat kepada orang-orang yang
mereka jumpai.
748
III. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagian dari para filsuf itu
berkenaan dengan ajaran Paulus. Amatilah,
1. Siapa yang bertemu dengan dia, yang bercakap-cakap dengan
dia, dan yang menentangnya: Ia bersoal jawab dengan orang-
orang yang dijumpainya, di tempat-tempat keramaian, atau
lebih tepatnya di tempat-tempat orang biasa membahas sesua-
tu. Sebagian besar orang tidak menaruh perhatian kepada dia,
meremehkan dia, dan tidak peduli dengan sepatah kata pun
yang diucapkannya.namun ada beberapa filsuf yang mengang-
gap dia layak ditanggapi, dan mereka ini justru orang-orang
yang memegang asas-asas yang langsung bertentangan de-
ngan Kekristenan.
(1) Kaum Epikuros, yang menganggap Tuhan persis sama se-
perti mereka sendiri, suatu makhluk yang diam dan tidak
mengerjakan apa-apa, yang tidak memikirkan apa-apa, dan
juta tidak membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Mereka tidak mengakui bahwa Tuhan menjadikan dunia
ataupun mengaturnya. Tidak pula bahwa manusia harus
bertanggung jawab atas apa yang dia katakan atau laku-
kan, sebab bagi mereka tidak ada hukuman yang harus
ditakuti atau imbalan yang bisa diharapkan. Gagasan-ga-
gasan yang longgar dan tanpa mengenal Tuhan ini ditentang
habis-habisan oleh Kekristenan. Kaum Epikuros memanja-
kan diri dalam semua kenikmatan indrawi, dan memandang-
nya sebagai kebahagiaan, sementara Kristus justru pertama-
tama mengajar kita untuk menyangkal diri dari semua itu.
(2) Kaum Stoa, yang menganggap diri sama baiknya dengan
Tuhan , dan memanjakan diri dalam keangkuhan hidup se-
bagaimana kaum Epikuros dalam keinginan daging dan
mata. Mereka menganggap bahwa orang-orang terpuji dari
kalangan mereka tidak lebih rendah dibandingkan Tuhan sendiri,
bahkan lebih unggul. Esse aliquid quo sapiens antecedat
Deum Ada hal di mana orang bijak lebih unggul dibandingkan
Tuhan , kata Seneca. Hal ini langsung bertentangan dengan
Kekristenan, sebab Kekristenan mengajar kita untuk me-
nyangkal dan merendahkan diri, dan menanggalkan semua
keyakinan pada diri sendiri, supaya Kristus bisa menjadi
semua dalam segala sesuatu.
Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21
749
2. Betapa berbedanya pandangan mereka terhadap Paulus, sama
seperti pandangan mereka terhadap Kristus (ay. 18).
(1) Sebagian orang menyebutnya si peleter, dan menyangka
bahwa ia berbicara tanpa pikiran panjang, apa saja yang
pertama kali terlintas dalam pikirannya, itulah yang dikata-
kannya, seperti orang melantur: Apakah yang hendak di-
katakan si peleter ini? ho spermologos houtos si penebar
kata-kata ini, yang pergi ke sana kemari, mengoceh di sana
sini, tanpa maksud atau makna apa pun. Atau, si pe-
mungut benih ini. Menurut sebagian ahli tafsir, istilah yang
digunakan di sini berarti sejenis burung kecil, yang tidak
berharga sama sekali, entah untuk dimakan atau dipeli-
hara, yang memungut benih-benih yang berhamburan, entah
di ladang atau di pinggir jalan, dan untuk itu ia melompat
sana sini Avicula parva quæ semina in triviis dispersa
colligere solet. Demikianlah mereka menganggap Paulus se-
bagai binatang kecil yang hina, atau menyangka ia pergi
dari satu tempat ke tempat lain menyebarkan gagasan-
gagasannya demi mencari uang. Ia mengeruk sepeser-sepe-
ser di sana sini, seperti si burung kecil itu yang mematuk
gandum di sana sini. Mereka melihatnya sebagai orang
malas, dan menganggap dia, dalam istilah kita, tidak lebih
dari seorang pengamen.
(2) Sementara sebagian yang lain menyebut dia si pembawa
ajaran dewa-dewa asing, dan menyangka bahwa ia berbi-
cara dengan maksud untuk menjadikan dirinya orang hebat.
Dan, jika ada dewa-dewa asing yang ingin disodorkannya,
tidak ada tempat lain yang lebih baik untuk memasarkan
dewa-dewa itu selain di Atena. Ia tidak, seperti yang dilaku-
kan banyak orang, menyodorkan dewa-dewa baru secara
langsung, atau secara terang-terangan.namun mereka me-
ngira ia tampak berbuat seperti itu, sebab ia memberitakan
Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. Sejak per-
tama kali datang ke tengah-tengah mereka, ia selalu
menegaskan dua hal ini, yang memang merupakan dua
ajaran utama Kekristenan, yaitu Kristus dan kehidupan
yang akan datang, Kristus jalan kita dan sorga tujuan kita.
Dan, meskipun ia tidak menyebut kedua hal itu sebagai
dewa-dewa, mereka mengira ia memaksudkannya demi-
750
kian. Ton Iēsoun kai tēn anastasin, Yesus mereka anggap
sebagai dewa baru, dan anastasis, kebangkitan, sebagai
dewi baru. Demikianlah, mereka kehilangan manfaat ajaran
Kristen dengan mengenakan padanya bahasa kekafiran, se-
olah-olah percaya kepada Yesus dan menantikan kebang-
kitan berarti menyembah dewa-dewa baru.
3. Usulan yang mereka ajukan untuk mendengarnya dengan be-
bas, penuh, adil, dan terbuka (ay. 19-20). Mereka sudah men-
dengar beberapa potongan dari ajaran-Nya, dan bersedia me-
ngetahuinya dengan lebih sempurna lagi.
(1) Mereka melihatnya sebagai ajaran yang baru dan menge-
jutkan, dan sangat berbeda dari filsafat yang selama ber-
abad-abad sudah diajarkan dan diakui di Atena. Ini ajaran
baru, yang maksud dan tujuannya tidak kami mengerti.
Engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara
yang aneh, yang belum pernah kami dengar sebelumnya,
dan yang tentangnya kami tidak tahu harus berbuat apa.
Dengan ini tampak bahwa, di antara semua kitab pelajaran
yang mereka miliki, mereka tidak memiliki , atau tidak
memperhatikan, kitab-kitab Musa dan para nabi, sebab
kalau tidak, ajaran Kristus tidak akan dipandang baru dan
aneh seperti itu oleh mereka. Hanya ada satu kitab di du-
nia yang mendapat ilham Tuhan , dan kitab itu justru menjadi
satu-satunya yang asing bagi mereka. Padahal, jika saja
mereka mau memperhatikan kitab itu sebagaimana mesti-
nya, persis di halaman pertama kitab itu, perselisihan be-
sar di antara mereka tentang asal usul alam semesta akan
terselesaikan.
(2) Mereka ingin tahu lebih banyak tentangnya, hanya sebab
ajaran itu masih baru dan aneh: Bolehkah kami tahu ajar-
an baru mana yang kauajarkan ini? Atau, apakah ajaran itu
(seperti misteri para dewa) harus ditutup rapat-rapat se-
perti rahasia besar? Jika mungkin, dengan senang hati
kami ingin tahu, dan kami mau supaya engkau memberi
tahu kami, apakah artinya semua itu, supaya kami bisa
menilainya. Ini usulan yang baik. Mereka pantas menge-
tahui apa ajaran ini sebelum menerimanya. Dan mereka
Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21
751
berlaku begitu adil untuk tidak mengutuknya sebelum
mendapat sedikit banyak penjelasan tentangnya.
(3) Tempat mereka membawa Paulus untuk menyampaikan
ajarannya di depan umum. Mereka membawanya ke Areo-
pagus, kata yang sama yang diterjemahkan dengan bukit
Mars (ay. 22, KJV). Itu semacam balai kota, atau balai per-
temuan di kota mereka, di mana para hakim berkumpul
untuk membahas urusan umum, dan di mana lembaga-
lembaga pengadilan berdiri. Dan tempat itu seperti aula di
perguruan tinggi, atau sekolah-sekolah, di mana kaum cer-
dik pandai berkumpul untuk menyampaikan gagasan-ga-
gasan mereka. Sidang pengadilan di sini terkenal dengan
putusannya yang adil, sehingga semua orang dari seluruh
pelosok negeri datang ke sana mencari keadilan. Jika ada
orang yang menyangkal Tuhan, ia akan dikecam oleh peng-
adilan ini. Diagoras dihukum mati oleh pengadilan ini seba-
gai penghina para dewa. Demikian pula dewa-dewa baru
mana pun tidak bisa diakui tanpa persetujuan mereka. Ke
sinilah mereka membawa Paulus untuk diadili, bukan
sebagai penjahat melainkan sebagai calon cendekiawan.
4. Kebiasaan penduduk kota itu pada umumnya digambarkan
dalam kesempatan ini (ay. 21): Adapun orang-orang Atena,
yaitu penduduk aslinya, dan orang-orang asing yang tinggal
sementara waktu di sana untuk belajar, tidak memiliki
waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar
segala sesuatu yang baru. Inilah sebabnya mengapa mereka
ingin tahu tentang ajaran Paulus, bukan sebab ajaran itu
baik, melainkan sebab baru. Sungguh menyedihkan kebiasaan
orang-orang yang digambarkan di sini, namun banyak orang
menulis tentangnya.
(1) Mereka semua suka berbincang-bincang. Rasul Paulus me-
nasihati muridnya untuk bertekun dalam membaca dan
memperhatikan (1Tim. 4:13, 15).namun orang-orang ini
tidak suka dengan cara-cara belajar yang kuno itu, dan le-
bih suka berbicara dan mendengar. Memang benar bahwa
pergaulan yang baik sangat bermanfaat, dan akan mem-
perhalus orang yang sudah punya dasar yang baik dalam
belajar.namun , pengetahuan yang hanya didapat dari per-
752
gaulan seperti itu pasti hanya bagus untuk dipamerkan
dan sangat dangkal.
(2) Mereka senang dengan hal-hal baru. Mereka suka mengata-
kan atau mendengar segala sesuatu yang baru. Mereka
suka dengan cara-cara dan gagasan-gagasan baru dalam
filsafat, bentuk-bentuk dan rancangan-rancangan baru da-
lam pemerintahan. Dan, dalam hal agama, mereka suka
dengan dewa-dewa baru yang muncul dewasa ini (Ul. 32:17),
roh-roh baru, patung-patung dan mezbah-mezbah yang
baru dibuat (2Raj. 16:10). Mereka senang dengan perubah-
an. Demostenes, seorang ahli pidato dari kalangan mereka
sendiri, menuduhkan hal ini kepada mereka jauh-jauh se-
belumnya, dalam salah satu kecamannya, bahwa pertanya-
an yang biasa mereka tanyakan di pasar, atau di mana pun
mereka bertemu, hanyalah ei ti le etai neōteron apakah
ada berita baru.
(3) Mereka ikut campur urusan orang, ingin tahu tentangnya,
dan tidak pernah mengurusi urusan mereka sendiri. Si
peleter pasti selalu mencampuri soal orang lain (1Tim. 5:13).
(4) Mereka tidak memiliki waktu untuk hal-hal lain, dan
orang yang menghabiskan waktu seperti itu pasti dituntut
pertanggungjawaban yang sangat berat. Waktu itu berharga,
dan kita perlu mengaturnya baik-baik, sebab kekekalan
bergantung padanya. Dan waktu melaju dengan begitu
cepat menuju kekekalan, sementara begitu banyak yang di-
sia-siakan untuk memperbincangkan hal-hal yang tidak
bermanfaat. Mengatakan atau mendengar apa yang baru
saja terjadi, menurut pemeliharaan Tuhan , pada masyarakat
di negeri kita sendiri atau di negeri lain, dan pada tetangga
serta teman-teman kita, ada kalanya baik-baik saja.namun
menjadi pemburu berita baru, dan tidak memiliki waktu
untuk hal-hal lain, berarti melepaskan apa yang sangat
berharga demi mendapatkan apa yang bernilai kecil.
Paulus di Atena
(17:22-31)
22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: Hai orang-orang
Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada
dewa-dewa. 23 Sebab saat aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat
Kitab Kisah Para Rasul 17:22-31
753
barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulis-
an: Kepada Tuhan yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa menge-
nalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24 Tuhan yang telah menjadikan
bumi dan segala isinya, Ia, yang yaitu Tuhan atas langit dan bumi, tidak
diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25 dan juga tidak dilayani oleh
tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, sebab Dialah yang
memberi hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. 26
Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia
untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-mu-
sim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, 27 supaya mereka men-
cari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia
tidak jauh dari kita masing-masing. 28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita
bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujang-
gamu: Sebab kita ini dari keturunan Tuhan juga. 29 sebab kita berasal dari
keturunan Tuhan , kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan Tuhan sama seperti
emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. 30
Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Tuhan mem-
beritakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus
bertobat. 31 sebab Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia
dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya,
sesudah Ia memberi kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu
dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.
Di sini kita mendapati khotbah Rasul Paulus di Atena. Sudah kita
lihat berbagai macam khotbah yang disampaikan para rasul kepada
orang-orang Yahudi, atau orang-orang bukan-Yahudi yang mengenal
dan menghormati Perjanjian Lama, dan yang menyembah Tuhan yang
benar dan hidup, dan melulu yang harus mereka lakukan hanyalah
menyatakan dan menyerukan bahwa Yesuslah Mesias.namun di sini
kita mendapati khotbah kepada orang-orang kafir, yang menyembah
dewa-dewa palsu, dan hidup tanpa Tuhan yang benar di dalam dunia.
Dan kepada mereka ini, tujuan dari isi pembicaraan para rasul ber-
beda dengan yang disampaikan kepada orang-orang Yahudi dan bu-
kan-Yahudi tadi. Dalam berbicara dengan orang-orang Yahudi dan
bukan-Yahudi itu, yang harus mereka lakukan yaitu menuntun
para pendengar mereka itu melalui nubuatan-nubuatan dan mujizat-
mujizat untuk mengenal Sang Penebus dan beriman kepada-Nya. Se-
dangkan dalam berbicara dengan orang-orang kafir seperti di Atena
itu, yang harus para rasul lakukan yaitu menuntun mereka melalui
pemeliharaan Tuhan sehari-hari untuk mengenal Sang Pencipta dan
menyembah Dia. Isi pembicaraan semacam ini sudah kita dapati
sebelumnya, yaitu dengan orang-orang kasar penyembah berhala di
Listra, yang mendewa-dewakan Barnabas dan Paulus (14:15). Se-
dangkan yang dicatat di sini yaitu mengenai para penyembah ber-
hala yang lebih sopan dan halus di Atena. Sungguh mengagumkan
754
khotbah itu, dan dalam segala hal disesuaikan dengan para pen-
dengarnya dan dengan tujuan Paulus bagi mereka.
I. Ia menetapkan hal ini, sebagai maksud dari pembicaraannya,
bahwa ia ingin menuntun mereka untuk mengetahui satu-satunya
Tuhan yang hidup dan yang benar, sebagai satu-satunya yang
pantas mereka puja. Di sinilah dia harus meletakkan dasar, dan
mengajar mereka tentang asas pertama dari semua agama, bahwa
Tuhan itu ada, dan Tuhan itu satu. saat berkhotbah melawan
dewa-dewa yang mereka sembah, ia tidak bermaksud untuk mem-
buat mereka percaya bahwa Tuhan itu tidak ada, melainkan su-
paya mereka menyembah Tuhan yang benar. Socrates, yang sudah
menelanjangi penyembahan berhala, didakwa di pengadilan ini,
dan dikutuk, bukan hanya sebab ia tidak menghargai apa yang
oleh penduduk kota dianggap sebagai dewa-dewa, melainkan juga
sebab ia memperkenalkan dewa-dewa baru. Dan ini jugalah yang
dituduhkan kepada Paulus. Secara tersirat ia mengakui tuduhan
yang pertama,namun membela diri dari tuduhan yang kedua,
dengan menyatakan bahwa ia tidak memperkenalkan dewa-dewa
baru,namun membawa mereka mengenal satu Tuhan , Yang Lanjut
Usianya itu. Sekarang,
1. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa mereka perlu diajar
dalam hal ini. Sebab mereka sudah kehilangan pengetahuan
akan Tuhan yang benar yang menjadikan mereka, dengan me-
nyembah dewa-dewa palsu yang mereka buat (Deos qui rogat
ille facit Yang menyembah dewa dan menjadikannya yaitu
orang yang sama): Aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu
sangat beribadah kepada dewa-dewa. Kejahatan yang didak-
wakannya kepada mereka yaitu bahwa mereka memberi
kepada pihak lain kemuliaan yang hanya layak diberikan ke-
pada Tuhan . Bahwa sebab takut, maka mereka menyembah
setan-setan, roh-roh yang mereka anggap mendiami patung-
patung yang mereka puja. Sudah waktunya kalian tahu bahwa
hanya ada satu Tuhan saja, kalian yang melipatgandakan dewa-
dewa melebihi bangsa-bangsa mana saja di sekitar kalian, dan
menyatukan penyembahan berhala dengan urusan hidup ka-
lian sehari-hari. Dalam segala hal kamu sangat beribadah
kepada dewa-dewa deisidaimonesteroi, kamu dengan mudah
menerima segala sesuatu yang berbau agama,namun justru
Kitab Kisah Para Rasul 17:22-31
755
inilah yang membuat agama semakin rusak. Aku membawa-
kan kepada kalian apa yang akan memperbaharui agama itu.
Bangsa-bangsa di sekitar mereka memuji mereka sebagai
orang saleh sebab penyembahan berhala ini,namun Paulus
mencela mereka sebab nya. Namun, dapat diamati bagaimana
ia memperlunak dakwaannya itu, tidak membesar-besarkannya
hingga membuat mereka marah. Ia memakai sebuah kata yang
diartikan baik di kalangan mereka: Dalam segala hal kamu
sangat beribadah lebih dibandingkan orang biasa, begitu sebagian
orang membacanya. Dalam segala hal kamu sangat taat. Atau,
jika diartikan dalam arti yang buruk, perkataan itu diperlu-
nak: Kamu seolah-olah (hōs) percaya takhayul lebih dari se-
perlunya. Dan ia tidak mengatakan apa yang lebih dari yang
dilihatnya sendiri. Theōrō aku melihatnya, aku mengamati-
nya. Mereka menuduh Paulus menawarkan dewa-dewa baru.
Tidak, tegasnya, Kamu sudah punya cukup banyak dewa.
Aku tidak mau menambahkan yang lain lagi.
2. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sendiri sudah
menyediakan kesempatan yang baik supaya Tuhan yang satu
dan benar ini dinyatakan kepada mereka, yaitu dengan men-
dirikan mezbah, kepada Tuhan yang tidak dikenal. Ini menun-
jukkan suatu pengakuan bahwa ada Tuhan yang bagi mereka
masih tidak dikenal. Dan sedih rasanya memikirkan bahwa di
Atena, tempat yang seharusnya menjadi pusat kebijaksanaan,
Tuhan yang benar merupakan Tuhan yang tidak dikenal, satu-
satunya Tuhan yang tidak dikenal. Sekarang kamu harus me-
nerima Paulus, sebab Tuhan inilah yang ingin disampaikannya
kepada kamu dengan kedatangannya, Tuhan yang secara diam-
diam kamu keluhkan bahwa kamu tidak mengenal-Nya. saat
kita sadari bahwa kita bercacat cela dan berkekurangan, saat
itulah Injil mengangkat kita dan menggendong kita.
(1) Berbagai macam dugaan kaum cendekiawan tentang mezbah
yang dipersembahkan kepada Tuhan yang tidak dikenal ini.
[1] Sebagian orang berpendapat bahwa arti dari tulisan itu
yaitu , kepada Tuhan yang bagi Dia merupakan kehor-
matan untuk tidak dikenal. Dan bahwa yang mereka
maksudkan di sini yaitu Tuhan orang Yahudi, yang
nama-Nya tak boleh diucapkan, dan hakikat-Nya tak
756
terselami. Ada kemungkinan bahwa mereka sudah men-
dengar dari orang-orang Yahudi, dan dari kitab Per-
janjian Lama, tentang Tuhan Israel, yang telah membuk-
tikan diri-Nya mengatasi segala Tuhan ,namun merupakan
Tuhan yang menyembunyikan diri (Yes. 45:15). Orang-
orang kafir menyebut Tuhan orang Yahudi, Deus incertus,
incertum Mosis Numen satu Tuhan yang tidak pasti
siapa, Tuhan Musa yang tidak pasti siapa, dan Tuhan tan-
pa nama. Nah, Tuhan ini, ujar Paulus, yang tidak bisa di-
ketahui secara sempurna dengan diselidiki, Dialah yang
kuberitakan kepada kamu.
[2] Sementara menurut sebagian yang lain, arti dari tulisan
itu yaitu , kepada Tuhan yang tidak kami kenal, dan
kami tidak bahagia sebab nya. Ini menunjukkan bahwa
mereka berpikir mereka akan berbahagia jika mengenal-
Nya. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa, pada
waktu wabah melanda Atena, sesudah mereka memper-
sembahkan korban kepada semua dewa mereka secara
bergiliran untuk mengusir wabah itu, mereka disaran-
kan untuk melepaskan sejumlah domba dan membiar-
kan mereka pergi ke mana saja. Dan, di tempat domba-
domba itu berhenti untuk berbaring, di situlah mereka
harus membangun mezbah, tō prosēkonti Theō kepada
Tuhan yang tepat, atau kepada Tuhan yang mengusir wa-
bah itu. Dan, sebab mereka tidak tahu bagaimana me-
nyebut Dia, mereka hanya menuliskannya, kepada
Tuhan yang tidak dikenal. Sementara yang lain, dari
antara ahli-ahli sejarah terbaik di Atena, memberi tahu
kita bahwa mereka menuliskan pada banyak mezbah,
kepada dewa-dewa Asia, Eropa, dan Afrika kepada
Tuhan yang tidak dikenal. Dan beberapa bangsa sekitar
biasa bersumpah atas nama Tuhan yang tidak dikenal di
Atena, begitu menurut Lucian.
(2) Amatilah, betapa Paulus menyebutkan hal ini dengan ber-
sahaja. Agar tidak disangka mata-mata, atau orang asing
yang tidak sewajarnya ingin mengetahui rahasia-rahasia
mereka, ia memberi tahu bahwa ia mengamati hal ini ke-
tika berjalan-jalan, dan melihat barang-barang pujaan me-
reka, atau benda-benda suci mereka. Berhala-berhala itu
Kitab Kisah Para Rasul 17:22-31
757
ada di tempat umum, dan ia tidak tahan melihatnya