Kisah pararasul 19

Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 19. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Kisah pararasul 19



 enjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu 

dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah ke-

dua rasul itu.    

Dalam ayat-ayat ini terdapat,  

I. Perintah disampaikan untuk mengeluarkan Paulus dan Silas dari 

penjara (ay. 35-36). 

1. Para pembesar kota yang sehari sebelumnya telah menganiaya 

mereka sedemikian rupa memberi  perintah itu. Dan me-

reka melakukannya cepat-cepat, begitu hari sudah siang, yang 

menunjukkan bahwa entah mereka menyadari bahwa gempa 

hebat yang mereka rasakan semalam dimaksudkan untuk 

membela para tawanan mereka, atau bahwa nurani mereka 

telah menampar mereka atas perbuatan mereka dan membuat 

mereka sangat gelisah.  saat  orang-orang yang dianiaya itu 

menyanyi di dalam pasungan mereka, para penganiaya mereka 

gelisah ke sana kemari di atas ranjang mereka, pikiran mereka 

berkecamuk, lebih banyak mengeluhkan bilur di dalam nurani 

mereka dibandingkan dengan keluhan para tawanan akan 

bilur di punggung mereka, dan lebih tergesa-gesa untuk segera 

membebaskan mereka dibandingkan  para tawanan itu memohon 

dibebaskan. Tuhan  membuat mereka mendapat rahmat dari pi-

hak semua orang yang menawan mereka (Mzm. 106:46). Para 

pembesar mengutus pejabat-pejabat kota, rabdouchous, yaitu 

orang-orang yang memegang tongkat, baik para petugas ke-

agamaan, petugas pengadilan, maupun para penjaga, yakni 

semua orang yang disuruh memukuli mereka, supaya orang-

orang itu pergi dan minta maaf kepada Paulus dan Silas. Pe-

rintah yang diberikan yaitu , lepaskanlah kedua orang itu. 

Mungkin tadinya mereka berniat untuk berbuat lebih jahat 

lagi terhadap mereka,namun  Tuhan  membalikkan hati mereka, 

dan, sebagaimana Dia telah menjadikan panas hati mereka se-


 718

jak itu menjadi kepujian bagi-Nya, demikian pula sisa panas 

hati mereka dikekang-Nya (Mzm. 76:11). 

2. Kepala penjara itu menyampaikan kabar ini  kepada 

mereka (ay. 36): Pembesar-pembesar kota telah menyuruh mele-

paskan kamu. Ada yang beranggapan bahwa kepala penjara 

cepat-cepat menyampaikan berita kepada para pembesar me-

ngenai apa yang terjadi di rumahnya malam itu, sehingga ia 

mendapatkan perintah itu untuk melepaskan tawanannya: 

jadi keluarlah kamu sekarang. Bukan sebab  ia ingin berpisah 

dengan mereka sebagai tamunya, melainkan sebagai para ta-

wanannya. Mereka tetap terbuka untuk datang ke rumahnya, 

tetapi ia senang sebab  sekarang mereka bebas dari pasung-

annya. Melalui anugerah-Nya, dengan mudah Tuhan  bisa meng-

ubahkan para pembesar seperti halnya Ia mengubahkan ke-

pala penjara itu, dan membawa mereka kepada iman Kristen 

dan baptisan. Namun, Tuhan  memilih orang-orang yang diang-

gap miskin oleh dunia ini (Yak. 2:5). 

II. Paulus bersikeras mempersoalkan kesalahan para pembesar kota 

yang melanggar hak istimewa yang dimilikinya (ay. 37). Paulus 

berkata kepada para pejabat kota itu,  Tanpa diadili mereka telah 

mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, 

lalu melemparkan kami ke dalam penjara, padahal hal itu berten-

tangan dengan hukum. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami 

dengan diam-diam, dan mengira ini bisa membayar pukulan yang 

mereka lakukan terhadap kami? Tidak mungkin demikian! Biarlah 

mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar, dan mengakui 

bahwa mereka telah berbuat salah terhadap kami.” Mungkin para 

pembesar sudah tahu bahwa mereka yaitu  orang-orang Roma, 

dan mengerti bahwa amarah mereka telah membuat mereka ber-

tindak lebih jauh dibandingkan  yang diperbolehkan secara hukum. 

Dan itulah sebabnya mereka memberi  perintah untuk menge-

luarkan Paulus dan Silas. Sekarang perhatikan, 

1. Paulus tidak mengatakan hal ini untuk membela diri sebelum 

ia dipukuli, meskipun dengan begitu ia bisa terhindar dari 

pukulan. Ia tidak mau berbuat demikian, supaya jangan sam-

pai ia dianggap takut menderita bagi kebenaran yang diberita-

kannya. Tully, di dalam salah satu pidatonya untuk menen-

tang Verres, berbicara tentang seseorang bernama Ganius, 

Kitab Kisah Para Rasul 16:35-40 

 

 719 

yang diperintahkan oleh Verres supaya dipukuli di Sisilia, 

bahwa selama Ganius dicambuki, ia tidak berseru apa-apa 

selain Civis Romanus sum – Aku yaitu  warganegara Roma. 

Paulus tidak berbuat demikian. Ia memiliki hal-hal yang lebih 

mulia dibandingkan  kewarganegaraannya untuk menghibur diri di 

dalam penderitaannya. 

2. Paulus mengatakannya juga setelah itu, untuk memberi  

penghormatan atas penderitaannya dan alasan mengapa ia 

menderita, supaya dunia tahu bahwa pemberita Injil bukanlah 

orang yang begitu hina seperti yang biasa dikira orang, dan 

bahwa mereka pantas mendapat perlakuan yang lebih baik. 

Dia melakukan hal itu untuk memperlembut sikap para pem-

besar kota terhadap orang Kristen di Filipi, dan supaya mereka 

mendapat perlakuan yang lebih baik. Juga, dengan berbuat 

begitu, ia bisa menimbulkan pikiran yang baik pada diri orang 

banyak mengenai agama Kristen,  saat  mereka melihat bahwa 

sekalipun Paulus bisa memperkarakan perbuatan para pem-

besar itu dan minta pertanggungjawaban mereka, ia tidak mau 

menggunakan kesempatan itu. Dan hal ini pun memberi  

kemuliaan besar bagi Nama yang mulia itu, yang oleh-Nya ia 

dipanggil. Sekarang di sini, 

(1) Paulus membiarkan mereka tahu seberapa banyak masa-

lah yang mereka telah perbuat, dan bahwa ia cukup meng-

erti hukum untuk mengetahui hal itu. 

[1] Mereka telah mendera warganegara Roma. Ada yang 

beranggapan bahwa Silas juga yaitu  orang Roma sama 

seperti Paulus. Ada juga yang beranggapan belum tentu 

demikian. Paulus yaitu  warganegara Roma, sedang  

Silas yaitu  rekannya. Baik lex Procia maupun lex Sem-

pronia (keduanya yaitu  hukum Romawi – pen.) terang-

terangan melarang liberum corpus Romani civis, virgis 

aut aliis verberibus cædi – tubuh warga negara Roma 

yang merdeka dipukuli dengan tongkat atau yang lain. 

Sejarawan-sejarawan Roma banyak memberi  contoh 

tentang kota-kota yang hak pemerintahannya dicabut 

sebab  melakukan penghinaan terhadap warganegara 

Roma. Nanti kita akan melihat bahwa Paulus meman-

faatkan hal ini sebagai pembelaan diri (22:25-26). Jika 


 720

ia berkata bahwa mereka telah memukuli para utusan 

Kristus dan kesayangan Sorga, itu tidak akan berpenga-

ruh apa-apa terhadap mereka.namun  jika ia mengata-

kan bahwa mereka telah menyiksa warganegara Roma, 

maka itu akan membuat mereka ketakutan. Betapa se-

ringnya orang lebih takut terhadap amarah Kaisar dari-

pada murka Kristus. Orang yang menyerang seorang 

warga Roma, seorang yang terhormat, yang mulia, mes-

kipun tanpa sengaja dan disebab kan kekeliruan, mera-

sa perlu berkata Peccavi – Aku telah berbuat salah, dan 

mengakui kesalahannya. Namun orang yang mengania-

ya orang Kristen sebab  ia yaitu  milik Kristus, terus 

melakukannya, dan mengira bahwa ia boleh-boleh saja 

berbuat demikian, meskipun Tuhan  telah berfirman, 

siapa yang menjamah mereka, berarti menjamah biji 

mata-Ku, dan bahwa Kristus juga telah memperingatkan 

supaya jangan menyalahi orang-orang kecil. 

[2] Mereka telah memukuli Paulus dan Silas tanpa diadili, 

indicta causa – tanpa melakukan proses pengadilan, tan-

pa memeriksa dengan saksama apa yang dikatakan ten-

tang mereka, apalagi menanyakan pembelaan mereka. 

Sudah menjadi peraturan umum dalam dunia peradil-

an, Causâ cognitâ possunt multi absolvi, incognitâ nemo 

condemnari potest – Banyak orang yang bisa saja dibe-

baskan setelah memberi  pembelaan,namun  tanpa pem-

belaan tidak ada seorang pun yang boleh diadili. Hamba-

hamba Kristus tidak akan dianiaya seperti yang telah 

mereka alami seandainya mereka diadili dengan adil.  

[3] Sangat berlebihan bahwa para pembesar itu telah me-

lakukan hal ini di muka umum. Dan ini sungguh meren-

dahkan para korbannya, dan juga merupakan pelanggar-

an yang terang-terangan terhadap hukum dan keadilan. 

[4] Mereka melemparkan keduanya ke dalam penjara tanpa 

memberi  alasan mengenai tindakan mereka, sewe-

nang-wenang, dan hanya melalui perintah lisan. 

[5] Sekarang mereka mengeluarkan keduanya dengan diam-

diam. Mereka benar-benar tidak berani bertanggung ja-

wab atas perbuatan mereka, dan malah tidak mau jujur 

mengakui kesalahan mereka. 

Kitab Kisah Para Rasul 16:35-40 

 

 721 

(2) Paulus menegaskan bahwa para pembesar harus mengaku 

salah kepada mereka berdua, dan mengeluarkan mereka 

secara terang-terangan, supaya lebih terhormat, seperti 

halnya mereka telah dipermalukan di muka umum, yang 

menjadikan keadaan mereka lebih memalukan:  Biarlah 

mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar, dan 

bersaksi bahwa kami tidak bersalah, dan bahwa kami tidak 

melakukan perbuatan apa pun sehingga layak dicambuk 

dan dipasung.” Paulus berkeras tentang hal ini bukan ka-

rena ingin dihormati, melainkan atas dasar keadilan, dan 

bukan demi dirinya sendiri melainkan bagi Kristus:  Biar-

lah mereka datang dan meredakan keributan orang ba-

nyak, dengan mengakui bahwa kami bukanlah pembuat 

masalah di kota ini.” 

III. Para pembesar itu menurut, dan mengubah keputusan pengadil-

an yang dijatuhkan terhadap Paulus dan Silas (ay. 38-39). 

1. Para pembesar takut  saat  mereka diberi tahu (meskipun 

mungkin sebelumnya mereka sudah tahu) bahwa Paulus ada-

lah warganegara Roma. Mereka takut  saat  mendengarnya, 

sebab jangan-jangan beberapa orang teman Paulus akan mela-

por kepada pemerintah tentang perbuatan mereka, dan me-

reka harus membayar lebih mahal atas perbuatan mereka. Hu-

kuman yang diberikan oleh para penganiaya sering kali tidak 

dibenarkan oleh hukum, bahkan oleh hukum bangsa kafir 

sekalipun, dan sering kali tidak manusiawi, melawan hukum 

alam. Tindakan mereka selalu penuh dosa dan melawan hu-

kum Tuhan .  

2. Mereka datang minta maaf supaya Paulus tidak menggunakan 

hukum untuk melawan mereka,namun  mengabaikan tindakan 

mereka yang tidak dibenarkan hukum dan tidak membicara-

kannya lagi. Mereka membawa kedua rasul itu ke luar penjara, 

mengakui bahwa mereka telah berbuat salah dalam melaku-

kan hal itu, dan meminta supaya Paulus dan Silas meninggal-

kan kota itu dengan tenang dan diam-diam. Begitulah Firaun 

dan para pegawainya, yang telah menentang Tuhan  dan Musa, 

datang kepada Musa, dan sujud kepadanya serta berkata: Ke-

luarlah engkau (Kel. 11:8). Tuhan  sanggup membuat musuh 

umat-Nya malu sebab  kecemburuan dan kebencian mereka 


 722

terhadap umat Tuhan  (Yes. 26:11). Terkadang Yerusalem men-

jadi batu yang harus diangkat oleh mereka yang mengangkat-

nya, dan mereka akan sangat senang jika terbebas darinya 

(Za. 12:3). Namun, seandainya pertobatan para pembesar ini 

tulus, mereka tentu tidak akan ingin supaya Paulus dan Silas 

keluar dari kota mereka (seperti orang Gerasa ingin meng-

enyahkan Kristus), melainkan akan mengundang mereka un-

tuk tinggal, dan memohon supaya keduanya terus tinggal di 

kota itu, untuk menunjukkan kepada mereka jalan keselamatan. 

Namun demikian, meskipun banyak orang yakin bahwa Ke-

kristenan tidak perlu ditekan, mereka juga tidak menjadi insaf 

untuk menerimanya, setidaknya tidak terbujuk untuk meme-

luknya. Mereka terdorong untuk memberi  penghormatan 

bagi Kristus dan para hamba-Nya, tersungkur di depan kaki 

mereka dan mengaku, bahwa Ia mengasihi mereka (Why. 3:9), 

tetapi tidak bertindak lebih jauh untuk mengambil keuntungan 

dari Kristus, atau untuk mengambil bagian di dalam kasih-Nya. 

IV. Keberangkatan Paulus dan Silas dari Filipi (ay. 40). Mereka keluar 

dari penjara  saat  mereka telah dibebaskan secara hukum, dan 

tidak akan keluar sebelum itu terjadi, meskipun mereka ditahan 

tidak sah secara hukum. Kemudian, 

1. Mereka pergi menjumpai teman-teman mereka. Mereka pergi 

ke rumah Lidia, di mana barangkali para murid telah berkum-

pul untuk mendoakan mereka. Di sana mereka bertemu de-

ngan saudara-saudara di situ, atau mengunjungi mereka di 

tempat masing-masing (yang dapat diselesaikan dengan cepat, 

sebab  jumlah mereka begitu sedikit). Paulus dan Silas meng-

hiburkan mereka, dengan menceritakan kepada mereka (me-

nurut sebuah catatan Yunani kuno) tentang apa yang telah di-

lakukan Tuhan  bagi keduanya, dan bagaimana Dia menolong 

mereka berdua di dalam penjara. Paulus dan Silas mendorong 

mereka supaya terus mendekat kepada Kristus, dan berpegang 

teguh pada pengakuan iman mereka, apa pun kesulitan yang 

mungkin akan mereka hadapi. Keduanya menyakinkan mere-

ka bahwa semua akan berakhir dengan baik, di dalam keke-

kalan. Para petobat muda harus banyak dinasihati supaya ter-

hibur, sebab  sukacita sebab  Tuhan itulah yang akan benar-

benar menjadi perlindungan mereka. 

Kitab Kisah Para Rasul 16:35-40 

 

 723 

2. Mereka keluar dari kota ini . Berangkatlah kedua rasul 

itu. Saya heran mengapa mereka harus berbuat demikian. Se-

karang setelah mereka dibebaskan secara terhormat dari pen-

jara, pastilah mereka dapat bekerja tanpa bahaya setidaknya 

selama beberapa waktu. Namun, saya menduga bahwa mereka 

berangkat sebab  mengikuti prinsip Guru mereka (Mrk. 1:38). 

Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, 

supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, sebab  untuk itu 

Aku telah datang. Paulus dan Silas mendapatkan panggilan 

yang luar biasa untuk datang ke Filipi. Namun demikian, ke-

tika sudah di sana, mereka hanya melihat sedikit saja buah 

dari jerih payah mereka, dan segera disuruh pergi dari sana. 

Namun kedatangan mereka tidak sia-sia. Meskipun permulaan-

nya kelihatan kecil,namun  yang kemudian akan menjadi sangat 

mulia. Sekarang mereka telah meletakkan dasar sebuah je-

maat di Filipi, yang kemudian menjadi sangat besar, dan me-

miliki uskup-uskup serta para diakennya sendiri. Dan selain 

itu, jemaatnya pun lebih bermurah hati kepada Paulus diban-

dingkan jemaat gereja lain, seperti yang tampak dalam surat 

Paulus kepada jemaat di Filipi (Flp. 1:1; 4:15). Janganlah para 

hamba Tuhan merasa kecewa, meskipun mereka tidak melihat 

buah dari pekerjaan mereka sekarang. Benih yang ditabur se-

pertinya lenyap di bawah timbunan tanah,namun  akan muncul 

lagi dalam tuaian yang berlimpah pada waktunya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 17  

i sini kita mendapati lanjutan kisah perjalanan Paulus, dan 

semua pelayanan serta penderitaannya bagi Kristus. Ia bukan 

seperti lilin di atas meja, yang memberi  cahaya hanya untuk satu 

ruangan, melainkan seperti matahari, yang berputar untuk memberi-

kan cahayanya bagi banyak orang. Ia dipanggil ke Makedonia, sebuah 

kerajaan besar (16:9). Ia memulai pekerjaan di Filipi, sebab  itu kota 

pertama yang dikunjunginya.namun  juga ia tidak boleh membatasi 

dirinya hanya pada kota ini. Di sini kita mendapati dia, 

I.  Memberitakan Injil dan dianiaya di Tesalonika, sebuah kota 

lain di Makedonia (ay. 1-9).  

II.  Memberitakan Injil di Berea, di mana ia berbesar hati kare-

na orang-orang di sana mau mendengarnya.namun  dari situ 

juga ia diusir oleh penganiayaan (ay. 10-15). 

III. Bersoal jawab di Atena, sebuah perguruan tinggi Yunani 

yang terkenal itu (ay. 16-21). Ia bersaksi tentang agama 

alamiah, untuk menginsafkan orang-orang yang kecanduan 

menyembah banyak dewa dan berhala, dan untuk menun-

tun mereka pada agama Kristen (ay. 22-31). Di sini juga di-

beri penjelasan tentang keberhasilan khotbah Paulus itu 

(ay. 32-34). 

Paulus dan Silas di Tesalonika  

(17:1-9) 

1 Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba 

di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. 2 Seperti biasa 

Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membi-

carakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. 3 Ia menerangkannya 

kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bang-

kit dari antara orang mati, lalu ia berkata:  Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang 


 726

kuberitakan kepadamu.” 4 Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan 

menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang 

Yunani yang takut kepada Tuhan , dan tidak sedikit perempuan-perempuan 

terkemuka. 5namun  orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu 

oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka 

mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah 

Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang 

rakyat. 6namun   saat  mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret 

Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil 

berteriak, katanya:  Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah 

datang juga ke mari, 7 dan Yason menerima mereka menumpang di rumah-

nya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan 

mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.” 8  saat  orang ba-

nyak dan pembesar-pembesar kota mendengar semuanya itu, mereka men-

jadi gelisah. 9namun  setelah mereka mendapat jaminan dari Yason dan dari 

saudara-saudara lain, mereka pun dilepaskan. 

Dalam kedua surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika, dua surat 

pertama yang ditulisnya dengan ilham Tuhan , digambarkan betapa 

jemaat di sana memiliki sifat yang cemerlang. Melihat itu, tidak bisa 

tidak, kita merasa senang bisa menjumpai di sini sejarah tentang 

awal pendirian jemaat ini . 

I. Di sini Paulus mendatangi kota Tesalonika, yang merupakan kota 

besar di negeri itu, yang sekarang disebut Salonika, berada dalam 

wilayah kekuasaan Turki. Amatilah, 

1. Paulus melanjutkan pekerjaannya, kendati dengan perlakuan 

buruk yang diterimanya di Filipi. Ia tidak mundur atau ber-

kecil hati. Ia memperhatikan hal ini dalam surat pertamanya 

kepada jemaat di sini (1Tes. 2:2): Sungguhpun kami sebelum-

nya telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan perto-

longan Tuhan  kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan 

Injil Tuhan  kepada kamu. Perlawanan dan penganiayaan yang 

diterimanya justru membuat dia lebih gigih. Tak satu pun dari 

semuanya ini yang menggoyahkannya. Tidak bisa ia setegar 

dan segigih itu, seandainya tidak digerakkan oleh Roh kuasa 

dari atas.  

2. Ia hanya mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia. 

Amfipolis yaitu  sebuah kota dekat Filipi, sedang  Apolonia 

dekat Tesalonika. Tidak diragukan lagi bahwa ia berada di ba-

wah pimpinan Tuhan , dan diberi tahu oleh Roh (yang, seperti 

angin, bertiup ke mana ia mau) tempat-tempat mana saja yang 

harus dilaluinya, dan di mana ia harus beristirahat. Apolonia 

yaitu  sebuah kota di Ilirikum. Menurut sebagian orang, 

Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9 

 

 727 

Ilirikum inilah yang pernah dikunjungi Paulus,  saat  dikata-

kan bahwa ia telah mengabarkan Injil dari Yerusalem sampai 

ke Ilirikum (Rm. 15:19), maksudnya, sampai ke perbatasan 

Ilirikum di mana dia sekarang berada. Dan kita dapat men-

duga bahwa meskipun dikatakan Paulus hanya melalui kota-

kota ini, ia tinggal di situ dalam waktu yang begitu lama se-

hingga ia bisa memberitakan Injil di sana, dan membuka jalan 

bagi hamba-hamba Tuhan lain dari kalangan mereka, yang 

bisa diutusnya setelah itu. 

II. Khotbahnya pertama-tama kepada orang Yahudi (ay. 1), di rumah 

ibadat mereka di Tesalonika. Ia menemukan sebuah rumah ibadat 

orang Yahudi di sana (ay. 1). Ini menunjukkan bahwa satu alasan 

mengapa ia berjalan melalui kota-kota yang sudah disebutkan 

tadi, dan tidak berlama-lama tinggal di sana, yaitu  sebab  di 

sana tidak ada rumah ibadat. Begitulah, saat melihat sebuah ru-

mah ibadat di Tesalonika, ia pun memasuki kota itu. 

1. Sudah menjadi kebiasaan Paulus untuk memulai dari orang-

orang Yahudi, untuk menawarkan Injil pertama-tama kepada 

mereka, dan tidak beralih kepada bangsa-bangsa lain sebelum 

orang Yahudi menolaknya, supaya mulut mereka bisa dikatup 

dan tidak berkoar-koar melawan dia  saat  dia memberitakan 

Injil kepada bangsa-bangsa lain. Sebab seandainya mereka 

menerima Injil, dengan gembira mereka akan menyambut 

orang-orang yang baru bertobat. Jika mereka menolaknya, sa-

lah mereka sendiri kalau para rasul membawanya kepada 

orang-orang yang mau menyambutnya. Perintah untuk per-

tama-tama memberitakan Injil di Yerusalem itu sudah sepan-

tasnya dipandang sebagai pedoman, di mana pun mereka ber-

ada, untuk memulai dengan orang-orang Yahudi.  

2.  Ia menemui orang-orang Yahudi di rumah ibadat mereka pada 

hari Sabat, di tempat dan pada waktu mereka bertemu, dan 

dengan demikian ia mau menghormati baik tempat maupun 

waktu pertemuan mereka. Hari Sabat dan perkumpulan-per-

kumpulan ibadah akan dipandang sangat mulia oleh orang-

orang yang bagi mereka Kristus itu sungguh mulia (Mzm. 

84:11). Sungguh baik berada di rumah Tuhan pada hari-Nya. 

Ini merupakan kebiasaan Kristus, kebiasaan Paulus, dan su-


 728

dah menjadi kebiasaan semua orang kudus, jalan baik yang 

dahulu kala yang sudah mereka tempuh itu.  

3.  Paulus membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab 

Suci. Mereka sepakat dengan dia untuk menerima Kitab Suci 

Perjanjian Lama: sejauh ini mereka sehati dan sepikiran.namun  

bagi mereka, dengan menerima Kitab Suci, mereka mengira pu-

nya alasan untuk menolak Kristus. sedang  bagi Paulus, 

dengan menerima Kitab Suci, ia justru melihat banyak alasan 

untuk menerima Kristus. Oleh sebab itu, supaya mereka diya-

kinkan, penting bagi dia untuk bersoal jawab dengan mereka. 

Dengan Roh yang berdiam di dalam dia, Dia perlu meyakinkan 

mereka bahwa pemahamannya atas Kitab Suci benar dan pe-

mahaman mereka salah. Perhatikanlah, pemberitaan Injil ha-

ruslah berdasarkan Kitab Suci dan dapat diterima akal. Seper-

ti itulah Paulus memberitakannya, sebab ia bersoal jawab ber-

dasarkan Kitab Suci. Kita harus memakai Kitab Suci sebagai 

dasar, sabda, dan patokan, lalu memikirkannya, dan bersoal 

jawab melawan orang-orang yang, walaupun berpura-pura 

bersemangat membela Kitab Suci, seperti orang-orang Yahudi, 

namun memutarbalikkannya sehingga mendatangkan kehan-

curan bagi diri mereka sendiri. Akal budi tidak boleh diper-

lawankan dengan Kitab Suci,namun  harus dipakai untuk men-

jelaskan dan menerapkannya.  

4.  Paulus terus memberitakan dan mengajar Kitab Suci selama 

tiga hari Sabat berturut-turut. Jika tidak bisa meyakinkan me-

reka pada hari Sabat pertama, ia akan mencobanya pada hari 

Sabat kedua dan ketiga. sebab  perintah demi perintah, dan 

ajaran demi ajaran harus disampaikan. Tuhan  menantikan per-

tobatan orang-orang berdosa, dan demikian pula seharusnya 

hamba-hamba-Nya. Tidak semua pekerja upahan datang ke 

kebun anggur pada jam pertama, atau pada panggilan per-

tama. Tidak juga mereka dijamah dengan begitu tiba-tiba se-

perti si kepala penjara itu.  

5. Maksud dan tujuan dari pemberitaan dan perdebatannya ada-

lah untuk membuktikan bahwa Yesus yaitu  Kristus. Inilah 

yang dikemukakan dan ditegaskannya (ay. 3). Pertama-tama ia 

menjelaskan apa yang dianggapnya sebagai benar, merincikan 

syarat-syarat kebenarannya, lalu menegaskannya, dan mene-

tapkannya sebagai hal yang harus dipatuhinya. Dan dalam 

Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9 

 

 729 

nama Tuhan , ia memanggil mereka untuk menerima penjelas-

annya itu. Cara Paulus bersoal jawab ini sungguh mengagum-

kan. Dan ia menunjukkan dirinya sebagai orang yang meng-

hargai ajaran yang diberitakannya dan juga sepenuhnya 

memahaminya. Ia pun sepenuhnya yakin akan kebenarannya, 

dan sebab  itu ia mengemukakannya sebagai orang yang me-

mang benar-benar percaya pada apa yang dikatakannya. Ia 

menunjukkan kepada mereka,  

(1) Bahwa Mesias harus menderita, mati, dan bangkit lagi, 

bahwa nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tentang Me-

sias mengatakan Ia harus melalui semua itu. Keberatan 

utama orang Yahudi terhadap Yesus sebagai Mesias yaitu  

kematian dan penderitaan-Nya yang memalukan. Salib 

Kristus yaitu  batu sandungan bagi orang-orang Yahudi, 

sebab  salib sama sekali tidak sesuai dengan gagasan yang 

sudah mereka bangun tentang Mesias.namun  Paulus di sini 

menyatakan dan membuktikan tanpa dapat disangkal lagi, 

bukan saja mungkin bahwa Yesus seorang Mesias, walau-

pun Dia menderita,namun  juga bahwa, sebagai Mesias, Ia 

justru harus menderita. Ia tidak bisa menjadi sempurna 

kecuali dengan melalui berbagai penderitaan. Sebab, se-

andainya tidak mati, Ia tidak bisa bangkit dari antara orang 

mati. Inilah yang ditegaskan Kristus sendiri (Luk. 24:26): 

Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk ma-

suk ke dalam kemuliaan-Nya? Dan lagi (ay. 46): Ada tertulis 

demikian, dan sebab  itu, Mesias harus menderita dan 

bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dia 

harus menderita bagi kita, sebab  jika tidak demikian, Ia 

tidak akan mendatangkan penebusan bagi kita. Dan Ia ha-

rus bangkit lagi, sebab  jika tidak demikian, Ia tidak bisa 

menyelamatkan kita dengan penebusan itu.  

(2) Bahwa Yesus yaitu  Mesias:  Yesus ini, yang kuberitakan 

kepadamu, dan yang kepada-Nya kalian kuundang untuk 

percaya, yaitu  Kristus, yaitu  Sang Mesias, Yang Diurapi 

Tuhan. Dialah yang akan datang, dan kalian tidak perlu me-

nantikan yang lain. Sebab Tuhan , baik melalui firman-Nya 

maupun pekerjaan-Nya (dua cara yang dipakai-Nya untuk 

berbicara kepada anak-anak manusia), melalui Kitab Suci 


 730

maupun mujizat, dan karunia Roh untuk membuat kedua-

nya berhasil, sudah bersaksi bagi Dia.” Perhatikanlah,  

[1] Hamba-hamba Injil harus memberitakan Yesus. Ia 

harus menjadi pokok pembicaraan mereka yang utama. 

Pekerjaan mereka haruslah menuntun orang agar me-

ngenal Dia.  

[2] Apa yang hendak kita beritakan tentang Yesus yaitu  

bahwa Dia itu Mesias. Dan oleh sebab itu, kita boleh ber-

harap diselamatkan oleh Dia dan wajib diperintah oleh-

Nya. 

III. Keberhasilan pemberitaan Paulus di Tesalonika (ay. 4). 

1. Sebagian orang Yahudi percaya, kendati dengan prasangka 

buruk yang sudah berurat akar dalam diri mereka melawan 

Kristus dan Injil-Nya, dan mereka menggabungkan diri dengan 

Paulus dan Silas. Mereka tidak hanya bergaul akrab dengan 

kedua rasul itu sebagai teman dan kawan seperjalanan,namun  

juga memberi diri untuk menuruti perintah keduanya, sebagai 

pembimbing rohani mereka. Mereka menyerahkan diri untuk 

menjadi milik kedua rasul itu, seperti warisan diserahkan ke-

pada orang yang berhak memilikinya, begitu arti kata itu. Me-

reka memberi  diri mereka, pertama-tama kepada Tuhan , dan 

kemudian, oleh sebab  kehendak Tuhan , kepada mereka juga 

(2Kor. 8:5). Mereka setia kepada Paulus dan Silas, dan menyer-

tai keduanya ke mana saja mereka pergi. Perhatikanlah, siapa 

percaya kepada Yesus Kristus berarti bersekutu dengan hamba-

hamba-Nya yang setia, dan bergaul akrab dengan mereka.  

2.  Lebih banyak lagi orang Yunani yang saleh, dan perempuan-

perempuan terkemuka, yang menerima Injil. Mereka ini yaitu  

orang-orang pemeluk agama Yahudi di pintu gerbang (yang 

tidak bisa masuk ke ruang rumah ibadat yang diperuntukkan 

bagi orang Yahudi – pen.), orang saleh di antara bangsa-bang-

sa bukan Yahudi (begitu orang Yahudi menyebut mereka). 

Meskipun tidak mengikuti hukum Musa, mereka tidak lagi me-

nyembah berhala atau hidup tanpa aturan moral. Mereka 

hanya menyembah satu-satunya Tuhan  yang benar, dan tidak 

berbuat jahat kepada siapa saja. Mereka ini hoi sebomenoi 

Hellēnes – bangsa-bangsa bukan-Yahudi yang menyembah 

Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9 

 

 731 

Tuhan . Ini seperti halnya di Amerika di mana para penduduk 

asli yang beriman kepada Kristus disebut orang-orang Indian 

yang berdoa. Mereka diperbolehkan bergabung bersama orang-

orang Yahudi di rumah ibadat mereka. Dari antara mereka 

inilah sejumlah besar orang menjadi yakin, lebih banyak dari-

pada orang-orang Yahudi tulen, yang mengikuti hukum Ta-

urat. Dan tidak sedikit dari perempuan-perempuan terkemuka 

di kota itu, yang saleh dan menghormati agama, memeluk aga-

ma Kristen. Hal ini mendapat perhatian khusus, sebagai hal 

yang patut dicontoh oleh kaum perempuan, para perempuan 

terkemuka, dan sebagai dorongan bagi mereka untuk berlatih 

beribadah dan berserah diri dalam segala hal kepada kuasa 

yang memerintah dari agama Kristus yang suci. Sebab hal ini 

menunjukkan betapa Kekristenan itu mendapat perkenanan 

Tuhan , membawa kehormatan bagi Kristus, dan berpengaruh 

besar terhadap banyak orang, selain juga memberi  keun-

tungan-keuntungan bagi jiwa mereka sendiri. Tidak disebut-

kan di sini tentang pemberitaan Injil oleh mereka kepada 

orang-orang bukan-Yahudi penyembah berhala di Tesalonika, 

namun, bisa dipastikan bahwa mereka melakukannya, dan 

bahwa sejumlah besar orang bertobat. Bahkan, tampak bahwa 

para petobat dari bangsa-bangsa lainlah yang menjadi bagian 

utama dalam jemaat, meskipun mereka tidak dicatat di sini. 

Sebab Paulus menulis kepada orang-orang Kristen di sana se-

bagai orang yang sudah berbalik dari berhala-berhala kepada 

Tuhan  (1Tes. 1:9), dan itu mereka lakukan  saat  kedua rasul 

ini baru pertama kali masuk ke tengah-tengah mereka. 

 

IV. Timbul masalah bagi Paulus dan Silas di Tesalonika. Di mana saja 

mereka berkhotbah, mereka sudah tahu bahwa mereka akan 

dianiaya. Belenggu dan penderitaan menanti mereka di setiap 

kota. Amatilah,  

1. Siapa yang menjadi biang keladi masalah mereka: orang-orang 

Yahudi yang tidak percaya, yang menjadi iri hati (ay. 5). Orang 

Yahudi di mana-mana menjadi musuh bebuyutan terhadap 

orang Kristen, terutama bagi orang Yahudi yang menjadi Kris-

ten, yang khususnya mereka benci sebagai pengkhianat. Seka-

rang lihatlah perpecahan apa yang dibawa Kristus dengan 

kedatangan-Nya ke dunia. Sebagian orang Yahudi percaya 


 732

pada Injil dan mengasihani serta berdoa bagi mereka yang ti-

dak percaya. Sementara sebagian lain yang tidak percaya men-

jadi iri hati dan membenci mereka yang percaya. Rasul Paulus 

dalam suratnya kepada jemaat ini melihat kegeraman dan per-

musuhan orang-orang Yahudi melawan para pemberita Injil 

sebagai dosa yang akan memenuhi takaran kejahatan mereka 

(1Tes. 2:15-16).  

2.  Siapa yang diperalat untuk membuat masalah itu: orang-orang 

Yahudi membujuk beberapa penjahat dari antara petualang-pe-

tualang di pasar, yang mereka panggil dan kumpulkan ber-

sama-sama, dan yang harus menghasut seluruh kota melawan 

kedua rasul. Semua orang bijak dan waras memandang kedua 

rasul itu dengan hormat, dan menghargai mereka, dan tidak 

akan ada orang yang bangkit melawan mereka kecuali sampah 

masyarakat, golongan orang keji, yang senang berbuat segala 

macam kejahatan. Tertullian menantang orang yang melawan 

Kekristenan dengan hal ini, bahwa musuh-musuh Kekristenan 

pada umumnya yaitu  orang-orang paling jahat: Tales semper 

nobis insecutores, injusti, impii, turpes, quos, et ipsi damnare 

consuestis – Semua orang yang menganiaya kami yaitu  

orang-orang yang tidak adil, fasik, dan keji, yang biasanya 

akan kamu kutuk juga (Apologia, bab 5). Merupakan suatu 

kehormatan bagi agama bahwa orang-orang yang membenci-

nya pada umumnya yaitu  penjahat-penjahat yang paling 

rendah, yang tidak lagi memiliki  rasa keadilan dan kebajikan. 

3.  Dengan cara apa mereka terus maju melawan kedua rasul itu.  

(1) Mereka mengacau kota itu, mengadakan keributan untuk 

membuat orang panik, sehingga semua orang berdatangan 

untuk melihat apa yang terjadi. Mereka memulai kegaduhan, 

dan orang banyak pun segera berkumpul. Lihatlah siapa 

biang masalah bagi Israel. Bukan para pewarta Injil yang 

setia, melainkan musuh-musuh mereka. Lihatlah bagai-

mana Iblis menjalankan rancangan-rancangannya. Ia me-

ngacau kota, mengacau jiwa, lalu memancing di air keruh. 

(2) Mereka menyerbu rumah Yason, tempat kedua rasul itu 

tinggal, dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan 

Silas kepada sidang rakyat, yang sudah mereka panas-pa-

nasi untuk melawan keduanya, dan yang mereka harap 

akan dikoyak-koyak oleh rakyat. Seluruh persidangan di 

Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9 

 

 733 

sini sama sekali tidak sah. Yang berhak menggeledah ru-

mah Yason hanyalah para petugas yang berwenang, dan me-

reka harus punya surat perintah.  Rumah orang,” menurut 

hukum,  yaitu  bentengnya.” Dan mereka yang secara 

menggemparkan menyerbu rumah orang, dan membuat dia 

dan keluarganya ketakutan, menunjukkan betapa orang-

orang yang ganas itu sungguh dikuasai oleh roh untuk 

menganiaya orang. Jika orang melanggar hukum, para ha-

kim bertugas untuk menyelidiki pelanggaran itu, dan meng-

hakiminya.namun  menjadikan para perusuh sebagai hakim 

sekaligus algojo (seperti yang hendak dilakukan oleh orang-

orang Yahudi ini) berarti membiarkan kebenaran jatuh di ja-

lanan. Ini juga bagaikan menaikkan hamba di pelana kuda, 

dan membiarkan raja berjalan seperti hamba. Maksudnya, 

menggulingkan keadilan, dan meninggikan kegeraman.  

(3)namun  mereka tidak bisa menangkap kedua rasul itu. Kalau 

mereka temukan, pastilah akan mereka hukum seperti ge-

landangan, dan rakyat akan mereka panas-panasi untuk 

memperlakukan keduanya seperti orang asing yang hendak 

memata-matai negeri mereka, memakan habis kekayaan-

nya, dan merampas makanan dari mulut mereka. Sebagai 

ganti kedua rasul itu, mereka beralih kepada seorang 

warga mereka sendiri yang jujur, yang menyambut kedua 

rasul itu di rumahnya. Namanya Yason, seorang Yahudi 

yang telah bertobat. Mereka menyeret dia bersama sebagi-

an dari saudara-saudara itu kepada para penguasa kota. 

Kedua rasul itu diminta mundur, sebab  rakyat banyak se-

makin mengamuk, Currenti cede furori – Mundur dari sem-

buran air deras.namun  teman-teman mereka bersedia 

menghadapi rakyat banyak itu, sebab  mereka lebih mampu 

menghadapi badai ini. Untuk orang yang baik, untuk orang 

yang begitu baik seperti kedua rasul ini, ada orang yang be-

rani mati.  

(4) Mereka menuduh kedua rasul itu di hadapan para penguasa, 

dan mendakwa mereka sebagai orang-orang yang berba-

haya, tidak pantas dibiarkan. Kejahatan yang dituduhkan 

kepada Yason yaitu  menerima dan menampung kedua 

rasul itu (ay. 7), mendukung mereka dan memajukan ke-

pentingan mereka. Dan apa kejahatan kedua rasul itu, se-


 734

hingga orang yang memberi mereka tempat tinggal pun di-

pandang sederajat dengan seorang pengkhianat? Dua sifat 

yang sangat buruk digambarkan di sini tentang kedua 

rasul itu, yang membuat mereka menjijikkan di mata ma-

syarakat dan keji di mata para hakim, jika para hakim itu 

adil: 

[1] Bahwa mereka meresahkan masyarakat, dan membuat 

kekacauan di mana saja mereka berada: Orang-orang 

yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke 

mari. Dalam arti tertentu, memang benar bahwa jika  

Injil datang dengan kekuatannya ke mana saja, kepada 

jiwa siapa saja, di situ ia mengerjakan perubahan yang 

sedemikian rupa, mengubah arus sungai dengan begitu 

rupa, begitu berlawanan, sehingga bisa dikatakan bahwa 

Injil menjungkirbalikkan dunia di tempat itu, di dalam 

jiwa itu. Cinta dunia dicabut sampai ke akar-akarnya 

dari dalam hati, dan jalan dunia ditentang di dalam hi-

dup, sehingga di situ dunia dijungkirbalikkan.namun  

dalam maksud mereka, sama sekali bukan demikian 

pengertiannya. Mereka ingin agar orang berpikir bahwa 

para pewarta Injil itu yaitu  perusuh dan pembuat 

kejahatan di mana saja mereka berada, bahwa mereka 

menabur perpecahan di antara saudara-saudara, meng-

adu domba sesama tetangga, menghambat pergaulan, 

dan menjungkirbalikkan segala aturan dan tata tertib. 

sebab  mereka membujuk orang untuk berbalik dari 

kejahatan kepada kebajikan, dari berhala-berhala ke-

pada Tuhan  yang hidup dan benar, dari kebencian dan iri 

hati kepada kasih dan kedamaian, mereka dituduh 

menjungkirbalikkan dunia, padahal justru kerajaan 

Iblis di dunialah yang mereka jungkir balikkan. Musuh-

musuh para pekabar Injil itu mengacau kota, lalu mem-

persalahkan mereka untuk itu. Seperti Kaisar Nero 

membakar kota Roma, lalu menuduhkannya pada orang-

orang Kristen. Jika hamba-hamba Kristus yang setia, 

bahkan yang paling berdiam diri di negeri sekalipun, di-

fitnah dan dijelek-jelekkan secara menyakitkan seperti 

itu, maka janganlah mereka heran atau kesal sebab -

nya. Kita tidak lebih baik dibandingkan  Paulus dan Silas, 

Kitab Kisah Para Rasul 17:1-9 

 

 735 

yang sudah dilecehkan seperti itu. Para pendakwa ber-

seru-seru,  Mereka datang juga ke mari. Mereka sudah 

melakukan semua kejahatan yang bisa mereka lakukan 

di tempat-tempat lain, dan sekarang mereka membawa 

wabah penyakit itu kemari. Oleh sebab  itu, sudah 

saatnya bagi kita untuk bangkit dan membentengi diri 

kita melawan mereka.”  

[2] Bahwa kedua rasul itu yaitu  musuh-musuh bagi 

pemerintahan yang berkuasa, dan merasa tidak puas 

dengannya, dan asas-asas serta perbuatan mereka akan 

merugikan kerajaan dan tidak sesuai dengan undang-

undang negara (ay. 7): Mereka semua bertindak mela-

wan ketetapan-ketetapan Kaisar. Bukan melawan suatu 

ketetapan tertentu, sebab pada saat itu belum ada hu-

kum kerajaan melawan Kekristenan, melainkan mela-

wan kekuasaan Kaisar secara umum untuk membuat 

ketetapan-ketetapan. Sebab mereka berkata, ada se-

orang raja lain, yaitu Yesus, yang bukan hanya raja 

orang Yahudi, sebagaimana yang dituduhkan kepada 

Juruselamat kita sendiri di hadapan Pilatus, melainkan 

juga Tuhan dari semua orang. Demikianlah Petrus me-

nyebut Kristus dalam khotbah pertamanya kepada 

bangsa-bangsa bukan-Yahudi (10:36). Memang benar 

bahwa pemerintah Romawi, baik pada waktu sebagai 

negara persemakmuran maupun setelah jatuh ke ta-

ngan Kaisar, sangat cemburu pada wali negeri mana 

saja di bawah kekuasaan mereka yang memakai gelar 

raja. Dan ada hukum yang jelas menentang itu.namun  

kerajaan Kristus bukan dari dunia ini. Para pengikut-

Nya memang berkata bahwa Yesus yaitu  raja,namun  

bukan raja duniawi, bukan seorang saingan bagi Kaisar, 

tidak pula ketetapan-ketetapan-Nya mencampuri kete-

tapan-ketetapan Kaisar. Sebaliknya, yang menjadi hu-

kum kerajaan-Nya yaitu , memberi  kepada Kaisar 

apa yang wajib diberikan kepada Kaisar. Tidak ada apa 

pun dalam ajaran Kristus yang berniat menggulingkan 

para penguasa, atau merampas hak-hak istimewa mere-

ka. Orang-orang Yahudi mengetahui ini dengan sangat 

baik, dan dengan melawan hati nurani mereka sendiri 


 736

mereka menuduhkan hal itu kepada kedua rasul. Dan 

dari semua orang, justru orang Yahudi sendirilah yang 

mau melakukan hal itu, sebab  mereka membenci 

Kaisar dan pemerintahannya, dan berusaha menghan-

curkan dia dan pemerintahannya, sambil mengharap-

kan seorang Mesias menjadi penguasa dunia dan men-

jungkirbalikkan takhta-takhta kerajaan. Dan sebab  

itulah mereka menentang Yesus Tuhan kita, sebab Ia 

tidak tampak menunjukkan ciri-ciri itu. Demikianlah, 

orang-orang yang dengan penuh rasa benci terus meng-

gambarkan umat Tuhan  yang setia sebagai musuh-mu-

suh Kaisar dan berbahaya bagi raja-raja dan pemerin-

tahan, justru mereka itu sendiri yang mendirikan 

imperium in imperio – kerajaan di dalam kerajaan, ke-

kuasaan yang tidak hanya bersaing dengan kekuasaan 

Kaisar,namun  juga berusaha mengunggulinya. 

4. Keresahan penduduk kota itu oleh sebab  masalah ini (ay. 8): 

 saat  orang banyak dan pembesar-pembesar kota mendengar 

semuanya itu, mereka menjadi gelisah. Mereka tidak berpikiran 

buruk terhadap kedua rasul itu atau ajaran mereka, tidak me-

rasakan ancaman bahaya dari mereka terhadap negara, dan 

sebab  itu membiarkan mereka begitu saja.namun , jika mereka 

digambarkan oleh para pendakwa mereka sebagai musuh-

musuh Kaisar, maka penduduk kota wajib mengawasi mereka, 

dan menekan mereka, sebab  takut pada pemerintah, dan ini 

membuat mereka gelisah. Klaudius, yang pada waktu itu me-

megang kendali pemerintahan, digambarkan oleh Suetonius 

sebagai orang yang sangat awas terhadap keributan sekecil 

apa pun, dan tidak segan-segan mengambil tindakan. Ia me-

wajibkan para penguasa di bawahnya untuk waspada ter-

hadap segala sesuatu yang tampak membahayakan atau men-

curigakan, sekecil apa pun itu. Dan oleh sebab itu, mereka 

menjadi gelisah sebab  sekarang terpaksa harus mengganggu 

orang baik-baik. 

5.  Akhir dari masalah yang menggelisahkan ini. Para hakim tidak 

keberatan menghukum orang-orang Kristen. Kedua rasul itu 

diamankan. Lalu mereka lari, dan dilepaskan dari tangan para 

hakim, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali membebaskan 

Yason dan teman-temannya dengan jaminan (ay. 9). Para ha-

Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15 

 

 737 

kim di sini tidak begitu mudah terpancing amarah terhadap 

kedua rasul itu seperti para hakim di Filipi. Mereka di sini 

lebih menimbang-menimbang dan lebih sabar. Jadi, para ha-

kim itu mendapat jaminan dari Yason dan dari saudara-saudara 

lain, lalu menyuruh mereka berkelakuan baik. Dan ada ke-

mungkinan bahwa para hakim juga meminta jaminan atas 

Paulus dan Silas, supaya keduanya bisa datang kalau dipanggil, 

jika sesudah itu ada hal-hal yang muncul melawan mereka. Di 

antara para penganiaya Kekristenan, seperti halnya ada yang 

sungguh-sungguh gila dan beringas seperti binatang, demikian 

pula ada yang bijak dan sabar. Dalam hal ini, sikap tidak ber-

lebihan merupakan suatu kebajikan. 

Paulus dan Silas di Berea  

(17:10-15) 

10namun  pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh 

Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke 

rumah ibadat orang Yahudi. 11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik 

hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, sebab  mereka meneri-

ma firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyeli-

diki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. 12 

Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara 

perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani. 13namun   saat  

orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberita-

kan firman Tuhan  oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan 

menggelisahkan hati orang banyak. 14namun  saudara-saudara menyuruh 

Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut,namun  Silas dan Timotius 

masih tinggal di Berea. 15 Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya 

sampai di Atena, lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, su-

paya mereka selekas mungkin datang kepadanya. 

Dalam perikop di atas kita mendapati, 

I. Paulus dan Silas berpindah ke Berea, dan memberitakan Injil di 

sana (ay. 10). Mereka sudah melangkah sedemikian jauh di Tesa-

lonika, sehingga fondasi-fondasi jemaat sudah diletakkan, dan 

orang lain dibangkitkan untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah 

dimulai. Para penguasa dan rakyat biasa tidak begitu berpra-

sangka buruk terhadap mereka seperti terhadap Paulus dan Silas. 

Dan oleh sebab itu,  saat  badai datang, mereka mundur, dengan 

melihatnya sebagai petunjuk bahwa mereka harus meninggalkan 

tempat itu untuk sementara waktu. Perintah Kristus kepada mu-

rid-murid-Nya, bahwa jika  mereka menganiaya kamu dalam 


 738

kota yang satu, larilah ke kota yang lain, dimaksudkan bukan un-

tuk mencari aman (bukan  larilah ke kota lain, supaya bisa ber-

sembunyi di sana”), melainkan terlebih agar mereka bisa melan-

jutkan pekerjaan ( larilah ke kota lain, supaya bisa memberitakan 

Injil di sana”), seperti yang tampak dari alasan yang diberikan  se-

sungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, 

Anak Manusia sudah datang (Mat. 10:23). Demikianlah, dari yang 

makan keluar makanan, dan Iblis terhujam oleh panahnya sen-

diri. Ia menyangka bahwa dengan menganiaya para rasul ia bisa 

menghentikan perkembangan Injil.namun  perbuatannya itu diga-

galkan sedemikian rupa, sehingga justru dijadikan alat untuk me-

majukannya. Lihatlah di sini,  

1. Perhatian saudara-saudara seiman terhadap Paulus dan Silas, 

 saat  mereka melihat bagaimana persekongkolan dibuat me-

lawan keduanya: Mereka segera menyuruh kedua rasul itu 

berangkat pada malam itu juga, dengan diam-diam, ke Berea. 

Peristiwa ini tidaklah membuat orang-orang yang baru berto-

bat itu terkejut. Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan 

kamu (kata Paulus kepada mereka, 1Tes. 3:4), waktu kami per-

tama-tama datang kepada kamu, telah kami katakan kepada 

kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, se-

perti kamu tahu, telah terjadi. Tampak bahwa Paulus dan Silas 

dengan senang hati ingin tinggal di sana, dan menghadapi 

badai itu, jika saudara-saudara seiman mengizinkan mereka. 

Namun, saudara-saudara itu lebih suka kehilangan bantuan 

kedua rasul itu dibandingkan  membahayakan nyawa mereka, yang 

tampaknya lebih berharga di mata teman-teman mereka dari-

pada di mata mereka sendiri. Mereka menyuruh kedua rasul 

itu berangkat pada malam itu juga, secara sembunyi-sem-

bunyi, seolah-olah mereka itu pembuat kejahatan.  

2. Ketekunan Paulus dan Silas dalam pekerjaan mereka. Meski-

pun melarikan diri dari Tesalonika, mereka tidak melarikan 

diri dari pelayanan terhadap Kristus. Setibanya di Berea, pergi-

lah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi, dan di sana mereka 

tampil di depan umum. Walaupun orang-orang Yahudi di Te-

salonika menjadi musuh mereka yang keji, dan, sejauh yang 

mereka ketahui, orang-orang Yahudi di Berea pun akan begitu, 

mereka tetap bersedia menunjukkan rasa hormat kepada 

orang-orang Yahudi di Berea, tanpa menyimpan rasa dendam 

Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15 

 

 739 

atas luka-luka lama atau sebab  takut pada apa yang mung-

kin akan terjadi pada mereka. Sekalipun orang lain tidak mau 

melakukan kewajiban mereka terhadap kita, kita tetap harus 

melakukan kewajiban kita terhadap mereka. 

II. Perilaku baik dari orang-orang Yahudi di Berea (ay. 11): Orang-

orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang 

Yahudi di Tesalonika (KJV: orang-orang Yahudi di kota itu lebih 

mulia). Orang-orang Yahudi di rumah ibadat di Berea lebih ber-

sedia menerima Injil dibandingkan  orang-orang Yahudi di rumah 

ibadat di Tesalonika. Mereka tidak begitu berpikiran sempit dan 

berprasangka buruk terhadapnya, tidak begitu lekas kesal dan 

marah dibuatnya. Mereka lebih baik hati, eugenesteroi – lebih ber-

budi halus. 

1. Pikiran mereka lebih bebas, lebih terbuka mendengar suara 

hati, mendengar pendapat, mau diubahkan, dan mengikuti 

apa yang mereka yakini sebagai kebenaran, meskipun itu ber-

tentangan dengan pikiran-pikiran mereka sebelumnya. Sikap 

ini memang lebih mulia. 

2.  Mereka lebih sabar, tidak memasang muka masam, murung, 

atau bersikap jahat terhadap apa yang tidak sejalan dengan 

pikiran mereka. Seperti halnya mereka mau bergabung dengan 

orang-orang yang oleh kuasa kebenaran sependapat dengan 

mereka, demikian pula mereka terus berbuat kasih terhadap 

orang-orang yang mereka pahami memiliki  pendapat yang 

berbeda dengan mereka. Sikap ini memang lebih mulia. Me-

reka tidak menghakimi sebelum perkara disampaikan, tidak 

pula tergerak oleh rasa iri terhadap orang yang mengemuka-

kannya, seperti orang-orang Yahudi di Tesalonika. Sebaliknya, 

dengan sangat bermurah hati mereka mendengarkan baik-baik 

perkara itu dan orang yang mengemukakannya, tanpa amarah 

atau memihak. Sebab,  

 (1) Mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati. 

Mereka sangat ingin mendengarnya, sebab  sekarang mereka 

sudah menangkap maksudnya, dan tidak menutup mata 

terhadap terangnya. Mereka memperhatikan hal-hal yang 

diucapkan oleh Paulus, seperti yang dilakukan Lidia, dan 

sangat senang hati mendengarnya. Mereka tidak memban-


 740

tah apa yang dikatakan, atau mencari-cari kesalahan di da-

lamnya, atau mencari-cari kesempatan melawan para 

pembawa berita itu. Sebaliknya, mereka menerimanya, dan 

dengan tulus mencoba memahami setiap hal yang dikata-

kan. Dalam hal inilah mereka lebih baik hatinya dari pada 

orang-orang Yahudi di Tesalonika, sebab  mereka berjalan 

dalam roh yang sama dan dengan langkah-langkah yang 

sama dengan bangsa-bangsa lain di sana, yang tentang me-

reka dikatakan bahwa mereka menerima firman itu dengan 

sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dan berbalik dari 

berhala-berhala kepada Tuhan  (1Tes. 1:6-9). Inilah kemuliaan 

yang sesungguhnya. Orang-orang Yahudi begitu memegah-

kan diri sebagai keturunan Abraham. Mereka menganggap 

bahwa mereka lahir dari keturunan yang baik-baik, dan 

tidak bisa lebih baik dari itu.namun  di sini dikatakan siapa 

dari antara orang-orang Yahudi yang paling mulia dan pa-

ling berbudi halus. Mereka itu yaitu  orang-orang yang 

lebih bersedia menerima Injil, yang menundukkan pikiran-

pikiran mereka yang congkak dan tinggi kepadanya, dan 

menjadikannya taat kepada Kristus. Merekalah orang-orang 

yang paling mulia, dan, jika boleh saya katakan, yang pa-

ling terhormat, manusia sejati. Nobilitas sola est atque 

unica virtus – Kebajikan dan kesalehan yaitu  kemuliaan 

yang sebenarnya, kehormatan yang sejati. Dan, tanpa se-

mua ini, Stemmata quid prosunt? – Apa artinya keturunan 

dan gelar yang muluk-muluk?  

(2) Setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, 

apakah semuanya itu benar demikian. Kesiapan pikiran 

mereka untuk menerima firman bukan berarti bahwa me-

reka percaya saja pada apa yang dikatakan, menelan bulat-

bulat dengan iman buta. Tidak,namun  sebab  Paulus bersoal 

jawab berdasarkan Kitab Suci, dan menunjukkan Perjanjian 

Lama kepada mereka sebagai bukti dari apa yang dikata-

kannya, mereka pun bisa memakai Alkitab sebagai sumber 

mereka. Mereka membaca bagian-bagian yang disinggung 

olehnya, melihat apa konteksnya, mempertimbangkan mak-

sud dan tujuannya, membandingkannya dengan bagian-

bagian lain dalam Kitab Suci, memeriksa apakah pemaham-

an Paulus atas bagian-bagian itu wajar dan bisa diterima, 

Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15 

 

 741 

dan alasan-alasannya kuat, lalu mereka pun bertindak se-

suai dengan apa yang mereka temukan. Amatilah,  

[1] Ajaran Kristus tidak kenal takut untuk diselidiki. Kita 

sebagai pendukung kepentingan-Nya tidak ingin orang 

berkata, semuanya itu tidak benar demikian, sebelum 

mereka terlebih dahulu, tanpa berprasangka dan memi-

hak, memeriksa apakah semuanya itu memang demi-

kian atau tidak.  

[2] Perjanjian Baru harus diperiksa oleh Perjanjian Lama. 

Orang-orang Yahudi menerima Perjanjian Lama. Dan 

mereka yang menerimanya, jika mempertimbangkan se-

gala sesuatunya dengan benar, tidak bisa tidak pasti 

melihat cukup banyak alasan untuk menerima Perjanjian 

Baru. sebab  di dalamnya mereka melihat semua nu-

buatan dan janji Perjanjian Lama digenapi secara utuh 

dan persis.  

[3] Orang yang membaca dan menerima Kitab Suci, harus 

menyelidikinya (Yoh. 5:39), harus mempelajarinya, dan 

mempertimbangkannya betul-betul. Ini supaya mereka 

mendapatkan kebenaran yang terkandung di dalamnya, 

dan tidak keliru mengartikannya sehingga jatuh dalam 

kesalahan, atau terus diam di dalam kesalahan itu. Dan 

juga supaya mereka bisa mendapatkan seluruh kebe-

naran yang terkandung di dalamnya, dan tidak berhenti 

pada pengetahuan yang dangkal, pada hal-hal lahiriah 

dari Kitab Suci,namun  bisa mengenal dekat pikiran Tuhan  

yang diwahyukan di dalamnya.  

[4] Menyelidiki Kitab Suci haruslah menjadi pekerjaan kita 

sehari-hari. Mendengar firman di rumah ibadat pada 

hari Sabat saja tidak cukup, mereka juga menyelidikinya 

setiap hari, supaya mereka bisa mengembangkan apa 

yang sudah mereka dengar pada hari Sabat sebelum-

nya, dan mempersiapkan diri untuk apa yang akan me-

reka dengar pada hari Sabat berikutnya.  

[5] Yang benar-benar mulia, dan berjalan mulus untuk se-

makin mulia, yaitu  orang yang menjadikan Kitab Suci 

sebagai sabda dan batu penjuru mereka, dan menggu-

nakannya sebagaimana mestinya. Bila orang mempela-

jari Kitab Suci dengan benar, dan merenungkannya siang 


 742

dan malam, maka kepalanya akan terisi dengan pikiran-

pikiran yang mulia, menjadi teguh dengan asas-asas 

yang mulia, dan terbentuk untuk mencapai maksud-

maksud dan tujuan-tujuan yang mulia. Mereka ini me-

mang lebih mulia. 

III. Dampak baik dari pemberitaan Injil di Berea. Pemberitaan itu ber-

hasil seperti yang diinginkan. sebab  hati orang banyak sudah di-

persiapkan, banyak pekerjaan besar terlaksana sekaligus (ay. 12). 

1. Banyak dari antara orang Yahudi menjadi percaya. Di Tesa-

lonika hanya ada beberapa orang dari mereka menjadi yakin 

(ay. 4).namun  di Berea, di mana mereka mendengar tanpa pra-

sangka, banyak orang menjadi percaya, lebih banyak dibandingkan  

di Tesalonika. Perhatikanlah, Tuhan  memberi  anugerah ke-

pada orang yang terlebih dahulu dicondongkan-Nya untuk 

menggunakan sarana anugerah dengan tekun, dan khususnya 

untuk menyelidiki Kitab Suci.  

2. Juga banyak dari antara orang Yunani, dari bangsa-bangsa 

lain, menjadi percaya. Tidak sedikit yang percaya baik dari pe-

rempuan-perempuan terkemuka, kaum wanita terhormat, mau-

pun laki-laki terkemuka, seperti yang tampak demikian sebab  

mereka disebutkan bersama-sama dengan perempuan-perem-

puan terkemuka. Para istri terlebih dahulu memeluk Injil, 

baru kemudian mereka membujuk suami-suami mereka untuk 

menerimanya. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai 

isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? 

(1Kor. 7:16). 

IV. Penganiayaan yang timbul melawan Paulus dan Silas di Berea, 

yang memaksa Paulus pergi dari situ. 

1. Orang-orang Yahudi dari Tesalonika yaitu  para pembuat onar 

di Berea. Mereka tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan 

firman Tuhan  (sebab iri hati dan cemburu membangunkan 

pikiran), dan juga bahwa orang-orang Yahudi di sana tidak be-

gitu keras memusuhi firman Tuhan  seperti di Tesalonika. Ka-

rena itu, pergilah mereka ke sana, untuk menjungkirbalikkan 

dunia di sana, dan mereka menghasut dan menggelisahkan 

hati orang banyak, serta memanas-manasi mereka melawan 

Kitab Kisah Para Rasul 17:10-15 

 

 743 

para pewarta Injil. Seolah-olah mereka diberi mandat oleh si 

penguasa kegelapan untuk pergi dari satu tempat ke tempat 

lain untuk menentang Injil, sama seperti para rasul harus 

pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk memberitakannya. 

Demikianlah kita membaca sebelumnya bahwa orang-orang 

Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium datang ke Listra dengan 

tujuan untuk memanas-manasi orang banyak melawan kedua 

rasul (14:19). Lihatlah betapa tanpa lelahnya antek-antek Iblis 

mengadakan perlawanan menentang Injil Kristus dan kesela-

matan jiwa-jiwa manusia. Ini merupakan contoh dari permu-

suhan antara keturunan si ular melawan keturunan si perem-

puan. Dan janganlah kita heran jika para penganiaya di negeri 

sendiri melebarkan kegeraman mereka untuk menyulut peng-

aniayaan di negeri orang.  

2.  Hal ini membuat Paulus berpindah ke Atena. Dengan berusa-

ha memadamkan api Tuhan  yang sudah dinyalakan Kristus ini, 

mereka justru hanya membantu menyebarkannya semakin 

jauh dan cepat. Begitu lama Paulus tinggal di Berea, dan be-

gitu berhasil dia di sana, sehingga di sana sudah ada saudara-

saudara seiman, yang juga merupakan orang-orang yang peka 

dan giat. Ini tampak dari perhatian mereka terhadap Paulus 

(ay. 14). Mereka sadar akan kedatangan orang-orang Yahudi 

dari Tesalonika yang ingin menganiaya, dan bahwa mereka 

sibuk memanas-manasi orang banyak melawan Paulus. Dan, 

sebab  takut pada apa yang akan terjadi, saudara-saudara itu 

tidak menyia-nyiakan waktu, dan langsung menyuruh Paulus 

segera berangkat. Yang paling dibenci dan dimusuhi orang ba-

nyak yaitu  Paulus. Jadi jika  Paulus pergi, saudara-sau-

dara itu berharap bahwa hal ini akan membuat tenang orang-

orang Tesalonika itu. Sementara itu, mereka menahan Silas 

dan Timotius di sana, dengan harapan bahwa setelah Paulus 

pergi dan suasana mencair, Silas dan Timotius cukup mampu 

melanjutkan pekerjaan mewartakan Injil tanpa membahaya-

kan diri Paulus. Mereka bahkan menyuruh Paulus segera be-

rangkat menuju ke pantai laut, begitu menurut sebagian orang. 

Pergi seolah-olah ke laut, begitu kita membacanya (KJV), hōs epi 

tēn thalassan. Dia keluar dari Berea, melalui jalan yang 

menuju ke laut, supaya orang-orang Yahudi, jika mencari-cari 

dia, akan menyangka bahwa ia pergi ke tempat yang sangat 


 744

jauh.namun  ia pergi lewat darat ke Atena, dan dalam hal ini 

sama sekali tidak ada unsur penipuan. Orang-orang yang 

mengiringi Paulus (sebagai pemandu dan penjaganya, sebab  ia 

orang asing di negeri itu dan memiliki  banyak musuh) me-

nemaninya sampai di Atena. Roh Tuhan , yang menggerakkan 

rohnya, memimpin dia ke kota yang terkenal itu, yang terkenal 

di zaman dulu sebab  kekuatan dan kekuasaannya,  saat  ne-

gara persemakmuran Atena bersatu dengan Sparta, yang ter-

kenal sesudah itu sebab  pengetahuannya. Atena pada waktu 

itu menjadi tempat berkumpulnya kaum cerdik pandai. Me-

reka yang ingin belajar harus menunjukkan keinginan mereka 

itu dengan pergi ke sana. Atena yaitu  sebuah perguruan be-

sar, sering dikunjungi oleh banyak orang dari seluruh penjuru 

negeri. Dan sebab  itu, untuk menyebarkan terang Injil de-

ngan lebih baik, Paulus diutus ke sana, dan tidak malu atau 

takut memperlihatkan wajahnya di hadapan para filsuf di 

sana. Dan di sana, ia memberitakan Kristus yang disalibkan, 

walaupun ia tahu bahwa salib akan menjadi kebodohan bagi 

orang Yunani, sama seperti sudah menjadi batu sandungan 

bagi orang Yahudi.  

3. Ia menyuruh Silas dan Timotius untuk datang kepadanya ke 

Atena,  saat  ia mendapati ada harapan untuk berbuat ke-

baikan di sana. Atau, sebab  tidak ada orang di sana yang di-

kenalnya, ia merasa kesepian dan sedih tanpa mereka. Namun, 

tampak bahwa, walaupun ingin lekas-lekas bertemu mereka, 

ia menyuruh Timotius pergi ke Tesalonika, supaya bisa mem-

beritahukan kepadanya keadaan jemaat di sana. Sebab ia 

berkata (1Tes. 3:1-2), kami mengambil keputusan untuk tinggal 

seorang diri di Atena, lalu kami mengirim Timotius untuk me-

nguatkan hatimu. 

Paulus di Atena  

(17:16-21) 

16 Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya 

sebab  ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. 17 

sebab  itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi 

dan orang-orang yang takut akan Tuhan , dan di pasar setiap hari dengan 

orang-orang yang dijumpainya di situ. 18 Dan juga beberapa ahli pikir dari 

golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: 

 Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?”namun  yang lain berkata: 

 Rupa-rupanya ia yaitu  pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia mem-

Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21 

 

 745 

beritakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. 19 Lalu mereka 

membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan:  Bolehkah 

kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20 Sebab engkau memper-

dengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. sebab  itu kami ingin 

tahu, apakah artinya semua itu.” 21 Adapun orang-orang Atena dan orang-

orang asing yang tinggal di situ tidak memiliki  waktu untuk sesuatu se-

lain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. 

Seorang cendekiawan yang mengenal baik, dan senang dengan, 

pengetahuan dari zaman-zaman kuno, akan merasa bahagia jika bisa 

berada di tempat Paulus saat itu, di Atena, di tengah-tengah para 

filsuf dengan berbagai macam aliran mereka. Dan ia akan mengaju-

kan banyak pertanyaan yang ingin diketahuinya kepada mereka, un-

tuk membuat jelas apa yang tersisa pada kita sekarang tentang 

pengetahuan Atena.namun  Paulus, meskipun dididik untuk menjadi 

seorang cendekiawan, dan merupakan seorang yang pandai dan 

rajin, tidak menjadikan hal ini sebagai bagian dari pekerjaannya di 

Atena. Ada pekerjaan lain yang hendak dilakukannya: tujuannya 

bukan untuk mengetahui filsafat mereka secara lebih mendalam. Ia 

sudah belajar bahwa semuanya itu hanyalah sia-sia, dan sekarang 

menganggapnya rendah (Kol. 2:8). Yang ingin dikerjakannya yaitu , 

di dalam nama Tuhan , memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka da-

lam hal agama, dan membuat mereka berbalik dari berhala-berhala, 

dan dari Iblis di dalam berhala-berhala itu, untuk melayani Tuhan  

yang hidup dan yang benar di dalam Kristus. 

I. Inilah kesan yang timbul dalam roh Paulus tentang kebodohan 

dan takhayul yang menjijikkan pada orang-orang Atena (ay. 16). 

Amatilah, 

1. Gambaran yang diberikan di sini tentang kota itu: kota itu 

penuh dengan patung-patung berhala. Ini sesuai dengan gam-

baran yang diberikan oleh para penulis kafir tentang kota itu, 

bahwa ada lebih banyak berhala di Atena dibandingkan  di seluruh 

tempat lain di Yunani, dan bahwa mereka merayakan hari-hari 

raya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan  orang di tempat-tem-

pat lain. Apa saja dewa-dewa asing yang disodorkan kepada 

mereka, mereka menerimanya, dan menempatkannya dalam 

kuil dan mezbah, sehingga di kota mereka, jumlah dewa sama 

dengan jumlah penduduknya – facilius possis deum quam 

hominem invenire. Dan kota ini, setelah kekaisaran Romawi 

menjadi Kristen, terus melekat pada penyembahan berhala 


 746

tanpa bisa disembuhkan. Dan segala maklumat suci dari kaisar-

kaisar Kristen tidak bisa mencabut akar-akarnya, hingga, oleh 

penyerbuan kaum Goth, kota itu benar-benar hancur berke-

ping-keping, dan sampai sekarang hampir tidak menyisakan 

suatu apa pun. Dapat diamati bahwa di sana, di mana penge-

tahuan manusia maju sangat pesat, penyembahan berhala 

sangat berlimpah. Ini suatu penyembahan yang teramat ganjil 

dan konyol, yang menegaskan kebenaran perkataan Rasul 

Paulus, bahwa mereka berbuat seolah-olah penuh hikmat,namun  

mereka telah menjadi bodoh (Rm. 1:22). Dan, dalam perkara 

agama, dibandingkan semua orang lain, pikiran mereka men-

jadi sia-sia. Dunia tidak mengenal Tuhan  oleh hikmatnya (1Kor. 

1:21). Mereka bisa saja memakai akal budi mereka melawan 

penyembahan banyak dewa dan berhala.namun , tampaknya, 

orang yang mengaku paling berakal budi justru menjadi budak 

berhala yang paling setia. Demikianlah, betapa parahnya agama 

alamiah itu sehingga perlu ditegakkan lagi bahkan harus de-

ngan suatu pewahyuan Tuhan , dan hal itu berpusat pada Kristus.  

2.  Bagaimana Paulus merasa terganggu melihat ini. Paulus tidak 

bersedia tampil di depan umum sebelum Silas dan Timotius 

datang kepadanya, supaya dari mulut dua atau tiga orang 

saksi perkara itu bisa ditegakkan.namun  untuk sementara ini 

sangat sedih hatinya melihat itu semua. Hatinya begitu peduli 

dengan kemuliaan Tuhan , yang dilihatnya diberikan oleh orang-

orang itu kepada berhala-berhala. Ia menjadi berbelas kasihan 

kepada jiwa-jiwa manusia itu, yang dilihatnya diperbudak ke-

pada Iblis, dan dijerat oleh Iblis untuk menuruti kehendaknya. 

Ia melihat para pelanggar hukum Tuhan  ini, dan bersedih hati. 

Kengerian pun mencekamnya. Dengan maksud yang kudus ia 

menjadi marah terhadap imam-imam kafir itu, yang menuntun 

orang banyak pada jalan penyembahan berhala yang tak ber-

ujung, dan juga terhadap para filsuf mereka, yang lebih ber-

pengertian,namun  tidak pernah mengucapkan sepatah kata 

pun untuk menentangnya,namun  malah ikut-ikutan terjun ke 

dalamnya. 

II. Kesaksian yang diajukannya melawan penyembahan berhala me-

reka, dan upaya-upayanya untuk membawa mereka pada penge-

tahuan akan kebenaran. Dalam semangatnya yang membara, 

Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21 

 

 747 

Paulus, seperti yang diamati oleh Witsius (theolog berkebangsaan 

Belanda pada abad ketujuh belas – pen.), tidak mendobrak kuil-

kuil mereka, merobohkan patung-patung mereka, meruntuhkan 

mezbah-mezbah mereka, atau secara terang-terangan menantang 

imam-imam mereka. Tidak pula ia berlarian di jalan-jalan sambil 

berseru-seru,  Kalian semua budak-budak Iblis,” meskipun itu sung-

guh benar. Sebaliknya, ia mematuhi tata krama, dan menahan 

diri, hanya berbuat apa yang selayaknya diperbuat orang bijak.  

1. Ia pergi ke rumah ibadat orang Yahudi, yang walaupun meru-

pakan musuh Kekristenan, bebas dari penyembahan berhala, 

dan bergabung bersama mereka dalam melakukan apa yang 

baik, dan memanfaatkan kesempatan di situ untuk bersoal ja-

wab tentang Kristus (ay. 17). Ia bertukar pikiran dengan orang-

orang Yahudi, bersoal jawab baik-baik dengan mereka, dan 

meminta mereka memberi  alasan mengapa menanti-nanti-

kan Mesias, namun tidak mau menerima Yesus. Di sana ia 

bertemu dengan orang-orang saleh yang telah meninggalkan 

kuil-kuil berhala dan berdiam di rumah ibadat orang Yahudi. 

Dan ia berbicara dengan orang-orang ini untuk menuntun me-

reka masuk ke dalam jemaat Kristen. Bagi orang-orang ini, 

rumah ibadat orang Yahudi hanyalah merupakan teras (mak-

sudnya, mereka tidak diterima sepenuhnya menjadi bagian 

dari jemaat Yahudi – pen.).  

2. Ia mengajak semua orang yang ditemuinya untuk bercakap-

cakap tentang masalah agama: Di pasar – en tē agora, di tem-

pat keramaian, atau di tempat berjual beli, ia bersoal jawab 

setiap hari, bila ada kesempatan, dengan orang-orang yang di-

jumpainya di situ, atau yang kebetulan ada bersamanya. Ia 

bersoal jawab dengan orang-orang kafir, yang tidak pernah 

mengunjungi rumah ibadat orang Yahudi. Siapa membela ke-

pentingan Kristus dengan bersemangat haruslah siap membe-

lanya di depan semua orang, bila ada kesempatan. Janganlah 

hamba-hamba Kristus berpuas diri dengan hanya mengatakan 

sepatah kata yang baik bagi kepentingan Kristus sekali se-

minggu, melainkan juga setiap hari harus menceritakan ten-

tang Dia dengan penuh rasa hormat kepada orang-orang yang 

mereka jumpai. 


 748

III. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagian dari para filsuf itu 

berkenaan dengan ajaran Paulus. Amatilah, 

1. Siapa yang bertemu dengan dia, yang bercakap-cakap dengan 

dia, dan yang menentangnya: Ia bersoal jawab dengan orang-

orang yang dijumpainya, di tempat-tempat keramaian, atau 

lebih tepatnya di tempat-tempat orang biasa membahas sesua-

tu. Sebagian besar orang tidak menaruh perhatian kepada dia, 

meremehkan dia, dan tidak peduli dengan sepatah kata pun 

yang diucapkannya.namun  ada beberapa filsuf yang mengang-

gap dia layak ditanggapi, dan mereka ini justru orang-orang 

yang memegang asas-asas yang langsung bertentangan de-

ngan Kekristenan.  

(1) Kaum Epikuros, yang menganggap Tuhan persis sama se-

perti mereka sendiri, suatu makhluk yang diam dan tidak 

mengerjakan apa-apa, yang tidak memikirkan apa-apa, dan 

juta tidak membedakan antara yang baik dan yang buruk. 

Mereka tidak mengakui bahwa Tuhan  menjadikan dunia 

ataupun mengaturnya. Tidak pula bahwa manusia harus 

bertanggung jawab atas apa yang dia katakan atau laku-

kan, sebab  bagi mereka tidak ada hukuman yang harus 

ditakuti atau imbalan yang bisa diharapkan. Gagasan-ga-

gasan yang longgar dan tanpa mengenal Tuhan ini ditentang 

habis-habisan oleh Kekristenan. Kaum Epikuros memanja-

kan diri dalam semua kenikmatan indrawi, dan memandang-

nya sebagai kebahagiaan, sementara Kristus justru pertama-

tama mengajar kita untuk menyangkal diri dari semua itu.  

(2) Kaum Stoa, yang menganggap diri sama baiknya dengan 

Tuhan , dan memanjakan diri dalam keangkuhan hidup se-

bagaimana kaum Epikuros dalam keinginan daging dan 

mata. Mereka menganggap bahwa orang-orang terpuji dari 

kalangan mereka tidak lebih rendah dibandingkan  Tuhan  sendiri, 

bahkan lebih unggul. Esse aliquid quo sapiens antecedat 

Deum – Ada hal di mana orang bijak lebih unggul dibandingkan  

Tuhan , kata Seneca. Hal ini langsung bertentangan dengan 

Kekristenan, sebab  Kekristenan mengajar kita untuk me-

nyangkal dan merendahkan diri, dan menanggalkan semua 

keyakinan pada diri sendiri, supaya Kristus bisa menjadi 

semua dalam segala sesuatu. 

Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21 

 

 749 

2. Betapa berbedanya pandangan mereka terhadap Paulus, sama 

seperti pandangan mereka terhadap Kristus (ay. 18). 

(1) Sebagian orang menyebutnya si peleter, dan menyangka 

bahwa ia berbicara tanpa pikiran panjang, apa saja yang 

pertama kali terlintas dalam pikirannya, itulah yang dikata-

kannya, seperti orang melantur:  Apakah yang hendak di-

katakan si peleter ini?” ho spermologos houtos – si penebar 

kata-kata ini, yang pergi ke sana kemari, mengoceh di sana 

sini, tanpa maksud atau makna apa pun. Atau, si pe-

mungut benih ini. Menurut sebagian ahli tafsir, istilah yang 

digunakan di sini berarti sejenis burung kecil, yang tidak 

berharga sama sekali, entah untuk dimakan atau dipeli-

hara, yang memungut benih-benih yang berhamburan, entah 

di ladang atau di pinggir jalan, dan untuk itu ia melompat 

sana sini – Avicula parva quæ semina in triviis dispersa 

colligere solet. Demikianlah mereka menganggap Paulus se-

bagai binatang kecil yang hina, atau menyangka ia pergi 

dari satu tempat ke tempat lain menyebarkan gagasan-

gagasannya demi mencari uang. Ia mengeruk sepeser-sepe-

ser di sana sini, seperti si burung kecil itu yang mematuk 

gandum di sana sini. Mereka melihatnya sebagai orang 

malas, dan menganggap dia, dalam istilah kita, tidak lebih 

dari seorang pengamen.  

(2) Sementara sebagian yang lain menyebut dia si pembawa 

ajaran dewa-dewa asing, dan menyangka bahwa ia berbi-

cara dengan maksud untuk menjadikan dirinya orang hebat. 

Dan, jika ada dewa-dewa asing yang ingin disodorkannya, 

tidak ada tempat lain yang lebih baik untuk memasarkan 

dewa-dewa itu selain di Atena. Ia tidak, seperti yang dilaku-

kan banyak orang, menyodorkan dewa-dewa baru secara 

langsung, atau secara terang-terangan.namun  mereka me-

ngira ia tampak berbuat seperti itu, sebab ia memberitakan 

Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. Sejak per-

tama kali datang ke tengah-tengah mereka, ia selalu  

menegaskan dua hal ini, yang memang merupakan dua 

ajaran utama Kekristenan, yaitu Kristus dan kehidupan 

yang akan datang, Kristus jalan kita dan sorga tujuan kita. 

Dan, meskipun ia tidak menyebut kedua hal itu sebagai 

dewa-dewa, mereka mengira ia memaksudkannya demi-


 750

kian. Ton Iēsoun kai tēn anastasin,  Yesus mereka anggap 

sebagai dewa baru, dan anastasis, kebangkitan, sebagai 

dewi baru.” Demikianlah, mereka kehilangan manfaat ajaran 

Kristen dengan mengenakan padanya bahasa kekafiran, se-

olah-olah percaya kepada Yesus dan menantikan kebang-

kitan berarti menyembah dewa-dewa baru. 

3. Usulan yang mereka ajukan untuk mendengarnya dengan be-

bas, penuh, adil, dan terbuka (ay. 19-20). Mereka sudah men-

dengar beberapa potongan dari ajaran-Nya, dan bersedia me-

ngetahuinya dengan lebih sempurna lagi. 

(1) Mereka melihatnya sebagai ajaran yang baru dan menge-

jutkan, dan sangat berbeda dari filsafat yang selama ber-

abad-abad sudah diajarkan dan diakui di Atena.  Ini ajaran 

baru, yang maksud dan tujuannya tidak kami mengerti. 

Engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara 

yang aneh, yang belum pernah kami dengar sebelumnya, 

dan yang tentangnya kami tidak tahu harus berbuat apa.” 

Dengan ini tampak bahwa, di antara semua kitab pelajaran 

yang mereka miliki, mereka tidak memiliki , atau tidak 

memperhatikan, kitab-kitab Musa dan para nabi, sebab 

kalau tidak, ajaran Kristus tidak akan dipandang baru dan 

aneh seperti itu oleh mereka. Hanya ada satu kitab di du-

nia yang mendapat ilham Tuhan , dan kitab itu justru menjadi 

satu-satunya yang asing bagi mereka. Padahal, jika saja 

mereka mau memperhatikan kitab itu sebagaimana mesti-

nya, persis di halaman pertama kitab itu, perselisihan be-

sar di antara mereka tentang asal usul alam semesta akan 

terselesaikan. 

(2) Mereka ingin tahu lebih banyak tentangnya, hanya sebab  

ajaran itu masih baru dan aneh:  Bolehkah kami tahu ajar-

an baru mana yang kauajarkan ini? Atau, apakah ajaran itu 

(seperti misteri para dewa) harus ditutup rapat-rapat se-

perti rahasia besar? Jika mungkin, dengan senang hati 

kami ingin tahu, dan kami mau supaya engkau memberi 

tahu kami, apakah artinya semua itu, supaya kami bisa 

menilainya.” Ini usulan yang baik. Mereka pantas menge-

tahui apa ajaran ini sebelum menerimanya. Dan mereka 

Kitab Kisah Para Rasul 17:16-21 

 

 751 

berlaku begitu adil untuk tidak mengutuknya sebelum 

mendapat sedikit banyak penjelasan tentangnya.  

(3) Tempat mereka membawa Paulus untuk menyampaikan 

ajarannya di depan umum. Mereka membawanya ke Areo-

pagus, kata yang sama yang diterjemahkan dengan bukit 

Mars (ay. 22, KJV). Itu semacam balai kota, atau balai per-

temuan di kota mereka, di mana para hakim berkumpul 

untuk membahas urusan umum, dan di mana lembaga-

lembaga pengadilan berdiri. Dan tempat itu seperti aula di 

perguruan tinggi, atau sekolah-sekolah, di mana kaum cer-

dik pandai berkumpul untuk menyampaikan gagasan-ga-

gasan mereka. Sidang pengadilan di sini terkenal dengan 

putusannya yang adil, sehingga semua orang dari seluruh 

pelosok negeri datang ke sana mencari keadilan. Jika ada 

orang yang menyangkal Tuhan, ia akan dikecam oleh peng-

adilan ini. Diagoras dihukum mati oleh pengadilan ini seba-

gai penghina para dewa. Demikian pula dewa-dewa baru 

mana pun tidak bisa diakui tanpa persetujuan mereka. Ke 

sinilah mereka membawa Paulus untuk diadili, bukan 

sebagai penjahat melainkan sebagai calon cendekiawan. 

4. Kebiasaan penduduk kota itu pada umumnya digambarkan 

dalam kesempatan ini (ay. 21): Adapun orang-orang Atena, 

yaitu penduduk aslinya, dan orang-orang asing yang tinggal 

sementara waktu di sana untuk belajar, tidak memiliki  

waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar 

segala sesuatu yang baru. Inilah sebabnya mengapa mereka 

ingin tahu tentang ajaran Paulus, bukan sebab  ajaran itu 

baik, melainkan sebab  baru. Sungguh menyedihkan kebiasaan 

orang-orang yang digambarkan di sini, namun banyak orang 

menulis tentangnya.  

(1) Mereka semua suka berbincang-bincang. Rasul Paulus me-

nasihati muridnya untuk bertekun dalam membaca dan 

memperhatikan (1Tim. 4:13, 15).namun  orang-orang ini 

tidak suka dengan cara-cara belajar yang kuno itu, dan le-

bih suka berbicara dan mendengar. Memang benar bahwa 

pergaulan yang baik sangat bermanfaat, dan akan mem-

perhalus orang yang sudah punya dasar yang baik dalam 

belajar.namun , pengetahuan yang hanya didapat dari per-


 752

gaulan seperti itu pasti hanya bagus untuk dipamerkan 

dan sangat dangkal.  

(2) Mereka senang dengan hal-hal baru. Mereka suka mengata-

kan atau mendengar segala sesuatu yang baru. Mereka 

suka dengan cara-cara dan gagasan-gagasan baru dalam 

filsafat, bentuk-bentuk dan rancangan-rancangan baru da-

lam pemerintahan. Dan, dalam hal agama, mereka suka 

dengan dewa-dewa baru yang muncul dewasa ini (Ul. 32:17), 

roh-roh baru, patung-patung dan mezbah-mezbah yang 

baru dibuat (2Raj. 16:10). Mereka senang dengan perubah-

an. Demostenes, seorang ahli pidato dari kalangan mereka 

sendiri, menuduhkan hal ini kepada mereka jauh-jauh se-

belumnya, dalam salah satu kecamannya, bahwa pertanya-

an yang biasa mereka tanyakan di pasar, atau di mana pun 

mereka bertemu, hanyalah ei ti le etai neōteron – apakah 

ada berita baru.  

(3) Mereka ikut campur urusan orang, ingin tahu tentangnya, 

dan tidak pernah mengurusi urusan mereka sendiri. Si 

peleter pasti selalu mencampuri soal orang lain (1Tim. 5:13).  

(4) Mereka tidak memiliki  waktu untuk hal-hal lain, dan 

orang yang menghabiskan waktu seperti itu pasti dituntut 

pertanggungjawaban yang sangat berat. Waktu itu berharga, 

dan kita perlu mengaturnya baik-baik, sebab  kekekalan 

bergantung padanya. Dan waktu melaju dengan begitu 

cepat menuju kekekalan, sementara begitu banyak yang di-

sia-siakan untuk memperbincangkan hal-hal yang tidak 

bermanfaat. Mengatakan atau mendengar apa yang baru 

saja terjadi, menurut pemeliharaan Tuhan , pada masyarakat 

di negeri kita sendiri atau di negeri lain, dan pada tetangga 

serta teman-teman kita, ada kalanya baik-baik saja.namun  

menjadi pemburu berita baru, dan tidak memiliki  waktu 

untuk hal-hal lain, berarti melepaskan apa yang sangat 

berharga demi mendapatkan apa yang bernilai kecil. 

Paulus di Atena  

(17:22-31) 

22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata:  Hai orang-orang 

Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada 

dewa-dewa. 23 Sebab  saat  aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat

Kitab Kisah Para Rasul 17:22-31 

 

 753 

barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulis-

an: Kepada Tuhan  yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa menge-

nalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24 Tuhan  yang telah menjadikan 

bumi dan segala isinya, Ia, yang yaitu  Tuhan atas langit dan bumi, tidak 

diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25 dan juga tidak dilayani oleh 

tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, sebab  Dialah yang 

memberi  hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. 26 

Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia 

untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-mu-

sim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, 27 supaya mereka men-

cari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia 

tidak jauh dari kita masing-masing. 28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita 

bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujang-

gamu: Sebab kita ini dari keturunan Tuhan  juga. 29 sebab  kita berasal dari

keturunan Tuhan , kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan Tuhan  sama seperti 

emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. 30 

Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Tuhan  mem-

beritakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus 

bertobat. 31 sebab  Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia 

dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, 

sesudah Ia memberi  kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu 

dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati. 

Di sini kita mendapati khotbah Rasul Paulus di Atena. Sudah kita 

lihat berbagai macam khotbah yang disampaikan para rasul kepada 

orang-orang Yahudi, atau orang-orang bukan-Yahudi yang mengenal 

dan menghormati Perjanjian Lama, dan yang menyembah Tuhan  yang 

benar dan hidup, dan melulu yang harus mereka lakukan hanyalah 

menyatakan dan menyerukan bahwa Yesuslah Mesias.namun  di sini 

kita mendapati khotbah kepada orang-orang kafir, yang menyembah 

dewa-dewa palsu, dan hidup tanpa Tuhan  yang benar di dalam dunia. 

Dan kepada mereka ini, tujuan dari isi pembicaraan para rasul ber-

beda dengan yang disampaikan kepada orang-orang Yahudi dan bu-

kan-Yahudi tadi. Dalam berbicara dengan orang-orang Yahudi dan 

bukan-Yahudi itu, yang harus mereka lakukan yaitu  menuntun 

para pendengar mereka itu melalui nubuatan-nubuatan dan mujizat-

mujizat untuk mengenal Sang Penebus dan beriman kepada-Nya. Se-

dangkan dalam berbicara dengan orang-orang kafir seperti di Atena 

itu, yang harus para rasul lakukan yaitu  menuntun mereka melalui 

pemeliharaan Tuhan  sehari-hari untuk mengenal Sang Pencipta dan 

menyembah Dia. Isi pembicaraan semacam ini sudah kita dapati 

sebelumnya, yaitu dengan orang-orang kasar penyembah berhala di 

Listra, yang mendewa-dewakan Barnabas dan Paulus (14:15). Se-

dangkan yang dicatat di sini yaitu  mengenai para penyembah ber-

hala yang lebih sopan dan halus di Atena. Sungguh mengagumkan 


 754

khotbah itu, dan dalam segala hal disesuaikan dengan para pen-

dengarnya dan dengan tujuan Paulus bagi mereka. 

I. Ia menetapkan hal ini, sebagai maksud dari pembicaraannya, 

bahwa ia ingin menuntun mereka untuk mengetahui satu-satunya 

Tuhan  yang hidup dan yang benar, sebagai satu-satunya yang 

pantas mereka puja. Di sinilah dia harus meletakkan dasar, dan 

mengajar mereka tentang asas pertama dari semua agama, bahwa 

Tuhan  itu ada, dan Tuhan  itu satu.  saat  berkhotbah melawan 

dewa-dewa yang mereka sembah, ia tidak bermaksud untuk mem-

buat mereka percaya bahwa Tuhan itu tidak ada, melainkan su-

paya mereka menyembah Tuhan  yang benar. Socrates, yang sudah 

menelanjangi penyembahan berhala, didakwa di pengadilan ini, 

dan dikutuk, bukan hanya sebab  ia tidak menghargai apa yang 

oleh penduduk kota dianggap sebagai dewa-dewa, melainkan juga 

sebab  ia memperkenalkan dewa-dewa baru. Dan ini jugalah yang 

dituduhkan kepada Paulus. Secara tersirat ia mengakui tuduhan 

yang pertama,namun  membela diri dari tuduhan yang kedua, 

dengan menyatakan bahwa ia tidak memperkenalkan dewa-dewa 

baru,namun  membawa mereka mengenal satu Tuhan , Yang Lanjut 

Usianya itu. Sekarang, 

1. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa mereka perlu diajar 

dalam hal ini. Sebab mereka sudah kehilangan pengetahuan 

akan Tuhan  yang benar yang menjadikan mereka, dengan me-

nyembah dewa-dewa palsu yang mereka buat (Deos qui rogat 

ille facit – Yang menyembah dewa dan menjadikannya yaitu  

orang yang sama): Aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu 

sangat beribadah kepada dewa-dewa. Kejahatan yang didak-

wakannya kepada mereka yaitu  bahwa mereka memberi  

kepada pihak lain kemuliaan yang hanya layak diberikan ke-

pada Tuhan . Bahwa sebab  takut, maka mereka menyembah 

setan-setan, roh-roh yang mereka anggap mendiami patung-

patung yang mereka puja.  Sudah waktunya kalian tahu bahwa 

hanya ada satu Tuhan  saja, kalian yang melipatgandakan dewa-

dewa melebihi bangsa-bangsa mana saja di sekitar kalian, dan 

menyatukan penyembahan berhala dengan urusan hidup ka-

lian sehari-hari. Dalam segala hal kamu sangat beribadah 

kepada dewa-dewa – deisidaimonesteroi, kamu dengan mudah 

menerima segala sesuatu yang berbau agama,namun  justru 

Kitab Kisah Para Rasul 17:22-31 

 

 755 

inilah yang membuat agama semakin rusak. Aku membawa-

kan kepada kalian apa yang akan memperbaharui agama itu.” 

Bangsa-bangsa di sekitar mereka memuji mereka sebagai 

orang saleh sebab  penyembahan berhala ini,namun  Paulus 

mencela mereka sebab nya. Namun, dapat diamati bagaimana 

ia memperlunak dakwaannya itu, tidak membesar-besarkannya 

hingga membuat mereka marah. Ia memakai sebuah kata yang 

diartikan baik di kalangan mereka: Dalam segala hal kamu 

sangat beribadah lebih dibandingkan  orang biasa, begitu sebagian 

orang membacanya. Dalam segala hal kamu sangat taat. Atau, 

jika diartikan dalam arti yang buruk, perkataan itu diperlu-

nak:  Kamu seolah-olah (hōs) percaya takhayul lebih dari se-

perlunya.” Dan ia tidak mengatakan apa yang lebih dari yang 

dilihatnya sendiri. Theōrō – aku melihatnya, aku mengamati-

nya. Mereka menuduh Paulus menawarkan dewa-dewa baru. 

 Tidak,” tegasnya,  Kamu sudah punya cukup banyak dewa. 

Aku tidak mau menambahkan yang lain lagi.”  

2.  Ia menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sendiri sudah 

menyediakan kesempatan yang baik supaya Tuhan  yang satu 

dan benar ini dinyatakan kepada mereka, yaitu dengan men-

dirikan mezbah, kepada Tuhan  yang tidak dikenal. Ini menun-

jukkan suatu pengakuan bahwa ada Tuhan  yang bagi mereka 

masih tidak dikenal. Dan sedih rasanya memikirkan bahwa di 

Atena, tempat yang seharusnya menjadi pusat kebijaksanaan, 

Tuhan  yang benar merupakan Tuhan  yang tidak dikenal, satu-

satunya Tuhan  yang tidak dikenal.  Sekarang kamu harus me-

nerima Paulus, sebab Tuhan  inilah yang ingin disampaikannya 

kepada kamu dengan kedatangannya, Tuhan  yang secara diam-

diam kamu keluhkan bahwa kamu tidak mengenal-Nya.”  saat  

kita sadari bahwa kita bercacat cela dan berkekurangan, saat 

itulah Injil mengangkat kita dan menggendong kita.  

(1) Berbagai macam dugaan kaum cendekiawan tentang mezbah 

yang dipersembahkan kepada Tuhan  yang tidak dikenal ini.  

[1] Sebagian orang berpendapat bahwa arti dari tulisan itu 

yaitu , kepada Tuhan  yang bagi Dia merupakan kehor-

matan untuk tidak dikenal. Dan bahwa yang mereka 

maksudkan di sini yaitu  Tuhan  orang Yahudi, yang 

nama-Nya tak boleh diucapkan, dan hakikat-Nya tak 


 756

terselami. Ada kemungkinan bahwa mereka sudah men-

dengar dari orang-orang Yahudi, dan dari kitab Per-

janjian Lama, tentang Tuhan  Israel, yang telah membuk-

tikan diri-Nya mengatasi segala Tuhan ,namun  merupakan 

Tuhan  yang menyembunyikan diri (Yes. 45:15). Orang-

orang kafir menyebut Tuhan  orang Yahudi, Deus incertus, 

incertum Mosis Numen – satu Tuhan  yang tidak pasti 

siapa, Tuhan  Musa yang tidak pasti siapa, dan Tuhan  tan-

pa nama. Nah, Tuhan  ini, ujar Paulus, yang tidak bisa di-

ketahui secara sempurna dengan diselidiki, Dialah yang 

kuberitakan kepada kamu.  

[2]  Sementara menurut sebagian yang lain, arti dari tulisan 

itu yaitu , kepada Tuhan  yang tidak kami kenal, dan 

kami tidak bahagia sebab nya. Ini menunjukkan bahwa 

mereka berpikir mereka akan berbahagia jika mengenal-

Nya. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa, pada 

waktu wabah melanda Atena, sesudah mereka memper-

sembahkan korban kepada semua dewa mereka secara 

bergiliran untuk mengusir wabah itu, mereka disaran-

kan untuk melepaskan sejumlah domba dan membiar-

kan mereka pergi ke mana saja. Dan, di tempat domba-

domba itu berhenti untuk berbaring, di situlah mereka 

harus membangun mezbah, tō prosēkonti Theō – kepada 

Tuhan  yang tepat, atau kepada Tuhan  yang mengusir wa-

bah itu. Dan, sebab  mereka tidak tahu bagaimana me-

nyebut Dia, mereka hanya menuliskannya, kepada 

Tuhan  yang tidak dikenal. Sementara yang lain, dari 

antara ahli-ahli sejarah terbaik di Atena, memberi tahu 

kita bahwa mereka menuliskan pada banyak mezbah, 

kepada dewa-dewa Asia, Eropa, dan Afrika – kepada 

Tuhan  yang tidak dikenal. Dan beberapa bangsa sekitar 

biasa bersumpah atas nama Tuhan  yang tidak dikenal di 

Atena, begitu menurut Lucian.  

(2) Amatilah, betapa Paulus menyebutkan hal ini dengan ber-

sahaja. Agar tidak disangka mata-mata, atau orang asing 

yang tidak sewajarnya ingin mengetahui rahasia-rahasia 

mereka, ia memberi tahu bahwa ia mengamati hal ini ke-

tika berjalan-jalan, dan melihat barang-barang pujaan me-

reka, atau benda-benda suci mereka. Berhala-berhala itu 

Kitab Kisah Para Rasul 17:22-31 

 

 757 

ada di tempat umum, dan ia tidak tahan melihatnya