ilmu tarekat mistik 8

Tampilkan postingan dengan label ilmu tarekat mistik 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu tarekat mistik 8. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

ilmu tarekat mistik 8


 


alam memberikan keputusan-keputusannya. 

Kepada saksi-saksi ditentukan oleh Islam adab-adab, di antara lain 

berlaku jujur dan suci, berpegang kepada pertunjuk-pertunjuk agama, 

jangan berkhianat, bersikap hati-hati dalam memberikan kesaksian-

kesaksiannya, mengingat segala sesuatu jangan sampai lupa dan jangan 

sering berdebat dengan pihak kekuasaan. 

Mengenai peperangan Islam menentukan adab-adab yang harus 

dilakukan. 

Adab jihad ialah berniat suci dengan penuh gairah kepada Al lah , 

mengerahkan segala tenaga yang ada, sambil menyerahkan jiwa raga, 

meiepaskan keinginan akan mundur, memiliki  tujuan berjihad supa­

ya kalimah Allah tetap tinggi dan agung. Juga termasuk adab pepe­

rangan Islam, tidak melampaui batas, sebelum pergi berjihad menunai-

kan hutang-piutang lebih dahulu, kemudian tatkala berangkat ke me-

dan perang, hendaklah selalu ingat kepada Allah dan kebesarannya, 

terutama di tengah-tengah pertempuran dan dalam keadaan-keadaan 

yang sulit. 

Berkenaan dengan adab tawanan dikatakan : Janganlah mengha­

rapkan kebebasan kecuali dari Allah, janganlah merendahkan diri de­

ngan bermaksiat kepada Allah, janganlah berputus asa dibandingkan  rakh-

mat Al lah , sampaikan segala keluh kesah kepada Allah saja dan hen­

daklah yakin bahwa Allah lebih berkuasa mengawasi tawanan-tawanan 

perjuangannya dibandingkan  manusia. Akhirnya hargai lawan dan jangan 

mengharapkan sesuatu pertolongan jua pun selain dibandingkan  Allah. 

Pada akhir uraian adab ini kita katakan bahwa jikalau tiap-tiap 

orang Islam mengamalkannya, maka baik dalam waktu damai maupun 

dalam waktu peperangan, tidaklah ada suatu kesukaran pun dalam me-

239 

nyelesaikan segala soal hidup. sebab  Islam itu menuntun manusia itu 

kepada kenal-mengenal dan harga-menghargai antara satu sama lain. 

Sebagai penutup kita sebutkan adab orang yang berjihad juga un­

tuk membersihkan dirinya, yang acapkali dinamakan jihadun nafs, 

yaitu adab-adab yang kadang-kadang dipakai oleh mereka yang hendak 

menyelamatkan kemurnian jiwanya dengan mengasingkan diri (i'tiza-

lunnas) dan adab-adab orang sufiyah. 

Mengenai adab-adab i'tizal atau orang yang menjauhkan dirinya 

dibandingkan  masyarakat banyak, dikatakan oleh Imam Ghazali dalam ki­

tab Adab fid Din bahwa ia terhitung hendaknya seorang yang mengerti 

betul tentang agama, tahu urusan sembahyang, puasa, zakat dan haji. 

Ia harus percaya bahwa dengan menjauhi orang banyak itu ia dapat 

menyelamatkan orang banyak dari keburukannya. Maka hendaklah ia 

bersikap senantiasa menghadiri sembahyang Jum'at dan sembahyang 

berjama'ah, menghadiri upacara-upacara pemakaman, menengoki 

orang-orang yang sakit, jangan mencampuri pembicaraan-pembicaraan 

yang tidak berfaedah, jangan menanyakan sesuatu yang dapat meru­

sakkan hatinya, jangan mengharapkan sesuatu dibandingkan  orang lain 

meskipun tetangganya sendiri, hendaklah waktunya dibagi tiga, sem­

bahyang, mengaji dan tidur. Dengan ibadat ia beroleh pahala, dengan 

mengaji ia beroleh pelajaran dan dengan tidur ia membendung dirinya 

meninggalkan semua perbuatan pancaindra. Dikatakan bahwa jikalau 

ia memiliki  keluarga, bolehlah ia berbicara sekali-kali dengan mere­

ka, namun  seluruh tujuan asalnya hendaklah berusaha menjauhi orang 

banyak. 

Sebagai adab seorang Sufi dianjurkan jangan memperbanyak isya-

rat, tidak sering mempergunakan perkataan yang tidak tepat, berpe­

gang kepada Ilmu syari'at, selalu bekerja dengan sungguh-sungguh, 

jangan terlalu mencampuri orang banyak, jangan berlebih-lebihan da­

lam memakai pakaian atau menghiasi diri, hendaknya selalu bertawak-

kal, hendaknya mengutamakan kemiskinan, hendaknya sering berzikir 

dan menyembunyikan perasaan cinta. Selanjutnya bersikap baik dalam 

pergaulan dan persahabatan, menjauhi pergaulan dengan wanita dan 

mempergunakan kebanyakan waktunya untuk membaca Al-Qur 'an. 

240 

DO'A DAN WIRID 

1. S E J A R A H D O ' A . 

Manusia sudah mengenai do'a, sebelum ia mengenai Allah  yang 

sebenarnya. Pada waktu manusia meraba-raba dalam zaman gelap-guli-

ta, manakah Allah  yang sebenarnya, airkah, apikah, anginkah, tanah-

kah, mataharikah, bulankah, bintangkah, pohonkah atau binatang-

kah, manusiakah atau jiwanyakah, ia sudah memiliki  kebuAllah  me­

minta tolong kepada sesuatu yang lebih berkuasa dibandingkan nya untuk 

kelemahan dan kekalahannya. Pada waktu manusia itu masih kuat, 

masih di dalam keadaan menang, segala hasratnya tercapai, segala per-

kataannya terlaksana, ia tidak memerlukan kekuatan gaib, sebab  ke­

kuatan lahir yang dapat dilihat hasilnya sudah cukup baginya. namun  

apabila manusia itu kalah dalam sesuatu perkelahian baik berupa pepe­

rangan maupun berupa perjuangan hidup sehari-hari, barulah ia menin-

jau kembali kekurangan dirinya, dan mencari kekuatan dari luarnya, 

kekuatan gaib yang biasa dilihatnya pada keadaan-keadaan yang me-

ngagumkan dan menakjubkan, seperti matahari yang pada sangkanya 

suatu tenaga yang memberikan manusia kekuatan dan kesehatan, begi­

tu juga air, angin atau yang disangkanya kekuatan itu berada dalam 

pohon-pohonan atau binatang, berupa kekuatan jiwa yang gaib yang 

tersembunyi di dalam benda-benda yang ajaib itu. Keyakinan kepada 

animisme ini mempengaruhi hidup kerohanian manusia berabad-abad 

lamanya, sehingga kepada benda dan binatang itulah ditujukan persem-

bahan dalam aneka macam sajian dan pengorbanan, guna mengharap­

kan limpah kurnianya yang mengakibatkan perbaikan bagi manusia itu. 

Kepadanyalah manusia yang sederhana itu mengharapkan perbaikan 

241 

hidupnya, mengharapkan terhindarnya segala macam bahaya dan mala-

petaka. 

Dr. Zaki Mubarak menceriterakan dalam bukunya "At-Tasawwuf 

sl-Islami" (Mesir, 1938), bahwa manrfsia itu pada hakekatnya dan pada 

asalnya tidak lain dibandingkan  binatang buas, yang berkelahi, yang menga-

iahkan satu sama lain. Yang menang hidup beberapa lama, yang kalah 

hancur lebur. Terutama golongan yang kalah lalu memikirkan, dari-

mana datang manusia itu dan apa sebab ia menang dalam perkelahian, 

sesudah mati ke mana mereka itu pergi? Dorongan berpikir ke arah itu 

tidak lain dibandingkan  agama. Manusia yang beragama itu tidak keluar 

dari dua macam golongan, segolongan memiliki  kekuatan dan kese-

hatan, maka ia meneruskan perjuangan hidupnya, segolongan lagi ter-

henti usahanya oleh sebab  kepunahan dan kelemahan, maka ia menye-

rah nasibnya kepada keadaan dan kekurangan, lalu menekunkan pikir-

annya kepada kekuatan yang ada di luar dirinya, mencari sesuatu 

kekuatan di luar dirinya, kekuatan dï luar bumi dan langit. Maka ber-

lomba-lombalah manusia mencari kebenaran itu. Kebenaran yang sebe­

narnya tidak ada kecuali dalam ajaran Nabi-Nabi, yang diutus 

Allah kepada manusia, untuk menuntun cara berpikir manusia itu.- Tu­

han melahirkan Adam dengan segala anak cucunya. Kepadanya diajar­

kan, bagaimana mereka berdo'a kepada Allah nya, bagaimana mereka 

mencari keselamatan untuk hidupnya. 

Dalam sebuah buku, yang bernama "Khazinatul Asrar" (Mesir, 

1349 H.) , saya baca uraian tentang sejarah terjadinya Surat Fatihah, 

surat pertama dari Qur'an. Diterangkan di situ bahwa sesudah Nabi 

Adam dijadikan dan ditiupi jiwanya, ia berdo'a kepada Allah , dan 

kepadanya diajarkan sebagai do'a yang pertama ialah : " Y a Allah ku ! 

Tunjukilah daku jalan yang lurus, jalan mereka yang pernah beroleh 

kurnia dibandingkan -Mu, bukan jalan mereka yang Engkau kutuki dan bu­

kan jalan mereka yang telah sesat!" Sejak itu mulailah digunakan do'a 

tidak saja Qabil dan Habil , namun  Nabi-nabi pun berdo'a. Nabi Ibrahim 

berdo'a, Nabi Musa berdo'a, Nabi Ayyub berdo'a, Nabi Dawud ber­

do'a, Nabi Zakaria berdo'a, Nabi Isa berdo'a dan Nabi Muhammad 

berdo'a. 

Dengan demikian terdapatlah ibadat berdo'a itu hampir di seluruh 

bangsa manusia. Bangsa manusia yang tidak berAllah  menghadapkan 

242 

do'anya kepada benda-benda, tumbuh-tumbuhan atau binatang, yang 

dianggapnya berjiwa dan berkekuatan, namun  bangsa-bangsa yang ber-

Allah  menghadapkan do'anya kepada Allah yang Maha Kuasa, sebagai 

kesatuan pencipta dan sebagai pusat dibandingkan  segala tenaga lahir dan 

bathin. Maka terjadilah do'a dan sembahyang itu sebagai suatu kebu-

iuhan rohani bagi manusia. 

Orang-orang Fir'aun berdo'a kepada raja-raja dan kepada mata-

hari, orang-orang Yunani berdo'a kepada Allah -Allah nya. Misalnya 

kepada Asklepios, untuk menyembuhkan penyakit-penyakit, sebagai­

mana orang-orang Kristen mengharapkan kurnia Isa Almasih dalam 

pengobatan diterangkan oleh Joh. Chr. Blumhardt (1805 — 1880), yang 

terkenal dengan semboyan "Jesus ist Sieger", orang Hindu berdo'a, 

orang-orang Budha dari Tibet berdo'a, yang paling terkenal dengan 

kincir do'a, tertulis dan diucapkan dalam bahasa Sanskerta, orang-

orang Jepang berdo'a, sehingga Mikagura-uta dan Osahizu dari Tenri-

kyo seluruhnya tidak lain dibandingkan  do'a dan ucapan minta selamat. 

Dalam P E R J A N J I A N L A M A orang-orsng Yahudi beroleh petun-

juk tentang do'a-do'a. baik yang diucapkan bersama-sama maupun 

yang digunakan oleh perseorangan. Do 'a yang diucapkan dengan secara 

khusyu' dapat menghindarkan qadar Allah , ;>ementara do'a-do'a yang 

berasal dari Mozes dan Samuel, umumnya untuk mencapai sesuatu 

maksud (Gen. 18 : 23 — 33 Amos 7). Umu.nnya do'a-do'a itu berisi 

permohonan kepada Allah  untuk menganugerahkan sesuatu kurnia, 

atau mengucapkan sesuatu syukur untuk nikmat dan rahmat yang su­

dah dicurahkan. Juga dalam do'a-do'a orang Yahudi ini ada sya­

rat-syarat dan rukun mengenai susunan dan isi atau mengenai waktu-

waktu yang mustajab. Pertunjuk untuk mengangkat tangan diuraikan 

dalam (I Kon. 8 : 54), ada juga dalam Pentateuckh. Demikian kata 

Prof. Dr. J . L . Bakache. 

Dalam pada itu orang-orang Kristen mengarahkan do'anya kepada 

Allah  untuk memperoleh kebebasan dosa. Yang demikian itu menurut 

contoh yang diberikan oleh Isa Al-Masih pada waktu ia menghadapi 

pengorbanan. Dalam do'a orang-orang Kris.en merasa dirinya berbica­

ra dengan Allah , di mana ditumpahkan segala perasaan penghormatan 

dan syukur, kecintaan dan kefakiran. Umumnya dalam agama Kristen 

dibedakan orang do'a yang yaitu  puji-pujian, do'a tasyakkur, 

243 

do'a yang berisi permohonan untuk sesuatu maksud, do'a untuk me­

nyatakan penyesalan tentang sesuatu dosa yang telah dikerjakan, ham-

pir boleh kita umpamakan dengan taubat dan istighfar, dan do'a yang 

berisi penyerahan diri. Kata Dom. Dr. A. Verheul, semuanya itu dapat 

dijadikan sembahyang, jikalau berisi di dalamnya pengakuan tertinggi 

terhadap Allah . 

Orang membagikan do'a dalam Kristen itu atas do'a yang diniat-

kan dalam hati, do'a yang diucapkan dengan mulut, do'a yang dika-

rangkan dengan bebas, do'a tertentu lafadnya, do'a yang diucapkan 

dengan mulut harus disertai niat dalam hati. Di samping do'a yang ber­

sifat pribadi, yang diucapkan atas kemauan sendiri, ada do'a 

umum dan bersama yang diucapkan bersama atas nama gereja. Do'a 

yang berisi permohonan harus menerangkan kesukaran dan kehendak 

serta mempersembahkan keadaan itu kepada perhatian Allah , sebab  

Dialah yang lebih mengetahui dan Dialah yang akan menentukan sesua­

tu manusia hanya menerima saja demikian kata St. Agustinus dalam 

epistola ad Probam P . L . X X X I I I , col. 500. Mengenai sifat do'a dapat 

kita terangkan, bahwa orang Kristen menunjukkan do'anya kepada Tu­

han, yang katanya terdiri dari Bapak. Anak dan Jiwa Suci. namun  

orang-orang Katholik membolehkan menujukan do'a itu kepada orang-

orang keramat dan wali-wali, yang katanya pernah beroleh kurnia Tu­

han, sehingga do'anya beroleh keistimewaan dibandingkan  Allah  untuk 

diterimanya. Tiap-tiap do'a ditutup dengan sanjungan kepada Tri 

Tunggal yang suci. Mengenai caranya melakukan do'a diuraikan oleh 

St. Paulus (I T im. II : 8), bahwa orang berdo'a itu haruslah mengang-

kat tangan ke atas. Menurut Origenes cara yang sebaik-baiknya ialah 

membuka kedua belah tangan dan melihat ke atas. Pada hari-hari per­

tama biasanya orang-orang berdo'a pada hari Minggu dan hari Paskah 

sambil berdiri, namun  kemudian berubah menjongkok di atas lutut, dan 

boleh pada tiap-tiap hari. Sedang berdo'a harus menghadap ke timur, 

dan oleh sebab  itu kebanyakan gereja didirikan menghadap ke timur. 

Menurut St. Paulus, orang perempuan berdo'a dengan menutup kepala 

sedang orang laki-laki membuka kepalanya (I Cor. , XI : 13). 

2. D O ' A D A L A M I S L A M . 

Adapun do'a di dalam Islam sudah banyak diketahui orang. Ham-

244 

pir tiap-tiap kitab akhlak dan tasawwuf memuat uraian tentang do'a 

dalam Islam. Kitab-kitab fiqih pun menerangkan bahwa shalat atau 

sembahyang itu tidak lain dibandingkan  do'a. Banyak ulama-ulama, di an­

tara lain Nawawi, Syaukani, mengarang kita-kitab khusus mengenai 

zikir dan do'a. Lalu dalam Islam dibedakan antara shalat, zikir, wirid, 

dan do'a. 

Do 'a itu ialah permohonan kepada Allah , yang disebutkan de­

ngan bermcam-macam nama, sekali dinamakan ibadah, seperti yang 

disebutkan dalam Surat Al -A ' r a f , lain kali dinamakan seruan kebenar­

an, seperti yang disebutkan dalam Surat Ar-Ra 'ad . Dalam Islam semua 

do'a itu harus ditujukan sebulat-bulatnya kepada Allah  yang satu. Tu­

han menyuruh meminta kepadanya dan Ia menjamin pengabulannya. 

Firman Allah  dalam Qur'an : "Berdo'alah kepada-Ku langsung, A k u 

akan memperkenankannya". Dalam surat Fathir, Allah  berfirman : 

" A l l a h itulah Allah  kamu, pemilik sekalian alam. Barangsiapa berdo'a 

kepada lain Al lah , ia tidak akan memperoleh apa-apa, j ika kamu ber­

do'a kepada selain Al lah , tidak didengarnya do'amu itu, dan jika di-

dengar pun tidak dapat diperkenankan permintaanmu, bahkan di hari 

kiamat kamu termasuk orang yang memperserikatkan Allah ". Dalam 

surat Al-Furqan Allah  menyebut, bahwa orang-orang yang beriman 

itu tidak berdo'a melalui orang lain kepada Al lah , hanya kepada Allah 

semata-mata, tidak mau membunuh manusia, sebab  itu diharamkan 

Al lah , kecuali dengan alasan-alasan yang benar. Dan oleh sebab  itu 

Allah  pernah memperingatkan kepada Nabi Muhammad, yang meng­

hadapi pertanyaan manusia di sekitarnya tentang Allah  dan do'a : 

"Apabi la engkau ditanya tentang Daku oleh hamba-Ku, jawablah bah­

wa A k u ini dekat padanya, A k u ini memperkenankan do'a tiap-tiap 

orang yang berdo'a kepadaku". 

Sudah kita katakan dalam salah satu bahagian kitab ini , bahwa 

berdo'a itu sudah lama dikenal orang dalam kalangan agama. Qur'an 

menyebutkan banyak sekali contoh-contoh dibandingkan  do'a Nabi-Nabi, 

misalnya yang ini dalam Surat Al-Baqarah do'a Ibrahim, yang 

diucapkannya tatkala meminta negerinya itu aman sentausa dan Allah  

memberi rezeki kepada penduduknya, tatkala ia meminta dengan anak­

nya dijadikan dua orang muslim yang baik, begitu juga anak cucu-

nya begitu pula tatkala ia meminta ditunjuki ibadat yang bersih dan 

taubat yang diterima, tatkala ia meminta kepada Allah , agar di antara 

245 

keturunannya itu diangkat seorang menjadi rasul, yang dapat meng­

ajarkan ayat-ayat Allah , kitab dan hikmahnya, dan yang dapat mem­

bersihkan i'tikad dan kehidupan mereka. 

Hampir bersamaan dengan itu Qur'an menerangkan dalam Surat 

Ibrahim, bahwa Nabi Ibrahim pernah berdo'a, agar negeri Mekkah di­

jadikan sebuah negeri yang aman, dan agar Allah  menjauhkan dia ser­

ta anak-anaknya dibandingkan  penyembahan berhala, penyembahan yang 

sudah banyak menyesatkan manusia. Begitu juga ia berdo'a agar ia di-

kurniai tempat tinggal yang baik, meskipun dalam suatu wadi atau lem-

bah yang tidak berpohon-pohon, dekat rumah beribadat kepada Tu­

han, ia berdo'a agar ia dapat mendirikan sembahyang, agar Allah  da­

pat memberikan makanan, agar mengampuni dosanya, dosa orang tua­

nya dan orang yang beriman, semua itu dipohonkan kepada Allah  da­

lam suatu bentuk do'a yang sangat mengharukan. Pada tempat yang 

lain dalam Qur'an termuat do'a Nabi Musa, tatkala ia memohon kepa­

da Allah  kelimpahan cahaya dalam dadanya, yang dapat memudahkan 

segala pekerjaannya, tatkala ia meminta kelancaran berbicara dan ke-

petahan lidahnya, tatkala ia meminta, agar saudaranya Harun dijadi­

kan orang yang berkuasa dalam menyelesaikan soal (Surat Thaha). 

Begitulah kita dapati, bahwa Nabi Ayyub pun pernah berdo'a un­

tuk dihindarkan dibandingkan nya kesukaran dan kesusahan (Surat A l - A n b i -

ya), do'a Nabi Nuh agar ia dapat meiepaskan diri dibandingkan  orang-orang 

kafir, (Surat Al-Qamar), do'a Nabi Zakaria yang meminta diberikan 

keturunan yang baik (Surat Al-Imran), do'a orang-orang yang salih 

yang meminta diampuni dosanya dan diselamatkan kedudukannya dari­

pada orang-orang kafir (Al-Imran), sebagaimana anjuran Allah  kepa­

da Nabi-Nabi itu untuk berdo'a, misalnya kepada Nabi Muhammad, 

agar ia dimasukkan ke dalam golongan orang benar dan diberi bantuan 

dalam usahanya dengan kekuasaan Allah  (Surat Al- lsra ' ) , kepada Na­

bi Nuh, yang diperintahkan berdo'a agar diberi tempat tinggal yang 

berkat (Surat Al-Mu'minun) dan mengajarkan juga bagaimana cara 

berdo'a, dengan menggunakan Asmaul husna (Surat Al-Kahfi) . 

Dr. Zaki Mubarak menarik kesimpulan dibandingkan  contoh-contoh 

do'a yang banyak sekali disebut dalam Qur'an, bahwa semuanya itu 

menunjukkan pengertian ubudiyah, iman, dan segala pekerjaan itu pa­

da asalnya berada dalam tangan Allah , dan oleh sebab  itu diperintah-

246 

kan berdo 'a hanya kepada T u h a n , untuk meminta to long dan meng­

harapkan ampunan . 

Q u r ' a n t idak lupa memperingatkan, bahwa manusia i tu baru ingat 

kepada T u h a n , apabi la ia berasa dalam kesusahan, T u h a n berkata da­

lam Surat A z Z u m a r : " A p a b i l a manusia i tu beroleh kesusahan, ia pun 

teringat berdo 'a kepada Allah nya dan merengek-rengek kepadanya, 

namun  apabi la ia d i l ingkungi nikmat lupa berdo 'a bersyukur kepadanya, 

bahwa ia menyembah Allah  A l l a h , dan dengan demik ian menyesatkan 

per ja lanannya" . 

O leh sebab  i tu N a b i M u h a m m a d sangat menganjurkan berdo 'a 

kepada ummatnya , di samping ia sendiri selalu berdo 'a , baik d i da lam 

sembahyang maupun d i luarnya. Katanya : " T i d a k ada sesuatu pun 

yang lebih m u l i a pada T u h a n selain d o ' a " . D a n dikatakannya pula : 

" B a h w a d o ' a i tu selalu bermanfa 'at , baik tentang sesuatu yang akan 

datang atau tentang sesuatu yang tidak akan terjadi atas d i r i m u . W a h a i 

hamba A l l a h , berdo 'a lah kamu seka l i an !" Sabda N a b i : " T u h a n A l l a h 

itu berkuasa, h idup dan pemurah, malu ia melihat j i k a seorang manusia 

menghamparkan tangannya kepadanya dengan tidak memberikan se­

sua tu" . Begi tu juga sabdanya : "Sebuah d o ' a yang d i l akukan d iam-

diam sama harganya dengan tujuh puluh do ' a yang d iucapkan terang-

terangan" . 

Bahwa kalau d o ' a i tu d iucapkan dengan khusyu ' dan ikhlas pasti 

di ter ima T u h a n , d ika takan N a b i sbb. : " T u h a n i tu mengurniai kemer-

dekaan pada tiap hari dan malam bagi hamba-Nya dar ipada azab nera­

ka , dan oleh sebab  itu tiap musl im lak i - l ak i atau perempuan disedia-

kan baginya oleh T u h a n waktu yang mustajab bagi d o ' a n y a " . D a l a m 

Had i s Quds i yang lain Rasulu l lah menerangkan, bahwa T u h a n pernah 

berkata : " S i a p a k a h orang yang berdo 'a kepada-Ku dengan sungguh-

sungguh tidak Kuperkenankan , siapakah di antara h a m b a - K u yang me­

minta kepada -Ku , tidak Kube r ikan , dan siapa yang meminta ampun 

kepada-Ku tidak K u a m p u n i dosa dan kesalahannya? Ketahui lah bahwa 

A k u pal ing pemurah di antara segala yang p e m u r a h " . Rasulul lah mem­

peringatkan : " A p a b i l a T u h a n telah membuka pintu d o ' a bagi hamba-

N y a , niscaya orang itu akan memperbanyak do ' anya dan T u h a n me-

n g a b u l i n y a " . Ka tanya lagi : " B a r a n g siapa t idak meminta kepada 

A l l a h , A l l a h itu marah kepadanya" . (Nihayatul Arab dan Ihya Ulu-

muddin). 

247 

Oleh sebab  itu salah seorang yang paling gemar berdo'a ialah Ra­

sulullah sendiri, ia berdo'a sebelum sembahyang Subuh, ia berdo'a pa­

da hari Arafah, ia berdo'a dalam sembahyang, ia berdo'a dalam sujud 

sembahyang, sebagaimana Nabi Ibrahim juga berdo'a pada waktu pagi 

hari, Nabi Da'ud berdo'a di tengah-tengah malam, Nabi Yusuf ber­

do'a, Bani Israil berdo'a, orang-orang Sufi membuat do'a dalam bentuk 

hizib, dalam kitab fiqh, yang manapun juga diuraikan macam-macam 

do'a, baik mengenai wudhu', mengenai mandi, mengenai cuci mulut, 

mengenai cuci kepala, ketika penghabisan wudhu', sesudah mendengar 

azan, sesudah sembahyang, sesudah bangun tidur, pada waktu memulai 

puasa, pada waktu mengakhiri puasa, waktu mengerjakan Haji dan 

Umrah, pada waktu memasuki masjid, pada waktu keluar masjid, pada 

waktu keluar rumah, pada waktu masuk rumah, pada waktu dalam hu-

tan, pada waktu memakai baju, pada waktu melihat bulan, pada waktu 

angin bertiup, pada waktu bersedekah, pada waktu memperoleh un-

tung, pada waktu menderita rugi, pada waktu mendengar geledek, pada 

waktu hujan, pada waktu marah, pada waktu perang, pada waktu meli­

hat kaca muka, pada waktu membeli binatang, pada waktu mengucapkan 

selamat kepada orang kawin. Pendeknya saban waktu Nabi Muhammad 

suka berdo'a dan dianjurkan kepada umat Islam juga suka mempersem-

bahkan permohonannya kepada Allah . Tinggallah kita memilih mana 

yang baik, yang berasal dibandingkan  Rasulullah sendiri. 

Do 'a itu banyak sekali faedahnya, di antara lain menguatkan 

iman, menghilangkan putus asa, yang tidak boleh ada pada orang 

Islam, mengurangi gundah-gulana, menggiatkan bekerja, menambah 

kegemaran kepada beribadat dan beramal salih, membuat terang hati, 

membuat mudah rezeki, membuat adab dan akhlaq lebih halus, mem­

buat orang sabar, menghilangkan was-was hati, dan juga menolong da­

ri penyakit. 

Prof. Aul ia dalam karangannya "Peranan Agama dalam Ilmu Ke-

dokteran", termuat dalam Gema Islam 1 Maret 1962, menerangkan 

tentang do'a sbb. : " D i antara obat-obat yang sebaik-baiknya untuk 

penyakit ialah terbuat amal kebajikan, berzikir, berdo'a serta memo-

hon dan mendekatkan diri kepada Allah dan serta taubat. Semua ini 

memiliki  pengaruh yang lebih besar dibandingkan  obat-obat biasa untuk 

rnenolak penyakit dan mendatangkan kesembuhan. namun  semua me-

248 

nurut kadar kesedia penerimaari bathin serta kepercayaannya akan obat 

kebathinan itu dan manfaatnya. 

Salah satu tindakan keagamaan yang penting ialah mendo'a yakni 

memanjatkan permohonan kepada Allah supaya memperoleh sesuatu 

kehendak yang diridhai Allah . 

Do'a itu dari zaman ke zaman telah berulang-ulang dinyatakan 

kepentingannya dalam kedokteran, di antara lain oleh Dr. A . Carrel, 

pemenang hadiah Nobel tahun 1912 untuk ilmu kedokteran sebab  suatu 

karya-penemuannya di lapangan ilmu bedah. 

Dalam brosurnya " L a Priere" (Do'a) " D r . Carrel, mengemukakan 

keyakinannya akan kebesaran faedah do'a untuk pengobatan dengan 

ucapan : " B i l a do'a itu dibiasakan dan betul-betul bersungguh-sung-

guh, maka pengaruhnya menjadi sangat jelas Ia yaitu  sema­

cam perobahan kejiwaan dan ketubuhan Ketenteraman ditimbul-

kan oleh do'a itu yaitu  pertolongan yang besar pada pengobat­

an" . 

Selanjutnya Dr. Carrel menceriterakan hasil penyelidikannya di 

Lourdes (di negeri Perancis) ke mana orang beragama Kristen, setiap 

tahun, biasanya dalam bulan Agustus, datang mendo'a kepada Allah  

supaya mereka disembuhkannya, dengan air dari suatu mata air di 

sana. Berberita ia tentang peristiwa-peristiwa penyembuhan yang disak-

sikan di sana dengan penuh keheranan : "B i ro kedokteran di Lourdes 

besar jasanya kepada ilmu pengetahuan dengan menunjukkan kenyata-

an penyembuhan-penyembuhan itu Hal yang ajaib itu tersifat ka­

rena pencepatan luar biasa dibandingkan  peristiwa-peristiwa normal dari­

pada penyembuhan". 

Lebih jauh diterangkan oleh Dr. Carrel tadi, bahwa penyembuhan 

di Lourdes itu, dulu, 40 (empat puluh) sampai 50 (lima puluh) tahun 

yang lalu, lebih banyak kali dialami dari sekarang. Sebabnya ialah ka­

rena, dulu penderita-penderita yang datang ke Lourdes itu biasanya pe­

nuh kekhusyu'an agama, namun  sekarang kurang demikian halnya. 

Mengenai hasil do'a itu dikatakannya di lain tempat dalam brosur­

nya itu; " D o ' a itu sering tidak berhasil. sebab  kebanyakan orang yang 

memanjatkan do'a itu, masuk golongan orang-orang yang hanya me-

mentingkan diri sendiri, orang-orang membohong, orang-orang pe-

249 

nyombong, orang-orang bermuka dua, tidak bisa beriman dan menga-

sihi" . 

Memang do'a itu seringkali sukar dikabulkan, Allah  sendiri mem­

peringatkan kita mengenai hal ini dengan firman-Nya dalam Qur'an 

Surat Al-Baqarah, ayat 45, : "Mintalah pertolongan dengan sabar dan 

sembahyang. Sesungguhnya hal ini berat adanya kecuali bagi orang 

yang khusyu' " . 

Orang yang khusyu' ialah orang yang dapat memanjatkan permo­

honan itu dengan penuh keyakinan akan Allah  Yang Maha Kuasa dan 

bisa tunduk dan menyerahkan diri sepenuh-penuhnya, sebab  tahu 

akan menemui Allah nya itu dan akan kembali kepadanya kelak. 

namun  bila do'a itu dapat dipanjatkan dengan kekhusyu'an maka, 

insya Allah do'a itu akan dikabulkan seperti ternyata dalam Qur'an, 

Surat Al-Baqarah, ayat 186. : "Dan bila para hamba-Ku bertanya ke­

pada engkau hai Muhammad tentang A k u , maka sesungguh­

nya A k u dekat. A k u memperkenankan permintaan orang yang memin­

ta kepada-Ku, maka hendaklah mereka menjawab seruan-Ku, mudah-

mudahan mereka berjalan di jalan yang lurus". Demikian Prof. Dr. 

Aulia dalam Gema Islam. 

3. DO'A NABI-NABI. 

Qur'an menyimpan banyak sejarah Nabi-Nabi, yang dapat mem­

berikan pelajaran-pelajaran bagi Umat Islam. Sejarah-sejarah itu mene­

rangkan, bahwa di kala umat Nabi-Nabi itu ta'at kepada Allah  dan 

melaksanakan segala suruh dan cegahnya, selamatlah ia dan menjadi 

besarlah umat itu sebagai suatu bangsa, namun  sebaliknya di kala-kala 

umat itu kufur dan syirk kepada Allah nya, ingkar dan menentang se­

gala ajaran Allah  yang disampaikan oleh Nabi-Nabinya, hinalah ia 

dan akhirnya hancurlah umat itu sebagai suatu bangsa. Qur'an mence-

ritakan, bagaimana nasibnya umat-umat yang durhaka kepada Allah ­

nya dan menentang serta mendustakan kepada Nabi-Nabinya. Untuk 

membuktikan kenabian dan kerasulan Nabi-Nabi itu diberi Allah  sen­

jata yang sangat ampuh, yaitu mu'jizat, yang terletak dalam keanehan-

keanehan dan keajaiban-keajaiban, di luar kekuasaan manusia. Di an­

tara mu'jizat-mu'jizat yang banyak itu termasuk do'a yang diucapkan 

250 

oleh Nabi-Nabi itu, berisi keluhan jiwa dan permintaan kepada Allah ­

nya. 

Do'a-do'a ini banyak tersimpan di dalam Qur'an, yaitu  do'a 

yang digemari orang dan yang khusus. namun  juga banyak ada 

do'a-do'a itu dalam riwayat dan sejarah Nabi-Nabi dan Rasul. 

Sebagaimana kita ketahui Nabi-Nabi itu sangat banyaknya, yang 

masing-masing memiliki  sejarah hidup dan perjuangan sendiri-sendi-

ri . Kepercayaan kepada Nabi-Nabi itu, termasuk rukun iman, di sam­

ping percaya adanya Al lah , adanya kitab suci, adanya Malaikat, ada­

nya hari kebangkitan, dan adanya Qada dan Qadar yang sudah ditetap-

kan oleh Al lah . Kita harus percaya bahwa Nabi-Nabi itu yaitu diutus 

Allah untuk menyampaikan ajarannya kepada manusia, dan bahwa Na­

bi-Nabi itu terpelihara dibandingkan  dosa dan pengaruh hawa nafsu. M a ­

sing-masing Nabi itu diberi kitab suci, yang yaitu  tuntunan hidup 

dunia akhirat bagi umat-umatnya, dan sebagai Nabi terakhir, yang di­

utus Allah untuk segala manusia, ialah Nabi Muhammad dengan Qur­

'an sebagai syari'atnya. 

Demikianlah kita dapati Adam sebagai Nabi yang pertama, sebagai 

bapak dari segala manusia, berasal dari syorga, diturunkan ke dunia 

bersama isterinya Hawa sebab  pada suatu ketika melanggar perintah 

Allah  disebabkan godaan setan. Dalam Qur'an banyak tersimpan 

ucapan-ucapannya yang yaitu  do'a untuk sesuatu keperluan da­

lam kehidupannya. 

Di kala manusia pada suatu masa banyak serbuan kejahatan tidak 

menyembah Allah  namun  menyembah berhala yang diperbuat dengan 

tangannya sendiri, yang diberi bernama Wad, Suwa', Yaguth, Ya 'uq , 

Nasr d l l . , Tuha." mengutus Nabi Nuh untuk membawa kembali mereka 

ke jalan yang benar. Tapi banyak yang menentang ajaran itu, sehingga 

Nabi Nuh untuk dapat mengatasi munajat dan berdo'a kepada Al lah , 

mengemukakan perasaan hati dan memohon ampun atas kelemahan-

nya, minta pertunjuk-pertunjuk untuk dapat menyelamatkan usahanya. 

Tatkala kemurkaan Allah telah memuncak akan membinasakan umat 

yang zalim itu dengan air banjir, Allah  memerintahkan Nabi Nuh 

membuat sebuah kapal, agar ia dengan manusia-manusia yang masih 

percaya kepada Allah  tertolong jiwanya. Anaknya sendiri yang kufur 

kepada Allah  turut tenggelam ke dalam air bena itu. 

251 

Bagaimana indah susunan d o ' a N a b i N u h dan mengharukan, da­

pat ki ta baca kembali dalam ayat-ayat Q u r ' a n . 

Umat Nabi Hud pun pada suatu masa za l im dan durhaka kepada 

Allah  , bangsa ' A d yang dianugerahi kejayaan oleh Allah  dengan ke-

majuan dan pembangunan gedung-gedung batu yang besar dan indah, 

mendurhakai Allah nya . M a k a sebagai azab d i turunkanlah angin ribut 

yang menghancurkan seluruh bangsa itu dengan peradabannya. 

M e s k i p u n demikian manusia tidak dapat mengambi l pelajaran dari 

kejadian yang dahsyat i tu , sebab  dalam masa Nabi Shalih riwayat ber-

ulang, bangsa Samud berbuat durhaka kembal i . M e r e k a berbuat jahat, 

mereka berlaku sombong dengan harta dan kekayaannya, mereka me­

nyembah patung, tidak menyembah T u h a n lagi . M e r e k a menutup te­

linga tidak mau percaya terhadap apa yang d i sampaikan oleh N a b i Sha­

l ih , yang mereka anggap tidak pantas menasehati mereka. M e r e k a tidak 

percaya kepada onta yang d i jadikan mu' j izat kebenaran N a b i Sha l ih . 

Dengan bermacam-macam usaha dan penghinaan mereka bunuh onta 

itu dan berkata dengan penuh ejekan kepada N a b i Shal ih : " H a i Shal ih 

datangkanlah siksa kepada pembunuh onta i tu , sebagaimana yang eng­

kau telah j an j ikan , j i k a sekiranya engkau benar-benar utusan A l l a h " . 

N a b i Shal ih hanya berdo 'a kepada T u h a n . Allah  lah yang menurunkan 

azab dan siksa berupa badai dan topan yang sedahsyat-dahsyatnya. Se­

hingga seluruh bangsa Samud dengan harta benda dan ternaknya de­

ngan segala gedung-gedung dan istananya yang indah-indah musnah 

sama sekali di t iup topan yang mengerikan i tu . 

M e m a n g banyak keajaiban-keajaiban yang lahir sebab  do ' a N a b i -

N a b i . sebab  d o ' a Nabi Ibrahim T u h a n menghidupkan kembal i daerah 

M e k k a h yang tandus, menjadi makmur dan subur. sebab  d o ' a N a b i 

Ibrahim api yang panas dan menyala-nyala yang disediakan N a m r u d 

untuk membakarnya dingin laksana air , sebab  do ' anya patung berhala 

yang telah menjadi sembahan ratusan tahun hancur dan musnah dan 

sebab  do 'anya lah lahir seorang N a b i dari keturunan anaknya N a b i 

Ismail . 

Nabi Ismail dengan ibunya Hajar dibuang ke lembah M e k k a h . Te­

tapi N a b i Ibrahim berdo 'a agar isterinya dan anaknya itu d i l indungi 

Allah  dan dipel ihara dar ipada penyembahan selain dar ipada T u h a n . 

Dengan air mata yang berl inang-l inang ia meminta kepada T u h a n : " Y a 

252 

Allah  k a m i , aku telah t inggalkan anak isteriku di padang pasir yang 

tandus tak berkayu-kayuan dan berbuah-buahan, Y a T u h a n k a m i , agar 

mereka mendi r ikan sembahyang, m a k a j ad ikan lah hati manusia tertarik 

kepada mereka, dan berilah rezeqi dari buah-buahan, mudah-mudahan 

mereka berterima kasih atas semua i t u " . 

sebab  do ' anya itu mata air zam-zam memancar d i tengah-tengah 

padang pasir yang kering dan tandus, sebab  do ' anya itu K a ' b a h men­

jadi pusat perhatian seluruh umat Islam, yaitu  kiblat sembah­

yang, yaitu  tempat melakukan ibadah T h a w a f dan S a ' i da lam 

melaksanakan haji sebagai rukun Islam yang ke l ima . Ismail yang hen­

dak d ikurbankan atas perintah T u h a n diganti dengan seekor b i r i -b i r i . 

I tulah balasan keta 'atan dan keikhlasan dalam memanjatkan d o ' a ke 

hadirat Allah nya : " Y a A l l a h terimalah persembahan k a m i , E n g k a u 

maha mendengar dan mengetahui. H a i T u h a n k a m i j ad ikan lah k a m i 

mus l imin untuk E n g k a u , begitu pun anak dan keturunan kami semua 

menjadi umat yang Is lam, tunjukkanlah kepada k a m i akan cara periba-

datan k a m i , beri ampun kepada k a m i , sebab  E n g k a u yang maha pe-

ngampun dan pengas ih" . Demik ian lah balasan orang yang percaya ke­

pada T u h a n . 

Sebal iknya manusia yang tidak percaya kepada T u h a n , sebagai­

mana yang terjadi dengan umat Nabi Luth, yang terkenal dengan keja­

hatan, merampok, merampas, berbuat mesum sesama manusia , t idak 

ingin kawin dengan wanita, memperebutkan l a k i - l a k i , pemuda-pemuda 

yang gagah dan cantik, untuk d i jadikan teman h idup dan pelepaskan 

hawa nafsu mereka. Semua ajaran N a b i L u t h t idak didengarnya dan 

pada akh i rnya N a b i L u t h mendo ' a ke hadirat A l l a h agar kaumnya yang 

sesat i tu d i tun juk i , j i k a t idak, kepada mereka d i tu runkan azab yang se-

ngeri-ngerinya dan siksaaan yang sehebat-hebatnya. 

B u k a n k a h Nabi Yakub dan Nabi Ishak pun berdo 'a juga untuk 

keselamatan rumah tangganya. Sementara Nabi Yusuf yang dibuang 

jauh ke Mes i r , akh i rnya bertemu juga dengan ayahnya, yang siang ma­

lam berdo 'a agar anaknya itu pulang kembal i dengan kebahagiaan. Be-

gitulah juga N a b i Syu'aib terlepas dari kaumnya yang curang, yang 

siang malam m e m i k i r k a n akan melakukan kejahatan kepadanya, hanya 

dengan bantuan T u h a n hanya dengan mengeluh d i r i dan berdo 'a kepa­

da Allah nya . 

253 

N a b i Musa terlepas dar ipada kekejaman F i r ' a u n sebab  do ' anya . 

D o ' a N a b i M u s a diperkenankan untuk berbicara dengan T u h a n d i bu­

kit T h u r Sina , meskipun ia t idak dapat melihat T u h a n dengan mata ke-

pala . namun  N a b i M u s a juga berdo 'a untuk kehancuran B a n i Israil 

yang tidak mau menyembah T u h a n , namun  meneruskan penyembahan 

anak sapi. Ia meminta kepada T u h a n , agar ia dan N a b i Harun terlepas 

dibandingkan  kemusyr ikan i tu : " Y a T u h a n k u , sesungguhnya saya tidak da­

pat memaksa mereka, selain dapat memaksa d i r i saya sendiri dan di r i 

saudara saya N a b i H a r u n . Sebab i tu pisahkanlah antara k a m i berdua 

dari orang-orang yang ingkar dan fasik i t u " . 

M e s k i p u n M u s a seorang N a b i , belum cukup i lmunya kalau tidak 

langsung d ikurn ia i dar i T u h a n sendiri . H a l ini kel ihatan, tatkala M u s a 

oleh Khaidir d iper l ihatkan keajaiban-keajaiban, yang di luar akal ma­

nusia, sehingga akh i rnya ia mengaku kebesaran T u h a n dan berdo 'a : 

" T u h a n k u l impahkan lah kurn ia ke da lam dadaku , permudahlah segala 

pekerjaanku, j ad ikan lah l i dahku petah, sehingga mereka tertarik kepa­

da perkataanku, angkatlah saudaraku H a r u n , ber ikanlah dia kekuatan 

bekerja bersama dengan daku , agar k a m i dapat bertasbih dan berzikir 

sebanyak-banyaknya k e p a d a - M u dan E n g k a u berkenan memperhat ikan 

k a m i " . 

Demik ian lah N a b i - N a b i t idak lupa kepada T u h a n . Nabi Daud de­

ngan suaranya yang merdu berdo 'a da lam mengucapkan bacaan ki tab 

sucinya. Tenaga d iber ikan dan ia dapat mengalahkan Jalut yang keku-

atannya berlipat ganda dar ipadanya, ia dapat menundukkan Thalu t , 

sehingga ia taubat kembal i dar ipada kemusyr ikannya . Dengan do ' anya 

juga kembal i menduduki singgasana kerajaan Bani Israil , sehingga ke­

rajaan i tu kembal i aman dan makmur , serta rakyatnya kembal i taq­

wa kepada T u h a n . 

N a b i - N a b i i tu t idak dapat dipengaruhi dan d ika l ahkan oleh keka­

yaan dunia . A p a ada yang lebih kaya dar ipada N a b i Sulaiman d i atas 

dunia? Sesaat pun ia belum pernah lupa kepada T u h a n . P a d a tiap-tiap 

kesukaran ia mengadu kepada T u h a n , tiap-tiap bahaya ia hadapi de­

ngan d o ' a kepada K h a l i k n y a . Dengan demik ian ia menjadi orang yang 

ta'at kepada T u h a n , dan orang yang ta'at kepada T u h a n itu pasti d i -

ta 'at i pula oleh semua makh luk yang la in . B u k a n saja manusia , segala 

j i n , binatang, kayu dan batu, angin dan air pun menjadi rakyat dan 

254 

balatentaranya. Kerajaan Ratu Balkis dengan mudah dipindahkan ke 

depan singgasananya, sehingga melihat kebenaran Nabi Sulaiman itu 

Ratu Balkis yang selama ini penuh dengan ujub dan tekebur, penuh 

dengan syirk dan kufur, kembali insyaf bertaubat kepada Allah , sam­

bil mengaku : " Y a AJIah, Allah ku! Saya sudah lama tersesat sehingga 

saya tidak kenal kepada-Mu dan tak pernah menyembah-Mu. Saya su­

dah tersesat dalam masa yang panjang sebab  kelobaan saya atas harta 

kekayaan pemberian-Mu itu, sehingga saya sudah aniaya terhadap diri-

ku sendiri dengan melupakan Engkau ya Allah. Saya kira dengan harta 

dan kekuasaan itu saja hanya bahagia dan rakhmat dari Engkau. Rupa-

nya itu sama sekali belum berarti apa-apa, dibandingkan dengan rakh­

mat dan nikmat Engkau yang lainnya. Ampunilah aku ya Al lah . Seka­

rang aku insyaf dan taubat, aku akan menerima pelajaran Sulaiman 

dengan menganut agamanya, yaitu agama Engkau ya Al lah . A k u akan 

tunduk dan ta'at kepada-Mu ya Allah, ampuni aku, sebab  Engkau 

suka memberi ampun dan penerima taubat pula". 

Memang Nabi-Nabi itu yaitu  contoh keimanan yang setinggi-

tingginya, keimanan yang tidak dapat dikutak-katikkan oleh iblis dan 

hawa nafsu, tidak dapat diubah oleh kehidupan dan suasana. Contoh 

yang diberikan oleh Nabi Ayyub menakjubkan iblis yang membawa 

pengaduan. namun  Allah  berkata : " A k u lebih mengetahui segala 

hamba-Ku yang beriman penuh dengan keimanan yang suci dan ikhlas. 

Ia menyembah Daku, sebab  memang ia yakin berbuat demikian. Iba-

datnya suci dibandingkan  pengaruh harta benda dunia, suci dari sifat loba 

dan tamak, suci pula dalam menderita segala cobaan-Ku". Memang 

Ayyub lulus dalam segala cobaan Allah , lulus dibandingkan  pengaruh harta 

benda, lulus dibandingkan  penyakit merana, lulus dari fitnahan dan ejek-

an" . 

Dalam segala suasana dan keadaan ia hanya berdo'a kepada Tu­

han : " Y a Al lah , Allah ku, aku rela dalam segala macam nasibku". 

Tatkala pada suatu hari isterinya yang setia meratapi segala penderita-

an suaminya, Ayyub kelihatan puas dan gembira, lalu ia bertakbir me-

muji-muji Allah nya. Orang yang demikian cinta kepada Allah nya, 

tentu dicintai pula oleh Allah  dan segala permintaannya akan diteri­

ma. Ia menjadi orang kaya kembali dan hidup berbahagia dengan anak-

anaknya. 

255 

Memang tidak ada kekuasaan lebih besar dibandingkan  kekuasaan Tu­

han. Kekuasaan Allah  mengatasi segala kemungkinan yang dapat di­

perbuat manusia. Jika tidak, bagaimana Nabi Yunus dapat hidup bebe­

rapa hari lamanya dalam perut ikan besar, yang mengarungi samudera 

yang luas. Yunus bersyukur dalam do'anya kepada Allah  yang telah 

menyelamatkan hidupnya kembali ke daratan. Allah  mewahyukan ke­

padanya : "Engkau kembalilah sekarang juga ke kampung halamanmu, 

sebab  bangsamu sedang menunggu pimpinanmu. Mereka sudah ber­

iman semuanya dengan keimanan yang suci murni. Mereka sudah mem­

buang semua berhala dan patung yang selama ini disembah-sembah-

nya". 

Di tengah-tengah keluarga dan bangsanya Yunus mengenang-nge-

nangkan kembali akan suasana tatkala ia berdo'a dan menyerahkan diri 

kepada Allah nya dalam perut ikan di tengah-tengah lautan besar. 

Do'a juga menolong Nabi Zakaria, yang sudah lebih dari sembilan 

puluh tahun umurnya untuk mendapat anak. Ia berdo'a kepada Allah ­

nya : " Y a Al lah , janganlah biarkan daku sendiri. Engkaulah sebaik-

baik zat yang dapat memberikan keturunan kepadaku. Do'a Zakaria 

itu dengan cepat dijawab oleh malaikat yang sedang berdiri dekat mih-

rabnya : " Y a , Zakaria! Allah  akan memberimu seorang anak yang 

bernama Yahya, dan belum pernah ada manusia yang bernama Yah­

ya" . 

Dengan demikian lahirlah Nabi Yahya, seorang Nabi saleh yang 

selalu berdo'a dengan air mata yang bercucuran, sebab  takut kepada 

Allah nya dan minta ampun serta maghfirahnya. 

Kita kenal pula beberapa banyak mu'jizat Nabi Isa. Keajaiban-

keajaiban itu terjadi sebab  Nabi Isa meminta dalam do'anya kepada 

Allah . Ia meminta supaya orang mati dihidupkan kembali, Allah  

memperkenankannya. Ia meminta orang buta supaya dapat melihat 

kembali, Allah  memperkenankannya. Ia meminta supaya orang pende-

rita penyakit kusta disembuhkan dari penyakitnya. Allah  memperke­

nankannya. 

Untuk mencoba mu'jizat sebagai Nabi, orang meminta kepadanya, 

agar Allah  menurunkan makanan dari langit. Isa berdo'a : " Y a Allah, 

Allah  kami turunkanlah makanan dari langit untuk menjadi bukti ke­

kuasaan Engkau?" Do 'a itu diperkenankan dan hidangan pun turun 

256 

dari langit dengan makanan yang lezat cita rasanya. 

Memang Allah  menyuruh meminta segala sesuatu kepada-Nya, 

dan jika permintaan itu dilakukan dengan penuh yakin dan khusuk, 

Allah  berjanji pasti akan memperkenankan. 

Oleh sebab  itu Nabi Muhammad sangat mengutamakan berdo'a, 

dan berkata bahwa do'a itu yaitu  otak dibandingkan  segala ibadat. 

la berdo'a dalam sembahyang, ia berdo'a di luar sembahyang, ia me­

nyuruh keluarganya berdo'a, ia menyuruh sahabat-sahabatnya berdo'a, 

dan ia menyuruh seluruh umat Islam memanjatkan do'a. Kehidupan 

manusia sudah tertulis dalam Qada dan Qadar, hanya do'a sajalah yang 

dapat mengubah tulisan itu dan memperbaikinya. 

Uraian-uraian mengenai Nabi-Nabi di atas ini sebahagian besar 

saya petik dari kitab "Rangkaian cerita dalam Al-Qur'an", karangan 

Bey Arifin, Bandung 1961. 

4. DO'A DAN WIRID. 

Do'a dan wirid termasuk amalan yang penting dan yang tertonjol 

bagi orang Sufi, bahkan termasuk ibadat yang hampir sama keduduk­

annya dengan ibadat sehari-hari yang diwajibkan kepada orang Islam 

dan rukun agamanya. Memang di dalam Islam do'a itu dianggap iba­

dat, bahkan "otak ibadat", namun  tidaklah sama atau dapat disamakan 

dengan ibadat-ibadat yang wajib, seperti sembahyang, puasa, naik haji 

dsb. Yang dimaksudkan di dalam Qur'an bahwa do'a itu yaitu  

ibadat, ialah sesuatu amalan yang sunat, yang terafdal dikerjakan dari­

pada pekerjaan-pekerjaan kebajikan yang lain. Banyak sekali ayat-ayat 

Qur'an yang menunjukkan anjuran berdo'a kepada penganutnya, teta­

pi kata-kata do'a dan solat berlainan sekali isinya, meskipun dalam ka­

langan orang Sufi kita lihat hampir-hampir bersamaan tingkatnya. 

Do'a termasuk amalan agama yang sudah tua umurnya, sama tua 

dengan agama-agama itu sendiri. Qur'an menceriterakan bermacam-

macam do'a yang diucapkan oleh nabi-nabi, ada yang diucapkan me­

lalui lidah Nabi Ibrahim, seperti yang ini dalam Qur'an Surat A l -

Baqarah ayat 125 — 129, Surat Ibrahim, ayat 25 — 34, yang isinya da-

257 

lam bahagian pertama nabi Ibrahim meminta keamanan, kemakmuran 

dan kecerdasan baginya dan keturunannya, dan dalam bahagian yang 

kedua ia menujukan permintaannya pertama untuk mempertebal iman 

dan tauhidnya kepada Allah , dan selanjutnya meminta ketetapan' hati 

dalam membasmi penyembahan berhala dan menegakkan ibadat-ibadat 

yang murni, yang sesuai dengan derajat Allah  yang maha Esa dan 

maha Kuasa. 

Dalam do'a yang diucapkan oleh Nabi Musa, yang termuat dalam 

Qur'an, Surat Thaha, ayat 25 — 35, yang isinya berdo'a untuk kelan-

caran berbicara menyampaikan ajaran Allah , meminta ditambah ilmu 

pengetahuan yang berlimpah-limpah, dan meminta diberi kekuasaan 

mengurus dirinya dan keluarganya; Surat Al-Qasas, ayat 16, yang berisi 

do'a meminta ampunan. 

Di antara do'a Nabi Nuh, termuat dalam Qur'an, Surat Al-Qamar, 

a y a t 9 _ io, di mana ia mengadukan dirinya kepada Allah  tentang ke-

kalahannya dan meminta kepadanya agar ia ditolong mencapai keme-

nangan, dalam Surat Nuh, ayat 26 — 28, yang isinya meminta ia dito­

long dari fitnah orang-orang kafir, dan meminta diberi ampunan baik 

untuk dirinya sendiri maupun untuk ibu bapanya dan sekalian orang 

yang mukmin, percaya sungguh-sungguh kepada Allah . 

Nabi Ayyub berdo'a, sebagaimana yang termaktub dalam Qur'an, 

Surat Anbiya ' ayat 83, agar ia dilepaskan Allah  dari kemelaratan yang 

menimpa dirinya. 

M U N A D A H. 

Pola itu acapkali dinamakan juga munadah, terambil dibandingkan  

perkataan nada, yang artinya memanggil atau berseru kepada Allah . 

Yang terbanyak dipergunakan untuk ini ialah "Allahumma", sama 

artinya dengan "Ya Allah", artinya " O , Allah ", ditempatkan pada 

permulaan tiap-tiap do'a. Lain dibandingkan  itu dipergunakan juga istilah 

"ya Rabbana", yang artinya "wahai Allah  kami" , atau "ya Rabbi", 

yang terjemahnya "wahai Allah ku". Kadang-kadang dipergunakan 

orang juga "ya Rabbalarbab", yang sama dengan bahasa Indonesia 

"wahai Allah  dari segala pengasuh". Sekali-kali kita lihat istilah-isti-

lah ini tidak ditempatkan pada permulaan do'a, namun  disisip-

258 

kan di tengah-tengah atau diselang-seling sajak do'a, menurut keindah-

an sajak yang membuat do'a itu. 

M U N A J A H . 

Perkataan munajah banyak dipergunakan oleh orang-orang Sufi 

dalam menentukan salah satu bentuk do'anya, hampir boleh kita terje-

mahkan dalam bahasa Indonesia dengan mengeluh atau meratapi diri 

kepada Allah . Dalam dunia Sufi tumbuh suatu pengertian tentang cara 

mencintai Allah , hub, yang kemudian ditafsirkan dengan faham yang 

berbeda untuk menentukan mana yang lebih baik di antara cinta ber­

sama harapan, hub ma'a raja', atau cinta bersama takut, hub ma'al 

khauf. Orang yang menganut faham yang kedua tidak banyak menge­

mukakan permintaan kepada Allah  dalam do'anya, namun  banyak me­

ngeluh, banyak mengadukan nasibnya, banyak mengemukakan keku­

rangan-kekurangannya, di samping mengemukakan kesempurnaan Tu­

hannya, yang lebih ditakuti kemurkaannya dibandingkan  azab-azabnya yang 

sudah ditentukan bagi tiap-tiap macam hamba-Nya yang berbuat dosa. 

Maka kita dengarlah jeritan jiwanya, yang disusun dengan kata-

kata yang sangat indah, mengharukan dan m;nggetarkan sukma, sema­

cam do'a yang dinamakan munajah. 

Rasulullah sendiri pernah mengucapkan do'a yang hampir bersa­

maan caranya dengan apa yang kita sebutkan. 

Coba dengar : " O Allah , bagi-Mu segala puji dan sanjung, O Tu­

han, pencipta langit dan bumi dengan segala isinya, bagi-Mu kembali 

puji dan puja, Engkau cahaya tujuh petala langit dan bumi, Engkau 

suluh bagi segala isinya. O Allah , bagi-Mu kupersembahkan segala 

puji-pujian dan sanjungan, sebab  Engkau ah raja dan pemilik tujuh 

petala langit dan bumi dengan segala isi dan kandungan, bagi-Mu puji 

dan puja sebab  Engkau maharaja dari segala raja, Engkaulah kebe­

naran, Engkaulah satu-satu yang benar, janji-Mu benar, pertemuan 

dengan Dikau pun benar, firman-Mu past: benar, adanya surga pasti 

benar, adanya neraka pasti benar, adanya nabi-nabi-Mu, adanya M u ­

hammad pun suatu kebenaran, sebagaimana adanya qiamat tak dapat 

tidak suatu kebenaran juga adanya!" 

Dengar pula pada suatu kesempatan lain bagaimana Nabi Muham-

259 

mad mengeluh kepada Allah nya : " O Allah , bagi-Mu aku menyerah 

diri, kepada-Mu aku menumpahkan seluruh kepercayaanku, hanya 

Engkau tempat aku berpegang, kepada-Mu tempat aku kembali, hanya 

kepada-Mu aku mengeluh dan kepada-Mu aku serahkan jiwa ragaku ! 

Ampunilah daku, wahai Allah , tentang apa dosaku yang sudah dan 

yang akan datang, tentang apa niatku yang tersembunyi dan yang nya-

ta : Engkaulah Allah  yang terawal, Engkaulah Allah  yang terakhir 

kesudahan dari semua yang maujud, tidak ada Allah  melainkan Eng­

kau, tidak ada daya dan upaya, kecuali Engkau. O Al lah , Allah  yang 

teragung dan termulia!" 

Demikian sepenggalan contoh dibandingkan  munajah Nabi Muham­

mad, sebagaimana kita lihat, tidak banyak berisi permintaan dan per­

mohonan, kecuali keluhan jiwa dan sukmanya, yang dipanjatkan ke­

pada Allah nya untuk membesarkannya dan mengharapkan ampunan-

nya. 

Munajah yang seperti ini banyak ada keluar berhamburan dari 

mulut orang-orang yang salih, orang-orang Sufi dan. hakikat, yang da­

lam tingkat berdo'a menunjukkan nilai yang lebih tinggi terlepas dari­

pada permohonan dan perlindungan yang dapat diukur dengan keun­

tungan diri, namun  terutama dihadapkan kepada kerelaan dan maghfi-

rah Allah  semata-mata. Bagi mereka ini bukan do'a yang lebih afdal, 

namun  sabar dan kerelaan Allah  yang lebih utama. Dalam keluhan atau 

nida' dan naja. dicari kata-kata dan sajak untuk menunjukkan sukut 

dan humudnya meleburkan dirinya dalam kodrat dan iradat Allah , 

mèmbiarkan hanyut dalam hukum dan sunnahnya, dibandingkan  ia menye-

but-nyebut permohonan yang menggambarkan keuntungan bagi diri­

nya, orang-orang Sufi lebih banyak menggunakan nama-nama dan sifat 

Allah , semisal " O Allah  yang belas kasihan, O Allah  yang mempu­

nyai 'aras kemewahan, O Allah  pancaran permulaan dan kesudahan 

kembali segala makhluk, O Allah  yang berbuat sekehendaknya!" 

Di antara munajah-munajah yang banyak, kita lihat susunan sajak 

munajah Ibn Atha'i l lah, dan Zainal Abidin yang sangat indah sekali 

gemanya. 

Do 'a yaitu kata-kata yang dihadapkan kepada Allah  untuk me-

mohonkan sesuatu. Di dalam Islam sangat dipuji memperbanyak do'a 

260 

kepada Allah dalam segala waktu. 

Baik dalam Al-Qur 'an maupun di dalam Hadis disebut, bahwa 

Allah menyuruh hamba-Nya berdo'a kepada-Nya, langsung dengan ti­

dak berperantaraan, dan ia menjamin akan memperkenankan segala 

sesuatu yang diminta dan dipohonkan kepadanya itu. 

Imam Ahmad dan beberapa pengarang Sunnah (Kitab Hadis) meri-

wayatkan dibandingkan  Nu'man bin Basyir, bahwa Nabi Muhammad saw 

berkata, bahwa do'a itu ialah ibadat. Sesudah memberikan keterangan 

ini, Junjungan kita membacakan ayat Qur'an yang artinya : "Berdo'a-

lah kamu kepada-Ku, agar Kuperkenankan permohonanmu itu. Ada­

pun mereka yang bersombong diri tidak mau beribadat atau berdo'a 

kepada-Ku niscaya mereka akan masuk neraka jahanam" (Qur'an). 

Diriwayatkan oleh Abdur Razak dari Hasan, bahwa sahabat-saha-

bat Nabi pernah bertanya kepada Nabi : " D i mana Allah  kita?" Maka 

ketika itu Allah  menurunkan firman-Nya yang berbunyi : "Apabi la di­

tanya engkau tentang tempat-Ku, jawablah bahwa A k u ini dekat sekali 

padanya, dan memperkenankan tiap do'a yang diminta oleh seseorang 

kepadaku". (Qur'an). 

Kemudian dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Tarmizi dan Ibn 

Majah dibandingkan  Abu Hurairah, diterangkan, bahwa Nabi saw berkata : 

"Tidak ada sesuatu yang lebih mulia pada Allah dibandingkan  do 'a" . 

Tarmizi menceriterakan pula dalam sebuah Hadis yang lain, bahwa 

Nabi berkata : "Barang siapa yang ingin hendak dibebaskan dibandingkan  

sesuatu keadaan kesukaran, hendaklah ia memperbanyak do 'a" . 

Abu Ya ' l a menceriterakan dari Anas, bahwa Nabi pernah mene­

rangkan dalam sebuah Hadis Qudsi : "Allah  berkata ada empat perka­

ra. Seperkara bagi-Ku, seperkara bagimu, seperkara antara-Ku dan 

kamu dan seperkara untuk kamu dan hamba. Adapun perkara yang 

teruntuk bagi-Ku semata-mata ialah : Jangan engkau persekutukan 

Daku dengan sesuatu. Adapun perkara yang teruntuk bagimu : Segala 

apa yang engkau amalkan, niscaya A k u akan membalasnya. Adapun 

perkara antara-Ku dan antara kamu : Dari padamu do'a, dan dibandingkan -

Ku perkenan. Dan adapun perkara engkau dan hamba-Ku : Hendaklah 

engkau merelakan sesuatu baginya sebagaimana engkau menyukai diri­

mu sendiri". 

261 

Dan dalam suatu Hadis yang lain Rasulullah berkata : "Barang 

siapa yang tidak meminta kepada Al lah , niscaya Allah akan marah 

kepadanya". 

Lebih lanjut Sitti Aisyah menerangkan, bahwa Rasulullah berkata : 

"Sikap berhati-hati dari seorang manusia belum meiepaskan dia dari­

pada qadar, dan do'alah yang akan memberi manfa'at kepadanya dari­

pada apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Tiap-tiap bala turun 

ia akan dijaga oleh do'a, maka terjadilah pergolakan antara do'a dan 

bala itu sampai kepada kiamat". Hadis ini diriwayatkan oleh Bazar, 

Tabrani dan Hakim dengan sanad yang sah. 

Sebuah Hadis yang lain lagi, yang diriwayatkan dari Salman Farisi 

oleh Tarmizi sebagai perawi Hadis, menerangkan, bahwa tidak ada se­

suatu pun yang dapat rnenolak qadha seseorang manusia kecuali do'a, 

dan tidak ada kelebihan dalam masa hidupnya melainkan kebajikan. 

A b u Uwanah dan Ibn Hibban menceriterakan, bahwa Rasulullah 

pernah berkata : "Apabi la seseorang dibandingkan  kamu berdo'a, maka 

hendaklah ia memperbesar harapan agar tidak terluput sesuatu dari­

pada Allah ". 

5. F A E D A H DO'A. 

Ada seorang bertanya, apakah gunanya do'a itu bagi seseorang 

manusia, sedang Allah  menentukan qada dan qadarnya, artinya nasib 

buruk dan nasib baik sudah ditentukan pada suratannya? Apakah qada 

dan qadar yang sudah ditentukan Allah  itu dapat diubah oleh sese­

orang dengan do'anya? Bukankah qada Allah  itu tidak dapat ditolak 

dengan apa pun juga ? 

Pertanyaan ini dijawab oleh Ghazali demikian. Bala itu dapat di-

hilangkan dengan do'a, sebab  do'a itu menjadi satu sebab untuk me-

nampik sesuatu bala dan mengadakan sesuatu rahmat. Ghazali mem-

bandingkan do'a itu seperti tameng yang menjadi sebab untuk rnenolak 

sesuatu pukulan senjata atau laksana air yang menyebabkan tumbuh-

nya tumbuh-tumbuhan di muka bumi. Sebagaimana antara tameng dan 

senjata tolak-menolak, begitu pun antara do'a dan bala tolak, — meno-

262 

lak. Maka tidak yaitu alasan bagi kita, yang mengakui dengan sepe-

nuhnya qada Allah  untuk tidak mempergunakan ikhtiar, mempergu­

nakan tameng guna rnenolak sesuatu pukukan senjata. Jika tiap-tiap 

manusia hanya menyerahkan dirinya semata-mata kepada suratan azali-

nya, maka tidak perlu Allah  menasehati hamba-hamba-Nya yang ber-

perang di atas jalan Allah dengan firman-Nya : "Berhati-hati dan was-

pyaitu mereka itu sambil mempersiapkan senjatanya", sebab  me­

nang dan kalahnya itu sudah ditentukan Allah . namun  sebaliknya tak-

dir kalah dan menang itu ada pada Allah , usaha dan ikhtiar itu ada 

pada manusia. Qada dan qadar dalam tangan Allah , do'a dan usaha 

pada manusia. 

6. ADAB DO'A. (I). 

Berdo'a artinya mengemukakan rasa hati kepada Allah , baik be­

rupa syukur, baik berupa pengaduan keluh-kesah, baik berupa permo­

honan sesuatu permintaan yang ingin hendak diperoleh berupa benda, 

berupa tujuan atau berupa ampunan. Do 'a itu baik yang yaitu  

suara hati atau yang yaitu  dan khusyu', seakan-akan diucapkan 

di hadapan Allah . 

Ibarat seorang yang sedang meminta sesuatu kepada yang lebih 

tinggi, seharusnya orang yang meminta itu memiliki  tata-cara dan 

adab sopan-santun yang menarik perhatian pemberi. 

Do 'a pun memiliki  sopan-santun seperti ini yang dinamakan 

adab do'a. Salah satu dibandingkan  adab do'a itu ialah sebagai yang dite­

rangkan dalam firman Allah  : "Berdo'alah kamu kepada Allah mu 

dengan rasa khusyu' dan tenang". 

Khusyu' artinya mengerjakan sesuatu amal ibadat dengan tenang, 

dengan rasa taqwa seluruh hati dan jiwa, tidak berpaling ke kanan dan 

ke kir i , duduk memejamkan mata dalam keadaan yang dapat mempe­

ngaruhi dan memberi bekas kepada seluruh anggota panca indera, se­

hingga segala anggota dan hatinya seakan-akan luar dan dalam diha­

dapkan kepada Al lah , yang kepadanya dihadapkan permohonan do'a 

itu. 

263 

Kelakuan dalam melakukan sesuatu do'a tidak ubahnya seperti 

kelakuan seseorang dalam mengerjakan sembahyang, sebab  sebenar­

nya sembahyang itu do'a. 

Dalam sembahyang seseorang menganggap dirinya seakan-akan 

berdiri di hadapan seorang yang maha kuasa, yang mengetahui segala 

rahasia hatinya. Maka demikian juga hendaknya kelakuan kita dalam 

melakukan do'a itu. 

Apakah sebaiknya sesuatu do'a dilahirkan dalam ucapan kata-kata 

atau cukup dengan diam saja dan menyerahkan diri kepada kerelaan 

Allah , sebab  bukankah Allah  mengetahui segala isi hati manusia ? 

Bermacam-macam paham ulama-ulama mengenai hal ini . 

Sebahagian menganggap bahwa do'a itu ialah melahirkan sesuatu 

kebuAllah  kepada Al lah , sebab  do'a itu juga ibadat, bahkan do'a itu 

jiwanya ibadat. 

Golongan yang lain berkata, manusia itu lebih baik diam dan 

membeku dalam menghadapi berjalannya hukum Ilahi kepadanya, me-

nyerah diri kepada Allah  semata-mata dalam menghadapi segala pen-

deritaan, sebab  kejadian-kejadian atas diri manusia pada azasnya te­

lah ditentukan dalam qada dan qadarnya. Dengan tidak mengeluarkan 

keluh dan kesah, dengan tidak menjerit dan berkata-kata, manusia me­

nyerahkan seluruh diri dan jiwanya kepada kekuasaan Allah yang ber­

laku atas dirinya. Sebagai seorang hamba yang seluruhnya menyerah 

diri kepada tuannya, ia tidak menentang dan memprotes, melainkan 

menerima dengan sabar segala kemauan tuannya itu. 

Tentu manusia yang semacam ini yaitu manusia yang termasuk 

golongan arifin yang lebih tinggi yang tidak selalu dapat diikuti oleh 

manusia biasa. 

Oleh sebab  itu orang mengambil jalan menengah bahwa do'a itu 

baik diucapkan dengan lidah dan penyerahan diri serta ketenangan jiwa 

dilakukan dengan kesabaran hati sehingga kedua cara yang ini di 

atas ini tercapai. 

Qusyairi berpendapat bahwa yang demikian itu bergantung pada 

waktu dan masa yang berbeda-beda. Pada suatu waktu mengucapkan 

do'a itu dalam kata-kata lebih baik dibandingkan  diam menyerah diri saja 

dan pada suatu waktu berdiam diri itu lebih baik dibandingkan  mengucap-

264 

kan do'a itu dalam kata-kata, semuanya itu dilihat pada waktu dan ke­

sempatan. Apabila ada gerak hati hendak mengucapkan do'a maka ber­

do'a itu lebih baik dibandingkan  diam, dalam pada itu jika terguris hasrat 

hendak berdiam diri, maka berdiam diri itu lebih utama. 

Sementara itu orang membedakan dua perkara : Ada suatu kejadi­

an yang belum terjadi dan ada suatu kejadian yang sudah terjadi atas 

diri seseorang. Jika kejadian itu belum terjadi (nasib), yang tiap sa'at 

dalam hak dan kekuasaan Allah , maka dengan kata-kata waktu itu 

lebih baik sebab  ia yaitu  ibadat. Jika kejadian itu sudah terjadi 

atas diri seseorang (haz), qada dan qadar Allah  sudah jatuh kepada­

nya, maka berdiam diri pada waktu itu dalam arti sabar dan tenang 

menderita sesuatu, yang sudah dikehendaki Allah , yaitu sifat yang 

utama. 

Jadi perkara mengucapkan sesuatu do'a atau berdiam diri dan sa­

bar dalam suatu keadaan, mana yang lebih utama, itu bergantung pada 

waktu dan keadaan. Kepada Allah kembali segala pekerjaan dan keja­

dian. 

dibandingkan  syarat-syarat do'a yang banyak, agar do'a kita dikabul­

kan Allah , yaitu supaya dijaga makanan dan minuman kita hendak­

nya dibandingkan  barang yang halal. Hendaklah dijaga jangan ada pekerja-

an-pekerjaan kita yang ma'siat, yang merugikan kita sendiri dan ma­

syarakat manusia. Allah  tidak memperkenankan berdo'a kepadanya 

untuk mempermudah kita melakukan sesuatu kejahatan atau ma'siat 

yang merugikan masyarakat manusia atau membawa diri kita ke dalam 

jurang malapetaka. 

Pada suatu kali Yahya bin Mu'az Ar-Razi berkata dalam keluhan-

nya kepada Allah  : " Y a , Allah ku! Bagaimana aku berdo'a kepada-

M u , sedang aku ini seorang yang ma'siat! Sebaliknya bagaimana aku 

tidak berdo'a kepada-Mu, sedang Engkau yaitu sangat pemurah?" 

Bahwa badan dan pakaian kita harus bersih pada waktu berdo'a 

dan pikiran kita harus bersih dibandingkan  ingatan-ingatan yang tidak se-

nonoh yaitu hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu berdo'a. T i ­

dak perlu kami katakan bahwa berdo'a itu hendaknya pada tempat 

yang layak, seperti dalam mesjid dan sebagainya dan bukan pada suatu 

tempat yang tidak senonoh, seperti dalam kamar mandi dan di tengah 

pasar, dikelilingi oleh suara hiruk-pikuk. 

265 

Daiam kitab Ihya, Imam Ghazali menyebutkan ada sepuluh adab 

do'a, yang perlu diperhatikan oleh tiap orang yang hendak melakukan 

sesuatu do'a. 

1. Pertama kali hendaklah ia mencari waktu-waktu yang baik dan 

mulia, seperti di hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum'at, pada wak­

tu sepertiga akhir malam dan pada waktu sahur dini hari. 

2. Hendaklah ia mempergunakan keadaan-keadaan yang baik dan 

mulia seperti waktu sujud dalam sembahyang, pada waktu peperangan, 

di waktu tentara sebelah-menyebelah sedang berhadap-hadapan, pada 

waktu mulai turun hujan, pada waktu orang mengucapkan qamat da­

lam waktu sembahyang dan sesudahnya, juga termasuk waktu yang 

baik untuk berdo'a di kala hati sedang sepi. 

3. Sebagai adab yang ketiga pada waktu berdo'a disebutkan meng­

hadap ke arah kiblat, mengangkat kedua belah tangan, dan mengusap-

kan kedua telapak tangan itu pada waktu selesai ke muka. 

4. Merendahkan suara pada waktu mengucapkan do'a, sayup-

sayup sampai antara terdengar dengan tidak. 

5. Janganlah lafaz do'a itu dibikin-bikin demikian rupa, sehingga 

melampaui batas. Yang lebih baik memilih lafaz do'a yang berasal dari 

Nabi dan sahabat-sahabatnya, sebab  tidaklah tiap orang dapat menyu-

sun sendiri do'a-do'a yang baik, khawatir kalau-kalau dalam karangan-

nya ia melampaui batas. Ada ulama yang menyuruh berdo'a dengan 

kata-kata yang sederhana, yang menunjukkan sikap merendah diri dan 

mengemukakan kebuAllah , tidak dengan bacaan yang diucapkan se­

cara fasih dan lancar dengan tidak memperhatikan isi yang dipohon-

kan di dalam do'a itu. Diceriterakan orang bahwa banyak ulama-ulama 

yang termasyhur dan wali-wali berdo'a, dengan kata-kata yang ringkas 

dan tegas, yang kebanyakannya tidak melebihi dari tujuh kalimat dan 

kebanyakannya mendasarkan kepada cara seperti yang ini dalam 

surat Al-Baqarah dalam Al-Qur 'an, yang bunyinya seperti berikut : 

" Y a , Allah  kami! Janganlah Engkau siksa kami jika kami berbuat se­

suatu kelupaan dan janganlah Engkau pikulkan kepada kami sesuatu 

pikulan yang berat sebagai yang pernah Engkau pikulkan kepada mere­

ka sebelumnya. Ya , Allah  kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada 

kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Berilah ma'af kepada 

kami, berilah ampun kepada kami, belas kasihanilah kepada kami, ka-

266 

rena Engkaulah pelindung kami semuanya. Tolonglah kami dari baha-

ya golongan kafir!" (Qur'an III : 286). Dalam Qur'an banyak contoh-

contoh do'a, yang kebanyakannya ringkas dan tegas. namun  meskipun 

demikian tidaklah mengapa j ika do'a itu panjang, menurut keperluan-

nya. 

6. Orang yang berdo'a itu hendaknya memiliki  sikap tazarru', 

khusyu', dan takut, sebagai yang dianjurkan oleh Allah Subhanahu wa 

Ta'ala dalam firman-Nya : "Mereka itu berebut-rebutan dalam me­

ngerjakan segala kebajikan dan berdo'a kepada Kami dengan sikap 

harap-harap cemas dan bersikap penuh kegemaran, mereka itu yaitu 

yang khusyu' dalam berdo'a". Memang sifat ikhlas yaitu mengerja­

kan semata-mata sebab  hendak mendekatkan diri kepada Allah , khu­

syu' dan tawadhu' dengan segala ketenangan hati dan segala anggota 

kepada Al lah , yaitu sifat yang perlu pada waktu berdo'a. 

7. Mendasarkan permintaan kepada do'a dan meyakini terkabul-

nya, dengan keyakinan bahwa benar apa yang dimintakannya itu. 

8. Hendaklah do'a itu diulang-ulang dan di tempat-tempat yang 

penting disebut tiga kali dan memiliki  keyakinan do'a itu segera di-

perkenankan. 

9. Do 'a hendaklah dimulai dengan menyebut nama Al lah dan se­

sudah mengucapkan pujian sanjungan kepadanya lalu diiringi selawat 

kepada Rasullah, begitu juga menyudahinya. 

10. Apa yang disebutkan dalam adab yang kesepuluh ini sangat 

penting diperhatikan sebab  ini menjadi pokok sesuatu do'a diperke-

nankan Allah , yaitu pengakuan taubat dari semua dosa, meninggalkan 

semua perbuatan yang zalim dan menghadapkan seluruh diri kepada 

Al lah . 

7. ADAB DO'A. (II). 

Adab do'a misalnya disusun oleh ajaran Sufi sebagai berikut : 

1. Orang-orang Sufi harus memelihara waktu-waktu yang diang­

gap murni dan mulia sebagai sa'at dan tempat mengucapkan sesuatu 

do'a. Hari Arafah yang hanya datang sekali setahun, dengan tempat-

267 

nyayang tertentu dekat Mekkah, sebagai tempat permulaan ibadat haji, 

bagi orang Sufi yaitu sa'at yang terpenting tempat mengucapkan do'a, 

dan oleh sebab  itu kesempatan ini sedapat mungkin tidak dibiarkan 

lalu begitu saja. Kemudian bulan Ramadhan yaitu salah satu dibandingkan  

bulan yang terbaik di antara bulan-bulan setahun, begitu juga hari 

Jum'at yaitu  hari yang terbaik pula dalam seminggu, waktu sa­

hur yaitu  sa'at dan terindah pada waktu malam hari, d l l . , sebagai 

tempat-tempat berdo'a menghadapkan sesuatu permohonan kepada 

Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ada sebahagian dibandingkan  waktu-waktu 

yang dikemukakan oleh orang Sufi itu sebagai waktu-waktu yang mulia 

kita fahami, sebab  ada hubungan-hubungannya dengan ibadat atau 

keterangan-keterangan dari Nabi serta Sahabat-Sahabatnya, namun  ada 

pula waktu waktu-waku yang kita tidak faham sama sekali alasannya, 

namun  oleh orang Sufi ditetapkan sebagai sa'at terpenting untuk ber­

do'a. Umumnya dipilih waktu-waktu yang baik untuk menunjukkan 

seluruh jiwa dan hati ketika berdo'a itu kepada Allah . 

2. Pada anggapan orang-orang Sufi kesempatan waktu yang baik 

itu harus dipergunakan sungguh-sungguh, dan terutama do'a-do'a itu 

dianggap baik diucapkan tatkala orang-orang berdesak-desak dalam 

barisan sabilillah, tatkala turun hujan, tatkala berdiri hendak melaku­

kan sembahyang lima waktu yang wajib, tatkala berbuka puasa dan 

tatkala sujud. 

3. Do'a itu harus diucapkan sambil menghadap kiblat dan sambil 

mengangkat kedua belah tangannya sehingga kelihatan ketiaknya. Hal 

ini tentu ditujukan kepada latihan badan. 

4. Mengucapkan do'a itu hendaklah dengan suara yang sedang, 

tidak terlalu keras tidak pula terlalu rendah. Yang demikian itu mung­

kin dimaksudkan untuk menenangkan diri dan jiwa orang yang berdo'a 

itu, dan menyesuaikan dengan ajaran Islam, bahwa Allah  itu tidak 

ghaib dan tidak pula tuli, sebagaimana yang dikemukakan Nabi, tatka­

la orang-orang berdo'a berteriak-teriak dengan suara riang membubung 

ke angkasa. 

5. Hendaklah dijaga agar do'a itu tidak tersusun dalam kata-kata 

bersajak yang berlebih-lebihan, untuk menghilangkan kesukaran dalam 

mengucapkannya, sesuai dengan Hadis Nabi, yang menyuruh mening­

galkan gurindam dan sajak itu daiam susunan do'a. Larangan ini di-

268 

hukum makruh, sebab  Nabi sendiri acapkali berdo'a dengan kata-kata 

bersajak, meskipun dengan cara yang sangat sederhana dan mudah di­

fahami orang. 

Ibn Asir menerangkan bahwa yang dikatakan berlebih-lebihan da­

lam do'a itu ialah yang keluar dari do'a-do'a yang ma'sur, sedang do'a-

do'a yang terlingkung dalam ayat-ayat Qur'an dan Hadis, meskipun ia 

bersajak, diperbolehkan, sebab  sajak dan gurindam yang ada da­

lam susunan ayat dan Hadis itu mudah diucapkan, tidak memberatkan 

kepada mereka yang berdo'a. 

6. Orang-orang Sufi itu di kala ia berdo'a haruslah berada dalam 

keadaan tadarru', khusyu', penuh harapan akan diberi, dan penuh ke-

takutan akan ditolak. 

7. Orang yang ingin mengucapkan do'a itu haruslah memiliki  

keyakinan seyakin-yakinnya, bahwa do'anya itu pasti diterima Allah , 

sebab  dengan demikian tertanam dalam jiwanya keyakinan bahwa Tu­

han yaitu satu-satunya yang dapat melimpahkan kurnia-Nya. 

8. Do 'a itu harus diucapkan dengan jelas, diulang-ulang, minta 

segera dipenuhi oleh Allah . 

9. Bahwa do'a itu harus dimulai dengan sebutan nama Allah dan 

selawat kepada Nabinya sudah kita jelaskan. 

10. Sebagai penutup adab do'a dikemukakan, bahwa do'a itu baru 

diucapkan sesudah taubat membersihkan diri dari segala perbuatan 

yang keji. 

Semua adab-adab do'a ini pernah dibicarakan Ghazali dalam ki­

tabnya, bahkan Ghazali menekankan kepada yang dinamakan adab 

bathin, yang baginya menjadi pokok sebab diterimanya sesuatu do'a 

oleh Allah . Allah  hanya menerima do'a-do'a orang-orang yang bersih 

jiwanya, yang tidak ada hasad dan dengki dalam jiwanya. Jika sifat-

sifat bathin yang keji itu masih bersarang dalam jiwanya, meskipun ba­

dannya bersih, ucapannya jelas, dan air matanya menetes ke bumi, 

namun do'anya tetap ditolak Allah , Imam Ghazali untuk menguatkan 

alasannya mengemukakan sebuah ceritera dari Bani Israil, yang pada 

suatu ketika kekurangan hujan. Meskipun Nabi Musa terus berdo'a 

meminta dicurahkan hujan, namun  Allah  menyampaikan kepadanya 

wahyu : " A k u tidak memperkenankan do'amu, dan do'a orang-orang 

269 

yang bersamamu, sebab  ada di antaranya ada tukang fitnah dan 

dengki hati". 

Demikian beberapa adab do'a yang dipentingkan oleh orang-orang 

Sufi, yang menunjukkan kepada kita bagaimana mereka melatih dan 

mempersiapkan jiwanya yang bersih, untuk menghubungi Allah nya, 

menyatakan kebuAllah nya, menantikan kelimpahan kurnianya dengan 

harap dan yakin, agar keindahan akhlak dapat dimilikinya, keikhlasan 

diserahkan seluruhnya kepada Al lah , sehingga manusia itu akhirnya le-

nyap dalam wujudnya. 

Kita sudah bicarakan, bahwa do'a-do'a itu ada yang dipetik dari 

do'a Nabi-Nabi, yang ini di dalam Al-Qur 'an, ada yang diambil 

dari Sahabat-Sahabat dan Ulama-Ulama Salaf, Wali-Wali dan orang-

orang yang tertentu dalam Sufi, seperti Akasyah, Zainal Abidin d l l . , 

begitu juga dengan bermacam-macam tujuannya, seperti do'a istisqa' 

untuk minta hujan, do'a nisfu sya'ban untuk keselamatan dari mara-

bahaya, do'a tauhidi, untuk meminta penyerahan diri yang bulat kepa­

da Allah  dll . 

Termasuk juga ke dalam golongan do'a orang-orang Sufi, apa 

yang dinamakan hfrnah dan istighasah, dan apa yang dinamakan wind. 

Dalam istighasah orang-orang Sufi menghubungkan dirinya, tawa-

sul, meskipun pada akhirnya sesuatu kehendak dan permintaan dituju­

kan kepada Allah , dalam do'anya diminta juga pertolongan pribadi-

pribadi yang telah terkemuka dalam agama dan kesalehannya. Kadang-

kadang istighasah ini disusun sebagai syair, sehingga menyedapkan sa­

ngat membacanya dengan isi-isinya yang mengharukan. 

Hizb-hizb itu sangat banyaknya, begitu juga wirid, bahkan tidak 

saja banyak, namun  aneka ragam coraknya menurut kepada macam alir-

an Sufi, tarekat, yang menyusun dan mengamalkannya. Biasanya se­

suatu tarekat kita kenal dari hizb dan wirid yang diamalkan oleh peng-

anut-penganutnya. 

Bedanya antara hizb dan wirid, bahwa hizb itu tidak usah dibaca 

pada waktu yang ditentukan, sedang wirid harus dibaca pada waktu-

waktu yang ditunjuk dan ditetapkan. Dengan demikian ada wirid yang 

dibaca pada siang hari dan ada pula wirid ya