ilmu tarekat mistik 8
alam memberikan keputusan-keputusannya.
Kepada saksi-saksi ditentukan oleh Islam adab-adab, di antara lain
berlaku jujur dan suci, berpegang kepada pertunjuk-pertunjuk agama,
jangan berkhianat, bersikap hati-hati dalam memberikan kesaksian-
kesaksiannya, mengingat segala sesuatu jangan sampai lupa dan jangan
sering berdebat dengan pihak kekuasaan.
Mengenai peperangan Islam menentukan adab-adab yang harus
dilakukan.
Adab jihad ialah berniat suci dengan penuh gairah kepada Al lah ,
mengerahkan segala tenaga yang ada, sambil menyerahkan jiwa raga,
meiepaskan keinginan akan mundur, memiliki tujuan berjihad supa
ya kalimah Allah tetap tinggi dan agung. Juga termasuk adab pepe
rangan Islam, tidak melampaui batas, sebelum pergi berjihad menunai-
kan hutang-piutang lebih dahulu, kemudian tatkala berangkat ke me-
dan perang, hendaklah selalu ingat kepada Allah dan kebesarannya,
terutama di tengah-tengah pertempuran dan dalam keadaan-keadaan
yang sulit.
Berkenaan dengan adab tawanan dikatakan : Janganlah mengha
rapkan kebebasan kecuali dari Allah, janganlah merendahkan diri de
ngan bermaksiat kepada Allah, janganlah berputus asa dibandingkan rakh-
mat Al lah , sampaikan segala keluh kesah kepada Allah saja dan hen
daklah yakin bahwa Allah lebih berkuasa mengawasi tawanan-tawanan
perjuangannya dibandingkan manusia. Akhirnya hargai lawan dan jangan
mengharapkan sesuatu pertolongan jua pun selain dibandingkan Allah.
Pada akhir uraian adab ini kita katakan bahwa jikalau tiap-tiap
orang Islam mengamalkannya, maka baik dalam waktu damai maupun
dalam waktu peperangan, tidaklah ada suatu kesukaran pun dalam me-
239
nyelesaikan segala soal hidup. sebab Islam itu menuntun manusia itu
kepada kenal-mengenal dan harga-menghargai antara satu sama lain.
Sebagai penutup kita sebutkan adab orang yang berjihad juga un
tuk membersihkan dirinya, yang acapkali dinamakan jihadun nafs,
yaitu adab-adab yang kadang-kadang dipakai oleh mereka yang hendak
menyelamatkan kemurnian jiwanya dengan mengasingkan diri (i'tiza-
lunnas) dan adab-adab orang sufiyah.
Mengenai adab-adab i'tizal atau orang yang menjauhkan dirinya
dibandingkan masyarakat banyak, dikatakan oleh Imam Ghazali dalam ki
tab Adab fid Din bahwa ia terhitung hendaknya seorang yang mengerti
betul tentang agama, tahu urusan sembahyang, puasa, zakat dan haji.
Ia harus percaya bahwa dengan menjauhi orang banyak itu ia dapat
menyelamatkan orang banyak dari keburukannya. Maka hendaklah ia
bersikap senantiasa menghadiri sembahyang Jum'at dan sembahyang
berjama'ah, menghadiri upacara-upacara pemakaman, menengoki
orang-orang yang sakit, jangan mencampuri pembicaraan-pembicaraan
yang tidak berfaedah, jangan menanyakan sesuatu yang dapat meru
sakkan hatinya, jangan mengharapkan sesuatu dibandingkan orang lain
meskipun tetangganya sendiri, hendaklah waktunya dibagi tiga, sem
bahyang, mengaji dan tidur. Dengan ibadat ia beroleh pahala, dengan
mengaji ia beroleh pelajaran dan dengan tidur ia membendung dirinya
meninggalkan semua perbuatan pancaindra. Dikatakan bahwa jikalau
ia memiliki keluarga, bolehlah ia berbicara sekali-kali dengan mere
ka, namun seluruh tujuan asalnya hendaklah berusaha menjauhi orang
banyak.
Sebagai adab seorang Sufi dianjurkan jangan memperbanyak isya-
rat, tidak sering mempergunakan perkataan yang tidak tepat, berpe
gang kepada Ilmu syari'at, selalu bekerja dengan sungguh-sungguh,
jangan terlalu mencampuri orang banyak, jangan berlebih-lebihan da
lam memakai pakaian atau menghiasi diri, hendaknya selalu bertawak-
kal, hendaknya mengutamakan kemiskinan, hendaknya sering berzikir
dan menyembunyikan perasaan cinta. Selanjutnya bersikap baik dalam
pergaulan dan persahabatan, menjauhi pergaulan dengan wanita dan
mempergunakan kebanyakan waktunya untuk membaca Al-Qur 'an.
240
X
DO'A DAN WIRID
1. S E J A R A H D O ' A .
Manusia sudah mengenai do'a, sebelum ia mengenai Allah yang
sebenarnya. Pada waktu manusia meraba-raba dalam zaman gelap-guli-
ta, manakah Allah yang sebenarnya, airkah, apikah, anginkah, tanah-
kah, mataharikah, bulankah, bintangkah, pohonkah atau binatang-
kah, manusiakah atau jiwanyakah, ia sudah memiliki kebuAllah me
minta tolong kepada sesuatu yang lebih berkuasa dibandingkan nya untuk
kelemahan dan kekalahannya. Pada waktu manusia itu masih kuat,
masih di dalam keadaan menang, segala hasratnya tercapai, segala per-
kataannya terlaksana, ia tidak memerlukan kekuatan gaib, sebab ke
kuatan lahir yang dapat dilihat hasilnya sudah cukup baginya. namun
apabila manusia itu kalah dalam sesuatu perkelahian baik berupa pepe
rangan maupun berupa perjuangan hidup sehari-hari, barulah ia menin-
jau kembali kekurangan dirinya, dan mencari kekuatan dari luarnya,
kekuatan gaib yang biasa dilihatnya pada keadaan-keadaan yang me-
ngagumkan dan menakjubkan, seperti matahari yang pada sangkanya
suatu tenaga yang memberikan manusia kekuatan dan kesehatan, begi
tu juga air, angin atau yang disangkanya kekuatan itu berada dalam
pohon-pohonan atau binatang, berupa kekuatan jiwa yang gaib yang
tersembunyi di dalam benda-benda yang ajaib itu. Keyakinan kepada
animisme ini mempengaruhi hidup kerohanian manusia berabad-abad
lamanya, sehingga kepada benda dan binatang itulah ditujukan persem-
bahan dalam aneka macam sajian dan pengorbanan, guna mengharap
kan limpah kurnianya yang mengakibatkan perbaikan bagi manusia itu.
Kepadanyalah manusia yang sederhana itu mengharapkan perbaikan
241
hidupnya, mengharapkan terhindarnya segala macam bahaya dan mala-
petaka.
Dr. Zaki Mubarak menceriterakan dalam bukunya "At-Tasawwuf
sl-Islami" (Mesir, 1938), bahwa manrfsia itu pada hakekatnya dan pada
asalnya tidak lain dibandingkan binatang buas, yang berkelahi, yang menga-
iahkan satu sama lain. Yang menang hidup beberapa lama, yang kalah
hancur lebur. Terutama golongan yang kalah lalu memikirkan, dari-
mana datang manusia itu dan apa sebab ia menang dalam perkelahian,
sesudah mati ke mana mereka itu pergi? Dorongan berpikir ke arah itu
tidak lain dibandingkan agama. Manusia yang beragama itu tidak keluar
dari dua macam golongan, segolongan memiliki kekuatan dan kese-
hatan, maka ia meneruskan perjuangan hidupnya, segolongan lagi ter-
henti usahanya oleh sebab kepunahan dan kelemahan, maka ia menye-
rah nasibnya kepada keadaan dan kekurangan, lalu menekunkan pikir-
annya kepada kekuatan yang ada di luar dirinya, mencari sesuatu
kekuatan di luar dirinya, kekuatan dï luar bumi dan langit. Maka ber-
lomba-lombalah manusia mencari kebenaran itu. Kebenaran yang sebe
narnya tidak ada kecuali dalam ajaran Nabi-Nabi, yang diutus
Allah kepada manusia, untuk menuntun cara berpikir manusia itu.- Tu
han melahirkan Adam dengan segala anak cucunya. Kepadanya diajar
kan, bagaimana mereka berdo'a kepada Allah nya, bagaimana mereka
mencari keselamatan untuk hidupnya.
Dalam sebuah buku, yang bernama "Khazinatul Asrar" (Mesir,
1349 H.) , saya baca uraian tentang sejarah terjadinya Surat Fatihah,
surat pertama dari Qur'an. Diterangkan di situ bahwa sesudah Nabi
Adam dijadikan dan ditiupi jiwanya, ia berdo'a kepada Allah , dan
kepadanya diajarkan sebagai do'a yang pertama ialah : " Y a Allah ku !
Tunjukilah daku jalan yang lurus, jalan mereka yang pernah beroleh
kurnia dibandingkan -Mu, bukan jalan mereka yang Engkau kutuki dan bu
kan jalan mereka yang telah sesat!" Sejak itu mulailah digunakan do'a
tidak saja Qabil dan Habil , namun Nabi-nabi pun berdo'a. Nabi Ibrahim
berdo'a, Nabi Musa berdo'a, Nabi Ayyub berdo'a, Nabi Dawud ber
do'a, Nabi Zakaria berdo'a, Nabi Isa berdo'a dan Nabi Muhammad
berdo'a.
Dengan demikian terdapatlah ibadat berdo'a itu hampir di seluruh
bangsa manusia. Bangsa manusia yang tidak berAllah menghadapkan
242
do'anya kepada benda-benda, tumbuh-tumbuhan atau binatang, yang
dianggapnya berjiwa dan berkekuatan, namun bangsa-bangsa yang ber-
Allah menghadapkan do'anya kepada Allah yang Maha Kuasa, sebagai
kesatuan pencipta dan sebagai pusat dibandingkan segala tenaga lahir dan
bathin. Maka terjadilah do'a dan sembahyang itu sebagai suatu kebu-
iuhan rohani bagi manusia.
Orang-orang Fir'aun berdo'a kepada raja-raja dan kepada mata-
hari, orang-orang Yunani berdo'a kepada Allah -Allah nya. Misalnya
kepada Asklepios, untuk menyembuhkan penyakit-penyakit, sebagai
mana orang-orang Kristen mengharapkan kurnia Isa Almasih dalam
pengobatan diterangkan oleh Joh. Chr. Blumhardt (1805 — 1880), yang
terkenal dengan semboyan "Jesus ist Sieger", orang Hindu berdo'a,
orang-orang Budha dari Tibet berdo'a, yang paling terkenal dengan
kincir do'a, tertulis dan diucapkan dalam bahasa Sanskerta, orang-
orang Jepang berdo'a, sehingga Mikagura-uta dan Osahizu dari Tenri-
kyo seluruhnya tidak lain dibandingkan do'a dan ucapan minta selamat.
Dalam P E R J A N J I A N L A M A orang-orsng Yahudi beroleh petun-
juk tentang do'a-do'a. baik yang diucapkan bersama-sama maupun
yang digunakan oleh perseorangan. Do 'a yang diucapkan dengan secara
khusyu' dapat menghindarkan qadar Allah , ;>ementara do'a-do'a yang
berasal dari Mozes dan Samuel, umumnya untuk mencapai sesuatu
maksud (Gen. 18 : 23 — 33 Amos 7). Umu.nnya do'a-do'a itu berisi
permohonan kepada Allah untuk menganugerahkan sesuatu kurnia,
atau mengucapkan sesuatu syukur untuk nikmat dan rahmat yang su
dah dicurahkan. Juga dalam do'a-do'a orang Yahudi ini ada sya
rat-syarat dan rukun mengenai susunan dan isi atau mengenai waktu-
waktu yang mustajab. Pertunjuk untuk mengangkat tangan diuraikan
dalam (I Kon. 8 : 54), ada juga dalam Pentateuckh. Demikian kata
Prof. Dr. J . L . Bakache.
Dalam pada itu orang-orang Kristen mengarahkan do'anya kepada
Allah untuk memperoleh kebebasan dosa. Yang demikian itu menurut
contoh yang diberikan oleh Isa Al-Masih pada waktu ia menghadapi
pengorbanan. Dalam do'a orang-orang Kris.en merasa dirinya berbica
ra dengan Allah , di mana ditumpahkan segala perasaan penghormatan
dan syukur, kecintaan dan kefakiran. Umumnya dalam agama Kristen
dibedakan orang do'a yang yaitu puji-pujian, do'a tasyakkur,
243
do'a yang berisi permohonan untuk sesuatu maksud, do'a untuk me
nyatakan penyesalan tentang sesuatu dosa yang telah dikerjakan, ham-
pir boleh kita umpamakan dengan taubat dan istighfar, dan do'a yang
berisi penyerahan diri. Kata Dom. Dr. A. Verheul, semuanya itu dapat
dijadikan sembahyang, jikalau berisi di dalamnya pengakuan tertinggi
terhadap Allah .
Orang membagikan do'a dalam Kristen itu atas do'a yang diniat-
kan dalam hati, do'a yang diucapkan dengan mulut, do'a yang dika-
rangkan dengan bebas, do'a tertentu lafadnya, do'a yang diucapkan
dengan mulut harus disertai niat dalam hati. Di samping do'a yang ber
sifat pribadi, yang diucapkan atas kemauan sendiri, ada do'a
umum dan bersama yang diucapkan bersama atas nama gereja. Do'a
yang berisi permohonan harus menerangkan kesukaran dan kehendak
serta mempersembahkan keadaan itu kepada perhatian Allah , sebab
Dialah yang lebih mengetahui dan Dialah yang akan menentukan sesua
tu manusia hanya menerima saja demikian kata St. Agustinus dalam
epistola ad Probam P . L . X X X I I I , col. 500. Mengenai sifat do'a dapat
kita terangkan, bahwa orang Kristen menunjukkan do'anya kepada Tu
han, yang katanya terdiri dari Bapak. Anak dan Jiwa Suci. namun
orang-orang Katholik membolehkan menujukan do'a itu kepada orang-
orang keramat dan wali-wali, yang katanya pernah beroleh kurnia Tu
han, sehingga do'anya beroleh keistimewaan dibandingkan Allah untuk
diterimanya. Tiap-tiap do'a ditutup dengan sanjungan kepada Tri
Tunggal yang suci. Mengenai caranya melakukan do'a diuraikan oleh
St. Paulus (I T im. II : 8), bahwa orang berdo'a itu haruslah mengang-
kat tangan ke atas. Menurut Origenes cara yang sebaik-baiknya ialah
membuka kedua belah tangan dan melihat ke atas. Pada hari-hari per
tama biasanya orang-orang berdo'a pada hari Minggu dan hari Paskah
sambil berdiri, namun kemudian berubah menjongkok di atas lutut, dan
boleh pada tiap-tiap hari. Sedang berdo'a harus menghadap ke timur,
dan oleh sebab itu kebanyakan gereja didirikan menghadap ke timur.
Menurut St. Paulus, orang perempuan berdo'a dengan menutup kepala
sedang orang laki-laki membuka kepalanya (I Cor. , XI : 13).
2. D O ' A D A L A M I S L A M .
Adapun do'a di dalam Islam sudah banyak diketahui orang. Ham-
244
pir tiap-tiap kitab akhlak dan tasawwuf memuat uraian tentang do'a
dalam Islam. Kitab-kitab fiqih pun menerangkan bahwa shalat atau
sembahyang itu tidak lain dibandingkan do'a. Banyak ulama-ulama, di an
tara lain Nawawi, Syaukani, mengarang kita-kitab khusus mengenai
zikir dan do'a. Lalu dalam Islam dibedakan antara shalat, zikir, wirid,
dan do'a.
Do 'a itu ialah permohonan kepada Allah , yang disebutkan de
ngan bermcam-macam nama, sekali dinamakan ibadah, seperti yang
disebutkan dalam Surat Al -A ' r a f , lain kali dinamakan seruan kebenar
an, seperti yang disebutkan dalam Surat Ar-Ra 'ad . Dalam Islam semua
do'a itu harus ditujukan sebulat-bulatnya kepada Allah yang satu. Tu
han menyuruh meminta kepadanya dan Ia menjamin pengabulannya.
Firman Allah dalam Qur'an : "Berdo'alah kepada-Ku langsung, A k u
akan memperkenankannya". Dalam surat Fathir, Allah berfirman :
" A l l a h itulah Allah kamu, pemilik sekalian alam. Barangsiapa berdo'a
kepada lain Al lah , ia tidak akan memperoleh apa-apa, j ika kamu ber
do'a kepada selain Al lah , tidak didengarnya do'amu itu, dan jika di-
dengar pun tidak dapat diperkenankan permintaanmu, bahkan di hari
kiamat kamu termasuk orang yang memperserikatkan Allah ". Dalam
surat Al-Furqan Allah menyebut, bahwa orang-orang yang beriman
itu tidak berdo'a melalui orang lain kepada Al lah , hanya kepada Allah
semata-mata, tidak mau membunuh manusia, sebab itu diharamkan
Al lah , kecuali dengan alasan-alasan yang benar. Dan oleh sebab itu
Allah pernah memperingatkan kepada Nabi Muhammad, yang meng
hadapi pertanyaan manusia di sekitarnya tentang Allah dan do'a :
"Apabi la engkau ditanya tentang Daku oleh hamba-Ku, jawablah bah
wa A k u ini dekat padanya, A k u ini memperkenankan do'a tiap-tiap
orang yang berdo'a kepadaku".
Sudah kita katakan dalam salah satu bahagian kitab ini , bahwa
berdo'a itu sudah lama dikenal orang dalam kalangan agama. Qur'an
menyebutkan banyak sekali contoh-contoh dibandingkan do'a Nabi-Nabi,
misalnya yang ini dalam Surat Al-Baqarah do'a Ibrahim, yang
diucapkannya tatkala meminta negerinya itu aman sentausa dan Allah
memberi rezeki kepada penduduknya, tatkala ia meminta dengan anak
nya dijadikan dua orang muslim yang baik, begitu juga anak cucu-
nya begitu pula tatkala ia meminta ditunjuki ibadat yang bersih dan
taubat yang diterima, tatkala ia meminta kepada Allah , agar di antara
245
keturunannya itu diangkat seorang menjadi rasul, yang dapat meng
ajarkan ayat-ayat Allah , kitab dan hikmahnya, dan yang dapat mem
bersihkan i'tikad dan kehidupan mereka.
Hampir bersamaan dengan itu Qur'an menerangkan dalam Surat
Ibrahim, bahwa Nabi Ibrahim pernah berdo'a, agar negeri Mekkah di
jadikan sebuah negeri yang aman, dan agar Allah menjauhkan dia ser
ta anak-anaknya dibandingkan penyembahan berhala, penyembahan yang
sudah banyak menyesatkan manusia. Begitu juga ia berdo'a agar ia di-
kurniai tempat tinggal yang baik, meskipun dalam suatu wadi atau lem-
bah yang tidak berpohon-pohon, dekat rumah beribadat kepada Tu
han, ia berdo'a agar ia dapat mendirikan sembahyang, agar Allah da
pat memberikan makanan, agar mengampuni dosanya, dosa orang tua
nya dan orang yang beriman, semua itu dipohonkan kepada Allah da
lam suatu bentuk do'a yang sangat mengharukan. Pada tempat yang
lain dalam Qur'an termuat do'a Nabi Musa, tatkala ia memohon kepa
da Allah kelimpahan cahaya dalam dadanya, yang dapat memudahkan
segala pekerjaannya, tatkala ia meminta kelancaran berbicara dan ke-
petahan lidahnya, tatkala ia meminta, agar saudaranya Harun dijadi
kan orang yang berkuasa dalam menyelesaikan soal (Surat Thaha).
Begitulah kita dapati, bahwa Nabi Ayyub pun pernah berdo'a un
tuk dihindarkan dibandingkan nya kesukaran dan kesusahan (Surat A l - A n b i -
ya), do'a Nabi Nuh agar ia dapat meiepaskan diri dibandingkan orang-orang
kafir, (Surat Al-Qamar), do'a Nabi Zakaria yang meminta diberikan
keturunan yang baik (Surat Al-Imran), do'a orang-orang yang salih
yang meminta diampuni dosanya dan diselamatkan kedudukannya dari
pada orang-orang kafir (Al-Imran), sebagaimana anjuran Allah kepa
da Nabi-Nabi itu untuk berdo'a, misalnya kepada Nabi Muhammad,
agar ia dimasukkan ke dalam golongan orang benar dan diberi bantuan
dalam usahanya dengan kekuasaan Allah (Surat Al- lsra ' ) , kepada Na
bi Nuh, yang diperintahkan berdo'a agar diberi tempat tinggal yang
berkat (Surat Al-Mu'minun) dan mengajarkan juga bagaimana cara
berdo'a, dengan menggunakan Asmaul husna (Surat Al-Kahfi) .
Dr. Zaki Mubarak menarik kesimpulan dibandingkan contoh-contoh
do'a yang banyak sekali disebut dalam Qur'an, bahwa semuanya itu
menunjukkan pengertian ubudiyah, iman, dan segala pekerjaan itu pa
da asalnya berada dalam tangan Allah , dan oleh sebab itu diperintah-
246
kan berdo 'a hanya kepada T u h a n , untuk meminta to long dan meng
harapkan ampunan .
Q u r ' a n t idak lupa memperingatkan, bahwa manusia i tu baru ingat
kepada T u h a n , apabi la ia berasa dalam kesusahan, T u h a n berkata da
lam Surat A z Z u m a r : " A p a b i l a manusia i tu beroleh kesusahan, ia pun
teringat berdo 'a kepada Allah nya dan merengek-rengek kepadanya,
namun apabi la ia d i l ingkungi nikmat lupa berdo 'a bersyukur kepadanya,
bahwa ia menyembah Allah A l l a h , dan dengan demik ian menyesatkan
per ja lanannya" .
O leh sebab i tu N a b i M u h a m m a d sangat menganjurkan berdo 'a
kepada ummatnya , di samping ia sendiri selalu berdo 'a , baik d i da lam
sembahyang maupun d i luarnya. Katanya : " T i d a k ada sesuatu pun
yang lebih m u l i a pada T u h a n selain d o ' a " . D a n dikatakannya pula :
" B a h w a d o ' a i tu selalu bermanfa 'at , baik tentang sesuatu yang akan
datang atau tentang sesuatu yang tidak akan terjadi atas d i r i m u . W a h a i
hamba A l l a h , berdo 'a lah kamu seka l i an !" Sabda N a b i : " T u h a n A l l a h
itu berkuasa, h idup dan pemurah, malu ia melihat j i k a seorang manusia
menghamparkan tangannya kepadanya dengan tidak memberikan se
sua tu" . Begi tu juga sabdanya : "Sebuah d o ' a yang d i l akukan d iam-
diam sama harganya dengan tujuh puluh do ' a yang d iucapkan terang-
terangan" .
Bahwa kalau d o ' a i tu d iucapkan dengan khusyu ' dan ikhlas pasti
di ter ima T u h a n , d ika takan N a b i sbb. : " T u h a n i tu mengurniai kemer-
dekaan pada tiap hari dan malam bagi hamba-Nya dar ipada azab nera
ka , dan oleh sebab itu tiap musl im lak i - l ak i atau perempuan disedia-
kan baginya oleh T u h a n waktu yang mustajab bagi d o ' a n y a " . D a l a m
Had i s Quds i yang lain Rasulu l lah menerangkan, bahwa T u h a n pernah
berkata : " S i a p a k a h orang yang berdo 'a kepada-Ku dengan sungguh-
sungguh tidak Kuperkenankan , siapakah di antara h a m b a - K u yang me
minta kepada -Ku , tidak Kube r ikan , dan siapa yang meminta ampun
kepada-Ku tidak K u a m p u n i dosa dan kesalahannya? Ketahui lah bahwa
A k u pal ing pemurah di antara segala yang p e m u r a h " . Rasulul lah mem
peringatkan : " A p a b i l a T u h a n telah membuka pintu d o ' a bagi hamba-
N y a , niscaya orang itu akan memperbanyak do ' anya dan T u h a n me-
n g a b u l i n y a " . Ka tanya lagi : " B a r a n g siapa t idak meminta kepada
A l l a h , A l l a h itu marah kepadanya" . (Nihayatul Arab dan Ihya Ulu-
muddin).
247
Oleh sebab itu salah seorang yang paling gemar berdo'a ialah Ra
sulullah sendiri, ia berdo'a sebelum sembahyang Subuh, ia berdo'a pa
da hari Arafah, ia berdo'a dalam sembahyang, ia berdo'a dalam sujud
sembahyang, sebagaimana Nabi Ibrahim juga berdo'a pada waktu pagi
hari, Nabi Da'ud berdo'a di tengah-tengah malam, Nabi Yusuf ber
do'a, Bani Israil berdo'a, orang-orang Sufi membuat do'a dalam bentuk
hizib, dalam kitab fiqh, yang manapun juga diuraikan macam-macam
do'a, baik mengenai wudhu', mengenai mandi, mengenai cuci mulut,
mengenai cuci kepala, ketika penghabisan wudhu', sesudah mendengar
azan, sesudah sembahyang, sesudah bangun tidur, pada waktu memulai
puasa, pada waktu mengakhiri puasa, waktu mengerjakan Haji dan
Umrah, pada waktu memasuki masjid, pada waktu keluar masjid, pada
waktu keluar rumah, pada waktu masuk rumah, pada waktu dalam hu-
tan, pada waktu memakai baju, pada waktu melihat bulan, pada waktu
angin bertiup, pada waktu bersedekah, pada waktu memperoleh un-
tung, pada waktu menderita rugi, pada waktu mendengar geledek, pada
waktu hujan, pada waktu marah, pada waktu perang, pada waktu meli
hat kaca muka, pada waktu membeli binatang, pada waktu mengucapkan
selamat kepada orang kawin. Pendeknya saban waktu Nabi Muhammad
suka berdo'a dan dianjurkan kepada umat Islam juga suka mempersem-
bahkan permohonannya kepada Allah . Tinggallah kita memilih mana
yang baik, yang berasal dibandingkan Rasulullah sendiri.
Do 'a itu banyak sekali faedahnya, di antara lain menguatkan
iman, menghilangkan putus asa, yang tidak boleh ada pada orang
Islam, mengurangi gundah-gulana, menggiatkan bekerja, menambah
kegemaran kepada beribadat dan beramal salih, membuat terang hati,
membuat mudah rezeki, membuat adab dan akhlaq lebih halus, mem
buat orang sabar, menghilangkan was-was hati, dan juga menolong da
ri penyakit.
Prof. Aul ia dalam karangannya "Peranan Agama dalam Ilmu Ke-
dokteran", termuat dalam Gema Islam 1 Maret 1962, menerangkan
tentang do'a sbb. : " D i antara obat-obat yang sebaik-baiknya untuk
penyakit ialah terbuat amal kebajikan, berzikir, berdo'a serta memo-
hon dan mendekatkan diri kepada Allah dan serta taubat. Semua ini
memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan obat-obat biasa untuk
rnenolak penyakit dan mendatangkan kesembuhan. namun semua me-
248
nurut kadar kesedia penerimaari bathin serta kepercayaannya akan obat
kebathinan itu dan manfaatnya.
Salah satu tindakan keagamaan yang penting ialah mendo'a yakni
memanjatkan permohonan kepada Allah supaya memperoleh sesuatu
kehendak yang diridhai Allah .
Do'a itu dari zaman ke zaman telah berulang-ulang dinyatakan
kepentingannya dalam kedokteran, di antara lain oleh Dr. A . Carrel,
pemenang hadiah Nobel tahun 1912 untuk ilmu kedokteran sebab suatu
karya-penemuannya di lapangan ilmu bedah.
Dalam brosurnya " L a Priere" (Do'a) " D r . Carrel, mengemukakan
keyakinannya akan kebesaran faedah do'a untuk pengobatan dengan
ucapan : " B i l a do'a itu dibiasakan dan betul-betul bersungguh-sung-
guh, maka pengaruhnya menjadi sangat jelas Ia yaitu sema
cam perobahan kejiwaan dan ketubuhan Ketenteraman ditimbul-
kan oleh do'a itu yaitu pertolongan yang besar pada pengobat
an" .
Selanjutnya Dr. Carrel menceriterakan hasil penyelidikannya di
Lourdes (di negeri Perancis) ke mana orang beragama Kristen, setiap
tahun, biasanya dalam bulan Agustus, datang mendo'a kepada Allah
supaya mereka disembuhkannya, dengan air dari suatu mata air di
sana. Berberita ia tentang peristiwa-peristiwa penyembuhan yang disak-
sikan di sana dengan penuh keheranan : "B i ro kedokteran di Lourdes
besar jasanya kepada ilmu pengetahuan dengan menunjukkan kenyata-
an penyembuhan-penyembuhan itu Hal yang ajaib itu tersifat ka
rena pencepatan luar biasa dibandingkan peristiwa-peristiwa normal dari
pada penyembuhan".
Lebih jauh diterangkan oleh Dr. Carrel tadi, bahwa penyembuhan
di Lourdes itu, dulu, 40 (empat puluh) sampai 50 (lima puluh) tahun
yang lalu, lebih banyak kali dialami dari sekarang. Sebabnya ialah ka
rena, dulu penderita-penderita yang datang ke Lourdes itu biasanya pe
nuh kekhusyu'an agama, namun sekarang kurang demikian halnya.
Mengenai hasil do'a itu dikatakannya di lain tempat dalam brosur
nya itu; " D o ' a itu sering tidak berhasil. sebab kebanyakan orang yang
memanjatkan do'a itu, masuk golongan orang-orang yang hanya me-
mentingkan diri sendiri, orang-orang membohong, orang-orang pe-
249
nyombong, orang-orang bermuka dua, tidak bisa beriman dan menga-
sihi" .
Memang do'a itu seringkali sukar dikabulkan, Allah sendiri mem
peringatkan kita mengenai hal ini dengan firman-Nya dalam Qur'an
Surat Al-Baqarah, ayat 45, : "Mintalah pertolongan dengan sabar dan
sembahyang. Sesungguhnya hal ini berat adanya kecuali bagi orang
yang khusyu' " .
Orang yang khusyu' ialah orang yang dapat memanjatkan permo
honan itu dengan penuh keyakinan akan Allah Yang Maha Kuasa dan
bisa tunduk dan menyerahkan diri sepenuh-penuhnya, sebab tahu
akan menemui Allah nya itu dan akan kembali kepadanya kelak.
namun bila do'a itu dapat dipanjatkan dengan kekhusyu'an maka,
insya Allah do'a itu akan dikabulkan seperti ternyata dalam Qur'an,
Surat Al-Baqarah, ayat 186. : "Dan bila para hamba-Ku bertanya ke
pada engkau hai Muhammad tentang A k u , maka sesungguh
nya A k u dekat. A k u memperkenankan permintaan orang yang memin
ta kepada-Ku, maka hendaklah mereka menjawab seruan-Ku, mudah-
mudahan mereka berjalan di jalan yang lurus". Demikian Prof. Dr.
Aulia dalam Gema Islam.
3. DO'A NABI-NABI.
Qur'an menyimpan banyak sejarah Nabi-Nabi, yang dapat mem
berikan pelajaran-pelajaran bagi Umat Islam. Sejarah-sejarah itu mene
rangkan, bahwa di kala umat Nabi-Nabi itu ta'at kepada Allah dan
melaksanakan segala suruh dan cegahnya, selamatlah ia dan menjadi
besarlah umat itu sebagai suatu bangsa, namun sebaliknya di kala-kala
umat itu kufur dan syirk kepada Allah nya, ingkar dan menentang se
gala ajaran Allah yang disampaikan oleh Nabi-Nabinya, hinalah ia
dan akhirnya hancurlah umat itu sebagai suatu bangsa. Qur'an mence-
ritakan, bagaimana nasibnya umat-umat yang durhaka kepada Allah
nya dan menentang serta mendustakan kepada Nabi-Nabinya. Untuk
membuktikan kenabian dan kerasulan Nabi-Nabi itu diberi Allah sen
jata yang sangat ampuh, yaitu mu'jizat, yang terletak dalam keanehan-
keanehan dan keajaiban-keajaiban, di luar kekuasaan manusia. Di an
tara mu'jizat-mu'jizat yang banyak itu termasuk do'a yang diucapkan
250
oleh Nabi-Nabi itu, berisi keluhan jiwa dan permintaan kepada Allah
nya.
Do'a-do'a ini banyak tersimpan di dalam Qur'an, yaitu do'a
yang digemari orang dan yang khusus. namun juga banyak ada
do'a-do'a itu dalam riwayat dan sejarah Nabi-Nabi dan Rasul.
Sebagaimana kita ketahui Nabi-Nabi itu sangat banyaknya, yang
masing-masing memiliki sejarah hidup dan perjuangan sendiri-sendi-
ri . Kepercayaan kepada Nabi-Nabi itu, termasuk rukun iman, di sam
ping percaya adanya Al lah , adanya kitab suci, adanya Malaikat, ada
nya hari kebangkitan, dan adanya Qada dan Qadar yang sudah ditetap-
kan oleh Al lah . Kita harus percaya bahwa Nabi-Nabi itu yaitu diutus
Allah untuk menyampaikan ajarannya kepada manusia, dan bahwa Na
bi-Nabi itu terpelihara dibandingkan dosa dan pengaruh hawa nafsu. M a
sing-masing Nabi itu diberi kitab suci, yang yaitu tuntunan hidup
dunia akhirat bagi umat-umatnya, dan sebagai Nabi terakhir, yang di
utus Allah untuk segala manusia, ialah Nabi Muhammad dengan Qur
'an sebagai syari'atnya.
Demikianlah kita dapati Adam sebagai Nabi yang pertama, sebagai
bapak dari segala manusia, berasal dari syorga, diturunkan ke dunia
bersama isterinya Hawa sebab pada suatu ketika melanggar perintah
Allah disebabkan godaan setan. Dalam Qur'an banyak tersimpan
ucapan-ucapannya yang yaitu do'a untuk sesuatu keperluan da
lam kehidupannya.
Di kala manusia pada suatu masa banyak serbuan kejahatan tidak
menyembah Allah namun menyembah berhala yang diperbuat dengan
tangannya sendiri, yang diberi bernama Wad, Suwa', Yaguth, Ya 'uq ,
Nasr d l l . , Tuha." mengutus Nabi Nuh untuk membawa kembali mereka
ke jalan yang benar. Tapi banyak yang menentang ajaran itu, sehingga
Nabi Nuh untuk dapat mengatasi munajat dan berdo'a kepada Al lah ,
mengemukakan perasaan hati dan memohon ampun atas kelemahan-
nya, minta pertunjuk-pertunjuk untuk dapat menyelamatkan usahanya.
Tatkala kemurkaan Allah telah memuncak akan membinasakan umat
yang zalim itu dengan air banjir, Allah memerintahkan Nabi Nuh
membuat sebuah kapal, agar ia dengan manusia-manusia yang masih
percaya kepada Allah tertolong jiwanya. Anaknya sendiri yang kufur
kepada Allah turut tenggelam ke dalam air bena itu.
251
Bagaimana indah susunan d o ' a N a b i N u h dan mengharukan, da
pat ki ta baca kembali dalam ayat-ayat Q u r ' a n .
Umat Nabi Hud pun pada suatu masa za l im dan durhaka kepada
Allah , bangsa ' A d yang dianugerahi kejayaan oleh Allah dengan ke-
majuan dan pembangunan gedung-gedung batu yang besar dan indah,
mendurhakai Allah nya . M a k a sebagai azab d i turunkanlah angin ribut
yang menghancurkan seluruh bangsa itu dengan peradabannya.
M e s k i p u n demikian manusia tidak dapat mengambi l pelajaran dari
kejadian yang dahsyat i tu , sebab dalam masa Nabi Shalih riwayat ber-
ulang, bangsa Samud berbuat durhaka kembal i . M e r e k a berbuat jahat,
mereka berlaku sombong dengan harta dan kekayaannya, mereka me
nyembah patung, tidak menyembah T u h a n lagi . M e r e k a menutup te
linga tidak mau percaya terhadap apa yang d i sampaikan oleh N a b i Sha
l ih , yang mereka anggap tidak pantas menasehati mereka. M e r e k a tidak
percaya kepada onta yang d i jadikan mu' j izat kebenaran N a b i Sha l ih .
Dengan bermacam-macam usaha dan penghinaan mereka bunuh onta
itu dan berkata dengan penuh ejekan kepada N a b i Shal ih : " H a i Shal ih
datangkanlah siksa kepada pembunuh onta i tu , sebagaimana yang eng
kau telah j an j ikan , j i k a sekiranya engkau benar-benar utusan A l l a h " .
N a b i Shal ih hanya berdo 'a kepada T u h a n . Allah lah yang menurunkan
azab dan siksa berupa badai dan topan yang sedahsyat-dahsyatnya. Se
hingga seluruh bangsa Samud dengan harta benda dan ternaknya de
ngan segala gedung-gedung dan istananya yang indah-indah musnah
sama sekali di t iup topan yang mengerikan i tu .
M e m a n g banyak keajaiban-keajaiban yang lahir sebab do ' a N a b i -
N a b i . sebab d o ' a Nabi Ibrahim T u h a n menghidupkan kembal i daerah
M e k k a h yang tandus, menjadi makmur dan subur. sebab d o ' a N a b i
Ibrahim api yang panas dan menyala-nyala yang disediakan N a m r u d
untuk membakarnya dingin laksana air , sebab do ' anya patung berhala
yang telah menjadi sembahan ratusan tahun hancur dan musnah dan
sebab do 'anya lah lahir seorang N a b i dari keturunan anaknya N a b i
Ismail .
Nabi Ismail dengan ibunya Hajar dibuang ke lembah M e k k a h . Te
tapi N a b i Ibrahim berdo 'a agar isterinya dan anaknya itu d i l indungi
Allah dan dipel ihara dar ipada penyembahan selain dar ipada T u h a n .
Dengan air mata yang berl inang-l inang ia meminta kepada T u h a n : " Y a
252
Allah k a m i , aku telah t inggalkan anak isteriku di padang pasir yang
tandus tak berkayu-kayuan dan berbuah-buahan, Y a T u h a n k a m i , agar
mereka mendi r ikan sembahyang, m a k a j ad ikan lah hati manusia tertarik
kepada mereka, dan berilah rezeqi dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka berterima kasih atas semua i t u " .
sebab do ' anya itu mata air zam-zam memancar d i tengah-tengah
padang pasir yang kering dan tandus, sebab do ' anya itu K a ' b a h men
jadi pusat perhatian seluruh umat Islam, yaitu kiblat sembah
yang, yaitu tempat melakukan ibadah T h a w a f dan S a ' i da lam
melaksanakan haji sebagai rukun Islam yang ke l ima . Ismail yang hen
dak d ikurbankan atas perintah T u h a n diganti dengan seekor b i r i -b i r i .
I tulah balasan keta 'atan dan keikhlasan dalam memanjatkan d o ' a ke
hadirat Allah nya : " Y a A l l a h terimalah persembahan k a m i , E n g k a u
maha mendengar dan mengetahui. H a i T u h a n k a m i j ad ikan lah k a m i
mus l imin untuk E n g k a u , begitu pun anak dan keturunan kami semua
menjadi umat yang Is lam, tunjukkanlah kepada k a m i akan cara periba-
datan k a m i , beri ampun kepada k a m i , sebab E n g k a u yang maha pe-
ngampun dan pengas ih" . Demik ian lah balasan orang yang percaya ke
pada T u h a n .
Sebal iknya manusia yang tidak percaya kepada T u h a n , sebagai
mana yang terjadi dengan umat Nabi Luth, yang terkenal dengan keja
hatan, merampok, merampas, berbuat mesum sesama manusia , t idak
ingin kawin dengan wanita, memperebutkan l a k i - l a k i , pemuda-pemuda
yang gagah dan cantik, untuk d i jadikan teman h idup dan pelepaskan
hawa nafsu mereka. Semua ajaran N a b i L u t h t idak didengarnya dan
pada akh i rnya N a b i L u t h mendo ' a ke hadirat A l l a h agar kaumnya yang
sesat i tu d i tun juk i , j i k a t idak, kepada mereka d i tu runkan azab yang se-
ngeri-ngerinya dan siksaaan yang sehebat-hebatnya.
B u k a n k a h Nabi Yakub dan Nabi Ishak pun berdo 'a juga untuk
keselamatan rumah tangganya. Sementara Nabi Yusuf yang dibuang
jauh ke Mes i r , akh i rnya bertemu juga dengan ayahnya, yang siang ma
lam berdo 'a agar anaknya itu pulang kembal i dengan kebahagiaan. Be-
gitulah juga N a b i Syu'aib terlepas dari kaumnya yang curang, yang
siang malam m e m i k i r k a n akan melakukan kejahatan kepadanya, hanya
dengan bantuan T u h a n hanya dengan mengeluh d i r i dan berdo 'a kepa
da Allah nya .
253
N a b i Musa terlepas dar ipada kekejaman F i r ' a u n sebab do ' anya .
D o ' a N a b i M u s a diperkenankan untuk berbicara dengan T u h a n d i bu
kit T h u r Sina , meskipun ia t idak dapat melihat T u h a n dengan mata ke-
pala . namun N a b i M u s a juga berdo 'a untuk kehancuran B a n i Israil
yang tidak mau menyembah T u h a n , namun meneruskan penyembahan
anak sapi. Ia meminta kepada T u h a n , agar ia dan N a b i Harun terlepas
dibandingkan kemusyr ikan i tu : " Y a T u h a n k u , sesungguhnya saya tidak da
pat memaksa mereka, selain dapat memaksa d i r i saya sendiri dan di r i
saudara saya N a b i H a r u n . Sebab i tu pisahkanlah antara k a m i berdua
dari orang-orang yang ingkar dan fasik i t u " .
M e s k i p u n M u s a seorang N a b i , belum cukup i lmunya kalau tidak
langsung d ikurn ia i dar i T u h a n sendiri . H a l ini kel ihatan, tatkala M u s a
oleh Khaidir d iper l ihatkan keajaiban-keajaiban, yang di luar akal ma
nusia, sehingga akh i rnya ia mengaku kebesaran T u h a n dan berdo 'a :
" T u h a n k u l impahkan lah kurn ia ke da lam dadaku , permudahlah segala
pekerjaanku, j ad ikan lah l i dahku petah, sehingga mereka tertarik kepa
da perkataanku, angkatlah saudaraku H a r u n , ber ikanlah dia kekuatan
bekerja bersama dengan daku , agar k a m i dapat bertasbih dan berzikir
sebanyak-banyaknya k e p a d a - M u dan E n g k a u berkenan memperhat ikan
k a m i " .
Demik ian lah N a b i - N a b i t idak lupa kepada T u h a n . Nabi Daud de
ngan suaranya yang merdu berdo 'a da lam mengucapkan bacaan ki tab
sucinya. Tenaga d iber ikan dan ia dapat mengalahkan Jalut yang keku-
atannya berlipat ganda dar ipadanya, ia dapat menundukkan Thalu t ,
sehingga ia taubat kembal i dar ipada kemusyr ikannya . Dengan do ' anya
juga kembal i menduduki singgasana kerajaan Bani Israil , sehingga ke
rajaan i tu kembal i aman dan makmur , serta rakyatnya kembal i taq
wa kepada T u h a n .
N a b i - N a b i i tu t idak dapat dipengaruhi dan d ika l ahkan oleh keka
yaan dunia . A p a ada yang lebih kaya dar ipada N a b i Sulaiman d i atas
dunia? Sesaat pun ia belum pernah lupa kepada T u h a n . P a d a tiap-tiap
kesukaran ia mengadu kepada T u h a n , tiap-tiap bahaya ia hadapi de
ngan d o ' a kepada K h a l i k n y a . Dengan demik ian ia menjadi orang yang
ta'at kepada T u h a n , dan orang yang ta'at kepada T u h a n itu pasti d i -
ta 'at i pula oleh semua makh luk yang la in . B u k a n saja manusia , segala
j i n , binatang, kayu dan batu, angin dan air pun menjadi rakyat dan
254
balatentaranya. Kerajaan Ratu Balkis dengan mudah dipindahkan ke
depan singgasananya, sehingga melihat kebenaran Nabi Sulaiman itu
Ratu Balkis yang selama ini penuh dengan ujub dan tekebur, penuh
dengan syirk dan kufur, kembali insyaf bertaubat kepada Allah , sam
bil mengaku : " Y a AJIah, Allah ku! Saya sudah lama tersesat sehingga
saya tidak kenal kepada-Mu dan tak pernah menyembah-Mu. Saya su
dah tersesat dalam masa yang panjang sebab kelobaan saya atas harta
kekayaan pemberian-Mu itu, sehingga saya sudah aniaya terhadap diri-
ku sendiri dengan melupakan Engkau ya Allah. Saya kira dengan harta
dan kekuasaan itu saja hanya bahagia dan rakhmat dari Engkau. Rupa-
nya itu sama sekali belum berarti apa-apa, dibandingkan dengan rakh
mat dan nikmat Engkau yang lainnya. Ampunilah aku ya Al lah . Seka
rang aku insyaf dan taubat, aku akan menerima pelajaran Sulaiman
dengan menganut agamanya, yaitu agama Engkau ya Al lah . A k u akan
tunduk dan ta'at kepada-Mu ya Allah, ampuni aku, sebab Engkau
suka memberi ampun dan penerima taubat pula".
Memang Nabi-Nabi itu yaitu contoh keimanan yang setinggi-
tingginya, keimanan yang tidak dapat dikutak-katikkan oleh iblis dan
hawa nafsu, tidak dapat diubah oleh kehidupan dan suasana. Contoh
yang diberikan oleh Nabi Ayyub menakjubkan iblis yang membawa
pengaduan. namun Allah berkata : " A k u lebih mengetahui segala
hamba-Ku yang beriman penuh dengan keimanan yang suci dan ikhlas.
Ia menyembah Daku, sebab memang ia yakin berbuat demikian. Iba-
datnya suci dibandingkan pengaruh harta benda dunia, suci dari sifat loba
dan tamak, suci pula dalam menderita segala cobaan-Ku". Memang
Ayyub lulus dalam segala cobaan Allah , lulus dibandingkan pengaruh harta
benda, lulus dibandingkan penyakit merana, lulus dari fitnahan dan ejek-
an" .
Dalam segala suasana dan keadaan ia hanya berdo'a kepada Tu
han : " Y a Al lah , Allah ku, aku rela dalam segala macam nasibku".
Tatkala pada suatu hari isterinya yang setia meratapi segala penderita-
an suaminya, Ayyub kelihatan puas dan gembira, lalu ia bertakbir me-
muji-muji Allah nya. Orang yang demikian cinta kepada Allah nya,
tentu dicintai pula oleh Allah dan segala permintaannya akan diteri
ma. Ia menjadi orang kaya kembali dan hidup berbahagia dengan anak-
anaknya.
255
Memang tidak ada kekuasaan lebih besar dibandingkan kekuasaan Tu
han. Kekuasaan Allah mengatasi segala kemungkinan yang dapat di
perbuat manusia. Jika tidak, bagaimana Nabi Yunus dapat hidup bebe
rapa hari lamanya dalam perut ikan besar, yang mengarungi samudera
yang luas. Yunus bersyukur dalam do'anya kepada Allah yang telah
menyelamatkan hidupnya kembali ke daratan. Allah mewahyukan ke
padanya : "Engkau kembalilah sekarang juga ke kampung halamanmu,
sebab bangsamu sedang menunggu pimpinanmu. Mereka sudah ber
iman semuanya dengan keimanan yang suci murni. Mereka sudah mem
buang semua berhala dan patung yang selama ini disembah-sembah-
nya".
Di tengah-tengah keluarga dan bangsanya Yunus mengenang-nge-
nangkan kembali akan suasana tatkala ia berdo'a dan menyerahkan diri
kepada Allah nya dalam perut ikan di tengah-tengah lautan besar.
Do'a juga menolong Nabi Zakaria, yang sudah lebih dari sembilan
puluh tahun umurnya untuk mendapat anak. Ia berdo'a kepada Allah
nya : " Y a Al lah , janganlah biarkan daku sendiri. Engkaulah sebaik-
baik zat yang dapat memberikan keturunan kepadaku. Do'a Zakaria
itu dengan cepat dijawab oleh malaikat yang sedang berdiri dekat mih-
rabnya : " Y a , Zakaria! Allah akan memberimu seorang anak yang
bernama Yahya, dan belum pernah ada manusia yang bernama Yah
ya" .
Dengan demikian lahirlah Nabi Yahya, seorang Nabi saleh yang
selalu berdo'a dengan air mata yang bercucuran, sebab takut kepada
Allah nya dan minta ampun serta maghfirahnya.
Kita kenal pula beberapa banyak mu'jizat Nabi Isa. Keajaiban-
keajaiban itu terjadi sebab Nabi Isa meminta dalam do'anya kepada
Allah . Ia meminta supaya orang mati dihidupkan kembali, Allah
memperkenankannya. Ia meminta orang buta supaya dapat melihat
kembali, Allah memperkenankannya. Ia meminta supaya orang pende-
rita penyakit kusta disembuhkan dari penyakitnya. Allah memperke
nankannya.
Untuk mencoba mu'jizat sebagai Nabi, orang meminta kepadanya,
agar Allah menurunkan makanan dari langit. Isa berdo'a : " Y a Allah,
Allah kami turunkanlah makanan dari langit untuk menjadi bukti ke
kuasaan Engkau?" Do 'a itu diperkenankan dan hidangan pun turun
256
dari langit dengan makanan yang lezat cita rasanya.
Memang Allah menyuruh meminta segala sesuatu kepada-Nya,
dan jika permintaan itu dilakukan dengan penuh yakin dan khusuk,
Allah berjanji pasti akan memperkenankan.
Oleh sebab itu Nabi Muhammad sangat mengutamakan berdo'a,
dan berkata bahwa do'a itu yaitu otak dibandingkan segala ibadat.
la berdo'a dalam sembahyang, ia berdo'a di luar sembahyang, ia me
nyuruh keluarganya berdo'a, ia menyuruh sahabat-sahabatnya berdo'a,
dan ia menyuruh seluruh umat Islam memanjatkan do'a. Kehidupan
manusia sudah tertulis dalam Qada dan Qadar, hanya do'a sajalah yang
dapat mengubah tulisan itu dan memperbaikinya.
Uraian-uraian mengenai Nabi-Nabi di atas ini sebahagian besar
saya petik dari kitab "Rangkaian cerita dalam Al-Qur'an", karangan
Bey Arifin, Bandung 1961.
4. DO'A DAN WIRID.
Do'a dan wirid termasuk amalan yang penting dan yang tertonjol
bagi orang Sufi, bahkan termasuk ibadat yang hampir sama keduduk
annya dengan ibadat sehari-hari yang diwajibkan kepada orang Islam
dan rukun agamanya. Memang di dalam Islam do'a itu dianggap iba
dat, bahkan "otak ibadat", namun tidaklah sama atau dapat disamakan
dengan ibadat-ibadat yang wajib, seperti sembahyang, puasa, naik haji
dsb. Yang dimaksudkan di dalam Qur'an bahwa do'a itu yaitu
ibadat, ialah sesuatu amalan yang sunat, yang terafdal dikerjakan dari
pada pekerjaan-pekerjaan kebajikan yang lain. Banyak sekali ayat-ayat
Qur'an yang menunjukkan anjuran berdo'a kepada penganutnya, teta
pi kata-kata do'a dan solat berlainan sekali isinya, meskipun dalam ka
langan orang Sufi kita lihat hampir-hampir bersamaan tingkatnya.
Do'a termasuk amalan agama yang sudah tua umurnya, sama tua
dengan agama-agama itu sendiri. Qur'an menceriterakan bermacam-
macam do'a yang diucapkan oleh nabi-nabi, ada yang diucapkan me
lalui lidah Nabi Ibrahim, seperti yang ini dalam Qur'an Surat A l -
Baqarah ayat 125 — 129, Surat Ibrahim, ayat 25 — 34, yang isinya da-
257
lam bahagian pertama nabi Ibrahim meminta keamanan, kemakmuran
dan kecerdasan baginya dan keturunannya, dan dalam bahagian yang
kedua ia menujukan permintaannya pertama untuk mempertebal iman
dan tauhidnya kepada Allah , dan selanjutnya meminta ketetapan' hati
dalam membasmi penyembahan berhala dan menegakkan ibadat-ibadat
yang murni, yang sesuai dengan derajat Allah yang maha Esa dan
maha Kuasa.
Dalam do'a yang diucapkan oleh Nabi Musa, yang termuat dalam
Qur'an, Surat Thaha, ayat 25 — 35, yang isinya berdo'a untuk kelan-
caran berbicara menyampaikan ajaran Allah , meminta ditambah ilmu
pengetahuan yang berlimpah-limpah, dan meminta diberi kekuasaan
mengurus dirinya dan keluarganya; Surat Al-Qasas, ayat 16, yang berisi
do'a meminta ampunan.
Di antara do'a Nabi Nuh, termuat dalam Qur'an, Surat Al-Qamar,
a y a t 9 _ io, di mana ia mengadukan dirinya kepada Allah tentang ke-
kalahannya dan meminta kepadanya agar ia ditolong mencapai keme-
nangan, dalam Surat Nuh, ayat 26 — 28, yang isinya meminta ia dito
long dari fitnah orang-orang kafir, dan meminta diberi ampunan baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk ibu bapanya dan sekalian orang
yang mukmin, percaya sungguh-sungguh kepada Allah .
Nabi Ayyub berdo'a, sebagaimana yang termaktub dalam Qur'an,
Surat Anbiya ' ayat 83, agar ia dilepaskan Allah dari kemelaratan yang
menimpa dirinya.
M U N A D A H.
Pola itu acapkali dinamakan juga munadah, terambil dibandingkan
perkataan nada, yang artinya memanggil atau berseru kepada Allah .
Yang terbanyak dipergunakan untuk ini ialah "Allahumma", sama
artinya dengan "Ya Allah", artinya " O , Allah ", ditempatkan pada
permulaan tiap-tiap do'a. Lain dibandingkan itu dipergunakan juga istilah
"ya Rabbana", yang artinya "wahai Allah kami" , atau "ya Rabbi",
yang terjemahnya "wahai Allah ku". Kadang-kadang dipergunakan
orang juga "ya Rabbalarbab", yang sama dengan bahasa Indonesia
"wahai Allah dari segala pengasuh". Sekali-kali kita lihat istilah-isti-
lah ini tidak ditempatkan pada permulaan do'a, namun disisip-
258
kan di tengah-tengah atau diselang-seling sajak do'a, menurut keindah-
an sajak yang membuat do'a itu.
M U N A J A H .
Perkataan munajah banyak dipergunakan oleh orang-orang Sufi
dalam menentukan salah satu bentuk do'anya, hampir boleh kita terje-
mahkan dalam bahasa Indonesia dengan mengeluh atau meratapi diri
kepada Allah . Dalam dunia Sufi tumbuh suatu pengertian tentang cara
mencintai Allah , hub, yang kemudian ditafsirkan dengan faham yang
berbeda untuk menentukan mana yang lebih baik di antara cinta ber
sama harapan, hub ma'a raja', atau cinta bersama takut, hub ma'al
khauf. Orang yang menganut faham yang kedua tidak banyak menge
mukakan permintaan kepada Allah dalam do'anya, namun banyak me
ngeluh, banyak mengadukan nasibnya, banyak mengemukakan keku
rangan-kekurangannya, di samping mengemukakan kesempurnaan Tu
hannya, yang lebih ditakuti kemurkaannya dibandingkan azab-azabnya yang
sudah ditentukan bagi tiap-tiap macam hamba-Nya yang berbuat dosa.
Maka kita dengarlah jeritan jiwanya, yang disusun dengan kata-
kata yang sangat indah, mengharukan dan m;nggetarkan sukma, sema
cam do'a yang dinamakan munajah.
Rasulullah sendiri pernah mengucapkan do'a yang hampir bersa
maan caranya dengan apa yang kita sebutkan.
Coba dengar : " O Allah , bagi-Mu segala puji dan sanjung, O Tu
han, pencipta langit dan bumi dengan segala isinya, bagi-Mu kembali
puji dan puja, Engkau cahaya tujuh petala langit dan bumi, Engkau
suluh bagi segala isinya. O Allah , bagi-Mu kupersembahkan segala
puji-pujian dan sanjungan, sebab Engkau ah raja dan pemilik tujuh
petala langit dan bumi dengan segala isi dan kandungan, bagi-Mu puji
dan puja sebab Engkau maharaja dari segala raja, Engkaulah kebe
naran, Engkaulah satu-satu yang benar, janji-Mu benar, pertemuan
dengan Dikau pun benar, firman-Mu past: benar, adanya surga pasti
benar, adanya neraka pasti benar, adanya nabi-nabi-Mu, adanya M u
hammad pun suatu kebenaran, sebagaimana adanya qiamat tak dapat
tidak suatu kebenaran juga adanya!"
Dengar pula pada suatu kesempatan lain bagaimana Nabi Muham-
259
mad mengeluh kepada Allah nya : " O Allah , bagi-Mu aku menyerah
diri, kepada-Mu aku menumpahkan seluruh kepercayaanku, hanya
Engkau tempat aku berpegang, kepada-Mu tempat aku kembali, hanya
kepada-Mu aku mengeluh dan kepada-Mu aku serahkan jiwa ragaku !
Ampunilah daku, wahai Allah , tentang apa dosaku yang sudah dan
yang akan datang, tentang apa niatku yang tersembunyi dan yang nya-
ta : Engkaulah Allah yang terawal, Engkaulah Allah yang terakhir
kesudahan dari semua yang maujud, tidak ada Allah melainkan Eng
kau, tidak ada daya dan upaya, kecuali Engkau. O Al lah , Allah yang
teragung dan termulia!"
Demikian sepenggalan contoh dibandingkan munajah Nabi Muham
mad, sebagaimana kita lihat, tidak banyak berisi permintaan dan per
mohonan, kecuali keluhan jiwa dan sukmanya, yang dipanjatkan ke
pada Allah nya untuk membesarkannya dan mengharapkan ampunan-
nya.
Munajah yang seperti ini banyak ada keluar berhamburan dari
mulut orang-orang yang salih, orang-orang Sufi dan. hakikat, yang da
lam tingkat berdo'a menunjukkan nilai yang lebih tinggi terlepas dari
pada permohonan dan perlindungan yang dapat diukur dengan keun
tungan diri, namun terutama dihadapkan kepada kerelaan dan maghfi-
rah Allah semata-mata. Bagi mereka ini bukan do'a yang lebih afdal,
namun sabar dan kerelaan Allah yang lebih utama. Dalam keluhan atau
nida' dan naja. dicari kata-kata dan sajak untuk menunjukkan sukut
dan humudnya meleburkan dirinya dalam kodrat dan iradat Allah ,
mèmbiarkan hanyut dalam hukum dan sunnahnya, dibandingkan ia menye-
but-nyebut permohonan yang menggambarkan keuntungan bagi diri
nya, orang-orang Sufi lebih banyak menggunakan nama-nama dan sifat
Allah , semisal " O Allah yang belas kasihan, O Allah yang mempu
nyai 'aras kemewahan, O Allah pancaran permulaan dan kesudahan
kembali segala makhluk, O Allah yang berbuat sekehendaknya!"
Di antara munajah-munajah yang banyak, kita lihat susunan sajak
munajah Ibn Atha'i l lah, dan Zainal Abidin yang sangat indah sekali
gemanya.
Do 'a yaitu kata-kata yang dihadapkan kepada Allah untuk me-
mohonkan sesuatu. Di dalam Islam sangat dipuji memperbanyak do'a
260
kepada Allah dalam segala waktu.
Baik dalam Al-Qur 'an maupun di dalam Hadis disebut, bahwa
Allah menyuruh hamba-Nya berdo'a kepada-Nya, langsung dengan ti
dak berperantaraan, dan ia menjamin akan memperkenankan segala
sesuatu yang diminta dan dipohonkan kepadanya itu.
Imam Ahmad dan beberapa pengarang Sunnah (Kitab Hadis) meri-
wayatkan dibandingkan Nu'man bin Basyir, bahwa Nabi Muhammad saw
berkata, bahwa do'a itu ialah ibadat. Sesudah memberikan keterangan
ini, Junjungan kita membacakan ayat Qur'an yang artinya : "Berdo'a-
lah kamu kepada-Ku, agar Kuperkenankan permohonanmu itu. Ada
pun mereka yang bersombong diri tidak mau beribadat atau berdo'a
kepada-Ku niscaya mereka akan masuk neraka jahanam" (Qur'an).
Diriwayatkan oleh Abdur Razak dari Hasan, bahwa sahabat-saha-
bat Nabi pernah bertanya kepada Nabi : " D i mana Allah kita?" Maka
ketika itu Allah menurunkan firman-Nya yang berbunyi : "Apabi la di
tanya engkau tentang tempat-Ku, jawablah bahwa A k u ini dekat sekali
padanya, dan memperkenankan tiap do'a yang diminta oleh seseorang
kepadaku". (Qur'an).
Kemudian dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Tarmizi dan Ibn
Majah dibandingkan Abu Hurairah, diterangkan, bahwa Nabi saw berkata :
"Tidak ada sesuatu yang lebih mulia pada Allah dibandingkan do 'a" .
Tarmizi menceriterakan pula dalam sebuah Hadis yang lain, bahwa
Nabi berkata : "Barang siapa yang ingin hendak dibebaskan dibandingkan
sesuatu keadaan kesukaran, hendaklah ia memperbanyak do 'a" .
Abu Ya ' l a menceriterakan dari Anas, bahwa Nabi pernah mene
rangkan dalam sebuah Hadis Qudsi : "Allah berkata ada empat perka
ra. Seperkara bagi-Ku, seperkara bagimu, seperkara antara-Ku dan
kamu dan seperkara untuk kamu dan hamba. Adapun perkara yang
teruntuk bagi-Ku semata-mata ialah : Jangan engkau persekutukan
Daku dengan sesuatu. Adapun perkara yang teruntuk bagimu : Segala
apa yang engkau amalkan, niscaya A k u akan membalasnya. Adapun
perkara antara-Ku dan antara kamu : Dari padamu do'a, dan dibandingkan -
Ku perkenan. Dan adapun perkara engkau dan hamba-Ku : Hendaklah
engkau merelakan sesuatu baginya sebagaimana engkau menyukai diri
mu sendiri".
261
Dan dalam suatu Hadis yang lain Rasulullah berkata : "Barang
siapa yang tidak meminta kepada Al lah , niscaya Allah akan marah
kepadanya".
Lebih lanjut Sitti Aisyah menerangkan, bahwa Rasulullah berkata :
"Sikap berhati-hati dari seorang manusia belum meiepaskan dia dari
pada qadar, dan do'alah yang akan memberi manfa'at kepadanya dari
pada apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Tiap-tiap bala turun
ia akan dijaga oleh do'a, maka terjadilah pergolakan antara do'a dan
bala itu sampai kepada kiamat". Hadis ini diriwayatkan oleh Bazar,
Tabrani dan Hakim dengan sanad yang sah.
Sebuah Hadis yang lain lagi, yang diriwayatkan dari Salman Farisi
oleh Tarmizi sebagai perawi Hadis, menerangkan, bahwa tidak ada se
suatu pun yang dapat rnenolak qadha seseorang manusia kecuali do'a,
dan tidak ada kelebihan dalam masa hidupnya melainkan kebajikan.
A b u Uwanah dan Ibn Hibban menceriterakan, bahwa Rasulullah
pernah berkata : "Apabi la seseorang dibandingkan kamu berdo'a, maka
hendaklah ia memperbesar harapan agar tidak terluput sesuatu dari
pada Allah ".
5. F A E D A H DO'A.
Ada seorang bertanya, apakah gunanya do'a itu bagi seseorang
manusia, sedang Allah menentukan qada dan qadarnya, artinya nasib
buruk dan nasib baik sudah ditentukan pada suratannya? Apakah qada
dan qadar yang sudah ditentukan Allah itu dapat diubah oleh sese
orang dengan do'anya? Bukankah qada Allah itu tidak dapat ditolak
dengan apa pun juga ?
Pertanyaan ini dijawab oleh Ghazali demikian. Bala itu dapat di-
hilangkan dengan do'a, sebab do'a itu menjadi satu sebab untuk me-
nampik sesuatu bala dan mengadakan sesuatu rahmat. Ghazali mem-
bandingkan do'a itu seperti tameng yang menjadi sebab untuk rnenolak
sesuatu pukulan senjata atau laksana air yang menyebabkan tumbuh-
nya tumbuh-tumbuhan di muka bumi. Sebagaimana antara tameng dan
senjata tolak-menolak, begitu pun antara do'a dan bala tolak, — meno-
262
lak. Maka tidak yaitu alasan bagi kita, yang mengakui dengan sepe-
nuhnya qada Allah untuk tidak mempergunakan ikhtiar, mempergu
nakan tameng guna rnenolak sesuatu pukukan senjata. Jika tiap-tiap
manusia hanya menyerahkan dirinya semata-mata kepada suratan azali-
nya, maka tidak perlu Allah menasehati hamba-hamba-Nya yang ber-
perang di atas jalan Allah dengan firman-Nya : "Berhati-hati dan was-
pyaitu mereka itu sambil mempersiapkan senjatanya", sebab me
nang dan kalahnya itu sudah ditentukan Allah . namun sebaliknya tak-
dir kalah dan menang itu ada pada Allah , usaha dan ikhtiar itu ada
pada manusia. Qada dan qadar dalam tangan Allah , do'a dan usaha
pada manusia.
6. ADAB DO'A. (I).
Berdo'a artinya mengemukakan rasa hati kepada Allah , baik be
rupa syukur, baik berupa pengaduan keluh-kesah, baik berupa permo
honan sesuatu permintaan yang ingin hendak diperoleh berupa benda,
berupa tujuan atau berupa ampunan. Do 'a itu baik yang yaitu
suara hati atau yang yaitu dan khusyu', seakan-akan diucapkan
di hadapan Allah .
Ibarat seorang yang sedang meminta sesuatu kepada yang lebih
tinggi, seharusnya orang yang meminta itu memiliki tata-cara dan
adab sopan-santun yang menarik perhatian pemberi.
Do 'a pun memiliki sopan-santun seperti ini yang dinamakan
adab do'a. Salah satu dibandingkan adab do'a itu ialah sebagai yang dite
rangkan dalam firman Allah : "Berdo'alah kamu kepada Allah mu
dengan rasa khusyu' dan tenang".
Khusyu' artinya mengerjakan sesuatu amal ibadat dengan tenang,
dengan rasa taqwa seluruh hati dan jiwa, tidak berpaling ke kanan dan
ke kir i , duduk memejamkan mata dalam keadaan yang dapat mempe
ngaruhi dan memberi bekas kepada seluruh anggota panca indera, se
hingga segala anggota dan hatinya seakan-akan luar dan dalam diha
dapkan kepada Al lah , yang kepadanya dihadapkan permohonan do'a
itu.
263
Kelakuan dalam melakukan sesuatu do'a tidak ubahnya seperti
kelakuan seseorang dalam mengerjakan sembahyang, sebab sebenar
nya sembahyang itu do'a.
Dalam sembahyang seseorang menganggap dirinya seakan-akan
berdiri di hadapan seorang yang maha kuasa, yang mengetahui segala
rahasia hatinya. Maka demikian juga hendaknya kelakuan kita dalam
melakukan do'a itu.
Apakah sebaiknya sesuatu do'a dilahirkan dalam ucapan kata-kata
atau cukup dengan diam saja dan menyerahkan diri kepada kerelaan
Allah , sebab bukankah Allah mengetahui segala isi hati manusia ?
Bermacam-macam paham ulama-ulama mengenai hal ini .
Sebahagian menganggap bahwa do'a itu ialah melahirkan sesuatu
kebuAllah kepada Al lah , sebab do'a itu juga ibadat, bahkan do'a itu
jiwanya ibadat.
Golongan yang lain berkata, manusia itu lebih baik diam dan
membeku dalam menghadapi berjalannya hukum Ilahi kepadanya, me-
nyerah diri kepada Allah semata-mata dalam menghadapi segala pen-
deritaan, sebab kejadian-kejadian atas diri manusia pada azasnya te
lah ditentukan dalam qada dan qadarnya. Dengan tidak mengeluarkan
keluh dan kesah, dengan tidak menjerit dan berkata-kata, manusia me
nyerahkan seluruh diri dan jiwanya kepada kekuasaan Allah yang ber
laku atas dirinya. Sebagai seorang hamba yang seluruhnya menyerah
diri kepada tuannya, ia tidak menentang dan memprotes, melainkan
menerima dengan sabar segala kemauan tuannya itu.
Tentu manusia yang semacam ini yaitu manusia yang termasuk
golongan arifin yang lebih tinggi yang tidak selalu dapat diikuti oleh
manusia biasa.
Oleh sebab itu orang mengambil jalan menengah bahwa do'a itu
baik diucapkan dengan lidah dan penyerahan diri serta ketenangan jiwa
dilakukan dengan kesabaran hati sehingga kedua cara yang ini di
atas ini tercapai.
Qusyairi berpendapat bahwa yang demikian itu bergantung pada
waktu dan masa yang berbeda-beda. Pada suatu waktu mengucapkan
do'a itu dalam kata-kata lebih baik dibandingkan diam menyerah diri saja
dan pada suatu waktu berdiam diri itu lebih baik dibandingkan mengucap-
264
kan do'a itu dalam kata-kata, semuanya itu dilihat pada waktu dan ke
sempatan. Apabila ada gerak hati hendak mengucapkan do'a maka ber
do'a itu lebih baik dibandingkan diam, dalam pada itu jika terguris hasrat
hendak berdiam diri, maka berdiam diri itu lebih utama.
Sementara itu orang membedakan dua perkara : Ada suatu kejadi
an yang belum terjadi dan ada suatu kejadian yang sudah terjadi atas
diri seseorang. Jika kejadian itu belum terjadi (nasib), yang tiap sa'at
dalam hak dan kekuasaan Allah , maka dengan kata-kata waktu itu
lebih baik sebab ia yaitu ibadat. Jika kejadian itu sudah terjadi
atas diri seseorang (haz), qada dan qadar Allah sudah jatuh kepada
nya, maka berdiam diri pada waktu itu dalam arti sabar dan tenang
menderita sesuatu, yang sudah dikehendaki Allah , yaitu sifat yang
utama.
Jadi perkara mengucapkan sesuatu do'a atau berdiam diri dan sa
bar dalam suatu keadaan, mana yang lebih utama, itu bergantung pada
waktu dan keadaan. Kepada Allah kembali segala pekerjaan dan keja
dian.
dibandingkan syarat-syarat do'a yang banyak, agar do'a kita dikabul
kan Allah , yaitu supaya dijaga makanan dan minuman kita hendak
nya dibandingkan barang yang halal. Hendaklah dijaga jangan ada pekerja-
an-pekerjaan kita yang ma'siat, yang merugikan kita sendiri dan ma
syarakat manusia. Allah tidak memperkenankan berdo'a kepadanya
untuk mempermudah kita melakukan sesuatu kejahatan atau ma'siat
yang merugikan masyarakat manusia atau membawa diri kita ke dalam
jurang malapetaka.
Pada suatu kali Yahya bin Mu'az Ar-Razi berkata dalam keluhan-
nya kepada Allah : " Y a , Allah ku! Bagaimana aku berdo'a kepada-
M u , sedang aku ini seorang yang ma'siat! Sebaliknya bagaimana aku
tidak berdo'a kepada-Mu, sedang Engkau yaitu sangat pemurah?"
Bahwa badan dan pakaian kita harus bersih pada waktu berdo'a
dan pikiran kita harus bersih dibandingkan ingatan-ingatan yang tidak se-
nonoh yaitu hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu berdo'a. T i
dak perlu kami katakan bahwa berdo'a itu hendaknya pada tempat
yang layak, seperti dalam mesjid dan sebagainya dan bukan pada suatu
tempat yang tidak senonoh, seperti dalam kamar mandi dan di tengah
pasar, dikelilingi oleh suara hiruk-pikuk.
265
Daiam kitab Ihya, Imam Ghazali menyebutkan ada sepuluh adab
do'a, yang perlu diperhatikan oleh tiap orang yang hendak melakukan
sesuatu do'a.
1. Pertama kali hendaklah ia mencari waktu-waktu yang baik dan
mulia, seperti di hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum'at, pada wak
tu sepertiga akhir malam dan pada waktu sahur dini hari.
2. Hendaklah ia mempergunakan keadaan-keadaan yang baik dan
mulia seperti waktu sujud dalam sembahyang, pada waktu peperangan,
di waktu tentara sebelah-menyebelah sedang berhadap-hadapan, pada
waktu mulai turun hujan, pada waktu orang mengucapkan qamat da
lam waktu sembahyang dan sesudahnya, juga termasuk waktu yang
baik untuk berdo'a di kala hati sedang sepi.
3. Sebagai adab yang ketiga pada waktu berdo'a disebutkan meng
hadap ke arah kiblat, mengangkat kedua belah tangan, dan mengusap-
kan kedua telapak tangan itu pada waktu selesai ke muka.
4. Merendahkan suara pada waktu mengucapkan do'a, sayup-
sayup sampai antara terdengar dengan tidak.
5. Janganlah lafaz do'a itu dibikin-bikin demikian rupa, sehingga
melampaui batas. Yang lebih baik memilih lafaz do'a yang berasal dari
Nabi dan sahabat-sahabatnya, sebab tidaklah tiap orang dapat menyu-
sun sendiri do'a-do'a yang baik, khawatir kalau-kalau dalam karangan-
nya ia melampaui batas. Ada ulama yang menyuruh berdo'a dengan
kata-kata yang sederhana, yang menunjukkan sikap merendah diri dan
mengemukakan kebuAllah , tidak dengan bacaan yang diucapkan se
cara fasih dan lancar dengan tidak memperhatikan isi yang dipohon-
kan di dalam do'a itu. Diceriterakan orang bahwa banyak ulama-ulama
yang termasyhur dan wali-wali berdo'a, dengan kata-kata yang ringkas
dan tegas, yang kebanyakannya tidak melebihi dari tujuh kalimat dan
kebanyakannya mendasarkan kepada cara seperti yang ini dalam
surat Al-Baqarah dalam Al-Qur 'an, yang bunyinya seperti berikut :
" Y a , Allah kami! Janganlah Engkau siksa kami jika kami berbuat se
suatu kelupaan dan janganlah Engkau pikulkan kepada kami sesuatu
pikulan yang berat sebagai yang pernah Engkau pikulkan kepada mere
ka sebelumnya. Ya , Allah kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Berilah ma'af kepada
kami, berilah ampun kepada kami, belas kasihanilah kepada kami, ka-
266
rena Engkaulah pelindung kami semuanya. Tolonglah kami dari baha-
ya golongan kafir!" (Qur'an III : 286). Dalam Qur'an banyak contoh-
contoh do'a, yang kebanyakannya ringkas dan tegas. namun meskipun
demikian tidaklah mengapa j ika do'a itu panjang, menurut keperluan-
nya.
6. Orang yang berdo'a itu hendaknya memiliki sikap tazarru',
khusyu', dan takut, sebagai yang dianjurkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala dalam firman-Nya : "Mereka itu berebut-rebutan dalam me
ngerjakan segala kebajikan dan berdo'a kepada Kami dengan sikap
harap-harap cemas dan bersikap penuh kegemaran, mereka itu yaitu
yang khusyu' dalam berdo'a". Memang sifat ikhlas yaitu mengerja
kan semata-mata sebab hendak mendekatkan diri kepada Allah , khu
syu' dan tawadhu' dengan segala ketenangan hati dan segala anggota
kepada Al lah , yaitu sifat yang perlu pada waktu berdo'a.
7. Mendasarkan permintaan kepada do'a dan meyakini terkabul-
nya, dengan keyakinan bahwa benar apa yang dimintakannya itu.
8. Hendaklah do'a itu diulang-ulang dan di tempat-tempat yang
penting disebut tiga kali dan memiliki keyakinan do'a itu segera di-
perkenankan.
9. Do 'a hendaklah dimulai dengan menyebut nama Al lah dan se
sudah mengucapkan pujian sanjungan kepadanya lalu diiringi selawat
kepada Rasullah, begitu juga menyudahinya.
10. Apa yang disebutkan dalam adab yang kesepuluh ini sangat
penting diperhatikan sebab ini menjadi pokok sesuatu do'a diperke-
nankan Allah , yaitu pengakuan taubat dari semua dosa, meninggalkan
semua perbuatan yang zalim dan menghadapkan seluruh diri kepada
Al lah .
7. ADAB DO'A. (II).
Adab do'a misalnya disusun oleh ajaran Sufi sebagai berikut :
1. Orang-orang Sufi harus memelihara waktu-waktu yang diang
gap murni dan mulia sebagai sa'at dan tempat mengucapkan sesuatu
do'a. Hari Arafah yang hanya datang sekali setahun, dengan tempat-
267
nyayang tertentu dekat Mekkah, sebagai tempat permulaan ibadat haji,
bagi orang Sufi yaitu sa'at yang terpenting tempat mengucapkan do'a,
dan oleh sebab itu kesempatan ini sedapat mungkin tidak dibiarkan
lalu begitu saja. Kemudian bulan Ramadhan yaitu salah satu dibandingkan
bulan yang terbaik di antara bulan-bulan setahun, begitu juga hari
Jum'at yaitu hari yang terbaik pula dalam seminggu, waktu sa
hur yaitu sa'at dan terindah pada waktu malam hari, d l l . , sebagai
tempat-tempat berdo'a menghadapkan sesuatu permohonan kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ada sebahagian dibandingkan waktu-waktu
yang dikemukakan oleh orang Sufi itu sebagai waktu-waktu yang mulia
kita fahami, sebab ada hubungan-hubungannya dengan ibadat atau
keterangan-keterangan dari Nabi serta Sahabat-Sahabatnya, namun ada
pula waktu waktu-waku yang kita tidak faham sama sekali alasannya,
namun oleh orang Sufi ditetapkan sebagai sa'at terpenting untuk ber
do'a. Umumnya dipilih waktu-waktu yang baik untuk menunjukkan
seluruh jiwa dan hati ketika berdo'a itu kepada Allah .
2. Pada anggapan orang-orang Sufi kesempatan waktu yang baik
itu harus dipergunakan sungguh-sungguh, dan terutama do'a-do'a itu
dianggap baik diucapkan tatkala orang-orang berdesak-desak dalam
barisan sabilillah, tatkala turun hujan, tatkala berdiri hendak melaku
kan sembahyang lima waktu yang wajib, tatkala berbuka puasa dan
tatkala sujud.
3. Do'a itu harus diucapkan sambil menghadap kiblat dan sambil
mengangkat kedua belah tangannya sehingga kelihatan ketiaknya. Hal
ini tentu ditujukan kepada latihan badan.
4. Mengucapkan do'a itu hendaklah dengan suara yang sedang,
tidak terlalu keras tidak pula terlalu rendah. Yang demikian itu mung
kin dimaksudkan untuk menenangkan diri dan jiwa orang yang berdo'a
itu, dan menyesuaikan dengan ajaran Islam, bahwa Allah itu tidak
ghaib dan tidak pula tuli, sebagaimana yang dikemukakan Nabi, tatka
la orang-orang berdo'a berteriak-teriak dengan suara riang membubung
ke angkasa.
5. Hendaklah dijaga agar do'a itu tidak tersusun dalam kata-kata
bersajak yang berlebih-lebihan, untuk menghilangkan kesukaran dalam
mengucapkannya, sesuai dengan Hadis Nabi, yang menyuruh mening
galkan gurindam dan sajak itu daiam susunan do'a. Larangan ini di-
268
hukum makruh, sebab Nabi sendiri acapkali berdo'a dengan kata-kata
bersajak, meskipun dengan cara yang sangat sederhana dan mudah di
fahami orang.
Ibn Asir menerangkan bahwa yang dikatakan berlebih-lebihan da
lam do'a itu ialah yang keluar dari do'a-do'a yang ma'sur, sedang do'a-
do'a yang terlingkung dalam ayat-ayat Qur'an dan Hadis, meskipun ia
bersajak, diperbolehkan, sebab sajak dan gurindam yang ada da
lam susunan ayat dan Hadis itu mudah diucapkan, tidak memberatkan
kepada mereka yang berdo'a.
6. Orang-orang Sufi itu di kala ia berdo'a haruslah berada dalam
keadaan tadarru', khusyu', penuh harapan akan diberi, dan penuh ke-
takutan akan ditolak.
7. Orang yang ingin mengucapkan do'a itu haruslah memiliki
keyakinan seyakin-yakinnya, bahwa do'anya itu pasti diterima Allah ,
sebab dengan demikian tertanam dalam jiwanya keyakinan bahwa Tu
han yaitu satu-satunya yang dapat melimpahkan kurnia-Nya.
8. Do 'a itu harus diucapkan dengan jelas, diulang-ulang, minta
segera dipenuhi oleh Allah .
9. Bahwa do'a itu harus dimulai dengan sebutan nama Allah dan
selawat kepada Nabinya sudah kita jelaskan.
10. Sebagai penutup adab do'a dikemukakan, bahwa do'a itu baru
diucapkan sesudah taubat membersihkan diri dari segala perbuatan
yang keji.
Semua adab-adab do'a ini pernah dibicarakan Ghazali dalam ki
tabnya, bahkan Ghazali menekankan kepada yang dinamakan adab
bathin, yang baginya menjadi pokok sebab diterimanya sesuatu do'a
oleh Allah . Allah hanya menerima do'a-do'a orang-orang yang bersih
jiwanya, yang tidak ada hasad dan dengki dalam jiwanya. Jika sifat-
sifat bathin yang keji itu masih bersarang dalam jiwanya, meskipun ba
dannya bersih, ucapannya jelas, dan air matanya menetes ke bumi,
namun do'anya tetap ditolak Allah , Imam Ghazali untuk menguatkan
alasannya mengemukakan sebuah ceritera dari Bani Israil, yang pada
suatu ketika kekurangan hujan. Meskipun Nabi Musa terus berdo'a
meminta dicurahkan hujan, namun Allah menyampaikan kepadanya
wahyu : " A k u tidak memperkenankan do'amu, dan do'a orang-orang
269
yang bersamamu, sebab ada di antaranya ada tukang fitnah dan
dengki hati".
Demikian beberapa adab do'a yang dipentingkan oleh orang-orang
Sufi, yang menunjukkan kepada kita bagaimana mereka melatih dan
mempersiapkan jiwanya yang bersih, untuk menghubungi Allah nya,
menyatakan kebuAllah nya, menantikan kelimpahan kurnianya dengan
harap dan yakin, agar keindahan akhlak dapat dimilikinya, keikhlasan
diserahkan seluruhnya kepada Al lah , sehingga manusia itu akhirnya le-
nyap dalam wujudnya.
Kita sudah bicarakan, bahwa do'a-do'a itu ada yang dipetik dari
do'a Nabi-Nabi, yang ini di dalam Al-Qur 'an, ada yang diambil
dari Sahabat-Sahabat dan Ulama-Ulama Salaf, Wali-Wali dan orang-
orang yang tertentu dalam Sufi, seperti Akasyah, Zainal Abidin d l l . ,
begitu juga dengan bermacam-macam tujuannya, seperti do'a istisqa'
untuk minta hujan, do'a nisfu sya'ban untuk keselamatan dari mara-
bahaya, do'a tauhidi, untuk meminta penyerahan diri yang bulat kepa
da Allah dll .
Termasuk juga ke dalam golongan do'a orang-orang Sufi, apa
yang dinamakan hfrnah dan istighasah, dan apa yang dinamakan wind.
Dalam istighasah orang-orang Sufi menghubungkan dirinya, tawa-
sul, meskipun pada akhirnya sesuatu kehendak dan permintaan dituju
kan kepada Allah , dalam do'anya diminta juga pertolongan pribadi-
pribadi yang telah terkemuka dalam agama dan kesalehannya. Kadang-
kadang istighasah ini disusun sebagai syair, sehingga menyedapkan sa
ngat membacanya dengan isi-isinya yang mengharukan.
Hizb-hizb itu sangat banyaknya, begitu juga wirid, bahkan tidak
saja banyak, namun aneka ragam coraknya menurut kepada macam alir-
an Sufi, tarekat, yang menyusun dan mengamalkannya. Biasanya se
suatu tarekat kita kenal dari hizb dan wirid yang diamalkan oleh peng-
anut-penganutnya.
Bedanya antara hizb dan wirid, bahwa hizb itu tidak usah dibaca
pada waktu yang ditentukan, sedang wirid harus dibaca pada waktu-
waktu yang ditunjuk dan ditetapkan. Dengan demikian ada wirid yang
dibaca pada siang hari dan ada pula wirid ya