ilmu tarekat mistik 9

ri . Isi dibandingkan kedua amalan itu terutama ditujukan untuk menguat-
270
kan jiwa dan akal, mempertebal keyakinan dan keimanan. Biasanya hizb
itu dimulai dengan pembacaan auzubillah, bismillah, dan beberapa ayat
Qur'an sebagai yang kita dapati pada Hizbul Bar, ciptaan Abu Hasan
Syazili, dan kemudian barulah disusul dengan do'a-do'a menyatakan
kelemahan kepada Allah , menyatakan kekuasaan Allah yang terbe
sar, menyatakan ketakutan terhadap Allah , menyatakan diri sangat
ketakutan terhadap fitnah-fitnah dunia, menyatakan sesalan terhadap
perbuatan ma'siat dan oleh sebab itu mengharapkan taubat, mengha
rapkan kelimpahan ampunan Allah , dll .
8. BEBERAPA SIFAT DO'A YANG MUSTAJAB.
Selain dibandingkan memperhatikan adab-adab do'a sebagai yang telah
diuraikan dalam salah satu pasal yang telah lalu, perlu.. kita bicarakan
di sini beberapa sifat yang perlu diperhatikan, agar do'a itu segera di
kabulkan Allah , di antara lain-lain mendasarkan do'a itu kepada
amal-amal saleh, sebagaimana yang pernah diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim dalam kedua kitab, sahihnya mengenai ceritera tiga orang
kawan yang dalam perjalanannya terkurung dalam sebuah gua, kisah
mana pernah didengar oleh Ibn Umar dari Rasulullah saw, demikian
bunyinya :
Pada suatu ketika yaitu tiga orang laki-laki yang sedang berper-
gian kemalaman di tengah jalan. Lalu mereka masuk ke dalam sebuah
gua batu di tebing sebuah gunung untuk bermalam di sana. Kebetulan
malam itu turun hujan sangat lebat dan banjir yang turun dari gunung
menghanyutkan batu-batu besar dan menutupi pintu gua itu. Ketiga
mereka itu terkurunglah di dalamnya sebab tak dapat rnenolak batu
besar yang telah menyumbat pintu gua itu.
Kata seorang di antara mereka itu, kita tidak akan terlepas dari
bahaya ini j ika tidak kita berdo'a kepada Allah dan do'a kita itü hen
daklah berdasar pada amal saleh dan apa yang sudah kita kerjakan
mengenai amal saleh itu masing-masing.
Kata seorang : "Saya pernah berbuat amal saleh terhadap ibu
bapak saya. Pada suatu hari saya pulang dari pekerjaan berat dan perut
saya sangat merasa lapar. Saya menyangka bahwa ibu saya sudah me-
271
nanak nasi untuk saya. namun sesudah saya sampai di rumah saya da
pati ibu saya belum masak apa-apa, sebab tidak ada persediaan beras.
Saya pergi membeli beras. namun sesudah saya bawa pulang beras itu,
saya dapati ibu saya tertidur. Saya tidak berani membangunkannya,
sehingga saya terpaksa menahan lapar sekian lamanya sampai ia terjaga
kembali dari tidurnya. Ya , Allah ku! Jika perbuatanku ini suatu amal
kebaikan terhadap ibuku dan mendapat kerelaan-Mu, berikanlah kami
kelimpahan bantuan dalam rnenolak batu i n i " .
Batu yang menutup gua itu terbuka sedikit dengan kurnia Allah .
Kemudian yang seorang lagi berkata : " A k u pun memiliki amal
saleh. A k u memiliki suatu perusahaan dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang bekerja padaku. Gajinya kubayar pada waktunya
dan kuperhatikan segala keperluannya. A k u memelihara segala janji
dan amanah sebagai yang disuruh oleh agama kepadaku. Belum pernah
aku tidak jujur dalam segala pekerjaanku. Pada suatu hari pekerja ti
dak datang mengambil gajinya untuk sebulan. Setelah beberapa lama,
maka ia tidak juga datang, lalu gajinya kubelikan kepada barang-
barang dan kuperdagangkan. Dengan ini beruntung demikian rupa se
hingga gajinya sudah lipat sepuluh. Setelah beberapa bulan kemudian
ia datang kembali, maka seluruh hartanya itu, seluruh gajinya dan ke-
untungannya kukembalikan dengan jujur. Ia kelihatan sangat gembira
dan aku pun merasa puas atas kejujuranku sebab aku telah berbuat
baik terhadap manusia.
Y a , Allah ku! Jika perbuatanku ini yaitu suatu amal saleh yang
mendapat kerelaan-Mu, bantulah kami dalam kesusahan i n i " .
Maka batu gunung itu pun bergerak pula sedikit terbuka dari pintu
gua itu.
Maka berkatalah kawannya yang ketiga : " A k u ini sebenarnya ti
dak memiliki sesuatu kebajikan yang dapat kunamakan penting. Se-
panjang ingatanku hanya satu kali aku berbuat baik, sebab aku malu
kepada Allah . Kejadian itu demikian.
A k u diserahi membagi gandum kepada orang-orang miskin yang
sedang kelaparan. Seorang demi seorang kuberikan bagiannya. Akhir
nya datang kepadaku seorang anak gadis yang cantik rupanya. Kepada
gadis ini tidak kuberikan dengan segera bagiannya. Dia kusuruh tunggu
272
sampai pembagian kepada orang la in selesai. Sesudah semua orang pu
lang dan tempat pembahagian i tu sepi, gadis i tu kupanggi l dan kunya-
takan maksud j aha tku kepadanya. Gad i s i tu menampik dengan air ma
ta yang bercucuran sambi l katanya : B ia r l ah a k u mat i kelaparan dar i
pada a k u berbuat dosa kepada T u h a n , sudah beberapa har i aku tidak
makan , namun a k u masih suci murn i terhadap T u h a n . B i a r l a h kutunggu
aja lku sampai beberapa detik lagi dar ipada berbuat dosa besar, yang
siksanya tak terhingga.
Ta tka l a a k u melihat m u k a anak perempuan i t u , seakan-akan da-
tanglah suara kepadaku : A l a n g k a h kejamnya aku in i terhadap sesama
manusia dengan menyalahgunakan kekayaan yang dipersinggahkan T u
han kepadaku .
A k u merasa sangat m a l u kepada T u h a n atas n ia tku yang jahat i tu .
A k u ber ikan bagiannya dan anak i tu kusuruh pulang . H a n y a in i lah
satu-satunya amal baik dar ipadaku .
Y a , T u h a n k u ! J i k a penyesalanku in i E n g k a u ter ima dan taubatku
i tu mendapat ke re l aan -Mu, ber ikanlah k a m i b a n t u a n - M u da lam kesu-
karan k a m i sekarang i n i " .
B a r u perkataan i tu d iucapkan , seketika tu juga , batu gunung yang
menutup gua i tu terpelanting ke luar , dan icetiga musafir yang terku-
rung i tu pun keluar lah dengan selamat.
D a r i ceritera i n i beberapa u lama menari c kes impulan , d i antaranya
Imam N a w a w i dan Q a d i H u s e i n , da lam ki tabnya " A l - A z k a r " , bahwa
amal-amal yang baik sebelumnya memiliki pengaruh juga terhadap
dosanya seseorang.
K e m u d i a n ada pu la ceritera yang menunjukkan bahwa pengakuan
sesuatu dosa sebelumnya p u n mempengaruhi sesuatu d o ' a . Sebuah di
antara ceritera i tu ia lah yang diceri terakan oleh I m a m A u z a ' i dar ipada
segolongan Salaf, demik ian ceriteranya.
P a d a suatu har i da lam mus im kemarsu keluar lah segolongan ma
nusia meminta hujan. L a l u berdi r i lah d i antara mereka B i l a l b in Sa ' ad
yang memula i p idatonya dengan puj i-puj ian kepada A l l a h . K e m u d i a n
ia memal ingkan mukanya kepada orang banyak sambi l berkata : " W a
hai sekalian manusia yang hadir! A p a k a h k a m u sekalian akan tetap da
lam berbuat salah? Semua yang hadir menjawab : " T i d a k ! " M a k a la lu
273
ia berdo'a : " Y a , Allah kami! Kami sudah memperdengarkan kepada-
M u pengakuan kesalahan kami. Apakah Engkau tidak akan melimpah-
kan ampunan-Mu kepada kami semua? Y a , Allah ku! Ampunilah ka
mi semua, belas kasihanilah kami semua dan turunkanlah hujan seba
gai rahmat untuk kami!"
Maka ia pun menampung tangannya ke langit dan semua yang ha
dir pun mengangkat kedua belah tangannya dan tidak lama kemudian
hujan pun turunlah.
Mengenai pengangkatan tangan pada waktu berdo'a dan meng-
usapkannya ke muka pada waktu berdo'a Tarmizi menceriterakan bah
wa Umar ibn Khattab pernah menceriterakan bahwa Rasulullah saw
apabila ia mengangkat kedua belah tangannya pada waktu berdo'a ti
dak diturunkannya sebelum kedua telapak tangan itu diusapkannya ke
muka.
Bahwa Rasulullah senang mengulang do'anya sampai tiga kali pa
da bahagian-bahagian yang penting, ternyata dari Hadis yang diriwa
yatkan oleh Abu Daud dibandingkan Ibn Mas'ud, bahwa Rasulullah saw
kelihatan senang ia berdo'a tiga kali beristighfar tiga kali .
Acapkali dilupakan orang mengikuti do'a itu dengan seluruh hati
pikiran, sehingga ucap-ucapannya itu menjadi perkataan-perkataan
yang tidak berjiwa.
Mengikuti seluruh do'a yang diucapkan dengan hati dan pikiran
itu penting. Dalam ilmu do'a hal ini disebut hudur al-qalbi, yang ber
arti menghadirkan hati, mengikuti dengan seluruh hati, berdo'a sampai
ke hati, atau do'a yang keluar dari hati yang harap.
Keterangan-keterangan mengenai hal ini banyak sekali, tidak ter-
hitung, di antaranya Hadis yang diriwayatkan oleh Tarmizi dibandingkan
Abu Hurairah, yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah berkata :
"Berdo'alah kepada Allah , sedang kamu berkeyakinan sungguh-sung
guh akan diterimanya. Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala tidak menerima
do'a yang keluar dari hati yang lengah". Ada yang mengatakan sanad
Hadis ini dhaif. Meskipun demikian dapat kita fahami maksudnya,
bahwa bukanlah permintaan jika ia hanya dihamburkan oleh seseorang
melalui mulutnya, sedang hatinya memikirkan hal-hal yang lain.
Setengah dibandingkan fadilat do'a ialah bahwa ia juga dikemukakan
274
untuk mereka yang tidak turut serta. Jika kita minta ampun kepada
Allah , maka sebaiknya tidak hanya untuk dosa kita sendiri, namun ju
ga untuk dosa orang-orang lain, untuk ibu bapak kita dan untuk sau-
dara-saudara kita yang seagama. Dalam Al-Qur 'an Allah berfirman
menerangkan bahwa orang-orang yang datang sesudah mereka itu ber
kata : " Y a , Allah ku! Berilah ampunan bagi kami dan bagi saudara-
saudara kami yang sudah terdahulu dibandingkan kami dalam imannya".
Dan lagi firman Allah : "Mintalah ampun untuk dosamu dan untuk
dosa orang-orang Mu 'min laki-laki dan orang Mu 'min perempuan".
Di dalam Qur'an juga disebutkan do'a nabi Ibrahim yang berbunyi
demikian : " Y a , Allah ku! Berilah ampun bagiku, dan bagi kedua
orang tuaku dan bagi semua orang Mu 'min pada hari kebangkitan".
Do'a Nabi Nuh tidak berbeda dengan itu : "Allah ku! Berilah ampun
an bagiku dan bagi kedua orang tuaku dan bagi orang yang masuk ahli
rumahku, bagi orang yang Mu 'min laki-laki dan bagi orang Mu'min
perempuan".
Sebuah Hadis Muslim menerangkan bahwa A b u Darda' pernah
mendengar Rasulullah berkata : "Tiap orang Muslim berdo'a untuk
saudaranya yang lain, di kala itu Malaikat berkata : Hendaklah engkau
pun demikian". Dalam Hadis Muslim yang lain, tiap do'a yang demiki
an dibantu oleh Malaikat, sedang dalam salah satu Hadis Abu Daud
dari Ibn Umar ada diterangkan bahwa do'a yang demikian itu segera
diperkenankan.
Kemudian dapat kita terangkan di sini bahwa do'a itu dapat juga
dipergunakan sebagai balasan orang berbuat baik terhadap kita dan ini
sangat dipujikan dalam Islam. Tarmizi menyampaikan sebuah Hadis
dari Usamah bin Zaid yang menerangkan Rasulullah ada berkata : " B a
rang siapa menerima sesuatu perbuatan baik dari orang lain, maka hen
daklah ia mengucapkan : Mudah-mudahan Allah membalas jasamu
dengan kebaikan, maka cara yang seperti ini sangat terpuji". Dalam
sebuah Hadis sahih yang lain Nabi berkata : " J i k a ada seseorang ber
buat baik kepadamu, maka hendaklah kamu balas. Jika tak ada yang
dapat kamu berikan sebagai balasan, berdo'alah untuknya sedemikian
ikhlasnya, sehingga kamu merasa pada dirimu sendiri bahwa kamu su
dah membalas kebaikannya".
Baik juga kita minta kepada orang lain mendo'akan kita, meski-
275
pun orang yang meminta itu dalam kedudukannya lebih tinggi dibandingkan
orang yang diminta do'anya itu. Pada suatu kali Sayyidina Umar me
minta izin kepada Nabi hendak melakukan ibadah umrah. Nabi meng-
izinkan dan menambah : "Wahai saudaraku jangan engkau lupa ber
do'a untukku juga". Perkataan ini sangat menggembirakan Umar bin
Khattab sebab Nabi yang patut mendo'akan dia meminta agar ia di-
do'akan.
Sesudah uraian di atas perlu kita tegaskan di sini bahwa di dalam
Islam terlarang berdo'a untuk kecelakaan atau mengutuk diri sendiri,
anak isteri atau orang lain, mengutuk harta benda dan kekayaan diri
atau mengutuk pekerja dan pelayan. Hal ini tidak sesuai dengan sifat-
sifat yang baik dari seorang yang hendak berdo'a.
Bahwa do'a itu akan diperkenankan Allah harus yakin, meskipun
tidak segera namun pasti, sebab ini yaitu kembali kepada kekuasaan
dan kehendak Allah .
Jika sesuatu do'a tidak diperkenankan Allah , janganlah lekas di-
sangka bahwa Allah tidak sayang kepada orang yang berdo'a itu. Ter-
kadang memang Allah tidak memperkenankan do'anya, untuk meng-
hindarkan orang yang berdo'a itu dibandingkan akibat-akibat yang dapat
membawakan dia kepada sesuatu kesesatan atau sesuatu dosa yang ti
dak diingini.
9. Z I K I R .
Yang dimaksudkan dengan zikir ialah ucapan yang dilakukan de
ngan lidah atau mengingat akan Allah dengan hati, dengan ucapan
atau ingatan yang mempersucikan Allah dan membersihkannya dari
pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya, selanjutnya memuji dengan
puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna,
sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.
Sesungguhnya Allah telah menyuruh manusia untuk memperbanyak
zikir kepada-Nya dengan firman-Nya di dalam Qur'an yang berbunyi :
"Wahai segala mereka yang beriman, ingatlah kepada Allah sebanyak-
banyaknya dan bertasbihlah kepadanya pagi dan petang". Memang
Allah akan ingat kepada orang yang ingat kepada-Nya, sebagaimana
276
katanya dalam Al-Qur'an : 'Tngatlah akan Daku, niscaya Aku akan
ingat pula akan dikau".
Allah berkata dalam sebuah Hadis Qudsi, yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim: "Aku berada di dalam hamba-Ku dan Aku ada ber
sama dia manakala ia kepada-Ku, tatkala ia teringat kepada-Ku pada diri
nya, Aku pun ingat kepadanya pada diri-Ku, apabila ia ingat kepada-Ku
pada suatu ketika, Aku pun ingat kepadanya ketika yang baik itu, apabila
ia mendekati Aku sejengkal, Aku mendekatinya sehasta, dan apabila ia
akan mendekati Aku sehasta, Aku mendekatinya dengan berlari".
Abu Musa menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw mempei-
bandingkan orang yang zikir kepada Allah seperti seorang yang hidup
bergerak. Katanya : "Adapun perbandingan orang yang mengingat Tu
hannya dengan orang yang tidak mengingat Allah nya yaitu seperti
perbandingan orang yang hidup dengan yang mati". Hadis ini diriwa
yatkan oleh Bukhari.
Kemudian diceriterakan orang dalam kitab-kitab yang mu'tamad,
bahwa zikir itu yaitu pokok dibandingkan amal-amal yang saleh dan oleh
sebab itu Junjungan kita Muhammad saw selalu berzikir kepada Tu
han dan setiap waktu ingat kepada-Nya.
Pada suatu kali datang seorang Arab mengeluh kepada Nabi, kata
nya : "Ya , Rasulullah! Syari'at-syari'at Islam itu telah terlalu banyak
bagiku untuk sesuatu amal yang dapat kupegang teguh". Maka kata
Rasulullah : "Jagalah supaya mulutmu selalu basah dibandingkan zikir ke
pada Allah ". Dan kemudian ia berpaling muka kepada sahabat-saha
batnya yang lain sambil berkata : "Belumkah pernah aku khabarkan
kepadamu apa amalmu yang baik, dan apa hartamu yang bersih dan
apa derajatmu yang tertinggi dan apa yang lebih baik bagimu dibandingkan
memberi sedekah emas dan perak dan apa yang lebih baik dibandingkan me-
musnahkan musuhmu di kala engkau bertemu dengan mereka dan ber-
kelahi mati-matian, berperang-perangan dan tebas-menebas batang le-
her?" Jawab sahabat-sahabat itu : "Belum ya Rasulullah". Maka ujar-
nya : "Ialah berzikir menyebut Allah". Hadis yang sahih sanadnya ini
diriwayatkan oleh Tarmizi, Ahmad dan Hakim.
Bahwa sesungguhnya berzikir itu suatu jalan untuk mencapai ke-
menangan, dapat kita ketahui dari sebuah Hadis yang diriwayatkan
oleh Mu'az, bahwa Nabi saw berkata : "Tak ada sebuah pun amal anak
. 277
Adam yang mujur dapat meiepaskan dirinya dibandingkan azab Allah , me
lainkan zikrullah, mengingat Allah ". Diriwayatkan oleh Ahmad.
Maksud yang lebih jauh dibandingkan zikir itu ialah membersihkan diri
dan membersihkan hati dan membersihkan segala keinginan dibandingkan
segala yang cemar. Maksud inilah yang diperingatkan oleh Allah ber-
ulang-ulang dalam Al-Qur 'an dengan ayat-ayat-Nya yang mulia, di an
taranya firman-Nya : "Dir ikan olehmu akan sembahyang sebab sem
bahyang itu dapat mencegah engkau dibandingkan perbuatan yang keji dan
munkar dan zikir mengingat Allah itu yaitu suatu amal yang lebih be
sar lag i" .
Ulama menafsirkan, bahwa zikrullah ingat kepada Allah dalam
menjauhkan diri dibandingkan pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih
besar artinya dibandingkan sembahyang yang dikerjakan sunyi dibandingkan me
ngingat Allah . sebab orang yang ingat Allah itu, tatkala hatinya ter-
getar dan lidahnya bergerak, Allah menganugerahi cahayanya, Allah
menambah imannya dan keyakinannya kepadanya, maka bergeraklah
hatinya itu menuju kebenaran dan menetap dengan tenang di sana, se
bagaimana firmannya di dalam Qur'an i "Orang-orang Mu'min itu
ialah orang-orang yang tetap hatinya ingat kepada Allah . Ketahuilah
bahwa ingat kepada Allah itu meneguhkan ketetapan di dalam hati".
10. ZIKIR D A L A M TAREKAT.
Salah satu bahagian yang terpenting dalam tarekat, yang hampir
selalu kelihatan dikerjakan, ialah zikir. Zikir artinya mengingat kepada
Allah , namun di dalam tarekat mengingat kepada Allah itu dibantu
dengan bermacam-macam ucapan, yang menyebut nama Allah atau
sifatnya, atau kata-kata yang mengingatkan mereka kepada Allah .
Ahli-ahli tarekat berkeyakinan, jika seorang manusia atau hamba
Allah telah yakin, bahwa lahir dan bathinnya dilihat Allah dan segala
pekerjaannya diawasinya, segala perkataannya didengarnya dan segala
cita-cita dan niatnya diketahui Al lah , maka hamba Allah itu akan men
jadi seorang manusia yang benar, sebab ia selalu ada dalam keadaan
memperhambakan dirinya kepada Allah , dawamul ubudiyah, berke-
278
kallah dengan ibadat, dalam memperhambakan dirinya kepada yang
menjadikannya, Khalik.
Lalu zikir berarti menyebut-nyebut nama Allah atau ma'rifat
Al lah , yang pada keyakinan mereka itu akan melahirkan dua sifat pada
manusia, pertama seorang hamba Allah dan kedua kasih kepada Allah.
Jika seorang hamba Allah takut kepada Al lah , maka segala suruhnya
akan dikerjakannya dan segala larangannya akan dihentikannya. Se
orang yang kasih kepada Allah tentu'akan memilih pekerjaan-pekerjaan
yang disukai Al lah dan menggiatkan dia menjauhkan diri pada pekerja
an-pekerjaan yang tidak disukai Allah .
Pada keyakinan golongan tarekat-tarekat tiap-tiap manusia tidak
terlepas dari empat perkara. Pertama manusia itu kedatangan nikmat,
kedua kedatangan bala, ketiga berbuat ta'at, dan keempat berbuat do
sa. Selama manusia itu memiliki nafsu yang turun naik, mestilah ia
mengerjakan salah satu pekerjaan dari empat macam tersebut. Jika pa
da waktu itu lupa kepada Allah , maka nikmat itu akan membawa
sombong, tekebur dan tinggi hati padanya. namun j ika ia teringat kepa
da Allah pada waktu ia menerima nikmat itu, sifatnya berlainan seka
l i , ia syukur kepada Allah , yang akan membawa lebih baik kelakuan-
nya.
Maka dengan alasan-alasan itulah golongan tarekat mempertahan
kan zikir, tidak saja arti mengingat Al lah dalam hati, namun menyebut
Allah senantiasa kala dengan lidahnya untuk melatih segala anggota-
nya. Menurut anggapan mereka segala ibadat yang dikerjakan tidak di-
sertai dengan mengingat Al lah atau tidak sebab Al lah , maka ibadat itu
akan kosong, akan hampa dari pahala yang sebenarnya.
Maka selalulah zikir itu diucapkan dan mengingat Allah itu dike-
kalkan untuk memperoleh pengaruhnya.
Di antara dalil-dalil yang mereka kemukakan yaitu sebagai ber-
ikut :
Pertama. sebab mengerjakan zikir itu mengingatkan kepada
Allah , dan semata-mata menjunjung suruh Al lah . Firman Allah : " H a i
segala mereka yang percaya kepada Allah sebut olehmu akan Allah de
ngan sebutan yang banyak dan ucapan tasbih pada pagi-pagi dan pe-
tang-petang" (Qur'an X X X I I I : 4).
279
Kedua. Orang yang zikir Allah itu mengingat akan Allah dan Allah
mengingat pula akan orang itu. Firman Allah : "Sebut olehmu akan
Daku, niscaya A k u menyebut pula akan dikau" (Qur'an 11 : 152).
Ketiga. Dalam zikir Allah itu nyata benar kebesaran Al lah , bahkan
untuk selama hidup. Firman Allah : " Z i k i r Allah itu terlebih besar dari
pada ibadat-ibadat yang la in" (Qur'an X I X : 45).
Keempat. Orang yang zikir Allah mendapat kebahagiaan dunia
dan akhirat. Firman Al lah : "Sebutlah olehmu akan Allah sebanyak-
banyaknya agar mudah-mudahan kamu mendapat pemenangan" (Qur
'an VIII : 49, L X I I : 10).
Kelima. Zikir Al lah itu menyembuhkan segala penyakit di dalam
hati. Dalam kitab-kitab tasawwuf jumlah penyakit di dalam hati itu ada
kira-kira 60 macam. Maka untuk menyembuhkan segala penyakit itu
ialah dengan zikir Al lah . Sabda Nabi : "Menyebut Allah itu ialah me
nyembuhkan penyakit hati artinya memperbaiki hati" (Hadis dari Anas
bin Malik) .
Keenam. Zikir Allah itu menetapkan hati dan jikalau hati sudah
tetap maka segala anggota yang tujuh pun akan tetap pula mengerjakan
suruhan Al lah , demikian sebaliknya. Firman Allah : "Adapun segala
mereka yang iman, yang percaya kepada Allah dan yang tetap hatinya
dengan zikir Al lah , ketahuilah olehmu bahwa dengan berzikir itu segala
hati akan tetap" (Qur'an XIII : 28).
Ketujuh. Zikir Al lah itu mensucikan manusia dan melepaskannya
dari siksaan kubur dan zikir Al lah itu lebih besar pahalanya dibandingkan
perang sabil. Sabda Nabi : "Bahwasanya bagi tiap-tiap sesuatu itu ada
alat untuk mensucikan, dan alat untuk mensucikan hati itu ialah zikir
Allah. Tiyaitu sesuatu yang dapat meiepaskan manusia dari azab se
lain dibandingkan zikir A l l a h " . Seorang Sahabat bertanya : "Apakah jihad
di atas jalan Allah itu tidak dapat meiepaskan manusia dari azab kubur
juga?" "Meskipun jihad di atas jalan A l l a h " jawab Nabi.
Selanjutnya banyak sekali alasan-alasan yang dikemukakan untuk
memperlihatkan fadilat zikir, seperti ayat Qur'an L X X : 23, yang me-
nyamakan zikir itu dengan bersembahyang yang berkekalan, Hadis
Muslim yang mengatakan bahwa umur dunia itu akan lebih panjang
dengan menyebutnya nama Allah itu. Hadis Bukhari dan Muslim yang
280
menerangkan bahwa perkataan yang afdal diucapkan oleh Nabi Mu
hammad dan Nabi lain sebelumnya ialah : "Laila ha illallah", ayat
Qur'an yang menyuruh Nabi Muhammad selalu mengingat kepada Tu
han (Qur'an XVIII : 28), ayat Qur'an yang menerangkan bahwa ba
nyak menyebutkan nama Allah itu tidak akan disempitkan hidupnya
(Qur'an X X : 124), dan banyak sekali yang lain-lain, yang menyatakan
pengucapan zikir itu menjauhkan kufur, memperoleh pahala yang sama
dengan zakat dan haji, membaharui iman, meiepaskan manusia dari
azab neraka Wail, menjadi zakat badan, menambah pahala sembah
yang, menjadi bukti kasih kepada Allah, mendekatkan diri kepada
Allah, memudahkan pengakuan tubuh terhadap kebesaran Allah, mem-
bikin rupa bercahaya-cahaya, membawa perdamaian di bumi, menjauh
kan peperangan, yaitu sebuah benteng, menjauhkan diri dari si
fat munafik, melenyapkan sifat merendahkan budi, membersihkan hati
dibandingkan kasih yang berlebih-lebihan kepada dunia, membukakan yang
ajaib-ajaib dalam hati, menyamakan orang yang berzikir sekedudukan
dengan wali, menjadi obat suka cita, menambah khusu', dan lain-lain
faedah dan kebesaran yang diperoleh dibandingkan memperbanyak zikir itu.
Demikianlah beberapa keterangan dari golongan tarekat, terutama
tarekat Naksyabandiyah, mengenai zikir. Saya petik dari kitab "Per-
tahanan Tarekat Naksyabandiyah" jilid I halaman 106 — 127, karang
an Dr. H . Jalaluddin, Bukit Tinggi.
11. ADAB ZIKIR.
Sudah kita terangkan bahwa kebesaran zikir itu tidak terhingga
dalam rnenolak segala kejahatan dan kemungkaran. Seorang yang ingat
kepada Allah dengan sebenar-benarnya ingat tidaklah ia akan menger
jakan sesuatu dosa atau ma'siat. Orang ingat kepada Allah itu pada
waktu mengucapkan namanya terbukalah hatinya dan bergeraklah l i
dahnya menyebut nama Allah nya, imannya pun bertambah-tambah,
keyakinannya pun bertambah-tambah, semuanya itu memutarkan hati
nya kepada yang hak dan memberi ketetapan dalam hatinya. Allah
berfirman : "Segala mereka yang beriman dan yang tetap hatinya de-
281
ngan mengingat Allah , sesungguhnya dengan mengingat Allah itulah
hatinya kembali tetap dan teguh". (Qur'an).
Apabila seseorang sudah tetap hatinya kepada kebenaran, maka
tak dapat tiada orang itu akan terangkat kepada kedudukan yang lebih
mulia dan tinggi. Orang yang demikian itu akan mengarahkan segala
perjalanan dan perjuangannya kepada yang benar, kepada segala pe
kerjaan yang hak dan diridhai Allah . Manusia yang sudah sampai ke
pada tingkatan martabat yang demikian itu, tak dapatlah lagi ia digoda
dan dibelokkan oleh pengaruh hawa nafsunya dan oleh dorongan syah-
watnya ke kiri dan ke kanan lagi dibandingkan jalan yang lurus dan lem-
peng.
Dari sini kita ketahuilah kebenarannya amal zikir dalam kehidupan
manusia. Dan dari sini kita ketahui pula adanya amal zikir yang besar
itu, jika ia tidak hanya diucapkan dengan lidah, namun diikuti dengan
kekuatan hati kepada Allah . Ucapan dengan lidah bukan tidak ada
faedahnya, namun jika ia diamalkan dan diikuti dengan hati, maka ia
menjadi zikir yang sesungguh-sungguhnya, tidak hanya sebagai bunga
dan buah kata-kata yang kadang-kadang terloncat dari lidah, kata-kata
yang tidak mengandung arti dan makna.
Maka oleh sebab itu Allah memberi pertunjuk dan menerangkan
cara-caranya zikir kepadanya itu sebagai yang ini di dalam Qur
'an, firmannya : "Ingatlah Allah mu itu dalam dirimu dengan penuh
rasa kehormatan, dan takut, tidak dengan berkeras suara, ingatkan dia
pagi sore jangan sampai kamu terlupa". Ayat Qur'an ini menunjukkan
bahwa zikir itu disunnatkan perlahan-lahan, dengan merendahkan, ti
dak dengan mengangkat suara yang gegap gempita.
Ada sebuah ceritera yang meriwayatkan bahwa Rasulullah pada
suatu hari berpergian dengan segolongan manusia. Tiba-tiba ia mende
ngar orang menjerit, berteriak-teriak dengan do'anya. Lalu ia berkata :
"Hai , manusia! Berlemah-lembutlah engkau terhadap dirimu, ketahui
lah, bahwa engkau tidak berdo'a meminta kepada orang pekak atau ke
pada orang yang jauh, engkau berdo'a kepada Allah yang sangat pen
dengar dan sangat dekat, Allah yang lebih dekat kepada tiap-tiap diri
mu, dibandingkan kuduk unta kendaraanmu".
Ayat-ayat ini juga menunjukkan agar ada manusia itu kegemaran-
nya berzikir dan ketakutan meninggalkan serta memperhatikannya ca-
282
ra-caranya berzikir itu. Adab-adab zikir itu banyak yang perlu diperha
tikan. D i antara lain-lain hendaklah orang yang berzikir itu berpakaian
bersih, berbadan suci, berbau yang menyedapkan, yang dapat menye-
garkan diri dalam beramal, memilih tempat yang bersih, dan hendaklah
sedapat mungkin menghadap kiblat, menujukan seluruh fïkirannya ke
pada berzikir, khusyu' dan beradab, mengikuti ma'na kata-kata yang
diucapkannya, menjaga agar sebutan-sebutan yang dikeluarkan tidak
melampaui batas, sehingga mengganggu orang-orang lain yang beriba
dat di sekitarnya dl l . sifat yang baik, yang diperlukan oleh seorang
hamba yang sedang menyembah dan mengingat akan Allah nya.
Imam Nawawi menerangkan dalam kitabnya Al-Azkar (eet. H l ,
1952/1371 H.) bahwa menurut ijma' ulama orang berhadas kecil dan
besar, seperti junub, haid dan nifas dibolehkan berzikir dengan hati
atau dengan lidah, begitu juga ia dibolehkan bertasbih, bertahlil, ber-
tahmid, bertakbir, berselawat kepada Nabi, berdo'a d l l . , semuanya ha
rus atau jaiz, namun orang yang sedang junub, haid dan nifas haram
baginya membaca Qur'an, baik sedikit atau banyak.
Adab-adab yang ini di atas ialah untuk zikir yang sudah ter
tentu waktu dan cara-caranya, yang biasanya mengiringi sembahyang
dan ibadat-ibadat lain yang tertentu. namun zikir dalam arti kata ingat
kepada Allah dalam hati dianjurkan setiap waktu dengan tak tentu
tempat dan caranya.
Di dalam Qur'an Allah berkata : "Bahwa kejadian petala langit
dan bumi dan pertukaran malam dengan siang itu, sesungguhnya ada
lah tanda-tanda bagi orang yang memiliki pikiran dan orang yang
memiliki pikiran itu ialah orang yang ingat kepada Allah , baik wak
tu ia sedang berdiri atau duduk maupun ketika ia sedang junub, selalu
mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi" (Qur'an).
12. ISTIGHFAR.
Istighfar artinya meminta ampun kepada Allah atas sesuatu dosa
dan kesalahan. Do'a-do'a yang berisi permintaan seperti ini memiliki
283
bentuk yang tertentu di antaranya ada kata-kata meminta ampun dan
taubat.
Manusia tidak sunyi dibandingkan berbuat salah, baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja, baik ia sadar atau tidak sadar akan dosa
dan kejahatan yang diperbuatnya itu. Sebagai manusia ia harus mem-
bayar akan perbuatannya yang zalim itu, menebus dosa namanya. Jika
ia ingin insyaf akan kesalahannya ia lalu meminta ma'af kepada orang
yang dizaliminya, namun j ika ia tidak insyaf atau tidak ada lagi kesem
patan untuk minta ma'af, maka perbuatannya itu akan meninggalkan
bekas dalam jiwanya, yang yaitu suatu penyakit, yang kadang-
kadang akan membawa kegagalan dalam seluruh hidupnya.
Untuk membersihkan dirinya kembali, Allah membuka pintu
ma'af baginya, yang dalam ilmu do'a terkenal dengan nama atau istilah
meminta ampun atau taubat kepada Allah , sebab Ialah yang sangat
pengampun dan yang dapat memberi taubat atas sesalan diri manusia
dengan seluas-luasnya.
Banyak ayat-ayat Qur'an dan Hadis yang menyuruh manusia itu
memperbanyak istighfar, di antaranya sebagai yang ini di bawah
ini.
Firman Allah Ta'ala : " D a n mita ampunlah engkau untuk dosamu
serta bertasbihlah dengan memuji Allah mu pagi dan petang". Kata
Allah Ta'ala : "Min ta ampunlah untuk dosamu dan untuk dosa orang
yang Mu'min laki-laki dan perempuan". Firman Allah pula : " M i n t a
ampunlah kamu semua kepada Al lah , sebab Allah itu pengampun dan
penyayang".
D i lain tempat dalam Al-Qur 'an Allah berfirman : "Bagi mereka
yang taqwa kepada Allah , disediakan surga yang di bawahnya menga-
lir sungai-sungai yang bening airnya dan yang di dalamnya ada
isteri-isteri yang suci dan rahmat Allah yang berlimpah-limpah, sebab
Allah akan membalas amal ibadahnya. Persediaan itu ialah untuk me
reka yang berkata : " O Allah kami, semua kami percaya akan Dikau,
ampunilah segala dosa kami dan hindarkanlah kami dibandingkan azab-
azab neraka. Mereka itulah orang-orang yang sabar, orang-orang yang
benar, orang-orang yang takwa, orang-orang yang suka bersedekah dan
orang-orang yang meminta ampunan Allah pada malam hari" Jamin-
an Allah bahwa orang-orang yang minta ampun itu tidak akan disiksa
284
kelak kemudiannya, ternyata dari firman-Nya, yang artinya demikian :
"Tidaklah Allah akan mengazab mereka yang selalu ada di samping-
mu (ya Muhammad) begitu juga Allah tidak akan mengazab mereka
yang meminta ampun kepada-Nya".
"Mereka yang telah terlanjur berbuat jahat atau berbuat zalim ke
pada dirinya, kemudian akan teringat kepada Allah lalu minta ampun
kepada-Nya atas segala dosanya. Siapakah yang dapat lebih mengam-
puni kecuali Al lah , dan dengan demikian mereka tidak akan berbuat
kejahatan lagi, sebab mereka takut". "Dan barang siapa berbuat se-
suatunya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah , ia akan mem
peroleh dibandingkan Allah itu ampunan dan kasih sayang".
Dalam sejarah Nabi-Nabi pun kita dapati anjuran kepada Allah .
Nabi Nuh berkata : " H a i , kaumku! Minta ampunlah kamu kepada Tu
hanmu dan bertaubatlah engkau kepada-Nya".
Tidak terbilang banyak Hadis yang menunjukkan fadilat istighfar.
Di antaranya yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah, kata
nya : "Saya dengar Rasulullah berkata : Demi Allah saya selalu minta
ampun dan bertaubat kepada Allah pada tiap-tiap hari lebih banyak
dari tujuh puluh k a l i " .
Sebuah Hadis, yang diriwayatkan dari Ibn Abbas oleh Abu Daud
dan Ibn Majah berbunyi : "Barang siapa yang membiasakan istighfar,
niscaya Allah selalu menunjukkan kepadanya jalan keluar dari tiap-
tiap kepicikan dan kelapangan dari tiap-tiap kesusahan dan memberi
kan dia rezeki yang tidak terbatas".
Apa adakah macamnya dosa yang tidak diampuni Allah ? Allah
tidak mengampuni dosa mereka yang berbuat syirk kepada-Nya, namun
mengampuni semua dosa yang lain dibandingkan itu.
Sebuah Hadis Qudsi yang diriwayatkan dari Anas oleh Tarmizi
berbunyi : "Telah berkata Allah Ta'ala : Hai anak Adam ketahuilah
bahwa apa yang kau pinta dan kau harapkan Adam pada-Ku K u -
ampuni semuanya. Hai anak Adam, jika dosamu memenuhi langit se-
kalipun, kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku, pun K u -
ampuni semuanya. Hai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku
dengan dosa dan kesalahan, namun engkau tidak mempersekutukan A k u
dengan sesuatu, A k u akan menyongsong Dikau dengan ampunan se-
besar bumi pula ."
285
13. TAHLIL DAN H A I H A L A H .
Tahlil yaitu mengucapkan kata-kata yang tertentu, yang berbunyi
la ilaba illallah, artinya tidak ada Allah melainkan Allah.
Kalimat ini penting sekali artinya dalam agama Islam, sebab men
jadi salah satu rukunnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa rukun Islam
itu terdiri dari lima kewajiban, yaitu : pertama mengucap kalimah sya
hadat, kedua mengerjakan sembahyang, ketiga berpuasa dalam bulan
Ramadhan, keempat memberi zakat dibandingkan harta bendanya yang su
dah sampai jumlah penaksiran yang ditentukan (nisab) dan kelima per
gi mengerjakan ibadah haji ke Mekkah jika ada kesanggupan.
Jadi mengucapkan kalimat syahadat ini termasuk kewajiban yang
pertama, jika seseorang hendak memeluk agama Islam atau hendak di
akui sebagai orang Islam. Pengakuan untuk memeluk agama Islam itu
sebenarnya terdiri dari dua kalimat, yang biasa disebut syahadat tauhid
dan syahadat Rasul, pertama berbunyi : asyhadu an la Uaha illallah,
artinya saya mengaku tidak ada Allah melainkan Al lah , yang kedua
berbunyi : asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, artinya saya meng
aku bahwa Muhammad itu pesuruh Allah.
Jika la ilaha illallah itu disebut sendiri, maka biasanya ia dinama
kan kalimah tauhid, kalimah ikhlas, kalimah taqwa atau kalimah thai-
bah, dan menjadi suatu amalan yang terpuji di dalam Islam.
Mengucapkan kalimah itu dengan niat hendak beramal kepada Tu
han disebutkan bertahlil, yang artinya mengakui bahwa Allah SWT ber-
kuasa sendiri dan tidak menghendaki kepada pertolongan dari siapa
pun, Ia suci dan terkaya. Biasanya orang mengartikan la ilaha illah itu :
tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah sendiri. Ternyatalah
bahwa pada kalimat yang penting inilah berputar keimanan dan ke-
Islaman seseorang dan oleh sebab itu sangat penting kedudukannya
dalam keyakinan kaum Muslimin. Kalimat ini ada dalam Al-Qur
'an, kalimat ini ada dalam Hadis-Hadis, kalimat ini ada da
lam segala ibadat pada waktu mengerjakan haji, pada waktu mengerja
kan sembahyang dalam semua macamnya, pada waktu mengerjakan
puasa dan dalam segala macam do'a dalam azan dan qamat, ia tertulis
dengan indah dan megahnya di sekitar kiswah Ka'bah, di atas bendera
dan panji-panji kaum Muslimin, pada mihrab mesjid-mesjid dan lang-
gar, di depan pintu atau di dalam rumah orang Islam berupa pigura
286
yang digemari dsb.
Tidak heran bahwa hal yang demikian terjadi sebab kalimat inilah
pangkal perjuangan yang pertama dari Islam dan tugas yang pertama
dari Junjungan kita Nabi Muhammad saw datang di Mekah.
Dengan kalimat ini Islam sudah mengadakan revolusi, mengada
kan suatu susunan dan kehidupan baru bagi ummat Arab khususnya
dan bagi ummat manusia umumnya. Dengan kalimat ini mereka me-
nyusun ummat dan membangun negara. Dengan kalimat ini Islam
membasmi berhala dan kemusyrikan, menghilangkan rasa ta'assub ber-
suku-suku dan berpartai. Dengan kalimat ini pula ia menggerakkan
amal ibadat yang tidak terhingga.
Banyak sekali firman Allah dalam Al-Qur 'an dan sabda-sabda
Nabi dalam Hadis-Hadis, yang menunjukkan kelebihan mengucapkan
kalimat ini, dengan rasa hati yang tunduk pada pengakuan di dalam
nya. Di antara lain-lain yang diriwayatkan oleh Ibn Majah sabda Nabi
sebagai berikut : "Perbaharuilah iman kamu dengan ucapan la ilaha
i l lal lah". Dalam sebuah Hadis yang lain dari Ibn Majah diterangkan
bahwa Nabi pernah berkata : "Sebaik-baik zikir yaitu mengucapkan
la ilaha illallah dan sebaik-baik do'a mengucapkan alhamdu l i l l ah" .
Muslim menerangkan bahwa Rasulullah berkata : "Ucapan yang paling
disukai Allah ada empat macam : subhanallah, alhamdu lillah, la ilaha
illallah dan allahu Akba r " . Ibn Abid Dunya menyampaikan sebuah
Hadis Nabi sebagai berikut : "Barang siapa bertahlil seratus kali, ber-
tasbih seratus kali dan bertakbir seratus kali pula, ia akan beroleh ke
bajikan sebagai memerdekakan sepuluh orang budak dan menyembelih
enam ekor unta untuk disedekahkan kepada fakir miskin".
14. SELAWAT DAN S A L A M .
Yang dimaksud dengan selawat ialah membaca selawat dan salam
kepada Rasulullah, yang tersimpan dalam lafad-lafad tertentu, sebab
berselawat kepada Nabi itu termasuk amal ibadat yang diberi pahala
dan ganjaran oleh Allah kepada mereka yang mengerjakannya.
Allah berfirman di dalam Al-Qur 'an : "Bahwasanya Allah dan
Malaikatnya mengucapkan selawat atas Nabi. Wahai orang yang ber
iman berselawatlah dan salamlah kamu sebanyak-banyaknya".
287
Ibn Kasir berkata, bahwa maksud ayat-ayat Qur'an ini ialah mene
rangkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan tempat
hamba-Nya dan Nabi-Nya ada di tingkat yang tertinggi (malail a'la)
dan bahwa ia dipuji oleh Malaikat dan Malaikat berselawat kepadanya,
kemudian Allah menyuruh isi alam dunia ini berbuat demikian pula
dengan memperbanyak selawat dan salam atasnya, agar terkumpullah
puji dan sanjungan itu atasnya dibandingkan isi kedua alam, alam di atas
dan alam di bawah.
Menurut yang diriwayatkan oleh Tarmizi, dibandingkan As-Sufyan As-
Sauri, arti selawat Allah itu ialah pemberian rahmat dan arti selawat
Malaikat itu ialah permintaan ampun.
Banyak sekali Hadis-Hadis yang menerangkan kelebihan-kelebihan
orang yang berselawat kepada Nabi itu dan ganjaran-ganjaran yang
diperolehnya.
Sebuah dibandingkan nya, ialah Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim
dari Abu Hurairah, berbunyi: "Barang siapa berselawat barang sekali,
Allah akan menuiisi baginya sepuluh kebajikan dan Hadis yang di
riwayatkan oleh Ahmad dan Hakim dibandingkan Abdurrahman bin Auf
menerangkan bahwa pada suatu kali Jibrail datang kepada Nabi berka
ta : "Bukankah sudah kusampaikan kepadamu bahwa Allah Allah
berkata : barang siapa berselawat kepadamu niscaya Aku berselawat
pula kepadanya dan barang siapa bersalam kepadamu, niscaya Aku
bersalam pula kepadanya". Hadis-hadis yang semacam ini sangat ba
nyak, di antaranya disebutkan dalam kitab Tuhfatuz Zakirim, karang
an Imam Syaukani (Mesir, 1350 H.), yang tidak perlu semuanya di-
ulang di sini. namun sekedar untuk menerangkan fadhilatnya kami
ulang beberapa buah di sini.
1. Hadis Abu Daud, Tarmizi dan Ibn Hibban dari Ibn Mas'ud.
Nabi berkata : "Sebaik-baik manusia beserta aku di hari kiamat ialah
mereka yang memperbanyak selawat kepadaku".
2. Kata Nabi : "Jangan kamu jadikan kuburanku tempat berhari
raya, berselawatlah engkau kepadaku, sebab selawatmu itu akan sam
pai kepadaku, di manapun saja engkau berada (Abu Daud — Abu
Hurairah).
288
3. Sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tarmizi dan
Ibn Hibban dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah pernah
berkata : "Tiap kumpulan manusia yang tidak menyebut Allah dan
berselawat kepada Nabinya akan mengalami kekurangan di hari kemu
dian meskipun mereka dengan amal-amal yang lain akan masuk surga
juga".
4. Nasai dan Tabrani meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah
be.kata : "Barang siapa mendengar disebut namaku maka hendaklah ia
berselawat kepadaku".
Taslimah artinya mengucapkan selamat, mengucapkan salam ba-
hagia. Oleh sebab itu Taslimah itu yaitu perlambang yang pen
ting bagi orang Islam. Perkataan Islam sendiri terambil dari kata-kata
salima, yang artinya selamat, dan aslama, yang artinya menyerahkan
diri kepada Allah dalam segala keadaan. Oleh sebab itu Rasulullah
mengatakan, bahwa Muslim itu ialah orang yang menyelamatkan orang
lain dari lidah dan tangannya. Ucapan salam orang Islam, yang berbu
nyi : "Assalamu'alaikum!" "Sejahteralah atasmu" menunjukkan, bah
wa orang Islam itu berniat damai dan cinta damai dengan siapa pun
juga. Rasulullah berkata, bahwa di antara kewajiban orang Islam ialah
mengucap salam kepada teman seagama, memperkenankan undangan
apabila ia diminta datang, bertahmid apabila ia bersin, menziarahi ke
pada orang sakit, melawat apabila ia mati, jujur apabila ia melakukan
pembahagian, memberi nasehat apabila ia diminta, menjaga rumah dan
keluarganya apabila saudara seagama bepergian, mencintai apa yang
dicintainya, membenci apabila yang dibencinya.
Oleh sebab itu kita dapati Taslim ini diucapkan orang Islam pada
segala tempat, pada waktu pertemuan, pada waktu memulai khutbah,
pada waktu masuk rumah, pada waktu menyudahi sembahyang, pada
waktu berselawat kepada Nabi, dan pada waktu berdo'a lain-lain.
Yang dimaksud dengan Taslim ialah membaca asalamu alaikum
atau asalamu alaikum, yang artinya sejahteralah atas engkau atau sela
mat sejahteralah kepadamu sekalian. Dalam Tasyahhud diucapkan un
tuk Nabi-Nabi" , moga-moga rahmat dan berkat Allah melimpah atas
mu, selamat sejahteralah atas kami semua dan atas semua hamba Allah
yang salih-salih". Sebagaimana kita ketahui sembahyang pun ditutup
dengan salam, pertemuan antara orang Islam dengan orang Islam di-
289
mulai dengan salam dan disudahi dengan salam, yang datang memberi
salam kepada yang duduk, anak-anak dibiasakan memberi salam ke
pada orang tua.
Di antara do'a sesudah sembahyang, yang sangat dianjurkan oleh
Rasulullah sesudah istighfar dan sebelum tasbih, tahmid, dan takbir,
ialah : "Allahuma antas salam, wa minkas salam, tabaraksa ya zal ja-
lali wal ikram", yang artinya : "Wahai Allah , Engkaulah pangkal ke-
selamatan, dibandingkan -Mulah datang keselamatan, turunkanlah berkat-
M u , wahai Allah yang kuasa dan pemurah" (Muslim-Sauban).
Selawat kepada Nabi biasanya diiringi dengan Taslim. Misalnya :
Allahuma Salli wasallim alla Muhammad, artinya, ya Allah ku turun
kanlah rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad.
Dalam Qur'an disebutkan : "Apabi la seseorang memberi salam
kepadamu, maka hendaklah engkau membalas salam itu dengan kehor
matan yang lebih baik atau dengan yang sama!" Dalam sebuah Hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Umamah, Rasulullah me
nerangkan : "Orang yang lebih dahulu memulai dengan ucapan salam,
dialah yang baik dalam pandangan Allah ". Disunatkan memberi sa
lam juga kepada orang-orang yang sudah mati, apabila kita melalui
kuburan orang-orang Islam itu.
Kemudian Rasulullah menerangkan, bahwa orang yang membalas
salam orang lain, mendapat pahala, orang yang tidak menjawab salam
orang Islam yang lain, maka ia tidak termasuk pengikut Nabi Muham
mad (Ibn Sunni) dan Nabi pernah berkata : "Kewajiban seorang Islam
terhadap orang Islam yang lain ada lima, pertama membalas salam,
kedua menziarahi orang sakit, ketiga turut mengantarkan jenazah, ke
empat memenuhi undangan, dan kelima mengucapkan tahmid pada
waktu orang bersin". (Abu Hurairah).
15. T A S B I H .
Yang dimaksudkan dengan membaca tasbih ialah mengucapkan
kata-kata subhanalah, artinya maha suci Allah dan mengingat serta
menujukan seluruh keyakinan kepada mempersucikan Allah itu. Ba
nyak macam kalimat-kalimat tasbih yang dipergunakan untuk itu dan
290
kalimat-kalimat ini diucapkan, baik di dalam sembahyang maupun di
luarnya.
Banyak ayat-ayat Qur'an dan Hadis yang menunjukkan kebesaran
nama ucapan tasbih itu.
Di antara lain-lain dalam Al-Qur'an kita dapati bahwa semua yang
ada di cakrawala bertasbih kepada Allah (Yasin, 40, Anbia, 21), se
mua yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah (Kasyar,
1) dsb.
Dalam Hadis kita bertemu dengan sebuah riwayat dari Bukhari,
Muslim dan Tarmizi yang menerangkan bahwa Abu Hurairah pernah
menceriterakan Rasulullah ada berkata sebagai berikut. Sabdanya :
"Ada dua buah kalimat yang ringan sekali diucapkan oleh lidah, namun
berat sekali nilainya dalam timbangan, sebab ia menimbulkan dua
ruas cinta kepada Allah yang maha pengasih, yaitu lafad subhanallah
wa bihamdhihi, subhanallah al-azim".
Sebuah lagi ceritera dibandingkan Abu Hurairah yang menerangkan
bahwa Nabi saw berkata, bahwa subhanallah, alhamdulillah dan la ilahi
ilallah wal lahu akbar lebih aku cintai dan gemari dibandingkan terbitnya
matahari (riwayat Bukhari, Muslim dan Tarmizi).
Dalam pada itu Abu Zar menceriterakan bahwa Rasululah pernah
berkata : "Tidak pernahkah aku mencerite akan kepadamu perkataan
apa yang dicintai dan digemari Allah?" Abu Zar menjawab : " Y a , Ra
sulullah. Ceriterakanlah itu kepadaku!" Maka katanya : "Adapun per
kataan yang dicintai dan digemari Allah ita ialah subhanallah wa bi-
hamdihi", Diriwayatkan oleh Muslim dan Tarmizi, yang dimaksud de
ngan perkataan yang disukai dan digemari Allah itu ialah perkataan
yang telah dipilih Allah untuk Malaikat-Malaikat-Nya untuk dipergu
nakan dalam mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah , ya
itu : subhana rabbi wa bihamdihi.
Sebuah Hadis lagi dari Jabir r.a. menerangkan bahwa Nabi saw
pernah berkata, barang siapa mengucapkan subhanallah al-azim wa
bihamdihi, untuknya akan ditanam pohon kurma dalam surga", yang
meriwayatkan Hadis itu dan menyatakan baiknya ialah Tarmizi.
Abu Said menerangkan bahwa Nabi pernah menyuruh memper
banyak amal-amal saleh yang lain. Tatkala ditanya kepadanya, apakah
291
yang dimaksud dengan amal-amal saleh yang lairi itu, maka Rasulullah
menjawab : "Memperbanyak takbir, tahlil, tasbih, tahmid, dan lahaula
wala quwata illa bi l lah". Diriwayatkan oleh Nisai dan Hakim.
Sebuah Hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah saw berbunyi se
bagai berikut. Nabi menceriterakan : " A k u bertemu dengan Nabi Ibra
him pada malam Isra' ." Ia berkata kepada : " Y a , Muhammad! Sam-
paikanlah salamku kepada ummatmu dan ceriterakanlah kepadanya
bahwa surga itu yaitu suatu tempat yang subur sekali tanahnya, air
nya nyaman dan tanahnya sangat luas. Sebagai alat untuk menanami-
nya ialah bacaan subhanallah, walhamdu lillah, wala ilaha illallah wal-
lahu akbar". Diriwayatkan oleh Tarmizi dan Tabrani yang dalam riwa-
yatnya menambah wala haula wala quwata illa billah.
Imam Muslim pun ada menceriterakan bahwa Nabi saw ada ber
kata : " A d a empat macam perkataan yang amat digemari dan dicintai
Allah dan dapat mencegah segala macam malapetaka, yaitu perkataan :
subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar".
Demikian beberapa Hadis yang menunjukkan kebesaran amal
mengucapkan tasbih kepada Allah .
Maka oleh sebab itu orang-orang yang saleh tidak pernah melupa-
kan sebagai wirid sesudah sembahyang lima waktu serta menghitung
banyaknya dengan jari-jari tangan, sebab jari-jari itu pun kelak akan
ditanya sebagai saksi dan berbicara sebagai saksi.
Sebuah Hadis dari wanita Busairah r.a. berkata bahwa Rasulullah
pernah menganjurkan kepada wanita-wanita, katanya : "Hendaklah
kamu memperbanyak tasbih, tahlil dan takbir, dan jangan kamu melu-
pakan akan sekaliannya itu sebab sama keadaanmu dengan melupa-
kan rahmat Allah . Hitunglah bacaanmu itu dengan anak jarimu, kare
na anak jarimu itu kelak akan ditanya dan berbicara di hadapan Allah
mengenai amalanmu". Hadis yang sahih sanadnya ini diriwayatkan
oleh pengarang Sunan dan Hakim.
16. TAHMID, H A M D A L A H DAN TAKBIR.
Mengucapkan alhamdu lillah dalam segala bentuk dan susunan
kalimatnya biasa disebut dengan istilah hamdalah atau tahmid.
292
Banyak macam do'a yang dimulai dengan hamdalah, dengan me
ngucapkan lebih dahulu puji-pujian dan sanjungan kepada Allah. Ti
dak saja do'a namun banyak pekerjaan agama yang lain, yang sebaiknya
dimulai dengan hamdalah atau tahmid itu, seperti khutbah, berpidato,
mengarang, sesudah makan dan minum, sesudah meminang perempuan
dan akad nikah, mengajar dan sesudah bersin, sesudah keluar dari ka-
mar kecil, apalagi berdo'a, mengemukakan sesuatu permohonan kepa
da Allah , sesuai dengan Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
bahwa Nabi saw pernah berkata : "Tiap urusan penting jika tidak di
mulai dengan alhamdulilah, maka urusan itu akan tidak sempurna".
Banyak ayat Qur'an yang menunjukkan kepentingan bertahmid
ini, yang biasa diucapkan orang bersama dengan syukur (tasyakkur).
Di antara lain-lain firman-Nya : "Katakanlah segala puji itu bagi Allah
dan kesejahteraan untuk hamba-Nya yang terpilih" (Qur'an).
"Dan katakanlah segala puji itu bagi Allah, yang tidak beranak
dan tidak ada tandingan baginya dalam kekuasaan dan bertakbirlah
baginya sebanyak-banyaknya takbir" (Qur'an).
Oleh sebab itu banyaklah ada lafad tahmid ini dalam berba-
gai bentuk do'a, baik ia didahului dengan mengucapkan bismillah hir-
rahman nirrahim (basmalah), maupun tidak, baik disusul lafad tasyak
kur atau selawat dan salam kepada Nabi dan kepada keluarganya.
Jika khutbah Jum'at biasa dimulai dengan hamdalah maka khut
bah kedua hari raya puasa dan haji biasa dimulai dengan takbir. Takbir
ialah mengucapkan Allahu Akbar.
17. TILAWAT.
Tilawat artinya membaca Qur'an atau beberapa ayat dari Qur'an,
sebab Qur'an itu pun yaitu do'a, bahkan di dalam Qur'an ba
nyak ada ayat-ayatnya yang tersusun dibandingkan do'a Nabi-Nabi,
yang penting dan dalam arti yang tak dapat ditiru susunannya.
Hampir segala macam do'a untuk segala macam keperluannya ter
dapat di dalam Qur'an, untuk meneguhkan iman, untuk meminta am
pun dosa, untuk memohon kemudahan rezeki dan terlepas dari sesuatu
293
kesukaran, meminta keamanan dan kesejahteraan, meminta sembuh
dari penyakit dsb.
Oleh sebab itu tilawat Qur'an dinamakan seadfal-adfal zikir, do'a
yang lebih utama dari segala do'a.
Allah sendiri berkata dalam Al-Qur 'an : "Mereka yang membaca
Qur'an, mengerjakan sembahyang dan memberi sedekah, baik secara
diam-diam, yaitu perniagaan yang tak habis-habisnya, akan diberikan
kepada mereka itu pahala serta ditambah dengan kerelaan Al lah , serta
ditambah lagi dengan kelebihan rahmat Al lah , bahkan Allah maha pe
ngampun dan maha penyayang" (Qur'an X X X V : 29).
Pada lain kesempatan Allah berfirman : "Mereka itu membaca
ayat-ayat Qur'an pada waktu tengah malam, mereka itu sujud terhadap
Allah , mereka itu percaya adanya Allah dan hari kesudahan, mereka
itu menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jahat dan mereka itu
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Mereka yang berbuat demi
kian itu yaitu orang-orang yang beramal saleh" (Qur'an III : 114).
Di antara Hadis-Hadis yang banyak, kita sebutkan sebuah yang
diriwayatkan oleh Abu Nu'aim, sebagai yang ini dalam Syarah
Ihya, sebagai berikut : "Sebaik-baik ibadat ummatku ialah membaca
Qur 'an" .
Memang tilawat Qur'an itu melebihi segala do'a dan ibadat yang
lain. Bukankah hampir dalam segala macam do'a dan ibadat ada
petikan dari ayat-ayat Qur'an. Mempelajari Al-Qur 'an dan mengajar
kan kepada orang lain mendapat pahala, dan kelebihan Qur'an dari se
gala macam ucapan yaitu laksana kelebihan Allah atas segala makh-
luk-Nya (Hadis Tarmizi).
Qur'an diturunkan sebagai obat dan rahmat bagi orang yang ber
iman, ayat-ayatnya pun berisi ilmu dan hikmat, yang jika diperhatikan
dengan teliti dan dijalankan dengan seksama akan membawa manusia
ini kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Maka tidak heran j ika Nabi sangat menganjurkan membaca Qur
'an itu pada semua kesempatan. Ia berkata : "Qur 'an itu lebih kucintai
dibandingkan langit dan bumi dan manusia-manusia yang ada di dalamnya"
(Hadits A b u Nu'aim). Dan ia menasehatkan : "Bacalah Al-Qur 'an itu
sebab ia akan datang kepadamu di hari kiamat memberi syafa'at bagi
294
yang membacanya".
Sahabat-Sahabat Nabi pada masa dahulu banyak sekali yang
menghafal Al-Qur'an itu sampai tiga puluh juz dan begitu lancar hafal-
nya sehingga ada yang dapat menamatkannya dalam sehari semalam,
bahkan dalam waktu yang lebih singkat lagi. Di antara orang Sufi yang
dapat menamatkan delapan kali sehari semalam, empat kali pada wak
tu malam dan empat kali pada waktu siang ialah Ibn Al-Katib As-Sufi,
dalam pada itu Imam Nawawi menceriterakan bahwa Ahmad Addau-
raqi menamatkan bacaan Qur'an tiga puluh juz antara Lohor dan Asar
dan antara Maghrib dan Isya.
Diceriterakan orang bahwa Sayyidina Usman bin Affan menamat
kan seluruh Al-Qur'an dalam satu raka'at sembahyang, begitu juga Ta-
mim Addari, Said bin Juber, mungkin bukan dibacanya seluruh Qur'an
dalam sa'at yang pendek itu, namun demikian lancar hafalnya, sehingga
mungkin seluruh gambaran isinya kembali dalam pikirannya pada wak
tu ia sembahyang itu.
Qur'an itu hendaklah dibacakan dengan bacaan yang baik, dengan
penuh perhatian, dengan memperhatikan adab-adab pada waktu mem
bacanya, hendaklah, sedapat-dapatnya memperhatikan isi ayat yang
dibacakan.
Mengenai waktu, Qur'an itu boleh dibaca pada sembahyang ketika
pada malam hari atau pada siang hari, waktu berada di tempat atau di
perantauan, dalam sesuatu ibadat atau di luar ibadat, dalam bulan Ra-
madhan atau di luarnya, begitu juga memulainya dan menamatkannya
tidak ditentukan harinya. Segala ini yaitu kelebihan dari Al-Qur'an.
Ada diceriterakan orang bahwa Sayyidina Usman memulai mem
bacanya pada malam Jum'at dan menyudahinya pada malam Kamis.
Ghazali menceriterakan bahwa yang baik bacaan Qur'an itu disudahi
pada siang hari, yang sebaik-baiknya pada waktu sembahyang Subuh.
Selanjutnya meskipun tidak terikat, ada disebutkan orang bebera
pa waktu yang terpilih untuk membaca Al-Qur'an dan memperguna-
kannya sebagai do'a yaitu dalam sembahyang, terutama dalam sembah
yang Maghrib dan Isya dan jika hendak dipilih hari-harinya, maka hari
yang baik untuk membaca Al-Qur'an itu ialah hari Jum'at, hari Senin,
hari Kamis, hari Arafad dan tiap-tiap tanggal sepuluh awal Zul-Hijjah
295
dan sepuluh akhir Ramadhan. Adapun bulan yang baik untuk memba
ca Qur'an satu-satunya ialah bulan Ramadhan.
Jika Qur'an itu dibaca seterusnya, maka ia memiliki cara yang
tersendiri, yang kadang-kadang begitu indah diperbuatnya, sehingga
yaitu suatu upacara, yang biasa disebut di Indonesia dengan kha-
taman.
Yang penting dicatat di sini bahwa do'a yang dikemukakan kepada
Allah itu mustajab. Ada riwayat menerangkan bahwa Allah menu-
runkan rahmat-Nya kepada hamba-Nya pada tiap-tiap khatam Al-Qur
'an.
Hal ini diceriterakan oleh Hamid Al-A'raj, bahwa barang siapa
membaca Qur'an, kemudian ia berdo'a maka do'anya itu akan diamin
kan oleh empat ribu Malaikat, maka hendaklah ia berdo'a dengan baik
untuk kepentingan umum, untuk pekerjaan yang penting, untuk kepen
tingan akhirat, untuk masyarakat, untuk kesejahteraan negara dan pe-
mimpinnya, untuk bertolong-tolongan dan taqwa dan untuk segala pe
kerjaan yang baik. Mengenai surat-surat dan ayat-ayat yang mempu
nyai keistimewaan tertentu akan kita terangkan pada waktunya.
Sebagaimana memperhatikan adab-adab pada waktu berdo'a, hen
daklah diperhatikan dengan sebaik-baiknya pada waktu membaca A l -
Qur'an, sebab memelihara jangan sampai kita berdosa.
Di antara adab membaca Qur'an ialah berwudhu', membacanya
pada tempat yang terhormat, seperti dalam mesjid, menghadap kiblat,
menundukkan kepala, duduk dalam keadaan tenang dan sopan-santun,
membersihkan mulut dan bersiwak, membaca dengan suara yang seder
hana, namun dengan suara yang baik dengan lagu yang indah, memper
hatikan aturan tajwid, jangan bersifat ria, membaca dengan memenuhi
segala bunyi huruf, jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu perla-
han, jangan tertawa, jangan berlengah-lengah dan bermain-main, me
nurut tartil yang baik, memulai dengan ta'awuz, membaca bismilah pa
da tiap-tiap surat, berniat jika bacaan kita itu untuk meiepaskan se
suatu nazar, membaca do'a pada ayat-ayat yang tertentu dan bersujud
tilawah pada tiap-tiap akhir ayat Assajdadah, dan yang lebih penting
lagi ialah bahwa membaca Qur'an itu hendaklah disertai dengan rasa
sungguh-sungguh menta'ati perintah yang ada di dalamnya, begitu juga
hendaknya kita berjanji pada diri kita bahwa segala peraturan yang ter-
296
sebut dalam Qur'an akan kita kerjakan dengan ta'at. Jika kita memba-
canya dengan penuh khusyu' dan tawadhu' dan dengan penuh ikhlas
dan berharap, akan datanglah sesuatu kepuasan dalam hati kita, ke-
puasan yang mendekatkan diri kita kepada Allah , yang telah pernah
menumpahkan air mata kebanyakan sahabat-sahabat Nabi pada waktu
mengaji Qur'an atau berdo'a dengan ayat-ayat Qur'an itu.
18. FADILAT DAN ADAB MEMBACA AL-QUR'AN.
Bagi kita kaum Muslimin tidak sukar mengetahui, betapa tertarik-
nya jiwa orang Islam kepada Al-Qur 'an dan betapa besar kehormatan
mereka itu terhadap Kitab Suci itu. Dalam pergaulan sehari-hari pun
dapat dilihat penghargaan itu. Hampir tiap-tiap rumah orang Islam ada
menyimpan sebuah atau beberapa buah kitab Qur'an, baik untuk diba-
canya pada waktu-waktu yang terpenting, maupun untuk sesuatu ke-
perluan yang ada perhubungannya dengan Al-Qur 'an .
Sudah dikatakan, bahwa Qur'an itu tidak saja dipelajari oleh anak-
anak di madrasah dan di sekolah-sekolah, oleh ulama-ulama untuk di-
selami hukumnya, namun juga oleh tiap Muslimin dibaca di mana-mana
tempat, di rumah, di masjid, dalam pertemuan, di makam-makam dan
di tempat-tempat suci yang lain. Tidak kecuali tempat-tempat yang me
ngutamakan adat-istiadat dan sebagainya. Demikian umpamanya da
lam Kraton Surakarta, pada waktu matahari terbenam, kita dengar
juga bacaan Al-Qur 'an yang dibacakan selalu oleh seorang abdi dalam
kaji isteri yang diwajibkan untuk itu 1).
Keyakinan mendapat pahala dari bacaan Kitab Suci itu mendorong
tiap anak Islam tidak dapat meninggalkan pengajian Al-Qur 'an . Bebe
rapa banyak Hadits yang menerangkan fadilat-fadilat, kelebihan mem
baca Al-Qur 'an , dan pahala-pahala yang akan diperoleh kelak oleh se
seorang Islam sebab membaca Al-Qur 'an itu.
Tidak heran! sebab membaca Al-Qur 'an itu yaitu satu-satunya
amal yang sangat mulia, satu-satunya ibadat dan perbuatan yang di-
1) Dr. CF. Pijper, Fragmenia Islamica, Leiden, 1934.
297
ridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang demikian itu sebab Al-Qur
'an yaitu firman suci yang mengandung banyak petunjuk, memuat
banyak penghibur bagi pendidikan jiwa. Orang Islam yang sesungguh-
nya, merasa pada waktu ia membaca Al-Qur 'an seolah-olah jiwanya
menghadap ke ha'dirat Allah yang Maha Kuasa, menerima amanat dan
hikmat suci, mempersembahkan puji dan bakti kepadanya, ibarat se
orang hamba yang datang menghadap raja, memohonkan Hmpah di-
kurniai, meminta rakhmat dan pertolongan untuk bekal perjuangan
menempuh gelombang hidup.
Oleh sebab itu Imam Ahmad bin Hanbal pernah memperingati :
"Barang siapa hendak bercakap-cakap dengan Allah , hendaklah ia
membaca Qur 'an" .
Sungguh besar buah dan hasil yang akan dipetik diperoleh, di-
kenyam dirasai, manakala Qur'an itu benar-benar dikenyam direnung-
kan isi kandungannya, dengan hati yang suci, dengan fikiran yang te
nang, bening dan jiwa yang tenang, serta diikuti oleh semangat beramal
melaksanakannya apa yang dianjurkan diperintahkan di dalamnya.
Memang kata seorang ahli Qur'an di waktu kita membaca Al-Qur
'an itu, semangat dan jiwa kita terbang membubung ke angkasa, pikir
an melayang ke alam gaib, melayang bersama-sama ke alam suci itu.
Al-Qur 'an yaitu laksana cahaya yang terang-cemerlang dan barang
siapa yang akan mendapat cahaya yang cemerlang itu, tentu merasa
dirinya berhadap-hadapan dengan Allah dalam pembacaan Al-Qur 'an
itu. Alangkah luhur dan tingginya perasaan manusia di saat itu !
sebab penting membaca Al-Qur 'an, maka umat Islam dalam tiap-
tiap sembahyangnya, diperintahkan membaca ayat-ayat Qur'an yang
mudah baginya, sebagaimana ini dalam Qur'an sendiri : "Bacalah
olehmu apa-apa yang mudah dari Qur 'an" (Qur'an I X X I I : 20).
Agaknya dorongan itulah yang menggemarkan umat Islam sejak
dahulu kala membaca Kitab Suci itu. Banyak contoh yang sudah kita
sebutkan, banyak riwayat hidup yang sudah kita bentangkan dari ula
ma-ulama salaf di masa yang lampau, yang di dalamnya kita dapat se
bahagian besar mempergunakan tiap detik hidupnya itu untuk mengha-
fal, membaca dan memahamkan isi Al-Qur 'an.
Sungguh tidak mengherankan kita, kalau kita perhatikan kesung-
298
guhan hati, terutama kegiatan dari ulama-ulama salaf menghafal dan
mendengar Al-Qur 'an. Imam Syafi'i menceriterakan, bahwa beliau
pada suatu hari bertemu dengan Sufyan ibn Uyaynah, yang sedang ber
diri dengan tenang di depan pintu sebuah rumah perguruan. Syafi'i ber
tanya : "Apakah yang menyebabkan tuan berdiri di sini?" Maka Su
fyan menjawab : "Hanya tertarik sebab aku ingin benar mendengar
pembacaan Al-Qur 'an dari mulut pemuda yang sedang mengaji di da
lam perguruan i tu" .
Pada suatu hari Abu Zar bertanya kepada Nabi Muhammad saw
"Dengan nama ayah dan bundamu, berilah akan daku nasehat, ya Ra
sulullah! Nabi menjawab : "Saya wasiati engkau supaya taqwa kepada
Allah , sebab itulah pokok segala pekerjaanmu".
Katanya pula : "Tambahlah dengan yang lain lagi!"
Sabda Nabi : "Hendaklah engkau membaca Al-Qur 'an dan meng
ingat sebanyak-banyaknya akan Al lah , supaya engkau tidak dilupa-
kan" .
Bagaimana Nabi tidak menegaskan demikian kalau beliau sendiri
berkeyakinan begitu. Qur'an itu pedoman hidupnya, perjuangan dan
akhlaknya. Qur'an itu diajarkan kepadanya dan Qur'an itu pula yang
diajarkan olehnya kepada orang lain. Dengan Qur'an itu beliau hidup
dan dengan Qur'an itu pula beliau wafat. Adakah nasehat lain yang
berfaedah dibandingkan itu akan disampaikannya ?
Kepada A b u Zar dikatakan begitu, kepada Abu Hurairah pun de
mikian : " H a i , Abu Hurairah! Hendaklah engkau belajar Al-Qur 'an
dan mengajarkan dia kepada manusia, dan hendaklah pekerjaan itu
engkau teruskan sampai waktu engkau kelak meiepaskan nafas yang
penghabisan. Dengan demikian pada waktu engkau mati, Malaikat akan
mengunjungi kuburanmu, secara berduyun-duyun seperti orang-orang
Islam berduyun-duyun pergi naik H a j i " . Memang Qur'an itu yaitu
jiwa kaum Muslimin, pokok perjuangan dalam arti kata yang seluas-
luasnya, dan keadaan orang Islam yang berpegang teguh kepada Qur
'an dan membaca pada tiap waktu, dikatakan " L i w a ' u l Islam", yaitu
panji-panji Islam, dan Hadits mengatakan, bahwa barang siapa yang
memuliakan orang yang demikian itu, akan dimuliakan Al lah , dan ba
rang siapa yang menghinakan kepadanya, akan dihinakan pula ia.
299
Dalam kitab-kitab agama kita dapati fasal-fasal yang khusus mem-
bicarakan ayat-ayat Qur'an dan Hadits-Hadits yang berkenaan dengan
fadilat-fadilat, pahala-pahala dan adab-adab membaca Al-Qur 'an. Pa
da waktu-waktu yang akhir ini , terutama dalam mashaf-mashaf pener-
bitan India dan Mesir, ditulis orang keringkasan dari uraian itu. Di an
tara adab-adab itu misalnya dikatakan, bahwa pada waktu membawa
Qur'an itu hendaklah diletakkan di atas kepala atau dipegang dengan
tangan kanan dan diletakkan pada dada. Selanjutnya dianjurkan, supa
ya pembacaan Al-Qur 'an itu didahului dengan do'a, seperti : " O , Tu
hanku! Bukakan apalah kiranya hikmat-Mu dan taburkanlah rahmat
dari khazanah-Mu itu kepada kami, o, Allah yang Maha Pengasih lagi
Penyayang". Kemudian dijunjung Al-Qur 'an itu lalu dicium dan baru-
lah dibaca, didahului hendaknya pembacaan Al-Qur 'an itu dengan ta'-
awwuz 1) dan bismillah 2).
Begitu juga dianjurkan dalam keringkasan itu kepada guru-guru
kaji, supaya menjaga murid-muridnya mengambil sikap yang tenang,
tidak bermain-main, penuh rasa ta'zim dan takrim waktu membaca A l -
Qur'an. Tidak lupa guru-guru itu memerintahkan kepada murid-murid
nya yang sudah berumur lebih dari tujuh tahun mengambil air sembah
yang lebih dahulu ketika hendak memegang Al-Qur 'an. Begitu juga gu
ru-guru itu selalu menyuruh kepada murid-muridnya, tiap-tiap habis
mengaji, menyimpan Kitab Suci itu pada tempat yang tinggi lagi bersih.
Dalam petunjuk itu dibicarakan di antara lain-lain pahala-pahala
yang diperoleh orang membaca Al-Qur 'an. Sayyidina ' A l i mengatakan,
bahwa tiap-tiap orang membaca Qur'an dalam sembahyangnya, ia akan
mendapat pahala bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya lima puluh
kebajikan, sedang bacaan Qur'an di luar sembahyang dengan berair
sembahyang pahalanya hanya dua puluh lima kebajikan. Dalam pada
itu orang yang membaca Al-Qur 'an dengan tidak berair sembahyang
hanya mendapat pahala sepuluh kebajikan saja. Demikian diperjelas
beberapa Hadits di antara lain-lain, yang maksudnya, barang siapa
yang ingin hidup dalam bahagia dan mati sebagai syuhada', selamat
1) Yaitu : A 'uzu billahi minassy-syaithanir-rajim = saya berlindung dengan Allah dari
pada setan-setan yang dirajam.
2) Yaitu : Bismillahir-rahmani-rahim = Dengan nama Allah yang Pengasih dan Penya
yang.
300
di padang Mashyar dan mendapat perlindungan pada hari Qiyamat,
ingin mendapat petunjuk pada waktu sesat, hendaklah ia membaca A l -
Qur'an, sebab Al-Qur 'an itu pendinding mereka dari godaan setan.
Ada Hadits yang menggambarkan hidup kemudian hari dari orang-
orang yang gemar membaca Al-Qur 'an dengan bermacam-macam ke
megahan, namun sebaliknya pun banyak pula Hadits-Hadits yang mem
beri gambaran yang sangat suram menyeramkan bulu roma kekecewa-
an yang amat sangat bagi mereka, yang tidak atau yang tidak suka
membaca Al-Qur 'an. Digambarkan kemewahan hidup dalam sorga,
dengan kesenangan yang berlimpah-limpah, kebesaran yang tidak ter-
hingga, dengan tempat tinggal dan pemandangan yang indah-indah,
dengan taman seloka yang elok permai, dikeliling handai-tolan yang
penuh cinta dan kasih sayang, semuanya disediakan bagi mereka yang
gemar membaca ayat-ayat suci Allah itu dan mengambil ibarat dari
padanya untuk tuntutan hidup.
Sungguh tidak heran, sebab Qur'an menceriterakan, bagaimana
keadaan orang-orang yang mu'min itu tatkala mendengar bacaan A l -
Qur'an itu. "Orang-orang yang sebenarnya mu'min ialah mereka yang
gemetar hatinya, apabila disebut di depannya nama Allah , dan ber
tambah teguh imannya, apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Tu
han" (Qur'an VIII : 2).
Inilah agaknya yang menyebabkan Nabi mengatakan : "Barang
siapa yang dalam hatinya tidak ada sedikit dari Al-Qur 'an yaitu
orang itu seperti perumahan yang runtuh" (Hadits Tarmizi). Hadits ini
menegaskan bahwa ketenteraman dan kesempurnaan sesuatu perkara
itu ditimbang dan diukur dengan neraca Al-Qur 'an.
Hampir empat belas abad Al-Qur 'an itu terpelihara kesuciannya,
tidak dirusakkan tidak disinggung, tidak dicampuri tangan manusia.
D i antara kandungan isinya yang sangat penting dan berharga ialah
gambaran sejarah dan riwayat umat-umat purbakala, bahkan umat-
umat yang akan datang. Sejarah yang digambarkan itu bukan dongeng,
namun keputusan Allah , menjadi petunjuk dan tuntunan suci bagi ma
nusia, supaya dapat mengambil pelajaran dan ibarat.
Ketahuilah demikianlah nasehat seorang alim 1) bahwa Al-Qur 'an
1) K.H.M. Matuur dalam Siaran Majelis Tabdigh P.B. Muhammadiyah, Wigatos Saha
utamaning maos Al-Qur'an.
301
itu yaitu tali Al lah , tempat umat Islam berpegang dan Qur'an itu pu-
lalah sumber ilmu pengetahuan yang tak habis dan tak kering-kering.
Dengan neraca Al-Qur'anlah kita akan dapat mengukur sampai ke ma
na dalamnya ilmu seseorang A l i m . Dan kita umat Islam hendaklah se
nantiasa berbudikan Al-Qur 'an. Hendaklah Al-Qur 'an itu kita jadikan
pengukur kelakuan kita bersama.
Rasulullah telah menyatakan dalam sebuah Hadits martabat orang
yang membaca Qur'an. Demikian maksudnya : "Orang mu'min yang
membaca Qur'an itu yaitu seperti bunga utrujah, baunya harum dan
rasa lezat, akan namun orang mu'min yang tidak suka membaca Qur'an
yaitu seperti buah kurma, manis rasanya namun tidak semarak baunya.
Orang munafiq yang suka membaca Qur'an yaitu sepantun bunga
saja, baunya harum rasanya pahit, akan namun orang munafiq yang ti
dak suka membaca Qur'an yaitu seperti buah peris, tidak berbau dan
rasanya pun pahit pula" (Hadits Muttafaq'alaih).
Demikian gambar martabat pembaca Al-Qur 'an yang diberikan
oleh Rasulullah. Memang Qur'an itu yaitu mu'jizat, yaitu wahyu
yang besar kekuasaannya. Makin banyak diulang membacanya bukan
makin menjemu membosankan, akan namun makin meresap menyerap
ke dalam jiwa. Terutama kalau dibacakan oleh qari' yang fasih dan
mahir, dengan suaranya yang beralun berirama, membuai mengayun
kan sumsum, pasti akan dapat menarik semangat dan jiwa ke alam
gaib, mencahari teratak ketenangan, mencari suluh penglipur lara.
Akhirnya sebagai gambaran, betapa kecintaan Junjungan kita, Nabi
Muhammad saw sendiri kepada Qur'an, ternyata dari sebuah Hadits
Ibn Mas'ud : " H a i , Ibn Mas'ud, bacakanlah kepadaku Qur 'an" . Kata
Ibn Mas'ud : " A k a n kubacakan bagimu Qur'an, ya Rasulullah? Bu
kankah Qur'an itu diturunkan kepadamu?" Ujar Nabi : " A k u rindu
mendengarkan bacaan Qur'an itu dari orang l a in" . Kemudian lalu di
bacakan oleh Ibn Mas'ud sampai kepada akhir ayat dari Surat Nisa ' .
Tatkala bacaan Ibn Mas'ud sampai kepada akhir ayat rupanya detik
yang sangat mengharukan jiwa Nabi, lalu beliau berkata : "Hasbukal-
lah!" "Cukuplah sekian". Ibn Mas'ud melihat Rasulullah menunduk-
kan kepalanya dan menumpahkan air matanya (Hadits Bukhari dan
Muslim).
302
XI
MA CA M-MA CA M TAREKAT
DAN TOKOHNYA
f. T A R E K A T - T A R E K A T YANG DIAKUI KEBENARANNYA.
Tarekat-tarekat itu banyak sekali, ada tarekat-tarekat yang meru
pakan induk, diciptakan oleh tokoh-tokoh tasawwuf 'Aqidah, dan ada
tarekat-tarekat yang yaitu perpecahan dibandingkan tarekat induk itu,
sudah dipengaruhi oleh pendapat Syeikh-Syeikh tarekat yang meng
amalkan di belakangnya atau oleh keadaan setempat, keadaan bangsa
yang menganut tarekat-tarekat itu. Bany