Kisah pararasul 7

Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 7. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Kisah pararasul 7



 han di-

perbaiki dan rasa tidak puas diatasi), agama pun semakin diku-

kuhkan (ay. 7).  

1. Firman Tuhan  makin tersebar. Sekarang, setelah para rasul ber-

ketetapan untuk lebih memusatkan diri pada pemberitaan fir-

man, Injil pun makin tersebar jauh dan berkuasa. Para pela-

yan Tuhan yang membebaskan diri dari pekerjaan sekuler dan 

membaktikan diri sepenuhnya pada pekerjaan mereka dengan 

penuh semangat, akan menjadi sarana yang sangat membantu 

keberhasilan Injil. 

2.  Orang-orang Kristen semakin banyak: jumlah murid di Yerusa-

lem makin bertambah banyak.  saat  Kristus masih hidup di 

bumi, pelayanan-Nya paling sedikit membuahkan hasil di Ye-

rusalem. Namun, sekarang kota itu justru menghasilkan pa-

ling banyak orang yang bertobat. Tuhan  memiliki umat sisa-Nya 

bahkan di tempat-tempat yang paling buruk sekalipun. 

3. Sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. Saat itu-

lah firman dan anugerah Tuhan  luar biasa berjayanya  saat 

Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15 

 237 

orang-orang yang paling tidak terduga digerakkan hatinya, 

seperti para imam ini, yang tadinya menentang Injil atau seti-

daknya berhubungan dengan mereka yang menentangnya. 

Para imam yang diangkat berdasarkan hukum Musa ini, ber-

sedia meninggalkan jabatan mereka demi Injil Kristus. Seperti-

nya, mereka datang bersama-sama sebagai satu kelompok. Ba-

nyak dari antara mereka yang sepakat untuk saling menopang 

dan saling menguatkan, lalu bergabung menyerahkan diri ke-

pada Kristus: polis ochlos – sejumlah besar imam, yang melalui 

kasih karunia Tuhan  telah mengatasi prasangka-prasangka me-

reka, menyerahkan diri dan percaya, sehingga pertobatan me-

reka dicatat. 

(1) Mereka memeluk ajaran Injil. Akal budi mereka ditawan 

dan diserahkan kepada kuasa kebenaran Kristus, dan se-

tiap pikiran yang tadinya menentang dibuat menjadi taat 

kepada-Nya (2Kor. 10:4-5). Dikatakan bahwa Injil diberita-

kan untuk membimbing kepada ketaatan iman (Rm. 16:26). 

Iman yaitu  suatu tindakan ketaatan, sebab yaitu  perin-

tah Tuhan  supaya kita percaya (1Yoh. 3:23).  

(2) Mereka menunjukkan ketulusan percaya mereka akan Injil 

Kristus dengan cara mematuhi semua aturan dan perintah 

Injil dengan senang hati. Maksud Injil yaitu  untuk memper-

halus dan mengubah hati dan kehidupan kita. Iman mem-

berikan hukum itu kepada kita, dan kita harus menaatinya. 

Seruan Stefanus  

(6:8-15) 

8 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan muji-

zat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. 9namun  tampillah bebe-

rapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini – anggota-

anggota jemaat itu yaitu  orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria –

bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-

orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, 10namun  mereka tidak sanggup me-

lawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 11 Lalu mereka 

menghasut beberapa orang untuk mengatakan:  Kami telah mendengar dia 

mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Tuhan .” 12 Dengan jalan de-

mikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-

tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan 

membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 13 Lalu mereka memajukan 

saksi-saksi palsu yang berkata:  Orang ini terus-menerus mengucapkan per-

kataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, 14 sebab kami 

telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan me-

rubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa 


 238

kepada kita.” 15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama 

itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka 

seorang malaikat. 

Tidak diragukan lagi bahwa Stefanus sangat tekun dan setia dalam 

menjalankan tugasnya sebagai penyalur dana santunan jemaat. Ia 

mempersiapkan diri untuk mengurus hal itu dengan cara yang baik, 

demi memuaskan semua orang. Meskipun di sini tampaknya ia orang 

yang sangat berbakat dan pantas menduduki jabatan yang lebih 

tinggi, ia ternyata tidak merasa tugas panggilan ini terlampau rendah 

baginya. sebab  setia dengan yang kecil, kepadanya dipercayakan 

tugas yang lebih besar lagi. Meskipun kita tidak membaca bahwa ia 

menyebarkan Injil dengan berkhotbah dan membaptis, namun kita 

mendapati bahwa di sini ia ditunjuk melaksanakan tugas yang sa-

ngat terhormat dan diakui kemampuannya. 

I. Ia membuktikan kebenaran Injil dengan mengerjakan mujizat-

mujizat dalam nama Kristus (ay. 8). 

1. Ia penuh dengan karunia dan kuasa. Artinya, iman yang kuat, 

yang memampukan dia untuk melakukan hal-hal besar. 

Orang-orang yang penuh dengan iman juga akan penuh de-

ngan kuasa, sebab melalui iman, kuasa Tuhan  dijalankan bagi 

kita. Iman Stefanus begitu memenuhi hatinya hingga tidak ada 

tempat lagi bagi ketidakpercayaan. Yang ada hanyalah tempat 

bagi pengaruh kasih karunia Tuhan  seperti yang dikatakan sang 

nabi, penuh dengan kekuatan, dengan ROH TUHAN (Mi. 3:8). 

Melalui iman, kita dikosongkan dari keakuan dan terisi de-

ngan Kristus, yang yaitu  kekuatan Tuhan  dan hikmat Tuhan . 

2. Dengan ada dalam keadaan demikianlah ia mengadakan muji-

zat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak dengan 

terbuka dan di hadapan semua orang, sebab  mujizat Kristus 

tidak takut kepada penyelidikan yang paling ketat sekalipun. 

Bukanlah hal aneh jika  Stefanus, walaupun jabatannya bu-

kan sebagai seorang pengkhotbah, melakukan mujizat-mujizat 

ini, sebab kita mendapati bahwa ini termasuk karunia Roh yang 

dibagi-bagikan. Sebab kepada yang seorang Roh memberi  

kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia 

memberi  karunia untuk bernubuat (1Kor. 12:10-11). Dan tan-

Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15 

 239 

da-tanda ini akan menyertai bukan saja orang-orang yang mem-

beritakan firman,namun  juga mereka yang percaya (Mrk. 16:17). 

II. Stefanus membela perkara Kekristenan melawan orang-orang yang 

menentangnya dan bersoal jawab dengan mereka (ay. 9-10). Ia me-

layani kepentingan agama sebagai seorang pembantah di tempat-

tempat tinggi dalam bidang itu, sementara yang lain hanya ibarat 

melayani sebagai pengusaha kebun anggur dan petani. 

1. Di sini diceritakan kepada kita siapa saja yang menjadi lawan-

nya (ay. 9). Mereka yaitu  orang-orang Yahudi,namun  dari 

kaum Helenis, orang-orang Yahudi yang tersebar dan yang se-

pertinya lebih giat menjalankan agama dibandingkan  orang Yahudi 

asli itu sendiri. Sungguh sulit bagi mereka untuk menjalankan 

ibadah mereka di negeri tempat mereka tinggal, tempat mereka 

hidup bagaikan burung kurik. Dengan susah payah dan me-

ngeluarkan biaya besar mereka datang beribadah di Yeru-

salem, dan hal ini membuat mereka lebih melekat pada Yuda-

isme dibanding mereka yang dapat menjalankan agama mereka 

dengan murah dan mudah. Mereka dari jemaat Yahudi yang 

disebut jemaat orang Libertini. Orang Romawi menyebut mereka 

orang Liberti, atau Libertini, yang sebab  berkebangsaan asing 

harus memperoleh kewarganegaraan, atau jika  terlahir se-

bagai budak, harus dibebaskan dari perbudakan atau dijadi-

kan orang merdeka. Ada yang berpendapat bahwa orang-orang 

Libertini ini yaitu  orang-orang Yahudi yang memperoleh ke-

merdekaan dari pemerintah Romawi, seperti halnya Paulus 

(22:27-28). Ada kemungkinan bahwa Paulus termasuk yang 

paling gencar dari antara orang-orang Libertini yang berdebat 

dengan Stefanus di jemaat ini, dan menarik orang-orang lain 

ikut dalam perdebatan itu, sebab kita mendapati dia ikut 

mengambil bagian dan memberi izin saat Stefanus dirajam 

sampai mati. Kemudian masih ada beberapa orang lain yang 

termasuk jemaat Kirene dan Aleksandria yang sering disebut-

kan oleh para penulis Yahudi. Selain itu, ada juga anggota je-

maat Kilikia dan Asia. Kalaupun Paulus yang yaitu  orang 

Romawi merdeka, tidak termasuk jemaat orang Libertini, seba-

gai orang asli Tarsus ia tentunya termasuk jemaat Kilikia. Ada 

kemungkinan ia merupakan anggota kedua jemaat itu. Orang-

orang Yahudi yang lahir di negeri lain dan memiliki  kepen-


 240

tingan di dalamnya, sering kali bukan sekadar singgah,namun  

juga bermukim di Yerusalem. Tiap bangsa memiliki jemaatnya 

sendiri, seperti misalnya di London ada jemaat-jemaat 

Prancis, Belanda, dan Denmark. Jemaat-jemaat itu merupa-

kan sekolah ke mana orang Yahudi dari bangsa-bangsa itu 

mengirimkan kaum muda mereka untuk dididik menurut 

pengajaran Yahudi. Sekarang, para pengajar di jemaat-jemaat 

ini, yang bersama para pemimpin melihat Injil berkembang, ber-

komplot hendak menentang perkembangannya sebab  meng-

khawatirkan akibatnya terhadap agama Yahudi. Mereka yang 

merasa iri sekaligus yakin akan kebenaran perkara mereka dan 

kemampuan untuk mengurusnya, menjamin bahwa mereka 

mampu menumpas Kekristenan melalui kekuatan debat. Ini se-

benarnya cara yang wajar serta masuk akal untuk menangani 

hal itu, dan yang selalu siap diakui agama. Ajukanlah perkara-

mu, firman TUHAN, kemukakanlah alasan-alasanmu (Yes. 

41:21).namun  mengapa mereka berdebat dengan Stefanus? 

Mengapa tidak dengan rasul-rasul itu sendiri? 

(1) Ada yang berpendapat, sebab  mereka memandang rendah 

para rasul sebagai orang biasa yang tidak terpelajar, yang 

mereka anggap terlampau hina untuk berurusan. Sebaliknya, 

Stefanus seorang terpelajar, dan mereka merasa mendapat 

kehormatan jika  berurusan dengan orang yang seimbang. 

(2) Ada lagi yang berpendapat, sebab  mereka takjub melihat 

rasul-rasul itu. Mereka tidak merasa bebas dan nyaman 

dengan rasul-rasul itu, tidak seperti dengan Stefanus yang 

 saat  itu menduduki jabatan yang rendah. 

(3) Boleh jadi juga, sebab  ditantang di depan umum, Stefanus 

lalu ditunjuk oleh para rasul untuk menjadi jagoan mereka, 

sebab  dianggap tidak pantas jika  rasul-rasul itu harus 

melalaikan pemberitaan firman demi melibatkan diri dalam 

perbantahan. Stefanus yang hanyalah seorang diaken je-

maat, seorang muda yang sangat cerdas, pintar, dan lebih 

memenuhi syarat dibandingkan  para rasul untuk berurusan 

dengan orang-orang yang gemar bertengkar, ditunjuk un-

tuk melayani tantangan mereka. Beberapa ahli sejarah me-

ngatakan bahwa Stefanus pernah dididik oleh Gamaliel, 

bahwa Saulus dan yang lain menganggap dia sebagai pem-

Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15 

 241 

belot, dan sebab  itu menjadikannya sebagai bulan-bulanan 

dengan penuh kedengkian. 

(4) Ada kemungkinan mereka berdebat dengan Stefanus kare-

na ia gigih berdebat dengan mereka untuk meyakinkan me-

reka, dan untuk pelayanan inilah ia dipanggil oleh Tuhan . 

2. Di sini diceritakan kepada kita bagaimana ia menyampaikan 

pokok pembicaraan dalam perdebatan itu (ay. 10): Mereka ti-

dak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia 

berbicara. Mereka tidak mampu mendukung pendirian mereka 

sendiri ataupun membantah pendapatnya. Melalui pendapat 

yang tidak dapat dilawan, ia membuktikan bahwa Yesus ada-

lah Mesias. Ia berkata-kata dengan begitu jelas dan sempurna 

hingga mereka tidak dapat membantah apa pun yang diucap-

kannya. Walaupun tidak dapat diyakinkan, mereka dikalahkan 

dalam debat. Tidak dikatakan bahwa mereka tidak mampu 

melawan dia,namun , mereka tidak sanggup melawan hikmat-

nya dan Roh yang mendorong dia berbicara, Roh hikmat yang 

berbicara melalui dia. Sekaranglah janji itu digenapi, Aku sen-

diri akan memberi  kepadamu kata-kata hikmat, sehingga 

kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu 

(Luk. 21:15). Mereka menyangka hanya akan berdebat dengan 

Stefanus dan pasti mampu mengalahkan dia,namun  ternyata 

mereka berdebat dengan Roh Tuhan  di dalam dia, yang sama 

sekali tidak seimbang dengan mereka. 

III. Akhirnya, Stefanus memeteraikan perdebatan itu dengan darah-

nya. Kita akan membaca tentang hal ini di pasal berikutnya. Di 

sini kita melihat beberapa langkah yang diambil lawan-lawannya 

ke arah itu.  saat  tidak mampu membantah pendapatnya, mere-

ka mendakwanya sebagai penjahat dan diam-diam menghasut 

saksi-saksi palsu untuk bersumpah bahwa ia telah menghujat. 

 Berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti itulah (menurut Tuan 

Baxter) kita berdebat dengan orang-orang jahat. Sungguh meru-

pakan mujizat campur tangan-Nya jika  tidak lebih banyak lagi 

orang-orang saleh yang terbunuh di dunia ini melalui sumpah 

palsu dan kepura-puraan hukum,  saat  ada ribuan orang 

yang membenci mereka dan tidak segan-segan mengucapkan 

sumpah palsu.” Dengan diam-diam mereka menghasut orang-

orang dan mengajarkan apa yang harus dikatakan, lalu membayar 


 242

mereka supaya mau bersumpah. Mereka semakin murka terha-

dap Stefanus sebab  ia berhasil membuktikan bahwa merekalah 

yang salah, dan sekaligus menunjukkan jalan yang benar kepada 

mereka. Untuk itu mereka seharusnya berterima kasih kepada-

nya. Apakah dengan mengatakan kebenaran kepada mereka dan 

membuktikannya, ia telah menjadi musuh mereka? Sekarang mari 

kita amati di sini, 

1. Bagaimana mereka dengan segala daya upaya memicu amarah 

pemerintah dan orang banyak untuk melawan Stefanus, su-

paya jika  tidak berhasil dengan pemerintah, mereka masih 

bisa mencoba dengan orang banyak itu (ay. 12): Mereka meng-

adakan suatu gerakan di antara orang banyak untuk melawan 

dia, supaya jika  Mahkamah Agama masih berpendapat un-

tuk (menurut saran Gamaliel) tidak mengganggu dia, mereka 

masih mungkin menghajarnya melalui amarah dan huru-hara 

orang banyak. Mereka juga berusaha menghasut para tua-tua 

dan ahli Taurat agar melawan Stefanus, supaya jika  orang 

banyak berpihak kepadanya dan melindungi dia, mereka ma-

sih bisa berhasil melalui pihak yang berwenang. Demikianlah 

mereka merasa yakin bisa mencapai tujuan,  saat  mereka 

ibarat memiliki dua tali busur.  

2.  Bagaimana mereka membawanya ke sidang: Mereka menyer-

gap Stefanus, saat ia tidak menduganya, menyeretnya, dan 

membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. Mereka menyer-

gap dia beramai-ramai dan menyeretnya bagaikan singa me-

nyeret mangsanya. Begitulah arti kata yang dipakai. Dengan 

penanganan yang kasar dan keji terhadap dirinya itu, mereka 

hendak memperlihatkan dia kepada orang banyak dan peme-

rintah sebagai orang yang berbahaya, yang akan melarikan diri 

dari keadilan jika  tidak diawasi, atau melawan jika  ti-

dak diringkus dengan paksa. Setelah menangkap dia, mereka 

membawanya dengan penuh kemenangan ke hadapan Mahka-

mah Agama, dan sepertinya dengan begitu tergesa-gesa hingga 

tidak ada seorang pun teman yang menyertainya. Mereka men-

dapati bahwa dengan beramai-ramai, mereka dapat saling me-

nyemangati dan menguatkan. Oleh sebab itu mereka hendak 

mencoba menanganinya sendiri. 

3. Bagaimana mereka menyiapkan bukti yang siap diajukan un-

tuk menentang dia. Mereka bertekad untuk menang, sama se-

Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15 

 243 

perti  saat  mereka mengadili Juruselamat kita, kemudian 

mencari saksi-saksi. Sekarang saksi-saksi ini sudah dipersiap-

kan sebelumnya, dan mereka diberi tahu untuk bersumpah 

bahwa mereka telah mendengar dia mengucapkan kata-kata 

hujat terhadap Musa dan Tuhan  (ay. 11), terhadap tempat kudus 

dan hukum Taurat (ay. 13), sebab mereka mendengar dia me-

ngatakan apa yang akan dilakukan Yesus atas tempat dan 

adat istiadat mereka (ay. 14). Ada kemungkinan Stefanus me-

mang telah mengatakan sesuatu yang intinya seperti itu. Ba-

gaimanapun, orang-orang yang bersumpah menentang dia 

disebut saksi-saksi palsu, sebab meskipun ada kebenaran 

juga di dalam kesaksian mereka, mereka telah memberi  

tafsiran yang salah dan jahat atas apa yang telah dikatakan-

nya, kemudian membelokkannya. Amatilah, 

(1) Tuduhan umum apa yang dikenakan ke atasnya. Yakni 

bahwa ia mengucapkan kata-kata hujat, dan untuk mem-

perparah hal itu mereka berkata,  Ia terus-menerus meng-

ucapkan perkataan yang menghina. Dia biasa berbicara se-

perti itu, percakapannya dengan semua orang selalu begi-

tu. Ke mana pun ia pergi, ia selalu giat menanamkan ga-

gasan-gagasannya itu di benak semua orang yang diajak-

nya berbicara.” Hal ini seperti menyiratkan pembangkangan 

dan sifat tidak mau dinasihati.  Ia telah diperingatkan, te-

tapi tetap saja berbicara tanpa henti.” Tidaklah salah apa-

bila penghujatan dianggap kejahatan yang sangat keji (ka-

rena berbicara dengan keji penuh celaan perihal Tuhan  Pen-

cipta kita), dan oleh sebab  itu para penuntut Stefanus 

dapat dianggap sangat memperhatikan kehormatan nama 

Tuhan , dan melakukan hal itu sebab  hendak membela Dia. 

Sama seperti yang dialami orang-orang percaya dan para 

martir dari Perjanjian Lama, demikian jugalah yang dialami 

mereka dari Perjanjian Baru. Saudara-saudara yang mem-

benci dan mengusir mereka berkata, Baiklah TUHAN me-

nyatakan kemuliaan-Nya, dan mereka berpura-pura telah 

melayani Dia dengan perbuatan mereka itu. Stefanus dika-

takan telah mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa 

dan Tuhan . Sejauh ini kata-kata mereka memang benar, 

yakni bahwa orang-orang yang menghujat Musa (jika yang 

mereka maksudkan yaitu  tulisan-tulisan Musa yang dibe-


 244

rikan melalui ilham dari Tuhan ) sama saja dengan meng-

hujat Tuhan . Orang-orang yang mencela Kitab Suci dan 

menghinanya, sama dengan berbicara buruk tentang Tuhan  

sendiri dan berbuat jahat kepada-Nya. Tujuan-Nya yang 

agung yaitu  untuk memberi pengajaran-Nya yang besar 

dan mulia. Oleh sebab itu, orang-orang yang mencemarkan 

pengajaran-Nya dan merendahkannya, telah menghujat na-

ma-Nya, sebab Ia telah membuat nama-Nya dan janji-Nya 

melebihi segala sesuatu.namun , benarkah Stefanus telah 

menghujat Musa? Sama sekali tidak. Sedikit pun ia tidak 

melakukannya. Kristus dan para pemberita Injil-Nya tidak 

pernah mengatakan sesuatu yang tampak seperti meng-

hujat Musa. Mereka selalu mengutip tulisan-tulisannya de-

ngan rasa hormat, melaksanakannya, dan tidak mengata-

kan apa pun selain yang dikatakan Musa akan terjadi. Oleh 

sebab itu, sungguh sangat tidak benar jika  Stefanus di-

tuduh menghujat Musa. Namun, 

(2) Mari kita lihat bagaimana tuduhan ini didukung dan dilak-

sanakan. Ternyata,  saat  hal itu harus dibuktikan, tuduh-

an yang bisa mereka kenakan ke atasnya hanyalah bahwa 

dia mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus 

ini dan hukum Taurat, dan ini harus dianggap dan diterima 

sebagai penghujatan terhadap Musa dan Tuhan  sendiri. De-

mikianlah tuduhan itu melemah  saat  akan dibuktikan. 

[1] Ia dituduh menghujat tempat kudus ini. Beberapa orang 

memahaminya sebagai kota Yerusalem yang yaitu  

kota suci yang sangat mereka jaga dan banggakan. Na-

mun, lebih tepat jika  yang dimaksudkan yaitu  Bait 

Tuhan , rumah yang kudus itu. Kristus dihukum sebagai 

seorang penghujat sebab  kata-kata yang dianggap me-

nyinggung Bait Tuhan , yang kehomatannya sepertinya 

sangat mereka perhatikan, bahkan  saat  mereka telah 

mencemarkannya dengan kejahatan mereka. 

[2] Stefanus juga dituduh menghujat hukum Taurat, yang 

mereka megah-megahkan dan andalkan, padahal mere-

ka sendiri menghina Tuhan  dengan melanggar hukum 

Taurat itu (Rm. 2:23). Nah, kalau begitu bagaimana me-

reka bisa menjelaskan hal ini? Di sini tuduhan itu me-

lemah kembali. Sebab satu-satunya hal yang bisa me-

Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15 

 245 

reka tuduhkan ke atasnya yaitu  bahwa mereka sendiri 

mendengar dia mengucapkan kata-kata (tetapi bagai-

mana hal itu terjadi atau penjelasan apa yang diberi-

kannya, mereka tidak merasa perlu menceritakannya) 

bahwa Yesus, orang Nazaret itu, yang begitu ramai dibi-

carakan orang, akan merubuhkan tempat ini dan meng-

ubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada 

kita. Stefanus tidak dapat dikenai tuduhan telah me-

ngatakan sesuatu yang mencemarkan Bait Tuhan  atau-

pun hukum Taurat. Para imam sendiri telah mencemar-

kan Bait Tuhan  dengan menjadikannya bukan saja tem-

pat berdagang, melainkan juga sarang penyamun. Wa-

laupun demikian, mereka ingin dianggap giat membela 

kehormatan tempat itu dari serangan seseorang yang 

sebenarnya tidak pernah mengatakan apa pun yang sa-

lah. Sebaliknya, ia lebih menganggapnya sebagai rumah 

doa, sesuai tujuan sesungguhnya, dibanding mereka. 

Selain itu, ia juga tidak pernah mencela hukum Taurat 

seperti yang mereka lakukan. Sebaliknya, yang benar 

yaitu , Pertama, ia telah berkata bahwa Yesus, orang 

Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini, menghancur-

kan Bait Tuhan , menghancurkan Yerusalem. Ada ke-

mungkinan ia berkata seperti itu.namun , seandainya 

pun itu benar, lalu apakah itu bisa disebut penghujatan 

bila orang berkata bahwa tempat kudus itu tidak akan 

tegak selamanya melebihi Silo, dan bahwa Tuhan  yang 

adil dan suci tidak akan terus memberi  hak istime-

wa tempat kudus ini kepada orang-orang yang meleceh-

kannya? Bukankah para nabi telah memberi  per-

ingatan yang sama kepada bapa leluhur mereka perihal 

penghancuran tempat kudus itu oleh orang Kasdim? 

Bahkan lebih dari itu,  saat  Bait Tuhan  pertama kali di-

bangun, bukankah Tuhan  sendiri telah memberi  per-

ingatan yang sama: Rumah yang amat ditinggikan ini, 

akan membuat orang tertegun (2Taw. 7:21). sebab  itu, 

patutkah Stefanus dikatakan seorang penghujat sebab  

mengatakan kepada mereka bahwa pantaslah bagi 

Yesus orang Nazaret itu untuk menghancurkan tempat 

kudus dan bangsa mereka bila mereka terus menentang 


 246

Dia, dan itu semua akibat ulah mereka sendiri? Orang-

orang yang dengan keji menyalahgunakan pengakuan 

agama akan berlindung di balik pengakuan agama me-

reka itu dengan menyebut teguran atas perilaku mereka 

yang buruk sebagai penghujatan atas agama mereka. 

Kedua, Stefanus telah berkata bahwa Yesus itu akan 

mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa ke-

pada kita. Telah dinanti-nantikan bahwa di hari-hari ke-

datangan Sang Mesias, adat istiadat itu akan diubah, 

dan bahwa bayang-bayangnya akan disingkirkan jika  

hakikat yang sebenarnya telah datang. Namun, hal ini 

sebenarnya bukan berarti mengubah hakikat hukum 

Taurat, melainkan menyempurnakannya. Kristus datang 

bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk mengge-

napi hukum Taurat. Dan, kalaupun Ia mengubah bebe-

rapa adat istiadat yang diwariskan Musa, itu yaitu  un-

tuk memperkenalkan dan mengukuhkan yang lebih baik. 

Seandainya jemaat Yahudi tidak keras kepala menolak 

masuk ke dalam zaman pengukuhan yang baru ini dan 

tidak tetap berpaut pada hukum adat istiadat, maka se-

jauh yang saya ketahui, tempat mereka tidak akan dihan-

curkan. Dengan demikian, sebab  menunjukkan suatu 

jalan yang pasti untuk mencegah kehancuran mereka, 

dan sebab  memberi mereka peringatan yang pasti me-

ngenai penghancuran itu jika  mereka tidak mengikuti 

jalan itu, Stefanus malah dituduh sebagai penghujat. 

IV. Di sini diceritakan bagaimana Tuhan  mengakui Stefanus  saat  ia 

dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Tuhan  menunjukkan bah-

wa Ia berdiri di sampingnya (ay. 15): Semua orang yang duduk da-

lam sidang Mahkamah Agama, yakni para imam, ahli Taurat, dan 

tua-tua, menatap Stefanus yang masih asing bagi mereka dan 

yang belum pernah dibawa ke hadapan mereka sebelumnya. Ke-

mudian mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang 

malaikat. Sudah menjadi kebiasaan para hakim untuk mengamati 

paras seorang tahanan, yang adakalanya menunjukkan rasa ber-

salah atau sebaliknya. Sekarang Stefanus tampil di depan persi-

dangan dengan paras seperti muka seorang malaikat. 

Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15 

 247 

1. Mungkin saja ini sekadar menyiratkan bahwa ia memiliki 

paras yang sangat menyenangkan dan cerah, dan bahwa tidak 

tampak sedikit pun tanda bahwa ia mengkhawatirkan dirinya 

atau marah terhadap para penyiksanya. Ia tampak seakan-

akan belum pernah merasa sebahagia ini dalam hidupnya, ke-

tika ia dipanggil untuk memberi  kesaksian tentang Injil 

Kristus di depan umum, dan pantas menerima mahkota ke-

syahidan. Ketenangan hati yang begitu tidak tergoyahkan, ke-

beranian yang begitu tidak kenal takut, dan perpaduan kele-

mahlembutan dan keagungan yang sulit dipahami, tampak di 

wajahnya, hingga setiap orang mengatakan bahwa ia tampak 

bagaikan malaikat. Yang jelas, cukup untuk meyakinkan orang 

Saduki bahwa malaikat memang ada,  saat  mereka melihat 

seorang malaikat yang menjelma di depan mata mereka.  

2.  Namun, sepertinya lebih tepat dikatakan bahwa ada ke-

megahan ajaib dan kecemerlangan di wajahnya, seperti yang 

tampak pada Juruselamat kita  saat  Ia dipermuliakan. Atau 

paling tidak seperti wajah Musa saat ia turun dari gunung. De-

ngan cara itu Tuhan  merancang untuk memberi  kehormat-

an kepada hamba-Nya yang setia, dan kebingungan kepada 

para penganiaya dan hakim-hakimnya. Dosa mereka akan se-

makin berat dan bahkan akan menjadi pemberontakan terha-

dap terang itu, jika  setelah melihat paras itu, mereka tetap 

melanjutkan perlawanan mereka terhadap dirinya. Apakah 

Stefanus sendiri tahu bahwa kulit wajahnya bersinar atau ti-

dak, kita tidak diberi tahu. Namun, semua orang yang duduk 

dalam sidang Mahkamah Agama itu melihatnya, dan boleh jadi 

saling memberi tahu. Rasa malu yang teramat sangat meling-

kupi mereka saat melihat, dan mau tidak mau menyadari bah-

wa Stefanus diakui oleh Tuhan , hingga mereka tidak menyuruh 

dia yang saat itu sedang berdiri untuk diadili, untuk pindah 

dan duduk di bangku penghakiman. Hikmat dan kekudusan 

membuat wajah orang bersinar, namun hal ini tidaklah mem-

beri jaminan bahwa orang ini  bisa bebas dari penghinaan 

yang tiada taranya. Jadi tidak mengherankan jika  cahaya 

wajah Stefanus tidak mampu melindungi dia, meskipun cukup 

mudah untuk membuktikan bahwa seandainya ia bersalah ka-

rena mencemarkan Musa, Tuhan  tentunya tidak akan membe-

rikan kehormatan Musa kepadanya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  7  

etika Yesus Tuhan kita memanggil rasul-rasul-Nya untuk dipe-

kerjakan dalam pelayanan dan ikut menderita bagi-Nya, Ia mem-

beri tahu mereka bahwa meskipun begitu, orang yang terakhir ikut 

akan menjadi orang yang terdahulu dan yang terdahulu akan men-

jadi yang terakhir. Perkataan ini digenapi secara luar biasa dalam diri 

Paulus dan Stefanus. Keduanya baru belakangan bertobat dibanding-

kan dengan para rasul lainnya, namun mereka telah menjadi yang 

terdepan dalam hal pelayanan dan penderitaan demi iman. Bagi 

Tuhan , penganugerahan kehormatan dan kemurahan sering terjadi 

bersamaan. Dalam pasal ini kita membaca perihal kemartiran Ste-

fanus, martir pertama dalam jemaat Kristen, yang menjadi pelopor 

dalam pasukan orang-orang saleh. Itulah sebabnya penderitaan dan 

kematiannya lebih banyak disebut-sebut dibandingkan  yang lain untuk 

memberi  petunjuk dan dorongan semangat bagi mereka yang di-

panggil untuk berjuang sampai menumpahkan darah seperti yang ia 

perbuat. Dalam pasal ini diceritakan perihal:  

I. Pembelaannya di hadapan Mahkamah Agama, untuk me-

nanggapi hal-hal yang dituduhkan kepadanya. Maksud pem-

belaannya yaitu  untuk menunjukkan bahwa apa yang dika-

takannya tentang penghancuran Bait Suci dan perombakan 

hukum Taurat bukanlah bentuk penghujatan kepada Tuhan  

dan sama sekali tidak menodai kemuliaan nama-Nya. Di sini,  

1. Stefanus menunjukkan kebenaran ini dengan mengulangi 

sejarah Perjanjian Lama dan menegaskan bahwa Tuhan  ti-

dak pernah bermaksud membatasi kemurahan-Nya hanya 

di tempat itu atau pada hukum Taurat. Bahwa mereka juga 

tidak memiliki alasan untuk mengharapkan supaya ia 

mengikuti mereka. Sebab selama ini orang-orang Yahudi 


 250

selalu menjadi orang-orang yang menjengkelkan Tuhan  dan 

telah kehilangan hak-hak istimewa mereka yang khusus 

menjadi milik mereka. Bahkan dikatakan bahwa tempat 

suci dan hukum Taurat itu hanyalah gambaran dari hal-hal 

baik yang akan datang. Jadi sama sekali bukan berarti me-

rendahkan jika dikatakan bahwa semua yang usang itu ha-

rus memberi tempat bagi hal-hal yang lebih baik (ay. 1-50).  

2. Stefanus menujukan hal ini kepada mereka yang sedang 

mendakwa dan mengadilinya. Dengan tegas ia menegur 

kejahatan mereka yang membawa kehancuran bagi negeri 

dan bangsa mereka sendiri. Kemudian mereka tidak ta-

han lagi mendengarnya (ay. 51-53).  

II. Perajaman Stefanus sampai mati, serta kesabaran, sukacita, 

dan kesalehan Stefanus dalam menyongsong kematian (ay. 

54-60). 

Pembelaan Stefanus  

(7:1-16)  

1 Kata Imam Besar:  Benarkah demikian?” 2 Jawab Stefanus:  Hai saudara-

saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Tuhan  yang Mahamulia telah menam-

pakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham,  saat  ia masih di Meso-

potamia, sebelum ia menetap di Haran, 3 dan berfirman kepadanya: Keluarlah 

dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan 

Kutunjukkan kepadamu. 4 Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu 

menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Tuhan  menyuruh dia pin-

dah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang; 5 dan di situ Tuhan  

tidak memberi  milik pusaka kepadanya, bahkan setapak tanahpun tidak, 

tetapi Ia berjanji akan memberi  tanah itu kepadanya menjadi kepunyaan-

nya dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia tidak mem-

punyai anak. 6 Beginilah firman Tuhan , yaitu bahwa keturunannya akan 

menjadi pendatang di negeri asing dan bahwa mereka akan diperbudak dan 

dianiaya empat ratus tahun lamanya. 7namun  bangsa yang akan memper-

budak mereka itu akan Kuhukum, firman Tuhan , dan sesudah itu mereka 

akan keluar dari situ dan beribadah kepada-Ku di tempat ini. 8 Lalu Tuhan  

memberi  kepadanya perjanjian sunat; dan demikianlah Abraham mem-

peranakkan Ishak, lalu menyunatkannya pada hari yang kedelapan; dan 

Ishak memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua belas bapa

leluhur kita. 9 sebab  iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah 

Mesir,namun  Tuhan  menyertai dia, 10 dan melepaskannya dari segala penin-

dasan serta menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat,  saat  

ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun mengangkatnya menjadi kuasa atas 

tanah Mesir dan atas seluruh istananya. 11 Maka datanglah bahaya kela-

paran menimpa seluruh tanah Mesir dan tanah Kanaan serta penderitaan 

yang besar, sehingga nenek moyang kita tidak mendapat makanan. 12namun  

 saat  Yakub mendengar, bahwa di tanah Mesir ada gandum, ia menyuruh 

nenek moyang kita ke sana. Itulah kunjungan mereka yang pertama; 13 pada

Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16 

 251 

kunjungan mereka yang kedua Yusuf memperkenalkan dirinya kepada sau-

dara-saudaranya, lalu ketahuanlah asal-usul Yusuf kepada Firaun. 14 Kemu-

dian Yusuf menyuruh menjemput Yakub, ayahnya, dan semua sanak sau-

daranya, tujuh puluh lima jiwa banyaknya. 15 Lalu pergilah Yakub ke tanah 

Mesir. Di situ ia meninggal, ia dan nenek moyang kita; 16 mayat mereka 

dipindahkan ke Sikhem dan diletakkan di dalam kuburan yang telah dibeli 

Abraham dengan sejumlah uang perak dari anak-anak Hemor di Sikhem. 

Sekarang Stefanus sedang duduk di kursi terdakwa di hadapan si-

dang Mahkamah Agama Tertinggi di negeri itu dengan dakwaan me-

lakukan penghujatan. Kesaksian apa yang diberikan oleh saksi-saksi 

dengan sumpah terhadap dia diceritakan dalam pasal sebelumnya. 

Kesaksian mereka yaitu  bahwa dia telah mengucapkan kata-kata 

hujat terhadap Musa dan Tuhan , sebab ia telah mengucapkan perka-

taan yang menghina tempat kudus dan hukum Taurat. Nah, di sini 

kita membaca perihal:  

I. Imam Besar yang meminta Stefanus untuk melakukan pembelaan 

bagi dirinya sendiri (ay. 1). Imam Besar itu yaitu  ketua, dan 

sebab  itu juga sebagai juru bicara mahkamah itu. Itulah sebab-

nya ia berkata,  Hai engkau, yang duduk sebagai terdakwa, eng-

kau sudah mendengar kesaksian di bawah sumpah terhadap eng-

kau, jadi apa jawabanmu atas semua dakwaan itu? Benarkah 

demikian? Benarkah engkau pernah mengatakan sesuatu yang 

maksudnya seperti itu? Jika memang pernah, akankah engkau 

mengakuinya atau akankah engkau mempertahankannya? Ber-

salah atau tidak bersalah?” Sekilas pertanyaan-pertanyaan ini 

menunjukkan rasa keadilan yang tinggi. Namun, pertanyaan-per-

tanyaan ini diucapkan dengan penuh nada kesombongan, sehingga 

tampak jelas bahwa Imam Besar sudah memiliki  prasangka 

atas perkara ini. Artinya, jika Stefanus memang telah mengatakan 

hal-hal seperti itu, pasti ia akan dijatuhi hukuman sebagai se-

orang penghujat, apa pun yang akan ia sampaikan dalam pem-

belaan atau penjelasannya.  

II. Stefanus memulai pembelaannya. Sebuah pembelaan yang pan-

jang. Namun di tengah-tengah pembicaraannya dengan mendadak 

ia menghentikan pembelaannya itu, tepat  saat  ia sampai pada 

pokok utama pembelaannya (ay. 50). Sehingga sebenarnya pembe-

laan itu dapat berlangsung lebih panjang lagi seandainya musuh-

musuhnya membiarkan dia melanjutkan apa yang hendak ia 


 252

katakan. Secara umum kita dapat mengamati hal-hal sebagai 

berikut,  

1. Bahwa dalam pembelaannya ini Stefanus tampil sebagai orang 

yang sangat siap serta sangat mahir dalam soal-soal Kitab 

Suci, dan dengan demikian diperlengkapi untuk setiap kata 

dan perbuatan baik. Ia mampu mengaitkan kisah-kisah Kitab 

Suci satu sama lain sebegitu rupa sehingga sangat sesuai de-

ngan tujuannya, tanpa harus membaca langsung Alkitabnya. 

Ia penuh dengan Roh Kudus. Roh Kudus tidak mengungkap-

kan hal-hal baru kepadanya, juga tidak menyingkapkan ra-

hasia rancangan-rancangan dan keputusan Tuhan  berkenaan 

dengan hukuman yang akan dijatuhkan kepada bangsa Ya-

hudi yang suka menyangkal ini. Sama sekali tidak!namun  Roh 

Kudus membantu membuka ingatan Stefanus akan isi Kitab 

Suci Perjanjian Lama serta mengajarkan cara menggunakan 

ayat-ayat itu dengan tepat untuk menyadarkan mereka. 

Orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus akan penuh de-

ngan firman Tuhan  seperti Stefanus.  

2. Bahwa Stefanus mengutip ayat-ayat Kitab Suci yang diambil-

nya dari terjemahan Septuaginta (terjemahan kitab Perjanjian 

Lama dalam bahasa Yunani – pen.). Hal ini menunjukkan 

bahwa ia salah seorang Yahudi Helenis, yang menggunakan 

bentuk terjemahan ini di dalam rumah-rumah ibadat mereka. 

Sesudah itu ia menceritakan kejadian-kejadian yang sedikit 

berbeda cara penyampaiannya dengan kitab terjemahan 

Yahudi asli yang tidak ditafsirkan secara benar oleh hakim-

hakim mahkamah ini, sebab mereka tahu bahwa ia telah 

didakwa sebab  hal-hal ini. Semua yang ia katakan juga tidak 

menyimpang dari kuasa Roh Kudus yang telah membimbing-

nya untuk mengatakan semua ini, sebab perbedaan-perbeda-

an yang ada di dalam kedua terjemahan itu sebenarnya sama 

sekali tidak berarti. Kita memiliki  sebuah ungkapan yang 

berkata, Apices juris non sunt jura – hal-hal remeh dari hukum 

bukanlah hukum itu sendiri. Ayat-ayat yang ia gunakan meru-

pakan ringkasan lengkap sejarah perjalanan jemaat orang 

percaya sampai akhir Kitab Kejadian. Perhatikan baik-baik,  

(1) Kata-kata pembukaannya: Hai saudara-saudara dan bapa-

bapa, dengarkanlah! Walaupun tidak menyapa mereka de-

Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16 

 253 

ngan gelar-gelar jabatan yang menyanjung-nyanjung me-

reka, namun Stefanus menggunakan sapaan yang sopan 

dan penuh rasa hormat. Dengan cara ini ia berharap bah-

wa saudara-saudara dan bapa-bapa itu akan memperlaku-

kan dia dengan cara yang kebapakan dan penuh persau-

daraan juga. Mereka telah siap menganggapnya seorang 

yang murtad dari jemaat orang Yahudi, dan sebagai musuh 

mereka. Namun, untuk membuka jalan supaya mereka 

insaf, ia menganggap mereka sebagai saudara-saudara dan 

bapa-bapa. Dengan demikian diharapkan bahwa mereka 

akan menganggap dirinya sebagai bagian dari mereka, wa-

laupun mereka tidak akan beranggapan seperti itu. Ia me-

mohon perhatian mereka dengan sangat, Dengarkanlah! 

Sekalipun ia akan mengatakan hal-hal yang sudah mereka 

ketahui, ia tetap meminta mereka mendengarkan dengan 

sungguh-sungguh semua hal yang hendak ia katakan. 

Sebab, walaupun mereka mengetahui semuanya, tanpa pe-

mahaman yang sangat mendalam mereka tidak akan tahu 

cara menerapkan hal itu pada perkara yang sedang mereka 

tangani ini.  

(2) Stefanus mulai menyampaikan isi pembelaannya. Sekalipun 

orang-orang mendengarkan dia secara sambil lalu, ia sama 

sekali tidak mau melantur dan menyimpang dari pokok 

pembicaraan demi menyenangkan hati para pendengar, 

dan juga tidak mengalihkan perhatian mereka dengan men-

ceritakan sebuah kisah lama. Sama sekali tidak. Semua 

yang ia sampaikan berhubungan erat dengan pokok masa-

lah dan ad rem – sesuai dengan tujuan, yaitu untuk me-

nunjukkan kepada mereka bahwa sebenarnya Tuhan  tidak 

terlampau memedulikan tempat kudus dan hukum Taurat 

seperti yang mereka lakukan sekarang ini.namun , sebagai-

mana halnya jemaat yang Ia miliki berabad-abad sebelum 

tempat kudus itu didirikan dan hukum Taurat itu diberi-

kan, begitu jugalah Tuhan  menetapkan masa untuk kedua 

hal ini .  

[1] Stefanus memulainya dengan panggilan Abraham untuk 

keluar dari Ur Kasdim. Dengan panggilan itu Tuhan  me-

misahkan Abraham bagi kepentingan-Nya untuk men-

jadi wali amanat yang terpercaya guna memelihara janji 


 254

itu, dan sekaligus menjadi bapa jemaat Perjanjian Lama. 

Mengenai hal ini kita dapat membacanya dalam Kejadian 

12:1, dan seterusnya yang dikaitkan dengan Nehemia 

9:7-8. Negeri asal Abraham yaitu  negeri yang penuh 

dengan penyembahan berhala, yakni negeri Mesopota-

mia (ay. 2), negeri orang-orang Kasdim (ay. 4). Dari sana 

Tuhan  memindahkannya sampai dua kali, dan tidak seka-

ligus membawanya ke tempat yang jauh.namun  dengan 

penuh kelembutan Tuhan  memindahkan dia. Pertama 

Tuhan  membawa dia keluar dari negeri orang Kasdim me-

nuju Haran, sebuah tempat yang berada di pertengahan 

jalan antara negeri orang Kasdim dengan negeri orang 

Kanaan (Kej. 11:31). Selanjutnya setelah lima tahun 

kemudian, sesudah ayahnya meninggal, Tuhan  menyuruh 

dia pindah dari situ ke negeri Kanaan, tempat kamu 

diam sekarang. Tampaknya,  saat  pertama kali Tuhan  

berbicara kepada Abraham, Ia tampil dalam bentuk 

hadirat Tuhan  yang kasat mata sebagai Tuhan  yang Maha-

mulia (ay. 2), untuk menetapkan sebuah jalinan hubung-

an dengannya. Kemudian Tuhan  tetap memelihara hu-

bungan ini untuk berbicara dengannya dari waktu ke 

waktu dan pada berbagai kesempatan tanpa menam-

pakkan diri sebagai Tuhan  yang Mahamulia.  

Pertama, dari panggilan Abraham ini kita dapat meng-

amati,  

1. Bahwa kita harus mengakui Tuhan  dalam semua 

jalan kita dan mematuhi petunjuk dan pengaturan 

dari pemeliharaan-Nya, seperti tiang awan dan tiang 

api itu. Tidak dikatakan bahwa Abraham pindah 

atas kehendaknya sendiri.namun  Tuhan  yang menyu-

ruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu 

diam sekarang, dan ia hanya tinggal menaati perin-

tah Pemimpinnya itu.  

2. Orang-orang yang dibawa Tuhan  ke dalam kovenan  

dengan diri-Nya sendiri dibedakan-Nya dari anak-

anak dunia ini. Mereka benar-benar dipanggil keluar 

dari keadaan sekitar mereka, keluar dari negeri tem-

pat mereka dTuhan rkan. Mereka tidak boleh terikat 

Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16 

 255 

dengan dunia ini, dan harus hidup mengatasi dunia 

serta segala sesuatu yang ada di dalamnya, walau-

pun yang harus dijauhi itu merupakan hal-hal yang 

paling mereka sayangi. Mereka juga harus memper-

cayai Tuhan  untuk membereskan dan menyiapkan 

segala sesuatu di negeri lain yang lebih baik, yakni 

negeri sorgawi, yang akan ditunjukkan kepada me-

reka. Orang-orang pilihan Tuhan  harus mengikuti Dia 

dengan iman dan ketaatan yang tanpa ragu-ragu.  

  Kedua, marilah kita melihat apa makna penuturan 

Stefanus ini bagi perkara yang sedang dihadapinya,  

1. Mereka mendakwanya sebagai penghujat Tuhan  dan 

sebagai orang yang murtad dari jemaat. Itulah se-

babnya ia ingin menunjukkan bahwa sebenarnya ia 

juga anak Abraham dan menghargai dirinya sendiri 

seperti itu dengan menyebut Abraham bapa leluhur 

kita. Ia juga menunjukkan dirinya sebagai seorang 

penyembah Tuhan  Abraham yang setia, yang sebab  

itu ia panggil di sini sebagai Tuhan  yang Mahamulia. 

Ia juga menunjukkan bahwa ia mengakui adanya 

pewahyuan Tuhan , yang di atasnya jemaat Yahudi 

telah didirikan dan dibangun secara khusus.  

2. Mereka merasa bangga dengan keadaan mereka 

yang bersunat. Oleh sebab  itu, Stefanus sengaja 

menunjukkan bahwa sesungguhnya Abraham se-

dang dalam keadaan tidak bersunat  saat  ia di-

panggil dan berada di bawah pimpinan serta dalam 

persekutuan dengan-Nya. Sebab penyunatannya baru 

terjadi di kemudian hari (ay. 8). Dengan dasar ini 

pulalah Rasul Paulus membuktikan bahwa Abraham 

dibenarkan sebab  iman, sebab ia dibenarkan  saat  

ia masih dalam keadaan tidak bersunat seperti yang 

dinyatakan oleh Stefanus di sini.  

3. Mereka menjaga secara sangat cermat hal-hal yang 

berkaitan dengan tempat kudus itu. Tempat kudus 

ini bisa juga mencakup tanah Kanaan secara kese-

luruhan. Sebab tempat itu disebut sebagai tanah 

yang kudus, negeri Imanuel. Jadi, penghancuran 


 256

Bait Suci yang akan terjadi menunjuk kepada tanah 

yang kudus itu.  Nah,” kata Stefanus,  kamu tidak 

perlu begitu berbangga mengenai hal itu, sebab,”  

(1)  Sebenarnya kamu semua berasal dari Ur-Kasdim, 

tempat nenek moyangmu beribadah kepada Tuhan  

lain (Yos. 24:2), dan kamu bukanlah orang per-

tama yang menanami negeri ini. sebab  itu pan-

danglah gunung batu yang dari padanya kamu 

terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang 

dari padanya kamu tergali.” Maksudnya yaitu  se-

perti yang dikatakan berikut ini,  Pandanglah 

Abraham, bapa leluhurmu, sebab Aku memanggil 

dia  saat  ia seorang diri (Yes. 51:1-2) – renung-

kanlah bagaimana keadaanmu yang rendah pada 

mulanya. Betapa kamu sepenuhnya berutang ke-

pada anugerah Tuhan . Dengan demikian kamu akan 

menyadari bahwa sesungguhnya kesombongan 

harus dienyahkan selamanya. Tuhan  sendiri yang 

akan menggerakkan dia dari timur, menggerakkan 

dia yang mendapat kemenangan di setiap langkah-

nya (Yes. 41:2).namun , jika akhlak keturunan 

Abraham ini merosot, biarlah mereka tahu bahwa 

Tuhan  dapat menghancurkan tempat kudus ini, dan 

membangkitkan bagi diri-Nya bangsa lain, sebab 

Tuhan  tidak berutang apa pun kepada mereka.” 

(2)  Tuhan  menampakkan diri-Nya dalam kemuliaan 

kepada Abraham  saat  ia masih berada di Meso-

potamia, jauh sebelum ia datang mendekati ne-

geri Kanaan, bahkan sebelum ia tinggal di Haran. 

Jadi janganlah pernah mengira bahwa kunjungan 

Tuhan  kepada Abraham terbatas pada tempat ini. 

Sama sekali tidak. Jika Tuhan  sanggup menda-

tangkan keturunan jemaat itu dari sebuah negeri 

yang jauh di sebelah timur, maka Dia sanggup 

pula membawa keturunannya ke negeri lain yang 

jauh di sebelah barat.” 

(3)  Tuhan  tidak tergesa-gesa membawa Abraham ke 

tanah ini. Sebaliknya, ia membiarkan dia berlam-

bat-lambat sampai beberapa tahun dalam per-

Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16 

 257 

jalanan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan  tidak 

terlampau memperhatikan tanah ini seperti yang 

kamu lakukan. Juga, kehormatan-Nya dan keba-

hagiaan umat-Nya tidak bergantung pada tanah 

itu. Itulah sebabnya Ia mengatakan bahwa tem-

pat ini akan dihancurkan bukanlah sebuah peng-

hujatan dan juga bukan suatu bentuk pengkhia-

natan.”   

[2] Keadaan Abraham dan keturunannya yang belum juga 

menetap di tanah itu selama berabad-abad sejak ia ke-

luar dari Ur-Kasdim. Tuhan  memang berjanji bahwa Ia 

akan memberi  tanah itu kepadanya menjadi kepu-

nyaannya dan kepunyaan keturunannya (ay. 5). Namun, 

Pertama, sampai saat itu Abraham tidak memiliki  

anak. Ia juga tidak memiliki keturunan melalui Sarah 

selama bertahun-tahun kemudian. Kedua, Abraham 

sendiri yaitu  seorang pendatang dan orang yang seka-

dar menumpang di tanah itu. Tuhan  tidak memberi  

milik pusaka, bahkan setapak tanah pun tidak.namun  di 

sanalah ia berada, di suatu negeri yang asing, di mana 

ia selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat 

yang lain dan tidak ada suatu pun yang dapat diakui-

nya sebagai milik. Ketiga, keturunannya juga tidak me-

miliki tanah pusaka itu sampai waktu yang sangat 

lama. Setelah empat ratus tahun mereka akan datang 

dan beribadah kepada-Ku di tempat ini (ay. 7). Bahkan, 

Keempat, mereka harus mengalami banyak penderitaan 

dan kesukaran sebelum dijadikan pemilik atas tanah 

pusaka itu. Mereka akan diperbudak dan dianiaya di 

negeri asing. Hal ini bukanlah penghukuman atas dosa 

khusus tertentu seperti  saat  mereka harus mengem-

bara di padang gurun. Sebab kita tidak menemukan 

adanya penjelasan seperti itu selama masa perbudakan 

mereka di negeri Mesir.namun , seperti itulah yang telah 

ditetapkan Tuhan , dan itu harus terjadi. Pada akhir 

empat ratus tahun yang dihitung sejak kelahiran Ishak, 

bangsa yang memperbudak mereka akan Kuhukum, be-

gitulah Tuhan  berfirman. Nah, hal ini mengajarkan ke-

pada kita,  


 258

1. Bahwa semua telah diketahui Tuhan  dari sejak se-

mula.  saat  Abraham tidak memiliki  warisan 

dan juga ahli waris, kepadanya dikatakan bahwa ia 

akan memiliki keduanya. Ia akan memiliki tanah pu-

saka yang dijanjikan dan juga seorang anak yang di-

janjikan. Oleh sebab  itu keduanya harus diterima 

dengan iman.   

2. Bahwa walaupun penggenapan janji Tuhan  tampak 

lambat dalam pelaksanaannya, di dalamnya terkan-

dung suatu kepastian bahwa janji itu pasti akan di-

genapi pada waktu yang tepat, meskipun tidak se-

cepat yang kita harapkan.   

3. Bahwa walaupun umat Tuhan  berada dalam penderi-

taan dan bahaya besar selama waktu tertentu, pada 

akhirnya Tuhan  akan menyelamatkan mereka dan 

membuat perhitungan dengan orang-orang yang te-

lah menindas umat-Nya. Sebab sesungguhnya ada 

Tuhan  yang memberi keadilan di bumi.  

Namun, marilah kita melihat bagaimana pembelaan 

ini mendukung tujuan Stefanus,  

1. Bangsa Yahudi, yang kehormatannya begitu mereka 

pertahankan, sebenarnya sangat tidak berarti pada 

permulaannya. Abraham, bapa mereka bersama, di-

panggil dalam keadaan sebagai orang yang sama se-

kali tidak terkenal di Ur-Kasdim. Begitu juga keadaan 

suku-suku mereka dan kepala-kepala sukunya ke-

tika dipanggil dari perbudakan di negeri Mesir. Me-

reka disebut sebagai yang paling kecil dari segala 

bangsa (Ul. 7:7). Apa lagi yang harus begitu diribut-

kan, seolah-olah kehancuran mereka sendiri sebab  

dosa mereka mengakibatkan kehancuran bagi dunia 

ini dan semua kepentingan Tuhan  yang ada di dalam-

nya? Tidak, Tuhan  yang telah membawa mereka 

keluar dari Mesir sanggup membawa mereka kembali 

ke Mesir, seperti yang pernah Ia ancamkan kepada 

mereka (Ul. 28:68). Lagi pula, Tuhan  tetap bukanlah 

pihak yang kalah, sebab Ia dapat menjadikan anak-

anak bagi Abraham dari batu-batu.  

Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16 

 259 

2. Kelambatan penggenapan janji kepada Abraham me-

majukan rencana Tuhan  kepada penggenapannya. 

Banyak hal yang tampak saling bertentangan diper-

hatikan di sini. Dengan jelas ditunjukkan bahwa 

semua itu memiliki makna rohaniah. Dan bahwa ta-

nah yang rencananya akan diberikan dengan jamin-

an perjanjian itu pada dasarnya yaitu  tanah air 

yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sama 

seperti yang ditunjukkan oleh seorang rasul dalam 

penjelasan yang sama dengan mengatakan bahwa 

bapa-bapa leluhur menumpang di tanah yang dijanji-

kan itu seolah-olah di suatu tanah asing, dan dari 

situ disimpulkan bahwa sesungguhnya mereka me-

nanti-nantikan kota yang memiliki  dasar (Ibr. 

11:9-10). Oleh sebab  itu, sama sekali tidak ada unsur 

penghujatan  saat  mengatakan bahwa Yesus akan 

meruntuhkan tempat ini,  saat  pada saat yang sama 

kita mengatakan,  Ia akan membawa kita menuju 

Kanaan sorgawi dan menjadikan kita sebagai pemilik 

tempat itu. Kanaan duniawi hanyalah sebuah pe-

lambangan dan gambaran belaka.” 

[3] Pengembangan keluarga Abraham dengan warisan anu-

gerah Tuhan  di atasnya serta pengaturan pemeliharaan 

Tuhan  mengenai hal itu, yang kisahnya memenuhi bagian 

Kitab Kejadian selebihnya.  

Pertama, Tuhan  mengikat diri menjadi Tuhan  bagi 

Abraham dan keturunannya. Untuk menandai hal ini, 

Ia menetapkan agar Abraham dan keturunannya yang 

laki-laki harus disunat (Kej. 17:9-10). Lalu Tuhan  mem-

berikan kepadanya perjanjian sunat. Artinya, sunat dija-

dikan sebagai tanda dari perjanjian itu. Itulah sebabnya 

 saat  Abraham memiliki seorang anak laki-laki yang 

baru dTuhan rkan, ia lalu menyunatkannya pada hari yang 

kedelapan (ay. 8), sebagai kewajiban yang harus ia tu-

naikan menurut hukum Tuhan  dan kepentingannya da-

lam perjanjian Tuhan  itu. Sebab penyunatan mengacu 

kepada keduanya, sebagai tanda perjanjian dari pihak 

Tuhan  – Aku akan menjadi bagimu Tuhan  yang Maha-


 260

kuasa untuk mencukupi, dan di pihak manusia – hidup-

lah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Dan kemudian, 

setelah ada jaminan bahwa keturunan Abraham akan 

menjadi keturunan yang beribadah kepada Tuhan, jum-

lah mereka mulai bertambah banyak. Lalu Ishak mem-

peranakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua 

belas bapa leluhur itu, atau cikal bakal masing-masing 

suku. 

Kedua, Yusuf yang menjadi kesayangan dan berkat di 

rumah bapanya, diperlakukan dengan kejam oleh sau-

dara-saudaranya. Mereka merasa iri hati sebab  mimpi-

mimpinya dan kemudian menjualnya ke tanah Mesir. De-

ngan demikian dari sejak awal anak-anak Israel sudah 

mulai dihinggapi rasa cemburu terhadap orang-orang di 

antara mereka yang lebih mulia dan lebih baik dibandingkan  

yang lain. Dalam hal ini kebencian mereka terhadap 

Kristus, yang seperti Yusuf, yaitu  seorang Nazir di an-

tara saudara-saudaranya, merupakan contoh yang sa-

ngat luar biasa.  

Ketiga, Tuhan  mengakui Yusuf dalam semua kesu-

sahannya dan menyertai (Kej. 39:2, 21) dengan Roh-Nya 

di dalam hatinya. Roh itu memberi penghiburan kepa-

danya. Roh itu juga bekerja di dalam hati orang-orang 

yang berhubungan dengannya, sehingga mereka menya-

yanginya. Dengan demikian Tuhan  melepaskannya dari 

segala penindasan, dan Firaun mengangkatnya menjadi 

orang kedua di dalam kerajaannya (Mzm. 105:20-22). 

Dengan demikian ia tidak saja menjadi kesukaan besar 

di antara orang-orang Mesir,namun  juga menjadi gem-

bala dan bukit batu bagi Israel (Kej. 49:24).  

Keempat, Yakub dipaksa pergi ke negeri Mesir oleh 

bencana kelaparan yang memaksanya keluar dari tanah 

Kanaan. Sebuah kelangkaan pangan (yang merupakan 

penderitaan yang sangat besar), membuat nenek mo-

yang kita tidak mendapat makanan (ay. 11).namun  

 saat  Yakub mendengar bahwa di tanah Mesir ada gan-

dum (yang ditimbun secara besar-besaran sebab  kebi-

jaksanaan anaknya sendiri), ia menyuruh nenek moyang 

kita pergi ke sana untuk pertama kalinya guna membeli 

Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16 

 261 

gandum (ay. 12). Pada kunjungan mereka yang kedua, 

Yusuf yang tadinya menjadi orang asing bagi mereka, 

sekarang memperkenalkan diri kepada mereka. Diberi-

tahukan kepada Firaun bahwa mereka yaitu  sanak 

saudara Yusuf yang memiliki  ketergantungan de-

ngannya (ay. 13). Kemudian, dengan izin Firaun Yusuf 

menyuruh menjemput Yakub, ayahnya ke Mesir bersama 

semua sanak saudaranya sampai tujuh puluh lima jiwa 

banyaknya untuk tinggal dan mencari nafkah di sana 

(ay. 14). Dalam Kitab Kejadian dikatakan bahwa jumlah 

mereka yaitu  tujuh puluh jiwa (Kej. 46:27). sedang  

terjemahan Septuaginta yang dikutip oleh Stefanus atau 

Lukas mencatat jumlah tujuh puluh lima jiwa, seperti 

yang dicatat dalam Lukas 3:36. Di dalam Septuaginta 

disisipkan nama Kenan, nama yang tidak ada da-

lam terjemahan bahasa Ibrani. Beberapa orang menaf-

sirkan bahwa dengan mengurangkan Yusuf dan anak-

anaknya yang telah berada di Mesir sebelumnya (jumlah 

itu berkurang menjadi enam puluh empat jiwa), dan ke-

mudian dengan menambahkan anak-anak dari kesebe-

las bapa leluhur, jumlah itu menjadi tujuh puluh lima 

jiwa.  

Kelima, Yakub dan anak-anaknya meninggal di ta-

nah Mesir (ay. 15), namun kemudian mayat mereka di-

pindahkan ke Sikhem (ay. 16). Suatu kesulitan besar 

terjadi di sini. Dikatakan bahwa mayat mereka dipin-

dahkan ke Sikhem, padahal Yakub tidak dikuburkan di 

Sikhem,namun  di dekat Hebron, di dalam gua Makhpela, 

tempat Abraham dan Ishak dikuburkan (Kej. 50:13). 

Tulang-tulang Yusuf memang dikuburkan di Sikhem 

(Yos. 24:32). Dengan pernyataan ini (walaupun tidak di-

sebutkan dalam kisah itu) tampaknya tulang-tulang 

bapa leluhur lainnya juga dibawa bersama dengan tu-

lang-tulang Yusuf. Masing-masing memberi  perintah 

yang sama berkenaan dengan diri mereka seperti yang 

telah dilakukan Yusuf. Tentang mereka ini juga perlu 

dipahami sepenuhnya, bukan saja tentang diri Yakub 

sendiri. Kemudian dikatakan bahwa tanah pekuburan 

di Sikhem dibeli oleh Yakub (Kej. 33:19), dan hal ini di-


 262

gambarkan lebih lanjut dalam Yosua 24:32. Jadi bagai-

mana bisa dikatakan di sini bahwa tanah itu dibeli oleh 

Abraham? Penjelasan Dr. Whitby (theolog Inggris abad 

ketujuh belas atau kedelapan belas – pen.) mengenai 

hal ini boleh dikatakan cukup memadai. Ia memberi  

penjelasan sebagai berikut: Yakub pergi ke Mesir dan 

meninggal di sana, ia dan nenek moyang kita. Kemudian 

tulang-tulang (nenek moyang kita) di bawa ke Sikhem 

dan ia (maksudnya Yakub) dimakamkan di tanah peku-

buran yang telah dibeli oleh Abraham dengan sejumlah 

uang (Kej. 23:16). (Atau, dengan perkataan lain, mereka 

dimakamkan di sana, yaitu Abraham, Ishak, dan Ya-

kub). Dan mereka, yakni bapa leluhur lainnya, dima-

kamkan di tanah pekuburan yang dibeli dari anak-anak 

Hemor, bapa Sikhem.  

  Sekarang marilah kita melihat bagaimana kegunaan 

penjelasan ini serta kaitannya dengan tujuan pembelaan 

Stefanus.  

1. Stefanus masih mengingatkan mereka akan asal 

mula bangsa Yahudi yang rendah, untuk menegur 

kesombongan mereka yang membangga-banggakan 

kemuliaan bangsa itu. Hanya oleh mujizat belas ka-

sihan sajalah mereka dibangkitkan dari kehampaan 

menjadi seperti apa adanya mereka sekarang ini. 

Dari orang-orang yang jumlahnya begitu sedikit 

menjadi bangsa yang begitu besar. Namun, jika me-

reka tidak dapat memahami tujuan mereka dibang-

kitkan, mereka tidak dapat mengharapkan apa-apa 

selain kehancuran mereka sendiri. Nabi-nabi sudah 

sering mengingatkan mereka mengenai peristiwa me-

reka dibawa keluar dari Mesir bahwa mereka sudah 

terlalu menghina hukum Tuhan . Sekarang di sini me-

reka dikatakan telah menghina Injil Kristus. 

2. Stefanus mengingatkan bahwa kejahatan mereka 

sama seperti kejahatan yang dilakukan oleh bapa-

bapa leluhur dari suku-suku mereka yang merasa iri 

terhadap Yusuf dan kemudian menjualnya ke tanah 

Mesir. Roh yang sama masih bekerja dalam diri me-

reka terhadap Kristus dan pada pelayan-Nya. 

Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29 

 263 

3. Tanah kudus yang begitu mereka bangga-banggakan 

sudah lama tidak dimiliki oleh nenek moyang mereka, 

dengan banyak kekurangan dan penderitaan di da-

lamnya. sebab  itu janganlah mereka menganggap 

aneh jika lama kelamaan tempat itu akan menerima 

kehancurannya sebab  sudah sejak lama tempat ini 

tercemar oleh dosa.  

4. Iman bapa-bapa leluhur yang tercermin dalam ke-

inginan besar mereka untuk dikuburkan di tanah 

Kanaan. Keinginan mereka ini dengan jelas menun-

jukkan bahwa sesungguhnya mereka memusatkan 

perhatian pada negeri sorgawi, ke mana mereka 

akan dibimbing oleh Yesus ini sesuai rancangan-Nya.  

Pembelaan Stefanus  

(7:17-29)  

17namun  makin dekat genapnya janji yang diberikan Tuhan  kepada Abraham, 

makin bertambah banyaklah bangsa itu di Mesir, 18 sampai bangkit seorang 

raja lain memerintah tanah Mesir, seorang yang tidak mengenal Yusuf. 19 

Raja itu mempergunakan tipu daya terhadap bangsa kita dan menganiaya 

nenek moyang kita serta menyuruh membuang bayi mereka, supaya bangsa 

kita itu jangan berkembang. 20 Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di 

mata Tuhan . Tiga bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. 21 Lalu ia 

dibuang,namun  puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya 

seperti anaknya sendiri. 22 Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang 

Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. 23 Pada waktu ia 

berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk 

mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. 24  saat  itu ia 

melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela 

orang itu dengan membunuh orang Mesir itu. 25 Pada sangkanya saudara-

saudaranya akan mengerti, bahwa Tuhan  memakai dia untuk menyelamatkan 

mereka,namun  mereka tidak mengerti. 26 Pada keesokan harinya ia muncul 

pula  saat  dua orang Israel sedang berkelahi, lalu ia berusaha mendamai-

kan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? 

Mengapakah kamu saling menganiaya? 27namun  orang yang berbuat salah 

kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat 

engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? 28 Apakah engkau bermak-

sud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir 

itu? 29 Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang 

di tanah Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki. 

Di sini Stefanus melanjutkan kisahnya perihal,  


 264

I. Peningkatan jumlah bangsa Israel secara menakjubkan. Oleh ke-

ajaiban pengaturan penyelenggaraan Tuhan , dalam waktu singkat 

mereka berkembang dari sebuah keluarga menjadi sebuah bangsa. 

1. Hal itu terjadi  saat  makin dekat genapnya janji yang diberi-

kan –  saat  mereka mau dibentuk menjadi sebuah bangsa. 

Selama dua ratus lima belas tahun sesudah janji itu dibuat 

kepada Abraham, anak-anak perjanjian itu hanya mencapai 

jumlah tujuh puluh jiwa.namun  dalam waktu dua ratus lima 

belas tahun berikutnya jumlah mereka meningkat menjadi 

enam ratus ribu orang laki-laki yang sanggup berperang. 

Gerakan pengaturan pemeliharaan Tuhan  adakalanya berlang-

sung sangat cepat  saat  sampai pada jarak terdekat dari pu-

satnya. Janganlah kita berkecil hati pada kelambatan berja-

lannya penggenapan janji-janji Tuhan . Tuhan  tahu cara menebus 

waktu yang tampaknya telah hilang. Dan  saat  tahun orang-

orang yang diselamatkan itu sudah dekat, Ia sanggup melaku-

kan dua pekerjaan dalam waktu satu hari saja.  

2. Hal itu terjadi di negeri Mesir, tempat mereka ditindas dan di-

perintah dengan sangat kejam.  saat  hidup mereka menjadi 

begitu pahit, orang mengira bahwa mereka akan berharap un-

tuk terlahir sebagai orang-orang yang tidak memiliki  anak 

saja. namun  , mereka tetap menikah, dengan iman bahwa 

pada saatnya nanti Tuhan  akan melawat mereka. Dan Tuhan  

memberkati mereka, yang sudah sedemikian menghormati Dia, 

dengan berfirman kepada mereka, beranakcuculah dan bertam-

bah banyaklah. Masa-masa penderitaan sering kali menjadi 

masa-masa pertumbuhan jemaat.  

II. Kesengsaraan teramat berat yang mereka alami di sana (ay. 18-

19).  saat  orang-orang Mesir itu memperhatikan jumlah orang 

Israel berlipat ganda secara dahsyat, mereka meningkatkan beban 

orang-orang Israel itu. Stefanus mengamati tiga hal di dalamnya: 

1. Tidak ada rasa terima kasih apa pun dalam diri orang-orang 

Mesir itu. Orang-orang Israel itu ditindas oleh seorang raja lain 

yang tidak mengenal Yusuf. Artinya, orang Mesir tidak meng-

hargai jasa-jasa baik yang pernah dilakukan Yusuf kepada 

bangsa itu. Sebab, seandainya raja ini menghargai hal itu, ten-

tunya ia tidak akan membalas dengan begitu jahat kepada 

Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29 

 265 

sanak saudara dan keluarga Yusuf. Sesungguhnya orang-

orang yang menyakiti orang-orang baik sangat tidak tahu ber-

terima kasih. Sebab orang-orang baik itu merupakan berkat 

bagi zaman dan tempat mereka tinggal.  

2. Kebijakan dan kelicikan yang sangat jahat dari orang-orang 

Mesir itu. Mereka mempergunakan tipu muslihat terhadap bang-

sa kita. Marilah, kata mereka, kita bertindak dengan bijaksana. 

Mereka mengira bahwa dengan cara demikian mereka dapat 

mengamankan diri. Namun, terbukti bahwa tindakan mereka 

itu bodoh, sebab apa yang mereka perbuat justru menimbun 

murka. Salahlah orang-orang yang mengira bahwa mereka telah 

bertindak bijaksana bagi diri sendiri dengan cara melakukan 

tipu daya atau perlakuan jahat tanpa belas kasihan kepada 

saudara-saudara mereka.   

3. Kekejaman orang-orang Mesir yang penuh kebiadaban dan ti-

dak manusiawi. Supaya mereka dapat membasmi orang-orang 

Israel, mereka menyuruh membuang bayi-bayi orang Israel, su-

paya bangsa itu tidak berkembang. Pembunuhan bayi-bayi 

keturunan mereka ini tampaknya merupakan cara paling tepat 

untuk membasmi bangsa sejak usia bayi. Nah, sekarang tam-

paknya Stefanus mengenakan perkataan perkataan ini kepada 

mereka. Tidak saja supaya mereka dapat melihat lebih lanjut 

betapa buruknya keadaan permulaan bangsa mereka dahulu, 

yang sama dengan keadaan (mungkin dengan memusatkan 

perhatian pada pengungkapan tentang bayi-bayi Israel di ne-

geri Mesir) seorang bayi tanpa daya yang dibuang ke ladang 

(Yeh. 16:5). Betapa mereka berutang kepada Tuhan  untuk pe-

meliharaan-Nya bagi mereka, pemeliharaan yang telah hilang 

dan membuat mereka tidak layak menerimanya. Namun, Ste-

fanus ingin supaya mereka dapat mempertimbangkan bahwa 

perbuatan yang sedang mereka lakukan sekarang terhadap 

jemaat orang Kristen yang sedang berada pada tahap seperti 

bayi ini, merupakan tindakan yang lalim dan tidak adil. Per-

buatan mereka tidak akan berhasil seperti halnya tindakan 

orang-orang Mesir terhadap jemaat orang Yahudi  saat  masih 

dalam tahap bayi.  Kamu mengira telah bertindak dengan bi-

jaksana dalam perlakuanmu yang jahat terhadap kami dan 

dengan penganiayaanmu terhadap jemaat orang beriman yang 

masih sangat muda ini. Yang kamu lakukan sekarang ini sama 


 266

seperti perbuatan orang-orang Mesir membuang bayi orang 

Israel. Nanti kamu akan melihat bahwa perbuatanmu itu sia-

sia belaka. Sebaliknya musuh-musuhmu, murid-murid Kristus 

akan bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda.” 

III. Munculnya Musa sebagai penyelamat mereka. Stefanus didakwa 

telah mengucapkan kata-kata hujat melawan Musa. Untuk me-

nangkis dakwaan ini, di sini ia berbicara dengan penuh rasa hor-

mat tentang Musa. 

1. Musa dTuhan rkan pada waktu penganiayaan atas orang-orang 

Israel sedang mencapai puncaknya, khususnya dalam hal 

pembunuhan secara kejam atas bayi-bayi yang baru lahir. 

Pada waktu itulah Musa lahir (ay. 20). Begitu dTuhan rkan ia su-

dah berada dalam bahaya (seperti yang dialami oleh Juru-

selamat kita di Betlehem) menjadi korban perintah berdarah 

itu. Tuhan  menyiapkan penyelamatan bagi umat-Nya  saat  me-

reka tengah menempuh jalan yang paling gelap dan  saat  ke-

susahan mereka sedang memuncak.  

2. Musa itu sangat elok, wajahnya mulai bersinar sejak ia di-

lahirkan, sebagai pertanda kehormatan yang membahagiakan 

yang direncanakan Tuhan  bagi dirinya. Dikatakan bahwa ia 

asteios tō Theō – elok di mata Tuhan . Ia dikuduskan sejak dari 

dalam kandungan dan hal inilah yang membuatnya menjadi 

elok di mata Tuhan . Sebab keindahan kekudusan itulah yang 

sangat berharga di hadapan Tuhan .  

3. Musa dipelihara dengan sangat baik sejak masa bayi. Mula-

mula ia diasuh dengan penuh kasih sayang oleh orangtuanya, 

yang selama tiga bulan mengasuh dia di rumah mereka sendiri, 

selama mereka berani melakukannya. Kemudian, melalui peng-

aturan pemeliharaan Tuhan  ia dipungut oleh putri Firaun yang 

mengasuh dia seperti anaknya sendiri (ay. 21). Orang-orang 

yang dirancang Tuhan  untuk dipakai secara khusus akan di-

pelihara-Nya secara khusus juga. Bukankah Tuhan  melindungi 

bayi Musa secara demikian? Jadi terlebih lagi Ia akan men-

jamin segala kepentingan Yesus, anak-Nya yang kudus (seperti 

yang disebut dalam 4:27) dari musuh-musuh-Nya yang berkum-

pul bersama-sama melawan Dia. 

4. Musa menjadi orang terpelajar yang hebat (ay. 22). Musa di-

didik dalam segala hikmat orang Mesir, yang  saat  itu terkenal 

Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29 

 267 

dengan seni sastranya yang indah, khususnya filsafat, ilmu 

falak, dan hieroglif (abjad Mesir kuno – pen., yang mungkin 

mendorong mereka pada penyembahan berhala). Musa mene-

rima pendidikannya di dalam istana, sehingga ia memiliki ba-

nyak kesempatan untuk meningkatkan diri berkat buku-buku, 

guru-guru, dan perbincangan yang terbaik. Ia juga sangat 

cemerlang dalam hal seni dan ilmu pengetahuan. Namun kita 

memiliki alasan bahwa sejauh ini ia tidak melupakan Tuhan  

nenek moyangnya sementara ia belajar ilmu-ilmu orang yang 

tidak mengenal Tuhan  dan pekerjaan ahli-ahli sihir Mesir, yang 

cukup untuk membantah semua perbuatan mereka.  

5. Musa diangkat menjadi perdana menteri Mesir. Tampaknya ini 

yang dimaksudkan dengan pernyataan ia berkuasa dalam per-

kataan dan perbuatannya. Walaupun ia tidak terlampau mam-

pu mengungkapkan diri dan gagap dalam berbicara, namun 

apa yang dikatakannya sangatlah masuk akal, dan apa pun 

yang ia perintahkan dibenarkan, serta dapat dibuktikan de-

ngan disertai alasan yang kuat. Di dalam berbagai urusan, 

tidak ada orang yang mampu menandingi keberanian kepe-

mimpinan dan keberhasilannya. Dengan demikian ia dipersi-

apkan melalui bantuan-bantuan manusiawi untuk melakukan 

pelayanan-pelayanan di kemudian hari yang tidak mungkin 

dapat dilakukannya tanpa bimbingan dan pencerahan Tuhan . 

Nah, dengan semua ini Stefanus ingin menunjukkan bahwa 

sehebat apa pun tuduhan penuh kebencian dari para pengani-

ayanya, ia memiliki pikiran dan rasa hormat yang mendalam 

terhadap Musa seperti halnya mereka.  

IV. Daya upaya yang dilakukan Musa untuk menyelamatkan Israel 

yang kemudian ditolak dengan penuh penghinaan oleh bangsanya 

sendiri yang tidak mau didekati. Hal ini sangat ditekankan oleh 

Stefanus dan menjadi kunci utama dari kisah ini (Kel. 2:11-15), 

seperti yang diungkapkan juga dalam bentuk lain oleh seorang 

rasul di dalam Ibrani 11:24-26. Tindakan Musa ditunjukkan se-

bagai sebuah bentuk penyangkalan diri yang kudus, dan di sini 

digunakan sebagai pendahuluan sebelum memasuki pelayanan 

umum sesuai dengan panggilannya (ay. 23). Pada waktu ia ber-

umur empat puluh tahun,  saat  ia tengah berada di puncak keja-

yaan dan kedudukan yang tinggi di dalam istana Mesir, timbullah 


 268

keinginan dalam hatinya (sebab Tuhan  yang menaruh keinginan itu 

di dalam hatinya) untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu 

orang-orang Israel, dan mencari cara paling tepat untuk melayani 

mereka. Ia tampil sebagai seorang tokoh masyarakat dengan ciri-

ciri khas seorang pelayan masyarakat.  

1. Sebagai penyelamat Israel. Hal ini ditunjukkannya dengan 

menuntut balas bagi seorang Israel yang teraniaya dan mem-

bunuh orang Mesir yang menganiayanya (ay. 24).  saat  meli-

hat salah seorang saudaranya dianiaya, hatinya digerakkan 

oleh belas kasihan terhadap orang yang dianiaya itu. Juga 

timbul rasa amarah yang adil di dalam dirinya terhadap si pe-

laku kejahatan. Sebagaimana seharusnya seorang yang sedang 

melayani masyarakat umum, ia membela orang yang teraniaya 

itu dengan membunuh orang Mesir itu. Sesuatu yang tidak 

dapat ia lakukan dengan sah menurut hukum jika ia hanya 

seorang anggota masyarakat biasa. Namun, ia tahu bahwa ia 

memperoleh kuasa dari sorga, dan kuasa itu akan mendu-

kungnya. Ia menyangka bahwa saudara-saudaranya (yang 

mungkin tidak terlampau mengetahui mengenai janji yang di-

berikan Tuhan  kepada Abraham, bahwa bangsa yang akan me-

nindas mereka akan dihukum oleh Tuhan ) akan mengerti bahwa 

Tuhan  memakai dia untuk menyelamatkan mereka.  Sebab ia ti-

dak mungkin memiliki kesadaran atau kekuatan jasmani untuk 

berbuat seperti itu seandainya ia tidak diliputi oleh kekuatan 

Tuhan  seperti yang ditunjukkan oleh kekuasaan Tuhan . Seandai-

nya saja mereka mengerti tanda-tanda zaman, mereka akan 

menerima hal ini sebagai fajar hari penyelamatan.namun  mere-

ka tidak mengerti. Mereka tidak menerima hal ini sebagai se-

suatu yang telah dirancang, untuk menetapkan sebuah norma, 

dan sebagai bunyi sangkakala untuk mengangkat Musa seba-

gai penyelamat mereka.   

2. Sebagai hakim atas bangsa Israel. Ia memberi  contoh pada 

keesokan harinya, dengan menawarkan diri untuk menyelesai-

kan masalah antara dua orang Ibrani yang sedang berkelahi. 

Di sini ia dengan jelas menunjukkan ciri seorang pelayan ma-

syarakat (ay. 26). Ia muncul pula  saat  dua orang Israel se-

dang berkelahi, dan dengan agung dan berwibawa, ia berusaha 

mendamaikan mereka. Dan sebagai pemimpin yang akan me-

mutuskan pertentangan di antara mereka, ia berkata, Saudara-

Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29 

 269 

saudara, bukankah kamu ini bersaudara, berdasarkan kela-

hiran dan pengakuan iman agamamu? Mengapa kamu saling 

menganiaya? sebab  ia memperhatikan bahwa (seperti dalam 

sebagian besar perselisihan yang terjadi) ada kesalahan di 

kedua belah pihak. Oleh sebab  itu, demi perdamaian dan per-

sahabatan, keduanya harus saling mengampuni dan saling 

merendahkan hati.  saat  Musa akan menjadi penyelamat 

Israel untuk keluar dari negeri Mesir, ia membunuh orang-

orang Mesir, dan dengan demikian membebaskan bangsa Is-

rael dari genggaman tangan mereka. Namun  saat  ia akan 

menjadi hakim dan pemberi hukum, ia memerintah mereka 

dengan tongkat kerajaan dari emas, bukan dengan gada besi. 

Ia tidak membunuh dan membantai mereka  saat  mereka se-

dang berkelahi. Sebaliknya ia, memberi  hukum dan kete-

tapan-ketetapan yang sangat baik, serta memutuskan perkara 

mereka berdasarkan keluhan-keluhan dan pengaduan yang 

disampaikan ke hadapannya (Kel. 18:16).namun  orang Israel 

yang paling berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa 

(ay. 27). Ia tidak tahan mendengarkan teguran itu, meskipun 

teguran itu adil dan disampaikan dengan lemah lembut. 

Sebaliknya, ia siap menyerang Musa dengan berkata, Siapakah 

yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas 

kami? Roh kesombongan dan suka berperkara tidak dapat 

sabar menghadapi pemeriksaan dan pengendalian. Orang-

orang Israel ini lebih suka tubuh mereka diperintah dengan 

kekerasan oleh para pengerah mereka dibandingkan  dibebaskan. 

Mereka lebih suka membiarkan pikiran mereka diperintah oleh 

rasio dibandingkan  oleh penyelamat mereka. Orang yang berbuat 

salah itu menjadi begitu marah atas teguran yang diberikan 

kepadanya, sehingga dengan nada keras ia mengecam Musa 

atas jasa yang telah dibuat Musa bagi bangsa mereka dengan 

membunuh orang Mesir itu. Padahal jika mereka mau mene-

rima, jasa itu akan menjadi pertanda dari pelayanan lebih jauh 

yang lebih besar lagi. Apakah engkau bermaksud membunuh 

aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu? 

(ay. 28). Dengan perkataan ini ia menuduh Musa melakukan 

kejahatan dan mengancam untuk mendakwanya atas per-

buatan itu. Padahal dengan tindakannya itu Musa sedang 

mengibarkan bendera perlawanan kepada orang-orang Mesir 


 270

dan panji-panji kasih serta pembebasan bagi Israel. Segera 

sesudah itu Musa melarikan diri ke tanah Midian dan tidak 

berusaha lebih jauh untuk membebaskan orang Israel sampai 

empat puluh tahun lamanya. Ia tinggal sebagai seorang 

pendatang di sana, menikah, dan memperanakkan dua orang 

anak laki-laki dari anak perempuan Yitro (ay. 29).  

Sekarang marilah melihat bagaimana hal ini berguna dan berkaitan 

dengan tujuan pembelaan Stefanus,  

1. Mereka mendakwanya telah melakukan penghujatan terhadap 

Musa. Untuk menanggapi hal itu ia mengembalikan tuduhan 

itu kepada mereka dengan menunjukkan penghinaan yang di-

lakukan nenek moyang mereka sendiri terhadap Musa. Se-

suatu yang seharusnya membuat mereka merasa malu dan 

sebab  itu bersikap rendah hati, dan bukannya berbantah-

bantah dengan topeng semangat untuk menghormati Musa. 

2. Mereka menganiayanya sebab  telah bertengkar dengan me-

reka untuk membela Kristus dan Injil-Nya, dan melawan apa 

yang telah ditetapkan Musa dan hukum Tauratnya.  Tetapi,” 

Stefanus berkata,  Lebih baik kamu berjaga-jaga,”  

(1)  Supaya jangan sampai dengan perbuatanmu itu kamu me-

lakukan sesuatu seperti yang diperbuat nenek moyangmu 

dan menolak Orang yang dibangkitkan Tuhan  menjadi Pemim-

pin dan Juruselamat bagimu. Mungkin kamu akan mengerti, 

jika kamu tidak dengan sengaja menutup mata terhadap 

terang yang menyatakan bahwa melalui Yesus ini Tuhan  

akan menyelamatkan kamu dari perbudakan yang lebih 

buruk dibandingkan  perbudakan di negeri Mesir. Berhati-hati-

lah supaya jangan sampai kamu menolak Dia. Sebaliknya, 

terimalah Dia sebagai seorang Pemimpin dan Hakim atas 

kamu.” 

(2)  Supaya jangan sampai sebab  ini kamu akan dihukum 

seperti halnya nenek moyangmu pernah dihukum. sebab  

perbuatan mereka inilah mereka dibiarkan mati dalam per-

budakan, sebab penyelamatan itu tidak segera datang sam-

pai empat puluh tahun sesudahnya. Inilah masalahnya, 

jika kamu menolak Injil, maka Injil ini akan diberikan ke-

pada orang-orang bukan-Yahudi. Kamu tidak akan memi-

Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41 

 271 

liki Dia, dan sebab kamu tidak memiliki Dia, begitulah 

nanti jadinya hukumanmu (Mat. 23:38-39).  

Pembelaan Stefanus  

(7:30-41)  

30 Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah kepadanya seorang malaikat 

di padang gurun gunung Sinai di dalam nyala api yang keluar dari semak 

duri. 31 Musa heran tentang penglihatan itu, dan  saat  ia pergi ke situ untuk 

melihatnya dari dekat, datanglah suara Tuhan kepadanya: 32 Akulah Tuhan  

nenek moyangmu, Tuhan  Abraham, Ishak dan Yakub. Maka gemetarlah Musa, 

dan ia tidak berani lagi melihatnya. 33 Lalu firman Tuhan  kepadanya: Tanggal-

kanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, 

yaitu  tanah yang kudus. 34 Aku telah memperhatikan dengan sungguh ke-

sengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar keluh kesah 

mereka, dan Aku telah turun untuk melepaskan mereka; sebab  itu marilah, 

engkau akan Kuutus ke tanah Mesir. 35 Musa ini, yang telah mereka tolak, 

dengan mengatakan: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin 

dan hakim? – Musa ini juga telah diutus oleh Tuhan  sebagai pemimpin dan 

penyelamat oleh malaikat, yang telah menampakkan diri kepadanya di semak 

duri itu. 36 Dialah yang membawa mereka keluar dengan mengadakan muji-

zat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang 

gurun, empat puluh tahun lamanya. 37 Musa ini pulalah yang berkata kepada 

orang Israel: Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Tuhan  bagimu 

dari antara saudara-saudaramu. 38 Musa inilah yang menjadi pengantara 

dalam sidang jemaat di padang gurun di antara malaikat yang berfirman 

kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang meneri-

ma firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu. 39 Te-

tapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka meno-

laknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. 40 Kepada Harun

mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa Tuhan  yang akan berjalan di 

depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah 

Mesir – kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. 41 Lalu pada 

waktu itu mereka membuat sebuah anak lembu dan mempersembahkan per-

sembahan kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa yang 

dibuat sendiri oleh mereka. 

Di sini Stefanus melanjutkan kisahnya tentang Musa. Ia membiarkan 

orang menilai sendiri apakah perkataan-perkataan ini disampaikan 

oleh orang yang menjadi penghujat Musa atau tidak. Tidak ada kata-

kata lain yang dapat diucapkan dengan lebih hormat lagi mengenai 

Musa. Di sini kita membaca perihal,  

I. Penglihatan yang disaksikan Musa akan kemuliaan Tuhan  di 

semak duri (ay. 30). Sesudah empat puluh tahun (selama waktu itu 

Musa seolah-olah terkubur hidup-hidup di Midian dan sekarang 

sudah menjadi tua serta tidak ada lagi orang yang mengingat 

jasanya di masa lalu), supaya semua tindakannya dapat tampak 


 272

sebagai hasil kuasa dan janji Tuhan  (seperti yang tampak dalam ke-

lahiran Ishak sebagai anak perjanjian dari orang tua yang sudah 

menjadi sangat lemah sebab  terlampau tua). Nah, sekarang pada 

usia delapan puluh tahun, Musa memulai jabatan terhormat yang 

menjadi tujuan kelahirannya, sebagai imbalan atas penyangkalan 

dirinya pada saat ia berusia empat puluh tahun. Amatilah hal-hal 

berikut ini,  

1. Tempat Tuhan  menampakkan diri kepadanya. Di padang gurun 

gunung Sinai (ay. 30).  saat  Tuhan  menampakkan diri kepada-

nya di sana, tempat itu menjadi tanah yang kudus (ay. 33). 

Pernyataan ini sangat ditekankan oleh Stefanus untuk mem-

bantah orang-orang yang membanggakan diri tentang Bait 

Suci itu, tempat kudus itu, seolah-olah tidak ada persekutuan 

dengan Tuhan  selain di tempat itu. Padahal, Tuhan  menjumpai 

Musa dan menyatakan diri kepadanya di tempat yang sangat 

terpencil dan tersembunyi di padang gurun Sinai. Mereka te-

lah menipu diri sendiri jika tetap bersikeras bahwa Tuhan  di-

batasi oleh tempat. Tuhan  sanggup membawa orang ke padang 

gurun dan berbicara kepada mereka dengan nyaman di sana.  

2. Cara Tuhan  menampakkan diri. Dalam nyala api (sebab Tuhan  

kita yaitu  api yang menghanguskan), yang keluar dari semak 

duri. Di situlah api itu berada. Walaupun semak duri itu ada-

lah bahan yang mudah terbakar, namun tidak dimakan api. 

Keadaan ini menggambarkan keadaan bangsa Israel di negeri 

Mesir (yang meskipun berada di tengah api penderitaan, tidak 

dihanguskan). Jadi, mungkin ini juga dapat dianggap sebagai 

gambaran penjelmaan Kristus, dan persatuan antara sifat Tuhan  

dan manusiawi, yaitu Tuhan , yang menampakkan diri dalam 

rupa manusia di dalam daging, tampak seperti nyala api yang 

dinyatakan di dalam semak duri.  

3. Bagaimana Musa terpesona oleh pemandangan ini, 

(1) Ia merasa heran tentang penglihatan itu (ay. 31). Apa yang 

dilihatnya itu merupakan sebuah gejala yang tidak dapat 

dijelaskan oleh seluruh pengetahuan orang Mesir yang te-

lah dipelajarinya. Rasa ingin tahunya pertama-tama men-

dorong dia untuk melihatnya dari dekat: Baiklah aku me-

nyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat 

Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41 

 273 

itu. Namun, semakin mendekat, ia semakin dipenuhi de-

ngan rasa heran, lalu,  

(2) Ia menjadi gemetar dan tidak berani melihat, tidak berani 

terus-menerus melihat kepada nyala api itu. Ia segera 

menyadari bahwa api itu bukanlah benda langit yang me-

nyala, melainkan Malaikat TUHAN, yang tiada lain yaitu  

Malaikat Perjanjian itu, yakni Anak Tuhan  sendiri. Hal ini 

membuatnya gemetar. Stefanus dituduh menghujat Musa 

dan Tuhan  (6:11), seolah-olah Musa yaitu  Tuhan  kecil. Na-

mun dari pernyataan ini jelaslah bahwa Musa hanyalah 

manusia biasa sama seperti kita. Khususnya ia juga me-

miliki rasa takut terhadap penampakan keagungan dan ke-

muliaan Tuhan  apa saja.  

II. Pernyataan yang ia dengar mengenai kovenan Tuhan  (ay. 32). Da-

tanglah suara Tuhan kepadanya, sebab iman diperoleh dengan 

mendengar. Dan inilah pernyataan itu: Akulah Tuhan  nenek mo-

yangmu, Tuhan  Abraham, Ishak, dan Yakub. Oleh sebab  itu,  

1.  Aku masih sama pada hari ini seperti sebelumnya.” Kovenan 

yang Tuhan  adakan dengan Abraham beberapa abad yang lalu 

yaitu , Aku akan menjadi Tuhan mu, Tuhan  yang mencukupi. 

 Sekarang,” Tuhan  berfirman,  kovenan itu masih tetap berlaku, 

tidak dibatalkan dan juga tidak dilupakan. Sebagaimana Aku 

dahulu yaitu  Tuhan  Abraham, sekarang pun Aku tampil se-

perti itu.” Sebab semua kemurahan dan kehormatan yang di-

berikan Tuhan  atas Israel, didirikan di atas kovenan dengan 

Abraham dan dari sanalah asalnya.  

2.  Aku akan sama seperti adanya Aku sekarang ini.” Sebab jika 

kematian Abraham, Ishak, dan Yakub tidak dapat memutus-

kan hubungan kovenan antara Tuhan  dan mereka (dengan ini 

tampaknya hubungan itu tidak terputus), maka tidak akan 

ada yang dapat memutuskannya. Kemudian Ia akan menjadi 

Tuhan ,  

(1) Bagi jiwa mereka yang sekarang terpisah dari tubuh me-

reka. Dengan ini Juruselamat kita membuktikan keadaan 

di masa depan (Mat. 22:31-32). Abraham sudah mati, na-

mun Tuhan  masih tetap Tuhan nya, dan itulah sebabnya dika-

takan bahwa Abraham masih hidup. Tuhan  tidak pernah 


 274

memaksudkan janji kepada Abraham untuk kehidupan di 

dunia sekarang ini, yang akan menjelaskan maksud sebe-

narnya dari janji itu seutuhnya, bahwa Ia akan menjadi 

Tuhan  Abraham. Itulah sebabnya janji itu harus digenapi di 

kehidupan yang akan datang. Nah, inilah kehidupan yang 

tidak dapat binasa dan dibawa oleh terang Injil itu untuk 

menyatakan kesalahan orang-orang Saduki yang menyang-

kal kehidupan yang akan datang. Itulah sebabnya orang-

orang yang mempertahankan Injil dan berusaha menyebar-

luaskannya, sangat jauh dari maksud menghujat Musa, 

malah sebaliknya mereka sangat menghormatinya tak ter-

kira dan memuliakan penampakan Tuhan  akan diri-Nya ke-

padanya di semak duri itu.  

(2) Bagi keturunan mereka. Dengan menyatakan diri sebagai 

Tuhan  nenek moyang mereka, Tuhan  ingin menunjukkan ke-

murahan-Nya kepada keturunan mereka, supaya mereka 

menjadi kekasih Tuhan  oleh sebab  nenek moyang mereka 

(Rm. 11:28; Ul. 7:8). Sekarang para pembawa berita Injil 

mewartakan kovenan bahwa kegenapan janji yang diberi-

kan Tuhan  kepada nenek moyang kita, dan yang dinantikan 

oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam 

melakukan ibadahnya dengan tekun (26:6-7). Akankah me-

reka sebab  alasan mendukung tempat kudus dan hukum 

Taurat itu, mereka menentang kovenan yang dibuat Tuhan  

dengan Abraham dan keturunannya, keturunan rohaninya, 

padahal kovenan itu sudah ada sebelum hukum itu sendiri 

diberikan dan jauh sebelum tempat kudus itu didirikan? 

Sebab kemuliaan Tuhan  harus selalu dibesarkan dan kemu-

liaan kita dihentikan. Tuhan  menghendaki supaya kesela-

matan kita digenapi oleh sebuah janji, dan bukan oleh hu-

kum Taurat. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi yang 

menganiaya orang-orang Kristen dengan alasan menghujat 

hukum Taurat sebenarnya telah menghujat kovenan itu 

sendiri dan mencampakkan semua belas kasihan yang ada 

di dalamnya yang justru diperuntukkan bagi diri mereka 

sendiri.  

III. Perintah yang diberikan Tuhan  kepada Musa untuk membebaskan 

orang Israel keluar dari tanah Mesir. Orang-orang Yahudi menem-

Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41 

 275 

patkan Musa dalam kedudukan yang bersaing dengan Kristus dan 

mendakwa Stefanus sebagai penghujat sebab ia tidak mau ber-

buat seperti mereka juga. Namun di sini Stefanus menunjukkan 

bahwa Musa merupakan gambaran utama dari Kristus, sebab ia 

yaitu  pembebas bangsa Israel. Setelah menyatakan diri sebagai 

Tuhan  Abraham, Tuhan  kemudian melanjutkan dengan,  

1. Memerintahkan Musa melakukan sikap tubuh yang menunjuk-

kan rasa hormat:  Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu. Ja-

nganlah masuk ke tempat-tempat kudus dengan pikiran dan 

sikap hati yang rendah, dingin, dan tidak sopan. Janganlah ter-

buru-buru dengan mulutmu (Pkh. 5:1). Janganlah tergesa-gesa 

dan bersikap sembrono saat datang kepada Tuhan . Melangkahlah 

dengan lembut.”  

2. Memerintahkan Musa memasuki tugas pelayanan yang sangat 

mulia. Setelah siap menerima perintah, ia selanjutnya akan 

menerima tugas. Ia ditugaskan untuk meminta izin dari Firaun 

bagi orang-orang Israel untuk pergi meninggalkan negeri Fi-

raun dan untuk menguatkan permintaan itu (ay. 34). Amatilah 

di sini,  

(1) Perhatian yang diberikan Tuhan  atas kesengsaraan mereka 

dan perasaan mereka terhadap kesengsaraan itu. Aku telah 

melihat, Aku telah memperhatikan kesengsaraan mereka 

dan telah mendengar keluh kesah mereka. Tuhan  sungguh 

peduli dengan segala kesulitan jemaat-Nya dan keluh ke-

sah umat-Nya yang teraniaya. Penyelamatan mereka ber-

asal dari rasa kasihan-Nya.  

(2) Ketetapan hati Tuhan  untuk membebaskan mereka melalui 

tangan Musa. Aku telah turun untuk melepaskan mereka. 

Meskipun Tuhan  hadir di mana-mana, tampaknya di sini Ia 

menggunakan ungkapan telah turun untuk melepaskan me-

reka. Sebab pembebasan itu merupakan pelambangan dari 

apa yang dilakukan Kristus. Yaitu,  saat  Dia telah turun 

dari sorga bagi kita manusia dan bagi keselamatan kita. Dia 

yang telah naik ke sorga, tadinya Dia telah turun. Musalah 

orang yang harus ditugaskan. Marilah, engkau akan kuutus 

ke tanah Mesir. Dan jika Tuhan  mengutus dia, Ia akan 

mengakuinya dan memberi  keberhasilan kepadanya.   


 276

IV. Tindakan Musa dalam melaksanakan tugas ini, yang menjadikan 

dia gambaran dari Sang Mesias. Sekali lagi Stefanus memberi  

perhatian terhadap tindakan orang-orang Israel yang meremehkan 

Musa. Penghinaan yang mereka berikan kepadanya, serta peno-

lakan mereka terhadap kepemimpinannya atas mereka, semakin 

meninggikan tindakan Musa dalam menyelamatkan mereka.  

1. Tuhan  memberi  kehormatan kepada dia yang telah mereka 

hina (ay. 35). Musa ini, yang telah mereka tolak (yang tawaran 

dan perbuatan baiknya telah mereka tolak dengan penuh 

penghinaan), dengan mengatakan, Siapakah yang mengangkat 

engkau menjadi pemimpin dan hakim? Mengapakah kamu me-

ninggikan diri di atas jemaat TUHAN, wahai anak Lewi? (Bil. 

16:3, KJV). Musa ini juga telah diutus oleh Tuhan  sebagai pe-

mimpin dan penyelamat oleh malaikat yang telah menampak-

kan diri kepadanya di semak duri itu. Dapat ditafsirkan juga 

bahwa Tuhan  telah mengutus dia melalui malaikat yang me-

nyertainya dan menjadikan dia sebagai penyelamat sepenuh-

nya. Nah, dengan contoh ini, Stefanus ingin menunjukkan ke-

pada mahkamah itu bahwa Yesus ini, yang sekarang mereka 

tolak, seperti Musa yang ditolak nenek moyang mereka yang 

berkata, Siapa yang menjadikan Engkau nabi dan raja? Siapa 

yang memberi kuasa kepada-Mu? Bahkan Yesus inilah yang 

telah ditinggikan Tuhan  menjadi Pemimpin dan Juruselamat, se-

perti yang dikatakan oleh rasul-rasul beberapa waktu lalu 

(5:30-31), supaya batu yang dibuang oleh tukang-tukang ba-

ngunan itu menjadi batu penjuru (4