Kisah pararasul 7
han di-
perbaiki dan rasa tidak puas diatasi), agama pun semakin diku-
kuhkan (ay. 7).
1. Firman Tuhan makin tersebar. Sekarang, setelah para rasul ber-
ketetapan untuk lebih memusatkan diri pada pemberitaan fir-
man, Injil pun makin tersebar jauh dan berkuasa. Para pela-
yan Tuhan yang membebaskan diri dari pekerjaan sekuler dan
membaktikan diri sepenuhnya pada pekerjaan mereka dengan
penuh semangat, akan menjadi sarana yang sangat membantu
keberhasilan Injil.
2. Orang-orang Kristen semakin banyak: jumlah murid di Yerusa-
lem makin bertambah banyak. saat Kristus masih hidup di
bumi, pelayanan-Nya paling sedikit membuahkan hasil di Ye-
rusalem. Namun, sekarang kota itu justru menghasilkan pa-
ling banyak orang yang bertobat. Tuhan memiliki umat sisa-Nya
bahkan di tempat-tempat yang paling buruk sekalipun.
3. Sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. Saat itu-
lah firman dan anugerah Tuhan luar biasa berjayanya saat
Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15
237
orang-orang yang paling tidak terduga digerakkan hatinya,
seperti para imam ini, yang tadinya menentang Injil atau seti-
daknya berhubungan dengan mereka yang menentangnya.
Para imam yang diangkat berdasarkan hukum Musa ini, ber-
sedia meninggalkan jabatan mereka demi Injil Kristus. Seperti-
nya, mereka datang bersama-sama sebagai satu kelompok. Ba-
nyak dari antara mereka yang sepakat untuk saling menopang
dan saling menguatkan, lalu bergabung menyerahkan diri ke-
pada Kristus: polis ochlos sejumlah besar imam, yang melalui
kasih karunia Tuhan telah mengatasi prasangka-prasangka me-
reka, menyerahkan diri dan percaya, sehingga pertobatan me-
reka dicatat.
(1) Mereka memeluk ajaran Injil. Akal budi mereka ditawan
dan diserahkan kepada kuasa kebenaran Kristus, dan se-
tiap pikiran yang tadinya menentang dibuat menjadi taat
kepada-Nya (2Kor. 10:4-5). Dikatakan bahwa Injil diberita-
kan untuk membimbing kepada ketaatan iman (Rm. 16:26).
Iman yaitu suatu tindakan ketaatan, sebab yaitu perin-
tah Tuhan supaya kita percaya (1Yoh. 3:23).
(2) Mereka menunjukkan ketulusan percaya mereka akan Injil
Kristus dengan cara mematuhi semua aturan dan perintah
Injil dengan senang hati. Maksud Injil yaitu untuk memper-
halus dan mengubah hati dan kehidupan kita. Iman mem-
berikan hukum itu kepada kita, dan kita harus menaatinya.
Seruan Stefanus
(6:8-15)
8 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan muji-
zat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. 9namun tampillah bebe-
rapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini anggota-
anggota jemaat itu yaitu orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria
bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-
orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, 10namun mereka tidak sanggup me-
lawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 11 Lalu mereka
menghasut beberapa orang untuk mengatakan: Kami telah mendengar dia
mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Tuhan . 12 Dengan jalan de-
mikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-
tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan
membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 13 Lalu mereka memajukan
saksi-saksi palsu yang berkata: Orang ini terus-menerus mengucapkan per-
kataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, 14 sebab kami
telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan me-
rubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa
238
kepada kita. 15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama
itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka
seorang malaikat.
Tidak diragukan lagi bahwa Stefanus sangat tekun dan setia dalam
menjalankan tugasnya sebagai penyalur dana santunan jemaat. Ia
mempersiapkan diri untuk mengurus hal itu dengan cara yang baik,
demi memuaskan semua orang. Meskipun di sini tampaknya ia orang
yang sangat berbakat dan pantas menduduki jabatan yang lebih
tinggi, ia ternyata tidak merasa tugas panggilan ini terlampau rendah
baginya. sebab setia dengan yang kecil, kepadanya dipercayakan
tugas yang lebih besar lagi. Meskipun kita tidak membaca bahwa ia
menyebarkan Injil dengan berkhotbah dan membaptis, namun kita
mendapati bahwa di sini ia ditunjuk melaksanakan tugas yang sa-
ngat terhormat dan diakui kemampuannya.
I. Ia membuktikan kebenaran Injil dengan mengerjakan mujizat-
mujizat dalam nama Kristus (ay. 8).
1. Ia penuh dengan karunia dan kuasa. Artinya, iman yang kuat,
yang memampukan dia untuk melakukan hal-hal besar.
Orang-orang yang penuh dengan iman juga akan penuh de-
ngan kuasa, sebab melalui iman, kuasa Tuhan dijalankan bagi
kita. Iman Stefanus begitu memenuhi hatinya hingga tidak ada
tempat lagi bagi ketidakpercayaan. Yang ada hanyalah tempat
bagi pengaruh kasih karunia Tuhan seperti yang dikatakan sang
nabi, penuh dengan kekuatan, dengan ROH TUHAN (Mi. 3:8).
Melalui iman, kita dikosongkan dari keakuan dan terisi de-
ngan Kristus, yang yaitu kekuatan Tuhan dan hikmat Tuhan .
2. Dengan ada dalam keadaan demikianlah ia mengadakan muji-
zat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak dengan
terbuka dan di hadapan semua orang, sebab mujizat Kristus
tidak takut kepada penyelidikan yang paling ketat sekalipun.
Bukanlah hal aneh jika Stefanus, walaupun jabatannya bu-
kan sebagai seorang pengkhotbah, melakukan mujizat-mujizat
ini, sebab kita mendapati bahwa ini termasuk karunia Roh yang
dibagi-bagikan. Sebab kepada yang seorang Roh memberi
kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia
memberi karunia untuk bernubuat (1Kor. 12:10-11). Dan tan-
Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15
239
da-tanda ini akan menyertai bukan saja orang-orang yang mem-
beritakan firman,namun juga mereka yang percaya (Mrk. 16:17).
II. Stefanus membela perkara Kekristenan melawan orang-orang yang
menentangnya dan bersoal jawab dengan mereka (ay. 9-10). Ia me-
layani kepentingan agama sebagai seorang pembantah di tempat-
tempat tinggi dalam bidang itu, sementara yang lain hanya ibarat
melayani sebagai pengusaha kebun anggur dan petani.
1. Di sini diceritakan kepada kita siapa saja yang menjadi lawan-
nya (ay. 9). Mereka yaitu orang-orang Yahudi,namun dari
kaum Helenis, orang-orang Yahudi yang tersebar dan yang se-
pertinya lebih giat menjalankan agama dibandingkan orang Yahudi
asli itu sendiri. Sungguh sulit bagi mereka untuk menjalankan
ibadah mereka di negeri tempat mereka tinggal, tempat mereka
hidup bagaikan burung kurik. Dengan susah payah dan me-
ngeluarkan biaya besar mereka datang beribadah di Yeru-
salem, dan hal ini membuat mereka lebih melekat pada Yuda-
isme dibanding mereka yang dapat menjalankan agama mereka
dengan murah dan mudah. Mereka dari jemaat Yahudi yang
disebut jemaat orang Libertini. Orang Romawi menyebut mereka
orang Liberti, atau Libertini, yang sebab berkebangsaan asing
harus memperoleh kewarganegaraan, atau jika terlahir se-
bagai budak, harus dibebaskan dari perbudakan atau dijadi-
kan orang merdeka. Ada yang berpendapat bahwa orang-orang
Libertini ini yaitu orang-orang Yahudi yang memperoleh ke-
merdekaan dari pemerintah Romawi, seperti halnya Paulus
(22:27-28). Ada kemungkinan bahwa Paulus termasuk yang
paling gencar dari antara orang-orang Libertini yang berdebat
dengan Stefanus di jemaat ini, dan menarik orang-orang lain
ikut dalam perdebatan itu, sebab kita mendapati dia ikut
mengambil bagian dan memberi izin saat Stefanus dirajam
sampai mati. Kemudian masih ada beberapa orang lain yang
termasuk jemaat Kirene dan Aleksandria yang sering disebut-
kan oleh para penulis Yahudi. Selain itu, ada juga anggota je-
maat Kilikia dan Asia. Kalaupun Paulus yang yaitu orang
Romawi merdeka, tidak termasuk jemaat orang Libertini, seba-
gai orang asli Tarsus ia tentunya termasuk jemaat Kilikia. Ada
kemungkinan ia merupakan anggota kedua jemaat itu. Orang-
orang Yahudi yang lahir di negeri lain dan memiliki kepen-
240
tingan di dalamnya, sering kali bukan sekadar singgah,namun
juga bermukim di Yerusalem. Tiap bangsa memiliki jemaatnya
sendiri, seperti misalnya di London ada jemaat-jemaat
Prancis, Belanda, dan Denmark. Jemaat-jemaat itu merupa-
kan sekolah ke mana orang Yahudi dari bangsa-bangsa itu
mengirimkan kaum muda mereka untuk dididik menurut
pengajaran Yahudi. Sekarang, para pengajar di jemaat-jemaat
ini, yang bersama para pemimpin melihat Injil berkembang, ber-
komplot hendak menentang perkembangannya sebab meng-
khawatirkan akibatnya terhadap agama Yahudi. Mereka yang
merasa iri sekaligus yakin akan kebenaran perkara mereka dan
kemampuan untuk mengurusnya, menjamin bahwa mereka
mampu menumpas Kekristenan melalui kekuatan debat. Ini se-
benarnya cara yang wajar serta masuk akal untuk menangani
hal itu, dan yang selalu siap diakui agama. Ajukanlah perkara-
mu, firman TUHAN, kemukakanlah alasan-alasanmu (Yes.
41:21).namun mengapa mereka berdebat dengan Stefanus?
Mengapa tidak dengan rasul-rasul itu sendiri?
(1) Ada yang berpendapat, sebab mereka memandang rendah
para rasul sebagai orang biasa yang tidak terpelajar, yang
mereka anggap terlampau hina untuk berurusan. Sebaliknya,
Stefanus seorang terpelajar, dan mereka merasa mendapat
kehormatan jika berurusan dengan orang yang seimbang.
(2) Ada lagi yang berpendapat, sebab mereka takjub melihat
rasul-rasul itu. Mereka tidak merasa bebas dan nyaman
dengan rasul-rasul itu, tidak seperti dengan Stefanus yang
saat itu menduduki jabatan yang rendah.
(3) Boleh jadi juga, sebab ditantang di depan umum, Stefanus
lalu ditunjuk oleh para rasul untuk menjadi jagoan mereka,
sebab dianggap tidak pantas jika rasul-rasul itu harus
melalaikan pemberitaan firman demi melibatkan diri dalam
perbantahan. Stefanus yang hanyalah seorang diaken je-
maat, seorang muda yang sangat cerdas, pintar, dan lebih
memenuhi syarat dibandingkan para rasul untuk berurusan
dengan orang-orang yang gemar bertengkar, ditunjuk un-
tuk melayani tantangan mereka. Beberapa ahli sejarah me-
ngatakan bahwa Stefanus pernah dididik oleh Gamaliel,
bahwa Saulus dan yang lain menganggap dia sebagai pem-
Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15
241
belot, dan sebab itu menjadikannya sebagai bulan-bulanan
dengan penuh kedengkian.
(4) Ada kemungkinan mereka berdebat dengan Stefanus kare-
na ia gigih berdebat dengan mereka untuk meyakinkan me-
reka, dan untuk pelayanan inilah ia dipanggil oleh Tuhan .
2. Di sini diceritakan kepada kita bagaimana ia menyampaikan
pokok pembicaraan dalam perdebatan itu (ay. 10): Mereka ti-
dak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia
berbicara. Mereka tidak mampu mendukung pendirian mereka
sendiri ataupun membantah pendapatnya. Melalui pendapat
yang tidak dapat dilawan, ia membuktikan bahwa Yesus ada-
lah Mesias. Ia berkata-kata dengan begitu jelas dan sempurna
hingga mereka tidak dapat membantah apa pun yang diucap-
kannya. Walaupun tidak dapat diyakinkan, mereka dikalahkan
dalam debat. Tidak dikatakan bahwa mereka tidak mampu
melawan dia,namun , mereka tidak sanggup melawan hikmat-
nya dan Roh yang mendorong dia berbicara, Roh hikmat yang
berbicara melalui dia. Sekaranglah janji itu digenapi, Aku sen-
diri akan memberi kepadamu kata-kata hikmat, sehingga
kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu
(Luk. 21:15). Mereka menyangka hanya akan berdebat dengan
Stefanus dan pasti mampu mengalahkan dia,namun ternyata
mereka berdebat dengan Roh Tuhan di dalam dia, yang sama
sekali tidak seimbang dengan mereka.
III. Akhirnya, Stefanus memeteraikan perdebatan itu dengan darah-
nya. Kita akan membaca tentang hal ini di pasal berikutnya. Di
sini kita melihat beberapa langkah yang diambil lawan-lawannya
ke arah itu. saat tidak mampu membantah pendapatnya, mere-
ka mendakwanya sebagai penjahat dan diam-diam menghasut
saksi-saksi palsu untuk bersumpah bahwa ia telah menghujat.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti itulah (menurut Tuan
Baxter) kita berdebat dengan orang-orang jahat. Sungguh meru-
pakan mujizat campur tangan-Nya jika tidak lebih banyak lagi
orang-orang saleh yang terbunuh di dunia ini melalui sumpah
palsu dan kepura-puraan hukum, saat ada ribuan orang
yang membenci mereka dan tidak segan-segan mengucapkan
sumpah palsu. Dengan diam-diam mereka menghasut orang-
orang dan mengajarkan apa yang harus dikatakan, lalu membayar
242
mereka supaya mau bersumpah. Mereka semakin murka terha-
dap Stefanus sebab ia berhasil membuktikan bahwa merekalah
yang salah, dan sekaligus menunjukkan jalan yang benar kepada
mereka. Untuk itu mereka seharusnya berterima kasih kepada-
nya. Apakah dengan mengatakan kebenaran kepada mereka dan
membuktikannya, ia telah menjadi musuh mereka? Sekarang mari
kita amati di sini,
1. Bagaimana mereka dengan segala daya upaya memicu amarah
pemerintah dan orang banyak untuk melawan Stefanus, su-
paya jika tidak berhasil dengan pemerintah, mereka masih
bisa mencoba dengan orang banyak itu (ay. 12): Mereka meng-
adakan suatu gerakan di antara orang banyak untuk melawan
dia, supaya jika Mahkamah Agama masih berpendapat un-
tuk (menurut saran Gamaliel) tidak mengganggu dia, mereka
masih mungkin menghajarnya melalui amarah dan huru-hara
orang banyak. Mereka juga berusaha menghasut para tua-tua
dan ahli Taurat agar melawan Stefanus, supaya jika orang
banyak berpihak kepadanya dan melindungi dia, mereka ma-
sih bisa berhasil melalui pihak yang berwenang. Demikianlah
mereka merasa yakin bisa mencapai tujuan, saat mereka
ibarat memiliki dua tali busur.
2. Bagaimana mereka membawanya ke sidang: Mereka menyer-
gap Stefanus, saat ia tidak menduganya, menyeretnya, dan
membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. Mereka menyer-
gap dia beramai-ramai dan menyeretnya bagaikan singa me-
nyeret mangsanya. Begitulah arti kata yang dipakai. Dengan
penanganan yang kasar dan keji terhadap dirinya itu, mereka
hendak memperlihatkan dia kepada orang banyak dan peme-
rintah sebagai orang yang berbahaya, yang akan melarikan diri
dari keadilan jika tidak diawasi, atau melawan jika ti-
dak diringkus dengan paksa. Setelah menangkap dia, mereka
membawanya dengan penuh kemenangan ke hadapan Mahka-
mah Agama, dan sepertinya dengan begitu tergesa-gesa hingga
tidak ada seorang pun teman yang menyertainya. Mereka men-
dapati bahwa dengan beramai-ramai, mereka dapat saling me-
nyemangati dan menguatkan. Oleh sebab itu mereka hendak
mencoba menanganinya sendiri.
3. Bagaimana mereka menyiapkan bukti yang siap diajukan un-
tuk menentang dia. Mereka bertekad untuk menang, sama se-
Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15
243
perti saat mereka mengadili Juruselamat kita, kemudian
mencari saksi-saksi. Sekarang saksi-saksi ini sudah dipersiap-
kan sebelumnya, dan mereka diberi tahu untuk bersumpah
bahwa mereka telah mendengar dia mengucapkan kata-kata
hujat terhadap Musa dan Tuhan (ay. 11), terhadap tempat kudus
dan hukum Taurat (ay. 13), sebab mereka mendengar dia me-
ngatakan apa yang akan dilakukan Yesus atas tempat dan
adat istiadat mereka (ay. 14). Ada kemungkinan Stefanus me-
mang telah mengatakan sesuatu yang intinya seperti itu. Ba-
gaimanapun, orang-orang yang bersumpah menentang dia
disebut saksi-saksi palsu, sebab meskipun ada kebenaran
juga di dalam kesaksian mereka, mereka telah memberi
tafsiran yang salah dan jahat atas apa yang telah dikatakan-
nya, kemudian membelokkannya. Amatilah,
(1) Tuduhan umum apa yang dikenakan ke atasnya. Yakni
bahwa ia mengucapkan kata-kata hujat, dan untuk mem-
perparah hal itu mereka berkata, Ia terus-menerus meng-
ucapkan perkataan yang menghina. Dia biasa berbicara se-
perti itu, percakapannya dengan semua orang selalu begi-
tu. Ke mana pun ia pergi, ia selalu giat menanamkan ga-
gasan-gagasannya itu di benak semua orang yang diajak-
nya berbicara. Hal ini seperti menyiratkan pembangkangan
dan sifat tidak mau dinasihati. Ia telah diperingatkan, te-
tapi tetap saja berbicara tanpa henti. Tidaklah salah apa-
bila penghujatan dianggap kejahatan yang sangat keji (ka-
rena berbicara dengan keji penuh celaan perihal Tuhan Pen-
cipta kita), dan oleh sebab itu para penuntut Stefanus
dapat dianggap sangat memperhatikan kehormatan nama
Tuhan , dan melakukan hal itu sebab hendak membela Dia.
Sama seperti yang dialami orang-orang percaya dan para
martir dari Perjanjian Lama, demikian jugalah yang dialami
mereka dari Perjanjian Baru. Saudara-saudara yang mem-
benci dan mengusir mereka berkata, Baiklah TUHAN me-
nyatakan kemuliaan-Nya, dan mereka berpura-pura telah
melayani Dia dengan perbuatan mereka itu. Stefanus dika-
takan telah mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa
dan Tuhan . Sejauh ini kata-kata mereka memang benar,
yakni bahwa orang-orang yang menghujat Musa (jika yang
mereka maksudkan yaitu tulisan-tulisan Musa yang dibe-
244
rikan melalui ilham dari Tuhan ) sama saja dengan meng-
hujat Tuhan . Orang-orang yang mencela Kitab Suci dan
menghinanya, sama dengan berbicara buruk tentang Tuhan
sendiri dan berbuat jahat kepada-Nya. Tujuan-Nya yang
agung yaitu untuk memberi pengajaran-Nya yang besar
dan mulia. Oleh sebab itu, orang-orang yang mencemarkan
pengajaran-Nya dan merendahkannya, telah menghujat na-
ma-Nya, sebab Ia telah membuat nama-Nya dan janji-Nya
melebihi segala sesuatu.namun , benarkah Stefanus telah
menghujat Musa? Sama sekali tidak. Sedikit pun ia tidak
melakukannya. Kristus dan para pemberita Injil-Nya tidak
pernah mengatakan sesuatu yang tampak seperti meng-
hujat Musa. Mereka selalu mengutip tulisan-tulisannya de-
ngan rasa hormat, melaksanakannya, dan tidak mengata-
kan apa pun selain yang dikatakan Musa akan terjadi. Oleh
sebab itu, sungguh sangat tidak benar jika Stefanus di-
tuduh menghujat Musa. Namun,
(2) Mari kita lihat bagaimana tuduhan ini didukung dan dilak-
sanakan. Ternyata, saat hal itu harus dibuktikan, tuduh-
an yang bisa mereka kenakan ke atasnya hanyalah bahwa
dia mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus
ini dan hukum Taurat, dan ini harus dianggap dan diterima
sebagai penghujatan terhadap Musa dan Tuhan sendiri. De-
mikianlah tuduhan itu melemah saat akan dibuktikan.
[1] Ia dituduh menghujat tempat kudus ini. Beberapa orang
memahaminya sebagai kota Yerusalem yang yaitu
kota suci yang sangat mereka jaga dan banggakan. Na-
mun, lebih tepat jika yang dimaksudkan yaitu Bait
Tuhan , rumah yang kudus itu. Kristus dihukum sebagai
seorang penghujat sebab kata-kata yang dianggap me-
nyinggung Bait Tuhan , yang kehomatannya sepertinya
sangat mereka perhatikan, bahkan saat mereka telah
mencemarkannya dengan kejahatan mereka.
[2] Stefanus juga dituduh menghujat hukum Taurat, yang
mereka megah-megahkan dan andalkan, padahal mere-
ka sendiri menghina Tuhan dengan melanggar hukum
Taurat itu (Rm. 2:23). Nah, kalau begitu bagaimana me-
reka bisa menjelaskan hal ini? Di sini tuduhan itu me-
lemah kembali. Sebab satu-satunya hal yang bisa me-
Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15
245
reka tuduhkan ke atasnya yaitu bahwa mereka sendiri
mendengar dia mengucapkan kata-kata (tetapi bagai-
mana hal itu terjadi atau penjelasan apa yang diberi-
kannya, mereka tidak merasa perlu menceritakannya)
bahwa Yesus, orang Nazaret itu, yang begitu ramai dibi-
carakan orang, akan merubuhkan tempat ini dan meng-
ubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada
kita. Stefanus tidak dapat dikenai tuduhan telah me-
ngatakan sesuatu yang mencemarkan Bait Tuhan atau-
pun hukum Taurat. Para imam sendiri telah mencemar-
kan Bait Tuhan dengan menjadikannya bukan saja tem-
pat berdagang, melainkan juga sarang penyamun. Wa-
laupun demikian, mereka ingin dianggap giat membela
kehormatan tempat itu dari serangan seseorang yang
sebenarnya tidak pernah mengatakan apa pun yang sa-
lah. Sebaliknya, ia lebih menganggapnya sebagai rumah
doa, sesuai tujuan sesungguhnya, dibanding mereka.
Selain itu, ia juga tidak pernah mencela hukum Taurat
seperti yang mereka lakukan. Sebaliknya, yang benar
yaitu , Pertama, ia telah berkata bahwa Yesus, orang
Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini, menghancur-
kan Bait Tuhan , menghancurkan Yerusalem. Ada ke-
mungkinan ia berkata seperti itu.namun , seandainya
pun itu benar, lalu apakah itu bisa disebut penghujatan
bila orang berkata bahwa tempat kudus itu tidak akan
tegak selamanya melebihi Silo, dan bahwa Tuhan yang
adil dan suci tidak akan terus memberi hak istime-
wa tempat kudus ini kepada orang-orang yang meleceh-
kannya? Bukankah para nabi telah memberi per-
ingatan yang sama kepada bapa leluhur mereka perihal
penghancuran tempat kudus itu oleh orang Kasdim?
Bahkan lebih dari itu, saat Bait Tuhan pertama kali di-
bangun, bukankah Tuhan sendiri telah memberi per-
ingatan yang sama: Rumah yang amat ditinggikan ini,
akan membuat orang tertegun (2Taw. 7:21). sebab itu,
patutkah Stefanus dikatakan seorang penghujat sebab
mengatakan kepada mereka bahwa pantaslah bagi
Yesus orang Nazaret itu untuk menghancurkan tempat
kudus dan bangsa mereka bila mereka terus menentang
246
Dia, dan itu semua akibat ulah mereka sendiri? Orang-
orang yang dengan keji menyalahgunakan pengakuan
agama akan berlindung di balik pengakuan agama me-
reka itu dengan menyebut teguran atas perilaku mereka
yang buruk sebagai penghujatan atas agama mereka.
Kedua, Stefanus telah berkata bahwa Yesus itu akan
mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa ke-
pada kita. Telah dinanti-nantikan bahwa di hari-hari ke-
datangan Sang Mesias, adat istiadat itu akan diubah,
dan bahwa bayang-bayangnya akan disingkirkan jika
hakikat yang sebenarnya telah datang. Namun, hal ini
sebenarnya bukan berarti mengubah hakikat hukum
Taurat, melainkan menyempurnakannya. Kristus datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk mengge-
napi hukum Taurat. Dan, kalaupun Ia mengubah bebe-
rapa adat istiadat yang diwariskan Musa, itu yaitu un-
tuk memperkenalkan dan mengukuhkan yang lebih baik.
Seandainya jemaat Yahudi tidak keras kepala menolak
masuk ke dalam zaman pengukuhan yang baru ini dan
tidak tetap berpaut pada hukum adat istiadat, maka se-
jauh yang saya ketahui, tempat mereka tidak akan dihan-
curkan. Dengan demikian, sebab menunjukkan suatu
jalan yang pasti untuk mencegah kehancuran mereka,
dan sebab memberi mereka peringatan yang pasti me-
ngenai penghancuran itu jika mereka tidak mengikuti
jalan itu, Stefanus malah dituduh sebagai penghujat.
IV. Di sini diceritakan bagaimana Tuhan mengakui Stefanus saat ia
dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Tuhan menunjukkan bah-
wa Ia berdiri di sampingnya (ay. 15): Semua orang yang duduk da-
lam sidang Mahkamah Agama, yakni para imam, ahli Taurat, dan
tua-tua, menatap Stefanus yang masih asing bagi mereka dan
yang belum pernah dibawa ke hadapan mereka sebelumnya. Ke-
mudian mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang
malaikat. Sudah menjadi kebiasaan para hakim untuk mengamati
paras seorang tahanan, yang adakalanya menunjukkan rasa ber-
salah atau sebaliknya. Sekarang Stefanus tampil di depan persi-
dangan dengan paras seperti muka seorang malaikat.
Kitab Kisah Para Rasul 6:8-15
247
1. Mungkin saja ini sekadar menyiratkan bahwa ia memiliki
paras yang sangat menyenangkan dan cerah, dan bahwa tidak
tampak sedikit pun tanda bahwa ia mengkhawatirkan dirinya
atau marah terhadap para penyiksanya. Ia tampak seakan-
akan belum pernah merasa sebahagia ini dalam hidupnya, ke-
tika ia dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Injil
Kristus di depan umum, dan pantas menerima mahkota ke-
syahidan. Ketenangan hati yang begitu tidak tergoyahkan, ke-
beranian yang begitu tidak kenal takut, dan perpaduan kele-
mahlembutan dan keagungan yang sulit dipahami, tampak di
wajahnya, hingga setiap orang mengatakan bahwa ia tampak
bagaikan malaikat. Yang jelas, cukup untuk meyakinkan orang
Saduki bahwa malaikat memang ada, saat mereka melihat
seorang malaikat yang menjelma di depan mata mereka.
2. Namun, sepertinya lebih tepat dikatakan bahwa ada ke-
megahan ajaib dan kecemerlangan di wajahnya, seperti yang
tampak pada Juruselamat kita saat Ia dipermuliakan. Atau
paling tidak seperti wajah Musa saat ia turun dari gunung. De-
ngan cara itu Tuhan merancang untuk memberi kehormat-
an kepada hamba-Nya yang setia, dan kebingungan kepada
para penganiaya dan hakim-hakimnya. Dosa mereka akan se-
makin berat dan bahkan akan menjadi pemberontakan terha-
dap terang itu, jika setelah melihat paras itu, mereka tetap
melanjutkan perlawanan mereka terhadap dirinya. Apakah
Stefanus sendiri tahu bahwa kulit wajahnya bersinar atau ti-
dak, kita tidak diberi tahu. Namun, semua orang yang duduk
dalam sidang Mahkamah Agama itu melihatnya, dan boleh jadi
saling memberi tahu. Rasa malu yang teramat sangat meling-
kupi mereka saat melihat, dan mau tidak mau menyadari bah-
wa Stefanus diakui oleh Tuhan , hingga mereka tidak menyuruh
dia yang saat itu sedang berdiri untuk diadili, untuk pindah
dan duduk di bangku penghakiman. Hikmat dan kekudusan
membuat wajah orang bersinar, namun hal ini tidaklah mem-
beri jaminan bahwa orang ini bisa bebas dari penghinaan
yang tiada taranya. Jadi tidak mengherankan jika cahaya
wajah Stefanus tidak mampu melindungi dia, meskipun cukup
mudah untuk membuktikan bahwa seandainya ia bersalah ka-
rena mencemarkan Musa, Tuhan tentunya tidak akan membe-
rikan kehormatan Musa kepadanya.
PASAL 7
etika Yesus Tuhan kita memanggil rasul-rasul-Nya untuk dipe-
kerjakan dalam pelayanan dan ikut menderita bagi-Nya, Ia mem-
beri tahu mereka bahwa meskipun begitu, orang yang terakhir ikut
akan menjadi orang yang terdahulu dan yang terdahulu akan men-
jadi yang terakhir. Perkataan ini digenapi secara luar biasa dalam diri
Paulus dan Stefanus. Keduanya baru belakangan bertobat dibanding-
kan dengan para rasul lainnya, namun mereka telah menjadi yang
terdepan dalam hal pelayanan dan penderitaan demi iman. Bagi
Tuhan , penganugerahan kehormatan dan kemurahan sering terjadi
bersamaan. Dalam pasal ini kita membaca perihal kemartiran Ste-
fanus, martir pertama dalam jemaat Kristen, yang menjadi pelopor
dalam pasukan orang-orang saleh. Itulah sebabnya penderitaan dan
kematiannya lebih banyak disebut-sebut dibandingkan yang lain untuk
memberi petunjuk dan dorongan semangat bagi mereka yang di-
panggil untuk berjuang sampai menumpahkan darah seperti yang ia
perbuat. Dalam pasal ini diceritakan perihal:
I. Pembelaannya di hadapan Mahkamah Agama, untuk me-
nanggapi hal-hal yang dituduhkan kepadanya. Maksud pem-
belaannya yaitu untuk menunjukkan bahwa apa yang dika-
takannya tentang penghancuran Bait Suci dan perombakan
hukum Taurat bukanlah bentuk penghujatan kepada Tuhan
dan sama sekali tidak menodai kemuliaan nama-Nya. Di sini,
1. Stefanus menunjukkan kebenaran ini dengan mengulangi
sejarah Perjanjian Lama dan menegaskan bahwa Tuhan ti-
dak pernah bermaksud membatasi kemurahan-Nya hanya
di tempat itu atau pada hukum Taurat. Bahwa mereka juga
tidak memiliki alasan untuk mengharapkan supaya ia
mengikuti mereka. Sebab selama ini orang-orang Yahudi
K
250
selalu menjadi orang-orang yang menjengkelkan Tuhan dan
telah kehilangan hak-hak istimewa mereka yang khusus
menjadi milik mereka. Bahkan dikatakan bahwa tempat
suci dan hukum Taurat itu hanyalah gambaran dari hal-hal
baik yang akan datang. Jadi sama sekali bukan berarti me-
rendahkan jika dikatakan bahwa semua yang usang itu ha-
rus memberi tempat bagi hal-hal yang lebih baik (ay. 1-50).
2. Stefanus menujukan hal ini kepada mereka yang sedang
mendakwa dan mengadilinya. Dengan tegas ia menegur
kejahatan mereka yang membawa kehancuran bagi negeri
dan bangsa mereka sendiri. Kemudian mereka tidak ta-
han lagi mendengarnya (ay. 51-53).
II. Perajaman Stefanus sampai mati, serta kesabaran, sukacita,
dan kesalehan Stefanus dalam menyongsong kematian (ay.
54-60).
Pembelaan Stefanus
(7:1-16)
1 Kata Imam Besar: Benarkah demikian? 2 Jawab Stefanus: Hai saudara-
saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Tuhan yang Mahamulia telah menam-
pakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, saat ia masih di Meso-
potamia, sebelum ia menetap di Haran, 3 dan berfirman kepadanya: Keluarlah
dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu. 4 Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu
menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Tuhan menyuruh dia pin-
dah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang; 5 dan di situ Tuhan
tidak memberi milik pusaka kepadanya, bahkan setapak tanahpun tidak,
tetapi Ia berjanji akan memberi tanah itu kepadanya menjadi kepunyaan-
nya dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia tidak mem-
punyai anak. 6 Beginilah firman Tuhan , yaitu bahwa keturunannya akan
menjadi pendatang di negeri asing dan bahwa mereka akan diperbudak dan
dianiaya empat ratus tahun lamanya. 7namun bangsa yang akan memper-
budak mereka itu akan Kuhukum, firman Tuhan , dan sesudah itu mereka
akan keluar dari situ dan beribadah kepada-Ku di tempat ini. 8 Lalu Tuhan
memberi kepadanya perjanjian sunat; dan demikianlah Abraham mem-
peranakkan Ishak, lalu menyunatkannya pada hari yang kedelapan; dan
Ishak memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua belas bapa
leluhur kita. 9 sebab iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah
Mesir,namun Tuhan menyertai dia, 10 dan melepaskannya dari segala penin-
dasan serta menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat, saat
ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun mengangkatnya menjadi kuasa atas
tanah Mesir dan atas seluruh istananya. 11 Maka datanglah bahaya kela-
paran menimpa seluruh tanah Mesir dan tanah Kanaan serta penderitaan
yang besar, sehingga nenek moyang kita tidak mendapat makanan. 12namun
saat Yakub mendengar, bahwa di tanah Mesir ada gandum, ia menyuruh
nenek moyang kita ke sana. Itulah kunjungan mereka yang pertama; 13 pada
Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16
251
kunjungan mereka yang kedua Yusuf memperkenalkan dirinya kepada sau-
dara-saudaranya, lalu ketahuanlah asal-usul Yusuf kepada Firaun. 14 Kemu-
dian Yusuf menyuruh menjemput Yakub, ayahnya, dan semua sanak sau-
daranya, tujuh puluh lima jiwa banyaknya. 15 Lalu pergilah Yakub ke tanah
Mesir. Di situ ia meninggal, ia dan nenek moyang kita; 16 mayat mereka
dipindahkan ke Sikhem dan diletakkan di dalam kuburan yang telah dibeli
Abraham dengan sejumlah uang perak dari anak-anak Hemor di Sikhem.
Sekarang Stefanus sedang duduk di kursi terdakwa di hadapan si-
dang Mahkamah Agama Tertinggi di negeri itu dengan dakwaan me-
lakukan penghujatan. Kesaksian apa yang diberikan oleh saksi-saksi
dengan sumpah terhadap dia diceritakan dalam pasal sebelumnya.
Kesaksian mereka yaitu bahwa dia telah mengucapkan kata-kata
hujat terhadap Musa dan Tuhan , sebab ia telah mengucapkan perka-
taan yang menghina tempat kudus dan hukum Taurat. Nah, di sini
kita membaca perihal:
I. Imam Besar yang meminta Stefanus untuk melakukan pembelaan
bagi dirinya sendiri (ay. 1). Imam Besar itu yaitu ketua, dan
sebab itu juga sebagai juru bicara mahkamah itu. Itulah sebab-
nya ia berkata, Hai engkau, yang duduk sebagai terdakwa, eng-
kau sudah mendengar kesaksian di bawah sumpah terhadap eng-
kau, jadi apa jawabanmu atas semua dakwaan itu? Benarkah
demikian? Benarkah engkau pernah mengatakan sesuatu yang
maksudnya seperti itu? Jika memang pernah, akankah engkau
mengakuinya atau akankah engkau mempertahankannya? Ber-
salah atau tidak bersalah? Sekilas pertanyaan-pertanyaan ini
menunjukkan rasa keadilan yang tinggi. Namun, pertanyaan-per-
tanyaan ini diucapkan dengan penuh nada kesombongan, sehingga
tampak jelas bahwa Imam Besar sudah memiliki prasangka
atas perkara ini. Artinya, jika Stefanus memang telah mengatakan
hal-hal seperti itu, pasti ia akan dijatuhi hukuman sebagai se-
orang penghujat, apa pun yang akan ia sampaikan dalam pem-
belaan atau penjelasannya.
II. Stefanus memulai pembelaannya. Sebuah pembelaan yang pan-
jang. Namun di tengah-tengah pembicaraannya dengan mendadak
ia menghentikan pembelaannya itu, tepat saat ia sampai pada
pokok utama pembelaannya (ay. 50). Sehingga sebenarnya pembe-
laan itu dapat berlangsung lebih panjang lagi seandainya musuh-
musuhnya membiarkan dia melanjutkan apa yang hendak ia
252
katakan. Secara umum kita dapat mengamati hal-hal sebagai
berikut,
1. Bahwa dalam pembelaannya ini Stefanus tampil sebagai orang
yang sangat siap serta sangat mahir dalam soal-soal Kitab
Suci, dan dengan demikian diperlengkapi untuk setiap kata
dan perbuatan baik. Ia mampu mengaitkan kisah-kisah Kitab
Suci satu sama lain sebegitu rupa sehingga sangat sesuai de-
ngan tujuannya, tanpa harus membaca langsung Alkitabnya.
Ia penuh dengan Roh Kudus. Roh Kudus tidak mengungkap-
kan hal-hal baru kepadanya, juga tidak menyingkapkan ra-
hasia rancangan-rancangan dan keputusan Tuhan berkenaan
dengan hukuman yang akan dijatuhkan kepada bangsa Ya-
hudi yang suka menyangkal ini. Sama sekali tidak!namun Roh
Kudus membantu membuka ingatan Stefanus akan isi Kitab
Suci Perjanjian Lama serta mengajarkan cara menggunakan
ayat-ayat itu dengan tepat untuk menyadarkan mereka.
Orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus akan penuh de-
ngan firman Tuhan seperti Stefanus.
2. Bahwa Stefanus mengutip ayat-ayat Kitab Suci yang diambil-
nya dari terjemahan Septuaginta (terjemahan kitab Perjanjian
Lama dalam bahasa Yunani pen.). Hal ini menunjukkan
bahwa ia salah seorang Yahudi Helenis, yang menggunakan
bentuk terjemahan ini di dalam rumah-rumah ibadat mereka.
Sesudah itu ia menceritakan kejadian-kejadian yang sedikit
berbeda cara penyampaiannya dengan kitab terjemahan
Yahudi asli yang tidak ditafsirkan secara benar oleh hakim-
hakim mahkamah ini, sebab mereka tahu bahwa ia telah
didakwa sebab hal-hal ini. Semua yang ia katakan juga tidak
menyimpang dari kuasa Roh Kudus yang telah membimbing-
nya untuk mengatakan semua ini, sebab perbedaan-perbeda-
an yang ada di dalam kedua terjemahan itu sebenarnya sama
sekali tidak berarti. Kita memiliki sebuah ungkapan yang
berkata, Apices juris non sunt jura hal-hal remeh dari hukum
bukanlah hukum itu sendiri. Ayat-ayat yang ia gunakan meru-
pakan ringkasan lengkap sejarah perjalanan jemaat orang
percaya sampai akhir Kitab Kejadian. Perhatikan baik-baik,
(1) Kata-kata pembukaannya: Hai saudara-saudara dan bapa-
bapa, dengarkanlah! Walaupun tidak menyapa mereka de-
Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16
253
ngan gelar-gelar jabatan yang menyanjung-nyanjung me-
reka, namun Stefanus menggunakan sapaan yang sopan
dan penuh rasa hormat. Dengan cara ini ia berharap bah-
wa saudara-saudara dan bapa-bapa itu akan memperlaku-
kan dia dengan cara yang kebapakan dan penuh persau-
daraan juga. Mereka telah siap menganggapnya seorang
yang murtad dari jemaat orang Yahudi, dan sebagai musuh
mereka. Namun, untuk membuka jalan supaya mereka
insaf, ia menganggap mereka sebagai saudara-saudara dan
bapa-bapa. Dengan demikian diharapkan bahwa mereka
akan menganggap dirinya sebagai bagian dari mereka, wa-
laupun mereka tidak akan beranggapan seperti itu. Ia me-
mohon perhatian mereka dengan sangat, Dengarkanlah!
Sekalipun ia akan mengatakan hal-hal yang sudah mereka
ketahui, ia tetap meminta mereka mendengarkan dengan
sungguh-sungguh semua hal yang hendak ia katakan.
Sebab, walaupun mereka mengetahui semuanya, tanpa pe-
mahaman yang sangat mendalam mereka tidak akan tahu
cara menerapkan hal itu pada perkara yang sedang mereka
tangani ini.
(2) Stefanus mulai menyampaikan isi pembelaannya. Sekalipun
orang-orang mendengarkan dia secara sambil lalu, ia sama
sekali tidak mau melantur dan menyimpang dari pokok
pembicaraan demi menyenangkan hati para pendengar,
dan juga tidak mengalihkan perhatian mereka dengan men-
ceritakan sebuah kisah lama. Sama sekali tidak. Semua
yang ia sampaikan berhubungan erat dengan pokok masa-
lah dan ad rem sesuai dengan tujuan, yaitu untuk me-
nunjukkan kepada mereka bahwa sebenarnya Tuhan tidak
terlampau memedulikan tempat kudus dan hukum Taurat
seperti yang mereka lakukan sekarang ini.namun , sebagai-
mana halnya jemaat yang Ia miliki berabad-abad sebelum
tempat kudus itu didirikan dan hukum Taurat itu diberi-
kan, begitu jugalah Tuhan menetapkan masa untuk kedua
hal ini .
[1] Stefanus memulainya dengan panggilan Abraham untuk
keluar dari Ur Kasdim. Dengan panggilan itu Tuhan me-
misahkan Abraham bagi kepentingan-Nya untuk men-
jadi wali amanat yang terpercaya guna memelihara janji
254
itu, dan sekaligus menjadi bapa jemaat Perjanjian Lama.
Mengenai hal ini kita dapat membacanya dalam Kejadian
12:1, dan seterusnya yang dikaitkan dengan Nehemia
9:7-8. Negeri asal Abraham yaitu negeri yang penuh
dengan penyembahan berhala, yakni negeri Mesopota-
mia (ay. 2), negeri orang-orang Kasdim (ay. 4). Dari sana
Tuhan memindahkannya sampai dua kali, dan tidak seka-
ligus membawanya ke tempat yang jauh.namun dengan
penuh kelembutan Tuhan memindahkan dia. Pertama
Tuhan membawa dia keluar dari negeri orang Kasdim me-
nuju Haran, sebuah tempat yang berada di pertengahan
jalan antara negeri orang Kasdim dengan negeri orang
Kanaan (Kej. 11:31). Selanjutnya setelah lima tahun
kemudian, sesudah ayahnya meninggal, Tuhan menyuruh
dia pindah dari situ ke negeri Kanaan, tempat kamu
diam sekarang. Tampaknya, saat pertama kali Tuhan
berbicara kepada Abraham, Ia tampil dalam bentuk
hadirat Tuhan yang kasat mata sebagai Tuhan yang Maha-
mulia (ay. 2), untuk menetapkan sebuah jalinan hubung-
an dengannya. Kemudian Tuhan tetap memelihara hu-
bungan ini untuk berbicara dengannya dari waktu ke
waktu dan pada berbagai kesempatan tanpa menam-
pakkan diri sebagai Tuhan yang Mahamulia.
Pertama, dari panggilan Abraham ini kita dapat meng-
amati,
1. Bahwa kita harus mengakui Tuhan dalam semua
jalan kita dan mematuhi petunjuk dan pengaturan
dari pemeliharaan-Nya, seperti tiang awan dan tiang
api itu. Tidak dikatakan bahwa Abraham pindah
atas kehendaknya sendiri.namun Tuhan yang menyu-
ruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu
diam sekarang, dan ia hanya tinggal menaati perin-
tah Pemimpinnya itu.
2. Orang-orang yang dibawa Tuhan ke dalam kovenan
dengan diri-Nya sendiri dibedakan-Nya dari anak-
anak dunia ini. Mereka benar-benar dipanggil keluar
dari keadaan sekitar mereka, keluar dari negeri tem-
pat mereka dTuhan rkan. Mereka tidak boleh terikat
Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16
255
dengan dunia ini, dan harus hidup mengatasi dunia
serta segala sesuatu yang ada di dalamnya, walau-
pun yang harus dijauhi itu merupakan hal-hal yang
paling mereka sayangi. Mereka juga harus memper-
cayai Tuhan untuk membereskan dan menyiapkan
segala sesuatu di negeri lain yang lebih baik, yakni
negeri sorgawi, yang akan ditunjukkan kepada me-
reka. Orang-orang pilihan Tuhan harus mengikuti Dia
dengan iman dan ketaatan yang tanpa ragu-ragu.
Kedua, marilah kita melihat apa makna penuturan
Stefanus ini bagi perkara yang sedang dihadapinya,
1. Mereka mendakwanya sebagai penghujat Tuhan dan
sebagai orang yang murtad dari jemaat. Itulah se-
babnya ia ingin menunjukkan bahwa sebenarnya ia
juga anak Abraham dan menghargai dirinya sendiri
seperti itu dengan menyebut Abraham bapa leluhur
kita. Ia juga menunjukkan dirinya sebagai seorang
penyembah Tuhan Abraham yang setia, yang sebab
itu ia panggil di sini sebagai Tuhan yang Mahamulia.
Ia juga menunjukkan bahwa ia mengakui adanya
pewahyuan Tuhan , yang di atasnya jemaat Yahudi
telah didirikan dan dibangun secara khusus.
2. Mereka merasa bangga dengan keadaan mereka
yang bersunat. Oleh sebab itu, Stefanus sengaja
menunjukkan bahwa sesungguhnya Abraham se-
dang dalam keadaan tidak bersunat saat ia di-
panggil dan berada di bawah pimpinan serta dalam
persekutuan dengan-Nya. Sebab penyunatannya baru
terjadi di kemudian hari (ay. 8). Dengan dasar ini
pulalah Rasul Paulus membuktikan bahwa Abraham
dibenarkan sebab iman, sebab ia dibenarkan saat
ia masih dalam keadaan tidak bersunat seperti yang
dinyatakan oleh Stefanus di sini.
3. Mereka menjaga secara sangat cermat hal-hal yang
berkaitan dengan tempat kudus itu. Tempat kudus
ini bisa juga mencakup tanah Kanaan secara kese-
luruhan. Sebab tempat itu disebut sebagai tanah
yang kudus, negeri Imanuel. Jadi, penghancuran
256
Bait Suci yang akan terjadi menunjuk kepada tanah
yang kudus itu. Nah, kata Stefanus, kamu tidak
perlu begitu berbangga mengenai hal itu, sebab,
(1) Sebenarnya kamu semua berasal dari Ur-Kasdim,
tempat nenek moyangmu beribadah kepada Tuhan
lain (Yos. 24:2), dan kamu bukanlah orang per-
tama yang menanami negeri ini. sebab itu pan-
danglah gunung batu yang dari padanya kamu
terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang
dari padanya kamu tergali. Maksudnya yaitu se-
perti yang dikatakan berikut ini, Pandanglah
Abraham, bapa leluhurmu, sebab Aku memanggil
dia saat ia seorang diri (Yes. 51:1-2) renung-
kanlah bagaimana keadaanmu yang rendah pada
mulanya. Betapa kamu sepenuhnya berutang ke-
pada anugerah Tuhan . Dengan demikian kamu akan
menyadari bahwa sesungguhnya kesombongan
harus dienyahkan selamanya. Tuhan sendiri yang
akan menggerakkan dia dari timur, menggerakkan
dia yang mendapat kemenangan di setiap langkah-
nya (Yes. 41:2).namun , jika akhlak keturunan
Abraham ini merosot, biarlah mereka tahu bahwa
Tuhan dapat menghancurkan tempat kudus ini, dan
membangkitkan bagi diri-Nya bangsa lain, sebab
Tuhan tidak berutang apa pun kepada mereka.
(2) Tuhan menampakkan diri-Nya dalam kemuliaan
kepada Abraham saat ia masih berada di Meso-
potamia, jauh sebelum ia datang mendekati ne-
geri Kanaan, bahkan sebelum ia tinggal di Haran.
Jadi janganlah pernah mengira bahwa kunjungan
Tuhan kepada Abraham terbatas pada tempat ini.
Sama sekali tidak. Jika Tuhan sanggup menda-
tangkan keturunan jemaat itu dari sebuah negeri
yang jauh di sebelah timur, maka Dia sanggup
pula membawa keturunannya ke negeri lain yang
jauh di sebelah barat.
(3) Tuhan tidak tergesa-gesa membawa Abraham ke
tanah ini. Sebaliknya, ia membiarkan dia berlam-
bat-lambat sampai beberapa tahun dalam per-
Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16
257
jalanan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak
terlampau memperhatikan tanah ini seperti yang
kamu lakukan. Juga, kehormatan-Nya dan keba-
hagiaan umat-Nya tidak bergantung pada tanah
itu. Itulah sebabnya Ia mengatakan bahwa tem-
pat ini akan dihancurkan bukanlah sebuah peng-
hujatan dan juga bukan suatu bentuk pengkhia-
natan.
[2] Keadaan Abraham dan keturunannya yang belum juga
menetap di tanah itu selama berabad-abad sejak ia ke-
luar dari Ur-Kasdim. Tuhan memang berjanji bahwa Ia
akan memberi tanah itu kepadanya menjadi kepu-
nyaannya dan kepunyaan keturunannya (ay. 5). Namun,
Pertama, sampai saat itu Abraham tidak memiliki
anak. Ia juga tidak memiliki keturunan melalui Sarah
selama bertahun-tahun kemudian. Kedua, Abraham
sendiri yaitu seorang pendatang dan orang yang seka-
dar menumpang di tanah itu. Tuhan tidak memberi
milik pusaka, bahkan setapak tanah pun tidak.namun di
sanalah ia berada, di suatu negeri yang asing, di mana
ia selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
yang lain dan tidak ada suatu pun yang dapat diakui-
nya sebagai milik. Ketiga, keturunannya juga tidak me-
miliki tanah pusaka itu sampai waktu yang sangat
lama. Setelah empat ratus tahun mereka akan datang
dan beribadah kepada-Ku di tempat ini (ay. 7). Bahkan,
Keempat, mereka harus mengalami banyak penderitaan
dan kesukaran sebelum dijadikan pemilik atas tanah
pusaka itu. Mereka akan diperbudak dan dianiaya di
negeri asing. Hal ini bukanlah penghukuman atas dosa
khusus tertentu seperti saat mereka harus mengem-
bara di padang gurun. Sebab kita tidak menemukan
adanya penjelasan seperti itu selama masa perbudakan
mereka di negeri Mesir.namun , seperti itulah yang telah
ditetapkan Tuhan , dan itu harus terjadi. Pada akhir
empat ratus tahun yang dihitung sejak kelahiran Ishak,
bangsa yang memperbudak mereka akan Kuhukum, be-
gitulah Tuhan berfirman. Nah, hal ini mengajarkan ke-
pada kita,
258
1. Bahwa semua telah diketahui Tuhan dari sejak se-
mula. saat Abraham tidak memiliki warisan
dan juga ahli waris, kepadanya dikatakan bahwa ia
akan memiliki keduanya. Ia akan memiliki tanah pu-
saka yang dijanjikan dan juga seorang anak yang di-
janjikan. Oleh sebab itu keduanya harus diterima
dengan iman.
2. Bahwa walaupun penggenapan janji Tuhan tampak
lambat dalam pelaksanaannya, di dalamnya terkan-
dung suatu kepastian bahwa janji itu pasti akan di-
genapi pada waktu yang tepat, meskipun tidak se-
cepat yang kita harapkan.
3. Bahwa walaupun umat Tuhan berada dalam penderi-
taan dan bahaya besar selama waktu tertentu, pada
akhirnya Tuhan akan menyelamatkan mereka dan
membuat perhitungan dengan orang-orang yang te-
lah menindas umat-Nya. Sebab sesungguhnya ada
Tuhan yang memberi keadilan di bumi.
Namun, marilah kita melihat bagaimana pembelaan
ini mendukung tujuan Stefanus,
1. Bangsa Yahudi, yang kehormatannya begitu mereka
pertahankan, sebenarnya sangat tidak berarti pada
permulaannya. Abraham, bapa mereka bersama, di-
panggil dalam keadaan sebagai orang yang sama se-
kali tidak terkenal di Ur-Kasdim. Begitu juga keadaan
suku-suku mereka dan kepala-kepala sukunya ke-
tika dipanggil dari perbudakan di negeri Mesir. Me-
reka disebut sebagai yang paling kecil dari segala
bangsa (Ul. 7:7). Apa lagi yang harus begitu diribut-
kan, seolah-olah kehancuran mereka sendiri sebab
dosa mereka mengakibatkan kehancuran bagi dunia
ini dan semua kepentingan Tuhan yang ada di dalam-
nya? Tidak, Tuhan yang telah membawa mereka
keluar dari Mesir sanggup membawa mereka kembali
ke Mesir, seperti yang pernah Ia ancamkan kepada
mereka (Ul. 28:68). Lagi pula, Tuhan tetap bukanlah
pihak yang kalah, sebab Ia dapat menjadikan anak-
anak bagi Abraham dari batu-batu.
Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16
259
2. Kelambatan penggenapan janji kepada Abraham me-
majukan rencana Tuhan kepada penggenapannya.
Banyak hal yang tampak saling bertentangan diper-
hatikan di sini. Dengan jelas ditunjukkan bahwa
semua itu memiliki makna rohaniah. Dan bahwa ta-
nah yang rencananya akan diberikan dengan jamin-
an perjanjian itu pada dasarnya yaitu tanah air
yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sama
seperti yang ditunjukkan oleh seorang rasul dalam
penjelasan yang sama dengan mengatakan bahwa
bapa-bapa leluhur menumpang di tanah yang dijanji-
kan itu seolah-olah di suatu tanah asing, dan dari
situ disimpulkan bahwa sesungguhnya mereka me-
nanti-nantikan kota yang memiliki dasar (Ibr.
11:9-10). Oleh sebab itu, sama sekali tidak ada unsur
penghujatan saat mengatakan bahwa Yesus akan
meruntuhkan tempat ini, saat pada saat yang sama
kita mengatakan, Ia akan membawa kita menuju
Kanaan sorgawi dan menjadikan kita sebagai pemilik
tempat itu. Kanaan duniawi hanyalah sebuah pe-
lambangan dan gambaran belaka.
[3] Pengembangan keluarga Abraham dengan warisan anu-
gerah Tuhan di atasnya serta pengaturan pemeliharaan
Tuhan mengenai hal itu, yang kisahnya memenuhi bagian
Kitab Kejadian selebihnya.
Pertama, Tuhan mengikat diri menjadi Tuhan bagi
Abraham dan keturunannya. Untuk menandai hal ini,
Ia menetapkan agar Abraham dan keturunannya yang
laki-laki harus disunat (Kej. 17:9-10). Lalu Tuhan mem-
berikan kepadanya perjanjian sunat. Artinya, sunat dija-
dikan sebagai tanda dari perjanjian itu. Itulah sebabnya
saat Abraham memiliki seorang anak laki-laki yang
baru dTuhan rkan, ia lalu menyunatkannya pada hari yang
kedelapan (ay. 8), sebagai kewajiban yang harus ia tu-
naikan menurut hukum Tuhan dan kepentingannya da-
lam perjanjian Tuhan itu. Sebab penyunatan mengacu
kepada keduanya, sebagai tanda perjanjian dari pihak
Tuhan Aku akan menjadi bagimu Tuhan yang Maha-
260
kuasa untuk mencukupi, dan di pihak manusia hidup-
lah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Dan kemudian,
setelah ada jaminan bahwa keturunan Abraham akan
menjadi keturunan yang beribadah kepada Tuhan, jum-
lah mereka mulai bertambah banyak. Lalu Ishak mem-
peranakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua
belas bapa leluhur itu, atau cikal bakal masing-masing
suku.
Kedua, Yusuf yang menjadi kesayangan dan berkat di
rumah bapanya, diperlakukan dengan kejam oleh sau-
dara-saudaranya. Mereka merasa iri hati sebab mimpi-
mimpinya dan kemudian menjualnya ke tanah Mesir. De-
ngan demikian dari sejak awal anak-anak Israel sudah
mulai dihinggapi rasa cemburu terhadap orang-orang di
antara mereka yang lebih mulia dan lebih baik dibandingkan
yang lain. Dalam hal ini kebencian mereka terhadap
Kristus, yang seperti Yusuf, yaitu seorang Nazir di an-
tara saudara-saudaranya, merupakan contoh yang sa-
ngat luar biasa.
Ketiga, Tuhan mengakui Yusuf dalam semua kesu-
sahannya dan menyertai (Kej. 39:2, 21) dengan Roh-Nya
di dalam hatinya. Roh itu memberi penghiburan kepa-
danya. Roh itu juga bekerja di dalam hati orang-orang
yang berhubungan dengannya, sehingga mereka menya-
yanginya. Dengan demikian Tuhan melepaskannya dari
segala penindasan, dan Firaun mengangkatnya menjadi
orang kedua di dalam kerajaannya (Mzm. 105:20-22).
Dengan demikian ia tidak saja menjadi kesukaan besar
di antara orang-orang Mesir,namun juga menjadi gem-
bala dan bukit batu bagi Israel (Kej. 49:24).
Keempat, Yakub dipaksa pergi ke negeri Mesir oleh
bencana kelaparan yang memaksanya keluar dari tanah
Kanaan. Sebuah kelangkaan pangan (yang merupakan
penderitaan yang sangat besar), membuat nenek mo-
yang kita tidak mendapat makanan (ay. 11).namun
saat Yakub mendengar bahwa di tanah Mesir ada gan-
dum (yang ditimbun secara besar-besaran sebab kebi-
jaksanaan anaknya sendiri), ia menyuruh nenek moyang
kita pergi ke sana untuk pertama kalinya guna membeli
Kitab Kisah Para Rasul 7:1-16
261
gandum (ay. 12). Pada kunjungan mereka yang kedua,
Yusuf yang tadinya menjadi orang asing bagi mereka,
sekarang memperkenalkan diri kepada mereka. Diberi-
tahukan kepada Firaun bahwa mereka yaitu sanak
saudara Yusuf yang memiliki ketergantungan de-
ngannya (ay. 13). Kemudian, dengan izin Firaun Yusuf
menyuruh menjemput Yakub, ayahnya ke Mesir bersama
semua sanak saudaranya sampai tujuh puluh lima jiwa
banyaknya untuk tinggal dan mencari nafkah di sana
(ay. 14). Dalam Kitab Kejadian dikatakan bahwa jumlah
mereka yaitu tujuh puluh jiwa (Kej. 46:27). sedang
terjemahan Septuaginta yang dikutip oleh Stefanus atau
Lukas mencatat jumlah tujuh puluh lima jiwa, seperti
yang dicatat dalam Lukas 3:36. Di dalam Septuaginta
disisipkan nama Kenan, nama yang tidak ada da-
lam terjemahan bahasa Ibrani. Beberapa orang menaf-
sirkan bahwa dengan mengurangkan Yusuf dan anak-
anaknya yang telah berada di Mesir sebelumnya (jumlah
itu berkurang menjadi enam puluh empat jiwa), dan ke-
mudian dengan menambahkan anak-anak dari kesebe-
las bapa leluhur, jumlah itu menjadi tujuh puluh lima
jiwa.
Kelima, Yakub dan anak-anaknya meninggal di ta-
nah Mesir (ay. 15), namun kemudian mayat mereka di-
pindahkan ke Sikhem (ay. 16). Suatu kesulitan besar
terjadi di sini. Dikatakan bahwa mayat mereka dipin-
dahkan ke Sikhem, padahal Yakub tidak dikuburkan di
Sikhem,namun di dekat Hebron, di dalam gua Makhpela,
tempat Abraham dan Ishak dikuburkan (Kej. 50:13).
Tulang-tulang Yusuf memang dikuburkan di Sikhem
(Yos. 24:32). Dengan pernyataan ini (walaupun tidak di-
sebutkan dalam kisah itu) tampaknya tulang-tulang
bapa leluhur lainnya juga dibawa bersama dengan tu-
lang-tulang Yusuf. Masing-masing memberi perintah
yang sama berkenaan dengan diri mereka seperti yang
telah dilakukan Yusuf. Tentang mereka ini juga perlu
dipahami sepenuhnya, bukan saja tentang diri Yakub
sendiri. Kemudian dikatakan bahwa tanah pekuburan
di Sikhem dibeli oleh Yakub (Kej. 33:19), dan hal ini di-
262
gambarkan lebih lanjut dalam Yosua 24:32. Jadi bagai-
mana bisa dikatakan di sini bahwa tanah itu dibeli oleh
Abraham? Penjelasan Dr. Whitby (theolog Inggris abad
ketujuh belas atau kedelapan belas pen.) mengenai
hal ini boleh dikatakan cukup memadai. Ia memberi
penjelasan sebagai berikut: Yakub pergi ke Mesir dan
meninggal di sana, ia dan nenek moyang kita. Kemudian
tulang-tulang (nenek moyang kita) di bawa ke Sikhem
dan ia (maksudnya Yakub) dimakamkan di tanah peku-
buran yang telah dibeli oleh Abraham dengan sejumlah
uang (Kej. 23:16). (Atau, dengan perkataan lain, mereka
dimakamkan di sana, yaitu Abraham, Ishak, dan Ya-
kub). Dan mereka, yakni bapa leluhur lainnya, dima-
kamkan di tanah pekuburan yang dibeli dari anak-anak
Hemor, bapa Sikhem.
Sekarang marilah kita melihat bagaimana kegunaan
penjelasan ini serta kaitannya dengan tujuan pembelaan
Stefanus.
1. Stefanus masih mengingatkan mereka akan asal
mula bangsa Yahudi yang rendah, untuk menegur
kesombongan mereka yang membangga-banggakan
kemuliaan bangsa itu. Hanya oleh mujizat belas ka-
sihan sajalah mereka dibangkitkan dari kehampaan
menjadi seperti apa adanya mereka sekarang ini.
Dari orang-orang yang jumlahnya begitu sedikit
menjadi bangsa yang begitu besar. Namun, jika me-
reka tidak dapat memahami tujuan mereka dibang-
kitkan, mereka tidak dapat mengharapkan apa-apa
selain kehancuran mereka sendiri. Nabi-nabi sudah
sering mengingatkan mereka mengenai peristiwa me-
reka dibawa keluar dari Mesir bahwa mereka sudah
terlalu menghina hukum Tuhan . Sekarang di sini me-
reka dikatakan telah menghina Injil Kristus.
2. Stefanus mengingatkan bahwa kejahatan mereka
sama seperti kejahatan yang dilakukan oleh bapa-
bapa leluhur dari suku-suku mereka yang merasa iri
terhadap Yusuf dan kemudian menjualnya ke tanah
Mesir. Roh yang sama masih bekerja dalam diri me-
reka terhadap Kristus dan pada pelayan-Nya.
Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29
263
3. Tanah kudus yang begitu mereka bangga-banggakan
sudah lama tidak dimiliki oleh nenek moyang mereka,
dengan banyak kekurangan dan penderitaan di da-
lamnya. sebab itu janganlah mereka menganggap
aneh jika lama kelamaan tempat itu akan menerima
kehancurannya sebab sudah sejak lama tempat ini
tercemar oleh dosa.
4. Iman bapa-bapa leluhur yang tercermin dalam ke-
inginan besar mereka untuk dikuburkan di tanah
Kanaan. Keinginan mereka ini dengan jelas menun-
jukkan bahwa sesungguhnya mereka memusatkan
perhatian pada negeri sorgawi, ke mana mereka
akan dibimbing oleh Yesus ini sesuai rancangan-Nya.
Pembelaan Stefanus
(7:17-29)
17namun makin dekat genapnya janji yang diberikan Tuhan kepada Abraham,
makin bertambah banyaklah bangsa itu di Mesir, 18 sampai bangkit seorang
raja lain memerintah tanah Mesir, seorang yang tidak mengenal Yusuf. 19
Raja itu mempergunakan tipu daya terhadap bangsa kita dan menganiaya
nenek moyang kita serta menyuruh membuang bayi mereka, supaya bangsa
kita itu jangan berkembang. 20 Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di
mata Tuhan . Tiga bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. 21 Lalu ia
dibuang,namun puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya
seperti anaknya sendiri. 22 Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang
Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. 23 Pada waktu ia
berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk
mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. 24 saat itu ia
melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela
orang itu dengan membunuh orang Mesir itu. 25 Pada sangkanya saudara-
saudaranya akan mengerti, bahwa Tuhan memakai dia untuk menyelamatkan
mereka,namun mereka tidak mengerti. 26 Pada keesokan harinya ia muncul
pula saat dua orang Israel sedang berkelahi, lalu ia berusaha mendamai-
kan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara?
Mengapakah kamu saling menganiaya? 27namun orang yang berbuat salah
kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat
engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? 28 Apakah engkau bermak-
sud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir
itu? 29 Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang
di tanah Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki.
Di sini Stefanus melanjutkan kisahnya perihal,
264
I. Peningkatan jumlah bangsa Israel secara menakjubkan. Oleh ke-
ajaiban pengaturan penyelenggaraan Tuhan , dalam waktu singkat
mereka berkembang dari sebuah keluarga menjadi sebuah bangsa.
1. Hal itu terjadi saat makin dekat genapnya janji yang diberi-
kan saat mereka mau dibentuk menjadi sebuah bangsa.
Selama dua ratus lima belas tahun sesudah janji itu dibuat
kepada Abraham, anak-anak perjanjian itu hanya mencapai
jumlah tujuh puluh jiwa.namun dalam waktu dua ratus lima
belas tahun berikutnya jumlah mereka meningkat menjadi
enam ratus ribu orang laki-laki yang sanggup berperang.
Gerakan pengaturan pemeliharaan Tuhan adakalanya berlang-
sung sangat cepat saat sampai pada jarak terdekat dari pu-
satnya. Janganlah kita berkecil hati pada kelambatan berja-
lannya penggenapan janji-janji Tuhan . Tuhan tahu cara menebus
waktu yang tampaknya telah hilang. Dan saat tahun orang-
orang yang diselamatkan itu sudah dekat, Ia sanggup melaku-
kan dua pekerjaan dalam waktu satu hari saja.
2. Hal itu terjadi di negeri Mesir, tempat mereka ditindas dan di-
perintah dengan sangat kejam. saat hidup mereka menjadi
begitu pahit, orang mengira bahwa mereka akan berharap un-
tuk terlahir sebagai orang-orang yang tidak memiliki anak
saja. namun , mereka tetap menikah, dengan iman bahwa
pada saatnya nanti Tuhan akan melawat mereka. Dan Tuhan
memberkati mereka, yang sudah sedemikian menghormati Dia,
dengan berfirman kepada mereka, beranakcuculah dan bertam-
bah banyaklah. Masa-masa penderitaan sering kali menjadi
masa-masa pertumbuhan jemaat.
II. Kesengsaraan teramat berat yang mereka alami di sana (ay. 18-
19). saat orang-orang Mesir itu memperhatikan jumlah orang
Israel berlipat ganda secara dahsyat, mereka meningkatkan beban
orang-orang Israel itu. Stefanus mengamati tiga hal di dalamnya:
1. Tidak ada rasa terima kasih apa pun dalam diri orang-orang
Mesir itu. Orang-orang Israel itu ditindas oleh seorang raja lain
yang tidak mengenal Yusuf. Artinya, orang Mesir tidak meng-
hargai jasa-jasa baik yang pernah dilakukan Yusuf kepada
bangsa itu. Sebab, seandainya raja ini menghargai hal itu, ten-
tunya ia tidak akan membalas dengan begitu jahat kepada
Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29
265
sanak saudara dan keluarga Yusuf. Sesungguhnya orang-
orang yang menyakiti orang-orang baik sangat tidak tahu ber-
terima kasih. Sebab orang-orang baik itu merupakan berkat
bagi zaman dan tempat mereka tinggal.
2. Kebijakan dan kelicikan yang sangat jahat dari orang-orang
Mesir itu. Mereka mempergunakan tipu muslihat terhadap bang-
sa kita. Marilah, kata mereka, kita bertindak dengan bijaksana.
Mereka mengira bahwa dengan cara demikian mereka dapat
mengamankan diri. Namun, terbukti bahwa tindakan mereka
itu bodoh, sebab apa yang mereka perbuat justru menimbun
murka. Salahlah orang-orang yang mengira bahwa mereka telah
bertindak bijaksana bagi diri sendiri dengan cara melakukan
tipu daya atau perlakuan jahat tanpa belas kasihan kepada
saudara-saudara mereka.
3. Kekejaman orang-orang Mesir yang penuh kebiadaban dan ti-
dak manusiawi. Supaya mereka dapat membasmi orang-orang
Israel, mereka menyuruh membuang bayi-bayi orang Israel, su-
paya bangsa itu tidak berkembang. Pembunuhan bayi-bayi
keturunan mereka ini tampaknya merupakan cara paling tepat
untuk membasmi bangsa sejak usia bayi. Nah, sekarang tam-
paknya Stefanus mengenakan perkataan perkataan ini kepada
mereka. Tidak saja supaya mereka dapat melihat lebih lanjut
betapa buruknya keadaan permulaan bangsa mereka dahulu,
yang sama dengan keadaan (mungkin dengan memusatkan
perhatian pada pengungkapan tentang bayi-bayi Israel di ne-
geri Mesir) seorang bayi tanpa daya yang dibuang ke ladang
(Yeh. 16:5). Betapa mereka berutang kepada Tuhan untuk pe-
meliharaan-Nya bagi mereka, pemeliharaan yang telah hilang
dan membuat mereka tidak layak menerimanya. Namun, Ste-
fanus ingin supaya mereka dapat mempertimbangkan bahwa
perbuatan yang sedang mereka lakukan sekarang terhadap
jemaat orang Kristen yang sedang berada pada tahap seperti
bayi ini, merupakan tindakan yang lalim dan tidak adil. Per-
buatan mereka tidak akan berhasil seperti halnya tindakan
orang-orang Mesir terhadap jemaat orang Yahudi saat masih
dalam tahap bayi. Kamu mengira telah bertindak dengan bi-
jaksana dalam perlakuanmu yang jahat terhadap kami dan
dengan penganiayaanmu terhadap jemaat orang beriman yang
masih sangat muda ini. Yang kamu lakukan sekarang ini sama
266
seperti perbuatan orang-orang Mesir membuang bayi orang
Israel. Nanti kamu akan melihat bahwa perbuatanmu itu sia-
sia belaka. Sebaliknya musuh-musuhmu, murid-murid Kristus
akan bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda.
III. Munculnya Musa sebagai penyelamat mereka. Stefanus didakwa
telah mengucapkan kata-kata hujat melawan Musa. Untuk me-
nangkis dakwaan ini, di sini ia berbicara dengan penuh rasa hor-
mat tentang Musa.
1. Musa dTuhan rkan pada waktu penganiayaan atas orang-orang
Israel sedang mencapai puncaknya, khususnya dalam hal
pembunuhan secara kejam atas bayi-bayi yang baru lahir.
Pada waktu itulah Musa lahir (ay. 20). Begitu dTuhan rkan ia su-
dah berada dalam bahaya (seperti yang dialami oleh Juru-
selamat kita di Betlehem) menjadi korban perintah berdarah
itu. Tuhan menyiapkan penyelamatan bagi umat-Nya saat me-
reka tengah menempuh jalan yang paling gelap dan saat ke-
susahan mereka sedang memuncak.
2. Musa itu sangat elok, wajahnya mulai bersinar sejak ia di-
lahirkan, sebagai pertanda kehormatan yang membahagiakan
yang direncanakan Tuhan bagi dirinya. Dikatakan bahwa ia
asteios tō Theō elok di mata Tuhan . Ia dikuduskan sejak dari
dalam kandungan dan hal inilah yang membuatnya menjadi
elok di mata Tuhan . Sebab keindahan kekudusan itulah yang
sangat berharga di hadapan Tuhan .
3. Musa dipelihara dengan sangat baik sejak masa bayi. Mula-
mula ia diasuh dengan penuh kasih sayang oleh orangtuanya,
yang selama tiga bulan mengasuh dia di rumah mereka sendiri,
selama mereka berani melakukannya. Kemudian, melalui peng-
aturan pemeliharaan Tuhan ia dipungut oleh putri Firaun yang
mengasuh dia seperti anaknya sendiri (ay. 21). Orang-orang
yang dirancang Tuhan untuk dipakai secara khusus akan di-
pelihara-Nya secara khusus juga. Bukankah Tuhan melindungi
bayi Musa secara demikian? Jadi terlebih lagi Ia akan men-
jamin segala kepentingan Yesus, anak-Nya yang kudus (seperti
yang disebut dalam 4:27) dari musuh-musuh-Nya yang berkum-
pul bersama-sama melawan Dia.
4. Musa menjadi orang terpelajar yang hebat (ay. 22). Musa di-
didik dalam segala hikmat orang Mesir, yang saat itu terkenal
Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29
267
dengan seni sastranya yang indah, khususnya filsafat, ilmu
falak, dan hieroglif (abjad Mesir kuno pen., yang mungkin
mendorong mereka pada penyembahan berhala). Musa mene-
rima pendidikannya di dalam istana, sehingga ia memiliki ba-
nyak kesempatan untuk meningkatkan diri berkat buku-buku,
guru-guru, dan perbincangan yang terbaik. Ia juga sangat
cemerlang dalam hal seni dan ilmu pengetahuan. Namun kita
memiliki alasan bahwa sejauh ini ia tidak melupakan Tuhan
nenek moyangnya sementara ia belajar ilmu-ilmu orang yang
tidak mengenal Tuhan dan pekerjaan ahli-ahli sihir Mesir, yang
cukup untuk membantah semua perbuatan mereka.
5. Musa diangkat menjadi perdana menteri Mesir. Tampaknya ini
yang dimaksudkan dengan pernyataan ia berkuasa dalam per-
kataan dan perbuatannya. Walaupun ia tidak terlampau mam-
pu mengungkapkan diri dan gagap dalam berbicara, namun
apa yang dikatakannya sangatlah masuk akal, dan apa pun
yang ia perintahkan dibenarkan, serta dapat dibuktikan de-
ngan disertai alasan yang kuat. Di dalam berbagai urusan,
tidak ada orang yang mampu menandingi keberanian kepe-
mimpinan dan keberhasilannya. Dengan demikian ia dipersi-
apkan melalui bantuan-bantuan manusiawi untuk melakukan
pelayanan-pelayanan di kemudian hari yang tidak mungkin
dapat dilakukannya tanpa bimbingan dan pencerahan Tuhan .
Nah, dengan semua ini Stefanus ingin menunjukkan bahwa
sehebat apa pun tuduhan penuh kebencian dari para pengani-
ayanya, ia memiliki pikiran dan rasa hormat yang mendalam
terhadap Musa seperti halnya mereka.
IV. Daya upaya yang dilakukan Musa untuk menyelamatkan Israel
yang kemudian ditolak dengan penuh penghinaan oleh bangsanya
sendiri yang tidak mau didekati. Hal ini sangat ditekankan oleh
Stefanus dan menjadi kunci utama dari kisah ini (Kel. 2:11-15),
seperti yang diungkapkan juga dalam bentuk lain oleh seorang
rasul di dalam Ibrani 11:24-26. Tindakan Musa ditunjukkan se-
bagai sebuah bentuk penyangkalan diri yang kudus, dan di sini
digunakan sebagai pendahuluan sebelum memasuki pelayanan
umum sesuai dengan panggilannya (ay. 23). Pada waktu ia ber-
umur empat puluh tahun, saat ia tengah berada di puncak keja-
yaan dan kedudukan yang tinggi di dalam istana Mesir, timbullah
268
keinginan dalam hatinya (sebab Tuhan yang menaruh keinginan itu
di dalam hatinya) untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu
orang-orang Israel, dan mencari cara paling tepat untuk melayani
mereka. Ia tampil sebagai seorang tokoh masyarakat dengan ciri-
ciri khas seorang pelayan masyarakat.
1. Sebagai penyelamat Israel. Hal ini ditunjukkannya dengan
menuntut balas bagi seorang Israel yang teraniaya dan mem-
bunuh orang Mesir yang menganiayanya (ay. 24). saat meli-
hat salah seorang saudaranya dianiaya, hatinya digerakkan
oleh belas kasihan terhadap orang yang dianiaya itu. Juga
timbul rasa amarah yang adil di dalam dirinya terhadap si pe-
laku kejahatan. Sebagaimana seharusnya seorang yang sedang
melayani masyarakat umum, ia membela orang yang teraniaya
itu dengan membunuh orang Mesir itu. Sesuatu yang tidak
dapat ia lakukan dengan sah menurut hukum jika ia hanya
seorang anggota masyarakat biasa. Namun, ia tahu bahwa ia
memperoleh kuasa dari sorga, dan kuasa itu akan mendu-
kungnya. Ia menyangka bahwa saudara-saudaranya (yang
mungkin tidak terlampau mengetahui mengenai janji yang di-
berikan Tuhan kepada Abraham, bahwa bangsa yang akan me-
nindas mereka akan dihukum oleh Tuhan ) akan mengerti bahwa
Tuhan memakai dia untuk menyelamatkan mereka. Sebab ia ti-
dak mungkin memiliki kesadaran atau kekuatan jasmani untuk
berbuat seperti itu seandainya ia tidak diliputi oleh kekuatan
Tuhan seperti yang ditunjukkan oleh kekuasaan Tuhan . Seandai-
nya saja mereka mengerti tanda-tanda zaman, mereka akan
menerima hal ini sebagai fajar hari penyelamatan.namun mere-
ka tidak mengerti. Mereka tidak menerima hal ini sebagai se-
suatu yang telah dirancang, untuk menetapkan sebuah norma,
dan sebagai bunyi sangkakala untuk mengangkat Musa seba-
gai penyelamat mereka.
2. Sebagai hakim atas bangsa Israel. Ia memberi contoh pada
keesokan harinya, dengan menawarkan diri untuk menyelesai-
kan masalah antara dua orang Ibrani yang sedang berkelahi.
Di sini ia dengan jelas menunjukkan ciri seorang pelayan ma-
syarakat (ay. 26). Ia muncul pula saat dua orang Israel se-
dang berkelahi, dan dengan agung dan berwibawa, ia berusaha
mendamaikan mereka. Dan sebagai pemimpin yang akan me-
mutuskan pertentangan di antara mereka, ia berkata, Saudara-
Kitab Kisah Para Rasul 7:17-29
269
saudara, bukankah kamu ini bersaudara, berdasarkan kela-
hiran dan pengakuan iman agamamu? Mengapa kamu saling
menganiaya? sebab ia memperhatikan bahwa (seperti dalam
sebagian besar perselisihan yang terjadi) ada kesalahan di
kedua belah pihak. Oleh sebab itu, demi perdamaian dan per-
sahabatan, keduanya harus saling mengampuni dan saling
merendahkan hati. saat Musa akan menjadi penyelamat
Israel untuk keluar dari negeri Mesir, ia membunuh orang-
orang Mesir, dan dengan demikian membebaskan bangsa Is-
rael dari genggaman tangan mereka. Namun saat ia akan
menjadi hakim dan pemberi hukum, ia memerintah mereka
dengan tongkat kerajaan dari emas, bukan dengan gada besi.
Ia tidak membunuh dan membantai mereka saat mereka se-
dang berkelahi. Sebaliknya ia, memberi hukum dan kete-
tapan-ketetapan yang sangat baik, serta memutuskan perkara
mereka berdasarkan keluhan-keluhan dan pengaduan yang
disampaikan ke hadapannya (Kel. 18:16).namun orang Israel
yang paling berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa
(ay. 27). Ia tidak tahan mendengarkan teguran itu, meskipun
teguran itu adil dan disampaikan dengan lemah lembut.
Sebaliknya, ia siap menyerang Musa dengan berkata, Siapakah
yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas
kami? Roh kesombongan dan suka berperkara tidak dapat
sabar menghadapi pemeriksaan dan pengendalian. Orang-
orang Israel ini lebih suka tubuh mereka diperintah dengan
kekerasan oleh para pengerah mereka dibandingkan dibebaskan.
Mereka lebih suka membiarkan pikiran mereka diperintah oleh
rasio dibandingkan oleh penyelamat mereka. Orang yang berbuat
salah itu menjadi begitu marah atas teguran yang diberikan
kepadanya, sehingga dengan nada keras ia mengecam Musa
atas jasa yang telah dibuat Musa bagi bangsa mereka dengan
membunuh orang Mesir itu. Padahal jika mereka mau mene-
rima, jasa itu akan menjadi pertanda dari pelayanan lebih jauh
yang lebih besar lagi. Apakah engkau bermaksud membunuh
aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
(ay. 28). Dengan perkataan ini ia menuduh Musa melakukan
kejahatan dan mengancam untuk mendakwanya atas per-
buatan itu. Padahal dengan tindakannya itu Musa sedang
mengibarkan bendera perlawanan kepada orang-orang Mesir
270
dan panji-panji kasih serta pembebasan bagi Israel. Segera
sesudah itu Musa melarikan diri ke tanah Midian dan tidak
berusaha lebih jauh untuk membebaskan orang Israel sampai
empat puluh tahun lamanya. Ia tinggal sebagai seorang
pendatang di sana, menikah, dan memperanakkan dua orang
anak laki-laki dari anak perempuan Yitro (ay. 29).
Sekarang marilah melihat bagaimana hal ini berguna dan berkaitan
dengan tujuan pembelaan Stefanus,
1. Mereka mendakwanya telah melakukan penghujatan terhadap
Musa. Untuk menanggapi hal itu ia mengembalikan tuduhan
itu kepada mereka dengan menunjukkan penghinaan yang di-
lakukan nenek moyang mereka sendiri terhadap Musa. Se-
suatu yang seharusnya membuat mereka merasa malu dan
sebab itu bersikap rendah hati, dan bukannya berbantah-
bantah dengan topeng semangat untuk menghormati Musa.
2. Mereka menganiayanya sebab telah bertengkar dengan me-
reka untuk membela Kristus dan Injil-Nya, dan melawan apa
yang telah ditetapkan Musa dan hukum Tauratnya. Tetapi,
Stefanus berkata, Lebih baik kamu berjaga-jaga,
(1) Supaya jangan sampai dengan perbuatanmu itu kamu me-
lakukan sesuatu seperti yang diperbuat nenek moyangmu
dan menolak Orang yang dibangkitkan Tuhan menjadi Pemim-
pin dan Juruselamat bagimu. Mungkin kamu akan mengerti,
jika kamu tidak dengan sengaja menutup mata terhadap
terang yang menyatakan bahwa melalui Yesus ini Tuhan
akan menyelamatkan kamu dari perbudakan yang lebih
buruk dibandingkan perbudakan di negeri Mesir. Berhati-hati-
lah supaya jangan sampai kamu menolak Dia. Sebaliknya,
terimalah Dia sebagai seorang Pemimpin dan Hakim atas
kamu.
(2) Supaya jangan sampai sebab ini kamu akan dihukum
seperti halnya nenek moyangmu pernah dihukum. sebab
perbuatan mereka inilah mereka dibiarkan mati dalam per-
budakan, sebab penyelamatan itu tidak segera datang sam-
pai empat puluh tahun sesudahnya. Inilah masalahnya,
jika kamu menolak Injil, maka Injil ini akan diberikan ke-
pada orang-orang bukan-Yahudi. Kamu tidak akan memi-
Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41
271
liki Dia, dan sebab kamu tidak memiliki Dia, begitulah
nanti jadinya hukumanmu (Mat. 23:38-39).
Pembelaan Stefanus
(7:30-41)
30 Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah kepadanya seorang malaikat
di padang gurun gunung Sinai di dalam nyala api yang keluar dari semak
duri. 31 Musa heran tentang penglihatan itu, dan saat ia pergi ke situ untuk
melihatnya dari dekat, datanglah suara Tuhan kepadanya: 32 Akulah Tuhan
nenek moyangmu, Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka gemetarlah Musa,
dan ia tidak berani lagi melihatnya. 33 Lalu firman Tuhan kepadanya: Tanggal-
kanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
yaitu tanah yang kudus. 34 Aku telah memperhatikan dengan sungguh ke-
sengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar keluh kesah
mereka, dan Aku telah turun untuk melepaskan mereka; sebab itu marilah,
engkau akan Kuutus ke tanah Mesir. 35 Musa ini, yang telah mereka tolak,
dengan mengatakan: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin
dan hakim? Musa ini juga telah diutus oleh Tuhan sebagai pemimpin dan
penyelamat oleh malaikat, yang telah menampakkan diri kepadanya di semak
duri itu. 36 Dialah yang membawa mereka keluar dengan mengadakan muji-
zat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang
gurun, empat puluh tahun lamanya. 37 Musa ini pulalah yang berkata kepada
orang Israel: Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Tuhan bagimu
dari antara saudara-saudaramu. 38 Musa inilah yang menjadi pengantara
dalam sidang jemaat di padang gurun di antara malaikat yang berfirman
kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang meneri-
ma firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu. 39 Te-
tapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka meno-
laknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. 40 Kepada Harun
mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa Tuhan yang akan berjalan di
depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah
Mesir kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. 41 Lalu pada
waktu itu mereka membuat sebuah anak lembu dan mempersembahkan per-
sembahan kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa yang
dibuat sendiri oleh mereka.
Di sini Stefanus melanjutkan kisahnya tentang Musa. Ia membiarkan
orang menilai sendiri apakah perkataan-perkataan ini disampaikan
oleh orang yang menjadi penghujat Musa atau tidak. Tidak ada kata-
kata lain yang dapat diucapkan dengan lebih hormat lagi mengenai
Musa. Di sini kita membaca perihal,
I. Penglihatan yang disaksikan Musa akan kemuliaan Tuhan di
semak duri (ay. 30). Sesudah empat puluh tahun (selama waktu itu
Musa seolah-olah terkubur hidup-hidup di Midian dan sekarang
sudah menjadi tua serta tidak ada lagi orang yang mengingat
jasanya di masa lalu), supaya semua tindakannya dapat tampak
272
sebagai hasil kuasa dan janji Tuhan (seperti yang tampak dalam ke-
lahiran Ishak sebagai anak perjanjian dari orang tua yang sudah
menjadi sangat lemah sebab terlampau tua). Nah, sekarang pada
usia delapan puluh tahun, Musa memulai jabatan terhormat yang
menjadi tujuan kelahirannya, sebagai imbalan atas penyangkalan
dirinya pada saat ia berusia empat puluh tahun. Amatilah hal-hal
berikut ini,
1. Tempat Tuhan menampakkan diri kepadanya. Di padang gurun
gunung Sinai (ay. 30). saat Tuhan menampakkan diri kepada-
nya di sana, tempat itu menjadi tanah yang kudus (ay. 33).
Pernyataan ini sangat ditekankan oleh Stefanus untuk mem-
bantah orang-orang yang membanggakan diri tentang Bait
Suci itu, tempat kudus itu, seolah-olah tidak ada persekutuan
dengan Tuhan selain di tempat itu. Padahal, Tuhan menjumpai
Musa dan menyatakan diri kepadanya di tempat yang sangat
terpencil dan tersembunyi di padang gurun Sinai. Mereka te-
lah menipu diri sendiri jika tetap bersikeras bahwa Tuhan di-
batasi oleh tempat. Tuhan sanggup membawa orang ke padang
gurun dan berbicara kepada mereka dengan nyaman di sana.
2. Cara Tuhan menampakkan diri. Dalam nyala api (sebab Tuhan
kita yaitu api yang menghanguskan), yang keluar dari semak
duri. Di situlah api itu berada. Walaupun semak duri itu ada-
lah bahan yang mudah terbakar, namun tidak dimakan api.
Keadaan ini menggambarkan keadaan bangsa Israel di negeri
Mesir (yang meskipun berada di tengah api penderitaan, tidak
dihanguskan). Jadi, mungkin ini juga dapat dianggap sebagai
gambaran penjelmaan Kristus, dan persatuan antara sifat Tuhan
dan manusiawi, yaitu Tuhan , yang menampakkan diri dalam
rupa manusia di dalam daging, tampak seperti nyala api yang
dinyatakan di dalam semak duri.
3. Bagaimana Musa terpesona oleh pemandangan ini,
(1) Ia merasa heran tentang penglihatan itu (ay. 31). Apa yang
dilihatnya itu merupakan sebuah gejala yang tidak dapat
dijelaskan oleh seluruh pengetahuan orang Mesir yang te-
lah dipelajarinya. Rasa ingin tahunya pertama-tama men-
dorong dia untuk melihatnya dari dekat: Baiklah aku me-
nyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat
Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41
273
itu. Namun, semakin mendekat, ia semakin dipenuhi de-
ngan rasa heran, lalu,
(2) Ia menjadi gemetar dan tidak berani melihat, tidak berani
terus-menerus melihat kepada nyala api itu. Ia segera
menyadari bahwa api itu bukanlah benda langit yang me-
nyala, melainkan Malaikat TUHAN, yang tiada lain yaitu
Malaikat Perjanjian itu, yakni Anak Tuhan sendiri. Hal ini
membuatnya gemetar. Stefanus dituduh menghujat Musa
dan Tuhan (6:11), seolah-olah Musa yaitu Tuhan kecil. Na-
mun dari pernyataan ini jelaslah bahwa Musa hanyalah
manusia biasa sama seperti kita. Khususnya ia juga me-
miliki rasa takut terhadap penampakan keagungan dan ke-
muliaan Tuhan apa saja.
II. Pernyataan yang ia dengar mengenai kovenan Tuhan (ay. 32). Da-
tanglah suara Tuhan kepadanya, sebab iman diperoleh dengan
mendengar. Dan inilah pernyataan itu: Akulah Tuhan nenek mo-
yangmu, Tuhan Abraham, Ishak, dan Yakub. Oleh sebab itu,
1. Aku masih sama pada hari ini seperti sebelumnya. Kovenan
yang Tuhan adakan dengan Abraham beberapa abad yang lalu
yaitu , Aku akan menjadi Tuhan mu, Tuhan yang mencukupi.
Sekarang, Tuhan berfirman, kovenan itu masih tetap berlaku,
tidak dibatalkan dan juga tidak dilupakan. Sebagaimana Aku
dahulu yaitu Tuhan Abraham, sekarang pun Aku tampil se-
perti itu. Sebab semua kemurahan dan kehormatan yang di-
berikan Tuhan atas Israel, didirikan di atas kovenan dengan
Abraham dan dari sanalah asalnya.
2. Aku akan sama seperti adanya Aku sekarang ini. Sebab jika
kematian Abraham, Ishak, dan Yakub tidak dapat memutus-
kan hubungan kovenan antara Tuhan dan mereka (dengan ini
tampaknya hubungan itu tidak terputus), maka tidak akan
ada yang dapat memutuskannya. Kemudian Ia akan menjadi
Tuhan ,
(1) Bagi jiwa mereka yang sekarang terpisah dari tubuh me-
reka. Dengan ini Juruselamat kita membuktikan keadaan
di masa depan (Mat. 22:31-32). Abraham sudah mati, na-
mun Tuhan masih tetap Tuhan nya, dan itulah sebabnya dika-
takan bahwa Abraham masih hidup. Tuhan tidak pernah
274
memaksudkan janji kepada Abraham untuk kehidupan di
dunia sekarang ini, yang akan menjelaskan maksud sebe-
narnya dari janji itu seutuhnya, bahwa Ia akan menjadi
Tuhan Abraham. Itulah sebabnya janji itu harus digenapi di
kehidupan yang akan datang. Nah, inilah kehidupan yang
tidak dapat binasa dan dibawa oleh terang Injil itu untuk
menyatakan kesalahan orang-orang Saduki yang menyang-
kal kehidupan yang akan datang. Itulah sebabnya orang-
orang yang mempertahankan Injil dan berusaha menyebar-
luaskannya, sangat jauh dari maksud menghujat Musa,
malah sebaliknya mereka sangat menghormatinya tak ter-
kira dan memuliakan penampakan Tuhan akan diri-Nya ke-
padanya di semak duri itu.
(2) Bagi keturunan mereka. Dengan menyatakan diri sebagai
Tuhan nenek moyang mereka, Tuhan ingin menunjukkan ke-
murahan-Nya kepada keturunan mereka, supaya mereka
menjadi kekasih Tuhan oleh sebab nenek moyang mereka
(Rm. 11:28; Ul. 7:8). Sekarang para pembawa berita Injil
mewartakan kovenan bahwa kegenapan janji yang diberi-
kan Tuhan kepada nenek moyang kita, dan yang dinantikan
oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam
melakukan ibadahnya dengan tekun (26:6-7). Akankah me-
reka sebab alasan mendukung tempat kudus dan hukum
Taurat itu, mereka menentang kovenan yang dibuat Tuhan
dengan Abraham dan keturunannya, keturunan rohaninya,
padahal kovenan itu sudah ada sebelum hukum itu sendiri
diberikan dan jauh sebelum tempat kudus itu didirikan?
Sebab kemuliaan Tuhan harus selalu dibesarkan dan kemu-
liaan kita dihentikan. Tuhan menghendaki supaya kesela-
matan kita digenapi oleh sebuah janji, dan bukan oleh hu-
kum Taurat. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi yang
menganiaya orang-orang Kristen dengan alasan menghujat
hukum Taurat sebenarnya telah menghujat kovenan itu
sendiri dan mencampakkan semua belas kasihan yang ada
di dalamnya yang justru diperuntukkan bagi diri mereka
sendiri.
III. Perintah yang diberikan Tuhan kepada Musa untuk membebaskan
orang Israel keluar dari tanah Mesir. Orang-orang Yahudi menem-
Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41
275
patkan Musa dalam kedudukan yang bersaing dengan Kristus dan
mendakwa Stefanus sebagai penghujat sebab ia tidak mau ber-
buat seperti mereka juga. Namun di sini Stefanus menunjukkan
bahwa Musa merupakan gambaran utama dari Kristus, sebab ia
yaitu pembebas bangsa Israel. Setelah menyatakan diri sebagai
Tuhan Abraham, Tuhan kemudian melanjutkan dengan,
1. Memerintahkan Musa melakukan sikap tubuh yang menunjuk-
kan rasa hormat: Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu. Ja-
nganlah masuk ke tempat-tempat kudus dengan pikiran dan
sikap hati yang rendah, dingin, dan tidak sopan. Janganlah ter-
buru-buru dengan mulutmu (Pkh. 5:1). Janganlah tergesa-gesa
dan bersikap sembrono saat datang kepada Tuhan . Melangkahlah
dengan lembut.
2. Memerintahkan Musa memasuki tugas pelayanan yang sangat
mulia. Setelah siap menerima perintah, ia selanjutnya akan
menerima tugas. Ia ditugaskan untuk meminta izin dari Firaun
bagi orang-orang Israel untuk pergi meninggalkan negeri Fi-
raun dan untuk menguatkan permintaan itu (ay. 34). Amatilah
di sini,
(1) Perhatian yang diberikan Tuhan atas kesengsaraan mereka
dan perasaan mereka terhadap kesengsaraan itu. Aku telah
melihat, Aku telah memperhatikan kesengsaraan mereka
dan telah mendengar keluh kesah mereka. Tuhan sungguh
peduli dengan segala kesulitan jemaat-Nya dan keluh ke-
sah umat-Nya yang teraniaya. Penyelamatan mereka ber-
asal dari rasa kasihan-Nya.
(2) Ketetapan hati Tuhan untuk membebaskan mereka melalui
tangan Musa. Aku telah turun untuk melepaskan mereka.
Meskipun Tuhan hadir di mana-mana, tampaknya di sini Ia
menggunakan ungkapan telah turun untuk melepaskan me-
reka. Sebab pembebasan itu merupakan pelambangan dari
apa yang dilakukan Kristus. Yaitu, saat Dia telah turun
dari sorga bagi kita manusia dan bagi keselamatan kita. Dia
yang telah naik ke sorga, tadinya Dia telah turun. Musalah
orang yang harus ditugaskan. Marilah, engkau akan kuutus
ke tanah Mesir. Dan jika Tuhan mengutus dia, Ia akan
mengakuinya dan memberi keberhasilan kepadanya.
276
IV. Tindakan Musa dalam melaksanakan tugas ini, yang menjadikan
dia gambaran dari Sang Mesias. Sekali lagi Stefanus memberi
perhatian terhadap tindakan orang-orang Israel yang meremehkan
Musa. Penghinaan yang mereka berikan kepadanya, serta peno-
lakan mereka terhadap kepemimpinannya atas mereka, semakin
meninggikan tindakan Musa dalam menyelamatkan mereka.
1. Tuhan memberi kehormatan kepada dia yang telah mereka
hina (ay. 35). Musa ini, yang telah mereka tolak (yang tawaran
dan perbuatan baiknya telah mereka tolak dengan penuh
penghinaan), dengan mengatakan, Siapakah yang mengangkat
engkau menjadi pemimpin dan hakim? Mengapakah kamu me-
ninggikan diri di atas jemaat TUHAN, wahai anak Lewi? (Bil.
16:3, KJV). Musa ini juga telah diutus oleh Tuhan sebagai pe-
mimpin dan penyelamat oleh malaikat yang telah menampak-
kan diri kepadanya di semak duri itu. Dapat ditafsirkan juga
bahwa Tuhan telah mengutus dia melalui malaikat yang me-
nyertainya dan menjadikan dia sebagai penyelamat sepenuh-
nya. Nah, dengan contoh ini, Stefanus ingin menunjukkan ke-
pada mahkamah itu bahwa Yesus ini, yang sekarang mereka
tolak, seperti Musa yang ditolak nenek moyang mereka yang
berkata, Siapa yang menjadikan Engkau nabi dan raja? Siapa
yang memberi kuasa kepada-Mu? Bahkan Yesus inilah yang
telah ditinggikan Tuhan menjadi Pemimpin dan Juruselamat, se-
perti yang dikatakan oleh rasul-rasul beberapa waktu lalu
(5:30-31), supaya batu yang dibuang oleh tukang-tukang ba-
ngunan itu menjadi batu penjuru (4