Kisah pararasul 8
:11).
2. Tuhan menunjukkan kemurahan-Nya kepada mereka melalui
Musa. Jauh sebelumnya ia telah berusaha mulai melayani me-
reka, walaupun mereka mengusirnya dengan kasar. sebab
mereka telah menolak pelayanan Musa, maka adillah jika
Tuhan juga menolak mereka. Namun, semua telah dilupakan.
Mereka tidak terlampau dicela mengenai hal itu (ay. 36). Ia
membawa mereka keluar walaupun sesudah Ia mengadakan
mujizat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir (yang kemudian
diikuti dengan pembebasan mereka sepenuhnya, sesuai de-
ngan keadaan mereka), di laut Merah dan di padang gurun, em-
pat puluh tahun lamanya. Sedemikian jauhnya Stefanus dari
perbuatan menghujat Musa yang sangat ia kagumi sebagai
alat yang mulia di tangan Tuhan untuk membangun jemaat Per-
Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41
277
janjian Lama itu. Dan sama sekali tidak mengurangi kemulia-
an Musa jika Stefanus mengatakan bahwa Musa hanyalah se-
buah alat di tangan Tuhan dan bahwa kecemerlangannya pudar
oleh kecemerlangan Yesus ini, yaitu pribadi yang sangat dirin-
dukannya dapat dikenal oleh orang-orang Yahudi ini. Ia men-
dorong mereka untuk masuk ke dalam rancangan-Nya, yang
tanpa ragu sedikit pun pasti akan diterima oleh kasih karunia-
Nya serta mendapat keuntungan-keuntungan dari-Nya, seperti
halnya bangsa Israel dibebaskan oleh Musa meskipun mereka
pernah menolaknya.
V. Nubuat Musa mengenai Kristus dan kasih karunia-Nya (ay. 37). Ia
tidak hanya menjadi gambaran dari Kristus (banyak yang seperti
itunamun mungkin tidak memiliki pandangan jauh ke depan
mengenai waktu yang sebenarnya),namun juga berbicara tentang
Dia (ay. 37). Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel,
seorang nabi akan dibangkitkan Tuhan bagimu dari antara saudara-
saudaramu. Hal ini dikatakan Musa sebagai salah satu kehor-
matan terbesar yang diberikan Tuhan kepadanya (bahkan sebagai
suatu kehormatan yang mengatasi semua kehormatan lainnya),
bahwa melalui dirinya, ia diizinkan memberi tahu orang-orang
Israel mengenai nabi besar yang akan datang ke dunia ini. Ia
memberitahukan hal ini supaya pengharapan mereka akan Dia
dibangkitkan, dan sekaligus meminta mereka menerima Dia. Ke-
tika Musa membawa orang-orang Israel keluar dari Mesir, dengan
penuh rasa hormat kejadian ini digambarkan, Itulah Musa (Kel.
6:26). Begitu juga di sini dikatakan, Musa ini pulalah. Nah, se-
benarnya penjelasan ini sudah lebih dari cukup untuk memenuhi
tujuan Stefanus, bahwa Yesus akan mengubah kebiasaan-kebia-
saan dari hukum Taurat. Ia juga tidak memiliki niat sedikit pun
untuk menghujat Musa. Sebaliknya, ia menunjukkan rasa hor-
matnya yang luar biasa besar dengan menunjukkan bagaimana
nubuat Musa itu telah digenapi seperti yang dikatakan dengan
jelas oleh Kristus sendiri kepada mereka, Jika mereka percaya
kepada Musa, tentu mereka juga percaya kepada-Ku (Yoh. 5:46).
1. Musa, dalam nama Tuhan , telah memberi tahu mereka bahwa
jika waktunya telah tiba, seorang nabi akan dibangkitkan di
antara mereka. Seorang nabi dari bangsa mereka sendiri yang
akan sama seperti dia (Ul. 18:15, 18), seorang Pemimpin dan
278
Penyelamat, seorang Hakim dan Pemberi hukum sama seperti
dia yang sebab itu memiliki kuasa untuk mengubah kebia-
saan yang telah ia sampaikan serta membawa pengharapan
yang lebih baik, sebagai Pengantara dari perjanjian yang lebih
mulia.
2. Musa meminta mereka mendengarkan nabi itu, menerima pe-
rintah-perintah-Nya, mengakui perubahan yang akan Ia buat
dalam kebiasaan-kebiasaan mereka, dan menyerahkan diri
mereka kepada-Nya dalam segala sesuatu. Dan inilah kehor-
matan terbesar yang dapat kamu lakukan kepada Musa dan
kepada hukum Tauratnya, kepada Musa yang telah berkata,
Dengarkanlah Dia. Dan Musa ini jugalah yang menjadi saksi
dari pengulangan permintaan ini melalui suara yang datang
dari awan-awan pada waktu Yesus berubah rupa dan dimulia-
kan. Musa menunjukkan persetujuannya dengan sikap ber-
diam diri (Mat. 17:5).
VI. Berbagai pelayanan luar biasa yang terus dilakukan Musa untuk
orang-orang Israel setelah ia menjadi alat untuk membawa me-
reka keluar dari negeri Mesir (ay. 38). Dalam hal ini pula Musa
menjadi gambaran dari Kristus yang jauh mengungguli dia, se-
hingga bukanlah suatu penghujatan untuk berkata, Ia memiliki
kuasa mengubah kebiasaan-kebiasaan yang disampaikan Musa.
Bahwa hal itu justru merupakan suatu kehormatan bagi Musa,
1. Bahwa Musa ada di dalam sidang jemaat di padang gurun. Ia
memimpin semua urusan yang ada di sana selama empat
puluh tahun, dan ia menjadi raja di Yesyurun (Ul. 33:5). Per-
kemahan bangsa Israel di sini disebut sidang jemaat di padang
gurun. Sebab kumpulan itu merupakan masyarakat yang diku-
duskan dan dikhususkan, dipersatukan oleh undang-undang
dasar Tuhan di bawah sebuah pemerintahan Tuhan serta diper-
kaya dengan pewahyuan Tuhan . Walaupun masih belum diben-
tuk secara sempurna seperti halnya jemaat di negeri Kanaan, di
mana masing-masing orang masih berbuat segala sesuatu yang
dipandangnya benar (Ul. 12:8-9), namun jemaat di padang
gurun ini boleh dikata merupakan sebuah jemaat. Sungguh
suatu kehormatan bagi Musa bahwa ia ada di dalam jemaat itu.
Jika Musa tidak ada di dalam jemaat ini dan bertindak sebagai
pengantara untuknya, jemaat ini pasti sudah musnah, sebab
Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41
279
sudah berulang kali Tuhan ingin memusnahkannya. Sementara
itu Kristus yaitu Pemimpin dan Penuntun dari jemaat yang
lebih baik dan mulia dibandingkan jemaat yang ada di padang
gurun itu. Kristus menjadi hidup dan jiwa dari jemaat itu lebih
dari yang dapat dilakukan Musa di dalam jemaat padang
gurun itu.
2. Bahwa Musa ada bersama dengan malaikat yang berfirman
kepadanya di gunung Sinai dan dengan nenek moyang kita ia
berada bersamanya selama dua kali empat puluh hari ber-
sama malaikat kovenan, Mikhael, pemimpin kita. Musa segera
menjadi akrab dengan Tuhan ,namun ia tidak pernah berbaring
di pangkuan-Nya seperti halnya Kristus dari sejak kekekalan.
Atau, perkataan itu dapat juga diartikan demikian: Musa ada
di dalam sidang jemaat di padang gurun,namun ia ada bersama
dengan malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai.
Artinya, di semak duri yang menyala itu, sebab tempat itu di-
katakan berada di gunung Sinai (ay. 30). Malaikat itulah yang
berjalan di hadapannya dan menuntun jalannya. Jika tidak, ia
tidak akan dapat menjadi pemimpin bagi bangsa Israel. Me-
ngenai hal ini Tuhan berfirman di dalam Keluaran 23:20, Se-
sungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depan-
mu. Juga di dalam Keluaran 33:2, dan lihat juga dalam
Bilangan 20:16. Ia berada di dalam jemaat bersama dengan
malaikat itu, sebab tanpa malaikat itu ia tidak akan dapat
memberi pelayanan kepada jemaat. Namun, Kristus yaitu
Malaikat itu sendiri yang menyertai jemaat di padang gurun,
dan sebab itu memiliki kuasa melebihi Musa.
3. Bahwa Musa menerima firman-firman yang hidup untuk me-
nyampaikannya kepada kamu. Bukan saja kesepuluh perintah
Tuhan , melainkan juga perintah-perintah lain yang disampaikan
kepada Musa dengan berfirman, katakanlah kepada orang-
orang Israel.
(1) Perkataan Tuhan yaitu firman-firman, bersifat pasti dan
tidak pernah salah, serta berasal dari kuasa yang tidak da-
pat diragukan lagi dan bersifat mengikat. Perkataan itu ha-
rus dipakai sebagai pedoman seperti firman dan olehnya se-
mua perbedaan pendapat harus ditetapkan kebenarannya.
(2) Perkataan itu yaitu firman-firman yang hidup. Sebab per-
kataan itu yaitu firman dari Tuhan yang hidup, bukan dari
280
berhala-berhala yang bisu dan mati dari orang-orang yang
belum mengenal Tuhan . Firman yang difirmankan Tuhan ada-
lah roh dan hidup. Bukan seperti yang diberikan oleh hu-
kum Musa, yang hanya dapat menunjukkan jalan menuju
hidup: Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turuti-
lah segala perintah Tuhan .
(3) Musa menerima firman-firman itu dari Tuhan dan tidak di-
berikan secara langsung sebagai firman kepada umat. Se-
baliknya, ia harus menerimanya terlebih dahulu dari Tuhan .
(4) Firman-firman hidup yang ia terima dari Tuhan disampai-
kannya dengan setia kepada orang-orang Israel untuk di-
perhatikan dan dipelihara. Sungguh merupakan hak is-
timewa utama bagi orang-orang Yahudi sebab kepada me-
rekalah dipercayakan firman Tuhan . Melalui tangan Musalah
firman itu dipercayakan kepada mereka. Sebagaimana Musa
tidak memberi roti kepada mereka, demikian jugalah ia
tidak memberi hukum dari sorga itu kepada mereka
(Yoh. 6:32). Tuhan sendirilah yang memberi itu kepada
mereka. Dan sebab Dialah yang memberi adat istiadat
itu melalui Musa, hamba-Nya, tidak diragukan lagi bahwa
jika Ia berkenan, Ia dapat mengubah adat istiadat itu mela-
lui Yesus, Anak-Nya, yang menerima firman-firman yang le-
bih hidup untuk diberikan kepada kita. Lebih hidup dari-
pada yang pernah diberikan oleh Musa.
VII. Penghinaan yang dilakukan sesudah ini dan yang bagaimana-
pun ditimpakan kepada Musa oleh orang-orang Israel itu. Orang-
orang yang mendakwa bahwa Stefanus telah mengucapkan kata-
kata hujat terhadap Musa itu, pasti akan lebih baik dalam
mengikuti apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka
Dan berjalan dalam langkah-langkah nenek moyang mereka.
1. Mereka tidak mau taat kepada Musa, malahan mereka meno-
laknya (ay. 39). Mereka bersungut-sungut terhadap dia,
memberontak terhadap dia, menolak menaati perintah-perin-
tahnya, dan terkadang mau melemparinya dengan batu. Me-
mang benar bahwa Musa telah memberi hukum yang sa-
ngat baik kepada mereka, namun dengan perbuatan mereka
ini tampaknya hukum Taurat itu tidak mungkin menyempur-
nakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya
Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41
281
(Ibr. 10:1). Sebab di dalam hati mereka ingin kembali ke tanah
Mesir dan lebih menyukai bawang merah dan bawang putih
dibandingkan manna yang mereka peroleh di bawah kepemim-
pinan Musa, atau dibandingkan susu dan madu di negeri Kanaan,
yang mereka inginkan. Perhatikan baik-baik, ketidakpuasan
mereka di dalam hati terhadap Musa dengan kecenderungan
mereka terhadap hal-hal yang berbau Mesir, kalau saya boleh
katakan. Ini sama saja dengan kembali ke negeri Mesir. Ini
ada di dalam hati mereka. Banyak orang yang berpura-pura
ikut berangkat menuju tanah Kanaan dengan menunjukkan
dan memamerkan hidup keagamaan mereka. Namun, pada
saat yang sama diam-diam mereka juga ingin kembali ke
tanah Mesir. Sama seperti yang dilakukan oleh istri Lot yang
ingin kembali ke negeri Sodom. Orang-orang seperti itu akan
digolongkan sebagai orang-orang yang tidak setia dan ber-
khianat, sebab Tuhan memandang ke dalam hati manusia.
Nah, jika adat istiadat yang disampaikan Musa kepada me-
reka tidak dapat mengubah mereka, tidak heran jika Kristus
datang untuk mengubah adat istiadat itu dan memperkenal-
kan sebuah cara penyembahan baru yang lebih bersifat
rohaniah.
2. dibandingkan mendengarkan Musa, mereka membuat sebuah pa-
tung anak lembu. Perbuatan mereka ini, di samping menen-
tang persembahan yang biasa dipersembahkan kepada Tuhan ,
juga merupakan penghinaan besar terhadap Musa. Sebab
mereka membuat anak lembu ini memang dengan tujuan me-
lawan Musa, sesuai dengan apa yang telah mereka katakan,
Sebab Musa ini, yang telah memimpin kami keluar dari tanah
Mesir, kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia, ka-
rena itu buatlah untuk kami berhala-berhala dari emas. Se-
olah-olah patung anak lembu itu cukup untuk menggantikan
Musa dan dapat berjalan di hadapan mereka untuk memim-
pin menuju negeri yang dijanjikan. Lalu pada waktu itu me-
reka membuat sebuah anak lembu, saat hukum Taurat di-
berikan kepada mereka, dan mempersembahkan persembah-
an kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa
yang dibuat sendiri oleh mereka. Begitu bangganya mereka
dengan sembahan baru mereka itu sehingga dikatakan, maka
duduklah bangsa itu untuk makan dan minum, kemudian ba-
282
ngunlah mereka dan bersukacita! Dengan semua ini tampak
jelas bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan oleh hukum
Taurat itu, sebab tidak berdaya oleh daging. Itulah sebabnya
sangat perlu hukum Taurat ini disempurnakan oleh pribadi
yang lebih baik. Dengan demikian tentunya Stefanus bukanlah
seorang penghujat melawan Musa, sebab Musa sendiri yang
mengatakan bahwa Kristus telah menyempurnakan hukum
Taurat.
Pembelaan Stefanus
(7:42-50)
42 Maka berpalinglah Tuhan dari mereka dan membiarkan mereka beribadah
kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi: Apa-
kah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persem-
bahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? 43
Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa
Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan
membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel. 44
Kemah Kesaksian ada pada nenek moyang kita di padang gurun, seperti yang
diperintahkan Tuhan kepada Musa untuk membuatnya menurut contoh yang
telah dilihatnya. 45 Kemah itu yang diterima nenek moyang kita dan yang
dengan pimpinan Yosua dibawa masuk ke tanah ini, yaitu waktu tanah ini
direbut dari bangsa-bangsa lain yang dihalau Tuhan dari depan nenek moyang
kita; demikianlah sampai kepada zaman Daud. 46 Daud telah mendapat kasih
karunia di hadapan Tuhan dan ia memohon, supaya ia diperkenankan untuk
mendirikan suatu tempat kediaman bagi Tuhan Yakub. 47namun Salomolah
yang mendirikan sebuah rumah untuk Tuhan . 48namun Yang Mahatinggi tidak
diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia, seperti yang dikatakan
oleh nabi: 49 Langit yaitu takhta-Ku, dan bumi yaitu tumpuan kaki-Ku.
Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan,
tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? 50 Bukankah tangan-Ku
sendiri yang membuat semuanya ini?
ada dua hal yang dapat kita perhatikan di dalam ayat-ayat ini:
I. Stefanus menegur mereka dengan menunjuk kepada penyembah-
an berhala yang dilakukan nenek moyang mereka. Akibatnya,
Tuhan telah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka
sebagai hukuman atas perbuatan mereka meninggalkan Tuhan de-
ngan menyembah anak lembu emas itu. Hukuman ini merupakan
hukuman yang paling menyedihkan dari semua dosa, sebab dosa
itu yaitu penyembahan berhala dari dunia orang yang tidak me-
ngenal Tuhan , sehingga Tuhan telah menyerahkan mereka kepada
pikiran-pikiran yang terkutuk itu. saat Israel bersekutu dengan
berhala-berhala, bersekutu dengan lembu emas itu, dan tidak
Kitab Kisah Para Rasul 7:42-50
283
lama kemudian dengan Baal-Peor, Tuhan berkata, Biarkanlah me-
reka, biarkan mereka melanjutkannya (ay. 42). Maka berpalinglah
Tuhan dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala
tentara langit. Secara khusus Stefanus mengingatkan mereka su-
paya tidak membahayakan diri sendiri dengan melakukan per-
buatan yang sama serta memberi alasan mengapa mereka
tidak boleh melakukannya. Sebab saat mereka cenderung ke-
pada keinginan hati mereka, Tuhan membiarkan mereka terus
dalam keinginan hati mereka, hawa nafsu mereka, dan menarik
kasih karunia-Nya yang mencegah mereka berbuat jahat. Kemudi-
an mereka berjalan menurut keinginan hati mereka serta menjadi
begitu tergila-gila dengan berhala-berhala mereka seperti yang
belum pernah dilakukan oleh bangsa mana pun juga. Banding-
kanlah Ulangan 4:19 dengan Yeremia 8:2. Untuk hal ini Stefanus
mengutip dari Amos 5:25. Sebab ia mungkin mengira bahwa hati
mereka tidak akan terlampau sakit jika ia mengutip perkataan
seorang nabi Perjanjian Lama untuk menunjukkan watak dan
nasib mereka serta menegur mereka,
1. Atas perbuatan mereka untuk tidak mempersembahkan per-
sembahan kepada Tuhan mereka sendiri di padang gurun (ay.
42). Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sem-
belihan dan persembahan selama empat puluh tahun itu? Ti-
dak, selama waktu itu korban kepada Tuhan terhenti. Mereka
bahkan tidak merayakan Paskah sampai sesudah tahun kedua
di padang gurun. Kelonggaran itu yaitu kemurahan Tuhan ke-
pada mereka, bahwa Ia tidak terlampau mendesak mereka se-
mentara masih dalam keadaan yang belum mapan. Namun,
biarlah mereka mempertimbangkan sendiri betapa jahatnya
balasan mereka kepada Tuhan dengan memberi persembahan
kepada berhala-berhala, saat untuk sementara waktu Tuhan
membebaskan mereka dari kewajiban memberi persembahan
kepada-Nya. Hal ini juga merupakan sebuah peringatan akan
semangat mereka yang begitu berlebihan atas adat istiadat
yang disampaikan Musa kepada mereka serta ketakutan me-
reka akan perubahan yang dilakukan oleh Yesus ini. Akibat-
nya, begitu mereka dibebaskan, adat istiadat itu tidak dijalan-
kan selama empat puluh tahun, dan dianggap tidak berguna.
2. Atas perbuatan mereka mempersembahkan persembahan ke-
pada berhala-berhala lain sesudah mereka datang ke negeri
284
Kanaan. Malahan kamu mengusung kemah Molokh (ay. 43).
Molokh yaitu dewa bani Amon. Secara keji mereka memper-
sembahkan anak-anak mereka sendiri sebagai korban kepada
Molokh ini. Persembahan semacam ini tidak bisa tidak tentunya
dilakukan dengan penuh rasa takut dan kepedihan bagi me-
reka sendiri dan keluarga mereka masing-masing. Sekalipun
dipenuhi rasa takut luar biasa dan rasa pedih, mereka mau
juga melakukan cara penyembahan yang tidak lazim ini, ka-
rena Tuhan berpaling dari mereka dan membiarkan mereka ber-
ibadah kepada bala tentara langit. Lihat juga perbuatan me-
reka dalam 2 Tawarikh 28:3. Ini sungguh merupakan suatu
kepercayaan yang penuh tipu daya yang pernah dibiarkan
untuk dilakukan oleh suatu bangsa, dan merupakan contoh
terbesar dari kuasa Iblis yang bekerja di dalam anak-anak ma-
nusia yang tidak taat. sebab itulah perbuatan ini diungkap-
kan dengan nada yang tegas di sini, Ya, malahan kamu meng-
usung kemah Molokh, bahkan kamu menyerahkan diri kepada
penyembahan itu, dan juga kepada bintang dewa Refan. Bebe-
rapa penafsir memperkirakan bahwa Refan ini menunjuk ke-
pada bulan, sementara Molokh kepada matahari. sedang
penafsir lain mengatakan bahwa yang dimaksud yaitu Sa-
turnus, sebab dalam bahasa Siria dan Parsi planet itu disebut
Refan. Terjemahan Septuaginta menyebutnya sebagai Chiun,
sebuah nama yang lebih umum dikenal. Mereka memiliki
gambar-gambar yang mewakili bintang, seperti halnya kuil-
kuil perak bagi dewi Artemis (Diana, KJV), yang di sini disebut
patung-patung yang kamu buat untuk disembah. Dr. Lightfoot
(theolog Inggris abad ketujuh belas) menduga bahwa mereka
memiliki gambar-gambar yang melambangkan langit secara
keseluruhan dengan semua tatanan bintang-bintang dan pla-
net-planet yang semuanya disebut Refan ujud tertinggi se-
perti halnya bulatan langit. Sungguh merupakan suatu kebo-
dohan untuk menjadikan benda-benda semacam itu sebagai
berhala, sama buruknya seperti sebuah anak lembu emas!
Nah, atas perbuatan ini mereka menghadapi ancaman, Aku
akan membawa kamu ke dalam pembuangan sampai di sebe-
rang sana Babel. Di dalam Kitab Amos disebut jauh ke sebe-
rang Damsyik, yang berarti Babel, Tanah Utara. Namun, Stefa-
nus mengubahnya, dengan menekankan pembuangan sepuluh
Kitab Kisah Para Rasul 7:42-50
285
suku yang dibawa jauh di seberang Babel, yakni di tepi sungai
negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai (2Raj. 17:6). Kare-
na itu, seharusnya mereka tidak heran mendengar tentang
penghancuran tempat ini, sebab mereka telah sering men-
dengarnya dari nabi-nabi Perjanjian Lama. Padahal, dari nabi-
nabi yang pernah bernubuat itu tidak ada yang dianggap seba-
gai penghujat oleh siapa pun, kecuali oleh penguasa-penguasa
yang lalim. Hal itu dapat diamati dalam perdebatan mengenai
perkara Yeremia yang mengatakan bahwa Mikha tidak dihu-
kum walaupun ia bernubuat bahwa Sion akan dibajak seperti
ladang (Yer. 26:18-19).
II. Stefanus memberi jawaban secara khusus atas dakwaan ter-
hadap dirinya yang berkaitan dengan Bait Suci, bahwa ia telah
mengucapkan kata-kata hujat terhadap tempat kudus ini (ay. 44-
50). Ia dituduh telah mengatakan bahwa Yesus akan merobohkan
tempat kudus ini. Memangnya kenapa kalau saya berkata seperti
itu? (kata Stefanus). Kemuliaan Tuhan yang kudus tidak dibatasi
oleh kemuliaan tempat kudus ini, walaupun tempat ini akan men-
jadi timbunan debu, kemuliaan Tuhan akan tetap tidak tersentuh,
sebab,
1. Nenek moyang kita baru memiliki tempat ibadah yang tetap
sesudah mereka memasuki padang gurun dalam perjalanan
menuju Kanaan. Bahkan berabad-abad sebelumnya ibadah
bapa-bapa leluhur kita tetap dapat diterima Tuhan di atas se-
buah mezbah sederhana yang dibangun di dekat kemah me-
reka di udara terbuka sub dio. Dan Tuhan yang pada mulanya
disembah tanpa sebuah tempat kudus itu memiliki jemaat Per-
janjian Lama yang paling baik dan murni. Tanpa mengurangi
kemuliaan-Nya, seperti itulah yang akan terjadi saat tempat
kudus ini dihancurkan.
2. Pada mulanya tempat kudus itu hanyalah sebuah kemah, se-
derhana dan dapat dipindah-pindahkan, yang artinya sangat
sementara, dan tidak dirancang untuk terus ada. Jadi, meng-
apa tempat kudus ini, walaupun dibangun dari batu-batu, ti-
dak boleh dibongkar dengan penuh rasa hormat seperti halnya
kemah yang dibentuk dari lembaran tirai-tirai itu, untuk mem-
berikan tempat yang lebih baik baginya? Seperti halnya bu-
kanlah suatu penghinaan, melainkan suatu kehormatan bagi
286
Tuhan , jika kemah sederhana itu memberi jalan bagi tempat
kudus ini, maka begitu jugalah sekarang, tempat kudus yang
berwujud ini akan memberi jalan kepada sebuah tempat ku-
dus yang rohaniah, sampai pada akhirnya nanti tempat kudus
yang rohaniah itu akan memberi jalan bagi tempat kudus yang
kekal.
3. Bahwa kemah itu merupakan sebuah kemah para saksi atau
kemah kesaksian. Sebuah gambaran dari hal-hal yang akan
datang dari sebuah kemah sejati yang didirikan oleh Tuhan dan
bukan oleh manusia (Ibr. 8:2). Inilah kemuliaan dari kemah
dan tempat kudus itu, yang dibangun untuk menjadi kesaksi-
an bagi Bait Suci Tuhan yang di kemudian hari akan dibuka di
sorga (Why. 11:19), dan bagi Kristus yang menjadi manusia
serta diam di antara kita (sebagai yang dikatakan dalam Yoha-
nes 1:14), serta juga bagi bait dari tubuh-Nya.
4. Bahwa kemah itu dibuat seperti yang telah ditunjukkan Tuhan
dan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa untuk mem-
buatnya menurut contoh yang telah dilihatnya di atas gunung.
Pernyataan itu dengan jelas menunjukkan adanya kaitan
dengan hal-hal yang akan datang. Tempat itu dibangun secara
sorgawi, serta memiliki makna dan kecenderungan ke arah
sana. Oleh sebab itu, sama sekali bukan merupakan suatu
bentuk penghinaan kepada kemuliaannya jika dikatakan bah-
wa tempat kudus yang dibuat oleh tangan manusia ini akan
dirobohkan supaya di atasnya dapat dibangun bait lain yang
bukan buatan tangan manusia, seperti yang pernah dituduh-
kan kepada Kristus (Mrk. 14:58) dan juga kepada Stefanus
sekarang.
5. Pada mulanya kemah itu didirikan di padang gurun. Padang
gurun itu pun bukanlah tanah kelahiranmu ini (yang menu-
rutmu harus terbatas di tempat ini selamanya). Sebaliknya,
kemah ini baru dibawa masuk ke tanah ini pada abad beri-
kutnya oleh nenek moyang kita yang berasal dari angkatan se-
sudah angkatan yang pertama kali mendirikan kemah itu. Ke-
mah itu dibawa masuk ke tanah yang dimiliki oleh orang
bukan-Yahudi, ke tanah Kanaan, yang sejak lama direbut dari
bangsa-bangsa lain yang dihalau Tuhan dari depan nenek
moyang kita. Dan mengapa sekarang Tuhan tidak boleh men-
dirikan Bait Suci rohaniah-Nya, seperti yang telah Ia lakukan
Kitab Kisah Para Rasul 7:42-50
287
dengan kemah berwujud itu di negeri-negeri yang sekarang ini
menjadi milik bangsa-bangsa bukan-Yahudi? Kemah itu di-
bawa masuk oleh orang-orang yang datang bersama Yesus,
yaitu Yosua. Untuk membedakan dan untuk menghindari ke-
salahan, saya berpendapat bahwa sebaiknya hal ini dibaca apa
adanya, baik yang tertulis di sini, maupun yang tertulis di da-
lam Surat Ibrani 4:8. Namun, penyebutan nama Yosua di sini,
yang dalam bahasa Yunani disebut Yesus, merupakan petun-
juk tersirat bahwa seperti halnya Yosua Perjanjian Lama mem-
bawa masuk kemah gambaran, demikian pula Yosua Per-
janjian Baru harus membawa masuk kemah yang sebenarnya
untuk dimiliki bangsa bukan-Yahudi.
6. Kemah itu tetap berdiri selama berabad-abad, bahkan sampai
kepada zaman Daud, lebih dari empat ratus tahun, sebelum
orang terpikirkan untuk membangun sebuah Bait Suci (ay.
45). Daud yang telah mendapat kasih karunia di hadapan
Tuhan , sangat menginginkan kemurahan Tuhan lebih lanjut. Ia
memohon, supaya diperkenankan mendirikan sebuah rumah
bagi Tuhan , untuk menjadi sebuah kemah yang tetap atau tem-
pat kediaman bagi Shekinah, yakni tanda kehadiran Tuhan
Yakub (ay. 46). Orang-orang yang telah mendapat kasih karu-
nia Tuhan harus tampil untuk memajukan semua kepentingan
kerajaan-Nya di antara manusia.
7. Tuhan tidak begitu menginginkan bait atau semacam tempat
kudus yang mereka jaga dengan begitu cermat. sebab itu, ke-
tika Daud ingin membangun sebuah tempat seperti itu, ia
malah dilarang melakukannya. Tuhan tidak tergesa-gesa untuk
segera memiliki sebuah Bait Suci, seperti yang ia katakan ke-
pada Daud (2Sam. 7:7). Itulah sebabnya Daud tidak memba-
ngunnya. Salomo, anaknyalah, yang membangun sebuah Bait
Suci beberapa tahun sesudah itu. Daud memiliki persekutuan
yang begitu indah dengan Tuhan di dalam ibadah umum, seper-
ti yang kita baca di dalam mazmur-mazmurnya, sebelum bait
suci dibangun.
8. Tuhan sering menyatakan bahwa bait suci-bait suci buatan ta-
ngan manusia bukanlah menjadi kesukaan-Nya. Bait-bait suci
seperti itu juga tidak akan menambah sempurna perhentian
dan sukacita-Nya. saat Salomo menahbiskan Bait Suci itu,
ia mengakui bahwa Tuhan tidak diam di dalam apa yang dibuat
288
oleh tangan manusia. Ia tidak membutuhkannya dan juga
tidak diuntungkan sebab itu. Ia tidak dapat dibatasi oleh
bangunan itu. Seluruh dunia inilah bait-Nya. Di dalamnya Ia
hadir di mana-mana dan mengisinya dengan kemuliaan-Nya.
Jadi bagaimana mungkin Ia membutuhkan sebuah rumah
untuk menyatakan diri? Berhala-berhala palsu orang-orang
kafir memang membutuhkan rumah-rumah buatan tangan
manusia, sebab mereka sendiri yaitu dewa-dewa buatan ta-
ngan manusia (ay. 41), dan tidak memiliki tempat lain untuk
menyatakan diri selain di dalam rumah-rumah mereka sendiri.
Namun, satu-satunya Tuhan yang benar dan hidup tidak mem-
butuhkan rumah, sebab langit yaitu takhta-Nya, tempat per-
hentian-Nya, dan bumi yaitu tumpuan kaki-Nya, yang atas-
nya Ia memerintah (ay. 49-50). Oleh sebab itu, rumah apakah
yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dibandingkan dengan yang
sudah Ku-miliki ini? Atau, tempat apakah yang akan menjadi
perhentian-Ku? Apa gunanya Aku memiliki sebuah rumah,
baik untuk tempat perhentian maupun sebagai tempat untuk
menyatakan diri? Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat
semuanya ini? Dan semua ini menunjukkan kekuatan-Nya yang
kekal dan keTuhan an-Nya (Rm. 1:20). Dengan demikian semua
ini menunjukkan kepada seluruh umat manusia bahwa orang-
orang yang menyembah ilah-ilah lain tidak bisa dibenarkan.
Dan sama seperti halnya dunia ini yaitu rumah Tuhan , tempat
Ia menyatakan diri, demikian pula dunia itu yaitu rumah
Tuhan yang di dalamnya Ia harus disembah. Sama seperti bumi
penuh dengan kemuliaan-Nya, dan sebab itu merupakan
Bait-Nya (Yes. 6:3), demikian pula bumi itu penuh, atau akan
penuh, dengan puji-pujian kepada-Nya (Hab. 3:3). Kiranya
segala ujung bumi takut akan Dia (Mzm. 67:8), dan sebab
itulah bumi itu merupakan Bait-Nya. Oleh sebab itu sama se-
kali tidak ada unsur penghinaan atas tempat kudus ini, wa-
laupun mereka menyatakan demikian, dengan mengatakan
bahwa Yesus akan merobohkan tempat ini, dan membangun
kembali yang lain supaya semua bangsa dapat memasukinya
(15:16-17). Tampaknya tidaklah aneh mengapa Stefanus me-
ngutip ayat-ayat Kitab Suci di atas (Yes. 66:1-3). Ayat-ayat itu
mengungkapkan celaan Tuhan atas ibadah-ibadah lahiriah
orang-orang Yahudi dan dengan jelas menubuatkan penolakan
Kitab Kisah Para Rasul 7:51-53
289
terhadap orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan penyam-
butan orang-orang bukan-Yahudi yang bertobat untuk masuk
ke dalam jemaat Tuhan .
Pembelaan Stefanus
(7:51-53)
51 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan te-
linga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu,
demikian juga kamu. 52 Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh
nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu
memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu
khianati dan kamu bunuh. 53 Kamu telah menerima hukum Taurat yang
disampaikan oleh malaikat-malaikat, namun kamu tidak menurutinya.
Stefanus melanjutkan pembelaannya (yang tampak dari urutannya)
untuk menunjukkan bahwa sebagaimana tempat kudusnya, ibadah
di tempat kudus itu juga harus berakhir. Menjadi kemuliaan bagi
keduanya untuk memberi jalan bagi penyembahan kepada Bapa di
dalam roh dan kebenaran yang akan ditegakkan di dalam kerajaan
Sang Mesias. Dengan demikian semua upacara megah dan agung
dari hukum yang lama itu ditanggalkan. Stefanus hendak menerap-
kan semua yang sudah ia katakan menjadi lebih dekat lagi dengan
tujuannya. Namun, ia merasa bahwa mereka tidak dapat lagi mena-
han diri. Mereka masih dapat dengan sabar mendengarkan apa yang
dikatakan mengenai sejarah Perjanjian Lama (itu yaitu bagian dari
pembelajaran yang mereka tekuni). Namun, saat Stefanus hendak
mengatakan bahwa kekuasaan dan kelaliman mereka harus diakhiri
dan bahwa jemaat harus diperintah oleh Roh Kudus dan kasih serta
kesadaran sorgawi, mereka tidak mau mendengarkan dia lagi. Mung-
kin sebab merasa bahwa mereka akan membungkam dia, di tengah
pembicaraannya ia mendadak menghentikan pembelaannya. Kemu-
dian, oleh roh hikmat, keberanian, dan kuasa yang memenuhinya,
dengan tajam ia menghardik para penganiayanya dan mengungkap-
kan watak mereka yang sebenarnya. Sebab, jika mereka tidak mau
mengakui kesaksian Injil yang disampaikan kepada mereka, maka
Injil itu akan menjadi kesaksian melawan mereka.
I. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, yaitu orang-orang
yang keras kepala dan sengaja menolak kebenaran. Mereka tidak
mau dibentuk oleh berbagai cara yang digunakan Tuhan untuk
290
memulihkan dan membentuk ulang hidup mereka. Mereka sama
seperti nenek moyang mereka, keras kepala terhadap firman Tuhan
dan pemeliharaan pengaturan-Nya.
1. Mereka yaitu orang yang tegar tengkuk (ay. 51), dan tidak
mau menyerahkan tengkuk mereka kepada kuk yang enak dan
ringan dari pemerintahan Tuhan . Mereka juga menolak mema-
suki pemerintahan itu seperti anak lembu yang tidak terlatih.
Mereka tidak mau menundukkan kepala mereka, tidak! Bah-
kan kepada Tuhan sendiri pun mereka menolak untuk taat dan
tidak mau merendahkan hati di hadapan-Nya. Tegar tengkuk
itu sama seperti keras hati, keras kepala dan tidak mau menu-
rut, serta watak yang tidak mau menyerah watak umum
bangsa Yahudi (lihat Kel. 32:9; 33:3, 5; 34:9; Ul. 9:6, 13; 31:27;
Yeh. 2:4).
2. Mereka tidak bersunat hati dan telinga. Hati dan telinga me-
reka tidak dipersembahkan dan diserahkan kepada Tuhan , se-
perti orang-orang yang mengaku percaya oleh tanda sunat.
Dalam nama dan penampilan kamu yaitu orang-orang Ya-
hudi yang bersunat,namun di dalam hati dan telingamu, kamu
masih tetap orang tidak mengenal Tuhan yang tidak bersunat,
dan tidak menghormati kekuasaan Tuhan -mu lebih dibandingkan
yang mereka lakukan (Yer. 9:26). Kamu berada di bawah kua-
sa hawa nafsu dan kerusakan akhlak yang tidak dimatikan,
yang membuat telingamu tuli terhadap suara Tuhan dan me-
ngeraskan hatimu terhadap yang Mahakuasa dan Mahakasih.
Mereka belum memiliki sunat yang bukan dilakukan oleh ma-
nusia, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa
(Kol. 2:11).
II. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, sama sekali tidak
terpengaruh oleh cara-cara Tuhan untuk memulihkan mereka. Se-
baliknya mereka malah menjadi marah dan berang terhadap cara-
cara Tuhan , Kamu selalu menentang Roh Kudus.
1. Mereka menentang Roh Kudus yang berbicara melalui nabi-
nabi, yang selalu mereka lawan, sangkal, benci dan olok-
olok. Secara khusus tampaknya hal yang dimaksudkan di sini
yaitu perincian penjelasan berikutnya, Siapakah di antara
nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Dengan
Kitab Kisah Para Rasul 7:51-53
291
menganiaya dan membungkam orang-orang yang berbicara
dalam pewahyuan Roh Kudus, mereka telah menentang Roh
Kudus. Nenek moyang mereka menentang Roh Kudus di dalam
diri nabi-nabi yang dibangkitkan Tuhan bagi mereka. Itulah
yang sekarang juga mereka lakukan terhadap rasul-rasul dan
pelayan-pelayan Kristus yang berbicara dengan Roh yang
sama dan memiliki karunia yang jauh lebih besar dibandingkan
nabi-nabi Perjanjian Lama,namun yang lebih ditentang lagi.
2. Mereka menentang Roh Kudus yang bergumul dengan mereka
di dalam hati nurani mereka, dan tidak mau diinsafkan de-
ngan apa yang dinyatakan kepada mereka. Roh Tuhan bergu-
mul dengan mereka seperti yang dilakukan-Nya dengan dunia
lama, namun sia-sia saja. Mereka menolak Dia, bahkan turut
mengambil bagian dalam kerusakan akhlak mereka melawan
keyakinan hati nurani serta memberontak melawan terang itu.
Itulah yang ada di dalam hati kita yang berdosa yang selalu
bekerja menentang Roh Kudus, daging yang selalu bernafsu
melawan Roh dan berperang melawan gerakan-gerakannya. Na-
mun, di dalam hati orang-orang pilihan Tuhan , saat waktunya
telah genap, penolakan ini diatasi dan dikalahkan. Lalu, setelah
melalui suatu pergumulan, takhta Kristus mulai dibangun di da-
lam jiwa, dan semua pikiran yang telah meninggikan diri mela-
wan pekerjaan Roh akan ditawan di bawah takhta Kristus (2Kor.
10:4-5). Itulah sebabnya kasih karunia yang menyebabkan ter-
jadinya perubahan ini lebih tepat disebut anugerah yang ber-
kemenangan dibandingkan anugerah yang tidak dapat dikalahkan.
III. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, menganiaya dan mem-
bunuh orang-orang yang diutus Tuhan kepada mereka untuk me-
manggil mereka bertobat dan untuk menawarkan belas kasihan.
1. Nenek moyang mereka dahulu selalu berlaku kejam dan meng-
aniaya nabi-nabi Perjanjian Lama (ay. 52): Siapakah dari nabi-
nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Banyak kali,
kapan saja, mereka menghantam semua nabi-nabi itu. Bahkan
terhadap nabi-nabi yang hidup di masa pemerintahan yang
terbaik, saat raja-raja negeri itu tidak menganiaya mereka,
selalu saja ada pihak-pihak sangat jahat dalam tubuh bangsa
yang suka memperolok-olokkan nabi-nabi itu dan memperla-
kukan mereka dengan sangat kejam. Sebagian besar dari nabi-
292
nabi itu pada akhirnya dihukum mati, baik atas nama hukum
maupun sebab amukan liar orang banyak. Perbuatan mereka
yang memperburuk dosa penganiayaan terhadap nabi-nabi ini
yaitu sebab sebenarnya nabi-nabi yang sangat mereka benci
itu sedang dalam tugas pengutusan untuk memberitahukan
terlebih dahulu tentang kedatangan Orang Benar itu. Nabi-nabi
itu memberitahukan maksud baik Tuhan terhadap bangsa itu,
untuk mengutus Sang Mesias ke antara mereka pada waktu
yang telah direncanakan. Orang-orang yang menjadi utusan
kabar baik seperti itu seharusnya diperlakukan dengan penuh
rasa hormat dan penuh kasih, dan mendapatkan tempat ter-
baik sebagai orang baik. Namun, bukannya diperlakukan se-
perti itu, nabi-nabi itu malah diperlakukan seperti penjahat
yang paling bejat.
2. Mereka sendirilah para pengkhianat dan pembunuh Orang Be-
nar itu, seperti yang pernah dikatakan Petrus kepada mereka
(3:14-15; 5:30). Mereka membayar Yudas untuk mengkhianati
Orang Benar itu dan dengan licik memaksa Pilatus untuk
menghukum Dia. Itulah sebabnya mereka didakwa sebagai
pengkhianat dan pembunuh Orang Benar itu. Dengan demi-
kian mereka sesungguhnya yaitu keturunan asli dari orang-
orang yang telah membunuh nabi-nabi yang menubuatkan ke-
datangan Sang Mesias. Dengan membunuh Orang Benar itu,
mereka menunjukkan bahwa mereka juga akan berbuat seper-
ti itu seandainya mereka hidup pada zaman nenek moyang
mereka. Seperti yang telah dikatakan oleh Juruselamat kita
kepada mereka, bahwa mereka menimpakan kesalahan akibat
darah semua nabi itu ke atas kepala mereka sendiri. Nabi
mana yang akan dihormati oleh orang-orang yang tidak me-
miliki rasa hormat kepada Anak Tuhan itu sendiri?
IV. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, menghina pewahyuan
Tuhan dan menolak untuk dipimpin dan diperintah oleh wahyu Tuhan
itu. Inilah puncak keburukan dosa mereka, yaitu bahwa sia-sia
saja Tuhan memberi hukum Taurat-Nya kepada nenek moyang
mereka dan sekarang Injil-Nya kepada mereka.
1. Nenek moyang mereka menerima hukum Taurat, namun tidak
menurutinya (ay. 53). Tuhan menuliskan perkara-perkara besar
mengenai hukum Taurat-Nya sesudah Ia berfirman terlebih
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
293
dahulu kepada mereka. Namun mereka menganggap hukum
Taurat itu sebagai sesuatu yang asing dan aneh, yang tidak
ada kepentingannya dengan mereka. Dikatakan bahwa hukum
Taurat itu disampaikan oleh malaikait-malaikat, sebab malai-
kat-malaikat diutus dalam kekhidmatan penyampaian hukum
Taurat itu, dalam guruh yang mengguntur, kilat sabung-me-
nyabung, dan sangkakala yang berbunyi. Dikatakan juga bah-
wa hukum Taurat itu disampaikan dengan perantaraan malai-
kat-malaikat (Gal. 3:19), bahwa Tuhan akan datang dengan
puluhan ribu orang kudus-Nya untuk memberi hukum
Taurat itu (Ul. 33:2), dan juga sebagai firman yang dikatakan
oleh malaikat-malaikat (Ibr. 2:2). Pernyataan ini memberi
kehormatan kepada hukum Taurat itu dan kepada Sang Pem-
beri hukum, yang sudah seharusnya meningkatkan rasa hor-
mat kita kepada keduanya. Namun, orang-orang yang mene-
rima hukum Taurat itu tidak mau menurutinya, dan segera
menghancurkannya dengan membuat anak lembu emas. Ini-
lah yang ditekankan oleh Stefanus di sini.
2. Sekarang mereka telah mendengar Injil itu, yang disampaikan
bukan oleh malaikat-malaikat, melainkan oleh Roh Kudus,
bukan dengan bunyi sangkakala, melainkan dengan cara yang
lebih aneh lagi, yaitu dengan karunia lidah. Namun, mereka
tetap menolaknya. Mereka tidak mau tunduk sekalipun sudah
diperlihatkan dengan perbuatan-perbuatan yang paling jelas,
sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka sebe-
lumnya, sebab mereka telah bertekad untuk tidak menaati
Tuhan , baik dalam hukum Taurat-Nya, maupun di dalam Injil-Nya.
Kita memiliki cukup alasan untuk menduga bahwa masih ada
banyak hal yang ingin disampaikan oleh Stefanus, jika saja mereka
tidak menghalanginya. Namun ia sedang berurusan dengan orang-
orang jahat dan tidak berakal budi, orang-orang yang tidak mau lagi
mendengar alasan yang tidak dapat mereka bantah.
Pembelaan Stefanus
(7:54-60)
54 saat anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu,
sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan
gigi. 55namun Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit,
lalu melihat kemuliaan Tuhan dan Yesus berdiri di sebelah kanan Tuhan . 56
294
Lalu katanya: Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia ber-
diri di sebelah kanan Tuhan . 57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil
menutup telinga serentak menyerbu dia. 58 Mereka menyeret dia ke luar kota,
lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki
seorang muda yang bernama Saulus. 59 Sedang mereka melemparinya Stefa-
nus berdoa, katanya: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. 60 Sambil berlutut
ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini
kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggTuhan ia.
Di sini kita membaca perihal kematian martir pertama dari jemaat
Kristen. Di dalam kisah ini ada sebuah contoh nyata mengenai
rasa murka dan kemarahan para penganiaya (seperti itulah keadaan
yang dapat terjadi pada diri kita jika kita dipanggil untuk menderita
bagi Kristus), dan keberanian dan penghiburan yang dialami orang
yang teraniaya, yang memang terpanggil untuk itu. Inilah neraka
dengan api dan kegelapannya serta sorga dengan terang dan kece-
merlangannya, dan ciri-ciri ini memisahkan keduanya. Tidak dicatat
di sini tentang adanya pemungutan suara dalam memutuskan per-
kara ini menurut suara terbanyak apakah ia bersalah, dan kemudian
dijatuhi hukuman dengan dilempari batu sampai mati sebagai peng-
hujat sesuai hukum Taurat. Namun, besar kemungkinan tata cara
itu telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dan kematiannya bu-
kanlah sebab kekerasan yang dilakukan oleh orang banyak. Sebab
di sini tercatat adanya upacara dari pelaksanaan hukuman mati yang
lazim, yaitu mereka menyeretnya keluar kota dan yang pertama kali
melempar batu kepadanya yaitu tangan para saksi.
Marilah kita mengamati di sini nafsu para musuh dan pengania-
yanya yang tidak terkendali serta pengendalian diri Stefanus yang
sangat baik.
I. Lihatlah betapa parahnya kerusakan akhlak penganiaya-peng-
aniaya Stefanus ini suatu kebencian yang sempurna, neraka
yang liar, manusia yang menjelma menjadi setan-setan, dan ke-
turunan ular yang menyemburkan racun mereka.
1. saat mereka mendengarkan semuanya itu, sangat tertusuk
hati mereka (ay. 54), dieprionto, kata yang sama yang diguna-
kan di dalam Ibrani 11:37, dan yang diterjemahkan sebagai
mereka digergaji. Mereka sudah terbiasa menanamkan ter-
lampau banyak cara-cara penyiksaan keji dalam pikiran me-
reka untuk ditimpakan ke atas tubuh para martir ini. Mereka
dipenuhi kemarahan atas alasan Stefanus untuk meyakinkan
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
295
mereka yang tidak dapat mereka sanggah, sehingga mereka
tidak dapat berkata apa-apa untuk menentangnya. Hati me-
reka tidak terharu seperti halnya orang-orang yang men-
dengarkan khotbah Petrus (2:37),namun tertusuk oleh kegusaran
dan amarah yang hebat, seperti perasaan mereka sebelumnya
(5:33). Stefanus menghardik mereka dengan tajam, seperti
yang diungkapkan oleh Paulus (Tit. 1:13), apotomōs dengan
menusuk hati. Hati mereka sangat tertusuk oleh kecaman itu.
Perhatikanlah, orang-orang yang menolak Injil dan yang me-
nentangnya, sesungguhnya yaitu penganiaya-penganiaya diri
mereka sendiri. Kebencian terhadap Tuhan merupakan hal yang
dapat menusuk hati, sedang iman dan kasih merupakan
penyembuh hati. saat mereka mendengar betapa wajah
Stefanus tampak sama seperti muka seorang malaikat sebelum
ia memulai pembelaannya dengan berbicara seperti seorang
malaikat, dan seperti seorang utusan dari sorga sebelum me-
nutup pembelaannya, maka mereka seperti seekor lembu hutan
kena jaring, penuh kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:20). Me-
reka merasa putus asa dan hendak membalas secara tidak adil
dan kejam perkara yang telah disanggah dengan berani oleh
Stefanus. Namun, mereka tetap bertekad untuk tidak menye-
rah kepada kebenaran itu.
2. Mereka menyambut Stefanus dengan gertakan gigi mereka. Hal
ini menunjukkan,
(1) Betapa besarnya kebencian dan amarah orang-orang itu
terhadap Stefanus. Ayub pernah mengeluh mengenai mu-
suh-musuhnya yang mengertakkan giginya terhadap diri-
nya (Ayb. 16:9). Ungkapan sebenarnya yaitu seperti ini,
Oh, kalau saja kita dapat memakan dagingnya! (Ayb. 31:31,
KJV). Mereka menyeringai kepadanya, seperti anjing kepada
orang yang diancamnya. Itulah sebabnya Paulus mem-
peringatkan supaya berhati-hati menghadapi orang-orang
bersunat dengan berkata, Hati-hatilah terhadap anjing-anjing
(Flp. 3:2). Kebencian terhadap orang-orang kudus dapat meng-
ubah orang menjadi binatang buas yang kejam.
(2) Kejengkelan di dalam diri mereka. Mereka merasa resah
melihat begitu banyaknya bukti kuasa dan kehadiran Tuhan
ada di dalam diri Stefanus, dan itu menyakiti hati mereka.
Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia akan menggertak-
296
kan giginya, lalu hancur (Mzm. 112:10). Menggertakkan gigi
sering kali digunakan untuk mengungkapkan kengerian
dan penderitaan yang luar biasa dari orang-orang terkutuk.
Orang-orang yang memiliki kebencian luar biasa seperti
neraka, tidak bisa tidak juga memiliki sedikit kepedihan
seperti neraka itu.
3. Mereka berteriak-teriak dengan suara nyaring (ay. 57), untuk
saling memanasi dan menyemangati, serta untuk meredam ke-
bisingan tuntutan hati nurani mereka dan teman-teman me-
reka. saat Stefanus berkata, Aku melihat langit terbuka, me-
reka berteriak-teriak dengan suara nyaring, supaya orang lain
tidak dapat mendengarkan perkataan Stefanus. Perhatikanlah,
sudah merupakan hal yang lazim bagi perkara-perkara kebe-
naran, khususnya perkara kebenaran agama Kristus, untuk
dihancurkan oleh kegaduhan dan teriakan-teriakan. Kalau
akal budi tidak sanggup, maka kerusuhanlah yang dilakukan,
namun, teriakan orang yang berkuasa ada di antara orang
bodoh, sementara perkataan orang berhikmat akan didengar
dengan tenang. Mereka berteriak-teriak dengan suara nyaring,
seperti prajurit-prajurit yang hendak pergi bertempur, menge-
luarkan seluruh semangat dan kekuatan mereka untuk per-
jumpaan yang menentukan hidup atau mati itu.
4. Mereka menutup telinga mereka, supaya tidak dapat mende-
ngar kebisingan mereka sendiri. Mungkin juga mereka ber-
pura-pura bahwa mereka benar-benar tidak tahan mendengar
penghujatan Stefanus. Sama seperti Kayafas yang mengoyak-
kan pakaiannya saat Kristus berkata, Mulai sekarang engkau
akan melihat Anak Manusia datang dalam kemuliaan (Mat.
26:64-65), sedang di sini mereka menutup telinga mereka
saat Stefanus berkata, sekarang aku melihat Anak manusia
berdiri dalam kemuliaan. Keduanya ingin menunjukkan bahwa
apa yang dikatakan tidak dapat didengar dengan hati sabar.
Perbuatan mereka menutup telinga menunjukkan,
(1) Sebuah contoh perwujudan sikap keras kepala mereka. Me-
reka telah bertekad tidak mau mendengarkan hal-hal yang
dapat menginsafkan mereka, yang sering dikeluhkan oleh
nabi-nabi. Mereka seperti ular tedung tuli yang tidak men-
dengarkan suara tukang-tukang serapah (Mzm. 58:5-6)
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
297
(2) Sebuah pertanda buruk dari kekerasan hukum yang akan
menjadi alasan bagi Tuhan untuk membiarkan mereka. Me-
reka menutup telinga mereka, dan kemudian Tuhan akan
menghentikan mereka dengan penghukuman yang adil. Ini-
lah yang sedang dikerjakan di dalam diri orang-orang Ya-
hudi yang tidak mau percaya, membuat hati orang-orang ini
menjadi keras dan telinga mereka menjadi berat. Dengan
demikian gambaran Stefanus tentang mereka terjawab, hai
kamu yang tidak bersunat hati dan telinga.
5. Mereka menyerbu dia dengan serentak orang-orang itu serta
tua-tua mereka, hakim-hakim, para pendakwa, saksi, dan para
penonton, semuanya menyerbu dia, seperti binatang buas me-
nyerbu mangsa mereka. Lihatlah betapa kejamnya mereka ini,
dan bagaimana tergesa-gesanya mereka menyerbu dia, walau-
pun tidak ada peluang ia akan melarikan diri dari mereka. Dan
lihatlah betapa bulatnya kesepakatan mereka dalam perbuat-
an kejahatan ini mereka menyerbu dia dengan serentak. De-
ngan cara itu mereka berharap dapat membuat Stefanus me-
rasa ngeri, membuatnya menjadi bingung. Mereka merasa iri
atas ketenangan dan kedamaian jiwa yang ia miliki di tengah-
tengah kekacauan ini. Mereka melakukan apa saja untuk
dapat mengacaukan keadaannya.
6. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya dengan
batu, seolah-olah ia tidak layak tinggal di Yerusalem, bahkan
tidak layak tinggal di dunia ini. Mereka bertindak seolah-olah
sedang melaksanakan hukum Musa (Im. 24:16), Siapa yang
menghujat Tuhan, pastilah ia dihukum mati, semua jemaah itu
pastilah akan melontarinya dengan batu. Dengan cara seperti
ini pula mereka telah menghukum mati Kristus sebelumnya,
saat mahkamah yang sama ini memutuskan Ia bersalah ka-
rena penghujatan.namun , sebab mereka ingin lebih memper-
malukan Dia, mereka sangat menginginkan supaya Ia disalib-
kan, dan Tuhan membuatnya menjadi penggenapan dari Kitab
Suci. Amarah yang mereka lampiaskan untuk pelaksanaan
hukuman itu ditunjukkan di dalam hal-hal ini: mereka menye-
ret dia ke luar kota, seolah-olah mereka tidak tahan lagi meli-
hat dia. Mereka memperlakukan dia sebagai seorang yang sa-
ngat tidak disukai, sebagai sampah masyarakat dalam segala
hal. Para saksi yang melawan dia menjadi pemimpin-pemimpin
298
pelaksanaan hukuman ini, sesuai dengan hukum Taurat (Ul.
17:7), saksi-saksi inilah yang pertama kali menggerakkan ta-
ngan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat.
Perlakuan khusus untuk perkara penghujatan di atur dalam
Imamat 24:14, Ulangan 13:9. Dengan demikian mereka mene-
gaskan kesaksian mereka. Nah, merajam itu merupakan pe-
kerjaan yang cukup merepotkan. Para saksi harus menanggal-
kan jubah bagian atasnya, supaya tidak menghalangi gerakan
mereka, dan meletakkannya di depan kaki seorang muda yang
bernama Saulus, yang sekarang sedang menyaksikan peristiwa
yang menyedihkan ini dengan gembira. Inilah pertama kalinya
kita dapatkan namanya disebut. Kita akan lebih mengenalnya
dan akan lebih menyukainya saat kemudian kita mendapat-
kan namanya diubah menjadi Paulus, serta diubahkan dari
seorang penganiaya menjadi seorang pemberita firman Tuhan .
Catatan kecil dari perannya dalam kematian Stefanus ini ke-
mudian dia renungkan kembali dengan penuh penyesalan
(22:20), aku menjaga pakaian mereka yang membunuhnya.
II. Lihatlah kekuatan kasih karunia di dalam diri Stefanus dan ke-
indahan kemurahan Tuhan kepadanya dan yang bekerja di dalam
dirinya. Sementara para penganiayanya penuh dengan Iblis, be-
gitu jugalah dia penuh dengan Roh Kudus, lebih penuh dibandingkan
biasanya, diurapi dengan minyak baru sebagai pelindungnya, su-
paya kekuatan itu tetap ada di sepanjang hari itu. Dalam hal ini
dikatakan bahwa berbahagialah orang yang harus menderita sebab
kebenaran, dan bahwa Roh Tuhan , Roh kemuliaan ada di atas me-
reka (1Ptr. 4:14). saat Stefanus dipilih untuk pelayanan jemaat, ia
digambarkan sebagai seorang yang penuh Roh Kudus (6:5), dan
sekarang saat ia dipanggil menjadi seorang martir, ia masih
tetap memiliki ciri yang sama. Perhatikanlah, orang-orang yang
penuh dengan Roh Kudus itu cocok untuk berbagai hal, baik
untuk bekerja bagi Kristus maupun menderita bagi Dia. Dan bagi
orang-orang yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang
sulit demi Nama-Nya, Tuhan akan memampukan mereka menjalan-
kan tugas itu dan membuat mereka dapat menjalaninya dengan
penuh sukacita, dengan cara memenuhi mereka dengan Roh
Kudus. Maka saat penderitaan itu mencapai puncaknya, peng-
hiburan mereka di dalam Dia juga lebih memuncak lagi, sehingga
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
299
kemudian tidak ada suatu pun yang dapat menggoyahkan me-
reka. Nah, sekarang kita membaca di sini tentang persekutuan
yang luar biasa indah di antara martir yang berbahagia ini dengan
Yesus yang Mahamulia pada saat yang genting ini. saat para
pengikut Kristus ada dalam bahaya maut sepanjang hari sebab
Dia dan dianggap sebagai domba-domba sembelihan, apakah hal
ini dapat memisahkan mereka dari kasih Kristus? Apakah kasih-
Nya kepada mereka berkurang? Apakah kasih mereka kepada-Nya
berkurang? Tidak, sama sekali tidak! Begitulah tampaknya dari
penuturan di bawah ini, yang di dalamnya kita dapat mengamati
beberapa hal,
1. Pernyataan diri Kristus yang begitu nyata kepada Stefanus,
baik untuk menghibur maupun untuk memuliakan dia di
tengah-tengah penderitaannya ini. saat hati mereka merasa
tertusuk dan mereka mengertakkan gigi kepadanya, siap un-
tuk menghabisinya, maka ia mendapat penampakan perihal
kemuliaan Kristus yang membuatnya bersukacita luar biasa.
Penampakan ini dimaksudkan tidak saja untuk membesarkan
hatinya,namun untuk menopang dan menghibur semua pende-
ritaan pelayan-pelayan Tuhan di segala zaman.
(1) Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit
(ay. 55).
[1] Dengan demikian Stefanus memandang jauh melam-
paui kekuasaan dan amarah para penganiayanya. Ia se-
olah-olah memandang hina mereka dan menertawakan
seraya mencemooh mereka, seperti yang dilakukan oleh
putri-putri Sion (Yes. 37:22). Mata mereka tertancap
padanya, penuh kebencian dan kekejaman.namun , ia
menatap ke langit dan tidak sedikit pun mengindahkan
mereka. Begitu terbawanya dia oleh kehidupan kekal
yang sekarang ada di hadapannya, sehingga ia tampak-
nya tidak peduli dengan kehidupan yang sekarang ini.
Bukannya memandang di sekitarnya untuk melihat di
mana ada bahaya yang mengancam dan di mana ter-
dapat peluang untuk melarikan diri, ia malah menatap
langit. Hanya dari sanalah datang pertolongannya, dan
ke sanalah jalannya masih terbuka. Meskipun ia dike-
pung dari berbagai sisi, mereka tidak dapat menyela hu-
300
bungannya dengan sorga. Perhatikanlah, suatu keperca-
yaan terhadap Tuhan dan kehidupan yang akan datang
dapat sangat berfaedah bagi kita. Kepercayaan itu dapat
membawa kita jauh mengatasi rasa takut kita terhadap
manusia. Selama kita berada di bawah pengaruh keta-
kutan itu, kita akan melupakan Tuhan yang menciptakan
kita (Yes. 51:13).
[2] Dengan demikian Stefanus mengarahkan penderitaan-
nya kepada kemuliaan Tuhan bagi kehormatan Kristus.
Ia melakukannya seolah-olah sedang berseru kepada
sorga mengenai semua penderitaannya itu (Tuhan, un-
tuk kepentingan-Mu aku menanggung semua ini) dan
mengungkapkan pengharapannya yang sunguh-sung-
guh supaya Kristus dapat diagungkan dalam tubuhnya.
Sekarang, saat ia siap dipersembahkan, ia menatap
dengan tabah ke langit, sebagai orang yang rela mem-
persembahkan diri sendiri.
[3] Demikianlah Stefanus mengangkat rohnya dengan me-
musatkan perhatiannya kepada Tuhan di langit itu. De-
ngan seruan-seruan kesalehan yang penuh kebahagiaan
dan keluar dari lubuk hatinya, ia memohon hikmat
serta kasih karunia kepada Tuhan untuk membawanya
menjalani pencobaan ini dengan cara yang benar. Tuhan
telah menjanjikan bahwa Ia akan menyertai hamba-
hamba-Nya yang dipanggil untuk menderita bagi Dia.
Namun, Ia juga menghendaki supaya hal-hal ini dicari
dengan sungguh-sungguh oleh hamba-hamba-Nya. Tuhan
dekat dengan mereka, pada setiap orang yang berseru
kepada-Nya. Adakah seorang di antara kamu yang men-
derita? Baiklah ia berdoa.
[4] Dengan demikian Stefanus sudah menghirup terlebih
dahulu udara negeri sorgawi. Amarah para penganiayanya
akan segera membawanya ke sana. Sangat baik bagi
orang-orang kudus yang sedang menjelang ajal untuk
menatap dengan tabah ke sorga: Di sanalah tempat ke
mana kematian akan membawaku ke tempat yang lebih
baik, dan kemudian, Hai maut, di manakah sengatmu?
[5] Dengan demikian Stefanus menunjukkan bahwa ia pe-
nuh Roh Kudus. Sebab di mana Roh kasih karunia ber-
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
301
ada, bekerja, dan memerintah, Roh itu akan mengarah-
kan mata jiwa ke atas. Mereka yang penuh dengan Roh
Kudus akan menatap sorga dengan teguh, sebab ke
sanalah hati mereka berada.
[6] Dengan demikian Stefanus menyiapkan dirinya untuk
menerima pernyataan berikutnya tentang kemuliaan
dan kasih karunia Tuhan . Jika kita berharap mendengar
sesuatu dari sorga, kita harus menatap dengan tabah
ke sorga.
(2) Stefanus melihat kemuliaan Tuhan (ay. 55). Sebab ia melihat
terlebih dahulu, dan selanjutnya, langit terbuka (ay. 56).
Beberapa orang menafsirkan bahwa matanya dipertajam,
sehingga pandangannya diangkat jauh melampaui batas
pandang alamiah, oleh kuasa adi kodrati yang memungkin-
kan ia melihat jauh sampai ke tingkat ketiga dari sorga,
walaupun jaraknya teramat jauh. Sama seperti Musa yang
ditajamkan penglihatannya untuk melihat seluruh tanah
Kanaan. Beberapa penafsir lain mengatakan bahwa pan-
dangan itu yaitu ujud kemuliaan Tuhan yang dibentang-
kan di depan matanya, seperti yang sebelumnya pernah
dialami Yesaya dan Yehezkiel. Seolah-olah sorga turun di
hadapannya seperti yang terjadi di dalam Wahyu 21:2.
Langit terbuka untuk memberi kesempatan kepadanya
melihat kebahagiaan yang akan ia peroleh, bahwa ia akan
masuk dengan penuh sukacita melalui kematiannya, kema-
tian yang begitu istimewa. Kalau saja kita dapat melihat
dengan iman dan menatap dengan setia, oleh perantaraan
Kristus kita dapat melihat langit terbuka. Tabir itu telah di-
koyakkan, sebuah jalan yang baru dan hidup terbuka bagi
kita menuju tempat yang mahakudus. Langit akan terbuka
untuk memulihkan hubungan antara Tuhan dengan manu-
sia, supaya kemurahan dan berkat-berkat-Nya dapat dicu-
rahkan kepada kita dan doa-doa serta puji-pujian kita
dapat naik kepada-Nya. Kita juga dapat melihat kemuliaan
Tuhan selama Ia menyatakan diri di dalam firman-Nya. Se-
mua penglihatan ini akan membawa kita melalui seluruh
kengerian penderitaan dan kematian.
(3) Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Tuhan (ay.
55), yang disebut sebagai Anak Manusia dalam ayat 56.
302
Dengan menjadi Anak Manusia, Yesus telah membawa sifat
kita bersama-Nya ke sorga, dan berada di sana dengan me-
makai tubuh yang dapat dilihat oleh mata manusia. Itulah
yang dilihat Stefanus saat itu. saat nabi-nabi Perjanjian
Lama melihat kemuliaan Tuhan , kemuliaan itu selalu diser-
tai dengan malaikat. Shekinah, atau kehadiran Tuhan dalam
penglihatan Yesaya disertai dengan serafim. Di dalam peng-
lihatan Yehezkiel, disertai dengan kerub. Keduanya menun-
juk kepada malaikat-malaikat, pelayan-pelayan yang men-
jalankan pemeliharaan dan pengaturan Tuhan . Namun, di
sini tidak disebut-sebut tentang adanya malaikat-malaikat,
walaupun mereka mengelilingi takhta Anak Domba itu.
Stefanus bahkan melihat Yesus sendiri, Sang Pengantara
Agung kasih karunia Tuhan , berdiri di sebelah kanan Tuhan .
Dari Dia-lah lebih banyak kemuliaan didapatkan bagi Tuhan
dibandingkan dengan melalui pelayanan malaikat-malaikat
kudus. Kemuliaan Tuhan bersinar paling cemerlang di dalam
wajah Yesus Kristus, sebab di sanalah bersinar kemuliaan
kasih karunia-Nya, yang merupakan contoh paling agung
dari kemuliaan-Nya. Tuhan tampil lebih agung bersama Ye-
sus yang berdiri di sebelah kanan-Nya, disertai pasukan
besar malaikat yang mengelilingi-Nya. Nah,
[1] Inilah bukti dari pengagungan Kristus di sebelah kanan
Bapa. Rasul-rasul melihat Dia terangkat naik ke sorga,
namun mereka tidak melihat Ia duduk, sebab awan
menutup-Nya dari pandangan mereka. Dikatakan kepada
kita bahwa Ia duduk di sebelah kanan Tuhan , namun
pernahkah Ia dilihat di sana? Ya, Stefanus melihat Dia
di sana, dan ia dipenuhi rasa puas yang melimpah de-
ngan penglihatan itu. Ia melihat Yesus di sebelah kanan
Tuhan , yang menunjukkan martabat-Nya yang mengatasi
segala sesuatu dan kekuasaan-Nya yang berdaulat, ke-
sanggupan-Nya yang tidak dapat dibatasi siapa pun,
serta tindakan-Nya atas segala sesuatu dan di mana
saja. Apa pun yang tangan kanan Tuhan berikan kepada
kita, diterima dari kita, atau lakukan berkenaan dengan
diri kita, semuanya melalui Dia, sebab Ia yaitu tangan
kanan-Nya.
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
303
[2] Biasanya dikatakan bahwa Ia duduk di sana, namun
Stefanus melihat Ia berdiri di sana, sebagai sesuatu
yang luar biasa berkenaan dengan peristiwa yang se-
dang terjadi pada hamba-Nya yang menderita. Ia berdiri
sebagai hakim untuk membela perkaranya melawan
para penganiayanya. Ia telah bangkit dari tempat kedi-
aman-Nya yang kudus (Za. 2:13), keluar dari tempat-Nya
untuk menghukum (Yes. 26:21). Ia berdiri siap untuk
menerima Stefanus dan memahkotainya, dan sementara
itu memberi pandangan yang akan datang mengenai
sukacita yang menanti di depannya.
[3] Penglihatan ini dimaksudkan untuk memberi do-
rongan semangat kepada Stefanus. Ia melihat Kristus
berpihak kepadanya, tidak peduli siapa pun yang me-
lawan dia. saat Yesus Tuhan kita sedang dalam pen-
deritaan-Nya, datanglah seorang malaikat menghampiri-
Nya, memberi kekuatan kepada-Nya. Di sini Kristus
sendirilah yang mendekati Stefanus. Perhatikanlah,
tidak ada yang lebih menghibur bagi orang-orang kudus
yang menjelang ajal, atau tidak ada yang begitu meng-
hidupkan dalam penderitaan orang-orang kudus, selain
melihat Yesus ada di sebelah kanan Tuhan . Dan dimulia-
kanlah Tuhan , sebab dengan iman kita dapat melihat
Dia di sana.
(4) Stefanus memberi tahu orang-orang yang sedang menge-
pung dirinya mengenai apa yang ia lihat (ay. 56): Sungguh
aku melihat langit terbuka. Hal itu menunjukkan kebaikan
hatinya untuk dapat meyakinkan mereka, serta menjadi
peringatan bagi mereka agar berhati-hati bila hendak me-
lanjutkan niat mereka terhadap seseorang yang telah men-
dapat senyuman dari sorga. Itulah sebabnya apa yang ia
lihat ia nyatakan kepada mereka. Biarlah mereka menen-
tukan sendiri apa yang akan mereka perbuat mengenai hal
itu. Jika ada beberapa orang yang merasa jengkel mende-
ngar hal itu, mungkin masih ada beberapa orang lain yang
menjadi cemas dan mulai mempertimbangkan siapakah Ye-
sus yang mereka aniaya ini, kemudian percaya kepada-Nya.
304
2. Penyerahan diri yang saleh oleh Stefanus kepada Yesus Kris-
tus. Pernyataan kemuliaan Tuhan tidak menempatkan dirinya
lebih tinggi dibandingkan doa,namun lebih pada menempatkan diri-
nya pada doa itu sendiri. Sementara mereka melemparinya,
Stefanus berdoa (ay. 59). Walaupun ia berseru kepada Tuhan ,
yang berarti bahwa ia benar-benar orang Israel yang sejati,
tetap saja mereka melempari dia. Mereka tidak mau berpikir
lagi betapa berbahayanya melawan orang-orang yang memiliki
kepentingan di sorga. Meskipun mereka melempari dia dengan
batu, ia tetap berdoa kepada Tuhan . Bahkan sebab itulah ia
berseru. Perhatikanlah, merupakan penghiburan bagi orang-
orang yang dibenci dan dianiaya secara tidak adil oleh orang-
orang jahat, bahwa mereka memiliki Tuhan sebagai tempat
mengadu, Tuhan yang mahamencukupi sebagai tempat memo-
hon. Manusia menutup telinga mereka, seperti yang mereka
lakukan di sini (ay. 57), namun Tuhan tidak seperti itu. Seka-
rang Stefanus diseret keluar kota, namun ia tidak diseret dari
Tuhan -Nya. Sekarang ia mengucapkan selamat tinggal kepada
dunia ini, dan sebab itu ia berseru kepada Tuhan . Kita harus
selalu melakukan hal ini seumur hidup. Perhatikanlah,
baik sekali untuk menemui ajal selagi kita berdoa. Pada waktu
itu kita membutuhkan pertolongan kekuatan yang tidak per-
nah kita miliki, melakukan pekerjaan yang tidak pernah kita
lakukan dan bagaimana kita dapat memperoleh pertolongan
dan kekuatan itu selain dengan doa? Dua doa pendek dinaik-
kan oleh Stefanus kepada Tuhan pada detik-detik kematiannya,
dan di dalam doa itulah ia melepas nyawanya:
(1) Inilah sebuah doa bagi dirinya sendiri: Ya Tuhan Yesus, te-
rimalah rohku. Seperti itu juga Kristus sendiri meletakkan
roh-Nya ke dalam tangan Bapa. Kita diajarkan di sini un-
tuk menyerahkan roh kita ke dalam tangan Kristus sebagai
Pengantara, supaya oleh Dia kita diantarkan kepada Bapa.
Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa, dan
sebab itu ia berseru kepada-Nya: Yesus yang mulia, laku-
kanlah karya pengantaraan-Mu itu untukku sekarang juga,
Engkau berdiri di sana melakukannya bagi semua milik-
Mu. Terimalah rohku yang pergi ke dalam tangan-Mu.
Amatilah,
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
305
[1] Nyawa atau jiwa itu yaitu manusia itu sendiri, dan
yang menjadi pusat perhatian utama kita. Hidup mau-
pun mati, segalanya haruslah tentang jiwa kita. Tubuh
Stefanus sudah demikian hancur luluh diterpa hujan
batu. Kemah duniawi ini telah dirobohkan dan dihina
dengan kejam. Namun, walaupun seperti itu keadaan-
nya, ia berkata, Tuhan, jagalah kiranya rohku, biarkan
rohku yang malang ini baik-baik saja. Dengan demi-
kian, sementara kita hidup, kita harus peduli bahwa
walaupun tubuh ini kelaparan atau telanjang, hendak-
nya jiwa kita tetap diberi makan dan diberi pakaian.
Walaupun tubuh ini terbaring dalam kepedihan, biarlah
jiwa kita ada dalam keadaan damai dan tenang. Dan ke-
tika kita mati, walaupun tubuh ini dilemparkan seperti
bejana rusak yang dipandang hina, sebuah bejana yang
di dalamnya sudah tidak ada kesenangan lagi, hendak-
nya jiwa itu dapat dipersembahkan sebagai bejana ke-
hormatan. Juga, kiranya Tuhan dapat menjadi kekuatan
bagi hati dan menjadi bagiannya, walaupun tubuh ini
gagal.
[2] Tuhan Yesus kita yaitu Tuhan , dan kepada-Nya kita
harus mencari penghiburan. Di dalam Dia kita memper-
cayakan dan menghibur diri saat kita hidup dan ke-
tika kita mati. Di sini Stefanus berdoa kepada Kristus,
begitu jugalah hendaknya kita. Sebab kehendak Tuhan
yaitu supaya semua orang harus menghormati Anak,
sama seperti mereka menghormati Bapa. Kepada Kris-
tus-lah kita harus menyerahkan diri kita, sebab hanya
Dia saja yang sanggup menjaga apa yang kita serahkan
kepada-Nya untuk menghadapi hari itu. Sangat perlu
bagi kita untuk memusatkan perhatian kepada Kristus
saat menjelang ajal, sebab tidak ada perjalanan me-
nuju kehidupan yang akan datang selain melalui tun-
tunan-Nya, tidak ada penghiburan yang menghidupkan
dalam saat-saat-saat yang mematikan selain apa yang
didapat dari Dia.
[3] Penerimaan Kristus atas roh kita pada saat kematian
merupakan hal besar yang harus kita perhatikan de-
ngan sungguh-sungguh dan kita perlu menghibur hati
306
kita dengan hal itu. Kita harus terus memperhatikan
hal ini sementara kita masih hidup, agar Kristus mene-
rima roh kita saat kita mati. Sebab jika Dia meno-
lak dan tidak mengakui roh kita, ke mana roh itu akan
membawa dirinya sendiri? Bagaimana roh itu dapat
melarikan diri sementara ia menjadi mangsa singa yang
sedang mengaum? Itulah sebabnya kita harus menye-
rahkan roh kita setiap hari kepada Kristus, untuk di-
pimpin dan dikuduskan, dan dipertemukan di dalam
sorga. Dan kemudian, bukan yang sebaliknya, Dia akan
menerima roh kita. jika hal ini menjadi perhatian
kita sementara kita masih hidup, hal itu akan menjadi
penghiburan kita saat menjelang ajal, bahwa kita
akan diterima di dalam tempat tinggal yang abadi.
(2) Inilah sebuah doa bagi para penganiayanya (ay. 60).
[1] Keadaan sekitar doa ini digambarkan di sini. Sebab
tampaknya doa ini dinaikkan dengan lebih bersungguh-
sungguh dibandingkan doa sebelumnya. Pertama, ia berlutut,
yang menunjukkan sikap kerendahan hatinya di dalam
doa. Kedua, ia berseru dengan suara nyaring, yang me-
nunjukkan kegigihannya.namun mengapa dengan itu ia
harus menunjukkan kerendahan hati dan sikap men-
desak yang lebih dalam permohonan ini dibandingkan
dengan doa sebelumnya? Mengapa? Sebab tidak ada
yang perlu diragukan lagi mengenai kesungguhan hati-
nya dalam mendoakan dirinya sendiri, jadi ia tidak perlu
menggunakan ungkapan tubuh seperti itu. Sebaliknya,
sebab ada begitu banyak sifat-sifat akhlak yang rusak
dalam diri musuh-musuhnya, maka menjadi suatu ke-
harusan baginya untuk menunjukkan bukti kesungguh-
an hatinya saat ia berdoa bagi musuh-musuhnya itu.
[2] Doa itu sendiri: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini
kepada mereka. Di sini ia mengikuti contoh dari Guru-
nya yang berdoa demikian menjelang ajal-Nya bagi para
penganiaya-Nya, Ya Bapa, ampunilah mereka. Dengan
demikian ia memperlihatkan sebuah contoh bagi semua
orang yang menderita sebab Kristus untuk mendoakan
orang-orang yang menganiaya mereka. Sebuah doa
Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60
307
dapat menjadi sebuah khotbah. Ini terjadi demikian di
sini bagi orang-orang yang merajam Stefanus. Ia ber-
lutut, agar orang-orang itu bisa memperhatikan bahwa
ia hendak berdoa, dan berseru dengan suara nyaring
supaya mereka dapat memperhatikan apa yang ia ucap-
kan di dalam doa dan belajar dari situ, Pertama, bahwa
yang mereka lakukan yaitu perbuatan dosa, sebuah
dosa yang besar, yang jika tidak dicegah oleh belas
kasihan dan kasih karunia Tuhan akan tertanggung atas
mereka dalam penghukuman yang kekal. Kedua, bahwa
sehebat apa pun kebencian dan amarah mereka ter-
hadap dirinya, ia tetap berbaik hati kepada mereka. Ia
sama sekali tidak ingin supaya Tuhan membalaskan ke-
matiannya kepada mereka. Itulah yang menjadi doa
yang keluar dari lubuk hatinya kepada Tuhan supaya
perbuatan mereka ini jangan ditanggungkan sedikit pun
kepada mereka. Sungguh suatu perhitungan yang me-
nyedihkan jadinya bagi mereka bila ini sampai terjadi.
jika mereka tidak bertobat, perbuatan itu pasti akan
ditanggungkan kepada mereka. Namun, di pihaknya, ia
tidak menginginkan datangnya hari yang mengerikan
itu. Biarlah mereka memperhatikan hal ini. Jika mereka
sudah menjadi tenang kembali, mereka pasti sulit meng-
ampuni perbuatan sendiri, yakni membunuh orang yang
begitu mudah mengampuni mereka sedemikian rupa.
Orang yang haus darah membenci orang saleh,namun
orang yang jujur mencari keselamatannya (Ams. 29:10).
Ketiga, bahwa walaupun dosa itu sangat kejam dan
jahat, mereka tidak boleh kehilangan harapan akan
pengampunan yang akan diberikan bila mereka bertobat.
Kalau mereka menaruh hal itu di dalam hati, Tuhan tidak
akan menanggungkan perbuatan itu kepada mereka.
Apakah Anda pikir, kata Augustinus (theolog Kristen
abad keempat pen.), Paulus mendengar doa Stefanus
ini? Tampaknya memang begitu. Ia mendengar kemu-
dian mengejeknya (audivit subsannans, sed irrisit ia
mendengarnya sambil mencemooh). Namun, sesudah itu
ia memperoleh keuntungan dari doa itu, dan dapat
maju dengan lebih baik.
308
3. Kematiannya yang digambarkan seperti ini: Dan dengan perka-
taan itu tertidurlah ia (KJV), atau sementara ia mengatakan hal
itu, ia mengembuskan nafasnya yang penghabisan. Perhati-
kanlah, bagi orang-orang benar, kematian hanyalah seperti
tidur. Bukan jiwanya yang tidur (Stefanus telah menyerahkan
jiwanya ke dalam tangan Kristus),namun tubuhnya. Tubuh itu
beristirahat dari semua kesedihan dan susah payah. Itu ada-
lah perhentian yang sempurna dari susah payah dan kepedih-
an. Stefanus meninggal dengan cepat seperti yang terjadi pada
setiap orang, namun saat ia mati, ia jatuh tertidur. Ia me-
nyongsong kematian dengan pikiran yang sangat tenang se-
olah-olah sedang pergi tidur. Hanya dengan menutup mata-
nya, kemudian pergi. Perhatikanlah, ia jatuh tertidur saat ia
sedang berdoa bagi para penganiayanya. Tampaknya, seolah-
olah ia tidak akan meninggal dengan tenang sebelum melaku-
kan hal ini. Bila kita penuh dengan kemurahan hati bagi se-
sama kita, maka pada waktu mati nanti kita juga akan penuh
dengan penghiburan. Kemudian kita berada di dalam damai
bersama Kristus. Janganlah matahari terbenam, sebelum pa-
dam amarahmu. Ia jatuh tertidur, dalam terjemahan bahasa
Latin sehari-hari ditambahkan, di dalam Tuhan, dalam pelukan
kasih-Nya. Jika ia tidur seperti ini, maka pastilah ia akan
baik-baik saja. Ia akan bangun kembali pada pagi hari kebang-
kitan.
PASAL 8
alam pasal ini kita mendapati cerita tentang berbagai macam
penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, dan tersebarnya
Kekristenan melalui penganiayaan itu. Sungguh mengherankan, te-
tapi benar, bahwa semakin murid-murid Kristus dianiaya, semakin
mereka berlipat ganda.
I. Di sini jemaat mengalami penderitaan. Setelah Stefanus di-
hukum mati, datanglah badai yang amat dahsyat, yang
menghalau banyak orang dari Yerusalem (ay. 1-3).
II. Di sini jemaat tersebar melalui pelayanan Filipus dan orang
lain yang terserak sebab kejadian itu. Di sini kita mendapati,
1. Injil dibawa ke Samaria, diberitakan di sana (ay. 4-5), di-
peluk di sana (ay. 6-8), bahkan oleh Simon si tukang sihir
(ay. 9-13). Karunia Roh Kudus diberikan kepada sebagian
orang Samaria yang percaya melalui penumpangan ta-
ngan Petrus dan Yohanes (ay. 14-17). Teguran keras dibe-
rikan oleh Petrus kepada Simon si tukang sihir sebab ia
menawarkan suap demi mendapatkan kuasa untuk mem-
berikan karunia itu (ay. 18-25).
2. Injil disampaikan ke Etiopia, oleh seorang sida-sida, se-
orang pembesar di negeri itu. Ia sedang naik kereta kuda
dalam perjalanan pulang dari Yerusalem (ay. 26-28). Fili-
pus diutus kepadanya, dan di dalam kereta kudanya Fili-
pus memberitakan Kristus kepada dia (ay. 29-35), mem-
baptis dia setelah ia mengakui iman Kristen (ay. 36-38),
lalu meninggalkan dia (ay. 39-40). Demikianlah, dengan
cara yang berbeda-beda Injil tersebar di antara bangsa-
bangsa, dan, dengan satu atau lain cara, Bukankah me-
reka semua sudah mendengarnya?
D
310
Penganiayaan terhadap Jemaat
(8:1-3)
1a Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. 1b Pada waktu itu mu-
lailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua,
kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. 2 Orang-
orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.
3namun Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah
demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerah-
kan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati,
I. Lebih jauh lagi mengenai Stefanus dan kematiannya, dan bagai-
mana dampaknya atas orang-orang di sekitarnya. Dampaknya be-
ragam, seperti yang pada umumnya ditimbulkan dari kejadian-ke-
jadian seperti itu, sesuai dengan tanggapan orang yang berbeda-
beda tentang berbagai hal. Kristus sudah berkata kepada murid-
murid-Nya, saat berpisah dengan mereka (Yoh. 16:20), bahwa
kamu akan menangis dan meratap,namun dunia akan bergembira.
Seturut itu pula kita melihat di sini,
1. Kematian Stefanus membuat senang seseorang membuat se-
nang banyak orang, tidak diragukan lagi,namun seseorang
khususnya, dan orang itu yaitu Saulus, yang di kemudian
hari dipanggil Paulus. Ia setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh,
syneudokōn ia menyetujuinya dengan senang hati (begitulah
yang diartikan kata itu). Ia senang dengan kejadian itu. Ia
menghibur matanya dengan pemandangan yang berdarah ini,
dengan berharap agar pembunuhan itu menghentikan perkem-
bangan Kekristenan. Kita memiliki alasan untuk berpikir
bahwa Paulus menyuruh Lukas memasukkan cerita ini untuk
mempermalukan dirinya sendiri, dan untuk membawa kemu-
liaan bagi anugerah Tuhan yang diberikan kepadanya secara
cuma-cuma. Demikianlah ia mengakui dirinya sendiri bersalah
atas darah Stefanus, dan memperberatnya dengan hal ini,
bahwa ia tidak melakukannya dengan rasa sesal dan enggan,
melainkan dengan senang hati dan teramat puas, seperti
orang yang bukan saja melakukannya sendiri,namun juga setu-
ju dengan mereka yang melakukannya.
2. Kematian Stefanus diratapi orang-orang (ay. 2) orang-orang
saleh, yang menurut sebagian orang yaitu mereka yang di-
Kitab Kisah Para Rasul 8:1-3
311
sebut sebagai yang masuk agama Yahudi, yang salah satunya
kemungkinan Stefanus sendiri. Atau, ungkapan itu bisa di-
artikan secara lebih luas. Dari antara jemaat, sebagian orang
yang lebih saleh dan lebih giat dibandingkan yang lain datang dan
mengumpulkan sisa-sisa dari mayatnya yang hancur, lalu
mereka menguburkannya dengan upacara yang layak, mung-
kin di tanah darah, yang beberapa waktu lalu dibeli untuk me-
nguburkan orang-orang asing. Mereka menguburkannya de-
ngan khidmat, dan meratapi dia dengan sangat. Walaupun ke-
matian Stefanus membawa keuntungan besar bagi dirinya
sendiri, dan pelayanan yang besar bagi jemaat, mereka mera-
tapinya sebagai suatu kehilangan. Ini sebab Stefanus begitu
mampu dalam melakukan pelayanannya, dan betapa ia calon
yang layak baik sebagai penatua maupuan pembela jemaat.
yaitu gejala yang buruk jika diambilnya orang-orang seperti
Stefanus tidak menyentuh hati orang. Orang-orang saleh itu
memberi penghormatan mereka yang terakhir kepada Ste-
fanus,
(1) Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak malu dengan
perkara yang untuknya Stefanus menderita, atau takut
pada kegeraman orang-orang yang memusuhinya. Sebab,
meskipun sekarang mereka menang, perkara Stefanuslah
yang benar, dan perkara itu pada akhirnya akan menang.
(2) Untuk menunjukkan penghargaan dan penghormatan be-
sar mereka terhadap hamba Yesus Kristus yang setia ini,
martir pertama bagi Injil ini, yang akan mereka kenang baik-
baik, kendati ia meninggal secara tidak layak. Mereka ingin
menghormati orang yang dihormati Tuhan .
(3) Untuk memberi kesaksian tentang kepercayaan dan
pengharapan mereka akan kebangkitan orang mati dan ke-
hidupan di akhirat.
II. Cerita tentang penganiayaan terhadap jemaat ini, yang dimulai
dengan mati syahidnya Stefanus. Walaupun kegeraman orang-
orang Yahudi begitu ganas dan memuncak melawan Stefanus, ke-
geraman mereka itu tidak cepat menghilang atau terlampiaskan.
Orang yang suka membunuh sering kali dalam Kitab Suci disebut
orang-orang yang haus darah, sebab jika mereka sudah me-
ngecap darah, mereka akan merasa haus dan meminta lagi. Sang-
312
ka orang, doa-doa Stefanus menjelang ajalnya dan penghiburan
yang dialaminya saat itu seharusnya bisa memenangkan hati
mereka dan meluluhkannya sehingga mereka berpikiran baik ten-
tang orang-orang Kristen dan Kekristenan.namun , tampaknya itu
tidak terjadi. Penganiayaan itu terus berlanjut, sebab mereka
menjadi lebih geram saat melihat bahwa mereka tidak bisa me-
menangkan apa pun, dan, seolah-olah berharap ingin mengalah-
kan Tuhan sendiri, mereka bertekad untuk terus menghantam.
Dan mungkin, sebab tidak seorang pun dari mereka yang mati
mendadak di tempat itu setelah merajam Stefanus, tekad mereka
semakin bulat untuk melakukan kejahatan. Mungkin murid-mu-
rid juga semakin berani berbantah dengan mereka seperti yang di-
lakukan Stefanus, sebab mereka melihat bagaimana ia menyele-
saikan tugasnya dengan berkemenangan, yang akan membuat
orang-orang Yahudi semakin marah lagi. Amatilah,
1. Terhadap siapa penganiayaan ini dilancarkan: Penganiayaan
itu dilancarkan terhadap jemaat di Yerusalem, yang begitu di-
tanam langsung dianiaya, seperti yang sering kali ditunjukkan
Kristus bahwa penindasan dan penganiayaan akan datang ka-
rena firman. Dan Kristus secara khusus sudah menubuatkan
bahwa Yerusalem akan segera menjadi terlalu panas bagi para
pengikut-Nya, sebab kota itu sudah terkenal membunuh nabi-
nabi dan merajam orang-orang yang diutus kepadanya (Mat.
23:37). Dalam penganiayaan ini, tampak banyak orang dihu-
kum mati, sebab Paulus mengakui bahwa pada waktu itu ia
menganiaya para pengikut jalan ini sampai mati (21:4) dan
(26:10) bahwa dia juga setuju, jika mereka dihukum mati.
2. Siapa yang gigih melakukan penganiayaan ini. Tidak ada orang
lain yang melakukannya dengan begitu bersemangat dan be-
gitu gencar, seperti Saulus, seorang Farisi muda (ay. 3). Ada
pun Saulus (yang sudah disebutkan dua kali sebelumnya, dan
sekarang disebutkan lagi sebagai orang yang terkenal suka
menganiaya), ia berusaha membinasakan jemaat itu. Ia mela-
kukan segala sesuatu yang dapat dilakukannya untuk meng-
hancurkan jemaat dan membuatnya porak-poranda. Ia tidak
peduli kejahatan apa yang diperbuatnya terhadap murid-mu-
rid Kristus, dan juga tidak mau tahu bilamana harus berhenti.
Yang ingin dicapainya tidak kurang dari memusnahkan Injil
Israel, sehingga namanya tidak diingat lagi (Mzm. 83:5). Ia
Kitab Kisah Para Rasul 8:1-3
313
yaitu alat paling pantas yang bisa didapatkan imam-imam
kepala untuk memenuhi maksud-maksud mereka. Ia kepala
pasukan melawan murid-murid Kristus, seorang utusan dari
majelis agung yang diberi tugas untuk menyelidiki pertemuan-
pertemuan, dan menangkap semua orang yang dicurigai ber-
pihak pada jalan itu. Saulus dibesarkan sebagai seorang terpe-
lajar, seorang terhormat, namun ia tidak menganggap rendah
untuk dipakai menjalankan tugas yang teramat keji seperti itu.
(1) Ia memasuki rumah demi rumah, langsung mendobrak pintu-
pintu, siang atau malam, dengan disertai kuasa untuk me-
menuhi maksud itu. Ia masuk ke dalam setiap rumah di
mana mereka biasa mengadakan pertemuan-pertemuan,
atau dalam setiap rumah yang di situ tinggal orang-orang
Kristen, atau yang di dalamnya disangka ada orang-orang
Kristen. Tak seorang pun aman di dalam rumahnya sendiri,
sekalipun itu menjadi benteng baginya.
(2) Ia menyeret-nyeret, dengan sangat menghina dan kejam,
baik laki-laki maupun perempuan. Ia menyeret-nyeret me-
reka di sepanjang jalan, tanpa peduli bahwa perempuan itu
insan lemah. Ia membungkuk sampai ke bawah untuk men-
cari-cari orang yang dipenuhi Injil, sehingga yang paling tak
berdaya pun dari antara mereka tidak diluputkannya. Beta-
pa dia dikuasai oleh kefanatikan yang membabi buta.
(3) Ia menjebloskan mereka ke dalam penjara, untuk diadili
dan dihukum mati, kecuali mereka mau menyangkal Kris-
tus. Dan sebagian dari mereka, kita dapati, dipaksa oleh
Saulus untuk menyangkal iman (26:11).
3. Apa dampak dari penganiayaan ini: Mereka semua tersebar (ay.
1b), bukan semua orang percaya, melainkan semua pekabar
Injil, yang terutama dihantam, dan berusaha ditangkap de-
ngan surat-surat perintah. Mereka, sebab ingat akan pedoman
Tuhan kita (jika mereka menganiaya kamu dalam kota
yang satu, larilah ke kota yang lain), menyebar sebagaimana
yang sudah disepakati ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
Bukan sebab takut menderita (sebab Yudea dan Samaria ti-
dak begitu jauh dari Yerusalem, sehingga jika di sana mereka
menampakkan diri di depan umum, seperti yang berencana
mereka lakukan, orang-orang yang menganiaya mereka akan
314
segera menyusul mereka), melainkan sebab mereka melihat-
nya sebagai petunjuk dari Tuhan Sang Pemelihara bahwa mere-
ka harus menyebar. Pekerjaan mereka di Yerusalem sudah di-
selesaikan dengan cukup baik, dan sekarang sudah saatnya
mereka memikirkan keperluan di tempat-tempat lain. Sebab
Tuan mereka sudah memberi tahu mereka bahwa mereka ha-
rus menjadi saksi-saksi-Nya di Yerusalem terlebih dahulu, lalu
di seluruh Yudea dan Samaria, dan kemudian sampai ke ujung
bumi (1:8), dan cara inilah yang mereka ikuti. Penganiayaan,
meskipun mungkin tidak menjauhkan kita dari pekerjaan,
bisa saja menggiring kita, sebagai petunjuk dari Pemeliharaan
Tuhan , untuk bekerja di tempat lain. Semua pekabar Injil ter-
sebar kecuali para rasul, yang, ada kemungkinan, dipimpin
oleh Roh untuk melanjutkan pekerjaan di Yerusalem selama
beberapa waktu. Ini sebab mereka, melalui pemeliharaan
Tuhan yang istimewa, sudah diluputkan dari badai, dan melalui
anugerah Tuhan yang istimewa dimampukan untuk mengha-
dapi badai itu. Mereka tinggal di Yerusalem, supaya mereka
bisa siap pergi ke tempat di mana pertolongan mereka paling
dibutuhkan oleh para pekabar Injil yang lain, yang sudah di-
utus untuk membuka jalan. Seperti Kristus menyuruh murid-
murid-Nya untuk pergi ke tempat-tempat di mana Ia sendiri
akan pergi (Luk. 10:1). Para rasul terus berdiam bersama-
sama di Yerusalem dalam waktu yang lebih lama dibandingkan
yang akan disangkakan orang, bila menimbang perintah dan
mandat yang sudah diberikan kepada mereka, untuk pergi ke
seluruh dunia, dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (lihat
15:6; Gal. 1:17).namun apa yang dilakukan oleh para penginjil
yang mereka utus juga dipandang sebagai perbuatan mereka
sendiri.
Penyebaran Injil; Keberhasilan Filipus
(8:4-13)
4 Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberita-
kan Injil. 5 Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan
Mesias kepada orang-orang di situ. 6 saat orang banyak itu mendengar
pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka se-
mua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. 7 Sebab dari
banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru
dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang
disembuhkan. 8 Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu. 9 Seorang
Kitab Kisah Para Rasul 8:4-13
315
yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan
mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang
sangat penting. 10 Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata:
Orang ini yaitu kuasa Tuhan yang terkenal sebagai Kuasa Besar. 11 Dan
mereka mengikutinya, sebab sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh
perbuatan sihirnya. 12namun sekarang mereka percaya kepada Filipus yang
memberitakan Injil tentang Kerajaan Tuhan dan tentang nama Yesus Kristus,
dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan.
13 Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia selalu
bersama-sama dengan Filipus, dan takjub saat ia melihat tanda-tanda dan
mujizat-mujizat besar yang terjadi.
Teka-teki Simson dipecahkan lagi di sini: Dari yang makan keluar ma-
kanan, dari yang kuat keluar manisan. Penganiayaan yang dimaksud-
kan untuk menyapu bersih jemaat, oleh pemeliharaan Tuhan yang
berkuasa dijadikan kesempatan untuk memperluasnya. Kristus su-
dah berkata, Aku datang untuk melempar