Kisah pararasul 8

Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah pararasul 8. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Kisah pararasul 8



 :11).  

2. Tuhan  menunjukkan kemurahan-Nya kepada mereka melalui 

Musa. Jauh sebelumnya ia telah berusaha mulai melayani me-

reka, walaupun mereka mengusirnya dengan kasar. sebab  

mereka telah menolak pelayanan Musa, maka adillah jika  

Tuhan  juga menolak mereka. Namun, semua telah dilupakan. 

Mereka tidak terlampau dicela mengenai hal itu (ay. 36). Ia 

membawa mereka keluar walaupun sesudah Ia mengadakan 

mujizat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir (yang kemudian 

diikuti dengan pembebasan mereka sepenuhnya, sesuai de-

ngan keadaan mereka), di laut Merah dan di padang gurun, em-

pat puluh tahun lamanya. Sedemikian jauhnya Stefanus dari 

perbuatan menghujat Musa yang sangat ia kagumi sebagai 

alat yang mulia di tangan Tuhan  untuk membangun jemaat Per-

Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41 

 277 

janjian Lama itu. Dan sama sekali tidak mengurangi kemulia-

an Musa jika Stefanus mengatakan bahwa Musa hanyalah se-

buah alat di tangan Tuhan  dan bahwa kecemerlangannya pudar 

oleh kecemerlangan Yesus ini, yaitu pribadi yang sangat dirin-

dukannya dapat dikenal oleh orang-orang Yahudi ini. Ia men-

dorong mereka untuk masuk ke dalam rancangan-Nya, yang 

tanpa ragu sedikit pun pasti akan diterima oleh kasih karunia-

Nya serta mendapat keuntungan-keuntungan dari-Nya, seperti 

halnya bangsa Israel dibebaskan oleh Musa meskipun mereka 

pernah menolaknya.  

V. Nubuat Musa mengenai Kristus dan kasih karunia-Nya (ay. 37). Ia 

tidak hanya menjadi gambaran dari Kristus (banyak yang seperti 

itunamun  mungkin tidak memiliki pandangan jauh ke depan 

mengenai waktu yang sebenarnya),namun  juga berbicara tentang 

Dia (ay. 37). Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel, 

seorang nabi akan dibangkitkan Tuhan  bagimu dari antara saudara-

saudaramu. Hal ini dikatakan Musa sebagai salah satu kehor-

matan terbesar yang diberikan Tuhan  kepadanya (bahkan sebagai 

suatu kehormatan yang mengatasi semua kehormatan lainnya), 

bahwa melalui dirinya, ia diizinkan memberi tahu orang-orang 

Israel mengenai nabi besar yang akan datang ke dunia ini. Ia 

memberitahukan hal ini supaya pengharapan mereka akan Dia 

dibangkitkan, dan sekaligus meminta mereka menerima Dia. Ke-

tika Musa membawa orang-orang Israel keluar dari Mesir, dengan 

penuh rasa hormat kejadian ini digambarkan, Itulah Musa (Kel. 

6:26). Begitu juga di sini dikatakan, Musa ini pulalah. Nah, se-

benarnya penjelasan ini sudah lebih dari cukup untuk memenuhi 

tujuan Stefanus, bahwa Yesus akan mengubah kebiasaan-kebia-

saan dari hukum Taurat. Ia juga tidak memiliki niat sedikit pun 

untuk menghujat Musa. Sebaliknya, ia menunjukkan rasa hor-

matnya yang luar biasa besar dengan menunjukkan bagaimana 

nubuat Musa itu telah digenapi seperti yang dikatakan dengan 

jelas oleh Kristus sendiri kepada mereka, Jika mereka percaya 

kepada Musa, tentu mereka juga percaya kepada-Ku (Yoh. 5:46).  

1. Musa, dalam nama Tuhan , telah memberi tahu mereka bahwa 

jika waktunya telah tiba, seorang nabi akan dibangkitkan di 

antara mereka. Seorang nabi dari bangsa mereka sendiri yang 

akan sama seperti dia (Ul. 18:15, 18), – seorang Pemimpin dan 


 278

Penyelamat, seorang Hakim dan Pemberi hukum sama seperti 

dia – yang sebab  itu memiliki kuasa untuk mengubah kebia-

saan yang telah ia sampaikan serta membawa pengharapan 

yang lebih baik, sebagai Pengantara dari perjanjian yang lebih 

mulia.  

2. Musa meminta mereka mendengarkan nabi itu, menerima pe-

rintah-perintah-Nya, mengakui perubahan yang akan Ia buat 

dalam kebiasaan-kebiasaan mereka, dan menyerahkan diri 

mereka kepada-Nya dalam segala sesuatu.  Dan inilah kehor-

matan terbesar yang dapat kamu lakukan kepada Musa dan 

kepada hukum Tauratnya, kepada Musa yang telah berkata, 

Dengarkanlah Dia. Dan Musa ini jugalah yang menjadi saksi 

dari pengulangan permintaan ini melalui suara yang datang 

dari awan-awan pada waktu Yesus berubah rupa dan dimulia-

kan. Musa menunjukkan persetujuannya dengan sikap ber-

diam diri” (Mat. 17:5).  

VI. Berbagai pelayanan luar biasa yang terus dilakukan Musa untuk 

orang-orang Israel setelah ia menjadi alat untuk membawa me-

reka keluar dari negeri Mesir (ay. 38). Dalam hal ini pula Musa 

menjadi gambaran dari Kristus yang jauh mengungguli dia, se-

hingga bukanlah suatu penghujatan untuk berkata,  Ia memiliki 

kuasa mengubah kebiasaan-kebiasaan yang disampaikan Musa.” 

Bahwa hal itu justru merupakan suatu kehormatan bagi Musa,  

1. Bahwa Musa ada di dalam sidang jemaat di padang gurun. Ia 

memimpin semua urusan yang ada di sana selama empat 

puluh tahun, dan ia menjadi raja di Yesyurun (Ul. 33:5). Per-

kemahan bangsa Israel di sini disebut sidang jemaat di padang 

gurun. Sebab kumpulan itu merupakan masyarakat yang diku-

duskan dan dikhususkan, dipersatukan oleh undang-undang 

dasar Tuhan  di bawah sebuah pemerintahan Tuhan  serta diper-

kaya dengan pewahyuan Tuhan . Walaupun masih belum diben-

tuk secara sempurna seperti halnya jemaat di negeri Kanaan, di 

mana masing-masing orang masih berbuat segala sesuatu yang 

dipandangnya benar (Ul. 12:8-9), namun jemaat di padang 

gurun ini boleh dikata merupakan sebuah  jemaat.” Sungguh 

suatu kehormatan bagi Musa bahwa ia ada di dalam jemaat itu. 

Jika Musa tidak ada di dalam jemaat ini dan bertindak sebagai 

pengantara untuknya, jemaat ini pasti sudah musnah, sebab 

Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41 

 279 

sudah berulang kali Tuhan  ingin memusnahkannya. Sementara 

itu Kristus yaitu  Pemimpin dan Penuntun dari jemaat yang 

lebih baik dan mulia dibandingkan  jemaat yang ada di padang 

gurun itu. Kristus menjadi hidup dan jiwa dari jemaat itu lebih 

dari yang dapat dilakukan Musa di dalam jemaat padang 

gurun itu.   

2. Bahwa Musa ada bersama dengan malaikat yang berfirman 

kepadanya di gunung Sinai dan dengan nenek moyang kita – ia 

berada bersamanya selama dua kali empat puluh hari ber-

sama malaikat kovenan, Mikhael, pemimpin kita. Musa segera 

menjadi akrab dengan Tuhan ,namun  ia tidak pernah berbaring 

di pangkuan-Nya seperti halnya Kristus dari sejak kekekalan. 

Atau, perkataan itu dapat juga diartikan demikian: Musa ada 

di dalam sidang jemaat di padang gurun,namun  ia ada bersama 

dengan malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai. 

Artinya, di semak duri yang menyala itu, sebab tempat itu di-

katakan berada di gunung Sinai (ay. 30). Malaikat itulah yang 

berjalan di hadapannya dan menuntun jalannya. Jika tidak, ia 

tidak akan dapat menjadi pemimpin bagi bangsa Israel. Me-

ngenai hal ini Tuhan  berfirman di dalam Keluaran 23:20, Se-

sungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depan-

mu. Juga di dalam Keluaran 33:2, dan lihat juga dalam 

Bilangan 20:16. Ia berada di dalam jemaat bersama dengan 

malaikat itu, sebab tanpa malaikat itu ia tidak akan dapat 

memberi  pelayanan kepada jemaat. Namun, Kristus yaitu  

Malaikat itu sendiri yang menyertai jemaat di padang gurun, 

dan sebab  itu memiliki kuasa melebihi Musa.  

3. Bahwa Musa menerima firman-firman yang hidup untuk me-

nyampaikannya kepada kamu. Bukan saja kesepuluh perintah 

Tuhan , melainkan juga perintah-perintah lain yang disampaikan 

kepada Musa dengan berfirman, katakanlah kepada orang-

orang Israel.

(1) Perkataan Tuhan  yaitu  firman-firman, bersifat pasti dan 

tidak pernah salah, serta berasal dari kuasa yang tidak da-

pat diragukan lagi dan bersifat mengikat. Perkataan itu ha-

rus dipakai sebagai pedoman seperti firman dan olehnya se-

mua perbedaan pendapat harus ditetapkan kebenarannya. 

(2) Perkataan itu yaitu  firman-firman yang hidup. Sebab per-

kataan itu yaitu  firman dari Tuhan  yang hidup, bukan dari 


 280

berhala-berhala yang bisu dan mati dari orang-orang yang 

belum mengenal Tuhan . Firman yang difirmankan Tuhan  ada-

lah roh dan hidup. Bukan seperti yang diberikan oleh hu-

kum Musa, yang hanya dapat menunjukkan jalan menuju 

hidup: Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turuti-

lah segala perintah Tuhan . 

(3) Musa menerima firman-firman itu dari Tuhan  dan tidak di-

berikan secara langsung sebagai firman kepada umat. Se-

baliknya, ia harus menerimanya terlebih dahulu dari Tuhan .  

(4) Firman-firman hidup yang ia terima dari Tuhan  disampai-

kannya dengan setia kepada orang-orang Israel untuk di-

perhatikan dan dipelihara. Sungguh merupakan hak is-

timewa utama bagi orang-orang Yahudi sebab kepada me-

rekalah dipercayakan firman Tuhan . Melalui tangan Musalah 

firman itu dipercayakan kepada mereka. Sebagaimana Musa 

tidak memberi  roti kepada mereka, demikian jugalah ia 

tidak memberi  hukum dari sorga itu kepada mereka 

(Yoh. 6:32). Tuhan  sendirilah yang memberi  itu kepada 

mereka. Dan sebab Dialah yang memberi  adat istiadat 

itu melalui Musa, hamba-Nya, tidak diragukan lagi bahwa 

jika Ia berkenan, Ia dapat mengubah adat istiadat itu mela-

lui Yesus, Anak-Nya, yang menerima firman-firman yang le-

bih hidup untuk diberikan kepada kita. Lebih hidup dari-

pada yang pernah diberikan oleh Musa.  

VII. Penghinaan yang dilakukan sesudah ini dan yang bagaimana-

pun ditimpakan kepada Musa oleh orang-orang Israel itu. Orang-

orang yang mendakwa bahwa Stefanus telah mengucapkan kata-

kata hujat terhadap Musa itu, pasti akan lebih baik dalam 

mengikuti apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka 

Dan berjalan dalam langkah-langkah nenek moyang mereka. 

1. Mereka tidak mau taat kepada Musa, malahan mereka meno-

laknya (ay. 39). Mereka bersungut-sungut terhadap dia, 

memberontak terhadap dia, menolak menaati perintah-perin-

tahnya, dan terkadang mau melemparinya dengan batu. Me-

mang benar bahwa Musa telah memberi  hukum yang sa-

ngat baik kepada mereka, namun dengan perbuatan mereka 

ini tampaknya hukum Taurat itu tidak mungkin menyempur-

nakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya 

Kitab Kisah Para Rasul 7:30-41 

 281 

(Ibr. 10:1). Sebab di dalam hati mereka ingin kembali ke tanah 

Mesir dan lebih menyukai bawang merah dan bawang putih 

dibandingkan  manna yang mereka peroleh di bawah kepemim-

pinan Musa, atau dibandingkan  susu dan madu di negeri Kanaan, 

yang mereka inginkan. Perhatikan baik-baik, ketidakpuasan 

mereka di dalam hati terhadap Musa dengan kecenderungan 

mereka terhadap hal-hal yang berbau Mesir, kalau saya boleh 

katakan. Ini sama saja dengan kembali ke negeri Mesir. Ini 

ada di dalam hati mereka. Banyak orang yang berpura-pura 

ikut berangkat menuju tanah Kanaan dengan menunjukkan 

dan memamerkan hidup keagamaan mereka. Namun, pada 

saat yang sama diam-diam mereka juga ingin kembali ke 

tanah Mesir. Sama seperti yang dilakukan oleh istri Lot yang 

ingin kembali ke negeri Sodom. Orang-orang seperti itu akan 

digolongkan sebagai orang-orang yang tidak setia dan ber-

khianat, sebab Tuhan  memandang ke dalam hati manusia. 

Nah, jika adat istiadat yang disampaikan Musa kepada me-

reka tidak dapat mengubah mereka, tidak heran jika Kristus 

datang untuk mengubah adat istiadat itu dan memperkenal-

kan sebuah cara penyembahan baru yang lebih bersifat 

rohaniah.  

2. dibandingkan  mendengarkan Musa, mereka membuat sebuah pa-

tung anak lembu. Perbuatan mereka ini, di samping menen-

tang persembahan yang biasa dipersembahkan kepada Tuhan , 

juga merupakan penghinaan besar terhadap Musa. Sebab 

mereka membuat anak lembu ini memang dengan tujuan me-

lawan Musa, sesuai dengan apa yang telah mereka katakan, 

 Sebab Musa ini, yang telah memimpin kami keluar dari tanah 

Mesir, kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia, ka-

rena itu buatlah untuk kami berhala-berhala dari emas.” Se-

olah-olah patung anak lembu itu cukup untuk menggantikan 

Musa dan dapat berjalan di hadapan mereka untuk memim-

pin menuju negeri yang dijanjikan. Lalu pada waktu itu me-

reka membuat sebuah anak lembu,  saat  hukum Taurat di-

berikan kepada mereka, dan mempersembahkan persembah-

an kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa 

yang dibuat sendiri oleh mereka. Begitu bangganya mereka 

dengan sembahan baru mereka itu sehingga dikatakan, maka 

duduklah bangsa itu untuk makan dan minum, kemudian ba-


 282

ngunlah mereka dan bersukacita! Dengan semua ini tampak 

jelas bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan oleh hukum 

Taurat itu, sebab  tidak berdaya oleh daging. Itulah sebabnya 

sangat perlu hukum Taurat ini disempurnakan oleh pribadi 

yang lebih baik. Dengan demikian tentunya Stefanus bukanlah 

seorang penghujat melawan Musa, sebab  Musa sendiri yang 

mengatakan bahwa Kristus telah menyempurnakan hukum 

Taurat.  

Pembelaan Stefanus  

(7:42-50)  

42 Maka berpalinglah Tuhan  dari mereka dan membiarkan mereka beribadah 

kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi: Apa-

kah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persem-

bahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? 43 

Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa 

Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan 

membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel. 44 

Kemah Kesaksian ada pada nenek moyang kita di padang gurun, seperti yang 

diperintahkan Tuhan  kepada Musa untuk membuatnya menurut contoh yang 

telah dilihatnya. 45 Kemah itu yang diterima nenek moyang kita dan yang 

dengan pimpinan Yosua dibawa masuk ke tanah ini, yaitu waktu tanah ini 

direbut dari bangsa-bangsa lain yang dihalau Tuhan  dari depan nenek moyang 

kita; demikianlah sampai kepada zaman Daud. 46 Daud telah mendapat kasih 

karunia di hadapan Tuhan  dan ia memohon, supaya ia diperkenankan untuk 

mendirikan suatu tempat kediaman bagi Tuhan  Yakub. 47namun  Salomolah 

yang mendirikan sebuah rumah untuk Tuhan . 48namun  Yang Mahatinggi tidak 

diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia, seperti yang dikatakan 

oleh nabi: 49 Langit yaitu  takhta-Ku, dan bumi yaitu  tumpuan kaki-Ku. 

Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, 

tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? 50 Bukankah tangan-Ku 

sendiri yang membuat semuanya ini? 

ada dua hal yang dapat kita perhatikan di dalam ayat-ayat ini:  

I. Stefanus menegur mereka dengan menunjuk kepada penyembah-

an berhala yang dilakukan nenek moyang mereka. Akibatnya, 

Tuhan  telah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka 

sebagai hukuman atas perbuatan mereka meninggalkan Tuhan  de-

ngan menyembah anak lembu emas itu. Hukuman ini merupakan 

hukuman yang paling menyedihkan dari semua dosa, sebab dosa 

itu yaitu  penyembahan berhala dari dunia orang yang tidak me-

ngenal Tuhan , sehingga Tuhan  telah menyerahkan mereka kepada 

pikiran-pikiran yang terkutuk itu.  saat  Israel bersekutu dengan 

berhala-berhala, bersekutu dengan lembu emas itu, dan tidak

Kitab Kisah Para Rasul 7:42-50 

 283 

 lama kemudian dengan Baal-Peor, Tuhan  berkata, Biarkanlah me-

reka, biarkan mereka melanjutkannya (ay. 42). Maka berpalinglah 

Tuhan  dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala 

tentara langit. Secara khusus Stefanus mengingatkan mereka su-

paya tidak membahayakan diri sendiri dengan melakukan per-

buatan yang sama serta memberi  alasan mengapa mereka 

tidak boleh melakukannya. Sebab  saat  mereka cenderung ke-

pada keinginan hati mereka, Tuhan  membiarkan mereka terus 

dalam keinginan hati mereka, hawa nafsu mereka, dan menarik 

kasih karunia-Nya yang mencegah mereka berbuat jahat. Kemudi-

an mereka berjalan menurut keinginan hati mereka serta menjadi 

begitu tergila-gila dengan berhala-berhala mereka seperti yang 

belum pernah dilakukan oleh bangsa mana pun juga. Banding-

kanlah Ulangan 4:19 dengan Yeremia 8:2. Untuk hal ini Stefanus 

mengutip dari Amos 5:25. Sebab ia mungkin mengira bahwa hati 

mereka tidak akan terlampau sakit jika  ia mengutip perkataan 

seorang nabi Perjanjian Lama untuk menunjukkan watak dan 

nasib mereka serta menegur mereka,  

1. Atas perbuatan mereka untuk tidak mempersembahkan per-

sembahan kepada Tuhan  mereka sendiri di padang gurun (ay. 

42). Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sem-

belihan dan persembahan selama empat puluh tahun itu? Ti-

dak, selama waktu itu korban kepada Tuhan  terhenti. Mereka 

bahkan tidak merayakan Paskah sampai sesudah tahun kedua 

di padang gurun. Kelonggaran itu yaitu  kemurahan Tuhan  ke-

pada mereka, bahwa Ia tidak terlampau mendesak mereka se-

mentara masih dalam keadaan yang belum mapan. Namun, 

biarlah mereka mempertimbangkan sendiri betapa jahatnya 

balasan mereka kepada Tuhan  dengan memberi  persembahan 

kepada berhala-berhala,  saat  untuk sementara waktu Tuhan  

membebaskan mereka dari kewajiban memberi persembahan 

kepada-Nya. Hal ini juga merupakan sebuah peringatan akan 

semangat mereka yang begitu berlebihan atas adat istiadat 

yang disampaikan Musa kepada mereka serta ketakutan me-

reka akan perubahan yang dilakukan oleh Yesus ini. Akibat-

nya, begitu mereka dibebaskan, adat istiadat itu tidak dijalan-

kan selama empat puluh tahun, dan dianggap tidak berguna.  

2. Atas perbuatan mereka mempersembahkan persembahan ke-

pada berhala-berhala lain sesudah mereka datang ke negeri 


 284

Kanaan. Malahan kamu mengusung kemah Molokh (ay. 43). 

Molokh yaitu  dewa bani Amon. Secara keji mereka memper-

sembahkan anak-anak mereka sendiri sebagai korban kepada 

Molokh ini. Persembahan semacam ini tidak bisa tidak tentunya 

dilakukan dengan penuh rasa takut dan kepedihan bagi me-

reka sendiri dan keluarga mereka masing-masing. Sekalipun 

dipenuhi rasa takut luar biasa dan rasa pedih, mereka mau 

juga melakukan cara penyembahan yang tidak lazim ini, ka-

rena Tuhan  berpaling dari mereka dan membiarkan mereka ber-

ibadah kepada bala tentara langit. Lihat juga perbuatan me-

reka dalam 2 Tawarikh 28:3. Ini sungguh merupakan suatu 

kepercayaan yang penuh tipu daya yang pernah dibiarkan 

untuk dilakukan oleh suatu bangsa, dan merupakan contoh 

terbesar dari kuasa Iblis yang bekerja di dalam anak-anak ma-

nusia yang tidak taat. sebab  itulah perbuatan ini diungkap-

kan dengan nada yang tegas di sini, Ya, malahan kamu meng-

usung kemah Molokh, bahkan kamu menyerahkan diri kepada 

penyembahan itu, dan juga kepada bintang dewa Refan. Bebe-

rapa penafsir memperkirakan bahwa Refan ini menunjuk ke-

pada bulan, sementara Molokh kepada matahari. sedang  

penafsir lain mengatakan bahwa yang dimaksud yaitu  Sa-

turnus, sebab dalam bahasa Siria dan Parsi planet itu disebut 

Refan. Terjemahan Septuaginta menyebutnya sebagai Chiun, 

sebuah nama yang lebih umum dikenal. Mereka memiliki 

gambar-gambar yang mewakili bintang, seperti halnya kuil-

kuil perak bagi dewi Artemis (Diana, KJV), yang di sini disebut 

patung-patung yang kamu buat untuk disembah. Dr. Lightfoot 

(theolog Inggris abad ketujuh belas) menduga bahwa mereka 

memiliki gambar-gambar yang melambangkan langit secara 

keseluruhan dengan semua tatanan bintang-bintang dan pla-

net-planet yang semuanya disebut Refan –  ujud tertinggi” se-

perti halnya bulatan langit. Sungguh merupakan suatu kebo-

dohan untuk menjadikan benda-benda semacam itu sebagai 

berhala, sama buruknya seperti sebuah anak lembu emas! 

Nah, atas perbuatan ini mereka menghadapi ancaman, Aku 

akan membawa kamu ke dalam pembuangan sampai di sebe-

rang sana Babel. Di dalam Kitab Amos disebut jauh ke sebe-

rang Damsyik, yang berarti Babel, Tanah Utara. Namun, Stefa-

nus mengubahnya, dengan menekankan pembuangan sepuluh 

Kitab Kisah Para Rasul 7:42-50 

 285 

suku yang dibawa jauh di seberang Babel, yakni di tepi sungai 

negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai (2Raj. 17:6). Kare-

na itu, seharusnya mereka tidak heran mendengar tentang 

penghancuran tempat ini, sebab mereka telah sering men-

dengarnya dari nabi-nabi Perjanjian Lama. Padahal, dari nabi-

nabi yang pernah bernubuat itu tidak ada yang dianggap seba-

gai penghujat oleh siapa pun, kecuali oleh penguasa-penguasa 

yang lalim. Hal itu dapat diamati dalam perdebatan mengenai 

perkara Yeremia yang mengatakan bahwa Mikha tidak dihu-

kum walaupun ia bernubuat bahwa Sion akan dibajak seperti 

ladang (Yer. 26:18-19).  

II. Stefanus memberi  jawaban secara khusus atas dakwaan ter-

hadap dirinya yang berkaitan dengan Bait Suci, bahwa ia telah 

mengucapkan kata-kata hujat terhadap tempat kudus ini (ay. 44-

50). Ia dituduh telah mengatakan bahwa Yesus akan merobohkan 

tempat kudus ini.  Memangnya kenapa kalau saya berkata seperti 

itu?” (kata Stefanus).  Kemuliaan Tuhan  yang kudus tidak dibatasi 

oleh kemuliaan tempat kudus ini, walaupun tempat ini akan men-

jadi timbunan debu, kemuliaan Tuhan  akan tetap tidak tersentuh,” 

sebab,  

1.  Nenek moyang kita baru memiliki tempat ibadah yang tetap 

sesudah mereka memasuki padang gurun dalam perjalanan 

menuju Kanaan. Bahkan berabad-abad sebelumnya ibadah 

bapa-bapa leluhur kita tetap dapat diterima Tuhan  di atas se-

buah mezbah sederhana yang dibangun di dekat kemah me-

reka di udara terbuka – sub dio. Dan Tuhan  yang pada mulanya 

disembah tanpa sebuah tempat kudus itu memiliki jemaat Per-

janjian Lama yang paling baik dan murni. Tanpa mengurangi 

kemuliaan-Nya, seperti itulah yang akan terjadi  saat  tempat 

kudus ini dihancurkan.”  

2. Pada mulanya tempat kudus itu hanyalah sebuah kemah, se-

derhana dan dapat dipindah-pindahkan, yang artinya sangat 

sementara, dan tidak dirancang untuk terus ada. Jadi, meng-

apa tempat kudus ini, walaupun dibangun dari batu-batu, ti-

dak boleh dibongkar dengan penuh rasa hormat seperti halnya 

kemah yang dibentuk dari lembaran tirai-tirai itu, untuk mem-

berikan tempat yang lebih baik baginya? Seperti halnya bu-

kanlah suatu penghinaan, melainkan suatu kehormatan bagi 


 286

Tuhan , jika kemah sederhana itu memberi jalan bagi tempat 

kudus ini, maka begitu jugalah sekarang, tempat kudus yang 

berwujud ini akan memberi jalan kepada sebuah tempat ku-

dus yang rohaniah, sampai pada akhirnya nanti tempat kudus 

yang rohaniah itu akan memberi jalan bagi tempat kudus yang 

kekal.  

3. Bahwa kemah itu merupakan sebuah kemah para saksi atau 

kemah kesaksian. Sebuah gambaran dari hal-hal yang akan 

datang dari sebuah kemah sejati yang didirikan oleh Tuhan dan 

bukan oleh manusia (Ibr. 8:2). Inilah kemuliaan dari kemah 

dan tempat kudus itu, yang dibangun untuk menjadi kesaksi-

an bagi Bait Suci Tuhan  yang di kemudian hari akan dibuka di 

sorga (Why. 11:19), dan bagi Kristus yang menjadi manusia 

serta diam di antara kita (sebagai yang dikatakan dalam Yoha-

nes 1:14), serta juga bagi bait dari tubuh-Nya.  

4. Bahwa kemah itu dibuat seperti yang telah ditunjukkan Tuhan  

dan seperti yang diperintahkan Tuhan  kepada Musa untuk mem-

buatnya menurut contoh yang telah dilihatnya di atas gunung. 

Pernyataan itu dengan jelas menunjukkan adanya kaitan 

dengan hal-hal yang akan datang. Tempat itu dibangun secara 

sorgawi, serta memiliki makna dan kecenderungan ke arah 

sana. Oleh sebab  itu, sama sekali bukan merupakan suatu 

bentuk penghinaan kepada kemuliaannya jika dikatakan bah-

wa tempat kudus yang dibuat oleh tangan manusia ini akan 

dirobohkan supaya di atasnya dapat dibangun bait lain yang 

bukan buatan tangan manusia, seperti yang pernah dituduh-

kan kepada Kristus (Mrk. 14:58) dan juga kepada Stefanus 

sekarang.  

5. Pada mulanya kemah itu didirikan di padang gurun. Padang 

gurun itu pun bukanlah tanah kelahiranmu ini (yang menu-

rutmu harus terbatas di tempat ini selamanya). Sebaliknya, 

kemah ini baru dibawa masuk ke tanah ini pada abad beri-

kutnya oleh nenek moyang kita yang berasal dari angkatan se-

sudah angkatan yang pertama kali mendirikan kemah itu. Ke-

mah itu dibawa masuk ke tanah yang dimiliki oleh orang 

bukan-Yahudi, ke tanah Kanaan, yang sejak lama direbut dari 

bangsa-bangsa lain yang dihalau Tuhan  dari depan nenek 

moyang kita. Dan mengapa sekarang Tuhan  tidak boleh men-

dirikan Bait Suci rohaniah-Nya, seperti yang telah Ia lakukan 

Kitab Kisah Para Rasul 7:42-50 

 287 

dengan kemah berwujud itu di negeri-negeri yang sekarang ini 

menjadi milik bangsa-bangsa bukan-Yahudi? Kemah itu di-

bawa masuk oleh orang-orang yang datang bersama Yesus, 

yaitu Yosua. Untuk membedakan dan untuk menghindari ke-

salahan, saya berpendapat bahwa sebaiknya hal ini dibaca apa 

adanya, baik yang tertulis di sini, maupun yang tertulis di da-

lam Surat Ibrani 4:8. Namun, penyebutan nama Yosua di sini, 

yang dalam bahasa Yunani disebut Yesus, merupakan petun-

juk tersirat bahwa seperti halnya Yosua Perjanjian Lama mem-

bawa masuk kemah gambaran, demikian pula Yosua Per-

janjian Baru harus membawa masuk kemah yang sebenarnya 

untuk dimiliki bangsa bukan-Yahudi.  

6. Kemah itu tetap berdiri selama berabad-abad, bahkan sampai 

kepada zaman Daud, lebih dari empat ratus tahun, sebelum 

orang terpikirkan untuk membangun sebuah Bait Suci (ay. 

45). Daud yang telah mendapat kasih karunia di hadapan 

Tuhan , sangat menginginkan kemurahan Tuhan  lebih lanjut. Ia 

memohon, supaya diperkenankan mendirikan sebuah rumah 

bagi Tuhan , untuk menjadi sebuah kemah yang tetap atau tem-

pat kediaman bagi Shekinah, yakni tanda kehadiran Tuhan  

Yakub (ay. 46). Orang-orang yang telah mendapat kasih karu-

nia Tuhan  harus tampil untuk memajukan semua kepentingan 

kerajaan-Nya di antara manusia.  

7. Tuhan  tidak begitu menginginkan bait atau semacam tempat 

kudus yang mereka jaga dengan begitu cermat. sebab  itu, ke-

tika Daud ingin membangun sebuah tempat seperti itu, ia 

malah dilarang melakukannya. Tuhan  tidak tergesa-gesa untuk 

segera memiliki sebuah Bait Suci, seperti yang ia katakan ke-

pada Daud (2Sam. 7:7). Itulah sebabnya Daud tidak memba-

ngunnya. Salomo, anaknyalah, yang membangun sebuah Bait 

Suci beberapa tahun sesudah itu. Daud memiliki persekutuan 

yang begitu indah dengan Tuhan  di dalam ibadah umum, seper-

ti yang kita baca di dalam mazmur-mazmurnya, sebelum bait 

suci dibangun. 

8. Tuhan  sering menyatakan bahwa bait suci-bait suci buatan ta-

ngan manusia bukanlah menjadi kesukaan-Nya. Bait-bait suci 

seperti itu juga tidak akan menambah sempurna perhentian 

dan sukacita-Nya.  saat  Salomo menahbiskan Bait Suci itu, 

ia mengakui bahwa Tuhan  tidak diam di dalam apa yang dibuat 


 288

oleh tangan manusia. Ia tidak membutuhkannya dan juga 

tidak diuntungkan sebab  itu. Ia tidak dapat dibatasi oleh 

bangunan itu. Seluruh dunia inilah bait-Nya. Di dalamnya Ia 

hadir di mana-mana dan mengisinya dengan kemuliaan-Nya. 

Jadi bagaimana mungkin Ia membutuhkan sebuah rumah 

untuk menyatakan diri? Berhala-berhala palsu orang-orang 

kafir memang membutuhkan rumah-rumah buatan tangan 

manusia, sebab mereka sendiri yaitu  dewa-dewa buatan ta-

ngan manusia (ay. 41), dan tidak memiliki tempat lain untuk 

menyatakan diri selain di dalam rumah-rumah mereka sendiri. 

Namun, satu-satunya Tuhan  yang benar dan hidup tidak mem-

butuhkan rumah, sebab langit yaitu  takhta-Nya, tempat per-

hentian-Nya, dan bumi yaitu  tumpuan kaki-Nya, yang atas-

nya Ia memerintah (ay. 49-50). Oleh sebab  itu, rumah apakah 

yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dibandingkan dengan yang 

sudah Ku-miliki ini? Atau, tempat apakah yang akan menjadi 

perhentian-Ku? Apa gunanya Aku memiliki sebuah rumah, 

baik untuk tempat perhentian maupun sebagai tempat untuk 

menyatakan diri? Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat 

semuanya ini? Dan semua ini menunjukkan kekuatan-Nya yang 

kekal dan keTuhan an-Nya (Rm. 1:20). Dengan demikian semua 

ini menunjukkan kepada seluruh umat manusia bahwa orang-

orang yang menyembah ilah-ilah lain tidak bisa dibenarkan. 

Dan sama seperti halnya dunia ini yaitu  rumah Tuhan , tempat 

Ia menyatakan diri, demikian pula dunia itu yaitu  rumah 

Tuhan  yang di dalamnya Ia harus disembah. Sama seperti bumi 

penuh dengan kemuliaan-Nya, dan sebab  itu merupakan 

Bait-Nya (Yes. 6:3), demikian pula bumi itu penuh, atau akan 

penuh, dengan puji-pujian kepada-Nya (Hab. 3:3). Kiranya 

segala ujung bumi takut akan Dia (Mzm. 67:8), dan sebab  

itulah bumi itu merupakan Bait-Nya. Oleh sebab  itu sama se-

kali tidak ada unsur penghinaan atas tempat kudus ini, wa-

laupun mereka menyatakan demikian, dengan mengatakan 

bahwa Yesus akan merobohkan tempat ini, dan membangun 

kembali yang lain supaya semua bangsa dapat memasukinya 

(15:16-17). Tampaknya tidaklah aneh mengapa Stefanus me-

ngutip ayat-ayat Kitab Suci di atas (Yes. 66:1-3). Ayat-ayat itu 

mengungkapkan celaan Tuhan  atas ibadah-ibadah lahiriah 

orang-orang Yahudi dan dengan jelas menubuatkan penolakan

Kitab Kisah Para Rasul 7:51-53 

 289 

 terhadap orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan penyam-

butan orang-orang bukan-Yahudi yang bertobat untuk masuk 

ke dalam jemaat Tuhan .  

Pembelaan Stefanus 

 (7:51-53)  

51  Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan te-

linga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, 

demikian juga kamu. 52 Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh 

nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu 

memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu 

khianati dan kamu bunuh. 53 Kamu telah menerima hukum Taurat yang 

disampaikan oleh malaikat-malaikat, namun   kamu tidak menurutinya.” 

Stefanus melanjutkan pembelaannya (yang tampak dari urutannya) 

untuk menunjukkan bahwa sebagaimana tempat kudusnya, ibadah 

di tempat kudus itu juga harus berakhir. Menjadi kemuliaan bagi 

keduanya untuk memberi jalan bagi penyembahan kepada Bapa di 

dalam roh dan kebenaran yang akan ditegakkan di dalam kerajaan 

Sang Mesias. Dengan demikian semua upacara megah dan agung 

dari hukum yang lama itu ditanggalkan. Stefanus hendak menerap-

kan semua yang sudah ia katakan menjadi lebih dekat lagi dengan 

tujuannya. Namun, ia merasa bahwa mereka tidak dapat lagi mena-

han diri. Mereka masih dapat dengan sabar mendengarkan apa yang 

dikatakan mengenai sejarah Perjanjian Lama (itu yaitu  bagian dari 

pembelajaran yang mereka tekuni). Namun, saat Stefanus hendak 

mengatakan bahwa kekuasaan dan kelaliman mereka harus diakhiri 

dan bahwa jemaat harus diperintah oleh Roh Kudus dan kasih serta 

kesadaran sorgawi, mereka tidak mau mendengarkan dia lagi. Mung-

kin sebab  merasa bahwa mereka akan membungkam dia, di tengah 

pembicaraannya ia mendadak menghentikan pembelaannya. Kemu-

dian, oleh roh hikmat, keberanian, dan kuasa yang memenuhinya, 

dengan tajam ia menghardik para penganiayanya dan mengungkap-

kan watak mereka yang sebenarnya. Sebab, jika mereka tidak mau 

mengakui kesaksian Injil yang disampaikan kepada mereka, maka 

Injil itu akan menjadi kesaksian melawan mereka.  

I. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, yaitu  orang-orang 

yang keras kepala dan sengaja menolak kebenaran. Mereka tidak 

mau dibentuk oleh berbagai cara yang digunakan Tuhan  untuk 


 290

memulihkan dan membentuk ulang hidup mereka. Mereka sama 

seperti nenek moyang mereka, keras kepala terhadap firman Tuhan  

dan pemeliharaan pengaturan-Nya. 

1. Mereka yaitu  orang yang tegar tengkuk (ay. 51), dan tidak 

mau menyerahkan tengkuk mereka kepada kuk yang enak dan 

ringan dari pemerintahan Tuhan . Mereka juga menolak mema-

suki pemerintahan itu seperti anak lembu yang tidak terlatih. 

Mereka tidak mau menundukkan kepala mereka, tidak! Bah-

kan kepada Tuhan  sendiri pun mereka menolak untuk taat dan 

tidak mau merendahkan hati di hadapan-Nya. Tegar tengkuk 

itu sama seperti keras hati, keras kepala dan tidak mau menu-

rut, serta watak yang tidak mau menyerah – watak umum 

bangsa Yahudi (lihat Kel. 32:9; 33:3, 5; 34:9; Ul. 9:6, 13; 31:27; 

Yeh. 2:4). 

2. Mereka tidak bersunat hati dan telinga. Hati dan telinga me-

reka tidak dipersembahkan dan diserahkan kepada Tuhan , se-

perti orang-orang yang mengaku percaya oleh tanda sunat. 

 Dalam nama dan penampilan kamu yaitu  orang-orang Ya-

hudi yang bersunat,namun  di dalam hati dan telingamu, kamu 

masih tetap orang tidak mengenal Tuhan  yang tidak bersunat, 

dan tidak menghormati kekuasaan Tuhan -mu lebih dibandingkan  

yang mereka lakukan (Yer. 9:26). Kamu berada di bawah kua-

sa hawa nafsu dan kerusakan akhlak yang tidak dimatikan, 

yang membuat telingamu tuli terhadap suara Tuhan  dan me-

ngeraskan hatimu terhadap yang Mahakuasa dan Mahakasih.” 

Mereka belum memiliki sunat yang bukan dilakukan oleh ma-

nusia, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa 

(Kol. 2:11).  

II. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, sama sekali tidak 

terpengaruh oleh cara-cara Tuhan  untuk memulihkan mereka. Se-

baliknya mereka malah menjadi marah dan berang terhadap cara-

cara Tuhan , Kamu selalu menentang Roh Kudus. 

1. Mereka menentang Roh Kudus yang berbicara melalui nabi-

nabi, yang selalu  mereka lawan, sangkal, benci dan olok-

olok. Secara khusus tampaknya hal yang dimaksudkan di sini 

yaitu  perincian penjelasan berikutnya, Siapakah di antara 

nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Dengan 

Kitab Kisah Para Rasul 7:51-53 

 291 

menganiaya dan membungkam orang-orang yang berbicara 

dalam pewahyuan Roh Kudus, mereka telah menentang Roh 

Kudus. Nenek moyang mereka menentang Roh Kudus di dalam 

diri nabi-nabi yang dibangkitkan Tuhan  bagi mereka. Itulah 

yang sekarang juga mereka lakukan terhadap rasul-rasul dan 

pelayan-pelayan Kristus yang berbicara dengan Roh yang 

sama dan memiliki karunia yang jauh lebih besar dibandingkan  

nabi-nabi Perjanjian Lama,namun  yang lebih ditentang lagi. 

2. Mereka menentang Roh Kudus yang bergumul dengan mereka 

di dalam hati nurani mereka, dan tidak mau diinsafkan de-

ngan apa yang dinyatakan kepada mereka. Roh Tuhan  bergu-

mul dengan mereka seperti yang dilakukan-Nya dengan dunia 

lama, namun sia-sia saja. Mereka menolak Dia, bahkan turut 

mengambil bagian dalam kerusakan akhlak mereka melawan 

keyakinan hati nurani serta memberontak melawan terang itu. 

Itulah yang ada di dalam hati kita yang berdosa yang selalu 

bekerja menentang Roh Kudus, daging yang selalu bernafsu 

melawan Roh dan berperang melawan gerakan-gerakannya. Na-

mun,  di dalam hati orang-orang pilihan Tuhan ,  saat  waktunya 

telah genap, penolakan ini diatasi dan dikalahkan. Lalu, setelah 

melalui suatu pergumulan, takhta Kristus mulai dibangun di da-

lam jiwa, dan semua pikiran yang telah meninggikan diri mela-

wan pekerjaan Roh akan ditawan di bawah takhta Kristus (2Kor. 

10:4-5). Itulah sebabnya kasih karunia yang menyebabkan ter-

jadinya perubahan ini lebih tepat disebut anugerah yang ber-

kemenangan dibandingkan  anugerah yang tidak dapat dikalahkan.  

III. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, menganiaya dan mem-

bunuh orang-orang yang diutus Tuhan  kepada mereka untuk me-

manggil mereka bertobat dan untuk menawarkan belas kasihan.  

1. Nenek moyang mereka dahulu selalu berlaku kejam dan meng-

aniaya nabi-nabi Perjanjian Lama (ay. 52): Siapakah dari nabi-

nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Banyak kali, 

kapan saja, mereka menghantam semua nabi-nabi itu. Bahkan 

terhadap nabi-nabi yang hidup di masa pemerintahan yang 

terbaik,  saat  raja-raja negeri itu tidak menganiaya mereka, 

selalu saja ada pihak-pihak sangat jahat dalam tubuh bangsa 

yang suka memperolok-olokkan nabi-nabi itu dan memperla-

kukan mereka dengan sangat kejam. Sebagian besar dari nabi-


 292

nabi itu pada akhirnya dihukum mati, baik atas nama hukum 

maupun sebab  amukan liar orang banyak. Perbuatan mereka 

yang memperburuk dosa penganiayaan terhadap nabi-nabi ini 

yaitu  sebab  sebenarnya nabi-nabi yang sangat mereka benci 

itu sedang dalam tugas pengutusan untuk memberitahukan 

terlebih dahulu tentang kedatangan Orang Benar itu. Nabi-nabi 

itu memberitahukan maksud baik Tuhan  terhadap bangsa itu, 

untuk mengutus Sang Mesias ke antara mereka pada waktu 

yang telah direncanakan. Orang-orang yang menjadi utusan 

kabar baik seperti itu seharusnya diperlakukan dengan penuh 

rasa hormat dan penuh kasih, dan mendapatkan tempat ter-

baik sebagai orang baik. Namun, bukannya diperlakukan se-

perti itu, nabi-nabi itu malah diperlakukan seperti penjahat 

yang paling bejat.  

2. Mereka sendirilah para pengkhianat dan pembunuh Orang Be-

nar itu, seperti yang pernah dikatakan Petrus kepada mereka 

(3:14-15; 5:30). Mereka membayar Yudas untuk mengkhianati 

Orang Benar itu dan dengan licik memaksa Pilatus untuk 

menghukum Dia. Itulah sebabnya mereka didakwa sebagai 

pengkhianat dan pembunuh Orang Benar itu. Dengan demi-

kian mereka sesungguhnya yaitu  keturunan asli dari orang-

orang yang telah membunuh nabi-nabi yang menubuatkan ke-

datangan Sang Mesias. Dengan membunuh Orang Benar itu, 

mereka menunjukkan bahwa mereka juga akan berbuat seper-

ti itu seandainya mereka hidup pada zaman nenek moyang 

mereka. Seperti yang telah dikatakan oleh Juruselamat kita 

kepada mereka, bahwa mereka menimpakan kesalahan akibat 

darah semua nabi itu ke atas kepala mereka sendiri. Nabi 

mana yang akan dihormati oleh orang-orang yang tidak me-

miliki rasa hormat kepada Anak Tuhan  itu sendiri?  

IV. Mereka, sama seperti nenek moyang mereka, menghina pewahyuan 

Tuhan  dan menolak untuk dipimpin dan diperintah oleh wahyu Tuhan  

itu. Inilah puncak keburukan dosa mereka, yaitu bahwa sia-sia 

saja Tuhan  memberi  hukum Taurat-Nya kepada nenek moyang 

mereka dan sekarang Injil-Nya kepada mereka.  

1. Nenek moyang mereka menerima hukum Taurat, namun tidak 

menurutinya (ay. 53). Tuhan  menuliskan perkara-perkara besar 

mengenai hukum Taurat-Nya sesudah Ia berfirman terlebih

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 293 

 dahulu kepada mereka. Namun mereka menganggap hukum 

Taurat itu sebagai sesuatu yang asing dan aneh, yang tidak 

ada kepentingannya dengan mereka. Dikatakan bahwa hukum 

Taurat itu disampaikan oleh malaikait-malaikat, sebab malai-

kat-malaikat diutus dalam kekhidmatan penyampaian hukum 

Taurat itu, dalam guruh yang mengguntur, kilat sabung-me-

nyabung, dan sangkakala yang berbunyi. Dikatakan juga bah-

wa hukum Taurat itu disampaikan dengan perantaraan malai-

kat-malaikat (Gal. 3:19), bahwa Tuhan  akan datang dengan 

puluhan ribu orang kudus-Nya untuk memberi  hukum 

Taurat itu (Ul. 33:2), dan juga sebagai firman yang dikatakan 

oleh malaikat-malaikat (Ibr. 2:2). Pernyataan ini memberi  

kehormatan kepada hukum Taurat itu dan kepada Sang Pem-

beri hukum, yang sudah seharusnya meningkatkan rasa hor-

mat kita kepada keduanya. Namun, orang-orang yang mene-

rima hukum Taurat itu tidak mau menurutinya, dan segera 

menghancurkannya dengan membuat anak lembu emas. Ini-

lah yang ditekankan oleh Stefanus di sini.  

2. Sekarang mereka telah mendengar Injil itu, yang disampaikan 

bukan oleh malaikat-malaikat, melainkan oleh Roh Kudus, – 

bukan dengan bunyi sangkakala, melainkan dengan cara yang 

lebih aneh lagi, yaitu dengan karunia lidah. Namun, mereka 

tetap menolaknya. Mereka tidak mau tunduk sekalipun sudah 

diperlihatkan dengan perbuatan-perbuatan yang paling jelas, 

sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka sebe-

lumnya, sebab mereka telah bertekad untuk tidak menaati 

Tuhan , baik dalam hukum Taurat-Nya, maupun di dalam Injil-Nya.  

Kita memiliki cukup alasan untuk menduga bahwa masih ada 

banyak hal yang ingin disampaikan oleh Stefanus, jika saja mereka 

tidak menghalanginya. Namun ia sedang berurusan dengan orang-

orang jahat dan tidak berakal budi, orang-orang yang tidak mau lagi 

mendengar alasan yang tidak dapat mereka bantah.  

Pembelaan Stefanus  

(7:54-60)  

54  saat  anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, 

sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan 

gigi. 55namun  Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, 

lalu melihat kemuliaan Tuhan  dan Yesus berdiri di sebelah kanan Tuhan . 56 


 294

Lalu katanya:  Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia ber-

diri di sebelah kanan Tuhan .” 57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil 

menutup telinga serentak menyerbu dia. 58 Mereka menyeret dia ke luar kota, 

lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki 

seorang muda yang bernama Saulus. 59 Sedang mereka melemparinya Stefa-

nus berdoa, katanya:  Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” 60 Sambil berlutut 

ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini 

kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggTuhan  ia.  

Di sini kita membaca perihal kematian martir pertama dari jemaat 

Kristen. Di dalam kisah ini ada sebuah contoh nyata mengenai 

rasa murka dan kemarahan para penganiaya (seperti itulah keadaan 

yang dapat terjadi pada diri kita jika kita dipanggil untuk menderita 

bagi Kristus), dan keberanian dan penghiburan yang dialami orang 

yang teraniaya, yang memang terpanggil untuk itu. Inilah neraka 

dengan api dan kegelapannya serta sorga dengan terang dan kece-

merlangannya, dan ciri-ciri ini memisahkan keduanya. Tidak dicatat 

di sini tentang adanya pemungutan suara dalam memutuskan per-

kara ini menurut suara terbanyak apakah ia bersalah, dan kemudian 

dijatuhi hukuman dengan dilempari batu sampai mati sebagai peng-

hujat sesuai hukum Taurat. Namun, besar kemungkinan tata cara 

itu telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dan kematiannya bu-

kanlah sebab  kekerasan yang dilakukan oleh orang banyak. Sebab 

di sini tercatat adanya upacara dari pelaksanaan hukuman mati yang 

lazim, yaitu mereka menyeretnya keluar kota dan yang pertama kali 

melempar batu kepadanya yaitu  tangan para saksi.  

Marilah kita mengamati di sini nafsu para musuh dan pengania-

yanya yang tidak terkendali serta pengendalian diri Stefanus yang 

sangat baik.  

I. Lihatlah betapa parahnya kerusakan akhlak penganiaya-peng-

aniaya Stefanus ini – suatu kebencian yang sempurna, neraka 

yang liar, manusia yang menjelma menjadi setan-setan, dan ke-

turunan ular yang menyemburkan racun mereka. 

1.  saat  mereka mendengarkan semuanya itu, sangat tertusuk 

hati mereka (ay. 54), dieprionto, kata yang sama yang diguna-

kan di dalam Ibrani 11:37, dan yang diterjemahkan sebagai 

mereka digergaji. Mereka sudah terbiasa menanamkan ter-

lampau banyak cara-cara penyiksaan keji dalam pikiran me-

reka untuk ditimpakan ke atas tubuh para martir ini. Mereka 

dipenuhi kemarahan atas alasan Stefanus untuk meyakinkan 

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 295 

mereka yang tidak dapat mereka sanggah, sehingga mereka 

tidak dapat berkata apa-apa untuk menentangnya. Hati me-

reka tidak terharu seperti halnya orang-orang yang men-

dengarkan khotbah Petrus (2:37),namun  tertusuk oleh kegusaran 

dan amarah yang hebat, seperti perasaan mereka sebelumnya 

(5:33). Stefanus menghardik mereka dengan tajam, seperti 

yang diungkapkan oleh Paulus (Tit. 1:13), apotomōs – dengan 

menusuk hati. Hati mereka sangat tertusuk oleh kecaman itu. 

Perhatikanlah, orang-orang yang menolak Injil dan yang me-

nentangnya, sesungguhnya yaitu  penganiaya-penganiaya diri 

mereka sendiri. Kebencian terhadap Tuhan  merupakan hal yang 

dapat menusuk hati, sedang  iman dan kasih merupakan 

penyembuh hati.  saat  mereka mendengar betapa wajah 

Stefanus tampak sama seperti muka seorang malaikat sebelum 

ia memulai pembelaannya dengan berbicara seperti seorang 

malaikat, dan seperti seorang utusan dari sorga sebelum me-

nutup pembelaannya, maka mereka seperti seekor lembu hutan 

kena jaring, penuh kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:20). Me-

reka merasa putus asa dan hendak membalas secara tidak adil 

dan kejam perkara yang telah disanggah dengan berani oleh 

Stefanus. Namun, mereka tetap bertekad untuk tidak menye-

rah kepada kebenaran itu.  

2. Mereka menyambut Stefanus dengan gertakan gigi mereka. Hal 

ini menunjukkan,   

(1) Betapa besarnya kebencian dan amarah orang-orang itu 

terhadap Stefanus. Ayub pernah mengeluh mengenai mu-

suh-musuhnya yang mengertakkan giginya terhadap diri-

nya (Ayb. 16:9). Ungkapan sebenarnya yaitu  seperti ini, 

Oh, kalau saja kita dapat memakan dagingnya! (Ayb. 31:31, 

KJV). Mereka menyeringai kepadanya, seperti anjing kepada 

orang yang diancamnya. Itulah sebabnya Paulus mem-

peringatkan supaya berhati-hati menghadapi orang-orang 

bersunat dengan berkata, Hati-hatilah terhadap anjing-anjing 

(Flp. 3:2). Kebencian terhadap orang-orang kudus dapat meng-

ubah orang menjadi binatang buas yang kejam. 

(2) Kejengkelan di dalam diri mereka. Mereka merasa resah 

melihat begitu banyaknya bukti kuasa dan kehadiran Tuhan  

ada di dalam diri Stefanus, dan itu menyakiti hati mereka. 

Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia akan menggertak-


 296

kan giginya, lalu hancur (Mzm. 112:10). Menggertakkan gigi 

sering kali digunakan untuk mengungkapkan kengerian 

dan penderitaan yang luar biasa dari orang-orang terkutuk. 

Orang-orang yang memiliki kebencian luar biasa seperti 

neraka, tidak bisa tidak juga memiliki sedikit kepedihan 

seperti neraka itu.  

3. Mereka berteriak-teriak dengan suara nyaring (ay. 57), untuk 

saling memanasi dan menyemangati, serta untuk meredam ke-

bisingan tuntutan hati nurani mereka dan teman-teman me-

reka.  saat  Stefanus berkata, Aku melihat langit terbuka, me-

reka berteriak-teriak dengan suara nyaring, supaya orang lain 

tidak dapat mendengarkan perkataan Stefanus. Perhatikanlah, 

sudah merupakan hal yang lazim bagi perkara-perkara kebe-

naran, khususnya perkara kebenaran agama Kristus, untuk 

dihancurkan oleh kegaduhan dan teriakan-teriakan. Kalau 

akal budi tidak sanggup, maka kerusuhanlah yang dilakukan, 

namun, teriakan orang yang berkuasa ada di antara orang 

bodoh, sementara perkataan orang berhikmat akan didengar 

dengan tenang. Mereka berteriak-teriak dengan suara nyaring, 

seperti prajurit-prajurit yang hendak pergi bertempur, menge-

luarkan seluruh semangat dan kekuatan mereka untuk per-

jumpaan yang menentukan hidup atau mati itu. 

4. Mereka menutup telinga mereka, supaya tidak dapat mende-

ngar kebisingan mereka sendiri. Mungkin juga mereka ber-

pura-pura bahwa mereka benar-benar tidak tahan mendengar 

penghujatan Stefanus. Sama seperti Kayafas yang mengoyak-

kan pakaiannya  saat  Kristus berkata, Mulai sekarang engkau 

akan melihat Anak Manusia datang dalam kemuliaan (Mat. 

26:64-65), sedang  di sini mereka menutup telinga mereka 

 saat  Stefanus berkata, sekarang aku melihat Anak manusia 

berdiri dalam kemuliaan. Keduanya ingin menunjukkan bahwa 

apa yang dikatakan tidak dapat didengar dengan hati sabar. 

Perbuatan mereka menutup telinga menunjukkan,  

(1) Sebuah contoh perwujudan sikap keras kepala mereka. Me-

reka telah bertekad tidak mau mendengarkan hal-hal yang 

dapat menginsafkan mereka, yang sering dikeluhkan oleh 

nabi-nabi. Mereka seperti ular tedung tuli yang tidak men-

dengarkan suara tukang-tukang serapah (Mzm. 58:5-6) 

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 297 

(2) Sebuah pertanda buruk dari kekerasan hukum yang akan 

menjadi alasan bagi Tuhan  untuk membiarkan mereka. Me-

reka menutup telinga mereka, dan kemudian Tuhan  akan 

menghentikan mereka dengan penghukuman yang adil. Ini-

lah yang sedang dikerjakan di dalam diri orang-orang Ya-

hudi yang tidak mau percaya, membuat hati orang-orang ini 

menjadi keras dan telinga mereka menjadi berat. Dengan 

demikian gambaran Stefanus tentang mereka terjawab, hai 

kamu yang tidak bersunat hati dan telinga.  

5. Mereka menyerbu dia dengan serentak – orang-orang itu serta 

tua-tua mereka, hakim-hakim, para pendakwa, saksi, dan para 

penonton, semuanya menyerbu dia, seperti binatang buas me-

nyerbu mangsa mereka. Lihatlah betapa kejamnya mereka ini, 

dan bagaimana tergesa-gesanya – mereka menyerbu dia, walau-

pun tidak ada peluang ia akan melarikan diri dari mereka. Dan 

lihatlah betapa bulatnya kesepakatan mereka dalam perbuat-

an kejahatan ini – mereka menyerbu dia dengan serentak. De-

ngan cara itu mereka berharap dapat membuat Stefanus me-

rasa ngeri, membuatnya menjadi bingung. Mereka merasa iri 

atas ketenangan dan kedamaian jiwa yang ia miliki di tengah-

tengah kekacauan ini. Mereka melakukan apa saja untuk 

dapat mengacaukan keadaannya.  

6. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya dengan 

batu, seolah-olah ia tidak layak tinggal di Yerusalem, bahkan 

tidak layak tinggal di dunia ini. Mereka bertindak seolah-olah 

sedang melaksanakan hukum Musa (Im. 24:16), Siapa yang 

menghujat Tuhan, pastilah ia dihukum mati, semua jemaah itu 

pastilah akan melontarinya dengan batu. Dengan cara seperti 

ini pula mereka telah menghukum mati Kristus sebelumnya, 

 saat  mahkamah yang sama ini memutuskan Ia bersalah ka-

rena penghujatan.namun , sebab  mereka ingin lebih memper-

malukan Dia, mereka sangat menginginkan supaya Ia disalib-

kan, dan Tuhan  membuatnya menjadi penggenapan dari Kitab 

Suci. Amarah yang mereka lampiaskan untuk pelaksanaan 

hukuman itu ditunjukkan di dalam hal-hal ini: mereka menye-

ret dia ke luar kota, seolah-olah mereka tidak tahan lagi meli-

hat dia. Mereka memperlakukan dia sebagai seorang yang sa-

ngat tidak disukai, sebagai sampah masyarakat dalam segala 

hal. Para saksi yang melawan dia menjadi pemimpin-pemimpin 


 298

pelaksanaan hukuman ini, sesuai dengan hukum Taurat (Ul. 

17:7), saksi-saksi inilah yang pertama kali menggerakkan ta-

ngan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. 

Perlakuan khusus untuk perkara penghujatan di atur dalam 

Imamat 24:14, Ulangan 13:9. Dengan demikian mereka mene-

gaskan kesaksian mereka. Nah, merajam itu merupakan pe-

kerjaan yang cukup merepotkan. Para saksi harus menanggal-

kan jubah bagian atasnya, supaya tidak menghalangi gerakan 

mereka, dan meletakkannya di depan kaki seorang muda yang 

bernama Saulus, yang sekarang sedang menyaksikan peristiwa 

yang menyedihkan ini dengan gembira. Inilah pertama kalinya 

kita dapatkan namanya disebut. Kita akan lebih mengenalnya 

dan akan lebih menyukainya  saat  kemudian kita mendapat-

kan namanya diubah menjadi Paulus, serta diubahkan dari 

seorang penganiaya menjadi seorang pemberita firman Tuhan . 

Catatan kecil dari perannya dalam kematian Stefanus ini ke-

mudian dia renungkan kembali dengan penuh penyesalan 

(22:20), aku menjaga pakaian mereka yang membunuhnya.  

II. Lihatlah kekuatan kasih karunia di dalam diri Stefanus dan ke-

indahan kemurahan Tuhan  kepadanya dan yang bekerja di dalam 

dirinya. Sementara para penganiayanya penuh dengan Iblis, be-

gitu jugalah dia penuh dengan Roh Kudus, lebih penuh dibandingkan  

biasanya, diurapi dengan minyak baru sebagai pelindungnya, su-

paya kekuatan itu tetap ada di sepanjang hari itu. Dalam hal ini 

dikatakan bahwa berbahagialah orang yang harus menderita sebab  

kebenaran, dan bahwa Roh Tuhan , Roh kemuliaan ada di atas me-

reka (1Ptr. 4:14).  saat  Stefanus dipilih untuk pelayanan jemaat, ia 

digambarkan sebagai seorang yang penuh Roh Kudus (6:5), dan 

sekarang  saat  ia dipanggil menjadi seorang martir, ia masih 

tetap memiliki ciri yang sama. Perhatikanlah, orang-orang yang 

penuh dengan Roh Kudus itu cocok untuk berbagai hal, baik 

untuk bekerja bagi Kristus maupun menderita bagi Dia. Dan bagi 

orang-orang yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang 

sulit demi Nama-Nya, Tuhan  akan memampukan mereka menjalan-

kan tugas itu dan membuat mereka dapat menjalaninya dengan 

penuh sukacita, dengan cara memenuhi mereka dengan Roh 

Kudus. Maka  saat  penderitaan itu mencapai puncaknya, peng-

hiburan mereka di dalam Dia juga lebih memuncak lagi, sehingga 

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 299 

kemudian tidak ada suatu pun yang dapat menggoyahkan me-

reka. Nah, sekarang kita membaca di sini tentang persekutuan 

yang luar biasa indah di antara martir yang berbahagia ini dengan 

Yesus yang Mahamulia pada saat yang genting ini.  saat  para 

pengikut Kristus ada dalam bahaya maut sepanjang hari sebab  

Dia dan dianggap sebagai domba-domba sembelihan, apakah hal 

ini dapat memisahkan mereka dari kasih Kristus? Apakah kasih-

Nya kepada mereka berkurang? Apakah kasih mereka kepada-Nya 

berkurang? Tidak, sama sekali tidak! Begitulah tampaknya dari 

penuturan di bawah ini, yang di dalamnya kita dapat mengamati 

beberapa hal,  

1. Pernyataan diri Kristus yang begitu nyata kepada Stefanus, 

baik untuk menghibur maupun untuk memuliakan dia di 

tengah-tengah penderitaannya ini.  saat  hati mereka merasa 

tertusuk dan mereka mengertakkan gigi kepadanya, siap un-

tuk menghabisinya, maka ia mendapat penampakan perihal 

kemuliaan Kristus yang membuatnya bersukacita luar biasa. 

Penampakan ini dimaksudkan tidak saja untuk membesarkan 

hatinya,namun  untuk menopang dan menghibur semua pende-

ritaan pelayan-pelayan Tuhan  di segala zaman.  

(1) Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit 

(ay. 55). 

[1] Dengan demikian Stefanus memandang jauh melam-

paui kekuasaan dan amarah para penganiayanya. Ia se-

olah-olah memandang hina mereka dan menertawakan 

seraya mencemooh mereka, seperti yang dilakukan oleh 

putri-putri Sion (Yes. 37:22). Mata mereka tertancap 

padanya, penuh kebencian dan kekejaman.namun , ia 

menatap ke langit dan tidak sedikit pun mengindahkan 

mereka. Begitu terbawanya dia oleh kehidupan kekal 

yang sekarang ada di hadapannya, sehingga ia tampak-

nya tidak peduli dengan kehidupan yang sekarang ini. 

Bukannya memandang di sekitarnya untuk melihat di 

mana ada bahaya yang mengancam dan di mana ter-

dapat peluang untuk melarikan diri, ia malah menatap 

langit. Hanya dari sanalah datang pertolongannya, dan 

ke sanalah jalannya masih terbuka. Meskipun ia dike-

pung dari berbagai sisi, mereka tidak dapat menyela hu-


 300

bungannya dengan sorga. Perhatikanlah, suatu keperca-

yaan terhadap Tuhan  dan kehidupan yang akan datang 

dapat sangat berfaedah bagi kita. Kepercayaan itu dapat 

membawa kita jauh mengatasi rasa takut kita terhadap 

manusia. Selama kita berada di bawah pengaruh keta-

kutan itu, kita akan melupakan Tuhan  yang menciptakan 

kita (Yes. 51:13).  

[2] Dengan demikian Stefanus mengarahkan penderitaan-

nya kepada kemuliaan Tuhan  bagi kehormatan Kristus. 

Ia melakukannya seolah-olah sedang berseru kepada 

sorga mengenai semua penderitaannya itu (Tuhan, un-

tuk kepentingan-Mu aku menanggung semua ini) dan 

mengungkapkan pengharapannya yang sunguh-sung-

guh supaya Kristus dapat diagungkan dalam tubuhnya. 

Sekarang,  saat  ia siap dipersembahkan, ia menatap 

dengan tabah ke langit, sebagai orang yang rela mem-

persembahkan diri sendiri.  

[3] Demikianlah Stefanus mengangkat rohnya dengan me-

musatkan perhatiannya kepada Tuhan  di langit itu. De-

ngan seruan-seruan kesalehan yang penuh kebahagiaan 

dan keluar dari lubuk hatinya, ia memohon hikmat 

serta kasih karunia kepada Tuhan  untuk membawanya 

menjalani pencobaan ini dengan cara yang benar. Tuhan  

telah menjanjikan bahwa Ia akan menyertai hamba-

hamba-Nya yang dipanggil untuk menderita bagi Dia. 

Namun, Ia juga menghendaki supaya hal-hal ini dicari 

dengan sungguh-sungguh oleh hamba-hamba-Nya. Tuhan  

dekat dengan mereka, pada setiap orang yang berseru 

kepada-Nya. Adakah seorang di antara kamu yang men-

derita? Baiklah ia berdoa.  

[4] Dengan demikian Stefanus sudah menghirup terlebih 

dahulu udara negeri sorgawi. Amarah para penganiayanya 

akan segera membawanya ke sana. Sangat baik bagi 

orang-orang kudus yang sedang menjelang ajal untuk 

menatap dengan tabah ke sorga:  Di sanalah tempat ke 

mana kematian akan membawaku ke tempat yang lebih 

baik, dan kemudian, Hai maut, di manakah sengatmu?” 

[5] Dengan demikian Stefanus menunjukkan bahwa ia pe-

nuh Roh Kudus. Sebab di mana Roh kasih karunia ber-

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 301 

ada, bekerja, dan memerintah, Roh itu akan mengarah-

kan mata jiwa ke atas. Mereka yang penuh dengan Roh 

Kudus akan menatap sorga dengan teguh, sebab  ke 

sanalah hati mereka berada. 

[6] Dengan demikian Stefanus menyiapkan dirinya untuk 

menerima pernyataan berikutnya tentang kemuliaan 

dan kasih karunia Tuhan . Jika kita berharap mendengar 

sesuatu dari sorga, kita harus menatap dengan tabah 

ke sorga.  

(2) Stefanus melihat kemuliaan Tuhan  (ay. 55). Sebab ia melihat 

terlebih dahulu, dan selanjutnya, langit terbuka (ay. 56). 

Beberapa orang menafsirkan bahwa matanya dipertajam, 

sehingga pandangannya diangkat jauh melampaui batas 

pandang alamiah, oleh kuasa adi kodrati yang memungkin-

kan ia melihat jauh sampai ke tingkat ketiga dari sorga, 

walaupun jaraknya teramat jauh. Sama seperti Musa yang 

ditajamkan penglihatannya untuk melihat seluruh tanah 

Kanaan. Beberapa penafsir lain mengatakan bahwa pan-

dangan itu yaitu  ujud kemuliaan Tuhan  yang dibentang-

kan di depan matanya, seperti yang sebelumnya pernah 

dialami Yesaya dan Yehezkiel. Seolah-olah sorga turun di 

hadapannya seperti yang terjadi di dalam Wahyu 21:2. 

Langit terbuka untuk memberi  kesempatan kepadanya 

melihat kebahagiaan yang akan ia peroleh, bahwa ia akan 

masuk dengan penuh sukacita melalui kematiannya, kema-

tian yang begitu istimewa. Kalau saja kita dapat melihat 

dengan iman dan menatap dengan setia, oleh perantaraan 

Kristus kita dapat melihat langit terbuka. Tabir itu telah di-

koyakkan, sebuah jalan yang baru dan hidup terbuka bagi 

kita menuju tempat yang mahakudus. Langit akan terbuka 

untuk memulihkan hubungan antara Tuhan  dengan manu-

sia, supaya kemurahan dan berkat-berkat-Nya dapat dicu-

rahkan kepada kita dan doa-doa serta puji-pujian kita 

dapat naik kepada-Nya. Kita juga dapat melihat kemuliaan 

Tuhan  selama Ia menyatakan diri di dalam firman-Nya. Se-

mua penglihatan ini akan membawa kita melalui seluruh 

kengerian penderitaan dan kematian.  

(3) Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Tuhan  (ay. 

55), yang disebut sebagai Anak Manusia dalam ayat 56. 


 302

Dengan menjadi Anak Manusia, Yesus telah membawa sifat 

kita bersama-Nya ke sorga, dan berada di sana dengan me-

makai tubuh yang dapat dilihat oleh mata manusia. Itulah 

yang dilihat Stefanus  saat  itu.  saat  nabi-nabi Perjanjian 

Lama melihat kemuliaan Tuhan , kemuliaan itu selalu diser-

tai dengan malaikat. Shekinah, atau kehadiran Tuhan  dalam 

penglihatan Yesaya disertai dengan serafim. Di dalam peng-

lihatan Yehezkiel, disertai dengan kerub. Keduanya menun-

juk kepada malaikat-malaikat, pelayan-pelayan yang men-

jalankan pemeliharaan dan pengaturan Tuhan . Namun, di 

sini tidak disebut-sebut tentang adanya malaikat-malaikat, 

walaupun mereka mengelilingi takhta Anak Domba itu. 

Stefanus bahkan melihat Yesus sendiri, Sang Pengantara 

Agung kasih karunia Tuhan , berdiri di sebelah kanan Tuhan . 

Dari Dia-lah lebih banyak kemuliaan didapatkan bagi Tuhan  

dibandingkan dengan melalui pelayanan malaikat-malaikat 

kudus. Kemuliaan Tuhan  bersinar paling cemerlang di dalam 

wajah Yesus Kristus, sebab di sanalah bersinar kemuliaan 

kasih karunia-Nya, yang merupakan contoh paling agung 

dari kemuliaan-Nya. Tuhan  tampil lebih agung bersama Ye-

sus yang berdiri di sebelah kanan-Nya, disertai pasukan 

besar malaikat yang mengelilingi-Nya. Nah,  

[1] Inilah bukti dari pengagungan Kristus di sebelah kanan 

Bapa. Rasul-rasul melihat Dia terangkat naik ke sorga, 

namun mereka tidak melihat Ia duduk, sebab awan 

menutup-Nya dari pandangan mereka. Dikatakan kepada 

kita bahwa Ia duduk di sebelah kanan Tuhan , namun 

pernahkah Ia dilihat di sana? Ya, Stefanus melihat Dia 

di sana, dan ia dipenuhi rasa puas yang melimpah de-

ngan penglihatan itu. Ia melihat Yesus di sebelah kanan 

Tuhan , yang menunjukkan martabat-Nya yang mengatasi 

segala sesuatu dan kekuasaan-Nya yang berdaulat, ke-

sanggupan-Nya yang tidak dapat dibatasi siapa pun, 

serta tindakan-Nya atas segala sesuatu dan di mana 

saja. Apa pun yang tangan kanan Tuhan  berikan kepada 

kita, diterima dari kita, atau lakukan berkenaan dengan 

diri kita, semuanya melalui Dia, sebab Ia yaitu  tangan 

kanan-Nya.  

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 303 

[2] Biasanya dikatakan bahwa Ia duduk di sana, namun 

Stefanus melihat Ia berdiri di sana, sebagai sesuatu 

yang luar biasa berkenaan dengan peristiwa yang se-

dang terjadi pada hamba-Nya yang menderita. Ia berdiri 

sebagai hakim untuk membela perkaranya melawan 

para penganiayanya. Ia telah bangkit dari tempat kedi-

aman-Nya yang kudus (Za. 2:13), keluar dari tempat-Nya 

untuk menghukum (Yes. 26:21). Ia berdiri siap untuk 

menerima Stefanus dan memahkotainya, dan sementara 

itu memberi  pandangan yang akan datang mengenai 

sukacita yang menanti di depannya.  

[3] Penglihatan ini dimaksudkan untuk memberi  do-

rongan semangat kepada Stefanus. Ia melihat Kristus 

berpihak kepadanya, tidak peduli siapa pun yang me-

lawan dia.  saat  Yesus Tuhan kita sedang dalam pen-

deritaan-Nya, datanglah seorang malaikat menghampiri-

Nya, memberi  kekuatan kepada-Nya. Di sini Kristus 

sendirilah yang mendekati Stefanus. Perhatikanlah, 

tidak ada yang lebih menghibur bagi orang-orang kudus 

yang menjelang ajal, atau tidak ada yang begitu meng-

hidupkan dalam penderitaan orang-orang kudus, selain 

melihat Yesus ada di sebelah kanan Tuhan . Dan dimulia-

kanlah Tuhan , sebab  dengan iman kita dapat melihat 

Dia di sana.  

(4) Stefanus memberi tahu orang-orang yang sedang menge-

pung dirinya mengenai apa yang ia lihat (ay. 56): Sungguh 

aku melihat langit terbuka. Hal itu menunjukkan kebaikan 

hatinya untuk dapat meyakinkan mereka, serta menjadi 

peringatan bagi mereka agar berhati-hati bila hendak me-

lanjutkan niat mereka terhadap seseorang yang telah men-

dapat senyuman dari sorga. Itulah sebabnya apa yang ia 

lihat ia nyatakan kepada mereka. Biarlah mereka menen-

tukan sendiri apa yang akan mereka perbuat mengenai hal 

itu. Jika ada beberapa orang yang merasa jengkel mende-

ngar hal itu, mungkin masih ada beberapa orang lain yang 

menjadi cemas dan mulai mempertimbangkan siapakah Ye-

sus yang mereka aniaya ini, kemudian percaya kepada-Nya.  


 304

2.  Penyerahan diri yang saleh oleh Stefanus kepada Yesus Kris-

tus. Pernyataan kemuliaan Tuhan  tidak menempatkan dirinya 

lebih tinggi dibandingkan  doa,namun  lebih pada menempatkan diri-

nya pada doa itu sendiri. Sementara mereka melemparinya, 

Stefanus berdoa (ay. 59). Walaupun ia berseru kepada Tuhan , 

yang berarti bahwa ia benar-benar orang Israel yang sejati, 

tetap saja mereka melempari dia. Mereka tidak mau berpikir 

lagi betapa berbahayanya melawan orang-orang yang memiliki 

kepentingan di sorga. Meskipun mereka melempari dia dengan 

batu, ia tetap berdoa kepada Tuhan . Bahkan sebab  itulah ia 

berseru. Perhatikanlah, merupakan penghiburan bagi orang-

orang yang dibenci dan dianiaya secara tidak adil oleh orang-

orang jahat, bahwa mereka memiliki Tuhan  sebagai tempat 

mengadu, Tuhan  yang mahamencukupi sebagai tempat memo-

hon. Manusia menutup telinga mereka, seperti yang mereka 

lakukan di sini (ay. 57), namun Tuhan  tidak seperti itu. Seka-

rang Stefanus diseret keluar kota, namun ia tidak diseret dari 

Tuhan -Nya. Sekarang ia mengucapkan selamat tinggal kepada 

dunia ini, dan sebab  itu ia berseru kepada Tuhan . Kita harus 

selalu  melakukan hal ini seumur hidup. Perhatikanlah, 

baik sekali untuk menemui ajal selagi kita berdoa. Pada waktu 

itu kita membutuhkan pertolongan – kekuatan yang tidak per-

nah kita miliki, melakukan pekerjaan yang tidak pernah kita 

lakukan – dan bagaimana kita dapat memperoleh pertolongan 

dan kekuatan itu selain dengan doa? Dua doa pendek dinaik-

kan oleh Stefanus kepada Tuhan  pada detik-detik kematiannya, 

dan di dalam doa itulah ia melepas nyawanya:  

(1) Inilah sebuah doa bagi dirinya sendiri: Ya Tuhan Yesus, te-

rimalah rohku. Seperti itu juga Kristus sendiri meletakkan 

roh-Nya ke dalam tangan Bapa. Kita diajarkan di sini un-

tuk menyerahkan roh kita ke dalam tangan Kristus sebagai 

Pengantara, supaya oleh Dia kita diantarkan kepada Bapa. 

Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa, dan 

sebab  itu ia berseru kepada-Nya:  Yesus yang mulia, laku-

kanlah karya pengantaraan-Mu itu untukku sekarang juga, 

Engkau berdiri di sana melakukannya bagi semua milik-

Mu. Terimalah rohku yang pergi ke dalam tangan-Mu.” 

Amatilah,  

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 305 

[1] Nyawa atau jiwa itu yaitu  manusia itu sendiri, dan 

yang menjadi pusat perhatian utama kita. Hidup mau-

pun mati, segalanya haruslah tentang jiwa kita. Tubuh 

Stefanus sudah demikian hancur luluh diterpa hujan 

batu. Kemah duniawi ini telah dirobohkan dan dihina 

dengan kejam. Namun, walaupun seperti itu keadaan-

nya, ia berkata,  Tuhan, jagalah kiranya rohku, biarkan 

rohku yang malang ini baik-baik saja.” Dengan demi-

kian, sementara kita hidup, kita harus peduli bahwa 

walaupun tubuh ini kelaparan atau telanjang, hendak-

nya jiwa kita tetap diberi makan dan diberi pakaian. 

Walaupun tubuh ini terbaring dalam kepedihan, biarlah 

jiwa kita ada dalam keadaan damai dan tenang. Dan ke-

tika kita mati, walaupun tubuh ini dilemparkan seperti 

bejana rusak yang dipandang hina, sebuah bejana yang 

di dalamnya sudah tidak ada kesenangan lagi, hendak-

nya jiwa itu dapat dipersembahkan sebagai bejana ke-

hormatan. Juga, kiranya Tuhan  dapat menjadi kekuatan 

bagi hati dan menjadi bagiannya, walaupun tubuh ini 

gagal.  

[2] Tuhan Yesus kita yaitu  Tuhan , dan kepada-Nya kita 

harus mencari penghiburan. Di dalam Dia kita memper-

cayakan dan menghibur diri  saat  kita hidup dan ke-

tika kita mati. Di sini Stefanus berdoa kepada Kristus, 

begitu jugalah hendaknya kita. Sebab kehendak Tuhan  

yaitu  supaya semua orang harus menghormati Anak, 

sama seperti mereka menghormati Bapa. Kepada Kris-

tus-lah kita harus menyerahkan diri kita, sebab  hanya 

Dia saja yang sanggup menjaga apa yang kita serahkan 

kepada-Nya untuk menghadapi hari itu. Sangat perlu 

bagi kita untuk memusatkan perhatian kepada Kristus 

 saat  menjelang ajal, sebab tidak ada perjalanan me-

nuju kehidupan yang akan datang selain melalui tun-

tunan-Nya, tidak ada penghiburan yang menghidupkan 

dalam saat-saat-saat yang mematikan selain apa yang 

didapat dari Dia.  

[3] Penerimaan Kristus atas roh kita pada saat kematian 

merupakan hal besar yang harus kita perhatikan de-

ngan sungguh-sungguh dan kita perlu menghibur hati 


 306

kita dengan hal itu. Kita harus terus memperhatikan 

hal ini sementara kita masih hidup, agar Kristus mene-

rima roh kita  saat  kita mati. Sebab jika  Dia meno-

lak dan tidak mengakui roh kita, ke mana roh itu akan 

membawa dirinya sendiri? Bagaimana roh itu dapat 

melarikan diri sementara ia menjadi mangsa singa yang 

sedang mengaum? Itulah sebabnya kita harus menye-

rahkan roh kita setiap hari kepada Kristus, untuk di-

pimpin dan dikuduskan, dan dipertemukan di dalam 

sorga. Dan kemudian, bukan yang sebaliknya, Dia akan 

menerima roh kita. jika  hal ini menjadi perhatian 

kita sementara kita masih hidup, hal itu akan menjadi 

penghiburan kita  saat  menjelang ajal, bahwa kita 

akan diterima di dalam tempat tinggal yang abadi.  

(2) Inilah sebuah doa bagi para penganiayanya (ay. 60). 

[1] Keadaan sekitar doa ini digambarkan di sini. Sebab 

tampaknya doa ini dinaikkan dengan lebih bersungguh-

sungguh dibandingkan  doa sebelumnya. Pertama, ia berlutut, 

yang menunjukkan sikap kerendahan hatinya di dalam 

doa. Kedua, ia berseru dengan suara nyaring, yang me-

nunjukkan kegigihannya.namun  mengapa dengan itu ia 

harus menunjukkan kerendahan hati dan sikap men-

desak yang lebih dalam permohonan ini dibandingkan 

dengan doa sebelumnya? Mengapa? Sebab tidak ada 

yang perlu diragukan lagi mengenai kesungguhan hati-

nya dalam mendoakan dirinya sendiri, jadi ia tidak perlu 

menggunakan ungkapan tubuh seperti itu. Sebaliknya, 

sebab  ada begitu banyak sifat-sifat akhlak yang rusak 

dalam diri musuh-musuhnya, maka menjadi suatu ke-

harusan baginya untuk menunjukkan bukti kesungguh-

an hatinya  saat  ia berdoa bagi musuh-musuhnya itu.  

[2] Doa itu sendiri: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini 

kepada mereka. Di sini ia mengikuti contoh dari Guru-

nya yang berdoa demikian menjelang ajal-Nya bagi para 

penganiaya-Nya, Ya Bapa, ampunilah mereka. Dengan 

demikian ia memperlihatkan sebuah contoh bagi semua 

orang yang menderita sebab  Kristus untuk mendoakan 

orang-orang yang menganiaya mereka. Sebuah doa 

Kitab Kisah Para Rasul 7:54-60 

 307 

dapat menjadi sebuah khotbah. Ini terjadi demikian di 

sini bagi orang-orang yang merajam Stefanus. Ia ber-

lutut, agar orang-orang itu bisa memperhatikan bahwa 

ia hendak berdoa, dan berseru dengan suara nyaring 

supaya mereka dapat memperhatikan apa yang ia ucap-

kan di dalam doa dan belajar dari situ, Pertama, bahwa 

yang mereka lakukan yaitu  perbuatan dosa, sebuah 

dosa yang besar, yang jika tidak dicegah oleh belas 

kasihan dan kasih karunia Tuhan  akan tertanggung atas 

mereka dalam penghukuman yang kekal. Kedua, bahwa 

sehebat apa pun kebencian dan amarah mereka ter-

hadap dirinya, ia tetap berbaik hati kepada mereka. Ia 

sama sekali tidak ingin supaya Tuhan  membalaskan ke-

matiannya kepada mereka. Itulah yang menjadi doa 

yang keluar dari lubuk hatinya kepada Tuhan  supaya 

perbuatan mereka ini jangan ditanggungkan sedikit pun 

kepada mereka. Sungguh suatu perhitungan yang me-

nyedihkan jadinya bagi mereka bila ini sampai terjadi. 

jika  mereka tidak bertobat, perbuatan itu pasti akan 

ditanggungkan kepada mereka. Namun, di pihaknya, ia 

tidak menginginkan datangnya hari yang mengerikan 

itu. Biarlah mereka memperhatikan hal ini. Jika mereka 

sudah menjadi tenang kembali, mereka pasti sulit meng-

ampuni perbuatan sendiri, yakni membunuh orang yang 

begitu mudah mengampuni mereka sedemikian rupa. 

Orang yang haus darah membenci orang saleh,namun  

orang yang jujur mencari keselamatannya (Ams. 29:10). 

Ketiga, bahwa walaupun dosa itu sangat kejam dan 

jahat, mereka tidak boleh kehilangan harapan akan 

pengampunan yang akan diberikan bila mereka bertobat. 

Kalau mereka menaruh hal itu di dalam hati, Tuhan  tidak 

akan menanggungkan perbuatan itu kepada mereka. 

 Apakah Anda pikir,” kata Augustinus (theolog Kristen 

abad keempat – pen.),  Paulus mendengar doa Stefanus 

ini? Tampaknya memang begitu. Ia mendengar kemu-

dian mengejeknya (audivit subsannans, sed irrisit – ia 

mendengarnya sambil mencemooh). Namun, sesudah itu 

ia memperoleh keuntungan dari doa itu, dan dapat 

maju dengan lebih baik.”  


 308

3. Kematiannya yang digambarkan seperti ini: Dan dengan perka-

taan itu tertidurlah ia (KJV), atau sementara ia mengatakan hal 

itu, ia mengembuskan nafasnya yang penghabisan. Perhati-

kanlah, bagi orang-orang benar, kematian hanyalah seperti 

tidur. Bukan jiwanya yang tidur (Stefanus telah menyerahkan 

jiwanya ke dalam tangan Kristus),namun  tubuhnya. Tubuh itu 

beristirahat dari semua kesedihan dan susah payah. Itu ada-

lah perhentian yang sempurna dari susah payah dan kepedih-

an. Stefanus meninggal dengan cepat seperti yang terjadi pada 

setiap orang, namun  saat  ia mati, ia jatuh tertidur. Ia me-

nyongsong kematian dengan pikiran yang sangat tenang se-

olah-olah sedang pergi tidur. Hanya dengan menutup mata-

nya, kemudian pergi. Perhatikanlah, ia jatuh tertidur  saat  ia 

sedang berdoa bagi para penganiayanya. Tampaknya, seolah-

olah ia tidak akan meninggal dengan tenang sebelum melaku-

kan hal ini. Bila kita penuh dengan kemurahan hati bagi se-

sama kita, maka pada waktu mati nanti kita juga akan penuh 

dengan penghiburan. Kemudian kita berada di dalam damai 

bersama Kristus. Janganlah matahari terbenam, sebelum pa-

dam amarahmu. Ia jatuh tertidur, dalam terjemahan bahasa 

Latin sehari-hari ditambahkan, di dalam Tuhan, dalam pelukan 

kasih-Nya. Jika ia tidur seperti ini, maka pastilah ia akan 

baik-baik saja. Ia akan bangun kembali pada pagi hari kebang-

kitan. 

 

 

PASAL  8  

alam pasal ini kita mendapati cerita tentang berbagai macam 

penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, dan tersebarnya 

Kekristenan melalui penganiayaan itu. Sungguh mengherankan, te-

tapi benar, bahwa semakin murid-murid Kristus dianiaya, semakin 

mereka berlipat ganda.  

I. Di sini jemaat mengalami penderitaan. Setelah Stefanus di-

hukum mati, datanglah badai yang amat dahsyat, yang 

menghalau banyak orang dari Yerusalem (ay. 1-3). 

II. Di sini jemaat tersebar melalui pelayanan Filipus dan orang 

lain yang terserak sebab  kejadian itu. Di sini kita mendapati, 

1. Injil dibawa ke Samaria, diberitakan di sana (ay. 4-5), di-

peluk di sana (ay. 6-8), bahkan oleh Simon si tukang sihir 

(ay. 9-13). Karunia Roh Kudus diberikan kepada sebagian 

orang Samaria yang percaya melalui penumpangan ta-

ngan Petrus dan Yohanes (ay. 14-17). Teguran keras dibe-

rikan oleh Petrus kepada Simon si tukang sihir sebab  ia 

menawarkan suap demi mendapatkan kuasa untuk mem-

berikan karunia itu (ay. 18-25). 

2. Injil disampaikan ke Etiopia, oleh seorang sida-sida, se-

orang pembesar di negeri itu. Ia sedang naik kereta kuda 

dalam perjalanan pulang dari Yerusalem (ay. 26-28). Fili-

pus diutus kepadanya, dan di dalam kereta kudanya Fili-

pus memberitakan Kristus kepada dia (ay. 29-35), mem-

baptis dia setelah ia mengakui iman Kristen (ay. 36-38), 

lalu meninggalkan dia (ay. 39-40). Demikianlah, dengan 

cara yang berbeda-beda Injil tersebar di antara bangsa-

bangsa, dan, dengan satu atau lain cara,  Bukankah me-

reka semua sudah mendengarnya?” 


 310

Penganiayaan terhadap Jemaat  

(8:1-3) 

1a Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. 1b Pada waktu itu mu-

lailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, 

kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. 2 Orang-

orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. 

3namun  Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah 

demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerah-

kan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. 

Dalam ayat-ayat ini kita mendapati, 

I. Lebih jauh lagi mengenai Stefanus dan kematiannya, dan bagai-

mana dampaknya atas orang-orang di sekitarnya. Dampaknya be-

ragam, seperti yang pada umumnya ditimbulkan dari kejadian-ke-

jadian seperti itu, sesuai dengan tanggapan orang yang berbeda-

beda tentang berbagai hal. Kristus sudah berkata kepada murid-

murid-Nya,  saat  berpisah dengan mereka (Yoh. 16:20), bahwa 

kamu akan menangis dan meratap,namun  dunia akan bergembira. 

Seturut itu pula kita melihat di sini, 

1. Kematian Stefanus membuat senang seseorang – membuat se-

nang banyak orang, tidak diragukan lagi,namun  seseorang 

khususnya, dan orang itu yaitu  Saulus, yang di kemudian 

hari dipanggil Paulus. Ia setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh, 

syneudokōn – ia menyetujuinya dengan senang hati (begitulah 

yang diartikan kata itu). Ia senang dengan kejadian itu. Ia 

menghibur matanya dengan pemandangan yang berdarah ini, 

dengan berharap agar pembunuhan itu menghentikan perkem-

bangan Kekristenan. Kita memiliki  alasan untuk berpikir 

bahwa Paulus menyuruh Lukas memasukkan cerita ini untuk 

mempermalukan dirinya sendiri, dan untuk membawa kemu-

liaan bagi anugerah Tuhan  yang diberikan kepadanya secara 

cuma-cuma. Demikianlah ia mengakui dirinya sendiri bersalah 

atas darah Stefanus, dan memperberatnya dengan hal ini, 

bahwa ia tidak melakukannya dengan rasa sesal dan enggan, 

melainkan dengan senang hati dan teramat puas, seperti 

orang yang bukan saja melakukannya sendiri,namun  juga setu-

ju dengan mereka yang melakukannya. 

2.  Kematian Stefanus diratapi orang-orang (ay. 2) – orang-orang 

saleh, yang menurut sebagian orang yaitu  mereka yang di-

Kitab Kisah Para Rasul 8:1-3 

 311 

sebut sebagai yang masuk agama Yahudi, yang salah satunya 

kemungkinan Stefanus sendiri. Atau, ungkapan itu bisa di-

artikan secara lebih luas. Dari antara jemaat, sebagian orang 

yang lebih saleh dan lebih giat dibandingkan  yang lain datang dan 

mengumpulkan sisa-sisa dari mayatnya yang hancur, lalu 

mereka menguburkannya dengan upacara yang layak, mung-

kin di tanah darah, yang beberapa waktu lalu dibeli untuk me-

nguburkan orang-orang asing. Mereka menguburkannya de-

ngan khidmat, dan meratapi dia dengan sangat. Walaupun ke-

matian Stefanus membawa keuntungan besar bagi dirinya 

sendiri, dan pelayanan yang besar bagi jemaat, mereka mera-

tapinya sebagai suatu kehilangan. Ini sebab  Stefanus begitu 

mampu dalam melakukan pelayanannya, dan betapa ia calon 

yang layak baik sebagai penatua maupuan pembela jemaat. 

yaitu  gejala yang buruk jika diambilnya orang-orang seperti 

Stefanus tidak menyentuh hati orang. Orang-orang saleh itu 

memberi  penghormatan mereka yang terakhir kepada Ste-

fanus,  

(1) Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak malu dengan 

perkara yang untuknya Stefanus menderita, atau takut 

pada kegeraman orang-orang yang memusuhinya. Sebab, 

meskipun sekarang mereka menang, perkara Stefanuslah 

yang benar, dan perkara itu pada akhirnya akan menang.  

(2) Untuk menunjukkan penghargaan dan penghormatan be-

sar mereka terhadap hamba Yesus Kristus yang setia ini, 

martir pertama bagi Injil ini, yang akan mereka kenang baik-

baik, kendati ia meninggal secara tidak layak. Mereka ingin 

menghormati orang yang dihormati Tuhan .  

(3) Untuk memberi  kesaksian tentang kepercayaan dan 

pengharapan mereka akan kebangkitan orang mati dan ke-

hidupan di akhirat. 

II. Cerita tentang penganiayaan terhadap jemaat ini, yang dimulai 

dengan mati syahidnya Stefanus. Walaupun kegeraman orang-

orang Yahudi begitu ganas dan memuncak melawan Stefanus, ke-

geraman mereka itu tidak cepat menghilang atau terlampiaskan. 

Orang yang suka membunuh sering kali dalam Kitab Suci disebut 

orang-orang yang haus darah, sebab jika  mereka sudah me-

ngecap darah, mereka akan merasa haus dan meminta lagi. Sang-


 312

ka orang, doa-doa Stefanus menjelang ajalnya dan penghiburan 

yang dialaminya saat itu seharusnya bisa memenangkan hati 

mereka dan meluluhkannya sehingga mereka berpikiran baik ten-

tang orang-orang Kristen dan Kekristenan.namun , tampaknya itu 

tidak terjadi. Penganiayaan itu terus berlanjut, sebab mereka 

menjadi lebih geram  saat  melihat bahwa mereka tidak bisa me-

menangkan apa pun, dan, seolah-olah berharap ingin mengalah-

kan Tuhan  sendiri, mereka bertekad untuk terus menghantam. 

Dan mungkin, sebab  tidak seorang pun dari mereka yang mati 

mendadak di tempat itu setelah merajam Stefanus, tekad mereka 

semakin bulat untuk melakukan kejahatan. Mungkin murid-mu-

rid juga semakin berani berbantah dengan mereka seperti yang di-

lakukan Stefanus, sebab  mereka melihat bagaimana ia menyele-

saikan tugasnya dengan berkemenangan, yang akan membuat 

orang-orang Yahudi semakin marah lagi. Amatilah, 

1. Terhadap siapa penganiayaan ini dilancarkan: Penganiayaan 

itu dilancarkan terhadap jemaat di Yerusalem, yang begitu di-

tanam langsung dianiaya, seperti yang sering kali ditunjukkan 

Kristus bahwa penindasan dan penganiayaan akan datang ka-

rena firman. Dan Kristus secara khusus sudah menubuatkan 

bahwa Yerusalem akan segera menjadi terlalu panas bagi para 

pengikut-Nya, sebab kota itu sudah terkenal membunuh nabi-

nabi dan merajam orang-orang yang diutus kepadanya (Mat. 

23:37). Dalam penganiayaan ini, tampak banyak orang dihu-

kum mati, sebab Paulus mengakui bahwa pada waktu itu ia 

menganiaya para pengikut jalan ini sampai mati (21:4) dan 

(26:10) bahwa dia juga setuju, jika mereka dihukum mati.  

2.  Siapa yang gigih melakukan penganiayaan ini. Tidak ada orang 

lain yang melakukannya dengan begitu bersemangat dan be-

gitu gencar, seperti Saulus, seorang Farisi muda (ay. 3). Ada 

pun Saulus (yang sudah disebutkan dua kali sebelumnya, dan 

sekarang disebutkan lagi sebagai orang yang terkenal suka 

menganiaya), ia berusaha membinasakan jemaat itu. Ia mela-

kukan segala sesuatu yang dapat dilakukannya untuk meng-

hancurkan jemaat dan membuatnya porak-poranda. Ia tidak 

peduli kejahatan apa yang diperbuatnya terhadap murid-mu-

rid Kristus, dan juga tidak mau tahu bilamana harus berhenti. 

Yang ingin dicapainya tidak kurang dari memusnahkan Injil 

Israel, sehingga namanya tidak diingat lagi (Mzm. 83:5). Ia 

Kitab Kisah Para Rasul 8:1-3 

 313 

yaitu  alat paling pantas yang bisa didapatkan imam-imam 

kepala untuk memenuhi maksud-maksud mereka. Ia kepala 

pasukan melawan murid-murid Kristus, seorang utusan dari 

majelis agung yang diberi tugas untuk menyelidiki pertemuan-

pertemuan, dan menangkap semua orang yang dicurigai ber-

pihak pada jalan itu. Saulus dibesarkan sebagai seorang terpe-

lajar, seorang terhormat, namun ia tidak menganggap rendah 

untuk dipakai menjalankan tugas yang teramat keji seperti itu.  

(1) Ia memasuki rumah demi rumah, langsung mendobrak pintu-

pintu, siang atau malam, dengan disertai kuasa untuk me-

menuhi maksud itu. Ia masuk ke dalam setiap rumah di 

mana mereka biasa mengadakan pertemuan-pertemuan, 

atau dalam setiap rumah yang di situ tinggal orang-orang 

Kristen, atau yang di dalamnya disangka ada orang-orang 

Kristen. Tak seorang pun aman di dalam rumahnya sendiri, 

sekalipun itu menjadi benteng baginya.  

(2) Ia menyeret-nyeret, dengan sangat menghina dan kejam, 

baik laki-laki maupun perempuan. Ia menyeret-nyeret me-

reka di sepanjang jalan, tanpa peduli bahwa perempuan itu 

insan lemah. Ia membungkuk sampai ke bawah untuk men-

cari-cari orang yang dipenuhi Injil, sehingga yang paling tak 

berdaya pun dari antara mereka tidak diluputkannya. Beta-

pa dia dikuasai oleh kefanatikan yang membabi buta.  

(3) Ia menjebloskan mereka ke dalam penjara, untuk diadili 

dan dihukum mati, kecuali mereka mau menyangkal Kris-

tus. Dan sebagian dari mereka, kita dapati, dipaksa oleh 

Saulus untuk menyangkal iman (26:11). 

3. Apa dampak dari penganiayaan ini: Mereka semua tersebar (ay. 

1b), bukan semua orang percaya, melainkan semua pekabar 

Injil, yang terutama dihantam, dan berusaha ditangkap de-

ngan surat-surat perintah. Mereka, sebab  ingat akan pedoman 

Tuhan kita (jika  mereka menganiaya kamu dalam kota 

yang satu, larilah ke kota yang lain), menyebar sebagaimana 

yang sudah disepakati ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. 

Bukan sebab  takut menderita (sebab  Yudea dan Samaria ti-

dak begitu jauh dari Yerusalem, sehingga jika di sana mereka 

menampakkan diri di depan umum, seperti yang berencana 

mereka lakukan, orang-orang yang menganiaya mereka akan 


 314

segera menyusul mereka), melainkan sebab  mereka melihat-

nya sebagai petunjuk dari Tuhan  Sang Pemelihara bahwa mere-

ka harus menyebar. Pekerjaan mereka di Yerusalem sudah di-

selesaikan dengan cukup baik, dan sekarang sudah saatnya 

mereka memikirkan keperluan di tempat-tempat lain. Sebab 

Tuan mereka sudah memberi tahu mereka bahwa mereka ha-

rus menjadi saksi-saksi-Nya di Yerusalem terlebih dahulu, lalu 

di seluruh Yudea dan Samaria, dan kemudian sampai ke ujung 

bumi (1:8), dan cara inilah yang mereka ikuti. Penganiayaan, 

meskipun mungkin tidak menjauhkan kita dari pekerjaan, 

bisa saja menggiring kita, sebagai petunjuk dari Pemeliharaan 

Tuhan , untuk bekerja di tempat lain. Semua pekabar Injil ter-

sebar kecuali para rasul, yang, ada kemungkinan, dipimpin 

oleh Roh untuk melanjutkan pekerjaan di Yerusalem selama 

beberapa waktu. Ini sebab  mereka, melalui pemeliharaan 

Tuhan  yang istimewa, sudah diluputkan dari badai, dan melalui 

anugerah Tuhan  yang istimewa dimampukan untuk mengha-

dapi badai itu. Mereka tinggal di Yerusalem, supaya mereka 

bisa siap pergi ke tempat di mana pertolongan mereka paling 

dibutuhkan oleh para pekabar Injil yang lain, yang sudah di-

utus untuk membuka jalan. Seperti Kristus menyuruh murid-

murid-Nya untuk pergi ke tempat-tempat di mana Ia sendiri 

akan pergi (Luk. 10:1). Para rasul terus berdiam bersama-

sama di Yerusalem dalam waktu yang lebih lama dibandingkan  

yang akan disangkakan orang, bila menimbang perintah dan 

mandat yang sudah diberikan kepada mereka, untuk pergi ke 

seluruh dunia, dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (lihat 

15:6; Gal. 1:17).namun  apa yang dilakukan oleh para penginjil 

yang mereka utus juga dipandang sebagai perbuatan mereka 

sendiri. 

Penyebaran Injil; Keberhasilan Filipus  

(8:4-13) 

4 Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberita-

kan Injil. 5 Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan 

Mesias kepada orang-orang di situ. 6  saat  orang banyak itu mendengar 

pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka se-

mua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. 7 Sebab dari 

banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru 

dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang 

disembuhkan. 8 Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu. 9 Seorang

Kitab Kisah Para Rasul 8:4-13 

 315 

yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan 

mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang 

sangat penting. 10 Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: 

 Orang ini yaitu  kuasa Tuhan  yang terkenal sebagai Kuasa Besar.” 11 Dan 

mereka mengikutinya, sebab  sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh 

perbuatan sihirnya. 12namun  sekarang mereka percaya kepada Filipus yang 

memberitakan Injil tentang Kerajaan Tuhan  dan tentang nama Yesus Kristus, 

dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan. 

13 Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia selalu  

bersama-sama dengan Filipus, dan takjub  saat  ia melihat tanda-tanda dan 

mujizat-mujizat besar yang terjadi. 

Teka-teki Simson dipecahkan lagi di sini: Dari yang makan keluar ma-

kanan, dari yang kuat keluar manisan. Penganiayaan yang dimaksud-

kan untuk menyapu bersih jemaat, oleh pemeliharaan Tuhan  yang 

berkuasa dijadikan kesempatan untuk memperluasnya. Kristus su-

dah berkata, Aku datang untuk melempar