Yohanes-1-16 22
anan dan baptisan Yohanes yang akan membuat mereka
lebih mudah menerima Kristus dan ajaran-Nya. Saat itu belum
ada tiga tahun lamanya semenjak Yohanes membaptis di sana,
dan Kristus sendiri pun dibaptis di sana, di Betania. Demi-
kianlah Kristus datang ke sana untuk melihat buah-buah yang
dihasilkan oleh usaha Yohanes Pembaptis di antara mereka.
Dia juga mau melihat segala hal yang mereka masih pertahan-
kan dari apa yang telah mereka dengar dan terima. Peristiwa
tersebut dapat dikatakan memenuhi pengharapan-Nya itu,
sebab kita mendapati:
(1) Bahwa mereka berduyun-duyun menghampiri-Nya (ay. 41):
banyak orang datang kepada-Nya. Kembalinya kasih karu-
nia ke satu tempat sesudah beberapa saat lamanya terpisah
dari mereka, pastilah menimbulkan kembali gejolak kasih
di hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Kristus memi-
lih untuk tinggal di Betania, yang merupakan tempat berla-
buh perahu-perahu yang mereka pakai untuk menyebe-
rangi sungai Yordan, supaya kumpulan orang di sana men-
dapat kesempatan untuk datang dan mendengarkan-Nya
saat Dia mengajar di sana tanpa harus beranjak dari pe-
rahu mereka.
Injil Yohanes 10:39-42
741
(2) Bahwa mereka menimbang-nimbang hal-hal baik yang ada
pada diri-Nya dan mencari-cari alasan untuk mendekatkan
diri mereka kepada-Nya, segiat yang dilakukan orang-orang
di Yerusalem dalam mencari-cari kesalahan pada diri-Nya.
Mereka berkata dengan penuh hikmat, Yohanes memang
tidak membuat satu tanda pun, namun semua yang pernah
dikatakan Yohanes tentang orang ini yaitu benar. Ada dua
hal yang mereka pertimbangkan saat mengingat-ingat
apa yang telah mereka lihat dan dengar dari Yohanes, dan
membandingkan semua itu dengan pelayanan Kristus:
[1] Bahwa Kristus jauh melampaui kuasa Yohanes Pem-
baptis, sebab Yohanes tidak membuat satu tanda pun,
namun Kristus membuat banyak sekali mujizat, sehingga
mudah saja menyimpulkan bahwa Yesus lebih hebat
dibandingkan Yohanes. Lalu, jika Yohanes yaitu seorang
nabi yang besar, bayangkanlah betapa besarnya Yesus
yang ada di hadapan mereka itu! Kristus memang
paling dapat dikenali dan diakui melalui perbandingan
dengan orang-orang lain yang menunjukkan bahwa Ia
melampaui mereka semua. Meskipun Yohanes datang
dalam roh dan kuasa Elia, dia tidak membuat suatu
mujizat apa pun seperti Elia, supaya pikiran orang tidak
menjadi ragu-ragu mengenai dia dan Yesus. sebab
itulah, kehormatan untuk melakukan mujizat hanya
diberikan kepada Yesus sebagai bunga di mahkota-Nya,
supaya dapat ditunjukkan dengan nyata dan tak dapat
dibantah lagi, bahwa sekalipun Ia datang kemudian, Dia
lebih dipilih dibandingkan Yohanes.
[2] Bahwa Kristus benar-benar menggenapi kesaksian
Yohanes Pembaptis. Yohanes bukan saja tidak membuat
satu tanda pun supaya perhatian orang banyak tidak
teralih dari Kristus, namun dia mengatakan banyak hal
untuk mengarahkan mereka kepada Kristus, dan me-
nyerahkan mereka menjadi murid-murid-Nya, dan kini
mereka pun mengingat semuanya itu: semua yang per-
nah dikatakan Yohanes tentang orang ini yaitu benar,
yaitu bahwa Ia akan menjadi Anak Domba Tuhan , akan
membaptis dengan Roh Kudus dan api. Yohanes telah
mengatakan hal-hal yang besar mengenai Dia sehingga
742
harapan mereka pun melambung tinggi, sedemikian
rupa sehingga walaupun mereka tidak sampai bergiat
mencari-Nya ke daerah asal-Nya, namun, saat Ia sendiri
datang ke tempat mereka dan membawa serta Injil-Nya
ke depan pintu rumah mereka, mereka pun mengakui
bahwa Dia tepat seperti yang Yohanes pernah ceritakan.
Saat kita mulai mengenal Kristus dan terus mencari-
cari, kita mendapati bahwa semua yang dikatakan fir-
man mengenai Dia yaitu benar, bahkan kenyataannya
melebihi kabar yang telah kita dengar (1Raj. 10:6-7).
Saat itu, Yohanes Pembaptis memang sudah mati,
namun mereka mendapat manfaat dari apa yang dulu
pernah mereka dengar darinya, dan dengan memban-
dingkan semua itu dengan apa yang kini mereka lihat,
keuntungan mereka pun menjadi dua kali lipat, sebab,
Pertama, Mereka sungguh mantap percaya bahwa
Yohanes yaitu seorang nabi yang menubuatkan hal-
hal seperti itu, dan membicarakan kebesaran Yesus
sekalipun pada awalnya Ia terlihat begitu sederhana.
Kedua, Mereka telah dipersiapkan untuk percaya
bahwa Yesus yaitu Kristus, dan di dalam Dia mereka
melihat segala hal yang dinubuatkan Yohanes terge-
napi. Melalui semua itu kita bisa melihat bahwa keber-
hasilan dan keampuhan firman yang diberitakan tidak
terbatas oleh umur si pemberita, dan tidak hilang se-
iring berakhirnya nafas kehidupannya, namun apa yang
terlihat seperti air yang tercurah ke bumi, masih mung-
kin bisa terkumpulkan lagi di kemudian hari (Za. 1:5-6).
(3) Bahwa banyak orang di situ percaya kepada-Nya. sebab
mereka percaya bahwa Dia yang melakukan banyak muji-
zat dan yang menggenapi nubuatan Yohanes itu yaitu
benar seperti apa yang Ia akui, yaitu Anak Tuhan , mereka
pun menyerahkan diri sebagai murid-murid-Nya (ay. 42).
Ada hal yang perlu ditekankan di sini:
[1] Tentang orang-orang yang percaya kepada-Nya. Jumlah
mereka banyak. Mereka yang percaya kepada-Nya di
daerah pinggiran sungai Yordan itu bagaikan tuaian
besar yang terkumpul bagi-Nya, sementara mereka yang
Injil Yohanes 10:39-42
743
menerima dan menyambut ajaran-Nya di Yerusalem
jumlahnya bagaikan butiran-butiran anggur sisa yang
terjatuh saat panen di ladang.
[2] Tentang tempat di mana semua itu terjadi, yaitu tempat
yang sama di mana Yohanes dulu berkhotbah dan
membaptis dan menuai banyak keberhasilan. Di situ ba-
nyak orang percaya kepada Tuhan Yesus. Di mana ka-
bar pengajaran mengenai pertobatan telah mengalami
keberhasilan, biasanya kabar mengenai pendamaian
dan Injil anugerah juga akan menjadi berhasil. Di mana
Yohanes diterima, Kristus pun tidak akan ditolak di
sana. Suara sangkakala kemenangan pada hari Penda-
maian terdengar teramat manis di telinga jiwa-jiwa yang
sebelumnya telah merendahkan diri mereka akibat
dosa.
PASAL 1 1
alam pasal ini diceritakan tentang mujizat yang sangat mence-
ngangkan yang dibuat Kristus tidak lama sebelum kematian-
Nya, yaitu membangkitkan Lazarus yang telah mati. Kisah ini hanya
dicatat oleh Yohanes, sebab ketiga penginjil lain lebih mengutamakan
perbuatan-perbuatan yang dilakukan Kristus di Galilea, kediaman-
Nya yang utama, dan hampir tidak pernah mencatat kejadian di
Yerusalem kecuali sejak minggu permulaan penderitaan Kristus. Ber-
lainan dengan mereka, catatan Yohanes lebih berkisar tentang peris-
tiwa-peristiwa di Yerusalem, sehingga perikop ini bisa kita dapati
dalam tulisannya. Beberapa orang berpendapat bahwa sewaktu ke-
tiga penginjil lain menuliskan artikel mereka, Lazarus masih hidup,
dan ini mungkin dapat membahayakan keselamatan nyawanya atau
bertentangan dengan sifat kerendahan hatinya. sebab itu kejadian
tersebut baru dapat dicatat sesudah ia meninggal. Mujizat ini dicatat
secara panjang lebar melebihi mujizat-mujizat Kristus lainnya, bukan
hanya sebab keadaan saat itu yang begitu menguntungkan untuk
dipakai mengajari orang, atau sebab mujizat itu sendiri merupakan
bukti yang kuat bagi amanat yang diemban Kristus, melainkan kare-
na hal itu merupakan tanda yang melambangkan bukti terkuat dari
semua bukti yang ada sebelumnya, yaitu kebangkitan Kristus sendiri.
Di sini ada :
I. Kabar yang dikirimkan kepada Tuhan Yesus kita mengenai
Lazarus yang sedang sakit, dan sambutan-Nya terhadap ka-
bar tersebut (ay. 1-16).
II. Kunjungan-Nya kepada saudara-saudara Lazarus sesudah Ia
mendengar kabar tentang kematiannya, dan sambutan me-
reka terhadap kunjungan-Nya itu (ay. 17-32).
D
746
III. Mujizat yang dibuat untuk membangkitkan Lazarus dari ke-
matian (ay. 33-44).
IV. Pengaruh yang ditimbulkan mujizat itu terhadap orang ba-
nyak (ay. 45-57).
Kematian Lazarus
(11:1-16)
1 Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania,
kampung Maria dan adiknya Marta.2 Maria ialah wanita yang pernah
meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan ram-
butnya. 3 Dan Lazarus yang sakit itu yaitu saudaranya. Kedua wanita
itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” 4
saat Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan mem-
bawa kematian, namun akan menyatakan kemuliaan Tuhan , sebab oleh penya-
kit itu Anak Tuhan akan dimuliakan.”5 Yesus memang mengasihi Marta dan
kakaknya dan Lazarus. 6 Namun sesudah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit,
Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; 7 namun sesudah
itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.”8
Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Rabi, baru-baru ini orang-orang
Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke
sana?” 9 Jawab Yesus: “Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa
yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, sebab ia melihat
terang dunia ini. 10 namun jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya
terantuk, sebab terang tidak ada di dalam dirinya.” 11 Demikianlah perkata-
an-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: “Lazarus, saudara kita,
telah tertidur, namun Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari
tidurnya.”12 Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: “Tuhan, jikalau ia ter-
tidur, ia akan sembuh.” 13 namun maksud Yesus ialah tertidur dalam arti
mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti
biasa. 14 sebab itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati;
15 namun syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih
baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi
sekarang kepadanya.” 16 Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada
teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: “Marilah kita pergi juga un-
tuk mati bersama-sama dengan Dia.”
Dalam ayat-ayat di atas ada :
I. Gambaran khusus mengenai orang-orang yang paling terkait de-
ngan peristiwa tersebut (ay. 1-2).
1. Mereka tinggal di Betania, sebuah desa yang terletak tak jauh
dari Yerusalem. Desa ini merupakan tempat di mana Kristus
biasanya tinggal bila Ia ke Yerusalem untuk menghadiri pera-
yaan-perayaan. Di sini, tempat itu disebut juga kampung Maria
dan Marta, yang berarti, desa di mana mereka tinggal, sebagai-
mana Betsaida disebut kota Andreas dan Petrus (1:44). Menu-
Injil Yohanes 11:1-16
747
rut saya, kita tidak bisa menafsirkan, seperti yang dilakukan
beberapa orang, bahwa kampung itu milik Marta dan Maria,
sedangkan penduduk lain yaitu para penyewa.
2. Di sana ada pula saudara laki-laki mereka yang bernama
Lazarus. Nama Ibraninya mungkin Eleazar, namun kemudian
disingkat dan ditambahi akhiran dalam bahasa Yunani sehing-
ga menjadi Lazarus. Mungkin sebab peristiwa ini pulalah
Juruselamat kita memakai nama Lazarus dalam perumpama-
an yang dimaksudkan-Nya untuk menggambarkan kelegaan
yang dinikmati orang-orang benar dalam pangkuan Abraham,
segera sesudah mereka mati (Luk. 16:22).
3. Dalam kisah ini ada juga dua wanita bersaudara, Marta
dan Maria, yang sepertinya bertugas mengurusi rumah tangga
itu, sementara Lazarus mungkin sudah pensiun dan mem-
baktikan dirinya untuk belajar dan merenung. Mereka yaitu
keluarga baik-baik, bahagia, dan rukun. Sebuah keluarga
yang begitu karib dengan Kristus. Walaupun tidak ada suami
maupun istri (sebagaimana yang terlihat di sini), namun rumah
itu diurusi oleh seorang saudara laki-laki dan kedua sau-
darinya yang hidup bersama dengan rukun.
4. Salah satu dari kedua saudari itu digambarkan sebagai Maria,
wanita yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak
mur (ay. 2). Beberapa orang berpendapat bahwa dialah wanita
yang kita baca kisahnya dalam Lukas 7:37-38, yaitu seorang
berdosa, seorang wanita sundal. namun saya lebih suka
berpikir bahwa penggambaran Maria di atas itu lebih mengacu
kepada pengurapan terhadap Kristus yang diceritakan oleh
Yohanes (12:3), sebab para penginjil memang tidak pernah
saling mencantumkan acuan satu sama lain, namun Yohanes
sering melakukannya dengan sebuah perikop yang mengacu
pada perikop lain dalam artikel nya sendiri. Tindakan yang me-
nunjukkan kesalehan dan bakti yang luar biasa, yang berasal
dari tujuan tulus dalam mengasihi Kristus, tidak saja hanya
akan diterima dengan senang hati oleh-Nya, namun juga dihor-
mati oleh gereja (Mat. 26:13). Nah, Lazarus yang sakit itu ada-
lah saudara wanita ini, dan memang, penyakit yang dide-
rita oleh orang-orang yang kita kasihi menjadi kesengsaraan
juga bagi diri kita sendiri. Jadi, semakin banyak kawan kita,
semakin sering pula kita didera rasa simpati, dan semakin erat
748
hubungan kita dengan mereka, semakin menyedihkan hati
kita pula jika mereka jatuh sakit. Penghiburan ganda yang kita
terima memang sebanding dengan kesusahan dan salib ganda
yang harus kita pikul.
II. Kabar yang dikirim kepada Tuhan Yesus kita mengenai Lazarus
yang sedang sakit (ay. 3). Kedua saudari Lazarus tahu di mana
Yesus berada saat itu, nun jauh di sana di seberang sungai Yor-
dan, dan mereka pun mengirim seorang utusan khusus kepada-
Nya untuk menyampaikan kesusahan yang sedang mendera ke-
luarga mereka.
Hal ini melukiskan:
1. Kesusahan dan kepedulian yang mereka rasakan bagi saudara
mereka. Meskipun sepertinya harta benda milik Lazarus akan
jatuh ke tangan mereka sesudah ia mati, mereka tetap saja
lebih menginginkannya hidup, sebagaimana yang seharusnya
mereka rasakan. Kini mereka menunjukkan kasih mereka ter-
hadapnya saat ia terbaring sakit, sebab seorang saudara ikut
menanggung kesusahan, dan begitu pula halnya dengan se-
orang saudari. Kita harus menangis bersama-sama dengan
teman-teman kita saat mereka sedang berduka, seperti halnya
kita juga turut bergembira dengan mereka saat mereka sedang
bersukaria.
2. Sikap yang mereka tunjukkan kepada Tuhan Yesus, di mana
mereka tidak segan-segan memberitahukan-Nya mengenai se-
gala persoalan mereka. Seperti Yefta, mereka tidak segan me-
numpahkan semua yang mereka rasakan di hadapan-Nya.
Meskipun Tuhan mengetahui segala kebutuhan, dukacita dan
masalah kita, Dia tetap ingin mengetahui semuanya langsung
dari kita, dan Ia merasa dihormati saat kita bersedia menaruh
semua itu di hadapan-Nya. Kabar yang mereka sampaikan
sangat pendek, tidak mengandung permohonan, apalagi me-
nyuruh atau mendesak, namun hanya menyampaikan masalah-
nya dengan permohonan yang lembut, namun sungguh sangat
kuat pengaruhnya, Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.
Mereka tidak mengatakan, dia yang kami kasihi, melainkan,
dia yang Engkau kasihi. Penghiburan terbesar yang kita dapat-
kan melalui doa memang bersumber dari Tuhan sendiri dan
Injil Yohanes 11:1-16
749
dari kasih karunia-Nya. Mereka tidak berkata, Tuhan, dia
yang mengasihi Engkau, melainkan, dia yang Engkau kasihi,
sebab inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Tuhan ,
namun Tuhan yang telah mengasihi kita. Kasih kita terhadap-Nya
tidak layak disanjung-sanjung, namun kasih-Nya terhadap kita
tidak akan pernah cukup tergambarkan melalui kata-kata.
Perhatikan:
(1) Ada beberapa dari teman dan pengikut Tuhan Yesus yang
dikasihi-Nya lebih istimewa dibandingkan yang lainnya. Di
antara kedua belas murid, ada satu yang paling Yesus ka-
sihi.
(2) Bukan hal yang aneh jika mendapati orang-orang yang di-
kasihi Kristus jatuh sakit: segala sesuatu sama bagi se-
kalian. Penyakit jasmani dapat memperbaiki kebusukan
umat Tuhan dan menguji kasih karunia.
(3) Merupakan penghiburan besar bagi kita bila kita memiliki
orang-orang di sekitar kita yang mendoakan kita saat kita
sakit.
(4) Hati kita akan sangat terdorong saat berdoa bagi mereka
yang sakit bila kita punya dasar untuk berharap bahwa
mereka yaitu orang-orang yang dikasihi Kristus. sebab
itu, kita memiliki kewajiban untuk mengasihi dan berdoa
bagi mereka yang kita percayai sebagai orang-orang yang
dikasihi dan dipedulikan Kristus.
III. Kisah mengenai tanggapan Kristus terhadap kabar tentang sakit-
nya teman-Nya itu.
1. Ia bernubuat mengenai kejadian dan perkara penyakit itu, dan
mungkin juga menyampaikannya kepada kedua saudari Laza-
rus secepatnya, untuk menguatkan mereka sementara Ia sen-
diri menunda mengunjungi mereka. Ada dua hal yang Ia nu-
buatkan di sini: –
(1) Penyakit itu tidak akan membawa kematian. Memang, pe-
nyakit itu benar-benar parah, dan bahkan terbukti memati-
kan, sebab tidak diragukan lagi, Lazarus memang akhirnya
benar-benar mati selama empat hari. Akan namun ,
[1] Kematian itu bukanlah tujuan akhir mengapa penyakit
itu dibiarkan melanda Lazarus. Penyakit itu tidak ber-
750
akhir begitu saja di liang kubur, seperti penyakit lain
pada umumnya, melainkan ada maksud yang lebih jauh
dibandingkan itu. Jika hal itu memang dimaksudkan untuk
berakhir di liang kubur, maka kebangkitannya dari
alam maut pasti telah menggagalkan maksud tersebut.
[2] Kematian itu bukanlah hasil akhir yang disebabkan
oleh penyakit itu. Lazarus memang mati, namun dapat
pula dikatakan bahwa ia tidak mati, sebab factum non
dicitur quod non perseverat – hal yang tidak seterusnya
berlangsung tidak bisa dikatakan telah benar-benar
terjadi. Kematian merupakan perpisahan selamanya de-
ngan dunia ini, sebuah jalan yang tidak akan kita jalani
kembali lagi, dan dalam hal ini, apa yang menimpa
Lazarus tidaklah membawa kematian. Kuburan yaitu
tempat tinggalnya dalam jangka waktu panjang, rumah-
nya untuk selamanya. sebab itu pulalah Kristus ber-
kata tentang seorang anak wanita yang hendak Ia
bangkitkan lagi, bahwa dia tidak mati. Penyakit yang
menimpa orang benar, sekalipun amat parah, tetap
tidak akan membawa kematian, sebab hal itu tidak
akan mendatangkan kematian yang kekal. Kematian
tubuh dari dunia ini merupakan kelahiran jiwa ke da-
lam dunia yang lain. Saat kita atau teman-teman kita
sakit, tentu saja kita berharap bahwa mereka akan
sembuh, namun harapan kita itu mungkin akan dikece-
wakan. sebab itulah, kita harus lebih bijaksana untuk
membangun harapan kita di atas landasan yang tidak
akan pernah mengecewakan. Bila orang menjadi milik
Kristus, maka biarlah yang buruk dari terburuk sekali-
pun menerpa, mereka tidak akan merasa sakit apa-apa
oleh kematian yang kedua, sehingga kematian yang per-
tama pun tidak akan begitu terasa menyakitkan.
(2) namun penyakit itu akan menyatakan kemuliaan Tuhan , yaitu
supaya kuasa Tuhan yang mulia dan gemilang itu dapat di-
nyatakan dalam kesempatan itu. Kesengsaraan para orang
kudus memang dimaksudkan untuk kemuliaan Tuhan , su-
paya Ia mendapat kesempatan untuk menunjukkan perto-
longan-Nya kepada mereka, sebab belas kasihan termanis
dan yang paling ampuh yaitu yang didahului dengan ke-
Injil Yohanes 11:1-16
751
sengsaraan. Biarlah hal ini membuat kita lebih tabah lagi
untuk menjalani kesusahan yang telah ditentukan secara
ilahi, sebab penyakit ini, kehilangan ini, atau kekecewaan
ini, semuanya itu terjadi demi kemuliaan Tuhan . Dan, jika
melalui itu semua Tuhan dipermuliakan, maka kita seharus-
nya merasa puas (Im. 10:3). Hal itu terjadi demi kemuliaan
Tuhan , sebab oleh penyakit itu Anak Tuhan akan dimuliakan,
sebab hal itu memberi-Nya kesempatan untuk mengerja-
kan sebuah mujizat yang luar biasa, yaitu membangkitkan
Lazarus dari dalam kubur. Sebagaimana sebelumnya, se-
orang dilahirkan dalam keadaan buta supaya Kristus men-
dapat kehormatan untuk menyembuhkannya (9:3), demi-
kian pula Lazarus harus sakit dan mati, supaya Kristus
dipermuliakan sebagai Tuhan atas kehidupan ini. Biarlah
kejadian ini menghibur mereka yang dikasihi Kristus, bah-
wa kejadian yang menimpa mereka dirancangkan supaya
melaluinya Anak Tuhan dimuliakan, dan bahwa supaya Dia
dimuliakan atas hikmat, kuasa dan kebaikan-Nya dalam
menopang dan melegakan mereka (2Kor. 12:9-10).
2. Kristus menunda mengunjungi pasien-Nya (ay. 5-6). Mereka
telah memohon kepada-Nya, “Tuhan, dia itu orang yang Eng-
kau kasihi,” dan permohonan seperti itu layak diajukan (ay. 5):
Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.
Demikianlah seruan iman akan didengar di pelataran sorga.
Nah, sesudah itu, pastinya orang akan berpikir bahwa yang se-
harusnya terjadi yaitu demikian, namun sesudah didengar-
Nya, bahwa Lazarus sakit, maka segeralah Ia pergi mengun-
junginya tanpa membuang waktu lagi. Jika Ia benar-benar me-
ngasihi mereka, sekaranglah kesempatan untuk menunjukkan
kasih-Nya itu dengan pergi mendapati mereka sesegera mung-
kin, sebab Dia tahu bahwa mereka sudah tidak sabar lagi
mengharapkan kedatangan-Nya. namun , Ia malah melakukan
hal yang sebaliknya untuk menunjukkan kasih-Nya itu: di sini
tidak disebutkan bahwa, Dia mengasihi mereka namun Ia se-
ngaja tinggal di sana, melainkan ditulis bahwa Ia mengasihi
mereka, dan sebab itulah Ia sengaja tinggal di sana. Saat Ia
mendengar bahwa sahabat-Nya sedang sakit, Ia tidak lang-
sung pergi untuk mendapatinya, namun malah sengaja tinggal
dua hari lagi di tempat di mana Ia berada.
752
(1) Ia mengasihi mereka, yakni, Ia sangat menghargai Marta
dan Maria, hikmat dan kebaikan hati mereka, iman dan ke-
sabaran mereka, lebih dari para murid-Nya yang lain,
sehingga Ia pun sengaja menunda kunjungan-Nya itu su-
paya Ia dapat menguji mereka, supaya ujian yang menimpa
mereka ini akhirnya mendatangkan pujian dan kehormatan.
(2) Ia mengasihi mereka, artinya, Ia hendak melakukan sesua-
tu yang besar dan luar biasa bagi mereka, yaitu membuat
sebuah mujizat untuk melegakan mereka, yang tidak per-
nah Ia lakukan sebelumnya bagi kawan-kawan-Nya yang
lain. sebab itulah Ia sengaja menunda kunjungan-Nya itu
supaya Lazarus benar-benar telah mati dan dikuburkan
sewaktu Ia datang ke sana. Jika Kristus datang dengan
segera dan menyembuhkan penyakit Lazarus, maka Ia me-
lakukan hal yang tidak lebih hebat dengan yang telah Ia la-
kukan sebelumnya bagi banyak orang lain. Jika Ia mem-
bangkitkan Lazarus sesaat sesudah ia meninggal, maka Ia
pun tidak melakukan hal yang lebih hebat dibandingkan yang
telah Ia lakukan sebelumnya bagi sebagian orang lain.
Namun, dengan menundanya lebih lama, maka Ia memiliki
kesempatan untuk melakukan sesuatu bagi Lazarus, se-
suatu yang lebih hebat dan belum pernah Ia lakukan bagi
siapa pun sebelumnya. Perhatikan, Tuhan bahkan memiliki
tujuan mulia bahkan saat segala sesuatu tampaknya ter-
tunda atau terlambat (Yes. 54:7; 49:14, dst.). Hanya sebab
Ia tidak cepat-cepat menemui mereka sesudah mengetahui
kesusahan mereka, tidak berarti Kristus telah melupakan
kawan-kawan-Nya di Betania itu. Saat tindakan penyela-
matan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, baik
yang dilakukan di depan umum maupun secara pribadi,
kelihatan mandek, hal itu hanyalah masalah waktu saja,
sebab segala sesuatu indah pada waktunya.
IV. Percakapan yang terjadi di antara Kristus dan para murid-Nya
saat Ia hendak mengunjungi kawan-kawan-Nya di Betania itu (ay.
7-16). Pembicaraan mereka itu begitu akrab dan leluasa sehingga
benar-benar menggambarkan apa yang telah dikatakan Kristus
ini, Aku menyebut kamu sahabat. Ada dua hal yang Ia percakap-
Injil Yohanes 11:1-16
753
kan di sini, yaitu bahaya yang mengancam keselamatan-Nya
sendiri dan kematian Lazarus.
1. Mara bahaya yang mengancam-Nya jika Ia pergi ke Yudea (ay.
7-10).
(1) Inilah pemberitahuan yang diberikan Kristus kepada para
murid-Nya mengenai maksud-Nya pergi ke Yudea, menuju
Yerusalem. Para murid-Nya ada di bawah arahan-Nya, dan
Ia pun berkata kepada mereka (ay. 7), “Mari kita kembali
lagi ke Yudea, meskipun penduduk di Yudea itu tidak layak
kita kunjungi.” Demikianlah Kristus terus memberikan ke-
lembutan belas kasih-Nya kepada mereka yang sering
menolak Dia.
Hal ini dapat dianggap:
[1] Sebagai maksud baik terhadap kawan-kawan-Nya di
Betania, yang telah Ia ketahui kesengsaraan dan kese-
dihannya, sekalipun tak ada utusan lain yang dikirim-
kan kepada-Nya untuk mengetahui perkembangan ke-
adaan mereka. Sebab, sekalipun tubuh jasmani-Nya
berada jauh dari mereka, Dia sebenarnya ada bersama-
sama mereka melalui Roh-Nya. Saat Ia tahu bahwa
kesedihan mereka telah sampai pada puncaknya, yaitu
saat kedua saudari itu telah mengucapkan selamat ting-
gal untuk selamanya pada kakak laki-laki mereka,
barulah Kristus berkata, “Sekarang, marilah kita be-
rangkat ke Yudea.” Kristus akan bangkit untuk meno-
long umat-Nya saat sudah waktunya untuk mengasi-
haninya, sudah tiba saatnya. Dan biasanya, waktu yang
telah ditentukan itu justru yaitu saat yang terburuk,
saat pengharapan sudah lenyap dan diri sudah hancur
lebur, namun justru pada saat itulah mereka akan me-
ngetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku mem-
buka kubur-kubur (Yeh. 37:11, 13). Saat sedang terbe-
nam dalam kesusahan, biarlah kita ingat satu hal ini
supaya kita tidak menjadi putus asa, yaitu bahwa pun-
cak kegentingan manusia merupakan kesempatan bagi
Tuhan , Jehovah-jireh. Atau,
[2] Sebagai batu ujian bagi keberanian para murid untuk
mengetahui apakah mereka bersedia menantang mara
754
bahaya dengan terus mengikuti Dia ke tempat yang pas-
ti sangat menakutkan bagi mereka oleh sebab usaha-
usaha yang belakangan ini telah dilancarkan berbagai
pihak untuk mencabut nyawa Guru mereka, yang mere-
ka anggap sebagai usaha untuk membunuh mereka
juga. Pergi ke Yudea yang saat itu merupakan tempat
yang sangat berbahaya bagi mereka, akan menjadi co-
baan berat yang akan membuktikan diri mereka. namun
Kristus tidak berkata, “Pergilah kamu ke Yudea, Aku
akan tinggal dan berlindung di sini.” Tidak begitu, me-
lainkan, Mari kita kembali lagi ke Yudea. Perhatikan,
Kristus tidak akan pernah membawa umat-Nya ke da-
lam keadaan yang berbahaya, namun justru menemani
mereka di dalamnya, dan Ia akan terus menyertai mere-
ka, bahkan saat mereka berjalan dalam lembah keke-
laman.
(2) Keberatan yang mereka ajukan terhadap rencana perjalan-
an itu (ay. 8): Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi men-
coba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke
sana?
Di sini:
[1] Mereka memperingatkan-Nya mengenai bahaya yang
pernah Ia hadapi di sana beberapa waktu yang lalu.
Murid-murid Kristus cenderung membesar-besarkan
penderitaan yang mereka alami dan terus mengingat
luka-luka mereka, lebih dibandingkan yang diingat Guru
mereka sendiri. Kristus sendiri telah melupakan bahaya
itu, semuanya telah berlalu dan lenyap serta dilupakan,
namun para murid-Nya tidak bisa melupakannya. Baru-
baru ini, nyn – sekarang, seakan-akan persis hari ini,
mereka mencoba melempari Engkau. Sekalipun peristiwa
itu terjadi setidaknya dua bulan sebelumnya, ingatan
akan ketakutan itu masih segar dalam pikiran mereka.
[2] Mereka heran sebab Ia ingin kembali ke sana lagi.
“Engkau masih menyayangi orang-orang yang telah me-
ngucilkan-Mu dari wilayah mereka?” Cara Kristus melu-
pakan perlakuan buruk orang-orang terhadap-Nya jauh
melampaui cara kita. “Engkau hendak memperlihatkan
Injil Yohanes 11:1-16
755
diri-Mu lagi kepada orang-orang yang begitu menen-
tang-Mu habis-habisan? Akankah Engkau kembali ke
sana lagi, padahal di tempat itu Engkau telah diperla-
kukan dengan amat jahat?” Di sini mereka menunjuk-
kan kepedulian yang besar terhadap keselamatan nya-
wa Guru mereka, sebagaimana Petrus, saat ia berkata,
Guru, selamatkanlah dirimu. Jika saja Kristus tergoda
untuk menghindari penderitaan, Dia tidak perlu bujuk-
an dari kawan-kawan-Nya untuk melakukan itu. Na-
mun, Dia telah membuat persepakatan dengan Tuhan ,
dan Ia tidak mau dan tidak bisa ingkar dari hal itu. Sa-
yangnya, sekalipun para murid-Nya memang benar-
benar mengkhawatirkan keselamatan nyawa-Nya, mere-
ka juga menunjukkan,
Pertama, ketidakpercayaan akan kuasa-Nya, seolah-
olah Dia tidak sanggup menyelamatkan baik diri-Nya
sendiri maupun mereka di Yudea saat itu, padahal se-
belumnya, Ia telah menunjukkan bahwa Ia mampu me-
lakukan hal tersebut. Apakah kini tangan-Nya sudah
tidak berkuasa lagi? Saat kita begitu giat memperjuang-
kan kepentingan gereja dan kerajaan Kristus di dunia
ini, kita juga harus sungguh-sungguh percaya akan
hikmat dan kuasa Tuhan Yesus, yang tahu bagaimana
mengamankan kawanan domba-Nya, bahkan di tengah-
tengah kumpulan serigala sekalipun.
Kedua, ketakutan dalam diri mereka sendiri terha-
dap penganiayaan yang mungkin harus mereka hadapi,
sebab mereka pun akan ikut menderita jika Ia mende-
rita. Saat kepentingan pribadi kita kebetulan sejalan
dengan kepentingan umum, kita cenderung mengang-
gap diri kita giat berbakti kepada Tuhan dari segala
mahkluk, padahal sebenarnya, kita hanya ingin melin-
dungi harta, nama baik, kenyamanan dan keselamatan
kita, serta mengutamakan kepentingan kita sendiri, de-
ngan berpura-pura giat mencari Kristus. sebab itulah,
kita perlu membedakan prinsip-prinsip atau dasar-da-
sar yang melandasi tindakan kita.
756
(3) Tanggapan Kristus mengenai keberatan mereka itu (ay. 9-
10): Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Orang
Yahudi membagi setiap hari menjadi dua belas jam, dan
mengatur panjang atau pendeknya satu jam menurut ke-
adaan hari itu, sehingga bagi mereka, satu jam yaitu
seperdua belas bagian dari waktu semenjak matahari terbit
sampai terbenam dan muncul lagi keesokan harinya. Begi-
tulah pendapat sebagian orang. Atau juga, sebab mereka
berada di daerah yang lebih selatan dibandingkan Inggris, hari-
hari mereka lebih mendekati dua belas jam lebih panjang
dibandingkan hari-hari di Inggris. Pemeliharaan Tuhan telah me-
ngaruniakan kita terang di siang hari supaya kita dapat
bekerja, dan membiarkan terang itu berlangsung untuk
beberapa waktu lamanya. Dan, sepanjang tahun rata-rata
setiap negara menikmati terang siang hari sebanyak malam
hari, bahkan lebih lagi, jika senja hari ikut diperhitungkan.
Hidup manusia itu ibarat suatu hari. Hari ini dibagi atas
usia, keadaan dan kesempatan yang berbeda-beda, seba-
gaimana jam dibagi menjadi lebih singkat atau lebih lama,
seperti yang telah ditetapkan Tuhan . Pemahaman ini hen-
daknya mendorong kita untuk bukan hanya menjadi sa-
ngat bergiat dalam pekerjaan hidup ini (sebab jika hanya
ada dua belas jam dalam satu hari, setiap jam harus dipa-
kai untuk menunaikan tugas dan tidak boleh ada sejam
pun yang terbuang percuma), namun juga menjadi lebih nya-
man dalam menghadapi mara bahaya dalam hidup ini. Hari
kita akan diperpanjang sampai pekerjaan kita rampung
dan kesaksian kita selesai. Itulah yang Kristus lakukan
kini. Ia menunjukkan mengapa Ia harus kembali ke Yudea,
sebab Ia memiliki panggilan yang jelas untuk pergi ke sana.
Di awal penjelasan-Nya itu:
[1] Ia menunjukkan penghiburan dan kepuasan yang bisa
diperoleh seorang manusia dalam pikirannya saat ia se-
dang bergiat menunaikan tugasnya. Hal ini sesuai de-
ngan yang dilukiskan secara umum oleh firman Tuhan ,
dan lebih khusus lagi ditentukan oleh pemeliharaan
Tuhan : Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya
tidak terantuk. Artinya, jika seseorang selalu memper-
Injil Yohanes 11:1-16
757
hatikan dan melaksanakan tugasnya, serta menjadikan
kehendak Tuhan sebagai pegangannya, dengan menun-
jukkan segenap rasa hormat terhadap seluruh perintah
Tuhan , dia tidak akan memiliki keraguan dalam benak-
nya, melainkan akan melangkah pasti dengan kepala
tegak dan keyakinan suci yang teguh. Sebagaimana
orang yang berjalan pada siang hari tidak terantuk ka-
kinya, melainkan terus berjalan dengan tegap dan riang
sebab ia melihat terang dunia ini, dan sebab terang itu
pula ia dapat melihat jalan yang terbentang di depan-
nya, begitu pulalah orang benar yang tidak memiliki
jaminan keamanan atau tujuan-tujuan jahat, namun
hanya mengandalkan firman Tuhan sebagai pedoman
hidupnya dan memusatkan tujuannya pada kemuliaan
Tuhan , sebab ia melihat dua terang besar itu dan meng-
arahkan matanya kepada kedua hal tersebut. Demi-
kianlah ia diperlengkapi dengan seorang pemandu setia
dalam segala keraguannya, serta seorang penjaga yang
dahsyat dalam menghadapi segenap mara bahaya yang
merintanginya (Gal. 6:4; Mzm. 119:6). Ke mana pun
Kristus pergi, Ia selalu berjalan pada siang hari, sehing-
ga kita pun harus meneladani langkah-Nya itu.
[2] Ia menunjukkan kesusahan dan bahaya yang dialami
orang yang tidak berjalan sesuai dengan peraturan tadi
(ay. 10): Jikalau seorang berjalan pada malam hari,
kakinya terantuk. Artinya, jika ia berjalan menurut kata
hatinya sendiri, dan dengan penglihatan matanya sen-
diri, serta sejalan dengan dunia ini, – jika ia lebih men-
dengarkan pikiran-pikiran kedagingannya sendiri dari-
pada kehendak dan kemuliaan Tuhan , – ia akan jatuh ke
dalam godaan dan jebakan, menghadapi kesusahan be-
sar dan selalu ketakutan. Ia akan gemetar bahkan ha-
nya sebab suara dedaunan yang berkeletar, dan ia
akan kabur bahkan saat tidak ada seorang pun yang
memburunya. Sementara itu, orang yang benar masih
bisa tertawa saat dia terancam di ujung tombak, dan
berdiri tegak saat sepuluh ribu orang menyerbu (Yes.
33:14-16). Kakinya terantuk sebab terang tidak ada di
dalam dirinya, sebab terang di dalam kita menjadi
758
pegangan tingkah laku moral kita, seperti halnya terang
di sekeliling kita menjadi pedoman dalam tindakan-tin-
dakan keseharian kita. Orang itu tidak memiliki dasar
hidup yang benar di dalam dirinya. Hatinya tidak tulus,
matanya jahat. Demikianlah Kristus tidak hanya mem-
benarkan tujuan-Nya untuk kembali ke Yudea, namun
juga mendorong para murid-Nya untuk turut bersama-
sama dengan Dia dan tidak perlu gentar terhadap keja-
hatan.
2. Di sini kematian Lazarus diperbincangkan oleh Kristus dan
para murid-Nya (ay. 11-16), di mana bisa kita dapati:
(1) Pemberitahuan Kristus kepada murid-murid-Nya mengenai
kematian Lazarus, dan penegasan bahwa tujuan-Nya pergi
ke sana yaitu untuk mencari Lazarus (ay. 11). sesudah Ia
mempersiapkan para murid untuk melakukan perjalanan
berbahaya ke daerah musuh, Ia lalu mengatakan kepada
mereka:
[1] Penjelasan terus terang mengenai kematian Lazarus, se-
kalipun Ia belum mendapatkan kabar lebih lanjut ten-
tang keadaan Lazarus: Lazarus, saudara kita, telah ter-
tidur. Lihatlah di sini bagaimana Kristus menyebut
orang percaya dan kematian orang percaya.
Pertama, Ia menyebut orang percaya sebagai saha-
bat-Nya: Lazarus, saudara kita (KJV: sahabat).
Perhatikan:
1. Ada ikatan (kovenan) persahabatan antara Kristus
dan orang-orang percaya, serta kasih sayang dan
persekutuan yang bersahabat di dalamnya, dan
Tuhan Yesus kita tidak akan malu untuk mengakui-
nya. Dengan orang jujur Ia bergaul erat.
2. Orang yang diakui Kristus sebagai saudara atau sa-
habat-Nya harus dianggap demikian juga oleh semua
murid-Nya yang lain. Kristus menyebut Lazarus
sebagai saudara mereka semua: Saudara kita.
3. Kematian tidak memutus ikatan persahabatan an-
tara Kristus dengan orang percaya. Lazarus memang
sudah mati, namun dia masih tetap saudara kita.
Injil Yohanes 11:1-16
759
Kedua, Ia menyebut kematian orang percaya sebagai
tidur: Ia telah tertidur. Memang baik menyebut kematian
dengan nama dan istilah dengan cara demikian, supaya
membantu membuat kematian itu terasa lebih akrab
dan kurang menakutkan bagi kita. Kematian Lazarus
dalam arti khusus memang ibarat tidur, seperti yang
dialami oleh putri Yairus, sebab ia akan segera dibang-
kitkan lagi. Dan, sebab kita yakin kita juga pasti akan
bangkit lagi pada akhirnya, mengapa kita harus anggap
kematian mereka dan kematian kita berbeda? Dan
mengapa pengharapan iman akan kebangkitan menuju
hidup yang kekal itu tidak bisa membuat kita merasa
lebih nyaman untuk menyerahkan tubuh kita dan mati,
layaknya menanggalkan pakaian kita sebelum tidur?
Saat seorang Kristen yang baik meninggal, ia sedang
tidur: ia sedang beristirahat sesudah bekerja di hari-hari-
nya yang telah berlalu, dan sedang menyegarkan diri
untuk bangun keesokan paginya. Bahkan, kematian se-
perti itu lebih baik dibandingkan sekadar tidur biasa, sebab
tidur hanyalah sebuah tenggang waktu sebelum kita
harus menghadapi lagi kesusahan dan kerja keras, se-
dangkan kematian yaitu titik akhir di mana kita terbe-
bas dari keduanya. Jiwa tidak tertidur, melainkan men-
jadi lebih giat. Sedangkan tubuhnya tertidur dengan
nyaman, tanpa ketakutan, kesakitan atau gangguan.
Bagi orang jahat, kuburan yaitu penjara, dan kain
kapan ibarat belenggu yang mengikat seorang penjahat
yang sedang menunggu hukumannya. namun , bagi
orang saleh, kuburan yaitu sebuah tempat tidur, de-
ngan kain-kainnya yang lembut, yang membuat tidur-
nya menjadi nyaman. Meskipun tubuh akan membusuk,
namun di pagi hari, tubuh itu akan dibangkitkan lagi
seolah-olah tidak pernah mengalami kebusukan. Hal itu
seperti menanggalkan pakaian kita untuk diperbaiki
dan dihiasi dalam rangka menyambut hari perkawinan,
sebab di hari penobatan itulah kita akan dibangkitkan
lagi (Yes. 57:2; 1Tes. 4:14). Orang Yunani menyebut
tempat pekuburan mereka asrama – koimeteria.
760
[2] Penegasan khusus mengenai maksud baik Kristus bagi
Lazarus: namun Aku pergi ke sana untuk membangunkan
dia dari tidurnya. Dia bisa saja melakukan hal itu dari
tempat di mana Ia sedang berada saat itu: Ia yang
sanggup menyembuhkan seorang yang sedang sekarat
dari jarak jauh (4:50) pastilah dapat pula membangkit-
kan orang yang sudah mati dari jarak jauh. Akan namun ,
Ia ingin lebih memuliakan mujizat itu dengan melaku-
kannya dari samping kubur itu sendiri: Aku pergi, untuk
membangunkan dia. Sebagaimana tidur itu serupa de-
ngan kematian, begitu pula orang terbangun dari tidur-
nya saat ia dipanggil, terutama bila ia dipanggil dengan
namanya, yang melambangkan kebangkitan itu (Ayb.
14:15): maka Engkau akan memanggil. Baru saja Kris-
tus berkata, saudara kita telah tertidur, namun sekarang
Ia menambahkan pula, Aku pergi ke sana untuk memba-
ngunkan dia. Saat Kristus memberi tahu umat-Nya be-
tapa parahnya sebuah keadaan, Ia juga segera memberi
tahu mereka bahwa Ia dapat memperbaiki keadaan itu
dengan cepat dan mudahnya. Pemberitahuan Kristus
mengenai tujuan utama-Nya pergi ke Yudea mungkin
membantu meringankan ketakutan para murid-Nya un-
tuk mengikuti-Nya ke sana, sebab Dia tidak hendak
pergi terang-terangan ke tempat ibadah, melainkan me-
lakukan kunjungan pribadi yang tidak akan begitu me-
nonjolkan diri-Nya dan diri mereka ke hadapan khala-
yak ramai. Lagi pula, hal itu dilakukan untuk menolong
sebuah keluarga yang wajib dilakukan oleh mereka se-
mua.
(2) Kekeliruan mereka dalam mengartikan pemberitahuan
Kristus itu, serta kesalahan yang mereka perbuat menge-
nainya (ay. 12-13): Mereka berkata, Tuhan, jikalau ia ter-
tidur, ia akan sembuh.
Hal ini menunjukkan:
[1] Sedikit kepedulian yang mereka miliki terhadap kawan
mereka Lazarus. Mereka berharap supaya ia segera
sembuh, sōthēsetai – ia akan diselamatkan dari maut
pada saat itu. Mungkin, yang mereka pahami dari utus-
Injil Yohanes 11:1-16
761
an yang mengabarkan tentang penyakit Lazarus itu
yaitu bahwa salah satu gejala yang paling parah yang
sedang dialaminya yaitu bahwa ia tidak bisa tidur dan
selalu gelisah. Maka dari itu, sesudah kini mereka
mendengar bahwa dia sudah tidur, mereka pun berke-
simpulan bahwa demamnya sudah hilang, dan hal yang
terburuk sudah lewat. Tidur biasanya yaitu obat
alamiah yang bisa mengembalikan kekuatan yang telah
lenyap atau berkurang. Hal tersebut juga benar dalam
hal tidur kematian. Jika seorang Kristen yang baik telah
tertidur, maka keadaannya akan menjadi lebih baik
dibandingkan keadaannya di dunia sini.
[2] Kepedulian yang lebih besar lagi bagi diri mereka sen-
diri. Dengan ini secara halus mereka mengusulkan su-
paya Kristus tidak perlu lagi pergi mendapati Lazarus,
sehingga mereka tidak usah menampakkan diri di ha-
dapan orang banyak di sana. “Jika ia tidur, dia akan
segera sembuh, dan kita bisa tinggal di sini saja.” Demi-
kianlah, jika ada bahaya, kita selalu berharap bahwa
pekerjaan baik yang menjadi panggilan kita akan selesai
dengan sendirinya, atau kalau tidak, telah diselesaikan
oleh orang lain.
(3) Kekeliruan mereka itu kemudian diperbaiki (ay. 13): Mak-
sud Yesus ialah tertidur dalam arti mati.
Lihatlah di sini:
[1] Betapa masih rendahnya pemahaman murid-murid
Kristus saat itu. Jadi, biarlah kita tidak lantas meng-
hakimi orang sebagai sesat saat mereka salah meng-
artikan suatu perkataan Kristus. Memang tidak baik
membesar-besarkan kesalahan saudara-saudara kita
sendiri, namun yang satu ini memang kekeliruan yang
besar sekali, sebab kesalahan ini bisa saja dicegah de-
ngan mudahnya seandainya mereka ingat betapa se-
ringnya kematian disebut sebagai tidur dalam Perjanji-
an Lama. Seharusnya, mereka bisa mengerti Kristus se-
waktu Ia berbicara kepada mereka dengan bahasa Kitab
Suci. Lagi pula, aneh sekali jika Guru mereka mau me-
lakukan perjalanan selama dua sampai tiga hari hanya
762
untuk membangunkan seorang saudara yang sedang
tertidur biasa, padahal orang lain pun bisa melakukan-
nya juga. sebab itu, kita harus yakin bahwa apa pun
yang hendak dilakukan Kristus yaitu sesuatu yang he-
bat dan istimewa, sebuah pekerjaan yang layak Ia laku-
kan.
[2] Betapa cermatnya sang penulis Injil memperbaiki keke-
liruan itu: Maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati.
Orang-orang yang berbicara dalam bahasa yang tidak
dikenal atau memakai perumpamaan-perumpamaan,
hendaknya juga belajar untuk menerangkan maksud
mereka, dan berdoa supaya mereka bisa mengartikan-
nya untuk menghindari kekeliruan.
(4) Keterangan yang jelas dan langsung yang diberikan Yesus
kepada mereka mengenai kematian Lazarus, dan tekad-Nya
untuk pergi ke Betania (ay. 14-15).
[1] Ia memberi tahu mereka tentang kematian Lazarus. Apa
yang sebelumnya hanya Ia katakan secara gelap, kini
dijelaskan-Nya dengan terus terang dan tanpa memakai
kata kiasan: Lazarus sudah mati (ay. 14). Kristus selalu
memperhatikan kematian para orang kudus-Nya, sebab
hal itu berharga di mata-Nya (Mzm. 116:15), dan Ia pun
tidak senang bila kita tidak mengacuhkan hal itu dan
tidak memperhatikannya dengan sungguh-sungguh.
Lihatlah, betapa berbelas kasihannya Kristus sebagai
seorang guru, sampai-sampai Dia mau merendahkan
diri bagi mereka yang keluar dari jalur dengan menje-
laskan segala sesuatu yang belum mereka pahami mela-
lui perkataan dan perbuatan-Nya.
[2] Dia mengemukakan alasan mengapa Ia menunda lama
sekali sebelum akhirnya memutuskan untuk menengok
Lazarus: Syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu. Jika
Ia telah ada di sana sebelum itu, maka Ia akan dapat
menyembuhkan penyakit Lazarus dan mencegah ke-
matiannya, yang pasti akan menghiburkan hati kawan-
kawan Lazarus, namun jika itu terjadi, maka murid-
murid-Nya tidak akan mendapatkan kesempatan untuk
menyaksikan bukti kuasa-Nya, selain dari apa yang
Injil Yohanes 11:1-16
763
telah sering mereka lihat sebelumnya, sehingga pastilah
iman mereka tidak akan bertambah kuat sebab nya.
namun sesudah Ia datang ke sana dan membangkitkan
Lazarus dari kubur, ada banyak orang yang sebelumnya
tidak percaya menjadi percaya kepada-Nya (ay. 45), dan
juga, ada banyak peningkatan pesat dalam proses pe-
nyempurnaan iman mereka yang telah mempercayai-
Nya sebelum kejadian itu, yang memang menjadi tujuan
Kristus: Sebab demikian lebih baik bagimu, supaya
kamu dapat belajar percaya.
[3] Kini Ia memutuskan untuk pergi ke Betania dan meng-
ajak serta murid-murid-Nya: Marilah kita pergi sekarang
kepadanya. Ia tidak berkata, “Marilah kita pergi kepada
saudari-saudarinya untuk menghibur hati mereka”
(yang merupakan tindakan terbaik yang dapat kita la-
kukan), akan namun , “Marilah kita pergi kepadanya,” se-
bab Kristus dapat menunjukkan keajaiban kepada orang
mati. Kematian, yang akan memisahkan kita dari semua
teman-teman kita dan memutuskan hubungan kita
dengan mereka, tidak akan sanggup memisahkan kita
dari kasih Kristus maupun menempatkan kita di luar
jangkauan panggilan-Nya. Sebagaimana Ia akan mem-
pertahankan kovenan-Nya dengan debu (orang mati),
demikian pula Ia dapat melawat debu itu. Lazarus
sudah mati, namun marilah kita datang kepadanya, se-
kalipun orang-orang yang berkata “jika ia hanya tidur,
tidak perlu datang kepadanya lagi” telah siap-siap untuk
berkata “Jika ia telah mati, sia-sia saja pergi ke sana.”
(5) Tomas menyemangati rekan-rekannya untuk mengikuti
langkah Guru mereka (ay. 16): Tomas, yang disebut Didi-
mus. Tomas dalam bahasa Ibrani dan Didimus dalam baha-
sa Yunani berarti kembar. Dikatakan tentang Ribka (Kej.
25:24) bahwa ada anak kembar di dalam kandungannya,
dan kata yang dipakai yaitu Thomim. Mungkin Tomas
juga yaitu anak kembar. Dengan semangat dia berkata
kepada teman-temannya (yang mungkin hanya saling ber-
pandangan dengan cemas dan khawatir sewaktu Kristus
berkata dengan pasti, “Marilah kita datang kepadanya”),
764
“Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan
Dia.”
Dengan dia, artinya:
[1] Dengan Lazarus, yang kini telah mati, seperti yang diar-
tikan oleh beberapa orang. Lazarus yaitu seorang ka-
wan dekat yang begitu dikasihi oleh Kristus dan murid-
murid-Nya, dan mungkin Tomas memiliki kedekatan
yang lebih khusus lagi dengan dia. Nah, jika kini Laza-
rus sudah mati, kata Tomas, Marilah kita pergi juga un-
tuk mati bersama-sama dengannya. Sebab,
Pertama, “Jika kita bertahan hidup, kita tidak tahu
bagaimana kita bisa hidup tanpa dia.” Mungkin Lazarus
telah melakukan banyak kebaikan bagi mereka, menye-
diakan tempat menginap, menyediakan keperluan me-
reka, dan telah menjadi penunjuk jalan bagi mereka.
namun sekarang sesudah dia pergi, tidak ada lagi orang
yang sebaik itu, dan “sebab itu,” kata Tomas, “kita
lebih baik mati saja bersama-sama dia.” Begitulah, ter-
kadang kita juga berpikir bahwa hidup kita terikat pada
hidup orang-orang yang kita kasihi, namun Tuhan akan
mengajari kita untuk hidup, untuk hidup dengan nya-
man, dengan bergantung pada Dia, saat orang-orang
yang kita kasihi meninggal dunia dan kita pikir kita
tidak bisa terus hidup tanpa mereka. Akan namun , ini
belumlah semuanya.
Kedua, “Jika kita mati, kita memiliki harapan untuk
bisa berbahagia bersama-sama dengan dia.” Begitu
kuatnya iman Tomas mengenai kebahagiaan yang akan
dicapai sesudah kematian, dan betapa baiknya harapan
yang mereka punyai dalam kasih karunia mengenai diri
mereka dan juga Lazarus di dalam kematian itu, sam-
pai-sampai ia ingin semuanya mati bersama dengan La-
zarus. Memang lebih baik mati dan pergi bersama-sama
dengan kawan-kawan Kristen kita ke alam yang diper-
kaya oleh kepindahan mereka ke sana, dibandingkan terting-
gal di dunia ini, yang mengalami kerugian besar akibat
keberangkatan mereka dari tempat itu. Maka, semakin
banyak kawan kita yang pindah, akan berarti semakin
Injil Yohanes 11:1-16
765
longgarnya ikatan kita dengan dunia ini, dan semakin
besar pula hati kita ditarik ke arah sorga. Betapa me-
nyenangkannya cara orang benar berbicara mengenai
kematian, seolah-olah hal itu sama dengan menanggal-
kan pakaian dan pergi tidur!
[2] “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama de-
ngan Guru kita, yang sekarang hendak menghadapkan
diri-Nya pada kematian dengan membahayakan diri-Nya
dengan masuk ke Yudea,” begitulah pendapat saya me-
ngenai arti kalimat itu. “Jika Ia hendak menantang ba-
haya, marilah kita pergi juga dan mengambil bagian kita
bersama-sama dengan Dia, sesuai dengan perintah
yang kita terima, Ikutlah Aku.” Tomas tahu banyak me-
ngenai kedengkian orang-orang Yahudi terhadap Kris-
tus dan rancangan Tuhan bagi-Nya, yang telah sering di-
beritahukan Kristus kepada mereka, sehingga tidaklah
mengherankan untuk menduga jika kini Ia hendak pergi
ke sana untuk mati. Tomas pun kini menyatakan,
Pertama, kesiapannya yang tulus untuk mati ber-
sama Kristus, yang timbul dari kasihnya yang kuat
terhadap-Nya, meskipun imannya lemah, seperti yang
terbukti kemudian (14:5; 20:25). Di mana engkau mati,
aku pun mati di sana (Rut 1:17).
Kedua, keinginan kuat untuk mendorong rekan-re-
kannya yang lain supaya bertindak serupa: “Marilah
kita pergi, senasib dan sepenanggungan, untuk mati
bersama dengan Dia. Jika orang melempari-Nya dengan
batu, biarlah mereka melempari kita juga. Siapakah
yang mau hidup tanpa Guru yang demikian?” Begitu-
lah, orang Kristen harus saling menyemangati satu
sama lain di saat-saat yang sulit. Biarlah setiap kita
berkata, “Marilah kita mati bersama-sama dengan Dia.”
Perhatikan, ingatan akan kematian Tuhan Yesus harus
membuat kita juga bersedia untuk mati, kapan pun
Tuhan memanggil kita.
766
Kristus di Betania
(11:17-32)
17 Maka saat Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di
dalam kubur. 18 Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya.
19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk
menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 20 saat Marta
mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. namun Maria
tinggal di rumah. 21 Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Eng-
kau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 22 namun sekarang pun aku tahu,
bahwa Tuhan akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau
minta kepada-Nya.” 23 Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.”
24 Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu
orang-orang bangkit pada akhir zaman.” 25 Jawab Yesus: “Akulah kebang-
kitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia
sudah mati, 26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” 27 Jawab
Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Tuhan , Dia
yang akan datang ke dalam dunia.” 28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi
memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana
dan Ia memanggil engkau.” 29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi
mendapatkan Yesus.30 namun waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kam-
pung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. 31 saat orang-
orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk meng-
hiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka
mengikutinya, sebab mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk
meratap di situ. 32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia,
tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekira-
nya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”
sesudah keputusan diambil, yakni bahwa Kristus akan kembali ke
Yudea beserta dengan murid-murid-Nya, mereka pun memulai perja-
lanan mereka. Di perjalanan ini terjadi beberapa hal yang dicatat oleh
penulis Injil lainnya, misalnya penyembuhan seorang buta di Yerikho
dan pertobatan Zakheus. Kita tidak boleh berhenti berbuat baik seka-
lipun kita sedang ada dalam perjalanan. Kita juga tidak boleh begitu
larut dalam sebuah pekerjaan baik sampai membuat tugas baik
lainnya terbengkalai.
Akhirnya, Ia pun sampai ke dekat Betania, yang dikatakan berja-
rak kira-kira dua mil jauhnya dari Yerusalem (ay. 18). Hal itu dicatat
di sini supaya nyata bahwa mujizat yang hendak dilakukan-Nya itu
terjadi masih di sekitar Yerusalem dan dianggap terjadi di sana. Muji-
zat Kristus di Galilea memang lebih banyak, namun mujizat yang dila-
kukan-Nya di dalam dan sekitar kota Yerusalem lebih gemilang. Di
sanalah Ia menyembuhkan seorang yang telah menderita penyakit
selama tiga puluh delapan tahun, lalu seorang lagi yang terlahir buta,
dan membangkitkan seorang yang telah mati selama empat hari.
Maka datanglah Kristus ke Betania, dan perhatikanlah:
Injil Yohanes 11:17-32
767
I. Keadaaan yang tengah dialami kawan-kawan-Nya di sana. Saat Ia
meninggalkan mereka sebelumnya, kemungkinan besar mereka
dalam keadaan yang baik, sehat dan penuh sukacita. Akan namun ,
saat kita berpisah dengan kawan-kawan kita, kita tidak tahu (se-
kalipun Kristus tahu) perubahan apa yang akan menimpa diri kita
atau mereka sebelum kita bertemu lagi dengan mereka.
1. Ia mendapati Lazarus sahabat-Nya itu telah terbaring di dalam
kubur (ay. 17). Saat Ia sampai di dekat kota, kemungkinan de-
kat area pemakaman di kota itu, Ia diberi tahu oleh para te-
tangga atau orang-orang yang berpapasan dengan-Nya, bahwa
Lazarus telah dikubur selama empat hari. Beberapa pihak ber-
pendapat bahwa Lazarus mati pada hari yang sama saat
utusan itu datang kepada Yesus dengan kabar sakit penyakit
yang menimpanya, dan sebab itu diperhitungkan bahwa Ia
tetap tinggal di tempat itu dua hari dan dua hari lainnya lagi
untuk perjalanan-Nya ke Betania. Saya lebih cenderung ber-
pendapat bahwa Lazarus mati tepat saat Yesus berkata, “Sau-
dara kita itu telah tertidur, ia kini sudah jatuh tertidur,” dan
bahwa waktu antara kematian dan penguburan Lazarus (yang
biasanya berlangsung dengan singkat di antara orang-orang
Yahudi), termasuk empat hari terbaringnya ia di dalam kubur,
dihabiskan Yesus dalam perjalanan-Nya itu. Kristus bepergian
secara terang-terangan, seperti yang terlihat saat Ia melalui
Yerikho dan juga saat Ia singgah di rumah Zakheus, yang
pasti menyita waktu. Meskipun pasti akan terjadi, datangnya
keselamatan yang telah dijanjikan sering lambat.
2. Ia mendapati kawan-kawan lainnya yang masih hidup sedang
dalam kedukaan. Marta dan Maria begitu tenggelam dalam ke-
sedihan akibat kematian saudara mereka, yang terlihat dari
pernyataan bahwa banyak orang Yahudi telah datang untuk
menghibur mereka.
Perhatikan:
(1) Biasanya, di mana ada kematian, di sana ada banyak orang
yang meratap, terutama saat orang yang dekat dan begitu
dikasihi dan yang telah berbuat banyak kebaikan bagi
orang lain, dipanggil selamanya. Rumah di mana terjadi ke-
matian sering disebut rumah duka (Pkh. 7:2). Saat manusia
pergi ke rumahnya yang kekal, peratap-peratap berkeliaran
768
di jalan (Pkh. 12:5), atau mungkin memilih untuk duduk
sendiri dan berdiam diri. Rumah Marta, sebuah rumah
yang dipenuhi dengan rasa takut akan Tuhan dan diberkati
oleh-Nya, kini menjadi rumah duka. Kasih karunia akan
menjauhkan kedukaan dari hati (14:1), namun bukan dari
rumah.
(2) Di mana ada peratap, di situ ada penghibur. Sudah menjadi
kewajiban kita untuk berdukacita bersama-sama dengan
mereka yang sedang berkabung, dan menghibur mereka.
Sikap kita yang menunjukkan dukacita akan menjadi se-
macam penghiburan bagi mereka. Saat kita sedang diseli-
muti dukacita, kita cenderung melupakan hal-hal yang da-
pat menghibur hati kita. Oleh sebab itulah kita membutuh-
kan orang lain untuk mengingatkan kita. Memiliki orang-
orang seperti itu di saat kita sedang berkabung memang
melegakan hati, dan itulah tugas kita kepada mereka yang
sedang berdukacita. Alim ulama Yahudi juga menekankan
pentingnya hal tersebut, sehingga mereka mewajibkan
murid-murid mereka untuk menghibur mereka yang berdu-
ka sesudah penguburan orang yang meninggal. Mereka pun
menghibur Maria dan Marta berhubung dengan kematian
saudaranya, yakni, dengan membicarakan tentang dia, bu-
kan hanya mengenai nama baik yang telah ia tinggalkan,
namun juga tentang keadaan bahagia yang kini telah ia ma-
suki. Saat kenalan dan kawan kita yang saleh diambil dari
kita, maka sesedih apa pun kita yang telah ditinggal pergi
dan yang telah kehilangan mereka itu, kita boleh merasa
terhibur bahwa mereka telah pergi mendahului kita untuk
memasuki kebahagiaan sehingga mereka tidak membutuh-
kan kita lagi. Kunjungan yang dilakukan oleh orang-orang
Yahudi kepada Marta dan Maria merupakan bukti bahwa
mereka yaitu orang-orang yang terpandang dan penting.
Meskipun mereka yaitu pengikut Kristus, orang lain yang
bahkan tidak menghormati Dia pun tetap memperlakukan
mereka dengan baik, sebab mereka selalu berlaku baik
pada semua orang. Kehendak ilahi juga yang telah meng-
atur agar ada banyak sekali orang Yahudi, kemungkinan
wanita-wanita Yahudi, yang datang berkumpul ke tempat
itu, untuk menghibur mereka yang berduka, supaya ada
Injil Yohanes 11:17-32
769
saksi-saksi yang tak terbantahkan mengenai mujizat terse-
but, dan juga supaya mereka bisa melihat bahwa sebagai
penghibur, mereka itu tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan Kristus. Biasanya Kristus tidak mengumpulkan
saksi-saksi bagi mujizat-mujizat-Nya, namun untuk mujizat
ini ada pengecualiannya. Dalam kebijaksanaan-Nya Tuhan
pun mengatur supaya mereka ini semua datang ke sana
bersama-sama pada waktu itu, untuk menyaksikan mujizat
itu, sehingga ketidakpercayaan pun dibungkamkan.
II. Percakapan yang terjadi antara Kristus dengan kawan-kawan-Nya
yang masih hidup saat itu. Saat Kristus menunda kunjungan-Nya
selama beberapa waktu, kunjungan-Nya itu menjadi lebih disam-
but dan ditunggu-tunggu. Demikian pula di sini. Kepergian-Nya
membuat kepulangan-Nya semakin dinantikan, dan ketidakhadir-
an-Nya membuat kita belajar untuk lebih lagi menghargai keha-
diran-Nya.
Di sini ada :
1. Percakapan antara Kristus dan Marta.
(1) Diceritakan bahwa ia pergi mendapatkan-Nya (ay. 20).
[1] Kelihatannya Marta benar-benar menunggu dan meng-
harap-harapkan kedatangan Kristus. Mungkin saja dia
telah mengutus orang untuk memberitahukannya jika
Kristus telah datang, atau mungkin dia sering kali ber-
tanya, “Apakah kamu melihat jantung hatiku?”, sehingga
orang pertama yang melihat Kristus datang segera ber-
lari menemui Marta untuk memberitahukan kabar baik
itu. Apa pun itu, Marta sudah mendengar tentang keda-
tangan Kristus bahkan sebelum Dia benar-benar sam-
pai ke sana. Marta telah menunggu begitu lama dan
sering kali bertanya, “Sudahkah Ia datang?” namun tidak
kunjung mendengar kabar berita tentang Dia. Namun
akhirnya, yang telah lama dinanti-nantikan itu datang
juga. Pada akhirnya, penglihatan pun akan berbicara,
tanpa berdusta.
[2] Begitu mendengar kabar baik bahwa Yesus akan segera
datang, Marta pun meninggalkan segalanya dan pergi
mendapatkan-Nya, untuk menyambut Dia dengan sung-
770
guh hati. Dia mengabaikan semua tata krama dan sikap
hormat terhadap orang-orang Yahudi yang sedang me-
layat ke rumahnya, dan bergegas pergi untuk menemui
Yesus. Perhatikan, saat Tuhan melawat kita melalui anu-
gerah atau pemeliharaan-Nya untuk menunjukkan
belas kasihan dan menghibur kita, kita pun harus maju
dalam iman, pengharapan dan doa untuk menemui-
Nya. Beberapa orang berpendapat bahwa Marta pergi ke
luar kota untuk menemui Yesus supaya ia dapat mem-
beritahukan-Nya bahwa di rumah mereka kini ada
beberapa orang Yahudi yang mungkin tidak menyukai
Yesus, sehingga kalau Yesus mau, Ia pun bisa menghin-
dar untuk datang ke sana.
[3] Saat Marta pergi untuk menemui Yesus, Maria tinggal di
rumah. Beberapa orang berpendapat bahwa mungkin
Maria tidak mendengar kabar itu sebab ia menarik diri
ke dalam kamarnya, sambil menerima kunjungan bela-
sungkawa orang-orang, sementara Marta yang menyi-
bukkan diri dalam urusan rumah tangga mendengar
kabar itu dengan segera. Mungkin saja Marta tidak mau
memberi tahu saudarinya bahwa Kristus hampir tiba,
sebab ia ingin mendapat kehormatan sebagai orang per-
tama yang menyambut-Nya. Sancta est prudentia clam
fratribus clam parentibus ad Christum esse conferre –
Kesigapan yang kudus membimbing kita kepada Kristus,
sementara saudara dan orangtua bahkan tidak menge-
tahui apa yang kita lakukan. – Maldonat. in locum. Ada
beberapa pihak lain juga berpendapat bahwa Maria
mendengar kabar bahwa Kristus datang, namun terlalu
tenggelam dalam kesedihannya sehingga dia tidak mau
bergerak sedikit pun, dan memilih untuk terus larut
dalam kesedihannya itu, dengan duduk diam sambil te-
rus memikirkan dukacitanya, sambil berkata, “Selayak-
nyalah aku berkabung.” Dengan membandingkan kisah
ini dengan kisah yang dicatat dalam Lukas 10:38 dan
seterusnya, kita dapat melihat perbedaan sifat di antara
kedua saudari itu, beserta dengan kelebihan dan kele-
mahannya masing-masing. Sifat temperamen Marta
yaitu giat dan selalu sibuk. Dia senang mondar-man-
Injil Yohanes 11:17-32
771
dir untuk membereskan segala sesuatu. Sifatnya ini te-
lah menjadi perangkap baginya, sebab bukan saja
membuatnya menjadi cemas dan khawatir mengenai
segala sesuatu, namun juga menghalanginya untuk men-
jalankan ibadahnya. namun kini, di masa sulit seperti
ini, sifat giatnya itu justru membawa kebaikan baginya,
sebab dapat menghalau kedukaan dalam hatinya dan
membuatnya begitu bersemangat untuk bertemu de-
ngan Kristus. Dan ia pun lebih cepat memperoleh peng-
hiburan dari-Nya. Sebaliknya, sifat Maria yaitu lebih
pemikir dan menahan diri. Sifat ini merupakan keun-
tungan baginya sebelum ini, sebab membuatnya du-
duk di bawah kaki Kristus untuk mendengar firman-
Nya, dan memungkinkannya lebih memperhatikan Kris-
tus tanpa harus terganggu oleh tetek bengek yang meri-
saukan Marta. namun kini di saat yang sulit ini, sifatnya
itu menjadi suatu perangkap baginya, membuatnya
sulit untuk melepaskan diri dari kesedihannya sehingga
ia pun terus menerus terlarut di dalamnya: namun Maria
tinggal di rumah. Lihatlah di sini bagaimana kita benar-
benar harus berhikmat dalam berjaga-jaga terhadap
berbagai godaan, dan memanfaatkan sebaik-baiknya si-
fat temperamen kita untuk keuntungan kita.
(2) Di sini ada cerita lengkap mengenai percakapan yang
terjadi antara Kristus dan Marta.
[1] Perkataan Marta terhadap Kristus (ay. 21-22).
Pertama, ia mengeluhkan lamanya ketidakhadiran
Kristus dan kedatangan-Nya yang tertunda. Dia menga-
takan hal itu bukan saja dengan kepedihan sebab ke-
matian kakaknya, namun juga menyiratkan sedikit sakit
hati sebab tindakan Guru yang kelihatannya tidak
baik itu: Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudara-
ku pasti tidak mati.
Di sini ada :
1. Suatu bukti imannya. Marta percaya kepada kuasa
Kristus, yaitu, meskipun penyakit kakaknya itu
sungguh berat, Dia pasti sanggup menyembuhkan-
nya dan mencegah kematiannya. Marta juga memer-
772
cayai belas kasih-Nya, yaitu, jika saja Ia melihat
Lazarus dalam kesakitannya yang luar biasa itu, dan
bagaimana semua kenalan Lazarus menangis meli-
hat penderitaannya itu, Kristus pasti akan merasa
iba dan mencegah terjadinya kesedihan itu, sebab
belas kasihan-Nya tidak sia-sia. namun ,
2. Di sini ada gambaran ketidakpercayaannya. Iman
Marta memang tulus, namun lemah seperti sebatang
buluh yang terkulai, sebab ia membatasi kuasa Kris-
tus dengan berkata, sekiranya Engkau ada di sini.
Padahal dia seharusnya tahu bahwa Kristus sang-
gup menyembuhkan orang dari jarak jauh, dan bah-
wa cara kerja-Nya yang penuh anugerah itu tidak
terbatas oleh kehadiran tubuh jasmani-Nya. Dia
juga berpikiran serupa mengenai hikmat dan kebaik-
an Kristus, yaitu bahwa Dia tidak bergegas menda-
pati mereka saat mereka memanggil-Nya, seolah-
olah Ia tidak mengatur kegiatan-Nya dengan baik,
dan malah tetap tinggal di tempat-Nya semula dan
tidak segera datang, dan sekarang kedatangan-Nya
sudah terlambat. Marta juga sudah tidak terpikir
lagi untuk meminta pertolongan apa pun saat itu.
Kedua, Marta kemudian meralat dan menghibur diri-
nya sendiri dengan memikirkan kebaikan yang Kristus
sediakan di sorga. Setidaknya, kini dia menyalahkan
dirinya sendiri sebab tadi telah mempersalahkan Gu-
runya dan menyiratkan bahwa kedatangan-Nya itu su-
dah terlambat: namun sekarang pun aku tahu, separah
apa pun keadaannya, Tuhan akan memberikan kepada-
Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.
Perhatikanlah:
1. Betapa berserahnya pengharapannya itu. Meski ia
tidak punya nyali untuk meminta Yesus membang-
kitkan Lazarus, sebab pada waktu itu belum pernah
ada orang yang telah lama mati dibangkitkan lagi,
namun, layaknya seorang pemohon yang rendah
hati, Marta bersedia menaruh perkara tersebut da-
lam kehendak Tuhan Yesus, sesuai dengan belas
Injil Yohanes 11:17-32
773
kasihan dan hikmat-Nya. Saat kita tidak tahu hal
apa yang seharusnya kita minta atau harapkan,
biarlah kita berserah diri kepada Tuhan dan mem-
biarkan-Nya melakukan yang terbaik. Judicii tui est,
non præsumptionis meæ – Aku menyerahkan hal itu
pada keputusan-Mu, dan bukan pada pertimbang-
anku – Aug. in locum. Saat kita tidak tahu apa yang
harus kita doakan, kita bisa merasa terhibur sebab
Sang Perantara Agung selalu tahu apa yang harus Ia
mintakan bagi kita, dan doa-Nya itu selalu didengar.
2. Betapa lemahnya iman Marta itu. Seharusnya dia
berkata, “Tuhan, Engkau dapat melakukan apa saja
yang Engkau mau;” namun dia hanya berkata, “Eng-
kau bisa mendapatkan apa saja yang Kau minta da-
lam doa-Mu.” Dia sudah lupa bahwa Anak mem-
punyai hidup dalam diri-Nya sendiri, bahwa Ia mela-
kukan mujizat-mujizat dengan kuasa-Nya sendiri.
Akan namun , dua pertimbangan berikut harus diingat
dalam mendorong iman dan pengharapan kita, dan
satu pun tidak boleh diabaikan: Kuasa Kristus atas
seluruh bumi dan hak serta pengantaraan-Nya di
sorga. Dia memegang tongkat emas di satu tangan-
Nya, sementara tangan yang satunya lagi memegang
ukupan emas. Kuasa-Nya selalu unggul, penganta-
raan-Nya selalu berhasil.
[2] Kata-kata penghiburan yang diucapkan Kristus kepada
Marta, sebagai jawaban terhadap pernyataannya yang
menyedihkan tadi (ay. 23): Kata Yesus kepada Marta:
“Saudaramu akan bangkit.” Dalam keluhannya, Marta
menoleh ke belakang dan merenung dengan rasa sesal
bahwa Kristus tidak ada di sana waktu itu, sebab pikir-
nya, “kalau saja Ia ada, pastilah saudaraku masih hi-
dup sekarang.” Dalam keadaan seperti itu, kita memang
sering kali tergoda untuk menambah kesengsaraan kita
sendiri dengan mengandai-andaikan hal berbeda yang
mungkin bisa terjadi. “Jika saja cara yang itu yang dite-
rapkan, atau tabib itu yang dipanggil, pasti temanku
tidak mati.” Kalimat-kalimat seperti ini sebenarnya ada-
lah sesuatu yang ada di luar jangkauan pengetahuan
774
kita, jadi apa gunanya berkata seperti itu? Saat kehen-
dak Tuhan telah terjadi, tugas kita hanyalah berserah
kepada-Nya saja. Kristus membimbing Marta (dan mela-
lui itu juga membimbing kita), untuk memandang ke
depan dan memikirkan apa yang akan terjadi, sebab di
sanalah terletak kepastian dan penghiburan: “Saudara-
mu akan bangkit.”
Pertama, perkataan ini benar bagi Lazarus dalam
arti khusus, bahwa sebentar lagi ia akan dibangkitkan.
namun Kristus menyatakan hal itu dalam arti yang lebih
umum, yaitu sebagai sesuatu yang nanti akan terjadi,
yang bukan akan dilakukan-Nya sendiri. Begitulah, be-
tapa rendah hatinya Kristus saat berbicara mengenai
apa yang dilakukan-Nya. Kristus juga mengucapkan
perkataan itu dengan makna ganda, yang membuat
Marta pada mulanya merasa tidak yakin dengan mak-
sud-Nya, apakah Ia hendak membangkitkan Lazarus
sebentar lagi atau menunggu sampai akhir zaman, su-
paya dengan demikian Ia dapat menguji iman dan kesa-
barannya.
Kedua, perkataan Kristus itu berlaku bagi semua
orang kudus dan kebangkitan mereka pada akhir za-
man. Perhatikan, merupakan penghiburan bagi kita bila
saat kita menguburkan teman dan kenalan kita yang
saleh, kita tahu bahwa mereka akan bangkit lagi. Seba-
gaimana jiwa tidak hilang saat kematian, melainkan ha-
nya pergi, begitu juga tubuh tidak lenyap, melainkan
hanya dibaringkan saja. Bayangkanlah dirimu mende-
ngar Kristus berkata, “Orangtuamu, anakmu, teman se-
penanggunganmu, akan bangkit lagi, tulang-tulang yang
kering itu akan hidup lagi.”
[3] Iman Marta yang bercampur dengan perkataan Kristus
itu, dan ketidakpercayaan yang bercampur dengan
imannya itu (ay. 24).
Pertama, Marta menganggapnya sebagai perkataan
yang harus diimani, yaitu bahwa ia akan bangkit pada
waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman. Meski
ajaran mengenai kebangkitan itu baru benar-benar ter-
Injil Yohanes 11:17-32
775
bukti penuh dengan terjadinya kebangkitan Kristus, te-
tapi sebagaimana terlihat di sini, Marta telah memper-
cayainya dengan teguh (Kis. 24:15), yaitu:
1. Bahwa akan ada akhir zaman, saat seluruh hari dan
waktu akan dihitung dan dihentikan.
2. Bahwa akan terjadi kebangkitan besar pada saat itu,
yaitu saat bumi dan laut menyerahkan orang-
orang mati yang ada di dalamnya.
3. Bahwa akan ada kebangkitan pribadi bagi setiap
orang: “Aku tahu bahwa aku akan bangkit lagi, be-
gitu pula semua orang-orang yang kukasihi.” Seba-
gaimana tulang-tulang akan kembali bertemu satu
sama lain pada hari itu, begitu pula seorang teman
dengan temannya yang lain.
Kedua, Meski begitu, kelihatannya Marta masih ber-
pikir bahwa perkataan itu tidaklah seberharga kenyata-
annya: “Aku tahu ia akan bangkit pada akhir zaman,
namun kami sekarang tidak merasa lebih baik sebab -
nya,” seolah-olah penghiburan yang ada dalam kebang-
kitan menuju hidup yang kekal itu tidak ada gunanya
diperbincangkan pada saat itu, atau tidak membantu-
nya meringankan kesedihannya. Lihatlah kelemahan
dan kebodohan kita. Kita membiarkan hal-hal indrawi
sekarang ini terpatri dalam-dalam pada diri kita, baik
itu duka maupun suka, dibandingkan dengan hal-hal
yang menjadi sasaran iman kita. Aku tahu ia akan bang-
kit pada akhir zaman, apakah itu belum cukup? Seperti-
nya, memang belum cukup bagi Marta. Dengan demiki-
an, ketidakpuasan kita akan salib yang harus kita pikul
sekarang dapat membuat kita meremehkan pengharap-
an kita akan masa depan, seolah-olah pengharapan itu
tidak layak untuk diindahkan.
[4] Arahan dan peneguhan lebih lanjut yang diberikan Kris-
tus kepada Marta, sebab Ia tidak akan memadamkan
batang pohon yang terbakar ataupun mematahkan bu-
l