ilmu tarekat mistik 10

Tampilkan postingan dengan label ilmu tarekat mistik 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu tarekat mistik 10. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

ilmu tarekat mistik 10



 ak di antara perpecahan tare­

kat-tarekat itu disusun dalam atau diberi istilah-istilah yang sesuai de­

ngan tempat perkembangannya. Tarekat Naksyabandi misalnya banyak 

ditulis orang dalam bahasa dan memakai istilah-istilah Persi. 

Sebagaimana kita ketahui, bahwa di Indonesia telah ada badan 

yang khusus menumpahkan perhatiannya kepada tarekat-tarekat, yang 

sudah diselidiki kebenarannya, yang dinamakan tarekat mu'tabarah. 

Seorang tokoh tarekat terkemuka, Dr. Syeikh H . Jalaluddin, telah ba­

nyak menulis tentang tarekat-tarekat, terutama tentang tarekat Kadiriy-

yah Naksyabandiyah. Ia menerangkan, bahwa di antara tarekat yang 

mu'tabar ada 41 macam, sebagai berikut : 

1. Th. Kadiriyyah, 2. Th . Naksyabandiyah, 3. Th. Syaziliyah, 4. 

Th. Rifa'iyyah, 5. Th . Ahmadiyyah, 6. Th . Dasukiyyah, 7. Th . Akbari-

yah, 8. Th . Maulawiyyah, 9. Th . Qurabiyyah, 10. Th . Suhrawardiyyah, 

11. Th . Khalwatiyyah, 12. Th. Jalutiyyah, 13. Th. Bakdasiyah, 14. 

Th. Ghazaliyah, 15. Th . Rumiyyah, 16. Th . Jastiyyah, 17. Th . Sya'-

baniyyah, 21. Th . 'Alawiyyah, 22. Th. 'Usyaqiyyah, 23. Th . Bakriyyah, 

24. Th . 'Umariyyah, 2 5 / T h . 'Usmaniyyah, 26. Th . 'Aliyyah, 27. Th. 

303 

Abbasiyah, 28. Th. Haddadiyyah, 29. Th. Maghribiyyah, 30. Th. Gha-

ibiyyah, 31. Th . Hadiriyyah, 32. Th. Syattariyyah, 33. Th. Bayumiy-

yah, 34. Th . Aidrusiyyah, 35. Th. Sanbliyyah, 36. Malawiyyah, 37. 

Anfasiyyah, 38. Th . Sammaniyyah, 39. Th . Sanusiyyah, 40. Th . Idrisi-

yah, dan 41. Th . Badawiyyah. 

Dalam "Shoter Encycl. of Islam" (Leiden, 1953), karangan H . A . R 

Gibb, mengenai kata tarekat, dimuat sebuah daftar yang sangat pan­

jang dari bermacam-macam tarekat pokok dan cabang-cabang perpe-

cahannya. Daftar ini diperbuat oleh pengarangnya terutama dengan 

mengambil sumber-sumber fakta dari karangan Hujwiri, Kasyful Mah-

jub, terjemahan Nicholson, 1911, Fihrasat, yang diperbuat oleh M . Fa-

si, Sanusi (mgl. 1859). Salsabil Mu'in penerbitan Massignon, Ma'sum 

A l i Syah, Tharaiqul Haqa'iq, Teheran 1319, d'Ohsson, Tableau general 

de I'empire othoman, Paris 1788, Hughes, Dictionary of Islam, Brown, 

Darwishes, Gumuskhani, Jami'ul Usul, Kairo, 1319, L . Rinn, Mara-

bouts et Khouan, Algiers 1885. Le Chatelier, Confréries musulmanes du 

Hejaz, Paris 1887, Depont-Coppolani, Confréries religieuses musul­

manes, Algiers 1897, Monett iin Encyclopaedia of Religion and Ethics, 

Malcolm, History of Persia, 1815, dan Massignon, Annunaire du Mon r 

de Musuiman, 1929. 

Daftar ini disusun demikian rapinya, sehingga kita dengan mudah 

dapat mengikuti perkembangan tarekat-tarekat itu dalam tiap negeri 

dan daerah masing-masing. Beberapa buah di antara tarekat-tarekat itu 

saya perpanjang sejarahnya, baik dengan fakta-fakta dan uraian yang 

saya ambil dari kitab-kitab ensiklopedi, maupun dibandingkan  keterangan-

keterangan yang bertaburan dalam kitab-kitab ilmu pengetahuan yang la­

in, tentu saja dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan di Indo­

nesia. Oleh sebab  itu yang saya bicarakan itu terutama tarekat-tarekat 

yang langsung atau tidak langsung ada di tanah air kita, agar de­

ngan demikian kita dapat mengikuti perkembangan kerohanian melalui 

gerakan-gerakan tarekat itu. Saya sangat menyesal tidak dapat membe­

rikan penjelasan yang sempurna dan lengkap, berhubung dengan lem-

baran yang terbatas dan sifat pengantar dibandingkan  kitab saya yang kecil 

ini. Jika Allah  memberikan usia kepada saya dan inayah taufiqnya, 

saya ingin menguraikan tarekat-tarekat besar yang ada di Indone­

sia sekarang ini secara panjang lebar dengan menonjolkan pengaruh-

304 

pengaruh bangsa dan alam pikiran Indonesia terhadap tarekat itu. Pe-

nyelidikan ini akan memakan tempo yang agak lama dan dalam, dan 

oleh sebab  itu saya ingin berhubungan dengan mahasiswa yang mena-

ruh minat dan kesempatan dalam mengadakan penyelidikan ke arah 

ini, apalagi kalau saya melihat kesibukan hidup saya meskipun sesudah 

pensiun, pada adanya cita-cita saya itu akan lama tercapai, j ika tidak 

dengan bantuan orang lain dalam moril dan matriil. 

2. SYAZILIYAH. 

Nama pendirinya yaitu Abu l Hasan A l i Asy-Syazili, yang dalam 

sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Ha­

san anak A l i bin Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari Sitti 

Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad saw. Ia lahir di A m ­

man, salah satu desa kecil, di Afr ika , dekat desa Mensiyah, di mana 

hidup seorang wali besar Sufi Abdul Abbas Al -Mars i , seorang yang ti­

dak asing lagi namanya dalam dunia tasawwuf, kedua-dua desa itu ter-

letak di daerah Maghribi. Syazili lahir kira-kira dalam tahun 573 H . 

Orang yang pernah bertemu dengan dia menerangkan, bahwa Syazili 

memiliki  perawakan badan yang menarik, bentuk muka yang me­

nunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta 

badannya agak panjang dengan bentuk mukanya yang agak meman-

jang pula, jari-jari langsing seakan-akan jari-jari orang Hejaz. Menu­

rut Ibn Sibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang yang 

penuh dengan rahasia-rahasia hidup. Pendapat ini sesuai dengan pen­

dapat Abul 'Aza ' im , ringan lidahnya, sedap didengar ucapan-ucapan-

nya, sehingga kalau ia berbicara pembicaraannya itu memiliki  pe­

ngertian yang dalam. 

Tatkala orang bertanya kepadanya, mengapa ia dinamakan Syazili, 

ia menjawab bahwa pertanyaan semacam itu pernah dikemukakan ke­

pada Allah  dalam fananya. Konon Allah  mengatakan i " Y a , A l i . 

A k u tidak menamakan dikau dengan nama Syazili, namun  dengan nama 

Syazz, yang artinya jarang, sebab  keistimewaanmu dalam berkhidmat 

kepada-Ku". 

305 

Memang Syazili termasuk salah seorang Sufi yang luar biasa, se­

orang tokoh Sufi terbesar, yang dipuja dan dipuji di antaranya oleh 

wali-wali kebathinan dalam kitab-kitabnya, baik sebab  kepribadian-

nya maupun sebab  fikiran dan ajaran-ajarannya. Hampir tak ada ki­

tab tasawwuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan 

acapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk menguat-

kan sesuatu uraian atau pendirian. Dalam menggambarkan sifat-sifat 

Syazili, Muhammad Al-Maghribi rhenerangkan, bahwa Allah  telah 

menganugerahkan kepada Syazili tiga perkara yang belum pernah di­

capai oleh orang-orang sebelumnya dan oleh orang-orang sesudahnya, 

yaitu dia dan penganut-penganutnya tertulis namanya dalam Luh Mah­

fuz, bahwa orang-orang yang majezub di antara golongannya kembali 

kepada dasar kejadian manusia yang suci, dan bahwa qutub-qutubnya 

berjalan abadi sampai hari kiamat. Konon ia lahir sudah diumumkan 

oleh beberapa ulama Sufi, bahwa akan lahir di Mesir seorang yang di­

namakan Muhammad, yang akan mengadakan pembukaan ilmu dan 

rahasia kegaiban di tempat itu yang akan masyhur dan dikenal orang 

dalam zamannya, akan lahir seorang pemuda yang sangat tinggi adab­

nya dan perilakunya, bermazhab Hanafi, bernama Muhammad bin Ha­

san, yang pada pipi sebelah kanan terbayang cahaya yang putih seperti 

awan, yang warna kulitnya semu putih dan pada matanya terpancar 

cahaya yang gilang-gemilang, dan ia dilahirkan sebagai anak yatim 

yang miskin. 

Memang sejak kecil ia telah menunjukkan sifat-sifat saleh dan sufi, 

ia memakai khirqah yang dianugerahkan dari dua orang gurunya yang 

terbesar, seorang bernama A b u Abdullah bin Harazim, yang seorang 

lagi bernama Abdullah Abdussalam ibn Masjisy, yang kedua-duanya 

penganut dari khalifah Abu Bakar dan dari khalifah A l i bin Abi Tha­

lib. 

Dari sejarah hidupnya kita ketahui, bahwa ia pada waktu kecil per­

gi dari tempat lahirnya ke Tunis, dan sesudah belajar beberapa waktu 

di sana ia pergi ke negara-negara Islam sebelah timur, di antaranya me­

ngunjungi Mekkah dan melakukan ibadat haji beberapa kali, kemudian 

dari sana barulah ia bertolak ke Irak. Syazili menceriterakan : "Tatkala 

aku masuk ke Irak pertama kali bergaul dengan A b u l Fatah A l - W a -

sithi. Di Arab ada banyak syeikh yang sedia mengajar. Tatkala 

306 

aku minta ditunjukkan seorang guru yang berkedudukan qutub, orang 

mengatakan kepadaku, bahwa guru yang aku cari itu ada di negeriku 

sendiri. Maka kembalilah aku ke Magrib, sehingga dengan demikian 

aku bertemu guruku Abu Muhammad Abdussalam, yang sedang berta-

pa di atas puncak sebuah gunung. A k u segera mandi pada suatu mata 

air di bawah gunung itu, dan tatkala aku keluar dari dalam telaga mata 

air itu aku merasa ilmu dan amalku sudah bertambah. A k u segera men­

dekati gunung untuk menemui guruku itu sebagai seorang fakir yang 

mencari ilmu pengetahuan. Tatkala ia melihat kepadaku, ia lalu berka­

ta : "Marhaban, ya A l i ! " Kemudian ia menceriterakan panjang lebar 

tentang keturunanku sampai berhubungan dengan Rasulullah. Sedang 

aku mendengar dengan keheranan". 

Syazili dianggap sebagai seorang wali yang keramat. D i antara ceri-

teranya mengenai persoalan ini, Syazili menerangkan bahwa ia dalam 

sebuah mimpi pernah bertemu dengan Nabi Muhammad, yang berkata 

kepadanya : " H a i A l i ! Pergilah engkau masuk ke negeri Mesir, di sana 

engkau akan mendidik empat puluh orang siddiqin". Oleh sebab  pada 

waktu itu hari sangat panas, Syazili konon mengeluh, dengan katanya : 

" Y a , Rasulullah! Hari sangat panas dan te rk" . Nabi berkata : " A d a 

awan yang akan memayungi kamu semua!" A k u berkata pula : " A k u 

takut akan kehausan". Nabi menjawab : "Langit akan menurunkan 

hujan untukmu tiap hari!" "Kemudian Nabi menjanjikan daku dalam 

perjalananku itu dengan tujuh puluh macam ceramat". 

Pada kesempatan yang lain Syazili menceriterakan, bahwa tatkala 

ia mendatangi gurunya sebagai murid, lalu gurunya mengatakan kepa­

danya : "Engkau datang kepadaku sebab  ingin mendapat ilmu dan 

pertunjuk dalam amal? Ketahuilah bahwa engkau ini yaitu salah se­

orang dibandingkan  guru dunia dan akhirat yang terbesar!" Syazili menge­

mukakan keheranannya, dan lebih-lebih pula ia menjadi ta'jjub, tatka­

la sesudah beberapa hari ia tinggal di tempa. itu, ia melihat pemberian 

Allah  mengenai kecerdasan yang luar biasa, yang yaitu  di luar 

adat kebiasaan dan yang yaitu  keramat khusus baginya. Tatkala 

pada suatu kali ia hendak menanyakan kepida gurunya tentang Ismul 

A'zam, dengan tiba-tiba seorang anak kecil iatang kepadanya dan ber­

kata dengan lancarnya : " A p a engkau hendak menanyakan gurumu 

tentang Ismul A'zam? Tidakkah engkau kelahui bahwa engkau sendiri 

Ismul A'zam itu ? 

307 

Sebuah tarekat yang terbentuk menurut namanya Syaziliyah, me­

rupakan suatu tarekat yang silsilahnya sambung-menyambung sampai 

kepada Hasan anak A l i bin A b i Thalib, melalui A l i bin Ab i Thalib sam­

pai kepada Nabi Muhammad saw, salah sebuah tarekat yang dikatakan 

termudah mengenai ilmu dan amal, mengenai ihwal dan maqam, ilham 

dan maqal, dengan mudah dapat membawa pengikut-pengikutnya ke­

pada jazab, mujahadah, hidayah, asrar dan keramat. Tidak begitu ber­

beda dengan tarekat Naksyabandiyah. 

Menurut kitab-kitabnya tarekat Syaziliyah tidak meletakkan sya­

rat-syarat yang berat kepada Syeikh tarekat, kecuali mereka harus me­

ninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara segala ibadat yang 

diwajibkan, melakukan ibadat-ibadat sunnat sekuasanya, zikir kepada 

Allah  sebanyak mungkin, sekurang-kurangnya, seribu kali sehari se­

malam, istighfar sebanyak seratus kali, selawat kepada Nabi sekurang-

kurangnya seratus kali sehari semalam, serta beberapa zikir lain. Kitab 

Syaziliyah meringkaskan sebanyak dua puluh adab, lima sebelum me­

ngucapkan zikir, dua belas dalam mengucapkan zikir, dan tiga sesudah 

mengucapkan zikir. Akan kita bicarakan dalam bahagian lain dari ki­

tab ini. 

3. QADIRIYAH. 

1. Thariqat. 

Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Jai lani , kadang-

kadang disebut A l - J i l i . Syeikh Abdul Qadir Jailani, seorang alim dan 

zahid, dianggap qutubul'aqtab, mula pertama seorang ahli fiqh yang 

terkenal dalam mazhab Hambali, kemudian sesudah beralih kegemar-

annya kepada ilmu tarekat dan hakekat menunjukkan keramat dan tan-

da-tanda yang berlainan dengan kebiasaan sehari-hari. Orang dapat 

membaca sejarah hidup dan keanehan-keanehannya dalam kitab yang 

dinamakan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani, asli tertulis dalam ba­

hasa Arab, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia tersiar luas di 

negeri kita, yang dibaca oleh rakyat pada waktu-waktu tertentu, konon 

untuk mendapatkan berkahnya. Pertanyaan, apakah mu'jizat dan kera-

308 

mat itu ada dasar-dasar pemikirannya dalam Islam, saya ceritera-

kan pada salah satu kesempatan lain, misalnya dalam kitab saya Peng­

antar Sejarah Sufi dan Tasawwuf. 

Dalam kitab Shorter Encylopaedia of Islam, karangan H . A . R . 

Gibb, kita dapati sejarah perkembangan aliran tarekat ini . Ia mempu­

nyai sebuah ribath sufi di Bagdad, yang ketika itu lebih penting dari­

pada Zawiyah, tempat melakukan suluk dan latihan-latihan Sufi. Se­

sudah ia wafat dalam tahun 561 H (1166 M ) , Madrasahnya itu diterus-

kan oleh anaknya Abdul Wahhab (1157 — 1196 M ) , kemudian dilanjut-

kan pula oleh anaknya Abdus Salam (mgl. 1213 M) , diceriterakan bah­

wa ada seorang lagi puteranya, bernama Abdul Razzaq (1134 — 1206/7 

M) seorang yang sangat zuhud dan salih. 

Ibn Batutah menceriterakan, bahwa dalam masanya sudah mulai 

dipergunakan orang Zawiyah tempat melakukan latihan-latihan diper­

gunakan orang Zawiyah tempat melakukan latihan-latihan suluk, dan 

latihan-latihan yang dilakukan dalam beberapa zawiyah di Bagdad itu 

sesuai dengan ajaran-ajaran yang ada dalam ribath Syeikh Abdul 

Qadir Jailani, sehingga dengan demikian ajarannya itu lama-kelamaan 

yaitu  satu mazhab Sufi, dan tiap murid yang telah menamatkan 

ajarannya sudah beroleh ijazah khirqah, berjanji akan meneruskan dan 

menyiarkan ajarannya itu. Demikianlah diceriterakan oleh Suhrawardi 

dalam kitabnya Awarif A-Ma'arif, tertulis pada pinggir kitab Ihya ka­

rangan Al-Ghazali (Kairo, 1306). Ada yang menerangkan, bahwa mu­

rid-murid diwajibkan memakai namanya, namun  sebagaimana yang ter­

sebut kitab Bahjatul Asrar, Abdul Qadir sendiri tidak menganggap pen­

ting perolehan khirqah itu, sebab  pembentukan jiwa dan budi pekerti 

sudah cukup baginya menjadi penutup ajarannya. 

Sejak dalam masa hidupnya sudah ada beberapa orang yang telah 

menyempurnakan ajarannya dan pergi menyiarkan ajaran itu ke tempat 

lain. Seorang dibandingkan nya ialah A l i bin Al-Haddad, yang kemudian ter­

kenal di Yaman dengan gerakannya, yang lain bernama Muhammad 

Batha' ini , bertempat tinggal di Baalbek, namun  memperkembang juga 

tarekat ini di Syria. Taqiyuddin Muhammad Al-Yunani terkenal seba­

gai seorang penyair tarekat Qadiriyah yang ternama di Baalbek, se­

dang Muhammad bin Abdus Samad yaitu seorang yang dianggap ke­

ramat di Mesir, sebab  katanya ia mewakili Abdul Qadir sendiri, yang 

309 

akan menuntun manusia menempuh jalan menuju Allah  dan Rasul-

Nya. 

Bahwa anak-anaknya turut dengan giat menyiarkan tarekat ini se­

benarnya dapat dipahami, meskipun Ibn Taimiyah pernah menerang­

kan, bahwa ia pernah bertemu dengan salah seorang anaknya, namun  

menjalankan amal ibadat sebagai seorang muslim yang ta'at dan salih. 

namun  penyelidikan ahli-ahli ketimuran barat, misalnya Le Chatelir 

dalam risalahnya Confréries musulmanes du Hejaz, menerangkan, bah­

wa ada beberapa orang anaknya dalam masa ayahnya masih hidup su­

dah menyiarkan ajaran ini di Marokko, Mesir, tanah Arab, Turkestan 

dan India. E . Mercier menerangkan dalam kitabnya Histoire de l'Afri-

que Septentrionale di antara lain, bahwa tarekat ini masuk dalam dae­

rah Berber di Afrika Utara dalam abad ke-XII M dan mendapat so-

kongan dibandingkan  pemerintah Fathimiyah, yang memerintah sekitar 

1171 M . Diceriterakan, bahwa tarekat ini masuk ke Fes ialah oleh kare­

na usaha anak-anak Abdul Qadir, pertama Ibrahim (mgl. di Wasit 

th. 1196 M ) , kedua Abdul Aziz (mgl. di Jiyal, sebuah desa di Sinjar). 

Mereka pindah ke Sepanyol, namun  tidak berapa lama sebelum jatuh 

kota Granada (1492 M ) , mereka dengan keluarganya lari ke Marokko. 

Kuburan-kuburannya ada di Fez sebagai "Keturunan Jailani yang 

mulia" (Syurafa Jilala). 

Selanjutnya, diterangkan, bahwa penyiaran tarekat ini di Asia Ke­

cil dan Istambul terjadi oleh Ismail Rumi, yang mendirikan tempat 

khalwat besar serta empat puluh buah takiyah, tempat mengumpulkan 

dan memberi makan orang miskin. Dalam pada itu adanya ribath Qa-

diriyyah di Mekkah sudah berdiri sejak masih hidupnya Syeikh Abdul 

Qadir Jailani. Ribath yang terdiri di atas bukit jabal Qubis di Mekkah 

sangat terkenal sebagai pusat tarekat ini di Mekkah, dan banyak di-

datangi orang dari segala pojok bumi, juga tentu dari ulama-ulama In­

donesia yang hendak menempuh tarekat dan beroleh ijazahnya. Me­

mang Jabal Qubis ini saya kenal selama lima tahun saya di Mekkah di 

waktu saya kecil, dan di sana banyak ada rumah-rumah tempat 

tinggal ulama-ulama tarekat dan tempat khalwat. Saya masih ingat, 

bahwa dari puncak Jabal Qubis itu, di mana ada mesjid Syeikh 

Abdul Qadir yang bersejarah, kelihatan Mesjidil Haram secara meng-

harukan. Barangkali keadaan inilah yang menarik orang-orang tarekat 

310 

itu di sana untuk berkhalwat. Ada keyakinan orang, bahwa barang 

siapa yang mendengar panggilan temannya dari Masjidil Jabal Qubis 

itu, pasti beroleh kesempatan naik haji, maka oleh sebab  itu banyak-

lah orang menitip pesanan agar ia dipanggil dari Mesjid Abdul Qadir 

Jailani itu. Hallaj pernah berkhalwat di atas Jabal Qubis, duduk ber-

simpuh di atas sebuah batu gunung di tengah-tengah terik matahari di 

Mekkah. 

Diceriterakan pula, bahwa penyiaran tarekat ini di Afr ika Tengah 

dan Selatan sangat cepat tersiar, misalnya di Guines, Kounta dan Tem-

baktu. 

Tarekat Qadiriyah memiliki  juga zikir-zikir, wirid dan hizib-

hizib tertentu. A d a penganutnya yang berkeyakinan demikian rupa se­

hingga menempatkan A l i bin A b i Thalib di atas kedudukan Nabi M u ­

hammad. Hal ini tentu tidak sesuai dengan pendirian Syeikh Abdul Qa­

dir sendiri sebagai seorang Hambali, tentu sudah dipengaruhi oleh ke­

yakinan aliran-aliran lain. Dengan demikian kita lihat, bahwa meskipun 

bernama Qadiriyyah, kadang-kadang tarekat ini sudah banyak dima-

suki oleh faham-faham lain dalam pertumbuhannya. Wirid-wirid tare­

kat Qadiriyyyah yang sebenarnya termuat dalam kitab "Al-Fuyadat Al-

Rabbiniyah", yang sekarang oleh Abdullah bin Muhammad Al-Ajami , 

juga seorang alim sufi yang umurnya mencapai 183 tahun (536-721). 

Dalam kalangan mereka yang sangat mengagung-agungkan ke-

keramatan Syeikh Abdul Qadir Jailani ada ahli filsafat Ibn Arabi , 

yang menceriterakan panjang lebar dalam kitab "Al-Futuhat Al-Mak-

kiyah", tentang tasawwufnya, pekerjaan-pekerjaan istimewa yang te­

rus menerus dilakukan Syeikh Abdul Qadir Jailani dari dalam kubur-

nya, ucapan-ucapan Ibn Arabi yang dikuatkan oleh Ibn Wardi dalam 

kitab tarikhnya. Ceritera-ceritera keramat ini , terutama ceritera menge­

nai keyakinan bahwa sesudah kekuasaan Allah  hanya ada ke­

kuasaan Syeikh Abdul Qadir, menyebabkan Ibn Taimiyah, yang juga ber-

mazhab Hambali menyerang pendapat pengarang-pengarang itu dalam 

usaha membersihkan diri Syeikh Abdul Qadir. Ibn Taimiyah menyerang 

dengan kitab "Al-Jawab As-Sahih" dan Ibrahim Syatibi menyerbu de­

ngan kitabnya "Al-I'tisam", sehingga terjadilah peperangan dalam fi l­

safat tasawwuf yang hebat sekali. 

311 

Kuburan Syeikh Abdul Qadir Jailani ini ada di Bagdad, dan 

meskipun pusatnya tarekat ini boleh dikatakan ada di Bagdad, te­

tapi cabang-cabangnya ada di seluruh dunia, sehingga Qadiriyah 

juga selain yaitu  sebuah tarekat, juga yaitu  sebuah organi-

sasi atau pergerakan, yang selalu berusaha mengumpulkan dan mengi-

rimkan bantuannya ke pusat untuk keperluan-keperluan amal yang ter­

tentu. 

2. Manaqib. 

Manaqib Syeikh Abdul Kadir Jailani, yang biasa dibaca orang se­

luruh Indonesia pada hari-hari terpenting dalam kehidupan sesuatu ke­

luarga, dicetak dalam bahasa Indonesia berhuruf Arab pada percetakan 

Sayyid A l i Al-Aidrus, Keramat Raya Jakarta, dengan semboyan pada 

kulitnya sebuah ayat Qur'an yang berbunyi : "Ketahui'ah, bahwa aulia 

Allah itu tidak pernah merasa takut dan gentar", dengan gambar Ku-

bah Qutub Rabbani yang besar dan megah di Bagdad itu. 

Pengarang kitab ini, yang tidak menyebut namanya sebab  takut 

ria dan takabur, mengatakan, bahwa yang mendorongkannya menyu-

sun Manaqib ini ialah ucapan Syeikh Adawi Al-Hamazawi, bahwa me-

nyebut-nyebut dan mengingat-ingat Syeikh Abdul Kadir Jailani itu, 

menyebabkan turun rahmat Allah  kepadanya. Maka terjadilah kege-

maran terhadap bacaan ini yang sangat luas di tengah-tengah bangsa 

kita. Bacaan itu biasanya didahului dengan bacaan fatehah, lengkap 

dengan bunga rampai, air dingin dan pembakaran menyan. Di tengah-

tengah kepulan asap yang harum itu seorang kiyai membaca Manaqib 

tsb. dan seluruh isi rumah mendengarnya dengan khusyu' dan tawa­

dhu'. 

Apa sebenarnya isi Manaqib itu? Isinya ialah sebahagian besar me­

ngenai riwayat hidupnya, namun  yang terutama ditonjol-tonjolkan ialah 

budi pekerti yang baik, kesalehannya, kezuhudannya dan keramat atau 

keanehan-keanehan yang didapati orang pada dirinya. Dikatakan bah­

wa Syeikh Abdul Kadir itu anaknya Abu Saleh, anak Abdullah dst. 

sampai hubungannya kepada Hasan anak A l i bin Ab i Thalib, kemanak-

an Nabi Muhammad saw. Ibunya bernama Fatimah anak Sayyid Ab­

dullah As-Suma'i Al-Husaini . Tentang keramatnya sangat banyaknya, 

312 

tak ada hingganya. Imam Nawawi menceriterakan tentang keramat ini 

dalam bukunya bernama Bustanul Arifin, dan mengatakan bahwa Ab­

dul Kadir itu yaitu guru dalam mazhab Syafi'i dan hambali. Imam 

Sarbuni menceriterakan dalam kitabnya Thabaqat, bahwa tanda-tanda 

luar biasa dibandingkan  kekeramatan Syeikh Abdul Kadir sudah dirasakan 

ibunya sejak dalam kandungan, di antaranya ia tidak mau menyusu 

pada siang hari pada akhir bulan Sya'ban dan dalam bulan Ramadhan, 

sehingga hal itu menjadi tanda kedatangan bulan puasa pada tiap-tiap 

tahun. Konon ibunya tatkala pergi mengaji dikelilingi oleh Malaikat, 

yang menjaga anaknya. Selanjutnya dikemukakan ceritera mengenai 

kasih sayang. Syeikh Abdul Kadir sejak kecil kepada fakir miskin, men­

jauhkan segala perbuatan ma'siat, gemar belajar dan beramal tidak 

berkeputusan, seorang anak yang jujur, cinta kepada ibu bapanya. 

Ceritera-ceritera dalam Manaqib ini sesuai dengan beberapa uraian 

yang ditulis oleh Rusly Akhmad dalam kitabnya berhuruf Latin, ber­

nama Syeikh Abdul Kadir Jailani, penerbitan Pena Mas (Jakarta, 

1962). 

Pada waktu masih kanak-kanak Sayyidinu Abdul Kadir tak suka 

bermain-main dengan anak-anak lain. Kekuatan jiwa batin yang dinya-

takan sejak bayinya itu berjalan terus sampai nampak dalam sepak ter-

jangnya sehari-hari dalam kehidupan yang suci. 

Ibunya dan kakeknya Sayyidina Abdullah Suma'i kedua-duanya 

Wali juga memberikan didikan yang sesuai dengan bakat dan keduduk­

an sebagai seorang wali. 

Boleh dikata bahwa Abdul Kadir dilahirkan dan dididik dalam 

ayunan dan lingkungan keluarga Sufi. Di mana saja, manakala beliau 

berpikir-pikir akan bermain-main maka terdengarlah olehnya suara 

yang menanyakan padanya, ke mana ia mau pergi. Tiap-tiap kali ia 

mendengar suara itu, kembalilah ia ke pangkuan ibunya dan mencari 

perlindungan dibandingkan nya. Ketika ia berumur 10 tahun, dia diperintah­

kan mengaji. 

Gurunya minta kepada para muridnya, agar kepadanya diberikan 

kelonggaran tempat tersendiri untuk duduk belajar. Pada waktu itu pu­

la mendadak datang pada gurunya seorang laki-laki yang tidak dikenal 

olehnya, menyatakan yang dia mendengar dibandingkan  Malaikat, bahwa 

313 

Abdul Kadir di kelak kemudian hari akan mencapai suatu tingkatan 

yang tinggi dalam kebatinan dan kerohanian. 

Begitulah Abdul Kadir hidup dan belajar di kota Jailan sampai 

berusia 18 tahun. Dalam waktu itu beliau telah menerima didikan se-

pantasnya bagi seorang pemuda dari sesuatu keturunan baik-baik dan 

otaknya meningkat begitu tajam dan begitu cerdasnya sampai sesuatu 

pelajaran yang seharusnya dihafal dalam waktu sedikitnya satu minggu 

olehnya dapat dihafal dan difahamnya dalam waktu satu hari saja. 

Pada suatu hari, yaitu pada hari Arafah bagi kaum Muslimin yang 

naik haji atau sehari sebelum hari Idul Adha, pergilah Abdul Kadir ke 

ladang untuk meluku. 

Ia berdiri di belakang bajak dan sapi bajaknya di depannya. Ke­

mudian sapi menoleh ke belakang dan berkata kepadanya, bahwa bu­

kan beginilah tujuan hidupnya dilahirkan di dunia ini . Peristiwa ini me-

ngejutkan dia dan kembalilah dia pulang. Sekembali di rumahnya naik 

di atas atap rumah dan dengan mata hati bathini dia melihat suatu ma­

jlis yang amat besar di Arafah itu. Setelah itu ia memohon kepada ibu­

nya, agar ibunya suka membaktikan dirinya kepada Allah  serta suka 

mengirimkannya untuk pergi ke Bagdad meneruskan pelajarannya. 

Sebagai diketahui oleh umum, pada waktu itu Bagdadlah sebuah 

pusat kota ilmu yang terkenal oleh seluruh kaum Muslimin dan dida-

tangi oleh para pemuda dari seluruh penjuru dunia Islam, Abdul Kadir 

berkeinginan keras untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan 

kerohaniannya dalam bergaul dengan lain-lain wali beserta orang-orang 

suci di Bagdad. 

Kecintaan ibunya, rumah dan tempat kelahirannya, perjalanan 

yang sukar, berbahaya dan jauh, lagi pula akan berdiam dalam suatu 

tempat di mana tidak ada teman dan sanak famili, itu semuanya bagi 

Abdul Kadir tak menjadikan halangan atau mengurangkan keinginan 

untuk mencari tambahan ilmunya. 

Ketika ibunya mendengar permohonan anaknya itu, maka keluar-

lah air matanya, mengingat bahwa dia sudah tua dan suaminya, ayah 

Abdullah Kadir telah lama meninggal dunia. Maka timbullah pertanya-

an dalam hatinya, apakah dia akan dapat bertemu kembali dengan 

anaknya yang ia cintai dan ia didik dengan kasih mesra itu ? 

314 

namun  sebab  ibunya itu yaitu seorang wanita yang bersih hati 

dan ta'at, maka dia tidak menghalang-halangi kehendak anaknya untuk 

berbakti kepada Allah  dengan kebaktian yang sebesar-besarnya. 

Setelah ibunya menyetujui permohonan ia tadi dan mengizinkan 

untuk berangkat ke Bagdad, maka segeralah segala sesuatu yang perlu 

untuk perjalanan yang jauh itu disiapkan. Uang bekal 40 dinar oleh 

ibunya dimasukkan dalam baju anaknya, lalu dijahit agar tak mudah 

hilang atau dicuri orang. Kemudian Abdul Kadir menggabungkan diri 

pada suatu kalifah yang akan berangkat menuju ke Bagdad. 

namun  sebelum berpisah, ibunya meminta suatu janji dari anak­

nya, bahwa Abdul Kadir tidak berkata bohong kepada siapa dan dalam 

keadaan bagaimanapun juga, walaupun ibunya telah tahu benar, bah­

wa anaknya itu sejak kecil tak pernah berdusta. 

Janji itu dipersembahkan kepada ibunya, kemudian berpisahlah 

ibu dengan anak, kedua-duanya dengan hati yang amat berat. 

Harus diingat pula di sini, bahwa perpisahan itu tidak untuk men­

cari harta, kekayaan, kemewahan, pangkat dan nama, namun  melulu 

untuk berbakti kepada Allah  yang Maha Esa semata-mata. 

Setelah beberapa hari kafilah itu berangkat, dan Abdul Kadir turut 

di dalamnya, berjalan dengan selamat, maka tatkala hampir kafilah itu 

memasuki kota Bagdad, apakah yang terjadi ? 

Enam puluh penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habis-

an. 

namun  apa anehnya ? 

Semua perampok tadi tak ada yang memperdulikan, menganiaya 

atau galak pada Abdul Kadir, sebab  sangka mereka pemuda ini tak 

punya apa-apa. 

Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya padanya, 

apa yang dia punyai, dijawabnya, bahwa dia memiliki  40 dinar, di­

jahit dalam bajunya. 

Penyamun tadi lalu lapor kepada pemimpinnya apa yang telah dia 

dengar dari pemuda itu. 

Lalu diperintahkan oleh pemimpin penyamun tadi supaya pemuda 

itu dihadapkan padanya. 

315 

Setelah Abdul Kadir menghadap dan ditanya oleh pemimpin pe­

nyamun itu, apakah benar apa yang telah dikatakan tadi, dijawab oleh­

nya, bahwa benar apa yang telah ia katakan tadi. 

Pemimpin penyamun lalu menyuruh mengiris jahitan bajunya, dan 

setelah jahitan baju itu tersayat, maka keluarlah 40 dinar itu. Melihat 

uang itu hati penyamun itu tidak menjadi suka cita, namun  terpesona 

sejenak, kemudian menanyakan lagi pada Abdul Kadir, apakah sebab-

nya dia berkata yang sebenarnya itu. 

Dijawab oleh Abdul Kadir dengan tenang, bahwa beliau telah ber-

janji kepada ibunya, tak akan berkata bohong pada siapa pun dan da­

lam keadaan bagaimanapun juga. 

Mendengar jawaban itu pemimpin penyamun tadi bercucuranlah 

air mata dan menangis dengan tersedu-sedu, sebab  ia merasa dalam 

hati kecilnya bahwa ia selama hidupnya sampai di sa'at itu, terus-mene­

rus telah melanggar perintah-perintah Allah nya, sedang seorang pemu­

da ini tidak berani melanggar janji terhadap ibunya. 

Seketika itu juga pemimpin penyamun tadi berjabat tangan dengan 

Abdul Kadir dan berjanji dengan bersikap sopan dan sungguh akan 

memberhentikan pekerjaan menyamun ini yang diakuinya sendiri seba­

gai suatu perbuatan yang hina dan jahat. 

Kemudian diperintahkan oleh pemimpin penyamun tadi pada anak 

buahnya, supaya semua barang-barang dikembalikan kepada yang pu­

nya masing-masing di antara kafilah itu dan dilanjutkanlah perjalanan 

kafilah itu dengan selamat ke Bagdad. 

Anak buah penyamun itu seluruhnya mengikut jejak langkah pe-

mimpinnya dan kembalilah mereka dalam masyarakat biasa mencari 

nafkah dengan halal dan jujur. 

Demikian saya catat beberapa ceritera dari karangan Rusly A k h -

mad mengenai Syeikh Abdul Kadir Jailani, sebuah kitab kecil yang ter­

tulis dalam bahasa Indonesia berhuruf Latin, dan oleh sebab  itu da-

patlah dibaca oleh golongan terpelajar dan dicapai dengan mudahnya. 

Lebih jauh Imam Taqiyuddin menceriterakan, bahwa pada suatu 

kali, tatkala Syeikh Abdul Kadir memasuki kota Bagdad ia bertemu 

dengan Nabi Khaidir, yang memerintahkan ia menunggu pada salah 

suatu tempat sampai ia kembali. Syeikh Abdul Kadir konon menunggu 

316 

pada tepi sebuah jalan selama tujuh tahun lamanya, dan selama itu ia 

hidup dengan makan rumput. Kemudian terdengar suara yang meme-

rintahkan ia masuk kota Bagdad itu. Syeikh Hammadu Dibas pada 

suatu hari menunggu muridnya Abdul Kadir dalam ruang pengajaran. 

Dan oleh sebab  pintu tertutup, Syeikh Abdul Kadir tak berani masuk 

ke dalamnya, sehingga semalaman itu ia tidur di luar, sampai Dibas 

pada pagi harinya membuka pintu itu mendapat Syeikh Abdul Kadir 

di luarnya. Lalu dipeluknya dan berkata : "Allah  sudah menjadikan 

engkau kepala dari segala wali-wali. 

Manaqib banyak sekali menceriterakan hal-hal yang bersangkut-

paut dengan kekeramatan Abdul Kadir, misalnya mengenai keselamat-

an harta Abdul Muzaffar sebanyak 700 dinar, yang dengan berkat 

Syeikh Abdul Kadir dapat diselamatkan dibandingkan  perampokan di jalan 

ke Syam, mengenai kealimannya dalam ilmu pengetahuan, sebab  se­

sudah ia berguru pada Dibas, ia beroleh dua lautan ilmu, pertama bah-

run nubuwah keilmuan Nabi yang tidak habis-habisnya, kedua bahrul 

futuwah, ilmu A l i bin A b i Thalib yang tidak dapat dihingga. Pernah 

murid-muridnya menceriterakan, bahwa dari dalam bajunya ke luar 

satu ular, yang berkata padanya, bahwa ia seorang wali yang tidak 

dapat dipertakut-takuti, ceritera seekor burung mati yang dihidupkan-

nya kembali hanya dengan membaca Bismillah, ceritera seorang yang 

mengadukan nasibnya kepadanya, sebab  ia bermimpi berbuat zina, 

.yang dijawabnya bahwa ia sudah mengetahui lebih dahulu sebab  ia 

sudah meühat tertulis pada Luh Mahfuz dan sudah diminta keampun-

an Allah , bahwa ia pernah mengatakan tiap orang yang menghadapi 

sesuatu malapetaka akan terhindar dari bahaya itu jika menyebut na­

manya dan bertawassul kepadanya, selanjutnya pernah menyembuhkan 

seorang perempuan sakit hanya dengan menyuruh mengucapkan pada 

telinganya "enyahlah engkau, hai Khanis!", ceritera mengenai bebera­

pa orang yang akan bersoal jawab dengan dia, sebab  keramatnya ja-

tuh murca sekaliannya, ceritera pernah menciptakan seekor ayam hidup 

dibandingkan  sepotong tulang untuk memberi makan seorang anak yang se­

dang menderita kelaparan, ceritera seorang Nasrani yang masuk Islam 

di tangannya, sebab  orang Nasrani itu bermimpi bertemu Nabi Isa, 

yang memerintahkan dia masuk Islam pada Syeikh Abdul Kadir Jailani 

sebab  ia sebaik-baiknya wali, ceritera Khalladi pernah menemui tiga 

ratus enam puluh orang wali, namun  tidak ada yang sebesar Syeikh A b -

317 

dul Kadir Jailani, ceritera ia menanggung dosa murid-muridnya, yang 

tidak mati sebelum tobat kepadanya, ceritera ia memungut buah apel 

dari angin, tatkala ia lapar bersama Syeikh Abdul Muzafar dl l . 

Diceriterakan orang, bahwa ia pada suatu hari kedatangan cahaya 

di dadanya yang kilau-kemilau dan yang berkata : "Akulah Allah ­

mu!" namun  Syeikh Abdul Kadir Jailani tahu, bahwa cahaya yang ber­

kata itu tak lain dari setan. Ia mengusirnya dengan kata-kata yang keji. 

Barulah setan itu memperlihatkan dirinya dan mengakui kelemahan-

nya sambil berkata : "Sudah tujuh puluh orang ahli tarekat kusesatkan, 

namun  engkau tidak dapat aku perdayakan". Dan oleh sebab  itu Izzud-

din bin Abdus Salam berkata, bahwa tidak ada seorang wali pun yang 

dapat mengatasi kedudukan Syeikh Abdul Kadir Jailani. 

Dalam pada itu orang Sufi mempertengkarkan, mengenai siapa 

yang lebih tinggi, makam Abdul Kadirkah atau makam Abul Hasan 

Asy-Syazili. Berkata Syamsuddin Al-Hanafi , bahwa Allah telah mem­

perlihatkan kepadanya ketinggian kedua makam itu, ia dapati makam 

Asy-Syazali lebih tinggi dari makam Abdul Kadir, yang demikian itu 

katanya disebabkan sebab  Abdul Kadir pada suatu hari ditanyakan 

orang siapa gurunya. Lalu ia menjawab, bahwa di masa yang telah lam-

pau gurunya itu Syeikh Hammadu Ad-Dibasi, namun  sekarang ia me­

minum ilmunya itu dari dua lautan, dari lautan Nubuwah Nabi M u ­

hammad, dan dari lautan Futuwah A l i bin A b i Thalib. namun  tatkala 

ditanya yang demikian itu kepada Syazili maka jawabnya, bahwa guru­

nya di masa yang telah sudah Syeikh Abdus Salam bin Musyisy, sedang 

sekarang ia meminum ilmu dibandingkan  sepuluh lautan, lima lautan langit 

dan lima lautan bumi. Adapun lautan langit yang lima terdiri dari guru­

nya, Jibrail, Mika i l , Israfil, Izrail dan Roh, sedang lima yang di bumi 

yaitu A b u Bakar, Umar, Usman, A l i dan Nabi Muhammad. 

Meskipun demikian Syeikh Ahmad Al-Kamsyakhanuwi dalam ki­

tabnya "Jami'ul Usul fil Aulia" (Mesir 1331 H.) , mengatakan bahwa 

ahli-ahli Hakekat menetapkan bahwa makam Abdul Kadir Jailani lebih 

tinggi dibandingkan  Syazili. 

Pokok-pokok dasar tarekatnya sama banyaknya dengan Syazili, 

sama-sama lima buah. Pokok tarekat Syazili terdiri dari lima, yaitu taq­

wa kepada Allah  lahir. dan batin, mengikut Sunnah dalam perkataan 

dan perbuatan, menjauhkan diri dari makhluk di depan dan di bela-

318 

kang, rela terhadap Allah  dalam pemberiannya yang sedikit atau ba­

nyak, dan kembali kepada Allah  dalam waktu susah dan senang. Se­

dang pokok tarekat Qadiriyah yang lima itu adalah, pertama tinggi cita-

cita, kedua memelihara kehormatan, ketiga memelihara hikmah, ke­

empat melaksanakan maksud, dan kelima mengagungkan nikmat, ke-

seluruhnya ditujukan kepada Allah  Allah semata-mata. 

4. NAKSYABANDIYAH. (I). 

Di Indonesia sangat terkenal tarekat Naksyabandiyah, yang peme-

luknya ada tidak sedikit, baik di Jawa, baik di Sumatera, maupun 

di Sulawesi. Tarekat ini asalnya didirikan oleh Muhammad bin Baha'-

uddin Al-Uwaisi Al-Bukhari (717 — 791) H . ) . Ia biasa dinamakan Nak-

syabandi, terambil dari kata Naksyaband, yang berarti lukisan, konon 

sebab  ia ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang ghaib-ghaib. 

Benar atau tidaknya pengertian ini , kita baca di dalam buku "The Dar-

vishes", karangan J .P Brown. Dalam "Berlin Catalgue", No . 2188, 

dari Ahlwardt, kata Naksyaband itu diartikan sama dengan penjagaan 

bentuk kebahagiaan hati. Gelaran Syah diberikan orang kemudian un­

tuk kehormatan. 

Muhammad bin Baha'uddin lahir dalam sebuah desa bernama 

Hinduwan, yang kemudian bernama desa Arifan, jarak beberapa kilo 

meter dari Bukhara. Sebagaimana wali-wali yang lain Muhammad Ba­

ha'uddin pun memiliki  ceritera dan tanda-tanda kelahirannya yang 

aneh. Pada suatu hari seorang wali besar Muhammad Baba Sammasi, 

berjalan melalui desa Arifan itu. Tatkala ia memasuki desa itu ia berka­

ta kepada teman-temannya : "Bau yang harum kita ciumi sekarang ini , 

datangnya dari seorang laki-laki yang akan lahir dalam desa i n i " . Per­

kataan ini diucapkannya sebelum lahir Baha'uddin. Pada kali yang lain 

ia menerangkan pula, bahwa bau yang harum itu telah bertambah se-

merbak, ucapan mana dikeluarkan kira-kira tiga hari sebelum Baha'ud­

din lahir. Setelah Baha'uddin lahir ia diantarkan kepada Muhammad 

Baba tersebut, yang diterimanya dengan penerimaan yang penuh gem-

319 

bira, seraya berkata : "Ini yaitu anakku, dan baik saksilah kamu, 

bahwa aku menerimanya". Tatkala ayah Baha'uddin berdatang sem-

bah, agar Amir Kulal tidak menyia-nyiakan anaknya, Amir Kulal ber­

diri dan sambil meletakkan tangannya ke atas dada bayi itu, ujarnya : 

" J ika saya sia-siakan haknya, pendidikannya dan rawatan untuknya 

yang lemah-lembut, bukanlah aku ini seorang manusia yang mempu­

nyai makam dalam sejarah Baha'uddin". 

Kitab Jami'ul Usul menceriterakan lebih lanjut, bahwa desa Hin-

duwan atau Arifan itu yaitu sebuah desa yang sangat baik letaknya 

dan indah bentuknya. Dalam desa itu ada banyak taman-taman 

yang molek dan kebun-kebunan yang menghijau dengan buah-buahan 

yang aneka warna dan lezat-lezat rasanya. Dalam desa itulah lahir M u ­

hammad Baha'uddin, di tengah-tengah penduduk yang berkelakuan 

baik-baik pula, dalam tahun 718 (1317 M. ) , diiringi dengan kejadian-

kejadian yang ajaib, di luar kiraan manusia mengenai diri wali ini. 

Ceritera mengenai hidup Naksyabandi menghubungkan keturunan-

nya dengan seorang hidup Qutub Sufi besar, Syeikh Abdulqadir Al-

Jailani, yang yaitu  keturunan dari Hasan bin A l i bin Ab i Thalib, 

kemenakan Nabi Muhammad dan Khalifah yang ke-IV. 

Diceriterakan, bahwa Muhammad Baha'uddin mengambil pelajar­

an tarekat dan ilmu adab dari qutub Amir Kulal , yang baru kita sebut-

kan tadi, namun  mengenai ilmu hakikat ia banyak beroleh pelajaran dari 

Uwai Al-Qarni, sebab  ia dididik kerohaniannya oleh wali besar Abdul 

Khalik Al-Khujdawani, yang mengamalkan pendidikan Uwais itu. Kata 

orang, bahwa ia memakai Al-Uwais di belakang namanya, sebab  ada 

hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni itu. 

H .A .R. Gibb dalam kitab "Shorter Encyl of Islam" (Leiden 1953) 

menceriterakan, bahwa Muhammad Baha'uddin dalam usia delapan 

belas tahun memang pernah dikirim untuk belajar ke Sammas, suatu 

desa yang letaknya kira-kira tiga mil dari Bukhara, untuk mempelajari 

ilmu Tasawwuf dari seorang guru yang sangat ternama ketika itu, yaitu 

Muhammad Baba Al-Sammasi. Meskipun demikian tidaklah seluruh 

tarekat Naksyabandi itu bersamaan dengan tarekat Baba Al-Sammasi, 

misalnya menurut tarekat Baba Al-Sammasi zikir itu harus diucapkan 

dengan suara yang keras, namun  Naksyabandi lebih menyukai zikir se­

cara tarekat Abdul Khalik Al-Khujdawani (seorang wali besar, mgl. 

320 

575 H.) , yang diucapkan dengan suara yang hampir tidak kedengaran 

dalam diri pribadi. 

Dengan demikian maka terjadilah perbedaan faham antara Nak­

syabandi dengan teman-teman setarekat yang lain dari As-Sammasi, 

yang pada akhirnya membenarkan pendirian Naksyabandi dan dalam 

sakitnya mengangkat dia menjadi khalifahnya. 

Kemudian diceriterakan bahwa Naksyabandi pergi ke Samarkand 

dan dari sana ke Bukhara, di mana ia kawin, sesudah itu pulang kem­

bali ke desanya. Beberapa waktu ia pergi ke Nasaf, untuk melanjutkan 

pelajarannya pada seorang khalifah As-Sammasi yang bernama Amir 

Kulal . Juga diceriterakan bahwa ia pernah tinggal di desa-desa Bukhara 

dan belajar selama tujuh tahun pada seorang arif Ad-Dikkirani , setelah 

itu ia bekerja pada Sultan Khalid, yang pemerintahnya pernah dipuji 

oleh Ibn Battutah dalam kitab sejarahnya, dan yang ibu negerinya ter-

letak di Samarkand yang makmur itu. Banyak sedikitnya kemasyhuran 

pemerintahan itu konon yaitu disebabkan oleh Muhammad Baha'ud­

din Naksyabandi. Sesudah raja yang dilayaninya itu kemudian mangkat 

(1347 M . ) , Naksyabandi pulang kembali ke Zewartun, di mana ia men­

jalankan hidup Sufi dan zuhud, dan di mana ia tujuh tahun lamanya 

dalam kehidupan yang demikian itu melakukan amal-amal untuk ma­

nusia dan binatang. Hari-hari yang akhir dibandingkan  usianya digunakan 

untuk tinggal dalam desa kelahirannya, dan meninggal di sana di te­

ngah-tengah keluarga dan pengikutnya yang mencintainya dalam tahun 

791 H . (1389 M . ) . namun  ada juga yang mengatakan, bahwa gubahnya 

itu ada di Bukhara (Vambery), Travel in Central Asia, 1864), yang 

dikunjungi saban waktu terutama oleh orang-orang Cina, yang datang 

dari Tiongkok. 

Bahwa tarekat Naksyabandi berhubung langsung kepada Nabi Mu­

hammad, diterangkan dalam silsilahnya oleh Muhammad Amin A l -

Kurdi dalam kitabnya "Tanwirul Qulub" (Mesir, 1343 H.) . Katanya, 

bahwa Naksyabandi beroleh tarekat itu dari Amir Kulal bin Hamzah, 

yang mengambil dari Muhammad Baba As-Sammasi, yang mengambil 

pula dari A l i Ar-Ramitni , yang masyhur dengan nama Syeikh Azizan, 

yang menerima tarekat itu dari Mahmud Al-Fughnawi, yang mengam­

bil berturut-turut dari A r i f Ar-Riyukr i , dari Abdul Khalik Al-Khujda­

wani, dari Abu Yakub Yusuf Al-Hamdani, dari Abu A l i Al-Fadhal bin 

321 

Muhammad At-Thusi Al-Farmadi, dari Abu l Hasan A l i bin Ja'far A l -

Khirqani dari Abu Yazid Al-Bisthami, yang mengambil dari Imam Ja'­

far Shadiq, salah seorang keturunan dari Abu Bakar As-Shiddiq, yang 

mengambil pula tarekat itu dari neneknya Qasim bin Muhammad, anak 

Abu Bakar As-Shiddiq, yang mengambil pula dari Salman Al-Farisi , 

salah seorang sahabat Nabi terbesar, yang menerima pula tarekat itu 

dari Abu Bakar As-Shiddiq, sahabat Nabi dan khalifahnya yang per­

tama, dan A b u Bakar ini menerima langsung tarekat itu dari Muham­

mad, sebagai yang dicurahkan melalui Malaikat Jibrail oleh Allah Ta ' ­

ala. Memang banyak yang mencari hubungan tarekat dengan Abu Ba­

kar, sebab  sahabat ini yaitu kesayangan Nabi, dan oleh sebab  itu 

kepadanya dicurahkan ilmu yang istimewa, seperti yang diterangkan 

oleh Nabi Muhammad sendiri : "Tidak ada sesuatu pun yang dicurah­

kan. Al lah ke dalam dadaku, melainkan aku mencurahkan kembali ke 

dalam dada Abu Bakar". Dan tarekat Naksyabandi pun konon berasal 

langsung dari Abu Bakar, dan dengan demikian dari Nabi Muhammad. 

Tarekat Naksyabandiyah ini kemudian pecah atas beberapa ca-

bang, satu di antaranya dinamakan tarekat Naksyabandiyah Al -Al iyah , 

yang didasarkan atas amal perbuatan, yang terdiri dari sebelas perkata­

an Persi, delapan berasal dari Syeikh Abdul Ghalib Al-Khujdawani dan 

tiga dari Syeikh Baha'uddin Naksyabandi sendiri. 

Yang berasal dari perkataan-Persi ialah 1. Husydardam, artinya 

memelihara keluar masuknya nafas dibandingkan  kealpaan kepada Allah , 

sehingga hati itu selalu hadir dan ingat kepadanya, yang oleh tarekat 

Naksyabandi dianggap masuk nafas itu hidup berhubungan dengan Tu­

han, keluar nafas itu mati bercerai dengan Allah , 2. Nazarbar Qidam, 

yang artinya bahwa orang salik Naksyabandi tiap berjalan wajib meli­

hat ke kakinya, pada waktu duduk melihat kepada kedua tangannya, 

tidak boleh melihat lukis-lukisan, warna-warna yang indah, dan peman-

dangan-pemandangan yang indah, yang dapat membimbangkan hati 

dibandingkan  ingat kepada Allah , 3. Safardarwathan, yang artinya berpin-

dah dibandingkan  sifat manusia yang kotor kepada sifat malaikat yang suci, 

maka diwajibkan kepada tiap salik akan mengontrol hatinya, jangan 

ada ketinggalan cinta kepada makhluk, dan jika rasa cinta kepada 

makhluk itu masih ada dalam hatinya, hendaklah ia bersungguh-

sungguh menghilangkannya, 4. Khalawat dar ajuman, yang artinya 

322 

khalawat dalam kenyataan, yaitu agar hati selalu hadir kepada hak 

yang nyata dalam segala keadaan, 5. Yadkard, yang artinya kekal 

mengulang-ulang zikir, baik zikir asma atau zat, baik zikir nafi, mau­

pun zikir isbat, 6. Bazkasyat, artinya mengulang lagi zikir nafi dan isbat 

sesudah meresap kalimat " O , Allah ku, Engkaulah tujuanku, dan ke-

relaan-Mulah tuntutanku", sebab  dengan demikian akan fanalah pan­

dangan yang salik itu terhadap kepada adanya segala makhluk, 7. Na-

kahdasyt, yang artinya, bahwa murid-murid itu harus memelihara hati­

nya dibandingkan  segala bisikan khawatir, 8. Yaddasyd, yang artinya tawaj-

juh yang istimewa, dengan tidak disertai kata-kata kepada memantap-

kan nur zat ahdiyah dan hak, yang keadaan ini tidak bisa dicapai ke­

cuali sesudah fana yang sempurna dan baqa yang lengkap. 

Adapun tambahan tiga dasar, yang diletakkan oleh Naksyabandi 

sendiri ialah 1. wuquf zamani, yang artinya tiap-tiap dua atau tiga jam 

seorang salik memperhatikan kembali keadaan jiwanya, jika dalam 

waktu itu ia teringat kepada Allah  lalu bersyukur kepada-Nya jika ter-

lupa harus meminta ampun dan mengucapkan istigfar, 2. wuquf 'adadi, 

yang artinya memelihara bilangan ganjil, ketika melakukan zikir nafi 

dan isbat, misalnya disudahi pada kali yang ketiga, kali yang kelima, 

sampai kali yang kedua puluh satu, dan 3. wuquf qalbi, yang artinya 

menghilangkan fikiran lebih dahulu dibandingkan  segala perasaan, kemudi­

an dikumpulkan segala tenaga dan pancaindera, untuk melakukan ta-

wajjuh dengan segala mata hati yang hakiki untuk menyelami ma'rifat 

Allah nya. 

Dikemukakan, bahwa tarekat Naksyabandiyah itu yaitu  su­

atu tarekat yang lebih dekat kepada tujuannya, dan lebih mudah untul 

murid-murid mencapai derajat, sebab  didasarkan kepada pelaksanaan 

yang sangat sederhana, misalnya mengutamakan latihan rasa lebih da­

hulu yang dinamakan dengan kata istilah jazbah, dibandingkan  latihan sv 

luk yang lain, kedua sangat kokoh memegang sunnah Nabi dan menj;' 

uhkan bid'ah, menjauhkan diri dibandingkan  sifat-sifat yang buruk, mema 

kai segala sifat-sifat yang baik dan akhlak yang sempurna, sedang ke 

banyakan tarekat yang lain mendahulukan suluk dibandingkan  jazbah itu. 

lain dibandingkan  itu Tarekat Naksyabandiyah itu mengajarkan zikir-zikir 

yang sangat sederhana, lebih mengutamakan zikir hati dibandingkan  zikir 

mulut dengan mengangkat suara. Jika kita ringkaskan, apakah yang 

32:'. 

menjadi tujuan pokok dibandingkan  tarekat Naksyabandiyah itu, maka kita 

akan bertemu dengan enam dasar yang terpenting, yaitu taubat, uzlah, 

zuhud, taqwa, qana'ah dan taslim. Untuk mencapai ini mereka jadikan 

rukun tarekatnya enam pula, pertama ilm, kedua hilm, ketiga sabar, 

keempat ridha, kelima ikhlas, dan keenam akhlak yang baik. Ada enam 

hukum yang dijadikan pegangan dalam tarekat Naksyabandi, pertama 

ma'rifat, kedua yakin, ketiga sakha, keempat sadaq, kelima syukur, 

dan keenam tafakkur tentang segala apa yang dijadikan Allah . Maka 

oleh sebab  itu ada enam pula yang wajib dikerjakan dalam tarekat ini , 

pertama zikir, kedua meninggalkan hawa nafsu, ketiga meninggalkan 

dunia, keempat melakukan agama dengan si ngguh-sungguh, kelima 

berbuat baik (ihsan) kepada segala makhluk, c an keenam mengerjakan 

amal kebajikan (amal khair). 

ZIKIR DAN LATIHAN JIWA. (II). 

Mengenai Roh dalam tarekat Naksyabandi, saya petik sbb. 

Roh ataupun Malaikat bukanlah ia laki-laki dan bukan perempu­

an, bukan berdarah dan bukan berdaging, bukan bertulang-belulang, 

dan Roh itu memenuhi ruang, dan tiyaitu Roh itu dikandung waktu 

dan tempat. Roh itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Roh itu 

kekal tidak akan mati, ia hidup selama-lamanya. Sebelum diadakan 

Nabi Adam dan Hawa, roh itu telah ada. Bahkan roh terdahulu diada­

kan Allah dibandingkan  langit dan bumi. Biarpun roh itu berapa banyaknya 

dan berapa besarnya, dapat bertempat pada ruang yang sempit. Keada-

annya seolah-olah seperti cahaya, berapa pun besarnya dapat juga ma­

suk dalam sebuah tempat. Misalnya dalam sebuah bilik yang bertutup, 

laksana sebuah lampu yang bernyala, maka cahaya sinarnya dapat ma­

suk ke dalam bilik itu. Jika kiranya kita masukkan lagi beberapa bu­

ah lampu dan kita pasang (nyalakan) di dalamnya, maka cahaya lam­

pu itu pun dapat juga diterima dalam bilik itu, yakni bilik itu tidak­

lah menjadi sesak sebagaimana cahaya lampu-lampu itu tidaklah me-

nyesakkan bilik itu. Inilah misalnya roh itu yang mudah kiranya kita 

pikirkan yang keadaannya berlawanan dengan keadaan badan kasar 

(benda). Roh itu sekalipun berupa sebagaimana rupa yang dipunyainya, 

namun  ia tidaklah berdarah, berdaging, berkulit, bertulang dan sebagai-

324 

nya, seperti badan kasar, dan tidaklah ia dipengaruhi oleh tanah, api, 

air, angin dan sebagainya seperti badan kasar. Roh itu dapat berpindah-

pindah ke tempat yang jauh dengan sendirinya, tidak menghajatkan 

kendaraan atau alat yang digunakan untuk mengangkutnya. Jadi sing-

katnya keadaan roh itu tidaklah seperti keadaan badan kasar. Roh itu 

dapat berbentuk dan berupa seperti bentuk dan rupa manusia, namun  

bukan seperti bentuk dengan mata kepala kita. Roh manusia yang me­

ngikuti kepada dan rupa manusia yang kasar (tubuh kasar) yang biasa 

kita lihat jasad itu setelah itu meninggalkan jasad (tubuh kasar) itu. 

Roh yang ada pada diri manusia yaitu laksana kawat yang meng-

hubungkan antara jasad dan roh, seolah-olah ether menghubungkan 

antara alam benda dan alam roh. Roh yang ada pada diri manusia itu 

seperti badan kasarnya tercipta serupa bayangan yang bersamaan de­

ngan sifatnya, bentuknya dan bangunnya. Ibarat gambaran dari sebuah 

rumah, yang kemudian itu didirikan menurut lukisan dari gambar itu. 

Roh yang ada pada diri manusia itu yang membawa orang hidup 

berpindah-pindah ke mana-mana tempat sewaktu-waktu sedang tidur 

atau sedang dalam mimpi, ia mengerjakan beberapa pekerjaan, dengan 

tidak ditinggalkan oleh jiwanya. Dengan demikian, maka seseorang da­

pat melihat, dan bisa melihat dan mengerjakan beberapa macam peker­

jaan dalam waktu beberapa detik saja, sedang pekerjaan-pekerjaan itu 

jika dikerjakan oleh badan kasar menghendaki waktu-waktu berbulan-

bulan atau masa lama. Roh itu suatu jisim yang halus, yang berhubung-

an erat dengan jisim yang kasar, bagaikan percampuran air dengan ka-

yu (tumbuh-tumbuhan) yang hijau. Roh itu ialah semacam jauhar 

(unsur bersinar) yang berupa lagi halus, ia memikul kekuatan hidup 

dan panca indera serta bergerak dan bersemangat. 

Roh bangsa binatang itu ialah sebangsa unsur yang bersekutu atau 

berhubungan rapat dengan tubuh kasar, di kala tidur putuslah dan le-

nyaplah cahanya dari luar tubuh, dan tidak lenyap dari dalamnya. Roh 

itu suatu jisim (tubuh) yang bukan seperti tubuh kasarnya, ia sebangsa 

jisim nur (cahaya) yang tinggi serta halus dan senantiasa bergerak mere-

sap di dalam anggota tubuh, dan berjalan di dalamnya, bagaikan jalan­

nya air di dalam bunga mawar, atau jalannya minyak dalam pohon zai-

tun atau seperti cahaya api di dalam arang. Adapun roh yang istimewa 

bagi manusia (tidak ada pada makhluk bangsa binatang) ialah suatu 

325 

atau sejenis benda yang bercahaya bagaikan unsur yang bersinar, yang 

dapat memikul beban hidup, dan yang menyebabkan anggota-anggota 

tubuh kasar serta panca indera memiliki  perasaan serta kemauan. 

Memang soal roh ini hingga kini belum ada seorang pun manusia yang 

dapat menjelaskan keadaan yang sebenarnya, dan ahli ilmu, baik dari 

lingkungan kaum Muslimin maupun dari para ahli filsafat bangsa Ero-

pah, senantiasa dalam pertikaian paham dan perselisihan pendapat. 

Roh itu tidak dikurung (dipenjarakan) dalam tubuh kasar manu­

sia, dan tidak dilepaskan di luar badan manusia, tidak bercerai dengan 

badan kasarnya, yakni Roh itu berhubungan dengan badan. Bagaimana 

hakikat perhubungan roh dengan badan, Allah yang tahu. Siapa me­

ngenai rohnya, atau jiwanya, atau dirinya, berarti ia telah mengenai 

Al lah. 

Badan kasar seolah-olah sangkar, dan roh itu sebagai burung. Ka­

lau roh itu tidak mengingati Al lah , maka Syaitan iblis dapat membisik 

kan kepada roh, agar manusia itu mengerjakan larangan Allah. Kalau 

roh itu lupa kepada Al lah , maka dikatakan roh itu sakit pekak, bisu 

dan buta. Dari itu ahli tharikat Naqsyabandiyah mengajar mendidik 

rohnya, agar roh itu lancar mengerjakan 17 mata pelajaran yang telah 

dimiliki. 

Jika murid-murid ikhlas menerima talkin (bai'at) ilmu tarekat Nak­

syabandiyah, insya Allah dengan mudah dan yakin, 'ainul yaqin, haq-

qul yaqin akan membenarkan Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad saw. 

Jika roh itu sakit, bisu, pekak, dan buta, ia diobati dengan meng­

ingati Allah. Roh yang mengingati Allah, tidaklah akan sakit, bisu, pe­

kak dan buta. 

Dalam Qur'an nama Allah  ada 99 nama, padahal nama zat Allah  

kita hanya satu yaitu Allah, Allah, Allah, sedang yang 98 macam lagi 

yaitu nama dari sifat Al lah. Sifat Allah bukanlah 98 macam, bahkan 

lebih dari 98 macam, hanya yang disebutkan dalam Qur'an 98 nama 

sifat Allah  kita. Nama nabi kita bukanlah Muhammad saja, bahkan 

nama Muhammad pun banyak pula. 

Adapun nama roh itu bukanlah roh saja, bahkan amat banyak 

pula, yakni menurut sifat-sifat dari roh itu. Di antara lain-lain roh di­

namai seperti yang ini di bawah ini. 

326 

1. Roh itu dikatakan hati Rohani. 

2. Roh itu dikatakan hati Nurani. 

3. Roh itu dikatakan hati Rabbani. 

4. Roh itu dikatakan hati Sanubari. 

5. Roh itu dikatakan akal (pikiran). 

6. Roh itu dikatakan hati yang batin. 

7. Roh itu dikatakan Nyawa ( j ' w a ) -

8. Roh itu dikatakan Sukma. 

9. Roh itu dikatakan Nafsu, (nama nafsu 7 macam). 

10. Roh itu dikatakan Rahasia Al lah . 

11. Roh itu dikatakan Jufi (rongga). 

12. Roh itu dikatakan Sudur (dada). 

13. Roh itu dikatakan Qalbi (hati). 

14. Roh itu dikatakan Fuad. 

15. Roh itu dikatakan Syagafa. 

16. Roh itu dikatakan Insa. 

17. Roh itu dikatakan Sir (Rahasia Allah). 

18. Roh itu dikatakan Latiful Qalbi, 5.000 4- membaca Allah 

Al lah Al lah . 

19. Roh itu dikatakan Latiful Roh, 1.000 + membaca Allah Al lah 

Al lah. 

20. Roh itu dikatakan Latiful Sir, 1.000 + membaca Allah Allah 

Al lah. 

21. Roh itu dikatakan Latiful Khafi , 1.000 + membaca Allah 

Allah Al lah . 

22. Roh itu dikatakan Latiful Akhfa, 1.000 + membaca Allah 

Allah Al lah. 

23. Roh itu dikatakan Latiful Nafsu Natiqah, 1.000 membaca 

Allah Allah Al lah . 

24. Roh itu dikatakan Latiful Kullujasad, 1.000 + membaca Allah 

Allah Al lah . 

25. Roh itu dikatakan Nurullah, Nur Zatu'llah, Nur Sifatullah, 

Nur Asma Al lah . 

26. Roh itu dikatakan Nur Muhammad/Nur Baginda Rasulullah. 

27. Roh itu dikatakan Latiful Rabbaniyah Ruhaniyah. 

28. Roh itu dikatakan tempat tertulis Kalimah Allah Allah Al lah. 

29. Roh itu dikatakan tempat tertulis Kalimah La Ilaha Illallah. 

327 

30. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli nama Al lah . 

31. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli 'af'alullah (Af-

'alullah). 

?2. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli sifatullah. 

33. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli zatullah. 

34. Roh itu dikatakan juga Nafu Muthma'inah atau jiwa-jiwa 

yang tenteram, jiwa yang tenang, jiwa yang bersih, jiwa yang 

suci, perhatikan Q.S. Al-Fajri ayat 27. 

35. Roh itu dikatakan juga Nafsu Ammarah lihat Q.S. Yusuf ayat 

53. 

36. Roh itu dikatakan juga Lawwamah lihat Q.S. Qiyamah ayat 

2. 

Sebab banyak kebutaan roh itu, maka banyak pula namanya. Bagi 

ahli tarekat Naqsyabandiyah yang ini No. 1 8 — 1 9 — 20 — 

21 — 22 — 23 — 24 yakni 7 latifah (7 tempat, 7 maqam, 7 derajat) 

diberi makan 11.000 kali membaca kalimat Al lah , dengan tata ter-

tib yang sudah ditentukan pada sisi tarekat Naqsyabandiyah. 

Roh yang buta diobati dengan kalimah Allah 11.000 kali, atau 7 

kali 11.000 siang dan 7 kali 11.000 malam. Demikianlah jika roh itu 

berpenyakit bisu (kelu), berpenyakit pekak atau tuli, dan lain-lain pe­

nyakit yang menghinggapi roh itu, obatnya tidak lain, tidak bukan, 

hanyalah diobati dengan zikru'llah. 

Perhatikan sabda Nabi Muhammad saw bunyinya : 

Maksudnya kira-kira : Dengan mengerjakan zikirullah hilanglah 

segala penyakit hati (roh). 

Mata pelajaran zikir-zikir dalam tarekat Naksyabandiyah ada 17 

macam, mata pelajaran pertama sampai mata pelajaran keenam belas, 

dilaksanakan dengan roh semata-mata, sedang mata pelajaran yang ke-

tujuh belas yakni tahlil lisan, dilaksanakan dengan roh dan lidah jas-

mani. D i antara 17 mata pelajaran tarekat Naqsyabandiyah, maka di 

sini akan diuraikan secara agak mendalam mata pelajaran kedua, yakni 

zikir Latif. 

Zikir Latif ialah mengerjakan zikir pada 7 tempat, lihat kembali 

nama roh yaitu roh dari No. 18 — 19 — 20 — 21 — 22 — 23 — 24 

yaitu : 

328 

18. Roh yang dikatakan Latiful Kalbi (hati Sanubari) di situ zikir 

5.000. 

19. Roh yang dikatakan Latiful Roh, di situ zikir 1.000 membaca 

Allah Allah Al lah . 

20. Roh yang dikatakan Latifatul Sir, di situ zikir 1.000 membaca 

Allah Al lah Al lah . 

21. Roh yang dikatakan Latiful Khafi, di situ zikir 1.000 mem­

baca Allah Al lah Al lah . 

22. Roh yang dikatakan Latifatul Akhfa, di situ zikir 1.000 mem­

baca Allah Allah Al lah . 

23. Roh yang dikatakan Latiful Nafsu Natiqah, di situ zikir 1.000 

membaca Allah Allah Al lah. 

24. Roh yang dikatakan Latiful Kullu Jassad, yakni roh yang me-

liputi seluruh tubuh (badan) di situ zikir 1.000 membaca Allah 

Allah Al lah . 

Kemudian murid melaksanakan tidur istikharah pada malam Jum­

'at (petang Kemis) atau malam Senin (petang Ahad). Jika dalam tidur 

itu murid telah mendapat natijah/shamrah tidur istikharah, maka kepa­

da murid itu ditalkinkan zikir pada hati Sanubari (latifatul Qalbi) ba­

nyaknya 5.000 dalam sehari semalam. Begitulah terus-menerus murid 

itu mengerjakan zikir 5.000 dalam 24 jam. Jika murid itu masuk suluk, 

zikir pula Latifatulkalbi dikerjakan murid 70.000 amalan, lamanya 10 

hari. Pada hari kesebelas murid itu disuruh mengerjakan zikir Lataif, 

yakni zikir Latifatulkalbi dan ditambah mengerjakan pada 6 Latifah 

lagi. 

Latifatulkalbi berhubungan dengan jantung jasmani, pada hal jan-

tung manusia itu bergerak (berdenyut-denyut) dalam 1 menit 70 kali 

berarti dalam 24 kali lebih kurang 100.000 kali jantung itu bergerak-

gerak (berdenyut-denyut). Kenyataan jantung itu bergerak dapat kita 

raba dengan tangan kita, yakni tekankanlah tapak tangan kita di bawah 

susu (tetek) kiri pasti dapat kita rasai gerak jantung itu. Kalau jantung 

itu tidak bergerak, maka orang itu dikatakan telah mati. 

Adapun jantung itu terletak di bawah susu kiri dan condong ke 

kir i , dia dibangsakan kepada "Alamussyahadah" dan dapat dilihat 

dengan mata kepala, serta dipunyai juga oleh segala manusia dan bina­

tang. 

329 

Akan namun  yang dimaksud dengan "Latifatul Qa lb i " itu, bukan­

lah jantung jasmani tadi. Dia yaitu "Lathifah Rabbaniyah" yang 

sangat halus dan bernasab kepada "Alamul A m r i " , yaitu alam yang 

tinggi. 

Dia tidak dimiliki oleh segala manusia. 

Dialah Roh yang suci dan berpengaruh dalam tubuh insan. 

Dialah hakekat insan (yang dinamakan diri sebenarnya diri). 

Dialah yang dapat mengetahui akan segala hal. 

Dialah yang bertanggung jawab, dan dipuji atau dicerca oleh Al lah . 

Dialah induk dibandingkan  Lathifah-Lathifah yang lain. 

Dialah tempat penuangan " i lham" dan " f a i d i " (limpahan Ilahi). 

Dialah yang dapat mendekati Allah  apabila dibersihkan dari sega­

la najis ma'nawi serta dihiasi dengan zikirullah. 

Dialah tempat jatuh penilikan Allah  sebagaimana sabda Nabi Be­

sar Muhammad saw yang artinya : "Sesungguhnya Allah tiada menilik 

rupa dan hartamu namun  hatimulah ditiliknya (HR. Bukhari - Muslim). 

D i sinilah orang yang rindu dendam akan Allah  bakal mendapat-

kannya sebagaimana telah ditunjukkan Allah sendiri kepada Nabi Musa 

a.s. ketika beliau bertanya katanya :."Allah ku di manakah saya akan 

mendapatkan Engkau?" Allah berkata : "Engkau akan mendapatkan 

A k u dalam hati yang pecah sebab  rindu kepada-Ku". 

Untuk membuktikan betapa pentingnya membersihkan "Lathifatul 

Qa lb i " itu, Nabi Muhammad saw bersabda : 

" D i dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging, apabila ia ba­

ik, baiklah seluruh jasad, dan apabila ia binasa, binasalah seluruh 

jasad, ketahuilah dia itu ialah hati". 

Setelah kita tahu, bahasa hatilah yang berpengaruh dalam tubuh 

kita, setelah kita tahu bahasa hatilah yang menjadi pokok dan sumber 

dari segala macam perbuatan anggota yang baik dan yang jahat, maka 

kita tahu bahasa hatilah tempat jatuh penilikan Allah  yang menjadi 

raja dalam tubuh kita Lathifah Roh tarekat-tarekat sunnah Nabi Nuh 

dan Nabi Ibrahim a.s. Letaknya dua jari di bawah susu kanan dan con-

dongkan ke sebelah kanan. Rerhubungan dengan rabu jasmani. Cahaya 

merah yang tak dapat dihinggakan. 

Di sinilah terletak sifat "bahimiyah" (binatang jinak) yaitu sifat 

330 

penurut, syahwat yang hanya akan membawa ke arah bersenang-senang 

semata-mata tanpa mengingat akan akibatnya. 

Lathifah Sir ini terletak dua jari di atas susu kiri dan condong ke 

dada. Cahaya putih yang tak dapat dihinggakan tarekat/sunnah Nabi 

Musa. 

Dikenderai hati jasmani (hati besar). 

Apabila zikir murid berjalan baik dalam lathifah ini maka lenyap-

lah dengan pertolongan Allah suatu sifat "sabi ' iyah". (binatang buas) 

yang melekat pada kemanusiaannya. Sifat ini apabila dapat mem­

pengaruhi seseorang, maka sudah tentu ia akan berbuat perbuatan bi­

natang buas pula, umpamanya berbuat segala apa yang menjadikan 

perpecahan, permusuhan, membenci sesamanya dengan jalan yang ti­

dak hak, aniaya dan menindas kepada yang lemah. 

Di sinilah murid memperbanyak zikirullah, sehingga tercapailah 

apa yang disebut "Fana'afizzat" pada sisi Ah l i Shufiyah, yaitu me-

nyaksikan dengan mata bathin bahasa telah lenyap dan musnah zat se­

gala sesuatu, kecuali zat Allah  yang bersifat dengan segala sifat kesem-

purnaan dan maha suci ia dari segala sifat kekurangan, kelemahahan 

dan sebagainya. Pada Lathifah ini murid zikir 1.000 kali membaca ka­

limah " A l l a h A l l a h " . 

Lathifah Khafi berwarna hitam yang tak dapat dihinggakan. Ia ter­

letak dua jari di atas susu kanan dan condong ke dada. Lathifah ini di-

kendarai limpa jasmani, tarekat/sunnah Nabi Tsa Al-Masih a.s. 

Di sinilah letaknya sifat "Syaithaniyah" yaitu sifat yang sesuai pe-

rangai syaitan menjadi orang pendengki, khianat, busuk hati pepat di 

luar runcing di dalam, telunjuk lurus kelingking berkait, menggunting 

dalam lipatan, menohok kawan seiring dan sebagainya. 

Manusia yang telah dipengaruhi oleh sifat "Syaithaniyah" akan 

menjadi pengrusak dunia, pengacau keamanan dan ketenteraman 

umum. Pendek kata sifat itu yaitu suatu sifat yang akan membawa 

segala kecelakaan dan kebinasaan dunia dan akhirat. 

' Maka ke dalam lathifah inilah zikir " A l l a h A l l a h " itu dipalukan 

dengan sekuat-kuatnya sehingga terbakar dan hanguslah sifat-sifat ter­

sebut dari dalam hati kita. 

Di sinilah murid akan dapat merasakan "fana" yang keempat kah-

331 

nya, yaitu "fana fisshifatissalbiyah", namanya. Pada Lathifatul khafi 

ini murid zikir 1.000 kali membaca kalimah Allah Al lah . Kesimpulan 

dalam Lathifatul Khafi ada 2 sifat kejahatan yaitu Hasad (dengki, bu-

suk hati, dan munafiq, dan di situ ada sifat kebaikan yaitu sifat syukur 

ridha, sabar (tawakkal). 

Lathifah Akhfa terletak di tengah-tengah dada, berhubungan de­

ngan empedu jasmani. Cahayanya hijau yang tak dapat dihinggakan, 

tarekat/sunnah Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. 

Setelah zikir murid berjalan lancar dalam lathifah ini, timbul rasa 

" i syq" (rindu) akan Junjungan kita Muhammad saw, sehingga sering­

sering rohaniyah beliau itu mengunjunginya, terkadang-kadang dalam 

mimpi, dalam wirid dan zikir terkadang-kadang waktu bangun, waktu 

sadar. 

Hal yang demikian, bukanlah mustahil lagi bagi orang yang telah 

dapat melihat dan menyaksikan rohaniyah Rasulullah saw yang dapat 

melihat dan menyaksikan rohaniyah Rasulullah saw itu pada tiap-tiap 

sesuatu dan banyak lagi hal-hal yang serupa itu, yang hanya akan men-

tertawakan orang yang anti tarekat, j ika diceriterakan ke luar. 

Dalam Lathifah ini bersaranglah sifat "Rabbaniyah" (keAllah an), 

seperti sombong, 'ujub (membanggakan diri), riya' , Sum'ah dan seba­

gainya. 

Maka di sinilah murid memperbanyak zikir " A l l a h A l l a h " dengan 

memenuhi syarat-syaratnya, sehingga tercapailah empat macam fana, 

tersingkirlah sifat-sifat yang buruk yang membatalkan amal-amal baik 

itu. Pada Lathifatul akhfa murid zikir 1.000 kali membaca kalimah 

" A l l a h A l l a h " . Kesimpulan dalam Lathifatul akhfa ada 4 sifat kejahat­

an, yaitu pertama ria, kedua takabur ketiga 'ujub, dan keempat sum­

'ah. Dan di situ ada 4 sifat kebaikan : pertama ikhlas, kedua khusyu', 

ketiga tadarru', keempat diam (tafakkur). 

Lathifah Nafsu Natiqah terletak di antara dua kening. Cahayanya 

gilang-gemilang yang tak dapat dihinggakan. Dikendarai otak (benak) 

jasmani. 

Inilah dia yang disebut "Annafsu imarah" , (nafsu yang selalu 

menyuruh akan kejahatan). Dengan dia. kita disuruh berperang. 

Tepat benar sabda. Nabi saw yang artinya : "Musuhmu yang se-

332 

benar-benarnya, ialah nafsu yang ada pada dir imu". (Hadits). 

Walhasil apabila "Lathifatulnafsi Natiqah" ini tidak kita cuci se-

bersih-bersihnya maka yakinlah bahasa sifat-sifat ini akan mem­

pengaruhi kita. 

Pada dewasa ini betapa banyaknya orang yang dihinggapi penyakit 

ini yaitu penyakit masyarakat yang berbahaya, yang harus kita 

berantas sampai ke akar-akarnya. Maka sesungguhnya penyakit terse­

but tetap menjadi perintah dan penghalang untuk menciptakan masya­

rakat yang sejahtera aman, damai, makmur dan bahagia, sebab  ma­

syarakat yang semacam ini hanyalah dapat diujudkan di atas dasar ke-

adilan, kejujuran dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-

benarnya, lepas dari pengaruh hawa nafsu dan syaitan. 

Pada Lathifah inilah murid berzikir dengan sebanyak-banyaknya 

serta pukulan yang sekeras-kerasnya, sehingga terbakarlah sifat-sifat 

dan hawa nafsu itu dengan api zikrullah. 

Kesimpulan dalam Lathifatul Nafsu Natiqah ada 2 sifat kejahatan 

yaitu di situ ada khayal-khayal (gambar) alam seumpama gambar pe­

rempuan dan uang d l l . , dan kedua panjang angan-angan kewas-wasan, 

di situ 2 sifat kebaikan yaitu : tenteram, tenang pikiran. 

Lathifah "Lathifatul Kullu Jasad" yaitu lathifah yang mengenda-

rai di seluruh tubuh jasmani. Cahayanya gilang-gemilanfc yang tidak 

dapat dihinggakan. 

Dalam lathifah inilah letaknya sifat " j a h i l " dan "gaflah" (kebo-

dohan dan kelalaian) yang telah dilarang oleh Allah SWT dengan fir-

man-Nya : "Janganlah engkau termasuk golongan yang lalai" (Qur­

'an). 

Apabila murid senantiasa berzikir pada lathifah ini, mengalirlah 

zikir itu ke seluruh tubuhnya yaitu dari ujung rambut kepala, hingga 

ke telapak kakinya. 

Inilah dia yang disebut "Sulthanul Azka r " pada sisi ahli shufiyah. 

sebab  apabila ditetapkan zikir dalam lathifah ini, menjalarlah zikir itu 

di seluruh tubuh dan bercampur dengan darah, daging, tulang belulang 

dan sumsum. 

Itulah kebahagiaan yang tidak ada bahagia di atasnya lagi. 

Itulah keni'matan yang tidak ada ni'mat di atasnya lagi. 

333 

Itulah petunjuk Allah. Allah menünjuki dengan dia siapa saja yang 

dikehendakinya. Dan siapa yang disesatkan Allah tak yaitu orang 

yang dapat menunjukinya. Pada Lathifatul Kullu Jasad ini murid zikir 

1.000 kali membaca kalimah " A l l a h A l l a h " . Kesimpulan dalam Lathi­

fatul Kullu Jasad ada 2 sifat kejahatan, yaitu jahil dan lalai (lengah), 

dan 2 sifat kebaikan yaitu ilmu dan amal. 

Jadi jumlah zikir pada 7 Lataif (7 tempat) banyaknya 5.000 + 

1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 = 11.000. 

Demikianlah ini dalam kitab Rahasia Mutiara Tharekat Nak­

syabandiyah (Bukittinggi, 1956), karangan Dr. Syeikh H . Jalaluddin. 

SEJARAH ZIKIR NAFI ISBAT. (111). 

Dari mulai zaman Nabi Adam umat Islam hanya berzikir dengan 

kalimah Allah Al lah , sebab di zaman Adam sampai zaman Nuh belum 

ada berhala. 

Setelah Nabi Adam wafat, maka untuk memimpin manusia, diutus 

Nabi Nuh. Di zaman Nabi ini mulai Iblis beraksi menganjurkan umat 

Nabi Nuh agar membuat patung-patung, untuk memperingati bentuk 

(rupa) orang yang telah mati sebagai kenang-kenangan untuk waris-

warisnya yang tinggal. Pada mula-mulanya patung-patung itu diambil 

menjadi barang sembahan. 

Lantas Al lah , Zat Yang Maha Esa, menurunkan wahyu kepada 

Nabi Nuh, yakni diwajibkan kalimah Tauhid (la ilaha illallah), agar 

dengan kalimah yang tersebut, dinafikan Allah  yang lain diisbatkan 

Allah  yang sebenarnya. Berarti umat Islam di zaman Nabi Nuh dua 

golongan, pertama tetap berAllah  kepada Allah Allah  yang sebenar­

nya, yakni golongan pertama tidak kenal kepada Allah -Allah  yang 

lain, seumpama penyembahan patung berhala-berhala, mereka tidak 

dapat ditipu iblis/syaitan. namun  di waktu manafikan yang sebenarnya 

ada syarat-syaratnya yaitu : Tidak boleh diceraikan nafi dan isbat, se­

hingga orang itu berkekalan/berkepanjangan mengingati Al lah . 

Golongan yang kedua mulai beroleh was-was/ragu-ragu dalam ha­

tinya, bahwa kemungkinan ada pula Allah  lain seperti patung dan ber-

334 

hala. Jadi kalimah la ilaha illallah itu diturunkan bagi orang-orang 

yang telah mulai kotor jiwanya, sebab terselip dalam hatinya, ada pula 

Allah -Allah  yang lain seumpama berhala itu. Kedua golongan yang ter­

sebut, terus hidup satu, mati satu, hingga kedua golongan itu masih 

subur hidupnya, hingga sampai zaman sekarang. 

Bagi manusia yang masih seperti golongan kedua itu, sudah sepa-

tutnya mereka menafikan (meniadakan) Allah  yang berupa/berhala. 

Golongan yang pertama yang tidak ragu-ragu/syak wasangka dalam 

hatinya, yakni jiwanya tetap bersih, maka ia berkata di mulutnya, atau-

pun dalam hatinya : "Tiada Allah  yang sebenarnya, melainkan 

A l l a h " . Ah l i tarekat Naksyabandiyah termasuk golongan yang perta­

ma, terutama ahli tarekat Naqsyabandiyah yang sudah dapat melihat 

dengan mata hatinya, bahwa hanya yang ada satu zat Allah Wahdatul 

Wujud dan Wahdatusy Syuhud dan Wajibul Wujud. 

Paham kedua golongan itu tetap ada dari zaman Nabi Nuh sampai 

sekarang. Bagi umat Islam yang bersih jiwanya yang tidak dapat diko-

torkan oleh syaitan/iblis tidaklah mereka ragu-ragu terhadap kepada 

Allah, y