ilmu tarekat mistik 10
ak di antara perpecahan tare
kat-tarekat itu disusun dalam atau diberi istilah-istilah yang sesuai de
ngan tempat perkembangannya. Tarekat Naksyabandi misalnya banyak
ditulis orang dalam bahasa dan memakai istilah-istilah Persi.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa di Indonesia telah ada badan
yang khusus menumpahkan perhatiannya kepada tarekat-tarekat, yang
sudah diselidiki kebenarannya, yang dinamakan tarekat mu'tabarah.
Seorang tokoh tarekat terkemuka, Dr. Syeikh H . Jalaluddin, telah ba
nyak menulis tentang tarekat-tarekat, terutama tentang tarekat Kadiriy-
yah Naksyabandiyah. Ia menerangkan, bahwa di antara tarekat yang
mu'tabar ada 41 macam, sebagai berikut :
1. Th. Kadiriyyah, 2. Th . Naksyabandiyah, 3. Th. Syaziliyah, 4.
Th. Rifa'iyyah, 5. Th . Ahmadiyyah, 6. Th . Dasukiyyah, 7. Th . Akbari-
yah, 8. Th . Maulawiyyah, 9. Th . Qurabiyyah, 10. Th . Suhrawardiyyah,
11. Th . Khalwatiyyah, 12. Th. Jalutiyyah, 13. Th. Bakdasiyah, 14.
Th. Ghazaliyah, 15. Th . Rumiyyah, 16. Th . Jastiyyah, 17. Th . Sya'-
baniyyah, 21. Th . 'Alawiyyah, 22. Th. 'Usyaqiyyah, 23. Th . Bakriyyah,
24. Th . 'Umariyyah, 2 5 / T h . 'Usmaniyyah, 26. Th . 'Aliyyah, 27. Th.
303
Abbasiyah, 28. Th. Haddadiyyah, 29. Th. Maghribiyyah, 30. Th. Gha-
ibiyyah, 31. Th . Hadiriyyah, 32. Th. Syattariyyah, 33. Th. Bayumiy-
yah, 34. Th . Aidrusiyyah, 35. Th. Sanbliyyah, 36. Malawiyyah, 37.
Anfasiyyah, 38. Th . Sammaniyyah, 39. Th . Sanusiyyah, 40. Th . Idrisi-
yah, dan 41. Th . Badawiyyah.
Dalam "Shoter Encycl. of Islam" (Leiden, 1953), karangan H . A . R
Gibb, mengenai kata tarekat, dimuat sebuah daftar yang sangat pan
jang dari bermacam-macam tarekat pokok dan cabang-cabang perpe-
cahannya. Daftar ini diperbuat oleh pengarangnya terutama dengan
mengambil sumber-sumber fakta dari karangan Hujwiri, Kasyful Mah-
jub, terjemahan Nicholson, 1911, Fihrasat, yang diperbuat oleh M . Fa-
si, Sanusi (mgl. 1859). Salsabil Mu'in penerbitan Massignon, Ma'sum
A l i Syah, Tharaiqul Haqa'iq, Teheran 1319, d'Ohsson, Tableau general
de I'empire othoman, Paris 1788, Hughes, Dictionary of Islam, Brown,
Darwishes, Gumuskhani, Jami'ul Usul, Kairo, 1319, L . Rinn, Mara-
bouts et Khouan, Algiers 1885. Le Chatelier, Confréries musulmanes du
Hejaz, Paris 1887, Depont-Coppolani, Confréries religieuses musul
manes, Algiers 1897, Monett iin Encyclopaedia of Religion and Ethics,
Malcolm, History of Persia, 1815, dan Massignon, Annunaire du Mon r
de Musuiman, 1929.
Daftar ini disusun demikian rapinya, sehingga kita dengan mudah
dapat mengikuti perkembangan tarekat-tarekat itu dalam tiap negeri
dan daerah masing-masing. Beberapa buah di antara tarekat-tarekat itu
saya perpanjang sejarahnya, baik dengan fakta-fakta dan uraian yang
saya ambil dari kitab-kitab ensiklopedi, maupun dibandingkan keterangan-
keterangan yang bertaburan dalam kitab-kitab ilmu pengetahuan yang la
in, tentu saja dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan di Indo
nesia. Oleh sebab itu yang saya bicarakan itu terutama tarekat-tarekat
yang langsung atau tidak langsung ada di tanah air kita, agar de
ngan demikian kita dapat mengikuti perkembangan kerohanian melalui
gerakan-gerakan tarekat itu. Saya sangat menyesal tidak dapat membe
rikan penjelasan yang sempurna dan lengkap, berhubung dengan lem-
baran yang terbatas dan sifat pengantar dibandingkan kitab saya yang kecil
ini. Jika Allah memberikan usia kepada saya dan inayah taufiqnya,
saya ingin menguraikan tarekat-tarekat besar yang ada di Indone
sia sekarang ini secara panjang lebar dengan menonjolkan pengaruh-
304
pengaruh bangsa dan alam pikiran Indonesia terhadap tarekat itu. Pe-
nyelidikan ini akan memakan tempo yang agak lama dan dalam, dan
oleh sebab itu saya ingin berhubungan dengan mahasiswa yang mena-
ruh minat dan kesempatan dalam mengadakan penyelidikan ke arah
ini, apalagi kalau saya melihat kesibukan hidup saya meskipun sesudah
pensiun, pada adanya cita-cita saya itu akan lama tercapai, j ika tidak
dengan bantuan orang lain dalam moril dan matriil.
2. SYAZILIYAH.
Nama pendirinya yaitu Abu l Hasan A l i Asy-Syazili, yang dalam
sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Ha
san anak A l i bin Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari Sitti
Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad saw. Ia lahir di A m
man, salah satu desa kecil, di Afr ika , dekat desa Mensiyah, di mana
hidup seorang wali besar Sufi Abdul Abbas Al -Mars i , seorang yang ti
dak asing lagi namanya dalam dunia tasawwuf, kedua-dua desa itu ter-
letak di daerah Maghribi. Syazili lahir kira-kira dalam tahun 573 H .
Orang yang pernah bertemu dengan dia menerangkan, bahwa Syazili
memiliki perawakan badan yang menarik, bentuk muka yang me
nunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta
badannya agak panjang dengan bentuk mukanya yang agak meman-
jang pula, jari-jari langsing seakan-akan jari-jari orang Hejaz. Menu
rut Ibn Sibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang yang
penuh dengan rahasia-rahasia hidup. Pendapat ini sesuai dengan pen
dapat Abul 'Aza ' im , ringan lidahnya, sedap didengar ucapan-ucapan-
nya, sehingga kalau ia berbicara pembicaraannya itu memiliki pe
ngertian yang dalam.
Tatkala orang bertanya kepadanya, mengapa ia dinamakan Syazili,
ia menjawab bahwa pertanyaan semacam itu pernah dikemukakan ke
pada Allah dalam fananya. Konon Allah mengatakan i " Y a , A l i .
A k u tidak menamakan dikau dengan nama Syazili, namun dengan nama
Syazz, yang artinya jarang, sebab keistimewaanmu dalam berkhidmat
kepada-Ku".
305
Memang Syazili termasuk salah seorang Sufi yang luar biasa, se
orang tokoh Sufi terbesar, yang dipuja dan dipuji di antaranya oleh
wali-wali kebathinan dalam kitab-kitabnya, baik sebab kepribadian-
nya maupun sebab fikiran dan ajaran-ajarannya. Hampir tak ada ki
tab tasawwuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan
acapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk menguat-
kan sesuatu uraian atau pendirian. Dalam menggambarkan sifat-sifat
Syazili, Muhammad Al-Maghribi rhenerangkan, bahwa Allah telah
menganugerahkan kepada Syazili tiga perkara yang belum pernah di
capai oleh orang-orang sebelumnya dan oleh orang-orang sesudahnya,
yaitu dia dan penganut-penganutnya tertulis namanya dalam Luh Mah
fuz, bahwa orang-orang yang majezub di antara golongannya kembali
kepada dasar kejadian manusia yang suci, dan bahwa qutub-qutubnya
berjalan abadi sampai hari kiamat. Konon ia lahir sudah diumumkan
oleh beberapa ulama Sufi, bahwa akan lahir di Mesir seorang yang di
namakan Muhammad, yang akan mengadakan pembukaan ilmu dan
rahasia kegaiban di tempat itu yang akan masyhur dan dikenal orang
dalam zamannya, akan lahir seorang pemuda yang sangat tinggi adab
nya dan perilakunya, bermazhab Hanafi, bernama Muhammad bin Ha
san, yang pada pipi sebelah kanan terbayang cahaya yang putih seperti
awan, yang warna kulitnya semu putih dan pada matanya terpancar
cahaya yang gilang-gemilang, dan ia dilahirkan sebagai anak yatim
yang miskin.
Memang sejak kecil ia telah menunjukkan sifat-sifat saleh dan sufi,
ia memakai khirqah yang dianugerahkan dari dua orang gurunya yang
terbesar, seorang bernama A b u Abdullah bin Harazim, yang seorang
lagi bernama Abdullah Abdussalam ibn Masjisy, yang kedua-duanya
penganut dari khalifah Abu Bakar dan dari khalifah A l i bin Abi Tha
lib.
Dari sejarah hidupnya kita ketahui, bahwa ia pada waktu kecil per
gi dari tempat lahirnya ke Tunis, dan sesudah belajar beberapa waktu
di sana ia pergi ke negara-negara Islam sebelah timur, di antaranya me
ngunjungi Mekkah dan melakukan ibadat haji beberapa kali, kemudian
dari sana barulah ia bertolak ke Irak. Syazili menceriterakan : "Tatkala
aku masuk ke Irak pertama kali bergaul dengan A b u l Fatah A l - W a -
sithi. Di Arab ada banyak syeikh yang sedia mengajar. Tatkala
306
aku minta ditunjukkan seorang guru yang berkedudukan qutub, orang
mengatakan kepadaku, bahwa guru yang aku cari itu ada di negeriku
sendiri. Maka kembalilah aku ke Magrib, sehingga dengan demikian
aku bertemu guruku Abu Muhammad Abdussalam, yang sedang berta-
pa di atas puncak sebuah gunung. A k u segera mandi pada suatu mata
air di bawah gunung itu, dan tatkala aku keluar dari dalam telaga mata
air itu aku merasa ilmu dan amalku sudah bertambah. A k u segera men
dekati gunung untuk menemui guruku itu sebagai seorang fakir yang
mencari ilmu pengetahuan. Tatkala ia melihat kepadaku, ia lalu berka
ta : "Marhaban, ya A l i ! " Kemudian ia menceriterakan panjang lebar
tentang keturunanku sampai berhubungan dengan Rasulullah. Sedang
aku mendengar dengan keheranan".
Syazili dianggap sebagai seorang wali yang keramat. D i antara ceri-
teranya mengenai persoalan ini, Syazili menerangkan bahwa ia dalam
sebuah mimpi pernah bertemu dengan Nabi Muhammad, yang berkata
kepadanya : " H a i A l i ! Pergilah engkau masuk ke negeri Mesir, di sana
engkau akan mendidik empat puluh orang siddiqin". Oleh sebab pada
waktu itu hari sangat panas, Syazili konon mengeluh, dengan katanya :
" Y a , Rasulullah! Hari sangat panas dan te rk" . Nabi berkata : " A d a
awan yang akan memayungi kamu semua!" A k u berkata pula : " A k u
takut akan kehausan". Nabi menjawab : "Langit akan menurunkan
hujan untukmu tiap hari!" "Kemudian Nabi menjanjikan daku dalam
perjalananku itu dengan tujuh puluh macam ceramat".
Pada kesempatan yang lain Syazili menceriterakan, bahwa tatkala
ia mendatangi gurunya sebagai murid, lalu gurunya mengatakan kepa
danya : "Engkau datang kepadaku sebab ingin mendapat ilmu dan
pertunjuk dalam amal? Ketahuilah bahwa engkau ini yaitu salah se
orang dibandingkan guru dunia dan akhirat yang terbesar!" Syazili menge
mukakan keheranannya, dan lebih-lebih pula ia menjadi ta'jjub, tatka
la sesudah beberapa hari ia tinggal di tempa. itu, ia melihat pemberian
Allah mengenai kecerdasan yang luar biasa, yang yaitu di luar
adat kebiasaan dan yang yaitu keramat khusus baginya. Tatkala
pada suatu kali ia hendak menanyakan kepida gurunya tentang Ismul
A'zam, dengan tiba-tiba seorang anak kecil iatang kepadanya dan ber
kata dengan lancarnya : " A p a engkau hendak menanyakan gurumu
tentang Ismul A'zam? Tidakkah engkau kelahui bahwa engkau sendiri
Ismul A'zam itu ?
307
Sebuah tarekat yang terbentuk menurut namanya Syaziliyah, me
rupakan suatu tarekat yang silsilahnya sambung-menyambung sampai
kepada Hasan anak A l i bin A b i Thalib, melalui A l i bin Ab i Thalib sam
pai kepada Nabi Muhammad saw, salah sebuah tarekat yang dikatakan
termudah mengenai ilmu dan amal, mengenai ihwal dan maqam, ilham
dan maqal, dengan mudah dapat membawa pengikut-pengikutnya ke
pada jazab, mujahadah, hidayah, asrar dan keramat. Tidak begitu ber
beda dengan tarekat Naksyabandiyah.
Menurut kitab-kitabnya tarekat Syaziliyah tidak meletakkan sya
rat-syarat yang berat kepada Syeikh tarekat, kecuali mereka harus me
ninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara segala ibadat yang
diwajibkan, melakukan ibadat-ibadat sunnat sekuasanya, zikir kepada
Allah sebanyak mungkin, sekurang-kurangnya, seribu kali sehari se
malam, istighfar sebanyak seratus kali, selawat kepada Nabi sekurang-
kurangnya seratus kali sehari semalam, serta beberapa zikir lain. Kitab
Syaziliyah meringkaskan sebanyak dua puluh adab, lima sebelum me
ngucapkan zikir, dua belas dalam mengucapkan zikir, dan tiga sesudah
mengucapkan zikir. Akan kita bicarakan dalam bahagian lain dari ki
tab ini.
3. QADIRIYAH.
1. Thariqat.
Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Jai lani , kadang-
kadang disebut A l - J i l i . Syeikh Abdul Qadir Jailani, seorang alim dan
zahid, dianggap qutubul'aqtab, mula pertama seorang ahli fiqh yang
terkenal dalam mazhab Hambali, kemudian sesudah beralih kegemar-
annya kepada ilmu tarekat dan hakekat menunjukkan keramat dan tan-
da-tanda yang berlainan dengan kebiasaan sehari-hari. Orang dapat
membaca sejarah hidup dan keanehan-keanehannya dalam kitab yang
dinamakan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani, asli tertulis dalam ba
hasa Arab, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia tersiar luas di
negeri kita, yang dibaca oleh rakyat pada waktu-waktu tertentu, konon
untuk mendapatkan berkahnya. Pertanyaan, apakah mu'jizat dan kera-
308
mat itu ada dasar-dasar pemikirannya dalam Islam, saya ceritera-
kan pada salah satu kesempatan lain, misalnya dalam kitab saya Peng
antar Sejarah Sufi dan Tasawwuf.
Dalam kitab Shorter Encylopaedia of Islam, karangan H . A . R .
Gibb, kita dapati sejarah perkembangan aliran tarekat ini . Ia mempu
nyai sebuah ribath sufi di Bagdad, yang ketika itu lebih penting dari
pada Zawiyah, tempat melakukan suluk dan latihan-latihan Sufi. Se
sudah ia wafat dalam tahun 561 H (1166 M ) , Madrasahnya itu diterus-
kan oleh anaknya Abdul Wahhab (1157 — 1196 M ) , kemudian dilanjut-
kan pula oleh anaknya Abdus Salam (mgl. 1213 M) , diceriterakan bah
wa ada seorang lagi puteranya, bernama Abdul Razzaq (1134 — 1206/7
M) seorang yang sangat zuhud dan salih.
Ibn Batutah menceriterakan, bahwa dalam masanya sudah mulai
dipergunakan orang Zawiyah tempat melakukan latihan-latihan diper
gunakan orang Zawiyah tempat melakukan latihan-latihan suluk, dan
latihan-latihan yang dilakukan dalam beberapa zawiyah di Bagdad itu
sesuai dengan ajaran-ajaran yang ada dalam ribath Syeikh Abdul
Qadir Jailani, sehingga dengan demikian ajarannya itu lama-kelamaan
yaitu satu mazhab Sufi, dan tiap murid yang telah menamatkan
ajarannya sudah beroleh ijazah khirqah, berjanji akan meneruskan dan
menyiarkan ajarannya itu. Demikianlah diceriterakan oleh Suhrawardi
dalam kitabnya Awarif A-Ma'arif, tertulis pada pinggir kitab Ihya ka
rangan Al-Ghazali (Kairo, 1306). Ada yang menerangkan, bahwa mu
rid-murid diwajibkan memakai namanya, namun sebagaimana yang ter
sebut kitab Bahjatul Asrar, Abdul Qadir sendiri tidak menganggap pen
ting perolehan khirqah itu, sebab pembentukan jiwa dan budi pekerti
sudah cukup baginya menjadi penutup ajarannya.
Sejak dalam masa hidupnya sudah ada beberapa orang yang telah
menyempurnakan ajarannya dan pergi menyiarkan ajaran itu ke tempat
lain. Seorang dibandingkan nya ialah A l i bin Al-Haddad, yang kemudian ter
kenal di Yaman dengan gerakannya, yang lain bernama Muhammad
Batha' ini , bertempat tinggal di Baalbek, namun memperkembang juga
tarekat ini di Syria. Taqiyuddin Muhammad Al-Yunani terkenal seba
gai seorang penyair tarekat Qadiriyah yang ternama di Baalbek, se
dang Muhammad bin Abdus Samad yaitu seorang yang dianggap ke
ramat di Mesir, sebab katanya ia mewakili Abdul Qadir sendiri, yang
309
akan menuntun manusia menempuh jalan menuju Allah dan Rasul-
Nya.
Bahwa anak-anaknya turut dengan giat menyiarkan tarekat ini se
benarnya dapat dipahami, meskipun Ibn Taimiyah pernah menerang
kan, bahwa ia pernah bertemu dengan salah seorang anaknya, namun
menjalankan amal ibadat sebagai seorang muslim yang ta'at dan salih.
namun penyelidikan ahli-ahli ketimuran barat, misalnya Le Chatelir
dalam risalahnya Confréries musulmanes du Hejaz, menerangkan, bah
wa ada beberapa orang anaknya dalam masa ayahnya masih hidup su
dah menyiarkan ajaran ini di Marokko, Mesir, tanah Arab, Turkestan
dan India. E . Mercier menerangkan dalam kitabnya Histoire de l'Afri-
que Septentrionale di antara lain, bahwa tarekat ini masuk dalam dae
rah Berber di Afrika Utara dalam abad ke-XII M dan mendapat so-
kongan dibandingkan pemerintah Fathimiyah, yang memerintah sekitar
1171 M . Diceriterakan, bahwa tarekat ini masuk ke Fes ialah oleh kare
na usaha anak-anak Abdul Qadir, pertama Ibrahim (mgl. di Wasit
th. 1196 M ) , kedua Abdul Aziz (mgl. di Jiyal, sebuah desa di Sinjar).
Mereka pindah ke Sepanyol, namun tidak berapa lama sebelum jatuh
kota Granada (1492 M ) , mereka dengan keluarganya lari ke Marokko.
Kuburan-kuburannya ada di Fez sebagai "Keturunan Jailani yang
mulia" (Syurafa Jilala).
Selanjutnya, diterangkan, bahwa penyiaran tarekat ini di Asia Ke
cil dan Istambul terjadi oleh Ismail Rumi, yang mendirikan tempat
khalwat besar serta empat puluh buah takiyah, tempat mengumpulkan
dan memberi makan orang miskin. Dalam pada itu adanya ribath Qa-
diriyyah di Mekkah sudah berdiri sejak masih hidupnya Syeikh Abdul
Qadir Jailani. Ribath yang terdiri di atas bukit jabal Qubis di Mekkah
sangat terkenal sebagai pusat tarekat ini di Mekkah, dan banyak di-
datangi orang dari segala pojok bumi, juga tentu dari ulama-ulama In
donesia yang hendak menempuh tarekat dan beroleh ijazahnya. Me
mang Jabal Qubis ini saya kenal selama lima tahun saya di Mekkah di
waktu saya kecil, dan di sana banyak ada rumah-rumah tempat
tinggal ulama-ulama tarekat dan tempat khalwat. Saya masih ingat,
bahwa dari puncak Jabal Qubis itu, di mana ada mesjid Syeikh
Abdul Qadir yang bersejarah, kelihatan Mesjidil Haram secara meng-
harukan. Barangkali keadaan inilah yang menarik orang-orang tarekat
310
itu di sana untuk berkhalwat. Ada keyakinan orang, bahwa barang
siapa yang mendengar panggilan temannya dari Masjidil Jabal Qubis
itu, pasti beroleh kesempatan naik haji, maka oleh sebab itu banyak-
lah orang menitip pesanan agar ia dipanggil dari Mesjid Abdul Qadir
Jailani itu. Hallaj pernah berkhalwat di atas Jabal Qubis, duduk ber-
simpuh di atas sebuah batu gunung di tengah-tengah terik matahari di
Mekkah.
Diceriterakan pula, bahwa penyiaran tarekat ini di Afr ika Tengah
dan Selatan sangat cepat tersiar, misalnya di Guines, Kounta dan Tem-
baktu.
Tarekat Qadiriyah memiliki juga zikir-zikir, wirid dan hizib-
hizib tertentu. A d a penganutnya yang berkeyakinan demikian rupa se
hingga menempatkan A l i bin A b i Thalib di atas kedudukan Nabi M u
hammad. Hal ini tentu tidak sesuai dengan pendirian Syeikh Abdul Qa
dir sendiri sebagai seorang Hambali, tentu sudah dipengaruhi oleh ke
yakinan aliran-aliran lain. Dengan demikian kita lihat, bahwa meskipun
bernama Qadiriyyah, kadang-kadang tarekat ini sudah banyak dima-
suki oleh faham-faham lain dalam pertumbuhannya. Wirid-wirid tare
kat Qadiriyyyah yang sebenarnya termuat dalam kitab "Al-Fuyadat Al-
Rabbiniyah", yang sekarang oleh Abdullah bin Muhammad Al-Ajami ,
juga seorang alim sufi yang umurnya mencapai 183 tahun (536-721).
Dalam kalangan mereka yang sangat mengagung-agungkan ke-
keramatan Syeikh Abdul Qadir Jailani ada ahli filsafat Ibn Arabi ,
yang menceriterakan panjang lebar dalam kitab "Al-Futuhat Al-Mak-
kiyah", tentang tasawwufnya, pekerjaan-pekerjaan istimewa yang te
rus menerus dilakukan Syeikh Abdul Qadir Jailani dari dalam kubur-
nya, ucapan-ucapan Ibn Arabi yang dikuatkan oleh Ibn Wardi dalam
kitab tarikhnya. Ceritera-ceritera keramat ini , terutama ceritera menge
nai keyakinan bahwa sesudah kekuasaan Allah hanya ada ke
kuasaan Syeikh Abdul Qadir, menyebabkan Ibn Taimiyah, yang juga ber-
mazhab Hambali menyerang pendapat pengarang-pengarang itu dalam
usaha membersihkan diri Syeikh Abdul Qadir. Ibn Taimiyah menyerang
dengan kitab "Al-Jawab As-Sahih" dan Ibrahim Syatibi menyerbu de
ngan kitabnya "Al-I'tisam", sehingga terjadilah peperangan dalam fi l
safat tasawwuf yang hebat sekali.
311
Kuburan Syeikh Abdul Qadir Jailani ini ada di Bagdad, dan
meskipun pusatnya tarekat ini boleh dikatakan ada di Bagdad, te
tapi cabang-cabangnya ada di seluruh dunia, sehingga Qadiriyah
juga selain yaitu sebuah tarekat, juga yaitu sebuah organi-
sasi atau pergerakan, yang selalu berusaha mengumpulkan dan mengi-
rimkan bantuannya ke pusat untuk keperluan-keperluan amal yang ter
tentu.
2. Manaqib.
Manaqib Syeikh Abdul Kadir Jailani, yang biasa dibaca orang se
luruh Indonesia pada hari-hari terpenting dalam kehidupan sesuatu ke
luarga, dicetak dalam bahasa Indonesia berhuruf Arab pada percetakan
Sayyid A l i Al-Aidrus, Keramat Raya Jakarta, dengan semboyan pada
kulitnya sebuah ayat Qur'an yang berbunyi : "Ketahui'ah, bahwa aulia
Allah itu tidak pernah merasa takut dan gentar", dengan gambar Ku-
bah Qutub Rabbani yang besar dan megah di Bagdad itu.
Pengarang kitab ini, yang tidak menyebut namanya sebab takut
ria dan takabur, mengatakan, bahwa yang mendorongkannya menyu-
sun Manaqib ini ialah ucapan Syeikh Adawi Al-Hamazawi, bahwa me-
nyebut-nyebut dan mengingat-ingat Syeikh Abdul Kadir Jailani itu,
menyebabkan turun rahmat Allah kepadanya. Maka terjadilah kege-
maran terhadap bacaan ini yang sangat luas di tengah-tengah bangsa
kita. Bacaan itu biasanya didahului dengan bacaan fatehah, lengkap
dengan bunga rampai, air dingin dan pembakaran menyan. Di tengah-
tengah kepulan asap yang harum itu seorang kiyai membaca Manaqib
tsb. dan seluruh isi rumah mendengarnya dengan khusyu' dan tawa
dhu'.
Apa sebenarnya isi Manaqib itu? Isinya ialah sebahagian besar me
ngenai riwayat hidupnya, namun yang terutama ditonjol-tonjolkan ialah
budi pekerti yang baik, kesalehannya, kezuhudannya dan keramat atau
keanehan-keanehan yang didapati orang pada dirinya. Dikatakan bah
wa Syeikh Abdul Kadir itu anaknya Abu Saleh, anak Abdullah dst.
sampai hubungannya kepada Hasan anak A l i bin Ab i Thalib, kemanak-
an Nabi Muhammad saw. Ibunya bernama Fatimah anak Sayyid Ab
dullah As-Suma'i Al-Husaini . Tentang keramatnya sangat banyaknya,
312
tak ada hingganya. Imam Nawawi menceriterakan tentang keramat ini
dalam bukunya bernama Bustanul Arifin, dan mengatakan bahwa Ab
dul Kadir itu yaitu guru dalam mazhab Syafi'i dan hambali. Imam
Sarbuni menceriterakan dalam kitabnya Thabaqat, bahwa tanda-tanda
luar biasa dibandingkan kekeramatan Syeikh Abdul Kadir sudah dirasakan
ibunya sejak dalam kandungan, di antaranya ia tidak mau menyusu
pada siang hari pada akhir bulan Sya'ban dan dalam bulan Ramadhan,
sehingga hal itu menjadi tanda kedatangan bulan puasa pada tiap-tiap
tahun. Konon ibunya tatkala pergi mengaji dikelilingi oleh Malaikat,
yang menjaga anaknya. Selanjutnya dikemukakan ceritera mengenai
kasih sayang. Syeikh Abdul Kadir sejak kecil kepada fakir miskin, men
jauhkan segala perbuatan ma'siat, gemar belajar dan beramal tidak
berkeputusan, seorang anak yang jujur, cinta kepada ibu bapanya.
Ceritera-ceritera dalam Manaqib ini sesuai dengan beberapa uraian
yang ditulis oleh Rusly Akhmad dalam kitabnya berhuruf Latin, ber
nama Syeikh Abdul Kadir Jailani, penerbitan Pena Mas (Jakarta,
1962).
Pada waktu masih kanak-kanak Sayyidinu Abdul Kadir tak suka
bermain-main dengan anak-anak lain. Kekuatan jiwa batin yang dinya-
takan sejak bayinya itu berjalan terus sampai nampak dalam sepak ter-
jangnya sehari-hari dalam kehidupan yang suci.
Ibunya dan kakeknya Sayyidina Abdullah Suma'i kedua-duanya
Wali juga memberikan didikan yang sesuai dengan bakat dan keduduk
an sebagai seorang wali.
Boleh dikata bahwa Abdul Kadir dilahirkan dan dididik dalam
ayunan dan lingkungan keluarga Sufi. Di mana saja, manakala beliau
berpikir-pikir akan bermain-main maka terdengarlah olehnya suara
yang menanyakan padanya, ke mana ia mau pergi. Tiap-tiap kali ia
mendengar suara itu, kembalilah ia ke pangkuan ibunya dan mencari
perlindungan dibandingkan nya. Ketika ia berumur 10 tahun, dia diperintah
kan mengaji.
Gurunya minta kepada para muridnya, agar kepadanya diberikan
kelonggaran tempat tersendiri untuk duduk belajar. Pada waktu itu pu
la mendadak datang pada gurunya seorang laki-laki yang tidak dikenal
olehnya, menyatakan yang dia mendengar dibandingkan Malaikat, bahwa
313
Abdul Kadir di kelak kemudian hari akan mencapai suatu tingkatan
yang tinggi dalam kebatinan dan kerohanian.
Begitulah Abdul Kadir hidup dan belajar di kota Jailan sampai
berusia 18 tahun. Dalam waktu itu beliau telah menerima didikan se-
pantasnya bagi seorang pemuda dari sesuatu keturunan baik-baik dan
otaknya meningkat begitu tajam dan begitu cerdasnya sampai sesuatu
pelajaran yang seharusnya dihafal dalam waktu sedikitnya satu minggu
olehnya dapat dihafal dan difahamnya dalam waktu satu hari saja.
Pada suatu hari, yaitu pada hari Arafah bagi kaum Muslimin yang
naik haji atau sehari sebelum hari Idul Adha, pergilah Abdul Kadir ke
ladang untuk meluku.
Ia berdiri di belakang bajak dan sapi bajaknya di depannya. Ke
mudian sapi menoleh ke belakang dan berkata kepadanya, bahwa bu
kan beginilah tujuan hidupnya dilahirkan di dunia ini . Peristiwa ini me-
ngejutkan dia dan kembalilah dia pulang. Sekembali di rumahnya naik
di atas atap rumah dan dengan mata hati bathini dia melihat suatu ma
jlis yang amat besar di Arafah itu. Setelah itu ia memohon kepada ibu
nya, agar ibunya suka membaktikan dirinya kepada Allah serta suka
mengirimkannya untuk pergi ke Bagdad meneruskan pelajarannya.
Sebagai diketahui oleh umum, pada waktu itu Bagdadlah sebuah
pusat kota ilmu yang terkenal oleh seluruh kaum Muslimin dan dida-
tangi oleh para pemuda dari seluruh penjuru dunia Islam, Abdul Kadir
berkeinginan keras untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
kerohaniannya dalam bergaul dengan lain-lain wali beserta orang-orang
suci di Bagdad.
Kecintaan ibunya, rumah dan tempat kelahirannya, perjalanan
yang sukar, berbahaya dan jauh, lagi pula akan berdiam dalam suatu
tempat di mana tidak ada teman dan sanak famili, itu semuanya bagi
Abdul Kadir tak menjadikan halangan atau mengurangkan keinginan
untuk mencari tambahan ilmunya.
Ketika ibunya mendengar permohonan anaknya itu, maka keluar-
lah air matanya, mengingat bahwa dia sudah tua dan suaminya, ayah
Abdullah Kadir telah lama meninggal dunia. Maka timbullah pertanya-
an dalam hatinya, apakah dia akan dapat bertemu kembali dengan
anaknya yang ia cintai dan ia didik dengan kasih mesra itu ?
314
namun sebab ibunya itu yaitu seorang wanita yang bersih hati
dan ta'at, maka dia tidak menghalang-halangi kehendak anaknya untuk
berbakti kepada Allah dengan kebaktian yang sebesar-besarnya.
Setelah ibunya menyetujui permohonan ia tadi dan mengizinkan
untuk berangkat ke Bagdad, maka segeralah segala sesuatu yang perlu
untuk perjalanan yang jauh itu disiapkan. Uang bekal 40 dinar oleh
ibunya dimasukkan dalam baju anaknya, lalu dijahit agar tak mudah
hilang atau dicuri orang. Kemudian Abdul Kadir menggabungkan diri
pada suatu kalifah yang akan berangkat menuju ke Bagdad.
namun sebelum berpisah, ibunya meminta suatu janji dari anak
nya, bahwa Abdul Kadir tidak berkata bohong kepada siapa dan dalam
keadaan bagaimanapun juga, walaupun ibunya telah tahu benar, bah
wa anaknya itu sejak kecil tak pernah berdusta.
Janji itu dipersembahkan kepada ibunya, kemudian berpisahlah
ibu dengan anak, kedua-duanya dengan hati yang amat berat.
Harus diingat pula di sini, bahwa perpisahan itu tidak untuk men
cari harta, kekayaan, kemewahan, pangkat dan nama, namun melulu
untuk berbakti kepada Allah yang Maha Esa semata-mata.
Setelah beberapa hari kafilah itu berangkat, dan Abdul Kadir turut
di dalamnya, berjalan dengan selamat, maka tatkala hampir kafilah itu
memasuki kota Bagdad, apakah yang terjadi ?
Enam puluh penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habis-
an.
namun apa anehnya ?
Semua perampok tadi tak ada yang memperdulikan, menganiaya
atau galak pada Abdul Kadir, sebab sangka mereka pemuda ini tak
punya apa-apa.
Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya padanya,
apa yang dia punyai, dijawabnya, bahwa dia memiliki 40 dinar, di
jahit dalam bajunya.
Penyamun tadi lalu lapor kepada pemimpinnya apa yang telah dia
dengar dari pemuda itu.
Lalu diperintahkan oleh pemimpin penyamun tadi supaya pemuda
itu dihadapkan padanya.
315
Setelah Abdul Kadir menghadap dan ditanya oleh pemimpin pe
nyamun itu, apakah benar apa yang telah dikatakan tadi, dijawab oleh
nya, bahwa benar apa yang telah ia katakan tadi.
Pemimpin penyamun lalu menyuruh mengiris jahitan bajunya, dan
setelah jahitan baju itu tersayat, maka keluarlah 40 dinar itu. Melihat
uang itu hati penyamun itu tidak menjadi suka cita, namun terpesona
sejenak, kemudian menanyakan lagi pada Abdul Kadir, apakah sebab-
nya dia berkata yang sebenarnya itu.
Dijawab oleh Abdul Kadir dengan tenang, bahwa beliau telah ber-
janji kepada ibunya, tak akan berkata bohong pada siapa pun dan da
lam keadaan bagaimanapun juga.
Mendengar jawaban itu pemimpin penyamun tadi bercucuranlah
air mata dan menangis dengan tersedu-sedu, sebab ia merasa dalam
hati kecilnya bahwa ia selama hidupnya sampai di sa'at itu, terus-mene
rus telah melanggar perintah-perintah Allah nya, sedang seorang pemu
da ini tidak berani melanggar janji terhadap ibunya.
Seketika itu juga pemimpin penyamun tadi berjabat tangan dengan
Abdul Kadir dan berjanji dengan bersikap sopan dan sungguh akan
memberhentikan pekerjaan menyamun ini yang diakuinya sendiri seba
gai suatu perbuatan yang hina dan jahat.
Kemudian diperintahkan oleh pemimpin penyamun tadi pada anak
buahnya, supaya semua barang-barang dikembalikan kepada yang pu
nya masing-masing di antara kafilah itu dan dilanjutkanlah perjalanan
kafilah itu dengan selamat ke Bagdad.
Anak buah penyamun itu seluruhnya mengikut jejak langkah pe-
mimpinnya dan kembalilah mereka dalam masyarakat biasa mencari
nafkah dengan halal dan jujur.
Demikian saya catat beberapa ceritera dari karangan Rusly A k h -
mad mengenai Syeikh Abdul Kadir Jailani, sebuah kitab kecil yang ter
tulis dalam bahasa Indonesia berhuruf Latin, dan oleh sebab itu da-
patlah dibaca oleh golongan terpelajar dan dicapai dengan mudahnya.
Lebih jauh Imam Taqiyuddin menceriterakan, bahwa pada suatu
kali, tatkala Syeikh Abdul Kadir memasuki kota Bagdad ia bertemu
dengan Nabi Khaidir, yang memerintahkan ia menunggu pada salah
suatu tempat sampai ia kembali. Syeikh Abdul Kadir konon menunggu
316
pada tepi sebuah jalan selama tujuh tahun lamanya, dan selama itu ia
hidup dengan makan rumput. Kemudian terdengar suara yang meme-
rintahkan ia masuk kota Bagdad itu. Syeikh Hammadu Dibas pada
suatu hari menunggu muridnya Abdul Kadir dalam ruang pengajaran.
Dan oleh sebab pintu tertutup, Syeikh Abdul Kadir tak berani masuk
ke dalamnya, sehingga semalaman itu ia tidur di luar, sampai Dibas
pada pagi harinya membuka pintu itu mendapat Syeikh Abdul Kadir
di luarnya. Lalu dipeluknya dan berkata : "Allah sudah menjadikan
engkau kepala dari segala wali-wali.
Manaqib banyak sekali menceriterakan hal-hal yang bersangkut-
paut dengan kekeramatan Abdul Kadir, misalnya mengenai keselamat-
an harta Abdul Muzaffar sebanyak 700 dinar, yang dengan berkat
Syeikh Abdul Kadir dapat diselamatkan dibandingkan perampokan di jalan
ke Syam, mengenai kealimannya dalam ilmu pengetahuan, sebab se
sudah ia berguru pada Dibas, ia beroleh dua lautan ilmu, pertama bah-
run nubuwah keilmuan Nabi yang tidak habis-habisnya, kedua bahrul
futuwah, ilmu A l i bin A b i Thalib yang tidak dapat dihingga. Pernah
murid-muridnya menceriterakan, bahwa dari dalam bajunya ke luar
satu ular, yang berkata padanya, bahwa ia seorang wali yang tidak
dapat dipertakut-takuti, ceritera seekor burung mati yang dihidupkan-
nya kembali hanya dengan membaca Bismillah, ceritera seorang yang
mengadukan nasibnya kepadanya, sebab ia bermimpi berbuat zina,
.yang dijawabnya bahwa ia sudah mengetahui lebih dahulu sebab ia
sudah meühat tertulis pada Luh Mahfuz dan sudah diminta keampun-
an Allah , bahwa ia pernah mengatakan tiap orang yang menghadapi
sesuatu malapetaka akan terhindar dari bahaya itu jika menyebut na
manya dan bertawassul kepadanya, selanjutnya pernah menyembuhkan
seorang perempuan sakit hanya dengan menyuruh mengucapkan pada
telinganya "enyahlah engkau, hai Khanis!", ceritera mengenai bebera
pa orang yang akan bersoal jawab dengan dia, sebab keramatnya ja-
tuh murca sekaliannya, ceritera pernah menciptakan seekor ayam hidup
dibandingkan sepotong tulang untuk memberi makan seorang anak yang se
dang menderita kelaparan, ceritera seorang Nasrani yang masuk Islam
di tangannya, sebab orang Nasrani itu bermimpi bertemu Nabi Isa,
yang memerintahkan dia masuk Islam pada Syeikh Abdul Kadir Jailani
sebab ia sebaik-baiknya wali, ceritera Khalladi pernah menemui tiga
ratus enam puluh orang wali, namun tidak ada yang sebesar Syeikh A b -
317
dul Kadir Jailani, ceritera ia menanggung dosa murid-muridnya, yang
tidak mati sebelum tobat kepadanya, ceritera ia memungut buah apel
dari angin, tatkala ia lapar bersama Syeikh Abdul Muzafar dl l .
Diceriterakan orang, bahwa ia pada suatu hari kedatangan cahaya
di dadanya yang kilau-kemilau dan yang berkata : "Akulah Allah
mu!" namun Syeikh Abdul Kadir Jailani tahu, bahwa cahaya yang ber
kata itu tak lain dari setan. Ia mengusirnya dengan kata-kata yang keji.
Barulah setan itu memperlihatkan dirinya dan mengakui kelemahan-
nya sambil berkata : "Sudah tujuh puluh orang ahli tarekat kusesatkan,
namun engkau tidak dapat aku perdayakan". Dan oleh sebab itu Izzud-
din bin Abdus Salam berkata, bahwa tidak ada seorang wali pun yang
dapat mengatasi kedudukan Syeikh Abdul Kadir Jailani.
Dalam pada itu orang Sufi mempertengkarkan, mengenai siapa
yang lebih tinggi, makam Abdul Kadirkah atau makam Abul Hasan
Asy-Syazili. Berkata Syamsuddin Al-Hanafi , bahwa Allah telah mem
perlihatkan kepadanya ketinggian kedua makam itu, ia dapati makam
Asy-Syazali lebih tinggi dari makam Abdul Kadir, yang demikian itu
katanya disebabkan sebab Abdul Kadir pada suatu hari ditanyakan
orang siapa gurunya. Lalu ia menjawab, bahwa di masa yang telah lam-
pau gurunya itu Syeikh Hammadu Ad-Dibasi, namun sekarang ia me
minum ilmunya itu dari dua lautan, dari lautan Nubuwah Nabi M u
hammad, dan dari lautan Futuwah A l i bin A b i Thalib. namun tatkala
ditanya yang demikian itu kepada Syazili maka jawabnya, bahwa guru
nya di masa yang telah sudah Syeikh Abdus Salam bin Musyisy, sedang
sekarang ia meminum ilmu dibandingkan sepuluh lautan, lima lautan langit
dan lima lautan bumi. Adapun lautan langit yang lima terdiri dari guru
nya, Jibrail, Mika i l , Israfil, Izrail dan Roh, sedang lima yang di bumi
yaitu A b u Bakar, Umar, Usman, A l i dan Nabi Muhammad.
Meskipun demikian Syeikh Ahmad Al-Kamsyakhanuwi dalam ki
tabnya "Jami'ul Usul fil Aulia" (Mesir 1331 H.) , mengatakan bahwa
ahli-ahli Hakekat menetapkan bahwa makam Abdul Kadir Jailani lebih
tinggi dibandingkan Syazili.
Pokok-pokok dasar tarekatnya sama banyaknya dengan Syazili,
sama-sama lima buah. Pokok tarekat Syazili terdiri dari lima, yaitu taq
wa kepada Allah lahir. dan batin, mengikut Sunnah dalam perkataan
dan perbuatan, menjauhkan diri dari makhluk di depan dan di bela-
318
kang, rela terhadap Allah dalam pemberiannya yang sedikit atau ba
nyak, dan kembali kepada Allah dalam waktu susah dan senang. Se
dang pokok tarekat Qadiriyah yang lima itu adalah, pertama tinggi cita-
cita, kedua memelihara kehormatan, ketiga memelihara hikmah, ke
empat melaksanakan maksud, dan kelima mengagungkan nikmat, ke-
seluruhnya ditujukan kepada Allah Allah semata-mata.
4. NAKSYABANDIYAH. (I).
Di Indonesia sangat terkenal tarekat Naksyabandiyah, yang peme-
luknya ada tidak sedikit, baik di Jawa, baik di Sumatera, maupun
di Sulawesi. Tarekat ini asalnya didirikan oleh Muhammad bin Baha'-
uddin Al-Uwaisi Al-Bukhari (717 — 791) H . ) . Ia biasa dinamakan Nak-
syabandi, terambil dari kata Naksyaband, yang berarti lukisan, konon
sebab ia ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang ghaib-ghaib.
Benar atau tidaknya pengertian ini , kita baca di dalam buku "The Dar-
vishes", karangan J .P Brown. Dalam "Berlin Catalgue", No . 2188,
dari Ahlwardt, kata Naksyaband itu diartikan sama dengan penjagaan
bentuk kebahagiaan hati. Gelaran Syah diberikan orang kemudian un
tuk kehormatan.
Muhammad bin Baha'uddin lahir dalam sebuah desa bernama
Hinduwan, yang kemudian bernama desa Arifan, jarak beberapa kilo
meter dari Bukhara. Sebagaimana wali-wali yang lain Muhammad Ba
ha'uddin pun memiliki ceritera dan tanda-tanda kelahirannya yang
aneh. Pada suatu hari seorang wali besar Muhammad Baba Sammasi,
berjalan melalui desa Arifan itu. Tatkala ia memasuki desa itu ia berka
ta kepada teman-temannya : "Bau yang harum kita ciumi sekarang ini ,
datangnya dari seorang laki-laki yang akan lahir dalam desa i n i " . Per
kataan ini diucapkannya sebelum lahir Baha'uddin. Pada kali yang lain
ia menerangkan pula, bahwa bau yang harum itu telah bertambah se-
merbak, ucapan mana dikeluarkan kira-kira tiga hari sebelum Baha'ud
din lahir. Setelah Baha'uddin lahir ia diantarkan kepada Muhammad
Baba tersebut, yang diterimanya dengan penerimaan yang penuh gem-
319
bira, seraya berkata : "Ini yaitu anakku, dan baik saksilah kamu,
bahwa aku menerimanya". Tatkala ayah Baha'uddin berdatang sem-
bah, agar Amir Kulal tidak menyia-nyiakan anaknya, Amir Kulal ber
diri dan sambil meletakkan tangannya ke atas dada bayi itu, ujarnya :
" J ika saya sia-siakan haknya, pendidikannya dan rawatan untuknya
yang lemah-lembut, bukanlah aku ini seorang manusia yang mempu
nyai makam dalam sejarah Baha'uddin".
Kitab Jami'ul Usul menceriterakan lebih lanjut, bahwa desa Hin-
duwan atau Arifan itu yaitu sebuah desa yang sangat baik letaknya
dan indah bentuknya. Dalam desa itu ada banyak taman-taman
yang molek dan kebun-kebunan yang menghijau dengan buah-buahan
yang aneka warna dan lezat-lezat rasanya. Dalam desa itulah lahir M u
hammad Baha'uddin, di tengah-tengah penduduk yang berkelakuan
baik-baik pula, dalam tahun 718 (1317 M. ) , diiringi dengan kejadian-
kejadian yang ajaib, di luar kiraan manusia mengenai diri wali ini.
Ceritera mengenai hidup Naksyabandi menghubungkan keturunan-
nya dengan seorang hidup Qutub Sufi besar, Syeikh Abdulqadir Al-
Jailani, yang yaitu keturunan dari Hasan bin A l i bin Ab i Thalib,
kemenakan Nabi Muhammad dan Khalifah yang ke-IV.
Diceriterakan, bahwa Muhammad Baha'uddin mengambil pelajar
an tarekat dan ilmu adab dari qutub Amir Kulal , yang baru kita sebut-
kan tadi, namun mengenai ilmu hakikat ia banyak beroleh pelajaran dari
Uwai Al-Qarni, sebab ia dididik kerohaniannya oleh wali besar Abdul
Khalik Al-Khujdawani, yang mengamalkan pendidikan Uwais itu. Kata
orang, bahwa ia memakai Al-Uwais di belakang namanya, sebab ada
hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni itu.
H .A .R. Gibb dalam kitab "Shorter Encyl of Islam" (Leiden 1953)
menceriterakan, bahwa Muhammad Baha'uddin dalam usia delapan
belas tahun memang pernah dikirim untuk belajar ke Sammas, suatu
desa yang letaknya kira-kira tiga mil dari Bukhara, untuk mempelajari
ilmu Tasawwuf dari seorang guru yang sangat ternama ketika itu, yaitu
Muhammad Baba Al-Sammasi. Meskipun demikian tidaklah seluruh
tarekat Naksyabandi itu bersamaan dengan tarekat Baba Al-Sammasi,
misalnya menurut tarekat Baba Al-Sammasi zikir itu harus diucapkan
dengan suara yang keras, namun Naksyabandi lebih menyukai zikir se
cara tarekat Abdul Khalik Al-Khujdawani (seorang wali besar, mgl.
320
575 H.) , yang diucapkan dengan suara yang hampir tidak kedengaran
dalam diri pribadi.
Dengan demikian maka terjadilah perbedaan faham antara Nak
syabandi dengan teman-teman setarekat yang lain dari As-Sammasi,
yang pada akhirnya membenarkan pendirian Naksyabandi dan dalam
sakitnya mengangkat dia menjadi khalifahnya.
Kemudian diceriterakan bahwa Naksyabandi pergi ke Samarkand
dan dari sana ke Bukhara, di mana ia kawin, sesudah itu pulang kem
bali ke desanya. Beberapa waktu ia pergi ke Nasaf, untuk melanjutkan
pelajarannya pada seorang khalifah As-Sammasi yang bernama Amir
Kulal . Juga diceriterakan bahwa ia pernah tinggal di desa-desa Bukhara
dan belajar selama tujuh tahun pada seorang arif Ad-Dikkirani , setelah
itu ia bekerja pada Sultan Khalid, yang pemerintahnya pernah dipuji
oleh Ibn Battutah dalam kitab sejarahnya, dan yang ibu negerinya ter-
letak di Samarkand yang makmur itu. Banyak sedikitnya kemasyhuran
pemerintahan itu konon yaitu disebabkan oleh Muhammad Baha'ud
din Naksyabandi. Sesudah raja yang dilayaninya itu kemudian mangkat
(1347 M . ) , Naksyabandi pulang kembali ke Zewartun, di mana ia men
jalankan hidup Sufi dan zuhud, dan di mana ia tujuh tahun lamanya
dalam kehidupan yang demikian itu melakukan amal-amal untuk ma
nusia dan binatang. Hari-hari yang akhir dibandingkan usianya digunakan
untuk tinggal dalam desa kelahirannya, dan meninggal di sana di te
ngah-tengah keluarga dan pengikutnya yang mencintainya dalam tahun
791 H . (1389 M . ) . namun ada juga yang mengatakan, bahwa gubahnya
itu ada di Bukhara (Vambery), Travel in Central Asia, 1864), yang
dikunjungi saban waktu terutama oleh orang-orang Cina, yang datang
dari Tiongkok.
Bahwa tarekat Naksyabandi berhubung langsung kepada Nabi Mu
hammad, diterangkan dalam silsilahnya oleh Muhammad Amin A l -
Kurdi dalam kitabnya "Tanwirul Qulub" (Mesir, 1343 H.) . Katanya,
bahwa Naksyabandi beroleh tarekat itu dari Amir Kulal bin Hamzah,
yang mengambil dari Muhammad Baba As-Sammasi, yang mengambil
pula dari A l i Ar-Ramitni , yang masyhur dengan nama Syeikh Azizan,
yang menerima tarekat itu dari Mahmud Al-Fughnawi, yang mengam
bil berturut-turut dari A r i f Ar-Riyukr i , dari Abdul Khalik Al-Khujda
wani, dari Abu Yakub Yusuf Al-Hamdani, dari Abu A l i Al-Fadhal bin
321
Muhammad At-Thusi Al-Farmadi, dari Abu l Hasan A l i bin Ja'far A l -
Khirqani dari Abu Yazid Al-Bisthami, yang mengambil dari Imam Ja'
far Shadiq, salah seorang keturunan dari Abu Bakar As-Shiddiq, yang
mengambil pula tarekat itu dari neneknya Qasim bin Muhammad, anak
Abu Bakar As-Shiddiq, yang mengambil pula dari Salman Al-Farisi ,
salah seorang sahabat Nabi terbesar, yang menerima pula tarekat itu
dari Abu Bakar As-Shiddiq, sahabat Nabi dan khalifahnya yang per
tama, dan A b u Bakar ini menerima langsung tarekat itu dari Muham
mad, sebagai yang dicurahkan melalui Malaikat Jibrail oleh Allah Ta '
ala. Memang banyak yang mencari hubungan tarekat dengan Abu Ba
kar, sebab sahabat ini yaitu kesayangan Nabi, dan oleh sebab itu
kepadanya dicurahkan ilmu yang istimewa, seperti yang diterangkan
oleh Nabi Muhammad sendiri : "Tidak ada sesuatu pun yang dicurah
kan. Al lah ke dalam dadaku, melainkan aku mencurahkan kembali ke
dalam dada Abu Bakar". Dan tarekat Naksyabandi pun konon berasal
langsung dari Abu Bakar, dan dengan demikian dari Nabi Muhammad.
Tarekat Naksyabandiyah ini kemudian pecah atas beberapa ca-
bang, satu di antaranya dinamakan tarekat Naksyabandiyah Al -Al iyah ,
yang didasarkan atas amal perbuatan, yang terdiri dari sebelas perkata
an Persi, delapan berasal dari Syeikh Abdul Ghalib Al-Khujdawani dan
tiga dari Syeikh Baha'uddin Naksyabandi sendiri.
Yang berasal dari perkataan-Persi ialah 1. Husydardam, artinya
memelihara keluar masuknya nafas dibandingkan kealpaan kepada Allah ,
sehingga hati itu selalu hadir dan ingat kepadanya, yang oleh tarekat
Naksyabandi dianggap masuk nafas itu hidup berhubungan dengan Tu
han, keluar nafas itu mati bercerai dengan Allah , 2. Nazarbar Qidam,
yang artinya bahwa orang salik Naksyabandi tiap berjalan wajib meli
hat ke kakinya, pada waktu duduk melihat kepada kedua tangannya,
tidak boleh melihat lukis-lukisan, warna-warna yang indah, dan peman-
dangan-pemandangan yang indah, yang dapat membimbangkan hati
dibandingkan ingat kepada Allah , 3. Safardarwathan, yang artinya berpin-
dah dibandingkan sifat manusia yang kotor kepada sifat malaikat yang suci,
maka diwajibkan kepada tiap salik akan mengontrol hatinya, jangan
ada ketinggalan cinta kepada makhluk, dan jika rasa cinta kepada
makhluk itu masih ada dalam hatinya, hendaklah ia bersungguh-
sungguh menghilangkannya, 4. Khalawat dar ajuman, yang artinya
322
khalawat dalam kenyataan, yaitu agar hati selalu hadir kepada hak
yang nyata dalam segala keadaan, 5. Yadkard, yang artinya kekal
mengulang-ulang zikir, baik zikir asma atau zat, baik zikir nafi, mau
pun zikir isbat, 6. Bazkasyat, artinya mengulang lagi zikir nafi dan isbat
sesudah meresap kalimat " O , Allah ku, Engkaulah tujuanku, dan ke-
relaan-Mulah tuntutanku", sebab dengan demikian akan fanalah pan
dangan yang salik itu terhadap kepada adanya segala makhluk, 7. Na-
kahdasyt, yang artinya, bahwa murid-murid itu harus memelihara hati
nya dibandingkan segala bisikan khawatir, 8. Yaddasyd, yang artinya tawaj-
juh yang istimewa, dengan tidak disertai kata-kata kepada memantap-
kan nur zat ahdiyah dan hak, yang keadaan ini tidak bisa dicapai ke
cuali sesudah fana yang sempurna dan baqa yang lengkap.
Adapun tambahan tiga dasar, yang diletakkan oleh Naksyabandi
sendiri ialah 1. wuquf zamani, yang artinya tiap-tiap dua atau tiga jam
seorang salik memperhatikan kembali keadaan jiwanya, jika dalam
waktu itu ia teringat kepada Allah lalu bersyukur kepada-Nya jika ter-
lupa harus meminta ampun dan mengucapkan istigfar, 2. wuquf 'adadi,
yang artinya memelihara bilangan ganjil, ketika melakukan zikir nafi
dan isbat, misalnya disudahi pada kali yang ketiga, kali yang kelima,
sampai kali yang kedua puluh satu, dan 3. wuquf qalbi, yang artinya
menghilangkan fikiran lebih dahulu dibandingkan segala perasaan, kemudi
an dikumpulkan segala tenaga dan pancaindera, untuk melakukan ta-
wajjuh dengan segala mata hati yang hakiki untuk menyelami ma'rifat
Allah nya.
Dikemukakan, bahwa tarekat Naksyabandiyah itu yaitu su
atu tarekat yang lebih dekat kepada tujuannya, dan lebih mudah untul
murid-murid mencapai derajat, sebab didasarkan kepada pelaksanaan
yang sangat sederhana, misalnya mengutamakan latihan rasa lebih da
hulu yang dinamakan dengan kata istilah jazbah, dibandingkan latihan sv
luk yang lain, kedua sangat kokoh memegang sunnah Nabi dan menj;'
uhkan bid'ah, menjauhkan diri dibandingkan sifat-sifat yang buruk, mema
kai segala sifat-sifat yang baik dan akhlak yang sempurna, sedang ke
banyakan tarekat yang lain mendahulukan suluk dibandingkan jazbah itu.
lain dibandingkan itu Tarekat Naksyabandiyah itu mengajarkan zikir-zikir
yang sangat sederhana, lebih mengutamakan zikir hati dibandingkan zikir
mulut dengan mengangkat suara. Jika kita ringkaskan, apakah yang
32:'.
menjadi tujuan pokok dibandingkan tarekat Naksyabandiyah itu, maka kita
akan bertemu dengan enam dasar yang terpenting, yaitu taubat, uzlah,
zuhud, taqwa, qana'ah dan taslim. Untuk mencapai ini mereka jadikan
rukun tarekatnya enam pula, pertama ilm, kedua hilm, ketiga sabar,
keempat ridha, kelima ikhlas, dan keenam akhlak yang baik. Ada enam
hukum yang dijadikan pegangan dalam tarekat Naksyabandi, pertama
ma'rifat, kedua yakin, ketiga sakha, keempat sadaq, kelima syukur,
dan keenam tafakkur tentang segala apa yang dijadikan Allah . Maka
oleh sebab itu ada enam pula yang wajib dikerjakan dalam tarekat ini ,
pertama zikir, kedua meninggalkan hawa nafsu, ketiga meninggalkan
dunia, keempat melakukan agama dengan si ngguh-sungguh, kelima
berbuat baik (ihsan) kepada segala makhluk, c an keenam mengerjakan
amal kebajikan (amal khair).
ZIKIR DAN LATIHAN JIWA. (II).
Mengenai Roh dalam tarekat Naksyabandi, saya petik sbb.
Roh ataupun Malaikat bukanlah ia laki-laki dan bukan perempu
an, bukan berdarah dan bukan berdaging, bukan bertulang-belulang,
dan Roh itu memenuhi ruang, dan tiyaitu Roh itu dikandung waktu
dan tempat. Roh itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Roh itu
kekal tidak akan mati, ia hidup selama-lamanya. Sebelum diadakan
Nabi Adam dan Hawa, roh itu telah ada. Bahkan roh terdahulu diada
kan Allah dibandingkan langit dan bumi. Biarpun roh itu berapa banyaknya
dan berapa besarnya, dapat bertempat pada ruang yang sempit. Keada-
annya seolah-olah seperti cahaya, berapa pun besarnya dapat juga ma
suk dalam sebuah tempat. Misalnya dalam sebuah bilik yang bertutup,
laksana sebuah lampu yang bernyala, maka cahaya sinarnya dapat ma
suk ke dalam bilik itu. Jika kiranya kita masukkan lagi beberapa bu
ah lampu dan kita pasang (nyalakan) di dalamnya, maka cahaya lam
pu itu pun dapat juga diterima dalam bilik itu, yakni bilik itu tidak
lah menjadi sesak sebagaimana cahaya lampu-lampu itu tidaklah me-
nyesakkan bilik itu. Inilah misalnya roh itu yang mudah kiranya kita
pikirkan yang keadaannya berlawanan dengan keadaan badan kasar
(benda). Roh itu sekalipun berupa sebagaimana rupa yang dipunyainya,
namun ia tidaklah berdarah, berdaging, berkulit, bertulang dan sebagai-
324
nya, seperti badan kasar, dan tidaklah ia dipengaruhi oleh tanah, api,
air, angin dan sebagainya seperti badan kasar. Roh itu dapat berpindah-
pindah ke tempat yang jauh dengan sendirinya, tidak menghajatkan
kendaraan atau alat yang digunakan untuk mengangkutnya. Jadi sing-
katnya keadaan roh itu tidaklah seperti keadaan badan kasar. Roh itu
dapat berbentuk dan berupa seperti bentuk dan rupa manusia, namun
bukan seperti bentuk dengan mata kepala kita. Roh manusia yang me
ngikuti kepada dan rupa manusia yang kasar (tubuh kasar) yang biasa
kita lihat jasad itu setelah itu meninggalkan jasad (tubuh kasar) itu.
Roh yang ada pada diri manusia yaitu laksana kawat yang meng-
hubungkan antara jasad dan roh, seolah-olah ether menghubungkan
antara alam benda dan alam roh. Roh yang ada pada diri manusia itu
seperti badan kasarnya tercipta serupa bayangan yang bersamaan de
ngan sifatnya, bentuknya dan bangunnya. Ibarat gambaran dari sebuah
rumah, yang kemudian itu didirikan menurut lukisan dari gambar itu.
Roh yang ada pada diri manusia itu yang membawa orang hidup
berpindah-pindah ke mana-mana tempat sewaktu-waktu sedang tidur
atau sedang dalam mimpi, ia mengerjakan beberapa pekerjaan, dengan
tidak ditinggalkan oleh jiwanya. Dengan demikian, maka seseorang da
pat melihat, dan bisa melihat dan mengerjakan beberapa macam peker
jaan dalam waktu beberapa detik saja, sedang pekerjaan-pekerjaan itu
jika dikerjakan oleh badan kasar menghendaki waktu-waktu berbulan-
bulan atau masa lama. Roh itu suatu jisim yang halus, yang berhubung-
an erat dengan jisim yang kasar, bagaikan percampuran air dengan ka-
yu (tumbuh-tumbuhan) yang hijau. Roh itu ialah semacam jauhar
(unsur bersinar) yang berupa lagi halus, ia memikul kekuatan hidup
dan panca indera serta bergerak dan bersemangat.
Roh bangsa binatang itu ialah sebangsa unsur yang bersekutu atau
berhubungan rapat dengan tubuh kasar, di kala tidur putuslah dan le-
nyaplah cahanya dari luar tubuh, dan tidak lenyap dari dalamnya. Roh
itu suatu jisim (tubuh) yang bukan seperti tubuh kasarnya, ia sebangsa
jisim nur (cahaya) yang tinggi serta halus dan senantiasa bergerak mere-
sap di dalam anggota tubuh, dan berjalan di dalamnya, bagaikan jalan
nya air di dalam bunga mawar, atau jalannya minyak dalam pohon zai-
tun atau seperti cahaya api di dalam arang. Adapun roh yang istimewa
bagi manusia (tidak ada pada makhluk bangsa binatang) ialah suatu
325
atau sejenis benda yang bercahaya bagaikan unsur yang bersinar, yang
dapat memikul beban hidup, dan yang menyebabkan anggota-anggota
tubuh kasar serta panca indera memiliki perasaan serta kemauan.
Memang soal roh ini hingga kini belum ada seorang pun manusia yang
dapat menjelaskan keadaan yang sebenarnya, dan ahli ilmu, baik dari
lingkungan kaum Muslimin maupun dari para ahli filsafat bangsa Ero-
pah, senantiasa dalam pertikaian paham dan perselisihan pendapat.
Roh itu tidak dikurung (dipenjarakan) dalam tubuh kasar manu
sia, dan tidak dilepaskan di luar badan manusia, tidak bercerai dengan
badan kasarnya, yakni Roh itu berhubungan dengan badan. Bagaimana
hakikat perhubungan roh dengan badan, Allah yang tahu. Siapa me
ngenai rohnya, atau jiwanya, atau dirinya, berarti ia telah mengenai
Al lah.
Badan kasar seolah-olah sangkar, dan roh itu sebagai burung. Ka
lau roh itu tidak mengingati Al lah , maka Syaitan iblis dapat membisik
kan kepada roh, agar manusia itu mengerjakan larangan Allah. Kalau
roh itu lupa kepada Al lah , maka dikatakan roh itu sakit pekak, bisu
dan buta. Dari itu ahli tharikat Naqsyabandiyah mengajar mendidik
rohnya, agar roh itu lancar mengerjakan 17 mata pelajaran yang telah
dimiliki.
Jika murid-murid ikhlas menerima talkin (bai'at) ilmu tarekat Nak
syabandiyah, insya Allah dengan mudah dan yakin, 'ainul yaqin, haq-
qul yaqin akan membenarkan Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad saw.
Jika roh itu sakit, bisu, pekak, dan buta, ia diobati dengan meng
ingati Allah. Roh yang mengingati Allah, tidaklah akan sakit, bisu, pe
kak dan buta.
Dalam Qur'an nama Allah ada 99 nama, padahal nama zat Allah
kita hanya satu yaitu Allah, Allah, Allah, sedang yang 98 macam lagi
yaitu nama dari sifat Al lah. Sifat Allah bukanlah 98 macam, bahkan
lebih dari 98 macam, hanya yang disebutkan dalam Qur'an 98 nama
sifat Allah kita. Nama nabi kita bukanlah Muhammad saja, bahkan
nama Muhammad pun banyak pula.
Adapun nama roh itu bukanlah roh saja, bahkan amat banyak
pula, yakni menurut sifat-sifat dari roh itu. Di antara lain-lain roh di
namai seperti yang ini di bawah ini.
326
1. Roh itu dikatakan hati Rohani.
2. Roh itu dikatakan hati Nurani.
3. Roh itu dikatakan hati Rabbani.
4. Roh itu dikatakan hati Sanubari.
5. Roh itu dikatakan akal (pikiran).
6. Roh itu dikatakan hati yang batin.
7. Roh itu dikatakan Nyawa ( j ' w a ) -
8. Roh itu dikatakan Sukma.
9. Roh itu dikatakan Nafsu, (nama nafsu 7 macam).
10. Roh itu dikatakan Rahasia Al lah .
11. Roh itu dikatakan Jufi (rongga).
12. Roh itu dikatakan Sudur (dada).
13. Roh itu dikatakan Qalbi (hati).
14. Roh itu dikatakan Fuad.
15. Roh itu dikatakan Syagafa.
16. Roh itu dikatakan Insa.
17. Roh itu dikatakan Sir (Rahasia Allah).
18. Roh itu dikatakan Latiful Qalbi, 5.000 4- membaca Allah
Al lah Al lah .
19. Roh itu dikatakan Latiful Roh, 1.000 + membaca Allah Al lah
Al lah.
20. Roh itu dikatakan Latiful Sir, 1.000 + membaca Allah Allah
Al lah.
21. Roh itu dikatakan Latiful Khafi , 1.000 + membaca Allah
Allah Al lah .
22. Roh itu dikatakan Latiful Akhfa, 1.000 + membaca Allah
Allah Al lah.
23. Roh itu dikatakan Latiful Nafsu Natiqah, 1.000 membaca
Allah Allah Al lah .
24. Roh itu dikatakan Latiful Kullujasad, 1.000 + membaca Allah
Allah Al lah .
25. Roh itu dikatakan Nurullah, Nur Zatu'llah, Nur Sifatullah,
Nur Asma Al lah .
26. Roh itu dikatakan Nur Muhammad/Nur Baginda Rasulullah.
27. Roh itu dikatakan Latiful Rabbaniyah Ruhaniyah.
28. Roh itu dikatakan tempat tertulis Kalimah Allah Allah Al lah.
29. Roh itu dikatakan tempat tertulis Kalimah La Ilaha Illallah.
327
30. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli nama Al lah .
31. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli 'af'alullah (Af-
'alullah).
?2. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli sifatullah.
33. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli zatullah.
34. Roh itu dikatakan juga Nafu Muthma'inah atau jiwa-jiwa
yang tenteram, jiwa yang tenang, jiwa yang bersih, jiwa yang
suci, perhatikan Q.S. Al-Fajri ayat 27.
35. Roh itu dikatakan juga Nafsu Ammarah lihat Q.S. Yusuf ayat
53.
36. Roh itu dikatakan juga Lawwamah lihat Q.S. Qiyamah ayat
2.
Sebab banyak kebutaan roh itu, maka banyak pula namanya. Bagi
ahli tarekat Naqsyabandiyah yang ini No. 1 8 — 1 9 — 20 —
21 — 22 — 23 — 24 yakni 7 latifah (7 tempat, 7 maqam, 7 derajat)
diberi makan 11.000 kali membaca kalimat Al lah , dengan tata ter-
tib yang sudah ditentukan pada sisi tarekat Naqsyabandiyah.
Roh yang buta diobati dengan kalimah Allah 11.000 kali, atau 7
kali 11.000 siang dan 7 kali 11.000 malam. Demikianlah jika roh itu
berpenyakit bisu (kelu), berpenyakit pekak atau tuli, dan lain-lain pe
nyakit yang menghinggapi roh itu, obatnya tidak lain, tidak bukan,
hanyalah diobati dengan zikru'llah.
Perhatikan sabda Nabi Muhammad saw bunyinya :
Maksudnya kira-kira : Dengan mengerjakan zikirullah hilanglah
segala penyakit hati (roh).
Mata pelajaran zikir-zikir dalam tarekat Naksyabandiyah ada 17
macam, mata pelajaran pertama sampai mata pelajaran keenam belas,
dilaksanakan dengan roh semata-mata, sedang mata pelajaran yang ke-
tujuh belas yakni tahlil lisan, dilaksanakan dengan roh dan lidah jas-
mani. D i antara 17 mata pelajaran tarekat Naqsyabandiyah, maka di
sini akan diuraikan secara agak mendalam mata pelajaran kedua, yakni
zikir Latif.
Zikir Latif ialah mengerjakan zikir pada 7 tempat, lihat kembali
nama roh yaitu roh dari No. 18 — 19 — 20 — 21 — 22 — 23 — 24
yaitu :
328
18. Roh yang dikatakan Latiful Kalbi (hati Sanubari) di situ zikir
5.000.
19. Roh yang dikatakan Latiful Roh, di situ zikir 1.000 membaca
Allah Allah Al lah .
20. Roh yang dikatakan Latifatul Sir, di situ zikir 1.000 membaca
Allah Al lah Al lah .
21. Roh yang dikatakan Latiful Khafi, di situ zikir 1.000 mem
baca Allah Al lah Al lah .
22. Roh yang dikatakan Latifatul Akhfa, di situ zikir 1.000 mem
baca Allah Allah Al lah .
23. Roh yang dikatakan Latiful Nafsu Natiqah, di situ zikir 1.000
membaca Allah Allah Al lah.
24. Roh yang dikatakan Latiful Kullu Jassad, yakni roh yang me-
liputi seluruh tubuh (badan) di situ zikir 1.000 membaca Allah
Allah Al lah .
Kemudian murid melaksanakan tidur istikharah pada malam Jum
'at (petang Kemis) atau malam Senin (petang Ahad). Jika dalam tidur
itu murid telah mendapat natijah/shamrah tidur istikharah, maka kepa
da murid itu ditalkinkan zikir pada hati Sanubari (latifatul Qalbi) ba
nyaknya 5.000 dalam sehari semalam. Begitulah terus-menerus murid
itu mengerjakan zikir 5.000 dalam 24 jam. Jika murid itu masuk suluk,
zikir pula Latifatulkalbi dikerjakan murid 70.000 amalan, lamanya 10
hari. Pada hari kesebelas murid itu disuruh mengerjakan zikir Lataif,
yakni zikir Latifatulkalbi dan ditambah mengerjakan pada 6 Latifah
lagi.
Latifatulkalbi berhubungan dengan jantung jasmani, pada hal jan-
tung manusia itu bergerak (berdenyut-denyut) dalam 1 menit 70 kali
berarti dalam 24 kali lebih kurang 100.000 kali jantung itu bergerak-
gerak (berdenyut-denyut). Kenyataan jantung itu bergerak dapat kita
raba dengan tangan kita, yakni tekankanlah tapak tangan kita di bawah
susu (tetek) kiri pasti dapat kita rasai gerak jantung itu. Kalau jantung
itu tidak bergerak, maka orang itu dikatakan telah mati.
Adapun jantung itu terletak di bawah susu kiri dan condong ke
kir i , dia dibangsakan kepada "Alamussyahadah" dan dapat dilihat
dengan mata kepala, serta dipunyai juga oleh segala manusia dan bina
tang.
329
Akan namun yang dimaksud dengan "Latifatul Qa lb i " itu, bukan
lah jantung jasmani tadi. Dia yaitu "Lathifah Rabbaniyah" yang
sangat halus dan bernasab kepada "Alamul A m r i " , yaitu alam yang
tinggi.
Dia tidak dimiliki oleh segala manusia.
Dialah Roh yang suci dan berpengaruh dalam tubuh insan.
Dialah hakekat insan (yang dinamakan diri sebenarnya diri).
Dialah yang dapat mengetahui akan segala hal.
Dialah yang bertanggung jawab, dan dipuji atau dicerca oleh Al lah .
Dialah induk dibandingkan Lathifah-Lathifah yang lain.
Dialah tempat penuangan " i lham" dan " f a i d i " (limpahan Ilahi).
Dialah yang dapat mendekati Allah apabila dibersihkan dari sega
la najis ma'nawi serta dihiasi dengan zikirullah.
Dialah tempat jatuh penilikan Allah sebagaimana sabda Nabi Be
sar Muhammad saw yang artinya : "Sesungguhnya Allah tiada menilik
rupa dan hartamu namun hatimulah ditiliknya (HR. Bukhari - Muslim).
D i sinilah orang yang rindu dendam akan Allah bakal mendapat-
kannya sebagaimana telah ditunjukkan Allah sendiri kepada Nabi Musa
a.s. ketika beliau bertanya katanya :."Allah ku di manakah saya akan
mendapatkan Engkau?" Allah berkata : "Engkau akan mendapatkan
A k u dalam hati yang pecah sebab rindu kepada-Ku".
Untuk membuktikan betapa pentingnya membersihkan "Lathifatul
Qa lb i " itu, Nabi Muhammad saw bersabda :
" D i dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging, apabila ia ba
ik, baiklah seluruh jasad, dan apabila ia binasa, binasalah seluruh
jasad, ketahuilah dia itu ialah hati".
Setelah kita tahu, bahasa hatilah yang berpengaruh dalam tubuh
kita, setelah kita tahu bahasa hatilah yang menjadi pokok dan sumber
dari segala macam perbuatan anggota yang baik dan yang jahat, maka
kita tahu bahasa hatilah tempat jatuh penilikan Allah yang menjadi
raja dalam tubuh kita Lathifah Roh tarekat-tarekat sunnah Nabi Nuh
dan Nabi Ibrahim a.s. Letaknya dua jari di bawah susu kanan dan con-
dongkan ke sebelah kanan. Rerhubungan dengan rabu jasmani. Cahaya
merah yang tak dapat dihinggakan.
Di sinilah terletak sifat "bahimiyah" (binatang jinak) yaitu sifat
330
penurut, syahwat yang hanya akan membawa ke arah bersenang-senang
semata-mata tanpa mengingat akan akibatnya.
Lathifah Sir ini terletak dua jari di atas susu kiri dan condong ke
dada. Cahaya putih yang tak dapat dihinggakan tarekat/sunnah Nabi
Musa.
Dikenderai hati jasmani (hati besar).
Apabila zikir murid berjalan baik dalam lathifah ini maka lenyap-
lah dengan pertolongan Allah suatu sifat "sabi ' iyah". (binatang buas)
yang melekat pada kemanusiaannya. Sifat ini apabila dapat mem
pengaruhi seseorang, maka sudah tentu ia akan berbuat perbuatan bi
natang buas pula, umpamanya berbuat segala apa yang menjadikan
perpecahan, permusuhan, membenci sesamanya dengan jalan yang ti
dak hak, aniaya dan menindas kepada yang lemah.
Di sinilah murid memperbanyak zikirullah, sehingga tercapailah
apa yang disebut "Fana'afizzat" pada sisi Ah l i Shufiyah, yaitu me-
nyaksikan dengan mata bathin bahasa telah lenyap dan musnah zat se
gala sesuatu, kecuali zat Allah yang bersifat dengan segala sifat kesem-
purnaan dan maha suci ia dari segala sifat kekurangan, kelemahahan
dan sebagainya. Pada Lathifah ini murid zikir 1.000 kali membaca ka
limah " A l l a h A l l a h " .
Lathifah Khafi berwarna hitam yang tak dapat dihinggakan. Ia ter
letak dua jari di atas susu kanan dan condong ke dada. Lathifah ini di-
kendarai limpa jasmani, tarekat/sunnah Nabi Tsa Al-Masih a.s.
Di sinilah letaknya sifat "Syaithaniyah" yaitu sifat yang sesuai pe-
rangai syaitan menjadi orang pendengki, khianat, busuk hati pepat di
luar runcing di dalam, telunjuk lurus kelingking berkait, menggunting
dalam lipatan, menohok kawan seiring dan sebagainya.
Manusia yang telah dipengaruhi oleh sifat "Syaithaniyah" akan
menjadi pengrusak dunia, pengacau keamanan dan ketenteraman
umum. Pendek kata sifat itu yaitu suatu sifat yang akan membawa
segala kecelakaan dan kebinasaan dunia dan akhirat.
' Maka ke dalam lathifah inilah zikir " A l l a h A l l a h " itu dipalukan
dengan sekuat-kuatnya sehingga terbakar dan hanguslah sifat-sifat ter
sebut dari dalam hati kita.
Di sinilah murid akan dapat merasakan "fana" yang keempat kah-
331
nya, yaitu "fana fisshifatissalbiyah", namanya. Pada Lathifatul khafi
ini murid zikir 1.000 kali membaca kalimah Allah Al lah . Kesimpulan
dalam Lathifatul Khafi ada 2 sifat kejahatan yaitu Hasad (dengki, bu-
suk hati, dan munafiq, dan di situ ada sifat kebaikan yaitu sifat syukur
ridha, sabar (tawakkal).
Lathifah Akhfa terletak di tengah-tengah dada, berhubungan de
ngan empedu jasmani. Cahayanya hijau yang tak dapat dihinggakan,
tarekat/sunnah Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.
Setelah zikir murid berjalan lancar dalam lathifah ini, timbul rasa
" i syq" (rindu) akan Junjungan kita Muhammad saw, sehingga sering
sering rohaniyah beliau itu mengunjunginya, terkadang-kadang dalam
mimpi, dalam wirid dan zikir terkadang-kadang waktu bangun, waktu
sadar.
Hal yang demikian, bukanlah mustahil lagi bagi orang yang telah
dapat melihat dan menyaksikan rohaniyah Rasulullah saw yang dapat
melihat dan menyaksikan rohaniyah Rasulullah saw itu pada tiap-tiap
sesuatu dan banyak lagi hal-hal yang serupa itu, yang hanya akan men-
tertawakan orang yang anti tarekat, j ika diceriterakan ke luar.
Dalam Lathifah ini bersaranglah sifat "Rabbaniyah" (keAllah an),
seperti sombong, 'ujub (membanggakan diri), riya' , Sum'ah dan seba
gainya.
Maka di sinilah murid memperbanyak zikir " A l l a h A l l a h " dengan
memenuhi syarat-syaratnya, sehingga tercapailah empat macam fana,
tersingkirlah sifat-sifat yang buruk yang membatalkan amal-amal baik
itu. Pada Lathifatul akhfa murid zikir 1.000 kali membaca kalimah
" A l l a h A l l a h " . Kesimpulan dalam Lathifatul akhfa ada 4 sifat kejahat
an, yaitu pertama ria, kedua takabur ketiga 'ujub, dan keempat sum
'ah. Dan di situ ada 4 sifat kebaikan : pertama ikhlas, kedua khusyu',
ketiga tadarru', keempat diam (tafakkur).
Lathifah Nafsu Natiqah terletak di antara dua kening. Cahayanya
gilang-gemilang yang tak dapat dihinggakan. Dikendarai otak (benak)
jasmani.
Inilah dia yang disebut "Annafsu imarah" , (nafsu yang selalu
menyuruh akan kejahatan). Dengan dia. kita disuruh berperang.
Tepat benar sabda. Nabi saw yang artinya : "Musuhmu yang se-
332
benar-benarnya, ialah nafsu yang ada pada dir imu". (Hadits).
Walhasil apabila "Lathifatulnafsi Natiqah" ini tidak kita cuci se-
bersih-bersihnya maka yakinlah bahasa sifat-sifat ini akan mem
pengaruhi kita.
Pada dewasa ini betapa banyaknya orang yang dihinggapi penyakit
ini yaitu penyakit masyarakat yang berbahaya, yang harus kita
berantas sampai ke akar-akarnya. Maka sesungguhnya penyakit terse
but tetap menjadi perintah dan penghalang untuk menciptakan masya
rakat yang sejahtera aman, damai, makmur dan bahagia, sebab ma
syarakat yang semacam ini hanyalah dapat diujudkan di atas dasar ke-
adilan, kejujuran dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-
benarnya, lepas dari pengaruh hawa nafsu dan syaitan.
Pada Lathifah inilah murid berzikir dengan sebanyak-banyaknya
serta pukulan yang sekeras-kerasnya, sehingga terbakarlah sifat-sifat
dan hawa nafsu itu dengan api zikrullah.
Kesimpulan dalam Lathifatul Nafsu Natiqah ada 2 sifat kejahatan
yaitu di situ ada khayal-khayal (gambar) alam seumpama gambar pe
rempuan dan uang d l l . , dan kedua panjang angan-angan kewas-wasan,
di situ 2 sifat kebaikan yaitu : tenteram, tenang pikiran.
Lathifah "Lathifatul Kullu Jasad" yaitu lathifah yang mengenda-
rai di seluruh tubuh jasmani. Cahayanya gilang-gemilanfc yang tidak
dapat dihinggakan.
Dalam lathifah inilah letaknya sifat " j a h i l " dan "gaflah" (kebo-
dohan dan kelalaian) yang telah dilarang oleh Allah SWT dengan fir-
man-Nya : "Janganlah engkau termasuk golongan yang lalai" (Qur
'an).
Apabila murid senantiasa berzikir pada lathifah ini, mengalirlah
zikir itu ke seluruh tubuhnya yaitu dari ujung rambut kepala, hingga
ke telapak kakinya.
Inilah dia yang disebut "Sulthanul Azka r " pada sisi ahli shufiyah.
sebab apabila ditetapkan zikir dalam lathifah ini, menjalarlah zikir itu
di seluruh tubuh dan bercampur dengan darah, daging, tulang belulang
dan sumsum.
Itulah kebahagiaan yang tidak ada bahagia di atasnya lagi.
Itulah keni'matan yang tidak ada ni'mat di atasnya lagi.
333
Itulah petunjuk Allah. Allah menünjuki dengan dia siapa saja yang
dikehendakinya. Dan siapa yang disesatkan Allah tak yaitu orang
yang dapat menunjukinya. Pada Lathifatul Kullu Jasad ini murid zikir
1.000 kali membaca kalimah " A l l a h A l l a h " . Kesimpulan dalam Lathi
fatul Kullu Jasad ada 2 sifat kejahatan, yaitu jahil dan lalai (lengah),
dan 2 sifat kebaikan yaitu ilmu dan amal.
Jadi jumlah zikir pada 7 Lataif (7 tempat) banyaknya 5.000 +
1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 = 11.000.
Demikianlah ini dalam kitab Rahasia Mutiara Tharekat Nak
syabandiyah (Bukittinggi, 1956), karangan Dr. Syeikh H . Jalaluddin.
SEJARAH ZIKIR NAFI ISBAT. (111).
Dari mulai zaman Nabi Adam umat Islam hanya berzikir dengan
kalimah Allah Al lah , sebab di zaman Adam sampai zaman Nuh belum
ada berhala.
Setelah Nabi Adam wafat, maka untuk memimpin manusia, diutus
Nabi Nuh. Di zaman Nabi ini mulai Iblis beraksi menganjurkan umat
Nabi Nuh agar membuat patung-patung, untuk memperingati bentuk
(rupa) orang yang telah mati sebagai kenang-kenangan untuk waris-
warisnya yang tinggal. Pada mula-mulanya patung-patung itu diambil
menjadi barang sembahan.
Lantas Al lah , Zat Yang Maha Esa, menurunkan wahyu kepada
Nabi Nuh, yakni diwajibkan kalimah Tauhid (la ilaha illallah), agar
dengan kalimah yang tersebut, dinafikan Allah yang lain diisbatkan
Allah yang sebenarnya. Berarti umat Islam di zaman Nabi Nuh dua
golongan, pertama tetap berAllah kepada Allah Allah yang sebenar
nya, yakni golongan pertama tidak kenal kepada Allah -Allah yang
lain, seumpama penyembahan patung berhala-berhala, mereka tidak
dapat ditipu iblis/syaitan. namun di waktu manafikan yang sebenarnya
ada syarat-syaratnya yaitu : Tidak boleh diceraikan nafi dan isbat, se
hingga orang itu berkekalan/berkepanjangan mengingati Al lah .
Golongan yang kedua mulai beroleh was-was/ragu-ragu dalam ha
tinya, bahwa kemungkinan ada pula Allah lain seperti patung dan ber-
334
hala. Jadi kalimah la ilaha illallah itu diturunkan bagi orang-orang
yang telah mulai kotor jiwanya, sebab terselip dalam hatinya, ada pula
Allah -Allah yang lain seumpama berhala itu. Kedua golongan yang ter
sebut, terus hidup satu, mati satu, hingga kedua golongan itu masih
subur hidupnya, hingga sampai zaman sekarang.
Bagi manusia yang masih seperti golongan kedua itu, sudah sepa-
tutnya mereka menafikan (meniadakan) Allah yang berupa/berhala.
Golongan yang pertama yang tidak ragu-ragu/syak wasangka dalam
hatinya, yakni jiwanya tetap bersih, maka ia berkata di mulutnya, atau-
pun dalam hatinya : "Tiada Allah yang sebenarnya, melainkan
A l l a h " . Ah l i tarekat Naksyabandiyah termasuk golongan yang perta
ma, terutama ahli tarekat Naqsyabandiyah yang sudah dapat melihat
dengan mata hatinya, bahwa hanya yang ada satu zat Allah Wahdatul
Wujud dan Wahdatusy Syuhud dan Wajibul Wujud.
Paham kedua golongan itu tetap ada dari zaman Nabi Nuh sampai
sekarang. Bagi umat Islam yang bersih jiwanya yang tidak dapat diko-
torkan oleh syaitan/iblis tidaklah mereka ragu-ragu terhadap kepada
Allah, y