Yohanes-1-16 20
ama
Tuhan . Hal ini tidak membahayakan orang-
orang berdosa yang bertobat dan kembali lagi
ke jalan benar, melainkan hanya mengancam
mereka yang terus-menerus melakukan keke-
jian dan membuat doa-doa mereka tidak ha-
nya selaras dengan kejahatan mereka, namun
juga dipakai untuk melicinkannya, seperti
yang dilakukan oleh orang-orang munafik.
Tuhan tidak akan mendengarkan mereka. Dia
tidak akan mengakui mereka ataupun mem-
Injil Yohanes 9:13-34
669
beri jawaban damai sejahtera atas doa-doa
mereka.
Kedua, biarlah hal itu dikatakan untuk
menghiburkan orang-orang benar, Dia akan
mendengar orang-orang yang saleh dan yang
melakukan kehendak-Nya.
Di sini ada , 1. Keseluruhan sikap dari
seorang yang benar, yaitu bahwa ia seorang
yang menyembah Tuhan dan melakukan ke-
hendak-Nya. Ia bertekun dalam bersaat teduh
pada waktu-waktu tertentu dan selalu men-
jaga perilakunya setiap waktu. Orang seperti
itu bergiat memuliakan nama Sang Pencipta-
nya dengan memuja nama-Nya dan menaati
kehendak dan ketetapan-Nya dengan tulus
hati. Kedua hal ini harus berjalan dengan
serasi. 2. Penghiburan yang tak terucapkan
bagi orang seperti itu: Tuhan mendengarkan-
nya. Tuhan mendengarkan keluhannya dan
melegakan dia, mendengarkan seruannya dan
membenarkan dia, mendengar pujiannya dan
menerimanya, mendengar doa-doanya dan
menjawabnya (Mzm. 34:16).
[b] Penerapan semua kebenaran di atas mem-
buktikan dengan tegas bahwa Yesus, yang
perkataan-Nya dipenuhi kuasa ilahi sehingga
mampu menyembuhkan orang yang terlahir
buta, bukanlah orang jahat, melainkan
seorang suci yang begitu nyata menujukan
hati-Nya sepenuhnya kepada Tuhan yang
kudus hingga Tuhan selalu mendengarkan-Nya
(9:31-32).
(b) Dia menegaskan mujizat yang telah diperbuat
oleh Kristus, untuk memperkuat pernyataannya
(ay. 32): Dari dahulu sampai sekarang tidak per-
nah terdengar, bahwa ada orang yang memelek-
kan mata orang yang lahir buta.
670
Perkataan tersebut digunakan untuk menun-
jukkan:
[a] Bahwa mujizat itu sungguh benar dan mele-
bihi kuasa alam. Tidak pernah terdengar ada
orang yang mampu menyembuhkan orang
yang terlahir buta dengan memakai cara-cara
alamiah. Tidak diragukan lagi, orang ini dan
kedua orangtuanya pasti sudah sering men-
cari tahu mengenai perkara itu, apakah ada
orang yang buta sejak lahir pernah ditolong,
dan mereka tidak pernah mendengar seorang
pun. sebab itu ia kini dapat berbicara me-
ngenai hal tersebut dengan penuh keyakinan.
Atau,
[b] Bahwa mujizat itu benar-benar luar biasa dan
melebihi mujizat-mujizat lain yang telah di-
perbuat sebelumnya. Walaupun banyak mela-
kukan perkara-perkara hebat, Musa maupun
nabi-nabi lain tidak pernah melakukan hal-
hal yang demikian, yang di dalamnya seakan
kuasa ilahi dan kebaikan saling bersaing.
Musa mendatangkan tulah-tulah yang meng-
herankan, namun Kristus mengerjakan kesem-
buhan-kesembuhan yang menakjubkan.
Perhatikan:
Pertama, pekerjaan-pekerjaan Tuhan Ye-
sus yang ajaib belum pernah dilakukan oleh
siapa pun juga sebelumnya.
Kedua, sudah sepantasnyalah bagi orang
yang telah menerima belas kasihan Tuhan un-
tuk menghargai belas kasihan yang telah me-
reka terima itu, dan membicarakannya de-
ngan penuh hormat, bukan supaya mereka
dapat bermegah di dalamnya atau membuat
mereka terlihat seolah-olah menjadi kesa-
yangan sorgawi, namun supaya Tuhan lebih di-
permuliakan lagi.
Injil Yohanes 9:13-34
671
(c) sebab itulah, orang ini menyimpulkan, “Jikalau
orang itu tidak datang dari Tuhan , Ia tidak dapat
berbuat apa-apa, yaitu hal-hal luar biasa, yang
seperti itu. Oleh sebab itu, tidak diragukan lagi,
pastilah Dia datang dari Tuhan , meskipun Ia tidak
menuruti adat kebiasaan kalian dalam perkara
hari Sabat.” Perhatikan, apa yang Kristus laku-
kan di muka bumi ini sudah cukup untuk me-
nunjukkan siapa Dia sebenarnya di sorga. Sebab,
jika Dia tidak diutus Tuhan , tidak mungkin Ia da-
pat melakukan mujizat-mujizat seperti itu. Me-
mang benar bahwa ada juga orang berdosa yang
datang dengan mujizat-mujizat palsu, namun, itu
bukanlah mujizat-mujizat yang nyata. Sama hal-
nya, seorang nabi palsu juga bisa saja, dengan
izin ilahi, memberitahukan suatu tanda atau
mujizat (Ul. 13:1-2), namun perkara tersebut di-
lakukan sedemikian rupa sehingga menimbulkan
kebingungan, sebab hal itu ditujukan untuk me-
malingkan orang supaya menyembah ilah lain,
yang pada intinya berarti mencoba membuat
Tuhan melawan diri-Nya sendiri. Juga benar bah-
wa ada banyak orang jahat telah melakukan hal-
hal ajaib dengan memakai nama Kristus. Namun,
peristiwa ini sama sekali tidak membuktikan
bahwa mereka itu berasal dari Tuhan , melainkan
justru membuktikan Dia yang dalam nama-Nya
hal-hal ajaib itu dilakukan. Melalui semua ini,
setiap dari kita juga bisa tahu apakah kita da-
tang dari Tuhan atau tidak. Apa yang kita laku-
kan? Apa yang kita perbuat bagi Tuhan , bagi jiwa
kita, dalam mengerjakan keselamatan kita? Apa
yang kita lakukan melebihi orang lain?
[2] sesudah mendapati diri mereka tidak dapat menjawab
dan tidak dapat tahan lagi mendengar semua alasan
dari orang buta itu, orang-orang Farisi itu pun lalu
menghina dia dan mengakhiri perdebatan mereka itu
dengan keangkuhan dan kegeraman mereka (ay. 34). Di
sini diceritakan tentang:
672
Pertama, apa yang mereka katakan. saat mereka
tidak mampu lagi mendebat orang itu, mereka pun me-
nyerang pribadinya: “Engkau ini lahir sama sekali dalam
dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Mereka ter-
singgung oleh sesuatu yang seharusnya melembutkan
hati mereka, dan hati mereka tertusuk oleh kemarahan
yang ditimbulkan oleh sesuatu yang seharusnya mem-
buat mereka bertobat.
Perhatikanlah:
1. Bagaimana mereka menghinanya, dan celaan apa
yang mereka lontarkan kepada dia: “Engkau ini lahir
sama sekali dalam dosa, sama seperti semua manu-
sia lainnya, namun, engkau lebih lagi, rusak selu-
ruhnya, sebab engkau membawa aib yang rusak itu
dalam tubuh dan juga dalam jiwamu. Secara ala-
miah, engkau ini sudah tercemar.” Jika dia masih
dalam keadaan buta, mencela kebutaannya dan me-
nuduh dia lebih berdosa dari semua orang lain ada-
lah perbuatan biadab. namun kini, sesudah dia disem-
buhkan, sangat luar biasa tidak benarnya untuk
mengungkit lagi kebutaannya yang dahulu. Sebab,
kesembuhan itu bukan saja sudah menyingkirkan
kebutaannya, melainkan juga menandakan bahwa
dia yaitu kesukaan Sorga. Beberapa orang meng-
artikan perkataan orang-orang Farisi itu demikian:
“Engkau sama saja dengan pengemis di mana-mana,
yang semuanya pendosa. sebab itu, tidak diragu-
kan lagi, engkau pasti sama bejatnya dengan
mereka.” Akan namun , dari cara berbicaranya, ia
membuktikan hal yang sebaliknya. Malahan ia mem-
perlihatkan sifat kesalehan yang besar. namun saat
orang-orang Farisi sombong yang sewenang-wenang
itu bertekad untuk menjatuhkan seseorang, apa saja
bisa mereka pakai sebagai pernyataan palsu.
2. Ketidaksudian mereka untuk belajar darinya atau
menerima pengajaran darinya: Engkau hendak
mengajar kami? Penekanan yang mendalam harus
dicermati di antara kata Engkau dan kami. “Apa!
Injil Yohanes 9:13-34
673
Engkau, orang yang hina dina, bodoh dan buta hu-
ruf, belum pernah sehari pun melihat cahaya mata-
hari, seorang pengemis pinggir jalan, sampah ma-
syarakat yang tertolak, hendak berlagak mengajar
kami, orang bijak hukum dan pembesar gereja, yang
duduk di kursi Musa dan yaitu guru di Israel?”
Perhatikan, orang yang sombong tidak sudi diajari,
terutama oleh orang yang ada di bawah mereka,
padahal kita tidak boleh menganggap diri kita terlalu
tua, terlalu bijaksana, atau terlalu baik untuk selalu
belajar. Orang yang memiliki banyak harta selalu
ingin lebih lagi, jadi mengapa orang yang memiliki
banyak pengetahuan tidak demikian pula? Kita juga
harus menghargai orang yang bisa mengajari kita
untuk menjadi lebih baik lagi. Betapa lemahnya
alasan ketidakpercayaan orang-orang Farisi itu, ya-
itu hanya sebab mereka benar-benar tidak sudi
diajari, diberi tahu dan diyakinkan oleh orang yang
hina dina seperti itu!
Kedua, apa yang mereka lakukan: Mereka mengusir
dia keluar. Sebagian orang mengartikan ini sebagai sua-
tu tindakan kasar dan menghina dengan cara mengusir
dia keluar dari sidang mereka. Mereka mengusir dia ke-
luar dari ruangan dengan menggeleng-gelengkan kepala
dan mengangkat bahu, dan mungkin juga dengan me-
nyuruh para pengawal menendang dia. Mereka pikir
inilah saatnya untuk mengirim dia jauh-jauh sesudah
kini dia berada sangat dekat dengan hati nurani mere-
ka. Namun, lebih tepatnya, tindakan mereka itu yaitu
sebuah tindakan hukum. Mereka menyingkirkan dia,
menjauhkan dia dari segala hubungan yang mungkin.
Mereka menghalau dia untuk menjadi anggota jemaat
Israel. “Orang malang ini,” kata Dr. Lightfoot, “merupa-
kan pengaku iman pertama dalam jemaat Kristen,
seperti halnya Yohanes Pembaptis merupakan martir
pertama.” Ada hukum yang mengatakan bahwa jika
seseorang mengaku Yesus sebagai Kristus, dia harus
dilempar keluar dari sinagoge (ay. 22). Orang ini hanya
mengatakan bahwa Yesus yaitu seorang nabi, yang
674
berasal dari Tuhan . Namun, mereka melenturkan hukum
dan menyeret dia dengan hukum itu, seolah dia telah
mengaku Yesus sebagai Kristus atau Mesias. Sungguh
teramat menakutkan bila diputuskan dari segala hu-
bungan dan dikeluarkan dari sebuah jemaat yang mur-
ni clave non errante – padahal tidak ada kesalahan yang
diperbuat, sebab apa yang terikat di dunia ini, akan
terikat juga di sorga. Namun, bila dikeluarkan dari se-
buah jemaat yang rusak (yang memang merupakan ke-
wajiban kita untuk keluar dari situ), sekalipun dengan
cara yang tidak adil, secara anathema, sebab tidak di-
sukai, diancam dan ditakut-takuti, maka kita tidak per-
lu takut atau merasa sedih. Penyebab kutukan tidak
akan datang. Bila mereka mengusir para pengikut Kris-
tus keluar dari tempat-tempat ibadah, seperti yang
dinubuatkan-Nya (16:2), maka mereka tidak akan bisa
menyakiti para pengikut-Nya itu, sebab para pengusir
itu yaitu jemaat Setan.
Percakapan Kristus dengan Orang
yang Tadinya Buta Itu
(9:35-38)
35 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia
bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manu-
sia?” 36 Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.”
37 Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; namun Dia yang
sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” 38 Katanya: “Aku percaya,
Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya.
Pada ayat-ayat di atas kita bisa memperhatikan:
I. Kepedulian yang penuh dengan kelembutan yang diberikan Yesus
kepada orang malang itu (ay. 35): Saat Yesus mendengar bahwa ia
telah diusir keluar oleh mereka (sebab sepertinya, seluruh kota
menjadi gempar dengan pengusirannya tersebut dan semua orang
mengecam perbuatan orang-orang Farisi itu), Ia pun bertemu
dengan dia, yang menunjukkan bahwa Dia berusaha mencari dan
mendapatinya supaya Ia bisa menguatkan dan menghiburnya:
Injil Yohanes 9:35-38
675
1. Sebab orang itu sedapat-dapatnya sesuai dengan pengetahu-
annya ia telah mengatakan hal-hal yang baik untuk membela
Tuhan Yesus dengan gagah berani. Perhatikan, Yesus Kristus
pasti akan mendampingi saksi-saksi-Nya dan mengakui me-
reka yang mengakui Dia serta jalan dan kebenaran-Nya. Para
penguasa dunia ini tidak mau dan tidak bisa mengenali semua
yang membela mereka dan kelangsungan hidup pemerintahan
mereka, namun Tuhan Yesus kita mengenal dan memperhati-
kan seluruh kesaksian teguh yang kita nyatakan bagi Dia ka-
panpun. Bahkan ada sebuah artikel yang akan mencatatkan
semua yang kita lakukan itu, dan hal itu tidak saja dapat kita
nikmati nanti, namun juga mampu menghiburkan kita pada
saat sekarang ini.
2. Sebab orang-orang Farisi telah mengusir dan melecehkannya.
Selain mendapat perhatian yang biasa dimiliki seorang Hakim
dunia yang adil terhadap mereka yang menderita sebab keti-
dakadilan (Mzm. 103:6), ada juga perhatian istimewa bagi me-
reka yang menderita sebab Kristus dan sebab menyaksikan
kebenaran hati nurani mereka. Nah, di sini ada seorang mis-
kin yang menderita sebab Kristus, dan Dia pun memastikan
supaya penghiburan yang diterimanya menjadi berlimpah-
limpah, lebih besar dari kesengsaraan yang dialaminya.
Perhatikan:
(1) Meskipun para penganiaya bisa mengucilkan orang-orang
benar dari masyarakat, namun mereka tidak bisa mengu-
cilkan mereka dari persekutuan dengan Kristus, atau men-
jauhkan lawatan Kristus dari mereka. Berbahagialah me-
reka yang memiliki seorang sahabat yang tidak akan
menjauh sekalipun para musuh menghalang-halanginya.
(2) Dengan tangan terbuka, Yesus Kristus akan mendapati dan
menerima mereka yang tertolak dan dikucilkan manusia
sebab Dia. Dia akan menjadi tempat naungan bagi orang-
orang-Nya yang terbuang itu, dan menjadi sumber sukacita
bagi orang yang dibenci dan dibuang saudara-saudaranya.
II. Percakapan karib yang terjadi di antara Kristus dengan orang itu,
yang membuatnya mengenal penghiburan bagi Israel. Orang itu
sudah memakai pengetahuannya dengan cara yang benar, se-
676
hingga kini Kristus mengajarinya lebih lanjut lagi, sebab siapa
yang memiliki , kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelim-
pahan (Mat. 13:12).
1. Tuhan Yesus kita menyelidiki imannya: “Percayakah engkau
kepada Anak Manusia?” (KJV: “Percayakah engkau kepada
Anak Tuhan ?” – pen.). Apakah engkau menghormati janji-janji
tentang Mesias? Apakah engkau menanti-nantikan kedatang-
an-Nya, dan siap menerima serta mengakui-Nya saat Ia me-
nyatakan diri-Nya kepadamu?” Inilah iman terhadap Anak
Tuhan yang dipunyai para orang kudus sebelum Mesias me-
nampakkan diri.
Perhatikanlah:
(1) Di sini, Mesias disebut Anak Tuhan , dan begitulah panggilan
terhadap-Nya seperti yang telah dipelajari orang-orang
Yahudi melalui nubuatan-nubuatan (Mzm. 2:7; 89:28; Yoh.
1:49), Engkau Anak Tuhan , yaitu Mesias yang sejati. Orang-
orang yang menanti-nantikan kerajaan Mesias yang lebih
bersifat sementara lebih senang memanggilnya Anak Daud,
yang lebih mewakili pengharapan mereka itu (Mat. 22:42).
Namun Kristus memanggil diri-Nya sendiri sebagai Anak
Tuhan untuk memberi tahu kita bahwa kerajaan-Nya murni
bersifat rohani dan sorgawi. Ia lebih memakai perkataan
Anak Manusia secara umum dibandingkan perkataan Anak
Daud secara khusus.
(2) Kerinduan dan pengharapan akan Mesias, yang dimiliki
para orang kudus dalam Perjanjian Lama melalui bimbing-
an dan atas dasar janji Tuhan , kini diartikan dan diterima
sebagai iman mereka terhadap Anak Tuhan . Inilah iman
yang kemudian dipertanyakan Kristus: Percayakah eng-
kau? Perhatikan, inilah hal besar yang dikehendaki dari
kita (1Yoh. 3:23), dan yang nanti akan ditanyakan kepada
kita, yaitu iman kita terhadap Anak Tuhan . Di atas iman ini-
lah kita harus berdiri teguh, atau kita akan binasa selama-
nya.
2. Orang malang itu bertanya dengan penuh semangat mengenai
Mesias yang harus ia imani, yang menunjukkan kesiapannya
untuk mengikuti dan berada dekat dengan-Nya (ay. 36): “Sia-
pakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.”
Injil Yohanes 9:35-38
677
(1) Ada orang berpendapat bahwa dia sebenarnya tahu bahwa
Yesus yang telah menyembuhkannya yaitu Anak Tuhan ,
namun dia tidak tahu yang mana Yesus itu. Jadi, sebab ia
mengira bahwa yang berbicara dengannya itu yaitu salah
seorang pengikut Yesus, ia pun ingin supaya lawan bicara-
nya itu menunjukkan kepadanya yang mana Sang Guru. Ia
tidak bermaksud hanya supaya rasa penasaran ingin me-
lihat-Nya terpuaskan, namun supaya ia dapat mempercayai-
Nya lebih lagi dan mengakui imannya serta lebih mengenal
Dia yang telah Ia percayai (Kid. 5:6-7; 3:2-3). Hanya Kristus
saja yang mampu mengarahkan kita untuk mendekat
kepada-Nya.
(2) Sebagian orang lain berpendapat bahwa ia tahu bahwa
orang yang sedang berbicara dengannya itu yaitu Yesus,
orang yang sama yang telah menyembuhkannya, yang ia
imani sebagai orang benar dan nabi, namun ia belum tahu
bahwa Dia yaitu Anak Tuhan dan Mesias yang dinanti-
nantikan itu. “Tuan, aku percaya Kristus akan datang.
Maka dari itu, Engkau yang telah mencelikkan mataku,
tolong katakan padaku, siapa dan di mana Anak Tuhan itu
kini berada.” Pertanyaan Kristus menunjukkan bahwa Me-
sias sudah datang dan kini ada di antara mereka. sebab
itulah orang yang tadi buta itu pun mengerti maksud-Nya
dan lantas bertanya, “Di manakah Dia, Tuhan?” Pertanya-
annya itu masuk akal dan benar: “Siapakah Dia, Tuhan?”
supaya aku percaya kepada-Nya. Sebab, bagaimana mung-
kin dia percaya kepada orang yang belum pernah ia de-
ngar? Pekerjaan para hamba Tuhan yaitu untuk memberi
tahu kita tentang siapa Anak Tuhan itu, supaya kita percaya
kepada-Nya (20:31).
3. Dengan penuh ramah Tuhan Yesus menyatakan kepada orang
itu bahwa Ia yaitu Anak Tuhan yang harus ia percayai: “Eng-
kau bukan saja melihat Dia; namun Dia yang sedang berkata-
kata dengan engkau, Dialah itu!” (ay. 37). Engkau tidak perlu
jauh-jauh mencari Anak Tuhan , sesungguhnya Firman itu dekat
kepadamu. Kita tidak mendapati Kristus dengan begitu lang-
sungnya menyatakan diri-Nya seperti ini, dalam banyak per-
kataan, kepada orang lain selain kepada orang ini dan kepada
wanita Samaria itu, “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata
678
dengan engkau.” Dia membiarkan orang lain menemukan
siapa Dia sebenarnya melalui perdebatan, namun Dia memilih
menyatakan diri-Nya terhadap yang lemah dan bodoh bagi
dunia ini, dan bukan terhadap orang bijak dan orang pandai.
Di sini Kristus menggambarkan diri-Nya kepada orang itu me-
lalui dua hal, yang menunjukkan kasih-Nya yang besar terha-
dap orang itu:
(1) Engkau telah melihat Dia. Betapa berutang budinya orang
itu kepada Tuhan Yesus, sebab Ia telah mencelikkan mata-
nya supaya ia dapat melihat Dia. Nah, sekarang ia telah
dijadikan untuk melihat, lebih dibandingkan yang pernah di-
alaminya selama hidupnya, betapa tak terkatakannya rah-
mat itu bahwa ia disembuhkan dari kebutaannya, supaya
dia bisa melihat Anak Tuhan . Ini sebuah penglihatan yang
membuat hatinya melonjak girang lebih dari sukacita yang
bisa ditimbulkan oleh cahaya dunia ini. Perhatikan, peng-
hiburan terbesar yang diperoleh dari penglihatan jasmani
kita yaitu kegunaannya bagi iman dan kepentingan jiwa
kita. Orang ini pasti akan tetap girang walaupun dia harus
kembali buta, seperti si tua Simeon, sebab matanya kini
telah melihat keselamatan yang dari Tuhan ! Jika kita mene-
rapkannya pada proses penyingkapan mata pikiran kita,
hal itu menunjukkan bahwa penglihatan rohani diberikan
terutama untuk tujuan ini, yaitu supaya kita boleh melihat
Kristus (2Kor. 4:6). Dapatkah kita berkata bahwa dengan
iman kita telah melihat Kristus, melihat Dia dengan begitu
rupa dalam keindahan dan kemuliaan-Nya, dalam kesang-
gupan dan kesediaan-Nya untuk menyelamatkan, sampai
hati kita merasa terpuaskan akan Dia dan dipuaskan di
dalam Dia? Marilah kita memuji Dia yang telah membuka
mata kita.
(2) Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!
Orang ini pun berutang budi kepada Kristus yang rela me-
rendahkan diri untuk melakukan semuanya itu. Dia bukan
saja dikaruniai kemampuan untuk melihat Kristus, namun
juga dianugerahkan persekutuan dan kekariban dengan-
Nya. Para penguasa di dunia ini hanya mau dilihat-lihat
atau diperhatikan orang, namun mereka tidak sudi meng-
ajak bicara orang-orang itu. namun Kristus, melalui firman
Injil Yohanes 9:35-38
679
dan Roh-Nya, berbicara dengan siapa pun yang merindu-
kan-Nya, dan melalui percakapan itu Ia pun menyatakan
diri-Nya kepada mereka, seperti yang Ia lakukan terhadap
dua orang murid yang hatinya menjadi berkobar-kobar saat
mereka berbicara dengan-Nya (Luk. 24:32). Perhatikanlah,
orang malang ini begitu bersemangat menanyakan Sang
Juruselamat, pada saat yang sama saat ia melihat-Nya
dan bercakap-cakap dengan Dia. Perhatikan, Yesus Kristus
sering kali dekat dengan jiwa-jiwa yang mencari Dia, lebih
dekat dibandingkan yang mereka sadari. Orang Kristen yang
masih ragu-ragu terkadang berkata Di manakah Tuhan?
Mereka takut kalau-kalau mereka telah dicampakkan dari
pandangan-Nya, padahal Dia justru sedang berbicara de-
ngan mereka dan memberi kekuatan kepada mereka.
4. Orang malang ini segera saja menyambut pewahyuan yang
mengejutkan itu. Dengan penuh sukacita dan rasa takjub, ia
pun berkata, “Aku percaya, Tuhan! Lalu ia sujud menyembah-
Nya.”
(1) Ia menyatakan imannya dalam Kristus, “Tuhan, aku perca-
ya bahwa Engkau yaitu Anak Tuhan .” Dia tidak memban-
tah apa pun yang dikatakan Dia yang telah begitu berbelas
kasihan terhadapnya dan melakukan mujizat yang begitu
hebat untuknya. Dia juga tidak meragukan kebenaran
pengajaran yang disokong dengan tanda-tanda yang begitu
meyakinkan itu. Lewat mulutnya, ia mengakui apa yang ia
percayai dalam hatinya, dan kini buluh yang telah terkulai
itu pun menjadi tegak.
(2) Dia menunjukkan penghormatannya terhadap Kristus: Dia
menyembah-Nya, bukan sekadar hormat terhadap orang
besar atau rasa terima kasih kepada orang yang telah me-
nolongnya, namun memberi-Nya kemuliaan tertinggi, dan
menyembah-Nya sebagai Anak Tuhan yang menjelma men-
jadi manusia. Tidak ada siapa pun yang layak disembah
kecuali Tuhan . Jadi, dengan menyembah Yesus, berarti ia
mengakui-Nya sebagai Tuhan . Perhatikan, iman sejati akan
dinyatakan melalui penyembahan terhadap Tuhan Yesus
dengan sepenuh hati. Mereka yang percaya padanya akan
melihat semua alasan di dunia ini untuk menyembah-Nya.
680
Kita tidak mendapati kisah kelanjutan dari orang yang
tadinya buta ini, namun sangat mungkin, sejak saat itu, ia
menjadi pengikut Kristus yang setia.
Percakapan Yesus dengan Orang-orang Farisi
(9:39-41)
39 Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya
barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang
dapat melihat, menjadi buta.” 40 Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang
Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: “Apakah itu
berarti bahwa kami juga buta?” 41 Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya
kamu buta, kamu tidak berdosa, namun sebab kamu berkata: Kami melihat,
maka tetaplah dosamu.”
sesudah menghibur orang malang yang teraniaya itu, di sini Kristus
menghakimi kebersalahan para penganiayanya, sebagai gambaran
awal dari kelegaan dan penindasan yang akan ditimpakan pada hari
penghakiman (2Tes. 1:6-7). Mungkin percakapan di atas tidak terjadi
segera sesudah percakapan-Nya dengan orang itu, namun Dia meng-
gunakan kesempatan berikutnya untuk berbicara dengan orang-
orang Farisi.
Di sini ada :
I. Pemberitahuan Kristus mengenai rencana kedatangan-Nya ke
muka bumi ini (ay. 39): “Aku datang ke dalam dunia untuk meng-
hakimi, dan melaksanakan perkara-perkara agung kerajaan Tuhan
di tengah-tengah manusia, dan aku memiliki kuasa untuk meng-
hakimi sesuai dengan segala rancangan Tuhan yang bijaksana.”
Dia tidak mengatakan itu sebagai pengkhotbah di mimbar, me-
lainkan sebagai raja yang bertakhta di singgasana, dan sebagai
seorang hakim di atas kursi pengadilan.
1. Tugas-Nya di dunia ini amatlah besar. Dia datang untuk meng-
hakimi dan memberi kelegaan.
Dia datang untuk menghakimi, yang berarti:
(1) Untuk mengabarkan pengajaran dan hukum yang akan
menyelidik manusia dan akhirnya menelanjangi dan memi-
lah-milah mereka, dan dalam segala hal, tugas itu sesuai
dengan aturan pemerintahan yang sekarang, dan juga de-
ngan penghakiman-Nya sesaat lagi nanti.
Injil Yohanes 9:39-41
681
(2) Untuk membeda-bedakan manusia dengan menampakkan
pikiran yang ada dalam hati banyak orang dan me-
nyingkapkan sifat-sifat manusia. Hal ini dilakukan dengan
ujian ini, yaitu apakah mereka mengasihi atau membenci-
Nya.
(3) Untuk mengubah wajah pemerintahan dalam gereja-Nya,
untuk menghapus kekuatan sosial menghapuskan orang
Yahudi serta meruntuhkannya, sekalipun hal itu telah di-
dirikan oleh tangan Tuhan sendiri, sebab seiring dengan ber-
jalannya waktu dan akibat kebejatan para pembesarnya,
gereja-Nya itu telah membusuk dan membahayakan. Dia
hendak mendirikan bangunan yang baru dan menetapkan
kembali aturan dan kewenangan baru di dalamnya, untuk
menghapuskan Yudaisme dan menegakkan Kekristenan.
Untuk penghakiman inilah Ia datang ke dalam dunia, dan
hal ini merupakan sebuah perubahan besar-besaran.
2. Ia menjelaskan kebenaran agung ini dengan menggunakan se-
buah kiasan yang Ia kutip dari mujizat yang telah Ia perbuat
sebelumnya, yaitu supaya barangsiapa yang tidak melihat,
dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat,
menjadi buta. Perbedaan yang ditimbulkan oleh kedatangan
Kristus telah sering dibicarakan. Bagi sebagian orang, Injilnya
menjadi bau kehidupan yang menghidupkan, sedangkan bagi
yang lainnya merupakan bau kematian yang mematikan:
(1) Perkataan-Nya itu dapat diterapkan kepada bangsa-bangsa
dan umat lainnya, yaitu bahwa bangsa bukan-Yahudi, yang
sejak dulu tidak dikaruniai terang pewahyuan ilahi, kini
dapat melihatnya. Di lain pihak, bangsa Yahudi, yang telah
lama menikmatinya, kini tidak bisa melihat hal-hal yang
sebelumnya memberi mereka kedamaian itu (Hos. 1:10;
Yoh. 2:23). Orang-orang bukan-Yahudi melihat terang be-
sar, sedangkan kebutaan melanda Israel, dan mata mereka
digelapkan.
(2) Hal itu juga dapat diterapkan pada orang-orang tertentu.
Kristus datang ke dunia ini,
[1] Dengan maksud dan rancangan untuk mencelikkan
mereka yang buta secara rohani. Ia menyatakan sesua-
tu dengan firman-Nya dan menyembuhkan tubuh de-
682
ngan Roh-Nya, supaya banyak jiwa-jiwa yang berharga
dapat diselamatkan dari kegelapan kepada terang. Dia
datang untuk menghakimi, yaitu untuk membebaskan
orang-orang yang bersedia dilepaskan dari belenggu
kegelapan mereka (Yes. 61:1).
[2] Pada akhirnya, dan yang terpenting, supaya barang-
siapa yang dapat melihat, menjadi buta. Supaya mereka
yang sombong dan bermegah dalam hikmat mereka sen-
diri, dan bertekad untuk menentang pewahyuan ilahi,
akan terperangkap dalam kebodohan dan ketidakper-
cayaan mereka. Pemberitaan tentang salib merupakan
kebodohan dan pemikiran yang gila bagi mereka yang
tidak mengenal Tuhan oleh hikmatnya. Kristus datang ke
dunia ini untuk menghakimi, untuk menjalankan peker-
jaan kerajaan rohani agar terpancang dalam pikiran
manusia. Di dalam gereja Yahudi, berkat dan pengha-
kiman dari pemerintahan Tuhan terutama bersifat se-
mentara, sedangkan kini cara pelaksanaannya harus
diubah. Sebagaimana anggota kerajaan-Nya yang benar
akan diberkati secara rohani dengan hal-hal sorgawi,
yang timbul dari pikiran yang telah dicerahkan, begitu
pula, mereka yang memberontak akan dihukum dengan
tulah-tulah rohani. Bukan dihukum dengan perang,
kelaparan, dan penyakit seperti di zaman terdahulu, te-
tapi hal-hal yang muncul sebab prasangka yang seme-
na-mena, seperti kekerasan hati, kengerian hati nurani,
penipuan diri sendiri, dan kasih palsu. Dengan cara ini-
lah Kristus akan menjadi hakim di antara domba de-
ngan domba (Yeh. 34:17, 22).
II. Gerutuan orang-orang Farisi mengenai hal itu. Mereka memang
ada di dekat-Nya, bukan sebab ingin belajar sesuatu yang baik
dari Dia, namun untuk menentang-Nya. Mereka bertanya, Apakah
itu berarti bahwa kami juga buta? Saat Kristus mengatakan bahwa
mereka yang melihat akan menjadi buta sebab kedatangan-Nya,
mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya, kare-
na mereka suka mengamat-amati orang dan menilai diri mereka
sendiri berdasarkan pengetahuan dan penilaian mereka. “Nah,”
ujar mereka, “kami tahu orang awam biasanya buta, namun apa-
Injil Yohanes 9:39-41
683
kah itu berarti bahwa kami juga buta? Padahal kami ini kan guru,
tabib, orang yang terpelajar mengenai hukum Taurat, para
cendekiawan berpendidikan tinggi, apakah kami juga buta?” Inilah
scandalum magnatum – pembelaan palsu orang-orang besar. Per-
hatikan, meski memiliki akal untuk memahami apa yang tersirat,
orang-orang yang paling perlu ditegur dan paling membutuhkan
teguran tersebut biasanya tidak bisa menerima satu saja teguran
yang benar. Orang-orang Farisi ini menganggap teguran itu seba-
gai suatu pelecehan seperti yang dirasakan para ahli Taurat (Luk.
11:45): “Apakah kami juga buta? Beranikah Engkau menyebut
kami buta, padahal semua orang menghormati, mengagumi dan
tunduk pada keputusan-keputusan kami?” Perhatikan, tidak ada
lagi yang lebih bisa mengeraskan hati manusia yang bejat terha-
dap firman selain dibandingkan pendapat yang baik-baik, terutama
yang tinggi-tinggi, yang dikatakan orang lain tentang mereka.
Seolah-olah semua orang yang mendapat pujian dari manusia
juga akan diterima Tuhan . Padahal, semua itu palsu dan menipu,
sebab Tuhan tidak melihat seperti yang dilihat manusia.
III. Jawaban Kristus terhadap gerutuan tersebut, yang sekalipun
tidak membuat mereka jadi percaya, mampu membungkam me-
reka: Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, namun sebab
kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu. Mereka ber-
megah oleh sebab mereka tidak buta seperti rakyat jelata, tidak
mudah percaya dan gampang disetir seperti masyarakat awam
itu. Mereka bermegah sebab bisa melihat dengan mata mereka
sendiri, sebab memiliki kemampuan, menurut pikiran mereka,
yang cukup untuk menjadi pedoman mereka, sehingga mereka
merasa tidak membutuhkan siapa pun untuk menuntun mereka.
Hal yang amat mereka bangga-banggakan itu dikatakan Kristus di
sini merupakan aib dan kehancuran mereka.
Sebab:
1. Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa.
(1) “Jika kamu benar-benar tidak tahu-menahu, dosamu tidak
akan sebesar ini, dan kamu pun tidak akan disuruh mem-
pertanggungjawabkan dosa yang kini harus kamu tang-
gung itu. Sekiranya kamu buta seperti orang-orang bukan-
Yahudi yang malang itu, atau seperti rakyat jelata yang
684
kamu tindas dan bodohi itu, kamu dapat dianggap tidak
berdosa.” Tuhan tidak memandang lagi zaman kebodohan.
Kebodohan yang terlalu kuat untuk diatasi, sekalipun tidak
membenarkan dosa, dapat dimaafkan dan memperkecil ke-
salahan yang dilakukan. Mereka yang pantas binasa kare-
na kurangnya pengertian akan lebih dapat diampuni dari-
pada mereka yang memusuhi terang.
(2) “Sekiranya kamu dapat merasakan kebutaanmu, dan jika
kamu dapat melihat kebutuhanmu akan seseorang untuk
menuntunmu saat kamu tidak dapat melihat apa-apa, pas-
tilah kamu akan mau menerima Kristus sebagai penuntun-
mu sehingga dengan demikian kamu tidak berdosa lagi,
kamu akan tunduk kepada kebenaran Injili, dan dibenar-
kan.” Perhatikan, orang yang menjadi sadar akan penyakit
mereka berarti sedang mengalami proses penyembuhan,
sebab tidak ada yang lebih menghalangi keselamatan jiwa
selain keangkuhan akan kemampuan diri sendiri.
2. “namun sebab kamu berkata: Kami melihat, berarti sebetulnya
kamu mengetahui segala sesuatu yang diajarkan hukum Tau-
rat, dan sebab itu dosamu semakin besar. Kamu kini menjadi
angkuh dengan pengetahuan yang kamu miliki itu, dan meng-
anggap dirimu dapat melihat lebih baik dibandingkan orang lain.
Maka tetaplah dosamu. Perkaramu sungguh berat, dan penya-
kitmu tak dapat disembuhkan.” Seperti halnya orang yang
paling buta yaitu mereka yang tidak mau melihat, begitulah
pula kebutaan yang paling berbahaya yaitu kebutaan mereka
yang hanya melihat fantasi atau angan-angan mereka saja.
Tak ada seorang pasien pun yang lebih susah untuk ditangani
dibandingkan mereka yang ngotot bahwa mereka baik-baik saja
dan tidak ada apa-apa yang mengganggu kesehatan mereka.
Dosa orang yang memegahkan dan mengandalkan diri sendiri
akan tetap ada, sebab mereka menolak Injil anugerah. Maka
kesalahan akibat dosa mereka tidak terampuni. Mereka juga
menentang Roh anugerah sehingga kuasa dosa mereka tidak
terpatahkan. Apakah engkau melihat orang yang menganggap
dirinya bijak itu? Tidakkah Engkau dengar orang-orang Farisi
berkata, “kami dapat melihat”? Harapan bagi orang bebal, bagi
pemungut cukai dan wanita sundal, jauh lebih baik dari-
pada orang seperti itu.
PASAL 10
Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Perumpamaan Kristus mengenai diri-Nya sendiri sebagai
pintu kandang domba dan gembala dari domba-domba itu
(ay. 1-18).
II. Macam-macam pandangan orang mengenai hal itu (ay. 19-
21).
III. Perselisihan antara Kristus dengan orang-orang Yahudi di
Bait Tuhan pada hari raya Pentahbisan Bait Tuhan (ay. 22-29).
IV. Kepergian-Nya ke daerah pinggiran sesudah itu (ay. 40-42).
Gembala yang Baik
(10:1-18)
1 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam
kandang domba dengan tidak melalui pintu, namun dengan memanjat tembok,
ia yaitu seorang pencuri dan seorang perampok; 2 namun siapa yang masuk
melalui pintu, ia yaitu gembala domba. 3 Untuk dia penjaga membuka pintu
dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dom-
banya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. 4 Jika
semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan
domba-domba itu mengikuti dia, sebab mereka mengenal suaranya. 5 namun
seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya,
sebab suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” 6 Itulah yang dikatakan
Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, namun mereka tidak mengerti
apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.7 Maka kata Yesus sekali
lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba
itu. 8 Semua orang yang datang sebelum Aku, yaitu pencuri dan perampok,
dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. 9 Akulah pintu; barang-
siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar
dan menemukan padang rumput. 10 Pencuri datang hanya untuk mencuri
dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempu-
nyai hidup, dan memiliki nya dalam segala kelimpahan. 11 Akulah gembala
yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-domba-
nya; 12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pe-
686
milik domba-domba itu sendiri, saat melihat serigala datang, meninggalkan
domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-be-
raikan domba-domba itu. 13 Ia lari sebab ia seorang upahan dan tidak mem-
perhatikan domba-domba itu. 14 Akulah gembala yang baik dan Aku menge-
nal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. 15 sama seperti
Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-
Ku bagi domba-domba-Ku. 16 Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang
bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka
akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan de-
ngan satu gembala. 17 Bapa mengasihi Aku, oleh sebab Aku memberikan
nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 18 Tidak seorang pun mengambilnya
dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.
Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah
tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”
Tidak dapat dipastikan apakah perkataan di atas terjadi pada hari
raya Pentahbisan Bait Tuhan di musim dingin (seperti yang diceritakan
di ay. 22), yang bisa merupakan waktu berlangsungnya apa yang ter-
jadi sesudah ini dan yang terjadi sebelumnya (dalam ay. 26-27
Kristus melanjutkan dan menegaskan kiasan-Nya) sehingga tampak
bahwa perkataan-Nya sesudah ini dan di sini terjadi bersamaan; atau
mungkin saja hal di atas merupakan kelanjutan dari perseteruan-Nya
dengan kaum Farisi yang dituliskan dalam bagian terakhir pasal
sebelumnya. Orang-orang Farisi menentang Kristus dengan memakai
prinsip berikut ini sebagai dalih mereka, yaitu bahwa mereka yaitu
gembala-gembala gereja, sedangkan Yesus yaitu penyusup dan pe-
nyesat sebab tidak mendapat tugas perutusan dari mereka, dan
sebab itu orang banyak wajib menaati mereka dan ikut menentang
Dia. Untuk menentang dalih mereka, di sini Kristus menggambarkan
siapa gembala sejati dan siapa gembala palsu, serta membiarkan
mereka menebak-nebak mereka itu masuk golongan yang mana.
I. Di sini ada sebuah perumpamaan atau perbandingan (ay. 1-
5), yang diambil dari kebiasaan memelihara domba di daerah itu.
Perbandingan yang dipakai untuk menggambarkan kebenaran
ilahi harus diambil dari hal-hal yang sudah lazim ditemukan dan
terasa akrab, supaya hal-hal tentang Tuhan tidak semakin dika-
burkan oleh sesuatu yang seharusnya menjelaskan hal tersebut.
Kata pembuka dari perbincangan itu begitu khidmat: Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya ... Amin, amin. Pernyataan tegas ini
menunjukkan kepastian dan nilai dari apa yang Ia katakan. Kita
sering mendengar kata amin diulang dua kali dalam doa-doa dan
puji-pujian gereja (Mzm. 41:14; 72:19; 89:53). Jika kita ingin kata
Injil Yohanes 10:1-18
687
amin kita diterima di sorga, biarlah kata amin Kristus yang di-
ulang-ulang itu berkuasa di bumi ini.
1. Dalam perumpamaan ini ada :
(1) Bukti untuk mengenali pencuri dan perampok yang datang
untuk merusak kawanan domba dan merugikan pemilik-
nya (ay.1). Dia masuk dengan tidak melalui pintu, sebab dia
tidak memiliki hak untuk masuk, namun memanjat tembok,
melewati jendela atau lubang-lubang pada dinding. Betapa
giatnya orang jahat melakukan kejahatan mereka! Mereka
akan merencanakan segala sesuatu, menanggung risiko
apa pun, dan menghadapi bahaya seberat apa pun untuk
menjalankan usaha jahat mereka itu! Kiranya hal ini mem-
buat kita malu akan kemalasan dan keengganan kita da-
lam melayani Tuhan .
(2) Karakter atau sifat yang membedakan pemilik domba yang
sesungguhnya, yang menyayangi domba-dombanya itu: Ia
masuk melalui pintu, sebab ia memiliki wewenang untuk itu
(ay. 2), dan dia datang untuk melakukan kebaikan bagi
domba-dombanya, atau untuk membalut yang luka dan me-
nguatkan yang sakit (Yeh. 34:16). Domba membutuhkan
perawatan manusia, dan sebagai balasannya, domba mem-
berikan manfaat bagi manusia (1Kor. 9:7) yaitu, menghasil-
kan bahan pakaian dan makanan bagi mereka yang telah
melindungi dan memberi mereka makan.
(3) Jalan masuk yang tersedia bagi sang gembala: Untuk dia
penjaga membuka pintu (ay. 3). Di zaman dulu, orang-orang
membangun kandang domba di bagian dalam gerbang ru-
mah mereka untuk menjaga keamanan ternak mereka su-
paya tidak ada seorang pun dapat langsung menyatroni
kandang mereka selain orang-orang yang dibukakan oleh
penjaga pintu atau mereka yang diberi kunci pintu oleh
pemilik rumah.
(4) Penjagaan dan pemeliharaannya terhadap kawanan dom-
banya. Domba-domba mendengarkan suaranya, yang ia
perdengarkan kepada mereka saat mereka mau masuk
kandang, seperti yang dilakukan orang-orang zaman seka-
rang terhadap anjing dan kuda mereka. Bahkan lebih dari
itu, ia memanggil dombanya masing-masing menurut nama-
688
nya, sebab ia benar-benar memperhatikan dan menghitung
mereka. Ia juga menuntun mereka ke luar dari kandang ke
padang yang berumput hijau, dan (ay. 4-5) saat ia mem-
bawa domba-domba keluar untuk merumput, dia tidak
menghalau mereka, melainkan berjalan di depan mereka
(seperti kebiasaan di zaman itu), untuk mencegah bahaya
apa pun yang mungkin menghadang domba-domba itu,
dan sebab sudah terbiasa dengan cara itu, mereka pun
mengikutinya, sehingga aman.
(5) Kepatuhan para domba terhadap gembala mereka itu: Me-
reka mengenali suaranya, seakan-akan suaranya itu dapat
membuat mereka berpikir dan membedakannya dengan
suara seorang asing (sebab lembu pun mengenal pemilik-
nya, Yes. 1:3), dan seorang asing pasti tidak mereka ikuti,
namun lari sebab curiga akan niat buruk. Suara orang
asing tidak mereka kenal, sebab mereka tahu pasti bahwa
itu bukan suara gembala mereka. Itulah perumpamaannya.
Kita miliki kuncinya itu (Yeh. 34:31): Kamu yaitu domba-
domba-Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku yaitu Tuhan mu.
2. Dari perumpamaan tersebut, marilah kita cermati hal-hal beri-
kut:
(1) Bahwa orang benar dengan tepat diibaratkan sebagai ka-
wanan domba. Manusia, sebagai mahluk ciptaan yang ber-
gantung pada Penciptanya, disebut sebagai kawanan dom-
ba gembalaan-Nya. Orang-orang benar, sebagai ciptaan
baru, memiliki sifat baik seperti domba, tidak membahaya-
kan dan tidak suka menyerang. Mereka lemah lembut dan
tenang, tidak gaduh. Panjang sabar layaknya domba di
tangan pencukur ataupun jagal. Berguna dan menguntung-
kan, jinak dan mudah dituntun, rukun satu sama lain, dan
banyak dipakai sebagai korban persembahan.
(2) Gereja Tuhan di dunia ini yaitu kandang domba, tempat
berkumpulnya anak-anak Tuhan yang tadinya tercerai-berai
(11:52), supaya mereka dapat disatukan dan dikumpulkan
di sana. Itu kandang yang baik (Yeh. 34:14; Mi. 2:12). Kan-
dang ini dilindungi dengan baik, sebab Tuhan sendiri bagai-
kan tembok berapi di sekelilingnya (Za. 2:5).
Injil Yohanes 10:1-18
689
(3) Kandang domba itu selalu menghadapi bahaya dari pencuri
dan perampok, para perayu ulung yang merusak dan me-
nipu, para penganiaya jahat yang menghancurkan dan me-
lahap, serigala-serigala yang ganas (Kis. 20:29). Ada pen-
curi-pencuri yang ingin mencuri domba-domba Kristus dari
tangan-Nya untuk menjadikan mereka sebagai korban per-
sembahan bagi Iblis. Mereka juga mencuri makanan dom-
ba-domba itu supaya binasa kelaparan. Pencuri-pencuri itu
yaitu serigala berbulu domba (Mat. 7:15).
(4) Gembala Agung akan menjagai domba-domba serta semua
milik mereka dengan baik. Tuhan yaitu gembala yang baik
(Mzm. 23:1). Dia mengenal mereka yang menjadi milik-Nya
dan memanggil mereka dengan nama mereka masing-
masing, menandai mereka secara khusus dan menuntun
mereka ke padang rumput yang subur untuk makan dan
beristirahat di sana. Dia berkata-kata dengan lembut pada
mereka, menjaga mereka dengan pemeliharaan-Nya, mem-
bimbing mereka dengan Roh dan firman-Nya, dan berjalan
di depan mereka untuk membuat jejak kaki-Nya menjadi ja-
lan.
(5) Para gembala bawahan-Nya, yang telah dipercaya untuk
memberi makan kawanan gembalaan Tuhan , harus berhati-
hati dan setia dalam menjalankan kepercayaan tersebut.
Para penegak hukum harus membela mereka, melindungi
dan mengutamakan segala kepentingan sekuler (bukan-
rohani) mereka. Para hamba Tuhan harus melayani mereka
dalam kepentingan rohani mereka, harus memberi makan
kepada jiwa mereka dengan firman Tuhan yang diterangkan
dan dijalankan dengan setia, serta mengawasi mereka de-
ngan melaksanakan ibadah dan ketetapan Injil. Mereka ha-
rus masuk melalui pintu secara resmi, supaya penjaga pun
bersedia membukakan pintu bagi mereka. Roh Kristus akan
membukakan pintu bagi mereka dan memberi mereka we-
wenang dalam gereja, serta menanamkan keyakinan iman
di hati mereka. Mereka harus mengenal nama-nama setiap
anggota gembalaan mereka dan menjaga mereka, menun-
tun mereka dalam kehidupan bermasyarakat, menjadi pe-
mimpin mereka, serta menjadi juru bicara antara mereka
690
dan Tuhan . Mereka juga harus memberi teladan bagi orang-
orang percaya dalam perkataan dan perilaku mereka.
(6) Domba-domba Kristus yang sejati akan memperhatikan
Sang Gembala dan berjaga-jaga terhadap orang asing.
[1] Mereka mengikuti Sang Gembala, sebab mereka dapat
mengenal suara-Nya melalui telinga yang dengar-
dengaran dan hati yang taat.
[2] Mereka lari dari orang asing serta tidak mau mengikuti
dia, sebab mereka tidak mengenali suaranya. Mengikuti
sesuatu yang kita tahu bukan suara Kristus dan yang
mungkin menyeret kita dari iman terhadap-Nya ke kha-
yalan-khayalan palsu mengenai-Nya yaitu suatu tin-
dakan yang amat berbahaya. Mereka yang telah meng-
alami kuasa dan kekuatan dari kebenaran ilahi di da-
lam jiwa mereka dan telah mengalami keselamatan dan
kelepasan dalam jiwa mereka, akan memiliki hikmat
yang luar biasa untuk mengenali segala tipu daya Iblis
dan mampu membedakan yang baik dan yang jahat.
II. Ketidaktahuan orang-orang Yahudi mengenai arah dan makna
percakapan itu (ay. 6): Itulah yang dikatakan Yesus dalam perum-
pamaan kepada mereka, yaitu suatu perkataan kiasan yang bijak,
agung, dan penuh pengajaran, namun mereka tidak mengerti apa
maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka, mereka tidak me-
nyadari siapa yang dimaksudkan-Nya sebagai pencuri dan peram-
pok ataupun siapa Gembala yang baik itu. Hal seperti itu menjadi
dosa dan aib bagi banyak orang yang mendengar perkataan
Kristus namun tidak memahaminya. Mereka tidak memahaminya
sebab memang mereka tidak mau, dan sebab salah mengarti-
kannya. Mereka sama sekali tidak mengenal atau mampu menge-
cap hal-hal seperti itu, sehingga mereka pun tidak bisa mengerti
perumpamaan dan perbandingan yang digunakan untuk menje-
laskannya. Orang-orang Farisi sering menyombongkan pengeta-
huan mereka sehingga mereka tidak tahan bila ada orang yang
mempertanyakan pengetahuan mereka tersebut, namun mereka
justru tidak cukup pandai untuk mengerti perkara-perkara yang
dibicarakan Yesus, sebab hal-hal itu di luar jangkauan pikiran
mereka. Para pembual yang sok tahu justru sering kali merupa-
Injil Yohanes 10:1-18
691
kan yang terbodoh dalam mengetahui perkara-perkara mengenai
Tuhan .
III. Penjelasan Kristus mengenai perumpamaan ini, dengan membu-
kakan hal-hal istimewa yang ada di dalamnya secara keseluruh-
an. Betapapun sulitnya hal-hal yang terkandung dalam perkataan
Tuhan Yesus, kita akan selalu mendapati-Nya siap sedia untuk
menjelaskan hal-hal itu, asalkan kita bersedia untuk memahami-
Nya. Kita akan mendapati bahwa firman-firman itu saling menje-
laskan satu sama lain, dan Roh yang agung akan menjadi peno-
long dalam memahami Yesus yang agung. Dalam perumpamaan
itu, Kristus membedakan sang gembala dari perampok melalui
caranya masuk, yaitu melalui pintu. Nah, dalam penjelasan per-
umpamaan itu, Ia menjadikan diri-Nya sebagai Pintu yang mela-
lui-Nya gembala masuk, sekaligus sebagai Sang Gembala sendiri
yang masuk melalui pintu. Meskipun mengibaratkan satu orang
yang sama menjadi pintu dan sekaligus gembala tampak terdengar
aneh bagi bahasa manusia, namun secara ilahi tidaklah aneh un-
tuk membuat Kristus memiliki wewenang yang berasal dari diri-
Nya sendiri, sebab Dia memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri.
Tidaklah aneh bagi Dia untuk menjadikan diri-Nya sendiri sebagai
pintu, untuk dimasuki oleh darah-Nya sendiri ke dalam tempat
yang kudus.
1. Kristus yaitu pintu itu. Hal ini dikatakan-Nya kepada mereka
yang berpura-pura mencari kebenaran, namun , seperti pendu-
duk Sodom, mereka mencari-cari pintu dengan percuma, di
tempat yang tidak seharusnya. Dia mengatakan hal ini kepada
orang-orang Yahudi yang dianggap sebagai satu-satunya ka-
wanan domba Tuhan , dan juga kepada orang-orang Farisi yang
dianggap sebagai satu-satunya gembala bagi orang-orang
Yahudi itu: Akulah pintu ke kandang domba-domba itu, pintu
jemaat.
Ini berarti:
(1) Secara umum:
[1] Dia yaitu pintu penghalang yang merintangi pencuri
dan perampok. Orang-orang yang demikian tidak diper-
kenankan masuk. Pintu ditutup untuk mengamankan
rumah. Adakah hal lain yang lebih mampu mengaman-
692
kan gereja Tuhan dari musuh selain campur tangan Tu-
han Yesus, hikmat, kuasa, dan kebaikan-Nya?
[2] Dia juga yaitu pintu yang terbuka, untuk dilalui dan
untuk menjalin hubungan.
Pertama, melalui Kristus sebagai pintu, kita dapat
masuk dan bergabung dengan kawanan domba Tuhan
(14:6).
Kedua, kita keluar dan masuk ke dalam percakapan
rohani dengan dibantu oleh-Nya, diterima oleh-Nya, dan
bermegah di dalam nama-Nya (Za. 10:12).
Ketiga, melalui Kristus, Tuhan datang menghampiri
dan melawat gereja-Nya, serta mengungkapkan diri-Nya
kepadanya.
Keempat, melalui Dia, sebagai pintu, para domba
akhirnya dapat memasuki kerajaan Sorga (Mat. 25:34).
(2) Secara khusus:
[1] Kristus yaitu pintu bagi para gembala, sehingga siapa
pun yang tidak masuk melalui Dia tidak akan dianggap
sebagai gembala jemaat, melainkan (sesuai dengan per-
aturan yang telah ditetapkan dalam ay. 1) pencuri dan
perampok (meskipun mereka menyamar sebagai gem-
bala), dan domba-domba itu tidak mendengar mereka.
Hal ini merujuk pada semua orang yang memiliki kedu-
dukan sebagai pemimpin di Israel, baik itu penguasa
hukum ataupun pembesar gereja yang menjalankan
tugas mereka tanpa ada hubungannya dengan Mesias
atau yang tidak memiliki pengharapan-pengharapan
mengenai Dia selain demi kepentingan lahiriah mereka
saja. Perhatikan:
Pertama, ciri yang dilekatkan pada mereka: mereka
yaitu pencuri dan perampok (ay. 8). Dari semua orang
yang datang sebelum Dia, tidak pada waktunya, banyak
merupakan gembala-gembala yang setia, namun semua
orang yang menanti-nanti tugas perutusan-Nya namun
pergi sebelum diutus oleh-Nya (Yer. 23:21), yang merasa
diri lebih hebat dan lebih berkuasa dibandingkan Dia,
mereka itu seperti yang dikatakan mengenai Antikris-
tus: meninggikan dirinya sendiri (2Tes. 2:4). “Ahli-ahli
Injil Yohanes 10:1-18
693
Taurat dan orang-orang Farisi, serta imam-imam ke-
pala, semuanya, bahkan sebanyak yang telah datang
sebelum Aku, yang telah berupaya merintangi kepen-
tingan-Ku dan mencegah-Ku memperoleh tempat di be-
nak orang-orang dengan terlebih dahulu mencekoki me-
reka dengan prasangka-prasangka buruk tentang Aku,
mereka semua yaitu pencuri dan perampok. Mereka
mencuri jiwa-jiwa yang atasnya mereka tidak berhak,
dengan membawa pergi harta dari pemilik yang sebe-
narnya.” Sebelumnya mereka mendakwa Juruselamat
kita sebagai pencuri dan perampok, sebab Dia tidak
datang melalui mereka sebagai pintu masuk dan tidak
minta izin mereka terlebih dahulu. Akan namun , seka-
rang Ia menunjukkan bahwa merekalah yang seharus-
nya menerima amanat dari-Nya, yang diberi izin oleh
Dia, dan harus diutus oleh-Nya. Dan kini, sebab mereka
tidak melakukan semua itu, melainkan melangkah men-
dahului Dia, maka merekalah pencuri dan perampok
yang sesungguhnya. Mereka tidak mau masuk sebagai
murid-murid-Nya, jadi mereka didakwa sebagai penyu-
sup, dan tugas palsu mereka itu dinyatakan tidak sah
dan ditiadakan. Perhatikan, musuh-musuh yang ber-
saing dengan Kristus merupakan perampok bagi gereja-
Nya, betapapun mereka berpura-pura menjadi gembala,
ataupun gembala di atas segala gembala.
Kedua, Domba-domba dilindungi dengan hati-hati
dari ancaman mereka: dan domba-domba itu tidak men-
dengarkan mereka. Orang-orang yang benar-benar sa-
leh, yang rohani dan kudus serta sungguh-sungguh
mengabdi kepada Tuhan dan kekudusan-Nya, pasti tidak
akan menyetujui adat istiadat dari para penatua, atau-
pun menyukai tata cara ibadah mereka yang tidak ada
isi rohaninya. Murid-murid Kristus, tanpa harus diajari
lagi dengan serinci-rincinya, tidak keberatan untuk ma-
kan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, atau meme-
tik jagung pada hari Sabat. Sebab, tidak ada yang lebih
menentang Kekristenan yang sejati selain dibandingkan sifat
orang Farisi, dan tak ada yang lebih memuakkan jiwa
orang saleh selain dari ibadah mereka yang munafik.
694
[2] Kristus yaitu pintu bagi domba-domba itu (ay. 9): ba-
rangsiapa masuk ke dalam kandang, melalui Aku (di
emou – melalui Aku sebagai pintu) sebagai salah satu
dari kawanan domba itu, ia akan selamat. Bukan saja
selamat dari pencuri dan perampok, namun juga akan
berbahagia, dia akan masuk dan keluar dari sana. Di
sini ada :
Pertama, petunjuk yang jelas tentang cara masuk ke
dalam kandang: Kita harus masuk melalui Yesus Kristus
sebagai pintunya. Melalui iman terhadap-Nya, sebagai
Sang Perantara Agung antara Tuhan dan manusia, kita
masuk ke dalam kovenan dan persekutuan dengan
Tuhan . Tidak ada jalan lain untuk masuk ke dalam gere-
ja Tuhan selain dengan memasuki gereja Kristus. Juga,
tidak ada seorang pun yang akan dianggap sebagai ang-
gota kerajaan Tuhan kecuali mereka yang bersedia tun-
duk kepada anugerah dan pemerintahan Sang Penebus.
Kini kita harus masuk melalui pintu iman (Kis. 14:27),
sebab pintu ketidakberdosaan telah ditutup dan mus-
tahil bagi kita untuk dapat melaluinya (Kej. 3:24).
Kedua, janji-janji berharga yang diberikan kepada
mereka yang mematuhi petunjuk tersebut.
1. Mereka akan selamat. Inilah hak istimewa yang akan
mereka dapatkan di rumah mereka. Domba-domba
itu akan selamat dari ancaman, dan dilindungi oleh
keadilan ilahi dari pelanggaran-pelanggaran yang te-
lah mereka lakukan, dan Sang Gembala Agung me-
reka akan memulihkan mereka dari segala kerusak-
an. Mereka juga selamat dari incaran singa yang
mengaum-aum. Mereka akan berbahagia untuk sela-
manya.
2. Sementara itu, mereka akan masuk dan keluar dan
menemukan padang rumput. Ini yaitu hak istimewa
mereka selama ada di perjalanan. Mereka akan ber-
buat ini itu di dunia ini oleh kasih karunia Kristus,
tinggal di kandang-Nya seperti seorang yang berada
di rumahnya sendiri, bebas masuk keluar sesuka
hati. Orang-orang yang percaya dengan sungguh-
Injil Yohanes 10:1-18
695
sungguh merasa seperti di rumah sendiri saat mere-
ka ada di dalam Kristus. Saat mereka pergi ke luar,
mereka tidak terkunci seperti seorang asing, namun
bebas untuk masuk kembali. Saat mereka masuk,
mereka tidak dikurung seperti seorang pelanggar hu-
kum, namun bebas untuk keluar. Mereka pergi ke
ladang setiap pagi dan pulang ke kandang saat ma-
lam, dan baik di ladang maupun di kandang, Sang
Gembala selalu menuntun dan menjagai mereka,
dan di kedua tempat itu pula mereka selalu mene-
mukan padang rumput: rumput di ladang, jerami di
kandang. Mereka selalu memiliki firman Tuhan untuk
dipercakapkan, baik di depan umum maupun secara
pribadi, sehingga kehidupan rohani mereka ditopang
dan diberi makanan bergizi, sehingga kerinduan jiwa
mereka yang mulia itu terpuaskan. Mereka dipenuhi
dengan kebaikan di rumah Tuhan yang berkelimpah-
an.
2. Kristus yaitu gembala (ay. 11 dst). Dalam Perjanjian Lama,
Dia dinubuatkan sebagai gembala (Yes. 40:11; Yeh. 34:23;
37:24; Za. 13:7). Dalam Perjanjian Baru, Ia dinubuatkan seba-
gai Gembala Agung (Ibr. 13:20; 1Ptr. 5:4), Gembala dan peme-
lihara jiwa kita (1Ptr. 2:25). Tuhan , sang pemilik kita yang
agung, pemilik padang rumput yang telah menciptakan kita
sebagai domba-domba-Nya, telah menetapkan Anak-Nya Yesus
sebagai gembala kita, dan di sini berulang kali Ia mengakui
hubungan itu. Dia memelihara gereja-Nya dan setiap orang
percaya seperti seorang gembala yang baik memperlakukan
domba-domba gembalaannya. Namun, Ia juga menuntut per-
hatian dan ketaatan dari gereja-Nya dan dari setiap orang per-
caya sebagaimana yang biasanya dikehendaki gembala di dae-
rah-daerah Israel waktu itu dari kawanan domba mereka.
(1) Kristus yaitu gembala, dan bukan pencuri, bukan seperti
orang yang masuk dengan tidak melalui pintu.
Perhatikanlah:
[1] Rencana jahat si pencuri (ay. 10): Pencuri tidak datang
dengan maksud baik, melainkan untuk mencuri, mem-
bunuh, dan membinasakan.
696
Pertama, korban yang mereka curi, yang hati dan
kasih sayangnya mereka curi dari Kristus dan padang
rumput-Nya, kehidupan rohaninya akan mereka bunuh
dan binasakan, sebab ajaran palsu yang mereka susup-
kan itu benar-benar jahat. Mereka yang menipu jiwa
yaitu pembunuh jiwa-jiwa itu. Mereka yang mencuri
firman dengan menahannya dalam mulut yang tidak di-
kenal, yang mencuri sakramen dengan merusaknya dan
mengubah kepemilikannya, yang menggantikan kete-
tapan Kristus dengan rekaan mereka sendiri, mereka
membunuh dan membinasakan. Ketidaktahuan dan pe-
nyembahan berhala merupakan hal-hal yang menghan-
curkan.
Kedua, orang-orang yang tidak bisa mereka curi,
yang tidak mampu mereka buai, cekoki, dan pengaruhi
supaya menjauh dari kawanan gembalaan Kristus, akan
mereka jadikan sasaran penganiayaan dan penjagalan
untuk tubuhnya mereka bunuh dan binasakan. Orang
yang tidak dirampok ada dalam bahaya dibunuh.
[2] Rancangan gembala yang penuh anugerah. Dia datang:
Pertama, untuk memberikan kehidupan kepada dom-
ba-domba. Berlawanan dengan rancangan si pencuri,
yaitu untuk membunuh dan membinasakan (yang juga
rancangan dari para ahli Taurat dan orang-orang Farisi),
Kristus berkata, “Aku datang di antara manusia”:
1. Supaya mereka memiliki hidup. Dia datang untuk
menaruh kehidupan dalam kawanan domba-Nya,
yaitu gereja secara umum, yang kelihatannya lebih
seperti lembah yang dipenuhi tulang belulang kering
dibandingkan padang rumput yang dijejali domba-domba
gembalaan. Kristus datang untuk menegakkan kebe-
naran-kebenaran ilahi, memurnikan ketetapan-kete-
tapan ilahi, membenahi ketidakadilan, dan mem-
bangkitkan kembali semangat yang mati, dan untuk
mencari domba-domba yang terhilang dari kawanan-
Nya, serta untuk membalut yang terluka (Yeh. 34:6).
Bagi gereja-Nya, semuanya ini bagaikan hidup dari
kematian. Dia datang untuk memberikan hidup, khu-
Injil Yohanes 10:1-18
697
susnya bagi orang-orang percaya. Kehidupan menca-
kup segala sesuatu yang baik, dan berlawanan de-
ngan maut yang mengancam (Kej. 2:17), supaya kita
memiliki hidup, seperti seorang penjahat dibebas-
kan dari hukuman, seperti orang sakit disembuh-
kan, seperti orang mati dibangkitkan. Juga, supaya
kita dibenarkan, dikuduskan, dan akhirnya dimulia-
kan.
2. Supaya mereka memiliki nya dalam segala kelim-
pahan, kai perisson echōsin. Sebagaimana kita baca,
pernyataan itu bersifat membandingkan, yaitu supa-
ya mereka memiliki hidup yang lebih melimpah di-
bandingkan kehidupan yang telah hilang dan diram-
pas oleh dosa, lebih berkelimpahan dibandingkan hidup
yang dijanjikan oleh hukum Musa, lebih dari hari-
hari yang dihabiskan di Kanaan, lebih melimpah
dibandingkan yang dapat diharapkan, lebih dari yang kita
bisa minta atau sanggup bayangkan. Akan namun ,
pernyataan itu juga dapat diartikan tanpa mema-
sukkan unsur perbandingan, yaitu supaya mereka
menjadi berkelimpahan, atau memilikinya dalam se-
gala kelimpahan. Kristus datang untuk memberi
hidup dan perisson ti – sesuatu yang lebih, sesuatu
yang lebih baik, yaitu hidup dengan segala keun-
tungan, supaya di dalam Kristus kita bukan saja ha-
nya hidup, namun juga hidup dengan nyaman, hidup
dengan melimpah, hidup dan bersukacita. Hidup
dalam kelimpahan yaitu hidup yang abadi, yaitu
hidup tanpa maut atau ketakutan terhadapnya,
kehidupan dengan segala berkat lain yang melimpah.
Kedua, untuk memberikan nyawa-Nya bagi domba-
domba-Nya, dan dengan begitu, Ia memberikan hidup
kepada mereka (ay. 11): Gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya.
1. Ciri setiap gembala yang baik yaitu untuk menan-
tang bahaya dan mempertaruhkan nyawanya demi
kawanan dombanya. Yakub juga begitu, saat ia
harus kelelahan menjaga mereka (Kej. 31:40). Begitu
698
pula Daud, saat ia harus membunuh singa dan ber-
uang. Gembala yang demikian bagi jiwa-jiwa yaitu
Rasul Paulus, yang dengan senang hati berkorban
dan berletih-letih demi melayani domba-dombanya,
dan tidak segan mengorbankan nyawanya sendiri
demi keselamatan mereka. Akan namun ,
2. Memberikan nyawa sebagai tebusan bagi kawanan
gembala-Nya merupakan hak istimewa yang hanya
dimiliki Sang Gembala Agung (Kis. 20:28), untuk
menebus pelanggaran mereka dan menumpahkan
darah untuk membersihkan dan menyucikan mere-
ka.
(2) Kristus yaitu gembala yang baik, dan bukan sekadar
gembala upahan. Ada banyak orang yang bukan pencuri
dan tidak berniat membunuh dan membinasakan domba-
domba, sehingga mereka pun menjadi gembala, namun me-
reka sangat sembrono dalam menjalankan tugas mereka
dan sebab nya, domba-domba mereka pun banyak yang
terluka. Mereka yaitu para gembala yang pandir (Za.
11:15, 17).
Berlawanan dengan mereka:
[1] Kristus di sini menamakan diri-Nya sebagai gembala
yang baik (ay. 11), dan lagi (ay. 14) ho poimen ho kalos –
gembala itu, gembala yang baik itu, yang telah Tuhan jan-
jikan. Perhatikan, Yesus Kristus yaitu gembala terbaik
di atas segala gembala, yang terbaik di dunia yang men-
jaga jiwa-jiwa. Tak ada seorang pun yang secakap, sese-
tia dan selembut Dia, tidak ada pemelihara, pemimpin,
pelindung dan pemulih jiwa-jiwa yang seperti Dia.
[2] Ia membuktikan diri-Nya benar demikian, yang berla-
wanan dengan sikap para upahan (ay. 12-14).
Perhatikanlah di sini:
Pertama, kecerobohan para gembala yang tidak setia
itu digambarkan di sini (ay. 12-13). Seorang upahan
yang disewa sebagai hamba dan dibayar atas usahanya
itu, yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, yang
tidak mendapat keuntungan atau kerugian dari mereka,
saat melihat serigala datang ataupun mara bahaya
Injil Yohanes 10:1-18
699
lainnya yang mengancam, meninggalkan domba-domba-
nya begitu saja untuk diterkam serigala, sebab sesung-
guhnya memang ia tidak peduli dengan domba-domba
itu. Dengan jelas penggambaran ini merujuk kepada
gembala yang pandir (Za. 11:17). Di sini, para gembala
jahat, yakni para pembesar hukum dan pelayan-pelayan
jemaat digambarkan sesuai dengan prinsip atau pe-
gangan hidup dan perilaku mereka yang buruk.
a. Prinsip atau pegangan hidup mereka yang buruk ada-
lah akar dari perilaku mereka yang jahat. Apa yang
membuat mereka yang dipercaya untuk menjaga
jiwa-jiwa, mengkhianati kepercayaan itu pada masa-
masa sukar, dan tidak peduli dengan kepercayaan
itu di waktu-waktu yang tenang? Apa yang membuat
mereka begitu palsu, dangkal dan mementingkan
diri sendiri? Semuanya sebab mereka hanyalah
upahan saja dan tidak peduli dengan domba-domba.
Artinya:
(a) Kekayaan dunia inilah yang menjadi incaran uta-
ma mereka, sebab mereka hanya upahan saja.
Mereka menjalankan tugas sebagai seorang gem-
bala hanya untuk mencari nafkah hidup dan
menjadi kaya saja, dan bukannya sebagai kesem-
patan untuk melayani Kristus dan berbuat baik.
Cinta akan uang dan perut sendiri yang mem-
buat mereka mau terus melakukan semuanya
itu. namun , bukan berarti orang yang melayani di
mezbah Tuhan dan hidup nyaman sebab nya ada-
lah upahan juga, sebab seorang pengerja layak
mendapat makanannya, dan sebaliknya, kecu-
rangan dalam hal materi akan mencemari pela-
yanan dengan segera. Para upahan yaitu mere-
ka yang lebih mencintai upah dibandingkan pekerjaan
mereka, dan hati mereka lebih terpaut kepada hal
yang pertama, seperti yang memang sering diper-
buat oleh para upahan yang tadi diceritakan itu
(Ul. 24:15; 1Sam. 2:29; Yes. 56:11; Mi. 3:5, 11).
700
(b) Mereka tidak begitu mengindahkan pekerjaan
mereka. Mereka tidak menganggap domba-domba
itu berharga, tidak memedulikan jiwa-jiwa orang
lain. Yang mereka utamakan yaitu bagaimana
menjadi tuan atas saudara-saudara mereka, bu-
kannya menjadi pemelihara atau penolong bagi
mereka. Mereka mencari kepentingan mereka ma-
sing-masing, dan tidak seperti Timotius yang be-
gitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepen-
tingan jiwa-jiwa. Jadi, apalah yang dapat diha-
rapkan dari mereka selain melarikan diri saat
serigala datang? Seorang upahan tidak memper-
hatikan domba-domba, sebab dia bukanlah pemi-
lik domba-domba itu sendiri. Dalam satu hal, kita
memang dapat mengatakan bahwa domba-domba
bukanlah milik para gembala yang ditugaskan
menjagai mereka, sebab mereka tidak memiliki
kuasa atas domba-domba itu (gembalakanlah
domba-dombaku, kata Kristus), namun dalam hal
lain, yang berkaitan dengan kasih sayang, dom-
ba-domba itu harus seperti milik mereka sendiri.
Paulus juga menganggap orang-orang yang ia
gembalakan sebagai miliknya sendiri, yang ia se-
but sebagai saudara-saudara yang ia kasihi dan
rindukan. Orang-orang yang tidak mementingkan
kebaikan gereja dan menjadikannya sebagai ke-
pentingan mereka, tidak akan bertahan lama da-
lam bersikap setia terhadapnya.
b. Perilaku jahat mereka, yang merupakan akibat dari
prinsip atau pegangan hidup mereka yang buruk
(ay. 12).
Lihatlah di sini:
(a) Betapa pengecutnya tindakan si upahan itu. Dia
mengabaikan tugasnya begitu saja saat melihat
serigala datang. Saat domba-domba sangat mem-
butuhkannya, ia malah lari meninggalkan mere-
ka. Perhatikan, orang-orang yang lebih memen-
tingkan keselamatan diri sendiri dibandingkan tugas-
Injil Yohanes 10:1-18
701
nya akan menjadi mangsa empuk bagi godaan
Setan.
(b) Betapa parah dampak yang ditimbulkannya! Si
orang upahan berkhayal bahwa domba-domba
itu bisa melindungi diri mereka sendiri, namun
kenyataannya tidak begitu: serigala itu menerkam
dan mencerai-beraikan domba-domba, dan cela-
kalah kawanan domba itu. Dan, akibat itu akan
ditanggungkan kepada si gembala yang tidak se-
tia tadi. Darah jiwa-jiwa yang binasa akan ditun-
tut dari tangan para penjaga yang sembrono.
Kedua, Lihatlah di sini kasih karunia dan kelembut-
an seorang gembala yang baik dibandingkan dengan
gembala sebelumnya. Hal ini seperti yang ada da-
lam nubuatan Yehezkiel 34:21-22 dst.): Akulah gembala
yang baik. Ini sungguh merupakan penghiburan bagi
gereja dan sahabat-sahabatnya, yaitu bahwa, betapa-
pun ia telah dirusak dan terancam bahaya oleh sebab
pengkhianatan dan keteledoran para pengurusnya,
Tuhan Yesus masih dan akan tetap menjadi Gembala
yang baik, seperti yang selama ini telah Ia tunjukkan.
Berikut yaitu dua contoh besar dari kebaikan Sang
Gembala.
a. Dia sangat mengenal kawanan domba-Nya, terma-
suk semua yang menjadi bagian atau yang berkaitan
dengan kawanan itu, yang dapat dibedakan menjadi
dua macam, dan keduanya diketahui oleh Dia:
(a) Dia mengenal semua yang kini termasuk kawan-
an gembalaan-Nya (ay. 14-15), sebagai gembala
yang baik (ay. 3-4): Aku mengenal domba-domba-
Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. Perhati-
kan, ada pengenalan timbal balik antara Kristus
dan orang-orang percaya sejati. Mereka saling
mengenal satu sama lain dengan sangat baik,
dan saling mengasihi.
[a] Kristus mengenal domba-domba-Nya. Dia da-
pat membedakan dengan jeli mana yang ter-
masuk domba-domba-Nya dan mana yang
702
bukan. Dia mampu mengenali domba-domba
meskipun keadaan mereka begitu nelangsa,
dan mampu membedakan mereka dari kam-
bing-kambing yang menyamar dengan cer-
matnya. Dengan hati yang senang Dia menge-
nali domba-domba yang benar-benar yaitu
milik-Nya. Dia tahu keadaan mereka, sung-
guh peduli dengan mereka, memperhatikan
mereka dengan kasih dan kelemahlembutan,
serta selalu memikirkan mereka dalam doa
syafaat yang Ia panjatkan di tempat kudus.
Dengan melimpahnya Dia melawat mereka
oleh Roh-Nya dan bersekutu dengan mereka.
Dia mengenal mereka, artinya, Dia mengakui
dan menerima mereka (Mzm. 1:6; 37:18; Kel.
33:17).
[b] Domba-domba pun mengenal-Nya. Ia meng-
amati mereka dengan mata yang penuh anu-
gerah, dan mereka pun melihat Dia dengan
mata iman. Kristus mengenal domba-domba-
Nya bahkan sebelum mereka mengenal Dia,
sebab Dia terlebih dahulu mengenal dan me-
ngasihi kita (1Yoh. 4:19). Yang menjadi keba-
hagiaan kita terutama yaitu sebab penge-
nalan-Nya akan kita dan bukan pengenalan
kita akan Dia (Gal. 4:9). Walaupun demikian,
ciri domba-domba milik Kristus itu yaitu
bahwa mereka mengenal Dia. Mereka dapat
membedakan-Nya dari para pembohong dan
penyusup. Mereka mengenal jalan pikiran-
Nya, mengenal suara-Nya, mengenal kuasa
kematian-Nya melalui pengalaman pribadi.
Di sini Kristus berbicara seakan-akan Ia di-
muliakan melalui pengenalan domba-domba-
Nya, dan menganggap sikap hormat mereka
itu sebagai kehormatan bagi-Nya. Dalam ke-
sempatan ini, Kristus juga menyebutkan (ay.
15) hubungan timbal balik antara Ia dan
Bapa-Nya: sama seperti Bapa mengenal Aku,
Injil Yohanes 10:1-18
703
Aku pun mengenal Bapa. Nah, pernyataan ini
dapat diartikan demikian,
Pertama, sebagai dasar dari kekariban
yang terjadi antara Kristus dan para orang
percaya. Kovenan anugerah, yang merupakan
pengikat hubungan ini, dibentuk dalam kove-
nan penebusan antara Bapa dan Anak, yang
kita boleh yakin teguh berlaku. Sebab, Bapa
dan Anak saling memahami dengan sempur-
na mengenai perkara ini, dan tidak mungkin
ada kesalahan di antara keduanya yang bisa
menimbulkan ketidakpastian dan yang mem-
bahayakan kovenan itu. Tuhan Yesus tahu
siapa yang telah Ia pilih, dan Ia mempercayai
mereka (13: 18), dan mereka juga tahu kepada
siapa mereka percaya, dan yakin akan Dia
(2Tim. 1:12). Dan dasar yang melandasi
kepercayaan timbal balik keduanya yaitu
pengetahuan timbal balik yang sempurna an-
tara Bapa dan Anak terhadap pikiran masing-
masing, yang terjadi saat permufakatan ten-
tang damai ada di antara mereka berdua.
Atau,
Kedua, sebagai majas perumpamaan yang
tepat yang menggambarkan keintiman antara
Kristus dan orang-orang percaya. Hal tersebut
mungkin berhubungan erat dengan perkataan
sebelumnya, yaitu: Aku mengenal domba-dom-
ba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku,
sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku me-
ngenal Bapa (bdk. 17:21), 1. Sama seperti
Bapa mengenal Anak, mengasihi-Nya dan
mengakui-Nya dalam segala penderitaan-Nya
saat Ia dibawa ke pembantaian seperti seekor
domba, begitu pula Kristus mengenal domba-
domba-Nya dan selalu memperhatikan mere-
ka dengan saksama, menyertai mereka waktu
mereka ditinggalkan sendirian, sebagaimana
Bapa-Nya selalu menyertai Dia. 2. Sebagai-
704
mana Anak mengenal Bapa, mengasihi dan
menaati-Nya, serta melakukan segala hal
yang menyenangkan hati-Nya, tetap menaruh
kepercayaan kepada-Nya sebagai Tuhan -Nya
bahkan saat Ia sepertinya telah meninggalkan
Dia, begitu pula orang-orang percaya yang
mengenal Kristus tetap memandang Dia da-
lam iman dan ketaatan.
(b) Ia mengenal mereka yang nantinya akan menjadi
kawanan domba-Nya juga (ay. 16): Ada lagi pada-
Ku domba-domba lain, yang punya hak dan ke-
pentingan yang sama dalam Gereja Yahudi, namun
yang bukan dari kandang ini. Domba-domba itu
harus Kutuntun juga.
Perhatikanlah:
[a] Perhatian yang Kristus berika