Yohanes-1-16 20

Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 20. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 20. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Yohanes-1-16 20



 ama 

Tuhan  . Hal ini tidak membahayakan orang-

orang berdosa yang bertobat dan kembali lagi 

ke jalan benar, melainkan hanya mengancam 

mereka yang terus-menerus melakukan keke-

jian dan membuat doa-doa mereka tidak ha-

nya selaras dengan kejahatan mereka, namun   

juga dipakai untuk melicinkannya, seperti 

yang dilakukan oleh orang-orang munafik. 

Tuhan   tidak akan mendengarkan mereka. Dia 

tidak akan mengakui mereka ataupun mem-

Injil Yohanes 9:13-34 

 669 

beri jawaban damai sejahtera atas doa-doa 

mereka.   

Kedua, biarlah hal itu dikatakan untuk 

menghiburkan orang-orang benar, Dia akan 

mendengar orang-orang yang saleh dan yang 

melakukan kehendak-Nya.  

Di sini ada , 1. Keseluruhan sikap dari 

seorang yang benar, yaitu bahwa ia seorang 

yang menyembah Tuhan   dan melakukan ke-

hendak-Nya. Ia bertekun dalam bersaat teduh 

pada waktu-waktu tertentu dan selalu men-

jaga perilakunya setiap waktu. Orang seperti 

itu bergiat memuliakan nama Sang Pencipta-

nya dengan memuja nama-Nya dan menaati 

kehendak dan ketetapan-Nya dengan tulus 

hati. Kedua hal ini harus berjalan dengan 

serasi. 2. Penghiburan yang tak terucapkan 

bagi orang seperti itu: Tuhan   mendengarkan-

nya. Tuhan   mendengarkan keluhannya dan 

melegakan dia, mendengarkan seruannya dan 

membenarkan dia, mendengar pujiannya dan 

menerimanya, mendengar doa-doanya dan 

menjawabnya (Mzm. 34:16). 

[b] Penerapan semua kebenaran di atas mem-

buktikan dengan tegas bahwa Yesus, yang 

perkataan-Nya dipenuhi kuasa ilahi sehingga 

mampu menyembuhkan orang yang terlahir 

buta, bukanlah orang jahat, melainkan 

seorang suci yang begitu nyata menujukan 

hati-Nya sepenuhnya kepada Tuhan   yang 

kudus hingga Tuhan   selalu mendengarkan-Nya 

(9:31-32). 

(b) Dia menegaskan mujizat yang telah diperbuat 

oleh Kristus, untuk memperkuat pernyataannya 

(ay. 32): Dari dahulu sampai sekarang tidak per-

nah terdengar, bahwa ada orang yang memelek-

kan mata orang yang lahir buta.  


 670

Perkataan tersebut digunakan untuk menun-

jukkan:  

[a] Bahwa mujizat itu sungguh benar dan mele-

bihi kuasa alam. Tidak pernah terdengar ada 

orang yang mampu menyembuhkan orang 

yang terlahir buta dengan memakai cara-cara 

alamiah. Tidak diragukan lagi, orang ini dan 

kedua orangtuanya pasti sudah sering men-

cari tahu mengenai perkara itu, apakah ada 

orang yang buta sejak lahir pernah ditolong, 

dan mereka tidak pernah mendengar seorang 

pun. sebab  itu ia kini dapat berbicara me-

ngenai hal tersebut dengan penuh keyakinan. 

Atau, 

[b] Bahwa mujizat itu benar-benar luar biasa dan 

melebihi mujizat-mujizat lain yang telah di-

perbuat sebelumnya. Walaupun banyak mela-

kukan perkara-perkara hebat, Musa maupun 

nabi-nabi lain tidak pernah melakukan hal-

hal yang demikian, yang di dalamnya seakan 

kuasa ilahi dan kebaikan saling bersaing. 

Musa mendatangkan tulah-tulah yang meng-

herankan, namun   Kristus mengerjakan kesem-

buhan-kesembuhan yang menakjubkan.  

Perhatikan: 

Pertama, pekerjaan-pekerjaan Tuhan Ye-

sus yang ajaib belum pernah dilakukan oleh 

siapa pun juga sebelumnya.  

Kedua, sudah sepantasnyalah bagi orang 

yang telah menerima belas kasihan Tuhan   un-

tuk menghargai belas kasihan yang telah me-

reka terima itu, dan membicarakannya de-

ngan penuh hormat, bukan supaya mereka 

dapat bermegah di dalamnya atau membuat 

mereka terlihat seolah-olah menjadi kesa-

yangan sorgawi, namun   supaya Tuhan   lebih di-

permuliakan lagi.   

Injil Yohanes 9:13-34 

 671 

(c)  sebab  itulah, orang ini menyimpulkan, “Jikalau 

orang itu tidak datang dari Tuhan  , Ia tidak dapat 

berbuat apa-apa, yaitu hal-hal luar biasa, yang 

seperti itu. Oleh sebab itu, tidak diragukan lagi, 

pastilah Dia datang dari Tuhan  , meskipun Ia tidak 

menuruti adat kebiasaan kalian dalam perkara  

hari Sabat.” Perhatikan, apa yang Kristus laku-

kan di muka bumi ini sudah cukup untuk me-

nunjukkan siapa Dia sebenarnya di sorga. Sebab, 

jika Dia tidak diutus Tuhan  , tidak mungkin Ia da-

pat melakukan mujizat-mujizat seperti itu. Me-

mang benar bahwa ada juga orang berdosa yang 

datang dengan mujizat-mujizat palsu, namun, itu 

bukanlah mujizat-mujizat yang nyata. Sama hal-

nya, seorang nabi palsu juga bisa saja, dengan 

izin ilahi, memberitahukan suatu tanda atau 

mujizat (Ul. 13:1-2), namun perkara tersebut di-

lakukan sedemikian rupa sehingga menimbulkan 

kebingungan, sebab hal itu ditujukan untuk me-

malingkan orang supaya menyembah ilah lain, 

yang pada intinya berarti mencoba membuat 

Tuhan   melawan diri-Nya sendiri. Juga benar bah-

wa ada banyak orang jahat telah melakukan hal-

hal ajaib dengan memakai nama Kristus. Namun, 

peristiwa ini sama sekali tidak membuktikan 

bahwa mereka itu berasal dari Tuhan  , melainkan 

justru membuktikan Dia yang dalam nama-Nya 

hal-hal ajaib itu dilakukan. Melalui semua ini, 

setiap dari kita juga bisa tahu apakah kita da-

tang dari Tuhan   atau tidak. Apa yang kita laku-

kan? Apa yang kita perbuat bagi Tuhan  , bagi jiwa 

kita, dalam mengerjakan keselamatan kita? Apa 

yang kita lakukan melebihi orang lain?   

[2] sesudah  mendapati diri mereka tidak dapat menjawab 

dan tidak dapat tahan lagi mendengar semua alasan 

dari orang buta itu, orang-orang Farisi itu pun lalu 

menghina dia dan mengakhiri perdebatan mereka itu 

dengan keangkuhan dan kegeraman mereka (ay. 34). Di 

sini diceritakan tentang:  


 672

Pertama, apa yang mereka katakan. saat  mereka 

tidak mampu lagi mendebat orang itu, mereka pun me-

nyerang pribadinya: “Engkau ini lahir sama sekali dalam 

dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Mereka ter-

singgung oleh sesuatu yang seharusnya melembutkan 

hati mereka, dan hati mereka tertusuk oleh kemarahan 

yang ditimbulkan oleh sesuatu yang seharusnya mem-

buat mereka bertobat.  

Perhatikanlah:  

1.  Bagaimana mereka menghinanya, dan celaan apa 

yang mereka lontarkan kepada dia: “Engkau ini lahir 

sama sekali dalam dosa, sama seperti semua manu-

sia lainnya, namun, engkau lebih lagi, rusak selu-

ruhnya, sebab  engkau membawa aib yang rusak itu 

dalam tubuh dan juga dalam jiwamu. Secara ala-

miah, engkau ini sudah tercemar.” Jika dia masih 

dalam keadaan buta, mencela kebutaannya dan me-

nuduh dia lebih berdosa dari semua orang lain ada-

lah perbuatan biadab. namun   kini, sesudah  dia disem-

buhkan, sangat luar biasa tidak benarnya untuk 

mengungkit lagi kebutaannya yang dahulu. Sebab, 

kesembuhan itu bukan saja sudah menyingkirkan 

kebutaannya, melainkan juga menandakan bahwa 

dia yaitu  kesukaan Sorga. Beberapa orang meng-

artikan perkataan orang-orang Farisi itu demikian: 

“Engkau sama saja dengan pengemis di mana-mana, 

yang semuanya pendosa. sebab  itu, tidak diragu-

kan lagi, engkau pasti sama bejatnya dengan 

mereka.” Akan namun  , dari cara berbicaranya, ia 

membuktikan hal yang sebaliknya. Malahan ia mem-

perlihatkan sifat kesalehan yang besar. namun   saat 

orang-orang Farisi sombong yang sewenang-wenang 

itu bertekad untuk menjatuhkan seseorang, apa saja 

bisa mereka pakai sebagai pernyataan palsu.  

2. Ketidaksudian mereka untuk belajar darinya atau 

menerima pengajaran darinya: Engkau hendak 

mengajar kami? Penekanan yang mendalam harus 

dicermati di antara kata Engkau dan kami. “Apa! 

Injil Yohanes 9:13-34 

 673 

Engkau, orang yang hina dina, bodoh dan buta hu-

ruf, belum pernah sehari pun melihat cahaya mata-

hari, seorang pengemis pinggir jalan, sampah ma-

syarakat yang tertolak, hendak berlagak mengajar 

kami, orang bijak hukum dan pembesar gereja, yang 

duduk di kursi Musa dan yaitu  guru di Israel?” 

Perhatikan, orang yang sombong tidak sudi diajari, 

terutama oleh orang yang ada di bawah mereka, 

padahal kita tidak boleh menganggap diri kita terlalu 

tua, terlalu bijaksana, atau terlalu baik untuk selalu 

belajar. Orang yang memiliki banyak harta selalu 

ingin lebih lagi, jadi mengapa orang yang memiliki 

banyak pengetahuan tidak demikian pula? Kita juga 

harus menghargai orang yang bisa mengajari kita 

untuk menjadi lebih baik lagi. Betapa lemahnya 

alasan ketidakpercayaan orang-orang Farisi itu, ya-

itu hanya sebab  mereka benar-benar tidak sudi 

diajari, diberi tahu dan diyakinkan oleh orang yang 

hina dina seperti itu!  

Kedua, apa yang mereka lakukan: Mereka mengusir 

dia keluar. Sebagian orang mengartikan ini sebagai sua-

tu tindakan kasar dan menghina dengan cara mengusir 

dia keluar dari sidang mereka. Mereka mengusir dia ke-

luar dari ruangan dengan menggeleng-gelengkan kepala 

dan mengangkat bahu, dan mungkin juga dengan me-

nyuruh para pengawal menendang dia. Mereka pikir 

inilah saatnya untuk mengirim dia jauh-jauh sesudah  

kini dia berada sangat dekat dengan hati nurani mere-

ka. Namun, lebih tepatnya, tindakan mereka itu yaitu  

sebuah tindakan hukum. Mereka menyingkirkan dia, 

menjauhkan dia dari segala hubungan yang mungkin. 

Mereka menghalau dia untuk menjadi anggota jemaat 

Israel.  “Orang malang ini,” kata Dr. Lightfoot, “merupa-

kan pengaku iman pertama dalam jemaat Kristen, 

seperti halnya Yohanes Pembaptis merupakan martir 

pertama.” Ada hukum yang mengatakan bahwa jika 

seseorang mengaku Yesus sebagai Kristus, dia harus 

dilempar keluar dari sinagoge (ay. 22). Orang ini hanya 

mengatakan bahwa Yesus yaitu  seorang nabi, yang 


 674

berasal dari Tuhan  . Namun, mereka melenturkan hukum 

dan menyeret dia dengan hukum itu, seolah dia telah 

mengaku Yesus sebagai Kristus atau Mesias. Sungguh 

teramat menakutkan bila diputuskan dari segala hu-

bungan dan dikeluarkan dari sebuah jemaat yang mur-

ni clave non errante – padahal tidak ada kesalahan yang 

diperbuat, sebab  apa yang terikat di dunia ini, akan 

terikat juga di sorga. Namun, bila dikeluarkan dari se-

buah jemaat yang rusak (yang memang merupakan ke-

wajiban kita untuk keluar dari situ), sekalipun dengan 

cara yang tidak adil, secara anathema, sebab  tidak di-

sukai, diancam dan ditakut-takuti, maka kita tidak per-

lu takut atau merasa sedih. Penyebab kutukan tidak 

akan datang. Bila mereka mengusir para pengikut Kris-

tus keluar dari tempat-tempat ibadah, seperti yang 

dinubuatkan-Nya (16:2), maka mereka tidak akan bisa 

menyakiti para pengikut-Nya itu, sebab  para pengusir 

itu yaitu  jemaat Setan.  

Percakapan Kristus dengan Orang  

yang Tadinya Buta Itu  

(9:35-38) 

35 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia 

bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manu-

sia?” 36 Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.” 

37 Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; namun   Dia yang 

sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” 38 Katanya: “Aku percaya, 

Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya. 

Pada ayat-ayat di atas kita bisa memperhatikan: 

I.  Kepedulian yang penuh dengan kelembutan yang diberikan Yesus 

kepada orang malang itu (ay. 35): Saat Yesus mendengar bahwa ia 

telah diusir keluar oleh mereka (sebab sepertinya, seluruh kota 

menjadi gempar dengan pengusirannya tersebut dan semua orang 

mengecam perbuatan orang-orang Farisi itu), Ia pun bertemu 

dengan dia, yang menunjukkan bahwa Dia berusaha mencari dan 

mendapatinya supaya Ia bisa menguatkan dan menghiburnya: 

 

Injil Yohanes 9:35-38 

 675 

1. Sebab orang itu sedapat-dapatnya sesuai dengan pengetahu-

annya ia telah mengatakan hal-hal yang baik untuk membela 

Tuhan Yesus dengan gagah berani. Perhatikan, Yesus Kristus 

pasti akan mendampingi saksi-saksi-Nya dan mengakui me-

reka yang mengakui Dia serta jalan dan kebenaran-Nya. Para 

penguasa dunia ini tidak mau dan tidak bisa mengenali semua 

yang membela mereka dan kelangsungan hidup pemerintahan 

mereka, namun   Tuhan Yesus kita mengenal dan memperhati-

kan seluruh kesaksian teguh yang kita nyatakan bagi Dia ka-

panpun. Bahkan ada sebuah artikel  yang akan mencatatkan 

semua yang kita lakukan itu, dan hal itu tidak saja dapat kita 

nikmati nanti, namun   juga mampu menghiburkan kita pada 

saat sekarang ini.   

2.  Sebab orang-orang Farisi telah mengusir dan melecehkannya. 

Selain mendapat perhatian yang biasa dimiliki seorang Hakim 

dunia yang adil terhadap mereka yang menderita sebab  keti-

dakadilan (Mzm. 103:6), ada juga perhatian istimewa bagi me-

reka yang menderita sebab  Kristus dan sebab  menyaksikan 

kebenaran hati nurani mereka. Nah, di sini ada seorang mis-

kin yang menderita sebab  Kristus, dan Dia pun memastikan 

supaya penghiburan yang diterimanya menjadi berlimpah-

limpah, lebih besar dari kesengsaraan yang dialaminya.  

Perhatikan:  

(1) Meskipun para penganiaya bisa mengucilkan orang-orang 

benar dari masyarakat, namun mereka tidak bisa mengu-

cilkan mereka dari persekutuan dengan Kristus, atau men-

jauhkan lawatan Kristus dari mereka. Berbahagialah me-

reka yang memiliki seorang sahabat yang tidak akan 

menjauh sekalipun para musuh menghalang-halanginya.  

(2) Dengan tangan terbuka, Yesus Kristus akan mendapati dan 

menerima mereka yang tertolak dan dikucilkan manusia 

sebab  Dia. Dia akan menjadi tempat naungan bagi orang-

orang-Nya yang terbuang itu, dan menjadi sumber sukacita 

bagi orang yang dibenci dan dibuang saudara-saudaranya. 

II.  Percakapan karib yang terjadi di antara Kristus dengan orang itu, 

yang membuatnya mengenal penghiburan bagi Israel. Orang itu 

sudah memakai pengetahuannya dengan cara yang benar, se-


 676

hingga kini Kristus mengajarinya lebih lanjut lagi, sebab  siapa 

yang memiliki , kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelim-

pahan (Mat. 13:12). 

1.  Tuhan Yesus kita menyelidiki imannya: “Percayakah engkau 

kepada Anak Manusia?” (KJV: “Percayakah engkau kepada 

Anak Tuhan  ?” – pen.). Apakah engkau menghormati janji-janji 

tentang Mesias? Apakah engkau menanti-nantikan kedatang-

an-Nya, dan siap menerima serta mengakui-Nya saat Ia me-

nyatakan diri-Nya kepadamu?” Inilah iman terhadap Anak 

Tuhan   yang dipunyai para orang kudus sebelum Mesias me-

nampakkan diri.  

Perhatikanlah: 

(1)  Di sini, Mesias disebut Anak Tuhan  , dan begitulah panggilan 

terhadap-Nya seperti yang telah dipelajari orang-orang 

Yahudi melalui nubuatan-nubuatan (Mzm. 2:7; 89:28; Yoh. 

1:49), Engkau Anak Tuhan  , yaitu Mesias yang sejati.  Orang-

orang yang menanti-nantikan kerajaan Mesias yang lebih 

bersifat sementara lebih senang memanggilnya Anak Daud, 

yang lebih mewakili pengharapan mereka itu (Mat. 22:42). 

Namun Kristus memanggil diri-Nya sendiri sebagai Anak 

Tuhan   untuk memberi tahu kita bahwa kerajaan-Nya murni 

bersifat rohani dan sorgawi. Ia lebih memakai perkataan 

Anak Manusia secara umum dibandingkan  perkataan Anak 

Daud secara khusus.   

(2) Kerinduan dan pengharapan akan Mesias, yang dimiliki 

para orang kudus dalam Perjanjian Lama melalui bimbing-

an dan atas dasar janji Tuhan  , kini diartikan dan diterima 

sebagai iman mereka terhadap Anak Tuhan  . Inilah iman 

yang kemudian dipertanyakan Kristus: Percayakah eng-

kau? Perhatikan, inilah hal besar yang dikehendaki dari 

kita (1Yoh. 3:23), dan yang nanti akan ditanyakan kepada 

kita, yaitu iman kita terhadap Anak Tuhan  . Di atas iman ini-

lah kita harus berdiri teguh, atau kita akan binasa selama-

nya. 

2.  Orang malang itu bertanya dengan penuh semangat mengenai 

Mesias yang harus ia imani, yang menunjukkan kesiapannya 

untuk mengikuti dan berada dekat dengan-Nya (ay. 36): “Sia-

pakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.”  

Injil Yohanes 9:35-38 

 677 

(1) Ada orang berpendapat bahwa dia sebenarnya tahu bahwa 

Yesus yang telah menyembuhkannya yaitu  Anak Tuhan  , 

namun   dia tidak tahu yang mana Yesus itu. Jadi, sebab  ia 

mengira bahwa yang berbicara dengannya itu yaitu  salah 

seorang pengikut Yesus, ia pun ingin supaya lawan bicara-

nya itu menunjukkan kepadanya yang mana Sang Guru. Ia 

tidak bermaksud hanya supaya rasa penasaran ingin me-

lihat-Nya terpuaskan, namun   supaya ia dapat mempercayai-

Nya lebih lagi dan mengakui imannya serta lebih mengenal 

Dia yang telah Ia percayai (Kid. 5:6-7; 3:2-3). Hanya Kristus 

saja yang mampu mengarahkan kita untuk mendekat 

kepada-Nya.  

(2) Sebagian orang lain berpendapat bahwa ia tahu bahwa 

orang yang sedang berbicara dengannya itu yaitu  Yesus, 

orang yang sama yang telah menyembuhkannya, yang ia 

imani sebagai orang benar dan nabi, namun   ia belum tahu 

bahwa Dia yaitu  Anak Tuhan   dan Mesias yang dinanti-

nantikan itu. “Tuan, aku percaya Kristus akan datang. 

Maka dari itu, Engkau yang telah mencelikkan mataku, 

tolong katakan padaku, siapa dan di mana Anak Tuhan   itu 

kini berada.” Pertanyaan Kristus menunjukkan bahwa Me-

sias sudah datang dan kini ada di antara mereka. sebab  

itulah orang yang tadi buta itu pun mengerti maksud-Nya 

dan lantas bertanya, “Di manakah Dia, Tuhan?” Pertanya-

annya itu masuk akal dan benar: “Siapakah Dia, Tuhan?” 

supaya aku percaya kepada-Nya. Sebab, bagaimana mung-

kin dia percaya kepada orang yang belum pernah ia de-

ngar? Pekerjaan para hamba Tuhan yaitu  untuk memberi 

tahu kita tentang siapa Anak Tuhan   itu, supaya kita percaya 

kepada-Nya (20:31).  

 3. Dengan penuh ramah Tuhan Yesus menyatakan kepada orang 

itu bahwa Ia yaitu  Anak Tuhan   yang harus ia percayai: “Eng-

kau bukan saja melihat Dia; namun   Dia yang sedang berkata-

kata dengan engkau, Dialah itu!” (ay. 37).  Engkau tidak perlu 

jauh-jauh mencari Anak Tuhan  , sesungguhnya Firman itu dekat 

kepadamu. Kita tidak mendapati Kristus dengan begitu lang-

sungnya menyatakan diri-Nya seperti ini, dalam banyak per-

kataan, kepada orang lain selain kepada orang ini dan kepada 

wanita Samaria itu, “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata 


 678

dengan engkau.” Dia membiarkan orang lain menemukan 

siapa Dia sebenarnya melalui perdebatan, namun   Dia memilih 

menyatakan diri-Nya terhadap yang lemah dan bodoh bagi 

dunia ini, dan bukan terhadap orang bijak dan orang pandai.  

Di sini Kristus menggambarkan diri-Nya kepada orang itu me-

lalui dua hal, yang menunjukkan kasih-Nya yang besar terha-

dap orang itu:  

(1) Engkau telah melihat Dia. Betapa berutang budinya orang 

itu kepada Tuhan Yesus, sebab Ia telah mencelikkan mata-

nya supaya ia dapat melihat Dia. Nah, sekarang ia telah 

dijadikan untuk melihat, lebih dibandingkan  yang pernah di-

alaminya selama hidupnya, betapa tak terkatakannya rah-

mat itu bahwa ia disembuhkan dari kebutaannya, supaya 

dia bisa melihat Anak Tuhan  . Ini sebuah penglihatan yang 

membuat hatinya melonjak girang lebih dari sukacita yang 

bisa ditimbulkan oleh cahaya dunia ini. Perhatikan, peng-

hiburan terbesar yang diperoleh dari penglihatan jasmani 

kita yaitu  kegunaannya bagi iman dan kepentingan jiwa 

kita. Orang ini pasti akan tetap girang walaupun dia harus 

kembali buta, seperti si tua Simeon, sebab  matanya kini 

telah melihat keselamatan yang dari Tuhan  ! Jika kita mene-

rapkannya pada proses penyingkapan mata pikiran kita, 

hal itu menunjukkan bahwa penglihatan rohani diberikan 

terutama untuk tujuan ini, yaitu supaya kita boleh melihat 

Kristus (2Kor. 4:6). Dapatkah kita berkata bahwa dengan 

iman kita telah melihat Kristus, melihat Dia dengan begitu 

rupa dalam keindahan dan kemuliaan-Nya, dalam kesang-

gupan dan kesediaan-Nya untuk menyelamatkan, sampai 

hati kita merasa terpuaskan akan Dia dan dipuaskan di 

dalam Dia? Marilah kita memuji Dia yang telah membuka 

mata kita.  

(2) Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu! 

Orang ini pun berutang budi kepada Kristus yang rela me-

rendahkan diri untuk melakukan semuanya itu. Dia bukan 

saja dikaruniai kemampuan untuk melihat Kristus, namun   

juga dianugerahkan persekutuan dan kekariban dengan-

Nya. Para penguasa di dunia ini hanya mau dilihat-lihat 

atau diperhatikan orang, namun   mereka tidak sudi meng-

ajak bicara orang-orang itu. namun   Kristus, melalui firman 

Injil Yohanes 9:35-38 

 679 

dan Roh-Nya, berbicara dengan siapa pun yang merindu-

kan-Nya, dan melalui percakapan itu Ia pun menyatakan 

diri-Nya kepada mereka, seperti yang Ia lakukan terhadap 

dua orang murid yang hatinya menjadi berkobar-kobar saat 

mereka berbicara dengan-Nya (Luk. 24:32). Perhatikanlah, 

orang malang ini begitu bersemangat menanyakan Sang 

Juruselamat, pada saat yang sama saat  ia melihat-Nya 

dan bercakap-cakap dengan Dia. Perhatikan, Yesus Kristus 

sering kali dekat dengan jiwa-jiwa yang mencari Dia, lebih 

dekat dibandingkan  yang mereka sadari. Orang Kristen yang 

masih ragu-ragu terkadang berkata Di manakah Tuhan? 

Mereka takut kalau-kalau mereka telah dicampakkan dari 

pandangan-Nya, padahal Dia justru sedang berbicara de-

ngan mereka dan memberi kekuatan kepada mereka.  

4. Orang malang ini segera saja menyambut pewahyuan yang 

mengejutkan itu. Dengan penuh sukacita dan rasa takjub, ia 

pun berkata, “Aku percaya, Tuhan! Lalu ia sujud menyembah-

Nya.”  

(1) Ia menyatakan imannya dalam Kristus, “Tuhan, aku perca-

ya bahwa Engkau yaitu  Anak Tuhan  .” Dia tidak memban-

tah apa pun yang dikatakan Dia yang telah begitu berbelas 

kasihan terhadapnya dan melakukan mujizat yang begitu 

hebat untuknya. Dia juga tidak meragukan kebenaran 

pengajaran yang disokong dengan tanda-tanda yang begitu 

meyakinkan itu. Lewat mulutnya, ia mengakui apa yang ia 

percayai dalam hatinya, dan kini buluh yang telah terkulai 

itu pun menjadi tegak.  

(2)  Dia menunjukkan penghormatannya terhadap Kristus: Dia 

menyembah-Nya, bukan sekadar hormat terhadap orang 

besar atau rasa terima kasih kepada orang yang telah me-

nolongnya, namun   memberi-Nya kemuliaan tertinggi, dan 

menyembah-Nya sebagai Anak Tuhan   yang menjelma men-

jadi manusia. Tidak ada siapa pun yang layak disembah 

kecuali Tuhan  . Jadi, dengan menyembah Yesus, berarti ia 

mengakui-Nya sebagai Tuhan  . Perhatikan, iman sejati akan 

dinyatakan melalui penyembahan terhadap Tuhan Yesus 

dengan sepenuh hati. Mereka yang percaya padanya akan 

melihat semua alasan di dunia ini untuk menyembah-Nya. 


 680

Kita tidak mendapati kisah kelanjutan dari orang yang 

tadinya buta ini, namun   sangat mungkin, sejak saat itu, ia 

menjadi pengikut Kristus yang setia.  

Percakapan Yesus dengan Orang-orang Farisi 

(9:39-41) 

39 Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya 

barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang 

dapat melihat, menjadi buta.” 40 Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang 

Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: “Apakah itu 

berarti bahwa kami juga buta?” 41 Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya 

kamu buta, kamu tidak berdosa, namun   sebab  kamu berkata: Kami melihat, 

maka tetaplah dosamu.” 

sesudah  menghibur orang malang yang teraniaya itu, di sini Kristus 

menghakimi kebersalahan para penganiayanya, sebagai gambaran 

awal dari kelegaan dan penindasan yang akan ditimpakan pada hari 

penghakiman (2Tes. 1:6-7). Mungkin percakapan di atas tidak terjadi 

segera sesudah  percakapan-Nya dengan orang itu, namun   Dia meng-

gunakan kesempatan berikutnya untuk berbicara dengan orang-

orang Farisi.  

Di sini ada :   

I. Pemberitahuan Kristus mengenai rencana kedatangan-Nya ke 

muka bumi ini (ay. 39): “Aku datang ke dalam dunia untuk meng-

hakimi, dan melaksanakan perkara-perkara agung kerajaan Tuhan   

di tengah-tengah manusia, dan aku memiliki kuasa untuk meng-

hakimi sesuai dengan segala rancangan Tuhan   yang bijaksana.” 

Dia tidak mengatakan itu sebagai pengkhotbah di mimbar, me-

lainkan sebagai raja yang bertakhta di singgasana, dan sebagai 

seorang hakim di atas kursi pengadilan. 

1. Tugas-Nya di dunia ini amatlah besar. Dia datang untuk meng-

hakimi dan memberi kelegaan.  

Dia datang untuk menghakimi, yang berarti: 

(1) Untuk mengabarkan pengajaran dan hukum yang akan 

menyelidik manusia dan akhirnya menelanjangi dan memi-

lah-milah mereka, dan dalam segala hal, tugas itu sesuai 

dengan aturan pemerintahan yang sekarang, dan juga de-

ngan penghakiman-Nya sesaat lagi nanti. 

Injil Yohanes 9:39-41 

 681 

(2) Untuk membeda-bedakan manusia dengan menampakkan 

pikiran yang ada  dalam hati banyak orang dan me-

nyingkapkan sifat-sifat manusia. Hal ini dilakukan dengan 

ujian ini, yaitu apakah mereka mengasihi atau membenci-

Nya.  

(3) Untuk mengubah wajah pemerintahan dalam gereja-Nya, 

untuk menghapus kekuatan sosial menghapuskan orang 

Yahudi serta meruntuhkannya, sekalipun hal itu telah di-

dirikan oleh tangan Tuhan   sendiri, sebab seiring dengan ber-

jalannya waktu dan akibat kebejatan para pembesarnya, 

gereja-Nya itu telah membusuk dan membahayakan. Dia 

hendak mendirikan bangunan yang baru dan menetapkan 

kembali aturan dan kewenangan baru di dalamnya, untuk 

menghapuskan Yudaisme dan menegakkan Kekristenan. 

Untuk penghakiman inilah Ia datang ke dalam dunia, dan 

hal ini merupakan sebuah perubahan besar-besaran.     

2.  Ia menjelaskan kebenaran agung ini dengan menggunakan se-

buah kiasan yang Ia kutip dari mujizat yang telah Ia perbuat 

sebelumnya, yaitu supaya barangsiapa yang tidak melihat, 

dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, 

menjadi buta. Perbedaan yang ditimbulkan oleh kedatangan 

Kristus telah sering dibicarakan. Bagi sebagian orang, Injilnya 

menjadi bau kehidupan yang menghidupkan, sedangkan bagi 

yang lainnya merupakan bau kematian yang mematikan:  

(1) Perkataan-Nya itu dapat diterapkan kepada bangsa-bangsa 

dan umat lainnya, yaitu bahwa bangsa bukan-Yahudi, yang 

sejak dulu tidak dikaruniai terang pewahyuan ilahi, kini 

dapat melihatnya. Di lain pihak, bangsa Yahudi, yang telah 

lama menikmatinya, kini tidak bisa melihat hal-hal yang 

sebelumnya memberi mereka kedamaian itu (Hos. 1:10; 

Yoh. 2:23). Orang-orang bukan-Yahudi melihat terang be-

sar, sedangkan kebutaan melanda Israel, dan mata mereka 

digelapkan.  

(2) Hal itu juga dapat diterapkan pada orang-orang tertentu. 

Kristus datang ke dunia ini,  

[1] Dengan maksud dan rancangan untuk mencelikkan 

mereka yang buta secara rohani. Ia menyatakan sesua-

tu dengan firman-Nya dan menyembuhkan tubuh de-


 682

ngan Roh-Nya, supaya banyak jiwa-jiwa yang berharga 

dapat diselamatkan dari kegelapan kepada terang. Dia 

datang untuk menghakimi, yaitu untuk membebaskan 

orang-orang yang bersedia dilepaskan dari belenggu 

kegelapan mereka (Yes. 61:1).  

[2] Pada akhirnya, dan yang terpenting, supaya barang-

siapa yang dapat melihat, menjadi buta. Supaya mereka 

yang sombong dan bermegah dalam hikmat mereka sen-

diri, dan bertekad untuk menentang pewahyuan ilahi, 

akan terperangkap dalam kebodohan dan ketidakper-

cayaan mereka. Pemberitaan tentang salib merupakan 

kebodohan dan pemikiran yang gila bagi mereka yang 

tidak mengenal Tuhan   oleh hikmatnya. Kristus datang ke 

dunia ini untuk menghakimi, untuk menjalankan peker-

jaan kerajaan rohani agar terpancang dalam pikiran 

manusia. Di dalam gereja Yahudi, berkat dan pengha-

kiman dari pemerintahan Tuhan   terutama bersifat se-

mentara, sedangkan kini cara pelaksanaannya harus 

diubah. Sebagaimana anggota kerajaan-Nya yang benar 

akan diberkati secara rohani dengan hal-hal sorgawi, 

yang timbul dari pikiran yang telah dicerahkan, begitu 

pula, mereka yang memberontak akan dihukum dengan 

tulah-tulah rohani. Bukan dihukum dengan perang, 

kelaparan, dan penyakit seperti di zaman terdahulu, te-

tapi hal-hal yang muncul sebab  prasangka yang seme-

na-mena, seperti kekerasan hati, kengerian hati nurani, 

penipuan diri sendiri, dan kasih palsu. Dengan cara ini-

lah Kristus akan menjadi hakim di antara domba de-

ngan domba (Yeh. 34:17, 22).  

II.  Gerutuan orang-orang Farisi mengenai hal itu. Mereka memang 

ada di dekat-Nya, bukan sebab  ingin belajar sesuatu yang baik 

dari Dia, namun   untuk menentang-Nya. Mereka bertanya, Apakah 

itu berarti bahwa kami juga buta? Saat Kristus mengatakan bahwa 

mereka yang melihat akan menjadi buta sebab  kedatangan-Nya, 

mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya, kare-

na mereka suka mengamat-amati orang dan menilai diri mereka 

sendiri berdasarkan pengetahuan dan penilaian mereka. “Nah,” 

ujar mereka, “kami tahu orang awam biasanya buta, namun   apa-

Injil Yohanes 9:39-41 

 683 

kah itu berarti bahwa kami juga buta? Padahal kami ini kan guru, 

tabib, orang yang terpelajar mengenai hukum Taurat, para 

cendekiawan berpendidikan tinggi, apakah kami juga buta?” Inilah 

scandalum magnatum – pembelaan palsu orang-orang besar. Per-

hatikan, meski memiliki akal untuk memahami apa yang tersirat, 

orang-orang yang paling perlu ditegur dan paling membutuhkan 

teguran tersebut biasanya tidak bisa menerima satu saja teguran 

yang benar. Orang-orang Farisi ini menganggap teguran itu seba-

gai suatu pelecehan seperti yang dirasakan para ahli Taurat (Luk. 

11:45): “Apakah kami juga buta? Beranikah Engkau menyebut 

kami buta, padahal semua orang menghormati, mengagumi dan 

tunduk pada keputusan-keputusan kami?”  Perhatikan, tidak ada 

lagi yang lebih bisa mengeraskan hati manusia yang bejat terha-

dap firman selain dibandingkan  pendapat yang baik-baik, terutama 

yang tinggi-tinggi, yang dikatakan orang lain tentang mereka. 

Seolah-olah semua orang yang mendapat pujian dari manusia 

juga akan diterima Tuhan  . Padahal, semua itu palsu dan menipu, 

sebab Tuhan   tidak melihat seperti yang dilihat manusia.  

III. Jawaban Kristus terhadap gerutuan tersebut, yang sekalipun 

tidak membuat mereka jadi percaya, mampu membungkam me-

reka: Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, namun   sebab  

kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu. Mereka ber-

megah oleh sebab  mereka tidak buta seperti rakyat jelata, tidak 

mudah percaya dan gampang disetir seperti masyarakat awam 

itu. Mereka bermegah sebab  bisa melihat dengan mata mereka 

sendiri, sebab  memiliki kemampuan, menurut pikiran mereka, 

yang cukup untuk menjadi pedoman mereka, sehingga mereka 

merasa tidak membutuhkan siapa pun untuk menuntun mereka. 

Hal yang amat mereka bangga-banggakan itu dikatakan Kristus di 

sini merupakan aib dan kehancuran mereka.  

Sebab:  

1.  Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa.  

(1)  “Jika kamu benar-benar tidak tahu-menahu, dosamu tidak 

akan sebesar ini, dan kamu pun tidak akan disuruh mem-

pertanggungjawabkan dosa yang kini harus kamu tang-

gung itu. Sekiranya kamu buta seperti orang-orang bukan-

Yahudi yang malang itu, atau seperti rakyat jelata yang 


 684

kamu tindas dan bodohi itu, kamu dapat dianggap tidak 

berdosa.” Tuhan   tidak memandang lagi zaman kebodohan. 

Kebodohan yang terlalu kuat untuk diatasi, sekalipun tidak 

membenarkan dosa, dapat dimaafkan dan memperkecil ke-

salahan yang dilakukan. Mereka yang pantas binasa kare-

na kurangnya pengertian akan lebih dapat diampuni dari-

pada mereka yang memusuhi terang.  

(2)  “Sekiranya kamu dapat merasakan kebutaanmu, dan jika 

kamu dapat melihat kebutuhanmu akan seseorang untuk 

menuntunmu saat kamu tidak dapat melihat apa-apa, pas-

tilah kamu akan mau menerima Kristus sebagai penuntun-

mu sehingga dengan demikian kamu tidak berdosa lagi, 

kamu akan tunduk kepada kebenaran Injili, dan dibenar-

kan.” Perhatikan, orang yang menjadi sadar akan penyakit 

mereka berarti sedang mengalami proses penyembuhan, 

sebab tidak ada yang lebih menghalangi keselamatan jiwa 

selain keangkuhan akan kemampuan diri sendiri. 

2.  “namun   sebab  kamu berkata: Kami melihat, berarti sebetulnya 

kamu mengetahui segala sesuatu yang diajarkan hukum Tau-

rat, dan sebab  itu dosamu semakin besar. Kamu kini menjadi 

angkuh dengan pengetahuan yang kamu miliki itu, dan meng-

anggap dirimu dapat melihat lebih baik dibandingkan  orang lain. 

Maka tetaplah dosamu. Perkaramu sungguh berat, dan penya-

kitmu tak dapat disembuhkan.” Seperti halnya orang yang 

paling buta yaitu  mereka yang tidak mau melihat, begitulah 

pula kebutaan yang paling berbahaya yaitu  kebutaan mereka 

yang hanya melihat fantasi atau angan-angan mereka saja. 

Tak ada seorang pasien pun yang lebih susah untuk ditangani 

dibandingkan  mereka yang ngotot bahwa mereka baik-baik saja 

dan tidak  ada apa-apa yang mengganggu kesehatan mereka. 

Dosa orang yang memegahkan dan mengandalkan diri sendiri 

akan tetap ada, sebab mereka menolak Injil anugerah. Maka 

kesalahan akibat dosa mereka tidak terampuni. Mereka juga 

menentang Roh anugerah sehingga kuasa dosa mereka tidak 

terpatahkan. Apakah engkau melihat orang yang menganggap 

dirinya bijak itu? Tidakkah Engkau dengar orang-orang Farisi 

berkata, “kami dapat melihat”? Harapan bagi orang bebal, bagi 

pemungut cukai dan wanita  sundal, jauh lebih baik dari-

pada orang seperti itu. 

PASAL 10  

Dalam pasal ini diceritakan tentang:  

I.  Perumpamaan Kristus mengenai diri-Nya sendiri sebagai 

pintu kandang domba dan gembala dari domba-domba itu 

(ay. 1-18).  

II.  Macam-macam pandangan orang mengenai hal itu (ay. 19-

21). 

III.  Perselisihan antara Kristus dengan orang-orang Yahudi di 

Bait Tuhan   pada hari raya Pentahbisan Bait Tuhan   (ay. 22-29).  

IV.  Kepergian-Nya ke daerah pinggiran sesudah  itu (ay. 40-42).  

Gembala yang Baik  

(10:1-18) 

1 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam 

kandang domba dengan tidak melalui pintu, namun   dengan memanjat tembok, 

ia yaitu  seorang pencuri dan seorang perampok; 2 namun   siapa yang masuk 

melalui pintu, ia yaitu  gembala domba. 3 Untuk dia penjaga membuka pintu 

dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dom-

banya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. 4 Jika 

semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan 

domba-domba itu mengikuti dia, sebab  mereka mengenal suaranya. 5 namun   

seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, 

sebab  suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” 6 Itulah yang dikatakan 

Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, namun   mereka tidak mengerti 

apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.7 Maka kata Yesus sekali 

lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba 

itu. 8 Semua orang yang datang sebelum Aku, yaitu  pencuri dan perampok, 

dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. 9 Akulah pintu; barang-

siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar 

dan menemukan padang rumput. 10 Pencuri datang hanya untuk mencuri 

dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempu-

nyai hidup, dan memiliki nya dalam segala kelimpahan. 11 Akulah gembala 

yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-domba-

nya; 12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pe-


 686

milik domba-domba itu sendiri, saat  melihat serigala datang, meninggalkan 

domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-be-

raikan domba-domba itu. 13 Ia lari sebab  ia seorang upahan dan tidak mem-

perhatikan domba-domba itu. 14 Akulah gembala yang baik dan Aku menge-

nal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. 15 sama seperti 

Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-

Ku bagi domba-domba-Ku. 16 Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang 

bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka 

akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan de-

ngan satu gembala. 17 Bapa mengasihi Aku, oleh sebab  Aku memberikan 

nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 18 Tidak seorang pun mengambilnya 

dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. 

Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah 

tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.” 

Tidak dapat dipastikan apakah perkataan di atas terjadi pada hari 

raya Pentahbisan Bait Tuhan   di musim dingin (seperti yang diceritakan 

di ay. 22), yang bisa merupakan waktu berlangsungnya apa yang ter-

jadi sesudah ini dan yang terjadi sebelumnya (dalam ay. 26-27 

Kristus melanjutkan dan menegaskan kiasan-Nya) sehingga tampak 

bahwa perkataan-Nya sesudah ini dan di sini terjadi bersamaan; atau 

mungkin saja hal di atas merupakan kelanjutan dari perseteruan-Nya 

dengan kaum Farisi yang dituliskan dalam bagian terakhir pasal 

sebelumnya. Orang-orang Farisi menentang Kristus dengan memakai 

prinsip berikut ini sebagai dalih mereka, yaitu bahwa mereka yaitu  

gembala-gembala gereja, sedangkan Yesus yaitu  penyusup dan pe-

nyesat sebab  tidak mendapat tugas perutusan dari mereka, dan 

sebab  itu orang banyak wajib menaati mereka dan ikut menentang 

Dia. Untuk menentang dalih mereka, di sini Kristus menggambarkan 

siapa gembala sejati dan siapa gembala palsu, serta membiarkan 

mereka menebak-nebak mereka itu masuk golongan yang mana. 

I.  Di sini ada  sebuah perumpamaan atau perbandingan (ay. 1-

5), yang diambil dari kebiasaan memelihara domba di daerah itu. 

Perbandingan yang dipakai untuk menggambarkan kebenaran 

ilahi harus diambil dari hal-hal yang sudah lazim ditemukan dan 

terasa akrab, supaya hal-hal tentang Tuhan   tidak semakin dika-

burkan oleh sesuatu yang seharusnya menjelaskan hal tersebut. 

Kata pembuka dari perbincangan itu begitu khidmat: Aku berkata 

kepadamu: Sesungguhnya ... Amin, amin. Pernyataan tegas ini 

menunjukkan kepastian dan nilai dari apa yang Ia katakan. Kita 

sering mendengar kata amin diulang dua kali dalam doa-doa dan 

puji-pujian gereja (Mzm. 41:14; 72:19; 89:53). Jika kita ingin kata

Injil Yohanes 10:1-18 

 687 

amin kita diterima di sorga, biarlah kata amin Kristus yang di-

ulang-ulang itu berkuasa di bumi ini. 

1.  Dalam perumpamaan ini ada :  

(1)  Bukti untuk mengenali pencuri dan perampok yang datang 

untuk merusak kawanan domba dan merugikan pemilik-

nya (ay.1). Dia masuk dengan tidak melalui pintu, sebab dia 

tidak memiliki hak untuk masuk, namun   memanjat tembok, 

melewati jendela atau lubang-lubang pada dinding. Betapa 

giatnya orang jahat melakukan kejahatan mereka! Mereka 

akan merencanakan segala sesuatu, menanggung risiko 

apa pun, dan menghadapi bahaya seberat apa pun untuk 

menjalankan usaha jahat mereka itu! Kiranya hal ini mem-

buat kita malu akan kemalasan dan keengganan kita da-

lam melayani Tuhan  .  

(2) Karakter atau sifat yang membedakan pemilik domba yang 

sesungguhnya, yang menyayangi domba-dombanya itu: Ia 

masuk melalui pintu, sebab ia memiliki wewenang untuk itu 

(ay. 2), dan dia datang untuk melakukan kebaikan bagi 

domba-dombanya, atau untuk membalut yang luka dan me-

nguatkan yang sakit (Yeh. 34:16). Domba membutuhkan 

perawatan manusia, dan sebagai balasannya, domba mem-

berikan manfaat bagi manusia (1Kor. 9:7) yaitu, menghasil-

kan bahan pakaian dan makanan bagi mereka yang telah 

melindungi dan memberi mereka makan.  

(3) Jalan masuk yang tersedia bagi sang gembala: Untuk dia 

penjaga membuka pintu (ay. 3). Di zaman dulu, orang-orang 

membangun kandang domba di bagian dalam gerbang ru-

mah mereka untuk menjaga keamanan ternak mereka su-

paya tidak ada seorang pun dapat langsung menyatroni 

kandang mereka selain orang-orang yang dibukakan oleh 

penjaga pintu atau mereka yang diberi kunci pintu oleh 

pemilik rumah.   

(4) Penjagaan dan pemeliharaannya terhadap kawanan dom-

banya. Domba-domba mendengarkan suaranya, yang ia 

perdengarkan kepada mereka saat  mereka mau masuk 

kandang, seperti yang dilakukan orang-orang zaman seka-

rang terhadap anjing dan kuda mereka. Bahkan lebih dari 

itu, ia memanggil dombanya masing-masing menurut nama-


 688

nya, sebab ia benar-benar memperhatikan dan menghitung 

mereka. Ia juga menuntun mereka ke luar dari kandang ke 

padang yang berumput hijau, dan (ay. 4-5) saat ia mem-

bawa domba-domba keluar untuk merumput, dia tidak 

menghalau mereka, melainkan berjalan di depan mereka 

(seperti kebiasaan di zaman itu), untuk mencegah bahaya 

apa pun yang mungkin menghadang domba-domba itu, 

dan sebab  sudah terbiasa dengan cara itu, mereka pun 

mengikutinya, sehingga aman.  

(5) Kepatuhan para domba terhadap gembala mereka itu: Me-

reka mengenali suaranya, seakan-akan suaranya itu dapat 

membuat mereka berpikir dan membedakannya dengan 

suara seorang asing (sebab  lembu pun mengenal pemilik-

nya, Yes. 1:3), dan seorang asing pasti tidak mereka ikuti, 

namun   lari sebab  curiga akan niat buruk. Suara orang 

asing tidak mereka kenal, sebab  mereka tahu pasti bahwa 

itu bukan suara gembala mereka. Itulah perumpamaannya. 

Kita miliki kuncinya itu (Yeh. 34:31): Kamu yaitu  domba-

domba-Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku yaitu  Tuhan  mu. 

2.  Dari perumpamaan tersebut, marilah kita cermati hal-hal beri-

kut:  

(1) Bahwa orang benar dengan tepat diibaratkan sebagai ka-

wanan domba. Manusia, sebagai mahluk ciptaan yang ber-

gantung pada Penciptanya, disebut sebagai kawanan dom-

ba gembalaan-Nya. Orang-orang benar, sebagai ciptaan 

baru, memiliki sifat baik seperti domba, tidak membahaya-

kan dan tidak suka menyerang. Mereka lemah lembut dan 

tenang, tidak gaduh. Panjang sabar layaknya domba di 

tangan pencukur ataupun jagal. Berguna dan menguntung-

kan, jinak dan mudah dituntun, rukun satu sama lain, dan 

banyak dipakai sebagai korban persembahan.  

(2) Gereja Tuhan   di dunia ini yaitu  kandang domba, tempat 

berkumpulnya anak-anak Tuhan   yang tadinya tercerai-berai 

(11:52), supaya mereka dapat disatukan dan dikumpulkan 

di sana. Itu kandang yang baik (Yeh. 34:14; Mi. 2:12). Kan-

dang ini dilindungi dengan baik, sebab Tuhan   sendiri bagai-

kan tembok berapi di sekelilingnya (Za. 2:5).  

Injil Yohanes 10:1-18 

 689 

(3)  Kandang domba itu selalu menghadapi bahaya dari pencuri 

dan perampok, para perayu ulung yang merusak dan me-

nipu, para penganiaya jahat yang menghancurkan dan me-

lahap, serigala-serigala yang ganas (Kis. 20:29). Ada pen-

curi-pencuri yang ingin mencuri domba-domba Kristus dari 

tangan-Nya untuk menjadikan mereka sebagai korban per-

sembahan bagi Iblis. Mereka juga mencuri makanan dom-

ba-domba itu supaya binasa kelaparan. Pencuri-pencuri itu 

yaitu  serigala berbulu domba (Mat. 7:15).  

(4) Gembala Agung akan menjagai domba-domba serta semua 

milik mereka dengan baik. Tuhan   yaitu  gembala yang baik 

(Mzm. 23:1). Dia mengenal mereka yang menjadi milik-Nya 

dan memanggil mereka dengan nama mereka masing-

masing, menandai mereka secara khusus dan menuntun 

mereka ke padang rumput yang subur untuk makan dan 

beristirahat di sana. Dia berkata-kata dengan lembut pada 

mereka, menjaga mereka dengan pemeliharaan-Nya, mem-

bimbing mereka dengan Roh dan firman-Nya, dan berjalan 

di depan mereka untuk membuat jejak kaki-Nya menjadi ja-

lan.   

(5) Para gembala bawahan-Nya, yang telah dipercaya untuk 

memberi makan kawanan gembalaan Tuhan  , harus berhati-

hati dan setia dalam menjalankan kepercayaan tersebut. 

Para penegak hukum harus membela mereka, melindungi 

dan mengutamakan segala kepentingan sekuler (bukan-

rohani) mereka. Para hamba Tuhan harus melayani mereka 

dalam kepentingan rohani mereka, harus memberi makan 

kepada jiwa mereka dengan firman Tuhan   yang diterangkan 

dan dijalankan dengan setia, serta mengawasi mereka de-

ngan melaksanakan ibadah dan ketetapan Injil. Mereka ha-

rus masuk melalui pintu secara resmi, supaya penjaga pun 

bersedia membukakan pintu bagi mereka. Roh Kristus akan 

membukakan pintu bagi mereka dan memberi mereka we-

wenang dalam gereja, serta menanamkan keyakinan iman 

di hati mereka. Mereka harus mengenal nama-nama setiap 

anggota gembalaan mereka dan menjaga mereka, menun-

tun mereka dalam kehidupan bermasyarakat, menjadi pe-

mimpin mereka, serta menjadi juru bicara antara mereka 


 690

dan Tuhan  . Mereka juga harus memberi teladan bagi orang-

orang percaya dalam perkataan dan perilaku mereka. 

(6) Domba-domba Kristus yang sejati akan memperhatikan 

Sang Gembala dan berjaga-jaga terhadap orang asing.  

[1] Mereka mengikuti Sang Gembala, sebab mereka dapat 

mengenal suara-Nya melalui telinga yang dengar-

dengaran dan hati yang taat.   

[2] Mereka lari dari orang asing serta tidak mau mengikuti 

dia, sebab mereka tidak mengenali suaranya. Mengikuti 

sesuatu yang kita tahu bukan suara Kristus dan yang 

mungkin menyeret kita dari iman terhadap-Nya ke kha-

yalan-khayalan palsu mengenai-Nya yaitu  suatu tin-

dakan yang amat berbahaya. Mereka yang telah meng-

alami kuasa dan kekuatan dari kebenaran ilahi di da-

lam jiwa mereka dan telah mengalami keselamatan dan 

kelepasan dalam jiwa mereka, akan memiliki hikmat 

yang luar biasa untuk mengenali segala tipu daya Iblis 

dan mampu membedakan yang baik dan yang jahat.   

II. Ketidaktahuan orang-orang Yahudi mengenai arah dan makna 

percakapan itu (ay. 6): Itulah yang dikatakan Yesus dalam perum-

pamaan kepada mereka, yaitu suatu perkataan kiasan yang bijak, 

agung, dan penuh pengajaran, namun   mereka tidak mengerti apa 

maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka, mereka tidak me-

nyadari siapa yang dimaksudkan-Nya sebagai pencuri dan peram-

pok ataupun siapa Gembala yang baik itu. Hal seperti itu menjadi 

dosa dan aib bagi banyak orang yang mendengar perkataan 

Kristus namun   tidak memahaminya. Mereka tidak memahaminya 

sebab  memang mereka tidak mau, dan sebab  salah mengarti-

kannya. Mereka sama sekali tidak mengenal atau mampu menge-

cap hal-hal seperti itu, sehingga mereka pun tidak bisa mengerti 

perumpamaan dan perbandingan yang digunakan untuk menje-

laskannya. Orang-orang Farisi sering menyombongkan pengeta-

huan mereka sehingga mereka tidak tahan bila ada orang yang 

mempertanyakan pengetahuan mereka tersebut, namun   mereka 

justru tidak cukup pandai untuk mengerti perkara-perkara yang 

dibicarakan Yesus, sebab hal-hal itu di luar jangkauan pikiran 

mereka. Para pembual yang sok tahu justru sering kali merupa-

Injil Yohanes 10:1-18 

 691 

kan yang terbodoh dalam mengetahui perkara-perkara mengenai 

Tuhan  .  

III. Penjelasan Kristus mengenai perumpamaan ini, dengan membu-

kakan hal-hal istimewa yang ada di dalamnya secara keseluruh-

an. Betapapun sulitnya hal-hal yang terkandung dalam perkataan 

Tuhan Yesus, kita akan selalu mendapati-Nya siap sedia untuk 

menjelaskan hal-hal itu, asalkan kita bersedia untuk memahami-

Nya.  Kita akan mendapati bahwa firman-firman itu saling menje-

laskan satu sama lain, dan Roh yang agung akan menjadi peno-

long dalam memahami Yesus yang agung. Dalam perumpamaan 

itu, Kristus membedakan sang gembala dari perampok melalui 

caranya masuk, yaitu melalui pintu. Nah, dalam penjelasan per-

umpamaan itu, Ia menjadikan diri-Nya sebagai Pintu yang mela-

lui-Nya gembala masuk, sekaligus sebagai Sang Gembala sendiri 

yang masuk melalui pintu. Meskipun mengibaratkan satu orang 

yang sama menjadi pintu dan sekaligus gembala tampak terdengar 

aneh bagi bahasa manusia, namun   secara ilahi tidaklah aneh un-

tuk membuat Kristus memiliki wewenang yang berasal dari diri-

Nya sendiri, sebab  Dia memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri. 

Tidaklah aneh bagi Dia untuk menjadikan diri-Nya sendiri sebagai 

pintu, untuk dimasuki oleh darah-Nya sendiri ke dalam tempat 

yang kudus.  

1.  Kristus yaitu  pintu itu. Hal ini dikatakan-Nya kepada mereka 

yang berpura-pura mencari kebenaran, namun  , seperti pendu-

duk Sodom, mereka mencari-cari pintu dengan percuma, di 

tempat yang tidak seharusnya. Dia mengatakan hal ini kepada 

orang-orang Yahudi yang dianggap sebagai satu-satunya ka-

wanan domba Tuhan  , dan juga kepada orang-orang Farisi yang 

dianggap sebagai satu-satunya gembala bagi orang-orang 

Yahudi itu: Akulah pintu ke kandang domba-domba itu, pintu 

jemaat.  

Ini berarti: 

(1)  Secara umum: 

[1] Dia yaitu  pintu penghalang yang merintangi pencuri 

dan perampok. Orang-orang yang demikian tidak diper-

kenankan masuk. Pintu ditutup untuk mengamankan 

rumah. Adakah hal lain yang lebih mampu mengaman-


 692

kan gereja Tuhan   dari musuh selain campur tangan Tu-

han Yesus, hikmat, kuasa, dan kebaikan-Nya?    

[2] Dia juga yaitu  pintu yang terbuka, untuk dilalui dan 

untuk menjalin hubungan.  

Pertama, melalui Kristus sebagai pintu, kita dapat 

masuk dan bergabung dengan kawanan domba Tuhan   

(14:6). 

Kedua, kita keluar dan masuk ke dalam percakapan 

rohani dengan dibantu oleh-Nya, diterima oleh-Nya, dan 

bermegah di dalam nama-Nya (Za. 10:12).  

Ketiga, melalui Kristus, Tuhan   datang menghampiri 

dan melawat gereja-Nya, serta mengungkapkan diri-Nya 

kepadanya.  

Keempat, melalui Dia, sebagai pintu, para domba 

akhirnya dapat memasuki kerajaan Sorga (Mat. 25:34).  

(2)  Secara khusus: 

[1] Kristus yaitu  pintu bagi para gembala, sehingga siapa 

pun yang tidak masuk melalui Dia tidak akan dianggap 

sebagai gembala jemaat, melainkan (sesuai dengan per-

aturan yang telah ditetapkan dalam ay. 1) pencuri dan 

perampok (meskipun mereka menyamar sebagai gem-

bala), dan domba-domba itu tidak mendengar mereka. 

Hal ini merujuk pada semua orang yang memiliki kedu-

dukan sebagai pemimpin di Israel, baik itu penguasa 

hukum ataupun pembesar gereja yang menjalankan 

tugas mereka tanpa ada hubungannya dengan Mesias 

atau yang tidak memiliki pengharapan-pengharapan 

mengenai Dia selain demi kepentingan lahiriah mereka 

saja. Perhatikan:  

Pertama, ciri yang dilekatkan pada mereka: mereka 

yaitu  pencuri dan perampok (ay. 8). Dari semua orang 

yang datang sebelum Dia, tidak pada waktunya, banyak 

merupakan gembala-gembala yang setia, namun   semua 

orang yang menanti-nanti tugas perutusan-Nya namun   

pergi sebelum diutus oleh-Nya (Yer. 23:21), yang merasa 

diri lebih hebat dan lebih berkuasa dibandingkan  Dia, 

mereka itu seperti yang dikatakan mengenai Antikris-

tus: meninggikan dirinya sendiri (2Tes. 2:4). “Ahli-ahli 

Injil Yohanes 10:1-18 

 693 

Taurat dan orang-orang Farisi, serta imam-imam ke-

pala, semuanya, bahkan sebanyak yang telah datang 

sebelum Aku, yang telah berupaya merintangi kepen-

tingan-Ku dan mencegah-Ku memperoleh tempat di be-

nak orang-orang dengan terlebih dahulu mencekoki me-

reka dengan prasangka-prasangka buruk tentang Aku, 

mereka semua yaitu  pencuri dan perampok. Mereka 

mencuri jiwa-jiwa yang atasnya mereka tidak berhak, 

dengan membawa pergi harta dari pemilik yang sebe-

narnya.” Sebelumnya mereka mendakwa Juruselamat 

kita sebagai pencuri dan perampok, sebab Dia tidak 

datang melalui mereka sebagai pintu masuk dan tidak 

minta izin mereka terlebih dahulu. Akan namun  , seka-

rang Ia menunjukkan bahwa merekalah yang seharus-

nya menerima amanat dari-Nya, yang diberi izin oleh 

Dia, dan harus diutus oleh-Nya. Dan kini, sebab mereka 

tidak melakukan semua itu, melainkan melangkah men-

dahului Dia, maka merekalah pencuri dan perampok 

yang sesungguhnya. Mereka tidak mau masuk sebagai 

murid-murid-Nya, jadi mereka didakwa sebagai penyu-

sup, dan tugas palsu mereka itu dinyatakan tidak sah 

dan ditiadakan. Perhatikan, musuh-musuh yang ber-

saing dengan Kristus merupakan perampok bagi gereja-

Nya, betapapun mereka berpura-pura menjadi gembala, 

ataupun gembala di atas segala gembala. 

Kedua, Domba-domba dilindungi dengan hati-hati 

dari ancaman mereka: dan domba-domba itu tidak men-

dengarkan mereka. Orang-orang yang benar-benar sa-

leh, yang rohani dan kudus serta sungguh-sungguh 

mengabdi kepada Tuhan   dan kekudusan-Nya, pasti tidak 

akan menyetujui adat istiadat dari para penatua, atau-

pun menyukai tata cara ibadah mereka yang tidak ada 

isi rohaninya. Murid-murid Kristus, tanpa harus diajari 

lagi dengan serinci-rincinya, tidak keberatan untuk ma-

kan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, atau meme-

tik jagung pada hari Sabat. Sebab, tidak ada yang lebih 

menentang Kekristenan yang sejati selain dibandingkan  sifat 

orang Farisi, dan tak ada yang lebih memuakkan jiwa 

orang saleh selain dari ibadah mereka yang munafik.  


 694

[2] Kristus yaitu  pintu bagi domba-domba itu (ay. 9): ba-

rangsiapa masuk ke dalam kandang, melalui Aku (di 

emou – melalui Aku sebagai pintu) sebagai salah satu 

dari kawanan domba itu, ia akan selamat. Bukan saja 

selamat dari pencuri dan perampok, namun   juga akan 

berbahagia, dia akan masuk dan keluar dari sana. Di 

sini ada :  

Pertama, petunjuk yang jelas tentang cara masuk ke 

dalam kandang: Kita harus masuk melalui Yesus Kristus 

sebagai pintunya. Melalui iman terhadap-Nya, sebagai 

Sang Perantara Agung antara Tuhan   dan manusia, kita 

masuk ke dalam kovenan dan persekutuan dengan 

Tuhan  . Tidak ada jalan lain untuk masuk ke dalam gere-

ja Tuhan   selain dengan memasuki gereja Kristus. Juga, 

tidak ada seorang pun yang akan dianggap sebagai ang-

gota kerajaan Tuhan   kecuali mereka yang bersedia tun-

duk kepada anugerah dan pemerintahan Sang Penebus. 

Kini kita harus masuk melalui pintu iman (Kis. 14:27), 

sebab  pintu ketidakberdosaan telah ditutup dan mus-

tahil bagi kita untuk dapat melaluinya (Kej. 3:24).  

Kedua, janji-janji berharga yang diberikan kepada 

mereka yang mematuhi petunjuk tersebut.  

1.  Mereka akan selamat. Inilah hak istimewa yang akan 

mereka dapatkan di rumah mereka. Domba-domba 

itu akan selamat dari ancaman, dan dilindungi oleh 

keadilan ilahi dari pelanggaran-pelanggaran yang te-

lah mereka lakukan, dan Sang Gembala Agung me-

reka akan memulihkan mereka dari segala kerusak-

an. Mereka juga selamat dari incaran singa yang 

mengaum-aum. Mereka akan berbahagia untuk sela-

manya.  

2.  Sementara itu, mereka akan masuk dan keluar dan 

menemukan padang rumput. Ini yaitu  hak istimewa 

mereka selama ada di perjalanan. Mereka akan ber-

buat ini itu di dunia ini oleh kasih karunia Kristus, 

tinggal di kandang-Nya seperti seorang yang berada 

di rumahnya sendiri, bebas masuk keluar sesuka 

hati. Orang-orang yang percaya dengan sungguh-

Injil Yohanes 10:1-18 

 695 

sungguh merasa seperti di rumah sendiri saat mere-

ka ada di dalam Kristus. Saat mereka pergi ke luar, 

mereka tidak terkunci seperti seorang asing, namun   

bebas untuk masuk kembali. Saat mereka masuk, 

mereka tidak dikurung seperti seorang pelanggar hu-

kum, namun bebas untuk keluar. Mereka pergi ke 

ladang setiap pagi dan pulang ke kandang saat ma-

lam, dan baik di ladang maupun di kandang, Sang 

Gembala selalu menuntun dan menjagai mereka, 

dan di kedua tempat itu pula mereka selalu mene-

mukan padang rumput: rumput di ladang, jerami di 

kandang. Mereka selalu memiliki firman Tuhan   untuk 

dipercakapkan, baik di depan umum maupun secara 

pribadi, sehingga kehidupan rohani mereka ditopang 

dan diberi makanan bergizi, sehingga kerinduan jiwa 

mereka yang mulia itu terpuaskan. Mereka dipenuhi 

dengan kebaikan di rumah Tuhan   yang berkelimpah-

an.  

2.  Kristus yaitu  gembala (ay. 11 dst). Dalam Perjanjian Lama, 

Dia dinubuatkan sebagai gembala (Yes. 40:11; Yeh. 34:23; 

37:24; Za. 13:7). Dalam Perjanjian Baru, Ia dinubuatkan seba-

gai Gembala Agung (Ibr. 13:20; 1Ptr. 5:4), Gembala dan peme-

lihara jiwa kita (1Ptr. 2:25). Tuhan  , sang pemilik kita yang 

agung, pemilik padang rumput yang telah menciptakan kita 

sebagai domba-domba-Nya, telah menetapkan Anak-Nya Yesus 

sebagai gembala kita, dan di sini berulang kali Ia mengakui 

hubungan itu. Dia memelihara gereja-Nya dan setiap orang 

percaya seperti seorang gembala yang baik memperlakukan 

domba-domba gembalaannya. Namun, Ia juga menuntut per-

hatian dan ketaatan dari gereja-Nya dan dari setiap orang per-

caya sebagaimana yang biasanya dikehendaki gembala di dae-

rah-daerah Israel waktu itu dari kawanan domba mereka.  

(1) Kristus yaitu  gembala, dan bukan pencuri, bukan seperti 

orang yang masuk dengan tidak melalui pintu.  

Perhatikanlah: 

[1] Rencana jahat si pencuri (ay. 10): Pencuri tidak datang 

dengan maksud baik, melainkan untuk mencuri, mem-

bunuh, dan membinasakan. 


 696

Pertama, korban yang mereka curi, yang hati dan 

kasih sayangnya mereka curi dari Kristus dan padang 

rumput-Nya, kehidupan rohaninya akan mereka bunuh 

dan binasakan, sebab ajaran palsu yang mereka susup-

kan itu benar-benar jahat. Mereka yang menipu jiwa 

yaitu  pembunuh jiwa-jiwa itu. Mereka yang mencuri 

firman dengan menahannya dalam mulut yang tidak di-

kenal, yang mencuri sakramen dengan merusaknya dan 

mengubah kepemilikannya, yang menggantikan kete-

tapan Kristus dengan rekaan mereka sendiri, mereka 

membunuh dan membinasakan. Ketidaktahuan dan pe-

nyembahan berhala merupakan hal-hal yang menghan-

curkan. 

Kedua, orang-orang yang tidak bisa mereka curi, 

yang tidak mampu mereka buai, cekoki, dan pengaruhi 

supaya menjauh dari kawanan gembalaan Kristus, akan 

mereka jadikan sasaran penganiayaan dan penjagalan 

untuk tubuhnya mereka bunuh dan binasakan. Orang 

yang tidak dirampok ada dalam bahaya dibunuh.  

[2] Rancangan gembala yang penuh anugerah. Dia datang:  

Pertama, untuk memberikan kehidupan kepada dom-

ba-domba. Berlawanan dengan rancangan si pencuri, 

yaitu untuk membunuh dan membinasakan (yang juga 

rancangan dari para ahli Taurat dan orang-orang Farisi), 

Kristus berkata, “Aku datang di antara manusia”: 

1.  Supaya mereka memiliki  hidup. Dia datang untuk 

menaruh kehidupan dalam kawanan domba-Nya, 

yaitu gereja secara umum, yang kelihatannya lebih 

seperti lembah yang dipenuhi tulang belulang kering 

dibandingkan  padang rumput yang dijejali domba-domba 

gembalaan. Kristus datang untuk menegakkan kebe-

naran-kebenaran ilahi, memurnikan ketetapan-kete-

tapan ilahi, membenahi ketidakadilan, dan mem-

bangkitkan kembali semangat yang mati, dan untuk 

mencari domba-domba yang terhilang dari kawanan-

Nya, serta untuk membalut yang terluka (Yeh. 34:6). 

Bagi gereja-Nya, semuanya ini bagaikan hidup dari 

kematian. Dia datang untuk memberikan hidup, khu-

Injil Yohanes 10:1-18 

 697 

susnya bagi orang-orang percaya. Kehidupan menca-

kup segala sesuatu yang baik, dan berlawanan de-

ngan maut yang mengancam (Kej. 2:17), supaya kita 

memiliki  hidup, seperti seorang penjahat dibebas-

kan dari hukuman, seperti orang sakit disembuh-

kan, seperti orang mati dibangkitkan. Juga, supaya 

kita dibenarkan, dikuduskan, dan akhirnya dimulia-

kan.  

2. Supaya mereka memiliki nya dalam segala kelim-

pahan, kai perisson echōsin. Sebagaimana kita baca, 

pernyataan itu bersifat membandingkan, yaitu supa-

ya mereka memiliki hidup yang lebih melimpah di-

bandingkan kehidupan yang telah hilang dan diram-

pas oleh dosa, lebih berkelimpahan dibandingkan  hidup 

yang dijanjikan oleh hukum Musa, lebih dari hari-

hari yang dihabiskan di Kanaan, lebih melimpah 

dibandingkan  yang dapat diharapkan, lebih dari yang kita 

bisa minta atau sanggup bayangkan. Akan namun  , 

pernyataan itu juga dapat diartikan tanpa mema-

sukkan unsur perbandingan, yaitu supaya mereka 

menjadi berkelimpahan, atau memilikinya dalam se-

gala kelimpahan. Kristus datang untuk memberi 

hidup dan perisson ti – sesuatu yang lebih, sesuatu 

yang lebih baik, yaitu hidup dengan segala keun-

tungan, supaya di dalam Kristus kita bukan saja ha-

nya hidup, namun   juga hidup dengan nyaman, hidup 

dengan melimpah, hidup dan bersukacita. Hidup 

dalam kelimpahan yaitu  hidup yang abadi, yaitu 

hidup tanpa maut atau ketakutan terhadapnya, 

kehidupan dengan segala berkat lain yang melimpah. 

Kedua, untuk memberikan nyawa-Nya bagi domba-

domba-Nya, dan dengan begitu, Ia memberikan hidup 

kepada mereka (ay. 11): Gembala yang baik memberikan 

nyawanya bagi domba-dombanya.  

1.  Ciri setiap gembala yang baik yaitu  untuk menan-

tang bahaya dan mempertaruhkan nyawanya demi 

kawanan dombanya. Yakub juga begitu, saat ia 

harus kelelahan menjaga mereka (Kej. 31:40). Begitu 


 698

pula Daud, saat ia harus membunuh singa dan ber-

uang. Gembala yang demikian bagi jiwa-jiwa yaitu  

Rasul Paulus, yang dengan senang hati berkorban 

dan berletih-letih demi melayani domba-dombanya, 

dan tidak segan mengorbankan nyawanya sendiri 

demi keselamatan mereka. Akan namun  ,  

2.  Memberikan nyawa sebagai tebusan bagi kawanan 

gembala-Nya merupakan hak istimewa yang hanya 

dimiliki Sang Gembala Agung (Kis. 20:28), untuk 

menebus pelanggaran mereka dan menumpahkan 

darah untuk membersihkan dan menyucikan mere-

ka.   

(2) Kristus yaitu  gembala yang baik, dan bukan sekadar 

gembala upahan. Ada banyak orang yang bukan pencuri 

dan tidak berniat membunuh dan membinasakan domba-

domba, sehingga mereka pun menjadi gembala, namun   me-

reka sangat sembrono dalam menjalankan tugas mereka 

dan sebab nya, domba-domba mereka pun banyak yang 

terluka. Mereka yaitu  para gembala yang pandir (Za. 

11:15, 17).  

Berlawanan dengan mereka:  

[1] Kristus di sini menamakan diri-Nya sebagai gembala 

yang baik (ay. 11), dan lagi (ay. 14) ho poimen ho kalos – 

gembala itu, gembala yang baik itu, yang telah Tuhan   jan-

jikan. Perhatikan, Yesus Kristus yaitu  gembala terbaik 

di atas segala gembala, yang terbaik di dunia yang men-

jaga jiwa-jiwa. Tak ada seorang pun yang secakap, sese-

tia dan selembut Dia, tidak ada pemelihara, pemimpin, 

pelindung dan pemulih jiwa-jiwa yang seperti Dia. 

[2]  Ia membuktikan diri-Nya benar demikian, yang berla-

wanan dengan sikap para upahan (ay. 12-14).  

Perhatikanlah di sini: 

Pertama, kecerobohan para gembala yang tidak setia 

itu digambarkan di sini (ay. 12-13). Seorang upahan 

yang disewa sebagai hamba dan dibayar atas usahanya 

itu, yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, yang 

tidak mendapat keuntungan atau kerugian dari mereka, 

saat  melihat serigala datang ataupun mara bahaya 

Injil Yohanes 10:1-18 

 699 

lainnya yang mengancam, meninggalkan domba-domba-

nya begitu saja untuk diterkam serigala, sebab  sesung-

guhnya memang ia tidak peduli dengan domba-domba 

itu. Dengan jelas penggambaran ini merujuk kepada 

gembala yang pandir (Za. 11:17). Di sini, para gembala 

jahat, yakni para pembesar hukum dan pelayan-pelayan 

jemaat digambarkan sesuai dengan prinsip atau pe-

gangan hidup dan perilaku mereka yang buruk.  

a.  Prinsip atau pegangan hidup mereka yang buruk ada-

lah akar dari perilaku mereka yang jahat. Apa yang 

membuat mereka yang dipercaya untuk menjaga 

jiwa-jiwa, mengkhianati kepercayaan itu pada masa-

masa sukar, dan tidak peduli dengan kepercayaan 

itu di waktu-waktu yang tenang? Apa yang membuat 

mereka begitu palsu, dangkal dan mementingkan 

diri sendiri? Semuanya sebab  mereka hanyalah 

upahan saja dan tidak peduli dengan domba-domba.  

Artinya:  

(a) Kekayaan dunia inilah yang menjadi incaran uta-

ma mereka, sebab mereka hanya upahan saja. 

Mereka menjalankan tugas sebagai seorang gem-

bala hanya untuk mencari nafkah hidup dan 

menjadi kaya saja, dan bukannya sebagai kesem-

patan untuk melayani Kristus dan berbuat baik. 

Cinta akan uang dan perut sendiri yang mem-

buat mereka mau terus melakukan semuanya 

itu. namun  , bukan berarti orang yang melayani di 

mezbah Tuhan   dan hidup nyaman sebab nya ada-

lah upahan juga, sebab seorang pengerja layak 

mendapat makanannya, dan sebaliknya, kecu-

rangan dalam hal materi akan mencemari pela-

yanan dengan segera. Para upahan yaitu  mere-

ka yang lebih mencintai upah dibandingkan  pekerjaan 

mereka, dan hati mereka lebih terpaut kepada hal 

yang pertama, seperti yang memang sering diper-

buat oleh para upahan yang tadi diceritakan itu 

(Ul. 24:15; 1Sam. 2:29; Yes. 56:11; Mi. 3:5, 11).  


 700

(b) Mereka tidak begitu mengindahkan pekerjaan 

mereka. Mereka tidak menganggap domba-domba 

itu berharga, tidak memedulikan jiwa-jiwa orang 

lain. Yang mereka utamakan yaitu  bagaimana 

menjadi tuan atas saudara-saudara mereka, bu-

kannya menjadi pemelihara atau penolong bagi 

mereka. Mereka mencari kepentingan mereka ma-

sing-masing, dan tidak seperti Timotius yang be-

gitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepen-

tingan jiwa-jiwa. Jadi, apalah yang dapat diha-

rapkan dari mereka selain melarikan diri saat 

serigala datang? Seorang upahan tidak memper-

hatikan domba-domba, sebab dia bukanlah pemi-

lik domba-domba itu sendiri. Dalam satu hal, kita 

memang dapat mengatakan bahwa domba-domba 

bukanlah milik para gembala yang ditugaskan 

menjagai mereka, sebab mereka tidak memiliki 

kuasa atas domba-domba itu (gembalakanlah 

domba-dombaku, kata Kristus), namun dalam hal 

lain, yang berkaitan dengan kasih sayang, dom-

ba-domba itu harus seperti milik mereka sendiri. 

Paulus juga menganggap orang-orang yang ia 

gembalakan sebagai miliknya sendiri, yang ia se-

but sebagai saudara-saudara yang ia kasihi dan 

rindukan. Orang-orang yang tidak mementingkan 

kebaikan gereja dan menjadikannya sebagai ke-

pentingan mereka, tidak akan bertahan lama da-

lam bersikap setia terhadapnya.  

b. Perilaku jahat mereka, yang merupakan akibat dari 

prinsip atau pegangan hidup mereka yang buruk 

(ay. 12).  

Lihatlah di sini:  

(a)  Betapa pengecutnya tindakan si upahan itu. Dia 

mengabaikan tugasnya begitu saja saat melihat 

serigala datang. Saat domba-domba sangat mem-

butuhkannya, ia malah lari meninggalkan mere-

ka. Perhatikan, orang-orang yang lebih memen-

tingkan keselamatan diri sendiri dibandingkan  tugas-

Injil Yohanes 10:1-18 

 701 

nya akan menjadi mangsa empuk bagi godaan 

Setan.  

(b) Betapa parah dampak yang ditimbulkannya! Si 

orang upahan berkhayal bahwa domba-domba 

itu bisa melindungi diri mereka sendiri, namun 

kenyataannya tidak begitu: serigala itu menerkam 

dan mencerai-beraikan domba-domba, dan cela-

kalah kawanan domba itu. Dan, akibat itu akan 

ditanggungkan kepada si gembala yang tidak se-

tia tadi. Darah jiwa-jiwa yang binasa akan ditun-

tut dari tangan para penjaga yang sembrono.  

Kedua, Lihatlah di sini kasih karunia dan kelembut-

an seorang gembala yang baik dibandingkan dengan 

gembala sebelumnya. Hal ini seperti yang ada  da-

lam nubuatan Yehezkiel 34:21-22 dst.): Akulah gembala 

yang baik. Ini sungguh merupakan penghiburan bagi 

gereja dan sahabat-sahabatnya, yaitu bahwa, betapa-

pun ia telah dirusak dan terancam bahaya oleh sebab  

pengkhianatan dan keteledoran para pengurusnya, 

Tuhan Yesus masih dan akan tetap menjadi Gembala 

yang baik, seperti yang selama ini telah Ia tunjukkan. 

Berikut yaitu  dua contoh besar dari kebaikan Sang 

Gembala. 

a.  Dia sangat mengenal kawanan domba-Nya, terma-

suk semua yang menjadi bagian atau yang berkaitan 

dengan kawanan itu, yang dapat dibedakan menjadi 

dua macam, dan keduanya diketahui oleh Dia:  

(a) Dia mengenal semua yang kini termasuk kawan-

an gembalaan-Nya (ay. 14-15), sebagai gembala 

yang baik (ay. 3-4):  Aku mengenal domba-domba-

Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. Perhati-

kan, ada pengenalan timbal balik antara Kristus 

dan orang-orang percaya sejati. Mereka saling 

mengenal satu sama lain dengan sangat baik, 

dan saling mengasihi.  

[a] Kristus mengenal domba-domba-Nya. Dia da-

pat membedakan dengan jeli mana yang ter-

masuk domba-domba-Nya dan mana yang 


 702

bukan. Dia mampu mengenali domba-domba 

meskipun keadaan mereka begitu nelangsa, 

dan mampu membedakan mereka dari kam-

bing-kambing yang menyamar dengan cer-

matnya. Dengan hati yang senang Dia menge-

nali domba-domba yang benar-benar yaitu  

milik-Nya. Dia tahu keadaan mereka, sung-

guh peduli dengan mereka, memperhatikan 

mereka dengan kasih dan kelemahlembutan, 

serta selalu memikirkan mereka dalam doa 

syafaat yang Ia panjatkan di tempat kudus. 

Dengan melimpahnya Dia melawat mereka 

oleh Roh-Nya dan bersekutu dengan mereka. 

Dia mengenal mereka, artinya, Dia mengakui 

dan menerima mereka (Mzm. 1:6; 37:18; Kel. 

33:17).  

[b] Domba-domba pun mengenal-Nya. Ia meng-

amati mereka dengan mata yang penuh anu-

gerah, dan mereka pun melihat Dia dengan 

mata iman. Kristus mengenal domba-domba-

Nya bahkan sebelum mereka mengenal Dia, 

sebab Dia terlebih dahulu mengenal dan me-

ngasihi kita (1Yoh. 4:19). Yang menjadi keba-

hagiaan kita terutama yaitu  sebab  penge-

nalan-Nya akan kita dan bukan pengenalan 

kita akan Dia (Gal. 4:9). Walaupun demikian, 

ciri domba-domba milik Kristus itu yaitu  

bahwa mereka mengenal Dia. Mereka dapat 

membedakan-Nya dari para pembohong dan 

penyusup. Mereka mengenal jalan pikiran-

Nya, mengenal suara-Nya, mengenal kuasa 

kematian-Nya melalui pengalaman pribadi.   

Di sini Kristus berbicara seakan-akan Ia di-

muliakan melalui pengenalan domba-domba-

Nya, dan menganggap sikap hormat mereka 

itu sebagai kehormatan bagi-Nya. Dalam ke-

sempatan ini, Kristus juga menyebutkan (ay. 

15) hubungan timbal balik antara Ia dan 

Bapa-Nya: sama seperti Bapa mengenal Aku, 

Injil Yohanes 10:1-18 

 703 

Aku pun mengenal Bapa. Nah, pernyataan ini 

dapat diartikan demikian,  

Pertama, sebagai dasar dari kekariban 

yang terjadi antara Kristus dan para orang 

percaya. Kovenan anugerah, yang merupakan 

pengikat hubungan ini, dibentuk dalam kove-

nan penebusan antara Bapa dan Anak, yang 

kita boleh yakin teguh berlaku. Sebab, Bapa 

dan Anak saling memahami dengan sempur-

na mengenai perkara ini, dan tidak mungkin 

ada kesalahan di antara keduanya yang bisa 

menimbulkan ketidakpastian dan yang mem-

bahayakan kovenan itu. Tuhan Yesus tahu 

siapa yang telah Ia pilih, dan Ia mempercayai 

mereka (13: 18), dan mereka juga tahu kepada 

siapa mereka percaya, dan yakin akan Dia 

(2Tim. 1:12). Dan dasar yang melandasi 

kepercayaan timbal balik keduanya yaitu  

pengetahuan timbal balik yang sempurna an-

tara Bapa dan Anak terhadap pikiran masing-

masing, yang terjadi saat  permufakatan ten-

tang damai ada di antara mereka berdua. 

Atau,  

Kedua, sebagai majas perumpamaan yang 

tepat yang menggambarkan keintiman antara 

Kristus dan orang-orang percaya. Hal tersebut 

mungkin berhubungan erat dengan perkataan 

sebelumnya, yaitu: Aku mengenal domba-dom-

ba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku, 

sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku me-

ngenal Bapa (bdk. 17:21), 1. Sama seperti 

Bapa mengenal Anak, mengasihi-Nya dan 

mengakui-Nya dalam segala penderitaan-Nya 

saat Ia dibawa ke pembantaian seperti seekor 

domba, begitu pula Kristus mengenal domba-

domba-Nya dan selalu memperhatikan mere-

ka dengan saksama, menyertai mereka waktu 

mereka ditinggalkan sendirian, sebagaimana 

Bapa-Nya selalu menyertai Dia. 2. Sebagai-


 704

mana Anak mengenal Bapa, mengasihi dan 

menaati-Nya, serta melakukan segala hal 

yang menyenangkan hati-Nya, tetap menaruh 

kepercayaan kepada-Nya sebagai Tuhan  -Nya 

bahkan saat Ia sepertinya telah meninggalkan 

Dia, begitu pula orang-orang percaya yang 

mengenal Kristus tetap memandang Dia da-

lam iman dan ketaatan.  

(b) Ia mengenal mereka yang nantinya akan menjadi 

kawanan domba-Nya juga (ay. 16): Ada lagi pada-

Ku domba-domba lain, yang punya hak dan ke-

pentingan yang sama dalam Gereja Yahudi, namun   

yang bukan dari kandang ini. Domba-domba itu 

harus Kutuntun juga.  

Perhatikanlah:  

[a] Perhatian yang Kristus berika