Yohanes-1-16 18

Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 18. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yohanes-1-16 18. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2025

Yohanes-1-16 18



  kera-

sukan setan?” namun   inilah cara orang yang diliputi kebencian, 

pertama menancapkan tuduhan yang menyakitkan, kemudian 

memancing bukti untuk membenarkan tuduhan itu: Sekarang 

kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Seandainya Dia 

memang belum memberikan begitu banyak bukti bahwa Dia 

yaitu  Guru yang diutus Tuhan  , maka kehidupan kekal yang 

dijanjikan-Nya kepada para pengikut-Nya yang mudah dibujuk 

itu pantaslah untuk diolok-olok, dan maksud baik-Nya itu 

hanya akan membuat para pengikut-Nya itu sebagai orang-

orang gila yang sedang berkhayal. Namun, ajaran-Nya jelas-

jelas bersifat ilahi, dan mujizat-mujizat-Nya meneguhkan ke-

nyataan itu. Agama Yahudi pun mengajar mereka untuk 

mengharapkan nabi yang seperti itu, dan untuk percaya kepa-

danya. Oleh sebab  itu, mereka yang menolak-Nya seperti itu 

berarti mengabaikan janji yang dinantikan oleh kedua belas 

suku mereka (Kis. 26:7).         

2. Alasan dan tuduhan palsu mereka kemukakan untuk meng-

hantam Dia. Singkatnya, mereka memandang-Nya bersalah 

atas suatu kesombongan yang tidak dapat ditahan lagi, sebab  

Dia membuat diri-Nya lebih besar dibandingkan  Abraham dan nabi-

nabi: Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, mereka 

pun mati. Sungguh benarlah mereka berkata begitu, dan 

dengan tanda yang sama pula tampak jelas bahwa orang-

orang Yahudi ini benar-benar keturunan asli orang-orang yang 

membunuh nabi-nabi itu.  


 598

Sekarang, mari kita lihat:  

(1) Memang benar bahwa Abraham dan nabi-nabi yaitu  

orang-orang besar, besar di hadapan Tuhan  , dan besar da-

lam pandangan semua orang baik.  

(2) Memang benar bahwa mereka menuruti firman Tuhan  , dan 

patuh terhadapnya. Namun,  

(3) Juga benar bahwa mereka telah mati. Mereka tidak pernah 

mengaku memiliki, apalagi memberikan, kekekalan, namun   

setiap orang menurut aturannya sendiri dikumpulkan ke-

pada kaum leluhurnya. yaitu  kehormatan bagi mereka 

bahwa mereka mati di dalam iman, namun mereka tetap 

harus mati. Mengapa orang baik harus takut mati, semen-

tara Abraham sendiri telah mati, dan demikian juga dengan 

nabi-nabi? Mereka telah meninggalkan jejak di lembah yang 

gelap itu, dan ini haruslah mendamaikan kita dengan ke-

matian, dan membantu menyingkirkan kengeriannya. Se-

karang mereka berpikir bahwa Kristus hanya mengoceh 

saat  Dia berkata, “Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia 

tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya” (KJV: 

“ia tidak akan mengecap maut sampai selama-lamanya” – 

pen.). Mengecap maut sama artinya dengan melihatnya. 

Dan baiklah kalau maut digambarkan sebagai sesuatu 

yang mengerikan bagi sejumlah indra manusia, sebab maut 

memang merupakan kehancuran bagi semua indra itu.  

Nah, bantahan mereka didasarkan atas dua kesalahan:  

[1]  Mereka menyangka Kristus berbicara tentang kekekalan 

di dunia ini, dan inilah kesalahan mereka. Dalam peng-

ertian perkataan Kristus, tidaklah benar bahwa Abra-

ham dan nabi-nabi telah mati, sebab Tuhan   tetaplah Tuhan   

Abraham dan Tuhan   para nabi yang kudus (Why. 22:6, 

terjemahan KJV – pen.). Nah, Tuhan   bukanlah Tuhan   orang 

mati, melainkan Tuhan   orang hidup. Oleh sebab  itu, 

Abraham dan nabi-nabi pun masih hidup, dan, seperti 

yang dimaksudkan Kristus, mereka tidak melihat atau-

pun mengecap maut.  

[2] Mereka menyangka tidak ada yang bisa lebih besar dari-

pada Abraham dan nabi-nabi, padahal mereka pasti su-

dah mengetahui bahwa Mesias akan lebih besar dari-

Injil Yohanes 8:51-59 

 599 

pada Abraham atau nabi-nabi mana pun. Mereka telah 

berbuat baik, namun   Dia melebihi mereka semua, bah-

kan, mereka mendapatkan kebesaran mereka dari-Nya. 

yaitu  kehormatan bagi Abraham bahwa dia yaitu  ba-

pa dari Mesias, dan kehormatan bagi nabi-nabi bahwa 

mereka bersaksi sebelumnya mengenai Dia: Jadi, de-

ngan demikian Dia pasti dikaruniai nama yang jauh 

lebih indah dari pada nama mereka. Oleh sebab  itu, 

dibandingkan  mengatakan Dia kerasukan setan berdasarkan 

kesimpulan  bahwa Dia membuat diri-Nya lebih besar 

dibandingkan  Abraham, mereka seharusnya menyimpulkan 

bahwa Dia yaitu  Kristus berdasarkan pembuktian diri-

Nya sendiri bahwa memang Dia demikian (bahwa me-

ngerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah diker-

jakan baik oleh Abraham maupun nabi-nabi). Namun, 

mata mereka sudah dibutakan. Sambil mencemooh, 

mereka berkata, “Dengan siapakah Engkau samakan 

diri-Mu?” Seolah-olah Dia telah bersalah atas kesom-

bongan dan kepongahan, padahal sebenarnya Dia sama 

sekali tidak membuat diri-Nya lebih besar dibandingkan  

yang sebenarnya, sebab  pada waktu itu Dia justru 

sedang menudungi kemuliaan-Nya sendiri, mengosong-

kan diri-Nya, dan menjadikan diri-Nya kurang dibandingkan  

apa yang sebenarnya, yang merupakan contoh keren-

dahan hati terbesar yang pernah ada.   

III. Tanggapan Kristus terhadap kesalahan yang mereka cari-cari ini. 

Tetap saja, kendati demikian, Dia bersedia berperkara dengan me-

reka, supaya setiap mulut dapat dibungkam. Tentu Dia bisa saja 

langsung menghajar mereka menjadi bisu atau mati sesaat  itu 

juga, namun hari ini yaitu  hari kesabaran-Nya.    

1.  Dalam tanggapan-Nya, Dia tidak mempertahankan kesaksian-

Nya mengenai diri-Nya sendiri, namun   mengesampingkannya 

sebagai hal yang tidak memadai ataupun menentukan (ay. 54): 

“Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku 

itu sedikit pun tidak ada artinya,” ean egō doxazō – jika Aku 

memuliakan diri-Ku sendiri. Perhatikanlah, penghormatan pada 

diri sendiri bukanlah penghormatan yang sesungguhnya, dan 

kemuliaan yang dipamerkan hanyalah akan mengorbankan 


 600

dan menghilangkan kemuliaan itu sendiri: itu bukanlah kemu-

liaan (Ams. 25:27, terjemahan KJV – pen.), melainkan suatu 

cela yang begitu besarnya sehingga tidak ada dosa lain yang 

lebih gigih disembunyikan manusia selain dosa ini. Bahkan 

orang yang paling suka dipuji tidak mau dianggap memamer-

kan kemuliaannya. Kehormatan yang kita ciptakan sendiri ha-

nyalah merupakan khayalan, tidak ada apa-apa di dalamnya, 

dan sebab  itu disebut kemuliaan yang sia-sia. Orang yang 

mengagumi dirinya sendiri menipu diri sendiri. Yesus Tuhan 

kita bukanlah orang yang memuliakan diri-Nya sendiri, seperti 

yang digambarkan mereka tentang Dia. Ia dimahkotai oleh Dia 

yang yaitu  sumber kemuliaan, dan Ia tidak memuliakan diri-

Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar (Ibr. 5:4-5).  

2. Dia merujuk diri-Nya sendiri kepada Bapa-Nya, Tuhan  , dan ke-

pada bapa mereka, Abraham.  

(1) Kepada Bapa-Nya, Tuhan  : Bapa-Kulah yang memuliakan 

Aku. Dengan perkataan ini, yang dimaksudkan-Nya yaitu ,  

[1] Bahwa Dia memperoleh dari Bapa-Nya segala kehormat-

an yang diakui-Nya sekarang. Dia telah memerintahkan 

mereka untuk percaya kepada-Nya, untuk mengikuti-

Nya, dan menuruti firman-Nya, yang kesemuanya itu 

memberikan kehormatan kepada-Nya. namun   Bapalah 

yang memberikan pertolongan kepada-Nya, yang menem-

patkan segala kepenuhan di dalam Dia, yang mengu-

duskan-Nya, yang memeteraikan-Nya, dan yang meng-

utus-Nya ke dalam dunia untuk menerima segala peng-

hormatan yang layak didapatkan Mesias, dan ini mem-

benarkan Dia dalam segala tuntutan-Nya akan penghor-

matan ini.  

[2] Bahwa Dia bergantung kepada Bapa-Nya untuk menda-

patkan segala kehormatan lebih lanjut lagi yang dinanti-

nantikan-Nya. Dia tidak menghendaki pujian-pujian 

dari dunia ini, namun   justru memandangnya dengan ren-

dah. Sebab mata dan hati-Nya tertuju pada kemuliaan 

yang telah dijanjikan Bapa kepada-Nya, dan yang dimi-

liki-Nya di hadirat Bapa sebelum dunia ada. Dia berte-

kad untuk mencapai kemuliaan yang dengannya Bapa 

akan meninggikan-Nya, sebuah nama yang akan diberi-

Injil Yohanes 8:51-59 

 601 

kan Dia kepada-Nya (Flp. 2:8-9). Perhatikanlah, Kristus 

dan semua orang kepunyaan-Nya bergantung kepada 

Tuhan   untuk kehormatan mereka. Dan Dia yang sudah 

merasa yakin akan mendapatkan kehormatan di tempat 

di mana Dia dikenal pasti tidak akan peduli meskipun 

Dia diremehkan di tempat di mana Dia sedang menya-

mar. Dengan merujuk diri-Nya sedemikian sering ke-

pada Bapa-Nya dan kepada kesaksian Bapa-Nya ten-

tang Dia, dan tidak diakui atau dihargai oleh orang-

orang Yahudi,  

Pertama, di sini Dia mengambil kesempatan untuk 

menunjukkan alasan ketidakpercayaan mereka, kendati 

dengan adanya kesaksian ini. Dan alasannya yaitu  ka-

rena mereka tidak mengenal Tuhan  . Seolah-olah Dia ber-

kata, “Mengapa Aku harus berbicara dengan kamu bah-

wa Bapa-Ku menghormati Aku, sementara kamu tidak 

tahu apa-apa tentang Dia? Tentang Dia kamu berkata: 

Dia yaitu  Tuhan   kami, padahal kamu tidak mengenal 

Dia.”  

Di sini perhatikanlah:  

a.  Pengakuan yang mereka buat mengenai hubungan 

mereka dengan Tuhan  : “Kamu berkata bahwa Dia 

yaitu  Tuhan   kamu, Tuhan   yang telah kamu pilih, dan 

yang dengan-Nya kamu terikat dalam suatu kove-

nan. Kamu berkata bahwa kamu yaitu  Israel, teta-

pi tidak semua orang yang berasal dari Israel yaitu  

orang Israel” (Rm. 9:6). Perhatikanlah, banyak orang 

mengaku memiliki  kepentingan di dalam Tuhan  , 

dan berkata bahwa Dia yaitu  milik mereka, padahal 

mereka tidak memiliki  alasan yang benar untuk 

berkata demikian. Orang-orang yang menyebut diri 

sebagai Bait Tuhan  , namun   mencemarkan keunggulan 

Yakub, hanya percaya kepada kata-kata dusta. Apa 

gunanya bagi kita untuk berkata, “Dia yaitu  Tuhan   

kita,” jika kita tidak benar-benar menjadi umat-Nya, 

juga bukan umat yang akan diakui-Nya? Kristus me-

nyebutkan di sini pengakuan yang mereka buat me-

ngenai hubungan mereka dengan Tuhan   sebagai se-


 602

suatu yang menambah dosa ketidakpercayaan me-

reka. Semua orang akan menghormati siapa saja 

yang dihormati Tuhan   mereka. namun   orang-orang 

Yahudi ini, yang berkata bahwa Tuhan yaitu  Tuhan   

mereka, berusaha sekuat tenaga untuk memberikan 

penghinaan yang serendah-rendahnya terhadap Dia 

yang kepada-Nya Tuhan   mereka memberikan peng-

hormatan. Perhatikanlah, pengakuan yang kita buat 

mengenai hubungan kovenan yang kita miliki de-

ngan Tuhan  , dan kepentingan kita di dalam Dia, jika 

tidak digunakan dengan baik oleh kita maka akan 

digunakan untuk melawan kita.  

b.  Ketidaktahuan mereka akan Tuhan   dan kerenggangan 

hubungan mereka dengan Dia, kendati dengan peng-

akuan ini: padahal kamu tidak mengenal Dia.  

(a) Kamu sama sekali tidak mengenal-Nya. Orang-

orang Farisi ini begitu hanyut dalam mempelajari 

adat istiadat mereka tentang hal-hal yang asing 

dan remeh-temeh, sehingga mereka tidak pernah 

memikirkan pengetahuan yang paling perlu dan 

paling berguna. Mereka seperti nabi-nabi palsu 

pada zaman dulu, yang membuat umat melupa-

kan nama Tuhan   dengan mimpi-mimpinya (Yer. 

23:27). Atau,  

(b) Kamu tidak mengenal-Nya dengan benar. Kamu 

keliru mengenai Dia. Dan ini sama buruknya de-

ngan tidak mengenal-Nya sama sekali, atau jus-

tru lebih buruk. Orang bisa saja berbantah me-

ngenai Tuhan   dengan cara-cara yang pelik, namun 

mereka mungkin berpikir bahwa Dia sama saja 

seperti mereka, dan tidak mengenal-Nya. Kamu 

berkata bahwa Dia yaitu  milikmu, dan wajar 

bagi kita apabila kita ingin mengenal milik kita 

sendiri, namun kamu tidak mengenal-Nya. Perha-

tikanlah, banyak orang mengaku sebagai keluar-

ga Tuhan  , namun mereka sama sekali tidak me-

ngenal-Nya. Hanya nama Tuhan   saja yang mereka 

pelajari untuk diperbincangkan dan untuk mena-

kut-nakuti orang. namun   mengenai sifat Tuhan  , 

Injil Yohanes 8:51-59 

 603 

mengenai ciri-ciri dan kesempurnaan-kesempur-

naan-Nya, dan hubungan-Nya dengan makhluk-

makhluk-Nya, mereka sama sekali tidak menge-

tahuinya. Hal ini kami katakan, supaya mereka 

merasa malu (1Kor. 15:34). Banyak orang merasa 

puas sudah memiliki hubungan, walaupun ha-

nya sebatas nama, dengan Tuhan   yang tidak dike-

nal. Mereka hanya menipu diri sendiri.  

Hal ini didakwakan Kristus kepada orang-orang 

Yahudi di sini: 

[a]  Untuk menunjukkan betapa sia-sia dan tidak 

berdasarnya pengakuan mereka bahwa mere-

ka memiliki  hubungan dengan Tuhan  . “Ka-

mu berkata bahwa Dia yaitu  milikmu, namun   

kamu membohongi dirimu sendiri, sebab  su-

dah jelas bahwa kamu tidak mengenal-Nya.” 

Biasanya kita anggap orang sudah benar-

benar menipu apabila kita mendapati bahwa 

dia tidak mengenal orang-orang yang dikata-

kan dikenalnya.  

[b] Untuk menunjukkan alasan yang sebenarnya 

mengapa mereka tidak digerakkan oleh ajaran 

dan mujizat-mujizat Kristus. Mereka tidak 

mengenal Tuhan  , dan sebab  itu tidak melihat 

citra Tuhan   ataupun suara Tuhan   di dalam Kris-

tus. Perhatikanlah, alasan mengapa manusia 

tidak menerima Injil Kristus yaitu  sebab  

mereka tidak memiliki  pengenalan akan 

Tuhan  . Manusia tidak tunduk kepada kebenar-

an Kristus sebab  mereka tidak takluk kepada 

kebenaran Tuhan   (Rm. 10:3). Orang yang tidak 

mengenal Tuhan   dan tidak menaati Injil Kris-

tus dikumpulkan bersama-sama (2Tes. 1:8). 

Kedua, Dia memberi mereka alasan mengenai keya-

kinan-Nya bahwa Bapa-Nya akan menghormati Dia dan 

mengakui-Nya: namun   Aku mengenal Dia, dan lagi, Aku 

mengenal Dia, yang menyatakan bukan hanya pengenal-

an-Nya akan Dia, sebab  Dia memang sudah berada di 


 604

pangkuan-Nya sejak dulu, melainkan juga keyakinan-

Nya akan Dia, bahwa Dia akan setia dan membela-Nya 

dalam menjalankan semua tugas-Nya. Seperti yang per-

nah dinubuatkan tentang Dia (Yes. 50:7-8), Aku tahu 

bahwa Aku tidak akan mendapat noda, sebab Dia yang 

menyatakan Aku benar telah dekat. Dan seperti Paulus, 

“Aku tahu kepada siapa aku percaya (2Tim. 1:12), aku 

tahu bahwa Dia setia, berkuasa, dan dengan sepenuh 

hati melibatkan diri dalam kepentingan yang kuyakini 

sebagai kepentingan-Nya sendiri.”  

Perhatikanlah:  

1. Bagaimana Dia mengaku mengenal Bapa-Nya, de-

ngan seyakin-yakinnya, seperti orang yang tidak 

takut ataupun malu mengakuinya: jika Aku berkata: 

Aku tidak mengenal Dia, maka Aku yaitu  pendusta, 

sama seperti kamu. Dia tidak mau menyangkali hu-

bungan-Nya dengan Tuhan   untuk menghibur orang-

orang Yahudi, untuk menghindar dari cemoohan-

cemoohan mereka, atau untuk mencegah timbulnya 

masalah yang lebih jauh. Dia juga tidak mau mena-

rik kembali apa yang telah dikatakan-Nya, atau 

mengakui bahwa diri-Nya entah ditipu atau penipu. 

Seandainya Dia berbuat demikian, Dia akan didapati 

sebagai saksi palsu melawan Tuhan   dan diri-Nya sen-

diri. Perhatikanlah, mereka yang mengingkari agama 

dan hubungan mereka dengan Tuhan  , seperti Petrus, 

yaitu  pendusta. Mereka sama saja seperti orang-

orang munafik, yang mengaku mengenal-Nya, pada-

hal tidak (1Tim. 6:13-14). Tuan Clark mengamati 

dengan baik hal ini, bahwa yaitu  dosa besar jika 

kita menyangkal anugerah Tuhan   dalam diri kita.  

2.  Bagaimana Dia membuktikan pengenalan-Nya akan 

Bapa-Nya: Aku mengenal Dia dan Aku menuruti fir-

man-Nya. Kristus, sebagai manusia, taat kepada 

hukum moral, dan, sebagai Penebus, taat kepada 

hukum kepengantaraan. Dan dalam keduanya, Dia 

menuruti firman Bapa-Nya dan firman-Nya sendiri 

bersama Bapa. Kristus menuntut dari kita (ay. 51) 

Injil Yohanes 8:51-59 

 605 

agar kita menuruti firman-Nya. Dan Dia telah mem-

berikan teladan ketaatan kepada kita, suatu teladan 

tanpa cela: Dia menuruti firman Bapa-Nya. Sungguh 

pantas apabila Dia yang belajar menjadi taat meng-

ajarkan ketaatan itu (Ibr. 5:8-9). Kristus dengan ini 

membuktikan bahwa Dia mengenal Bapa. Perhati-

kanlah, bukti terbaik pengenalan kita akan Tuhan   

yaitu  ketaatan kita kepada-Nya. Yang mengenal 

Tuhan   dengan benar hanyalah mereka yang menaati 

firman-Nya. Ini sudah menjadi aturan yang berlaku 

(1Yoh. 2:3). Dan inilah tandanya, bahwa kita menge-

nal Tuhan   (dan bukan hanya sekadar membayang-

bayangkannya), yaitu jikalau kita menuruti perintah-

perintah-Nya. 

(2) Kristus merujuk mereka pada bapa mereka, yang sangat 

mereka bangga-banggakan sebab  mereka berhubungan 

dengannya, dan dia yaitu  Abraham, dan ini mengakhiri 

perkataan-Nya di sini.  

[1] Kristus menegaskan pengharapan dan penghormatan 

Abraham terhadap-Nya: Abraham bapamu bersukacita 

bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya 

dan ia bersukacita (ay. 56). Dan dengan ini Dia mem-

buktikan bahwa Dia sama sekali tidak gila saat  Dia 

menjadikan diri-Nya lebih besar dibandingkan  Abraham. Ada 

dua hal yang dikatakan-Nya di sini sebagai contoh 

penghormatan bapa leluhur itu terhadap Mesias yang 

dijanjikan:  

Pertama, keinginannya untuk melihat hari-Nya: ia 

bersukacita, ēgalliasto – ia melonjak kegirangan sebab -

nya. Kata itu, meskipun biasanya melambangkan suka-

cita, di sini pasti lebih menandakan suatu keinginan 

dibandingkan  kegirangan, sebab kalau tidak demikian maka 

bagian terakhir dari ayat 56 itu hanyalah pengulangan 

yang tidak perlu; ia telah melihatnya dan ia bersukacita. 

Ia menggapai-gapai, atau mencondongkan dirinya ke de-

pan, supaya ia dapat melihat hari-Ku, seperti Zakheus, 

yang lari mendahului-Nya dan memanjat pohon, untuk 

melihat Yesus. Pemberitahuan-pemberitahuan yang di-


 606

terimanya mengenai Mesias yang akan datang mem-

bangkitkan di dalam dirinya pengharapan akan sesuatu 

yang besar, yang sungguh-sungguh ingin diketahuinya 

dengan lebih lagi. Petunjuk yang tidak jelas akan sesua-

tu yang besar membuat orang ingin menyelidikinya, dan 

membuat mereka bertanya-tanya dengan sungguh-

sungguh Siapa? Apa? Di mana? Kapan? Dan bagai-

mana? Demikian juga dengan nabi-nabi Perjanjian 

Lama, sesudah  mendapat gagasan umum mengenai anu-

gerah yang akan datang, mereka menyelidikinya dengan 

tekun (1Ptr. 1:10), dan seperti halnya dengan mereka 

semua, Abraham pun demikian adanya. Tuhan   memberi-

tahukan kepadanya suatu negeri yang akan diberikan-

Nya kepada keturunannya, dan suatu kekayaan serta 

kehormatan yang dirancang-Nya bagi mereka (Kej. 

15:14). Namun demikian, dia tidak pernah melonjak ke-

girangan untuk melihat hari itu, seperti yang dilaku-

kannya untuk melihat hari Anak Manusia. Ia tidak bisa 

melihat dengan acuh tak acuh saja keturunan yang 

dijanjikan itu, seperti saat  ia melihat tanah yang 

dijanjikan itu. Dalam hal tanah ini ia puas saja menjadi 

orang asing, namun   dalam hal keturunan itu dia tidak 

bisa bersikap demikian. Perhatikanlah, orang yang me-

ngetahui sesuatu mengenai Kristus dengan benar, pasti 

ingin sungguh-sungguh mengenal-Nya dengan lebih 

baik. Orang yang sadar akan merekahnya fajar Surya 

kebenaran pasti ingin melihat terbitnya Sang Surya itu. 

Rahasia penebusan yaitu  sesuatu yang ingin diketahui 

oleh malaikat-malaikat, jadi apalagi kita seharusnya, 

yang secara langsung berkepentingan di dalamnya. 

Abraham ingin melihat hari Kristus, meskipun datang-

nya masih sangat jauh. Namun keturunannya yang su-

dah merosot ini tidak mengenali hari-Nya, juga tidak 

menyambutnya saat  hari itu tiba. Kemunculan Kris-

tus, yang disukai dan dinantikan oleh jiwa-jiwa yang 

baik, ditakuti dan dibenci oleh hati yang bersifat dunia-

wi. 

Injil Yohanes 8:51-59 

 607 

Kedua, kepuasan yang dirasakannya dalam apa 

yang benar-benar dilihat-Nya pada hari itu: ia telah me-

lihatnya dan ia bersukacita.  

Perhatikanlah di sini:  

a.  Bagaimana Tuhan   memuaskan keinginan saleh dari 

Abraham. Ia rindu melihat hari Kristus, dan ia telah 

melihatnya. Walaupun ia tidak melihatnya dengan 

begitu terang, begitu utuh, dan begitu jelas seperti 

kita melihatnya sekarang di bawah Injil, namun ia 

telah melihat sesuatu mengenainya, dan sesudah  itu 

ia melihat lebih banyak lagi dari saat ia pertama kali 

melihatnya. Perhatikanlah, barangsiapa yang mem-

punyai, dan barangsiapa yang meminta, maka kepa-

danya akan diberi. Barangsiapa yang menggunakan 

dan mengembangkan apa yang dimilikinya, dan 

yang menginginkan serta meminta mengenal Kristus 

dengan lebih dalam lagi, maka kepadanya Tuhan   

akan memberikan yang lebih lagi. Akan namun  , ba-

gaimanakah Abraham telah melihat hari Kristus?  

(a)  Sebagian orang mengartikan bahwa ia melihat-

nya di alam yang lain. Jiwa Abraham yang ter-

pisah, saat  tabir daging dikoyakkan, melihat 

rahasia-rahasia Kerajaan Tuhan   di sorga. Calvin 

menyebutkan pengertian ini, dan tidak begitu 

melarangnya. Perhatikanlah, kerinduan jiwa-jiwa 

yang baik terhadap Yesus Kristus akan dipuas-

kan sepenuhnya saat  mereka sampai di sorga, 

dan tidak sebelum saat itu tiba. Namun,  

(b) Yang lebih umum dimengerti yaitu  bahwa Abra-

ham melihat hari Kristus itu di dunia ini. Mereka 

yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, 

hanya dari jauh melihatnya (Ibr. 11:13). Bileam 

melihat Kristus, namun   tidak pada saat ini, tidak 

dari dekat. Kita boleh menduga bahwa Abraham 

mendapat sedikit banyak penglihatan akan Kris-

tus dan hari-Nya, untuk kepuasan pribadinya, 

yang tidak, dan memang tidak harus, dicatat 

dalam kisahnya, seperti penglihatan Daniel, yang 


 608

harus disembunyikan, dan dimeteraikan sampai 

pada akhir zaman (Dan. 12:4). Kristus mengeta-

hui apa yang dilihat Abraham secara lebih baik 

dibandingkan  yang diketahui Musa. Namun, dalam 

berbagai hal yang dicatat bisa tampak bahwa 

Abraham telah melihat apa yang dirindukannya 

lebih banyak dibandingkan  yang dilihatnya saat  per-

tama kali ia diberi janji itu. Ia melihat dalam diri 

Melkisedek seseorang yang dijadikan sama de-

ngan Anak Tuhan  , dan imam sampai selama-

lamanya. Ia melihat kemunculan Yehovah, yang 

dilayani oleh dua malaikat, di lembah Mamre. 

Dalam kuasa kepengantaraannya bagi Sodom, ia 

melihat suatu contoh kepengantaraan Kristus. 

Dalam mengusir Ismael dan menetapkan kove-

nan dengan Ishak, ia melihat suatu gambaran 

mengenai hari Injil, yang yaitu  hari Kristus, se-

bab semua ini merupakan kiasan. Dalam mem-

persembahkan Ishak, yang kemudian diganti de-

ngan domba jantan, ia melihat gambaran ganda 

akan korban agung. Dan dengan menamakan 

tempat itu Jehovah-jireh – akan disediakan, itu 

menunjukkan bahwa ia melihat ada sesuatu 

yang lebih di dalamnya dibandingkan  yang dilihat 

orang lain, yang akan diungkapkan seiring ber-

gulirnya waktu. Dan dengan membuat hambanya 

meletakkan tangannya di bawah pahanya saat  

dia bersumpah, ia sedang memandang pada Me-

sias.   

b. Bagaimana Abraham menerima pengungkapan-

pengungkapan mengenai hari Kristus ini, dan me-

nyambutnya: ia telah melihatnya dan ia bersukacita. 

Ia bersukacita akan apa yang dilihatnya sebagai ke-

baikan Tuhan   kepada dirinya, dan bersukacita akan 

apa yang telah diketahuinya sebagai belas kasihan 

yang disediakan Tuhan   bagi dunia. Mungkin ini me-

rujuk pada tawa Abraham saat  Tuhan   meyakinkan 

dia bahwa dia akan memiliki anak dari Sara (Kej. 

17:16-17), sebab  tawa itu bukan tawa ketidakper-

Injil Yohanes 8:51-59 

 609 

cayaan, seperti tawa Sara, melainkan tawa kegem-

biraan. Dalam janji itu ia melihat hari Kristus, dan 

ini membuatnya bergembira sebab  sukacita yang 

tidak terkatakan. Demikianlah dia memeluk janji-

janji itu. Perhatikanlah, penglihatan akan Kristus 

dan hari-Nya, serta kepercayaan akan apa yang 

dilihat itu, akan membuat hati gembira. Tidak ada 

sukacita seperti sukacita iman. Kita tidak pernah 

mengenal kesenangan yang sesungguhnya sebelum 

kita mengenal Kristus.   

[2] Orang-orang Yahudi mencari-cari kesalahan dalam hal 

ini, dan mencela-Nya sebab nya (ay. 57): Umur-Mu be-

lum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat 

Abraham?  

Di sini:  

Pertama, mereka menyangka bahwa jika Abraham 

telah melihat Dia dan hari-Nya, maka Dia juga telah 

melihat Abraham, yang sebenarnya bukan merupakan 

apa yang tersirat secara langsung. Sebaliknya, kebalik-

an dari pengertian di atas justru yang lebih baik dalam 

menjelaskan siapa Dia sebenarnya. Yang benar yaitu  

bahwa Kristuslah yang telah melihat Abraham, dan su-

dah berbicara dengan-Nya seperti orang yang berbicara 

dengan temannya.  

Kedua, mereka menganggap bahwa sangatlah tidak 

masuk akal bahwa Ia mengaku-ngaku telah melihat 

Abraham, yang sudah mati selama berabad-abad yang 

lalu sebelum Dia dilahirkan. Keadaan orang-orang mati 

yaitu  keadaan yang tidak dapat dilihat. Namun, di sini 

mereka melakukan kesalahan yang lalu-lalu, dengan 

memahami secara jasmani apa yang dikatakan Kristus 

secara rohani. Nah, perkataan ini memberi mereka ke-

sempatan untuk merendahkan kemudaan-Nya, dan me-

marahi-Nya sebab  itu, seolah-olah Dia hanya anak 

kemarin sore dan tidak tahu apa-apa: Umur-Mu belum 

sampai lima puluh tahun. Mereka juga sebenarnya bisa 

saja berkata, “Umur-Mu belum sampai empat puluh 

tahun,” sebab  pada waktu itu Dia baru berumur tiga 


 610

puluh dua atau tiga puluh tiga tahun. Berkaitan dengan 

masalah umur ini, Irenaeus, salah satu bapa gereja, 

berdasarkan perkataan dalam perikop ini, mendukung 

tradisi yang menurutnya diterimanya dari beberapa 

orang yang pernah berbicara dengan Rasul Yohanes, 

bahwa Juruselamat kita hidup sampai umur lima puluh 

tahun. Pendapat ini dipertahankannya dengan gigih 

(Advers. Hæres. lib. 2, cap. 39-40). Lihatlah, betapa kita 

jangan terlalu mempercayai tradisi itu. Lagi pula, 

seperti yang terjadi di sini, orang-orang Yahudi itu ber-

bicara secara serampangan. Mereka mau menyebutkan 

umur tertentu, dan sebab  itu mereka pilih tahun yang 

mereka anggap jauh melampaui umur-Nya. Dia tidak 

tampak berumur empat puluh tahun, namun   mereka 

yakin bahwa Dia pasti belum mencapai usia lima puluh 

tahun, apalagi sezaman dengan Abraham. Umur tua 

dipandang dimulai pada usia lima puluh tahun (Bil. 

4:47), sehingga apa yang dimaksudkan mereka di sini 

tidak lebih dibandingkan  ini, “Engkau belum bisa dipandang 

sebagai orang tua, banyak dari antara kami yang jauh 

lebih tua dibandingkan  Engkau, namun Engkau mengaku 

telah melihat Abraham.” Sebagian orang berpendapat 

bahwa wajah-Nya sudah berubah sedemikian rupa, oleh 

sebab  Dia mengalami berbagai kesusahan dan sering 

berjaga-jaga, sehingga, bersamaan dengan kematangan 

perangai-Nya, hal itu membuat-Nya tampak seperti 

orang yang berumur lima puluh tahun: begitu buruk 

rupanya (Yes. 52:14).   

[3] Juruselamat kita memberikan jawaban yang ampuh ter-

hadap kesalahan yang mereka cari-cari ini, dengan me-

negaskan secara khidmat umur-Nya yang lebih tua bah-

kan dibandingkan dengan Abraham sendiri (ay. 58): 

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya; Aku tidak ha-

nya mengatakannya secara pribadi kepada murid-mu-

rid-Ku sendiri, yang pasti akan mengatakan apa yang 

Aku katakan, namun   juga kepada kamu musuh-musuh-

Ku dan penganiaya-penganiaya-Ku. Aku mengatakan-

nya di hadapan mukamu, jadi terimalah ini sebagai-

mana kamu ingin menerimanya: sebelum Abraham jadi, 

Injil Yohanes 8:51-59 

 611 

Aku telah ada.” Prin Abraam genesthai, egō eimi, Sebe-

lum Abraham diciptakan atau dilahirkan, Aku telah ada. 

Perubahan kata yang terjadi di sini dapat diamati, dan 

itu berbicara tentang Abraham sebagai makhluk, dan 

Dia sendiri sebagai Pencipta. Oleh sebab  itu, boleh saja 

Dia menjadikan diri-Nya lebih besar dibandingkan  Abraham. 

Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada,  

Pertama, sebagai Tuhan  . Aku (yaitu  Aku), yaitu  

nama Tuhan   (Kel. 3:14). Nama ini menggambarkan ke-

beradaan-Nya oleh diri-Nya sendiri (self-existence). Dia 

tidak berkata Aku dulu ada, namun   Aku ada, sebab Dia 

yaitu  yang awal dan yang akhir, yang sama sejak dari 

kekekalan (Why. 1:8). Dengan demikian, Dia sudah ada 

bukan hanya sebelum Abraham jadi melainkan juga se-

belum seluruh alam semesta diciptakan (1:50; Ams. 

8:23).  

Kedua, sebagai Pengantara. Dialah Sang Mesias 

yang ditetapkan itu, jauh sebelum Abraham ada. Anak 

Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan 

(Why. 13:8), saluran pembawa terang, hidup, dan kasih 

dari Tuhan   kepada manusia. Ungkapan ini sudah menya-

takan secara tidak langsung bahwa Dia memiliki  

sifat ilahi, bahwa Dia selalu sama sejak dari kekekalan 

(Ibr. 13:8), dan bahwa Dia sama bagi manusia sejak 

saat Kejatuhan. Oleh Tuhan   Dia dijadikan sebagai hik-

mat, kebenaran, pengudusan, dan penebusan bagi 

Adam, Habel, Henokh, Nuh, dan Sem, dan semua bapa 

leluhur yang hidup dan mati di dalam iman kepada-Nya 

sebelum Abraham dilahirkan. Abraham yaitu  akar 

dari bangsa Yahudi, gunung batu yang darinya mereka 

terpahat. Jika Kristus sudah ada sebelum Abraham, 

maka ajaran dan agama-Nya bukanlah sesuatu yang 

baru, melainkan, dalam hal hakikat, mendahului agama 

Yahudi (Yudaisme), dan harus menggantikannya. 

[4] Perkataan yang agung ini mengakhiri perselisihan itu 

secara tiba-tiba dan menghentikannya begitu saja: me-

reka tidak tahan lagi mendengarkan-Nya, dan Dia tidak 

perlu mengatakan apa-apa lagi kepada mereka, sesudah  

memberikan kesaksian dan pengakuan yang baik ini, 


 612

yang sudah cukup untuk mendukung semua pernyata-

an-Nya. Kita mungkin berpikir bahwa perkataan Kris-

tus, yang di dalamnya menyinarkan anugerah maupun 

kemuliaan dengan begitu terangnya, pasti sudah mena-

wan hati mereka semua. Namun, prasangka mereka 

yang sudah berurat akar melawan ajaran dan hukum 

Kristus yang kudus serta rohani, yang begitu berlawan-

an dengan kesombongan dan keduniawian mereka, 

membuat gagal segala cara apa pun yang dilakukan 

untuk meyakinkan mereka. Sekarang digenapilah nu-

buatan itu (Mal. 3:1-2), bahwa saat  utusan kovenan 

itu masuk ke bait-Nya, mereka tidak dapat tahan akan 

hari kedatangan-Nya, sebab  Dia akan menjadi seperti 

api tukang pemurni logam.  

Perhatikanlah di sini:  

Pertama, bagaimana mereka berang terhadap Kristus 

atas apa yang telah dikatakan-Nya: Mereka mengambil 

batu untuk melempari Dia (ay. 59). Mungkin mereka me-

mandang-Nya sebagai penghujat, dan orang-orang se-

perti itu memang harus dilempari batu (Im. 24:16). 

Namun, mereka harus terlebih dahulu diperiksa dan 

dinyatakan bersalah. Tidak akan ada lagi keadilan dan 

tata tertib jika setiap orang mau menjalankan hukum 

sesuka hati mereka. Lagi pula, mereka baru saja ber-

kata bahwa Dia yaitu  orang yang tidak waras, dan se-

andainya memang demikian, maka sungguh bertentang-

an dengan seluruh akal budi dan keadilan jika mereka 

menghukum Dia sebagai penjahat atas apa yang dikata-

kan-Nya. Mereka mengambil batu. Dr. Lightfoot bisa ber-

cerita kepada kita bagaimana mereka sampai bisa 

mengambil batu dengan begitu mudah di Bait Tuhan  . 

Pada waktu itu ada tukang-tukang bangunan yang se-

dang memperbaiki Bait Tuhan  , atau mendirikan bebe-

rapa tambahan baru, dan pecahan-pecahan batu yang 

mereka potong dapat digunakan oleh orang-orang Yahu-

di itu untuk tujuan ini. Lihatlah di sini betapa mati-

matiannya kuasa dosa dan Iblis bekerja di dalam dan 

atas orang-orang durhaka. Siapa yang akan mengira 

Injil Yohanes 8:51-59 

 613 

bahwa dulu pernah ada kejahatan yang begitu rupa 

seperti ini dalam diri manusia, sebuah pemberontakan 

yang begitu terang-terangan dan lancang melawan Dia 

yang tanpa dapat disangkal lagi sudah membuktikan 

diri-Nya sebagai Anak Tuhan  ? Demikianlah setiap orang 

memiliki  batu untuk dilemparkan kepada agama-Nya 

yang kudus (Kis. 28:22).    

Kedua, bagaimana Dia berhasil menghindar dari 

tangan mereka.  

1. Dia melarikan diri dengan diam-diam. Yesus meng-

hilang, ekrybē – Dia disembunyikan, entah oleh 

orang ramai yang ingin berbuat baik kepada-Nya, 

untuk melindungi-Nya (Dia yang seharusnya duduk 

di atas takhta, yang tinggi dan menjulang, rela meng-

hilang di antara kerumunan orang banyak), atau 

mungkin Dia menyembunyikan diri di balik tembok-

tembok atau tiang-tiang penyangga Bait Tuhan   (Ia me-

nyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-

Nya, Mzm. 27:5). Atau dengan kuasa ilahi, yang 

mengaburkan pandangan mereka, Dia membuat 

diri-Nya tidak terlihat oleh mereka. Jika orang fasik 

mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri, 

orang yang bijak dan baik (Ams. 28:12, 28). Ini bu-

kan berarti bahwa Kristus takut atau malu untuk 

mempertahankan apa yang sudah dikatakan-Nya, 

namun   bahwa saat-Nya belum tiba, dan Dia pun 

mengizinkan hamba-hamba dan umat-Nya untuk 

melarikan diri pada waktu penganiayaan, apabila 

mereka harus melakukannya. Tuhan juga pernah 

menyembunyikan Yeremia dan Barukh (Yer. 36:26). 

2.  Dia pergi, Dia meninggalkan Bait Tuhan  , lewat dari 

tengah-tengah mereka, tanpa diketahui, dan pergi 

begitu saja. Ini bukanlah tindakan pengecut yang 

melarikan diri dengan terhina, juga bukan suatu 

perbuatan yang memperlihatkan perasaan bersalah 

ataupun ketakutan. Sudah dinubuatkan mengenai 

Dia bahwa Dia tidak akan menjadi pudar dan tidak 

akan patah terkulai (Yes. 42:4).  


 614

Sebaliknya:  

(1) Itu merupakan contoh kuasa-Nya atas musuh-

musuh-Nya, dan bahwa mereka tidak dapat me-

nentang-Nya melebihi apa yang diizinkan-Nya 

kepada mereka. Ini tampak saat  sesudah  itu Dia 

terperangkap dalam jerat mereka, Dia menyerah-

kan diri-Nya (10:18). Mereka sekarang menyang-

ka bahwa mereka sudah menguasai-Nya, namun 

Dia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka de-

ngan begitu saja, entah sebab  mata mereka di-

butakan atau sebab  tangan mereka diikat. 

Demikianlah Dia meninggalkan mereka dalam 

gerutuan mereka, seperti singa yang kesal sebab  

gagal memangsa korbannya.  

(2) Itu merupakan contoh mengenai kesiapan-Nya 

yang bijaksana bagi keamanan-Nya sendiri, ke-

tika Dia tahu bahwa pekerjaan-Nya belum sele-

sai, dan kesaksian-Nya belum tuntas. Dengan 

demikian, Dia memberikan contoh bagi aturan 

yang diberikan-Nya sendiri, apabila mereka 

menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah 

ke kota yang lain, bahkan, jika memang me-

mungkinkan, larilah ke padang gurun, sebab 

demikian juga yang sudah diperbuat Elia (1Raj. 

19:3-4), dan wanita  itu, yaitu gereja (Why. 

12:6). saat  mereka mengambil batu-batu yang 

berserakan untuk melempari-Nya, bisa saja Dia 

memerintahkan batu-batu yang sudah terpahat, 

yang memang berteriak-teriak dari dinding me-

nentang mereka, untuk membalaskan kepenting-

an-Nya, atau memerintahkan bumi untuk terbe-

lah dan menelan mereka. Namun, Dia memilih 

untuk berbuat sesuai dengan keadaan-Nya pada 

waktu itu, agar contoh yang diberikan-Nya dapat 

ditiru oleh para pengikut-Nya yang bijak, tanpa 

mujizat. 

(3) Dia berbuat benar dengan meninggalkan orang-

orang yang melempari-Nya dengan batu (mereka 

ini lebih buruk dibandingkan  penduduk Gerasa, yang 

Injil Yohanes 8:51-59 

 615 

meminta-Nya untuk meninggalkan mereka). Kris-

tus tidak akan tinggal lama dengan orang-orang 

yang meminta-Nya untuk pergi. Kristus masih 

mengunjungi Bait Tuhan   lagi sesudah  kejadian ini. 

Seperti orang yang enggan pergi, Dia sering kali 

mengucapkan salam perpisahan. Namun, pada 

akhirnya Dia meninggalkannya untuk selama-

lamanya, dan membuatnya menjadi tempat yang 

sunyi. Kristus kini pergi lewat dari tengah-tengah 

orang-orang Yahudi ini, dan tidak satu pun dari 

mereka yang menghendaki Dia untuk tinggal, 

atau yang mau maju sendiri untuk menahan-

Nya. Mereka lebih puas membiarkan-Nya pergi. 

Perhatikanlah, Tuhan   tidak pernah meninggalkan 

siapa pun sebelum mereka terlebih dulu meman-

cing-Nya untuk mengundurkan diri, dan tidak 

menginginkan apa-apa dari-Nya. Calvin meng-

amati bahwa imam-imam kepala ini, sesudah  me-

reka mengusir Kristus dari Bait Tuhan  , bangga 

pada diri mereka sendiri sebab  mereka tetap 

menguasai Bait Tuhan  : “namun  ,” katanya, “orang-

orang menipu diri sendiri apabila mereka bangga 

akan gereja atau Bait Tuhan   yang sudah ditinggal-

kan Kristus.” Longe falluntur, cum templum se 

habere putant Deo vacuum. saat  Kristus me-

ninggalkan mereka, dikatakan bahwa Dia lewat 

secara diam-diam dan tanpa diketahui, parēgen 

houtōs, sehingga mereka tidak menyadari keper-

gian-Nya. Perhatikanlah, kepergian Kristus dari 

gereja, atau dari jiwa seseorang, sering kali ter-

jadi secara diam-diam, dan tidak lekas diketahui. 

Sama seperti Kerajaan Tuhan   datang tanpa tanda-

tanda lahiriah, demikian pula Kerajaan itu pergi 

tanpa tanda-tanda lahiriah. Simson tidak tahu 

bahwa TUHAN telah meninggalkan dia (Hak. 

16:20). Demikian pulalah dengan orang-orang 

Yahudi yang sudah ditinggalkan ini, Tuhan   me-

ninggalkan mereka, dan mereka tidak pernah 

merasa kehilangan Dia. 

PASAL  9  

etelah Kristus meninggalkan Bait Tuhan  , yang diceritakan pada 

bagian penutup di pasal sebelumnya, dan sebelum kejadian yang 

dicatat di pasal ini terjadi, Dia tinggal untuk beberapa waktu lama-

nya di daerah pinggiran di luar kota, kira-kira selama dua atau tiga 

bulan. Dr. Lightfoot dan orang-orang yang menyukai keselarasan 

menempatkan peristiwa yang terjadi dari Lukas 10:17 sampai 13:17 

ke dalam jeda waktu tersebut. Kejadian yang dicatat dalam pasal 7 

dan 8 berlangsung pada hari raya Pondok Daun, yaitu di bulan Sep-

tember, sedangkan yang dicatat dalam pasal ini dan pasal selanjut-

nya terjadi pada hari raya Pentahbisan Bait Tuhan   di bulan Desember 

(10:22). Tuan Clark dan kawan-kawan menempatkan kisah ini lang-

sung sesudah  pasal delapan. Dalam pasal ini diceritakan tentang: 

I. Penyembuhan ajaib terhadap seorang yang buta sejak lahir, 

(ay. 1-7).   

II.  Perbincangan yang dipicu oleh kejadian itu,  

1.  Perbincangan di antara para tetangga orang itu, dan per-

cakapan mereka dengan orang tersebut, (ay. 8-12).  

2.  Antara orang-orang Farisi dan orang itu, (ay. 13-14).  

3.  Antara Kristus dengan orang malang itu, (ay. 35-38).  

4.  Antara Kristus dengan orang-orang Farisi, (ay. 39 sampai 

akhir). 

Orang yang Buta Sejak Lahir Disembuhkan 

(9:1-7) 

1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. 2 

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, 

orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” 3 Jawab 


 618

Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, namun   sebab  pekerjaan-

pekerjaan Tuhan   harus dinyatakan di dalam dia. 4 Kita harus mengerjakan 

pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, 

di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. 5 Selama Aku di dalam 

dunia, Akulah terang dunia.” 6 sesudah  Ia mengatakan semuanya itu, Ia melu-

dah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskan-

nya pada mata orang buta tadi, 7 dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah 

dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah 

orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek. 

Di sini diceritakan tentang penglihatan yang dikaruniakan kepada 

seorang pengemis malang yang buta sejak lahirnya.  

Perhatikanlah:  

I.  Bagaimana Tuhan Yesus kita menaruh perhatian atas kemalang-

an orang buta yang patut dikasihani itu (ay. 1): Waktu Yesus se-

dang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Kata-kata 

pertama dalam kalimat itu sepertinya mengacu pada bagian akhir 

dari pasal sebelumnya, dan mendukung pendapat orang-orang 

yang dengan selaras menempatkan cerita ini segera sesudah  pasal 

sebelumnya. Di akhir pasal 8 itu dikatakan parēgen – Ia lewat (TB:  

Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Tuhan  ), dan di pasal 

sembilan ini, dengan tidak mengulangi nama-Nya lagi (namun   para 

penerjemah KJV menambahkan nama-Nya), dipakai kai paragō – 

dan saat  Yesus lewat.  

1. Meskipun orang-orang Yahudi telah melecehkan Dia sedemi-

kian rupa, melalui perkataan dan perbuatan yang mereka 

lakukan untuk merongrong-Nya sebisa mungkin, Dia tetap 

tidak melewatkan satu kesempatan pun untuk melakukan 

kebaikan di antara mereka. Ia juga tidak mau bertekad untuk 

tidak akan pernah lagi menolong mereka dengan perbuatan-

perbuatan baik, sekalipun sudah adil bagi Dia untuk bertin-

dak demikian. Penyembuhan orang buta ini merupakan keba-

jikan terhadap khalayak ramai, sebab hal itu memampukan 

dia untuk bekerja bagi dirinya sendiri dan tidak lagi menjadi 

beban bagi masyarakat di sekitarnya. Kesediaan untuk tetap 

menolong orang banyak meskipun kita telah dicerca dan diku-

cilkan oleh mereka, atau setidaknya begitulah menurut pikiran 

kita, merupakan tindakan yang mulia, murah hati dan sesuai 

dengan sifat Kristus. Meski saat itu Ia sedang berusaha melo-

loskan diri dari bahaya yang mengancam, tetap saja Ia masih 

mau berhenti dan tinggal sementara waktu untuk menunjuk-

Injil Yohanes 9:1-7 

 619 

kan belas kasihan kepada orang malang ini. Sebenarnya, saat 

kita melewatkan kesempatan untuk berbuat baik, hal itu tidak 

berarti kita telah bergerak maju dengan lebih cepat, melainkan 

telah membuat suatu kelalaian.   

2.  Saat kaum Farisi mengusir Dia dari antara mereka, Dia pergi 

kepada si pengemis buta yang malang itu. Beberapa penulis 

kuno mengumpamakan tindakan ini sebagai perlambang dibe-

ritakannya Injil kepada bangsa bukan Yahudi, yang diam da-

lam kegelapan, sesudah bangsa Yahudi menolak dan meng-

usir-Nya dari antara mereka.  

3.  Kristus memperhatikan orang buta yang malang itu di tengah-

tengah perjalanan-Nya, dan menyembuhkannya in transitu, ke-

tika dia sedang lewat. Begitulah yang seharusnya kita lakukan 

saat  mendapat kesempatan untuk berbuat baik, bahkan se-

waktu kita sedang lewat, di mana pun kita berada.  

Perhatikanlah:  

(1) Keadaan orang malang ini sungguh memprihatinkan. Dia 

buta, dan telah ada dalam kondisi seperti itu sejak dia 

lahir. Jika cahaya itu sungguh sesuatu yang manis, betapa 

menyedihkannya bila seseorang harus makan dalam kege-

lapan seumur hidupnya! Orang yang buta tidak bisa menik-

mati cahaya, namun   orang yang terlahir buta bahkan tidak 

punya gagasan sedikit pun apa itu cahaya. Menurut saya, 

orang yang demikian akan bersedia memberikan apa saja 

untuk memuaskan keingintahuannya itu, meskipun hanya 

untuk memperoleh kesempatan satu hari saja untuk meli-

hat cahaya, bentuk dan sosok, dan meskipun sesudah  itu 

dia tidak pernah menyaksikan semuanya itu lagi. Mengapa 

terang hidup diberikan kepada seseorang yang ada dalam 

kemalangan seperti ini, yang tidak mendapat kesempatan 

untuk melihat sinar mentari, yang jalannya tersembunyi, 

dan yang dikepung Tuhan  ? (Ayb. 3:20-23). Biarlah kita me-

muji Tuhan   sebab keadaan kita tidak demikian. Mata yaitu  

bagian tubuh yang selalu paling ingin tahu, bentuknya pun 

sangat bagus dan elok. Katanya, dalam pembentukan tu-

buh binatang, mata yaitu  bagian pertama yang kemun-

culannya paling menonjol. Betapa besar belas kasihan 

Tuhan   yang tidak mengizinkan kegagalan dalam pembentuk-


 620

an mata kita! Kristus telah menyembuhkan banyak orang 

yang kebutaannya disebabkan oleh penyakit atau kecelaka-

an, namun   di sini Ia menyembuhkan orang yang terlahir 

buta: 

[1]  Supaya Ia dapat mencontohkan kuasa-Nya yang mam-

pu menolong mereka yang bahkan ada dalam keadaan 

paling buruk sekalipun, dan melepaskan mereka saat 

yang lainnya tidak mampu melakukan hal yang sama. 

[2] Supaya Dia dapat memberikan sebuah gambaran dari 

cara kerja anugerah-Nya dalam jiwa para pendosa, yang 

memberikan penglihatan kepada mereka yang sudah 

dari awal sifatnya buta hatinya.  

(2) Belas kasihan Tuhan Yesus kita yang begitu lembut terha-

dap orang itu. Dia melihat orang itu. Artinya, Dia meng-

indahkan keadaan orang itu dan begitu peduli terhadap-

nya. saat  Tuhan   hendak memberikan kelepasan, dikata-

kan bahwa Ia melihat kesusahan. Begitu pulalah Kristus 

melihat orang yang malang ini. Orang lain juga melihat dia, 

namun   bukan dengan cara yang sama seperti Kristus meli-

hatnya. Orang malang ini tidak bisa melihat Kristus, namun   

Kristus melihatnya, dan langsung bersedia menjawab per-

mohonan dan pengharapannya dengan kesembuhan yang 

akan memberi kejutan baginya. Kristus sering ditemukan 

oleh orang-orang yang tidak mencari ataupun melihat Dia 

(Yes. 65:1). Jadi, jika kita mengenal atau mengerti sesuatu 

mengenai Dia, itu sebab  kitalah yang lebih dahulu dikenal 

oleh-Nya (Gal. 4:9) dan ditangkap oleh-Nya (Flp. 3:12). 

II.  Perbincangan Kristus dengan para murid-Nya mengenai orang itu. 

Saat Ia meninggalkan Bait Tuhan  , mereka pun turut serta bersama-

Nya, sebab para murid itu tetap tinggal bersama-sama dengan Dia 

dalam segala pencobaan dan mengikuti-Nya ke mana pun Ia 

pergi. Dan mereka pun tidak rugi sebab  sikap setia mereka itu, 

melainkan dengan limpah mengalami banyak hal bersama Dia.  

Perhatikanlah: 

1.  Pertanyaan yang mereka ajukan kepada Sang Guru mengenai 

perkara orang buta tersebut, (ay. 2). Saat Kristus melihatnya, 

mereka pun ikut memperhatikannya. Belas kasihan Kristus 

Injil Yohanes 9:1-7 

 621 

memang harus menyalakan belas kasihan kita juga. Mungkin 

saja Kristus telah memberi tahu mereka bahwa orang malang 

itu sudah buta sejak lahir, atau bisa jadi mereka mengetahui-

nya sebab  hal itu telah tersiar luas. Namun, bukannya men-

dorong Kristus untuk menyembuhkannya, mereka malah 

mengajukan sebuah pertanyaan aneh mengenai orang itu: 

“Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang 

tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”  

Nah, pertanyaan mereka itu:  

(1) Sangat menghakimi tanpa belas kasihan. Mereka percaya 

begitu saja bahwa kemalangan yang luar biasa ini merupa-

kan hukuman atas suatu kejahatan yang tidak biasanya, 

dan bahwa orang ini seorang pendosa besar melebihi se-

mua orang yang diam di Yerusalem (Luk. 13:4). Tidak aneh 

kalau orang biadab menyimpulkan bahwa orang ini sudah 

pasti seorang pembunuh, namun   tidak dapat dimaafkan lagi 

jika yang melakukan itu yaitu  orang yang telah mengenal 

firman Tuhan   dengan baik dan yang telah membaca bahwa 

segala sesuatu sama bagi sekalian, dan tahu benar hal 

yang dinyatakan dalam perkara Ayub bahwa orang yang 

paling menderita tidak berarti ia seorang pendosa besar. 

Anugerah pertobatan menyebutkan kesusahan kita sebagai 

penghukuman, namun   anugerah kasih menyebut kesusahan 

orang lain sebagai pencobaan, kecuali jika memang jelas 

terbukti sebaliknya.  

(2) Menyiratkan keingintahuan yang sebenarnya tidak perlu. 

Dengan menyimpulkan bahwa kesengsaraan itu ditimpa-

kan sebab  suatu kejahatan yang besar, mereka pun ber-

tanya, Siapa yang telah berbuat jahat, orang ini atau orang-

tuanya? namun  , apa urusannya itu dengan mereka? Atau, 

apa untungnya jika mereka tahu hal itu? Kita memang 

cenderung lebih sering mempertanyakan dosa orang lain 

dibandingkan  dosa kita sendiri. Padahal seharusnya kita lebih 

peduli untuk mengetahui mengapa Tuhan   tidak berkenan 

kepada kita dibandingkan  mengapa Dia tidak berkenan kepada 

orang lain. Menghakimi orang lain yaitu  dosa.  


 622

Mereka ingin menyelidiki:  

[1]  Apakah orang itu dihukum sebab  dosanya, yang telah 

dilakukan atau yang terlihat sebelum ia lahir. Sebagian 

orang berpikir bahwa para murid itu telah terpengaruh 

oleh gagasan Pytagoras mengenai jiwa-jiwa yang telah 

ada sebelum kehidupan (pre-existence)  dan perpindahan 

mereka dari satu tubuh ke tubuh lainnya. Apakah jiwa 

orang itu dikutuk melalui kungkungan tubuhnya yang 

buta sebagai hukuman dosa besar yang dilakukan da-

lam tubuh lain yang pernah ia tempati sebelumnya? 

Kaum Farisi sepertinya juga berpendapat sama tentang 

keadaan orang itu saat mereka berkata, Engkau ini lahir 

sama sekali dalam dosa (ay. 34), seolah-olah semua 

yang lahir dalam dosa itu tercemar dari awalnya. Atau,  

[2] Apakah dia dihukum sebab  kejahatan orangtuanya, 

yang memang terkadang ditimpakan Tuhan   kepada anak-

anak manusia. Inilah alasan penting mengapa orangtua 

tidak boleh meremehkan dosa, sebab bisa jadi anak-

anak merekalah yang akan merasakan akibatnya saat 

mereka tiada nanti. Jadi janganlah kita kejam terhadap 

keturunan kita seperti burung unta di padang pasir. 

Mungkin juga para murid bertanya begitu bukan sebab  

mereka percaya bahwa hal itu merupakan hukuman 

atas dosa yang telah dilakukan orang itu atau orangtua-

nya, namun   sebab  sebelumnya Kristus telah menekan-

kan pada orang lain yang lumpuh bahwa dosalah yang 

memicu  kelumpuhannya itu (5:14). “Guru,” kata 

mereka, “dosa siapakah yang telah memicu  ke-

adaannya yang tidak berdaya itu?” sebab  tidak paham 

mengapa keadaan seperti itu diizinkan Tuhan   untuk ter-

jadi, mereka pun berusaha mencari tahu. Ketetapan 

Tuhan   selalu pasti, sebab keadilan-Nya yaitu  seperti gu-

nung-gunung Tuhan  , namun tidak selalu dapat dipahami 

manusia, sebab hukum-Nya bagaikan samudera raya 

yang hebat.  

2.  Jawaban Kristus terhadap pertanyaan tersebut. Dia selalu ca-

kap mengajar dan siap memperbaiki kekeliruan para murid-

Nya.  

Injil Yohanes 9:1-7 

 623 

(1) Dia mengemukakan alasan mengapa orang itu buta: “Bu-

kan sebab  dia atau orangtuanya telah berdosa, namun   dia 

terlahir buta dan sampai sekarang masih begitu supaya 

pada akhirnya pekerjaan-pekerjaan Tuhan   dapat dinyatakan 

di dalam dia,” (ay. 3). Di sini, Kristus yang mengenal raha-

sia kebijaksanaan-kebijaksanaan ilahi dengan sempurna, 

memberitahukan mereka dua hal mengenai penderitaan 

yang luar biasa seperti itu:  

[1] Bahwa hal-hal seperti itu tidak selalu ditimpakan seba-

gai hukuman atas dosa. Keberdosaan semua umat ma-

nusia sungguh membenarkan tindakan Tuhan   dalam 

mengizinkan terjadinya segala kesengsaraan di dalam 

hidup manusia. Dengan demikian, mereka yang bagian 

penderitaannya tidak terlalu berat dapat berkata bahwa 

Tuhan   itu baik, dan mereka yang mendapat bagian ter-

berat tidak bisa menuduh-Nya tidak adil. Akan namun  , 

ada banyak orang juga yang dibiarkan menderita lebih 

berat, padahal mereka tidak melakukan lebih banyak 

dosa dibandingkan  yang lainnya. Ini bukan berarti orang itu 

dan kedua orangtuanya sudah berbuat dosa. Tidak ada 

kesalahan luar biasa yang memicu  Tuhan   menim-

pakan kemalangan itu kepada mereka. Perhatikan, kita 

harus berhati-hati supaya tidak menghakimi orang lain 

sebagai pendosa besar hanya kerena mereka sangat 

menderita, supaya jangan sampai kita didapati bukan 

hanya menambah kesakitan orang-orang yang Kautikam 

(Mzm. 69:26), melainkan juga menuduh mereka yang 

telah dibenarkan Tuhan   dan menghukum mereka yang 

baginya Kristus telah mati (Rm. 8:33-34).  

[2]  Bahwa kemalangan itu terkadang dimaksudkan sema-

ta-mata untuk kemuliaan Tuhan   dan untuk menyatakan 

pekerjaan-Nya. Tuhan   memiliki kedaulatan atas segala 

mahluk ciptaan dan juga hak istimewa atas mereka, 

dan berhak memakai mereka untuk melayani kemulia-

an-Nya dengan cara apa pun yang Ia anggap pantas, 

dalam tindakan ataupun penderitaan. Jika Tuhan   dimu-

liakan baik oleh kita maupun di dalam diri kita, berarti 

kita tidak diciptakan dengan sia-sia. Orang ini buta 

sejak lahir, dan berharga bagi dia untuk menjadi demi-


 624

kian dan terus ada dalam kegelapan yang begitu lama, 

supaya pekerjaan-pekerjaan Tuhan   dinyatakan dalam dia.  

Artinya:  

Pertama, supaya sifat-sifat Tuhan   dapat dinyatakan 

dalam dia, yaitu: keadilan-Nya dalam mengizinkan ma-

nusia yang berdosa untuk menjadi rapuh terhadap ke-

sengsaraan yang menyedihkan seperti itu. Supaya sifat-

Nya diperlihatkan, yaitu kuasa dan kebaikan-Nya dalam 

menyokong seorang malang yang berada dalam suatu 

keadaan yang sengsara, terutama kuasa dan kebaikan-

Nya yang luar biasa untuk menyembuhkan dia. Perhati-

kan, berbagai kesukaran yang diizinkan Tuhan   dapat di-

artikan sebagai berikut (sebab  kalau tidak demikian, 

maka tidak ada penjelasan untuk itu): bahwa Tuhan   me-

rencanakannya supaya dapat dipakai untuk menunjuk-

kan diri-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya, supaya 

Dia pun diindahkan. Orang-orang yang tidak meng-

acuhkan-Nya dalam peristiwa-peristiwa biasa kadang-

kala dikejutkan dengan hal-hal yang luar biasa. Jadi, 

orang baik yang harus kehilangan kenyamanannya bo-

leh bersuka sebab  dia boleh yakin bahwa pada akhir-

nya Tuhan   akan mendapatkan kemuliaan melalui semua-

nya itu.  

Kedua, bahwa rancangan Tuhan   mengenai Sang Pene-

bus dapat dinyatakan dalam orang itu. Dia buta sejak 

lahir supaya Tuhan Yesus kita mendapatkan kehormat-

an saat  Ia menyembuhkannya, sehingga dengan begi-

tu Ia dapat membuktikan diri bahwa Ia diutus Tuhan   

menjadi terang sejati yang menyinari dunia. Dengan 

demikian, kesengsaraan dan kebutaan orang itu me-

mang diizinkan untuk menimpanya, supaya  pekerjaan 

Tuhan   dapat dinyatakan dalam pencelikan mata yang 

buta tersebut.  Telah lama sekali sejak dia terlahir buta, 

dan alasan kebutaannya itu tidak pernah diketahui 

sampai saat itu. Perhatikan, maksud pemeliharaan 

Tuhan   biasanya tidak tersingkap lama sekali sesudah  ke-

jadiannya berlangsung, bahkan mungkin bertahun-ta-

hun sesudah itu. Kalimat-kalimat dalam artikel  mengenai 

Injil Yohanes 9:1-7 

 625 

pekerjaan Tuhan   memang kadang begitu panjang, dan 

Anda harus terus membacanya dengan tekun sebelum 

Anda dapat memahaminya.  

(2) Kristus mengemukakan alasan mengapa Ia begitu siap se-

dia menolong dan menyembuhkan orang buta itu (ay. 4-5). 

Dia sama sekali tidak berniat pamer, namun hanya ingin 

menjalankan tugas-Nya: Aku harus mengerjakan pekerjaan 

Dia yang mengutus Aku (yang salah satunya yaitu  me-

nyembuhkan orang itu), selama masih siang, yaitu waktu 

untuk bekerja. Akan datang malam, penghujung di hari itu, 

di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. Itu bu-

kan merupakan satu-satunya alasan mengapa Kristus 

terus-menerus berbuat baik terhadap jiwa dan raga manu-

sia, namun   Ia ingin secara khusus memperlihatkan mengapa 

Dia melakukan perbuatan itu sekalipun saat itu hari Sabat, 

bahwa pekerjaan-pekerjaan yang sangat perlu boleh dilaku-

kan pada hari itu, dan Ia membuktikan bahwa menyem-

buhkan orang itu merupakan salah satu pekerjaan yang 

perlu.  

[1] Perbuatan itu merupakan kehendak Bapa-Nya: Aku ha-

rus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku. 

Perhatikan:  

Pertama, saat mengutus Anak-Nya ke dunia ini, 

Bapa memberi-Nya tugas untuk dikerjakan. Dia diutus 

Tuhan   ke dunia ini bukan untuk bermegah-megah, me-

lainkan untuk bekerja. Siapa yang Tuhan   utus, Ia akan 

memakainya, sebab Ia tidak mengutus siapa pun untuk 

berleha-leha.  

Kedua, pekerjaan yang harus dilakukan Kristus me-

rupakan pekerjaan Dia yang mengutus-Nya, yang bukan 

saja telah ditentukan oleh-Nya, namun   juga diperbuat 

bagi-Nya. Kristus yaitu  seorang pengerja yang bergiat 

bersama-sama dengan Tuhan  .  

Ketiga, Ia berkenan menyerahkan diri-Nya di bawah 

tanggung jawab pekerjaan yang telah diamanatkan ke-

pada-Nya: Aku harus bekerja. Hati-Nya sungguh rela 

dalam kovenan penebusan, untuk mendekat dan meng-

hampiri Tuhan   sebagai Sang Perantara (Yer. 30:21). Jadi, 


 626

masakan kita ingin bebas, sementara Kristus bersedia 

terbelenggu?  

Keempat, sesudah  menyerahkan diri dalam kewajiban 

untuk melaksanakan tugas-Nya, Kristus pun rela mem-

berikan yang terbaik dalam bergiat melakukan pekerja-

an itu. Dia mengerjakan pekerjaan yang harus Ia laku-

kan, ergazesthai ta erga – benar-benar menjalankan apa 

yang menjadi kewajiban-Nya. Kita benar-benar harus 

mengerjakan tugas kita, dan tidak boleh hanya puas 

dengan memandang dan membicarakannya saja. 

[2] Kini kesempatan-Nya telah datang: Aku harus bekerja 

selama masih siang, selagi masih ada waktu yang telah 

ditetapkan untuk bekerja, selama masih ada terang, 

yang diberikan untuk bekerja. Kristus sendiri memiliki 

hari-Nya. Pertama, seluruh pekerjaan dalam kerajaan 

perantara ini harus dilakukan dalam tenggang waktu 

tertentu di dalam dunia ini, sebab di akhir zaman, saat 

waktu tidak lagi tersisa, kerajaan itu akan diserahkan 

kepada Tuhan   Bapa, dan genaplah keputusan rahasia 

Tuhan  . Kedua, seluruh pekerjaan yang harus Ia lakukan 

sendiri selama Ia hidup di dunia ini harus dituntaskan 

sebelum kematian-Nya. Masa hidup-Nya di dunia ini 

merupakan siang hari yang dibicarakan-Nya di sini.  

Perhatikan, masa hidup kita yaitu  hari bagi kita, wak-

tu yang harus kita pergunakan untuk pekerjaan siang 

hari kita. Siang hari yaitu  waktu yang tepat bagi pe-

kerjaan manusia (Mzm. 104:22-23). Kita harus bergiat 

di sepanjang hidup kita dan tidak menyia-nyiakan wak-

tu kita dengan bermain-main saja sepanjang hari. Akan 

tiba saatnya bagi kita untuk beristirahat saat hari kita 

itu sudah berakhir, sebab waktunya hanya sebentar 

saja, yaitu hanya sehari.  

[3] Kesempatan-Nya untuk bekerja telah di tangan-Nya, 

dan sebab  itulah Dia pun menyibukkan diri. Akan da-

tang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat 

bekerja. Perhatikan, pemikiran tentang kematian yang 

semakin mendekat harus membuat kita lebih giat lagi 

dalam memanfaatkan semua kesempatan dalam kehi-

dupan ini untuk berbuat kebaikan dan menjadi lebih 

Injil Yohanes 9:1-7 

 627 

baik lagi. Akan datang malam. Malam itu sudah pasti 

akan datang, dan mungkin akan tiba-tiba datang, se-

makin dekat dan dekat. Kita tidak bisa memperkirakan 

seberapa dekatnya mentari, mungkin saja akan segera 

terbenam pada siang hari. Kita juga tidak dapat men-

jamin bahwa akan selalu ada lembayung senja di antara 

siang kehidupan dan malam kematian. Kita tidak bisa 

bekerja saat malam datang, sebab cahaya yang memam-

pukan kita untuk bekerja telah dipadamkan. Alam ku-

bur yaitu  dunia kegelapan, dan pekerjaan kita tidak 

dapat dilakukan dalam kegelapan. Lagi pula, kesempat-

an kita untuk bekerja akan berakhir pada saat itu. Saat 

Tuan kita membebankan tugas, Dia juga memberi kita 

sejumlah waktu. Jika malam telah datang, panggillah 

pekerja-pekerja itu. Saat itulah kita harus menunjukkan 

hasil pekerjaan kita dan menerima imbalan yang layak 

atasnya. Dalam dunia yang bekerja berdasarkan pem-

berian upah ini, kita tidak lagi diberikan masa percoba-

an tertentu. Seinci lilin yang telah meleleh tidak akan 

dapat dikembalikan lagi seperti semua. Kristus mema-

kai hal itu untuk memacu diri-Nya supaya terus bergiat, 

meskipun di dalam diri-Nya tidak ada pergumulan yang 

memaksa Dia untuk tidak bekerja. Jadi, apa lagi kita, 

seharusnya kita lebih menanamkan sikap dan pikiran 

seperti itu di dalam hati kita, supaya kita juga menjadi 

lebih giat lagi. 

[4] Tugas-Nya selama ada di dalam dunia yaitu  untuk 

meneranginya (ay. 5): Selama Aku di dalam dunia, dan 

itu tidak akan lama, Akulah terang dunia. Dia telah 

mengatakan hal itu sebelumnya (8:12). Dia yaitu  Sur-

ya Kebenaran yang tidak saja memiliki sinar di sayap-

nya bagi mereka yang dapat melihat, namun   juga kesem-

buhan pada sayapnya, atau pancaran cahaya bagi me-

reka yang buta dan tidak dapat melihat, yang jauh me-

lebihi cahaya besar yang menguasai siang hari. Kristus 

berkenan menyembuhkan orang buta ini, yang meng-

gambarkan dunia yang buta, sebab  Ia datang untuk 

menjadi terang dunia, bukan saja untuk memancarkan 


 628

cahaya, namun   juga untuk memberi penglihatan. Hal ini 

memberi kita,  

Pertama, dorongan yang kuat untuk datang kepada-

Nya dan mencari cahaya yang membimbing, membang-

kitkan semangat dan menyegarkan. Kepada siapa kita 

harus memandang selain kepada Dia? Ke mana harus 

kita arahkan mata kita selain kepada cahaya? Seperti 

kita bisa menikmati cahaya matahari, demikian juga 

kita bisa menikmati anugerah Kristus tanpa harga ter-

tentu dan tanpa harus mengeluarkan uang.   

Kedua, sebuah teladan yang baik untuk selalu mela-

kukan sesuatu yang bermanfaat di dunia ini. Apa yang 

dikatakan Kristus mengenai diri-Nya sendiri, dikatakan-

Nya juga mengenai para murid-Nya: Kamu yaitu  te-

rang dunia, dan jika demikian, biarlah terangmu bersi-

nar. Untuk apa lilin dibuat selain untuk dinyalakan?  

III. Cara penyembuhan orang buta itu (ay. 6-7). Keadaan saat mujizat 

terjadi sungguh khusus dan, tanpa ragu lagi, sangat memiliki 

makna khusus. sesudah  Ia mengatakan semuanya itu untuk meng-

ajar para murid-Nya dan membuka pengertian mereka, Dia pun 

mulai bekerja mencelikkan mata orang buta itu. Dia tidak me-

nangguhkan semuanya itu sampai Ia dapat melakukannya secara 

pribadi tanpa kehadiran banyak orang supaya keselamatannya 

lebih terjamin, atau menunggu sampai lebih banyak orang datang 

untuk melihat-Nya sehingga Ia lebih dihormati, atau sampai hari 

sabat berlalu supaya Ia tidak terlalu menyinggung hati orang-

orang tertentu. Saat kita memiliki kesempatan berbuat baik, hen-

daklah kita melakukannya dengan segera. Dia yang terus menun-

da-nunda perbuatan baik sampai segalanya dapat dilakukan tan-

pa sedikit pun hambatan akan mengakibatkan banyak pekerjaan 

baik terbengkalai selamanya (Pkh. 11: 4). Dalam proses penyem-

buhan itu,  

Perhatikanlah:  

1.  Bagaimana Kristus menyiapkan salep pelumas bagi mata 

orang itu. Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu 

dengan tanah. Dia bisa saja menyembuhkan orang itu dengan 

hanya sepatah kata, seperti yang telah dilakukan-Nya kepada 

Injil Yohanes 9:1-7 

 629 

banyak orang lain, namun   Dia memilih untuk melakukan itu 

untuk menunjukkan bahwa Dia tidak terikat dengan satu cara 

kerja tertentu saja. Dia mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah 

sebab  tidak ada air di dekat-dekat sana, dan Dia ingin meng-

ajari kita supaya tidak pilih-pilih, namun   selalu siap untuk me-

makai apa saja yang tersedia jika hal itu dapat dipakai untuk 

berbuat baik. Mengapa kita harus bersusah-susah memper-

sulit situasi saat bisa mengerjakan sesuatu dengan cara yang 

lebih mudah? Kristus memakai ludah-Nya sendiri untuk me-

nunjukkan bahwa ada kuasa kesembuhan dalam segala se-

suatu yang dimiliki-Nya. Tanah yang diaduk dengan air ludah-

Nya jauh lebih berharga dibandingkan  minyak urapan Gilead.  

2. Penggunaan tanah yang sudah dicampur dengan ludah itu 

pada tempat yang akan disembuhkan. Ia mengoleskannya 

pada mata orang buta tadi. Dengan kata lain, Ia menyeka 

(epechrise), Ia melumuri mata orang buta itu dengan campuran 

tanah dan ludah itu seperti seorang tabib yang lemah lembut. 

Dia melakukannya dengan tangan-Nya sendiri, meskipun 

pasiennya itu hanyalah seorang peminta-minta.  

Kristus melakukan hal itu: 

(1) Untuk lebih memperlihatkan kuasa-Nya dalam mencelik-

kan mata orang buta dengan cara sebaliknya yang dipikir-

kan orang saat  hendak menyembuhkan kebutaan. Melu-

muri mata dengan tanah biasanya justru membuat mata 

menutup, bukannya membuka. Perhatikan, kuasa Tuhan   

biasanya bekerja secara berlawanan.  Dia membuat manu-

sia merasakan kebutaan mereka sendiri dulu sebelum 

menganugerahkan penglihatan kepada mereka.  

(2) Untuk menunjukkan bahwa hal itu dilakukan oleh tangan-

Nya yang penuh kuasa, tangan yang sama yang telah men-

ciptakan manusia pertama dari tanah. Sebab, oleh Dialah 

Tuhan   menciptakan dunia, baik dunia yang besar ini mau-

pun manusia, dunia yang kecil. Manusia pun dibentuk dari 

tanah liat dan dicetak seperti tanah liat, dan di sini Kristus 

juga memakai unsur yang sama untuk mencelikkan mata 

di tubuh yang dulu telah Ia bentuk dengan tanah itu. 

(3) Untuk menggambarkan dan melambangkan penyembuhan 

dan pencelikan pikiran dan akal budi oleh anugerah Yesus 


 630

Kristus. Rancangan Injil dimaksudkan untuk membuka 

mata (Kis. 26:18). Nah, pelumas mata yang menyembuhkan 

itu merupakan persiapan Kristus, namun   bukan dari ludah-

Nya, melainkan dari darah-Nya, darah dan air yang tercu-

rah dari lambung-Nya yang tertusuk. Kita harus datang 

menghampiri Kristus untuk mendapatkan minyak pelumas 

mata (Why. 3:18). Hanya Dia yang mampu dan telah diutus 

untuk melakukannya (Luk. 4:18). Cara yang dipakai dalam 

pekerjaan ini sangat sederhana dan kelihatannya tidak 

mungkin, namun menjadi manjur sebab  kuasa Kristus. 

Saat dunia kegelapan hendak diterangi dan bangsa-bangsa 

yang jiwanya buta hendak dicelikkan, Tuhan   pun memilih 

yang bodoh, lemah dan hina untuk melakukan pekerjaan 

itu. Cara yang Kristus pakai untuk itu yaitu  pertama-

tama membuat manusia merasakan kebutaan mereka, se-

perti yang dirasakan orang buta ini saat matanya dilumuri 

tanah, sebelum Ia mencelikkan mereka. Paulus pun men-

jadi buta selama tiga hari pada saat pertobatannya, dan se-

telah itu, seolah-olah selaput gugur dari matanya. Resep 

utama supaya orang bisa mendapatkan hikmat rohani ada-

lah dengan membiarkan ia menjadi bodoh, supaya ia berhik-

mat (1Kor. 3:18). Kita harus dibuat tidak tenteram terlebih 

dahulu dengan kebutaan kita sebagaimana orang buta itu, 

barulah kemudian dapat disembuhkan.  

3.  Perintah yang diberikan kepada si sakit (ay. 7). Tabibnya me-

nyuruh dia, Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam. Hal 

ini tidak berarti bahwa pembasuhan tersebutlah yang mem-

buatnya melek, namun  : 

 (1) Di sini Kristus ingin menguji ketaatan orang itu, apakah 

dengan iman yang pasti ia akan mematuhi suruhan orang 

yang bahkan belum dikenalnya itu.  

(2) Kristus hendak menguji apakah orang itu lebih memilih 

menjalankan tradisi para tetua yang mengajarkan, mung-

kin telah mengajari dia (sebab banyak orang yang buta 

biasanya banyak mengetahui), bahwa membasuh mata di 

hari Sabat, bahkan dengan obat sekalipun, yaitu  sebuah 

perbuatan yang melanggar hukum, apalagi pergi ke kolam 

untuk membasuhnya.  

Injil Yohanes 9:1-7 

 631 

(3) Dia hendak menunjukkan cara penyembuhan ilahi yang 

meskipun hasilnya murni berasal dari kuasa dan anuge-

rah-Nya, tetap menghendaki kita melakukan tugas yang 

menjadi bagian kita. Pergi dan pelajarilah firman, hadirilah 

kebaktian, bergaullah dengan orang bijak. Hal-hal seperti 

itu laksana membasuh diri di kolam Siloam. Anugerah 

yang telah dijanjikan harus dinanti-nantikan dengan sa-

ngat melalui serangkaian ibadah yang telah ditetapkan. 

Baptisan air pun menjadi seperti kolam Siloam bagi mereka 

yang sebelumnya terkungkung dalam kegelapan, sebab di 

dalamnya mereka bukan saja dapat membasuh diri sampai 

bersih, namun   juga membasuh mata dan menjadi melek.  

sebab  itulah, mereka yang telah dibaptis sering disebut 

juga phōtisthentes – telah diterangi. Para penulis kuno me-

nyebut baptisan sebagai phōtismos – penerangan. Berkaitan 

dengan kolam Siloam, perhatikanlah: 

[1] Airnya berasal dari Bukit Sion sehingga merupakan air 

dari tempat kudus (Mzm. 46:5), air hidup yang menyem-

buhkan (Yeh. 47:9).  

[2] Air di Siloam dulunya melambangkan takhta dan kera-

jaan keluarga Daud, yang merujuk kepada Mesias (Yes. 

8:6). Orang Yahudi telah menolak air Syiloah, yaitu ajar-

an dan hukum Kristus, dan mereka bersuka ria dalam 

tradisi para tua-tua. Jadi Kristus ingin menguji orang 

ini, apakah ia akan menceburkan diri ke dalam kolam 

Siloam atau tidak.  

[3] Penulis Injil ini memperhatikan makna nama tersebut, 

yang diartikan sebagai yang diutus. Kristus sering di-

panggil sebagai Yang diutus Tuhan  , Malaikat kovenan 

(Mal. 3:1), sehingga saat Kristus menyuruhnya pergi ke 

kolam Siloam, hal itu sama saja dengan menyuruhnya 

datang kepada-Nya, sebab Kristus sungguh ingin me-

nyembuhkan jiwa-jiwa. Kristus sebagai nabi membim-

bing kita untuk datang kepada-Nya sebagai imam.  Per-

gilah dan basuhlah dirimu di sumber air yang terbuka, 

sumber air kehidupan, dan bukannya sebuah kolam se-

mata.  


 632

 4. Ketaatan si sakit akan petunjuk tersebut: Maka pergilah orang 

itu, mungkin dengan dituntun oleh temannya atau orang lain, 

atau mungkin dia pergi sendiri sebab  telah mengenal jalan-

jalan di Yerusalem dengan begitu baiknya. Biasanya, orang 

yang kurang penglihatannya dibekali dengan kepekaan yang 

luar biasa. Lalu, ia pun membasuh matanya. Mungkin saja 

para murid, atau orang di sekitarnya telah memberi tahu dia 

bahwa orang yang menyuruhnya tadi yaitu  Yesus yang telah 

banyak ia dengar, sebab kalau tidak begitu, mungkin dia tidak 

akan pergi menuruti perintah-Nya yang tampaknya sangat 

konyol. Dengan percaya akan kuasa Kristus, dan juga dengan 

kepatuhan terhadap perintah-Nya, dia pun pergi dan mem-

basuh diri.  

5.  Kesembuhan terjadi: Dia kembali dengan matanya sudah me-

lek. Dalam kisah ini, Dia pergi, membasuh diri, dan datang 

sambil melihat, ada  kemuliaan yang lebih bersinar dari-

pada semboyan Julius Cesar “Veni, vidi, vici” – “Aku datang, 

aku lihat, aku menang.” Saat tanah dibasuh dari matanya, se-

gala sesuatu yang lain yang dulu menghalangi penglihatannya 

juga ikut disingkirkan. Begitulah saat kesakitan dan perjuang-

an yang mengawali kelahiran baru telah usai, serta segenap 

pedih-perih dan ketakutan akan penghukuman telah berlalu, 

ikatan dosa pun ikut menyingkir bersama mereka, lalu kebe-

basan dan terang yang gemilang pun menerobos.  

Lihatlah di sini sebuah contoh:  

(1)  Dari kuasa Kristus. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh Dia 

yang bukan saja mampu mengerjakan hal itu, namun   juga 

melakukannya dengan cara demikian? Dengan segenggam 

tanah yang dilumurkan pada mata, lalu dibersihkan lagi, 

Dia segera saja dapat memulihkan katarak yang tidak da-

pat disingkirkan oleh keahlian dokter mata terhebat, de-

ngan alat terbaik dan dengan tangan yang paling terlatih 

sekalipun. Tidak diragukan lagi, Dialah yang akan datang 

itu, sebab melalui-Nya orang buta pun dapat dicelikkan.  

(2) Sebuah contoh dari berkat yang didatangkan melalui iman 

dan ketaatan. Orang buta ini membiarkan Kristus melaku-

kan apa yang dikehendaki-Nya, dan melakukan apa yang 

diperintahkan-Nya, sehingga ia pun sembuhlah. Orang 

Injil Yohanes 9:8-12 

 633 

yang ingin disembuhkan oleh Kristus memang harus berse-

dia diperintah oleh-Nya. Dia kembali dari kolam dan mene-

mui para tetangga dan temannya, dengan terheran-heran 

dan membuat mereka semua pun ikut merasa heran, sebab 

dia kembali dengan mata yang telah melihat. Hal ini meng-

gambarkan berkat yang didapat oleh jiwa-jiwa penurut ka-

rena setia dalam beribadah menurut perintah Kristus. Me-

reka pergi ke kolam Siloam dalam keadaan lemah, namun   

kembali dalam keadaan yang telah dikuatkan. Mereka pergi 

dengan keragu-raguan, dan kembali dalam kepuasan. Me-

reka pergi dengan duka lara dan kembali dalam sukacita. 

Mereka pergi dengan gemetaran dan kembali dalam keme-

nangan. Mereka pergi dalam keadaan buta, dan kembali 

dengan mata melihat, kembali dengan bernyanyi-nyanyi 

(Yes. 52:8).   

Orang yang Buta Sejak Lahir Disembuhkan 

(9:8-12) 

8 namun   tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai 

pengemis, berkata: “Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?” 9 Ada yang 

berkata: “Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: “Bukan, namun   ia serupa 

dengan dia.” Orang itu sendiri berkata: “Benar, akulah itu.”  10 Kata mereka 

kepadanya: “Bagaimana matamu menjadi melek?” 11 Jawabnya: “Orang yang 

disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan ber-

kata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan 

sesudah  aku membasuh diriku, aku dapat melihat.” 12 Lalu mereka berkata 

kepadanya: “Di manakah Dia?” Jawabnya: “Aku tidak tahu.” 

Kejadian yang begitu luar biasa se