Kisah pararasul 23
sti apa yang akan menimpanya di Yerusalem.
Kapan masalah itu akan timbul, pada kesempatan apa, dalam
keadaan bagaimana dan sampai sejauh mana, Tuhan tidak
menganggapnya layak untuk ia ketahui. Memang baik bagi
kita untuk dibiarkan dalam kegelapan mengenai peristiwa-
peristiwa yang akan datang, supaya kita selalu mengandalkan
dan menantikan Tuhan . saat kita bepergian, kita harus selalu
berpikir bahwa kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita,
hari apa, atau apakah di siang atau malam hari, serta pada
jam berapa hal itu akan terjadi. Dengan demikian, kita harus
selalu berserah diri kepada Tuhan dan membiarkan-Nya mela-
kukan apa pun yang dipandang-Nya baik bagi kita, dan ber-
usaha untuk selalu teguh di dalam seluruh kehendak-Nya.
2. namun , pada umumnya, Paulus tahu bahwa ada badai
besar di depannya, sebab semua nabi di setiap kota yang telah
ia lewati berkata kepadanya melalui Roh Kudus, bahwa penjara
dan sengsara sedang menantinya. Selain peringatan umum
yang diberikan kepada semua orang Kristen dan para pelayan
bahwa mereka harus sadar dan bersiap-siap selalu untuk
menghadapi penderitaan, Paulus juga telah mendapat berbagai
petunjuk mengenai sengsara yang luar biasa, lebih besar dan
lebih lama dibandingkan yang pernah ia alami sebelumnya, yang
sebentar lagi akan ia hadapi.
3. Sekalipun begitu, dengan gagah berani dia tetap memutuskan
untuk meneruskan pekerjaannya. Di setiap kota, peringatan
yang menyedihkan ini selalu didengung-dengungkan di teli-
nganya, yaitu bahwa penjara dan sengsara menunggunya. Bagi
877
seorang yang miskin, amatlah susah untuk terus melakukan
kebaikan sementara dia diperlakukan dengan semena-mena
sebab susah payahnya itu. Dan, berhargalah untuk memper-
tanyakan bagaimana dia dapat menanggung semuanya itu.
Dia terdiri dari darah dan daging, sama seperti manusia lain-
nya. Ya, begitulah dia,namun berkat kasih karunia Tuhan , dia
dimampukan untuk meneruskan pekerjaannya dan dengan
hati lapang serta penuh kemurahan dia tidak menganggap
berarti semua kesulitan dan kekecewaan yang harus ditang-
gungnya itu. Marilah simak perkataan yang keluar dari mulut-
nya sendiri (ay. 24), yang diutarakannya bukan dengan keke-
rasan atau ketinggian hati, melainkan dengan tekad kudus
yang rendah hati: Tidak ada satu pun dari hal-hal itu yang
menggentarkanku (dalam TB bagian ini tidak diterjemahkan
pen.), yang kupedulikan hanyalah terus maju dan bertekun
dalam jalan yang sudah menjadi tugasku dan mengakhirinya
dengan baik. Di sini Paulus merupakan teladan,
(1) mengenai keberanian kudus dan tekad kuat untuk mene-
ruskan pekerjaan kita, sekalipun kita menghadapi kesukar-
an dan perlawanan sebab nya. Dia tahu bahwa semuanya
itu telah menantinya,namun dia tidak mengindahkannya:
Tidak ada satu pun dari hal-hal itu yang menggentarkanku;
oudenos logon poioumai Aku tidak menghiraukannya sama
sekali. Dia tidak memasukkan semua itu ke dalam hatinya,
sebab di sana hanya ada Kristus dan sorga saja. Tidak ada
satu pun dari hal-hal itu yang menggentarkannya.
[1] Kesukaran itu tidak menghalau dia menjauh dari peker-
jaannya. Saat dia melihat badai muncul, dia tidak lan-
tas mundur untuk menghindarinya, melainkan terus
maju dengan tekad kuat, mengabarkan Injil di sana, se-
kalipun dia tahu harus membayar mahal untuk itu.
[2] Kesukaran itu tidak merenggut penghiburan darinya
ataupun memperlambat kelangsungan pekerjaannya. Di
tengah-tengah masalah, dia bertindak bagaikan orang
yang tidak acuh saja terhadapnya. Dengan kesabaran se-
perti itulah dia menguasai jiwanya, dan saat dia ber-
dukacita, dia tetap memiliki sukacitanya. Di dalam se-
gala hal, dia lebih dari seorang pemenang. Orang-orang
878
yang mengarahkan perhatian mereka ke sorga dapat
memandang ke bawah, bukan hanya ke arah masalah
biasa di bumi ini,namun juga ke arah murka dan ke-
jahatan neraka yang mengancam, dan berkata bahwa
tidak ada satu pun dari hal-hal itu yang menggentarkan
mereka, sebab mereka tahu bahwa tidak satu pun dari
hal-hal ini dapat melukai mereka.
(2) Mengenai pandangan hina yang kudus terhadap hidup, ke-
berlangsungannya, dan penghiburan di dalamnya:namun
aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun. Hidup ini
manis dan tentu saja berharga bagi kita. Orang akan mem-
berikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya.namun ,
orang yang mengerti diri dan kepentingannya dengan benar
akan rela memberi segala yang dipunyainya, termasuk
nyawanya, dibandingkan kehilangan kasih Tuhan dan membaha-
yakan kehidupan kekalnya. Paulus juga berpikiran demi-
kian. Meskipun nyawa itu amat berharga dipandang dari
mata jasmani,namun mata iman memandangnya sebagai
sesuatu yang tidak berharga. Hidup itu tidak sebegitu ber-
harganya dan bisa diserahkan dengan sukacita demi Kris-
tus. Hal ini menjelaskan Lukas 14:26, yang menghendaki
kita untuk membenci nyawa kita sendiri, bukan dengan
nafsu yang terburu-buru seperti Ayub dan Yeremia,namun
dengan sikap berserah diri yang kudus terhadap kehendak
Tuhan dan tekad untuk rela mati bagi Kristus dibandingkan ha-
rus menyangkal-Nya.
(3) Mengenai rasa peduli yang kudus untuk terus melanjutkan
panggilan hidupnya, yang harus lebih kita jagai dibandingkan
penghiburan ataupun tampilan luarnya. Paulus yang ter-
berkati itu tidak menghiraukan nyawanya sedikit pun demi
hal itu dan bertekad dalam kekuatan Kristus, non propter
vitam vivendi perdere causas bahwa dia tidak akan ke-
hilangan tujuan hidup hanya demi mempertahankan nya-
wanya. Dia rela menjalani hidupnya dengan bekerja keras,
mempertaruhkan nyawanya dalam pelayanan yang berba-
haya, dan menghabiskan waktunya untuk pelayanan yang
melelahkan. Bahkan, dia rela menyerahkan nyawanya se-
bagai martir, sehingga dia dapat menggenapi maksud
agung dari kelahirannya, baptisannya, dan panggilannya
879
sebagai rasul. Ada dua hal yang diindahkan pribadi yang
agung dan benar ini, dan dia tidak peduli akan apa pun
yang menimpa hidupnya asalkan dia bisa mencapai kedua
hal ini:
[1] Supaya dia didapati setia menjalankan kepercayaan
yang diberikan kepadanya, supaya dia dapat menyele-
saikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus ke-
padanya, dapat melaksanakan pekerjaan yang ditugas-
kan kepadanya di dunia ini, atau lebih tepatnya, di dalam
jemaat. Juga, supaya dia dapat menuntaskan pelayanan
dari angkatannya, dapat menyelesaikan rangkaian pela-
yanannya secara utuh. Supaya dia dapat bertekun di
dalamnya dan orang-orang lain dapat menuai hasilnya,
sebanyak yang telah ditentukan. Dan supaya dia bisa,
sebagaimana yang dikatakan tentang kedua saksi itu,
menyelesaikan kesaksian mereka (Why. 11:7), dan tidak
setengah-setengah menjalankan pekerjaannya. Perhati-
kanlah, Pertama, kerasulan merupakan pelayanan bagi
Kristus dan juga bagi jiwa-jiwa manusia. Jadi, mereka
yang terpanggil ke dalam jabatan kerasulan itu harus le-
bih mengutamakan pelayanan jabatan ini dibandingkan
kehormatan atau kekuasaan dari jabatan itu. Dengan
demikian, jika para rasul saja harus bersikap demikian,
lebih-lebih lagi para pendeta dan pengajar. Mereka ha-
rus berada di dalam jemaat sebagai orang-orang yang
melayani. Kedua, pelayanan ini diterima dari Tuhan Ye-
sus. Dia mempercayakan tugas itu kepada mereka dan
dari Dialah mereka menerima tanggung jawab itu. Bagi
Dialah mereka menjalankan tugas itu, dalam nama-
Nya, dalam kekuatan-Nya, dan mereka harus memper-
tanggungjawabkannya kepada Dia. Kristuslah yang me-
netapkan mereka ke dalam pelayanan itu (1Tim. 1:12).
Dialah yang menyokong mereka dalam pelayanan mere-
ka, dan dari Dialah mereka memiliki kekuatan untuk
menunaikan pelayanan mereka dan menanggung segala
kesukaran di dalamnya. Ketiga, tugas pelayanan ini
ialah untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karu-
nia Tuhan , untuk mengumandangkannya kepada dunia,
membuktikan kebenarannya, dan menganjurkannya ke-
880
pada dunia. Dan, sebagai Injil kasih karunia Tuhan , Injil
itu sudah memiliki segalanya untuk menyatakan dan
menganjurkan dirinya sendiri. Injil ini merupakan bukti
niat baik Tuhan bagi kita dan sarana-Nya untuk menger-
jakan pekerjaan baik-Nya di dalam diri kita. Injil me-
nunjukkan bahwa Tuhan begitu penuh rahmat terhadap
kita dan menjadikan kita juga penuh rahmat. Seperti
itulah Injil kasih karunia Tuhan itu. Paulus memakai hi-
dupnya untuk memberi kesaksian tentang semua itu
dan ingin menggunakan seluruh masa hidupnya untuk
menjadi alat dalam memberitakan pengetahuan, keha-
ruman dan kuasa Injil ini.
[2] Supaya dia dapat mengakhiri tugasnya dengan baik.
Dia tidak peduli kapan hidupnya berakhir, atau bagai-
mana berakhirnya, segera atau tiba-tiba, dengan cara
yang menyedihkan atau bagaimana, bila melihat keadaan
yang terjadi. Yang penting bagi dia, asal saja dia dapat
mencapai garis akhir. Pertama, dia memandang hidup-
nya sebagai sebuah perjalanan, sebuah lomba, demi-
kianlah arti kata aslinya. Hidup kita merupakan per-
lombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibr. 12:1). Hal ini
menegaskan bahwa ada pekerjaan yang telah ditetap-
kan bagi kita, sebab kita tidak diutus ke dunia ini untuk
berleha-leha. Kita juga memiliki keterbatasan, sebab kita
tidak diutus untuk selalu ada di dunia ini, melainkan
hanya melewatinya saja, bahkan, berlari menembusnya,
dan waktunya sebentar saja. Bisa saya tambahkan di
sini, untuk menerobos bahaya dengan melewatinya. Ke-
dua, dia menanti-nantikan garis akhir perjalanannya
dan membicarakannya sebagai sesuatu yang sebentar
lagi pasti akan terjadi dan yang selalu dipikirkannya.
Akhir perlombaan kita yaitu kematian, saat kita harus
menerima entah itu kehormatan atau cela. Ketiga, dia
berupaya sebisa mungkin untuk mengakhirinya dengan
baik, menunjukkan hasrat kudus untuk mencapainya
dan ketakutan yang kudus untuk tidak bisa mencapai-
nya. Oh! Biarlah aku dapat mencapai garis akhir dengan
kegirangan, maka semuanya akan baik-baik, sempurna
dan untuk selamanya. Keempat, dia menganggap tidak
881
ada suatu apa pun yang terlalu merepotkan atau berat
untuk ditanggung, supaya dia dapat mencapai garis
akhir, mencapainya dengan sukacita. Kita harus mema-
kai hidup kita untuk mempersiapkan kematian yang pe-
nuh sukacita, supaya kita bukan saja boleh mati de-
ngan perasaan aman melainkan juga dengan nyaman.
III. Dengan beranggapan bahwa kali itu merupakan kali yang terakhir
bagi mereka untuk melihatnya, dia mengungkapkan ketulusan
dan kesetiaannya di hadapan hati nurani mereka dan menuntut
kesaksian dari mereka mengenai hal itu.
1. Dia mengatakan kepada mereka bahwa kini dia hendak ber-
pamitan dengan mereka untuk yang terakhir kalinya (ay. 25):
Aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu
sekalian yang telah kerap kali kukunjungi untuk memberitakan
Kerajaan Tuhan , sekalipun kalian mungkin akan menerima su-
rat-surat dariku. Saat berpisah dengan kawan-kawan kita, kita
boleh dan seharusnya mengatakan, Kita tidak tahu apakah
kita akan saling berjumpa lagi: kawan-kawan kita mungkin
akan berpulang, atau bahkan kita sendiri yang akan berpu-
lang. namun , di sini Paulus membicarakannya dengan
keyakinan, oleh Roh nubuatan, bahwa orang-orang Efesus ini
tidak akan melihat mukanya lagi. Kita pastinya beranggapan
bahwa tidak mungkin orang yang sebelumnya mengatakan
hal-hal yang ia ragukan (aku tidak tahu apa yang akan terjadi
atas diriku di situ, ay. 22) bisa membicarakan hal ini dengan
penuh keyakinan, terutama saat dia tahu bahwa hal itu akan
mendatangkan kesusahan bagi kawan-kawannya di sini, ke-
cuali jika dia didaulat Roh untuk mengatakannya. sebab itu,
saya menganggap keliru orang-orang yang berpikir bahwa se-
telah itu Paulus kembali lagi ke Efesus dan berjumpa dengan
mereka lagi. Jika sekiranya demikian, pastinya dia tidak akan
mengatakan dengan sungguh-sungguh: dan sekarang aku
tahu, kalau ia tidak tahu akan hal itu dengan pasti. Bukannya
dia sudah bisa mengetahui jauh-jauh hari bahwa dia masih
memiliki banyak waktu dan pekerjaan di hadapannya,namun
dia sudah bisa melihat bahwa pekerjaannya akan dihentikan
dari dia di tempat-tempat lain, dan sebab itu di tempat-tem-
pat lain ini tidak ada lagi yang harus dia kerjakan. Di
882
Efesus itu dia sudah lama berkeliling memberitakan kerajaan
Tuhan , memberitakan keburukan kerajaan dosa dan Iblis dan
mengabarkan kebaikan wewenang dan kuasa Tuhan di dalam
Kristus, memberitakan kerajaan kemuliaan sebagai tujuan hi-
dup dan kerajaan kasih karunia sebagai jalan menuju ke sana.
Mereka telah sering bersukacita melihat wajahnya di atas
mimbar, melihat mukanya sama seperti muka seorang malai-
kat. Jika kaki para utusan damai sejahtera itu saja begitu in-
dahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit, apalagi wajah-wa-
jah mereka?namun kini, mereka tidak akan melihat wajahnya
lagi. Perhatikanlah, kita harus sering-sering berpikir bahwa
orang-orang yang kini memberitakan kerajaan Tuhan kepada
kita itu akan segera diambil dari kita dan kita tidak akan meli-
hat muka mereka lagi: dan para nabi, apakah mereka hidup
untuk selama-lamanya?namun terang mereka hanya sebentar
saja berada bersama kita. Oleh sebab itu, hendaknya kita ber-
sungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan itu selagi ada,
supaya saat kita tidak bisa lagi melihat muka mereka di du-
nia ini, kita bisa berharap untuk dapat bertemu mereka de-
ngan hati terhibur pada hari agung itu.
2. Dia mengungkapkan kepada mereka mengenai kesetiaannya
dalam menunaikan pelayanannya di antara mereka (ay. 26):
Sebab itu, melihat pelayananku di antara kalian telah ber-
akhir, maka baiklah bagi kita untuk merenungkan dan menin-
jau ulang; dan,
(1) Dia menantang mereka untuk membuktikan apakah dia
telah berlaku tidak setia atau telah mengatakan dan mela-
kukan apa pun yang menyebabkan kebinasaan jiwa manu-
sia yang berharga: aku tidak bersalah terhadap siapa pun
yang akan binasa, darah jiwa-jiwa. Hal ini terang-terangan
mengacu kepada kelalaian seorang nabi (Yeh. 33:6), yang
menyatakan bahwa darah orang yang binasa oleh pedang
musuh harus dipertanggungjawabkan oleh para penjaga
yang tidak setia, yang tidak memberi peringatan: Kalian ti-
dak bisa menuduhku lalai memberi peringatan, dan sebab
itu tidak ada setetes darah pun yang harus kupertanggung-
jawabkan. Jika seorang pelayan telah membuktikan bahwa
dia setia, dia bisa bersukacita dengan berkata, aku tidak
883
bersalah terhadap siapa pun yang akan binasa, dan harus
mendapat kesaksian serupa dari orang lain.
(2) Oleh sebab itu, dia membiarkan darah orang-orang yang
akan binasa dipertanggungjawabkan sendiri oleh mereka,
sebab mereka telah mendapat peringatan yang semestinya,
tetapi mereka tidak sudi mengindahkannya.
(3) Dia meminta para pelayan itu supaya mereka juga berusaha
sedapat mungkin untuk mengikuti jejaknya: Aku tidak ber-
salah terhadap siapa pun yang akan binasa, jagalah dirimu
supaya demikian juga. Pada hari ini aku bersaksi kepada-
mu en tē sēmeron hēmera, Aku mempergunakan kesem-
patan pada hari ini untuk bersaksi kepadamu, begitulah
yang diartikan oleh Streso. Sebagaimana langit dan bumi
sering dijadikan tujuan untuk berseru, demikian pula hari
perpisahan itu dijadikan sebagai hari kesaksian.
3. Dia membuktikan kesetiaannya dengan perkataan ini (ay. 27):
Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Tuhan ke-
padamu.
(1) Dia telah memberitakan maksud Tuhan kepada mereka, ti-
dak lain dari itu, dan tidak pernah menambahkan sesuatu
yang dikarang-karangnya sendiri. Murni Injil saja, tidak le-
bih, yaitu kehendak Tuhan mengenai keselamatan kalian.
Injil merupakan maksud Tuhan yang secara mengagumkan
dirancangkan oleh hikmat-Nya, ditetapkan oleh kehendak-
Nya yang tidak akan berubah, dan dengan murah hati di-
rancangkan oleh kasih karunia-Nya demi kemuliaan kita
(1Kor. 2:7). Kehendak Tuhan inilah yang harus dijadikan pe-
kerjaan utama para hamba Tuhan untuk mengumandang-
kannya sebagaimana yang diwahyukan, bukan hal-hal lain
dan tidak lebih dari itu.
(2) Dia telah memberitakan kepada mereka seluruh maksud
Tuhan . Sebagaimana ia telah memberitakan kepada mereka
Injil yang murni, demikian pula ia telah memberitakan se-
luruh Injil itu bagi mereka. Dia telah menelaah suatu kesa-
tuan Tuhan di antara mereka, sehingga, oleh sebab kepada
mereka telah dibukakan kebenaran Injil secara teratur dari
urutan pertama hingga terakhir, mereka dapat lebih mema-
884
haminya, dengan melihat kaitan dan ketergantungan dari
satu bagian dengan bagian lainnya.
(3) Dia tidak lalai melakukannya. Dia tidak dengan sengaja
atau berencana menghindar dari tugasnya memberitakan
bagian mana pun dari maksud Tuhan . Dia tidak menolak
memberitakan bagian-bagian paling sulit dari Injil hanya
sebab tidak mau bersusah payah, juga tidak menampik
untuk memberitakan bagian-bagian yang paling jelas dan
mudah hanya untuk mempertahankan gengsinya. Dia tidak
menghindari diri untuk memberitakan ajaran-ajaran yang
dia tahu akan membuat murka para musuh besar Kekris-
tenan, ataupun ajaran-ajaran yang tidak menyenangkan
bagi para pemeluknya yang tidak taat, melainkan menerus-
kan pekerjaannya dengan setia, tidak peduli apakah mere-
ka bersedia mendengarkannya atau menampiknya. Demiki-
anlah ia membuat dirinya tidak bersalah terhadap darah
semua orang.
IV. Dia mewajibkan mereka, sebagai para pelayan, untuk bersikap
tekun dan setia dalam pekerjaan mereka.
1. Dia menyerahkan kepada mereka jemaat di Efesus, yaitu
orang-orang kudus, orang-orang Kristen yang ada di sana dan
di daerah-daerah sekitarnya (Ef. 1:1). Jemaat ini tentunya ber-
jumlah amat banyak, sebab mereka tidak dapat berkumpul
semuanya di satu tempat,namun beribadah kepada Tuhan da-
lam beberapa kumpulan jemaat, di bawah pimpinan beberapa
pelayan. Walaupun begitu, di sini mereka masih disebutkan
sebagai satu kawanan, sebab mereka bukan saja memiliki
satu iman, sebagaimana semua jemaat Kristen lainnya,namun
juga menjalin persekutuan antara satu dengan yang lainnya.
Kepada para penatua dan hamba-hamba Tuhan inilah sang ra-
sul menyerahkan pengelolaan jemaatnya, saat dia sudah me-
ngetahui bahwa dia harus berpamitan dengan mereka untuk
yang terakhir kalinya. Dia juga memberi tahu mereka bahwa
bukanlah dia sendiri, melainkan Roh Kuduslah, yang telah me-
netapkan mereka menjadi penilik, episkopous penilik kawanan
itu. Kamu sekalian, para penatua, yaitu para penilik jemaat
yang telah ditetapkan Roh Kudus, supaya mengawasi bagian
dari jemaat Tuhan ini (1Ptr. 5:1-2; Tit. 1:5, 7). saat Paulus
885
masih berada di Efesus, dia mengurusi semua urusan jemaat
itu, sehingga para penatua pun enggan berpisah dengannya.
namun , kini sang rajawali menggoyangbangkitkan isi sa-
rangnya dan melayang-layang di atas anak-anaknya. Kini, se-
telah mereka mulai memiliki sayap, mereka harus belajar ter-
bang sendiri dan bekerja tanpa dia, sebab Roh Kudus telah
menetapkan mereka menjadi penilik. Bukan mereka yang
mengambil kehormatan ini bagi diri mereka sendiri. Jabatan itu
pun tidak ditetapkan bagi mereka oleh seorang raja atau pe-
nguasa, melainkan Roh Kudus di dalam merekalah yang me-
layakkan dan memperkaya mereka untuk tugas agung ini. Roh
Kudus turun ke atas mereka (19:6). Roh Kudus juga mengarah-
kan orang-orang yang memilih, memanggil dan menetapkan
mereka bagi pekerjaan ini, sebagai jawaban atas doa mereka.
2. Dia memerintahkan mereka untuk mengindahkan pekerjaan
yang menjadi panggilan mereka itu. Kehormatan selalu diiringi
oleh kewajiban. Jika Roh Kudus telah menetapkan mereka se-
bagai penilik kawanan, yaitu sebagai gembala, maka mereka
harus setia terhadap kepercayaan ini .
(1) Pertama-tama mereka harus menjaga diri mereka sendiri,
harus mengawasi dengan cermat segala gerak-gerik jiwa
mereka, segala yang mereka perbuat dan katakan. Mereka
harus berjalan hati-hati dan bersikap benar di dalam ru-
mah Tuhan , di mana mereka kini diangkat sebagai peng-
urusnya: Ada banyak mata yang mengawasi kamu seka-
lian, sebagian menjadikan kamu sebagai contoh, yang lain-
nya hendak mencari-cari kesalahanmu. sebab itu, kamu
harus menjaga diri. Orang-orang yang tidak cakap atau setia
dalam memelihara kebun anggurnya sendiri pastilah juga
tidak becus mengurusi kebun anggur orang lain.
(2) Jagalah kawanan, seluruh kawanan, beberapa orang men-
jaga sebagian, dan yang lainnya menjaga sebagian lain, se-
suai dengan panggilan dan kesempatan yang ada padamu,
tetapi pastikan bahwa tidak ada satu bagian pun yang lu-
put dari perhatianmu. Para pelayan Tuhan bukan saja ha-
rus menjaga jiwa mereka sendiri,namun juga harus terus
mengawasi jiwa orang-orang yang berada di bawah peng-
awasan mereka, sebagaimana gembala menjagai kawanan
dombanya, supaya mereka tidak dilukai: Jagalah seluruh
886
kawanan, supaya tidak ada seorang pun dari mereka me-
misahkan diri atau dimangsa oleh binatang buas. Supaya
tidak seorang pun dari mereka hilang atau gugur sebab
kelalaianmu.
(3) Mereka harus memberi makan jemaat Tuhan , harus melaku-
kan semua bagian dari pekerjaan seorang gembala, harus
membimbing domba-domba Kristus ke padang yang be-
rumput hijau, harus berbuat semampu mereka untuk
membebat yang terluka dan mengobati yang kehilangan se-
lera makan, harus memberi makan mereka dengan peng-
ajaran yang sehat, dengan disiplin injili yang lembut, dan
harus memastikan bahwa mereka tidak kekurangan apa
pun yang perlu bagi pertumbuhan mereka untuk memper-
oleh kehidupan yang kekal. Para gembala dibutuhkan bu-
kan hanya untuk mengumpulkan jemaat Tuhan dengan
mengajak orang-orang yang berada di luar untuk masuk ke
dalam,namun juga untuk membangun dan menumbuhkan
mereka yang sudah ada di dalam.
(4) Mereka harus berjaga-jaga (ay. 31). Sebagaimana para gem-
bala menjagai kawanan dombanya semalaman. Mereka ha-
rus selalu terjaga dan berjaga-jaga, tidak boleh memberi
peluang bagi kemalasan dan kelambanan rohani,namun ha-
rus bergiat melakukan pekerjaan mereka dan memperhati-
kannya baik-baik. Kuasailah dirimu dalam segala hal
(2Tim. 4:5), berjaga-jagalah terhadap setiap hal yang dapat
melukai kawananmu dan perhatikanlah setiap hal yang
dapat berguna bagi mereka. Pergunakanlah setiap kesem-
patan untuk berbuat baik bagi mereka.
3. Dia memaparkan beberapa alasan kuat mengapa mereka ha-
rus menjagai pekerjaan pelayanan mereka.
(1) Biarlah mereka mempertimbangkan kepentingan Guru me-
reka dan kepedulian-Nya terhadap kawanan yang diperca-
yakan ke dalam tangan mereka (ay. 28). Mereka yaitu
jemaat yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri
[1] Mereka yaitu milik-Nya. Kamu hanyalah hamba-ham-
ba-Nya yang harus menjagai mereka bagi-Nya. Merupa-
kan suatu kehormatan bahwa kamu dipekerjakan bagi
Tuhan , yang berkenan menerima kamu dalam pelayanan-
887
Nya. Namun, jika kamu sampai mengabaikan pekerja-
anmu itu, maka kelalaian dan pengkhianatanmu itu
akan berakibat sangat buruk bagi kamu, sebab dengan
begitu kamu telah bersalah terhadap Tuhan dan tidak
setia kepada-Nya. dibandingkan -Nyalah kamu telah meneri-
ma kepercayaan ini, jadi kepada Dia pula kamu harus
bertanggungjawab. sebab itu, berjaga-jagalah. Dan,
oleh sebab mereka yaitu jemaat Tuhan , Dia mengha-
rapkanmu untuk menunjukkan kasihmu kepada-Nya
dengan menggembalakan kawanan domba-Nya.
[2] Dia telah menebus mereka. Dunia ini yaitu hak Tuhan
melalui penciptaan,namun jemaat merupakan hak-Nya
melalui penebusan. sebab itu, jemaat itu haruslah ber-
harga bagi kita, sebab ia berhaga bagi-Nya, sebab Dia
telah membayar lunas mereka dengan harga mahal. Ti-
dak ada yang bisa kita tunjukkan sebagai gantinya se-
lain dengan menggembalakan kawanan domba-Nya.
[3] Jemaat Tuhan inilah yang telah ditebus-Nya. Bukan de-
ngan cara seperti bangsa Israel dulu, saat Dia membe-
rikan manusia sebagai ganti mereka, dan bangsa-bangsa
sebagai ganti nyawa mereka (Yes. 43:3-4), melainkan
dengan darah-Nya sendiri (KJV). Hal ini membuktikan
bahwa Kristus yaitu Tuhan , sebab Dia disebut seperti
itu di sini, saat dikatakan bahwa Dia memperoleh je-
maat dengan darah-Nya sendiri. Darah itu yaitu darah-
Nya sebagai manusia, namun, sebab kesatuan antara
hakikat manusia dan Tuhan demikian eratnya sehingga di
sini darah itu disebutkan sebagai darah Tuhan , sebab
darah itu yaitu darah Dia, yang yaitu Tuhan . Keber-
adaan-Nya itu membuat darah-Nya itu sangat mulia
dan berharga sehingga layak menjadi alat tebusan ber-
nilai untuk menebus kita dari kejahatan. Darah-Nya itu
menjadi tebusan berharga bagi kita untuk melakukan
segala kebaikan, bahkan, menjadikan kita tebusan bagi
Kristus, menjadi jemaat istimewa bagi-Nya: Mereka itu
milik-Mu dan Engkau telah memberi mereka kepada-
Ku. Oleh sebab itu, dengan mempertimbangkan hal
ini , gembalakanlah jemaat Tuhan , sebab mereka di-
beli dengan harga yang mahal. Bukankah Kristus telah
888
menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus mereka, dan
akankah para pelayan-Nya lalai dan berleha-leha saja
dalam menggembalakan mereka? Kelalaian mereka ter-
hadap kepentingan jemaat merupakan penghinaan ter-
hadap darah-Nya yang telah menebus mereka.
(2) Biarlah mereka mempertimbangkan marabahaya bahwa
kawanan itu sedang terancam menjadi mangsa para mu-
suh yang mengintai mereka (ay. 29-30). Jika kawanan itu
begitu berharga oleh sebab hubungan mereka dengan
Tuhan dan penebusan mereka oleh Kristus, maka kamu ha-
rus setia menjagai dirimu sendiri dan menjagai mereka.
Inilah alasan-alasan mengapa mereka harus menjaga ka-
wanan itu dan diri mereka sendiri.
[1] Jagalah kawanan itu, sebab serigala-serigala berkeliaran
di luar dan berusaha untuk menerkam (ay. 29): Aku
tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang
ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu. Pertama, be-
berapa orang mengartikannya sebagai para penganiaya
yang akan menentang orang-orang Kristen dan meng-
hasut para penguasa untuk melawan mereka. Mereka
tidak akan menyayangkan kawanan itu. Jemaat itu
mungkin berpikir, sebab kemarahan orang-orang Ya-
hudi terutama ditujukan kepada Paulus selagi ia ada
bersama-sama dengan mereka, maka setelah ia pergi,
orang-orang itu akan menjadi tenang.namun , Tidak,
kata Paulus, sesudah aku pergi, kamu akan mendapati
roh penganiaya tetap bekerja, oleh sebab itu jagalah
kawananmu dan teguhkanlah mereka dalam iman, hi-
burlah dan kuatkanlah mereka, supaya mereka tidak
meninggalkan Kristus sebab takut menderita, atau ke-
hilangan damai dan penghiburan mereka saat mende-
rita. Para pelayan harus terlebih lagi menjagai kawanan
mereka pada masa-masa penganiayaan. Kedua, seper-
tinya lebih tepat mengartikan serigala-serigala itu se-
bagai penipu dan guru-guru palsu. Kelihatannya Paulus
mengarahkan pandangannya kepada orang-orang dari
golongan bersunat yang menggalakkan hukum lahiriah
yang penuh tata upacara saja. Mereka ini disebutnya
sebagai serigala-serigala ganas, sebab sekalipun mereka
889
datang dengan menyamar sebagai domba, bahkan seba-
gai gembala, mereka mengacaukan jemaat Kristen, me-
nabur benih perpecahan di antara mereka dan menarik
banyak dari mereka supaya menjauh dari Injil murni
Kristus. Mereka berbuat semampu mereka untuk meno-
dai dan merusak nama baik orang-orang yang setia
terhadap Injil itu. Mereka tidak menyayangkan anggota-
anggota kawanan yang teramat berharga itu, melainkan
menghasut siapa pun yang dapat mereka pengaruhi
untuk mereka gigit dan telan (Gal. 5:15). Oleh sebab
itulah mereka disebut sebagai anjing-anjing (Flp. 3:2),
seperti di sini disebut sebagai serigala-serigala. Selagi
Paulus ada di Efesus, mereka menjauh, sebab mereka
tidak berani menghadapinya. namun , saat dia su-
dah pergi, barulah mereka menyusup di antara kawan-
an itu dan menaburkan benih ilalang di tempat Paulus
dulu menabur benih yang baik itu. sebab itu, jagalah
kawananmu dan lakukan sebisamu untuk memperko-
koh mereka di dalam kebenaran dan untuk memper-
lengkapi mereka supaya dapat melawan segala hasutan
guru-guru palsu.
[2] Jagalah dirimu, sebab beberapa gembala akan menjadi
murtad (ay. 30): Bahkan dari antara kamu sendiri, dari
antara para anggota, bahkan mungkin dari antara para
pelayan dalam jemaatmu sendiri, dari antara kamu
yang aku khotbahi sekarang ini (sekalipun aku berha-
rap tidak sampai sejauh itu), akan muncul beberapa
orang yang mengajarkan hal-hal yang bertentangan,
yang berlawanan dengan aturan Injil yang benar dan
merusak maksud-maksudnya yang agung. Bahkan, me-
reka akan menyimpangkan sebagian perkataan Injil dan
memutarbalikkannya untuk menutupi kekeliruan me-
reka (2Ptr. 3:16). Bahkan, orang-orang yang dipikir se-
bagai orang baik di antara kalian dan yang kalian per-
cayai pun akan menjadi tinggi hati, angkuh, dan keras
kepala. Mereka akan mengubah Injil dan berpura-pura
hendak memperbaharui hidupmu ke arah yang lebih
tinggi dengan cara-cara yang tampaknya manis dan
aneh. namun , yang sebenarnya mereka lakukan
yaitu berusaha menarik murid-murid dari jalan yang
benar untuk mengikuti mereka, untuk membentuk ka-
wanan mereka sendiri yang akan mengagumi mereka,
dipimpin oleh mereka, dan mengandalkan iman pada
mereka. Beberapa orang mengartikan kalimat menarik
murid-murid dari jalan yang benar untuk mengikuti me-
reka sebagai orang-orang yang telah menjadi murid
Kristus, dan menarik murid-murid itu dari-Nya supaya
mengikuti mereka. "Oleh sebab itu, jagalah dirimu. Ke-
tika kamu diberi tahu bahwa beberapa dari kamu akan
mengkhianati Injil, setiap dari kamu haruslah bertanya-
tanya, bukan aku?, dan menjaga dirimu baik-baik. Hal
ini tergenapi dalam diri Figelus dan Hermogenes, yang
berpaling dari Paulus dan ajaran yang telah diberitakan
Paulus (2Tim. 1:15). Juga terjadi pada Himeneus dan
Filetus, yang telah menyimpang dari kebenaran dan de-
ngan demikian merusak iman sebagian orang (2Tim.
2:18). Kedua peristiwa ini dapat menjelaskan ungkapan
Paulus tadi. namun , meskipun ada beberapa peni-
pu seperti itu di dalam jemaat Efesus, dari surat Paulus
kepada jemaat di sana (yang di dalamnya tidak kita
dapati terlalu banyak keluhan dan teguran sebagaimana
dalam beberapa suratnya yang lain), kelihatannya jemaat
di sana tidak terlalu diganggu oleh banyak guru-guru
palsu, setidaknya mereka tidak begitu tercemar dengan
ajaran-ajaran palsu mereka sebagaimana yang dialami
beberapa jemaat lainnya. namun , kedamaian dan
kemurniannya terjaga baik melalui berkat Tuhan sebab
kerja keras dan ketekunan para pelayan yang diperca-
yakan oleh sang Rasul ini untuk mengurus jemaat ter-
sebut. Para pelayan ini diberi kepercayaan sebab sang
Rasul sudah bisa mengetahui dan mempertimbangkan
jauh-jauh hari bahwa akan muncul ajaran-ajaran dan
sekte-sekte sesat, dan juga bahwa dia sendiri akan me-
ninggalkan dunia ini.
(3) Biarlah mereka mempertimbangkan jerih payah Paulus da-
lam menanam jemaat ini (ay. 31): Ingatlah bahwa aku tiga
tahun lamanya (sebab selama itulah dia telah memberita-
kan Injil di Efesus dan daerah-daerah sekitarnya) siang
malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu
masing-masing dengan mencucurkan air mata. Jadi, jangan-
lah kamu lalai untuk membangun di atas dasar yang telah
kuletakkan dengan tekun itu.
[1] Paulus, layaknya seorang penjaga yang setia, telah
memperingatkan mereka, dan melalui peringatan-per-
ingatan yang telah diberikannya kepada mereka menge-
nai bahaya terjebaknya mereka di dalam ajaran Yudaisme
dan penyembahan berhala, dia berhasil mendorong me-
reka untuk memeluk Kekristenan.
[2] Dia menasihati setiap orang. Selain nasihat umum yang
dia berikan melalui khotbahnya, dia pun menasihati be-
berapa orang secara pribadi menurut yang dipandang-
nya baik bagi setiap perkara mereka, yang memerlukan
nasihat istimewa darinya.
[3] Dia terus setia memberi nasihat. Dia menasihati
mereka siang dan malam. Waktunya terisi penuh de-
ngan pekerjaannya. Di malam hari, saat dia seharus-
nya beristirahat, dia malah berkutat dengan orang-
orang yang pada waktu siang tidak bisa dinasihatinya
mengenai jiwa mereka.
[4] Dia melakukannya tanpa kenal lelah. Dia tiada henti-
hentinya menasihati. Meskipun mereka begitu keras ke-
pala melawan nasihatnya, dia tidak berhenti menasihati
mereka, sebab ia tahu bahwa pada akhirnya, dengan
kasih karunia Tuhan , mereka akan dapat diatasi. Sekali-
pun mereka mudah dibentuk dengan nasihat-nasihat-
nya, dia tidak lantas menganggap itu sudah cukup lalu
berhenti menasihati mereka. Sebaliknya, ia terus mena-
sihati orang-orang benar supaya tidak berpaling dari ke-
benaran mereka, sebagaimana dia menasihati orang-
orang jahat untuk berbalik dari kejahatan mereka (Yeh.
3:18-21).
[5] Dia berbicara kepada mereka mengenai jiwa mereka de-
ngan rasa sayang dan kepedulian yang mendalam: dia
menasihati mereka dengan mencucurkan air mata. Se-
bagaimana dia telah melayani Tuhan, demikian pula dia
melayani mereka, dengan banyak mencucurkan air mata
(ay. 19). Dia menasihati mereka dengan air mata belas
892
kasihan, menunjukkan bagaimana hatinya tergugah de-
ngan kesengsaraan dan marabahaya dari keadaan dan
jalan mereka yang penuh dosa, supaya dia dapat meng-
gugah mereka dengan air matanya itu. Demikianlah
Paulus telah memulai pekerjaan yang baik di Efesus
tanpa segan-segan bersusah payah. Maka dari itu, la-
yakkah mereka untuk tidak mau bersusah payah mene-
ruskan pekerjaannya itu?
V. Dia menyerahkan mereka kepada bimbingan dan pengaruh Tuhan
(ay. 32): Dan sekarang, setelah memberimu tugas dan peringatan
yang khidmat ini, aku menyerahkan kamu kepada Tuhan. Kini, se-
telah aku mengatakan apa yang harus kukatakan, semoga Tuhan
menyertaimu. Aku harus meninggalkanmu,namun aku meninggal-
kanmu di dalam tangan yang baik. Mereka khawatir tentang apa
yang akan menimpa mereka, bagaimana mereka meneruskan pe-
kerjaan mereka, dan bagaimana mereka dapat melewati kesukaran-
kesukaran, serta bagaimana mereka dan keluarga mereka bisa hi-
dup dengan cukup. Sebagai jawaban atas kekalutan mereka itu,
Paulus mengarahkan mereka supaya memandang kepada Tuhan
dengan iman, dan memohon kepada Tuhan supaya memandang
mereka dengan belas kasih.
1. Lihatlah di sini kepada siapa ia menyerahkan mereka. Dia me-
manggil mereka saudara (dalam TB tidak diterjemahkan
pen.), bukan hanya sebagai orang-orang Kristen, melainkan
sebagai pelayan-pelayan, dan dengan demikian ia mendorong
mereka supaya berharap kepada Tuhan seperti yang telah diper-
buatnya, sebab ia dan mereka itu bersaudara.
(1) Dia menyerahkan mereka kepada Tuhan , yaitu meminta
Tuhan menyediakan segala sesuatu bagi mereka, mengurus,
dan memenuhi semua kebutuhan mereka. Dengan menye-
rahkan mereka kepada Tuhan , ia mendorong mereka untuk
menyerahkan semua kekhawatiran mereka kepada-Nya,
dengan keyakinan bahwa Tuhan memedulikan mereka: Apa
pun yang kamu inginkan, datanglah kepada Tuhan , biarlah
matamu tertuju kepada-Nya selalu , dan bergantunglah
kepada-Nya dalam segenap kesesakan dan kesukaranmu.
Biarlah ini yang menjadi penghiburanmu, yaitu bahwa
893
kamu memiliki Tuhan yang bisa kamu datangi, Tuhan
yang maha-mencukupi. Aku menyerahkan kamu kepada
Tuhan, yaitu ke dalam pemeliharaan-Nya, ke dalam perlin-
dungan dan kepedulian-Nya. Cukuplah bahwa kita masih
punya Tuhan di dekat kita, tidak peduli dengan siapa pun
kita harus berpisah (1Ptr. 4:19).
(2) Dia menyerahkan mereka kepada firman kasih karunia-Nya,
yang oleh sebagian orang diartikan sebagai Kristus: Dia
yaitu Firman (Yoh. 1:1), Firman hidup, sebab di dalam Dia
disediakan hidup bagi kita (1Yoh. 1:1), dan dalam artian
yang sama pula, di sini Kristus disebut sebagai firman ka-
sih karunia-Nya, sebab sebab dari kepenuhan-Nya kita se-
mua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. Dia
menyerahkan mereka kepada Kristus, menaruh mereka ke
dalam tangan-Nya sebagai pelayan-pelayan-Nya, yang pasti
akan dijagai-Nya secara istimewa. Paulus menyerahkan
mereka bukan saja kepada Tuhan dan pemeliharaan-Nya, te-
tapi juga kepada Kristus dan kasih karunia-Nya, sebagai-
mana yang dilakukan oleh Kristus sendiri terhadap murid-
murid-Nya sewaktu Dia hendak meninggalkan mereka:
percayalah kepada Tuhan , percayalah juga kepada-Ku. Mak-
nanya sebenarnya sama saja, melalui firman kasih karu-
nia-Nya kita memahami Injil Kristus, sebab di dalam firman
itu, Kristuslah yang dekat dengan kita, sebagai sokongan
dan kekuatan bagi kita, dan firman-Nya itu yaitu Roh dan
hidup: Kamu akan mendapati banyak kelegaan saat de-
ngan iman mempercayai pemeliharaan Tuhan ,namun lebih
banyak lagi kelegaan dengan bertindak atas dasar iman
untuk mempercayai janji-janji Injil. Dia menyerahkan me-
reka kepada firman kasih karunia Kristus, yang disabda-
kan-Nya kepada para murid-Nya saat Ia mengutus mereka,
memberitahukan amanat agung-Nya kepada mereka, de-
ngan jaminan bahwa Dia akan selalu menyertai mereka se-
nantiasa sampai kepada akhir zaman: Camkanlah firman
itu, dan Tuhan akan memberimu keuntungan dan penghi-
buran darinya, dan tidak ada lagi yang kami perlukan. Dia
menyerahkan mereka kepada firman kasih karunia Tuhan ,
bukan hanya sebagai dasar pengharapan mereka dan sum-
ber sukacita mereka,namun juga sebagai pedoman bagi jalan
mereka: Aku menyerahkan kamu kepada Tuhan, sebagai
Gurumu yang kamu layani, dan aku telah mendapati-Nya
sebagai seorang Guru yang baik, dan kepada firman kasih
karunia-Nya, sebagai pedoman dalam pekerjaanmu dan
sebagai aturan hidupmu. Taatilah ketetapan-ketetapan fir-
man itu dan hiduplah berdasarkan janji-janji di dalamnya.
2. Simaklah di sini mengapa Paulus menyerahkan mereka ke-
pada firman kasih karunia Tuhan , bukan semata-semata seba-
gai perlindungan dari musuh-musuh mereka atau sebagai pe-
meliharaan bagi keluarga mereka, melainkan lebih sebagai
berkat rohani yang paling mereka butuhkan dan yang seha-
rusnya paling mereka hargai. Mereka telah menerima Injil ka-
sih karunia Tuhan dan dipercaya untuk memberitakannya. Kini
dia menyerahkan mereka kepada Injil itu,
(1) Untuk membangun mereka: Roh kasih karunia yang be-
kerja di, dengan, dan melalui Injil kasih karunia itu ber-
kuasa membangun kamu, dan selagi kamu melekatkan diri
dan berakar di dalamnya setiap hari, kamu bisa mengan-
dalkannya untuk membangun dirimu. Meskipun kamu te-
lah diperlengkapi dengan karunia-karunia yang baik, fir-
man kasih karunia ini berkuasa untuk membangun kamu.
Di dalamnya ada hal-hal yang harus lebih kamu pa-
hami dan selami. Perhatikanlah, dalam memberitakan fir-
man kasih karunia, para pelayan Tuhan harus berusaha
membangun diri mereka sendiri juga, bukan hanya mem-
bangun orang lain saja. Orang-orang Kristen yang paling
teguh selalu bisa bertumbuh selagi mereka masih ada di
dunia ini, dan mereka akan mendapati firman kasih karu-
nia itu terus membantu pertumbuhan mereka. Firman ka-
sih karunia itu masih berkuasa untuk membangun mereka.
(2) Sebagai kehormatan mereka: firman kasih karunia-Nya ber-
kuasa menganugerahkan kepada kamu bagian yang diten-
tukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya. Firman
kasih karunia Tuhan menganugerahkan bagian itu bukan
hanya dengan memberi pengetahuan tentangnya (sebab
hidup yang tidak dapat binasa telah didatangkan oleh Injil),
tetapi juga dengan memberi janji firman itu, janji Tuhan
yang tidak berdusta, yang di dalam Kristus menjadi ya dan
amin. Dan melalui firman sebagai sarana yang biasa, Roh
kasih karunia dikaruniakan (10:44) sebagai materai janji
ini , dan sebagai tanda dari hidup kekal yang dijanji-
kan. Jadi, firman kasih karunia Tuhan lah yang mengarunia-
kan kepada kita bagian itu. Perhatikanlah,
[1] Sorga yaitu bagian yang telah ditentukan bagi para
pewarisnya, dan hak waris itu tidak dapat dibatalkan.
Warisan yang diterima itu seperti yang diterima oleh
bangsa Israel di Kanaan berdasarkan janji dan bagian
yang ditentukan bagi mereka, dan warisan itu berlaku
bagi semua keturunan mereka.
[2] Bagian warisan ini hanya dikaruniakan dan disediakan
kepada semua orang yang telah dikuduskan, hanya bagi
mereka saja. sebab itu, orang-orang yang belum diku-
duskan tidak dapat disambut sebagai tamu bagi Tuhan
yang kudus ataupun sebagai tamu di antara kaum ku-
dus yang disebutkan di atas. Begitu pula sorga tidak
akan menjadi bagian mereka. namun , bagi semua
orang yang telah dikuduskan-Nya, yang telah lahir kem-
bali, yang di dalam diri mereka gambaran Tuhan telah
diperbaharui, bagian itu pasti menjadi milik mereka
yang tak tergoyahkan, sekokoh yang dapat dibuat oleh
kuasa mahatinggi dan kebenaran kekal. Dengan demi-
kian, orang-orang yang hendak menjadikan bagian itu
sebagai hak mereka haruslah memastikan bahwa me-
reka terhitung di antara orang-orang yang telah diku-
duskan, tergabung ke dalamnya dan lebur dengan me-
reka, serta memiliki gambaran dan hakikat yang sama
dengan mereka. Sebab, kita tidak dapat berharap untuk
menjadi salah satu dari orang-orang yang mendapat ke-
muliaan itu, kecuali jika kita juga menjadi salah satu
dari orang-orang yang telah dikuduskan itu.
VI. Paulus menganjurkan dirinya sendiri kepada mereka untuk di-
teladani dalam hal sikap tidak mengingini dunia ini dan segala
isinya. Sikap ini akan membantu mereka untuk melewati masa-
masa di dunia ini dengan lebih ringan dan nyaman, jika saja me-
reka berjalan dalam roh dan langkah-langkah yang sama dengan
dia. Dia memang telah menyerahkan mereka kepada Tuhan dan fir-
896
man kasih karunia-Nya supaya mereka memperoleh berkat-berkat
rohani yang tidak diragukan lagi merupakan berkat yang terbaik.
Namun, apa yang harus mereka lakukan untuk mencukupi kebu-
tuhan makan bagi keluarga mereka, kebutuhan yang memadai
untuk mereka sendiri, dan bagian bagi anak-anak mereka? Un-
tuk masalah ini, kata Paulus, kerjakan seperti apa yang kulaku-
kan. Dan apakah yang dilakukannya itu? Di sini ia memberi tahu
mereka,
1. Bahwa dia tidak pernah mengincar harta duniawi (ay. 33): Pe-
rak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa
pun juga. Jadi hendaknya kamu pun begitu, dan kamu akan
merasa nyaman. Banyak orang kaya di Efesus, dan banyak di
antara mereka yang telah memeluk iman Kristen. Mereka me-
miliki banyak uang, makanan, dan barang-barang berharga,
juga memakai pakaian yang indah-indah dan berpenampilan
mewah. namun ,
(1) Paulus tidaklah memiliki keinginan apa pun untuk hidup
seperti mereka. Kita mungkin dapat mengartikannya seper-
ti ini: Aku tidak pernah ingin memiliki perak atau emas saat
aku melihat orang lain memilikinya. Aku pun tidak ingin
mengenakan pakaian mahal saat aku melihat orang lain
mengenakannya. Aku pun tidak mencela atau mendengki
mereka. Aku bisa hidup nyaman dan bermanfaat tanpa
harus hidup mewah. Rasul-rasul palsu suka menonjolkan
diri secara lahiriah (Gal. 6:12), supaya dipandang hebat di
dunia ini,namun Paulus tidak begitu. Dia tahu apa itu keku-
rangan dan apa itu dirugikan.
(2) Dia tidak bersikap tamak ingin menerima perak, emas, atau
pakaian dari mereka. Dia sama sekali tidak pernah meng-
inginkan, apalagi sampai mendengki, juga tidak mau me-
reka memberinya ini dan itu sebagai balas jasa atas susah-
payahnya di antara mereka, melainkan mencukupkan diri
dengan apa yang ada padanya. Dia tidak pernah meng-
ambil untung dari pada mereka (2Kor. 12:17). Dia bukan
saja dapat berkata seperti Musa (Bil. 16:15), dan seperti
Samuel (1Sam. 12:3, 5), lembu siapakah yang telah ku-
ambil? Atau, siapakah yang telah kuperas?,namun juga
dapat berkata, Kebaikan dari siapakah yang hendak kute-
897
rima atau pernah kuminta? Atau siapakah yang pernah
aku bebani dengan diriku? Dia tidak setuju dengan sikap
yang mengingini pemberian (Flp. 4:17).
2. Bahwa dia telah bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup-
nya dan bersusah-payah mencari nafkah (ay. 34) Kamu sen-
diri tahu dan telah menjadi saksi mata, bahwa dengan tangan-
ku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan
keperluan kawan-kawan seperjalananku. Kamu telah melihat-
ku sibuk dari pagi hingga malam, memotong-motong bahan
dan membuatnya menjadi tenda. Dan, sebab pada umumnya
tenda terbuat dari kulit, maka pekerjaan itu amatlah sulit.
Perhatikanlah,
(1) Kadang kala Paulus mengalami kekurangan dalam peme-
nuhan kebutuhan hidupnya, sekalipun ia yaitu kesayangan
sorga dan merupakan berkat tidak terkira bagi dunia ini.
Betapa tidak tahu berterima kasih dan jahatnya dunia ini,
membiarkan orang sebaik Paulus menderita kemiskinan!
(2) Dia tidak menginginkan lebih dari sekadar untuk meme-
nuhi kebutuhan hidupnya. Dia tidak menjalani pekerjaannya
untuk memperkaya diri, melainkan untuk mencukupkan
dirinya dengan makanan dan pakaian saja.
(3) saat harus mencari nafkah, Paulus melakukannya de-
ngan kedua tangannya. Paulus punya kepala dan lidah ca-
kap yang dapat menghasilkan uang,namun tangannyalah,
yang disebutkannya di sini, yang memenuhi keperluanku.
Betapa mengenaskannya, tangan-tangan yang sering kali
tertumpang untuk mengantarkan Roh Kudus itu, tangan-
tangan yang sering dipakai Tuhan untuk mengerjakan muji-
zat, dan kedua hal itu dilakukan juga di Efesus (19:6, 11),
diharuskan berkutat dengan jarum dan gunting, alat pelu-
bang dan jahitan benang, untuk membuat tenda, hanya
untuk sekadar bisa makan! Paulus mengingatkan para pe-
layan Tuhan (dan juga orang lain melalui mereka) mengenai
hal itu, supaya mereka tidak terkejut jika mendapati diri
mereka terabaikan sedemikian rupa,namun harus tetap me-
neruskan pekerjaan mereka sambil berjuang sedapat mung-
kin untuk bertahan hidup. Semakin kurang dukungan yang
898
mereka dapatkan dari manusia, semakin besar yang akan
mereka terima dari Tuhan .
(4) Dia tidak hanya bekerja bagi dirinya sendiri saja,namun
juga menopang keperluan orang-orang yang menyertainya.
Hal ini benar-benar sukar. Lebih pantas rasanya jika me-
rekalah yang justru bekerja untuknya (untuk memelihara
dia sebagai pembimbing mereka), dan bukannya dia yang
bekerja bagi mereka.namun kenyataannya memang demiki-
an. Orang-orang yang bersedia mengerahkan tenaga akan
mendapati orang-orang di sekeliling mereka mempersilakan
mereka untuk melakukannya. Jika Paulus mau bekerja un-
tuk keperluan teman-teman seperjalanannya, dengan se-
nang hati dia akan diterima untuk melakukannya.
Paulus Berpamitan kepada
Para Penatua Jemaat di Efesus
(20:36-38)
36 Sesudah mengucapkan kata-kata itu Paulus berlutut dan berdoa bersama-
sama dengan mereka semua. 37 Maka menangislah mereka semua tersedu-
sedu dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia. 38
Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih sebab ia katakan, bahwa mereka
tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka mengantar dia ke kapal.
Setelah khotbah perpisahan disampaikan oleh Paulus kepada para
penatua jemaat Efesus, yang sangat menyentuh hati, kita dapati lagi
di sini doa dan air mata perpisahan. Kita hampir-hampir tidak dapat
membaca dan merenungkan kisah yang dipaparkan di sini tanpa
menitikkan air mata.
I. Mereka berpisah dengan doa (ay. 36): Sesudah mengucapkan kata-
kata itu Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka
semua. Tidak diragukan lagi, doa itu layak dipanjatkan dalam se-
tiap kesempatan yang menyedihkan. Di dalam doa ini, Paulus me-
nyerahkan mereka kepada Tuhan , berdoa supaya Tuhan tidak me-
ninggalkan mereka, melainkan terus menyertai mereka.
1. Doa itu merupakan doa bersama. Paulus tidak hanya berdoa
untuk mereka,namun juga berdoa bersama-sama dengan me-
reka, berdoa bersama-sama dengan mereka semua. Dengan
berdoa bersama, mereka pun bisa memanjatkan permohonan
yang sama bagi diri mereka sendiri dan bagi satu sama lain,
Kitab Kisah Para Rasul 20:36-38
899
dan bisa belajar mengenai apa yang mereka harus mintakan
dari Tuhan pada waktu dia telah pergi nanti. Doa bersama ti-
daklah dimaksudkan untuk menjadi pengganti doa pribadi
kita dan membuatnya tidak perlu dilakukan lagi, malah seba-
liknya, doa bersama seharusnya menggalakkan dan mening-
katkan doa pribadi, serta membimbing kita di dalamnya. Saat
kita sendirian, kita harus memanjatkan doa sebagaimana yang
dipanjatkan para pelayan rohani bagi kita.
2. Doa mereka itu penuh dengan rasa hormat dan kerendahan
hati. Hal ini diungkapkan dengan sikap tubuh mereka: dia ber-
lutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka, yang merupa-
kan sikap tubuh yang pantas waktu berdoa. Sikap demikian
menyiratkan penyembahan dan permohonan, terutama permo-
honan akan pengampunan dosa. Paulus sering kali melaku-
kannya: aku sujud (Ef. 3:14).
3. Doa itu merupakan doa setelah khotbah. Dan, kita dapat men-
duga bahwa dia mendoakan apa yang telah ia khotbahkan se-
belumnya. Dia telah menyerahkan pemeliharaan jemaat di
Efesus kepada para penatua itu, dan kini dia pun berdoa
supaya Tuhan memampukan mereka untuk menunaikan keper-
cayaan agung ini dengan setia, dan mengaruniakan kepada
mereka hikmat dan kasih karunia yang diperlukan untuk
menjalankannya. Dia berdoa bagi kawanan dan semua yang
termasuk di dalamnya, supaya Gembala Agung segala domba
memelihara dan melindungi mereka semua sehingga tidak di-
mangsa oleh serigala-serigala ganas. Dengan demikian dia
mengajar para pelayan Tuhan ini untuk mendoakan orang-
orang yang mereka layani dengan pemberitaan mereka, supaya
mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma.
4. Doa itu merupakan doa perpisahan, yang sepertinya akan me-
ninggalkan kesan yang mendalam, seperti yang terjadi dengan
khotbah perpisahan itu. saat para sahabat harus berpisah,
baiklah bagi mereka untuk berdoa, supaya dengan berdoa ber-
sama pada saat perpisahan itu, mereka juga akan dimampu-
kan untuk berdoa dengan lebih bersungguh-sungguh lagi bagi
satu sama lain saat mereka sudah terpisah nanti. Hal ini
merupakan satu bagian dari tugas Kristen kita dan dapat
membangun persekutuan orang-orang kudus. Tuhan kiranya
berjaga-jaga antara aku dan engkau saat kita berjauhan, ada-
900
lah doa perpisahan yang baik (Kej. 31:49), sama halnya dengan
doa supaya pertemuan kita selanjutnya terjadi di tempat yang
lebih dekat dengan sorga, atau bahkan di dalam sorga itu sen-
diri. Paulus di sini meneladani Kristus, yang berdoa dengan para
murid-Nya saat Ia berpamitan kepada mereka, setelah sebe-
lumnya menyampaikan khotbah-Nya bagi mereka (Yoh. 17:1).
II. Mereka berpisah dengan derai air mata, linangan air mata yang
deras dan pelukan penuh kasih sayang (ay. 37-38).
1. Menangislah mereka semua tersedu-sedu. Kita bisa menebak
kalau Pauluslah yang mulai duluan. Meskipun dia telah ber-
tekad bulat untuk pergi dan tahu benar bahwa dia telah di-
panggil untuk melakukan pekerjaan lain, hatinya tetap sangat
sedih sebab harus meninggalkan mereka, dan ini memicu
tangisnya. Dia yang telah sering mencucurkan air mata saat
masih bersama-sama dengan mereka (ay. 19, 31), pastilah
berlinang air mata juga tatkala harus pergi, dengan demikian
ia menyirami apa yang telah ia tanam di antara mereka. Akan
tetapi, perhatikanlah air mata mereka itu: menangislah mereka
semua tersedu-sedu. Tidak ada satu mata pun yang tidak
berlinang saat itu, dan mungkin penyebabnya yaitu kalimat-
kalimat mengharukan yang diucapkan Paulus di dalam doa-
nya. Air mata itu yaitu air mata kasih sayang yang saling
berbalas, seperti air mata Yonatan dan Daud saat mereka
harus berpisah dan mereka bertangis-tangisan (seakan-akan
mereka menangisi perpecahan) sampai akhirnya Daud dapat
menahan diri (1Sam. 20:41).
2. Mereka memeluk Paulus dan berulang-ulang mencium dia, se-
muanya, satu per satu. Setiap dari mereka meratapi kehilang-
an yang mereka derita: Bagaimana bisa aku berpisah dengan
orang yang amat berharga ini, Paulus yang terberkati ini, kata
yang seorang, yang telah membentuk hidupku? sebab itu,
Selamat jalan, sahabat terkasihku, kata yang lainnya, beribu-
ribu terima kasih untukmu, dan berpuluh-puluh ribu lagi bagi
Tuhan sebab engkau, dan atas segala susah payah yang telah
engkau jalani demi kebaikanku. Haruskah kita berpisah?
kata yang lainnya lagi, Haruskah aku kehilangan seorang
ayah, pengasuh dan pembimbing rohaniku? Timpal yang lain-
nya lagi, Apa yang akan menimpa kami sekarang, saat dia ti-
Kitab Kisah Para Rasul 20:36-38
901
dak lagi ada di antara kita untuk dimintai bimbingannya? Apa
yang harus kulakukan, saat Tuhan mengambil guruku dari
sisiku? Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya
yang berkuda. Perhatikanlah, orang-orang yang penuh kasih
pastilah juga amat dikasihi. Paulus, yang merupakan seorang
sahabat yang penuh kasih, memiliki sahabat-sahabat yang be-
gitu mengasihinya. Air mata yang mereka curahkan saat ber-
pisah dengan Paulus merupakan balasan rasa terima kasih
bagi semua air mata yang telah dicucurkannya selama ia
memberitakan Injil dan berdoa bersama mereka. Siapa mem-
beri minum, ia sendiri akan diberi minum.
3. Hal yang begitu menusuk hati mereka dan membuat tempat
itu menjadi Bokhim, tempat orang-orang yang menangis, ialah
apa yang telah dikatakan Paulus, yaitu bahwa dia sangat pasti
kalau mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Jika saja dia
memberi mereka petunjuk untuk mengikutinya seperti yang
dilakukannya kepada orang-orang yang biasanya menyertai-
nya, atau mengisyaratkan bahwa dia akan datang lagi untuk
mengunjungi mereka nanti, mungkin mereka masih bisa me-
nanggung perpisahan kali ini. namun , saat mereka dibe-
ritahukan bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi di
dunia ini, bahwa perpisahan itu merupakan perpisahan me-
reka yang terakhir kalinya, maka hal itu sangat mengiris hati
mereka. Perpisahan seperti itu bagaikan pemakaman dan
membuat mereka semua menangis pilu. Ada hal-hal lain juga
yang mendukakan hati mereka, yaitu bahwa mereka tidak
akan bisa lagi menyaksikan dia tampil di depan jemaat dan ti-
dak akan melihatnya lagi mengepalai pertemuan-pertemuan
ibadah mereka. Tidak akan ada lagi nasihat dan penghiburan
darinya secara pribadi. Dan, kita berharap bahwa mereka juga
berdukacita atas dosa mereka, bahwa mereka tidak meman-
faatkan jerih payahnya dengan lebih baik saat dia masih ber-
ada bersama-sama mereka, sehingga membuat Tuhan memu-
tuskan untuk mengambil dia dari antara mereka. namun ,
yang paling memperdalam duka hati mereka ialah bahwa me-
reka tidak akan melihat mukanya lagi. Saat sahabat-sahabat
kita dipisahkan dari kita melalui kematian, biasanya ini men-
dukakan hati kita, yaitu bahwa kita tidak akan melihat muka
mereka lagi. Namun, janganlah kita berkeluh kesah seperti
902
orang-orang yang tidak punya pengharapan, sebab jika sahabat-
sahabat kita itu meninggal di dalam Kristus dan kita masih
hidup bagi-Nya, maka kita tahu mereka pergi untuk meman-
dang wajah Tuhan , melihat kemuliaan-Nya, yang pantulannya
membuat wajah mereka bersinar-sinar, dan kita berharap bisa
bersama-sama dengan mereka sebentar lagi. Meskipun kita
tidak akan melihat muka mereka lagi di dunia ini, kita berharap
dapat melihat mereka lagi di dunia yang lebih baik, dan bisa ada
bersama mereka dengan Tuhan di sana untuk selama-lamanya.
III. Mereka mengantar dia ke kapal, untuk menunjukkan penghor-
matan mereka baginya (mereka hendak menyertai dia sepanjang
yang bisa mereka lakukan) dan juga supaya mereka masih ada
waktu sedikit lagi untuk menemani dia dan bercakap-cakap de-
ngannya. Jika kali itu yaitu kesempatan terakhir untuk ber-
bincang-bincang dengannya, maka mereka ingin sebanyak-ba-
nyaknya bersama dia dan melihat dia untuk terakhir kalinya. Kita
bisa menduga bahwa saat mereka telah tiba di tepi laut dan
Paulus hendak naik kapal, air mata mereka kembali membuncah
dan mereka pun berpeluk-pelukan lagi. Sebab, mereka begitu eng-
gan berpisah. Namun, masih ada yang menghibur hati kedua be-
lah pihak itu dan segera meredakan dukacita mereka yang mem-
bumbung itu, yaitu bahwa hadirat Kristus tetap menyertai Paulus
dan terus tinggal bersama mereka.
PASAL 2 1
engan hati gembira kita sudah mengikuti Rasul Paulus dalam
perjalanan-perjalanannya ke berbagai bangsa bukan-Yahudi un-
tuk memberitakan Injil, dan sudah melihat panen besar jiwa-jiwa
yang dikumpulkan kepada Kristus. Kita juga melihat di sana peng-
aniayaan-penganiayaan yang ditanggungnya.namun Tuhan tetap
melepaskan dia dari semua penganiayaan itu (2Tim. 3:11). Sekarang
kita akan mengikuti dia ke Yerusalem, dan di sana dia akan terbe-
lenggu untuk selamanya. Hari-hari pelayanannya tampak berakhir
sekarang, dan tidak ada yang tersisa kecuali hari-hari penderitaan,
hari-hari kegelapan, sebab banyaknya penderitaannya itu. Amat di-
sayangkan bahwa seorang pekerja seperti dia sampai tersisihkan
seperti itu. Namun demikianlah yang terjadi, dan kita tidak saja ha-
rus menerimanya, seperti yang dilakukan sahabat-sahabatnya waktu
itu, dengan berkata, kehendak Tuhan jadilah,namun juga harus per-
caya, dan memiliki alasan untuk percaya, bahwa Paulus di dalam
penjara, dan di dalam tahanan, betul-betul memuliakan Tuhan dan
melayani kepentingan Kristus, seperti halnya saat dia ada di atas
mimbar. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Catatan tentang perjalanan Paulus dari Efesus ke Kaisarea,
pelabuhan berikutnya yang menuju ke Yerusalem, tentang
beberapa tempat yang dilewatinya, dan tentang mendaratnya
dia di sana (ay. 1-7).
II. Pergumulannya dengan teman-temannya di Kaisarea, yang
mati-matian menentang niatnya untuk pergi ke Yerusalem,
tetapi tidak berhasil (ay. 8-14).
III. Perjalanan Paulus dari Kaisarea ke Yerusalem, dan sambutan
orang-orang Kristen di sana terhadap dia (ay. 15-17).
D
904
IV. Bagaimana dia menuruti nasihat saudara-saudara di sana,
yang menyarankan dia untuk menyenangkan hati orang-
orang Yahudi, yaitu dengan membasuh diri supaya tidak
tampak bahwa ia memusuhi tata cara dan upacara-upacara
keagamaan Musa, seperti yang dituduhkan orang tentangnya
(ay. 18-26).
V. Bagaimana hal itu justru berbalik menentang dia, dan orang-
orang Yahudi menangkap dia di Bait Tuhan sebagai penjahat
sebab perbuatannya itu (ay. 27-30).
VI. Bagaimana ia nyaris babak-belur dihajar orang banyak, teta-
pi kemudian dibawa sebagai tahanan resmi oleh seorang ke-
pala pasukan, yang mengizinkan dia berbicara untuk mem-
bela diri di hadapan orang banyak (ay. 31-40). Demikianlah
kita mendapati dia sebagai tahanan, dan terus seperti itu
sampai akhir cerita kitab ini.
Perjalanan Paulus ke Kaisarea;
Kedatangan Paulus di Ptolemais
(21:1-7)
1 Sesudah perpisahan yang berat itu bertolaklah kami dan langsung berlayar
menuju Kos. Keesokan harinya sampailah kami di Rodos dan dari situ kami
ke Patara. 2 Di Patara kami mendapat kapal, yang hendak menyeberang ke
Fenisia. Kami naik kapal itu, lalu bertolak. 3 Kemudian tampak Siprus di se-
belah kiri,namun kami melewatinya dan menuju ke Siria. Akhirnya tibalah
kami di Tirus, sebab muatan kapal harus dibongkar di kota itu. 4 Di situ
kami mengunjungi murid-murid dan tinggal di situ tujuh hari lamanya. Oleh
bisikan Roh murid-murid itu menasihati Paulus, supaya ia jangan pergi ke
Yerusalem. 5namun setelah lewat waktunya, kami berangkat meneruskan
perjalanan kami. Murid-murid semua dengan isteri dan anak-anak mereka
mengantar kami sampai ke luar kota; dan di tepi pantai kami berlutut dan
berdoa. 6 Sesudah minta diri kami naik ke kapal, dan mereka pulang ke ru-
mah. 7 Dari Tirus kami tiba di Ptolemais dan di situ berakhirlah pelayaran
kami. Kami memberi salam kepada saudara-saudara dan tinggal satu hari di
antara mereka.
Kita dapat mengamati di sini,
I. Betapa dengan susah payah Paulus harus keluar dari Efesus. Ini
tersirat dalam kata-kata pertama dalam pasal ini, sesudah perpi-
sahan yang berat itu, maksudnya, sesudah kami dijauhkan dari
mereka dengan paksa. Kedua belah pihak sama-sama dipaksa de-
ngan kekerasan. Paulus enggan meninggalkan mereka, dan mere-
ka enggan berpisah dari dia, namun tidak ada jalan lain, maka
harus terjadilah demikian. jika orang-orang baik dijemput
Kitab Kisah Para Rasul 21:1-7
905
maut, mereka seakan-akan dipisahkan dari teman-teman mereka
di dunia bawah sini, yang berupaya keras untuk menahan mereka
sekiranya itu mungkin.
II. Bagaimana perjalanan mereka dari sana berhasil. Tanpa kesulitan
apa pun, mereka langsung berlayar menuju Kos, sebuah pulau Yu-
nani yang terkenal, lalu keesokan harinya ke Rodos, yang banyak
diperbincangkan orang sebab di sana ada Koloseum. Dan dari
situ ke Patara, sebuah pelabuhan terkenal, jantung kota Likia (ay.
1). Di sini mereka dengan amat lega mendapat kapal, yang hendak
menyeberang ke Fenisia, tempat yang persis ingin mereka tuju (ay.
2). Pemeliharaan Tuhan harus diakui jika segala sesuatunya
terjadi begitu tepat seperti yang diinginkan, dan kita diuntungkan
oleh hal-hal kecil yang ikut memperlancar urusan kita. Dan kita
harus berkata, Tuhan -lah yang membuat jalan kita sempurna. Kapal
yang akan menuju ke Fenisia ini (yaitu ke Tirus) mereka tum-
pangi. Mereka pun naik kapal itu, lalu bertolak ke Tirus. Dalam
perjalanan ini, tampaklah Siprus oleh mereka, pulau asal Barna-
bas, dan yang diurusnya, dan sebab itu Paulus tidak mengun-
junginya, dan melewatkannya (ay. 3). Lalu mereka berlayar di
pantai Siria, dan pada akhirnya tiba di Tirus, tempat yang dulu
terkenal di antara bangsa-bangsa,namun sekarang ketenarannya
sudah redup. Sekalipun demikian, di situ masih ada kegiatan ber-
dagang, sebab muatan kapal harus dibongkar di kota itu, dan begi-
tulah yang terjadi.
III. Paulus berhenti di Tirus. Sekarang ia berada di pantai Israel, dan
mendapati bahwa ia bisa menyelesaikan sisa perjalananya dalam
waktu yang sudah dia tetapkan.
1. Di Tirus ia mengunjungi murid-murid, yaitu beberapa orang
yang sudah memeluk Injil dan mengakui iman Kristen. Amati-
lah, di mana saja Paulus tiba, ia bertanya apakah ada murid-
murid di situ, lalu mengunjungi mereka, dan menjalin
hubungan dengan mereka. Sebab kita tahu bahwa burung-bu-
rung yang sejenis akan berkumpul bersama-sama. saat ber-
ada di bumi, meskipun adakalanya pergi ke pantai Tirus, Kristus
tidak pernah pergi ke sana untuk memberitakan Injil. Tidak
pula Ia menganggap Tirus dan Sidon pantas mendapat kesem-
patan-kesempatan yang diberikan kepada Khorazim dan Bet-
906
saida, meskipun Dia tahu bahwa jika Tirus dan Sidon diberi
kesempatan-kesempatan itu, mereka akan memanfaatkannya
dengan lebih baik (Luk. 10:13-14).namun , setelah mandat Injil
diperluas, Kristus diberitakan di Tirus, dan memiliki murid-
murid di sana. Dan menurut sebagian orang, inilah yang di-
singgung dalam nubuatan tentang Tirus itu (Yes. 23:18), laba-
nya dan upah sundalnya akan kudus bagi TUHAN.
2. Paulus, setelah mendapati murid-murid di Tirus, tinggal di situ
tujuh hari lamanya, sebab mereka mendesak dia untuk ting-
gal bersama mereka selama dia bisa. Sebelumnya ia tinggal
selama tujuh hari di Troas (20:6), dan di sini ia tinggal berhari-
hari di Tirus, untuk bisa menghabiskan satu hari Tuhan ber-
sama-sama dengan mereka, dan dengan demikian mendapat
kesempatan untuk memberitakan Injil di depan mereka se-
mua. Sebab sudah menjadi keinginan orang-orang baik untuk
berbuat baik di mana saja mereka berada. Dan di mana kita
mendapati murid-murid, entah kita bisa memberi manfaat
bagi mereka atau sebaliknya.
3. Para murid di Tirus diberi karunia-karunia yang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan Roh bisa menubuatkan masalah-
masalah yang akan menimpa Paulus di Yerusalem. Sebab Roh
Kudus menyatakannya dari kota ke kota (20:23). sebab ini
merupakan suatu peristiwa yang akan banyak dibicarakan
jika sudah terjadi, Tuhan memandangnya pantas jika peris-
tiwa itu banyak-banyak dinubuatkan sebelumnya, supaya
iman murid-murid tidak dikecewakan, melainkan diteguhkan.
Dengan diberi karunia-karunia untuk melihat terlebih dahulu
masalah-masalah yang akan menghadang Paulus, oleh sebab
kasih kepada dirinya dan kepedulian kepada jemaat, terutama
jemaat-jemaat bangsa bukan-Yahudi, yang bisa mencegahnya
dari masalah, mereka memohon kepadanya supaya ia jangan
pergi ke Yerusalem, sebab mereka berharap bahwa ketetapan
itu hanya terlaksana secara bersyarat: Jika pergi, dia akan
mendapat masalah. Seperti perkiraan yang disampaikan kepada
Daud bahwa warga-warga kota Kehila akan menyerahkan dia
(kalau dia mendatangi mereka). Dan sebab itulah mereka ber-
kata kepadanya, oleh bisikan Roh, supaya ia jangan pergi, se-
bab mereka menganggap bahwa Tuhan akan teramat dimulia-
kan jika ia tetap dalam keadaan bebas. Sama sekali bukan
Kitab Kisah Para Rasul 21:1-7
907
kesalahan mereka sehingga mereka berpikiran begitu, dan oleh
sebab itu mencegah dia.namun mereka keliru, sebab ujian
yang diterimanya justru akan membawa kemuliaan bagi Tuhan
dan menyebarkan Injil, dan ia tahu itu. Kegigihan mereka da-
lam mencegah dia pergi juga membuat semakin menakjubkan
tekadnya yang saleh dan sifat kepahlawanan dalam dirinya.
4. Murid-murid dari Tirus, meskipun tidak ada yang dipertobat-
kan oleh Paulus, menunjukkan penghormatan yang amat be-
sar kepada dia, yang ketenarannya sudah banyak mereka de-
ngar saat ia pergi dari Tirus, bahwa ia sangat berperan besar
bagi jemaat di sana. Meskipun mereka baru mengenalnya se-
lama tujuh hari, namun, seolah-olah ia seorang yang hebat,
mereka semua datang berkumpul, dengan istri dan anak-anak
mereka, untuk melepas dia dengan khidmat, memohon berkat-
nya, dan mengantarnya sejauh laut mengizinkan kaki mereka
berpijak. Perhatikanlah,
(1) Kita tidak saja harus menghormati hamba-hamba Tuhan
yang melayani kita, yang menjaga kita di dalam Tuhan,
yang memperingatkan kita, dan, demi pekerjaan mereka di
tengah-tengah kita, harus menjunjung mereka dalam kasih,
tetapi juga, bila ada kesempatan, kita harus memperlihat-
kan kasih dan hormat kita kepada semua hamba Kristus
yang setia, baik demi Dia yang mereka layani maupun demi
pekerjaan mereka di tengah-tengah orang lain.
(2) Khususnya kita harus menghormati orang-orang yang di-
beri hormat secara istimewa oleh Tuhan , yang secara me-
nonjol menjadikan mereka sebagai orang-orang yang ber-
guna pada masa hidup mereka.
(3) Sungguh baik mendidik anak-anak untuk hormat kepada
orang-orang baik dan hamba-hamba Tuhan yang baik. Di
Tirus khususnya, hal ini luar biasa, dan tidak kita jumpai
di tempat lain bahwa mereka membawa serta istri-istri dan
anak-anak mereka untuk mengiringi Paulus, untuk meng-
hormatinya dengan lebih lagi dan mendapat manfaat dari
ajaran-ajaran dan doa-doanya. saat anak-anak para pe-
nyembah berhala di Betel dengan penuh amarah mengejek
seorang nabi, hal itu dicatat, dan demikian pula, di sini di-
catat bagaimana anak-anak dari murid-murid di Tirus de-
ngan rasa kasih dan sayang begitu menghormati seorang
908
rasul. Sebab, Kristus menerima seruan Hosana dari anak-
anak kecil.
(4) Kita harus pandai-pandai memanfaatkan kesempatan yang
ada pada kita, dan dengan sebaik-baiknya memanfaatkan
itu demi kebaikan jiwa kita. Mereka mengantar Paulus da-
lam perjalanan, supaya bisa lebih lama menemaninya dan
mendapat lebih banyak berkat dari doa-doanya. Sebagian
orang merujuk kita pada Mazmur 45:13 sebagai nubuatan
atas peristiwa ini, puteri Tirus datang dengan pemberian-
pemberian. Sebab besar kemungkinan bahwa mereka mem-
berikan hadiah kepada Paulus sebelum berpisah, seperti
yang biasa kita lakukan kepada teman-teman kita yang
hendak pergi berlayar (28:10).
5. Mereka berpisah dengan diiringi doa, seperti yang sudah dila-
kukan Paulus dan para penatua Efesus (20:36). Dengan demi-
kian, Paulus telah mengajar kita melalui teladan, dan juga
aturan, agar kita selalu dan selalu berdoa tanpa henti. Di
tepi pantai kami berlutut dan berdoa. Paulus berdoa bagi diri-
nya sendiri, bagi mereka, dan bagi semua jemaat. Sama seperti
ia banyak berdoa, demikian pula ia kuat berdoa. Mereka ber-
doa di tepi pantai, supaya perpisahan terakhir mereka diku-
duskan dan dipermanis dengan doa. Orang yang hendak pergi
berlayar, saat bertolak, haruslah menyerahkan diri kepada
Tuhan di dalam doa, dan menempatkan diri di bawah perlin-
dungan-Nya, seperti orang yang berharap, sekalipun akan me-
ninggalkan daratan kering, untuk mendapat tempat berpijak
yang kokoh bagi iman mereka di dalam pemeliharaan dan janji
Tuhan . Mereka berlutut di tepi pantai, meskipun mungkin itu
berbatu atau kotor, dan di situ mereka berdoa. Paulus ingin su-
paya di mana-mana orang berdoa, dan itulah yang dilakukan-
nya sendiri. Dan, bila menaikkan doa, ia berlutut. Kata Tuan
George Herbert, berlutut tidak akan merusak kaus kaki sutra.
6. Akhirnya Mereka berpisah (ay. 6): Sesudah minta diri, dengan
saling berpeluk dalam kasih dan kesedihan yang teramat men-
dalam, kami naik ke kapal untuk pergi, dan mereka pulang ke
rumah, sambil mengeluhkan perpisahan yang kerap terjadi di
dunia ini. Amatilah bagaimana mereka menyikapi peristiwa ini:
Kami, yang harus menempuh perjalanan, naik ke kapal, de-
ngan bersyukur bahwa ada kapal yang akan membawa kami.
Kitab Kisah Para Rasul 21:8-14
909
Dan mereka, yang tidak hendak bepergian jauh, pulang kem-
bali ke rumah, dengan hati bersyukur bahwa mereka masih
bisa pulang ke rumah. Bersukacitalah, hai Zebulon, atas perja-
lanan-perjalananmu, dan engkau pun, hai Isakhar, atas kemah-
kemahmu. Paulus meninggalkan berkatnya kepada mereka
yang kembali ke rumah, dan orang-orang yang tinggal di tem-
pat mengirimkan doa-doa mereka bagi orang-orang yang pergi
berlayar.
IV. Kedatangan mereka di Ptolemais, yang tidak jauh dari Tirus (ay.
27): Kami tiba di Ptolemais, yang menurut sebagian orang sama
dengan Ako, yang kita temukan dalam suku Asyer (Hak. 1:31). Di
sana Paulus meminta izin untuk turun ke darat, untuk memberi
salam kepada saudara-saudara, mencari tahu keadaan mereka,
dan supaya mereka tahu bahwa ia berniat baik bagi mereka.
Meskipun tidak bisa tinggal lama-lama bersama mereka, ia tidak
mau melewati mereka begitu saja tanpa singgah dan memberi
hormat kepada mereka. Dan ia tinggal satu hari di antara mereka,
mungkin pada hari Tuhan. Lebih baik tinggal sebentar dibandingkan
tidak berkunjung sama sekali.
Nubuatan Agabus; Paulus Tetap
Bertekad Pergi ke Yerusalem
(21:8-14)
8 Pada keesokan harinya kami berangkat dari situ dan tiba di Kaisarea. Kami
masuk ke rumah Filipus, pemberita Injil itu, yaitu satu dari ketujuh orang
yang dipilih di Yerusalem, dan kami tinggal di rumahnya. 9 Filipus mem-
punyai empat anak dara yang beroleh karunia untuk bernubuat. 10 Setelah
beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi ber-
nama Agabus. 11 Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus.
Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: Demikianlah kata
Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh
orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-
bangsa lain. 12 Mendengar itu kami bersama-sama dengan murid-murid di
tempat itu meminta, supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem. 13namun
Paulus menjawab: Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian
mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, te-
tapi juga untuk mati di Yerusalem oleh sebab nama Tuhan Yesus.
14 sebab ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata:
Jadilah kehendak Tuhan!
Di sini kita mendapati Paulus dan kawan-kawannya tiba pada akhir-
nya di Kaisarea, di mana ia berencana tinggal selama beberapa
910
waktu, sebab Kaisarea yaitu tempat di mana Injil pertama-tama di-
beritakan kepada orang-orang bukan-Yahudi, dan Roh Kudus turun
ke atas mereka (10:1, 44). Sekarang di sini kita diberi tahu,
I. Siapa yang menjamu Paulus dan kawan-kawannya di Kaisarea. Ia
jarang memiliki kesempatan untuk pergi mengunjungi rumah
orang,namun , di mana saja ia tiba, ada saja teman yang meng-
undangnya, dan menyambut dia di rumahnya. Amatilah, mereka
yang sebelumnya berlayar bersama-sama sekarang berpisah ke-
tika perjalanan selesai, menurut urusan masing-masing. Orang
yang harus mengurus barang-barang tinggal di kapal untuk mem-
bongkar muatan (ay. 3). Yang lain, sewaktu tiba di Ptolemais, pergi
mengurusi urusan mereka masing-masing.namun kami yang ter-
masuk kawan-kawan Paulus pergi ke mana ia pergi, dan tiba di
Kaisarea. Mereka yang bepergian bersama-sama di dunia ini akan
berpisah pada saat kematian, dan saat itu akan tampak siapa yang
termasuk kawan-kawan Paulus dan siapa yang bukan. Sekarang di
Kaisarea,
1. Mereka dijamu oleh Filipus sang penginjil, yang kita tinggalkan
di Kaisarea bertahun-tahun sebelumnya, setelah ia membaptis
seorang sida-sida (8:40). Dan di situ pula kita mendapatkan-
nya lagi sekarang.
(1) Pada awalnya ia seorang diaken, salah satu dari tujuh
orang yang dipilih untuk melayani kebutuhan makan je-
maat (6:5).
(2) Sekarang sudah lama ia menjadi penginjil, orang yang pergi
berkeliling menanam dan menyirami jemaat, seperti yang
dilakukan para rasul, dan memberi diri, seperti halnya me-
reka, untuk memberitakan firman dan berdoa. Demikianlah,
sebab melayani dengan baik, ia beroleh kedudukan yang
baik. Dan, sebab setia dalam perkara kecil, ia menerima
kekuasaan atas banyak hal.
(3) Ia memiliki rumah di Kaisarea, yang pantas untuk men-
jamu Paulus dan semua kawannya, dan ia menyambut me-
reka dengan sangat senang hati di rumahnya. Kami masuk
ke rumah Filipus, pemberita Injil, dan kami tinggal di rumah-
nya. Demikianlah, sudah sepantasnya orang-orang Kristen
dan hamba-hamba Tuhan, menurut kemampuan mereka
Kitab Kisah Para Rasul 21:8-14
911
masing-masing, memberi tumpangan seorang akan yang
lain dengan tidak bersungut-sungut (1Ptr. 4:9).
2. Filipus memiliki empat anak dara yang beroleh karunia un-
tuk bernubuat (ay. 9). Tersirat bahwa mereka bernubuat tentang
masalah-masalah yang akan dijumpai Paulus di Yerusalem,
seperti yang sudah dinubuatkan orang lain, dan membujuk
dia supaya tidak pergi. Atau mungkin mereka menubuatkan
penghiburan dan dorongan yang akan diterimanya, mengingat
kesulitan-kesulitan yang ada di depannya. Inilah penggenapan
lebih lanjut dari nubuatan itu (Yl. 2:28), tentang dicurahkan-
nya Roh secara berlimpah-limpah ke atas semua manusia, se-
hingga anak-anak laki-laki dan perempuan mereka akan bernu-
buat, maksudnya, memberitahukan hal-hal yang akan datang.
II. Sebuah nubuatan yang jelas dan penuh tentang penderitaan-pen-
deritaan Paulus, yang disampaikan oleh seorang nabi ternama (ay.
10-11).
1. Paulus dan kawan-kawannya tinggal selama beberapa hari di
Kaisarea. Mungkin Kornelius tinggal di sana pada waktu itu,
dan (meskipun Filipus memberi mereka tumpangan) dalam ba-
nyak hal ia bersikap baik kepada mereka, dan berhasil meng-
ajak mereka untuk tinggal di sana. Apa yang menyebabkan
Paulus tinggal begitu lama di sana, dan tidak begitu tergesa-
gesa pada akhir perjalanannya ke Yerusalem, padahal ia tam-
pak begitu tergesa-gesa pada awalnya, kita tidak tahu.namun
kita yakin bahwa ia tidak tinggal di sana atau di mana saja
untuk bermalas-malasan. Ia selalu menghitung hari-hari
yang dilewatinya.
2. Datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus. Inilah
orang yang sebelumnya kita baca, bahwa ia datang dari Yeru-
salem ke Antiokhia, untuk meramalkan bahaya kelaparan yang
akan menimpa seluruh dunia (11:27-28). Lihatlah bagaimana
Tuhan membagikan pemberian-pemberiannya secara beragam.
Kepada Paulus diberikan kata-kata bijak dan pengetahuan, se-
bagai rasul, oleh Roh, dan karunia-karunia penyembuhan.
Kepada Agabus, dan kepada anak-anak perempuan Filipus, di-
berikan karunia bernubuat, oleh Roh yang sama, yaitu untuk
menubuatkan hal-hal yang akan datang, yang betul-betul
912
digenapi sesuai nubuatannya. Lihat 1 Korintus 12:8, 10. Jadi,
apa yang merupakan karunia Roh paling unggul dalam Per-
janjian Lama, yaitu menubuatkan hal-hal yang akan datang,
di dalam Perjanjian Baru dilampaui oleh karunia-karunia lain,
dan dianugerahkan kepada orang-orang yang tidak begitu di-
kenal di dalam jemaat. Tampaknya Agabus sengaja datang ke
Kaisarea, untuk menemui Paulus dan memberi tahu dia ten-
tang nubuatan ini.
3. Ia bernubuat bahwa Paulus akan dibelenggu di Yerusalem,
(1) Dengan tanda, seperti yang dilakukan nabi-nabi pada za-
man dulu, Yesaya (20:3), Yeremia (13:1; 27:2), Yehezkiel
(4:1; 12:3), dan banyak nabi lain. Agabus mengambil ikat
pinggang Paulus, lalu meletakkannya, setelah melepasnya
dari Paulus. Dan dengan ikat pinggang itu ia mengikat per-
tama-tama tangannya sendiri, dan kemudian kakinya, atau
mungkin kaki dan tangannya secara bersama-sama. Ini di-
maksudkan baik untuk meneguhkan nubuatan itu (bahwa
hal itu sedemikian pasti akan terjadi, sehingga seolah-olah
sudah terjadi) maupun untuk menarik perhatian orang-
orang di sekitarnya, sebab apa yang kita lihat biasanya me-
ninggalkan kesan yang lebih mendalam pada diri kita dari-
pada apa yang hanya kita dengar.
(2) Dengan menjelaskan tanda itu: Demikianlah kata Roh Ku-
dus, Roh nubuat, beginilah orang yang empunya ikat ping-
gang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem
dan, sebagaimana yang sudah mereka perbuat terhadap
Tuannya (Mat. 20:18-19), ia akan diserahkan ke dalam ta-
ngan bangsa-bangsa lain. Itu jugalah yang selama ini
berusaha dilakukan orang-orang Yahudi di tempat-tempat
lain, dengan menuduh dia di hadapan gubernur-gubernur
Romawi. Paulus diberi peringatan yang jelas tentang masa-
lah-masalah yang akan dijumpainya ini supaya ia bersiap-
siap menghadapinya, dan jika datang, masalah-masalah
itu tidak akan membuatnya terkejut atau ngeri. Kita juga
diberi tahu secara umum, bahwa untuk masuk ke dalam
Kerajaan Tuhan kita harus mengalami banyak sengsara, dan
apa yang kita ketahui ini haruslah kita manfaatkan dengan
cara yang sama.
Kitab Kisah Para Rasul 21:8-14
913
III. Teman-temannya bersikeras agar dia tidak pergi ke Yerusalem (ay.
12). Bukan hanya orang-orang dari tempat itu, melainkan juga
kami sebagai kawan-kawan seperjalanan Paulus, dan di antaranya
Lukas sendiri, yang sudah sering kali mendengar nubuatan ini,
dan melihat tekad bulat Paulus kendati demikian, memohon ke-
pada dia dengan cucuran air mata supaya ia tidak pergi ke Yeru-
salem,namun ke suatu tempat lain. Nah,
1. Di sini tampak kasih sayang yang patut dipuji yang ditujukan
kepada Paulus dan penghargaan tinggi kepadanya, oleh ka-
rena pelayanannya yang sangat berguna bagi jemaat. Adakala-
nya orang baik yang amat giat bekerja perlu dibujuk supaya
tidak terlalu keras bekerja, dan orang baik yang amat berani
perlu dibujuk supaya tidak membahayakan diri terlalu jauh.
Tuhan untuk tubuh, dan begitu pulalah seharusnya kita.
2. Namun, di sini maksud baik mereka itu bercampur dengan ke-
lemahan, terutama pada diri kawan-kawan Paulus, yang tahu
bahwa dia mengadakan perjalanan ini dengan bimbingan Tuhan ,
dan sudah melihat betapa Paulus dengan tekad kuat sudah
mematahkan perlawanan yang serupa.namun kita melihat
dalam diri mereka kelemahan yang juga ada dalam diri kita se-
mua. jika kita melihat masalah ada di depan, dan hanya
mengetahuinya dari jauh saja, kita bisa menganggapnya en-
teng.namun saat masalah itu sudah dekat, hati kita mulai
kecut, dan kita pun mundur. Sekarang dirimu terkena, dan
engkau terkejut (Ayb. 4:5).
IV. Dengan keberanian dan kegigihan yang kudus, Paulus bersikeras
menjalankan tekadnya (ay. 13).
1. Ia menegur mereka sebab membujuknya untuk tidak pergi.
Di sini terjadi pertengkaran kasih pada kedua belah pihak, ka-
sih sayang yang amat tulus dan kuat berbentrokan satu sama
lain. Mereka amat mengasihinya, dan sebab itu menentang
tekadnya. Ia amat mengasihi mereka, dan sebab itu menegur
mereka sebab menentangnya: Mengapa kamu menangis dan
dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Mereka
menjadi batu sandungan bagi dia, seperti Petrus bagi Kristus,
saat , dalam keadaan yang serupa, ia berkata, Guru, sayangi-
914
lah diri-Mu. Dengan menangis untuk dia, mereka menghancur-
kan hatinya.
(1) Baginya itu merupakan suatu godaan, sesuatu yang me-
nyentakkan dia, yang mulai melemahkan dan mengendur-
kan tekadnya, dan menyebabkan dia berpikir untuk tetap
tinggal: Aku tahu bahwa aku ditetapkan untuk menderita,
dan kamu harus menyemangati dan mendorong kamu, dan
mengatakan apa yang kiranya akan menguatkan hatiku.
Tetapi kamu, dengan air matamu, malah menghancurkan
hatiku, dan membuatku patah semangat. Apa maksudmu
berlaku demikian? Bukankah Tuan kita menyuruh kita un-
tuk memikul salib kita? Jadi mengapa kamu ingin mem-
buatku menghindari salibku?
(2) Dia merasa amat terganggu sebab mereka begitu sungguh-
sungguh mendesaknya untuk melakukan apa yang tidak
bisa dilakukannya tanpa mendustai hati nuraninya. Hati
Paulus sangat lembut. Sama seperti ia sendiri sering me-
nangis, demikian pula ia peduli dan terenyuh dengan ta-
ngisan teman-temannya. Mereka membuatnya sangat ter-
sentuh, dan hampir-hampir saja ia menyerah untuk ber-
buat apa saja yang mereka minta.namun sekarang hatinya
hancur, saat ia harus menolak permintaan teman-teman-
nya yang menangis. Sungguh tidak baik kebaikan mereka
itu, sungguh kejam belas kasihan mereka yang menyiksa
dia dengan bujukan-bujukan mereka itu, yang dengan ja-
lan demikian semakin menambah penderitaannya. jika
teman-teman kita dipanggil untuk menderita, kita harus
menunjukkan kasih kita kepada mereka terlebih dengan
menghibur mereka dibandingkan dengan berduka bersama me-
reka.namun amatilah, orang-orang Kristen di Kaisarea ini,
jika saja bisa melihat jauh ke depan kejadian-kejadian yang
akan datang secara terperinci, yang secara umum sudah
mereka terima dengan amat berat hati, mereka pasti akan
bisa menerimanya demi kebaikan mereka sendiri. Sebab,
saat Paulus menjadi tahanan di Yerusalem, ia dikirim ke
Kaisarea, persis di mana ia berada sekarang (23:33), dan di
sana ia terus tinggal setidak-tidaknya selama dua tahun
24:27). Dan ia sering menjadi tahanan di sana-sini, seperti
yang tampak pada pasal 24:23,namun diberikan perintah
Kitab Kisah Para Rasul 21:8-14
915
agar ia bebas pergi mengunjungi teman-temannya, dan te-
man-temannya boleh datang menjenguk dia. Dengan demi-
kian, jemaat di Kaisarea bisa lebih sering ditemani dan di-
bantu Paulus jika ia ditahan dibandingkan jika ia bebas.
Apa yang kita lawan, sebab menyangka akan banyak me-
rugikan kita, boleh jadi diubah oleh pemeliharaan Tuhan un-
tuk membawa keuntungan bagi kita. Itulah sebabnya kita
harus mengikuti pemeliharaan Tuhan , dan tidak takut pada
pemeliharaan-Nya.
2. Ia menegaskan tekadnya untuk pergi, kendati dengan semua
itu: Mengapa kamu menangis? Aku ini rela menderita apa saja
yang sudah ditetapkan untukku. Aku benar-benar bertekad
untuk pergi, apa pun akibatnya, dan sebab itu sia-sialah
kamu menentangnya. Aku ini rela menderita, dan sebab itu
mengapa kamu tidak rela kalau aku menderita? Bukankah
aku yang paling dekat dengan diriku sendiri, dan paling pan-
tas menilai diriku sendiri? Jika suatu kesulitan tidak siap aku
hadapi, barulah itu namanya kesulitan, dan kamu boleh me-
nangis memikirkannya.namun , terpujilah Tuhan , tidak demiki-
an dengan aku. Aku sangat siap menerimanya, dan sebab itu
janganlah kamu merasa ngeri terhadapnya. Bagiku, aku siap,
etoimōs echō aku sudah mempersiapkan diri, seperti prajurit
yang siap bertempur. Aku sadar bahwa akan datang masalah,
dan aku menantikannya, itu tidak akan mengejutkan aku.
Aku sudah diberi tahu sedari awal betapa banyak penderitaan
yang harus kutanggung (9:16). Aku telah siap untuk itu, de-
ngan hati nurani yang jernih, keyakinan yang teguh pada
Tuhan , hati kudus yang memandang rendah dunia dan tubuh
jasmani, iman yang hidup kepada Kristus, dan harapan yang
penuh sukacita akan hidup kekal. Aku bisa menyambutnya,
seperti kita menyambut seorang teman yang kita nantikan,
dan membuat segala persiapan untuk kedatangannya. Melalui
rahmat, aku tidak hanya bisa menanggungnya,namun juga ber-
sukacita di dalamnya. Sekarang,
(1) Lihatlah seberapa jauh tekadnya membawa dia: Kamu di-
beri tahu bahwa aku harus dibelenggu di Yerusalem,namun
kamu berusaha menghalang-halangi aku darinya sebab
kamu takut itu akan terjadi. Aku berkata kepada kamu,
916
Aku ini rela bukan saja untuk diikat,namun juga, jika Tuhan
menghendakinya, untuk mati di Yerusalem. Aku ini tidak
saja rela kehilangan kebebasanku,namun juga kehilangan
nyawaku. Kita berhikmat jika menimbang-nimbang hal
terburuk apa yang akan menimpa kita, dan mempersiapkan
diri untuk menghadapinya, supaya kita berkeyakinan penuh
dengan segala hal yang dikehendaki Tuhan .
(2) Lihatlah apa yang sanggup membawanya sedemikian jauh,
yang membuat dia rela menderita dan mati: oleh sebab
nama Tuhan Yesus. Orang akan memberi apa saja yang
dimilikinya demi menyelamatkan nyawanya.namun bahka