sakit jiwa 3

Kamis, 22 Februari 2024

sakit jiwa 3





p asien minum obat sesuai terapi dokter tekankan pada prinsip benar dosis 

obatnya 

6. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Penyalahgunaan Zat

 Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat memerlukan 

perhatian dankewaspadaan perawat. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk 

mengevaluasi hasil campurtangan pada pasien dengan penyalahgunaan zat.

a. Apakahpasien telah mencapai tujuan yang telah ditentukan ?

b. Dapatkahpasien berkomunikasi secara efektif tanpa harus membela diri ?

c. Apakah pasien melakukan aktifitas sehari-hari tanpa memakai obat ?

d. d.Apakah pasien terlibat secara aktif pada berbagai kegiatan sosial luar ?

e. Apakah pasienmampu memanfaatkan sumber internal secara konsisten agar dapat 

produktif ditempat bekerja dan terlibat dalam hubungan interpersonal yang berarti 


Topik 2 

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ansietas 

 

Pada saat Anda merawat pasien cenderung pasien Anda mengeluh dada berdebar debar, keluar keringat dingin, tidak dapat tidur dan mengatakan tidak napsu makan. Pada 

saat pemeriksaan fisik Anda memperoleh tanda-tanda vital meningkat. Melihat kondisi 

demikian tentu Anda dapat menyimpulkan bahwa pasien Anda pasti sedang mengalami 

ansietas. kemudian tentu Anda berfikir apa yang harus saya lakukan untuk membantu 

pasien saya agar ansietasnya menurun? 

A. KONSEP ANSIETAS 

 

1. Pengertian 

Banyak ahli mengartikan mengenai ansietas. Berikut ini adalah salah satu arti 

dari ansietas seperti pengertian ansietas dari Stuart dan Laraia [ 2005]  yang mengatakan 

bahwa ansietas memiliki nilai yang positif. Karenadengan ansisetas maka faktor positif 

pasien berkembang karena adasikap konfrontasi [ pertentangan] , antisipasi yang tinggi, 

pemakaian pengetahuan dan sikap pada pengalaman mengatasi kecemasan. namun 

pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan pasien.

 arti lain tentang ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar 

karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang ditambah suatu tanggapans. cenderung sumber 

perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh pasien.Ansietas 

dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang 

dipicu oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal yang 

menyadarkan/memperingatkan akan adabahaya yang akan datang dan membantu 

pasien untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman. 

2. Tanda dan Gejala Ansietas 

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung

b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut

c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang

d. Mengalami gangguan pola tidur dan ditambah mimpi yang menegangkan

e. Gangguan konsensstrasi dan daya ingat

f. adakeluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang belakang, pendengaran 

yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas, mengalami gangguan pencernaan 

berkemih atau sakit kepala 3. Tingkatan Ansietas 

Stuart dan Laraia [ 2005] , membagi ansietas terbagi dalam beberapa tingkatan. yaitu : 

a. Ansietas ringan. Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam 

kehidupan sehari-hari dan memicu pasien menjadi waspada dan memperluas 

pAndangan anggapan. Ansietas ringan memiliki faktor positif yaitu memotivasi pasien 

untuk belajar dan menghasilkan dan meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas. 

tanggapan dari ansietas ringan adalah

1]  tanggapan fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang 

yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar. Pasien mengalami ketegangan 

otot ringan 

2]  tanggapan kognitif meliputi koping anggapan luas, mampu menerima rangsang yang 

kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah. 

3]  tanggapan tingkahlaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada 

lengan, dan suara kadang meninggi. 

b. Ansietas sedang. Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan pasien untuk 

memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga 

pasien mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang 

lebih terarah.Manifestasi yang muncul pada ansietas sedang antara lain:

1]  tanggapan fisiologis 

 Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare atau 

konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat. 

2]  tanggapan kognitif 

 tanggapan pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada 

apa yang menjadi perhatian dan bingung. 

3]  tanggapan tingkahlaku dan emosi 

 Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman. 

c. Ansietas Berat. Pada ansietas berat pasien lapangan anggapan pasien menyempit. 

pasien cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak 

dapat berfikir tentang hal lain. Semua tingkahlaku pasien hanya ditujukan untuk 

mengurangi ketegangan. Pasien tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat 

memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas berat antara 

lain:

1]  tanggapan fisiologis 

 Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, 

penglihatan kabur, dan ketegangan. 

2]  tanggapan kognitif 

 Lapang anggapan sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan masalah. 

3]  tanggapan tingkahlaku dan emosi 

 Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan 

interpersonal.d. Tingkat Panik. tingkahlaku yang tampak pada pasien dengan ansietas tingkat panik adalah 

pasien tampakketakutan dan mengatakan mengalami teror, tidak mampu melakukan 

sesuatu walaupun dengan pengarahan dan disorganisasi kepribadian. Terjadi 

peningkatan kegiatan motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang 

lain, anggapan menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. Manifestasi yang muncul 

terdiri dari:

1]  tanggapan fisiologis 

 Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan 

koordinasi motorik rendah. 

2]  Lapang kognitif 

 Lapang anggapan sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis. 

3]  tanggapan tingkahlaku dan emosi 

 Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak- teriak, menarik diri 

dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan anggapan 

kacau. 

4. Faktor Predisposisi 

Menurut Stuart dan Laraia [ 20050]  ada beberapa teori yang dapat mengatakan  

terjadinya ansietas, diantaranya: 

a. Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang 

membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam 

mekanisme biologis munculnya ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas 

mungkin ditambah dengan gangguan fisik dan kemudian menurunkan kapasitas 

pasien untuk mengatasi stressor.

b. Faktor Psikologis

1]  PAndangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara 

antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan 

impuls primitif, sedang superego mencerminkan hati nurani pasien yang 

dikendalikan oleh norma-norma budaya pasien. Ego atau aku berfungsi 

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas 

adalah mengingatkan ego bahwa akan bahaya.

2]  PAndangan Interpersonal, Ansietas muncul dari perasaan takut pada 

penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan 

kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari lingkungan maupun 

orang yang berarti bagi pasien,. pasien dengan harga diri rendah sangat mudah 

mengalami perkembangan ansietas yang berat.

3]  Pandangan tingkahlaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu 

yang mengganggu kemampuan pasien untuk mencapai tujuan yang 

diinginkan. Pakar tingkahlaku menganggap ansietas sebagai dorongan belajar dari 

dalam diri unntuk menghindari kepedihan. pasien yang sejak kecil terbiasa 

menghadapi ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan kemudian dibandingkan dengan pasien yang jarang menghadapi 

ketakutan dalam kehidupannya.

c. Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.. Faktor 

ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh pada terjadinya ansietas.

1. Faktor Presipitasi 

Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu: 

a. Ancaman pada integritas pasien seperti ketidakmampuan atau penurunan 

fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu pasien untuk melakukan kegiatan 

hidup sehari-hari

b. Ancaman pada sistem diri pasien. Ancaman ini akan memicu gangguan 

pada identitas diiri, harga diri, dan fungsi sosial pasien.

2. Sumber Koping 

Dalam menghadapi ansietas, pasien akan memanfaatkan dan memakai berbagai 

sumber koping di lingkungan. 

3. Mekanisme Koping 

Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat mekanisme koping yang 

dipakai terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu ; 

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada 

tindakan realistik yang bertujuan untuk menurunkan situasi stres, contoh

1]  tingkahlaku menyerang [ agresif] . 

 dipakai pasien untuk mengatasi rintangan agar terpenuhinya kebutuhan. 

2]  tingkahlaku menarik diri. 

 Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun 

secara psikologis. 

3]  tingkahlaku kompromi. 

 Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau 

mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan. 

b. Mekanisme pertahanan ego. bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan 

dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan penipuan diri, 

distorsi realitas dan bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan Ego yang dipakai 

adalah:

1]  Kompensasi.Adalah proses dimana pasien memperbaiki penurunan citra diri 

dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya. 

2]  Penyangkalan [ Denial] .Menyatakan ketidaksetujuan pada realitas dengan 

mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan 

primitif. 3]  Pemindahan [ Displacemen] .Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada 

pasien/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam 

pada dirinya. 

4]  Disosiasi.Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau 

identitasnya. 

5]  Identifikasi [ Identification] .Proses dimana pasien mencoba menjadi orang 

yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera 

orang tersebut. 

6]  Intelektualisasi [ Intelektualization] .pemakaian logika dan alasan yang 

berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. 

7]  Introjeksi [ Intrijection] .Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi 

terganggu oleh ancaman dari luar [ pembentukan superego]  

8]  Fiksasi.Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu faktor tertentu [ emosi 

atau tingkah laku atau pikiran] s ehingga perkembangan kemudian terhalang. 

9]  Proyeksi.Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain 

terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi. 

10]  Rasionalisasi.Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan 

yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri. 

11]  Reaksi formasi.Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan 

dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya. 

12]  Regressi.Kembali ketingkat perkembangan terdahulu [ tingkah laku yang primitif] , 

contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, 

meraung, dsb. 

13]  Represi.Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang 

menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang 

cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya. 

14]  Acting Out.Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang. 

15]  Sublimasi.Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata 

warga untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam 

penyalurannya secara normal. 

16]  Supresi.Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan namun 

sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang 

disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran pasien;kadang-kadang dapat 

mengarah pada represif berikutnya. 

17]  Undoing.Tindakan/tingkahlaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari 

tindakan/tingkahlaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme 

pertahanan primitif. 

4. Data yang perlu dikaji :

Agar Anda mampu mendiagnosa pasien dengan ansietas. Maka Anda harus melakukan 

riset . Berikut adalah data yang harus dikaji pada pasien ansietas. a. tingkahlaku. Ditandai dengan produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak 

mata minimal, gelisah, pergerakan berlebihan [ seperti; foot shuffling, pergerakan 

lengan/ tangan] , insomnia dan perasaan gelisah. 

b. Afektif 

Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, nyeri dan 

ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran 

meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, khawatir, 

prihatin dan mencemaskan 

c. Fisiologis 

tanggapan fisiologis pada pasien kecemasan tampak dengan adasuara bergetar, 

gemetar/ tremor tangan atau bergoyang-goyang.refleks-refleks meningkatEksitasi 

kardiovaskuler seperti peluh meningkat, wajah tegang, mual, jantung berdebar-debar, 

mulut kering, kelemahan, sukar bernafas vasokonstriksi ekstremitas, 

kedutanmeningkat, nadi meningkat dan dilatasi pupil. 

sedang tingkahlaku pasien akibat tanggapan fisiologis pada sistem parasimpatis yaitu 

sering berkemih, nyeri abdomen dan gangguan tidur. perasaan geli pada ekstremitas, 

diarhea, keragu-raguan,kelelahan, bradicardia,tekanan darah menurun, mual, 

keseringan berkemih pingsan dan tekanan darah meningkat. 

d. Kognitif 

tanggapan kognitif pada pasien ansietas yaitu hambatan berfikir, bingung, pelupa, 

konsentrasi menurun, lapang anggapan menurun, Takut pada sesuatu yang tidak 

khas, cenderung menyalahkan orang lain., sukar berkonsentrasi, Kemampuan 

berkurang untuk memecahkan masalah dan belajar. 

5. Faktor yang Mempengaruhi Ansietas 

Ansietas dapat dipicu karena pasien terpapar zat bebahaya/racun [ toksin] , 

konflik tidak disadari tentang tujuan hidup, hambatan hubungan dengan kekeluargaan/ 

keturunan, adakebutuhan yang tidak terpenuhi, gangguan dalam hubungan 

interpersonal, krisis situasional/ maturasi, ancaman kematian, ancaman pada konsep 

diri, stress, penyalahgunaan zat, perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola 

interaksi, fungsi peran, perubahan lingkungan dan perubahan status ekonomi. [ NANDA 

2005]  

B. PROSES KEPERAWATAN ANSIETAS 

 

1. riset 

riset  pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan pengamatan kepada 

pasien dan keluarga. 

Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara, melalui bentuk 

pertanyaan sebagai berikut: 

a. Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui fikiran ibu sesudah operasi ?


b. Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan masalah yang 

dialami terutama sesudah operasi

c. Apakah ada kelurhan lain yang dirasakan

d. Apakah keluhan tersebut menganggu aktifitas atau kegiatan sehari-hari

Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui pengamatan adalah sebagai 

berikut:Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit, perubahan tAnda tanda vital [ nadi dan tekanan darah naik] , tampak sering nafas pendek, gerakan tersentak – 

sentak, meremas-remas tangan dan tampak bicara banyak dan lebih cepat. 

Tabel 2.1 

Format riset  data dan Masalah 

No Data Masalah 

1 Subjektif : 

Objektif : 

- Pasien merasa tegang dalam 

melakukan kegiatan sehari hari 

- Tampak motivasi dan 

kreatifitas meningkat 

- Tampak terpacu untuk 

menyelesaikan masalah 

Kecemasan 

ringan 

2 Subjektif : 

Objektif : 

- Pasien merasa tidak dapat 

memikirkan hal lain, selain 

dirinya 

- Pasien mengatakan minta 

tolong untuk menyelesaikan 

masalahnya. 

- Perlu pengarahan untuk 

melakukan tugas yang lain 

Kecemasan Berat 


2. Diagnosa Keperawatan:Ansietas

3. Pohon Masalah 

sesudah Anda melakukan riset  dan mengelompokkan data pada pasien ansietas 

kemudian buatlah pohon masalah. Pohon masalah akan membantu dan mempermudah 

Anda untuk menegakkan diagnosa keperawatan. 

Harga Diri Rendah 

Gangguan Citra Tubuh 

Ansietas [ Core problem]  

Koping pasien Tak efektif 

Kurang Pengetahuan Perubahan fisik/Operasi/Stressor Fisik

Gambar 2.2. 

Pohon Masalah pada Pasien Ansietas

4. Tindakan Keperawatan 

a. Tujuan Tindakan Keperawatan 

1]  pasien dapat mengenal ansietas 

2]  pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi 

3]  pasien dapat memperagakan dan memakai latihan relaksasi untuk mengatasi 

ansietas. 

4]  Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun 

b. Tindakan Keperawatan : 

1]  Membina hubungan saling percaya 

2]  Membantu pasien mengenal ansietas 

3]  Mengajarkan teknik nafas dalam 

a]  Pengertian 

 Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu tindakan keperawatan dengan 

menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, 

teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan 

meningkatkan oksigenasi darah juga dapat menurunkan tingkat kecemasan 

[ Smeltzer & Bare, 2002] . b]  Tujuan 

Smeltzer & Bare [ 2002]  menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas untuk 

mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas 

nyeri dan menurunkan kecemasan. 

c]  Prosedur teknik relaksasi napas d 

[ 1]  Ciptakan lingkungan yang tenang 

[ 2]  Usahakan tetap rileks dan tenang 

[ 3]  Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara 

melalui hitungan 1,2,3 

[ 4]  Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan 

ekstrimitas atas dan bawah rileks 

[ 5]  Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali 

[ 6]  Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara 

perlahan-lahan 

[ 7]  Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks 

[ 8]  Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam 

[ 9]  Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman 

[ 10]  Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang 

4]  Mengajarkan relaksasi otot

a]  Identifikasi tingkat cemas 

b]  Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien. 

c]  Ruang yang sejuk, tidak gaduh dan alami 

d]  Siapkan tempat tidur atau kursi yang dapat menopang bahu pasien 

[ 1]  Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan 

[ 2]  Pasien berbaring atau duduk bersAndar [ ada sAndaran untuk kaki dan 

bahu]  

[ 3]  Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung dan 

dihembuskan melalui mulut 

[ 4]  Bersama pasien mengidentifikasi [ pasien dianjurkan dan dibimbing untuk 

mengidentifikasi]  daerah-daerah ototyang sering tegang contoh dahi, 

tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis 

[ 5]  Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai 

7detik, kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20 sampai 30 

detik. 

[ 6]  Kencangkan dahi [ kerutkan dahi keatas]  selama 5-7 detik,kemudian 

relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya. 

[ 7]  Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian relakskan 20-30 

detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah 

mengalir secara lancar. 



[ 8]  Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7 detik, 

kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan 

rasakan aliran darah mengalir secara lancar. 

[ 9]  Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik, 

kemudian relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan rileksnya 

dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar. 

[ 10]  Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan 

selama relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot. 

5]  Melatih pasien prosedure hipnosis 5 jari 

a]  Atur posisi pasien senyaman mungkin

b]  Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3 kali. 

Minta pasien untuk relaks

c]  Minta pasien untuk menautkan ibu jaridengan jari telunjuk, dan minta pasiun 

untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat

d]  Tautkan ibu jqri dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika 

memperoleh hadiah atau barang yang sangat disukai

e]  Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di tempat 

yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia

f]  Tautkan ibu jari dengan jari kelingkng, bayangkan ketika Anda mendapat suatu 

penghargaan

g]  Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali

h]  Buka mata kembali.

6]  Memasukan kejadwal kegiatan harian pasien 

5. Evaluasi 

a. Pasien dapat mengenal ansietas 

b. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi:tarik nafas dalam dan 

distraksi lima jari 

c. Pasien dapat memperagakan dan memakai latihan relaksasi untuk mengatasi 

ansietas. 

d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun 

6. Pendokumentasian 

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan 

yang meliputi dokumentasi riset , pemeriksaan keperawatan, perencanaan, implementasi 

tindakan keperawatan, dan evaluasi.Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan 

pada pasien dengan ansietas. Tabel 2.2 

Contoh Pendokumentasian pada Pasien Ansietas 

IMPLEMENTASI EVALUASI 

Tgl ..........bulan..... tahun.....pkl....... 

Data: 

Data pasien dan kemampuan 

• Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan 

sering terbangun pada malam hari dan 

sering mimpi buruk

• Pasien mengatakan sering berdebar debar, sesak napas tangan dan kaki 

dingin bila memikirkan masalahnya 

• Kemampuan pasien

• Pasien mengatakan bila berdebar2 tarik 

napas panjang dan berdoa 

• Bila sulit tidur pasien mengatakan 

membayangkan hal-hal yang indah dan 

mambaca buku

• Pasien mampu mendemonstrasikan 

cara tarik napas dalam dengan benar

Data keluarga dan kemampuan 

• Keluarga mengatakan sudah 

mengetahui menurunkan atau 

menghilangkan ansietas

• Keluarga telah mengetahui cara 

merawat pasien dengan ansietas

• Kelurga memantau pasien minum obat 

DK: 

ansietas 

campurtangan: 

Tindakan ke pasien 

1. Evaluasi kegiatan pasien dalam 

menurunkan ansietas dengan tarik 

napas dalam dan berdoa. 

2. Beri pujian 

3. Latih satu cara untuk yaitu bercakap cakap dengan orang lain seperti keluarga

4. Memasukkan pada jadwali kegiatan 

untuk latihan bercakap-cakap dengan 

orang lain/keluarga

5. Mengevaluasi tanda dan gejala ansietas

Tindakan ke keluarga 

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam 

membantu menurunkan tingkat ansietas 

S :Pasien 

• Pasien melatih tarik napas dalam 3 

kali sehari

• Membiasakan berdoa dan cara 

spiritual lain

• Mengajak anggota keluarga yang lain 

untuk bercakap-cakap bila pasien 

sendirian 

S : keluarga 

• Keluarga mengatakan anaknya sudah 

tneang dan dapat melakukan kegiatan 

sesuai jadwal

• Keluarga mengatakan senang dapat 

membimbing dan merawat anaknya 

• Keluarga mengatakan akan terus 

memotivasi anaknya untuk melakukan 

sesuai jadwal

O: Pasien 

• Pasien koopertif, tampak tenang, 

ansietas berkurang.

O: keluarga 

• Keluarga tampak melatih dan 

membimbing pasien dalam 

menurunkan tingkat ansietas

• Keluarga kooperatif

A: 

Berdoa, tarik napas dalam dan 

bercakap-cakap mampu menurunkan 

ansietas. 

P: 

P untuk pasien 

Pasien berlatih menurunkan tingkat 

ansietas dengan tarik napas, secara 

spiritual dan afirmasi [ 3 kali per hari]  

P . Keluarga 

Memotivasi dan membimbing sesuai 

dengan jadwal dan minum obat. 


IMPLEMENTASI EVALUASI 

pasien

2. Beri pujian.

3. Bimbing dan motivasi keluarga untuk 

mengajak anggota keluarga yang lain 

bercakap-cakap dengan pasien jika 

melihat klein termenung.

4. Anjurkan membantu pasien sesuai 

jadwali dan memberikan pujian

RTL: 

Pasien 

Melakukan latihan menurunkan tingkat 

ansietas 

Keluarga 

Memotivasi dan membimbing pasien 

untuk menurunkan ansietas


BAB IV 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN 

MASALAH PSIKOSOSIAL: GANGGUAN CITRA TUBUH 

DAN KEHILANGAN 

 

Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J 

 

PENDAHULUAN 

Selamat bertemu kembali, semoga kesuksesan selalu menyertai langkah Anda. Selamat 

mempelajari Bab 4 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Psikososial: 

Gangguan Citra Tubuh dan Kehilangan. Untuk membantu Anda memahami materi dalam 

bab ini pelajarilah ilustrasi berikut ini. Ketika Anda memeriksa pasien di rumah sakit, 

puskesmas atau di warga. Anda menemukan pasien yang mengatakan ”saya malu 

dengan diri saya suster, karena tangan dan kaki saya tidak dapat dipergunakan lagi, akibat 

kecelakaan. Atau pasien yang mengatakan “suster saya merasa tidak percaya diri dengan 

diri saya, saya malu bertemu dengan teman-teman saya karena saya telah kehilangan 

anggota tubuh yang paling berharga bagi seorang wanita. Bagaimana saya harus kekantor 

suster dan bertemu dengan relasi saya bila kondisi saya seperti ini” 

Atau pasien yang mengatakan hidup saya tidak berarti lagi suster. Hidup saya hampa 

Suster, tanpa keluarga saat ini saya sebatang kara karena seluruh keluarga saya, anak dan 

isteri saya meninggal akibat kecelakaan itu Suster. Saya saat ini seperti burung yang hilang 

sayapnya satu. Saya tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup ini tanpanya suster”. cenderung 

keluhan pasien ditambah dengan perubahan fisiologis seperti tidak bisa tidur dengan nyenyak, 

tidak napsu makan, dan lain-lain. Dalam keadaan demikian, pasti Anda sudah dapat 

menyimpulkan bahwa pasien Anda mengalami masalah psikososial.Bagus sekali! Anda telah 

mampu menpemeriksaan masalah psikososial. 

Untuk meningkatkan pemahaman Anda mengenai masalah psikososial. Kita akan 

mempelajari asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah psikososial. Agar bab ini 

dapat Anda pelajari dengan mudah, maka bab ini dibagi menjadi dua Kegiatan Belajar, 

yaitu : 

Topik 1: Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Citra Tubuh. 

Topik 2: Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kehilangan 

Kegiatan belajar 1 bertujuan agar Anda mampu melakukan asuhan keperawatan pada 

pasien dengan gangguan citra tubuh. Secara khusus tujuan pembelajaran ini adalah agar 

Anda mampu: 

1. mengatakan  konsep gangguan citra tubuh

2. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuha. riset  pada pasien dengan gangguan citra tubuh

b. Menyusun pemeriksaan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh

c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien gangguan citra tubuh

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien gangguan citra tubuh

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien gangguan 

citra tubuh

f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien gangguan citra tubuh

Pada Topik 2 Anda akan mempelajari mengenai asuhan keperawatan pada pasien 

dengan kehilangan. Tujuan umum mepelajari materi tersebut adalah agar Anda mampu 

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan. sedang secara 

khusus tujuan pembelajaran adalah Anda mampu 

1. mengatakan  konsep kehilangan

2. Melakukan riset  pada pasien dengan kehilangan

a. Menyusun pemeriksaan keperawatan pada pasien dengan kehilangan 

b. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan kehilangan

c. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien dengan 

kehilangan

d. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan kehilangan

Untuk lebih memahami kedua kegiatan belajar diatas, beberapa pertanyaan akan 

diajukan untuk Anda jawab segera sesudah selesai mempelajari uraian materinya. Untuk 

menilai kemajuan belajar Anda, kerjakan Tes yang ada pada setiap akhir Kegiatan Belajar. 

Sebaiknya Anda tidak melihat Kunci Jawaban terlebih dahulu sebelum selesai menjawab 

pertanyaan dan tugas.

Waktu untuk menyelesaikan bab ini kurang lebih 2 x 120 menit. Gunakan waktu 

tersebut dengan sebaik-baiknya. Anda dinyatakan berhasil apabila memperoleh nilai 80 atau 

80% dapat menyelesaikan pertanyaan atau tugas yang diberikan. Saya yakin Anda dapat 

memahami bab ini dengan baik asalkan Anda benar benar dengan cermat mempelajarinya.

Topik 1 

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Citra Tubuh 

Pada pasien yang sedang sakit, sedang dirawat baik dalam jangka waktu yang singkat 

maupun dalam waktu yang lama atau pasien mengalami kehilangan ukuran, fungsi, 

penampilan dari anggota tubuh pada sebahagian orang dapat memicu perasaan 

malu dan tidak berharga yang pada akhirnya akan mempengaruhi hubungan dengan orang 

lain. Pada kondisi demikian, campurtangan keperawatan harus segera dilakukan apabila tidak, 

pasien akan mengalami harga diri rendah situasional maupun kronik. 

kemudian tentu Anda berfikir campurtangan apa yang harus saya lakukan agar pasien 

dapat menerima kondisinya saat ini dan tidak menjadi pasien dengan harga diri rendah. 

Untuk menjawab pertanyaan Anda pelajarilah kegiatan Topik 1 ini dengan sebaik-baiknya. 

Karena dengan mempelajari bab ini Anda akan mampu memberikan asuhan keperawatan 

pada pasien dengan mgangguan citra tubuh. 

A. arti 

 

Banyak ahli mengartikan mengenai citra tubuh diantaranya menurutStuart &Laraia 

[ 2005]  bahwa citra tubuh adalah kumpulan dari sikap pasien yang disadari dan tidak 

disadari pada tubuhnya. Termasuk dalam hal ini adalah anggapan tentang masa lalu dan 

sekarang, dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi diri.Citra tubuh 

merupakan salah satu komponen dari konsep diri dimana konsep diri adalah semua pikiran, 

keyakinan dan kepercayaan yang membuat pasien mengetahui tentang dirinya dan 

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. 

Pendapat lain mengenai cita tubuh adalah sikap pasien pada tubuhnya secara 

sadar dan tidak sadar termasuk anggapan dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, 

penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. sedang Keliat. BA [ 1999] , 

mengartikan citra tubuh sebagai sikap, persepi, keyakinan, pengetahuan pasien secara 

sadar atau tidak sadar pada tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, 

keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus [ anting, make-up, kontak 

lensa, pakaian, kursi roda]  baik masa lalu maupun sekarang.

Anda telah mempelajari berbagai arti dari para ahli mengenai citra tubuh. Nah 

sekarang coba Anda Jelaskan kembali pengertian dari citra tubuh dengan memakai 

bahasa Anda sendiri. 

B. MANIFESTASI KLINIS CITRA TUBUH 

Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan tAnda dan 

gejala sebagai berikut: 

a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah 

b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi c. Menolak penjelasan perubahan tubuh 

d. anggapan negatif pada tubuh 

e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang 

f. Mengungkapkan keputusasaan 

g. Mengungkapkan ketakutan 

 

C. riset  

Untuk mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra 

tubuh, langkah pertama yang harus dilakukan adalah riset . Apa yang harus Anda 

ketahui dan lakukan pada saat melakukan riset  pada pasien dengan gangguan citra 

tubuh?. riset  pada pasien gangguan citra tubuh dilakukan dengan cara wawancara 

dan pengamatan. Berikut ini adalah pengamatan pada saat riset  yang harus Anda lakukan. 

1. Tanda dan Gejala: 

 Data obyektif yang dapat dipengamatan: 

a. Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi 

b. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu 

c. Menolak melihat bagian tubuh 

d. Menolak menyentuh bagian tubuh 

e. Aktifitas pergaulan menurun 

 Data Subyektif : 

 Data subyektif didapat dari hasil wawancara,pasien dengan gangguan citra tubuh 

biasanya mengungkapkan 

a. Penolakkan pada : 

1]  Perubahan anggota tubuh saat ini, contoh tidak puas dengan hasil operasi 

2]  Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi 

3]  Interaksi dengan orang lain 

b. Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan 

c. Keinginan yang terlalu tinggi pada bagian tubuh yang terganggu 

d. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi 

e. Merasa asing pada bagian tubuh yang hilang 

Langkah kemudian yang harus dilakukan sesudah melakukan riset  adalah 

melakukan pengelompokkan data dan melakukan riset  data. Tabel 4.1 dibawah ini 

merupakan contoh riset  data Tabel 4.1 

Analisis data 

No Data Masalah

1 Subjektif 

Objektif : 

- Pasien merasa tidak dapat menerima 

keadaan dirinya 

- Pasien menolak melihat anggota tubuh 

yang berubah 

- Pasien menolak penjelasan perubahan 

tubuhnya 

Gangguan citra 

tubuh/gambaran diri 

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 

sesudah Anda melakukan riset  data dan merumuskan masalah langkah kemudian 

adalah menegakkan diagnose keperawatan yaitu Gangguan Citra Tubuh 

sesudah menetapkan diagnose keperawatan apa langkah kemudian? Membuat pohon 

masalah. Gambar dibawah ini merupakan contoh pohon masalah pada gangguan citra 

tubuh. Diskusikanlah dengan teman Anda cara membuat pohon masalah pada kasus 

gangguan citra tubuh

E. TINDAKAN KEPERAWATAN 

Apa langkah kemudian sesudah membuat pohon masalah dan menetapkan masalah 

utama pada kasus gangguan citra tubuh? Langkah kemudian sesudah Anda menegakkan 

diagnose keperawatan adalah melakukan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan 

untuk pasien dengan gangguan citra tubuh bertujuan agar pasien mampu 

1. Mengidentifikasi citra tubuhnya 

2. Meningkatkan penerimaan pada citra tubuhnya 

3. Mengidentifikasi faktor positif diri 

4. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh

5. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 

6. Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu 

Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan pasien gangguan citra tubuh berhasil, 

maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah 

1. Diskusikan anggapan pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini., perasaan tentang 

citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini 

2. Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat 

dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap 

3. Diskusikan faktor positif diri 

4. Bantu Pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu [ contoh 

memakai anus buatan dari hasil kolostomi]  

5. Ajarkan Pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara: 

a. Motivasi Pasien untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada pembentukkan 

tubuh yang ideal 

b. Gunakan protese, wig [ rambut palsu] ,kosmetik atau yang lainnya sesegera 

mungkin,gunakan pakaian yang baru. 

c. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap. 

d. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut. 

6. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara: 

a. Susun jadual kegiatan sehari-hari 

b. Motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan terlibat dalam kegiatan 

keluarga dan pergaulan 

c. Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau memiliki 

peran penting baginya 

d. Berikan pujian pada keberhasilan Pasien melakukan interaksi 

1. Tindakan pada keluarga 

Tujuan umum :Kluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri pasien 

Tujuan khusus : 

a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh b. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh. 

c. Keluarga mengetahui cara mengatasi.masalah gangguan citra tubuh 

d. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh. 

e. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien dan memberikan pujian 

ataskeberhasilannya.. 

2. Tindakan Keperawatan 

a. Jelaskan dengan keluarga tentanggangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien. 

b. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh. 

c. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien. 

d. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah. 

e. Menfasilitasi interaksi dirumah. 

f. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial. 

g. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien. 

F. EVALUASI KEPERAWATAN 

sesudah melakukan tindakan keperawatan. Langkah kemudian adalah melakukan 

evaluasi keperawatan. Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan 

citra tubuh tampak dari kemampuan pasien untuk 

a. Mengungkapkan anggapan tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini. 

b. Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya 

saat ini 

c. Meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh 

secara bertahap 

d. Mendiskusikan faktor positif diri 

e. Pasien meminta untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu [ contoh 

memakai anus buatan dari hasil kolostomi]  

G. PENDOKUMENTASIAN 

Langkah terakhir dari asuhan keperawatan adalah melakukan dokumentasi asuhan 

keperawatan. Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi 

dokumentasi riset , pemeriksaan keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan 

keperawatan, dan evaluasi.

Topik 2 

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehilangan 

cenderung Anda mendengar pasien mengatakan saya merasa sendiri didunia ini suster 

saya tidak mampu berbuat apa-apa suster. Saya telah gagal suster karena kecacatan ini. 

bagaimana saya harus melanjutkan hidup ini suster. Bila Anda menemukan kasus diatas, 

diagnosa apa yang terlintas dalam benak Anda, benar sekali pasien Anda mengalami 

kehilangan. sesudah Anda mengetahui pemeriksaan pasien, tentu Anda harus melakukan 

campurtangan keperawatan agar pasien Anda mengetahui cara-cara untuk mengatasi 

kehilangan. Tapi bagaimana saya harus melakukan campurtangan keperawatan sementara saya 

belum memiliki pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien kehilangan? Untuk 

menjawab pertanyaan Anda pelajarilah Topik 2 ini dengan sebaik-baiknya. Saya yakin Anda 

mampu mempelajarinya dengan baik, karena materi kegiatan belajar ini sangat lengkap 

sehingga mampu membantu Anda untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien 

kehilangan. Selamat belajar sukses untuk Anda. 

A. KONSEP KEHILANGAN 

 

1. arti 

Lambert& Lambert mengatakan bahwa: kehilangan adalah suatu keadaan pasien 

berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak ada, baik terjadi 

sebagian atau keseluruhan.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh 

setiap pasien selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali walaupun dalam 

bentuk berbeda. 

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung: 

a. Arti dari kehilangan 

b. Sosial budaya 

c. kepercayaan / spiritual 

d. Peran seks/jenis kelamin 

e. Status pergaulan ekonomi 

f. kondisi fisik dan psikologi pasien. 

3. Tipe Kehilangan 

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: 

a. Kehilangan aktual atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau diidentifikasi 

oleh orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh sebahagian, amputasi, kematian 

orang yang sangat berarti / di cintai. 

b. Kehilangan anggapan. Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh pasien dan sulit untuk 

dapat dibuktikan, contoh; pasien yang berhenti bekerja / PHK, memicu 

perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun. 4. Jenis-jenis Kehilangan 

ada 5 jenis kehilangan, yaitu: 

a. Kehilangan pasien pasien yang dicintai, dan sangat bermakna atau orang yang 

berarti merupakana salah satu jenis kehilangan yang paling mengganggu dari tipe-tioe 

kehilangan. Kematian akan berdampak memicu kehilangan bagi orang yang 

dicintai. Karena hilangnya keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau 

jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak 

emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. 

b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri [ loss of self]  Bentuk lain dari kehilangan adalah 

kehilangan diri atau anggapan tentang mental pasien. Kehilangan ini meliputi 

kehilangan perasaan pada keatraktifan, diri sendiri, kehilangan kemampuan fisik 

dan mental, dan kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan dampaknya. 

Kehilangan dari faktor diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau 

seluruhnya. Beberapa faktor lain yang dapat hilang dari pasien contoh kehilangan 

pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh. 

c. Kehilangan objek luar Kehilangan objek luar contoh kehilangan benda milik 

sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang 

dirasakan pasien pada benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan 

benda tersebut. 

d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya 

pasien dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang 

keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara menetap. contoh pindah 

kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru. 

e. Kehilangan kehidupan/ meninggal pasien dapat mengalami mati baik secara 

perasaan, pikiran dan tanggapan pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada 

kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang menanggapi berbeda tentang kematian. 

5. Rentang tanggapan Kehilangan 

 Denial —–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi —— > Acceptance 

a. tahap denial 

• Merupakan reaksi pertama pada tahap ini adalah syok, tidak mempercayai 

kenyataan 

• Ungkapan verbal pada tahap ini biasanya pasien mengatakan itu tidak mungkin, 

― saya Sdak percaya itu terjadi . 

• Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak 

jantung cepat, menangis, gelisah. 

b. tahap anger / marah 

• pasien mulaimenyadari akan kenyataan yang terjadi

• Tibul tanggapan marah diproyeksikan pada orang lain

• Reaksi fisik yang muncul adalah; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, 

tangan mengepal, dan tingkahlaku agresif. 

c. tahap bergaining / tawar- menawar. 

• Ungkapan secara verbal pada tahap ini adalah; kenapa harus terjadi pada saya ? , 

kalau saja yang sakit bukan saya,seAndainya saya hati-hati . 

d. tahap depresi 

• Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa. 

• Gejalapada tahap ini pasien menolak makan, mengeluh suslit tidur, letih, 

dorongan libido menurun. 5 

e. tahap acceptance 

• Pikiran pada objek yang hilang mulai berkurang. 

• Ungkapan verbal pada tahap ini adalah” apa yang dapat saya lakukan agar saya 

cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus operasi” 

6. Tanda dan Gejala 

Gejala yang muncul pada pasien dengan kehilangan antara lain:

a. Adaptasi pada kehilangan yang tidak berhasil 

b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan 

c. Reaksi emosional yang lambat

d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal

Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien kehilangan antara lain:

a. Isolasi sosial atau menarik diri

b. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru 

c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan sesudah kehilangan

B. KONSEP BERDUKA 

1. Pengertian 

Berduka merupakan tanggapan emosi pada kehilangan yangdimanifestasikan dengan 

adaperasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka 

merupakan tanggapan normal yang terjadi pada semua kejadian kehilangan. NANDA membagi 

menjadi dua tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka 

diantisipasi merupakan suatu status pengalaman pasien dalam metanggapan kehilangan yang 

aktual ataupun yang dirasakan pasien, hubungan/kedekatan, objek atau 

ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas 

normal. sedang berduka disfungsional adalah suatu status pasien dalam metanggapan 

suatu kehilangan dimana tanggapan kehilangan dibesar-besarkan padaa saat pasien 

kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan 

fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau 

kesalahan/kekacauan. 2. Teori dan Proses Berduka 

Belum ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep 

dan teori berduka hanyalah salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengantisipasi 

kebutuhan emosional pasien dan keluarganya dan juga rencana campurtangan yang bertujuan 

untuk membantu pasien dalam memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran 

perawat pada proses ini adalah memperoleh gambaran tentang tingkahlaku berduka, 

mengenali pengaruh berduka pada tingkahlaku dan memberikan dukungan dalam bentuk 

empati. 

Proses berduka menurut Engel [ 1964]  memiliki beberapa tahap yang dapat 

a. tahap I [ shock dan tidak percaya]  

pasien yang berada pada tahap ini cenderung menolak menerima kenyataan akan 

kehilangan yang dialami. pasien mungkin menarik diri dari lingkungan sekitar, duduk 

malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi fisik yang muncul pada tahap ini adalah pingsan, 

diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan 

kelelahan. 

b. tahap II [ berkembangnya kesadaran]  

pasien mulai merasakan adakehilangan secara nyata/akut dan mungkin 

mengalami putus asa,marahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan 

jiwa tiba-tiba terjadi. 

c. tahap III [ restitusi]  

pasien berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang 

hampa/kosong, pada tahap ini pasien kehilangan masih tetap tidak dapat menerima 

perhatian yang baru dari pasien yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan 

pasien. 

d. tahap IV indiduvu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan 

pada almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang 

perhatiannya di masa lalu pada almarhum. 

e. tahap V Kehilangan yang tak dapat dihindari. Pada tahap ini pasien harus mulai 

menyadari arti kehilangan. Sehingga pada tahap ini diharapkan pasien sudah dapat 

menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang. 

 

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA 

1. riset  

Hasil riset  diperoleh data yaitu: 

a. Perasaan sedih, menangis. 

b. Perasaan putus asa, kesepian 

c. Mengingkari kehilangan 

d. Kesulitan mengekspresikan perasaan 

e. Konsentrasi menuruf. Kemarahan yang berlebihan 

g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain. 

h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan. 

i. Reaksi emosional yang lambat 

j. adaperubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat kegiatan 

2. riset  Data dan Rumusan Masalah 

Anda tentunya masih ingat bagaimana cara melakukan analisis data dan merusmuskan 

masalah!. sesudah data dikumpulkan Anda dapat langsung mengelompokkan data [ subyektif 

dan obyektif]  dan merumuskan masalah keperawatan. 

Tabel 4.2 

Analisis Data dan Masalah Keperawatan 

No Data Masalah 

1 Subjektif : 

Objektif : 

- Pasien merasatidak bisa 

melupakan kehilangan 

suaminya akibat tsunami 

- Pasien terus menangis / 

mengingat suaminya 

- Pasien marah-marah 

- TD : 130/90 mmHg, P: 20 

x/menit, N: 90 x/menit 

Kehilangan 

3. Menegakkan Diagnosa Keperawatan 

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan Anda dapat melakukan langkah-langkah 

sebagai berikut:

a. Menyimpulkan core problem [ masalah utama]  merupakan prioritas masalah dari 

beberapa masalah yang dimiliki pasien.

b. Menghubungkan core problem sesuai dengan masalah lain dan sesuai dengan daftar 

masalah.

c. Menegakkan diagnosa keperawatan jiwa berdasar  prioritas

d. Menyusun diagnosa berdasar  prioritas diagnosa dengan ”core problem ” sebagai 

etiologinya.

sesudah Anda memahami contoh analisis data dan masalah di atas, kemudian Anda 

dapat membuat daftar masalah keperawatan jiwa sesuai dengan riset . Langkah 

berikutnya adalah membuat pohon masalah. Untuk dapat membuat pohon masalah. Anda 

dapat mempelajari kembali bab proses keperawatan jiwa. Saya yakin, Anda sudah memahaminya dan dapat membuat pohon masalah dimaksud. Mari kita segarkan ingatan 

kita kembali tentang cara membuat pohon masalah dengan memperhatikan kembali contoh 

di bawah ini.

4. Tindakan Keperawatan 

Langkah kemudian sesudah Anda menegakkan diagnose keperawatan dan 

menentukan masalah utama pada kasus kehilangan adalah melakukan tindakan 

keperawatan. Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien 

mampu:

a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien

c. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya

d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya

e. Memanfaatkan faktor pendukung

sedang tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien agar tujuan 

berhasil adalah: 

a. Membina hubungan saling percaya dengan Pasien 

b. Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini [ kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan 

spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan hubungan antara 

kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi] . 

c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami 

1]  Cara verbal [ mengungkapkan perasaan] 2]  Cara fisik [ memberi kesempatan kegiatan fisik] 

3]  Cara sosial [ sharing melalui kelompok] 

4]  Cara spiritual [ berdoa, berserah diri] 

d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling 

memberikan pengalaman dengan seksama.

e. Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.

f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas

Tindakan keperawatan untuk keluarga:

Tindakan keperawatan pada keluarga pada keluarga bertujuan agar keluarga 

mampu:

a. Mengenal masalah kehilangan dan berduka.

b. Memahami cara merawat Pasien berduka berkepanjangan.

c. Mempraktikkan cara merawat Pasien berduka disfungsional

d. Memanfaatkan sumber yang tersedia di warga

sedang tindakan keperawatan yang dilakukan agar tujuan keperawatan berhasil 

adalah:

a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan dampaknya 

pada Pasien.

b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh Pasien 

c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat Pasien dengan berduka disfungsional

d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan oleh 

keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh Pasien

5. Evaluasi 

Coba Anda fikirkan apa langkah kemudian sesudah tindakan keperawatan? benar 

melakukan evaluasi. Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari kemampuan pasien 

untuk

a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien

c. Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan 

dirinya

d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya

e. Memanfaatkan faktor pendukung

6. Kriteria Pasien Pulang 

Berikut ini adalah kriteria yang dipakai untuk menentukan pasien pulang, yaitu . 

a. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang 

normal dan tingkahlaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap. b. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan 

mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan 

secara jujur. 

c. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan tingkahlaku-tingkahlaku yang 

berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan 

aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri. 

7. Dokumentasi 

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan 

yang meliputi dokumentasi riset , pemeriksaan keperawatan, perencanaan, implementasi 

tindakan keperawatan, dan evaluasi


BAB V 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN 

GANGGUAN JIWA : 

HARGA DIRI RENDAH DAN ISOLASI SOSIAL 

Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J 

PENDAHULUAN 

Salam sejahtera, selamat berjumpa kembali dengan modul keperawatan jiwa. Penulis 

yakin Anda akan dapat dengan mudah mempelajari modul ini. Karena materi dalam modul 

ini dibuat sangat terperinci dan sistematis. memakai Bahasa Indonesia yang mudah 

dimengerti dan dilengkapi dengan berbagai contoh yang ada dilingkungan sekitar Anda 

sehingga Anda dapat belajar secara nyata. Modul ini berisikan dua kegiatan belajar yaitu 

Topik 1 : Asuhan keperawaatan pada pasiendengan harga diri rendah 

Topik 2 : Asuhan keperawatan pada pasiendengan isolasi sosial. 

cenderung Anda mendengar pasiendi rumah sakit jiwa yang selalu mengatakan ”suster 

seluruh keluarga saya sukses, hanya saya yang tidak sukses karena saya adalah orang paling 

bodoh dirumah” atau pasienmengatakan “tidak ada satupun hal dalam diri saya yang dapat 

dibanggakan”. Bila Anda perhatikan, pada saat mengungkapkan kata-kata tersebut 

pasienselalu menunduk, tidak mau menatap lawan bicara, kontak mata minimal. Nada suara 

terdengar lirih, pelan dan nyaris tidak terdegar. Hasil riset  menunjukkan pasiensering 

kali tidak mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar, lebih banyak menyendiri dan tidak 

mau bergaul dengan orang lain. Tidak mau mengikuti kegiatan dilingkungan dan bahkan 

hanya duduk merenung sepanjang hari di sudut ruangan. Kondisi diatas sangat 

mempengaruhi produktivitas karena pasienterlalu sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak 

mau melakukan kegiatan apapun sehingga pasienmenjadi beban bagi keluarga dan 

lingkungan. 

Tujuan pembelajaran umum pada Topik 1 adalah Anda mampu memberikan asuhan 

keperawatan pada pasienharga diri rendah. sedang tujuan khususnya adalah 

Anda mampu: 

a. mengatakan  konsep harga diri rendah. 

b. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan harga diri rendah: 

1]  Melakukan riset  harga diri rendah. 

2]  Menetapkan pemeriksaan keperawatan harga diri rendah.

3]  Melakukan tindakan keperawatan kepada pasienharga diri rendah. 

4]  Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasienharga diri rendah. 

5]  Mengevaluasi kemampuan pasiendan keluarga dalam merawat pasienharga diri 

rendah.6]  Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasienharga diri rendah. 

Untuk membantu Anda memahami Topik 2, penulis akan memberikan ilustrasi sebagai 

berikut: sebagai mahluk sosial, setiap manusia memiliki kebutuhan akan dihargai, dicintai, 

dimengerti, dan diterima oleh lingkungannya. Kebutuhan ini akan terpenuhi jika manusia 

melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Pasien isolasi sosial 

mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga pasien memerlukan 

bantuan dari tenaga kesehatan khususnya perawat agar mampu melakukan interaksi dengan 

orang lain dan lingkungan yang pada akhirnya kebutuhan sebagai mahluk sosial terpenuhi. 

Topik 2 ini, akan membahas asuhan keperawatan pada pasienisolasi sosial. Tujuan 

pembelajaran ini adalah agar Anda mampu memberikan asuhan keperawatan 

agarpasienmampu melakukan interaksi sosial orang lain dan lingkungan sekitar selain itu 

keluarga memiliki kemampuan merawat pasien isolasi sosial di rumah. sedang tujuan 

khusus dari Topik 2 adalah :Anda mampu: 

a. mengatakan  konsep isolasi pergaulan 

b. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan isolasi sosial 

1]  Melakukan riset  isolasi sosial 

2]  Menyusun pemeriksaan keperawatan isolasi sosial 

3]  Melakukan tindakan keperawatan kepada pasienisolasi sosial 

4]  Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasienisolasi sosial 

5]  Mengevaluasi kemampuan pasiendan keluarga dalam merawat pasienisolasi 

sosial 

6]  Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasienisolasi sosial 

Untuk menilai kemampuan Anda jawablah soal yang ada pada akhir modul ini dengan 

sebaik-baiknya. Jangan melihat Kunci Jawaban terlebih dahulu sebelum selesai menjawab 

pertanyaan dan tugas.Anda dinyatakan lulus bila telah mampumenjawab 80 % [ setara 

dengan nilai 80]  dari seluruh soal. 

Waktu yang dibutuhkan untuk mampu memahami modul ini kurang lebih 2 x 120 

menit. Gunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Sukses untuk Anda dan selamat belajar. 


Topik 1 

Asuhan Keperawatan Pada Pesien Dengan Harga Diri 

Rendah 

Tentu Anda sering mendengarkan keluhan pasien yang mengatakan saya:“orang bodoh 

suster, tidak ada sesuatupun dalam diri saya yang bisa saya banggakan suster, saya orang 

paling menderita didunia ini suster”. Bagi Anda yang bekerja di rumah sakit jiwa tentu Anda 

telah mengetahui pemeriksaan pasien Anda. namun bagaimana dengan Anda yang tidak bekerja 

dirumah sakit jiwa? Tentu Anda bingung apa pemeriksaan pasien saya?Tindakan keperawatan 

apa yang harus saya lakukan? Untuk membantu Anda memberikan asuhan keperawatan 

pada pasien dengan harga diri rendah pelajarilah Topik 1 ini dengan baik. 

A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH 

1. Pengertian 

Tahukah Anda apakah arti harga diri rendah? Benar sekali!! Untuk menambah 

pengetahuan Anda marilah kita mempelajari mengenai pengertian harga diri rendah. Banyak 

ahli mengartikan mengenai harga diri rendah. Menurut NAnda [ 2005] ,harga diri rendah 

adalah berkembangnya anggapan diri yang negatif dalam menanggapi pada situasi yang 

sedang terjadi. Sedangkam menurut CMHN [ 2006] , harga diri rendah adalah perasaan tidak 

berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif 

pada diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana 

pasien menilai dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap 

dirinya sebagai pasien yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas 

kehidupannya sendiri. 

Herdman [ 2012] , mengatakan bahwa, harga diri rendah kronik merupakan evaluasi 

diri negatif yang berkepanjangan/ perasaan tentang diri atau kemampuan diri Harga diri 

rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat 

memicu berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa. 

berdasar  pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa: harga diri rendah 

dikarenakan penilaian internal maupun penilaian luar yang negatif. Penilaian internal 

merupakan penilaian dari pasien itu sendiri, sedang penilaian luar merupakan 

penilaian dari luar diri pasien [ seperti orang tua, teman saudara dan lingkungan]  yang 

sangat mempengaruhi penilaian pasien pada dirinya. 

2. Proses Terjadinya Masalah 

Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia [ 2008]  dalam 

konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi dan presipitasi. 

a. Faktor Predisposisi yang memicu munculnya harga diri rendah meliputi: 

1]  Biologis Faktor heriditer [ keturunan]  seperti adariwayat anggota keluarga yang 

mengalami gangguan jiwa Selain itu adariwayat penyakit kronis atau 

trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan 

jiwa, 

2]  Psikologis 

 Masalah psikologis yang dapat memicu munculnya harga diri rendah adalah 

pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan 

orang terdekat dan harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang 

memiliki tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi 

pada orang lain merupakan faktor lain yang memicu gangguan jiwa. Selain 

itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif pada 

gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri 

yang tidak realistis. 

3]  Faktor Sosial Budaya 

 Pengaruh sosial budaya yang dapat memicu harga diri rendah adalah 

adapenilaian negatif dari lingkungan pada pasien, sosial ekonomi rendah, 

pendidikan yang rendah dan adariwayat penolakan lingkungan pada tahap 

tumbuh kembang anak. 

b. FaktorPresipitasi 

 Faktor presipitasi yang memicu harga diri rendah antara lain: 

1]  Riwayat trauma seperti adapenganiayaan seksual dan pengalaman psikologis 

yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan, 

menjadi pelaku, korban maupun saksi dari tingkahlaku kekerasan. 

2]  Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat dipicu karena 

a]  Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan 

pertumbuhan seperti transisi dari