kematian 2

Kamis, 22 Februari 2024

kematian 2


 



atan kesehatan bila  terjadi komplikasi obstetrik. Keadaan ini 

terjadi sebab  berbagai alasan, termasuk di dalamnya yaitu  keterlambatan dalam 

mengenali adanya masalah, ketakutan pada rumah sakit atau ketakutan terhadap biaya 

yang akan dibebankan di sana, atau sebab  tidak adanya pengambil keputusan, 

misalnya keputusan untuk mencari pertolongan pada tenaga kesehatan harus 

menunggu suami atau orang tua yang sedang tidak ada di tempat. Keterlambatan 

kedua terjadi sesudah  keputusan untuk mencari perawatan kesehatan diambil. 

Keterlambatan ini terjadi akibat keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan 

dan pada umumnya terjadi akibat kesulitan transportasi. Beberapa desa memiliki 

pilihan transportasi yang sangat terbatas dan fasilitas jalan yang buruk. Kendala 

geografis di lapangan memicu banyak rumah sakit rujukan tidak dapat dicapai 

dalam waktu dua jam, yaitu merupakan waktu maksimal yang diperlukan untuk 

menyelamatkan ibu dengan perdarahan dari jalan lahir. Keterlambatan ketiga yaitu 

keterlambatan dalam memperoleh perawatan di fasilitas kesehatan. Seringkali para 

ibu harus menunggu selama beberapa jam di pusat kesehatan rujukan sebab  

manajemen staf yang buruk, kebijakan pembayaran kesehatan di muka, atau kesulitan 

dalam memperoleh darah untuk keperluan transfusi, kurangnya peralatan dan juga 

kekurangan obat – obatan yang penting, atau ruangan untuk operasi. Pelaksanaan 

sistem pelayanan kebidanan yang baik didasarkan pada regionalisasi pelayanan 

perinatal, dimana ibu hamil harus mempunyai kesempatan pelayanan operatif dalam 

waktu tidak lebih dari satu jam dan bayi harus dapat segera dilahirkan.

Ketersediaan informasi, baik penyuluhan maupun konseling penting diberikan 

agar ibu – ibu mengetahui bahaya yang dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan dan 

masa nifas, serta usaha  menghindari masalah itu. Keterlambatan dalam mengambil 

keputusan untuk dirujuk pada saat terjadinya komplikasi obstetrik sering dipicu  

oleh sebab  keterlambatan dalam mengenali risiko atau bahaya, sehingga berakibat 

keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan rujukan dan keterlambatan dalam 

memperoleh pertolongan medis di rumah sakit. Namun diidentifikasi masih 

kurangnya informasi dan konseling dari tenaga kesehatan kepada ibu. Kebanyakan 

petugas menitikberatkan pada pemberian informasi / penyuluhan, akan namun  kurang 

melakukan konseling untuk membantu ibu memecahkan masalah. Hal ini dipicu  

petugas pada umumnya merasa kurang memiliki waktu untuk melakukan konseling 

sebab  banyaknya ibu hamil yang dilayani. Selain itu pemberdayaan sarana 

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kesehatan ibu masih sangat kurang, 

desa – desa terpencil belum mengenal radio dan televisi.

 

d. Perilaku pemakaian  fasilitas pelayanan kesehatan 

Perilaku pemakaian  fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi perilaku 

pemakaian  alat kontrasepsi, dimana ibu yang mengikuti program keluarga berencana 

(KB) akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber KB, 

perilaku pemeriksaan antenatal, dimana ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal 

secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya, penolong 

persalinan, dimana ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk 

mengalami kematian dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga 

kesehatan, serta tempat persalinan, dimana persalinan yang dilakukan di rumah akan 

menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat bila  

sewaktu – waktu dibutuhkan.)  

Program KB berpotensi menyelamatkan kehidupan ibu, yaitu dengan cara 

memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sehingga 

dapat menghindari kehamilan pada usia tertentu atau jumlah persalinan yang 

membawa bahaya tambahan, dan dengan cara menurunkan tingkat kesuburan secara 

umum, yaitu dengan mengurangi jumlah kehamilan. Di samping itu, program KB 

dapat mengurangi jumlah kehamilan yang tidak diinginkan sehingga mengurangi 

praktik pengguguran yang ilegal, berikut kematian yang ditimbulkannya. 

Pemeriksaan antenatal yaitu  pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk 

memeriksa keadaan ibu dan janinnya secara berkala, yang diikuti dengan usaha  

koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pemeriksaan antenatal dilakukan 

oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu bidan, 

dokter dan perawat yang sudah terlatih. Tujuannya yaitu  untuk menjaga agar ibu 

hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat. 

Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan 

satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan sebelum 14 minggu), satu kali 

selama trimester kedua (antara 14 sampai dengan 28 minggu), dan dua kali selama 

trimester ketiga (antara minggu 28 s/d 36 minggu dan sesudah  36 minggu). 

Pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar ‘5 T’ yang meliputi 1) timbang berat 

badan, 2) ukur tekanan darah, 3) ukur tinggi fundus uteri, 4) pemberian imunisasi 

tetanus toksoid, dan 5) pemberian tablet tambah darah 90 tablet selama hamil.75) Hasil 

SKRT 2001 menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil yang pernah melakukan 

pemeriksaan antenatal yaitu  sekitar 81%. Dilihat dari frekuensinya, mereka yang 

melakukan pemeriksaan antenatal > 3 kali lebih banyak di perkotaan  (71%) 

dibandingkan di pedesaan (39%). Masih banyak ibu hamil yang tidak melakukan 

pemeriksaan antenatal sesuai pola minimal 1 – 1 – 2, yaitu di Jawa sebesar 51%, di 

luar Jawa sebesar 67%.4)      

Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat persalinan berlangsung. 

Untuk itu diperlukan tenaga profesional yang dapat secara cepat mengenali adanya 

komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan sekaligus melakukan penanganan 

tepat waktu untuk menyelamatkan jiwa ibu. Angka kematian maternal akan dapat 

diturunkan secara adekuat bila  15% kelahiran ditangani oleh dokter dan 85% 

ditangani oleh bidan. Rasio ini paling efektif bila bidan dapat menangani persalinan 

normal, dan dapat secara efektif merujuk 15% persalinan yang mengalami komplikasi 

kepada dokter. Tenaga penolong persalinan yang terlatih merupakan salah satu teknik 

yang paling penting dalam menurunkan angka kematian maternal di negara – negara 

yang telah sukses menurunkan angka kematian maternal di negaranya. Meskipun 

bukti telah menunjukkan bahwa penanganan persalinan oleh dokter, bidan dan 

perawat merupakan faktor penting dalam menurunkan angka kematian maternal, 

hanya 58% dari seluruh persalinan yang ditolong oleh tenaga yang terlatih. Di negara 

– negara sedang berkembang, hanya 53% wanita melahirkan dengan pertolongan 

tenaga kesehatan (bidan atau dokter) dan hanya 40% yang melahirkan di rumah sakit 

atau pusat kesehatan, dan diperkirakan 15% wanita hamil ini  akan mengalami 

komplikasi yang mengancam kehidupan, yang membutuhkan pelayanan segera.1) 

ada  banyak faktor yang mendasari keadaan ini , antara lain yaitu  

kurangnya tenaga yang terlatih dan kurang terdistribusinya tenaga – tenaga ini  di 

daerah – daerah.5)  

Hasil SKRT 2001 menunjukkan bahwa pilihan penolong persalinan ke tenaga 

kesehatan sebesar 72,9%, ibu yang meninggal di rumah sakit sebesar 44,4%, 

puskesmas 2,8% dan meninggal di rumah sebesar 41,7%.   Hasil Susenas 2001 

memberi  gambaran angka persalinan oleh dukun di Indonesia yaitu  38%. 

Sebanyak 42% ibu – ibu di Papua menyatakan lebih memilih bersalin tidak dengan 

tenaga kesehatan dengan alasan ibu merasa bahwa persalinan tidak perlu ke tenaga 

kesehatan, kecuali bila merasa ada gangguan / kelainan dengan kesehatannya.4)   

ada  hubungan yang signifikan antara tempat persalinan dengan kematian 

maternal, dimana semakin tinggi proporsi ibu melahirkan di fasilitas non fasilitas 

kesehatan semakin tinggi risiko kematian maternal dan bayi. Persalinan di rumah 

masih diminati oleh kelompok usia kurang dari 20 tahun (85%) dibandingkan 

kelompok usia lain. Ibu di pedesaan masih banyak (80%) yang melahirkan di rumah 

dibandingkan di perkotaan (48%). Proporsi ibu yang melakukan persalinan di rumah, 

bukan di fasilitas kesehatan sebesar 70%.64)   

3. Determinan jauh 

Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi kematian 

maternal, akan namun  faktor sosio kultural, ekonomi, keagamaan dan faktor – faktor 

lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam pelaksanaan intervensi 

penanganan kematian maternal.)  

 Termasuk dalam determinan jauh yaitu  status wanita dalam keluarga dan 

masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, dimana wanita yang berpendidikan 

tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan 

wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah, memicu  kurangnya pengertian 

mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun bayinya terutama dalam 

hal kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan. Ibu – ibu terutama di daerah 

pedesaan atau daerah terpencil dengan pendidikan rendah, tingkat independensinya 

untuk mengambil keputusanpun rendah. Pengambilan keputusan masih Berdasar  

pada budaya ‘berunding’ yang berakibat pada keterlambatan merujuk. Rendahnya 

pengetahuan ibu dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya pada kehamilan 

mendasari pemanfaatan sistem rujukan yang masih kurang.) Juga ditemukan bahwa 

faktor yang berpengaruh paling penting dalam perilaku mencari pelayanan kesehatan 

antenatal yaitu  pendidikan. Lebih dari 90% wanita yang berpendidikan minimal 

sekolah dasar telah mencari pelayanan kesehatan antenatal.

  Pekerjaan ibu, dimana keadaan hamil tidak berarti mengubah pola aktivitas 

bekerja ibu hamil sehari – hari. Hal ini  terkait dengan keadaan ekonomi 

keluarga, pengetahuan ibu sendiri yang kurang, atau faktor kebiasaan setempat. Di 

Sumatera Selatan pada umumnya ibu hamil masih membantu suaminya bekerja di 

sawah, ladang, kebun karet atau berdagang. Istri bahkan menjadi tumpuan 

penghasilan keluarga jika suami terbatas secara fisik. Laporan statistik sering 

menempatkan pekerjaan hanya sebatas pekerjaan formal. Misalnya dilaporkan 

sebanyak 63% ibu – ibu di Papua tidak bekerja, padahal pada kenyataannya mereka 

secara fisik bekerja lebih keras dibandingkan  suami. Konsep bekerja khususnya yang 

berkaitan dengan kesehatan perlu diartikan lebih luas bukan hanya terbatas pada 

konsep mendapat gaji saja.

Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat pada usaha  

kesehatan. Kematian maternal sering terjadi pada kelompok miskin, tidak 

berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki kemampuan 

untuk memperjuangkan kehidupannya sendiri.4) Wanita – wanita dari keluarga 

dengan pendapatan rendah (kurang dari US$ 1 perhari) memiliki risiko kurang lebih 

300 kali untuk menderita kesakitan dan kematian maternal bila dibandingkan dengan 

mereka yang memiliki pendapatan yang lebih baik.7,3    

2.4 usaha  Menurunkan Angka Kematian Maternal 

Berbagai usaha  telah dilakukan untuk menekan angka kematian maternal. Pada 

tahun 1987, untuk pertama kalinya di tingkat internasional diadakan Konferensi tentang 

Kematian Ibu di Nairobi, Kenya. Kemudian pada tahun 1990 dilakukan World Summit 

for Children di New York, Amerika Serikat, yang menghasilkan tujuh tujuan utama, 

diantaranya yaitu  menurunkan angka kematian maternal menjadi separuh pada tahun 

2000. Tahun 1994 diadakan International Conference on Population and Development 

(ICPD) di Kairo Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi pria 

dan wanita sangat vital dalam pembangunan sosial dan pengembangan sumber daya 

manusia. Di dalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berusaha  agar setiap ibu 

hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Tahun 1995 di 

Beijing, Cina diadakan Fourth World Conference on Women, kemudian pada tahun 1997 

di Colombo, Sri Lanka diselenggarakan Safe Motherhood Technical Consultation, yang 

menekankan perlu dipercepatnya penurunan angka kematian maternal pada tahun 2000. 

Konferensi yang terakhir, yaitu The Millenium Summit in 2000, dimana semua anggota 

PBB berkomitmen pada Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan tiga 

perempat angka kematian maternal pada tahun 2015)  Keinginan untuk mencapai 

target untuk menurunkan angka kematian maternal menjadi tiga perempat (75%) pada 

tahun 2015 dilakukan sebab  kesakitan maternal memberi  kontribusi terbesar bagi 

kesakitan yang menimpa wanita, terutama di negara – negara berkembang, dan sebab  

intervensi yang dibutuhkan tidak membutuhkan biaya besar (kurang lebih 3 – 230 dolar 

untuk setiap kematian maternal). 

WHO pada tahun 1999 memprakarsai program Making Pregnancy Safer (MPS), 

untuk mendukung negara – negara anggota dalam usaha untuk menurunkan angka 

kematian dan kesakitan maternal akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. MPS 

merupakan komponen dari prakarsa Safe Motherhood yang dicanangkan pada tahun 1987 

oleh WHO untuk menurunkan kematian maternal. Pada dasarnya, MPS meminta 

perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk menempatkan safe 

motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan 

internasional; menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan 

neonatal; mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah 

disusun; memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga 

berencana, aborsi legal; meningkatkan usaha  kesehatan promotif dalam kesehatan 

maternal dan neonatal serta pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan 

lingkungannya; memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan 

neonatal. 

Intervensi strategis dalam usaha  safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar 

safe motherhood, yaitu : 

a. Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang / pasangan memiliki akses 

ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk 

kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada 

kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu kehamilan yang masuk dalam kategori “

terlalu” (terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan 

terlalu banyak anak). 

b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan 

memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani  secara 

memadai. 

c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan memiliki 

pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberi  pertolongan yang aman dan 

bersih, serta memberi  pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. 

d. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi 

dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya. 

Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam usaha  mempercepat penurunan angka 

kematian maternal pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis ‘empat pilar safe 

motherhood’. Mengingat kira – kira 90% kematian maternal terjadi di sekitar persalinan 

dan kira – kira 95% pemicu  kematian ibu yaitu  komplikasi obstetri yang sering tidak 

dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan Depkes untuk mempercepat 

penurunan angka kematian maternal yaitu  mengusaha kan agar : 1) setiap persalinan 

ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin 

kepada semua ibu hamil. Dalam pelaksanaan operasional, sejak tahun 1994 diterapkan 

strategi sebagai berikut : 

a. Penggerakan tim di tingkat Kabupaten (dinas kesehatan dan seluruh jajarannya 

sampai ke tingkat kecamatan dan desa, RS Kabupaten dan pihak terkait) dalam usaha  

mempercepat penurunan angka kematian maternal sesuai dengan peran masing – 

masing. 

b. Pembinaan daerah yang intensif di setiap kabupaten, sehingga pada akhir pelita VII 

diharapkan : 

- Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 80% atau lebih. 

- Cakupan penanganan masalah  obstetri (risiko tinggi dan komplikasi obstetri) 

minimal    meliputi 10% seluruh persalinan. 

- Bidan mampu memberi  pertolongan pertama pada kegawatdaruratam obstetri  

neonatal dan puskesmas sanggup memberi  pelayanan obstetri – neonatal 

esensial dasar (PONED), yang didukung RS Kabupaten sebagai fasilitas rujukan 

utama yang mampu menyediakan pelayanan obstetri – neonatal esensial 

 

komprehensif (PONEK) 24 jam; sehingga tercipta jaringan pelayanan obstetri 

yang mantap dengan bidan desa sebagai ujung tombaknya.  

c. Penerapan kendali mutu layanan kesehatan ibu, antara lain melalui penetapan standar 

pelayanan, prosedur tetap, penilaian kinerja, pelatiahan klinis dan kegiatan audit 

maternal perinatal. 

d. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mendukung usaha  

percepatan penurunan angka kematian maternal. 

e. Pemantapan keikutsertaan masyarakat dalam berbagai kegiatan pendukung untuk 

mempercepat penurunan angka kematian maternal.30) 

Beberapa bentuk intervensi yang berkaitan dengan program Safe Motherhood 

dilaksanakan secara bersama – sama antara sektor kesehatan dengan sektor terkait, antara 

lain melalui program Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan Gerakan Reproduksi Keluarga 

Sejahtera (GRKS).42)  

GSI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama 

dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan, terutama 

mempercepat penurunan angka kematian maternal sebab  hamil, melahirkan dan nifas 

serta penurunan angka kematian bayi. Dalam pelaksanaan operasionalnya, GSI 

melakukan promosi kegiatan yang berkaitan dengan Kecamatan Sayang Ibu dan Rumah 

Sakit Sayang Ibu, untuk mencegah tiga jenis keterlambatan, yaitu : 

1. Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan mengambil 

keputusan untuk segera mencari pertolongan.  

2. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. 

3. Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberi  pertolongan yang 

dibutuhkan. 

Kegiatan yang berkaitan dengan kecamatan sayang ibu berusaha untuk mencegah 

keterlambatan pertama dan kedua, sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan rumah 

sakit sayang ibu berusaha mencegah keterlambatan ketiga. 

     GRKS merupakan kegiatan yang dirintis oleh BKKBN, yang pada dasarnya 

merupakan usaha  promotif untuk mendukung terciptanya keluarga yang sadar akan 

pentingnya kesehatan reproduksi. Di antara masalah reproduksi yang dikemukakan 

yaitu  masalah kematian ibu, sebab  itu promosi yang dilakukan juga merupakan 

promosi untuk kesejahteraan ibu.l)  

 

Berdasar  uraian dalam tinjauan pustaka, maka disusun kerangka teori 

mengenai faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal yang bersumber 

dari kerangka analisa  faktor – faktor risiko kematian maternal dari James McCarthy dan 

Deborah Maine, sebagai berikut : 

Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi faktor – 

faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Faktor yang terjadi 

selama kehamilan, merupakan determinan dekat yang meliputi kejadian kehamilan, 

dimana wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi pada masa kehamilan,  

persalinan dan nifas, seperti komplikasi perdarahan, preeklamsia / eklamsia, infeksi, 

partus lama, dan ruptura uterus akan berpengaruh terhadap terjadinya kematian maternal. 

 

Determinan antara yang meliputi status kesehatan ibu (status gizi, riwayat 

penyakit, riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya, riwayat persalinan 

sebelumnya), status reproduksi (usia, paritas, jarak kehamilan, status perkawinan), akses 

ke pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan : KB, pelayanan antenatal, 

pelayanan obstetri emergensi, jangkauan pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan, 

akses informasi tentang pelayanan kesehatan), perilaku kesehatan (perilaku KB, 

pemeriksaan antenatal, penolong persalinan, tempat persalinan, pelaksanaan aborsi yang 

tidak aman, pemakaian  fasilitas kesehatan ketika terjadi masalah kesehatan) secara 

langsung mempengaruhi kehamilan, dimana wanita hamil memiliki risiko untuk 

terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan yang akhirnya akan berpengaruh 

terhadap terjadinya kematian maternal. 

Determinan jauh yang meliputi status wanita dalam keluarga dan masyarakat 

(pendidikan, pekerjaan, pendapatan), status keluarga dalam masyarakat (pendapatan 

keluarga, tempat tinggal, pendidikan anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga) dan 

status masyarakat (kesejahteraan, sumber daya di masyarakat) secara langsung 

mempengaruhi determinan antara dan secara tidak langsung mempengaruhi determinan 

dekat. 

 

Kerangka konsep dalam riset  ini menggambarkan variabel – variabel yang 

akan diukur atau diamati selama riset . Tidak semua variabel dalam kerangka teori 

dimasukkan ke dalam kerangka konsep, sebab  keterbatasan peneliti dalam masalah dana, 

tenaga, dan waktu. 

Variabel yang akan diteliti pada determinan dekat yaitu  komplikasi kehamilan, 

komplikasi persalinan, dan komplikasi nifas. Variabel yang akan diteliti pada determinan 

antara yaitu  usia ibu, paritas, jarak kehamilan, riwayat penyakit ibu, riwayat komplikasi 

pada kehamilan sebelumnya, riwayat persalinan sebelumnya, status gizi, anemia, 

pemeriksaan antenatal, pemanfaatan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi, penolong 

pertama persalinan, cara persalinan, tempat persalinan, riwayat KB, pelaksanaan rujukan 

saat terjadi komplikasi, keterlambatan rujukan. Variabel yang akan diteliti pada 

determinan jauh yaitu  tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, jumlah pendapatan 

keluarga, wilayah tempat tinggal. 

 

 

 Hipotesis riset   

 Hipotesis Mayor 

Faktor – faktor risiko yang terdiri dari determinan dekat, determinan antara dan 

determinan jauh secara sendiri – sendiri atau bersama – sama mempengaruhi 

kematian maternal.  

 Hipotesis Minor 

a. Determinan dekat yaitu : 

- Adanya komplikasi kehamilan mempengaruhi kematian maternal 

- Adanya komplikasi persalinan mempengaruhi kematian maternal 

- Adanya komplikasi nifas mempengaruhi kematian maternal  

b. Determinan antara yaitu : 

- Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun mempengaruhi kematian maternal 

- Paritas ≤1 atau paritas > 4 mempengaruhi kematian maternal 

- Jarak kehamilan < 2 tahun mempengaruhi kematian maternal 

- Adanya riwayat penyakit ibu mempengaruhi kematian maternal 

- Adanya riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya mempengaruhi 

kematian maternal 

- Riwayat persalinan jelek berpengaruh terhadap kematian maternal 

- Status gizi ibu saat hamil mengalami KEK mempengaruhi kematian maternal 

- Anemia ibu saat hamil mempengaruhi kematian maternal 

- Pemeriksaan antenatal tidak baik mempengaruhi kematian maternal  

- Tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi 

mempengaruhi kematian maternal 

- Penolong pertama persalinan bukan tenaga kesehatan mempengaruhi 

kematian maternal 

- Cara persalinan dengan tindakan mempengaruhi kematian maternal 

- Tempat persalinan bukan di tempat pelayanan kesehatan mempengaruhi 

kematian maternal 

- Tidak pernah KB berpengaruh terhadap kematian maternal 

- Tidak melaksanakan rujukan saat terjadi komplikasi mempengaruhi kematian 

maternal 

- Keterlambatan rujukan mempengaruhi kematian maternal  

c. Determinan jauh yaitu : 

- Tingkat pendidikan ibu < SLTP mempengaruhi kematian maternal 

- Status ibu bekerja mempengaruhi kematian maternal 

- Jumlah pendapatan keluarga < UMR mempengaruhi kematian maternal 

- Wilayah tempat tinggal di pedesaan mempengaruhi kematian maternal 


Jenis riset  yang digunakan yaitu  riset  observasional analitik, 

dengan rancangan atau desain studi masalah  kontrol (case control study) yaitu studi 

yang mempelajari hubungan antara faktor riset  / paparan dan penyakit 

dengan cara membandingkan antara kelompok masalah  dan kelompok kontrol 

Berdasar  status paparannya. Subjek riset  dipilih Berdasar  status 

penyakit / out come, kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek mempunyai 

riwayat terpapar faktor riset  atau tidak.68,6   Selain itu, dilakukan pula kajian 

secara kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indepth interview) 

terhadap responden masalah  kematian maternal untuk melengkapi informasi 

mengenai kronologi terjadinya kematian maternal, serta wawancara pada pihak 

rumah sakit, dinas kesehatan dan bidan desa mengenai usaha  pelayanan kesehatan 

maternal yang dilakukan di kabupaten Cilacap dalam rangka menurunkan angka 

kematian maternal. 

Studi masalah  kontrol dilakukan dengan mengidentifikasi kelompok masalah  

(kematian maternal) dan kelompok kontrol (ibu pasca persalinan yang hidup), 

kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor – faktor 

risiko yang mungkin dapat menerangkan apakah masalah  dan kontrol terkena 

paparan atau tidak. Rancangan riset  masalah  kontrol ini yaitu  sebagai 

berikut:

  

 Variabel riset  

1. Variabel Terikat : kematian maternal 

2. Variabel Bebas : 

a. Komplikasi kehamilan 

b. Komplikasi persalinan 

c. Komplikasi nifas  

d. Usia Ibu 

e. Paritas 

f. Jarak kehamilan 

g. Riwayat Penyakit Ibu 

h. Riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya 

i. Riwayat persalinan sebelumnya 

j. Status gizi ibu saat hamil  

k. Status anemia 

l. Pemeriksaan antenatal 

m. Pemanfaatan fasilitas kesehatan saat  terjadi komplikasi 

n. Penolong pertama persalinan 

o. Cara persalinan 

p. Tempat persalinan  

q. Riwayat KB  

r. Pelaksanaan rujukan saat terjadi komplikasi  

s. Keterlambatan rujukan  

t. Tingkat pendidikan ibu 

u. Status pekerjaan ibu 

v. Jumlah pendapatan keluarga 

w. Wilayah tempat tinggal 

 

3.3 Definisi Operasional 


Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner, data 

pada register kohort ibu hamil / data pada KMS ibu 

hamil, dokumen otopsi verbal. 

Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian 

maternal bila ada  komplikasi pada kehamilannya. l

Komplikasi 

persalinan 

yaitu  komplikasi yang terjadi selama proses 

persalinan berupa perdarahan, partus lama, infeksi, 

preeklamsia/ eklamsia, syok, kelainan plasenta, 

kelainan letak yang terjadi menjelang atau pada saat 

persalinan.  

Data diperoleh Berdasar  wawancara, catatan 

persalinan, dokumen otopsi verbal. 

Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian 

maternal bila ada  komplikasi persalinan. 

Nominal 

(1) ada 

(2) tidak ada  

 

Komplikasi nifas yaitu  komplikasi yang terjadi dalam waktu 42 hari 

sesudah  berakhirnya kehamilan, berupa infeksi nifas,  

preeklamsia/ eklamsia, perdarahan pada masa nifas. 

Data diperoleh Berdasar  wawancara, catatan 

persalinan, dokumen otopsi verbal. 

Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian 

maternal bila ada  komplikasi nifas.  

Nominal 

(1) ada 

(2) tidak ada 

Usia Ibu yaitu  usia ibu saat kehamilan terakhir yang diperoleh 

dari wawancara dengan kuesioner, catatan medis, 

dokumen otopsi verbal. Usia dihitung dalam tahun 

Berdasar  ulang tahun terakhir.   

Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian 

maternal bila ibu berusia kurang dari 20 tahun atau 

lebih dari 35 tahun 

Rasio 

 

Paritas yaitu  jumlah persalinan yang pernah dialami ibu.  

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner, 

catatan medis dan dokumen otopsi verbal. 

Ibu hamil berisiko pada paritas ≤ 1 (belum pernah/ baru 

melahirkan pertama kali) atau paritas lebih dari empat.  

Rasio 

 

Jarak kehamilan yaitu  rentang waktu antara kehamilan sebelumnya 

dengan kehamilan terakhir.  

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner, 

catatan medis. 

Ibu hamil berisiko bila jarak kehamilan kurang dari dua 

tahun. 

Rasio 

Riwayat Penyakit 

Ibu 

yaitu  riwayat penyakit yang diderita ibu sebelum atau 

selama kehamilan terakhir yang akan memberi  

pengaruh pada kehamilan atau akan diperberat oleh 

kehamilan ini , seperti penyakit hipertensi, 

penyakit jantung, asma, diabetes melitus, penyakit 

infeksi seperti TBC, malaria. 

Data diperoleh dari catatan medik dan wawancara 

dengan kuesioner. 

Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian 

maternal bila ada  riwayat penyakit. 

Nominal 

(1) memiliki riwayat 

penyakit 

(2) tidak memiliki 

riwayat penyakit 

Riwayat 

komplikasi pada 

kehamilan 

sebelumnya 

yaitu  adanya riwayat komplikasi kehamilan pada 

kehamilan terdahulu, seperti perdarahan, infeksi, 

preeklamsia / eklamsia. 

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan 

catatan medik.   

Ibu hamil berisiko bila ada  riwayat komplikasi 

Nominal 

(1) Ada komplikasi 

(2) Tidak ada 

komplikasi  

 

pada kehamilan sebelumnya  

Riwayat 

persalinan 

sebelumnya 

yaitu  riwayat semua persalinan yang dialami ibu pada 

kehamilan sebelumnya, berupa persalinan normal atau 

dengan tindakan. Riwayat persalinan baik, bila pernah 

partus normal dan riwayat persalinan jelek bila tidak 

pernah partus normal.   

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan 

catatan medik. 

Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian 

maternal bila riwayat persalinan jelek.  

Nominal 

(1) Jelek 

(2) Baik   

 

Status gizi ibu 

saat hamil 

yaitu  keadaan gizi ibu sewaktu hamil yang diukur 

Berdasar  ukuran lingkar lengan atas (LILA). 

Data diperoleh dari KMS ibu hamil atau register kohort 

ibu hamil.  

Ibu hamil berisiko bila LILA < 23,5 cm (menderita 

KEK). 

 

Nominal 

(1) KEK 

(2) Tidak KEK  

Status anemia  yaitu  kadar hemoglobin (Hb) ibu pada saat hamil < 

11 gram/ dl. 

Data diperoleh dari catatan KMS ibu hamil, register 

kohort ibu hamil.  

Ibu hamil berisiko bila menderita anemia pada saat 

kehamilan. 

Nominal 

(1) Anemia 

(2) Tidak anemia   

Pemeriksaaan 

antenatal 

yaitu  pemeriksaan yang dilakukan pada ibu selama 

masa kehamilan sesuai dengan standar yang telah 

ditetapkan.  

Data diperoleh dari KMS ibu hamil, register kohort ibu 

hamil dan wawancara dengan kuesioner.  

Pemeriksaan antenatal disebut baik bila ibu hamil 

memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dengan 

standar 5 T oleh tenaga kesehatan. Sebaliknya bila 

salah satu atau lebih tidak dilakukan maka pemeriksaan 

antenatal disebut tidak baik.  

Nominal 

(1) Tidak baik 

(2) Baik   

  

Pemanfaatan 

fasilitas kesehatan 

saat terjadi 

komplikasi  

yaitu  pemakaian  sarana kesehatan oleh ibu pada saat 

terjadi komplikasi selama masa kehamilan, persalinan 

atau nifas, baik akibat komplikasi obstetri langsung 

maupun komplikasi tidak langsung. 

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner, 

catatan medik, dokumen otopsi verbal.  

Ibu hamil berisiko bila tidak menggunakan fasilitas 

kesehatan saat terjadi komplikasi obstetri. 

Nominal 

(1) Tidak Memanfaatkan 

(2) Memanfaatkan  

Penolong pertama 

persalinan 

yaitu  orang yang pertama kali memberi  

pertolongan pada saat ibu melahirkan. 

Ibu hamil berisiko bila pada saat persalinan ditolong 

oleh bukan tenaga kesehatan, misal dukun bayi, 

anggota keluarga, atau bersalin sendiri. 

Nominal 

(1) Bukan tenaga kesehatan 

(2) Tenaga kesehatan 

 

 

Cara persalinan yaitu  cara ibu melahirkan pada saat persalinan 

terakhir, yaitu persalinan spontan atau persalinan 

dengan tindakan. 

Data diperoleh dari wawancara, dokumen otopsi verbal 

dan catatan medik 

Ibu hamil berisiko untuk mengalami kematian maternal 

bila persalinan dilakukan dengan tindakan. 

Nominal 

(1) Tindakan 

(2) Spontan  

Tempat persalinan yaitu  tempat dimana ibu hamil melakukan persalinan, 

yaitu di tempat pelayanan kesehatan atau bukan tempat 

Nominal 

(1) Bukan tempat 

pelayanan kesehatan. 

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan 

dokumen otopsi verbal. 

Ibu hamil berisiko bila persalinan dilakukan di bukan 

tempat pelayanan kesehatan, misal di rumah atau 

rumah dukun.    

pelayanan kesehatan 

(2) Tempat pelayanan 

kesehatan   

Riwayat KB Riwayat pemakaian  metode kontrasepsi (KB) 

sebelumnya 

Data diperoleh dari wawancara, catatan medik. 

Ibu hamil berisiko bila tidak pernah menggunakan 

metode kontrasepsi (KB). 

Nominal 

(1) Tidak pernah 

menggunakan alat 

kontrasepsi. 

(2) Pernah 

Pelaksanaan 

rujukan saat 

terjadi komplikasi  

yaitu  pemindahan ibu hamil, bersalin atau nifas ke 

tempat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap 

peralatan, dengan tenaga penolong yang lebih ahli. 

Tempat rujukan yaitu  rumah sakit dan sebab merujuk 

sebab  ada  masalah medik / komplikasi pada saat 

kehamilan, proses persalinan atau nifas.  

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan 

dokumen otopsi verbal. 

Ibu hamil berisiko mengalami kematian maternal bila 

saat terjadi komplikasi tidak dirujuk. 

Nominal 

(1) Tidak dirujuk  

(2) Dirujuk  

Keterlambatan 

rujukan 

yaitu  keterlambatan pemindahan ibu bersalin pada 

saat terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan 

atau nifas, ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih 

lengkap peralatan, dengan tenaga penolong yang lebih 

ahli. Tempat rujukan yaitu  rumah sakit dan sebab 

merujuk sebab  ada  masalah medik / komplikasi 

pada saat kehamilan, persalinan atau nifas.  

Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan 

dokumen otopsi verbal. 

Ibu hamil berisiko mengalami kematian maternal bila 

dalam pelaksanaan rujukan mengalami setidaknya salah 

satu dari tiga keterlambatan, yaitu keterlambatan dalam 

pengambilan keputusan untuk dirujuk, keterlambatan 

dalam mencapai tempat rujukan dan keterlambatan 

memperoleh pelayanan di tempat pelayanan kesehatan 

rujukan.  

- Keterlambatan pengambilan keputusan untuk 

dirujuk : 

Disebut terlambat bila  keputusan untuk dirujuk 

diambil dalam waktu > 30 menit.  

- Keterlambatan mencapai tempat rujukan : 

Disebut terlambat bila  waktu yang diperlukan untuk 

mencapai tempat pelayanan kesehatan rujukan > 2 jam.  

- Keterlambatan memperoleh pelayanan di tempat 

pelayanan kesehatan rujukan :  

Disebut terlambat bila  sesudah  penderita tiba di 

tempat pelayanan kesehatan rujukan, penderita baru 

memperoleh pelayanan sesudah  > 30 menit.  

Nominal 

(1) Terlambat 

(2) Tidak terlambat  

 

Pendidikan ibu Pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani ibu 

sampai saat persalinan terakhir. 

Data diperoleh dengan wawancara dengan kuesioner. 

Ibu hamil berisiko bila memiliki pendidikan formal 

kurang dari 9 tahun atau tidak pernah menempuh 

pendidikan formal sama sekali. 

Rasio 

 

Status pekerjaan 

ibu 

yaitu  kegiatan yang dilakukan selain sebagai ibu 

rumah tangga dalam kurun waktu kehamilan sampai 

persalinan. 

Data diperoleh dengan wawancara dengan kuesioner.  

Ibu hamil berisiko tinggi bila selain sebagai ibu rumah 

tangga, ibu juga bekerja di luar rumah, yang 

memerlukan beban tenaga atau pikiran selama masa 

kehamilan. 

Nominal 

(1) Bekerja 

(2) Tidak bekerja 

 

Jumlah 

pendapatan 

keluarga 

yaitu  banyaknya penghasilan setiap bulan untuk 

memenuhi kebutuhan keluarga inti yang diukur dengan 

satuan rupiah. 

Data diperoleh dengan wawancara dengan kuesioner.  

Ibu hamil berisiko bila jumlah pendapatan keluarga 

berada di bawah rata – rata upah minimum regional 

Rasio 

Wilayah tempat 

tinggal 

Wilayah dimana ibu berdomisili, dibedakan menjadi 

daerah pedesaan dan perkotaan. 

Ibu hamil berisiko bila bertempat tinggal di daerah 

pedesaan. 

Nominal 

(1) Desa 

(2) Kota  

 

3.4  Populasi dan Sampel riset  

3.4.1 Populasi riset  

Populasi riset  terdiri dari populasi masalah  dan populasi kontrol, yang 

selanjutnya akan diambil sebagai sampel riset . 

1. Populasi masalah , terdiri dari : 

a. Populasi referen : semua ibu yang mengalami kematian maternal di kabupaten 

Cilacap. 

b. Populasi studi : semua ibu yang mengalami kematian maternal di kabupaten 

Cilacap selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dan tercatat dalam data 

kematian maternal di Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.    

c. Kriteria inklusi masalah  :  

- masalah  kematian maternal bertempat tinggal di wilayah kabupaten 

Cilacap.  

 


d. Kriteria eksklusi masalah  :  

- Responden masalah  kematian maternal telah 3 kali didatangi tidak 

berhasil ditemui atau tidak bersedia mengikuti riset . 

2. Populasi kontrol, terdiri dari :   

a. Populasi referen : semua ibu pasca persalinan di kabupaten Cilacap yang tidak 

mengalami kematian maternal.  

b. Populasi studi : semua ibu pasca persalinan di kabupaten Cilacap yang tidak 

mengalami kematian maternal selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.   

c. Kriteria inklusi kontrol : 

- Ibu bersalin pada hari yang sama atau hampir bersamaan dengan 

terjadinya masalah  kematian maternal. 

- Bertempat tinggal dan pada saat riset  berada di wilayah 

kabupaten Cilacap. 

- Bersedia mengikuti riset . 

d. Kriteria eksklussi kontrol : 

- Telah pind3ah dari kabupaten Cilacap. 

- Telah 3 kali didatangi untuk diwawancarai namun  tidak berhasil 

ditemui.     

 Sampel riset  

      1. Besar Sampel 

Besar sampel dalam riset  ini dihitung dengan menggunakan rumus dari 

Lemeshow ): 

 


      {Z1-α √(2P2*(1- P2)} + Z1-β √(P1*(1-P1) + P2 *(1-P2)}2 

n = 

    (P1 * - P2 *)2 

P1* =           (OR) P2*  

  (OR) P2* + (1-P2*) 

Keterangan : 

n  = Jumlah sampel 

P1∗ = Proporsi pemaparan pada kelompok masalah  

P2∗ = Proporsi pemaparan pada kelompok kontrol   

Besar sampel dalam riset  ini dihitung Berdasar  uji hipotesis satu arah, 

dengan tingkat kemaknaan (Z1-α) 5% dan kekuatan (Z1-β) sebesar 80% dengan OR antara 

2,5 – 50,69 Berdasar  perhitungan OR serta proporsi pemaparan pada kelompok 

kontrol dari riset  – riset  terdahulu sebagai berikut : 


Variabel lain seperti riwayat penyakit ibu, riwayat komplikasi pada kehamilan 

sebelumnya, riwayat persalinan, status gizi, pemanfaatan fasilitas kesehatan saat 

terjadi komplikasi, tempat persalinan, riwayat KB, status pekerjaan, jumlah 

pendapatan, dan wilayah tempat tinggal belum didapatkan referensi besarnya nilai 

OR, sehingga bila dilakukan prediksi nilai OR minimal yaitu 2,0 akan diperoleh 

sampel sebesar 52. riset  ini  menggunakan perbandingan kelompok masalah  dan 

kelompok kontrol 1 : 1, maka jumlah masalah  dan kontrol secara keseluruhan sebesar 

104 sampel.  

2. Sampel masalah  : masalah  kematian maternal yang memenuhi kriteria inklusi dan 

eksklusi masalah . 

3. Cara pengambilan sampel masalah  : sampel masalah  diambil dari data kematian 

maternal yang ada di dinas kesehatan kabupaten Cilacap, sebanyak 52 masalah  

kematian maternal terbaru yang terdekat tanggal kematiannya dengan tanggal 

dimulainya riset , yaitu masalah  kematian maternal dari tahun 2005 - 2007.  

4. Sampel kontrol : ibu pasca persalinan yang tidak mengalami kematian maternal, 

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol. 

5. Cara pengambilan sampel kontrol : sampel kontrol diambil secara systematic 

random sampling dari ibu pasca persalinan yang tidak mengalami kematian 

maternal dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol. Sampel kontrol 

diperoleh Berdasar  data pada register kohort di puskesmas yang di wilayahnya 

ada  masalah  kematian maternal.  

 

 Responden riset  

1. Responden riset  pada masalah  kematian maternal : 

sebab  masalah  yaitu  kematian maternal, maka yang menjadi responden riset  

yaitu  keluarga dari ibu yang meninggal (suami, orangtua, saudara kandung, mertua, atau 

famili lain), yang mengetahui kronologi (riwayat perjalanan masalah ) sampai dengan 

meninggal. 

2. Responden riset  dalam kajian kualitatif mengenai usaha  penurunan angka 

kematian maternal di kabupaten Cilacap yaitu  kepala Rumah Sakit Umum Daerah 

Kabupaten Cilacap, kepala dinas kesehatan Kabupaten Cilacap atau Kasubdin Kesehatan 

Keluarga, dan bidan desa di kabupaten Cilacap (responden bidan desa diambil dari bidan 

desa yang di tempat tugasnya ada  masalah  kematian maternal).  

 Alat riset  

 Alat Ukur 

Jenis alat ukur yang digunakan pada riset  ini yaitu  : 

- Dokumen otopsi verbal, KMS ibu hamil, catatan medik persalinan, register 

kohort ibu hamil, catatan kematian maternal. 

- Kuesioner untuk mengumpulkan data dari subjek riset  berupa informasi 

mengenai variabel bebas dari riset  dan kuesioner terbuka sebagai 

panduan dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara mendalam. 

 Pengumpulan Data 

- Data Primer 

Data dikumpulkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. 

 

- Data Sekunder 

Data yang dikumpulkan dari catatan kematian maternal, KMS ibu hamil, 

register kohort ibu hamil, catatan persalinan, dan dokumen otopsi verbal.   

3.5.3 Cara Kerja riset  

- Data mengenai masalah  kematian maternal didapatkan dari data kematian 

maternal yang ada di dinas kesehatan kabupaten Cilacap, sedangkan data 

sampel kontrol diperoleh dari puskesmas yang di wilayah kerjanya ada  

masalah  kematian maternal.  

- Data dari variabel – variabel yang akan diteliti bersumber dari pengukuran 

yang dilakukan oleh petugas yang telah dilatih terlebih dahulu dan akan 

disupervisi oleh peneliti. 

- Responden dari kelompok masalah  diwawancarai dengan menggunakan 

kuesioner. Oleh sebab  masalah  yaitu  kematian maternal maka wawancara 

dilakukan pada keluarga ibu yang meninggal, yang mengetahui riwayat 

perjalanan masalah  sampai dengan meninggal, dengan dipandu oleh 

pewawancara yang telah dilatih sebelumnya. Kegiatan yang sama juga 

dilakukan pada responden dari kelompok kontrol, yaitu pada kelompok 

kontrol juga dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang sama 

dengan masalah .  

- Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview) 

terhadap responden masalah  kematian maternal untuk mengetahui kronologi 

terjadinya kematian maternal, serta wawancara kepada kepala rumah sakit, 

kepala dinas kesehatan atau kasubdin kesga dan bidan desa untuk mengetahui 

usaha  pelayanan kesehatan maternal yang dilakukan dalam rangka 

menurunkan angka kematian maternal di kabupaten Cilacap.  

- sesudah  data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan analisa  data 

secara univariat, bivariat maupun multivariat Berdasar  pengaruh variabel – 

variabel yang diteliti, sedangkan data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi 

sebagai pendukung riset  kuantitatif. 

3.6 Pengolahan Data 

Tahap – tahap pengolahan data : 

1. Cleaning 

Data yang telah dikumpulkan dilakukan cleaning (pembersihan data) yaitu 

sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa agar tidak ada  

data yang tidak diperlukan dalam analisa .  

2. Editing 

sesudah  dilakukan cleaning kemudian dilakukan editing untuk memeriksa 

kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data dapat 

terjamin.  

3. Coding 

Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.  

4. Entry Data      

Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk proses analisa  data.

 

  analisa  Data 

 analisa  Kuantitatif 

Data dianalisa  dan diinterpretasikan dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis, 

menggunakan program komputer SPSS for Windows Release 10.0 dengan tahapan 

analisa  sebagai berikut :   

1. analisa  Univariat 

Data hasil riset  dideskripsikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi, untuk 

mengevaluasi besarnya proporsi dari masing – masing faktor risiko yang ditemukan pada 

kelompok masalah  dan kontrol untuk masing - masing variabel yang diteliti, dan untuk 

melihat ada atau tidaknya perbedaan antara kedua kelompok riset . 71)  

2. analisa  Bivariat 

analisa  bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan 

variabel terikat secara sendiri-sendiri. Uji statistika yang digunakan yaitu Chi Square 

digunakan untuk data berskala nominal dengan nominal dengan menggunakan 

Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α= 0,05). Uji statistik Chi Square digunakan 

untuk menganalisa  semua variabel yang diteliti. bila  ada sel yang kosong maka 

masing-masing sel ditambah angka satu. Untuk mengetahui estimasi risiko relatif 

dihitung odds ratio (OR) dengan tabel 2 x 2 dan rumus sebagai berikut :68,69,72) 

(OR)  = {A/ (A+B) : B/ (A+B)} / {C/ (C+D) : D/ (C+D)} 

= A/B : C/D= AD/BC 

Keterangan :  A=  masalah  yang mengalami paparan 

  B= masalah  yang tidak terpapar 

   

C= kontrol yang terpapar 

  D= kontrol yang tidak terpapar 

3. analisa  Multivariat 

analisa  multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh paparan secara 

bersama-sama dari beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kematian 

maternal. Uji yang digunakan yaitu  regresi logistik. bila  masing – masing variabel 

bebas menunjukkan nilai p < 0,25, maka variabel ini  dapat dilanjutkan ke dalam 

model multivariat. analisa  multivariat dilakukan untuk mendapatkan model yang 

terbaik. Seluruh variabel kandidat dimasukkan bersama – sama untuk dipertimbangkan 

menjadi model dengan hasil nilai p < 0,05. Variabel yang terpilih dimasukkan ke dalam 

model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p 

tertinggi.  

 analisa  Kualitatif 

analisa  pada kajian kualitatif dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk 

narasi yang meliputi kajian mengenai kronologi kejadian kematian maternal dan usaha  

penurunan angka kematian maternal di Kabupaten Cilacap.    

HASIL riset  

 

Kabupaten Cilacap memiliki luas wilayah sekitar 225.360,840 Ha termasuk Pulau 

Nusakambangan seluas 11.510,552 Ha atau sekitar 6,94 % dari luas Propinsi Jawa 

Tengah, terletak antara garis 1080 4’ 30’’ – 1090 30’ 30’’ garis bujur timur dan 70 30’ – 70 

45’ 20’’ garis lintang selatan. Batas sebelah barat yaitu  Kabupaten Ciamis (Propinsi 

Jawa Barat), sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Kebumen, sebelah utara oleh 

Kabupaten Brebes dan Banyumas dan sebelah selatan oleh Samudera Indonesia. 

Kabupaten Cilacap terbagi dalam 24 kecamatan dan 284 kelurahan / desa. 

Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu Kecamatan Wanareja (luas wilayah 

189,73 Km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu  Kecamatan Cilacap 

Selatan (luas wilayah 9,11 Km2). Keadaan geografi bervariasi terdiri dari daerah pantai, 

dataran rendah, dataran tinggi, rawa – rawa dan perkampungan di atas laut. Wilayah 

tertinggi yaitu  kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian 198 meter dari permukaan 

laut dan wilayah terendah yaitu  kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 meter 

dari permukaan laut. Jarak terjauh dari barat ke timur sejauh 152 km yaitu dari 

Dayeuhluhur ke Nusawungu, sedangkan dari utara ke selatan 35 km yaitu dari Cilacap ke 

Sampang. 

 

 Kependudukan 

Jumlah penduduk Kabupaten Cilacap sampai dengan akhir tahun 2005 sebanyak 

1.717.273 jiwa, terdiri dari 859.278 jiwa penduduk laki – laki dan 857.995 jiwa penduduk 

perempuan.  

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten 

Cilacap tahun 2005  

  

Jumlah Penduduk No. Kelompok Umur 

(Tahun) Laki – laki Perempuan Jumlah 

1. 0 – 4 64.543 63.600 128.143 

2. 5 – 14 175.564 171.135 346.699 

3. 15 – 44 416.135 417.088 833.223 

4. 45 – 64  149.092 149.147 298.239 

5. ≥ 65 53.944 57.025 110.969 

 Jumlah 859.278 857.995 1.717.273 

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2005 

Komposisi penduduk terbesar berada pada kelompok usia produktif (15 sampai 64 

tahun) yaitu mencapai 65,89 persen jumlah penduduk dan sisanya yaitu  kelompok usia 

5 sampai 14 tahun yaitu sekitar 20,19 persen, kelompok usia di bawah 1 tahun sampai 4 

tahun sebesar 7,46 persen dan kelompok usia lanjut sekitar 6,46 persen. 

Kepadatan penduduk tahun 2005 sebesar 803,03 jiwa/km2. Penduduk yang 

terpadat berada di Kecamatan Cilacap Tengah yaitu sebesar 9.175,30 jiwa/km2 dan yang 

paling rendah kepadatannya yaitu  Kecamatan Dayeuhluhur yaitu sebesar 258,37 

jiwa/km2.    

4.1.3 Tingkat Pendidikan   

Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Cilacap paling banyak yaitu  SD 

34,14%, dilanjutkan tidak / belum tamat SD 20,90% dan hanya 2,17% dengan pendidikan 

diploma III dan perguruan tinggi. Penduduk perempuan memiliki tingkat pendidikan  

yang cenderung lebih rendah dibandingkan  penduduk laki – laki. Selengkapnya dapat dilihat 

pada tabel 4.2.   


 Keadaan Pelayanan Kesehatan  

 Sarana Pelayanan Kesehatan 

Kabupaten Cilacap memiliki 35 puskesmas yang tersebar di 24 wilayah 

kecamatan. ada  12 puskesmas rawat inap, 77 unit puskesmas pembantu dan 2.058 

posyandu. 

Jumlah rumah sakit ada  2 rumah sakit milik pemerintah dan 1 rumah sakit 

milik BUMN. Peranan sektor swasta terlihat dengan adanya 2 rumah sakit swasta, 4 

rumah sakit bersalin, 17 rumah bersalin, 77 unit balai pengobatan dan 182 bidan praktik 

swasta.   

 Ketenagaan 

Tenaga kesehatan yang bertugas di tingkat puskesmas terdiri dari 52 tenaga 

dokter umum, 19 dokter gigi, 393 tenaga perawat, dan 357 tenaga bidan (bidan 

puskesmas sebanyak 100 orang dan bidan desa sebanyak 257 orang). Tercatat adanya 

1.192 dukun bayi di seluruh kabupaten Cilacap. 

Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit terdiri dari 56 dokter spesialis, 41 

dokter umum, 9 dokter gigi, 394 tenaga perawat, dan 67 tenaga bidan.  

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu serta meningkatkan pelayanan 

kesehatan ibu dan anak, maka pemerintah melakukan program penempatan bidan di desa 

– desa (bidan desa). Jumlah keseluruhan bidan di Kabupaten Cilacap, baik yang ada di 

puskesmas, rumah sakit dan sarana kesehatan lain tahun 2005 sebanyak 475 orang, 

sehingga rasio bidan per 100.000 penduduk sebesar 27,66. Rasio ini masih jauh di bawah 

target yaitu 100 per 100.000 penduduk.     

4.1.4.3 Cakupan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 

Hasil kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak 

selama tahun 2005 antara lain yaitu cakupan kunjungan pertama ibu hamil ke petugas 

kesehatan (K1) sebesar 97,31%. Cakupan ini sudah lebih tinggi dibandingkan  target K1 

sebesar 95%. Untuk cakupan kunjungan pemeriksaan ibu hamil minimal 4 kali (K4) 

sebesar 87,10%, masih kurang dari target seharusnya yaitu sebesar 90%. Cakupan 

penjaringan ibu hamil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan sebesar 19,19%, masih kurang 

dari target yang ditentukan yaitu sebesar 20%. Cakupan penjaringan ibu hamil risiko 

tinggi oleh masyarakat sebesar 11,90%, masih kurang dari target yaitu sebesar 12%. 

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 89,96%, masih kurang  

dari target yaitu sebesar 90%. 

Angka kematian maternal di kabupaten Cilacap untuk tahun 2003 sebanyak 46 

masalah  atau 163 per 100.000 KH, tahun 2004 sebanyak 35 masalah  atau 163 per 100.000 KH. 

Sedangkan untuk tahun 2005 sebanyak 35 masalah  atau 147 per 100.000 KH. Hal ini 

menunjukkan bahwa masalah  kematian maternal di Kabupaten Cilacap selalu ada setiap 

tahun dan angkanya masih cukup tinggi.         

 

 Deskripsi Subjek riset   

Subjek riset  pada kelompok masalah  dalam riset  ini yaitu  ibu yang 

mengalami kematian maternal pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 di kabupaten 

Cilacap. Sesuai dengan perhitungan besar sampel minimal, jumlah sampel masalah  

kematian maternal terdiri dari 52 masalah  (masalah  kematian maternal tahun 2005 sebanyak 

10 orang, tahun 2006 sebanyak 38 orang, dan tahun 2007 sebanyak 4 orang) yang 

tersebar di 23 wilayah puskesmas (18 kecamatan). Sedangkan sampel kontrol yaitu  ibu 

pasca persalinan yang tidak mengalami kematian maternal dengan jumlah yang sama 

yaitu 52 kontrol. Sampel kontrol diambil dari puskesmas yang di wilayah kerjanya 

ada  masalah  kematian maternal. Jadi jumlah sampel seluruhnya yaitu  104 orang.     

Data primer pada masalah  kematian maternal dikumpulkan dengan melakukan 

wawancara dengan menggunakan kuesioner pada keluarga ibu yang meninggal. Pada 

riset  ini wawancara sebagian besar dilakukan pada suami ibu yang meninggal 

(78,9%) dan sisanya (21,1%) dilakukan pada orangtua / mertua dan saudara yang 

mengetahui kronologi kematian ibu. Data primer pada kontrol dikumpulkan dengan 

melakukan wawancara pada ibu pasca persalinan yang memenuhi syarat sebagai kontrol 

riset .  

Data sekunder diambil dari catatan kematian maternal, data pada KMS ibu hamil, 

catatan persalinan, register kohort ibu hamil dan dokumen otopsi verbal.  

  

  Deskripsi masalah  Kematian Maternal 

 pemicu  Kematian Maternal   

Berdasar  data dari hasil otopsi verbal dan hasil wawancara terhadap responden 

pada masalah  kematian maternal, diperoleh informasi mengenai pemicu  kematian 

maternal di Kabupaten Cilacap sebagai berikut : 


 

Pola pemicu  kematian maternal pada 52 masalah  kematian maternal di Kabupaten 

Cilacap memperlihatkan bahwa pemicu  kematian maternal tertinggi yaitu  perdarahan 

(34,6%), disusul oleh penyakit yang memperburuk kondisi ibu (26,9%), preeklamsia / 

eklamsia (23,1%), infeksi nifas (7,7%), syok saat induksi persalinan (1,9%), emboli air 

ketuban (1,9%), abortus infeksiosus (1,9%) dan hiperemesis gravidarum yang mengalami 

dehidrasi berat (1,9%). Kematian maternal di Kabupaten Cilacap sebagian besar terjadi 

saat persalinan, dimana 32 masalah  (61,5%) meninggal saat bersalin, diikuti dengan 

kematian pada masa nifas yaitu 14 masalah  (26,9%) dan kematian saat hamil sebesar 11,5% 

(6 masalah ). 

 Wilayah Tempat Tinggal masalah  Kematian Maternal 


 

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa masalah  kematian maternal tersebar di 18 

wilayah kecamatan dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap. Untuk gambaran 

yang lebih jelas dapat dilihat pada peta dalam lampiran 2. 

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa pada masalah  kematian maternal, sebagian 

besar masalah  meninggal di rumah sakit (73,1%), disusul dengan meninggal di rumah 

(13,5%), puskesmas (7,7%) dan di perjalanan (5,7%).  

Untuk mendapatkan gambaran tentang pelayanan kesehatan rujukan pada masalah  

kematian maternal, dapat diketahui / diperkirakan dari lama waktu perawatan di rumah 

sakit sebelum ibu – ibu ini  meninggal. Menurut Depkes, lama waktu perawatan 

untuk mengetahui gambaran tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit dibagi dalam 2 

kelompok, yaitu < 48 jam atau > 48 jam sesudah masuk rumah sakit. Dari 38 masalah  yang 

meninggal di rumah sakit, ada  31 masalah  (81,6%) yang meninggal dalam waktu < 48 

jam sesudah  masuk rumah sakit dan sisanya 7 masalah  (18,4%) meninggal dalam waktu > 48 

jam sesudah  masuk rumah sakit. Proporsi masalah  yang meninggal di rumah sakit sebagian 

besar (81,6%) yaitu  dalam waktu kurang dari 48 jam sesudah  masuk rumah sakit. 

Keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan ibu – ibu ini  meninggal dalam 

kondisi kesehatan yang sudah kurang baik sebelum dibawa ke rumah sakit atau dapat 

juga dipicu  oleh keterlambatan merujuk dan keterlambatan penanganan.        

 

  analisa  Univariat 

 Distribusi masalah  dan Kontrol Berdasar  Tingkat Pendidikan  

Tabel 4.6 Distribusi masalah  dan Kontrol Berdasar  Tingkat Pendidikan  

 

masalah  Kontrol No. Tingkat Pendidikan Ibu 

N % N % 

1. Tdk sekolah/ tdk tamat SD 1 1,9 0 0 

2. Tamat SD 32 61,5 29 55,7 

3. Tamat SLTP 8 15,5 17 32,7 

4.  Tamat SLTA 11 21,1 4 7,7 

5. Tamat D3/ PT 0 0 2 3,9 

 Jumlah  52 100 52 100 

    

Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa pendidikan pada kelompok masalah  

terbanyak yaitu  tamat SD (61,5%), demikian juga pada kelompok kontrol (55,7%). 

 Distribusi masalah  dan Kontrol Berdasar  Status Pekerjaan 

Tabel 4.7 Distribusi masalah  dan Kontrol Berdasar  Status Pekerjaan 

masalah  Kontrol No. Status Pekerjaan Ibu 

N % N % 

1. Wiraswasta  8 15,4 6 11,5 

2. Buruh 3 5,8 1 1,9 

3. Buruh tani 4 7,7 2 3,9 

4. Pegawai  2 3,8 2 3,9 

5. Tidak bekerja (ibu rumah tangga) 35 67,3 41 78,8 

 Jumlah 52 100 52 100 

    

Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu, baik pada kelompok 

masalah  maupun kelompok kontrol tidak bekerja yaitu pada kelompok masalah  sebesar 67,3% 

dan pada kelompok kontrol 78,8%. Sedangkan pada kelompok masalah  yang bekerja 

sebagian besar memiliki pekerjaan wiraswasta (15,4%), demikian juga pada kelompok 

kontrol (11,5%). 

 

 analisa  Bivariat 

analisa  bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel 

independen dan variabel dependen. analisa  bivariat juga merupakan salah satu langkah 

untuk melakukan seleksi terhadap variabel yang akan masuk ke dalam analisa  

multivariat. Adanya hubungan antara variabel independen (determinan dekat, determinan 

antara dan determinan jauh) dengan variabel dependen (kematian maternal) ditunjukkan 

dengan nilai p < 0,05, nilai OR > 1 dan nilai 95% CI tidak mencakup angka 1. 

Faktor – faktor risiko yang akan dianalisa  secara bivariat yaitu faktor determinan 

dekat, determinan antara dan determinan jauh.    

 Hubungan antara determinan dekat dengan kematian maternal  

Determinan dekat yang akan dianalisa  meliputi komplikasi kehamilan, 

komplikasi persalinan dan komplikasi nifas. 


 

Pada variabel komplikasi kehamilan, dikategorikan ada dan tidak ada komplikasi 

pada kehamilan yang terakhir. Proporsi kelompok masalah  yang mengalami komplikasi 

kehamilan sebesar 61,5%, lebih besar dibandingkan  kelompok kontrol yaitu sebesar 7,7%. 

Jenis komplikasi kehamilan pada kelompok masalah  yaitu  preeklamsia : 22 orang (42,2%), 

perdarahan 4 orang (7,7%) : perdarahan sebab  abortus 2 orang (3,9%) dan perdarahan 

antepartum sebab  placenta praevia 2 orang (3,9%); ketuban pecah dini 3 orang (5,7%), 

hiperemesis gravidarum 2 orang (3,9%), dan infeksi pada kehamilan yaitu abortus 

infeksiosus 1 orang (1,9%) sedangkan pada kelompok kontrol, jenis komplikasi 

kehamilan yang dialami yaitu  preeklamsia 2 orang (3,9%), perdarahan 1 orang (1,9%) 

dan ketuban pecah dini 1 orang (1,9%). Hasil analisa  bivariat menunjukkan ada 

hubungan yang bermakna antara komplikasi kehamilan dengan kematian maternal 

(p<0,001). Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan mempunyai risiko untuk 

mengalami kematian maternal 19,2 kali lebih besar dibandingkan  ibu yang tidak mengalami 

komplikasi (OR = 19,2; 95% CI : 6,0 – 61,4). 

Pada variabel komplikasi persalinan, dikategorikan ada dan tidak ada komplikasi 

selama proses persalinan. Proporsi kelompok masalah  yang mengalami komplikasi 

persalinan sebesar 69,2%, lebih besar dibandingkan  kelompok kontrol yaitu sebesar 21,2%. 

Jenis komplikasi persalinan yang dialami oleh kelompok masalah  yaitu  perdarahan 18 

orang (34,6%) : perdarahan akibat atonia uteri 8 orang, perdarahan akibat retensio 

placenta 6 orang, retensio placenta dan kehamilan gemelli yang mengalami retensio janin 

kedua 1 orang, ruptura uteri 1 orang, dan perdarahan akibat placenta praevia 2 orang; 

preeklamsia 8 orang (15,4%), eklamsia 6 orang (11,5%), hiperemesis gravidarum 1 orang 

(1,9%), partus lama 1 orang (1,9%), emboli air ketuban 1 orang (1,9%), dan syok saat 

induksi persalinan 1 orang (1,9%), sedangkan pada kelompok kontrol, jenis komplikasi 

persalinan yang dialami yaitu  preeklamsia 4 orang (7,7%), perdarahan akibat retensio 

placenta 4 orang (7,7%) partus lama 2 orang (3,9%) dan letak sungsang 1 orang (1,9%). 

Hasil analisa  bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara komplikasi 

persalinan dengan kematian maternal (p<0,001). Ibu yang mengalami komplikasi 

persalinan mempunyai risiko untuk mengalami kematian maternal 8,4 kali lebih besar 

dibandingkan  ibu yang tidak mengalami komplikasi pada persalinannya (OR = 8,4; 95%CI : 

3,5 – 20,4).  

Pada variabel komplikasi nifas, dikategorikan ada dan tidak ada komplikasi. 

Proporsi kelompok masalah  yang mengalami komplikasi nifas sebesar 21,2%, lebih besar 

dibandingkan  kelompok kontrol yaitu sebesar 3,8%. Jenis komplikasi nifas yang dialami oleh 

kelompok masalah  yaitu  perdarahan 5 orang (9,6%), infeksi nifas 4 orang (7,7%), dan 

preeklamsia 2 orang (3,9%), sedangkan pada kelompok kontrol, jenis komplikasi nifas 

yang dialami yaitu  infeksi nifas 1 orang (1,9%) dan mastitis 1 orang (1,9%). Hasil 

analisa  bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara komplikasi nifas 

dengan kematian maternal (p=0,008). Ibu yang mengalami komplikasi pada masa nifas 

mempunyai risiko untuk mengalami kematian maternal 6,7 kali lebih besar dibandingkan  ibu 

yang tidak mengalami komplikasi pada masa nifas (OR = 6,7; 95%CI : 1,4 – 32,0).  

4.4.2 Hubungan antara determinan antara dengan kematian maternal  

Determinan antara yang akan dianalisa  meliputi usia ibu, paritas, jarak 

kehamilan, riwayat penyakit ibu, riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya, 

riwayat persalinan sebelumnya, status gizi ibu saat hamil, status anemia, pemeriksaan 

antenatal, pemanfaatan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi, penolong pertama 

persalinan, cara persalinan, tempat persalinan, riwayat KB, pelaksanaan rujukan saat 

terjadi komplikasi, dan keterlambatan rujukan.  

Pada variabel usia ibu, dikategorikan usia berisiko dan tidak beris