kematian 2
atan kesehatan bila terjadi komplikasi obstetrik. Keadaan ini
terjadi sebab berbagai alasan, termasuk di dalamnya yaitu keterlambatan dalam
mengenali adanya masalah, ketakutan pada rumah sakit atau ketakutan terhadap biaya
yang akan dibebankan di sana, atau sebab tidak adanya pengambil keputusan,
misalnya keputusan untuk mencari pertolongan pada tenaga kesehatan harus
menunggu suami atau orang tua yang sedang tidak ada di tempat. Keterlambatan
kedua terjadi sesudah keputusan untuk mencari perawatan kesehatan diambil.
Keterlambatan ini terjadi akibat keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan
dan pada umumnya terjadi akibat kesulitan transportasi. Beberapa desa memiliki
pilihan transportasi yang sangat terbatas dan fasilitas jalan yang buruk. Kendala
geografis di lapangan memicu banyak rumah sakit rujukan tidak dapat dicapai
dalam waktu dua jam, yaitu merupakan waktu maksimal yang diperlukan untuk
menyelamatkan ibu dengan perdarahan dari jalan lahir. Keterlambatan ketiga yaitu
keterlambatan dalam memperoleh perawatan di fasilitas kesehatan. Seringkali para
ibu harus menunggu selama beberapa jam di pusat kesehatan rujukan sebab
manajemen staf yang buruk, kebijakan pembayaran kesehatan di muka, atau kesulitan
dalam memperoleh darah untuk keperluan transfusi, kurangnya peralatan dan juga
kekurangan obat – obatan yang penting, atau ruangan untuk operasi. Pelaksanaan
sistem pelayanan kebidanan yang baik didasarkan pada regionalisasi pelayanan
perinatal, dimana ibu hamil harus mempunyai kesempatan pelayanan operatif dalam
waktu tidak lebih dari satu jam dan bayi harus dapat segera dilahirkan.
Ketersediaan informasi, baik penyuluhan maupun konseling penting diberikan
agar ibu – ibu mengetahui bahaya yang dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, serta usaha menghindari masalah itu. Keterlambatan dalam mengambil
keputusan untuk dirujuk pada saat terjadinya komplikasi obstetrik sering dipicu
oleh sebab keterlambatan dalam mengenali risiko atau bahaya, sehingga berakibat
keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan rujukan dan keterlambatan dalam
memperoleh pertolongan medis di rumah sakit. Namun diidentifikasi masih
kurangnya informasi dan konseling dari tenaga kesehatan kepada ibu. Kebanyakan
petugas menitikberatkan pada pemberian informasi / penyuluhan, akan namun kurang
melakukan konseling untuk membantu ibu memecahkan masalah. Hal ini dipicu
petugas pada umumnya merasa kurang memiliki waktu untuk melakukan konseling
sebab banyaknya ibu hamil yang dilayani. Selain itu pemberdayaan sarana
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kesehatan ibu masih sangat kurang,
desa – desa terpencil belum mengenal radio dan televisi.
d. Perilaku pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi perilaku
pemakaian alat kontrasepsi, dimana ibu yang mengikuti program keluarga berencana
(KB) akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber KB,
perilaku pemeriksaan antenatal, dimana ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal
secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya, penolong
persalinan, dimana ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk
mengalami kematian dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga
kesehatan, serta tempat persalinan, dimana persalinan yang dilakukan di rumah akan
menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat bila
sewaktu – waktu dibutuhkan.)
Program KB berpotensi menyelamatkan kehidupan ibu, yaitu dengan cara
memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari kehamilan pada usia tertentu atau jumlah persalinan yang
membawa bahaya tambahan, dan dengan cara menurunkan tingkat kesuburan secara
umum, yaitu dengan mengurangi jumlah kehamilan. Di samping itu, program KB
dapat mengurangi jumlah kehamilan yang tidak diinginkan sehingga mengurangi
praktik pengguguran yang ilegal, berikut kematian yang ditimbulkannya.
Pemeriksaan antenatal yaitu pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janinnya secara berkala, yang diikuti dengan usaha
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pemeriksaan antenatal dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu bidan,
dokter dan perawat yang sudah terlatih. Tujuannya yaitu untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat.
Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan sebelum 14 minggu), satu kali
selama trimester kedua (antara 14 sampai dengan 28 minggu), dan dua kali selama
trimester ketiga (antara minggu 28 s/d 36 minggu dan sesudah 36 minggu).
Pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar ‘5 T’ yang meliputi 1) timbang berat
badan, 2) ukur tekanan darah, 3) ukur tinggi fundus uteri, 4) pemberian imunisasi
tetanus toksoid, dan 5) pemberian tablet tambah darah 90 tablet selama hamil.75) Hasil
SKRT 2001 menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil yang pernah melakukan
pemeriksaan antenatal yaitu sekitar 81%. Dilihat dari frekuensinya, mereka yang
melakukan pemeriksaan antenatal > 3 kali lebih banyak di perkotaan (71%)
dibandingkan di pedesaan (39%). Masih banyak ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan antenatal sesuai pola minimal 1 – 1 – 2, yaitu di Jawa sebesar 51%, di
luar Jawa sebesar 67%.4)
Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat persalinan berlangsung.
Untuk itu diperlukan tenaga profesional yang dapat secara cepat mengenali adanya
komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan sekaligus melakukan penanganan
tepat waktu untuk menyelamatkan jiwa ibu. Angka kematian maternal akan dapat
diturunkan secara adekuat bila 15% kelahiran ditangani oleh dokter dan 85%
ditangani oleh bidan. Rasio ini paling efektif bila bidan dapat menangani persalinan
normal, dan dapat secara efektif merujuk 15% persalinan yang mengalami komplikasi
kepada dokter. Tenaga penolong persalinan yang terlatih merupakan salah satu teknik
yang paling penting dalam menurunkan angka kematian maternal di negara – negara
yang telah sukses menurunkan angka kematian maternal di negaranya. Meskipun
bukti telah menunjukkan bahwa penanganan persalinan oleh dokter, bidan dan
perawat merupakan faktor penting dalam menurunkan angka kematian maternal,
hanya 58% dari seluruh persalinan yang ditolong oleh tenaga yang terlatih. Di negara
– negara sedang berkembang, hanya 53% wanita melahirkan dengan pertolongan
tenaga kesehatan (bidan atau dokter) dan hanya 40% yang melahirkan di rumah sakit
atau pusat kesehatan, dan diperkirakan 15% wanita hamil ini akan mengalami
komplikasi yang mengancam kehidupan, yang membutuhkan pelayanan segera.1)
ada banyak faktor yang mendasari keadaan ini , antara lain yaitu
kurangnya tenaga yang terlatih dan kurang terdistribusinya tenaga – tenaga ini di
daerah – daerah.5)
Hasil SKRT 2001 menunjukkan bahwa pilihan penolong persalinan ke tenaga
kesehatan sebesar 72,9%, ibu yang meninggal di rumah sakit sebesar 44,4%,
puskesmas 2,8% dan meninggal di rumah sebesar 41,7%. Hasil Susenas 2001
memberi gambaran angka persalinan oleh dukun di Indonesia yaitu 38%.
Sebanyak 42% ibu – ibu di Papua menyatakan lebih memilih bersalin tidak dengan
tenaga kesehatan dengan alasan ibu merasa bahwa persalinan tidak perlu ke tenaga
kesehatan, kecuali bila merasa ada gangguan / kelainan dengan kesehatannya.4)
ada hubungan yang signifikan antara tempat persalinan dengan kematian
maternal, dimana semakin tinggi proporsi ibu melahirkan di fasilitas non fasilitas
kesehatan semakin tinggi risiko kematian maternal dan bayi. Persalinan di rumah
masih diminati oleh kelompok usia kurang dari 20 tahun (85%) dibandingkan
kelompok usia lain. Ibu di pedesaan masih banyak (80%) yang melahirkan di rumah
dibandingkan di perkotaan (48%). Proporsi ibu yang melakukan persalinan di rumah,
bukan di fasilitas kesehatan sebesar 70%.64)
3. Determinan jauh
Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi kematian
maternal, akan namun faktor sosio kultural, ekonomi, keagamaan dan faktor – faktor
lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam pelaksanaan intervensi
penanganan kematian maternal.)
Termasuk dalam determinan jauh yaitu status wanita dalam keluarga dan
masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, dimana wanita yang berpendidikan
tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan
wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah, memicu kurangnya pengertian
mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun bayinya terutama dalam
hal kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan. Ibu – ibu terutama di daerah
pedesaan atau daerah terpencil dengan pendidikan rendah, tingkat independensinya
untuk mengambil keputusanpun rendah. Pengambilan keputusan masih Berdasar
pada budaya ‘berunding’ yang berakibat pada keterlambatan merujuk. Rendahnya
pengetahuan ibu dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya pada kehamilan
mendasari pemanfaatan sistem rujukan yang masih kurang.) Juga ditemukan bahwa
faktor yang berpengaruh paling penting dalam perilaku mencari pelayanan kesehatan
antenatal yaitu pendidikan. Lebih dari 90% wanita yang berpendidikan minimal
sekolah dasar telah mencari pelayanan kesehatan antenatal.
Pekerjaan ibu, dimana keadaan hamil tidak berarti mengubah pola aktivitas
bekerja ibu hamil sehari – hari. Hal ini terkait dengan keadaan ekonomi
keluarga, pengetahuan ibu sendiri yang kurang, atau faktor kebiasaan setempat. Di
Sumatera Selatan pada umumnya ibu hamil masih membantu suaminya bekerja di
sawah, ladang, kebun karet atau berdagang. Istri bahkan menjadi tumpuan
penghasilan keluarga jika suami terbatas secara fisik. Laporan statistik sering
menempatkan pekerjaan hanya sebatas pekerjaan formal. Misalnya dilaporkan
sebanyak 63% ibu – ibu di Papua tidak bekerja, padahal pada kenyataannya mereka
secara fisik bekerja lebih keras dibandingkan suami. Konsep bekerja khususnya yang
berkaitan dengan kesehatan perlu diartikan lebih luas bukan hanya terbatas pada
konsep mendapat gaji saja.
Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat pada usaha
kesehatan. Kematian maternal sering terjadi pada kelompok miskin, tidak
berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki kemampuan
untuk memperjuangkan kehidupannya sendiri.4) Wanita – wanita dari keluarga
dengan pendapatan rendah (kurang dari US$ 1 perhari) memiliki risiko kurang lebih
300 kali untuk menderita kesakitan dan kematian maternal bila dibandingkan dengan
mereka yang memiliki pendapatan yang lebih baik.7,3
2.4 usaha Menurunkan Angka Kematian Maternal
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menekan angka kematian maternal. Pada
tahun 1987, untuk pertama kalinya di tingkat internasional diadakan Konferensi tentang
Kematian Ibu di Nairobi, Kenya. Kemudian pada tahun 1990 dilakukan World Summit
for Children di New York, Amerika Serikat, yang menghasilkan tujuh tujuan utama,
diantaranya yaitu menurunkan angka kematian maternal menjadi separuh pada tahun
2000. Tahun 1994 diadakan International Conference on Population and Development
(ICPD) di Kairo Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi pria
dan wanita sangat vital dalam pembangunan sosial dan pengembangan sumber daya
manusia. Di dalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berusaha agar setiap ibu
hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Tahun 1995 di
Beijing, Cina diadakan Fourth World Conference on Women, kemudian pada tahun 1997
di Colombo, Sri Lanka diselenggarakan Safe Motherhood Technical Consultation, yang
menekankan perlu dipercepatnya penurunan angka kematian maternal pada tahun 2000.
Konferensi yang terakhir, yaitu The Millenium Summit in 2000, dimana semua anggota
PBB berkomitmen pada Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan tiga
perempat angka kematian maternal pada tahun 2015) Keinginan untuk mencapai
target untuk menurunkan angka kematian maternal menjadi tiga perempat (75%) pada
tahun 2015 dilakukan sebab kesakitan maternal memberi kontribusi terbesar bagi
kesakitan yang menimpa wanita, terutama di negara – negara berkembang, dan sebab
intervensi yang dibutuhkan tidak membutuhkan biaya besar (kurang lebih 3 – 230 dolar
untuk setiap kematian maternal).
WHO pada tahun 1999 memprakarsai program Making Pregnancy Safer (MPS),
untuk mendukung negara – negara anggota dalam usaha untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan maternal akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. MPS
merupakan komponen dari prakarsa Safe Motherhood yang dicanangkan pada tahun 1987
oleh WHO untuk menurunkan kematian maternal. Pada dasarnya, MPS meminta
perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk menempatkan safe
motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan
internasional; menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal; mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah
disusun; memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga
berencana, aborsi legal; meningkatkan usaha kesehatan promotif dalam kesehatan
maternal dan neonatal serta pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan
lingkungannya; memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal.
Intervensi strategis dalam usaha safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar
safe motherhood, yaitu :
a. Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang / pasangan memiliki akses
ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk
kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada
kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu kehamilan yang masuk dalam kategori “
terlalu” (terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan
terlalu banyak anak).
b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai.
c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberi pertolongan yang aman dan
bersih, serta memberi pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
d. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi
dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam usaha mempercepat penurunan angka
kematian maternal pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis ‘empat pilar safe
motherhood’. Mengingat kira – kira 90% kematian maternal terjadi di sekitar persalinan
dan kira – kira 95% pemicu kematian ibu yaitu komplikasi obstetri yang sering tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan Depkes untuk mempercepat
penurunan angka kematian maternal yaitu mengusaha kan agar : 1) setiap persalinan
ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin
kepada semua ibu hamil. Dalam pelaksanaan operasional, sejak tahun 1994 diterapkan
strategi sebagai berikut :
a. Penggerakan tim di tingkat Kabupaten (dinas kesehatan dan seluruh jajarannya
sampai ke tingkat kecamatan dan desa, RS Kabupaten dan pihak terkait) dalam usaha
mempercepat penurunan angka kematian maternal sesuai dengan peran masing –
masing.
b. Pembinaan daerah yang intensif di setiap kabupaten, sehingga pada akhir pelita VII
diharapkan :
- Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 80% atau lebih.
- Cakupan penanganan masalah obstetri (risiko tinggi dan komplikasi obstetri)
minimal meliputi 10% seluruh persalinan.
- Bidan mampu memberi pertolongan pertama pada kegawatdaruratam obstetri
neonatal dan puskesmas sanggup memberi pelayanan obstetri – neonatal
esensial dasar (PONED), yang didukung RS Kabupaten sebagai fasilitas rujukan
utama yang mampu menyediakan pelayanan obstetri – neonatal esensial
komprehensif (PONEK) 24 jam; sehingga tercipta jaringan pelayanan obstetri
yang mantap dengan bidan desa sebagai ujung tombaknya.
c. Penerapan kendali mutu layanan kesehatan ibu, antara lain melalui penetapan standar
pelayanan, prosedur tetap, penilaian kinerja, pelatiahan klinis dan kegiatan audit
maternal perinatal.
d. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mendukung usaha
percepatan penurunan angka kematian maternal.
e. Pemantapan keikutsertaan masyarakat dalam berbagai kegiatan pendukung untuk
mempercepat penurunan angka kematian maternal.30)
Beberapa bentuk intervensi yang berkaitan dengan program Safe Motherhood
dilaksanakan secara bersama – sama antara sektor kesehatan dengan sektor terkait, antara
lain melalui program Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan Gerakan Reproduksi Keluarga
Sejahtera (GRKS).42)
GSI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama
dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan, terutama
mempercepat penurunan angka kematian maternal sebab hamil, melahirkan dan nifas
serta penurunan angka kematian bayi. Dalam pelaksanaan operasionalnya, GSI
melakukan promosi kegiatan yang berkaitan dengan Kecamatan Sayang Ibu dan Rumah
Sakit Sayang Ibu, untuk mencegah tiga jenis keterlambatan, yaitu :
1. Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan untuk segera mencari pertolongan.
2. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberi pertolongan yang
dibutuhkan.
Kegiatan yang berkaitan dengan kecamatan sayang ibu berusaha untuk mencegah
keterlambatan pertama dan kedua, sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan rumah
sakit sayang ibu berusaha mencegah keterlambatan ketiga.
GRKS merupakan kegiatan yang dirintis oleh BKKBN, yang pada dasarnya
merupakan usaha promotif untuk mendukung terciptanya keluarga yang sadar akan
pentingnya kesehatan reproduksi. Di antara masalah reproduksi yang dikemukakan
yaitu masalah kematian ibu, sebab itu promosi yang dilakukan juga merupakan
promosi untuk kesejahteraan ibu.l)
Berdasar uraian dalam tinjauan pustaka, maka disusun kerangka teori
mengenai faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal yang bersumber
dari kerangka analisa faktor – faktor risiko kematian maternal dari James McCarthy dan
Deborah Maine, sebagai berikut :
Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi faktor –
faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Faktor yang terjadi
selama kehamilan, merupakan determinan dekat yang meliputi kejadian kehamilan,
dimana wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas, seperti komplikasi perdarahan, preeklamsia / eklamsia, infeksi,
partus lama, dan ruptura uterus akan berpengaruh terhadap terjadinya kematian maternal.
Determinan antara yang meliputi status kesehatan ibu (status gizi, riwayat
penyakit, riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya, riwayat persalinan
sebelumnya), status reproduksi (usia, paritas, jarak kehamilan, status perkawinan), akses
ke pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan : KB, pelayanan antenatal,
pelayanan obstetri emergensi, jangkauan pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan,
akses informasi tentang pelayanan kesehatan), perilaku kesehatan (perilaku KB,
pemeriksaan antenatal, penolong persalinan, tempat persalinan, pelaksanaan aborsi yang
tidak aman, pemakaian fasilitas kesehatan ketika terjadi masalah kesehatan) secara
langsung mempengaruhi kehamilan, dimana wanita hamil memiliki risiko untuk
terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan yang akhirnya akan berpengaruh
terhadap terjadinya kematian maternal.
Determinan jauh yang meliputi status wanita dalam keluarga dan masyarakat
(pendidikan, pekerjaan, pendapatan), status keluarga dalam masyarakat (pendapatan
keluarga, tempat tinggal, pendidikan anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga) dan
status masyarakat (kesejahteraan, sumber daya di masyarakat) secara langsung
mempengaruhi determinan antara dan secara tidak langsung mempengaruhi determinan
dekat.
Kerangka konsep dalam riset ini menggambarkan variabel – variabel yang
akan diukur atau diamati selama riset . Tidak semua variabel dalam kerangka teori
dimasukkan ke dalam kerangka konsep, sebab keterbatasan peneliti dalam masalah dana,
tenaga, dan waktu.
Variabel yang akan diteliti pada determinan dekat yaitu komplikasi kehamilan,
komplikasi persalinan, dan komplikasi nifas. Variabel yang akan diteliti pada determinan
antara yaitu usia ibu, paritas, jarak kehamilan, riwayat penyakit ibu, riwayat komplikasi
pada kehamilan sebelumnya, riwayat persalinan sebelumnya, status gizi, anemia,
pemeriksaan antenatal, pemanfaatan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi, penolong
pertama persalinan, cara persalinan, tempat persalinan, riwayat KB, pelaksanaan rujukan
saat terjadi komplikasi, keterlambatan rujukan. Variabel yang akan diteliti pada
determinan jauh yaitu tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, jumlah pendapatan
keluarga, wilayah tempat tinggal.
Hipotesis riset
Hipotesis Mayor
Faktor – faktor risiko yang terdiri dari determinan dekat, determinan antara dan
determinan jauh secara sendiri – sendiri atau bersama – sama mempengaruhi
kematian maternal.
Hipotesis Minor
a. Determinan dekat yaitu :
- Adanya komplikasi kehamilan mempengaruhi kematian maternal
- Adanya komplikasi persalinan mempengaruhi kematian maternal
- Adanya komplikasi nifas mempengaruhi kematian maternal
b. Determinan antara yaitu :
- Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun mempengaruhi kematian maternal
- Paritas ≤1 atau paritas > 4 mempengaruhi kematian maternal
- Jarak kehamilan < 2 tahun mempengaruhi kematian maternal
- Adanya riwayat penyakit ibu mempengaruhi kematian maternal
- Adanya riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya mempengaruhi
kematian maternal
- Riwayat persalinan jelek berpengaruh terhadap kematian maternal
- Status gizi ibu saat hamil mengalami KEK mempengaruhi kematian maternal
- Anemia ibu saat hamil mempengaruhi kematian maternal
- Pemeriksaan antenatal tidak baik mempengaruhi kematian maternal
- Tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi
mempengaruhi kematian maternal
- Penolong pertama persalinan bukan tenaga kesehatan mempengaruhi
kematian maternal
- Cara persalinan dengan tindakan mempengaruhi kematian maternal
- Tempat persalinan bukan di tempat pelayanan kesehatan mempengaruhi
kematian maternal
- Tidak pernah KB berpengaruh terhadap kematian maternal
- Tidak melaksanakan rujukan saat terjadi komplikasi mempengaruhi kematian
maternal
- Keterlambatan rujukan mempengaruhi kematian maternal
c. Determinan jauh yaitu :
- Tingkat pendidikan ibu < SLTP mempengaruhi kematian maternal
- Status ibu bekerja mempengaruhi kematian maternal
- Jumlah pendapatan keluarga < UMR mempengaruhi kematian maternal
- Wilayah tempat tinggal di pedesaan mempengaruhi kematian maternal
Jenis riset yang digunakan yaitu riset observasional analitik,
dengan rancangan atau desain studi masalah kontrol (case control study) yaitu studi
yang mempelajari hubungan antara faktor riset / paparan dan penyakit
dengan cara membandingkan antara kelompok masalah dan kelompok kontrol
Berdasar status paparannya. Subjek riset dipilih Berdasar status
penyakit / out come, kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek mempunyai
riwayat terpapar faktor riset atau tidak.68,6 Selain itu, dilakukan pula kajian
secara kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indepth interview)
terhadap responden masalah kematian maternal untuk melengkapi informasi
mengenai kronologi terjadinya kematian maternal, serta wawancara pada pihak
rumah sakit, dinas kesehatan dan bidan desa mengenai usaha pelayanan kesehatan
maternal yang dilakukan di kabupaten Cilacap dalam rangka menurunkan angka
kematian maternal.
Studi masalah kontrol dilakukan dengan mengidentifikasi kelompok masalah
(kematian maternal) dan kelompok kontrol (ibu pasca persalinan yang hidup),
kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor – faktor
risiko yang mungkin dapat menerangkan apakah masalah dan kontrol terkena
paparan atau tidak. Rancangan riset masalah kontrol ini yaitu sebagai
berikut:
Variabel riset
1. Variabel Terikat : kematian maternal
2. Variabel Bebas :
a. Komplikasi kehamilan
b. Komplikasi persalinan
c. Komplikasi nifas
d. Usia Ibu
e. Paritas
f. Jarak kehamilan
g. Riwayat Penyakit Ibu
h. Riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya
i. Riwayat persalinan sebelumnya
j. Status gizi ibu saat hamil
k. Status anemia
l. Pemeriksaan antenatal
m. Pemanfaatan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi
n. Penolong pertama persalinan
o. Cara persalinan
p. Tempat persalinan
q. Riwayat KB
r. Pelaksanaan rujukan saat terjadi komplikasi
s. Keterlambatan rujukan
t. Tingkat pendidikan ibu
u. Status pekerjaan ibu
v. Jumlah pendapatan keluarga
w. Wilayah tempat tinggal
3.3 Definisi Operasional
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner, data
pada register kohort ibu hamil / data pada KMS ibu
hamil, dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian
maternal bila ada komplikasi pada kehamilannya. l
Komplikasi
persalinan
yaitu komplikasi yang terjadi selama proses
persalinan berupa perdarahan, partus lama, infeksi,
preeklamsia/ eklamsia, syok, kelainan plasenta,
kelainan letak yang terjadi menjelang atau pada saat
persalinan.
Data diperoleh Berdasar wawancara, catatan
persalinan, dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian
maternal bila ada komplikasi persalinan.
Nominal
(1) ada
(2) tidak ada
Komplikasi nifas yaitu komplikasi yang terjadi dalam waktu 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan, berupa infeksi nifas,
preeklamsia/ eklamsia, perdarahan pada masa nifas.
Data diperoleh Berdasar wawancara, catatan
persalinan, dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian
maternal bila ada komplikasi nifas.
Nominal
(1) ada
(2) tidak ada
Usia Ibu yaitu usia ibu saat kehamilan terakhir yang diperoleh
dari wawancara dengan kuesioner, catatan medis,
dokumen otopsi verbal. Usia dihitung dalam tahun
Berdasar ulang tahun terakhir.
Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian
maternal bila ibu berusia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun
Rasio
Paritas yaitu jumlah persalinan yang pernah dialami ibu.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner,
catatan medis dan dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko pada paritas ≤ 1 (belum pernah/ baru
melahirkan pertama kali) atau paritas lebih dari empat.
Rasio
Jarak kehamilan yaitu rentang waktu antara kehamilan sebelumnya
dengan kehamilan terakhir.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner,
catatan medis.
Ibu hamil berisiko bila jarak kehamilan kurang dari dua
tahun.
Rasio
Riwayat Penyakit
Ibu
yaitu riwayat penyakit yang diderita ibu sebelum atau
selama kehamilan terakhir yang akan memberi
pengaruh pada kehamilan atau akan diperberat oleh
kehamilan ini , seperti penyakit hipertensi,
penyakit jantung, asma, diabetes melitus, penyakit
infeksi seperti TBC, malaria.
Data diperoleh dari catatan medik dan wawancara
dengan kuesioner.
Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian
maternal bila ada riwayat penyakit.
Nominal
(1) memiliki riwayat
penyakit
(2) tidak memiliki
riwayat penyakit
Riwayat
komplikasi pada
kehamilan
sebelumnya
yaitu adanya riwayat komplikasi kehamilan pada
kehamilan terdahulu, seperti perdarahan, infeksi,
preeklamsia / eklamsia.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan
catatan medik.
Ibu hamil berisiko bila ada riwayat komplikasi
Nominal
(1) Ada komplikasi
(2) Tidak ada
komplikasi
pada kehamilan sebelumnya
Riwayat
persalinan
sebelumnya
yaitu riwayat semua persalinan yang dialami ibu pada
kehamilan sebelumnya, berupa persalinan normal atau
dengan tindakan. Riwayat persalinan baik, bila pernah
partus normal dan riwayat persalinan jelek bila tidak
pernah partus normal.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan
catatan medik.
Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian
maternal bila riwayat persalinan jelek.
Nominal
(1) Jelek
(2) Baik
Status gizi ibu
saat hamil
yaitu keadaan gizi ibu sewaktu hamil yang diukur
Berdasar ukuran lingkar lengan atas (LILA).
Data diperoleh dari KMS ibu hamil atau register kohort
ibu hamil.
Ibu hamil berisiko bila LILA < 23,5 cm (menderita
KEK).
Nominal
(1) KEK
(2) Tidak KEK
Status anemia yaitu kadar hemoglobin (Hb) ibu pada saat hamil <
11 gram/ dl.
Data diperoleh dari catatan KMS ibu hamil, register
kohort ibu hamil.
Ibu hamil berisiko bila menderita anemia pada saat
kehamilan.
Nominal
(1) Anemia
(2) Tidak anemia
Pemeriksaaan
antenatal
yaitu pemeriksaan yang dilakukan pada ibu selama
masa kehamilan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Data diperoleh dari KMS ibu hamil, register kohort ibu
hamil dan wawancara dengan kuesioner.
Pemeriksaan antenatal disebut baik bila ibu hamil
memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dengan
standar 5 T oleh tenaga kesehatan. Sebaliknya bila
salah satu atau lebih tidak dilakukan maka pemeriksaan
antenatal disebut tidak baik.
Nominal
(1) Tidak baik
(2) Baik
Pemanfaatan
fasilitas kesehatan
saat terjadi
komplikasi
yaitu pemakaian sarana kesehatan oleh ibu pada saat
terjadi komplikasi selama masa kehamilan, persalinan
atau nifas, baik akibat komplikasi obstetri langsung
maupun komplikasi tidak langsung.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner,
catatan medik, dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko bila tidak menggunakan fasilitas
kesehatan saat terjadi komplikasi obstetri.
Nominal
(1) Tidak Memanfaatkan
(2) Memanfaatkan
Penolong pertama
persalinan
yaitu orang yang pertama kali memberi
pertolongan pada saat ibu melahirkan.
Ibu hamil berisiko bila pada saat persalinan ditolong
oleh bukan tenaga kesehatan, misal dukun bayi,
anggota keluarga, atau bersalin sendiri.
Nominal
(1) Bukan tenaga kesehatan
(2) Tenaga kesehatan
Cara persalinan yaitu cara ibu melahirkan pada saat persalinan
terakhir, yaitu persalinan spontan atau persalinan
dengan tindakan.
Data diperoleh dari wawancara, dokumen otopsi verbal
dan catatan medik
Ibu hamil berisiko untuk mengalami kematian maternal
bila persalinan dilakukan dengan tindakan.
Nominal
(1) Tindakan
(2) Spontan
Tempat persalinan yaitu tempat dimana ibu hamil melakukan persalinan,
yaitu di tempat pelayanan kesehatan atau bukan tempat
Nominal
(1) Bukan tempat
pelayanan kesehatan.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan
dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko bila persalinan dilakukan di bukan
tempat pelayanan kesehatan, misal di rumah atau
rumah dukun.
pelayanan kesehatan
(2) Tempat pelayanan
kesehatan
Riwayat KB Riwayat pemakaian metode kontrasepsi (KB)
sebelumnya
Data diperoleh dari wawancara, catatan medik.
Ibu hamil berisiko bila tidak pernah menggunakan
metode kontrasepsi (KB).
Nominal
(1) Tidak pernah
menggunakan alat
kontrasepsi.
(2) Pernah
Pelaksanaan
rujukan saat
terjadi komplikasi
yaitu pemindahan ibu hamil, bersalin atau nifas ke
tempat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap
peralatan, dengan tenaga penolong yang lebih ahli.
Tempat rujukan yaitu rumah sakit dan sebab merujuk
sebab ada masalah medik / komplikasi pada saat
kehamilan, proses persalinan atau nifas.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan
dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko mengalami kematian maternal bila
saat terjadi komplikasi tidak dirujuk.
Nominal
(1) Tidak dirujuk
(2) Dirujuk
Keterlambatan
rujukan
yaitu keterlambatan pemindahan ibu bersalin pada
saat terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan
atau nifas, ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap peralatan, dengan tenaga penolong yang lebih
ahli. Tempat rujukan yaitu rumah sakit dan sebab
merujuk sebab ada masalah medik / komplikasi
pada saat kehamilan, persalinan atau nifas.
Data diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan
dokumen otopsi verbal.
Ibu hamil berisiko mengalami kematian maternal bila
dalam pelaksanaan rujukan mengalami setidaknya salah
satu dari tiga keterlambatan, yaitu keterlambatan dalam
pengambilan keputusan untuk dirujuk, keterlambatan
dalam mencapai tempat rujukan dan keterlambatan
memperoleh pelayanan di tempat pelayanan kesehatan
rujukan.
- Keterlambatan pengambilan keputusan untuk
dirujuk :
Disebut terlambat bila keputusan untuk dirujuk
diambil dalam waktu > 30 menit.
- Keterlambatan mencapai tempat rujukan :
Disebut terlambat bila waktu yang diperlukan untuk
mencapai tempat pelayanan kesehatan rujukan > 2 jam.
- Keterlambatan memperoleh pelayanan di tempat
pelayanan kesehatan rujukan :
Disebut terlambat bila sesudah penderita tiba di
tempat pelayanan kesehatan rujukan, penderita baru
memperoleh pelayanan sesudah > 30 menit.
Nominal
(1) Terlambat
(2) Tidak terlambat
Pendidikan ibu Pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani ibu
sampai saat persalinan terakhir.
Data diperoleh dengan wawancara dengan kuesioner.
Ibu hamil berisiko bila memiliki pendidikan formal
kurang dari 9 tahun atau tidak pernah menempuh
pendidikan formal sama sekali.
Rasio
Status pekerjaan
ibu
yaitu kegiatan yang dilakukan selain sebagai ibu
rumah tangga dalam kurun waktu kehamilan sampai
persalinan.
Data diperoleh dengan wawancara dengan kuesioner.
Ibu hamil berisiko tinggi bila selain sebagai ibu rumah
tangga, ibu juga bekerja di luar rumah, yang
memerlukan beban tenaga atau pikiran selama masa
kehamilan.
Nominal
(1) Bekerja
(2) Tidak bekerja
Jumlah
pendapatan
keluarga
yaitu banyaknya penghasilan setiap bulan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga inti yang diukur dengan
satuan rupiah.
Data diperoleh dengan wawancara dengan kuesioner.
Ibu hamil berisiko bila jumlah pendapatan keluarga
berada di bawah rata – rata upah minimum regional
Rasio
Wilayah tempat
tinggal
Wilayah dimana ibu berdomisili, dibedakan menjadi
daerah pedesaan dan perkotaan.
Ibu hamil berisiko bila bertempat tinggal di daerah
pedesaan.
Nominal
(1) Desa
(2) Kota
3.4 Populasi dan Sampel riset
3.4.1 Populasi riset
Populasi riset terdiri dari populasi masalah dan populasi kontrol, yang
selanjutnya akan diambil sebagai sampel riset .
1. Populasi masalah , terdiri dari :
a. Populasi referen : semua ibu yang mengalami kematian maternal di kabupaten
Cilacap.
b. Populasi studi : semua ibu yang mengalami kematian maternal di kabupaten
Cilacap selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dan tercatat dalam data
kematian maternal di Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.
c. Kriteria inklusi masalah :
- masalah kematian maternal bertempat tinggal di wilayah kabupaten
Cilacap.
d. Kriteria eksklusi masalah :
- Responden masalah kematian maternal telah 3 kali didatangi tidak
berhasil ditemui atau tidak bersedia mengikuti riset .
2. Populasi kontrol, terdiri dari :
a. Populasi referen : semua ibu pasca persalinan di kabupaten Cilacap yang tidak
mengalami kematian maternal.
b. Populasi studi : semua ibu pasca persalinan di kabupaten Cilacap yang tidak
mengalami kematian maternal selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.
c. Kriteria inklusi kontrol :
- Ibu bersalin pada hari yang sama atau hampir bersamaan dengan
terjadinya masalah kematian maternal.
- Bertempat tinggal dan pada saat riset berada di wilayah
kabupaten Cilacap.
- Bersedia mengikuti riset .
d. Kriteria eksklussi kontrol :
- Telah pind3ah dari kabupaten Cilacap.
- Telah 3 kali didatangi untuk diwawancarai namun tidak berhasil
ditemui.
Sampel riset
1. Besar Sampel
Besar sampel dalam riset ini dihitung dengan menggunakan rumus dari
Lemeshow ):
{Z1-α √(2P2*(1- P2)} + Z1-β √(P1*(1-P1) + P2 *(1-P2)}2
n =
(P1 * - P2 *)2
P1* = (OR) P2*
(OR) P2* + (1-P2*)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
P1∗ = Proporsi pemaparan pada kelompok masalah
P2∗ = Proporsi pemaparan pada kelompok kontrol
Besar sampel dalam riset ini dihitung Berdasar uji hipotesis satu arah,
dengan tingkat kemaknaan (Z1-α) 5% dan kekuatan (Z1-β) sebesar 80% dengan OR antara
2,5 – 50,69 Berdasar perhitungan OR serta proporsi pemaparan pada kelompok
kontrol dari riset – riset terdahulu sebagai berikut :
Variabel lain seperti riwayat penyakit ibu, riwayat komplikasi pada kehamilan
sebelumnya, riwayat persalinan, status gizi, pemanfaatan fasilitas kesehatan saat
terjadi komplikasi, tempat persalinan, riwayat KB, status pekerjaan, jumlah
pendapatan, dan wilayah tempat tinggal belum didapatkan referensi besarnya nilai
OR, sehingga bila dilakukan prediksi nilai OR minimal yaitu 2,0 akan diperoleh
sampel sebesar 52. riset ini menggunakan perbandingan kelompok masalah dan
kelompok kontrol 1 : 1, maka jumlah masalah dan kontrol secara keseluruhan sebesar
104 sampel.
2. Sampel masalah : masalah kematian maternal yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi masalah .
3. Cara pengambilan sampel masalah : sampel masalah diambil dari data kematian
maternal yang ada di dinas kesehatan kabupaten Cilacap, sebanyak 52 masalah
kematian maternal terbaru yang terdekat tanggal kematiannya dengan tanggal
dimulainya riset , yaitu masalah kematian maternal dari tahun 2005 - 2007.
4. Sampel kontrol : ibu pasca persalinan yang tidak mengalami kematian maternal,
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol.
5. Cara pengambilan sampel kontrol : sampel kontrol diambil secara systematic
random sampling dari ibu pasca persalinan yang tidak mengalami kematian
maternal dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol. Sampel kontrol
diperoleh Berdasar data pada register kohort di puskesmas yang di wilayahnya
ada masalah kematian maternal.
Responden riset
1. Responden riset pada masalah kematian maternal :
sebab masalah yaitu kematian maternal, maka yang menjadi responden riset
yaitu keluarga dari ibu yang meninggal (suami, orangtua, saudara kandung, mertua, atau
famili lain), yang mengetahui kronologi (riwayat perjalanan masalah ) sampai dengan
meninggal.
2. Responden riset dalam kajian kualitatif mengenai usaha penurunan angka
kematian maternal di kabupaten Cilacap yaitu kepala Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Cilacap, kepala dinas kesehatan Kabupaten Cilacap atau Kasubdin Kesehatan
Keluarga, dan bidan desa di kabupaten Cilacap (responden bidan desa diambil dari bidan
desa yang di tempat tugasnya ada masalah kematian maternal).
Alat riset
Alat Ukur
Jenis alat ukur yang digunakan pada riset ini yaitu :
- Dokumen otopsi verbal, KMS ibu hamil, catatan medik persalinan, register
kohort ibu hamil, catatan kematian maternal.
- Kuesioner untuk mengumpulkan data dari subjek riset berupa informasi
mengenai variabel bebas dari riset dan kuesioner terbuka sebagai
panduan dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara mendalam.
Pengumpulan Data
- Data Primer
Data dikumpulkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.
- Data Sekunder
Data yang dikumpulkan dari catatan kematian maternal, KMS ibu hamil,
register kohort ibu hamil, catatan persalinan, dan dokumen otopsi verbal.
3.5.3 Cara Kerja riset
- Data mengenai masalah kematian maternal didapatkan dari data kematian
maternal yang ada di dinas kesehatan kabupaten Cilacap, sedangkan data
sampel kontrol diperoleh dari puskesmas yang di wilayah kerjanya ada
masalah kematian maternal.
- Data dari variabel – variabel yang akan diteliti bersumber dari pengukuran
yang dilakukan oleh petugas yang telah dilatih terlebih dahulu dan akan
disupervisi oleh peneliti.
- Responden dari kelompok masalah diwawancarai dengan menggunakan
kuesioner. Oleh sebab masalah yaitu kematian maternal maka wawancara
dilakukan pada keluarga ibu yang meninggal, yang mengetahui riwayat
perjalanan masalah sampai dengan meninggal, dengan dipandu oleh
pewawancara yang telah dilatih sebelumnya. Kegiatan yang sama juga
dilakukan pada responden dari kelompok kontrol, yaitu pada kelompok
kontrol juga dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang sama
dengan masalah .
- Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview)
terhadap responden masalah kematian maternal untuk mengetahui kronologi
terjadinya kematian maternal, serta wawancara kepada kepala rumah sakit,
kepala dinas kesehatan atau kasubdin kesga dan bidan desa untuk mengetahui
usaha pelayanan kesehatan maternal yang dilakukan dalam rangka
menurunkan angka kematian maternal di kabupaten Cilacap.
- sesudah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data
secara univariat, bivariat maupun multivariat Berdasar pengaruh variabel –
variabel yang diteliti, sedangkan data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi
sebagai pendukung riset kuantitatif.
3.6 Pengolahan Data
Tahap – tahap pengolahan data :
1. Cleaning
Data yang telah dikumpulkan dilakukan cleaning (pembersihan data) yaitu
sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa agar tidak ada
data yang tidak diperlukan dalam analisa .
2. Editing
sesudah dilakukan cleaning kemudian dilakukan editing untuk memeriksa
kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data dapat
terjamin.
3. Coding
Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.
4. Entry Data
Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk proses analisa data.
analisa Data
analisa Kuantitatif
Data dianalisa dan diinterpretasikan dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis,
menggunakan program komputer SPSS for Windows Release 10.0 dengan tahapan
analisa sebagai berikut :
1. analisa Univariat
Data hasil riset dideskripsikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi, untuk
mengevaluasi besarnya proporsi dari masing – masing faktor risiko yang ditemukan pada
kelompok masalah dan kontrol untuk masing - masing variabel yang diteliti, dan untuk
melihat ada atau tidaknya perbedaan antara kedua kelompok riset . 71)
2. analisa Bivariat
analisa bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan
variabel terikat secara sendiri-sendiri. Uji statistika yang digunakan yaitu Chi Square
digunakan untuk data berskala nominal dengan nominal dengan menggunakan
Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α= 0,05). Uji statistik Chi Square digunakan
untuk menganalisa semua variabel yang diteliti. bila ada sel yang kosong maka
masing-masing sel ditambah angka satu. Untuk mengetahui estimasi risiko relatif
dihitung odds ratio (OR) dengan tabel 2 x 2 dan rumus sebagai berikut :68,69,72)
(OR) = {A/ (A+B) : B/ (A+B)} / {C/ (C+D) : D/ (C+D)}
= A/B : C/D= AD/BC
Keterangan : A= masalah yang mengalami paparan
B= masalah yang tidak terpapar
C= kontrol yang terpapar
D= kontrol yang tidak terpapar
3. analisa Multivariat
analisa multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh paparan secara
bersama-sama dari beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kematian
maternal. Uji yang digunakan yaitu regresi logistik. bila masing – masing variabel
bebas menunjukkan nilai p < 0,25, maka variabel ini dapat dilanjutkan ke dalam
model multivariat. analisa multivariat dilakukan untuk mendapatkan model yang
terbaik. Seluruh variabel kandidat dimasukkan bersama – sama untuk dipertimbangkan
menjadi model dengan hasil nilai p < 0,05. Variabel yang terpilih dimasukkan ke dalam
model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p
tertinggi.
analisa Kualitatif
analisa pada kajian kualitatif dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk
narasi yang meliputi kajian mengenai kronologi kejadian kematian maternal dan usaha
penurunan angka kematian maternal di Kabupaten Cilacap.
HASIL riset
Kabupaten Cilacap memiliki luas wilayah sekitar 225.360,840 Ha termasuk Pulau
Nusakambangan seluas 11.510,552 Ha atau sekitar 6,94 % dari luas Propinsi Jawa
Tengah, terletak antara garis 1080 4’ 30’’ – 1090 30’ 30’’ garis bujur timur dan 70 30’ – 70
45’ 20’’ garis lintang selatan. Batas sebelah barat yaitu Kabupaten Ciamis (Propinsi
Jawa Barat), sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Kebumen, sebelah utara oleh
Kabupaten Brebes dan Banyumas dan sebelah selatan oleh Samudera Indonesia.
Kabupaten Cilacap terbagi dalam 24 kecamatan dan 284 kelurahan / desa.
Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu Kecamatan Wanareja (luas wilayah
189,73 Km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Cilacap
Selatan (luas wilayah 9,11 Km2). Keadaan geografi bervariasi terdiri dari daerah pantai,
dataran rendah, dataran tinggi, rawa – rawa dan perkampungan di atas laut. Wilayah
tertinggi yaitu kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian 198 meter dari permukaan
laut dan wilayah terendah yaitu kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 meter
dari permukaan laut. Jarak terjauh dari barat ke timur sejauh 152 km yaitu dari
Dayeuhluhur ke Nusawungu, sedangkan dari utara ke selatan 35 km yaitu dari Cilacap ke
Sampang.
Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Cilacap sampai dengan akhir tahun 2005 sebanyak
1.717.273 jiwa, terdiri dari 859.278 jiwa penduduk laki – laki dan 857.995 jiwa penduduk
perempuan.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten
Cilacap tahun 2005
Jumlah Penduduk No. Kelompok Umur
(Tahun) Laki – laki Perempuan Jumlah
1. 0 – 4 64.543 63.600 128.143
2. 5 – 14 175.564 171.135 346.699
3. 15 – 44 416.135 417.088 833.223
4. 45 – 64 149.092 149.147 298.239
5. ≥ 65 53.944 57.025 110.969
Jumlah 859.278 857.995 1.717.273
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2005
Komposisi penduduk terbesar berada pada kelompok usia produktif (15 sampai 64
tahun) yaitu mencapai 65,89 persen jumlah penduduk dan sisanya yaitu kelompok usia
5 sampai 14 tahun yaitu sekitar 20,19 persen, kelompok usia di bawah 1 tahun sampai 4
tahun sebesar 7,46 persen dan kelompok usia lanjut sekitar 6,46 persen.
Kepadatan penduduk tahun 2005 sebesar 803,03 jiwa/km2. Penduduk yang
terpadat berada di Kecamatan Cilacap Tengah yaitu sebesar 9.175,30 jiwa/km2 dan yang
paling rendah kepadatannya yaitu Kecamatan Dayeuhluhur yaitu sebesar 258,37
jiwa/km2.
4.1.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Cilacap paling banyak yaitu SD
34,14%, dilanjutkan tidak / belum tamat SD 20,90% dan hanya 2,17% dengan pendidikan
diploma III dan perguruan tinggi. Penduduk perempuan memiliki tingkat pendidikan
yang cenderung lebih rendah dibandingkan penduduk laki – laki. Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Keadaan Pelayanan Kesehatan
Sarana Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Cilacap memiliki 35 puskesmas yang tersebar di 24 wilayah
kecamatan. ada 12 puskesmas rawat inap, 77 unit puskesmas pembantu dan 2.058
posyandu.
Jumlah rumah sakit ada 2 rumah sakit milik pemerintah dan 1 rumah sakit
milik BUMN. Peranan sektor swasta terlihat dengan adanya 2 rumah sakit swasta, 4
rumah sakit bersalin, 17 rumah bersalin, 77 unit balai pengobatan dan 182 bidan praktik
swasta.
Ketenagaan
Tenaga kesehatan yang bertugas di tingkat puskesmas terdiri dari 52 tenaga
dokter umum, 19 dokter gigi, 393 tenaga perawat, dan 357 tenaga bidan (bidan
puskesmas sebanyak 100 orang dan bidan desa sebanyak 257 orang). Tercatat adanya
1.192 dukun bayi di seluruh kabupaten Cilacap.
Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit terdiri dari 56 dokter spesialis, 41
dokter umum, 9 dokter gigi, 394 tenaga perawat, dan 67 tenaga bidan.
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu serta meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, maka pemerintah melakukan program penempatan bidan di desa
– desa (bidan desa). Jumlah keseluruhan bidan di Kabupaten Cilacap, baik yang ada di
puskesmas, rumah sakit dan sarana kesehatan lain tahun 2005 sebanyak 475 orang,
sehingga rasio bidan per 100.000 penduduk sebesar 27,66. Rasio ini masih jauh di bawah
target yaitu 100 per 100.000 penduduk.
4.1.4.3 Cakupan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Hasil kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak
selama tahun 2005 antara lain yaitu cakupan kunjungan pertama ibu hamil ke petugas
kesehatan (K1) sebesar 97,31%. Cakupan ini sudah lebih tinggi dibandingkan target K1
sebesar 95%. Untuk cakupan kunjungan pemeriksaan ibu hamil minimal 4 kali (K4)
sebesar 87,10%, masih kurang dari target seharusnya yaitu sebesar 90%. Cakupan
penjaringan ibu hamil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan sebesar 19,19%, masih kurang
dari target yang ditentukan yaitu sebesar 20%. Cakupan penjaringan ibu hamil risiko
tinggi oleh masyarakat sebesar 11,90%, masih kurang dari target yaitu sebesar 12%.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 89,96%, masih kurang
dari target yaitu sebesar 90%.
Angka kematian maternal di kabupaten Cilacap untuk tahun 2003 sebanyak 46
masalah atau 163 per 100.000 KH, tahun 2004 sebanyak 35 masalah atau 163 per 100.000 KH.
Sedangkan untuk tahun 2005 sebanyak 35 masalah atau 147 per 100.000 KH. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah kematian maternal di Kabupaten Cilacap selalu ada setiap
tahun dan angkanya masih cukup tinggi.
Deskripsi Subjek riset
Subjek riset pada kelompok masalah dalam riset ini yaitu ibu yang
mengalami kematian maternal pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 di kabupaten
Cilacap. Sesuai dengan perhitungan besar sampel minimal, jumlah sampel masalah
kematian maternal terdiri dari 52 masalah (masalah kematian maternal tahun 2005 sebanyak
10 orang, tahun 2006 sebanyak 38 orang, dan tahun 2007 sebanyak 4 orang) yang
tersebar di 23 wilayah puskesmas (18 kecamatan). Sedangkan sampel kontrol yaitu ibu
pasca persalinan yang tidak mengalami kematian maternal dengan jumlah yang sama
yaitu 52 kontrol. Sampel kontrol diambil dari puskesmas yang di wilayah kerjanya
ada masalah kematian maternal. Jadi jumlah sampel seluruhnya yaitu 104 orang.
Data primer pada masalah kematian maternal dikumpulkan dengan melakukan
wawancara dengan menggunakan kuesioner pada keluarga ibu yang meninggal. Pada
riset ini wawancara sebagian besar dilakukan pada suami ibu yang meninggal
(78,9%) dan sisanya (21,1%) dilakukan pada orangtua / mertua dan saudara yang
mengetahui kronologi kematian ibu. Data primer pada kontrol dikumpulkan dengan
melakukan wawancara pada ibu pasca persalinan yang memenuhi syarat sebagai kontrol
riset .
Data sekunder diambil dari catatan kematian maternal, data pada KMS ibu hamil,
catatan persalinan, register kohort ibu hamil dan dokumen otopsi verbal.
Deskripsi masalah Kematian Maternal
pemicu Kematian Maternal
Berdasar data dari hasil otopsi verbal dan hasil wawancara terhadap responden
pada masalah kematian maternal, diperoleh informasi mengenai pemicu kematian
maternal di Kabupaten Cilacap sebagai berikut :
Pola pemicu kematian maternal pada 52 masalah kematian maternal di Kabupaten
Cilacap memperlihatkan bahwa pemicu kematian maternal tertinggi yaitu perdarahan
(34,6%), disusul oleh penyakit yang memperburuk kondisi ibu (26,9%), preeklamsia /
eklamsia (23,1%), infeksi nifas (7,7%), syok saat induksi persalinan (1,9%), emboli air
ketuban (1,9%), abortus infeksiosus (1,9%) dan hiperemesis gravidarum yang mengalami
dehidrasi berat (1,9%). Kematian maternal di Kabupaten Cilacap sebagian besar terjadi
saat persalinan, dimana 32 masalah (61,5%) meninggal saat bersalin, diikuti dengan
kematian pada masa nifas yaitu 14 masalah (26,9%) dan kematian saat hamil sebesar 11,5%
(6 masalah ).
Wilayah Tempat Tinggal masalah Kematian Maternal
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa masalah kematian maternal tersebar di 18
wilayah kecamatan dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap. Untuk gambaran
yang lebih jelas dapat dilihat pada peta dalam lampiran 2.
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa pada masalah kematian maternal, sebagian
besar masalah meninggal di rumah sakit (73,1%), disusul dengan meninggal di rumah
(13,5%), puskesmas (7,7%) dan di perjalanan (5,7%).
Untuk mendapatkan gambaran tentang pelayanan kesehatan rujukan pada masalah
kematian maternal, dapat diketahui / diperkirakan dari lama waktu perawatan di rumah
sakit sebelum ibu – ibu ini meninggal. Menurut Depkes, lama waktu perawatan
untuk mengetahui gambaran tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit dibagi dalam 2
kelompok, yaitu < 48 jam atau > 48 jam sesudah masuk rumah sakit. Dari 38 masalah yang
meninggal di rumah sakit, ada 31 masalah (81,6%) yang meninggal dalam waktu < 48
jam sesudah masuk rumah sakit dan sisanya 7 masalah (18,4%) meninggal dalam waktu > 48
jam sesudah masuk rumah sakit. Proporsi masalah yang meninggal di rumah sakit sebagian
besar (81,6%) yaitu dalam waktu kurang dari 48 jam sesudah masuk rumah sakit.
Keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan ibu – ibu ini meninggal dalam
kondisi kesehatan yang sudah kurang baik sebelum dibawa ke rumah sakit atau dapat
juga dipicu oleh keterlambatan merujuk dan keterlambatan penanganan.
analisa Univariat
Distribusi masalah dan Kontrol Berdasar Tingkat Pendidikan
Tabel 4.6 Distribusi masalah dan Kontrol Berdasar Tingkat Pendidikan
masalah Kontrol No. Tingkat Pendidikan Ibu
N % N %
1. Tdk sekolah/ tdk tamat SD 1 1,9 0 0
2. Tamat SD 32 61,5 29 55,7
3. Tamat SLTP 8 15,5 17 32,7
4. Tamat SLTA 11 21,1 4 7,7
5. Tamat D3/ PT 0 0 2 3,9
Jumlah 52 100 52 100
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa pendidikan pada kelompok masalah
terbanyak yaitu tamat SD (61,5%), demikian juga pada kelompok kontrol (55,7%).
Distribusi masalah dan Kontrol Berdasar Status Pekerjaan
Tabel 4.7 Distribusi masalah dan Kontrol Berdasar Status Pekerjaan
masalah Kontrol No. Status Pekerjaan Ibu
N % N %
1. Wiraswasta 8 15,4 6 11,5
2. Buruh 3 5,8 1 1,9
3. Buruh tani 4 7,7 2 3,9
4. Pegawai 2 3,8 2 3,9
5. Tidak bekerja (ibu rumah tangga) 35 67,3 41 78,8
Jumlah 52 100 52 100
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu, baik pada kelompok
masalah maupun kelompok kontrol tidak bekerja yaitu pada kelompok masalah sebesar 67,3%
dan pada kelompok kontrol 78,8%. Sedangkan pada kelompok masalah yang bekerja
sebagian besar memiliki pekerjaan wiraswasta (15,4%), demikian juga pada kelompok
kontrol (11,5%).
analisa Bivariat
analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. analisa bivariat juga merupakan salah satu langkah
untuk melakukan seleksi terhadap variabel yang akan masuk ke dalam analisa
multivariat. Adanya hubungan antara variabel independen (determinan dekat, determinan
antara dan determinan jauh) dengan variabel dependen (kematian maternal) ditunjukkan
dengan nilai p < 0,05, nilai OR > 1 dan nilai 95% CI tidak mencakup angka 1.
Faktor – faktor risiko yang akan dianalisa secara bivariat yaitu faktor determinan
dekat, determinan antara dan determinan jauh.
Hubungan antara determinan dekat dengan kematian maternal
Determinan dekat yang akan dianalisa meliputi komplikasi kehamilan,
komplikasi persalinan dan komplikasi nifas.
Pada variabel komplikasi kehamilan, dikategorikan ada dan tidak ada komplikasi
pada kehamilan yang terakhir. Proporsi kelompok masalah yang mengalami komplikasi
kehamilan sebesar 61,5%, lebih besar dibandingkan kelompok kontrol yaitu sebesar 7,7%.
Jenis komplikasi kehamilan pada kelompok masalah yaitu preeklamsia : 22 orang (42,2%),
perdarahan 4 orang (7,7%) : perdarahan sebab abortus 2 orang (3,9%) dan perdarahan
antepartum sebab placenta praevia 2 orang (3,9%); ketuban pecah dini 3 orang (5,7%),
hiperemesis gravidarum 2 orang (3,9%), dan infeksi pada kehamilan yaitu abortus
infeksiosus 1 orang (1,9%) sedangkan pada kelompok kontrol, jenis komplikasi
kehamilan yang dialami yaitu preeklamsia 2 orang (3,9%), perdarahan 1 orang (1,9%)
dan ketuban pecah dini 1 orang (1,9%). Hasil analisa bivariat menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara komplikasi kehamilan dengan kematian maternal
(p<0,001). Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan mempunyai risiko untuk
mengalami kematian maternal 19,2 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami
komplikasi (OR = 19,2; 95% CI : 6,0 – 61,4).
Pada variabel komplikasi persalinan, dikategorikan ada dan tidak ada komplikasi
selama proses persalinan. Proporsi kelompok masalah yang mengalami komplikasi
persalinan sebesar 69,2%, lebih besar dibandingkan kelompok kontrol yaitu sebesar 21,2%.
Jenis komplikasi persalinan yang dialami oleh kelompok masalah yaitu perdarahan 18
orang (34,6%) : perdarahan akibat atonia uteri 8 orang, perdarahan akibat retensio
placenta 6 orang, retensio placenta dan kehamilan gemelli yang mengalami retensio janin
kedua 1 orang, ruptura uteri 1 orang, dan perdarahan akibat placenta praevia 2 orang;
preeklamsia 8 orang (15,4%), eklamsia 6 orang (11,5%), hiperemesis gravidarum 1 orang
(1,9%), partus lama 1 orang (1,9%), emboli air ketuban 1 orang (1,9%), dan syok saat
induksi persalinan 1 orang (1,9%), sedangkan pada kelompok kontrol, jenis komplikasi
persalinan yang dialami yaitu preeklamsia 4 orang (7,7%), perdarahan akibat retensio
placenta 4 orang (7,7%) partus lama 2 orang (3,9%) dan letak sungsang 1 orang (1,9%).
Hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara komplikasi
persalinan dengan kematian maternal (p<0,001). Ibu yang mengalami komplikasi
persalinan mempunyai risiko untuk mengalami kematian maternal 8,4 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi pada persalinannya (OR = 8,4; 95%CI :
3,5 – 20,4).
Pada variabel komplikasi nifas, dikategorikan ada dan tidak ada komplikasi.
Proporsi kelompok masalah yang mengalami komplikasi nifas sebesar 21,2%, lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol yaitu sebesar 3,8%. Jenis komplikasi nifas yang dialami oleh
kelompok masalah yaitu perdarahan 5 orang (9,6%), infeksi nifas 4 orang (7,7%), dan
preeklamsia 2 orang (3,9%), sedangkan pada kelompok kontrol, jenis komplikasi nifas
yang dialami yaitu infeksi nifas 1 orang (1,9%) dan mastitis 1 orang (1,9%). Hasil
analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara komplikasi nifas
dengan kematian maternal (p=0,008). Ibu yang mengalami komplikasi pada masa nifas
mempunyai risiko untuk mengalami kematian maternal 6,7 kali lebih besar dibandingkan ibu
yang tidak mengalami komplikasi pada masa nifas (OR = 6,7; 95%CI : 1,4 – 32,0).
4.4.2 Hubungan antara determinan antara dengan kematian maternal
Determinan antara yang akan dianalisa meliputi usia ibu, paritas, jarak
kehamilan, riwayat penyakit ibu, riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya,
riwayat persalinan sebelumnya, status gizi ibu saat hamil, status anemia, pemeriksaan
antenatal, pemanfaatan fasilitas kesehatan saat terjadi komplikasi, penolong pertama
persalinan, cara persalinan, tempat persalinan, riwayat KB, pelaksanaan rujukan saat
terjadi komplikasi, dan keterlambatan rujukan.
Pada variabel usia ibu, dikategorikan usia berisiko dan tidak beris