sakit jiwa 5
l
maupun lingkungan.tingkahlaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan pasien untuk mencapai sesuatu menemui
kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “bertingkahlaku”, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui bertingkahlaku konstruktif, maka yang
akan muncul adalah pasien tersebut bertingkahlaku destruktif.
3] Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial [ pergaulan environment theory] menyatakan bahwa lingkungan
sosial sangat mempengaruhi sikap pasien dalam mengekspresikan marah.Norma
budaya dapat mendukung pasien untuk menanggapi asertif atau agresif.tingkahlaku
kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi [ pergaulan learning
theory] .
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi tingkahlaku kekerasan pada setiap pasien bersifat unik, berbeda satu
orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari
dalam maupun luar pasien.
Faktor dari dalam pasien meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang
yang dicintai atau berarti [ putus pacar, perceraian, kematian] , kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran pada penyakit fisik, dll. sedang faktor luar pasien meliputi serangan
pada fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan.
6. Rentang tanggapan Marah
Marah yang dialami setiap pasien memiliki rentang dimulai dari tanggapan adaptif
sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama mempelajarinya untuk
mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang tanggapan tingkahlaku
kekerasan
FOTO RENTANG tanggapan MARAH
Telah kita pelajari bersama mengenai rentang tanggapan marah dan hirarki agrsif.
kemudian kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses marah yang dialami
setiap orang.Bila pasien tidak mampu menangani perasaan marah secara asertif dapat
memicu amuk atau tingkahlaku kekerasan .
b. Perbandingan tingkahlaku Pasif, Agresif dan Asertif
berdasar konsep yang telah sama-sama kita pelajari, maka dapat kita simpulkan
perbedaan antara tingkahlaku agresif, asertif dan pasif seperti bagan dibawah ini.
Tabel 6.4
Tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan
Pasif Asertif Agresif
Isi bicara • Negatif
• menghina
• dapatkah saya
lakukan
• dapatkah ia lakukan
• positif
• menghargai diri
sendiri
• saya dapat/akan
lakukan
•berlebihan
•menghina orang lain
•Anda selalu/ tidak
pernah
Nada suara • diam
• lemah
• merengek
• diatur •tinggi
•menuntut
Posture/ sikap tubuh • melotot
• menundukkan
kepala
• tegak
• rileks
•tenang
•bersandar ke depan
Personal space • orang lain dapat
masuk pada
teritorial pribadinya
• Menjaga jarak yang
menyenangkan
• Mempertahankan
hak tempat/
territorial
•Memasuki teritorial
orang lain
Gerakan • Minimal
• Lemah
• Resah
• Memperlihatkan
gerakan yang sesuai
•Mengancam,
ekspansi gerakan
Kontak mata • Sedikit atau tidak • Sekali-sekali
• Sesuai dengan
kebutuhan interaksi
•Melotot
7. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung
dengan hasil pengamatan.
a. Data Subjektif:
1] Ungkapan berupa ancaman
2] Ungkapan kata-kata kasar
3] Ungkapan ingin memukul/ melukai
b. Data Objektif:
1] Wajah memerah dan tegang
2] Pandangan tajam
3] Mengatupkan rahang dengan kuat
4] Mengepalkan tangan
5] Bicara kasar
6] Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7] Mondar mandir
8] Melempar atau memukul benda/orang lain
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO tingkahlaku
KEKERASAN
1. riset
riset dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan pada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala risiko tingkahlaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara
melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ceritakan ada kejadian apa/apa yang memicu Anda marah?
b. Coba Anda ceritakan apa yang Anda rasakan ketika marah?
c. Perasaan apa yang Anda rasakan ketika marah?
d. Sikap atau tingkahlaku atau tindakan apa yang dilakukan saat Anda marah?
e. Apa akibat dari cara marah yang Anda lakukan?
f. Apakah dengan cara yang dipakai penyebab marah Anda hilang?
g. Menurut Anda apakah ada cara lain untuk mengungkapkan kemarahan Anda
Tanda dan gejala risiko tingkahlaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui pengamatan
adalah sebagai berikut:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Mondar mandir
g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
Data hasil pengamatan dan wawancara didokumentasikan pada status. Contoh
pendokumentasian hasil riset pada Tn Z sebagai berikut:
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko tingkahlaku kekerasan, dilakukan pada
pasien dan keluarga. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,,
perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga,
perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. sesudah itu, perawat
menemui pasien untuk melakukan riset , mengevaluasi dan melatih satu cara lagi
untuk mengatasi masalah yang dialami pasien.
Jika pasien telah memperoleh terapi psikofarmaka [ obat] , maka hal pertama yang
harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. sesudah perawat selesai
melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. kemudian
perawat menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien dan tugas yang
perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah
yang telah diajarkan oleh perawat.
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Risiko tingkahlaku Kekerasan
Tujuan: Pasien mampu:
1] Membina hubungan saling percaya
2] mengatakan penyebab marah
3] mengatakan perasaan saat penyebab marah/tingkahlaku kekerasan
4] mengatakan tingkahlaku yang dilakukan saat marah
5] Menyebutkan cara mengendalikan rasa marah/tingkahlaku kekerasan
6] Melakukan kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan
7] Memakan obat secara teratur
8] Berbicara yang baik saat marah
9] Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah
Tindakan Keperawatan
1] Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
a] Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b] Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang Perawat sukai, dan tanyakan
nama dan nama panggilan pasien yang disukai
c] Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d] Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana
e] Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f] Tunjukkan sikap empati
g] Penuhi kebutuhan dasar pasien
2] Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah/tingkahlaku kekerasan saat ini dan
yang lalu.
3] Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi tingkahlaku kekerasan
a] Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara fisik
b] Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara psikologis
c] Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara sosial
d] Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara spiritual
e] Diskusikan tanda dan gejala tingkahlaku kekerasan secara intelektual
4] Diskusikan bersama pasien tingkahlaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara: Verbal
a] pada orang lain
b] pada diri sendiri
c] pada lingkungan
5] Diskusikan bersama pasien akibat tingkahlakunya
6] Latih pasien cara mengendalikan tingkahlaku kekerasan secara:
a] Patuh minum obat
b] Fisik:tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal.
c] Sosial/verbal: bicara yang baik: mengungkapkan, menolak dan meminta
rasa marahnya
d] Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
Tindakan keperawatan pada pasien dapat dilakukan minimal empat kali
pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat
mengendalikan/mengendalikan tingkahlaku kekerasan.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien risiko tingkahlaku kekerasan
Tujuan: Keluarga mampu:
1] Mengenal masalah risiko tingkahlaku kekerasan
2] Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien risiko tingkahlaku kekerasan
3] Merawat pasien risiko tingkahlaku kekerasan dengan mengajarkan dan mendampingi
pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah
tangga dan kegiatan sosial
4] Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien mampuberinteraksi dengan
lingkungan sekitar
5] Mengenal tanda kekambubuhan, dan mencari pelayanan kesehatan
6] Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan
pasien risiko tingkahlaku kekerasan mengatasi masalahnya dapat meningkat.
Tindakan keperawatan kepada keluarga :
1] Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2] mengatakan pengertian, tAnda dan gejala, dan proses terjadinya tingkahlaku
kekerasan/ risiko tingkahlaku kekerasan.
3] Melatih keluarga cara merawat risiko tingkahlaku kekerasan.
4] Membimbing keluarga merawat risiko tingkahlaku kekerasan.
5] Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien untuk mengendalikan emosinya.
6] Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera
ke fasilitas pelayanan kesehatan
7] menyarankan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
5. Evaluasi
a. Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko tingkahlaku kekerasan berhasil apabila
pasien dapat:
1] Menyebutkan penyebab, tAnda dan gejalatingkahlaku kekerasan, tingkahlaku kekerasan
yangbiasadilakukan, dan akibat dari tingkahlaku kekerasan.
2] mengendalikan tingkahlaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal:
• secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur
• secara sosial/verbal: meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan
dengan cara baik
• secara spiritual
• terapi psikofarmaka
3] Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah tingkahlaku
kekerasan
b. Evaluasi kemampuan keluarga [ pelaku rawat] risiko tingkahlaku kekerasan berhasil apabila
keluarga dapat:
1] Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien [ pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya risiko tingkahlaku kekerasan]
2] Mencegah terjadinya tingkahlaku kekerasan
3] Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
4] Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengendalikan perasaan marah
5] Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
mengendalikan perasaan marah
6] Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah tingkahlaku kekerasan
pasien
7] Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tAnda kambuh dan melakukan
rujukan
Topik 3
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Defisit
Perawatan Diri
Mengapa pasien gangguan jiwa selalu berpenampilan tidak rapih, mamakai pakaian
yang tidak sesuai, terlihat kotor, rambut acak-acakan tidak tersisir, gigi kotor, kulit yang
hitam karena banyak daki [ kotoran] , bersisik, dan tercium bau yang tidak sedap dari
tubuhnya. Pada saat makan mengapa pasien selalu makan berantakan dan terburu-buru.
Apa yang memicu pasien berpenampilan seperti itu? Saya ingin pasien saya seperti
saya berpenampilan rapih, bersih, makan dengan tertib dan rapih, untuk itu saya harus
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri, sehingga jika
pasien kembali keingkungan di rumah pasien telah mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri. Untuk mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit
perawatan diri, maka pelajarilah Topik 3 ini dengan sebaik-baiknya.
A. KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengertian
Herdman [ 2012] menarti defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam
melakukan aktifitas perawatan diri [ kebersihan diri, berhias, makan, toileting] . sedang
perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya.
2. Proses terjadinya masalah
Bagaimanakah seorang pasien bisa mengalami masalah dalam perawatan diri?
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan pasien mengalami deficit perawatan
diri, yaitu:
a. Faktor prediposisi
1] Biologis, cenderung defisit perawaan diri dipicu karena adapenyakit fisik
dan mental yang memicu pasien tidak mampu melakukan perawatan diri
dan adafaktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
2] Psikologis, factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal
ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalamai defisit
perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga
memicu pasien tidakpeduli pada diri dan lingkungannya termasuk
perawatan diri
3] Sosial. Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan memicu
penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat memicu defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau anggapan, cemas, lelah, lemah yang dialami pasien
sehingga memicu pasien kurang mampu melakukan perawatan diri.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang
kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung
dengan data hasil pengamatan
a. Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
• Malas mandi
• Tidak mau menyisir rambut
• Tidak mau menggosok gigi
• Tidak mau memotong kuku
• Tidak mau berhias/ berdandan
• Tidak bisa / tidak mau memakai alat mandi / kebersihan diri
• Tidak memakai alat makan dan minum saat makan dan minum
• BAB dan BAK sembarangan
• Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK sesudah BAB dan BAK
• Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
• Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang,
• Tidak memakai alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
• Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, dan tidak mampu
berdandan
• pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan
dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju
atau celana.
• Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,mis memakai pakaian
berlapis-lapis, pemakaian pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang
yang perlu dalam berpakaian, mis telajang.
• Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak memakai alat
makan, tidak mampu [ menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan [ dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu memakai sendok
dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan] , memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan
menghabiskan makanaan] .
• BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri sesudah BAB dan
BAK, tidak mampu [ menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet sesudah BAB
atau BAK.]
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. riset defisit perawatan diri
riset dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan kepada pasien dan
keluarga.
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri?
b. Apa yang memicu pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi
dan,menggunting kuku?
c. Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas
dengan penampilan sehari-hari pasien?
d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercukur [ untuk laki-laki]
secara teratur?
e. Menurut pasien apakah pakaian yang dipakai sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan
f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan mandi
apa saja yang dipakai pasien ?
g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ?
h. Menurut pasien apakah alat makan yang dipakai sesuai dengan fungsinya ?
i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK ?
j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK sesudah BAB dan BAK?
k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui pengamatan adalah
sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya. d. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB dan BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik sesudah BAB dan BAK.
Data hasil pengamatan dan wawancara didokumentasikan pada kartu status pasien di
Contoh pendokumentasian hasil riset sebagai berikut:
Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,
kuku panjang dan kotor.Rambut acak-acakan,tidak disisir, pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai, makan dan minum diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan
tidak pada tempatnya. Tidak menyiram dan membersihkan diri sesudah BAB dan BAK .
2. pemeriksaan Keperawatan Defisit Perawatan Diri
pemeriksaan keperawatan dirumuskan berdasar tAnda dan gejala defisit perawatan
diri yang ditemukan. Jika hasil riset menunjukkan tAnda dan gejala defisit perawatan
diri, maka pemeriksaan keperawatan yang dilakukan adalah
3. Tindakan Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan pada pasien dan keluarga.
Saat memberikan pelayanan di rumah sakit [ bila ada pasien dikunjungi atau didampingi
keluarga] , puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui keluarga terlebih
dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang
dialami pasien dan keluarga. sesudah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan
riset dan melatih cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami pasien.
sesudah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan
melatih keluargauntuk merawat pasien, dan menyampaikan hasil tindakan yang telah
dilakukan pada pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing
pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah diajarkan oleh
perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi defisit
perawatan diri.
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri
Tujuan: Pasien mampu:
1] Membina hubungan saling percaya
2] Melakukan kebersihan diri secara mandiri
3] Melakukan berhias/berdAndan secara baik
4] Melakukan makan dengan baik
5] Melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri
1] Membina hubungan saling percaya dengan cara:
• Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
• Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, dan tanyakan nama dan nama panggilan pasien
• Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
• Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan dan tempatnya di mana.
• Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
• Setiap saat tunjukkan sikap empati pada pasien
• Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2] Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri , perawat dapat melakukan
tahapan tindakan yang meliputi:
• mengatakan pentingnya menjaga kebersihan diri.
• mengatakan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
• mengatakan cara-cara melakukan kebersihan diri.
• Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
3] Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan
Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan
Berhias
4] Melatih pasien makan dan minum secara mandiri
Untuk melatih makan dan minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan
sebagai berikut:
• mengatakan kebutuhan [ kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200
kalori [ untuk perempuan] dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori
setiap hari makan minum 8 gelas [ 2500 ml setiap hari] dan cara makan dan
minum
• mengatakan cara makan dan minum yang tertib.
• mengatakan cara merapihkan peralatan makan dan minum sesudah makan
dan minum
• Mempraktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 5] Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri
Perawat dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
• mengatakan tempat BAB dan BAK yang sesuai
• mengatakan cara membersihkan diri sesudah BAB dan BAK
• mengatakan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
• Mempraktikkan BAB dan BAK dengan baik
c. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Defisit Perawatan Diri
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien defisit perawatan diri di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien
Tujuan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit
perawatan diri
Tindakan keperawatan
1] Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien defisit perawatan
diri
2] mengatakan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit
perawatan diri dan mengambil keputusan merawat pasien
3] Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh
pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4] Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdAndan,
makan dan minum, BAB dan BAK pasien
5] Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
perawatan diri pasien
6] Mendiskusikan tAnda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera
ke fasilitas kesehatan.
7] menyarankan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga Dalam Defisit Perawatan Diri
a. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan peningkatan
kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti
1] pasien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
menggunting kuku dengan benar dan bersih
2] Mengganti pakaian dengan pakaian bersih
3] Membereskan pakaian kotor
4] Berdandan dengan benar
5] Mempersiapkan makanan
6] Mengambil makanan dan minuman dengan rapi
7] memakai alat makan dan minum dengan benar
8] BAB dan BAK pada tempatnya
9] BAB dan BAK air kecil dengan bersih.
b. Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat :
1] Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien [ pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri ]
2] Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
3] Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri ,
berdandan [ wanita] , bercukur [ pria] , makan dan minum, BAB dan BAK.
4] Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.