sakit jiwa 4

Kamis, 22 Februari 2024

sakit jiwa 4





 masa kanak-kanak ke remaja. 

b]  Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota 

keluarga melalui kelahiran atau kematian. 

c]  Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat 

kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena 

kehilangansebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, 

penampilan atau fungsi tubuh.Atau perubahan fisik yang berhubungan 

dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan. 

B. PROSES KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH 

1. riset  Harga Diri Rendah 

riset  dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan pada pasiendan 

keluarga[ pelaku rawat] .Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui 

wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut: 

a. Bagaimana penilaian Anda tentang diri sendiri?b. Coba ceritakan apakah penilaian Anda pada diri sendiri mempengaruhi hubungan 

Anda dengan orang lain? 

c. Apa yang menjadi harapan Anda? 

d. Apa saja harapan yang telah Anda capai? 

e. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai? 

f. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi? 

2. Tanda dan Gejala 

Ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala harga 

diri rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah diperoleh dari data subyektif dan 

obyektif, seperti tertera dibawah ini 

Data Subjektif:Pasienmengungkapkan tentang: 

a. Hal negatif diri sendiri atau orang lain 

b. Perasaan tidak mampu 

c. Pandangan hidup yang pesimis 

d. Penolakan pada kemampuan diri 

e. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi 

Data Objektif: 

a. Penurunan produktivitas 

b. Tidak berani menatap lawan bicara 

c. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi 

d. Bicara lambat dengan nada suara lemah 

e. Bimbang, tingkahlaku yang non asertif 

f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna 

Menurut CMHN [ 2006] , tanda dan gejala harga diri yang rendah adalah: 

a. Mengkritik diri sendiri 

b. Perasaan tidak mampu 

c. Pandangan hidup yang pesimis 

d. Penurunan produktifitas 

e. Penolakan pada kemampuan diri 

f. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, 

tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan 

nada suara lemah. 

Townsend [ 1998] , menambahkan karakteristik pasiendengan harga diri rendah adalah: 

a. Ekspresi rasa malu atau bersalah 

b. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi-situasi baru 

c. Hipersensitifitas pada kritik 


4. Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah 

pemeriksaan keperawatan dirumuskan berdasar  tanda dan gejala harga diri rendah 

yang ditemukan. Pada pasiengangguan jiwa, pemeriksaan keperawatan yang dilakukan adalah: 

5. Pohon masalah 

berdasar  hasil riset  dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut: Diagnosa Keperawatan 

berdasar  gambar 5.2 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: gangguan Konsep Diri: 

Harga diri rendahmerupakan core problem [ masalah utama] . Apabila harga diri rendah 

pasien tidak dicampurtangan akan memicu isolasi sosial. Penyebab harga diri rendah 

pasien dikarenakan pasien memiliki mekanisme koping yang inefektif dan dapat pula 

dikarenakan mekanisme koping keluarga yang inefektif. 

6. Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah 

Tindakan keperawatan harga diri rendah dilakukan pada pasiendan keluarga/ 

pelaku yang merawat pasien. Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa, Puskesmas 

atau kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. 

Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga. 

sesudah itu, perawat menemui pasienuntuk melakukan riset  dan melatih cara 

untuk mengatasi harga diri rendah yang dialami pasien. sesudah perawat selesai melatih 

pasienmaka perawat kembali menemui dan melatih keluarga untuk merawat pasien, dan 

menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasiendan tugas yang perlu 

keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasienmelatih kegiatan yang telah diajarkan oleh 

perawat untuk mengatasi harga diri rendah. 

Tindakan keperawatan untuk pasiendan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, 

minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasiendan keluarga mampu 

mengatasi harga diri rendah. 

a. Tindakan Keperawatan untuk PasienHarga Diri Rendah 

Tujuan: Pasienmampu:

1]  Membina hubungan saling percaya 

2]  Mengidentifikasi kemampuan dan faktor positif yang dimiliki 

3]  Menilai kemampuan yang dapat dipakai 

4]  Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan 

5]  Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan 

6]  Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya 

Tindakan Keperawatan: 

1]  Membina hubungan saling percaya, dengan cara: 

• Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien. 

• Perkenalkan diri dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang 

Perawat sukai, dan tanyakan nama dan nama panggilan pasienyang disukai. 

• Tanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini. 

• Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama 

akan dikerjakan, dan tempatnya dimana. 

• Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk 

kepentingan terapi. 

• Tunjukkan sikap empati pada pasien• Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan. 

2]  Mengidentifikasi kemampuan dan faktor positif yang masih dimiliki pasien. 

 Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : 

• Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan faktor positif pasien[ buat daftar 

kegiatan]  

• Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif setiap 

kali bertemu dengan pasien. 

3]  Membantu pasiendapat menilai kemampuan yang dapat dipakai. 

 Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

• Bantu pasienmenilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini [ pilih dari daftar 

kegiatan] : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini. 

• Bantu pasienmenyebutkannya dan memberi penguatan pada kemampuan 

diri yang diungkapkan pasien. 

4]  Membantu pasiendapat memilih/menetapkan kegiatan berdasar  daftar kegiatan 

yang dapat dilakukan. 

 Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

• Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan. 

• Bantu pasienmemberikan alasan pada pilihan yang ia tetapkan. 

• Latih kegiatan yang dipilih [ alat dan cara melakukannya] . 

• Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari. 

• Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien. 

5]  Membantu pasiendapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan menyusun 

rencana kegiatan. 

 Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

• Berikesempatan pada pasienuntuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan. 

• Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasiensetiap hari. 

• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap 

kegiatan. 

• Susun daftar kegiatan yang sudah dilatihkan bersama pasiendan keluarga. 

• Beri kesempatan pasienuntuk mengungkapkan perasaannya sesudah pelaksanaan 

kegiatan. 

• Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap kegiatan yang dilakukan pasien. 

b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan PasienHarga Diri Rendah 

 Keluarga diharapkan dapat merawat pasienharga diri rendah di rumah dan menjadi 

sistem pendukung yang efektif bagi pasien. 

1]  Tujuan: Keluarga mampu: 

a]  Mengenal masalah harga diri rendah 

b]  Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah

c]  Merawat harga diri rendah 

d]  Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri pasien 

e]  Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien f]  Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan 

2]  Tindakan Keperawatan: 

a]  Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 

b]  mengatakan  pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah 

dan mengambil keputusan merawat pasien 

c]  Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah 

d]  Membimbing keluarga merawat harga diri rendah 

e]  Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung 

meningkatkan harga diri pasien 

f]  Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera 

ke fasilitas pelayanan kesehatan 

g]  menyarankan  follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur. 

7. Evaluasi Kemampuan Pasiendan Keluarga dalam Merawat PasienHarga Diri Rendah 

a. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila pasiendapat: 

1]  Mengungkapkan kemampuan dan faktor positif yang dimiliki 

2]  Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan

3]  Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan 

4]  Membuat jadwal kegiatan harian 

5]  Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian 

6]  Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri 

rendah 

b. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila keluarga dapat: 

1]  Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien[ pengertian, tanda dan gejala, 

dan proses terjadinya harga diri rendah]  

2]  Mengambil keputusan merawat harga diri rendah 

3]  Merawat harga diri rendah 

4]  Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasienuntuk 

meningkatkan harga dirinya 

5]  Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi harga diri rendah 

6]  Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan melakukan 

rujukan. 

8. Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan 

Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan tindakan 

keperawatan dengan pasiendan keluarga. Berikut ini contoh pendokumentasian asuhan 

keperawatan harga diri rendah pada pertemuan pertama. Tabel 5.1 

Dokumentasi Keperawatan 

IMPLEMENTASI EVALUASI 

Tanggal …..,, bulan …,tahun…. Jam…..

Data Subyektif pasien:

Pasienmengatakan merasa tidak berguna, 

merasa hidup ini tidak berarti, merasa tidak memiliki 

kemampuan. 

Saat berinteraksi pasiensering menundukkan kepala, kontak 

mata kurang. 

Data Keluarga:

Keluarga mengatakan bingung, tidak tahu cara merawat 

anaknya 

pemeriksaan Keperawatan: 

Harga diri rendah 

Tindakan Keperawatan: 

pasien: 

. Mendiskusikan kemampuan yang dimiliki pasien 

. Membantu pasienmenilai dan memilih kemampuan yang 

masih dapat dipakai saat ini 

. Melatih kegiatan pertama: merapikan tempat tidur 

. Membantu pasienmemasukkan latihan merapikan tempat 

tidur ke dalam jadwal kegiatan harian. 

Keluarga: 

. Mendiskusikan masalah dalam merawat 

. Melatih keluarga cara merawat 

Rencana Tindak Lanjut: 

Tgl…bulan… tahun….pukul…. 

pasien: Latih kegiatan kedua: menyapu 

Keluarga:

Latihkeluargamerawatpasiendengancaramendampingipasienberl

atihmenyapu. 

S: Pasien

Pasienmengatakan: 

1. memiliki kemampuan 

bermain memasak, berenang, 

merapikan tempat tidur, 

menyapu, dan menyulam. 

2. akan melatih merapikan tempat 

tidur, menyapu,. 

3. merasa senang sesudah latihan 

merapikan tempat tidur 

S: Keluarga 

Keluarga mengatakan merasa senang 

berlatih cara merawat anaknya dan 

akan memotivasi anaknya merapikan 

tempat tidur sesuai jadwal. 

O:pasien

Mampu merapikan tempat tidur 

O:Keluarga 

Mampu mempraktekkan cara 

memberi pujian pada anaknya 

A: harga diri rendah teratasi 

P: 

P pasien: merapikan tempat tidur 

sesuai jadwal [ bangun tidur pagi dan 

pkl. 04.00 sore] . 

P Keluarga: mengingatkan 

pasienuntuk merapikan tempat tidur 

sesuai jadwal [ jika pasienlupa]  dan 

memberikan pujian sesudah 

pasienmelakukannya. 

 Perawat 


Topik 2 

Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial 

 

Pada saat Anda berdinas dirumah sakit jiwa atau pada saat kunjungan rumah untuk 

melakukan supervisi cara keluarga merawat pasien di rumah, cenderung Andamelihat pasien 

berjam-jam menyendiri disudut ruangan/rumah tidak melakukan kegiatan apapun. Pada saat 

berinteraksi kontak mata pasien minimal, pasien lebih banyak menunduk, suara lirih, dan 

tidak mampu memulai pembicaraan. Melihat kondisi pasien tersebut tentu Anda berfikir 

campurtangan apa yang harus saya lakukan agar pasien mampu berinteraksi dengan lingkungan? 

Mampu memulai pembicaraandan terlibat aktif dalam kegiatan dan aktifitas di rumah sakit 

atau dirumah. Agar Anda mampu memberikan asuhan keperawatan maka pelajarilah Topik 2 

ini dengan sebaik-baiknya. 

A. KONSEP DASAR ISOLASI SOSIAL 

 

1. Pengertian 

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang pasien mengalami penurunan atau 

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. 

Pasienmungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina 

hubungan yang berarti dengan orang lain. 

2. Proses Terjadinya Isolasi Sosial 

Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasienakan dijelaskan dengan memakai 

konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi. 

a. Faktor predisposisi 

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi: 

1]  Faktor Biologis 

 Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adafaktor herediter dimana ada 

riwayata anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. adarisiko bunuh diri, 

riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat pemakaian NAPZA. Selain itu 

ditemukan adakondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan 

struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil pemeriksaan MRI untuk melihat 

gangguan struktur dan fungsi otak [ Thomb, 2000] . 

2]  Faktor Psikologis 

 Pasiendengan masalah isolasi sosial, cenderung mengalami kegagalan yang berulang 

dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini memicu terganggunya konsep diri, 

yang pada akhirnya akan berdampak dalam membina hubungan dengan orang 

lain.Koping pasienal yang dipakai pada pasiendengan isolasi sosial dalam 

mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping yang biasa dipakai meliputi: 

represi, supresi, sublimasi dan proyeksi. tingkahlaku isolasi sosial muncul akibat adaperasaan bersalah atau menyalahkan lingkungan, sehingga pasienmerasa tidak pantas 

berada diantara orang lain dilingkungannya. 

 Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data riset  keterampilan verbal 

pada pasien dengan masalah solasi sosial, hal ini dipicu karena pola asuh yang 

keluarga yang kurang memberikan kesempatan pada pasien untuk menyampaikan 

perasaan maupun pendapatnya.Kepribadian introvertmerupakan tipe kepribadian 

yang sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi sosial. Ciri-ciri pasiendengan 

kepribadian ini adalah menutup diri dari orang sekitarnya. Selain itu pembelajaran 

moral yang tidak adekuat dari keluarga merupakan faktor lain yang dapat 

memicu pasien tidak mampu menyesuaikan tingkahlakunya di warga, 

akibatnya pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan dari lingkungannya. 

 Faktor psikologis lain yang dapat memicu isolasi sosial adalah kegagalan dalam 

melaksanakan tugas perkembangan. Kegagalan dalam melaksanakan tugas 

perkembangan akan memicu pasien tidak percaya diri, tidak percaya pada 

orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa pada hubungan dengan orang lain, 

menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa 

tertekan. Kondisi diatas, dapat memicu tingkahlaku tidak ingin berkomunikasi 

dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, 

kegiatan sehari-hari terabaikan [ Stuart & Laraia, 2005] . 

3]  Faktor Sosial Budaya 

 Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi sosial, sesringkali 

disebabkan karena pasienberasal dari golongan sosial ekonomi rendah hal ini 

memicu ketidakmampuan pasiendalam memenuhi kebutuhan. Kondisi tersebut 

memicu munculnya stres yang terus menerus, sehingga fokus pasienhanya pada 

pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi dengan lingkungan 

sekitarnya. 

 Stuart & Laraia [ 2005]  dan Townsend [ 2005]  mengatakan bahwa faktor usia 

merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini dikarenakan rendahnya 

kemampuan pasiendalam memecahkan masalah dan kurangnya kematangan pola 

berfikir. Pasiendengan masalah isolasi sosial umumnya memiliki riwayat penolakan 

lingkungan pada usia perkembangan anak, sehingga tidak mampu menyelesaikan 

masalah tugas perkembangannya yaitu berhubungan dengan orang lain. Pengalaman 

tersebut memicu rasa kurang percaya diri dalam memulai hubungan, akibat rasa 

takut pada penolakan dari lingkungan. 

 Lebih lanjut Stuart & Laraia [ 2005]  mengatakan bahwa, tingkat pendidikan merupakan 

salah satu tolok ukur kemampuan pasien berinteraksi secara efektif. Karena faktor 

pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang 

dihadapi. Pasiendengan masalah isolasi sosial biasanya memiliki riwayat kurang 

mampu melakukan interaksi dan menyelesaikan masalah, hal ini dikarenakan 

rendahnya tingkat pendidikan pasien


b. Faktor Presipitasi 

Ditemukan adariwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur 

otak.Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan aturan atau tuntutan 

dikeluarga atau warga yang sering tidak sesuai dengan pasien dan konflik antar 

warga.Selain itu Pada pasienyang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan ada

pengalaman negatif pasienyang tidak menyenangkan pada gambaran dirinya, 

ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki dan mengalami krisis 

identitas.Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan atau cita-cita, dan 

kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Faktor-faktor diatas, 

memicu gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada akhirnya 

menjadi masalah isolasi sosial. 

3. Tandadan Gejala 

Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasienyang menunjukkan 

penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data hasil pengamatan. 

a. Data subjektif: 

 Pasienmengungkapkan tentang 

1]  Perasaan sepi 

2]  Perasaan tidak aman 

3]  Perasan bosan dan waktu terasa lambat 

4]  Ketidakmampun berkonsentrasi 

5]  Perasaan ditolak 

b. Data Objektif: 

1]  Banyak diam 

2]  Tidak mau bicara 

3]  Menyendiri 

4]  Tidak mau berinteraksi 

5]  Tampak sedih 

6]  Ekspresi datar dan dangkal 

7]  Kontak mata kurang 

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL 

1. riset  

riset  pasienisolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan pengamatan 

kepada pasiendan keluarga. 

Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengan wawancara, melelui bentuk 

pertanyaan sebagai berikut: 

a. Bagaimana perasaan Anda saat berinteraksi dengan orang lain? 

b. Bagaimana perasaan Anda ketika berhubungan dengan orang lain? Apa yang Anda 

rasakan? Apakah Anda merasa nyaman ? c. Bagaimana penilaian Anda pada orang-orang di sekeliling Anda [ keluarga atau 

tetangga] ? 

d. Apakah Anda memiliki anggota keluarga atau teman terdekat? Bila punya siapa 

anggota keluarga dan teman dekatnya itu? 

e. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan Anda? Bila punya siapa 

anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?

f. Apa yang membuat Anda tidak dekat dengan orang tersebut? 

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui pengamatan adalah sebagai 

berikut: 

a. Pasienbanyak diam dan tidak mau bicara 

b. Pasienmenyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat 

c. Pasientampak sedih, ekspresi datar dan dangkal 

d. Kontak mata kurang 

Data hasil wawancara dan pengamatan didokumentasikan pada kartu berobat pasiendi 

puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil riset  sebagai berikut: 

Data : Pasientampak menyendiri, tidak ada kontak mata, ekspresi datar, 

mengatakan malas berbicara dengan orang lain. 

2. pemeriksaan Keperawatan Isolasi Sosial 

pemeriksaan keperawatan dirumuskan berdasar  tanda dan gejala Isolasi sosial yang 

ditemukan. Jika hasil riset  menunjukkan tanda dan gejala isolasi sosial, maka pemeriksaan 

keperawatan yang dilakukan adalah:berdasar  Gambar 5.3 dapat dijelaskan sebagai berikut: Masalah utama [ Core 

Problem] pada gambar diatas adalahisolasi sosial. Penyebab pasien mengalami isolasi sosial 

dikarenakan pasien memiliki harga diri rendah. Apabila pasien isolasi sosial tidak diberikan 

asuhan keperawatan akan memicu gangguan kepekaan anggapan halusinasi. 

3. Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial 

Tindakan keperawatan pada isolasi pergaulan, dilakukan pada pasiendan keluarga. 

Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa di Puskesmas atau kunjungan rumah, 

perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. 

Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga. 

sesudah itu, perawat menemui pasienuntuk melakukan riset  dan melatih cara untuk 

mengatasi isolasi sosial yang dialami pasien. 

sesudah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan 

melatih keluarga untuk merawat pasien, dan menyampaikan hasil tindakan yang telah 

dilakukan pada pasiendan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing 

pasienmelatih kemampuan mengatasi isolasi sosial yang telah diajarkan oleh perawat. 

 Tindakan Keperawatan Untuk PasienIsolasi Sosial 

 Tujuan : Pasienmampu: 

a. Membina hubungan saling percaya 

b. Menyadari isolasi sosial yang dialaminya 

c. Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya 

d. Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dankegiatan sosial 

 

 Tindakan Keperawatan: 

a. Membina hubungan saling percayadengan cara: 

1]  Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien 

2]  Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat 

sukai, dan tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien 

3]  Menanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini 

4]  Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama 

akan dikerjakan, dan tempatnya di mana 

5]  Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk 

kepentingan terapi 

6]  Setiap saat tunjukkan sikap empati pada pasien 

7]  Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan 

b. Membantu pasien menyadari tingkahlaku isolasi sosial 

1]  Tanyakan pendapat pasiententang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain 

2]  Tanyakan apa yang memicu pasientidak ingin berinteraksi dengan orang 

lain 3]  Diskusikan keuntungan bila pasienmemiliki banyak teman dan bergaul akrab 

dengan mereka 

4]  Diskusikan kerugian bila pasienhanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan 

orang lain 

5]  Jelaskan pengaruh isolasi sosial pada kesehatan fisik pasien 

c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap 

1]  Jelaskan kepada pasiencara berinteraksi dengan orang lain 

2]  Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain 

3]  Beri kesempatan pasienmempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang 

dilakukan di hadapan Perawat 

4]  Bantu pasienberinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga 

5]  Bila pasiensudahmenunjukkankemajuan, tingkatkanjumlahinteraksidengandua, 

tiga, empat orang dan seterusnya 

6]  Beripujianuntuksetiapkemajuaninteraksi yang telahdilakukanolehpasien 

7]  Latihpasienbercakap-cakapdengananggotakeluargasaatmelakukankegiatanharian 

dan kegiatanrumahtangga 

8]  Latihpasienbercakap-cakapsaatmelakukankegiatansosialcontoh : berbelanja, 

kekantor pos, kebank dan lain-lain 

9]  Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasiensesudah berinteraksi dengan orang 

lain. Mungkin pasienakan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri 

dorongan terus menerus agar pasientetap semangat meningkatkan interaksinya. 

4. Evaluasi Kemampuan Pasiendan Keluarga 

a. Evaluasi kemampuan pasienisolasi sosial berhasil apabila pasiendapat: 

1]  mengatakan kebiasaan keluarga berinteraksi dengan pasien. 

2]  mengatakan penyebabpasientidak mau berinteraksi dengan orang lain. 

3]  Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain. 

4]  Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain. 

5]  Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain,dengan perawat, keluarga, 

tetangga. 

6]  Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-hari 

7]  Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial 

8]  Menyampaikan perasaan sesudah interaksi dengan orang tua. 

9]  memiliki jadwal bercakap-cakap dengan orang lain. 

10]  Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial 

b. Evaluasi kemampuan keluarga dengan pasien isolasi sosial berhasil apabila keluarga 

dapat: 

1]  Mengenal Isolasi sosial [ pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya 

isolasi sosial]  dan mengambil keputusan untuk merawat pasien 2]  Membantu pasienberinteraksi dengan orang lain 

3]  Mendampingi pasiensaat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial 

sambil berkomunikasi 

4]  Melibatkan pasienmelakukan kegiatan harian di rumah dan kegiatan sosialisasi di 

lingkungan 

5]  Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasienuntuk 

meningkatkan interaksi sosial 

6]  Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi Isolasi sosial 

7]  Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan melakukan

rujukan 

5. Dokumentasi 

Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasiendan 

keluarga. Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan isolasi sosial pada 

kunjungan kedua.Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan 

pasiendan keluarga. Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan isolasi sosial 

pada kunjungan kedua 

Tabel 5.2 

Dokumentasi Keperawatan 

IMPLEMENTASI EVALUASI 

Tgl….bulan….tahun…jam…

Data pasiendan kemampuan : 

Pasienmengatakan masih malu bercakap-cakap 

dengan orang lain. Sudah mencoba latihan 

bercakap-cakap dengan adiknya saat adiknya 

datang kerumahnya. Sudah kenalan dengan satu 

orang tetangga baru. 

Data keluarga dan kemampuan 

Keluarga mengatakan sudah lebih faham dengan 

masalah ibunya yang sulit bergaul dengan orang 

lain, sudah mendampingi orang tuanya bercakap cakap dengan tamu dan tetangga. 

DK: 

Isolasi Sosial 

campurtangan: 

Tindakan pada pasien: 

1]  Melatih pasien berbicara saat melakukan 

S: pasien 

Pasien mengatakan senang dapat berbicara 

dengan anaknya saat masak dan mencuci piring 

Pasien mengatakan senang kenal dengan 2 orang 

kader kesehatan 

S Keluarga 

Keluarga mentakan senang mendampingi 

pasienmemasak, mencuci piring, dan berkenalan 

dengan kader 

O:pasien 

Pasien mampu berkenalan dengan 2 orang kader 

dengan sikap tubuh dan verbal yang sesuai. 

Pasienmampu bertanya dan menjawab 

pertanyaan anaknya saat memasak dan mencuci 

piring 

O : Keluarga 

Keluarga mampu mendampingi pasiensaat 

melakukan kegiatan, tampak semangat,

IMPLEMENTASI EVALUASI 

kegiatan memasak dan cuci piring bersama . 

2]  Melatih pasien berkenalan dengan 2 orang 

kader kesehatan jiwa 

Tindakan pada keluarga: 

a. mengatakan  kegiatan rumah yang dapat 

dilakukan pasien sambil bercakap-cakap, 

melatih keluarga membimbing pasien 

berbicara, memberikan pujian 

RTL: 

pasien: 

Melatih berbicara saat melakukan kegiatan harian 

lain [ 2 kegiatan]  Melatih pasien berbicara dengan 

4- 5 orang 

Keluarga: 

mengatakan  cara melatih pasien bercakap-cakap 

dan melakukan kegiatan sosial berbelanja, dan 

melatih keluarga mendampingi pasien berbelanja 

memberikan stimulus pada pasien saat 

berinteraksi. 

A: Isolasi Sosial mulai teratasi 

P: 

pasien 

Latihan berkenalan dengan 2 orang tetangga 

yang belum dikenal 

Melakukan percakapan saat memasak dan cuci 

piring setiap hari 

Keluarga: 

Mendampingi pasienberkenalan dengan 2 

tetangga lain 

Terus mendampingi pasien dalam melakukan 

kegiatan memasak, mencuci sambil 

berkomunikasi 

BAB VI 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN 

GANGGUAN JIWA: GANGGUAN kepekaan anggapan 

HALUSINASI, tingkahlaku KEKERASAN, DAN DEFISIT 

PERAWATAN DIRI 

 

Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J 

 

PENDAHULUAN 

Salam sejahtera dan selamat berjumpa dengan modul 6 yang akan membahas 

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan anggapan kepekaan halusinasi, 

risiko tingkahlaku kekerasan dan defisit perawatan diri. Penulis yakin Anda tidak akan 

mengalami kesulitan dalam mempelajari bab ini karena Anda telah berhasil dengan baik 

menyelesaikan modul keperawatan jiwa sebelumnya, sehingga diperkenankan melanjutkan 

ke bab ini. 

Untuk memberikan gambaran mengenai isi bab ini, penulis akan memberikan ilustasi 

berikut ini. Di rumah sakit jiwa baik di poliklinik ataupun diruang rawat jalan, tentu Anda 

sering melihat pasien yang berjalan mondar-mandir tanpa tujuan sambil bercakap-cakap, 

atau tertawa sendiri tanpa ada orang disekelilingnya. Atau Anda sering kali melihat pasien 

marah-marah tanpa sebab, dengan penampilan yang kotor dan berbau. 

Tentu Anda akan berfikir pemeriksaan keperawatan apa yang mungkin muncul pada pasien 

diatas? Bagaimana asuhan keperawatan yang haraus diberikan pada pasien ini? Baiklah 

untuk meningkatkan pemahamanAnda, marilah kita mempelajari bab ini. Karena bab ini, 

akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa. Agar 

bab ini dapat Anda pelajari dengan mudah, penulis membagi bab ini menjadi Topik, yaitu : 

Topik 1 : Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kepekaan anggapan halusinasi 

Topik 2 : Asuhan keperawatan pada pasien dengan tingkahlaku kekerasan 

Topik 3 : Asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri 

Topik 1 akan membahas asuhan keperawatan gangguan kepekaan anggapan halusinasi. 

Tujuan mempelajari KB ini adalah agar Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pada 

pasien dengan halusinasi. sedang tujuan khusus dari pembelajaran ini adalah agar Anda 

mampu: 

1. mengatakan  konsep gangguan kepekaan anggapan halusinasi 

2. Menguraikan proses keperawatan pasien gangguan kepekaan anggapan halusinasi 

a. Melakukan riset  gangguan kepekaan anggapanhalusinasi 

b. Menyusun pemeriksaan keperawatan gangguan kepekaan anggapanhalusinasi c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien gangguan kepekaan 

anggapanhalusinasi 

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien gangguan kepekaan 

anggapanhalusinasi 

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien gangguan 

kepekaan anggapanhalusinasi 

f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien gangguan kepekaan 

anggapanhalusinasi 

Pada Topik 2, akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan 

tingkahlaku kekerasan. Untuk membantu Anda mempelajarinya, penulis akan memberikan 

ilustrasi sebagai berikut. Pernahkah kita marah? Tentu kita pernah marah. Kenapa kita 

marah? kita marah karena apa yang kita inginkan atau harapkan tidak sesuai atau tercapai. 

Normalkah bila kita marah? Marah dikatakan normal bila tidak memicu kerugian bagi 

diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Karena marah merupakan tanggapan normal pasien 

pada suatu kejadian atau karena tidak terpenuhinya suatu kebutuhan.Namun jika marah 

membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan tentu memerlukan penanganan dari 

tenaga kesehatan, terutama perawat. 

Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tingkahlaku 

kekerasan Anda harus mempelajari bab ini dengan baik. Sehingga tujuan Topik 2 adalah agar 

Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko tingkahlaku 

kekerasan. sedang tujuan khusus pembelajaran ini adalah agar Anda mampu : 

1. mengatakan  konsep risiko tingkahlaku kekerasan. 

2. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan tingkahlaku kekerasan: 

a. Melakukan riset  tingkahlaku kekerasan 

b. Menetapkan pemeriksaan keperawatan tingkahlaku kekerasan

c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien tingkahlaku kekerasan. 

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien tingkahlaku kekerasan. 

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien tingkahlaku 

kekerasan. 

f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasientingkahlaku kekerasan. 

Pada saat Anda memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tingkahlaku 

kekerasan cenderung Anda melihat pasien Anda terlihat kotor, berbau, pemakaian pakaian 

yang tidak sesuai. Atau pada saat makan, terlihat makanan berceceran disembarang tempat, 

atau pasien buang air besar dan kecil sembarangan. Tentu sebagai seorang perawat sangat 

sedih melihatnya, terfikir untuk membantu pasien memperbaiki kebersihan dirinya. Memang 

salah satu tugas perawat adalah membantu menjaga kebersihan diri pasien. Untuk itu 

marilah kita membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit 

perawatan diri. Sehingga pada Topik 3 Anda akan belajar mengenai asuhan keperawatan pada pasien 

dengan defisit perawatan diri. Secara umum tujuan mempelajari materi ini adalah agar Anda 

mampu memberikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri. sedang tujuan khusus 

pembelajaran ini adalah Anda mampu: 

1. mengatakan  konsep defisit perawatan diri 

2. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan dengan defisit perawatan diri 

a. Melakukan riset  defisit perawatan diri 

b. Menyusun pemeriksaan keperawatan defisit perawatan diri 

c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien defisit perawatan diri 

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien defisit perawatan diri 

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien defisit 

perawatan diri 

f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien defisit perawatan diri 

Untuk menilai kemampuan Anda pada pemahaman materi diatas, pada setiap 

akhir Kegiatan Belajar ada beberapa pertanyaan yang harus Anda jawab. Kerjakanlah soal 

tersebut dengan sebaik-baiknya. Sebaiknya Anda tidak melihat Kunci Jawaban terlebih 

dahulu sebelum selesai menjawab pertanyaan dan tugas. 

Waktu untuk menyelesaikan bab ini kurang lebih 3 x 120 menit. Gunakan waktu 

tersebut dengan sebaik-baiknya. Anda dinyatakan berhasil apabila memperoleh nilai 80 atau 

80% benar dalam menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas yang diberikan. Penulis 

yakin Anda dapat memahami bab ini dengan baik asalkan Anda benar benar dengan cermat 

mempelajarinya. 

Topik 1 

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan 

kepekaan anggapan Halusinasi 

Pada saat Andamerawat pasien gangguan jiwa, sering Anda memperoleh pasien 

sedang menyendiri disudut ruangan sambil bercakap-cakap atau tertawa sendiri tanpa ada 

orang disekitar pasien. Atau tiba-tiba Anda melihat pasien marah dengan mengeluarkan 

kata-kata kotor, memaki, melukai diri sendiri atau membanting barang-barang yang ada 

disekilingnya tanpa ada orang lain disekitar pasien atau tanpa ada sebab yang jelas. 

Melihat kondisi diatas, tentu Anda bertanya apa yang sedang dialami pasien tersebut?, 

halusinasi apa yang sedang dialami?, kapan muncul halusinasi tersebut dan pada kondisi apa 

halusinasi muncul? Saya harus melakukan asuhan keperawatan pada pasien tersebut, karena 

jika tidak saya lakukan maka pasien dapat melukai dirinya sendiri ataupun orang lain. Tapi 

bagaimana saya harus melakukannya? Saya belum memiliki pengetahuan untuk melakukan 

asuhan keperawatan pada pasien halusinas. Untuk memberikan bekal pengetahuan pada 

Anda maka pelajarilah Topik 1 ini dengan sebaik-baiknya. Topik 1 ini berisikan materi asuhan 

keperawatan pada pasien dengan gangguan kepekaan anggapan halusinasi yang sangat lengkap 

Anda akan belajar mulai dari konsep halusinasi hingga asuhan keperawatan pada pasien 

dengan gangguan kepekaan anggapan halusinasi. Saya berharap Anda tidak mengalami kesulitan 

dalam mempelajarinya. 

 

A. KONSEP GANGGUAN kepekaan anggapan HALUSINASI 

 

1. Pengertian 

Stuart & Laraia [ 2009]  mengartikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca 

indera tanpa adarangsangan [ stimulus]  luar Halusinasi merupakan gangguan 

anggapan dimana pasien menganggap sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima 

jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. 

Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi 

pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi 

penghidu, pengecapan dan perabaan. 

Pasien halusinasi merasakan adastimulus yang sebetulnya tidak ada. tingkahlaku yang 

terlihat pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien 

merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. sedang pada halusinasi 

penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan 

padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien mengatakan 

membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. sedang 

pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum sesuatu yang 

menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada binatang atau sesuatu 

yang merayap ditubuhnya atau di permukaan kulit. 2. Proses Terjadinya Halusinasi 

Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang halusinasi Marilah kita belajar 

mengenai proses terjadinya halusinasi. Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan 

memakai konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi 

dan presipitasi, 

a. Faktor Predisposisi 

Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari 

1]  Faktor Biologis : 

 adariwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa [ herediter] , riwayat 

penyakit atau trauma kepala, dan riwayat pemakaian narkotika, psikotropika dan zat 

adiktif lain [ NAPZA] . 

2]  Faktor Psikologis 

 Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari 

tingkahlaku kekerasan dan kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau 

overprotektif. 

3]  Sosiobudaya dan lingkungan 

 kebanyakan pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi 

rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia 

perkembangan anak, pasien halusinasi cenderung memiliki tingkat pendidikan yang 

rendah dan pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial [ perceraian, hidup 

sendiri] , dan tidak bekerja. 

b. Faktor Presipitasi 

Stressor presipitasi pasien gangguan anggapan kepekaan halusinasi ditemukan ada

riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adariwayat 

kekerasan dalam keluarga, atau adakegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, 

adaaturan atau tuntutan dikeluarga atau warga yang sering tidak sesuai dengan 

pasien dan konflik antar warga. 

3. Rentang tanggapan Neurobiologis 

Stuart and Laraia mengatakan  rentang tanggapan neurobiologis pada pasien dengan 

gangguan senssori anggapan halusinasi sebagai berikut: 

tanggapan Adaptif tanggapan Maladaptif 

 

 Pikiran logis Proses pikir kadang terganggu Gangguan proses pikir Waham 

 anggapan akurat Ilusi Halusinasi 

 Emosi konsisiten Emosi berlebihan/kurang Kerusakan proses emosi 

 tingkahlaku sesuai tingkahlaku tidak terorganisir tingkahlaku tidak sesuai 

 Hub sosial harmonis Isolasi sosial 4. Tahapan Halusinasi; 

Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut 

a. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang. Pada 

tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan. 

 Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditAndai dengan adaperasaan bersalah dalam 

diri pasien dan muncul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan 

pikiran untuk mengurangi ansietas. pasien mengetahui bahwa pikiran dan kepekaan 

yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi [ non psikotik] . 

tingkahlaku yang terlihat: 

• Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai 

• Menggerakkan bibirnya tanpa memicu suara 

• tanggapan verbal yang lambat 

• Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan. 

b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat 

dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien. 

 Karakteristik : pengalaman kepekaan yang dialmi pasien bersifat menjijikkan dan 

menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan kendali, 

pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang memicunya, pasien 

merasa malu karena pengalaman kepekaannya dan menarik diri dari orang lain [ non 

psikotik] . 

tingkahlaku yang terlihat : 

• Peningkatan kerja susunan sarafotonom yang menunjukkan munculnya ansietas 

seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan. 

• Kemampuan kosentrasi menyempit. 

• Dipenuhi dengan pengalaman kepekaan, mungkin kehilangan kemampuan untuk 

membedakan antara halusinasi dan realita. 

c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan tingkahlaku pasien, pasien 

berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman kepekaan menjadi menguasai pasien. 

 Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawan 

pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi 

dapat berupa permohonan, pasien mungkin mengalami kesepian jika pengalaman 

tersebut berakhir [  Psikotik ]  

tingkahlaku yang terlihat: 

• Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada 

menolak. 

• Kesulitan berhubungan dengan orang lain. 

• Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas 

berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk. 

d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas 

berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling 

terkait dengan delusi.


Karakteristik : Pengalaman kepekaan menakutkan jika pasien tidak mengikuti perintah 

halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak 

dicampurtangan [ psikotik] . 

tingkahlaku yang terlihat : 

• tingkahlaku menyerang - teror seperti panik. 

• Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain. 

• Amuk, agitasi dan menarik diri. 

• Tidak mampu menanggapi pada petunjuk yang komplek . 

• Tidak mampu menanggapi pada lebih dari satu orang.

5. Jenis Halusinasi 

Anda telah mengetahui dan mempelajari mengenai pengertian, proses terjadinya 

halusinasi, rentang tanggapan neurobioogis dan tahap-tahap halusinasi. penulis berharap Anda 

telah memahaminya. Materi yang akan kita pelajari kemudian adalah jenis halusinasi. 

Penjelasan dibawah ini adalah mengenai jenis halusinasi. 

Tabel 6.1 

Jenis Halusinasi 

Jenis halusinasi Data Obyektif Data Subyektif 

Halusinasi 

Pendengaran 

• Bicara atau tertawa sendiri 

• Marah-marah tanpa sebab 

• Menyedengkan telinga ke 

arah tertentu 

• Menutup telinga 

• Mendengar suara-suara atau 

 kegaduhan. 

• Mendengar suara yang 

mengajak bercakap-cakap 

• Mendengar suara menyuruh 

 melakukan sesuatu yang 

berbahaya.

Halusinasi 

Penglihatan 

• Menunjuk-nunjuk ke arah 

Tertentu 

• Ketakutan pada sesuatu yang 

 tidak jelas. 

• Melihat bayangan, sinar, 

bentuk geometris, bentuk 

kartoon, melihat hantu atau 

monster. 

Halusinasi Penghidu • Mengisap-isap seperti sedang 

membaui bau-bauan tertentu. 

• Menutup hidung. 

• Membaui bau-bauan seperti 

bau darah, urin, feses, 

kadang-kadang bau itu 

menyenangkan. 

Halusinasi 

Pengecapan 

• Sering meludah 

• Muntah 

• Merasakan rasa seperti darah, 

urin atau feses 

Halusinasi Perabaan • Menggaruk-garuk permukaan 

kulit 

• Mengatakan ada serangga di 

 permukaan kulit 

• Merasa seperti tersengat 

listrik 6. Tanda dan Gejala 

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil pengamatan pada pasien dan ungkapan 

pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut: 

a. Data Subyektif: Pasien mengatakan : 

1]  Mendengar suara-suara atau kegaduhan. 

2]  Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap. 

3]  Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. 

4]  Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau 

monster 

5]  Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu 

menyenangkan. 

6]  Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses 

7]  Merasa takut atau senang dengan halusinasinya 

b. Data Obyektif 

1]  Bicara atau tertawa sendiri 

2]  Marah-marah tanpa sebab 

3]  Mengarahkan telinga ke arah tertentu 

4]  Menutup telinga 

5]  Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu 

6]  Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas. 

7]  Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu. 

8]  Menutup hidung. 

9]  Sering meludah 

10]  Muntah 

11]  Menggaruk-garuk permukaan kulit 

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN kepekaan 

anggapan HALUSINASI 

Selamat Anda telah menyelesaikan materi konsep halusinasi dan saya berharap Anda 

telah memahaminya dengan baik. kemudian Anda akan belajar mengenai asuhan 

keperawatan gangguan kepekaan anggapan halusinasi. 

1. riset  

riset  merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan keperawatan. 

riset  dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan pada pasien dan keluarga.

 Tanda dan gejala gangguan kepekaan anggapan halusinasi dapat ditemukan dengan 

wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut 

a. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti bercakap-cakap sendiri 

apa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat? 

b. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan? c. Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan? 

d. Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya? 

e. Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan? 

f. Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?. 

g. Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang? 

h. Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang? 

i. Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangan tersebut? 

j. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan 

tersebut? 

Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui pengamatan sebagai berikut: 

a. Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri 

b. Marah-marah tanpa sebab 

c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup telinga. 

d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu 

e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas 

f. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.

g. Menutup hidung. 

h. Sering meludah 

i. Muntah 

j. Menggaruk permukaan kulit 

2. pemeriksaan Keperawatan 

Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan pemeriksaan keperawatan 

yang dirumuskan berdasar  tAnda dan gejala gangguan kepekaan anggapan : halusinasi yang 

ditemukan.Data hasil pengamatan dan wawancara dilanjutkan dengan menetapkan pemeriksaan 

keperawatan. Bagan dibawah ini merupakan contoh: riset  data dan rumusan masalah 

Tabel 

6.2 riset  Data 

NO Data Masalah Keperawatan

1. Data Objektif :

• Bicara atau tertawa sendiri 

• Marah marah tanpa sebab 

• Mengarahkan telinga ke posisi tertentu. 

• Menutup telinga 

Data Subjektif : 

• Mendengar suara-suara atau kegaduhan 

• Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap 

• Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu 

yang berbahaya 

Halusinasi 


berdasar  hasil riset  pasien menunjukkan tAnda dan gejala gangguan kepekaan 

anggapan : halusinasi, maka pemeriksaan keperawatan yang dilakukan adalah: 

Gangguan kepekaan anggapan : Halusinasi 

Langkah kemudian sesudah Andamampu membuat riset  dan rumusan masalah, 

Anda dapat membuat pohon masalah. Berikut ditampilkan contoh bagan pohon masalah, 

tentunya Anda diharapkan dapat menntukan pengelompokkan masalah sehingga dapat 

ditentukan penyebab, masalah utama dan dampak dari masalah utama. Gambar dibawah ini 

merupakan contoh pohon masalah untuk gangguan kepekaan anggapan halusinasi : 

Pohon Masalah 

dampak / AkibatRisiko tingkahlaku kekerasan 

Masalah utama

Penyebab Isolasi sosial 

Gambar 6.1 

Bagan Pohon Masalah Gangguan anggapan kepekaan Halusinasi 

3. Tindakan Keperawatan. 

sesudah menetapkan diagnose keperawatan lakukanlah tindakan keperawatan pada 

pasien dengan gangguan kepekaan anggapan: halusinasi. Tindakan keperawatan harus ditujukan 

juga untuk keluarga karena keluarga memegang peranan penting didalam merawat pasien 

dirumah sesudah pasien pulang dari rumah sakit.. Saat melakukan asuhan keperawatan baik 

di Puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum 

menemui pasien. 

Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, perawat menemui 

keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat 

mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. sesudah itu, perawat menemui 

pasien untuk melakukan riset , mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untuk 

mengatasi masalah yang dialami pasien. Jika pasien telah memperoleh terapi psikofarmaka 

[ obat] , maka hal pertama yang harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum 

obat. sesudah perawat selesai melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih 

cara merawat pasien. kemudian perawat menyampaikan hasil tindakan yang telah 

dilakukan pada pasien dan tugas yang perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien 

melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh perawata. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Gangguan anggapan kepekaan Halusinasi. 

 Tujuan: Pasien mampu: 

1]  Membina hubungan saling percaya 

2]  Mengenal halusinasi dan mampu mengendalikan halusinasi dengan menghardik 

3]  mengendalikan halusinasi dengan enam benar minum obat 

4]  mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap 

5]  mengendalikan halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari 

 Tindakan Keperawatan 

1]  Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara: 

[ a]  Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien dan 

[ b]  Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang 

perawat sukai, dan tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai 

pasien 

[ c]  Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini

[ d]  Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, 

berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan 

keperawatan. 

[ e]  Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk 

kepentingan terapi 

[ f]  Setiap saat tunjukkan sikap empati pada pasien 

[ g]  Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

2]  Membantu pasien menyadari gangguan kepekaan anggapan halusinasi 

[ a]  Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya: tanpa 

mendukung, dan menyangkal halusinasinya. 

[ b]  Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, 

tanggapan dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan atau 

mengendalikan halusinasi. 

3]  Melatih Pasien cara mengendalikan halusinasi: 

 Secara rinci tahapan melatih pasien mengendalikan halusinasi dapat dilakukan 

sebagai berikut: 

[ a]  Jelaskan cara mengendalikan halusinasi dengan menghardik, 6[ enam]  benar 

minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti 

membereskan kamar, merapihkan tempat tidur dan mencuci baju. 

[ b]  Berikan contoh cara menghardik, 6[ enam]  benar minum obat, bercakap cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, 

merapihkan tempat tidur dan mencuci baju. 

[ c]  Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6[ enam]  

benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah 

seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur dan mencuci baju 

yang dilakukan di hadapan Perawat 


[ d]  Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh 

pasien. 

[ e]  Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien sesudah melakukan tindakan 

keperawatan untuk mengendalikan halusinasi. Mungkin pasien akan 

mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus 

menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan latihannya. 

4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga 

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah di lakukan untuk pasien 

gangguan kepekaan anggapan halusinasi adalah sebagai berikut 

a. Pasien mampu: 

1]  Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya 

2]  mengatakan  waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami. 

3]  mengatakan  situasi yang mencetuskan halusinasi 

4]  mengatakan  perasaannya ketika mengalami halusinasi

5]  Menerapkan 4 cara mengendalikan halusinasi: 

[ a]  Menghardik halusinasi 

[ b]  Mematuhi program pengobatan 

[ c]  Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila muncul halusinasi 

[ d]  Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur 

pada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal 

tersebut secara mandiri 

6]  Menilai manfaat cara mengendalikan halusinasi dalam mengendalikan halusinasi 

b. Keluarga mampu: 

1]  mengatakan  halusinasi yang dialami oleh pasien 

2]  mengatakan  cara merawat pasien halusinasi melalui empat cara mengendalikan 

halusinasi yaitu menghardik, minum obat,cakap-cakap dan melakukan aktifitas di 

rumah 

3]  Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi 

4]  mengatakan  fasilitas kesehatan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah 

pasien 

5]  Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat pasien 

5. Dokumentasi Asuhan Keperawatan 

Pendokumentasian wajib dilakukan setiap selesai melakukan interaksi dengan pasien 

dan keluarga.. 

Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan gangguan sesnsori anggapan 

halusinasi. 



Tabel 6.3 

 Dokumentasi Keperawatan 

IMPLEMENTASI

Tgl ..........bulan..... tahun.....pkl.......

Data: 

Data pasien dan kemampuan 

• Pasien mengatakan masih mendengar 

suara-suara namun sudah jarang dan 

tidak setiap hari datangnya. 

• Pasien mengatakan sudah melakukan 

cara mengendalikan halusinasi dengan 

menghardik halusinasi 

• Pasien mengatkan minum obat dengan 

benar dan teratur. 

Kemampuan pasien 

• Pasien mampu mendemonstrasikan 

cara menghardik halusinasi

Data keluarga dan kemampuan 

• Keluarga mengatakan sudah 

mengetahui apa itu halusinasi t

dan gejala dan proses terjadinya 

masalah. 

• Keluarga telah mengetahui cara 

merawat pasien halusinasi dengan 

membantu pasien menghardik 

halusinasi saat halusinasi muncul 

• Kelurga memantau pasien minum obat 

DK: 

Gangguan kepekaan anggapan halusinasi

campurtangan: 

Tindakan ke pasien 

6. Evaluasi kegiatan pasien dalam 

mengendalikan halusinasi dengan 

menghardik dan minum obat. 

7. Beri pujian 

8. Latih satu cara untuk yaitu becakap

cakap dengan orang lain seperti keluarga

9. Memasukkan pada jadwali kegiatan 

untuk latihan bercakap-cakap dengan 

orang lain/keluarga 

Tindakan ke keluarga 

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam 

merawat pasien halusinasi yaitu 

menghardik dan minum obat Beri pujian.

2. Bimbingdan motivasi keluarga untuk 

mengajak anggota keluarga yang lain 



EVALUASI



S :Pasien

• Pasien menghardik halusinasi 3 kali 

sehari 

• Minum obat secara teratur sesuai 

dengan petunjuk suster 3 kali sehari 

dan 

• Mengajak anggota keluarga yang lain 

untuk bercakap-cakap bila pasien 

sendirian dan bila suara-suara akan 

muncul. 

S : keluarga 

• Keluarga mengatakan anaknya dapat 

melakukan kegiatan sesuai jadwal

• Keluarga mengatakan senang dapat 

membimbing dan merawat anaknya 

• Keluarga mengatakan akan terus 

memotivasi anaknya untuk melakukan 

sesuai jadwal 

O: Pasien 

• Pasien koopertif, tampak tenang, 

halusinasi tidak ada 

O: keluarga 

• Keluarga tampak melatih dan 

membimbing pasien dalam mengendalikan 

halusinasi 

• Keluarga kooperatif 

A: 

 Menghardik dan minum obat dan 

bercakap-cakap mampu mengendalikan 

halusinasi pasien. 

P: 

P untuk pasien 

Pasien berlatih mengendalikan halusinasi

dengan menghardik [ 3 kali per hari] , 

Minum obat [ 3 kali per hari] , bercakap

cakap dengan keluarga [ 2kali perhari] 

P . Keluarga 

Memotivasi dan membimbing sesuai 

dengan jadwalimenghardik [ 3 kali sehari] , 

minum obat [ 3 kali sehari]  bercakap-cakap 

dengan keluarga dan orang lain [ 2 kali 

sehari]  



IMPLEMENTASI EVALUASI

bercakap-cakap dengan pasien jika 

melihat klein termenung atau sendirian. 

3. Anjurkan membantu pasien sesuai 

jadwali dan memberikan pujian 

RTL: 

Pasien 

Melakukan latihan mengendalikan halusinasi 

sesuai jadwal 

Keluarga 

Memotivasi dan membimbing pasien untuk 

mengendalikan halusinasi

Nurhalimah



Topik 2 

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan tingkahlaku 

Kekerasan 

 

Pasien dengan gangguan jiwa sering kali dibawa ke ruangan gawat darurat rumah sakit 

jiwa dalam kondisi terikat tangan dan kakinya. Sebagai seorang perawat tentu Anda berfikir 

pasti dirumah atau di lingkungnnya pasien melakukan tingkahlaku kekerasan telah menganggu 

lingkungan dan membahayakan diri sendiri mau pun orang lain. Melihat kondisi tersebut apa 

yang harus Anda lakukan? Saya harus melakukan riset  agar saya mengetahui masalah 

yang dialami pasien dan dapat memberikan intervnesi keperawatan dengan baik secara 

menyeluruh [ komprehensip] . Untuk membantu agar Anda mampu memberikan asuhan 

keperawatan pada pasien dengan tingkahlaku kekerasan pelajarilah Topik 2 ini dengan sebaik baiknya, saya yakin sesudah mempelajari Topik 2 ini Anda akan mampu memberikan asuhan 

keperawatan pada pasien dengan tingkahlaku kekerasan. 

A. KONSEP tingkahlaku KEKERASAN 

 

4. Pengertian 

Banyak ahli mendefiniskan mengenai tingkahlaku kekerasan diantaranya, menurut 

Berkowitz [ 1993] , tingkahlaku kekerasan bertujuan untuk melukai pasien secara fisik 

maupun psikologis. Citrome dan Volavka [ 2002, dalam Mohr, 2006]  mengatakan  bahwa 

tingkahlaku kekerasan merupakan tanggapan tingkahlaku manusia untuk merusak sebagai bentuk 

agresif fisik yang dilakukan oleh pasien pada orang lain dan atau sesuatu.Pendapat 

senada diungkapkan Stuart dan Laraia [ 2005] ,yang menyatakan bahwa tingkahlaku kekerasan 

merupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai tanggapan pada perasaan 

terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat 

berasal dari lingkungan luar [ penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari 

orang lain]  dan lingkungan dalam [ perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak 

memperoleh kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik] . 

Menurut Keliat, [ 2011] , tingkahlaku kekerasan adalah suatu bentuk tingkahlaku yang 

bertujuan untuk melukai pasien secara fisik maupun psikologis. Herdman [ 2012]  

mengatakan bahwa risiko tingkahlaku kekerasan merupakan tingkahlaku yang diperlihatkan oleh 

pasien. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada orang 

lain 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkahlaku kekerasan merupakan: 

a. tanggapans emosi yang muncul sebagai reaksi pada kecemasan yang meningkat dan 

dirasakan sebagai ancaman [ diejek/dihina] . 

b. Ungkapan perasaan pada keadaan yang tidak menyenangkan [ kecewa, keinginan 

tidak tercapai, tidak puas] . c. tingkahlaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang 

lain, dan lingkungan. 

5. Proses Terjadinya tingkahlaku Kekerasan 

Proses terjadinya tingkahlaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan 

memakai konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi, 

a. Faktor Predisposisi 

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya tingkahlaku kekerasan, meliputi : 

1]  Faktor Biologis 

 Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adafaktor herediter yaitu ada

anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan tingkahlaku kekerasan, 

adaanggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit 

atau trauma kepala, dan riwayat pemakaian NAPZA [ narkoti, psikotropika dan zat 

aditif lainnya] . 

2]  Faktor Psikologis 

 Pengalaman marah merupakan tanggapan psikologis pada stimulus luar, interna