Yohanes 1-16 7

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 7




debat tentang hal-hal tersebut. Kristus hendak mem-

buat wanita  ini bertobat, bukan dengan menunjuk-

kan kepadanya bahwa ibadah orang Samaria menyebab-

kan perpecahan (walaupun memang demikian), melain-

kan dengan menunjukkan kepadanya kebodohan dan 

kehidupannya yang tidak bermoral, dan kebutuhannya 

akan seorang Juruselamat.  

Kedua, Kristus memberinya pemahaman bahwa ia 

sekarang memiliki kesempatan (yaitu kesempatan yang 

lebih adil dibandingkan  yang ia sadari) untuk memperoleh 

sesuatu yang akan menjadi keuntungan luar biasa bagi-

nya. wanita  ini tidak memiliki bantuan yang dimi-

liki bangsa Yahudi untuk mengenali tanda-tanda za-

man, maka Kristus memberitahukannya secara lang-

sung dengan jelas bahwa sekarang ia memperoleh masa 

anugerah. Ini yaitu  hari lawatan Tuhan bagi dia. 

a.  Kristus memberi wanita  ini petunjuk tentang 

apa yang sebaiknya ia ketahui, namun   tidak diketa-

huinya: Jikalau engkau tahu tentang karunia Tuhan  , 

yaitu, seperti yang dijelaskan oleh kata-kata selan-

jutnya, siapakah Dia yang berkata kepadamu: Beri-

lah Aku minum. Jikalau engkau tahu siapakah Aku. 

wanita  ini melihat Dia sebagai seorang Yahudi, 

seorang miskin yang sedang dalam perjalanan dan 

menjadi letih sebab nya, namun Kristus ingin mem-

beritahukan kepadanya lebih banyak tentang diri-

Nya, yang belum tampak saat itu.  

Perhatikan: 

(a) Yesus Kristus yaitu  karunia Tuhan  , bukti yang 

paling berharga dari kasih Tuhan   untuk kita, dan 

harta paling berharga dari segala yang baik bagi 

kita. Sebuah karunia, bukan utang yang dapat 

kita tagih dari Tuhan  , dan bukan pinjaman, yang 

akan Ia minta kembali dari kita, melainkan se-

buah karunia, pemberian atau hadiah cuma-

cuma (3:16). 

(b)  Ini hak istimewa yang luar biasa bagi kita, kare-

na karunia Tuhan   itu diperhadapkan dan ditawar-

kan kepada kita. Kita sungguh mendapat kesem-

patan untuk menerimanya: “Ia yang yaitu  karu-

nia dari Tuhan   sekarang berada di hadapanmu, 

menunjukkan diri-Nya sendiri kepadamu, Dia 

itulah yang berkata, Berilah Aku minum. Karunia 

ini datang meminta kepadamu.” 

(c) Walaupun Kristus berada di hadapan kita, dan 

memohon kepada kita di dalam dan dengan Injil-

Nya, namun ada banyak orang yang tidak menge-

nal Dia. Mereka tidak tahu siapa yang berbicara 

kepada mereka di dalam Injil, yang berkata, “Be-

rilah Aku minum.” Mereka tidak mengerti bahwa 

itu yaitu  Tuhan yang memanggil mereka. 

b.  Kristus memiliki  harapan tentang apa yang akan 

wanita  ini lakukan jika ia mengenal-Nya. Ia 

yakin wanita  tersebut tidak akan menjawab Dia 

dengan kasar dan tidak sopan. Tidak, dia pasti akan 

jauh dari sikap menghina, ia bahkan akan mengaju-

kan permohonannya kepada Kristus: Niscaya eng-

kau telah meminta kepada-Nya.  

Perhatikan: 

(a) Mereka yang ingin mendapatkan sesuatu dari 

Kristus harus memintanya, harus berdoa kepada 

Tuhan   dengan sungguh-sungguh untuk menda-

patkannya. 


(b) Mereka yang memiliki pengenalan yang benar 

tentang Kristus pasti akan mencari Dia, dan jika 

kita tidak mencari Dia, itu yaitu  tanda bahwa 

kita tidak mengenal-Nya (Mzm. 9:11). 

(c) Kristus mengetahui apa yang akan dilakukan 

oleh orang-orang yang menginginkan sarana pe-

ngetahuan jika mereka mendapatkannya (Mat. 

11:21). 

c.  Kristus meyakinkan wanita  itu tentang apa 

yang niscaya Ia lakukan baginya jika ia meminta 

kepada-Nya: “Ia telah memberikan kepadamu (dan 

tidak mencelamu, seperti yang kau lakukan kepada-

Ku) air hidup.” Yang dimaksud dengan air hidup 

yaitu  Roh, yang tidak seperti air di dalam sumur, 

yang Ia minta sedikit, melainkan seperti air yang hi-

dup atau mengalir, yang jauh lebih berharga. Per-

hatikan: 

(a)  Roh kasih karunia yaitu  seperti air hidup (7:38). 

Dengan persamaan ini berkat-berkat Mesias te-

lah dijanjikan dalam Perjanjian Lama (Yes. 12:3; 

35:7; 44:3; 55:1; Za. 14:8). Kasih karunia dari 

Roh serta penghiburan-Nya memuaskan jiwa 

yang dahaga, yang mengenal sifat dan kebutuh-

annya sendiri. 

(b) Yesus Kristus dapat dan akan memberikan Roh 

Kudus kepada orang-orang yang meminta-Nya; 

sebab  Ia menerima supaya Ia dapat memberi. 

[4] wanita  tersebut berkeberatan dan mencela petun-

juk yang Kristus berikan dengan murah hati kepadanya 

(ay. 11-12): Engkau tidak punya timba, dan selain itu, 

adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub? 

Apa yang Kristus katakan sebagai perumpamaan ditaf-

sirkannya secara harfiah. Nikodemus juga melakukan 

hal yang sama. Lihat betapa kacaunya pemahaman 

yang mereka miliki tentang hal-hal rohani. Mereka men-

capuradukkan hal-hal rohani dengan hal-hal indrawi. 

wanita  tersebut menghormati orang ini dengan me-

manggil-Nya Tuhan, atau Tuan, namun   hanya sedikit 

penghormatan yang diberikannya kepada apa yang Ia 

katakan, yang hanya ia tanggapi dengan cemooh. 

Pertama, wanita  ini berpikir bahwa Kristus tidak 

akan dapat memberikannya air apa pun, tidak dari su-

mur yang ada di dekat situ:  Engkau tidak punya timba 

dan sumur ini amat dalam. Ini ia katakan, sebab  ia 

tidak mengetahui kuasa Kristus. Tuhan yang menaik-

kan kabut dari ujung bumi, tidak membutuhkan apa 

pun untuk menimba air. Memang ada orang-orang yang 

tidak dapat mempercayai Kristus lebih jauh dibandingkan  

yang dapat mereka lihat pada diri-Nya, dan tidak akan 

mempercayai janji-Nya kecuali cara kerjanya dapat di-

lihat, seakan-akan Ia terikat pada cara-cara kita, dan 

tidak dapat menimba air tanpa timba kita. Dengan nada 

mencemooh dia bertanya, “Dari manakah Engkau mem-

peroleh air hidup itu? Aku tidak dapat membayangkan 

bagaimana Engkau bisa memperolehnya.” Perhatikan, 

sumber air hidup itu, yang disediakan Kristus bagi me-

reka yang datang kepada-Nya, bersifat rahasia dan ter-

sembunyi. Sumber hidup tersembunyi dengan Kristus. 

Kristus memilikinya cukup banyak untuk kita, walau-

pun kita tidak dapat melihat dari mana Ia memilikinya.  

Kedua, wanita  ini berpikir bahwa Kristus tidak 

mampu memberinya air yang lebih baik dibandingkan  air 

yang bisa ia peroleh: Adakah Engkau lebih besar dari 

pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini ke-

pada kami?  

a.  Kita anggap saja kepercayaan tradisional benar, 

bahwa Yakub, dengan anak-anak dan ternaknya, be-

nar-benar minum dari sumur itu. Ada beberapa hal 

yang bisa kita perhatikan dari hal ini, 

(a)  Kuasa dan pemeliharaan Tuhan   menjaga mata air 

dari generasi ke generasi, dengan sirkulasi air 

sungai yang tetap, yang mengalir dan terus 

mengalir ke laut (Pkh. 1:7), seperti darah di da-

lam tubuh yang dialirkan oleh denyut jantung. 

(b)  Kesederhanaan sang bapa leluhur, Yakub. Ia me-

minum air sumur yang sama dengan anak-anak 

dan ternaknya. 

b.  Namun, dengan menganggap kepercayaan itu benar, 

wanita  ini tidak pada tempatnya dalam bebe-

rapa hal, seperti:  

(a) Memanggil Yakub sebagai bapa. Wewenang apa-

kah yang dimiliki orang Samaria sehingga meng-

anggap diri mereka sebagai keturunan Yakub? 

Mereka yaitu  keturunan dari banyak campuran 

yang ditempatkan raja Asyur di kota Samaria, 

jadi apa hubungan mereka dengan Yakub? Apa-

kah sebab  mereka yaitu  penyerang hak-hak 

Israel, dan pemilik tidak sah atas tanah Israel, 

maka mereka menjadi pewaris darah dan kehor-

matan Israel? Sungguh suatu pengakuan yang 

tidak masuk akal!  

(b) Tidak pada tempatnya ia mengaku-ngaku sumur 

itu sebagai pemberian Yakub, sebab  bukan Ya-

kublah yang memberikan sumur itu, seperti hal-

nya juga, bukan Musa yang memberikan manna 

(6:32). Namun demikianlah kita cenderung meng-

anggap orang yang membawakan karunia Tuhan   

sebagai pemberi karunia tersebut, dan begitu 

memperhatikan tangan yang mengantarkan se-

hingga melupakan tangan yang mengirimkan. Ya-

kub memberikan sumur itu kepada anak-anak-

nya, bukan kepada mereka. Namun demikianlah 

musuh-musuh gereja bukan hanya merampas, 

melainkan juga menguasai seluruhnya hak-hak 

istimewa gereja. 

(c) Tidak pada tempatnya ia mengatakan bahwa 

Kristus tidak layak jika dibandingkan dengan 

bapa kita Yakub. Perasaan suka yang berlebihan 

akan masa lalu membuat anugerah Tuhan   dalam 

diri orang-orang baik pada masa kita sendiri dire-

mehkan. 


[5]  Kristus menjawab celaan ini dengan menjelaskan, bah-

wa air hidup yang Ia miliki jauh lebih baik dibandingkan  air 

yang berasal dari sumur Yakub (ay. 13-14). Walaupun 

wanita  tersebut berbicara dengan sikap menentang, 

Kristus tidak menolak dia, melainkan terus mengajar 

dan memberinya dorongan. Ia menunjukkan kepada-

nya, 

Pertama, bahwa air dari sumur Yakub hanya mem-

berikan kepuasan dan persediaan sementara. “Barang-

siapa minum air ini, ia akan haus lagi. Air ini tidak lebih 

baik dibandingkan  air lain; akan mengusir dahaga sebentar, 

lalu dahaga itu akan kembali lagi. Dalam beberapa jam 

orang akan membutuhkan dan menginginkan air yang 

sama banyak dengan yang sudah ia minum.”  

Ini mengisyaratkan: 

1.  Kelemahan tubuh kita dalam keadaannya saat ini, 

masih penuh kekurangan dan selalu membutuhkan. 

Hidup seperti api, seperti pelita, yang akan segera 

padam jika tidak terus mendapatkan bahan bakar. 

Panas alami menghabiskan dirinya sendiri. 

2.  Ketidaksempurnaan segala kenyamanan yang kita 

miliki di dunia ini. Semuanya tidak tahan lama, dan 

kepuasan yang diberikan pun hanya sementara. Apa 

pun air kenyamanan yang kita minum, kita akan 

haus lagi. Makanan dan minuman yang dihabiskan 

kemarin pun tidak berguna untuk pekerjaan hari 

ini. 

Kedua, bahwa air hidup yang hendak Ia berikan 

menghasilkan kepuasan dan kebahagiaan kekal (ay. 

14). Karunia-karunia Kristus jelas tampak paling ber-

harga saat  dibandingkan dengan hal-hal dari dunia 

ini, sebab  tidak ada kesetaraannya sama sekali. Siapa 

pun yang mengambil bagian dalam Roh kasih karunia 

dan penghiburan dari Injil yang kekal: 

a.  Ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Ia tidak 

akan pernah mencari lagi apa yang akan memuas-

kan keinginan jiwanya secara berlimpah-limpah. Ada 


keinginan yang kuat, namun bukan keinginan yang 

merana. Ia akan memiliki kehausan yang mengingin-

kan Tuhan   lebih dari segalanya, lebih dan lebih lagi, 

namun bukan kehausan yang tanpa pengharapan. 

b.  Oleh sebab  itu ia tidak akan haus untuk selama-

lamanya, sebab  air yang Kristus berikan akan men-

jadi mata air di dalam dirinya. Ia tak akan dapat ke-

kurangan sebab  memiliki di dalam dirinya sumber 

persediaan dan kepuasan. 

(a)  Selalu tersedia, sebab  mata air itu ada di dalam 

dirinya. Pokok anugerah yang tertanam di dalam 

dirinya merupakan mata air penghiburan bagi-

nya (7:38). Orang yang baik dipuaskan dari da-

lam dirinya sendiri, sebab  Kristus berdiam di 

dalam hatinya. Urapan berdiam di dalam dia; dia 

tidak perlu pergi kepada dunia untuk mendapat-

kan penghiburan, sebab  karya dan kesaksian 

Roh di dalam hatinya melengkapinya dengan se-

buah dasar pengharapan yang kokoh dan sum-

ber sukacita yang melimpah ruah. 

(b) Tidak pernah berhenti mengalir, sebab  mata air 

itu ada di dalam dia. Orang yang memiliki hanya 

seember air tidak akan kehausan selama masih 

ada air tersebut, namun   air itu akan segera habis. 

namun   orang-orang percaya memiliki di dalam diri 

mereka mata air yang mengalir dan selalu 

mengalir. Mata air ini yaitu  asas-asas iman dan 

kasih yang dibentuk oleh agama kudus Kristus di 

dalam jiwa mereka.  

[a] Air itu memancar keluar, selalu bergerak, 

memperlihatkan tindakan-tindakan kasih ka-

runia yang kuat dan giat. Jika kebenaran-

kebenaran yang baik tidak mengerjakan apa-

apa di dalam jiwa kita, seperti air yang meng-

genang, maka kebenaran-kebenaran itu tidak 

memenuhi tujuan kita menerimanya. Jika ada 

harta yang baik di dalam hati, maka kita 

harus menghasilkan hal-hal yang baik. 

[b] Air itu memancar sampai kepada kehidupan 

kekal.  

Ini mengisyaratkan:  

Pertama, tujuan dari tindakan-tindakan 

kebaikan. Jiwa yang sudah dikuduskan 

mengarahkan pandangannya ke sorga, men-

jadikan sorga sebagai tujuannya, melibatkan 

sorga dalam rancangannya, melakukan segala 

sesuatu untuk sorga, dan tidak akan meng-

inginkan apa pun selain sorga. Kehidupan 

rohani memancar menuju kesempurnaannya 

dalam kehidupan kekal.  

Kedua, kesinambungan dari tindakan-tin-

dakan itu, yang akan terus memancar hingga 

mencapai kesempurnaan.  

Ketiga, mahkota untuk semua itu akhir-

nya yaitu  kehidupan kekal. Air hidup me-

mancar dari sorga, dan sebab  itu memancar 

menuju sorga (Pkh. 1:7). 

Jadi, bukankah air hidup ini lebih baik dibandingkan  air 

sumur Yakub? 

[6] wanita  tersebut (apakah ia mengolok-olok atau ber-

sungguh-sungguh, sulit kita ketahui) memohon kepada 

Kristus supaya Ia memberikan air itu kepadanya (ay. 

15): Berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus.  

Pertama, beberapa orang berpikir ia mengolok-olok, 

dan mencemooh perkataan Kristus sebagai omong ko-

song belaka, dan dengan cemoohannya itu ia memohon, 

bukan sebab  menginginkan, melainkan untuk menan-

tang Kristus supaya memberinya air itu. “Ini penemuan 

yang langka. Ini akan banyak meringankan kesusahan-

ku, sebab  aku tidak usah datang lagi ke sini untuk 

menimba air.” namun  ,  

Kedua, sebagian orang lain lagi berpikir bahwa per-

mohonan ini maksudnya baik, hanya saja acuh tak 

acuh dan tidak sungguh-sungguh diinginkan. Ia me-

mang mengerti bahwa Kristus membicarakan sesuatu 

yang sangat baik dan berguna, dan sebab  itu ia meng-

aminkannya saja, tanpa maksud tertentu. Apa pun itu, 

berikanlah kepadaku, siapakah yang mau menunjukkan 

kebaikan padaku? Kenyamanan atau keringanan dalam 

bekerja yaitu  suatu hal yang berharga bagi orang-

orang miskin yang harus bekerja membanting tulang.  

Perhatikan: 

1.  Bahkan mereka yang lemah dan bodoh masih memi-

liki suatu keinginan samar-samar dan tidak me-

nentu akan Kristus dan karunia-karunia-Nya, serta 

beberapa kerinduan baik untuk mendapatkan anu-

gerah dan kemuliaan. 

2.  Hati yang duniawi, seberapa baik pun keinginan ha-

tinya itu, tidak dapat melihat lebih tinggi dibandingkan  

tujuan-tujuan duniawi. “Berikanlah itu padaku,” 

katanya, “bukan supaya aku boleh mendapatkan ke-

hidupan kekal” (seperti yang ditawarkan Kristus), 

“melainkan supaya aku tidak usah datang lagi ke 

sini untuk menimba air.” 

2.  Pokok pembicaraan yang berikutnya dengan wanita  ini 

yaitu  mengenai suaminya (ay. 16-18). Kristus memulainya 

bukan untuk menghentikan percakapan tentang air hidup, se-

perti banyak orang memasukkan hal-hal yang tidak ada kait-

annya ke dalam percakapan supaya mereka dapat menghenti-

kan suatu pokok pembicaraan yang serius. Kristus menying-

gung soal suaminya dengan tujuan yang murah hati. Ia me-

nyadari bahwa apa yang Ia katakan tentang karunia-Nya dan 

kehidupan kekal kurang berkesan bagi wanita  tersebut, 

sebab  ia belum diyakinkan tentang dosanya. Oleh sebab  itu, 

Ia menghentikan pembicaraan tentang air hidup untuk semen-

tara, lalu mulai mencoba membangunkan hati nurani perem-

puan ini, untuk membuka luka rasa bersalahnya, supaya 

dengan demikian ia akan lebih mudah memahami perlunya 

penyembuhan dengan anugerah. Inilah cara berurusan dengan 

jiwa-jiwa; mereka pertama-tama harus dibuat letih dan men-

derita sebab  beban dosa, lalu dibawa kepada Kristus untuk 

memperoleh istirahat. Pertama tusuklah pada jantungnya, lalu 

sembuhkanlah. Ini yaitu  pelajaran tentang tubuh rohani, 

dan jika kita tidak mengikuti urutan ini berarti kita memulai 

dari ujung yang salah. 

Perhatikan: 

(1) Betapa bijaksana dan sopannya Kristus memulai pokok 

pembicaraan ini (ay. 16): Pergilah, panggillah suamimu dan 

datang ke sini.  

Nah di sini: 

[1] Perintah yang Kristus berikan kepadanya memiliki mak-

sud yang sangat baik: “Panggillah suamimu, supaya ia 

dapat mengajarimu, dan membantumu memahami hal-

hal yang sama sekali tidak engkau mengerti.” Para istri 

yang ingin memahami sesuatu harus menanyakannya 

kepada suaminya (1Kor. 14:35), yang harus hidup ber-

sama mereka sebagai laki-laki yang bijaksana (1Ptr. 

3:7). “Panggillah suamimu, supaya ia dapat belajar ber-

sama-sama denganmu, supaya kemudian kalian dapat 

menjadi teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehi-

dupan. Panggillah suamimu, supaya ia dapat menyaksi-

kan apa yang terjadi di antara kita.” Kristus hendak 

mengajar kita untuk melakukan apa yang baik bagi se-

mua orang dan untuk mempelajari apa yang terpuji. 

[2] Selain memiliki maksud yang baik, perintah-Nya itu 

juga memiliki rancangan yang baik, sebab  dari sini Ia 

hendak mengambil kesempatan untuk mengingatkan 

dia akan dosanya. Dibutuhkan seni dan kebijaksanaan 

dalam memberikan teguran dengan cara tidak lang-

sung, seperti yang dilakukan wanita  dari Tekoa 

(2Sam. 14:20). 

(2) Betapa kerasnya wanita  tersebut berusaha menghin-

dari kesalahannya terungkap, namun tanpa sadar menun-

jukkan kesalahannya sendiri; tanpa sadar ia mengakui 

kesalahannya dengan mengatakan Aku tidak memiliki  

suami. Maksudnya tidak lebih untuk mengatakan bahwa ia 

tidak peduli untuk memberitahukan suaminya, dan biarlah 

perkara suaminya ini tidak usah disinggung-singgung lagi. 

Ia tidak ingin memanggil suaminya datang ke tempat itu, 

supaya jangan sampai dalam pembicaraan selanjutnya ke-

benaran tentang dirinya menjadi terungkap dan membuat- 

nya malu. Oleh sebab  itu, “Kumohon lanjutkan, bicarakan 

tentang hal lain saja, aku tidak memiliki  suami.” Meski-

pun benar dia tidak memiliki  suami, dia akan dikira 

seorang pelayan atau seorang janda, padahal kedua hal itu 

tidak benar. Pikiran duniawi sangat cerdik dalam mengalih-

kan pengungkapan kesalahan, dan dengan hati-hati menu-

tupi dosa supaya tetap merasa aman.  

(3) Dengan tepatnya Tuhan kita Yesus mengembalikan kesa-

daran hati nuraninya. Mungkin Ia mengatakan lebih ba-

nyak dibandingkan  yang tercatat di sini, sebab wanita  ini 

mengatakan bahwa Kristus mengatakan semua yang per-

nah ia lakukan (ay. 29), sedangkan yang tercatat di sini 

hanyalah mengenai suami-suaminya.  

Di sini kita temukan: 

[1] Sebuah cerita mengejutkan tentang perbuatan masa 

lalunya: Engkau sudah memiliki  lima suami. Tidak 

diragukan lagi, ini bukanlah penderitaannya (bahwa 

sekian banyak suaminya telah meninggal), melainkan 

dosanya, yang hendak dicela oleh Kristus. Mungkin ia 

kawin lari (sebab  hukum yang berlaku), lari dari 

suami-suaminya untuk menikahi pria lain. Mungkin ia 

seorang yang tidak bertanggung jawab, najis, dan tidak 

setia, sehingga suami-suaminya menceraikan dia. Atau 

mungkin juga, dengan cara yang bertentangan dengan 

hukum Taurat, ia menceraikan mereka. Orang-orang 

yang menganggap remeh perbuatan-perbuatan memalu-

kan seperti ini, seakan-akan dosa ini seperti angin lalu 

saja, haruslah ingat bahwa Kristus mencatat segala 

sesuatu dan akan membuat perhitungan mengenainya. 

[2] Suatu teguran keras terhadap keadaan hidupnya saat 

itu: Yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. 

Mungkin ia tidak pernah menikahinya sama sekali, atau 

laki-laki itu memiliki istri lain, atau yang paling mung-

kin yaitu  bahwa bekas suaminya (satu, beberapa, atau 

semuanya) masih hidup, yang berarti ia hidup dalam 

perzinahan. Namun perhatikan bagaimana Kristus me-

nyampaikan teguran-Nya dengan lembut. Ia tidak me-

nyebut dia pelacur, melainkan mengatakan, Yang ada 

sekarang padamu, bukanlah suamimu, dan membiarkan 

hati nuraninya mengatakan selebihnya. Perhatikan, te-

guran biasanya paling banyak berguna jika paling sedi-

kit membangkitkan amarah. 

[3] Namun di dalamnya Kristus memberikan penafsiran 

yang lebih baik atas apa yang wanita  tersebut kata-

kan, dibandingkan  yang benar-benar hendak ditunjukkan-

nya dengan cara berbelit-belit dan menghindar: Tepat 

katamu, bahwa engkau tidak memiliki  suami, dan 

lagi, Dalam hal ini engkau berkata benar. Apa yang pe-

rempuan tersebut maksudkan sebagai penyangkalan 

terhadap kenyataan (bahwa ia tidak menikah dengan 

laki-laki yang tinggal dengannya), Kristus mengartikan-

nya dengan lebih baik, atau setidaknya membalikkan 

kepadanya, sebagai sebuah pengakuan atas kesalahan. 

Perhatikan, orang-orang yang hendak memenangkan 

jiwa-jiwa harus menggunakan apa yang terbaik yang 

ada pada jiwa-jiwa itu, mereka harus bekerja berdasar-

kan sifat-sifat baik yang ada pada jiwa-jiwa itu. Sebalik-

nya, jika jiwa-jiwa itu dijelek-jelekkan, maka pasti mere-

ka akan lebih mengamuk dengan sifat-sifat buruk mere-

ka. 

3. Pokok percakapan berikutnya dengan wanita  tersebut 

yaitu  mengenai tempat ibadah (ay. 19-24).  

Perhatikan: 

(1) Masalah hati nurani yang dikemukakan wanita  terse-

but kepada Kristus, mengenai tempat ibadah (ay. 19-20). 

[1] Alasan ia harus menyampaikan masalah ini: Tuhan, 

nyata sekarang padaku, bahwa engkau seorang nabi. Ia 

tidak menyangkal kebenaran dari apa yang Kristus 

tuduhkan kepadanya, melainkan dengan sikap diamnya 

itu ia mengakui adilnya teguran itu. Ia juga tidak 

menjadi marah sebab  teguran itu, seperti yang terjadi 

dengan banyak orang kalau tempat lukanya disentuh. 

Ia tidak menghubungkan teguran Kristus dengan pera-

saan muak yang biasa dimiliki orang Yahudi terhadap 

orang Samaria, melainkan bersedia menerima teguran 

itu (ini yaitu  hal yang jarang terjadi). Bukan hanya itu 

saja, ia bahkan melangkah lebih jauh lagi:  

Pertama, ia berbicara dengan hormat kepada Kris-

tus, dengan memanggilnya Tuhan (KJV: Tuan). Demi-

kianlah kita harus menghormati orang-orang yang mem-

perlakukan kita dengan baik. Ini yaitu  hasil dari kele-

mahlembutan Kristus dalam menegur dia. Kristus tidak 

menggunakan bahasa yang kasar untuk berbicara de-

ngannya, maka ia pun melakukan hal yang sama. 

Kedua, ia mengakui Kristus sebagai seorang nabi, 

yang memiliki hubungan dengan sorga. Perhatikan, 

kuasa perkataan Kristus dalam menyelidiki hati, dan 

menyadarkan hati nurani akan dosa yang tersembunyi, 

yaitu  bukti yang sangat kuat bahwa kuasa-Nya itu 

berasal dari Tuhan  , (1Kor. 14:24-25).  

Ketiga, wanita  ini menginginkan pengajaran 

lebih jauh dari Kristus. Banyak orang tidak marah 

saat  ditegur, juga tidak menentang, namun takut dan 

menjauh dari orang-orang yang menegur mereka. namun   

wanita  ini justru ingin meneruskan percakapan 

dengan Dia yang telah menunjukkan kesalahannya. 

[2] Masalah yang ia ajukan mengenai tempat ibadah ke-

agamaan untuk umum. Beberapa orang berpikir bahwa 

wanita  tersebut memulai pokok percakapan ini un-

tuk meninggalkan percakapan lebih jauh tentang dosa-

nya. Pertentangan-pertentangan dalam agama sering 

kali berurusan dengan rasa saling curiga mengenai ke-

salehan orang lain, namun tampaknya ia mengajukan 

pokok tersebut dengan maksud yang baik. Ia mengerti 

bahwa ia harus menyembah Tuhan, dan ingin melaku-

kannya dengan benar. Oleh sebab  itu, ia memanfaat-

kan pertemuannya dengan seorang nabi untuk meminta 

petunjuk darinya. Perhatikan, kita bersikap bijaksana 

jika kita memanfaatkan setiap kesempatan untuk men-

dapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berhu-

bungan dengan Tuhan  . saat  kita bersama dengan 

orang-orang yang layak untuk mengajar, marilah kita 

berkeinginan kuat untuk belajar, dan siap mengajukan 

pertanyaan yang baik kepada orang yang mampu mem-

berikan jawaban yang baik pula. Orang Yahudi dan 

orang Samaria sama-sama setuju bahwa Tuhan   harus 

disembah (bahkan orang-orang bodoh yang menyembah 

Tuhan  -Tuhan   palsu pun tahu diri untuk jangan sampai 

tidak menyembah apa-apa), dan bahwa ibadah keaga-

maan yaitu  urusan yang sangat penting: orang tidak 

akan berselisih tentang ibadah jika tidak memiliki kepe-

dulian tentang hal itu. Namun perbedaan yang menjadi 

masalah yaitu  di mana mereka harus menyembah 

Tuhan  . Perhatikan bagaimana ia menyatakan masalah 

tersebut: 

Pertama, bagi orang Samaria: Nenek moyang kami 

menyembah di atas gunung ini, dekat dengan kota ini 

dan sumur ini. Di sana bait orang Samaria dibangun 

oleh Sanbalat, mendukung apa yang wanita  ini 

katakan secara tidak langsung, 

1.  Bahwa apa pun baitnya, tempat itu suci. Tempat itu 

yaitu  gunung Gerizim, yaitu gunung di mana ber-

kat-berkat Tuhan   dinyatakan. Sebagian orang berpikir 

itu yaitu  tempat yang sama di mana Abraham 

membangun mezbahnya (Kej. 12:6-7) dan Yakub 

juga (Kej. 33:18-20). 

2. Bahwa ibadah mereka itu sudah menjadi suatu 

ketetapan hukum: Nenek moyang kami menyembah 

di sini. Ia berpikir bahwa masa lalu, tradisi, dan pe-

warisan ada di pihak mereka. Suatu cara hidup yang 

sia-sia sering kali dipertahankan dengan alasan ini, 

bahwa hal itu kami warisi dari nenek moyang kami. 

Namun, ia tidak punya banyak alasan untuk me-

nyombongkan nenek moyang mereka, sebab , saat  

Antiokhus menganiaya bangsa Yahudi, orang-orang 

Samaria yang takut harus mengalami penderitaan 

yang sama dengan mereka, bukan hanya memutus-

kan semua hubungan dengan bangsa Yahudi, me-

lainkan juga menyerahkan bait mereka kepada 

Antiokhus, dengan permintaan supaya bait itu di-

persembahkan kepada Jupiter Olympius, dan diberi 

nama sesuai dengan namanya (Josephus, Antiq. 12. 

257-264). 

Kedua, bagi orang Yahudi: Kamu katakan, bahwa 

Yerusalemlah tempat orang menyembah. Orang Samaria 

mengatur diri mereka sendiri dengan lima kitab Musa, 

dan (menurut beberapa orang) hanya kelima kitab itu 

saja yang mereka terima sebagai kanon (hukum utama) 

mereka. Nah, walaupun mereka menemukan di dalam 

kitab-kitab itu disebutkan beberapa kali mengenai tem-

pat yang akan dipilih Tuhan  , namun   mereka tidak mene-

mukan nama tempat itu disebut di sana. Selain itu, 

mereka melihat bait Tuhan   di Yerusalem telah banyak 

dilucuti dari kejayaan masa lalunya, dan sebab  itu 

mereka pikir mereka bebas mendirikan tempat lain, 

mezbah melawan mezbah. 

(2) Jawaban Kristus atas masalah hati nurani ini (ay. 21 dan 

seterusnya). Orang-orang yang mendekatkan dirinya kepa-

da Kristus untuk menerima pengajaran akan menemukan 

Dia lemah lembut, mengajarkan jalan-Nya kepada orang-

orang yang rendah hati.  

Nah, di sini kita melihat: 

[1] Dengan enteng, Kristus menjawab pertanyaan tentang 

tempat ibadah yang diajukan wanita  tersebut (ay. 

21): “Hai wanita , percayalah kepada-Ku sebagai 

nabi, dan perhatikanlah apa yang Aku katakan. Engkau 

boleh saja berharap-harap agar suatu waktu kelak, 

entah oleh wahyu ilahi atau tanda-tanda dari Tuhan  , ma-

salah ini akan diputuskan apakah Yerusalem atau gu-

nung Gerizim. Namun, Aku katakan kepadamu seka-

rang saatnya kini sudah dekat bahwa tidak akan ada 

lagi pertanyaan. Apa yang diajarkan kepadamu itu se-

bagai sesuatu yang sangat penting, akan dikesamping-

kan sebagai hal yang tidak ada apa-apanya.” Perhati-

kan, persaingan kita bisa menjadi reda bila kita berpikir 

bahwa masalah-masalah yang saat ini membebani kita 

dan yang begitu kita ributkan itu akan segera hilang 

dan tidak akan ada lagi. Hal-hal yang begitu kita per-

tengkarkan sedang berlalu: Saatnya akan tiba, bahwa 

kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan 

bukan juga di Yerusalem.   

Pertama, sasaran penyembahan kita harus selalu 

tetap sama, yaitu Tuhan  , sebagai Bapa. Dengan dasar pe-

mikiran inilah orang-orang yang kafir sekalipun me-

nyembah Tuhan  , demikian juga orang-orang Yahudi, dan 

mungkin pula orang-orang Samaria.   

Kedua, segala pengagungan dan perbedaan tentang 

tempat ibadah harus diakhiri. Sistem pemerintahan Ya-

hudi akan segera runtuh dan pemerintahan Injili akan 

bangkit, dan hal ini akan diatur sama dan umum bagi 

semua, supaya tidak peduli di manapun orang menyem-

bah Tuhan  , semuanya sama dan orang tidak terikat pada 

suatu tempat. Tidak di sini atau di sana, melainkan 

keduanya, di mana saja, di segala tempat. Perhatikan, 

penyembahan Tuhan   sekarang, di bawah Injil, tidak ter-

ikat dengan suatu tempat tertentu, seperti yang terjadi 

di bawah hukum Taurat. Sebaliknya, kehendak Tuhan   

supaya manusia bisa beribadah di mana saja (1Tim. 

2:8; Mal. 1:11). Pikiran kita mengajar kita untuk meme-

riksa kepantasan dan kenyamanan tempat kita beriba-

dah, namun   agama kita tidak menganggap suatu tempat 

lebih baik dari tempat lainnya, dalam kaitannya dengan 

kekudusan dan perkenanan Tuhan  . Mereka yang lebih 

menyukai ibadah tertentu hanya sebab  masalah ru-

mah atau gedung tempat ibadah itu (walaupun gedung-

nya megah dan penahbisannya sekhidmat bait Salomo), 

melupakan bahwa saatnya akan tiba bahwa tidak akan 

ada lagi perbedaan demikian dalam pandangan Tuhan  , 

tidak juga antara Yerusalem yang pernah sangat terke-

nal dengan kekudusannya dengan gunung di Samaria 

yang pernah sangat tidak disukai sebab  ketidaksaleh-

annya. 

[2]  Kristus memberi penekanan pada hal-hal lain mengenai 

ibadah keagamaan. saat  Ia menganggap enteng tem-

pat ibadah, Ia tidak bermaksud untuk mengurangi ke-

pedulian kita terhadap ibadah itu sendiri. sebab  itu Ia 

mengambil kesempatan untuk membicarakannya de-

ngan lebih menyeluruh. 

Pertama, mengenai pertentangan yang ada saat itu, 

Ia menetapkan bahwa Ia menentang ibadah Samaria, 

dan memihak orang Yahudi (ay. 22).  

Di sini Ia memberitahukan: 

1. Bahwa orang-orang Samaria memang bersalah. Se-

lama Yerusalem masih diutamakan, menyembah di 

gunung itu merupakan dosa. Selain itu, yang ter-

utama, mereka tidak mengenal apa yang mereka 

sembah. Seandainya inti dari penyembahan itu sen-

diri dilakukan dengan sebenar-benarnya, maka iba-

dah yang terpisah dari Yerusalem tidak akan diper-

masalahkan, seperti bukit-bukit pengorbanan pada 

masa raja-raja terbaik. namun  , yang menjadi masa-

lahnya, Kamu menyembah apa yang tidak kamu 

kenal, atau apa yang tidak kamu ketahui. Mereka 

menyembah Tuhan   Israel, Tuhan   yang sejati (Ezr. 4:2; 

2Raj. 17:32), namun mereka tenggelam dalam keti-

daktahuan yang besar. Mereka menyembah Dia se-

bagai Tuhan   negeri itu (2Raj. 17:27, 33), sebagai dewa 

setempat, seperti para Tuhan   bangsa-bangsa, padahal 

Tuhan   harus disembah sebagai Tuhan  , sebagai pencip-

ta alam semesta dan Tuhan. Perhatikan, kebodohan 

tidak mungkin dapat melahirkan ibadah yang benar, 

justru membinasakannya. Mereka yang menyembah 

Tuhan   dalam kebodohan sama seperti mempersem-

bahkan korban yang buta, dan ini yaitu  korban 

orang-orang bodoh. 

2.  Bahwa orang Yahudi memang benar. sebab , 

(1) “Kami menyembah apa yang kami kenal. Kami 

melangkah di atas dasar yang pasti dalam pe-

nyembahan kami, sebab  bangsa kami diajar dan 

dilatih dalam pengetahuan tentang Tuhan  , seba-

gaimana Ia menyatakan diri-Nya dalam Kitab 

Suci.” Perhatikan, mereka yang memperoleh pe-

ngetahuan tentang Tuhan   melalui Kitab Suci (ya-

itu pengetahuan yang pasti walaupun tidak sem-

purna) dapat menyembah Dia dengan ketenangan 

dalam diri dan berkenan bagi Dia, sebab  mereka 

menyembah apa yang mereka kenal. Di kesem-

patan lain Kristus mencela betapa rusaknya iba-

dah orang Yahudi (Mat. 15:9), namun   di sini Ia 

membela ibadah itu sendiri. Ibadah dapat saja 

benar walaupun masih belum murni dan sem-

purna. Perhatikan, Tuhan kita Yesus senang me-

nempatkan diri-Nya di antara penyembah-

penyembah Tuhan  : Kami menyembah. Sekalipun Ia 

yaitu  Anak (dan kemudian anak-anak Tuhan   

pun memiliki kebebasan), Ia telah belajar menjadi 

taat, dalam masa kehinaan-Nya. Janganlah 

orang-orang yang hebat menganggap rendah pe-

nyembahan kepada Tuhan  , sebab  Anak Tuhan   

sendiri menyembah. 

(2) Keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Oleh 

sebab  itu mereka mengenal apa yang mereka 

sembah, dan apa yang menjadi dasar penyem-

bahan mereka. Tidak berarti seluruh bangsa 

Yahudi akan diselamatkan, namun   juga tidak ber-

arti bahwa tidak mungkin banyak orang non-

Yahudi dan orang-orang Samaria dapat disela-

matkan, sebab  setiap orang dari bangsa mana 

pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan 

kebenaran akan diterima oleh Dia. Namun demi-

kian, yang pasti yaitu  bahwa: 

[1] Pembawa keselamatan kekal itu datang dari 

bangsa Yahudi, muncul di antara mereka 

(Rm. 9:5), dan diutus pertama-tama untuk 

memberkati mereka. 

[2] Alat keselamatan kekal diberikan kepada me-

reka. Kabar keselamatan (Kis. 13:26) datang 

dari bangsa Yahudi. Keselamatan itu disam-

paikan kepada mereka, lalu bangsa-bangsa 

lain menerimanya melalui mereka. Ini yaitu  

tuntunan yang pasti dalam ibadah-ibadah 

mereka, dan mereka mengikuti tuntunan itu, 

sehingga mereka mengenal apa yang mereka 

sembah. Kepada mereka telah dipercayakan 

firman Tuhan   (Rm. 3:2) dan ibadah (Rm. 9:4). 

Oleh sebab  itu bangsa Yahudilah yang me-

miliki hak istimewa dan menjadi yang terda-

hulu, dan sikap bangsa Samaria yang berusa-

ha menyaingi mereka yaitu  suatu kesom-

bongan. 

Kedua, Kristus menggambarkan ibadah yang berda-

sarkan Injil sebagai satu-satunya ibadah yang akan 

diterima Tuhan   dan menyenangkan hati-Nya. sesudah  me-

nunjukkan bahwa tempat bukan hal yang penting, Ia 

mulai menunjukkan apa yang perlu dan sangat menda-

sar, yaitu kita menyembah Tuhan   dalam roh dan kebe-

naran (ay. 23-24). Penekanannya bukan terletak pada 

tempat kita menyembah Tuhan  , melainkan pada sikap 

pikiran kita saat  menyembah Tuhan  . Perhatikan, cara 

yang paling tepat untuk menangani perbedaan-perbeda-

an keagamaan yang sepele yaitu  dengan lebih ber-

sungguh-sungguh dalam hal-hal yang lebih penting. 

Mereka yang setiap hari lebih mementingkan menyem-

bah di dalam roh, seharusnya tidak memperdebatkan 

apakah ia harus menyembah di sini atau di sana. 

Walaupun Kristus secara adil lebih memihak ibadah 

orang Yahudi dibandingkan  ibadah orang Samaria, di sini Ia 

mengisyaratkan bahwa ibadah orang Yahudi itu pun 

masih tidak sempurna. Ibadah mereka seremonial, 

hanya berisi peraturan-peraturan belaka (Ibr. 9:1, 10). 

Mereka yaitu  penyembah-penyembah yang duniawi, 

dan tidak mengenai bagian sebelah dalam dari ibadah 

yang ilahi. Perhatikan, mungkin saja kita lebih baik 

dibandingkan  orang lain, namun   belum sebaik yang seharus-

nya. Kita harus berusaha untuk benar, bukan hanya 

dalam hal sasaran penyembahan kita, namun   juga dalam 

hal caranya. Inilah yang diajarkan Kristus di sini. 

Perhatikanlah: 

a.  Perubahan cepat yang besar dan agung, yang akan 

mengawali perubahan dalam hal beribadah ini: Saat-

nya akan datang dan sudah tiba sekarang, saat yang 

sudah dinyatakan dengan pasti, sudah lama ditetap-

kan mengenai kapan saat itu tiba dan berapa lama 

berlangsung. Waktu kedatangan saat itu ditetapkan 

bahkan sampai pada harinya, alangkah tepat dan 

terperincinya segala rencana Tuhan  . Berlangsungnya 

saat itu dibatasi pada suatu hari tertentu, alangkah 

dekat dan mendesaknya kesempatan untuk menda-

patkan kasih karunia Tuhan   (2Kor. 6:2). Saatnya da-

tang, sedang datang dengan seluruh kekuatan, 

kilau, dan kesempurnaannya. Sekarang saat itu da-

lam waktu pembuahannya. Rembang tengah hari 

akan tiba, dan sekarang sedang fajar. 

b.  Perubahan yang membawa berkat itu sendiri. Pada 

zaman Injil penyembah-penyembah benar akan men-

yembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Sebagai 

makhluk hidup, kita menyembah Bapa dari segala 

makhluk: sebagai orang Kristen, kita menyembah 

Bapa Tuhan kita Yesus. Yang akan berubah yaitu , 

(a) Sifat penyembahan. Orang Kristen akan me-

nyembah Tuhan  , bukan dengan menjalankan per-

aturan-peraturan hukum Musa, melainkan kete-

tapan-ketetapan rohani, yang mengandung sedi-

kit saja perbuatan tubuh, namun   lebih digerakkan 

dan dihidupkan dengan kuasa dan kekuatan 

Tuhan  . Cara penyembahan yang ditetapkan Kris-

tus masuk akal dan cerdas, serta dibersihkan 

dari segala tata cara dan upacara-upacara lahi-

riah yang memicu  penyembahan dalam 

Perjanjian Lama menjadi tidak jelas dan tersum-

bat. Penyembahan yang ditetapkan Kristus ini di-

sebut penyembahan yang sejati, berlawanan de-

ngan penyembahan yang biasa ditemukan sebe-

lumnya. Ibadah-ibadah menurut hukum yaitu  

gambaran saja dari yang sebenarnya (Ibr. 9:3, 

24). Mereka yang berpaling dari kekristenan dan 

beralih ke agama Yahudi dikatakan mulai dengan 

Roh, dan mengakhirinya di dalam daging (Gal. 

3:3). Demikianlah perbedaan antara ketetapan 

Perjanjian Lama dengan ketetapan Perjanjian 

Baru. 


(b)  Sifat dan watak para penyembah. Penyembah-pe-

nyembah yang benar yaitu  orang-orang Kristen 

yang baik, yang berbeda dari orang-orang muna-

fik. Mereka semua harus dan akan menyembah 

Tuhan   dalam roh dan kebenaran. Ini merupakan 

sifat (ay. 23) dan kewajiban (ay. 24) mereka. Per-

hatikan, semua orang yang menyembah Tuhan   di-

tuntut untuk menyembah Dia dalam roh dan 

kebenaran.  

Kita harus menyembah Tuhan  :  

[a] Dalam roh (Flp. 3:3). Kita harus bergantung 

kepada Roh Tuhan   untuk mendapatkan ke-

kuatan dan pertolongan-Nya, dengan menem-

patkan jiwa kita di bawah pengaruh dan pe-

kerjaan-Nya. Kita harus mengabdikan bagi 

Tuhan   roh kita dan menggunakannya untuk 

melayani Tuhan   (Rm. 1:9), menyembah Dia de-

ngan pikiran yang teguh dan kasih yang me-

nyala-nyala, dengan sepenuh hati kita. Ka-

dang kala kata roh dipakai untuk menyata-

kan sifat yang baru, sebagai lawan dari da-

ging, yang menyatakan sifat yang rusak. Se-

lain itu, menyembah Tuhan   dengan roh kita 

berarti menyembah Tuhan   dengan rasa syukur 

kita (Ibr. 12:28). 

[b] Dalam kebenaran, artinya dalam ketulusan. 

Tuhan   tidak hanya menuntut batin dalam pe-

nyembahan kita, melainkan harus ada kebe-

naran dalam batin (Mzm. 51:8). Kita harus le-

bih mempedulikan kuasa ibadah dibandingkan  

segi lahiriahnya, harus mengarahkan diri 

pada kemuliaan Tuhan  , dan bukan supaya dili-

hat orang. Kita harus menghadap Tuhan   de-

ngan hati yang tulus ikhlas (Ibr. 10:22). 

Ketiga, Kristus mengisyaratkan alasan mengapa 

Tuhan   harus disembah dengan cara demikian. 

a. sebab  di zaman Injil hanya mereka yang menyem-

bah Tuhan   dengan cara demikian sajalah yang diang-

gap sebagai penyembah-penyembah yang benar. Injil 

menegakkan cara penyembahan yang rohani, se-

hingga orang-orang yang mengaku percaya kepada 

Injil tidaklah jujur dalam pengakuan mereka dan 

tidak hidup berdasarkan terang Injil dan hukum 

Tuhan  , jika mereka tidak menyembah Tuhan   dalam roh 

dan kebenaran. 

b.  sebab  Bapa menghendaki penyembah-penyembah 

demikian.  

Ini mengisyaratkan: 

(a)  Bahwa penyembah-penyembah yang demikian 

itu sangat langka dan jarang ditemui (Yer. 30:21). 

Pintu yang menuju kepada penyembahan rohani 

itu sempit. 

(b) Bahwa penyembahan yang demikian itu diperlu-

kan dan dituntut oleh Tuhan   di sorga. saat  Tuhan   

datang untuk menanyakan para penyembah, per-

tanyaan-Nya bukanlah “Siapakah yang menyem-

bah di Yerusalem?”, melainkan “Siapakah yang 

menyembah di dalam roh?”. Itulah yang akan di-

nilai. 

(c)  Bahwa Tuhan   amat berkenan dan dengan murah 

hati menerima penyembahan dan penyembah-pe-

nyembah yang demikian. Aku mengingininya 

(Mzm. 132:13-14; Kid. 2:14). 

(d)  Bahwa ada, dan akan tetap ada sampai akhirnya, 

sisa-sisa penyembah-penyembah yang demikian. 

Perkataan bahwa Tuhan   mencari penyembah-pe-

nyembah yang demikian menyiratkan bahwa 

Tuhan   menjadikan mereka demikian. Tuhan   di se-

gala zaman mengumpulkan bagi diri-Nya suatu 

generasi penyembah-penyembah rohani. 

c. sebab  Tuhan   itu Roh. Kristus datang untuk menyata-

kan Tuhan   kepada kita (1:8), dan inilah yang Ia nyata-

kan mengenai Tuhan  . Ia menyatakannya kepada pe-

rempuan Samaria yang malang itu, sebab  orang 

yang paling hina itu ingin mengenal Tuhan  . Dengan 

cara ini, Ia memperbaiki kesalahan wanita  itu 

mengenai hal beribadah yang benar, bahwa untuk 

beribadah, hal yang sangat diperlukan yaitu  me-

ngenal Tuhan   dengan benar.  

Perhatikan: 

(a) Tuhan   itu Roh, artinya Ia yaitu  akal budi yang 

tidak terbatas dan kekal, keberadaan yang cer-

das, tidak memiliki tubuh jasmani, tidak terben-

tuk dari partikel materi apa pun, tidak dapat dili-

hat, dan tidak dapat binasa. Lebih mudah me-

ngatakan apa yang bukan Tuhan   dibandingkan  apa 

Tuhan   itu; roh tidak ada daging dan tulangnya, 

namun siapakah yang mengetahui jalan sebuah 

roh? Jika Tuhan   bukan Roh, Ia tidak dapat sem-

purna, terbatas, tidak kekal, selalu bergantung, 

dan tidak bisa menjadi Bapa segala roh. 

(b)  Sifat Tuhan   yang rohani yaitu  alasan yang sa-

ngat baik mengapa Dia juga harus disembah se-

cara rohani. Jika kita tidak menyembah Tuhan   

yang yaitu  Roh itu di dalam roh, maka kita 

tidak memberi Dia kemuliaan sebab  nama-Nya, 

dan itu sama saja dengan tidak menyembah, dan 

sebab  itu pula kita tidak dapat berharap akan 

mendapatkan belas kasih dan perkenanan-Nya, 

dan akhirnya kita gagal mencapai tujuan kita 

menyembah Dia (Mat. 15:8-9). 

4. Pokok pembicaraan terakhir dengan wanita  ini yaitu  me-

ngenai Sang Mesias (ay. 25-26).  

Perhatikan di sini: 

(1) Iman wanita  tersebut, yang membuat ia menantikan 

Mesias: Aku tahu, bahwa Mesias akan datang – dan Ia akan 

memberitakan segala sesuatu kepada kami. Ia tidak ber-

keberatan dengan segala yang dikatakan Kristus. Yang ia 

ketahui hanyalah bahwa apa yang dikatakan Kristus itulah 

yang menjadi harapan orang dari Mesias yang akan datang 

itu. Dia tahu dia akan menerima pengharapan demikian 

dari Mesias itu, tapi sementara ini dia merasa lebih baik 

tidak percaya apakah Kristus ini benar-benar Sang Mesias 

itu. Demikianlah, ada banyak orang yang tidak memiliki  

akal budi untuk sesuatu yang berharga dalam genggaman 

mereka (Ams. 17:16), sebab  mereka pikir ada yang lebih 

baik dalam pandangan mereka, dan menipu diri mereka 

sendiri dengan janji bahwa mereka akan belajar nanti dari 

apa yang mereka abaikan sekarang. 

Perhatikanlah di sini: 

[1] Siapa yang ia nantikan: Aku tahu, bahwa Mesias akan 

datang. Walaupun orang Yahudi dan orang Samaria 

memiliki sangat banyak perbedaan, mereka sama-sama 

menantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya. Orang Sa-

maria menerima kitab-kitab yang ditulis Musa dan tidak 

asing dengan kitab para nabi. Mereka juga mengetahui 

harapan-harapan bangsa Yahudi. Orang yang tidak ba-

nyak tahu pun mengetahui bahwa Mesias akan datang. 

Penantian akan Dia begitu umum dan tidak ada yang 

menentangnya, dan penantian itu semakin memuncak 

pada saat itu (sebab  tongkat kerajaan sudah beranjak 

dari Yehuda, masa-masa Daniel hampir berakhir), se-

hingga wanita  tersebut menyimpulkan, bukan ha-

nya Ia akan datang, melainkan erchetai – “Ia datang 

(sekarang), Ia sudah dekat:” Mesias, yang disebut juga 

Kristus. Penulis kitab Injil ini mempertahankan kata 

Ibrani Messias (yang dipergunakan oleh wanita  ter-

sebut) untuk menghormati bahasa kudus tersebut, dan 

juga untuk menghormati jemaat Yahudi yang meng-

gunakannya sebagai bahasa yang sangat mereka kenal; 

namun, sebab  ia menulis untuk digunakan oleh orang-

orang bukan-Yahudi, ia menerjemahkannya juga ke 

dalam kata Yunani yang sama artinya, yang disebut 

juga Kristus – Yang Diurapi. Ini yaitu  contoh peraturan 

rasul, yaitu apa pun yang disampaikan dalam bahasa 

yang tidak dikenal atau kurang jelas harus ditafsirkan 

(1Kor. 14:27-28). 

[2] Apa diharapkan wanita  tersebut dari Kristus. “Ia 

akan memberitakan segala sesuatu kepada kami, yang 

berhubungan dengan ibadah kepada Tuhan  , yang perlu 

kami ketahui. Ia akan memberi tahu kami apa yang 

menjadi kekurangan kami, memperbaiki kesalahan 

kami, dan mengakhiri semua perselisihan kami. Ia akan 

memberi tahu kami pikiran Tuhan   dengan lengkap dan 

jelas, dan tidak menyembunyikan apa pun.”   

Nah, ini menyiratkan sebuah pengakuan:  

Pertama, tentang kekurangan dan ketidaksempurna-

an pengetahuan yang mereka miliki saat itu tentang 

kehendak Tuhan  , dan peraturan yang mereka miliki ten-

tang penyembahan Tuhan  , yang tidak mungkin menyem-

purnakan mereka yang datang mengambil bagian di da-

lamnya. Oleh sebab  itu mereka mengharapkan suatu 

kemajuan dan perbaikan dalam hal agama, saat untuk 

perubahan dan pemulihan.  

Kedua, tentang kesanggupan Mesias untuk mem-

buat perubahan ini: “Ia akan memberitakan segala se-

suatu kepada kami tentang hal-hal yang ingin kami 

ketahui, tentang hal-hal yang membuat kami berselisih 

dalam kegelapan. Ia akan membawa damai, dengan me-

nuntun kami kepada seluruh kebenaran dan menghalau 

kabut kesalahan.” Tampaknya, yang menjadi penghi-

buran untuk orang-orang baik di masa kegelapan itu 

yaitu  bahwa terang akan terbit. Jika mereka menya-

dari diri mereka telah sesat dan karam, mereka akan 

menjadi lega bila berkata, “Apabila Mesias datang, Ia 

akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Ke-

adaan ini mirip seperti kita saat ini sehubungan dengan 

kedatangan-Nya yang kedua: sekarang kita melihat 

dalam cermin, namun   nanti kita akan melihat muka de-

ngan muka. 

(2) Kemurahan hati Tuhan Yesus kita untuk memperkenalkan 

diri-Nya kepada wanita  itu: Akulah Dia, yang sedang 

berkata-kata dengan engkau (ay. 26). Kristus tidak pernah 

memperkenalkan diri-Nya dengan begitu jelas kepada siapa 

pun seperti yang Dia lakukan di sini kepada orang Samaria 

yang miskin ini, dan kepada orang buta itu (9:37). Tidak 

kepada Yohanes Pembaptis, saat  Dia mengirim utusan 

kepadanya (Mat. 11:4-5), tidak kepada orang-orang Yahudi, 

saat  mereka menantang Dia memberi tahu mereka apa-

kah Dia Sang Kristus itu (10:24).  

Namun: 

[1] Dengan cara ini Kristus ingin memberikan kehormatan 

kepada yang miskin dan terhina (Yak. 2:6). 

[2] wanita  ini, sejauh yang kita ketahui, tidak pernah 

memiliki kesempatan untuk melihat mujizat-mujizat 

Kristus, yang pada waktu itu merupakan cara yang bia-

sa untuk meyakinkan orang. Perhatikanlah, bagi orang-

orang yang tidak memiliki keuntungan sarana-sarana 

lahiriah pengetahuan dan anugerah, Tuhan   memiliki 

cara-cara rahasia untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

sebab  itu kita harus menilai orang-orang seperti itu 

dengan penuh kasih. Tuhan   dapat membuat cahaya anu-

gerah bersinar di dalam hati bahkan saat  Dia tidak 

membuat cahaya Injil bersinar pada wajah. 

[3] wanita  ini lebih siap menerima pengungkapan se-

perti itu dibandingkan  orang lain. Dia sangat menantikan 

Mesias, dan siap menerima perintah dari-Nya. Kristus 

akan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang yang de-

ngan jujur dan rendah hati ingin mengenal Dia: Akulah 

Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau. 

Lihatlah di sini:  

Pertama, betapa dekat Yesus Kristus dengan dia, ke-

tika dia tidak tahu siapa Dia (Kej. 28:16). Banyak yang 

meratapi ketidakhadiran Kristus, dan sangat merindu-

kan kehadiran-Nya, saat  pada saat yang sama Dia se-

dang berbicara kepada mereka.  

Kedua, bagaimana Kristus memperkenalkan diri-Nya 

kepada kita dengan berkata-kata kepada kita: Aku yang 

sedang berkata-kata dengan engkau, begitu dekat, be-

gitu meyakinkan, dengan penuh kepastian, dengan pe-

nuh kuasa, Akulah Dia.    

Kristus di Sumur Samaria 

(4:27-42) 

27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia 

sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita . namun   tidak seorang 

pun yang berkata: “Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau 

percakapkan dengan dia?” 28 Maka wanita  itu meninggalkan tempayan-

nya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:  29 

“Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu 

yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” 30 Maka mereka pun 

pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 31 Sementara itu murid-murid-

Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” 32 Akan namun   Ia berkata ke-

pada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” 33 Maka mu-

rid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah 

membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” 34 Kata Yesus kepada mere-

ka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan 

menyelesaikan pekerjaan-Nya. 35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan 

lagi tibalah musim menuai? namun   Aku berkata kepadamu: Lihatlah seke-

lilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang 

untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia me-

ngumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai 

sama-sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang 

seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk me-

nuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu 

datang memetik hasil usaha mereka.” 39 Dan banyak orang Samaria dari kota 

itu telah menjadi percaya kepada-Nya sebab  perkataan wanita  itu, yang 

bersaksi: “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.”  40 

saat  orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta ke-

pada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari 

lamanya. 41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya sebab  perka-

taan-Nya,  42 dan mereka berkata kepada wanita  itu: “Kami percaya, te-

tapi bukan lagi sebab  apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah men-

dengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”   

Dalam ayat-ayat ini diceritakan kisah selanjutnya mengenai apa yang 

terjadi saat  Kristus berada di Samaria, sesudah pembicaraan pan-

jang yang dilakukan-Nya dengan wanita  itu. 

I.  Percakapan yang terputus oleh kedatangan para murid. Mungkin 

ada lebih banyak lagi yang dikatakan dibandingkan  yang tercatat di 

sini; namun saat  baru saja percakapan itu berlanjut, saat  

Kristus telah memperkenalkan diri-Nya kepada wanita  itu 

sebagai Mesias yang sejati, pada saat itu datanglah murid-murid-

Nya. Puteri-puteri Yerusalem tidak boleh membangkitkan dan 

menggerakkan cinta sebelum diingininya.  

1.  Para murid tercengang melihat percakapan Kristus dengan pe-

rempuan ini. Mereka merasa heran bagaimana Dia berbicara 

dengan begitu sungguh-sungguh (sebab  mungkin mereka 

mengamati dari kejauhan) dengan seorang wanita , apa 

lagi seorang wanita  asing (biasanya Dia lebih menahan 

diri), terlebih lagi dengan seorang wanita  Samaria, yang 

tidak termasuk kawanan domba-domba yang hilang dari umat 

Israel. Mereka pikir seharusnya Guru mereka menghindari 

orang Samaria sebagaimana yang dilakukan orang Yahudi 

lainnya; paling tidak, seharusnya Dia tidak memberitakan Injil 

kepada mereka. Mereka bertanya-tanya mengapa Dia mau me-

rendahkan diri untuk bercakap-cakap dengan seorang perem-

puan yang sedemikian hina dan miskin. Mereka lupa betapa 

hinanya diri mereka sendiri saat  pertama kali Kristus me-

manggil mereka untuk bersekutu dengan Dia.  

2.  Namun demikian, mereka menerima tanpa bertanya-tanya. 

Mereka tahu bahwa Yesus melakukan itu dengan alasan yang 

baik, dengan tujuan yang baik, dan merasa tidak perlu mem-

beritahukannya kepada mereka; oleh sebab itu tak seorang 

pun dari mereka bertanya, Apa yang Engkau kehendaki? atau: 

Apa yang Engkau percakapkan dengan dia? Demikianlah, jika 

ada yang sukar dipahami mengenai firman atau pemeliharaan 

Tuhan  , alangkah baiknya jika kita sudah puas dengan keyakin-

an ini, bahwa segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan 

oleh Yesus Kristus pastilah merupakan sesuatu yang baik. 

Mungkin ada sesuatu yang keliru dalam keheranan mereka 

bahwa Kristus bercakap-cakap dengan wanita  itu: keke-

liruan yang sama dengan orang-orang Farisi yang bersungut-

sungut saat  Yesus makan bersama para pemungut cukai 

dan orang berdosa. Namun, apa pun yang mereka pikirkan, 

mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kapan pun 

engkau telah berpikir jahat, maka tekapkanlah tangan pada 

mulut, untuk mencegah pikiran jahat berubah menjadi perka-

taan yang jahat (Ams. 30:32; Mzm. 39:2-4). 

Pemberitahuan wanita  itu kepada orang-orang sekotanya 

mengenai orang luar biasa yang telah dijumpainya dengan suka-

cita (ay. 28-29).  

Perhatikanlah di sini: 

1. Bagaimana wanita  itu melupakan tujuannya pergi ke su-

mur (ay. 28). sebab  para murid datang sehingga percakapan 

itu terhenti, dan mungkin sebab  wanita  itu melihat bah-

wa para murid tidak senang dengan percakapan tersebut, 

maka dia pergi. wanita  itu menarik diri, untuk menghor-

mati Kristus, agar Dia memiliki  waktu untuk menyantap 

makanan-Nya. wanita  itu menikmati percakapan-Nya itu, 

namun tidak ingin bersikap tidak tahu adat; segala sesuatu 

indah pada musimnya. Dia pikir bahwa Yesus, sesudah  makan, 

akan melanjutkan perjalanan-Nya; oleh sebab itu dia cepat-

cepat memberi tahu para tetangganya, supaya mereka datang 

segera. Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. 

Perhatikan bagaimana wanita  itu memanfaatkan waktu; 

saat  satu perbuatan baik telah dilakukan, dia melakukan 

perbuatan baik lainnya. saat  kesempatan untuk mendapat-

kan sesuatu yang baik berakhir, atau terpotong, kita harus 

mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baik; 

saat  kita telah mendengar firman itu, maka tiba waktunya 

untuk berbicara mengenai firman itu. Perhatikan bagaimana 

wanita  itu meninggalkan tempayan atau bejananya.  

(1) Dia meninggalkan tempayan itu atas kemurahan hatinya 

pada Kristus, supaya Dia memiliki  air untuk diminum. 

Dia mengubah air menjadi anggur bagi orang lain, namun 

tidak untuk diri-Nya sendiri. Bandingkan hal ini dengan 

kebaikan Ribka pada hamba Abraham (Kej. 24:18), dan 

perhatikan janji Tuhan mengenai hal itu (Matius 10:42).  

(2) Dia meninggalkan tempayan itu supaya dia dapat tiba lebih 

cepat di kota, untuk mengantarkan kabar baik ini ke sana. 

Barang siapa bertugas untuk mewartakan nama Kristus 

tidak boleh membebani atau merepotkan diri mereka de-

ngan segala sesuatu yang akan menghambat atau mence-

gah mereka melakukannya. saat  para murid hendak dija-

dikan penjala manusia, mereka harus meninggalkan segala 

sesuatu. 

(3) Dia meninggalkan tempayannya, seperti seseorang yang 

tidak lagi mempedulikannya, sebab  telah larut sepenuhnya 

dalam hal-hal yang lebih baik. Perhatikanlah, barang siapa 

memperoleh pengenalan tentang Kristus akan menunjuk-

kan pengenalan itu dengan kebencian yang kudus akan 

dunia ini, beserta segala sesuatu yang ada di dalamnya. 

Mereka yang baru saja mengetahui hal-hal yang berhu-

bungan dengan Tuhan   harus dimaklumi jika mula-mula me-

reka sangat diliputi oleh dunia yang baru saja mereka 

masuki, sehingga untuk sementara perkara-perkara dunia 

ini seolah-olah terlupakan sepenuhnya. Bapak Hildersham, 

dalam salah satu khotbahnya mengenai ayat ini, berdasar-

kan peristiwa ini sangat mendukung orang-orang yang me-

ninggalkan pekerjaan duniawinya pada hari-hari biasa un-

tuk pergi mendengarkan khotbah. 

2.  Bagaimana wanita  itu bersungguh-sungguh dalam keper-

giannya ke kota, sebab  hatinya penuh akan hal itu. Dia pergi 

ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ, mungkin 

mereka itu pemuka masyarakat, yang punya wewenang terten-

tu, yang mungkin dijumpainya saat  sedang mengadakan 

kegiatan masyarakat; atau mungkin juga mereka itu orang-

orang yang ditemuinya di jalan; ia mengumumkannya di pu-

sat-pusat berkumpulnya orang banyak: Mari, lihat! Di sana 

ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang 

telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?  

Perhatikanlah: 

(1) Betapa besar hasrat wanita  itu agar sahabat-sahabat 

dan tetangga-tetangganya mengenal Kristus. saat  ia telah 

menemukan harta itu, ia memanggil sahabat-sahabat dan 

tetangga-tetangganya (seperti dalam Luk. 15:9), tidak ha-

nya untuk bersukacita bersama-sama dengan dia, namun 

untuk berbagi dengannya, sebab  dia tahu ada cukup ba-

nyak harta yang tersedia untuk memperkaya dirinya sen-

diri dan semua orang yang akan ikut ambil bagian ber-

samanya. Perhatikanlah, barangsiapa pernah berada ber-

sama-sama dengan Yesus, dan telah memperoleh penghi-

buran di dalam Dia, harus melakukan apa pun yang dapat 

mereka lakukan untuk membawa orang lain kepada-Nya. 

Bukankah Dia telah berkenan memperkenalkan diri-Nya 

kepada kita? Marilah kita menghormati-Nya juga dengan 

memperkenalkan Dia kepada orang lain; sebab  kita tidak 

dapat melakukan penghormatan yang lebih besar dari itu 

bagi diri kita sendiri. wanita  ini menjadi seorang rasul. 

Quæ scortum fuerat egressa, regreditur magistra evangelica 

– Dia yang pergi sebagai orang yang najis, kembali sebagai 

pengajar kebenaran Injili, kata Aretius. Kristus telah me-

nyuruhnya memanggil suaminya, yang dianggapnya cukup 

sebagai jaminan untuk memanggil semua orang. Dia pergi 

ke kota, yaitu kota di mana dia tinggal, di antara sanak 

saudara dan kenalannya. Meskipun setiap orang yaitu  se-

sama saya, kepada siapa saya punya kesempatan untuk 

berbuat baik, namun saya memiliki  kesempatan paling 

besar, dan oleh sebab itu memiliki tanggung jawab paling 

tinggi, untuk berbuat baik kepada mereka yang tinggal di 

dekat saya. Di mana pohon tumbang, biarlah di sana pohon 

itu dimanfaatkan. 

(2) Betapa jujur dan terus terangnya wanita  itu dalam 

pemberitahuannya kepada mereka tentang orang asing 

yang telah dijumpainya.  

[1] Dia memberi tahu mereka secara terang-terangan apa 

yang memicu  dia mengagumi Yesus: Dia mengata-

kan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Tak 

ada yang dicatat selain apa yang dikatakan-Nya menge-

nai suami-suami wanita  itu; namun bukan tidak 

mungkin bahwa Dia telah memberitahukan kepada pe-

rempuan itu lebih banyak lagi kesalahannya. Atau, apa 

yang disampaikan Yesus itu, bagi dia, tidak mungkin di-

ketahui Yesus dengan cara-cara biasa, dan hal ini sung-

guh meyakinkan dirinya bahwa Yesus bisa saja mem-

beritahukannya segala sesuatu lainnya yang telah di-

perbuat oleh dia. Jika Dia memiliki pengetahuan ilahi, 

maka Dia pasti tahu segala sesuatu. Yesus mengatakan 

kepadanya apa yang tidak diketahui oleh seorang pun 

kecuali Tuhan   dan wanita  itu sendiri. Ada dua hal 

yang menyentuh wanita  itu:  

Pertama, luasnya pengetahuan Yesus. Kita sendiri 

tidak dapat menyebutkan semua hal yang pernah kita 

lakukan (banyak hal luput dari perhatian kita, dan lebih 

banyak lagi yang berlalu serta terlupakan); namun 

Yesus Kristus mengetahui segala pikiran, perkataan dan 

tindakan semua anak manusia (Ibr. 4:13). Dia telah 

mengatakan: Aku tahu segala pekerjaanmu.  

Kedua, kuasa firman-Nya. Timbul kesan yang men-

dalam pada diri wanita  itu, sebab  Dia memberi-

tahukan kepadanya tentang dosa-dosanya yang tersem-

bunyi dengan kuasa dan energi yang tak dapat dijelas-

kan; dan sesudah  satu saja dosanya diungkapkan, dia 

menjadi yakin akan semuanya, dan dihakimi oleh se-

muanya. Dia tidak mengatakan, “Mari, lihat! Di sana 

ada seseorang yang mengatakan kepadaku hal-hal yang 

ganjil mengenai penyembahan terhadap Tuhan   serta hu-

kum-hukumnya, yang telah menimbulkan perselisihan 

di antara gunung ini dan Yerusalem, seseorang yang 

menyebut diri-Nya Mesias,” namun “Mari, lihat! Di sana 

ada seorang yang memberitahukan kepadaku tentang 

dosa-dosaku.” Yang diperhatikannya yaitu  hanya ba-

gian dari perkataan Kristus yang menurut orang tidak 

akan disebut-sebutkannya lagi sebab  rasa malu. Na-

mun bukti akan kuasa firman dan Roh Kristus yang 

kita alami sendiri merupakan dasar yang paling kuat 

dan meyakinkan dibandingkan yang lainnya; dan penge-

nalan akan Kristus, yang ke dalamnya kita dituntun 

oleh keyakinan akan dosa dan sikap merendahkan diri, 

tampaknya merupakan hal yang paling memberi kita 

rasa damai dan rasa aman. 

[2] wanita  itu mengundang mereka untuk datang dan 

melihat Dia yang sangat dikaguminya. Bukan sekadar, 

“Datang dan lihatlah Dia” (wanita  itu tidak meng-

undang mereka untuk melihat-Nya sebagai suatu per-

tunjukan), namun, “Datang dan bercakap-cakaplah de-

ngan-Nya; datang dan dengarkan hikmat-Nya, seperti 

yang telah kulakukan, dan engkau akan mengerti apa 

yang kumaksud.” wanita  itu tidak akan berusaha 

untuk mengemukakan alasan-alasan yang telah meya-

kinkan dirinya sedemikian rupa untuk meyakinkan me-

reka. Semua orang yang telah melihat bukti kebenaran 

itu sendiri tidak dapat memaksa orang lain untuk 

melihatnya; namun, “Datang, dan berbicaralah dengan 

Dia, dan engkau akan menemukan suatu kuasa dalam 

perkataan-Nya yang jauh melampaui segala bukti.” Per-

hatikanlah, barangsiapa tidak dapat meyakinkan dan 

mengubahkan orang-orang dengan cara lain, dapat dan 

harus mengantar mereka kepada sarana-sarana kasih 

karunia yang telah menyakinkan diri mereka sendiri. 

Saat itu Yesus berada di ujung kota. “Mari datang meli-

hat-Nya.” saat  kesempatan untuk memperoleh penge-

tahuan tentang Tuhan   dihantarkan di hadapan kita, 

maka tidak ada maaf bagi kita, jika kita mengabaikan-

nya; akankah kita mengabaikan begitu saja kesempatan 

untuk tidak melihat Dia yang hari-Nya sangat dinanti-

nantikan oleh para nabi dan raja-raja?  

[3] wanita  itu memutuskan untuk menarik perhatian 

mereka, dan membiarkan mereka menentukan sikap 

mereka sendiri atas peristiwa itu. Mungkinkah Dia 

Kristus itu? Dia tidak berkata dengan sikap memaksa-

kan, “Dialah Mesias itu.” Meskipun dia sendiri sangat 

yakin, namun dengan sangat bijaksana dia menyebut-

kan tentang Mesias, yang jika tidak dikemukakan tidak 

akan terlintas dalam benak mereka, kemudian dia me-

ngembalikannya kepada mereka sendiri untuk memu-

tuskan; dia tidak akan memaksakan imannya kepada 

mereka, namun hanya menawarkannya kepada mereka. 

Dengan usaha yang biasa namun sangat meyakinkan 

seperti ini, penilaian dan hati nurani orang-orang ini 

kadang-kadang dipengaruhi sebelum mereka menya-

darinya. 

(3) Betapa besar keberhasilan yang diperoleh wanita  itu 

dengan ajakannya: Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu 

datang kepada Yesus (ay. 30). Meskipun sepertinya sangat 

tidak mungkin bahwa sosok wanita  yang begitu tidak 

berarti, dan begitu buruk sifatnya, akan mendapat kehor-

matan untuk menjadi orang pertama di antara penduduk 

Samaria yang bertemu dengan Mesias, namun Tuhan   de-

ngan senang menggerakkan hati orang-orang itu untuk 

mendengarkan kabar yang dibawanya, dan tidak mengang-

gapnya sebagai omong kosong belaka. Ada saatnya saat  

para penderita kusta merupakan orang pertama yang mem-

bawa kabar baik ke Samaria mengenai pembebasan besar-

besaran (2Raj. 7:3, dst.). Mereka datang kepada Yesus; bu-

kannya mengundang Dia untuk datang kepada mereka di 

kota, namun sebagai tanda penghormatan mereka kepada-

Nya, dan kesungguhan hasrat mereka untuk melihat-Nya, 

mereka pergi keluar mendatangi-Nya. Mereka yang ingin 

mengenal Kristus harus menjumpainya di mana Dia mem-

perdengarkan nama-Nya.  

III. Percakapan Kristus dengan murid-murid-Nya saat  wanita  

itu pergi (ay. 31-38). Lihat betapa giatnya Tuhan kita Yesus me-

luangkan waktu, menghemat setiap menit, dan mengisi kekosong-

an waktu tersebut. saat  para murid sedang pergi ke kota, perca-

kapan-Nya dengan wanita  itu membangunnya dan sesuai 

dengan keadaan yang dihadapinya; saat  wanita  itu pergi ke 

kota, percakapan-Nya dengan murid-murid-Nya sama memba-

ngunnya dan sama sesuainya dengan keadaan mereka. Oleh se-

bab itu, alangkah baiknya jika kita dapat mengumpulkan penggal-

an-penggalan waktu, supaya tidak ada waktu yang terbuang. Ada 

dua hal yang dapat diperhatikan dalam percakapan ini:  

1. Bagaimana Kristus menyatakan kesenangan-Nya atas pekerja-

an-Nya. Pekerjaan-Nya yaitu  mencari dan menyelamatkan 

yang terhilang, untuk berkeliling melakukan kebaikan. Di sini 

kita melihat bahwa dalam pekerjaan-Nya inilah Dia sepenuh-

nya larut, sebab : 

(1) Dia mengabaikan makanan dan minuman-Nya demi pekerja-

an-Nya. saat  Dia duduk di tepi sumur, Dia sedang kele-

lahan, dan membutuhkan penyegaran; namun kesempatan 

untuk menyelamatkan jiwa membuat-Nya lupa akan rasa 

lelah dan lapar-Nya. Dia begitu tidak memikirkan makan-

an-Nya sehingga:  

[1] Murid-murid-Nya terpaksa mengajak-Nya makan: Mere-

ka mengajak Dia, mereka memaksa Dia, dengan ber-

kata, Rabi, makanlah. Ini merupakan suatu contoh 

akan kasih mereka bagi-Nya sehingga mereka meng-

ajak-Nya makan, agar jangan sampai Dia pingsan dan 

jatuh sakit sebab  kekurangan tenaga; namun ini me-

rupakan contoh yang lebih jelas lagi mengenai kasih-

Nya bagi jiwa-jiwa, sampai-sampai Dia perlu diajak un-

tuk makan. Mari kita belajar dari hal ini, untuk menun-

jukkan sikap tidak peduli yang kudus bahkan terhadap 

penopang hidup yang diperlukan sekalipun, dan lebih 

memperhatikan perkara-perkara rohani.  

[2] Dia sedemikian tidak peduli soal makanan atau minum-

an, sehingga murid-murid-Nya menduga bahwa ada 

orang yang telah membawakan Dia makanan saat me-

reka tidak ada di sana (ay. 33): Adakah orang yang telah 

membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan? Yesus 

hanya sedikit sekali bernafsu untuk menyantap makan-

an-Nya, sehingga mereka mengira Ia sudah makan. 

Orang-orang yang menjadikan agama sebagai pekerjaan 

mereka, setiap kali ada urusan penting yang berkaitan 

dengan hal itu, akan lebih memikirkannya dibanding-

kan makanan mereka; seperti hamba Abraham, yang 

tidak mau makan sebelum dia menyampaikan pesan 

yang dibawanya (Kej. 24:33), dan Samuel, yang tidak 

mau duduk sebelum Daud diurapi (1Sam. 16:11). 

(2) Yesus menjadikan pekerjaan-Nya sebagai makanan dan mi-

numan. Pekerjaan yang harus dilakukan-Nya di antara 

orang Samaria, kesempatan untuk berbuat baik bagi ba-

nyak orang yang ditemui-Nya sekarang, itulah yang men-

jadi makanan dan minuman bagi-Nya; pekerjaan itu yaitu  

kenikmatan dan kepuasan paling dalam yang dapat diba-

yangkan. Kerinduan yang amat sangat dari Tuhan Yesus 

untuk selalu berharap akan memperoleh kesempatan dan 

memanfaatkannya untuk berbuat baik bagi jiwa-jiwa, jauh 

melebihi nafsu orang yang lapar atau pesenang yang 

mengidam-idamkan pesta besar dan makanan enak yang 

berlimpah ruah.  

Mengenai hal ini, Dia mengatakan:  

[1] Bahwa makanan itu yaitu  makanan yang tidak dikenal 

oleh para murid. Tak terbayang oleh mereka bahwa Dia 

berencana atau memiliki keinginan untuk menanamkan 

Injil-Nya di antara orang Samaria; ini yaitu  suatu hal 

yang tidak pernah mereka pikirkan. Perhatikan, melalui 

Injil dan Roh-Nya, Kristus melakukan lebih banyak ke-

baikan bagi jiwa manusia, lebih dari yang diketahui 

atau diharapkan oleh murid-murid-Nya. Ini juga ber-

laku bagi orang Kristen yang baik, yang hidup oleh 

iman; mereka memiliki  makanan yang tidak dikenal 

oleh orang lain, dan sukacita mereka tidak dapat dire-

dakan oleh orang asing. Nah, perkataan-Nya membuat 

mereka bertanya, “Adakah orang yang telah membawa 

sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Bahkan murid

murid-Nya sendiri menangkap perkataan-Nya secara 

harfiah, padahal Dia menggunakan perumpamaan. 

[2] Bahwa alasan mengapa pekerjaan-Nya yaitu  makanan 

dan minuman-Nya yaitu sebab  pekerjaan itu yaitu  

pekerjaan Bapa-Nya, kehendak Bapa-Nya: Makanan-Ku 

ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku (ay. 

34).  

Perhatikanlah:  

Pertama, keselamatan orang berdosa yaitu  kehen-

dak Tuhan  , dan mengajar mereka untuk mencapai kese-

lamatan yaitu  pekerjaan-Nya (1Tim. 2:4). Ada sisa-sisa 

orang pilihan yang diselamatkan dengan cara khusus 

yang menjadi kehendak-Nya.  

 Kedua, Kristus diutus ke dalam dunia untuk tugas 

ini, yaitu membawa orang-orang kepada Tuhan  , untuk 

mengenal Dia dan bersukacita di dalam Dia.  

Ketiga, Dia menjadikan pekerjaan ini sebagai tugas-

Nya dan kesenangan-Nya. saat  tubuh-Nya memerlu-

kan makanan, pikiran-Nya begitu diliputi oleh pekerja-

an ini sehingga Dia lupa akan rasa lapar dan haus, 

akan makanan dan minuman. Tidak ada yang lebih da-

pat memuaskan Dia dibandingkan  berbuat baik; saat  Dia 

diajak untuk makan Dia pergi, supaya Dia dapat me-

lakukan hal yang baik, sebab  itulah yang menjadi ma-

kanan-Nya selalu.  

Keempat, Dia tidak hanya siap dalam segala keada-

an untuk pergi bekerja, namun Dia bersungguh-sungguh 

dan berkeinginan untuk menjalaninya, dan menyelesai-

kan setiap bagian dari pekerjaan-Nya itu. Dia bertekad 

untuk tidak pernah berhenti dari pekerjaan-Nya itu, 

atau melepaskannya, sampai Dia dapat berkata, Sudah 

selesai. Banyak orang bersemangat untuk mengerjakan 

pekerjaan mereka pada awalnya, namun tidak bersema-

ngat untuk melanjutkannya sampai selesai; namun   

Tuhan kita Yesus bertekad untuk menyelesaikan peker-

jaan-Nya. Dalam hal ini, Guru kita telah meninggalkan 

suatu teladan bagi kita, agar kita dapat belajar untuk 

mengerjakan kehendak Tuhan   sebagaimana yang dilaku-

kan-Nya; 

1. Dengan giat dan penuh perhatian, sebagaimana 

orang-orang yang berkepentingan dalam hal itu.  

2. Dengan gembira dan senang hati, sebagaimana 

orang yang sangat bersukacita melakukannya. 

3. Dengan setia dan tekun; tidak hanya berencana me-

ngerjakannya, namun juga sampai menyelesaikan-

nya.  

2. Lihat di sini bagaimana Kristus, sesudah  mengungkapkan rasa 

senang-Nya akan pekerjaan-Nya, mendorong murid-murid-Nya 

untuk giat dalam pekerjaan mereka. Mereka yaitu  pekerja 

yang bekerja bersama dengan Dia, oleh sebab itu harus men-

jadi pekerja seperti Dia, dan menjadikan pekerjaan mereka se-

bagai makanan mereka, sebagaimana yang dilakukan-Nya. 

Pekerjaan yang harus mereka lakukan yaitu  mengabarkan 

Injil dan mendirikan kerajaan Mesias. Nah, di sini, pekerjaan 

ini diumpamakan-Nya dengan pekerjaan menuai, mengumpul-

kan buah-buah dari bumi ini; dan perumpamaan ini terus-

menerus diutarakan-Nya di sepanjang percakapan itu (ay. 35-

38). Perhatikanlah, masa penginjilan yaitu  masa penuaian, 

dan pekerjaan penginjilan yaitu  pekerjaan penuaian. Tuaian 

itu telah ditentukan dan dinantikan; demikian juga Injil. Masa 

penuaian yaitu  masa yang sibuk; sebab nya semua orang 

harus bekerja. Setiap orang harus bekerja bagi dirinya sendiri, 

supaya dia dapat menuai anugerah dan penghiburan Injil. 

Para pelayan harus bekerja bagi Tuhan  , untuk mengumpulkan 

jiwa-jiwa kepada-Nya. Masa penuaian yaitu  kesempatan, 

suatu masa yang pendek dan terbatas, yang tidak akan ber-

langsung selamanya; dan pekerjaan menuai yaitu  pekerjaan 

yang harus dilakukan saat itu juga, atau tidak sama sekali. 

Demikian juga masa menikmati Injil merupakan musim khu-

sus, yang harus dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan Injil yang 

sesungguhnya, sebab  begitu berlalu, masa itu tidak dapat 

kembali. Para murid harus mengumpulkan tuaian jiwa bagi 

Kristus. Di sini Yesus mengemukakan tiga hal kepada para 

murid untuk membangkitkan mereka agar giat:  

(1) Bahwa pekerjaan ini yaitu  pekerjaan yang wajib dilaku-

kan, dan alasannya sangat mendesak dan genting (ay. 35):  

Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah mu-

sim menuai? namun   Aku berkata kepadamu: ladang-ladang 

sudah menguning.  

Di sini diceritakan: 

[1] Perkataan pada murid-murid Kristus mengenai panen 

gandum; masih ada empat bulan, baru kemudian da-

tanglah musim menuai, yang mungkin dapat dipahami 

secara umum sebagai – “Engkau mengatakan, untuk 

memberi seman