Yohanes 1-16 7
debat tentang hal-hal tersebut. Kristus hendak mem-
buat wanita ini bertobat, bukan dengan menunjuk-
kan kepadanya bahwa ibadah orang Samaria menyebab-
kan perpecahan (walaupun memang demikian), melain-
kan dengan menunjukkan kepadanya kebodohan dan
kehidupannya yang tidak bermoral, dan kebutuhannya
akan seorang Juruselamat.
Kedua, Kristus memberinya pemahaman bahwa ia
sekarang memiliki kesempatan (yaitu kesempatan yang
lebih adil dibandingkan yang ia sadari) untuk memperoleh
sesuatu yang akan menjadi keuntungan luar biasa bagi-
nya. wanita ini tidak memiliki bantuan yang dimi-
liki bangsa Yahudi untuk mengenali tanda-tanda za-
man, maka Kristus memberitahukannya secara lang-
sung dengan jelas bahwa sekarang ia memperoleh masa
anugerah. Ini yaitu hari lawatan Tuhan bagi dia.
a. Kristus memberi wanita ini petunjuk tentang
apa yang sebaiknya ia ketahui, namun tidak diketa-
huinya: Jikalau engkau tahu tentang karunia Tuhan ,
yaitu, seperti yang dijelaskan oleh kata-kata selan-
jutnya, siapakah Dia yang berkata kepadamu: Beri-
lah Aku minum. Jikalau engkau tahu siapakah Aku.
wanita ini melihat Dia sebagai seorang Yahudi,
seorang miskin yang sedang dalam perjalanan dan
menjadi letih sebab nya, namun Kristus ingin mem-
beritahukan kepadanya lebih banyak tentang diri-
Nya, yang belum tampak saat itu.
Perhatikan:
(a) Yesus Kristus yaitu karunia Tuhan , bukti yang
paling berharga dari kasih Tuhan untuk kita, dan
harta paling berharga dari segala yang baik bagi
kita. Sebuah karunia, bukan utang yang dapat
kita tagih dari Tuhan , dan bukan pinjaman, yang
akan Ia minta kembali dari kita, melainkan se-
buah karunia, pemberian atau hadiah cuma-
cuma (3:16).
(b) Ini hak istimewa yang luar biasa bagi kita, kare-
na karunia Tuhan itu diperhadapkan dan ditawar-
kan kepada kita. Kita sungguh mendapat kesem-
patan untuk menerimanya: “Ia yang yaitu karu-
nia dari Tuhan sekarang berada di hadapanmu,
menunjukkan diri-Nya sendiri kepadamu, Dia
itulah yang berkata, Berilah Aku minum. Karunia
ini datang meminta kepadamu.”
(c) Walaupun Kristus berada di hadapan kita, dan
memohon kepada kita di dalam dan dengan Injil-
Nya, namun ada banyak orang yang tidak menge-
nal Dia. Mereka tidak tahu siapa yang berbicara
kepada mereka di dalam Injil, yang berkata, “Be-
rilah Aku minum.” Mereka tidak mengerti bahwa
itu yaitu Tuhan yang memanggil mereka.
b. Kristus memiliki harapan tentang apa yang akan
wanita ini lakukan jika ia mengenal-Nya. Ia
yakin wanita tersebut tidak akan menjawab Dia
dengan kasar dan tidak sopan. Tidak, dia pasti akan
jauh dari sikap menghina, ia bahkan akan mengaju-
kan permohonannya kepada Kristus: Niscaya eng-
kau telah meminta kepada-Nya.
Perhatikan:
(a) Mereka yang ingin mendapatkan sesuatu dari
Kristus harus memintanya, harus berdoa kepada
Tuhan dengan sungguh-sungguh untuk menda-
patkannya.
(b) Mereka yang memiliki pengenalan yang benar
tentang Kristus pasti akan mencari Dia, dan jika
kita tidak mencari Dia, itu yaitu tanda bahwa
kita tidak mengenal-Nya (Mzm. 9:11).
(c) Kristus mengetahui apa yang akan dilakukan
oleh orang-orang yang menginginkan sarana pe-
ngetahuan jika mereka mendapatkannya (Mat.
11:21).
c. Kristus meyakinkan wanita itu tentang apa
yang niscaya Ia lakukan baginya jika ia meminta
kepada-Nya: “Ia telah memberikan kepadamu (dan
tidak mencelamu, seperti yang kau lakukan kepada-
Ku) air hidup.” Yang dimaksud dengan air hidup
yaitu Roh, yang tidak seperti air di dalam sumur,
yang Ia minta sedikit, melainkan seperti air yang hi-
dup atau mengalir, yang jauh lebih berharga. Per-
hatikan:
(a) Roh kasih karunia yaitu seperti air hidup (7:38).
Dengan persamaan ini berkat-berkat Mesias te-
lah dijanjikan dalam Perjanjian Lama (Yes. 12:3;
35:7; 44:3; 55:1; Za. 14:8). Kasih karunia dari
Roh serta penghiburan-Nya memuaskan jiwa
yang dahaga, yang mengenal sifat dan kebutuh-
annya sendiri.
(b) Yesus Kristus dapat dan akan memberikan Roh
Kudus kepada orang-orang yang meminta-Nya;
sebab Ia menerima supaya Ia dapat memberi.
[4] wanita tersebut berkeberatan dan mencela petun-
juk yang Kristus berikan dengan murah hati kepadanya
(ay. 11-12): Engkau tidak punya timba, dan selain itu,
adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub?
Apa yang Kristus katakan sebagai perumpamaan ditaf-
sirkannya secara harfiah. Nikodemus juga melakukan
hal yang sama. Lihat betapa kacaunya pemahaman
yang mereka miliki tentang hal-hal rohani. Mereka men-
capuradukkan hal-hal rohani dengan hal-hal indrawi.
wanita tersebut menghormati orang ini dengan me-
manggil-Nya Tuhan, atau Tuan, namun hanya sedikit
penghormatan yang diberikannya kepada apa yang Ia
katakan, yang hanya ia tanggapi dengan cemooh.
Pertama, wanita ini berpikir bahwa Kristus tidak
akan dapat memberikannya air apa pun, tidak dari su-
mur yang ada di dekat situ: Engkau tidak punya timba
dan sumur ini amat dalam. Ini ia katakan, sebab ia
tidak mengetahui kuasa Kristus. Tuhan yang menaik-
kan kabut dari ujung bumi, tidak membutuhkan apa
pun untuk menimba air. Memang ada orang-orang yang
tidak dapat mempercayai Kristus lebih jauh dibandingkan
yang dapat mereka lihat pada diri-Nya, dan tidak akan
mempercayai janji-Nya kecuali cara kerjanya dapat di-
lihat, seakan-akan Ia terikat pada cara-cara kita, dan
tidak dapat menimba air tanpa timba kita. Dengan nada
mencemooh dia bertanya, “Dari manakah Engkau mem-
peroleh air hidup itu? Aku tidak dapat membayangkan
bagaimana Engkau bisa memperolehnya.” Perhatikan,
sumber air hidup itu, yang disediakan Kristus bagi me-
reka yang datang kepada-Nya, bersifat rahasia dan ter-
sembunyi. Sumber hidup tersembunyi dengan Kristus.
Kristus memilikinya cukup banyak untuk kita, walau-
pun kita tidak dapat melihat dari mana Ia memilikinya.
Kedua, wanita ini berpikir bahwa Kristus tidak
mampu memberinya air yang lebih baik dibandingkan air
yang bisa ia peroleh: Adakah Engkau lebih besar dari
pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini ke-
pada kami?
a. Kita anggap saja kepercayaan tradisional benar,
bahwa Yakub, dengan anak-anak dan ternaknya, be-
nar-benar minum dari sumur itu. Ada beberapa hal
yang bisa kita perhatikan dari hal ini,
(a) Kuasa dan pemeliharaan Tuhan menjaga mata air
dari generasi ke generasi, dengan sirkulasi air
sungai yang tetap, yang mengalir dan terus
mengalir ke laut (Pkh. 1:7), seperti darah di da-
lam tubuh yang dialirkan oleh denyut jantung.
(b) Kesederhanaan sang bapa leluhur, Yakub. Ia me-
minum air sumur yang sama dengan anak-anak
dan ternaknya.
b. Namun, dengan menganggap kepercayaan itu benar,
wanita ini tidak pada tempatnya dalam bebe-
rapa hal, seperti:
(a) Memanggil Yakub sebagai bapa. Wewenang apa-
kah yang dimiliki orang Samaria sehingga meng-
anggap diri mereka sebagai keturunan Yakub?
Mereka yaitu keturunan dari banyak campuran
yang ditempatkan raja Asyur di kota Samaria,
jadi apa hubungan mereka dengan Yakub? Apa-
kah sebab mereka yaitu penyerang hak-hak
Israel, dan pemilik tidak sah atas tanah Israel,
maka mereka menjadi pewaris darah dan kehor-
matan Israel? Sungguh suatu pengakuan yang
tidak masuk akal!
(b) Tidak pada tempatnya ia mengaku-ngaku sumur
itu sebagai pemberian Yakub, sebab bukan Ya-
kublah yang memberikan sumur itu, seperti hal-
nya juga, bukan Musa yang memberikan manna
(6:32). Namun demikianlah kita cenderung meng-
anggap orang yang membawakan karunia Tuhan
sebagai pemberi karunia tersebut, dan begitu
memperhatikan tangan yang mengantarkan se-
hingga melupakan tangan yang mengirimkan. Ya-
kub memberikan sumur itu kepada anak-anak-
nya, bukan kepada mereka. Namun demikianlah
musuh-musuh gereja bukan hanya merampas,
melainkan juga menguasai seluruhnya hak-hak
istimewa gereja.
(c) Tidak pada tempatnya ia mengatakan bahwa
Kristus tidak layak jika dibandingkan dengan
bapa kita Yakub. Perasaan suka yang berlebihan
akan masa lalu membuat anugerah Tuhan dalam
diri orang-orang baik pada masa kita sendiri dire-
mehkan.
[5] Kristus menjawab celaan ini dengan menjelaskan, bah-
wa air hidup yang Ia miliki jauh lebih baik dibandingkan air
yang berasal dari sumur Yakub (ay. 13-14). Walaupun
wanita tersebut berbicara dengan sikap menentang,
Kristus tidak menolak dia, melainkan terus mengajar
dan memberinya dorongan. Ia menunjukkan kepada-
nya,
Pertama, bahwa air dari sumur Yakub hanya mem-
berikan kepuasan dan persediaan sementara. “Barang-
siapa minum air ini, ia akan haus lagi. Air ini tidak lebih
baik dibandingkan air lain; akan mengusir dahaga sebentar,
lalu dahaga itu akan kembali lagi. Dalam beberapa jam
orang akan membutuhkan dan menginginkan air yang
sama banyak dengan yang sudah ia minum.”
Ini mengisyaratkan:
1. Kelemahan tubuh kita dalam keadaannya saat ini,
masih penuh kekurangan dan selalu membutuhkan.
Hidup seperti api, seperti pelita, yang akan segera
padam jika tidak terus mendapatkan bahan bakar.
Panas alami menghabiskan dirinya sendiri.
2. Ketidaksempurnaan segala kenyamanan yang kita
miliki di dunia ini. Semuanya tidak tahan lama, dan
kepuasan yang diberikan pun hanya sementara. Apa
pun air kenyamanan yang kita minum, kita akan
haus lagi. Makanan dan minuman yang dihabiskan
kemarin pun tidak berguna untuk pekerjaan hari
ini.
Kedua, bahwa air hidup yang hendak Ia berikan
menghasilkan kepuasan dan kebahagiaan kekal (ay.
14). Karunia-karunia Kristus jelas tampak paling ber-
harga saat dibandingkan dengan hal-hal dari dunia
ini, sebab tidak ada kesetaraannya sama sekali. Siapa
pun yang mengambil bagian dalam Roh kasih karunia
dan penghiburan dari Injil yang kekal:
a. Ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Ia tidak
akan pernah mencari lagi apa yang akan memuas-
kan keinginan jiwanya secara berlimpah-limpah. Ada
keinginan yang kuat, namun bukan keinginan yang
merana. Ia akan memiliki kehausan yang mengingin-
kan Tuhan lebih dari segalanya, lebih dan lebih lagi,
namun bukan kehausan yang tanpa pengharapan.
b. Oleh sebab itu ia tidak akan haus untuk selama-
lamanya, sebab air yang Kristus berikan akan men-
jadi mata air di dalam dirinya. Ia tak akan dapat ke-
kurangan sebab memiliki di dalam dirinya sumber
persediaan dan kepuasan.
(a) Selalu tersedia, sebab mata air itu ada di dalam
dirinya. Pokok anugerah yang tertanam di dalam
dirinya merupakan mata air penghiburan bagi-
nya (7:38). Orang yang baik dipuaskan dari da-
lam dirinya sendiri, sebab Kristus berdiam di
dalam hatinya. Urapan berdiam di dalam dia; dia
tidak perlu pergi kepada dunia untuk mendapat-
kan penghiburan, sebab karya dan kesaksian
Roh di dalam hatinya melengkapinya dengan se-
buah dasar pengharapan yang kokoh dan sum-
ber sukacita yang melimpah ruah.
(b) Tidak pernah berhenti mengalir, sebab mata air
itu ada di dalam dia. Orang yang memiliki hanya
seember air tidak akan kehausan selama masih
ada air tersebut, namun air itu akan segera habis.
namun orang-orang percaya memiliki di dalam diri
mereka mata air yang mengalir dan selalu
mengalir. Mata air ini yaitu asas-asas iman dan
kasih yang dibentuk oleh agama kudus Kristus di
dalam jiwa mereka.
[a] Air itu memancar keluar, selalu bergerak,
memperlihatkan tindakan-tindakan kasih ka-
runia yang kuat dan giat. Jika kebenaran-
kebenaran yang baik tidak mengerjakan apa-
apa di dalam jiwa kita, seperti air yang meng-
genang, maka kebenaran-kebenaran itu tidak
memenuhi tujuan kita menerimanya. Jika ada
harta yang baik di dalam hati, maka kita
harus menghasilkan hal-hal yang baik.
[b] Air itu memancar sampai kepada kehidupan
kekal.
Ini mengisyaratkan:
Pertama, tujuan dari tindakan-tindakan
kebaikan. Jiwa yang sudah dikuduskan
mengarahkan pandangannya ke sorga, men-
jadikan sorga sebagai tujuannya, melibatkan
sorga dalam rancangannya, melakukan segala
sesuatu untuk sorga, dan tidak akan meng-
inginkan apa pun selain sorga. Kehidupan
rohani memancar menuju kesempurnaannya
dalam kehidupan kekal.
Kedua, kesinambungan dari tindakan-tin-
dakan itu, yang akan terus memancar hingga
mencapai kesempurnaan.
Ketiga, mahkota untuk semua itu akhir-
nya yaitu kehidupan kekal. Air hidup me-
mancar dari sorga, dan sebab itu memancar
menuju sorga (Pkh. 1:7).
Jadi, bukankah air hidup ini lebih baik dibandingkan air
sumur Yakub?
[6] wanita tersebut (apakah ia mengolok-olok atau ber-
sungguh-sungguh, sulit kita ketahui) memohon kepada
Kristus supaya Ia memberikan air itu kepadanya (ay.
15): Berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus.
Pertama, beberapa orang berpikir ia mengolok-olok,
dan mencemooh perkataan Kristus sebagai omong ko-
song belaka, dan dengan cemoohannya itu ia memohon,
bukan sebab menginginkan, melainkan untuk menan-
tang Kristus supaya memberinya air itu. “Ini penemuan
yang langka. Ini akan banyak meringankan kesusahan-
ku, sebab aku tidak usah datang lagi ke sini untuk
menimba air.” namun ,
Kedua, sebagian orang lain lagi berpikir bahwa per-
mohonan ini maksudnya baik, hanya saja acuh tak
acuh dan tidak sungguh-sungguh diinginkan. Ia me-
mang mengerti bahwa Kristus membicarakan sesuatu
yang sangat baik dan berguna, dan sebab itu ia meng-
aminkannya saja, tanpa maksud tertentu. Apa pun itu,
berikanlah kepadaku, siapakah yang mau menunjukkan
kebaikan padaku? Kenyamanan atau keringanan dalam
bekerja yaitu suatu hal yang berharga bagi orang-
orang miskin yang harus bekerja membanting tulang.
Perhatikan:
1. Bahkan mereka yang lemah dan bodoh masih memi-
liki suatu keinginan samar-samar dan tidak me-
nentu akan Kristus dan karunia-karunia-Nya, serta
beberapa kerinduan baik untuk mendapatkan anu-
gerah dan kemuliaan.
2. Hati yang duniawi, seberapa baik pun keinginan ha-
tinya itu, tidak dapat melihat lebih tinggi dibandingkan
tujuan-tujuan duniawi. “Berikanlah itu padaku,”
katanya, “bukan supaya aku boleh mendapatkan ke-
hidupan kekal” (seperti yang ditawarkan Kristus),
“melainkan supaya aku tidak usah datang lagi ke
sini untuk menimba air.”
2. Pokok pembicaraan yang berikutnya dengan wanita ini
yaitu mengenai suaminya (ay. 16-18). Kristus memulainya
bukan untuk menghentikan percakapan tentang air hidup, se-
perti banyak orang memasukkan hal-hal yang tidak ada kait-
annya ke dalam percakapan supaya mereka dapat menghenti-
kan suatu pokok pembicaraan yang serius. Kristus menying-
gung soal suaminya dengan tujuan yang murah hati. Ia me-
nyadari bahwa apa yang Ia katakan tentang karunia-Nya dan
kehidupan kekal kurang berkesan bagi wanita tersebut,
sebab ia belum diyakinkan tentang dosanya. Oleh sebab itu,
Ia menghentikan pembicaraan tentang air hidup untuk semen-
tara, lalu mulai mencoba membangunkan hati nurani perem-
puan ini, untuk membuka luka rasa bersalahnya, supaya
dengan demikian ia akan lebih mudah memahami perlunya
penyembuhan dengan anugerah. Inilah cara berurusan dengan
jiwa-jiwa; mereka pertama-tama harus dibuat letih dan men-
derita sebab beban dosa, lalu dibawa kepada Kristus untuk
memperoleh istirahat. Pertama tusuklah pada jantungnya, lalu
sembuhkanlah. Ini yaitu pelajaran tentang tubuh rohani,
dan jika kita tidak mengikuti urutan ini berarti kita memulai
dari ujung yang salah.
Perhatikan:
(1) Betapa bijaksana dan sopannya Kristus memulai pokok
pembicaraan ini (ay. 16): Pergilah, panggillah suamimu dan
datang ke sini.
Nah di sini:
[1] Perintah yang Kristus berikan kepadanya memiliki mak-
sud yang sangat baik: “Panggillah suamimu, supaya ia
dapat mengajarimu, dan membantumu memahami hal-
hal yang sama sekali tidak engkau mengerti.” Para istri
yang ingin memahami sesuatu harus menanyakannya
kepada suaminya (1Kor. 14:35), yang harus hidup ber-
sama mereka sebagai laki-laki yang bijaksana (1Ptr.
3:7). “Panggillah suamimu, supaya ia dapat belajar ber-
sama-sama denganmu, supaya kemudian kalian dapat
menjadi teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehi-
dupan. Panggillah suamimu, supaya ia dapat menyaksi-
kan apa yang terjadi di antara kita.” Kristus hendak
mengajar kita untuk melakukan apa yang baik bagi se-
mua orang dan untuk mempelajari apa yang terpuji.
[2] Selain memiliki maksud yang baik, perintah-Nya itu
juga memiliki rancangan yang baik, sebab dari sini Ia
hendak mengambil kesempatan untuk mengingatkan
dia akan dosanya. Dibutuhkan seni dan kebijaksanaan
dalam memberikan teguran dengan cara tidak lang-
sung, seperti yang dilakukan wanita dari Tekoa
(2Sam. 14:20).
(2) Betapa kerasnya wanita tersebut berusaha menghin-
dari kesalahannya terungkap, namun tanpa sadar menun-
jukkan kesalahannya sendiri; tanpa sadar ia mengakui
kesalahannya dengan mengatakan Aku tidak memiliki
suami. Maksudnya tidak lebih untuk mengatakan bahwa ia
tidak peduli untuk memberitahukan suaminya, dan biarlah
perkara suaminya ini tidak usah disinggung-singgung lagi.
Ia tidak ingin memanggil suaminya datang ke tempat itu,
supaya jangan sampai dalam pembicaraan selanjutnya ke-
benaran tentang dirinya menjadi terungkap dan membuat-
nya malu. Oleh sebab itu, “Kumohon lanjutkan, bicarakan
tentang hal lain saja, aku tidak memiliki suami.” Meski-
pun benar dia tidak memiliki suami, dia akan dikira
seorang pelayan atau seorang janda, padahal kedua hal itu
tidak benar. Pikiran duniawi sangat cerdik dalam mengalih-
kan pengungkapan kesalahan, dan dengan hati-hati menu-
tupi dosa supaya tetap merasa aman.
(3) Dengan tepatnya Tuhan kita Yesus mengembalikan kesa-
daran hati nuraninya. Mungkin Ia mengatakan lebih ba-
nyak dibandingkan yang tercatat di sini, sebab wanita ini
mengatakan bahwa Kristus mengatakan semua yang per-
nah ia lakukan (ay. 29), sedangkan yang tercatat di sini
hanyalah mengenai suami-suaminya.
Di sini kita temukan:
[1] Sebuah cerita mengejutkan tentang perbuatan masa
lalunya: Engkau sudah memiliki lima suami. Tidak
diragukan lagi, ini bukanlah penderitaannya (bahwa
sekian banyak suaminya telah meninggal), melainkan
dosanya, yang hendak dicela oleh Kristus. Mungkin ia
kawin lari (sebab hukum yang berlaku), lari dari
suami-suaminya untuk menikahi pria lain. Mungkin ia
seorang yang tidak bertanggung jawab, najis, dan tidak
setia, sehingga suami-suaminya menceraikan dia. Atau
mungkin juga, dengan cara yang bertentangan dengan
hukum Taurat, ia menceraikan mereka. Orang-orang
yang menganggap remeh perbuatan-perbuatan memalu-
kan seperti ini, seakan-akan dosa ini seperti angin lalu
saja, haruslah ingat bahwa Kristus mencatat segala
sesuatu dan akan membuat perhitungan mengenainya.
[2] Suatu teguran keras terhadap keadaan hidupnya saat
itu: Yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu.
Mungkin ia tidak pernah menikahinya sama sekali, atau
laki-laki itu memiliki istri lain, atau yang paling mung-
kin yaitu bahwa bekas suaminya (satu, beberapa, atau
semuanya) masih hidup, yang berarti ia hidup dalam
perzinahan. Namun perhatikan bagaimana Kristus me-
nyampaikan teguran-Nya dengan lembut. Ia tidak me-
nyebut dia pelacur, melainkan mengatakan, Yang ada
sekarang padamu, bukanlah suamimu, dan membiarkan
hati nuraninya mengatakan selebihnya. Perhatikan, te-
guran biasanya paling banyak berguna jika paling sedi-
kit membangkitkan amarah.
[3] Namun di dalamnya Kristus memberikan penafsiran
yang lebih baik atas apa yang wanita tersebut kata-
kan, dibandingkan yang benar-benar hendak ditunjukkan-
nya dengan cara berbelit-belit dan menghindar: Tepat
katamu, bahwa engkau tidak memiliki suami, dan
lagi, Dalam hal ini engkau berkata benar. Apa yang pe-
rempuan tersebut maksudkan sebagai penyangkalan
terhadap kenyataan (bahwa ia tidak menikah dengan
laki-laki yang tinggal dengannya), Kristus mengartikan-
nya dengan lebih baik, atau setidaknya membalikkan
kepadanya, sebagai sebuah pengakuan atas kesalahan.
Perhatikan, orang-orang yang hendak memenangkan
jiwa-jiwa harus menggunakan apa yang terbaik yang
ada pada jiwa-jiwa itu, mereka harus bekerja berdasar-
kan sifat-sifat baik yang ada pada jiwa-jiwa itu. Sebalik-
nya, jika jiwa-jiwa itu dijelek-jelekkan, maka pasti mere-
ka akan lebih mengamuk dengan sifat-sifat buruk mere-
ka.
3. Pokok percakapan berikutnya dengan wanita tersebut
yaitu mengenai tempat ibadah (ay. 19-24).
Perhatikan:
(1) Masalah hati nurani yang dikemukakan wanita terse-
but kepada Kristus, mengenai tempat ibadah (ay. 19-20).
[1] Alasan ia harus menyampaikan masalah ini: Tuhan,
nyata sekarang padaku, bahwa engkau seorang nabi. Ia
tidak menyangkal kebenaran dari apa yang Kristus
tuduhkan kepadanya, melainkan dengan sikap diamnya
itu ia mengakui adilnya teguran itu. Ia juga tidak
menjadi marah sebab teguran itu, seperti yang terjadi
dengan banyak orang kalau tempat lukanya disentuh.
Ia tidak menghubungkan teguran Kristus dengan pera-
saan muak yang biasa dimiliki orang Yahudi terhadap
orang Samaria, melainkan bersedia menerima teguran
itu (ini yaitu hal yang jarang terjadi). Bukan hanya itu
saja, ia bahkan melangkah lebih jauh lagi:
Pertama, ia berbicara dengan hormat kepada Kris-
tus, dengan memanggilnya Tuhan (KJV: Tuan). Demi-
kianlah kita harus menghormati orang-orang yang mem-
perlakukan kita dengan baik. Ini yaitu hasil dari kele-
mahlembutan Kristus dalam menegur dia. Kristus tidak
menggunakan bahasa yang kasar untuk berbicara de-
ngannya, maka ia pun melakukan hal yang sama.
Kedua, ia mengakui Kristus sebagai seorang nabi,
yang memiliki hubungan dengan sorga. Perhatikan,
kuasa perkataan Kristus dalam menyelidiki hati, dan
menyadarkan hati nurani akan dosa yang tersembunyi,
yaitu bukti yang sangat kuat bahwa kuasa-Nya itu
berasal dari Tuhan , (1Kor. 14:24-25).
Ketiga, wanita ini menginginkan pengajaran
lebih jauh dari Kristus. Banyak orang tidak marah
saat ditegur, juga tidak menentang, namun takut dan
menjauh dari orang-orang yang menegur mereka. namun
wanita ini justru ingin meneruskan percakapan
dengan Dia yang telah menunjukkan kesalahannya.
[2] Masalah yang ia ajukan mengenai tempat ibadah ke-
agamaan untuk umum. Beberapa orang berpikir bahwa
wanita tersebut memulai pokok percakapan ini un-
tuk meninggalkan percakapan lebih jauh tentang dosa-
nya. Pertentangan-pertentangan dalam agama sering
kali berurusan dengan rasa saling curiga mengenai ke-
salehan orang lain, namun tampaknya ia mengajukan
pokok tersebut dengan maksud yang baik. Ia mengerti
bahwa ia harus menyembah Tuhan, dan ingin melaku-
kannya dengan benar. Oleh sebab itu, ia memanfaat-
kan pertemuannya dengan seorang nabi untuk meminta
petunjuk darinya. Perhatikan, kita bersikap bijaksana
jika kita memanfaatkan setiap kesempatan untuk men-
dapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berhu-
bungan dengan Tuhan . saat kita bersama dengan
orang-orang yang layak untuk mengajar, marilah kita
berkeinginan kuat untuk belajar, dan siap mengajukan
pertanyaan yang baik kepada orang yang mampu mem-
berikan jawaban yang baik pula. Orang Yahudi dan
orang Samaria sama-sama setuju bahwa Tuhan harus
disembah (bahkan orang-orang bodoh yang menyembah
Tuhan -Tuhan palsu pun tahu diri untuk jangan sampai
tidak menyembah apa-apa), dan bahwa ibadah keaga-
maan yaitu urusan yang sangat penting: orang tidak
akan berselisih tentang ibadah jika tidak memiliki kepe-
dulian tentang hal itu. Namun perbedaan yang menjadi
masalah yaitu di mana mereka harus menyembah
Tuhan . Perhatikan bagaimana ia menyatakan masalah
tersebut:
Pertama, bagi orang Samaria: Nenek moyang kami
menyembah di atas gunung ini, dekat dengan kota ini
dan sumur ini. Di sana bait orang Samaria dibangun
oleh Sanbalat, mendukung apa yang wanita ini
katakan secara tidak langsung,
1. Bahwa apa pun baitnya, tempat itu suci. Tempat itu
yaitu gunung Gerizim, yaitu gunung di mana ber-
kat-berkat Tuhan dinyatakan. Sebagian orang berpikir
itu yaitu tempat yang sama di mana Abraham
membangun mezbahnya (Kej. 12:6-7) dan Yakub
juga (Kej. 33:18-20).
2. Bahwa ibadah mereka itu sudah menjadi suatu
ketetapan hukum: Nenek moyang kami menyembah
di sini. Ia berpikir bahwa masa lalu, tradisi, dan pe-
warisan ada di pihak mereka. Suatu cara hidup yang
sia-sia sering kali dipertahankan dengan alasan ini,
bahwa hal itu kami warisi dari nenek moyang kami.
Namun, ia tidak punya banyak alasan untuk me-
nyombongkan nenek moyang mereka, sebab , saat
Antiokhus menganiaya bangsa Yahudi, orang-orang
Samaria yang takut harus mengalami penderitaan
yang sama dengan mereka, bukan hanya memutus-
kan semua hubungan dengan bangsa Yahudi, me-
lainkan juga menyerahkan bait mereka kepada
Antiokhus, dengan permintaan supaya bait itu di-
persembahkan kepada Jupiter Olympius, dan diberi
nama sesuai dengan namanya (Josephus, Antiq. 12.
257-264).
Kedua, bagi orang Yahudi: Kamu katakan, bahwa
Yerusalemlah tempat orang menyembah. Orang Samaria
mengatur diri mereka sendiri dengan lima kitab Musa,
dan (menurut beberapa orang) hanya kelima kitab itu
saja yang mereka terima sebagai kanon (hukum utama)
mereka. Nah, walaupun mereka menemukan di dalam
kitab-kitab itu disebutkan beberapa kali mengenai tem-
pat yang akan dipilih Tuhan , namun mereka tidak mene-
mukan nama tempat itu disebut di sana. Selain itu,
mereka melihat bait Tuhan di Yerusalem telah banyak
dilucuti dari kejayaan masa lalunya, dan sebab itu
mereka pikir mereka bebas mendirikan tempat lain,
mezbah melawan mezbah.
(2) Jawaban Kristus atas masalah hati nurani ini (ay. 21 dan
seterusnya). Orang-orang yang mendekatkan dirinya kepa-
da Kristus untuk menerima pengajaran akan menemukan
Dia lemah lembut, mengajarkan jalan-Nya kepada orang-
orang yang rendah hati.
Nah, di sini kita melihat:
[1] Dengan enteng, Kristus menjawab pertanyaan tentang
tempat ibadah yang diajukan wanita tersebut (ay.
21): “Hai wanita , percayalah kepada-Ku sebagai
nabi, dan perhatikanlah apa yang Aku katakan. Engkau
boleh saja berharap-harap agar suatu waktu kelak,
entah oleh wahyu ilahi atau tanda-tanda dari Tuhan , ma-
salah ini akan diputuskan apakah Yerusalem atau gu-
nung Gerizim. Namun, Aku katakan kepadamu seka-
rang saatnya kini sudah dekat bahwa tidak akan ada
lagi pertanyaan. Apa yang diajarkan kepadamu itu se-
bagai sesuatu yang sangat penting, akan dikesamping-
kan sebagai hal yang tidak ada apa-apanya.” Perhati-
kan, persaingan kita bisa menjadi reda bila kita berpikir
bahwa masalah-masalah yang saat ini membebani kita
dan yang begitu kita ributkan itu akan segera hilang
dan tidak akan ada lagi. Hal-hal yang begitu kita per-
tengkarkan sedang berlalu: Saatnya akan tiba, bahwa
kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan
bukan juga di Yerusalem.
Pertama, sasaran penyembahan kita harus selalu
tetap sama, yaitu Tuhan , sebagai Bapa. Dengan dasar pe-
mikiran inilah orang-orang yang kafir sekalipun me-
nyembah Tuhan , demikian juga orang-orang Yahudi, dan
mungkin pula orang-orang Samaria.
Kedua, segala pengagungan dan perbedaan tentang
tempat ibadah harus diakhiri. Sistem pemerintahan Ya-
hudi akan segera runtuh dan pemerintahan Injili akan
bangkit, dan hal ini akan diatur sama dan umum bagi
semua, supaya tidak peduli di manapun orang menyem-
bah Tuhan , semuanya sama dan orang tidak terikat pada
suatu tempat. Tidak di sini atau di sana, melainkan
keduanya, di mana saja, di segala tempat. Perhatikan,
penyembahan Tuhan sekarang, di bawah Injil, tidak ter-
ikat dengan suatu tempat tertentu, seperti yang terjadi
di bawah hukum Taurat. Sebaliknya, kehendak Tuhan
supaya manusia bisa beribadah di mana saja (1Tim.
2:8; Mal. 1:11). Pikiran kita mengajar kita untuk meme-
riksa kepantasan dan kenyamanan tempat kita beriba-
dah, namun agama kita tidak menganggap suatu tempat
lebih baik dari tempat lainnya, dalam kaitannya dengan
kekudusan dan perkenanan Tuhan . Mereka yang lebih
menyukai ibadah tertentu hanya sebab masalah ru-
mah atau gedung tempat ibadah itu (walaupun gedung-
nya megah dan penahbisannya sekhidmat bait Salomo),
melupakan bahwa saatnya akan tiba bahwa tidak akan
ada lagi perbedaan demikian dalam pandangan Tuhan ,
tidak juga antara Yerusalem yang pernah sangat terke-
nal dengan kekudusannya dengan gunung di Samaria
yang pernah sangat tidak disukai sebab ketidaksaleh-
annya.
[2] Kristus memberi penekanan pada hal-hal lain mengenai
ibadah keagamaan. saat Ia menganggap enteng tem-
pat ibadah, Ia tidak bermaksud untuk mengurangi ke-
pedulian kita terhadap ibadah itu sendiri. sebab itu Ia
mengambil kesempatan untuk membicarakannya de-
ngan lebih menyeluruh.
Pertama, mengenai pertentangan yang ada saat itu,
Ia menetapkan bahwa Ia menentang ibadah Samaria,
dan memihak orang Yahudi (ay. 22).
Di sini Ia memberitahukan:
1. Bahwa orang-orang Samaria memang bersalah. Se-
lama Yerusalem masih diutamakan, menyembah di
gunung itu merupakan dosa. Selain itu, yang ter-
utama, mereka tidak mengenal apa yang mereka
sembah. Seandainya inti dari penyembahan itu sen-
diri dilakukan dengan sebenar-benarnya, maka iba-
dah yang terpisah dari Yerusalem tidak akan diper-
masalahkan, seperti bukit-bukit pengorbanan pada
masa raja-raja terbaik. namun , yang menjadi masa-
lahnya, Kamu menyembah apa yang tidak kamu
kenal, atau apa yang tidak kamu ketahui. Mereka
menyembah Tuhan Israel, Tuhan yang sejati (Ezr. 4:2;
2Raj. 17:32), namun mereka tenggelam dalam keti-
daktahuan yang besar. Mereka menyembah Dia se-
bagai Tuhan negeri itu (2Raj. 17:27, 33), sebagai dewa
setempat, seperti para Tuhan bangsa-bangsa, padahal
Tuhan harus disembah sebagai Tuhan , sebagai pencip-
ta alam semesta dan Tuhan. Perhatikan, kebodohan
tidak mungkin dapat melahirkan ibadah yang benar,
justru membinasakannya. Mereka yang menyembah
Tuhan dalam kebodohan sama seperti mempersem-
bahkan korban yang buta, dan ini yaitu korban
orang-orang bodoh.
2. Bahwa orang Yahudi memang benar. sebab ,
(1) “Kami menyembah apa yang kami kenal. Kami
melangkah di atas dasar yang pasti dalam pe-
nyembahan kami, sebab bangsa kami diajar dan
dilatih dalam pengetahuan tentang Tuhan , seba-
gaimana Ia menyatakan diri-Nya dalam Kitab
Suci.” Perhatikan, mereka yang memperoleh pe-
ngetahuan tentang Tuhan melalui Kitab Suci (ya-
itu pengetahuan yang pasti walaupun tidak sem-
purna) dapat menyembah Dia dengan ketenangan
dalam diri dan berkenan bagi Dia, sebab mereka
menyembah apa yang mereka kenal. Di kesem-
patan lain Kristus mencela betapa rusaknya iba-
dah orang Yahudi (Mat. 15:9), namun di sini Ia
membela ibadah itu sendiri. Ibadah dapat saja
benar walaupun masih belum murni dan sem-
purna. Perhatikan, Tuhan kita Yesus senang me-
nempatkan diri-Nya di antara penyembah-
penyembah Tuhan : Kami menyembah. Sekalipun Ia
yaitu Anak (dan kemudian anak-anak Tuhan
pun memiliki kebebasan), Ia telah belajar menjadi
taat, dalam masa kehinaan-Nya. Janganlah
orang-orang yang hebat menganggap rendah pe-
nyembahan kepada Tuhan , sebab Anak Tuhan
sendiri menyembah.
(2) Keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Oleh
sebab itu mereka mengenal apa yang mereka
sembah, dan apa yang menjadi dasar penyem-
bahan mereka. Tidak berarti seluruh bangsa
Yahudi akan diselamatkan, namun juga tidak ber-
arti bahwa tidak mungkin banyak orang non-
Yahudi dan orang-orang Samaria dapat disela-
matkan, sebab setiap orang dari bangsa mana
pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan
kebenaran akan diterima oleh Dia. Namun demi-
kian, yang pasti yaitu bahwa:
[1] Pembawa keselamatan kekal itu datang dari
bangsa Yahudi, muncul di antara mereka
(Rm. 9:5), dan diutus pertama-tama untuk
memberkati mereka.
[2] Alat keselamatan kekal diberikan kepada me-
reka. Kabar keselamatan (Kis. 13:26) datang
dari bangsa Yahudi. Keselamatan itu disam-
paikan kepada mereka, lalu bangsa-bangsa
lain menerimanya melalui mereka. Ini yaitu
tuntunan yang pasti dalam ibadah-ibadah
mereka, dan mereka mengikuti tuntunan itu,
sehingga mereka mengenal apa yang mereka
sembah. Kepada mereka telah dipercayakan
firman Tuhan (Rm. 3:2) dan ibadah (Rm. 9:4).
Oleh sebab itu bangsa Yahudilah yang me-
miliki hak istimewa dan menjadi yang terda-
hulu, dan sikap bangsa Samaria yang berusa-
ha menyaingi mereka yaitu suatu kesom-
bongan.
Kedua, Kristus menggambarkan ibadah yang berda-
sarkan Injil sebagai satu-satunya ibadah yang akan
diterima Tuhan dan menyenangkan hati-Nya. sesudah me-
nunjukkan bahwa tempat bukan hal yang penting, Ia
mulai menunjukkan apa yang perlu dan sangat menda-
sar, yaitu kita menyembah Tuhan dalam roh dan kebe-
naran (ay. 23-24). Penekanannya bukan terletak pada
tempat kita menyembah Tuhan , melainkan pada sikap
pikiran kita saat menyembah Tuhan . Perhatikan, cara
yang paling tepat untuk menangani perbedaan-perbeda-
an keagamaan yang sepele yaitu dengan lebih ber-
sungguh-sungguh dalam hal-hal yang lebih penting.
Mereka yang setiap hari lebih mementingkan menyem-
bah di dalam roh, seharusnya tidak memperdebatkan
apakah ia harus menyembah di sini atau di sana.
Walaupun Kristus secara adil lebih memihak ibadah
orang Yahudi dibandingkan ibadah orang Samaria, di sini Ia
mengisyaratkan bahwa ibadah orang Yahudi itu pun
masih tidak sempurna. Ibadah mereka seremonial,
hanya berisi peraturan-peraturan belaka (Ibr. 9:1, 10).
Mereka yaitu penyembah-penyembah yang duniawi,
dan tidak mengenai bagian sebelah dalam dari ibadah
yang ilahi. Perhatikan, mungkin saja kita lebih baik
dibandingkan orang lain, namun belum sebaik yang seharus-
nya. Kita harus berusaha untuk benar, bukan hanya
dalam hal sasaran penyembahan kita, namun juga dalam
hal caranya. Inilah yang diajarkan Kristus di sini.
Perhatikanlah:
a. Perubahan cepat yang besar dan agung, yang akan
mengawali perubahan dalam hal beribadah ini: Saat-
nya akan datang dan sudah tiba sekarang, saat yang
sudah dinyatakan dengan pasti, sudah lama ditetap-
kan mengenai kapan saat itu tiba dan berapa lama
berlangsung. Waktu kedatangan saat itu ditetapkan
bahkan sampai pada harinya, alangkah tepat dan
terperincinya segala rencana Tuhan . Berlangsungnya
saat itu dibatasi pada suatu hari tertentu, alangkah
dekat dan mendesaknya kesempatan untuk menda-
patkan kasih karunia Tuhan (2Kor. 6:2). Saatnya da-
tang, sedang datang dengan seluruh kekuatan,
kilau, dan kesempurnaannya. Sekarang saat itu da-
lam waktu pembuahannya. Rembang tengah hari
akan tiba, dan sekarang sedang fajar.
b. Perubahan yang membawa berkat itu sendiri. Pada
zaman Injil penyembah-penyembah benar akan men-
yembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Sebagai
makhluk hidup, kita menyembah Bapa dari segala
makhluk: sebagai orang Kristen, kita menyembah
Bapa Tuhan kita Yesus. Yang akan berubah yaitu ,
(a) Sifat penyembahan. Orang Kristen akan me-
nyembah Tuhan , bukan dengan menjalankan per-
aturan-peraturan hukum Musa, melainkan kete-
tapan-ketetapan rohani, yang mengandung sedi-
kit saja perbuatan tubuh, namun lebih digerakkan
dan dihidupkan dengan kuasa dan kekuatan
Tuhan . Cara penyembahan yang ditetapkan Kris-
tus masuk akal dan cerdas, serta dibersihkan
dari segala tata cara dan upacara-upacara lahi-
riah yang memicu penyembahan dalam
Perjanjian Lama menjadi tidak jelas dan tersum-
bat. Penyembahan yang ditetapkan Kristus ini di-
sebut penyembahan yang sejati, berlawanan de-
ngan penyembahan yang biasa ditemukan sebe-
lumnya. Ibadah-ibadah menurut hukum yaitu
gambaran saja dari yang sebenarnya (Ibr. 9:3,
24). Mereka yang berpaling dari kekristenan dan
beralih ke agama Yahudi dikatakan mulai dengan
Roh, dan mengakhirinya di dalam daging (Gal.
3:3). Demikianlah perbedaan antara ketetapan
Perjanjian Lama dengan ketetapan Perjanjian
Baru.
(b) Sifat dan watak para penyembah. Penyembah-pe-
nyembah yang benar yaitu orang-orang Kristen
yang baik, yang berbeda dari orang-orang muna-
fik. Mereka semua harus dan akan menyembah
Tuhan dalam roh dan kebenaran. Ini merupakan
sifat (ay. 23) dan kewajiban (ay. 24) mereka. Per-
hatikan, semua orang yang menyembah Tuhan di-
tuntut untuk menyembah Dia dalam roh dan
kebenaran.
Kita harus menyembah Tuhan :
[a] Dalam roh (Flp. 3:3). Kita harus bergantung
kepada Roh Tuhan untuk mendapatkan ke-
kuatan dan pertolongan-Nya, dengan menem-
patkan jiwa kita di bawah pengaruh dan pe-
kerjaan-Nya. Kita harus mengabdikan bagi
Tuhan roh kita dan menggunakannya untuk
melayani Tuhan (Rm. 1:9), menyembah Dia de-
ngan pikiran yang teguh dan kasih yang me-
nyala-nyala, dengan sepenuh hati kita. Ka-
dang kala kata roh dipakai untuk menyata-
kan sifat yang baru, sebagai lawan dari da-
ging, yang menyatakan sifat yang rusak. Se-
lain itu, menyembah Tuhan dengan roh kita
berarti menyembah Tuhan dengan rasa syukur
kita (Ibr. 12:28).
[b] Dalam kebenaran, artinya dalam ketulusan.
Tuhan tidak hanya menuntut batin dalam pe-
nyembahan kita, melainkan harus ada kebe-
naran dalam batin (Mzm. 51:8). Kita harus le-
bih mempedulikan kuasa ibadah dibandingkan
segi lahiriahnya, harus mengarahkan diri
pada kemuliaan Tuhan , dan bukan supaya dili-
hat orang. Kita harus menghadap Tuhan de-
ngan hati yang tulus ikhlas (Ibr. 10:22).
Ketiga, Kristus mengisyaratkan alasan mengapa
Tuhan harus disembah dengan cara demikian.
a. sebab di zaman Injil hanya mereka yang menyem-
bah Tuhan dengan cara demikian sajalah yang diang-
gap sebagai penyembah-penyembah yang benar. Injil
menegakkan cara penyembahan yang rohani, se-
hingga orang-orang yang mengaku percaya kepada
Injil tidaklah jujur dalam pengakuan mereka dan
tidak hidup berdasarkan terang Injil dan hukum
Tuhan , jika mereka tidak menyembah Tuhan dalam roh
dan kebenaran.
b. sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah
demikian.
Ini mengisyaratkan:
(a) Bahwa penyembah-penyembah yang demikian
itu sangat langka dan jarang ditemui (Yer. 30:21).
Pintu yang menuju kepada penyembahan rohani
itu sempit.
(b) Bahwa penyembahan yang demikian itu diperlu-
kan dan dituntut oleh Tuhan di sorga. saat Tuhan
datang untuk menanyakan para penyembah, per-
tanyaan-Nya bukanlah “Siapakah yang menyem-
bah di Yerusalem?”, melainkan “Siapakah yang
menyembah di dalam roh?”. Itulah yang akan di-
nilai.
(c) Bahwa Tuhan amat berkenan dan dengan murah
hati menerima penyembahan dan penyembah-pe-
nyembah yang demikian. Aku mengingininya
(Mzm. 132:13-14; Kid. 2:14).
(d) Bahwa ada, dan akan tetap ada sampai akhirnya,
sisa-sisa penyembah-penyembah yang demikian.
Perkataan bahwa Tuhan mencari penyembah-pe-
nyembah yang demikian menyiratkan bahwa
Tuhan menjadikan mereka demikian. Tuhan di se-
gala zaman mengumpulkan bagi diri-Nya suatu
generasi penyembah-penyembah rohani.
c. sebab Tuhan itu Roh. Kristus datang untuk menyata-
kan Tuhan kepada kita (1:8), dan inilah yang Ia nyata-
kan mengenai Tuhan . Ia menyatakannya kepada pe-
rempuan Samaria yang malang itu, sebab orang
yang paling hina itu ingin mengenal Tuhan . Dengan
cara ini, Ia memperbaiki kesalahan wanita itu
0
mengenai hal beribadah yang benar, bahwa untuk
beribadah, hal yang sangat diperlukan yaitu me-
ngenal Tuhan dengan benar.
Perhatikan:
(a) Tuhan itu Roh, artinya Ia yaitu akal budi yang
tidak terbatas dan kekal, keberadaan yang cer-
das, tidak memiliki tubuh jasmani, tidak terben-
tuk dari partikel materi apa pun, tidak dapat dili-
hat, dan tidak dapat binasa. Lebih mudah me-
ngatakan apa yang bukan Tuhan dibandingkan apa
Tuhan itu; roh tidak ada daging dan tulangnya,
namun siapakah yang mengetahui jalan sebuah
roh? Jika Tuhan bukan Roh, Ia tidak dapat sem-
purna, terbatas, tidak kekal, selalu bergantung,
dan tidak bisa menjadi Bapa segala roh.
(b) Sifat Tuhan yang rohani yaitu alasan yang sa-
ngat baik mengapa Dia juga harus disembah se-
cara rohani. Jika kita tidak menyembah Tuhan
yang yaitu Roh itu di dalam roh, maka kita
tidak memberi Dia kemuliaan sebab nama-Nya,
dan itu sama saja dengan tidak menyembah, dan
sebab itu pula kita tidak dapat berharap akan
mendapatkan belas kasih dan perkenanan-Nya,
dan akhirnya kita gagal mencapai tujuan kita
menyembah Dia (Mat. 15:8-9).
4. Pokok pembicaraan terakhir dengan wanita ini yaitu me-
ngenai Sang Mesias (ay. 25-26).
Perhatikan di sini:
(1) Iman wanita tersebut, yang membuat ia menantikan
Mesias: Aku tahu, bahwa Mesias akan datang – dan Ia akan
memberitakan segala sesuatu kepada kami. Ia tidak ber-
keberatan dengan segala yang dikatakan Kristus. Yang ia
ketahui hanyalah bahwa apa yang dikatakan Kristus itulah
yang menjadi harapan orang dari Mesias yang akan datang
itu. Dia tahu dia akan menerima pengharapan demikian
dari Mesias itu, tapi sementara ini dia merasa lebih baik
tidak percaya apakah Kristus ini benar-benar Sang Mesias
itu. Demikianlah, ada banyak orang yang tidak memiliki
akal budi untuk sesuatu yang berharga dalam genggaman
mereka (Ams. 17:16), sebab mereka pikir ada yang lebih
baik dalam pandangan mereka, dan menipu diri mereka
sendiri dengan janji bahwa mereka akan belajar nanti dari
apa yang mereka abaikan sekarang.
Perhatikanlah di sini:
[1] Siapa yang ia nantikan: Aku tahu, bahwa Mesias akan
datang. Walaupun orang Yahudi dan orang Samaria
memiliki sangat banyak perbedaan, mereka sama-sama
menantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya. Orang Sa-
maria menerima kitab-kitab yang ditulis Musa dan tidak
asing dengan kitab para nabi. Mereka juga mengetahui
harapan-harapan bangsa Yahudi. Orang yang tidak ba-
nyak tahu pun mengetahui bahwa Mesias akan datang.
Penantian akan Dia begitu umum dan tidak ada yang
menentangnya, dan penantian itu semakin memuncak
pada saat itu (sebab tongkat kerajaan sudah beranjak
dari Yehuda, masa-masa Daniel hampir berakhir), se-
hingga wanita tersebut menyimpulkan, bukan ha-
nya Ia akan datang, melainkan erchetai – “Ia datang
(sekarang), Ia sudah dekat:” Mesias, yang disebut juga
Kristus. Penulis kitab Injil ini mempertahankan kata
Ibrani Messias (yang dipergunakan oleh wanita ter-
sebut) untuk menghormati bahasa kudus tersebut, dan
juga untuk menghormati jemaat Yahudi yang meng-
gunakannya sebagai bahasa yang sangat mereka kenal;
namun, sebab ia menulis untuk digunakan oleh orang-
orang bukan-Yahudi, ia menerjemahkannya juga ke
dalam kata Yunani yang sama artinya, yang disebut
juga Kristus – Yang Diurapi. Ini yaitu contoh peraturan
rasul, yaitu apa pun yang disampaikan dalam bahasa
yang tidak dikenal atau kurang jelas harus ditafsirkan
(1Kor. 14:27-28).
[2] Apa diharapkan wanita tersebut dari Kristus. “Ia
akan memberitakan segala sesuatu kepada kami, yang
berhubungan dengan ibadah kepada Tuhan , yang perlu
kami ketahui. Ia akan memberi tahu kami apa yang
menjadi kekurangan kami, memperbaiki kesalahan
kami, dan mengakhiri semua perselisihan kami. Ia akan
memberi tahu kami pikiran Tuhan dengan lengkap dan
jelas, dan tidak menyembunyikan apa pun.”
Nah, ini menyiratkan sebuah pengakuan:
Pertama, tentang kekurangan dan ketidaksempurna-
an pengetahuan yang mereka miliki saat itu tentang
kehendak Tuhan , dan peraturan yang mereka miliki ten-
tang penyembahan Tuhan , yang tidak mungkin menyem-
purnakan mereka yang datang mengambil bagian di da-
lamnya. Oleh sebab itu mereka mengharapkan suatu
kemajuan dan perbaikan dalam hal agama, saat untuk
perubahan dan pemulihan.
Kedua, tentang kesanggupan Mesias untuk mem-
buat perubahan ini: “Ia akan memberitakan segala se-
suatu kepada kami tentang hal-hal yang ingin kami
ketahui, tentang hal-hal yang membuat kami berselisih
dalam kegelapan. Ia akan membawa damai, dengan me-
nuntun kami kepada seluruh kebenaran dan menghalau
kabut kesalahan.” Tampaknya, yang menjadi penghi-
buran untuk orang-orang baik di masa kegelapan itu
yaitu bahwa terang akan terbit. Jika mereka menya-
dari diri mereka telah sesat dan karam, mereka akan
menjadi lega bila berkata, “Apabila Mesias datang, Ia
akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Ke-
adaan ini mirip seperti kita saat ini sehubungan dengan
kedatangan-Nya yang kedua: sekarang kita melihat
dalam cermin, namun nanti kita akan melihat muka de-
ngan muka.
(2) Kemurahan hati Tuhan Yesus kita untuk memperkenalkan
diri-Nya kepada wanita itu: Akulah Dia, yang sedang
berkata-kata dengan engkau (ay. 26). Kristus tidak pernah
memperkenalkan diri-Nya dengan begitu jelas kepada siapa
pun seperti yang Dia lakukan di sini kepada orang Samaria
yang miskin ini, dan kepada orang buta itu (9:37). Tidak
kepada Yohanes Pembaptis, saat Dia mengirim utusan
kepadanya (Mat. 11:4-5), tidak kepada orang-orang Yahudi,
saat mereka menantang Dia memberi tahu mereka apa-
kah Dia Sang Kristus itu (10:24).
Namun:
[1] Dengan cara ini Kristus ingin memberikan kehormatan
kepada yang miskin dan terhina (Yak. 2:6).
[2] wanita ini, sejauh yang kita ketahui, tidak pernah
memiliki kesempatan untuk melihat mujizat-mujizat
Kristus, yang pada waktu itu merupakan cara yang bia-
sa untuk meyakinkan orang. Perhatikanlah, bagi orang-
orang yang tidak memiliki keuntungan sarana-sarana
lahiriah pengetahuan dan anugerah, Tuhan memiliki
cara-cara rahasia untuk memenuhi kebutuhan mereka.
sebab itu kita harus menilai orang-orang seperti itu
dengan penuh kasih. Tuhan dapat membuat cahaya anu-
gerah bersinar di dalam hati bahkan saat Dia tidak
membuat cahaya Injil bersinar pada wajah.
[3] wanita ini lebih siap menerima pengungkapan se-
perti itu dibandingkan orang lain. Dia sangat menantikan
Mesias, dan siap menerima perintah dari-Nya. Kristus
akan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang yang de-
ngan jujur dan rendah hati ingin mengenal Dia: Akulah
Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.
Lihatlah di sini:
Pertama, betapa dekat Yesus Kristus dengan dia, ke-
tika dia tidak tahu siapa Dia (Kej. 28:16). Banyak yang
meratapi ketidakhadiran Kristus, dan sangat merindu-
kan kehadiran-Nya, saat pada saat yang sama Dia se-
dang berbicara kepada mereka.
Kedua, bagaimana Kristus memperkenalkan diri-Nya
kepada kita dengan berkata-kata kepada kita: Aku yang
sedang berkata-kata dengan engkau, begitu dekat, be-
gitu meyakinkan, dengan penuh kepastian, dengan pe-
nuh kuasa, Akulah Dia.
Kristus di Sumur Samaria
(4:27-42)
27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia
sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita . namun tidak seorang
pun yang berkata: “Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau
percakapkan dengan dia?” 28 Maka wanita itu meninggalkan tempayan-
nya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: 29
“Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu
yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” 30 Maka mereka pun
pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 31 Sementara itu murid-murid-
Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” 32 Akan namun Ia berkata ke-
pada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” 33 Maka mu-
rid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah
membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” 34 Kata Yesus kepada mere-
ka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya. 35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan
lagi tibalah musim menuai? namun Aku berkata kepadamu: Lihatlah seke-
lilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang
untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia me-
ngumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai
sama-sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang
seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk me-
nuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu
datang memetik hasil usaha mereka.” 39 Dan banyak orang Samaria dari kota
itu telah menjadi percaya kepada-Nya sebab perkataan wanita itu, yang
bersaksi: “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” 40
saat orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta ke-
pada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari
lamanya. 41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya sebab perka-
taan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada wanita itu: “Kami percaya, te-
tapi bukan lagi sebab apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah men-
dengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”
Dalam ayat-ayat ini diceritakan kisah selanjutnya mengenai apa yang
terjadi saat Kristus berada di Samaria, sesudah pembicaraan pan-
jang yang dilakukan-Nya dengan wanita itu.
I. Percakapan yang terputus oleh kedatangan para murid. Mungkin
ada lebih banyak lagi yang dikatakan dibandingkan yang tercatat di
sini; namun saat baru saja percakapan itu berlanjut, saat
Kristus telah memperkenalkan diri-Nya kepada wanita itu
sebagai Mesias yang sejati, pada saat itu datanglah murid-murid-
Nya. Puteri-puteri Yerusalem tidak boleh membangkitkan dan
menggerakkan cinta sebelum diingininya.
1. Para murid tercengang melihat percakapan Kristus dengan pe-
rempuan ini. Mereka merasa heran bagaimana Dia berbicara
dengan begitu sungguh-sungguh (sebab mungkin mereka
mengamati dari kejauhan) dengan seorang wanita , apa
lagi seorang wanita asing (biasanya Dia lebih menahan
diri), terlebih lagi dengan seorang wanita Samaria, yang
tidak termasuk kawanan domba-domba yang hilang dari umat
Israel. Mereka pikir seharusnya Guru mereka menghindari
orang Samaria sebagaimana yang dilakukan orang Yahudi
lainnya; paling tidak, seharusnya Dia tidak memberitakan Injil
kepada mereka. Mereka bertanya-tanya mengapa Dia mau me-
rendahkan diri untuk bercakap-cakap dengan seorang perem-
puan yang sedemikian hina dan miskin. Mereka lupa betapa
hinanya diri mereka sendiri saat pertama kali Kristus me-
manggil mereka untuk bersekutu dengan Dia.
2. Namun demikian, mereka menerima tanpa bertanya-tanya.
Mereka tahu bahwa Yesus melakukan itu dengan alasan yang
baik, dengan tujuan yang baik, dan merasa tidak perlu mem-
beritahukannya kepada mereka; oleh sebab itu tak seorang
pun dari mereka bertanya, Apa yang Engkau kehendaki? atau:
Apa yang Engkau percakapkan dengan dia? Demikianlah, jika
ada yang sukar dipahami mengenai firman atau pemeliharaan
Tuhan , alangkah baiknya jika kita sudah puas dengan keyakin-
an ini, bahwa segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan
oleh Yesus Kristus pastilah merupakan sesuatu yang baik.
Mungkin ada sesuatu yang keliru dalam keheranan mereka
bahwa Kristus bercakap-cakap dengan wanita itu: keke-
liruan yang sama dengan orang-orang Farisi yang bersungut-
sungut saat Yesus makan bersama para pemungut cukai
dan orang berdosa. Namun, apa pun yang mereka pikirkan,
mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kapan pun
engkau telah berpikir jahat, maka tekapkanlah tangan pada
mulut, untuk mencegah pikiran jahat berubah menjadi perka-
taan yang jahat (Ams. 30:32; Mzm. 39:2-4).
Pemberitahuan wanita itu kepada orang-orang sekotanya
mengenai orang luar biasa yang telah dijumpainya dengan suka-
cita (ay. 28-29).
Perhatikanlah di sini:
1. Bagaimana wanita itu melupakan tujuannya pergi ke su-
mur (ay. 28). sebab para murid datang sehingga percakapan
itu terhenti, dan mungkin sebab wanita itu melihat bah-
wa para murid tidak senang dengan percakapan tersebut,
maka dia pergi. wanita itu menarik diri, untuk menghor-
mati Kristus, agar Dia memiliki waktu untuk menyantap
makanan-Nya. wanita itu menikmati percakapan-Nya itu,
namun tidak ingin bersikap tidak tahu adat; segala sesuatu
indah pada musimnya. Dia pikir bahwa Yesus, sesudah makan,
akan melanjutkan perjalanan-Nya; oleh sebab itu dia cepat-
cepat memberi tahu para tetangganya, supaya mereka datang
segera. Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu.
Perhatikan bagaimana wanita itu memanfaatkan waktu;
saat satu perbuatan baik telah dilakukan, dia melakukan
perbuatan baik lainnya. saat kesempatan untuk mendapat-
kan sesuatu yang baik berakhir, atau terpotong, kita harus
mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baik;
saat kita telah mendengar firman itu, maka tiba waktunya
untuk berbicara mengenai firman itu. Perhatikan bagaimana
wanita itu meninggalkan tempayan atau bejananya.
(1) Dia meninggalkan tempayan itu atas kemurahan hatinya
pada Kristus, supaya Dia memiliki air untuk diminum.
Dia mengubah air menjadi anggur bagi orang lain, namun
tidak untuk diri-Nya sendiri. Bandingkan hal ini dengan
kebaikan Ribka pada hamba Abraham (Kej. 24:18), dan
perhatikan janji Tuhan mengenai hal itu (Matius 10:42).
(2) Dia meninggalkan tempayan itu supaya dia dapat tiba lebih
cepat di kota, untuk mengantarkan kabar baik ini ke sana.
Barang siapa bertugas untuk mewartakan nama Kristus
tidak boleh membebani atau merepotkan diri mereka de-
ngan segala sesuatu yang akan menghambat atau mence-
gah mereka melakukannya. saat para murid hendak dija-
dikan penjala manusia, mereka harus meninggalkan segala
sesuatu.
(3) Dia meninggalkan tempayannya, seperti seseorang yang
tidak lagi mempedulikannya, sebab telah larut sepenuhnya
dalam hal-hal yang lebih baik. Perhatikanlah, barang siapa
memperoleh pengenalan tentang Kristus akan menunjuk-
kan pengenalan itu dengan kebencian yang kudus akan
dunia ini, beserta segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Mereka yang baru saja mengetahui hal-hal yang berhu-
bungan dengan Tuhan harus dimaklumi jika mula-mula me-
reka sangat diliputi oleh dunia yang baru saja mereka
masuki, sehingga untuk sementara perkara-perkara dunia
ini seolah-olah terlupakan sepenuhnya. Bapak Hildersham,
dalam salah satu khotbahnya mengenai ayat ini, berdasar-
kan peristiwa ini sangat mendukung orang-orang yang me-
ninggalkan pekerjaan duniawinya pada hari-hari biasa un-
tuk pergi mendengarkan khotbah.
2. Bagaimana wanita itu bersungguh-sungguh dalam keper-
giannya ke kota, sebab hatinya penuh akan hal itu. Dia pergi
ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ, mungkin
mereka itu pemuka masyarakat, yang punya wewenang terten-
tu, yang mungkin dijumpainya saat sedang mengadakan
kegiatan masyarakat; atau mungkin juga mereka itu orang-
orang yang ditemuinya di jalan; ia mengumumkannya di pu-
sat-pusat berkumpulnya orang banyak: Mari, lihat! Di sana
ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang
telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?
Perhatikanlah:
(1) Betapa besar hasrat wanita itu agar sahabat-sahabat
dan tetangga-tetangganya mengenal Kristus. saat ia telah
menemukan harta itu, ia memanggil sahabat-sahabat dan
tetangga-tetangganya (seperti dalam Luk. 15:9), tidak ha-
nya untuk bersukacita bersama-sama dengan dia, namun
untuk berbagi dengannya, sebab dia tahu ada cukup ba-
nyak harta yang tersedia untuk memperkaya dirinya sen-
diri dan semua orang yang akan ikut ambil bagian ber-
samanya. Perhatikanlah, barangsiapa pernah berada ber-
sama-sama dengan Yesus, dan telah memperoleh penghi-
buran di dalam Dia, harus melakukan apa pun yang dapat
mereka lakukan untuk membawa orang lain kepada-Nya.
Bukankah Dia telah berkenan memperkenalkan diri-Nya
kepada kita? Marilah kita menghormati-Nya juga dengan
memperkenalkan Dia kepada orang lain; sebab kita tidak
dapat melakukan penghormatan yang lebih besar dari itu
bagi diri kita sendiri. wanita ini menjadi seorang rasul.
Quæ scortum fuerat egressa, regreditur magistra evangelica
– Dia yang pergi sebagai orang yang najis, kembali sebagai
pengajar kebenaran Injili, kata Aretius. Kristus telah me-
nyuruhnya memanggil suaminya, yang dianggapnya cukup
sebagai jaminan untuk memanggil semua orang. Dia pergi
ke kota, yaitu kota di mana dia tinggal, di antara sanak
saudara dan kenalannya. Meskipun setiap orang yaitu se-
sama saya, kepada siapa saya punya kesempatan untuk
berbuat baik, namun saya memiliki kesempatan paling
besar, dan oleh sebab itu memiliki tanggung jawab paling
tinggi, untuk berbuat baik kepada mereka yang tinggal di
dekat saya. Di mana pohon tumbang, biarlah di sana pohon
itu dimanfaatkan.
(2) Betapa jujur dan terus terangnya wanita itu dalam
pemberitahuannya kepada mereka tentang orang asing
yang telah dijumpainya.
[1] Dia memberi tahu mereka secara terang-terangan apa
yang memicu dia mengagumi Yesus: Dia mengata-
kan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Tak
ada yang dicatat selain apa yang dikatakan-Nya menge-
nai suami-suami wanita itu; namun bukan tidak
mungkin bahwa Dia telah memberitahukan kepada pe-
rempuan itu lebih banyak lagi kesalahannya. Atau, apa
yang disampaikan Yesus itu, bagi dia, tidak mungkin di-
ketahui Yesus dengan cara-cara biasa, dan hal ini sung-
guh meyakinkan dirinya bahwa Yesus bisa saja mem-
beritahukannya segala sesuatu lainnya yang telah di-
perbuat oleh dia. Jika Dia memiliki pengetahuan ilahi,
maka Dia pasti tahu segala sesuatu. Yesus mengatakan
kepadanya apa yang tidak diketahui oleh seorang pun
kecuali Tuhan dan wanita itu sendiri. Ada dua hal
yang menyentuh wanita itu:
Pertama, luasnya pengetahuan Yesus. Kita sendiri
tidak dapat menyebutkan semua hal yang pernah kita
lakukan (banyak hal luput dari perhatian kita, dan lebih
banyak lagi yang berlalu serta terlupakan); namun
Yesus Kristus mengetahui segala pikiran, perkataan dan
tindakan semua anak manusia (Ibr. 4:13). Dia telah
mengatakan: Aku tahu segala pekerjaanmu.
Kedua, kuasa firman-Nya. Timbul kesan yang men-
dalam pada diri wanita itu, sebab Dia memberi-
tahukan kepadanya tentang dosa-dosanya yang tersem-
bunyi dengan kuasa dan energi yang tak dapat dijelas-
kan; dan sesudah satu saja dosanya diungkapkan, dia
menjadi yakin akan semuanya, dan dihakimi oleh se-
muanya. Dia tidak mengatakan, “Mari, lihat! Di sana
ada seseorang yang mengatakan kepadaku hal-hal yang
ganjil mengenai penyembahan terhadap Tuhan serta hu-
kum-hukumnya, yang telah menimbulkan perselisihan
di antara gunung ini dan Yerusalem, seseorang yang
menyebut diri-Nya Mesias,” namun “Mari, lihat! Di sana
ada seorang yang memberitahukan kepadaku tentang
dosa-dosaku.” Yang diperhatikannya yaitu hanya ba-
gian dari perkataan Kristus yang menurut orang tidak
akan disebut-sebutkannya lagi sebab rasa malu. Na-
mun bukti akan kuasa firman dan Roh Kristus yang
kita alami sendiri merupakan dasar yang paling kuat
dan meyakinkan dibandingkan yang lainnya; dan penge-
nalan akan Kristus, yang ke dalamnya kita dituntun
oleh keyakinan akan dosa dan sikap merendahkan diri,
tampaknya merupakan hal yang paling memberi kita
rasa damai dan rasa aman.
[2] wanita itu mengundang mereka untuk datang dan
melihat Dia yang sangat dikaguminya. Bukan sekadar,
“Datang dan lihatlah Dia” (wanita itu tidak meng-
undang mereka untuk melihat-Nya sebagai suatu per-
tunjukan), namun, “Datang dan bercakap-cakaplah de-
ngan-Nya; datang dan dengarkan hikmat-Nya, seperti
yang telah kulakukan, dan engkau akan mengerti apa
yang kumaksud.” wanita itu tidak akan berusaha
untuk mengemukakan alasan-alasan yang telah meya-
kinkan dirinya sedemikian rupa untuk meyakinkan me-
reka. Semua orang yang telah melihat bukti kebenaran
itu sendiri tidak dapat memaksa orang lain untuk
melihatnya; namun, “Datang, dan berbicaralah dengan
Dia, dan engkau akan menemukan suatu kuasa dalam
perkataan-Nya yang jauh melampaui segala bukti.” Per-
hatikanlah, barangsiapa tidak dapat meyakinkan dan
mengubahkan orang-orang dengan cara lain, dapat dan
harus mengantar mereka kepada sarana-sarana kasih
karunia yang telah menyakinkan diri mereka sendiri.
Saat itu Yesus berada di ujung kota. “Mari datang meli-
hat-Nya.” saat kesempatan untuk memperoleh penge-
tahuan tentang Tuhan dihantarkan di hadapan kita,
maka tidak ada maaf bagi kita, jika kita mengabaikan-
nya; akankah kita mengabaikan begitu saja kesempatan
untuk tidak melihat Dia yang hari-Nya sangat dinanti-
nantikan oleh para nabi dan raja-raja?
[3] wanita itu memutuskan untuk menarik perhatian
mereka, dan membiarkan mereka menentukan sikap
mereka sendiri atas peristiwa itu. Mungkinkah Dia
Kristus itu? Dia tidak berkata dengan sikap memaksa-
kan, “Dialah Mesias itu.” Meskipun dia sendiri sangat
yakin, namun dengan sangat bijaksana dia menyebut-
kan tentang Mesias, yang jika tidak dikemukakan tidak
akan terlintas dalam benak mereka, kemudian dia me-
ngembalikannya kepada mereka sendiri untuk memu-
tuskan; dia tidak akan memaksakan imannya kepada
mereka, namun hanya menawarkannya kepada mereka.
Dengan usaha yang biasa namun sangat meyakinkan
seperti ini, penilaian dan hati nurani orang-orang ini
kadang-kadang dipengaruhi sebelum mereka menya-
darinya.
(3) Betapa besar keberhasilan yang diperoleh wanita itu
dengan ajakannya: Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu
datang kepada Yesus (ay. 30). Meskipun sepertinya sangat
tidak mungkin bahwa sosok wanita yang begitu tidak
berarti, dan begitu buruk sifatnya, akan mendapat kehor-
matan untuk menjadi orang pertama di antara penduduk
Samaria yang bertemu dengan Mesias, namun Tuhan de-
ngan senang menggerakkan hati orang-orang itu untuk
mendengarkan kabar yang dibawanya, dan tidak mengang-
gapnya sebagai omong kosong belaka. Ada saatnya saat
para penderita kusta merupakan orang pertama yang mem-
bawa kabar baik ke Samaria mengenai pembebasan besar-
besaran (2Raj. 7:3, dst.). Mereka datang kepada Yesus; bu-
kannya mengundang Dia untuk datang kepada mereka di
kota, namun sebagai tanda penghormatan mereka kepada-
Nya, dan kesungguhan hasrat mereka untuk melihat-Nya,
mereka pergi keluar mendatangi-Nya. Mereka yang ingin
mengenal Kristus harus menjumpainya di mana Dia mem-
perdengarkan nama-Nya.
III. Percakapan Kristus dengan murid-murid-Nya saat wanita
itu pergi (ay. 31-38). Lihat betapa giatnya Tuhan kita Yesus me-
luangkan waktu, menghemat setiap menit, dan mengisi kekosong-
an waktu tersebut. saat para murid sedang pergi ke kota, perca-
kapan-Nya dengan wanita itu membangunnya dan sesuai
dengan keadaan yang dihadapinya; saat wanita itu pergi ke
kota, percakapan-Nya dengan murid-murid-Nya sama memba-
ngunnya dan sama sesuainya dengan keadaan mereka. Oleh se-
bab itu, alangkah baiknya jika kita dapat mengumpulkan penggal-
an-penggalan waktu, supaya tidak ada waktu yang terbuang. Ada
dua hal yang dapat diperhatikan dalam percakapan ini:
1. Bagaimana Kristus menyatakan kesenangan-Nya atas pekerja-
an-Nya. Pekerjaan-Nya yaitu mencari dan menyelamatkan
yang terhilang, untuk berkeliling melakukan kebaikan. Di sini
kita melihat bahwa dalam pekerjaan-Nya inilah Dia sepenuh-
nya larut, sebab :
(1) Dia mengabaikan makanan dan minuman-Nya demi pekerja-
an-Nya. saat Dia duduk di tepi sumur, Dia sedang kele-
lahan, dan membutuhkan penyegaran; namun kesempatan
untuk menyelamatkan jiwa membuat-Nya lupa akan rasa
lelah dan lapar-Nya. Dia begitu tidak memikirkan makan-
an-Nya sehingga:
[1] Murid-murid-Nya terpaksa mengajak-Nya makan: Mere-
ka mengajak Dia, mereka memaksa Dia, dengan ber-
kata, Rabi, makanlah. Ini merupakan suatu contoh
akan kasih mereka bagi-Nya sehingga mereka meng-
ajak-Nya makan, agar jangan sampai Dia pingsan dan
jatuh sakit sebab kekurangan tenaga; namun ini me-
rupakan contoh yang lebih jelas lagi mengenai kasih-
Nya bagi jiwa-jiwa, sampai-sampai Dia perlu diajak un-
tuk makan. Mari kita belajar dari hal ini, untuk menun-
jukkan sikap tidak peduli yang kudus bahkan terhadap
penopang hidup yang diperlukan sekalipun, dan lebih
memperhatikan perkara-perkara rohani.
[2] Dia sedemikian tidak peduli soal makanan atau minum-
an, sehingga murid-murid-Nya menduga bahwa ada
orang yang telah membawakan Dia makanan saat me-
reka tidak ada di sana (ay. 33): Adakah orang yang telah
membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan? Yesus
hanya sedikit sekali bernafsu untuk menyantap makan-
an-Nya, sehingga mereka mengira Ia sudah makan.
Orang-orang yang menjadikan agama sebagai pekerjaan
mereka, setiap kali ada urusan penting yang berkaitan
dengan hal itu, akan lebih memikirkannya dibanding-
kan makanan mereka; seperti hamba Abraham, yang
tidak mau makan sebelum dia menyampaikan pesan
yang dibawanya (Kej. 24:33), dan Samuel, yang tidak
mau duduk sebelum Daud diurapi (1Sam. 16:11).
(2) Yesus menjadikan pekerjaan-Nya sebagai makanan dan mi-
numan. Pekerjaan yang harus dilakukan-Nya di antara
orang Samaria, kesempatan untuk berbuat baik bagi ba-
nyak orang yang ditemui-Nya sekarang, itulah yang men-
jadi makanan dan minuman bagi-Nya; pekerjaan itu yaitu
kenikmatan dan kepuasan paling dalam yang dapat diba-
yangkan. Kerinduan yang amat sangat dari Tuhan Yesus
untuk selalu berharap akan memperoleh kesempatan dan
memanfaatkannya untuk berbuat baik bagi jiwa-jiwa, jauh
melebihi nafsu orang yang lapar atau pesenang yang
mengidam-idamkan pesta besar dan makanan enak yang
berlimpah ruah.
Mengenai hal ini, Dia mengatakan:
[1] Bahwa makanan itu yaitu makanan yang tidak dikenal
oleh para murid. Tak terbayang oleh mereka bahwa Dia
berencana atau memiliki keinginan untuk menanamkan
Injil-Nya di antara orang Samaria; ini yaitu suatu hal
yang tidak pernah mereka pikirkan. Perhatikan, melalui
Injil dan Roh-Nya, Kristus melakukan lebih banyak ke-
baikan bagi jiwa manusia, lebih dari yang diketahui
atau diharapkan oleh murid-murid-Nya. Ini juga ber-
laku bagi orang Kristen yang baik, yang hidup oleh
iman; mereka memiliki makanan yang tidak dikenal
oleh orang lain, dan sukacita mereka tidak dapat dire-
dakan oleh orang asing. Nah, perkataan-Nya membuat
mereka bertanya, “Adakah orang yang telah membawa
sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Bahkan murid
murid-Nya sendiri menangkap perkataan-Nya secara
harfiah, padahal Dia menggunakan perumpamaan.
[2] Bahwa alasan mengapa pekerjaan-Nya yaitu makanan
dan minuman-Nya yaitu sebab pekerjaan itu yaitu
pekerjaan Bapa-Nya, kehendak Bapa-Nya: Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku (ay.
34).
Perhatikanlah:
Pertama, keselamatan orang berdosa yaitu kehen-
dak Tuhan , dan mengajar mereka untuk mencapai kese-
lamatan yaitu pekerjaan-Nya (1Tim. 2:4). Ada sisa-sisa
orang pilihan yang diselamatkan dengan cara khusus
yang menjadi kehendak-Nya.
Kedua, Kristus diutus ke dalam dunia untuk tugas
ini, yaitu membawa orang-orang kepada Tuhan , untuk
mengenal Dia dan bersukacita di dalam Dia.
Ketiga, Dia menjadikan pekerjaan ini sebagai tugas-
Nya dan kesenangan-Nya. saat tubuh-Nya memerlu-
kan makanan, pikiran-Nya begitu diliputi oleh pekerja-
an ini sehingga Dia lupa akan rasa lapar dan haus,
akan makanan dan minuman. Tidak ada yang lebih da-
pat memuaskan Dia dibandingkan berbuat baik; saat Dia
diajak untuk makan Dia pergi, supaya Dia dapat me-
lakukan hal yang baik, sebab itulah yang menjadi ma-
kanan-Nya selalu.
Keempat, Dia tidak hanya siap dalam segala keada-
an untuk pergi bekerja, namun Dia bersungguh-sungguh
dan berkeinginan untuk menjalaninya, dan menyelesai-
kan setiap bagian dari pekerjaan-Nya itu. Dia bertekad
untuk tidak pernah berhenti dari pekerjaan-Nya itu,
atau melepaskannya, sampai Dia dapat berkata, Sudah
selesai. Banyak orang bersemangat untuk mengerjakan
pekerjaan mereka pada awalnya, namun tidak bersema-
ngat untuk melanjutkannya sampai selesai; namun
Tuhan kita Yesus bertekad untuk menyelesaikan peker-
jaan-Nya. Dalam hal ini, Guru kita telah meninggalkan
suatu teladan bagi kita, agar kita dapat belajar untuk
mengerjakan kehendak Tuhan sebagaimana yang dilaku-
kan-Nya;
1. Dengan giat dan penuh perhatian, sebagaimana
orang-orang yang berkepentingan dalam hal itu.
2. Dengan gembira dan senang hati, sebagaimana
orang yang sangat bersukacita melakukannya.
3. Dengan setia dan tekun; tidak hanya berencana me-
ngerjakannya, namun juga sampai menyelesaikan-
nya.
2. Lihat di sini bagaimana Kristus, sesudah mengungkapkan rasa
senang-Nya akan pekerjaan-Nya, mendorong murid-murid-Nya
untuk giat dalam pekerjaan mereka. Mereka yaitu pekerja
yang bekerja bersama dengan Dia, oleh sebab itu harus men-
jadi pekerja seperti Dia, dan menjadikan pekerjaan mereka se-
bagai makanan mereka, sebagaimana yang dilakukan-Nya.
Pekerjaan yang harus mereka lakukan yaitu mengabarkan
Injil dan mendirikan kerajaan Mesias. Nah, di sini, pekerjaan
ini diumpamakan-Nya dengan pekerjaan menuai, mengumpul-
kan buah-buah dari bumi ini; dan perumpamaan ini terus-
menerus diutarakan-Nya di sepanjang percakapan itu (ay. 35-
38). Perhatikanlah, masa penginjilan yaitu masa penuaian,
dan pekerjaan penginjilan yaitu pekerjaan penuaian. Tuaian
itu telah ditentukan dan dinantikan; demikian juga Injil. Masa
penuaian yaitu masa yang sibuk; sebab nya semua orang
harus bekerja. Setiap orang harus bekerja bagi dirinya sendiri,
supaya dia dapat menuai anugerah dan penghiburan Injil.
Para pelayan harus bekerja bagi Tuhan , untuk mengumpulkan
jiwa-jiwa kepada-Nya. Masa penuaian yaitu kesempatan,
suatu masa yang pendek dan terbatas, yang tidak akan ber-
langsung selamanya; dan pekerjaan menuai yaitu pekerjaan
yang harus dilakukan saat itu juga, atau tidak sama sekali.
Demikian juga masa menikmati Injil merupakan musim khu-
sus, yang harus dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan Injil yang
sesungguhnya, sebab begitu berlalu, masa itu tidak dapat
kembali. Para murid harus mengumpulkan tuaian jiwa bagi
Kristus. Di sini Yesus mengemukakan tiga hal kepada para
murid untuk membangkitkan mereka agar giat:
(1) Bahwa pekerjaan ini yaitu pekerjaan yang wajib dilaku-
kan, dan alasannya sangat mendesak dan genting (ay. 35):
Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah mu-
sim menuai? namun Aku berkata kepadamu: ladang-ladang
sudah menguning.
Di sini diceritakan:
[1] Perkataan pada murid-murid Kristus mengenai panen
gandum; masih ada empat bulan, baru kemudian da-
tanglah musim menuai, yang mungkin dapat dipahami
secara umum sebagai – “Engkau mengatakan, untuk
memberi seman