Yohanes 1-16 8

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 8



 gat kepada si penabur saat musim me-

nabur, bahwa hanya empat bulan lagi sudah tiba mu-

simnya untuk menuai.” Kalau di Inggris, ada empat 

bulan di antara musim menabur benih jelai dan musim 

panen jelai, mungkin sama halnya bagi mereka untuk 

jenis biji-bijian lain; atau, “Khususnya, kalau dihitung 

dari saat ini, masa panen yang berikutnya tinggal empat 

bulan lagi, menurut kebiasaan yang umum terjadi.”  

Musim panen orang Yahudi mulai saat Paskah orang 

Yahudi, sekitar saat kebangkitan Yesus, lebih awal dari-

pada musim panen di Inggris. Ini menunjukkan bahwa 

perjalanan Kristus dari Yudea ke Galilea terjadi pada 

musim dingin, sekitar akhir November, sebab  Dia me-

lakukan perjalanan dalam segala cuaca untuk mela-

kukan kebaikan. Tuhan   tidak hanya menjanjikan bagi 

kita satu musim panen setiap tahun, namun telah me-

nentukan minggu-minggu yang tetap untuk panen, se-

hingga kita tahu kapan kita harus menantikannya, dan 

berjaga-jaga untuk itu.  

[2] Perkataan Kristus mengenai tuaian Injil; hati-Nya sung-

guh tertuju pada buah-buah Injil-Nya, sebagaimana 

hati orang lain tertuju pada buah yang dihasilkan du-

nia; dan kepada hal inilah Dia ingin mengarahkan pikir-

an murid-murid-Nya: Lihat, ladang-ladang sudah me-

nguning dan matang untuk dituai.  

Pertama, di sini di tempat ini, di mana mereka ber-

ada sekarang, ada pekerjaan menuai yang perlu dikerja-

kan-Nya. Mereka ingin Dia makan (ay. 31). “Makan!” 

kata-Nya, “Aku memiliki  pekerjaan lain, yang lebih 

penting; lihatlah bagaimana orang-orang Samaria se-

dang berbondong-bondong keluar dari kota dan berke-

rumun di ladang yang sudah siap untuk menerima 

Injil”; saat itu mungkin ada banyak orang Samaria yang 

sedang mendekat. Kesiapan orang-orang untuk men-

dengar firman merupakan suatu dorongan besar bagi 

para pelayan Injil untuk lebih giat dan bersemangat da-

lam mengabarkannya.  

Kedua, di tempat lain, di seluruh negeri, ada  cu-

kup banyak pekerjaan menuai untuk dilakukan oleh 

mereka semua. “Perhatikanlah semua daerah, renung-

kan keadaan negeri itu, dan engkau akan menemukan 

sekumpulan besar orang yang siap untuk menerima 

Injil, seperti ladang gandum yang telah matang sepe-

nuhnya dan siap untuk dipanen.” Ladang telah mengu-

ning dan menjadi matang,  

1. Oleh ketetapan Tuhan yang dinyatakan dalam nu-

buatan Perjanjian Lama. Sekaranglah waktunya bagi 

bangsa-bangsa untuk berkumpul pada Kristus (Kej. 

49:10), masanya orang banyak berbondong-bondong 

ke gereja, sehingga gereja harus diperlebar, dan oleh 

sebab itu inilah waktunya bagi para murid untuk 

menjadi sibuk. Ini merupakan dorongan besar bagi 

kita untuk terlibat dalam setiap pekerjaan apa saja 

bagi Tuhan  , jika kita mengerti melalui tanda-tanda 

zaman bahwa ini yaitu  musim yang tepat untuk 

pekerjaan itu, sebab  pekerjaan itu akan berhasil.   

2. Oleh sifat manusia. Yohanes Pembaptis telah me-

nyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-

Nya (Luk. 1:17). Sejak dia mulai mengabarkan kera-

jaan Tuhan  , setiap orang berebut memasukinya (Luk. 

16:16). Jadi, ini yaitu  masanya para pemberita Injil 

untuk bekerja dengan sekuat tenaga, untuk menga-

yunkan sabit mereka, saat  tuaian itu telah masak 

(Why. 14:15). Kita harus bekerja sekarang, sebab  

sayang sekali jika musim seperti ini harus terlewat-

kan. Jika gandum yang sudah matang tidak dituai, 

maka gandum itu akan jatuh terserak dan hilang, 

dan burung-burung akan memungutinya. Jika jiwa-

jiwa yang berada di bawah penghukuman, dan yang 

telah mulai berbalik ke arah yang benar, tidak dito-

long sekarang juga, maka langkah awal mereka yang 

penuh harapan akan berujung pada kehampaan, 

dan mereka akan menjadi mangsa para penipu. Be-

kerja saat ini juga merupakan sesuatu yang mudah, 

sebab  saat  hati orang-orang telah siap, pekerjaan 

itu akan selesai dengan cepat (2Taw. 29:36). Pastilah 

para pelayan Injil mau tidak mau akan bersemangat 

untuk berjerih payah memberitakan firman saat  

mereka melihat orang-orang senang mendengar Injil. 

(2) Bahwa pekerjaan itu yaitu  pekerjaan yang menguntung-

kan dan berfaedah, dan mereka sendiri akan menjadi orang 

yang memperoleh keuntungan itu (ay. 36): “Sekarang juga 

penuai telah menerima upahnya, demikian juga kamu.” 

Kristus telah berjanji untuk membayar dengan pantas 

orang yang dipekerjakan-Nya dalam pekerjaan-Nya, sebab  

Dia tidak akan bertindak seperti Yoyakim, yang mempe-

kerjakan sesamanya dengan cuma-cuma (Yer. 22:13), atau 

seperti mereka yang menahan upah dari buruh yang telah 

menuai hasil ladang mereka (Yak. 5:4). Mereka yang me-

nuai bagi Kristus, meskipun mereka berseru kepada-Nya 

siang dan malam, sekali-sekali tidak akan berseru untuk 

menentang Dia, atau mengatakan bahwa mereka melayani 

Tuan yang jahat. Barang siapa menuai, tidak hanya akan 

menerima upah, namun menerimanya sekarang juga. Ada 

suatu upah yang sesaat  diperoleh dalam melayani Kris-

tus, dan pekerjaan Kristus yaitu  upah orang itu sendiri.  

[1] Mereka yang menuai bagi Kristus memperoleh buah:  

Dia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, yaitu, 

dia akan menyelamatkan dirinya sendiri dan mereka 

yang mendengarnya (1Tim. 4:16). Jika penuai yang setia 

menyelamatkan jiwanya sendiri, yaitu buah yang me-

limpah bagi perbendaharaannya, buah itu yaitu  buah 

yang dikumpulkan untuk hidup yang kekal; dan jika, 

lebih dari itu, dia menjadi alat untuk menyelamatkan 

jiwa yang lain juga, maka ada buah yang dikumpulkan. 

Jiwa-jiwa yang dikumpulkan bagi Kristus yaitu  buah, 

yaitu buah yang baik, buah yang dicari Kristus (Rom. 

1:13); buah itu dikumpulkan bagi Kristus (Kid. 8:11-12); 

buah itu dikumpulkan untuk hidup yang kekal. Ini ada-

lah penghiburan bagi para pelayan yang setia, sebab  

ternyata pekerjaan mereka memiliki tujuan untuk kese-

lamatan kekal bagi jiwa-jiwa yang berharga.  

[2]  Mereka memiliki sukacita: Penabur dan penuai sama-

sama bersukacita. Pelayan yang beruntung menjadi alat 

untuk memulai suatu pekerjaan yang baik yaitu  pena-

bur, seperti Yohanes Pembaptis. Orang yang dipeker-

jakan untuk melanjutkan pekerjaan itu dan menyem-

purnakannya yaitu  penuai: dan keduanya sama-sama 

bersukacita.  

Perhatikanlah:  

Pertama, meskipun Tuhan   akan mendapatkan segala 

kemuliaan atas keberhasilan pemberitaan Injil, namun 

pelayan yang setia juga memperoleh keuntungan dari 

pemberitaan Injil itu. Para penuai juga turut merasakan 

sukacita penuaian, meskipun keuntungannya menjadi 

milik sang tuan (1Tes. 2:19).  

Kedua, para pelayan yang memperoleh karunia dan 

jam kerja yang berbeda-beda tidak boleh merasa rasa iri 

satu sama lain, lebih baik mereka bersukacita bersama 

dalam keberhasilan dan keuntungan satu sama lain. 

Meskipun semua pelayan Kristus tidak sama berguna-

nya, atau sama berhasilnya, namun jika mereka telah 

memperoleh belas kasih Tuhan   untuk menjadi setia, me-

reka semua akan bersama-sama masuk dan turut dalam 

kebahagiaan Tuan mereka pada akhirnya. 

(3) Bahwa pekerjaan itu yaitu  pekerjaan yang mudah, dan 

merupakan pekerjaan yang telah separuh dikerjakan bagi 

mereka oleh orang-orang yang telah mendahului mereka: 

Yang seorang menabur dan yang lain menuai (ay. 37-38). 

Ayat ini kadang-kadang menggambarkan suatu pengha-

kiman yang menyedihkan bagi orang yang menabur (Mi. 

6:15, Ul. 28:30), Engkau ini akan menabur, dan orang lain 

akan menuai; seperti dikatakan dalam Ulangan 6:11, ru-

mah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang 

tidak kauisi. Demikian juga di sini. Musa, para nabi dan 

Yohanes Pembaptis, telah mempersiapkan jalan bagi Injil, 

telah menabur benih yang baik, sehingga para pelayan da-

lam Perjanjian Baru hanya perlu mengumpulkan buahnya. 

Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang, jika diban-

dingkan, tidak kamu usahakan (Yes. 40:3-5).  

[1] Ini menunjukkan dua hal mengenai pelayanan Perjanji-

an Lama:  

Pertama, bahwa pelayanan Perjanjian Lama sangat 

memerlukan pelayanan Perjanjian Baru. Musa dan para 

nabi menabur, namun mereka tidak dapat dikatakan 

menuai, sebab  begitu sedikit buah yang mereka lihat 

dari jerih payah mereka. Tulisan mereka lebih banyak 

memberikan manfaat sesudah  mereka meninggalkan kita 

dibandingkan  khotbah mereka.  

Kedua, bahwa pelayanan Perjanjian Lama sangat 

berguna bagi pelayanan Perjanjian Baru, dan telah 

membuka jalan bagi pelayanan Perjanjian Baru. Tulisan 

para nabi, yang dibacakan di dalam sinagoge setiap hari 

Sabat, membangkitkan harapan orang-orang akan Me-

sias, sehingga mempersiapkan mereka untuk menyam-

but-Nya. Jika bukan sebab  benih yang ditabur oleh 

para nabi, wanita  Samaria ini tidak akan dapat me-

ngatakan, Kami tahu, bahwa Mesias akan datang. Da-

lam beberapa hal tertentu, tulisan dalam Perjanjian 

Lama lebih berguna bagi kita dibandingkan  bagi mereka 

yang pertama-tama menjadi tujuan tulisan tersebut, ka-

rena perkataan di dalamnya lebih dapat dipahami me-

lalui penggenapannya. (1Ptr. 1:12; Ibr. 4:2; Rm. 16:25-

26). 

[2] Ini juga menunjukkan dua hal mengenai pelayanan ra-

sul-rasul Kristus.  

Pertama, pelayanan mereka yaitu  pelayanan yang 

berbuah: mereka yaitu  penuai yang mengumpulkan 

banyak tuaian jiwa-jiwa bagi Yesus Kristus, dan mela-

kukan lebih banyak dalam waktu tujuh tahun untuk 

mendirikan kerajaan Tuhan   di antara manusia melebihi  

apa yang telah dilakukan oleh para nabi Perjanjian 

Lama selama berabad-abad.  

Kedua, pelayanan mereka sungguh sangat dipermu-

dah dengan adanya tulisan-tulisan para nabi, khusus-

nya di antara orang Yahudi, kepada siapa mereka per-

tama kali diutus. Para nabi menabur dengan mencucur-

kan air mata, berseru, Kami telah bersusah-susah de-

ngan percuma, sementara para rasul menuai dengan 

bersorak-sorai, berkata, Syukur bagi Tuhan  , yang selalu 

membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Perhatikan-

lah, dari jerih payah para pelayan yang telah mati dan 

pergi, banyak buah yang baik bisa dituai oleh orang-

orang yang hidup lebih lama dari mereka dan pelayan 

yang menggantikan mereka. Yohanes Pembaptis, dan 

orang-orang yang menyertainya, telah berjerih lelah, dan 

murid-murid Kristus mengambil alih jerih payah me-

reka itu, membangun di atas dasar mereka, dan menuai 

buah dari apa yang mereka tabur. Lihat alasan apa 

yang kita punyai untuk bersyukur kepada Tuhan   atas 

mereka yang telah mendahului kita, atas pemberitaan 

dan tulisan mereka, atas apa yang mereka lakukan dan 

mereka derita pada zaman mereka, sebab  kita datang 

memetik hasil usaha mereka. Pekerjaan dan pelayanan 

mereka telah membuat pekerjaan kita menjadi lebih 

mudah. Dan saat  para pekerja masa dulu dan masa 

sekarang, mereka yang masuk ke kebun anggur pada 

jam sembilan pagi dan mereka yang datang pada pukul 

lima petang, bertemu pada hari penghakiman, mereka 

tidak akan saling iri satu sama lain mengenai kemulia-

an masing-masing pekerjaan mereka; sehingga baik 

mereka yang menabur maupun mereka yang menuai 

akan sama-sama bersukacita, dan Tuhan yang Agung 

yang empunya tuaian mereka itu akan memperoleh 

segala kemuliaan.  

IV. Akibat baik yang disebabkan kunjungan Kristus (secara sambil 

lalu) atas orang-orang Samaria, dan buah yang segera terkumpul 

saat itu di antara mereka (ay. 39-42).  

Perhatikan kesan apa yang dibuat atas mereka:  

1.  Oleh kesaksian wanita  itu mengenai Kristus; meskipun 

hanya satu kesaksian, dan bukan merupakan laporan yang 

baik, dan kesaksian itu tidak lebih dari “Ia mengatakan kepa-

daku segala sesuatu yang telah kuperbuat,” namun kesaksian 

itu memberi pengaruh yang baik atas banyak orang. Orang 

bisa saja berpikir bahwa dengan memberitahukan wanita  

itu akan dosanya yang tersembunyi, orang-orang itu akan ta-

kut untuk datang pada Yesus, kalau-kalau Dia akan mem-

beritahukan mereka juga mengenai kesalahan-kesalahan me-

reka; namun, mereka mau mengambil risiko lebih baik ber-

kenalan dibandingkan  tidak, dengan seseorang yang mereka yakini 

yaitu  seorang nabi.  

Mereka dibawa kepada dua hal: 

(1) Untuk mempercayai perkataan Kristus (ay. 39): Banyak 

orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-

Nya sebab  perkataan wanita  itu. Sampai saat itu 

mereka percaya kepada-Nya sehingga mereka menganggap-

Nya sebagai nabi, dan ingin mengetahui pikiran Tuhan   dari-

Nya; ini jelas bisa ditafsirkan bahwa mereka percaya ke-

pada Dia.  

Sekarang perhatikanlah:  

[1] Siapa mereka itu yang percaya: Banyak orang Samaria, 

yang bukan berasal dari umat Israel. Iman mereka bu-

kan hanya memperparah ketidakpercayaan orang Ya-

hudi, yang semestinya harus lebih baik lagi, namun   juga 

menunjukkan suatu kesungguh-sungguhan iman kaum 

bukan-Yahudi, yang mau menyambut apa yang telah 

ditolak oleh orang Yahudi.  

[2] Apa yang membuat mereka percaya: sebab  perkataan 

wanita  itu.  

Perhatikanlah:  

Pertama, bagaimana Tuhan   kadang-kadang senang 

menggunakan alat yang sangat lemah dan yang tidak 

menjanjikan untuk memulai dan meneruskan suatu 

pekerjaan yang baik. Seorang anak wanita  mengge-

rakkan seorang bangsawan besar untuk datang pada 

Elisa (2Raj. 5:2).  

Kedua, betapa besar akibat yang ditimbulkan api ke-

cil yang menyala. Juruselamat kita, dengan mengajar 

seorang wanita  hina, menyebarkan ajaran ke selu-

ruh kota. Janganlah hendaknya para pelayan bersikap 

asal-asalan atau tawar hati dalam pemberitaan mereka 

saat  melihat pendengar mereka sedikit dan biasa-

biasa saja, sebab , dengan berbuat baik kepada me-

reka, perbuatan baik itu dapat diteruskan lagi kepada 

lebih banyak orang dan lebih berarti. Jika mereka meng-

ajar sesamanya dan mengajar saudaranya, banyak 

orang akan belajar dari tangan kedua. Filipus mem-

beritakan Injil kepada seorang pria dalam kereta kuda-

nya di sebuah jalan, dan pria itu tidak hanya menerima 

Injil untuk dirinya sendiri, namun membawanya ke ne-

gerinya, dan menyebarkannya di sana.  

Ketiga, perhatikan betapa baiknya jika kita berbicara 

berdasarkan pengalaman kita mengenai Kristus dan 

perkara-perkara Tuhan  . wanita  ini hanya bisa berce-

rita sedikit mengenai Kristus, namun apa yang dia kata-

kan, dikatakannya dengan penuh perasaan: Ia mengata-

kan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. 

Mereka yang dapat mengatakan apa yang telah Tuhan   

lakukan bagi jiwa mereka, mereka inilah yang paling 

mungkin berbuat baik (Mzm. 66:16). 

(2) Mereka mencoba membujuk-Nya untuk tinggal di antara 

mereka (ay. 40): saat  mereka datang kepada-Nya, mereka 

meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka. Ber-

dasarkan perkataan wanita  itu, mereka percaya bahwa 

Dia yaitu  seorang nabi, dan mereka datang kepada-Nya; 

dan saat  mereka melihat-Nya, penampilan-Nya yang bia-

sa-biasa saja dan potongan-Nya yang tampak miskin tidak 

mengurangi penghargaan serta pengharapan mereka terha-

dap-Nya, namun   mereka justru tetap menghormati Dia seba-

gai seorang nabi. Perhatikanlah, ada harapan bagi mereka 

yang berhasil mengatasi prasangka buruk orang-orang 

terhadap nilai yang sesungguhnya di balik keadaan yang 

hina. Diberkatilah mereka yang tidak menolak Kristus pada 

pandangan pertama. Mereka sama sekali tidak menolak 

Dia, bahkan mereka memohon kepada-Nya untuk tinggal 

pada mereka;  

[1]  Agar mereka dapat membuktikan rasa hormat mereka 

kepada-Nya, dan memperlakukan Dia dengan penuh 

hormat dan kebaikan hati sebab  tabiat-Nya. Para nabi 

dan pelayan Tuhan   yaitu  tamu yang disambut oleh se-

mua orang yang sungguh-sungguh menerima Injil, 

seperti Lidia (Kis. 16:15).  

[2] Supaya mereka dapat menerima petunjuk dari-Nya. Me-

reka yang diajar mengenai Tuhan   akan sungguh-sungguh 

berhasrat untuk belajar lebih dalam dan lebih mengenal 

Kristus lagi. Banyak orang yang akan berkerumun pada 

seseorang yang akan memberitahukan nasib dan per-

untungan mereka, namun orang-orang ini berkerumun 

pada orang yang akan memberitahukan kesalahan-ke-

salahan mereka, mengungkapkan dosa dan kewajiban 

mereka. Sang sejarawan yang mencatat Injil ini tampak-

nya memberikan tekanan bahwa mereka yaitu  orang 

Samaria (Luk. 10:33; 17:16). Orang Samaria tidak terke-

nal dalam hal agama seperti halnya orang Yahudi; na-

mun orang Yahudi, yang telah melihat mujizat Kristus 

justru mengusir Dia dari antara mereka: sementara 

orang Samaria, yang tidak melihat mujizat-Nya, atau 

mengalami kebaikan-Nya, justru mengundang-Nya un-

tuk datang kepada mereka. Bukti keberhasilan Injil ti-

dak selalu bisa diduga-duga, juga tidak bisa diharapkan 

berdasarkan suatu pengalaman. Orang Samaria diajar 

menurut adat daerah mereka untuk menghindari perca-

kapan dengan orang Yahudi. Ada orang-orang Samaria 

yang tidak mau jika Kristus melewati kota mereka (Luk. 

9:53), namun   orang-orang Samaria ini memohon kepada-

Nya untuk tinggal pada mereka. Perhatikanlah, kita 

akan semakin mengasihi Kristus dan firman-Nya bila 

kasih kita itu mengalahkan segala prasangka yang tim-

bul sebab  pendidikan dan kebiasaan, dan bila kasih 

itu mengabaikan celaan manusia. Di sini diceritakan 

bahwa Kristus mengabulkan permintaan mereka.  

Pertama, Yesus tinggal di situ. Meskipun kota itu 

yaitu  kota Samaria yang hampir bersebelahan dengan 

bait mereka, namun, saat  Dia diundang, Dia tinggal di 

sana; meskipun Dia sedang dalam perjalanan, dan ma-

sih harus meneruskan perjalanan lagi, namun, saat  

Dia mendapat kesempatan untuk berbuat baik, Dia 

tinggal di situ. Bagi Yesus itu bukanlah halangan besar, 

dan kita harus lebih belajar lagi dari hal ini. Walaupun 

demikian, Dia tinggal di sana hanya dua hari, sebab  

ada tempat lain yang harus dikunjungi-Nya, dan ada 

pekerjaan lain yang harus dikerjakan-Nya. Dua hari itu 

cukup menjadi bagian bagi kota ini. Sekalipun begitu, 

dua hari ini sudah merupakan sebagian dari hari-hari 

Juruselamat kita yang hanya sementara saja di muka 

bumi ini.  

Kedua, kita diberitahukan mengenai kesan yang tim-

bul pada diri mereka oleh sebab  perkataan Kristus dan 

percakapan-Nya secara pribadi dengan mereka (ay. 41-

42); memang tidak disebutkan apa yang dikatakan dan 

diperbuat-Nya di sana, entah Dia menyembuhkan me-

reka atau tidak; namun yang jelas, apa yang dikatakan 

dan diperbuat-Nya itu sungguh meyakinkan mereka 

bahwa Dia yaitu  Kristus. Jerih payah para pelayan 

Tuhan   paling baik dikenal melalui buah-buah baik yang 

dihasilkan dari jerih payah itu. Apa yang mereka dengar 

tentang Dia sebelumnya menimbulkan pengaruh yang 

baik, sehingga sekarang mata mereka telah melihat Dia, 

dan akibatnya yaitu :  

1.  Jumlah mereka bertambah (ay. 41): Dan lebih ba-

nyak lagi orang yang menjadi percaya: banyak orang 

yang tadinya tidak akan terbujuk untuk keluar dari 

kota dan datang kepada-Nya akhirnya tergerak juga 

untuk percaya kepada-Nya, saat  Dia datang di an-

tara mereka. Perhatikanlah, betapa menyenangkan-

nya melihat banyaknya orang percaya. Kadang-

kadang semangat dan keberanian beberapa orang 

dapat menjadi alat untuk merangsang banyak orang 

lain dan membangkitkan suatu rasa cemburu yang 

kudus (Rm. 11:14).  

2. Iman mereka bertumbuh. Mereka yang telah dige-

rakkan oleh pemberitaan wanita  itu sekarang 

melihat alasan untuk berkata, “Kami percaya, namun   

bukan lagi sebab  apa yang kaukatakan” (ay. 42). Di 

sini ada tiga hal yang didalamnya iman mereka ber-

tumbuh:  

(1) Dalam perkataan itu sendiri, atau dalam apa 

yang mereka sungguh percayai itu. Berdasarkan 

kesaksian wanita  itu, mereka yakin bahwa 

Dia yaitu  seorang nabi, atau seorang pembawa 

pesan dari sorga yang sangat luar biasa. Namun 

sekarang sesudah  mereka bercakap-cakap dengan 

Dia, mereka menjadi percaya bahwa Dia yaitu  

Kristus, Yang Diurapi itu, orang yang sama yang 

telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka 

dan dinanti-nantikan oleh mereka, dan bahwa, 

sebagai Kristus, Dia yaitu  Juruselamat dunia; 

sebab  Dia diurapi untuk menyelamatkan umat-

Nya dari dosa mereka. Mereka percaya bahwa 

Dia yaitu  Juruselamat bukan hanya untuk 

orang Yahudi, namun untuk seluruh dunia, se-

hingga mereka berharap bahwa mereka juga ter-

masuk di dalamnya, meskipun mereka yaitu  

orang Samaria, sebab  telah dijanjikan bahwa 

Dia harus menjadi keselamatan sampai ke ujung 

bumi (Yes. 49:6).  

(2) Dalam kepastian akan perkataan itu; iman mere-

ka sekarang bertumbuh hingga mencapai keya-

kinan penuh: Kami tahu bahwa Dia ini memang 

Kristus; alēthōs – benar-benar; bukan seorang 

Kristus palsu, namun   sungguh yang sejati; bukan 

hanya seseorang yang memiliki karakter Juru-

selamat, seperti yang banyak dijumpai dalam 

Perjanjian Lama, namun   Dialah Juruselamat yang 

sesungguhnya. Keyakinan akan kebenaran ilahi 

yang sedemikian inilah yang harus kita kejar. 

Kita tidak bisa hanya menduga-duga atau seka-

dar menganggap bahwa bisa jadi Yesus itu ada-

lah Kristus, namun  , kita harus yakin bahwa Dia 

memang benar-benar Kristus. 

(3) Dalam dasar kepercayaan itu, yang merupakan 

semacam kejutan dan pengalaman rohani: Kami 

percaya, namun   bukan lagi sebab  apa yang kau-

katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia. 

Sebelumnya mereka telah percaya sebab  per-

kataan wanita  itu, dan ini bagus, dan meru-

pakan sebuah langkah yang baik; namun seka-

rang mereka menemukan dasar yang lebih dalam 

dan lebih kokoh lagi bagi iman mereka: “Sekarang 

kami percaya sebab  kami sendiri telah mende-

ngar Dia, dan telah mendengar kebenaran yang 

sedemikian sempurna dan ilahi, beserta bukti 

dan kuasa yang begitu penuh dengan kekuatan 

memerintah, sehingga kami sungguh sangat 

puas dan yakin bahwa inilah Kristus.” Ini seperti 

apa yang dikatakan Ratu Syeba mengenai Sa-

lomo (1Raj. 10:6-7): Setengahnya pun belum dibe-

ritahukan kepadaku. Orang-orang Samaria, yang 

percaya pada perkataan wanita  itu, sekarang 

memperoleh pemahaman yang lebih jelas; sebab  

setiap orang yang memiliki , kepadanya akan 

diberi; barangsiapa setia pada perkara kecil akan 

mendapat kepercayaan lebih. Dalam contoh ini 

kita dapat melihat bagaimana iman timbul dari 

pendengaran.  

[1] Iman lahir sebab  mendengar pemberitaan 

orang lain. Orang-orang Samaria ini, sebab  

perkataan wanita  itu, sedemikian per-

caya sehingga mereka datang dan melihat, 

datang dan memastikan. Demikianlah melalui 

ajaran orangtua dan pengkhotbah serta ke-

saksian gereja dan tetangga kita yang ber-

pengalaman, kita diperkenalkan dengan ajar-

an Kristus, dan ini mempengaruhi kita untuk 

menerima semua ajaran itu sebagai hal yang 

sangat mungkin benar. Namun,  

[2] Iman bertumbuh, bertambah kuat, dan ber-

tambah matang, melalui pendengaran akan 

kesaksian Kristus itu sendiri, dan ini akan 

berdampak lebih jauh lagi, dan membuat kita 

menerima ajaran-Nya, dan membuat kita 

mempercayainya sebagai kebenaran yang 

tidak perlu diragukan lagi. Kita terdorong un-

tuk melihat ke dalam Kitab Suci oleh sebab  

perkataan orang-orang yang mengatakan bah-

wa di dalam firman itu mereka telah menemu-

kan kehidupan kekal; namun saat  kita telah 

menemukannya sendiri di dalam Kitab Suci, 

dan telah mengalami kuasa firman itu yang 

mencerahkan, meyakinkan, memperbarui, 

menguduskan dan menghibur, maka seka-

rang kita percaya, bukan sebab  perkataan 

mereka, namun sebab  kita telah menemu-

kannya sendiri: dan iman kita tidak bergan-

tung pada hikmat manusia, namun   pada ke-

kuatan Tuhan   (1Kor. 2:5; 1Yoh. 5:9-10).  

Demikianlah benih Injil ditabur di tanah Samaria. Hasilnya me-

mang tidak tampak langsung sesudah  itu, namun   empat atau lima 

tahun kemudian kita temukan, saat  Filipus mengabarkan Injil di 

Samaria, dia mendapati bekas-bekas pekerjaan baik yang terberkati 

ini bekerja sehingga banyak orang sepakat untuk menerima perkara-

perkara yang disampaikan olehnya (Kis. 8:5-6, 8). Namun demikian, 

tidak semua orang condong kepada yang baik, sebab  sebagian lebih 

suka pada yang jahat, seperti Simon si penyihir dengan perbuatan 

sihirnya itu (Kis. 8:9-10). 

Anak Lelaki Pegawai Istana Disembuhkan  

(4:43-54) 

43 Dan sesudah  dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, 44 sebab 

Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negeri-

nya sendiri. 45 Maka sesudah  Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun me-

nyambut Dia, sebab  mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-

Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta 

itu.  46 Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air 

menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya

sedang sakit. 47 saat  ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea 

ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan me-

nyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. 48 Maka kata Yesus 

kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak perca-

ya.” 49 Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: “Tuhan, datanglah sebelum 

anakku mati.” 50 Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu 

percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. 51 Ke-

tika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya de-

ngan kabar, bahwa anaknya hidup. 52 Ia bertanya kepada mereka pukul be-

rapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu 

demamnya hilang.” 53 Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah 

Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan 

seluruh keluarganya.  54 Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus saat  Ia 

pulang dari Yudea ke Galilea. 

Di dalam ayat-ayat ini diceritakan: 

I.  Kedatangan Kristus di Galilea (ay. 43). Meskipun Dia begitu di-

sambut di Samaria seperti yang mungkin terjadi di tempat lain 

juga dan sangat berhasil di sana, namun sesudah dua hari Dia 

meninggalkan mereka. namun   ini bukanlah sebab  mereka yaitu  

orang Samaria, dan juga bukan berarti bahwa Dia ingin menghin-

dari prasangka orang yang menuduh Dia yaitu  orang Samaria 

(8:48), namun sebab  juga di kota-kota lain Dia harus memberita-

kan Injil (Luk. 4:43). Yesus berangkat ke Galilea, sebab  di sana-

lah Dia menghabiskan banyak waktu-Nya.  

Sekarang perhatikanlah: 

1. Ke mana Kistus pergi; ke Galilea, ke dalam wilayah Galilea, na-

mun bukan ke Nazaret, yang jelas-jelas daerah-Nya sendiri. 

Dia pergi ke seluruh desa-desa, namun enggan ke Nazaret, 

ibukotanya, sebab  sebuah alasan yang dikemukakan di sini, 

yaitu sebab Yesus sendiri telah membuktikannya, yang menge-

nal watak orang senegeri-Nya, mengetahui hati semua umat 

manusia, dan mengetahui pengalaman semua nabi, bahwa 

seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. 

Perhatikanlah: 

(1) Nabi harus dihormati, sebab Tuhan   sendiri telah menaruh 

hormat di atas mereka dan kita akan memperoleh, atau 

bisa memperoleh, manfaat melalui mereka.  

(2) Para nabi Tuhan sering kali justru tidak dihormati, dan 

malah dipandang rendah.  

(3) Penghormatan yang seharusnya diberikan ini lebih sering 

tidak diakui di negeri mereka sendiri (Luk. 4:24; Mat. 8:57). 

Bukan berarti bahwa hal ini mutlak benar di mana-mana 

(tidak ada peraturan tanpa kekecualian), namun   untuk seba-

gian besar memanglah demikian. Yusuf, saat  ia mulai 

menjadi seorang nabi, yaitu  orang yang paling dibenci 

oleh saudara-saudaranya; Daud diremehkan oleh saudara 

lelakinya (1Sam. 17:28); Yeremia difitnah oleh orang Anatot 

(Yer. 11:21), sedangkan Paulus oleh sesamanya orang 

Yahudi; dan saudara-saudara Kristuslah yang paling mera-

gukan Dia (Yoh. 7:5). Kesombongan dan rasa iri manusia 

membuat mereka tidak senang diajar oleh orang-orang 

yang pernah menjadi teman sekolah atau teman bermain 

mereka. Kesenangan akan hal baru, dan hal-hal yang luar 

biasa serta mahal harganya, yang tampak seolah jatuh dari 

langit bagi mereka, membuat mereka memandang hina 

orang-orang dan hal-hal yang sudah biasa mereka lihat 

dan mereka ketahui asal-usulnya. 

(4) Pergi ke tengah-tengah kaum yang tidak menghargai diri-

nya atau menghargai pekerjaannya sangat melemahkan se-

mangat seorang pelayan Injil. Kristus tidak mau pergi ke 

Nazaret, sebab  Dia tahu betapa sedikit penghargaan yang 

akan diperoleh-Nya di sana.  

(5)  Adillah bagi Tuhan   untuk menolak memberikan Injil-Nya ke-

pada orang-orang yang menghina pelayan-pelayan Injil. Me-

reka yang mencemooh pembawa pesan itu akan kehilangan 

manfaat pesan itu (Mat. 21:35, 41). 

2.  Betapa Ia disambut di antara orang-orang Galilea di negeri itu 

(ay. 45): Mereka menerima Dia, menyambut-Nya dengan ha-

ngat, dan dengan sukacita menerima ajaran-Nya. Kristus dan 

Injil-Nya tidak diutus dengan sia-sia; jika mereka tidak dihor-

mati oleh sebagian orang, maka mereka akan dihormati oleh 

orang lain. Di sini diceritakan alasan mengapa orang-orang 

Galilea ini begitu siap untuk menerima Kristus, yaitu sebab  

mereka telah melihat mujizat yang dilakukan-Nya di Yerusalem 

(ay. 45).  

Perhatikanlah:  

(1) Mereka turut ke Yerusalem dalam pesta itu, pesta perayaan 

Paskah. Orang Galilea tinggal sangat jauh dari Yerusalem, 

dan perjalanan mereka ke sana harus melewati wilayah 

Samaria, dan ini merupakan masalah bagi orang Yahudi, 

lebih buruk dibandingkan  harus melewati Lembah Baka seperti 

di masa lalu; namun, demi ketaatan pada perintah Tuhan  , 

mereka pergi ke perayaan itu, dan di sanalah mereka ber-

jumpa dengan Kristus. Perhatikan, barangsiapa giat dan 

selalu menaati aturan ibadah umum, pada saatnya akan 

mendapat keuntungan rohani lebih dari yang mereka ha-

rapkan.  

(2) Di Yerusalem, mereka melihat mujizat Kristus, yang mem-

bangkitkan iman dan kasih mereka kepada Dia dan ajaran-

Nya. Mujizat itu dilakukan bagi orang-orang di Yerusalem; 

namun orang Galilea yang kebetulan berada di sana justru 

mendapat keuntungan dari mujizat itu lebih dibandingkan  me-

reka yang terutama menjadi sasaran utama dari mujizat. 

Jadi, firman yang diberitakan kepada kumpulan yang terdiri 

dari bermacam-macam orang, mungkin saja dapat memuas-

kan pendengar yang hanya sekali-kali berada di situ lebih 

dibandingkan  orang yang selalu ada di sana untuk mendengar-

kan. 

3.  Kota yang dituju-Nya. saat  Yesus hendak pergi ke sebuah 

kota, Dia memilih untuk pergi ke Kana yang ada di Galilea, di 

mana Dia membuat air menjadi anggur (ay. 46); ke sana Dia 

pergi, untuk melihat apakah di sana ada buah yang baik yang 

tersisa dari mujizat itu; dan jika ada, Dia datang untuk me-

nguatkan iman mereka, dan menyirami apa yang telah Ia 

tanami. Sang penulis Injil menyebutkan mujizat itu di sini un-

tuk mengajar kita mengingat pekerjaan-pekerjaan Kristus lain-

nya yang telah kita lihat. 

II.  Yesus menyembuhkan anak pegawai istana yang sakit demam. 

Kisah ini tidak dicatat oleh para penulis Injil lainnya. Kisah ini 

termasuk dalam Matius 4:23. 

 Perhatikanlah:  

1.  Siapa yang mengajukan permohonan itu, dan siapa yang sakit: 

Sang pemohon yaitu  seorang pegawai istana (KJV: bangsa-

wan), sedangkan yang sakit yaitu  putranya.  Regulus (demi-

kian bahasa Latinnya), seorang raja kecil; demikian dia dise-

but, baik sebab  luasnya daerah kekuasaannya, maupun keb-

esaran pengaruhnya, atau besarnya wilayah tanahnya. Bebe-

rapa orang menafsirkan sebutan itu menyatakan jabatannya 

sebab  dia yaitu  seorang pegawai istana dengan jabatan yang 

berhubungan dengan raja. Beberapa orang menduga dia ada-

lah seorang pengikut Herodes, seorang pendukung raja, orang 

yang memiliki hak khusus, seseorang yang memiliki hak-hak 

khusus dengan Herodes, seperti ayah dan anak; mungkin dia 

yaitu  Khuza, bendahara Herodes (Luk. 8:3), atau Menahem, 

saudara angkat Herodes (Kis. 8:1). Ada orang-orang kudus 

dalam rumah tangga Kaisar. Sang ayah yaitu  seorang bang-

sawan, namun anaknya sakit. Kedudukan dan gelar kehor-

matan bukan jaminan bagi orang-orang dan keluarganya un-

tuk terhindar dari serangan penyakit dan kematian. Kaper-

naum berjarak lima belas mil (kira-kira 24 km – pen.) dari 

tempat tinggal bangsawan ini di Kana, di mana Kristus berada 

saat itu; namun penderitaan dalam keluarganya membawa 

sang bangsawan dari tempat yang begitu jauh datang kepada 

Kristus. 

2.  Bagaimana pemohon ini mengajukan permohonannya pada 

Sang Tabib. sebab  ia telah mendengar bahwa Yesus berang-

kat dari Yudea ke Galilea, dan mengetahui bahwa Dia tidak 

menuju ke Kapernaum, namun berbelok ke sisi lain wilayah 

itu, maka dia sendiri yang pergi menghampiri-Nya, dan memin-

ta supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya (ay. 47).  

Perhatikanlah:   

(1) Kasih sayangnya yang besar pada putranya, sehingga ke-

tika anak itu sakit, dia akan melakukan apa saja untuk 

mencari bantuan bagi putranya itu.  

(2) Rasa hormatnya yang besar pada Tuhan kita Yesus, se-

hingga dia mau datang sendiri untuk menemui Dia, pada-

hal bisa saja dia mengutus seorang hambanya; dan bahwa 

dia meminta Yesus, padahal sebagai orang yang punya 

kuasa, bisa saja ia memerintahkan Yesus untuk datang. 

Orang-orang besar, saat  mereka datang kepada Tuhan  , 

harus menjadi pengemis, dan memohon sub forma pauperis 

– seperti orang miskin. Mengenai tujuan kedatangannya 

untuk menemui Yesus, kita dapat melihat bahwa imannya 

bercampur aduk.  

[1]  Ada ketulusan di dalamnya; dia sungguh percaya bahwa 

Kristus dapat menyembuhkan putranya, meskipun pe-

nyakitnya berbahaya. Mungkin dia telah menyuruh se-

gala macam dokter datang, yang  semua sudah angkat 

tangan; namun dia percaya bahwa Kristus dapat me-

nyembuhkan putranya saat  keadaan anak itu sema-

kin parah.  

[2] Walaupun demikian, ada juga kelemahan di dalam 

imannya; dia percaya bahwa Kristus dapat menyembuh-

kan putranya, namun, sebagaimana tampak dalam ki-

sah ini, dia mengira Yesus tidak dapat menyembuhkan 

putranya dari kejauhan, sehingga dia memohon Yesus 

untuk ikut bersamanya dan menyembuhkan putranya. 

Dia berharap, seperti yang dilakukan Naaman, bahwa 

Yesus akan datang dan menumpangkan tangan-Nya ke 

atas si sakit, seolah-olah Dia tidak dapat menyem-

buhkan si sakit tanpa melalui kontak fisik. Begitulah, 

kita cenderung membatasi Yang Mahakudus dari umat 

Israel dan mengurung Dia dalam lingkup kita. Si per-

wira, seorang bukan-Yahudi, seorang prajurit, memiliki 

iman yang begitu kuat sehingga berkata, “Tuan, aku 

tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku” (Mat. 

8:8). Sedangkan si bangsawan ini, seorang Yahudi, hen-

dak mengajak Kristus untuk turut bersamanya, meski-

pun Dia sedang dalam perjalanan meninggalkan tempat 

itu. Sang bangsawan merasa putus asa bahwa tidak 

akan ada kesembuhan kecuali Yesus ikut serta, seolah-

olah ia perlu mengajari Kristus bagaimana caranya 

bekerja. Kita memang didorong untuk berdoa, namun 

tidak diperbolehkan untuk menentukan caranya: Tu-

han, sembuhkan aku; namun  , entah dengan perkataan 

atau dengan sentuhan, jadilah kehendak-Mu. 

3.  Teguran lembut yang didapat sang bangsawan dalam perca-

kapan itu (ay. 48): Kata Yesus kepadanya, “Aku tahu masalah-

nya; jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak 

akan percaya, seperti orang Samaria, yang tidak melihat tanda 

dan mujizat, sehingga Aku harus melakukan mujizat di an-

taramu.” Meskipun dia yaitu  seorang bangsawan, dan seka-

rang sedang bersusah hati sebab  keadaan putranya, serta 

telah menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Kristus 

dengan datang kepada-Nya dari tempat yang begitu jauh, 

namun Kristus menegurnya. Kehormatan seseorang di dunia 

tidak akan menghindarkan dia dari teguran firman atau tun-

tunan Tuhan  , sebab  Kristus tidak menjatuhkan keputusan 

menurut kata orang, namun dengan keadilan (Yes. 11:3-4). Per-

hatikan, Kristus pertama-tama menunjukkan kepadanya kele-

mahan dan dosa-dosanya, agar dia siap menerima belas kasih-

an, dan baru kemudian mengabulkan permohonannya. Siapa 

pun yang akan Kristus anugerahi dengan kebaikan-Nya harus-

lah terlebih dahulu merendahkan dirinya. Sang Penghibur ha-

rus meyakinkan orang terlebih dahulu. Herodes sangat ingin 

melihat mujizat (Luk. 23:8), dan pegawai istana ini pun me-

miliki pikiran yang sama, demikian juga orang-orang pada 

umumnya.  

Di sini yang dicela oleh Yesus yaitu :  

(1) Bahwa meskipun mereka telah mendengar dari sumber 

yang meyakinkan dan dapat diandalkan mengenai mujizat 

yang dilakukan Yesus di tempat lain, mereka tidak mau 

percaya sebelum melihatnya dengan mata kepala sendiri 

(Luk 4:23). Mereka harus dihargai, harus dipuaskan, jika 

tidak mereka tidak akan diyakinkan. Negeri mereka harus 

diberkati dan keingintahuan mereka harus dipuaskan de-

ngan tanda-tanda dan keajaiban, atau jika tidak, meskipun 

ajaran Kristus sudah cukup terbukti dengan mujizat yang 

dilakukan di mana-mana, mereka tidak mau percaya. Se-

perti Tomas, mereka tidak mau tunduk pada cara apa pun 

untuk meyakinkan diri mereka, kecuali dengan cara yang 

mereka tentukan.  

(2) Bahwa meskipun mereka telah melihat bermacam-macam 

mujizat, yang menjadi bukti yang tak terbantahkan dan 

sudah cukup untuk membuktikan bahwa Kristus yaitu  

guru yang datang dari Tuhan  , namun mereka tidak mau 

datang kepada-Nya untuk dibimbing dalam ajaran-Nya, 

padahal dengan kecakapan-Nya Ia dapat menuntun mereka 

dengan lembut supaya percaya dan memperoleh kesempur-

naan rohani. Mereka tidak mau percaya kepada-Nya ke-

cuali mereka digerakkan oleh tanda-tanda dan mujizat. 

Kuasa yang bersifat rohani dari perkataan Yesus tidak ber-

pengaruh apa-apa pada mereka, serta tidak membuat me-

reka tertarik. Mereka hanya tertarik dengan kuasa mujizat 

yang dapat dirasakan, yang ditujukan bagi mereka yang 

tidak percaya, sementara nubuatan yaitu  bagi mereka 

yang percaya (1Kor. 14:22). Mereka yang hanya mengagumi 

mujizat, dan meremehkan nubuatan, menempatkan dirinya 

sejajar dengan orang yang tidak percaya. 

4.  Sang bangsawan bersiteguh dalam permohonannya (ay. 49): 

Tuhan (KJV: “Sir” atau “Tuan” – pen.), datanglah sebelum anak-

ku mati. Kyrie – Tuhan; demikianlah seharusnya sebutan itu 

ditafsirkan.  

Dalam jawabannya ini kita melihat:  

(1) Sesuatu yang terpuji: dia menerima teguran itu dengan sa-

bar, dan berbicara kepada Kristus dengan penuh hormat. 

Meskipun ia yaitu  seorang yang berpangkat dan terhor-

mat, ia dapat menanggung teguran. Bukan merupakan 

suatu hak istimewa bagi kaum bangsawan untuk kebal ter-

hadap teguran firman Kristus; namun merupakan suatu 

tanda akan adanya watak yang baik dalam diri seseorang, 

khususnya orang besar, kalau ia bersedia diberitahukan 

mengenai kesalahan-kesalahannya dan tidak menjadi ma-

rah sebab nya. Demikianlah si bangsawan ini, dia tidak 

menganggap teguran itu sebagai suatu hinaan, dan juga 

tidak menganggap bahwa dia ditolak, bahkan ia menerus-

kan  permohonannya, dan terus bergumul sampai ia ber-

hasil. Bahkan mungkin dia sedang berpikir, “Jika Kristus 

menyembuhkan jiwaku, tentu Dia akan menyembuhkan 

anakku juga; jika Dia memulihkan ketidakpercayaanku, 

Dia akan menyembuhkan demamnya.” Ini yaitu  cara yang 

Kristus gunakan. Pertama-tama Dia akan bekerja atas kita, 

baru kemudian bekerja untuk kita; dan kita punya harapan 

jika kita melihat bahwa Dia menggunakan cara ini.  

(2) Hal yang layak dipersalahkan dari bangsawan itu yaitu  

ketidakteguhannya, sebab ,  

[1] Dia tampak tidak memperhatikan teguran yang diberi-

kan Kristus kepadanya. Ia tidak berkata apa-apa me-

ngenainya, entah dengan mengaku bersalah atau me-

nampik, sebab  dia terlalu sibuk memikirkan anaknya 

sehingga dia tidak dapat memikirkan hal yang lain. Per-

hatikanlah, kesedihan sebab  perkara duniawi mengha-

langi kita untuk mendapatkan keuntungan dari perka-

taan Kristus. Pemikiran dan kesedihan yang berlebihan 

yaitu  duri yang menghimpit benih yang baik (Kel. 6:8).  

[2] Dia tetap memiliki kelemahan dalam imannya akan 

kuasa Kristus.  

Pertama, dia memaksa Kristus untuk ikut bersama-

nya, sebab  mengira bahwa kalau Kristus tidak datang, 

Dia akan bisa menolong anak itu. Memang sulit untuk 

meyakinkan diri kita sendiri bahwa jarak dan waktu bu-

kan halangan bagi pengetahuan dan kuasa Tuhan kita 

Yesus; namun sesungguhnya memang demikianlah 

Kristus itu: Dia cukup melihat dari kejauhan, sebab  

firman-Nya, yaitu perkataan kuasa-Nya, lari dengan sa-

ngat cepat.  

 Kedua, dia percaya bahwa Kristus dapat menyem-

buhkan seorang anak yang sakit, namun tidak mampu 

membangkitkan seorang anak yang mati, oleh sebab itu, 

“Datanglah sebelum anakku mati,” seolah-olah jika 

tidak, maka terlambat sudah; padahal Kristus memiliki 

kuasa yang sama besar baik atas kematian maupun 

atas penyakit jasmani. Bangsawan itu lupa bahwa Elia 

dan Elisa telah membangkitkan orang mati; dan apakah 

kuasa Kristus lebih kecil dibandingkan dengan kuasa 

mereka? Amati betapa gelisahnya dia: Datanglah sebe-

lum anakku mati, seolah-olah akan berbahaya kalau 

sampai Kristus membuang-buang waktu. Siapa yang 

percaya, tidak akan gelisah, melainkan tetap mengarah-

kan dirinya kepada Kristus. “Tuhan, apa, kapan, dan 

bagaimana, semuanya terserah Engkau.”  

5.  Jawaban damai sejahtera yang akhirnya Kristus berikan atas 

permohonannya (ay. 50): Pergilah, anakmu hidup. Di sini 

Kristus memberi kita sebuah contoh,  

(1) Akan kuasa-Nya, bahwa Dia tidak hanya sanggup menyem-

buhkan, namun dapat menyembuhkan dengan begitu mu-

dahnya, tanpa perlu repot berkunjung. Di sini tidak ada 

perkataan yang diucapkan, tidak ada yang dilakukan, dan 

tidak ada yang diperintahkan untuk dikerjakan, namun 

demikian kesembuhan itu terjadi: Anakmu hidup. Cahaya 

kesembuhan dari Sang Surya kebenaran memancarkan 

pengaruh-pengaruh yang baik dari ujung langit yang satu 

hingga ke ujung yang lain, dan tidak ada yang terlindung 

dari panas sinarnya. Meskipun Kristus sekarang berada di 

sorga, dan gereja-Nya berada di dunia, Dia dapat menjang-

kau dari tempat tinggi. Bangsawan ini ingin agar Kristus da-

tang dan menyembuhkan anaknya; Kristus mau menyem-

buhkan anaknya, namun tidak mau datang. Oleh sebab itu 

kesembuhan itu justru tiba lebih cepat, kesalahan sang 

bangsawan dibetulkan, dan imannya diteguhkan; sehingga 

masalah itu terselesaikan lebih baik dengan cara Kristus. 

saat  Dia menolak apa yang kita inginkan, Dia memberi-

kan yang lebih baik bagi kita; kita meminta kemudahan, 

Dia memberikan kesabaran. Perhatikanlah, kuasa-Nya di-

luncurkan melalui perkataan-Nya. Dengan mengatakan, 

Anakmu hidup, Dia menunjukkan bahwa di dalam diri-Nya 

sendiri Dia memiliki hidup, dan kuasa untuk membangkit-

kan siapa saja yang diingini-Nya. Perkataan Kristus yang 

mengatakan, jiwamu hidup, akan membuatnya hidup.  

(2) Akan belas kasihan-Nya; dia memperhatikan bahwa bang-

sawan itu menderita kesakitan sebab  anaknya, dan ini 

tampak secara alami muncul dalam perkataannya ini, Se-

belum anakku, anakku yang kusayangi, mati. Oleh sebab 

itu Kristus memberikan teguran itu, dan memberi jaminan 

akan kesembuhan anaknya, sebab  Dia tahu bagaimana 

seorang bapa sayang kepada anak-anaknya. 

6. Kepercayaan bangsawan itu pada perkataan Kristus: Dia per-

caya, lalu pergi. Meskipun Kristus tidak memenuhi keinginan-

nya untuk ikut bersamanya, dia puas dengan cara yang ditem-

puh Kristus, dan percaya bahwa dia telah memperoleh apa 

yang diinginkannya. Betapa cepat dan betapa mudahnya ke-

kurangan dalam iman kita disempurnakan oleh firman dan 

kuasa Kristus. Sekarang walaupun tidak melihat tanda dan 

mujizat, namun dia percaya bahwa mujizat telah terjadi.  

(1) Kristus mengatakan, Anakmu hidup, dan orang itu percaya 

kepada-Nya. Ia tidak hanya percaya pada kemahatahuan 

Kristus, bahwa Dia tahu bahwa anak itu telah hidup, namun   

juga pada kemahakuasaan Kristus, bahwa kesembuhan itu 

terjadi sebab  perkataan-Nya. Dia meninggalkan sang anak 

dalam keadaan sekarat, namun saat  Kristus berkata, dia 

hidup, maka seperti bapa orang beriman itu, sekalipun 

tidak ada dasar untuk berharap, namun dia berharap juga 

dan percaya, dan tidak bimbang sebab  ketidakpercayaan.  

(2) Kristus berkata, Pergilah; dan sebagai bukti ketulusan 

imannya, dia pergi, dan tidak lagi menyibukkan Kristus 

maupun dirinya sendiri lebih jauh. Dia tidak memaksa 

Kristus untuk turut bersamanya, dan tidak berkata, “Jika 

dia memang sembuh, maka sebaiknya Engkau berkun-

jung.” Tidak, tampaknya dia tidak cemas lagi, namun  , se-

perti Hana, dia pergi, dan mukanya tidak muram lagi. Men-

jadi sangat puas, dia tidak terburu-buru pulang ke rumah, 

tidak tergesa-gesa pulang pada malam itu, namun kembali 

dengan santai, dengan pikiran yang aman tenteram. 

7. Peneguhan imannya dengan lebih dalam lagi, melalui kete-

rangan dari para hambanya saat dia kembali.  

(1)  Para hambanya menjumpainya dengan berita baik tentang 

kesembuhan anak itu (ay. 51). Mungkin mereka berjumpa 

dengannya tidak jauh dari rumahnya sendiri, dan sebab  

mengetahui kegelisahan tuan mereka, para hamba itu ingin 

sesegera mungkin membuatnya merasa tenang. Hamba-

hamba Daud begitu enggan untuk memberi tahu Daud ke-

tika anaknya mati. Kristus berkata, “Anakmu hidup,” dan 

sekarang para hamba itu mengatakan hal yang sama. 

Berita baik akan datang pada mereka yang berharap dalam 

firman Tuhan  .  

(2) Pegawai istana itu bertanya pukul berapa anak itu mulai 

sembuh (ay. 52); bukan sebab  seolah-olah dia meragukan 

pengaruh perkataan Kristus pada kesembuhan anak itu, 

namun dia sangat bergairah untuk meneguhkan imannya, 

supaya dia dapat meyakinkan sepenuhnya siapa saja yang 

akan diberitahukannya mengenai mujizat itu, sebab  bukti 

ini sangat penting.  

Perhatikanlah:  

[1] Baik bagi kita untuk memperlengkapi diri kita dengan 

semua bukti yang menguatkan, untuk meneguhkan 

iman kita akan perkataan Kristus, supaya iman itu da-

pat bertumbuh menjadi keyakinan penuh. Lakukanlah 

kepadaku suatu tanda kebaikan.  

[2] Membanding-bandingkan dengan cermat pekerjaan 

Kristus dengan perkataan-Nya akan sangat berguna 

bagi kita untuk meneguhkan iman kita. Ini yaitu  lang-

kah yang diambil bangsawan itu: Ia bertanya kepada 

mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh, dan me-

reka mengatakan kepadanya, “Kemarin siang pukul satu 

demamnya hilang.” (Menurut beberapa orang penulis 

Injil ini menganggapnya sebagai pukul tujuh malam). 

Bukan saja dia mulai sembuh, namun   menjadi sehat 

sempurna secara tiba-tiba. Maka teringatlah ayah itu, 

bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, 

“Anakmu hidup.” Firman Tuhan  , bila dipelajari baik-baik, 

akan menolong kita untuk memahami perbuatan dan 

pemeliharaan-Nya. Demikian halnya, perbuatan dan pe-

meliharaan Tuhan  , bila diperhatikan dengan baik, akan 

menolong kita memahami perkataan-Nya; sebab  Tuhan   

setiap hari menggenapi firman-Nya. Ada dua hal yang 

membantu pegawai istana itu meneguhkan imannya:  

 Pertama, bahwa kesembuhan anaknya terjadi secara 

tiba-tiba dan bukan dengan bertahap. Mereka menye-

butkan waktu yang tepat hingga jamnya: Kemarin, bu-

kan sekitar, namun   pada jam satu, demamnya hilang. 

Bukan mulai menghilang, atau mulai berkurang, namun 

hilang dengan segera. Perkataan Kristus tidak bekerja 

seperti tabib atau dokter, yang memerlukan waktu un-

tuk bekerja dan memberikan hasil, dan mungkin me-

nyembuhkan hanya dengan harapan saja. Tidak, perka-

taan Kristus yaitu  dictum factum – Dia berfirman maka 

terjadilah; bukannya Dia berfirman maka mulai terjadi.  

 Kedua, bahwa waktu itu yaitu  waktu yang sama 

saat  Kristus berkata kepadanya, “Pada saat itulah.” 

Kesesuaian dan kebersamaan terjadinya berbagai peris-

tiwa sungguh menambahkan keindahan dan keselaras-

an Sang Pemelihara Ilahi. Perhatikan, waktunya dan 

perkara itu sendiri akan menjadi lebih bermakna, ka-

rena segala sesuatu indah pada waktunya; persis wak-

tunya saat  hal itu dijanjikan, seperti kebebasan Israel 

(Kel. 12:41); persis waktunya saat  hal itu didoakan, 

seperti kebebasan Petrus (Kis. 12:12). Dalam pekerjaan 

manusia, jarak antartempat memicu  penundaan 

waktu dan menghambat pekerjaan. Namun tidak demi-

kian dengan pekerjaan Kristus. Pengampunan, damai 

sejahtera, penghiburan, dan kesembuhan rohani yang 

difirmankan-Nya di sorga, jika Ia berkenan, pada saat 

yang sama  terjadi dalam jiwa-jiwa orang percaya; dan 

saat  perkataan Kristus akan dibandingkan dengan 

penggenapannya pada hari yang besar itu nanti, maka 

Kristus akan dimuliakan di antara orang kudus-Nya, 

dan dikagumi oleh semua orang yang percaya. 

8.  Akibat dan efek yang menggembirakan dari kejadian ini. Di-

bawanya kesembuhan pada keluarga itu menghasilkan kesela-

matan bagi mereka.  

(1) Bangsawan itu sendiri percaya. Sebelumnya dia menjadi 

percaya pada perkataan Kristus, berdasarkan peristiwa 

khusus ini, namun sekarang dia percaya kepada Kristus 

sebagai Mesias yang dijanjikan, dan menjadi salah satu 

murid-Nya. Jadi pengalaman yang khusus tentang kuasa 

dan kemanjuran sepatah kata dari Kristus dapat menjadi 

sarana yang baik untuk memperkenalkan dan menanam-

kan seluruh otoritas kekuasaan Kristus di dalam diri sese-

orang. Kristus memiliki  banyak cara untuk memenang-

Injil Yohanes 4:43-54 

 271 

kan hati, dan dengan memberikan belas kasihan untuk 

hal-hal yang bersifat sementara, Dia dapat membuka jalan 

untuk hal-hal yang lebih baik.  

(2)  Seluruh isi rumahnya juga percaya.  

[1] sebab  mereka semua memiliki  kepentingan dalam 

mujizat itu, yang menimbulkan dan memelihara peng-

harapan dalam keluarga itu; maka hal ini mempenga-

ruhi mereka semuanya, sehingga mereka mengagumi 

Kristus, dan menempatkan penghargaan yang sangat 

tinggi bagi-Nya di dalam hati mereka.  

[2] sebab  pengaruh kepala keluarga itu atas mereka se-

mua. Seorang kepala keluarga tidak dapat memberikan 

iman kepada mereka yang yang ada di bawah tanggung 

jawabnya, atau memaksa mereka untuk percaya, na-

mun dia dapat menjadi alat untuk membantu menying-

kirkan segala prasangka lahiriah yang menghalangi 

bekerjanya kesaksian itu, sehingga dengan demikian 

pekerjaan itu telah terselesaikan lebih dari separuhnya. 

Abraham terkenal akan hal ini (Kej. 18:19), begitu pula 

Yosua (Yos. 24:15). Orang ini yaitu  seorang bangsa-

wan, dan mungkin ia memiliki rumah tangga yang 

besar; namun saat  ia masuk ke dalam kawanan dom-

ba Kristus, dia membawa serta mereka semuanya. 

Sungguh suatu perubahan yang sangat membahagia-

kan telah terjadi dalam rumah ini, dan itu terjadi ka-

rena sakitnya sang anak! Contoh ini menunjukkan pada 

kita untuk menerima dengan lapang dada setiap masa-

lah yang datang pada kita, sebab  kita tidak tahu ke-

baikan apa yang akan muncul di belakangnya. Mung-

kin, pertobatan sang bangsawan dan keluarganya di 

Kapernaum mempengaruhi Kristus untuk datang sesu-

dah itu dan tinggal di Kapernaum, sebagai pusat pela-

yanan-Nya di Galilea. saat  orang yang terhormat me-

nerima Injil, mereka dapat dipakai sebagai alat untuk 

membawanya ke tempat-tempat di mana mereka hidup. 

9.  Di sini diceritakan pernyataan sang penulis Injil mengenai ke-

sembuhan ini (ay. 54); Itulah tanda kedua, merujuk pada pasal 

2:11, di mana peristiwa berubahnya air menjadi anggur dika-


 272

takan sebagai mujizat yang pertama, yang terjadi segera sesu-

dah Yesus kembali pertama kali dari Yudea, sedangkan yang 

ini terjadi segera sesudah Ia kembali untuk kedua kalinya. Di 

Yudea, Dia telah melakukan banyak mujizat (3:2; 4:45). Orang 

Yudea mendapat penawaran pertama untuk menerima mujizat 

Yesus, namun sebab  diusir dari situ, Yesus melakukan muji-

zat di Galilea. Entah di suatu tempat atau di tempat lain, akan 

ada orang-orang yang mau menyambut Kristus. Jika mau, 

orang bisa saja menghalangi sinar matahari masuk ke rumah 

mereka sendiri, namun mereka tidak dapat menghalanginya 

untuk masuk di dunia ini. Mujizat ini dicatat sebagai mujizat 

kedua,  

1.  Untuk mengingatkan kita akan mujizat yang pertama, yang 

dilakukan di tempat yang sama beberapa bulan sebelum-

nya. Belas kasihan yang masih segar akan membangkitkan 

kenangan akan belas kasihan yang terdahulu, sama seperti 

belas kasihan yang terdahulu akan menguatkan pengha-

rapan kita akan belas kasihan yang akan datang. Kristus 

mengingat segala pertolongan-Nya, entah kita mengingat-

nya atau tidak.  

2.  Agar kita tahu bahwa kesembuhan ini terjadi sebelum ter-

jadinya banyak kesembuhan lain di Galilea yang disebut-

kan oleh para penulis Injil yang lain (Mat. 4:23; Mrk. 1:34; 

Luk. 4:40). Mungkin, sebab  orang yang memperoleh muji-

zat ini yaitu  orang yang hebat, maka peristiwa kesem-

buhannya itu lebih banyak dibicarakan sehingga banyak 

orang yang membutuhkan mujizat berdatangan kepada-

Nya. saat  bangsawan ini memberikan dirinya kepada 

Kristus, orang banyak mengikuti. Betapa banyaknya ke-

baikan yang dapat dilakukan oleh orang-orang besar, jika 

mereka menjadi orang yang baik! 

 

 

 

PASAL  5  

i dalam keempat Injil tercatat dengan benar segala hal yang mu-

lai dilakukan dan diajarkan Yesus (Kis. 1:1). Kedua hal ini sa-

ling berkaitan, sebab apa yang diajarkan-Nya menjelaskan apa yang 

dilakukan-Nya, dan apa yang dilakukan-Nya meneguhkan apa yang 

diajarkan-Nya. Sesuai dengan itu, dalam pasal ini kita melihat se-

buah mujizat dan sebuah khotbah.   

I.   Mujizat itu berupa penyembuhan seorang sakit yang telah 

lumpuh selama tiga puluh delapan tahun, berikut keadaan 

saat terjadi penyembuhan itu (ay. 1-16).  

II.  Khotbah itu merupakan upaya-Nya untuk membuktikan ke-

benaran tindakan-Nya di hadapan orang-orang yang terga-

bung dalam Mahkamah Agama, saat  ia dituduh melaku-

kan kejahatan sebab  menyembuhkan orang pada hari 

Sabat. Di dalam khotbah itu:  

1.  Ia menegaskan kuasa-Nya sebagai Mesias dan Pengan-

tara di antara Tuhan   dan manusia (ay. 17-29).  

2. Ia membuktikannya melalui kesaksian Bapa-Nya, kesak-

sian Yohanes Pembaptis, kesaksian melalui mujizat-muji-

zat-Nya, dan berdasarkan ayat-ayat dalam Perjanjian 

Lama, dan Ia mencela orang Yahudi atas ketidakpercaya-

an mereka (ay. 30-47). 

Penyembuhan di Kolam Betesda  

(5:1-16) 

1 Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yeru-

salem. 2 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang 

dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya 3 dan di serambi-


 274

serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-

orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air 

kolam itu. 4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan 

menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya 

sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. 5 Di 

situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. 6 

saat  Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan sebab  Ia tahu, bahwa 

ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau 

sembuh?” 7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang 

menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan se-

mentara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” 

8 Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” 9 

Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan 

berjalan. namun   hari itu hari Sabat. 10 sebab  itu orang-orang Yahudi berkata 

kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh 

engkau memikul tilammu.” 11 Akan namun   ia menjawab mereka: “Orang yang 

telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilam-

mu dan berjalanlah.” 12 Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu 

yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” 13 namun   

orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah 

menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. 14 Kemudian Yesus 

bertemu dengan dia dalam Bait Tuhan   lalu berkata kepadanya: “Engkau telah 

sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih 

buruk.” 15 Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, 

bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. 16 Dan sebab  itu orang-

orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, sebab  Ia melakukan hal-hal itu 

pada hari Sabat. 

Penyembuhan ajaib ini tidak dicatat oleh para penulis Injil lain yang 

terutama membatasi diri dengan mencatat mujizat-mujizat yang di-

adakan di Galilea. Namun, Yohanes mencatat mujizat-mujizat yang 

diadakan di Yerusalem.  

Mengenai hal ini, perhatikanlah: 

I.   Saat saat  mujizat penyembuhan ini terjadi: yaitu pada hari raya 

orang Yahudi, atau Hari Raya Paskah, sebab ini yaitu  hari raya 

yang paling meriah. Kristus, meskipun tinggal di Galilea, berang-

kat ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan itu (ay. 1).  

1. Sebab ini yaitu  sebuah ketetapan Tuhan   yang harus dijalan-

kan-Nya, sebab  Ia dijadikan takluk di bawah hukum Taurat. 

Padahal, sebagai Anak ia bisa saja meminta pengecualian. 

Dengan demikian Ia mengajar kita untuk menghadiri perseku-

tuan-persekutuan rohani (Ibr. 10:25).  

2.  Sebab ini yaitu  kesempatan untuk berbuat baik, sebab   

(1) saat  itu ada banyak orang berkumpul di situ. Ini yaitu  

pertemuan yang besar, yang setidaknya terdiri atas orang-

Injil Yohanes 5:1-16 

 275 

orang yang berpikiran sunguh-sungguh, yang datang dari 

seluruh penjuru negeri, di samping para pengikut baru dari 

bangsa-bangsa lain, dan sebab  itu Hikmat harus berseru 

nyaring di atas tembok-tembok (Ams. 1:21).  

(2) Diharapkan mereka dalam keadaan baik, sebab mereka da-

tang bersama untuk menyembah Tuhan   dan melewatkan 

waktu dalam kegiatan-kegiatan rohani. Pikiran yang tertuju 

pada penyembahan dan mengkhususkan diri pada kegiat-

an-kegiatan yang saleh, sangat terbuka untuk mendapat-

kan terang dan kasih ilahi. Bagi pikiran yang demikianlah 

Kristus akan dapat diterima.  

II.  Tempat di mana penyembuhan ini terjadi: di kolam Betesda, yang 

mengandung kuasa kesembuhan di dalamnya, dan di sini hal 

tersebut dijelaskan secara khusus (ay. 2-4). 

1.  Di mana tempat itu terletak: Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang 

Domba, epi tē probatikē. Tempat ini juga bisa disebut kandang 

domba, atau Gerbang Domba, yang bisa kita baca di dalam 

Nehemiah 3:1. Melalui gerbang itulah domba-domba dibawa ke 

pasar domba untuk dijual. Ada yang berpendapat bahwa letak-

nya dekat Bait Tuhan  , dan kalau memang demikian, hal ini bisa 

menjadi pemandangan yang menyedihkan sekaligus meng-

untungkan bagi orang-orang yang pergi ke situ untuk berdoa. 

2. Nama tempat itu: sebuah kolam (tempat pemandian), yang da-

lam bahasa Ibrani disebut Betesda – rumah belas kasihan, 

sebab di dalamnya sering terlihat kasih setia Tuhan   kepada 

orang-orang sakit. Di dalam dunia yang begitu sarat dengan 

kesengsaraan seperti ini, alangkah baiknya bila ada beberapa 

Betesda – rumah belas kasihan (obat bagi segala penyakit itu), 

supaya pemandangannya tidak melulu menyedihkan. Itu se-

mua rumah bagi kaum papah, menurut Dr. Hammond. Menu-

rut perkiraan Dr. Lightfoot, ini yaitu  kolam atas (Yes. 7:3) 

dan juga kolam yang lama (Yes. 22:11), yang dulunya diguna-

kan dalam upacara untuk membasuh kenajisan. Untuk memu-

dahkan, dibangunlah serambi-serambi supaya orang dapat 

berganti pakaian, namun   di kemudian hari tempat ini diguna-

kan sebagai tempat penyembuhan.  

3. Bagaimana tempat itu dibangun: Tempat ini memiliki lima 

serambi, beranda, atau lorong-lorong beratap, di mana orang-


 276

orang sakit dibaringkan. Jadi, amal bakti manusia itu untuk 

menolong orang yang menderita sungguh berpadanan dengan 

belas kasih Tuhan  . Alam telah menyediakan obat, namun   manu-

sialah yang harus menyediakan rumah sakit. 

4.  Betapa penuhnya tempat itu dengan orang sakit dan lumpuh 

(ay. 3): dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar 

orang sakit. Betapa besarnya penderitaan yang dialami orang-

orang malang di dunia ini! Betapa banyaknya keluhan yang 

terdengar di mana-mana, dan betapa banyaknya jumlah orang 

yang tidak berdaya! Ada baiknya bila kita sesekali berkunjung 

ke rumah-rumah sakit, dari kesusahan orang lain kita boleh 

belajar bersyukur kepada Tuhan   atas semua kenyamanan yang 

boleh kita nikmati. Penulis Injil ini secara khusus mencatat 

tiga jenis orang sakit yang berbaring di sini, yaitu orang buta, 

orang-orang timpang, dan orang-orang lumpuh atau otot lemah-

mengecil, baik di salah satu bagian, seperti orang yang mati ta-

ngannya, atau yang lumpuh sama sekali. Semua hal ini dise-

butkan sebab , dalam kondisi tak berdaya untuk sendiri ma-

suk ke dalam air, mereka terbaring lama menanti di serambi-

serambi itu. Orang-orang yang menderita penyakit-penyakit ini 

bersusah payah datang dari jauh dan memiliki kesabaran un-

tuk menunggu lama bagi kesembuhan mereka. Siapa pun di 

antara kita pasti akan melakukan hal yang sama, dan sudah 

seharusnya kita melakukannya. Namun, seandainya saja ma-

nusia juga sama bijaksananya perihal jiwa mereka dan sama 

rindunya untuk mendapatkan kesembuhan bagi penyakit 

rohani mereka! Pada dasarnya, kita semua juga sakit secara 

rohani, buta, timpang, dan mati tangan. Namun, telah tersedia 

obat mujarab bagi kesembuhan kita asal saja kita bersedia 

menjalankan perintah-perintah-Nya. 

5.  Kuasa yang ada dalam kolam itu untuk menyembuhkan 

orang-orang yang sakit ini (ay. 4). Sewaktu-waktu turun malai-

kat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barang-

siapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan 

air itu, menjadi sembuh. Sungguh aneh kuasa alamiah, atau 

lebih tepat hanya buatan saja, yang ada dalam kolam itu. Juga 

efek pembasuhan korban-korban itu sungguh aneh. Saya 

tidak tahu kuasa seperti apa itu sampai bisa menyembuhkan 

orang buta. Malaikat yang dikatakan seorang utusan, seorang 

Injil Yohanes 5:1-16 

 277 

manusia biasa, yang diutus turun untuk mengaduk-ngaduk 

air, juga aneh. Semuanya ini sugguh tidak masuk akal. Di Bait 

Tuhan   ada  tempat yang sengaja disediakan untuk memba-

suh korban. Secara umum, para penafsir setuju bahwa daya 

penyembuh kolam ini bersifat supraalami. Memang benar bah-

wa para penulis Yahudi, yang gemar menyampaikan pujian 

tentang Yerusalem, tidak ada yang menyinggung sedikit pun 

tentang kolam penyembuhan ini. Alasan mengapa mereka 

menutup mulut tentang hal ini, boleh jadi menandai kedatang-

an Mesias yang sudah dekat. Oleh sebab itu, orang-orang yang 

menyangkali-Nya, dengan giat menutup-nutupi tanda keda-

tangan-Nya, sehingga hanya ini sajalah catatan yang bisa kita 

dapatkan mengenai hal ini.  

Perhatikanlah: 

(1) Persiapan penyembuhan yang dilakukan seorang malaikat 

yang turun ke kolam itu dan menggoncangkan air. Malaikat 

yaitu  pelayan Tuhan   dan sahabat bagi umat manusia. 

Boleh jadi mereka lebih giat dalam menyingkirkan berbagai 

penyakit (seperti malaikat jahat giat menimbulkan penya-

kit) dibandingkan  yang kita sadari. Rafael, nama seorang malai-

kat yang disebut dalam artikel  apokrifa, berarti medicina Dei 

– penyembuh dari Tuhan  , atau lebih tepat tabib. Lihatlah be-

tapa rendahnya tugas-tugas yang bersedia dilakukan para 

malaikat suci demi kepentingan umat manusia. Bila kita 

bersedia melakukan kehendak Tuhan   seperti yang dilakukan 

para malaikat, janganlah kita menganggap suatu hal yang 

kita kerjakan itu rendah, kecuali dosa. Goncangan air itu 

menandakan datangnya malaikat, sama seperti bunyi derap 

langkah di puncak pohon-pohon kertau bagi Daud, dan sete-

lah itu mereka harus bertindak cepat. Pada saat digoncang-

kan, air itu pun bisa menyembuhkan. Para pelayan Tuhan 

harus mengobarkan karunia yang ada pada mereka. Jika 

mereka bersikap dingin dan malas dalam pelayanan mere-

ka, air itu akan kembali tenang dan tidak mampu menyem-

buhkan. Tidak setiap hari malaikat itu turun untuk meng-

goncangkan air, dan boleh jadi tidak sering, melainkan se-

waktu-waktu. Ada yang berpendapat ini hanya terjadi pada 

tiga hari raya saja untuk menyemarakkannya. Atau, sese-


 278

kali sesuai kebijaksanaan ilahi. Tuhan   bebas menentukan 

kapan Ia hendak memberikan perkenanan-Nya. 

(2) Cara kerja penyembuhan: Barangsiapa yang terdahulu 

masuk ke dalamnya, menjadi sembuh.  

Di sini kita dapati: 

[1] Kuasa ajaib yang ditimbulkan dalam menyembuhkan 

segala penyakit. Apa pun penyakitnya, air ini mampu 

menyembuhkannya. Pemandian alami dan buatan ada 

yang merugikan dan ada juga yang berguna. Namun, 

kolam yang satu ini dapat mengobati setiap penyakit, 

bahkan yang tampaknya tidak terpikirkan. Kuasa muji-

zat berhasil saat  kuasa alam telah menyerah.  

[2] Keterbatasan mujizat: Orang yang masuk lebih dahulu 

akan mendapatkan manfaatnya, yaitu orang yang se-

gera masuk sajalah yang sembuh, bukan orang-orang 

yang berlambat-lambat dan masuk belakangan. Hal ini 

mengajar kita untuk mengamati dan meningkatkan pe-

luang kita, dan untuk memandang di sekeliling kita 

supaya tidak menyia-nyiakan saat yang mungkin tidak 

akan pernah terulang kembali. Malaikat itu menggon-

cangkan air itu, namun   membiarkan orang-orang sakit 

itu masuk sendiri ke dalamnya. Tuhan   telah menyedia-

kan anugerah-Nya dalam Kitab Suci dan ketetapan-

ketetapan-Nya, sebab Ia bersedia menyembuhkan kita. 

Namun, jika kita tidak memanfaatkan pemberian-Nya 

itu sebaik-baiknya, salah kita sendiri bila kita tidak 

disembuhkan. 

Inilah seluruh catatan yang kita dapatkan mengenai 

mujizat yang terus berlangsung ini. Tidak diketahui de-

ngan pasti kapan peristiwa ini mulai terjadi atau ber-

akhir. Ada yang memperkirakan bahwa hal ini dimulai 

saat  Imam Besar Elyasib mulai membangun dinding 

di sekeliling Yerusalem dan menyucikannya dengan 

doa, dan bahwa Tuhan   kemudian meneguhkan persetu-

juan-Nya dengan memberikan kuasa penyembuhan ini 

ke dalam kolam yang berdampingan. Ada pula yang ber-

pendapat bahwa gejala ini baru saja terjadi saat kelahir-

an Kristus, malah ada juga yang memperkirakan saat Ia 

Injil Yohanes 5:1-16 

 279 

dibaptiskan. Berdasarkan catatan Josephus (Antiq. 15. 

121-122) yang menyebutkan tentang gempa bumi hebat 

dalam tahun ketujuh pemerintahan Herodes, atau tiga 

puluh tahun sebelum kelahiran Kristus, Dr. Lightfoot 

menduga bahwa sebab  biasanya terjadi gempa saat 

malaikat turun ke bumi, maka malaikat itu turun un-

tuk mengguncang air kolam ini terlebih dahulu. Ada 

beberapa yang berpendapat bahwa penyembuhan di 

kolam ini berakhir saat mujizat Yesus tadi terjadi, dan 

ada juga yang berpikir saat kematian Kristus. Bagaima-

napun, yang jelas, mujizat Kristus ini mengandung arti 

yang sangat dalam.  

Pertama, mujizat ini merupakan tanda kehendak 

baik Tuhan   bagi orang-orang itu, suatu petunjuk bahwa 

meskipun sudah lama mereka tidak memiliki nabi dan 

mengalami mujizat lagi, Tuhan   tidak pernah menolak 

mereka, meskipun mereka sekarang umat yang dipan-

dang hina dan tertindas dan banyak yang mencibir, Di 

manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib 

yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami? 

Dengan mujizat ini Tuhan   memberitahukan kepada me-

reka bahwa Ia masih bersikap baik kepada kota perte-

muan raya itu. Dengan demikian kita beroleh kesempat-

an untuk mengakui kuasa dan kebaikan Tuhan   melalui 

air alam dengan penuh ucapan syukur, air yang begitu 

berjasa bagi kesehatan umat manusia, sebab Tuhan   men-

jadikan semua mata air (Why. 14:7).  

Kedua, air kolam ini menggambarkan Mesias yang 

yaitu  sumber yang terbuka, dan dimaksudkan untuk 

membangun pengharapan umat akan Dia yang yaitu  

surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. 

Air di kolam ini tadinya digunakan untuk menyucikan, 

namun   kini dipakai untuk menyembuhkan, guna menan-

dai baik kuasa penyucian maupun penyembuhan dari 

darah Kristus, yang merupakan air pemandian yang tak 

tertandingi yang menyembuhkan semua penyakit kita. 

Air dari Siloam yang mengisi kolam ini menggambarkan 

kerajaan Daud dan juga Kristus, Anak Daud (Yes. 8:6). 

Oleh sebab nya sudah sepantasnya kuasa kesembuhan 


 280

ilahi itu dibubuhkan ke dalamnya. Kini, kolam baptisan 

kelahiran baru yang kita pakai yaitu  seperti kolam 

Betesda, yang menyembuhkan penyakit-penyakit rohani 

kita, bukan saja pada saat-saat tertentu, namun   sepan-

jang waktu. Barangsiapa haus, baiklah ia datang. 

III. Orang sakit yang menerima penyembuhan ini (ay. 5): seorang 

yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.  

1.  Penyakit yang dideritanya sungguh menyedihkan: badannya 

lemah hingga tidak dapat menggunakan anggota badannya, 

paling tidak di satu sisi, seperti yang biasa terjadi pada sakit 

kelumpuhan. Sungguh menyedihkan memiliki tubuh yang 

cacat begini, yang bukannya menjadi sarana bagi jiwa, melain-

kan beban dalam kehidupan ini. Betapa kita patut bersyukur 

kepada Tuhan   atas kekuatan tubuh, dengan menggunakannya 

bagi-Nya, dan berbelas kasihan kepada orang-orang yang men-

jadi tahanan tubuh!  

2.  Penderitaannya sangat lama: Tiga puluh delapan tahun. Ia 

menderita kelumpuhan mungkin lebih lama dibandingkan  umur 

hidupnya. Ada begitu banyak orang yang lumpuh dalam tugas-

tugas kehidupan ini hingga, seperti yang dikeluhkan sang 

pemazmur, mereka seakan-akan diciptakan dengan sia-sia, 

untuk menderita, bukan untuk melayani. Mereka dilahirkan 

untuk selalu sekarat. sebab  itu, masihkah kita akan berkeluh 

kesah kalau ada satu malam yang menjemukan atau kalau 

ada satu hari sakit, padahal sudah bertahun-tahun kita nyaris 

tidak pernah merasakan lagi sakit sehari, sementara banyak 

orang lain yang lebih baik dibandingkan  kita nyaris tidak tahu ba-

gaimana rasanya berada dalam keadaan sehat sehari? Catatan 

Mr. Baxter tentang perikop ini sangatlah mengharukan: “Be-

tapa besarnya rahmat yang diperoleh selama hidup tiga puluh 

delapan tahun di bawah disiplin Tuhan   yang menyelamatkan 

ini! Ya Tuhan  ku,” katanya, “betapa bersyukurnya aku pada-Mu 

bila dapat menjalani disiplin semacam itu selama lima puluh 

delapan tahun. Aman sejahteralah kehidupan yang seperti ini, 

dibandingkan dengan kehidupan yang penuh dengan kemak-

muran dan kesenangan!” 

Injil Yohanes 5:1-16 

 281 

IV. Penyembuhan dan keadaan di seputarnya diceritakan dengan 

singkat (ay. 6-9).  

1.  Yesus melihat orang itu berbaring. Perhatikanlah, saat  Kris-

tus pergi ke Yerusalem, Ia tidak mengunjungi istana-istana 

melainkan rumah-rumah sakit, yang merupakan contoh ke-

rendahan hati, sikap merendah, dan belas kasihan-Nya, dan 

ini memberi petunjuk tentang rancangan mulia-Nya untuk 

datang ke dunia ini, yaitu untuk mencari dan menyelamatkan 

orang-orang yang sakit dan terluka. Di Betesda ada  ba-

nyak orang lumpuh, namun   Kristus memusatkan perhatian 

pada orang ini dan menyisihkannya dari yang lain, sebab  

dialah yang lama sekali berbaring di situ dan dalam keadaan 

yang lebih menyedihkan dibandingkan  yang lain. Kristus senang 

menolong orang yang tidak ber