Yohanes 1-16 8
gat kepada si penabur saat musim me-
nabur, bahwa hanya empat bulan lagi sudah tiba mu-
simnya untuk menuai.” Kalau di Inggris, ada empat
bulan di antara musim menabur benih jelai dan musim
panen jelai, mungkin sama halnya bagi mereka untuk
jenis biji-bijian lain; atau, “Khususnya, kalau dihitung
dari saat ini, masa panen yang berikutnya tinggal empat
bulan lagi, menurut kebiasaan yang umum terjadi.”
Musim panen orang Yahudi mulai saat Paskah orang
Yahudi, sekitar saat kebangkitan Yesus, lebih awal dari-
pada musim panen di Inggris. Ini menunjukkan bahwa
perjalanan Kristus dari Yudea ke Galilea terjadi pada
musim dingin, sekitar akhir November, sebab Dia me-
lakukan perjalanan dalam segala cuaca untuk mela-
kukan kebaikan. Tuhan tidak hanya menjanjikan bagi
kita satu musim panen setiap tahun, namun telah me-
nentukan minggu-minggu yang tetap untuk panen, se-
hingga kita tahu kapan kita harus menantikannya, dan
berjaga-jaga untuk itu.
[2] Perkataan Kristus mengenai tuaian Injil; hati-Nya sung-
guh tertuju pada buah-buah Injil-Nya, sebagaimana
hati orang lain tertuju pada buah yang dihasilkan du-
nia; dan kepada hal inilah Dia ingin mengarahkan pikir-
an murid-murid-Nya: Lihat, ladang-ladang sudah me-
nguning dan matang untuk dituai.
Pertama, di sini di tempat ini, di mana mereka ber-
ada sekarang, ada pekerjaan menuai yang perlu dikerja-
kan-Nya. Mereka ingin Dia makan (ay. 31). “Makan!”
kata-Nya, “Aku memiliki pekerjaan lain, yang lebih
penting; lihatlah bagaimana orang-orang Samaria se-
dang berbondong-bondong keluar dari kota dan berke-
rumun di ladang yang sudah siap untuk menerima
Injil”; saat itu mungkin ada banyak orang Samaria yang
sedang mendekat. Kesiapan orang-orang untuk men-
dengar firman merupakan suatu dorongan besar bagi
para pelayan Injil untuk lebih giat dan bersemangat da-
lam mengabarkannya.
Kedua, di tempat lain, di seluruh negeri, ada cu-
kup banyak pekerjaan menuai untuk dilakukan oleh
mereka semua. “Perhatikanlah semua daerah, renung-
kan keadaan negeri itu, dan engkau akan menemukan
sekumpulan besar orang yang siap untuk menerima
Injil, seperti ladang gandum yang telah matang sepe-
nuhnya dan siap untuk dipanen.” Ladang telah mengu-
ning dan menjadi matang,
1. Oleh ketetapan Tuhan yang dinyatakan dalam nu-
buatan Perjanjian Lama. Sekaranglah waktunya bagi
bangsa-bangsa untuk berkumpul pada Kristus (Kej.
49:10), masanya orang banyak berbondong-bondong
ke gereja, sehingga gereja harus diperlebar, dan oleh
sebab itu inilah waktunya bagi para murid untuk
menjadi sibuk. Ini merupakan dorongan besar bagi
kita untuk terlibat dalam setiap pekerjaan apa saja
bagi Tuhan , jika kita mengerti melalui tanda-tanda
zaman bahwa ini yaitu musim yang tepat untuk
pekerjaan itu, sebab pekerjaan itu akan berhasil.
2. Oleh sifat manusia. Yohanes Pembaptis telah me-
nyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-
Nya (Luk. 1:17). Sejak dia mulai mengabarkan kera-
jaan Tuhan , setiap orang berebut memasukinya (Luk.
16:16). Jadi, ini yaitu masanya para pemberita Injil
untuk bekerja dengan sekuat tenaga, untuk menga-
yunkan sabit mereka, saat tuaian itu telah masak
(Why. 14:15). Kita harus bekerja sekarang, sebab
sayang sekali jika musim seperti ini harus terlewat-
kan. Jika gandum yang sudah matang tidak dituai,
maka gandum itu akan jatuh terserak dan hilang,
dan burung-burung akan memungutinya. Jika jiwa-
jiwa yang berada di bawah penghukuman, dan yang
telah mulai berbalik ke arah yang benar, tidak dito-
long sekarang juga, maka langkah awal mereka yang
penuh harapan akan berujung pada kehampaan,
dan mereka akan menjadi mangsa para penipu. Be-
kerja saat ini juga merupakan sesuatu yang mudah,
sebab saat hati orang-orang telah siap, pekerjaan
itu akan selesai dengan cepat (2Taw. 29:36). Pastilah
para pelayan Injil mau tidak mau akan bersemangat
untuk berjerih payah memberitakan firman saat
mereka melihat orang-orang senang mendengar Injil.
(2) Bahwa pekerjaan itu yaitu pekerjaan yang menguntung-
kan dan berfaedah, dan mereka sendiri akan menjadi orang
yang memperoleh keuntungan itu (ay. 36): “Sekarang juga
penuai telah menerima upahnya, demikian juga kamu.”
Kristus telah berjanji untuk membayar dengan pantas
orang yang dipekerjakan-Nya dalam pekerjaan-Nya, sebab
Dia tidak akan bertindak seperti Yoyakim, yang mempe-
kerjakan sesamanya dengan cuma-cuma (Yer. 22:13), atau
seperti mereka yang menahan upah dari buruh yang telah
menuai hasil ladang mereka (Yak. 5:4). Mereka yang me-
nuai bagi Kristus, meskipun mereka berseru kepada-Nya
siang dan malam, sekali-sekali tidak akan berseru untuk
menentang Dia, atau mengatakan bahwa mereka melayani
Tuan yang jahat. Barang siapa menuai, tidak hanya akan
menerima upah, namun menerimanya sekarang juga. Ada
suatu upah yang sesaat diperoleh dalam melayani Kris-
tus, dan pekerjaan Kristus yaitu upah orang itu sendiri.
[1] Mereka yang menuai bagi Kristus memperoleh buah:
Dia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, yaitu,
dia akan menyelamatkan dirinya sendiri dan mereka
yang mendengarnya (1Tim. 4:16). Jika penuai yang setia
menyelamatkan jiwanya sendiri, yaitu buah yang me-
limpah bagi perbendaharaannya, buah itu yaitu buah
yang dikumpulkan untuk hidup yang kekal; dan jika,
lebih dari itu, dia menjadi alat untuk menyelamatkan
jiwa yang lain juga, maka ada buah yang dikumpulkan.
Jiwa-jiwa yang dikumpulkan bagi Kristus yaitu buah,
yaitu buah yang baik, buah yang dicari Kristus (Rom.
1:13); buah itu dikumpulkan bagi Kristus (Kid. 8:11-12);
buah itu dikumpulkan untuk hidup yang kekal. Ini ada-
lah penghiburan bagi para pelayan yang setia, sebab
ternyata pekerjaan mereka memiliki tujuan untuk kese-
lamatan kekal bagi jiwa-jiwa yang berharga.
[2] Mereka memiliki sukacita: Penabur dan penuai sama-
sama bersukacita. Pelayan yang beruntung menjadi alat
untuk memulai suatu pekerjaan yang baik yaitu pena-
bur, seperti Yohanes Pembaptis. Orang yang dipeker-
jakan untuk melanjutkan pekerjaan itu dan menyem-
purnakannya yaitu penuai: dan keduanya sama-sama
bersukacita.
Perhatikanlah:
Pertama, meskipun Tuhan akan mendapatkan segala
kemuliaan atas keberhasilan pemberitaan Injil, namun
pelayan yang setia juga memperoleh keuntungan dari
pemberitaan Injil itu. Para penuai juga turut merasakan
sukacita penuaian, meskipun keuntungannya menjadi
milik sang tuan (1Tes. 2:19).
Kedua, para pelayan yang memperoleh karunia dan
jam kerja yang berbeda-beda tidak boleh merasa rasa iri
satu sama lain, lebih baik mereka bersukacita bersama
dalam keberhasilan dan keuntungan satu sama lain.
Meskipun semua pelayan Kristus tidak sama berguna-
nya, atau sama berhasilnya, namun jika mereka telah
memperoleh belas kasih Tuhan untuk menjadi setia, me-
reka semua akan bersama-sama masuk dan turut dalam
kebahagiaan Tuan mereka pada akhirnya.
(3) Bahwa pekerjaan itu yaitu pekerjaan yang mudah, dan
merupakan pekerjaan yang telah separuh dikerjakan bagi
mereka oleh orang-orang yang telah mendahului mereka:
Yang seorang menabur dan yang lain menuai (ay. 37-38).
Ayat ini kadang-kadang menggambarkan suatu pengha-
kiman yang menyedihkan bagi orang yang menabur (Mi.
6:15, Ul. 28:30), Engkau ini akan menabur, dan orang lain
akan menuai; seperti dikatakan dalam Ulangan 6:11, ru-
mah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang
tidak kauisi. Demikian juga di sini. Musa, para nabi dan
Yohanes Pembaptis, telah mempersiapkan jalan bagi Injil,
telah menabur benih yang baik, sehingga para pelayan da-
lam Perjanjian Baru hanya perlu mengumpulkan buahnya.
Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang, jika diban-
dingkan, tidak kamu usahakan (Yes. 40:3-5).
[1] Ini menunjukkan dua hal mengenai pelayanan Perjanji-
an Lama:
Pertama, bahwa pelayanan Perjanjian Lama sangat
memerlukan pelayanan Perjanjian Baru. Musa dan para
nabi menabur, namun mereka tidak dapat dikatakan
menuai, sebab begitu sedikit buah yang mereka lihat
dari jerih payah mereka. Tulisan mereka lebih banyak
memberikan manfaat sesudah mereka meninggalkan kita
dibandingkan khotbah mereka.
Kedua, bahwa pelayanan Perjanjian Lama sangat
berguna bagi pelayanan Perjanjian Baru, dan telah
membuka jalan bagi pelayanan Perjanjian Baru. Tulisan
para nabi, yang dibacakan di dalam sinagoge setiap hari
Sabat, membangkitkan harapan orang-orang akan Me-
sias, sehingga mempersiapkan mereka untuk menyam-
but-Nya. Jika bukan sebab benih yang ditabur oleh
para nabi, wanita Samaria ini tidak akan dapat me-
ngatakan, Kami tahu, bahwa Mesias akan datang. Da-
lam beberapa hal tertentu, tulisan dalam Perjanjian
Lama lebih berguna bagi kita dibandingkan bagi mereka
yang pertama-tama menjadi tujuan tulisan tersebut, ka-
rena perkataan di dalamnya lebih dapat dipahami me-
lalui penggenapannya. (1Ptr. 1:12; Ibr. 4:2; Rm. 16:25-
26).
[2] Ini juga menunjukkan dua hal mengenai pelayanan ra-
sul-rasul Kristus.
Pertama, pelayanan mereka yaitu pelayanan yang
berbuah: mereka yaitu penuai yang mengumpulkan
banyak tuaian jiwa-jiwa bagi Yesus Kristus, dan mela-
kukan lebih banyak dalam waktu tujuh tahun untuk
mendirikan kerajaan Tuhan di antara manusia melebihi
apa yang telah dilakukan oleh para nabi Perjanjian
Lama selama berabad-abad.
Kedua, pelayanan mereka sungguh sangat dipermu-
dah dengan adanya tulisan-tulisan para nabi, khusus-
nya di antara orang Yahudi, kepada siapa mereka per-
tama kali diutus. Para nabi menabur dengan mencucur-
kan air mata, berseru, Kami telah bersusah-susah de-
ngan percuma, sementara para rasul menuai dengan
bersorak-sorai, berkata, Syukur bagi Tuhan , yang selalu
membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Perhatikan-
lah, dari jerih payah para pelayan yang telah mati dan
pergi, banyak buah yang baik bisa dituai oleh orang-
orang yang hidup lebih lama dari mereka dan pelayan
yang menggantikan mereka. Yohanes Pembaptis, dan
orang-orang yang menyertainya, telah berjerih lelah, dan
murid-murid Kristus mengambil alih jerih payah me-
reka itu, membangun di atas dasar mereka, dan menuai
buah dari apa yang mereka tabur. Lihat alasan apa
yang kita punyai untuk bersyukur kepada Tuhan atas
mereka yang telah mendahului kita, atas pemberitaan
dan tulisan mereka, atas apa yang mereka lakukan dan
mereka derita pada zaman mereka, sebab kita datang
memetik hasil usaha mereka. Pekerjaan dan pelayanan
mereka telah membuat pekerjaan kita menjadi lebih
mudah. Dan saat para pekerja masa dulu dan masa
sekarang, mereka yang masuk ke kebun anggur pada
jam sembilan pagi dan mereka yang datang pada pukul
lima petang, bertemu pada hari penghakiman, mereka
tidak akan saling iri satu sama lain mengenai kemulia-
an masing-masing pekerjaan mereka; sehingga baik
mereka yang menabur maupun mereka yang menuai
akan sama-sama bersukacita, dan Tuhan yang Agung
yang empunya tuaian mereka itu akan memperoleh
segala kemuliaan.
IV. Akibat baik yang disebabkan kunjungan Kristus (secara sambil
lalu) atas orang-orang Samaria, dan buah yang segera terkumpul
saat itu di antara mereka (ay. 39-42).
Perhatikan kesan apa yang dibuat atas mereka:
1. Oleh kesaksian wanita itu mengenai Kristus; meskipun
hanya satu kesaksian, dan bukan merupakan laporan yang
baik, dan kesaksian itu tidak lebih dari “Ia mengatakan kepa-
daku segala sesuatu yang telah kuperbuat,” namun kesaksian
itu memberi pengaruh yang baik atas banyak orang. Orang
bisa saja berpikir bahwa dengan memberitahukan wanita
itu akan dosanya yang tersembunyi, orang-orang itu akan ta-
kut untuk datang pada Yesus, kalau-kalau Dia akan mem-
beritahukan mereka juga mengenai kesalahan-kesalahan me-
reka; namun, mereka mau mengambil risiko lebih baik ber-
kenalan dibandingkan tidak, dengan seseorang yang mereka yakini
yaitu seorang nabi.
Mereka dibawa kepada dua hal:
(1) Untuk mempercayai perkataan Kristus (ay. 39): Banyak
orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-
Nya sebab perkataan wanita itu. Sampai saat itu
mereka percaya kepada-Nya sehingga mereka menganggap-
Nya sebagai nabi, dan ingin mengetahui pikiran Tuhan dari-
Nya; ini jelas bisa ditafsirkan bahwa mereka percaya ke-
pada Dia.
Sekarang perhatikanlah:
[1] Siapa mereka itu yang percaya: Banyak orang Samaria,
yang bukan berasal dari umat Israel. Iman mereka bu-
kan hanya memperparah ketidakpercayaan orang Ya-
hudi, yang semestinya harus lebih baik lagi, namun juga
menunjukkan suatu kesungguh-sungguhan iman kaum
bukan-Yahudi, yang mau menyambut apa yang telah
ditolak oleh orang Yahudi.
[2] Apa yang membuat mereka percaya: sebab perkataan
wanita itu.
Perhatikanlah:
Pertama, bagaimana Tuhan kadang-kadang senang
menggunakan alat yang sangat lemah dan yang tidak
menjanjikan untuk memulai dan meneruskan suatu
pekerjaan yang baik. Seorang anak wanita mengge-
rakkan seorang bangsawan besar untuk datang pada
Elisa (2Raj. 5:2).
Kedua, betapa besar akibat yang ditimbulkan api ke-
cil yang menyala. Juruselamat kita, dengan mengajar
seorang wanita hina, menyebarkan ajaran ke selu-
ruh kota. Janganlah hendaknya para pelayan bersikap
asal-asalan atau tawar hati dalam pemberitaan mereka
saat melihat pendengar mereka sedikit dan biasa-
biasa saja, sebab , dengan berbuat baik kepada me-
reka, perbuatan baik itu dapat diteruskan lagi kepada
lebih banyak orang dan lebih berarti. Jika mereka meng-
ajar sesamanya dan mengajar saudaranya, banyak
orang akan belajar dari tangan kedua. Filipus mem-
beritakan Injil kepada seorang pria dalam kereta kuda-
nya di sebuah jalan, dan pria itu tidak hanya menerima
Injil untuk dirinya sendiri, namun membawanya ke ne-
gerinya, dan menyebarkannya di sana.
Ketiga, perhatikan betapa baiknya jika kita berbicara
berdasarkan pengalaman kita mengenai Kristus dan
perkara-perkara Tuhan . wanita ini hanya bisa berce-
rita sedikit mengenai Kristus, namun apa yang dia kata-
kan, dikatakannya dengan penuh perasaan: Ia mengata-
kan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mereka yang dapat mengatakan apa yang telah Tuhan
lakukan bagi jiwa mereka, mereka inilah yang paling
mungkin berbuat baik (Mzm. 66:16).
(2) Mereka mencoba membujuk-Nya untuk tinggal di antara
mereka (ay. 40): saat mereka datang kepada-Nya, mereka
meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka. Ber-
dasarkan perkataan wanita itu, mereka percaya bahwa
Dia yaitu seorang nabi, dan mereka datang kepada-Nya;
dan saat mereka melihat-Nya, penampilan-Nya yang bia-
sa-biasa saja dan potongan-Nya yang tampak miskin tidak
mengurangi penghargaan serta pengharapan mereka terha-
dap-Nya, namun mereka justru tetap menghormati Dia seba-
gai seorang nabi. Perhatikanlah, ada harapan bagi mereka
yang berhasil mengatasi prasangka buruk orang-orang
terhadap nilai yang sesungguhnya di balik keadaan yang
hina. Diberkatilah mereka yang tidak menolak Kristus pada
pandangan pertama. Mereka sama sekali tidak menolak
Dia, bahkan mereka memohon kepada-Nya untuk tinggal
pada mereka;
[1] Agar mereka dapat membuktikan rasa hormat mereka
kepada-Nya, dan memperlakukan Dia dengan penuh
hormat dan kebaikan hati sebab tabiat-Nya. Para nabi
dan pelayan Tuhan yaitu tamu yang disambut oleh se-
mua orang yang sungguh-sungguh menerima Injil,
seperti Lidia (Kis. 16:15).
[2] Supaya mereka dapat menerima petunjuk dari-Nya. Me-
reka yang diajar mengenai Tuhan akan sungguh-sungguh
berhasrat untuk belajar lebih dalam dan lebih mengenal
Kristus lagi. Banyak orang yang akan berkerumun pada
seseorang yang akan memberitahukan nasib dan per-
untungan mereka, namun orang-orang ini berkerumun
pada orang yang akan memberitahukan kesalahan-ke-
salahan mereka, mengungkapkan dosa dan kewajiban
mereka. Sang sejarawan yang mencatat Injil ini tampak-
nya memberikan tekanan bahwa mereka yaitu orang
Samaria (Luk. 10:33; 17:16). Orang Samaria tidak terke-
nal dalam hal agama seperti halnya orang Yahudi; na-
mun orang Yahudi, yang telah melihat mujizat Kristus
justru mengusir Dia dari antara mereka: sementara
orang Samaria, yang tidak melihat mujizat-Nya, atau
mengalami kebaikan-Nya, justru mengundang-Nya un-
tuk datang kepada mereka. Bukti keberhasilan Injil ti-
dak selalu bisa diduga-duga, juga tidak bisa diharapkan
berdasarkan suatu pengalaman. Orang Samaria diajar
menurut adat daerah mereka untuk menghindari perca-
kapan dengan orang Yahudi. Ada orang-orang Samaria
yang tidak mau jika Kristus melewati kota mereka (Luk.
9:53), namun orang-orang Samaria ini memohon kepada-
Nya untuk tinggal pada mereka. Perhatikanlah, kita
akan semakin mengasihi Kristus dan firman-Nya bila
kasih kita itu mengalahkan segala prasangka yang tim-
bul sebab pendidikan dan kebiasaan, dan bila kasih
itu mengabaikan celaan manusia. Di sini diceritakan
bahwa Kristus mengabulkan permintaan mereka.
Pertama, Yesus tinggal di situ. Meskipun kota itu
yaitu kota Samaria yang hampir bersebelahan dengan
bait mereka, namun, saat Dia diundang, Dia tinggal di
sana; meskipun Dia sedang dalam perjalanan, dan ma-
sih harus meneruskan perjalanan lagi, namun, saat
Dia mendapat kesempatan untuk berbuat baik, Dia
tinggal di situ. Bagi Yesus itu bukanlah halangan besar,
dan kita harus lebih belajar lagi dari hal ini. Walaupun
demikian, Dia tinggal di sana hanya dua hari, sebab
ada tempat lain yang harus dikunjungi-Nya, dan ada
pekerjaan lain yang harus dikerjakan-Nya. Dua hari itu
cukup menjadi bagian bagi kota ini. Sekalipun begitu,
dua hari ini sudah merupakan sebagian dari hari-hari
Juruselamat kita yang hanya sementara saja di muka
bumi ini.
Kedua, kita diberitahukan mengenai kesan yang tim-
bul pada diri mereka oleh sebab perkataan Kristus dan
percakapan-Nya secara pribadi dengan mereka (ay. 41-
42); memang tidak disebutkan apa yang dikatakan dan
diperbuat-Nya di sana, entah Dia menyembuhkan me-
reka atau tidak; namun yang jelas, apa yang dikatakan
dan diperbuat-Nya itu sungguh meyakinkan mereka
bahwa Dia yaitu Kristus. Jerih payah para pelayan
Tuhan paling baik dikenal melalui buah-buah baik yang
dihasilkan dari jerih payah itu. Apa yang mereka dengar
tentang Dia sebelumnya menimbulkan pengaruh yang
baik, sehingga sekarang mata mereka telah melihat Dia,
dan akibatnya yaitu :
1. Jumlah mereka bertambah (ay. 41): Dan lebih ba-
nyak lagi orang yang menjadi percaya: banyak orang
yang tadinya tidak akan terbujuk untuk keluar dari
kota dan datang kepada-Nya akhirnya tergerak juga
untuk percaya kepada-Nya, saat Dia datang di an-
tara mereka. Perhatikanlah, betapa menyenangkan-
nya melihat banyaknya orang percaya. Kadang-
kadang semangat dan keberanian beberapa orang
dapat menjadi alat untuk merangsang banyak orang
lain dan membangkitkan suatu rasa cemburu yang
kudus (Rm. 11:14).
2. Iman mereka bertumbuh. Mereka yang telah dige-
rakkan oleh pemberitaan wanita itu sekarang
melihat alasan untuk berkata, “Kami percaya, namun
bukan lagi sebab apa yang kaukatakan” (ay. 42). Di
sini ada tiga hal yang didalamnya iman mereka ber-
tumbuh:
(1) Dalam perkataan itu sendiri, atau dalam apa
yang mereka sungguh percayai itu. Berdasarkan
kesaksian wanita itu, mereka yakin bahwa
Dia yaitu seorang nabi, atau seorang pembawa
pesan dari sorga yang sangat luar biasa. Namun
sekarang sesudah mereka bercakap-cakap dengan
Dia, mereka menjadi percaya bahwa Dia yaitu
Kristus, Yang Diurapi itu, orang yang sama yang
telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka
dan dinanti-nantikan oleh mereka, dan bahwa,
sebagai Kristus, Dia yaitu Juruselamat dunia;
sebab Dia diurapi untuk menyelamatkan umat-
Nya dari dosa mereka. Mereka percaya bahwa
Dia yaitu Juruselamat bukan hanya untuk
orang Yahudi, namun untuk seluruh dunia, se-
hingga mereka berharap bahwa mereka juga ter-
masuk di dalamnya, meskipun mereka yaitu
orang Samaria, sebab telah dijanjikan bahwa
Dia harus menjadi keselamatan sampai ke ujung
bumi (Yes. 49:6).
(2) Dalam kepastian akan perkataan itu; iman mere-
ka sekarang bertumbuh hingga mencapai keya-
kinan penuh: Kami tahu bahwa Dia ini memang
Kristus; alēthōs – benar-benar; bukan seorang
Kristus palsu, namun sungguh yang sejati; bukan
hanya seseorang yang memiliki karakter Juru-
selamat, seperti yang banyak dijumpai dalam
Perjanjian Lama, namun Dialah Juruselamat yang
sesungguhnya. Keyakinan akan kebenaran ilahi
yang sedemikian inilah yang harus kita kejar.
Kita tidak bisa hanya menduga-duga atau seka-
dar menganggap bahwa bisa jadi Yesus itu ada-
lah Kristus, namun , kita harus yakin bahwa Dia
memang benar-benar Kristus.
(3) Dalam dasar kepercayaan itu, yang merupakan
semacam kejutan dan pengalaman rohani: Kami
percaya, namun bukan lagi sebab apa yang kau-
katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia.
Sebelumnya mereka telah percaya sebab per-
kataan wanita itu, dan ini bagus, dan meru-
pakan sebuah langkah yang baik; namun seka-
rang mereka menemukan dasar yang lebih dalam
dan lebih kokoh lagi bagi iman mereka: “Sekarang
kami percaya sebab kami sendiri telah mende-
ngar Dia, dan telah mendengar kebenaran yang
sedemikian sempurna dan ilahi, beserta bukti
dan kuasa yang begitu penuh dengan kekuatan
memerintah, sehingga kami sungguh sangat
puas dan yakin bahwa inilah Kristus.” Ini seperti
apa yang dikatakan Ratu Syeba mengenai Sa-
lomo (1Raj. 10:6-7): Setengahnya pun belum dibe-
ritahukan kepadaku. Orang-orang Samaria, yang
percaya pada perkataan wanita itu, sekarang
memperoleh pemahaman yang lebih jelas; sebab
setiap orang yang memiliki , kepadanya akan
diberi; barangsiapa setia pada perkara kecil akan
mendapat kepercayaan lebih. Dalam contoh ini
kita dapat melihat bagaimana iman timbul dari
pendengaran.
[1] Iman lahir sebab mendengar pemberitaan
orang lain. Orang-orang Samaria ini, sebab
perkataan wanita itu, sedemikian per-
caya sehingga mereka datang dan melihat,
datang dan memastikan. Demikianlah melalui
ajaran orangtua dan pengkhotbah serta ke-
saksian gereja dan tetangga kita yang ber-
pengalaman, kita diperkenalkan dengan ajar-
an Kristus, dan ini mempengaruhi kita untuk
menerima semua ajaran itu sebagai hal yang
sangat mungkin benar. Namun,
[2] Iman bertumbuh, bertambah kuat, dan ber-
tambah matang, melalui pendengaran akan
kesaksian Kristus itu sendiri, dan ini akan
berdampak lebih jauh lagi, dan membuat kita
menerima ajaran-Nya, dan membuat kita
mempercayainya sebagai kebenaran yang
tidak perlu diragukan lagi. Kita terdorong un-
tuk melihat ke dalam Kitab Suci oleh sebab
perkataan orang-orang yang mengatakan bah-
wa di dalam firman itu mereka telah menemu-
kan kehidupan kekal; namun saat kita telah
menemukannya sendiri di dalam Kitab Suci,
dan telah mengalami kuasa firman itu yang
mencerahkan, meyakinkan, memperbarui,
menguduskan dan menghibur, maka seka-
rang kita percaya, bukan sebab perkataan
mereka, namun sebab kita telah menemu-
kannya sendiri: dan iman kita tidak bergan-
tung pada hikmat manusia, namun pada ke-
kuatan Tuhan (1Kor. 2:5; 1Yoh. 5:9-10).
Demikianlah benih Injil ditabur di tanah Samaria. Hasilnya me-
mang tidak tampak langsung sesudah itu, namun empat atau lima
tahun kemudian kita temukan, saat Filipus mengabarkan Injil di
Samaria, dia mendapati bekas-bekas pekerjaan baik yang terberkati
ini bekerja sehingga banyak orang sepakat untuk menerima perkara-
perkara yang disampaikan olehnya (Kis. 8:5-6, 8). Namun demikian,
tidak semua orang condong kepada yang baik, sebab sebagian lebih
suka pada yang jahat, seperti Simon si penyihir dengan perbuatan
sihirnya itu (Kis. 8:9-10).
Anak Lelaki Pegawai Istana Disembuhkan
(4:43-54)
43 Dan sesudah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, 44 sebab
Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negeri-
nya sendiri. 45 Maka sesudah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun me-
nyambut Dia, sebab mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-
Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta
itu. 46 Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air
menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya
sedang sakit. 47 saat ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea
ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan me-
nyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. 48 Maka kata Yesus
kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak perca-
ya.” 49 Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: “Tuhan, datanglah sebelum
anakku mati.” 50 Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu
percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. 51 Ke-
tika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya de-
ngan kabar, bahwa anaknya hidup. 52 Ia bertanya kepada mereka pukul be-
rapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu
demamnya hilang.” 53 Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah
Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan
seluruh keluarganya. 54 Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus saat Ia
pulang dari Yudea ke Galilea.
Di dalam ayat-ayat ini diceritakan:
I. Kedatangan Kristus di Galilea (ay. 43). Meskipun Dia begitu di-
sambut di Samaria seperti yang mungkin terjadi di tempat lain
juga dan sangat berhasil di sana, namun sesudah dua hari Dia
meninggalkan mereka. namun ini bukanlah sebab mereka yaitu
orang Samaria, dan juga bukan berarti bahwa Dia ingin menghin-
dari prasangka orang yang menuduh Dia yaitu orang Samaria
(8:48), namun sebab juga di kota-kota lain Dia harus memberita-
kan Injil (Luk. 4:43). Yesus berangkat ke Galilea, sebab di sana-
lah Dia menghabiskan banyak waktu-Nya.
Sekarang perhatikanlah:
1. Ke mana Kistus pergi; ke Galilea, ke dalam wilayah Galilea, na-
mun bukan ke Nazaret, yang jelas-jelas daerah-Nya sendiri.
Dia pergi ke seluruh desa-desa, namun enggan ke Nazaret,
ibukotanya, sebab sebuah alasan yang dikemukakan di sini,
yaitu sebab Yesus sendiri telah membuktikannya, yang menge-
nal watak orang senegeri-Nya, mengetahui hati semua umat
manusia, dan mengetahui pengalaman semua nabi, bahwa
seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri.
Perhatikanlah:
(1) Nabi harus dihormati, sebab Tuhan sendiri telah menaruh
hormat di atas mereka dan kita akan memperoleh, atau
bisa memperoleh, manfaat melalui mereka.
(2) Para nabi Tuhan sering kali justru tidak dihormati, dan
malah dipandang rendah.
(3) Penghormatan yang seharusnya diberikan ini lebih sering
tidak diakui di negeri mereka sendiri (Luk. 4:24; Mat. 8:57).
Bukan berarti bahwa hal ini mutlak benar di mana-mana
(tidak ada peraturan tanpa kekecualian), namun untuk seba-
gian besar memanglah demikian. Yusuf, saat ia mulai
menjadi seorang nabi, yaitu orang yang paling dibenci
oleh saudara-saudaranya; Daud diremehkan oleh saudara
lelakinya (1Sam. 17:28); Yeremia difitnah oleh orang Anatot
(Yer. 11:21), sedangkan Paulus oleh sesamanya orang
Yahudi; dan saudara-saudara Kristuslah yang paling mera-
gukan Dia (Yoh. 7:5). Kesombongan dan rasa iri manusia
membuat mereka tidak senang diajar oleh orang-orang
yang pernah menjadi teman sekolah atau teman bermain
mereka. Kesenangan akan hal baru, dan hal-hal yang luar
biasa serta mahal harganya, yang tampak seolah jatuh dari
langit bagi mereka, membuat mereka memandang hina
orang-orang dan hal-hal yang sudah biasa mereka lihat
dan mereka ketahui asal-usulnya.
(4) Pergi ke tengah-tengah kaum yang tidak menghargai diri-
nya atau menghargai pekerjaannya sangat melemahkan se-
mangat seorang pelayan Injil. Kristus tidak mau pergi ke
Nazaret, sebab Dia tahu betapa sedikit penghargaan yang
akan diperoleh-Nya di sana.
(5) Adillah bagi Tuhan untuk menolak memberikan Injil-Nya ke-
pada orang-orang yang menghina pelayan-pelayan Injil. Me-
reka yang mencemooh pembawa pesan itu akan kehilangan
manfaat pesan itu (Mat. 21:35, 41).
2. Betapa Ia disambut di antara orang-orang Galilea di negeri itu
(ay. 45): Mereka menerima Dia, menyambut-Nya dengan ha-
ngat, dan dengan sukacita menerima ajaran-Nya. Kristus dan
Injil-Nya tidak diutus dengan sia-sia; jika mereka tidak dihor-
mati oleh sebagian orang, maka mereka akan dihormati oleh
orang lain. Di sini diceritakan alasan mengapa orang-orang
Galilea ini begitu siap untuk menerima Kristus, yaitu sebab
mereka telah melihat mujizat yang dilakukan-Nya di Yerusalem
(ay. 45).
Perhatikanlah:
(1) Mereka turut ke Yerusalem dalam pesta itu, pesta perayaan
Paskah. Orang Galilea tinggal sangat jauh dari Yerusalem,
dan perjalanan mereka ke sana harus melewati wilayah
Samaria, dan ini merupakan masalah bagi orang Yahudi,
lebih buruk dibandingkan harus melewati Lembah Baka seperti
di masa lalu; namun, demi ketaatan pada perintah Tuhan ,
mereka pergi ke perayaan itu, dan di sanalah mereka ber-
jumpa dengan Kristus. Perhatikan, barangsiapa giat dan
selalu menaati aturan ibadah umum, pada saatnya akan
mendapat keuntungan rohani lebih dari yang mereka ha-
rapkan.
(2) Di Yerusalem, mereka melihat mujizat Kristus, yang mem-
bangkitkan iman dan kasih mereka kepada Dia dan ajaran-
Nya. Mujizat itu dilakukan bagi orang-orang di Yerusalem;
namun orang Galilea yang kebetulan berada di sana justru
mendapat keuntungan dari mujizat itu lebih dibandingkan me-
reka yang terutama menjadi sasaran utama dari mujizat.
Jadi, firman yang diberitakan kepada kumpulan yang terdiri
dari bermacam-macam orang, mungkin saja dapat memuas-
kan pendengar yang hanya sekali-kali berada di situ lebih
dibandingkan orang yang selalu ada di sana untuk mendengar-
kan.
3. Kota yang dituju-Nya. saat Yesus hendak pergi ke sebuah
kota, Dia memilih untuk pergi ke Kana yang ada di Galilea, di
mana Dia membuat air menjadi anggur (ay. 46); ke sana Dia
pergi, untuk melihat apakah di sana ada buah yang baik yang
tersisa dari mujizat itu; dan jika ada, Dia datang untuk me-
nguatkan iman mereka, dan menyirami apa yang telah Ia
tanami. Sang penulis Injil menyebutkan mujizat itu di sini un-
tuk mengajar kita mengingat pekerjaan-pekerjaan Kristus lain-
nya yang telah kita lihat.
II. Yesus menyembuhkan anak pegawai istana yang sakit demam.
Kisah ini tidak dicatat oleh para penulis Injil lainnya. Kisah ini
termasuk dalam Matius 4:23.
Perhatikanlah:
1. Siapa yang mengajukan permohonan itu, dan siapa yang sakit:
Sang pemohon yaitu seorang pegawai istana (KJV: bangsa-
wan), sedangkan yang sakit yaitu putranya. Regulus (demi-
kian bahasa Latinnya), seorang raja kecil; demikian dia dise-
but, baik sebab luasnya daerah kekuasaannya, maupun keb-
esaran pengaruhnya, atau besarnya wilayah tanahnya. Bebe-
rapa orang menafsirkan sebutan itu menyatakan jabatannya
sebab dia yaitu seorang pegawai istana dengan jabatan yang
berhubungan dengan raja. Beberapa orang menduga dia ada-
lah seorang pengikut Herodes, seorang pendukung raja, orang
yang memiliki hak khusus, seseorang yang memiliki hak-hak
khusus dengan Herodes, seperti ayah dan anak; mungkin dia
yaitu Khuza, bendahara Herodes (Luk. 8:3), atau Menahem,
saudara angkat Herodes (Kis. 8:1). Ada orang-orang kudus
dalam rumah tangga Kaisar. Sang ayah yaitu seorang bang-
sawan, namun anaknya sakit. Kedudukan dan gelar kehor-
matan bukan jaminan bagi orang-orang dan keluarganya un-
tuk terhindar dari serangan penyakit dan kematian. Kaper-
naum berjarak lima belas mil (kira-kira 24 km – pen.) dari
tempat tinggal bangsawan ini di Kana, di mana Kristus berada
saat itu; namun penderitaan dalam keluarganya membawa
sang bangsawan dari tempat yang begitu jauh datang kepada
Kristus.
2. Bagaimana pemohon ini mengajukan permohonannya pada
Sang Tabib. sebab ia telah mendengar bahwa Yesus berang-
kat dari Yudea ke Galilea, dan mengetahui bahwa Dia tidak
menuju ke Kapernaum, namun berbelok ke sisi lain wilayah
itu, maka dia sendiri yang pergi menghampiri-Nya, dan memin-
ta supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya (ay. 47).
Perhatikanlah:
(1) Kasih sayangnya yang besar pada putranya, sehingga ke-
tika anak itu sakit, dia akan melakukan apa saja untuk
mencari bantuan bagi putranya itu.
(2) Rasa hormatnya yang besar pada Tuhan kita Yesus, se-
hingga dia mau datang sendiri untuk menemui Dia, pada-
hal bisa saja dia mengutus seorang hambanya; dan bahwa
dia meminta Yesus, padahal sebagai orang yang punya
kuasa, bisa saja ia memerintahkan Yesus untuk datang.
Orang-orang besar, saat mereka datang kepada Tuhan ,
harus menjadi pengemis, dan memohon sub forma pauperis
– seperti orang miskin. Mengenai tujuan kedatangannya
untuk menemui Yesus, kita dapat melihat bahwa imannya
bercampur aduk.
[1] Ada ketulusan di dalamnya; dia sungguh percaya bahwa
Kristus dapat menyembuhkan putranya, meskipun pe-
nyakitnya berbahaya. Mungkin dia telah menyuruh se-
gala macam dokter datang, yang semua sudah angkat
tangan; namun dia percaya bahwa Kristus dapat me-
nyembuhkan putranya saat keadaan anak itu sema-
kin parah.
[2] Walaupun demikian, ada juga kelemahan di dalam
imannya; dia percaya bahwa Kristus dapat menyembuh-
kan putranya, namun, sebagaimana tampak dalam ki-
sah ini, dia mengira Yesus tidak dapat menyembuhkan
putranya dari kejauhan, sehingga dia memohon Yesus
untuk ikut bersamanya dan menyembuhkan putranya.
Dia berharap, seperti yang dilakukan Naaman, bahwa
Yesus akan datang dan menumpangkan tangan-Nya ke
atas si sakit, seolah-olah Dia tidak dapat menyem-
buhkan si sakit tanpa melalui kontak fisik. Begitulah,
kita cenderung membatasi Yang Mahakudus dari umat
Israel dan mengurung Dia dalam lingkup kita. Si per-
wira, seorang bukan-Yahudi, seorang prajurit, memiliki
iman yang begitu kuat sehingga berkata, “Tuan, aku
tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku” (Mat.
8:8). Sedangkan si bangsawan ini, seorang Yahudi, hen-
dak mengajak Kristus untuk turut bersamanya, meski-
pun Dia sedang dalam perjalanan meninggalkan tempat
itu. Sang bangsawan merasa putus asa bahwa tidak
akan ada kesembuhan kecuali Yesus ikut serta, seolah-
olah ia perlu mengajari Kristus bagaimana caranya
bekerja. Kita memang didorong untuk berdoa, namun
tidak diperbolehkan untuk menentukan caranya: Tu-
han, sembuhkan aku; namun , entah dengan perkataan
atau dengan sentuhan, jadilah kehendak-Mu.
3. Teguran lembut yang didapat sang bangsawan dalam perca-
kapan itu (ay. 48): Kata Yesus kepadanya, “Aku tahu masalah-
nya; jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak
akan percaya, seperti orang Samaria, yang tidak melihat tanda
dan mujizat, sehingga Aku harus melakukan mujizat di an-
taramu.” Meskipun dia yaitu seorang bangsawan, dan seka-
rang sedang bersusah hati sebab keadaan putranya, serta
telah menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Kristus
dengan datang kepada-Nya dari tempat yang begitu jauh,
namun Kristus menegurnya. Kehormatan seseorang di dunia
tidak akan menghindarkan dia dari teguran firman atau tun-
tunan Tuhan , sebab Kristus tidak menjatuhkan keputusan
menurut kata orang, namun dengan keadilan (Yes. 11:3-4). Per-
hatikan, Kristus pertama-tama menunjukkan kepadanya kele-
mahan dan dosa-dosanya, agar dia siap menerima belas kasih-
an, dan baru kemudian mengabulkan permohonannya. Siapa
pun yang akan Kristus anugerahi dengan kebaikan-Nya harus-
lah terlebih dahulu merendahkan dirinya. Sang Penghibur ha-
rus meyakinkan orang terlebih dahulu. Herodes sangat ingin
melihat mujizat (Luk. 23:8), dan pegawai istana ini pun me-
miliki pikiran yang sama, demikian juga orang-orang pada
umumnya.
Di sini yang dicela oleh Yesus yaitu :
(1) Bahwa meskipun mereka telah mendengar dari sumber
yang meyakinkan dan dapat diandalkan mengenai mujizat
yang dilakukan Yesus di tempat lain, mereka tidak mau
percaya sebelum melihatnya dengan mata kepala sendiri
(Luk 4:23). Mereka harus dihargai, harus dipuaskan, jika
tidak mereka tidak akan diyakinkan. Negeri mereka harus
diberkati dan keingintahuan mereka harus dipuaskan de-
ngan tanda-tanda dan keajaiban, atau jika tidak, meskipun
ajaran Kristus sudah cukup terbukti dengan mujizat yang
dilakukan di mana-mana, mereka tidak mau percaya. Se-
perti Tomas, mereka tidak mau tunduk pada cara apa pun
untuk meyakinkan diri mereka, kecuali dengan cara yang
mereka tentukan.
(2) Bahwa meskipun mereka telah melihat bermacam-macam
mujizat, yang menjadi bukti yang tak terbantahkan dan
sudah cukup untuk membuktikan bahwa Kristus yaitu
guru yang datang dari Tuhan , namun mereka tidak mau
datang kepada-Nya untuk dibimbing dalam ajaran-Nya,
padahal dengan kecakapan-Nya Ia dapat menuntun mereka
dengan lembut supaya percaya dan memperoleh kesempur-
naan rohani. Mereka tidak mau percaya kepada-Nya ke-
cuali mereka digerakkan oleh tanda-tanda dan mujizat.
Kuasa yang bersifat rohani dari perkataan Yesus tidak ber-
pengaruh apa-apa pada mereka, serta tidak membuat me-
reka tertarik. Mereka hanya tertarik dengan kuasa mujizat
yang dapat dirasakan, yang ditujukan bagi mereka yang
tidak percaya, sementara nubuatan yaitu bagi mereka
yang percaya (1Kor. 14:22). Mereka yang hanya mengagumi
mujizat, dan meremehkan nubuatan, menempatkan dirinya
sejajar dengan orang yang tidak percaya.
4. Sang bangsawan bersiteguh dalam permohonannya (ay. 49):
Tuhan (KJV: “Sir” atau “Tuan” – pen.), datanglah sebelum anak-
ku mati. Kyrie – Tuhan; demikianlah seharusnya sebutan itu
ditafsirkan.
Dalam jawabannya ini kita melihat:
(1) Sesuatu yang terpuji: dia menerima teguran itu dengan sa-
bar, dan berbicara kepada Kristus dengan penuh hormat.
Meskipun ia yaitu seorang yang berpangkat dan terhor-
mat, ia dapat menanggung teguran. Bukan merupakan
suatu hak istimewa bagi kaum bangsawan untuk kebal ter-
hadap teguran firman Kristus; namun merupakan suatu
tanda akan adanya watak yang baik dalam diri seseorang,
khususnya orang besar, kalau ia bersedia diberitahukan
mengenai kesalahan-kesalahannya dan tidak menjadi ma-
rah sebab nya. Demikianlah si bangsawan ini, dia tidak
menganggap teguran itu sebagai suatu hinaan, dan juga
tidak menganggap bahwa dia ditolak, bahkan ia menerus-
kan permohonannya, dan terus bergumul sampai ia ber-
hasil. Bahkan mungkin dia sedang berpikir, “Jika Kristus
menyembuhkan jiwaku, tentu Dia akan menyembuhkan
anakku juga; jika Dia memulihkan ketidakpercayaanku,
Dia akan menyembuhkan demamnya.” Ini yaitu cara yang
Kristus gunakan. Pertama-tama Dia akan bekerja atas kita,
baru kemudian bekerja untuk kita; dan kita punya harapan
jika kita melihat bahwa Dia menggunakan cara ini.
(2) Hal yang layak dipersalahkan dari bangsawan itu yaitu
ketidakteguhannya, sebab ,
[1] Dia tampak tidak memperhatikan teguran yang diberi-
kan Kristus kepadanya. Ia tidak berkata apa-apa me-
ngenainya, entah dengan mengaku bersalah atau me-
nampik, sebab dia terlalu sibuk memikirkan anaknya
sehingga dia tidak dapat memikirkan hal yang lain. Per-
hatikanlah, kesedihan sebab perkara duniawi mengha-
langi kita untuk mendapatkan keuntungan dari perka-
taan Kristus. Pemikiran dan kesedihan yang berlebihan
yaitu duri yang menghimpit benih yang baik (Kel. 6:8).
[2] Dia tetap memiliki kelemahan dalam imannya akan
kuasa Kristus.
Pertama, dia memaksa Kristus untuk ikut bersama-
nya, sebab mengira bahwa kalau Kristus tidak datang,
Dia akan bisa menolong anak itu. Memang sulit untuk
meyakinkan diri kita sendiri bahwa jarak dan waktu bu-
kan halangan bagi pengetahuan dan kuasa Tuhan kita
Yesus; namun sesungguhnya memang demikianlah
Kristus itu: Dia cukup melihat dari kejauhan, sebab
firman-Nya, yaitu perkataan kuasa-Nya, lari dengan sa-
ngat cepat.
Kedua, dia percaya bahwa Kristus dapat menyem-
buhkan seorang anak yang sakit, namun tidak mampu
membangkitkan seorang anak yang mati, oleh sebab itu,
“Datanglah sebelum anakku mati,” seolah-olah jika
tidak, maka terlambat sudah; padahal Kristus memiliki
kuasa yang sama besar baik atas kematian maupun
atas penyakit jasmani. Bangsawan itu lupa bahwa Elia
dan Elisa telah membangkitkan orang mati; dan apakah
kuasa Kristus lebih kecil dibandingkan dengan kuasa
mereka? Amati betapa gelisahnya dia: Datanglah sebe-
lum anakku mati, seolah-olah akan berbahaya kalau
sampai Kristus membuang-buang waktu. Siapa yang
percaya, tidak akan gelisah, melainkan tetap mengarah-
kan dirinya kepada Kristus. “Tuhan, apa, kapan, dan
bagaimana, semuanya terserah Engkau.”
5. Jawaban damai sejahtera yang akhirnya Kristus berikan atas
permohonannya (ay. 50): Pergilah, anakmu hidup. Di sini
Kristus memberi kita sebuah contoh,
(1) Akan kuasa-Nya, bahwa Dia tidak hanya sanggup menyem-
buhkan, namun dapat menyembuhkan dengan begitu mu-
dahnya, tanpa perlu repot berkunjung. Di sini tidak ada
perkataan yang diucapkan, tidak ada yang dilakukan, dan
tidak ada yang diperintahkan untuk dikerjakan, namun
demikian kesembuhan itu terjadi: Anakmu hidup. Cahaya
kesembuhan dari Sang Surya kebenaran memancarkan
pengaruh-pengaruh yang baik dari ujung langit yang satu
hingga ke ujung yang lain, dan tidak ada yang terlindung
dari panas sinarnya. Meskipun Kristus sekarang berada di
sorga, dan gereja-Nya berada di dunia, Dia dapat menjang-
kau dari tempat tinggi. Bangsawan ini ingin agar Kristus da-
tang dan menyembuhkan anaknya; Kristus mau menyem-
buhkan anaknya, namun tidak mau datang. Oleh sebab itu
kesembuhan itu justru tiba lebih cepat, kesalahan sang
bangsawan dibetulkan, dan imannya diteguhkan; sehingga
masalah itu terselesaikan lebih baik dengan cara Kristus.
saat Dia menolak apa yang kita inginkan, Dia memberi-
kan yang lebih baik bagi kita; kita meminta kemudahan,
Dia memberikan kesabaran. Perhatikanlah, kuasa-Nya di-
luncurkan melalui perkataan-Nya. Dengan mengatakan,
Anakmu hidup, Dia menunjukkan bahwa di dalam diri-Nya
sendiri Dia memiliki hidup, dan kuasa untuk membangkit-
kan siapa saja yang diingini-Nya. Perkataan Kristus yang
mengatakan, jiwamu hidup, akan membuatnya hidup.
(2) Akan belas kasihan-Nya; dia memperhatikan bahwa bang-
sawan itu menderita kesakitan sebab anaknya, dan ini
tampak secara alami muncul dalam perkataannya ini, Se-
belum anakku, anakku yang kusayangi, mati. Oleh sebab
itu Kristus memberikan teguran itu, dan memberi jaminan
akan kesembuhan anaknya, sebab Dia tahu bagaimana
seorang bapa sayang kepada anak-anaknya.
6. Kepercayaan bangsawan itu pada perkataan Kristus: Dia per-
caya, lalu pergi. Meskipun Kristus tidak memenuhi keinginan-
nya untuk ikut bersamanya, dia puas dengan cara yang ditem-
puh Kristus, dan percaya bahwa dia telah memperoleh apa
yang diinginkannya. Betapa cepat dan betapa mudahnya ke-
kurangan dalam iman kita disempurnakan oleh firman dan
kuasa Kristus. Sekarang walaupun tidak melihat tanda dan
mujizat, namun dia percaya bahwa mujizat telah terjadi.
(1) Kristus mengatakan, Anakmu hidup, dan orang itu percaya
kepada-Nya. Ia tidak hanya percaya pada kemahatahuan
Kristus, bahwa Dia tahu bahwa anak itu telah hidup, namun
juga pada kemahakuasaan Kristus, bahwa kesembuhan itu
terjadi sebab perkataan-Nya. Dia meninggalkan sang anak
dalam keadaan sekarat, namun saat Kristus berkata, dia
hidup, maka seperti bapa orang beriman itu, sekalipun
tidak ada dasar untuk berharap, namun dia berharap juga
dan percaya, dan tidak bimbang sebab ketidakpercayaan.
(2) Kristus berkata, Pergilah; dan sebagai bukti ketulusan
imannya, dia pergi, dan tidak lagi menyibukkan Kristus
maupun dirinya sendiri lebih jauh. Dia tidak memaksa
Kristus untuk turut bersamanya, dan tidak berkata, “Jika
dia memang sembuh, maka sebaiknya Engkau berkun-
jung.” Tidak, tampaknya dia tidak cemas lagi, namun , se-
perti Hana, dia pergi, dan mukanya tidak muram lagi. Men-
jadi sangat puas, dia tidak terburu-buru pulang ke rumah,
tidak tergesa-gesa pulang pada malam itu, namun kembali
dengan santai, dengan pikiran yang aman tenteram.
7. Peneguhan imannya dengan lebih dalam lagi, melalui kete-
rangan dari para hambanya saat dia kembali.
(1) Para hambanya menjumpainya dengan berita baik tentang
kesembuhan anak itu (ay. 51). Mungkin mereka berjumpa
dengannya tidak jauh dari rumahnya sendiri, dan sebab
mengetahui kegelisahan tuan mereka, para hamba itu ingin
sesegera mungkin membuatnya merasa tenang. Hamba-
hamba Daud begitu enggan untuk memberi tahu Daud ke-
tika anaknya mati. Kristus berkata, “Anakmu hidup,” dan
sekarang para hamba itu mengatakan hal yang sama.
Berita baik akan datang pada mereka yang berharap dalam
firman Tuhan .
(2) Pegawai istana itu bertanya pukul berapa anak itu mulai
sembuh (ay. 52); bukan sebab seolah-olah dia meragukan
pengaruh perkataan Kristus pada kesembuhan anak itu,
namun dia sangat bergairah untuk meneguhkan imannya,
supaya dia dapat meyakinkan sepenuhnya siapa saja yang
akan diberitahukannya mengenai mujizat itu, sebab bukti
ini sangat penting.
Perhatikanlah:
[1] Baik bagi kita untuk memperlengkapi diri kita dengan
semua bukti yang menguatkan, untuk meneguhkan
iman kita akan perkataan Kristus, supaya iman itu da-
pat bertumbuh menjadi keyakinan penuh. Lakukanlah
kepadaku suatu tanda kebaikan.
[2] Membanding-bandingkan dengan cermat pekerjaan
Kristus dengan perkataan-Nya akan sangat berguna
bagi kita untuk meneguhkan iman kita. Ini yaitu lang-
kah yang diambil bangsawan itu: Ia bertanya kepada
mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh, dan me-
reka mengatakan kepadanya, “Kemarin siang pukul satu
demamnya hilang.” (Menurut beberapa orang penulis
Injil ini menganggapnya sebagai pukul tujuh malam).
Bukan saja dia mulai sembuh, namun menjadi sehat
sempurna secara tiba-tiba. Maka teringatlah ayah itu,
bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya,
“Anakmu hidup.” Firman Tuhan , bila dipelajari baik-baik,
akan menolong kita untuk memahami perbuatan dan
pemeliharaan-Nya. Demikian halnya, perbuatan dan pe-
meliharaan Tuhan , bila diperhatikan dengan baik, akan
menolong kita memahami perkataan-Nya; sebab Tuhan
setiap hari menggenapi firman-Nya. Ada dua hal yang
membantu pegawai istana itu meneguhkan imannya:
Pertama, bahwa kesembuhan anaknya terjadi secara
tiba-tiba dan bukan dengan bertahap. Mereka menye-
butkan waktu yang tepat hingga jamnya: Kemarin, bu-
kan sekitar, namun pada jam satu, demamnya hilang.
Bukan mulai menghilang, atau mulai berkurang, namun
hilang dengan segera. Perkataan Kristus tidak bekerja
seperti tabib atau dokter, yang memerlukan waktu un-
tuk bekerja dan memberikan hasil, dan mungkin me-
nyembuhkan hanya dengan harapan saja. Tidak, perka-
taan Kristus yaitu dictum factum – Dia berfirman maka
terjadilah; bukannya Dia berfirman maka mulai terjadi.
Kedua, bahwa waktu itu yaitu waktu yang sama
saat Kristus berkata kepadanya, “Pada saat itulah.”
Kesesuaian dan kebersamaan terjadinya berbagai peris-
tiwa sungguh menambahkan keindahan dan keselaras-
an Sang Pemelihara Ilahi. Perhatikan, waktunya dan
perkara itu sendiri akan menjadi lebih bermakna, ka-
rena segala sesuatu indah pada waktunya; persis wak-
tunya saat hal itu dijanjikan, seperti kebebasan Israel
(Kel. 12:41); persis waktunya saat hal itu didoakan,
seperti kebebasan Petrus (Kis. 12:12). Dalam pekerjaan
manusia, jarak antartempat memicu penundaan
waktu dan menghambat pekerjaan. Namun tidak demi-
kian dengan pekerjaan Kristus. Pengampunan, damai
sejahtera, penghiburan, dan kesembuhan rohani yang
difirmankan-Nya di sorga, jika Ia berkenan, pada saat
yang sama terjadi dalam jiwa-jiwa orang percaya; dan
saat perkataan Kristus akan dibandingkan dengan
penggenapannya pada hari yang besar itu nanti, maka
Kristus akan dimuliakan di antara orang kudus-Nya,
dan dikagumi oleh semua orang yang percaya.
8. Akibat dan efek yang menggembirakan dari kejadian ini. Di-
bawanya kesembuhan pada keluarga itu menghasilkan kesela-
matan bagi mereka.
(1) Bangsawan itu sendiri percaya. Sebelumnya dia menjadi
percaya pada perkataan Kristus, berdasarkan peristiwa
khusus ini, namun sekarang dia percaya kepada Kristus
sebagai Mesias yang dijanjikan, dan menjadi salah satu
murid-Nya. Jadi pengalaman yang khusus tentang kuasa
dan kemanjuran sepatah kata dari Kristus dapat menjadi
sarana yang baik untuk memperkenalkan dan menanam-
kan seluruh otoritas kekuasaan Kristus di dalam diri sese-
orang. Kristus memiliki banyak cara untuk memenang-
Injil Yohanes 4:43-54
271
kan hati, dan dengan memberikan belas kasihan untuk
hal-hal yang bersifat sementara, Dia dapat membuka jalan
untuk hal-hal yang lebih baik.
(2) Seluruh isi rumahnya juga percaya.
[1] sebab mereka semua memiliki kepentingan dalam
mujizat itu, yang menimbulkan dan memelihara peng-
harapan dalam keluarga itu; maka hal ini mempenga-
ruhi mereka semuanya, sehingga mereka mengagumi
Kristus, dan menempatkan penghargaan yang sangat
tinggi bagi-Nya di dalam hati mereka.
[2] sebab pengaruh kepala keluarga itu atas mereka se-
mua. Seorang kepala keluarga tidak dapat memberikan
iman kepada mereka yang yang ada di bawah tanggung
jawabnya, atau memaksa mereka untuk percaya, na-
mun dia dapat menjadi alat untuk membantu menying-
kirkan segala prasangka lahiriah yang menghalangi
bekerjanya kesaksian itu, sehingga dengan demikian
pekerjaan itu telah terselesaikan lebih dari separuhnya.
Abraham terkenal akan hal ini (Kej. 18:19), begitu pula
Yosua (Yos. 24:15). Orang ini yaitu seorang bangsa-
wan, dan mungkin ia memiliki rumah tangga yang
besar; namun saat ia masuk ke dalam kawanan dom-
ba Kristus, dia membawa serta mereka semuanya.
Sungguh suatu perubahan yang sangat membahagia-
kan telah terjadi dalam rumah ini, dan itu terjadi ka-
rena sakitnya sang anak! Contoh ini menunjukkan pada
kita untuk menerima dengan lapang dada setiap masa-
lah yang datang pada kita, sebab kita tidak tahu ke-
baikan apa yang akan muncul di belakangnya. Mung-
kin, pertobatan sang bangsawan dan keluarganya di
Kapernaum mempengaruhi Kristus untuk datang sesu-
dah itu dan tinggal di Kapernaum, sebagai pusat pela-
yanan-Nya di Galilea. saat orang yang terhormat me-
nerima Injil, mereka dapat dipakai sebagai alat untuk
membawanya ke tempat-tempat di mana mereka hidup.
9. Di sini diceritakan pernyataan sang penulis Injil mengenai ke-
sembuhan ini (ay. 54); Itulah tanda kedua, merujuk pada pasal
2:11, di mana peristiwa berubahnya air menjadi anggur dika-
272
takan sebagai mujizat yang pertama, yang terjadi segera sesu-
dah Yesus kembali pertama kali dari Yudea, sedangkan yang
ini terjadi segera sesudah Ia kembali untuk kedua kalinya. Di
Yudea, Dia telah melakukan banyak mujizat (3:2; 4:45). Orang
Yudea mendapat penawaran pertama untuk menerima mujizat
Yesus, namun sebab diusir dari situ, Yesus melakukan muji-
zat di Galilea. Entah di suatu tempat atau di tempat lain, akan
ada orang-orang yang mau menyambut Kristus. Jika mau,
orang bisa saja menghalangi sinar matahari masuk ke rumah
mereka sendiri, namun mereka tidak dapat menghalanginya
untuk masuk di dunia ini. Mujizat ini dicatat sebagai mujizat
kedua,
1. Untuk mengingatkan kita akan mujizat yang pertama, yang
dilakukan di tempat yang sama beberapa bulan sebelum-
nya. Belas kasihan yang masih segar akan membangkitkan
kenangan akan belas kasihan yang terdahulu, sama seperti
belas kasihan yang terdahulu akan menguatkan pengha-
rapan kita akan belas kasihan yang akan datang. Kristus
mengingat segala pertolongan-Nya, entah kita mengingat-
nya atau tidak.
2. Agar kita tahu bahwa kesembuhan ini terjadi sebelum ter-
jadinya banyak kesembuhan lain di Galilea yang disebut-
kan oleh para penulis Injil yang lain (Mat. 4:23; Mrk. 1:34;
Luk. 4:40). Mungkin, sebab orang yang memperoleh muji-
zat ini yaitu orang yang hebat, maka peristiwa kesem-
buhannya itu lebih banyak dibicarakan sehingga banyak
orang yang membutuhkan mujizat berdatangan kepada-
Nya. saat bangsawan ini memberikan dirinya kepada
Kristus, orang banyak mengikuti. Betapa banyaknya ke-
baikan yang dapat dilakukan oleh orang-orang besar, jika
mereka menjadi orang yang baik!
PASAL 5
i dalam keempat Injil tercatat dengan benar segala hal yang mu-
lai dilakukan dan diajarkan Yesus (Kis. 1:1). Kedua hal ini sa-
ling berkaitan, sebab apa yang diajarkan-Nya menjelaskan apa yang
dilakukan-Nya, dan apa yang dilakukan-Nya meneguhkan apa yang
diajarkan-Nya. Sesuai dengan itu, dalam pasal ini kita melihat se-
buah mujizat dan sebuah khotbah.
I. Mujizat itu berupa penyembuhan seorang sakit yang telah
lumpuh selama tiga puluh delapan tahun, berikut keadaan
saat terjadi penyembuhan itu (ay. 1-16).
II. Khotbah itu merupakan upaya-Nya untuk membuktikan ke-
benaran tindakan-Nya di hadapan orang-orang yang terga-
bung dalam Mahkamah Agama, saat ia dituduh melaku-
kan kejahatan sebab menyembuhkan orang pada hari
Sabat. Di dalam khotbah itu:
1. Ia menegaskan kuasa-Nya sebagai Mesias dan Pengan-
tara di antara Tuhan dan manusia (ay. 17-29).
2. Ia membuktikannya melalui kesaksian Bapa-Nya, kesak-
sian Yohanes Pembaptis, kesaksian melalui mujizat-muji-
zat-Nya, dan berdasarkan ayat-ayat dalam Perjanjian
Lama, dan Ia mencela orang Yahudi atas ketidakpercaya-
an mereka (ay. 30-47).
Penyembuhan di Kolam Betesda
(5:1-16)
1 Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yeru-
salem. 2 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang
dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya 3 dan di serambi-
D
274
serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-
orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air
kolam itu. 4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan
menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya
sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. 5 Di
situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. 6
saat Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan sebab Ia tahu, bahwa
ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau
sembuh?” 7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang
menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan se-
mentara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”
8 Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” 9
Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan
berjalan. namun hari itu hari Sabat. 10 sebab itu orang-orang Yahudi berkata
kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh
engkau memikul tilammu.” 11 Akan namun ia menjawab mereka: “Orang yang
telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilam-
mu dan berjalanlah.” 12 Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu
yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” 13 namun
orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah
menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. 14 Kemudian Yesus
bertemu dengan dia dalam Bait Tuhan lalu berkata kepadanya: “Engkau telah
sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih
buruk.” 15 Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi,
bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. 16 Dan sebab itu orang-
orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, sebab Ia melakukan hal-hal itu
pada hari Sabat.
Penyembuhan ajaib ini tidak dicatat oleh para penulis Injil lain yang
terutama membatasi diri dengan mencatat mujizat-mujizat yang di-
adakan di Galilea. Namun, Yohanes mencatat mujizat-mujizat yang
diadakan di Yerusalem.
Mengenai hal ini, perhatikanlah:
I. Saat saat mujizat penyembuhan ini terjadi: yaitu pada hari raya
orang Yahudi, atau Hari Raya Paskah, sebab ini yaitu hari raya
yang paling meriah. Kristus, meskipun tinggal di Galilea, berang-
kat ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan itu (ay. 1).
1. Sebab ini yaitu sebuah ketetapan Tuhan yang harus dijalan-
kan-Nya, sebab Ia dijadikan takluk di bawah hukum Taurat.
Padahal, sebagai Anak ia bisa saja meminta pengecualian.
Dengan demikian Ia mengajar kita untuk menghadiri perseku-
tuan-persekutuan rohani (Ibr. 10:25).
2. Sebab ini yaitu kesempatan untuk berbuat baik, sebab
(1) saat itu ada banyak orang berkumpul di situ. Ini yaitu
pertemuan yang besar, yang setidaknya terdiri atas orang-
Injil Yohanes 5:1-16
275
orang yang berpikiran sunguh-sungguh, yang datang dari
seluruh penjuru negeri, di samping para pengikut baru dari
bangsa-bangsa lain, dan sebab itu Hikmat harus berseru
nyaring di atas tembok-tembok (Ams. 1:21).
(2) Diharapkan mereka dalam keadaan baik, sebab mereka da-
tang bersama untuk menyembah Tuhan dan melewatkan
waktu dalam kegiatan-kegiatan rohani. Pikiran yang tertuju
pada penyembahan dan mengkhususkan diri pada kegiat-
an-kegiatan yang saleh, sangat terbuka untuk mendapat-
kan terang dan kasih ilahi. Bagi pikiran yang demikianlah
Kristus akan dapat diterima.
II. Tempat di mana penyembuhan ini terjadi: di kolam Betesda, yang
mengandung kuasa kesembuhan di dalamnya, dan di sini hal
tersebut dijelaskan secara khusus (ay. 2-4).
1. Di mana tempat itu terletak: Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang
Domba, epi tē probatikē. Tempat ini juga bisa disebut kandang
domba, atau Gerbang Domba, yang bisa kita baca di dalam
Nehemiah 3:1. Melalui gerbang itulah domba-domba dibawa ke
pasar domba untuk dijual. Ada yang berpendapat bahwa letak-
nya dekat Bait Tuhan , dan kalau memang demikian, hal ini bisa
menjadi pemandangan yang menyedihkan sekaligus meng-
untungkan bagi orang-orang yang pergi ke situ untuk berdoa.
2. Nama tempat itu: sebuah kolam (tempat pemandian), yang da-
lam bahasa Ibrani disebut Betesda – rumah belas kasihan,
sebab di dalamnya sering terlihat kasih setia Tuhan kepada
orang-orang sakit. Di dalam dunia yang begitu sarat dengan
kesengsaraan seperti ini, alangkah baiknya bila ada beberapa
Betesda – rumah belas kasihan (obat bagi segala penyakit itu),
supaya pemandangannya tidak melulu menyedihkan. Itu se-
mua rumah bagi kaum papah, menurut Dr. Hammond. Menu-
rut perkiraan Dr. Lightfoot, ini yaitu kolam atas (Yes. 7:3)
dan juga kolam yang lama (Yes. 22:11), yang dulunya diguna-
kan dalam upacara untuk membasuh kenajisan. Untuk memu-
dahkan, dibangunlah serambi-serambi supaya orang dapat
berganti pakaian, namun di kemudian hari tempat ini diguna-
kan sebagai tempat penyembuhan.
3. Bagaimana tempat itu dibangun: Tempat ini memiliki lima
serambi, beranda, atau lorong-lorong beratap, di mana orang-
276
orang sakit dibaringkan. Jadi, amal bakti manusia itu untuk
menolong orang yang menderita sungguh berpadanan dengan
belas kasih Tuhan . Alam telah menyediakan obat, namun manu-
sialah yang harus menyediakan rumah sakit.
4. Betapa penuhnya tempat itu dengan orang sakit dan lumpuh
(ay. 3): dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar
orang sakit. Betapa besarnya penderitaan yang dialami orang-
orang malang di dunia ini! Betapa banyaknya keluhan yang
terdengar di mana-mana, dan betapa banyaknya jumlah orang
yang tidak berdaya! Ada baiknya bila kita sesekali berkunjung
ke rumah-rumah sakit, dari kesusahan orang lain kita boleh
belajar bersyukur kepada Tuhan atas semua kenyamanan yang
boleh kita nikmati. Penulis Injil ini secara khusus mencatat
tiga jenis orang sakit yang berbaring di sini, yaitu orang buta,
orang-orang timpang, dan orang-orang lumpuh atau otot lemah-
mengecil, baik di salah satu bagian, seperti orang yang mati ta-
ngannya, atau yang lumpuh sama sekali. Semua hal ini dise-
butkan sebab , dalam kondisi tak berdaya untuk sendiri ma-
suk ke dalam air, mereka terbaring lama menanti di serambi-
serambi itu. Orang-orang yang menderita penyakit-penyakit ini
bersusah payah datang dari jauh dan memiliki kesabaran un-
tuk menunggu lama bagi kesembuhan mereka. Siapa pun di
antara kita pasti akan melakukan hal yang sama, dan sudah
seharusnya kita melakukannya. Namun, seandainya saja ma-
nusia juga sama bijaksananya perihal jiwa mereka dan sama
rindunya untuk mendapatkan kesembuhan bagi penyakit
rohani mereka! Pada dasarnya, kita semua juga sakit secara
rohani, buta, timpang, dan mati tangan. Namun, telah tersedia
obat mujarab bagi kesembuhan kita asal saja kita bersedia
menjalankan perintah-perintah-Nya.
5. Kuasa yang ada dalam kolam itu untuk menyembuhkan
orang-orang yang sakit ini (ay. 4). Sewaktu-waktu turun malai-
kat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barang-
siapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan
air itu, menjadi sembuh. Sungguh aneh kuasa alamiah, atau
lebih tepat hanya buatan saja, yang ada dalam kolam itu. Juga
efek pembasuhan korban-korban itu sungguh aneh. Saya
tidak tahu kuasa seperti apa itu sampai bisa menyembuhkan
orang buta. Malaikat yang dikatakan seorang utusan, seorang
Injil Yohanes 5:1-16
277
manusia biasa, yang diutus turun untuk mengaduk-ngaduk
air, juga aneh. Semuanya ini sugguh tidak masuk akal. Di Bait
Tuhan ada tempat yang sengaja disediakan untuk memba-
suh korban. Secara umum, para penafsir setuju bahwa daya
penyembuh kolam ini bersifat supraalami. Memang benar bah-
wa para penulis Yahudi, yang gemar menyampaikan pujian
tentang Yerusalem, tidak ada yang menyinggung sedikit pun
tentang kolam penyembuhan ini. Alasan mengapa mereka
menutup mulut tentang hal ini, boleh jadi menandai kedatang-
an Mesias yang sudah dekat. Oleh sebab itu, orang-orang yang
menyangkali-Nya, dengan giat menutup-nutupi tanda keda-
tangan-Nya, sehingga hanya ini sajalah catatan yang bisa kita
dapatkan mengenai hal ini.
Perhatikanlah:
(1) Persiapan penyembuhan yang dilakukan seorang malaikat
yang turun ke kolam itu dan menggoncangkan air. Malaikat
yaitu pelayan Tuhan dan sahabat bagi umat manusia.
Boleh jadi mereka lebih giat dalam menyingkirkan berbagai
penyakit (seperti malaikat jahat giat menimbulkan penya-
kit) dibandingkan yang kita sadari. Rafael, nama seorang malai-
kat yang disebut dalam artikel apokrifa, berarti medicina Dei
– penyembuh dari Tuhan , atau lebih tepat tabib. Lihatlah be-
tapa rendahnya tugas-tugas yang bersedia dilakukan para
malaikat suci demi kepentingan umat manusia. Bila kita
bersedia melakukan kehendak Tuhan seperti yang dilakukan
para malaikat, janganlah kita menganggap suatu hal yang
kita kerjakan itu rendah, kecuali dosa. Goncangan air itu
menandakan datangnya malaikat, sama seperti bunyi derap
langkah di puncak pohon-pohon kertau bagi Daud, dan sete-
lah itu mereka harus bertindak cepat. Pada saat digoncang-
kan, air itu pun bisa menyembuhkan. Para pelayan Tuhan
harus mengobarkan karunia yang ada pada mereka. Jika
mereka bersikap dingin dan malas dalam pelayanan mere-
ka, air itu akan kembali tenang dan tidak mampu menyem-
buhkan. Tidak setiap hari malaikat itu turun untuk meng-
goncangkan air, dan boleh jadi tidak sering, melainkan se-
waktu-waktu. Ada yang berpendapat ini hanya terjadi pada
tiga hari raya saja untuk menyemarakkannya. Atau, sese-
278
kali sesuai kebijaksanaan ilahi. Tuhan bebas menentukan
kapan Ia hendak memberikan perkenanan-Nya.
(2) Cara kerja penyembuhan: Barangsiapa yang terdahulu
masuk ke dalamnya, menjadi sembuh.
Di sini kita dapati:
[1] Kuasa ajaib yang ditimbulkan dalam menyembuhkan
segala penyakit. Apa pun penyakitnya, air ini mampu
menyembuhkannya. Pemandian alami dan buatan ada
yang merugikan dan ada juga yang berguna. Namun,
kolam yang satu ini dapat mengobati setiap penyakit,
bahkan yang tampaknya tidak terpikirkan. Kuasa muji-
zat berhasil saat kuasa alam telah menyerah.
[2] Keterbatasan mujizat: Orang yang masuk lebih dahulu
akan mendapatkan manfaatnya, yaitu orang yang se-
gera masuk sajalah yang sembuh, bukan orang-orang
yang berlambat-lambat dan masuk belakangan. Hal ini
mengajar kita untuk mengamati dan meningkatkan pe-
luang kita, dan untuk memandang di sekeliling kita
supaya tidak menyia-nyiakan saat yang mungkin tidak
akan pernah terulang kembali. Malaikat itu menggon-
cangkan air itu, namun membiarkan orang-orang sakit
itu masuk sendiri ke dalamnya. Tuhan telah menyedia-
kan anugerah-Nya dalam Kitab Suci dan ketetapan-
ketetapan-Nya, sebab Ia bersedia menyembuhkan kita.
Namun, jika kita tidak memanfaatkan pemberian-Nya
itu sebaik-baiknya, salah kita sendiri bila kita tidak
disembuhkan.
Inilah seluruh catatan yang kita dapatkan mengenai
mujizat yang terus berlangsung ini. Tidak diketahui de-
ngan pasti kapan peristiwa ini mulai terjadi atau ber-
akhir. Ada yang memperkirakan bahwa hal ini dimulai
saat Imam Besar Elyasib mulai membangun dinding
di sekeliling Yerusalem dan menyucikannya dengan
doa, dan bahwa Tuhan kemudian meneguhkan persetu-
juan-Nya dengan memberikan kuasa penyembuhan ini
ke dalam kolam yang berdampingan. Ada pula yang ber-
pendapat bahwa gejala ini baru saja terjadi saat kelahir-
an Kristus, malah ada juga yang memperkirakan saat Ia
Injil Yohanes 5:1-16
279
dibaptiskan. Berdasarkan catatan Josephus (Antiq. 15.
121-122) yang menyebutkan tentang gempa bumi hebat
dalam tahun ketujuh pemerintahan Herodes, atau tiga
puluh tahun sebelum kelahiran Kristus, Dr. Lightfoot
menduga bahwa sebab biasanya terjadi gempa saat
malaikat turun ke bumi, maka malaikat itu turun un-
tuk mengguncang air kolam ini terlebih dahulu. Ada
beberapa yang berpendapat bahwa penyembuhan di
kolam ini berakhir saat mujizat Yesus tadi terjadi, dan
ada juga yang berpikir saat kematian Kristus. Bagaima-
napun, yang jelas, mujizat Kristus ini mengandung arti
yang sangat dalam.
Pertama, mujizat ini merupakan tanda kehendak
baik Tuhan bagi orang-orang itu, suatu petunjuk bahwa
meskipun sudah lama mereka tidak memiliki nabi dan
mengalami mujizat lagi, Tuhan tidak pernah menolak
mereka, meskipun mereka sekarang umat yang dipan-
dang hina dan tertindas dan banyak yang mencibir, Di
manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib
yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami?
Dengan mujizat ini Tuhan memberitahukan kepada me-
reka bahwa Ia masih bersikap baik kepada kota perte-
muan raya itu. Dengan demikian kita beroleh kesempat-
an untuk mengakui kuasa dan kebaikan Tuhan melalui
air alam dengan penuh ucapan syukur, air yang begitu
berjasa bagi kesehatan umat manusia, sebab Tuhan men-
jadikan semua mata air (Why. 14:7).
Kedua, air kolam ini menggambarkan Mesias yang
yaitu sumber yang terbuka, dan dimaksudkan untuk
membangun pengharapan umat akan Dia yang yaitu
surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.
Air di kolam ini tadinya digunakan untuk menyucikan,
namun kini dipakai untuk menyembuhkan, guna menan-
dai baik kuasa penyucian maupun penyembuhan dari
darah Kristus, yang merupakan air pemandian yang tak
tertandingi yang menyembuhkan semua penyakit kita.
Air dari Siloam yang mengisi kolam ini menggambarkan
kerajaan Daud dan juga Kristus, Anak Daud (Yes. 8:6).
Oleh sebab nya sudah sepantasnya kuasa kesembuhan
280
ilahi itu dibubuhkan ke dalamnya. Kini, kolam baptisan
kelahiran baru yang kita pakai yaitu seperti kolam
Betesda, yang menyembuhkan penyakit-penyakit rohani
kita, bukan saja pada saat-saat tertentu, namun sepan-
jang waktu. Barangsiapa haus, baiklah ia datang.
III. Orang sakit yang menerima penyembuhan ini (ay. 5): seorang
yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
1. Penyakit yang dideritanya sungguh menyedihkan: badannya
lemah hingga tidak dapat menggunakan anggota badannya,
paling tidak di satu sisi, seperti yang biasa terjadi pada sakit
kelumpuhan. Sungguh menyedihkan memiliki tubuh yang
cacat begini, yang bukannya menjadi sarana bagi jiwa, melain-
kan beban dalam kehidupan ini. Betapa kita patut bersyukur
kepada Tuhan atas kekuatan tubuh, dengan menggunakannya
bagi-Nya, dan berbelas kasihan kepada orang-orang yang men-
jadi tahanan tubuh!
2. Penderitaannya sangat lama: Tiga puluh delapan tahun. Ia
menderita kelumpuhan mungkin lebih lama dibandingkan umur
hidupnya. Ada begitu banyak orang yang lumpuh dalam tugas-
tugas kehidupan ini hingga, seperti yang dikeluhkan sang
pemazmur, mereka seakan-akan diciptakan dengan sia-sia,
untuk menderita, bukan untuk melayani. Mereka dilahirkan
untuk selalu sekarat. sebab itu, masihkah kita akan berkeluh
kesah kalau ada satu malam yang menjemukan atau kalau
ada satu hari sakit, padahal sudah bertahun-tahun kita nyaris
tidak pernah merasakan lagi sakit sehari, sementara banyak
orang lain yang lebih baik dibandingkan kita nyaris tidak tahu ba-
gaimana rasanya berada dalam keadaan sehat sehari? Catatan
Mr. Baxter tentang perikop ini sangatlah mengharukan: “Be-
tapa besarnya rahmat yang diperoleh selama hidup tiga puluh
delapan tahun di bawah disiplin Tuhan yang menyelamatkan
ini! Ya Tuhan ku,” katanya, “betapa bersyukurnya aku pada-Mu
bila dapat menjalani disiplin semacam itu selama lima puluh
delapan tahun. Aman sejahteralah kehidupan yang seperti ini,
dibandingkan dengan kehidupan yang penuh dengan kemak-
muran dan kesenangan!”
Injil Yohanes 5:1-16
281
IV. Penyembuhan dan keadaan di seputarnya diceritakan dengan
singkat (ay. 6-9).
1. Yesus melihat orang itu berbaring. Perhatikanlah, saat Kris-
tus pergi ke Yerusalem, Ia tidak mengunjungi istana-istana
melainkan rumah-rumah sakit, yang merupakan contoh ke-
rendahan hati, sikap merendah, dan belas kasihan-Nya, dan
ini memberi petunjuk tentang rancangan mulia-Nya untuk
datang ke dunia ini, yaitu untuk mencari dan menyelamatkan
orang-orang yang sakit dan terluka. Di Betesda ada ba-
nyak orang lumpuh, namun Kristus memusatkan perhatian
pada orang ini dan menyisihkannya dari yang lain, sebab
dialah yang lama sekali berbaring di situ dan dalam keadaan
yang lebih menyedihkan dibandingkan yang lain. Kristus senang
menolong orang yang tidak ber