Mazmur-1-50 8

Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 8. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Juli 2025

Mazmur-1-50 8


 


orang-orang berdosa yang malang, Allah tidak meren-

dahkan atau membenci Dia yang mempersembahkannya 

demi kita. Juga Allah tidak memalingkan wajah-Nya dari 

Dia yang mempersembahkannya, seperti Saul yang marah 

terhadap anaknya sendiri sebab   ia memohon untuk Daud, 


 294

yang dipandangnya sebagai musuhnya. saat   Dia berseru 

kepada Allah, saat   darah-Nya berteriak-teriak meminta 

pendamaian dan pengampunan bagi kita, Allah mende-

ngarkan-Nya. Sama seperti hal ini merupakan alasan bagi 

kita untuk bersukacita, demikian pula hal tersebut harus 

menjadi alasan bagi kita untuk bersyartikel  r. Siapa menyang-

ka bahwa doa-doanya sudah diabaikan dan tidak didengar, 

hendaklah ia terus berdoa dan menunggu, maka ia akan 

mendapati bahwa ia tidak mencari dengan sia-sia.  

(2)  Bahwa Dia sendiri akan terus melanjutkan pekerjaan-Nya 

dan menuntaskannya. Kristus berkata, nazar-Ku akan Ku-

bayar (ay. 26). Sepenuhnya Ia sudah bekerja untuk mem-

bawa banyak anak manusia kepada kemuliaan, dan Dia 

akan melakukannya sampai tuntas, sampai tidak kehilang-

an seorang pun.  

III. Bahwa semua jiwa yang rendah hati dan penuh rahmat akan 

mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan penuh di dalam Dia (ay. 

27). Sungguh menghibur Tuhan Yesus di dalam penderitaan-

penderitaan-Nya bahwa di dalam dan melalui Dia semua orang 

percaya yang sejati akan mendapatkan penghiburan kekal.  

1.  Orang yang miskin di dalam roh akan kaya di dalam berkat-

berkat, berkat-berkat rohani. Orang yang lapar akan dike-

nyangkan dengan hal-hal yang baik. sebab   korban Kristus 

diterima, orang-orang kudus akan berpesta di dalam korban 

itu, sama seperti di bawah hartikel  m Taurat mereka berpesta di 

dalam korban pendamaian, dan dengan demikian ikut serta 

dalam apa yang tersedia di mezbah: Orang yang rendah hati 

akan makan dan kenyang, makan dari roti hidup, memakan 

dengan nikmat ajaran kepengantaraan Kristus, yang merupa-

kan makanan dan minuman bagi jiwa yang sadar akan sifat 

dan permasalahannya sendiri. Siapa lapar dan haus akan ke-

benaran di dalam Kristus, dia akan mendapatkan semua yang 

bisa diinginkannya untuk memuaskan hatinya dan membuat-

nya tenang. Ia tidak perlu lagi bekerja keras, seperti yang 

sudah dilakukannya sebelumnya, untuk mendapatkan apa 

yang tidak memuaskan dirinya.  

2.  Mereka yang banyak berdoa pasti akan banyak bersyartikel  r 

pula: orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia, sebab   

 Kitab Mazmur 22:23-32 

 295 

melalui Kristus mereka yakin akan menemukan Dia, dan da-

lam pengharapan untuk menemukan Dia, mereka mempunyai 

alasan untuk memuji Dia bahkan sewaktu mereka sedang 

mencari-Nya. Dan, semakin bersungguh-sungguh mereka 

mencari-Nya, semakin lapang hati mereka dalam memuji-muji 

Dia saat   mereka sudah menemukan-Nya.  

3.  Jiwa-jiwa yang mengabdi kepada-Nya akan berbahagia di da-

lam Dia untuk selama-lamanya: “Hatimu hidup untuk selama-

nya. Hati orang-orang yang lemah lembut, yang dipuaskan di 

dalam Kristus, akan terus mencari Allah. Apa pun yang akan 

terjadi pada tubuhmu, hatimu akan hidup untuk selamanya. 

Anugerah-anugerah dan penghiburan-penghiburan yang eng-

kau miliki akan disempurnakan dalam kehidupan kekal. Kris-

tus telah berkata, ‘Sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup’ 

(Yoh. 14:19). Oleh sebab   itu, hidup itu akan sama pasti dan 

sama lamanya dengan hidup-Nya sendiri.”    

IV. Bahwa jemaat Kristus, dan bersamanya Kerajaan Allah di tengah-

tengah manusia, akan memperluas dirinya ke seluruh penjuru 

bumi dan akan membawa kepadanya segala macam orang. 

1.  Bahwa jemaat itu akan menjangkau jauh (ay. 28-29), sehing-

ga, jika selama ini orang-orang Yahudi merupakan satu-satu-

nya umat yang beriman kepada Allah, kini semua ujung bumi 

akan datang masuk juga ke dalam jemaat itu, dan, sebab   

tembok pemisah sudah dirobohkan, orang-orang bukan-Ya-

hudi harus dibawa masuk.  

Di sini dinubuatkan:  

(1)  Bahwa mereka akan bertobat: Mereka akan mengingatnya 

dan berbalik kepada TUHAN. Perhatikanlah, perenungan 

yang sungguh-sungguh merupakan langkah pertama, dan 

langkah yang baik, menuju pertobatan sejati. Kita harus 

menimbang-nimbang, dan berpaling. Si anak hilang men-

jadi tersadar terlebih dahulu, dan kemudian berpaling ke-

pada bapaknya.  

(2) Bahwa setelah pertobatan, mereka akan diterima di dalam 

persekutuan dengan Allah dan dengan kumpulan jemaat 

yang melayani-Nya. Mereka akan sujud menyembah di ha-

dapan-Nya, sebab   di setiap tempat dibakar dan dipersem-


 296

bahkan korban bagi nama Allah (Mal. 1:11; Yes. 66:23). 

Orang-orang yang berpaling kepada Allah akan dengan 

sadar menyembah di hadapan-Nya. Dan ada alasan yang 

baik mengapa segala kaum dari bangsa-bangsa akan mem-

berikan penghormatan kepada Allah, sebab TUHANlah yang 

empunya kerajaan (ay. 29). Kerajaan-Nya, dan hanya kera-

jaan-Nya saja, yang merupakan kerajaan semesta.  

[1] Kerajaan alam yaitu   milik Tuhan Yehovah, dan peme-

liharaan-Nya memerintah atas bangsa-bangsa, dan ka-

rena itu kita diwajibkan untuk menyembah Dia. Dengan 

demikian rancangan agama Kristen yaitu   untuk mem-

bangkitkan kembali agama alamiah beserta segala azas 

dan hartikel  mnya. Kristus mati untuk membawa kita ke-

pada Allah, yaitu Allah yang menciptakan kita, yang 

dari-Nya kita telah memberontak, dan untuk membawa 

kita kembali kepada kesetiaan kita yang semula.  

[2] Kerajaan anugerah yaitu   milik Kristus Tuhan, dan 

Dia, sebagai Pengantara, yaitu   Penguasa yang sudah 

ditetapkan bagi bangsa-bangsa, dan Kepala atas segala 

sesuatu bagi jemaat-Nya. Oleh sebab   itu, biarlah setiap 

lidah mengaku bahwa Dia yaitu   Tuhan.  

2.  Bahwa jemaat itu akan mencakup banyak orang dari berbagai 

tingkatan (ay. 30). Tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak 

dan merdeka, semuanya berjumpa di dalam Kristus.  

(1) Kristus akan mendapatkan penghormatan dari banyak 

orang besar. Semua orang sombong di bumi, yang hidup da-

lam kemegahan dan kekuasaan, akan sujud menyembah. 

Bahkan mereka yang menyantap makanan lezat, setelah 

mereka makan dan kenyang, akan memuji Tuhan Allah 

mereka atas kelimpahan dan kemakmuran yang dikarunia-

kan kepada mereka.  

(2)  Orang miskin juga akan menerima Injil-Nya: Semua orang 

yang turun ke dalam debu, yang duduk di dalam debu 

(113:7), yang hampir tidak dapat menyambung hidupnya, 

akan berlutut di hadapan-Nya, di hadapan Tuhan Yesus, 

yang merasa terhormat menjadi Raja atas orang miskin 

(72:12), dan yang perlindungan-Nya, dengan cara yang isti-

mewa, menarik kesetiaan mereka kepada-Nya. Atau, ung-

 Kitab Mazmur 22:23-32 

 297 

kapan ini dapat dimengerti secara umum sebagai menyang-

kut orang yang sedang sekarat, entah miskin atau kaya. 

Jadi lihatlah bagaimana keadaan kita – kita sedang turun 

ke dalam debu, yang ke sana kita dihartikel  m, dan yang di 

sana sebentar lagi kita harus membuat tempat tidur kita. 

Kita pun tidak dapat mempertahankan kehidupan jiwa kita 

sendiri. Kita tidak dapat memperpanjang kehidupan ala-

miah kita, atau menentukan sendiri kehidupan rohani kita 

yang kekal. Oleh sebab   itu, yaitu   kepentingan, dan juga 

kewajiban kita yang besar untuk membungkuk di hadapan 

Tuhan Yesus, untuk menyerahkan diri kita kepada-Nya un-

tuk menjadi hamba-hamba dan penyembah-penyembah-

Nya. sebab   hanya inilah jalan satu-satunya, jalan yang 

pasti, untuk mengamankan kebahagiaan kita saat   kita 

turun ke dalam debu. Dengan menyadari bahwa kita tidak 

dapat mempertahankan kehidupan jiwa kita sendiri, maka 

kita bertindak bijak, melalui iman yang taat, jika kita me-

nyerahkan jiwa kita kepada Yesus Kristus, yang mampu 

menyelamatkan jiwa kita dan menjaganya tetap hidup un-

tuk selama-lamanya.         

V.   Bahwa jemaat Kristus, dan bersamanya Kerajaan Allah di tengah-

tengah manusia, akan tetap ada sampai akhir, melintasi segala 

zaman. Umat manusia dilangsungkan keberadaannya melalui per-

gantian angkatan, sehingga akan selalu ada angkatan yang pergi 

dan angkatan yang datang. Nah, sama seperti Kristus akan men-

dapat penghormatan dari angkatan yang pergi dan meninggalkan 

dunia (ay. 30, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang 

turun ke dalam debu, dan sungguh baik jika kita mati dengan ber-

lutut di hadapan Kristus; berbahagialah orang-orang mati yang 

mati seperti itu dalam Tuhan), demikian pula Dia akan mendapat-

kan penghormatan dari angkatan yang muncul dan datang ke 

dalam dunia (ay. 31).  

Perhatikanlah:  

1.  Penyerahan diri mereka terhadap Kristus: Anak-anak cucu 

akan beribadah kepada-Nya, akan menjaga ibadah yang khid-

mat kepada-Nya dan mengakui serta patuh terhadap-Nya se-

bagai Guru dan Tuhan mereka. Perhatikanlah, Allah akan me-


 298

miliki jemaat di dalam dunia sampai akhir zaman. Dan, untuk 

memenuhi tujuan itu, jemaat Kristen dan pelayan-pelayan Injil 

akan datang dan pergi silih berganti dari generasi ke generasi. 

Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya. Akan ada umat 

sisa, kurang lebih, yang melayani Allah dan yang kepada 

mereka Allah akan memberikan anugerah untuk melayani-

Nya, – mungkin bukan anak-anak cucu dari orang-orang yang 

sama, sebab anugerah tidak mengalir di dalam darah (di sini 

tidak dikatakan anak-anak cucu mereka, melainkan hanya 

anak-anak cucu), – mungkin hanya sedikit, namun cartikel  p un-

tuk menjaga warisan yang diturunkan.  

2. Pengakuan Kristus terhadap mereka: Mereka akan mencerita-

kan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. Dia 

akan tetap sama bagi mereka seperti bagi orang-orang yang 

sudah pergi mendahului mereka. Kebaikan-Nya kepada saha-

bat-sahabat-Nya tidak akan mati bersama-sama dengan mere-

ka, tetapi akan diturunkan kepada keturunan dan penerus 

mereka, dan bukan bapak-bapak melainkan anak-anaknya 

yang akan diakui oleh semua orang sebagai keturunan orang-

orang yang diberkati TUHAN (Yes. 61:9; 65:23). Angkatan orang 

benar akan diakui oleh Allah dengan senang hati sebagai milik 

pusaka-Nya, sebagai anak-anak-Nya.  

3. Pelayanan mereka untuk-Nya (ay. 32): Mereka akan datang 

(KJV), akan tampil pada masa mereka, bukan hanya untuk 

mempertahankan nama baik angkatan yang sudah lewat, dan 

untuk mengerjakan pekerjaan dari angkatan mereka sendiri, 

tetapi juga untuk melayani kehormatan Kristus dan kesejah-

teraan jiwa-jiwa pada angkatan yang akan datang. Mereka 

akan meneruskan kepada angkatan yang akan datang itu Injil 

Kristus (harta simpanan yang suci itu) secara murni dan utuh, 

bahkan kepada kaum yang akan dilahirkan setelah masa me-

reka. Kepada angkatan itu mereka akan mengumandangkan 

dua hal:  

(1)  Bahwa ada kebenaran kekal, yang telah dibawa oleh Yesus 

Kristus. Kebenaran-Nya ini, dan bukan kebenaran apa pun 

dari diri kita sendiri, akan mereka kumandangkan sebagai 

dasar dari segala pengharapan kita dan sumber dari segala 

sukacita kita (Rm. 1:16-17).  

 Kitab Mazmur 22:23-32 

 299 

(2)  Bahwa karya penebusan kita oleh Kristus yaitu   pekerjaan 

Tuhan sendiri (118:23), dan sama sekali bukan rencana 

kita. Kita harus menyatakan kepada anak-anak kita bahwa 

Allah telah melakukan ini. Ini merupakan hikmat-Nya yang 

tersembunyi, lengan-Nya yang diacungkan.     

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus bersorak sorai di 

dalam nama Kristus sebagai nama di atas segala nama, harus mem-

beri-Nya penghormatan dari diri kita sendiri, bersukacita atas segala 

penghormatan yang diberikan orang lain kepada-Nya. Bersoraklah di 

dalam keyakinan bahwa akan ada sekumpulan umat yang memuji-

muji-Nya di bumi ini saat   kita sedang menaikkan puji-pujian bagi-

Nya di sorga. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  23  

anyak dari mazmur-mazmur Daud penuh dengan keluhan, na-

mun yang satu ini penuh dengan penghiburan, dan ungkapan-

ungkapan kegembiraan akan kebaikan yang luar biasa dari Allah dan 

ketergantungan kepada-Nya. Ini merupakan mazmur yang telah di-

nyanyikan oleh orang-orang Kristen yang baik, dan akan terus dinya-

nyikan selama dunia masih ada, dengan kesukaan dan kepuasan 

yang luar biasa.  

I.  Sang pemazmur di sini menegaskan hubungannya dengan 

Allah, sebagai Gembalanya (ay. 1).  

II.  Ia menceritakan pengalamannya tentang hal-hal baik yang 

telah diperbuat Allah baginya sebagai Gembalanya (ay. 2-3, 

5).  

III. Dari pengalamannya ini ia menyimpulkan bahwa ia tidak 

akan pernah kekurangan (ay. 1), bahwa ia tidak perlu takut 

bahaya (ay. 4), dan bahwa Allah tidak akan pernah mening-

galkan ataupun mencampakkan dia dalam hal kemurahan, 

dan oleh sebab itu ia bertekad untuk tidak pernah mening-

galkan ataupun mencampakkan Allah dalam hal kewajiban 

(ay. 6).  

sebab   itulah, pandangannya pasti tertuju, bukan hanya kepada 

berkat-berkat pemeliharaan Allah, yang membuatnya makmur secara 

lahiriah, melainkan juga kepada pemberian-pemberian anugerah 

Allah, yang diterima dengan iman yang hidup, dan dibalas dengan 

pengabdian yang hangat, yang memenuhi jiwanya dengan sukacita 

yang tiada terlukiskan. Dan, jika dalam mazmur sebelumnya dia me-

lambangkan Kristus yang mati bagi domba-domba-Nya, maka di sini 

dia menggambarkan orang-orang Kristen yang menerima keuntungan 


 302

dari segala perhatian dan kelembutan Sang Gembala yang agung dan 

baik itu.    

Gembala Ilahi  

(23:1-6) 

1 Mazmur Daud. TUHAN yaitu   gembalaku, takkan kekurangan aku. 2 Ia 

membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke 

air yang tenang; 3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang 

benar oleh sebab   nama-Nya. 4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah ke-

kelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan 

tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. 5 Engkau menyediakan hidangan 

bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; 

pialaku penuh melimpah. 6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti 

aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang 

masa. 

Dari tiga pernyataan yang sangat menghibur, Daud, dalam mazmur 

ini, menarik tiga kesimpulan yang juga sangat menghibur, dan meng-

ajar kita untuk melakukannya pula. Kita diselamatkan oleh pengha-

rapan, dan pengharapan itu tidak akan mempermalukan kita, sebab   

dasarnya sangat kuat. yaitu   kewajiban orang-orang Kristen untuk 

memberanikan diri mereka sendiri untuk menghadap Tuhan Allah 

mereka. Dan di sini kita diarahkan untuk berbuat demikian oleh 

sebab   hubungan yang Dia miliki dengan kita maupun berdasarkan 

pengalaman yang sudah kita rasakan tentang kebaikan-Nya oleh 

sebab   hubungan itu tadi.  

I.  Dari pengalaman akan Allah yang menjadi Gembalanya, dia 

menyimpulkan bahwa dia tidak akan kekurangan suatu apa pun 

yang baik baginya (ay. 1).  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Kepedulian Allah yang besar terhadap orang-orang percaya. 

Dia yaitu   Gembala mereka, dan mereka dapat memanggil-

Nya demikian. Daud sendiri pernah menjadi seorang gembala. 

Dia diambil dari tempat domba-domba yang menyusui (78:70-

71), jadi dari pengalamannya itu dia tahu seperti apa kepeduli-

an dan kasih yang lemah lembut dari seorang gembala terha-

dap kawanan dombanya. Ia ingat betapa mereka memerlukan 

seorang gembala, dan betapa baiknya bagi mereka untuk 

mempunyai seorang gembala yang cakap dan setia. Ia pernah 

 Kitab Mazmur 23:1-6 

 303 

mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan seekor 

domba. Oleh sebab   itu, dengan hal inilah ia menggambarkan 

kepedulian Allah terhadap umat-Nya, dan inilah yang tampak-

nya dirujuk oleh Juruselamat kita saat   Dia berkata, “Akulah 

Gembala domba-domba. Gembala yang baik” (Yoh. 10:11). Dia 

yang yaitu   Gembala Israel, Gembala seluruh jemaat secara 

umum (80:2), juga menjadi Gembala bagi setiap orang percaya 

secara khusus. Anak domba yang paling kecil pun tidak luput 

dari perhatian-Nya (Yes. 40:11). Dia menggiring mereka ke da-

lam kawanan-Nya, dan kemudian menjaga mereka, melindungi 

mereka, dan menyediakan makanan bagi mereka, dengan lem-

but dan setia melebihi yang bisa dilakukan seorang gembala 

yang pekerjaannya menjaga kawanan domba. Jika Allah men-

jadi seperti Gembala bagi kita, maka kita harus menjadi se-

perti domba, tidak membantah, lemah lembut, dan tenang, 

kelu di depan penggunting bulu, bahkan di depan tukang 

jagal, berguna dan suka bergaul. Kita harus mengenali suara 

Sang Gembala, dan mengikuti-Nya.  

2. Keyakinan mendalam orang percaya di dalam Allah: “Jika Tu-

han yaitu   Gembalaku, yang menyediakan makanan bagiku, 

maka aku boleh yakin bahwa aku tidak akan kekurangan apa 

pun yang benar-benar aku butuhkan dan yang baik bagiku.” 

Jika Daud menulis mazmur ini sebelum dia naik takhta, 

maka, meskipun dia sudah ditentukan untuk bertakhta, dia 

juga mempunyai banyak alasan untuk takut kekurangan se-

perti siapa saja. Sekali waktu dia mengirimkan orang-orangnya 

kepada Nabal untuk mengemis bagi dia, dan pada waktu lain 

dia sendiri pergi mengemis kepada Ahimelekh. Namun demi-

kian, saat   merenungkan Allah sebagai Gembalanya, ia be-

rani berkata, “Takkan kekurangan aku.” Janganlah ada yang 

takut kelaparan jika mereka menemukan dan memiliki Dia 

sebagai Pemberi mereka makan. Di sini ada lebih banyak yang 

tersirat daripada yang tersurat, yaitu bahwa bukan hanya, 

takkan kekurangan aku, melainkan juga, “Apa saja yang aku 

butuhkan akan disediakan bagiku. Dan, jika aku tidak menda-

patkan segala sesuatu yang kuinginkan, maka aku dapat me-

nyimpulkan bahwa, entah hal itu tidak sesuai untukku atau 

tidak baik untukku, atau aku akan mendapatkannya nanti 

pada waktunya.”      


 304

II. sebab   Allah telah berlaku sebagai Gembala yang baik baginya, 

maka dia pun menyimpulkan bahwa dia tidak perlu takut pada 

bahaya apa pun sekalipun ada dalam bahaya dan kesulitan besar 

(ay. 2-4). Ia mengalami keuntungan dari hadirat Allah bersamanya 

dan kepedulian-Nya terhadap dia sekarang, dan sebab   itu dia 

pun mengharapkan keuntungan yang demikian saat   dia paling 

memerlukannya. Lihatlah di sini, 

1. Penghiburan bagi orang kudus yang hidup. Allah yaitu   Gem-

balanya dan Tuhannya, yaitu Tuhan yang Mahamencartikel  pi 

untuk segala maksud dan tujuan. Daud mendapati-Nya demi-

kian, dan begitulah seharusnya dengan kita. Lihatlah kebaha-

giaan orang-orang kudus sebagai domba-domba di padang 

rumput Allah.  

(1) Mereka ditempatkan dan dibaringkan dengan baik: Ia mem-

baringkan aku di padang yang berumput hijau. Segala du-

kungan dan penghiburan yang kita dapatkan dari hidup ini 

berasal dari tangan Allah yang baik, dan makanan kita se-

hari-hari berasal dari Dia sebagai Bapa kita. Bagi orang 

fasik yang hanya ingin menikmati apa yang menyenangkan 

panca indra, kelimpahan itu hanyalah bagaikan padang 

tandus. Namun bagi orang saleh, yang mengecap kebaikan 

Allah dalam segala kesenangannya, dan yang menikmati-

nya dengan iman, maka meskipun ia hanya mempunyai se-

dikit dari dunia ini, baginya itu sudah seperti padang yang 

berumput hijau (37:16; Ams. 15:16-17). Segala ketetapan 

Allah itu seperti padang berumput hijau, yang di dalamnya 

makanan disediakan bagi semua orang percaya. Firman hi-

dup yaitu   makanan bagi manusia baru. Firman itu seper-

ti susu bagi bayi, dan padang rumput bagi domba, tidak 

pernah tandus, tidak pernah kosong dimakan, dan tidak 

pernah kering, melainkan selalu berumput hijau untuk 

memberi makanan bagi iman. Allah membaringkan orang-

orang kudus-Nya. Dia memberi mereka ketenangan dan ke-

puasan dalam pikiran mereka, apa pun yang menjadi bagi-

an mereka. Jiwa mereka berdiam dengan tenang di dalam 

Dia, dan itulah padang yang berumput hijau. Apakah kita 

diberkati dengan padang-padang berumput hijau yang 

berupa ketetapan-ketetapan Allah itu? Jika memang demi-

 Kitab Mazmur 23:1-6 

 305 

kian, maka janganlah kita hanya menumpang lewat saja, 

tetapi marilah kita juga berbaring di dalamnya, berdiam di 

dalamnya. Inilah tempat peristirahatanku untuk selama-

lamanya. Dengan sarana-sarana anugerah yang terus-

meneruslah jiwa diberi makan. 

(2) Mereka dibimbing dengan baik, dituntun dengan benar. 

Gembala Israel membimbing Yusuf seperti kawanan dom-

ba, dan setiap orang percaya berada di bawah bimbingan 

yang sama: Ia membimbing aku ke air yang tenang. Orang-

orang yang diberi makan dari kebaikan Allah harus meng-

ikuti petunjuk-Nya. Ia membimbing mereka dengan peme-

liharaan-Nya, dengan firman-Nya, dan dengan Roh-Nya. Ia 

mengarahkan perkara-perkara mereka kepada apa yang 

terbaik, sesuai dengan hikmat-Nya. Ia mencondongkan se-

gala perasaan dan perbuatan mereka sesuai dengan perin-

tah-Nya. Ia mengarahkan pandangan, jalan, serta hati me-

reka kepada kasih-Nya. Air tenang, ke tempat mana Dia 

membimbing mereka, memberi mereka bukan hanya peng-

harapan yang menyenangkan melainkan juga banyak 

tegukan yang menyejukkan, banyak minuman yang menye-

garkan, saat   mereka kehausan dan kelelahan. Allah me-

nyediakan bagi umat-Nya bukan hanya makanan dan per-

istirahatan melainkan juga kesegaran dan kesenangan. 

Segala penghiburan Allah dan sukacita Roh Kudus itulah 

air yang tenang ini, yang kepadanya orang-orang kudus 

dibimbing. Itulah air yang mengalir dari sumber air hidup 

dan membawa kegembiraan pada kota Allah kita. Allah 

membimbing umat-Nya, bukan kepada genangan air yang 

bau dan penuh kotoran, bukan kepada laut yang bergelora, 

bukan juga kepada banjir yang bergulung dengan deras, 

melainkan kepada pusaran air yang tenang. sebab   air 

yang tenang namun mengalir sungguh sesuai dengan roh 

yang mengalir menuju Allah, bergerak dengan tenang. Bim-

bingan ilahi yang menyertai mereka kini digambarkan tan-

pa melalui kiasan (ay. 3): Ia menuntun aku di jalan yang be-

nar, di jalan kewajibanku. Di jalan itu Dia mengajarku 

dengan firman-Nya dan membimbingku dengan hati nurani 

dan pemeliharaan ilahi. Ini yaitu   jalan-jalan yang di da-

lamnya orang-orang kudus ingin dibimbing dan dipelihara, 


 306

dan tidak pernah ingin berbelok darinya. Dan yang dibim-

bing ke air tenang penghiburan hanyalah mereka yang ber-

jalan di jalan yang benar. Jalan kewajiban merupakan jalan 

yang sungguh menyenangkan. Pekerjaan kebenaranlah 

yang membawa damai. Di jalan-jalan ini, kita tidak akan 

dapat berjalan jika Allah tidak menuntun kita kepadanya 

dan membimbing kita di dalamnya.  

(3) Mereka akan diberikan pertolongan penuh jika ada sesuatu 

yang menyakiti mereka: Ia menyegarkan jiwaku (KJV: Ia me-

mulihkan jiwaku – pen.).  

[1] “Ia memulihkan aku kembali saat   aku tersesat.” Tidak 

ada makhluk lain yang lebih cepat kesasar daripada 

domba, begitu mudahnya ia tersesat, dan begitu susah-

nya ia menemukan jalan untuk kembali pulang. Orang-

orang kudus yang terbaik sadar akan kecenderungan 

mereka untuk sesat seperti domba yang hilang 

(119:176). Mereka hilang jalan, dan berbelok ke arah 

yang salah. Namun, saat   Allah menunjukkan kesalah-

an mereka, membuat mereka bertobat, dan membawa 

mereka kembali kepada kewajiban mereka, Ia memulih-

kan jiwa mereka. Dan, jika Dia tidak melakukannya, 

mereka akan berkeliaran tanpa tujuan hingga akhirnya 

binasa. saat  , setelah melakukan satu dosa, hati Daud 

terpartikel  l, dan, setelah melakukan dosa lain, Natan di-

utus untuk memberi tahu dia, “Engkaulah orang itu,” 

Allah pun memulihkan jiwanya. Meskipun Allah bisa 

saja membiarkan umat-Nya jatuh ke dalam dosa, Dia 

tidak akan membiarkan mereka terus tergeletak di da-

lamnya. 

[2] “Dia menyembuhkanku saat   aku sakit, dan menya-

darkanku saat   aku pingsan, dan dengan demikian Dia 

memulihkan jiwaku yang hampir melayang.” Dialah 

Tuhan Allah kita yang menyembuhkan kita (Kel. 15:26). 

Berkali-kali kita ini sudah pasti jatuh pingsan bila kita 

tidak percaya. Tetapi, oleh sebab   Gembala yang baik 

itulah kita terhindar dan tidak pingsan. 

2.  Lihatlah di sini semangat seorang kudus yang sedang sekarat 

(ay. 4): “Setelah mengalami kebaikan Allah yang sedemikian 

 Kitab Mazmur 23:1-6 

 307 

rupa itu di sepanjang hidupku, dalam berbagai macam kese-

sakan, aku tidak akan pernah meragukan-Nya, tidak akan 

pernah, biarpun ada di ujung tanduk sekalipun. Terlebih lagi, 

semua yang telah diperbuat-Nya kepadaku sampai saat ini bu-

kan sebab   jasa atau ganjaran bagiku, melainkan murni demi 

nama-Nya sendiri. Semuanya itu sebab   Ia sendiri mau melak-

sanakan firman-Nya, menepati janji-Nya, dan demi untuk ke-

muliaan gelar-gelar-Nya dan hubungan-Nya dengan umat-Nya. 

Oleh sebab   itu, nama Allah tetap akan menjadi menara yang 

kuat bagiku, dan akan meyakinkan aku bahwa Dia yang telah 

membimbing aku, dan memberiku makan, di sepanjang hidup-

ku, dan sekali-kali Dia tidak akan meninggalkanku.” Inilah,     

(1) Intaian bahaya yang diandaikan: “Sekalipun aku berjalan 

dalam lembah kekelaman, (KJV: Sekalipun aku berjalan me-

lewati lembah bayang-bayang maut – pen.), yaitu, meski-

pun aku menghadapi bahaya maut, meskipun aku berada 

di tengah-tengah bahaya, sedalam lembah, gelap gulita, 

dan menakutkan seperti maut itu sendiri,” atau mungkin 

lebih tepatnya, “meskipun aku terancam maut, serasa se-

dang menjalani hartikel  man mati, dan sungguh-sungguh ba-

gaikan orang yang sekarat, namun aku tetap tenang.” Wa-

jarlah bila orang yang sakit, yang tua renta, merasa seperti 

ada dalam lembah kekelaman. Ada satu kata yang sungguh 

terdengar sangat mengerikan dalam keadaan begini. Kata 

itu yaitu   maut, yang harus dinantikan oleh kita semua. 

Tidak ada pengecualian dalam peperangan melawan maut. 

Namun demikian, sekalipun bayangan ketakutan itu me-

landa, masih ada empat kata yang mengurangi kengerian-

nya: sungguh, maut itu ada di hadapan kita, namun,  

[1] Itu hanyalah bayang-bayang maut. Tidak ada bahaya 

yang benar-benar ada di situ. Bayang-bayang ular tidak 

akan memagut, dan bayang-bayang pedang pun tidak 

akan membunuh.  

[2] Itu hanyalah lembah bayang-bayang, yang memang be-

nar-benar dalam, gelap, dan kotor. Namun demikian, 

lembah-lembah itu penuh dengan buah-buah, dan de-

mikian pula dengan maut itu sendiri, penuh dengan 

buah-buah penghiburan bagi umat Allah.  


 308

[3] Di lembah ini, kita hanya berjalan, berjalan dengan per-

lahan-lahan dan menyenangkan. Orang fasik terusir 

dari dunia ini, dan jiwa mereka dituntut dari mereka. 

Namun orang-orang kudus berjalan-jalan ke dunia yang 

lain dengan cerianya, sama seperti saat   mereka me-

ninggalkan dunia ini.  

[4] Kita hanya berjalan melewatinya. Mereka tidak akan 

tersesat di lembah ini, melainkan akan tiba dengan se-

lamat di gunung tanaman rempah-rempah di seberang 

lembah itu.  

(2)  Bahaya ini tidaklah ada apa-apanya dan telah ditaklukkan, 

berdasarkan alasan-alasan yang baik. Maut yaitu   raja ke-

ngerian, tetapi tidak demikian bagi domba-domba Kristus. 

Mereka tidak gemetar menghadapinya, sama seperti dom-

ba-domba tidak gemetar saat   harus dibawa ke tempat 

pembantaian. “Bahkan di lembah bayang-bayang maut aku 

tidak akan takut bahaya. Tidak satu pun hal-hal seperti ini 

bisa menggoyahkanku.” Perhatikanlah, anak Tuhan dapat 

menghadapi para malaikat maut, dan menerima panggilan-

panggilannya dengan perasaan aman yang kudus dan pi-

kiran yang tenang. Anak yang menyusu dapat bermain-

main di dekat liang ular tedung ini, dan anak yang cerai 

susu, yang dengan anugerah telah disapih dari dunia ini, 

dapat mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak ini, 

dan memberikan tantangan yang kudus kepada maut, 

seperti Paulus, “Hai maut, di manakah sengatmu?” Dan ada 

alasan yang cartikel  p berdasar untuk keyakinan ini,  

[1] sebab   di dalamnya tidak ada apa-apa yang dapat 

membahayakan seorang anak Allah. Maut tidak dapat 

memisahkan kita dari kasih Allah, dan oleh sebab itu 

maut tidak dapat benar-benar menyakiti kita. Maut 

membunuh tubuh, namun tidak dapat menyentuh jiwa. 

Mengapa maut harus ditakuti bila tidak ada apa pun di 

dalamnya yang dapat menyakiti kita? 

[2]  sebab   orang-orang kudus memiliki hadirat Allah yang 

penuh rahmat bersama mereka saat   mereka sedang 

menghadapi ajal. Pada saat itu, Dia akan berada di se-

belah kanan mereka, jadi mengapa mereka harus go-

 Kitab Mazmur 23:1-6 

 309 

yah? Gembala yang baik tidak hanya akan memimpin, 

tetapi juga akan mengawal domba-domba-Nya melewati 

lembah itu, di mana mereka akan terancam bahaya di-

mangsa oleh binatang-binatang buas dan serigala-seri-

gala pemangsa yang rakus. Dia tidak hanya akan meng-

awal mereka tetapi juga akan menghibur mereka di 

saat-saat yang sangat membutuhkan seperti itu. Hadi-

rat-Nya akan menghibur mereka: Engkau besertaku. 

Firman dan Roh-Nya akan menghibur mereka – gada-

Mu dan tongkat-Mu, yang merujuk pada tongkat gem-

bala, atau pada tongkat yang di bawahnya domba-dom-

ba lewat saat   mereka dihitung (Im. 27:32), atau pada 

tongkat yang digunakan gembala untuk mengusir an-

jing-anjing yang akan mencerai-beraikan atau membuat 

domba-domba ketakutan. yaitu   suatu penghiburan 

bagi orang-orang kudus, bahwa saat menjelang ajal, 

Allah pasti memperhatikan mereka (Dia mengenali 

orang-orang kepunyaan-Nya), Dia akan menghardik si 

musuh, Dia akan menuntun mereka dengan tongkat-

Nya dan melindungi mereka dengan gada-Nya. Injil dise-

but sebagai tongkat kekuatan Kristus (110:2), dan ini 

saja sudah cartikel  p untuk menghibur orang-orang kudus 

di kala menjelang ajal, dan di bawah mereka ada le-

ngan-lengan yang kekal.     

III. Dari pemberian-pemberian Allah yang baik dan berlimpah kepa-

danya sekarang, ia menyimpulkan bahwa kemurahan-Nya akan 

tetap untuk selama-lamanya (ay. 5-6). Di sini kita dapat memper-

hatikan, 

1.  Betapa tingginya dia memuliakan karunia-karunia Allah yang 

penuh rahmat terhadapnya (ay. 5): “Engkau menyediakan hi-

dangan bagiku. Engkau telah menyediakan bagiku segala hal 

yang menyangkut hidup dan kesalehan, segala hal yang pen-

ting baik bagi tubuh maupun jiwa, baik untuk waktu kini 

maupun untuk kekekalan.” Betapa Allah itu Penderma yang 

murah hati terhadap semua umat-Nya, dan sebab   itu pantas-

lah bagi umat-Nya itu untuk menyatakan dengan sungguh-

sungguh kebaikan-Nya yang besar itu, seperti Daud di sini, 

yang mengakui,  


 310

(1) Bahwa ia mempunyai hidangan yang sudah tersaji, meja 

yang sudah disiapkan, dan cawan yang sudah diisi penuh, 

makanan untuk memuaskan rasa laparnya dan minuman 

untuk memuaskan rasa hausnya.  

(2) Bahwa Allah menyediakan makanan itu baginya dengan 

hati-hati dan siap sedia. Mejanya tidak disediakan kosong 

begitu saja dan akan dilengkapi kemudian, melainkan su-

dah dipersiapkan, dan dipersiapkan di hadapannya.  

(3) Bahwa dia tidak diberi sedikit-sedikit, tidak serba kurang, 

melainkan berkelimpahan: “Pialaku penuh melimpah, cu-

kup bagiku dan juga bagi teman-temanku.”  

(4)  Bahwa apa yang dimilikinya bukan hanya untuk meme-

nuhi kebutuhan melainkan juga untuk perhiasan dan kegi-

rangan: Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak. 

Samuel mengurapinya sebagai raja, yang merupakan per-

tanda pasti karunia demi karunia akan diperolehnya. Na-

mun demikian, semua ini lebih merupakan contoh kelim-

pahan yang diterimanya dari Allah sebagai berkat-Nya. Bisa 

juga, semua ini merujuk pada sambutan luar biasa yang 

diterima sahabat-sahabat istimewa, yang kepalanya dimi-

nyaki dengan minyak (Luk. 7:46). Bahkan, menurut sebagi-

an orang, dia masih memandang dirinya sebagai domba, 

namun seperti anak domba betina yang kecil milik si miskin 

(2Sam. 12:3), yang makan dari suapnya, minum dari piala-

nya, dan tidur di pangkuannya. Begitulah, tidak hanya 

dengan begitu baik, tetapi juga dengan lembutnya anak-

anak Allah itu dijaga. Persediaan yang melimpah dipersiap-

kan bagi tubuh mereka, bagi jiwa mereka, bagi hidup seka-

rang dan bagi hidup yang akan datang. Jika Pemeliharaan 

ilahi tidak mengaruniakan kepada kita dengan begitu ber-

limpah hal-hal yang penting bagi kehidupan alami kita, 

maka salah kita sendiri jika kita tidak berusaha mendapat-

kannya secara rohani. 

2.  Betapa yakinnya dia bahwa kebaikan-kebaikan Allah itu akan 

didapatkannya terus (ay. 6). Ia telah berkata (ay. 1), “Takkan 

kekurangan aku,” tetapi sekarang ia berbicara dengan lebih 

yakin lagi, lebih luas lagi: Kebajikan dan kemurahan belaka 

akan mengikuti aku, seumur hidupku. Pengharapannya naik, 

dan imannya dikuatkan, saat dia menerapkannya.  

 Kitab Mazmur 23:1-6 

 311 

Perhatikanlah:  

(1)  Apa yang dijanjikannya kepada dirinya sendiri – kebajikan 

dan kemurahan, semua arus kemurahan yang mengalir 

dari sumber mata air, kemurahan yang mengampuni, ke-

murahan yang melindungi, kemurahan yang menopang, 

dan kemurahan yang menyediakan.  

(2)  Cara penyaluran kemurahan itu: kebajikan dan kemurah-

an itu akan mengikuti aku, seperti air yang keluar dari gu-

nung batu mengalir mengikuti kemah Israel di padang gu-

run. Kebajikan dan kemurahan itu akan mengikutiku di 

semua tempat dan dalam semua keadaan, akan selalu siap 

sedia.  

(3) Keberlanjutannya: Kebajikan dan kemurahan itu akan 

mengikutiku sepanjang hidupku, bahkan sampai akhir nan-

ti, sebab   barangsiapa dikasihi Allah, Dia akan mengasihi-

nya sampai pada akhirnya.  

(4) Keberlangsungannya yang tetap: seumur hidupku, sepasti 

datangnya esok hari. Kebajikan dan kemurahan itu akan 

selalu baru setiap pagi (Rat. 3:22-23), seperti manna yang 

diberikan kepada orang-orang Israel setiap hari.  

(5) Kepastiannya: Pasti (KJV) kebajikan dan kemurahan itu 

akan mengikutiku. Sama pastinya dengan janji yang bisa 

dibuat oleh Allah kebenaran. Dan kita tahu siapa yang kita 

percaya. 

(6) Inilah pengharapan akan sempurnanya kebahagiaan di du-

nia yang akan datang. Dengan demikian, sebagian orang 

mengartikan pernyataan yang terakhir seperti ini: “Setelah 

kebajikan dan kemurahan mengikuti aku sepanjang hidup-

ku di bumi ini, maka saat   hidupku itu sudah berakhir, 

aku akan berpindah ke dunia yang lebih baik, untuk diam 

dalam rumah TUHAN sepanjang masa, di rumah Bapa kita 

di atas, di mana ada banyak tempat. Dengan apa yang 

kumiliki, aku sangat senang. Dengan apa yang kuharapkan 

aku bahkan lebih senang lagi.” Semuanya ini, dan juga 

sorga! Jadi sudah jelas bahwa kita memang melayani Tuan 

yang baik hati.  

3.  Betapa bulatnya tekadnya untuk melekat kepada Allah dan ke-

pada kewajibannya. Kita membaca kalimat terakhir sebagai 


 312

kovenan Daud dengan Allah: “Aku akan diam dalam rumah 

TUHAN sepanjang masa (sepanjang hidupku), dan aku akan 

memuji-Nya selama aku ada.” Kita harus diam di rumah-Nya 

sebagai hamba, yang ingin agar telinganya ditusuk dengan 

penusuk di tiang pintu, untuk melayani-Nya sampai selama-

lamanya. Jika kebaikan Allah kepada kita seperti cahaya pagi, 

yang bersinar semakin terang dan terang sampai tengah hari, 

maka janganlah kebaikan kita kepada-Nya seperti awan dan 

embun pagi yang cepat menghilang. Siapa dipuaskan dengan 

kelimpahan dari rumah Allah, dia harus tetap melekat pada 

kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dengan kelimpah-

annya itu. 

PASAL  24  

Mazmur ini berkenaan dengan Kerajaan Yesus Kristus,  

I.   Kerajaan-Nya yang ilahi (berasal dari Allah), yang dengannya 

Dia memerintah dunia (ay. 1-3).  

II.   Kerajaan anugerah-Nya, yang dengannya Dia memerintah di 

dalam jemaat-Nya.  

1.  Berkenaan dengan warga negara Kerajaan itu, termasuk 

ciri dan sifat mereka (ay. 4, 6), dan hak mereka (ay. 5).  

2.  Berkenaan dengan Raja Kerajaan itu, dan seruan kepada 

semua orang untuk membiarkan-Nya masuk (ay. 7-10).  

Mazmur ini dianggap ditulis dalam hubungan dengan peristiwa 

Daud menggotong tabut perjanjian ke tempat yang sudah dipersiap-

kan, dan maksud dari mazmur ini yaitu   untuk menuntun umat 

agar memandang jauh melampaui kemeriahan upacara-upacara lahi-

riah kepada kehidupan dan iman yang kudus di dalam Kristus, di 

mana dalam peristiwa ini Kristus dilambangkan oleh tabut perjanjian 

itu. 

Kepemilikan Allah yang Mutlak 

(24:1-2) 

1 Mazmur Daud. TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan 

dunia serta yang diam di dalamnya. 2 Sebab Dialah yang mendasarkannya di 

atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. 

Inilah,  

I.  Kepemilikan Allah yang mutlak atas bagian ciptaan ini di mana 

kita ditempatkan (ay. 1). Kita tidak boleh berpikir bahwa sorga, 


 314

hanya sorga semata, yang yaitu   milik Tuhan, beserta penghuni 

yang banyak dan cemerlang dari dunia atas, dan bahwa bumi ini 

diabaikan, sebab   hanya bagian kecil dan tidak berarti dari cipta-

an-Nya. Tidak juga sebab   bumi berada begitu jauh dari istana 

kerajaan di atas, sehingga Dia tidak berminat untuk turut campur 

di dalamnya. Tidak, bahkan bumi pun yaitu   milik-Nya, beserta 

dunia yang ada di bawah ini. Dan, meskipun Dia telah menyiap-

kan takhta kemuliaan-Nya di sorga, kerajaan-Nya memerintah 

atas semua. Bahkan cacing-cacing di bumi ini pun tidak luput 

dari perhatian-Nya dan termasuk di bawah kekuasaan-Nya.  

1.  saat   Allah memberikan bumi kepada anak-anak manusia, 

Dia masih mempertahankan hak kepemilikan pada diri-Nya, 

dan hanya menyewakannya kepada mereka sebagai penyewa 

atau orang-orang yang diberi hak untuk menikmati apa yang 

bukan milik mereka: TUHANlah yang empunya bumi serta se-

gala isinya. Tambang-tambang yang tersimpan di dalam perut 

bumi, termasuk segala hasil bumi yang berlimpah ruah, segala 

binatang yang ada di hutan dan hewan ternak yang ada di 

ribuan bukit, tanah-tanah dan rumah-rumah kita, dan segala 

pemanfaatan dari bumi ini melalui keahlian dan pekerjaan ta-

ngan manusia, semua itu yaitu   milik-Nya. Hal-hal ini, di da-

lam kerajaan anugerah, sungguh tepat dipandang sebagai ke-

hampaan. Sebab semuanya itu hanya kesia-siaan belaka, 

tidak berarti apa-apa bagi jiwa. Namun demikian, di dalam ke-

rajaan pemeliharaan ilahi, hal-hal tersebut merupakan kepe-

nuhan. Bumi penuh dengan kekayaan Allah, demikian pula 

dengan lautan yang besar dan luas. Semua bagian dan wilayah 

bumi yaitu   milik Tuhan, semua berada di bawah pengawas-

an-Nya, semua ada di dalam tangan-Nya: sehingga, ke mana 

pun seorang anak Allah pergi, ia dapat menghibur dirinya 

dengan hal ini, bahwa ia tidak pergi ke luar dari tanah Bapa-

nya. Apa yang jatuh dari bumi kepada kita dan buah-buah 

yang dihasilkannya hanyalah dipinjamkan kepada kita. Semua 

itu milik Tuhan. Apa yang kita nyatakan kepada seluruh dunia 

sebagai milik kita, tidak berlaku saat   diperhadapkan dengan 

hak-hak kepemilikan-Nya. Hal yang terjauh dari kita sekali-

pun, seperti apa yang melintasi lorong-lorong laut, atau yang 

tersembunyi di dasarnya, yaitu   milik Tuhan, dan Dia tahu di 

mana harus menemukannya. 

Kitab Mazmur 24:1-2 

 315 

2.  Bagian muka bumi yang dapat dihuni (Ams. 8:31, KJV) yaitu   

milik-Nya dalam arti khusus – dunia serta yang diam di dalam-

nya. Diri kita sendiri bukan milik kita. Tubuh kita, jiwa kita, 

bukanlah milik kita. Tuhan berfirman, Semua jiwa Aku punya. 

Sebab Dialah yang membentuk tubuh kita dan Dialah Bapa 

roh kita. Lidah kita bukan milik kita, lidah kita harus diguna-

kan untuk melayani-Nya. Bahkan anak-anak manusia yang 

tidak mengenal-Nya dan yang tidak mengakui hubungan me-

reka dengan-Nya yaitu   milik-Nya. Nah, hal ini diketengahkan 

di sini untuk menunjukkan bahwa, meskipun Allah dengan 

penuh rahmat berkenan menerima segala ibadah dan pela-

yanan umat pilihan-Nya yang khusus (ay. 3-5), hal itu terjadi 

bukan sebab   Dia memerlukan mereka, atau dapat diuntung-

kan oleh mereka, sebab bumi serta segala isinya yaitu   milik-

Nya (Kel. 19:5; Mzm. 50:12). Hak kepemilikan Allah ini juga 

dapat diterapkan pada kekuasaan yang dimiliki Kristus, seba-

gai Pengantara, atas segala ujung bumi, yang diberikan ke-

pada-Nya sebagai milik-Nya: Bapa mengasihi Anak dan telah 

memberikan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya, kuasa atas 

semua manusia. Rasul Paulus mengutip perikop Kitab Suci ini 

dua kali berturut-turut (KJV) saat   dia berbicara tentang ma-

kanan yang dipersembahkan kepada berhala (1Kor. 10:26, 28). 

“Jika makanan itu dijual di pasar, makan saja, dan jangan 

tanya apa-apa, sebab   bumi serta segala isinya yaitu   milik 

Tuhan. Makanan itu yaitu   ciptaan Tuhan yang baik, dan 

kamu berhak memakannya. Namun, jika ada orang yang mem-

beri tahu kamu bahwa makanan itu dipersembahkan kepada 

berhala, tahanlah dirimu, sebab   bumi serta segala isinya ada-

lah milik Tuhan, dan sebab   itu masih ada cartikel  p banyak ma-

kanan yang lain.” Ini merupakan alasan yang baik mengapa 

kita harus puas dengan apa yang menjadi bagian kita di dunia 

ini, dan tidak iri terhadap apa yang menjadi bagian orang lain. 

Bumi serta segala isinya yaitu   milik Tuhan, dan bukankah 

Dia boleh melakukan apa yang ingin dilakukan-Nya terhadap 

milik-Nya sendiri, dan memberikan lebih kepada sebagian 

orang, dan kurang kepada sebagian yang lain, sesuai dengan 

yang dikehendaki-Nya?    


 316

II. Alasan kepemilikan ini. Bumi yaitu   milik-Nya tanpa bisa diban-

tah lagi, sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan 

menegakkannya di atas sungai-sungai (ay. 2). Bumi yaitu   milik-

Nya, sebab  ,  

1. Dia menciptakannya, membentuknya, mendirikannya, dan 

menyesuaikannya untuk bisa digunakan manusia. Benda ada-

lah milik-Nya, sebab Dia menciptakannya dari ketiadaan. 

Bentuk yaitu   milik-Nya, sebab Dia menciptakannya menurut 

hikmat dan gagasan-gagasan kekal dari pikiran-Nya sendiri. 

Dia menciptakannya sendiri, Dia menciptakannya untuk Diri-

Nya sendiri. sebab   itu, Dialah Pemilik mutlak, satu-satunya, 

seutuhnya, dan tidak ada yang dapat membuat kita berhak 

memiliki bagian mana pun, kecuali dengan, dari, dan di bawah 

Dia (89:12-13).  

2.  Dia menciptakannya dengan cara yang tidak dapat dilakukan 

oleh siapa pun. Bumi yaitu   ciptaan Yang Mahakuasa, sebab 

ia didirikan di atas lautan, di atas sungai-sungai. Ini suatu 

fondasi yang lemah dan tidak teguh (begitu orang akan ber-

pikir) untuk membangun bumi di atasnya. Namun, jika ke-

kuatan Yang Mahakuasa berkenan, maka fondasi itu pun bisa 

menopang berat bumi ini. Perairan yang pertama-tama menu-

tupi bumi dan membuatnya tidak cocok dihuni manusia, di-

perintahkan untuk berkumpul di bawahnya, supaya tanah 

yang kering bisa muncul, sehingga perairan berfungsi seperti 

fondasi baginya (104:8-9). 

3.  Dia terus melangsungkan keberadaannya, Dia menegakkan-

nya, mengartikel  hkan keberadaan bumi itu, sehingga meskipun 

keturunan yang satu pergi dan yang lain datang, bumi tetap 

ada (Pkh. 1:4). Dengan demikian, pemeliharaan-Nya merupa-

kan suatu penciptaan yang berkelanjutan (119:90). Pendirian 

bumi di atas sungai-sungai haruslah mengingatkan kita be-

tapa licin dan tidak pastinya hal-hal duniawi ini. Fondasinya 

bukan hanya pasir, melainkan juga air. Oleh sebab   itu, sung-

guh bodoh jika kita membangun di atas benda-benda duniawi 

itu.

Kitab Mazmur 24:3-6 

 317 

Sifat Orang Israel Sejati 

(24:3-6) 

3 “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh 

berdiri di tempat-Nya yang kudus?” 4 “Orang yang bersih tangannya dan 

murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang 

tidak bersumpah palsu. 5 Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN 

dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. 6 Itulah angkatan orang-

orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.” S e l a 

Dari dunia ini, beserta segala isinya, perenungan-perenungan sang 

pemazmur naik secara tiba-tiba kepada perkara-perkara besar dari 

dunia lain, yang fondasinya tidak diletakkan di atas lautan, atau su-

ngai-sungai. Benda-benda di dunia ini telah diberikan Allah kepada 

anak-anak manusia, dan kita banyak berutang kepada pemelihara-

an-Nya untuk semua itu. Namun benda-benda tersebut tidak akan 

menjadi bagian kita. Dan sebab   itu,  

I.  Inilah pertanyaan mengenai hal-hal yang lebih baik (ay. 3). Bumi 

ini yaitu   tumpuan kaki Allah, namun, jika kita sudah menda-

patkan terlalu banyak hal darinya, ingatlah bahwa kita harus 

tinggal di sini hanya untuk sementara, dan sebentar lagi harus 

meninggalkannya, dan setelah itu, siapakah yang boleh naik ke 

atas gunung TUHAN? Siapakah yang akan pergi ke sorga setelah 

ini, dan, sebagai pertanda untuk itu, siapakah yang akan memiliki 

persekutuan dengan Allah dalam ketetapan-ketetapan suci-Nya 

sekarang? Jiwa yang mengenal dan merenung-renung kodrat, 

asal-usul, dan kekekalannya sendiri, pasti akan terdiam dan me-

rasa tidak puas setelah ia memandang bumi serta segala isinya. 

Jiwa akan mendapati bahwa di antara semua ciptaan tidak ada 

pertolongan sepadan bagi manusia, dan sebab   itu ia akan ber-

pikir untuk naik menuju Allah, menuju sorga, dengan bertanya, 

“Apa yang harus kulakukan untuk naik ke tempat yang tinggi itu, 

ke bukit itu, di mana Tuhan berdiam dan menyatakan diri-Nya, 

supaya aku dapat mengenal-Nya dan berdiam di tempat yang 

kudus dan membahagiakan itu, tempat Dia menjumpai umat-Nya 

dan membuat mereka kudus dan berbahagia? Apa yang harus 

kulakukan supaya aku bisa menjadi orang yang diakui Allah se-

bagai umat-Nya yang khusus, dan sebagai milik kepunyaan-Nya 

dengan cara yang berbeda dari cara kepemilikan-Nya atas bumi 

beserta segala isinya?” Pertanyaan ini banyak persamaannya de-

ngan pertanyaan yang ada dalam pasal 15:1. Bukit Sion, yang di 


 318

atasnya Bait Allah dibangun, merupakan bayang-bayang gereja, 

baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. saat   rakyat Israel 

mengarak tabut perjanjian ke tempat kudusnya, Daud mencam-

kan dalam hati mereka bahwa semua ini hanyalah bayang-bayang 

dari perkara-perkara sorgawi, dan sebab   itu, dengan hal-hal ter-

sebut mereka harus diarahkan untuk merenungkan perkara-per-

kara sorgawi sendiri.   

II. Jawaban terhadap pertanyaan ini, yang di dalamnya kita men-

dapati, 

1. Sifat-sifat umat Allah yang khusus, yang akan memiliki perse-

kutuan dengan-Nya di dalam anugerah dan kemuliaan.  

(1) Mereka yaitu   orang-orang yang menjaga diri dari semua 

perbuatan dosa yang kotor. Mereka bersih tangannya, tidak 

ternoda oleh kotoran-kotoran dunia dan daging. Tidak ada 

orang najis yang boleh masuk ke gunung Bait Allah, yang 

menandakan kemurnian perilaku yang harus dimiliki oleh 

semua orang yang mempunyai persekutuan dengan Allah. 

Tangan-tangan yang terangkat di dalam doa haruslah yang 

murni, tidak ada noda keuntungan yang didapat dengan 

cara tidak wajar melekat padanya, atau oleh apa pun yang 

menajiskan orang, dan yang menjijikkan bagi Allah yang 

kudus.  

(2) Mereka yaitu   orang-orang yang menjadikan hati nurani 

mereka benar-benar (yang artinya, secara dari dalam) baik 

sebagaimana tampak luar mereka. Mereka murni hatinya. 

Agama kita sia-sia belaka jika kita tidak menjalankannya 

dengan hati. Tidaklah cartikel  p untuk mempunyai tangan 

yang bersih di hadapan manusia, kita juga harus memba-

suh hati kita dari kejahatan, dan tidak membiarkan diri 

kita berada dalam kecemaran hati secara sembunyi-sem-

bunyi, yang terbuka di hadapan mata Allah. Jadi, sia-sia-

lah orang yang mengaku mempunyai hati yang murni dan 

baik jika tangan mereka kotor oleh sebab   perbuatan-per-

buatan dosa. Hati yang murni yaitu   hati yang tulus dan 

tanpa kepalsuan dalam mengikat kovenan dengan Allah, 

yang dijaga dengan hati-hati, sehingga si jahat, roh najis, 

Kitab Mazmur 24:3-6 

 319 

tidak menyentuhnya. Hati itu dimurnikan oleh iman, dan 

disesuaikan dengan citra dan kehendak Allah (Mat. 5:8).  

(3) Mereka yaitu   orang-orang yang tidak mengarahkan pera-

saan-perasaan mereka kepada perkara-perkara dunia ini, 

tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan hatinya 

tidak terlena secara berlebihan oleh kekayaan duniawi, pu-

jian manusia, atau kenikmatan indrawi. Mereka tidak me-

milih hal-hal ini sebagai bagian mereka, juga tidak ber-

usaha meraihnya, sebab   mereka percaya bahwa semua itu 

hanyalah kesia-siaan belaka, tidak pasti dan tidak me-

muaskan.  

(4) Mereka yaitu   orang-orang yang berlaku jujur baik ter-

hadap Allah maupun terhadap manusia. Dalam kovenan 

mereka dengan Allah, dan kesepakatan mereka dengan ma-

nusia, mereka tidak berusaha menipu, atau melanggar jan-

ji-janji mereka, atau mengelak dari kewajiban-kewajiban 

mereka, atau bersumpah palsu. Orang-orang yang tidak 

peduli dengan kewajiban-kewajiban kebenaran atau de-

ngan kehormatan nama Allah tidak pantas mendapat tem-

pat di gunung Allah yang kudus.  

(5) Mereka yaitu   umat yang berdoa (ay. 6): Itulah angkatan 

orang-orang yang menanyakan Dia. Di sepanjang zaman, 

ada umat sisa seperti ini, orang-orang yang mempunyai 

sifat ini, yang akan menceritakan tentang TUHAN kepada 

angkatan yang akan datang (22:31). Dan mereka yaitu   

orang-orang yang mencari Allah, yang mencari wajah-Mu, 

ya Allah Yakub!  

[1] Mereka menggabungkan diri bersama Allah, untuk 

mencari-Nya, bukan hanya dalam doa yang sungguh-

sungguh melainkan juga dalam berbagai usaha yang 

betul-betul dijalankan untuk mendapatkan kebaikan-

Nya, dan menjaga diri mereka sendiri di dalam kasih-

Nya. Setelah menjadikannya sebagai puncak kebahagia-

an mereka, mereka juga menjadikannya sebagai puncak 

keinginan mereka untuk diterima oleh-Nya, dan sebab   

itu mereka bersusah payah untuk membuat diri mereka 

berkenan kepada-Nya. Ke gunung Tuhanlah kita harus 

naik, dan, sebab   jalannya mendaki, kita harus menge-


 320

rahkan segala tenaga dan kekuatan kita layaknya 

orang-orang yang mencari dengan tekun. 

[2]  Mereka menggabungkan diri bersama umat Allah, un-

tuk mencari Allah bersama-sama dengan mereka. Kare-

na sudah dibawa pada persekutuan dengan Allah, me-

reka bergabung dalam persekutuan para kudus, menye-

suaikan diri dengan teladan para kudus yang sudah 

mendahului mereka (begitulah sebagian orang mema-

hami kalimat ini). Mereka mencari wajah Allah, seperti 

Yakub (demikian menurut sebagian yang lain), yang 

oleh sebab   itu diberi gelar nama Israel, sebab ia ber-

gumul dengan Allah dan menang, ia mencari-Nya dan 

menemukan-Nya. Dan, sebab   bergaul dengan orang-

orang kudus yang sezaman dengan mereka, mereka 

mendapat perkenan dari jemaat Allah masa itu (Why. 

3:9), mereka akan bersuka sebab   saling mengenal de-

ngan umat Allah (Za. 8:23), meleburkan diri bersama 

mereka, dan, setelah mereka menuliskan pada tangan 

mereka: Kepunyaan Tuhan, mereka akan menyebut diri 

mereka dengan nama Yakub (Yes. 44:5). Segera setelah 

Paulus bertobat, ia menggabungkan diri kepada murid-

murid (Kis. 9:26). Mereka akan mencari wajah Allah di 

dalam Yakub (begitu menurut sebagian yang lain), yang 

artinya, dalam perkumpulan-perkumpulan jemaat-Nya. 

Wajah-Mu, ya Allah Yakub! Demikianlah yang tertulis 

dalam keterangan tambahan (KJV) dan ini memudahkan 

kita untuk memahami artinya. Sama seperti semua 

orang percaya merupakan keturunan Abraham secara 

rohani, demikian pula semua orang yang bergumul di 

dalam doa merupakan keturunan Yakub secara rohani, 

yang kepadanya Allah tidak pernah berkata, “Carilah 

Aku dengan sia-sia!.”  

2.  Hak-hak istimewa umat Allah yang khusus (ay. 5). Mereka 

akan dibuat menjadi benar-benar berbahagia untuk selama-

lamanya.  

(1) Mereka akan diberkati: mereka akan menerima berkat dari 

Tuhan, semua buah dan karunia kebaikan Allah, sesuai 

dengan janji-Nya. Dan orang-orang yang diberkati Allah 

Kitab Mazmur 24:7-10 

 321 

 pasti benar-benar diberkati, sebab sudah menjadi hak isti-

mewa Allah-lah untuk memerintahkan berkat.  

(2) Mereka akan dibenarkan dan dikuduskan. Ini merupakan 

berkat-berkat rohani dalam perkara-perkara sorgawi yang 

akan mereka terima. Bahkan kebenaran pun akan mereka 

terima, yang merupakan perkara yang begitu ingin mereka 

dapatkan dengan lapar dan haus (Mat. 5:6). Kebenaran 

yaitu   kepenuhan berkat, dan dari Allah sajalah kita harus 

mengharapkannya, sebab kita tidak mempunyai kebenaran 

dari diri kita sendiri. Mereka akan menerima upah bagi ke-

benaran mereka (begitulah yang diartikan sebagian orang), 

mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan oleh Hakim 

yang adil (2Tim. 4:8).  

(3) Mereka akan diselamatkan, sebab Allah sendiri akan men-

jadi Allah yang menyelamatkan mereka. Perhatikanlah, 

apabila Allah memberikan kebenaran, maka Dia pasti me-

rancangkan keselamatan. Orang-orang yang dibuat layak 

bagi sorga pasti akan dibawa dengan selamat ke sorga, dan 

pada saat itulah mereka akan mendapatkan apa yang sela-

ma ini mereka cari-cari, yang akan membawa kepuasan 

tiada akhir kepada mereka. 

Raja Kemuliaan 

(24:7-10) 

7 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai 

pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! 8 “Siapakah 

itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam pe-

perangan!” 9 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah 

kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! 10 

“Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja 

Kemuliaan!” S e l a 

Apa yang sudah diucapkan sekali, diucapkan kembali untuk kedua 

kali dalam ayat-ayat ini. Pengulangan seperti itu sudah biasa dalam 

nyanyian, dan kita menemukan banyak keindahan di dalamnya. 

Inilah, 

1.  Seruan untuk masuk yang berulang kali ditujukan kepada Raja 

Kemuliaan. Pintu-pintu dan gerbang-gerbang harus segera di-

buka, dibuka lebar-lebar, untuk membiarkan-Nya masuk, sebab   


 322

lihatlah, Dia berdiri di depan pintu dan mengetuk, siap untuk 

masuk.  

2.  Pertanyaan yang berulang kali diajukan tentang Raja perkasa ini, 

yang di dalam nama-Nya orang-orang meminta masuk: Siapakah 

itu Raja Kemuliaan? Sama seperti saat   orang mengetuk pintu 

kita, kita biasa bertanya, “Siapa itu?”  

3. Jawaban yang berulang kali diberikan tentang Raja yang diharus-

kan masuk ini: TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam 

peperangan, TUHAN semesta alam (ay. 8, 10). 

Perhatikanlah:  

I.  Cara masuk yang demikian megah yang digambarkan di sini 

mungkin merujuk pada perarakan khidmat saat   tabut perjan-

jian dibawa ke dalam kemah Daud yang khusus didirikan untuk 

tabut itu, atau ke dalam Bait Salomo yang dibangun untuknya. 

sebab  , saat   Daud mempersiapkan bahan-bahan untuk mem-

bangun tempat bagi tabut itu, pantas juga baginya untuk mem-

persiapkan mazmur untuk dipersembahkan untuknya. Para pen-

jaga pintu diminta untuk membukakan pintu, dan pintu-pintu itu 

disebut pintu-pintu yang berabad-abad, sebab   pintu-pintu itu 

lebih tahan lama dibandingkan dengan pintu kemah, yang hanya 

berupa sebuah tirai. Mereka diajar untuk bertanya, “Siapakah itu 

Raja Kemuliaan?” Dan orang-orang yang menggotong tabut 

perjanjian diajar untuk menjawab dengan perkataan yang ada di 

hadapan kita, dan ini sangat cocok, sebab   tabut perjanjian meru-

pakan lambang atau pertanda hadirat Allah (Yos. 3:11). Atau ja-

waban itu dapat juga dipandang sebagai sebuah perkataan puitis 

yang dirancang untuk menggambarkan tokohnya dengan cara 

yang lebih menyentuh hati. Allah, dalam firman dan ketetapan-

ketetapan-Nya, memang selayaknya disambut oleh kita dengan 

cara yang demikian,  

1. Dengan segenap kesediaan hati: pintu-pintu dan gerbang-ger-

bang harus segera dibuka bagi-Nya. Biarlah firman Tuhan ma-

suk ke dalam bagian yang paling dalam dan paling utama da-

lam jiwa kita. Dan, seandainya kita memiliki enam ratus leher, 

kita harus menundukkan semuanya di bawah wewenang fir-

man Tuhan itu.  

Kitab Mazmur 24:7-10 

 323 

2.  Dengan segala rasa hormat, sambil mengingat betapa besarnya 

Allah yang dengan-Nya kita sedang berurusan, saat   kita 

datang mendekat kepada-Nya. 

II. Tidak diragukan lagi bahwa pernyataan ini menunjuk pada Kris-

tus, yang dilambangkan oleh tabut perjanjian itu, beserta tutup 

pendamaiannya.  

1.  Kita dapat menerapkannya pada kenaikan Kristus ke sorga 

dan sambutan yang diterima-Nya di sana. Setelah Dia menye-

lesaikan pekerjaan-Nya di bumi, Dia naik dengan awan-awan 

dari langit (Dan. 7:13-14). Gerbang-gerbang sorga pasti ter-

buka bagi-Nya pada waktu itu, yaitu pintu-pintu yang sebe-

narnya yang disebut dengan pintu-pintu yang berabad-abad, 

yang telah ditutup bagi kita, untuk menjaga jalan menuju po-

hon kehidupan (Kej. 3:24). Juruselamat kita menemukan pin-

tu-pintu itu tertutup, namun, sebab   Dia sudah mencurahkan 

darah-Nya sebagai penebusan dosa dan memperoleh hak un-

tuk masuk ke dalam tempat yang kudus (Ibr. 9:12) sebagai 

orang yang berkuasa untuk itu, maka Dia menuntut untuk 

masuk, bukan hanya untuk diri-Nya sendiri melainkan juga 

untuk kita. sebab  , sebagai Pendahulu, Dia telah masuk bagi 

kita dan membukakan Kerajaan Allah bagi semua orang per-

caya. Bukan hanya kunci-kunci neraka dan maut, melainkan 

juga kunci-kunci sorga dan hidup harus diserahkan ke dalam 

tangan-Nya. sebab   cara kedatangan-Nya begitu megah, para 

malaikat menjadi bertanya, “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” 

Para malaikatlah yang menjaga pintu-pintu gerbang Yerusalem 

Baru (Why. 21:12). saat   Anak Sulung dibawa ke dunia atas, 

semua malaikat harus menyembah Dia (Ibr. 1:6), dan sebab   

itu mereka dikatakan bertanya dengan terheran-heran, “Siapa-

kah Dia? – Apakah Dia ini yang datang dari Bozra dengan baju 

yang merah (Yes. 63:1-3)? sebab   Dia muncul di dunia itu 

sebagai Anak Domba yang telah disembelih.” Dijawab di sini 

bahwa Dia jaya dan perkasa, perkasa dalam peperangan, un-

tuk menyelamatkan umat-Nya dan menaklukkan musuh-mu-

suh-Nya dan musuh-musuh umat-Nya.  

2.  Kita dapat menerapkannya pada masuknya Kristus ke dalam 

jiwa-jiwa manusia melalui firman dan Roh-Nya, supaya mere-

ka bisa menjadi bait-Nya. Hadirat Kristus di dalam diri mereka 


 324

seperti kehadiran tabut perjanjian di dalam Bait Allah. Hadi-

rat-Nya itu menguduskan mereka. Lihat, Dia berdiri di muka 

pintu dan mengetok (Why. 3:20). Gerbang-gerbang dan pintu-

pintu hati harus dibukakan bagi-Nya, bukan hanya seperti 

tamu yang harus dibiarkan masuk, melainkan juga seperti 

harta milik yang harus diberikan kepada pemiliknya yang sah, 

setelah hak milik itu diperebutkan. Inilah panggilan dan tun-

tutan Injil, yakni agar kita membiarkan Yesus Kristus, Sang 

Raja Kemuliaan, masuk ke dalam jiwa kita, dan menyambut-

Nya dengan teriakan-teriakan hosana, diberkatilah Dia yang 

datang. Agar kita dapat melakukannya dengan benar, maka 

kita wajib bertanya, “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” – untuk 

mengakrabkan diri kita dengan Dia, yang harus kita percayai, 

dan yang harus kita kasihi melebihi segalanya. Dan ja-wab-

annya sudah tersedia: Dia yaitu   Yehovah, Yehovah keadilan 

kita, Juruselamat yang mahamencartikel  pi bagi kita, jika kita 

menyambut Dia dan menjamu-Nya. Dia jaya dan perkasa. Dia 

Tuhan semesta alam. Oleh sebab   itu, kita sendirilah yang 

akan terancam bahaya jika kita menolak-Nya masuk, sebab 

Dia mampu membalas penghinaan itu. Dia dapat mendesak 

masuk, dan mematahkan berkeping-keping dengan tongkat 

besi-Nya siapa saja yang tidak mau tunduk pada tongkat 

emas-Nya.       

Dalam menyanyikan mazmur ini, biarlah hati kita dengan gembira 

menjawab panggilan ini, seperti yang terdapat dalam perkataan per-

tama dari mazmur berikutnya, “Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat 

jiwaku.” 

PASAL  25  

azmur ini penuh dengan curahan perasaan yang saleh kepada 

Allah. Keinginan hati yang kudus mengalir mencari perkenan 

dan anugerah-Nya, dengan tindakan-tindakan iman yang hidup akan 

janji-janji-Nya. Kita dapat belajar di sini,  

I.    Apa yang didoakan di sini (ay. 1-15).  

II.   Apa yang harus kita doakan: pengampunan dosa (ay. 6-7, 

18),  petunjuk dalam melaksanakan kewajiban (ay. 4-5), be-

las kasihan Allah (ay. 16), pelepasan dari segala kesesakan 

kita (ay. 17-18), perlindungan dari musuh-musuh kita (ay. 

20-21), dan keselamatan jemaat Allah (ay. 22).  

III.  Apa yang bisa kita serukan di dalam doa: keyakinan kita 

kepada Allah (ay. 2-3, 5, 20-21), kesusahan kita dan keben-

cian musuh-musuh kita (ay. 17, 19), dan ketulusan hati kita 

(ay. 21).  

IV. Janji-janji berharga apa yang kita miliki untuk mendorong 

kita di dalam doa: akan bimbingan dan petunjuk (ay. 8-9, 

12), keuntungan kovenan (ay. 10), dan kesenangan dalam 

persekutuan dengan Allah (ay. 13-14).  

Mudah bagi kita untuk menerapkan sejumlah bacaan dalam maz-

mur ini pada diri kita sendiri saat   kita menyanyikannya, sebab   

kita sering kali mempunyai masalah, dan selalu mempunyai dosa, 

untuk dikeluhkan di hadapan takhta anugerah. 


 326

Permohonan-permohonan yang Sungguh-sungguh 

(25:1-7) 

1 Dari Daud. Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; 2 Allahku, kepada-Mu 

aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-

musuhku beria-ria atas aku. 3 Ya, semua orang yang menantikan Engkau 

takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat 

khianat dengan tidak ada alasannya. 4 Beritahukanlah jalan-jalan-Mu ke-

padaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. 5 Bawalah aku berjalan da-

lam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyela-

matkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. 6 Ingatlah segala 

rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada 

sejak purbakala. 7 Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelang-

garanku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih 

setia-Mu, oleh sebab   kebaikan-Mu, ya TUHAN. 

Di sini kita mendapati pengakuan-pengakuan Daud tentang keingin-

an hatinya terhadap Allah dan kebergantungannya pada-Nya. Ia se-

ring kali memulai mazmurnya dengan pengakuan-pengakuan seperti 

itu, bukan untuk menggerakkan Allah melainkan untuk menggerak-

kan dirinya sendiri, dan untuk bersungguh-sungguh menjalani peng-

akuan-pengakuan itu.  

I.   Ia memberikan pengakuan akan keinginan hatinya terhadap 

Allah: Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku (ay. 1). Dalam 

mazmur sebelumnya (ay. 4), digambarkan sifat orang benar, yaitu 

bahwa ia tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan (KJV: tidak 

mengangkat jiwanya kepada kesia-siaan – pen.). Sebaliknya, 

pintu-pintu yang berabad-abad dipanggil untuk mengangkat ke-

pala mereka supaya masuk Raja Kemuliaan (ay. 7). Sifat inilah, 

panggilan inilah, yang dijawab Daud di sini, “Tuhan, kuangkat 

jiwaku, bukan kepada kesia-siaan, melainkan kepada-Mu.” Perha-

tikanlah, saat menyembah Allah kita harus mengangkat jiwa kita 

kepada-Nya. Doa yaitu   mengangkat jiwa kepada Allah. Allah 

harus dipandang dan jiwa harus digerakkan. Ungkapan sursum 

corda – angkatlah hatimu, dulu kala digunakan sebagai panggilan 

untuk beribadah. Dengan celaan kudus terhadap dunia dan se-

gala sesuatu yang ada di dalamnya, serta dengan pikiran teguh 

dan iman yang giat, kita harus mengarahkan pandangan kita 

kepada Allah. Dengan begitu, kita boleh mengungkapkan segala 

keinginan hati kita kepada-Nya sebagai sumber kebahagiaan kita.  

Kitab Mazmur 25:1-7 

 327 

II.  Ia memberikan pengakuan akan kebergantungannya pada Allah 

dan memohon agar ia mendapat keuntungan dan penghiburan 

dari kebergantungannya itu (ay. 2): Allahku, kepada-Mu aku per-

caya. Hati nuraninya bersaksi bagi dia bahwa dia tidak menaruh 

percaya kepada dirinya sendiri atau kepada ciptaan mana pun, 

dan bahwa kepercayaannya kepada Allah atau kepada kuasa dan 

janji-Nya tidaklah berkurang. Hatinya senang dengan pengakuan 

imannya kepada Allah ini. sebab   ia mempercayakan dirinya ke-

pada Allah, dia menjadi tenang, sangat puas, dan bebas dari rasa 

takut terhadap bahaya. Pengakuan percaya itu ia serukan kepada 

Allah, yang selalu merasa terhormat untuk menolong orang-orang 

yang menghormati Dia dengan kepercayaan mereka kepada-Nya. 

Apa yang diandalkan manusia pasti akan membawa entah suka-

cita atau rasa malu kepada mereka, sesuai dengan apa yang ter-

bukti nanti. Nah, di sini Daud, dengan penuh iman, berdoa de-

ngan sungguh-sungguh,  

1.  Agar malu jangan sampai menimpanya: “Janganlah kiranya 

aku mendapat malu sebab   kepercayaanku kepada-Mu. Ja-

nganlah kiranya kepercayaanku goyah oleh sebab   ketakutan-

ketakutan yang melanda, dan janganlah kiranya aku dikece-

wakan dengan apa yang kuandalkan daripada-Mu. Sebaliknya, 

Tuhan, peliharalah apa yang telah kupercayakan kepada-Mu.” 

Perhatikanlah, jika kita menjadikan kepercayaan kita kepada 

Allah sebagai penopang kita, maka kita tidak akan mendapat 

malu. Dan, jika kita beria-ria di dalam Dia, maka musuh-

musuh kita tidak akan beria-ria atas kita, seperti yang akan 

mereka lakukan seandainya kita sekarang tenggelam dalam 

ketakutan-ketakutan kita, atau segala harapan kita kandas 

pada akhirnya.  

2.  Agar malu jangan sampai menimpa siapa saja yang percaya 

kepada Allah. Semua orang kudus telah memperoleh iman 

berharga yang sama, dan sebab   itu, tanpa diragukan lagi, 

pada akhirnya mereka akan sama-sama berhasil. Dengan de-

mikian, persekutuan orang-orang kudus tetap dijaga, bahkan 

melalui saling doa satu bagi yang lainnya di antara mereka. 

Orang-orang kudus yang sejati akan membuat permohonan 

bagi semua orang kudus. Sudahlah pasti, siapa pun yang ber-

harap kepada Allah, dengan percaya dan setia menanti-nanti-


 328

kan Dia, dengan percaya dan terus berharap menunggu Dia, 

tidak akan mendapat malu sebab  nya.  

3.  Agar malu akan menimpa para pendosa. Yang mendapat malu 

ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasan-

nya, atau dengan sia-sia, sesuai dengan arti kata itu.  

(1) Tanpa dihasut. Mereka memberontak terhadap Allah dan 

kewajiban mereka, terhadap Daud dan pemerintahannya 

(begitu menurut sebagian orang), tanpa penyebab apa pun. 

Mereka tidak bisa menunjukkan kesalahan apa pun yang 

mereka temukan pada Allah, atau dalam hal apa saja Dia 

telah menyusahkan mereka. Semakin lemah godaan yang 

membuat manusia ditarik ke dalam dosa, semakin kuat ke-

jahatan yang membuat mereka terdorong untuk berbuat 

dosa. Orang-orang berdosa yang paling buruk yaitu   mere-

ka yang berdosa hanya demi dosa itu sendiri.  

(2) Tanpa hasil. Mereka tahu bahwa usaha-usaha mereka me-

lawan Allah tidak akan membawa hasil apa-apa. Mereka 

membayangkan hal yang sia-sia, dan oleh sebab itu mereka 

akan segera dipermalukan sebab  nya.    

III. Ia memohon bimbingan dari Allah untuk melaksanakan kewajib-

annya (ay. 4-5). Berulang kali di sini ia berdoa kepada Allah untuk 

mengajarinya. Ia sendiri yaitu   orang yang berpengetahuan, na-

mun demikian, orang yang paling cerdas dan paling taat sekali-

pun, keduanya perlu dan ingin diajar oleh Allah. Dari Dia kita 

harus selalu belajar.  

Perhatikanlah:    

1.  Apa yang ingin dipelajarinya: “Ajarilah aku, bukan kata-kata 

indah atau gagasan-gagasan yang hebat, melainkan jalan-

jalan-Mu, kebenaran-Mu, jalan-jalan yang di dalamnya Engkau 

berjalan menghampiri manusia, yang melulu merupakan se-

gala belas kasihan dan kebenaran (ay. 10). Ajarilah aku jalan-

jalan yang Engkau ingin aku berjalan di dalamnya untuk 

menuju Engkau.” Orang-orang yang berhasil diajar yaitu   me-

reka yang memahami kewajiban mereka, dan mengetahui apa 

yang baik yang harus mereka lakukan (Pkh. 2:3). Jalan-jalan 

Allah dan kebenaran-Nya yaitu   sama. Hartikel  m-hartikel  m ilahi 

didirikan di atas kebenaran-kebenaran ilahi. Jalan perintah-

Kitab Mazmur 25:1-7 

 329 

perintah Allah yaitu   jalan kebenaran (119:30). Kristus yaitu   

jalan dan kebenaran itu, dan sebab   itu kita harus belajar dari 

Kristus.  

2.  Apa yang diinginkannya dari Allah, supaya dia bisa belajar 

dari-Nya.  

(1) Agar Allah mencerahkan pengertiannya tentang kewajiban-

nya: “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, dan ajarlah 

aku.” saat   kita dilanda keraguan, kita harus berdoa de-

ngan sungguh-sungguh agar Allah membuatnya jelas bagi 

kita apa yang diinginkan-Nya untuk kita lakukan.  

(2) Agar Allah mengarahkan kehendaknya untuk belajar pada-

Nya, dan menguatkan dia selama melakukannya: “Tuntun-

lah aku, dan ajarilah aku.” Tidak hanya seperti kita menun-

tun orang yang sudah rabun mata, supaya ia tidak ter-

sesat, melainkan juga seperti kita menuntun orang yang 

sakit, lemah, dan tidak berdaya, untuk membantu dia agar 

terus berjalan dan menjaganya agar dia tidak jatuh ping-

san. Dalam perjalanan menuju sorga, kita tidak akan berja-

lan lebih jauh daripada apa yang dikehendaki Allah dalam 

menuntun dan menopang kita.   

3.  Apa yang diserukannya,  

(1)  Pengharapannya yang besar dari Allah: Engkaulah Allah 

yang menyelamatkan aku. Perhatikanlah, orang-orang yang 

memilih keselamatan dari Allah sebagai tujuan akhir mere-

ka, dan yang menjadikan-Nya sebagai Allah yang menyela-

matkan mereka, dapat datang dengan berani kepada-Nya 

untuk meminta bimbingan dari-Nya supaya dituntun di da-

lam jalan yang menuju tujuan itu. Jika Allah menyelamat-

kan kita, Dia juga akan mengajar dan menuntun kita. Dia 

yang memberikan keselamatan pasti akan memberikan 

petunjuk.  

(2)  Penantiannya akan Allah yang tanpa henti: Engkau kunan-

ti-nantikan sepanjang hari. Dari mana seorang hamba 

mengharapkan petunjuk mengenai apa yang harus dikerja-

kannya kecuali dari tuannya sendiri, yang dinanti-nanti-

kannya sepanjang hari? Jika kita dengan tulus ingin me-

ngetahui kewajiban kita, dengan tekad untuk melakukan-


 330

nya, maka kita tidak perlu merasa ragu lagi apakah Allah 

akan membimbing kita atau tidak. 

IV. Ia berseru kepada rahmat Allah yang tidak terbatas, dan menye-

rahkan dirinya pada rahmat itu, tanpa mengaku-ngaku mempu-

nyai jasa apa pun dari dirinya sendiri (ay. 6): “Ingatlah segala 

rahmat-Mu ya TUHAN, dan sebab   segala rahmat-Mu itulah, tun-

tunlah dan ajarlah aku, sebab rahmat-Mu itu sudah ada sejak 

purbakala.”  

1.  “Sejak dahulu kala Engkaulah Allah yang selalu penuh rah-

mat. Itulah nama-Mu, itulah hakikat dan sifat-Mu, untuk me-

nunjukkan rahmat.”  

2.  “Segala rencana dan rancangan rahmat-Mu sudah ada sejak 

dari kekekalan. Bejana-bejana rahmat-Mu, sebelum dunia di-

jadikan, telah dipersiapkan untuk kemuliaan.”  

3.  “Tindakan-tindakan rahmat-Mu kepada jemaat secara umum, 

dan kepadaku secara khusus, sudah ada sejak semula dari 

dahulu kala, dan terus ada sampai sekarang. Semuanya itu di-

mulai dari dulu, dan tidak akan pernah berhenti. Engkau telah 

mengajarku dari waktu aku muda, dan terus mengajarku sam-

pai sekarang.”  

V. Ia secara khusus bersungguh-sungguh meminta pengampunan 

atas segala dosanya (ay. 7): “Dosa-dosaku pada waktu muda ja-

nganlah Kauingat. Tuhan, ingatlah segala rahmat-Mu (ay. 6), yang 

berbicara mendartikel  ng aku, dan jangan ingat dosa-dosaku, yang 

berbicara menentang aku.” Inilah,  

1.  Sebuah pengakuan dosa yang tersirat. Ia berbicara secara 

khusus tentang dosa-dosa masa mudanya. Perhatikanlah, se-

gala kesalahan dan kebodohan kita pada waktu muda memang 

seharusnya menjadi alasan bagi kita untuk bertobat dan me-

rendahkan diri walaupun waktunya sudah lama berselang, ka-

rena waktu sekali-kali tidak akan mengikis kesalahan dosa. 

Orang-orang yang sudah tua haruslah meratapi kegembiraan 

mereka yang penuh dosa dan bersedih atas kesenangan dosa 

yang mereka nikmati pada masa muda mereka. Ia membesar-

besarkan dosa-dosanya, dengan menyebutnya pelanggaran-

pelanggarannya. Semakin kudus, adil, dan baik hartikel  m yang 

Kitab Mazmur 25:8-14 

 331 

 telah dilanggar oleh dosa, semakin berdosalah seharusnya pe-

langgaran kita tampak pada kita.  

2.  Ungkapan permohonan akan belas kasihan,  

(1) Agar ia dibebaskan dari kebersalahannya: “Dosa-dosaku 

pada waktu muda janganlah Kauingat. Maksudnya, jangan-

lah mengingatnya untuk melawan aku, janganlah membe-

berkannya untuk mendakwa aku, dan janganlah mengha-

kimi aku sebab  nya.” saat   Allah mengampuni dosa, Dia 

dikatakan tidak mengingatnya lagi, yang menunjukkan 

penghapusan secara menyeluruh. Dia mengampuni dan 

melupakan. 

(2) Agar ia boleh diterima dalam pandangan Allah: “Ingatlah 

kepadaku, pikirkanlah yang baik-baik untuk aku, dan da-

tanglah pada waktunya untuk menolong aku.” Tidak ada 

lagi yang kita perlu inginkan untuk membuat kita bahagia 

selain supaya Allah mengingat kita dengan kebaikan-Nya. 

Seruannya yaitu  , “sesuai dengan kasih setia-Mu, dan oleh 

sebab   kebaikan-Mu.” Perhatikanlah, kebaikan Tuhanlah 

dan bukan kebaikan kita, rahmat-Nyalah dan bukan jasa 

kita sendiri, yang harus kita serukan untuk mendapatkan 

pengampunan dosa dan semua hal baik yang kita perlu-

kan. Seruan ini harus selalu menjadi pegangan kita, seperti 

orang yang sadar akan kemiskinan dan ketidaklayakannya, 

seperti orang yang dipuaskan oleh kekayaan rahmat dan 

anugerah Allah. 

Kebaikan dan Belas Kasihan Ilahi 

(25:8-14) 

8 TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang 

yang sesat. 9 Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hartikel  m, 

dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. 10 Se-

gala jalan TUHAN yaitu   kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpe-

gang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya. 11 Oleh sebab   

nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu. 12 

Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan 

jalan yang harus dipilihnya. 13 Orang itu sendiri akan menetap dalam keba-

hagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. 14 TUHAN bergaul karib de-

ngan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya 

kepada mereka.  


 332

Janji-janji Allah di sini dipadukan dengan doa-doa Daud. Ada banyak 

permohonan yang kita dapatkan dalam bagian awal mazmur ini, dan 

ada banyak juga yang akan kita dapatkan dalam bagian akhirnya. 

Dan di sini, di tengah-tengah mazmur ini, Daud merenungkan janji-

janji itu, dan dengan iman yang hidup ia menyusu dari buah dada 

penghiburan ini dan dipuaskan olehnya. Sebab janji-janji Allah bu-

kan hanya merupakan dasar terbaik bagi doa, yang memberi tahu 

kita apa yang harus kita doakan dan mendorong iman serta pengha-

rapan kita di dalam doa, melainkan juga sudah merupakan jawaban 

langsung atas doa itu sendiri. Biarlah doa dipanjatkan sesuai dengan 

janji itu, maka barulah janji itu dapat dipahami sebagai jawaban atas 

doa tersebut. Dan kita harus percaya bahwa doa kita didengar, 

sebab   janji itu akan ditepati. Namun, di tengah-tengah janji-janji itu 

kita mendapati satu permohonan yang tampak diucapkan agak tiba-

tiba, dan yang seharusnya ditindaklanjuti (ay. 7). Permohonan itu 

yaitu  , ampunilah kesalahanku (ay. 11). Namun, doa untuk meminta 

pengampunan dosa sekali-kali tidak pernah menyimpang dari pokok 

pembicaraan. Semua perbuatan kita sudah bercampur dengan dosa, 

dan oleh sebab itu doa minta ampun itu seharusnya juga dicampur-

kan dengan ibadah-ibadah kita. Ia menegaskan permohonan ini de-

ngan berseru dua kali. Seruan yang pertama sangat biasa: “Oleh ka-

rena nama-Mu, ampunilah kesalahanku, sebab   Engkau telah menya-

takan nama-Mu sebagai nama yang penuh rahmat dan berbelas 

kasihan, yang menghapus dosa pemberontakan demi kemuliaan-Mu, 

demi janji-Mu, dan demi kepunyaan-Mu” (Yes. 43:25). Tetapi seruan 

yang kedua sangat mengejutkan: “Ampunilah kesalahanku, sebab 

besar kesalahan itu, dan semakin besar kesalahan itu semakin besar-

lah belas kasihan ilahi akan dipermuliakan dalam mengampuninya.” 

yaitu   kemuliaan Allah yang Mahabesar untuk mengampuni dosa-

dosa yang besar, untuk mengampuni kesalahan, pelanggaran, dan 

dosa (Kel. 34:7). “Besar kesalahan itu, dan oleh sebab itu aku akan 

binasa, binasa sampai selama-lamanya, jika belas kasihan yang tiada 

terbatas tidak turut campur untuk mengampuninya. Besar kesalahan 

itu, demikianlah aku melihatnya.” Semakin kita melihat kekejian 

dalam dosa-dosa kita, semakin pantas kita mencari belas kasihan 

Allah. saat   kita mengaku dosa, kita harus menegaskan betapa 

besarnya dosa kita itu. 

Marilah sekarang kita melihat janji-janji yang besar dan berharga 

yang kita miliki dalam ayat-ayat ini. Perhatikanlah, 

Kitab Mazmur 25:8-14 

 333 

I.  Siapa yang memiliki janji-janji ini, dan siapa yang dapat mengha-

rapkan keuntungan darinya. Kita ini semua orang berdosa, jadi 

dapatkah kita berharap mendapatkan keuntungan dari janji-janji 

itu? Ya (ay. 8), Dia akan menunjukkan jalan kepada orang yang 

sesat, meskipun mereka sesat dan berdosa. Sebab Kristus datang 

ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, dan, untuk 

melakukannya, Ia mengajar orang-orang berdosa dan memanggil 

mereka untuk bertobat. Janji-janji ini berlaku pasti bagi orang-

orang yang sekarang menjalankan firman Allah meskipun sebe-

lumnya mereka berdosa dan tersesat. Mereka ini yaitu  , 

1.  Orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-

peringatan-Nya (ay. 10), yang mematuhi perintah-perintah-Nya 

sebagai peraturan bagi mereka, dan yang menggenggam janji-

janji-Nya sebagai bagian mereka. Mereka menerima Allah seba-

gai Allah mereka dan hidup sesuai dengan keputusan itu. Me-

reka menyerahkan diri kepada-Nya sebagai umat-Nya dan 

hidup sesuai dengan keputusan itu. Meskipun sebab   kele-

mahan daging, mereka kadang-kadang melanggar perintah, 

namun, dengan pertobatan yang tulus setiap kali berbuat 

salah dan dengan iman yang tetap kepada Allah sebagai Allah 

mereka, mereka berpegang pada perjanjian itu dan tidak me-

langgarnya.  

2.  Orang yang takut akan Dia (ay. 12, dan lagi ay. 14), yang hor-

mat pada keagungan-Nya dan menyembah-Nya dengan penuh 

rasa hormat, yang berserah pada wewenang-Nya dan mema-

tuhi-Nya dengan senang hati, yang ngeri akan murka-Nya dan 

takut melukai hati-Nya.  

II. Atas dasar apa janji-janji ini diberikan, dan dorongan apa yang 

harus kita bangun darinya. Inilah dua hal yang mengesahkan dan 

meneguhkan semua janji itu:  

1. Kesempurnaan sifat Allah. Kita menghargai janji itu berdasar-

kan sifat Dia yang membuatnya. Oleh sebab itu, kita dapat 

mengandalkan janji-janji Allah itu. Sebab TUHAN itu baik dan 

benar, maka Dia akan berlaku sebaik apa yang difirmankan-

Nya. Dia begitu baik sehingga Dia tidak dapat menipu kita, be-

gitu benar sehingga Dia tidak dapat melanggar janji-Nya. Setia-

lah Dia yang telah berjanji, dan yang juga akan menepatinya. 


 334

Dia telah berbaik hati untuk membuat janji itu, dan sebab   itu 

Dia akan benar dalam menepatinya.  

2.  Kesesuaian antara segala perkataan dan perbuatan-Nya de-

ngan kesempurnaan-kesempurnaan sifat-Nya (ay. 10): Segala 

jalan TUHAN (yang artinya, segala janji dan pemeliharaan-Nya) 

yaitu   kasih setia dan kebenaran. Jalan-jalan-Nya itu, sama 

seperti Dia sendiri, baik dan benar. Semua tindakan Allah 

terhadap umat-Nya dilakukan sesuai dengan kasih setia dari 

tujuan-tujuan-Nya dan kebenaran janji-janji-Nya. Semua yang 

diperbuat-Nya berasal dari kasih, kasih dalam perjanjian. 

Dalam kasih-Nya itu umat-Nya dapat melihat kasih setia-Nya 

ditunjukkan dan firman-Nya digenapi. Sungguh hati orang-

orang benar akan puas dengan limpahnya atas hal ini, se-

hingga apa pun penderitaan-penderitaan yang mereka alami, 

segala jalan TUHAN yaitu   kasih setia dan kebenaran, dan 

semua itu akan tampak kelak saat   mereka sampai pada 

akhir perjalanan mereka. 

III.  Apa janji-janji itu. 

1.  Bahwa Allah akan mengajari dan menuntun mereka dalam 

melaksanakan kewajiban mereka. Hal ini paling ditekankan, 

sebab   ini merupakan jawaban bagi doa-doa Daud (ay. 4-5), 

“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, dan bawalah aku 

berjalan.” Kita harus mengarahkan pikiran-pikiran kita dan 

bertindak dengan iman terutama atas janji-janji yang sesuai 

dengan perkara yang sedang kita hadapi.  

(1) Ia akan menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Mere-

ka telah berdosa, sebab   itu perlu ditunjukkan jalan. 

saat   mereka sadar bahwa mereka sesat, dan ingin ditun-

jukkan jalan, maka Dia akan mengajar mereka jalan pen-

damaian dengan Allah, jalan yang menuju damai hati 

nurani yang dasarnya teguh, dan jalan yang menuju pada 

kehidupan kekal. Dengan Injil-Nya, Dia membuat jalan ini 

diketahui semua orang, dan, dengan Roh-Nya, Dia mem-

buka pengertian dan membimbing orang-orang berdosa 

yang bertobat, yang mencari-cari jalan itu. Iblis membuta-

kan mata orang dan menuntut mereka ke neraka, tetapi 

Allah membuat mata orang terang, menjadikan segala se-

Kitab Mazmur 25:8-14 

 335 

suatu di depan mereka terang benderang, dan dengan 

demikian Dia menuntun mereka ke sorga.  

(2) Ia membimbing orang-orang yang rendah hati. Ia akan 

mengajar orang-orang yang rendah hati, yaitu orang-orang 

yang merasa rendah dalam pandangan mereka sendiri, 

yang tidak percaya pada diri mereka sendiri, yang ingin di-

ajar, dan yang dengan jujur bertekad untuk mengikuti bim-

bingan ilahi. Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini 

mendengar. Mereka ini akan dibimbing-Nya menurut hu-

kum, yakni menurut aturan firman yang tertulis. Dia akan 

membimbing mereka mengenai apa yang mereka harus 

kerjakan, yang berhubungan dengan dosa dan kewajiban, 

sehingga mereka dapat memelihara hati nurani mereka 

agar tetap bersih dari segala pelanggaran. Dan Dia akan 

melakukannya dengan bijaksana (begitu menurut sebagian 

orang), yaitu, Dia akan menyesuaikan tindakan-Nya de-

ngan perkara mereka. Dia akan mengajar orang-orang ber-

dosa dengan hikmat, kelembutan, dan belas kasihan, dan 

sesuai dengan apa yang mampu mereka tanggung. Dia 

akan mengajar mereka jalan-Nya. Semua orang baik pasti 

menjadikan jalan Allah sebagai jalan mereka, dan ingin 

diajar tentang jalan itu. Dan mereka yang melakukannya 

pasti akan diajar dan dibimbing di dalam jalan itu.  

(3) Kepada orang yang takut akan TUHAN, Dia akan menunjuk-

kan jalan yang harus dipilihnya, entah di jalan yang akan 

dipilih oleh Allah atau yang akan dipilih oleh orang baik itu 

sendiri. Semuanya sama saja, sebab orang yang takut akan 

Tuhan pasti memilih hal-hal yang berkenan kepada-Nya. 

Jika kita memilih jalan yang benar, maka Dia yang meng-

arahkan pilihan kita akan membimbing langkah-langkah 

kita, dan akan menuntun kita dalam menjalani jalan yang 

benar itu. Jika kita memilih dengan bijak, maka Allah akan 

memberi kita anugerah untuk berjalan dengan bijak.  

2.  Bahwa Allah akan membuat mereka berbahagia (ay. 13): Orang 

itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan, akan berdiam 

dalam kebaikan (menurut keterangan tambahan). Siapa berse-

rah diri dalam rasa takut akan Tuhan, dan memberi diri untuk 

diajar oleh Allah, dia pasti akan berbahagia, kecuali dia sendiri 

berbuat salah. Jiwa yang dikuduskan oleh anugerah Allah, 


 336

dan terlebih lagi yang dihibur oleh damai sejahtera Allah, 

menetap dalam kebahagiaan. Bahkan saat   tubuh sakit dan 

terbaring dalam penderitaan, jiwa dapat menetap dalam keba-

hagiaan di dalam Allah, dapat kembali kepada-Nya, dan ber-

istirahat di dalam Dia. Ada banyak kejadian membuat kita 

tidak berbahagia, namun ada cartikel  p banyak hal dalam kove-

nan anugerah yang juga dapat mengimbangi semuanya itu dan 

membuat kita berbahagia.  

3. Bahwa Dia akan memberikan kepada mereka dan kepada ke-

turunan mereka segala yang baik sebanyak yang ada di dunia 

ini: anak cucunya akan mewarisi bumi. Hal yang harus kita 

pedulikan berikutnya setelah jiwa kita yaitu   keturunan kita, 

dan Allah menyimpan berkat bagi keturunan orang-orang 

benar. Orang-orang yang takut akan Tuhan akan mewarisi bu-

mi, akan memiliki isinya dan mendapatkan penghiburan dari-

nya, dan keadaan anak cucu mereka akan menjadi lebih baik 

saat mereka telah tiada, oleh sebab   doa-doa mereka itu.  

4. Bahwa Allah akan mengijinkan mereka ke dalam persekutuan 

yang rahasia dengan diri-Nya sendiri (ay. 14): TUHAN bergaul 

karib dengan orang yang takut akan Dia (KJV: rahasia Tuhan 

ada pada orang-orang yang takut akan Dia – pen.). Mereka 

memahami firman-Nya, sebab, barangsiapa mau melakukan 

kehendak-Nya, ia akan tahu entah suatu ajaran berasal dari 

Allah atau bukan (Yoh. 7:17). Siapa menerima kebenaran 

sebab   rasa cinta kepadanya, dan mengalami kuasanya, dia-

lah yang paling memahami rahasia-rahasianya. Mereka me-

ngetahui dengan lebih baik daripada orang lain arti dari peme-

liharaan-Nya dan apa yang sedang diperbuat Allah terhadap 

mereka. Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham 

apa yang hendak Kulakukan ini? (Kej. 18:17). Dia tidak menye-

but mereka hamba, melainkan sahabat, seperti Dia menyebut 

Abraham. Dari pengalaman, mereka mengetahui berkat-berkat 

perjanjian dan kegembiraan persekutuan yang dimiliki jiwa-

jiwa yang penuh rahmat dengan Bapa dan dengan Anak-Nya 

Yesus Kristus. Kehormatan ini dimiliki oleh semua orang 

kudus-Nya. 

Kitab Mazmur 25:15-22 

 337 

Janji-janji yang Berharga; Permohonan-permohonan 

(25:15-22) 

15 Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari 

jaring. 16 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang 

kara dan tertindas. 17 Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku 

dari kesulitanku! 18 Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah 

segala dosaku. 19 Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana me-

reka membenci aku dengan sangat mendalam. 20 Jagalah kiranya jiwaku dan 

lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-

Mu. 21 Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-

nantikan Engkau. 22 Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesak-

annya.  

Daud, terdorong oleh janji-janji yang telah direnungkannya, di sini 

memperbaharui permohonannya kepada Allah, dan menutup maz-

mur ini, sama seperti dia memulainya, dengan pengakuan-pengaku-

an akan kebergantungannya kepada Allah dan kerinduannya akan 

Dia.  

I.   Ia membeberkan kepada Allah bencana yang sedang menimpanya. 

Kakinya ada di dalam jaring, terjerat dan terkait, sehingga ia tidak 

bisa melepaskan diri dari kesulitan-kesulitannya (ay. 15). Ia seba-

tang kara dan tertindas (ay. 16). yaitu   biasa bagi orang-orang 

yang tertindas untuk hidup sebatang kara, teman-teman mereka 

meninggalkan mereka, dan mereka lebih suka menyendiri dan 

berdiam diri (Rat. 3:28). Daud menyebut dirinya sebatang kara 

dan seorang diri sebab   dia tidak bergantung pada hamba-hamba 

dan pra