Mazmur-1-50 6

Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 6. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Juli 2025

Mazmur-1-50 6


 


ang sudah teruji, dan mencari perlindungan di dalam Dia. 

I. Dia mengungkapkan ketulusannya di hadapan Allah (ay. 1-4).  

II. Dia berdoa memohonkan Allah untuk tetap menyokongnya di 

dalam ketulusannya dan menjaganya dari kejahatan para 

musuhnya (ay. 5-8, 13).   

III. Dia menggambarkan watak para musuhnya dan memakai-

nya sebagai dasar permohonannya supaya dilindungi oleh 

Allah (ay. 9-12, 14).  

IV. Dia menghibur dirinya dengan kebahagiaan yang akan diper-

olehnya nanti (ay. 15).  

Berkaitan dengan ini, sebagian orang menganggapnya sebagai pe-

lambang dari Kristus yang benar-benar tidak bersalah, tetapi masih 

juga dibenci dan dianiaya. Dan seperti halnya Daud, Ia pun menye-

rahkan diri dan perkara-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan 

adil.  

Doa yang Tulus dan Mendesak-desak 

(17:1-7) 

1 Doa Daud. Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seru-

anku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. 2 Dari pada-

Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang 

benar. 3 Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan 

menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mu-

lutku tidak terlanjur. 4 Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan firman 

yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan orang-orang 


 212

yang melakukan kekerasan; 5 langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku 

tidak goyang. 6 Aku berseru kepada-Mu, sebab   Engkau menjawab aku, ya 

Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku. 7 

Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan 

orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak. 

Mazmur ini yaitu   sebuah doa. Sebagaimana ada masa untuk mena-

ngis dan masa untuk bersuka, begitu pula ada saat untuk memuji 

dan ada saat untuk berdoa. Sekarang Daud sedang dikejar-kejar, 

mungkin oleh Saul yang memburunya seperti ayam hutan di pegu-

nungan. Di luar diri terjadi pertempuran, sementara di dalam ada 

banyak kegentaran, dan kedua hal itu mendesak dia untuk memohon 

pada takhta belas kasihan. Dalam ayat-ayat di atas, dia mencurah-

kan isi hatinya kepada Allah dengan cara berseru (Dengarkanlah, 

TUHAN! Biarlah perkaraku yang benar mendapat perhatian di depan 

pengadilan-Mu, dan adililah perkara itu) dan juga dengan memohon 

(berilah telinga akan doaku (ay. 1), dan lagi (ay. 6) sendengkanlah teli-

nga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku). Ini tidak berarti bah-

wa Allah harus didesak-desak sedemikian rupa dengan sikap keras 

kita, tetapi Dia mengizinkan kita untuk mengungkapkan kerinduan 

mendalam untuk mendapatkan jawaban-Nya yang penuh rahmat ter-

hadap doa kita. Inilah hal-hal yang diminta Daud untuk didengarkan 

Allah, yaitu, 

1.  Bahwa dia tulus dan tidak berpura-pura di hadapan Allah. Doa-

nya keluar dari bibir yang tidak menipu. Dia bersungguh-sungguh 

dengan ucapannya, dan perasaan di dalam benaknya selaras de-

ngan perkataan yang keluar dari mulutnya. Doa yang pura-pura 

itu sia-sia saja. Sebaliknya, jika doa-doa kita dipanjatkan dengan 

hati tulus, maka Allah akan berkenan dan menjawabnya.  

2.  Bahwa dia sudah sering berdoa pada waktu-waktu yang lain, dan 

kini yang pertama-tama mendorongnya untuk menjalankan kewa-

jiban doa itu bukanlah semata-mata sebab   kesusahan yang ia 

rasakan ataupun bahaya yang sedang mengincarnya: “Aku ber-

seru kepada-Mu sebelumnya (ay. 6). sebab   itu ya Tuhan, dengar-

kanlah aku kini.” Merupakan suatu penghiburan bagi kita bahwa 

saat kesukaran datang, kesukaran itu menemukan doa yang su-

dah terjawab sebelumnya, supaya dengan begitu kita boleh lebih 

berani lagi untuk menghampiri takhta anugerah. Para pedagang 

pun selalu bersedia menyenangkan orang-orang yang sudah sejak 

lama menjadi pelanggan setia mereka. 

 Kitab Mazmur 17:1-7 

 213 

3.  Bahwa dia didorong oleh imannya untuk mengharapkan Allah 

akan memperhatikan doanya itu: “Aku tahu bahwa Engkau menja-

wab aku, dan sebab   itu ya Allah, sendengkanlah telinga-Mu kepa-

daku.” Ketergantungan kita kepada Allah melalui iman merupa-

kan dasar yang baik untuk menguatkan kerinduan kita terhadap-

Nya.  

Kini, marilah kita lihat,  

I.  Apa yang menjadi seruannya.  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Di pengadilan macam apakah Daud berbulat hati membawa 

permintaannya itu: pengadilan sorgawi. “Tuhan, dengarkanlah 

kebenaran ini, sebab Saul begitu kejam dan penuh prasangka 

sampai-sampai ia tidaklah sudi mendengarkannya. Tuhan, 

dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman (ay. 2). Manusia 

menghakimiku untuk diburu dan dibinasakan sebagai orang 

jahat. Tuhan, aku meminta perlindungan-Mu dari tangan me-

reka.” Kalimat itu pernah dia ucapkan sewaktu menegur Saul 

di hadapan orang banyak (1Sam. 24:13, TUHAN kiranya men-

jadi hakim di antara aku dan engkau), dan kini ia mengulangi-

nya lagi dalam saat teduh pribadinya. 

Perhatikanlah:  

(1) Keadilan dan jangkauan pemerintahan dan penghakiman 

Allah merupakan dartikel  ngan yang kuat bagi orang-orang 

tidak berdosa yang tertindas. Jika nama baik kita dirusak 

dan diselewengkan serta dicemarkan oleh orang jahat, kita 

bisa mendapat penghiburan sebab   masih bisa berlari ke 

hadapan Allah yang adil, yang akan memihak kita, yang 

menjadi pelindung orang-orang yang tertindas, yang peng-

hakimannya sesuai dengan kebenaran. Oleh penyelidikan 

kebenaran itu, setiap orang dan setiap perkara akan mun-

cul di dalam terang, dan ditelanjangi dari segenap kepalsu-

an. Oleh kebenaran itu juga keputusan dijatuhkan, dan na-

sib orang jahat akan dibalikkan, dan setiap orang menda-

pat imbalan berdasarkan apa yang telah mereka perbuat.  

(2) Ketulusan tidaklah merasa gentar terhadap pemeriksaan, 

tidak, bahkan oleh Allah sendiri, sebab   ini sesuai dengan 


 214

syarat-syarat kovenan anugerah: Mata-Mu kiranya melihat 

apa yang benar. Sifat Allah yang mahatahu merupakan 

sukacita bagi orang benar, sekaligus juga kengerian bagi 

orang munafik. Teristimewa, kemahatahuan-Nya itu men-

datangkan penghiburan bagi orang-orang yang telah difit-

nah dan diperlakukan dengan tidak adil.  

2.  Bukti yang dipakai Daud untuk menguatkan permintaannya, 

yaitu segala pencobaan yang telah diizinkan Allah untuk me-

nimpanya (ay. 3): Engkau menguji hatiku. sebab   itulah, peng-

hakiman Allah itu benar, sebab Dia selalu bertindak sesuai 

dengan apa yang Ia ketahui. Itulah sebabnya penghakiman-

Nya itu jauh lebih pasti dan terjamin kebenarannya dibanding-

kan usaha manusia, seberapa pun dekatnya ia meninjau dan 

betapa telitinya ia memeriksa.  

(1) Dia tahu bahwa Allah telah menyelidikinya,  

[1] Melalui hati nurani, yang merupakan perwakilan Allah 

di dalam jiwa. Roh manusia yaitu   cahaya lilin Tuhan, 

dan dengan itulah Allah menyelidiki dan memeriksanya 

pada waktu malam, saat dia merenung di dalam hatinya 

sendiri di atas tempat tidurnya. Daud telah memeriksa 

dirinya dan meninjau tindakan-tindakan yang telah ia 

lakukan di dalam hidupnya, untuk menemukan apa 

yang salah, tetapi tidak mendapati apa pun seperti yang 

dituduhkan para musuhnya.  

[2] Melalui pemeliharaan Allah. Allah telah mengujinya me-

lalui kesempatan emas yang dia miliki berulang kali un-

tuk membunuh Saul. Allah telah mengujinya melalui 

kejahatan Saul, pengkhianatan teman-temannya, dan 

banyak lagi hasutan yang dia terima. Jadi, jika benar 

bahwa ia seperti yang mereka tuduhkan ke atasnya, 

pastilah hal itu sudah nyata terlihat. Akan tetapi, mela-

lui semua pencobaan itu, tidak ada satu pun kesalahan 

yang dapat ditemukan di dalam dia, sehingga semua 

yang dituduhkan para musuhnya itu sama sekali tidak 

terbukti.  

(2) Allah menyelidiki hatinya dan dapat bersaksi mengenai 

kejujuran hatinya itu. Akan tetapi, untuk membuktikannya 

 Kitab Mazmur 17:1-7 

 215 

lebih lanjut, Daud memperhatikan dua hal yang dicamkan 

oleh hati nuraninya: 

[1] “Bahwa dia telah bertekad untuk menjauhkan diri dari 

segenap dosa yang dapat ditimbulkan oleh lidah: “Aku 

telah berbulat hati dan bertekad di dalam kekuatan 

anugerah Allah, bahwa mulutku tidak terlanjur.” Dia 

tidak berkata, “Kuharap mulutku tidak begitu,” atau 

“Semoga saja mulutku tidak begitu,” melainkan, “Aku 

telah bertekad bahwa mulutku tidak akan demikian.” 

Dengan kekang ini Dia menahan mulutnya (39:2). Per-

hatikanlah, tekad yang bulat dan kewaspadaan terha-

dap dosa lidah akan menjadi bukti yang kuat mengenai 

ketulusan hati kita. Barangsiapa tidak bersalah dalam 

perkataannya, ia yaitu   orang sempurna (Yak. 3:2). Dia 

tidak berkata, “Mulutku tidak akan pernah terlanjur” 

(sebab dalam banyak hal kita berbuat salah), tetapi, 

“Aku telah bertekad bahwa mulutku tidak akan begitu.” 

Dan Dia yang menyelidiki hati mengetahui apakah tu-

juan itu tulus atau tidak.  

[2] Bahwa dia telah sangat berhati-hati dalam menahan di-

rinya untuk tidak berbuat dosa, sebagaimana dia juga 

telah berhati-hati untuk tidak mengeluarkan kata-kata 

yang berdosa (ay. 4): “Tentang perbuatan manusia, peri-

laku dan perkara mengenai hidup manusia, dengan pe-

tunjuk dari firman-Mu, aku telah menjaga diriku ter-

hadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan.” 

Sebagian orang mengartikannya secara khusus, yaitu 

bahwa dia telah memilih untuk tidak mencelakakan 

Saul saat dia memiliki kesempatan untuk melakukan-

nya, dan juga tidak membiarkan orang lain melakukan 

itu, melainkan berkata kepada Abisai, “Jangan musnah-

kan dia” (1Sam. 26:9). Akan tetapi, perkataannya itu 

dapat diartikan secara lebih umum: Dia telah menahan 

diri dari segala perbuatan jahat dan juga berusaha un-

tuk mencegah orang lain berbuat begitu, sesuai dengan 

kewajiban dan kedudukannya. 


 216

Perhatikanlah:  

Pertama, jalan dosa merupakan jalur milik si pem-

binasa, milik Iblis, yang namanya yaitu   Abaddon dan 

Apollyon, si pemusnah, yang menghancurkan jiwa dengan 

menjebaknya ke dalam jalan yang berlumuran dosa.  

Kedua, kita semua harus berhati-hati dan menjaga 

diri dari jalan si pembinasa itu, sebab, jika kita berjalan 

di jalan yang membawa kepada kebinasaan, maka salah 

kita sendiri jika kita akhirnya mendapatkan kebinasaan 

dan kesengsaraan.  

Ketiga, dengan firman Allah-lah, yang menjadi pem-

bimbing dan pengatur kita, kita harus menjauhkan diri 

dari jalan si pembinasa, yaitu dengan menaati segenap 

petunjuk dan larangan yang dikatakan firman-Nya itu 

(Mzm. 119:9).  

Keempat, jika kita menghindari semua jalan dosa 

dengan penuh kehati-hatian, maka saat   ada di dalam 

kesukaran, kita akan dihiburkan pada saat merenung-

kan kembali semua itu. Jika kita memeliharakan diri 

dan si jahat tidak dapat menjamah kita dengan godaan-

godaannya (1Yoh. 5:18), maka kita juga boleh berharap 

bahwa dia tidak akan dapat menjamah kita dengan an-

caman-ancamannya.  

II. Apa yang menjadi permohonan Daud. Singkatnya, ia ingin meng-

alami pekerjaan baik Allah di dalam dirinya, sebagai bukti bahwa 

dia memenuhi syarat untuk mendapatkan kehendak Allah bagi 

dirinya: Inilah anugerah dan damai sejahtera dari Allah Bapa.  

1.  Dia berdoa bagi pekerjaan anugerah Allah di dalam dirinya (ay. 

5): “Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu. Tuhan, dengan anu-

gerah-Mu aku telah menjauhkan diri dari jalan si pembinasa. 

Biarlah aku tidak hanya menahan diri dari perbuatan jahat, 

tetapi juga giatkanlah aku untuk selalu berbuat baik. Biarlah 

langkahku tetap mengikuti jejak-Mu supaya aku tidak pernah 

berpaling atau menyimpang darinya. Biarlah langkahku tetap 

mengikuti jejak-Mu, supaya aku tidak tersandung dan terpero-

sok ke dalam dosa, supaya aku tidak menyepelekan dan meng-

abaikan kewajibanku. Tuhan, sebagaimana Engkau telah men-

 Kitab Mazmur 17:1-7 

 217 

jagaku selama ini, biarlah Engkau juga tetap menguatkan aku 

seperti itu.” Siapa yang melalui anugerah telah mengikuti jalan 

Allah, ia masih perlu berdoa dan terus berdoa supaya langkah-

nya tetap mengikuti jalan itu, sebab kita tidak bisa bertahan 

lebih lama jika Allah tidak lagi berkenan menjaga kita. Kita 

juga tidak bisa berjalan lebih jauh jika Allah tidak lagi ber-

kenan memimpin, menyokong dan menggendong kita. Daud 

telah dipelihara dalam menjalankan tugasnya selama ini, te-

tapi dia tidak lantas berpikir bahwa masa depannya akan 

terus aman seperti itu. sebab   itulah, ia pun berdoa, “Tuhan, 

tetaplah mendartikel  ngku.” Siapa ingin terus maju dan kuat di 

jalan Allah, melalui iman dan doa, harus setiap hari membe-

kali diri dengan persediaan anugerah dan kekuatan dari Dia. 

Daud merasa bahwa jalannya licin, bahwa dirinya itu lemah 

dan tidak setangguh dan sekuat yang seharusnya, bahwa ada 

pihak yang mengintai kelemahannya dengan maksud untuk 

menggencarkan serangan mereka terhadapnya. sebab   itulah, 

dia pun berdoa, “Tuhan, teguhkanlah aku sehingga kakiku 

tidak tergelincir, supaya aku tidak pernah berkata atau ber-

buat apa pun yang tidak jujur atau tidak adil terhadap Engkau 

dan terhadap pemeliharaan serta janji-Mu.”   

2. Dia berdoa supaya diberi tanda bahwa Allah berkenan kepada-

nya (ay. 7).  

Perhatikanlah di sini:  

(1) Bagaimana dia memandang Allah sebagai pelindung dan 

juruselamat bagi umat-Nya, sehingga ia pun berseru kepa-

da-Nya dan memperoleh dorongan semangat di dalam doa-

nya: Ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang (melalui 

kuasa-Mu sendiri dan tidak perlu bantuan dari pihak lain) 

yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberon-

tak. Mempercayai Allah merupakan sifat yang dimiliki oleh 

umat-Nya. Dia berkenan menjadikan mereka sebagai 

orang-orang kepercayaan-Nya, sebab rahasia-Nya dibuka-

kan kepada orang-orang benar, dan mereka pun menjadi-

kan Dia kepercayaan mereka, sebab mereka mempercaya-

kan diri kepada-Nya. Orang-orang yang percaya kepada 

Allah memiliki banyak musuh, banyak orang bangkit mela-

wan mereka dan berusaha membinasakan mereka. Tetapi 


 218

mereka memiliki seorang sahabat yang sanggup berurusan 

dengan semua musuh mereka itu. Dan, jika Dia di pihak 

mereka, siapa pun itu yang melawan tidak menjadi masa-

lah. Menjadi Juruselamat mereka dianggap-Nya sebagai 

sebuah kehormatan. Kuasa-Nya yang dahsyat bekerja un-

tuk mereka, dan mereka selalu mendapati-Nya siap sedia 

untuk menyelamatkan mereka. Di tempat lain kita mem-

baca, ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang yang 

berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak. 

Orang-orang yang memusuhi para orang kudus yaitu   

pemberontak yang melawan Allah dan tangan kanan-Nya, 

dan sebab   itu, tidak diragukan lagi, Dia akan tampil mela-

wan mereka pada saatnya nanti.  

(2) Apa yang ia kehendaki dan ia nanti-nantikan dari Allah: 

Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib. Kata itu memiliki 

makna,  

[1] Kebaikan yang luar biasa. “Berikanlah kasih setia-Mu 

kepadaku. Jangan menahan belas kasihan-Mu dariku, 

melainkan bermurah hatilah kepadaku, seperti yang se-

lalu Engkau perbuat kepada orang-orang yang mengasihi 

nama-Mu.”  

[2] Kebaikan yang mengagumkan. “Oh, biarlah kasih setia-

Mu dikagumi! Tuhan, saksikan kebaikan-Mu terhadap-

ku sedemikian rupa sehingga aku dan semua orang lain 

terkagum-kagum dibuatnya.” Kasih setia Allah begitu 

ajaib di dalam kelimpahan dan kepenuhannya. Dalam 

beberapa perkara, kasih setia Allah itu tampil dengan 

cara yang istimewa dan ajaib (118:23), dan pastinya 

akan begitu pula di dalam keselamatan para orang 

kudus, saat   Kristus datang untuk dipermuliakan di 

dalam diri orang-orang kudus dan dikagumi di dalam diri 

semua orang yang percaya.  

Doa Meminta Belas Kasihan untuk Melindungi; 

Sifat Para Musuh Daud 

(17:8-15) 

8 Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan 

sayap-Mu 9 terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap mu-

 Kitab Mazmur 17:8-15 

 219 

suh nyawaku yang mengepung aku. 10 Mereka tidak menunjukkan belas 

kasihan, mereka membual; 11 mereka mengikuti langkah-langkahku, mereka

sekarang mengerumuni aku, mata mereka diarahkan untuk menghempaskan 

aku ke bumi. 12 Rupa mereka seperti singa, yang bernafsu untuk menerkam, 

seperti singa muda, yang mengendap di tempat yang tersembunyi.13 Bangun-

lah, TUHAN, hadapilah mereka, rebahkanlah mereka, luputkanlah aku de-

ngan pedang-Mu dari pada orang fasik.14 Luputkanlah aku, ya TUHAN, de-

ngan tangan-Mu, dari orang-orang dunia ini yang bagiannya yaitu   dalam 

hidup ini; biarlah perut mereka dikenyangkan dengan apa yang Engkau sim-

pan, sehingga anak-anak mereka menjadi puas, dan sisanya mereka tinggal-

kan untuk bayi-bayi mereka. 15 Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupan-

dang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan 

rupa-Mu. 

Dalam ayat-ayat di atas kita dapat memperhatikan,  

I.  Apa yang didoakan Daud. Setelah dikepung para musuh yang 

mengincar nyawanya, dia pun berdoa kepada Allah untuk melu-

putkannya dari segenap usaha mereka terhadapnya dan meng-

hantarkannya ke takhta yang telah dipersiapkan baginya. Doa ini 

merupakan nubuat mengenai dipeliharanya Kristus dalam mele-

wati segenap kesukaran di dalam keadaan-Nya yang hina menuju 

ke dalam keadaan-Nya yang mulia dan penuh sukacita. Doa ini 

juga menggambarkan pola bagi orang-orang Kristen untuk menye-

rahkan pemeliharaan jiwa mereka kepada Allah, mempercayai-

Nya untuk menyelamatkan mereka, sehingga mereka masuk ke 

dalam Kerajaan-Nya di sorga. Dia berdoa,  

1. Supaya dirinya sendiri dilindungi (ay.8): “Jagalah aku, lin-

dungilah aku di dekat-Mu, di mana aku tidak akan bisa dite-

mukan atau didekati oleh mereka. Selamatkanlah jiwaku, ja-

ngan hanya selamatkan hidupku yang fana ini dari kematian, 

tetapi juga selamatkan rohku yang kekal ini dari segala dosa.” 

Orang-orang yang menempatkan diri di dalam perlindungan 

Allah dapat meminta keuntungan di dalamnya dengan iman.  

(1)  Dia berdoa supaya Allah menjaganya, 

[1] Dengan segenap kehati-hatian seperti orang yang men-

jaga biji matanya, yang secara naluriah terjaga secara 

ajaib dan yang mendorong kita untuk menjaganya. Jika 

kita mematuhi perintah Allah sebagai biji mata kita 

(Ams. 7:2), kita dapat berharap bahwa Allah juga akan 

menjagai kita sedemikian rupa. Sebab, mengenai umat-


 220

Nya dikatakan bahwa siapa yang menjamah mereka, 

berarti menjamah biji mata-Nya (Za. 2:8).  

[2] Dengan segenap kelembutan seperti induk ayam yang 

mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya. Kris-

tus juga menggunakan perumpamaan ini (Mat. 23:37). 

“Sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, tempat 

di mana aku merasa aman dan hangat.” Atau, mungkin 

juga hal itu menggambarkan sayap kerubim yang me-

naungi tutup pendamaian: “Biarlah aku dibawa di ba-

wah perlindungan anugerah yang mulia itu, yang hanya 

dimiliki oleh Allah Israel.” Apa yang didoakan Daud di 

sini digenapkan bagi Anak Daud, Tuhan kita Yesus, 

yang tentang-Nya dikatakan (Yes. 49:2) bahwa Allah me-

nyembunyikan Dia di dalam naungan tangan-Nya, me-

nyembunyikan-Nya seperti anak panah yang runcing 

dalam tabung panah-Nya. 

(2) Daud kemudian berdoa lagi, “Tuhan, jagailah aku dari yang 

jahat, dari orang-orang di dunia ini,”  

[1] “Sehingga aku tidak menjadi seperti mereka dan ber-

buat seperti yang mereka lakukan, tidak sepakat de-

ngan nasihat mereka dan berdiri di jalan mereka, dan 

tidak ikut menikmati makanan mereka.”  

[2] “Sehingga aku tidak dihancurkan dan ditindas oleh me-

reka. Kiranya mereka tidak pernah berhasil melawanku. 

Jangan biarkan mereka bersorak-sorai atasku.”  

2.  Supaya semua rencana musuhnya untuk menjerumuskan dia 

ke dalam dosa atau kesukaran bisa dilumpuhkan (ay. 13): 

“Bangunlah, TUHAN! Tampillah bagiku, kecewakan dan han-

curkanlah dia dengan kegagalan di depan mata kepalanya sen-

diri.” saat   Saul memburu Daud, betapa seringnya dia mele-

set, bahkan pada saat dia merasa yakin akan dapat menang-

kapnya! Dan betapa kecewanya para musuh Kristus sebab   

kebangkitan-Nya, padahal mereka begitu yakin sudah menang 

saat telah berhasil membunuh-Nya!   

II.  Apa yang ia ungkapkan untuk menguatkan imannya di dalam 

permohonan-permohonan ini, dan juga dalam pengharapannya 

 Kitab Mazmur 17:8-15 

 221 

untuk cepat-cepat diluputkan dari bahaya. Dia mengungkapkan 

tentang,  

1.  Kekejian dan kejahatan para musuhnya: “Mereka begitu keji 

sampai-sampai tidak mungkin dihadapi seorang diri. Jika saja 

aku tidak diselamatkan melalui pertolongan Allah yang isti-

mewa, aku pastilah sudah hancur. Tuhan, lihatlah betapa ja-

hatnya orang-orang yang menindas, menyiksa, dan mengejar-

ngejar aku itu.”   

(1) “Mereka begitu kejam dan mendendam. Mereka yaitu   mu-

suh nyawaku, yang haus akan darahku, darah jantungku–

musuh bagi jiwa,” begitulah arti kata itu. Musuh-musuh 

Daud berusaha sedapat mungkin untuk menjerumuskan-

nya ke dalam dosa dan supaya dia berpaling dari Allah. Me-

reka menyuruhnya untuk pergi dan beribadah kepada allah 

lain (1Sam. 26:19). sebab   itulah, Daud memiliki alasan 

untuk berdoa melawan mereka. Perhatikanlah, musuh-mu-

suh bagi jiwa kita merupakan musuh yang paling berbaha-

ya, dan kita tidak boleh lengah dalam menghadapi mereka.  

(2) “Mereka sangat kuat dan tidak bermoral, kasar dan som-

bong (ay. 10): Mereka tidak menunjukkan belas kasihan. 

Mereka membungkus dan memagari diri dengan kehormat-

an, kuasa dan harta mereka sendiri, lalu memandang en-

teng Allah dan menantang penghakiman-Nya (73:7; Ayb. 

15:27). Mereka berpesta-pora dalam kesenangan dan men-

janjikan diri mereka sendiri bahwa esok hari akan sama se-

perti hari itu. sebab   itulah mereka membual dengan mu-

lut mereka, membangga-banggakan diri sendiri, menghujat 

Allah dan menginjak-injak umat-Nya, serta menghina me-

reka (Why. 13:5-6). “Tuhan, bukankah orang-orang seperti 

itu layak untuk dipermalukan dan direndahkan, serta di-

ajari supaya tahu diri? Bukankah itu semua demi kemulia-

an-Mu semata, jika Engkau memandang orang-orang yang 

sombong itu dan merendahkan mereka?”  

(3) “Mereka tidak mau berhenti dan tidak kenal lelah dalam 

melawanku: Mereka mengepung aku (ay. 9). Kini mereka 

telah berada di atas angin. Mereka telah mengelilingi kami, 

mereka telah mengepung setiap langkah kami dan me-

nguntit ke mana pun kami pergi. Mereka mengikuti kami 


 222

begitu dekat, seperti anjing pemburu yang mengikuti 

mangsanya, dan mengambil keuntungan dari kami, sebab 

mereka lebih banyak dan lebih cekatan untuk kami lawan. 

Akan tetapi mereka berpura-pura tidak melihat, dan mata 

mereka menunduk ke tanah seolah-olah mereka sedang 

merenung, berdiam diri sambil memikirkan hal lain”; atau 

(seperti yang dipikirkan beberapa orang), “Mereka begitu 

siaga dan awas dalam mengarahkan kejahatan mereka ke-

pada kita. Mereka membidik dengan jitu dan tidak sudi 

membuang satu kesempatan pun dalam menjalankan ren-

cana mereka.”  

(4) “Pemimpin mereka (yaitu Saul) begitu haus darah dan keji 

dalam mengatur dan merencanakan siasatnya (ay. 12), se-

perti singa yang bertahan hidup dengan memangsa korban-

nya dan selalu siap menerkam.” Bagi orang jahat, berbuat 

keji bagaikan makanan dan minuman saja, sebagaimana 

berbuat baik menjadi makanan dan minuman bagi orang 

baik. Dia seperti singa muda yang mengendap di tempat 

yang tersembunyi, menyamarkan rancangan-rancangan ke-

jinya. Ungkapan itu begitu tepat ditujukan bagi Saul, yang 

terus memburu Daud di gunung batu Kambing Hutan 

(1Sam. 24:3) dan di padang gurun Zif (26:2), di mana singa-

singa biasanya mengendap-endap untuk menerkam mang-

sa mereka.  

2. Kuasa Allah mengatasi mereka, untuk mengendalikan dan me-

nahan mereka. Dia berujar,  

(1) “Tuhan, mereka itu yaitu   pedang-Mu. Masakan seorang 

ayah tega melihat pedangnya sendiri dipakai untuk me-

nyiksa anak-anaknya?” Inilah alasan mengapa kita harus 

menanggung siksaan dari manusia dengan sabar, sebab 

mereka hanyalah alat yang diizinkan untuk menimpakan 

kesukaran (yang sebenarnya berasal dari Allah, yang kepa-

da kehendak-Nya kita harus tunduk). Dengan begitu kita 

dapat dihiburkan dengan pengharapan bahwa murka mere-

ka akan mendatangkan pujian bagi Allah dan sisanya akan 

Dia tahan. Mereka itu hanyalah pedang Allah yang dapat Ia 

pakai sesuka hati-Nya, yang tidak akan mampu bergerak 

 Kitab Mazmur 17:8-15 

 223 

tanpa-Nya dan akan Ia sarungkan kembali saat Ia telah se-

lesai melakukan pekerjaan-Nya dengan pedang itu.   

(2) “Mereka yaitu   tangan-Mu, yang dengannya Engkau men-

didik umat-Mu dan membiarkan mereka merasakan keti-

daksenangan-Mu.” Daud mengharapkan keselamatan dari 

tangan Allah, sebab dari tangan Allah pulalah kesukaran 

itu datang. Una eademque manus vulnus opemque tulit – 

Tangan yang sama melukai dan menyembuhkan. Tidak ada 

cara untuk melarikan diri dari tangan Allah kecuali berlari 

kepada-Nya. Saat kita merasa gentar terhadap kekuasaan 

manusia, maka kita akan merasa terhibur saat   kita meli-

hat kekuasaan manusia itu bergantung dan tunduk pada 

kuasa Allah (Yes. 10:6-7, 15). 

3. Kemakmuran lahiriah mereka (ay. 14): Tuhan, tampillah mela-

wan mereka, sebab, 

(1) “Mereka benar-benar mengabdi kepada dunia ini. Mereka 

tidak lagi peduli terhadap Engkau dan kebaikan-Mu. Mere-

ka yaitu   orang-orang dunia ini, digerakkan oleh roh dunia 

ini. Mereka berjalan seturut dengan aliran dunia ini, cinta 

akan harta dan kesenangan dunia, dan bernafsu mengejar 

semuanya itu (dan hidup hanya untuk itu). Mereka senang 

menikmati semuanya itu, dan menjadikannya sebagai ke-

bahagiaan mereka. Bagian mereka yaitu   dalam hidup ini. 

Mereka menganggap hal-hal baik di dunia ini sebagai yang 

terbaik dan cartikel  p untuk membahagiakan mereka, dan 

mereka pun memilih semuanya itu. Mereka menempatkan 

sukacita mereka di dalamnya, dan menjadikannya sebagai 

tujuan utama mereka. Mereka berpuas di dalam semua itu 

dan jiwa mereka pun merasa nyaman sebab  nya. Mereka 

tidak mencari yang lebih dari itu, juga tidak peduli menge-

nai kehidupan yang lain. Hal-hal duniawi itu merupakan 

penghiburan mereka (Luk. 6:24), segala yang baik bagi 

mereka (Luk. 16:25), upah mereka (Mat. 6:5), uang yang 

telah disepakati (Mat. 20:13). Kini, Tuhan, akankah orang-

orang dengan perangai seperti itu didartikel  ng dan dibiarkan 

melawan orang-orang yang menghormati Engkau, yang 

lebih memilih perkenan-Mu dibandingkan segala kekayaan 

dunia ini dan menjadikan-Mu bagian mereka?” (16:5).  


 224

(2)  Mereka memiliki kelimpahan dunia ini.  

[1]  Mereka memiliki nafsu yang amat besar dan perlu 

terus-menerus dipuaskan: Perut mereka dikenyangkan 

dengan apa yang Engkau simpan. Perkara-perkara du-

niawi disebut sebagai harta, sebab demikianlah mereka 

dipandang orang. Namun, bagi jiwa, dalam perbanding-

an dengan berkat-berkat yang kekal, perkara-perkara 

itu hanyalah sampah. Perkara-perkara itu tersembunyi 

dalam beberapa bagian penciptaan dan tersembunyi 

untuk dipakai sesuai dengan kehendak Allah Sang Pe-

melihara. Mereka merupakan harta Allah yang tersem-

bunyi, sebab bumi dengan segala kepenuhannya ini me-

rupakan milik-Nya, sekalipun orang-orang dunia sering 

kali melupakan itu dan menganggap semuanya yaitu   

milik mereka sendiri. Perut orang yang setiap hari ma-

kan dengan nikmatnya dikenyangkan dengan harta ter-

sembunyi itu, dan hanya itu saja yang mereka dapat, 

yaitu perut yang kenyang (1Kor. 6:13). Akan tetapi, jiwa 

mereka tidak akan dipuaskan, sebab hal-hal itu bukan-

lah makanan bagi jiwa dan tidak bisa memuaskannya 

(Yes. 55:2). Semuanya itu hanyalah sekam, abu, dan 

angin. Meski begitu, kebanyakan manusia menelannya 

begitu saja, sebab yang mereka pentingkan hanyalah 

perut mereka, bukannya jiwa mereka. 

[2] Mereka memiliki keluarga besar dan banyak harta un-

tuk ditinggalkan bagi mereka: Anak-anaknya menjadi 

kenyang, tetapi ladang mereka tidaklah melimpah ruah. 

Mereka memang punya cartikel  p banyak bagi diri mereka 

sendiri, dan sisanya mereka tinggalkan untuk bayi-bayi 

mereka, untuk cucu-cucu mereka. Dan itulah sorga me-

reka, kebahagiaan mereka, segala yang mereka punya. 

“Tuhan,” kata Daud, “luputkanlah aku dari mereka. 

Biarlah aku tidak mendapat bagian bersama-sama de-

ngan mereka. Luputkanlah aku dari rancangan yang 

mereka buat untuk melawanku, sebab oleh sebab   me-

reka memiliki banyak harta dan kekuasaan, tidak 

mungkin bagiku untuk menghadapi mereka, kecuali 

jika Tuhan ada di pihakku.”   

 Kitab Mazmur 17:8-15 

 225 

4.  Dia mengungkapkan kebergantungannya sendiri kepada Allah 

sebagai bagian dan kebahagiaannya. “Mereka mendapatkan 

bagian mereka dalam hidup ini, tetapi aku ini (ay. 15), aku bu-

kanlah salah satu dari mereka, sebab aku hanya punya sedikit 

saja di dunia ini. Nec habeo, nec careo, nec curo – Aku tidak 

punya, tidak memerlukan, dan juga tidak memedulikan semua 

itu. Kebahagiaanku yaitu   untuk dapat memandang dan ada 

di hadirat Allah. Itulah yang kuharapkan dan yang kupakai 

untuk menghibur diriku. Jadi, pisahkanlah aku dari orang-

orang yang bagiannya ada di dalam hidup ini.” Memandang 

wajah Allah dengan kepuasan dapat dianggap,  

(1) Sebagai tugas dan penghiburan kita di dunia ini. Dalam ke-

benaran, kita (diselubungi dengan kebenaran Kristus, 

memiliki hati yang suci dan hidup yang baik) harus me-

mandang wajah Allah dengan iman dan selalu menempat-

kan-Nya di hadapan kita. Kita harus menjamu diri sendiri 

setiap hari dengan merenungkan keindahan Tuhan. Dan, 

saat kita bangun setiap pagi, kita harus puas dengan rupa 

Allah yang disediakan bagi kita di dalam firman-Nya, juga 

dengan rupa Allah yang digambarkan kepada kita melalui 

anugerah-Nya yang selalu baru. Pengalaman merasakan 

perkenan Allah dan keserupaan kita dengan-Nya akan 

memberi kita kepuasan yang lebih besar daripada yang di-

terima oleh orang-orang yang perutnya dikenyangkan oleh 

kesukaan lahiriah semata.  

(2) Sebagai upah dan kebahagiaan kita di dunia yang lain. 

Dengan penantian akan hal inilah Daud menutup mazmur 

sebelumnya, dan demikian pula dengan mazmur ini, bahwa 

kebahagiaan hanya disediakan dan dirancangkan bagi 

orang-orang benar yang telah dibenarkan dan dikuduskan. 

Mereka akan memiliki kebahagiaan itu saat mereka ba-

ngun, saat jiwa mereka bangun, dari kematian, dari masa 

tidur tubuh mereka, dan saat tubuh mereka bangun pada 

hari kebangkitan nanti, bangun dari tidurnya di dalam ku-

bur.  

Keberkatan itu akan mencakup tiga hal berikut: 

[1]  Penglihatan langsung akan Allah dan kemuliaan-Nya: 

Akan kupandang wajah-Mu, tetapi tidak samar-samar 


 226

seperti di dunia ini. Di sana, pengenalan akan Allah 

akan disempurnakan dan pengertian kita akan diper-

luas dan dijadikan penuh dengannya.  

[2] Kita akan diubahkan sesuai dengan rupa-Nya. Keku-

dusan kita akan disempurnakan di sana.  Hal itu diaki-

batkan oleh peristiwa yang mendahuluinya (1Yoh. 3:2): 

Apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi 

sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam 

keadaan-Nya yang sebenarnya. 

[3]  Kepuasan yang lengkap dan sepenuhnya dari semuanya 

ini: Aku akan menjadi puas, dipuaskan dengan berlim-

pah-limpah. Tidak ada kepuasaan bagi jiwa selain ke-

puasan di dalam Allah, di dalam wajah dan rupa-Nya, di 

dalam kehendak baik-Nya bagi kita dan pekerjaan baik-

Nya di dalam kita. Akan tetapi, kepuasaan itu pun tidak 

akan sempurna sampai kita tiba di sorga nanti. 

PASAL 18  

azmur ini sudah kita temukan sebelumnya, yakni di dalam ki-

sah hidup Daud (2Sam. 22). Kisah itu merupakan gubahan per-

tama, tetapi di sini kita mendapatinya dihidupkan kembali, diubah 

sedikit, dan disesuaikan untuk ibadah di dalam jemaat. Mazmur ini 

merupakan ungkapan rasa syartikel  r Daud atas banyaknya keselamat-

an yang telah Allah kerjakan baginya. Dia selalu ingin memelihara 

peristiwa-peristiwa ini agar tetap segar dalam ingatannya, dan ia 

hendak menyebarluaskan dan mewariskannya kepada orang lain. 

Mazmur ini merupakan sebuah gubahan yang mengagumkan. Puisi-

nya begitu anggun, gambaran-gambarannya begitu nyata, dan ung-

kapannya begitu dalam. Setiap kata di dalamnya begitu tepat dan 

bermakna. Tetapi lebih dari itu, kesalehan di dalamnya jauh lebih 

indah daripada bentuk puisinya. Di sini, iman yang kudus, kasih, su-

kacita, pujian dan harapan begitu menggugah, giat dan menyema-

ngati.  

I. Dia bersorak kemenangan di dalam Allah (ay. 1-3).  

II. Dia mengagungkan karya keselamatan yang telah diperbuat 

Allah baginya (ay. 4-19).  

III. Dia merasa terhibur dengan ketulusan dan kejujuran hati-

nya, yang diakui oleh Allah (ay. 20-28).  

IV. Dia memberi kemuliaan kepada Allah atas semua pencapai-

annya (ay. 29-42).  

V. Dia menyemangati dirinya di dalam pengharapan akan apa 

yang akan terus dilakukan Allah bagi dia dan bagi milik 

kepunyaan-Nya (ay. 43-51). 


 228

Seruan Kemenangan Daud di dalam Allah;  

Keyakinan yang Saleh 

(18:1-20) 

1 Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, yakni Daud yang menyam-

paikan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN, pada waktu TUHAN telah 

melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari tangan Saul. 2 

Ia berkata: “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! 3 Ya TUHAN, 

bukit batartikel  , kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batu-

ku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota benteng-

ku! 4 Terpujilah TUHAN, serartikel  ; maka aku pun selamat dari pada musuhku.  

5 Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa 

aku, 6 tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap 

maut terpasang di depanku. 7 saat   aku dalam kesesakan, aku berseru ke-

pada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar 

suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-

Nya. 8 Lalu goyang dan goncanglah bumi, dan dasar-dasar gunung gemetar 

dan goyang, oleh sebab   menyala-nyala murka-Nya. 9 Asap membubung dari 

hidung-Nya, api menjilat keluar dari mulut-Nya, bara menyala keluar dari 

pada-Nya. 10 Ia menekukkan langit, lalu turun, kekelaman ada di bawah 

kaki-Nya. 11 Ia mengendarai kerub, lalu terbang dan melayang di atas sayap 

angin. 12 Ia membuat kegelapan di sekeliling-Nya menjadi persembunyian-

Nya, ya, menjadi pondok-Nya: air hujan yang gelap, awan yang tebal. 13 Ka-

rena sinar di hadapan-Nya hilanglah awan-awan-Nya bersama hujan es dan 

bara api. 14 Maka TUHAN mengguntur di langit, Yang Mahatinggi memperde-

ngarkan suara-Nya. 15 Dilepaskan-Nya panah-panah-Nya, sehingga diserak-

kan-Nya mereka, kilat bertubi-tubi, sehingga dikacaukan-Nya mereka. 16 Lalu 

kelihatanlah dasar-dasar lautan, dan tersingkaplah alas-alas dunia sebab   

hardik-Mu, ya TUHAN, sebab   hembusan nafas dari hidung-Mu. 17 Ia men-

jangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir. 18 Ia 

melepaskan aku dari musuhku yang gagah dan dari orang-orang yang mem-

benci aku, sebab   mereka terlalu kuat bagiku. 19 Mereka menghadang aku 

pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku; 20 Ia membawa 

aku ke luar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, sebab   Ia berkenan 

kepadaku. 

Judul mazmur ini memberi tahu kita mengenai kejadian yang menda-

sari penulisan mazmur ini. Kita sudah pernah mendapatinya sebe-

lumnya (2Sam. 22:1), hanya saja di sini kita diberi tahu bahwa maz-

mur ini diserahkan kepada musisi utama, atau pemimpin pujian di 

bait Allah. Perhatikanlah, karangan pribadi dari orang-orang yang 

saleh, yang digubah mereka untuk keperluan pribadi mereka sendiri, 

bisa bermanfaat untuk digunakan oleh banyak orang, supaya orang 

banyak itu tidak hanya bisa meminjam cahaya dari lilin mereka, 

tetapi juga panas dari api mereka. Teladan kadang kala mengajari de-

ngan lebih baik daripada peraturan. Dan Daud di sini disebut sebagai 

hamba Tuhan, seperti Musa, bukan saja sebab   setiap orang saleh 

yaitu   hamba Allah, tetapi sebab  , dengan tongkatnya, dengan pe-

dangnya, dan dengan penanya, dia banyak memajukan kepentingan-

Kitab Mazmur 18:1-20 

 229 

kepentingan kerajaan Allah di Israel. Baginya, menjadi hamba Tuhan 

lebih terhormat dibandingkan menjadi raja sebuah kerajaan yang 

besar. sebab   itulah dia mengungkapkannya demikian (116:16): Ya 

TUHAN, aku hamba-Mu! Dalam ayat-ayat di atas,  

I.  Dia menyerukan ungkapan kemenangan di dalam Allah dan hu-

bungannya dengan Dia. Perkataan pertama, Aku mengasihi Eng-

kau, ya TUHAN, kekuatanku! ditaruh di bagian awal sebagai tu-

juan dan isi dari keseluruhan mazmur ini. Kasih terhadap Allah 

merupakan perintah pertama dan terbesar dari hartikel  m Taurat, 

sebab perintah itu merupakan dasar dari segenap kepatuhan dan 

pujian kita yang berkenan bagi Allah. Dan inilah yang harus kita 

lakukan atas segenap belas kasihan yang dikaruniakan Allah ke-

pada kita, yaitu hati kita harus semakin dalam mengasihi Dia. 

Itulah yang Ia kehendaki dan akan Ia terima. Jadi, jika sebagai 

balasannya kita bersungut-sungut terhadap-Nya, maka kita 

sudah bersikap tidak tahu berterima kasih. Ketertarikan terhadap 

seorang yang dikasihi merupakan kesenangan seorang kekasih. 

sebab   itulah Daud menyentuh senar-senar harpanya dengan se-

nang hati dan menyanyikan tentang hal itu (ay. 3): “TUHAN Yeho-

vah yaitu   Allahku. Dia juga bukit batartikel  , kubu pertahananku, 

satu-satunya yang kubutuhkan dan kuinginkan di dalam keada-

anku yang genting ini.” Sebab di dalam Allah-lah umat-Nya yang 

percaya kepada-Nya dapat menemukan segala yang mereka perlu-

kan di dalam setiap perkara dan keadaan darurat. “Dia-lah bukit 

batartikel  , kekuatan dan kubu pertahananku,” yang artinya,  

1.  “Aku telah mendapati-Nya demikian di masa-masa yang paling 

sukar dan berbahaya.”  

2. “Aku telah memilih-Nya demikian dan tidak mengakui yang 

lainnya, sebab aku hanya bergantung kepada Dia sebagai pe-

lindungku.”  

Orang-orang yang bersungguh-sungguh mengasihi Allah dapat 

mengalami kemenangan di dalam Dia sebagai milik mereka, dan 

dapat berseru kepada-Nya dengan penuh keyakinan (ay. 4). Sete-

lah diselamatkan, inilah yang harus kita lakukan selanjutnya, ya-

itu bahwa kita tidak saja harus mengasihi Allah lebih dalam lagi, 

tetapi juga lebih suka untuk berdoa lagi – Berserulah kepada-Nya 

seumur hidup kita, terutama pada saat-saat yang sukar, dengan 


 230

keyakinan bahwa kita akan diselamatkan, sebab ada tertulis, ba-

rangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan 

(Kis. 2:21). 

II. Dia mengarahkan dirinya untuk semakin mengagungkan kesela-

matan yang telah diperbuat Allah baginya, supaya dia bisa lebih 

tergugah lagi untuk mempersembahkan puji-pujian kepada-Nya. 

Baik sekali jika kita merenungkan semua hal yang membuat kita 

telah menerima belas kasihan Allah, sebab   ini semakin meng-

agungkan kuasa dan kebaikan-Nya dalam mengasihani kita.  

1.  Semakin mengerikan dan mengancam bahaya yang darinya 

kita diluputkan, semakin besar pula belas kasihan yang kita 

peroleh untuk keselamatan kita itu. Daud kini mengingat kem-

bali bagaimana pasukan musuhnya tumpah ruah menyerbu 

dia, yang ia sebut sebagai banjir Belial, kerumunan besar 

anak-anak Belial, dan sangat mungkin mereka akan menun-

dukkan dia sebab   jumlah yang besar itu. Mereka menge-

lilinginya dan membelitnya. Mereka mengejutkannya dan ham-

pir saja dapat menangkapnya. Perangkap-perangkap mereka 

menghadang dia. Demikianlah, di luar terjadi pertempuran, di 

dalam batin ada ketakutan dan kesedihan (ay. 5-6). Rohnya 

tak berdaya dan dia merasa seperti seorang yang tersesat 

(116:3).  

2. Semakin kita bersungguh-sungguh dengan Allah untuk men-

dapatkan keluputan, semakin cepat pula jawaban doa kita da-

tang, dan kita pun semakin berterima kasih sebab  nya. Kese-

lamatan Daud pun demikian (ay. 7). Daud sering didapati 

sebagai seorang pendoa, dan Allah pun didapatinya sebagai 

Allah yang mendengarkan doa. Jika kita berdoa seperti Daud, 

maka kita pun akan cepat mendapat jawaban seperti dia. Mes-

ki kesesakanlah yang mendorong kita untuk berdoa, Allah 

tidak akan menulikan telinga terhadap kita. Bahkan, oleh ka-

rena Ia yaitu   Allah yang penuh belas kasihan, Dia akan lebih 

siap lagi untuk menyelamatkan kita.  

3.  Semakin ajaib Allah menampakkan diri dalam menyelamatkan 

kita, maka semakin agunglah keselamatan itu. Begitu pulalah 

keselamatan yang dilakukan untuk Daud, di mana perwujud-

an hadirat Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia digambarkan 

dengan begitu agung tak terkira. (ay. 8 dst.). Di dalam semua 

Kitab Mazmur 18:1-20 

 231 

peristiwa keselamatan itu, Allah-lah yang jauh lebih dinyata-

kan, bukan manusia. 

(1) Dia tampak sebagai Allah dengan kuasa yang maha dah-

syat. Sebab, Dia membuat bumi bergoncang dan bergo-

yang, bahkan membuat dasar-dasar gunung gemetar dan 

goyang (ay. 8), termasuk dasar gunung Sinai. Saat manusia 

di bumi diserang oleh rasa takut, maka bumi pun dikata-

kan bergoncang. Saat orang-orang hebat di bumi ini dika-

caubalaukan, maka gunung-gunung pun beranjak.  

(2)  Dia memperlihatkan kemarahan dan ketidaksenangan-Nya 

terhadap musuh-musuh dan penganiaya umat-Nya: Murka-

Nya menyala-nyala (ay. 8). Murka-Nya berasap, membakar, 

seperti api, api yang menjilat-jilat (ay. 9), dan bara menyala 

keluar dari pada-Nya. Orang-orang yang melalui dosa-dosa 

mereka menjadikan diri mereka seperti bara (yaitu bahan 

bakar) bagi api ini, tentu saja akan dilahap olehnya. Dia 

yang mengarahkan panah-panah-Nya kepada para peng-

aniaya tentu akan menembakkan anak panah-Nya itu ke 

mana saja Ia suka, dan tembakan-Nya pasti akan mengenai 

sasaran dan menyelesaikan tugasnya, sebab anak-anak pa-

nah-Nya itu merupakan kilat yang bertubi-tubi (ay. 15).  

(3) Dia menunjukkan kesediaan-Nya untuk membela perkara 

umat-Nya dan mengerjakan keselamatan bagi mereka. Se-

bab Ia mengendarai kerub, lalu terbang untuk memperta-

hankan orang benar dan melegakan para hamba-Nya yang 

tertindas (ay. 11). Tidak ada yang bisa melawan atau meng-

hadang Dia yang melayang di atas sayap angin, yang ber-

kendaraan melintasi langit purbakala dalam keagungan-

Nya, untuk menolong umat-Nya.  

(4) Dia merendahkan diri-Nya saat menaruh peduli pada  per-

kara Daud: Ia menekukkan langit, lalu turun (ay. 10). Dia 

tidak mengirimkan malaikat, melainkan datang sendiri se-

bagai yang tertimpa dalam kesusahan umat-Nya. 

(5) Dia menyelimuti diri-Nya dalam kegelapan, tetapi memerin-

tahkan terang supaya bercahaya dalam kegelapan bagi 

umat-Nya (Yes. 45:15). Dia Allah yang menyembunyikan 

diri, sebab Ia membuat kegelapan menjadi pondok-Nya (ay. 

12). Kemuliaan-Nya tidak tampak, rencana-Nya tidak ter-

selami, dan tindakan-Nya tidak dapat diperhitungkan. Itu-


 232

lah sebabnya, semuanya itu tampak bagi kita sebagai awan 

tebal dan kegelapan mengelilingi-Nya. Kita tidak tahu jalan 

mana yang Ia tempuh, bahkan saat Dia datang kepada kita 

di dalam belas kasihan-Nya. Namun begitu, biarpun ran-

cangan-Nya tersembunyi, rancangan itu baik adanya. Se-

bab, sekalipun Dia menyembunyikan diri, Dia tetaplah 

Allah Israel, Sang Juruselamat. Dan, sebab   sinar di ha-

dapan-Nya hilanglah awan-awan-Nya (ay. 13), penghiburan 

pun kembali, keadaan diubahkan, dan apa yang tadinya 

suram dan mengancam kini menjadi tenang dan menye-

nangkan.  

4.  Semakin besar kesukaran yang membentang di tengah jalan 

keselamatan, semakin mulia pula keselamatan yang dikerja-

kan-Nya. Demi menyelamatkan Daud, air pun terbagi, sehing-

ga kelihatanlah dasar-dasar lautan. Bumi pun terbelah dan 

tersingkaplah alas-alas dunia (ay. 16). Ada terjadi banjir besar, 

yang darinya Daud ditarik keluar (ay. 17). Seperti Musa, yang 

dinamai demikian sebab   dia benar-benar ditarik dari air, 

demikian pula yang terjadi pada Daud secara kiasan. Musuh-

musuhnya begitu gagah dan mereka sangat membenci dia. Se-

andainya dia ditinggalkan begitu saja, mereka pastilah terlalu 

kuat baginya (ay. 18). Mereka juga terlalu gesit baginya, sebab 

mereka menghadangnya pada hari sialnya. Akan tetapi, di te-

ngah-tengah kesesakannya, Tuhan yaitu   tempat bersandar-

nya, sehingga dia pun tidak tenggelam. Perhatikanlah, Allah 

tidak hanya akan menyelamatkan umat-Nya dari kesukaran 

pada waktu yang tepat, tetapi Dia juga akan meneguhkan dan 

menopang mereka selama masa kesukaran itu. 

5.  Hal terutama yang membuat keselamatannya itu sangatlah 

agung yaitu   bahwa dia mendapat penghiburan sebagai buah 

dari keselamatannya itu, dan perkenan Allah merupakan akar 

dan sumbernya.  

(1) Penghiburan itu merupakan permulaan dari membaiknya 

keadaannya (ay. 20). “Dia membawa aku keluar dari keada-

an terjepit ke tanah lapang di mana aku bisa menjadi lelua-

sa, bukan saja untuk berpaling, tetapi juga untuk bertum-

buh.” 

Kitab Mazmur 18:21-29 

 233 

 (2) Penghiburan itu merupakan tanda perkenan Allah kepada-

nya, yang membuat keselamatan itu menjadi dua kali lipat 

terasa lebih manis: “Ia menyelamatkan aku, sebab   Ia ber-

kenan kepadaku, bukan sebab   jasaku sendiri, tetapi ka-

rena anugerah dan kehendak baik-Nya semata.” Banding-

kanlah pernyataan itu dengan yang tertulis dalam 2 

Samuel 15:26, Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak 

berkenan kepadamu, maka aku bersedia. Keselamatan be-

sar kita yaitu   berkat perkenan Allah di dalam Anak Daud, 

yang telah Ia nyatakan dengan jelas bahwa Ia berkenan 

kepada-Nya.  

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus menyerukan keme-

nangan di dalam Allah dan percaya kepada-Nya. Kita juga dapat me-

makai mazmur ini untuk merujuk kepada Kristus Anak Daud. Tali-

tali maut telah meliliti Dia, dan dalam kesesakan-Nya Dia berdoa (Ibr. 

5:7). Allah membuat bumi bergoncang dan bergoyang. Gunung-

gunung batu terbelah, dan Ia membawa-Nya keluar pada waktu ke-

bangkitan-Nya menuju ke tanah lapang, sebab Dia berkenan kepada-

Nya dan kepada tugas yang telah Ia tuntaskan.  

Pengucapan Syartikel  r dan Keyakinan  

yang Sungguh-sungguh 

(18:21-29) 

21 TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas ke-

padaku sesuai dengan kesucian tanganku, 22 sebab aku tetap mengikuti

jalan TUHAN dan tidak berlaku fasik terhadap Allahku. 23 Sebab segala hu-

kum-Nya kuperhatikan, dan ketetapan-Nya tidaklah kujauhkan dari padaku; 

24 aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap ke-

salahan. 25 sebab   itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenar-

anku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya. 26 Terhadap 

orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela 

Engkau berlaku tidak bercela,  27 terhadap orang yang suci Engkau berlaku 

suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit. 28 

sebab   Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang 

yang memandang dengan congkak Kaurendahkan. 29 sebab   Engkaulah yang 

membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku. 

Di sini, 

I.  Daud dengan lega hati merenungkan kembali ketulusan hatinya 

dan bergirang di dalam kesaksian suara hatinya sendiri, yaitu 


 234

bahwa ia telah memelihara perilakunya di dalam ketulusan dan 

kesalehan, dan bukan dengan hikmat duniawi (2Kor. 1:12). Kese-

lamatan yang dialaminya merupakan bukti dari semua itu dan ini 

menjadi kelegaan yang besar baginya saat ia mengalami kesela-

matan itu. Para musuhnya sudah mencemarkan nama baiknya, 

dan mungkin, saat kesukarannya terus berlanjut, Daud pun 

mulai mencurigai dirinya sendiri. Akan tetapi, saat Allah nyata-

nyata mengambil tindakan, ia pun mendapatkan kehormatan dan 

penghiburan oleh sebab   kebenaran perilakunya.  

1. Keselamatan yang diperbuat baginya itu telah menjernihkan 

ketidakbersalahannya di hadapan manusia dan melepaskan 

dia dari segala tuduhan yang difitnahkan kepadanya. Inilah 

yang ia sebut sebagai memperlakukannya sesuai dengan kebe-

narannya (ay. 21, 25), artinya, diselesaikannya pertentangan 

di antara dia dan para musuhnya sesuai dengan keadilan per-

kara itu dan sesuai dengan kesucian tangannya dari tindakan 

pembangkangan, pengkhianatan dan pemberontakan yang 

telah dituduhkan kepadanya. Dia telah sering berseru kepada 

Allah bahwa ia tidak bersalah dalam semuanya itu, dan kini 

Allah menghakimi perkaranya itu dengan adil (seperti yang 

selalu akan Ia lakukan).  

2. Kehormatan dan kelegaan yang ia rasakan itu meneguhkan 

kesaksian suara hatinya sendiri, yang kini sedang ia selidiki 

kembali dengan penuh sukacita (ay. 22-24). Hatinya sungguh-

sungguh tahu dan siap untuk menyatakan,  

(1) Bahwa dia telah melakukan semua kewajibannya dengan 

setia dan tidak pernah melenceng atau berpaling dari 

Allahnya. Siapa mengabaikan jalan Tuhan, ia sebenarnya 

telah berpaling dari Allah, dan hal itu merupakan sebuah 

perbuatan yang jahat. Akan tetapi, jika kita banyak tersan-

dung dan salah langkah tetapi memperbaiki diri dengan 

cara bertobat dan meneruskan kewajiban kita, maka hal 

itu tidak akan dianggap sebagai pelencengan, sebab hal itu 

tidak berarti bahwa kita sudah berpaling dari Allah.  

(2) Bahwa dia selalu mengarahkan pandangannya kepada ke-

tetapan perintah Allah (ay. 23): “Segala hartikel  m-Nya kuper-

hatikan, dan aku menghormati seluruh hartikel  m-Nya itu, 

tidak meremehkan satu pun sebagai tidak berarti atau 

Kitab Mazmur 18:21-29 

 235 

membenci hartikel  m yang kuanggap keras. Sebaliknya, aku 

selalu berusaha untuk menaati semua itu dengan segenap 

hatiku. Ketetapan-Nya tidaklah kujauhkan dari padaku 

atau dari pandanganku, atau dari benakku, tetapi mataku 

selalu kuarahkan kepada ketetapan-Nya itu. Aku juga tidak 

berlaku seperti orang yang hendak menyimpang dari jalan 

Tuhan, yang tidak mau mengenal jalan-jalan itu.”  

(3)  Bahwa dia telah menjaga diri dari kesalahan, dan sebab   

itu telah membuktikan bahwa dirinya tidak berlaku tercela 

di hadapan Allah. Kepedulian terus-menerus untuk meng-

hindari dosa itu, apa pun itu, yang biasanya dengan mu-

dah menjerat kita, dan untuk mematikan kebiasaan ber-

buat dosa, merupakan bukti kuat bahwa kita tidak berlaku 

tercela di hadapan Allah. Sebagaimana keselamatan Daud 

telah membuktikan kejujuran dan ketulusan hatinya, be-

gitu pula kemuliaan Kristus telah membuktikan kejujuran 

dan ketulusan-Nya dan untuk selama-lamanya telah men-

jauhkan cela yang dilayangkan kepada-Nya. sebab   itulah, 

maka Ia dikatakan telah dibenarkan dalam Roh (1Tim. 

3:16). 

II.  Di sini Daud pun mengambil kesempatan untuk memperlihatkan 

ketentuan pemerintahan dan penghakiman Allah supaya kita ti-

dak saja mengetahui apa yang diharapkan Allah dari kita, melain-

kan juga apa yang kita dapat harapkan dari-Nya (ay. 26-27).  

1. Orang-orang yang berbelas kasihan terhadap orang lain (bah-

kan mereka sendiri pun membutuhkan belas kasihan dan ti-

dak dapat bergantung pada jasa mereka sendiri atau pekerja-

an belas kasihan mereka) akan menemukan belas kasihan dari 

Allah (Mat. 5:7).  

2.  Orang-orang yang setia dengan kovenan mereka dengan Allah 

dan hubungan mereka dengan-Nya, akan mendapati Dia be-

nar-benar berlaku seperti apa yang dijanjikan-Nya kepada me-

reka. Dia akan menjadi Allah yang tidak bercela terhadap 

orang yang berlaku tidak bercela.   

3.  Orang-orang yang melayani Allah dengan hati nurani yang 

murni akan mendapati bahwa firman Tuhan itu merupakan 

firman yang murni, dapat diandalkan dan menyenangkan hati.  


 236

4.  Orang-orang yang menentang Allah dan berjalan melawan-Nya 

akan mendapati-Nya menentang dan berjalan melawan mereka 

juga (Im. 26:21, 24). 

III. sebab   itulah Daud mengucapkan kata-kata penghiburan bagi 

orang yang rendah hati, “Engkaulah yang menyelamatkan bangsa 

yang tertindas, yang dijahati tetapi menanggungnya dengan sa-

bar,” dan ancaman bagi si sombong, “Orang yang memandang de-

ngan congkak Kaurendahkan, yang berharap muluk-muluk dan 

memandang hina dina orang yang miskin dan saleh.” Daud juga 

memberi dorongan bagi dirinya sendiri, “Engkaulah yang membuat 

pelitaku bercahaya, artinya, Engkau akan membangkitkan dan 

menghiburkan rohku yang berduka, dan tidak akan membiarkan-

ku terus dirundung kesedihan. Engkau akan menyelamatkanku 

dari kesukaran dan memulihkan kedamaian dan kejayaanku. 

Engkau akan membuat kehormatanku yang sekarang sedang me-

redup kembali memancar. Engkau akan memimpin jalanku dan 

meratakannya di hadapanku supaya aku dapat menghindari jerat 

yang terpasang bagiku. Engkau akan membuat pelitaku bercaha-

ya supaya bisa kugunakan untuk bekerja dan memberiku kesem-

patan untuk melayani-Mu serta melayani kepentingan kerajaan-

Mu di antara umat manusia.”   

Biarlah mereka yang sedang berjalan dalam kekelaman dan me-

rasa tawar hati berbesar hati saat menyanyikan ayat-ayat mazmur di 

atas ini, bahwa Allah sendirilah yang akan menjadi terang bagi mere-

ka.  

Ingatan Penuh Rasa Syartikel  r atas Keselamatan di Masa Lalu; 

Keyakinan akan Kebaikan Ilahi 

(18:30-51) 

30 sebab   dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan 

Allahku aku berani melompati tembok. 31 Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; 

janji TUHAN yaitu   murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang 

berlindung pada-Nya. 32 Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan 

siapakah gunung batu kecuali Allah kita? 33 Allah, Dialah yang mengikat 

pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; 34 yang mem-

buat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; 35 yang 

mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur 

tembaga.  36 Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-

Mu menyokong aku, kemurahan-Mu membuat aku besar. 37 Kauberikan tem-

Kitab Mazmur 18:30-51 

 237 

pat lapang untuk langkahku, dan mata kakiku tidak goyah. 38 Aku mengejar 

musuhku sampai kutangkap mereka, dan tidak berbalik sebelum mereka ku-

habiskan; 39 aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit 

lagi; mereka rebah di bawah kakiku. 40 Engkau telah mengikat pinggangku 

dengan keperkasaan untuk berperang; Engkau tundukkan ke bawah kuasa-

ku orang yang bangkit melawan aku. 41 Kaubuat musuhku lari dari padaku, 

dan orang-orang yang membenci aku kubinasakan. 42 Mereka berteriak minta 

tolong, tetapi tidak ada yang menyelamatkan, mereka berteriak kepada 

TUHAN, tetapi Ia tidak menjawab mereka. 43 Aku menggiling mereka halus-

halus seperti debu di depan angin, mencampakkan mereka seperti lumpur di 

jalan. 44 Engkau meluputkan aku dari perbantahan rakyat; Engkau meng-

angkat aku menjadi kepala atas bangsa-bangsa; bangsa yang tidak kukenal 

menjadi hambaku; 45 baru saja telinga mereka mendengar, mereka taat ke-

padaku; orang-orang asing tunduk menjilat aku. 46 Orang-orang asing pucat 

layu dan keluar dari kota kubunya dengan gemetar. 47 TUHAN hidup! Terpuji-

lah gunung batartikel  , dan mulialah Allah Penyelamatku, 48 Allah, yang telah 

mengadakan pembalasan bagiku, yang telah menaklukkan bangsa-bangsa ke 

bawah kuasaku, 49 yang telah meluputkan aku dari pada musuhku. Bahkan, 

Engkau telah meninggikan aku mengatasi mereka yang bangkit melawan 

aku; Engkau telah melepaskan aku dari orang yang melakukan kelaliman. 50 

Sebab itu aku mau menyanyikan syartikel  r bagi-Mu di antara bangsa-bangsa, 

ya TUHAN, dan aku mau menyanyikan mazmur bagi nama-Mu.  51 Ia menga-

runiakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, dan 

menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya, yaitu Daud dan 

kepada anak cucunya untuk selamanya. 

Dalam ayat-ayat di atas, 

I.  Daud menengok ke masa lalunya dengan penuh rasa syartikel  r, atas 

perkara-perkara besar yang telah Allah perbuat baginya. Allah bu-

kan saja telah mengerjakan keselamatan bagi dia, tetapi juga 

telah memberinya kemenangan dan keberhasilan serta membuat-

nya berkemenangan atas mereka yang mengira telah mengalah-

kannya. Saat hati kita memuji Allah atas satu perbuatan belas 

kasihan-Nya, kita harus tergerak lagi untuk merenungkan lebih 

banyak lagi perbuatan baik-Nya yang telah mengelilingi dan 

mengikuti kita sepanjang hari-hari kita selama ini. Banyak hal 

yang telah memberikan sumbangsih pada pencapaian Daud, dan 

dia mengakui bahwa semua itu yaitu   berkat tangan Allah saja, 

untuk mengajari kita supaya berbuat sama juga dengan meng-

ingat kembali langkah-langkah yang telah memimpin kita kepada 

kejayaan kita.   

1.  Allah telah memberinya segala kecakapan dan pemahaman da-

lam urusan pertempuran, padahal dia tidak pernah dibesar-

kan dan dirancangkan untuk semua ini, sebab bakat alaminya 

lebih mengarahkan dia dalam hal musik, puisi dan kehidupan 


 238

yang penuh perenungan: Ia mengajar tanganku berperang (ay. 

35).  

2.  Allah telah mengaruniakan kepadanya kekuatan tubuh untuk 

menjalani urusan peperangan dengan segala kepenatannya: 

Allah telah mengikat pinggangnya dengan keperkasaan (ay. 33, 

40), sedemikian rupa sehingga dia bahkan dapat melenturkan 

busur tembaga (ay. 35). Allah pasti akan memperlengkapi se-

tiap orang sesuai dengan panggilan yang Ia berikan kepada-

nya. 

3.  Allah juga telah memberinya kegesitan, bukan hanya untuk 

meloloskan diri dari para musuhnya, tetapi bahkan untuk me-

lesat dari hadapan mereka (ay. 34): Ia membuat kakiku seperti 

kaki rusa (ay. 37). “Kauberikan tempat lapang untuk langkah-

ku,” tetapi tidak seperti langkah besar orang lain yang cende-

rung membuat mereka goyah, “mata kakiku tidak goyah.” Dia 

sangat cekatan sampai-sampai ia balik mengejar musuhnya 

dan menangkap mereka (ay. 38).  

4. Allah membuatnya sangat berani dan gagah dalam pertempur-

an yang harus dihadapinya dan memberinya jiwa yang setara 

dengan kekuatannya. Jika ada gerombolan yang menghadang-

nya, dia tidak gentar menghadapi mereka. Dan jika ada tem-

bok menghalanginya, ia tidak segan melompatinya (ay. 30). Be-

gitu juga jika ada benteng atau kubu di depannya, dia tidak 

ragu untuk memanjatnya. Dengan bantuan ilahi ia pun dapat 

berdiri di tempat-tempat tinggi yang tadinya dikuasai oleh mu-

suh-musuhnya (ay. 34).  

5.  Allah telah melindunginya dan membuatnya aman, bahkan di 

tengah-tengah marabahaya. Sering kali dia menyerahkan  nya-

wanya ke dalam tangan-Nya, dan nyawanya pun dipelihara 

secara ajaib: “Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu 

(ay. 36), dan perisai itu telah melindungi aku dari segala arah. 

Dengan perisai itu aku telah diselamatkan dari perbantahan 

rakyat yang berusaha menghancurkanku (ay. 44), terutama 

dari orang yang melakukan kelaliman” (ay. 49), yaitu Saul, 

yang lebih dari satu kali berusaha menombaknya.  

6.  Allah telah membuatnya berjaya dalam segala rancangannya. 

Dialah yang telah membuat jalannya rata (ay. 33) dan tangan 

kanan-Nya-lah yang menyokong dia (ay. 36).  

Kitab Mazmur 18:30-51 

 239 

7.  Allah telah memberikan kepadanya kemenangan atas musuh-

musuhnya, yaitu bangsa Filistin, Moab, Amon dan semua 

bangsa lain yang melawan Israel: merekalah yang terutama di-

maksudkan Daud di sini, tetapi tanpa mengecualikan keluarga 

Saul yang menentang penobatannya sebagai raja, juga peng-

ikut Absalom dan Seba yang hendak menggulingkannya. Dia 

terutama menekankan kebaikan Allah kepadanya dalam me-

nundukkan lawan-lawannya, menyatakan bahwa kemenangan 

demi kemenangan yang diperolehnya bukanlah sebab   pedang 

atau busurnya sendiri, atau berkat pasukannya yang gagah 

perkasa, tetapi sebab   kebaikan Allah semata: Aku mengejar 

mereka (ay. 38), Aku meremukkan mereka (ay. 39); sebab Eng-

kau telah mengikat pinggangku dengan keperkasaan  (ay. 40). 

Jika tidak demikian, pastilah aku tidak akan sanggup melaku-

kan itu semua. Segenap pujian di sini dilayangkan kepada 

Allah: Engkau tundukkan mereka ke bawah kuasaku (ay. 40). 

Engkau telah memberi kepadaku tengkuk segala seterartikel    (ay. 

41, TL), bukan hanya untuk menginjak-injak mereka (Yos. 

10:24), tetapi juga untuk memenggal mereka. Bahkan lebih 

dari itu, sekalipun orang-orang yang membenci Daud, kekasih 

Allah itu, sekalipun musuh-musuh bangsa Israel kepunyaan 

Allah, berseru kepada Tuhan dalam kesesakan mereka, per-

cuma saja, sebab Ia tidak menjawab mereka. Bagaimana bisa 

mereka berharap Dia akan menjawab seruan mereka padahal 

Dialah yang mereka tentang? Dan, kala Dia menentang mereka 

(seperti yang akan dilakukannya kepada setiap orang yang 

melawan umat-Nya) maka tidak ada kekuatan lain yang dapat 

menyokong mereka: tidak ada yang menyelamatkan mereka 

(ay. 42). Orang-orang yang telah ditinggalkan oleh Allah mu-

dah sekali dihancurkan: Aku menggiling mereka halus-halus 

seperti debu (ay. 43). Tetapi bagi orang-orang yang perkaranya 

benar, Dia mengadakan pembalasan (ay. 48), dan orang-orang 

yang menyenangkan hati-Nya akan ditinggikan mengatasi me-

reka yang bangkit melawan mereka (ay. 49).  

8.  Allah telah mengangkatnya ke atas takhta. Dia bukan saja 

menyelamatkan nyawanya, tetapi juga meninggikan dia dan 

membuatnya besar (ay. 36), kemurahan-Mu membuat aku be-

sar – didikan dan bimbingan-Mu, begitulah yang diartikan se-

bagian orang. Pelajaran baik yang diserap Daud dalam kesu-


 240

sahannya telah menyiapkan dirinya untuk mencapai keagung-

an dan kuasa yang telah diperuntukkan baginya. Semakin se-

ring dia dikecilkan semakin bertambah pula kebesarannya. 

Allah bukan saja telah menjadikannya seorang penakluk yang 

perkasa, melainkan juga pemerintah yang berkuasa: Engkau 

mengangkat aku menjadi kepala atas bangsa-bangsa (ay. 44). 

Semua negeri tetangga harus mempersembahkan upeti kepa-

danya (2Sam. 8:6, 11). Dalam semua ini Daud merupakan 

pelambang Kristus, yang dibawa Bapa dengan selamat melalui 

semua pertempuran-Nya melawan kuasa-kuasa kegelapan dan 

memberi-Nya kemenangan atas mereka. Dan Ia pun dijadikan 

kepala atas segala sesuatu bagi jemaat-Nya, yang merupakan 

tubuh-Nya.  

II. Daud memandang kemuliaan dan kesempurnaan ilahi dengan pe-

mujaan dan kerendahan hati serta rasa hormat. Saat Allah telah 

meninggikannya dengan pemeliharaan-Nya, ia pun berusaha 

mengagungkan Allah melalui pujian, untuk memuja dan mening-

gikan-Nya (ay. 47). Ia memberi-Nya penghormatan, 

1.  Sebagai Allah yang hidup: TUHAN hidup! (ay. 47). Kita ber-

utang hidup dan kelangsungan hidup kita kepada Allah yang 

memiliki kehidupan di dalam diri-Nya. sebab   itulah Dia layak 

disebut sebagai Allah yang Hidup. Ilah-ilah para penyembah 

berhala itu ilah yang mati. Sahabat-sahabat kita yang terbaik 

pun pasti mati. Tetapi Allah hidup, hidup untuk selamanya, 

dan tidak akan mengecewakan orang-orang yang percaya ke-

pada-Nya. Sebaliknya, sebab   Dia hidup, mereka pun akan 

hidup, sebab Dialah kehidupan mereka.   

2. Sebagai Allah yang menyempurnakan: Adapun Allah, Dia bu-

kan saja sempurna, tetapi juga jalan-Nya sempurna (ay. 31). 

Dia juga dikenal dengan nama Yehovah (Kel. 6:2), Allah yang 

mengerjakan dan menyelesaikan apa yang telah Ia awali dalam 

pemeliharaan-Nya sebagaimana juga dalam karya penciptaan-

Nya (Kej. 2:1). Allahlah yang membuat jalan Daud rata (ay. 33), 

jadi jalan-Nya sendiri pasti lebih baik daripada itu. Tidak ada 

cacat dalam pekerjaan Allah dan tidak ada kesalahan yang 

bisa didapati dalam segala yang diperbuat-Nya (Pkh. 3:14). 

Dan apa pun yang telah dilaksanakan-Nya, pasti akan disele-

saikan-Nya pula, tidak peduli kesulitan macam apa yang 

Kitab Mazmur 18:30-51 

 241 

menghadang. Apa pun yang telah mulai dibangun oleh Allah 

pastilah mampu Ia selesaikan.  

3.  Sebagai Allah yang setia: Janji TUHAN yaitu   murni. “Aku te-

lah mengujinya” (kata Daud), “dan janji-Nya tidak pernah me-

ngecewakanku.” Semua orang kudus di segala zaman telah 

mengujinya dan janji Allah tidak pernah mengecewakan mere-

ka yang percaya kepada janji itu. Janji-Nya teruji seperti perak 

yang dimurnikan dari segala campuran logam yang terkadang 

mengurangi nilai janji manusia. Daud, melalui pemeliharaan 

Allah terhadap dirinya, memperhatikan bagaimana Ia mene-

pati janji-Nya, yang menambah manisnya pemeliharaan-Nya 

dan juga menambah kehormatan kepada janji-Nya itu.  

4. Sebagai pelindung dan pembela umat-Nya. Daud telah men-

dapati-Nya demikian: “Dia yaitu   Allah penyelamatku (ay. 47), 

oleh kuasa dan anugerah-Nyalah aku berharap akan kesela-

matanku, tetapi bukan hanya bagiku saja: Dia menjadi perisai 

bagi semua orang yang berlindung pada-Nya (ay. 31). Dia me-

naungi dan melindungi mereka semua, sanggup dan bersedia 

untuk melakukan semua itu.”  

5.  Allah yang tiada duanya (ay. 32). Hanya ada satu Allah, sebab 

siapakah Allah selain dari Yehovah?  Allah yaitu   gunung batu 

yang menyokong dan menaungi para penyembah-Nya yang 

setia. Dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita? Dengan 

demikian ia tidak hanya mengembalikan seluruh kemuliaan 

kepada Allah, tetapi juga meneguhkan imannya kepada Dia. 

Perhatikanlah:  

(1) Tidak peduli siapa pun yang mengaku-aku sebagai allah, 

yang pasti tidak ada Allah lain kecuali Tuhan, sehingga 

yang lainnya hanyalah allah-allah palsu (Yes. 44:8; Yer. 

10:10).  

(2) Tidak peduli siapa pun yang mengaku-aku sebagai kebaha-

giaan kita, yang pasti tidak ada gunung batu lain selain 

Allah kita. Tidak ada lagi yang dapat kita andalkan untuk 

membuat kita bahagia.  

III. Daud memandang ke depan dengan pengharapan yang penuh 

iman bahwa Allah akan terus melakukan hal yang baik baginya. 

Dia pun menjanjikan kepada dirinya sendiri,  


 242

1. Bahwa musuh-musuhnya akan benar-benar dapat ia takluk-

kan, dan yang tersisa dari antara mereka akan dia jadikan se-

bagai tumpuan kakinya. Bahwa pemerintahannya akan me-

luas, bahkan bangsa yang tidak kukenal menjadi hambaku (ay. 

44). Bahwa penaklukannya itu akan mudah (baru saja telinga 

mereka mendengar, mereka taat kepadaku, ay. 45). Bahwa 

para musuhnya akhirnya sadar bahwa tidak ada gunanya me-

lawan dia. Bahkan orang-orang yang gesit pun tidak lagi 

mempercayai kemampuan mereka, melainkan merasa gentar 

di tempat persembunyian mereka, setelah mereka melihat hik-

mat, keberanian dan keberhasilan Daud yang gemilang itu. 

Demikian jugalah Anak Daud, sekalipun Ia belum melihat se-

gala sesuatu ditaklukkan di bawah kaki-Nya, Dia tahu bahwa 

Dia akan memerintah sampai semua pemerintah, penguasa, 

dan kekuasaan dilumpuhkan.   

2. Bahwa keturunannya akan selamanya berlanjut di dalam 

Mesias, yang dapat ia lihat dalam nubuatannya, akan berasal 

darinya (ay. 51). Allah menunjukkan kasih setia kepada orang 

yang diurapi-Nya, Mesias-Nya, kepada Daud sendiri, yang me-

rupakan orang yang diurapi oleh Allah Yakub sebagai pelam-

bang bagi Yang Diurapi itu. Allah juga menunjukkan kasih 

setia kepada keturunan Daud untuk selamanya. Tidak dikata-

kan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud 

banyak orang, tetapi hanya satu orang: “dan kepada keturun-

anmu,” yaitu Kristus (Gal. 3:16). Hanya Dialah yang akan 

memerintah untuk selamanya, dan pemerintahan dan damai 

sejahtera-Nya terus akan bertambah-tambah tanpa akhir. 

Kristus disebut Daud (Hos. 3:5). Allah telah memanggil-Nya 

sebagai Raja-Nya (2:6). Keselamatan besar diberikan Allah, dan 

akan diberikan kepada-Nya, dan kepada jemaat serta umat-Nya, 

yang di sini disebut sebagai anak cucunya untuk selamanya. 

Dalam menyanyikan  ayat-ayat di atas, kita harus memberi kemu-

liaan kepada Allah atas semua kemenangan Kristus dan jemaat-Nya, 

dan juga atas segala keselamatan dan keberhasilan kerajaan Injil. 

Kita juga harus menyemangati diri kita sendiri dan saling mendorong 

dengan keyakinan bahwa gerakan jemaat pastilah sebentar lagi akan 

menang, dan kemenangan mereka itu akan berlangsung untuk 

selamanya. 

PASAL 19  

da dua tulisan mengagumkan yang telah diterbitkan Allah untuk 

mengajar dan membangun anak-anak manusia. Mazmur ini 

mencakup kedua tulisan tersebut dan menyarankan agar kita ber-

tekun mempelajari keduanya yaitu,  

I. Tulisan mengenai karya ciptaan. Di dalamnya, dengan mudah  

kita dapat membaca tentang kuasa dan ke-Allah-an Sang 

Pencipta (ay. 1-7).  

II. Tulisan Kitab Suci, yang memberitahukan kepada kita me-

ngenai kehendak Allah mengenai kewajiban kita. Dia me-

nunjukkan kehebatan dan kegunaan tulisan tersebut (ay. 8-

12) dan mengajari kita bagaimana memanfaatkannya (ay. 

13-15).   

Kemuliaan Allah Tampak dalam Karya Penciptaan-Nya 

(19:1-7) 

1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. 2 Langit menceritakan kemuliaan 

Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; 3 hari meneruskan 

berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada 

malam. 4 Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; 5 

tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai 

ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari, 6 yang keluar 

bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan 

pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. 7 Dari ujung langit ia terbit, 

dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas 

sinarnya. 

Melalui segala sesuatu yang terlihat setiap hari oleh seluruh dunia, 

sang pemazmur, di dalam mazmurnya ini, membimbing kita untuk 

merenungkan hal-hal yang tidak tampak yang berkenaan dengan 

Allah. Tak terbantahkan lagi bukti penampakan-Nya dan kemuliaan-


 244

Nya bersinar cemerlang di langit yang terlihat oleh kita. Semuanya itu 

jelas terlihat di dalam susunan dan keindahan langit itu, serta di 

dalam keteraturan dan pengaruh benda-benda langit itu. Contoh dari 

kuasa ilahi itu berguna untuk menyingkapkan kebodohan orang-

orang atheis yang dapat melihat adanya langit tetapi masih saja 

berkata, “Tidak ada Allah.” Mereka melihat akibat, dan tetap berkata, 

“Tidak ada penyebabnya.” Contoh kuasa ilahi itu juga bermanfaat 

untuk menunjukkan kebebalan para penyembah berhala dan kesia-

siaan khayalan mereka. Sebab, meskipun langit mengumandangkan 

kemuliaan Allah, mereka justru memberikan kemuliaan itu kepada 

cahaya-cahaya di langit yang sebetulnya mengarahkan mereka untuk 

menujukan kemuliaan itu hanya kepada Allah saja, Bapa dari segala 

terang.  

Kini perhatikanlah di sini,  

I. Apa yang diberitahukan karya-karya ciptaan itu kepada kita. 

Semua ciptaan itu sangat bermanfaat dalam banyak hal bagi kita, 

tetapi tidak ada yang lebih utama selain ini, yaitu bahwa mereka 

mengumandangkan kemuliaan Allah dengan cara mempertonton-

kan pekerjaan tangan-Nya (ay. 2). Semua ciptaan itu dengan jelas 

menunjukkan bahwa mereka yaitu   pekerjaan tangan Allah, se-

bab mereka tidak bisa ada begitu saja sejak kekekalan. Segala 

urutan peristiwa dan pergerakan tentu saja harus ada awalnya. 

Mereka tidak bisa menciptakan diri sendiri, sebab hal itu ber-

lawanan dengan keadaan mereka sendiri. Mereka tidak mungkin 

dihasilkan gara-gara benturan atom yang terjadi secara kebetul-

an, sebab hal itu sungguh tidak masuk akal dan lebih cocok un-

tuk diperdebatkan daripada dipertimbangkan dengan nalar. Ka-

rena itulah, semua ciptaan tadi pastilah ada pencipta-Nya, yang 

tiada lain dari Pribadi dengan akal budi yang kekal, dengan hik-

mat tak terbatas, berkuasa dan baik. Dengan begitu, nyatalah 

bahwa semua itu merupakan pekerjaan Allah, buatan jari-Nya 

(Mzm. 8:4), dan sebab   itulah mereka mengumandangkan kemu-

liaan-Nya. Melalui kehebatan sebuah hasil karya, kita dapat de-

ngan mudah menyimpulkan kesempurnaan tak terbatas dari 

Sang Pencipta yang agung. Dari kecemerlangan langit, kita dapat 

menyimpulkan bahwa Sang Pencipta yaitu   Terang. Kemaha-

luasan langit mewakili kebesaran-Nya. Ketinggiannya menggam-

 Kitab Mazmur 19:1-7 

 245 

barkan keagungan dan kedaulatan-Nya, sedangkan pengaruh 

langit terhadap bumi ini merupakan kekuasaan dan pemeliha-

raan-Nya, berkat-Nya bagi seluruh dunia: dan semuanya ini men-

ceritakan kuasa-Nya yang mahadahsyat, yang olehnya mereka 

diciptakan pada mulanya, dan masih terus berlanjut sampai saat 

ini sesuai dengan segala ketetapan yang telah diatur sejak awal 

penciptaan itu.  

II. Apa saja contoh-contoh dari ciptaan tadi yang memberitahukan 

hal-hal tersebut kepada kita? 

1.  Langit dan cakrawala, yaitu bentangan yang luar biasa luas-

nya dari udara dan unsur langit serta jagat yang dipenuhi oleh 

planet-planet dan bintang-bintang. Manusia memiliki kelebih-

an dibandingkan binatang dalam hal susunan tubuhnya. Bi-

natang diciptakan supaya menunduk ke bawah, ke tempat 

jiwa mereka akan pergi nanti, tetapi manusia dibuat tegak, 

untuk memandang ke atas, sebab ke ataslah jiwanya sebentar 

lagi harus pergi dan pemikirannya harus tertuju.  

2.  Pergantian siang dan malam yang teratur (ay. 3): hari kepada 

hari, dan malam kepada malam, semuanya menceritakan ke-

muliaan Allah yang pertama-tama memisahkan terang dan 

gelap. Sampai sekarang, hal itu terus berlangsung tanpa peru-

bahan, sesuai dengan kovenan Allah dengan Nuh (Kej. 8:22), 

yaitu bahwa selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti 

siang dan malam. Kovenan pemeliharaan dan kovenan anuge-

rah diseimbangkan supaya menjadi teguh (Yer. 33:20; 31:35). 

Pergantian siang dan malam dengan cara yang begitu teratur 

merupakan contoh agung dari kuasa Allah dan membuka 

mata kita bahwa sebagaimana di dalam kehidupan di dunia 

ini, demikianlah juga di dalam pemeliharaan-Nya Dia menjadi-

kan terang dan menciptakan gelap (Yes. 45:7) dan menetapkan 

keduanya secara silih berganti. Hal itu juga merupakan contoh 

kebaikan-Nya kepada manusia, sebab tempat terbitnya pagi 

dan petang Ia buat bersorak-sorai (65:8). Dia bukan saja 

memuliakan diri-Nya sendiri, tetapi juga menunjukkan kebaik-

an-Nya bagi kita melalui perputaran yang tetap itu. Sebab 

sama seperti cahaya pagi menunjang pekerjaan di siang hari, 

begitu pula bayangan senja mempernyaman waktu istirahat di 

malam hari. Setiap hari dan setiap malam menceritakan ke-


 246

baikan Allah, dan setelah mereka selesai bersaksi, maka gilir-

an hari berikutnya, dan juga malam berikutnya, untuk mela-

kukan hal yang sama.  

3. Cahaya dan pengaruh matahari juga mengumandangkan ke-

muliaan Allah dengan cara yang istimewa. Sebab, dari antara 

benda-benda langit yang ada, matahari yaitu   yang paling 

menonjol dan bermanfaat bagi dunia bawah ini. Tanpanya, 

dunia ini akan menjadi seperti penjara atau padang gurun 

semata. Bisa jadi Daud menuliskan mazmur ini saat ia sedang 

menikmati pemandangan matahari terbit, dan dari sinar gemi-

langnya itu, dia pun tergerak untuk menyatakan kemuliaan 

Allah. Mengenai matahari, perhatikanlah di sini,  

(1)  Tempat yang ditetapkan baginya. Ia memasang kemah di 

langit untuk matahari. Benda-benda langit disebut juga ten-

tara langit, jadi cocoklah bila dikatakan bahwa mereka 

diam dalam kemah, sebagaimana para serdadu tinggal di 

perkemahan mereka. Matahari dikatakan memiliki kemah 

yang dipasang baginya, bukan hanya sebab   matahari se-

lalu bergerak setiap waktu dan tidak memiliki tempat ber-

diam yang tetap sama, tetapi juga sebab   istana kediam-

annya itu akan digulung seperti sebuah tenda pada akhir 

zaman nanti, saat langit digulung seperti sebuah kitab gu-

lungan dan matahari akan menjadi gelap.  

(2)  Tujuan yang telah dirancangkan untuknya. Ciptaan yang 

agung itu tidaklah dibuat untuk berdiam saja, tetapi dari 

ujung langit ia terbit (setidaknya begitulah yang tampak di 

mata kita), dan ia beredar sampai ke ujung yang lain, dan 

kemudian (untuk menyempurnakan perputarannya dalam 

sehari) ia pun kembali ke titik yang semula lagi. Dan peris-

tiwa tersebut terjadi dengan kemantapan dan ketetapan 

yang begitu jelas sehingga kita bisa menebak dengan jitu 

pada jam dan menit keberapa matahari akan terbit di se-

buah tempat tertentu, di hari apa saja.  

(3) Kecemerlangan yang dipancarkannya. Matahari itu bagai-

kan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, berpa-

kaian dan berdandan dengan gayanya, seindah yang bisa 

dibentuk tangan, menyenangkan hatinya sendiri maupun 

orang-orang di sekelilingnya. Sebab sahabat mempelai laki-

 Kitab Mazmur 19:1-7 

 247 

laki sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki 

itu (Yoh. 3:29).  

(4) Kegembiraannya dalam melaksanakan perjalanannya. Se-

kalipun putaran yang dia tempuh terlihat sangat panjang 

dan tanpa jeda istirahat, dia tidak saja melakukannya da-

lam kepatuhan hartikel  m penciptaan dan demi untuk mela-

yani manusia, melainkan juga bersukacita dalam melaku-

kannya dan girang bagaikan pahlawan yang hendak mela-

kukan perjalanannya. Dengan kepuasan seperti itu pulalah 

Kristus, Sang Surya Kebenaran itu, menyelesaikan tugas 

yang diberikan kepada-Nya.  

(5) Pengaruh luasnya terhadap dunia ini: tidak ada yang ter-

lindung dari panas sinarnya, bahkan tidak ada satu pun 

unsur logam di perut bumi yang tidak terpengaruh oleh 

matahari.  

III. Kepada siapa kemuliaan Allah ini dinyatakan. Hal ini dinyatakan 

kepada seluruh pelosok dunia ini (ay. 4-5, TL): Barang suatu ba-

hasa pun tiada dan barang perkataan pun tiada, (tidak ada bang-

sa, sebab bangsa-bangsa terbagi menurut bahasa mereka, Kej. 

10:31-32) yang dalamnya belum kedengaran suaranya. Tali peng-

artikel  rnya sampai kepada seluruh muka bumi (maksudnya garis 

ekuator) dan melaluinya, firman-Nya sampai kepada ujung bumi, 

mengumandangkan kuasa yang kekal milik Allah pencipta segala 

sesuatu (ay. 5). Sang rasul memakai pernyataan ini sebagai alas-

an mengapa orang-orang Yahudi tidak seharusnya marah kepada-

nya dan kepada orang-orang lain oleh sebab   mereka memberita-

kan Injil kepada orang-orang bukan-Yahudi, yaitu sebab   Allah 

telah mengenalkan diri-Nya sendiri kepada dunia orang-orang bu-

kan-Yahudi melalui karya-karya penciptaan-Nya. Allah tidak 

membiarkan diri-Nya tanpa saksi di antara bangsa-bangsa bukan-

Yahudi itu (Rm. 10:18), supaya mereka tidak dapat berdalih lagi 

jika didapati sebagai penyembah berhala (Rm. 1:20-21). Dan 

orang-orang yang memberitakan Injil di antara mereka tidak bisa 

disalahkan, sebab mereka berusaha membuat orang-orang itu 

bertobat dari penyembahan berhala. Jika Allah memakai sarana 

seperti itu untuk mencegah mereka menjadi murtad dan mereka 

tidak juga mau berubah, maka baiklah jika para rasul itu mema-

kai sarana-sarana lain untuk mengembalikan mereka ke jalan 


 248

yang benar. Mereka tidak memiliki berita ataupun kata (begitulah 

beberapa orang mengartikannya), tetapi suara mereka terdengar. 

Semua orang dapat mendengar pengkhotbah-pengkhotbah alam 

yang tidak dapat mati itu menceritakan pekerjaan Allah yang 

menakjubkan itu di dalam bahasa mereka sendiri. 

Saat menyanyikan ayat-ayat ini, kita harus memberikan kemu-

liaan kepada Allah atas segenap kenyamanan dan manfaat yang kita 

peroleh melalui cahaya-cahaya di langit, sambil terus menatap ke 

atas melampaui benda-benda itu kepada Sang Surya Kebenaran.  

Keagungan Kitab Suci 

(19:8-15) 

8 Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu te-

guh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. 9 Titah 

TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat 

mata bercahaya. 10 Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; 

hartikel  m-hartikel  m TUHAN itu benar, adil semuanya, 11 lebih indah dari pada 

emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, 

bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. 12 Lagipula hamba-Mu di-

peringatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya men-

dapat upah yang besar. 13 Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Be-

baskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. 14 Lindungilah hamba-Mu, juga 

terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka 

aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar. 15 Mudah-

mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya 

TUHAN, gunung batartikel   dan penebusku. 

Kemuliaan Allah (yaitu, kebaikan-Nya kepada manusia) banyak terli-

hat dalam karya-karya ciptaan, tetapi lebih-lebih lagi di dalam dan 

melalui wahyu ilahi. sebab   merupakan aturan yang mengatur kewa-

jiban kita kepada Allah dan pengharapan kita dari Dia, Kitab Suci 

teramat sangat berguna dan memberi banyak manfaat kepada kita, 

lebih daripada siang atau malam, daripada udara yang kita hirup, 

atau cahaya matahari. Pengenalan akan Allah melalui karya-karya-

Nya bisa berguna bagi manusia, jika manusia itu mempertahankan 

kejujuran dan ketulusannya. Akan tetapi, untuk memulihkan keada-

annya yang telah jatuh, maka suatu tindakan lain perlu diambil, dan 

hal itu harus dilakukan melalui firman Allah. 

 

 Kitab Mazmur 19:8-15 

 249 

Dan di sini, 

I.  Sang pemazmur menguraikan sifat-sifat dan segala kegunaan 

firman Allah yang sangat unggul dalam enam kalimat (ay. 8-10). 

Dalam setiap kalimat itu, nama Yehovah disebut berulang-ulang, 

dan tidak ada yang sia-sia dengan pengulangan ini, sebab hartikel  m 

itu memiliki wewenang dan kuasanya dan semua keunggulannya 

dari Sang Pembuat hartikel  m itu sendiri. Di sini terdapat enam 

sebutan bagi firman Allah yang mencakup keseluruhan pewahyu-

an, janji dan ketentuan ilahi, terutama Injil. Di sini terdapat bebe-

rapa sifat baik firman Allah yang membuktikan asal-usul ilahinya, 

yang mendorong kita untuk menggemarinya dan menjunjungnya 

tinggi-tinggi melebihi hartikel  m-hartikel  m lain apa saja. Di sini dinya-

takan beberapa akibat baik yang ditimbulkan oleh hartikel  m itu ter-

hadap akal budi manusia, yang menunjukkan tujuan perancang-

annya, dan bagaimana kita harus memanfaatkannya, serta betapa 

ampuhnya anugerah ilahi yang menyertai dan bekerja melaluinya.  

1. Taurat TUHAN itu sempurna, benar-benar bersih dari segala 

kenajisan, benar-benar dipenuhi oleh segala hal yang baik dan 

betul-betul cocok dengan tujuan yang telah dirancangkan 

baginya, dan akan membuat hamba Allah sempurna (2Tim. 

3:17, TL). Tidak boleh ada yang ditambahkan atau dikurangi 

darinya. Taurat Tuhan dipakai untuk menyegarkan jiwa, un-

tuk menyadarkan dan mengembalikan kita kepada Allah kita 

dan tugas kita. Sebab Taurat itu menunjukkan kepada kita 

keberdosaan dan kesengsaraan kita akibat telah menjauh dari 

Allah. Ia juga menunjukkan betapa perlunya kita untuk kem-

bali kepada Dia.   

2.  Peraturan TUHAN itu (yang bersaksi kepada kita mengenai Dia) 

teguh, betul-betul teguh dan tidak dapat diragukan lagi se-

hingga kita dapat menghormati, mengandalkan dan merasa 

yakin bahwa hal itu tidak akan menipu kita. Peraturan Tuhan 

itu merupakan temuan yang pasti akan kebenaran ilahi, meru-

pakan petunjuk yang pasti untuk melaksanakan tugas kita. 

Peraturan itu merupakan dasar penghiburan yang teguh di 

dalam hidup ini dan juga dasar yang teguh bagi pengharapan 

yang kekal. Peraturan itu berguna untuk membuat kita men-

jadi bijak, bijak untuk mendapatkan keselamatan (2Tim. 3:15). 

Peraturan itu akan memberi kita pengetahuan mendalam me-


 250

ngenai hal-hal ilahi dan penglihatan mengenai hal-hal yang 

akan datang. Peraturan itu membuat kita bekerja sebaik 

mungkin dan menjaga kita untuk tetap mengerjakan kepen-

tingan kita yang sejati. Bahkan, peraturan itu akan memberi-

kan hikmat kepada orang-orang yang tak berpengalaman (yang 

mungkin tidak bisa berbuat banyak bagi keadaan dunia di 

masa kini) mengenai jiwa dan kekekalan mereka. Orang-orang 

yang tidak berpengalaman dan merendahkan hati mereka, 

yang sadar mengenai kebodohan mereka dan bersedia untuk 

diajar, akan dijadikan bijaksana oleh firman Allah (25:9).  

3. Titah TUHAN itu (yang ditegakkan oleh wewenang-Nya dan 

mengikat semua orang dari mana pun mereka berasal) tepat, 

benar-benar sesuai dengan aturan-aturan dan pegangan-pe-

gangan kekal mengenai hal yang baik dan yang jahat, yaitu 

sesuai dengan akal sehat manusia dan hikmat Allah yang 

benar. Semua titah Allah mengenai segala sesuatu itu benar 

(119:128), seperti yang seharusnya. Titah itu akan membim-

bing kita kepada kebenaran jika kita menerima dan mematuhi-

nya, sebab titah Tuhan itu tepat dan menyukakan hati. Hu-

kum Tuhan, sebagaimana seperti yang kita lihat di tangan 

Kristus, memberi kita alasan untuk bersukacita. Dan, bila 

dituliskan di dalam hati kita, titah Tuhan itu meletakkan da-

sar bagi sukacita yang kekal, dengan memulihkan kita kembali 

ke akal budi yang benar.  

4. Perintah TUHAN itu murni. Jernih, tanpa sedikit pun kegelapan 

di dalamnya. Bersih, tanpa noda atau kotoran. Perintah itu 

sendiri telah dimurnikan dari segala kecemaran dan bersifat 

menyucikan semua orang yang menerima dan memeluknya. 

Perintah itu merupakan sarana biasa yang dipakai Roh untuk 

membuat mata terang. Perintah itu membukakan mata dan 

menyadarkan kita mengenai dosa dan kesengsaraan kita, serta 

mengarahkan kita untuk menjalankan kewajiban kita.  

5. Takut akan TUHAN itu (agama dan kesalehan sejati yang di-

tuliskan dalam firman, berkuasa di dalam hati dan dijalankan 

dalam kehidupan) suci, bersih, dan akan membersihkan kita 

(Yoh. 15:3). Ia akan mempertahankan kelakuan bersih kita 

(Mzm. 119:9). Dan takut akan Tuhan itu tetap ada untuk sela-

manya, merupakan kewajiban yang harus dilakukan terus-

menerus dan tidak bisa dibatalkan. Hartikel  m lahiriah (yang ha-

 Kitab Mazmur 19:8-15 

 251 

nya berupa upacara semata) telah lama berlalu, tetapi hartikel  m 

tentang takut akan Allah selalu tetap sama. Waktu tidak akan 

mengubah sifat moral yang baik dan yang jahat.  

6. Hartikel  m-hartikel  m TUHAN itu (segenap ketetapan-Nya, yang di-

bingkai dalam hikmat yang tidak terbatas) benar. Hartikel  m-hu-

kum itu didasarkan pada kebenaran yang paling sakral dan 

tidak dapat dipungkiri lagi. Hartikel  m-hartikel  m itu adil, seluruh-

nya berkesuaian dengan keadilan alamiah, dan semuanya de-

mikian adanya: tidak ada kecurangan di dalam hartikel  m-hartikel  m 

itu, semuanya merupakan satu kesatuan.   

II. Daud mengungkapkan rasa penghargaannya yang tinggi terhadap 

firman Allah, dan juga keuntungan besar yang ia miliki dan ia 

harapkan dari firman-Nya itu (ay. 11-12). 

1. Lihatlah betapa tingginya dia menghargai perintah-perintah 

Allah. Orang-orang yang saleh memang lebih menyukai agama 

mereka dan firman Allah,  

(1)  Jauh melebihi segala kekayaan di du