Mazmur-1-50 13
Mat.
13:43). Perhatikanlah, jika kita selalu mawas diri untuk
menjaga hati nurani kita, kita juga dapat berserah ke-
pada Allah untuk menjaga nama baik kita.
Pesan dan Janji
(37:7-20)
7 Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah ka-
rena orang yang berhasil dalam hidupnya, sebab orang yang melakukan
tipu daya. 8 Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan
marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. 9 Sebab orang-orang yang
berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan
TUHAN akan mewarisi negeri. 10 sebab sedikit waktu lagi, maka lenyaplah
orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada
lagi. 11 Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan ber-
gembira sebab kesejahteraan yang berlimpah-limpah. 12 Orang fasik meren-
canakan kejahatan terhadap orang benar dan menggertakkan giginya terha-
dap dia; 13 Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab Ia melihat bahwa
harinya sudah dekat. 14 Orang-orang fasik menghunus pedang dan melentur
busur mereka untuk merobohkan orang-orang sengsara dan orang-orang
miskin, untuk membunuh orang-orang yang hidup jujur; 15 tetapi pedang
mereka akan menikam dada mereka sendiri, dan busur mereka akan dipa-
tahkan. 16 Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlim-
pah-limpah pada orang fasik; 17 sebab lengan orang-orang fasik dipatahkan,
tetapi TUHAN menopang orang-orang benar. 18 TUHAN mengetahui hari-hari
orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya; 19
mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan mereka akan
Kitab Mazmur 37:7-20
511
menjadi kenyang pada hari-hari kelaparan. 20 Sesungguhnya, orang-orang
fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang rumput: mereka
habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap.
Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati,
I. Penekanan kembali arahan-arahan yang telah dituliskan sebe-
lumnya. Oleh sebab kita mudah sekali menggelisahkan diri kita
sendiri dengan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan yang tidak
berguna, maka diperlukan pengulangan arahan demi arahan,
baris demi baris, untuk menghalau ketidakpuasan dan ketidak-
percayaan kita itu dan memperlengkapi diri kita untuk melawan-
nya.
1. Biarlah kita terus percaya kepada Allah: Berdiam dirilah di
hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia (ay. 7), artinya, terimalah
segala yang Ia perbuat dan berserahlah di dalam semua itu,
sebab itulah yang terbaik, yakni sebab semua itu telah diten-
tukan oleh-Nya. Juga, berpuaslah oleh sebab Dia akan tetap
membuat segalanya mendatangkan kebaikan bagi kita, meski-
pun kita tidak tahu bagaimana atau dengan cara apa. Ber-
diamlah di hadapan Tuhan (begitulah arti perkataan itu), bu-
kan diam yang penuh kemurungan, tetapi diam dalam penye-
rahan diri. Sabar dalam menanggung apa yang ditaruh di atas
pundak kita, dengan pengharapan menantikan sesuatu yang
dijanjikan kepada kita, bukan saja merupakan kewajiban, me-
lainkan juga merupakan keuntungan bagi kita sendiri. Bersi-
kap sabar seperti itu justru akan membuat kita selalu tenang.
Juga ada alasan kuat untuk bersikap sabar demikian, sebab
hal itu berarti mendapatkan keuntungan pada saat melak-
sanakan keharusan kita.
2. Biarlah kita tidak menjadi resah dengan segala yang kita lihat
di dunia ini: Jangan marah sebab orang yang berhasil dalam
hidupnya, yang terus berkembang dan kian kaya serta jaya di
dunia ini, padahal ia jahat. Jangan, dan jangan merasa begitu
pula terhadap orang yang melakukan kejahatan dengan kuasa
dan kekayaannya, atau terhadap orang yang melakukan tipu
daya melawan orang benar dan saleh, sekalipun mereka tam-
paknya berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan dan
membuat orang benar tertindas. Jika hatimu mulai panas
sebab semua itu, enyahkan kebodohanmu itu dan berhentilah
512
marah (ay. 8). Kuasailah bibit-bibit ketidakpuasan dan kedeng-
kianmu, dan janganlah memendam pikiran-pikiran keras ter-
hadap Allah dan pemeliharaan-Nya sebab hal itu. Janganlah
marah dengan apa pun yang dilakukan Allah, sebaliknya,
tinggalkan panas hati itu, sebab hal itu yaitu angkara murka
yang terburuk. Jangan marah, itu hanya membawa kepada
kejahatan. Jangan iri dengan keberhasilan mereka, supaya
kamu tidak tergoda untuk terjerumus juga bersama-sama
dengan mereka dan melakukan kejahatan yang sama untuk
memperkaya dan memajukan diri sendiri. Juga janganlah
terseret dalam perbuatan dan sikap yang berlebih-lebihan da-
lam usahamu untuk menghindar dari mereka dan kekuasaan
mereka. Perhatikanlah, jiwa yang tidak puas dan panas hati
sangat rawan terhadap godaan-godaan, dan orang yang terbe-
nam di dalamnya ada dalam bahaya untuk berbuat kejahatan
juga.
II. Berbagai alasan selanjutnya dijelaskan panjang lebar dan diulang-
ulang dalam macam-macam ungkapan yang menyenangkan hati.
Alasan-alasan ini didasarkan atas kebinasaan yang menghampiri
orang jahat, sekalipun mereka kini makmur, dan juga dari
kebahagiaan sejati orang benar, meskipun mereka kini tertindas.
Kita diperingatkan (ay. 7) supaya tidak mendengki orang jahat ka-
rena kemakmuran lahiriah atau sebab keberhasilan rancangan
mereka melawan orang benar. Di sini dikemukakan beberapa ala-
san yang berkaitan dengan kedua godaan tersebut:
1. Orang benar tidak memiliki alasan untuk merasa iri terhadap
keberhasilan duniawi orang jahat, ataupun untuk merasa
sedih dan gelisah sebab nya,
(1) Sebab keberhasilan orang jahat akan segera berakhir (ay.
9): Orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan oleh
hantaman keadilan ilahi yang tiba-tiba menyerang di
tengah-tengah kemakmuran mereka. Apa yang mereka per-
oleh dengan dosa tidak saja akan melayang habis (Ayb.
20:28), tetapi mereka sendiri pun akan ikut melayang ber-
sama-sama semua itu. Lihatlah kesudahan manusia-ma-
nusia seperti itu (73:17), betapa mahalnya harga yang
harus mereka bayar atas kekayaan mereka yang tidak halal
Kitab Mazmur 37:7-20
513
itu, maka engkau tidak akan lagi merasa iri kepada mereka
dan tidak akan bersedia ambil bagian bersama-sama de-
ngan mereka, apa pun yang terjadi. Kebinasaan mereka su-
dah pasti dan sangat dekat waktunya (ay. 10): sebab sedi-
kit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik dari keadaannya
saat ini. Mereka binasa dalam sekejap mata, lenyap (73:19).
Bersabarlah sedikit, sebab Hakim telah berdiri di ambang
pintu (Yak. 5:8-9). Redamlah amarahmu, sebab Tuhan su-
dah dekat (Flp. 4:5). Betapa dahsyatnya kebinasaan yang
akan menimpa mereka. Orang fasik dan harta miliknya
akan dicabut dan dilenyapkan sampai ke akar-akarnya.
Hari yang akan datang itu akan menghabiskan mereka
sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka
(Mal. 4:1): Jika engkau memperhatikan tempatnya, di mana
kemarin dulu dia terlihat begitu hebat, kini ia sudah tidak
ada lagi, engkau tidak akan mendapatinya lagi. Dia tidak
akan meninggalkan apa pun yang berharga atau terhormat
di belakangnya. Demikianlah (ay. 20) orang-orang fasik
akan binasa. Kematian merupakan kebinasaan mereka,
sebab kematian merupakan akhir dari segala sukacita me-
reka dan jalan masuk menuju kesengsaraan mereka yang
tidak akan pernah berujung. Berbahagialah orang-orang
mati yang mati dalam Tuhan, tetapi celakalah, selamanya
celaka, orang-orang mati yang mati dalam dosa-dosa mere-
ka. Orang-orang jahat merupakan musuh Tuhan. Mereka
yaitu orang-orang yang tidak sudi membiarkan-Nya ber-
kuasa atas mereka, dan sebab itu, Dia pun akan mem-
buat perhitungan dengan mereka: seperti lemak anak
domba, demikian mereka itupun akan lesap lenyap dalam
asap. Kemakmuran yang memuaskan kedagingan mereka
itu bagaikan lemak anak domba yang tidak padat atau ada
isinya, melainkan lembek dan berair. Dan, saat kebinasaan
menimpa, mereka akan jatuh menjadi korban pengadilan
Allah dan dilalap api seperti korban persembahan di atas
mezbah, menjadi asap dan mengepul. Hari pembalasan
Allah atas orang-orang jahat digambarkan sebagai korban
lemak buah pinggang domba-domba jantan (Yes. 34:6), se-
bab Dia akan dimuliakan oleh kebinasaan para seteru-Nya,
sebagaimana Ia dimuliakan oleh korban-korban bakaran.
514
Para pendosa yang terkutuk merupakan korban bakaran
(Mrk. 9:49). Inilah alasan yang kuat mengapa kita tidak
seharusnya merasa iri terhadap kemakmuran mereka.
Pada saat mereka diberi makan banyak, mereka sebenar-
nya sedang digemukkan untuk disembelih pada hari per-
sembahan korban, seperti domba di tanah lapang (Hos.
4:16). Semakin mereka makmur, semakin dimuliakanlah
Allah melalui kebinasaan mereka.
(2) Sebab keadaan orang benar, bahkan pada kehidupan yang
sekarang, lebih baik dan lebih menyenangkan dalam segala
hal daripada keadaan orang jahat (ay. 16). Secara umum,
yang sedikit pada orang benar, dari kehormatan, kekayaan
dan kesenangan di dunia ini, lebih baik dari pada yang ber-
limpah-limpah pada orang fasik.
Perhatikanlah:
[1] Kekayaan di dunia diatur sedemikian rupa oleh Pemeli-
haraan ilahi sehingga sering kali banyak orang benar
justru memiliki sedikit saja, sementara orang jahat me-
milikinya dengan berlimpah-limpah. Dengan begitu,
Allah ingin menunjukkan kepada kita bahwa hal-hal
duniawi bukanlah yang terbaik. Sebab, jika tidak, pasti-
lah orang yang paling dekat dengan-Nya dan yang pa-
ling dikasihi-Nya akan mendapatkan yang terbanyak.
[2] Bahwa sedikit harta yang dimiliki orang saleh benar-be-
nar lebih baik daripada kekayaan orang fasik, sekalipun
berlimpah-limpah jumlahnya. Sebab, kepunyaan orang
saleh itu bersumber dari tangan yang lebih baik, dari
tangan yang mengulurkan kasih istimewa dan bukan
hanya sekedar tangan yang menyediakan hal-hal biasa
saja. Dan milik orang saleh itu dinikmati dengan lebih
berhak (Allah memberikannya kepada mereka melalui
janji, Gal. 3:18). Milik itu menjadi kepunyaan mereka
oleh sebab hubungan mereka dengan Kristus yang
merupakan pewaris dari segala sesuatu, dan diberikan
untuk kegunaan yang lebih baik. Harta itu dikuduskan
bagi mereka melalui pemberkatan dari Allah. Bagi orang
suci semuanya suci (Tit. 1:15). Sedikit harta yang
dipakai untuk melayani dan menghormati Allah lebih
Kitab Mazmur 37:7-20
515
baik daripada harta berlimpah yang disediakan bagi
Baal atau untuk memuaskan hawa nafsu. Janji-janji
yang di sini diberikan bagi orang benar ini meneguhkan
kebahagiaan mereka sehingga mereka tidak perlu lagi
merasa iri terhadap kemakmuran orang yang melaku-
kan kejahatan. Biarlah ini menjadi penghiburan mere-
ka,
Pertama, bahwa mereka akan mewarisi negeri, seba-
nyak yang dipandang baik oleh Sang Hikmat Tak Ter-
batas. Mereka memiliki janji untuk hidup ini (1Tim. 4:8).
Jika seluruh bumi diperlukan untuk membuat mereka
bahagia, mereka akan dapat memilikinya. Semuanya
menjadi warisan mereka, bahkan dunia, dan segala se-
suatu waktu sekarang maupun waktu yang akan da-
tang (1Kor. 3:21, 22). Mereka memperolehnya melalui
warisan, hak yang teguh dan terhormat, bukan hanya
melalui izin ataupun persekongkolan. Saat para pelaku
kejahatan dilenyapkan, kadang kala orang-orang benar
justru mewarisi apa yang telah mereka kumpulkan.
Kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar
(Ayb. 27:17; Ams. 13:22). Janji ini dibuat di sini,
1. Bagi orang-orang yang hidup di dalam iman (ay. 9):
Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN, bergan-
tung dan berharap kepada-Nya, serta tekun men-
cari-Nya, akan mewarisi negeri, sebagai tanda kesu-
kaan-Nya saat ini atas mereka dan sebagai jaminan
akan hal-hal lebih baik yang dipersiapkan bagi me-
reka di dunia yang akan datang. Allah yaitu Tuan
yang baik, yang menyediakan dengan berlimpah dan
baik, bukan saja bagi para hamba-Nya yang bekerja,
tetapi juga bagi para hamba-Nya yang menanti-nan-
tikan-Nya.
2. Bagi mereka yang hidup dengan tenteram dan damai
(ay. 11): Orang-orang yang rendah hati akan mewa-
risi negeri. Orang-orang seperti ini sangat jauh dari
bahaya disakiti dan diganggu harta miliknya. Mere-
ka sangat puas dengan diri mereka sendiri dan kare-
na itu sangat menikmati segala penghiburan yang
mereka terima sebagai makhluk ciptaan. Sang Juru-
516
selamat kita telah mengikat hal ini sebagai janji Injil,
dan meneguhkannya sebagai berkat-Nya bagi orang-
orang yang lemah lembut (Mat. 5:5).
Kedua, bahwa mereka akan bergembira sebab kese-
jahteraan yang berlimpah-limpah (ay. 11). Mungkin me-
reka tidak memiliki harta berlimpah-ruah untuk dinik-
mati, tetapi mereka memiliki sesuatu yang lebih baik
lagi, yaitu kelimpahan damai sejahtera, damai di hati
dan ketenangan pikiran, damai dengan Allah, dan ke-
mudian damai di dalam Allah. Itulah ketenteraman
besar yang ada pada orang-orang yang mencintai Taurat
Allah, tidak ada sandungan bagi mereka (119:165). Itu-
lah damai sejahtera berlimpah yang terdapat di dalam
kerajaan Kristus (72:7), damai sejahtera yang tidak bisa
diberikan dunia ini (Yoh. 14:27), dan yang tidak bisa di-
miliki orang-orang fasik (Yes. 57:21). Orang-orang yang
rendah hati akan bersuka di dalamnya dan terus-mene-
rus digirangkan olehnya. Sementara itu, orang-orang
yang memiliki kelimpahan harta terus-menerus terha-
lang dan dikacaukan oleh harta mereka dan hanya
dapat sedikit menikmatinya saja.
Ketiga, bahwa Allah mengetahui hari-hari mereka (ay.
18). Dia memperhatikan mereka dengan saksama,
memperhatikan perbuatan dan segala peristiwa yang
terjadi pada mereka. Dia menghitung hari-hari pelayan-
an mereka dan tidak sehari pun akan terlewat tanpa
imbalan. Dia juga menghitung hari-hari penderitaan
mereka, supaya nanti mereka mendapatkan ganti rugi
dari apa yang mereka alami itu. Dia mengenal hari-hari
baik mereka dan ikut bersuka atas keberhasilan mere-
ka. Dia mengenal hari-hari suram mereka, hari-hari
yang penuh dengan kesusahan, dan kekuatan dari-Nya
selalu mengiringi mereka di sepanjang hari-hari itu.
Keempat, bahwa milik pusaka mereka akan tetap
selama-lamanya. Bukan milik pusaka mereka di bumi
ini, melainkan milik pusaka yang tidak akan menjadi
rusak, yang disediakan bagi mereka di sorga. Orang-
orang yang merasa yakin akan milik pusaka mereka di
dunia yang lain, tidak memiliki alasan untuk merasa iri
Kitab Mazmur 37:7-20
517
kepada orang-orang fasik sebab harta dan kesenangan
semu yang mereka nikmati di dunia fana ini.
Kelima, bahwa pada saat-saat terburuk pun segala
sesuatu akan baik-baik saja buat mereka (ay. 19): Me-
reka tidak akan mendapat malu sebab pengharapan
dan keyakinan mereka di dalam Allah, juga dalam peng-
akuan agamawi mereka. Sebab, penghiburan di dalam
hal-hal tersebut akan membela dan menyokong mereka
dengan kuat pada masa-masa jahat. Saat orang-orang
lain terkulai, mereka akan mengangkat kepala mereka
dengan sukacita dan keyakinan: Bahkan pada hari-hari
kelaparan, saat orang-orang di sekitar mereka menderi-
ta sebab kekurangan makanan, mereka akan menjadi
kenyang, seperti Elia dulu. Dengan berbagai cara Allah
akan menyediakan makanan bagi mereka atau me-
nguatkan hati mereka untuk tetap puas, sekalipun ti-
dak ada makanan, sehingga jika mereka melarat dan
lapar, mereka tidak akan seperti orang fasik yang akan
gusar dan akan mengutuk rajanya dan Allahnya (Yes.
8:21), melainkan akan bersorak-sorak di dalam Tuhan
sebagai Allah yang menyelamatkan mereka, bahkan ke-
tika pohon ara tidak berbunga sekalipun (Hab. 3:17-18).
2. Orang baik tidak punya alasan untuk merasa gusar sebab
rencana orang-orang fasik yang terkadang berhasil dalam me-
lawan orang-orang benar. Meskipun mereka berhasil melaku-
kan tipu daya dan membuat kita takut bahwa mereka akan
merajalela seterusnya, biarlah kita berhenti marah dan tidak
lagi gusar, serta tidak menyerah, sebab,
(1) Rencana persekongkolan mereka itu akan menjadi aib bagi
mereka (ay. 12-13). Memang benar bahwa orang fasik me-
rencanakan kejahatan terhadap orang benar. Ada permu-
suhan mendarah daging di antara keturunan orang fasik
dan keturunan orang benar. Orang fasik berikhtiar untuk
menghancurkan kebenaran, atau, jika hal itu ternyata ga-
gal, mereka akan mencoba membinasakan orang benar.
Dalam rangka mencapai tujuan inilah mereka berlaku bejat
dan curang (mereka bersekongkol dan berperkara melawan
orang benar), mengobarkan kegeraman menggertakkan
518
giginya terhadap mereka. Mereka begitu menjadi-jadi untuk
mencoba memangsa orang-orang benar itu, dan sebab
sering tidak berhasil, angkara murka mereka pun semakin
berapi-api. Akan tetapi, dengan bersikap seperti itu, mere-
ka justru mempermalukan diri mereka sendiri. Tuhan me-
nertawakan mereka (2:4-5). Mereka sombong dan kurang
ajar, tetapi Allah akan menimpakan kehinaan kepada me-
reka. Dia bukan saja tidak menyenangi mereka, tetapi juga
memandang hina mereka dan segala upaya mereka yang
sia-sia dan tidak ampuh itu. Kejahatan mereka juga tidak
berkuasa dan terbelenggu, sebab Ia melihat bahwa harinya
sudah dekat, yaitu,
[1] Hari pembalasan Allah, hari pewahyuan kebenaran-Nya,
yang kini terlihat kabur dan hanya samar-samar saja.
Manusia kini masih diberi waktu. Inilah saat kamu
(Luk. 22:53). Akan tetapi, hari Allah akan datang seben-
tar lagi, yaitu hari pembalasan, hari yang akan memberi
imbalan kepada orang-orang benar sekaligus menggan-
jar orang-orang dungu yang sekarang masih berada di
atas angin itu. Dihakimi oleh pengadilan manusia itu se-
dikit sekali artinya (1Kor. 4:3). Pengadilan Allahlah yang
menentukan penghakiman terakhir.
[2] Hari kebinasaan mereka. Harinya orang jahat, hari yang
ditetapkan bagi kejatuhan mereka, hari itu sudah de-
kat, yang menyiratkan adanya penundaan. Hari itu be-
lum lagi datang, tetapi pasti akan datang. Keyakinan
akan datangnya hari itu membuat anak dara, si puteri
Sion, akan menghina murka musuh-musuhnya dan
mengolok-olokan mereka (Yes. 37:22).
(2) Segala upaya mereka justru akan menjadi kehancuran me-
reka (ay. 14-15).
Lihatlah di sini,
[1] Betapa kejamnya mereka dalam mengatur rencana me-
lawan orang benar. Mereka mempersiapkan senjata-
senjata maut, pedang dan busur, tidak kurang dari itu.
Mereka memburu nyawa-nyawa yang berharga. Ren-
cana mereka yaitu untuk merobohkan dan membunuh.
Darah orang-orang kuduslah yang mereka incar dengan
Kitab Mazmur 37:7-20
519
rasa haus. Mereka melanjutkan rencana mereka itu
sejauh mungkin hingga hampir saja terlaksana: Mereka
menghunus pedang dan melentur busur. Dan semua
peperangan yang mereka siapkan itu yaitu untuk
melawan orang-orang yang tidak berdaya, yaitu orang-
orang sengsara dan orang-orang miskin (yang mem-
buktikan sikap pengecut mereka), serta melawan orang-
orang yang tidak bersalah, yaitu orang-orang yang hidup
jujur, yang tidak pernah membangkitkan amarah mere-
ka atau menyakiti mereka ataupun orang lain, dan hal
ini menunjukkan bahwa mereka sungguh-sungguh
jahat. Begitulah, hati yang lurus pun tidak memagari
orang benar dari maksud jahat. Akan tetapi,
[2] Betapa adilnya maksud jahat mereka berbalik melilit
mereka sendiri: pedang mereka akan menikam dada
mereka sendiri. Hal ini menyiratkan bahwa orang-orang
benar dilindungi dari maksud jahat mereka dan bahwa
maksud jahat mereka memenuhi takaran kejahatan me-
reka sendiri. Terkadang, kejahatan yang mereka ran-
cangkan melawan sesama mereka yang tidak bersalah
justru menghancurkan mereka sendiri. Namun yang
pasti, pedang Allah, yang teracung melawan mereka
gara-gara perbuatan mereka sendiri itu, akan menda-
tangkan maut bagi mereka.
(3) Orang-orang yang tidak secara langsung dibinasakan tetap
akan dilumpuhkan supaya tidak bisa melanjutkan ran-
cangan jahat mereka, sehingga kepentingan gereja akan
terpelihara: busur mereka akan dipatahkan (ay. 15). Alat
yang mereka pakai untuk melaksanakan kekejaman me-
reka akan gagal dan mereka akan kehilangan semua orang
yang telah mereka jadikan alat untuk melayani tujuan-
tujuan keji mereka. Bukan itu saja, bahkan lengan mereka
pun dipatahkan, sehingga mereka tidak akan mampu lagi
meneruskan segala upaya mereka itu (ay. 17). Tetapi
TUHAN menopang orang-orang benar, sehingga mereka
tidak akan dibenamkan oleh kesukaran mereka yang berat
itu, juga tidak akan diremukkan oleh tindak kekerasan
para musuh mereka. Dia menopang mereka di dalam ketu-
lusan dan kesejahteraan mereka. Dan, orang-orang yang
520
ditopang sebegitu rupa oleh batu karang abadi tidak perlu
merasa iri terhadap sokongan buluh-buluh orang fasik
yang terkulai.
Pesan dan Janji
(37:21-33)
21 Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar
yaitu pengasih dan pemurah. 22 Sesungguhnya, orang-orang yang diberkati-
Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang-orang yang dikutuki-Nya akan
dilenyapkan. 23 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya
berkenan kepada-Nya; 24 apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab
TUHAN menopang tangannya. 25 Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi
tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya
meminta-minta roti; 26 tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi
pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat. 27 Jauhilah yang jahat dan
lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-
lamanya; 28 sebab TUHAN mencintai hartikel m, dan Ia tidak meninggalkan
orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan
terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan. 29 Orang-
orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa. 30 Mulut
orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hartikel m; 31
Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah. 32
Orang fasik mengintai orang benar dan berikhtiar membunuhnya; 33 TUHAN
tidak menyerahkan orang benar itu ke dalam tangannya, Ia tidak membiar-
kannya dinyatakan fasik pada waktu diadili.
Ayat-ayat di atas memiliki tujuan yang hampir sama dengan ayat-
ayat sebelumnya dalam mazmur ini, sebab pokok isinya sungguh
bermakna untuk terus direnungkan.
Perhatikanlah di sini:
I. Apa yang dituntut dari kita sebagai jalan menuju kebahagiaan
kita sendiri, yang dapat kita pelajari dari perangai dan arahan
yang dipaparkan di sini. Jika kita ingin diberkati Allah,
1. Kita harus selalu mawas diri untuk memberikan kepada orang
lain apa yang menjadi hak mereka: sebab orang fasik memin-
jam dan tidak membayar kembali (ay. 21). Inilah hal pertama
yang dikehendaki oleh Tuhan Allah kita, yaitu supaya kita
berlaku adil dan memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi hak mereka. Tidak mengembalikan apa yang telah
kita pinjam bukan saja suatu perbuatan yang memalukan,
melainkan juga suatu kejahatan yang kotor. Beberapa orang
menganggapnya sebagai contoh yang lebih condong menggam-
Kitab Mazmur 37:21-33
521
barkan kesengsaraan dan kemiskinan yang menimpa orang-
orang jahat sebab keadilan Allah, dibandingkan dengan keja-
hatan mereka. Mereka harus mencari pinjaman untuk meme-
nuhi kebutuhan mereka dan tidak mampu mengembalikan
pinjaman itu sehingga harus bergantung kepada belas kasihan
si pemberi pinjaman. Apa pun makna yang dipikirkan oleh
manusia mengenainya, tetap saja merupakan dosa besar bila
ada orang yang menghindari kewajiban mereka dalam melu-
nasi pinjaman, sama besarnya dengan kesengsaraan orang-
orang yang tidak bisa membayar kembali utang mereka.
2. Kita harus selalu siap berlaku murah hati dan penuh derma,
sebab dengan berbuat demikian kita menunjukkan kebaikan
Allah kepada orang benar yang memberikan kepadanya kuasa
untuk bersikap baik hati dan berbuat baik (dan sebagian
orang memahami ini demikian: bahwa berkat Allah meninggi-
kan umat-Nya yang kecil setinggi-tingginya hingga mereka ber-
kelimpahan dan memiliki kelebihan untuk menolong orang
lain). Selain itu, dengan berlaku murah hati dan dermawan
kita juga memperlihatkan kebaikan orang benar yang memiliki
hati sebesar jumlah kekayaannya: Orang benar yaitu penga-
sih dan pemurah (ay. 21). Tiap hari ia menaruh belas kasihan,
setiap hari, atau sepanjang hari, selalu berbelas kasihan dan
memberi pinjaman. Terkadang, meminjamkan itu juga sama
baik hatinya seperti memberi. Dan memberi dan meminjamkan
itu berkenan kepada Allah bila timbul dari hati yang tergerak
oleh belas kasihan, dan jika sungguh diserta rasa tulus, akan
terus kita lakukan tanpa jemu-jemunya. Orang yang benar-
benar berbelas kasihan akan menaruh belas kasihan setiap
waktu.
3. Kita harus meninggalkan dosa kita dan bertekun di dalam ke-
salehan (ay. 27): Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang
baik. Berhentilah berbuat jahat dan bencilah kejahatan itu.
Belajarlah untuk berbuat baik dan bertekun di dalamnya. Ini-
lah agama yang sejati.
4. Kita harus berlimpah dengan percakapan yang baik, memulia-
kan Alah dan membangun orang-orang lain dengan lidah kita.
Inilah bagian dari perangai orang benar (ay. 30), yaitu bahwa
mulutnya mengucapkan hikmat. Dia bukan saja berkata de-
ngan bijak, tetapi juga mengucapkan hikmat, sebagaimana Sa-
522
lomo, demi membimbing orang-orang di sekelilingnya. Lidah-
nya tidak mengatakan omong kosong atau cakap angin, me-
lainkan mengatakan hartikel m, yaitu firman dan pemeliharaan
Allah, serta jalan-jalan hikmat yang mengarahkan perilaku
dengan benar. Dari hati yang limpah dengan kebaikan, mulut
akan mengucapkan hal-hal yang baik dan membangun.
5. Kita harus bersedia menyerahkan segala kehendak kita ke
dalam kehendak dan firman Allah (ay. 31): Taurat Allahnya
ada di dalam hatinya. Sia-sia saja jika kita mengaku-ngaku
bahwa Allah yaitu Allah kita, jika kita tidak menerima Tau-
rat-Nya di dalam hati kita dan tidak menyerahkan diri untuk
dikuasai oleh Taurat-Nya itu. Hanya isapan jempol belaka bila
kita mengucapkan hikmat dan mengatakan hartikel m (ay. 30)
tanpa Taurat Allah ada di dalam hati kita, dan jika apa yang
kita katakan tidak sama seperti apa yang ada dalam pikiran
kita. Taurat Allah harus menjadi pegangan yang berkuasa dan
memerintah di dalam hati. Taurat Allah harus menjadi terang
dan mata air di sana, supaya dengan begitulah perilaku laku
menjadi selaras dan sejalan: Langkah-langkahnya tidak goyah.
Hartikel m Allah ampuh dalam mencegah kita tergelincir ke da-
lam dosa dan kerugian yang ditimbulkannya.
II. Apa yang dijanjikan sebagai jaminan bagi kita, sebagai contoh
dari kebahagiaan dan penghiburan yang akan kita alami, bila kita
melakukan apa yang dikehendaki Tuhan bagi kita di atas.
1. Bahwa kita akan memperoleh berkat dari Allah, dan berkat itu
akan menjadi sumber, rasa manis dan keamanan bagi segala
penghiburan dan kenikmatan sementara kita di dunia ini (ay.
22): Orang-orang yang diberkati Allah, sebagaimana semua
orang benar, dengan berkat Bapa dan kebajikan di dalamnya,
akan mewarisi negeri, atau tanah (sebagaimana yang diterje-
mahkan dalam pasal 29, TL), yaitu tanah Kanaan, kemuliaan
dari segala negeri. Semua penghiburan sementara di dunia ini
sungguh-sungguh dirasakan sebagai penghiburan bila kita
melihatnya mengalir dari berkat Allah. Dengan demikian kita
yakin tidak akan kekurangan apa pun yang baik bagi kita di
dunia ini. Tanah itu menumbuhkan hasilnya, jika Allah, yaitu
Allah kita, akan memberkati kita (67:6, TL). Dan sebagaimana
orang-orang yang diberkati Allah benar-benar dipenuhi berkat
Kitab Mazmur 37:21-33
523
(sebab mereka akan mewarisi negeri), begitu pula orang-orang
yang dikutuk-Nya benar-benar celaka. Mereka akan dilenyap-
kan dan dibabat habis, dan kebinasaan mereka yang ditimpa-
kan oleh kutukan ilahi itu akan menjadi peneguhan dan peng-
hiburan bagi orang benar melalui berkat ilahi.
2. Bahwa Allah akan mengarahkan dan mengatur tindakan serta
perkara kita sedemikian rupa sehingga menjadi kemuliaan
yang terbesar bagi-Nya (ay. 23): TUHAN menetapkan langkah-
langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Melalui
anugerah dan Roh Kudus-Nya dia mengarahkan pikiran, pera-
saan, dan rancangan orang-orang benar. Dia tentu saja me-
nguasai hati semua orang di tangan-Nya, tetapi hati orang-
orang benar itu dimiliki-Nya atas persetujuan mereka. Melalui
pemeliharaan-Nya, Dia menguasai segala kejadian yang ber-
kaitan dengan mereka supaya Ia bisa meratakan jalan mereka,
agar jelas bagi mereka apa yang harus mereka lakukan dan
apa yang dapat mereka harapkan. Perhatikanlah, Allah mene-
tapkan langkah-langkah orang benar, bukan hanya menetap-
kan jalannya secara umum melalui firman-Nya yang tertulis,
tetapi juga menetapkan setiap langkahnya melalui bisikan hati
nurani yang berkata, Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.
Dia tidak selalu menunjukkan jalan-Nya kepada orang benar
itu dari jauh, melainkan membimbingnya langkah demi lang-
kah, layaknya menuntun seorang anak, supaya ia bisa terus
bergantung kepada bimbingan-Nya. Dan ini semua,
(1) sebab Ia berkenan akan jalannya, dan disenangkan oleh
jalan-jalan kebenaran yang dipijaknya. TUHAN mengenal
jalan orang benar (1:6), mengenalnya dan menyukainya,
dan sebab itulah Dia mengarahkan jalannya.
(2) Supaya Dia berkenan akan jalan orang benar itu. sebab
Allah menetapkan jalannya sesuai dengan kehendak-Nya,
Dia pun berkenan atasnya. Sebab, sebagaimana Ia menga-
sihi gambaran-Nya di dalam kita, begitu pula Dia senang
dengan apa yang kita perbuat di bawah bimbingan-Nya.
3. Bahwa Allah akan mencegah kita hancur baik oleh sebab
dosa maupun oleh sebab kesusahan (ay. 24): apabila ia jatuh,
tidaklah sampai tergeletak.
524
(1) Orang benar mungkin saja terjerembab dalam sebuah ke-
salahan, tetapi anugerah Allah akan memulihkannya mela-
lui pertobatan, sehingga dia tidak akan sampai tergeletak.
Meskipun dia bisa saja kehilangan sukacita keselamatan
dari Allah untuk sementara waktu, sukacita itu akan di-
kembalikan kepada-Nya, sebab Allah akan menopangnya
dengan tangan-Nya, menopangnya dengan Roh-Nya yang
bebas. Akar akan tetap hidup sekalipun daun layu, dan
musim semi akan datang setelah musim dingin berlalu.
(2) Orang benar mungkin saja merasa tertekan, dipermalukan
dalam perkaranya, dan jiwanya menjadi lesu, tetapi dia
tidak akan sampai tergeletak. Allah akan menjadi kekuatan
hatinya saat daging dan hatinya gagal, dan Dia akan
menopangnya dengan penghiburan-Nya sehingga jiwa yang
telah Ia ciptakan itu tidak akan gagal di hadapan-Nya.
4. Bahwa kita tidak akan kekurangan apa pun yang kita per-
lukan dalam hidup ini (ay. 25): Dahulu aku muda, sekarang
telah menjadi tua, dan, dari segala perubahan yang telah ku-
saksikan dalam keadaan lahiriah manusia serta pengamatan
yang telah kulakukan mengenai hal itu, tidak pernah kulihat
orang benar ditinggalkan oleh Allah dan manusia, seperti
kulihat orang jahat terkadang diabaikan oleh sorga dan bumi.
Aku juga tidak pernah melihat anak cucu orang benar dibiar-
kan terpuruk sampai harus meminta-minta roti. Daud sendiri
pernah mengemis rotinya dari Abimelek sang imam, tetapi
pada saat itu Saul sedang memburunya, dan Penyelamat kita
telah mengajar kita untuk mengecualikan kasus penganiayaan
yang terjadi oleh sebab kebenaran, dari segala janji mengenai
hal-hal yang sifatnya sementara (Mrk. 10:30), sebab perkara
seperti itu disertai kehormatan dan penghiburan yang isti-
mewa sehingga lebih terasa sebagai karunia (sebagaimana
anggapan sang rasul mengenainya, Flp. 1:29) daripada sebagai
kerugian atau kedukaan. Tetapi hanya ada sedikit saja contoh
orang benar atau keluarga mereka yang menjadi amat miskin,
bila dibandingkan dengan kemiskinan yang menimpa orang
jahat sebab kejahatan mereka. Daud tidak pernah melihat
orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta
roti. Tidak ditinggalkan (seperti yang ditafsirkan oleh beberapa
orang) artinya, jika mereka benar-benar berkekurangan, Allah
Kitab Mazmur 37:21-33
525
akan menggerakkan kawan-kawan mereka untuk mencartikel pi
kebutuhan mereka sehingga mereka tidak perlu mendapat cela
seperti yang biasa dilayangkan orang kepada para peminta-
minta. Atau, jika mereka mendatangi rumah demi rumah
untuk mendapatkan makanan, usaha mereka itu tidak akan
dilakukan dengan rasa putus asa, tidak seperti orang jahat
yang mengembara untuk mencari makan, entah ke mana (Ayb.
15:23). Orang benar juga tidak akan ditolak seperti anak yang
hilang itu, yang ingin mengisi perutnya dengan ampas yang
menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang
memberikannya kepadanya (Luk. 15:16). Dia juga tidak akan
bersungut-sungut jika tidak merasa kenyang, tidak seperti
musuh-musuh Daud saat mereka mengembara mencari makan
(59:16). Beberapa orang berpendapat bahwa janji ini terutama
ditujukan bagi orang-orang yang murah hati dan senang
memberi kepada orang-orang miskin, dan mengartikan bahwa
Daud tidak pernah melihat orang-orang seperti itu menjadi
miskin sebab perbuatan amal mereka. Justru ada yang
menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan
(Ams. 11:24).
5. Bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita, melainkan dengan
murah hati akan melindungi kita di dalam segala kesukaran
dan kesesakan kita (ay. 28): Sebab TUHAN mencintai hartikel m.
Dia senang berlaku adil dan juga berkenan kepada orang-
orang yang berlaku adil. sebab itulah, Dia tidak meninggal-
kan orang-orang yang dikasihi-Nya di dalam kesesakan saat
orang-orang lain memisahkan diri dan menjauhi mereka. Dia
justru memastikan agar mereka terpelihara sampai selama-
lamanya. Hal ini berarti bahwa orang kudus di segala zaman
akan dilindungi-Nya dan kelangsungan hal itu akan terus
terpelihara sampai akhir zaman, dan bahwa orang-orang ku-
dus itu akan dijagai dari segala godaan dan dibawa melewati
segala pencobaan di masa sekarang menuju ke kebahagiaan
yang akan berlangsung selama-lamanya. Dia akan menyela-
matkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di
sorga. Itulah keselamatan yang berlangsung selama-lamanya
(2Tim. 4:18; Mzm. 12:8).
6. Bahwa kita akan memiliki tempat tinggal yang nyaman di du-
nia ini, dan bahkan di dunia yang lebih baik lagi saat kita
526
meninggalkan dunia yang sekarang ini. Bahwa kita akan tetap
tinggal untuk selama-lamanya (ay. 27), dan tidak akan dile-
nyapkan seperti anak cucu orang-orang fasik (ay. 28). Orang-
orang yang menjadikan Allah sebagai tempat kediaman mereka
dan berlabuh kepada-Nya tidak akan terombang-ambing. Te-
tapi di bumi ini tidak ada tempat tinggal yang abadi, tidak ada
kota yang akan terus berdiri. Hanya di sorga saja, di kota yang
memiliki dasar teguh, orang-orang benar akan tinggal selama-
nya. Tempat itu akan menjadi rumah mereka untuk selama-
lamanya.
7. Bahwa kita tidak akan menjadi mangsa musuh-musuh kita,
yang mencoba membinasakan kita (ay. 32-33). Ada musuh
yang hendak menggunakan segala kesempatan untuk berbuat
jahat terhadap kita, yaitu si jahat yang mengamat-amati orang
benar (seperti singa yang mengaum-aum yang sedang meng-
intai mangsanya) dan berikhtiar membunuhnya. Memang ada
orang-orang jahat yang berlaku seperti itu (mereka mengamat-
amati orang benar untuk mencari kesempatan berbuat jahat
dan memperoleh dalih untuk membenarkan perbuatan mere-
ka). Mereka begitu mendendam, dan oleh sebab itulah mere-
ka berikhtiar membunuhnya. Akan tetapi, pernyataan tersebut
bisa juga diterapkan kepada si jahat Iblis, si ular tua yang
penuh dengan siasat untuk menjerat orang benar, yang taktik-
nya tidak boleh kita abaikan si naga merah padam yang be-
sar itu, yang mencoba membunuh mereka, singa yang meng-
aum-aum itu, yang terus berkeliling dengan resah dan murka,
mencari siapa saja yang bisa dia telan. Akan tetapi, di sini
ditegaskan bahwa mereka, si Iblis maupun antek-anteknya itu,
tidak akan berhasil.
(1) Dia tidak akan berhasil sebagai musuh yang menghadang
di padang: TUHAN tidak menyerahkan orang benar itu ke
dalam tangannya. Tuhan tidak akan mengizinkan Iblis un-
tuk melakukan apa yang dia mau. Dia juga tidak akan
mengambil kembali kekuatan dan anugerah-Nya dari
umat-Nya, melainkan akan memampukan mereka untuk
bertahan dan mengalahkan Iblis, dan iman mereka tidak
akan gugur (Luk. 22:31-32). Orang benar mungkin saja ter-
jatuh ke tangan utusan Iblis dan terluka parah, tetapi Allah
Kitab Mazmur 37:34-40
527
tidak akan menyerahkan dia ke dalam tangannya (1Kor.
10:13).
(2) Dia tidak akan berhasil sebagai lawan yang menentang di
pengadilan: Allah tidak membiarkan orang benar dinyata-
kan fasik pada waktu diadili, meskipun didesak oleh sang
pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka
siang dan malam di hadapan Allah kita. Tuduhan-tuduhan
palsunya itu akan dilemparkan keluar, sebagaimana tu-
duhan yang dilayangkan terhadap Yosua (Za. 3:1-2),
TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! Jika Allah
yang membenarkan, siapakah yang akan menggugat orang-
orang pilihan Allah?
Pesan dan Janji
(37:34-40)
34 Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan
mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-
orang fasik dilenyapkan. 35 Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong,
yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; 36 saat aku lewat, lenyap-
lah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui. 37 Perhatikanlah orang yang
tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka
damai akan ada masa depan; 38 tetapi pendurhaka-pendurhaka akan dibina-
sakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan.
39 Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia yaitu tempat perlin-
dungan mereka pada waktu kesesakan; 40 TUHAN menolong mereka dan
meluputkan mereka, Ia meluputkan mereka dari tangan orang-orang fasik
dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya.
Kesimpulan sang pemazmur dalam khotbahnya ini (sebab puisi ini
memang bersifat seperti khotbah) sama saja dengan tujuan dari kese-
luruhan mazmur ini, dan memaparkan hal-hal yang sama.
I. Kewajiban yang ditekankan kepada kita di sini masih sama (ay.
34): Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya. Kewajiban
itu memang milik kita, dan kita harus memperhatikannya dan
mawas diri sebab nya. Kita wajib berada terus di jalan Allah dan
tidak boleh menyimpang atau bermalas-malasan di dalamnya. Te-
tap dekat dan terus maju. Namun, segala peristiwa ada di tangan
Allah, jadi kita harus berserah diri kepada-Nya dalam menghadapi
semuanya itu. Kita harus menanti-nantikan Tuhan, mengikuti
tindak-tanduk pemeliharaan-Nya, mengamati dengan saksama,
528
dan dengan penuh kesadaran menyesuaikan diri terhadap semua-
nya itu. Jika kita mengikuti jalan Allah dengan penuh kesadaran,
maka kita dapat menanti-nantikan-Nya dan menyerahkan jalan
kita kepada-Nya dengan penuh sukacita. Dengan cara itu kita
akan mendapati-Nya sebagai seorang Tuan yang adil, baik terha-
dap hamba-Nya yang bekerja maupun terhadap hamba-Nya yang
menanti-nantikan-Nya.
II. Alasan-alasan yang memperkuat kewajiban ini juga hampir sama,
didasarkan pada kebinasaan yang pasti akan menimpa orang
fasik dan keselamatan yang akan diperoleh orang benar. Orang
benar (dalam mazmur) ini, supaya dapat membentengi dirinya
dari pencobaan yang timbul akibat rasa iri terhadap kejayaan
orang fasik, masuk ke dalam tempat kudus Allah dan membimbing
kita dari sana (73:17). Di sanalah dia mengerti nasib akhir orang
fasik, dan kemudian menolong kita untuk memahaminya juga.
Lalu, ia membandingkannya dengan nasib akhir orang benar, dan
godaan itu pun mereda sebab dapat ditahannya. Perhatikanlah,
1. Kesengsaraan yang pada akhirnya akan dialami oleh orang fa-
sik, sekalipun mereka makmur untuk sementara waktu. Masa
depan orang-orang fasik akan dilenyapkan (ay. 38), dan celaka-
lah nasib orang yang masa depannya begitu suram. Orang
fasik, di masa depan, akan dilenyapkan dari segala yang baik
dan segala harapan. Segala keriaan mereka akan berakhir,
dan mereka akan selamanya dipisahkan dari sumber hayat,
lalu diserahkan kepada segala kejahatan.
(1) Daud telah mengamati beberapa contoh kehancuran dah-
syat yang menimpa orang fasik di dunia ini kemewahan
dan kemakmuran para pendosa tidak mampu melindungi
mereka dari penghakiman Allah saat hari mereka akhirnya
datang menimpa (ay. 35-36): Aku melihat seorang fasik
(bentuk tunggal), mungkin yang dimaksudkannya yaitu
Saul atau Ahitofel (sebab Daud sudah tua sewaktu dia
menorehkan mazmur ini), yang gagah sombong, menggen-
tarkan (begitulah yang ditafsirkan beberapa orang), yang
menimbulkan ketakutan terhadap pahlawan-pahlawan
yang meliputi dunia orang-orang hidup, yang memerintah
semua orang dengan tangan teracung dan terlihat begitu
Kitab Mazmur 37:34-40
529
teguh dan berjaya, tumbuh mekar seperti pohon aras Liba-
non yang hanya menghasilkan dedaunan saja tanpa buah,
seperti seorang asli Israel yang lahir di negerinya (begitulah
ungkapan Dr. Hammond), kelihatannya berakar dengan
kuat. Tetapi, apa jadinya dengan dia kemudian? Jauh sebe-
lum itu, Elifas telah belajar untuk mengutuki tempat ke-
diaman orang bodoh yang berakar (Ayb. 5:3). Dan Daud
dapat melihat alasannya, yaitu sebab pohon aras itu ke-
mudian menjadi layu secepat pohon ara yang dikutuk Kris-
tus: ia lenyap bagaikan impian, seperti sebuah bayangan.
Demikianlah yang terjadi dengan orang fasik itu dan segala
kemewahan serta kekuasaan yang begitu ia bangga-bang-
gakan itu. Dia hilang dalam sekejap: lenyaplah ia, aku men-
carinya dengan heran, tetapi ia tidak ditemui. Dia menjalan-
kan perannya, lalu kemudian turun panggung dan tidak
terlihat lagi.
(2) Kebinasaan akhir yang dahsyat dari para pendosa, semua
orang berdosa, akan dijadikan tontonan bagi orang-orang
kudus, sebagaimana orang-orang kudus itu terkadang di-
jadikan tontonan bagi dunia ini (ay. 34): Saat orang-orang
fasik dilenyapkan (dan mereka pasti dilenyapkan), engkau
akan melihatnya dengan penuh kekaguman terhadap ke-
adilan ilahi. Pendurhaka-pendurhaka akan dibinasakan ber-
sama-sama (ay. 38). Dari sekian banyak pendosa di dunia
ini, Allah memilih seorang pendosa di sini dan seorang
lainnya di tempat lain, untuk dijadikan contoh in terrorem
sebagai peringatan. Akan tetapi, pada hari penghakiman
nanti akan terjadi kebinasaan bagi semua pendurhaka, dan
tidak seorang pun dapat meloloskan diri. Orang-orang yang
telah sama-sama berbuat dosa akan dikutuk bersama-
sama. Ikatlah mereka berberkas-berkas untuk dibakar.
2. Segala berkat yang pada akhirnya akan diperoleh orang benar.
Marilah kita lihat bagaimana masa depan umat Allah yang
hina dina itu.
(1) Kedudukan tinggi. Telah banyak terjadi pelanggaran yang
membuat kesalehan manusia justru menjadi penghalang
bagi perbaikan kedudukan mereka di dunia ini dan mele-
nyapkan kesempatan mereka untuk menambah kekayaan.
530
Akan tetapi, orang-orang yang mengikuti jalan Allah dapat
merasa yakin bahwa pada waktunya Dia akan mengangkat
mereka untuk mewarisi negeri (ay. 34). Dia akan meninggi-
kan mereka ke tempat yang terletak di istana sorgawi, pe-
nuh martabat dan kehormatan serta harta sejati, di Yeru-
salem baru, untuk mewarisi negeri yang baik itu, yang di-
pelambangkan oleh Kanaan. Dia akan meninggikan mereka
di atas segala penghinaan dan marabahaya.
(2) Damai (ay. 37). Biarlah semua orang memperhatikan orang
yang tulus dan melihat kepada orang yang jujur. Amatilah
dia, dan kagumi serta teladani dia. Arahkanlah pandangan-
mu kepadanya dan perhatikan apa yang terjadi kepadanya,
dan engkau akan mendapati bahwa masa depan orang itu
yaitu damai. Kadang-kadang, kesudahan hari-hari tua-
nya terbukti lebih menyenangkan baginya daripada hari-
hari mudanya. Serangan badai sudah berakhir, dan dia
pun dihiburkan kembali, setelah masa-masa kesesakan
berlalu. Bagaimanapun juga, jika seluruh harinya suram
dan mendung, mungkin kematiannya akan menghiburkan-
nya dan mentarinya akan terbenam dalam kegemilangan
cahaya. Atau, jika kehidupannya memang harus sengsara,
masa depannya akan tetap penuh damai sejahtera, damai
yang tidak berkesudahan. Orang-orang yang hidup dengan
lurus hati mendapat tempat damai pada waktu mereka
mati (Yes. 57:2). Kematian yang penuh damai telah meng-
akhiri hidup yang penuh kesusahan bagi banyak sekali
orang benar, dan semua yang akan seterusnya baik pasti-
lah berakhir dengan baik. Bileam sendiri pun ingin kemati-
an dan ajalnya seperti kematian dan ajal orang-orang jujur
(Bil. 23:10).
(3) Keselamatan (ay. 39-40). Keselamatan orang benar (yang
dapat diartikan sebagai keselamatan besar yang diselidiki
dan diteliti oleh nabi-nabi, 1Ptr. 1:10) yaitu dari TUHAN.
Keselamatan itu yaitu perbuatan Tuhan saja. Keselamat-
an kekal, keselamatan dari Allah yang akan dilihat oleh
orang-orang yang jujur jalannya (50:23), juga datang dari
Tuhan. Dan Dia yang memberikan Kristus dan sorga bagi
mereka akan menjadi Allah yang selalu mencartikel pi mereka:
Ia yaitu tempat perlindungan mereka pada waktu kese-
Kitab Mazmur 37:34-40
531
sakan, untuk menyokong mereka dan membawa mereka
melewati semua itu. Dia menolong mereka dan meluputkan
mereka, membantu mereka melaksanakan kewajiban mere-
ka, memikul beban mereka, dan memelihara peperangan
rohani mereka, membantu mereka untuk menanggung ke-
susahan mereka dan menarik pelajaran yang berharga dari
semua itu, dan pada saatnya nanti, Dia akan meluputkan
mereka dari segala permasalahan itu. Dia akan meluput-
kan mereka dari orang-orang fasik yang hendak menceng-
keram dan menelan mereka hidup-hidup. Dia akan meng-
amankan mereka di sana kelak, di mana orang fasik akan
berhenti berbuat masalah. Dia akan menyelamatkan me-
reka, bukan hanya melindungi mereka saja, tetapi juga
membuat mereka bahagia, sebab mereka berlindung pada-
Nya, bukan sebab mereka layak mendapatkan semua itu
dari-Nya, tetapi sebab mereka telah menyerahkan diri me-
reka kepada-Nya dan mempercayai-Nya, dan dengan begitu
telah menghormati Dia.
PASAL 38
ni yaitu salah satu mazmur pertobatan, penuh dengan duka dan
ratapan dari awal sampai akhir. Dosa dan kesusahan Daud meru-
pakan penyebab kedukaan itu, dan itu pulalah yang diratapinya. Ke-
lihatannya dia kini sedang didera penyakit dan kesakitan, yang
mengingatkannya akan dosa-dosanya dan membantunya untuk me-
rendahkan diri. Pada saat yang bersamaan, dia tengah ditinggalkan
oleh kawan-kawannya dan diburu oleh musuh-musuhnya. Jadi, maz-
mur ini berisikan kesesakan yang mendalam dan bencana-bencana
yang rumit. Dia mengeluhkan tentang,
I. Murka Allah, dan dosanya sendiri yang telah menyulut ama-
rah Allah terhadapnya (ay. 2-6).
II. Penyakit tubuhnya (ay. 7-11).
III. Sikap tidak baik yang ditunjukkan oleh kawan-kawannya (ay.
12).
IV. Perlakuan-perlakuan buruk yang dilakukan musuh-musuh-
nya terhadap dia. Dia mengemukakan sikap baiknya terhadap
mereka, tetapi juga mengakui dosa-dosanya terhadap Allah
(ay. 13-21). Terakhir, dia menutup mazmur ini dengan doa
yang sungguh-sungguh kepada Allah, untuk meminta hadirat
dan pertolongan-Nya yang rahmani (ay. 22-23).
Saat menyanyikan mazmur ini, kita harus merasa trenyuh oleh
kesadaran akan jahatnya dosa itu. Dan, jika kita tidak mengalami
kesukaran seperti yang digambarkan di sini, kita perlu berhati-hati
sebab kita tidak pernah tahu seberapa cepat kita akan mengalami-
nya. sebab itulah, kita harus menyanyikan mazmur ini untuk mem-
persiapkan diri menghadapi semua itu. Dan, sebab kita tahu bahwa
orang-orang lain sedang mengalaminya, kita pun harus menyanyi-
kannya dengan penuh rasa seolah kita pun turut mengalaminya.
I
534
Keluhan-keluhan Kedukaan
(38:1-12)
1 Mazmur Daud pada waktu mempersembahkan korban peringatan. 2 TU-
HAN, janganlah menghartikel m aku dalam geram-Mu, dan janganlah menghajar
aku dalam kepanasan murka-Mu; 3 sebab anak panah-Mu menembus aku,
tangan-Mu telah turun menimpa aku. 4 Tidak ada yang sehat pada dagingku
oleh sebab amarah-Mu, tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh
sebab dosaku; 5 sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya
seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. 6 Luka-lukaku berbau
busuk, bernanah oleh sebab kebodohanku; 7 aku terbungkuk-bungkuk, sa-
ngat tertunduk; sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita. 8 Sebab ping-
gangku penuh radang, tidak ada yang sehat pada dagingku; 9 aku kehabisan
tenaga dan remuk redam, aku merintih sebab degap-degup jantungku. 10
Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhku pun tidak
tersembunyi bagi-Mu; 11 jantungku berdebar-debar, kekuatanku hilang, dan
cahaya mataku pun lenyap dari padaku. 12 Sahabat-sahabatku dan teman-
temanku menyisih sebab penyakitku, dan sanak saudaraku menjauh.
Judul mazmur ini begitu mencolok. Ini yaitu mazmur pada waktu
mempersembahkan korban peringatan. Mazmur ketujuh puluh, yang
dituliskan pada saat kesesakan seperti ini, juga diberi judul demi-
kian.
Mazmur ini dirancang,
1. Untuk membangkitkan ingatannya sendiri. Kita dapat menebak
bahwa mazmur ini dituliskan saat dia sedang menderita penya-
kit dan kesakitan, dan hal itu mengajari kita juga bahwa masa-
masa sakit yaitu masa untuk mengingat-ingat kembali, untuk
membangkitkan kembali ingatan akan dosa. Allah memakai
masa-masa sakit ini untuk bergulat dengan kita, membangkitkan
hati nurani kita supaya bersikap setia dan terus-terang. Saat itu
Ia menghamparkan dosa-dosa kita di depan kita, supaya kita
merendahkan diri. Pada hari malang ingatlah. Atau kita juga bisa
beranggapan bahwa mazmur ini dituliskan setelah dia sembuh,
dan catatan ini dirancang sebagai ingatan saat ia diyakinkan akan
dosanya dan bagaimana hatinya merana dalam kesesakan, su-
paya dengan demikian setiap kali membaca mazmur ini nantinya
dia akan teringat kembali mengenai kesan-kesan baik yang terta-
nam dalam dirinya pada waktu itu sehingga dia dapat memper-
baiki diri lagi. Tujuan ini serupa dengan tujuan catatan Hizkia
yang dituliskan saat dia sedang sakit.
2. Untuk mengingatkan orang lain akan perkara-perkara yang sama
yang menjadi beban pikirannya, dan untuk mengajari mereka
Kitab Mazmur 38:1-12
535
tentang apa yang harus dipikirkan dan dikatakan saat mereka
sedang sakit dan ada di dalam kesusahan. Semoga mereka juga
berpikir dan berkata-kata seperti dia.
I. Di dalam kesusahannya, dia berseru tentang geram dan murka
Allah (ay. 2): TUHAN, janganlah menghartikel m aku dalam geram-Mu.
Dengan permohonan serupa, dia juga memulai doa lain yang
dipakai untuk melawat orang sakit (6:2). Inilah yang terutama ada
dalam hatinya dan seharusnya juga ada dalam hati kita saat
kita sedang kesusahan, yaitu bahwa, betapapun Allah menghu-
kum dan menghajar kita, biarlah hal itu tidak dilakukan di dalam
geram dan murka, sebab keduanya akan menjadi ipuh dan racun
dalam derita dan sengsara. Siapa yang ingin luput dari kegeraman
Allah harus berdoa supaya dijauhkan dari hal itu, lebih daripada
berdoa supaya dijauhkan dari penderitaan lahiriah, dan harus
rela menanggung kesukaran itu jika memang sejalan dengan dan
berasal dari kasih Allah.
II. Dengan pahit dia meratapi serangan murka Allah terhadap jiwa-
nya (ay. 3): Anak panah-Mu menembus aku. Biarlah keluhan Ayub
(Ayb. 7:4) menerangkan keluhan Daud ini. Anak panah Sang Ma-
hakuasa ini dimaksudkannya sebagai rasa gentar yang datang
dari Allah, yang memang sedang dilancarkan ke arahnya. Dia be-
nar-benar sedang dikuasai ketakutan dan kesedihan yang amat
sangat akan kegeraman Allah oleh sebab dosa-dosanya, dan me-
ngira bahwa dia tidak akan dapat meloloskan diri dari penghakim-
an dan murka menyala-nyala yang siap melahapnya. Anak panah
Allah bukan saja akan menancap dengan jitu di sasarannya, te-
tapi juga pasti menembusnya dan tetap melekat di sana sampai
Dia sendiri berkenan mencabutnya dan membalut luka-luka yang
telah ditimbulkan-Nya itu dengan penghiburan-Nya. Inilah yang
akan menjadi kesengsaraan kekal bagi orang-orang yang terkutuk
anak panah Allah akan menembus mereka dan lukanya tidak
akan dapat diobati. Tangan-Mu, tangan-Mu yang berat itu, telah
turun menimpa aku, dan aku akan segera terbenam sebab nya.
Tangan-Mu itu tidak hanya menindihku dengan berat, tetapi juga
lama. Dan siapa yang tahu kuasa kemurkaan Allah, beratnya ta-
ngan-Nya itu? Terkadang Allah memang melepaskan anak-anak
panah-Nya dan membentangkan tangan-Nya bagi Daud (18:15),
536
tetapi kini semua itu dilakukan Allah untuk melawannya. Betapa
tidak pastinya sampai kapan penghiburan ilahi itu berlangsung,
meskipun anugerah ilahi pasti selalu ada. Daud pun mengeluh-
kan kegeraman Allah yang menimpa tubuh jasmaninya (ay. 4):
Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh sebab amarah-Mu.
Kepahitan amarah yang dia rasakan dalam jiwanya itu menjalar
juga ke tubuhnya. Akan tetapi, masih ada lagi yang lebih buruk
dari itu: kepahitan itu menggelisahkan hatinya, sampai dia pun
kehilangan keberanian seorang prajurit, martabatnya sebagai
raja, dan keceriaannya sebagai pemazmur Israel yang tercakap.
Dia merintih-rintih dengan pilunya (ay. 9). Tidak ada yang lebih
meresahkan hati orang benar selain kesadaran mengenai murka
Allah, yang menunjukkan betapa menakutkannya bila sampai
jatuh ke dalam tangan Allah itu. Cara untuk menjaga hati tetap
teduh yaitu dengan menjaga supaya kita tetap berada di dalam
kasih Allah dan tidak melakukan apa pun yang dapat membuat-
Nya marah.
III. Dia mengakui bahwa dosa-dosanyalah yang telah memicu sege-
nap kesusahannya, dan beban kesalahannya itu membuat dia
mengerang lebih nyaring dibandingkan dengan beban lainnya (ay.
4). Dia mengeluh bahwa tidak ada yang sehat pada dagingnya,
tidak ada yang selamat pada tulang-tulangnya, begitu besarlah
kegelisahan yang melandanya itu. Semua itu oleh sebab ama-
rah-Mu. Itulah yang membuat nyala api berkobar-kobar dengan
ganasnya. Akan tetapi, dalam perkataan berikutnya, Dia membe-
narkan Allah dan menyalahkan dirinya sendiri: Semua itu oleh
sebab dosaku. Aku memang layak mengalami semua ini, aku
telah menimpakannya ke atas diriku sendiri. Pelanggaranku sen-
dirilah yang tengah menghajarku kini. Jika kesukaran kita men-
jadi pemicu murka Allah, maka itu yaitu salah kita sendiri. Dosa
kita sendirilah yang menjadi penyebabnya. Apakah kita merasa
gundah gulana? Dosa kita sendirilah yang menyebabkan kita
seperti itu. Jika jiwa kita bersih dari segala dosa, tidak akan ada
kesakitan di dalam tulang kita, tidak akan ada penyakit dalam
tubuh kita. sebab itu, dosalah yang terutama sedang dikeluhkan
oleh orang benar ini,
1. Sebagai suatu beban, beban yang berat (ay. 5): Kesalahanku
telah menimpa kepalaku, seperti gelombang air menimpa orang
Kitab Mazmur 38:1-12
537
yang sedang terbenam dan tenggelam, atau seperti beban be-
rat di kepalaku, yang menekanku lebih daripada yang sanggup
aku tahan atau aku topang. Perhatikanlah, dosa yaitu se-
buah beban. Kuasa dosa yang bercokol di dalam diri kita
merupakan beban (Ibr. 12:1). Semua orang terhambat sebab
beban itu. Ia menghalangi orang untuk terbang ke atas atau
melaju ke depan. Semua orang kudus mengeluhkan hal itu
sebagai tubuh maut yang melekat pada diri mereka (Rm. 7:24).
Kesalahan dosa yang kita lakukan merupakan sebuah beban,
beban yang berat. Dosa merupakan beban bagi Allah (Dia di-
tekan olehnya, Am. 2:13, BIS), juga beban bagi segenap makh-
luk ciptaan yang mengerang sebab tertindih olehnya (Rm.
8:21-22). Cepat atau lambat, dosa akan menjadi beban bagi si
pendosa itu sendiri, entah itu beban pertobatan saat hatinya
tertusuk sebab itu, bersusah payah dan terbeban berat di
dalamnya, atau beban kebinasaan saat dosa itu membenam-
kannya ke neraka yang terdalam dan menahannya di sana un-
tuk selama-lamanya. Dosa itu akan menjadi batu timah yang
memberatinya (Za. 5:8). Para pendosa dikatakan akan me-
nanggung pelanggaran mereka. Ancaman-ancaman itu sendiri
juga merupakan beban.
2. Sebagai luka-luka, luka-luka yang berbahaya (ay. 6): Luka-
lukaku berbau busuk dan bernanah (sebagaimana luka-luka
yang bercokol di tubuh terus menggerogoti dan membusuk,
sebab tidak dirawat dengan baik), dan semua itu terjadi oleh
sebab kebodohanku sendiri. Dosa merupakan luka-luka (Kej.
4:23), luka-luka yang menyakitkan dan mematikan. Luka-luka
yang diakibatkan oleh dosa kita biasanya dalam keadaan yang
buruk, tidak terawat, tidak diobati, dan semua itu gara-gara
kebodohan si pendosa yang tidak mau mengakui dosanya
(32:3-4). Sedikit lecet, bila dibiarkan, bisa berakibat memati-
kan, begitu pula dosa yang kelihatannya remeh dapat memati-
kan jika dibiarkan begitu saja tanpa pertobatan.
IV. Dia meratap dirinya sendiri di dalam kesukarannya, dan meri-
ngankan kedukaan yang mengimpit hatinya dengan cara meng-
ungkapkan segenap keluhannya di hadapan Tuhan.
1. Pikirannya gelisah, hati nuraninya tertusuk, dan jiwanya tidak
tenang. Siapa akan memulihkan semangat yang patah? Dia
538
tertekan, atau terbungkuk-bungkuk, sangat tertunduk, dan se-
panjang hari dia berjalan dengan dukacita (ay. 7). Dia memang
selalu murung dan merenung, dan hal itu mendatangkan
beban dan ketakutan bagi dirinya sendiri. Jiwanya kehabisan
tenaga dan remuk redam, dan jantungnya berdegap-degup (ay.
9). Dalam penderitaannya ini, Daud mempelambangkan Kris-
tus, yang berseru di dalam kesengsaraan-Nya, Hati-Ku sangat
sedih. Hal itu merupakan kesukaran yang paling berat diban-
dingkan dengan kesukaran mana pun di dunia ini. Sepanjang
Allah memelihara pikiran dan kedamaian hati nurani kita, kita
tidak mempunyai alasan untuk mengeluhkan apa pun yang di-
bebankan Allah kepada kita.
2. Dia sakit dan tubuhnya begitu lemah, pinggangnya penuh ra-
dang, bengkak-bengkak, atau bisul (beberapa orang mengarti-
kannya sebagai tulah, seperti barah Hizkia), dan tidak ada
yang sehat pada dagingnya, malahan, seperti Ayub, tubuhnya
dipenuhi dengan penyakit.
Lihatlah,
(1) Betapa rentannya tubuh yang kita bawa-bawa ini, betapa
menyeramkannya penyakit yang dapat menimpa tubuh itu,
dan betapa beratnya kesedihan yang harus ditanggung oleh
jiwa yang menggerakkan tubuh itu gara-gara penyakit tadi,
sebab keduanya selalu saling memengaruhi.
(2) Bahkan tubuh orang-orang yang terbaik dan terhebat pun
memiliki bibit-bibit penyakit yang sama dengan yang dimi-
liki tubuh orang-orang lainnya, dan sama rawannya terha-
dap bencana-bencana serupa. Daud sendiri, meskipun me-
rupakan raja yang hebat dan orang kudus yang dikagumi,
tidak terkecuali dari penyakit-penyakit yang berbahaya:
bahkan tidak ada yang sehat pada dagingnya. Mungkin hal
ini menimpa setelah perkara dengan Uria terjadi, dan
sebab itulah dagingnya berdenyut-denyut nyeri akibat naf-
su kedagingannya. Kapan saja tubuh kita menderita sakit,
kita harus ingat bahwa Allah selama itu telah dihina di da-
lam dan dengan tubuh kita. Dia kehabisan tenaga dan re-
muk redam (ay. 9). Jantungnya berdebar-debar dan terus
berdegup kencang (ay. 11). Kekuatannya hilang dan tangan
kakinya melemah. Cahaya matanya pun lenyap dari pada-
Kitab Mazmur 38:1-12
539
nya, entah sebab terlalu banyak menangis atau sebab
terhalang oleh linangan air matanya, atau mungkin sebab
kelesuan jiwa dan rasa lemah yang terus berulang-ulang
itu. Perhatikanlah, penyakit akan menggerogoti tubuh yang
terkuat dan jiwa yang tertangguh sekalipun. Daud terkenal
sebab keberanian dan kemenangannya yang besar. Akan
tetapi, saat Allah menantangnya dengan penyakit tubuh
dan tekanan murka-Nya yang menindih jiwa, rambutnya
pun rontok, jantungnya melemah, dan dia menjadi selung-
lai air. sebab itu, janganlah orang yang kuat bermegah di
dalam kekuatannya, dan jangan pula ada orang yang mem-
provokasikan sengsara sekalipun itu tampaknya di kejauh-
an.
3. Kawan-kawannya bersikap tidak baik terhadapnya (ay. 12): Sa-
habat-sahabatku (yang telah ikut bersukacita pada masa-masa
kesukaannya) kini menyisih sebab penyakitku. Mereka tidak
mau ikut menanggung kedukaannya, juga tidak sudi men-
dengarkan keluh-kesahnya, melainkan bersikap seperti imam
dan orang Lewi itu (Luk. 10:31), hanya melewatinya dari sebe-
rang jalan. Bahkan sanak saudaranya, yang terkait dengannya
sebab pertalian darah dan kekerabatan, menjauh. Lihatlah,
betapa tidak beralasannya bila kita mempercayai manusia
atau merasa terheran-heran saat kita dikecewakan sebab
mengharapkan kebaikan dari mereka. Kesukaran menguji per-
sahabatan dan memisahkan yang berharga dari yang hina. Ki-
ta bersikap bijaksana jika memastikan bahwa kita memiliki se-
orang Kawan di sorga, yang tidak akan menjauh sebab pe-
nyakit kita, dan yang kasih-Nya tidak berhenti mengalir oleh
sebab kesukaran atau tekanan yang menimpa kita. Di dalam
kesukarannya itu, Daud melambangkan Kristus di dalam ke-
sengsaraan-Nya. Di kayu salib-Nya, Kristus pun kehabisan te-
naga dan remuk redam, dan ditinggalkan oleh sahabat-saha-
bat-Nya serta sanak saudara-Nya yang hanya bisa memandang
dari jauh saja.
V. Di tengah-tengah keluhannya itu, dia menghibur dirinya sendiri
bahwa Allah mengetahui dukacita dan doa-doanya (ay. 10): Tu-
han, Engkau mengetahui segala keinginanku. Engkau mengetahui
apa yang kuinginkan dan apa yang hendak kumiliki: Keluhku pun
540
tidak tersembunyi bagi-Mu. Engkau mengetahui beban yang mem-
buatku mengerang, dan Engkau juga tahu berkat apa yang ku-
idam-idamkan. Keluhan-keluhan yang tidak terucapkan tidaklah
tersembunyi dari Dia yang menyelidiki hati nurani dan mengetahui
maksud Roh (Rm. 8:26-27).
Dengan menyanyikan dan mendoakan mazmur ini, semua beban
yang mengimpit jiwa kita beserta segala kekhawatirannya boleh kita
serahkan kepada Allah dengan penuh iman, dan kita akan merasa te-
nang sebab nya.
Keluhan-keluhan Kedukaan
(38:13-23)
13 Orang-orang yang ingin mencabut nyawaku memasang jerat, orang-orang
yang mengikhtiarkan celakaku, memikirkan kehancuran dan merancangkan
tipu daya sepanjang hari. 14 Tetapi aku ini seperti orang tuli, aku tidak men-
dengar, seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya; 15 ya, aku ini se-
perti orang yang tidak mendengar, yang tak ada bantahan dalam mulutnya.
16 Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan men-
jawab, ya Tuhan, Allahku. 17 Pikirku: Asal mereka jangan beria-ria sebab
aku, jangan membesarkan diri terhadap aku apabila kakiku goyah! 18 Sebab
aku mulai jatuh sebab tersandung, dan aku selalu dirundung kesakitan; 19
ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas sebab dosaku. 20 Orang-orang
yang memusuhi aku besar jumlahnya, banyaklah orang-orang yang memben-
ci aku tanpa sebab; 21 mereka membalas yang jahat kepadaku ganti yang
baik, mereka memusuhi aku, sebab aku mengejar yang baik. 22 Jangan ting-
galkan aku, ya TUHAN, Allahku, janganlah jauh dari padaku! 23 Segeralah
menolong aku, ya Tuhan, keselamatanku!
Dalam ayat-ayat di atas,
I. Daud mengeluh mengenai kuasa dan kejahatan para musuhnya,
yang kelihatannya bukan saja memanfaatkan kesempatan dari
kelemahan tubuhnya dan kegelisahan pikirannya untuk meng-
hina dia, tetapi juga mengambil kesempatan dari keadaan itu un-
tuk melakukan kejahatan terhadapnya. Ada banyak sekali hal
yang dia ungkapkan untuk menentang mereka, dan semuanya itu
dia kemukakan sebagai alasan mengapa Allah harus bangkit
membelanya, sebagaimana dalam ayat ini (25:19), Lihatlah, betapa
banyaknya musuhku.
1. Mereka begitu mendendam dan kejam: Mereka mengikhtiar-
kan celakaku. Malahan, mereka ingin mencabut nyawaku (ay.
Kitab Mazmur 38:13-23
541
13). Nyawa yang begitu berharga di hadapan Tuhan dan selu-
ruh orang benar justru diincar, seolah-olah nyawa itu telah di-
cabut hak kepemilikannya atau dianggap telah menganggu ke-
amanan umum. Demikianlah permusuhan di antara keturun-
an si ular itu dengan keturunan si wanita. Mereka ingin me-
nyerang kepala, sekalipun hanya sanggup menjangkau tumit.
Darah para orang kuduslah yang mereka incar dengan haus-
nya.
2. Mereka begitu licin dan penuh taktik. Mereka memasang je-
rat, mereka merancangkan tipu daya, betul-betul tekun dan
tidak kenal lelah melakukan semua itu: mereka melakukannya
sepanjang hari. Mereka merundingkan hal-hal yang jahat satu
dengan yang lainnya. Setiap dari mereka memiliki usul tentang
kejahatan yang hendak mereka lakukan terhadapku. Kejahat-
an, bila diselubungi dan ditutupi tipu daya, dapat juga dina-
makan jerat.
3. Mereka sangat lancang dan kurang ajar: Apabila kakiku go-
yah, saat aku jatuh dalam kesusahan, atau saat aku mem-
buat kesalahan, keliru dalam memakai kata atau mengambil
langkah, mereka membesarkan diri terhadap aku. Mereka di-
senangkan sebab nya, dan ingin memastikan bahwa hal itu
menghancurkan aku, dan jika aku goyah mereka ingin me-
mastikan bahwa aku jatuh dan celaka.
4. Mereka bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak tahu memba-
las budi: Mereka membenci aku tanpa sebab (ay. 20). Aku tidak
pernah menjahati mereka ataupun bermaksud jelek terhadap
mereka, juga tidak pernah melakukan sesuatu yang membang-
kitkan kemarahan mereka. Bukan itu saja, mereka membalas
yang jahat ganti yang baik (ay. 21). Aku telah banyak melaku-
kan kebaikan bagi mereka, dan bisa saja aku mengharapkan
kebaikan dari mereka sebagai balasannya. Akan tetapi, seba-
gai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku (109:4).
Begitu berakarnya rasa permusuhan yang ada di dalam hati
orang jahat terhadap kebaikan sampai mereka begitu mem-
benci kebaikan itu sendiri, sekalipun mereka sendiri menerima
manfaat dari kebaikan itu. Mereka membenci doa, bahkan doa
orang-orang yang mendoakan mereka, dan membenci damai
bahkan damai dari orang-orang yang ingin berdamai dengan
mereka. Sungguh buruk benar perangai orang-orang yang
542
tidak punya rasa santun, dan malahan merasa kesal sebab -
nya.
5. Mereka benar-benar bejat dan kafir: Mereka memusuhi aku
hanya sebab aku mengejar yang baik. Mereka membencinya
bukan saja sebab kebaikannya kepada mereka, melainkan
juga sebab pengabdian dan ketaatannya kepada Allah. Me-
reka membencinya sebab mereka membenci Allah dan semua
orang yang mengenakan gambaran-Nya pada diri mereka. Jika
kita menderita sebab berbuat baik, janganlah terheran-heran
sebab nya, sebab sedari awal hal itu memang sudah terjadi
demikian (Kain membantai Habel sebab segala pekerjaannya
benar). Akan tetapi, janganlah kita menganggap keadaan ini
sukar, sebab keadaannya tidak akan selalu seperti itu. Malah,
justru dengan begitu upah kita nanti akan semakin besar.
6. Mereka berjumlah banyak dan sangat tangguh: Mereka besar
jumlahnya, mereka kuat, banyaklah orang-orang itu (ay. 20). Ya
TUHAN, betapa banyaknya lawanku! (3:2). Daud yang kudus
itu kini lemah dan lesu. Hatinya berdegup-degup dan kekuat-
annya menghilang. Dia begitu murung dan rohnya merana,
dicederai teman-temannya sendiri. Pada saat yang sama, mu-
suh-musuhnya begitu kuat dan tangguh, dan jumlah mereka
bertambah banyak. Jadi, biarlah kita tidak berpura-pura
menghakimi sifat manusia hanya dengan keadaan luar mereka
saja, sebab tidak ada yang benar-benar tahu seberapa banyak
dia dikasihi atau dibenci oleh orang-orang di hadapannya. Se-
perti juga di dalam keluhan-keluhannya yang lain mengenai
musuh-musuhnya, di sini Daud juga mengarahkan pandang-
annnya kepada Kristus, yang musuh-musuh-Nya juga tepat
seperti yang digambarkan di sini, benar-benar sudah kehilang-
an segala kehormatan dan kebaikan mereka. Tidak ada orang
yang akan membenci Kekristenan bila mereka sendiri dari mu-
lanya tidak memisahkan diri mereka dari asas-asas utama me-
ngenai nilai-nilai kemanusiaan dan telah putus dari ikatannya
yang paling sakral.
II. Dengan penuh penghiburan, dia merenungkan kembali tingkah
lakunya yang saleh dan penuh damai sejahtera di tengah-tengah
semua perbuatan jahat dan hinaan yang dilontarkan terhadap-
nya. Musuh kita boleh dikatakan telah menjahati kita bila mereka
Kitab Mazmur 38:13-23
543
berhasil membuat kita berdosa (Neh. 6:13), bila mereka berhasil
membuat kita kehilangan kendali atas jiwa kita sendiri dan men-
jauhkan kita dari Allah dan dari kewajiban kita. Jika kita dimam-
pukan anugerah ilahi untuk mencegah kejahatan tersebut, kita
dapat memadamkan panah-panah api mereka dan diselamatkan
dari bahaya. Jika kita tetap berpegang teguh dalam ketulusan dan
damai sejahtera kita, siapakah yang dapat melukai kita? Inilah
yang Daud lakukan di sini.
1. Dia menahan amarahnya dan tidak terlarut dalam perasaan-
nya oleh sebab celaan yang dia terima, atau oleh hal-hal jahat
yang dikatakan atau dilakukan terhadapnya (ay. 14-15): Aku
ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar. Aku tidak menghi-
raukan hinaan yang kuterima, tidak merasa tersinggung kare-
nanya, dan tidak dikacaukan olehnya. Bahkan, sekali-kali ti-
daklah aku memikirkan pembalasan atau berusaha menyakiti
kembali. Perhatikanlah, semakin kita tidak memedulikan ke-
kasaran atau kejahatan yang dilakukan terhadap kita, maka
semakin tenteram jugalah pikiran kita. Oleh sebab tuli, dia
juga bisu, seperti seorang yang tak ada bantahan dalam mulut-
nya. Dia diam saja, seolah-olah tidak perlu membela diri, oleh
sebab segan mengobarkan lebih banyak api kebencian yang
dirasakan para musuhnya terhadapnya. Dia bukan saja tidak
balas menuduh, tetapi juga tidak membela dirinya sendiri, se-
bab bisa-bisa pembelaan dirinya malah dipakai untuk menu-
duhnya lagi. Meski mereka mengincar nyawanya dan kebisu-
annya dapat dianggap sebagai pengakuan kesalahannya, dia
tetap seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya. Per-
hatikanlah, saat musuh-musuh kita sedang gaduh, biasanya
lebih baik kita berdiam diri atau sedikit berkata-kata saja,
kalau-kalau kita justru memperkeruh keadaan. Tentu saja
Daud tidak mungkin berharap dapat melunakkan hati para
musuhnya itu dengan kelemahlembutannya, atau meredakan
murka mereka dengan jawaban-jawabannya yang lembut, se-
bab jiwa mereka begitu bejat sampai-sampai mereka membalas
kebaikan dengan kejahatan. Tetapi dia tetap berlaku lemah
lembut terhadap mereka supaya dia tidak ikut berbuat dosa
dan supaya dia nanti bisa mendapatkan penghiburan saat me-
renungkan kembali semua itu. Di sini Daud melambangkan
Kristus, yang seperti induk domba yang kelu di depan orang-
544
orang yang menggunting bulunya, dan yang saat dihina, Ia
tidak balik menghina. Keduanya merupakan teladan bagi kita
untuk tidak membalas cercaan dengan cercaan.
2. Dia tetap melekat kepada Allah melalui iman dan doa, dan ke-
duanya menyokongnya di tengah-tengah segala penganiayaan,
serta meredakan kegeramannya akan hal itu.
(1) Dia mempercayai Allah (ay. 16): Aku ini seperti orang bisu
yang tidak membuka mulutnya, sebab kepada-Mu, ya
TUHAN, aku berharap. Aku bergantung kepada-Mu untuk
membela perkaraku dan menjernihkan ketidakbersalahan-
ku, dan untuk membungkam dan mempermalukan para
musuhku dengan cara apa pun. Sahabat-sahabat dan
kawan-kawannya yang seharusnya mengakui, menyertai,
serta bersaksi bagi dia, justru menjauh darinya (ay. 12).
Akan tetapi, Allah yaitu seorang sahabat yang tidak per-
nah mengecewakan kita saat kita berharap kepada-Nya.
Aku ini seperti orang yang tidak mendengar, sebab Eng-
kaulah yang akan menjawab. Buat apa aku perlu men-
dengar, jika Allah juga dapat mendengar? Ia yang memeli-
hara kamu (1Ptr. 5:7), jadi mengapa engkau perlu khawatir
kalau Allah-lah yang memelihara? Engkau akan menja-
wab (begitulah yang ditafsirkan oleh beberapa orang) dan
sebab itulah aku tidak akan mengatakan apa pun. Per-
hatikanlah, memang baik jika kita menanggung penghina-
an dan celaan dengan bersabar dan berdiam diri, sebab
Allah yaitu saksi dari segala pelanggaran yang dilakukan
terhadap kita, dan, pada waktunya nanti, Dia juga akan
menjadi saksi bagi kita melawan mereka yang telah menja-
hati kita. sebab itu, biarlah kita berdiam diri, sebab de-
ngan begitu kita dapat berharap bahwa Allah akan bangkit
bagi kita, sebab sikap ini merupakan bukti bahwa kita
mempercayai-Nya. Akan tetapi, jika kita berusaha mena-
ngani perkara untuk diri kita sendiri, kita sudah merampas
pekerjaan Allah dari tangan-Nya dan dengan begitu kita
sudah tidak mengakui lagi kepentingan Allah untuk tampil
bagi kita. Pada saat Tuhan kita Yesus menderita, Dia tidak
mengancam balik, sebab Dia menyerahkannya kepada Dia,
yang menghakimi dengan adil (1Ptr. 2:23). Dan, pada akhir-
nya kita tidak akan kehilangan apa-apa dengan berlaku se-
Kitab Mazmur 38:13-23
545
perti itu. Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allah-
ku.
(2) Dia berseru kepada Allah (ay. 17): sebab kataku (TL), De-
ngarlah aku (hal itu pun dikabulkan); Aku telah berkata
demikian (sebagaimana ay. 16); Kepada-Mu, ya TUHAN,
aku berharap, sebab Engkaulah yang akan menjawab, asal
mereka jangan beria-ria sebab aku. Itulah yang kupakai
untuk menghibur diriku sendiri pada saat aku merasa ya-
kin bahwa mereka akan berhasil menyerbartikel . Inilah yang
menjadi tumpuan kita pada saat manusia bersikap palsu
dan jahat, yaitu bahwa kita memiliki Allah, ke mana kita
dapat berlari dan bersikap leluasa dengan-Nya, dan yang
akan selalu setia kepada kita.
III. Di sini dia meratapi kebodohan dan pelanggarannya sendiri.
1. Dia menyadari bahwa kebusukan sedang bekerja di dalam diri-
nya, dan bahwa kini dia siap untuk meratap oleh sebab peng-
ganjaran Allah yang akan menaruhnya ke dalam penderitaan
melalui kecelakaan yang dilakukan manusia terhadapnya: Aku
mulai jatuh sebab tersandung (ay. 18). Hal ini dapat digam-
barkan dengan sangat baik melalui sebuah perenungan sema-
cam ini yang dibuat sang pemazmur bagi dirinya sendiri dalam
perkara yang serupa, yaitu dalam Mazmur 73:2: Sedikit lagi
maka kakiku terpeleset, kalau aku melihat kemujuran orang-
orang fasik. Jadi di sini: Aku mulai jatuh sebab tersandung,
segera akan berujar: Sia-sia sama sekali aku mempertahankan
hati yang bersih. Dukacitanya berkepanjangan: Sepanjang hari
aku kena tulah (73:13-14), dan tulah itu selalu ada di hadap-
annya. Dia tidak tahan lagi untuk tidak mencurahkannya, dan
hal itu hampir membuatnya mulai tersandung di antara kesa-
lehan dan kemurtadan. Ketakutannya mendorongnya mende-
kat kepada Allah-nya: Kepada-Mu, aku berharap, bukan ha-
nya berharap bahwa Engkau akan membela perkaraku, tetapi
juga bahwa Engkau akan mencegah aku jatuh ke dalam dosa.
Orang-orang benar mulai tersandung saat terus-menerus
membawa dukacita mereka di hadapan mereka, tetapi juga
tetap bertahan teguh, jika mereka selalu menempatkan Allah
di depan mereka.
546
2. Dia mengingat kembali segala pelanggarannya dulu, mengaku
bahwa dia sendirilah yang telah mendatangkan semua kesulit-
an ini bagi dirinya sendiri dan kehilangan perlindungan ilahi
sebab nya. Meski di hadapan manusia dia dapat membenar-
kan dirinya sendiri, tetapi di hadapan Allah ia hendak meng-
hakimi dan menyalahkan dirinya sendiri (ay. 19): Aku meng-
aku kesalahanku, dan tidak akan menutup-nutupinya. Aku ce-
mas sebab dosaku dan tidak akan menyepelekannya. Dan
pernyataan itu memampukannya untuk bungkam di bawah
teguran Sang Pemelihara dan celaan manusia. Perhatikanlah,
jika kita benar-benar menyesali dosa kita, maka hal itu akan
memampukan kita untuk bersabar di dalam penderitaan,
terutama saat kita menerima celaan-celaan yang tidak adil.
Ada dua hal yang diperlukan di dalam pertobatan:
(1) Pengakuan dosa: Aku mengaku kesalahanku. Aku tidak
hanya akan mengaku bahwa aku seorang pendosa, tetapi
juga akan mengakui setiap kesalahan yang telah aku laku-
kan. Kita harus mengakui dosa-dosa di hadapan Allah de-
ngan terbuka dan sepenuhnya beserta segala keadaannya
yang menimbulkan masalah, supaya kita dapat memberi-
kan kemuliaan kepada Allah dan menanggung cela itu bagi
diri kita sendiri.
(2) Rasa penyesalan akan dosa: Aku cemas sebab dosaku
(Aku menyesal dengan dosa-dosaku). Dosa akan mengaki-
batkan kesedihan. Setiap orang yang betul-betul bertobat
merasa sedih oleh sebab perbuatannya yang tidak meng-
hormati Allah dan juga oleh sebab kesalahan yang telah
dia lakukan terhadap dirinya sendiri. Aku akan berhati-
hati atau takut mengenai dosaku (begitulah penafsiran be-
berapa orang), takut, jangan sampai dosa menghancurkan
aku, dan berhati-hati, jangan sampai aku tidak diampuni
lagi.
IV. Dia mengakhiri mazmur ini dengan doa yang sungguh-sungguh
kepada Allah untuk meminta hadirat-Nya yang rahmani, supaya
Allah menyertainya, dan Allah menolong dia dalam kesesakan
pada waktunya (ay. 22-23): Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN!
meskipun kawan-kawanku meninggalkanku, dan meskipun aku
layak ditinggalkan oleh-Mu. Janganlah jauh dariku, sebagaimana
Kitab Mazmur 38:13-23
547
yang mulai ditakutkan oleh hatiku yang tidak percaya ini. Tidak
ada yang lebih menusuk hati orang saleh yang sedang mengalami
kesusahan daripada perasaan bahwa Allah telah meninggalkan-
nya di dalam murka-Nya. Juga, tidak ada yang lebih meluap-luap
keluar dari hatinya selain daripada doa ini: Allahku, janganlah
jauh dari padaku. Segeralah menolong aku, sebab aku hampir
binasa dan terancam lenyap jika pertolongan tidak datang segera.
Allah telah mengizinkan kita bukan saja untuk berseru kepada-
Nya kala kita sedang berkesusahan, melainkan juga untuk me-
minta-Nya supaya bergegas. Daud pun berseru, Engkau yaitu
Allahku, yang kulayani, dan yang kuandalkan untuk menolongku.
Engkaulah keselamatanku, satu-satunya yang sanggup menye-
lamatkanku, yang telah berjanji untuk menyelamatkanku. Dari
Engkau sajalah aku mengharapkan keselamatan. Adakah yang
menderita? Baiklah ia berdoa seperti ini, baiklah ia berseru, baik-
lah ia berharap, dengan menyanyikan mazmur ini.
PASAL 39
epertinya Daud sementara mengalami kesesakan mendalam keti-
ka dia menuliskan mazmur ini, dan oleh sebab sesuatu hal, dia
merasa begitu gundah. Sebab, dia bersusah payah meredakan kegeli-
sahannya dan menenangkan jiwanya untuk menerapkan nasihat
yang telah dia berikan kepada orang lain (37:7) untuk berdiam diri di
hadapan Allah dan menantikan Dia, tanpa memendam panas hati.
Memang lebih mudah memberikan nasihat baik daripada memberi-
kan teladan untuk bersikap tenang dalam menghadapi kesukaran. Di
sini tidak dijelaskan kesukaran apa yang sedang mengimpit Daud.
Mungkin saja penyebabnya yaitu kematian salah seorang kawan
atau kerabat yang menguji kesabarannya dan mendorongnya untuk
merenung mengenai kesalehan. Selain itu, pada saat yang sama keli-
hatannya dia juga sedang lemah dan sakit, dilanda penyakit yang
cartikel p berat. Juga, musuh-musuhnya sedang mencari-cari kesempat-
an untuk melawannya dan menantikan kejatuhannya, supaya mere-
ka memiliki alasan untuk mencelanya. Pada saat sedang dilanda
dukacita tersebut,
I. Dia menceritakan mengenai pergumulan yang sedang berke-
camuk di dalam hatinya, antara anugerah dan kebejatan,
antara penderitaan dan kesabaran (ay. 2-4).
II. Dia merenungkan ajaran mengenai kerapuhan dan kefanaan
manusia, dan berdoa kepada Allah supaya diarahkan di da-
lam hal itu (ay. 5-7).
III. Dia memohon Allah supaya mengampuni dosa-dosanya, meng-
angkat segala kesusahannya dan memperpanjang umurnya
sampai dia merasa siap untuk menghadapi ajalnya (ay. 8-14).
S
550
Mazmur ini merupakan mazmur untuk pemakaman, sangat se-
suai untuk peristiwa tersebut. Saat menyanyikannya, kita harus ter-
gugah dengan keadaan hidup manusia yang singkat, tidak menentu
dan penuh dengan bencana ini. Dan, orang-orang yang penghibur-
annya sedang diuji oleh Allah melalui kematian, akan menganggap
mazmur ini begitu bermanfaat bagi mereka, dalam mendapatkan
kembali apa yang seharusnya kita tuju di dalam kesukaran seperti
itu, yaitu untuk menyucikan peristiwa itu bagi berkat kerohanian
kita dan untuk mempersiapkan hati kita dalam menerima kehendak
kudus Allah di dalam peristiwa tersebut.
Perenungan Mendalam;
Begitu Singkat dan Sia-sianya Kehidupan ini
(39:1-7)
1 Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud. 2 Pikirku: Aku
hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hen-
dak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di de-
panku. 3 Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; te-
tapi penderitaanku makin berat. 4 Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala
seperti api, saat aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku: 5 Ya
TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya
aku mengetahui betapa fananya aku! 6 Sungguh, hanya beberapa telempap
saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa.
Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! S e l a 7 Ia hanyalah bayangan
yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi
tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.
Di sini, Daud mengingat dan mencatatkan apa yang berkecamuk di
dalam hatinya pada saat dia ditimpa kesusahan. Memang baik sekali
jika kita berbuat seperti itu, supaya apa yang terluput dari pikiran
dapat ditambahkan, dan apa yang dikira telah dipikirkan masak-ma-
sak, dapat diperbaiki pada kesempatan mendatang.
I. Dia ingat janji-janji yang telah diikrarkannya kepada Allah untuk
hidup mawas diri dan selalu berhati-hati mengenai perkataan dan
perbuatannya. Kapan saja kita tergoda untuk berbuat dosa dan
terancam bahaya untuk tergelincir ke dalamnya, kita harus meng-
ingat kembali sumpah setia yang telah kita buat untuk tidak lagi
melakukan dosa, dosa tertentu yang cenderung membuat kita
jatuh itu. Allah sanggup dan akan mengingatkan kita mengenai
janji-janji itu (Yer. 2:20), Engkau telah berkata: Aku tidak mau lagi
Kitab Mazmur 39:1-7
551
diperbudak, dan sebab itulah kita pun harus mengingatkan diri
kita sendiri mengenai semua itu. Itulah yang dilakukan Daud di sini.
1. Dia mengingat tekadnya dulu, untuk selalu berhati-hati dan
mawas diri dalam menjalani hidupnya (ay. 2): Pikirku, aku hen-
dak menjaga diri. Perkataan itu diungkapkan dengan begitu
baik, sehingga dia tidak akan pernah membatalkannya atau-
pun menentangnya.
Perhatikanlah:
(1) Sudah merupakan suatu kewajiban bagi setiap dari kita
untuk menjaga jalan kita, artinya, untuk berjalan dengan
hati-hati sementara orang lain hidup dengan serampangan.
(2) Kita harus berpegang teguh pada janji kita untuk mawas
diri dengan jalan kita, dan setiap saat memperbarui tekad
itu. Apa yang melekat erat, dapat ditemukan dengan cepat.
(3) Setelah bertekad untuk menjaga jalan kita, kita harus
mengingatkan diri kita sendiri mengenai tekad itu di dalam
berbagai kesempatan, sebab tekad itu merupakan sebuah
janji yang tidak boleh dilupakan, melainkan harus selalu
dicamkan.
2. Dia ingat bahwa secara khusus dia pernah berjanji untuk
menghindari segala dosa lidah yaitu bahwa dia tidak akan
berdosa dengan lidahnya, bahwa dia tidak akan berbicara yang
tidak pantas, yang menyakiti Allah ataupun angkatan anak-
anak orang benar (73:15). Tidaklah mudah untuk tidak ber-
buat dosa dalam pikiran, tetapi, jika sebuah pikiran jahat tim-
bul dalam pikirannya, dia akan membekap mulutnya dengan
tangan dan memendamnya supaya pikiran itu tidak bekerja
lebih jauh lagi. Dan sikap seperti ini begitu mulianya sehingga
barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia yaitu
orang sempurna. Begitu diperlukannya sikap ini sehingga
orang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak menge-
kang lidahnya, dikatakan sebagai sia-sialah ibadahnya. Daud
telah bertekad,
(1) Bahwa dia akan selalu berjaga-jaga terhadap dosa lidah:
Aku hendak menahan, atau memberangus, mulutku de-
ngan kekang. Dia hendak memasang kekang di mulutnya,
seperti di kepalanya. Kehati-hatian dalam tindakan dan
perbuatan merupakan tangan yang mengendalikan kekang.
552
Dia hendak memasang berangus pada mulutnya, seolah-
olah seperti pada mulut anjing ganas yang sering menye-
rang. Melalui tekad yang kuat, kejahatan bisa dikekang su-
paya tidak meluncur dari bibir, sehingga dengan demikian,
kejahatan itu dapat diberangus.
(2) Bahwa dia akan melipatkgandakan kehati-hatiannya terha-
dap dosa lidah bila ada bahaya kecemaran yang besar se-
dang mengintai selama orang fasik masih ada di depanku.
Saat dia dikelilingi oleh orang fasik, dia akan berhati-hati
untuk tidak mengatakan sesuatu yang dapat mengeraskan
hati mereka atau memicu mereka untuk menghujat. Jika
orang benar terperangkap dalam pergaulan yang buruk,
mereka harus benar-benar menjaga perkataan mereka.
Atau, selama orang fasik masih ada di depanku, dalam
pikiranku. Saat dia sedang memikirkan kebanggaan dan
kekuasaan, kemakmuran dan kekayaan orang fasik yang
terus berkembang, dia tergoda untuk mengatakan sesuatu
yang tidak pantas, dan sebab itulah dia sungguh berhati-
hati tentang apa yang dikatakannya. Perhatikanlah, sema-
kin kuat godaan untuk berdosa, semakin kuat pulalah te-
kad yang diperlukan untuk melawannya.
II. Menindaklanjuti janji-janji tersebut, dia pun bersusah payah me-
ngekang lidahnya (ay. 3): Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku
jauh dari hal yang baik. Kebisuannya mengagumkan