Mazmur-1-50 8
orang-orang berdosa yang malang, Allah tidak meren-
dahkan atau membenci Dia yang mempersembahkannya
demi kita. Juga Allah tidak memalingkan wajah-Nya dari
Dia yang mempersembahkannya, seperti Saul yang marah
terhadap anaknya sendiri sebab ia memohon untuk Daud,
294
yang dipandangnya sebagai musuhnya. saat Dia berseru
kepada Allah, saat darah-Nya berteriak-teriak meminta
pendamaian dan pengampunan bagi kita, Allah mende-
ngarkan-Nya. Sama seperti hal ini merupakan alasan bagi
kita untuk bersukacita, demikian pula hal tersebut harus
menjadi alasan bagi kita untuk bersyartikel r. Siapa menyang-
ka bahwa doa-doanya sudah diabaikan dan tidak didengar,
hendaklah ia terus berdoa dan menunggu, maka ia akan
mendapati bahwa ia tidak mencari dengan sia-sia.
(2) Bahwa Dia sendiri akan terus melanjutkan pekerjaan-Nya
dan menuntaskannya. Kristus berkata, nazar-Ku akan Ku-
bayar (ay. 26). Sepenuhnya Ia sudah bekerja untuk mem-
bawa banyak anak manusia kepada kemuliaan, dan Dia
akan melakukannya sampai tuntas, sampai tidak kehilang-
an seorang pun.
III. Bahwa semua jiwa yang rendah hati dan penuh rahmat akan
mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan penuh di dalam Dia (ay.
27). Sungguh menghibur Tuhan Yesus di dalam penderitaan-
penderitaan-Nya bahwa di dalam dan melalui Dia semua orang
percaya yang sejati akan mendapatkan penghiburan kekal.
1. Orang yang miskin di dalam roh akan kaya di dalam berkat-
berkat, berkat-berkat rohani. Orang yang lapar akan dike-
nyangkan dengan hal-hal yang baik. sebab korban Kristus
diterima, orang-orang kudus akan berpesta di dalam korban
itu, sama seperti di bawah hartikel m Taurat mereka berpesta di
dalam korban pendamaian, dan dengan demikian ikut serta
dalam apa yang tersedia di mezbah: Orang yang rendah hati
akan makan dan kenyang, makan dari roti hidup, memakan
dengan nikmat ajaran kepengantaraan Kristus, yang merupa-
kan makanan dan minuman bagi jiwa yang sadar akan sifat
dan permasalahannya sendiri. Siapa lapar dan haus akan ke-
benaran di dalam Kristus, dia akan mendapatkan semua yang
bisa diinginkannya untuk memuaskan hatinya dan membuat-
nya tenang. Ia tidak perlu lagi bekerja keras, seperti yang
sudah dilakukannya sebelumnya, untuk mendapatkan apa
yang tidak memuaskan dirinya.
2. Mereka yang banyak berdoa pasti akan banyak bersyartikel r
pula: orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia, sebab
Kitab Mazmur 22:23-32
295
melalui Kristus mereka yakin akan menemukan Dia, dan da-
lam pengharapan untuk menemukan Dia, mereka mempunyai
alasan untuk memuji Dia bahkan sewaktu mereka sedang
mencari-Nya. Dan, semakin bersungguh-sungguh mereka
mencari-Nya, semakin lapang hati mereka dalam memuji-muji
Dia saat mereka sudah menemukan-Nya.
3. Jiwa-jiwa yang mengabdi kepada-Nya akan berbahagia di da-
lam Dia untuk selama-lamanya: Hatimu hidup untuk selama-
nya. Hati orang-orang yang lemah lembut, yang dipuaskan di
dalam Kristus, akan terus mencari Allah. Apa pun yang akan
terjadi pada tubuhmu, hatimu akan hidup untuk selamanya.
Anugerah-anugerah dan penghiburan-penghiburan yang eng-
kau miliki akan disempurnakan dalam kehidupan kekal. Kris-
tus telah berkata, Sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup
(Yoh. 14:19). Oleh sebab itu, hidup itu akan sama pasti dan
sama lamanya dengan hidup-Nya sendiri.
IV. Bahwa jemaat Kristus, dan bersamanya Kerajaan Allah di tengah-
tengah manusia, akan memperluas dirinya ke seluruh penjuru
bumi dan akan membawa kepadanya segala macam orang.
1. Bahwa jemaat itu akan menjangkau jauh (ay. 28-29), sehing-
ga, jika selama ini orang-orang Yahudi merupakan satu-satu-
nya umat yang beriman kepada Allah, kini semua ujung bumi
akan datang masuk juga ke dalam jemaat itu, dan, sebab
tembok pemisah sudah dirobohkan, orang-orang bukan-Ya-
hudi harus dibawa masuk.
Di sini dinubuatkan:
(1) Bahwa mereka akan bertobat: Mereka akan mengingatnya
dan berbalik kepada TUHAN. Perhatikanlah, perenungan
yang sungguh-sungguh merupakan langkah pertama, dan
langkah yang baik, menuju pertobatan sejati. Kita harus
menimbang-nimbang, dan berpaling. Si anak hilang men-
jadi tersadar terlebih dahulu, dan kemudian berpaling ke-
pada bapaknya.
(2) Bahwa setelah pertobatan, mereka akan diterima di dalam
persekutuan dengan Allah dan dengan kumpulan jemaat
yang melayani-Nya. Mereka akan sujud menyembah di ha-
dapan-Nya, sebab di setiap tempat dibakar dan dipersem-
296
bahkan korban bagi nama Allah (Mal. 1:11; Yes. 66:23).
Orang-orang yang berpaling kepada Allah akan dengan
sadar menyembah di hadapan-Nya. Dan ada alasan yang
baik mengapa segala kaum dari bangsa-bangsa akan mem-
berikan penghormatan kepada Allah, sebab TUHANlah yang
empunya kerajaan (ay. 29). Kerajaan-Nya, dan hanya kera-
jaan-Nya saja, yang merupakan kerajaan semesta.
[1] Kerajaan alam yaitu milik Tuhan Yehovah, dan peme-
liharaan-Nya memerintah atas bangsa-bangsa, dan ka-
rena itu kita diwajibkan untuk menyembah Dia. Dengan
demikian rancangan agama Kristen yaitu untuk mem-
bangkitkan kembali agama alamiah beserta segala azas
dan hartikel mnya. Kristus mati untuk membawa kita ke-
pada Allah, yaitu Allah yang menciptakan kita, yang
dari-Nya kita telah memberontak, dan untuk membawa
kita kembali kepada kesetiaan kita yang semula.
[2] Kerajaan anugerah yaitu milik Kristus Tuhan, dan
Dia, sebagai Pengantara, yaitu Penguasa yang sudah
ditetapkan bagi bangsa-bangsa, dan Kepala atas segala
sesuatu bagi jemaat-Nya. Oleh sebab itu, biarlah setiap
lidah mengaku bahwa Dia yaitu Tuhan.
2. Bahwa jemaat itu akan mencakup banyak orang dari berbagai
tingkatan (ay. 30). Tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak
dan merdeka, semuanya berjumpa di dalam Kristus.
(1) Kristus akan mendapatkan penghormatan dari banyak
orang besar. Semua orang sombong di bumi, yang hidup da-
lam kemegahan dan kekuasaan, akan sujud menyembah.
Bahkan mereka yang menyantap makanan lezat, setelah
mereka makan dan kenyang, akan memuji Tuhan Allah
mereka atas kelimpahan dan kemakmuran yang dikarunia-
kan kepada mereka.
(2) Orang miskin juga akan menerima Injil-Nya: Semua orang
yang turun ke dalam debu, yang duduk di dalam debu
(113:7), yang hampir tidak dapat menyambung hidupnya,
akan berlutut di hadapan-Nya, di hadapan Tuhan Yesus,
yang merasa terhormat menjadi Raja atas orang miskin
(72:12), dan yang perlindungan-Nya, dengan cara yang isti-
mewa, menarik kesetiaan mereka kepada-Nya. Atau, ung-
Kitab Mazmur 22:23-32
297
kapan ini dapat dimengerti secara umum sebagai menyang-
kut orang yang sedang sekarat, entah miskin atau kaya.
Jadi lihatlah bagaimana keadaan kita kita sedang turun
ke dalam debu, yang ke sana kita dihartikel m, dan yang di
sana sebentar lagi kita harus membuat tempat tidur kita.
Kita pun tidak dapat mempertahankan kehidupan jiwa kita
sendiri. Kita tidak dapat memperpanjang kehidupan ala-
miah kita, atau menentukan sendiri kehidupan rohani kita
yang kekal. Oleh sebab itu, yaitu kepentingan, dan juga
kewajiban kita yang besar untuk membungkuk di hadapan
Tuhan Yesus, untuk menyerahkan diri kita kepada-Nya un-
tuk menjadi hamba-hamba dan penyembah-penyembah-
Nya. sebab hanya inilah jalan satu-satunya, jalan yang
pasti, untuk mengamankan kebahagiaan kita saat kita
turun ke dalam debu. Dengan menyadari bahwa kita tidak
dapat mempertahankan kehidupan jiwa kita sendiri, maka
kita bertindak bijak, melalui iman yang taat, jika kita me-
nyerahkan jiwa kita kepada Yesus Kristus, yang mampu
menyelamatkan jiwa kita dan menjaganya tetap hidup un-
tuk selama-lamanya.
V. Bahwa jemaat Kristus, dan bersamanya Kerajaan Allah di tengah-
tengah manusia, akan tetap ada sampai akhir, melintasi segala
zaman. Umat manusia dilangsungkan keberadaannya melalui per-
gantian angkatan, sehingga akan selalu ada angkatan yang pergi
dan angkatan yang datang. Nah, sama seperti Kristus akan men-
dapat penghormatan dari angkatan yang pergi dan meninggalkan
dunia (ay. 30, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang
turun ke dalam debu, dan sungguh baik jika kita mati dengan ber-
lutut di hadapan Kristus; berbahagialah orang-orang mati yang
mati seperti itu dalam Tuhan), demikian pula Dia akan mendapat-
kan penghormatan dari angkatan yang muncul dan datang ke
dalam dunia (ay. 31).
Perhatikanlah:
1. Penyerahan diri mereka terhadap Kristus: Anak-anak cucu
akan beribadah kepada-Nya, akan menjaga ibadah yang khid-
mat kepada-Nya dan mengakui serta patuh terhadap-Nya se-
bagai Guru dan Tuhan mereka. Perhatikanlah, Allah akan me-
298
miliki jemaat di dalam dunia sampai akhir zaman. Dan, untuk
memenuhi tujuan itu, jemaat Kristen dan pelayan-pelayan Injil
akan datang dan pergi silih berganti dari generasi ke generasi.
Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya. Akan ada umat
sisa, kurang lebih, yang melayani Allah dan yang kepada
mereka Allah akan memberikan anugerah untuk melayani-
Nya, mungkin bukan anak-anak cucu dari orang-orang yang
sama, sebab anugerah tidak mengalir di dalam darah (di sini
tidak dikatakan anak-anak cucu mereka, melainkan hanya
anak-anak cucu), mungkin hanya sedikit, namun cartikel p un-
tuk menjaga warisan yang diturunkan.
2. Pengakuan Kristus terhadap mereka: Mereka akan mencerita-
kan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. Dia
akan tetap sama bagi mereka seperti bagi orang-orang yang
sudah pergi mendahului mereka. Kebaikan-Nya kepada saha-
bat-sahabat-Nya tidak akan mati bersama-sama dengan mere-
ka, tetapi akan diturunkan kepada keturunan dan penerus
mereka, dan bukan bapak-bapak melainkan anak-anaknya
yang akan diakui oleh semua orang sebagai keturunan orang-
orang yang diberkati TUHAN (Yes. 61:9; 65:23). Angkatan orang
benar akan diakui oleh Allah dengan senang hati sebagai milik
pusaka-Nya, sebagai anak-anak-Nya.
3. Pelayanan mereka untuk-Nya (ay. 32): Mereka akan datang
(KJV), akan tampil pada masa mereka, bukan hanya untuk
mempertahankan nama baik angkatan yang sudah lewat, dan
untuk mengerjakan pekerjaan dari angkatan mereka sendiri,
tetapi juga untuk melayani kehormatan Kristus dan kesejah-
teraan jiwa-jiwa pada angkatan yang akan datang. Mereka
akan meneruskan kepada angkatan yang akan datang itu Injil
Kristus (harta simpanan yang suci itu) secara murni dan utuh,
bahkan kepada kaum yang akan dilahirkan setelah masa me-
reka. Kepada angkatan itu mereka akan mengumandangkan
dua hal:
(1) Bahwa ada kebenaran kekal, yang telah dibawa oleh Yesus
Kristus. Kebenaran-Nya ini, dan bukan kebenaran apa pun
dari diri kita sendiri, akan mereka kumandangkan sebagai
dasar dari segala pengharapan kita dan sumber dari segala
sukacita kita (Rm. 1:16-17).
Kitab Mazmur 22:23-32
299
(2) Bahwa karya penebusan kita oleh Kristus yaitu pekerjaan
Tuhan sendiri (118:23), dan sama sekali bukan rencana
kita. Kita harus menyatakan kepada anak-anak kita bahwa
Allah telah melakukan ini. Ini merupakan hikmat-Nya yang
tersembunyi, lengan-Nya yang diacungkan.
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus bersorak sorai di
dalam nama Kristus sebagai nama di atas segala nama, harus mem-
beri-Nya penghormatan dari diri kita sendiri, bersukacita atas segala
penghormatan yang diberikan orang lain kepada-Nya. Bersoraklah di
dalam keyakinan bahwa akan ada sekumpulan umat yang memuji-
muji-Nya di bumi ini saat kita sedang menaikkan puji-pujian bagi-
Nya di sorga.
PASAL 23
anyak dari mazmur-mazmur Daud penuh dengan keluhan, na-
mun yang satu ini penuh dengan penghiburan, dan ungkapan-
ungkapan kegembiraan akan kebaikan yang luar biasa dari Allah dan
ketergantungan kepada-Nya. Ini merupakan mazmur yang telah di-
nyanyikan oleh orang-orang Kristen yang baik, dan akan terus dinya-
nyikan selama dunia masih ada, dengan kesukaan dan kepuasan
yang luar biasa.
I. Sang pemazmur di sini menegaskan hubungannya dengan
Allah, sebagai Gembalanya (ay. 1).
II. Ia menceritakan pengalamannya tentang hal-hal baik yang
telah diperbuat Allah baginya sebagai Gembalanya (ay. 2-3,
5).
III. Dari pengalamannya ini ia menyimpulkan bahwa ia tidak
akan pernah kekurangan (ay. 1), bahwa ia tidak perlu takut
bahaya (ay. 4), dan bahwa Allah tidak akan pernah mening-
galkan ataupun mencampakkan dia dalam hal kemurahan,
dan oleh sebab itu ia bertekad untuk tidak pernah mening-
galkan ataupun mencampakkan Allah dalam hal kewajiban
(ay. 6).
sebab itulah, pandangannya pasti tertuju, bukan hanya kepada
berkat-berkat pemeliharaan Allah, yang membuatnya makmur secara
lahiriah, melainkan juga kepada pemberian-pemberian anugerah
Allah, yang diterima dengan iman yang hidup, dan dibalas dengan
pengabdian yang hangat, yang memenuhi jiwanya dengan sukacita
yang tiada terlukiskan. Dan, jika dalam mazmur sebelumnya dia me-
lambangkan Kristus yang mati bagi domba-domba-Nya, maka di sini
dia menggambarkan orang-orang Kristen yang menerima keuntungan
B
302
dari segala perhatian dan kelembutan Sang Gembala yang agung dan
baik itu.
Gembala Ilahi
(23:1-6)
1 Mazmur Daud. TUHAN yaitu gembalaku, takkan kekurangan aku. 2 Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke
air yang tenang; 3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang
benar oleh sebab nama-Nya. 4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah ke-
kelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan
tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. 5 Engkau menyediakan hidangan
bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;
pialaku penuh melimpah. 6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti
aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang
masa.
Dari tiga pernyataan yang sangat menghibur, Daud, dalam mazmur
ini, menarik tiga kesimpulan yang juga sangat menghibur, dan meng-
ajar kita untuk melakukannya pula. Kita diselamatkan oleh pengha-
rapan, dan pengharapan itu tidak akan mempermalukan kita, sebab
dasarnya sangat kuat. yaitu kewajiban orang-orang Kristen untuk
memberanikan diri mereka sendiri untuk menghadap Tuhan Allah
mereka. Dan di sini kita diarahkan untuk berbuat demikian oleh
sebab hubungan yang Dia miliki dengan kita maupun berdasarkan
pengalaman yang sudah kita rasakan tentang kebaikan-Nya oleh
sebab hubungan itu tadi.
I. Dari pengalaman akan Allah yang menjadi Gembalanya, dia
menyimpulkan bahwa dia tidak akan kekurangan suatu apa pun
yang baik baginya (ay. 1).
Perhatikanlah di sini:
1. Kepedulian Allah yang besar terhadap orang-orang percaya.
Dia yaitu Gembala mereka, dan mereka dapat memanggil-
Nya demikian. Daud sendiri pernah menjadi seorang gembala.
Dia diambil dari tempat domba-domba yang menyusui (78:70-
71), jadi dari pengalamannya itu dia tahu seperti apa kepeduli-
an dan kasih yang lemah lembut dari seorang gembala terha-
dap kawanan dombanya. Ia ingat betapa mereka memerlukan
seorang gembala, dan betapa baiknya bagi mereka untuk
mempunyai seorang gembala yang cakap dan setia. Ia pernah
Kitab Mazmur 23:1-6
303
mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan seekor
domba. Oleh sebab itu, dengan hal inilah ia menggambarkan
kepedulian Allah terhadap umat-Nya, dan inilah yang tampak-
nya dirujuk oleh Juruselamat kita saat Dia berkata, Akulah
Gembala domba-domba. Gembala yang baik (Yoh. 10:11). Dia
yang yaitu Gembala Israel, Gembala seluruh jemaat secara
umum (80:2), juga menjadi Gembala bagi setiap orang percaya
secara khusus. Anak domba yang paling kecil pun tidak luput
dari perhatian-Nya (Yes. 40:11). Dia menggiring mereka ke da-
lam kawanan-Nya, dan kemudian menjaga mereka, melindungi
mereka, dan menyediakan makanan bagi mereka, dengan lem-
but dan setia melebihi yang bisa dilakukan seorang gembala
yang pekerjaannya menjaga kawanan domba. Jika Allah men-
jadi seperti Gembala bagi kita, maka kita harus menjadi se-
perti domba, tidak membantah, lemah lembut, dan tenang,
kelu di depan penggunting bulu, bahkan di depan tukang
jagal, berguna dan suka bergaul. Kita harus mengenali suara
Sang Gembala, dan mengikuti-Nya.
2. Keyakinan mendalam orang percaya di dalam Allah: Jika Tu-
han yaitu Gembalaku, yang menyediakan makanan bagiku,
maka aku boleh yakin bahwa aku tidak akan kekurangan apa
pun yang benar-benar aku butuhkan dan yang baik bagiku.
Jika Daud menulis mazmur ini sebelum dia naik takhta,
maka, meskipun dia sudah ditentukan untuk bertakhta, dia
juga mempunyai banyak alasan untuk takut kekurangan se-
perti siapa saja. Sekali waktu dia mengirimkan orang-orangnya
kepada Nabal untuk mengemis bagi dia, dan pada waktu lain
dia sendiri pergi mengemis kepada Ahimelekh. Namun demi-
kian, saat merenungkan Allah sebagai Gembalanya, ia be-
rani berkata, Takkan kekurangan aku. Janganlah ada yang
takut kelaparan jika mereka menemukan dan memiliki Dia
sebagai Pemberi mereka makan. Di sini ada lebih banyak yang
tersirat daripada yang tersurat, yaitu bahwa bukan hanya,
takkan kekurangan aku, melainkan juga, Apa saja yang aku
butuhkan akan disediakan bagiku. Dan, jika aku tidak menda-
patkan segala sesuatu yang kuinginkan, maka aku dapat me-
nyimpulkan bahwa, entah hal itu tidak sesuai untukku atau
tidak baik untukku, atau aku akan mendapatkannya nanti
pada waktunya.
304
II. sebab Allah telah berlaku sebagai Gembala yang baik baginya,
maka dia pun menyimpulkan bahwa dia tidak perlu takut pada
bahaya apa pun sekalipun ada dalam bahaya dan kesulitan besar
(ay. 2-4). Ia mengalami keuntungan dari hadirat Allah bersamanya
dan kepedulian-Nya terhadap dia sekarang, dan sebab itu dia
pun mengharapkan keuntungan yang demikian saat dia paling
memerlukannya. Lihatlah di sini,
1. Penghiburan bagi orang kudus yang hidup. Allah yaitu Gem-
balanya dan Tuhannya, yaitu Tuhan yang Mahamencartikel pi
untuk segala maksud dan tujuan. Daud mendapati-Nya demi-
kian, dan begitulah seharusnya dengan kita. Lihatlah kebaha-
giaan orang-orang kudus sebagai domba-domba di padang
rumput Allah.
(1) Mereka ditempatkan dan dibaringkan dengan baik: Ia mem-
baringkan aku di padang yang berumput hijau. Segala du-
kungan dan penghiburan yang kita dapatkan dari hidup ini
berasal dari tangan Allah yang baik, dan makanan kita se-
hari-hari berasal dari Dia sebagai Bapa kita. Bagi orang
fasik yang hanya ingin menikmati apa yang menyenangkan
panca indra, kelimpahan itu hanyalah bagaikan padang
tandus. Namun bagi orang saleh, yang mengecap kebaikan
Allah dalam segala kesenangannya, dan yang menikmati-
nya dengan iman, maka meskipun ia hanya mempunyai se-
dikit dari dunia ini, baginya itu sudah seperti padang yang
berumput hijau (37:16; Ams. 15:16-17). Segala ketetapan
Allah itu seperti padang berumput hijau, yang di dalamnya
makanan disediakan bagi semua orang percaya. Firman hi-
dup yaitu makanan bagi manusia baru. Firman itu seper-
ti susu bagi bayi, dan padang rumput bagi domba, tidak
pernah tandus, tidak pernah kosong dimakan, dan tidak
pernah kering, melainkan selalu berumput hijau untuk
memberi makanan bagi iman. Allah membaringkan orang-
orang kudus-Nya. Dia memberi mereka ketenangan dan ke-
puasan dalam pikiran mereka, apa pun yang menjadi bagi-
an mereka. Jiwa mereka berdiam dengan tenang di dalam
Dia, dan itulah padang yang berumput hijau. Apakah kita
diberkati dengan padang-padang berumput hijau yang
berupa ketetapan-ketetapan Allah itu? Jika memang demi-
Kitab Mazmur 23:1-6
305
kian, maka janganlah kita hanya menumpang lewat saja,
tetapi marilah kita juga berbaring di dalamnya, berdiam di
dalamnya. Inilah tempat peristirahatanku untuk selama-
lamanya. Dengan sarana-sarana anugerah yang terus-
meneruslah jiwa diberi makan.
(2) Mereka dibimbing dengan baik, dituntun dengan benar.
Gembala Israel membimbing Yusuf seperti kawanan dom-
ba, dan setiap orang percaya berada di bawah bimbingan
yang sama: Ia membimbing aku ke air yang tenang. Orang-
orang yang diberi makan dari kebaikan Allah harus meng-
ikuti petunjuk-Nya. Ia membimbing mereka dengan peme-
liharaan-Nya, dengan firman-Nya, dan dengan Roh-Nya. Ia
mengarahkan perkara-perkara mereka kepada apa yang
terbaik, sesuai dengan hikmat-Nya. Ia mencondongkan se-
gala perasaan dan perbuatan mereka sesuai dengan perin-
tah-Nya. Ia mengarahkan pandangan, jalan, serta hati me-
reka kepada kasih-Nya. Air tenang, ke tempat mana Dia
membimbing mereka, memberi mereka bukan hanya peng-
harapan yang menyenangkan melainkan juga banyak
tegukan yang menyejukkan, banyak minuman yang menye-
garkan, saat mereka kehausan dan kelelahan. Allah me-
nyediakan bagi umat-Nya bukan hanya makanan dan per-
istirahatan melainkan juga kesegaran dan kesenangan.
Segala penghiburan Allah dan sukacita Roh Kudus itulah
air yang tenang ini, yang kepadanya orang-orang kudus
dibimbing. Itulah air yang mengalir dari sumber air hidup
dan membawa kegembiraan pada kota Allah kita. Allah
membimbing umat-Nya, bukan kepada genangan air yang
bau dan penuh kotoran, bukan kepada laut yang bergelora,
bukan juga kepada banjir yang bergulung dengan deras,
melainkan kepada pusaran air yang tenang. sebab air
yang tenang namun mengalir sungguh sesuai dengan roh
yang mengalir menuju Allah, bergerak dengan tenang. Bim-
bingan ilahi yang menyertai mereka kini digambarkan tan-
pa melalui kiasan (ay. 3): Ia menuntun aku di jalan yang be-
nar, di jalan kewajibanku. Di jalan itu Dia mengajarku
dengan firman-Nya dan membimbingku dengan hati nurani
dan pemeliharaan ilahi. Ini yaitu jalan-jalan yang di da-
lamnya orang-orang kudus ingin dibimbing dan dipelihara,
306
dan tidak pernah ingin berbelok darinya. Dan yang dibim-
bing ke air tenang penghiburan hanyalah mereka yang ber-
jalan di jalan yang benar. Jalan kewajiban merupakan jalan
yang sungguh menyenangkan. Pekerjaan kebenaranlah
yang membawa damai. Di jalan-jalan ini, kita tidak akan
dapat berjalan jika Allah tidak menuntun kita kepadanya
dan membimbing kita di dalamnya.
(3) Mereka akan diberikan pertolongan penuh jika ada sesuatu
yang menyakiti mereka: Ia menyegarkan jiwaku (KJV: Ia me-
mulihkan jiwaku pen.).
[1] Ia memulihkan aku kembali saat aku tersesat. Tidak
ada makhluk lain yang lebih cepat kesasar daripada
domba, begitu mudahnya ia tersesat, dan begitu susah-
nya ia menemukan jalan untuk kembali pulang. Orang-
orang kudus yang terbaik sadar akan kecenderungan
mereka untuk sesat seperti domba yang hilang
(119:176). Mereka hilang jalan, dan berbelok ke arah
yang salah. Namun, saat Allah menunjukkan kesalah-
an mereka, membuat mereka bertobat, dan membawa
mereka kembali kepada kewajiban mereka, Ia memulih-
kan jiwa mereka. Dan, jika Dia tidak melakukannya,
mereka akan berkeliaran tanpa tujuan hingga akhirnya
binasa. saat , setelah melakukan satu dosa, hati Daud
terpartikel l, dan, setelah melakukan dosa lain, Natan di-
utus untuk memberi tahu dia, Engkaulah orang itu,
Allah pun memulihkan jiwanya. Meskipun Allah bisa
saja membiarkan umat-Nya jatuh ke dalam dosa, Dia
tidak akan membiarkan mereka terus tergeletak di da-
lamnya.
[2] Dia menyembuhkanku saat aku sakit, dan menya-
darkanku saat aku pingsan, dan dengan demikian Dia
memulihkan jiwaku yang hampir melayang. Dialah
Tuhan Allah kita yang menyembuhkan kita (Kel. 15:26).
Berkali-kali kita ini sudah pasti jatuh pingsan bila kita
tidak percaya. Tetapi, oleh sebab Gembala yang baik
itulah kita terhindar dan tidak pingsan.
2. Lihatlah di sini semangat seorang kudus yang sedang sekarat
(ay. 4): Setelah mengalami kebaikan Allah yang sedemikian
Kitab Mazmur 23:1-6
307
rupa itu di sepanjang hidupku, dalam berbagai macam kese-
sakan, aku tidak akan pernah meragukan-Nya, tidak akan
pernah, biarpun ada di ujung tanduk sekalipun. Terlebih lagi,
semua yang telah diperbuat-Nya kepadaku sampai saat ini bu-
kan sebab jasa atau ganjaran bagiku, melainkan murni demi
nama-Nya sendiri. Semuanya itu sebab Ia sendiri mau melak-
sanakan firman-Nya, menepati janji-Nya, dan demi untuk ke-
muliaan gelar-gelar-Nya dan hubungan-Nya dengan umat-Nya.
Oleh sebab itu, nama Allah tetap akan menjadi menara yang
kuat bagiku, dan akan meyakinkan aku bahwa Dia yang telah
membimbing aku, dan memberiku makan, di sepanjang hidup-
ku, dan sekali-kali Dia tidak akan meninggalkanku. Inilah,
(1) Intaian bahaya yang diandaikan: Sekalipun aku berjalan
dalam lembah kekelaman, (KJV: Sekalipun aku berjalan me-
lewati lembah bayang-bayang maut pen.), yaitu, meski-
pun aku menghadapi bahaya maut, meskipun aku berada
di tengah-tengah bahaya, sedalam lembah, gelap gulita,
dan menakutkan seperti maut itu sendiri, atau mungkin
lebih tepatnya, meskipun aku terancam maut, serasa se-
dang menjalani hartikel man mati, dan sungguh-sungguh ba-
gaikan orang yang sekarat, namun aku tetap tenang. Wa-
jarlah bila orang yang sakit, yang tua renta, merasa seperti
ada dalam lembah kekelaman. Ada satu kata yang sungguh
terdengar sangat mengerikan dalam keadaan begini. Kata
itu yaitu maut, yang harus dinantikan oleh kita semua.
Tidak ada pengecualian dalam peperangan melawan maut.
Namun demikian, sekalipun bayangan ketakutan itu me-
landa, masih ada empat kata yang mengurangi kengerian-
nya: sungguh, maut itu ada di hadapan kita, namun,
[1] Itu hanyalah bayang-bayang maut. Tidak ada bahaya
yang benar-benar ada di situ. Bayang-bayang ular tidak
akan memagut, dan bayang-bayang pedang pun tidak
akan membunuh.
[2] Itu hanyalah lembah bayang-bayang, yang memang be-
nar-benar dalam, gelap, dan kotor. Namun demikian,
lembah-lembah itu penuh dengan buah-buah, dan de-
mikian pula dengan maut itu sendiri, penuh dengan
buah-buah penghiburan bagi umat Allah.
308
[3] Di lembah ini, kita hanya berjalan, berjalan dengan per-
lahan-lahan dan menyenangkan. Orang fasik terusir
dari dunia ini, dan jiwa mereka dituntut dari mereka.
Namun orang-orang kudus berjalan-jalan ke dunia yang
lain dengan cerianya, sama seperti saat mereka me-
ninggalkan dunia ini.
[4] Kita hanya berjalan melewatinya. Mereka tidak akan
tersesat di lembah ini, melainkan akan tiba dengan se-
lamat di gunung tanaman rempah-rempah di seberang
lembah itu.
(2) Bahaya ini tidaklah ada apa-apanya dan telah ditaklukkan,
berdasarkan alasan-alasan yang baik. Maut yaitu raja ke-
ngerian, tetapi tidak demikian bagi domba-domba Kristus.
Mereka tidak gemetar menghadapinya, sama seperti dom-
ba-domba tidak gemetar saat harus dibawa ke tempat
pembantaian. Bahkan di lembah bayang-bayang maut aku
tidak akan takut bahaya. Tidak satu pun hal-hal seperti ini
bisa menggoyahkanku. Perhatikanlah, anak Tuhan dapat
menghadapi para malaikat maut, dan menerima panggilan-
panggilannya dengan perasaan aman yang kudus dan pi-
kiran yang tenang. Anak yang menyusu dapat bermain-
main di dekat liang ular tedung ini, dan anak yang cerai
susu, yang dengan anugerah telah disapih dari dunia ini,
dapat mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak ini,
dan memberikan tantangan yang kudus kepada maut,
seperti Paulus, Hai maut, di manakah sengatmu? Dan ada
alasan yang cartikel p berdasar untuk keyakinan ini,
[1] sebab di dalamnya tidak ada apa-apa yang dapat
membahayakan seorang anak Allah. Maut tidak dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, dan oleh sebab itu
maut tidak dapat benar-benar menyakiti kita. Maut
membunuh tubuh, namun tidak dapat menyentuh jiwa.
Mengapa maut harus ditakuti bila tidak ada apa pun di
dalamnya yang dapat menyakiti kita?
[2] sebab orang-orang kudus memiliki hadirat Allah yang
penuh rahmat bersama mereka saat mereka sedang
menghadapi ajal. Pada saat itu, Dia akan berada di se-
belah kanan mereka, jadi mengapa mereka harus go-
Kitab Mazmur 23:1-6
309
yah? Gembala yang baik tidak hanya akan memimpin,
tetapi juga akan mengawal domba-domba-Nya melewati
lembah itu, di mana mereka akan terancam bahaya di-
mangsa oleh binatang-binatang buas dan serigala-seri-
gala pemangsa yang rakus. Dia tidak hanya akan meng-
awal mereka tetapi juga akan menghibur mereka di
saat-saat yang sangat membutuhkan seperti itu. Hadi-
rat-Nya akan menghibur mereka: Engkau besertaku.
Firman dan Roh-Nya akan menghibur mereka gada-
Mu dan tongkat-Mu, yang merujuk pada tongkat gem-
bala, atau pada tongkat yang di bawahnya domba-dom-
ba lewat saat mereka dihitung (Im. 27:32), atau pada
tongkat yang digunakan gembala untuk mengusir an-
jing-anjing yang akan mencerai-beraikan atau membuat
domba-domba ketakutan. yaitu suatu penghiburan
bagi orang-orang kudus, bahwa saat menjelang ajal,
Allah pasti memperhatikan mereka (Dia mengenali
orang-orang kepunyaan-Nya), Dia akan menghardik si
musuh, Dia akan menuntun mereka dengan tongkat-
Nya dan melindungi mereka dengan gada-Nya. Injil dise-
but sebagai tongkat kekuatan Kristus (110:2), dan ini
saja sudah cartikel p untuk menghibur orang-orang kudus
di kala menjelang ajal, dan di bawah mereka ada le-
ngan-lengan yang kekal.
III. Dari pemberian-pemberian Allah yang baik dan berlimpah kepa-
danya sekarang, ia menyimpulkan bahwa kemurahan-Nya akan
tetap untuk selama-lamanya (ay. 5-6). Di sini kita dapat memper-
hatikan,
1. Betapa tingginya dia memuliakan karunia-karunia Allah yang
penuh rahmat terhadapnya (ay. 5): Engkau menyediakan hi-
dangan bagiku. Engkau telah menyediakan bagiku segala hal
yang menyangkut hidup dan kesalehan, segala hal yang pen-
ting baik bagi tubuh maupun jiwa, baik untuk waktu kini
maupun untuk kekekalan. Betapa Allah itu Penderma yang
murah hati terhadap semua umat-Nya, dan sebab itu pantas-
lah bagi umat-Nya itu untuk menyatakan dengan sungguh-
sungguh kebaikan-Nya yang besar itu, seperti Daud di sini,
yang mengakui,
310
(1) Bahwa ia mempunyai hidangan yang sudah tersaji, meja
yang sudah disiapkan, dan cawan yang sudah diisi penuh,
makanan untuk memuaskan rasa laparnya dan minuman
untuk memuaskan rasa hausnya.
(2) Bahwa Allah menyediakan makanan itu baginya dengan
hati-hati dan siap sedia. Mejanya tidak disediakan kosong
begitu saja dan akan dilengkapi kemudian, melainkan su-
dah dipersiapkan, dan dipersiapkan di hadapannya.
(3) Bahwa dia tidak diberi sedikit-sedikit, tidak serba kurang,
melainkan berkelimpahan: Pialaku penuh melimpah, cu-
kup bagiku dan juga bagi teman-temanku.
(4) Bahwa apa yang dimilikinya bukan hanya untuk meme-
nuhi kebutuhan melainkan juga untuk perhiasan dan kegi-
rangan: Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak.
Samuel mengurapinya sebagai raja, yang merupakan per-
tanda pasti karunia demi karunia akan diperolehnya. Na-
mun demikian, semua ini lebih merupakan contoh kelim-
pahan yang diterimanya dari Allah sebagai berkat-Nya. Bisa
juga, semua ini merujuk pada sambutan luar biasa yang
diterima sahabat-sahabat istimewa, yang kepalanya dimi-
nyaki dengan minyak (Luk. 7:46). Bahkan, menurut sebagi-
an orang, dia masih memandang dirinya sebagai domba,
namun seperti anak domba betina yang kecil milik si miskin
(2Sam. 12:3), yang makan dari suapnya, minum dari piala-
nya, dan tidur di pangkuannya. Begitulah, tidak hanya
dengan begitu baik, tetapi juga dengan lembutnya anak-
anak Allah itu dijaga. Persediaan yang melimpah dipersiap-
kan bagi tubuh mereka, bagi jiwa mereka, bagi hidup seka-
rang dan bagi hidup yang akan datang. Jika Pemeliharaan
ilahi tidak mengaruniakan kepada kita dengan begitu ber-
limpah hal-hal yang penting bagi kehidupan alami kita,
maka salah kita sendiri jika kita tidak berusaha mendapat-
kannya secara rohani.
2. Betapa yakinnya dia bahwa kebaikan-kebaikan Allah itu akan
didapatkannya terus (ay. 6). Ia telah berkata (ay. 1), Takkan
kekurangan aku, tetapi sekarang ia berbicara dengan lebih
yakin lagi, lebih luas lagi: Kebajikan dan kemurahan belaka
akan mengikuti aku, seumur hidupku. Pengharapannya naik,
dan imannya dikuatkan, saat dia menerapkannya.
Kitab Mazmur 23:1-6
311
Perhatikanlah:
(1) Apa yang dijanjikannya kepada dirinya sendiri kebajikan
dan kemurahan, semua arus kemurahan yang mengalir
dari sumber mata air, kemurahan yang mengampuni, ke-
murahan yang melindungi, kemurahan yang menopang,
dan kemurahan yang menyediakan.
(2) Cara penyaluran kemurahan itu: kebajikan dan kemurah-
an itu akan mengikuti aku, seperti air yang keluar dari gu-
nung batu mengalir mengikuti kemah Israel di padang gu-
run. Kebajikan dan kemurahan itu akan mengikutiku di
semua tempat dan dalam semua keadaan, akan selalu siap
sedia.
(3) Keberlanjutannya: Kebajikan dan kemurahan itu akan
mengikutiku sepanjang hidupku, bahkan sampai akhir nan-
ti, sebab barangsiapa dikasihi Allah, Dia akan mengasihi-
nya sampai pada akhirnya.
(4) Keberlangsungannya yang tetap: seumur hidupku, sepasti
datangnya esok hari. Kebajikan dan kemurahan itu akan
selalu baru setiap pagi (Rat. 3:22-23), seperti manna yang
diberikan kepada orang-orang Israel setiap hari.
(5) Kepastiannya: Pasti (KJV) kebajikan dan kemurahan itu
akan mengikutiku. Sama pastinya dengan janji yang bisa
dibuat oleh Allah kebenaran. Dan kita tahu siapa yang kita
percaya.
(6) Inilah pengharapan akan sempurnanya kebahagiaan di du-
nia yang akan datang. Dengan demikian, sebagian orang
mengartikan pernyataan yang terakhir seperti ini: Setelah
kebajikan dan kemurahan mengikuti aku sepanjang hidup-
ku di bumi ini, maka saat hidupku itu sudah berakhir,
aku akan berpindah ke dunia yang lebih baik, untuk diam
dalam rumah TUHAN sepanjang masa, di rumah Bapa kita
di atas, di mana ada banyak tempat. Dengan apa yang
kumiliki, aku sangat senang. Dengan apa yang kuharapkan
aku bahkan lebih senang lagi. Semuanya ini, dan juga
sorga! Jadi sudah jelas bahwa kita memang melayani Tuan
yang baik hati.
3. Betapa bulatnya tekadnya untuk melekat kepada Allah dan ke-
pada kewajibannya. Kita membaca kalimat terakhir sebagai
312
kovenan Daud dengan Allah: Aku akan diam dalam rumah
TUHAN sepanjang masa (sepanjang hidupku), dan aku akan
memuji-Nya selama aku ada. Kita harus diam di rumah-Nya
sebagai hamba, yang ingin agar telinganya ditusuk dengan
penusuk di tiang pintu, untuk melayani-Nya sampai selama-
lamanya. Jika kebaikan Allah kepada kita seperti cahaya pagi,
yang bersinar semakin terang dan terang sampai tengah hari,
maka janganlah kebaikan kita kepada-Nya seperti awan dan
embun pagi yang cepat menghilang. Siapa dipuaskan dengan
kelimpahan dari rumah Allah, dia harus tetap melekat pada
kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dengan kelimpah-
annya itu.
PASAL 24
Mazmur ini berkenaan dengan Kerajaan Yesus Kristus,
I. Kerajaan-Nya yang ilahi (berasal dari Allah), yang dengannya
Dia memerintah dunia (ay. 1-3).
II. Kerajaan anugerah-Nya, yang dengannya Dia memerintah di
dalam jemaat-Nya.
1. Berkenaan dengan warga negara Kerajaan itu, termasuk
ciri dan sifat mereka (ay. 4, 6), dan hak mereka (ay. 5).
2. Berkenaan dengan Raja Kerajaan itu, dan seruan kepada
semua orang untuk membiarkan-Nya masuk (ay. 7-10).
Mazmur ini dianggap ditulis dalam hubungan dengan peristiwa
Daud menggotong tabut perjanjian ke tempat yang sudah dipersiap-
kan, dan maksud dari mazmur ini yaitu untuk menuntun umat
agar memandang jauh melampaui kemeriahan upacara-upacara lahi-
riah kepada kehidupan dan iman yang kudus di dalam Kristus, di
mana dalam peristiwa ini Kristus dilambangkan oleh tabut perjanjian
itu.
Kepemilikan Allah yang Mutlak
(24:1-2)
1 Mazmur Daud. TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan
dunia serta yang diam di dalamnya. 2 Sebab Dialah yang mendasarkannya di
atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
Inilah,
I. Kepemilikan Allah yang mutlak atas bagian ciptaan ini di mana
kita ditempatkan (ay. 1). Kita tidak boleh berpikir bahwa sorga,
314
hanya sorga semata, yang yaitu milik Tuhan, beserta penghuni
yang banyak dan cemerlang dari dunia atas, dan bahwa bumi ini
diabaikan, sebab hanya bagian kecil dan tidak berarti dari cipta-
an-Nya. Tidak juga sebab bumi berada begitu jauh dari istana
kerajaan di atas, sehingga Dia tidak berminat untuk turut campur
di dalamnya. Tidak, bahkan bumi pun yaitu milik-Nya, beserta
dunia yang ada di bawah ini. Dan, meskipun Dia telah menyiap-
kan takhta kemuliaan-Nya di sorga, kerajaan-Nya memerintah
atas semua. Bahkan cacing-cacing di bumi ini pun tidak luput
dari perhatian-Nya dan termasuk di bawah kekuasaan-Nya.
1. saat Allah memberikan bumi kepada anak-anak manusia,
Dia masih mempertahankan hak kepemilikan pada diri-Nya,
dan hanya menyewakannya kepada mereka sebagai penyewa
atau orang-orang yang diberi hak untuk menikmati apa yang
bukan milik mereka: TUHANlah yang empunya bumi serta se-
gala isinya. Tambang-tambang yang tersimpan di dalam perut
bumi, termasuk segala hasil bumi yang berlimpah ruah, segala
binatang yang ada di hutan dan hewan ternak yang ada di
ribuan bukit, tanah-tanah dan rumah-rumah kita, dan segala
pemanfaatan dari bumi ini melalui keahlian dan pekerjaan ta-
ngan manusia, semua itu yaitu milik-Nya. Hal-hal ini, di da-
lam kerajaan anugerah, sungguh tepat dipandang sebagai ke-
hampaan. Sebab semuanya itu hanya kesia-siaan belaka,
tidak berarti apa-apa bagi jiwa. Namun demikian, di dalam ke-
rajaan pemeliharaan ilahi, hal-hal tersebut merupakan kepe-
nuhan. Bumi penuh dengan kekayaan Allah, demikian pula
dengan lautan yang besar dan luas. Semua bagian dan wilayah
bumi yaitu milik Tuhan, semua berada di bawah pengawas-
an-Nya, semua ada di dalam tangan-Nya: sehingga, ke mana
pun seorang anak Allah pergi, ia dapat menghibur dirinya
dengan hal ini, bahwa ia tidak pergi ke luar dari tanah Bapa-
nya. Apa yang jatuh dari bumi kepada kita dan buah-buah
yang dihasilkannya hanyalah dipinjamkan kepada kita. Semua
itu milik Tuhan. Apa yang kita nyatakan kepada seluruh dunia
sebagai milik kita, tidak berlaku saat diperhadapkan dengan
hak-hak kepemilikan-Nya. Hal yang terjauh dari kita sekali-
pun, seperti apa yang melintasi lorong-lorong laut, atau yang
tersembunyi di dasarnya, yaitu milik Tuhan, dan Dia tahu di
mana harus menemukannya.
Kitab Mazmur 24:1-2
315
2. Bagian muka bumi yang dapat dihuni (Ams. 8:31, KJV) yaitu
milik-Nya dalam arti khusus dunia serta yang diam di dalam-
nya. Diri kita sendiri bukan milik kita. Tubuh kita, jiwa kita,
bukanlah milik kita. Tuhan berfirman, Semua jiwa Aku punya.
Sebab Dialah yang membentuk tubuh kita dan Dialah Bapa
roh kita. Lidah kita bukan milik kita, lidah kita harus diguna-
kan untuk melayani-Nya. Bahkan anak-anak manusia yang
tidak mengenal-Nya dan yang tidak mengakui hubungan me-
reka dengan-Nya yaitu milik-Nya. Nah, hal ini diketengahkan
di sini untuk menunjukkan bahwa, meskipun Allah dengan
penuh rahmat berkenan menerima segala ibadah dan pela-
yanan umat pilihan-Nya yang khusus (ay. 3-5), hal itu terjadi
bukan sebab Dia memerlukan mereka, atau dapat diuntung-
kan oleh mereka, sebab bumi serta segala isinya yaitu milik-
Nya (Kel. 19:5; Mzm. 50:12). Hak kepemilikan Allah ini juga
dapat diterapkan pada kekuasaan yang dimiliki Kristus, seba-
gai Pengantara, atas segala ujung bumi, yang diberikan ke-
pada-Nya sebagai milik-Nya: Bapa mengasihi Anak dan telah
memberikan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya, kuasa atas
semua manusia. Rasul Paulus mengutip perikop Kitab Suci ini
dua kali berturut-turut (KJV) saat dia berbicara tentang ma-
kanan yang dipersembahkan kepada berhala (1Kor. 10:26, 28).
Jika makanan itu dijual di pasar, makan saja, dan jangan
tanya apa-apa, sebab bumi serta segala isinya yaitu milik
Tuhan. Makanan itu yaitu ciptaan Tuhan yang baik, dan
kamu berhak memakannya. Namun, jika ada orang yang mem-
beri tahu kamu bahwa makanan itu dipersembahkan kepada
berhala, tahanlah dirimu, sebab bumi serta segala isinya ada-
lah milik Tuhan, dan sebab itu masih ada cartikel p banyak ma-
kanan yang lain. Ini merupakan alasan yang baik mengapa
kita harus puas dengan apa yang menjadi bagian kita di dunia
ini, dan tidak iri terhadap apa yang menjadi bagian orang lain.
Bumi serta segala isinya yaitu milik Tuhan, dan bukankah
Dia boleh melakukan apa yang ingin dilakukan-Nya terhadap
milik-Nya sendiri, dan memberikan lebih kepada sebagian
orang, dan kurang kepada sebagian yang lain, sesuai dengan
yang dikehendaki-Nya?
316
II. Alasan kepemilikan ini. Bumi yaitu milik-Nya tanpa bisa diban-
tah lagi, sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan
menegakkannya di atas sungai-sungai (ay. 2). Bumi yaitu milik-
Nya, sebab ,
1. Dia menciptakannya, membentuknya, mendirikannya, dan
menyesuaikannya untuk bisa digunakan manusia. Benda ada-
lah milik-Nya, sebab Dia menciptakannya dari ketiadaan.
Bentuk yaitu milik-Nya, sebab Dia menciptakannya menurut
hikmat dan gagasan-gagasan kekal dari pikiran-Nya sendiri.
Dia menciptakannya sendiri, Dia menciptakannya untuk Diri-
Nya sendiri. sebab itu, Dialah Pemilik mutlak, satu-satunya,
seutuhnya, dan tidak ada yang dapat membuat kita berhak
memiliki bagian mana pun, kecuali dengan, dari, dan di bawah
Dia (89:12-13).
2. Dia menciptakannya dengan cara yang tidak dapat dilakukan
oleh siapa pun. Bumi yaitu ciptaan Yang Mahakuasa, sebab
ia didirikan di atas lautan, di atas sungai-sungai. Ini suatu
fondasi yang lemah dan tidak teguh (begitu orang akan ber-
pikir) untuk membangun bumi di atasnya. Namun, jika ke-
kuatan Yang Mahakuasa berkenan, maka fondasi itu pun bisa
menopang berat bumi ini. Perairan yang pertama-tama menu-
tupi bumi dan membuatnya tidak cocok dihuni manusia, di-
perintahkan untuk berkumpul di bawahnya, supaya tanah
yang kering bisa muncul, sehingga perairan berfungsi seperti
fondasi baginya (104:8-9).
3. Dia terus melangsungkan keberadaannya, Dia menegakkan-
nya, mengartikel hkan keberadaan bumi itu, sehingga meskipun
keturunan yang satu pergi dan yang lain datang, bumi tetap
ada (Pkh. 1:4). Dengan demikian, pemeliharaan-Nya merupa-
kan suatu penciptaan yang berkelanjutan (119:90). Pendirian
bumi di atas sungai-sungai haruslah mengingatkan kita be-
tapa licin dan tidak pastinya hal-hal duniawi ini. Fondasinya
bukan hanya pasir, melainkan juga air. Oleh sebab itu, sung-
guh bodoh jika kita membangun di atas benda-benda duniawi
itu.
Kitab Mazmur 24:3-6
317
Sifat Orang Israel Sejati
(24:3-6)
3 Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh
berdiri di tempat-Nya yang kudus? 4 Orang yang bersih tangannya dan
murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang
tidak bersumpah palsu. 5 Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN
dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. 6 Itulah angkatan orang-
orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub. S e l a
Dari dunia ini, beserta segala isinya, perenungan-perenungan sang
pemazmur naik secara tiba-tiba kepada perkara-perkara besar dari
dunia lain, yang fondasinya tidak diletakkan di atas lautan, atau su-
ngai-sungai. Benda-benda di dunia ini telah diberikan Allah kepada
anak-anak manusia, dan kita banyak berutang kepada pemelihara-
an-Nya untuk semua itu. Namun benda-benda tersebut tidak akan
menjadi bagian kita. Dan sebab itu,
I. Inilah pertanyaan mengenai hal-hal yang lebih baik (ay. 3). Bumi
ini yaitu tumpuan kaki Allah, namun, jika kita sudah menda-
patkan terlalu banyak hal darinya, ingatlah bahwa kita harus
tinggal di sini hanya untuk sementara, dan sebentar lagi harus
meninggalkannya, dan setelah itu, siapakah yang boleh naik ke
atas gunung TUHAN? Siapakah yang akan pergi ke sorga setelah
ini, dan, sebagai pertanda untuk itu, siapakah yang akan memiliki
persekutuan dengan Allah dalam ketetapan-ketetapan suci-Nya
sekarang? Jiwa yang mengenal dan merenung-renung kodrat,
asal-usul, dan kekekalannya sendiri, pasti akan terdiam dan me-
rasa tidak puas setelah ia memandang bumi serta segala isinya.
Jiwa akan mendapati bahwa di antara semua ciptaan tidak ada
pertolongan sepadan bagi manusia, dan sebab itu ia akan ber-
pikir untuk naik menuju Allah, menuju sorga, dengan bertanya,
Apa yang harus kulakukan untuk naik ke tempat yang tinggi itu,
ke bukit itu, di mana Tuhan berdiam dan menyatakan diri-Nya,
supaya aku dapat mengenal-Nya dan berdiam di tempat yang
kudus dan membahagiakan itu, tempat Dia menjumpai umat-Nya
dan membuat mereka kudus dan berbahagia? Apa yang harus
kulakukan supaya aku bisa menjadi orang yang diakui Allah se-
bagai umat-Nya yang khusus, dan sebagai milik kepunyaan-Nya
dengan cara yang berbeda dari cara kepemilikan-Nya atas bumi
beserta segala isinya? Pertanyaan ini banyak persamaannya de-
ngan pertanyaan yang ada dalam pasal 15:1. Bukit Sion, yang di
318
atasnya Bait Allah dibangun, merupakan bayang-bayang gereja,
baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. saat rakyat Israel
mengarak tabut perjanjian ke tempat kudusnya, Daud mencam-
kan dalam hati mereka bahwa semua ini hanyalah bayang-bayang
dari perkara-perkara sorgawi, dan sebab itu, dengan hal-hal ter-
sebut mereka harus diarahkan untuk merenungkan perkara-per-
kara sorgawi sendiri.
II. Jawaban terhadap pertanyaan ini, yang di dalamnya kita men-
dapati,
1. Sifat-sifat umat Allah yang khusus, yang akan memiliki perse-
kutuan dengan-Nya di dalam anugerah dan kemuliaan.
(1) Mereka yaitu orang-orang yang menjaga diri dari semua
perbuatan dosa yang kotor. Mereka bersih tangannya, tidak
ternoda oleh kotoran-kotoran dunia dan daging. Tidak ada
orang najis yang boleh masuk ke gunung Bait Allah, yang
menandakan kemurnian perilaku yang harus dimiliki oleh
semua orang yang mempunyai persekutuan dengan Allah.
Tangan-tangan yang terangkat di dalam doa haruslah yang
murni, tidak ada noda keuntungan yang didapat dengan
cara tidak wajar melekat padanya, atau oleh apa pun yang
menajiskan orang, dan yang menjijikkan bagi Allah yang
kudus.
(2) Mereka yaitu orang-orang yang menjadikan hati nurani
mereka benar-benar (yang artinya, secara dari dalam) baik
sebagaimana tampak luar mereka. Mereka murni hatinya.
Agama kita sia-sia belaka jika kita tidak menjalankannya
dengan hati. Tidaklah cartikel p untuk mempunyai tangan
yang bersih di hadapan manusia, kita juga harus memba-
suh hati kita dari kejahatan, dan tidak membiarkan diri
kita berada dalam kecemaran hati secara sembunyi-sem-
bunyi, yang terbuka di hadapan mata Allah. Jadi, sia-sia-
lah orang yang mengaku mempunyai hati yang murni dan
baik jika tangan mereka kotor oleh sebab perbuatan-per-
buatan dosa. Hati yang murni yaitu hati yang tulus dan
tanpa kepalsuan dalam mengikat kovenan dengan Allah,
yang dijaga dengan hati-hati, sehingga si jahat, roh najis,
Kitab Mazmur 24:3-6
319
tidak menyentuhnya. Hati itu dimurnikan oleh iman, dan
disesuaikan dengan citra dan kehendak Allah (Mat. 5:8).
(3) Mereka yaitu orang-orang yang tidak mengarahkan pera-
saan-perasaan mereka kepada perkara-perkara dunia ini,
tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan hatinya
tidak terlena secara berlebihan oleh kekayaan duniawi, pu-
jian manusia, atau kenikmatan indrawi. Mereka tidak me-
milih hal-hal ini sebagai bagian mereka, juga tidak ber-
usaha meraihnya, sebab mereka percaya bahwa semua itu
hanyalah kesia-siaan belaka, tidak pasti dan tidak me-
muaskan.
(4) Mereka yaitu orang-orang yang berlaku jujur baik ter-
hadap Allah maupun terhadap manusia. Dalam kovenan
mereka dengan Allah, dan kesepakatan mereka dengan ma-
nusia, mereka tidak berusaha menipu, atau melanggar jan-
ji-janji mereka, atau mengelak dari kewajiban-kewajiban
mereka, atau bersumpah palsu. Orang-orang yang tidak
peduli dengan kewajiban-kewajiban kebenaran atau de-
ngan kehormatan nama Allah tidak pantas mendapat tem-
pat di gunung Allah yang kudus.
(5) Mereka yaitu umat yang berdoa (ay. 6): Itulah angkatan
orang-orang yang menanyakan Dia. Di sepanjang zaman,
ada umat sisa seperti ini, orang-orang yang mempunyai
sifat ini, yang akan menceritakan tentang TUHAN kepada
angkatan yang akan datang (22:31). Dan mereka yaitu
orang-orang yang mencari Allah, yang mencari wajah-Mu,
ya Allah Yakub!
[1] Mereka menggabungkan diri bersama Allah, untuk
mencari-Nya, bukan hanya dalam doa yang sungguh-
sungguh melainkan juga dalam berbagai usaha yang
betul-betul dijalankan untuk mendapatkan kebaikan-
Nya, dan menjaga diri mereka sendiri di dalam kasih-
Nya. Setelah menjadikannya sebagai puncak kebahagia-
an mereka, mereka juga menjadikannya sebagai puncak
keinginan mereka untuk diterima oleh-Nya, dan sebab
itu mereka bersusah payah untuk membuat diri mereka
berkenan kepada-Nya. Ke gunung Tuhanlah kita harus
naik, dan, sebab jalannya mendaki, kita harus menge-
320
rahkan segala tenaga dan kekuatan kita layaknya
orang-orang yang mencari dengan tekun.
[2] Mereka menggabungkan diri bersama umat Allah, un-
tuk mencari Allah bersama-sama dengan mereka. Kare-
na sudah dibawa pada persekutuan dengan Allah, me-
reka bergabung dalam persekutuan para kudus, menye-
suaikan diri dengan teladan para kudus yang sudah
mendahului mereka (begitulah sebagian orang mema-
hami kalimat ini). Mereka mencari wajah Allah, seperti
Yakub (demikian menurut sebagian yang lain), yang
oleh sebab itu diberi gelar nama Israel, sebab ia ber-
gumul dengan Allah dan menang, ia mencari-Nya dan
menemukan-Nya. Dan, sebab bergaul dengan orang-
orang kudus yang sezaman dengan mereka, mereka
mendapat perkenan dari jemaat Allah masa itu (Why.
3:9), mereka akan bersuka sebab saling mengenal de-
ngan umat Allah (Za. 8:23), meleburkan diri bersama
mereka, dan, setelah mereka menuliskan pada tangan
mereka: Kepunyaan Tuhan, mereka akan menyebut diri
mereka dengan nama Yakub (Yes. 44:5). Segera setelah
Paulus bertobat, ia menggabungkan diri kepada murid-
murid (Kis. 9:26). Mereka akan mencari wajah Allah di
dalam Yakub (begitu menurut sebagian yang lain), yang
artinya, dalam perkumpulan-perkumpulan jemaat-Nya.
Wajah-Mu, ya Allah Yakub! Demikianlah yang tertulis
dalam keterangan tambahan (KJV) dan ini memudahkan
kita untuk memahami artinya. Sama seperti semua
orang percaya merupakan keturunan Abraham secara
rohani, demikian pula semua orang yang bergumul di
dalam doa merupakan keturunan Yakub secara rohani,
yang kepadanya Allah tidak pernah berkata, Carilah
Aku dengan sia-sia!.
2. Hak-hak istimewa umat Allah yang khusus (ay. 5). Mereka
akan dibuat menjadi benar-benar berbahagia untuk selama-
lamanya.
(1) Mereka akan diberkati: mereka akan menerima berkat dari
Tuhan, semua buah dan karunia kebaikan Allah, sesuai
dengan janji-Nya. Dan orang-orang yang diberkati Allah
Kitab Mazmur 24:7-10
321
pasti benar-benar diberkati, sebab sudah menjadi hak isti-
mewa Allah-lah untuk memerintahkan berkat.
(2) Mereka akan dibenarkan dan dikuduskan. Ini merupakan
berkat-berkat rohani dalam perkara-perkara sorgawi yang
akan mereka terima. Bahkan kebenaran pun akan mereka
terima, yang merupakan perkara yang begitu ingin mereka
dapatkan dengan lapar dan haus (Mat. 5:6). Kebenaran
yaitu kepenuhan berkat, dan dari Allah sajalah kita harus
mengharapkannya, sebab kita tidak mempunyai kebenaran
dari diri kita sendiri. Mereka akan menerima upah bagi ke-
benaran mereka (begitulah yang diartikan sebagian orang),
mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan oleh Hakim
yang adil (2Tim. 4:8).
(3) Mereka akan diselamatkan, sebab Allah sendiri akan men-
jadi Allah yang menyelamatkan mereka. Perhatikanlah,
apabila Allah memberikan kebenaran, maka Dia pasti me-
rancangkan keselamatan. Orang-orang yang dibuat layak
bagi sorga pasti akan dibawa dengan selamat ke sorga, dan
pada saat itulah mereka akan mendapatkan apa yang sela-
ma ini mereka cari-cari, yang akan membawa kepuasan
tiada akhir kepada mereka.
Raja Kemuliaan
(24:7-10)
7 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai
pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! 8 Siapakah
itu Raja Kemuliaan? TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam pe-
perangan! 9 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah
kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! 10
Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? TUHAN semesta alam, Dialah Raja
Kemuliaan! S e l a
Apa yang sudah diucapkan sekali, diucapkan kembali untuk kedua
kali dalam ayat-ayat ini. Pengulangan seperti itu sudah biasa dalam
nyanyian, dan kita menemukan banyak keindahan di dalamnya.
Inilah,
1. Seruan untuk masuk yang berulang kali ditujukan kepada Raja
Kemuliaan. Pintu-pintu dan gerbang-gerbang harus segera di-
buka, dibuka lebar-lebar, untuk membiarkan-Nya masuk, sebab
322
lihatlah, Dia berdiri di depan pintu dan mengetuk, siap untuk
masuk.
2. Pertanyaan yang berulang kali diajukan tentang Raja perkasa ini,
yang di dalam nama-Nya orang-orang meminta masuk: Siapakah
itu Raja Kemuliaan? Sama seperti saat orang mengetuk pintu
kita, kita biasa bertanya, Siapa itu?
3. Jawaban yang berulang kali diberikan tentang Raja yang diharus-
kan masuk ini: TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam
peperangan, TUHAN semesta alam (ay. 8, 10).
Perhatikanlah:
I. Cara masuk yang demikian megah yang digambarkan di sini
mungkin merujuk pada perarakan khidmat saat tabut perjan-
jian dibawa ke dalam kemah Daud yang khusus didirikan untuk
tabut itu, atau ke dalam Bait Salomo yang dibangun untuknya.
sebab , saat Daud mempersiapkan bahan-bahan untuk mem-
bangun tempat bagi tabut itu, pantas juga baginya untuk mem-
persiapkan mazmur untuk dipersembahkan untuknya. Para pen-
jaga pintu diminta untuk membukakan pintu, dan pintu-pintu itu
disebut pintu-pintu yang berabad-abad, sebab pintu-pintu itu
lebih tahan lama dibandingkan dengan pintu kemah, yang hanya
berupa sebuah tirai. Mereka diajar untuk bertanya, Siapakah itu
Raja Kemuliaan? Dan orang-orang yang menggotong tabut
perjanjian diajar untuk menjawab dengan perkataan yang ada di
hadapan kita, dan ini sangat cocok, sebab tabut perjanjian meru-
pakan lambang atau pertanda hadirat Allah (Yos. 3:11). Atau ja-
waban itu dapat juga dipandang sebagai sebuah perkataan puitis
yang dirancang untuk menggambarkan tokohnya dengan cara
yang lebih menyentuh hati. Allah, dalam firman dan ketetapan-
ketetapan-Nya, memang selayaknya disambut oleh kita dengan
cara yang demikian,
1. Dengan segenap kesediaan hati: pintu-pintu dan gerbang-ger-
bang harus segera dibuka bagi-Nya. Biarlah firman Tuhan ma-
suk ke dalam bagian yang paling dalam dan paling utama da-
lam jiwa kita. Dan, seandainya kita memiliki enam ratus leher,
kita harus menundukkan semuanya di bawah wewenang fir-
man Tuhan itu.
Kitab Mazmur 24:7-10
323
2. Dengan segala rasa hormat, sambil mengingat betapa besarnya
Allah yang dengan-Nya kita sedang berurusan, saat kita
datang mendekat kepada-Nya.
II. Tidak diragukan lagi bahwa pernyataan ini menunjuk pada Kris-
tus, yang dilambangkan oleh tabut perjanjian itu, beserta tutup
pendamaiannya.
1. Kita dapat menerapkannya pada kenaikan Kristus ke sorga
dan sambutan yang diterima-Nya di sana. Setelah Dia menye-
lesaikan pekerjaan-Nya di bumi, Dia naik dengan awan-awan
dari langit (Dan. 7:13-14). Gerbang-gerbang sorga pasti ter-
buka bagi-Nya pada waktu itu, yaitu pintu-pintu yang sebe-
narnya yang disebut dengan pintu-pintu yang berabad-abad,
yang telah ditutup bagi kita, untuk menjaga jalan menuju po-
hon kehidupan (Kej. 3:24). Juruselamat kita menemukan pin-
tu-pintu itu tertutup, namun, sebab Dia sudah mencurahkan
darah-Nya sebagai penebusan dosa dan memperoleh hak un-
tuk masuk ke dalam tempat yang kudus (Ibr. 9:12) sebagai
orang yang berkuasa untuk itu, maka Dia menuntut untuk
masuk, bukan hanya untuk diri-Nya sendiri melainkan juga
untuk kita. sebab , sebagai Pendahulu, Dia telah masuk bagi
kita dan membukakan Kerajaan Allah bagi semua orang per-
caya. Bukan hanya kunci-kunci neraka dan maut, melainkan
juga kunci-kunci sorga dan hidup harus diserahkan ke dalam
tangan-Nya. sebab cara kedatangan-Nya begitu megah, para
malaikat menjadi bertanya, Siapakah itu Raja Kemuliaan?
Para malaikatlah yang menjaga pintu-pintu gerbang Yerusalem
Baru (Why. 21:12). saat Anak Sulung dibawa ke dunia atas,
semua malaikat harus menyembah Dia (Ibr. 1:6), dan sebab
itu mereka dikatakan bertanya dengan terheran-heran, Siapa-
kah Dia? Apakah Dia ini yang datang dari Bozra dengan baju
yang merah (Yes. 63:1-3)? sebab Dia muncul di dunia itu
sebagai Anak Domba yang telah disembelih. Dijawab di sini
bahwa Dia jaya dan perkasa, perkasa dalam peperangan, un-
tuk menyelamatkan umat-Nya dan menaklukkan musuh-mu-
suh-Nya dan musuh-musuh umat-Nya.
2. Kita dapat menerapkannya pada masuknya Kristus ke dalam
jiwa-jiwa manusia melalui firman dan Roh-Nya, supaya mere-
ka bisa menjadi bait-Nya. Hadirat Kristus di dalam diri mereka
324
seperti kehadiran tabut perjanjian di dalam Bait Allah. Hadi-
rat-Nya itu menguduskan mereka. Lihat, Dia berdiri di muka
pintu dan mengetok (Why. 3:20). Gerbang-gerbang dan pintu-
pintu hati harus dibukakan bagi-Nya, bukan hanya seperti
tamu yang harus dibiarkan masuk, melainkan juga seperti
harta milik yang harus diberikan kepada pemiliknya yang sah,
setelah hak milik itu diperebutkan. Inilah panggilan dan tun-
tutan Injil, yakni agar kita membiarkan Yesus Kristus, Sang
Raja Kemuliaan, masuk ke dalam jiwa kita, dan menyambut-
Nya dengan teriakan-teriakan hosana, diberkatilah Dia yang
datang. Agar kita dapat melakukannya dengan benar, maka
kita wajib bertanya, Siapakah itu Raja Kemuliaan? untuk
mengakrabkan diri kita dengan Dia, yang harus kita percayai,
dan yang harus kita kasihi melebihi segalanya. Dan ja-wab-
annya sudah tersedia: Dia yaitu Yehovah, Yehovah keadilan
kita, Juruselamat yang mahamencartikel pi bagi kita, jika kita
menyambut Dia dan menjamu-Nya. Dia jaya dan perkasa. Dia
Tuhan semesta alam. Oleh sebab itu, kita sendirilah yang
akan terancam bahaya jika kita menolak-Nya masuk, sebab
Dia mampu membalas penghinaan itu. Dia dapat mendesak
masuk, dan mematahkan berkeping-keping dengan tongkat
besi-Nya siapa saja yang tidak mau tunduk pada tongkat
emas-Nya.
Dalam menyanyikan mazmur ini, biarlah hati kita dengan gembira
menjawab panggilan ini, seperti yang terdapat dalam perkataan per-
tama dari mazmur berikutnya, Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat
jiwaku.
PASAL 25
azmur ini penuh dengan curahan perasaan yang saleh kepada
Allah. Keinginan hati yang kudus mengalir mencari perkenan
dan anugerah-Nya, dengan tindakan-tindakan iman yang hidup akan
janji-janji-Nya. Kita dapat belajar di sini,
I. Apa yang didoakan di sini (ay. 1-15).
II. Apa yang harus kita doakan: pengampunan dosa (ay. 6-7,
18), petunjuk dalam melaksanakan kewajiban (ay. 4-5), be-
las kasihan Allah (ay. 16), pelepasan dari segala kesesakan
kita (ay. 17-18), perlindungan dari musuh-musuh kita (ay.
20-21), dan keselamatan jemaat Allah (ay. 22).
III. Apa yang bisa kita serukan di dalam doa: keyakinan kita
kepada Allah (ay. 2-3, 5, 20-21), kesusahan kita dan keben-
cian musuh-musuh kita (ay. 17, 19), dan ketulusan hati kita
(ay. 21).
IV. Janji-janji berharga apa yang kita miliki untuk mendorong
kita di dalam doa: akan bimbingan dan petunjuk (ay. 8-9,
12), keuntungan kovenan (ay. 10), dan kesenangan dalam
persekutuan dengan Allah (ay. 13-14).
Mudah bagi kita untuk menerapkan sejumlah bacaan dalam maz-
mur ini pada diri kita sendiri saat kita menyanyikannya, sebab
kita sering kali mempunyai masalah, dan selalu mempunyai dosa,
untuk dikeluhkan di hadapan takhta anugerah.
M
326
Permohonan-permohonan yang Sungguh-sungguh
(25:1-7)
1 Dari Daud. Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; 2 Allahku, kepada-Mu
aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-
musuhku beria-ria atas aku. 3 Ya, semua orang yang menantikan Engkau
takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat
khianat dengan tidak ada alasannya. 4 Beritahukanlah jalan-jalan-Mu ke-
padaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. 5 Bawalah aku berjalan da-
lam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyela-
matkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. 6 Ingatlah segala
rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada
sejak purbakala. 7 Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelang-
garanku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih
setia-Mu, oleh sebab kebaikan-Mu, ya TUHAN.
Di sini kita mendapati pengakuan-pengakuan Daud tentang keingin-
an hatinya terhadap Allah dan kebergantungannya pada-Nya. Ia se-
ring kali memulai mazmurnya dengan pengakuan-pengakuan seperti
itu, bukan untuk menggerakkan Allah melainkan untuk menggerak-
kan dirinya sendiri, dan untuk bersungguh-sungguh menjalani peng-
akuan-pengakuan itu.
I. Ia memberikan pengakuan akan keinginan hatinya terhadap
Allah: Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku (ay. 1). Dalam
mazmur sebelumnya (ay. 4), digambarkan sifat orang benar, yaitu
bahwa ia tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan (KJV: tidak
mengangkat jiwanya kepada kesia-siaan pen.). Sebaliknya,
pintu-pintu yang berabad-abad dipanggil untuk mengangkat ke-
pala mereka supaya masuk Raja Kemuliaan (ay. 7). Sifat inilah,
panggilan inilah, yang dijawab Daud di sini, Tuhan, kuangkat
jiwaku, bukan kepada kesia-siaan, melainkan kepada-Mu. Perha-
tikanlah, saat menyembah Allah kita harus mengangkat jiwa kita
kepada-Nya. Doa yaitu mengangkat jiwa kepada Allah. Allah
harus dipandang dan jiwa harus digerakkan. Ungkapan sursum
corda angkatlah hatimu, dulu kala digunakan sebagai panggilan
untuk beribadah. Dengan celaan kudus terhadap dunia dan se-
gala sesuatu yang ada di dalamnya, serta dengan pikiran teguh
dan iman yang giat, kita harus mengarahkan pandangan kita
kepada Allah. Dengan begitu, kita boleh mengungkapkan segala
keinginan hati kita kepada-Nya sebagai sumber kebahagiaan kita.
Kitab Mazmur 25:1-7
327
II. Ia memberikan pengakuan akan kebergantungannya pada Allah
dan memohon agar ia mendapat keuntungan dan penghiburan
dari kebergantungannya itu (ay. 2): Allahku, kepada-Mu aku per-
caya. Hati nuraninya bersaksi bagi dia bahwa dia tidak menaruh
percaya kepada dirinya sendiri atau kepada ciptaan mana pun,
dan bahwa kepercayaannya kepada Allah atau kepada kuasa dan
janji-Nya tidaklah berkurang. Hatinya senang dengan pengakuan
imannya kepada Allah ini. sebab ia mempercayakan dirinya ke-
pada Allah, dia menjadi tenang, sangat puas, dan bebas dari rasa
takut terhadap bahaya. Pengakuan percaya itu ia serukan kepada
Allah, yang selalu merasa terhormat untuk menolong orang-orang
yang menghormati Dia dengan kepercayaan mereka kepada-Nya.
Apa yang diandalkan manusia pasti akan membawa entah suka-
cita atau rasa malu kepada mereka, sesuai dengan apa yang ter-
bukti nanti. Nah, di sini Daud, dengan penuh iman, berdoa de-
ngan sungguh-sungguh,
1. Agar malu jangan sampai menimpanya: Janganlah kiranya
aku mendapat malu sebab kepercayaanku kepada-Mu. Ja-
nganlah kiranya kepercayaanku goyah oleh sebab ketakutan-
ketakutan yang melanda, dan janganlah kiranya aku dikece-
wakan dengan apa yang kuandalkan daripada-Mu. Sebaliknya,
Tuhan, peliharalah apa yang telah kupercayakan kepada-Mu.
Perhatikanlah, jika kita menjadikan kepercayaan kita kepada
Allah sebagai penopang kita, maka kita tidak akan mendapat
malu. Dan, jika kita beria-ria di dalam Dia, maka musuh-
musuh kita tidak akan beria-ria atas kita, seperti yang akan
mereka lakukan seandainya kita sekarang tenggelam dalam
ketakutan-ketakutan kita, atau segala harapan kita kandas
pada akhirnya.
2. Agar malu jangan sampai menimpa siapa saja yang percaya
kepada Allah. Semua orang kudus telah memperoleh iman
berharga yang sama, dan sebab itu, tanpa diragukan lagi,
pada akhirnya mereka akan sama-sama berhasil. Dengan de-
mikian, persekutuan orang-orang kudus tetap dijaga, bahkan
melalui saling doa satu bagi yang lainnya di antara mereka.
Orang-orang kudus yang sejati akan membuat permohonan
bagi semua orang kudus. Sudahlah pasti, siapa pun yang ber-
harap kepada Allah, dengan percaya dan setia menanti-nanti-
328
kan Dia, dengan percaya dan terus berharap menunggu Dia,
tidak akan mendapat malu sebab nya.
3. Agar malu akan menimpa para pendosa. Yang mendapat malu
ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasan-
nya, atau dengan sia-sia, sesuai dengan arti kata itu.
(1) Tanpa dihasut. Mereka memberontak terhadap Allah dan
kewajiban mereka, terhadap Daud dan pemerintahannya
(begitu menurut sebagian orang), tanpa penyebab apa pun.
Mereka tidak bisa menunjukkan kesalahan apa pun yang
mereka temukan pada Allah, atau dalam hal apa saja Dia
telah menyusahkan mereka. Semakin lemah godaan yang
membuat manusia ditarik ke dalam dosa, semakin kuat ke-
jahatan yang membuat mereka terdorong untuk berbuat
dosa. Orang-orang berdosa yang paling buruk yaitu mere-
ka yang berdosa hanya demi dosa itu sendiri.
(2) Tanpa hasil. Mereka tahu bahwa usaha-usaha mereka me-
lawan Allah tidak akan membawa hasil apa-apa. Mereka
membayangkan hal yang sia-sia, dan oleh sebab itu mereka
akan segera dipermalukan sebab nya.
III. Ia memohon bimbingan dari Allah untuk melaksanakan kewajib-
annya (ay. 4-5). Berulang kali di sini ia berdoa kepada Allah untuk
mengajarinya. Ia sendiri yaitu orang yang berpengetahuan, na-
mun demikian, orang yang paling cerdas dan paling taat sekali-
pun, keduanya perlu dan ingin diajar oleh Allah. Dari Dia kita
harus selalu belajar.
Perhatikanlah:
1. Apa yang ingin dipelajarinya: Ajarilah aku, bukan kata-kata
indah atau gagasan-gagasan yang hebat, melainkan jalan-
jalan-Mu, kebenaran-Mu, jalan-jalan yang di dalamnya Engkau
berjalan menghampiri manusia, yang melulu merupakan se-
gala belas kasihan dan kebenaran (ay. 10). Ajarilah aku jalan-
jalan yang Engkau ingin aku berjalan di dalamnya untuk
menuju Engkau. Orang-orang yang berhasil diajar yaitu me-
reka yang memahami kewajiban mereka, dan mengetahui apa
yang baik yang harus mereka lakukan (Pkh. 2:3). Jalan-jalan
Allah dan kebenaran-Nya yaitu sama. Hartikel m-hartikel m ilahi
didirikan di atas kebenaran-kebenaran ilahi. Jalan perintah-
Kitab Mazmur 25:1-7
329
perintah Allah yaitu jalan kebenaran (119:30). Kristus yaitu
jalan dan kebenaran itu, dan sebab itu kita harus belajar dari
Kristus.
2. Apa yang diinginkannya dari Allah, supaya dia bisa belajar
dari-Nya.
(1) Agar Allah mencerahkan pengertiannya tentang kewajiban-
nya: Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, dan ajarlah
aku. saat kita dilanda keraguan, kita harus berdoa de-
ngan sungguh-sungguh agar Allah membuatnya jelas bagi
kita apa yang diinginkan-Nya untuk kita lakukan.
(2) Agar Allah mengarahkan kehendaknya untuk belajar pada-
Nya, dan menguatkan dia selama melakukannya: Tuntun-
lah aku, dan ajarilah aku. Tidak hanya seperti kita menun-
tun orang yang sudah rabun mata, supaya ia tidak ter-
sesat, melainkan juga seperti kita menuntun orang yang
sakit, lemah, dan tidak berdaya, untuk membantu dia agar
terus berjalan dan menjaganya agar dia tidak jatuh ping-
san. Dalam perjalanan menuju sorga, kita tidak akan berja-
lan lebih jauh daripada apa yang dikehendaki Allah dalam
menuntun dan menopang kita.
3. Apa yang diserukannya,
(1) Pengharapannya yang besar dari Allah: Engkaulah Allah
yang menyelamatkan aku. Perhatikanlah, orang-orang yang
memilih keselamatan dari Allah sebagai tujuan akhir mere-
ka, dan yang menjadikan-Nya sebagai Allah yang menyela-
matkan mereka, dapat datang dengan berani kepada-Nya
untuk meminta bimbingan dari-Nya supaya dituntun di da-
lam jalan yang menuju tujuan itu. Jika Allah menyelamat-
kan kita, Dia juga akan mengajar dan menuntun kita. Dia
yang memberikan keselamatan pasti akan memberikan
petunjuk.
(2) Penantiannya akan Allah yang tanpa henti: Engkau kunan-
ti-nantikan sepanjang hari. Dari mana seorang hamba
mengharapkan petunjuk mengenai apa yang harus dikerja-
kannya kecuali dari tuannya sendiri, yang dinanti-nanti-
kannya sepanjang hari? Jika kita dengan tulus ingin me-
ngetahui kewajiban kita, dengan tekad untuk melakukan-
330
nya, maka kita tidak perlu merasa ragu lagi apakah Allah
akan membimbing kita atau tidak.
IV. Ia berseru kepada rahmat Allah yang tidak terbatas, dan menye-
rahkan dirinya pada rahmat itu, tanpa mengaku-ngaku mempu-
nyai jasa apa pun dari dirinya sendiri (ay. 6): Ingatlah segala
rahmat-Mu ya TUHAN, dan sebab segala rahmat-Mu itulah, tun-
tunlah dan ajarlah aku, sebab rahmat-Mu itu sudah ada sejak
purbakala.
1. Sejak dahulu kala Engkaulah Allah yang selalu penuh rah-
mat. Itulah nama-Mu, itulah hakikat dan sifat-Mu, untuk me-
nunjukkan rahmat.
2. Segala rencana dan rancangan rahmat-Mu sudah ada sejak
dari kekekalan. Bejana-bejana rahmat-Mu, sebelum dunia di-
jadikan, telah dipersiapkan untuk kemuliaan.
3. Tindakan-tindakan rahmat-Mu kepada jemaat secara umum,
dan kepadaku secara khusus, sudah ada sejak semula dari
dahulu kala, dan terus ada sampai sekarang. Semuanya itu di-
mulai dari dulu, dan tidak akan pernah berhenti. Engkau telah
mengajarku dari waktu aku muda, dan terus mengajarku sam-
pai sekarang.
V. Ia secara khusus bersungguh-sungguh meminta pengampunan
atas segala dosanya (ay. 7): Dosa-dosaku pada waktu muda ja-
nganlah Kauingat. Tuhan, ingatlah segala rahmat-Mu (ay. 6), yang
berbicara mendartikel ng aku, dan jangan ingat dosa-dosaku, yang
berbicara menentang aku. Inilah,
1. Sebuah pengakuan dosa yang tersirat. Ia berbicara secara
khusus tentang dosa-dosa masa mudanya. Perhatikanlah, se-
gala kesalahan dan kebodohan kita pada waktu muda memang
seharusnya menjadi alasan bagi kita untuk bertobat dan me-
rendahkan diri walaupun waktunya sudah lama berselang, ka-
rena waktu sekali-kali tidak akan mengikis kesalahan dosa.
Orang-orang yang sudah tua haruslah meratapi kegembiraan
mereka yang penuh dosa dan bersedih atas kesenangan dosa
yang mereka nikmati pada masa muda mereka. Ia membesar-
besarkan dosa-dosanya, dengan menyebutnya pelanggaran-
pelanggarannya. Semakin kudus, adil, dan baik hartikel m yang
Kitab Mazmur 25:8-14
331
telah dilanggar oleh dosa, semakin berdosalah seharusnya pe-
langgaran kita tampak pada kita.
2. Ungkapan permohonan akan belas kasihan,
(1) Agar ia dibebaskan dari kebersalahannya: Dosa-dosaku
pada waktu muda janganlah Kauingat. Maksudnya, jangan-
lah mengingatnya untuk melawan aku, janganlah membe-
berkannya untuk mendakwa aku, dan janganlah mengha-
kimi aku sebab nya. saat Allah mengampuni dosa, Dia
dikatakan tidak mengingatnya lagi, yang menunjukkan
penghapusan secara menyeluruh. Dia mengampuni dan
melupakan.
(2) Agar ia boleh diterima dalam pandangan Allah: Ingatlah
kepadaku, pikirkanlah yang baik-baik untuk aku, dan da-
tanglah pada waktunya untuk menolong aku. Tidak ada
lagi yang kita perlu inginkan untuk membuat kita bahagia
selain supaya Allah mengingat kita dengan kebaikan-Nya.
Seruannya yaitu , sesuai dengan kasih setia-Mu, dan oleh
sebab kebaikan-Mu. Perhatikanlah, kebaikan Tuhanlah
dan bukan kebaikan kita, rahmat-Nyalah dan bukan jasa
kita sendiri, yang harus kita serukan untuk mendapatkan
pengampunan dosa dan semua hal baik yang kita perlu-
kan. Seruan ini harus selalu menjadi pegangan kita, seperti
orang yang sadar akan kemiskinan dan ketidaklayakannya,
seperti orang yang dipuaskan oleh kekayaan rahmat dan
anugerah Allah.
Kebaikan dan Belas Kasihan Ilahi
(25:8-14)
8 TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang
yang sesat. 9 Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hartikel m,
dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. 10 Se-
gala jalan TUHAN yaitu kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpe-
gang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya. 11 Oleh sebab
nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu. 12
Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan
jalan yang harus dipilihnya. 13 Orang itu sendiri akan menetap dalam keba-
hagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. 14 TUHAN bergaul karib de-
ngan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya
kepada mereka.
332
Janji-janji Allah di sini dipadukan dengan doa-doa Daud. Ada banyak
permohonan yang kita dapatkan dalam bagian awal mazmur ini, dan
ada banyak juga yang akan kita dapatkan dalam bagian akhirnya.
Dan di sini, di tengah-tengah mazmur ini, Daud merenungkan janji-
janji itu, dan dengan iman yang hidup ia menyusu dari buah dada
penghiburan ini dan dipuaskan olehnya. Sebab janji-janji Allah bu-
kan hanya merupakan dasar terbaik bagi doa, yang memberi tahu
kita apa yang harus kita doakan dan mendorong iman serta pengha-
rapan kita di dalam doa, melainkan juga sudah merupakan jawaban
langsung atas doa itu sendiri. Biarlah doa dipanjatkan sesuai dengan
janji itu, maka barulah janji itu dapat dipahami sebagai jawaban atas
doa tersebut. Dan kita harus percaya bahwa doa kita didengar,
sebab janji itu akan ditepati. Namun, di tengah-tengah janji-janji itu
kita mendapati satu permohonan yang tampak diucapkan agak tiba-
tiba, dan yang seharusnya ditindaklanjuti (ay. 7). Permohonan itu
yaitu , ampunilah kesalahanku (ay. 11). Namun, doa untuk meminta
pengampunan dosa sekali-kali tidak pernah menyimpang dari pokok
pembicaraan. Semua perbuatan kita sudah bercampur dengan dosa,
dan oleh sebab itu doa minta ampun itu seharusnya juga dicampur-
kan dengan ibadah-ibadah kita. Ia menegaskan permohonan ini de-
ngan berseru dua kali. Seruan yang pertama sangat biasa: Oleh ka-
rena nama-Mu, ampunilah kesalahanku, sebab Engkau telah menya-
takan nama-Mu sebagai nama yang penuh rahmat dan berbelas
kasihan, yang menghapus dosa pemberontakan demi kemuliaan-Mu,
demi janji-Mu, dan demi kepunyaan-Mu (Yes. 43:25). Tetapi seruan
yang kedua sangat mengejutkan: Ampunilah kesalahanku, sebab
besar kesalahan itu, dan semakin besar kesalahan itu semakin besar-
lah belas kasihan ilahi akan dipermuliakan dalam mengampuninya.
yaitu kemuliaan Allah yang Mahabesar untuk mengampuni dosa-
dosa yang besar, untuk mengampuni kesalahan, pelanggaran, dan
dosa (Kel. 34:7). Besar kesalahan itu, dan oleh sebab itu aku akan
binasa, binasa sampai selama-lamanya, jika belas kasihan yang tiada
terbatas tidak turut campur untuk mengampuninya. Besar kesalahan
itu, demikianlah aku melihatnya. Semakin kita melihat kekejian
dalam dosa-dosa kita, semakin pantas kita mencari belas kasihan
Allah. saat kita mengaku dosa, kita harus menegaskan betapa
besarnya dosa kita itu.
Marilah sekarang kita melihat janji-janji yang besar dan berharga
yang kita miliki dalam ayat-ayat ini. Perhatikanlah,
Kitab Mazmur 25:8-14
333
I. Siapa yang memiliki janji-janji ini, dan siapa yang dapat mengha-
rapkan keuntungan darinya. Kita ini semua orang berdosa, jadi
dapatkah kita berharap mendapatkan keuntungan dari janji-janji
itu? Ya (ay. 8), Dia akan menunjukkan jalan kepada orang yang
sesat, meskipun mereka sesat dan berdosa. Sebab Kristus datang
ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, dan, untuk
melakukannya, Ia mengajar orang-orang berdosa dan memanggil
mereka untuk bertobat. Janji-janji ini berlaku pasti bagi orang-
orang yang sekarang menjalankan firman Allah meskipun sebe-
lumnya mereka berdosa dan tersesat. Mereka ini yaitu ,
1. Orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-
peringatan-Nya (ay. 10), yang mematuhi perintah-perintah-Nya
sebagai peraturan bagi mereka, dan yang menggenggam janji-
janji-Nya sebagai bagian mereka. Mereka menerima Allah seba-
gai Allah mereka dan hidup sesuai dengan keputusan itu. Me-
reka menyerahkan diri kepada-Nya sebagai umat-Nya dan
hidup sesuai dengan keputusan itu. Meskipun sebab kele-
mahan daging, mereka kadang-kadang melanggar perintah,
namun, dengan pertobatan yang tulus setiap kali berbuat
salah dan dengan iman yang tetap kepada Allah sebagai Allah
mereka, mereka berpegang pada perjanjian itu dan tidak me-
langgarnya.
2. Orang yang takut akan Dia (ay. 12, dan lagi ay. 14), yang hor-
mat pada keagungan-Nya dan menyembah-Nya dengan penuh
rasa hormat, yang berserah pada wewenang-Nya dan mema-
tuhi-Nya dengan senang hati, yang ngeri akan murka-Nya dan
takut melukai hati-Nya.
II. Atas dasar apa janji-janji ini diberikan, dan dorongan apa yang
harus kita bangun darinya. Inilah dua hal yang mengesahkan dan
meneguhkan semua janji itu:
1. Kesempurnaan sifat Allah. Kita menghargai janji itu berdasar-
kan sifat Dia yang membuatnya. Oleh sebab itu, kita dapat
mengandalkan janji-janji Allah itu. Sebab TUHAN itu baik dan
benar, maka Dia akan berlaku sebaik apa yang difirmankan-
Nya. Dia begitu baik sehingga Dia tidak dapat menipu kita, be-
gitu benar sehingga Dia tidak dapat melanggar janji-Nya. Setia-
lah Dia yang telah berjanji, dan yang juga akan menepatinya.
334
Dia telah berbaik hati untuk membuat janji itu, dan sebab itu
Dia akan benar dalam menepatinya.
2. Kesesuaian antara segala perkataan dan perbuatan-Nya de-
ngan kesempurnaan-kesempurnaan sifat-Nya (ay. 10): Segala
jalan TUHAN (yang artinya, segala janji dan pemeliharaan-Nya)
yaitu kasih setia dan kebenaran. Jalan-jalan-Nya itu, sama
seperti Dia sendiri, baik dan benar. Semua tindakan Allah
terhadap umat-Nya dilakukan sesuai dengan kasih setia dari
tujuan-tujuan-Nya dan kebenaran janji-janji-Nya. Semua yang
diperbuat-Nya berasal dari kasih, kasih dalam perjanjian.
Dalam kasih-Nya itu umat-Nya dapat melihat kasih setia-Nya
ditunjukkan dan firman-Nya digenapi. Sungguh hati orang-
orang benar akan puas dengan limpahnya atas hal ini, se-
hingga apa pun penderitaan-penderitaan yang mereka alami,
segala jalan TUHAN yaitu kasih setia dan kebenaran, dan
semua itu akan tampak kelak saat mereka sampai pada
akhir perjalanan mereka.
III. Apa janji-janji itu.
1. Bahwa Allah akan mengajari dan menuntun mereka dalam
melaksanakan kewajiban mereka. Hal ini paling ditekankan,
sebab ini merupakan jawaban bagi doa-doa Daud (ay. 4-5),
Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, dan bawalah aku
berjalan. Kita harus mengarahkan pikiran-pikiran kita dan
bertindak dengan iman terutama atas janji-janji yang sesuai
dengan perkara yang sedang kita hadapi.
(1) Ia akan menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Mere-
ka telah berdosa, sebab itu perlu ditunjukkan jalan.
saat mereka sadar bahwa mereka sesat, dan ingin ditun-
jukkan jalan, maka Dia akan mengajar mereka jalan pen-
damaian dengan Allah, jalan yang menuju damai hati
nurani yang dasarnya teguh, dan jalan yang menuju pada
kehidupan kekal. Dengan Injil-Nya, Dia membuat jalan ini
diketahui semua orang, dan, dengan Roh-Nya, Dia mem-
buka pengertian dan membimbing orang-orang berdosa
yang bertobat, yang mencari-cari jalan itu. Iblis membuta-
kan mata orang dan menuntut mereka ke neraka, tetapi
Allah membuat mata orang terang, menjadikan segala se-
Kitab Mazmur 25:8-14
335
suatu di depan mereka terang benderang, dan dengan
demikian Dia menuntun mereka ke sorga.
(2) Ia membimbing orang-orang yang rendah hati. Ia akan
mengajar orang-orang yang rendah hati, yaitu orang-orang
yang merasa rendah dalam pandangan mereka sendiri,
yang tidak percaya pada diri mereka sendiri, yang ingin di-
ajar, dan yang dengan jujur bertekad untuk mengikuti bim-
bingan ilahi. Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini
mendengar. Mereka ini akan dibimbing-Nya menurut hu-
kum, yakni menurut aturan firman yang tertulis. Dia akan
membimbing mereka mengenai apa yang mereka harus
kerjakan, yang berhubungan dengan dosa dan kewajiban,
sehingga mereka dapat memelihara hati nurani mereka
agar tetap bersih dari segala pelanggaran. Dan Dia akan
melakukannya dengan bijaksana (begitu menurut sebagian
orang), yaitu, Dia akan menyesuaikan tindakan-Nya de-
ngan perkara mereka. Dia akan mengajar orang-orang ber-
dosa dengan hikmat, kelembutan, dan belas kasihan, dan
sesuai dengan apa yang mampu mereka tanggung. Dia
akan mengajar mereka jalan-Nya. Semua orang baik pasti
menjadikan jalan Allah sebagai jalan mereka, dan ingin
diajar tentang jalan itu. Dan mereka yang melakukannya
pasti akan diajar dan dibimbing di dalam jalan itu.
(3) Kepada orang yang takut akan TUHAN, Dia akan menunjuk-
kan jalan yang harus dipilihnya, entah di jalan yang akan
dipilih oleh Allah atau yang akan dipilih oleh orang baik itu
sendiri. Semuanya sama saja, sebab orang yang takut akan
Tuhan pasti memilih hal-hal yang berkenan kepada-Nya.
Jika kita memilih jalan yang benar, maka Dia yang meng-
arahkan pilihan kita akan membimbing langkah-langkah
kita, dan akan menuntun kita dalam menjalani jalan yang
benar itu. Jika kita memilih dengan bijak, maka Allah akan
memberi kita anugerah untuk berjalan dengan bijak.
2. Bahwa Allah akan membuat mereka berbahagia (ay. 13): Orang
itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan, akan berdiam
dalam kebaikan (menurut keterangan tambahan). Siapa berse-
rah diri dalam rasa takut akan Tuhan, dan memberi diri untuk
diajar oleh Allah, dia pasti akan berbahagia, kecuali dia sendiri
berbuat salah. Jiwa yang dikuduskan oleh anugerah Allah,
336
dan terlebih lagi yang dihibur oleh damai sejahtera Allah,
menetap dalam kebahagiaan. Bahkan saat tubuh sakit dan
terbaring dalam penderitaan, jiwa dapat menetap dalam keba-
hagiaan di dalam Allah, dapat kembali kepada-Nya, dan ber-
istirahat di dalam Dia. Ada banyak kejadian membuat kita
tidak berbahagia, namun ada cartikel p banyak hal dalam kove-
nan anugerah yang juga dapat mengimbangi semuanya itu dan
membuat kita berbahagia.
3. Bahwa Dia akan memberikan kepada mereka dan kepada ke-
turunan mereka segala yang baik sebanyak yang ada di dunia
ini: anak cucunya akan mewarisi bumi. Hal yang harus kita
pedulikan berikutnya setelah jiwa kita yaitu keturunan kita,
dan Allah menyimpan berkat bagi keturunan orang-orang
benar. Orang-orang yang takut akan Tuhan akan mewarisi bu-
mi, akan memiliki isinya dan mendapatkan penghiburan dari-
nya, dan keadaan anak cucu mereka akan menjadi lebih baik
saat mereka telah tiada, oleh sebab doa-doa mereka itu.
4. Bahwa Allah akan mengijinkan mereka ke dalam persekutuan
yang rahasia dengan diri-Nya sendiri (ay. 14): TUHAN bergaul
karib dengan orang yang takut akan Dia (KJV: rahasia Tuhan
ada pada orang-orang yang takut akan Dia pen.). Mereka
memahami firman-Nya, sebab, barangsiapa mau melakukan
kehendak-Nya, ia akan tahu entah suatu ajaran berasal dari
Allah atau bukan (Yoh. 7:17). Siapa menerima kebenaran
sebab rasa cinta kepadanya, dan mengalami kuasanya, dia-
lah yang paling memahami rahasia-rahasianya. Mereka me-
ngetahui dengan lebih baik daripada orang lain arti dari peme-
liharaan-Nya dan apa yang sedang diperbuat Allah terhadap
mereka. Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham
apa yang hendak Kulakukan ini? (Kej. 18:17). Dia tidak menye-
but mereka hamba, melainkan sahabat, seperti Dia menyebut
Abraham. Dari pengalaman, mereka mengetahui berkat-berkat
perjanjian dan kegembiraan persekutuan yang dimiliki jiwa-
jiwa yang penuh rahmat dengan Bapa dan dengan Anak-Nya
Yesus Kristus. Kehormatan ini dimiliki oleh semua orang
kudus-Nya.
Kitab Mazmur 25:15-22
337
Janji-janji yang Berharga; Permohonan-permohonan
(25:15-22)
15 Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari
jaring. 16 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang
kara dan tertindas. 17 Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku
dari kesulitanku! 18 Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah
segala dosaku. 19 Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana me-
reka membenci aku dengan sangat mendalam. 20 Jagalah kiranya jiwaku dan
lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-
Mu. 21 Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-
nantikan Engkau. 22 Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesak-
annya.
Daud, terdorong oleh janji-janji yang telah direnungkannya, di sini
memperbaharui permohonannya kepada Allah, dan menutup maz-
mur ini, sama seperti dia memulainya, dengan pengakuan-pengaku-
an akan kebergantungannya kepada Allah dan kerinduannya akan
Dia.
I. Ia membeberkan kepada Allah bencana yang sedang menimpanya.
Kakinya ada di dalam jaring, terjerat dan terkait, sehingga ia tidak
bisa melepaskan diri dari kesulitan-kesulitannya (ay. 15). Ia seba-
tang kara dan tertindas (ay. 16). yaitu biasa bagi orang-orang
yang tertindas untuk hidup sebatang kara, teman-teman mereka
meninggalkan mereka, dan mereka lebih suka menyendiri dan
berdiam diri (Rat. 3:28). Daud menyebut dirinya sebatang kara
dan seorang diri sebab dia tidak bergantung pada hamba-hamba
dan pra