alkitab digital. 6
a-peristiwa
yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, kita tidak boleh menarik
kesimpulan-kesimpulan yang bersifat dogmatis tentang penerimaan
Roh Kudus serta akibat-akibatnya, sebagai kaidah yang mutlak bagi
setiap orang Kristen.91
Membahas pengalaman orang percaya dalam Kisah Rasul haruslah
dibahas secara bertanggung jawab dengan melihat seluruh kesaksian
Alkitab. Walaupun apa yang dikemukakan oleh penulis Kisah Rasul yaitu
fakta sejarah. Namun, hal tersebut yaitu merupakan suatu ungkapan
historis dan bukan didaktis yang normatif.
Pengalaman 120 Murid Kristus Dalam Kisah Para Rasul 2
Merupakan suatu kenyataan bahwa sebelum peristiwa Pentakosta,
dimana 120 murid Kristus dibaptis dengan Roh Kudus, mereka yaitu
murid-murid Kristus yang telah percaya kepada-Nya. Kesebelas murid-Nya
telah dipilih dan ditetapkan sebagai rasul-rasul-Nya untuk memberitakan
Injil ke seluruh dunia (Mat 10:1-4, 28:16-20). Mereka yaitu dasar Gereja
(Mat 16:18-19). Mereka pernah melayani dan memberitakan Injil dengan
kuasa Allah (Mrk 6:6-13, Luk 9:1-6, Mat 10:5-15) dan setan-setan takluk
kepada mereka, karena nama Kristus. (Luk 10:17). Mereka yaitu saksi
mata kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus ke surga. (Mrk
16:12-20; Luk 24:36-53; Yoh 20:19-20, 26-29; Kis 1:11; 1Kor 15:5-7).
Namun situasi mereka berbeda dengan situasi orang percaya masa kini.
Pada saat itu, 120 murid Tuhan Yesus hidup dalam situasi dimana Roh
Kudus belum dicurahkan. Kedua belas Rasul dan murid-murid Tuhan
Yesus yang lain, masih harus menantikan janji Tuhan Yesus tentang
baptisan dengan Roh Kudus yang akan mereka alami. Hal itu terwujud pada
peristiwa Pentakosta. Dan yang menyebabkan “adanya tenggang waktu
antara percayanya ke 120 orang itu dengan turunnya Roh Kudus yaitu
disebabkan oleh penentuan waktu dalam urutan sejarah keselamatan
Kristus, dan bukan oleh perbedaan taraf iman.”92 Oleh karena itu,
pengalaman murid-murid Yesus tidak dapat diterapkan pada orang percaya
yang hidup pada masa kini.93
Pengalaman Orang Percaya di Samaria Dalam Kisah Para Rasul 8
Banyak teolog berpendapat bahwa bagian Firman Tuhan tersebut
merupakan suatu bagian yang agak sulit untuk ditafsirkan.94 Karena situasi
yang terjadi pada saat itu agak berbeda dengan kebiasaan yang seharusnya
terjadi. Mereka yang sudah percaya kepada Kristus dan telah dibaptis di
dalam Kristus, tetapi kenyataannya belum menerima Roh Kudus. Padahal
mereka hidup dalam situasi dimana Roh Kudus sudah dicurahkan oleh
Kristus, bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Sehingga kasusnya
berbeda dengan yang dialami oleh ke 120 murid Yesus di Yerusalem. Hal
ini mengakibatkan terjadi perbedaan pendapat di antara para ahli teologi
tentang sebab-sebab Roh Kudus belum diberikan kepada orang di Samaria.
Ada yang menyatakan bahwa yang menyebabkan orang percaya di
Samaria belum dibaptis dengan Roh Kudus, yaitu karena mereka belum
sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Kristus. Mereka dikatakan
percaya, dalam ayat 12, tetapi percaya mereka tertuju kepada Filipus dan
bukan kepada Kristus. Dan juga respons mereka terhadap apa yang
diberitakan Filipus yaitu hanya merupakan suatu luapan emosi saja dan
bukan berdasarkan iman.95
Sebaliknya, ada yang menyatakan bahwa sebenarnya orang-orang di
Samaria sungguh sudah percaya kepada Kristus. Karena itu, sukacita yang
dinyatakan dalam ayat 8 yaitu sukacita orang yang telah bertobat,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Kisah Para Rasul 2:46-47. Yang
menyebabkan mereka belum dibaptis dengan Roh Kudus, yaitu
merupakan suatu maksud Tuhan. Yaitu, supaya melalui penumpangan
tangan dan doa dari kedua rasul tersebut, orang percaya di Samaria
mengetahui posisi dan wibawa dari para rasul, yang telah ditetapkan
sebagai dasar Gereja. Dan sekaligus untuk mempersatukan kedua Gereja,
Gereja Yahudi di Yerusalem dan non Yahudi di Samaria, di dalam Kristus,
sebagai tubuh Kristus.96
Untuk memecahkan masalah tersebut di atas dan mengetahui
pengertian yang sebenarnya, maka perlu dilihat kembali apa kata Firman
Tuhan itu sendiri.
Dalam ayat 12, dikatakan bahwa orang Samaria percaya kepada
Filipus, yang memberikan Injil tentang nama Yesus Kristus. Dalam struktur
kalimat tersebut, nampaknya memang percaya mereka tertuju kepada
Filipus. Tetapi kalau diperhatikan lebih teliti akan kalimat tersebut, nyata
bahwa mereka tidak hanya percaya kepada Filipus; melainkan kepada
Filipus, yang memberitakan Injil Kerajaan Allah dan Yesus Kristus.
Selanjutnya, dalam ayat 15-16, dikatakan bahwa Petrus dan
Yohanes berdoa supaya orang percaya di Samaria memperoleh Roh Kudus.
Keterangan lebih lanjut tidak ada, sehingga penekanannya hanya tertuju
kepada mendoakan mereka. Bilamana mereka sungguh belum bertobat
maka merupakan suatu keganjilan untuk mendoakan mereka supaya
menerima Roh Kudus. Petrus sendiri, dalam Kisah Para Rasul 2:38, menegaskan bahwa syarat untuk menerima Roh kudus: Pertama, harus
bertobat; Kedua, Dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan
dosa. Sehingga, prinsip ini pasti diterapkan Petrus sebelum mendoakan
mereka. Mereka pasti dilayani dan diberitakan Injil Yesus Kristus terlebih
dahulu supaya mereka percaya kepada Kristus, sebagaimana yang nampak
dalam Kisah Para Rasul 10:34-43, 19:4.
Dalam ayat 16 dikatakan: “Sebab Roh Kudus belum turun di atas
seorangpun diantara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam Tuhan
Yesus.” Istilah belum, dipakai kata Yunani oudepo yang dalam bahasa
Inggris not yet. Ini berbeda sekali dengan istilah ou yang berarti tidak, not.
Dalam pengertian not yet terkandung sesuatu yang pasti dan akan dialami,
namun belum terjadi pada saat itu.97 Istilah ini juga yang dipakai dalam
Yohanes 7:39 ketika membicarakan tentang Roh Kudus yang belum datang,
karena Kristus belum dimuliakan. Hal itu menunjukkan bahwa bagi orang
percaya di Samaria, pengharapan untuk menerima Roh Kudus yaitu suatu
yang pasti akan mereka terima. Namun hal itu belum terjadi pada saat itu,
nanti pada waktu kemudian. Hal itu baru terjadi pada waktu Petrus dan
Yohanes mendoakan dan meletakkan tangan mereka ke atas orang Samaria.
Kenyataan ini memberikan suatu petunjuk bahwa orang-orang di Samaria,
kecuali Simon si Penyihir, sungguh-sungguh telah percaya kepada
Kristus.98 Kelihatannya peristiwa ini agak aneh. Bagaimana mungkin orang
yang telah percaya kepada Kristus tetapi tanpa Roh Kudus? Tetapi itulah
kenyataan yang telah terjadi dalam jemaat di Samaria. Tentu saja ada
maksud Tuhan di balik semua ini. Menurut Donald Bridge & David
Phypers:
yaitu cara Allah untuk menunjukkan kepada orang-orang Kristen
Yahudi maupun Samaria bahwa sekarang mereka yaitu anggotaanggota satu tubuh, yaitu tubuh Kristus, walaupun sampai saat itu
mereka bermusuhan karena kebencian rasial dan agama yang sudah
berurat berakar. Petobat-petobat baru di Samaria disadarkan bahwa
mereka memerlukan jemaat induk di Yerusalem. Sebaliknya para
pemimpin di Yerusalem yang merasa ragu-ragu terpaksa mengakui
kenyataan daripada pertobatan orang Samaria. Sekali lagi ini benarbenar luar biasa
Dari pernyataan ini, nampaklah bahwa Allah bertindak demikian
supaya arti dan tujuan daripada baptisan dengan Roh Kudus, yaitu untuk
mempersatukan setiap orang percaya dalam jemaat sebagai tubuh Kristus,
sungguh-sungguh dialami kenyataannya. Tepat apa yang dinyatakan oleh
Simon Tugwell: “There is a great diversity of ways in which the Spirit
works in us; the one thing that is common to all and is the bond of our
unity, is baptism.”
100
Semua ini membuktikan Penundaan atau belum terlaksananya
pemberian Roh Kudus kepada jemaat di Samaria bukan karena mereka
belum bertobat. Juga bukan karena taraf iman mereka rendah sehingga
membutuhkan waktu untuk meningkatkan iman mereka untuk dapat
memiliki Roh Kudus atau mengalami baptisan dengan Roh Kudus. Adanya
tenggang waktu dalam menerima Roh Kudus bukan karena keadaan rohani
jemaat Samaria belum sesuai dengan kehendak Tuhan. Semua itu terjadi
karena kehendak Allah yang bebas yang bertindak demi kebaikan jemaat
Samaria itu sendiri.
Dengan demikian nyatalah bahwa pemberian Roh Kudus atau
dibaptis dengan Roh Kudus yaitu semata-mata pemberian Allah yang
didasarkan atas kasih dan anugerah-Nya bukan berdasarkan perbuatan atau
ditentukan oleh usaha manusia sendiri. Pengalaman jemaat di Samaria
dalam menerima Roh Kudus tidak dapat dijadikan pola untuk menerima
Roh Kudus atau dibaptis dengan Roh bagi jemaat pada masa kini. Karena
pengalaman tersebut mempunyai arti tersendiri bagi jemaat di Samaria.
Seandainyapun pada masa kini “Allah benar-benar melakukan peristiwa
seperti itu pada orang-orang tertentu,” itu merupakan kedaulatan Allah dan
bukan hasil usaha manusia, sehingga bukan suatu pola yang bersifat prinsip
dan mutlak diberlakukan orang percaya.
Pengalaman Keluarga Kornelius Dalam Kisah Para Rasul 10
Bila diperhatikan peristiwa yang terjadi dalam keluarga Kornelius
dan sahabat-sahabatnya, pada waktu menerima atau dibaptis dengan Roh
Kudus, nampaknya tidak mengikuti urut-urutan seperti yang telah disebut
oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:38. Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, syarat untuk dapat menerima karunia Roh Kudus atau baptisan dengan Roh Kudus, yaitu bertobat (= percaya kepada Kristus) dan
dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Tetapi kenyataannya peristiwa yang
terjadi dalam keluarga Kornelius sangat berbeda. Ketika Petrus sedang
memberitakan Injil dan belum membaptis mereka dalam nama Tuhan
Yesus, dikatakan bahwa tiba-tiba turunlah Roh Kudus ke atas keluarga
Kornelius dan sahabat-sahabatnya, yang mendengar pemberitaan Petrus.
Pelayanan sakramen baptisan baru dilaksanakan setelah mereka menerima
baptisan dengan Roh Kudus. Apakah ini berarti bahwa keluarga Kornelius
dan sahabat-sahabatnya, jauh sebelum kedatangan Petrus ke rumahnya,
memang sudah menjadi murid Tuhan Yesus sebagaimana yang dikatakan
oleh gerakan Kharismatik?
Tak dapat disangkali bahwa dalam ayat 2, dikatakan bahwa
keluarga ini yaitu keluarga yang takut akan Allah dan banyak memberi
sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdosa kepada Allah. Tapi
kalau melihat penjelasan Petrus dalam pasal 11 ayat 14-18, nampaklah
bahwa mereka belum termasuk murid atau orang yang sudah percaya
kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka. Dikatakan
dalam ayat 13-14 bahwa Tuhan menyuruh Kornelius untuk menjemput
Petrus dengan tujuan agar Petrus dapat menyampaikan kepada mereka
suatu berita yang akan mendatangkan keselamatan bagi Kornelius dan
keluarganya serta seisi rumahnya. Kemudian dalam ayat 18, dinyatakan
bahwa Rasul-rasul dan murid-murid di Yerusalem memuliakan Allah,
karena kepada bangsa-bangsa lain juga (= keluarga Kornelius dan sahabatsahabatnya) Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada
hidup. Hal ini memberikan suatu pengertian bahwa mereka belum
memiliki keselamatan, sebelum Petrus memberitakan Injil kepada mereka.
Mereka baru memiliki keselamatan dan Kristus sebagai Tuhan mereka,
ketika Petrus memberitakan Injil kepada mereka. Pada saat itulah Allah
memberikan Roh Kudus atau membaptis mereka dengan Roh Kudus.
Sehingga hal itu merupakan suatu pengalaman yang pertama bukan kedua
atau the second blessing.
Kesalehan dan rasa takut akan Allah dari Kornelius serta seisi
rumahnya, merupakan ungkapan kesalehan dan rasa takut simpatisan
penganut agama Yahudi. Sebab itu, mereka masih membutuhkan Injil
keselamatan, yang disampaikan oleh PetrusPengalaman Ke 12 Murid di Efesus Dalam Kisah Para Rasul 19:1-17
Ada beberapa pendapat mengenai istilah murid yang dinyatakan
dalam ayat-ayat tersebut. Ada yang menyatakan bahwa keduabelas murid
yang ditemui oleh Paulus di Efesus yaitu murid-murid dari hasil
pelayanan Apollos, ketika ia belum dilayani oleh Priskila dan Akwila.102
Tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mereka bukan muridmurid Apollos. Kemungkinan besar mereka yaitu murid-murid dari pada
pengikut Yohanes Pembaptis, yang tersebar keluar dari Palestina. Setelah
kematian Yohanes Pembaptis, mereka menyebarluaskan baptisan dan
pengajaran Yohanes Pembaptis,
103 yang kemudian tiba di Efesus sesudah
Apollos berangkat ke Korintus dan sebelum Paulus tiba untuk kedua kali di
Efesus. Kemungkinan besar pandangan yang terakhir ini yang benar. Lepas
dari segala penafsiran ini, yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana
kesaksian Alkitab mengenai keadaan rohani mereka. Apakah mereka
pengikut Kristus, sebelum bertemu dengan rasul Paulus atau tidak.
Dalam ayat 2-3, dinyatakan bahwa mereka menjadi murid melalui
baptisan Yohanes, tetapi belum menerima Roh Kudus bahkan belum pernah
mendengar akan adanya Roh Kudus. Pengertian belum menerima Roh
Kudus disini berbeda dengan pengertian belum menerima Roh Kudus
dalam pengalaman jemaat di Samaria. Jemaat Samaria telah percaya dan
dibaptis di dalam Kristus. Mereka juga sudah mendengar dan melihat
kenyataan akan adanya Roh Kudus, melalui pengajaran dan segala mujizat
serta tanda ajaib yang dilakukan oleh Filipus. Sebaliknya, keduabelas murid
di Efesus belum mengetahui akan adanya Roh Kudus. Itulah sebabnya
menurut Anthony A. Hoekema: “It is quite obvious that these disciples
were not full fledged Christian believers when Paul first met them, since
they had not even heard the Holy Spirit had been given to the Church.”
104
Jadi, kedua belas murid di Efesus belum dapat dikategorikan
sebagai murid Kristus. Mereka belum memiliki keselamatan dari Kristus.
Dalam ayat 4, Paulus menantang mereka untuk percaya kepada Yesus
Kristus.
Selanjutnya, dalam ayat 5-6 dikatakan bahwa setelah mereka
mendengar akan hal tersebut, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam
Tuhan Yesus. Dan pada waktu Paulus menumpangkan tangannya di atas
mereka, Roh Kudus turun ke atas mereka dan mulailah mereka berkata-kata
dalam bahasa roh dan bernubuat.
Hal itu mengidikasikan bahwa mereka menerima Roh Kudus atau
dibaptis dengan Roh Kudus yaitu pada saat mereka percaya dan dibaptis
dalam nama Tuhan Yesus. Pengalaman tersebut merupakan pengalaman
pertama dan bukan pengalaman kedua atau the second blessing. Searah
dengan hal itu, Merrill F. Unger menegaskan: “They were disciples of the
Baptism, but not Christians. When they received the Holy Spirit, they
became Christians. This was not a second blessing, but the first blessing, as
the baptism and the reception of the Holy Spirit always is.”105
Setelah meneliti pengertian baptisan Roh Kudus atau dibaptis
dengan Roh Kudus dan kesaksian Kisah Para Rasul mengenai pengalaman
orang-orang percaya dalam menerima baptisan Roh Kudus, ternyata bahwa
hal itu yaitu merupakan suatu pengalaman semua orang percaya tanpa
terkecuali. Pengalaman tersebut diterima atau terjadi pada waktu seseorang
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya dan
dibaptis di dalam nama Tuhan Yesus.
Baptisan Roh Kudus sama artinya dengan menerima Roh Kudus
atau dimeteraikan dengan Roh Kudus pada waktu seseorang menerima
keselamatannya. Baptisan Roh Kudus berkenan dengan pengalaman
pertama kali seseorang percaya dan terjadi secara bersamaan dengan
kelahiran baru dan pertobatan dan sebab itu tidak mungkin terjadi kembali.
Dalam kesaksian Kisah Para Rasul, ada pengalaman dari beberapa
orang percaya yang menerima baptisan Roh Kudus setelah percaya kepada
Kristus dan melewati satu masa tertentu. Hal tersebut merupakan suatu
kejadian yang khusus, sehingga bukan merupakan suatu pola dan prinsip
dalam menerima baptisan Roh Kudus.
Berkaitan dengan relasi baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia
Roh, menurut kesaksian Kisah Para Rasul, karunia-karunia Roh (mis.
karunia bernubuat dan berkata-kata dengan bahasa Roh) diterima pada
waktu seseorang menerima atau dibaptis dengan Roh Kudus. Selanjutnya,
menurut pengajaran Paulus, yaitu dalam Roma 12:6; 1Korintus 1:7,
12:7,11; Efesus 4:7 dikatakan bahwa Allah telah memberikan karuniakarunia Roh kepada semua orang percaya atau jemaat, sesuai dengan
kehendak-Nya. Itu berarti bahwa setiap orang percaya, tanpa terkecuali,
telah menerima karunia-karunia Roh, paling sedikit satu karunia Roh. Hal
tersebut diterima pada saat seseorang menerima Roh Kudus atau dibaptis
dengan Roh Kudus, yaitu pada saat ia percaya kepada Kristus dan dibaptis
di dalam nama Tuhan Yesus. Dengan kata lain, pada saat seseorang percaya
kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya dan dibaptis di
dalam nama Tuhan Yesus, saat itulah ia menerima keselamatan, menjadi
anggota tubuh Kristus, menerima Roh Kudus dan karunia-karunia Roh.
Apa yang diajarkan oleh beberapa tokoh, theolog dari NeoPentakosta tentang baptisan dengan Roh Kudus dan relasinya dengan
karunia-karunia Roh, jelas tidak sesuai dengan kesaksian Alkitab. Alkitab
tidak pernah mengajarkan bahwa hanya orang-orang percaya tertentu saja
yang menerima baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia Roh. Jurstru
sebaliknya Alkitab mengajarkan bahwa semua orang percaya, tanpa
memandang kualitas kerohaniannya, telah menerima baptisan Roh Kudus
dan karunia-karunia Roh. Misalnya, jemaat Korintus, jemaat yang penuh
dengan bermacam-macam dosa dan kesalahan, dikatakan oleh Paulus telah
menerima baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia Roh, sesuai dengan
kehendak Allah. Hal ini kurang diperhatikan oleh gerakan Kharismatik.
Memang di satu segi, walaupun pengajaran tersebut mengenal hal
tersebut di atas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, namun
usaha mereka untuk melayani dan menyaksikan Kristus berdasarkan kuasa
Allah dan karunia-karunia Roh, perlu kita hargai. Sekaligus merupakan
suatu kritik yang positif terhadap Gereja-gereja di Indonesia (khususnya
Gereja-gereja yang bersifat tradisionil) yang kebanyakan kurang
memperhatikan dan mengajarkan akan manfaat karunia-karunia Roh yang
ada pada setiap anggota jemaat bagi pelayanan jemaat. Sehingga hal itu
berakibat kepada kehidupan berjemaat, dimana banyak anggota jemaat
menjadi statis, pasif dan acuh tak acuh terhadap pelayanan jemaat. Bahkan
tidak jarang keadaan ini mendorong sebagian anggota jemaat untuk terbuka
pada pengajaran yang baru yang ditawarkan oleh Neo-Pentakosta dan
kemudian menjadi pengikutnya. Hal ini harus disadari oleh Gereja-gereja di
Indonesia. Demikian juga, tidak ada artinya mengetahui bahwa setiap orang percaya telah mengalami baptisan Roh Kudus dan memiliki karuniakarunia Roh, kalau jemaat itu sendiri tidak terlibat atau dilibatkan dalam
pelayanan jemaat dan mengalami kelimpahan karunia Roh Kudus.
Karunia-karunia Roh dan Kualitasnya
Berkaitan dengan pandangan gerakan Neo-Pentakosta Kharismatik,
yang sangat mengutamakan karunia-karunia Spektakular, secara khusus
bahasa roh; bahkan menganggap karunia-karunia Roh terbatas pada
kesembilan karunia Roh dalam 1Korintus 12:8-10, hal itu tidak dapat
dibenarkan. Hal itu bertentangan dengan pengajaran rasul Paulus sendiri.
Rasul Paulus ketika membicarakan karunia-karunia Roh Kudus, tidak
pernah membeda-bedakan dan menganggap bahwa satu atau beberapa
karunia Roh Kudus tertentu lebih bernilai dan lebih berkualitas daripada
karunia-karunia yang lain. Khusus mengenai kesembilan karunia Roh yang
dicantumkan dalam 1Korintus 12:8-10, Paulus tidak pernah menyatakan
bahwa hanya karunia-karunia tersebutlah yang dikategorikan sebagai
karunia Roh Kudus dan yang lain bukan karunia Roh Kudus. Hal itu
nampak dalam istilah yang dipergunakan oleh rasul Paulus untuk karuniakarunia Roh Kudus. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa
istilah yang dipergunakan oleh rasul Paulus untuk segala karunia Roh
Kudus yaitu charismata. Istilah charismata yang digunakan dalam
1Korintus 12:4 untuk kesembilan karunia yang bersifat supra-natural dan
yang dalam 1Korintus 12:9,28,30, yang dipergunakan untuk salah satu
karunia spectacular (karunia penyembuhan); dipergunakan juga oleh Paulus
dalam Roma 12:6 untuk karunia bernubuat, karunia melayani, karunia
mengajar, karunia menasehati, karunia memimpin, karunia membagibagikan sesuatu dan karunia kemurahan. Hal itu menunjukkan bahwa bagi
Paulus karunia-karunia Roh, charismata, tidak hanya terbatas pada
kesembilan karunia Roh Kudus yang disebutkan dalam 1Korintus 12:8-10
atau hanya pada karunia spectacular, melainkan untuk semua karunia Roh
yang telah disebutkan oleh Paulus.
When one studies the use of the word charismata in the New
Testament, moreover, it becomes quite evident that one cannot limit
the meaning of this word to spectacular or miraculous gifts like
healing or tongue speaking. Charismata in the New Testamentdesignated whatever gifts the Holy Spirit wishes to use for the
upbuilding of the church.
106
Bagi rasul Paulus seluruh karunia Roh Kudus, mempunyai nilai dan
kualitas yang sama. Diantara karunia-karunia Roh Kudus, tidak ada yang
lebih tinggi atau lebih rendah kualitasnya. Tidak ada karunia Roh Kudus
yang lebih istimewa atau lebih penting daripada karunia yang lain.
Karunia-karunia Roh Kudus yang bersifat supra-natural tidak lebih tinggi
atau lebih istimewa daripada karunia-karunia Roh Kudus yang bersifat
natural. Semuanya istimewa, bernilai dan berkualitas. Karena semua berasal
dari Allah yang satu dan diberikan untuk pelayanan dan pembangunan
jemaat. Dengan demikian, semua karunia Roh Kudus sama pentingnya.
Searah dengan hal itu, Abineno menegaskan: “Pendapat yang mengatakan,
bahwa kharisma-kharisma yang spektakular… lebih penting daripada
kharisma-kharisma yang lain. Pendapat ini–sama seperti pendapat-pendapat
di atas–tidak benar. Ia bertentangan dengan kesaksian Kitab Suci.”107
Untuk lebih memahami akan hal tersebut, perlu dilihat apa yang
dikemukakan Paulus dalam surat-suratnya. Dalam Roma 12:6-8, rasul
Paulus mencantumkan dan menggabungkan bersama-sama karunia Roh
Kudus yang bersifat supra-natural (karunia bernubuat) dengan karuniakarunia Roh Kudus yang lain yang bersifat natural (melayani, mengajar,
menasehati, membagi-bagikan sesuatu, memberi pimpinan dan kemurahan).
Hal yang sama dinyatakan dalam 1Korintus 12:28, karunia-karunia Roh
Kudus yang bersifat natural (karunia memimpin dan melayani) digabung
bersama-sama dengan karunia-karunia Roh Kudus yang bersifat supranatural atau yang bersifat spectacular (mujizat, menyembuhkan dan
berkata-kata dalam bahasa roh. Semuanya ini menunjukkan akan adanya
kesejajaran antara semua karunia Roh Kudus, antara yang bersifat
spektakular dan yang bersifat natural.
Dalam 1Korintus 12:12-26, rasul Paulus memang menjelaskan bahwa
sebagaimana tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam anggota tubuh,
demikian juga jemaat, sebagai tubuh Kristus. Tiap-tiap anggota jemaat
berbeda satu sama yang lain, sesuai dengan karunianya. Dengan kata lain,
Paulus memang menyadari bahwa antara satu karunia Roh Kudus dengan
karunia Roh Kudus yang lain, ada perbedaannya. Karunia bernubuat berbeda dengan karunia kemurahan. Karunia untuk berkata-kata dengan
bahasa roh berbeda dengan karunia mengajar. Karunia penyembuhan
berbeda dengan karunia untuk menasehati. Namun demikian, sekali lagi,
perbedaan tersebut bukan dalam soal kualitasnya, melainkan dalam soal
fungsinya. Fungsi kaki berbeda dengan fungsi mata. Fungsi mata berbeda
dengan fungsi telinga. Kaki untuk berjalan, mata untuk melihat dan telinga
untuk mendengar. Demikian juga dengan karunia-karunia. Perbedaan
tersebut, bagi rasul Paulus, bukan untuk dipertentangkan ataupun untuk
dibanggakan dan diperbandingkan antara satu karunia dengan karunia Roh
Kudus yang lain. Melainkan untuk saling memperlengkapi dan oleh karena
itu saling membutuhkan.
Dalam ayat 22-24, rasul Paulus menjelaskan bahwa anggotaanggota tubuh yang kelihatan paling lemah, justru paling dibutuhkan.
Anggota-anggota tubuh yang menurut pandangan manusia kurang
terhormat, justru diberi penghormatan secara khusus. Anggota-anggota
tubuh yang kelihatan tidak elok, justru diberikan perhatian secara khusus.
Dalam hal ini, rasul Paulus ingin menunjukkan bahwa tidak ada satu
karunia Roh Kudus yang dapat dianggap kurang dibutuhkan, kurang
terhormat dan kurang mulia. Dengan kata lain tidak ada karunia Roh Kudus
yang dapat dianggap paling dibutuhkan, paling terhormat dan paling mulia
daripada karunia-karunia Roh Kudus yang lain. Melainkan, semua karunia
Roh Kudus sangat dibutuhkan, semuanya terhormat dan semuanya mulia.
Karena semuanya yaitu pemberian daripada Allah. Dan semua yang
datangnya daripada Allah pasti bermanfaat bagi kehidupan jemaat,
terhormat dan mulia. Selanjutnya mengenai karunia untuk berkata-kata
dengan bahasa roh. Rasul Paulus tidak pernah menyatakan bahwa karunia
tersebut paling penting dan mutlak harus dimiliki oleh setiap orang percaya.
Demikian juga, karunia tersebut bukan merupakan suatu bukti atau tanda
satu-satunya menerima baptisan dengan Roh Kudus. Hal ini nampak dalam
uraian di bawah ini.
Dalam 1Korintus 12:8-10, rasul Paulus menyatakan bahwa setiap
orang percaya menerima karunia Roh Kudus berbeda satu dengan yang
lain. Ada yang menerima karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, ada
yang menerima karunia untuk berkata-kata dengan pengetahuan, ada yang
menerima karunia bernubuat, ada yang menerima karunia iman, ada yang
menerima karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan seterusnya.Dalam 1Korintus 12:28-30, Paulus kembali menyatakan bahwa ada
yang ditetapkan Allah untuk menjadi rasul, nabi dan pengajar. Ada pula
yang menerima karunia mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani,
memimpin, dan untuk berkata-kata dengan bahasa Roh. Dalam ayat 29-30,
Paulus menyatakan: Apakah mereka semua rasul, nabi, pengajar? Adakah
mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat atau
menyembuhkan atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk
menafsirkan bahasa roh? Jawabannya yaitu tidak. Kemudian dalam
1Korintus 12:11, rasul Paulus menyatakan bahwa semua karunia-karunia
Roh diberikan kepada setiap orang percaya, sesuai dengan kehendak Allah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua orang percaya harus
senantiasa menerima karunia Roh Kudus yang sama. Demikian juga tidak
semua orang percaya harus menerima karunia mujizat, menyembuhkan dan
untuk berkata-kata dengan bahasa roh. Karena yang menentukan pemberian
karunia-karunia Roh Kudus yaitu Allah sendiri dan bukan manusia.
Dalam 1Korintus 14:1-25, rasul Paulus menjelaskan bahwa karunia
untuk berkata-kata dengan bahasa roh, hanya bermanfaat bagi mereka yang
memilikinya. Namun kalau ada yang menafsirkannya maka karunia tersebut
dapat bermanfaat bagi jemaat. Kemudian dalam ayat 5, rasul Paulus
menjelaskan bahwa karunia bernubuat sangat bermanfaat bagi jemaat,
bilamana dibandingkan dengan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa
roh. Alasannya, menurut Paulus dalam ayat 3,24-25, orang yang bernubuat
langsung berkata-kata kepada manusia; ia membangun, menasehati dan
menghibur jemaat. Demikian juga, karunia bernubuat dapat membawa
orang yang tidak beriman untuk sujud menyembah Allah dan mengakui
akan kehadiran Allah dalam jemaat, ketika mendengar perkataan yang
disampaikan melalui karunia bernubuat. Paulus tidak pernah
mengistimewakan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh.
Sebaliknya juga, Paulus tidak mempunyai tujuan untuk membandingbandingkan antara satu karunia dengan karunia yang lain. Juga bukan untuk
menyatakan karunia nubuat lebih istimewa dan penting daripada karunia
untuk berkata-kata dengan bahasa roh. Paulus ingin menyatakan bahwa
betapa pentingnya karunia-karunia Roh Kudus dipergunakan bagi
pembangunan jemaat. Karena itulah tujuan Allah memberikan karuniakarunia Roh Kudus kepada jemaat.
Melalui semua pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa ternyata karunia-karunia Roh Kudus tidak hanya terbatas pada
Sembilan karunia Roh, sebagaimana yang dikatakan oleh Neo-Pentakosta
atau Kharismatik. Ia mencakupi semua karunia Spektakular dan non
spektakular seperti yang telah Paulus sebutkan dalam Roma 12:6-8; Efesus
4:11, 1Korintus 7:7, 12:8-10, 28-30. Demikian juga, karunia untuk berkatakata dengan bahasa roh bukan merupakan suatu kemutlakan untuk dimiliki
sebagai bukti telah dibaptis dengan Roh Kudus. Allah memberikan karunia
Roh kudus sesuai kehendak-Nya.
Dari antara semua karunia Roh Kudus tersebut, tidak ada karunia
Roh Kudus tertentu yang lebih penting atau lebih tinggi kualitasnya
daripada karunia-karunia Roh Kudus yang lain. Semua karunia Roh Kudus
sama penting sama kualitasnya. Karena, semua karunia Roh Kudus berasal
dari pada Allah dan diberikan untuk pelayanan dan pembangunan jemaat,
sebagai tubuh Kristus.
PENUTUP: KESIMPULAN
Menurut Rasul Paulus, yang dimaksud dengan karunia Roh yaitu
suatu kesanggupan khusus yang diberikan Allah kepada setiap orang
percaya sesuai kehendak-Nya guna dipakai bagi kepentingan jemaat
sebagai tubuh Kristus. Pemberian ini dimungkinkan karena karya
keselamatan Kristus di atas kayu salib. Dasar pemberian karunia Roh
yaitu semata-mata karena kasih dan anugerah Allah, bukan hasil usaha
manusia atau sebagai suatu pahala atas jasa manusia.
Karunia Roh berbeda dengan talenta. Karunia Roh diberikan Allah
kepada orang percaya untuk kemuliaan Allah. Talenta yaitu bakat atau
kesanggupan khusus pembawaan seseorang sejak lahir, digunakan untuk
kepentingan umum manusia. Setiap talenta/bakat dapat dipakai dan diubahNya sebagai karunia Roh pada saat orang tersebut percaya kepada-Nya.
Berdasarkan pengertian bahwa karunia-karunia Roh diberikan Allah
kepada jemaat untuk pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus, maka
setiap anggota jemaat atau orang percaya mempunyai tanggung jawab di
dalam pelayanan jemaat. Tanggungjawab itu tidak dapat diwakilkan dan
dimonopoli orang lain, secara khusus oleh para pelayan jemaat. Para
pelayan jemaat bertanggung jawab untuk memperlengkapi dan
mempersiapkan setiap anggota jemaat bagi pelayanan dan pembangunan
jemaat, sebagai tubuh Kristus. Jemaat dengan segala karunianya merupakan potensi yang amat
besar bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh Kristus. Melalaikan
potensi ini berarti kehilangan kesempatan bahkan dapat menghalangi
pertumbuhan jemaat. Sebaliknya, melibatkan setiap anggota jemaat, sesuai
dengan karunianya, dalam Pelayanan Kesaksian (Marturia), Pelayanan
Persekutuan (Koinonia), Pelayanan Sosial (Diakonia) akan berakibat pada
pertumbuhan jemaat secara kualitatif dan kuantitatif. Karena itulah tujuan
Allah memberikan karunia-karunia Roh kepada jemaat-Nya.
Karunia-karunia Roh yang diberikan Allah kepada setiap orang
percaya beranekaragam dan berbeda-beda. Perbedaan ini bukan untuk
dipertentangkan atau diistimewakan melainkan untuk saling melengkapi
satu dengan yang lain, agar seluruh orang percaya sampai kepada
kesempurnaan Kristus. Setiap karunia tidak lebih penting dan istimewa
daripada karunia-karunia yang lain. Semua sama penting dan sama
kualitasnya karena bersumber dari Allah yang sama.
Pandangan yang menganggap karunia-karunia Roh yang bersifat
spektakular lebih penting daripada karunia-karunia Roh yang lain, tidak
benar. Demikian juga, memutlakkan karunia berkata-kata dengan bahasa
roh bagi setiap orang percaya tidak sesuai dengan kebenaran Firman
Tuhan. Setiap orang percaya menerima karunia yang berbeda-beda, sesuai
dengan kehendak Allah.
Karunia-karunia Roh diberikan Allah kepada setiap orang percaya,
pada saat percaya kepada Kristus dan dibaptis di dalam nama-Nya.
Pengalaman orang percaya menerima karunia-karunia Roh berlangsung
secara simultan. Saat seseorang percaya kepada Kristus dan dibaptis dalam
nama-Nya, pada saat itu secara simultan ia menerima keselamatan, menjadi
anggota tubuh Kristus, menerima Roh Kudus dan karunia-karunia Roh. Dan
menurut Paulus, inilah yang dimaksud dengan dibaptis dengan Roh Kudus.
Oleh karena itu, pandangan yang menyatakan pengalaman tersebut
berbeda, tidak simultan dengan kelahiran baru melainkan merupakan
pengalaman kedua atau second blessing dan karena itu hanya merupakan
pengalaman beberapa orang percaya tertentu saja yaitu tidak benar.