alkitab digital. 6

Tampilkan postingan dengan label alkitab digital. 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alkitab digital. 6. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Juli 2025

alkitab digital. 6


 


a-peristiwa 

yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, kita tidak boleh menarik 

kesimpulan-kesimpulan yang bersifat dogmatis tentang penerimaan 

Roh Kudus serta akibat-akibatnya, sebagai kaidah yang mutlak bagi 

setiap orang Kristen.91

Membahas pengalaman orang percaya dalam Kisah Rasul haruslah

dibahas secara bertanggung jawab dengan melihat seluruh kesaksian 

Alkitab. Walaupun apa yang dikemukakan oleh penulis Kisah Rasul yaitu  

fakta sejarah. Namun, hal tersebut yaitu  merupakan suatu ungkapan 

historis dan bukan didaktis yang normatif.

Pengalaman 120 Murid Kristus Dalam Kisah Para Rasul 2

Merupakan suatu kenyataan bahwa sebelum peristiwa Pentakosta, 

dimana 120 murid Kristus dibaptis dengan Roh Kudus, mereka yaitu  

murid-murid Kristus yang telah percaya kepada-Nya. Kesebelas murid-Nya 

telah dipilih dan ditetapkan sebagai rasul-rasul-Nya untuk memberitakan

Injil ke seluruh dunia (Mat 10:1-4, 28:16-20). Mereka yaitu  dasar Gereja 

(Mat 16:18-19). Mereka pernah melayani dan memberitakan Injil dengan 

kuasa Allah (Mrk 6:6-13, Luk 9:1-6, Mat 10:5-15) dan setan-setan takluk 

kepada mereka, karena nama Kristus. (Luk 10:17). Mereka yaitu  saksi 

mata kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus ke surga. (Mrk 

16:12-20; Luk 24:36-53; Yoh 20:19-20, 26-29; Kis 1:11; 1Kor 15:5-7).

Namun situasi mereka berbeda dengan situasi orang percaya masa kini. 

Pada saat itu, 120 murid Tuhan Yesus hidup dalam situasi dimana Roh 

Kudus belum dicurahkan. Kedua belas Rasul dan murid-murid Tuhan 

Yesus yang lain, masih harus menantikan janji Tuhan Yesus tentang 

baptisan dengan Roh Kudus yang akan mereka alami. Hal itu terwujud pada 

peristiwa Pentakosta. Dan yang menyebabkan “adanya tenggang waktu 

antara percayanya ke 120 orang itu dengan turunnya Roh Kudus yaitu  

disebabkan oleh penentuan waktu dalam urutan sejarah keselamatan 

Kristus, dan bukan oleh perbedaan taraf iman.”92 Oleh karena itu, 

pengalaman murid-murid Yesus tidak dapat diterapkan pada orang percaya 

yang hidup pada masa kini.93

Pengalaman Orang Percaya di Samaria Dalam Kisah Para Rasul 8

Banyak teolog berpendapat bahwa bagian Firman Tuhan tersebut 

merupakan suatu bagian yang agak sulit untuk ditafsirkan.94 Karena situasi

yang terjadi pada saat itu agak berbeda dengan kebiasaan yang seharusnya 

terjadi. Mereka yang sudah percaya kepada Kristus dan telah dibaptis di 

dalam Kristus, tetapi kenyataannya belum menerima Roh Kudus. Padahal 

mereka hidup dalam situasi dimana Roh Kudus sudah dicurahkan oleh 

Kristus, bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Sehingga kasusnya 

berbeda dengan yang dialami oleh ke 120 murid Yesus di Yerusalem. Hal 

ini mengakibatkan terjadi perbedaan pendapat di antara para ahli teologi 

tentang sebab-sebab Roh Kudus belum diberikan kepada orang di Samaria.

 Ada yang menyatakan bahwa yang menyebabkan orang percaya di 

Samaria belum dibaptis dengan Roh Kudus, yaitu  karena mereka belum

sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Kristus. Mereka dikatakan 

percaya, dalam ayat 12, tetapi percaya mereka tertuju kepada Filipus dan 

bukan kepada Kristus. Dan juga respons mereka terhadap apa yang 

diberitakan Filipus yaitu  hanya merupakan suatu luapan emosi saja dan 

bukan berdasarkan iman.95

 Sebaliknya, ada yang menyatakan bahwa sebenarnya orang-orang di 

Samaria sungguh sudah percaya kepada Kristus. Karena itu, sukacita yang 

dinyatakan dalam ayat 8 yaitu  sukacita orang yang telah bertobat, 

sebagaimana yang dinyatakan dalam Kisah Para Rasul 2:46-47. Yang 

menyebabkan mereka belum dibaptis dengan Roh Kudus, yaitu  

merupakan suatu maksud Tuhan. Yaitu, supaya melalui penumpangan 

tangan dan doa dari kedua rasul tersebut, orang percaya di Samaria 

mengetahui posisi dan wibawa dari para rasul, yang telah ditetapkan 

sebagai dasar Gereja. Dan sekaligus untuk mempersatukan kedua Gereja, 

Gereja Yahudi di Yerusalem dan non Yahudi di Samaria, di dalam Kristus, 

sebagai tubuh Kristus.96

Untuk memecahkan masalah tersebut di atas dan mengetahui 

pengertian yang sebenarnya, maka perlu dilihat kembali apa kata Firman 

Tuhan itu sendiri. 

Dalam ayat 12, dikatakan bahwa orang Samaria percaya kepada 

Filipus, yang memberikan Injil tentang nama Yesus Kristus. Dalam struktur 

kalimat tersebut, nampaknya memang percaya mereka tertuju kepada 

Filipus. Tetapi kalau diperhatikan lebih teliti akan kalimat tersebut, nyata 

bahwa mereka tidak hanya percaya kepada Filipus; melainkan kepada 

Filipus, yang memberitakan Injil Kerajaan Allah dan Yesus Kristus.

Selanjutnya, dalam ayat 15-16, dikatakan bahwa Petrus dan 

Yohanes berdoa supaya orang percaya di Samaria memperoleh Roh Kudus. 

Keterangan lebih lanjut tidak ada, sehingga penekanannya hanya tertuju 

kepada mendoakan mereka. Bilamana mereka sungguh belum bertobat 

maka merupakan suatu keganjilan untuk mendoakan mereka supaya 

menerima Roh Kudus. Petrus sendiri, dalam Kisah Para Rasul 2:38, menegaskan bahwa syarat untuk menerima Roh kudus: Pertama, harus 

bertobat; Kedua, Dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan 

dosa. Sehingga, prinsip ini pasti diterapkan Petrus sebelum mendoakan 

mereka. Mereka pasti dilayani dan diberitakan Injil Yesus Kristus terlebih 

dahulu supaya mereka percaya kepada Kristus, sebagaimana yang nampak 

dalam Kisah Para Rasul 10:34-43, 19:4.

Dalam ayat 16 dikatakan: “Sebab Roh Kudus belum turun di atas 

seorangpun diantara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam Tuhan 

Yesus.” Istilah belum, dipakai kata Yunani oudepo yang dalam bahasa 

Inggris not yet. Ini berbeda sekali dengan istilah ou yang berarti tidak, not. 

Dalam pengertian not yet terkandung sesuatu yang pasti dan akan dialami, 

namun belum terjadi pada saat itu.97 Istilah ini juga yang dipakai dalam 

Yohanes 7:39 ketika membicarakan tentang Roh Kudus yang belum datang, 

karena Kristus belum dimuliakan. Hal itu menunjukkan bahwa bagi orang 

percaya di Samaria, pengharapan untuk menerima Roh Kudus yaitu  suatu 

yang pasti akan mereka terima. Namun hal itu belum terjadi pada saat itu, 

nanti pada waktu kemudian. Hal itu baru terjadi pada waktu Petrus dan 

Yohanes mendoakan dan meletakkan tangan mereka ke atas orang Samaria. 

Kenyataan ini memberikan suatu petunjuk bahwa orang-orang di Samaria, 

kecuali Simon si Penyihir, sungguh-sungguh telah percaya kepada 

Kristus.98 Kelihatannya peristiwa ini agak aneh. Bagaimana mungkin orang 

yang telah percaya kepada Kristus tetapi tanpa Roh Kudus? Tetapi itulah 

kenyataan yang telah terjadi dalam jemaat di Samaria. Tentu saja ada 

maksud Tuhan di balik semua ini. Menurut Donald Bridge & David 

Phypers:

yaitu  cara Allah untuk menunjukkan kepada orang-orang Kristen 

Yahudi maupun Samaria bahwa sekarang mereka yaitu  anggota￾anggota satu tubuh, yaitu tubuh Kristus, walaupun sampai saat itu 

mereka bermusuhan karena kebencian rasial dan agama yang sudah 

berurat berakar. Petobat-petobat baru di Samaria disadarkan bahwa 

mereka memerlukan jemaat induk di Yerusalem. Sebaliknya para 

pemimpin di Yerusalem yang merasa ragu-ragu terpaksa mengakui 

kenyataan daripada pertobatan orang Samaria. Sekali lagi ini benar￾benar luar biasa


Dari pernyataan ini, nampaklah bahwa Allah bertindak demikian 

supaya arti dan tujuan daripada baptisan dengan Roh Kudus, yaitu untuk 

mempersatukan setiap orang percaya dalam jemaat sebagai tubuh Kristus, 

sungguh-sungguh dialami kenyataannya. Tepat apa yang dinyatakan oleh 

Simon Tugwell: “There is a great diversity of ways in which the Spirit 

works in us; the one thing that is common to all and is the bond of our 

unity, is baptism.”

100

Semua ini membuktikan Penundaan atau belum terlaksananya 

pemberian Roh Kudus kepada jemaat di Samaria bukan karena mereka 

belum bertobat. Juga bukan karena taraf iman mereka rendah sehingga 

membutuhkan waktu untuk meningkatkan iman mereka untuk dapat 

memiliki Roh Kudus atau mengalami baptisan dengan Roh Kudus. Adanya 

tenggang waktu dalam menerima Roh Kudus bukan karena keadaan rohani 

jemaat Samaria belum sesuai dengan kehendak Tuhan. Semua itu terjadi 

karena kehendak Allah yang bebas yang bertindak demi kebaikan jemaat 

Samaria itu sendiri.

Dengan demikian nyatalah bahwa pemberian Roh Kudus atau 

dibaptis dengan Roh Kudus yaitu  semata-mata pemberian Allah yang 

didasarkan atas kasih dan anugerah-Nya bukan berdasarkan perbuatan atau 

ditentukan oleh usaha manusia sendiri. Pengalaman jemaat di Samaria 

dalam menerima Roh Kudus tidak dapat dijadikan pola untuk menerima 

Roh Kudus atau dibaptis dengan Roh bagi jemaat pada masa kini. Karena 

pengalaman tersebut mempunyai arti tersendiri bagi jemaat di Samaria. 

Seandainyapun pada masa kini “Allah benar-benar melakukan peristiwa 

seperti itu pada orang-orang tertentu,” itu merupakan kedaulatan Allah dan 

bukan hasil usaha manusia, sehingga bukan suatu pola yang bersifat prinsip 

dan mutlak diberlakukan orang percaya.

Pengalaman Keluarga Kornelius Dalam Kisah Para Rasul 10

Bila diperhatikan peristiwa yang terjadi dalam keluarga Kornelius 

dan sahabat-sahabatnya, pada waktu menerima atau dibaptis dengan Roh 

Kudus, nampaknya tidak mengikuti urut-urutan seperti yang telah disebut

oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:38. Seperti yang telah dikemukakan 

sebelumnya, syarat untuk dapat menerima karunia Roh Kudus atau baptisan dengan Roh Kudus, yaitu  bertobat (= percaya kepada Kristus) dan 

dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Tetapi kenyataannya peristiwa yang 

terjadi dalam keluarga Kornelius sangat berbeda. Ketika Petrus sedang

memberitakan Injil dan belum membaptis mereka dalam nama Tuhan 

Yesus, dikatakan bahwa tiba-tiba turunlah Roh Kudus ke atas keluarga 

Kornelius dan sahabat-sahabatnya, yang mendengar pemberitaan Petrus. 

Pelayanan sakramen baptisan baru dilaksanakan setelah mereka menerima 

baptisan dengan Roh Kudus. Apakah ini berarti bahwa keluarga Kornelius 

dan sahabat-sahabatnya, jauh sebelum kedatangan Petrus ke rumahnya, 

memang sudah menjadi murid Tuhan Yesus sebagaimana yang dikatakan 

oleh gerakan Kharismatik?

Tak dapat disangkali bahwa dalam ayat 2, dikatakan bahwa 

keluarga ini yaitu  keluarga yang takut akan Allah dan banyak memberi 

sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdosa kepada Allah. Tapi 

kalau melihat penjelasan Petrus dalam pasal 11 ayat 14-18, nampaklah 

bahwa mereka belum termasuk murid atau orang yang sudah percaya 

kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka. Dikatakan 

dalam ayat 13-14 bahwa Tuhan menyuruh Kornelius untuk menjemput 

Petrus dengan tujuan agar Petrus dapat menyampaikan kepada mereka 

suatu berita yang akan mendatangkan keselamatan bagi Kornelius dan 

keluarganya serta seisi rumahnya. Kemudian dalam ayat 18, dinyatakan 

bahwa Rasul-rasul dan murid-murid di Yerusalem memuliakan Allah, 

karena kepada bangsa-bangsa lain juga (= keluarga Kornelius dan sahabat￾sahabatnya) Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada 

hidup. Hal ini memberikan suatu pengertian bahwa mereka belum 

memiliki keselamatan, sebelum Petrus memberitakan Injil kepada mereka. 

Mereka baru memiliki keselamatan dan Kristus sebagai Tuhan mereka, 

ketika Petrus memberitakan Injil kepada mereka. Pada saat itulah Allah 

memberikan Roh Kudus atau membaptis mereka dengan Roh Kudus. 

Sehingga hal itu merupakan suatu pengalaman yang pertama bukan kedua 

atau the second blessing.

Kesalehan dan rasa takut akan Allah dari Kornelius serta seisi 

rumahnya, merupakan ungkapan kesalehan dan rasa takut simpatisan 

penganut agama Yahudi. Sebab itu, mereka masih membutuhkan Injil 

keselamatan, yang disampaikan oleh PetrusPengalaman Ke 12 Murid di Efesus Dalam Kisah Para Rasul 19:1-17

Ada beberapa pendapat mengenai istilah murid yang dinyatakan 

dalam ayat-ayat tersebut. Ada yang menyatakan bahwa keduabelas murid 

yang ditemui oleh Paulus di Efesus yaitu  murid-murid dari hasil

pelayanan Apollos, ketika ia belum dilayani oleh Priskila dan Akwila.102

Tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mereka bukan murid￾murid Apollos. Kemungkinan besar mereka yaitu  murid-murid dari pada 

pengikut Yohanes Pembaptis, yang tersebar keluar dari Palestina. Setelah 

kematian Yohanes Pembaptis, mereka menyebarluaskan baptisan dan 

pengajaran Yohanes Pembaptis,

103 yang kemudian tiba di Efesus sesudah 

Apollos berangkat ke Korintus dan sebelum Paulus tiba untuk kedua kali di 

Efesus. Kemungkinan besar pandangan yang terakhir ini yang benar. Lepas 

dari segala penafsiran ini, yang perlu diperhatikan yaitu  bagaimana 

kesaksian Alkitab mengenai keadaan rohani mereka. Apakah mereka 

pengikut Kristus, sebelum bertemu dengan rasul Paulus atau tidak.

Dalam ayat 2-3, dinyatakan bahwa mereka menjadi murid melalui 

baptisan Yohanes, tetapi belum menerima Roh Kudus bahkan belum pernah 

mendengar akan adanya Roh Kudus. Pengertian belum menerima Roh 

Kudus disini berbeda dengan pengertian belum menerima Roh Kudus 

dalam pengalaman jemaat di Samaria. Jemaat Samaria telah percaya dan 

dibaptis di dalam Kristus. Mereka juga sudah mendengar dan melihat 

kenyataan akan adanya Roh Kudus, melalui pengajaran dan segala mujizat 

serta tanda ajaib yang dilakukan oleh Filipus. Sebaliknya, keduabelas murid 

di Efesus belum mengetahui akan adanya Roh Kudus. Itulah sebabnya 

menurut Anthony A. Hoekema: “It is quite obvious that these disciples 

were not full fledged Christian believers when Paul first met them, since 

they had not even heard the Holy Spirit had been given to the Church.”

104

Jadi, kedua belas murid di Efesus belum dapat dikategorikan 

sebagai murid Kristus. Mereka belum memiliki keselamatan dari Kristus.

Dalam ayat 4, Paulus menantang mereka untuk percaya kepada Yesus 

Kristus.

Selanjutnya, dalam ayat 5-6 dikatakan bahwa setelah mereka 

mendengar akan hal tersebut, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam 

Tuhan Yesus. Dan pada waktu Paulus menumpangkan tangannya di atas 

mereka, Roh Kudus turun ke atas mereka dan mulailah mereka berkata-kata 

dalam bahasa roh dan bernubuat.

Hal itu mengidikasikan bahwa mereka menerima Roh Kudus atau 

dibaptis dengan Roh Kudus yaitu pada saat mereka percaya dan dibaptis 

dalam nama Tuhan Yesus. Pengalaman tersebut merupakan pengalaman 

pertama dan bukan pengalaman kedua atau the second blessing. Searah 

dengan hal itu, Merrill F. Unger menegaskan: “They were disciples of the 

Baptism, but not Christians. When they received the Holy Spirit, they 

became Christians. This was not a second blessing, but the first blessing, as 

the baptism and the reception of the Holy Spirit always is.”105

Setelah meneliti pengertian baptisan Roh Kudus atau dibaptis 

dengan Roh Kudus dan kesaksian Kisah Para Rasul mengenai pengalaman 

orang-orang percaya dalam menerima baptisan Roh Kudus, ternyata bahwa 

hal itu yaitu  merupakan suatu pengalaman semua orang percaya tanpa 

terkecuali. Pengalaman tersebut diterima atau terjadi pada waktu seseorang 

percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya dan 

dibaptis di dalam nama Tuhan Yesus.

Baptisan Roh Kudus sama artinya dengan menerima Roh Kudus 

atau dimeteraikan dengan Roh Kudus pada waktu seseorang menerima 

keselamatannya. Baptisan Roh Kudus berkenan dengan pengalaman 

pertama kali seseorang percaya dan terjadi secara bersamaan dengan 

kelahiran baru dan pertobatan dan sebab itu tidak mungkin terjadi kembali.

Dalam kesaksian Kisah Para Rasul, ada pengalaman dari beberapa 

orang percaya yang menerima baptisan Roh Kudus setelah percaya kepada 

Kristus dan melewati satu masa tertentu. Hal tersebut merupakan suatu 

kejadian yang khusus, sehingga bukan merupakan suatu pola dan prinsip 

dalam menerima baptisan Roh Kudus.

Berkaitan dengan relasi baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia 

Roh, menurut kesaksian Kisah Para Rasul, karunia-karunia Roh (mis. 

karunia bernubuat dan berkata-kata dengan bahasa Roh) diterima pada

waktu seseorang menerima atau dibaptis dengan Roh Kudus. Selanjutnya, 

menurut pengajaran Paulus, yaitu dalam Roma 12:6; 1Korintus 1:7, 

12:7,11; Efesus 4:7 dikatakan bahwa Allah telah memberikan karunia￾karunia Roh kepada semua orang percaya atau jemaat, sesuai dengan 

kehendak-Nya. Itu berarti bahwa setiap orang percaya, tanpa terkecuali, 

telah menerima karunia-karunia Roh, paling sedikit satu karunia Roh. Hal 

tersebut diterima pada saat seseorang menerima Roh Kudus atau dibaptis 

dengan Roh Kudus, yaitu pada saat ia percaya kepada Kristus dan dibaptis 

di dalam nama Tuhan Yesus. Dengan kata lain, pada saat seseorang percaya 

kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya dan dibaptis di 

dalam nama Tuhan Yesus, saat itulah ia menerima keselamatan, menjadi 

anggota tubuh Kristus, menerima Roh Kudus dan karunia-karunia Roh.

Apa yang diajarkan oleh beberapa tokoh, theolog dari Neo￾Pentakosta tentang baptisan dengan Roh Kudus dan relasinya dengan

karunia-karunia Roh, jelas tidak sesuai dengan kesaksian Alkitab. Alkitab 

tidak pernah mengajarkan bahwa hanya orang-orang percaya tertentu saja 

yang menerima baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia Roh. Jurstru 

sebaliknya Alkitab mengajarkan bahwa semua orang percaya, tanpa 

memandang kualitas kerohaniannya, telah menerima baptisan Roh Kudus 

dan karunia-karunia Roh. Misalnya, jemaat Korintus, jemaat yang penuh 

dengan bermacam-macam dosa dan kesalahan, dikatakan oleh Paulus telah 

menerima baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia Roh, sesuai dengan 

kehendak Allah. Hal ini kurang diperhatikan oleh gerakan Kharismatik.

Memang di satu segi, walaupun pengajaran tersebut mengenal hal 

tersebut di atas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, namun 

usaha mereka untuk melayani dan menyaksikan Kristus berdasarkan kuasa 

Allah dan karunia-karunia Roh, perlu kita hargai. Sekaligus merupakan 

suatu kritik yang positif terhadap Gereja-gereja di Indonesia (khususnya 

Gereja-gereja yang bersifat tradisionil) yang kebanyakan kurang 

memperhatikan dan mengajarkan akan manfaat karunia-karunia Roh yang 

ada pada setiap anggota jemaat bagi pelayanan jemaat. Sehingga hal itu 

berakibat kepada kehidupan berjemaat, dimana banyak anggota jemaat 

menjadi statis, pasif dan acuh tak acuh terhadap pelayanan jemaat. Bahkan 

tidak jarang keadaan ini mendorong sebagian anggota jemaat untuk terbuka 

pada pengajaran yang baru yang ditawarkan oleh Neo-Pentakosta dan 

kemudian menjadi pengikutnya. Hal ini harus disadari oleh Gereja-gereja di 

Indonesia. Demikian juga, tidak ada artinya mengetahui bahwa setiap orang percaya telah mengalami baptisan Roh Kudus dan memiliki karunia￾karunia Roh, kalau jemaat itu sendiri tidak terlibat atau dilibatkan dalam 

pelayanan jemaat dan mengalami kelimpahan karunia Roh Kudus.

Karunia-karunia Roh dan Kualitasnya

 Berkaitan dengan pandangan gerakan Neo-Pentakosta Kharismatik, 

yang sangat mengutamakan karunia-karunia Spektakular, secara khusus 

bahasa roh; bahkan menganggap karunia-karunia Roh terbatas pada 

kesembilan karunia Roh dalam 1Korintus 12:8-10, hal itu tidak dapat 

dibenarkan. Hal itu bertentangan dengan pengajaran rasul Paulus sendiri. 

 Rasul Paulus ketika membicarakan karunia-karunia Roh Kudus, tidak 

pernah membeda-bedakan dan menganggap bahwa satu atau beberapa 

karunia Roh Kudus tertentu lebih bernilai dan lebih berkualitas daripada 

karunia-karunia yang lain. Khusus mengenai kesembilan karunia Roh yang 

dicantumkan dalam 1Korintus 12:8-10, Paulus tidak pernah menyatakan 

bahwa hanya karunia-karunia tersebutlah yang dikategorikan sebagai 

karunia Roh Kudus dan yang lain bukan karunia Roh Kudus. Hal itu 

nampak dalam istilah yang dipergunakan oleh rasul Paulus untuk karunia￾karunia Roh Kudus. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa 

istilah yang dipergunakan oleh rasul Paulus untuk segala karunia Roh 

Kudus yaitu  charismata. Istilah charismata yang digunakan dalam 

1Korintus 12:4 untuk kesembilan karunia yang bersifat supra-natural dan 

yang dalam 1Korintus 12:9,28,30, yang dipergunakan untuk salah satu 

karunia spectacular (karunia penyembuhan); dipergunakan juga oleh Paulus 

dalam Roma 12:6 untuk karunia bernubuat, karunia melayani, karunia 

mengajar, karunia menasehati, karunia memimpin, karunia membagi￾bagikan sesuatu dan karunia kemurahan. Hal itu menunjukkan bahwa bagi 

Paulus karunia-karunia Roh, charismata, tidak hanya terbatas pada 

kesembilan karunia Roh Kudus yang disebutkan dalam 1Korintus 12:8-10 

atau hanya pada karunia spectacular, melainkan untuk semua karunia Roh 

yang telah disebutkan oleh Paulus. 

When one studies the use of the word charismata in the New 

Testament, moreover, it becomes quite evident that one cannot limit 

the meaning of this word to spectacular or miraculous gifts like 

healing or tongue speaking. Charismata in the New Testamentdesignated whatever gifts the Holy Spirit wishes to use for the 

upbuilding of the church.

106

Bagi rasul Paulus seluruh karunia Roh Kudus, mempunyai nilai dan 

kualitas yang sama. Diantara karunia-karunia Roh Kudus, tidak ada yang 

lebih tinggi atau lebih rendah kualitasnya. Tidak ada karunia Roh Kudus 

yang lebih istimewa atau lebih penting daripada karunia yang lain. 

Karunia-karunia Roh Kudus yang bersifat supra-natural tidak lebih tinggi 

atau lebih istimewa daripada karunia-karunia Roh Kudus yang bersifat 

natural. Semuanya istimewa, bernilai dan berkualitas. Karena semua berasal 

dari Allah yang satu dan diberikan untuk pelayanan dan pembangunan 

jemaat. Dengan demikian, semua karunia Roh Kudus sama pentingnya. 

Searah dengan hal itu, Abineno menegaskan: “Pendapat yang mengatakan, 

bahwa kharisma-kharisma yang spektakular… lebih penting daripada 

kharisma-kharisma yang lain. Pendapat ini–sama seperti pendapat-pendapat 

di atas–tidak benar. Ia bertentangan dengan kesaksian Kitab Suci.”107

 Untuk lebih memahami akan hal tersebut, perlu dilihat apa yang 

dikemukakan Paulus dalam surat-suratnya. Dalam Roma 12:6-8, rasul 

Paulus mencantumkan dan menggabungkan bersama-sama karunia Roh 

Kudus yang bersifat supra-natural (karunia bernubuat) dengan karunia￾karunia Roh Kudus yang lain yang bersifat natural (melayani, mengajar, 

menasehati, membagi-bagikan sesuatu, memberi pimpinan dan kemurahan). 

Hal yang sama dinyatakan dalam 1Korintus 12:28, karunia-karunia Roh 

Kudus yang bersifat natural (karunia memimpin dan melayani) digabung 

bersama-sama dengan karunia-karunia Roh Kudus yang bersifat supra￾natural atau yang bersifat spectacular (mujizat, menyembuhkan dan 

berkata-kata dalam bahasa roh. Semuanya ini menunjukkan akan adanya 

kesejajaran antara semua karunia Roh Kudus, antara yang bersifat 

spektakular dan yang bersifat natural.

 Dalam 1Korintus 12:12-26, rasul Paulus memang menjelaskan bahwa 

sebagaimana tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam anggota tubuh, 

demikian juga jemaat, sebagai tubuh Kristus. Tiap-tiap anggota jemaat 

berbeda satu sama yang lain, sesuai dengan karunianya. Dengan kata lain, 

Paulus memang menyadari bahwa antara satu karunia Roh Kudus dengan 

karunia Roh Kudus yang lain, ada perbedaannya. Karunia bernubuat berbeda dengan karunia kemurahan. Karunia untuk berkata-kata dengan 

bahasa roh berbeda dengan karunia mengajar. Karunia penyembuhan 

berbeda dengan karunia untuk menasehati. Namun demikian, sekali lagi, 

perbedaan tersebut bukan dalam soal kualitasnya, melainkan dalam soal 

fungsinya. Fungsi kaki berbeda dengan fungsi mata. Fungsi mata berbeda 

dengan fungsi telinga. Kaki untuk berjalan, mata untuk melihat dan telinga 

untuk mendengar. Demikian juga dengan karunia-karunia. Perbedaan 

tersebut, bagi rasul Paulus, bukan untuk dipertentangkan ataupun untuk 

dibanggakan dan diperbandingkan antara satu karunia dengan karunia Roh 

Kudus yang lain. Melainkan untuk saling memperlengkapi dan oleh karena 

itu saling membutuhkan.

Dalam ayat 22-24, rasul Paulus menjelaskan bahwa anggota￾anggota tubuh yang kelihatan paling lemah, justru paling dibutuhkan. 

Anggota-anggota tubuh yang menurut pandangan manusia kurang 

terhormat, justru diberi penghormatan secara khusus. Anggota-anggota 

tubuh yang kelihatan tidak elok, justru diberikan perhatian secara khusus.

Dalam hal ini, rasul Paulus ingin menunjukkan bahwa tidak ada satu 

karunia Roh Kudus yang dapat dianggap kurang dibutuhkan, kurang 

terhormat dan kurang mulia. Dengan kata lain tidak ada karunia Roh Kudus 

yang dapat dianggap paling dibutuhkan, paling terhormat dan paling mulia 

daripada karunia-karunia Roh Kudus yang lain. Melainkan, semua karunia 

Roh Kudus sangat dibutuhkan, semuanya terhormat dan semuanya mulia. 

Karena semuanya yaitu  pemberian daripada Allah. Dan semua yang 

datangnya daripada Allah pasti bermanfaat bagi kehidupan jemaat, 

terhormat dan mulia. Selanjutnya mengenai karunia untuk berkata-kata 

dengan bahasa roh. Rasul Paulus tidak pernah menyatakan bahwa karunia 

tersebut paling penting dan mutlak harus dimiliki oleh setiap orang percaya. 

Demikian juga, karunia tersebut bukan merupakan suatu bukti atau tanda 

satu-satunya menerima baptisan dengan Roh Kudus. Hal ini nampak dalam 

uraian di bawah ini.

Dalam 1Korintus 12:8-10, rasul Paulus menyatakan bahwa setiap 

orang percaya menerima karunia Roh Kudus berbeda satu dengan yang 

lain. Ada yang menerima karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, ada 

yang menerima karunia untuk berkata-kata dengan pengetahuan, ada yang 

menerima karunia bernubuat, ada yang menerima karunia iman, ada yang 

menerima karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan seterusnya.Dalam 1Korintus 12:28-30, Paulus kembali menyatakan bahwa ada 

yang ditetapkan Allah untuk menjadi rasul, nabi dan pengajar. Ada pula 

yang menerima karunia mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani, 

memimpin, dan untuk berkata-kata dengan bahasa Roh. Dalam ayat 29-30, 

Paulus menyatakan: Apakah mereka semua rasul, nabi, pengajar? Adakah 

mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat atau 

menyembuhkan atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk 

menafsirkan bahasa roh? Jawabannya yaitu  tidak. Kemudian dalam 

1Korintus 12:11, rasul Paulus menyatakan bahwa semua karunia-karunia 

Roh diberikan kepada setiap orang percaya, sesuai dengan kehendak Allah.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua orang percaya harus 

senantiasa menerima karunia Roh Kudus yang sama. Demikian juga tidak 

semua orang percaya harus menerima karunia mujizat, menyembuhkan dan

untuk berkata-kata dengan bahasa roh. Karena yang menentukan pemberian 

karunia-karunia Roh Kudus yaitu  Allah sendiri dan bukan manusia. 

Dalam 1Korintus 14:1-25, rasul Paulus menjelaskan bahwa karunia 

untuk berkata-kata dengan bahasa roh, hanya bermanfaat bagi mereka yang 

memilikinya. Namun kalau ada yang menafsirkannya maka karunia tersebut 

dapat bermanfaat bagi jemaat. Kemudian dalam ayat 5, rasul Paulus 

menjelaskan bahwa karunia bernubuat sangat bermanfaat bagi jemaat, 

bilamana dibandingkan dengan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa 

roh. Alasannya, menurut Paulus dalam ayat 3,24-25, orang yang bernubuat 

langsung berkata-kata kepada manusia; ia membangun, menasehati dan 

menghibur jemaat. Demikian juga, karunia bernubuat dapat membawa 

orang yang tidak beriman untuk sujud menyembah Allah dan mengakui 

akan kehadiran Allah dalam jemaat, ketika mendengar perkataan yang 

disampaikan melalui karunia bernubuat. Paulus tidak pernah 

mengistimewakan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh. 

Sebaliknya juga, Paulus tidak mempunyai tujuan untuk membanding￾bandingkan antara satu karunia dengan karunia yang lain. Juga bukan untuk 

menyatakan karunia nubuat lebih istimewa dan penting daripada karunia 

untuk berkata-kata dengan bahasa roh. Paulus ingin menyatakan bahwa 

betapa pentingnya karunia-karunia Roh Kudus dipergunakan bagi 

pembangunan jemaat. Karena itulah tujuan Allah memberikan karunia￾karunia Roh Kudus kepada jemaat. 

Melalui semua pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan 

bahwa ternyata karunia-karunia Roh Kudus tidak hanya terbatas pada

Sembilan karunia Roh, sebagaimana yang dikatakan oleh Neo-Pentakosta 

atau Kharismatik. Ia mencakupi semua karunia Spektakular dan non 

spektakular seperti yang telah Paulus sebutkan dalam Roma 12:6-8; Efesus 

4:11, 1Korintus 7:7, 12:8-10, 28-30. Demikian juga, karunia untuk berkata￾kata dengan bahasa roh bukan merupakan suatu kemutlakan untuk dimiliki 

sebagai bukti telah dibaptis dengan Roh Kudus. Allah memberikan karunia 

Roh kudus sesuai kehendak-Nya. 

Dari antara semua karunia Roh Kudus tersebut, tidak ada karunia 

Roh Kudus tertentu yang lebih penting atau lebih tinggi kualitasnya 

daripada karunia-karunia Roh Kudus yang lain. Semua karunia Roh Kudus 

sama penting sama kualitasnya. Karena, semua karunia Roh Kudus berasal 

dari pada Allah dan diberikan untuk pelayanan dan pembangunan jemaat,

sebagai tubuh Kristus.

PENUTUP: KESIMPULAN

Menurut Rasul Paulus, yang dimaksud dengan karunia Roh yaitu  

suatu kesanggupan khusus yang diberikan Allah kepada setiap orang 

percaya sesuai kehendak-Nya guna dipakai bagi kepentingan jemaat 

sebagai tubuh Kristus. Pemberian ini dimungkinkan karena karya 

keselamatan Kristus di atas kayu salib. Dasar pemberian karunia Roh 

yaitu  semata-mata karena kasih dan anugerah Allah, bukan hasil usaha

manusia atau sebagai suatu pahala atas jasa manusia. 

Karunia Roh berbeda dengan talenta. Karunia Roh diberikan Allah 

kepada orang percaya untuk kemuliaan Allah. Talenta yaitu  bakat atau 

kesanggupan khusus pembawaan seseorang sejak lahir, digunakan untuk 

kepentingan umum manusia. Setiap talenta/bakat dapat dipakai dan diubah￾Nya sebagai karunia Roh pada saat orang tersebut percaya kepada-Nya.

Berdasarkan pengertian bahwa karunia-karunia Roh diberikan Allah 

kepada jemaat untuk pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus, maka 

setiap anggota jemaat atau orang percaya mempunyai tanggung jawab di 

dalam pelayanan jemaat. Tanggungjawab itu tidak dapat diwakilkan dan 

dimonopoli orang lain, secara khusus oleh para pelayan jemaat. Para 

pelayan jemaat bertanggung jawab untuk memperlengkapi dan 

mempersiapkan setiap anggota jemaat bagi pelayanan dan pembangunan 

jemaat, sebagai tubuh Kristus. Jemaat dengan segala karunianya merupakan potensi yang amat 

besar bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh Kristus. Melalaikan 

potensi ini berarti kehilangan kesempatan bahkan dapat menghalangi 

pertumbuhan jemaat. Sebaliknya, melibatkan setiap anggota jemaat, sesuai 

dengan karunianya, dalam Pelayanan Kesaksian (Marturia), Pelayanan 

Persekutuan (Koinonia), Pelayanan Sosial (Diakonia) akan berakibat pada 

pertumbuhan jemaat secara kualitatif dan kuantitatif. Karena itulah tujuan 

Allah memberikan karunia-karunia Roh kepada jemaat-Nya.

Karunia-karunia Roh yang diberikan Allah kepada setiap orang 

percaya beranekaragam dan berbeda-beda. Perbedaan ini bukan untuk 

dipertentangkan atau diistimewakan melainkan untuk saling melengkapi 

satu dengan yang lain, agar seluruh orang percaya sampai kepada 

kesempurnaan Kristus. Setiap karunia tidak lebih penting dan istimewa 

daripada karunia-karunia yang lain. Semua sama penting dan sama 

kualitasnya karena bersumber dari Allah yang sama.

Pandangan yang menganggap karunia-karunia Roh yang bersifat 

spektakular lebih penting daripada karunia-karunia Roh yang lain, tidak 

benar. Demikian juga, memutlakkan karunia berkata-kata dengan bahasa 

roh bagi setiap orang percaya tidak sesuai dengan kebenaran Firman 

Tuhan. Setiap orang percaya menerima karunia yang berbeda-beda, sesuai 

dengan kehendak Allah.

Karunia-karunia Roh diberikan Allah kepada setiap orang percaya, 

pada saat percaya kepada Kristus dan dibaptis di dalam nama-Nya. 

Pengalaman orang percaya menerima karunia-karunia Roh berlangsung 

secara simultan. Saat seseorang percaya kepada Kristus dan dibaptis dalam 

nama-Nya, pada saat itu secara simultan ia menerima keselamatan, menjadi 

anggota tubuh Kristus, menerima Roh Kudus dan karunia-karunia Roh. Dan 

menurut Paulus, inilah yang dimaksud dengan dibaptis dengan Roh Kudus.

Oleh karena itu, pandangan yang menyatakan pengalaman tersebut

berbeda, tidak simultan dengan kelahiran baru melainkan merupakan 

pengalaman kedua atau second blessing dan karena itu hanya merupakan 

pengalaman beberapa orang percaya tertentu saja yaitu  tidak benar.