Mazmur-1-50 12

Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 12. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Juli 2025

Mazmur-1-50 12


 


malangannya (ay. 21, 25-26). 

II. Ia membela perkaranya itu dengan menyatakan ketidakber-

salahannya sendiri, bahwa ia tidak pernah berbuat jahat 

terhadap mereka (ay. 7, 19), malah, sebaliknya, ia telah ber-

usaha berbuat baik kepada mereka (ay. 12, 14).  

III. Ia berdoa kepada Allah untuk melindungi dan meluputkan-

nya, dan bangkit baginya (ay. 1-2), untuk menghiburnya (ay. 

3), untuk dekat dengannya dan menyelamatkannya (ay. 17, 

22), untuk membela perkaranya (ay. 23-24), untuk mengga-

galkan segala rancangan musuh-musuhnya melawan dia 

(ay. 3-4), untuk menggagalkan harapan-harapan mereka yang 

ingin melihat kejatuhannya (ay. 19, 25-26), dan, terakhir, un-

tuk membela semua temannya dan membesarkan hati mere-

ka (ay. 27).  

IV.  Ia menubuatkan kehancuran musuh-musuhnya (ay. 4-6, 8).  

V.   Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan melihat hari-

hari yang lebih baik (ay. 9-10), dan sebab   itu ia berjanji 


 468

kepada Allah bahwa ia akan menaikkan puji-pujian kepada-

Nya (ay. 18, 28).  

Dalam menyanyikan mazmur ini dan berdoa mengikutinya, kita 

harus berhati-hati agar jangan menerapkannya pada pertengkaran 

dan permusuhan kita sendiri yang remeh-temeh. Janganlah kita 

mengungkapkan kejahatan-kejahatan yang telah diperbuat terhadap 

kita atas dasar kebencian yang tanpa kasih dan mendendam. Sebab, 

Kristus telah mengajar kita untuk mengampuni musuh-musuh kita 

dan untuk berdoa bukan melawan mereka, melainkan bagi mereka, 

seperti yang telah diperbuat-Nya. saat   melakukan demikian,  

1.  Hati kita akan terhibur oleh kesaksian hati nurani kita bahwa kita 

tidak bersalah terhadap orang-orang yang melukai kita. Dan kita 

boleh berharap bahwa Allah dengan cara dan dalam waktu-Nya 

sendiri akan membenarkan kita, dan sementara itu Ia akan men-

dartikel  ng kita.  

2.  Kita harus menerapkan mazmur ini terhadap musuh-musuh Kris-

tus dan kerajaan-Nya secara umum, yang dilambangkan dengan 

Daud dan kerajaannya. Kita harus membenci penghinaan-penghi-

naan yang ditujukan terhadap kehormatan Kristus, harus berdoa 

kepada Allah agar Ia membela kepentingan Kekristenan dan per-

buatan saleh, yang adil tetapi sedang diserang. Dan kita harus 

percaya bahwa Allah, pada waktunya, akan memuliakan nama-

Nya sendiri di atas kehancuran musuh-musuh gereja-Nya yang ti-

dak dapat didamaikan itu, yang tidak mau bertobat dan memberi-

kan kemuliaan kepada-Nya.   

Doa Meminta Perlindungan Ilahi  

(35:1-10) 

1 Dari Daud. Berbantahlah, TUHAN, melawan orang yang berbantah dengan 

aku, berperanglah melawan orang yang berperang melawan aku! 2 Peganglah 

perisai dan utar-utar, bangunlah menolong aku, 3 cabutlah tombak dan 

kapak menghadapi orang-orang yang mengejar aku; katakanlah kepada 

jiwaku: “Akulah keselamatanmu!” 4 Biarlah mendapat malu dan kena noda, 

orang-orang yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan tersipu-sipu 

orang-orang yang merancang kecelakaanku! 5 Biarlah mereka seperti sekam 

dibawa angin, didorong Malaikat TUHAN; 6 biarlah jalan mereka gelap dan 

licin, dan Malaikat TUHAN mengejar mereka! 7 sebab   tanpa alasan mereka 

memasang jaring terhadap aku, tanpa alasan mereka menggali pelubang 

untuk nyawaku. 8 Biarlah kebinasaan mendatangi dia dengan tidak disang-

ka-sangka, jerat yang dipasangnya, biarlah menangkap dia sendiri, biarlah ia 

Kitab Mazmur 35:1-10 

 469 

jatuh dan musnah! 9 Tetapi aku bersorak-sorak sebab   TUHAN, aku girang 

sebab   keselamatan dari pada-Nya; 10 segala tulangku berkata: “Ya, TUHAN, 

siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan 

orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan 

orang yang merampasi dia?” 

Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang, 

I. Daud yang mengajukan perkaranya kepada Allah, dengan meng-

gambarkan kegeraman dan kebencian yang tanpa henti dari 

orang-orang yang mengejar-ngejar dia. Ia yaitu   hamba Allah, 

yang dengan jelas ditentukan oleh-Nya untuk menjadi seperti se-

karang ini, yang mengikuti bimbingan-Nya, dan berusaha mem-

bawa kemuliaan bagi-Nya dalam melaksanakan kewajibannya, 

yang selama ini hidup (seperti yang dikatakan Rasul Paulus) de-

ngan hati nurani yang murni di hadapan Allah sampai kepada hari 

ini. Namun demikian, masih juga ada orang-orang yang berbantah 

dengannya, yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menen-

tang kemajuannya, dan melakukan apa saja untuk melawannya. 

Mereka berperang melawannya (ay. 1), tidak hanya merongrong 

dia secara tertutup dan diam-diam, tetapi juga menyerukan per-

lawanan mereka terhadapnya secara terbuka dan menyiapkan diri 

untuk melakukan segala kejahatan yang dapat mereka lakukan 

terhadapnya. Mereka mengejar-ngejar dia dengan rasa permusuh-

an yang tiada kenal lelah, ingin mencabut nyawanya (ay. 4), yaitu 

hidupnya, dan tidak ada yang dapat memuaskan pikiran-pikiran 

mereka yang haus darah selain hidupnya itu. Mereka berusaha 

membuat jiwanya gelisah dan gundah gulana. Permusuhan yang 

mereka rasakan terhadapnya ini bukanlah suatu gejolak perasaan 

yang muncul secara tiba-tiba, melainkan kebencian yang sudah 

berurat akar. Mereka merancang kecelakaannya, menyatukan pi-

kiran-pikiran mereka, dan menggunakan akal bulus mereka, bu-

kan hanya untuk berbuat jahat terhadapnya, tetapi juga untuk 

mencari jalan dan cara agar dapat menghancurkannya. Mereka 

memperlakukan dia, yang merupakan berkat terbesar bagi negeri-

nya, seolah-olah telah menjadi kutuk dan wabah bagi negeri itu. 

Mereka memburunya seperti binatang pemangsa yang berbahaya. 

Mereka menggali lobang untuknya dan memasang jaring di da-

lamnya, agar mereka dapat membuatnya tunduk dan memelas 

pada mereka (ay. 7). Mereka mengejar-ngejar dia dengan sangat 

bersusah payah, sebab mereka menggali lobang (7:16). Dan de-


 470

ngan begitu cermat dan lihai mereka menjalankan rancangan-ran-

cangan mereka. Si ular tua itu sudah mengajarkan kelicikan ke-

pada mereka. Mereka menyembunyikan jaring mereka dari Daud 

dan teman-temannya. Namun ini sia-sia saja, sebab mereka tidak 

dapat menyembunyikannya dari Allah. Dan, yang terakhir, Daud 

mendapati dirinya sebagai tandingan yang tidak sepadan bagi 

mereka. Musuhnya, terutama Saul, lebih kuat dari padanya (ay. 

10), sebab ia mempunyai pasukan yang siap diperintahnya, dan 

menganggap dirinya sebagai satu-satunya orang yang berkuasa 

untuk membuat hartikel  m dan memberikan penghakiman, mendak-

wa dan menghartikel  m siapa saja yang dikehendakinya, yang tidak 

membawa tongkat melainkan tombak di tangannya, untuk dihun-

jamkan ke siapa saja yang menghalang-halangi jalannya. Begitu-

lah perilaku sang raja, dan semua orang di sekelilingnya dipaksa 

melakukan apa yang diperintahkannya kepada mereka, benar 

atau salah. Perkataan raja yaitu   hartikel  m, dan segala sesuatunya 

harus dijalankan tanpa belas kasihan. Ia mempunyai ladang, 

kebun anggur, dan juga kedudukan yang bisa dimanfaatkannya 

(1Sam. 22:7). Tetapi Daud miskin dan berkekurangan, tidak mem-

punyai apa-apa yang bisa dipakainya untuk mencari teman. Se-

bab itu ia tidak mempunyai siapa-siapa yang mau membelanya, 

kecuali orang-orang yang (seperti yang kita panggil) kurang berun-

tung (1Sam. 22:2). Oleh sebab   itu, tidak heran bila Saul meram-

pas sedikit yang dimilikinya dan menghancurkan kepentingan 

yang sudah dibangunnya. Jika raja-raja bumi bertekad untuk me-

nentang Tuhan dan orang yang diurapi-Nya, siapakah yang bisa 

menentang mereka? Perhatikanlah, bukan hal baru bagi orang 

yang paling benar, dan bagi kepentingan yang paling benar, jika 

mereka menjumpai banyak musuh yang sangat berkuasa dan pe-

nuh kebencian. Kristus sendiri dibantah dan diperangi, dan se-

buah pertempuran digencarkan melawan keturunan kudus. Dan 

kita tidak usah heran akan hal itu: ini merupakan buah dari per-

musuhan lama dalam keturunan si ular melawan keturunan si 

wanita.    

II. Seruannya kepada Allah tentang kejujurannya dan keadilan per-

karanya. Jika sesama rakyat telah berbuat salah kepadanya, ia 

akan menghadap rajanya untuk membela perkaranya, seperti 

yang dilakukan Rasul Paulus terhadap Kaisar. Namun, apabila ra-

Kitab Mazmur 35:1-10 

 471 

janya berbuat salah kepadanya, ia membawa perkaranya kepada 

Allahnya, yang yaitu   Raja dan Hakim atas segala raja di bumi: 

Berbantahlah, TUHAN (ay. 1). Perhatikanlah, sebuah perkara yang 

benar, dengan hati yang sangat yakin, diajukannya ke hadapan 

Allah yang adil. Ia berserah kepada-Nya untuk menghakimi per-

karanya itu. Sebab Dia mengetahui dengan sempurna baik buruk-

nya perkara itu, menimbangnya sama rata, dan tidak pandang 

bulu. Allah tahu bahwa tanpa alasan mereka memusuhinya, dan 

tanpa alasan mereka menggali lobang untuknya (ay. 7). Camkan-

lah, sekalipun manusia berbuat salah kepada kita, kita akan tetap 

terhibur jika hati nurani kita dapat bersaksi bagi kita bahwa kita 

tidak pernah berbuat salah sedikit pun terhadap mereka. Demi-

kianlah yang terjadi dengan Rasul Paulus, sedikit pun aku tidak 

berbuat salah terhadap orang Yahudi (Kis. 25:10). saat   orang 

lain berbuat jahat kepada kita dan kita merasa tidak nyaman, kita 

cenderung membenarkan diri kita bahwa kita tidak pernah mela-

kukan apa-apa yang menyebabkan mereka harus berbuat demi-

kian terhadap kita. Hal ini seharusnya membuat kita tenang, se-

bab dengan demikian kita bisa berharap dengan lebih yakin bah-

wa Allah akan membela perkara kita.   

III. Doanya kepada Allah agar Allah menyatakan diri-Nya baik bagi-

nya maupun kepadanya dalam pencobaan ini.  

1.  Bagi dirinya. Ia berdoa agar Allah berperang melawan musuh-

musuhnya sehingga mereka tidak mampu menyakitinya, dan 

menggagalkan rancangan-rancangan mereka untuk menen-

tangnya (ay. 1). Agar Dia memegang perisai dan utar-utar, se-

bab Tuhan yaitu   pahlawan perang (Kel. 15:3), dan agar Dia 

bangun menolongnya (ay. 2), sebab ia hanya mempunyai sedi-

kit orang yang mau bangun membelanya, dan, seandainya pun 

ia punya banyak orang, pembelaan mereka itu tidak akan ber-

arti apa-apa tanpa Allah. Ia berdoa agar Allah menghentikan 

jalan mereka (ay. 3, KJV), supaya mereka tidak berhasil me-

nangkapnya saat   ia melarikan diri dari mereka. Doa ini bisa 

kita panjatkan melawan orang-orang yang mengejar-ngejar 

kita, supaya Allah menahan mereka dan menghentikan jalan 

mereka.  

2. Kepada dirinya: “Katakanlah kepada jiwaku: Akulah kesela-

matanmu! Biarlah aku mendapat penghiburan di dalam batin-


 472

ku di tengah-tengah semua permasalahan lahiriah ini, untuk 

menyokong jiwaku yang telah mereka hantam. Biarlah Allah 

menjadi keselamatanku, bukan hanya menjadi Juruselamat 

yang mengeluarkan aku dari semua permasalahanku sekarang 

ini, melainkan juga sebagai kebahagiaan kekalku. Biarlah aku 

memiliki keselamatan yang bukan hanya datang dari-Nya, me-

lainkan juga yang bisa didapat di dalam kebaikan-Nya. Dan 

biarlah aku mengetahui kepentingan apa yang aku miliki di 

dalam kebaikan-Nya itu, biarlah aku yakin sepenuhnya akan 

keselamatan itu dan menjadi terhibur olehnya.” Jika Allah, de-

ngan Roh-Nya, bersaksi kepada roh kita bahwa Dia yaitu   ke-

selamatan kita, maka itu sudah cartikel  p bagi kita. Tidak ada 

lagi yang perlu kita idam-idamkan untuk membuat kita berba-

hagia. Kesaksian seperti ini sungguh dahsyat dalam mendu-

kung kita saat kita dikejar-kejar orang. Jika Allah sahabat 

kita, maka tidak masalah siapa musuh kita.   

IV. Harapannya agar musuh-musuhnya dihancurkan, yang didoakan-

nya bukan dengan perasaan benci atau keingingan membalas 

dendam. Kita melihat betapa sabarnya ia menanggung kutukan-

kutukan Simei (biarlah ia mengutuk, sebab Tuhan telah menyuruh-

nya). Dan kita tidak bisa beranggapan bahwa ia yang begitu 

lembut dalam perkataannya akan melampiaskan amarahnya de-

ngan meluap-luap dalam ibadahnya. Walaupun demikian, dengan 

roh nubuat, ia menubuatkan penghakiman-penghakiman yang 

adil dari Allah yang akan menimpa mereka atas kejahatan, keben-

cian, kekejaman, dan kedurhakaan mereka yang besar. Terutama, 

permusuhan mereka terhadap ketetapan-ketetapan Allah, kepen-

tingan-kepentingan agama, dan pembaharuan hidup yang mereka 

ketahui akan dilaksanakan Daud, seandainya ia sampai mempu-

nyai kekuasaan di tangannya untuk melakukannya. Mereka tam-

pak sudah mengeras dalam dosa-dosa mereka, dan termasuk ke 

dalam orang-orang yang melakukan dosa yang mendatangkan 

maut, dan yang tidak usah didoakan lagi (Yer. 7:16; 11:14; 14:11; 

1Yoh. 5:16). Mengenai Saul sendiri, ada kemungkinan bahwa 

Daud tahu kalau Allah telah menolaknya dan telah melarang Sa-

muel untuk berdukacita baginya (1Sam. 16:1). Nubuatan-nubuat-

an ini memandang lebih jauh, dan menggambarkan nasib musuh-

Kitab Mazmur 35:1-10 

 473 

musuh Kristus dan kerajaan-Nya, seperti yang tampak demikian 

dengan membandingkan Roma 11:9-10.  

Daud di sini berdoa,  

1.  Melawan musuh-musuhnya yang banyak (ay. 4-6): Biarlah 

mendapat malu, dst. Atau, sebagaimana Dr. Hammond mem-

bacanya, mereka akan mendapat malu, mereka akan mundur. 

Ini dapat dipandang sebagai doa agar mereka bertobat, sebab 

semua orang yang bertobat dibuat supaya malu dengan dosa-

dosa mereka dan mundur dari dosa-dosa itu. Atau, jika me-

reka tidak menjadi sadar dan bertobat, Daud berdoa agar ran-

cangan-rancangan mereka melawannya digagalkan dan dike-

cewakan, sehingga dengan demikian mereka mendapat malu. 

Walaupun mereka memang sedikit banyak akan berhasil, ia 

sudah melihat bahwa keberhasilan mereka itu akan menjadi 

kehancuran bagi mereka sendiri pada akhirnya: mereka akan 

menjadi seperti sekam dibawa angin. Begitu tidak berdayanya 

orang fasik akan berdiri di hadapan penghakiman Allah dan 

begitu pastinya mereka akan dihempaskan oleh penghakiman 

itu (1:4). Jalan mereka akan menjadi gelap dan licin, kegelapan 

dan kelicinan (demikian yang dapat ditafsirkan agak luas). 

Demikianlah jalan orang-orang berdosa, sebab mereka ber-

jalan dalam kegelapan dan terus-menerus terancam bahaya 

akan jatuh ke dalam dosa, dan ke dalam neraka. Dan memang 

akan terbukti demikian pada akhirnya, sebab kaki mereka 

akan goyang pada waktunya (Ul. 32:35). Namun ini bukanlah 

yang terburuk. Bahkan sekam yang ditiup angin mungkin bisa 

dihentikan, dan menemukan tempat untuk beristirahat, selain 

itu, meskipun jalannya gelap dan licin, ada kemungkinan bagi 

manusia untuk tetap bisa berjalan di dalamnya. Namun dinu-

buatkan di sini bahwa mereka akan didorong Malaikat TUHAN 

(ay. 5) sehingga mereka tidak akan menemukan tempat peristi-

rahatan, dan Malaikat TUHAN itu akan mengejar mereka (ay. 

6), sehingga mereka tidak mungkin dapat menghindar dari 

lobang kebinasaan. Sebab malaikat-malaikat Allah berkemah 

melawan orang-orang yang menentang-Nya. Mereka yaitu   

pelayan-pelayan keadilan-Nya, selain juga menjadi pelayan-

pelayan yang membawa rahmat-Nya. Siapa menjadikan Allah 


 474

sebagai musuhnya, ia menjadikan semua malaikat kudus se-

bagai musuh-musuhnya.  

2.  Melawan salah satu musuhnya yang perkasa (ay. 8): Biarlah 

kebinasaan mendatangi dia. Ada kemungkinan yang dimak-

sudkannya di sini yaitu   Saul, yang telah memasang jerat un-

tuknya dan yang berusaha membinasakannya. Daud bersum-

pah bahwa tangannya tidak akan menjamah Saul. Dia tidak 

akan menjadi hakim atas perkaranya sendiri. Namun, pada 

saat yang sama, ia bernubuat bahwa TUHAN niscaya akan 

membunuh dia (1Sam. 26:10), bahwa jaring yang dipasangnya 

akan menjeratnya sendiri, dan ke dalamnya ia akan jatuh dan 

musnah. Nubuatan ini digenapi secara menakjubkan dalam 

kehancuran Saul, sebab ia sudah merancang persekongkolan 

untuk membuat Daud jatuh dengan perantaraan orang Filistin 

(1Sam. 18:25). Itulah jaring yang dipasangnya dengan ber-

pura-pura hendak memberi Daud kehormatan. Namun justru 

di dalam jaring itu sendiri dia terperangkap, yakni saat ia 

jatuh melalui tangan orang Filistin saat   sudah tiba waktunya 

untuk jatuh.   

V. Harapan Daud agar dia sendiri diluputkan, yang tidak diragukan-

nya lagi setelah ia menyerahkan perkaranya kepada Allah (ay. 9-

10).  

1. Ia berharap agar ia mendapat penghiburan dari pengharapan-

nya itu: “Jiwaku akan bersorak-sorak, bukan atas ketenangan 

dan keamananku sendiri, melainkan sebab   Tuhan dan ke-

baikan-Nya, sebab   janji-Nya dan sebab   keselamatan dari 

pada-Nya sesuai dengan janji-Nya itu.” Sukacita sebab   Allah 

dan sebab   keselamatan dari-Nya merupakan satu-satunya 

sukacita yang benar, penuh, dan memuaskan. Orang-orang 

yang jiwanya berdukacita di dalam Tuhan, yang menabur 

dengan air mata dan duka yang saleh, tidak perlu ragu bahwa 

pada waktunya jiwa mereka akan bersorak-sorak di dalam 

Tuhan. Sebab mereka akan menuai kegirangan, dan pada 

akhirnya akan masuk ke dalam sukacita Tuhan mereka.  

2. Ia berjanji bahwa pada saat itu Allahlah yang akan mendapat-

kan kemuliaan atas sukacitanya itu (ay. 10): Segala tulangku 

berkata: “Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau?”  

Kitab Mazmur 35:11-16 

 475 

(1)  Ia akan memuji Allah dengan sepenuh jiwa raga, dengan 

seluruh yang ada padanya, dengan segenap kekuatan dan 

semangat jiwanya, yang dilambangkan dengan tulang-tu-

langnya, yang berada di dalam tubuh dan merupakan 

kekuatan dari tubuh itu.  

(2) Ia akan memuji-Nya sebagai Allah yang mempunyai kesem-

purnaan tiada banding dan tiada tara. Kita tidak dapat 

mengungkapkan betapa besar dan baiknya Allah itu, dan 

oleh sebab itu kita harus memuji-Nya dengan mengakui-

Nya sebagai Allah yang tiada duanya. Ya, TUHAN, siapakah 

yang seperti Engkau? Tidak ada Pelindung yang seperti-Mu 

bagi orang-orang tidak bersalah yang tertindas, dan tidak 

ada yang seperti Engkau Penghartikel  m atas penguasa lalim 

yang berjaya. Tulang-tulang kita dibentuk dengan begitu 

menakjubkan, begitu mengherankan (Pkh. 11:5; Mzm. 

139:16), kegunaan tulang-tulang kita, dan pemeliharaan 

terhadapnya, dan terutama kehidupan yang pada saat ke-

bangkitan akan diembuskan pada tulang-tulang kering dan 

yang akan membuat mereka subur seperti tetumbuhan, 

membuat setiap tulang dalam tubuh kita, seandainya tu-

lang-tulang itu dapat berbicara, untuk berkata, “Ya, Tuhan, 

siapakah yang seperti Engkau?” Dan tulang-tulang itu akan 

rela menjalankan pelayanan atau penderitaan apa pun 

bagi-Nya.     

Doa Meminta Pembebasan;  

Keluhan-keluhan yang Menyedihkan 

(35:11-16) 

11 Saksi-saksi yang gemar kekerasan bangkit berdiri, apa yang tidak kuketa-

hui, itulah yang mereka tuntut dari padaku. 12 Mereka membalas kebaikanku 

dengan kejahatan; perasaan bulus mencekam aku. 13 Tetapi aku, saat   me-

reka sakit, aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa diriku dengan ber-

puasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku, 14 seolah-olah temanku 

atau saudarakulah yang sakit, demikianlah aku berlaku; seperti orang yang 

berkeluh kesah sebab   kematian ibu, demikianlah aku tunduk dengan pakai-

an kabung. 15 Tetapi saat   aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka 

dan berkerumun, berkerumun melawan aku; orang-orang asing yang tidak 

kukenal menista aku dengan tidak henti-hentinya; 16 dengan fasik mereka 

mengolok-olok terus, menggertakkan giginya terhadap aku. 


 476

Ada dua hal yang sangat jahat yang diajukan Daud di sini untuk 

mendakwa musuh-musuhnya, untuk mendartikel  ng tuntutan yang di-

serukannya kepada Allah untuk melawan mereka, yakni sumpah pal-

su dan sikap tidak tahu berterima kasih. 

I. Sumpah palsu (ay. 11). saat   Saul ingin mendakwa dan menang-

kap Daud berdasarkan hartikel  m atas perbuatan pengkhianatan, 

mungkin ia memakai proses-proses hartikel  m yang berlaku, meng-

ajukan saksi-saksi yang bersumpah bahwa Daud telah meng-

ucapkan kata-kata pemberontakan atau melakukan tindakan-

tindakan menentang dia. Dan, sebab   Daud tidak hadir pada saat 

itu untuk membersihkan dirinya sendiri dari segala tuduhan 

(atau, seandainya ia hadir, pembelaannya pun akan sia-sia), Saul 

menghakiminya sebagai pengkhianat. Inilah yang dikeluhkan 

Daud di sini sebagai ketidakadilan paling besar yang bisa diba-

yangkan: Saksi-saksi yang gemar kekerasan bangkit berdiri, yang 

mau bersumpah apa saja. Apa yang tidak kuketahui, dan yang 

tidak pernah kupikirkan, itulah yang mereka tuntut dari padaku. 

Lihatlah betapa kehormatan, harta milik, kebebasan, dan kehi-

dupan, bahkan yang dimiliki oleh orang-orang terbaik sekalipun, 

sangat bergantung pada belas kasihan orang-orang jahat, yang 

sumpah palsunya tidak bisa dihadapi oleh ketidakbersalahan itu 

sendiri. Dan betapa kita mempunyai alasan untuk mengakui de-

ngan ucapan syartikel  r akan kuasa yang dimiliki Allah bahkan atas 

hati nurani orang-orang jahat, yang sebab   kuasa-Nya itulah 

maka tidak ada perbuatan yang lebih jahat yang dilakukan 

dengan cara seperti itu daripada yang diizinkan terjadi. Contoh 

kejahatan yang diperbuat terhadap Daud ini biasa terjadi, dan 

digenapi secara penuh dalam Anak Daud, yang untuk melawan-

Nya bangkitlah saksi-saksi dusta (Mat. 26:60). Jika kita pada sua-

tu waktu dituduh melakukan pelanggaran yang tidak kita laku-

kan, janganlah kita menganggapnya aneh, seolah-olah ada hal 

baru yang menimpa kita, sebab demikian pulalah mereka telah 

menganiaya nabi-nabi, bahkan Sang Nabi Agung itu.     

II.  Sikap tidak tahu berterima kasih. Jika orang dikatakan tidak tahu 

berterima kasih, maka itu sudah merupakan julukan yang paling 

buruk. Inilah sifat musuh-musuh Daud (ay. 12): Mereka memba-

las kebaikanku dengan kejahatan. Sudah banyak jasa besar yang 

Kitab Mazmur 35:11-16 

 477 

dilakukannya bagi rajanya, lihat saja kecapinya, lihat saja pedang 

Goliat, dan lihat saja kulit khatan orang Filistin. Namun demikian, 

rajanya bersumpah untuk membunuhnya, dan negerinya dibuat 

menjadi terlalu panas baginya. Ini dilakukan supaya perasaan 

bulus mencekamnya. Perlakuan yang rendah dan keji ini meram-

pas penghiburan yang dimilikinya, dan menusuknya sampai ke 

ulu hati, lebih daripada apa pun. Padahal, ia layak mendapatkan 

yang baik, bukan hanya dari rakyat pada umumnya, melainkan 

juga dari orang-orang tertentu yang sekarang menentangnya de-

ngan sengit. Mungkin pada saat itu orang tahu betul siapa yang 

dimaksudkannya. Mungkin salah satunya yaitu   Saul sendiri, 

yang harus dilayaninya sewaktu sedang bersedih hati dan sakit, 

dan yang untuknya ia bekerja mengusir roh jahat, bukan dengan 

kecapinya melainkan dengan doa-doanya. Kepada orang-orang 

lain di istana, ada kemungkinan, ia telah menunjukkan penghor-

matan ini, sewaktu ia tinggal di istana, namun sekarang, diban-

dingkan semua orang lain, mereka justru berlaku paling kejam 

terhadapnya. Dalam hal ini ia merupakan pelambang Kristus, 

yang kepada-Nya dunia yang jahat ini sangat tidak tahu berterima 

kasih (Yoh. 10:32). Banyak pekerjaan baik yang berasal dari 

Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di 

antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku? Daud di 

sini menunjukkan,     

1.  Betapa lembutnya, dengan keramahan yang begitu hangat, ia 

telah bersikap terhadap mereka saat mereka mengalami berba-

gai penderitaan (ay. 13-14): saat   dulu mereka sakit. Perhati-

kanlah, bahkan istana-istana dan tempat kediaman para raja 

tidak luput dari kuasa maut dan serangan penyakit. Nah, ke-

tika orang-orang ini sakit,  

(1) Daud berkabung untuk mereka dan turut menderita ber-

sama mereka. Mereka bukan saudaranya, dan dia tidak 

wajib berbuat apa-apa terhadap mereka. Dia tidak akan ke-

hilangan apa-apa dengan kematian mereka, malah mung-

kin justru akan mendapat keuntungan darinya. Namun 

demikian, ia bersikap seolah-olah mereka yaitu   saudara-

saudara terdekatnya, dan ini dilakukannya murni berda-

sarkan belas kasihan dan rasa perikemanusiaan. Daud 

yaitu   seorang pejuang, dan berjiwa gagah berani, namun 


 478

ia begitu mudah terhanyut dengan penderitaan orang lain 

sampai lupa dengan sifat gagah seorang pahlawan, dan lu-

ruh sepenuhnya dengan rasa cinta dan belas kasihan. Ini 

merupakan perpaduan yang jarang antara kekerasan dan 

kelembutan, antara keberanian dan belas kasihan, di da-

lam hati yang sama. Amatilah, ia berkabung seperti untuk 

seorang saudara atau ibu, yang menunjukkan bahwa su-

dah merupakan kewajiban kitalah, dan yang sudah sebaik-

nya kita lakukan, untuk turut merasakan sakit-penyakit, 

dukacita, dan kematian saudara-saudara dekat kita. Mere-

ka yang tidak merasakan hal ini sudah sewajarnya dijuluki 

sebagai orang-orang yang tidak berperasaan.  

(2) Ia berdoa untuk mereka. Ia bukan hanya menunjukkan pe-

rasaan lembut seorang manusia, melainkan juga perasaan 

saleh seorang kudus. Ia peduli pada jiwa-jiwa mereka yang 

berharga, dan, ia membantu mereka dengan doa-doanya 

kepada Allah untuk meminta belas kasihan dan anugerah. 

Dan doa-doa orang yang ada memiliki kepentingan atau 

bagian di sorga lebih berharga daripada yang mungkin me-

reka ketahui atau pikirkan. Dengan doa-doanya ia mema-

dukan kehinaan dan penyiksaan diri baik dalam pola ma-

kannya (dia berpuasa, setidak-tidaknya dari makanan yang 

lezat) maupun dalam caranya berpakaian. Ia berpakaian 

kabung, untuk mengungkapkan rasa dukanya, bukan ha-

nya untuk penderitaan mereka melainkan juga untuk dosa 

mereka, sebab seperti itulah penampilan dan kebiasaan 

orang yang bertobat. Kita harus berkabung untuk dosa-

dosa orang yang tidak berkabung dengan dosa-dosa mere-

ka sendiri. Puasanya juga semakin menguatkan doanya, 

dan mengungkapkan kesungguhan doanya. Ia begitu ber-

sungguh-sungguh dalam ibadahnya sehingga ia tidak 

mempunyai nafsu makan, juga tidak mau menyisihkan se-

dikit waktu bagi dirinya sendiri untuk makan: “Doaku kem-

bali timbul dalam dadaku. Aku terhibur sebab   telah mela-

kukan kewajibanku, dan sebab   telah membuktikan diriku 

sebagai sesama yang penuh kasih, meskipun aku tidak 

dapat memenangkan hati mereka atau membuat mereka 

menjadi teman-temanku dengan cara itu.” Kita tidak akan 

menderita kerugian apa pun dengan melakukan perbuatan-

Kitab Mazmur 35:11-16 

 479 

perbuatan baik terhadap siapa saja, betapapun mereka 

tidak tahu berterima kasih. Sebab inilah yang akan kita 

megahkan, yaitu bahwa suara hati kita memberi kesaksian 

kepada kita.   

2. Betapa dengan menghina dan kurang ajarnya, dan dengan 

permusuhan yang begitu biadabnya, bahkan lebih biadab dari-

pada binatang, mereka telah bersikap terhadapnya (ay. 15-16); 

saat   aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka. saat   dia 

dibenci Saul, diusir dari istana, dan dikejar-kejar seperti pen-

jahat, mereka senang, mereka gembira dengan kemalangan-

nya. Mereka berkumpul dan bermabuk-mabukan, bergembira 

ria dengan kehinaan orang yang sangat disayangi ini. Sungguh 

pantas dia menyebut mereka orang-orang hina (KJV), sebab 

tidak ada yang lebih rendah dan kotor bagi manusia selain 

bersuka ria atas kejatuhan orang yang memiliki kehormatan 

yang begitu tidak bernoda dan kebajikan yang begitu sempur-

na.  

Namun ini belum semua,  

(1) Mereka menistanya, mencemarkan nama baiknya tanpa 

ampun, mengatakan segala sesuatu yang jahat yang bisa 

mereka katakan tentang dia, dan mencela dia dengan 

segala kelicikan dan kebencian mereka yang terkutuk.  

(2) Mereka menggertakkan gigi mereka terhadapnya. Mereka 

selalu berkata-kata tentang dia dengan kemarahan yang 

paling ganas yang bisa dibayangkan, seperti orang yang 

hendak menelannya bulat-bulat seandainya bisa. Daud 

menjadi bahan olok-olok dan gunjingan orang-orang fasik 

di pesta-pesta. Ejekan mereka seperti nyanyian para pema-

buk. Para pelawak itu, yang pantas disebut pengolok-olok 

munafik (sebab apa artinya seorang munafik kalau bukan 

pemain sandiwara?) dan yang lawakan-lawakannya, ada 

kemungkinan, diperankan di pesta-pesta dan perayaan, 

memilih Daud sebagai bahan tertawaan. Mereka mengolok-

olok dan melecehkan dia, sementara para penontonnya, se-

bagai tanda persetujuan mereka dengan alur cerita itu, ber-

dengung, dan menggertakkan gigi mereka terhadapnya. 

Begitulah nasib buruk yang sering kali menimpa orang-

orang terbaik. Para rasul dijadikan tontonan bagi dunia. 


 480

Daud dipandang jahat bukan sebab   apa-apa selain sebab   

dia disayang oleh orang banyak. Jiwa yang sedang melaku-

kan pekerjaan benar bahkan sering dibuat kesal dengan 

hal ini, bahwa segala kecakapan dalam pekerjaan yaitu   iri 

hati seseorang terhadap yang lain (Pkh. 4:4; KJV: sebab   ke-

cakapannya itu, tetangganya menjadi iri terhadap dia – 

pen.). Dan siapa dapat tahan terhadap cemburu? (Ams. 

27:4).  

Keluhan-keluhan yang Menyedihkan;  

Seruan dan Doa Daud kepada Allah 

(35:17-28) 

17 Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja? Selamatkanlah 

jiwaku dari perusakan mereka, nyawaku dari singa-singa muda! 18 Aku mau 

menyanyikan syartikel  r kepada-Mu dalam jemaah yang besar, di tengah-tengah 

rakyat yang banyak aku mau memuji-muji Engkau. 19 Janganlah sekali-kali 

bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau 

mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan. 20 

sebab   mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang-orang yang 

rartikel  n di negeri mereka merancangkan penipuan, 21 mereka membuka mu-

lutnya lebar-lebar terhadap aku dan berkata: “Syartikel  r, syartikel  r, mata kami 

telah melihatnya!” 22 Engkau telah melihatnya, TUHAN, janganlah berdiam 

diri, ya Tuhan, janganlah jauh dari padaku! 23 Terjagalah dan bangunlah 

membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku! 24 Hakimilah 

aku sesuai dengan keadilan-Mu, ya TUHAN Allahku, supaya mereka jangan 

bersukacita atasku! 25 Janganlah mereka berkata dalam hatinya: “Syartikel  r, 

itulah keinginan kami!” Dan janganlah mereka berkata: “Kami telah menelan-

nya!” 26 Biarlah bersama-sama mendapat malu dan tersipu-sipu orang-orang 

yang bersukacita atas kemalanganku; biarlah berpakaian malu dan noda 

orang-orang yang membesarkan dirinya terhadap aku! 27 Biarlah bersorak-

sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biar-

lah mereka tetap berkata: “TUHAN itu besar, Dia menginginkan keselamatan 

hamba-Nya!” 28 Dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, memuji-

muji Engkau sepanjang hari. 

Dalam ayat-ayat ini, sama seperti ayat-ayat sebelumnya, 

I.   Daud menggambarkan ketidakadilan, kebencian, dan penghinaan 

luar biasa dari para pengejarnya, seraya menyerukannya kepada 

Allah sebagai alasan mengapa Dia harus melindunginya dari me-

reka dan bangkit untuk melawan mereka. 

1.  Sungguh tidak benar mereka itu. Salahlah bila mereka itu 

memusuhinya, sebab ia tidak pernah memanas-manasi mere-

ka untuk melakukannya: Mereka membencinya tanpa alasan.

Kitab Mazmur 35:17-28 

 481 

 Malahan, mereka membencinya untuk suatu hal yang seha-

rusnya justru membuat mereka mengasihi dan menghormati-

nya. Ayat ini dikutip, dengan diterapkan kepada Kristus, dan 

dikatakan digenapi di dalam Dia (Yoh. 15:25), mereka memben-

ci Aku tanpa alasan.  

2.  Mereka sangat kasar. Tidak ada sikap sopan dan ramah dalam 

hati mereka terhadapnya: Mereka tidak membicarakan damai. 

Apabila mereka menjumpainya, mereka tidak menunjukkan 

sikap baik terhadapnya supaya ia menikmati harinya. Mereka 

seperti saudara-saudara Yusuf, yang tidak bisa menyapanya 

dengan ramah (Kej. 37:4).  

3.  Mereka sangat sombong dan memandang rendah dia (ay. 21): 

Mereka membuka mulutnya lebar-lebar terhadap aku. Mereka 

berteriak-teriak dan bersorak-sorak saat   melihatnya jatuh. 

Mereka menyentak-nyentak dia saat   dia dipaksa keluar dari 

istana, “Hore! Hore! Inilah hari yang kami nanti-nantikan.”  

4.  Mereka sangat biadab dan hina, sebab mereka menginjak-

injak dia saat   dia sedang bersedih hati, bersukacita atas ke-

sakitannya, dan membesarkan diri mereka terhadapnya (ay. 

26). Turba Remi sequitur fortunam, ut semper, et odit damnatos 

– kerumunan rakyat Romawi itu, yang selalu berubah-ubah 

pendiriannya tergantung apa yang menguntungkan, pasti akan 

menyumpahi orang yang jatuh. Demikianlah, saat   Anak Daud 

ditindas oleh para penguasa, orang banyak berteriak-teriak, 

“Salibkanlah Dia, salibkanlah Dia!”  

5.  Mereka bertekad melawan semua orang baik dan bijak yang 

setia kepada Daud (ay. 20): Mereka merancangkan penipuan, 

untuk menjebak dan menghancurkan orang-orang yang rartikel  n 

di negeri.  

Perhatikanlah:  

(1) yaitu   sifat orang yang saleh di negeri bahwa mereka ru-

kun di negeri itu, hidup dan tunduk di dalam Tuhan ke-

pada pemerintah serta para penguasa setempat sesuai de-

ngan kewajiban mereka, dan berusaha semampu mungkin 

untuk hidup rartikel  n dengan semua orang, biarpun mereka 

difitnah sebagai musuh Kaisar dan berbahaya bagi para 

raja serta pemerintah. Aku ini suka perdamaian (120:7).  


 482

(2)  Meskipun umat Allah yaitu  , dan berusaha untuk men-

jadi, umat yang rartikel  n, namun sudah menjadi kebiasaan 

musuh-musuhnya untuk merancangkan penipuan terha-

dap mereka. Segala tipu daya neraka berupa kebencian dan 

kepalsuan dimanfaatkan untuk membuat mereka dibenci 

dan dihina orang. Perkataan dan perbuatan mereka dijung-

kirbalikkan, bahkan perbuatan yang mereka benci ditu-

duhkan kepada mereka. Hartikel  m-hartikel  m dibuat untuk 

menjebak mereka (Dan. 6:5, dst.), dan semuanya itu untuk 

menghancurkan serta membasmi mereka. Orang-orang 

yang membenci Daud memikirkan penghinaan, seperti Ha-

man, untuk menghancurkan dirinya, namun mereka juga 

berusaha menyeret semua orang saleh di seluruh negeri ke 

dalam kehancuran yang sama bersama dirinya.  

II. Ia berseru kepada Allah melawan mereka, kepada Allah yang me-

miliki hak pembalasan, menyerukan apa yang diketahui-Nya (ay. 

22): Engkau telah melihatnya. Mereka telah keliru menuduhnya, 

namun Allah, yang mengetahui segala sesuatu, tahu bahwa dia 

tidak keliru menuduh mereka, dan juga tidak menjelek-jelekkan 

mereka lebih daripada yang sebenarnya. Mereka telah menjalan-

kan rencana-rencana mereka melawan dia dengan sangat rahasia 

(ay. 15): “Aku tidak mengetahuinya, sampai lama sesudahnya, 

saat   mereka sendiri bermegah di dalamnya. Namun mata-Mu 

memandang mereka dalam bilik-bilik mereka yang tertutup, dan 

Engkau yaitu   saksi atas apa yang telah mereka katakan dan 

lakukan melawan aku dan umat-Mu.” Ia berseru meminta keadil-

an Allah: Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela 

perkaraku, dan dengarkanlah perkaraku itu di pengadilan-Mu (ay. 

23). “Hakimilah aku, ya TUHAN Allahku! Putuskanlah penghakim-

an-Mu atas seruan ini, sesuai dengan keadilan yang menjadi 

kodrat sifat dan pemerintahan-Mu” (ay. 24). Lihatlah bagaimana 

masalah ini dijelaskan oleh Salomo dalam 1 Raja-raja 8:31-32. 

Apabila orang berseru kepada-Mu, Engkau pun kiranya mende-

ngarkannya di sorga dan bertindak, dengan menghartikel  m orang 

fasik dan membenarkan orang benar. 

III. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar Dia ber-

murah hati untuk bangkit baginya dan bagi sahabat-sahabatnya, 

Kitab Mazmur 35:17-28 

 483 

untuk melawan musuh-musuhnya dan musuh-musuh para saha-

batnya. Agar dengan demikian, dengan pemeliharaan-Nya itu, per-

juangan itu akan berakhir dengan kehormatan dan penghiburan 

bagi Daud, sedangkan para pengejarnya dinyatakan bersalah dan 

dibuat tersipu-sipu.  

1.  Ia berdoa agar Allah bertindak baginya, dan tidak berdiam diri 

sebagai penonton (ay. 17): “Sampai berapa lama, Tuhan, Eng-

kau memandangi saja? Sampai berapa lama Engkau meng-

abaikan kejahatan orang-orang fasik? Selamatkanlah jiwaku 

dari perusakan yang mereka rencanakan. Selamatkanlah nya-

waku, satu-satunya kepunyaanku, dari singa-singa muda! 

Jiwaku yaitu   satu-satunya kepunyaanku, sehingga sangat-

lah besar rasa malartikel   jika aku mengabaikannya, dan semakin 

hebatlah kerugianku jika aku sampai kehilangan nyawaku ini. 

Jiwaku yaitu   satu-satunya milikku, dan oleh sebab itu men-

jadi kesayanganku juga, harus dilindungi dan dipelihara baik-

baik. Jiwakulah yang terancam bahaya. Tuhan, selamatkanlah 

jiwaku ini. Secara khusus, jiwaku itu sungguh merupakan 

milik Bapa segala roh, dan sebab   itu tuntutlah milik-Mu itu 

sendiri. Itu milik-Mu, selamatkanlah dia. Janganlah berdiam 

diri, ya Tuhan, seolah-olah Engkau menyetujui apa yang se-

dang dilakukan melawan aku! Janganlah jauh dari padaku, ya 

Tuhan (ay. 22), seolah-olah aku ini orang asing yang tidak Eng-

kau acuhkan. Janganlah memandang aku dari jauh, seperti 

Engkau memandang orang-orang yang congkak.”  

2. Ia berdoa agar musuh-musuhnya tidak mempunyai alasan un-

tuk bersukacita (ay. 19): Janganlah sekali-kali mereka bersuka-

cita atas aku (dan lagi, ay. 24). Bukan sebab   dia akan diper-

malukan bila diinjak-injak oleh orang-orang yang hina, 

melainkan terlebih sebab   hal itu akan berbalik menjadi peng-

hinaan terhadap Allah dan celaan atas keyakinannya kepada 

Dia. Kejadian itu akan mengeraskan hati para musuhnya da-

lam kejahatan mereka dan meneguhkan permusuhan mereka 

terhadapnya. Dan itu akan mematahkan semangat semua 

orang Yahudi yang saleh, yang mendartikel  ng perkaranya yang 

benar itu. Ia berdoa agar jangan sampai ia ada dalam bahaya 

yang begitu mengancam sampai musuh-musuhnya itu berkata 

dalam hati mereka: “Syartikel  r, itulah keinginan kami!” (ay. 25). 

Apalagi kalau ia sampai terperosok ke dalam kehinaan yang 


 484

amat dalam sehingga mereka sampai berkata: “Kami telah 

menelannya.” Jika ini sampai terjadi, mereka akan menghina 

Allah sendiri. Sebaliknya, ia berdoa agar mereka bersama-

sama mendapat malu dan tersipu-sipu (ay. 26, sama seperti 

sebelumnya, ay. 4). Ia ingin agar ketidakbersalahannya dapat 

diperjelas sedemikian rupa sehingga mereka malu dengan 

fitnah-fitnah yang telah mereka lancarkan terhadapnya. Dan 

ia ingin agar kepentingannya dapat diteguhkan begitu rupa 

sehingga mereka malu dengan rancangan-rancangan yang te-

lah mereka buat untuk melawannya, dan malu dengan harap-

an-harapan yang mereka pupuk untuk melihat kehancuran-

nya. Ia juga ingin agar entah mereka dibuat malu, yang akan 

membawa mereka selangkah lebih maju untuk diperbaharui, 

atau agar rasa malu itu akan menjadi bagian mereka, yang 

akan membawa kesengsaraan kekal bagi mereka.  

3.  Ia berdoa agar sahabat-sahabatnya dapat mempunyai alasan 

untuk bersukacita dan memberikan kemuliaan kepada Allah 

(ay. 27). Kendati dengan segala tipu muslihat yang digunakan 

untuk menjelek-jelekkan Daud, dan membuatnya dibenci 

orang, dan untuk menakut-nakuti orang agar tidak berpihak 

kepadanya, masih ada juga sebagian orang yang membela ke-

pentingannya yang benar itu. Mereka tahu bahwa dia ditindas 

dan merasa sayang kepadanya. Untuk mereka inilah Daud 

berdoa,  

(1)  Agar mereka dapat bergembira bersama-sama dengan dia 

dalam sukacitanya. Sangat senanglah hati semua orang 

baik saat melihat orang jujur dan perkara yang benar ke-

luar sebagai pemenang dan sejahtera. Dan orang-orang 

yang dengan tulus hati mendartikel  ng kepentingan-kepen-

tingan umat Allah, dan yang rela mengambil bagian ber-

sama-sama dengan mereka sekalipun mereka dihina dan 

dinjak-injak, pada waktunya akan bersorak-sorak dan ber-

gembira, sebab kepentingan yang benar pada akhirnya 

akan menang.  

(2)  Agar mereka dapat bergabung bersama-sama dengan dia 

dalam puji-pujiannya: Biarlah mereka tetap berkata: “TU-

HAN itu besar, bagi kita dan bagi orang lain, Dia mengingin-

kan keselamatan hamba-Nya!” Perhatikanlah,  

Kitab Mazmur 35:17-28 

 485 

[1]  Allah yang Mahabesar menginginkan kesejahteraan bagi 

orang-orang baik, bukan hanya keluarga-Nya, yakni ge-

reja secara umum, melainkan juga setiap hamba secara 

pribadi di dalam keluarga-Nya. Ia menginginkan kese-

jahteraan mereka baik dalam perkara-perkara duniawi 

maupun dalam perkara-perkara rohani, dan tidak ber-

suka atas penderitaan mereka. Sebab, Dia tidak men-

datangkan kesengsaraan ke atas umat-Nya dengan se-

ngaja. Oleh sebab itu, kita pun harus menginginkan 

kesejahteraan mereka, dan tidak iri hati dengan keada-

an mereka itu.  

[2] saat   Allah dalam pemeliharaan-Nya menunjukkan ke-

hendak baik-Nya atas kesejahteraan hamba-hamba-

Nya, dan kesenangan-Nya akan hal itu, kita harus 

mengakuinya dengan penuh rasa syartikel  r, sebagai puji-

pujian bagi-Nya, dan berkata, “Tuhan itu besar.”  

IV. Atas belas kasihan yang diharapkan akan didapatkannya melalui 

doanya itu, Daud berjanji akan menaikkan puji-pujian: “Aku mau 

menyanyikan syartikel  r kepada-Mu, sebagai Pembebasku (ay. 18), 

dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, benarnya segala 

penghakiman-Mu dan adilnya semua keputusan-Mu.” Dan ini di-

lakukannya,  

1. Di depan orang banyak, sebagai seorang yang senang hati 

mengakui kewajiban-kewajibannya kepada Allahnya. Sungguh 

jauh hatinya dari merasa malu dengan segala kewajibannya 

kepada Allah itu. Ia akan melakukannya dalam jemaah yang 

besar, dan di tengah-tengah rakyat banyak, agar Allah dapat 

dihormati dan banyak orang dibangun.  

2.  Terus-menerus. Ia akan mengucapkan puji-pujian kepada 

Allah setiap hari (begitulah yang dapat diartikan) dan sepan-

jang hari. Sebab, puji-pujian kepada Allah itu tidak akan per-

nah habis-habisnya, bahkan sekalipun dinaikkan tanpa henti 

oleh orang-orang kudus dan para malaikat. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 36  

idak dapat dipastikan kapan dan sebab   kejadian apa Daud 

menuliskan mazmur ini. Barangkali, mazmur ini ditulisnya saat 

dia diserang oleh Saul ataupun Absalom. Sebab, di dalamnya dia me-

ngeluhkan kejahatan musuh-musuh yang menentangnya, tetapi ia 

juga bermegah di dalam kebaikan Allah kepadanya. Di sini kita di-

bimbing untuk merenungkan, dan memang baik adanya jika kita 

sungguh-sungguh merenungkan tentang,  

I. Kecemaran dosa dan betapa dosa itu sungguh mendatang-

kan kerusakan (ay. 2-5) 

II. Kebaikan Allah dan betapa murah hatinya Dia,  

1.  Terhadap semua ciptaan-Nya secara umum (ay. 6-7).  

2.  Terhadap umat kepunyaan-Nya secara khusus (ay. 8-10). 

Oleh sebab itulah, sang pemazmur terdorong untuk ber-

doa bagi semua orang kudus (ay. 11), terutama bagi diri 

dan keselamatannya sendiri (ay. 12). Ia bersorak keme-

nangan atas kejatuhan para musuhnya yang pasti akan 

terjadi (ay. 13).   

Jika hati kita begitu tergugah untuk membenci dosa dan penuh 

rasa puas akan kebaikan kasih Allah saat menyanyikan mazmur ini, 

maka kita pun akan menyanyikannya dengan sepenuh hati dan 

pengertian.  

Sifat Orang-orang Jahat 

(36:1-5) 

1 Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, dari Daud. 2 Dosa bertutur di 

lubuk hati orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu, 3 

sebab ia membujuk dirinya, sampai orang mendapati kesalahannya dan 


 488

membencinya. 4 Perkataan dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya, ia 

berhenti berlaku bijaksana dan berbuat baik.  5 Kejahatan dirancangkannya 

di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang tidak baik; apa 

yang jahat tidak ditolaknya. 

Dalam judul mazmur ini, Daud disebut sebagai hamba TUHAN. Tidak 

dapat diketahui mengapa dia disebut demikian hanya di dalam maz-

mur ini dan di dalam judul Mazmur 18 saja. Akan tetapi, ia memang 

seorang hamba Tuhan, bukan saja sebab   semua orang benar dise-

but demikian, tetapi juga sebab   dia yaitu   seorang raja dan nabi 

yang dipakai untuk melayani kepentingan kerajaan Allah di antara 

manusia, ditunjuk langsung dan secara istimewa lebih daripada 

orang lain pada zamannya. Dia sendiri pun bermegah di dalam hal 

tersebut (116:16). Menjadi hamba Allah yang agung bukanlah pe-

kerjaan yang remeh, melainkan merupakan suatu kehormatan besar 

bagi orang-orang hebat. Peran itu merupakan kedudukan tertinggi 

yang dapat dicapai oleh seorang manusia di muka bumi ini.  

      Dalam ayat-ayat di atas, Daud menggambarkan kefasikan orang 

jahat. Tidak dapat dipastikan apakah yang dimaksudkannya di sini 

yaitu   para penganiayanya secara khusus ataukah semua pendosa 

besar secara umum. Akan tetapi, di sini kita bisa mendapati asal 

muasal dosa, kedoknya, akar-akarnya, serta cabang-cabangnya.   

I.  Inilah akar dari kepahitan, dari mana segala kejahatan orang 

jahat bersumber. Kepahitan itu timbul,  

1. Dari penghinaan mereka terhadap Allah dan ketiadaan rasa 

hormat yang sepantasnya dalam diri mereka terhadap Dia (ay. 

2): “Bahwa sebab perangai durhaka orang jahat itu (sebagai-

mana yang digambarkan kemudian, ay. 4-5) aku berkata da-

lam hatiku (membuatku menarik kesimpulan) bahwa rasa ta-

kut kepada Allah tidak ada pada orang itu. Sebab, jika saja dia 

memiliki rasa takut terhadap Allah, tentunya dia tidak akan 

bicara dan bertindak segegabah itu. Dia tidak akan dan tidak 

berani melanggar hartikel  m Allah dan mengingkari kovenannya 

dengan Allah, jika saja dia memiliki rasa kagum terhadap 

keagungan-Nya atau rasa ngeri terhadap murka-Nya.” Oleh 

sebab   itu, cocoklah bila hartikel  m kita menjatuhkan dakwaan 

kepada penjahat, oleh sebab   rasa takut kepada Allah tidak 

ada padanya, telah berlaku begini dan begitu. Orang jahat 

biasanya tidak secara terang-terangan mengakui ketidaktakut-

Kitab Mazmur 36:1-5 

 489 

an mereka terhadap Allah, tetapi tindakan jahatnya berbisik 

ke dalam pikiran semua orang yang memahami sifat kesalehan 

dan kedurhakaan. Daud pun menyimpulkan bahwa orang-

orang yang bertindak serampangan seperti itu yaitu   orang-

orang yang hidup di dunia ini tanpa memiliki Allah.  

2.  Dari sikap curang di dalam diri mereka sendiri dan tipu daya 

yang sengaja mereka tanamkan di dalam jiwa mereka (ay. 3): 

sebab ia membujuk dirinya, artinya, saat   dia berbuat dosa, 

dia mengira bahwa dia berbuat bijak dan melakukan hal yang 

baik bagi dirinya sendiri. Dia tidak dapat melihat atau tidak 

mau mengakui adanya kejahatan dan bahaya dalam perbuat-

an-perbuatan jahatnya itu. Dia menyebut yang jahat itu baik 

dan yang baik itu jahat. Ketidaksenonohannya dianggapnya 

sebagai kebebasannya. Kecurangan dianggapnya sebagai ke-

cerdikan dan hikmat, sementara tindakannya dalam mengani-

aya umat Allah dipandangnya sebagai bentuk keadilan yang 

patut dilaksanakan. Jika hati nuraninya mulai mengancam 

dia mengenai apa yang dia perbuat, dia berkata, Allah tidak 

akan keberatan, aku akan tetap memiliki damai sejahtera se-

kalipun aku terus melakukannya. Perhatikanlah, para pendosa 

cenderung membinasakan diri dengan cara membujuk diri 

mereka sendiri. Iblis pun tidak akan bisa menipu mereka jika 

saja mereka tidak terlebih dahulu menipu diri sendiri. Tetapi, 

akankah tipu daya itu berlangsung untuk selamanya? Tidak! 

Akan tiba saatnya nanti saat   si pendosa tidak bisa lagi meni-

pu diri, yaitu saat   orang mendapati kesalahannya dan mem-

bencinya. Pelanggaran merupakan sesuatu yang layak untuk 

dibenci. Pelanggaran merupakan suatu kejijikan yang dibenci 

Tuhan, sebab mata-Nya yang kudus dan pencemburu itu tidak 

tahan melihatnya. Pelanggaran juga merugikan si pendosa itu 

sendiri, sehingga ia pun seharusnya membencinya pula. Akan 

tetapi, tidak demikian kenyataannya. Dia malah mengulumnya 

di dalam mulut seperti makanan yang manis, sebab   keun-

tungan duniawi dan kesenangan daging yang menyertainya. 

Akan tetapi, berubah juga makanannya di dalam perutnya, 

menjadi bisa ular tedung di dalamnya (Ayb. 20:13-14). Saat 

hati nurani mereka dicelikkan dan dosa tampil dalam rupa se-

benarnya, dan membuat mereka ketakutan, saat cawan kegen-

taran ditaruh ke dalam tangan mereka dan mereka dipaksa 


 490

meminum isinya, pada saat itulah mereka mendapati pelang-

garan mereka sebagai sesuatu yang layak dibenci, dan bujuk 

rayu diri mereka sendiri berubah menjadi suatu kebodohan 

yang tak terlukiskan. Rasa bersalah semakin berat menindih.  

II. Inilah cabang-cabang terkutuk dari akar kepahitan itu. Si pen-

dosa menentang Allah, bahkan menentang dirinya sendiri. Jadi, 

apa lagi yang bisa diharapkan oleh mereka selain kebinasaan? 

Inilah dua hal yang menjadi jalur masuknya dosa. Manusia tidak 

memiliki rasa takut akan Allah, dan oleh sebab   itulah mereka 

membujuk diri mereka sendiri.  

Dan kemudian,  

1.  Mereka mengabaikan hati nurani di dalam perkataan mereka, 

tidak peduli benar atau salah, baik atau buruk (ay. 4): Perkata-

an dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya. Ia merancang-

kan kejahatan, tetapi kemudian menutup-nutupinya dengan 

dalih yang terlihat baik dan benar. Tidaklah mengherankan 

jika orang-orang yang menipu diri sendiri lantas berusaha juga 

untuk menipu seluruh umat manusia. Sebab, kepada siapa-

kah orang-orang yang menipu jiwa mereka sendiri itu hendak 

berlaku jujur?  

2.  Secuil kebaikan yang pernah ada di dalam diri mereka pun le-

nyap. Secercah kebajikan yang mungkin pernah ada kini mus-

nah, keyakinan mereka telah menjadi buntu, awal baik mereka 

pun menjadi sia-sia belaka: Mereka  berhenti berlaku bijaksana 

dan berbuat baik. Sepertinya mereka berada di bawah arahan 

hikmat dan perintah agama, tetapi sebenarnya mereka telah 

melanggar keduanya. Mereka telah mengibaskan agama me-

reka, dan hikmat mereka pun ikut tercampak. Perhatikanlah, 

orang-orang yang berhenti berbuat baik berarti juga sudah 

berhenti bersikap bijaksana. 

3.  Setelah berhenti berbuat baik, mereka pun berusaha menya-

kiti dan mengganggu orang-orang di sekeliling mereka yang 

bersikap dan berbuat baik (ay. 5): Kejahatan dirancangkannya 

di tempat tidurnya.  

Perhatikanlah:  

(1)  Pengabaian melicinkan jalan bagi perbuatan. Saat manusia 

berhenti berbuat baik, berhenti berdoa, berhenti menaati 

Kitab Mazmur 36:1-5 

 491 

ketetapan Allah dan kewajiban mereka terhadap-Nya, Iblis 

pun dengan mudahnya menjadikan mereka sebagai antek-

anteknya, alatnya untuk menarik orang-orang yang dapat 

dijerumuskan ke dalam dosa dan menyusahkan orang-

orang yang tidak dapat mereka rayu untuk ikut berdosa. 

Orang-orang yang sudah berhenti berbuat baik akan mulai 

berbuat jahat. Si Iblis, begitu murtad, segera menjadi peng-

goda bagi Hawa dan penganiaya bagi Habel yang saleh itu. 

(2)  Berbuat jahat memang tidak baik, tetapi lebih buruk lagi 

merancangkannya, melakukannya dengan sengaja dan 

tekad baja, menyusun segala sesuatu untuk melaksanakan 

kejahatan itu dengan sebaik-baiknya, dengan penuh taktik 

dan siasat, dengan kelihaian seperti yang diperlihatkan si 

ular tua yang jahat itu, dan merancangkannya di tempat 

tidur, tempat yang seharusnya dipakai untuk merenung-

kan tentang Allah dan firman-Nya (Mi. 2:1). Semua itu 

membuat hati si pendosa menjadi lebih nekat lagi dalam 

berbuat jahat. 

4.  Setelah memasuki jalan dosa, jalan yang tidak baik itu, yang 

tidak ada kebaikan di dalamnya maupun pada ujungnya, me-

reka terus saja bersikeras dan bertekad untuk tetap berada di 

jalan itu. Dia menetapkan dirinya untuk melaksanakan keja-

hatan yang telah dirancangkannya, dan tidak ada satu hal pun 

yang dapat menghalanginya untuk melangsungkan niatnya 

itu, sekalipun hal itu berlawanan dengan kewajiban dan ke-

pentingannya yang sebenarnya. Jika saja para pendosa itu 

tidak mengeraskan hati mereka serta tidak bersikap lancang 

dan keras kepala, tentunya mereka tidak akan terus berku-

bang di jalan mereka yang penuh dosa itu, yang begitu berla-

wanan dengan segala hal yang adil dan baik.  

5.  sebab   mereka sendiri melakukan kejahatan, mereka sama se-

kali tidak membenci kejahatan di dalam diri orang lain: Apa 

yang jahat tidak ditolaknya. Sebaliknya, dia malah bersenang-

senang di dalamnya, dan senang melihat orang lain juga ber-

laku sebejat dirinya. Atau, hal ini dapat diartikan sebagai ke-

kartikel  hannya untuk tidak mau bertobat dari dosa. saat   Allah 

mendorong orang-orang yang telah melakukan kejahatan un-

tuk bertobat, mereka akan membenci segala perbuatan jahat 

yang telah mereka lakukan dan membenci diri mereka sendiri 


 492

sebab   hal itu. Memang pahit rasanya saat merenungkan hal 

itu, tetapi menjadi manis jika hal itu telah diwujudkan dalam 

perbuatan. Akan tetapi, hati nurani para pendosa yang keras 

kepala itu telah menjadi kebal, sampai-sampai mereka tidak 

pernah merenungkan kembali dosa-dosa mereka di kemudian 

hari dengan penyesalan atau rasa malu, melainkan tetap ber-

sikartikel  h di dalamnya, seolah-olah mereka dapat membenarkan 

diri mereka sendiri di hadapan Allah.   

Beberapa orang berpikir bahwa Daud, melalui semua gambaran di 

atas, terutama memaksudkan Saul, yang tidak lagi memiliki rasa ta-

kut kepada Allah dan berhenti berbuat baik, yang pura-pura baik ke-

padanya dengan memberikan anak perempuannya kepada Daud un-

tuk menjadi istrinya, tetapi pada saat yang sama juga merancangkan 

kejahatan terhadapnya. Akan tetapi, kita tidak perlu membatasi diri 

kita pada penafsiran perikop ini. Ada banyak orang di antara kita 

yang cocok dengan gambaran seperti itu, dan ini sangat harus di-

ratapi.  

Kebaikan Allah yang Luar Biasa; Kebaikan Allah  

terhadap Umat-Nya; Doa, Syafaat, dan Kemenangan Daud 

(36:6-13) 

6 Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. 7 Keadil-

an-Mu yaitu   seperti gunung-gunung Allah, hartikel  m-Mu bagaikan samudera 

raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. 8 Betapa 

berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam 

naungan sayap-Mu. 9 Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di ru-

mah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.  10 

Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang. 

11 Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan ke-

adilan-Mu bagi orang yang tulus hati! 12 Janganlah kiranya kaki orang-orang 

congkak menginjak aku, dan tangan orang fasik mengusir aku. 13 Lihat, 

orang-orang yang melakukan kejahatan itu jatuh; mereka dibanting dan 

tidak dapat bangun lagi. 

Setelah meratapi kejahatan orang-orang durhaka yang ada di seke-

lilingnya, di sini Daud mengarahkan pandangannya ke atas dan me-

rasa lega melihat kebaikan Allah, sesuatu yang begitu menyenangkan 

Kitab Mazmur 36:6-13 

 493 

dan mampu menyeimbangkan semua kegalauan yang dia rasakan se-

belumnya.  

Perhatikanlah: 

I.  Perenungannya mengenai anugerah Allah. Dia melihat dunia ini 

telah tercemar, dirinya sendiri terancam bahaya, dan Allah tidak 

lagi dihormati, oleh pelanggaran orang-orang jahat. Akan tetapi, 

tiba-tiba dia mengalihkan mata, hati, dan perkataannya kepada 

Allah saja. “Apa pun yang terjadi, Engkau tetap baik.” Di sini dia 

mengakui, 

1.  Kemahasempurnaan kodrat ilahi. Di antara umat manusia, 

kita sering kali memiliki alasan untuk mengeluh, Tidak ada 

kesetiaan dan tidak ada kasih (Hos. 4:1), tidak ada keadilan 

dan tidak ada kebenaran (Yes. 5:7). Akan tetapi, semua itu 

dapat ditemukan tanpa cela di dalam Allah. Apa pun yang ter-

hilang atau lenyap di dunia ini, kita tetap bisa merasa yakin 

bahwa tidak ada yang hilang atau lenyap di dalam Dia yang 

menguasai dunia ini.  

(1) Dia yaitu   Allah dengan kebaikan yang tiada berkesudah-

an: Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit. Jika manusia 

menutup pintu belas kasihan mereka, kita tetap akan me-

nemukan belas kasihan pada takhta anugerah Allah. Saat 

manusia merancangkan kejahatan melawan kita, Allah 

tetap akan memikirkan hal-hal yang baik bagi kita, jika 

kita berpegang teguh kepada-Nya. Di bumi ini kita hanya 

menemukan sedikit kepuasan dan banyak kegelisahan ser-

ta kekecewaan. Tetapi di sorga, di mana belas kasihan 

Allah berkuasa dengan sempurna dan untuk selama-lama-

nya, melulu hanya ada kepuasan. sebab   itu, jika kita 

ingin merasa nyaman, biarlah percakapan kita selalu 

mengarah ke sana, dan biarlah kita selalu mendambakan 

untuk berada di sana. Seberapa pun buruknya dunia ini, 

janganlah kita sampai berpikiran yang buruk-buruk me-

ngenai Allah atau pemerintahan-Nya. Sebaliknya, oleh ka-

rena banyaknya kejahatan di antara manusia, biarlah kita 

mempergunakan kesempatan untuk merenungkan kemur-

nian Allah dan mengagumi kesabaran-Nya dalam mengam-

puni dosa, sehingga Dia terus bersabar terhadap orang-


 494

orang yang menentang-Nya, bahkan, tetap mengirim sinar 

matahari dan hujan bagi mereka. Jika belas kasih Allah 

tidak sampai ke langit (artinya, jauh melampaui belas ka-

sihan makhluk ciptaan lainnya), maka pastilah sedari dulu 

Dia telah membenamkan dunia ini lagi (Yes. 55:8-9; Hos. 

11:9).  

(2) Dia yaitu   Allah dengan kebenaran yang tidak dapat di-

sanggah lagi: setia-Mu sampai ke awan. Meskipun Allah 

bersabar terhadap orang-orang jahat yang melakukan ba-

nyak sekali kekejian, Dia tetap dan akan selalu teguh 

mengenai ancaman-Nya tentang dosa, dan akan tiba saat-

nya bagi Dia untuk meminta pertanggungjawaban mereka. 

Dia juga setia terhadap kovenan yang dibuat-Nya dengan 

umat-Nya, yang tidak dapat dilanggar. Tidak setitik pun 

atau senoktah pun dari janji-janji-Nya dapat dihapuskan 

oleh semua kejahatan dunia dan neraka. Hal ini menjadi 

penghiburan besar bagi semua orang benar, yaitu, meski-

pun manusia berlaku tidak setia, Allah tetap setia. Manusia 

memperbincangkan kesia-siaan, tetapi firman Tuhan meru-

pakan sabda yang kudus. Tidak seperti kesetiaan manusia, 

kesetiaan Allah membumbung begitu tinggi sampai tidak 

dapat berubah-ubah sebab   cuaca, sebab kesetiaan-Nya 

menggapai langit (begitulah yang diartikan sebagian orang), 

mengatasi awan-awan dan melampaui segala perubahan di 

tempat-tempat yang terletak di bawahnya.  

(3) Dia yaitu   Allah dengan keadilan dan kebenaran yang tak 

terbantahkan: Keadilan-Mu yaitu   seperti gunung-gunung 

Allah, tidak tergoyahkan dan teguh, menjulang dan nyata 

di hadapan seluruh dunia, sebab tidak ada lagi kebenaran 

lain yang begitu pasti dan jelas seperti ini, yaitu bahwa 

Tuhan itu benar dalam segala jalan-Nya, dan bahwa Dia 

tidak pernah dan tidak akan pernah berlaku salah terha-

dap segala ciptaan-Nya. Bahkan saat awan dan kekelaman 

ada di sekeliling Dia pun, keadilan dan hartikel  m tetap men-

jadi tumpuan takhta-Nya (97:2).   

(4) Dia yaitu   Allah dengan hikmat dan rancangan yang tidak 

terselami: “Hartikel  m-Mu bagaikan samudera raya yang hebat, 

tidak dapat dimengerti dengan segala daya dan cara pema-

haman yang terbatas.” Sebagaimana kuasa-Nya mutlak 

Kitab Mazmur 36:6-13 

 495 

menguasai segalanya, yang tidak wajib Ia terangkan ke-

pada kita, begitu pula cara kerja-Nya selalu istimewa dan 

penuh misteri, yang tidak dapat kita pahami: Jalan-Mu 

melalui laut dan lorong-Mu melalui muka air yang luas. Kita 

tahu bahwa Dia melakukan segala sesuatu dengan bijak 

dan baik. Namun, apa yang diperbuat-Nya, kita tidak tahu 

sekarang. Tetapi akan tiba saatnya bagi kita untuk menge-

tahui semua itu.  

2. Pemeliharaan dan kebaikan hati yang sungguh luas dari Sang 

Pemelihara yang ilahi: “Manusia dan hewan Kauselamatkan, 

bukan saja dengan melindungi mereka dari kejahatan, tetapi 

juga dengan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan 

untuk menunjang hidup mereka.” Sekalipun hewan tidak me-

miliki kemampuan untuk mengenal dan memuji Allah, mereka 

tetap dipelihara dengan penuh kasih sayang. Mata mereka me-

nantikan Dia, dan Dia pun menyediakan makanan bagi mere-

ka pada waktu yang tepat. Jadi, kita tidak usah heran bila 

melihat Allah menyediakan makanan bagi manusia yang jahat, 

sebab binatang liar pun Ia beri makan. Dan janganlah kita 

takut, sebab terlebih lagi Dia akan menyediakan kebutuhan 

orang benar dengan baik. Dia yang memberi makan singa-

singa muda tidak akan pernah membiarkan anak-anak-Nya 

sendiri kelaparan.  

3.  Kebaikan istimewa Allah bagi para orang kudus. 

Perhatikanlah:  

(1) Sifat mereka (ay. 8). Orang-orang yang terpesona dengan 

keindahan kasih setia Allah berlindung dalam naungan sa-

yap-Nya. 

[1] Kasih setia Allah sungguh berharga bagi mereka. Mere-

ka menikmatinya. Mereka mengecap rasa manisnya 

yang tak terlukiskan. Mereka mengagumi keindahan 

dan kebaikan Allah lebih dari apa pun juga di dunia ini. 

Tidak ada lagi yang lebih menyenangkan dan menarik 

hati. Orang-orang yang tidak mengagumi kasih setia-

Nya berarti tidak mengenal-Nya, dan mereka yang tidak 

sungguh-sungguh menginginkannya berarti tidak me-

ngenal diri mereka sendiri.   


 496

[2]  sebab   itulah orang-orang kudus menaruh kepercayaan 

penuh kepada-Nya. Mereka bernaung kepada-Nya, me-

nyerahkan diri mereka di bawah perlindungan-Nya, dan 

merasa aman dan nyaman sebagaimana anak-anak 

ayam yang berkumpul di bawah sayap induknya (Mat. 

23:37). Sifat orang-orang yang berpaling kepada Allah 

yaitu   bahwa mereka datang untuk berlindung kepada 

Allah Israel (Rut. 2:12, BIS). Selain kasih setia-Nya yang 

unggul itu, apa lagi yang bisa mengumpulkan orang-

orang yang berpaling kepada-Nya? Apa lagi yang ampuh 

untuk menarik kita mendekat kepada-Nya dan menik-

mati kedekatan dengan-Nya? Orang-orang yang ditarik 

demikian oleh kasih pasti akan terus melekat kepada-

Nya.  

(2) Hak istimewa mereka. Berlipatgandalah kebahagiaan 

orang-orang yang memiliki Allah sebagai Tuhan mereka, 

sebab di dalam Dia mereka memiliki, dapat memiliki, atau 

akan memiliki kebahagiaan yang lengkap.  

[1] Keinginan hati mereka akan dipenuhi (ay. 9): Mereka 

mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu, 

kebutuhan mereka tercartikel  pi. Kerinduan mereka di-

puaskan dan terisi penuh. Mereka akan selalu berkecu-

kupan di dalam Allah yang mencartikel  pi, dengan segala 

sesuatu yang dapat diingini dan dapat diterima oleh 

jiwa yang sudah mendapat pencerahan dan dilapang-

kan. Keuntungan duniawi dan kesenangan lahiriah bisa 

diteguk sebanyak-banyaknya sampai jenuh, tetapi tidak 

pernah memuaskan (Yes. 55:2). Sebaliknya, pemberian 

karunia dan anugerah ilahi akan selalu memberi rasa 

puas, tetapi tidak akan pernah membuat jenuh. Meski-

pun selalu haus untuk mengenal Allah dengan lebih 

dalam lagi, jiwa yang saleh tidak akan menginginkan 

hal lain selain Allah saja. Pemberian-pemberian dari 

Sang Pemelihara begitu memuaskan sehingga mereka 

pun merasa penuh dengan apa yang mereka punya. 

Saya sudah menerima semuanya – malah lebih daripada 

cartikel  p! (Flp. 4:18, BIS). Manfaat dari ibadah-ibadah ku-

dus yaitu   lemak di rumah Allah, rasanya manis bagi 

Kitab Mazmur 36:6-13 

 497 

jiwa yang telah disucikan dan menguatkan bagi kehi-

dupan yang rohaniah dan ilahi. Dengan hal inilah mere-

ka dipuaskan secara berlimpah-limpah. Mereka tidak 

menginginkan apa pun lagi di dunia ini, selain kehidup-

an yang bersekutu dengan Allah dan mendapatkan 

penghiburan dari janji-janji sebab   persekutuan itu. 

Akan tetapi, kepuasan penuh dan berlimpah disimpan 

untuk disediakan nanti pada masa akan datang, di ru-

mah yang tidak dibuat oleh tangan manusia, yaitu sor-

ga yang abadi. Setiap bejana akan penuh di sana.  

[2] Sukacita mereka tetap: Mereka puas dengan minuman 

dari sungai-Mu yang menyegarkan.  

Pertama, ada kesenangan yang benar-benar bersifat 

ilahi. “Kesenangan itu merupakan kesenangan-Mu, bu-

kan saja berasal dari-Mu sebagai Sang Pemberi, tetapi 

juga bermuara di dalam-Mu sebagai inti dan pusat dari 

kesenangan itu sendiri.” sebab   merupakan sesuatu 

yang murni rohani sifatnya, kesenangan-kesenangan itu 

serupa dengan kesenangan para penghuni dunia atas 

yang mulia, dan mengandung suatu kesamaan dengan 

perasaan senang dari Sang Pemikir Abadi.  

Kedua, ada sungai yang selalu meluap, selalu me-

nyegarkan dan terus mengalirkan kesenangan-kese-

nangan tersebut. Ada cartikel  p bagi semua dan untuk se-

tiap orang (46:5). Kesenangan lahiriah bagaikan ku-

bangan air yang berbau busuk, tetapi kesenangan iman 

begitu murni dan menyenangkan, jernih bagaikan kris-

tal (Why. 22:1).  

Ketiga, Allah bukan saja telah menyediakan sungai 

kesenangan ini bagi umat-Nya, tetapi juga membiarkan 

mereka minum darinya. Ia menimbulkan rasa haus 

akan kesenangan tersebut di dalam diri mereka. Dan, 

melalui Roh-Nya, Ia memenuhi jiwa mereka dengan 

sukacita dan damai sejahtera di dalam keyakinan mere-

ka. Di sorga mereka akan selamanya mereguk nikmat 

yang ada di tangan kanan Allah, dipuaskan dengan 

sukacita berlimpah-limpah (16:11).  


 498

[3] Kehidupan dan terang akan menjadi bagian dan berkat 

mereka untuk selama-lamanya (ay. 10). Oleh sebab   

mereka memiliki Allah sebagai kebahagiaan mereka, 

Pertama, di dalam Dia mereka memiliki sumber 

hayat, dari mana sungai-sungai kesenangan itu meng-

alir (ay. 9). Allah semesta alam merupakan sumber ha-

yat. Di dalam Dialah kita hidup, bergerak, dan memiliki 

keberadaan kita. Allah yang penuh anugerah merupa-

kan sumber kehidupan rohani kita. Segala kekuatan 

dan penghiburan bagi jiwa yang telah dikuduskan, se-

mua dasar pegangannya yang mulia, kuasa, dan kiner-

janya, berasal dari Allah. Dialah asal muasal dan Pen-

cipta segala rasa dari hal-hal ilahi yang ada di dalam 

jiwa yang dikuduskan itu, termasuk juga segala gerak-

annya yang mengarah kepada hal-hal tersebut: Ia 

menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya, dan 

setiap orang yang mau, dapat datang dan mengambil air 

kehidupan dari-Nya secara cuma-cuma. Dia yaitu   

sumber dari kehidupan kekal. Kebahagiaan para orang 

kudus yang dimuliakan ialah dapat memandang dan 

menikmati Allah, serta secara langsung menikmati ka-

sih-Nya tanpa terhalang atau ada rasa khawatir akan 

kehilangan kasih itu.  

Kedua, di dalam-Nya, mereka memiliki terang yang 

sempurna. Hikmat, pengetahuan, dan sukacita, semua-

nya ada di dalam terang itu: di dalam terang-Mu kami 

melihat terang, artinya,  

1. “Di dalam pengenalan akan Engkau melalui anuge-

rah-Mu, dan di dalam penglihatan akan Engkau di 

dalam kemuliaan-Mu, kami akan memperoleh segala 

sesuatu yang memuaskan pengertian kami dengan 

berlimpah.” Terang ilahi yang bersinar di dalam Ki-

tab Suci, dan terutama yang memancar melalui wa-

jah Kristus, Sang Terang dunia itu, memiliki segala 

kebenaran di dalamnya. Saat kita melihat Allah 

muka dengan muka, di dalam tabir suci, kita akan 

melihat terang itu secara sempurna. Pada saat itu, 

Kitab Mazmur 36:6-13 

 499 

barulah kita akan dapat mengenalnya dengan cartikel  p 

baik (1Kor. 13:12; 1Yoh. 3:2).   

2. “Di dalam persekutuan dengan Engkau kini, melalui 

anugerah-Mu yang Engkau berikan kepada kami 

dan melalui balasan dari kami melalui rasa kasih 

saleh kami terhadap Engkau, serta saat kami bisa 

menikmati hadirat-Mu kelak tidak lama lagi di sorga, 

kami akan memperoleh kebahagiaan dan kepuasan 

yang lengkap. Dalam kebaikan-Mu, terkandung se-

gala hal baik yang kami inginkan.” Dunia ini yaitu   

dunia yang gelap, dan kita hanya menemukan sedi-

kit saja kenyamanan di dalamnya. Akan tetapi, di 

dalam terang sorgawi terdapat terang sejati, tidak 

ada terang yang semu. Hanya ada terang yang abadi 

dan tidak akan pernah meredup. Di dunia ini kita 

melihat Allah dan menikmati-Nya melalui ciptaan 

dan berbagai sarana lain, akan tetapi, di sorga nanti 

Allah akan diam bersama-sama dengan kita (Why. 

21:3) dan kita akan dapat memandang serta menik-

mati-Nya segera.  

II. Dalam bagian mazmur ini kita mendapati doa-doa, permohonan 

syafaat, dan kemenangan Daud yang suci, yang didasari oleh 

perenungan-perenungan berikut ini.  

1.  Dia bersyafaat bagi semua orang kudus, meminta supaya me-

reka selalu mengalami manfaat dan penghiburan dari kebaik-

an dan anugerah Allah (ay. 11).  

(1) Orang-orang yang dia doakan yaitu   mereka yang menge-

nal Allah, yang bergaul akrab dengan-Nya, mengakui Dia, 

dan dengan teguh menyatakan Dia sebagai milik mereka. 

Dia mendoakan mereka yang lurus hati, yang tulus dengan 

pengakuan agama mereka, dan setia baik kepada Allah 

maupun kepada manusia. Orang-orang yang tidak lurus 

hati terhadap Allah berarti tidak mengenal-Nya seperti yang 

seharusnya.  

(2) Berkat yang ia mintakan bagi mereka yaitu   kasih setia 

Allah (yaitu, tanda kebaikan-Nya terhadap mereka) dan ke-

adilan-Nya (yaitu, pekerjaan anugerah-Nya di dalam mere-


 500

ka). Atau, kasih setia dan keadilan-Nya merupakan kebaik-

an yang sesuai dengan janji-Nya. Kasih setia dan keadilan-

Nya itu merupakan belas kasihan dan kebenaran.  

(3) Cara bagaimana dia menginginkan berkat itu dapat juga di-

kemukakan begini: Lanjutkanlah, ulurkanlah, seperti se-

orang ibu menyodorkan buah dadanya bagi sang anak 

supaya anak itu dapat menikmati air susu darinya. Biarlah 

berkat-Nya terulur sepanjang kekekalan itu sendiri. Keba-

hagiaan para orang kudus di sorga akan sempurna, dan 

juga terus berlangsung (seperti suatu benda), sebab sum-

ber itu akan selalu penuh dan terus mengalir keluar. Hal 

itu kiranya selalu tetap (Yes. 64:5, TL).   

2.  Dia berdoa bagi dirinya sendiri, supaya dia selalu dijagai un-

tuk terus setia dan terus mendapat penghiburan (ay. 12): 

“Janganlah kiranya kaki orang-orang congkak menginjak aku 

untuk mengganjal tumitku atau menginjak-injak badanku. 

Dan janganlah tangan orang fasik, yang terulur melawanku, di-

biarkan berhasil menggoyahkan aku melalui godaan sehingga 

aku beranjak dari kesucian dan ketulusanku. Juga jangan 

biarkan mereka membuat aku merasa galau dan gelisah mela-

lui suatu masalah.” Biarlah orang-orang yang melawan Allah 

tidak dibiarkan berkemenangan atas orang-orang yang berpe-

gang teguh kepada-Nya. Orang-orang yang telah mengecap 

kesenangan di dalam persekutuan dengan Allah pastilah tidak 

menghendaki apa pun juga yang dapat memisahkan mereka 

dari-Nya.  

3. Dia bersukacita atas kejatuhan semua musuh-musuh-Nya 

pada waktunya nanti (ay. 13): “Lihat, saat   mengira telah 

berada di atas angin melawanku, orang-orang yang melakukan 

kejahatan itu jatuh, terjerat dalam perangkap yang tadinya 

mereka pasang untuk menjatuhkanku.” Lihat, di dunia yang 

lain (begitulah yang diartikan sebagian orang), di mana para 

orang kudus berdiri untuk menghakimi dan memiliki tempat 

di rumah Allah, para pelaku kejahatan dilemparkan ke dalam 

penghartikel  man, dilemparkan ke bawah ke dalam neraka, ju-

rang yang tidak berdasar itu. Dari sana mereka tidak akan 

pernah dapat bangun lagi, sebab beban murka dan kutuk 

Allah terlalu berat untuk mereka tanggung. Memang benar 

bahwa kita tidak boleh bersukacita atas kesengsaraan musuh-

Kitab Mazmur 36:6-13 

 501 

musuh kita. Namun demikian, kejatuhan akhir dari orang-

orang yang melakukan kejahatan akan menjadi kemenangan 

kekal bagi para orang kudus yang dimuliakan itu. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 37  

azmur ini merupakan sebuah khotbah, sungguh sebuah khot-

bah yang luar biasa bermanfaat, yang tidak dimaksudkan un-

tuk dipakai sebagai bahan saat teduh kita (sebagaimana kebanyakan 

mazmur lainnya), melainkan untuk perilaku kita. Di dalam mazmur 

ini tidak ada doa atau pujian, yang ada hanya pengarahan. Mazmur 

ini yaitu   sebuah Maschil – mazmur pengajaran. Mazmur ini meng-

uraikan dan menjelaskan beberapa pokok bahasan tersulit yang ada 

dalam Bartikel   Sang Pemelihara, yaitu tentang keberhasilan orang jahat 

dan aib orang benar, pemecahan masalah atas kesukaran-kesukaran 

yang ditimbulkan sebab   semua itu, serta himbauan bagaimana kita 

harus bersikap di dalam keadaan yang suram tersebut. Pekerjaan 

para nabi (dan Daud yaitu   salah satu dari mereka) yaitu   untuk 

menjelaskan hartikel  m Taurat. Hartikel  m Taurat Musa telah menjanjikan 

berkat-berkat fana bagi orang-orang yang menaatinya, dan meng-

umumkan kesengsaraan fana yang akan menimpa orang-orang yang 

tidak taat. Kedua hal ini pada dasarnya ditujukan kepada kumpulan 

manusia secara keseluruhan, kepada seluruh bangsa sebagai suatu 

bangsa, dan bukan kepada orang per orang. Sebab, saat   diterapkan 

secara orang per orang, maka yang terlihat justru adanya banyak 

contoh di mana para pendosa sejahtera dan orang-orang kudus seng-

sara. Nah, tujuan sang nabi dalam menuliskan mazmur ini yaitu   

untuk menjembatani kesenjangan di antara contoh-contoh tersebut 

dengan firman yang telah diucapkan Allah. Di dalam mazmur ini,  

I. Dia melarang kita untuk merasa iri terhadap kemakmuran 

orang-orang jahat di dalam jalan mereka yang jahat (ay. 1, 7-

8).   

II. Dia mengemukakan alasan yang sangat baik mengapa kita 

tidak boleh merasa iri sebab  nya.  


 504

1.  Oleh sebab perangai buruk orang-orang jahat (ay. 12, 

14, 21, 32), sekalipun mereka itu makmur, dan juga oleh 

sebab   perangai mulia orang-orang benar (ay. 21, 26, 

30-31).   

2.  Oleh sebab   kebinasaan yang akan segera menimpa 

orang jahat (ay. 2, 9-10, 20, 35-36, 38) dan keselamatan 

serta perlindungan yang pasti akan menaungi orang be-

nar dari segala rencana busuk orang-orang jahat (ay. 13, 

15, 17, 28, 33, 39-40).   

3.  Oleh sebab   belas kasihan yang disediakan Allah secara 

khusus bagi semua orang benar dan kebaikan yang di-

tunjukkan-Nya bagi mereka (ay. 11, 16, 18-19, 22-25, 

28-29, 37).   

III. Dia menuliskan resep obat yang manjur untuk melawan dosa 

iri hati terhadap keberhasilan orang jahat, dan memberi do-

rongan kuat untuk memanfaatkan obat penawar tersebut 

(ay. 3-6, 27, 34).  

Saat menyanyikan mazmur ini, kita harus mengajar dan memper-

ingatkan satu sama lain dengan cara yang benar bagaimana kita 

memahami pemeliharaan Allah dan menyesuaikan diri kita dengan 

pemeliharaan-Nya itu. Selain itu pula, kita perlu melaksanakan ke-

wajiban kita di setiap waktu dan dengan sabar menyerahkan segala 

keadaan kepada Allah. Kita juga harus percaya bahwa betapapun 

runyamnya keadaan saat ini, semuanya pasti “akan menjadi baik 

bagi orang-orang yang takut akan Allah, yang takut di hadapan-Nya.”  

Pesan dan Janji 

(37:1-6) 

Dari Daud. 1 Jangan marah sebab   orang yang berbuat jahat, jangan iri hati 

kepada orang yang berbuat curang; 2 sebab mereka segera lisut seperti 

rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. 3 Percayalah kepada 

TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, 4 

dan bergembiralah sebab   TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa 

yang diinginkan hatimu. 5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan per-

cayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; 6 Ia akan memunculkan kebe-

naranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. 

Pengarahan yang diberikan di sini amatlah jelas. Tidak perlu lagi ba-

nyak penjelasan untuk menerangkannya, tetapi lebih baik diterapkan 

dengan lebih bersungguh-sungguh di dalam perbuatan, dan di situ-

Kitab Mazmur 37:1-6 

 505 

lah semua pengarahan tersebut tampak dalam wujudnya yang ter-

baik.  

I.  Di sini kita diperingatkan supaya tidak merasa galau melihat ke-

makmuran dan keberhasilan orang-orang yang melakukan keja-

hatan (ay. 1-2): Jangan marah dan jangan iri hati. Kita bisa saja 

menebak bahwa Daud mengatakan hal ini kepada dirinya sendiri 

terlebih dahulu, dan mengajarkannya kepada hatinya sendiri 

(pada saat dia merenungkan hal itu di atas tempat tidurnya), un-

tuk menekan nafsu-nafsu jahat yang sedang bekerja dalam hati-

nya. Dan sesudah itu, dia pun menuliskannya untuk menjadi 

pengarahan bagi orang lain yang mungkin berada di dalam pen-

cobaan yang sama. Apa yang diajarkan kepada orang lain akan 

lebih berhasil jika diajarkan terlebih dahulu kepada diri sendiri.  

Nah,  

1.  Saat kita memandang ke luar, kita dapat melihat dunia yang 

penuh dengan orang yang berbuat jahat dan yang melakukan 

kecurangan, yang maju dan berjaya, yang memiliki segala yang 

mereka inginkan dan berlaku semau mereka, yang bergeli-

mang kesenangan dan kemegahan, yang menggenggam kuasa 

dalam tangan mereka untuk menindas orang-orang di seke-

liling mereka. Begitu pula pada zaman Daud dulu. Jadi, jika 

keadaan masih demikian, biarlah kita tidak terkejut dibuat-

nya, sebab hal itu bukanlah sesuatu yang aneh ataupun baru. 

2.  Saat kita menyelami di dalam diri kita sendiri, kita mendapati 

bahwa kita tergoda untuk merasa marah sebab  nya, dan me-

naruh dengki terhadap perkara kotor yang menggelisahkan 

itu, terhadap segala kecemaran dan gangguan yang ada di 

dunia ini. Kita cenderung menjadi marah kepada Allah, seolah-

olah Dia tidak berlaku baik terhadap dunia dan gereja-Nya 

sebab   membiarkan orang-orang jahat hidup makmur dan 

berhasil seperti itu. Kita juga cenderung merasa marah sebab   

kesal dengan keberhasilan mereka dalam melakukan rancang-

an jahat mereka. Kita cenderung merasa iri terhadap kebebas-

an yang mereka miliki dalam mengeruk kekayaan, mungkin 

dengan sarana-sarana yang melangar hartikel  m. Kita iri dengan 

kebebasan mereka dalam memanjakan nafsu-nafsu mereka, 

dan berharap kita juga mengenyahkan semua kekangan hati 


 506

nurani kita supaya kita pun dapat berbuat sama seperti mere-

ka. Kita tergoda untuk berpikir bahwa yang berbahagia di du-

nia ini hanyalah mereka, dan cenderung ingin meniru dan ber-

gabung bersama mereka, supaya kita bisa mendapatkan ba-

gian di dalam keuntungan mereka dan ikut menikmati kese-

nangan mereka. Tetapi, inilah yang diperingatkan terhadap 

kita di sini: Jangan marah dan jangan iri hati. Kemarahan dan 

iri hati itu saja sebenarnya sudah merupakan dosa yang ada 

hartikel  mannya. Kedua dosa itu membebani roh dan membusuk-

kan tulang. Jadi, peringatan untuk menjauhi kedua dosa ter-

sebut sebenarnya merupakan kebaikan bagi diri kita sendiri. 

Akan tetapi bukan hanya itu saja, sebab,   

3.  Saat kita memandang ke depan dengan mata iman, kita tidak 

akan melihat bahwa tidak ada alasan untuk merasa iri terha-

dap keberhasilan orang jahat, sebab kebinasaan mereka telah 

di ambang pintu dan mereka semakin dekat ke sana (ay. 2). 

Mereka memang tumbuh dan berkembang, tetapi hanya seper-

ti rumput dan tumbuh-tumbuhan hijau yang tidak layak di-

cemburui. Keberhasilan orang saleh seperti pohon yang ber-

buah lebat (1:3), tetapi keberhasilan orang jahat seperti rum-

put dan tumbuhan hijau yang umurnya sangatlah singkat.  

(1)  Mereka segera menjadi layu sendiri. Kemakmuran lahiriah 

akan cepat hilang, begitu juga hidup yang dilekatkan kepa-

danya.   

(2)  Mereka segera akan menjadi lisut oleh penghakiman Allah. 

Kemenangan mereka berumur pendek, tetapi ratapan dan 

tangisan mereka akan berlangsung selama-lamanya.   

II.  Di sini kita dinasihati supaya menjalani hidup dengan keyakinan 

dan kepuasan di dalam Allah, dan hal itu akan menjauhkan kita 

dari amarah terhadap keberhasilan orang yang berlaku jahat. Jika 

jiwa kita terjaga, tidak ada alasan bagi kita untuk mendengki 

terhadap mereka yang jiwanya akan binasa. Berikut ini yaitu   

tiga rumus unggul yang harus menguasai kita, dan tiga janji 

berharga yang menyertainya yang boleh kita andalkan.  

1.  Kita harus menjadikan Allah sebagai harapan kita di dalam 

melaksanakan kewajiban kita, dan kita akan memperoleh 

penghidupan yang penuh penghiburan di dunia ini (ay. 3).  

Kitab Mazmur 37:1-6 

 507 

(1) Kita harus percaya kepada Tuhan dan melakukan yang 

baik, supaya kita melekat dan menjadi serupa dengan-Nya. 

Kehidupan agama terletak di dalam kebergantungan yang 

penuh percaya kepada Allah, kepada kebaikan-Nya, pemeli-

haraan-Nya, janji-Nya, anugerah-Nya dan ketekunan untuk 

melayani-Nya dan angkatan kita, sesuai dengan kehendak-

Nya. Kita tidak boleh berpikir bahwa kita bisa percaya 

kepada Allah dan pada saat bersamaan bisa hidup seenak 

kita. Tidak. Jika kita tidak menjalankan kewajiban kita ter-

hadap-Nya dengan penuh kesadaran, maka kelakuan se-

perti itu bukanlah mempercayai, melainkan mencobai-Nya. 

Kita juga tidak boleh merasa telah berlaku baik jika kita 

masih saja mengandalkan diri, kebenaran, dan kekuatan 

kita sendiri. Tidak begitu. Kita harus melakukan keduanya 

sekaligus, yaitu percaya kepada Tuhan dan melakukan 

yang baik. Lalu kemudian,  

(2) Kita dijanjikan untuk dipelihara dengan baik di dunia ini: 

maka engkau akan diam di atas bumi dan memelihara 

dirimu dengan setia. Dia tidak berkata, “Maka engkau akan 

mendapat kenaikan jabatan, menempati istana, dan terus 

berpesta pora.” Hal seperti itu tidaklah perlu, sebab hidup 

manusia tidak terdiri dari kelimpahan akan hal-hal seperti 

itu. Sebaliknya, “Engkau akan memiliki tempat untuk di-

tinggali, yaitu di tanah Kanaan, lembah penglihatan, dan 

engkau akan memiliki makanan yang cartikel  p.” Itu pun su-

dah lebih dari yang layak kita terima, sebab   hal itu sudah 

merupakan segala sesuatu yang dapat diinginkan oleh 

seorang yang benar (Kej. 28:20), dan semua itu sudah cu-

kup bagi seseorang yang hendak pergi ke sorga. “Engkau 

akan memiliki sebuah tempat tinggal, yang tenang, dan 

pemeliharaan, yang nyaman: Dirimu akan dipeliharakan de-

ngan setia.” Beberapa orang mengartikannya begini, Eng-

kau akan dipelihara dengan iman, sebagaimana orang-

orang yang adil disebutkan hidup dengan iman, dan kehi-

dupan mereka itu baik, berkecartikel  pan sesuai dengan janji-

janji itu. “Dirimu akan dipeliharakan dengan setia, sebagai-

mana Elia yang dipelihara pada masa kelaparan, dengan 

apa yang engkau perlukan.” Allah sendiri yaitu   gembala, 

pemelihara, bagi semua yang percaya kepada-Nya (23:1).   


 508

2.  Kita harus menjadikan Allah sebagai kesukaan hati kita dan 

kita pun akan memperoleh apa yang diinginkan hati kita (ay. 

4). Kita bukan saja harus menggantungkan hidup kita kepada 

Allah, melainkan juga mencari penghiburan di dalam Dia. Kita 

harus merasa senang bahwa Allah itu ada, dan bahwa Dia 

yaitu   Allah yang sesuai dengan penyataan diri-Nya terhadap 

kita, dan bahwa Dia yaitu   Allah kita menurut kovenan. Kita 

harus bergirang di dalam keindahan, kelimpahan dan kebaik-

an-Nya. Jiwa kita harus kembali kepada-Nya dan beristirahat 

di dalam Dia sebagai tempat perhentian dan bagian jiwa kita 

untuk selamanya. sebab   telah dipuaskan oleh kasih setia-

Nya, kita pun harus merasakan kasih setia-Nya itu dan men-

jadikannya sebagai sukacita dan kegembiraan kita (43:4). Kita 

diperintahkan (ay. 3) untuk melakukan yang baik, dan kemu-

dian mengikuti perintah ini untuk bersuka di dalam Allah, 

yang merupakan hak istimewa sekaligus kewajiban. Jika kita 

selalu mawas diri untuk taat kepada Allah, maka kita pun 

dapat memperoleh penghiburan berupa kepuasan di dalam 

diri-Nya. Dan bahkan kewajiban menyenangkan untuk ber-

suka di dalam Allah pun memiliki sebuah janji yang melekat 

kepadanya, janji yang berlimpah dan berharga, cartikel  p untuk 

mengganjar pelayanan yang terberat sekalipun: Ia akan mem-

berikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Allah tidaklah 

berjanji untuk memuaskan segala keinginan tubuh dan 

angan-angannya, melainkan untuk memberikan semua ke-

inginan hati, semua kerinduan dari jiwa yang telah disucikan. 

Apakah gerangan yang menjadi keinginan hati seorang yang 

saleh? Jawabannya ialah mengenal, mengasihi dan hidup un-

tuk Allah, untuk menyenangkan-Nya dan disenangkan oleh-

Nya.  

3. Kita harus menjadikan Allah sebagai pembimbing kita dan me-

nyerahkan segalanya ke dalam pimpinan dan kehendak-Nya. 

Maka segala perkara kita, bahkan yang kelihatannya paling 

rumit dan meresahkan pun akan dibereskan dan menjadi 

kepuasan kita (ay. 5-6).  

(1) Kewajiban itu sangat mudah, dan jika kita melakukannya 

dengan benar, maka kita pun akan merasa tenang: Serah-

kanlah perbuatanmu kepada TUHAN; pasrahkanlah jalanmu 

kepada Tuhan (demikianlah terjemahan lainnya) (Ams. 

Kitab Mazmur 37:1-6 

 509 

16:3; Mzm. 55:23). Serahkanlah khawatirmu kepada TU-

HAN, beban kekhawatiranmu (1Ptr. 5:7). Kita harus mengi-

baskannya dari diri kita sedemikian rupa sehingga tidak 

meresahkan dan mengganggu pikiran kita mengenai apa 

yang akan terjadi nanti (Mat. 6:25). Kita tidak perlu merin-

tangi dan menyusahkan diri sendiri dengan bagaimana me-

lakukan atau apa yang diharapkan nanti, melainkan me-

nyerahkan semuanya ke tangan Allah, menaruh semuanya 

di dalam hikmat dan pemeliharaan-Nya untuk mengatur 

dan membereskan segala kekhawatiran kita seperti yang Ia 

kehendaki. Pasrahkan jalanmu kepada Tuhan (demikianlah 

yang tercantum dalam Septuaginta), yaitu, “Melalui doa be-

berkan perkaramu dan segala kekhawatiranmu mengenai 

perkara itu di hadapan Tuhan” (sebagaimana Yefta mem-

bawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa, 

Hak. 11:11), "lalu kemudian percayalah bahwa Dia akan 

membereskan semuanya, dan semua yang diperbuat-Nya 

selalu akan mendatangkan kepuasan penuh.” Kita harus 

melaksanakan kewajiban kita (kita harus peduli untuk me-

lakukannya) dan kemudian menyerahkan masalahnya ke-

pada Tuhan. Duduk sajalah dan lihat bagaimana kesudah-

an perkara itu (Rut 3:18). Kita harus mengikuti Sang Peme-

lihara dan tidak memaksakan kehendak kita, tidak bersike-

ras, melainkan berserah kepada Hikmat yang tidak terba-

tas itu.  

(2) Janji itu sangat manis.  

[1] Secara umum, “Ia akan bertindak mengenai apa pun 

yang telah kau serahkan kepada-Nya. Meskipun tidak 

selalu dengan cara seperti yang kauinginkan, cara-Nya 

tetap akan menyenangkanmu. Dia akan menemukan 

cara untuk melepaskan beban yang menghimpitmu, 

melenyapkan rasa takutmu, dan membuat tujuanmu 

tercapai dengan cara yang memuaskan.”   

[2]  Secara khusus, “Dia akan menjaga nama baikmu dan 

mengeluarkanmu dari segala kesulitan, bukan saja de-

ngan diiringi penghiburan, tetapi juga dengan penuh 

kehormatan: Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti 

terang, dan hakmu seperti siang” (ay. 6), artinya, “Dia 

akan membuat keadaannya tampak jelas bahwa engkau 


 510

yaitu   seorang yang jujur, dan hal itu sudah merupa-

kan sebuah kehormatan.”  

Pertama, di sana tersirat bahwa kebenaran dan hak 

orang benar bisa saja diselubungi awan kelam untuk 

sementara waktu, entah itu oleh teguran keras dari 

Sang Pemelihara (penderitaan Ayub pun menutupi ke-

benarannya) atau oleh cela dan hinaan keji yang dilon-

tarkan manusia, yang mencemari nama mereka, yang 

sebetulnya tidak layak mereka terima, dan menuduh 

mereka dengan hal-hal yang bahkan tidak mereka keta-

hui.  

Kedua, di sini dijanjikan bahwa pada waktu yang 

tepat nanti, Allah akan mengenyahkan penghinaan yang 

menimpa mereka, menjernihkan ketidakbersalahan me-

reka dan memunculkan kebenaran mereka, sebagai ke-

hormatan bagi mereka, mungkin di dunia ini, atau se-

lambat-lambatnya pada masa penghakiman nanti (