Oneness

Tampilkan postingan dengan label Oneness. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Oneness. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Juli 2025

Oneness


 


Oneness Pentacostalism adalah suatu istilah yang menunjuk 

kepada suatu doktrin non-Trinitas. Doktrin Oneness menyatakan bahwa 

hanya satu Allah, yaitu satu Roh yang mengejawantahkan diri-Nya 

dalam banyak cara yang berbeda, termasuk sebagai Bapa, Anak, dan 

Roh Kudus. Doktrin ini tentu saja berlawanan dengan doktrin Trinitas, 

yang mempercayai adanya tiga oknum Allah.Penulis dalam menganalisa 

pandangan teologis Oneness tersebut, menggunakan metode eksegesis 

terhadap Surat Kolose 1:15-20, suatu nats yang dipakai oleh penganut 

teologi Oneness untuk mendukung pandangan mereka. Dalam eksegesis 

Kolose 1:15-20 dibuktikan bahwa eksistensi Anak adalah sudah ada 

bersama-sama dengan Bapa sejak sebelum ada segala sesuatunya. Anak 

juga aktif bersama-sama dengan Bapa dalam penciptaan. Dengan 

demikian, membuktikan pandangan Oneness bahwa hanya ada satu 

oknum Allah adalah tidak benar. 

Doktrin, menurut Everett F. Harrison, 

didefinisikan sebagai 

pengajaran Alkitab dalam satu tema 

teologis.2

 Doktrin biasanya berisi materi 

dari firman Tuhan yang digunakan oleh 

suatu badan untuk memformulasikan 

kebenaran teologis dan kadang-kadang 

dalam bentuk yang bersifat polemik. 

Salah satu doktrin yang mengandung 

polemik adalah doktrin Trinitas. Doktrin 

yang memformulasikan kebenaran￾kebenaran dalam firman Tuhan mengenai 

ketiga oknum Allah dalam satu Pribadi 

tersebut tidak dapat disangkal adalah 

yang paling sering mengundang polemik, 

baik dari kalangan orang Kristen sendiri 

maupun dari kalangan non-Kristen. 

Secara eksplisit ajaran mengenai Tri 

Tunggal memang tidak ditemukan dalam 

Alkitab. Ajaran tersebut adalah hasil dari 

memformulasikan fakta-fakta yang 

terdapat dalam Alkitab mengenai hal 

tersebut. Itulah sebabnya sangat terbuka 

kemungkinan teolog-teolog tertentu 

untuk membuat formulasi sendiri 

menurut versi masing-masing. 

Salah satu hasil formulasi fakta-fakta 

Alkitab yang berlawanan dengan doktrin 

Trinitas adalah doktrin Oneness. Secara 

garis besar doktrin ini merumuskan 

bahwa Allah hanya terdiri dari satu 

oknum saja, yang kemudian 

bermanisfestasi dalam tiga periode karya￾Nya, yaitu sebagai Bapa, sebagai Anak, 

dan berkarya dalam Roh Kudus. Doktrin 

ini muncul dari sebagian kalangan 

Pentakosta, sehingga doktrin ini juga 

dinamakan Oneness Pentecostalism. 

Kemunculan doktrin ini tak pelak 

menimbulkan perpecahan di kalangan 

Pentakosta antara yang tetap 

mempertahankan bahwa doktrin Trinitas 

adalah doktrin yang benar dengan yang 

menganggap doktrin Oneness adalah 

doktrin yang benar. 

DOKTRIN TRINITAS 

Doktrin Trinitas secara ringkas 

dinyatakan oleh Pengakua Iman 

Westminster (1967): “In the unity of the 

Godhead there be three persons, of one 

substance, power, and eternity: God the 

Father, God the Son, and God the Holy 

Ghost”3

 (Dalam kesatuan Trinitas ada 

tiga oknum, dari satu pribadi, kuasa, dan 

kekekalan: Allah Bapa, Allah Anak, dan 

Allah Roh Kudus). Dengan demikian, 

dalam Trinitas dipahami adanya satu 

Allah, tiga oknum. 

Gereja menyimpulkan bahwa Allah 

harus dipahami sebagai tiga di dalam 

satu. Sebuah ayat yang secara tradisional 

telah disebutkan sebagai mencatat doktrin 

Tri Tunggal ini adalah 1 Yohanes 5:7; 

“Sebab ada tiga yang memberi kesaksian 

di dalam sorga: Bapa, Firman, dan Roh 

Kudus; dan ketiganya adalah satu.” 

Dalam beberapa ayat Alkitab, ketiga 

oknum illahi tersebut dihubungkan satu 

dengan yang lain sebagai satu kesatuan 

dan ditampilkan setara. Salah satunya ialah formula baptisan yang ditetapkan 

dalam Amanat Agung, Matius 28:19-20: 

membaptis dalam nama Bapa dan Anak 

dan Roh Kudus. “Nama” dalam formula 

baptisan tersebut adalah dalam bentuk 

tunggal, meskipun ada tiga oknum yang 

termasuk. Ketiganya sama posisinya, 

tidak ada yang lebih rendah, atau yang 

dianggap kurang penting. 

Pada saat pembaptisan Yesus (Mat. 

3:16-17), ketiga oknum Tri Tunggal 

hadir. Sang Anak dibaptis, Roh Allah 

turun seperti burung merpati, serta Allah 

Bapa mengucapkan kata-kata pujian 

tentang Sang Anak.4

Hubungan langsung yang lain dari 

ketiga nama Allah itu juga terdapat dalam 

salam berkat Paulus dalam 2 Korintus 

13:13, “Kasih karunia Tuhan Yesus 

Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan 

Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” 

Dalam ayat tersebut ketiga nama itu 

dipersatukan dan disusun setara. 

Sekalipun doktrin Trinitas tidak 

dinyatakan secara eksplisit, namun 

Alkitab, khususnya Perjanjian Baru 

mengandung sangat banyak petunjuk 

tentang keilahian dan kesatuan ketiga 

oknum tersebut, sehingga tindakan 

gereka untuk memformulasikannya 

adalah tepat.5

TEOLOGI ONENESS6

1. Sejarah Oneness

Gerakan Oneness Pentecostalism

dimulai pada tahun 1914, sebagai hasil 

dari pertikaian besar doktrin ketika 

munculnya gerakan Pentakosta. 

Pertikaian tersebut adalah seputar doktrin 

Trinitas dan formula yang digunakan 

pada saat baptisan air. Orang-orang 

Pentakosta kemudian terpecah oleh 

pertikaian doktrinal tersebut. Mereka 

yang memegang keyakinan pada Trinitas 

dan formula baptisan Trinitas 

menganggap ajaran Oneness sebagai 

bidat. Sebaliknya, mereka yang menolak 

ajaran Trinitas menganggap bahwa 

Trinitas tidak Alkitabiah dan sebagai satu 

bentuk politeisme. 

Para sarjana dalam gerakan tersebut 

juga memiliki pandangan yang berbeda 

mengenai sejarah gereja. Tokoh-tokoh 

sejarah gereja, seperti Dr. Curtis Ward, 

Marvin Arnold, dan William Chalfant, 

berpandangan bahwa gerakan Oneness

merupakan bentuk suksesi dari hari 

pertama Pentakosta dan yang kemudian 

berkembang dari generasi ke generasi 

hingga saat ini (pandangan 

successionist). Yang lainnya

berpandangan bahwa Pentakosta modern 

adalah suatu pembaharuan total dari 

perpisahan dengan Protestan, yang 

kemudian mencapai puncaknya dalam 

pembaharuan final dari gereja rasuli 

(pandangan restorationist). Tokoh seperti 

David K. Bernard menyangkal adanya 

keterkaitan langsung antara gereja rasuli 

dengan gerakan Oneness pada masa 

sekarang ini. 

Seorang Kanada bernama R.E. 

McAlister, dalam World Wide Apostolic 

Camp Meeting yang diselnggarakan di 

Aroyo Seco, California pada bulan April 

1913, dalam khotbahnya mengatakan 

bahwa, “baptisan rasuli diselenggarakan 

dengan cara selam dan dalam satu nama, 

Yesus Kristus. Kata Bapa, Anak, dan 

Roh Kudus adalah tidak pernah 

digunakan dalam baptisan Kristen.” 

Pernyataan tersebut segere mengundang 

kontroversi. Orang-orang Pentakosta 

Oneness menandai peristiwa tersebut 

sebagai kebangkitan gerakan Oneness. 

John G. Schaepe, seorang pelayan 

muda yang begitu tergerak dengan 

pernyataan McAlister tersebut, setelah 

berdoa dan membaca Alkitab sepanjang 

malam, keesokan harinya ia berlari 

sepanjang camp dan berteriak bahwa ia 

telah menerima suatu “pewahyuan” 

dalam hal baptisan, bahwa “nama” Bapa, 

Anak, dan Roh Kudus adalah “Yesus 

Kristus.” Ia menyatakan bahwa perintah 

baptisan yang disampaikan oleh Petrus 

dalam Kisah Para Rasul 2:38, yaitu 

baptisan dalam nama Yesus Kristus, 

adalah penggenapan dari Amanat Agung 

dalam Matius 28:19. 

Pada tanggal 15 April 1914, Frank 

Ewart dan Glenn Cook di hadapan umum 

saling membaptis dalam nama Yesus, dan 

bukan dalam formula Trinitas. Peristiwa 

tersebut dianggap sebagai titik awal 

sejarah munculnya Oneness 

Pentecostalism sebagai suatu gerakan 

tersendiri. Sejumlah hamba Tuhan 

mengklaim bahwa mereka telah dibaptis 

dalam nama Yesus Kristus bahkan 

sebelum 1914, termasuk di antaranya 

Frank Small dan Andrew D. Urshan. 

Pada dasarnya bukanlah formula 

baptisan Oneness yang menyebabkan 

perpecahan antara penganut Oneness

dengan penganut Pentakosta, tetapi 

penolakan mereka terhadap Trinitas 

itulah sebagai faktor utama perpecahan. 

Di Sidang Jemaat Allah, baptisan ulang 

dalam nama Yesus telah menyebabkan 

munculnya reaksi keras dari banyak 

penganut Trinitas dalam organisasi 

tersebut. J. Roswell Flowers 

memprakarsai suatu resolusi pada 

masalah tersebut, yang menyebabkan 

banyak anggota yang dibaptis Oneness

mengundurkan diri dari organisasi 

tersebut. Pada bulan Oktober 1916 dalam 

kongres keempat Sidang Jemaat Allah,

sebagian besar pemimpin yang menganut 

Trinitas, mengeluarkan pernyataan 

doktrinal yang menguatkan kebenaran 

dogma Trinitas. Peristiwa tersebut 

menyebabkan sepertiga dari hamba￾hamba Tuhan dalam persekutuan tersebut 

menarik diri dan membentuk persekutuan 

Oneness. Setelah perpecahan tersebut, 

sebagian besar penganut Oneness relatif 

memisahkan diri dari penganut 

Pentakosta lainnya. 

Sebagai suatu gerakan Pentakosta 

yang baru, pada Januari 1917 Pentakosta 

Onenessmembentuk General Assembly of 

the Apostolic Assemblies di Eureka 

Springs, Arkansas, yang kemudian pada 

tahun 1918 muncul badan Oneness yang 

kedua, The Pentecostal Assemblies of the 

World (PAW). Beberapa kelompok 

hamba Tuhan Oneness yang terbentuk 

setelah tahun 1914 kemudian 

menggabungkan diri dengan PAW, 

namun sebagian yang lainnya memilih 

untuk tetap indipenden. Perpecahan￾perpecahan kemudian juga muncul di 

kalangan penganut Oneness, antara lain 

mengenai peran wanita dalam pelayanan, 

penggunaan anggur dalam perjamuan 

kudus, perceraian dan pernikahan, dan 

model baptisan air yang tepat. Masalah 

lainnya adalah adanya ketegangan rasial 

dalam organisasi tersebut. 

2. Doktrin Tuhan 

Doktrin Oneness Pentecostalism

mempertahankan bahwa Tuhan adalah 

oknum yang mutlak dan tidak dapat 

dibagi-bagi. Doktrin ini menyatakan 

bahwa Allah adalah Roh yang tidak 

terlihat, yang memanifestasikan diri-Nya 

dalam wujud yang dapat dilihat manusia 

melalui teofani, termasuk dalam inkarnasi 

Yesus Kristus. Dalam diri Yesus, 

manusia dapat melihat teofani Allah yang 

terakhir, terbaik, dan yang paling 

sempurna (Kol. 1:15). 

Doktrin Oneness Pentecostalism

menolak doktrin Trinitas sebagai sebuah 

penemuan di luar Alkitab (tidak 

alkitabiah), yang menyimpang dari ajaran 

monoteisme Alkitab.Oneness menolak 

segala konsep mengenai subordinasi, 

dualisme, trinitas, maupun segala versi 

dari Trinitas yang menunjuk kepada 

pluralitas Allah. Doktrin ini menyatakan 

bahwa Yesus Kristus adalah Anak 

Tunggal Allah, namun hanya dalam 

konteks bahwa Ia dilahirkan ke dunia 

melalui Maria. 

Ajaran Oneness menegaskan bahwa 

sebutan “Bapa”, “Anak”, dan “Roh 

Kudus” hanyalah merupakan sebutan 

yang merefleksikan manifestasi Allah 

Yang Esa dalam oknum yang berbeda￾beda di jagad ini. Ketika penganut 

Oneness berbicara mengenai Bapa, Anak, 

dan Roh Kudus, mereka melihatnya 


sebagai tiga perwujudan dari Allah Yang 

Esa: Bapa, sebutan yang berkaitan 

dengan relasi sebagai orang tua; Anak 

Allah, sebagai inkarnasi Allah dalam 

daging melalui Yesus Kristus7

; Roh 

Kudus, sebutan terhadap aktivitas Allah 

dalam Roh. Dengan kata lain, Allah 

dimanifestasikan sebagai Bapa dalam 

penciptaan, Anak dalam penebusan, dan 

Roh Kudus dalam emanensi. 

Bapa dan Roh Kudus adalah oknum 

yang satu dan sama, menurut teologi 

Oneness. Mereka mengajarkan bahwa 

Roh Kudus adalah sebutan lain bagi 

Allah Bapa. Sedangkan Anak 

(kemanusiaan Yesus) tidak ada sebelum 

inkarnasi, tetapi Roh Yesus telah ada 

dalam kealahan-Nya sebagai Allah yang 

kekal. Bapa adalah “Roh” dan Anak 

adalah “daging”. Dengan demikian, Bapa 

bukanlah Anak, sama seperti “roh” 

bukanlah “daging”, tetapi Bapa adalah di 

dalam Anak sebagai seluruh kepenuhan 

kealahan-Nya (Kol. 2:9). Doktrin 

Oneness memandang Yesaya 9:6 

menubuatkan bahwa Sang Anak akan 

menjadi “ Allah yang Perkasa” dan 

“Bapa yang Kekal.” 

 


3. Soteriologi Oneness

Sama dengan doktrin soteriologi yang 

terdapat dalam kekristenan pada 

umumnya, Oneness mempertahankan 

bahwa semua orang dilahirkan dalam 

tabiat berdosa, dan hanya melalui 

penebusan oleh Yesus Kristus manusia 

memperoleh keselamatan. Keselamatan 

tersebut diperoleh dari kasih karunia 

melalui iman di dalam Yesus Kristus. 

Doktrin Oneness juga mengajarkan 

bahwa iman tanpa ketaatan tidaklah dapat 

disebut sebagai iman yang sejati, dan 

untuk memperoleh keselamatan tersebut, 

seseorang harus memenuhi persyaratan￾persyaratan sebagai berikut: 

 Pertobatan 

 Baptisan air di dalam nama Yesus 

 Baptisan Roh Kudus dengan 

tanda berbahasa lidah asing 

Oneness mempercayai bahwa Alkitab 

mencatat tindakan-tindakan iman tersebut 

sebagai yang diperintahkan Tuhan untuk 

memperoleh keselamatan (Yoh. 3:1-8). 

Menurut Oneness, keselamatan 

adalah anugerah yang harus diterima, dan 

untuk dapat menerimanya seseorang 

harus memenuhi persyaratan-persyaratan 

yang diperintahkan oleh pemberi 

keselamatan (Tuhan). Tanpa memenuhi 

persyaratan tersebut, maka seseorang 

tidak dapat menerima anugerah 

keselamatan, dan tetap dalam keadaannya 

yang terhilang. Persyaratan pertama

adalah iman yang benar kepada Yesus 

Kristus, yang diwujudkan dalam ketaatan 

terhadap perintah-perintah dan kehendak￾kehendak-Nya dalam segala segi 

kehidupan. Iman yang sejati selalu 

disertai dengan perubahan hidup 

(pertobatan) atau hidup dalam ketaatan. 

Seseorang tidak dapat diselamatkan 

hanya dengan memanjatkan doa orang 

berdosa. Seseorang harus meratapi 

dosanya, mengakui dosa-dosanya kepada 

Tuhan, memohon pengampunan dari￾Nya, dan berkomitmen untuk tidak 

berbuat dosa lagi. 

Baptisan air bagi Oneness adalah 

perlu bagi keselamatan. Oleh karena 

seseorang harus memiliki iman dan 

bertobat terlebih dahulu sebelum 

dibaptis, maka Oneness menganggap 

bahwa baptisan anak atau baptisan dalam 

paksaan adalah tidak sah. Baptisan yang 

sah adalah dengan diselamkan ke dalam 

air. 

Penganut Oneness percaya bahwa 

baptisan air yang benar adalah di dalam 

nama Yesus, dan bukan pada formula 

baptisan pada umumnya, yaitu dalam 

nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Kisah 

Para Rasul 2:38 menyatakan, 

“…hendaklah kamu masing-masing 

memberi dirimu dibaptis dalam nama 

Yesus Kristus”. Menurut Oneness, tidak 

ada formula baptisan lainnya yang 

terdapat dalam Perjanjian Baru selain 

formula selain formula baptisan dalam 

nama Yesus. Meskipun Matius 28:19 

menunjuk adanya formula Trinitas dalam 

baptisan air, namun penganut Oneness

mengakuinya sebagai bentuk tunggal dan 

menunjuk kepada Yesus. Mereka 

mengambil 1 Korintus 1:13 sebagai bukti 

bahwa baptisan air yang sah adalah di 

dalam nama Yesus, dan bukan dalam 

formula Trinitas. Sebagian dari penganut 

Oneness bahkan berpendapat bahwa teks 

Matius 28:19 sudah tidak orisinil lagi. 

Baptisan Roh Kudus yang ditandari 

dengan berbahasa lidah asing adalah 

perintah yang diberikan dalam Perjanjian 

Baru sebagai persyaratan minimal. Bagi 

penganut Oneness, baptisan Roh Kudus 

adalah perlu bagi keselamatan. 

TINJAUAN EKSEGESIS KOLOSE 

1:15-20 TERHADAP KRISTOLOGI 

ONENESS PENTECOSTALISM8

Seorang pengajar Oneness, David 

Bernard, berusaha untuk 

mengalihbahasakan teks Kolose 1:15-17 

sebagai berikut: 

Perhaps these scriptural passages 

have a deeper meaning that can be 

expressed as follows: Although the 

Son did not exist at the time of 

creation except as the word in the 

mind of God, God use His 

foreknowledge of the Son when He 

created the world…the plan of the 

Son was in God’s mind at creation

and was necessary for creation to be 

successful. Therefore, He created the 

world by the Son.9

(Mungkin bagian naskah ini memiliki 

suatu makna yang lebih dalam yang 

dapat diungkapkan sebagaimana 

berikut: meskipun Anak belum ada 

pada waktu penciptaan kecuali 

sebagai firman dalam pikiran Allah, 

Allah menggunakan pengetahuan￾Nya akan masa depan mengenai Anak 

ketika Ia menciptakan 

dunia…rencana mengenai Anak ada 

dalam pikiran Allah pada saat 

penciptaan dan perlu bagi 

keberhasilan penciptaan. Oleh karena 

itu, Ia menciptakan dunia melalui 

Anak) 

Dengan demikian, menurut David 

Bernard, eksistensi Anak pada waktu 

penciptaan belum ada, yang ada hanyalah 

hal yang abstrak, yaitu hanya ada dalam 

pikiran Allah. Dengan kata lain, yang 

eksis dalam penciptaan hanyalah Bapa, 

karena Anak eksistensinya baru ada 

ketika Bapa berinkarnasi dalam diri 

Kristus. Namun demikian, tetap 

dikatakan penciptaan adalah melalui 

Anak, karena Anak sudah ada dalam 

pemikiran Bapa. 

Berikut ini penulis akan 

meneksegesis teks yang dipakai oleh 

David Bernard tersebut untuk mengetahui 

kebenaran pendapat tersebut bahwa Anak 

belum eksis pada waktu penciptaan. 

1. Konteks Sejarah Surat Kolose 

Surat Kolose dikatakan sebagai surat 

kembar dengan surat Efesus karena 

adanya kesamaan-kesamaan yang 

terdapat di dalamnya. Namun demikian, 

Ola Tulluan mencatat bahwa ada 

beberapa kekhasan dalam surat Kolose, 

antara lain: surat Kolose lebih bersifat 

membetulkan, mengkoreksi; surat Kolose 

bersifat polemik, yaitu penuh dengan 

argumen-argumen dan diskusi-diskusi 

untuk mempertahankan kebenaran dalam 

jemaat.10 Memperhatikan adanya 

kekhasan tersebut, maka dapat 

disimpulkan bahwa dalam jemaat Kolose 

telah terjadi “pembelokan-pembelokan” 

atau paling tidak “kebingungan￾kebingungan” doktrinal akibat adanya 

pengaruh dari doktrin-doktrin yang 

lainnya. 

Kolose berada pada jalur perniagaan 

dari timur, yang melaluinya agama￾agama Asia dan barang-barang dagangan 

Asia dibawa ke Roma. Penduduk Kolose 

terdiri atas orang-orang Frigia (Kol. 1:27) 

yang memiliki latar belakang religius 

yang sangat bersifat emosional dan 

mistis. Mereka selalu berusaha mencari 

kepenuhan Tuhan , dan apabila ada guru￾guru yang datang kepada mereka dengan 

suatu filsafat yang menjanjikan suatu pengetahuan kebatinan tentang Tuhan, 

mereka akan terpikat olehnya.11 Hal 

tersebut rupanya yang menimbulkan 

kekisruhan agama di Kolose. 

Kemungkinan ajaran tersebut 

mengandung suatu kecenderungan 

Yudaisme, yang diperoleh dari hubungan 

orang-orang Yahudi di Asia Kecil. 

2. Batasan Teks 

Kolose 1:15-20 merupakan satu 

kesatuan unit dengan beberapa alasan 

sebagai berikut: 

1) Unit tersebut secara khusus hanya 

mendiskripsikan keutamaan Kristus. 

2) Dalam unit tersebut hanya ada satu 

jenis kata ganti orang, yaitu “Dia”. 

Bandingkan dengan ayat-ayat 

sebelum dan sesudah unit tersebut 

yang memiliki variasi kata ganti 

orang, seperti: Dia, kita, kamu. 

3) Dalam unit tersebut ditemukan 

keseimbangan-keseimbangan dalam 

baris-barisnya, seperti misalnya 

pararelisme-pararelisme, inklusio. 

3. Teks12

15) Ia adalah gambar Allah yang tidak 

kelihatan, yang sulung, lebih utama 

dari segala yang diciptakan, 

16) karena di dalam Dialah telah 

diciptakan segala sesuatu, yang ada di 


sorga dan yang ada di bumi, yang 

kelihatan dan yang tidak kelihatan, 

baik singgasana, maupun kerajaan, 

baik pemerintah, maupun penguasa; 

segala sesuatu diciptakan oleh Dia 

dan untuk Dia. 

17) Ia ada terlebih dahulu dari segala 

sesuatu dan segala sesuatu ada di 

dalam Dia. 

18) Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah 

yang sulung, yang pertama bangkit 

dari antara orang mati, sehingga Ia 

yang lebih utama dalam segala 

sesuatu. 

19) Karena seluruh kepenuhan Allah 

berkenan diam di dalam Dia, 

20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan 

segala sesuatu dengan diri-Nya, baik 

yang ada di bumi, maupun yang ada 

di sorga, sesudah Ia mengadakan 

pendamaian oleh darah salib Kristus. 

4. Analisa Tata Bahasa 

Kolose 1:15-20 lebih mirip sebagai 

puisi Semit dibandingkan sebagai sastra 

Yunani. Hal tersebut dapat dikenali dari 

adanya gaya bahasa tertentu, yang lazim 

terdapat dalam puisi Ibrani, antara lain 

adanya penempatan yang seimbang dari 

baris-baris (paralelismus membrorum) 

dan adanya irama-irama pikiran 

(pararelisme). Hal lain yang dapat 

dipakai untuk mengenalinya sebagai puisi 

Ibrani adalah dari segi linguistiknya, di mana terdapat istilah-istilah teologis yang 

sering ditemukan dalam Perjanjian Lama. 

Teks Kolose 1:15-20 dapat disusun 

ke dalam tiga strofa (ay. 15-16; ay. 17-

18a; ay. 18b-20). Strofa 1 berisi pujian 

bagi Kristus sebagai Allah pencipta, 

sebagai oknum yang membawa alam 

semesta ke dalam eksistensinya dan yang 

mengarahkan jalan kehidupannya. Strofa 

3 berisi pujian kepada Kristus yang di 

dalamnya diam seluruh kepenuhan Allah, 

sebagai yang telah bangkit, di mana Ia 

adalah sarana Allah untuk membawa 

pendamaian alam semesta kepada Allah. 

Sedangkan strofa 2, sebagai strofa 

penghubung, mengulangi gagasan 

aktivitas pra-eksistensi Kristus dan 

kemudian menegaskan bahwa Ia adalah 

penguasa yang mempersatukan, yang 

memelihara harmonisasi alam semesta. 

Keseimbangan baris antara strofa 1 

dengan strofa 3 dapat dilihat dalam 

kalimat o[j evstin eivkw.n tou/ qeou/ tou/ 

a vora ,tou (“Dia adalah gambar Allah yang 

tidak kelihatan”, ay. 15) yang 

berkorespondensi dengan o[j evstin a vrch ,

(“Dia adalah yang awal”, ay. 18b). Juga 

dalam prwto,tokoj pa,shj kti,sewj (“yang 

sulung atas semua ciptaan”, ay. 15b) 

yang pararel dengan prwto,tokoj evk tw /n 

nekrw/n (“yang sulung dari antara orang 

mati”, ay. 18c). Dari masing-masing dua 

baris awal pada strofa 1 dan strofa 3 

tersebut dapat disusun dalam kesejajaran 

simetris sebagai berikut: 

Dia adalah gambar Allah yang tidak 

kelihatan (a) 

 yang sulung atas semua 

ciptaan (b) 

Dia adalah yang awal (a’) 

 yang sulung dari antara 

orang mati (b’) 

Sehingga dapat dibaca demikian: “Dia, 

(yang) adalah gambar Allah yang tidak 

kelihatan, adalah yang awal, yang sulung 

atas semua ciptaan (maupun) yang sulung 

dari antara orang mati.” Sedangkan baris 

“sehingga Dia yang lebih utama dari 

segala sesuatu” (ay. 18d) berfungsi 

sebagai baris yang merangkum dan 

menyimpulkan keempat baris di atas. 

Dengan demikian nampak jelas bahwa 

eksistensi Anak pada peristiwa 

penciptaan adalah nyata ada, karena oleh 

Paulus deskripsi eksistensi oknum dalam 

penciptaan tersebut dipararelkan dengan 

eksistensi Kristus sebagai yang telah 

bangkit dari kematian, yang bagi orang 

Kristen tidak ada keraguan sama sekali. 

Selanjutnya, masih dalam strofa 1 dan 

3, terdapat kiasme13 (pararelisme 

menyilang) antara ayat 16e dengan ayat 

20a sebagai berikut: 

16e. “segala sesuatu telah diciptakan 

melalui-Nya

20a. “melalui-Nya Ia 

memperdamaikan segala sesuatu” 

16e. a : ta . pa,nta (“segala 

sesuatu”) 

 b : diV au vtou/ (“melalui-Nya”) 

20a. b’ : diV au vtou/ (“melalui-Nya”) 

 a’ : ta . pa,nta (“segala 

sesuatu”) 

Frase ta . pa ,nta (“segala sesuatu”) 

berada pada baris-baris tepi, yang 

berfungsi untuk membingkai dua baris 

yang ada di tengah (b/b’). Keempat baris 

tersebut dapat dibaca dalam satu 

kesatuan, sebagai berikut: “segala sesuatu 

/ telah diciptakan melalui-Nya / dan 

melalui-Nya Ia memperdamaikan / segala 

sesuatu.” Kata kerja yang ada dalam dua 

baris yang ada di tengah adalah e;ktistai

(“telah diciptakan”, ay. 16e), yang 

bertense perfect14, yang berpasangan 

dengan kata kerja avpokatalla ,xai

(“memperdamaikan”, ay. 20a), yang 

bertense aorist15. Subjek dari kedua kata 

kerja tersebut adalah sama, yaitu Dia 

(Kristus). Namun perhatikan bahwa tense 

dari keduanya berbeda. Tense aorist pada 

kata “memperdamaikan” berarti bahwa 

peristiwa tersebut telah terjadi. 

Sedangkan tense perfect pada kata “telah 

diciptakan” berarti peristiwa tersebut 

sudah dilakukan oleh subjek (Kristus) 

tetapi subjek yang sama tersebut sekarang 

masih aktif. Dengan demikian, dapat 

ditarik kesimpulan bahwa Anak telah 

menciptakan segala sesuatu, tetapi 

eksistensi Anak juga masih tetap ada 

sampai sekarang, dan Anak yang telah 

menciptakan segala sesuatu itupun juga 

adalah Kristus yang memperdamaikan 

segala sesuatu. 

Mengenai identifikasi dari “segala 

sesuatu”, strofa 1 dan 3 secara sejajar 

telah memberikan identifikasinya. Setiap 

induk kalimat dari kalimat majemuk yang 

ada di ayat 15 dan 18 selalu diikuti 

dengan anak kalimat yang didahului 

dengan kata o[ti (“karena”): o[ti e vn auvtw /| 

evkti,sqh ta . pa ,nta (“karena di dalam 

Dialah telah diciptakan segala sesuatu”, 

ay. 16) dan o[ti evn auvtw/| euvdo ,khsen pa /n 

to. plh,rwma katoikh /sai(“karena seluruh 

kepenuhan Allah berkenan dia di dalam 

Dia”, ay. 19). Masing-masing anak 

kalimat tersebut memiliki pasangan yang 

sejajar: evn toi/j ou vranoi/j (“di sorga”) dan 

evpi. th /j gh /j (“di bumi). Perhatikanlah 

juga bahwa yang menarik adalah Paulus 

menyusun ayat 16bc dalam satu pola 

menyilang: 

a : yang ada di sorga 

b : yang ada di bumi 

b’ : yang kelihatan a’ : yang tidak kelihatan 

sehingga dapat dibaca: “yang di sorga / 

yang ada di bumi / yang kelihatan / yang 

tidak kelihatan.” Paulus melalui susunan 

baris tersebut seperti sedang menyatakan 

urutan eksistensi Anak (Kristus), yaitu 

dari yang ada di sorga kemudian turun ke 

bumi melalui inkarnasi sehingga wujud￾Nya dapat dilihat oleh manusia dan yang 

sekarang tidak kelihatan lagi karena telah 

kembali ke sorga. 

Strofa 2 adalah strofa pusat, strofa 

kesimpulan dari keseluruhan struktur 

Kolose 1:15-20. Kesatuan dari strofa dua 

dapat dikenali dengan mudah dengan 

adanya inklusio16: 

Ay. 17. kai. auvto,j evstin pro. pa,ntwn

Ay. 18. kai. auvto,j evstin h ` kefalh .

Strofa ini menjadi bagian yang 

menyimpulkan keseluruhan bagian dari 

Kolose 1:15-20. Dalam bagian ini 

disampaikan aktivitas Anak, yaitu 

eksistensi-Nya segala sesuatu ada hingga 

sampai Ia mengatur keharmonisan 

seluruh ciptaan-Nya dan dengan 

demikian Ia menjadi yang utama dari 

segala sesuatu. 

Dengan demikian, dari keseluruhan 

analisis tata bahasa Kolose 1:15-20 

didapati bahwa eksistensi Anak sudah 

ada sejak dari semula, sebelum segala sesuatunya. Melalui Anak segala sesuatu 

diciptakan, dan melalui-Nya juga segala 

sesuatu dipelihara eksistensinya. 

5. Analisa Kata-Kata 

Konteks dari kata eivkw.n

(“gambar”)dalam ayat 15 dapat ditelururi 

dalam teks Perjanjian Lama, seperti 

dalam Amsal 8:22. Menurut Amsal 8:22, 

hikmat ada bersama-sama dengan Allah 

pada permulaan karya-Nya dalam 

menciptakan dunia. Paulus memakai 

konteks tersebut untuk menjelaskan 

mengenai eksistensi Anak yang telah ada 

sejak dari semula, karena Anak telah ada 

sebelum segala sesuatunya, sama seperti 

hikmat yang ada bersama-sama dengan 

Allah pada waktu penciptaan. Namun 

demikian, ada perbedaan antara Anak 

dengan hikmat. Hikmat bukanlah Allah, 

tetapi hikmat menuntun seseorang untuk 

mengenal Allah (Ams. 8:35). Hikmat ada 

batasnya, ia tidak kekal (Pkh. 2:12-19). 

Sedangkan Anak adalah Allah, dan 

eksistensi-Nya bersifat kekal. Hal 

tersebut didukung dalam tulisan-tulisan 

lainnya dalam Perjanjian Baru (Ibr. 1:3; 

Yoh. 1:18). 

Istilah prwto,tokoj (“yang sulung”) 

sering digunakan dalam LXX (130 kali), 

sebagian besar dalam silsilah-silsilah dan 

narasi-narasi sejarah, untuk menunjukkan 

keutama dalam suatu posisi. Demikian 

juga dalam Perjanjian Baru, kata tersebut 

juga menunjuk kepada keutamaan (Rm. 8:29; 1 Kor. 15:20; Kis. 26:23; Why. 

1:5). Sebagai prwto,tokoj Kristus adalah 

unik, Ia berbeda dari semua ciptaan (Ibr. 

1:6). Ia ada sebelum semua ciptaan, dan 

Ia juga yang utama atas semua ciptaan, 

karena Kristus adalah Tuhan atas semua 

ciptaan. Kristus juga yang utama atas 

semua orang yang bangkit dari kematian. 

Dengan demikian, Kristus (Anak) adalah 

yang utama dari segala sesuatu. 

6. Sifat Formal Kolose 1:15-20 

Kolose 1:15-20 memiliki genre

khusus berupa pujian. Dalam Perjanjian 

Lama, bentuk ini memiliki tujuan untuk 

mendiskripsikan karya kebaikan Tuhan. 

Pujian dalam Kolose 1:15-20 bersifat 

mendeskripsikan keutamaan Kristus 

melalui karya-Nya atas segala ciptaan￾Nya. 

6. Konteks Sejarah Kolose 1:15-20 

Memperhatikan adanya kekhasan 

istilah-istilah dalam teks tersebut, seperti 

istilah “gambar”, “yang sulung,” yang 

memiliki kesamaan dengan istilah-istilah 

yang digunakan dalam Perjanjian Lama, 

maka kemungkinan pendengar dari 

Kolose 1:15-20 ini adalah dari golongan 

Yahudi-Helenis. Ada kemungkinan 

bahwa ajaran-ajaran dalam Yudaisme 

telah menimbulkan kebingungan￾kebingungan di kalangan jemaat Kolose. 

7. Kesimpulan Eksegesis 

Eksegesis Kolose 1:15-20 

menyimpulkan bahwa eksistensi oknum 

Anak sudah ada sebelum penciptaan. Ia 

bukan hanya berupa pikiran saja 

(foreknowledge) yang ada dalam pikiran 

Allah pada waktu penciptaan, seperti 

yang dikatakan oleh David Bernard, 

tetapi oknum Anak sudah eksis sejak 

sebelum penciptaan segala sesuatunya. 

Melalui-Nya segala sesuatu diciptakan. 

Dengan demikian, pandangan Oneness

bahwa eksistensi Anak sebelum inkarnasi 

Kristus belum ada adalah tidak benar. 

Sebelum inkarnasi, Anak sudah ada 

bersama-sama dengan Bapa dan Roh 

Kudus, dan ketika inkarnasi, oknum 

Anak-lah yang kemudian berinkarnasi 

dalam diri Yesus Kristus. 

PANDANGAN TEOLOG 

TENTANG ONENESS

Matt Slick memberikan suatu daftar 

yang berisi ciri-ciri bahwa suatu oknum 

itu eksistensi ada nyata17

1) Ada dan memiliki identitas. 

2) Sadar akan eksistensinya dan 

identitasnya. 

3) Akan menggunakan kata ganti orang 

“aku”. 

4) Dapat mengenali eksistensi dari 

oknum lainnya. 5) Memiliki kehendak. 

6) Tidak dapat memiliki dua kehendak 

yang berbeda dan saling berlawanan 

pada satu waktu yang sama dan 

terhadap objek yang sama. 

7) Memiliki kemampuan untuk 

berkomunikasi. 

8) Tidak harus selalu memiliki tubuh. 

Berdasarkan kepada ciri-ciri tersebut, 

Matt Slick kemudian memberi rujukan 

nats Alkitab yang menunjuk bahwa Bapa, 

Anak, dan Roh Kudus adalah tiga oknum 

dalam satu Pribadi. 

Matius 26:39, “Maka Ia maju sedikit, 

lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya 

Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, 

biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi 

jangan seperti yang Kukehendaki, 

melainkan seperti yang Engkau 

kehendaki””. Dari teks tersebut terlihat 

bahwa ada dua kehendak, yaitu kehendak 

Bapa dan kehendak Yesus. Kehendak 

Bapa adalah agar Yesus meminum isi 

cawan tersebut, yang artinya harus 

menderita sampai mati di kayu salib demi 

keselamatan manusia, tetapi kehendak 

Yesus adalah untuk tidak meminum isi 

cawan tersebut, namun Yesus memilih 

untuk menyerah kepada kehendak Bapa 

dibandingkan dengan kepada kehendak￾Nya sendiri. Hal tersebut menunjukkan 

bahwa Bapa dan Anak adalah dua oknum 

yang berbeda, karena masing-masing 

memiliki kehendak. Adalah tidak 

mungkin apabila Bapa dan Yesus adalah 

satu oknum tetapi memiliki dua kehendak 

yang berbeda dan saling berlawanan 

dalam satu waktu yang sama dan 

terhadap objek yang sama. 

KESIMPULAN 

Pandangan para penganut Oneness

yang menganggap bahwa doktrin Trinitas 

tidak Alkitabiah adalah tidak benar. 

Alkitab memang tidak secara eksplisit 

menyatakan mengenai doktrin Trinitas, 

namun rujukan-rujukan yang ada dalam 

Alkitab membuktikan bahwa benar ada 

tiga oknum dalam satu Pribadi Allah, 

yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. 

Ketiganya adalah Allah, yang 

eksistensinya kekal. Hal tersebut tidak 

bertentangan dengan paham monoteisme, 

karena ketiga oknum tersebut adalah satu. 

Anak dan Roh Kudus sudah ada 

bersama-sama dengan Bapa sejak dari 

semula. Oknum Anak-lah yang 

berinkarnasi ke dalam diri Yesus Kristus, 

dan bukan seperti apa yang dikatakan 

oleh pandangan Oneness bahwa yang 

berinkarnasi adalah oknum Bapa. Dengan 

demikian juga, formula baptisan dalam 

nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah 

sah karena ketiga oknum tersebut 

memang nyata ada.


Paham Oneness Pentecostal berkembang sejak tahun 1913 saat pendeta Kanada 

Robert E. McAlister berkotbah dalam camp Pantekosta di Los Angeles. McAlister 

mengajarkan bahwa formula baptis “hanya Yesus” (Jesus Only) yang ditemukan dalam 

kitab Kisah Para Rasul 2:38, menjadi formula baptis yang dilakukan di samping formula 

baptis yang selama ini dikenal, yaitu “Bapa, Putra, dan Roh Kudus” yang ditemukan 

dalam kitab Matius 28:19. Hal ini memicu pemisahan paham yang cukup tegas antara 

orang-orang Kristen pada masa itu mengenai paham Oneness dan Trinitarianis. 

Pada tahun-tahun itu, pemisahan paham semakin berkembang dan melebar pada 

teologi Trinitarian dan pada formula yang digunakan pada baptisan. Sebagian para 

pemimpin gereja pada masa itu mengklaim mendapatkan pewahyuan mengenai konsep 

Oneness ini. Orang-orang Kristen pada masa itu yang percaya pada doktrin Trinitas dan 

percaya pada doktrin Trinitarian untuk formula baptisan, menuduh bahwa ajaran Oneness 

adalah bidah atau sesat. Sebaliknya, orang-orang yang menentang ajaran Trinitarian 

menganggap bahwa Trinitarian bertolak belakang dengan Alkitab dan sebagai bentuk 

ajaran politheisme. Kemudian Oneness membentuk organisasinya sendiri dan 

denominasinya sendiri yang terus berkembang hingga saat ini. 

Setelah memisahkan diri dari paham Trinitarian dalam gerakan Pantekosta yang 

baru, para penganut paham Oneness Pantecostal merasa perlu untuk dapat bertemu 

bersama dan membentuk semacam asosiasi gereja-gereja yang mempunyai paham yang 

sama. Kemudian hal ini terwujud dalam bulan Januari 1917 dan terbentuklah the General 

Assembly of the Apostolic Assemblies in Eureka Springs, di Arkansas. Kemudian mereka 

bergabung pada badan Oneness yang lain, yaitu the Pantecostal Assemblies of the World. Kemudian dari organisasi-organisasi awal ini muncul organisasi-organisasi baru yang 

mengkhususkan diri pada pelayanan sektoral, seperti pelayanan pada wanita, keluarga, 

dan lain-lain.

Oneness sering kali dikaitkan dengan aliran Arianisme yang menolak Yesus 

sebagai Tuhan, tetapi Oneness justru berpusat pada ketuhanan Yesus, oleh karenanya 

sering disebut sebagai aliran Jesus Only. Oneness juga sering disamakan dengan 

Modalisme, tetapi Jason Dulle menolaknya. Dulle mengatakan bahwa Modalisme 

menganggap bahwa “Putra” merupakan kemanusiawian Yesus, sedangkan “Bapa” 

merupakan ketuhanan Yesus. Sedangkan Oneness, menurut Dulle, Yesus adalah Tuhan, 

tetapi dalam wujud manusia melalui inkarnasi.1

Tokoh-tokoh Oneness

Beberapa tokoh Oneness yang mempopulerkan Oneness, yaitu: 

1. David K. Bernard, seorang pelayan Tuhan dan teolog, dan juga pemimpin umum dari 

United Pentecostal Church International, pendiri Urshan College dan Urshan Graduate 

School of Theology.

2. Garfield Thomas Haywood, seorang pemimpin bishop pertama dari Pentecostal 

Assemblies of the World tahun 1925-1931.

3. Tommy Tenney, seorang pelayan Tuhan dan penulis buku terkenal “Pemburu Tuhan”.

4. Bishop Jesse Delano Ellis II, pemimpin tertinggi pertama dari United Pentecostal 

Churches of Christ dan Pentecostal Churches of Christ.

Metode Penulisan

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif￾kualitatif2

untuk mendeskripsikan paham Oneness mengajarkan bahwa Tuhan adalah 

satu, dan percaya bahwa Yesus dan Roh Kudus adalah Tuhan. Tapi mereka menolak 

bahwa Tuhan adalah Tritunggal.

Pembahasan Dan Diskusi

Pandangan tentang Tuhan

Oneness memandang Tuhan adalah hanya satu. Banyak ayat yang menyatakan hal 

ini. Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru telah dengan tegas menyatakan bahwa


Tuhan adalah satu. Dalam Perjanjian Lama hal ini dapat dilihat dalam Ulangan 6:4, 

Yesaya 43:10-11, Yesaya 44:6, Mazmur 71:22, Maleakhi 2:10, dan masih banyak ayat 

lain yang menyatakan hal ini. Dalam Perjanjian Baru dapat terlihat dalam Galatia 3:20, 1 

Korintus 8:6, Efesus 4:6, 1 Timotius 2:5, dan lain-lain.

Paham oneness percaya bahwa satu being berarti juga satu person, oleh karena itu 

Tuhan hanya satu person saja, dan mewahyukan diri-Nya dengan tiga cara; yaitu sebagai 

Bapa, sebagai Anak selama pelayanan Yesus di muka bumi, dan sebagai Roh, setelah 

Yesus kembali kesurga.

Oneness percaya bahwa keseluruhan ayat dalam Alkitab mengajarkan bahwa 

Tuhan adalah satu. Oneness percaya bahwa Yesus adalah Bapa, atau Jehova (Yahweh). 

David K. Bernard dalam bukunya yang berjudul Pantecostal Theology: The Oneness of 

God Volume 1, menunjukkan bahwa banyak ayat yang mengidentifikasikan Yesus 

dengan Jehova (hal 73-74). David K. Bernard menulis3

Jesus is Jehovah

Jehovah Jesus

Title Scripture Title Scripture

1. Almighty Genesis 17:1 Almighty Revelation 1:8

2. I AM Exodus 3:14-16 I am John 8:58

3. Rock Psalm 18:2, 28:1 Rock 1 Corinthians 10:4

4. Horn of Salvation Psalm 18:2 Horn of Salvation Luke 1:69

5. Sheperd Psalm 23:1; Isaiah 

40:10-11

Good Sheperd, 

Great Sheperd, 

Chief Sheperd

John 10:11; 

Hebrews 13:20; 1 

Peter 5:4

6. King of Glory Psalm 24:7-10 Lord of Glory 1 Corinthians 2:8

7. Light Psalm 27:1; Isaiah 

60:19

Light John 1:4-9; John 

8:12; Revelation 

21:23

8. Salvation Psalm 27:1; Isaiah 

12:2

Only Salvation Acts 4:10-12

9. Lord of lords Psalm 136:3 Lord of lords Revelation 19:16

10. Holy One Isaiah 12:6 Holy One Acts 2:27

11. Lawgiver Isaiah 33:22 Testator of the First 

Testament (the Law)

12. Judge Isaiah 33:22; Acts 

10:42

Judge Micah 5:1

13. First and Last Isaiah 41:4; 44:6; 

48:12

Alpha and Omega, 

Beginning and 

Ending, First and 

Last

Revelation 1:8; 

22:13

14. Only Savior Isaiah 43:11; 45:21; 

60:16

Savior Titus 2:13; 3:6

15. Giver of Spiritual 

Water

Isaiah 44:3; 55:1 Giver of Living 

Water

John 4:10-14; 7:38-

39

16. King of Israel Isaiah 44:6 King of Israel, King 

of kings

John 1:49; 

Revelation 19:16

17. Only Creator Isaiah 44:24; 45:8; 

48:13

Creator of 

Everything

John 1:3; 

Colossians 1:16; 

Hebrews 1:10

18. Only Just God Isaiah 45:21 Just One Acts 7:52

19. Redeemer Isaiah 54:5; 60:16 Redeemer Galatians 3:13; 

Revelation 5:9

Lebih lanjut David K. Bernard menuliskan bahwa nama Bapa adalah Yesus. Bapa 

bukanlah Anak, tetapi Bapa di dalam Anak (Yohanes 14:10). Karena Yesus adalah Bapa 

dan nama dari Sang Putra, jadi Yesus adalah nama Bapa dan Anak.4

Secara lebih rinci, Jason Dulle menjelaskan mengenai ketuhanan Yesus sebagai 

berikut:

The incarnation did not create a second divine person; it simply changed 

the one person’s manner of existence. What is being distinguished is the 

manner in which the one divine person has come to exist/function, not the 

person Himself. When God became a man in the incarnation He began to 

exist as man in addition to His existence as God. Jesus is the same 

personal God, YHWH, but existing in a new way (as man).5

Inkarnasi bukanlah menciptakan pribadi ilahi kedua; tetapi mengubah cara keberadaan 

pribadi itu. Apa yang membedakan adalah cara pribadi ilahi tersebut berfungsi/ muncul, 

yang berbeda bukan pribadi itu sendiri. Saat Tuhan menjadi manusia dalam inkarnasi Dia mulai muncul sebagai manusia di samping keberadaanNya sebagai Tuhan. Yesus adalah 

pribadi Tuhan yang sama, YHWH, tetapi muncul dalam cara yang baru (manusia).

Mengenai Roh Kudus, Oneness percaya bahwa Roh Kudus adalah Tuhan itu 

sendiri. Hal ini dapat terlihat dari Kisah Para Rasul 5:3-4. Karena Roh Kudus adalah 

Tuhan itu sendiri, maka baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru, Roh Kudus juga sudah 

tertulis dalam Perjanjian Lama, seperti dalam Kejadian 1:2 dan 2 Petrus 1:21.

Oneness percaya bahwa Bapa adalah Roh Kudus. Tuhan yang satu itu adalah Bapa 

atas semua, adalah kudus, dan adalah Roh. Oleh karenanya, sebutan Bapa dan Roh Kudus 

menggambarkan pribadi yang sama. Dengan kata lain, Tuhan yang satu itu dapat dan 

berlaku secara berkesinambungan mengisi dua peran Bapa dan Roh Kudus. Ada beberapa 

bukti yang disebutkan oleh aliran Oneness ini bahwa Bapa adalah Roh Kudus dari 

beberapa perbandingan ayat-ayat berikut ini:

1. Bapa menghidupkan Yesus dari antara orang mati (Kisah Para Rasul 2:24; Efesus 1:17-

20), semikian pula Roh Kudus membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Roma 

8:11).

2. Bapa memberi kehidupan bagi yang mati (Roma 4:17; 1 Timotius 6:13), Roh Kudus 

juga melakukan hal yang sama (Roma 8:11).

3. Roh Kudus mengadopsi kita, yang artinya Dia adalah Bapa kita (Roma 8:15-16).

Dan ada beberapa contoh lain, namun penulis di sini hanya menyebutkan 3 saja. Oneness 

percaya bahwa sebutan Bapa dan Roh Kudus hanyalah dua sebutan yang berbeda tetapi 

menunjuk pada Pribadi yang sama. Sebutan-sebutan itu untuk menekankan aspek, peran, 

atau fungsi yang berbeda yang dimiliki oleh Tuhan.

Ajaran Tentang Baptisan

Baptis adalah tanda pertobatan dari orang percaya. Oleh karena itu Oneness tidak 

mengijinkan ada baptisan bagi anak-anak. Karena anak-anak belum memahami dosa dan 

belum mengerti arti pertobatan. Yang boleh dibaptis adalah orang dewasa yang sudah 

mengerti dosa dan memahami arti pertobatan.

Dalam baptisan pun Oneness tidak menggunakan Nama Bapa, Putra, dan Roh 

Kudus seperti yang tertulis dalam Matius 28:19. Oneness menggunakan formula “Dalam 

Nama Yesus”. Oneness memahami sebutan Bapa, Putra, dan Roh Kudus dalam Matius 

28:19 adalah menggambarkan sebagai fungsi, peran, atau hubungan yang berbeda antara 

Tuhan dengan manusia.6 Selain itu, Oneness meyakini bahwa para rasul dalam 

membaptis orang juga menggunakan formula dalam nama Yesus. Hal ini seperti yang 

tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:38; 8:16; 10:48; 19:3-5, Roma 6:3-4, 1 Korintus 1:13, Galatia 3:27, dan Kolose 2:12. Oleh karena itulah Oneness mengajarkan bahwa dalam 

membaptis haruslah di dalam nama Yesus.

Oneness percaya ada dua macam baptisan, yaitu baptis air dan baptis Roh Kudus. 

Baptisan air adalah dengan cara ditenggelamkan di dalam air dan di dalam nama Yesus. 

Sedangkan baptisan Roh Kudus adalah ditandai dengan karunia berbahasa lidah seperti 

yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 2:1-4, 36-39; 11:13-17. Untuk menerima 

baptisan Roh Kudus ini, seseorang harus menerima Roh Kudus di dalam hatinya.

Ajaran Tentang Keselamatan

Oneness percaya bahwa orang-orang percaya sekarang ini diselamatkan 

berdasarkan iman dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bertobat dari 

dosa, dibaptis air dalam nama Yesus Kristus, dan baptis Roh Kudus. Bila manusia ingin 

diselamatkan, mereka harus melalui 4 tahap yang telah disebutkan di atas.

Yang pertama, manusia harus mengakui bahwa keselamatan adalah dari Tuhan, 

bukan dari hasil usaha manusia. Oleh karenanya, manusia harus mengimani atau 

mengakui di dalam hati mereka bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat 

manusia. Yesus telah berkorban menjadi manusia, disalib, wafat, dan dibangkitkan untuk 

menebus setiap manusia yang beriman atau percaya di dalam hatinya bahwa Yesus telah 

mati bagi mereka dan dibangkitkan kembali, serta terangkat ke surga.

Yang kedua adalah bertobat. Artinya manusia harus sungguh-sungguh berbalik 

dari kehidupan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, dan berhenti berbuat dosa. Iman 

ditunjukkan melalui perbuatan sungguh-sungguh yang berbalik dari jalan-jalannya yang 

jahat. Iman menjadi hidup hanya melalui respon dan tindakan yang taat. 

Yang ketiga adalah dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Baptisan air adalah tanda 

pertobatan. Oleh karenanya saat seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan 

Juruselamat, dia harus memberi diri dibaptis sebagai tanda bahwa dia taat dan memberi 

hidupnya untuk Tuhan Yesus. 

Selanjutnya yang terakhir yaitu baptis Roh Kudus. Oneness percaya bahwa 

baptisan Roh Kudus adalah sesuatu yang cuma-cuma dan diberikan kepada setiap orang 

yang percaya. Roh Kudus akan berdiam di dalam hati setiap orang percaya. Oleh 

karenanya tanda seseorang telah dibaptis oleh Roh Kudus adalah berbicara dalam bahasa 

lidah. Oneness menekankan bahwa seseorang harus dapat memperoleh karunia bahasa 

lidah ini dengan memintanya kepada Roh Kudus. Saat seseorang telah menerima bahasa 

lidah, maka bahasa lidah ini harus sering digunakan dalam doa-doa orang percaya.

Standar Kekudusan

Sebagai orang percaya, adalah wajib untuk mengejar kekudusan. Menjadi kudus 

adalah sebuah proses pertumbuhan yang terus menerus menuju keserupaan karakter 

dengan Tuhan dan memenuhi kehendak Tuhan. Kekudusan berkaitan dengan yang di luar (tubuh) dan di dalam (hati). Oneness percaya kekudusan bukanlah sebuah alat untuk 

mencapai keselamatan, tetapi sebuah hasil dari keselamatan. 

Kekudusan berawal di dalam hati. Saat orang percaya mengejar buah Roh, maka 

di saat yang sama seharusnya mereka juga menanggalkan segala sikap yang tidak sesuai 

dengan firman Tuhan. Hal ini berkaitan dengan sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh 

orang percaya. Karena kekudusan juga berkaitan dengan yang ada di luar, yaitu tubuh 

jasmani, maka Oneness menetapkan standar juga dalam berpakaian dan penampilan. 

Oneness menekankan penampilan yang sederhana, tidak banyak menggunakan ornamen 

atau perhiasan yang berlebihan, adanya perbedaan antara penampilan laki-laki dengan 

perempuan (termasuk dalam rambut dan pakaian). Bagi laki-laki dilarang untuk 

mempunyai rambut panjang, tetapi sebaliknya, untuk perempuan diwajibkan untuk 

berambut panjang.7Bahkan United Pantecostal Church International yang menuangkan 

dalam peraturan tertulis pada akhir tahun 1990-an, secara umum perempuan dilarang 

memakai celana, tetapi memakai rok panjang, kosmetik, pakaian ketat, perhiasan, dan 

memotong rambut mereka. Bagi laki-laki, diharuskan mencukur jenggot, rambut pendek, 

dan memakai kemeja lengan panjang, dan celana panjang.8 Beberapa organisasi Oneness 

melarang para anggotanya untuk menonton film sekuler dan televisi.

Kekudusan dalam pemahaman Oneness juga berbicara mengenai kekudusan 

pernikahan dan moralitas orang percaya. Oneness sangat menekankan pada hubungan 

yang sehat antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam pernikahan. Pernikahan 

harus melibatkan satu laki-laki dan satu perempuan. 

Menurut paham Oneness, kehidupan kudus bagi orang percaya, seharusnya 

berasal dari kasih, bukan berdasarkan kewajiban semata. Kehidupan yang kudus juga 

seharusnya dimotivasi oleh sifat dasar dari Roh Kudus yang berdiam di dalam hati orang 

percaya.

Antitesis Terhadap Oneness

Jim Boucher dalam tulisannya yang dimuat dalam laman 

www.thereforegodexists.com/oneness-versus-trinity-debate-theological-nitpicking/ 

mengemukakan ada beberapa permasalahan mengenai pemahaman Oneness. Pertama, 

Oneness mengatakan bahwa Bapa adalah Yesus juga. Jadi yang disalib adalah Bapa. Hal 

ini menimbulkan permasalahan. Jika Bapa disalib, maka kepada siapakah Yesus 

menyerahkan nyawaNya? Sedangkan Paulus mengatakan bahwa Yesus wafat untuk 

menanggung murka Tuhan. Dalam Ibrani 10:12 dikatakan bahwa Yesusmempersembahkan DiriNya sekali dan untuk semuanya. Jika Bapa yang wafat, maka Dia 

tidak mempersembahkan DiriNya kepada siapapun.9

Kedua, Oneness memahami kisah sesaat setelah Yesus dibaptis muncul suara dari 

surga dan Roh Kudus turun dalam rupa seperti burung merpati sebagai bentuk 

kemahahadiran Tuhan bahwa Dia dapat muncul dalam manifestasi yang berbeda di saat 

yang bersamaan. Namun pemahaman ini menimbulkan permasalahan, jika Tuhan 

menunjukkan kemahahadiranNya dengan cara demikian, maka dapat dikatakan bahwa 

Tuhan menipu manusia untuk mempercayai Trinitas. Tuhan muncul dalam tiga Pribadi. 

Bagaimana mungkin seseorang dipersalahkan mempercayai Trinitas saat Tuhan muncul 

dalam tiga Pribadi yang berbeda? Trinitarian percaya kepada yang mana yang Tuhan 

menyatakan DiriNya. Tuhan tidak sedang menipu umatNya.10

Hal lain yang menjadi sanggahan terhadap Oneness yaitu rumusan Unitarianisme 

yang dianut Oneness Pentacostal berkiblat kepada ajaran Sabelianisme atau Modalisme 

yang sudah muncul pada paroh akhir abad kedua melalui ajaran Noetus dari Smirna dan 

pada awal abad ketiga Masehi. Modalisme atau Sabelianisme percaya bahwa Tuhan 

adalah satu pribadi yang menyatakan diri dalam tiga peran yang berbeda. Oneness 

Pentacostal menerima rumusan ini dan mengajarkan bahwa Tuhan menyatakan diri dalam 

penciptaan sebagai Bapa, dalam karya penebusan sebagai Anak, dan dalam karya 

kelahiran baru sebagai Roh Kudus.

Tanggapan Terhadap Oneness

Oneness sangat konsisten dalam memegang prinsip bahwa Tuhan adalah satu, 

sehingga menguatkan iman orang Kristen bahwa mereka menganut paham monotheisme. 

Dengan demikian tidak terjadi kebingungan dalam memahami ‘jumlah’ Tuhan yang 

disembah. Terutama saat membaca kisah Yesus dibaptis ada suara dari surga dan ada Roh 

Kudus turun dalam rupa seperti burung merpati. Hal ini sering kali membuat orang 

Kristen bingung dan menganggap bahwa ada tiga Pribadi Tuhan yang berbeda. Oneness 

menjelaskan bahwa Tuhan yang satu itu, memakai tiga manifestasi yang secara 

bersamaan.11Oneness memahami bahwa Tuhan yang disembah oleh orang Kristen adalah 

Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga Dia sanggup melakukan apa saja, termasuk membuat DiriNya bermanifestasi dalam tiga rupa yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. 

Dengan demikian, meskipun terlihat ada tiga, namun sesungguhnya ketiganya adalah 

satu, Pribadi Tuhan yang sama, dan bukan Tuhan yang berbeda.

Jason Dulle dalam tulisannya yang berjudul “Avoiding the Achilles Heels of 

Trinitarianism, Modalistic Monarchianism, and Nestorianism: The Acknowledgement 

and Proper Placement of the Distinction Between Father and Son” menegaskan bahwa 

Kemahakuasaan Tuhan Yahweh yang mempunyai dua eksistensi sebagai Tuhan dan 

sebagai Putra melalui inkarnasi dalam Yesus, bukan berarti saat Dia menjadi Yesus maka 

di surga kosong, tetapi di surga Dia tetap ada dan Dia juga tetap Tuhan dalam rupa Yesus. 

Prinsip dualisme eksitensi ini merupakan hal yang sama dengan yang ada dalam prinsip 

Trinitarian, bahwa Yesus sebagai Tuhan dan sekaligus sebagai manusia.12

Standar kekudusan yang ditetapkan oleh kaum Oneness merupakan aturan yang 

sangat ketat yang dijabarkan dan dituangkan dalam tulisan sehingga para penganut ajaran 

Oneness dapat memahaminya dan melakukannya dengan baik. Meskipun terlihat sangat 

kuno atau tradisional untuk jaman modern seperti sekarang ini, namun standar kekudusan 

yang ketat dan tinggi ini dapat mendorong para anggotanya tetap berperilaku dan 

berpakaian dengan standar yang tinggi.

Di sisi lain, penulis kurang sependapat dengan paham Oneness yang mengatakan 

bahwa nama Bapa adalah Yesus.Menurut penulis, ini kurang tepat, karena nama Bapa 

bukanlah Yesus, tetapi Yahweh. Di dalam Yesaya 42:8 di sana dikatakan bahwa Bapa 

bernama Yahweh. Meskipun nama Yesus mengandung nama Yahweh yang bermakna 

Yahweh menyelamatkan.Bishop Dr. Dominiquae Bierman menuliskan bahwa Yeshua 

berarti Tuhan Yah adalah keselamatan kita dan menyiratkan keselamatan, pembebasan, 

penebusan (2007:5)13. Yah ini merupakan kependekan dari Yahweh, sama halnya dalam 

kata ‘HaleluYah’. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, menuliskan bahwa 

‘Haleluya’ merupakan “sebutan liturgis, disalin dari kata Ibrani hallelu-yah yang berarti 

‘pujilah Yah’, kependekan dari Yahweh”14. Hal senada dengan Bishop Dr. Dominiquae 

Bierman juga disampaikan oleh Rev. Dr. Yakub Sulistyo dalam bukunya yang berjudul 

Yesus Bukan Allah. Dr. Yakub mengatakan:

“YESHUA itu terdiri dari rangkaian huruf Ibrani Yod Shin Waw Ayin 

dimana huruf Yod didepan rangkaian kata tersebut berarti DIA (laki-laki) dalam bentuk sedang (to be Ing) dan Shin Waw Ayin itu dibaca Shua yang 

berarti Selamat atau Keselamatan. Jadi YESHUA itu mengandung makna 

Dia (laki-laki) sedang Menyelamatkan.”15

Jadi hal ini sesuai dengan perkataan Yeshua sendiri bahwa Bapa telah memberikan 

NamaNya kepada Yeshua. Dalam Yohanes 17:11b tertulis “Ya Bapa yang kudus, 

peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada￾Ku,...”

Mengenai formula baptisan, penulis tidak sepaham dengan apa yang diajarkan 

oleh Oneness, yaitu hanya menggunakan nama Yesus. Menurut penulis, formula baptisan 

sebaiknya disesuaikan dengan amanat agung Tuhan Yesus, yaitu dalam nama Bapa, 

Putra, dan Roh Kudus. Argumen dari Oneness yang mengatakan bahwa para Rasul 

menggunakan nama Yesus itu memang tertulis dalam kitab suci kita, namun penulis 

menilai bahwa hal ini disebabkan karena para rasul saat itu menekankan pada Pribadi 

Yesus sebagai Juruselamat. Kalaupun kita menggunakan formula nama Bapa, Putra, dan 

Roh Kudus, akan menjadi lengkap dan tidak terkesan mementingkan salah satunya. 

Penulis lebih memilih menggunakan nama Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan 

menyebutkan langsung namaNya yang telah Tuhan nyatakan kepada kita, yaitu Yahweh, 

Yeshua (nama asli Yesus), dan Roh Kudus. Karena penulis percaya bahwa Nama 

mengandung kuasa dan Pribadi dari Sang Empunya Nama.

Untuk mencapai keselamatan, penulis tidak setuju dengan pandangan Oneness 

yang mengharuskan seseorang berbahasa lidah sebagai salah satu syarat untuk mencapai 

keselamatan. Menurut penulis hal ini tidak ada dalam Alkitab. Alkitab mencatat, untuk 

seseorang dapat masuk ke surga, mereka harus mempercayai atau beriman kepada Yesus 

sebagai Tuhan dan Juruselamatnya (Yohanes 3:16, 14:6) dan melakukan kehendak Bapa 

(Matius 7:21). Berbahasa lidah merupakan salah satu karunia Roh yang diberikan Roh 

Kudus kepada orang percaya sebagai salah satu perlengkapan dalam hidup di dunia untuk 

kepentingan bersama (1 Korintus 12:7), bukan sebagai salah satu syarat untuk masuk 

surga.

Pandangan Baru

Oneness di satu sisi seolah sangat bertentangan dengan Trinitarian, dan sisi lain 

mirip dengan Modalisme. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa Oneness menolak 

disamakan dengan Modalisme. Sebenarnya bila dicermati, ada kesamaan antara Oneness 

dengan Trinitarian dan ada perbedaan dengan Modalisme. Persamaan Trinitarian dan 

Oneness selain sama-sama mengakui Yesus sebagai Tuhan adalah konsep dualisme 

eksistensi Tuhan, hanya dalam bentuknya yang berbeda. Trinitarian mengakui dualisme 

eksistensi Tuhan, yaitu bahwa Yesus adalah Tuhan dan manusia pada saat yang 

bersamaan. Sedangkan Oneness mengakui dualisme eksistensi Tuhan Yahweh, yaitu 

sebagai Bapa dan sebagai Putra, saat Dia berinkarnasi dalam Yesus. Perbedaan Oneness 

dengan Modalisme yaitu Modalisme menganggap bahwa “Putra” merupakan 

kemanusiawian Yesus, sedangkan “Bapa” merupakan ketuhanan Yesus. Sedangkan 

Oneness mengakui Yesus adalah Tuhan, tetapi dalam wujud manusia melalui inkarnasi.

Jason Dulle memandang Trinitarian terlalu menekankan pada ayat-ayat yang 

menyatakan perbedaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sehingga mereka mempunyai arti 

lain terhadap ayat-ayat tentang keesaan. Dulle menganggap bahwa Trinitarian memang 

monoteistik tetapi hanya dalam level semantik, tetapi tidak dalam taraf konseptual. 

Sedangkan Modalisme terlalu menekankan ayat-ayat keesaan sehingga pada level praktis 

mereka mengesampingkan perbedaan yang jelas antara Bapa dan Putra. Jika kita ingin 

mempunyai pandangan yang sesuai dengan data di Alkitab, kita harus mengadopsi posisi 

mengakui perbedaan yang tertulis di dalam Perjanjian Baru, dan menggabungkan dengan 

paham monotheis di Perjanjian Lama.16

Berdasarkan penjelasan di atas dan usulan dari Jason Dulle ini (kita harus 

mengadopsi posisi mengakui perbedaan yang tertulis di dalam Perjanjian Baru, dan 

menggabungkan dengan paham monotheis di Perjanjian Lama), penulis dapat mengambil 

pemahaman bahwa Yesus mempunyai peran tiga berganda. Yang pertama berperan 

sebagai teladan bagi seluruh manusia. Yang kedua sebagai Tuhan dalam wujud manusia. 

Yang ketiga sebagai Tuhan yaitu Yahweh. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Dr. Yakub 

Sulistyo dalam kotbahnya di chanell Youtube 

https://www.youtube.com/watch?v=S9T4lemY8Nk (Seri 1), 

https://www.youtube.com/watch?v=elnJ6OJ5VME (Seri 2), 

https://www.youtube.com/watch?v=886k6XYqjok (Seri 3). Dengan memahami peran 

tiga berganda ini, maka orang Kristen tidak lagi mengalami kebingungan saat membaca 

ayat yang seolah bertolak belakang dengan ketuhanan Yesus. 

Peran yang pertama sebagai teladan bagi manusia, dapat kita lihat dalam beberapa 

tindakanNya, seperti berdoa kepada Bapa (Matius 26:36, 39, 42, 44; Markus 1:35; 6:46; 

14:32, 35, 39; Lukas 5:16; 6:12; 9:18; 9:29; 11:1; 22:32, 41, 44), dibaptis (Matius 3:13-

17; Markus 9:9-11; Lukas 3:21-22), taat sampai mati di kayu salib, saat disalib Dia 

menyerahkan nyawaNya kepada Bapa (Matius 27:50; Markus 15:37; Lukas 23:46; 

Yohanes 19:30), dan lain-lain. Saat Dia dalam wujud manusia dan dalam kehidupan 

sehari-hariNya di bumi, Dia bertindak sebagai teladan bagi seluruh manusia. Oleh karenaitu Dia juga dapat merasakan lapar (Matius 4:2, Markus 11:12, Lukas 4:2), sakit, dan 

berdarah saat menderita di kayu salib.

Peran yang kedua sebagai Tuhan dalam wujud manusia. Menurut Yakub Sulistyo, 

Yesus bukan 100% Tuhan dan 100% manusia, tetapi Dialah 100% Tuhan tetapi dalam 

wujud manusia. Karena Dia tidak lahir karena percampuran sel sperma dan ovum 

manusia, sedangkan manusia tidak mungkin ada jika tidak ada percampuran sel sperma 

dan ovum manusia. Peran yang kedua ini dapat dilihat dalam kisahNya saat Yesus mampu 

melakukan banyak tanda mujizat (Matius 4:23; 9:35; Yohanes 2:1-11, dan lain-lain), 

mampu mengusir roh-roh jahat (Matius 8:16; 10:1; 12:22, dan lain-lain), berjalan di atas 

air (Matius 14:22-33; Markus 6:45-52; Yohanes 6:16-21)bahkan saat Dia mampu 

meredakan angin sakal(Matius 8:23-27; Markus 4:35-41; Lukas 8:22-25), dan lain-lain. 

Ini bukti bahwa Yesus adalah Tuhan sendiri tetapi dalam wujud manusia.

Peran ketiga Yesus yaitu sebagai Tuhan Yahweh dapat dilihat saat Dia 

mengampuni dosa (Matius 9:2; Markus 2:5; Lukas 5:20; Lukas 7:47-48; Yohanes 5:14; 

8:11), saat Dia mengatakan bahwa sebelum Abraham ada Dia telah ada (Yohanes 8:58), 

saat Dia bangkit dari antara orang mati (oleh karena Dia Tuhan maka maut tidak mampu 

berkuasa atasNya), saat Dia mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 

12:8; Markus 2:28; Lukas 6:5), dan saat Dia menyamakan DiriNya dengan Tuhan 

(Yohanes 5:18; 10:33).


Oneness Pentecostalism, sebuah aliran teologis dalam tradisi Pentakosta, menawarkan perspektif 

unik terhadap konsep Tritunggal. Artikel ini secara mendalam mengeksplorasi tinjauan teologis 

Oneness Pentecostalism dengan fokus pada sejarah perkembangannya, doktrin utamanya, serta 

implikasi teologis yang muncul dari pandangan mereka terhadap natur Tritunggal. Sejarah 

Oneness Pentecostalism dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-20, di mana gerakan ini muncul 

sebagai reaksi terhadap ajaran Tritunggal dalam tradisi Kristen. Mereka menekankan konsep 

tunggalitas Tuhan, menolak pemisahan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai pribadi yang 

terpisah. Artikel ini membedah argumen teologis yang mendasari keyakinan ini, menelusuri 

pemahaman mereka terhadap baptisan dalam nama Yesus sebagai manifestasi keesaan Tuhan.Doktrin utama Oneness Pentecostalism, seperti ajaran keselamatan oleh iman dan pentingnya 

kehidupan rohaniah yang kudus, juga diselidiki secara rinci. Implikasi teologis dari pandangan 

mereka terhadap Tritunggal tercermin dalam persepsi mereka terhadap ajaran-aliran Kristen 

lainnya, menciptakan ketegangan teologis yang signifikan. Dalam merinci bagaimana Oneness 

Pentecostalism memandang peran Roh Kudus dalam kehidupan percaya, artikel ini menyajikan 

perspektif mereka tentang pengalaman karismatik dan karunia Roh Kudus. Analisis ini 

memberikan wawasan tentang bagaimana teologi tunggalitas mempengaruhi praksis keagamaan 

dan spiritualitas dalam komunitas Oneness Pentecostal.

Dengan menyelidiki aspek-aspek ini, artikel ini memberikan gambaran komprehensif tentang 

tinjauan teologis Oneness Pentecostalism, menyajikan pemahaman yang mendalam tentang akar, 

doktrin, dan implikasi teologis dari pandangan mereka terhadap Tritunggal. Oneness atau secara 

etimologi disebut dengan keesaan, merupakan ajaran atau doktrin tentang Tuhan yang 

menyatakan bahwa Tuhan adalah satu. Oneness sering juga disebut dengan Oneness 

Pentecostalism atau aliran Jesus Only atau Apostolic. Hal ini disebabkan karena paham Oneness 

Pentecostalism ini percaya bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah Yesus sendiri yang 

bermanifestasi di ketiganya. Pemahaman ini sangat bertolak belakang dengan paham Trinitarian, 

yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai tiga Pribadi yang berbeda tetapi satu hakikat atau 

substansi.

House

Dalam kekristenan, Alkitab mengajarkan bahwa Bapa adalah Allah,
Yesus adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah. Hal ini dikenal dalam
kekristenan sebagai Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam
Alkitab juga mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah. Istilah yang digunakan
dalam Alkitab untuk menjelaskan ketritunggalan Allah yaitu Allah yang terdiri
dari tiga oknum tetapi satu Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Akan
tetapi, dalam hal ini bukan berarti bahwa orang Kristen percaya ada tiga Allah.
Tritunggal berarti satu Allah yang terdiri dari tiga oknum dan satu Pribadi yaitu
Bapa, Anak dan Roh Kudus. Akan tetapi, setiap Pribadi dalam Trinitas memiliki
peranan yang berbeda-beda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu
merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal.1
 Namun, dalam
pelaksanaannya ada peranan yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak dan
Roh Kudus. Bapa berperan untuk memprakarsai penciptaan dan penebusan,
Anak yang menebus ciptaan-Nya dan sebagai Juruselamat umat manusia, dan
Roh Kudus berperan untuk melahirkan kembali dan menguduskan dalam rangka
mengaplikasikan karya penebusan itu kepada orang-orang yang percaya. 2
 Akan
tetapi, berdasarkan pandangan dari Oneness berlawanan dengan doktrin
Tritunggal. Secara garis besar doktrin ini merumuskan bahwa Allah hanya
terdiri dari satu oknum saja yang kemudian bermanifestasi dalam tiga periode
karyanya yaitu sebagai Bapa, sebagai Anak, dan sebagai Roh Kudus. Doktrin ini
muncul dari sebagian doktrin yang dinamakan Oneness Pentecostalism. 
Ajaran Oneness menegaskan bahwa sebutan Bapa, Anak dan Roh Kudus
itu merupakan sebutan bagi Allah Yang Maha Esa dalam oknum yang berbeda￾beda. Ketika Oneness berbicara mengenai Bapa, Anak dan Roh Kudus mereka
melihatnya sebagai suatu perwujudan dari Allah Yang Esa. Bapa merupakan
sebutan yang berkaitan dengan hubungan sebagai atau dalam hal ini berperan
selaku orangtua, Anak sebagai ingkarnasi dari Allah dalam bentuk daging
melalui Yesus Kristus sedangkan Roh Kudus merupakan sebutan terhadapaktivitas Allah dalam Roh. Pada umumnya, pandangan Oneness yaitu tentang
Keesaan Allah.

Keluarnya Oneness dari Assemby of God ( sidang jemaat Allah) bisa juga dikatakan
sebagai suatu perpecahan yang besar dalam gerakan Pentakosta dari aliran-aliran azuza
Street (1905-1915). Tahun 1914 menandakan perpisahan pada Oneness dari Assemby of
God. Oneness lahir ketika pentakosta modern masih sangat muda. Saat itu
pentakolisme pun belum terbentuk seperti sekarang ini. bukan hanya pergerakannya
tetapi secara teologi Pentakosta (Pentakolisme) berkembang dan bertumbuh dewasa
juga. 3
doktrin awal Oneness tidak lahir dari sebuah perjumpaan mistik, supranatural,
atau pengalaman ekstasi lainnya, akan tetapi datang dari perjumpaan teologis dari
tulisan-tulisan yang berkembang dan bukan hanya semata dari kelompok pentakosta,
tetapi juga dari tradisi lainnya seperti Presbiterian. 
B. Doktrin Trinitas (doktrin Allah Tritunggal)
Keberadaan Allah Tritunggal adalah doktrin yang diajarkan dalam kekristenan. Hal
yang seperti ini sangat penting untuk dimengerti dan tidak dikesampingkan begitu saja.
Di dalam Alkitab memberikan pengajaran bahwa Bapa adalah Allah, Yesus adalah
Allah dan Roh Kudus adalah Allah. Alkitab juga menmberikan pengajaran bahwa Allah
hanya ada satu. Tritunggal terdiri dari tiga pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Bapa adalah Allah (Yoh 6:27; Roma 1:7; 1 Petrus 1:2), Anaka adalah Allah (Yohanes
1:1,14:Roma 9:5; Kolose 2:9;Ibrani 1:8; Yohanes 5:20), dan Roh Kudus adalah Allah
(Kis.5:3-4; 1Kor. 3:16 (yang mendiami adalahRoh Kudus), Roma 8:9;Yohanes 14:16-
17, dan Kis. 2:1-4). Alkitab memperlihatkan hubungan yang erat dan saling
menghormati satu dengan yang lainnya. Hal ini merupakan hubungan internal tanpa
mengurangi keilahian dari setiap Pribadi yang ada dalam Tritunggal. Setiap pribadi
yang terdapat dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda-beda. Karya keselamatan
dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Trirtunggal.
Namun, dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Bapa yang memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak yang
menebus ciptaa-Nya; dan Roh Roh Kudusyang melahirkan kembali dan menguduskan
dalam rangka mengaplikasikan karya penebusan itu kepada orang-orang yang percaya.4
Hubungan-hubungan Trinitas kepada Injil secara paling mendalam dikembangkan di
dalam Efesus 1:1-14. Disana Injil dihubungkan secara khusus kepada tiga ke-Allahan.5
Akan tetapi, ketigaan oknum Allah juga terang sekali dinyatakan dalam Kitab Suci.
Ketiga oknum dalam Kitab Suci dibeda-bedakan yaitu sebutan pertama yaitu Bapa,
Anak dan Roh Kudus. Sebutan tersebut menujukan hubungan yaitu bahwa Alah Bapa
adalah Bapa, Allah Anak adalah Anak yang tunggal, jadi ada hubungan antara Bapa dan
Anak. Oknum Bapa dan Anak adalah kekal (Yoh.1). dalam pendahuluan Injil Yohanes
ini ada hubungan antara Bapa dan Anak yang kekal, akan tetapi juga Allah Anak
menjadi perantara dalam menciptkan segala sesuatu. Jadi Trinitas tidak hanya
menyatakan diri kepada kita, tetapi juga kepada hakikat Allah yang kekal.Jadi ada
dasarnya, Allah adalah Esa dan beroknum tiga.6
Adapun ajaran-ajaran yang menyimpang tentang Trinitas yaitu:
1) Praxeas yang mengatakan bahwa Tuhan Allaha adalah Roh. Sebagai Roh
Tuhan, maka Allah disebut Bapa. Allah telah mengenakan daging atau
menjadi manussia, yang disebut juga dengan Anak. Dalam diri Yesus
Kristus, Bapa dan Anak telah menjadi satu, sang Manusia Yesus, secara
daging adalah Anak sedangkan secara Roh adalah Bapa. 
2) Paulus dari Samosata yang mengatakan bahwa Tuhan Allah hanya dpat di
pandangan sebagai satu pribadi saja. Namun, dalam diri Allah dapat
dibedakan antara Logos yaitu Firman dan hikmat. Adapun logos terebut
dapat juga disebut sebagai Anak, sedangkan Hikmat dapat disebut sebagai
Roh. Logos bukan suatu pribadi, melainkan kekuatan yang tidak berpribadi.
3) Sabellialisme mengatakan bahwa Allah itu Esa dan terdiri dari satu
pribadi dengan tiga nama. Kelompok Sabellialisme ini mengajarkan
bahwa yang dimaksud dengan ajaran Tritunggal adalah Allah yang
menyatakan diri-Nya dalam tiga cara yaitu Allah Bapa yang berubah
menjadi Allah Anak, dan Allah Anak yang berubah menjadi Allah Roh. Jadi
berdasarkan ajaran tersebut, maka kelompok ini menyangkali adanya tiga
oknum yang berbeda dalam Tritunggal yang dapat dibedakan sekalipun tidakdapat dipisahkan. Penganut ajaran ini di masa sekarang ini yaitu Only Jesus
(Oneness). 
4) Arianisme yang menekankan tentang keesaan Allah dan bahwa tidaak ada
yang seperti Dia, hanya Bapa yang adalah Allah, Yesus disebut sebagai
Allah tetapi keilahian-Nya adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah, dan
Yesus berada setingkat di bawah Allah Bapa. Yang menganut Arialisme
pada saat ini yaitu saksi Yehovah. Arius mengakui bahwa adanya ketiga
oknum dalam diri Allah yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Akan tetapi
menurut Arius, Anak memiliki posisi di bawah Bapa, demikian juga Roh
Kudus. Oleh karena itu, Anak tidak memiliki kekekalan yang sama dengan
Bapa. Anak juga tidak disejajarkan dengan Bapa, tetapi lebih rendah dari
Bapa, sedangkan Roh Kudus lebih rendah dari Anak. Arianisem menolak
ajaran tentang Tritunggal, dan kelompok ini juga berpendapat bahwa Yesus
bukanlah Allah melainkn ciptaan Allah yang pertama. 7
C. Doktrin Yesus Kristus 
Doktrin tentang Yesus Kristus atau Kristologi sangat penting bagi iman Kristen
karena hal ini menyangkut tentang doktrin tentang dosa (hamartiologi) dan keselamatan
(soteriology). Yesus menjelma (inkarnasi) kedalam dunia dengan tujuan untuk
menyelamatkan umat manusia dari dosa. 8
 Yesus adalah berita dan teladan Misi.
Sebagai berita, Yesus adalah jalan yang menuju kepada keselamatan, yang telah di
menangkan-Nya bagi kitamelalui hidup dan Karya-Nya. Yesus adalah jalan kebenaran,
yang berarti bahwa sebagai Allah Ia mempersonifikasikan kebenaran yang absolut.
Melalui inkarnasi-Nya, maka Yesus telah memperkenalkan diri-Nya dan kebenaran itu
kepada kita sebagai orang yang percaya. Sebagai teladan misi, Yesus kemudian
menghadirkan kepada kita teladan kerendahan hati serta sifat kepelayanan, dan teladan
penderitaan serta berkekurangan. 9
Yesus Kristus ini dilahirkan oleh seorang anak dara yaitu Maria. Sehingga, Maria ini
disebut sebagai ibu Yesus Kristus. Hal ini adalah derajat yang sangat tinggi dan
melampaui segala derajat diantara manusia karena Maria adalah ibu dari Yesus. Mariadiberikan segala karunia oleh Tuhan, yaitu karunia yang lengkap dengan kebahagiaan
dan jiwa dan kebahagiaan tubuh. Adapun alasan mengapa Yesus Kristu yang adalah
Allah menjadi manusia (Inkarnasi), yaitu:
a) Untuk mengukuhkan janji-janji Allah. Allah menjadi manusia untuk
mengukuhkan janji-janji Allah yang telah diberikan kepada leluhur Israel
serta untuk menunjukkan kemurahan kepada orang-orang yang bukan
Yahudi (Roma 15:8,12).
b) Untuk menyatakan Bapa. Dalam Perjanjian Lama, Allah dinyatakan sebagai
Pencipta dan Penguasa. PL menunjukkankesatuan, kekudusan, keperkasaan,
serta kemurahan Allah. Kristus melengkapi pernyataan tersebut dengan
menambhakan gagasan Allah sebagai Bapa (Mat.6:9). 
c) Untuk menjadi Imam besar yang setia. Tuhan datang agar memenuhi syarat
untuk bertindak selaku Imam besar yang setia.kristus datang supaya dapat
mengalami semua pengalaman manusia, terlepas dari dosa sehingga Yesus
berhak menjadi Imam yang besar. 
d) Untuk menghapus dosa. Dengan mengorbankan Diri-Nya sendiri Kristus
telah mengahapus dosa manusia (Ibr.9:26). Berdasarkan Markus 10:45
ditunjukkan dengan jelas bahwa Yesus Kristus datang sebagai manusaia dan
harus mengalami inkarnasi agar Yesus dapat menyelamatkan umat manusia
dari dosa. 
e) Untuk membinasakan pekerjaan Iblis. Kristu datang sebagai mansuia juga
untuk mengalahkan pekerjaan Iblis (1 Yoh.3:8). Dengan melalui kedatangan
Kristus secara khusus karya-Nya di kayu salib itu mengalahkan iblis (Yoh.
12:31, 14:30). 
f) Untuk memberikan teladan hidup kepada yang kudus. Kristuslah satu￾satunya yang sempurna sekalipun Dia adalah manusia,dan Kristus adalah
Juruselamat dan teladan bagi semua orang yang perrcaya. 
g) Untuk mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua. Alkitab mengatakan
bahwa “ demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorankan diri-Nya
untuk menanggung dosa banyak orang.10
D. Doktrin OnenessDalam Doktrin Oneness menyatakan bahwa hanya ada satu Allah yaitu satu Roh
yang dapat melibatkan dirinya dalam banyak cara yang berbeda-beda termasuk sebagai
Bapa, Anak dan Roh Kudus. Berdasarkan dari doktrin Oneness ini tentunya berlawan
dengan doktrin Trinitas yang merupakan doktrin yang mempercayai adanya tiga oknum
Allah. Ajaran Oneness memberikan suatu penekanan dengan tegas bahwa sebutan Bapa,
Anak dan Roh Kudus itu merupakan sebutan bagi Allah Yang Maha Esa dalam oknum
yang berbeda. Ketika Oneness berbicara mengenai Bapa, Anak dan Roh Kudus mereka
melihatnya sebagai suatu perwujudan dari Allah Yang Esa. Bapa merupakan sebutan
yang berkaitan dengan hubungan sebagai orangtua, Anak sebagai ingkarnasi dari Allah
dalam bentuk daging melalui Yesus Kristus sdeangkan Roh Kudus merupakan sebutan
terhadap aktivitas Allah dalam Roh. Dalam hal ini Allah disebut sebagai Bapa dalam
penciptaan, Anak sebagai penebusan dan Roh Kudus dalam emanensi.11 Satu pribadi
yang bermanifestasi menjadi tiga, berbeda dengan tiga pribadi yang berbeda juga dari
rumusan ortodoksi Tritunggal. Karena percaya hanya kepada satu pribadi Tuhan yaitu
Yesus saja.
 Kristologi Oneness ini mempengaruhi bangunan sistematika teologi secara
keseluruhan. Berbeda juga dengan Pentakosta klasik yang hanya menekankan kepada
kepenuhan Roh Kudus dengan tanda awal yaitu bahasa lidah yang tidak bebrbeda
dengan konsep dari Tritunggal, dan Kristologi Ortodoksi. Permasalahan dari Oneness
juga terbawa oleh doktrin keselamatan atau Soteriologi. Posisi teologis Oneness adalah
keselamatan dalam Yesus Kristus yang bersyarat. Untuk dislamatkan menurut doktrin
Oneness adalah adanya suatu pertobatan, baptisan air dalam nama Yesus, dan baptisan
Roh Kudus dengan yang ditandai dengan bahasa lidah. Syarat pertama yaitu pertobatan
tidak menjadi permasalahan dalam teologis. Akan tetapi ketika baptisan dan bahasa
lidah menjadi salah satu syarat keselamatan, maka Oneness semakin keluar dari arus
utama kekristenan. Keselamatan menurut Oneness ini lahir karena adanya penekanan
kepada Kisah Para Rasul 2:38, dan bukan kepada Yohanes 3:16 seperti ortodoksi.
Dengan memberikan satu syarat kepada satu keselamatan didalam Yesus Kristus
Oneness tidak mempercayai akan adanya keunikan dari prinsip kasih karunia sehingga
Oneness terjebak hanya kepada pertobatan sebagai perbuatan baik. Berdasarkan doktrin
Oneness mengatakan bahwa dalam diri Yesuslah semua manifestasi Bapa, Anak dan
Roh Kudus sempurna. Bapa adalah Yesus (sebagai Logos), Yesus adalah Anak
(Inkarnasi), Yesus adalah Roh Kudus (Roh yang menghidupkan adalah formulasi dari
Onenes sehingga dalam hal ini disebut sebagai Jesus Only. Teologi Oneness berpusat
kepada teologi nama Yesus (In The Name Of Jesus ) melihat Kolose 2:9 sebagai ayat
yang utama. 
David K. Bernard dalam The Oneness Of God (1983) mengembangkan Oneness dan
menyerang adanya konsep Tritunggal. Pada dasarnya dalam buku ini Bernard
menyimpulkan bahwa penganut Tritunggal tidak bisa untuk menghubungkan antara tiga
pribadi.12
E. Telaah Kritis Mengenai Oneness Tentang Yesus Dalam Kaitannya Dengan 
Keabsahan Doktrin Allah Tritunggal.
1. Doktrin Kristologi Oneness 
Dalam doktrin ini Oneness tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai
pribadi kedua Allah Tritrunggal, Yesus pra inkarnasi adalah Bapa, Yesus
inkarnasi lebih mirip Nestorianisme (memiliki dua pribadi yang berbeda)
seperti multiple personality (kepribadian majemuk) jadi tidak percaya
adanya kesatuan Hipostatis antara keilahian dan kemanusian Kristus. Tetapi
Onenes tetap percaya adanya kematian dan kebangkitan Kristus seperti
ortodoksi. Kepercayaan terhadap kenaikan Tuhan Yesus ke sorga tidak
seperti ortodoksi karena mempercayai Yesus adalah Roh. 
2. Doktrin Roh Kudus (Pneumatologi)
Dalam doktrin pnematologi Oneness bisa dikatakan tidak ada, karena
Yesus adalah Roh Kudus. Oneness tidak percaya Roh Kudus itu ada. Hal in
sangat bertentang dengan ortodoksi, dan tidak bisa diterima sebagai
perbedaan sederhana. Ketika Roh Kudus tidak dipercaya ada, maka semua
karyanya tidak lagi dipercaya juga. Teologi Oneness memang tidak
dihindarkan karena titik awal kristologi yang bermasalah. 
3. Doktrin Soteriologi (Keselamatan)Dalam Doktrin ini Oneness menekankan keselamatan yang bersyarat
dengan baptisan dalam nama Yesus serta baptis ulang, juga baptisan Roh
Kudus yang disertai bahasa Roh atau bahasa lidah bukan sebagai tanda
kepenuhan Roh Kudus atau Roh Yesus akan tetapi sebagai tanda telah
diselamatkan. Jadi logika Oneness mengatakan bahwa jikalau seseorang
belum berbahasa lidah maka belum ada Yesus dalam hidup orang tersebut,
sehingga tidak mungkin diselamatkan.13
Berdasarkan doktrin Oneness ini, maka kelompok kami tidak setuju
dengan pandangan Onenenss yang mengatakan bahwa dalam diri Yesuslah
semua manifestasi Bapa, Anak dan Roh Kudus sempurna. Karena dalam
kekristenan Yesus ini disebut sebagai oknum yang kedua dari Allah
Tritunggal, yang berperan sebagai Anak. Pada umumnya Allah itu Esa dan
bekerja dalam satu Pribadi yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Melalui makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa dalam Doktrin
Oneness tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai pribadi yang kedua Allah
Tritrunggal, Oneness tidak percaya Roh Kudus itu ada, dan Oneness lebih
cenderung dalam menekankan tentang keselamatan yang bersyarat dengan
baptisan dalam nama Yesus serta baptis ulang, juga baptisan Roh Kudus yang
disertai bahasa Roh atau bahasa lidah bukan sebagai tanda kepenuhan Roh
Kudus atau Roh Yesus akan tetapi sebagai tanda telah diselamatkan. Tentunya
berdasarkan doktrin dari Oneness ini berlawanan dengan pandangan yang ada
dalam Trinitas.
Dalam Trinitas oknum Anaklah yaitu Yesus Kristus yang berinkarnasi
untuk menyelamatkan dan menebus dosa-dosa manusia.Sedangkan berdasarkan
pandangan Oneness mengatakan bahwa Bapa adalah Yesus (sebagai Logos),
Yesus adalah Anak (Inkarnasi), Yesus adalah Roh Kudus (Roh yang
menghidupkan adalah formulasi dari Oneness sehingga dalam hal ini disebut
sebagai Jesus Only. Teologi Oneness berpusat kepada teologi nama Yesus (In
The Name Of Jesus ) melihat Kolose 2:9-10 sebagai ayat yang utama. Sehingga
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pandangan Oneness berlwanan dengan
adanya konsep Trinitas.