alkitab digital. 3
,5 tahun, Paulus tinggal di rumah
Akwila dan Priskila, dan mereka bekerjasama sebagai tukang kemah.6
Paulus mulai memberitakan Injil di rumah-rumah ibadah orang Yahudi,
dibantu oleh Timotius dan Silas. Karena adanya tekanan dari penentang
Paulus, maka Paulus selanjutnya memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa
lain (Kis 18:9,18). Lama setelah Gereja Korintus berdiri, muncul masalahmasalah yang sangat membebani Paulus, selain karena masalah moral
dalam jemaat juga masalah perpecahan karena kemajemukan dalam jemaat.
Anggota jemaatnya terdiri dari orang yang berlatar belakang Yahudi dan
sebagian besar anggotanya bukan orang Yahudi.7
Analisa Konteks Historis Secara Khusus
Surat pertama Korintus ini ditulis oleh Paulus pada waktu ia berada
di Efesus kira-kira tahun 55 M, yaitu pada perjalanan misinya yang ketiga.
Hal ini sesuai dengan pengakuannya yang terdapat dalam 1Korintus 1:1,
16:21 dan pengakuan jemaat korintus sendiri serta pengakuan oleh gereja
pada umumnya sejak abad ke-2 M. Hal ini tidak dapat diragukan, karena
surat ini begitu cepat dikenal dan dipakai oleh seluruh kekristenan pada
waktu itu.8
Informasi ini juga dilaporkan Gaebelein dalam tulisannya.
Surat ini mengungkapkan perhatian yang tulus dari bapa rohani kepada
anak rohani, yakni dari Paulus kepada jemaat Korintus (1Kor 15).10
Alasan Paulus menulis surat pertama Korintus yaitu karena ia
mendengar adanya perpecahan dalam jemaat Korintus (1:11, 5:1), yang
disebabkan oleh karena adanya beberapa golongan yang berselisih (1:10
dst). Selain itu, Paulus mendapat laporan mengenai masalah kehidupan
beberapa jemaat di antaranya, yaitu: dosa percabulan (bnd. 5:1), mencari
keadilan kepada orang-orang yang tidak beriman (6:1 dst); masalah
perkawinan (7:1 dst); masalah kebangkitan Kristus dan kebangkitan orang
percaya (15). Di samping itu, ada alasan khusus Paulus menulis surat ini,
yaitu Paulus ingin mengingatkan jemaat Korintus mengenai bantuan untuk
jemaat di Yerusalem yang hidup dalam kemiskinan (bnd. 16:1 dst). Jadi,
maksud Paulus menulis surat pertama Korintus ialah untuk menjawab dan
mengkoreksi beberapa masalah yang terjadi dalam jemaat tersebut, dan
memberikan beberapa aplikasi praktis bagi kehidupan jemaat.11
Sedangkan alasan Paulus membahas mengenai kebangkitan Kristus
dan orang percaya dalam pasal 15 dari pertama Korintus, yaitu untuk
menanggapi dan memperbaiki ajaran sesat yang ada dalam jemaat, dimana
ajaran tersebut telah mempengaruhi jemaat Korintus. Adapun ajaran sesat
tersebut beranggapan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Dalam
suratnya, Paulus memberikan penegasan bahwa menyangkal kebangkitan
yaitu sama dengan menjadikan iman Kristen tanpa arti dan tidak berharga.
Dalam hal ini Paulus mengulangi kembali mengenai azas-azas dasar Injil
dan menunjukkan bahwa kebangkitan Kristus (15:1-11), merupakan hal
yang sangat penting dari kebangkitan orang percaya, dimana kebangkitan
Kristus yaitu mencakup kebangkitan orang percaya (15:12-34). Selain itu,
Paulus juga menjawab kesukaran-kesukaran yang berkaitan dengan
kebangkitan orang percaya, khususnya kebangkitan tubuh (15:35-58). Jadi
teks 1Korintus 15 merupakan perumusan doktrin kebangkitan yang paling
unggul dari seluruh Alkitab.12
Analisa Struktur Teks
Untuk mengetahui outline teks 1Korintus 15, maka perlu mengetahui
terlebih dahulu keseluruhan teks dari surat 1Korintus. Para ahli Perjanjian
Baru membagi surat 1Korintus dalam beberapa bagian besar. Gordon D.
Fee membaginya dalam empat bagian besar, yaitu: Introduction (1:1-9), In
Response To Reports (1:10-6:20), In Response To The Corinthians Letter
(7:1-6:12), Concluding Matters (16:13-24).13 Sedangkan pokok mengenai
kebangkitan dalam pasal 15:1-58, merupakan salah satu dari delapan
pembahasan bagian ketiga 7:1-16:12.14 Penulis lebih setuju dengan struktur
Gromachi, yang membagi surat 1Korintus dalam dua bagian besar, yaitu
pertama: Jawaban terhadap laporan pribadi, kedua: Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan dalam surat mereka. Pokok yang membahas
mengenai kebangkitan dalam pasal 15:1-58, merupakan salah satu dari
tujuh pembahasan bagian kedua pasal 7:1-16:4.15 Struktur Gromachi ini
ternyata sama dengan struktur Alfred Martin.16 Namun berbicara secara
khusus mengenai pasal 15:1-58, Penulis lebih setuju dengan struktur teks
menurut The Greek New Testament, yang membagi pasal 15 menjadi tiga
bagian, yaitu Pertama: Kebangkitan Kristus (15:1-11); Kedua: kebangkitan
dari kematian (15:12-34); Ketiga: Kebangkitan Tubuh (15:35-58). Hal ini
yaitu benar menurut penulis, untuk itu penulis membagi struktur teks
pasal 15 ini pula menjadi tiga bagian besar, yaitu pertama: Fakta
kebangkitan Kristus merupakan dasar kebangkitan Kristen (15:1-11),
kedua: Kebangkitan orang mati (15:12-34), ketiga: Misteri kebangkitan
tubuh (15:35-58). Pembagian ini didasarkan pada struktur teks bahasa
asli.17
Berbicara secara khusus mengenai struktur teks 1Korintus 15:12-58,
penulis cenderung mengikuti struktur yang dikemukakan oleh Gordon D.
Fee.18 Hal ini akan dikemukakan pada bagian eksegese teks.
Paralel Surat 1Korintus 15 dengan Tulisan Paulus yang Lain
Surat pertama Korintus pasal 15 ini memiliki kesamaan atau paralel
dengan tulisan surat-surat Paulus yang lain. Francis dan Sapley membagi
surat 1Korintus 15 menjadi tujuh bagian yang dilengkapi dengan masingmasing paralelnya di surat Paulus yang lain. Paralel dari tujuh bagian dari
surat 1Korintus 15 tersebut, yaitu:
I Cor. 15:1-11: I Delivered to you what I also received : Rom. 1:1-7,
5:6-11, 6:1-10, 11:33-36; II Cor. 5:14-21, 10:7-12; Gal. 1:15-24, 2:1-
10; Eph. 2:1-10, 3:1-13, 4:1-10, Phil. 2:1-11; Col. 1:15-20, 2:8-15; I
Thess. 1:2-10. I Cor. 15:12-19: If Christ has not been raised : Rom
5:1-5, 6:1-10; II Cor. 5:14-21; Eph. 2:1-10; Phil. 3:17-21; Col. 2:8-
15; I Thess. 4:13-18. I Cor. 15:20-28: In Adam All Die; In Christ
Shall All Be Made Alive : Rom. 5:12-21; II Cor. 10:1-6; Eph. 1:3-
23; Phil. 3:17-21; Col. 1:15-20; I Thess. 4:13-18; II Thess. 2:1-12.
I Cor. 15:29-34: If The Dead Are Not Raised : II Cor. 4:7-12, 6:1-
10, 11:21b-29; Phil. 1:19-26; Col. 1:24–2:3; I Thess. 3:1-5. I Cor.
15:35-41: With What Kind of Body Are The Dead Raised ? : Rom.
8:18-25; II Cor. 4:16–5:5; Phil. 3:17-21. I Cor. 15:42-50: How Are
The Dead Raised ? : Rom. 5:12-21; Gal. 6:7-10; Phil. 3:17-21; Col.
1:15-20. I Cor. 15:51-58: We Shall All Be Changed: II Cor. 4:16 –
5:5; Eph. 4:14-21; Col. 3:1-4, 5-11; I Thess. 4:13-18.19
RELASI PENULISAN 1KORINTUS 15:1-58 DENGAN
PERISTIWA KEBANGKITAN OLEH PENULIS INJIL
Cerita mengenai kebangkitan Yesus dalam Injil menurut pandangan
liberal yang radikal yaitu bertentangan dengan pandangan konservatif
(Injili). Menurut pandangan liberal mengenai hubungan antara cerita
kebangkitan Yesus dan penulisan Injil tidak ada kesinambungan antara
peristiwa Yesus (perkataan dan perbuatan Yesus) dengan waktu penulisan.
Menurut mereka, para penulis Injil, menulis cerita kebangkitan Yesus
hanya berdasarkan iman Gereja mula-mula, bukan merupakan suatu fakta
historis. Sebaliknya, cerita itu yaitu hasil usaha para penulis Injil dalam
mengumpulkan bahan yang ada pada waktu itu. Sedangkan bahan
mengenai kebangkitan tersebut bukan berdasarkan fakta historis, melainkan
hasil iman Gereja mula-mula, yaitu hasil pemikiran teologis para penulis
Injil untuk kepentingan iman Gereja semata. Bagi mereka, yang penting
bukanlah fakta historis, melainkan apakah itu bermanfaat bagi iman orang
percaya. Kesimpulan mereka ini didasarkan pada teori dokumentaris.20 Jadi,
Paulus menulis mengenai kebangkitan Kristus dalam 1Korintus 15 yaitu
berdasarkan sumber-sumber hasil pemikiran penulis Injil dan ditambah
dengan pemikirannya sendiri atau berdasarkan bukti-bukti Alkitab dan
konsep inspirasi. Penulis memegang konsep inspirasi dimana Allah yang
menghembuskan Firman-Nya kepada penulis, seperti pendapat Packer
bahwa:
Gambaran historis mengenai Kitab suci yang diinspirasikan bukan
dalam pengertian bahwa itu sedang mengilhamkan (walaupun itu
ada), melainkan itu berarti bahwa “Allah menghembuskan”
(theopneustos, 2Tim 3:16), suatu hasil karya dari Roh Kudus,
Pencipta, selalu dipandang sebagai pemberitaan dan pengajaran
Allah sendiri melalui kata-kata dari para penyembahNya yang
menyaksikan apa yang Roh Kudus berikan Baik Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru, keduanya mengajarkan bahwa Firman dari
Kitab Suci sebagai Firman Allah sendiri.21
Artinya, dalam penulisan 1Korintus 15, Allah memakai penulis dalam
seluruh keberadaannya, menyampaikan kepadanya apa yang harus ditulis,
dan mengontrol penulisan sehingga tidak mungkin salah (innerant).
Sekalipun Paulus bukanlah saksi mata kebangkitan Yesus, namun Roh
Kudus menghembuskan berita kebangkitan sehingga sesuai dengan fakta
historis kebangkitan Yesus. Selain alasan di atas, ajaran mengenai
kebangkitan dalam 1Korintus 15 yaitu ajaran yang dibangun berdasarkan
bukti-bukti historis. Perjanjian Baru memaparkan sedemikian banyaknya
teks Alkitab yang dengan jelas melaporkan bukti-bukti historis tentang
kebangkitan yang diceritakan oleh penulis Injil dan yang diajarkan oleh
Paulus, di antaranya ialah: Tuhan Yesus menampakkan diri kepada Maria
Magdalena (Yoh 20:11-17 bnd. Mrk 16:9-11); Tuhan Yesus berjumpa
dengan para murid (Mat 28:9-10); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada
Simon (Luk 24:34; 1Kor 15:5); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada
murid-murid-Nya di jalan ke Emaus (Luk 24:13-35; Mrk 16:12-13); Tuhan
Yesus menampakkan diri kepada kesebelas murid-Nya (Mrk 16:14; Luk
24:36-43; Yoh 20:19-23); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada Tomas
(Yoh 20:26-29); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada kesebelas muridNya dan Ia memberi perintah untuk pergi memberitakan Injil-Nya (Mat
28:16-20); Kristus menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara,
dan juga kepada Yakobus (1Kor 15:6-7). Kristus menampakkan diri kepada
Paulus (Kis 9:5-6, 1Kor 15:8).22
FAKTA KEBANGKITAN KRISTUS MERUPAKAN DASAR
KEBANGKITAN KRISTEN (15:1-11)
Pokok mengenai fakta kebangkitan Kristus merupakan dasar
kebangkitan kristen yaitu ajaran yang asasi bagi kekristenan. Menyangkal
kebangkitan Kristus dari antara orang mati (15:12) berarti meniadakan
seluruh makna Injil. Demikianlah Paulus mengulangi kembali hal-hal yang
asasi dari Injil. Ia menunjukkan bagaimana kebenaran kebangkitan Kristus
mewujudkan suatu bagian yang pasti dari Injil itu (ay. 1-11), dan bahwa
kebangkitan itu mencakup kebangkitan orang Kristen (ay. 12-34). Akhirnya
kesukaran-kesukaran tertentu yang timbul terhadap ajaran itu dipecahkan
(ay. 35-58).23
Pada bagian awal pasal 15 ini, Paulus mengawali pembahasannya
tentang kebangkitan, dengan kalimat: “aku mau mengingatkan kamu
kepada Injil yang aku beritakan dan yang kamu terima dan yang di
dalamnya kamu teguh berdiri (ay 1).” Dalam hal ini, Paulus ingin
mengingatkan kembali jemaat Korintus mengenai kuasa Injil yang telah
mereka terima. Paulus memandang perlu untuk mengingatkan mereka
mengenai Injil yang ia beritakan, sekalipun jemaat Korintus sudah
berpegang pada Injil tersebut, namun Paulus melihat adanya orang mati
(bnd. ay.12). Paulus tidak ingin jemaat Korintus menyangkal Injil yang dia
telah beritakan dengan mengikuti pandangan yang berpendapat bahwa tidak
ada kebangkitan orang mati. Karena itu ia memperingatkan mereka dengan
tegas. Berkenaan dengan itu, Guthrie berkomentar bahwa: “Peringatan ini
dipandang perlu menjadikan Paulus bertanya apakah mereka sudah lupa
akan hal itu, atau memang belum pernah benar-benar memilikinya.”24
Paulus kembali menekankan mengenai hakekat Injil yang telah
diberitakannya, yaitu Injil yang telah menyelamatkan mereka. Dengan
diawali preposisi oleh (dia) Paulus mengfokuskan perhatian pada Injil yang
membawa keselamatan, namun ada kesulitan berkenaan dengan kalimat
“Oleh Injil itu kamu diselamatkan …” (ay. 2), itu dilanjutkan dengan
kalimat “asal kamu teguh berpegang padanya”. Nampak di sini ada dua
pengertian yang berbeda, yaitu sudah selamat, dan sedang selamat.25
Berkenaan dengan kesulitan itu, Morris memberikan jalan keluar, bahwa:
Kata yang terakhir itu (eike) mungkin dimengerti tanpa
pertimbangan yang baik, yakni dengan cara yang serampangan. Jika
orang mengaku untuk mempercayai Injil, tetapi belum
mempertimbangkan dengan baik-baik untuk menyatakan secara
tidak langsung apa dan bagaimana tuntutan-tuntutannya. Mereka
sesungguhnya belum percaya Kristus. Keyakinan mereka tanpa
dasar dan kosong. Mereka kurang iman yang menyelamatkan.26
Dengan adanya beberapa orang dalam jemaat Korintus yang telah
menyangkal kebangkitan, maka hal inilah yang mendasari keinginan Paulus
untuk mengingatkan atau menasehati jemaat Korintus. Paulus
mengingatkan bahwa Injil yang dia beritakan yaitu Injil yang benar, bukan
hasil pikiran manusia dan bukan kayalan belaka. Karena itu, Paulus
memaparkan beberapa bukti yang kuat dari fakta historis yang tidak dapat
diragukan tentang kematian dan kebangkitan Kristus yang yaitu inti Injil
yang dia beritakan.
Fakta Kematian dan Penguburan Kristus (ay.3-4)
Setelah Paulus menarik perhatian jemaat Korintus kepada Injil yang
telah mereka terima, Paulus melanjutkan pembahasannya dengan
menekankan hakekat Injil itu sendiri. “Sebab yang sangat penting telah
kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah
Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci (ay. 3).”
Paulus menyatakan tentang Injil yang dirinya sendiri telah menerima, yaitu
tradisi pengajaran Gereja.27 Bahwa Injil itu pada intinya yaitu berpusat
pada kematian Kristus. Morris berpendapat sama bahwa: “Salib itu
merupakan inti dari Injil.”28 Hal ini pun dikatakan oleh Wilson: “Karena
dosa-dosa kita yang merupakan alasan kematian Kristus, ini berarti bahwa
Ia mati sebagai orang berdosa, sebagai kurban penggantian yang oleh-Nya
kita menerima pengampunan dosa-dosa.”29
Makna kematian Kristus disampaikan oleh Paulus, dengan harapan
akan menggugah kesadaran jemaat Korintus, supaya tidak begitu cepat
mengikuti injil lain, yaitu injil yang tidak menghargai kematian dan
kebangkitan Yesus. Injil itu, tidak hanya berhenti pada kematian Yesus,
melainkan diteruskan pada penguburan dan kebangkitan Kristus (ay. 4).
Injil itu bukanlah suatu program yang mendadak, melainkan Injil yaitu
kebenaran yang telah dinubuatkan dan yang telah terjadi suatu “Kitab Suci”
(Yes 53:10-12; Mzm 16:10; bnd. Kis 2:24-28). Karena itu, Paulus dapat
memberitakan Injil dengan penuh keyakinan berdasarkan kebenaran
tersebut. Kristus telah mati dan dikuburkan, dimana kematianNya
merupakan fakta historis, karena mayat Kristus memang telah dikuburkan,
dan hal ini tidak dapat disangkal kebenarannya (Mat 27:59-60; Mrk 15:46;
Luk 23:53)
Fakta Dan Bukti Kebangkitan Kristus (ay. 4-11)
Kristus telah mati dan dikuburkan, tetapi Dia tidak mati selamalamanya, pada hari yang ketiga dari kematian dan penguburan-Nya, Kristus
bangkit sesuai dengan nubuatan Kitab Suci (ay. 4). Kebangkitan Kristus
menggemparkan dunia pada waktu itu. Kebangkitan-Nya bukanlah ceritera
jemaat mula-mula, tetapi diproklamasikan. Hal ini juga diungkapkan oleh
Fuller.31 Dengan demikian satu hal yang pasti dan merupakan fakta historis
yaitu Kristus telah bangkit dari kematian dan disertai dengan bukti-bukti
yang akurat. Hal inilah yang dituangkan Paulus dalam ayat 5-11.
Kristus menampakkan diri-Nya kepada Kefas atau Petrus dan
kepada keduabelas murid-Nya (15:5, bnd. Luk 24:34-36; Kis 1:2-3)
Kristus menampakkan diri-Nya kepada lebih dari limaratus saudara
(15:6, bnd. Luk 24:33,36; Mat 28:10,16). Fakta menunjukkan
bahwa, banyak orang tersebut masih hidup pada waktu Paulus
menulis suratnya. Hal ini membuktikan bahwa mereka
menyaksikan peristiwa kebangkitan Kristus
Kristus menampakkan diri-Nya kepada Yakobus, saudara Tuhan
Yesus sendiri, kemudian kepada semua rasul (15:7). Yakobus yang
dimaksudkan disini yaitu Yakobus saudara Tuhan Yesus. Dimana
ia belum bertobat pada waktu pelayanan Yesus (Yoh 7:5), namun ia
bertobat setelah kebangkitan Tuhan Yesus (Kis 1:14), kemudian ia
menjadi tokoh jemaat di Yerusalem (Gal 2:9, bnd. 15:13 dst)
Yang terakhir, Kristus menampakkan diri-Nya kepada Paulus
(15:8). Penampakan Tuhan Yesus berhenti saat Dia naik ke Surga,
namun secara istimewa Dia menampakkan diri kepada Paulus di
jalan menuju ke Damsyik (Kis. 9).32 Peristiwa inilah yang
digambarkan Paulus “seperti anak yang lahir sebelum waktunya,”
artinya Paulus mengungkapkan mengenai dirinya yang tidak
layak.33
Bukti-bukti di atas, diperkuat oleh Paulus dengan pengalamannya
sendiri. Dalam ayat 9-10, Paulus bersaksi dalam kerendahan hatinya dan ia
senantiasa merasa menyesal karena telah menganiaya jemaat Tuhan. Alasan
inilah yang dianggap Paulus bahwa dirinya yaitu yang terkecil (paling
hina) diantara semua rasul. Kuasa kebangkitan Kristus telah merubah
Paulus secara total menjadi seorang yang sungguh-sungguh hidup dan
melayani Tuhan. Pendapat yang sama disampaikan oleh Pfitzner dalam
bukunya.34 Kuasa yang mengubah hidup Paulus ini, disadari oleh Paulus
sebagai karunia Allah (ay. 10). Kesadaran akan anugerah Allah ini telah
membangkitkan semangat Paulus dalam pelayanan, yaitu dengan semakin
bekerja keras. Injil telah mengubah Paulus, Injil itulah yang diberitakannya.
Paulus menarik perhatian jemaat Korintus untuk tertuju kepada Injil, karena
Injil itulah yang telah membuat orang Korintus percaya (ay. 11).35
Dalam 1Korintus 15:12-28, memaparkan secara khusus tentang
kebangkitan orang mati. Dalam hal ini, penulis akan membagi dalam dua
pokok bahasan, yaitu: Akibat yang terjadi apabila tidak ada kebangkitan
(15:12-19) dan Akibat yang dihasilkan oleh kebangkitan Kristus bagi orang
percaya (15:20-34).
Akibat Apabila Tidak Ada Kebangkitan (15:12-19)
Teks 1Korintus 15:12-19, diungkapkan dalam struktur yang
bentuknya paralel dan logis. Dalam hal ini, Paulus berusaha untuk
memberikan argumentasi yang logis kepada orang-orang Korintus supaya
mereka mengakui bahwa ada kebangkitan orang percaya yang telah mati,
dan kebangkitan itu yaitu didasarkan pada kebangkitan Kristus (ay. 1-11).
Adapun struktur ayat 12-19 yaitu sebagai berikut:
I. Ayat 12-13
A. Kami memberitakan: Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati
B. Beberapa darimu berkata: Tidak ada Kebangkitan orang
mati.
Tetapi
B’ Jika tidak ada kebangkitan orang mati,
A’ Kristus pun tidak dibangkitkan
II. Ayat 14-16
A’ Jika Kristus tidak dibangkitkan
R-1 Baik pemberitaan maupun iman yaitu sia-sia
Lebih dari pada itu
R-2 Kami bersaksi dusta tentang Allah
Karena
A. Kami mengatakan tentang Allah, bahwa Ia
membangkitkan Kristus
A’ Kepadanya ia tidak membangkitkan
B’ Jika memang orang mati tidak dibangkitkan
Karena
B’ Jika orang mati tidak dibangkitkan
A’ Kristus pun tidak dibangkitkan
III. Ayat 17-19
A’ Jika Kristus tidak dibangkitkan
R-1a Engkau masih hidup dalam dosa-dosamu
Dan lebih jauh lagi
R-1b Orang percaya yang telah mati, telah binasa.36
Paulus dalam ayat 1-11, mengungkapkan pokok kebangkitan Kristus,
sedangkan dalam ayat 12-19, Paulus menjelaskan konsekuensi yang
mematikan, bila jemaat Korintus menyangkal segala kemungkinan tentang
kebangkitan. Kemungkinan konsekuensi tersebut, yaitu menjadikan
pemberitaan para rasul menjadi suatu kebohongan dan iman menjadi suatu
yang sia-sia, orang Kristen yang mati menjadi binasa, orang Kristen yang
masih hidup menjadi orang yang paling malang.
Paulus dalam teks ini memaparkan akibat-akibat yang akan terjadi,
apabila tidak ada kebangkitan orang mati (15:12-19). Secara khusus,
berdasarkan struktur di atas, argumentasi Paulus diawali dengan kalimat
pengandaian, yaitu “Jika Kristus tidak dibangkitkan” (14-16 dan 17-19).
Kalimat pengandaian ini, diikuti penjelasan sebagai akibat yang akan
terjadi. Sebelum penulis membahas mengenai akibat yang terjadi apabila
tidak ada kebangkitan, maka penulis akan mengemukakan terlebih dahulu
mengenai latar belakang pengajaran Paulus.
Latarbelakang Pengajaran Paulus tentang Kebangkitan
Orang Mati (ay. 12)
Dalam teks Yunani: Ei de Cristoj khrussetai oti ek ekrw eghgertai
37
Kata kerussetai (verb, ind, pres, pass 3 pers, sing) artinya memberitakan,
memproklamasikan, dengan diawali oleh preposisi Ei (kata bersyarat)
artinya jika. Maka kalimat yang benar dalam ayat 12 yaitu : Dan jika
Kristus diberitakan bahwa Dia bangkit dari kematian, bagaimana
beberapa orang di antara kamu mengatakan tidak ada kebangkitan dari
kematian?
38 Dalam hal ini, jelas bahwa Paulus yang telah memberitakan
kebangkitan Kristus kepada jemaat Korintus. Namun, karena ada sebagian
jemaat di Korintus yang percaya pada filsafat Yunani, yang berpandangan
bahwa tidak ada kebangkitan orang mati,39 maka karena alasan yang
mendasar inilah yang membuat Paulus ingin memberikan responnya
terhadap pandangan yang keliru tersebut. Paulus ingin memperlihatkan
ketidakkonsistenan dan kemustahilan terhadap iman Kristen, apabila tidak
ada kebangkitan.
Kristus Tidak Dibangkitkan (ay. 13)
Dalam ayat 13, Paulus memberikan penjelasan kepada jemaat
Korintus dengan kalimat Ei de anastasij nekron ouk estin
40 Kalimat ini
mendapat preposisi Ei de (dan jika), menjelaskan bahwa, kalimat ini
merupakan kalimat bersyarat.41 Dimana dilanjutkan dengan frase …oude
Cristoj eghgertai (maka Kristus juga tidak dibangkitkan).42 Dalam teks ini,
Paulus memberikan suatu penjelasan kepada jemaat Korintus bahwa
Kristus tidak akan mengalami kebangkitan, apabila tidak ada kebangkitan
orang mati. Kalimat kedua merupakan akibat dari kalimat sebelumnya
kalau tidak ada kebangkitan orang mati. Dalam hal ini, kalimat kedua
sebagai konsekuensi dari kalimat pertama, dalam arti bahwa kebenaran
tentang kebangkitan orang mati diwujudkan dengan kebangkitan Kristus
dan Kebangkitan Kristus membuktikan mengenai kebenaran kebangkitan
orang mati. Dengan kata lain, Paulus menyatakan bahwa penyangkalan
terhadap kebenaran tentang kebangkitan orang mati, merupakan
penyangkalan juga terhadap fakta dan kebenaran kebangkitan Kristus.
Pemberitaan Injil Dan Iman Menjadi Sia-sia (ay 14-16)
Paulus pada ayat sebelumnya telah memaparkan mengenai adanya
suatu ajaran yang tidak mempercayai kebangkitan orang mati.
Ketidakpercayaan ini juga berarti penyangkalan kebangkitan Kristus. Pada
ayat 14, Paulus memaparkan akibat yang beruntun apabila menyangkal
kebenaran tentang kebangkitan orang mati. Akibat yang beruntun tersebut,
pertama yaitu penyangkalan kebangkitan Kristus; kedua yaitu: pemberitaan
para rasul termasuk Paulus yaitu pemberitaan yang palsu, bohong,
kosong, dan tidak berguna; ketiga, sebagai akibat langsung dari
pemberitaan yang palsu yaitu mengakibatkan kepercayaan jemaat Korintus
pun menjadi sia-sia. Karena ternyata iman mereka yaitu didasarkan
kepada berita yang palsu, yaitu berita tentang Kristus yang tidak pernah
dibangkitkan. Hal ini diungkapkan Paulus dengan ungkapan “Tetapi
andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami
dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” Berkenaan dengan hal ini, Pfitzner
berkomentar bahwa:
Iman mengakui bahwa Kristus “telah diserahkan karena pelanggaran
kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rm 4:25). Apabila
Paskah itu tidal lebih dari pada sekedar hiasan yang indah (tetapi
tidak harus ada) dari kue Injil maka sia-sialah juga kepercayaan kita.
Paskah tidak lebih dari sekedar sebuah akhir yang menyenangkan
dari suatu kisah yang seharusnya menyedihkan, tidak ada
pengharapan di dalam Juru Selamat yang mati. Namun sebaliknya,
iman tahu bahwa Paskah berarti perayaan kehidupan yang terus
menerus dalam menghadapi maut, janji tentang suatu kemenangan
akhir (ay 54-55).43
Lebih lanjut lagi dalam ayat 15, Paulus mengemukakan dalam teks
Yunani tertulis Euriskomeqa de kai yeudomarturej tou qeou Kata
euriskomeqa dalam bentuk present pasif berarti ditemukan. Sedangkan kata
yeudomarturej (verb, indic, pres, pass, 1 pers, pl) artinya kesaksian palsu.
44
Jadi, dalam teks Yunani yaitu lebih jelas menerjemahkannya: Dan
didalam diri kami, ditemukan kesaksian palsu tentang Allah. Paulus
menjelaskan mengenai kalimat di dalam diri kamu ditemukan kesaksian
palsu yaitu menujuk kepada para rasul termasuk Paulus sendiri, yang telah
memberitakan kesaksian palsu, karena mereka sudah memberitakan berita
bohong tentang Allah yang telah membangkitkan Kristus yaitu tidak
demikian. Namun, Paulus mengungkapkan hal ini dalam bahasa
pengandaian: kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak
dibangkitkan.
45 Lebih jauh lagi, Paulus mengungkapkan bahwa andaikata
tidak ada kebangkitan orang mati, bukan hanya mereka yang berdusta,
melainkan Allah sendiri yaitu berdusta. Namun sesungguhnya, Allah
yaitu benar, tidak berdusta (Rm 3:4), demikian pula hamba-hambaNya
yang menjadi saksi-saksi tentang kebangkitan Tuhan (Kis 1:22). Akhirnya
Paulus kembali menegaskan dalam ayat 16 dengan mengulangi ayat 13
bahwa: Jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak
dibangkitkan.
46
Tidak Ada Pengampunan Dosa (ay 17-18)
Lebih lanjut dalam ayat 17 tertulis: Ei de Cristoj ouk egegertai...
47
Disini Paulus menggunakan preposisi Ei (jika), sama seperti ayat
sebelumnya, yaitu menjelaskan mengenai kalimat bersyarat. Didalam teks
Yunani maupun LAI memakai terjemahan yang sama, yaitu: Dan jika
Kristus tidak dibangkitkan. Dalam bagian ini, Paulus menekankan akibat
jika Kristus tidak dibangkitkan dan sekali lagi ia menekankan titik kesiasiaan (bnd. ay. 14). Bahwa tanpa kebangkitan Kristus maka kepercayaan
mereka menjadi sia-sia, tidak berguna dan tetap hidup dalam dosa mereka.
Hal yang lebih luas dan jelas diungkapkan oleh Sproul sebagai berikut:
Paulus melihat kebangkitan sebagai tanda yang jelas dari Allah
tentang penerimaan-Nya terhadap pengorbanan Kristus sebagai
suatu penebusan untuk dosa-dosa kita. Jika Dia tidak bangkit maka
kita tetap dalam dosa-dosa kita. Kita tidak mempunyai Juruselamat.
Baik kepercayaan kita maupun kematian Kristus menjadi sia-sia.
Kita tetap jadi orang berutang yang tidak bisa membayar hutanghutang kita.48
Lebih jauh lagi, Paulus menekankan akibat selanjutnya jika Kristus
tidak dibangkitkan dalam ayat 18, yaitu: ara kai, oi` koimhqentej h` Cristw
aplonto
49 Kata koimhqentej dalam bentuk aorist pasif berarti mati. Dengan
demikian, frase oi` koimhqentej (verb, partic, aor, pass, nom, mac, pl)
memiliki pengertian kepada mereka yang telah mati.
50 Istilah apwlonto
yaitu dalam bentuk aorist medium, yang berarti: menjadi binasa.
51 Dari
pengertian ini, kalimat ara kai, oi` koimhqentej h` Cristw apwlonto
diterjemahkan sebagai berikut: Dengan demikian kepada mereka yang telah
mati dalam Kristus menjadi binasa. Jadi, dalam ayat 18 ini, Paulus
menekankan dengan jelas bahwa, jika Kristus tidak dibangkitkan, maka
sebagai akibat yang berikutnya yaitu jemaat Korintus yang percaya dan
mati dalam Kristus mengalami kebinasaan. Guthrie pun memiliki
pandangan serupa, yaitu: Tidak ada harapan bagi orang Kristen yang
sudah mati dalam kehidupan selanjutnya (bnd. Rm 6:1-11), sama seperti
mereka yang tidak percaya kepada Kristus atau kebangkitan Kristus.
52
Berkenaan dengan ini, Grosheide juga menyatakan hal yang serupa sebagai
berikut:
Menyebutkan hasil yang lain dari pendapat yang mengajarkan bahwa
Kristus tidak bangkti dari antara orang mati, suatu hasil yang
diyakini oleh orang-orang Korintus bahwa itu yaitu tidak benar.
Jika demikian, maka orang-orang Korintus berarti masih hidup
dalam dosa. Hal ini disebabkan oleh karena iman mereka yaitu siasia.”
53
Tidak Ada Pengharapan (ay. 19)
Lebih jauh lagi dalam ayat 19, Paulus menyatakan bahwa: ei en th
zwh en Cristw hlpikotej esmen monon eleeinoteroi pantwn
anqrwpwnesmen
54 Kata hlpikotej (verb, partic, 3 pers, nom, pl, masc, perf,
act) artinya berharap atau mengharapkan. Sedangkan kata Elleinoteroi
(adj, compar, masc, nom, pl) artinya yang menyedihkan atau sengsara.
55
Terjemahan yang lebih tepat yaitu : Jikalau kita hanya dalam hidup ini
saja berharap pada Kristus, maka kita yaitu orang-orang yang paling
sengsara dari segala manusia. Dalam ungkapan ini, Paulus menyatakan
betapa malang atau sengsaranya jemaat Korintus yang telah berharap pada
Kristus dalam seluruh kehidupannya, termasuk kehidupan setelah kematian.
Pernyataan Paulus ini yaitu sebagai akibat jika Kristus tidak dibangkitkan.
Dalam hal ini, jemaat Korintus mengatakan bahwa mereka yaitu orang
yang paling sengsara atau malang dari segala manusia. Lebih jauh dari itu,
tanpa kebangkitan Kristus, maka, iman jemaat Korintus yaitu iman yang
kosong, karena mereka percaya kepada Injil yang tidak benar dan sia-sia.
Maka orang Kristen tidak lebih dari orang-orang bukan Kristen. Pandangan
ini pun juga menjadi pandangan Prior yang menyatakan bahwa: Jika iman orang Kristen didasarkan pada suatu Injil yang kosong dan penyelamat
yang menipu, maka orang lain yaitu lebih baik dari pada orang Kristen.
56
Akibat Kebangkitan Kristus Bagi Orang Percaya (15:20-34)
Di atas telah dibahas mengenai konsekuensi-konsekuensi negatif jika
Kristus tidak dibangkitkan (15:11-19). Dalam bagian selanjutnya, yaitu
dalam ayat 20-34, penulis membahas mengenai konsekuensi-konsekuensi
positif, sebagai antagonis dari konsekuensi-konsekuensi negatif terhadap
penyangkalan kebangkitan Kristus.57Dalam pembahasan ayat 20-34, Paulus
mengembangkan sebuah pendapat dengan menggunakan Perjanjian Lama
sebagai bukti. Pertama-tama Paulus menunjuk pada perhambaan bersama
manusia kepada maut melalui Adam yang pertama, untuk menyoroti
karunia kehidupan di dalam bagian yang kedua (ay. 20-22). Mazmur 110:1,
8:6 dikutip untuk membuktikan bahwa Kerajaan Allah akan disempurnakan
hanya apabila musuh terakhir, yaitu maut telah dihancurkan (ay. 23-28).58
Adapun akibat yang dihasilkan oleh kebangkitan Kristus bagi orang
percaya, yang merupakan pokok pembahasan dalam bagian ini yaitu
sebagai berikut ini.
Kristus Sebagai Perintis Kebangkitan Orang Percaya (ay. 20-23)
Paulus menjelaskan lebih jauh tentang konsekuensi penolakan
terhadap kebenaran kebangkitan dengan menggunakan metafora dalam ayat
20 yang diikuti oleh implikasinya. Paulus memulai pembahasan ini dengan
frase nuni de. Kata nuni artinya sekarang, dan kata de artinya tetapi.
59 Jadi,
ayat ini, diawali dengan ungkapan tetapi sekarang, dengan kata lain ayat ini
menekankan waktu sekarang, (LAI meniadakan kata sekarang). Paulus
mencoba untuk menarik perhatian orang Korintus kepada kebenaran yang
mendasar. Kata de (tetapi) sebagai kata pertentangan antara dua hal, yaitu:antara ayat 11-19 yang berbicara mengenai konsekuensi negatif jika Kristus
tidak dibangkitkan dengan ayat 20-28 yang berbicara mengenai
konsekuensi positif sebagai hasil dari kebangkitan Kristus.
Kata egegertai dalam bentuk pasif, artinya dibangkitkan,
60
sehinggga kalimat Nuni de Cristoj egegertau ek nekrwn diartikan tetapi
sekarang Kristus telah dibangkitkan dari kematian. Paulus menjelaskan
bahwa, Kristus benar-benar telah bangkit dari kematian. Kristus telah
bangkit, hal ini menjelaskan mengenai suatu kejadian yang sudah
berlangsung. Guthrie menulis bahwa: “Kristus telah dibangkitkan dan tidak
akan mati lagi. Hal ini m,enjadi jaminan bagi hidup orang percaya (bnd. Ibr
6:19-20).”61 Hal yang sama juga diungkapkan lebih luas oleh Stott:
“Kebangkitan Yesus memberikan jaminan kepada kita mengenai
pengampunan Allah. Kita telah mengetahui bahwa pengampunan yaitu
salah satu kebutuhan yang paling mendasar dan salah satu dari karunia
Allah yang terbaik.”62
Secara khusus, kebangkitan Kristus yaitu buah sulung dari orang
mati. Kata aparce (noun, nom, fem, sing) artinya permulaan atau yang
sulung.
63 Jadi, kata aparce yaitu kata yang menjelaskan suatu kejadian
yang terjadi paling pertama atau merupakan buah sulung dari kebangkitan
Kristus. Istilah kekoimhmenwn (verb, part, perf, pass, gen. masc, pl) artinya
tidur, tertidur, sama sekali sudah mati atau tidak sadar,
64 sehingga diterjemahkan “menjadi buah sulung dari mereka yang telah benar-benar
mati.” Paulus dalam hal ini, menjelaskan bahwa Kristus benar-benar telah
dibangkitkan. Ia mau menjelaskan suatu kejadian yang sudah berlalu, tetapi
berakibat terus menerus sebagai jaminan bagi umatnya di masa yang akan
datang. Kebangkitan-Nya menyebabkan kita dibangkitkan secara rohani
(Rm 6:4; Ef 2:6), dan pada saat yang sama menjamin bahwa kita akan
dibangkitkan secara tubuh, seperti metafora dalam Rm 8:23 dan juga dalam
2Kor 1:22, 5:5; Ef 1:14).65
Kristus dikatakan “yang pertama kali bangkit dari kematian” karena
kebangkitan yang Kristus alami yaitu kebangkitan yang sempurna. Kristus
bangkit dari kematian langsung ke sorga, tidak hidup dalam dunia ini lagi.
Memang sebelum Kristus bangkit dari kematian, di dalam Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru telah banyak orang dibangkitkan dari kematian
sebelum Kristus. Namun kebangkitan mereka yaitu berbeda dengan
kebangkitan yang Kristus alami. Perbedaan tersebut yaitu orang-orang yang
dibangkitkan sebelum Kristus (PL dan PB), dibangkitkan untuk menjalani
kehidupan mereka di bumi lagi, sifatnya untuk sementara waktu dan setelah
itu mereka akan mati lagi. Hal ini membuktikan bahwa kebangkitan yang
mereka alami yaitu tidak sempurna seperti yang Tuhan Yesus Kristus
alami yaitu kebangkitan yang sempurna. Selain itu, kebangkitan Yesus
yaitu menjadi dasar bagi kebangkitan orang percaya, dengan kata lain,
kebangkitan Yesus yaitu kebangkitan yang menyelamatkan, kebangkitanNya memungkinkan kebangkitan orang mati.
Dalam ayat 21-22, terdapat dua kalimat dalam bentuk parallel ganda,
yang pertama (ay. 21) menjelaskan analogi bagaimana Allah
membangkitkan Kristus sebagai yang sulung dari kebangkitan orang mati;
yang kedua (ay. 22) menjelaskan lebih jauh secara detail ayat 21. Ada pun
struktur ayat 21-22 yaitu :
Karena (penjelasan mengenai bagaimana Kristus menjadi buah
sulung)
Karena melalui seorang manusia kematian,
Juga melalui seorang manusia, kebangkitan orang mati;
Karena (penjelasan mengenai ... demikian juga)
Sebagaimana di dalam Adam semua mati
Demikian juga di dalam Kristus semua akan dihidupkan.66
Paulus lebih lanjut menjelaskan dalam ayat 21-23, bahwa ia memandang
Kristus sebagai Adam kedua, dimana maut datang dari satu orang yaitu
Adam (Rm 5:12), sehingga membuat semua keturunan Adam mati dalam
persekutuan dengan Adam. Demikian juga dengan kebangkitan orang mati
datang karena satu orang yaitu Kristus (ay. 21). Kebangkitan Kristus yang
merupakan buah sulung dari kebangkitan orang mati, mengakibatkan
adanya kesempatan bagi semua orang mati dibangkitkan kembali dan
dikuduskan kembali dalam persekutuan dengan Kristus dari kematian (ay.
22). Kata semua orang mati, yaitu menunjuk baik kepada orang percaya
maupun kepada orang yang tidak percaya kepada Kristus. Namun
kebangkitan semua orang mati tidaklah terjadi secara bersama-sama. Dalam
ayat 23, Paulus menjelaskan bahwa kebangkitan orang mati yaitu sesuai
dengan urutannya. Kristus yang telah bangkit pada waktu kedatangan-Nya.
Hal yang sama, juga diungkapkan oleh Pfitzner: “Kebenaran yang penting
ialah bahwa Kristus sebagai buah sulung telah dibangkitkan (ay. 20). Pada
waktu kedatangan-Nya, mereka yang menjadi milik-Nya (3:23; Gal 5:24)
juga akan bangkit dari kubur mereka.”67 Jadi, jelaslah bahwa, Kristus telah
dibangkitkan. Dia yaitu sebagai perintis atau buah sulung dari
kebangkitan orang mati, yang mana mengakibatkan kebangkitan bagi orang
percaya pada hari kedatangan-Nya.
Maut Ditaklukkan (ay 24-28)
Dalam ayat 20-23 telah dibahas mengenai Kristus sebagai perintis
kebangkitan orang percaya, kemudian orang percaya yang telah mati
dibangkitkan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali (Parousia).
Selanjutnya dalam ayat 24 tertulis Eita to teloj. Kata teloj (noun, nom,
neuter, sing.), artinya akhir, penghabisan, kesudahannya.
68 Jadi, frase Eita
to teloj terjemahannya yaitu sama dengan terjemahan LAI yaitu:
“Kemudian tiba kesudahannya.” Dengan kalimat ini, Paulus hendak
menjelaskan bahwa sesudah kedatangan Kristus dan orang percaya yang
telah mati dibangkitkan, maka tibalah kesudahannya, yaitu puncak dari
segala zaman. Paulus memberikan penjelasan bahwa, kedatangan Kristus
yaitu untuk meneguhkan kedaulatan-Nya yang penuh dan secara langsung
(2Tes 1:7). Dimana sebelum Kristus meneguhkan kedaulatan-Nya, tiap
kuasa yang menentang-Nya akan dibinasakan. Setelah semuanya
dibinasakan, yaitu tugas yang diberikan Allah Bapa telah dipenuhi (Mat
28:18), maka Kristus menyerahkan kedaulatan atau kerajaan-Nya kembali
kepada Allah Bapa (1Kor 15:24).
Kerajaan yang diserahkan Kristus kepada Allah Bapa bukanlah
pemerintahan atas daerah atau wilayah tertentu secara lahiriah, melainkan
yang diserahkan Kristus yaitu kekuasaan penuh atas segala sesuatu
termasuk manusia (bnd. Flp 2:10). Untuk itu, terlebih dahulu Dia harus
membinasakan segala kekuasaan lain.69 Karena itulah Kristus harus
memegang pemerintahan sebagai Raja (ay. 25), sampai pemerintahan yang
lain dibinasakan dan ditaklukkan, yaitu sebelum kesudahannya tiba. Hal ini
yaitu sesuai dengan janji Allah bahwa Kristus akan memperoleh
kemenangan terakhir atas kuasa-kuasa yang menentang-Nya (bnd. Mzm
110:1). Kata escatosa artinya paling akhir dimana kata ini berfungsi untuk
menjelaskan kata acqroj (adj, nom, masc, sing).70 Kata acqroj (adj, pron,
nom, masc, sing) artinya musuh atau lawan.
71 Dengan demikian, frase
escatoj acqroj memiliki pengertian musuh yang paling terakhir. Dalam hal
ini, Paulus menjelaskan bahwa tidak ada musuh lain, selain maut, musuh
yang paling akhir atau paling berat. Sedangkan kata katargeitai (verb,
indic, prest, pass, 3 pers, sing) dalam bentuk present pasif berarti
dimusnakan,
72 sehingga secara harafia diterjemahkan “Musuh paling akhir
yang dimusnakan yaitu maut.” Setelah itu tidak ada lagi yang harus
dibisanakan, karena maut merupakan musuh paling terakhir dan paling
besar dari manusia.
Maut sebenarnya sudah ditaklukkan oleh Kristus, yaitu pada saat
kebangkitan-Nya (bnd. 2Tim 1:10). Namun maut akan dibinasakan secara
terang-terangan atau secara sempurna, yaitu pada saat konsumasi, pada
waktu kedatangan-Nya kembali (bnd. Why 20:14) dalam pengertian Kristus
merampas segala kuasa maut pada saat semua tawanannya sudah
dibangkitkan.73 Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan perjuangan
yang menentukan dalam peperangan yang pada akhirnya yaitu
kemenangan yang dialami oleh orang percaya, yaitu mengalami
kebangkitan.74 Pengalaman inilah membuktikan bahwa musuh terakhir
yaitu maut (kematian kekal) telah dikalahkan.
Dalam ayat 27-28, Paulus berbicara tentang manusia yang
sempurna, yaitu Yesus Kristus. Segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah
kaki-Nya, Allah Bapa yang menyerahkan kekuasaan mutlak itu kepada
Kristus. Kalau pekerjaan yang diberikan Allah Bapa kepada Kristus telah
selesai, maka Kristus akan menyerahkannya kembali segala kekuasaan
kepada Bapa-Nya (ay. 24). Sebagai bukti bahwa kepada-Nya Anak sendiri
ditaklukkan, yaitu Anak taat kepada Bapa-Nya. Tujuannya yaitu bahwa
Allah Bapa menjadi semua di dalam semua (bnd. Rm 11:36). Disini Paulus
menjelaskan bahwa, Kristus memegang pemerintahan yaitu berakhir
bersamaan dengan penaklukkan musuh yang terakhir, selanjutnya Kristus
menyerahkan kekuasaan kembali kepada Bapa-Nya (ay. 24).
Untuk ayat 29-34, yaitu berbicara mengenai implikasi etis moral yang
akan dibahas pada tulisan berikutnya. KEBANGKITAN DAN IMPLIKASI ETIS MINISTRIAL
(15:31-34)
Paulus dalam ayat 31-34, setelah memaparkan panjang lebar
mengenai akibat yang dihasilkan oleh kebangkitan Kristus bagi orang
percaya, yaitu sikap etis yang patut. Ayat 30-31 tertulis ti kai emeij
kinduneuomen pasan wran Kata kinduneuomen dalam bentuk present
indikatif aktif berarti selalu dalam bahaya,
75 artinya “setiap saat Paulus
menyerahkan dirinya ke dalam bahaya di dalam konteks pelayanan. Ia
mengatakan: “Kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari” (Rm 8:36,
dikutip dari Mzm 44:23). Hal ini dipertegas lagi dengan frase kaq hmeran
apoqnhskw (ay. 31). Kata apaqnhskw dalam bentuk present indikatif aktif
berarti maut.
76 Dengan demikian terjemahan ialah “Hari demi hari aku
diperhadapkan dengan maut” (bnd. 2Kor 11). Mengapa Paulus bersedia
menderita? Karena ia telah mengalami arti dan kuasa kebangkitan Kristus.
Kebangkitan Kristus memotivasi Paulus dalam pelayanan, sehingga
dia memiliki semangat pelayanan sekalipun banyak kali berhadapan dengan
bahaya yang bisa membawanya kepada kematian. Kata eqhriomachsa
yaitu dalam bentuk aorist indikatif aktif yang berarti bertarung melawan
binatang buas77 LAI menerjemahkannya sama, hanya kata bertarung
menggunakan kata berjuang.78 Paulus ingin menjelaskan pengalamannya di
Efesus, dengan memberikan arti kiasan tentang perjuangannya melawan
binatang buas di arena yang ditonton oleh banyak orang. Hal ini
menggambarkan betapa berat pelayanannya di dalam memberitakan Injil di
kota Efesus (Kis 19). Karena itu, apabila tidak ada kebangkitan orang mati,
maka tentulah ia akan melarikan diri dari bahaya dan kesulitan yang harus
ia hadapi. Kerelaan atau kesediaan Paulus menghadapi kesulitan dalam
pelayanan karena ia memiliki pengharapan mengenai kebangkitan. Kalau
kan diri dan meninggalkan pelayanan.79 Tanpa pengharapan terhadap
kebangkitan, maka pertarungan seperti itu tidaklah berarti apa-apa. Dan
sebagai langkah berikutnya akan hidup seenaknya, seperti yang dimengerti
dengan ungkapan “makan dan minum,” atau untuk menikmati kesenangankesenangan dunia ini. Namun tidaklah demikian dengan Paulus, ia
menegaskan bahwa hanya pengharapan terhadap kebangkitan membuat ia
bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan ancaman-ancaman.
Selain itu, hanya pengharapan akan kebangkitan orang mati ini yang
melahirkan sikap moral yang baik, yakni tidak “makan-minum” atau
bermasa bodoh, seolah tidak ada hari esok lagi, hidup dalam kesenangan
duniawi. Sebaliknya, dalam ayat berikutnya (ay. 33-34), Paulus
memberikan suatu nasehat yang benar, yaitu dengan ia menyatakan mh
planasqe (janganlah kamu disesatkan).80 Kalimat ini menjelaskan mengenai
ayat sebelumnnya, yaitu janganlah menyesatkan diri dengan orang yang
memiliki pedoman menikmati kesenangan hidup duniawi, yaitu karena
mereka tidak percaya adanya kebangkitan orang mati. Alasan Paulus
melarang atau menasehati jemaat Korintus untuk tidak masuk dalam
“pergaulan yang buruk” tersebut yaitu karena pergaulan yang buruk
tersebut akan merusakkan kebiasaan yang baik. Mengingat kepastian
mengenai kebangkitan, maka orang Kristen harus menghindari hubungan
dan persahabatan terus-menerus dengan orang-orang yang mencari
kesenangan semata di dalam hidup ini (ay 34a). Hal ini dikatakan Paulus
karena dalam jemaat Korintus ada sebagian orang yang “tidak mengenal
Allah,” meskipun dalam kenyataannya mereka dengan bangga
menggabungkan diri sebagai orang Kristen, yang tidak berlaku sebagai
Kristen, karena menolak adanya kebangkitan orang mati.
Singkat kata, bahwa implikasi etis dari doktrin kebangkitan, bukan
hanya teori Paulus melainkan dari pengalaman Paulus sendiri dalam
pelayanannya. Paulus memiliki kepastian mengenai kebangkitan orang
mati, maka itu ia tetap bersemangat dan aktif sekalipun banyak kesulitan,
bahkan maut sekalipun. Demikianlah juga kepada orang yang percaya,
mereka tidak seharusnya pasifisme, melainkan harus bersemangat dan aktif
dalam hidup ini untuk melayani Tuhan. Tidak hanya sebatas ini, orang
percaya yang memandang dirinya sebagai tubuh Kristus, maka ia tidak akan menyerahkan diri lagi menjadi tubuh kelaliman/dosa (Rm 6:12-14).81
Karena tubuhnya telah ditebus oleh Kristus dan diberikan jaminan melalui
kebangkitan-Nya. Selain kebangkitan sebagai suatu jaminan bagi
pengampunan orang percaya, juga sebagai menjamin atas kehidupan yang
diubahkan. Karena Allah berkuasa membangkitkan orang mati, maka Ia
pun berkuasa mengubah morah dan karakter umat-Nya. Hal yang sama
dikemukakan oleh Stott bahwa:
Kebangkitan Yesus menjadi jaminan bagi kita mengenai kuasa
Allah. Karena kita membutuhkan kuasa Allah untuk hidup masa kini
dan juga pengampunan pada masa lalu. Apakah Allah sungguh
mampu mengubah hakekat manusia yang kelihatannya menjadi
begitu degil, membuat orang yang kasar menjadi baik, orang yang
egois menjadi tidak egois, orang yang hidup amoral menjadi orang
yang mampu mengontrol diri sendiri dan orang yang masam
hidupnya, menjadi manis? Apakah Ia mampu membawa orang yang
mati kepada kenyataan rohani, dan membuatnya hidup dalam
Kristus? Ya, Ia pasti mampu! Dia mampu memberi kehidupan
kepada orang yang mati secara rohani dan mengubah kita menjadi
sama seperti Kristus.82
Kebangkitan Yesus Kristus menyatakan kedaulatan Allah yang
tertinggi yang menjadi jaminan bagi orang percaya menghadapi kehidupan
di masa yang akan datang, sekaligus jaminan menghadapi tantangan hidup
pada masa kiniPada akhirnya kebangkitan memberikan jaminan bahwa kita hidup
dalam satu dunia yang dikuasai/diatur oleh standar-standar yang absolut,
yang pada akhirnya kebenaran akan menang. Dalam pandangan dunia,
bahwa pada mulanya salib menyatakan kemenangan dunia kejahatan dan
dunia tanpa hukum. Tapi melalui kebangkitan, Allah menyatakan kemuliaan
salib Kristus. Bahwa Kristus sekali mati untuk dosa-dosa dan kematian tidak
lagi menguasai-Nya. Kebenaran ada pada pihak Kristus dan umat-Nya.
Macleod menulis bahwa: “Pada waktu kita memandang ke kubur yang
kosong itu, kita sedang memandang kemenangan dari kebenaran.”84 Karena
itu, kebenaran menjadi standar moral etis yang bersifat permanen bagi orang
percaya.
Jadi, implikasi etis dari doktrin kebangkitan orang mati ialah Pertama:
Kepastian kebangkitan orang mati tersebut telah memotivasi Paulus dalam
pelayanan. a). Ia semangat dan aktif dalam pekerjaan Tuhan, sekalipun
banyak kali berhadapan dengan bahaya yang bisa membawanya kepada
kematian. b). Kepastian kebangkitan orang mati melahirkan sikap moral
yang baik “tidak bermasa bodoh” dalam hidup ini, tidak menyerahkan diri
lagi pada kelaliman/dosa, tetapi menerapkan kebenaran dalam hidup hari
lepas hari. c). Kepastian kebangkitan orang mati menjamin mengenai kuasa
Allah atas hidup kita, bahwa Allah mampu merubah karakter hidup manusia.
d). Kepastian kebangkitan orang mati menjamin kita untuk hidup dalam satu
dunia yang dikuasai/diatur oleh standar-standar yang absolut, yang pada
akhirnya kebenaran akan menang. Implikasi etis moral ini dilihat oleh
Grudem sebagai aplikasi etis, ia mengemukakan tiga aplikasi etis dari
doktrin kebangkitan orang mati, yakni: “Paulus juga melihat bahwa
kebangkitan memiliki aplikasi untuk ketaatan kita kepada Allah dalam
kehidupan ini. Kedua, Paulus mendorong kita, ketika kita berpikir mengenai
kebangkitan, mengfokuskan pada upah sorgawi di masa yang akan datang sebagai tujuan kita. Aplikasi etis yang ketiga dari kebangkitan yaitu
kewajiban untuk berhenti berbuat dosa dalam kehidupan kita
Teknologi pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam
melakukan aktivitas. Namun pada kenyataannya manusia menyalahgunakan teknologi sehingga manusia
menjadi budak teknologi atau mentuhan teknologi. Artikel ini akan mengulas tentang perkembangan teknologi
dan penggunaan teknologi yang sesuai dengan Iman Kristen. Tujuan dari pembahasan ini untuk memberikan
pemahaman dan kesadaran kepada orang Kristen agar tetap menggunakan teknologi sesuai dangan iman
Kristen. Penelitian ini mmenggunakan metode kajian pustaka yang merujuk pada jurnal-jurnal ilmiah dan
buku-buku sesuai dengan konsep dan permasalahan dalam pembahasan ini. Hasil dari penelitian ini, penulisan
akan mendeskripsikan terkait: teknologi, perkembangan teknologi, teknologi dalam perspektif Alkitab,
pandangan iman Kristen terhadap perkembangan teknlogi, pandangan iman Kristen terhadap metaverse dan
penggunaan teknologi sesuai iman Kristen.
Kemajuan pesat dunia dalam bidang teknologi mempengaruhi peradaban manusia di luar jangkauan
pemikiran sebelumnya. Pengaruh tampak pada pergeseran tatanan sosial budaya, ekonomi, agama, dan politik
yang membutuhkan keseimbangan baru antara nilai, pemikiran, dan cara hidup yang berlaku dalam konteks
global dan lokal. Teknologi yaitu penerapan pengetahuan yang terorganisir untuk tugas-tugas praktis melalui
sistem dan mesin yang terorganisir (Nuhamara, 2007). Era globalisasi dan modernisasi sebagai hal yang tidak
dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari
modernisasi dan globalisasi sama seperti mengasingkan dari masyarakat internasional. Situasi ini tentunya
akan menyulitkan negara tersebut untuk menjalin kerja sama dengan negara lain. Artinya kedua hal tersebut
membawa dampak positif dan negatif bagi negara Indonesia itu sendiri (Nasution, 2017).
Menurut Hutington, modernisasi sering 'berlawanan' dengan istilah tradisional, dengan kata lain
modernisasi berarti perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Jadi, modernisasi
yaitu suatu proses perubahan ketika orang-orang yang sedang memperbaharui diri berusaha mendapatkan
ciri-ciri atau ciri-ciri masyarakat modern (Nanang Martono, 2012). Proses modernisasi sangat luas dan
sifatnya sangat relatif yang bergantung pada dimensi ruang dan waktu, seperti dalam dimensi waktu, media
sosial Facebook pada tahun 2010 sangat trending dan orang menilai bahwa Facebook yaitu media sosial
yang sangat modern tetapi saat ini di tahun 2018 situs facebook sudah ketinggalan jaman. era karena
bermunculannya jalur aplikasi, instagram, whatsapp, dan lain-lain. Dimensi waktu itu sifatnya sangat relatif,
apa yang kita yakini hari ini yaitu modern, mungkin di masa depan yang kita anggap modern saat ini bisa
dianggap tradisional. Dimensi ruang dalam masyarakat modern sangat bergantung pada orang-orang yang
melakukan modernisasi, misalnya di Indonesia menggunakan internet sebagai alat komunikasi yaitu sesuatu
yang mewah dan modern, namun bagi masyarakat Amerika hal tersebut merupakan hal yang lumrah dan
memiliki nilai-nilai tradisional (Nasution, 2017).
Data survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII)
mengungkapkan, lebih dari separuh penduduk Indonesia kini sudah terkoneksi dengan internet. Survei yang
dilakukan sepanjang tahun 2016 menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan
internet. Jumlah penduduk Indonesia sendiri yaitu 256,2 juta jiwa. Hal ini menunjukkan peningkatan 51,8
persen dibandingkan jumlah pengguna internet pada tahun 2014. Survei yang dilakukan APJII pada tahun
2014 menunjukkan pengguna internet hanya 88 juta (Nasution, 2017). Data survei dapat membuktikan bahwa
penggunaan internet di bidang teknologi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Artinya dalam hal
ini, dari 132,7 juta orang Indonesia yang sudah terkoneksi internet, termasuk yang beragama Kristen. Kita
dapat melihat bahwa orang Kristen sebenarnya dapat menggunakan teknologi sebagai media untuk
membangun iman Kristen. Bahkan, teknologi di kalangan orang Kristen banyak disalahgunakan. Umat
Kristen tidak mampu bersaing dengan perkembangan teknologi yang semakin modern, sehingga hal ini
mempengaruhi pertumbuhan iman Kristen. Karena teknologi seharusnya dikuasai oleh manusia, namun pada
kenyataannya teknologilah yang mengendalikan kehidupan manusia.
Kajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu untuk membandingkan dengan penelitian ini.
Adapun penelitian terdahulu yaitu: (a) Priscillia Diane Joy Joseph, Fredik Melkias Boiliu, membahas tentang
peran pendidikan agama Kristen dalam penggunaan teknologi pada anak. Penelitian ini menggunakan metode
kajian pustaka dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan agama Kristen di keluarga, gereja dan
sekolah memiliki peran penting untuk mengajar, mendidik, membinan, mendampingi dan mendisiplin anak
dalam penggunaan teknologi serta menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral sehingga mereka tidak
terjerumus dalam arus perkembangan(Joy et al., 2021).. (b) Hermanto Sihotang penelitian tentang penggunaan
media teknologi informasi dalam pembelajaran pendidikan agama kristen di masa pandemi covid-19.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaatan
teknologi informasi dalam pendidikan agama Kristen pada dasarnya sudah menjadi tuntutan bagi guru-guru
pendidikan agama Kristen, khususnya di era disrupsi. Di masa pandemi covid-19 tuntutan tersebut jauh
berbeda, dan membuat guru-guru pendidikan agama Kristen semakin terpacu dan mau tidak mau harus
menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring, menguasai dan menerapkan teknologi pendidikan tersebut
sehingga pada akhirnya memberhasilkan belajar pendidikan agama Kristen di sekolah(Sihotang, 2020). (c) Evi
Tobeli dan Zefiana F. Zeld, penelitian tentang pemahaman remaja kristen dalam menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendidkan agama Kristen memiliki peran penting untuk memberikan
pemahaman kepada remaja sehingga menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen (Evi Tobeli, 2017).
Merujuk dari penelitian sebelumnya, dapat ditemukan bahwa penggunaan teknologi harus diantisipasi melalui
pembelajaran PAK untuk tidak terjadi penyalahgunaan dalam teknologi. Dapat dipahami bahwa penelitian
sebelumnya sudah membahas terkait teknologi dan penggunaan dalam perspektif PAK untuk memberikan
pemahaman kepada anak dalam menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen. Penelitian ini tentu
menekankan dalam perspektif Teologi yang merujuk pada Alkitab sebagai standar untuk membentengi orang
Kristen dalam penggunaan teknologi sehingga tidak terbawa arus teknologi. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang Kristen sehingga menggunakan teknologi sesuai
dengan iman Kristen, menggunakan teknologi sesuai kebutuhan bukan keinganan dan menggunakan teknologi
untuk menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
METODE PENELITIAN
Penelitian”ini menggunakan metode studi kepustakaan”yang memuat teori-teori yang relevan terkait
dengan masalah. Pendekatan studi pustakaan atau library research dilakukan dengan cara menghimpun data
dari berbagai karya ilmiah sebagai objek penelitian untuk menemukan permasalahan dan kajian kritis yang
mendalam terhadap bahan pustaka yang relevan (C Narbuko and Abu achmadi,2011). Tinjauan Pustaka
mengacu”pada gagasan yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada seperti artikel-artikel yang
diterbitkan dalam jurnal ilmiah sehingga membangun”ide sesuai dengan penelitian”ini (V.Wiratna Sujarweni,
2014). Pendekatan ini mengkaji teks,”buku, dan jurnal yang sesuai dengan”permasalahan dalam penelitian ini.
Data diambil dari berbagai jurnal dan buku ilmiah nasional. Untuk pengolahan data dilakukan”dengan
mencari literatur di jurnal ilmiah, buku teks, membaca, membandingkan, mendeskripsikan”dan menarik
kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Perkembangan Teknologi Revolusi Industri 1.0 sampai 5.0
Teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologos, techne yang berarti keahlian dan logos yang berarti
pengetahuan. Teknologi mengacu pada objek yang digunakan untuk memfasilitasi aktivitas manusia, seperti
mesin, peralatan, atau perangkat keras (Rusman,2012). Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin
“texere” yang berarti menyusun atau membangun, sehingga istilah teknologi tidak boleh terbatas pada
penggunaan mesin, walaupun dalam arti sempit sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Rusman dkk,
2012).Teknologi yaitu seluruh sarana untuk menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi yaitu cabang ilmu pengetahuan yang
menyangkut keahlian industri dan pengetahuan penerapan rekayasa dalam industri. Dapat dipahami bahwa,
teknologi sebagai penerapan konsep-konsep ilmiah dalam pemecahan masalah atau penerapan ilmu rekayasa.
Teknologi juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan praktis dan terapan yang banyak berkaitan
dengan teknik, industri, dan sebagainya (Critianto Soetopo,2017)..Teknologi yaitu suatu konsep yang sama
dengan jenis penggunaan dan pengetahuan alat dan keterampilan, dan bagaimana dapat mempengaruhi
kemampuan manusia untuk mengontrol dan mengubah hal-hal di sekitarnya. Dengan demikian, teknologi
bertujuan untuk memudahkan aktivitas manusia.
Teknologi berkembang seiring dengan perkembangan zaman dengan memiliki ciri khas tersendiri dan
digunakan oleh manusia sesuai dengan kebutuhannya, guna mempermudah aktivitas kehidupan sehari-hari.
Teknologi berkembang sangat pesat dalam revolusi industri. Istilah revolusi industri diperkenalkan oleh
Fredrich Engels dan Louis Auguste pada pertengahan abad ke-19 (L. Santoso A.Z, 2017). Teknologi
berkembang dari revolusi industry 1.0 sampai revolusi industry 5.0 (Hoedi Prasetyo, Wahyudi Soetopo,2018).
Revolusi industri 1.0 terjadi di Inggris pada akhir abad ke-18, dimulai dengan ditemukannya mesin uap
oleh James Watt pada awal tahun 1800-an yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika (L.
Santoso A.Z, 42). Setelah itu, muncul penemuan-penemuan lain untuk mengatasi kesulitan pertanian di
Inggris seperti mesin traktor sebagai pengganti tenaga ternak terbukti efektif karena pekerjaan dapat
diselesaikan lebih cepat. Selain itu, dengan ditemukannya rontgen, pengembangan benih unggul baru melalui
mutasi dan penggunaan pupuk kimia yang telah dikembangkan oleh pabrik serta obat hama dan penyakit,
produktivitas pangan pun meningkat. Revolusi Industri 1.0 terjadi antara tahun 1750-1850, menjadikan Inggris
sebagai mesin ekonomi nomor satu di abad ke-19 hingga awal abad ke-20. (Hamdan, 2018) Revolusi industri
terus berkembang sejak saat terjadi perubahan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi dan telah berdampak besar pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dunia
(Fajariah & Suryo, 2020).
Revolusi industri 2.0 sebagai kelanjutan dari revolusi industri 1.0. yang ditandai
dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Revolusi
yang kedua ini terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang tenaga listrik digunakan
oleh produksi secara masal (Sitorus & Fredik M Boiliu, 2021). Temuan tersebut juga memunculan pesawat
telepon, mobil, pesawat terbang, dan yang dapat mengubah wajah dunia secara signifikan (Harahap, 2019).
Revolusi Industri 3.0 terjadi pada tahun 1970 atau abad ke-20, yang dikenal dengan penggunaan komputer
untuk proses manufaktur otomatis (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018).
Hadirnya era 3.0 yaitu digital yang tidak ada batasan anatara ruang dan waktu. Pada era 3.0
diutamakan tenaga mesin ketimbang manusia (Suwardana, 2018). Era ini dapat memudahkan manusia dalam
melakukan aktivitas (Joy et al., 2021). Revolusi industry 4.0 terjadi pada tahun 2011 atau abad ke-21 di
Jerman. Era ini memiliki skala, ruang lingkup dan komplisitas yang sangat luas (Sitorus & Fredik M Boiliu,
2021). Seperti hadirnya bisnis trasportasi oline (ojek, uber dan grab) yang muda dijangkau melalui teknologi.
Era 4.0 ini juga mengembangkan kecerdasan buatan seperti penggunaan robot, teknologi pesawat tanpa awak
(drone), mobil yang dapat berjalan otomatis, perkembangan bioteknologi, aplikasi media sosial, dan
nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental
(Boiliu, 2020). Era ini memberikan beberapa dampak negatif, misalnya kecepatan-fleksibilitas produksi,
peningkatan layanan dan pendapatan (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018). Era 5.0 muncul di Jepang
dan merupakan kelanjutan dari era 4.0. (Sasikirana & Herlambang, 2020). Era ini menempatkan manusia
sebagai pusat inovasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai peningkatan kualitas hidup dan tanggung
jawab sosial (Usmaedi, 201 C.E.). Era ini memunculkan ide kecerdasan buatan dan mentranformasi big data
yakni terjadi integrasi antara ruang fisik dan virtual. (Hendarsyah, 2019).
Dampak Positif dan Negatif Teknologi
Teknologi itu pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam
melakukan aktivitas. Namun pada kenyataan teknologi dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
manusia sebagai pengguna teknologi. Dampak positif dari teknologi, yaitu: (a) membuka peluang pekerjaan
(b) mempermudah pekerjaan, (c) mempermudah dalam komunikasi, (d) mempermudah dalam menyampaikan
firman Tuhan. Yahya Afandi mengatakan dampak positif dari penggunaan teknologi, yaitu: (a) Tecnology
enables communication, gereja menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan kebenaran melalui media
sosial kepada jemaat, (b) Technology anables community, Gereja menggunakan teknologi untuk membuat
kominitas dengan jemaat melalui media sosial, (c) Tecnology enables Discipleship,menggunakan teknologi
pemuridan.(Afandi et al., 2018) Dampak negatif dari teknologi, (Ngafifi, 2014) yaitu: (a) pengaruh negatif dari
budaya lain ke budaya Indonesia, (b) perubahan dalam interaksi, (c) Pengangguran semakin bertambah. Evi
Tobeli dan Zefiana F Zelda mengatakan ada beberapa hal sebagai dampak negatif dari teknologi, yaitu: (a)
mempengaruhi pola pikir, (b) muncul gaya hidup modern, (c) IPTEK pedang bermata dua (Evi
Tobeli,Selfiana F Zelda, 2017). Dampak negatif dari teknologi bagi orang percaya, yaitu Orang percaya
menjadi ketergantungan dengan teknologi (budak teknologi) dan Persekutuan di gereja mulai
berkurang.(Fredik Melkias Boiliu, Kaleb Samalinggai, 2020).
Pandangan Alkitab terhadap Penggunaan Teknologi
Allah yaitu sumber teknologi dan Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala
perkembangan teknologi. Teknologi selalu dikaitkan dengan keselamatan dan maksudNya terhadap manusia
dan dunia. Dalam Kitab Amsal dijelaskan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah
orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Ams. 1:5). Artinya Allah menghendaki
umatNya agar terus mengembangkan diri dengan menambah ilmu dan pengertian. Allah tidak menghendaki
manusia untuk menjauhi teknologi sebab menciptakan, mengembangkan dan menggunakan teknologi
merupakan mandat yang harus dilakukan untuk kemuliaan Allah. Allah dengan tegas menentang setiap
penciptaan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun kehancuran moral bangsa
sebagaimana kisah menara Babel yang dijelaskan dalam Alkitab (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias
Boiliu, 2020).
Pandangan Alkitab terhadap teknologi, dapat dipahami dari beberapa hal, yaitu: Pertama manusia
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, dan diberikan mandat untuk mengelola bumi (Kej. 1:27-18).
Artinya manusia yang segambar dan serupa dengan Allah Imago Dei yang akan melaksanakan tugas
tanggungjawab atau misi Allah yakni untuk mengembankan Alam semesta agar memenuhi kebutuhan hidup
dan untuk kemulian Tuhan. Dapat dipahami bahwa manusia menciptakan teknologi, mengembangkan dan
menggunakanya merupakan bagian dari mandat yang Allah percaya untuk mengelola dan mengembangkan
alam semesta sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Kedua, Allah memberikan pengajaran kepada
manusia untuk menciptakan teknologi, agar menyelematkan manusia dan ciptaan lainnya. Sebagaimana
dijelaskan dalam Alkitab mengenai sejarah air bah, dimana Allah memerintahkan Nuh untuk menciptakan
teknologi. Allah terlibat langsung menentukan dimensi ruang dalam kapal bahkan bahannya pun Allah yang
menentukan (Kej. 6:14-16). Artinya Allah sebagai tokoh Arsitektur pertama dan utama. Allah juga yang
membekali manusia dengan ilmu pengetahuan untuk menciptakan teknologi. Manusia sebagai ciptaan hanya
mengembangkan dari yang sudah ada menjadi ada, sedangkan Allah sebagai Pencipta yang memulai dari yang
tidak ada menjadi ada.
Ketiga, manusia datang kepada Allah dengan menggunakan teknologi sebagai sarana atau media (Kel.
25:9). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Keluaran “Allah memerintahkan Musa untuk membuat
kemah suci. Kemah Suci merupakan tempat dimana manusia dating kepada Allah sebab kemualiaaan Allah
memenuhi Kemah Suci itu (Kel.25:1; Kel.27:21). Selain itu ada juga Bait Suci atau Istanah yang dibangun
oleh Salomo (1Raj.7-8). Dapat dipahami bahwa dari sejak perencanaan untuk pembangunan Bait Suci, Allah
sudah campur tangan sehingga rencana dan pelaksanaan berjalan dengan baik sesuai kehendak Tuhan.
Keempat, Teknologi diciptakan manusia hanya untuk kemuliaan Allah. Teknologi dapat digunakan untuk
memberitakan Injil ke seluruh dunia, untuk melaksanakan amanat agung (Mat.28:19-10). (f) Teknologi bukan
untuk diberhalakan “karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Mat. 6:21). Manusia harus
menguasai teknologi, bukan teknologi yang menguasai manusia.
Pandangan Iman Kristen terhadap Metaverse
Orang pertama yang membuat metaverse yaitu Neal Stephenson istilah dalam novelnya tahun 1992
"Snow Crash". Istilah ini tidak memiliki definisi yang diterima secara universal. Misalnya, metaverse yaitu
internet yang dirender dalam 3D. Dengan demikian, metaverse yaitu dunia tak berujung dari komunitas
virtual yang saling berhubungan, misalnya, orang dapat bekerja, bertemu, bermain menggunakan headset
realitas virtual, kacamata augmented reality, sama. (Sari, 2022) Metaverse sebagai lapisan antara dan realitas.
Metaverse mengacu pada dunia bersama virtual 3D di mana semua aktivitas dapat dilakukan dengan bantuan
layanan augmented dan virtual reality. Platform semacam itu telah mendapatkan popularitas selama beberapa
tahun terakhir karena orang-orang mengalihkan aktivitas mereka secara online, terutama selama pandemi
virus corona. Metaverse mengacu pada dunia virtual 3D bersama di mana semua aktivitas dapat dilakukan
menggunakan peralatan augmented reality dan virtual (Damar, 2021). Metaverse dipahami sebagai game yang
sangat populer selain gratis yang mudah dimainkan melalui aplikasi desktop, game mobile hingga console,
selain itu game-game ini dapat dimainkan di beberapa platform seperti Windows, IOS, Mac OS, Xbox One dan
Android dan masih banyak lagi supportnya, banyak pilihannya Game yang menarik, dan yang lebih uniknya
yaitu berbasis komunitas dan menghasilkan uang dari roblox yang artinya metaverse berpeluang
menghadirkan banyak hal yang memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas.
Perkemangan teknologi yang terus di kembangkan oleh manusia sesuai dengan perkembangan zaman
dan peradabannya merupakan mandate yang Allah percayakan kepada manusia dalam mengembangkan alam
semesta untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias
Boiliu, 2020). Namun dapat dipahami bahwa metaverse tidak mungkin memenuhi seluruh kebutuhan manusia
sebab manusia yaitu mahluk ciptaan yang holistik (Kej.2:18-25) yakni mahluk spiritual, emsional, fisikal,
intelektual dan sosial. Oleh sebab itu, secanggih apa pun teknologi ia hanya sebatas sarana bukan penngenap
kebutuhan eksistensial manusia. Artinya bahwa manusia membutuhkan Allah (mahluk spiritual), membutuhan
sentuhan perasaan yang personal (mahluk emosional), membutuhan pertemuan tatap muka atau secara
langsung yang nyata (mahluk fisik) dan perlu untuk bersosialisasi dengan orang lain (mahluk sosial).
Hubungan Iman Kristen dan Teknologi
Dari perspektif Kristen, dapat dipahami bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya dan membekali manusia dengan akal untuk mengelola dan mengembangkan alam demi kelangsungan
hidup manusia dan kemuliaan Tuhan. Tuhan membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan
mengembangkan teknologi dan, Tuhan sendiri terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang dan materi.
Hal ini dapat dijelaskan dalam kitab Kejadian mengenai kisah Air Bah, Tuhan memerintahkan Nuh untuk
membangun sebuah kapal untuk menyelamatkan dirinya, keluarganya, dan sisa ciptaan dari kehancuran Air
Bah tersebut. Kemampuan Nuh menciptakan teknologi bukan berarti Tuhan tidak campur tangan, tetapi Tuhan
terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang di kapal dan material yang Tuhan tentukan (Kej. 6:14-15).
Artinya, Allah telah membekali manusia dengan ilmu untuk menciptakan teknologi demi keselamatan
manusia, ciptaan lainnya, dan untuk kemuliaan Tuhan. Ditinjau perspektif iman Kristen Allah lah yang
memulai dari yang tidak ada menjadi ada dan memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia untuk
mengembang dari sudah ada menjadi ada untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Allah. Dalam kontek
ini bisa dipahami bhawa iman, ilmu pengetahuan dan teknologi semuanya itu bersumber dari Allah dan
manusia melaksana untuk kemulianNya.
Hubungan antara iman dan teknologi, jika dipahami dari iman Kristen, berarti bahwa Tuhan telah
membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi sesuai dengan
perkembangan zaman dan peradaban. Iman yaitu “kesetiaan atau kepercayaan” dalam Ibrani 11:1 dijelaskan
bahwa iman yaitu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat. Artinya, iman yaitu aspek yang menyangkut hubungan vertikal yaitu Tuhan dan manusia, antara
pencipta dan ciptaan, sehingga iman menjadi dasar atau prinsip kepercayaan Kristen, yaitu kepercayaan
kepada Tuhan dan wahyu-Nya. Sains yaitu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan
menggunakan daya pikir, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan dipelajari (dikendalikan)
secara kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. (Fardiana, 2015) Teknologi yaitu cabang ilmu
yang berkaitan dengan keahlian industri atau ilmu penerapan rekayasa dalam industri (Christian
Soetopo,2017). Sains yaitu pengetahuan dan telah diklarifikasi, diorganisasikan, disistematisasikan, dan
diinterpretasikan, menghasilkan kebenaran objektif, telah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara
ilmiah (Moh. Rifai, 2010). Artinya ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari akal yang diberikan
oleh Tuhan kepada manusia untuk digunakan bagi tujuan yang dikehendaki Tuhan, yaitu: mengabdi dan
memuliakan Tuhan serta memberikan kebaikan, manfaat, dan kemudahan bagi umat manusia.
Penggunaan Teknologi menurut Iman Kristen
Dalam perspektif iman Kristen terhadap perkenbangan teknologi dari zaman penciptaan hingga kini di
era disrupsi 4.0 dan akan memasuki era 5.0 merupakan suatu perkembangan yang begitu cepat. Pada Era 5.0
akan muncul kecerdasan buatan yang mana manusia akan menciptakan manusia yang segambar dan serupa
dengan manusia (robot). Manusia buatan yang di buat oleh manusia untuk mengantikan manusia dalam
melakukan aktivitas manusia namun tetap masih bawa kendali manusia. Oleh sebab itu, di era 5.0 manusia
jangan merasa bisa menciptakan manusia buata (robot) tatapi manusia harus tahu bahwa manusia hanya
mengembangkan dari yang ada untuk menjadi ada tetapi Tuhanlah yang memulai dari yang tidak ada menjadi.
Manusia hanyalah ciptaan yang menciptaan sesuatu dari yang sudah ada menjadi ada dan Tuhan yaitu Sang
pencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Artinya sehebatnya apa pun manusia dalam menciptakan dan
mengembangan teknologi tetap harus sesuai dengan iman Kristen.
Perkembangan teknologi, membuat kemajuan bagi peradaban kehidupan manusia saat ini dibandingkan
sebelumnya, yang terutama bertambah dengan kemungkinan-kemungkinan ilmiah dan teknologi ini yaitu
kemampuan manusia. Dalam hal ini, dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat dan serba
canggih sebagai orang percaya harus menggunakan sesuai dengan iman Kristen sehingga tidak menjadi budak
teknologi dan tidak mentuhankan teknologi serta tidak anti terhadap teknologi. Oleh karena itu, perkembangan
teknologi yang begitu pesat membawa arus perubahan pada gaya hidup setiap orang terlenbih orang percaya
sehingga tanpa di sadari teknologi akan disalah gunakan. Sebagai orang percaya harus menggunakan
teknologi sesuai dengan iman Kristen. Adapun sikap hidup sederhana di tengah perkembangan teknologi masa
kini yang perlu diterapkan untuk mengantasipasi penyalahgunaan teknologi yaitu sebagai berikut:
Pertama, sebagai orang percaya harus menggunakan teknologi sesuai dengan fungsi dan kemampuan.
Dalam hal ini, perkembangan teknologi terutama di bidang telekomunikasi yang begitu pesat memunculkan
banyak inovasi-inovasi baru sehingga tercipta berbagai kecanggihan alat dalam bentuk telepon genggam,
komputer dan alat elektronik lainnya, sehingga tidak jarang menimbulkan persaingan bagi setiap orang (Evi
Tobeli). Kedua, orang oercaya harus tahu bahwa teknologi yaitu alat bukan tujuan. Dalam hal ini, Teknologi
dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah hidup dan memenuhi harapan
manusia sehingga teknologi akan dijadikan dewa dan manusia tidak memerlukan Tuhan. Pandangan yang
melihat teknologi sebagai tujuan, akan menimbulkan gaya hidup hedonisme. Sikap hidup hedonisme akan
menimbulkan sikap berlebihan dalam menggunakan teknologi sehingga tidak jarang menimbulkan gaya saing
di antara setiap orang (Celia Deane Drummond,2001). Ketiga, orang percaya tidak boleh membiarkan
kemajuan-kemajuan teknologi menjadi objek yang keliru dan meninggalkan ketergantungan kepada Allah
(Kej.11:1-9). Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dirinya sendiri tidak memiliki garis-garis pedoman bagi
pelayanan kemajuan umat manusia dan pembangunan kerajaan Allah yang dihasilkan ol