alkitab digital. 3

Tampilkan postingan dengan label alkitab digital. 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alkitab digital. 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Juli 2025

alkitab digital. 3


 


,5 tahun, Paulus tinggal di rumah 

Akwila dan Priskila, dan mereka bekerjasama sebagai tukang kemah.6

Paulus mulai memberitakan Injil di rumah-rumah ibadah orang Yahudi, 

dibantu oleh Timotius dan Silas. Karena adanya tekanan dari penentang 

Paulus, maka Paulus selanjutnya memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa 

lain (Kis 18:9,18). Lama setelah Gereja Korintus berdiri, muncul masalah￾masalah yang sangat membebani Paulus, selain karena masalah moral 

dalam jemaat juga masalah perpecahan karena kemajemukan dalam jemaat. 

Anggota jemaatnya terdiri dari orang yang berlatar belakang Yahudi dan 

sebagian besar anggotanya bukan orang Yahudi.7

Analisa Konteks Historis Secara Khusus

Surat pertama Korintus ini ditulis oleh Paulus pada waktu ia berada 

di Efesus kira-kira tahun 55 M, yaitu pada perjalanan misinya yang ketiga. 

Hal ini sesuai dengan pengakuannya yang terdapat dalam 1Korintus 1:1, 

16:21 dan pengakuan jemaat korintus sendiri serta pengakuan oleh gereja 

pada umumnya sejak abad ke-2 M. Hal ini tidak dapat diragukan, karena 

surat ini begitu cepat dikenal dan dipakai oleh seluruh kekristenan pada 

waktu itu.8

Informasi ini juga dilaporkan Gaebelein dalam tulisannya.


Surat ini mengungkapkan perhatian yang tulus dari bapa rohani kepada 

anak rohani, yakni dari Paulus kepada jemaat Korintus (1Kor 15).10

Alasan Paulus menulis surat pertama Korintus yaitu  karena ia 

mendengar adanya perpecahan dalam jemaat Korintus (1:11, 5:1), yang 

disebabkan oleh karena adanya beberapa golongan yang berselisih (1:10 

dst). Selain itu, Paulus mendapat laporan mengenai masalah kehidupan 

beberapa jemaat di antaranya, yaitu: dosa percabulan (bnd. 5:1), mencari 

keadilan kepada orang-orang yang tidak beriman (6:1 dst); masalah 

perkawinan (7:1 dst); masalah kebangkitan Kristus dan kebangkitan orang 

percaya (15). Di samping itu, ada alasan khusus Paulus menulis surat ini, 

yaitu Paulus ingin mengingatkan jemaat Korintus mengenai bantuan untuk 

jemaat di Yerusalem yang hidup dalam kemiskinan (bnd. 16:1 dst). Jadi, 

maksud Paulus menulis surat pertama Korintus ialah untuk menjawab dan 

mengkoreksi beberapa masalah yang terjadi dalam jemaat tersebut, dan 

memberikan beberapa aplikasi praktis bagi kehidupan jemaat.11

 Sedangkan alasan Paulus membahas mengenai kebangkitan Kristus 

dan orang percaya dalam pasal 15 dari pertama Korintus, yaitu  untuk 

menanggapi dan memperbaiki ajaran sesat yang ada dalam jemaat, dimana 

ajaran tersebut telah mempengaruhi jemaat Korintus. Adapun ajaran sesat 

tersebut beranggapan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Dalam 

suratnya, Paulus memberikan penegasan bahwa menyangkal kebangkitan 

yaitu  sama dengan menjadikan iman Kristen tanpa arti dan tidak berharga. 

Dalam hal ini Paulus mengulangi kembali mengenai azas-azas dasar Injil 

dan menunjukkan bahwa kebangkitan Kristus (15:1-11), merupakan hal 

yang sangat penting dari kebangkitan orang percaya, dimana kebangkitan

Kristus yaitu  mencakup kebangkitan orang percaya (15:12-34). Selain itu, 

Paulus juga menjawab kesukaran-kesukaran yang berkaitan dengan 

kebangkitan orang percaya, khususnya kebangkitan tubuh (15:35-58). Jadi 

teks 1Korintus 15 merupakan perumusan doktrin kebangkitan yang paling 

unggul dari seluruh Alkitab.12

Analisa Struktur Teks

 Untuk mengetahui outline teks 1Korintus 15, maka perlu mengetahui 

terlebih dahulu keseluruhan teks dari surat 1Korintus. Para ahli Perjanjian 

Baru membagi surat 1Korintus dalam beberapa bagian besar. Gordon D. 

Fee membaginya dalam empat bagian besar, yaitu: Introduction (1:1-9), In 

Response To Reports (1:10-6:20), In Response To The Corinthians Letter

(7:1-6:12), Concluding Matters (16:13-24).13 Sedangkan pokok mengenai 

kebangkitan dalam pasal 15:1-58, merupakan salah satu dari delapan 

pembahasan bagian ketiga 7:1-16:12.14 Penulis lebih setuju dengan struktur 

Gromachi, yang membagi surat 1Korintus dalam dua bagian besar, yaitu 

pertama: Jawaban terhadap laporan pribadi, kedua: Jawaban terhadap 

pertanyaan-pertanyaan dalam surat mereka. Pokok yang membahas 

mengenai kebangkitan dalam pasal 15:1-58, merupakan salah satu dari 

tujuh pembahasan bagian kedua pasal 7:1-16:4.15 Struktur Gromachi ini


ternyata sama dengan struktur Alfred Martin.16 Namun berbicara secara 

khusus mengenai pasal 15:1-58, Penulis lebih setuju dengan struktur teks 

menurut The Greek New Testament, yang membagi pasal 15 menjadi tiga 

bagian, yaitu Pertama: Kebangkitan Kristus (15:1-11); Kedua: kebangkitan 

dari kematian (15:12-34); Ketiga: Kebangkitan Tubuh (15:35-58). Hal ini 

yaitu  benar menurut penulis, untuk itu penulis membagi struktur teks 

pasal 15 ini pula menjadi tiga bagian besar, yaitu pertama: Fakta 

kebangkitan Kristus merupakan dasar kebangkitan Kristen (15:1-11), 

kedua: Kebangkitan orang mati (15:12-34), ketiga: Misteri kebangkitan 

tubuh (15:35-58). Pembagian ini didasarkan pada struktur teks bahasa 

asli.17

 Berbicara secara khusus mengenai struktur teks 1Korintus 15:12-58, 

penulis cenderung mengikuti struktur yang dikemukakan oleh Gordon D. 

Fee.18 Hal ini akan dikemukakan pada bagian eksegese teks.

Paralel Surat 1Korintus 15 dengan Tulisan Paulus yang Lain

 Surat pertama Korintus pasal 15 ini memiliki kesamaan atau paralel 

dengan tulisan surat-surat Paulus yang lain. Francis dan Sapley membagi 

surat 1Korintus 15 menjadi tujuh bagian yang dilengkapi dengan masing￾masing paralelnya di surat Paulus yang lain. Paralel dari tujuh bagian dari 

surat 1Korintus 15 tersebut, yaitu:

I Cor. 15:1-11: I Delivered to you what I also received : Rom. 1:1-7, 

5:6-11, 6:1-10, 11:33-36; II Cor. 5:14-21, 10:7-12; Gal. 1:15-24, 2:1-

10; Eph. 2:1-10, 3:1-13, 4:1-10, Phil. 2:1-11; Col. 1:15-20, 2:8-15; I 

Thess. 1:2-10. I Cor. 15:12-19: If Christ has not been raised : Rom 

5:1-5, 6:1-10; II Cor. 5:14-21; Eph. 2:1-10; Phil. 3:17-21; Col. 2:8-


15; I Thess. 4:13-18. I Cor. 15:20-28: In Adam All Die; In Christ 

Shall All Be Made Alive : Rom. 5:12-21; II Cor. 10:1-6; Eph. 1:3-

23; Phil. 3:17-21; Col. 1:15-20; I Thess. 4:13-18; II Thess. 2:1-12. 

I Cor. 15:29-34: If The Dead Are Not Raised : II Cor. 4:7-12, 6:1-

10, 11:21b-29; Phil. 1:19-26; Col. 1:24–2:3; I Thess. 3:1-5. I Cor.

15:35-41: With What Kind of Body Are The Dead Raised ? : Rom. 

8:18-25; II Cor. 4:16–5:5; Phil. 3:17-21. I Cor. 15:42-50: How Are 

The Dead Raised ? : Rom. 5:12-21; Gal. 6:7-10; Phil. 3:17-21; Col. 

1:15-20. I Cor. 15:51-58: We Shall All Be Changed: II Cor. 4:16 –

5:5; Eph. 4:14-21; Col. 3:1-4, 5-11; I Thess. 4:13-18.19

RELASI PENULISAN 1KORINTUS 15:1-58 DENGAN 

PERISTIWA KEBANGKITAN OLEH PENULIS INJIL

 Cerita mengenai kebangkitan Yesus dalam Injil menurut pandangan 

liberal yang radikal yaitu  bertentangan dengan pandangan konservatif 

(Injili). Menurut pandangan liberal mengenai hubungan antara cerita 

kebangkitan Yesus dan penulisan Injil tidak ada kesinambungan antara 

peristiwa Yesus (perkataan dan perbuatan Yesus) dengan waktu penulisan. 

Menurut mereka, para penulis Injil, menulis cerita kebangkitan Yesus 

hanya berdasarkan iman Gereja mula-mula, bukan merupakan suatu fakta 

historis. Sebaliknya, cerita itu yaitu  hasil usaha para penulis Injil dalam 

mengumpulkan bahan yang ada pada waktu itu. Sedangkan bahan 

mengenai kebangkitan tersebut bukan berdasarkan fakta historis, melainkan 

hasil iman Gereja mula-mula, yaitu hasil pemikiran teologis para penulis 

Injil untuk kepentingan iman Gereja semata. Bagi mereka, yang penting 

bukanlah fakta historis, melainkan apakah itu bermanfaat bagi iman orang 

percaya. Kesimpulan mereka ini didasarkan pada teori dokumentaris.20 Jadi,

Paulus menulis mengenai kebangkitan Kristus dalam 1Korintus 15 yaitu  

berdasarkan sumber-sumber hasil pemikiran penulis Injil dan ditambah 

dengan pemikirannya sendiri atau berdasarkan bukti-bukti Alkitab dan 

konsep inspirasi. Penulis memegang konsep inspirasi dimana Allah yang 

menghembuskan Firman-Nya kepada penulis, seperti pendapat Packer 

bahwa:

Gambaran historis mengenai Kitab suci yang diinspirasikan bukan 

dalam pengertian bahwa itu sedang mengilhamkan (walaupun itu 

ada), melainkan itu berarti bahwa “Allah menghembuskan” 

(theopneustos, 2Tim 3:16), suatu hasil karya dari Roh Kudus, 

Pencipta, selalu dipandang sebagai pemberitaan dan pengajaran 

Allah sendiri melalui kata-kata dari para penyembahNya yang 

menyaksikan apa yang Roh Kudus berikan Baik Perjanjian Lama 

maupun Perjanjian Baru, keduanya mengajarkan bahwa Firman dari 

Kitab Suci sebagai Firman Allah sendiri.21

Artinya, dalam penulisan 1Korintus 15, Allah memakai penulis dalam 

seluruh keberadaannya, menyampaikan kepadanya apa yang harus ditulis, 

dan mengontrol penulisan sehingga tidak mungkin salah (innerant). 

Sekalipun Paulus bukanlah saksi mata kebangkitan Yesus, namun Roh 

Kudus menghembuskan berita kebangkitan sehingga sesuai dengan fakta 

historis kebangkitan Yesus. Selain alasan di atas, ajaran mengenai 

kebangkitan dalam 1Korintus 15 yaitu  ajaran yang dibangun berdasarkan 

bukti-bukti historis. Perjanjian Baru memaparkan sedemikian banyaknya 

teks Alkitab yang dengan jelas melaporkan bukti-bukti historis tentang 

kebangkitan yang diceritakan oleh penulis Injil dan yang diajarkan oleh 

Paulus, di antaranya ialah: Tuhan Yesus menampakkan diri kepada Maria 

Magdalena (Yoh 20:11-17 bnd. Mrk 16:9-11); Tuhan Yesus berjumpa

dengan para murid (Mat 28:9-10); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada 

Simon (Luk 24:34; 1Kor 15:5); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada 

murid-murid-Nya di jalan ke Emaus (Luk 24:13-35; Mrk 16:12-13); Tuhan 

Yesus menampakkan diri kepada kesebelas murid-Nya (Mrk 16:14; Luk 

24:36-43; Yoh 20:19-23); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada Tomas 

(Yoh 20:26-29); Tuhan Yesus menampakkan diri kepada kesebelas murid￾Nya dan Ia memberi perintah untuk pergi memberitakan Injil-Nya (Mat 

28:16-20); Kristus menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara, 

dan juga kepada Yakobus (1Kor 15:6-7). Kristus menampakkan diri kepada 

Paulus (Kis 9:5-6, 1Kor 15:8).22

FAKTA KEBANGKITAN KRISTUS MERUPAKAN DASAR

KEBANGKITAN KRISTEN (15:1-11)

 Pokok mengenai fakta kebangkitan Kristus merupakan dasar 

kebangkitan kristen yaitu  ajaran yang asasi bagi kekristenan. Menyangkal 

kebangkitan Kristus dari antara orang mati (15:12) berarti meniadakan 

seluruh makna Injil. Demikianlah Paulus mengulangi kembali hal-hal yang 

asasi dari Injil. Ia menunjukkan bagaimana kebenaran kebangkitan Kristus 

mewujudkan suatu bagian yang pasti dari Injil itu (ay. 1-11), dan bahwa 

kebangkitan itu mencakup kebangkitan orang Kristen (ay. 12-34). Akhirnya 

kesukaran-kesukaran tertentu yang timbul terhadap ajaran itu dipecahkan 

(ay. 35-58).23

Pada bagian awal pasal 15 ini, Paulus mengawali pembahasannya 

tentang kebangkitan, dengan kalimat: “aku mau mengingatkan kamu 

kepada Injil yang aku beritakan dan yang kamu terima dan yang di 

dalamnya kamu teguh berdiri (ay 1).” Dalam hal ini, Paulus ingin 

mengingatkan kembali jemaat Korintus mengenai kuasa Injil yang telah 

mereka terima. Paulus memandang perlu untuk mengingatkan mereka 

mengenai Injil yang ia beritakan, sekalipun jemaat Korintus sudah 

berpegang pada Injil tersebut, namun Paulus melihat adanya orang mati 

(bnd. ay.12). Paulus tidak ingin jemaat Korintus menyangkal Injil yang dia

telah beritakan dengan mengikuti pandangan yang berpendapat bahwa tidak 

ada kebangkitan orang mati. Karena itu ia memperingatkan mereka dengan 

tegas. Berkenaan dengan itu, Guthrie berkomentar bahwa: “Peringatan ini 

dipandang perlu menjadikan Paulus bertanya apakah mereka sudah lupa 

akan hal itu, atau memang belum pernah benar-benar memilikinya.”24

Paulus kembali menekankan mengenai hakekat Injil yang telah 

diberitakannya, yaitu  Injil yang telah menyelamatkan mereka. Dengan 

diawali preposisi oleh (dia) Paulus mengfokuskan perhatian pada Injil yang 

membawa keselamatan, namun ada kesulitan berkenaan dengan kalimat 

“Oleh Injil itu kamu diselamatkan …” (ay. 2), itu dilanjutkan dengan 

kalimat “asal kamu teguh berpegang padanya”. Nampak di sini ada dua 

pengertian yang berbeda, yaitu sudah selamat, dan sedang selamat.25

Berkenaan dengan kesulitan itu, Morris memberikan jalan keluar, bahwa:

Kata yang terakhir itu (eike) mungkin dimengerti tanpa 

pertimbangan yang baik, yakni dengan cara yang serampangan. Jika 

orang mengaku untuk mempercayai Injil, tetapi belum 

mempertimbangkan dengan baik-baik untuk menyatakan secara 

tidak langsung apa dan bagaimana tuntutan-tuntutannya. Mereka 

sesungguhnya belum percaya Kristus. Keyakinan mereka tanpa 

dasar dan kosong. Mereka kurang iman yang menyelamatkan.26

Dengan adanya beberapa orang dalam jemaat Korintus yang telah 

menyangkal kebangkitan, maka hal inilah yang mendasari keinginan Paulus 

untuk mengingatkan atau menasehati jemaat Korintus. Paulus 

mengingatkan bahwa Injil yang dia beritakan yaitu  Injil yang benar, bukan 

hasil pikiran manusia dan bukan kayalan belaka. Karena itu, Paulus 

memaparkan beberapa bukti yang kuat dari fakta historis yang tidak dapat 

diragukan tentang kematian dan kebangkitan Kristus yang yaitu  inti Injil 

yang dia beritakan.


Fakta Kematian dan Penguburan Kristus (ay.3-4)

 Setelah Paulus menarik perhatian jemaat Korintus kepada Injil yang 

telah mereka terima, Paulus melanjutkan pembahasannya dengan 

menekankan hakekat Injil itu sendiri. “Sebab yang sangat penting telah 

kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah 

Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci (ay. 3).” 

Paulus menyatakan tentang Injil yang dirinya sendiri telah menerima, yaitu 

tradisi pengajaran Gereja.27 Bahwa Injil itu pada intinya yaitu  berpusat 

pada kematian Kristus. Morris berpendapat sama bahwa: “Salib itu 

merupakan inti dari Injil.”28 Hal ini pun dikatakan oleh Wilson: “Karena 

dosa-dosa kita yang merupakan alasan kematian Kristus, ini berarti bahwa 

Ia mati sebagai orang berdosa, sebagai kurban penggantian yang oleh-Nya 

kita menerima pengampunan dosa-dosa.”29

Makna kematian Kristus disampaikan oleh Paulus, dengan harapan 

akan menggugah kesadaran jemaat Korintus, supaya tidak begitu cepat 

mengikuti injil lain, yaitu injil yang tidak menghargai kematian dan 

kebangkitan Yesus. Injil itu, tidak hanya berhenti pada kematian Yesus, 

melainkan diteruskan pada penguburan dan kebangkitan Kristus (ay. 4). 

Injil itu bukanlah suatu program yang mendadak, melainkan Injil yaitu  

kebenaran yang telah dinubuatkan dan yang telah terjadi suatu “Kitab Suci” 

(Yes 53:10-12; Mzm 16:10; bnd. Kis 2:24-28). Karena itu, Paulus dapat 

memberitakan Injil dengan penuh keyakinan berdasarkan kebenaran 

tersebut. Kristus telah mati dan dikuburkan, dimana kematianNya 

merupakan fakta historis, karena mayat Kristus memang telah dikuburkan, 

dan hal ini tidak dapat disangkal kebenarannya (Mat 27:59-60; Mrk 15:46; 

Luk 23:53)


Fakta Dan Bukti Kebangkitan Kristus (ay. 4-11)

Kristus telah mati dan dikuburkan, tetapi Dia tidak mati selama￾lamanya, pada hari yang ketiga dari kematian dan penguburan-Nya, Kristus 

bangkit sesuai dengan nubuatan Kitab Suci (ay. 4). Kebangkitan Kristus 

menggemparkan dunia pada waktu itu. Kebangkitan-Nya bukanlah ceritera 

jemaat mula-mula, tetapi diproklamasikan. Hal ini juga diungkapkan oleh 

Fuller.31 Dengan demikian satu hal yang pasti dan merupakan fakta historis 

yaitu  Kristus telah bangkit dari kematian dan disertai dengan bukti-bukti 

yang akurat. Hal inilah yang dituangkan Paulus dalam ayat 5-11.

 Kristus menampakkan diri-Nya kepada Kefas atau Petrus dan 

kepada keduabelas murid-Nya (15:5, bnd. Luk 24:34-36; Kis 1:2-3)

 Kristus menampakkan diri-Nya kepada lebih dari limaratus saudara 

(15:6, bnd. Luk 24:33,36; Mat 28:10,16). Fakta menunjukkan 

bahwa, banyak orang tersebut masih hidup pada waktu Paulus 

menulis suratnya. Hal ini membuktikan bahwa mereka 

menyaksikan peristiwa kebangkitan Kristus

 Kristus menampakkan diri-Nya kepada Yakobus, saudara Tuhan 

Yesus sendiri, kemudian kepada semua rasul (15:7). Yakobus yang 

dimaksudkan disini yaitu  Yakobus saudara Tuhan Yesus. Dimana 

ia belum bertobat pada waktu pelayanan Yesus (Yoh 7:5), namun ia 

bertobat setelah kebangkitan Tuhan Yesus (Kis 1:14), kemudian ia 

menjadi tokoh jemaat di Yerusalem (Gal 2:9, bnd. 15:13 dst)

 Yang terakhir, Kristus menampakkan diri-Nya kepada Paulus 

(15:8). Penampakan Tuhan Yesus berhenti saat Dia naik ke Surga, 

namun secara istimewa Dia menampakkan diri kepada Paulus di

jalan menuju ke Damsyik (Kis. 9).32 Peristiwa inilah yang 

digambarkan Paulus “seperti anak yang lahir sebelum waktunya,” 

artinya Paulus mengungkapkan mengenai dirinya yang tidak 

layak.33

Bukti-bukti di atas, diperkuat oleh Paulus dengan pengalamannya 

sendiri. Dalam ayat 9-10, Paulus bersaksi dalam kerendahan hatinya dan ia 

senantiasa merasa menyesal karena telah menganiaya jemaat Tuhan. Alasan 

inilah yang dianggap Paulus bahwa dirinya yaitu  yang terkecil (paling 

hina) diantara semua rasul. Kuasa kebangkitan Kristus telah merubah 

Paulus secara total menjadi seorang yang sungguh-sungguh hidup dan 

melayani Tuhan. Pendapat yang sama disampaikan oleh Pfitzner dalam 

bukunya.34 Kuasa yang mengubah hidup Paulus ini, disadari oleh Paulus 

sebagai karunia Allah (ay. 10). Kesadaran akan anugerah Allah ini telah 

membangkitkan semangat Paulus dalam pelayanan, yaitu dengan semakin 

bekerja keras. Injil telah mengubah Paulus, Injil itulah yang diberitakannya. 

Paulus menarik perhatian jemaat Korintus untuk tertuju kepada Injil, karena 

Injil itulah yang telah membuat orang Korintus percaya (ay. 11).35

Dalam 1Korintus 15:12-28, memaparkan secara khusus tentang 

kebangkitan orang mati. Dalam hal ini, penulis akan membagi dalam dua 

pokok bahasan, yaitu: Akibat yang terjadi apabila tidak ada kebangkitan 

(15:12-19) dan Akibat yang dihasilkan oleh kebangkitan Kristus bagi orang 

percaya (15:20-34).

Akibat Apabila Tidak Ada Kebangkitan (15:12-19)

Teks 1Korintus 15:12-19, diungkapkan dalam struktur yang 

bentuknya paralel dan logis. Dalam hal ini, Paulus berusaha untuk 

memberikan argumentasi yang logis kepada orang-orang Korintus supaya 

mereka mengakui bahwa ada kebangkitan orang percaya yang telah mati, 

dan kebangkitan itu yaitu  didasarkan pada kebangkitan Kristus (ay. 1-11). 

Adapun struktur ayat 12-19 yaitu  sebagai berikut:

I. Ayat 12-13

A. Kami memberitakan: Kristus telah dibangkitkan dari antara 

orang mati

B. Beberapa darimu berkata: Tidak ada Kebangkitan orang 

mati.

Tetapi

B’ Jika tidak ada kebangkitan orang mati,

A’ Kristus pun tidak dibangkitkan

II. Ayat 14-16

A’ Jika Kristus tidak dibangkitkan

R-1 Baik pemberitaan maupun iman yaitu  sia-sia

 Lebih dari pada itu

R-2 Kami bersaksi dusta tentang Allah

 Karena

 A. Kami mengatakan tentang Allah, bahwa Ia 

 membangkitkan Kristus

 A’ Kepadanya ia tidak membangkitkan

 B’ Jika memang orang mati tidak dibangkitkan

 Karena

 B’ Jika orang mati tidak dibangkitkan

 A’ Kristus pun tidak dibangkitkan

III. Ayat 17-19


A’ Jika Kristus tidak dibangkitkan

 R-1a Engkau masih hidup dalam dosa-dosamu

 Dan lebih jauh lagi

 R-1b Orang percaya yang telah mati, telah binasa.36

 Paulus dalam ayat 1-11, mengungkapkan pokok kebangkitan Kristus, 

sedangkan dalam ayat 12-19, Paulus menjelaskan konsekuensi yang 

mematikan, bila jemaat Korintus menyangkal segala kemungkinan tentang 

kebangkitan. Kemungkinan konsekuensi tersebut, yaitu menjadikan 

pemberitaan para rasul menjadi suatu kebohongan dan iman menjadi suatu 

yang sia-sia, orang Kristen yang mati menjadi binasa, orang Kristen yang 

masih hidup menjadi orang yang paling malang.

 Paulus dalam teks ini memaparkan akibat-akibat yang akan terjadi, 

apabila tidak ada kebangkitan orang mati (15:12-19). Secara khusus, 

berdasarkan struktur di atas, argumentasi Paulus diawali dengan kalimat 

pengandaian, yaitu “Jika Kristus tidak dibangkitkan” (14-16 dan 17-19). 

Kalimat pengandaian ini, diikuti penjelasan sebagai akibat yang akan 

terjadi. Sebelum penulis membahas mengenai akibat yang terjadi apabila 

tidak ada kebangkitan, maka penulis akan mengemukakan terlebih dahulu 

mengenai latar belakang pengajaran Paulus.

Latarbelakang Pengajaran Paulus tentang Kebangkitan 

Orang Mati (ay. 12)

Dalam teks Yunani: Ei de Cristoj khrussetai oti ek ekrw eghgertai

37

Kata kerussetai (verb, ind, pres, pass 3 pers, sing) artinya memberitakan, 

memproklamasikan, dengan diawali oleh preposisi Ei (kata bersyarat) 

artinya jika. Maka kalimat yang benar dalam ayat 12 yaitu : Dan jika 

Kristus diberitakan bahwa Dia bangkit dari kematian, bagaimana 

beberapa orang di antara kamu mengatakan tidak ada kebangkitan dari 

kematian?

38 Dalam hal ini, jelas bahwa Paulus yang telah memberitakan

kebangkitan Kristus kepada jemaat Korintus. Namun, karena ada sebagian 

jemaat di Korintus yang percaya pada filsafat Yunani, yang berpandangan 

bahwa tidak ada kebangkitan orang mati,39 maka karena alasan yang 

mendasar inilah yang membuat Paulus ingin memberikan responnya 

terhadap pandangan yang keliru tersebut. Paulus ingin memperlihatkan 

ketidakkonsistenan dan kemustahilan terhadap iman Kristen, apabila tidak 

ada kebangkitan.

Kristus Tidak Dibangkitkan (ay. 13)

Dalam ayat 13, Paulus memberikan penjelasan kepada jemaat 

Korintus dengan kalimat Ei de anastasij nekron ouk estin

40 Kalimat ini 

mendapat preposisi Ei de (dan jika), menjelaskan bahwa, kalimat ini 

merupakan kalimat bersyarat.41 Dimana dilanjutkan dengan frase …oude 

Cristoj eghgertai (maka Kristus juga tidak dibangkitkan).42 Dalam teks ini, 

Paulus memberikan suatu penjelasan kepada jemaat Korintus bahwa 

Kristus tidak akan mengalami kebangkitan, apabila tidak ada kebangkitan 

orang mati. Kalimat kedua merupakan akibat dari kalimat sebelumnya 

kalau tidak ada kebangkitan orang mati. Dalam hal ini, kalimat kedua


sebagai konsekuensi dari kalimat pertama, dalam arti bahwa kebenaran 

tentang kebangkitan orang mati diwujudkan dengan kebangkitan Kristus 

dan Kebangkitan Kristus membuktikan mengenai kebenaran kebangkitan 

orang mati. Dengan kata lain, Paulus menyatakan bahwa penyangkalan 

terhadap kebenaran tentang kebangkitan orang mati, merupakan 

penyangkalan juga terhadap fakta dan kebenaran kebangkitan Kristus.

Pemberitaan Injil Dan Iman Menjadi Sia-sia (ay 14-16)

 Paulus pada ayat sebelumnya telah memaparkan mengenai adanya 

suatu ajaran yang tidak mempercayai kebangkitan orang mati. 

Ketidakpercayaan ini juga berarti penyangkalan kebangkitan Kristus. Pada 

ayat 14, Paulus memaparkan akibat yang beruntun apabila menyangkal 

kebenaran tentang kebangkitan orang mati. Akibat yang beruntun tersebut, 

pertama yaitu penyangkalan kebangkitan Kristus; kedua yaitu: pemberitaan 

para rasul termasuk Paulus yaitu  pemberitaan yang palsu, bohong, 

kosong, dan tidak berguna; ketiga, sebagai akibat langsung dari 

pemberitaan yang palsu yaitu mengakibatkan kepercayaan jemaat Korintus 

pun menjadi sia-sia. Karena ternyata iman mereka yaitu  didasarkan 

kepada berita yang palsu, yaitu berita tentang Kristus yang tidak pernah 

dibangkitkan. Hal ini diungkapkan Paulus dengan ungkapan “Tetapi 

andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami 

dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” Berkenaan dengan hal ini, Pfitzner 

berkomentar bahwa:

Iman mengakui bahwa Kristus “telah diserahkan karena pelanggaran 

kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rm 4:25). Apabila 

Paskah itu tidal lebih dari pada sekedar hiasan yang indah (tetapi 

tidak harus ada) dari kue Injil maka sia-sialah juga kepercayaan kita. 

Paskah tidak lebih dari sekedar sebuah akhir yang menyenangkan 

dari suatu kisah yang seharusnya menyedihkan, tidak ada 

pengharapan di dalam Juru Selamat yang mati. Namun sebaliknya, 

iman tahu bahwa Paskah berarti perayaan kehidupan yang terus 

menerus dalam menghadapi maut, janji tentang suatu kemenangan 

akhir (ay 54-55).43


Lebih lanjut lagi dalam ayat 15, Paulus mengemukakan dalam teks 

Yunani tertulis Euriskomeqa de kai yeudomarturej tou qeou Kata 

euriskomeqa dalam bentuk present pasif berarti ditemukan. Sedangkan kata 

yeudomarturej (verb, indic, pres, pass, 1 pers, pl) artinya kesaksian palsu.

44

Jadi, dalam teks Yunani yaitu  lebih jelas menerjemahkannya: Dan 

didalam diri kami, ditemukan kesaksian palsu tentang Allah. Paulus 

menjelaskan mengenai kalimat di dalam diri kamu ditemukan kesaksian 

palsu yaitu  menujuk kepada para rasul termasuk Paulus sendiri, yang telah 

memberitakan kesaksian palsu, karena mereka sudah memberitakan berita 

bohong tentang Allah yang telah membangkitkan Kristus yaitu  tidak 

demikian. Namun, Paulus mengungkapkan hal ini dalam bahasa 

pengandaian: kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak 

dibangkitkan.

45 Lebih jauh lagi, Paulus mengungkapkan bahwa andaikata 

tidak ada kebangkitan orang mati, bukan hanya mereka yang berdusta, 

melainkan Allah sendiri yaitu  berdusta. Namun sesungguhnya, Allah 

yaitu  benar, tidak berdusta (Rm 3:4), demikian pula hamba-hambaNya 

yang menjadi saksi-saksi tentang kebangkitan Tuhan (Kis 1:22). Akhirnya 

Paulus kembali menegaskan dalam ayat 16 dengan mengulangi ayat 13 

bahwa: Jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak 

dibangkitkan.

46

Tidak Ada Pengampunan Dosa (ay 17-18)

Lebih lanjut dalam ayat 17 tertulis: Ei de Cristoj ouk egegertai...

47

Disini Paulus menggunakan preposisi Ei (jika), sama seperti ayat 

sebelumnya, yaitu menjelaskan mengenai kalimat bersyarat. Didalam teks 

Yunani maupun LAI memakai terjemahan yang sama, yaitu: Dan jika 

Kristus tidak dibangkitkan. Dalam bagian ini, Paulus menekankan akibat 

jika Kristus tidak dibangkitkan dan sekali lagi ia menekankan titik kesia￾siaan (bnd. ay. 14). Bahwa tanpa kebangkitan Kristus maka kepercayaan


mereka menjadi sia-sia, tidak berguna dan tetap hidup dalam dosa mereka. 

Hal yang lebih luas dan jelas diungkapkan oleh Sproul sebagai berikut:

Paulus melihat kebangkitan sebagai tanda yang jelas dari Allah 

tentang penerimaan-Nya terhadap pengorbanan Kristus sebagai 

suatu penebusan untuk dosa-dosa kita. Jika Dia tidak bangkit maka 

kita tetap dalam dosa-dosa kita. Kita tidak mempunyai Juruselamat. 

Baik kepercayaan kita maupun kematian Kristus menjadi sia-sia. 

Kita tetap jadi orang berutang yang tidak bisa membayar hutang￾hutang kita.48

Lebih jauh lagi, Paulus menekankan akibat selanjutnya jika Kristus 

tidak dibangkitkan dalam ayat 18, yaitu: ara kai, oi` koimhqentej h` Cristw 

aplonto

49 Kata koimhqentej dalam bentuk aorist pasif berarti mati. Dengan 

demikian, frase oi` koimhqentej (verb, partic, aor, pass, nom, mac, pl) 

memiliki pengertian kepada mereka yang telah mati.

50 Istilah apwlonto 

yaitu  dalam bentuk aorist medium, yang berarti: menjadi binasa.

51 Dari 

pengertian ini, kalimat ara kai, oi` koimhqentej h` Cristw apwlonto 

diterjemahkan sebagai berikut: Dengan demikian kepada mereka yang telah 

mati dalam Kristus menjadi binasa. Jadi, dalam ayat 18 ini, Paulus 

menekankan dengan jelas bahwa, jika Kristus tidak dibangkitkan, maka 

sebagai akibat yang berikutnya yaitu  jemaat Korintus yang percaya dan 

mati dalam Kristus mengalami kebinasaan. Guthrie pun memiliki 

pandangan serupa, yaitu: Tidak ada harapan bagi orang Kristen yang 

sudah mati dalam kehidupan selanjutnya (bnd. Rm 6:1-11), sama seperti 

mereka yang tidak percaya kepada Kristus atau kebangkitan Kristus.

52

Berkenaan dengan ini, Grosheide juga menyatakan hal yang serupa sebagai 

berikut:

Menyebutkan hasil yang lain dari pendapat yang mengajarkan bahwa 

Kristus tidak bangkti dari antara orang mati, suatu hasil yang 

diyakini oleh orang-orang Korintus bahwa itu yaitu  tidak benar. 

Jika demikian, maka orang-orang Korintus berarti masih hidup 

dalam dosa. Hal ini disebabkan oleh karena iman mereka yaitu  sia￾sia.”

53

Tidak Ada Pengharapan (ay. 19)

Lebih jauh lagi dalam ayat 19, Paulus menyatakan bahwa: ei en th 

zwh en Cristw hlpikotej esmen monon eleeinoteroi pantwn 

anqrwpwnesmen

54 Kata hlpikotej (verb, partic, 3 pers, nom, pl, masc, perf, 

act) artinya berharap atau mengharapkan. Sedangkan kata Elleinoteroi

(adj, compar, masc, nom, pl) artinya yang menyedihkan atau sengsara.

55

Terjemahan yang lebih tepat yaitu : Jikalau kita hanya dalam hidup ini 

saja berharap pada Kristus, maka kita yaitu  orang-orang yang paling 

sengsara dari segala manusia. Dalam ungkapan ini, Paulus menyatakan 

betapa malang atau sengsaranya jemaat Korintus yang telah berharap pada 

Kristus dalam seluruh kehidupannya, termasuk kehidupan setelah kematian. 

Pernyataan Paulus ini yaitu  sebagai akibat jika Kristus tidak dibangkitkan. 

Dalam hal ini, jemaat Korintus mengatakan bahwa mereka yaitu  orang 

yang paling sengsara atau malang dari segala manusia. Lebih jauh dari itu, 

tanpa kebangkitan Kristus, maka, iman jemaat Korintus yaitu  iman yang 

kosong, karena mereka percaya kepada Injil yang tidak benar dan sia-sia. 

Maka orang Kristen tidak lebih dari orang-orang bukan Kristen. Pandangan 

ini pun juga menjadi pandangan Prior yang menyatakan bahwa: Jika iman orang Kristen didasarkan pada suatu Injil yang kosong dan penyelamat 

yang menipu, maka orang lain yaitu  lebih baik dari pada orang Kristen.

56

Akibat Kebangkitan Kristus Bagi Orang Percaya (15:20-34)

 Di atas telah dibahas mengenai konsekuensi-konsekuensi negatif jika 

Kristus tidak dibangkitkan (15:11-19). Dalam bagian selanjutnya, yaitu 

dalam ayat 20-34, penulis membahas mengenai konsekuensi-konsekuensi 

positif, sebagai antagonis dari konsekuensi-konsekuensi negatif terhadap 

penyangkalan kebangkitan Kristus.57Dalam pembahasan ayat 20-34, Paulus 

mengembangkan sebuah pendapat dengan menggunakan Perjanjian Lama 

sebagai bukti. Pertama-tama Paulus menunjuk pada perhambaan bersama 

manusia kepada maut melalui Adam yang pertama, untuk menyoroti 

karunia kehidupan di dalam bagian yang kedua (ay. 20-22). Mazmur 110:1, 

8:6 dikutip untuk membuktikan bahwa Kerajaan Allah akan disempurnakan 

hanya apabila musuh terakhir, yaitu maut telah dihancurkan (ay. 23-28).58

 Adapun akibat yang dihasilkan oleh kebangkitan Kristus bagi orang 

percaya, yang merupakan pokok pembahasan dalam bagian ini yaitu  

sebagai berikut ini.

Kristus Sebagai Perintis Kebangkitan Orang Percaya (ay. 20-23)

Paulus menjelaskan lebih jauh tentang konsekuensi penolakan 

terhadap kebenaran kebangkitan dengan menggunakan metafora dalam ayat 

20 yang diikuti oleh implikasinya. Paulus memulai pembahasan ini dengan 

frase nuni de. Kata nuni artinya sekarang, dan kata de artinya tetapi.

59 Jadi, 

ayat ini, diawali dengan ungkapan tetapi sekarang, dengan kata lain ayat ini 

menekankan waktu sekarang, (LAI meniadakan kata sekarang). Paulus 

mencoba untuk menarik perhatian orang Korintus kepada kebenaran yang 

mendasar. Kata de (tetapi) sebagai kata pertentangan antara dua hal, yaitu:antara ayat 11-19 yang berbicara mengenai konsekuensi negatif jika Kristus 

tidak dibangkitkan dengan ayat 20-28 yang berbicara mengenai 

konsekuensi positif sebagai hasil dari kebangkitan Kristus.

Kata egegertai dalam bentuk pasif, artinya dibangkitkan,

60

sehinggga kalimat Nuni de Cristoj egegertau ek nekrwn diartikan tetapi 

sekarang Kristus telah dibangkitkan dari kematian. Paulus menjelaskan 

bahwa, Kristus benar-benar telah bangkit dari kematian. Kristus telah 

bangkit, hal ini menjelaskan mengenai suatu kejadian yang sudah 

berlangsung. Guthrie menulis bahwa: “Kristus telah dibangkitkan dan tidak 

akan mati lagi. Hal ini m,enjadi jaminan bagi hidup orang percaya (bnd. Ibr 

6:19-20).”61 Hal yang sama juga diungkapkan lebih luas oleh Stott: 

“Kebangkitan Yesus memberikan jaminan kepada kita mengenai 

pengampunan Allah. Kita telah mengetahui bahwa pengampunan yaitu  

salah satu kebutuhan yang paling mendasar dan salah satu dari karunia 

Allah yang terbaik.”62

 Secara khusus, kebangkitan Kristus yaitu  buah sulung dari orang 

mati. Kata aparce (noun, nom, fem, sing) artinya permulaan atau yang 

sulung.

63 Jadi, kata aparce yaitu  kata yang menjelaskan suatu kejadian 

yang terjadi paling pertama atau merupakan buah sulung dari kebangkitan 

Kristus. Istilah kekoimhmenwn (verb, part, perf, pass, gen. masc, pl) artinya 

tidur, tertidur, sama sekali sudah mati atau tidak sadar,

64 sehingga diterjemahkan “menjadi buah sulung dari mereka yang telah benar-benar 

mati.” Paulus dalam hal ini, menjelaskan bahwa Kristus benar-benar telah 

dibangkitkan. Ia mau menjelaskan suatu kejadian yang sudah berlalu, tetapi 

berakibat terus menerus sebagai jaminan bagi umatnya di masa yang akan 

datang. Kebangkitan-Nya menyebabkan kita dibangkitkan secara rohani 

(Rm 6:4; Ef 2:6), dan pada saat yang sama menjamin bahwa kita akan 

dibangkitkan secara tubuh, seperti metafora dalam Rm 8:23 dan juga dalam 

2Kor 1:22, 5:5; Ef 1:14).65

 Kristus dikatakan “yang pertama kali bangkit dari kematian” karena 

kebangkitan yang Kristus alami yaitu  kebangkitan yang sempurna. Kristus 

bangkit dari kematian langsung ke sorga, tidak hidup dalam dunia ini lagi. 

Memang sebelum Kristus bangkit dari kematian, di dalam Perjanjian Lama 

dan Perjanjian Baru telah banyak orang dibangkitkan dari kematian 

sebelum Kristus. Namun kebangkitan mereka yaitu  berbeda dengan 

kebangkitan yang Kristus alami. Perbedaan tersebut yaitu orang-orang yang 

dibangkitkan sebelum Kristus (PL dan PB), dibangkitkan untuk menjalani 

kehidupan mereka di bumi lagi, sifatnya untuk sementara waktu dan setelah 

itu mereka akan mati lagi. Hal ini membuktikan bahwa kebangkitan yang 

mereka alami yaitu  tidak sempurna seperti yang Tuhan Yesus Kristus 

alami yaitu  kebangkitan yang sempurna. Selain itu, kebangkitan Yesus 

yaitu  menjadi dasar bagi kebangkitan orang percaya, dengan kata lain, 

kebangkitan Yesus yaitu  kebangkitan yang menyelamatkan, kebangkitan￾Nya memungkinkan kebangkitan orang mati.

 Dalam ayat 21-22, terdapat dua kalimat dalam bentuk parallel ganda, 

yang pertama (ay. 21) menjelaskan analogi bagaimana Allah

membangkitkan Kristus sebagai yang sulung dari kebangkitan orang mati; 

yang kedua (ay. 22) menjelaskan lebih jauh secara detail ayat 21. Ada pun 

struktur ayat 21-22 yaitu :

Karena (penjelasan mengenai bagaimana Kristus menjadi buah 

sulung)

 Karena melalui seorang manusia kematian,

 Juga melalui seorang manusia, kebangkitan orang mati;

 Karena (penjelasan mengenai ... demikian juga)

 Sebagaimana di dalam Adam semua mati

 Demikian juga di dalam Kristus semua akan dihidupkan.66

Paulus lebih lanjut menjelaskan dalam ayat 21-23, bahwa ia memandang 

Kristus sebagai Adam kedua, dimana maut datang dari satu orang yaitu 

Adam (Rm 5:12), sehingga membuat semua keturunan Adam mati dalam 

persekutuan dengan Adam. Demikian juga dengan kebangkitan orang mati 

datang karena satu orang yaitu Kristus (ay. 21). Kebangkitan Kristus yang 

merupakan buah sulung dari kebangkitan orang mati, mengakibatkan 

adanya kesempatan bagi semua orang mati dibangkitkan kembali dan 

dikuduskan kembali dalam persekutuan dengan Kristus dari kematian (ay. 

22). Kata semua orang mati, yaitu  menunjuk baik kepada orang percaya 

maupun kepada orang yang tidak percaya kepada Kristus. Namun 

kebangkitan semua orang mati tidaklah terjadi secara bersama-sama. Dalam 

ayat 23, Paulus menjelaskan bahwa kebangkitan orang mati yaitu  sesuai 

dengan urutannya. Kristus yang telah bangkit pada waktu kedatangan-Nya. 

Hal yang sama, juga diungkapkan oleh Pfitzner: “Kebenaran yang penting 

ialah bahwa Kristus sebagai buah sulung telah dibangkitkan (ay. 20). Pada 

waktu kedatangan-Nya, mereka yang menjadi milik-Nya (3:23; Gal 5:24) 

juga akan bangkit dari kubur mereka.”67 Jadi, jelaslah bahwa, Kristus telah 

dibangkitkan. Dia yaitu  sebagai perintis atau buah sulung dari 

kebangkitan orang mati, yang mana mengakibatkan kebangkitan bagi orang 

percaya pada hari kedatangan-Nya.

Maut Ditaklukkan (ay 24-28)


Dalam ayat 20-23 telah dibahas mengenai Kristus sebagai perintis 

kebangkitan orang percaya, kemudian orang percaya yang telah mati 

dibangkitkan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali (Parousia). 

Selanjutnya dalam ayat 24 tertulis Eita to teloj. Kata teloj (noun, nom, 

neuter, sing.), artinya akhir, penghabisan, kesudahannya.

68 Jadi, frase Eita 

to teloj terjemahannya yaitu  sama dengan terjemahan LAI yaitu: 

“Kemudian tiba kesudahannya.” Dengan kalimat ini, Paulus hendak 

menjelaskan bahwa sesudah kedatangan Kristus dan orang percaya yang 

telah mati dibangkitkan, maka tibalah kesudahannya, yaitu puncak dari 

segala zaman. Paulus memberikan penjelasan bahwa, kedatangan Kristus 

yaitu  untuk meneguhkan kedaulatan-Nya yang penuh dan secara langsung 

(2Tes 1:7). Dimana sebelum Kristus meneguhkan kedaulatan-Nya, tiap 

kuasa yang menentang-Nya akan dibinasakan. Setelah semuanya 

dibinasakan, yaitu tugas yang diberikan Allah Bapa telah dipenuhi (Mat 

28:18), maka Kristus menyerahkan kedaulatan atau kerajaan-Nya kembali 

kepada Allah Bapa (1Kor 15:24). 

Kerajaan yang diserahkan Kristus kepada Allah Bapa bukanlah 

pemerintahan atas daerah atau wilayah tertentu secara lahiriah, melainkan 

yang diserahkan Kristus yaitu  kekuasaan penuh atas segala sesuatu 

termasuk manusia (bnd. Flp 2:10). Untuk itu, terlebih dahulu Dia harus 

membinasakan segala kekuasaan lain.69 Karena itulah Kristus harus 

memegang pemerintahan sebagai Raja (ay. 25), sampai pemerintahan yang 

lain dibinasakan dan ditaklukkan, yaitu sebelum kesudahannya tiba. Hal ini 

yaitu  sesuai dengan janji Allah bahwa Kristus akan memperoleh 

kemenangan terakhir atas kuasa-kuasa yang menentang-Nya (bnd. Mzm 

110:1). Kata escatosa artinya paling akhir dimana kata ini berfungsi untuk 

menjelaskan kata acqroj (adj, nom, masc, sing).70 Kata acqroj (adj, pron, 

nom, masc, sing) artinya musuh atau lawan.

71 Dengan demikian, frase 

escatoj acqroj memiliki pengertian musuh yang paling terakhir. Dalam hal


ini, Paulus menjelaskan bahwa tidak ada musuh lain, selain maut, musuh 

yang paling akhir atau paling berat. Sedangkan kata katargeitai (verb, 

indic, prest, pass, 3 pers, sing) dalam bentuk present pasif berarti 

dimusnakan,

72 sehingga secara harafia diterjemahkan “Musuh paling akhir 

yang dimusnakan yaitu  maut.” Setelah itu tidak ada lagi yang harus 

dibisanakan, karena maut merupakan musuh paling terakhir dan paling 

besar dari manusia.

 Maut sebenarnya sudah ditaklukkan oleh Kristus, yaitu pada saat 

kebangkitan-Nya (bnd. 2Tim 1:10). Namun maut akan dibinasakan secara 

terang-terangan atau secara sempurna, yaitu pada saat konsumasi, pada 

waktu kedatangan-Nya kembali (bnd. Why 20:14) dalam pengertian Kristus 

merampas segala kuasa maut pada saat semua tawanannya sudah 

dibangkitkan.73 Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan perjuangan 

yang menentukan dalam peperangan yang pada akhirnya yaitu  

kemenangan yang dialami oleh orang percaya, yaitu mengalami 

kebangkitan.74 Pengalaman inilah membuktikan bahwa musuh terakhir 

yaitu maut (kematian kekal) telah dikalahkan.

Dalam ayat 27-28, Paulus berbicara tentang manusia yang 

sempurna, yaitu Yesus Kristus. Segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah 

kaki-Nya, Allah Bapa yang menyerahkan kekuasaan mutlak itu kepada 

Kristus. Kalau pekerjaan yang diberikan Allah Bapa kepada Kristus telah 

selesai, maka Kristus akan menyerahkannya kembali segala kekuasaan 

kepada Bapa-Nya (ay. 24). Sebagai bukti bahwa kepada-Nya Anak sendiri 

ditaklukkan, yaitu Anak taat kepada Bapa-Nya. Tujuannya yaitu  bahwa 

Allah Bapa menjadi semua di dalam semua (bnd. Rm 11:36). Disini Paulus 

menjelaskan bahwa, Kristus memegang pemerintahan yaitu  berakhir 

bersamaan dengan penaklukkan musuh yang terakhir, selanjutnya Kristus 

menyerahkan kekuasaan kembali kepada Bapa-Nya (ay. 24).

 Untuk ayat 29-34, yaitu berbicara mengenai implikasi etis moral yang 

akan dibahas pada tulisan berikutnya. KEBANGKITAN DAN IMPLIKASI ETIS MINISTRIAL 

(15:31-34)

Paulus dalam ayat 31-34, setelah memaparkan panjang lebar 

mengenai akibat yang dihasilkan oleh kebangkitan Kristus bagi orang 

percaya, yaitu sikap etis yang patut. Ayat 30-31 tertulis ti kai emeij 

kinduneuomen pasan wran Kata kinduneuomen dalam bentuk present 

indikatif aktif berarti selalu dalam bahaya,

75 artinya “setiap saat Paulus 

menyerahkan dirinya ke dalam bahaya di dalam konteks pelayanan. Ia 

mengatakan: “Kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari” (Rm 8:36, 

dikutip dari Mzm 44:23). Hal ini dipertegas lagi dengan frase kaq hmeran 

apoqnhskw (ay. 31). Kata apaqnhskw dalam bentuk present indikatif aktif 

berarti maut.

76 Dengan demikian terjemahan ialah “Hari demi hari aku 

diperhadapkan dengan maut” (bnd. 2Kor 11). Mengapa Paulus bersedia 

menderita? Karena ia telah mengalami arti dan kuasa kebangkitan Kristus. 

 Kebangkitan Kristus memotivasi Paulus dalam pelayanan, sehingga 

dia memiliki semangat pelayanan sekalipun banyak kali berhadapan dengan 

bahaya yang bisa membawanya kepada kematian. Kata eqhriomachsa 

yaitu  dalam bentuk aorist indikatif aktif yang berarti bertarung melawan 

binatang buas77 LAI menerjemahkannya sama, hanya kata bertarung 

menggunakan kata berjuang.78 Paulus ingin menjelaskan pengalamannya di 

Efesus, dengan memberikan arti kiasan tentang perjuangannya melawan 

binatang buas di arena yang ditonton oleh banyak orang. Hal ini 

menggambarkan betapa berat pelayanannya di dalam memberitakan Injil di 

kota Efesus (Kis 19). Karena itu, apabila tidak ada kebangkitan orang mati, 

maka tentulah ia akan melarikan diri dari bahaya dan kesulitan yang harus 

ia hadapi. Kerelaan atau kesediaan Paulus menghadapi kesulitan dalam


pelayanan karena ia memiliki pengharapan mengenai kebangkitan. Kalau 

kan diri dan meninggalkan pelayanan.79 Tanpa pengharapan terhadap 

kebangkitan, maka pertarungan seperti itu tidaklah berarti apa-apa. Dan 

sebagai langkah berikutnya akan hidup seenaknya, seperti yang dimengerti 

dengan ungkapan “makan dan minum,” atau untuk menikmati kesenangan￾kesenangan dunia ini. Namun tidaklah demikian dengan Paulus, ia 

menegaskan bahwa hanya pengharapan terhadap kebangkitan membuat ia 

bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan ancaman-ancaman. 

 Selain itu, hanya pengharapan akan kebangkitan orang mati ini yang 

melahirkan sikap moral yang baik, yakni tidak “makan-minum” atau 

bermasa bodoh, seolah tidak ada hari esok lagi, hidup dalam kesenangan 

duniawi. Sebaliknya, dalam ayat berikutnya (ay. 33-34), Paulus 

memberikan suatu nasehat yang benar, yaitu dengan ia menyatakan mh 

planasqe (janganlah kamu disesatkan).80 Kalimat ini menjelaskan mengenai 

ayat sebelumnnya, yaitu janganlah menyesatkan diri dengan orang yang 

memiliki pedoman menikmati kesenangan hidup duniawi, yaitu karena 

mereka tidak percaya adanya kebangkitan orang mati. Alasan Paulus 

melarang atau menasehati jemaat Korintus untuk tidak masuk dalam 

“pergaulan yang buruk” tersebut yaitu karena pergaulan yang buruk 

tersebut akan merusakkan kebiasaan yang baik. Mengingat kepastian 

mengenai kebangkitan, maka orang Kristen harus menghindari hubungan 

dan persahabatan terus-menerus dengan orang-orang yang mencari 

kesenangan semata di dalam hidup ini (ay 34a). Hal ini dikatakan Paulus 

karena dalam jemaat Korintus ada sebagian orang yang “tidak mengenal 

Allah,” meskipun dalam kenyataannya mereka dengan bangga 

menggabungkan diri sebagai orang Kristen, yang tidak berlaku sebagai 

Kristen, karena menolak adanya kebangkitan orang mati.

 Singkat kata, bahwa implikasi etis dari doktrin kebangkitan, bukan

hanya teori Paulus melainkan dari pengalaman Paulus sendiri dalam 

pelayanannya. Paulus memiliki kepastian mengenai kebangkitan orang 

mati, maka itu ia tetap bersemangat dan aktif sekalipun banyak kesulitan, 

bahkan maut sekalipun. Demikianlah juga kepada orang yang percaya, 

mereka tidak seharusnya pasifisme, melainkan harus bersemangat dan aktif 

dalam hidup ini untuk melayani Tuhan. Tidak hanya sebatas ini, orang 

percaya yang memandang dirinya sebagai tubuh Kristus, maka ia tidak akan menyerahkan diri lagi menjadi tubuh kelaliman/dosa (Rm 6:12-14).81

Karena tubuhnya telah ditebus oleh Kristus dan diberikan jaminan melalui 

kebangkitan-Nya. Selain kebangkitan sebagai suatu jaminan bagi 

pengampunan orang percaya, juga sebagai menjamin atas kehidupan yang 

diubahkan. Karena Allah berkuasa membangkitkan orang mati, maka Ia 

pun berkuasa mengubah morah dan karakter umat-Nya. Hal yang sama 

dikemukakan oleh Stott bahwa:

Kebangkitan Yesus menjadi jaminan bagi kita mengenai kuasa 

Allah. Karena kita membutuhkan kuasa Allah untuk hidup masa kini 

dan juga pengampunan pada masa lalu. Apakah Allah sungguh 

mampu mengubah hakekat manusia yang kelihatannya menjadi 

begitu degil, membuat orang yang kasar menjadi baik, orang yang 

egois menjadi tidak egois, orang yang hidup amoral menjadi orang 

yang mampu mengontrol diri sendiri dan orang yang masam 

hidupnya, menjadi manis? Apakah Ia mampu membawa orang yang 

mati kepada kenyataan rohani, dan membuatnya hidup dalam 

Kristus? Ya, Ia pasti mampu! Dia mampu memberi kehidupan 

kepada orang yang mati secara rohani dan mengubah kita menjadi 

sama seperti Kristus.82

Kebangkitan Yesus Kristus menyatakan kedaulatan Allah yang 

tertinggi yang menjadi jaminan bagi orang percaya menghadapi kehidupan 

di masa yang akan datang, sekaligus jaminan menghadapi tantangan hidup 

pada masa kiniPada akhirnya kebangkitan memberikan jaminan bahwa kita hidup 

dalam satu dunia yang dikuasai/diatur oleh standar-standar yang absolut, 

yang pada akhirnya kebenaran akan menang. Dalam pandangan dunia, 

bahwa pada mulanya salib menyatakan kemenangan dunia kejahatan dan 

dunia tanpa hukum. Tapi melalui kebangkitan, Allah menyatakan kemuliaan 

salib Kristus. Bahwa Kristus sekali mati untuk dosa-dosa dan kematian tidak 

lagi menguasai-Nya. Kebenaran ada pada pihak Kristus dan umat-Nya. 

Macleod menulis bahwa: “Pada waktu kita memandang ke kubur yang 

kosong itu, kita sedang memandang kemenangan dari kebenaran.”84 Karena 

itu, kebenaran menjadi standar moral etis yang bersifat permanen bagi orang 

percaya.

 Jadi, implikasi etis dari doktrin kebangkitan orang mati ialah Pertama: 

Kepastian kebangkitan orang mati tersebut telah memotivasi Paulus dalam 

pelayanan. a). Ia semangat dan aktif dalam pekerjaan Tuhan, sekalipun 

banyak kali berhadapan dengan bahaya yang bisa membawanya kepada 

kematian. b). Kepastian kebangkitan orang mati melahirkan sikap moral 

yang baik “tidak bermasa bodoh” dalam hidup ini, tidak menyerahkan diri 

lagi pada kelaliman/dosa, tetapi menerapkan kebenaran dalam hidup hari 

lepas hari. c). Kepastian kebangkitan orang mati menjamin mengenai kuasa 

Allah atas hidup kita, bahwa Allah mampu merubah karakter hidup manusia. 

d). Kepastian kebangkitan orang mati menjamin kita untuk hidup dalam satu 

dunia yang dikuasai/diatur oleh standar-standar yang absolut, yang pada 

akhirnya kebenaran akan menang. Implikasi etis moral ini dilihat oleh 

Grudem sebagai aplikasi etis, ia mengemukakan tiga aplikasi etis dari 

doktrin kebangkitan orang mati, yakni: “Paulus juga melihat bahwa 

kebangkitan memiliki aplikasi untuk ketaatan kita kepada Allah dalam 

kehidupan ini. Kedua, Paulus mendorong kita, ketika kita berpikir mengenai 

kebangkitan, mengfokuskan pada upah sorgawi di masa yang akan datang sebagai tujuan kita. Aplikasi etis yang ketiga dari kebangkitan yaitu  

kewajiban untuk berhenti berbuat dosa dalam kehidupan kita



















Teknologi pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam 

melakukan aktivitas. Namun pada kenyataannya manusia menyalahgunakan teknologi sehingga manusia 

menjadi budak teknologi atau mentuhan teknologi. Artikel ini akan mengulas tentang perkembangan teknologi 

dan penggunaan teknologi yang sesuai dengan Iman Kristen. Tujuan dari pembahasan ini untuk memberikan 

pemahaman dan kesadaran kepada orang Kristen agar tetap menggunakan teknologi sesuai dangan iman 

Kristen. Penelitian ini mmenggunakan metode kajian pustaka yang merujuk pada jurnal-jurnal ilmiah dan 

buku-buku sesuai dengan konsep dan permasalahan dalam pembahasan ini. Hasil dari penelitian ini, penulisan 

akan mendeskripsikan terkait: teknologi, perkembangan teknologi, teknologi dalam perspektif Alkitab, 

pandangan iman Kristen terhadap perkembangan teknlogi, pandangan iman Kristen terhadap metaverse dan 

penggunaan teknologi sesuai iman Kristen.

Kemajuan pesat dunia dalam bidang teknologi mempengaruhi peradaban manusia di luar jangkauan 

pemikiran sebelumnya. Pengaruh tampak pada pergeseran tatanan sosial budaya, ekonomi, agama, dan politik 

yang membutuhkan keseimbangan baru antara nilai, pemikiran, dan cara hidup yang berlaku dalam konteks 

global dan lokal. Teknologi yaitu  penerapan pengetahuan yang terorganisir untuk tugas-tugas praktis melalui 

sistem dan mesin yang terorganisir (Nuhamara, 2007). Era globalisasi dan modernisasi sebagai hal yang tidak 

dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari 

modernisasi dan globalisasi sama seperti mengasingkan dari masyarakat internasional. Situasi ini tentunya 

akan menyulitkan negara tersebut untuk menjalin kerja sama dengan negara lain. Artinya kedua hal tersebut 

membawa dampak positif dan negatif bagi negara Indonesia itu sendiri (Nasution, 2017).

Menurut Hutington, modernisasi sering 'berlawanan' dengan istilah tradisional, dengan kata lain 

modernisasi berarti perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Jadi, modernisasi 

yaitu  suatu proses perubahan ketika orang-orang yang sedang memperbaharui diri berusaha mendapatkan 

ciri-ciri atau ciri-ciri masyarakat modern (Nanang Martono, 2012). Proses modernisasi sangat luas dan 

sifatnya sangat relatif yang bergantung pada dimensi ruang dan waktu, seperti dalam dimensi waktu, media 

sosial Facebook pada tahun 2010 sangat trending dan orang menilai bahwa Facebook yaitu  media sosial 

yang sangat modern tetapi saat ini di tahun 2018 situs facebook sudah ketinggalan jaman. era karena 

bermunculannya jalur aplikasi, instagram, whatsapp, dan lain-lain. Dimensi waktu itu sifatnya sangat relatif, 

apa yang kita yakini hari ini yaitu  modern, mungkin di masa depan yang kita anggap modern saat ini bisa 

dianggap tradisional. Dimensi ruang dalam masyarakat modern sangat bergantung pada orang-orang yang 

melakukan modernisasi, misalnya di Indonesia menggunakan internet sebagai alat komunikasi yaitu  sesuatu 

yang mewah dan modern, namun bagi masyarakat Amerika hal tersebut merupakan hal yang lumrah dan 

memiliki nilai-nilai tradisional (Nasution, 2017).

Data survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) 

mengungkapkan, lebih dari separuh penduduk Indonesia kini sudah terkoneksi dengan internet. Survei yang 

dilakukan sepanjang tahun 2016 menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan 

internet. Jumlah penduduk Indonesia sendiri yaitu  256,2 juta jiwa. Hal ini menunjukkan peningkatan 51,8 

persen dibandingkan jumlah pengguna internet pada tahun 2014. Survei yang dilakukan APJII pada tahun 

2014 menunjukkan pengguna internet hanya 88 juta (Nasution, 2017). Data survei dapat membuktikan bahwa 

penggunaan internet di bidang teknologi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Artinya dalam hal 

ini, dari 132,7 juta orang Indonesia yang sudah terkoneksi internet, termasuk yang beragama Kristen. Kita 

dapat melihat bahwa orang Kristen sebenarnya dapat menggunakan teknologi sebagai media untuk 

membangun iman Kristen. Bahkan, teknologi di kalangan orang Kristen banyak disalahgunakan. Umat 

Kristen tidak mampu bersaing dengan perkembangan teknologi yang semakin modern, sehingga hal ini 

mempengaruhi pertumbuhan iman Kristen. Karena teknologi seharusnya dikuasai oleh manusia, namun pada 

kenyataannya teknologilah yang mengendalikan kehidupan manusia.

Kajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu untuk membandingkan dengan penelitian ini. 

Adapun penelitian terdahulu yaitu: (a) Priscillia Diane Joy Joseph, Fredik Melkias Boiliu, membahas tentang 

peran pendidikan agama Kristen dalam penggunaan teknologi pada anak. Penelitian ini menggunakan metode 

kajian pustaka dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan agama Kristen di keluarga, gereja dan 

sekolah memiliki peran penting untuk mengajar, mendidik, membinan, mendampingi dan mendisiplin anak 

dalam penggunaan teknologi serta menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral sehingga mereka tidak 

terjerumus dalam arus perkembangan(Joy et al., 2021).. (b) Hermanto Sihotang penelitian tentang penggunaan 

media teknologi informasi dalam pembelajaran pendidikan agama kristen di masa pandemi covid-19. 

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaatan 

teknologi informasi dalam pendidikan agama Kristen pada dasarnya sudah menjadi tuntutan bagi guru-guru

pendidikan agama Kristen, khususnya di era disrupsi. Di masa pandemi covid-19 tuntutan tersebut jauh 

berbeda, dan membuat guru-guru pendidikan agama Kristen semakin terpacu dan mau tidak mau harus 

menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring, menguasai dan menerapkan teknologi pendidikan tersebut 

sehingga pada akhirnya memberhasilkan belajar pendidikan agama Kristen di sekolah(Sihotang, 2020). (c) Evi 

Tobeli dan Zefiana F. Zeld, penelitian tentang pemahaman remaja kristen dalam menghadapi perkembangan 

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan hasil 

penelitian menunjukkan bahwa pendidkan agama Kristen memiliki peran penting untuk memberikan 

pemahaman kepada remaja sehingga menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen (Evi Tobeli, 2017). 

Merujuk dari penelitian sebelumnya, dapat ditemukan bahwa penggunaan teknologi harus diantisipasi melalui 

pembelajaran PAK untuk tidak terjadi penyalahgunaan dalam teknologi. Dapat dipahami bahwa penelitian 

sebelumnya sudah membahas terkait teknologi dan penggunaan dalam perspektif PAK untuk memberikan 

pemahaman kepada anak dalam menggunakan teknologi sesuai dengan iman Kristen. Penelitian ini tentu 

menekankan dalam perspektif Teologi yang merujuk pada Alkitab sebagai standar untuk membentengi orang 

Kristen dalam penggunaan teknologi sehingga tidak terbawa arus teknologi. Oleh sebab itu, penelitian ini 

bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang Kristen sehingga menggunakan teknologi sesuai 

dengan iman Kristen, menggunakan teknologi sesuai kebutuhan bukan keinganan dan menggunakan teknologi 

untuk menyampaikan kebenaran firman Tuhan. 

METODE PENELITIAN

Penelitian”ini menggunakan metode studi kepustakaan”yang memuat teori-teori yang relevan terkait 

dengan masalah. Pendekatan studi pustakaan atau library research dilakukan dengan cara menghimpun data 

dari berbagai karya ilmiah sebagai objek penelitian untuk menemukan permasalahan dan kajian kritis yang 

mendalam terhadap bahan pustaka yang relevan (C Narbuko and Abu achmadi,2011). Tinjauan Pustaka 

mengacu”pada gagasan yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada seperti artikel-artikel yang 

diterbitkan dalam jurnal ilmiah sehingga membangun”ide sesuai dengan penelitian”ini (V.Wiratna Sujarweni, 

2014). Pendekatan ini mengkaji teks,”buku, dan jurnal yang sesuai dengan”permasalahan dalam penelitian ini. 

Data diambil dari berbagai jurnal dan buku ilmiah nasional. Untuk pengolahan data dilakukan”dengan 

mencari literatur di jurnal ilmiah, buku teks, membaca, membandingkan, mendeskripsikan”dan menarik 

kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Perkembangan Teknologi Revolusi Industri 1.0 sampai 5.0

Teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologos, techne yang berarti keahlian dan logos yang berarti 

pengetahuan. Teknologi mengacu pada objek yang digunakan untuk memfasilitasi aktivitas manusia, seperti 

mesin, peralatan, atau perangkat keras (Rusman,2012). Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin 

“texere” yang berarti menyusun atau membangun, sehingga istilah teknologi tidak boleh terbatas pada 

penggunaan mesin, walaupun dalam arti sempit sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Rusman dkk, 

2012).Teknologi yaitu  seluruh sarana untuk menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk 

kelangsungan hidup dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi yaitu  cabang ilmu pengetahuan yang 

menyangkut keahlian industri dan pengetahuan penerapan rekayasa dalam industri. Dapat dipahami bahwa, 

teknologi sebagai penerapan konsep-konsep ilmiah dalam pemecahan masalah atau penerapan ilmu rekayasa. 

Teknologi juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan praktis dan terapan yang banyak berkaitan 

dengan teknik, industri, dan sebagainya (Critianto Soetopo,2017)..Teknologi yaitu  suatu konsep yang sama 

dengan jenis penggunaan dan pengetahuan alat dan keterampilan, dan bagaimana dapat mempengaruhi


kemampuan manusia untuk mengontrol dan mengubah hal-hal di sekitarnya. Dengan demikian, teknologi 

bertujuan untuk memudahkan aktivitas manusia.

Teknologi berkembang seiring dengan perkembangan zaman dengan memiliki ciri khas tersendiri dan 

digunakan oleh manusia sesuai dengan kebutuhannya, guna mempermudah aktivitas kehidupan sehari-hari. 

Teknologi berkembang sangat pesat dalam revolusi industri. Istilah revolusi industri diperkenalkan oleh 

Fredrich Engels dan Louis Auguste pada pertengahan abad ke-19 (L. Santoso A.Z, 2017). Teknologi 

berkembang dari revolusi industry 1.0 sampai revolusi industry 5.0 (Hoedi Prasetyo, Wahyudi Soetopo,2018).

Revolusi industri 1.0 terjadi di Inggris pada akhir abad ke-18, dimulai dengan ditemukannya mesin uap 

oleh James Watt pada awal tahun 1800-an yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika (L. 

Santoso A.Z, 42). Setelah itu, muncul penemuan-penemuan lain untuk mengatasi kesulitan pertanian di 

Inggris seperti mesin traktor sebagai pengganti tenaga ternak terbukti efektif karena pekerjaan dapat 

diselesaikan lebih cepat. Selain itu, dengan ditemukannya rontgen, pengembangan benih unggul baru melalui 

mutasi dan penggunaan pupuk kimia yang telah dikembangkan oleh pabrik serta obat hama dan penyakit, 

produktivitas pangan pun meningkat. Revolusi Industri 1.0 terjadi antara tahun 1750-1850, menjadikan Inggris 

sebagai mesin ekonomi nomor satu di abad ke-19 hingga awal abad ke-20. (Hamdan, 2018) Revolusi industri 

terus berkembang sejak saat terjadi perubahan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, 

transportasi, dan teknologi dan telah berdampak besar pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dunia

(Fajariah & Suryo, 2020).

 Revolusi industri 2.0 sebagai kelanjutan dari revolusi industri 1.0. yang ditandai 

dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Revolusi 

yang kedua ini terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang tenaga listrik digunakan 

oleh produksi secara masal (Sitorus & Fredik M Boiliu, 2021). Temuan tersebut juga memunculan pesawat 

telepon, mobil, pesawat terbang, dan yang dapat mengubah wajah dunia secara signifikan (Harahap, 2019). 

Revolusi Industri 3.0 terjadi pada tahun 1970 atau abad ke-20, yang dikenal dengan penggunaan komputer 

untuk proses manufaktur otomatis (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018).

Hadirnya era 3.0 yaitu  digital yang tidak ada batasan anatara ruang dan waktu. Pada era 3.0 

diutamakan tenaga mesin ketimbang manusia (Suwardana, 2018). Era ini dapat memudahkan manusia dalam 

melakukan aktivitas (Joy et al., 2021). Revolusi industry 4.0 terjadi pada tahun 2011 atau abad ke-21 di 

Jerman. Era ini memiliki skala, ruang lingkup dan komplisitas yang sangat luas (Sitorus & Fredik M Boiliu, 

2021). Seperti hadirnya bisnis trasportasi oline (ojek, uber dan grab) yang muda dijangkau melalui teknologi. 

Era 4.0 ini juga mengembangkan kecerdasan buatan seperti penggunaan robot, teknologi pesawat tanpa awak 

(drone), mobil yang dapat berjalan otomatis, perkembangan bioteknologi, aplikasi media sosial, dan 

nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental 

(Boiliu, 2020). Era ini memberikan beberapa dampak negatif, misalnya kecepatan-fleksibilitas produksi, 

peningkatan layanan dan pendapatan (Hoedi Prasetyo & Wahyudi Soetopo, 2018). Era 5.0 muncul di Jepang 

dan merupakan kelanjutan dari era 4.0. (Sasikirana & Herlambang, 2020). Era ini menempatkan manusia 

sebagai pusat inovasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai peningkatan kualitas hidup dan tanggung 

jawab sosial (Usmaedi, 201 C.E.). Era ini memunculkan ide kecerdasan buatan dan mentranformasi big data 

yakni terjadi integrasi antara ruang fisik dan virtual. (Hendarsyah, 2019).

Dampak Positif dan Negatif Teknologi

Teknologi itu pada dasarnya baik dan sangat bermanfaat bagi manusia yakni bisa mempermudah dalam 

melakukan aktivitas. Namun pada kenyataan teknologi dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi 

manusia sebagai pengguna teknologi. Dampak positif dari teknologi, yaitu: (a) membuka peluang pekerjaan 

(b) mempermudah pekerjaan, (c) mempermudah dalam komunikasi, (d) mempermudah dalam menyampaikan 

firman Tuhan. Yahya Afandi mengatakan dampak positif dari penggunaan teknologi, yaitu: (a) Tecnology 

enables communication, gereja menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan kebenaran melalui media 

sosial kepada jemaat, (b) Technology anables community, Gereja menggunakan teknologi untuk membuat


kominitas dengan jemaat melalui media sosial, (c) Tecnology enables Discipleship,menggunakan teknologi 

pemuridan.(Afandi et al., 2018) Dampak negatif dari teknologi, (Ngafifi, 2014) yaitu: (a) pengaruh negatif dari 

budaya lain ke budaya Indonesia, (b) perubahan dalam interaksi, (c) Pengangguran semakin bertambah. Evi 

Tobeli dan Zefiana F Zelda mengatakan ada beberapa hal sebagai dampak negatif dari teknologi, yaitu: (a) 

mempengaruhi pola pikir, (b) muncul gaya hidup modern, (c) IPTEK pedang bermata dua (Evi 

Tobeli,Selfiana F Zelda, 2017). Dampak negatif dari teknologi bagi orang percaya, yaitu Orang percaya 

menjadi ketergantungan dengan teknologi (budak teknologi) dan Persekutuan di gereja mulai 

berkurang.(Fredik Melkias Boiliu, Kaleb Samalinggai, 2020).

Pandangan Alkitab terhadap Penggunaan Teknologi 

Allah yaitu  sumber teknologi dan Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala 

perkembangan teknologi. Teknologi selalu dikaitkan dengan keselamatan dan maksudNya terhadap manusia 

dan dunia. Dalam Kitab Amsal dijelaskan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah 

orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Ams. 1:5). Artinya Allah menghendaki 

umatNya agar terus mengembangkan diri dengan menambah ilmu dan pengertian. Allah tidak menghendaki 

manusia untuk menjauhi teknologi sebab menciptakan, mengembangkan dan menggunakan teknologi 

merupakan mandat yang harus dilakukan untuk kemuliaan Allah. Allah dengan tegas menentang setiap 

penciptaan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun kehancuran moral bangsa 

sebagaimana kisah menara Babel yang dijelaskan dalam Alkitab (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias 

Boiliu, 2020).

Pandangan Alkitab terhadap teknologi, dapat dipahami dari beberapa hal, yaitu: Pertama manusia 

diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, dan diberikan mandat untuk mengelola bumi (Kej. 1:27-18). 

Artinya manusia yang segambar dan serupa dengan Allah Imago Dei yang akan melaksanakan tugas 

tanggungjawab atau misi Allah yakni untuk mengembankan Alam semesta agar memenuhi kebutuhan hidup 

dan untuk kemulian Tuhan. Dapat dipahami bahwa manusia menciptakan teknologi, mengembangkan dan 

menggunakanya merupakan bagian dari mandat yang Allah percaya untuk mengelola dan mengembangkan 

alam semesta sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Kedua, Allah memberikan pengajaran kepada 

manusia untuk menciptakan teknologi, agar menyelematkan manusia dan ciptaan lainnya. Sebagaimana 

dijelaskan dalam Alkitab mengenai sejarah air bah, dimana Allah memerintahkan Nuh untuk menciptakan 

teknologi. Allah terlibat langsung menentukan dimensi ruang dalam kapal bahkan bahannya pun Allah yang 

menentukan (Kej. 6:14-16). Artinya Allah sebagai tokoh Arsitektur pertama dan utama. Allah juga yang 

membekali manusia dengan ilmu pengetahuan untuk menciptakan teknologi. Manusia sebagai ciptaan hanya 

mengembangkan dari yang sudah ada menjadi ada, sedangkan Allah sebagai Pencipta yang memulai dari yang 

tidak ada menjadi ada.

Ketiga, manusia datang kepada Allah dengan menggunakan teknologi sebagai sarana atau media (Kel. 

25:9). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Keluaran “Allah memerintahkan Musa untuk membuat 

kemah suci. Kemah Suci merupakan tempat dimana manusia dating kepada Allah sebab kemualiaaan Allah 

memenuhi Kemah Suci itu (Kel.25:1; Kel.27:21). Selain itu ada juga Bait Suci atau Istanah yang dibangun 

oleh Salomo (1Raj.7-8). Dapat dipahami bahwa dari sejak perencanaan untuk pembangunan Bait Suci, Allah 

sudah campur tangan sehingga rencana dan pelaksanaan berjalan dengan baik sesuai kehendak Tuhan. 

Keempat, Teknologi diciptakan manusia hanya untuk kemuliaan Allah. Teknologi dapat digunakan untuk 

memberitakan Injil ke seluruh dunia, untuk melaksanakan amanat agung (Mat.28:19-10). (f) Teknologi bukan 

untuk diberhalakan “karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Mat. 6:21). Manusia harus 

menguasai teknologi, bukan teknologi yang menguasai manusia.

Pandangan Iman Kristen terhadap Metaverse

Orang pertama yang membuat metaverse yaitu  Neal Stephenson istilah dalam novelnya tahun 1992 

"Snow Crash". Istilah ini tidak memiliki definisi yang diterima secara universal. Misalnya, metaverse yaitu  

internet yang dirender dalam 3D. Dengan demikian, metaverse yaitu  dunia tak berujung dari komunitas 

virtual yang saling berhubungan, misalnya, orang dapat bekerja, bertemu, bermain menggunakan headset 

realitas virtual, kacamata augmented reality, sama. (Sari, 2022) Metaverse sebagai lapisan antara dan realitas. 

Metaverse mengacu pada dunia bersama virtual 3D di mana semua aktivitas dapat dilakukan dengan bantuan 

layanan augmented dan virtual reality. Platform semacam itu telah mendapatkan popularitas selama beberapa 

tahun terakhir karena orang-orang mengalihkan aktivitas mereka secara online, terutama selama pandemi 

virus corona. Metaverse mengacu pada dunia virtual 3D bersama di mana semua aktivitas dapat dilakukan 

menggunakan peralatan augmented reality dan virtual (Damar, 2021). Metaverse dipahami sebagai game yang 

sangat populer selain gratis yang mudah dimainkan melalui aplikasi desktop, game mobile hingga console, 

selain itu game-game ini dapat dimainkan di beberapa platform seperti Windows, IOS, Mac OS, Xbox One dan 

Android dan masih banyak lagi supportnya, banyak pilihannya Game yang menarik, dan yang lebih uniknya 

yaitu  berbasis komunitas dan menghasilkan uang dari roblox yang artinya metaverse berpeluang 

menghadirkan banyak hal yang memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas.

Perkemangan teknologi yang terus di kembangkan oleh manusia sesuai dengan perkembangan zaman 

dan peradabannya merupakan mandate yang Allah percayakan kepada manusia dalam mengembangkan alam 

semesta untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan (Djoys Anneke Rantung & Fredik Melkias 

Boiliu, 2020). Namun dapat dipahami bahwa metaverse tidak mungkin memenuhi seluruh kebutuhan manusia 

sebab manusia yaitu  mahluk ciptaan yang holistik (Kej.2:18-25) yakni mahluk spiritual, emsional, fisikal, 

intelektual dan sosial. Oleh sebab itu, secanggih apa pun teknologi ia hanya sebatas sarana bukan penngenap 

kebutuhan eksistensial manusia. Artinya bahwa manusia membutuhkan Allah (mahluk spiritual), membutuhan 

sentuhan perasaan yang personal (mahluk emosional), membutuhan pertemuan tatap muka atau secara 

langsung yang nyata (mahluk fisik) dan perlu untuk bersosialisasi dengan orang lain (mahluk sosial).

Hubungan Iman Kristen dan Teknologi

Dari perspektif Kristen, dapat dipahami bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa￾Nya dan membekali manusia dengan akal untuk mengelola dan mengembangkan alam demi kelangsungan 

hidup manusia dan kemuliaan Tuhan. Tuhan membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan 

mengembangkan teknologi dan, Tuhan sendiri terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang dan materi. 

Hal ini dapat dijelaskan dalam kitab Kejadian mengenai kisah Air Bah, Tuhan memerintahkan Nuh untuk 

membangun sebuah kapal untuk menyelamatkan dirinya, keluarganya, dan sisa ciptaan dari kehancuran Air 

Bah tersebut. Kemampuan Nuh menciptakan teknologi bukan berarti Tuhan tidak campur tangan, tetapi Tuhan 

terlibat langsung dalam menentukan dimensi ruang di kapal dan material yang Tuhan tentukan (Kej. 6:14-15). 

Artinya, Allah telah membekali manusia dengan ilmu untuk menciptakan teknologi demi keselamatan 

manusia, ciptaan lainnya, dan untuk kemuliaan Tuhan. Ditinjau perspektif iman Kristen Allah lah yang 

memulai dari yang tidak ada menjadi ada dan memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia untuk 

mengembang dari sudah ada menjadi ada untuk kebutuhan manusia dan untuk kemuliaan Allah. Dalam kontek 

ini bisa dipahami bhawa iman, ilmu pengetahuan dan teknologi semuanya itu bersumber dari Allah dan 

manusia melaksana untuk kemulianNya.

Hubungan antara iman dan teknologi, jika dipahami dari iman Kristen, berarti bahwa Tuhan telah 

membekali manusia dengan pengetahuan untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi sesuai dengan 

perkembangan zaman dan peradaban. Iman yaitu  “kesetiaan atau kepercayaan” dalam Ibrani 11:1 dijelaskan 

bahwa iman yaitu  dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita 

lihat. Artinya, iman yaitu  aspek yang menyangkut hubungan vertikal yaitu Tuhan dan manusia, antara 

pencipta dan ciptaan, sehingga iman menjadi dasar atau prinsip kepercayaan Kristen, yaitu kepercayaan


kepada Tuhan dan wahyu-Nya. Sains yaitu  pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan 

menggunakan daya pikir, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan dipelajari (dikendalikan) 

secara kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. (Fardiana, 2015) Teknologi yaitu  cabang ilmu 

yang berkaitan dengan keahlian industri atau ilmu penerapan rekayasa dalam industri (Christian 

Soetopo,2017). Sains yaitu  pengetahuan dan telah diklarifikasi, diorganisasikan, disistematisasikan, dan 

diinterpretasikan, menghasilkan kebenaran objektif, telah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara 

ilmiah (Moh. Rifai, 2010). Artinya ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari akal yang diberikan 

oleh Tuhan kepada manusia untuk digunakan bagi tujuan yang dikehendaki Tuhan, yaitu: mengabdi dan 

memuliakan Tuhan serta memberikan kebaikan, manfaat, dan kemudahan bagi umat manusia.

Penggunaan Teknologi menurut Iman Kristen

Dalam perspektif iman Kristen terhadap perkenbangan teknologi dari zaman penciptaan hingga kini di 

era disrupsi 4.0 dan akan memasuki era 5.0 merupakan suatu perkembangan yang begitu cepat. Pada Era 5.0 

akan muncul kecerdasan buatan yang mana manusia akan menciptakan manusia yang segambar dan serupa 

dengan manusia (robot). Manusia buatan yang di buat oleh manusia untuk mengantikan manusia dalam 

melakukan aktivitas manusia namun tetap masih bawa kendali manusia. Oleh sebab itu, di era 5.0 manusia 

jangan merasa bisa menciptakan manusia buata (robot) tatapi manusia harus tahu bahwa manusia hanya 

mengembangkan dari yang ada untuk menjadi ada tetapi Tuhanlah yang memulai dari yang tidak ada menjadi. 

Manusia hanyalah ciptaan yang menciptaan sesuatu dari yang sudah ada menjadi ada dan Tuhan yaitu  Sang 

pencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Artinya sehebatnya apa pun manusia dalam menciptakan dan 

mengembangan teknologi tetap harus sesuai dengan iman Kristen.

Perkembangan teknologi, membuat kemajuan bagi peradaban kehidupan manusia saat ini dibandingkan 

sebelumnya, yang terutama bertambah dengan kemungkinan-kemungkinan ilmiah dan teknologi ini yaitu  

kemampuan manusia. Dalam hal ini, dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat dan serba 

canggih sebagai orang percaya harus menggunakan sesuai dengan iman Kristen sehingga tidak menjadi budak 

teknologi dan tidak mentuhankan teknologi serta tidak anti terhadap teknologi. Oleh karena itu, perkembangan 

teknologi yang begitu pesat membawa arus perubahan pada gaya hidup setiap orang terlenbih orang percaya 

sehingga tanpa di sadari teknologi akan disalah gunakan. Sebagai orang percaya harus menggunakan 

teknologi sesuai dengan iman Kristen. Adapun sikap hidup sederhana di tengah perkembangan teknologi masa 

kini yang perlu diterapkan untuk mengantasipasi penyalahgunaan teknologi yaitu  sebagai berikut:

Pertama, sebagai orang percaya harus menggunakan teknologi sesuai dengan fungsi dan kemampuan. 

Dalam hal ini, perkembangan teknologi terutama di bidang telekomunikasi yang begitu pesat memunculkan 

banyak inovasi-inovasi baru sehingga tercipta berbagai kecanggihan alat dalam bentuk telepon genggam, 

komputer dan alat elektronik lainnya, sehingga tidak jarang menimbulkan persaingan bagi setiap orang (Evi 

Tobeli). Kedua, orang oercaya harus tahu bahwa teknologi yaitu  alat bukan tujuan. Dalam hal ini, Teknologi 

dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah hidup dan memenuhi harapan 

manusia sehingga teknologi akan dijadikan dewa dan manusia tidak memerlukan Tuhan. Pandangan yang 

melihat teknologi sebagai tujuan, akan menimbulkan gaya hidup hedonisme. Sikap hidup hedonisme akan 

menimbulkan sikap berlebihan dalam menggunakan teknologi sehingga tidak jarang menimbulkan gaya saing 

di antara setiap orang (Celia Deane Drummond,2001). Ketiga, orang percaya tidak boleh membiarkan 

kemajuan-kemajuan teknologi menjadi objek yang keliru dan meninggalkan ketergantungan kepada Allah 

(Kej.11:1-9). Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dirinya sendiri tidak memiliki garis-garis pedoman bagi 

pelayanan kemajuan umat manusia dan pembangunan kerajaan Allah yang dihasilkan ol