Mazmur-1-50 3

Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mazmur-1-50 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Juli 2025

Mazmur-1-50 3


 


ntuk selama-

lamanya: Buanglah mereka sebab   banyaknya pelanggaran 

mereka itu. Mereka telah memenuhi sendiri artikel  ran kejahatan 

mereka sehingga pantas untuk dihancurkan.” Menganiaya 

hamba-hamba Allah akan cepat menambah dosa sampai ge-

nap artikel  rannya, sama seperti kejahatan-kejahatan lainnya 

(1Tes. 2:15-16). Bahkan, mereka bisa dengan mudah jatuh ka-

rena rancangan mereka sendiri. Apa yang mereka perbuat un-

tuk mengamankan diri mereka sendiri dan untuk berbuat 

jahat terhadap orang lain, dengan pemeliharaan Allah yang 

berkuasa dapat dijadikan sebagai sarana untuk menghancur-

kan mereka (7:16; 9:16). Daud berseru, “Mereka memberontak 

terhadap Engkau. Seandainya mereka hanya musuh-musuh-

ku, mudah saja aku memaafkan mereka. Akan tetapi, mereka 

memberontak melawan Allah, melawan mahkota dan kehor-

matan-Nya. Mereka menentang pemerintahan-Nya dan tidak 

mau bertobat untuk memberi-Nya kemuliaan. Oleh sebab   itu-

lah dengan jelas-jelas aku dapat melihat kehancuran mereka.” 

Doanya meminta kehancuran mereka tidak datang dari roh 

balas dendam, melainkan dari roh nubuat. Ia menubuatkan di 

sini bahwa semua orang yang memberontak melawan Allah 

pasti akan dihancurkan oleh rancangan-rancangan mereka 

sendiri. Adillah bagi Allah untuk membalaskan penindasan ke-

pada mereka yang menindas umat-Nya, seperti yang dikatakan 

demikian kepada kita (2Tes. 1:6). sebab   itu, bila kita berdoa, 

Bapa, jadilah kehendak-Mu, kita mendoakan supaya itu ter-

jadi. 

III. Ia memberikan gambaran tentang umat Allah, dan berdoa bagi 

mereka, dengan meyakini kebahagiaan yang akan mereka dapat-

Kitab Mazmur 5:8-13 

 75

kan, dan ia bisa pastikan ini bukan berasal dari keinginannya 

sendiri.  

Amatilah,  

1.  Gambaran yang diberikannya mengenai umat Allah. Mereka 

itu orang-orang benar (ay. 13), sebab   mereka percaya kepada 

Allah, sangat yakin akan kuasa dan kemaha-mencartikel  pi-Nya. 

Mereka berani percaya akan janji-Nya, dan yakin akan perlin-

dungan-Nya bagi mereka saat berada di jalan kewajiban me-

reka. Mereka mencintai nama-Nya, dan mereka bersuka ria de-

ngan semua hal yang dipakai Allah untuk membuat diri-Nya 

dikenal. Mereka bersuka boleh mengenal Dia. Inilah yang dise-

but dengan ibadah yang benar dan murni, hidup berpuas hati 

dalam Allah dan bergantung kepada-Nya.  

2. Doa Daud bagi umat Allah itu: “Biarlah mereka bersuka. Biar-

lah mereka punya alasan untuk bersuka dan hati mereka ber-

gembira. Penuhilah mereka dengan sukacita, dengan sukacita 

besar dan tak terkatakan. Biarlah mereka bersorak sebab   ke-

girangan, dengan sukacita tetap untuk selamanya. Biarlah me-

reka selalu bersorak sebab   sukacita, dengan sukacita yang 

kudus, dan yang berakhir di dalam Allah. Biarlah mereka ber-

suka di dalam Engkau, di dalam kebaikan-Mu, di dalam kese-

lamatan yang daripada-Mu, dan bukan di dalam ciptaan apa 

pun. Biarlah mereka bersuka sebab   Engkau membela mereka, 

melingkupi mereka, menaungi mereka, berdiam di antara me-

reka.” Barangkali ini menunjuk pada tiang awan dan api, yang 

bagi orang Israel merupakan tanda hadirat Allah yang khusus 

bersama mereka, dan perlindungan khusus-Nya bagi mereka. 

Mari kita belajar dari Daud untuk berdoa bukan bagi diri kita 

sendiri, melainkan bagi orang lain, bagi semua orang baik, ba-

gi semua orang yang percaya kepada Allah dan mencintai na-

ma-Nya. Marilah kita berdoa demikian, walaupun tidak untuk 

segala hal atau segala keinginan. Biarlah semua yang berhak 

atas janji-janji Allah mendapat bagian dalam doa-doa kita. 

Anugerah akan beserta semua orang yang mengasihi Kristus 

dengan tulus. Hal yang demikian sesuai dengan Allah.  

3.  Penghiburan yang dialami Daud sebab   umat Allah itu (ay. 

13). Ia membawa mereka di dalam doa-doanya sebab   mereka 

yaitu   umat istimewa dari Allah. sebab   itu ia tidak ragu 


 76

sama sekali bahwa doa-doanya akan didengar, dan mereka 

akan bersuka senantiasa. sebab  ,  

(1) Mereka berbahagia di dalam kepastian akan berkat Allah: 

“Engkau, ya Tuhan, akan memberkati orang benar, akan 

memerintahkan berkat ke atas mereka. Engkau sendiri te-

lah menyatakan mereka sebagai yang terberkati, dan oleh 

sebab   itu Engkau akan membuat mereka demikian. Siapa 

yang Engkau berkati, ia akan sungguh-sungguh diberkati.” 

(2) “Mereka aman dalam perlindungan kebaikan-Mu. Dengan 

perlindungan-Mu Engkau akan memahkotai dia” (begitulah 

yang ditafsirkan sebagian orang). “Itulah kehormatannya, 

yang akan menjadi mahkota kecantikan berlapis permata 

baginya, dan membuatnya benar-benar besar. Dengan per-

lindungan-Mu Engkau akan memagari dia, mengelilinginya, 

dari segala sisi, seperti dengan perisai.” Sebuah perisai di 

dalam perang hanya menjaga satu sisi, tetapi kebaikan 

Allah bagi orang-orang kudus membentengi mereka di se-

gala sisi. Ini laksana pagar di sekeliling Yakub, mengelilingi 

orang-orang kudus itu, sehingga sementara terjaga di ba-

wah perlindungan ilahi, mereka aman sama sekali dan 

puas seutuhnya. 

Dalam menyanyikan ayat-ayat ini, dan mendoakannya, kita harus 

dengan iman menempatkan diri kita di bawah bimbingan dan peme-

liharaan Allah. Dengan jalan inilah hati kita bisa merasa senang de-

ngan kasih setia dan anugerah-Nya. Hati kita akan penuh dengan 

pengharapan akan kemenangan Allah atas musuh-musuh-Nya, dan 

akan kemenangan umat-Nya di dalam Dia dan di dalam keselamatan 

daripada-Nya. 

PASAL  6  

aud yaitu   seorang nabi yang sering meratap seperti Yeremia, 

dan mazmur ini merupakan salah satu ratapannya yang ditulis 

dalam suatu masa saat terjadi kesukaran hebat, secara lahiriah 

maupun batiniah. Adakah yang menderita? Adakah yang sakit? Biar-

lah ia menyanyikan mazmur ini. Pola penulisan mazmur ini bisa di-

lihat dengan sangat jelas dan sering ditemui. Daud mengawali maz-

mur ini dengan keluhan-keluhan yang penuh duka, tetapi kemudian 

mengakhirinya dengan puji-pujian penuh sukacita. Seperti Hana 

yang pergi berdoa dengan hati duka, tetapi setelah selesai berdoa, ia 

berangkat dengan wajah berseri. Ada tiga hal yang dikeluhkan sang 

pemazmur:   

1.  Penyakit jasmani.  

2.  Pikiran tertekan yang diakibatkan oleh rasa berdosa, penyebab 

utama kepedihan dan penyakit.  

3.  Cemoohan para musuhnya berkaitan dengan kedua hal tadi.  

Begitulah, di sini, 

I.   Ia mencurahkan keluhannya di hadapan Allah, berdoa un-

tuk dijauhkan dari murka-Nya, dan memohon dengan sa-

ngat agar Ia kembali berkenan kepadanya (ay. 1-7). 

II.  Ia yakin sepenuhnya akan segera memperoleh jawaban da-

mai sejahtera sepenuh-penuhnya (ay. 8-11).  

Mazmur ini serupa dengan Kitab Ayub. 


 78

Keluhan-keluhan Daud 

(6:1-8) 

1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Menurut lagu: Yang 

kedelapan. Mazmur Daud. 2 Ya TUHAN, janganlah menghartikel  m aku dalam 

murka-Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu. 3 

Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, 

sebab tulang-tulangku gemetar, 4 dan jiwaku pun sangat terkejut; tetapi Eng-

kau, TUHAN, berapa lama lagi? 5 Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwa-

ku, selamatkanlah aku oleh sebab   kasih setia-Mu. 6 Sebab di dalam maut 

tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyartikel  r kepada-Mu 

di dalam dunia orang mati? 7 Lesu aku sebab   mengeluh; setiap malam aku 

menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku. 

8 Mataku mengidap sebab   sakit hati, rabun sebab   semua lawanku. 

 

Ayat-ayat ini berbicara mengenai suasana hati yang telah benar-

benar dibuat menjadi rendah hati oleh pemeliharaan-Nya. Ayat-ayat 

ini menceritakan batin yang hancur sebab   derita hebat, dan penuh 

rasa sesal akan dosa. Derita ini diizinkan terjadi guna menggugah 

hati nurani dan mematikan perilaku buruk. Orang-orang yang tidak 

menangis saat   Allah mengekang mereka, sebenarnya sedang me-

numpuk murka-Nya. Akan tetapi, orang-orang yang berada di bawah 

murka Allah dan menabur dengan air mata seperti yang dilakukan 

Daud di sini, akan segera menerima belas kasihan-Nya. 

Marilah kita perhatikan di sini: 

I.   Apa yang disampaikannya kepada Allah perihal kesusahannya. Ia 

mencurahkan keluhan-keluhannya kepada Dia. Ke mana lagi 

seorang anak akan menyampaikan keluhannya selain kepada 

bapanya? 

1. Ia mengeluhkan sakit jasmaniah dan penyakitnya (ay. 3): 

Tulang-tulangku gemetar. Tulang-tulang dan tubuhnya terluka, 

seperti halnya Ayub. Walaupun Daud seorang raja, ia juga 

sakit dan merasa pedih. Mahkota kerajaannya tidak mampu 

melindungi dia dari sakit kepalanya. Orang-orang besar tetap 

manusia, tidak luput dari derita dan sengsara yang umumnya 

menimpa hidup manusia. Meskipun Daud seorang yang kuat 

dan biasa berperang sejak usia muda, hal ini tidak mampu 

melindunginya dari sakit penyakit yang dapat melemahkan 

orang yang kuat sekalipun. Meskipun Daud orang yang baik, 

kebaikannya itu tidak mampu menjaga dia untuk tetap sehat. 

Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit. Biarlah kenyataan ini 

Kitab Mazmur 6:1-8 

 79

membantu kita untuk dapat menerima kepedihan dan penya-

kit, sebab   nasib sebagian orang kudus pun demikian. Jadi, 

baiklah kita dibimbing dan dikuatkan melalui teladan yang 

mereka berikan sehingga kita mencurahkan saja masalah kita 

ke hadapan Allah, yang yaitu   Tuhan untuk tubuh dan 

memperhatikan penyakit yang diderita oleh tubuh itu. 

2. Daud mengeluhkan kesusahan batiniahnya: Jiwaku pun sa-

ngat terkejut. Dan ini jauh lebih menyedihkan daripada geme-

tarnya tulang. Orang yang bersemangat dapat menanggung 

penderitaannya jika berada dalam keadaan yang baik. Namun, 

jiwa itu terluka, maka penderitaan tidak akan tertahankan. 

Sakit yang diderita Daud itu mengingatkannya pada dosanya, 

dan ia menganggap hal ini sebagai tanda rasa tidak senang 

Allah terhadapnya. Hal ini mendatangkan kesedihan bagi jiwa-

nya, membuat dia menjerit, Aku merana, sembuhkanlah aku. 

Sungguh menyedihkan apabila tulang-tulang dan jiwa sese-

orang gemetar pada waktu bersamaan. Namun, adakalanya 

justru hal inilah yang harus dialami umat Allah. Bahkan, se-

akan memperparah lagi kesukaran Daud, ia harus mengalami-

nya untuk waktu yang sangat lama, dan ini tersirat dalam 

keluhnya (ay. 4), TUHAN, berapa lama lagi? Dalam saat-saat 

seperti itu, kita harus membawa diri kita kepada Allah yang 

hidup dan yang menjadi satu-satunya penyembuh, baik bagi 

tubuh maupun jiwa, dan bukan kepada orang Asyur ataupun 

dewa orang Ekron. 

II. Beratnya tekanan semua kesukaran itu atas dirinya. Masalah-

masalah itu menindihnya dengan berat. Ia merasa lesu sebab   

mengeluh, menangis hingga menggenangi tempat tidurnya, dan 

membanjiri ranjangnya dengan air mata (ay. 7). Ia menangis begitu 

rupa hingga matanya nyaris rabun (ay. 8): Mataku mengidap ka-

rena sakit hati. Daud tidak akan meratap seperti itu saat menda-

pat kesukaran dari pihak luar, sebab   ia masih cartikel  p tegar dan 

memiliki pertimbangan yang sehat untuk menghadapinya. Na-

mun, saat   dosa dan perbuatan salah menindih hati nuraninya, 

saat   jiwanya terluka sebab   merasakan murka Allah dan men-

jauhnya Allah dari dia, barulah ia bersedih dan berkabung di da-

lam hati sejadi-jadinya. Bahkan jiwanya pun tidak dapat dihibur-


 80

kan. Hal ini bukan saja membuat matanya tetap terjaga, tetapi 

juga menangis.  

Perhatikanlah: 

1.  Sering kali, sudah menjadi nasib orang-orang yang terbaik un-

tuk selalu berduka. Yesus Tuhan kita pun demikian. Jalan 

hidup kita harus melalui lembah air mata dan kita harus me-

nyesuaikan diri dengan keadaan. 

2.  Jiwa yang agung sudah sepantasnya tetap lembut dan berse-

rah pada saat mengalami rasa tidak senang yang ditunjukkan 

Allah. Daud mampu menghadapi Goliat dan musuh-musuh 

lain yang mengancamnya seorang diri dengan gagah berani, 

namun ia terpuruk dan bersimbah air mata saat ia teringat 

akan dosa-dosanya dan merasa ketakutan akan murka ilahi. 

Sikap ini sama sekali tidak mengecilkan wataknya. 

3.  Orang-orang yang dipenuhi penyesalan sejati akan menangis 

di kamar mereka. Orang-orang Farisi mengubah air muka me-

reka supaya orang melihat bahwa mereka seakan-akan berdu-

kacita, tetapi Daud berduka pada malam hari di tempat tidur-

nya sementara ia berbaring dan berbincang sendiri dengan 

hati nuraninya. Tidak seorang pun melihat kesedihannya, ke-

cuali mata Dia yang mampu melihat segala sesuatu. Petrus 

keluar dari halaman Imam Besar, menutupi wajahnya, dan 

menangis tersedu-sedu. 

4. Kesedihan yang disebabkan oleh dosa sudah sepantasnya sa-

ngat mendalam. Itulah yang dialami Daud. Ia menangis de-

ngan begitu pilu tanpa henti-hentinya hingga membasahi tem-

pat tidurnya. 

5.  Kemenangan orang jahat dalam dukacita orang-orang kudus 

semakin menambah kesedihan mereka. Mata Daud hampir ra-

bun sebab   lawan-lawannya yang bersukacita dalam penderi-

taannya dan mereka-reka yang buruk mengenai kesedihannya. 

Dalam dukacitanya yang sangat mendalam ini, Daud melam-

bangkan Kristus yang juga sering kali menangis dan berseru, 

“Hati-Ku sangat sedih” (Ibr. 5:7). 

III. Permohonan yang dinaikkannya kepada Allah dalam keadaan se-

dih dan menderita. 

Kitab Mazmur 6:1-8 

 81

1.  Hal yang paling ditakutinya yaitu   murka Allah. Penderitaan 

dan kesengsaraan itu bagaikan pahitnya empedu yang men-

jadikannya seperti cawan yang pahit. Itulah sebabnya ia ber-

doa (ay. 2) Ya TUHAN, janganlah menghartikel  m aku dalam mur-

ka-Mu, meskipun aku memang layak menerimanya, dan ja-

nganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu. Ia tidak 

sekadar berdoa, “Ya TUHAN, janganlah menghartikel  m aku. Ya 

TUHAN, janganlah menghajar aku,” sebab TUHAN memberi 

ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada 

anak yang disayangi. Daud cartikel  p mampu menanggung hu-

kuman dan hajaran jika Allah pada saat yang sama juga kem-

bali memalingkan wajah kepadanya dan melalui Roh-Nya 

membuat dia mendengar sukacita dalam kebaikan-Nya. Pen-

deritaan badannya masih tertahankan asalkan ia mendapat 

penghiburan dalam jiwanya. Meskipun sakit penyakit mem-

buat tulang-tulangnya gemetar, yang penting janganlah sam-

pai murka Allah membuat sakit hatinya. Itulah sebabnya ia 

berdoa, “Ya TUHAN, janganlah menghartikel  m aku dalam murka-

Mu, jangan biarkan aku tertindih oleh murka-Mu, supaya ja-

ngan aku tenggelam.” Dalam hal ini Daud melambangkan 

Kristus, yang di tengah penderitaan-Nya, terutama mengeluh-

kan hal yang menyusahkan jiwa dan hilangnya senyuman 

Bapa-Nya. Tak pernah Kristus mengeluhkan amarah musuh-

musuh-Nya, “Mengapa mereka menyalibkan Aku?” atau ten-

tang sikap tidak baik teman-teman-Nya, “Mengapa mereka me-

ninggalkan Aku?” Sebaliknya, Ia berseru dengan suara nya-

ring: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 

Oleh sebab   itu biarlah kita berusaha menjauhi murka Allah 

lebih daripada kesusahan lahiriah dalam bentuk apa pun dan 

senantiasa berjaga-jaga agar tidak mengumpulkan murka-Nya 

pada masa kesusahan. 

2.  Hal yang didambakannya sebagai yang terbaik dan yang bagi-

nya merupakan pemulihan segala sesuatu yang baik yaitu   

perkenan dan persahabatan dengan Allah. Ia berdoa, 

(1)  Supaya Allah menaruh iba kepadanya dan memandangnya 

dengan belas kasihan. Ia menganggap dirinya sangat ma-

lang, dan kemalangan patut mendapatkan belas kasihan. 

Itulah sebabnya ia berdoa, “Kasihanilah aku, TUHAN. Ingat-


 82

lah untuk berbelas kasihan di tengah murka, dan jangan-

lah memperlakukan aku dengan keadilan yang keras.” 

(2) Supaya Allah mau mengampuni dosa-dosanya, sebab   itu-

lah tindakan belas kasihan yang patut. Tindakan itulah 

yang terutama dimaksudkan dalam permohonan, kasihani-

lah aku. 

(3) Supaya Allah mau menyatakan kuasa-Nya yang mampu 

membebaskannya: “Sembuhkanlah aku, TUHAN (ay. 3), se-

lamatkanlah aku (ay. 5), katakanlah sepatah kata, maka 

aku akan sembuh dan semuanya akan jadi baik.” 

(4) Supaya Allah mau berdamai dengannya: “Kembalilah pula, 

TUHAN, terimalah aku dalam perkenan-Mu lagi, dan berda-

mailah denganku. Sepertinya Engkau telah meninggalkan 

dan mengabaikan aku, bahkan menjauhi aku seperti orang 

yang marah. Tetapi sekarang, ya TUHAN, kembalilah dan 

nyatakan diri-Mu di dekatku.” 

(5) Supaya Ia terutama melindungi manusia batiniah dan hal-

hal yang berkaitan dengannya, apa pun yang terjadi de-

ngan tubuh jasmaniah: “TUHAN, luputkanlah jiwaku dari 

berbuat dosa, dari kejatuhan, dan dari kebinasaan selama-

nya.” Sungguh merupakan hal istimewa yang tidak terkata-

kan bahwa kita memiliki Allah yang kepada-Nya kita bisa 

datang di tengah penderitaan kita. Sudah menjadi kewajib-

an kita untuk datang kepada-Nya dan bergumul dengan-

Nya. Dan kita tidak akan mencari dengan sia-sia. 

IV. Seruan yang digunakannya untuk memperkuat permohonannya, 

bukan untuk menggerakkan hati Allah (Ia mengenal perkara kita 

serta kebaikan yang ada di dalamnya, jauh lebih baik daripada 

yang mampu kita utarakan), melainkan untuk menggerakkan 

hatinya sendiri. 

1.  Ia memohon belas kasihan Allah. Dari situlah kita mendapat 

kekuatan dalam doa: Selamatkanlah aku oleh sebab   kasih 

setia-Mu.  

2.  Ia mengajukan kemuliaan Allah sebagai alasan (ay. 6): “Sebab 

di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu. TUHAN, jika 

Engkau meluputkan dan menghibur aku, aku bukan saja 

akan mengucapkan syartikel  r kepada-Mu untuk itu dan meng-

ajak orang-orang lain untuk mengucap syartikel  r bersamaku, te-

Kitab Mazmur 6:1-8 

 83

tapi juga menjalani kehidupan baru yang akan Engkau per-

cayakan kepadaku dalam pelayanan kepada-Mu dan demi ke-

muliaan-Mu. Sepanjang sisa hidupku aku akan mengenang 

kemurahan-Mu terhadapku dan dengan demikian bersema-

ngat melayani Engkau. Sebaliknya, jika aku mati, kesempat-

anku untuk memuliakan Engkau dan berbuat baik bagi orang 

lain akan lenyap, sebab siapakah yang akan bersyartikel  r ke-

pada-Mu di dalam dunia orang mati? Bukan saja bahwa jiwa-

jiwa yang sudah tiada bisa hidup dan bertindak, dan jiwa 

orang yang setia dapat mengingat Allah dengan sukacita serta 

mengucap syartikel  r kepada-Nya, melainkan juga, 

(1) Dalam kematian kedua (yang ditakutkan Daud mengingat 

jiwanya yang sedang gelisah di bawah murka Allah) tidak 

akan terdapat kenangan manis akan Allah. Setan-setan 

dan roh-roh terkutuk menghujat dan tidak memuji Dia. 

“TUHAN, jangan biarkan aku senantiasa berada di bawah 

murka ini, sebab   ini bagaikan sheol, neraka itu sendiri, 

yang membuatku selamanya tidak mampu memuji Eng-

kau.” Orang-orang yang dengan sepenuh hati mencari ke-

muliaan Allah serta rindu dan bersuka memuji Dia, boleh 

berdoa dengan iman, “Tuhan, jangan bawa aku ke tempat 

yang mengerikan itu, di mana tidak terdapat kenangan 

yang kudus tentang diri-Mu, ataupun ucapan syartikel  r ke-

pada-Mu.” 

(2) Bahkan kematian jasmani pun akan merampas kesempat-

an serta kemampuan kita untuk memuliakan Allah di du-

nia ini. Kita tidak dapat melayani perkara-perkara keraja-

an-Nya di antara umat manusia dengan cara melawan kua-

sa-kuasa kegelapan serta membawa banyak orang di dunia 

ini untuk mengenal Allah dan membaktikan diri kepada-

Nya. Sebagian orang percaya, sukacita yang dialami orang 

kudus di sorga jauh lebih dikehendaki daripada penghibur-

an yang diperoleh mereka di dunia. Namun demikian, pela-

yanan orang kudus di bumi, terutama yang sedemikian me-

nonjolnya seperti yang dilakukan Daud, lebih terpuji dan 

lebih bermanfaat bagi kemuliaan anugerah ilahi dibanding 

pelayanan orang-orang kudus di sorga yang tidak terlibat 

dalam peperangan melawan dosa dan Iblis, ataupun dalam 

membangun tubuh Kristus. Anggota kerajaan di lingkung-


 84

an istana memang yang paling berbahagia, tetapi para pra-

jurit di medan perang jauh lebih berguna. Oleh sebab itu, 

kita mempunyai cartikel  p alasan dan boleh berdoa bahwa jika 

Allah berkenan dan memberikan tugas lebih lanjut bagi 

kita atau sahabat-sahabat kita di dunia ini, Ia akan melin-

dungi kita atau sahabat-sahabat itu untuk melayani-Nya. 

Meninggalkan dunia dan berada bersama Kristus sungguh 

membahagiakan bagi orang-orang kudus itu sendiri. Te-

tapi, lebih bermanfaat bagi gereja bila mereka tetap tinggal 

di dalam tubuh jasmani. Inilah yang dimaksudkan Daud 

pada waktu ia memohon, “Siapakah yang akan bersyartikel  r 

kepada-Mu di dalam dunia orang mati? (Mzm. 30:10; 88:11; 

115:17; Yes. 38:18). Dan hal inilah juga yang dimaksudkan 

Kristus saat   Ia berkata, Aku tidak meminta, supaya Eng-

kau mengambil mereka dari dunia. 

Kita harus melantunkan ayat-ayat ini dengan rasa ngeri menda-

lam akan murka Allah. Murka-Nya sungguh harus kita takuti dan 

jauhi di atas segalanya. Jika murka ini tidak menimpa kita, kita ha-

rus bersyartikel  r, dan berbelas kasihan terhadap orang-orang yang di-

timpa olehnya. Demikianlah, jika kita mengalami kesusahan, biarlah 

menjadi penghiburan kita, bahwa telah ada orang lain yang sebelum-

nya mengalami perkara yang sama, dan bukan itu saja, jika kita me-

rendahkan diri dan berdoa, seperti yang dilakukan Daud, perkara 

yang menimpa kita itu pun tidak akan berlangsung lama tanpa pen-

yelesaian. 

Keyakinan akan Allah 

(6:9-11) 

9 Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab 

TUHAN telah mendengar tangisku; 10 TUHAN telah mendengar permohonan-

ku, TUHAN menerima doaku. 11 Semua musuhku mendapat malu dan sangat 

terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata. 

Betapa cepatnya keadaan berubah menjadi baik di sini! Daud yang 

tadinya meratap dan menangis serta beranggapan bahwa tidak ada 

harapan lagi (ay. 7-8), sekarang tampak berseri dan berbicara dengan 

riang hati. Setelah menyampaikan permohonannya kepada Allah dan 

mengajukan perkaranya kepada-Nya, ia sangat yakin bahwa perkara 

Kitab Mazmur 6:9-11 

 85

itu akan terselesaikan dengan baik dan dukacitanya akan diubah 

menjadi sukacita. 

I.   Ia membedakan dirinya dengan orang-orang yang jahat dan fasik, 

serta membentengi diri dari cercaan lawan-lawannya (ay. 9): Men-

jauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan. 

saat   ia berada di dalam kesusahan, 

1.  Ia takut kalau-kalau murka Allah juga menimpanya bersama 

para pelaku kejahatan. Tetapi sekarang setelah awan kemu-

rungan berlalu, ia yakin bahwa jiwanya tidak akan dikumpul-

kan bersama orang-orang berdosa, sebab   mereka bukan ter-

masuk umat-Nya. Tadinya, sebab   beratnya murka Allah yang 

menindihnya, ia khawatir kalau-kalau ia termasuk salah se-

orang dari mereka. Tetapi sekarang setelah semua ketakutan-

nya sirna, ia pun mengusir mereka pergi, sebab   tahu bahwa 

tempatnya yaitu   di antara orang-orang yang terpilih. 

2. Para pelaku kejahatan telah mengusik, mengejek, dan mena-

nyainya, “Di mana Allahmu?” sambil bergembira atas kemu-

rungan dan keputusasaannya. Tetapi sekarang ia dapat mem-

beri jawaban kepada orang-orang yang mencelanya, sebab   

Allah yang akan kembali kepadanya oleh sebab   kasih setia-

Nya, telah menghibur rohnya dan tidak lama lagi akan segera 

membebaskan dia sepenuhnya. 

3. Boleh jadi mereka telah mencobainya untuk berbuat seperti 

mereka, yakni untuk meninggalkan kepercayaannya dan me-

nyenangkan diri dengan kenikmatan dosa. Tetapi sekarang ia 

berkata, “Menjauhlah dari padaku. Aku tidak akan pernah me-

nyendengkan telingaku kepada nasihatmu. Kamu pasti akan 

menyuruhku mengutuki Allah dan mati, tetapi aku akan me-

muji Dia dan hidup.” Kita harus menggunakan belas kasihan 

Allah dengan baik, dan dengan segala ketetapan hati memu-

tuskan untuk tidak pernah berurusan dengan dosa dan orang 

berdosa. Daud yaitu   seorang raja, dan ia mengambil kesem-

patan ini guna memperbarui tujuannya dalam memanfaatkan 

kekuasaannya untuk menekan dosa dan mengatur kembali 

perilaku yang baik (Mzm. 75:5; 101:3). Bila Allah telah berbuat 

hal-hal yang besar bagi kita, sudah seharusnya kita berusaha 

melakukan apa yang seharusnya kita lakukan bagi Dia. 

Sebagai anak Daud, sepertinya Yesus Tuhan kita meminjam 


 86

kata-kata ini darinya saat   segala hartikel  man dijatuhkan ke 

atas-Nya. Ia berkata, Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu se-

kalian yang melakukan kejahatan (Luk. 13:27), dan dengan 

demikian mengajar kita untuk juga berkata seperti itu (Mzm. 

119:115). 

II.  Ia sungguh sangat yakin, bahwa Allah sejak dulu dan masih akan 

berbaik hati kepadanya, tidak peduli seperti apa pun murka yang 

menindihnya. 

1.  Ia percaya akan mendapat jawaban penuh rahmat atas doa 

yang sekarang sedang dinaikkannya. Bahkan sementara ia se-

dang berdoa, ia menyadari bahwa Allah mendengar doanya 

(seperti dalam Yes. 65:24; Dan. 9:20). Oleh sebab   itu ia me-

manjatkan permohonan itu layaknya seperti sudah terkabul. 

Ia mengulanginya dengan penuh kemenangan, “TUHAN telah 

mendengar” (ay. 9), kemudian sekali lagi “TUHAN telah men-

dengar” (ay. 10). Anugerah Allah bekerja dalam hatinya, dan 

sebab   itu ia tahu bahwa doanya telah diterima dengan senang 

hati, sehingga ia tidak ragu lagi bahwa pada waktunya doanya 

akan dijawab. Air matanya memiliki suara, suara  yang kede-

ngaran nyaring di telinga Allah yang penuh rahmat: TUHAN 

telah mendengar tangisku. Air mata yang mengalir dalam kehe-

ningan bukan berarti tidak mempunyai suara. Doa-doanya 

merupakan jeritan kepada Allah. TUHAN telah mendengar per-

mohonanku, Ia telah memberi jawaban, “Hendaklah itu dilaku-

kan terhadap permohonanku,” dan oleh sebab   itu tidak lama 

lagi hal itu akan terjadi. 

2.  Setelah itu ia mengambil kesimpulan bahwa doa-doanya yang 

lain juga akan diterima dengan senang hati: “Sebelumnya Ia 

telah mendengar permohonanku, dan oleh sebab itu Ia akan 

menerima doaku. Sebab Ia memberi dan tidak mencela saat   

mengabulkan permohonan sebelumnya.” 

III. Ia berdoa bagi pertobatan atau bernubuat bagi kehancuran la-

wan-lawan dan para penganiayanya.  

1.  Doa ini sangat boleh dianggap sebagai permohonan supaya 

mereka bertobat: “Semoga mereka semua mendapat malu ka-

rena menentang dan mencerca aku. Semoga mereka (seperti 

Kitab Mazmur 6:9-11 

 87

para petobat sejati) merasa kesal terhadap diri sendiri sebab   

kebodohan mereka. Semoga tabiat dan perilaku menjadi baik 

kembali, sehingga mereka merasa malu atas apa yang telah 

mereka lakukan terhadapku dan malu terhadap diri sendiri.” 

2. Jikalau mereka tidak bertobat, mereka akan mengalami kebi-

ngungan dan hancur. Mereka akan mendapat malu dan sangat 

terkejut (demikianlah yang dapat ditafsirkan), dan sudah se-

pantasnya mereka mengalami hal itu. Mereka bergembira bah-

wa Daud merana (ay. 3-4), dan oleh sebab itu, seperti yang 

umumnya terjadi, kejahatan akan berbalik menimpa diri mere-

ka sendiri. Mereka pun akan sangat merana. Orang-orang 

yang tidak mau memuliakan Allah akan dirundung malu sela-

manya. 

Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, kita harus 

memberi kemuliaan bagi Allah, sebagai Allah yang bersedia mende-

ngarkan doa kita. Kita harus mengakui kebaikan-Nya kepada kita da-

lam mendengarkan doa-doa kita, tegar hati dalam menanti-nanti Dia, 

serta percaya kepada Dia dalam kesusahan dan kesulitan yang paling 

berat sekalipun. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  7  

ari judulnya tampaklah bahwa mazmur ini ditulis dengan me-

ngacu secara khusus pada tuduhan jahat yang dilancarkan ter-

hadap Daud oleh beberapa lawannya. sebab   diperlakukan dengan 

tidak benar seperti itu, 

I.    Ia memohon kemurahan Allah (ay. 2-3). 

II.  Ia naik banding kepada Allah bahwa ia tidak bersalah atas 

hal-hal yang dituduhkan kepadanya itu (ay. 4-6). 

III. Ia berdoa kepada Allah untuk membela perkaranya dan ber-

tindak sebagai hakim baginya melawan para penganiayanya 

(ay. 7-10). 

IV.  Ia mengutarakan keyakinannya terhadap Allah, bahwa Ia 

akan bertindak demikian dan mengembalikan celaka ke atas 

diri orang-orang yang bertujuan mencelakakannya (ay. 11-

17). 

V.  Ia berjanji untuk memberikan kemuliaan kepada Allah atas 

kelepasannya (ay. 18).  

Dalam hal ini Daud merupakan gambaran Kristus, yang juga di-

sakiti seperti itu dan masih demikian hingga kini di dalam diri peng-

ikut-pengikut-Nya, tetapi kemudian pada akhirnya dibenarkan juga.  

Daud Berdoa Menentang Lawan-lawannya; 

Doa Bagi Orang Berdosa dan Orang Kudus  

(7:1-10) 

1 Nyanyian ratapan Daud, yang dinyanyikan untuk TUHAN sebab   Kush, 

orang Benyamin itu. 2 Ya TUHAN, Allahku, pada-Mu aku berlindung; sela-

matkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku dan lepaskanlah aku, 3 

supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku, 

dengan tidak ada yang melepaskan. 4 Ya TUHAN, Allahku, jika aku berbuat 


 90

ini: jika ada kecurangan di tanganku, 5 jika aku melakukan yang jahat ter-

hadap orang yang hidup damai dengan aku, atau merugikan orang yang me-

lawan aku dengan tidak ada alasannya, 6 maka musuh kiranya mengejar aku 

sampai menangkap aku, dan menginjak-injak hidupku ke tanah, dan mena-

ruh kemuliaanku ke dalam debu. S e l a  7 Bangkitlah, TUHAN, dalam mur-

ka-Mu, berdirilah menghadapi geram orang-orang yang melawan aku, ba-

ngunlah untukku, ya Engkau yang telah memerintahkan penghakiman! 8 

Biarlah bangsa-bangsa berkumpul mengelilingi Engkau, dan bertakhtalah di 

atas mereka di tempat yang tinggi. 9 TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Ha-

kimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. 10 

Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, 

Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.

Nyanyian ratapan (KJV: Shiggaion) yaitu   nyanyian atau mazmur 

(kata ini hanya digunakan di sini dan di Hab. 3:1) – sebuah nyanyian 

pengembaraan (menurut pendapat beberapa orang), dengan isi dan 

susunan beberapa bagian berbeda satu sama lain, tetapi dengan se-

ngaja dipersatukan. Nyanyian ini juga merupakan sebuah nyanyian 

pemikat hati (demikian menurut pendapat lain), sangat menyenang-

kan hati. Daud bukan saja menulis lagu ini, tetapi juga menyanyi-

kannya dengan penuh kesalehan dan ibadah kepada Tuhan, sebab   

Kush, orang Benyamin itu, yakni Saul sendiri. Kata-kata Daud yang 

kasar menunjukkan bahwa ia lebih suka menyebut Saul orang Kush 

atau Etiopia, daripada orang Israel sejati. Atau, lebih mungkin lagi 

yang dimaksudkan yaitu   seorang kerabat Saul yang bernama Kush, 

musuh bebuyutan Daud yang memfitnah dia sebagai seorang peng-

khianat di hadapan Saul, sehingga membuat Saul gusar terhadap 

Daud (padahal sebenarnya Kush tidak perlu berbuat demikian). Kush 

merupakan salah satu dari anak-anak manusia, anak-anak Belial se-

sungguhnya, yang dikeluhkan Daud (1Sam. 26:19) telah mengacau-

kan hubungannya dengan Saul. sebab   dihina sedemikian rupa 

seperti itu, Daud lalu berpaling kepada Tuhan. Pelanggaran yang 

dilakukan manusia atas diri kita sudah seharusnya menghalau kita 

kepada Allah, sebab kepada-Nya sajalah kita boleh mempercayakan 

perkara kita. Bahkan lebih daripada itu, Daud bernyanyi untuk 

Tuhan. Rohnya tidak terganggu oleh masalah itu, tidak juga putus 

asa. Sebaliknya, roh Daud begitu tenang dan ceria hingga ia masih 

mampu menyanyikan lagu-lagu kudus tanpa memainkan satu pun 

nada sumbang pada tali kecapinya. Jadi, biarlah perbuatan jahat 

yang kita terima dari manusia tidak membangkitkan amarah kita, 

tetapi justru menyalakan dan menceriakan ibadah kita. Di dalam 

ayat-ayat di atas tadi, 

Kitab Mazmur 7:1-10 

 91

I.  Daud menempatkan dirinya di bawah perlindungan Allah dan ber-

lari kepada-Nya mencari pertolongan dan perlindungan (ay. 2): 

“Ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku dari kuasa dan kebencian 

semua orang yang mengejar aku, supaya rencana jahat mereka 

terhadapku tidak berhasil.” Ia menyampaikan permohonannya 

berdasarkan, 

1.  Hubungannya dengan Allah. “Engkaulah Allahku, dan oleh ka-

rena itu ke mana lagi aku akan pergi selain kepada-Mu? Eng-

kaulah Allahku, dan oleh sebab itu Engkau juga perisaiku 

(Kej. 15:1). Engkaulah Allahku, dan oleh sebab   itu aku ada-

lah salah satu hamba-Mu yang boleh berharap untuk dilin-

dungi.” 

2. Keyakinannya terhadap Allah: “Tuhan, selamatkanlah aku, se-

bab aku mempercayakan diri kepada-Mu: pada-Mu aku berlin-

dung, dan bukan pada lengan manusia.” Orang yang terhor-

mat tidak akan mengecewakan mereka yang mempercayakan 

diri kepadanya, terutama apabila dia sendirilah yang telah 

mendorong mereka untuk melakukan hal itu, seperti perkara 

yang sedang kita amati ini. 

3.  Amarah dan kebencian musuh-musuhnya, dan bahaya di de-

pan mata yang sedang dihadapinya dari mereka yang ingin 

menelannya: “Tuhan, selamatkanlah aku, atau tamatlah riwa-

yatku. Dia hendak merobek-robek nyawaku seperti singa yang 

mencabik-cabik mangsanya,” dengan angkuh dan nikmat, se-

kuat tenaganya, dengan begitu mudah dan bengisnya. Rasul 

Paulus mengibaratkan Nero seperti singa (2Tim. 4:17), sama 

seperti Daud di sini mengibaratkan Saul. 

4. Ketidakmampuan semua sumber pertolongan yang lain: “Tu-

han, berkenanlah melepaskan aku, sebab bila Engkau tidak 

melakukannya, tidak ada yang melepaskan,” (ay. 3). Sungguh 

merupakan keagungan Allah untuk menolong orang yang tidak 

berdaya. 

II.  Dengan sungguh hati ia menyanggah bahwa ia tidak bersalah atas 

semua yang dituduhkan kepadanya. Ia berani bersumpah yang 

mengerikan ke atas dirinya sendiri saat berseru kepada Allah, 

Sang Penilik hati, mengenai ketidakbersalahannya itu (ay. 4-6). 


 92

Secara umum, amatilah: 

1. saat   kita difitnah oleh manusia, merupakan penghiburan be-

sar bagi kita apabila hati nurani kita membebaskan kita dari 

tuduhan itu:  

– Hic murus aheneus esto,  

Nil conscire sibi. –  

Jadilah benteng pertahanan yang berani,  

pelihara senantiasa kebersihan hati nuranimu. – 

Dengan begitu, bukan saja mereka tidak mampu membukti-

kan fitnahan mereka (Kis. 24:13), hati kita pun tidak dapat 

menemukan kebenarannya, yang menenteramkan kita.  

2. Allah yaitu   pelindung bagi orang tak bersalah yang diperla-

kukan dengan tidak benar. Di bumi tidak ada pengadilan bagi 

Daud untuk membawakan perkaranya. Rajanya, yang seha-

rusnya membenarkan dia, justru menjadi musuh besarnya. 

Namun, di sorga masih ada pengadilan bagi dia untuk berlari 

ke sana. Dan juga di sana ada Hakim yang adil, yang dapat 

dipanggil Allahku olehnya.  

Jadi lihatlah di sini: 

(1)  Tuduhan apa yang ia sanggahkan bahwa ia tidak bersalah. 

Ia dituduh telah merancang tindakan pengkhianatan terha-

dap mahkota dan kehidupan Saul, bahwa ia menyusun dan 

mengkhayalkan rencana untuk menurunkan Saul dari 

takhta serta membunuhnya. Dan mereka menuduh bahwa 

untuk melaksanakan semua itu, ia melancarkan perang 

melawan Saul. Semua tuduhan ini disangkal sepenuhnya 

oleh Daud. Ia tidak pernah melakukan hal-hal ini. Tidak 

ada kecurangan semacam ini pada dirinya (ay. 4). Ia sangat 

membenci pikiran seperti itu. Ia tidak pernah membalaskan 

yang jahat kepada Saul pada waktu ia berdamai dengan 

Saul, dan tidak juga kepada siapa pun (ay. 5). Bahkan, se-

perti yang menurut beberapa orang seharusnya ditafsirkan, 

ia tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, 

dan tidak pernah mencelakakan orang-orang yang telah 

melukainya. 

(2) Bukti yang ditunjukkannya bahwa ia tidak bersalah. Me-

mang tidak mudah untuk membuktikan bahwa sesuatu itu 

tidak benar, tetapi Daud mampu menunjukkan bukti yang 

Kitab Mazmur 7:1-10 

 93

sangat tepat mengenai hal itu: Jika aku merugikan orang 

yang melawan aku dengan tidak ada alasannya (ay. 5; KJV: 

Aku telah melepaskan dia yang tanpa alasan menjadi mu-

suhku – pen.). Melalui hal ini, tak dapat disangkal lagi 

bahwa Daud sama sekali tidak merencanakan sesuatu 

yang dapat mengancam hidup Saul. Sekali lagi, Pemeliha-

raan telah mengatur sedemikian rupa hingga Saul harus 

bergantung pada belas kasihan Daud. Orang-orang di 

sekeliling Daud bisa saja membunuh Saul tanpa ditunda-

tunda lagi. Namun, Daud bermurah hati dan mencegah hal 

itu dengan tulus. Ia hanya memotong jubahnya (1Sam. 

24:4). Kemudian setelah peristiwa itu, Daud hanya meng-

ambil tombaknya (1Sam. 26:12), untuk membuktikan ke-

padanya apa yang sebenarnya bisa dilakukannya. Saul 

sendiri mengakui kedua kejadian ini sebagai bukti yang 

tidak dapat disangkal tentang kesetiaan dan ketulusan hati 

serta perasaan kasih Daud terhadap dirinya. Jika kita 

membalas kejahatan dengan kebaikan dan tidak memuas-

kan nafsu kita, maka suatu hari nanti perbuatan kita ini 

akan menjadi kesaksian yang baik bagi kita, lebih daripada 

perkiraan kita. 

(3) Malapetaka seperti apa yang bersedia diterimanya seandai-

nya ia memang bersalah (ay. 6): Musuh kiranya mengejar 

aku serta mencabut nyawaku, dan juga nama baikku sete-

lah aku tiada: kiranya ia menaruh kemuliaanku ke dalam 

debu.  

Hal ini menyiratkan: 

[1] Bahwa seandainya Daud memang telah melukai orang 

lain, ia punya alasan menantikan pembalasan mereka 

yang setimpal. Orang yang pernah menyakiti orang lain 

harus memperhitungkan bahwa orang lain pun akan 

menyakitinya. 

[2] Bahwa seandainya memang demikian halnya, ia tidak 

dapat menghadap Allah dengan yakin dan memohon 

kepada-Nya untuk melepaskan dia atau membela per-

karanya. Sungguh pongah dan berbahaya apabila 

orang-orang yang bersalah, dan oleh sebab itu menderi-

ta sebab  nya, berseru kepada Allah seolah-olah mereka 


 94

tidak bersalah dan menderita tidak pada tempatnya. 

Yang benar, orang-orang seperti ini harus merendahkan 

diri lalu menerima hartikel  man atas kejahatan mereka, 

dan tidak boleh berharap bahwa Allah yang adil akan 

berlaku baik terhadap ketidakadilan mereka. 

[3] Bahwa ia merasa sangat percaya diri perihal ketidakber-

salahannya. Wajarlah saja apabila kita mengharapkan 

sesuatu yang baik bagi diri sendiri. Oleh sebab itu, me-

nyatakan kutukan bagi diri sendiri, bila dilakukan de-

ngan bersumpah palsu, sungguh merupakan sumpah 

yang mengerikan tiada bandingannya. Dengan sumpah 

atau kutukan semacam itu, Daud di sini mengesahkan 

sanggahan tentang ketidakbersalahannya. Namun, hal 

ini tidak membenarkan kita untuk melakukan hal yang 

sama untuk tiap perkara yang ringan dan sepele. Ber-

lainan halnya, kejadian dengan Daud di sini memang 

penting. 

III. sebab   mempunyai kesaksian dari hati nuraninya menyangkut 

ketidakbersalahannya, Daud berdoa dengan rendah hati supaya 

Allah tampil baginya melawan para penganiayanya. Ia juga men-

dartikel  ng setiap permohonannya dengan pembelaan yang tepat, se-

perti orang yang tahu bagaimana ia harus mengajukan perkara-

nya di hadapan Allah.  

1.  Ia berdoa agar Allah mau menyatakan murka-Nya terhadap 

musuh-musuhnya. Ia memperkarakan murka mereka terha-

dap dirinya: “Tuhan, mereka murka terhadapku tanpa sebab, 

jadi adillah pula bila Engkau juga murka terhadap mereka. 

Biarkan mereka tahu bahwa Engkau murka kepada mereka 

(ay. 7). Bangkitlah dalam murka-Mu di hadapan takhta peng-

adilan, dan nyatakan kuasa serta keadilan-Mu menghadapi 

geram, keganasan, dan kekalapan (dalam bentuk jamak) 

orang-orang yang melawan aku.” Orang-orang yang dilindungi 

murka Allah, tidak perlu takut terhadap murka manusia yang 

melawan mereka. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-

Nya?  

2.  Ia berdoa supaya Allah mau membela perkaranya. 

Kitab Mazmur 7:1-10 

 95

(1)  Ia berdoa, “Bangunlah untukku (artinya, kiranya perkaraku 

didengar), ya Engkau yang telah memerintahkan pengha-

kiman.”  

Hal ini berbicara tentang: 

[1] Kuasa ilahi. Sama seperti ia sanggup memberkati de-

ngan berhasil, dan oleh sebab   itu dikatakan (Ia) meme-

rintahkan berkat, demikian pula Ia sanggup mengha-

kimi dengan berhasil, dan oleh sebab   itu dikatakan (Ia) 

memerintahkan penghakiman, dan tak seorang pun bisa 

membatalkannya, sebab   di dalam perintah-Nya itu su-

dah terkandung sekaligus pelaksanaannya.  

[2] Tujuan dan janji ilahi: “Inilah penghakiman yang telah 

Engkau tentukan ke atas semua musuh umat-Mu. Eng-

kau telah memerintah para raja dan hakim di muka bu-

mi ini untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka 

serta membela mereka yang tertindas. Ya Tuhan, bang-

kitlah untuk melaksanakan penghakiman itu.” Orang 

yang mencintai keadilan dan mengharapkan keadilan 

itu terjadi pada orang lain, pasti akan menjalankan ke-

adilan itu. Meskipun Ia tampaknya membiarkan per-

buatan yang salah, seperti orang yang sedang tertidur, 

pada waktunya nanti Ia akan terjaga (Mzm. 78:65). Ia 

akan menyatakan bahwa penundaan itu bukanlah kela-

laian. 

(2) Ia berdoa (ay. 8), “Bertakhtalah di atas mereka di tempat 

yang tinggi, peliharalah kewenangan-Mu, duduklah kem-

bali di atas takhta kerajaan-Mu yang kedaulatannya telah 

mereka hina. Ambil kembali kursi pengadilan yang pengha-

kimannya telah mereka sepelekan. Bertakhtalah di tempat 

yang tinggi berarti melakukannya secara nyata dan di ha-

dapan semua orang, supaya dinyatakan kepada seluruh 

dunia bahwa sorga sendiri mengakui dan membela perkara 

Daud.” Sebagian orang merujuk hal ini pada kebangkitan 

dan kenaikan Yesus Kristus, yang setelah kembali ke sorga 

(kembali ke tempat yang tinggi dalam keadaan dimuliakan), 

memegang semua penghakiman yang diserahkan kepada-

Nya. Atau, hal ini juga bisa mengacu kepada kedatangan-

Nya yang kedua, saat Ia akan datang kembali ke dunia ini 


 96

dari tempat tinggi untuk menjalankan penghakiman atas 

semua orang. Kedatangan-Nya kembali inilah yang dinanti-

nantikan dan terus didoakan umat-Nya yang tertindas, un-

tuk menyerukan kecaman-kecaman tidak adil manusia ter-

hadap mereka.  

(3) Ia berdoa lagi (ay. 9), “Hakimilah aku, jadilah hakim untuk-

ku, jatuhkan hartikel  man untuk membelaku.” Supaya gugat-

an ini terlaksana, 

[1] Ia memohon agar perkaranya sekarang dibawa ke ha-

dapan pengadilan yang sepantasnya: TUHAN mengadili 

bangsa-bangsa (ay. 9). Tuhanlah Hakim atas seluruh 

bumi, dan oleh sebab itu tidak dapat diragukan lagi Ia 

akan mengadili dengan benar dan semua orang diwajib-

kan menerima penghakiman-Nya. 

[2] Daud bersikeras perihal kejujurannya menyangkut se-

mua perselisihan di antara dirinya dan Saul. Ia hanya 

ingin diadili semata, dan dalam hal ini, sesuai dengan 

kebenarannya serta kesungguhan hatinya dalam semua 

langkah yang telah diambilnya demi pemulihan marta-

batnya. 

[3] Ia mengemukakan alasan bahwa Allah sendiri akan sa-

ngat dimuliakan, dan umat-Nya akan lebih dididik serta 

dihibur apabila Allah bersedia tampil baginya: “Biarlah 

bangsa-bangsa berkumpul mengelilingi Engkau. Oleh ka-

renanya, lakukanlah itu demi kepentingan mereka, su-

paya mereka dapat berlaku setia kepada-Mu dengan 

meninggikan dan melayani Engkau di pelataran rumah-

Mu.”  

Pertama, mereka akan melakukannya atas kehen-

dak sendiri. Tampilnya Allah atas nama Daud serta 

penggenapan janji-janji-Nya kepadanya, akan menjadi 

contoh yang luar biasa baik perihal keadilan, kebaikan, 

dan kesetiaan-Nya. Hal ini sangat membesarkan hati se-

mua orang yang menyembah-Nya dengan setia dan 

akan memenuhi mulut mereka dengan puji-pujian. 

Daud merupakan kesayangan dari negerinya, terutama 

di antara semua orang baik yang berdiam di dalamnya. 

Oleh sebab itu, apabila mereka melihat dia naik ke 

takhta dengan cara yang adil, mereka akan sangat ber-

Kitab Mazmur 7:1-10 

 97

sukacita dan menaikkan syartikel  r kepada Allah. Mereka 

akan datang berbondong-bondong kepada-Nya sambil 

menaikkan puji-pujian atas berkat yang telah dicurah-

kan ke negeri mereka.  

Kedua, jika Daud berkuasa seperti yang telah dijan-

jikan Allah kepadanya, ia akan berusaha membawa rak-

yatnya datang beribadah melalui pengaruhnya atas me-

reka, dan tabut perjanjian tidak akan dilupakan seperti 

yang terjadi pada zaman Saul (1Taw. 13:3). 

3.  Secara umum, ia berdoa bagi pertobatan orang berdosa dan 

pengartikel  han orang-orang kudus (ay. 10): “Biarlah berakhir ke-

jahatan, bukan saja kejahatan lawan-lawanku yang bengis, te-

tapi juga semua orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang 

benar.” Di sini terdapat dua hal yang harus diinginkan dan bo-

leh diharapkan setiap kita:  

(1) Penghancuran dosa, supaya diakhiri, baik dalam diri kita 

maupun dalam diri orang lain. saat   kecemaran dimati-

kan, saat   tiap cara dan pikiran jahat dicampakkan, dan 

arus deras yang menyeret kepada keduniawian dan keda-

gingan dialihkan arahnya menuju Allah dan sorga, maka 

kejahatan orang fasik pun akan berakhir. saat   terjadi 

pembaruan perilaku secara menyeluruh, saat   orang-

orang yang tidak percaya kepada Allah dan orang-orang 

duniawi diyakinkan dan bertobat, saat   penyebaran dan 

penularan dosa dihentikan sehingga orang fasik tidak da-

pat maju lebih jauh dan kebodohan mereka terungkap, 

saat   rencana-rencana keji musuh-musuh jemaat dikalah-

kan serta kuasa mereka dipatahkan dan orang berdosa di-

binasakan, maka berakhirlah kejahatan orang fasik. Inilah 

yang dirindukan dan didoakan semua orang yang menga-

sihi Allah serta membenci kejahatan demi Dia. 

(2) Sifat kekal keadilan: Tetapi teguhkanlah orang yang benar. 

Sama seperti kita berdoa supaya orang jahat dibuat men-

jadi baik, begitu pula kita berdoa supaya orang baik dibuat 

lebih baik. Agar mereka tidak tergoda oleh tipu muslihat 

orang fasik atau terkejut oleh kedengkiannya. Agar mereka 

diteguhkan dalam pilihan mereka untuk mengikuti jalan-

jalan Allah dan menetapkan hati untuk bertekun di dalam-


 98

nya, tetap teguh dalam perkara-perkara Allah dan kehidup-

an beragama, serta bersemangat dalam upaya mereka un-

tuk membuat berakhir kejahatan orang fasik. Alasan Daud 

untuk mengajukan permohonan ini yaitu  , sebab   Allah 

yang adil menguji hati dan batin orang, dan oleh sebab itu 

Ia mengetahui kejahatan tersembunyi orang fasik dan tahu 

cara mengakhirinya. Kesungguhan hati orang benar yang 

tersembunyi pun dilihat oleh-Nya dan Ia mempunyai cara-

cara tersembunyi untuk meneguhkannya. 

Selama kita memiliki kesaksian hati nurani bahwa kita tetap ber-

sih saat diperlakukan tidak benar dan disakiti, maka bolehlah kita, 

dengan menyanyikan ayat-ayat ini, mengajukan perkara kita kepada 

Allah yang adil, dan kita boleh yakin bahwa Dia akan mengakui per-

kara kita yang benar. Dan suatu hari nanti, paling lambat pada hari 

terakhir itu, Ia akan memunculkan kejujuran kita itu seperti terang. 

Kebinasaan Penganiaya  

(7:11-18) 

11 Perisai bagiku yaitu   Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus 

hati; 12 Allah yaitu   Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat. 13 

Sungguh, kembali ia mengasah pedangnya, melentur busurnya dan mem-

bidik. 14 Terhadap dirinya ia mempersiapkan senjata-senjata yang memati-

kan, dan membuat anak panahnya menjadi menyala. 15 Sesungguhnya, 

orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan 

dusta. 16 Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke da-

lam pelubang yang dibuatnya. 17 Kelaliman yang dilakukannya kembali me-

nimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya. 18 Aku 

hendak bersyartikel  r kepada Tuhan sebab   keadilan-Nya, dan bermazmur bagi 

nama Tuhan, Yang Mahatinggi. 

Dalam ayat-ayat sebelumnya Daud mengajukan permohonannya ke-

pada Allah melalui doa dan pengakuan tulus tentang kejujurannya. 

Dalam ayat-ayat sekarang, ia seakan-akan memberikan penghakiman 

atas permohonannya itu berdasarkan iman dan keyakinannya akan 

firman Allah. Ia yakin akan ada kebahagiaan dan keselamatan bagi 

orang benar dan kebinasaan bagi orang fasik yang tidak mau ber-

tobat. 

I.   Daud yakin bahwa ia akan mendapati Allah sebagai pelindung 

dan Juruselamatnya, sebagai pembela bagi ketidakbersalahannya 

yang sedang ditindas (ay. 11): “Perisai (KJV: pembela – pen.) bagiku 

Kitab Mazmur 7:11-18 

 99

yaitu   Allah. Bukan saja bahwa Allah yaitu   pembelaku dan aku 

akan mendapati Dia demikian, tetapi lebih dari itu, aku tidak 

akan mencari pembelaan dan keselamatan dari siapa pun lagi. 

Pengharapanku untuk mendapatkan naungan di saat-saat berba-

haya kutaruh dalam diri Allah semata. Jika aku mendapatkan 

pembelaan, pastilah itu datang dari Allah.” Perisai bagiku yaitu   

Allah (begitulah yang dibaca sebagian orang). Ada sesuatu dalam 

diri Allah yang memberikan jaminan perlindungan bagi semua 

orang yang menjadi milik-Nya. Nama-Nya yaitu   menara yang 

kuat (Ams. 18:10). Ada dua hal yang dipakai Daud untuk meng-

alaskan keyakinan ini: 

1.  Perkenan khusus Allah terhadap semua orang yang tulus: Ia 

menyelamatkan orang-orang yang tulus hati. Ia menyelamatkan 

mereka dengan keselamatan yang kekal dan oleh sebab itu 

akan menyelamatkan mereka, sehingga mereka masuk ke da-

lam Kerajaan-Nya di sorga. Ia menyelamatkan mereka dari ma-

salah-masalah yang sedang mereka hadapi, sejauh hal itu 

memang baik bagi mereka. Kejujuran dan ketulusan mereka-

lah yang akan memelihara mereka. Orang-orang yang tulus 

hatinya akan selamat di bawah perlindungan ilahi, dan sudah 

selayaknyalah mereka berpikir demikian.  

2.  Rasa hormat yang dimilikinya terhadap keadilan dan kejujur-

an: Allah yaitu   Hakim yang adil (KJV: Allah menghakimi orang 

yang benar – pen.). Ia mengakui setiap perkara yang benar, 

memeliharanya dalam diri setiap orang benar, dan akan melin-

dunginya. Allah yaitu   Hakim yang adil, yang bukan saja 

menjalankan keadilan, tetapi juga menjaga supaya keadilan ini 

juga dijalankan oleh anak-anak manusia, dan Ia akan mem-

balas serta menghartikel  m semua ketidakadilan. 

II. Daud juga tidak kalah yakinnya perihal kebinasaan para peng-

aniayanya, yaitu sebanyak dari mereka yang tidak mau bertobat 

untuk memuliakan Allah. Di sini ia mengucapkan kebinasaan me-

reka, jika memungkinkan demi kebaikan mereka, supaya mereka 

menghentikan sikap permusuhan mereka. Atau juga, demi peng-

hiburan bagi dirinya sendiri, supaya ia tidak merasa takut terha-

dap mereka ataupun bersedih hati melihat kemakmuran dan ke-

berhasilan mereka yang hanya sementara waktu saja itu. Ia ma-

suk ke dalam tempat suci Allah, dan di situ ia mengerti, 


 100

1.  Bahwa mereka yaitu   anak-anak kemurkaan. Orang tidak 

perlu merasa iri kepada mereka, sebab   Allah sendiri marah 

kepada mereka, murka setiap saat terhadap orang fasik. Tiap 

hari mereka melakukan sesuatu yang memanas-manasi hati-

Nya, dan Ia membenci hal ini serta menimbun amarah-Nya 

hingga pada hari murka Allah dinyatakan. Sama seperti belas 

kasihan-Nya terhadap umat-Nya selalu baru setiap hari, begitu 

pula murka-Nya terhadap orang fasik selalu baru setiap hari, 

pada setiap kesempatan saat pelanggaran mereka diulangi 

lagi. Allah marah kepada orang fasik, bahkan di tengah hari-

hari mereka yang penuh ceria dan kemakmuran, dan bahkan 

di tengah waktu ibadah mereka. Jika mereka dibiarkan hidup 

makmur, hal ini terjadi di dalam murka. Jika mereka berdoa, 

doa-doa mereka merupakan kejijikan. Murka Allah tinggal di 

atas mereka (Yoh. 3:36) dan senantiasa bertambah. 

2. Bahwa mereka yaitu   anak-anak kebinasaan. Sama seperti 

semua anak-anak kemurkaan, anak-anak durhaka yang su-

dah ditetapkan untuk binasa. Lihat saja nanti kehancuran me-

reka itu. 

(1)  Allah akan membinasakan mereka. Kebinasaan yang akan 

mereka terima yaitu   pemusnahan dari Yang Mahakuasa, 

yang sudah sepantasnya sangat menakutkan bagi setiap 

kita, sebab   ini datang dari murka Allah (ay. 14-15). Di sini 

tersirat, 

[1]  Bahwa kebinasaan orang berdosa dapat dicegah melalui 

pertobatan mereka, sebab   hal itu diancam dengan 

persyaratan berikut: Jikalau tiada ia bertobat dari jalan-

nya yang jahat, jikalau ia tidak menghentikan permu-

suhannya terhadap umat Allah, biarlah ia menantikan 

kehancurannya. Sebaliknya, bila ia bertobat, maka 

secara tersirat dinyatakan bahwa dosanya akan diam-

puni dan segala sesuatu akan baik-baik saja. Dengan 

demikian, bahkan ancaman murka pun disampaikan 

dengan penuh rahmat dan belas kasihan, yang cartikel  p 

untuk membenarkan Allah selamanya dalam pemus-

nahan orang-orang yang binasa. Sebenarnya mereka 

bisa saja bertobat dan tidak binasa, tetapi mereka lebih 

suka melanjutkan kejahatan mereka dan binasa. Oleh 

Kitab Mazmur 7:11-18 

 101 

sebab itu darah mereka tertumpah di atas kepala mere-

ka sendiri. 

[2] Bahwa jika kebinasaan itu tidak dicegah melalui perto-

batan orang berdosa, hal itu akan disediakan baginya 

melalui keadilan Allah. Secara umum (ay. 14), ia mem-

persiapkan senjata-senjata yang mematikan, yakni maut 

sebagai upah dosa. saat   Allah hendak membinasakan, 

Ia tidak akan kekurangan senjata-senjata yang memati-

kan bagi setiap makhluk. Bahkan yang terkecil dan ter-

lemah sekalipun dapat dijadikan-Nya sebagai alat-Nya, 

jika Ia berkenan.  

Pertama, di sini terdapat berbagai senjata yang se-

muanya menghembuskan ancaman dan pembinasaan. 

Di sini ada pedang, yang mampu melukai dan membu-

nuh langsung dari dekat. Juga ada busur dan anak 

panah yang melukai dan membunuh dari jarak jauh 

orang-orang yang menyangka bisa menghindar dari 

jangkauan keadilan pembalasan Allah. Jika orang ber-

dosa meluputkan diri terhadap senjata besi, maka panah 

tembaga menembus dia (Ayb. 20:24).  

Kedua, dikatakan bahwa semua senjata yang mema-

tikan ini dipersiapkan. Allah sudah menyiapkan sen-

jata-senjata itu setiap saat, tidak perlu dicari-cari lagi. 

Hartikel  man bagi si pencemooh tersedia. Dari dahulu sudah 

diatur tempat pembakaran.  

Ketiga, sementara Allah menyiapkan senjata-senja-

ta-Nya yang mematikan itu, Ia memberikan peringatan 

tepat pada waktunya kepada orang-orang berdosa ten-

tang bahaya yang sedang mengancam mereka. Ia juga 

memberi mereka kesempatan untuk bertobat hingga 

bisa mencegah bahaya itu. Ia juga lambat dalam meng-

hartikel  m, dan sabar terhadap kamu, sebab   Ia menghen-

daki supaya jangan ada yang binasa.  

Keempat, semakin lama pembinasaan itu ditangguh-

kan untuk memberi waktu supaya bertobat, maka se-

makin menyakitkan dan parah kebinasaan itu akan me-

nindih dan dirasakan, bila kesempatan itu tidak diman-

faatkan. Sementara Allah menanti, pedang pun diasah 

dan busur ditarik.  


 102

Kelima, pembinasaan orang berdosa yang tidak mau 

bertobat. Walaupun pembinasaan itu datang berlambat-

lambat, tetap saja pasti tiba. Pembinasaan itu telah di-

perintahkan, sudah sejak dahulu.  

Keenam, dari antara semua orang berdosa, para 

penganiayalah yang paling ditandai bagi murka ilahi. 

Terhadap mereka ini, lebih daripada terhadap siapa 

pun, Allah telah mempersiapkan anak-anak panah-Nya. 

Mereka membuat Allah menentang mereka, tetapi tidak 

mampu menghindar dari penghartikel  man-Nya. 

(2) Mereka akan menghancurkan diri sendiri (ay. 15-17). Di 

sini orang berdosa digambarkan sebagai orang yang bersu-

sah payah menghancurkan diri sendiri. Mereka lebih cen-

derung menghartikel  m jiwa sendiri daripada menyelamatkan-

nya seandainya diarahkan dengan benar. Perilaku mereka 

diumpamakan, 

[1] Dengan rasa sakit yang dialami perempuan yang mela-

hirkan dusta (ay. 15). Pikiran orang berdosa dengan 

tipu muslihatnya mengandung kelaliman, merancang-

nya dengan keahlian tinggi, merencanakannya dalam-

dalam, dan menyimpannya rapat-rapat. Hati orang ber-

dosa dengan nafsunya, hamil dengan kejahatan, dan 

merasa kesakitan saat melahirkan rancangan-rancang-

an jahat terhadap umat Allah. Namun, apa yang kemu-

dian terjadi saat   tiba saat melahirkan itu? Yang diha-

silkan yaitu   dusta, tipuan terhadap diri sendiri, kebo-

hongan di tangan kanannya. Ia tidak dapat mencapai 

apa yang dimaksudkannya semula, atau, kalaupun ber-

hasil mencapai tujuannya, ia tidak dapat memperoleh 

kepuasan yang diidam-idamkannya. Ia akan melahirkan 

angin (Yes. 26:18), jerami (Yes. 33:11), dan maut (Yak. 

1:5), dan ini semua tiada lain hanyalah dusta. 

[2]  Dengan menanggung rasa sakit seorang manusia yang 

bekerja keras, yang menggali lubang lalu jatuh sendiri 

ke dalamnya dan binasa.  

Pertama, dalam arti tertentu, hal ini benar bagi se-

mua orang berdosa. Mereka mempersiapkan kehancur-

an bagi diri sendiri dengan jalan mempersiapkan diri 

Kitab Mazmur 7:11-18 

 103 

sendiri menuju kehancuran. Ini mereka lakukan dengan 

membebani diri dengan perbuatan salah dan menyerah-

kan diri kepada kecemaran mereka.  

Kedua, sering kali sungguh terjadi, orang-orang yang 

merencanakan kejahatan terhadap umat Allah ataupun 

sesama mereka, melalui keadilan tangan Allah, kejahat-

an itu dibuat kembali menimpa kepala mereka sendiri. 

Apa yang tadinya mereka rancang untuk mendatangkan 

aib serta kehancuran bagi orang lain ternyata menga-

caukan mereka sendiri.  

– Nec lex est jusitior ulla  

Quam necis artifices arte perire sua –  

Tidak ada hartikel  m yang lebih adil daripada kenyataan 

bahwa perancang pembunuhan itu yang akan binasa 

oleh rancangannya itu sendiri. 

Sebagian orang menerapkan kebenaran ini pada Saul, 

yang roboh ke atas pedangnya sendiri. 

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus berbuat seperti yang 

dilakukan Daud di sini (ay. 18), bersyartikel  r kepada TUHAN sebab   ke-

adilan-Nya. Artinya, berikanlah kepada-Nya kemuliaan atas perlin-

dungan penuh rahmat-Nya yang menaungi umat-Nya yang tertindas, 

dan juga atas pembalasan adil yang dilakukan-Nya dengan mengejar 

orang-orang yang menindas umat-Nya. Demikianlah kita harus me-

naikkan puji-pujian kepada Tuhan yang Mahatinggi, yang saat   mu-

suh-musuh-Nya bertindak dengan sombong, menunjukkan bahwa Ia 

jauh melebihi mereka. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  8  

azmur ini merupakan perenungan yang penuh dengan rasa 

khidmat dan kekaguman akan kemuliaan dan keagungan Allah 

yang patut kita tinggikan dan hormati. Mazmur ini diawali dan di-

akhiri dengan pengakuan yang sama akan keunggulan nama Allah 

yang melebihi segalanya. Hal ini diajukan sebagai bukti (ay. 2), bah-

wa nama Allah paling mulia di seluruh muka bumi. Kemudian hal ini 

diulangi sebagai sesuatu yang terbukti benar (dengan “quod erat 

demonstrandum” – yang akan ditunjukkan) di dalam ayat terakhir. 

Sebagai bukti atas kemuliaan Allah, si pemazmur memberikan con-

toh-contoh kebaikan-Nya terhadap manusia, sebab kebaikan Allah 

yaitu   kemuliaan-Nya. Allah patut dimuliakan, 

I.    sebab   telah menyatakan diri dan nama-Nya kepada kita 

(ay. 2). 

II.  sebab   bersedia memakai anak-anak manusia yang paling 

lemah untuk melayani tujuan-tujuan-Nya (ay. 3). 

III. sebab   membuat benda-benda langit menjadi berguna bagi 

manusia (ay. 4-5). 

IV.  sebab   membuat manusia berkuasa atas makhluk-makhluk 

ciptaan-Nya di dunia bawah ini, dan dengan demikian me-

nempatkannya hanya sedikit lebih rendah daripada malaikat 

(ay. 6-10) (TB: hampir sama seperti Allah – pen.).  

Di dalam Perjanjian Baru, mazmur ini menggambarkan Kristus 

dan karya penebusan kita oleh-Nya, serta kehormatan yang diberikan 

kepada anak-anak manusia kepada-Nya (ay. 3, bdk. Mat. 21:16). 

Mazmur ini juga menggambarkan kehormatan yang diberikan ke atas 

anak-anak manusia oleh Dia, baik melalui perendahan diri-Nya ke-

tika Ia dibuat menjadi lebih rendah daripada malaikat, maupun mela-


 106

lui pemuliaan-Nya, saat   Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan ke-

hormatan. Bandingkan ayat 6-7 dengan Ibrani 2:6-8; 1 Korintus 

15:27. Saat kita mengamati kemuliaan Allah di dalam kerajaan alam 

semesta dan kerajaan pemeliharaan-Nya, kita seharusnya dituntun 

oleh dan melalui pengamatan kita itu, sehingga kita merenungkan 

kemuliaan-Nya di dalam kerajaan anugerah. 

Keagungan Allah dalam Karya-Nya 

(8:1-3) 

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. 2 Ya TUHAN, 

Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu 

yang mengatasi langit dinyanyikan. 3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak 

yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan sebab   lawan-Mu, untuk 

membungkamkan musuh dan pendendam.  

Di sini, si pemazmur mengarahkan dirinya untuk memberikan kemu-

liaan kepada Allah sebab   nama-Nya. Berdasarkan judul mazmur ini, 

Dr. Hammond (theolog Inggris abad ketujuhbelas) menarik kesimpul-

an  mengenai peristiwa yang mendasari penulisan mazmur ini. Dika-

takan bahwa mazmur ini digubah menurut lagu Gitit, yang biasanya 

dipakai untuk menentukan nada, atau ini yaitu   alat musik yang 

hendak dipakai untuk mengiringi mazmur tersebut. Namun, Daud 

mengubah maksud ini dan memakainya terhadap orang Gitit, atau 

Goliat, orang Gat, yang telah dikalahkan dan dibunuhnya itu (1Sam. 

17). Musuh ini diredam oleh Daud yang dibandingkan dengan Goliat 

hanya seorang bayi dan anak yang masih menyusu. Kesimpulan ini 

mungkin saja sudah cartikel  p memadai kalau bukan sebab   dua maz-

mur lain yang juga mempunyai judul yang sama, yakni Mazmur 81 

dan 84. Ada dua hal yang dikagumi Daud di sini: 

I.   Betapa jelasnya Allah menyatakan keagungan-Nya sendiri (ay. 2). 

Ia datang kepada Allah dengan penuh kerendahan hati dan rasa 

hormat, dengan menyebut-Nya TUHAN dan Tuhan bangsanya: Ya 

TUHAN, Tuhan kami! Jika kita percaya bahwa Allah yaitu   

TUHAN, kita juga harus menegaskan dan mengakui Dia sebagai 

Tuhan kita. Dialah Tuhan kita, sebab Ia yang menciptakan, melin-

dungi, dan memelihara kita secara istimewa. Dia harus menjadi 

Tuhan kita, sebab kita wajib patuh dan tunduk kepada-Nya. Kita 

harus mengakui hubungan ini, bukan saja dengan berseru-seru 

Kitab Mazmur 8:1-3 

 107 

 demikian untuk mencari belas kasihan-Nya saat berdoa kepada-

Nya, melainkan juga saat kita datang untuk memuji Dia, sebagai 

alasan untuk memuliakan Dia. Dan kita tidak akan pernah bisa 

melakukan hal tersebut dengan sepenuh hati jika kita tidak mere-

nungkan: 

1. Betapa cemerlangnya kemuliaan Allah bersinar bahkan di du-

nia bawah ini: Betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Kar-

ya penciptaan dan pemeliharaan Allah mengungkapkan dan 

mempermaklumkan kepada seluruh dunia bahwa memang 

ada Keberadaan yang tak terbatas, sumber segala yang ada, 

kuasa, dan kesempurnaan, penguasa yang berdaulat, pelin-

dung yang penuh kuasa, dan pemberi yang sangat dermawan 

bagi semua ciptaan. Betapa agung, betapa masyhur dan be-

tapa dahsyat nama-Nya di seluruh muka bumi! Sinarnya ber-

cahaya pada wajah manusia di mana-mana (Rm. 1:20). Jika 

ada yang menutup mata dan tidak mau melihatnya, itu salah-

nya sendiri. Tidak ada pembicaraan ataupun bahasa yang di 

dalamnya nama Allah tidak berkumandang. Namun, terang ini 

bersinar lebih jauh daripada itu. Ia menunjuk pada Injil Kris-

tus, yang melaluinya nama Allah, yang diberitahukan oleh pe-

wahyuan ilahi, menjadi agung sampai di seluruh muka bumi 

dan seluruh penjuru bumi telah dibuat untuk melihat kesela-

matan yang dari pada Allah (Mrk. 16:15-16). Sebelum itu, na-

ma-Nya hanya agung di antara bangsa Israel saja. 

2.  Betapa lebih cemerlangnya kemuliaan Allah bersinar di dunia 

atas sana: Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. 

(1) Allah teramat jauh lebih mulia dan unggul daripada makh-

luk ciptaan yang paling mulia dan benda-benda langit yang 

bersinar paling cemerlang sekalipun. 

(2) Sementara kita yang hidup di bumi ini hanya mendengar 

tentang nama Allah yang unggul itu dan memujinya, para 

malaikat dan roh-roh yang diberkati di atas memandang 

kemuliaan-Nya dan memujinya. Sekalipun demikian, Ia di-

tinggikan jauh lebih tinggi daripada puja-puji mereka. 

(3)  saat   Tuhan Yesus, yang yaitu   terang kemuliaan dan 

citra pribadi Bapa-Nya, ditinggikan di sebelah kanan Allah, 

Allah menempatkan kemuliaan-Nya mengatasi langit, jauh 

di atas semua pemerintahan dan kekuasaan. 


 108

II.  Betapa dengan penuh kuasanya Allah memaklumkan kemuliaan-

Nya itu melalui makhluk ciptaan-Nya yang paling lemah (ay. 3): 

Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletak-

kan dasar kekuatan, atau puji-pujian yang sempurna, puji-pujian 

tentang kekuatan-Mu (Mat. 21:16). Hal ini menyiratkan kemulia-

an Allah, 

1. Di dalam kerajaan alam semesta. Pemeliharaan Allah atas 

anak-anak kecil (saat masuk ke dunia ini, mereka menjadi 

yang paling tak berdaya dari antara segala makhluk), perlin-

dungan istimewa yang menaungi mereka, dan perbekalan yang 

disediakan alam bagi mereka, patut diakui oleh setiap kita, 

bahwa semuanya itu terjadi sebab   kemuliaan Allah, yang 

memperlihatkan kepada kita betapa dahsyatnya kuasa dan 

kebaikan-Nya. Dan semuanya ini lebih pantas sebab   kita pun 

telah menikmatinya, dan sebab  nya kita tidak mati waktu kita 

lahir, sebab   ada pangkuan ibu yang menerima kita, sebab   

buah dada, sehingga kita dapat menyusu. “Semua ini merupa-

kan contoh yang begitu tepat tentang kebaikan-Mu, sehingga 

dapat membungkam musuh-musuh yang tidak mengakui ke-

muliaan-Mu yang berkata, Tidak ada Allah.” 

2.  Di dalam kerajaan Allah Sang Pemelihara. Dalam memerintah 

dunia bawah ini, Ia memakai anak-anak manusia. Beberapa 

dari antara mereka mengenal Dia, dan ada juga yang tidak 

mengenal-Nya (Yes. 45:4), di antaranya bayi-bayi dan anak-

anak yang menyusu. Bahkan lebih dari itu, adakalanya Ia 

suka menjalankan rencana-Nya melalui pelayanan orang-

orang yang dalam hal hikmat dan kekuatan hanya sedikit 

lebih baik daripada bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu. 

3.  Di dalam kerajaan anugerah, kerajaan Mesias. Bagian mazmur 

di sini menubuatkan bagaimana para rasul yang dianggap 

seperti bayi, orang biasa yang tidak terpelajar (Kis. 4:13), yang 

sederhana serta hina, dan melalui kebodohan pemberitaan Injil 

yang disampaikan mereka, kerajaan Iblis akan dirobohkan se-

perti tembok-tembok Yerikho yang runtuh sebab   bunyi sang-

kakala tanduk domba. Injil disebut tangan kekuasaan Tuhan 

dan tongkat kekuatan-Nya. Hal ini telah ditetapkan untuk 

menghasilkan keajaiban, bukan yang keluar dari mulut para 

filsuf, ahli pidato, pakar politik, ataupun negarawan, melain-

kan dari sekelompok nelayan miskin, yang secara lahiriah sa-

Kitab Mazmur 8:1-3 

 109 

ngat kekurangan. Ya, begitulah, kita mendengar anak-anak 

berseru, “Hosana bagi Anak Daud,” saat   imam-imam kepala 

dan ahli-ahli Taurat tidak mau mengakui-Nya dan sebaliknya 

malah menghina dan menolak-Nya. Oleh sebab itulah Juruse-

lamat kita menerapkan kata-kata Daud (Mat. 21:16) untuk 

membungkam mulut musuh. Adakalanya anugerah Allah tam-

pak dengan cara yang begitu ajaib di dalam diri anak-anak ke-

cil. Ia mengajarkan pengetahuan kepada mereka, dan membuat 

mereka memahami pengajaran, padahal mereka ini hanyalah 

anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu (Yes. 28:9). 

Kadangkala kuasa Allah menyebabkan terjadinya hal-hal besar 

di dalam jemaat-Nya melalui alat-alat yang sangat lemah dan 

mustahil, sehingga mempermalukan orang-orang yang terpan-

dang, berhikmat dan yang kuat. Dan ini semua dilakukan-Nya 

melalui hal-hal yang tidak terpandang, lemah, dan apa yang 

dianggap bodoh oleh dunia, supaya tidak seorang pun berme-

gah di hadapan hadirat-Nya. Supaya kedahsyatan kuasa itu 

semakin jelas berasal dari Allah, dan bukan dari manusia 

(1Kor. 1:27-28). Inilah yang dilakukan-Nya sebab   lawan-Nya, 

sebab mereka sombong dan congkak, supaya Ia dapat mem-

bungkam dan mempermalukan mereka, sehingga dengan de-

mikian dapat membalas para pembalas dendam (Kis. 4:14; 

6:10). Iblis yaitu   musuh dan pembalas dendam besar, na-

mun, melalui pemberitaan Injil ia sama sekali dibungkamkan. 

Perkataannya diberangus, para pembela perkaranya dibuat ke-

bingungan, dan roh-roh najis pun tidak diizinkan membuka 

mulut. 

Dalam menyanyikan mazmur ini, marilah kita memberikan kemu-

liaan kepada Allah sebab   nama-Nya yang agung itu, dan juga sebab   

hal-hal luar biasa yang dikerjakan-Nya melalui kuasa Injil-Nya di da-

lam kereta yang dikendarai Sang Penebus yang ditinggikan itu, yang 

mengalahkan dan menguasai musuh. Dia layak diiringi, bukan saja 

dengan puji-pujian kita, tetapi juga dengan ucapan-ucapan terbaik 

kita. Puji-pujian disempurnakan (artinya, Allah dimuliakan setinggi-

tingginya) saat   dasar kekuatan ditetapkan dari dalam mulut bayi-

bayi dan anak-anak yang menyusu. 


 110

Sikap Merendah Allah 

(8:4-10) 

4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang 

yang Kautempatkan: 5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? 

Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? 6 Namun Eng-

kau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya 

dengan kemuliaan dan hormat. 7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan 

tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: 8 kambing 

domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; 9 burung-

burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. 10 

Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! 

Di sini Daud melanjutkan dengan lebih mengagungkan lagi kehor-

matan Allah, dengan menceritakan segala kehormatan yang telah 

diletakkan-Nya ke atas manusia, terutama manusia Yesus Kristus. 

Sikap merendah dari anugerah ilahi menghendaki puji-pujian kita, 

sama seperti yang dikehendaki saat kemuliaan ilahi ditinggikan. De-

ngan rasa takjub dan syartikel  r pemazmur mengamati bagaimana Allah 

merendahkan diri, dan ia menganjurkan kepada kita untuk mere-

nungkannya juga.  

Cermatilah di sini, 

I.  Apa yang telah menuntun Daud hingga ia mengagumi perkenan 

Allah yang merendah untuk manusia, yaitu pemikirannya akan 

kemilau dan pengaruh benda-benda langit yang terlihat oleh indra 

(ay. 4): Aku melihat langit-Mu, dan di sanalah tampak, khususnya, 

bulan dan bintang-bintang. Tetapi mengapa ia tidak memper-

hatikan matahari, yang jauh lebih unggul dibanding yang lain? 

Boleh jadi sebab   saat   sedang menghibur dan mengajar diri 

sendiri dengan perenungan ini, ia sedang berjalan di malam hari 

di bawah cahaya bulan, saat   matahari tidak tampak. Yang ada 

saat itu hanyalah bulan dan bintang yang meskipun tidak begitu 

berguna bagi manusia dibandingkan dengan matahari, namun 

tetap saja mempertunjukkan hikmat, kuasa, dan kebaikan Sang 

Pencipta.  

Amatilah: 

1.  Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengamati langit. Kita 

memang melihat benda-benda langit itu. Mau tak mau kita 

pasti melihatnya. Antara lain melalui hal ini, manusia dibeda-

kan dari binatang yang dibentuk sedemikian rupa hingga me-

Kitab Mazmur 8:4-10 

 111 

mandang ke bawah. Sedangkan manusia diciptakan berbadan 

tegak hingga mampu menengadah ke langit. Os homini sublime 

dedit, coelumque tueri jussit – Kepada manusia Ia memberikan 

postur tubuh yang tegak, dan menyuruhnya menengadah ke 

langit, supaya dengan demikian ia dapat diarahkan untuk me-

nyukai hal-hal yang di atas, sebab   apa yang kita lihat tidak 

akan segera berpengaruh kepada kita kecuali kita memperha-

tikannya. 

2.  Kita harus senantiasa menganggap langit sebagai langit milik 

Allah. Kita harus memandangnya dengan cara yang khusus, 

bukan hanya seperti sekadar menganggap seluruh dunia ini 

yaitu   kepunyaan-Nya, bahkan bumi dengan segala isinya. 

Langit itu langit kepunyaan TUHAN (Mzm. 115:16), tempat ke-

diaman kemuliaan-Nya. sebab   itu kita diajar untuk memang-

gil-Nya Bapa kami yang di sorga. 

3.  Oleh sebab   itu, bulan dan bintang yaitu   milik-Nya, sebab 

semuanya yaitu   buatan tangan-Nya. Dialah yang membuat 

benda-benda itu. Ia membuat semuanya dengan mudah. Ben-

tangan angkasa tidak membutuhkan rentangan tangan-Nya, 

tetapi cartikel  p dikerjakan dengan sepatah kata. Itu yaitu   hasil 

buatan jari-Nya. Ia menciptakannya dengan sangat cermat dan 

halus, seperti karya seni indah yang dibentuk seniman dengan 

jari-jemarinya. 

4.  Bahkan benda-benda penerang yang kurang cemerlang seperti 

bulan dan bintang pun memperlihatkan kemuliaan serta kua-

sa Bapa segala terang itu. Benda-benda tersebut memperleng-

kapi kita dengan alasan-alasan untuk memuji Dia. 

5.  Benda-benda langit itu bukan saja merupakan ciptaan kuasa 

ilahi, tetapi juga takluk kepada pemerintahan ilahi. Allah bu-

kan saja menciptakan semua itu, tetapi juga menempatkan-

nya, dan ketetapan sorga tidak pernah dapat diubah. Namun, 

bagaimana sampai hal ini dikatakan di sini dapat mengagung-

kan perkenan Allah terhadap manusia? 

(1) Pada waktu kita memikirkan bagaimana kemuliaan Allah 

bersinar di dunia atas sana, sah-sah saja bagi kita untuk 

bertanya-tanya apakah Ia juga mau memperhatikan makh-

luk hina seperti manusia ini? Maukah Ia yang bersemayam 

dan memerintah di bagian ciptaan yang terang benderang 

dan penuh berkat itu bersedia merendahkan diri untuk 


 112

memandang segala sesuatu yang terjadi di bumi ini (Mzm. 

113:5-6). 

(2) Pada waktu kita memikirkan betapa bermanfaatnya langit 

bagi manusia di bumi, dan bagaimana benda-benda pene-

rang di langit diberikan kepada segala bangsa di seluruh 

kolong langit (Ul. 4:19; Kej. 1:15), kita sungguh bisa ber-

ujar, “Tuhan, apakah manusia itu sehingga saat   Engkau 

membuat ketetapan sorga, mata-Mu tertuju kepadanya un-

tuk segala kebaikannya? Betapa demi perasaan tenteram 

dan kenyamanannyalah Engkau menciptakan benda-benda 

penerang langit dan mengatur pergerakannya!” 

II. Bagaimana Daud mengungkapkan kekagumannya (ay. 5): “Ya 

Tuhan, apakah manusia (enos, berdosa, lemah, manusia malang, 

makhluk yang begitu melupakan Engkau dan kewajibannya ter-

hadap-Mu), sehingga Engkau mengingatnya sedemikian rupa, 

hingga Engkau memperhatikan dia dengan segala tindakan dan 

urusannya, sampai-sampai dalam penciptaan bumi pun Engkau 

menaruh rasa hormat kepadanya! Apakah anak manusia, sehing-

ga Engkau mengindahkannya, sehingga Engkau bukan saja mem-

berinya makanan dan pakaian, melindungi dia dan memenuhi ke-

butuhannya seperti makhluk-makhluk lainnya, tetapi juga meng-

indahkan dia sebagaimana seseorang mengindahkan sahabatnya, 

sehingga Engkau senang bercakap-cakap dengannya dan meme-

dulikannya! Apakah manusia – (makhluk yang sedemikian hina), 

hingga ia dihormati seperti itu – (makhluk yang begitu penuh 

dosa), hingga ia sedemikian disambut dan diberkati seperti itu!” 

Nah, semuanya mengacu kepada: 

1. Umat manusia secara umum. Walaupun manusia seperti bela-

tung, dan anak manusia yaitu   ulat (Ayb. 25:6), Allah mena-

ruh hormat kepadanya dan melimpahkan kebaikan ke atas-

nya. Jauh melebihi makhluk lain di dunia yang di bawah ini, 

manusia merupakan kesukaan dan kesayangan Sang Peme-

lihara. Sebab, 

(1) Ia menduduki tempat yang sangat terhormat di antara ke-

beradaan-keberadaan lainnya. Kita boleh merasa yakin 

bahwa ia lebih diutamakan daripada seluruh penghuni 

bumi yang di bawah ini, mengingat bahwa ia dijadikan 

Kitab Mazmur 8:4-10 

 113 

hampir sama seperti Allah (ay. 6; KJV: sedikit lebih rendah 

daripada malaikat – pen.). Memang lebih rendah, sebab 

tubuhnya bersekutu dengan bumi dan hewan-hewan yang 

bisa musnah. Namun, dengan jiwanya yang bersifat rohani 

dan kekal, ia hampir berkerabat dengan para malaikat 

suci, sehingga dapat dikatakan bahwa ia hanya sedikit 

lebih rendah daripada mereka, dan dari segi urutan, men-

duduki tempat setelah mereka. Hanya untuk sesaat   saja 

kedudukannya lebih rendah daripada para malaikat, sela-

ma jiwanya terkurung di dalam rumah yang terbuat dari 

tanah liat. Tetapi anak-anak kebangkitan akan menjadi 

isangeloi – setara dengan malaikat (Luk. 20:36) dan tidak 

lagi lebih rendah daripada mereka. 

(2) Ia diperlengkapi dengan kecakapan dan kemampuan yang 

mulia: Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan 

hormat. Dia yang telah memberikan keberadaan bagi ma-

nusia itu telah menjadikannya terhormat, dan melayakkan 

dia untuk berkuasa atas makhluk-makhluk lain yang lebih 

rendah. sebab   setelah memberi dia akal budi melebihi 

binatang di bumi, dan hikmat melebihi burung di udara (Ayb. 

35:11), Ia membuat manusia pantas untuk menguasai 

hewan-hewan itu dan sudah sepantasnya pula mereka di-

kuasai oleh-Nya. Kemampuan bernalar manusia yaitu   

mahkota kemuliaannya. Janganlah ia mencemarkan mah-

kota itu dengan menyalahgunakannya, ataupun kehilangan 

mahkota itu dengan bertindak berlawanan dengan keten-

tuannya. 

(3) Ia diberi wewenang berupa kedaulatan atas makhluk-

makhluk yang lebih rendah di bawah Allah, dan ditetapkan 

sebagai tuan mereka. Dia yang telah menjadikan dan me-

ngenal manusia itu, yang memiliki mereka, telah membuat 

dia berkuasa atas segala ciptaan itu (ay. 7). Ketetapan yang 

diperolehnya untuk memegang hak sebagai penguasa itu 

diberikan bersamaan dengan penciptaannya (Kej. 1:28) dan 

diperbarui sesudah peristiwa air bah (Kej. 9:2). Allah telah 

meletakkan segala sesuatu di bawah kaki manusia, supaya 

ia dapat memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri, bukan 

saja melalui jerih payah, melainkan juga dari hasil dan 

nyawa makhluk-makhluk yang lebih rendah. Semua telah 


 114

diserahkan ke dalam tangannya, bahkan diletakkan di ba-

wah kakinya. Ia menyebutkan nama beberapa binatang 

yang lebih rendah itu (ay. 8-9), bukan hanya domba dan 

lembu sapi yang dipelihara dan diberi makan oleh manusia, 

tetapi juga binatang-binatang di padang, termasuk bina-

tang-binatang yang selamat dari air bah. Bahkan juga 

makhluk-makhluk yang berada paling jauh dari manusia, 

seperti burung-burung di udara, dan ikan-ikan di laut, yang 

hidup di alam yang berbeda dan melintasi arus lautan tan-

pa terlihat. Manusia memiliki keahlian untuk menangkap 

binatang-binatang ini. Meskipun banyak hewan yang lebih 

kuat dan tangkas daripada dirinya, dengan satu atau lain 

cara, manusia masih sulit dikalahkan (Yak. 3:7). Semua 

jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang 

menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan 

telah dijinakkan oleh sifat manusia. Ia juga memiliki kebe-

basan untuk menggunakan keahliannya itu setiap kali ber-

oleh kesempatan. Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan 

makanlah (Kis. 10:13). Setiap kali kita makan daging ikan 

atau unggas, kita menyadari kekuasaan manusia atas 

buatan tangan Allah, dan inilah alasan mengapa kita harus 

takluk kepada Allah, Tuhan penguasa kita, dan juga ke-

pada kekuasaan-Nya atas kita. 

2.  Namun, secara khusus semua di atas mengacu kepada Yesus 

Kristus. Mengenai Dia, kita diajar untuk menjelaskan hal ter-

sebut (Ibr. 2:6-8). Yakni, bahwa untuk membuktikan kedaulat-

an Kristus baik di sorga maupun di bumi, Rasul Paulus me-

nunjukkan bahwa Dialah sang manusia itu, sang Anak Manu-

sia, yang dibicarakan dalam mazmur ini, yang telah dimah-

kotai dengan kemuliaan dan hormat serta dibuat berkuasa atas 

buatan tangan-Nya. Dan sudah pasti, bahwa perkenan terbe-

sar yang pernah dinyatakan kepada umat manusia, dan 

kehormatan terbesar yang pernah diberikan kepada kodrat 

manusia yaitu   seperti ditunjukkan dalam penjelmaan dan 

pemuliaan Tuhan Yesus. Kedua hal ini jauh melebihi perkenan 

dan kehormatan yang diberikan kepada kita melalui pencipta-

an dan pemeliharaan Allah, walaupun yang kedua yang ter-

akhir juga memang luar biasa dan jauh lebih besar daripada 

yang patut kita terima. Sudah selayaknya kita menilai diri sen-

Kitab Mazmur 8:4-10 

 115 

diri dengan rendah hati dan dengan penuh rasa syartikel  r me-

ngagumi anugerah Allah di dalam semuanya ini: 

(1) Bahwa Yesus Kristus mengenakan kodrat manusia, dan de-

ngan kodrat itu Ia merendahkan diri. Ia telah menjadi Anak 

Manusia, turut mengambil bagian dalam darah dan daging. 

Dalam keadaan-Nya yang seperti itu Allah melawat-Nya, 

yang oleh beberapa orang ditafsirkan sebagai semua pende-

ritaan-Nya bagi kita. Sebab, telah dikatakan (Ibr. 2:9), bah-

wa oleh sebab   penderitaan maut, yaitu lawatan yang pe-

nuh murka itu, Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan hor-

mat. Allah melawat Dia. Setelah menimpakan kejahatan 

kita ke atas diri-Nya, Allah beperkara dengan Dia dan mela-

wat Dia dengan tongkat dan bilur-bilur, supaya kita disem-

buhkan oleh bilur-bilur itu. Untuk waktu yang singkat (de-

mikianlah sang rasul menyebutnya), Ia dibuat sedikit lebih 

rendah daripada malaikat, yakni saat   Ia mengambil rupa 

seorang hamba dan menjadikan diri-Nya tidak berarti.  

(2)  Bahwa di dalam kodrat manusia itulah Ia justru ditinggi-

kan untuk menjadi Tuhan di atas segalanya. Allah Bapa 

meninggikan Yesus sebab   Yesus telah merendahkan diri-

Nya sendiri. Allah memahkotainya dengan kemuliaan dan 

hormat, yaitu kemuliaan yang sudah ada pada diri-Nya se-

belum dunia dijadikan. Ia bukan sekadar ditetapkan seba-

gai kepala jemaat, tetapi juga sebagai Kepala dari segala 

yang ada. Allah menyerahkan segala sesuatu ke dalam ta-

ngan-Nya dan mempercayakan kepada-Nya untuk menja-

lankan kerajaan pemeliharaan dalam kaitannya dengan pe-

laksanaan kerajaan anugerah. Semua makhluk ciptaan 

diletakkan di bawah kaki-Nya. Bahkan selama hidup seba-

gai manusia pun Ia memperlihatkan beberapa contoh bah-

wa Ia berkuasa atas mereka. Misalnya saat Ia menghardik 

angin dan gelombang laut, dan menyuruh seekor ikan 

membayarkan pajak bagi-Nya. Oleh sebab   itu si pemaz-

mur mempunyai alasan yang baik untuk mengakhiri maz-

murnya dengan cara sama seperti saat ia mengawalinya, 

“Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di 

seluruh bumi,” nama yang telah dihormati dengan kehadir-

an Sang Penebus, dan yang masih diterangi oleh Injil-Nya 

dan dipimpin oleh hikmat dan kuasa-Nya! 


 116

Dalam menyanyikan dan berdoa dengan mazmur ini, baiklah kita 

mengakui kebaikan Allah bagi seluruh umat manusia, terutama me-

lalui manfaat yang kita dapatkan dari ciptaan-ciptaan yang lebih ren-

dah dari kita. Secara khusus lagi, marilah kita memberikan kemulia-

an kepada Yesus Tuhan kita, dengan mengakui bahwa Dia yaitu   

Tuhan. Hal ini dapat kita lakukan dengan tunduk kepada-Nya seba-

gai Tuhan kita, sambil menanti sampai kita dapat melihat segala se-

suatu diletakkan di bawah kaki-Nya dan semua musuh-Nya dijadi-

kan tumpuan kakinya. 

PASAL  9  

Di dalam mazmur ini, 

I.   Daud memuji-muji Allah sebab   membela perkaranya dan 

memberinya kemenangan atas musuh-musuhnya dan mu-

suh-musuh bangsanya (ay. 2-7). Ia mengajak orang-orang 

lain untuk bergabung bersamanya dalam menyanyikan lagu-

lagu pujiannya ini (ay. 12-13). 

II.  Ia berdoa kepada Allah supaya boleh memperoleh kesempat-

an lagi untuk memuji-Nya, demi keselamatannya sendiri 

maupun demi kekacauan lawan-lawannya (ay. 14-15, 20-21). 

III. Ia bersorak dalam keyakinannya akan penghakiman Allah 

atas dunia (ay. 8-9), akan perlindungan-Nya terhadap umat-

Nya yang tertindas (ay. 10-11, 19), dan akan pembinasaan 

terhadap musuh-musuh Allah dan musuh bangsanya (ay. 

16-18).  

Hal ini sungguh tepat dikatakan perihal kerajaan Mesias, sebab   

sebagian musuh-musuh-Nya telah dibinasakan dan akan semakin 

banyak lagi yang akan mengalami nasib yang sama, sampai mereka 

semua dijadikan tumpuan kaki-Nya. Kita sangat yakin hal ini, dan 

Allah akan dimuliakan, serta kita dihiburkan.  

Pengakuan yang Tulus 

(9:1-11) 

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mut-Laben. Mazmur Daud. 2 Aku 

mau bersyartikel  r kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau mencerita-

kan segala perbuatan-Mu yang ajaib; 3 aku mau bersukacita dan bersukaria 

sebab   Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi, 4 sebab musuhku 

mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu. 5 Sebab Engkau 

membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di 


 118

atas takhta. 6 Engkau telah menghardik bangsa-bangsa, telah membinasakan 

orang-orang fasik; nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan 

selama-lamanya; 7 musuh telah habis binasa, menjadi timbunan puing se-

nantiasa; kota-kota telah Kauruntuhkan; lenyaplah ingatan kepadanya. 8 

Tetapi TUHAN bersemayam untuk selama-lamanya, takhta-Nya didirikan-Nya 

untuk menjalankan penghakiman. 9 Dialah yang menghakimi dunia dengan 

keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran. 10 Demikianlah 

TUHAN yaitu   tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlin-

dungan pada waktu kesesakan. 11 Orang yang mengenal nama-Mu percaya 

kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya 

TUHAN. 

 

Judul mazmur ini sama sekali tidak menjelaskan kejadian apa yang 

mendorong Daud untuk menulisnya. Mazmur ini ditulis menurut 

lagu Mut-Laben, yang oleh sebagian orang dikaitkan dengan kematian 

Goliat. Ada juga yang mengaitkannya dengan kematian Nabal, dan 

masih ada pula yang menghubungkannya dengan kematian Absalom. 

Tetapi saya cenderung berpendapat bahwa kata ini hanyalah meng-

artikan suatu nada atau alat musik, yang dimaksudkan untuk me-

nyanyikan mazmur ini. Sedangkan musuh-musuh yang dikalahkan 

Daud, yang membuatnya bersorak di sini yaitu   orang-orang Filistin 

dan bangsa-bangsa lain di sekitarnya yang menentang pengangkatan 

Daud sebagai raja. Mereka inilah yang ditentang dan dikalahkan 

Daud di awal pemerintahannya (2Sam. 5:8).  

Dalam ayat-ayat ini: 

I.   Daud bersukaria dan larut dalam pujiannya kepada Allah, sebab   

rahmat dan hal-hal luar biasa yang baru saja diperbuat-Nya bagi 

dia dan pemerintahannya (ay. 2-3).  

Perhatikanlah:  

1.  Allah mengharap-harapkan puji-pujian yang sudah selayaknya 

dari orang-orang yang telah menerima kejadian-kejadian luar 

biasa yang dikerjakan-Nya bagi mereka.  

2.  Supaya puji-pujian kita diterima oleh Allah, kita harus memuji 

Dia dengan segala ketulusan, dengan hati, dan bukan sekadar 

dengan bibir. Kita harus memuji Dia dengan hati yang hidup, 

penuh kesungguhan, dan dengan segenap hati. 

3. Pada waktu menaikkan syartikel  r atas rahmat tertentu, kita ha-

rus menyempatkan diri untuk mengingat-ingat rahmat-rahmat 

sebelumnya, supaya kita dapat menceritakan segala perbuat-

an-Nya yang ajaib. 

Kitab Mazmur 9:1-11 

 119 

4.  Sukacita yang kudus merupakan inti dari pujian yang penuh 

ucapan syartikel  r, sebab   ucapan syartikel  r merupakan bahasa 

dari sukacita kudus itu: Aku mau bersukacita dan bersukaria 

sebab   Engkau. 

5.  Apa pun yang membuat kita senang, sukacita kita harus lebih 

dari rasa senang saja. Lebih dari itu, kita harus bersukacita di 

dalam Allah saja: Aku akan bersukacita dan bersukaria sebab   

Engkau, bukan sebab   pemberian itu ataupun sebab   pem-

berinya.  

6. Sukacita dan pujian sangat tepat diungkapkan dengan menya-

nyikan mazmur. 

7. Bila Alla