Mazmur-1-50 1

Rabu, 09 Juli 2025

Mazmur-1-50 1


 



artikel   yang sedang Anda pegang ini yaitu   salah satu bagian dari 

Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-

cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa 

Indonesianya, tafsiran tersebut diterbitkan dalam bentuk kitab per 

kitab. Kitab Mazmur merupakan kitab kelima yang diterbitkan dalam 

bahasa Indonesia. sebab   cartikel  p tebal maka penerbitan Kitab Maz-

mur ini dibagi menjadi tiga jilid: Mazmur 1-50, Mazmur 51-100, dan 

Mazmur 101-150. 

Matthew Henry (1662-1714) yaitu   seorang Inggris yang mulai 

menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-

nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-

ngat terkenal di dunia.  

Kekuatan terutama terletak pada nasi-

hat praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak 

mutiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada 

cartikel  p banyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak per-

nah berniat menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang ber-

ulang kali ditekankannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti 

Whitefield dan Spurgeon selalu menggunakan tafsirannya ini dan me-

rekomendasikannya kepada orang-orang untuk mereka baca. White-

field membaca seluruh tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir 

sambil berlutut. Spurgeon berkata, “Setiap hamba Tuhan harus 

membaca seluruh tafsiran ini dengan saksama, paling sedikit satu 

kali.” 

Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-

simpulan Firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada ta-

hun 1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud me-

nerbitkan tafsiran tersebut. Terutama menjelang akhir hidupnya, ia 

mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.  

Bartikel   pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun 

1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710. 

Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-

sul. Setelah kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh 

13 orang pendeta berdasarkan catatan-catatan Matthew Henry yang 

telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-

kitab diterbitkan pada tahun 1811.    

berulang kali direvisi dan dicetak ulang. 

Bartikel   itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti 

bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-

lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern. 

Riwayat Hidup Matthew Henry 

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat   itu gereja 

Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang 

memerintah pada masa itu yaitu   Raja Karel II, yang secara resmi di-

angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-

saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat 

dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari 

gereja resmi. 

Puncak penganiayaan itu terjadi saat   pada 24 Agustus 1662 

lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah 

lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.  

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, 

Philip Henry, yaitu   seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-

kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. 

sebab   Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya 

Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-

cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati 

mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. 

Matthew yaitu   anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 

tahun sebab   penyakit campak. saat   masih balita, Matthew sendiri 

juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut. 

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-

cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. Tetapi yang lebih penting lagi, 

sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan 

mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-

tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-

kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.  

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-

nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.  

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, 

Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat 

muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. 

Pada tahun 1685, saat   berusia 23 tahun, Matthew pindah ke

London, ibu kota Inggris, untuk belajar hartikel  m di Universitas Lon-

don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hartikel  m, ia hanya me-

nuruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi 

itu akan memberikan manfaat besar baginya sebab   keadaan di Ing-

gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya 

kaum Puritan. 

Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-

mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-

dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar 

Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. 

Tidak lama setelah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London

dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete-

lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya 

memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan 

sebagai pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 ta-

hun. 

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-

ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-

ngat harmonis dan baik sebab   didasarkan atas cinta dan iman ke-

pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu 

setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. 

Segera setelah melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal 

pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpartikel  l oleh dukacita ini. Anak 

Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, 

ayah Matthew. 

Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. 

Setelah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya 

untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary 

Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, 

yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se-

tengah tahun, ia meninggal sebab   demam tinggi dan penyakit batuk 

rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan 

lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa 

berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, 

Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam 

hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia

mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak 

itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak 

lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-

salem yang di sorga.” 

Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-

rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-

ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew 

Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan 

pertama. 

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. 

Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk

melayani di sana, tetapi berulang kali ia menolak panggilan tersebut 

sebab   merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun 

akhirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk 

menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab   itu ia menyerah kepada 

kehendak Allah.  

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, 

sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja 

dari pagi buta sampai larut malam, tetapi menjelang akhir hayatnya 

ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab   kesehatannya yang 

semakin menurun. 

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, 

tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, 

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat 

Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan 

hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-

kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me-

nikmati kebersamaan dengan Tuhan.  

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia 

sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi 

rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang 

mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-

ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan na-

fas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari 

kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil

dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali 

perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah 

setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung 

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-

hagiaan tuanmu.” 

 


Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling 

disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. 

Bahkan, sebab   begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus 

dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hartikel  m-Nya di dalamnya, 

sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua 

Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkin-

kan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan 

dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub 

membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan 

kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan peme-

liharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang 

mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan 

sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah du-

nia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, 

dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam 

Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-

Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama 

Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang 

menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya 

berada di tempat ini.” Mari kita selidiki: 

I. Judul kitab ini.  

1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lu-

kas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan 

tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, sebab   banyak di 

mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Na-

mun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum mak-

nanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya su-

sunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa 

bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-puji-

an. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa 

sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nya-

nyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk 

mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan 

lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki 

nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, me-

nyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan 

maksudnya yang luas, sebab   kita bukan hanya diarahkan 

untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur 

seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan 

nyanyian rohani (Kol. 3:16). 

2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh 

Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan 

kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang di-

ilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah 

dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya 

dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan 

atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua 

mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, 

dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa 

baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya ja-

lan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita dipe-

rintahkan untuk bernyanyi, yang cartikel  p membuat kita men-

jadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan 

tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.  

II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya se-

mua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur yaitu   

nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis 

sebagian besar mazmur ini yaitu   Daud, anak Isai, yang sebab   

itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel 

(2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan na-

manya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di 

tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 

96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas se-

bagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis 

oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang 

Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud 

dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf yaitu   seorang pelihat 

atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada 

masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis 

saat   masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bah-

wa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat 

mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, me-

menuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah ber-

mazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di 

zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang di-

tegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang 

ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir za-

man, saat   ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini 

Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang yaitu   keturunannya, 

bukan keturunan Musa, sebab   Ia datang untuk mengambil alih 

korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah sete-

lah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan suka-

cita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak 

akan pernah berakhir. 

III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas. 

1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama 

alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa 

manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pen-

cipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub mem-

bantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan 

dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita 

untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita 

akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, 

dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergan-

tungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan 

diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab 

Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi 

manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas 

segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan 

kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi 

ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan sebab   

salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap 

bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita 

sebagai manusia.  

2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama 

wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan mengan-

jurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hartikel  m 

seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di 

seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan 

korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di 

sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak ber-

kenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang ku-

rang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, 

firman dan hartikel  m Allah, khususnya bagian-bagian yang ber-

bicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis 

di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang 

tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak 

dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, 

dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicara-

kan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan 

dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan 

kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak 

dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan 

Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa 

tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, 

terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta ter-

hadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk 

menepati kovenan-Nya itu. sebab   itu, betapa kitab ini sangat 

menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetap-

an dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu 

sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita 

sampai selama-lamanya!  

IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang 

bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pema-

haman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul 

dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan 

yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan 

dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah re-

nungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat terse-

but telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini 

ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin bi-

duan untuk keperluan kebaktian jemaat.  

1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyi-

kan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di 

luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan 

persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh 

orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-

mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan per-

sajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan 

untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur 

kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, sebab   kita mem-

persembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama se-

perti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan 

raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah 

gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah 

menjemukan dan lekang sebab   waktu. 

2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyata-

kan oleh para pelayan Kristus, sebab   mazmur ini mengan-

dung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta per-

aturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelas-

kan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-maz-

mur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (sebab   Ia 

memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44). 

3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh 

semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang 

darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan. 

(1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membim-

bing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur 

sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara 

Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat 

kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta 

kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. 

Daud yaitu   orang yang memiliki hati Allah. Oleh sebab   

itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti 

Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui 

oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. 

Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani me-

reka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehing-

ga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas 

doa-doa dan puji-pujian Daud.  

(2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur 

juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus 

akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab 

kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa ke-

pada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat 

kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita di-

bimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 

14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika 

kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan 

kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita 

menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, 

untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan 

syartikel  r, kita akan terbantu sebab  nya. Apa pun perasaan 

saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengha-

rapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan me-

nemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita 

ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. 

Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Maz-

mur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan 

yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan ke-

mudian mengatur dan mengelompokkannya menurut bebe-

rapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk meng-

gunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur ter-

tentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur 

pilihan itu. saat   kita berdoa dengan cara ini, kita men-

cerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembah-

kan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. 

Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam 

bartikel   tafsirannya atas Kitab Mazmur (ba-

gian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa 

bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan 

dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-

ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar 

mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab 

dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari se-

lain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak 

membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti 

yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan 

filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita de-

ngan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita 

boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan 

perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini 

bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan 

membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji 

dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi 

kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam 

kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di 

jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat kesela-

matan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bu-

kan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, 

tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab 

mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat 

yang hidup sebelum kedatangan Kristus. sebab   sama se-

perti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-

nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami  oleh 

Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. 

Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, se-

mua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyi-

an-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperleng-

kapi untuk perbuatan baik ini, sebab   semua tulisan itu 

membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.  

Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai 

begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubung-

an antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak 

ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu 

sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun 

demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama 

itu berasal dari masa kuno, sebab   mazmur yang kedua se-

karang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan 

bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabung-

kan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Kato-

lik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh sebab   itu pen-

cantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka 

selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan 

Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 

10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 

118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pa-

sal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Bebe-

rapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut de-

ngan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang 

sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam 

mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak kera-

gaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, 

sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat de-

ngan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan 

cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak 

orang. Mazmur-mazmur tersebut yaitu   pasal 6, 32, 38, 

51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima 

kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya 

Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, 

yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang 

keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. 

Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi 

tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh 

pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh ba-

gian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, sela-

ma sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik mem-

bagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga me-

reka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan 

maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan se-

suai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja 

mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan 

dengan pengertian yang penuh. 

 PASAL  1  

ni yaitu   mazmur pengajaran tentang yang baik dan yang jahat, 

yang menawarkan kepada kita hidup dan mati, berkat dan kutuk, 

agar kita mengambil jalan yang benar menuju kebahagiaan dan 

menghindari apa yang pada akhirnya pasti akan berujung kepada ke-

sengsaraan dan kehancuran bagi kita. Sifat dan keadaan yang ber-

beda dari orang saleh dan orang fasik, dari orang-orang yang me-

layani Allah dan yang tidak, dinyatakan dengan jelas di sini dalam 

beberapa kata. Dengan demikian, setiap orang, jika mau jujur pada 

dirinya sendiri, dapat melihat cerminan wajahnya sendiri di sini, lalu 

membaca kehancuran yang kelak menimpanya. Pembagian anak-

anak manusia atas orang kudus dan orang berdosa, orang benar dan 

orang fasik, anak-anak Allah dan anak-anak si jahat, sudah ada 

sejak lama, sudah sejak dimulainya peperangan antara dosa dan 

anugerah, keturunan wanita dan keturunan ular. Pembagian itu ber-

langsung selamanya, dan akan tetap ada sekalipun semua pembagi-

an dan pemisahan lain antara yang tinggi dan yang rendah, yang 

kaya dan yang miskin, yang budak dan yang merdeka sudah tidak 

ada lagi. Sebabnya yaitu   sebab   dengan pembagian inilah keadaan 

kekal manusia akan ditentukan, dan pembagian itu akan tetap ada 

selama ada sorga dan neraka. Mazmur ini menunjukkan kepada kita,  

I.    Kekudusan dan kebahagiaan orang saleh (ay. 1-3).  

II.  Keberdosaan dan kesengsaraan orang fasik (ay. 4-5).  

III. Dasar dan alasan dari perbedaan di antara keduanya (ay. 6).  

Siapa pun yang mengumpulkan mazmur-mazmur Daud ini 

(mungkin Ezra), ia menempatkan mazmur ini pada bagian awal 

dengan alasan yang baik, yaitu sebagai pendahuluan bagi mazmur-

mazmur lainnya, sebab   supaya ibadah-ibadah kita diterima Allah, 


 2

maka mutlak perlu bagi kita untuk menjadi orang benar di hadapan 

Allah (sebab hanya doa dari orang yang lurus hatilah yang menjadi 

kesukaan-Nya). Kita juga perlu benar dalam memiliki gagasan-ga-

gasan kita tentang kebahagiaan dan benar dalam memilih jalan yang 

kita pilih untuk menuju kebahagiaan itu. Kalau orang tidak berjalan 

di jalan yang baik, ia tidak akan menaikkan doa-doa yang baik.  

Orang yang Berbahagia  

(1:1-3) 

1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang 

tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan 

pencemooh, 2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang mere-

nungkan Taurat itu siang dan malam. 3 Ia seperti pohon, yang ditanam di 

tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak 

layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.  

Si pemazmur memulai dengan sifat dan keadaan orang saleh, supaya 

orang-orang saleh inilah yang pertama-tama boleh mendapat peng-

hiburan yang menjadi milik mereka.  

Inilah,    

I. Suatu gambaran tentang jiwa dan jalan orang saleh, yang dengan-

nya kita harus menguji diri kita sendiri. Tuhan mengenal orang-

orang kepunyaan-Nya melalui nama mereka, tetapi kita harus 

mengenal mereka melalui sifat mereka. Sifat memang cocok untuk 

dipakai sebagai syarat dalam masa ujian, supaya kita berusaha 

untuk memiliki sifat yang disyaratkan itu. Sifat tersebut merupa-

kan perintah hartikel  m yang harus kita taati sebab   kewajiban dan 

juga merupakan persyaratan janji yang harus kita penuhi sebab   

tuntutan kepentingan. Sifat orang baik di sini digambarkan sesuai 

dengan aturan-aturan yang dipilihnya sebagai pedoman hidup 

dan yang dipakainya untuk mengartikel  r dirinya sendiri. Jalan yang 

kita ambil pada saat kita berangkat, dan pada setiap belokan, un-

tuk menuntun perilaku kita, entah yang mengikuti dunia ini atau 

firman Allah, mempunyai akibat yang sangat penting. Kesalahan 

dalam memilih patokan dan pemimpin merupakan kesalahan 

yang mendasar dan mematikan. Tetapi, jika dalam hal ini kita 

memilih yang benar, maka kita sudah ada di jalan yang lurus 

untuk melakukan yang baik. 

Kitab Mazmur 1:1-3 

 3

1. Orang yang saleh, agar dapat menghindari kejahatan, mening-

galkan sepenuhnya pergaulan dengan para pembuat kejahat-

an, dan tidak mau dipimpin oleh mereka (ay. 1): Ia tidak ber-

jalan menurut nasihat orang fasik, dst. Bagian dari sifat orang 

saleh ini ditampilkan pertama-tama, sebab   orang yang hen-

dak memegang perintah-perintah Allah mereka haruslah ber-

kata kepada para pembuat kejahatan, “menjauhlah dari pada 

kami” (119:115), dan menjauh dari kejahatan merupakan per-

mulaan hikmat.  

(1) Ia melihat para pembuat kejahatan di sekelilingnya. Dunia 

penuh dengan mereka, mereka berjalan di segala sisi. Di 

sini mereka digambarkan dengan tiga sifat, orang fasik, 

orang berdosa, dan pencemooh. Lihatlah langkah-langkah 

apa yang dilewati manusia untuk sampai pada puncak 

ketidaksalehan. Nemo repente fit turpissimus – Tidak ada 

orang yang dengan begitu saja mencapai puncak kejahatan 

sekaligus. Pertama-tama mereka fasik, membuang rasa 

takut akan Allah dan hidup dengan mengabaikan kewajib-

an mereka terhadap-Nya: tetapi mereka tidak berhenti sam-

pai di situ. saat   ibadah-ibadah agama dikesampingkan, 

mereka pun menjadi orang berdosa, maksudnya, dengan 

terang-terangan mereka memberontak melawan Allah dan 

melayani kepentingan dosa dan Iblis. Dengan meniadakan 

sesuatu, maka terbukalah jalan untuk berbuat sesuatu 

yang lain. Dengan demikian hati mereka menjadi begitu 

mengeras sehingga pada akhirnya mereka menjadi pence-

mooh. Maksudnya, dengan terang-terangan mereka menan-

tang apa yang suci, mengolok-olok agama, dan menjadikan 

dosa sebagai bahan tertawaan. Demikianlah jalan kejahat-

an itu menurun tajam ke bawah. Yang buruk menjadi se-

makin buruk, orang-orang berdosa sendiri menjadi peng-

goda-penggoda bagi orang lain dan pembela-pembela bagi 

Baal. Kata yang diterjemahkan dengan fasik di sini menan-

dakan orang yang tidak tetap, yang tidak mempunyai tu-

juan tertentu, dan yang berjalan tanpa adanya aturan yang 

pasti. Mereka hanya dikuasai oleh setiap hawa nafsu dan 

menyerah pada setiap godaan. Kata untuk orang berdosa 

menandakan orang yang bertekad untuk berbuat dosa dan 


 4

yang menjadikannya sebagai pekerjaan mereka. Pencemooh 

yaitu   orang yang membuka mulut melawan langit. Semua 

ini dilihat oleh orang baik dengan hati sedih. Jiwanya yang 

benar dibuat menjadi menderita tanpa henti sebab  nya. 

Oleh sebab itu,  

(2) Orang benar ini selalu menghindari mereka di mana pun ia 

melihat mereka. Ia tidak melakukan apa yang mereka per-

buat. Supaya jangan sampai ia berbuat demikian, ia tidak 

bergaul akrab dengan mereka.  

[1] Ia tidak berjalan menurut nasihat orang fasik. Ia tidak 

hadir dalam pertemuan-pertemuan mereka, ataupun 

meminta nasihat dari mereka. Meskipun mereka begitu 

cerdas, cerdik, dan terpelajar, namun jika fasik, mereka 

tidak akan dijadikan penasihat-penasihatnya. Ia tidak 

setuju dengan mereka, dan juga tidak mengatakan apa 

yang mereka katakan (Luk. 23:51). Ia tidak mengguna-

kan artikel  ran berdasarkan asas-asas mereka, atau ber-

tindak menuruti nasihat yang mereka berikan dan pe-

gang. Orang fasik sangat bersemangat memberikan na-

sihat mereka melawan agama, dan semua itu diatur de-

ngan sangat terampil, sehingga bila kita terhindar dari 

noda dan jeratnya, bolehlah kita merasa lega dan ber-

bahagia.  

[2] Ia tidak berdiri di jalan orang berdosa. Ia menghindar 

berbuat apa yang mereka perbuat. Jalan mereka tidak 

akan menjadi jalannya. Ia tidak akan masuk ke dalam 

jalan itu, apalagi terus berjalan di dalamnya, seperti 

yang dilakukan orang berdosa, yang menempatkan diri-

nya di jalan yang tidak baik (36:5). Ia menghindar (se-

bisa mungkin) dari tempat mereka berada. Supaya tidak 

meniru-niru mereka, ia tidak mau berhubungan dengan 

mereka, atau memilih mereka sebagai teman-temannya. 

Ia tidak berdiri di jalan mereka, untuk dijemput oleh 

mereka (Ams. 7:8), tetapi menjaga dirinya sejauh mung-

kin dari mereka seperti menjauh dari tempat atau orang 

yang terkena wabah, sebab   takut tertular (Ams. 4:14-

15). Barangsiapa yang ingin terhindar dari bahaya ha-

rus menghindar dari jalan bahaya.  

Kitab Mazmur 1:1-3 

 5

[3] Ia tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Ia tidak du-

duk santai dengan orang-orang yang duduk aman da-

lam kefasikan mereka dan yang menyenangkan diri me-

reka dengan hati nurani mereka sendiri yang sudah 

menjadi gersang. Ia tidak berkawan dengan orang-orang 

yang duduk di balik bilik tertutup untuk mencari-cari 

cara dan sarana untuk mendartikel  ng dan memajukan ke-

rajaan Iblis. Ia juga tidak duduk bersama mereka yang 

secara terang-terangan menghakimi dan mengutuk ang-

katan orang benar. Kumpulan para peminum yaitu   

kumpulan pencemooh (69:13). Berbahagialah orang yang 

tidak pernah duduk di antara perkumpulan semacam 

itu (Hos. 7:5). 

2. Orang saleh, agar bisa melakukan apa yang baik dan tetap 

melekat padanya, berserah pada bimbingan firman Allah dan 

mengakrabkan diri dengan firman tersebut (ay. 2). Inilah yang 

menghindarkannya dari jalan orang fasik dan menguatkannya 

saat melawan godaan-godaan mereka. Sesuai dengan firman 

yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan 

orang-orang yang melakukan kekerasan (17:4). Kita tidak perlu 

mendambakan persekutuan dengan orang-orang berdosa, en-

tah demi kesenangan atau kemajuan hidup, apabila kita su-

dah bersekutu dengan firman Allah dan dengan Allah sendiri 

di dalam dan melalui firman-Nya. Jikalau engkau bangun, eng-

kau akan disapanya (Ams. 6:22). Kita bisa menilai keadaan 

rohani kita dengan bertanya, “Apa arti hartikel  m Allah bagi kita? 

Apa yang bisa kita manfaatkan darinya? Adakah tempat bagi-

nya di dalam hati kita?”  

Lihatlah di sini:  

(1)  Kasih sayang penuh dari orang baik terhadap hartikel  m 

Allah: Kesukaannya ialah Taurat TUHAN. Ia bersuka di da-

lamnya, walaupun itu sebuah hartikel  m, sebuah kuk, na-

mun, sebab   hartikel  m itu yaitu   hartikel  m Allah, yang kudus, 

adil, dan baik, dan yang disetujuinya dengan sukarela, 

maka ia pun bersuka di dalam batinnya (Rm. 7:16, 22). Se-

mua orang yang sungguh senang dengan adanya Allah 

pasti sangat senang dengan adanya Alkitab, sebuah pewah-


 6

yuan akan Allah, akan kehendak-Nya, dan akan satu-satu-

nya jalan menuju kebahagiaan di dalam Dia.  

(2)  Pengenalan akrab akan firman Allah yang tetap dijaga oleh 

orang baik: Ia merenungkan Taurat itu siang dan malam. 

Dengan ini tampak bahwa ia bersuka di dalamnya, sebab 

apa yang kita sukai, pasti suka kita memikir-mikirkannya 

(119:97). Merenungkan firman Allah berarti bercakap-

cakap dengan diri kita sendiri mengenai perkara-perkara 

besar yang terkandung di dalamnya, dengan niat ingin me-

nerapkannya dalam kehidupan kita, dengan pikiran yang 

teguh, sampai perkara-perkara itu meresap benar dalam 

diri kita dan hingga kita mencium aroma serta mengalami 

kuasanya di dalam hati kita. Hal ini harus kita lakukan 

siang dan malam. Kita harus membiasakan diri untuk te-

rus-menerus memperhatikan firman Allah sebagai pedo-

man bagi segala perbuatan kita dan sumber dari segala 

penghiburan kita. Kita harus memilikinya di dalam pikiran 

kita, apa pun yang terjadi, entah malam atau siang. Tidak 

ada waktu yang salah untuk merenungkan firman Allah, 

dan juga tidak ada waktu yang tidak tepat untuk melaku-

kannya. Kita tidak saja harus berketetapan untuk mere-

nungkan firman Allah pagi dan malam, pada permulaan 

siang dan malam, tetapi juga pemikiran akan firman Allah 

ini harus terjalin dalam pekerjaan dan pergaulan sehari-

hari, dalam istirahat dan tidur di setiap malam. Apabila 

aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.  

II. Jaminan kebahagiaan yang diberikan kepada orang saleh, dan ke-

pastian ini seharusnya mendorong diri kita untuk berusaha me-

miliki sifat orang saleh itu.  

1.  Secara umum, ia berbahagia (ay. 1). Allah memberkatinya, dan 

berkat itu akan membuatnya berbahagia. Berkat tercurah 

baginya, segala macam berkat, baik dari sumber yang di atas 

maupun yang di bawah, yang cartikel  p untuk membuatnya ber-

bahagia sepenuhnya. Tidak satu pun unsur kebahagiaan akan 

hilang darinya. saat   si pemazmur berusaha menggambarkan 

seperti apa seorang yang berbahagia itu, ia menggambarkan-

nya sebagai seorang yang baik. Sebab, bagaimanapun juga, 

orang-orang yang berbahagia, yang benar-benar berbahagia, 

Kitab Mazmur 1:1-3 

 7

hanyalah mereka yang kudus, benar-benar kudus. Namun de-

mikian, lebih penting bagi kita untuk mengetahui jalan me-

nuju kebahagiaan itu sendiri daripada untuk mengetahui apa 

saja yang terdapat di dalam kebahagiaan itu. Bahkan, kebaik-

an dan kekudusan bukan saja merupakan jalan menuju keba-

hagiaan (Why. 22:14), tetapi juga merupakan kebahagiaan itu 

sendiri. Seandainya tidak ada kehidupan lain setelah ini, tetap 

saja orang yang berbahagia yaitu   orang yang setia melaku-

kan kewajibannya.  

2. Kebahagiaannya di sini digambarkan melalui sebuah perum-

pamaan (ay. 3): Ia seperti pohon, berbuah dan tumbuh subur. 

Ini merupakan hasil,  

(1) Dari perbuatannya yang saleh. Ia merenungkan hartikel  m 

Allah, menjadikannya in succum et sanguinem – sebagai air 

dan darah, dan ini membuatnya seperti pohon. Semakin 

kita bergaul akrab dengan firman Allah, semakin kita di-

perlengkapi dengan baik untuk setiap perkataan dan per-

buatan baik. Atau,  

(2) Dari berkat yang dijanjikan. Ia diberkati oleh Tuhan, dan 

oleh sebab itu ia akan menjadi seperti pohon. Berkat ilahi 

menghasilkan buah-buah yang nyata. Berkat ilahi yaitu   

kebahagiaan orang saleh,  

[1] Bahwa ia ditanam oleh anugerah Allah. Semua pohon 

yang ada pada dasarnya yaitu   pohon zaitun liar, dan 

akan tetap demikian sebelum dicangkokkan menjadi 

baru, dan ini dilakukan oleh kuasa dari atas. Pohon 

yang baik tidak pernah tumbuh dengan sendirinya. 

Tuhanlah yang menanamnya, dan oleh sebab itu Dialah 

yang harus diagungkan di dalamnya. Kenyang pohon-

pohon TUHAN (Yes. 61:3).  

[2] Bahwa ia ditempatkan dengan sarana anugerah, yang di 

sini disebut aliran air, sungai-sungai yang menyukakan 

kota Allah kita (46:5). Dari sungai-sungai ini orang baik 

menerima persediaan kekuatan dan tenaga, tetapi de-

ngan cara yang tersembunyi dan tidak tampak.  

[3] Bahwa perbuatan-perbuatannya akan berbuah, yang 

akan semakin memperbesar keuntungannya (Flp. 4:17). 

Kepada mereka yang pertama-tama diberkati-Nya, Allah 


 8

berkata, “Berkembangbiaklah” (Kej. 1:22; KJV: Berbuah-

lah – pen.), dan penghiburan serta kehormatan yang di-

dapat sebab   berbuah merupakan imbalan atas segala 

jerih payah yang dilakukan untuk berbuah. Orang-

orang yang menikmati segala belas kasihan anugerah 

diharapkan, baik dalam sikap pikiran maupun perilaku 

hidup mereka, agar mereka sehati sejalan dengan mak-

sud-maksud anugerah itu, dan kemudian menghasilkan 

buah. Dan, biarlah ini menjadi pujian bagi Sang Peng-

urus kebun anggur yang agung itu, bahwa mereka 

menghasilkan buah (yaitu apa yang dituntut dari mere-

ka) pada musimnya, yaitu bahwa mereka menjadikan 

musim itu paling indah dan paling berguna, dengan me-

manfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik 

pada waktunya yang sesuai.  

[4] Bahwa pengakuan imannya akan dijaga supaya tidak 

rusak dan membusuk: Dan yang tidak layu daunnya. 

Orang-orang yang hanya menghasilkan daun pengaku-

an iman, tanpa satu pun buah yang baik, daun mereka 

akan layu, dan mereka akan menjadi malu akan peng-

akuan iman mereka itu, seperti sebelumnya mereka 

bangga akan pengakuan itu. Tetapi, jika firman Allah 

memerintah di dalam hati, maka firman itu akan men-

jaga pengakuan iman untuk tetap hijau, untuk menda-

tangkan penghiburan maupun pujian bagi kita. Pohon 

salam yang tetap hijau seperti ini pasti tidak akan 

pernah layu.  

[5] Bahwa kesejahteraan akan menyertainya ke mana saja 

ia pergi, kesejahteraan rohani. Apa saja yang diperbuat-

nya, yang sesuai dengan hartikel  m itu, akan mendatang-

kan kesejahteraan dan berhasil sesuai dengan apa yang 

dipikirkannya, dan malah melampaui apa yang diharap-

kannya. 

Dalam menyanyikan ayat-ayat ini, sembari sadar betul akan sifat 

dosa yang jahat dan berbahaya, akan keunggulan-keunggulan hu-

kum ilahi yang melampaui segalanya, dan akan kuasa serta keber-

hasilan anugerah Allah, yang darinya buah kita didapat, kita harus 

mengajar dan memperingatkan diri kita, satu sama lain, untuk ber-

Kitab Mazmur 1:4-6 

 9

jaga-jaga terhadap dosa dan segala jalan yang mendekatkan kita 

padanya, untuk banyak bergaul dengan firman Allah, dan melimpah 

dalam menghasilkan buah kebenaran. Dan, dalam mendoakannya, 

kita harus memohon Allah untuk memberikan anugerah-Nya, baik 

untuk membentengi diri kita melawan setiap perkataan dan perbua-

tan jahat maupun untuk memperlengkapi kita bagi setiap perkataan 

dan perbuatan baik.    

Gambaran dan Kebinasaan Orang Fasik  

(1:4-6) 

4 Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. 5 

Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula 

orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; 6 sebab TUHAN mengenal 

jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. 

Inilah,  

I. Gambaran tentang orang fasik (ay. 4).  

1.  Secara umum, mereka yaitu   kebalikan dari orang benar, baik 

dalam sifat maupun keadaan: Bukan demikian orang fasik. 

Alkitab Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yu-

nani – pen.) mengulanginya dengan tegas: Bukan demikian 

orang fasik; mereka tidak demikian. Mereka dipimpin oleh 

nasihat orang fasik, berjalan di jalan orang-orang berdosa, dan 

duduk di dalam kumpulan pencemooh. Mereka tidak bersuka 

di dalam hartikel  m Allah, tidak pernah memikirkannya. Mereka 

tidak menghasilkan buah apa-apa selain anggur-anggur So-

dom. Mereka merusakkan tanah.  

2.  Secara khusus, jika orang benar yaitu   seperti pohon yang 

berharga, berguna, dan berbuah, maka orang fasik seperti se-

kam yang ditiupkan angin, bagian yang paling ringan dari se-

kam, debu yang pasti akan disapu bersih oleh pemilik rumah, 

sebab   tidak berguna untuk apa-apa. Engkau mau meng-

hargai mereka? Engkau mau menimbang mereka? Mereka itu 

seperti sekam, tidak berharga sama sekali dalam pandangan 

Allah, betapapun tingginya mereka menghargai diri mereka 

sendiri. Engkau mau tahu sikap pikiran mereka? Mereka ri-

ngan dan sia-sia. Mereka tidak berisi, tidak padat. Mereka mu-

dah diombang-ambingkan oleh setiap angin dan godaan. Mere-


 10

ka tidak teguh. Maukah engkau tahu kesudahan mereka? 

Murka Allah akan menghalau mereka dalam kefasikan mere-

ka, seperti angin meniup sekam, yang tidak pernah mengum-

pulkan atau memperhatikan mereka. Sekam, untuk sementara 

waktu, bisa saja berada di antara gandum, tetapi akan datang 

Dia yang memegang alat penampi ditangan-Nya dan yang akan 

membersihkan tempat pengirikan-Nya. Orang-orang yang kare-

na dosa dan kebodohan mereka sendiri menjadikan diri mere-

ka seperti sekam akan didapati demikian di hadapan angin 

dan api murka ilahi (35:5), sehingga mereka tidak tahan ber-

diri di hadapannya atau untuk menghindar darinya (Yes. 

17:13).    

II.  Kebinasaan orang fasik dibacakan (ay. 5).  

1.  Mereka akan dicampakkan, pada saat penghakiman mereka, 

sebagai para pengkhianat yang terbukti bersalah: Mereka tidak 

akan tahan dalam penghakiman, maksudnya, mereka akan di-

dapati bersalah, menunduk-nunduk dengan rasa malu dan 

bingung, dan semua pembelaan serta dalih mereka akan dito-

lak sebagai tidak berdasar. Akan datang penghakiman, saat   

sifat dan perbuatan setiap orang pada saat ini, sekalipun di-

sembunyikan dan disamarkan dengan begitu lihai, akan be-

nar-benar diungkapkan dengan sempurna, dan tampak dalam 

warna aslinya, dan sesuai dengan itu pula nasib setiap orang, 

dengan keputusan yang tidak dapat diganggu gugat, akan di-

tentukan sampai pada kekekalan. Orang fasik harus tampil 

dalam penghakiman itu, untuk menerima sesuai dengan apa 

yang mereka perbuat di dalam tubuh. Boleh saja mereka ber-

harap untuk luput, bahkan, luput dengan terhormat, tetapi 

pengharapan mereka akan mengecewakan mereka: Mereka 

tidak akan tahan dalam penghakiman, sebab   bukti-bukti yang 

akan melawan mereka sangat jelas, dan penghakiman 

dilakukan dengan adil dan tidak berat sebelah.   

2.  Mereka akan dijauhkan selamanya dari perkumpulan orang 

yang berbahagia. Mereka tidak akan tahan berdiri dalam per-

kumpulan orang benar, maksudnya, dalam penghakiman (be-

gitu menurut sebagian orang) yang dilakukan dalam pengadil-

an yang di dalamnya orang-orang kudus, sebagai para hakim 

bersama Kristus, akan menghakimi dunia, yakni beribu-ribu 

Kitab Mazmur 1:4-6 

 11

orang kudus yang akan datang bersama-Nya untuk menjalan-

kan penghakiman atas semua (Yud. 1:14; 1Kor. 6:2). Atau di 

sorga. Di sana akan tampak, tidak lama lagi, perhimpunan 

jemaat yang sulung, perkumpulan orang benar, yang terdiri 

atas semua orang kudus, dan tidak ada yang lain selain orang-

orang kudus, orang-orang kudus yang sudah dijadikan sem-

purna, perkumpulan para kudus seperti yang tidak pernah 

ada di dalam dunia ini (2Tes. 2:1). Orang fasik tidak akan 

mendapat tempat dalam perkumpulan itu. Ke dalam Yerusa-

lem yang baru, tidak ada yang najis atau yang cemar boleh 

masuk. Mereka akan melihat orang benar masuk ke dalam ke-

rajaan, sedangkan mereka sendiri masuk ke dalam penderita-

an, terbuang, sampai selama-lamanya (Luk. 13:27). Orang fa-

sik dan cemar, mengolok-olok orang benar dan perkumpulan 

mereka di dunia ini. Mereka merendahkan orang-orang benar 

itu dan tidak peduli untuk berteman dengan mereka. Oleh se-

bab itu, sudah sewajarnyalah untuk memisahkan mereka sela-

ma-lamanya dari orang benar. Orang-orang munafik di dunia 

ini, dengan menyamar di balik pengakuan iman yang tampak 

bisa dipercaya, bisa saja menggabungkan diri dengan perkum-

pulan orang benar dan tidak pernah terganggu atau terungkap 

di sana. Tetapi, Kristus tidak bisa ditipu, meskipun hamba-

hamba-Nya bisa saja tertipu. Akan datang harinya saat   Ia 

memisahkan antara domba dan kambing, lalang dan gandum 

(Mat. 13:41, 49). Hari agung itu (demikian sebutannya dalam 

bahasa Aram) akan menjadi hari penyingkapan, hari pembeda-

an, dan hari pemisahan akhir. Maka kita akan melihat kembali 

perbedaan antara orang benar dan orang fasik, yang kadang-

kadang sulit dibedakan di dunia sini (Mal. 3:18).  

III. Alasan atas dibuatnya perbedaan di antara keadaan orang benar 

dan orang fasik ini (ay. 6).  

1.  Allah harus mendapat segala kemuliaan atas kesejahteraan 

dan kebahagiaan orang benar. Mereka berbahagia sebab 

TUHAN mengenal jalan mereka. Ia memilih mereka untuk ber-

jalan di dalam jalan kebahagiaan itu, mencondongkan hati me-

reka untuk memilihnya, menuntun dan membimbing mereka 

di dalamnya, dan mengatur segala langkah mereka.  


 12

2.  Orang-orang berdosa harus menanggung segala kesalahan 

atas kehancuran mereka sendiri. Oleh sebab itulah orang fasik 

binasa, sebab   jalan yang telah mereka pilih dan yang di da-

lamnya mereka bertekad untuk berjalan, langsung mengantar 

pada kehancuran. Jalan itu secara alami mengarah pada ke-

hancuran, dan oleh sebab itu pasti akan berakhir dalam ke-

hancuran. Atau kita dapat memandangnya seperti ini, Tuhan 

menyetujui dan sangat berkenan dengan jalan orang benar, 

dan oleh sebab itu, di bawah kuasa senyum-Nya yang penuh 

rahmat, jalan itu akan berhasil dan berakhir dengan baik. 

Tetapi, Dia murka terhadap jalan orang fasik, semua yang me-

reka perbuat menyakiti hati-Nya, dan oleh sebab itu jalan me-

reka akan binasa, beserta orang-orang yang ada di dalamnya. 

Sudah pasti bahwa penghakiman atas setiap orang datangnya 

dari Tuhan, dan penghakiman itu bisa baik atau buruk bagi 

kita, dan akan tetap demikian sampai pada kekekalan, bergan-

tung pada apakah kita berkenan kepada Allah atau tidak. 

Biarlah hal ini menyokong semangat orang benar yang kendor, 

bahwa Tuhan mengenal jalan mereka, mengenal hati mereka 

(Yer. 12:3), mengetahui ibadah-ibadah mereka yang tidak tam-

pak (Mat. 6:6), mengenal sifat mereka, betapapun itu dicoreng 

dan dinodai oleh hinaan-hinaan orang, dan tidak lama lagi Ia 

akan menyatakan mereka dan jalan mereka kepada dunia, un-

tuk memberikan sukacita dan kehormatan kekal bagi mereka. 

Biarlah hal ini menyemburkan kabut pada rasa aman dan ke-

riangan orang-orang berdosa, bahwa jalan mereka, meskipun 

sekarang terasa menyenangkan, pada akhirnya akan binasa. 

Di dalam menyanyikan dan mendoakan ayat itu, mari kita memi-

liki kegentaran kudus akan akhir dari orang-orang berdosa dan me-

nolak akhir seperti itu dengan memandang penghakiman yang akan 

datang. Marilah kita mempersiapkan diri kita terhadap hal tersebut 

dan dengan sungguh-sungguh mendapatkan perkenan Allah atas se-

gala sesuatu dan memohon pertolongan-Nya dengan sepenuh hati. 

 

 

PASAL  2  

alau mazmur sebelumnya berbicara tentang moral, dan menun-

jukkan kepada kita kewajiban kita, maka mazmur ini bersifat 

Injili, dan menunjukkan kepada kita Juruselamat kita. Di bawah 

pelambang kerajaan Daud (yang didasarkan pada ketetapan ilahi, 

dan yang menjumpai banyak perlawanan, namun berjaya pada akhir-

nya), Kerajaan Mesias, Anak Daud, dinubuatkan, yang merupakan 

maksud dan tujuan utama dari mazmur ini. Saya kira dalam mazmur 

ini pelambangnya kurang banyak dibicarakan dan yang dipelam-

bangkan lebih banyak dibicarakan, dibandingkan dengan mazmur-

mazmur Injili yang lain, sebab di dalamnya tidak ada yang lain selain 

yang ditujukan kepada Kristus, dan ada beberapa hal yang sama 

sekali tidak berlaku bagi Daud seperti, “Anak-Ku Engkau” (ay. 6-7), 

“Ujung bumi menjadi kepunyaanmu” (ay. 8), dan “Ciumlah kaki-Nya” 

(ay. 11). Semua itu ditafsirkan sebagai ayat-ayat yang berbicara ten-

tang Kristus (Kis. 4:24; Kis. 13:33; Ibr. 1:5). Di sini Roh Kudus menu-

buatkan,  

I.    Perlawanan yang akan dilancarkan terhadap Kerajaan Me-

sias (ay. 1-3). 

II.   Kekalahan dan takluknya perlawanan itu (ay. 4-5).  

III.  Pendirian Kerajaan Kristus, kendati dengan perlawanan itu 

(ay. 6).  

IV.  Peneguhan dan penegakkan kerajaan Kristus (ay. 7).  

V.   Janji mengenai perluasan dan keberhasilannya (ay. 8-9).  

VI.  Panggilan dan ajakan bagi para raja dan hakim-hakim dunia 

untuk berserah diri menjadi hamba-hamba kerajaan ini (ay. 

10-12).  


 14

Atau dengan demikian: Kita dapati di sini,  

I.   Ancaman-ancaman yang disampaikan melawan seteru-

seteru Kerajaan Kristus (ay. 1-6).  

II.  Janji-janji bagi Kristus sendiri, Pemimpin dari kerajaan ini 

(ay. 7-9).  

III.  Nasihat yang diberikan kepada semua orang untuk mene-

rima dan mendartikel  ng kepentingan-kepentingan kerajaan ini 

(ay. 10-12).  

Mazmur ini, sama seperti mazmur sebelumnya, sangat cocok di-

tempatkan sebagai pengantar bagi kitab renungan ini, sebab  , seper-

ti halnya penting bagi kita untuk tunduk pada aturan-aturan hartikel  m 

Allah agar kita berkenan pada-Nya, demikian pula kita harus tunduk 

pada anugerah Injil-Nya, dan datang kepada-Nya dalam nama se-

orang Pengantara.   

Musuh-musuh Mesias  

(2:1-6) 

1 Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa sartikel  -sartikel   bangsa mereka-reka 

perkara yang sia-sia? 2 Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar 

bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: 3 “Marilah 

kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka 

dari pada kita!” 4 Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-

olok mereka. 5 Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan 

mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: 6 “Akulah yang telah 

melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!” 

Di sini kita mendapati suatu pergumulan yang sangat hebat me-

nyangkut Kerajaan Kristus. Neraka dan sorga memperebutkannya. 

Medan pertempurannya yaitu   bumi ini, yang di dalamnya Iblis 

sudah lama bertakhta di atas kerajaan hasil rampasannya dan men-

jalankan kekuasaan sampai sedemikian rupa sehingga ia disebut pe-

nguasa kerajaan udara yang kita hirup dan ilah dunia yang di dalam-

nya kita tinggal. Ia tahu betul bahwa bila Kerajaan Mesias bangkit 

dan mendapat tempat berpijak, maka kerajaannya akan jatuh dan 

kehilangan tempat berpijak. Oleh sebab itu, meskipun Kerajaan Me-

sias pasti akan didirikan, kerajaan itu tidak akan dibiarkan berdiri 

dengan mudah. 

 

Kitab Mazmur 2:1-6 

 15

Amatilah di sini,   

I.  Perlawanan hebat yang akan dilancarkan terhadap Mesias dan 

kerajaan-Nya, kepada agama-Nya yang kudus beserta segala ke-

pentingannya (ay. 1-3). Orang akan menyangka bahwa berkat 

yang begitu besar bagi dunia ini pasti akan disambut dan dipeluk 

di mana-mana, dan bahwa setiap berkas gandum akan segera 

tunduk pada berkas gandum Mesias, dan semua mahkota serta 

tongkat kekuasaan di dunia akan diletakkan di bawah kaki-Nya. 

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Belum pernah gagasan-

gagasan dari golongan filsuf mana pun, meskipun begitu tidak 

masuk akal, ataupun kuasa-kuasa raja atau negara, meskipun 

begitu lalim, ditentang dengan kekerasan seperti terhadap ajaran 

dan pemerintahan Kristus. Hal ini sungguh menjadi tanda bahwa 

ajaran dan pemerintahan-Nya itu berasal dari sorga, sebab semua 

perlawanan itu jelas-jelas berasal dari neraka.    

1.  Di sini kita diberi tahu siapa yang akan tampil sebagai seteru-

seteru Kristus dan antek-antek Iblis dalam perlawanan terha-

dap kerajaan-Nya ini. Para penguasa dan rakyat, istana dan 

pedesaan, kadang-kadang mempunyai kepentingan sendiri-

sendiri, tetapi di sini mereka bersatu melawan Kristus. Bukan 

hanya yang berkuasa, tetapi juga rakyat jelata, bangsa-bang-

sa, sartikel  -sartikel   bangsa, banyak dari mereka, kumpulan-kum-

pulan dari mereka. Meskipun selalu merindukan kebebasan, 

mereka justru menentang kebebasan yang akan diperoleh dan 

dinyatakan melalui kedatangan Kristus. Bukan hanya rakyat 

jelata, para penguasa pun (yang seharusnya lebih banyak me-

miliki pengertian dan pertimbangan) muncul menentang Kris-

tus dengan keras. Walaupun kerajaan-Nya bukan dari dunia 

ini, dan tidak sedikit pun dimaksudkan untuk memperlemah 

kepentingan-kepentingan mereka, malah justru sangatlah 

mungkin, jika mereka mau, dapat memperkuatnya, namun 

raja-raja dunia dan para pembesar mengangkat senjata tanpa 

ditunda-tunda lagi. Lihatlah akibat-akibat dari permusuhan 

lama antara keturunan ular melawan keturunan wanita itu, 

dan betapa menyebar serta jahatnya kerusakan manusia itu. 

Lihatlah betapa menakutkannya musuh-musuh jemaat itu. 

Mereka sangat banyak. Mereka sangat kuat. Orang-orang Ya-

hudi yang tidak percaya di sini disebut sebagai bangsa-bangsa 


 16

(Ing.: heathen – bangsa-bangsa kafir – pen.), yang begitu me-

nyedihkan mengalami kemerosotan iman dan kekudusan dari 

yang pernah dimiliki oleh nenek moyang mereka. Mereka me-

manas-manasi bangsa-bangsa kafir, bangsa-bangsa bukan-

Yahudi, untuk menganiaya orang-orang Kristen. Sama seperti 

orang-orang Filistin dan tuan-tuan mereka, Saul dan penjaga-

penjaga istananya, golongan yang tidak puas dan pimpinan 

mereka, menentang Daud untuk naik takhta, demikian pula 

Herodes dan Pontius Pilatus, bangsa-bangsa bukan-Yahudi 

dan bangsa-bangsa Yahudi, berbuat semampu mereka mela-

wan Kristus dan kepentingan-Nya dalam diri manusia (Kis. 

4:27).  

2.  Dengan siapa mereka berselisih, dan siapa yang mereka lawan 

dengan mengerahkan segala kekuatan mereka. Mereka mela-

wan TUHAN dan yang diurapi-Nya, yaitu, melawan semua aga-

ma pada umumnya dan agama Kristen pada khususnya. Su-

dah pasti bahwa semua musuh Kristus, apa pun itu kepura-

puraan mereka, yaitu   musuh-musuh Allah sendiri. Mereka 

membenci baik Aku maupun Bapa-Ku (Yoh. 15:24). Pendiri 

agung agama kita yang suci di sini disebut sebagai yang di-

urapi Tuhan, atau Mesias, atau Kristus, dengan merujuk pada 

pengurapan Daud sebagai raja. Ia berwenang dan memenuhi 

syarat untuk menjadi kepala dan raja jemaat, diberi kuasa se-

bagaimana mestinya untuk menjalankan jabatan itu dan da-

lam segala hal cocok untuk memangkunya. Namun demikian, 

masih juga ada orang-orang yang menentang-Nya. Bahkan, 

oleh sebab itulah mereka menentang-Nya, sebab   mereka tidak 

mau diatur oleh wewenang Allah, iri hati terhadap apa yang 

dicapai oleh Kristus, dan memiliki rasa permusuhan yang ber-

urat akar terhadap Roh kekudusan.  

3.  Perlawanan yang mereka lancarkan digambarkan di sini. 

(1) Perlawanan mereka itu paling keji dan penuh kebencian. 

Mereka rusuh dan gusar. Mereka mengertakkan gigi mere-

ka sebab   kesal melihat Kerajaan Kristus didirikan. Keraja-

an ini membuat mereka menjadi teramat tidak tenang, dan 

memenuhi hati mereka dengan kemarahan, sehingga mere-

ka tidak bisa bersenang-senang (Luk. 13:14; Yoh. 11:47; 

Kis. 5:17, 33; Kis. 19:28). Para penyembah berhala geram 

saat   kebodohan mereka disingkapkan. Imam-imam kepa-

Kitab Mazmur 2:1-6 

 17

la dan orang-orang Farisi geram sebab   kemuliaan mereka 

pudar dan kekuasaan yang sudah mereka rampas goncang. 

Orang-orang yang berbuat jahat geram terhadap terang.  

(2) Perlawanan ini dilakukan dengan sengaja dan untuk ke-

pentingan politis. Mereka mereka-reka atau merenung-

renungkan, yakni, merancangkan segala sarana untuk me-

nekan kepentingan-kepentingan Kerajaan Kristus yang se-

makin berjaya, dan mereka sangat yakin akan keberhasilan 

rancangan-rancangan mereka itu. Mereka punya peng-

harapan kuat bahwa mereka akan menginjak-injak agama 

dan pada akhirnya akan menang. 

(3)  Perlawanan ini gigih dan tidak kenal lelah. Mereka bersiap-

siap, menyiapkan wajah mereka seperti batu api dan hati 

mereka seperti batu karang, dengan menentang akal sehat, 

hati nurani, dan segala kengerian akan Tuhan. Mereka 

congkak dan kurang ajar, seperti orang-orang yang memba-

ngun menara Babel. Mereka bersikeras dalam tekad mere-

ka, apa pun yang akan terjadi.  

(4) Ini merupakan perlawanan gabungan dan persekongkolan. 

Mereka bermufakat bersama-sama, saling membantu dan 

menyemangati satu sama lain dalam perlawanan ini. Me-

reka menjalankan segala ketetapan hati mereka nemine 

contradicente – dengan suara bulat, bahwa mereka akan 

terus mengobarkan peperangan najis melawan Mesias de-

ngan sekuat tenaga: dan untuk itu mereka mengadakan 

pertemuan-pertemuan, membuat rencana-rencana jahat 

secara diam-diam, dan menggunakan segala akal bulus 

mereka untuk mencari cara dan sarana untuk mencegah 

penegakan Kerajaan Kristus (83:6).  

4.  Di sini kita diberi tahu apa yang membuat mereka jengkel dan 

apa yang ingin mereka tuju dalam perlawanan ini (ay. 3): Mari-

lah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka. Mereka tidak 

mau berada di bawah pemerintahan siapa pun. Mereka anak-

anak Iblis, yang tidak bisa tahan menanggung kuk, setidak-

tidaknya kuk Tuhan dan yang diurapi-Nya. Hati mereka me-

rasa puas untuk menyambut apa yang disebut sebagai Keraja-

an Allah dan Mesias, jika hal-hal tersebut menyetujui dan 

menyokong kekuasaan mereka sendiri: jika Tuhan dan yang 

diurapi-Nya akan membuat mereka kaya dan besar di dunia, 


 18

maka mereka akan menyambut keduanya. Akan tetapi, jika 

keduanya mau mengekang hawa nafsu dan hasrat bejat mere-

ka, mau mengatur dan memperbaharui hati serta hidup mere-

ka, dan membawa mereka di bawah pemerintahan sebuah 

agama yang murni dan sorgawi, maka sungguh mereka tidak 

mau orang ini menjadi raja atas mereka (Luk. 19:14.). Kristus 

memiliki belenggu-belenggu dan tali-tali bagi kita. Orang yang 

ingin diselamatkan oleh-Nya harus diatur oleh-Nya. Tali-tali-

Nya itu yaitu   tali kesetiaan, yang tidak bertentangan dengan 

akal sehat, dan belenggu-belenggu-Nya itu yaitu   ikatan ka-

sih, yang baik bagi kepentingan kita yang sesungguhnya. Wa-

laupun begitu, hal-hal ini justru ditentang oleh segala perseli-

sihan itu. Mengapa manusia melawan agama kalau bukan 

sebab   mereka tidak tahan dengan kekangan-kekangan dan 

kewajiban-kewajibannya? Mereka ingin mematahkan beleng-

gu-belenggu hati nurani yang menguasai mereka, dan memu-

tuskan tali-tali perintah Allah yang dengannya mereka dipang-

gil untuk mengikat diri dari semua dosa dan untuk mengikat 

mereka pada semua kewajiban. Mereka tidak mau menerima 

semuanya itu, dan melemparkannya sejauh mungkin.  

5.  Di sini diberikan alasan dan pikiran mengenai tindakan mere-

ka itu (ay. 1). Mengapa mereka melakukan ini?  

(1) Mereka tidak dapat menunjukkan alasan yang baik meng-

apa mereka menentang suatu pemerintahan yang begitu 

adil, kudus, dan penuh rahmat itu, yang tidak akan turut 

campur dengan kuasa-kuasa duniawi, ataupun memperke-

nalkan asas-asas berbahaya yang merugikan raja-raja atau 

penguasa; padahal, jika pemerintahan ini diterima di ma-

na-mana, maka ia akan menurunkan sorga ke atas bumi.  

(2)  Mereka tidak bisa berharap akan berhasil dalam melawan 

sebuah kerajaan yang begitu kuat seperti itu, yang tidak 

sanggup mereka saingi sama sekali. Ini sia-sia belaka. Sete-

lah mereka melakukan kejahatan mereka, Kristus akan 

memiliki jemaat di dunia dan jemaat itu akan mulia dan 

berkemenangan. Jemaat itu didirikan di atas batu karang, 

dan alam maut tidak akan menguasainya. Bulan tetap ber-

sinar terang, meskipun anjing-anjing menyalak-nyalak ke-

padanya. 

Kitab Mazmur 2:1-6 

 19

II.  Penaklukan besar yang diperoleh atas semua perlawanan yang 

mengancam ini. Jika sorga dan dunia yaitu   pihak-pihak yang 

bertikai, maka mudah untuk meramalkan siapa yang akan jadi 

pemenangnya. Orang-orang yang menggencarkan pertempuran 

besar ini yaitu   orang-orang dunia, dan raja-raja dunia, yang, ka-

rena dari dunia, bersifat duniawi; tetapi yang mereka lawan ada-

lah Dia yang bersemayam di sorga (ay. 4). Ia berada di sorga, 

sebuah tempat yang memberikan pemandangan yang begitu luas 

sehingga Ia bisa melihat mereka semua dan segala rencana mere-

ka. Begitu hebat kuasa-Nya itu sehingga Ia bisa mengatasi mereka 

semua dan segala usaha mereka. Ia bersemayam di sana, dengan 

tenang dan nyaman, jauh dari jangkauan segala ancaman dan 

usaha mereka yang tidak berdaya. Di sana Dia duduk sebagai 

Hakim atas semua perkara anak-anak manusia, dengan keyakin-

an sepenuhnya bahwa semua maksud dan rancangan-Nya akan 

tergenapi, kendati dengan segala perlawanan (29:10). Ketenangan 

sempurna Sang Pikiran Kekal dapat menjadi penghiburan bagi 

kita bila pikiran kita dicekam gelisah. Kita diombang-ambingkan 

di bumi dan di laut, tetapi Ia bersemayam di sorga, di mana Ia 

telah mempersiapkan takhta penghakiman-Nya. Oleh sebab itu,  

1.  Usaha-usaha para seteru Kristus sangat menggelikan. Allah 

menertawakan mereka sebagai kumpulan orang-orang bodoh. 

Dia mengolok-olok mereka dan semua usaha mereka, dan oleh 

sebab itu anak dara, yaitu puteri Sion, telah menghina mereka 

(Yes. 37:22). Kebodohan orang-orang berdosa hanya menjadi 

lelucon saja bagi hikmat dan kuasa Allah yang tak terbatas. 

Usaha-usaha kerajaan Iblis yang di mata kita menakutkan, di 

mata-Nya menjijikkan. Kadang-kadang Allah dikatakan ba-

ngun, bangkit, dan terjaga untuk mengalahkan musuh-mu-

suh-Nya. Tetapi di sini dikatakan Dia bersemayam, duduk te-

nang, dan mengalahkan mereka. Allah sungguh mahakuasa 

dan sebab   itu tidak sukar sama sekali bagi Dia untuk mela-

kukan pekerjaan-pekerjaan sebesar apa pun. Ketenangan-Nya 

sama sekali tidak terusik sedikit pun.   

2. Dengan adil mereka dihartikel  m (ay. 5). Walaupun Allah meren-

dahkan mereka sebagai orang yang tidak berdaya, namun Ia 

tidak mengabaikan mereka sebab   itu, tetapi dengan sewajar-

nya merasa murka terhadap mereka sebagai orang-orang yang 

kurang ajar dan fasik. Ia membuat orang-orang berdosa yang 


 20

tidak kenal takut sekalipun tahu bahwa Dia sungguh murka 

dan membuat mereka gemetar di hadapan-Nya.  

(1) Dosa mereka membangkitkan amarah-Nya. Dia murka, Dia 

luar biasa amat tidak senang. Kita tidak bisa berharap 

Allah dapat didamaikan dengan kita, atau berkenan kepada 

kita, kecuali di dalam dan melalui Dia yang diurapi. Oleh 

sebab itu, jika kita menghina dan menolak-Nya, maka kita 

berdosa melawan obat penawar dan kehilangan keuntung-

an kepengantaraan yang dilakukan-Nya antara kita dan 

Allah.  

(2)  Amarah Allah akan membuat mereka ada dalam kesulitan 

besar. Jangankan berkata-kata kepada mereka dengan 

murka, embusan nafas mulut-Nya saja sudah akan mem-

bawa kekacauan, pembantaian, dan kemusnahan bagi me-

reka (Yes. 11:4; 2Tes. 2:8). Dia berfirman, dan terjadilah. 

Dia berkata-kata dalam murka, maka binasalah para pen-

dosa. Sama seperti firman menjadikan kita, demikian pula, 

firman dapat meniadakan kita lagi. Siapakah yang menge-

nal kekuatan murka-Nya? Musuh-musuh rusuh, tetapi 

tidak dapat menyulitkan Allah. Allah duduk diam, namun 

itu saja sudah membuat mereka menjadi tidak tenang, 

menjadi terkejut dan kebingungan tidak tahu mau berbuat 

apa (begitulah arti kata yang digunakan di sini), dan mem-

buat mereka kehabisan akal. Pendirian Kerajaan Anak-Nya 

itu, kendati dengan perlawanan mereka, sangat membuat 

mereka menderita dan mengalami kekacauan besar. Mere-

ka merasa jengkel dan ingin menyakiti hamba-hamba Kris-

tus yang baik. Namun, akan datang harinya saat   kejeng-

kelan itu akan berbalik menimpa mereka.   

3. Mereka pasti kalah, dan segala rancangan mereka hancur ber-

antakan (ay. 6): Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gu-

nung-Ku yang kudus. Daud maju naik takhta, dan menjadi 

penguasa atas kubu pertahanan Sion, meskipun segala gang-

guan dilancarkan terhadapnya oleh pihak-pihak yang tidak 

puas dalam kerajaannya, terutama penghinaan-penghinaan 

yang datang dari pasukan pendudukan Sion, yang mengolok-

olok dia bahwa ia akan dienyahkan oleh orang buta dan orang 

pincang, prajurit-prajurit mereka yang cacat (2Sam. 5:6). Tu-

Kitab Mazmur 2:1-6 

 21

han Yesus ditinggikan di sebelah kanan Bapa, mempunyai se-

gala kuasa baik di sorga maupun di bumi, dan merupakan ke-

pala atas segala sesuatu bagi jemaat, kendati dengan usaha-

usaha para seterunya yang tak kenal lelah untuk menghalang-

halangi kemajuan-Nya. 

(1) Yesus Kristus yaitu   Raja, dan diperlengkapi oleh Dia yang 

yaitu   sumber segala kuasa dengan martabat dan wewe-

nang seorang raja yang berdaulat baik di dalam kerajaan 

pemeliharaan maupun anugerah.  

(2) Allah berkenan menyebut-Nya sebagai Raja-Nya, sebab 

Kristus ditetapkan oleh-Nya, dan merupakan satu-satunya 

yang diberi kepercayaan untuk mengurus pemerintahan 

dan menjalankan penghakiman bagi-Nya. Kristus yaitu   

Raja-Nya, sebab Dia sangat dikasihi Bapa, dan kepada-Nya 

Bapa berkenan.  

(3) Kristus tidak mengambil kehormatan ini bagi diri-Nya sen-

diri, tetapi dipanggil untuk menerimanya, dan Dia yang me-

manggil-Nya mengakui-Nya: Aku telah melantik-Nya. Kuasa 

untuk memerintah dan tugas perutusan-Nya, diterima-Nya 

dari Bapa.  

(4) sebab   dipanggil untuk menerima kehormatan ini, Ia dite-

guhkan di dalamnya. Tempat-tempat tinggi, menurut kita, 

yaitu   tempat-tempat yang licin, tetapi Kristus, yang di-

naikkan ke sana, tetap teguh di sana: “Aku telah melantik-

Nya, Aku telah menetapkan-Nya.”  

(5) Dia dilantik di Sion, gunung kekudusan Allah, sebuah pe-

lambang bagi jemaat Injil, sebab di atasnyalah Bait Allah 

dibangun, dan oleh sebab   itulah seluruh gunung itu dise-

but kudus. Takhta Kristus didirikan di dalam jemaat-Nya, 

yaitu di dalam hati semua orang percaya dan di dalam 

perkumpulan-perkumpulan yang mereka bentuk. Hartikel  m 

Injili Kristus dikatakan keluar dari Sion (Yes. 2:3; Mi. 4:2), 

dan oleh sebab itu Sion dikatakan sebagai markas besar 

bagi panglima ini, kursi kerajaan bagi penguasa ini, yang di 

dalam Dia anak-anak manusia akan bersuka.  

Kita harus menyanyikan ayat-ayat Mazmur ini dengan lompatan 

kegirangan yang kudus, merayakan kemenangan atas semua musuh 

Kerajaan Kristus (tanpa ragu bahwa mereka semua akan segera di-


 22

jadikan tumpuan kaki-Nya), dan merayakan kemenangan di dalam 

Yesus Kristus sebagai satu-satunya orang kepercayaan yang diberi 

kuasa. Kita harus berdoa, dengan percaya teguh akan jaminan yang 

diberikan di sini, “Bapa di sorga, datanglah kerajaan-Mu. Kiranya 

kerajaan Anak-Mu datang.”      

Kemenangan-kemenangan Mesias  

(2:7-9) 

7 Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: 

“Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. 8 Mintalah ke-

pada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pu-

sakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. 9 Engkau akan meremuk-

kan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang 

periuk.” 

Kita sudah mendengar apa yang dikatakan raja-raja dunia melawan 

Kerajaan Kristus, dan sudah mendengarnya disangkal oleh Dia yang 

bersemayam di sorga. Marilah sekarang kita dengar apa yang dikata-

kan oleh Sang Mesias sendiri tentang kerajaan-Nya, untuk meneguh-

kan kebenaran semua pernyataan-Nya, dan semuanya tidak dapat 

disangkal oleh segala kuasa di dunia ini. 

I.   Kerajaan Mesias didirikan di atas sebuah ketetapan, ketetapan 

kekal, dari Allah Bapa. Kerajaan ini bukanlah hasil dari suatu ke-

tentuan yang dibuat dengan tiba-tiba, bukan pula sebuah uji 

coba, melainkan hasil dari kebijaksanaan-kebijaksanaan hikmat 

ilahi dan ketentuan-ketentuan kehendak ilahi, sebelum segala du-

nia dijadikan, dan semuanya ini tidak bisa diubah, yakni aturan 

atau undang-undang (begitu sebagian orang membacanya), koven-

an atau persepakatan (begitu menurut sebagian yang lain), pertu-

karan kesepakatan antara Bapa dan Anak mengenai penebusan 

manusia, yang dilambangkan dengan kovenan kerajaan yang 

dibuat dengan Daud dan keturunannya (89:4). Hal ini sering kali 

dirujuk oleh Tuhan Yesus sebagai apa yang di sepanjang pelaksa-

naan tugas-Nya dijadikan sebagai aturan yang mengikat Dia. Ini-

lah kehendak Bapa-Ku (Yoh. 6:40). Inilah tugas yang Kuterima dari 

Bapa-Ku (Yoh. 10:18; Yoh. 14:31). 

II. Dalam ketetapan itu ada sebuah pernyataan yang diumumkan 

untuk memberi keadilan bagi semua orang yang dipanggil dan di-

Kitab Mazmur 2:7-9 

 23

perintah untuk menyerahkan diri sebagai hamba-hamba bagi raja 

ini, dan juga tidak adanya pengampunan bagi mereka yang tidak 

mau menjadikan Dia memerintah atas mereka. Ketetapan itu ber-

sifat rahasia. Itu yaitu   apa yang dikatakan Bapa kepada Anak, 

saat   Ia memiliki-Nya pada awal mulanya, sebelum semua peker-

jaan-Nya dilakukan pada dahulu kala. Tetapi ketetapan itu dinya-

takan oleh seorang saksi yang setia, yang sudah duduk di pang-

kuan Bapa sejak dari kekekalan, dan datang ke dalam dunia se-

bagai nabi jemaat, untuk menyatakan-Nya (Yoh. 1:18). Sumber 

segala keberadaan, tanpa diragukan lagi, yaitu   sumber segala 

kuasa, dan oleh, dari, serta di bawah Dialah Mesias mengeluar-

kan dengan tegas pernyataan-pernyataan-Nya. Ia mempunyai hak 

untuk memerintah dari apa yang dikatakan Yahwe kepada-Nya, 

yang dengan firman-Nya segala sesuatu dijadikan dan diatur. 

Kristus di sini mempunyai gelar rangkap dua dalam kerajaan-Nya:  

1.  Gelar menurut warisan (ay. 7): Anak-Ku engkau! Engkau telah 

Kuperanakkan pada hari ini. Nas Kitab Suci ini dikutip oleh 

sang rasul dalam kitab Ibrani 1:5 untuk membuktikan bahwa 

Kristus mempunyai nama yang lebih unggul daripada malai-

kat-malaikat, tetapi bahwa nama itu dikaruniakan kepada-Nya 

menurut warisan atau keturunan (Ibr. 1:4, KJV). Dia yaitu   

Anak Allah, bukan anak angkat, melainkan Anak yang dilahir-

kan-Nya, Anak Tunggal Bapa (Yoh. 1:14). Dan Bapa mengakui-

Nya, dan akan menyatakan ini kepada dunia sebagai alasan 

mengapa Ia dilantik sebagai Raja di atas gunung Sion yang 

kudus. Oleh sebab itu, tanpa dipertanyakan lagi, Ia berhak, 

dan benar-benar memenuhi syarat, untuk mendapat keper-

cayaan yang agung itu. Dia Anak Allah, dan oleh sebab itu 

sekodrat dengan Bapa, mempunyai segala kepenuhan ke-

Allah-an, hikmat tak terbatas, kuasa, dan kekudusan di dalam 

diri-Nya. Jabatan dan tugas tertinggi untuk memerintah atas 

jemaat merupakan suatu tugas kehormatan yang terlampau 

tinggi dan terlampau berat untuk diemban oleh seorang makh-

luk ciptaan biasa. Tidak ada seorang pun yang cocok untuk 

melakukan tugas semacam ini kecuali Dia yang yaitu   satu 

dengan Bapa dan yang sejak kekekalan ada dengan Dia seba-

gai anak kesayangan, yang sepenuhnya diberi tahu tentang 

semua keputusan kehendak Bapa (Ams. 8:30). Dia yaitu   

Anak Allah, dan oleh sebab   itu disayangi-Nya, Anak kesa-


 24

yangan-Nya, yang kepada-Nya Dia berkenan; dan sebab   alas-

an ini kita harus menerima-Nya sebagai Raja. Sebab, sebab   

Bapa mengasihi Anak, Ia telah menyerahkan segala sesuatu 

kepada-Nya (Yoh. 3:35; Yoh. 5:20). Sebagai Anak, Dia yaitu   

ahli waris dari segala sesuatu, dan, sebab   Bapa telah mencip-

takan seluruh dunia melalui Dia, maka mudah untuk menyim-

pulkan pula bahwa oleh Dia juga Bapa memerintah seluruh 

dunia itu. Dialah Sang Hikmat kekal dan Firman kekal. Jika 

Allah telah berkata kepada-Nya, “Anak-Ku Engkau,” maka su-

dah selayaknyalah setiap kita berkata kepada-Nya, “Engkaulah 

Tuhanku, Penguasaku.” Lebih jauh lagi, untuk meyakinkan 

kita dengan benar bahwa kerajaan-Nya sungguh didasarkan 

pada kedudukan-Nya sebagai Anak, di sini kita diberi tahu 

bahwa kedudukan-Nya sebagai Anak didasarkan pada perka-

taan: Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini, yang merujuk 

baik itu pada kelahiran-Nya yang kekal, sebab perkataan da-

lam Ibrani 1:5 ini dikutip untuk membuktikan bahwa Ia ada-

lah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah (Ibr. 1:3), 

maupun pada bukti dan peragaan akan kelahiran kekal itu 

yang ditunjukkan dengan kebangkitan-Nya dari antara orang 

mati. Hal ini dijelaskan secara jelas pula oleh sang rasul dalam 

Kisah Para Rasul 13:33. Ia telah membangkitkan Yesus lagi, 

seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Eng-

kau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini. Dengan 

kebangkitan dari antara orang matilah, yaitu tanda Nabi Yu-

nus itu, yang akan menjadi tanda paling meyakinkan dari se-

muanya, Ia dinyatakan sebagai Anak Allah yang berkuasa 

(Rm. 1:4). Kristus dikatakan yang pertama bangkit dari antara 

orang mati (Why. 1:5; Kol. 1:18). Segera sesudah kebangkitan-

Nya, Ia langsung menjalankan kerajaan kepengantaraan-Nya. 

Pada saat itulah Dia berkata, “Kepada-Ku telah diberikan se-

gala kuasa,” dan inilah terutama yang ada dalam pikiran-Nya 

saat   Ia mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa, datanglah 

kerajaan-Mu.  

2.  Gelar berdasarkan persepakatan (ay. 8-9). Persepakatan itu, 

secara singkat, yaitu   ini: Anak harus memangku jabatan 

sebagai perantara, dan, dengan syarat itu, Ia akan mendapat-

kan kehormatan dan kuasa dari kerajaan semesta (Yes. 53:12), 

sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar 

Kitab Mazmur 2:7-9 

 25

sebagai rampasan, sebab   Ia berdoa untuk pemberontak-pem-

berontak. Dia akan duduk memerintah di atas takhtanya seba-

gai imam, dan permufakatan tentang damai akan ada di antara 

mereka berdua (Za. 6:13).  

(1)  Anak harus meminta. Anggapan di balik ini yaitu   bahwa 

Ia dengan sukarela menempatkan diri-Nya di bawah Bapa, 

dengan mengambil natur manusia pada diri-Nya. Sebenar-

nya, sebagai Allah, Dia setara dalam kuasa dan kemuliaan 

dengan Bapa, dan sebab   itu Ia tidak perlu meminta apa-

apa. Hal ini berarti bahwa harus ada korban pemuasan 

yang perlu dipenuhi, yang dengannya kepengantaraan itu 

dapat dilakukan. Harus ada harga yang perlu dibayar, yang 

menjadi dasar bagi tuntutan yang besar ini (Yoh. 17:4-5). 

Sang Anak, dengan meminta bangsa-bangsa sebagai milik 

pusaka-Nya, bertujuan bukan sekadar untuk mendapatkan 

kehormatan bagi diri-Nya sendiri, melainkan demi kebaha-

giaan mereka di dalam Dia. sebab   itulah Ia melakukan 

tindakan pengantaraan bagi mereka, senantiasa hidup un-

tuk berbuat demikian, dan oleh sebab itu Ia mampu me-

nyelamatkan mereka sampai sepenuh-penuhnya.  

(2) Bapa akan mengaruniakan lebih dari separuh kerajaan, 

bahkan kerajaan itu sendiri, kepada-Nya. Di sini dijanjikan 

kepada-Nya,  

[1] Bahwa pemerintahan-Nya akan menjangkau seluruh 

dunia: Ia akan mendapatkan bangsa-bangsa sebagai 

milik pusaka-Nya, bukan orang-orang Yahudi saja, di 

mana selama ini jemaat Allah hanya dibatasi pada 

bangsa ini saja, melainkan juga orang-orang bukan-

Yahudi. Orang-orang yang ada di ujung bumi (seperti 

bangsa kita ini) akan menjadi kepunyaan-Nya, dan Dia 

akan memperoleh banyak sekali hamba-hamba yang 

rela dan setia dari antara mereka. Orang-orang Kristen 

yang sudah dibaptis yaitu   kepunyaan Tuhan Yesus. 

Bagi-Nya mereka yaitu   suatu kenamaan dan kepujian. 

Allah Bapa memberikan mereka kepada-Nya saat   de-

ngan Roh dan anugerah-Nya Ia bekerja dalam diri mere-

ka supaya mereka tunduk kepada kuk Tuhan Yesus. 

Hal ini sudah digenapi sebagian, yaitu saat sebagian be-


 26

sar dunia bangsa-bangsa bukan-Yahudi menerima Injil 

saat   pertama-tama diberitakan, dan takhta Kristus di-

dirikan di antara mereka, di mana sebelumnya Iblis su-

dah bertakhta sedemikian lama. Tetapi ini masih akan 

digenapi lebih jauh lagi saat   pemerintahan atas dunia 

dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya 

(Why. 11:15). Siapakah yang akan hidup, apabila Allah 

melakukan hal itu?  

[2] Bahwa kerajaan itu akan menang: Engkau akan mere-

mukkan mereka (mereka yang menentang kerajaan-Mu) 

dengan gada besi (ay. 9). Hal ini secara sebagian dige-

napi saat   bangsa Yahudi, mereka yang tetap tidak 

percaya dan memusuhi Injil Kristus, dihancurkan oleh 

kekuasaan Romawi, yang dilambangkan (Dan. 2:40) de-

ngan kaki besi, sama seperti di sini dengan gada besi. 

Hal ini digenapi secara lebih jauh lagi dalam kehancur-

an kekuasaan-kekuasaan kafir, saat   agama Kristen 

mulai didirikan. Namun, ini tidak akan sepenuhnya di-

genapi sampai semua pemerintahan, kekuasaan, dan 

kekuatan yang menentang akan dikalahkan sampai 

tuntas (1Kor. 15:24; 110:5-6). Amatilah, betapa berkua-

sanya Kristus dan betapa lemahnya musuh-musuh ke-

rajaan-Nya di hadapan Dia. Dia memiliki gada besi un-

tuk meremukkan orang-orang yang tidak mau tunduk 

pada tongkat emas-Nya. Mereka hanyalah seperti tem-

bikar tukang periuk di hadapan-Nya, dapat dipecahkan 

berkeping-keping oleh-Nya dengan begitu saja, dengan 

mudah, dan tanpa bisa dibetulkan lagi (Why. 2:27). 

“Engkau akan melakukannya, maksudnya, Engkau 

akan mendapat izin untuk melakukannya.” Lebih baik 

bangsa-bangsa dihancurkan daripada jemaat Injil tidak 

didirikan dan ditegakkan. Aku ini mengasihi engkau, 

maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu (Yes. 

43:4). “Engkau akan mempunyai kuasa untuk melaku-

kannya. Tidak ada seorang pun yang akan dapat tahan 

berdiri di hadapan-Mu, dan Engkau akan melakukan-

nya dengan berhasil.” Orang-orang yang tidak mau tun-

duk akan hancur 

Kitab Mazmur 2:10-12 

 27

Dalam menyanyikan mazmur ini, dan mendoakannya, kita harus 

memberikan kemuliaan kepada Kristus sebagai Anak Allah yang 

kekal dan Tuhan kita yang benar. Hendaknya kita terhibur janji ini, 

dan turut menyerukannya kepada Allah, supaya Kerajaan Kristus di-

perluas dan berdiri mantap, dan menang atas segala perlawanan.  

Peringatan terhadap Musuh-musuh Mesias 

(2:10-12) 

10 Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajar-

an, hai para hakim dunia! 11 Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan 

ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, 12 supaya Ia jangan murka dan kamu 

binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah se-

mua orang yang berlindung pada-Nya. 

Di sini kita mendapati penerapan dari ajaran Injil mengenai Kerajaan 

Mesias, melalui ajakan kepada raja-raja dan para hakim dunia. Me-

reka mendengar bahwa sia-sialah melawan pemerintahan Kristus. 

Oleh sebab itu, biarlah mereka menjadi bijak bagi diri mereka sendiri 

sehingga tunduk kepadanya. Ia berkuasa untuk menghancurkan me-

reka, namun Ia tidak senang dengan kehancuran mereka, dan sebab   

itu Ia menunjukkan jalan supaya mereka bisa berbahagia (ay. 10). 

Orang-orang yang ingin menjadi bijak harus diajar; dan orang akan 

sungguh menjadi bijak bila menerima ajaran dari firman Allah. Raja-

raja dan para hakim berdiri sama tinggi dengan orang-orang biasa di 

hadapan Allah. Mereka harus saleh seperti orang lain. Orang-orang 

yang memberi hartikel  m dan penghakiman kepada orang lain harus 

menerima hartikel  m dari Kristus, dan mereka berhikmat jika melaku-

kannya. Apa yang dikatakan kepada mereka dikatakan kepada se-

mua orang, dan dituntut dari setiap kita. Hanya saja, perkataan ini 

ditujukan kepada raja-raja dan para hakim sebab   pengaruh teladan 

mereka akan berdampak pada bawahan-bawahan mereka, dan juga 

sebab   merekalah orang-orang besar dan berkuasa yang menentang 

pendirian Kerajaan Kristus (ay. 2).  

Kita dinasihati,    

I.  Untuk menghormati Allah dan takut akan Dia (ay. 11). Ini meru-

pakan kewajiban besar dari agama alamiah. Allah itu besar, tak 

terhingga melampaui kita, adil dan kudus, dan amarah-Nya bang-

kit melawan kita, dan sebab   itu kita harus takut akan Dia dan 


 28

gemetar di hadapan-Nya. Walaupun demikian, Ia juga Tuan dan 

Guru kita, dan kita wajib melayani-Nya, Sahabat dan Pemberi 

kita, dan kita mempunyai alasan untuk bersukacita di dalam Dia. 

Semuanya ini sangat selaras satu sama lain, sebab,  

1. Kita harus melayani Allah dengan menjalankan segala ketetap-

an ibadah dan penyembahan, dan dengan bertingkah laku 

saleh. Ini dilakukan dengan rasa takut yang kudus, merendah-

kan diri kita sendiri, dan mengutamakan segala hormat ke-

pada-Nya. Bahkan raja-raja sendiri, yang dilayani dan ditakuti 

oleh orang lain, harus melayani dan takut kepada Allah. Jarak 

antara mereka dan Allah begitu jauh tak terhingga, sama se-

perti jarak antara hamba-hamba mereka yang paling hina 

dengan Dia.  

2.  Kita harus bersukacita di dalam Allah. Di dalam kepatuhan 

terhadap-Nya, kita dapat bersukacita atas hal-hal lain, tetapi 

tetap dengan rasa gentar yang kudus, sebab kita harus sadar 

bahwa Dia yaitu   Allah yang mulia dan pencemburu, yang 

mata-Nya selalu tertuju kepada kita. Keselamatan kita harus 

dikerjakan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Kita harus 

bersukacita saat mendapati Kerajaan Kristus didirikan, tetapi 

harus bersukacita dengan gentar, dengan rasa takjub yang 

kudus akan Dia. Jangan kita lalai untuk bersukacita dengan 

rasa takut yang kudus bagi diri kita sendiri, dan juga bagi 

banyak jiwa yang berharga, yang bagi mereka Injil dan keraja-

an-Nya merupakan bau kematian yang mematikan. Dalam hal 

apa pun kita bersukacita di dalam dunia ini, haruslah kita 

rasakan dengan gentar, supaya jangan kita menjadi sia-sia 

dalam bersukacita dan menjadi sombong dengan hal-hal yang 

membuat kita bersukacita itu. Semua hal itu tidaklah pasti, 

seperti kabut yang sewaktu-waktu sebab   seribu macam ke-

jadian akan datang menutupi sukacita kita itu. Bergembira 

dengan gemetar yaitu   bergembira seolah-olah kita tidak ber-

gembira (1Kor. 7:30).     

II. Untuk menyambut Yesus Kristus dan menyerahkan diri kita ke-

pada-Nya (ay. 12). Ini merupakan kewajiban besar dalam agama 

Kristen. Inilah yang disyaratkan dari semua orang, bahkan raja-

raja dan para hakim, dan ini penting kita lakukan, dan kita ber-

hikmat jika melakukannya.  

Kitab Mazmur 2:10-12 

 29

Amatilah di sini: 

1.  Perintah yang diberikan untuk tujuan ini: Ciumlah kaki-Nya 

(KJV: “Ciumlah Sang Anak” – pen.). Kristus disebut Sang Anak 

sebab   Ia memang dinyatakan demikian (ay. 7), Anak-Ku 

Engkau. Dia yaitu   Anak Allah melalui kelahiran kekal, dan, 

sebab   alasan itu, Dia harus dipuja oleh kita. Dia yaitu   Anak 

Manusia (yaitu Sang Pengantara, Yoh. 5:27), dan, sebab   

alasan itu, Ia harus diterima dan ditaati. Dia disebut Sang 

Anak, untuk mencakup kedua pengertian tadi, seperti Allah 

sering kali disebut dengan tegas sebagai Bapa, sebab   Dia 

yaitu   Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, dan sekaligus Bapa 

kita juga di dalam Kristus, dan kita harus memandang-Nya 

sesuai dengan kedua hubungan itu. Kewajiban kita kepada 

Kristus diungkapkan di sini secara kiasan: Ciumlah kaki-Nya, 

bukan dengan ciuman khianat, seperti Yudas mencium-Nya. 

Juga tidak seperti yang dilakukan semua orang munafik, yang 

berpura-pura menghormati-Nya, tetapi sebenarnya menghina 

Dia. Melainkan, dengan ciuman percaya. 

(1) Dengan ciuma