Mazmur-1-50 2
n saling sepakat dan saling damai. Ciumlah
Dia, dan jadilah teman, seperti Yakub dan Esau. Biarlah
perselisihan antara kita dan Allah berakhir. Biarlah tindak
permusuhan berhenti, dan marilah kita berdamai dengan
Allah di dalam Kristus, yang yaitu damai sejahtera kita.
(2) Dengan ciuman pemujaan dan ibadah yang saleh. Orang-
orang yang menyembah berhala menciumnya (1Raj. 19:18;
Hos. 13:2). Marilah kita giat dalam memberi penghormatan
kepada Tuhan Yesus, dan memberikan kepada-Nya kemu-
liaan yang sudah sepantasnya menjadi milik nama-Nya.
Dialah Tuanmu! Sujudlah kepadanya! (45:12). Kita harus
menyembah Anak Domba, dan juga Dia yang duduk di atas
takhta (Why. 5:9-13).
(3) Dengan ciuman sayang dan kasih tulus: Ciumlah kaki-
Nya. Masuklah ke dalam perjanjian persahabatan dengan-
Nya, dan biarlah Dia menjadi pribadi mulia dan berharga
bagi engkau. Cintailah Dia melebihi segalanya, cintailah
Dia dengan tulus hati, cintailah Dia dengan sangat, seperti
yang dilakukan perempuan yang banyak diampuni itu,
30
yang mencium kaki-Nya sebagai tanda kasihnya kepada
Dia (Luk. 7:38).
(4) Dengan ciuman persekutuan dan kesetiaan, seperti Samuel
mencium Saul (1Sam. 10:1). Bersumpahlah untuk selalu
setia dan tunduk kepada-Nya, takluk pada pemerintahan-
Nya, pikullah kuk-Nya, dan serahkanlah dirimu untuk
diatur oleh hartikel m-hartikel m-Nya, bergantung pada pemeli-
haraan-Nya, dan sepenuhnya mengabdi pada kepentingan-
Nya.
2. Alasan-alasan yang meneguhkan perintah ini. Alasan-alasan
ini bersumber dari kepentingan kita sendiri, yang mendapat
perhatian penuh dari Allah sendiri, seperti yang ditunjukkan-
Nya di dalam Injil-Nya.
Cermatilah baik-baik:
(1) Kehancuran yang pasti akan menimpa kita jika kita meno-
lak dan menyangkal Kristus: Ciumlah kaki-Nya, sebab
kamu sendiri yang akan binasa jika tidak melakukannya.
[1] Dia sungguh akan marah jika kamu tidak melakukan-
nya. Lakukanlah itu, supaya Ia jangan murka. Bapa
sudah murka. Sang Anak yaitu Pengantara yang
mengusahakan perdamaian. Jika kita meremehkan
Sang Anak, maka murka Bapa tetap ada di atas kita
(Yoh. 3:36). Dan bukan itu saja, murka Sang Anak akan
ditambahkan juga, sebab bagi-Nya tidak ada yang
lebih memurkainya selain daripada jika tawaran anuge-
rah-Nya diremehkan dan rancangan-rancangan anuge-
rah-Nya dikacaukan. Anak bisa murka, meskipun Ia
yaitu Anak Domba. Dia yaitu singa dari Yehuda, dan
murka sang raja ini, Raja segala raja ini, akan seperti
auman singa, menghalau orang-orang perkasa dan
panglima-panglima perang, dan sia-sia saja mereka
mencari tempat perlindungan di balik batu-batu karang
dan gunung-gunung (Why. 6:16). Jika Sang Anak mur-
ka, siapa lagi yang akan melakukan pengantaraan bagi
kita? Tidak ada lagi korban, tidak ada lagi nama lain
yang olehnya kita bisa diselamatkan. Ketidakpercayaan
merupakan dosa melawan obat penawar.
Kitab Mazmur 2:10-12
31
[2] Kalau kita tidak mencium kaki-Nya, ini akan menjadi
kehancuran total bagi diri kita sendiri: Supaya kamu
jangan binasa oleh sebab jalan, atau di jalan (begitulah
menurut sementara orang), di jalan dosa-dosamu, dan
oleh sebab jalan segala pengharapanmu yang sia-sia.
Supaya jalanmu jangan binasa (seperti dalam pasal 1:6),
supaya kamu jangan kehilangan jalan menuju kebaha-
giaan. Kristus yaitu jalan. Berjaga-jagalah supaya ja-
ngan kamu diputuskan dari Dia sebagai jalanmu menu-
ju Allah. Ini menunjukkan bahwa kita seolah-olah, atau
setidak-tidaknya menurut sangkaan kita, sudah berada
di jalan yang benar. Namun, dengan mengabaikan Kris-
tus, kita binasa oleh sebab nya, dan ini semakin mem-
perparah kehancuran kita, sebab mengalihkan kita ke
neraka dari jalan menuju ke sorga. Kita tidak jauh dari
Kerajaan Allah, namun tidak pernah sampai di sana.
(2) Kebahagiaan yang pasti akan kita dapat jika kita menyerah
kepada Kristus. Apabila murka-Nya menyala, meskipun ha-
nya sedikit, percikan terkecil dari api itu sudah cartikel p un-
tuk membuat orang berdosa yang paling congkak men-
derita sengsara, bila api itu mencengkeram hati nuraninya.
Percikan api itu akan membakar sampai ke neraka yang
paling bawah. Dengan demikian, orang pasti akan berpikir
bahwa Apabila murka-Nya menyala, maka terkutuklah
orang-orang yang menghina-Nya. Akan tetapi, si pemaz-
mur merasa ngeri memikirkannya, dan berusaha menghin-
darkan ajal yang mengerikan itu. Ia menyampaikan berkat
bagi orang-orang yang terhindar darinya. Orang-orang yang
percaya kepada-Nya, dan dengan demikian mencium-Nya,
benar-benar berbahagia. Mereka akan tampak demikian
terutama saat murka Kristus menyala melawan orang
lain. Diberkatilah orang-orang pada hari murka Tuhan jika
mereka, dengan percaya kepada Kristus, telah membuat-
Nya sebagai tempat perlindungan dan pelindung mereka;
saat hati orang lain menjadi kecut sebab takut, mereka
akan menengadahkan kepala mereka dengan sukacita.
Saat itulah dengan kebingungan yang besar orang-orang
yang sekarang merendahkan Kristus dan para pengikut-
Nya dengan terpaksa akan berkata, Sekarang tahulah
32
kami bahwa berbahagialah semua orang, dan hanya mere-
ka saja, yang berlindung pada-Nya.
Dalam menyanyikan mazmur ini, dan mendoakannya, hati kita
haruslah dipenuhi dengan sikap hormat yang kudus terhadap Allah,
tetapi juga ditopang dengan keyakinan yang ceria dalam Kristus,
yang melalui kepengantaraan-Nya kita dapat menghibur dan men-
dorong diri kita sendiri dan juga satu sama lain. Kitalah orang-orang
bersunat, yang bermegah dalam Kristus Yesus.
PASAL 3
eperti mazmur sebelumnya, melalui pelambang Daud yang diang-
kat ke takhta, menunjukkan kepada kita martabat rajawi Sang
Penebus. Demikian pula mazmur ini, melalui contoh Daud di dalam
kesusahan, menunjukkan kepada kita damai dan keamanan kudus
orang-orang yang ditebus, betapa mereka benar-benar aman, seperti
yang dipikirkan mereka, di bawah perlindungan ilahi. Daud, sebab
sekarang terusir dari istananya, dari kota raja, dari kota suci, oleh
Absalom anaknya yang memberontak,
I. Mengeluh kepada Allah tentang musuh-musuhnya (ay. 2-3).
II. Mengandalkan Allah, dan membesarkan hatinya di dalam Dia
sebagai Allahnya, kendati dengan semua masalah itu (ay. 4).
III. Mengingat kembali kepuasan yang pernah dirasakannya
melalui jawaban-jawaban penuh rahmat dari Allah atas doa-
doanya, dan pengalamannya akan kebaikan Allah terhadap-
nya (ay. 5-6).
IV. Menang atas ketakutan-ketakutannya (ay. 7) dan atas mu-
suh-musuhnya, yang ditentangnya di dalam doanya (ay. 8).
V. Memuliakan Allah dan menghibur dirinya sendiri dengan
penghiburan yang datang melalui berkat dan keselamatan
ilahi yang pasti diterima oleh semua umat Allah (ay. 9).
Hanya mereka yang berbicara berdasarkan pengalaman saja yang
benar-benar bisa berbicara tentang kebenaran-kebenaran Allah.
Demikianlah Daud di sini, berdasarkan pengalamannya ia berbicara
tentang kuasa dan kebaikan Allah, dan tentang keamanan serta kete-
nangan orang-orang saleh.
S
34
Kesusahan dan Keyakinan
(3:1-4)
1 Mazmur Daud, saat ia lari dari Absalom, anaknya. 2 Ya TUHAN, betapa
banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; 3 banyak
orang yang berkata tentang aku: Baginya tidak ada pertolongan dari pada
Allah. S e l a 4 Tetapi Engkau, TUHAN, yaitu perisai yang melindungi aku,
Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.
Judul mazmur ini dan banyak mazmur lain yaitu seperti kunci yang
sudah tergantung pada pintu, siap untuk membukanya, dan mem-
persilakan kita untuk menikmati penghiburan-penghiburan yang ada
di baliknya. Jika kita tahu untuk kesempatan apa sebuah mazmur
ditulis, maka kita akan tahu dengan lebih baik bagaimana mengurai-
kannya. Mazmur ini disusun, atau setidak-tidaknya isinya direnung-
kan dan dicerna dalam pikiran Daud, dan dipersembahkan kepada
Allah, saat ia melarikan diri dari Absalom anaknya, yang mengada-
kan persekongkolan melawannya, untuk merenggut bukan hanya
takhtanya tetapi juga hidupnya. Kisah ini ada dalam 2 Samuel 15:1-
16, dst.
1. Daud sungguh ada dalam keadaan yang sangat berduka saat itu.
Dalam pelariannya, ia mendaki bukit Zaitun, menangis tersedu-
sedu, dengan kepala berselubung dan berjalan tanpa alas kasut.
Walaupun dalam keadaan begitu rupa, masih juga ia mengarang
mazmur yang menghibur ini. Ia menangis dan berdoa, menangis
dan bernyanyi, menangis dan percaya. Inilah yang dinamakan
menabur dengan air mata. Adakah di antara kita yang menderita?
Baiklah ia berdoa. Bahkan, baiklah ia menyanyikan mazmur-maz-
mur, baiklah ia menyanyikan mazmur ini. Adakah di antara kita
yang menderita oleh sebab anak-anak yang tidak patuh dan
taat? Daud merasakannya. Namun hal itu tidak menghalang-ha-
langi sukacitanya di dalam Allah, atau membuatnya tidak bergai-
rah menyanyikan nyanyian-nyanyian suci.
2. Ia sedang ada dalam bahaya besar saat itu. Persekongkolan mela-
wannya sudah matang, pihak yang berusaha menghancurkannya
sangatlah menakutkan, dan masalah ini sungguh tak terperikan,
sebab anaknya sendiri yang berada di depan semuanya ini. Na-
mun, pada saat itu ia tetap menaruh hatinya kepada Allah dan se-
makin menguatkan diri di dalamnya. Marabahaya dan ketakutan
haruslah mendorong kita kepada Allah, bukan malah menghalau
kita menjauh dari-Nya.
Kitab Mazmur 3:1-4
35
3. Amarahnya kini semakin disulut oleh orang-orang yang justru
dari mereka ia mempunyai alasan untuk mengharapkan hal-hal
yang lebih baik, dari anaknya, yang sangat disayanginya, dan dari
rakyatnya, yang bagi mereka ia sudah menjadi berkat yang begitu
besar. Hal ini tidak bisa tidak dibencinya, dan itu sudah cartikel p
membuat orang lepas kendali. Namun, ia sama sekali tidak ter-
jebak untuk mengungkapkan kemarahan dan kebencian dengan
cara yang tidak baik, malah ia cartikel p tenang sehingga bisa men-
jalankan tindakan-tindakan ibadah yang menuntut ketetapan hati
dan kebebasan pikiran yang besar. Ketenangan pikirannya ditun-
jukkan melalui Roh yang mendatanginya, sebab Roh memilih ber-
gerak di atas permukaan air yang tenang. Janganlah ketidakbaik-
an, bahkan dari seorang anak atau teman sekalipun, begitu
merampas hati kita sampai membuat kita menjadi tidak layak
bersekutu dengan Allah.
4. Ia kini sedang menderita sebab dosanya yang menyangkut masa-
lah Uria. Inilah malapetaka yang, oleh sebab dosa itu, akan di-
timpakan Allah ke atasnya, yang datang dari kaum keluarganya
sendiri (2Sam. 12:11). Tidak diragukan lagi, ia sangat menyadari
hal ini dan berusaha memperbaharui pertobatannya dari dosa itu.
Namun demikian, ia tidak membuang keyakinannya akan kuasa
dan kebaikan ilahi, ataupun merasa putus asa untuk mengharap-
kan pertolongan. Dukacita kita sebab dosa sekalipun janganlah
menghalang-halangi sukacita kita di dalam Allah atau pengharap-
an kita di dalam Dia.
5. Tampaknya ia bertindak pengecut dengan melarikan diri dari
Absalom dan meninggalkan kota kerajaannya, tanpa bertempur.
Namun, dari mazmur ini, tampak bahwa sebenarnya ia penuh
dengan keberanian sejati yang timbul dari imannya kepada Allah.
Kekuatan Kristen yang sejati lebih terdapat dalam keamanan dan
ketenangan pikiran yang berasal dari Tuhan, dalam menahan dan
menanti dengan sabar, daripada dalam keberanian nekat yang
mengandalkan pedang di tangan.
Dalam ayat 2 sampai 4 ini Daud mengadu kepada Allah. Ke mana
lagi kita harus mengadu selain kepada-Nya apabila ada yang mem-
buat kita sedih atau takut? Kini Daud berada jauh dari rumahnya
sendiri, dan dari pelataran rumah Allah, di mana dulu ia biasa ber-
doa. Namun begitu, ia masih bisa menemukan sebuah jalan terbuka
36
menuju sorga. Di mana pun kita berada, kita bisa mendapatkan jalan
untuk menemui Allah, dan dapat datang mendekat kepada-Nya ke
mana pun kita dihalau. Daud, dalam pelariannya, menghadap Allah-
nya,
I. Dengan mengungkapkan kesusahannya (ay. 1-2). Ia melihat ke
sekelilingnya, seolah-olah sedang memandangi perkemahan mu-
suh-musuhnya, atau menerima kabar tentang rancangan-ran-
cangan mereka melawannya, dan membawakannya kepada Allah,
dan bukan kepada dewan penasihatnya sendiri. Dua hal yang di-
keluhkannya, mengenai musuh-musuhnya:
1. Bahwa mereka sangat banyak: Ya TUHAN, betapa banyaknya
lawanku! melebih jumlah mereka pada waktu pertama kali,
dan melampaui jumlah yang dapat diperkirakannya. Golongan
Absalom, seperti bola salju, secara mengherankan berkumpul
semakin banyak saat menggelinding. Ia mengatakannya de-
ngan penuh keheranan, dan pantas saja demikian, bahwa
rakyat yang dalam banyak hal sudah berutang budi kepada-
nya, kini hampir semuanya hendak menggulingkannya, mem-
berontak melawannya, dan memilih orang muda yang bodoh
dan sembrono seperti Absalom sebagai pemimpin mereka.
Betapa rapuh dan mudah tertipunya banyak orang! Betapa
sedikitnya kesalehan serta kesetiaan ditemukan di antara ma-
nusia! Daud sudah memenangkan hati rakyatnya, lebih dari
raja-raja lain, namun sekarang, secara tiba-tiba ia kehilangan
mereka. Sama seperti rakyat tidak boleh terlalu percaya pada
bangsawan (146:3), demikian pula bangsawan janganlah ter-
lalu mengandalkan rakyat dalam menjalankan kepentingan-
nya. Kristus, Anak Daud, mempunyai banyak musuh. saat
orang banyak datang untuk menangkap-Nya, pada saat rakyat
berteriak, Salibkanlah Dia, salibkanlah Dia, betapa pada saat
itu bertambah banyak orang yang menyusahkan-Nya! Orang
baik sekalipun tidak boleh merasa aneh jika arus mengalir
menentang mereka dan kuasa-kuasa yang mengancam mereka
semakin lama semakin menakutkan.
2. Bahwa mereka begitu penuh kebencian. Mereka bangkit mela-
wannya. Mereka berusaha menyusahkan dia. Tetapi ini belum
semuanya: mereka mengatai jiwanya, Baginya tidak ada per-
tolongan dari pada Allah. Maksudnya,
Kitab Mazmur 3:1-4
37
(1) Mereka mereka-reka hal yang keji dan menyakitkan ten-
tang kesusahannya, seperti yang diperbuat teman-teman
Ayub terhadapnya. Dengan menyimpulkan bahwa, sebab
hamba-hamba dan rakyatnya meninggalkan dia begitu saja
dan tidak membantunya, maka itu berarti Allah telah me-
ninggalkan dia dan tidak menghiraukan perkaranya, dan
oleh sebab itu ia harus dipandang, atau lebih tepatnya di-
abaikan saja, sebagai orang munafik dan orang fasik.
(2) Dengan menghujat Allah, dengan berpikir bahwa Allah
tidak mampu melepaskan Daud. Bahayanya begitu besar
sehingga Allah sendiri tidak bisa menolongnya. Sungguh
aneh bahwa ketidakpercayaan yang begitu besar seperti ini
bisa didapati di dalam diri seseorang, terutama dalam diri
banyak orang, di Israel, sampai-sampai mereka berpikir
bahwa golongan manusia tertentu menjadi terlalu kuat
untuk dihadapi oleh Yang Mahakuasa.
(3) Mereka berusaha menggoncangkan keyakinannya kepada
Allah dan merongrong dia supaya putus asa dalam meng-
harapkan kelegaan dari-Nya: Mereka telah mengatakannya
kepada jiwaku; demikianlah kita bisa membacanya (bdk.
11:1; 42:11). Hal ini yang paling membuatnya merasa ber-
duka, bahwa mereka mempunyai pandangan yang begitu
buruk tentang dia sampai-sampai berpikir bisa menggoyah-
kannya dari dasar itu. Godaan semata sudah merupakan
partikel lan baginya, duri dalam dagingnya, bahkan, tikaman
maut ke dalam tulangnya. Perhatikanlah, seorang anak
Allah pasti merasa ngeri bila membayangkan bahwa tidak
ada lagi pertolongan baginya dari Allah. Tidak ada lagi yang
bisa membuat hatinya susah selain bila kita berhasil
membujuknya bahwa baginya tidak ada pertolongan dari
Allah. Daud datang kepada Allah, dan menceritakan ke-
pada-Nya apa yang dikatakan musuh-musuhnya tentang
dia, seperti Hizkia yang membeberkan di hadapan Tuhan
perkataan yang menghujat dari si juru minuman agung itu.
Mereka berkata, bagiku tidak ada pertolongan dari-Mu.
Tetapi, Tuhan, jika benar demikian, maka binasalah aku
ini. Mereka berkata kepada jiwaku, tidak ada keselamatan
(sebab begitulah arti kata yang digunakan di sini) baginya
di dalam Tuhan. Tetapi, Tuhan, Engkau berkata kepada
38
jiwaku, Akulah keselamatanmu! (35:3), dan itu sudah
membuat hatiku puas, dan pada waktunya akan mem-
bungkam mulut mereka. Ke dalam keluhan ini, ia menam-
bahkan Sela, yang muncul kira-kira tujuh puluh kali dalam
Kitab Mazmur. Sebagian orang menghubungkan sela seba-
gai musik yang, pada masa Daud, mengiringi mazmur-maz-
mur yang dinyanyikan. Sebagian lagi merujuk sela sesuai
pengertiannya, yaitu sebagai sebuah catatan yang me-
nyuruh agar kita mengambil waktu untuk mengheningkan
cipta sejenak. Sela Camkan itu, atau, Berhenti di situ,
dan renungkanlah sebentar. Seperti di sini, mereka ber-
kata, baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah, Sela.
Ambillah waktu untuk merenungkan pemikiran seperti ini.
Enyahlah Iblis. Kiranya Tuhan menghardik engkau! Enyah-
lah dengan pemikiran yang keji seperti itu!
II. Dengan pengakuan akan kebergantungannya kepada Allah (ay. 3).
Seorang percaya yang imannya hidup, semakin ia dihantam oleh
Allah, entah melalui teguran-teguran Pemeliharaan ilahi atau
penghinaan-penghinaan musuh, semakin erat ia menggenggam-
Nya dan semakin melekat ia kepada-Nya. Demikianlah yang
terjadi dengan Daud di sini, saat musuh-musuhnya berkata,
baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah, ia berseru de-
ngan semakin yakin lagi, Tetapi Engkau, TUHAN, yaitu perisai
yang melindungi aku. Biar saja mereka berkata sesuka hati, tetapi
aku yakin, Engkau tidak akan pernah meninggalkan aku, dan
aku sungguh tidak akan pernah meragukan-Mu. Lihatlah siapa
Allah itu sekarang bagi umat-Nya, siapa Dia nanti, siapakah Dia
sesuai dengan pengalaman mereka, dan apa yang dialami Daud di
dalam Dia.
1. Keamanan: Engkau yaitu perisai yang melindungi aku, peri-
sai di sekelilingku (menurut sebagian orang), untuk meng-
amankanku dari segala arah, sebab musuh-musuhku menge-
pung aku. Bukan hanya sekadar perisaiku (Kej. 15:1), yang
menunjukkan perhatian akan perlindungan ilahi, tetapi juga
perisai yang melindungiku, yang menunjukkan keuntungan
dari perlindungan itu yang dirasakan pada saat sekarang.
2. Kehormatan: Engkaulah kemuliaanku. Orang-orang yang dia-
kui Allah sebagai kepunyaan-Nya tidaklah sekadar aman dan
Kitab Mazmur 3:1-4
39
tenang, tetapi benar-benar terlihat hebat, dan sungguh-sung-
guh terhormat, jauh melampaui kehormatan yang dibangga-
banggakan oleh para pembesar di bumi. Daud kini sedang
terhina. Mahkota telah jatuh dari kepalanya. Akan tetapi, tak
sekalipun ia akan berpikiran buruk tentang dirinya sendiri
selama ia memiliki Allah sebagai kemuliaannya (Yes. 60:19).
Engkaulah kemuliaanku. Kemuliaan-Mu kuanggap sebagai
kemuliaanku sendiri (begitu menurut sebagian orang). Inilah
yang kutuju dan yang sangat kuingini. Tidak peduli apa yang
akan terjadi pada nasib dan kehormatanku, yang aku peduli
hanyalah supaya aku bisa menjadi kenamaan dan puji-pujian
bagi Allahku.
3. Sukacita dan kelepasan: Engkaulah yang mengangkat kepala-
ku. Engkau akan mengangkat kepalaku keluar dari permasa-
lahanku, dan memulihkan aku ke dalam martabatku lagi, pa-
da waktunya. Atau, setidak-tidaknya, Engkau akan menegak-
kan kepalaku di dalam segala permasalahanku, sehingga aku
tidak akan kendor atau berkecil hati, dan juga jiwaku tidak
akan lemah terkulai. Jika dalam masa-masa terburuk umat
Allah dapat mengangkat kepala mereka dengan sukacita, de-
ngan mengetahui bahwa segala sesuatu bekerja demi kebaikan
mereka, maka mereka akan mengakui bahwa Allah-lah yang
mengangkat kepala mereka, yang memberi mereka baik itu
alasan maupun hati untuk bersukacita.
Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, kita harus
awas bahwa kita sedang ada dalam bahaya yang datang dari orang
banyak dan dari kebencian musuh-musuh rohani kita. Mereka ini
berusaha menghancurkan jiwa kita dengan menjauhkan kita dari
Allah kita. Kita juga harus peduli terhadap kesusahan dan bahaya
yang mengancam jemaat Allah, yang ditentang dan diperangi di
mana-mana. Namun, dalam semuanya ini kita harus menguatkan
hati kita di dalam Allah kita, sebab Dia sendirilah yang mempunyai
kepentingan di dalam dunia ini dan di dalam hati umat-Nya, dan oleh
sebab itu, Ia pula yang akan melindungi dan memahkotai kepenting-
an-Nya sendiri pada waktunya, baik di dalam dunia ini maupun di
dalam hati umat-Nya.
40
Keyakinan kepada Allah
(3:5-9)
5 Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari
gunung-Nya yang kudus. S e l a. 6 Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku
bangun, sebab TUHAN menopang aku! 7 Aku tidak takut kepada puluhan
ribu orang yang siap mengepung aku. 8 Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku,
ya Allahku! Ya, Engkau telah memartikel l rahang semua musuhku, dan mema-
tahkan gigi orang-orang fasik. 9 Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu
atas umat-Mu! S e l a.
Hati Daud diaduk-aduk oleh kemarahan akan musuh-musuhnya,
tetapi hatinya tetap teguh berpaut kepada Allah sebagai Allahnya.
Dengan begitu, ia mendapat penghiburan, saat ia memandang ke
atas. Padahal jika ia melihat di sekelilingnya, yang tampak hanyalah
hal-hal yang mengecilkan hati. Kini, dalam ayat-ayat di atas ia meli-
hat ke belakang, merenung kembali dengan rasa senang akan keun-
tungan yang telah diperolehnya dengan percaya kepada Allah. Kemu-
dian ia melihat ke depan dengan harapan-harapan yang penuh peng-
hiburan, cerah dan membahagiakan, bahwa masa kegelapan yang
tengah meliputinya saat ini tidak lama lagi akan berlalu.
I. Lihatlah betapa hatinya sangat terhibur saat ia melihat ke bela-
kang akan persekutuannya dengan Allah, dan akan kebaikan-ke-
baikan yang Allah berikan kepadanya, entah dalam permasalahan
yang dulu menimpanya, dan yang telah berhasil dilaluinya berkat
kebaikan Allah, atau dalam permasalahan pada saat ini. Daud
telah dilatih dengan banyak kesulitan, sering kali ditindas dan
ditekan serendah-rendahnya. Namun, tetap saja ia mendapati
bahwa Allah itu mahamencartikel pi. Sekarang ia ingat dengan se-
nang hati,
1. Bahwa permasalahan-permasalahannya selalu membawanya
berlutut. Bahwa dalam semua kesulitan dan bahaya, ia telah
dimampukan untuk mengakui Allah dan mengangkat hatinya
kepada-Nya, serta suaranya juga: Dengan nyaring aku berseru
kepada TUHAN. Saat kita merenungkan hal ini saat sedang
dilanda masalah, kita sungguh akan terhibur. Kecemasan dan
kesedihan membawa kebaikan, dan bukan keburukan, kepada
kita apabila itu membuat kita berdoa dan membuat kita khu-
syuk, bukan hanya untuk berbicara kepada Allah, tetapi juga
untuk berseru kepada-Nya, seperti yang dilakukan orang yang
bersungguh-sungguh hati. Allah memang memahami bahasa
Kitab Mazmur 3:5-9
41
hati, saat suara tidak kedengaran (1Sam. 1:13), dan Ia juga
tidak menghargai doa-doa yang penuh kemunafikan dari
orang-orang yang ingin agar suara mereka didengar di tempat
tinggi (Yes. 58:4), vox et præterea nihil hanya suara belaka.
Namun, apabila suara yang penuh kesungguhan datang dari
hati yang menyala-nyala, maka itu akan diperhatikan dan di-
terima bahwa kita berseru kepada Allah dengan suara kita.
2. Bahwa ia selalu mendapati Allah siap menjawab doa-doanya:
Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus, dari sorga,
tempat yang tinggi dan kudus, dari tabut di bukit Sion, dari
tempat mana Ia biasa memberi jawaban kepada orang-orang
yang mencari-Nya. saat melarikan diri dari Absalom, Daud
menyuruh Zadok untuk membawa tabut Allah kembali ke kota
(2Sam. 15:25), sebab ia tahu bahwa Allah tidak terikat. Tidak
oleh tabut kehadiran-Nya sekalipun. Dan memang, meskipun
ada masalah dengan jarak, ia tetap bisa dengan iman mene-
rima jawaban-jawaban damai sejahtera dari gunung kudus itu.
Hal-hal seperti ini tidak dapat membentangkan jurang pemi-
sah di antara penyampaian-penyampaian anugerah Allah ke-
pada kita dan pekerjaan-pekerjaan anugerah-Nya di dalam diri
kita. Tidak juga di antara kebaikan-Nya dan iman kita. Tabut
perjanjian terletak di bukit Sion, dan segala jawaban bagi doa-
doa kita datang dari janji-janji yang termuat dalam perjanjian
itu. Kristus dilantik di gunung Sion yang kudus (2:6), dan mela-
lui Dialah, yang selalu didengar Bapa, doa-doa kita didengar.
3. Bahwa ia selalu sangat aman dan nyaman berada di bawah
perlindungan ilahi (ay. 6): Aku membaringkan diri, lalu tidur,
tenang dan diam; dan aku bangun dengan segar, sebab TUHAN
menopang aku!
(1) Hal ini berlaku atas semua belas kasih biasa yang kita te-
rima setiap malam, dan untuk itu kita harus mengucap
syartikel r secara pribadi dan dengan keluarga kita setiap
pagi. Banyak orang tidak mempunyai tempat untuk mele-
takkan kepala mereka (dan hanya berkeliaran di padang
gurun), atau, jika mereka memilikinya, mereka tidak berani
berbaring sebab takut musuh. Tetapi, kita telah memba-
ringkan diri dalam damai. Banyak orang berbaring namun
tidak bisa tidur, bolak-balik kiri kanan hingga fajar tiba,
sebab tubuh yang sakit atau pikiran yang tersiksa, atau
42
ketakutan yang terus mencekam sepanjang malam. Tetapi,
kita berbaring dan tidur dalam rasa aman, meskipun pada
saat itu tidak mampu berbuat apa pun untuk menjaga diri
kita sendiri. Banyak orang berbaring dan tidur, namun
tidak pernah bangun kembali. Mereka tidur sampai mati,
seperti anak-anak sulung orang Mesir. Tetapi, kita berba-
ring dan tidur, dan akan bangun kembali menyongsong
terang dan penghiburan dari hari yang baru. Lantas, dari
manakah semuanya ini selain sebab Tuhan telah meno-
pang kita dengan tidur sama seperti dengan makanan? Kita
senantiasa aman di bawah perlindungan-Nya dan tenteram
di dalam lengan pemeliharaan-Nya yang baik.
(2) Yang tampak dimaksudkan di sini yaitu ketenangan dan
keteduhan luar biasa pada jiwa Daud, di tengah-tengah
bahaya yang mengintainya. Setelah dengan doa memperca-
yakan dirinya dan perkaranya kepada Allah, dan yakin
akan mendapatkan perlindungan-Nya, hatinya terpancang
teguh, dan ia merasa tenang. Ketidakpatuhan anaknya, ke-
tidaksetiaan para bawahannya, pengkhianatan banyak te-
mannya, bahaya yang mengancam nyawanya, kelelahan
akibat perjalanan jauh, dan ketidakpastian akan apa yang
nanti terjadi, tidak pernah merampas waktu tidurnya atau
mengganggu istirahatnya. Sebab, Tuhan, dengan anugerah
dan penghiburan-penghiburan Roh-Nya, dengan penuh
kuasa menopang dia dan membuatnya tenang. Kita sung-
guh amat beruntung bila dalam menghadapi masalah pikir-
an kita tetap terpatri pada Allah, sebab kita tidak akan
pernah makan atau minum dengan gemetar dan terkejut.
(3) Sebagian penulis kuno menerapkan rasa aman Daud itu
(ay. 6) pada kebangkitan Kristus. Dalam penderitaan-pen-
deritaan-Nya Ia mempersembahkan seruan-seruan nyaring,
dan didengar. Oleh sebab itu, meskipun Ia terbaring dan
terlelap oleh tidur kematian, Ia bangun kembali pada hari
ketiga, sebab Tuhan menopang-Nya, supaya jangan Ia meli-
hat kebinasaan.
4. Bahwa Allah sudah sering kali menghancurkan kuasa musuh-
musuhnya dan menahan kebencian mereka. Ia telah memartikel l
rahang mereka (ay. 8), membungkam mereka dan mengacau-
kan perkataan mereka, menodai mereka dan mempermalukan
Kitab Mazmur 3:5-9
43
mereka, dengan hina memartikel l rahang mereka, melumpuhkan
mereka sehingga mereka tidak dapat melakukan kejahatan
yang telah mereka niatkan. Sebab, ia telah mematahkan gigi
mereka. Saul dan orang-orang Filistin, yang pada saat-saat
tertentu telah siap untuk menelannya, tidak dapat melaksana-
kan apa yang mereka rancangkan. Gigi yang dikertakkan atau
diasah melawan umat Allah akan dihancurkan. saat , kapan
pun itu, kuasa musuh-musuh jemaat tampak mengancam,
baiklah bagi kita untuk mengingat betapa seringnya Allah
telah menghancurkan kuasa itu. Yakinlah selalu bahwa le-
ngan-Nya tidak kurang panjang. Ia bisa menyumbat mulut
mereka dan mengikat tangan mereka.
II. Lihatlah, betapa yakinnya ia menanti-nantikan bahaya-bahaya
yang ia lihat akan datang. Ia selalu menempatkan dirinya di ba-
wah perlindungan Allah dan sering kali mendapatkan keuntungan
darinya.
sebab itu:
1. Segala ketakutannya diredakan dan diteduhkan (ay. 7). Betapa
dengan keyakinan yang kudus ia menantang ancaman-ancam-
an dan usaha-usaha para musuhnya yang tidak berdaya! Aku
tidak takut kepada puluhan ribu orang, tak peduli apakah itu
serbuan orang asing ataupun pemberontakan dari dalam,
yang siap atau berkemah untuk mengepung aku. Tampaknya
tidak ada seorang pun yang lebih tidak aman daripada dia
(musuh-musuhnya sangat banyak, puluhan ribu. Mereka keji
dan gigih. Mereka telah bersiap-siap melawan aku. Bukan itu
saja, mereka telah menang sejauh ini, dan tampak sudah
berhasil, sebab mereka mengepung aku dari segala arah, pu-
luhan ribu melawan satu). Walaupun begitu, tidak ada se-
orang pun merasa lebih aman daripada dia: Aku tidak akan
takut dengan semuanya ini. Mereka tidak dapat menyakiti
aku, dan oleh sebab itu mereka tidak akan bisa membuatku
ketakutan. Apa pun cara-cara bijak yang kupakai untuk men-
jagai diriku sendiri, sekali-kali aku tidak akan membiarkan
diriku gelisah, tidak akan meragukan Allahku, atau bimbang
akan kesudahan yang baik pada akhirnya. saat dalam pela-
riannya dari Absalom, Daud menyuruh Zadok untuk mem-
44
bawa tabut Allah kembali, ia berbicara dengan ragu akan ke-
sudahan dari permasalahannya pada saat itu, sehingga ia
berkata seperti seorang petobat yang rendah hati, inilah aku;
biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya
(2Sam. 15:26). Tetapi sekarang, seperti seorang percaya yang
kokoh, ia berbicara dengan penuh keyakinan dan tidak takut
akan apa yang terjadi. Perhatikanlah, penyerahan diri kepada
Allah yang dilakukan dengan riang hati merupakan jalan un-
tuk memperoleh kepuasan dan keyakinan yang riang gembira
di dalam Allah.
2. Doa-doanya dihidupkan dan didorong (ay. 8). Ia percaya Allah
yaitu Juruselamatnya, namun ia berdoa, dan bahkan, oleh
sebab itulah ia berdoa, bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya
Allahku! Janji-janji keselamatan tidak menggantikan, tetapi
justru mendorong permohonan-permohonan kita untuk men-
dapatkan keselamatan itu. Allah ingin agar kita mencari kese-
lamatan dari-Nya.
3. Imannya muncul sebagai pemenang. Ia memulai mazmur ini
dengan keluhan-keluhan akan kekuatan dan kebencian mu-
suh-musuhnya, tetapi menutupnya dengan kegembiraan yang
meluap-luap dalam kuasa dan anugerah Allahnya. Sekarang ia
melihat ada lebih banyak yang beserta dia daripada yang me-
lawannya (ay. 9). Ada dua kebenaran agung yang dipakainya
untuk membangun keyakinannya dan mendapatkan penghi-
buran:
(1) Bahwa dari TUHAN datang pertolongan. TUHAN mempunyai
kuasa untuk menyelamatkan, betapapun besarnya bahaya
itu. yaitu hak istimewa-Nya untuk menyelamatkan, saat
semua pertolongan dan bantuan lain gagal. Menyelamatkan
yaitu kesenangan-Nya, milik-Nya, dan janji-Nya kepada
orang-orang kepunyaan-Nya, yang keselamatannya datang
bukan dari diri mereka sendiri, tetapi dari Tuhan. Oleh
sebab itu, semua orang yang memiliki Tuhan sebagai Allah
mereka, sesuai dengan segala maksud dan tujuan yang ter-
muat dalam perjanjian baru, yakin akan keselamatan me-
reka. Sebab, Dia yang yaitu Allah mereka yaitu Allah
yang menyelamatkan.
(2) Bahwa berkat-Nya tercurah atas umat-Nya. Ia tidak saja
mempunyai kuasa untuk menyelamatkan mereka, tetapi
Kitab Mazmur 3:5-9
45
juga telah meyakinkan mereka akan maksud-maksud-Nya
yang baik dan penuh rahmat kepada mereka. Dalam fir-
man-Nya, Ia telah menyatakan berkat atas umat-Nya. Dan
kita wajib untuk percaya bahwa berkat itu, sesuai dengan
apa yang difirmankan-Nya, tercurah atas mereka, meski-
pun pengaruh-pengaruhnya tidak kelihatan. sebab itu,
kita dapat menyimpulkan bahwa umat Allah, meskipun
mungkin mengalami penghinaan-penghinaan dan celaan-
celaan dari manusia, pasti diberkati oleh-Nya, yang benar-
benar memberkati, dan oleh sebab itu dapat memerintah-
kan berkat.
Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, kita harus
mengakui kepuasan yang sudah kita rasakan dalam bergantung dan
berserah diri kepada-Nya. Juga, kita harus mendorong diri kita sen-
diri dan saling membesarkan hati satu sama lain untuk terus berha-
rap dan menantikan dengan diam keselamatan dari Tuhan.
PASAL 4
aud yaitu seorang pengkhotbah, pengkhotbah yang luar biasa,
seperti Salomo. Banyak dari mazmur-mazmurnya berisi peng-
ajaran dan pengalaman pribadi yang dapat diterapkan, serta juga doa
ibadah. Demikian pula dengan sebagian besar dari mazmur ini, yang
di dalamnya Hikmat berseru kepada manusia, kepada anak-anak ma-
nusia, seperti dalam Amsal 8:4-5, supaya mereka menerima peng-
ajaran. Judul mazmur ini tidak menyebutkan, seperti judul mazmur
sebelumnya, bahwa mazmur itu ditulis pada suatu kesempatan
tertentu, dan memang tidak seharusnya kita berpikir bahwa semua
mazmur ditulis pada suatu kesempatan tertentu saat penulis sedang
mengalami suatu peristiwa tertentu. Meskipun beberapa di antaranya
memang demikian, banyak dari antaranya dirancang secara umum
untuk mengajar umat Allah, yang melayani di pelataran rumah-Nya,
untuk membantu ibadah-ibadah mereka, dan untuk mengarahkan
perilaku mereka. Seperti ini pulalah saya memandang mazmur ini.
Janganlah kita menjadikan nubuatan Kitab Suci sebagai tafsiran
sendiri melebihi apa yang seharusnya (2Ptr. 1:20). Di sini,
I. Daud memulai dengan sebuah doa yang singkat (ay. 2), dan
doa itu sendiri menyampaikan suatu pesan.
II. Ia mengarahkan perkataannya kepada anak-anak manusia,
dan,
1. Dalam nama Allah menegur mereka atas penghinaan yang
mereka lakukan terhadap Allah dan kerusakan yang me-
reka perbuat terhadap jiwa mereka sendiri (ay. 3).
2. Ia memperhadapkan kepada mereka kebahagiaan orang
saleh untuk mendorong mereka menjadi rohani (ay. 4).
3. Ia berseru kepada mereka untuk mempertimbangkan ja-
lan-jalan mereka (ay. 5).
D
48
III. Ia menasihati mereka untuk melayani Allah dan percaya
kepada-Nya (ay. 6).
IV. Ia menceritakan pengalaman-pengalamannya sendiri menge-
nai anugerah Allah yang bekerja dalam dirinya,
1. Yang memampukan dia untuk memilih kebaikan Allah
yang membuatnya berbahagia (ay. 7).
2. Yang dengan demikian memenuhi hatinya dengan suka-
cita (ay. 8).
3. Yang menenangkan jiwanya dengan keyakinan akan perlin-
dungan ilahi yang menaunginya, siang dan malam (ay. 9).
Soal Jawab dengan Orang-orang Berdosa
(4:1-6)
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Daud. 2 Apa-
bila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam
kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan de-
ngarkanlah doaku! 3 Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai,
berapa lama lagi kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan? Se l a
4 Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-
Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya. 5 Biarlah
kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di
tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. S e l a 6 Persembahkanlah korban yang
benar dan percayalah kepada TUHAN.
Melalui judul mazmur ini tahulah kita bahwa Daud, setelah menulis
mazmur ini melalui pewahyuan ilahi supaya digunakan jemaat, me-
neruskannya kepada pemimpin musik, atau pemimpin biduan, yaitu
orang yang memimpin ibadah itu. (Hal ini sesuai dengan ketetapan
ilahi saat itu, saat mazmur diyanyikan dalam ibadah, dan pemim-
pin biduan itu sangat berperan besar dalam menjalankan kegiatan
bermazmur dalam ibadah). Uraian khusus mengenai ketetapan ini,
yaitu pembagian kelompok-kelompok penyanyi, masing-masing de-
ngan seorang pemimpin dan pembagian tugasnya, terdapat di 1
Tawarikh 25. Sebagian orang bernubuat dengan petunjuk raja (1Taw.
25:2). Sebagian yang lain bernubuat dengan diiringi kecapi pada wak-
tu menyanyikan syartikel r dan puji-pujian bagi TUHAN (1Taw. 25:3).
Tentang sebagian yang lain lagi dikatakan bahwa mereka harus me-
ninggikan tanduk (1Taw. 25:5). Walaupun bermacam-macam seperti
itu, tentang mereka semua, dikatakan bahwa mereka menyanyikan
nyanyian di rumah TUHAN (1Taw. 25:6) dan telah dilatih bernyanyi
Kitab Mazmur 4:1-6
49
untuk TUHAN (1Taw. 25:7). Mazmur ini dipercayakan kepada salah
satu pemimpin biduan, untuk dinyanyikan dengan neginoth per-
mainan kecapi (Hab. 3:19), yang harus dimainkan dengan tangan.
Dengan jenis musik seperti inilah anggota-anggota paduan suara ha-
rus menyanyikan mazmur ini: dan tampak bahwa pada saat itu ha-
nya mereka yang bernyanyi, bukan jemaat. Namun demikian, Perjan-
jian Baru menunjuk semua orang Kristen untuk bernyanyi (Ef. 5:19;
Kol. 3:16), dan dari mereka diharapkan agar mereka menyanyikannya
dengan selayaknya, bukan dengan bergaya. Oleh sebab itu, sebab
sekarang tidak ada lagi banyak kesempatan untuk memakai alat-alat
musik seperti pada waktu dulu itu, maka melodi mazmur tersebut
dilantunkan di dalam hati saja.
Dalam perikop ini:
I. Daud mengadu kepada Allah (ay. 2). Tidak peduli apakah anak-
anak manusia, yang kepada mereka ia hendak berbicara, akan
mendengar atau mengelak, ia berharap dan berdoa saja agar Allah
mau berbaik hati mendengarkannya, dan memberinya jawaban
damai sejahtera: Apabila aku berseru, jawablah aku, dan terima-
lah pujian pemujaanku, kabulkanlah permohonan-permohonan-
ku, dan hakimilah sesuai dengan seruan-seruanku. Kasihanilah
aku dan dengarkanlah doaku. Segala perkenan yang ditujukan
Allah atas doa-doa kita, dan segala jawaban yang berkenan diberi-
kan-Nya atas doa-doa itu, terjadi bukan sebab jasa kita melain-
kan murni sebab belas kasihan-Nya. Dengarkanlah doaku demi
belas kasihan-Mu merupakan seruan terbaik yang dapat kita
suarakan. Dua hal yang diserukan lebih lanjut oleh Daud di sini:
1. Engkaulah Allah yang membenarkan aku. Engkau bukan saja
Allah yang benar, tetapi juga yang menciptakan sifat-sifat be-
nar dalam diriku, yang dengan anugerah telah mengerjakan
apa yang baik dalam diriku, dan telah menjadikanku sebagai
orang benar. Oleh sebab itu, dengarkanlah aku, dan dengan
demikian teguhkanlah pekerjaan-Mu sendiri di dalam diriku.
Engkaulah juga yang membela perkaraku yang benar, yang
melindungi ketidakbersalahanku yang ditindas. Kepada-Mu-
lah aku percayakan jalanku, dan Engkau sajalah yang kuper-
caya untuk memunculkan kebenaranku seperti terang. Apabila
manusia menghartikel m kita secara tidak adil, inilah yang men-
50
jadi penghiburan kita, Allah-lah yang membenarkan. Dialah
Allah yang membenarkan orang yang percaya kepada-Nya.
2. Di dalam kesesakanku dulu Engkau memberi kelegaan ke-
padaku, melapangkan hatiku dengan sukacita dan penghibur-
an yang kudus saat hatiku sesak, melegakanku dengan mem-
bawa aku keluar dari kesesakan-kesesakanku. Oleh sebab itu
sekarang, ya Tuhan, kasihanilah aku dan dengarkanlah doa-
ku. Pengalaman akan kebaikan Allah bagi kita saat Dia mele-
gakan kita dari kesesakan, bukan saja menjadi dorongan yang
besar bagi iman dan pengharapan kita akan masa depan, teta-
pi juga merupakan seruan yang baik yang bisa kita sampaikan
kepada Allah saat berdoa. Engkau telah melakukannya; ma-
sakan Engkau tidak akan melakukannya lagi? Sebab Engkau
yaitu Allah dan tidak berubah. Pekerjaan-Mu sempurna.
II. Ia kemudian berbicara kepada anak-anak manusia, untuk meya-
kinkan dan mempertobatkan mereka, yang masih merupakan
orang-orang asing bagi Allah, yang tidak menghendaki Mesias,
Anak Daud, memerintah atas mereka.
1. Ia berusaha meyakinkan mereka betapa bodohnya ketidaksa-
lehan mereka itu (ay. 3). Hai orang-orang (orang-orang besar,
yang berkedudukan tinggi, para pengikut Saul atau Absalom
menurut sebagian orang), berapa lama lagi engkau akan me-
nentang aku dan pemerintahanku, dan tetap tidak mau setia?
Berapa lama lagi engkau mau saja dipengaruhi usulan-usulan
keliru dan tidak berdasar dari orang-orang yang ingin berbuat
jahat terhadapku? Atau ini dapat dimengerti secara lebih
umum. Allah, melalui si pemazmur, di sini berbantah dengan
orang-orang berdosa agar mereka bertobat. Engkau yang te-
rus mengabaikan Allah dan tidak mau menyembah Dia, terus
saja menghina Kerajaan Kristus dan pemerintahan-Nya, pikir-
kan apa yang engkau lakukan itu.
(1) Kalian merendahkan dirimu sendiri, padahal kalian yaitu
anak-anak manusia (kata yang digunakan di sini menan-
dakan manusia sebagai makhluk yang mulia). Pertimbang-
kanlah martabat dari kodratmu dan keunggulan kuasa
akal budi yang dikaruniakan kepadamu, dan janganlah
bertindak tidak masuk akal seperti itu, yang sama sekali
Kitab Mazmur 4:1-6
51
tidak pantas engkau perbuat. Kiranya anak-anak manusia
mempertimbangkan dan menunjukkan diri mereka sendiri
sebagai manusia.
(2) Engkau tidak menghormati Penciptamu, dan menodai ke-
muliaan-Nya. Perkataan ini bisa saja dipandang sebagai
perkataan Allah sendiri, yang mendakwa para pendosa atas
kesalahan yang mereka perbuat terhadap kehormatan-Nya.
Atau, jika ini perkataan Daud, kata kemuliaan dapat dipa-
hami sebagai kemulian Allah sendiri, yang disebutnya se-
bagai kemuliaannya (3:4). Para penyembah berhala didak-
wa atas kesalahan menggantikan kemuliaan Allah menjadi
sesuatu yang memalukan (Rm. 1:23). Semua orang berdosa
secara sengaja berbuat demikian, yakni dengan tidak me-
matuhi perintah-perintah hartikel m-Nya, meremehkan tawar-
an-tawaran anugerah-Nya, dan mengasihi serta melayani
makhluk ciptaan, yang seharusnya mereka perbuat bagi
Allah. Orang-orang yang mencemarkan nama Allah yang
kudus, yang mencemooh firman dan ketetapan-ketetapan-
Nya, dan, meskipun mengaku mengenal-Nya, namun dalam
perbuatan menyangkal-Nya, berarti berbuat dusta dan me-
nodai kemuliaan-Nya.
(3) Engkau berbuat curang terhadap dirimu sendiri: Kamu
mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan, atau apa
yang merupakan sebuah dusta. Kamu sendiri berbuat sia-
sia dan berbohong, dan kamu suka melakukannya. Atau,
Hatimu terlekat pada apa yang nantinya, pada akhirnya,
akan terbukti sebagai kesia-siaan dan kebohongan belaka.
Orang-orang yang mencintai dunia dan mencari perkara-
perkara yang di bawah, mencintai kesia-siaan dan mencari
kebohongan. Mereka menyenangkan diri dengan kenikmat-
an-kenikmatan jasmani, dan menjadikan kekayaan dunia
ini sebagai bagian mereka. Semua hal ini akan mengelabui
mereka, dan dengan demikian menghancurkan mereka.
Berapa lama lagi kamu akan melakukan semuanya ini?
Sampai kapan kamu akan menjadi bijak bagi dirimu sen-
diri, dan memikirkan kewajiban dan kepentinganmu sen-
diri? Berapa lama lagikah ini? (Yer. 13:27). Allah di sorga
melihat bahwa masih lama lagi orang-orang berdosa akan
52
tetap bersikeras tidak menghormati-Nya, menipu dan
menghancurkan diri mereka sendiri.
2. Ia menunjukkan kepada mereka kebaikan khusus yang dise-
diakan Allah bagi orang-orang benar, perlindungan khusus
yang menaungi mereka, dan hak-hak istimewa yang mereka
dapatkan (ay. 4).
Hal ini dimaksudkan di sini:
(1) Sebagai alasan mengapa mereka tidak boleh menentang
atau menganiaya orang saleh atau berencana menindas-
nya. Mereka sendiri yang akan tertimpa bahaya jika mereka
menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini, yang telah
dipilih Allah bagi diri-Nya sendiri (Mat. 18:6). Allah meng-
anggap bahwa barangsiapa yang menyentuh mereka berarti
menyentuh biji mata-Nya. Ia akan membuat orang-orang
yang menganiaya mereka mengetahuinya, cepat atau lam-
bat. Mereka mempunyai bagian di sorga, Allah akan men-
dengarkan mereka. Jadi janganlah ada yang coba-coba me-
yakiti mereka, sebab Allah akan mendengar jeritan mereka
dan membela perkara mereka (Kel. 22:23). Pada umumnya
dianggap bahwa Daud berbicara tentang pengangkatannya
sendiri ke takhta. Dialah orang yang dikasihi Allah dan
yang telah dipilih Tuhan untuk menerima kehormatan itu,
dan ia tidak merampasnya atau menganggapnya sebagai
miliknya sendiri. Oleh sebab itu, perlawanan yang engkau
lakukan terhadapnya dan terhadap pengangkatannya itu
sangatlah jahat. Dengan berbuat demikian engkau ber-
perang melawan Allah, dan peperangan ini akan sia-sia
saja dan tidak akan berhasil. Dengan cara yang serupa,
Allah telah memilih Tuhan Yesus bagi diri-Nya sendiri,
Sang Penuh Rahmat itu. Dan orang-orang yang berusaha
menghalang-halangi pengangkatan Tuhan Yesus itu pasti
akan tersandung, sebab Bapa selalu mendengarkan-Nya.
Atau,
(2) Sebagai alasan mengapa mereka sendiri harus berbuat
baik, dan tidak lagi berjalan menurut nasihat orang fasik:
Sampai saat ini engkau hanya mencari kesia-siaan. Sung-
guh-sungguhlah hidup saleh, maka engkau akan benar-
Kitab Mazmur 4:1-6
53
benar berbahagia di dunia sini dan untuk selama-lamanya,
sebab,
[1] Allah akan menjaga kepentingan-Nya sendiri di dalam
dirimu. TUHAN telah memilih seseorang yang dikasihi-
Nya, setiap pribadi tertentu yang dikasihi-Nya, bagi diri-
Nya, menurut pilihan-Nya sejak dari kekekalan, me-
nurut panggilan-Nya yang pasti berhasil, melalui pe-
ristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi oleh sebab
pemeliharaan-Nya dan pekerjaan-pekerjaan anugerah-
Nya. Umat-Nya dikuduskan bagi diri-Nya sebagai umat
kepunyaan-Nya sendiri. Orang-orang saleh, yang dika-
sihi Allah, yaitu orang-orang yang telah dipilih dan
dimeteraikan-Nya. Ia mengenal orang-orang kepunyaan-
Nya, dan memberikan cap gambar dan rupa-Nya pada
mereka. Ia membedakan mereka dengan berbagai per-
kenan yang luar biasa: Mereka akan menjadi milik kesa-
yangan-Ku sendiri, firman TUHAN, pada hari yang Ku-
siapkan. Ketahuilah. Semoga umat yang dikasihi Allah
mengetahui ini, dan kiranya mereka tidak pernah meng-
asingkan diri dari Dia yang telah mengkhususkan mere-
ka seperti itu bagi diri-Nya. Hendaklah orang fasik me-
ngetahuinya, dan menyadari bagaimana mereka sudah
menyakiti orang-orang yang dilindungi Allah.
[2] Allah akan mengamankan engkau sebagai milik-Nya di
dalam diri-Nya. Hal ini dikatakan Daud dengan mene-
rapkannya pada dirinya sendiri: TUHAN mendengarkan,
apabila aku berseru kepada-Nya. Kita pasti menganggap
diri kita berbahagia jika didengar oleh seorang penguasa
dunia, terlebih lagi jika kita boleh didengar, dengan se-
demikian mudahnya, oleh Raja segala raja. Marilah kita
sadar akan hal ini, dan meninggalkan semua kesia-sia-
an yang mengelabui itu demi kelepasan bagi diri kita
sendiri.
3. Ia memperingatkan mereka akan dosa, dan menasihati mereka
agar takut dan menimbang-nimbang sendiri untuk meninggal-
kan perbuatan dosa (ay. 5): Takutlah dan jangan berdosa
(KJV), (biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa, demi-
kian menurut Septuaginta, dan sebagian orang berpikir bahwa
54
Rasul Paulus mengambil nasihat itu dari si pemazmur di sini,
Ef. 4:26); Berkata-katalah dalam hatimu; bertobatlah, dan,
untuk mencapainya, pikirkanlah dan takutlah. Perhatikanlah,
(1) Kita tidak boleh berdosa, tidak boleh kehilangan jalan, se-
hingga kehilangan tujuan kita.
(2) Salah satu obat penawar yang baik untuk melawan dosa
yaitu takut akan Allah. Tergeraklah (demikian menurut
sebagian orang), dan lawanlah sikap lalai dan rasa aman
duniawi. Jagalah selalu sikap hormat yang kudus terha-
dap kemuliaan dan kebesaran Allah. Jagalah supaya de-
ngan kudus hati kamu selalu merasa ngeri terhadap murka
dan kutukan-Nya, dan janganlah berani membangkitkan
amarah-Nya.
(3) Sebuah sarana yang baik untuk menghindari dosa, dan
menjaga agar rasa takut yang kudus selalu ada pada kita,
yaitu sering-sering dan sungguh-sungguh berkata-kata
dalam hati, Berbincang-bincanglah dengan hatimu. Ada ba-
nyak perkara besar yang harus kaukatakan kepada hatimu
itu. Engkau bisa mengajaknya berbincang-bincang kapan
saja. Janganlah terus memendamnya. Orang yang berpikir
seharusnya juga menjadi orang yang bijak dan baik. Ber-
kata-katalah dalam hatimu. Selidikilah hatimu dengan
sungguh-sungguh merenung diri, supaya engkau bisa me-
ngenalnya secara dekat dan memperbaiki apa yang salah di
dalamnya. Ajaklah ia untuk merenungkan perkara-perkara
yang saleh dan khidmat. Biarlah pikiran-pikiranmu terpatri
pada apa yang baik, dan melekatlah kepadanya. Pertim-
bangkanlah jalan-jalanmu, dan perhatikanlah petunjuk-pe-
tunjuk yang diberikan di sini untuk menuntun engkau
mencapai tujuan yang baik.
[1] Pilihlah waktu untuk menyendiri. Lakukanlah itu apa-
bila engkau berbaring di tempat tidurmu. Sebelum eng-
kau bersiap-siap tidur di malam hari (sebagaimana
yang diajarkan oleh beberapa pengajar moral kafir) seli-
dikilah hati nuranimu, apa yang telah engkau perbuat
pada hari itu, khususnya kesalahan-kesalahan yang
engkau lakukan, dan bertobatlah. Apabila engkau ter-
jaga di malam hari, renungkanlah tentang Allah dan
Kitab Mazmur 4:1-6
55
perkara-perkara yang mendatangkan damai sejahtera
bagimu. Daud sendiri melakukan apa yang dinasihati-
nya di sini kepada orang lain (63:7), Aku ingat kepada-
Mu di tempat tidurku. Terlebih lagi saat terbaring sakit,
kita harus merenungkan jalan-jalan kita dan berbicara
dengan hati kita mengenai semuanya itu.
[2] Bersikaplah sungguh-sungguh: Diamlah. Apabila eng-
kau sudah bertanya kepada hati nurani, diamlah, dan
tunggulah jawabannya. Bahkan pada saat-saat yang me-
resahkan, jagalah rohmu agar tetap tenang dan diam.
4. Ia menasihati mereka untuk menjalankan kewajiban mereka
secara sadar berdasarkan hati nurani (ay. 6): Persembahkan-
lah korban yang benar kepada TUHAN. Kita bukan saja harus
berhenti berbuat jahat, tetapi juga harus belajar berbuat baik.
Orang-orang yang membenci Daud dan pemerintahannya akan
segera bersikap lebih baik dan kembali setia kepadanya, jika
saja mereka mau menyembah Allah dengan benar. Demikian
pula, mereka yang tahu persoalan apa yang terdapat antara
mereka dan Allah pasti akan senang menyambut kedatangan
Sang Pengantara, Anak Daud. Di sini dituntut dari setiap kita,
(1) Untuk melayani-Nya: Persembahkanlah korban kepada-
Nya, pertama-tama dirimu sendiri, dan korban-korban per-
sembahanmu yang terbaik. Tetapi korban-korban itu ha-
ruslah korban yang benar, yaitu perbuatan-perbuatan baik
dan segala buah kasih yang memerintah dalam hati kita se-
hingga kita mengasihi Allah dan sesama. Juga, segala con-
toh perilaku saleh. Semua ini lebih baik daripada semua
korban bakaran dan persembahan. Biarlah ibadahmu da-
tang dari hati yang lurus. Semoga amal sedekahmu men-
jadi korban-korban persembahan yang benar. Korban-kor-
ban persembahan orang yang fasik tidak akan diterima
Allah. Korban persembahan mereka merupakan kekejian
bagi-Nya (Yes. 1:11, dst.).
(2) Untuk mengandalkan Dia. Pertama-tama, persembahkan-
lah korban dengan hati nurani yang benar, maka engkau
bisa mempercayai dengan hati tenang. Layanilah Tuhan
tanpa ragu sedikit pun, dan jangan takut kehilangan Dia.
Hormatilah Dia, dengan hanya percaya kepada-Nya, dan
56
bukan kepada kekayaanmu atau kepada tangan manusia.
Percayalah akan pemeliharaan-Nya, dan jangan bersandar
pada pengertianmu sendiri. Percayalah akan anugerah-
Nya, dan janganlah mengandalkan hikmat atau kemampu-
anmu sendiri.
Dalam menyanyikan ayat-ayat ini, kita harus menyampaikan ke-
pada diri kita sendiri ajaran tentang sifat dosa yang membangkitkan
amarah Tuhan, kesia-sian dunia yang penuh dusta, dan kebahagiaan
tak terperikan yang akan dialami umat Allah. Kita harus mewajibkan
pada diri kita sendiri untuk sunguh-sungguh takut kepada Allah, un-
tuk berbincang-bincang dengan hati kita sendiri, dan untuk mem-
persembahkan korban-korban rohani. Selain itu, dalam mendoakan
ayat-ayat ini, kita harus memohonkan anugerah Allah agar kita di-
mampukan untuk memikirkan dan melakukan semuanya itu.
Keinginan Orang Saleh
(4:7-9)
7 Banyak orang berkata: Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada
kita? Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN! 8 Engkau telah
memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka saat mere-
ka kelimpahan gandum dan anggur. 9 Dengan tenteram aku mau memba-
ringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang
membiarkan aku diam dengan aman.
Di sini kita mendapati,
I. Angan-angan bodoh orang-orang duniawi: Banyak orang berkata,
Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita? Siapa
yang akan membuat kita melihat yang baik? Kebaikan apa yang
mereka maksudkan tersirat di sini (ay. 8). Kebaikan itu yaitu
kelimpahan gandum dan anggur mereka. Yang mereka dambakan
hanyalah kelimpahan kekayaan dunia ini, agar mereka dapat me-
nikmati kesenangan-kesenangan jasmani dengan berlimpah. Se-
jauh ini mereka benar, bahwa mereka menginginkan apa yang
baik dan mendamba-dambakannya. Namun, ada hal-hal berikut
yang salah dalam keinginan mereka itu:
1. Secara umum, mereka bertanya, Siapa yang akan membuat
kami berbahagia?, tetapi mereka tidak datang kepada Allah,
satu-satunya yang dapat membuat mereka berbahagia. sebab
Kitab Mazmur 4:7-9
57
itulah mereka membuka diri pada nasihat-nasihat yang jahat,
lebih memilih bersandar kepada yang lain daripada kepada
Allah, sebab mereka rela hidup tanpa Dia.
2. Mereka mencari-cari yang baik yang dapat dilihat, yang tam-
paknya baik, yang rasanya baik. Tetapi, mereka tidak menun-
jukkan rasa peduli akan hal-hal baik yang tidak terlihat, yang
hanya bisa diimani. Sumber penyembahan berhala yaitu ke-
inginan akan ilah-ilah yang bisa mereka lihat, dan oleh sebab
itu mereka menyembah matahari. Padahal, sama seperti kita
harus diajar untuk menyembah Allah yang tidak terlihat,
demikian pula kita harus mencari kebaikan yang tidak terlihat
(2Kor. 4:18). Kita dapat melihat lebih jauh dengan mata iman
daripada dengan mata jasmani.
3. Mereka mencari-cari apa saja yang baik, bukan apa yang
sungguh-sungguh baik. Yang mereka inginkan hanyalah ke-
baikan lahiriah, kebaikan yang hanya baik pada saat ini saja,
kebaikan separuh-separuh, makanan yang baik, minuman
yang baik, pekerjaan yang baik, dan harta milik yang baik. Na-
mun, apalah artinya semua ini tanpa Allah yang baik dan hati
yang baik? Kebaikan apa saja dapat memenuhi keinginan se-
bagian besar orang, tetapi jiwa yang mulia tidak akan puas de-
ngan cara seperti itu. Cara dan keinginan orang-orang duniawi
yang fana ini merupakan kebodohan mereka, namun tetap
saja banyak yang ikut-ikutan di dalamnya. Dan lihatlah, hu-
kuman yang akan menimpa mereka pun akan sepadan dengan
itu. Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala
yang baik sewaktu hidupmu, sejumlah uang yang setuju eng-
kau terima.
II. Pilihan bijak yang dibuat oleh orang-orang saleh. Daud, dan sedi-
kit orang saleh yang setia kepadanya, menjauhkan diri dari ke-
inginan itu, dan bergabung di dalam doa ini, Biarlah cahaya wa-
jah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!
1. Ia tidak setuju dengan suara orang banyak. Allah telah memi-
sahkan Daud bagi diri-Nya sendiri dengan berbagai perkenan
istimewa, dan oleh sebab itu ia memisahkan dirinya sendiri
dengan suatu sifat yang luar bisa berbeda. Mereka ingin men-
dapatkan apa saja yang baik, kebaikan duniawi, tetapi aku
tidak demikian. Aku tidak akan berkata apa yang mereka ka-
58
takan. Kebaikan apa saja tidak akan membuatku puas. Keka-
yaan dunia tidak akan pernah menjadi bagian bagi jiwaku,
dan oleh sebab itu aku tidak akan terpikat olehnya.
2. Ia dan teman-temannya setuju dengan pilihan yang sama, ya-
itu kebaikan atau perkenan Allah sebagai kebahagiaan mere-
ka. Inilah yang dalam pandangan mereka lebih baik daripada
hidup dan segala penghiburan dalam kehidupan ini.
(1) Inilah yang paling mereka inginkan dan cari-cari dengan
sungguh-sungguh. Inilah nafas jiwa mereka, Biarlah caha-
ya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN! Banyak orang
mencari hal-hal lain, tetapi kami mencari yang ini. Orang-
orang baik, seperti halnya oleh perbuatan-perbuatan mere-
ka, demikian pula mereka dibedakan oleh doa-doa mereka,
bukan sebab panjang dan bahasanya, melainkan sebab
iman dan kesungguhannya. Orang-orang yang telah dipilih
Allah mengucapkan doa-doa yang dibuat mereka sendiri.
Orang lain mungkin saja mengucapkan kata-kata doa se-
perti mereka, namun hanya mereka saja yang mempersem-
bahkan doa-doa itu dengan tulus hati. Atas doa seperti ini-
lah mereka semua berkata Amin. Tuhan, biarlah kami
mendapatkan perkenan-Mu, dan biarlah kami tahu bahwa
kami mendapatkannya, maka kami tidak akan mengingin-
kan apa-apa lagi. Itu sudah cartikel p membuat kami berbaha-
gia. Tuhan, berdamailah dengan kami, terimalah kami,
nyatakanlah diri-Mu kepada kami, biarlah kami dipuaskan
oleh kasih setia-Mu, maka kami pun akan puas dengan-
nya. Amatilah, meskipun Daud berbicara tentang dirinya
sendiri hanya dalam ayat 8 dan 9, ia juga berbicara, dalam
doa ini, bagi orang lain, Menyinari kami, seperti Kristus
mengajar kita untuk berdoa, Bapa kami. Semua orang
kudus datang ke takhta anugerah dengan tujuan yang
sama, dan dalam hal ini mereka yaitu satu, mereka se-
mua menginginkan perkenan Allah sebagai kebaikan mere-
ka yang utama. Kita harus memohonkannya bagi orang
lain dan juga bagi diri kita sendiri, sebab dalam kemurahan
Allah segala hal cartikel p bagi kita semua, dan apa yang kita
punyai tidak akan berkurang saat dibagikan kepada orang
lain.
Kitab Mazmur 4:7-9
59
(2) Inilah yang membuat mereka bersukacita di atas segala
yang lain (ay. 8): Dengan jalan inilah sering kali Engkau
telah memberikan sukacita kepadaku. Engkau tidak saja
menopang dan menyegarkan aku, tetapi juga memenuhi
aku dengan sukacita yang tak terlukiskan. Oleh sebab itu,
inilah yang masih akan kukejar, yang akan kucari di se-
panjang hidupku. Bila Allah memberikan anugerah di da-
lam hati, maka Ia memberikan sukacita kepadanya. Dan
tidak ada sukacita yang dapat dibandingkan dengan apa
yang dirasakan oleh jiwa-jiwa mulia yang mengalami per-
kenan ilahi. Sukacita sebab panen pun tidak, sekalipun
panen berlimpah, saat gandum dan anggur berlipat gan-
da. Inilah sukacita di dalam hati, sukacita batiniah, teguh
dan yang sebenar-benarnya. Kegembiraan orang duniawi
hanyalah sekilas, hanya berupa bayangan, di dalam ter-
tawa pun hati mereka merana (Ams. 14:13). Engkau telah
memberikan sukacita di dalam hatiku, begitulah kata yang
digunakan di sini. Sukacita yang sejati yaitu pemberian
Allah, tidak seperti yang diberikan oleh dunia (Yoh. 14:27).
Tidak beralasanlah bagi orang-orang kudus untuk iri hati
dengan kegembiraan dan keriangan orang-orang duniawi
yang fana itu. Sebaliknya, orang-orang kudus justru harus
lebih mengasihani mereka, sebab mereka bisa saja tahu
apa yang lebih baik, tetapi mereka tidak mau.
(3) Inilah yang orang-orang kudus andalkan sepenuhnya, dan
dalam keyakinan ini mereka selalu merasa tenang (ay. 9).
Ia membaringkan diri, lalu tidur (3:6), dan demikianlah ia
akan terus melakukannya: Aku mau membaringkan diri
(sebab aku telah yakin akan kebaikan-Mu) dengan ten-
teram, dan dengan gembira hati seperti orang-orang yang
melimpah gandum dan anggurnya, yang berbaring seperti
Boas di tempat pengirikannya di ujung timbunan jelai, di
mana ia tidur di sana saat hatinya gembira, (Rut 3:7).
Demikianlah, hanya Engkaulah yang membiarkan aku diam
dengan aman. Walaupun aku sendirian, namun aku tidak
sendiri, sebab Allah besertaku. Meskipun aku tidak mem-
punyai pengawal-pengawal yang menjagaku, namun Tuhan
saja sudah cartikel p untuk melindungiku. Ia sanggup mela-
60
kukannya sendiri saat semua kubu pertahanan lain ga-
gal. Jika cahaya wajah Allah menyinarinya,
[1] Ia dapat menikmati dirinya sendiri. Jiwanya kembali ke-
pada Allah, dan diam di dalam Dia sebagai tempat per-
hentiannya. sebab itulah ia membaringkan dirinya dan
tidur dengan tenteram. Ia mendapatkan apa yang di-
inginkannya, dan ia yakin tidak ada yang dapat mence-
lakakan dia.
[2] Ia tidak takut terhadap gangguan musuh-musuhnya, ia
tidur dengan tenang, dan merasa sangat aman, sebab
Allah sendiri sudah berjanji akan selalu menjaganya.
Apabila ia tidur sampai mati, dan berbaring di dalam
kubur, dan membuat tempat tidurnya di dalam kegelap-
an, maka pada saat itu ia, bersama Simeon tua yang
baik hati, akan pergi dalam damai sejahtera (Luk. 2:29).
Saat itu ia yakin bahwa Allah akan menerima jiwanya,
dan ia akan aman bersama Allah sendiri, dan tubuhnya
pun akan berdiam dengan aman di dalam kubur.
[3] Ia mempercayakan segala perkaranya kepada Allah, dan
dengan puas hati memasrahkan kesudahan dari semua
perkara itu ke dalam tangan-Nya. Dikatakan tentang se-
orang petani bahwa, setelah menaburkan benih di ta-
nah, pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia
bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu
makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui oleh-
nya (Mrk. 4:26-27). Demikian pula halnya dengan orang
baik, setelah dengan iman dan doa menyerahkan ke-
khawatirannya kepada Allah, ia tidur dan beristirahat
siang dan malam, dan merasa sangat tenang. Ia menye-
rahkan kepada Allahnya untuk melakukan segala se-
suatu baginya dan siap sedia untuk menuruti kehen-
dak-Nya yang kudus.
Dalam menyanyikan ayat-ayat ini, dan mendoakan-
nya, marilah kita, dengan rasa jijik yang kudus ter-
hadap kekayaan dan kesenangan dunia ini sebagai hal
yang tidak mampu membuat kita berbahagia, mencari
kebaikan Allah dengan sungguh-sungguh, dan dengan
senang hati menghibur diri kita dalam kebaikan itu. De-
ngan hati kudus marilah kita tinggalkan semua kepedu-
Kitab Mazmur 4:7-9
61
lian akan perkara duniawi dan mempercayakan diri dan
segala perkara kita ke dalam bimbingan dan Pemeliha-
raan ilahi. Hendaklah hati kita menjadi tenang bahwa
semuanya akan bekerja demi kebaikan kita jika kita te-
tap menjaga diri kita di dalam kasih Allah.
PASAL 5
azmur ini yaitu sebuah doa, sebuah curahan hati yang penuh
kesungguhan kepada Allah, saat si pemazmur dibuat susah
oleh kebencian musuh-musuhnya. Saat-saat seperti ini sudah ba-
nyak kali terjadi pada Daud, bahkan, hampir tidak ada waktu dalam
hidupnya yang tidak dialaminya seperti ini, dan semuanya tidak akan
cartikel p diutarakan dalam mazmur ini. Semuanya ini terjadi sebab ia
merupakan pelambang Kristus. Kenyataan bahwa ia terus-menerus
dikepung oleh musuh-musuh, seruan-seruannya yang lantang dan
tanpa henti kepada Allah saat ia dikepung seperti itu, semuanya
menunjuk pada ketergantungan Kristus kepada Bapa-Nya dan pada
kemenangan-kemenangan-Nya atas kuasa-kuasa gelap di tengah-te-
ngah segala penderitaan-Nya. Dalam mazmur ini,
I. Daud menyelaraskan jiwanya dengan Allah, dengan berjanji
untuk berdoa dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa Allah
pasti akan mendengarkan dia (ay. 2-4).
II. Ia memberikan kepada Allah kemuliaan, dan mengambil bagi
dirinya sendiri penghiburan, dari kekudusan Allah (ay. 5-7).
III. Ia menyatakan tekadnya untuk senantiasa beribadah ber-
sama jemaat kepada Allah (ay. 8).
IV. Ia berdoa,
1. Bagi dirinya sendiri, agar Allah membimbingnya (ay. 9).
2. Melawan musuh-musuhnya, agar Allah menghancurkan
mereka (ay. 10-11).
3. Bagi semua umat Allah, agar Allah memberi mereka su-
kacita, dan menjaga mereka aman senantiasa (ay. 12-13).
Dan semua ini sangat bermanfaat untuk menuntun kita di dalam
doa.
M
64
Doa Meminta Bimbingan dan Perlindungan
(5:1-7)
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan suling. Mazmur Daud. 2 Beri-
lah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. 3
Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-
Mulah aku berdoa. 4 TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku,
pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-
nunggu. 5 Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan;
orang jahat takkan menumpang pada-Mu. 6 Pembual tidak akan tahan di
depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan.
7 Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik
melihat penumpah darah dan penipu.
Tidak ada sesuatu yang aneh dalam judul mazmur, kecuali yang di-
katakan mengenai Nehiloth, sebuah kata yang tidak pernah diguna-
kan di tempat lain. Diduga (dan ini hanyalah dugaan), kata ini berarti
angin alat-alat musik (tiup), yang dipakai untuk menyanyikan maz-
mur ini, seperti halnya Neginoth dianggap sebagai kata yang berarti
berdawai, yaitu alat-alat musik gesek. Dalam ayat-ayat di atas, Daud
mengarahkan pandangannya kepada Allah,
I. Sebagai Allah yang mendengarkan doa. Begitulah Dia selalu ada-
nya, semenjak manusia mulai menyerukan nama Tuhan, dan ma-
sih tetap siap mendengarkan doa. Amatilah bagaimana Daud di
sini memanggil-Nya: Ya TUHAN (ay. 2, 4), Yahwe, wujud yang ma-
haada, mahamencartikel pi, yang harus kami puja, dan, Rajaku dan
Allahku (ay. 3), yang telah kutetapkan sebagai Allahku, yang ke-
pada-Nya aku telah bersumpah setia, dan yang di bawah perlin-
dungan-Nya aku telah menempatkan diriku sebagai Rajaku. Kita
percaya bahwa Allah, yang kepada-Nya kita berdoa, yaitu Raja,
dan Allah. Raja segala raja dan Allah segala ilah. Tetapi, itu saja
tidak cartikel p: prinsip doa yang paling dikehendaki dan yang men-
dorong hati, dan seruan yang penuh kuasa atau berhasil di dalam
doa, yaitu memandang-Nya sebagai Raja kita dan Allah kita,
yang kepada-Nya kita terikat dengan kewajiban-kewajiban khu-
sus, dan yang dari-Nya kita mempunyai pengharapan-pengharap-
an khusus.
Sekarang perhatikanlah:
1. Apa yang didoakan Daud di sini, yang dapat mendorong iman
dan pengharapan-pengharapan kita saat kita membawa diri
kita kepada-Nya. Jika kita berdoa dengan sungguh-sungguh
Kitab Mazmur 5:1-7
65
dan penuh iman, maka kita mempunyai alasan untuk berha-
rap,
(1) Agar Allah memperhatikan perkara kita, memperhatikan
bagaimana kita menyampaikannya, dan permohonan-per-
mohonan apa yang kita sampaikan. Begitulah Daud berdoa
di sini: Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN!
Walaupun Allah ada di sorga, telinga-Nya terbuka untuk
mendengarkan doa-doa umat-Nya. Telinga-Nya tidak berat,
sehingga Ia tidak bisa mendengar. Manusia mungkin tidak
akan atau tidak dapat mendengarkan kita. Musuh-musuh
kita begitu congkak sehingga mereka tidak akan mende-
ngarkan kita. Teman-teman kita berada begitu jauh dari
kita sehingga mereka tidak dapat mendengarkan kita. Te-
tapi Allah, meskipun tinggi, sekalipun ada di sorga, dapat,
dan akan mendengarkan kita.
(2) Agar Ia mengindahkan perkara kita itu dengan bijak dan
penuh belas kasihan, dan tidak akan meremehkannya,
atau mengabaikannya begitu saja dengan jawaban yang
asal-asalan. Begitulah Daud berdoa: Indahkanlah keluh
kesahku (KJV: Indahkanlah perenunganku pen.). Doa-
doa Daud bukan sekadar kata-kata, tetapi juga perenung-
an. Seperti halnya perenungan merupakan persiapan yang
terbaik bagi doa, demikian pula doa merupakan tindakan
terbaik dari perenungan. Perenungan dan doa harus dila-
kukan secara bersama-sama (19:15). Hanya bila kita mere-
nungkan doa-doa kita seperti itulah, baru kita dapat ber-
harap Allah akan mempertimbangkannya, memasukkan ke
dalam hati-Nya apa yang datang dari hati kita.
(3) Agar Allah, pada waktunya, memberikan jawaban damai
sejahtera yang penuh rahmat. Demikianlah Daud berdoa
(ay. 3): Perhatikanlah teriakku minta tolong. Doanya yaitu
sebuah teriak minta tolong. Doa itu merupakan suara te-
riaknya sendiri, yang menunjukkan kesungguhan pera-
saannya dan kegigihan pengungkapannya. Doa-doa yang
sungguh-sungguh dan menggerakkan dari seorang benar
seperti inilah yang besar kuasanya dan benar-benar men-
datangkan berbagai keajaiban.
66
2. Apa yang dijanjikan Daud di sini, sebagai persyaratan yang
harus dilaksanakan, dipenuhi, dan dijaganya, agar ia diterima
dengan penuh rahmat. Janji-janjinya ini dapat membimbing
dan menuntun kita dalam permohonan-permohonan kita ke-
pada Allah, agar kita dapat menyampaikannya dengan benar.
Kalau tidak, kita berdoa, tetapi tidak mendapat apa-apa, sebab
kita salah berdoa. Ada empat hal yang dijanjikan Daud di sini,
dan demikian pula kita seharusnya:
(1) Bahwa ia akan berdoa, bahwa dengan hati nuraninya ia
akan berdoa, dan akan selalu berdoa: Kepada-Mulah aku
berdoa. Orang lain hidup tanpa doa, tetapi aku akan ber-
doa. Raja-raja yang duduk di atas takhta mereka masing-
masing (begitu pula dengan Daud pada waktu itu) harus
menjadi pengemis di hadapan takhta Allah. Orang lain
berdoa kepada ilah-ilah asing, dan mengharapkan kelegaan
dari mereka, tetapi kepada-Mu, hanya kepada-Mulah, aku
akan berdoa. Allah telah menjamin kita berkali-kali bahwa
Ia siap mendengarkan doa kita, jadi baiklah kita juga me-
neguhkan tekad kita untuk hidup dan mati dengan berdoa.
(2) Bahwa ia akan berdoa pada waktu pagi. Suaranya yang
berdoa akan terdengar pada waktu itu, dan pada saat itu-
lah doanya akan dipanjatkan. Waktu itu akan ditetapkan
sebagai tanggal dikirimkannya suratnya ke sorga, dan bu-
kan cuma pada waktu itu saja (Pagi, malam, dan siang
aku akan berdoa, bahkan, tujuh kali sehari aku akan me-
muji-Mu), tetapi pasti pada waktu itu. Doa pagi yaitu
kewajiban kita. Paling enak bagi kita untuk berdoa saat
kita merasa sangat segar, hidup, dan dalam keadaan siap,
saat sudah hilang kantuk semalam, sudah disegarkan
oleh tidur semalam, dan belum disibukkan dengan pekerja-
an sehari-hari. Itulah saat yang sangat dibutuhkan bagi
kita untuk berdoa, dengan menimbang banyaknya bahaya
dan godaan yang kita hadapi hari itu, dan yang perlu kita
lawan. Dengan iman dan doa kita timbah persediaan-per-
sediaan anugerah yang segar.
(3) Bahwa ia akan sungguh menjaga mata dan hatinya tertuju
pada kewajiban ini: Aku mengatur persembahan bagi-Mu
(KJV: Aku akan mengarahkan doaku pen.), seperti pema-
nah mengarahkan anak panahnya ke sasaran. Dengan
Kitab Mazmur 5:1-7
67
pikiran yang demikian teguh dan tetap itulah kita harus
datang kepada Allah. Atau, seperti menuliskan sepucuk su-
rat kepada seorang sahabat di suatu tempat, demikian pula
kita harus mengarahkan doa-doa kita kepada Allah sebagai
Bapa kita di sorga. Dan marilah kita selalu mengirimkan-
nya melalui Tuhan Yesus, Sang Pengantara Agung, maka
pasti doa-doa kita tidak akan salah alamat. Semua doa kita
haruslah diarahkan kepada Allah. Kehormatan dan kemu-
liaan-Nyalah yang harus menjadi tujuan utama kita dalam
semua doa kita. Biarlah hal ini kita jadikan sebagai permo-
honan kita yang pertama, dimuliakanlah nama-Mu, maka
barulah kita boleh yakin akan mendapatkan jawaban pe-
nuh rahmat yang sama seperti yang diberikan kepada Kris-
tus sendiri: Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan me-
muliakan-Nya lagi!
(4) Bahwa ia akan dengan sabar menanti jawaban damai se-
jahtera: Aku menunggu-nunggu (KJV: Aku akan menenga-
dah pen.), akan memelihara doa-doaku, dan mendengar
apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN (85:9; Hab.
2:1), bahwa, jika Ia mengabulkan apa yang aku minta, aku
akan bersyartikel r jika Ia menolak, aku akan bersabar jika
Ia menunda-nunda, aku akan terus berdoa dan menunggu
tanpa jemu-jemu. Kita harus menengadah, atau berawas-
awas, seperti orang yang baru membidik anak panah ke-
mudian melihat seberapa dekat panahnya mengenai sasar-
an. Kita banyak kehilangan penghiburan dari doa-doa kita
sebab kurang memperhatikan jawaban-jawaban atas doa-
doa itu. Dengan berdoa dan menunggu-nunggu demikian,
seperti orang lumpuh menatap yakin kepada Petrus dan
Yohanes (Kis. 3:4), kita boleh berharap bahwa Allah akan
memberikan telinga untuk mendengarkan perkataan kita
dan mempertimbangkannya. Dengan begitu pula kita dapat
berserah diri kepada-Nya, seperti Daud di sini, yang tidak
berdoa, Tuhan, perbuatlah ini, atau itu, bagiku; tetapi,
Dengarkanlah aku, pertimbangkanlah perkaraku, dan per-
buatlah apa yang tampak baik bagi-Mu.
II. Sebagai Allah yang membenci dosa (ay. 5-7). Daud memperhati-
kan hal ini,
68
1. Sebagai peringatan terhadap dirinya sendiri dan semua orang
yang berdoa, untuk mengingatkan bahwa, Allah yang dengan-
Nya kita harus berurusan itu bukan saja pengasih dan penya-
yang, Ia juga murni dan kudus. Walaupun Ia siap mendengar-
kan doa, namun, bila ada niat jahat dalam hati kita, tentulah
Ia tidak mau mendengar doa-doa kita (66:18).
2. Sebagai dorongan bagi doa-doanya melawan musuh-musuh-
nya. Mereka itu orang-orang fasik, dan oleh sebab itu merupa-
kan musuh-musuh Allah, dan tidak akan mendapat perkenan-
Nya.
Lihatlah di sini:
(1) Kekudusan kodrat Allah. saat ia berkata, Engkau bukan-
lah Allah yang berkenan kepada kefasikan, yang dimak-
sudkannya, Engkau yaitu Allah yang membenci kefasik-
an, sebab kefasikan sungguh bertentangan dengan ke-
murnian dan kelurusan-Mu yang tak terhingga, serta
dengan kehendak suci-Mu. Meskipun para pembuat keja-
hatan makmur, janganlah ada orang yang menyimpulkan
bahwa Allah berkenan kepada kefasikan. Ia juga tidak ber-
kenan dengan hal-hal palsu yang dipakai manusia dengan
alasan untuk menghormati-Nya, seperti yang diperbuat
orang-orang yang membenci saudaranya dan mengucilkan
mereka, serta berkata, baiklah TUHAN menyatakan kemu-
liaan-Nya. Allah tidak berkenan kepada kefasikan, meski-
pun ditutupi oleh jubah agama. Oleh sebab itu, biarlah
orang-orang yang bersuka di dalam dosa sadar bahwa Allah
tidak bersuka di dalam mereka. Dan juga, janganlah ada
orang yang berkata apabila ia dicobai, Pencobaan ini da-
tang dari Allah!, sebab Allah bukanlah pencipta dosa.
Orang jahat takkan menumpang pada-Nya, maksudnya, ke-
jahatan tidak akan selalu diizinkan dan dibiarkan menang.
Dr. Hammond berpendapat bahwa ini merujuk pada hu-
kum Musa yang tidak mengizinkan orang asing, yang ber-
sikeras melakukan penyembahan berhala, untuk tinggal di
negeri Israel.
(2) Keadilan pemerintahan-Nya. Orang bodoh tidak akan tahan
di depan mata-Nya. Maksudnya, mereka tidak akan terse-
nyum di hadapan-Nya, atau diizinkan untuk mengiringi-
Kitab Mazmur 5:1-7
69
Nya. Mereka juga tidak akan dibenarkan pada hari pengha-
kiman agung. Para pembuat kejahatan yaitu orang-orang
yang sangat bodoh. Dosa yaitu kebodohan, dan orang-
orang berdosa yaitu orang-orang yang terdungu dari se-
mua orang bodoh. Mereka bodoh bukan oleh sebab per-
buatan Allah (dan mereka perlu dikasihani), sebab Ia tidak
membenci apa pun yang diciptakan-Nya, melainkan bodoh
sebab perbuatan mereka sendiri. Orang-orang seperti itu
dibenci oleh Dia. Orang-orang fasik membenci Allah. Oleh
sebab itu, sudah sewajarnyalah mereka dibenci oleh-Nya,
dan ini berarti kesengsaraan dan kehancuran bagi mereka
untuk selama-lamanya. Barangsiapa yang Engkau benci
pasti akan Engkau hancurkan. Terutama ada dua macam
orang berdosa yang ditandai di sini untuk dibinasakan:
[1] Orang-orang yang bodoh, yang berkata bohong atau
dusta, dan yang menipu. Ada penekanan khusus yang
diberikan kepada orang-orang berdosa jenis ini, yakni,
semua pendusta (Why. 21:8), dan setiap orang yang
mencintai dusta dan yang melakukannya (Why. 22:15).
Tidak ada hal lain lagi yang lebih bertentangan dengan
Allah segala kebenaran selain dari masalah dusta ini,
dan oleh sebab itu lebih dibenci oleh Dia.
[2] Orang-orang yang kejam: Engkau jijik melihat penumpah
darah. Kebiadaban yang tidak berperikemanusiaan sung-
guh tidaklah kurang pertentangannya dengan Allah yang
penuh rahmat, yang mencintai belas kasih. sebab itu
kebiadaban sama dibenci oleh Dia. Dengan cara khu-
sus, para pendusta dan pembunuh dikatakan menyeru-
pai Iblis dan merupakan anak-anaknya, dan oleh sebab
itu sudah sewajarnyalah Allah jijik melihat mereka. Se-
mua ini yaitu sifat musuh-musuh Daud, dan orang-
orang seperti ini hingga kini masih menjadi musuh-
musuh Kristus dan jemaat-Nya. Mereka ini sepenuhnya
telah kehilangan segala kebajikan dan kehormatan. Ka-
rena itu, semakin buruk mereka, semakin yakin kita
akan kehancuran yang menimpa mereka pada waktu-
nya nanti.
70
Dalam menyanyikan ayat-ayat ini, dan mendoakannya, kita harus
semakin menggiatkan diri kita sendiri untuk melakukan kewajiban
berdoa. Kita harus mendorong diri kita sendiri untuk berbesar hati
dalam berdoa, sebab kita tidak akan mencari Tuhan dengan sia-sia.
Selain itu, kita harus mengungkapkan kebencian kita terhadap dosa,
dan pengharapan kita yang dalam akan hari kemunculan Kristus,
yang akan menjadi hari kebinasaan bagi orang-orang fasik.
Kesenangan Beribadah Secara Berjemaat;
Kebahagiaan Orang Benar
(5:8-13)
8 Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam
rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut
akan Engkau. 9 TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu sebab seterartikel ;
ratakanlah jalan-Mu di depanku. 10 Sebab perkataan mereka tidak ada yang
jujur, batin mereka penuh kebusukan, kerongkongan mereka seperti kubur
ternganga, lidah mereka merayu-rayu. 11 Biarlah mereka menanggung kesa-
lahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh sebab rancangannya sendiri;
buanglah mereka sebab banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka
memberontak terhadap Engkau. 12 Tetapi semua orang yang berlindung
pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, ka-
rena Engkau menaungi mereka; dan sebab Engkau akan bersukaria orang-
orang yang mengasihi nama-Mu. 13 Sebab Engkaulah yang memberkati orang
benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.
Dalam ayat-ayat di atas Daud menggambarkan tiga macam watak,
yaitu dari dirinya sendiri, dari musuh-musuhnya, dan dari semua
umat Allah. Ia juga menaikkan sebuah doa untuk masing-masing
dari mereka.
I. Ia memberikan gambaran tentang dirinya sendiri dan berdoa bagi
dirinya (ay. 8-9).
1. Dengan teguh ia bertekad untuk tetap dekat kepada Allah dan
terus menyembah Dia. Orang-orang berdosa pergi menjauh
dari Allah, dan dengan begitu mereka menjadikan diri mereka
sendiri menjijikkan bagi kekudusan-Nya dan menjengkelkan
bagi keadilan-Nya: Tetapi aku, kekudusan dan keadilan-Mu
itu tidak akan menghalang-halangi aku dari-Mu. Kekudusan
dan keadilan Allah sama sekali tidak menjadi kengerian bagi
orang yang lurus hati, tidak akan menjauhkan mereka dari
Allah. Sebaliknya, oleh kekudusan dan keadilan-Nya itu me-
Kitab Mazmur 5:8-13
71
reka justru diundang untuk melekat kepada-Nya. Daud ber-
tekad,
(1) Untuk menyembah Allah, untuk memberikan penghormat-
an kepada-Nya, dan untuk memberikan kepada Allah ke-
muliaan sebab nama-Nya.
(2) Untuk menyembah Dia di tengah-tengah jemaat: Aku akan
masuk ke dalam rumah-Mu, ke dalam pelataran rumah-Mu,
untuk menyembah di sana dengan penyembah-penyembah
setia yang lain. Daud banyak beribadah secara sembunyi-
sembunyi, sering berdoa sendirian (ay. 3-4), namun ia juga
sangat tekun dan setia datang ke tempat kudus. Kewajib-
an-kewajiban pribadi dirancang untuk menyiapkan kita
menjalankan ketetapan-ketetapan ibadah umum, dan bu-
kan malah menghindarkan kita darinya.
(3) Untuk menyembah-Nya dengan rasa hormat dan dengan
kesadaran penuh akan jarak yang tak terhingga antara
Allah dan manusia: Dengan takut akan Engkau aku akan
menyembah, dengan sikap hormat yang kudus akan Allah
pada jiwaku (Ibr. 12:28). Allah harus sangat ditakuti oleh
semua orang yang menyembah-Nya.
(4) Untuk mendapatkan dorongan saat beribadah hanya dari
Allah sendiri.
[1] Dari kasih setia-Nya yang tak terhingga. Kasih setia Allah
yang berlimpahlah (yaitu kekayaan kasih setia yang tiada
habisnya yang terdapat di dalam Allah, dan bukti serta
contoh dari kasih setia itu, yang tak terbilang banyak-
nya yang kita terima dari-Nya) yang diandalkan Daud
saat dia mendekati Allah. Bukan jasa atau keadaan hi-
dupnya yang benar yang diandalkannya. Kasih setia
Allah haruslah menjadi dasar pengharapan-pengharap-
an kita maupun sumber sukacita kita dalam segala
urusan kita dengan-Nya.
[2] Dari sarana ibadah yang sudah didirikan, yang pada
waktu itu berupa bait suci, dan di dalam mazmur ini
disebut bait-Mu yang kudus. Bait suci itu merupakan
pelambang dari Kristus, Sang Pengantara satu-satunya
yang agung, yang menyucikan ibadah sama seperti bait
suci menyucikan emas di dalamnya. Kepada Dialah kita
72
harus mengarahkan pandangan kita dalam segala iba-
dah kita, seperti halnya para penyembah pada zaman
Daud saat mengarahkan pandangan mereka ke Bait
Suci.
2. Dengan sungguh-sungguh ia berdoa agar Allah, dengan anuge-
rah-Nya, membimbing dan menjaganya selalu di jalan kewajib-
annya (ay. 9): Tuntunlah aku dalam keadilan-Mu sebab seteru-
ku. sebab orang-orang yang mengawasiku, yang mengamati
kalau-kalau aku lengah, lalu mencari kesempatan untuk mela-
wan aku.
Lihatlah di sini:
(1) Bagaimana Daud memanfaatkan dengan baik kebencian
musuh-musuh yang melawannya. Semakin penasaran me-
reka dalam mencari-cari kesalahan padanya, agar dengan
demikian mereka dapat menuduhnya, semakin waspada
dia untuk menghindari dosa dan segala sesuatu yang tam-
pak sebagai dosa, dan semakin dia berhasrat untuk selalu
didapati berada di jalan Allah dan di dalam kewajiban yang
baik. Demikianlah, dengan hikmat dan anugerah, kebaikan
dapat timbul dari kejahatan.
(2) Jalan benar yang diambil Daud untuk mengacaukan orang-
orang yang mencari-cari kesempatan untuk melawannya.
Ia mempercayakan dirinya kepada bimbingan ilahi, memo-
hon kepada Allah baik melalui pemeliharaan-Nya maupun
melalui anugerah-Nya untuk membimbingnya di jalan yang
benar, dan menjaganya agar tidak menyimpang darinya,
kapan pun itu, dalam contoh apa pun juga, sehingga mu-
suh-musuhnya yang paling licik dan lihai sekalipun, se-
perti musuh-musuh Daniel, tidak dapat menemukan ke-
sempatan untuk melawannya. Jalan kewajiban kita di sini
disebut jalan Allah, dan pembenaran-Nya, sebab Ia mem-
berikan ketetapan kepada kita melalui hartikel m-hartikel m-Nya
yang adil dan kudus, yang jika kita dengan tulus menem-
patkannya di hadapan kita sebagai pedoman kita, maka
kita di dalam iman dapat memohon kepada Allah untuk
membimbing kita dalam segala perkara-perkara khusus.
Untuk mengetahui bagaimana doa Daud ini dijawab, lihat 1
Samuel 18:14-15.
Kitab Mazmur 5:8-13
73
II. Ia memberikan gambaran tentang musuh-musuhnya, dan berdoa
melawan mereka (ay. 10-11).
1. Jika gambarannya tentang mereka benar, seperti yang tidak
diragukan lagi, maka tabiat mereka sungguh sangat buruk.
Mereka pasti benar-benar orang jahat, sebab jika tidak demi-
kian, mereka tidak akan bermusuhan dengan seseorang yang
menjadi buah hati Allah. Sebelumnya Daud mengatakan (ay.
7) bahwa Allah membenci penumpah darah dan penipu. Seka-
rang, Tuhan, ujarnya, itulah tabiat musuh-musuhku: mere-
ka penipu, tidak bisa dipercaya, sebab perkataan mereka tidak
ada yang jujur. Mereka menganggap bukanlah dosa untuk
berbohong secara sengaja jika itu dapat menjelek-jelekkan
Daud, dan membuatnya dibenci orang. Tuhan, tuntunlah
aku, pintanya (ay. 9), sebab dengan orang-orang seperti ini-
lah aku harus berurusan. Ketidakbersalahanku saja tidak bisa
menjadi jaminan untuk melawan fitnahan mereka. Apakah
mereka berkata-kata dengan jujur? Apakah mereka berbicara
tentang perdamaian dan persahabatan? Tidak, lidah mereka
merayu-rayu. Apa yang mereka katakan itu dirancang untuk
menutup-nutupi kebencian mereka, supaya tercapailah mak-
sud mereka itu dengan lebih aman. Apa pun kepura-puraan
yang mereka tunjukkan berkenaan dengan agama atau persa-
habatan, yakni dua hal yang suci, mereka tidak sungguh-
sungguh dengan keduanya: Batin mereka penuh kebusukan itu
sendiri. Batin mereka sendiri yaitu kebusukan. Mereka juga
penumpah darah, sebab kerongkongan mereka seperti kubur
ternganga, kejam seperti kubur, menganga untuk menerkam
dan menelan bulat-bulat. Mereka tak terpuaskan seperti ku-
bur, yang tidak pernah berkata, cartikel p (Ams. 30:15-16). Per-
kataan ini dikutip (Rm. 3:13) untuk menunjukkan kebejatan
yang umum dilakukan umat manusia, sebab mereka semua
secara alamiah cenderung pada kejahatan (Tit. 3:3). Kubur
ternganga bagi mereka semua, tetapi mereka sendiri seperti
kubur yang menganga bagi satu sama lain.
2. Jika doanya yang melawan mereka itu didengar, seperti yang
tidak diragukan lagi, maka celakalah mereka. Orang akan di-
perlakukan sesuai dengan siapa mereka dan apa yang mereka
perbuat. Ia berdoa kepada Allah untuk menghancurkan mere-
ka, sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya, ay. 7, Eng-
74
kau akan membinasakan orang-orang yang bertabiat seperti
ini, jadi biarlah mereka jatuh. Dan memang orang-orang ber-
dosa akan segera jatuh sendiri ke dalam kehancuran jika me-
reka dibiarkan begitu saja. Ia berdoa agar mereka dibuang
keluar dari perlindungan dan kebaikan-Nya, dari milik pusaka
Tuhan, dari negeri orang-orang hidup. Sungguh celakalah
orang-orang yang dibuang Allah. sebab dosa-dosa mereka,
mereka pantas dihancurkan. Ada cartikel p banyak alasan untuk
membenarkan Allah dalam menolak mereka u